pengobatan tradisional
Kesehatan merupakan kebutuhan setiap pasien di dunia, tak
terkecuali di Negara seperti
negara kita . Kesehatan juga merupakan hak fundamental yang harus
diperjuangkan bagi setiap pasien .
Pada dasarnya setiap pasien berhak
untuk hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal, mendapatkan lingkungan hidup yang
sehat serta berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan. Pelayanan
kesehatan seperti rumah sakit,
klinik, puskesmas dan yang lainnya
merupakan pelayanan kesehatan
yang bersifat komprehensif mulai
dari preventif, kuratif, promotif,
dan rehabilitatif seharusnya dapat
menyediakan pelayanan kesehatan
tanpa melihat status sosial
warga .
Pembangunan bidang kesehatan pada dasarnya ditujukan
untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap pasien untuk
mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal sebagai salah satu
unsur kesejahteraan sebagaimana
diamanatkan oleh pembukaan
Undang-Undang Dasar Republik
negara kita 1945. Kesehatan sebagai
hak asasi pasien (HAM) harus
diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai upaya kesehatan
kepada seluruh warga melalui
penyelenggaraan pembangunan
kesehatan yang berkualitas dan
terjangkau oleh warga . Kesehatan warga adalah pilar
pembangunan suatu bangsa. Kesehatan adalah salah satu kebutuhan
dasar pasien . Begitu pentingnya,
sehingga sering dikatakan bahwa
kesehatan adalah segala-galanya,
tanpa kesehatan segala-galanya
tidak bermakna. Oleh sebab itu,
setiap kegiatan dan upaya untuk
meningkatkan derajat kesehatan
warga yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasar
prinsip nondiskriminatif, partisipatif, perlindungan, dan berkelanjutan yang sangat penting
artinya bagi pembentukan sumber
daya pasien negara kita , peningkatan ketahanan dan daya
saing bangsa, serta pembangunan
nasional.
Pemerintah telah berupaya
memberikan jaminan sosial kesehatan bagi warga miskin
seperti ASKES (Asuransi Kesehatan), BLT (Bantuan Langsung
Tunai), BPJS, KIS (Kartu negara kita
Sehat) dan lainnya supaya
kebutuhan pelayanan kesehatan bagi warga miskin bisa
terpenuhi. Namun pengaplikasian
ini bukan hal yang mudah.
Kondisi negara kita sebagai negara
yang berkembang belum cukup
mampu untuk menangani segala
kebutuhan pelayanan kesehatan
dan menjadikannya sebagai
pelayanan gratis untuk warga
negara dengan jumlah warga
yang sangat besar. Permasalahan
distribusi akses layanan kesehatan
adalah hal yang tidak lagi bisa
dipungkiri saat ini. Masalah
accessibility dimana semua fasilitas
yang baik dan tenaga-tenaga ahli
masih terpusat di kota-kota besar,
sehingga belum terjangkau oleh
warga yang tinggal di daerah
terpencil. Kondisi geografis masyarakat Distrik Alama jauh dari
fasilitas infrastruktur yang memadai. Untuk dapat menjangkau
fasilitas kesehatan yang modern di
kota kabupaten Timika harus
memakai pesawat.
Bertolak dari kondisi ini di
atas warga suku Amungme
biasa memakai pengobatan
tradisional yang diturunkan nenek
moyang. Keanekaragaman budaya
pengobatan tradisional yang dimiliki bangsa negara kita dianggap
masih konvensional atau tak ada
standarisasi obat tradisional
melalui program keilmuan atau
pengembangan berbasis ilmiah.
Terdukung dengan adanya kondisi
sumber daya alam hutan di
negara kita , maka sistem pengobatan tradisional tumbuh dan
berkembang sejak munculnya
kehidupan suku-suku bangsa di
muka bumi ini. Hal ini dibuktikan
dengan tersebarnya pengetahuan
mereka dalam sistem pengobatan
tradisional berdasar sejarah
perjalanan kehidupan suku bangsa
tertentu. Pengobatan tradisional
itu disebut juga sebagai pengobatan alternatif, dimiliki pada
umumnya warga menurut
pola-pola kebudayaan mereka
dalam bentuk pengetahuan aslinya. Pengobatan tradisional
disebut sebagai budaya dalam
kearifan lokal yang ada di masingmasing daerah dan suku-suku
bangsa. dan menurut keanekaragaman persepsi sehat dan sakit
mereka. Lebih konseptual maka
fenomena pengobatan tradisional
ada dan hidup di dalam bentuk
pengetahuan, kepercayaan, nilai,
norma sebagai kebudayaan
masing-masing warga penyandang kebudayaan ini ;
dan fenomena ini ada pada
warga diperhadapkan dengan adanya sistem pengobatan
modern kedokteran yang diperkenalkan oleh pemerintah kepada
warga warga .
Perilaku yang berkaitan dengan
pengetahuan sosial-budaya kesehatan warga (suku bangsa)
dapat terwujud menurut perbedaan persepsi berdasar
pengetahuan (konsep) sehat dan
sakit. Dengan demikian konkritnya
perilaku sosial budaya kesehatan
dalam mementingkan kesehatan
akan berbeda secara nyata antar
kelompok suku-suku bangsa
ini . Kondisi ini akan
terwujud dan terkait dengan sejauh
mana warga warga yang lebih
dikonsepkan sebagai suku-suku
bangsa yang memanfaatkan sumber-sumber pengobatan (khususnya tradisional) diperhadapkan
dengan adanya potensi sistem
pengobatan modern kedokteran
seperti di atas yang disuguhkan
pemerintah kepada warga
warga di pedesaan dan
perkotaan.
Sampai saat ini warga
pasien Amungme diperhadapkan
dengan dua (pilihan) yaitu; memilih
pada pengobatan tradisional asli
ataupun sistem pengobatan medis
modern kedokteran yang
diperkenalkan pemerintah. Namun
kenyataannya, berdasar pengamatan sepintas secara langsung terhadap pasien Amungme di
lokasi penelitian, ternyata pasien
Amungme masih mengakui memilih dan memanfaatkan pengobatan tradisional dibandingkan
dengan sistem pengobatan medis
modern kedokteran; Hal ini
menjadi menarik bagi penulis dan
menimbulkan keinginantahuan
penulis, mengapa dan apa sebabnya, warga pasien Amungme
setempat lebih memilih memanfaatkan pengobatan tradisional asli
dibandingkan dengan adanya
pengobatan modern kedokteran?.
Persepsi
Setiap individu memiliki
keterbatasan dalam menerima
rangsangan atau informasi sesuai
dengan kepribadian, minat, motivasi, dan sikap yang ada dalam
individu ini . Rangsangan atau
informasi yang diterima setiap
individu akan menyebabkan perubahan pandangan, pendapat dan
daya pikir terhadap suatu obyek
tertentu yang disebut dengan
persepsi. Persepsi adalah gambaran atau cara pandang
sesepasien terhadap sesuatu
melalui panca indera. Menurut Imam Muchoyar (1991), persepsi
adalah suatu proses perubahan
sepasien terhadap informasi suatu
obyek yang masuk pada diri
sesepasien melalui pengalaman
dengan memakai inderaindera yang dimiliki dan proses
ini bertahan dengan
pemberian arti atau gambaran atau
penginterpretasikan terhadap
obyek ini .
Persepsi merupakan suatu
proses yang didahului dengan
penginderaan yaitu proses diterimanya stimulus oleh individu
melalui alat reseptornya dan
diteruskan ke pusat susunan saraf
otak. Stimulus yang diindera oleh
individu kemudian diinterpretasikan sehingga individu
menyadari, mengerti tentang apa
yang diindera (Bimo Walgito, 1997)
Persepsi terjadi tidak akan lepas
dari proses. Proses bekerjanya alat
indera merupakan pendahuluan
persepsi. Setiap pasien memiliki
kecenderungan menafsirkan suatu
hal dengan hasil yang sama tetapi
dengan cara yang berbeda.
Penafsiran itu dapat berupa kesan
atau pendapat yang dilihat, diamati
dan didengar. Ada beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi
perbedaan penafsiran, diantaranya
adalah sudut pandangnya, pengalaman dan pengetahuan. Persepsi juga berhubungan dengan
cara pandang sesepasien terhadap
suatu obyek tertentu dengan cara
yang berbeda-beda dengan
memakai alat indera yang
dimiliki dan berusaha menafsirkan.
Menurut Dakir (1995), bahwa
persepsi itu merupakan “proses
mengetahui obyek-obyek di
sekitar memakai alat-alat
indera”. Untuk mempersepsikan
sesuatu kita tidak hanya melihat
saja tetapi mendengarkan, hal
itulah yang disebut persepsi aktif
bukan persepsi pasif. Aktivitas ini
akan memperbesar daya beda
(seleksi), dalam pengertian persepsi terkadang memiliki arti
memberikan penafsiran terhadap
obyek yang diamati itu.
Pada bagian lain, Dali Gulo
(1982) menyatakan bahwa “persepsi adalah proses sesepasien
menjadi sadar akan segala sesuatu
dalam lingkungan melalui inderaindera yang dimilikinya, pengetahuan lingkungan yang diperoleh
melalui interpretasi data indera”.
Dengan demikian, yang dimaksud
dengan persepsi adalah proses
sesepasien dalam memahami
lingkungannya. Persepsi juga dapat dilihat dari segi kognitif yang
dialami oleh setiap pasien dalam
memahami informasi tentang
lingkungan, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman.
Jadi secara umum persepsi
dapat dipandang sebagai proses
mengumpulkan, menyeleksi, mengorganisasi, dan menginterpretasikan informasi. Proses tersebut dimulai dengan penerimaan
informasi dari berbagai indera
kemudian dianalisis untuk diberi
arti. Dengan demikian yang
dimaksudkan dengan persepsi
adalah proses kognitif yang dialami
oleh setiap pasien dalam
memahami informasi lingkungannya yang menghasilkan suatu
gambaran tentang kenyataan yang
dihadapi.
Persepsi merupakan unsur
paling penting dalam menyesuaikan perilaku terhadap lingkungannya. berdasar definisi
ini bahwa persepsi merupakan peranan paling penting
dalam kehidupan pasien , sebab
ia akan menemukan tingkah laku
pasien dalam menghadapi
lingkungannya. Apabila persepsi
sesepasien terhadap suatu obyek
bersifat positif atau baik maka ia
akan mudah menerima atau
menyesuaikan dengan obyek
ini , sebaliknya apabila sesepasien memiliki persepsi
negatif maka ia akan kesulitan
untuk menerima atau menyesuaikan dengan obyek ini .
Suatu obyek yang sama dapat
menimbulkan persepsi yang
berbeda jika pengalaman reseptor
berbeda.
Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan pada
dasarnya adalah suatu respon
sesepasien (organisme) terhadap
stimulus yang berkaitan dengan
sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta
lingkungan. Perilaku sesepasien
atau warga tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap kepercayaan, tradisi,
dan sebagian dari pasien tua tau
warga yang bersangkutan.
Disamping itu ketersediaan fasilitas
kesehatan, sikap dan perilaku para
petugas kesehatan juga dapat
memperkuat terbentuknya perilaku
Perilaku kesehatan diantaranya
menurut Becker konsep perilaku
sehat ini merupakan pengembangan dari konsep perilaku yang
dikembangkan Bloom. Becker menguraikan perilaku kesehatan
menjadi tiga domain, yaitu
pengetahuan kesehatan (health
knowledge), sikap terhadap kesehatan (health attitude) dan praktek
kesehatan (health practice). Hal ini
berguna untuk mengukur seberapa besar tingkat perilaku
kesehatan individu yang menjadi
unit analisis penelitian.
Perilaku kesehatan merupakan
segala aktivitas atau kegiatan
sesepasien , baik yang dapat diamati
secara langsung (observable)
maupun yang tidak dapat diamati
secara langsung oleh pasien lain
(unobservable) yang berkaitan
dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Oleh sebab
itu perilaku kesehatan ini pada
garis besarnya dikelompokan
menjadi dua, yakni : perilaku sehat
(Health Behavior) yang merupakan
perilaku pasien yang sehat agar
tetap sehat atau kesehatannya
meningkat dan perilaku pencarian
kesehatan (Health Seeking Behavior) yang merupakan perilaku
pasien yang sakit atau telah terkena
masalah kesehatan untuk memperoleh penyembuhan atau
pemecahan masalah kesehatanya
(Notoatmodjo, 2014).
Perilaku kesehatan sesepasien
atau warga ditentukan oleh
pemikiran dan perasaan sesepasien ,
adanya pasien lain yang dijadikan
sebagai referensi dan sumbersumber atau fasilitas yang dapat
mendukung perilaku dan
kebudayaan warga . Sesepasien yang tidak mau membuat
jamban keluarga atau tidak mau
buang air besar di jamban,
mungkin sebab ia memiliki
pemikiran dan perasaan yang tidak
enak kalau buang air besar di
jamban (thought and feeling). Atau
mungkin sebab tokoh idolanya
juga tidak membuat jamban
keluarga sehingga tidak ada pasien
yang menjadi referensinya (personal reference). Faktor lain juga
mungkin sebab langkanya sumber-sumber yang diperlukan atau
tidak memiliki biaya untuk
membuat jamban keluarga (resources). Faktor lain lagi mungkin
sebab kebudayaan (culture)
bahwa jamban keluarga belum
merupakan budaya warga
(
Kebudayaan
Kebudayaan merupakan pedoman dalam kehidupan warga
penyandangnya yang lebih kompleks dari sekedar menentukan pemikiran dasar, sebab kenyataan
kebudayaan itu sendiri akan
membuka suatu orientasi berpikir
dan kinerja pasien sebagai
makhluk sosial.
Jadi keanekaragaman persepsi
sehat dan sakit itu ditentukan oleh
pengetahuan, kepercayaan, nilai,
norma kebudayaan masingmasing warga penyandang
kebudayaannya. Dapatlah dikatakan bahwa kebudayaanlah yang
menentukan apa yang menyebabkan pasien menderita sebagai
akibat dari perilakunya. Sehubungan dengan hal di atas, maka
kebudayaan sebagai konsep dasar,
gagasan budaya dapat menjelaskan makna hubungan timbal
balik antara gejala-gejala sosial
(sosiobudaya) dari penyakit
dengan gejala biologis (biobudaya)
seperti apa yang dikemukakan oleh
Foster dan Anderson (1986).
Kebudayaan yang ideal datang
dari pembentukan pasien itu
sendiri dan berasal dari kebutuhan
warga . Anggota warga
berasal dari organisasi warga
sehingga anggota warga
harus mengikuti kebudayaan yang
dimiliki oleh organisasi warga
itu. Sebagai contoh disini
digambarkan bahwa kebudayaan
yang timbul yang terbentuk oleh
golongan kecil adalah warga
kapitalis yang berasal dari kebutuhan ekonomi yang akhirnya
menciptakan ideologi bisnis, dan
filsafat pemerintah yang kemudian
membentuk kesatuan nasional. Ide
kebudayaan besar timbul dari
kebutuhan warga . Walaupun
demikian di dalam pembentukan
kebudayaan selalu timbul ketidakcocokan diantara ide yang
satu dengan ide lainnya. Meskipun
terjadi ketidaksesuaian hal ini tidak
selalu menjadi besar tanpa adanya
konflik dan kekerasan dari masyarakat yang ingin membentuk suatu
kesamaan kebudayaan.
Perilaku Pengobatan Tradisional
Masih banyak warga yang
memiliki perilaku pencarian pengobatan melalui layanan-layanan
tradisional, sehingga perlu dilihat
penyebab dari perilaku warga
ini , serta kajian-kajian ilmu
mengenai perilaku pengobatan
tradisional yang berlaku di masyarakat. Tujuannya agar kebudayaan
mengenai pencarian pengobatan
tradisional dapat diinteraksikan
dengan pengobatan modern agar
derajat kesehatan warga
dapat semakin ditingkatkan.Realitas ini pula yang terjadi
pada warga yang ada di
daerah perdesaan yang masih
menjaga dan melestarikan nilainilai kultural yang mereka terima
dari generasi sebelumnya. Dari
fenomena kultural ini dapat
dipahami bahwa sistem pengobatan tradisional atau etnomedisin
hingga saat ini masih tetap eksis
dan berkembang di tengah-tengah
warga pendukungnya. Dalam
realitasnya, praktik-praktik modern
juga semakin berkembang pesat
dengan banyaknya pusat-pusat
kesehatan resmi dari pemerintah
ataupun swasta. Dalam kaitannya
dengan hal demikian, tampaknya
gerakan back to nature (kembali ke
alam) yang semakin digencarkan
oleh negara-negara maju telah
berdampak positif terhadap
tumbuh suburnya praktik-praktik
pengobatan tradisional. Sistem
etnomedisin memiliki posisi yang
khusus dalam warga , yakni
sebagai local wisdom yang
diwariskan secara turun-temurun
dari leluhurnya. Selain itu, sistem
pengobatan tradisional juga, secara fungsional, masih diperlukan
oleh warga , terutama dalam
menjaga dan memelihara kesehatan, serta menjaga stamina dan
kebugaran tubuh. Hal ini
merupakan salah satu upaya yang
dapat dilakukan dalam melestarikan budaya daerah.
Etnomedisin
Etnomedisin adalah cabang
antropologi medis yang membahas tentang asal mula penyakit,
sebab-sebab dan cara pengobatan
menurut kelompok warga
tertentu. Aspek etnomedisin merupakan aspek yang muncul seiring
perkembangan kebudayaan manusia di bidang antropologi medis,
etnomedisin memunculkan terminologi yang beragam. Cabang ini
sering disebut pengobatan tradisionil, pengobatan primitif, tetapi
etnomedisin terasa lebih netral
Persepsi Sehat Dan Sakit pasien
Amungme
Istilah sehat mengandung
banyak muatan kultural, sosial dan
pengertian profesional yang beragam. Menurut sudut pandang
kedokteran, sehat sangat erat
kaitannya dengan kesakitan dan
penyakit. Dalam kenyataannya
tidaklah sesederhana itu, sehat
harus dilihat dari berbagai aspek.
Penyakit sendiri ditentukan
oleh budaya hal ini sebab penyakit
merupakan pengakuan sosial bahwa sesepasien tidak dapat
menjalankan peran normalnya
secara wajar. Cara hidup dan gaya
hidup pasien merupakan
fenomena yang dapat dikaitkan
dengan munculnya berbagai
macam penyakit, selain itu hasil
berbagai kebudayaan juga dapat
menimbulkan penyakit. Masyarakat dan pengobat tradisional
menganut dua konsep penyebab
sakit, yaitu: Naturalistik dan
Personalistik. Penyebab bersifat
Naturalistik yaitu sesepasien
menderita sakit akibat pengaruh
lingkungan, makanan (salah
makan), kebiasaan hidup, ketidak
seimbangan dalam tubuh, termasuk juga kepercayaan panas
dingin seperti masuk angin dan
penyakit bawaan. Konsep sehat
sakit yang dianut pengobat
tradisional.
Sehat bagi sesepasien berarti
suatu keadaan yang normal, wajar,
nyaman, dan dapat melakukan
aktivitas sehari –hari dengan
gairah. Sedangkan sakit dianggap
sebagai suatu keadaan badan yang
kurang menyenangkan, bahkan
dirasakan sebagai siksaan sehingga menyebabkan sesepasien
tidak dapat menjalankan aktivitas
sehari-hari seperti halnya pasien
yang sehat.
Sedangkan konsep Personalistik menganggap munculnya
penyakit (illness) disebabkan oleh
intervensi suatu agen aktif yang
dapat berupa makhluk bukan
pasien (hantu, roh, leluhur atau
roh jahat), atau makhluk pasien
(tukang sihir, tukang tenung).
Implikasi dari konsep sehat dan
sakit, dapat memberikan perbedaan pandangan untuk setiap
individu, dan hal ini akan lebih
nampak berbeda bila dikaitkan
berdasar konsepsi kebudayaan
masing-masing penyandangnya.
Sepasien pengobat tradisional
yang juga menerima pandangan
kedokteran modern, memiliki
pengetahuan yang menarik mengenai masalah sakit-sehat.
Baginya, arti sakit adalah sebagai
berikut: sakit badaniah berarti ada
tanda -tanda penyakit di badannya
seperti panas tinggi, penglihatan
lemah, tidak kuat bekerja, sulit
makan, tidur terganggu, dan badan
lemah atau sakit, maunya tiduran
atau istirahat saja.
Pada penyakit suanggi tidak
ada tanda - tanda di badannya,
tetapi bisa diketahui dengan menanyakan pada yang gaib. Pada
pasien yang sehat, gerakannya
lincah, kuat bekerja, suhu badan
normal, makan dan tidur normal,
penglihatan terang, sorot mata
cerah, tidak mengeluh lesu, lemah,
atau sakit - sakit badan.
Sudarti (1987) menggambarkan
secara deskriptif persepsi masyarakat beberapa daerah di negara kita
mengenai sakit dan penyakit;
warga menganggap bahwa
sakit adalah keadaan individu
mengalami serangkaian gangguan
fisik yang menimbulkan rasa tidak
nyaman. Anak yang sakit ditandai
dengan tingkah laku rewel, sering
menangis dan tidak nafsu makan.
pasien dewasa dianggap sakit
jika lesu, tidak dapat bekerja,
kehilangan nafsu makan, atau
"kantong kering" (tidak punya
uang).
Selanjutnya warga menggolongkan penyebab sakit ke
dalam 3 bagian yaitu :
1. sebab pengaruh gejala alam
(panas, dingin) terhadap tubuh
pasien
2. Makanan yang diklasifikasikan
ke dalam makanan panas dan
dingin.
3. Supranatural (roh, guna-guna,
setan dan lain-lain.).
Untuk mengobati sakit yang
termasuk dalam golongan pertama
dan ke dua, dapat digunakan obatobatan, ramuan-ramuan, pijat,
minyak gosok, pantangan makan,
dan bantuan tenaga kesehatan.
Untuk penyebab sakit yang ke tiga
harus dimintakan bantuan dukun,
pasien pintar dan lain-lain. Dengan
demikian upaya penanggulangannya tergantung kepada kepercayaan mereka terhadap penyebab
sakit.
Penyakit merupakan suatu
fenomena kompleks yang berpengaruh negatif terhadap kehidupan pasien . Perilaku dan cara
hidup pasien dapat merupakan
penyebab bermacam - macam
penyakit baik di zaman primitif
maupun di warga yang sudah
sangat maju peradaban dan
kebudayaannya.
Ditinjau dari segi biologis
penyakit merupakan kelainan
berbagai organ tubuh pasien ,
sedangkan dari segi kemasyarakatan keadaan sakit dianggap
sebagai penyimpangan perilaku
dari keadaan sosial yang normatif.
Penyimpangan itu dapat disebabkan oleh kelainan biomedis organ tubuh atau lingkungan pasien ,
tetapi juga dapat disebabkan oleh
kelainan emosional dan psikososial
individu bersangkutan. Faktor
emosional dan psikososial ini pada
dasarnya merupakan akibat dari
lingkungan hidup atau ekosistem
pasien dan adat kebiasaan
pasien atau kebudayaan.
Konsep kejadian penyakit
menurut ilmu kesehatan bergantung jenis penyakit. Secara
umum konsepsi ini ditentukan oleh
berbagai faktor antara lain parasit,
vektor, pasien dan lingkungannya. Para ahli antropologi
kesehatan yang dari definisinya
dapat disebutkan berorientasi ke
ekologi, menaruh perhatian pada
hubungan timbal balik antara
pasien dan lingkungan alamnya,
tingkah laku penyakitnya dan cara
- cara tingkah laku penyakitnya
mempengaruhi evolusi kebudayaannya melalui proses umpan
balik
Penyakit dapat dipandang
sebagai suatu unsur dalam lingkungan pasien , seperti tampak
pada ciri sel-sabit (sickle-cell) di
kalangan warga Amungme,
suatu perubahan evolusi yang
adaptif, yang memberikan imunitas
relatif terhadap malaria. Ciri sel
sabit sama sekali bukan ancaman,
bahkan merupakan karakteristik
yang diinginkan sebab memberikan proteksi yang tinggi terhadap gigitan nyamuk Anopheles.
Bagi warga Amungme di
Papua, penyakit dapat merupakan
simbol sosial positif, yang diberi
nilai -nilai tertentu.
Etiologi penyakit dapat dijelaskan melalui sihir, tetapi juga
sebagai akibat dosa. Simbol sosial
juga dapat merupakan sumber
penyakit. Dalam peradaban
modern, keterkaitan antara simbolsimbol sosial dan risiko kesehatan
sering tampak jelas, misalnya
remaja mengonsumsi narkoba.
Penelitian-penelitian dan teoriteori yang dikembangkan oleh
para antropolog seperti perilaku
sehat (health behavior), perilaku
sakit (illness behavior) perbedaan
antara illness dan disease, model
penjelasan penyakit (explanatory
model ), peran dan karir sepasien
yang sakit (sick role), interaksi
dokter-perawat, dokter-pasien, perawat-pasien, penyakit dilihat dari
sudut pasien, membuka mata para
dokter bahwa kebenaran ilmu
kedokteran modern tidak lagi
dapat dianggap kebenaran absolut
dalam proses penyembuhan. Perilaku sakit diartikan sebagai
segala bentuk tindakan yang
dilakukan oleh individu yang
sedang sakit agar memperoleh
kesembuhan, sedangkan perilaku
sehat adalah tindakan yang
dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan
penyakit, perawatan kebersihan
diri, penjagaan kebugaran melalui
olah raga dan makanan bergizi.
Faktor Pemilihan Pengobatan
Modern Dan Tradisional
Pengobatan alternatif merupakan salah satu cara penyembuhan yang dianggap sebagai hal
yang biasa di warga
Amungme. Memang ada masyarakat yang pernah coba sekurangkurangnya satu kali dan ada yang
belum pernah sama sekali, akan
tetapi sudah tahu dari pasien lain
yang pernah. Kepopuleran pengobatan tertentu tergantung pada
bermacam-macam faktor. Faktorfaktor ini berdasar alasanalasan mengapa sesepasien memilih atau tidak memilih suatu jenis
pengobatan. Faktor-faktor tersebut adalah pengaruh ekonomi,
kepercayaan dan budaya, sosial
dan demografis, agama, geografi
dan pribadi.
Penyuluhan ini diharapkan akan memberikan pengetahuan yang baik kepada masyarakat sehingga dapat merubah
perilaku warga yang dianggap tidak sehat menjadi
tertarik untuk menerapkan perilaku
sehat secara modern.
Sebagian besar warga
mengatakan pengobatan alternatif
lebih aman dari pengobatan medis
serta faktor pendidikan juga
berpengaruh di mana warga
Distrik Alama memiliki pengetahuan rendah yang mempengaruhi persepsi dan sikap
warga . Pendidikan berpengaruh terhadap sikap sesepasien
yang memiliki pengetahuan baik
akan bersikap baik pula. Persepsipersepsi warga terhadap
pengobatan tradisional antara lain
berupa anggapan warga bahwa pengobatan tradisonal sering
bertentangan dengan keyakinan
agama, kurang berkhasiat, tidak
ilmiah dan sebagainya akan
berdampak pada sikap yang tidak
mendukung atau negatif terhadap
penggunaan pengobatan tradesional oleh warga . Sedangkan
anggapan-anggapan yang positif,
misalnya pengobatan tradisonal
terbukti berkhasiat di kalangan warga umum yang lebih
murah dan efisien. warga
lebih banyak memakai obat
tradisional secara turun temurun
sebab diwariskan oleh pasien tua
mereka, maka persepsi ini
membentuk sikap positif pada diri
warga , yaitu mereka memiliki
kecenderungan memakai
pengobatan alternatif ini .
Alasan warga Amungme
Menerima Dan Memakai
Pengobatan Tradisional
Pengambilan keputusan masyarakat dalam memakai pengobatan tradisional melalui beberapa
proses mulai dari proses tahu,
keuntungan, kerugian dan sebagainya. Kemudian warga
memberikan respon. Setelah
memberikan responnya masyarakat akan memilih untuk memakai
atupun tidak memakai pengobatan.
1. Kepercayaan dan Sugesti
Faktor kepercayaan atau
sugesti dalam hal ini dapat
mempengaruhi sesepasien untuk
memilih pengobatan tradisional.
Adanya kepercayaan yang kuat
yang sudah turun-menurun dari
nenek myang dan sugesti dari
pihak luar meyakinkan pandangannya dan anggapan yang positif
serta menambah keyakinannya
terhadap pengobatan tradisional
sehingga mempengaruhi sesepasien untuk memakai pengobatan
tradisional.
2. Tingkat Kesembuhan
Keberhasilan atau tingkat
kesembuhan yang cepat pada
pengobatan tradisional menjadi
alasan warga untuk memilih
pengobatan tradisional.
3. Biaya Pengobatan Murah
Pengobatan tradisional yang
tidak pernah mematok harga/ tarif
dalam biaya pengobatan yang
diberikan oleh juru sembuh menjadi alasan warga memakai
pengobatan tadisinal. Walaupun
pemerintah sudah menyediakan
layanan kesehatan baik melalui
BJS, KIS dan suransi lainnya.
4. Rasa Takut Terhadap
Pengobatan Medis
Banyak hal yang sering
warga Amungme pertimbangkan dalam memilih cara untuk
menyembuhkan sakit yang dideritanya atau yang sedang
diderita anggota keluarganya.
Adanya pengobatan tradisional ini
merupakan suatu alternatif bagi
warga yang takut dengan
berbagai pengobatan medis sehingga pengobatan tradisional
dijadikan alernatif untuk dipakai
sebab tidak malalui proses
operasi.
5. Transportasi dan tenga
kesehatan yang tidak memadai
Faktor infrastruktur yang ada di
wilayah Distrik Alama baik transportasi dan penyediaan tenaga
kesehatan. Jalan yang ada sangat
minim, untuk menempuh perjalanan ke fasilitas kesehatan yang
di sediakan pemerintah seperti
Puskesmas dan rumah sakit harus
di tempuh dengan jalan kaki
berjam-jam dan naik pesawat.
Untuk naik pesawat harus
menunggu jadwal penerbangan ke
kota kabupaten.
Tipe Pengobat Tradisional
warga Amungme
Dukun atau pasien pintar juga
tempat tujuan warga untuk
mencari pengobatan seperti mau
melahirkan atau terkena gunaguna dan kemasukan roh halus.
Dukun atau pasien pintar adalah
pengobat tradisional yang
biasanya suka menolong sesama
dan memiliki kemampuan dan
pengetahuan esoterik yakni
keahlian supernatural dan
kekuatan magis (Ahimsa, 2006:43).
Dukun biasanya memiliki
kedudukan sosial di warga ,
sebab dianggap mampu
memberikan pertolongan dengan
imbalan jasa seadanya, namun ada
syarat tertentu. Ciri-ciri dukun
umumnya berasal dari pasien biasa,
pendidikan rendah, tidak komersiil
mencari uang sebab tujuan untuk
menolong sesama, punya
pekerjaan tetap, dan ilmu yang
diperoleh biasanya dari keturunan,
lewat mimpi, wahyu dan lain lain.
Pada beberapa kategori dukun
pada warga Amungme yang
memiliki perbedaan fungsi.
1. Moweme
Dukun bayi merupakan tempat
tujuan pasien yang melahirkan, pijat
lelah bayi atau pijat lelah ibu bayi.
Dukun tulang (patah tulang)
merupakan tempat tujuan pasien
keseleo (terkilir), jatuh, patah
tulang atau salah urat. Dukun yang
mengobati melalui ramuanramuan tradisional warisan nenek
moyang
2. Tawunamor Mame
Dukun mantra pasien yang
terkena guna-guna atau dibuat
pasien , dan pasien yang kemasukan
roh halus misalnya kesurupan atau
terkena suwanggi (kena kutuk sebab melanggar pantangan).
Sedangkan beberapa penyakit
yang dianggap berat oleh masyarakat Amungme adalah jantung,
paru, tumor, kanker, ginjal, tipus
dan penyakit-penyakit lain yang
memerlukan operasi atau kecelakaan. Untuk penyakit ini ,
biasanya mencari sumber pengobatan modern pada puskesmas
atau rumah sakit yang ditangani
oleh dokter, juru rawat, atau mantri
kesehatan. Namun dalam Kenyataannya, warga sebelum
mencari sistem pengobatan modern terlebih dahulu menggunakan pengobatan tradisional.
Jika belum sembuh juga, baru
dibawa ke puskesmas atau rumah
sakit.
3. Inkupin
Dukun yang memiliki kemampun supranatural yang berkaitan dengan alam baik itu
memanggil atau memindahkan
hujan, hama tikus, badai dan
pandemi sebab melanggar hukum
alam. Untuk menetralisir atau
menyembuhkan harus dilakukan
ritual-ritual adat.
Kesimpulan
berdasar rumusan masalah
yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
Perilaku warga Amungme
menunjukkan bahwa tidak semua
warga memakai pengobatan
tradisional. Proses pengambilan
keputusan warga pada pengobatan tradisional diawali dari:
pertama warga mengenal
pengobatan tradisional sebagai
pengobatan alternatif, dimana
warga mengatahui pengobatan ini dari warisan leluhur
(kepercayaan suku Amungme) atau
dari mulut ke mulut. Kemudian
warga memberikan respon
positif dan negatif setelah mengetahui adanya pengobatan tradisional. Setelah itu warga
mencari informasi dan melakukan
berbagai pertimbangan sebelum
akhirnya memutuskan untuk
memakai atau bahkan menolak
pengobatan tradisional. Masyarakat yang memutuskan untuk
menerima pengobatan tradisional
akan datang dan memakai
pengobatan ini , sebaliknya
sebagian warga memutuskan
untuk tetap datang pada pengobatan medis. Sampai pada proses
terakhir warga memberikan
konfirmasi dari pelaksanaan memakai pengobatan tradisional..