Rabu, 03 Mei 2023
Home »
epidemi corona 1
» epidemi corona 1
epidemi corona 1
Mei 03, 2023
epidemi corona 1
terbit sebuah klaim tentang vaksin Covid-19 yang
dibuat oleh perusahaan farmasi terbesar di Amerika
Serikat yaitu Novavax. Unggahan narasi ini
menjelaskan bahwa vaksin Novavax tidak aman bagi
manusia karena mengandung ngengat dan DNA
laba-laba, dan mengklaim lebih dari 200 kasus efek
samping yang serius dari vaksin Novavax telah
dilaporkan.
yang benar, klaim ini keliru dan tidak berdasar.
Dilansir dari Agence France-Presse (AFP), per 11 Maret
2022 Nuvaxovid atau vaksin Novavax telah disetujui
sebagai vaksin yang aman untuk digunakan oleh
otoritas kesehatan di beberapa negara termasuk Korea
Selatan. WHO menyatakan pada 21 Desember 2021
bahwa mereka telah secara menyeluruh menilai data
tentang keamanan dan kemanjuran vaksin Nuvaxovid
serta telah merekomendasikan penggunaannya untuk
orang berusia 18 tahun ke atas. Selanjutnya, Jung
Jae-hun, seorang Profesor di Fakultas Kedokteran dan
Sains Universitas Gachon, mengatakan "tidak ada
kemungkinan bahwa Nuvaxovid mengandung bentuk
DNA apapun”. Jung menambahkan, meski sel serangga
atau ngengat dapat digunakan untuk menghasilkan
protein lonjakan, tetapi sel-sel ini dihilangkan selama
proses pembuatan
terbit di media sosial Twitter, unggahan
beberapa foto yang menunjukkan kondisi ibadah di
Masjidil Haram setelah Pemerintah Arab Saudi
mencabut peraturan menjaga jarak pada 6 Maret
2022. Unggahan ini juga disertai narasi yang
menyatakan bahwa jemaah yang beribadah di
Masjidil Haram dan Masjid Nabawi sudah tidak
diwajibkan untuk memakai masker dan akan
disediakan asuransi kesehatan di Arab Saudi.
yang benar, dilansir dari situs resmi Arab Saudi
spa.gov.sa, jemaah yang akan melaksanakan ibadah
di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi tetap
diwajibkan untuk memakai masker meskipun
Arab Saudi telah menghapuskan kebijakan
menjaga jarak, karantina, serta tes PCR dan antigen.
Lebih lanjut, asuransi kesehatan tidak akan
disediakan oleh Pemerintah Arab Saudi, melainkan
merupakan syarat yang harus dimiliki oleh
pelaksana perjalanan luar negeri yang akan
mengurus perizinan untuk memasuki Arab Saudi
terbit selebaran di media sosial yang
menginformasikan bahwa Dinas Kesehatan
(Dinkes) Kabupaten Cirebon membutuhkan
tenaga untuk posisi staf vaksinasi booster, staf
kantor pelayanan kesehatan dan tata usaha
(TU). Dalam selebaran ini terdapat logo
Kementerian Kesehatan RI dan Germas
(Gerakan warga Hidup Sehat).
Menanggapi hal ini, Sekretaris Dinkes
Kabupaten Cirebon, dr. Edi Susanto
menegaskan bahwa informasi yang terbit
ini tidak benar alias hoaks. Pasalnya,
pihaknya dan BKPSDM serta Pemda Cirebon
tidak pernah mengeluarkan Surat Keputusan
(SK) tentang rekrutmen seperti yang terbit
di media sosial. Selain itu, menurutnya,
rekrutmen yang resmi dari Dinkes memiliki
tata cara dan SOP-nya. Saat proses rekrutmen
dibuka, maka akan melibatkan tim rekrutmen
dengan regulasi yang jelas serta menetapkan
waktu dan tanggal pelaksanaannya
Sebuah video terbit di media sosial yang
mengklaim bahwa video itu menunjukkan
seorang pejabat tinggi kesehatan Australia
mengakui orang yang divaksinasi Covid-19
sekarat karena miokarditis.
yang benar, video ini telah dipotong dan
dibagikan dengan konteks yang keliru. Dilansir
dari Agence France-Presse (AFP), video ini
merupakan rekaman pidato Kepala Petugas
Kesehatan Queensland John Gerrard saat
berbicara tentang kematian miokarditis pada
pasien Covid-19 dan bukan orang yang
divaksinasi Covid-19. Regulator Obat Australia
juga turut menegaskan bahwa sejauh ini belum
mencatat kematian miokarditis yang disebabkan
oleh vaksin Covid-19. berdasar laporan
keamanan vaksin Covid-19 dari Therapeutic
Goods Administration (TGA) Australia, pada 10
Maret 2022 menyebutkan jika miokarditis
merupakan efek samping, tetapi sangat jarang
terjadi pada vaksin Pfizer dan Moderna. Meski
demikian, biasanya efek ini hanya
sementara, dan kebanyakan orang menjadi lebih
baik dalam beberapa hari.
terbit sebuah video yang berisi narasi bahwa orang-orang yang pernah menderita kanker di masa lalu,
kemudian mereka mendapatkan vaksin Covid-19, maka mereka akan kambuh lagi dua hingga tiga, empat bulan
kemudian dengan kondisi jauh lebih buruk.
yang benar, dilansir dari politifact.com, Dr. Steven Pergam, salah satu ketua komite Jaringan Kanker Komprehensif
Nasional yang mengembangkan rekomendasi tentang vaksinasi Covid-19 pada pasien kanker, menyebut bahwa
tidak ada data yang menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 menyebabkan kekambuhan kanker. Dr. Samuel Godfrey,
ketua tim informasi penelitian di Cancer Research UK, juga menyebut kalaupun ada beberapa orang mengalami
kekambuhan kanker sekitar waktu setelah vaksinasi, itu tidak berarti vaksin menyebabkan kanker. Lebih lanjut,
vaksin mRNA Covid-19 bekerja dengan menginstruksikan sel untuk membuat versi protein lonjakan yang tidak
berbahaya yang ditemukan di permukaan virus corona, sehingga sistem kekebalan dapat mengenali protein
ini dan memasang respons antibodi terhadap virus jika terjadi infeksi di masa mendatang. Instruksi ini
tidak berinteraksi dengan DNA anda atau mengubah gen dan karena itu tidak dapat menyebabkan kanker. Meski
begitu praktisi mengatakan bahwa orang yang menerima pemeriksaan kanker sesaat setelah vaksinasi harus
memberi tahu penyedia layanan kesehatan mereka tentang vaksinasi yang baru saja mereka terima.
terbit sebuah narasi di media sosial mencatut foto virolog Prancis Luc Montagnier yang
menyebutkan suntikan vaksin Covid-19 dosis penguat (booster) dapat memunculkan human
immunodeficiency virus (HIV).
yang benar, hal ini dibantah oleh dokter dan peneliti yang berbasis di Cardiff Inggris dan
fokus menangani vaksin Covid-19, Bnar Talabani. Ia mengatakan narasi soal vaksin booster
penyebab HIV, tidak benar. Bnar Talabani juga menyebutkan informasi ini tidak masuk
akal, lantaran vaksin yang mengandung HIV sudah pasti tidak akan diloloskan pada tahap
pengujian. Vaksin Covid-19 tidak dapat menyebabkan AIDS/HIV atau membuat kita lebih
rentan tertular virus lainnya. Hal yang senada juga disampaikan oleh Ahli Imunologi Institut
Pendidikan dan Penelitian Sains India Pune Vineeta Bal mengatakan tidak ada bukti yang
menunjukkan Virolog Montaignier mengklaim hal ini. Vineeta Bal juga mengatakan
vaksin booster Covid-19 sama sekali tidak meningkatkan kerentanan terhadap infeksi HIV.
terbit di media sosial sebuah unggahan terkait Covid-19 varian Omicron yang
diklaim merupakan senjata biologis buatan.
Dikutip dari cek fakta liputan6.com, informasi yang terbit terkait Covid-19 varian
Omicron merupakan senjata biologis buatan adalah salah. Tidak ada bukti yang
menyebutkan bahwa Covid-19 varian Omicron merupakan senjata biologis
buatan. yang benar, Covid-19 varian Omicron ditemukan pertama kali pada 24
November 2021 di Afrika Selatan dan dinamakan memakai huruf Yunani
"Omicron". Varian ini memiliki beberapa mutasi yang cukup mengkhawatirkan.
Jumlah kasus varian ini meningkat di hampir semua provinsi di Afrika Selatan.
terbit di media sosial Facebook, unggahan
video berdurasi 26 detik yang memperlihatkan
pesawat terbang menyemprotkan suatu cairan.
Video itu diklaim sebagai bukti bahwa gejala
Covid-19 timbul akibat rekayasa zat kimia yang
disebarkan melalui pesawat.
yang benar, dilansir dari kompas.com, Kepala
Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara
(Kadispenau) Marsma TNI Indan Gilang
Buldansyah menjelaskan bahwa pesawat yang
ada dalam video ini bukan milik TNI AU.
Menurut Indan, logo yang terdapat di badan
pesawat dalam video itu sama dengan logo
yang terpasang di pesawat Hercules C-130 milik
US National Guard. Indan mengatakan,
pesawat Hercules C-130 yang ada dalam video
ini dilengkapi dengan modul pemadam
kebakaran. Sehingga, tidak benar jika pesawat
ini diklaim menyemprotkan cairan yang
menyebabkan gejala Covid-19, seperti sakit
tenggorokan dan demam.
terbit sebuah video berisi pengakuan dari
seorang wanita yang mengaku dipaksa tanda
tangan agar ibunya “dicovidkan”. Insiden ini
diklaim terjadi di RSUD Cipayung, Jakarta Timur.
Dilansir dari bekasi.pikiran-rakyat.com, Direktur
RSUD Cipayung, Ekonugroho Budhi Prasetyo
menegaskan pengakuan wanita itu tidak benar.
Budhi menjelaskan kronologi sebenarnya bermula
saat pasien berinisial M (64), berobat ke RSUD
Cipayung pada 16 Februari 2022, dengan keluhan
batuk dan sesak sejak satu minggu. Saat itu, pasien
telah membawa hasil pemeriksaan swab rapid
antigen yang dilakukan 5 hari sebelumnya dengan
hasil negatif. berdasar pemeriksaan dokter,
mempertimbangkan kondisi pasien saat itu,
dengan riwayat penyakit yang telah satu minggu,
ditambah lagi pasien yang berusia lanjut serta
mempunyai penyakit komorbid hipertensi dan
asma. Maka dokter merencanakan untuk
melakukan pemeriksaan dengan rapid antigen
ulang sekaligus akan dilakukan pemeriksaan PCR.
Tindakan ini agar pasien mendapat penanganan
yang sesuai dengan jenis penyakit dan kebutuhan
pengobatannya. Untuk melakukan tindakan
pemeriksaan ini, tim dokter meminta
persetujuan dari pihak keluarga. Namun, pihak
keluarga menganggap bahwa prosedur ini
sebagai “mengcovidkan” pasien. Mereka juga
menolak mengikuti rencana penanganan pasien
dan selanjutnya membawa pulang pasien.
terbit potongan Surat Edaran yang ditandatangani oleh Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana selaku Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 yang
diklaim menyatakan Covid-19 dicabut dan tidak berlaku dengan Surat Edaran Satgas
No. 9/2022.
berdasar hasil penelusuran, klaim bahwa Surat Edaran Satgas No. 9/2022
menyatakan bahwa Covid-19 tidak berlaku dan dicabut merupakan klaim yang
menyesatkan. yang benar, surat ini bukan menyatakan Covid-19 dicabut dan
tidak berlaku, melainkan mencabut Surat Edaran Nomor 7 Tahun 2022 tentang
Protokol Kesehatan Perjalanan Luar Negeri Pada Masa Pandemi Corona Virus
Disease 2019 (Covid-19). warga juga dapat melihat Surat Edaran Satgas No.
9/2022 yang diunggah pada situs covid19.go.id.
terbit di media sosial Twitter, unggahan video
berdurasi 28 detik yang menampilkan seorang
anak kecil mengenakan pakaian sekolah dasar
(SD) tengah vaksinasi Covid-19, tapi jarum suntik
tak berhasil menembus bagian lengan.
Peristiwa itu disebut terjadi di Badui Luar,
Provinsi Banten.
yang benar, dilansir dari inews.id, Kepala TU
Puskesmas Cisimeut, Iton Rustansi
mengatakan, video ini dipastikan hoaks.
Iton memastikan, tidak pernah ada kegiatan
vaksinasi seperti dalam video ini. Video
yang viral ini bukan berasal dari wilayah
kerjanya, yakni di suku Badui. Iton juga
menjelaskan, jika warga Badui termasuk
anak-anak mereka telah mendapatkan vaksin
Covid-19. Iton berharap tidak ada pihak yang
menyalahgunakan video yang
mengatasnamakan warga suku Badui.
terbit informasi di media sosial Facebook yang menyebut tes Polymerase
Chain Reaction (PCR) sama dengan mendapatkan vaksinasi Covid-19.
Informasi itu diklaim berasal dari penelitian di Universitas Johns Hopkins,
Amerika Serikat. Disebutkan juga bahwa pihak Universitas Johns Hopkins
menolak semua tes PCR karena hal ini dapat membahayakan pasien
yang terus-terusan mendapatkan vaksinasi jika melakukan tes PCR berulang
kali.
yang benar, klaim bahwa tes PCR sama dengan mendapatkan vaksinasi
Covid-19 adalah salah. Dikutip dari factcheck.afp.com, Juru Bicara Universitas
Johns Hopkins mengklarifikasi bahwa informasi ini merupakan salah
dan tidak akurat karena penelitian ini sama sekali tidak ada kaitannya
dengan tes PCR dan vaksinasi Covid-19. Juru bicara ini juga mengatakan
bahwa penelitiannya telah digunakan secara tidak akurat untuk tujuan
disinformasi.
Telah terbit di media sosial sebuah unggahan video yang memperlihatkan Presiden
Jokowi dan para menteri berkumpul tanpa memakai masker. Unggahan
ini bertuliskan "Ada yang tahu ini acara apa ya ?? kenapa mereka Tak ada satu
orang pun dari Mereka yg pakai Masker. Mereka lagi berbahagia dan merasa senang
disaat RakyatNya sedang menjerit dan menderita. Inikah yang namanya pemimpin
akhir kehancuran bangsa ini??? Para pengkhianat tanpa merasa bersalah dan
berdosa".
yang benar, klaim yang mengatakan bahwa Presiden Jokowi berkumpul bersama para
Menteri tanpa memakai masker di masa pandemi adalah keliru. Video yang
terbit ini diambil pada 31 Oktober 2019, sementara Covid-19 pertama
terkonfirmasi di negarakita pada Maret 2020.
Sebuah akun Facebook diketahui mengunggah gambar
seorang bayi yang kulit paha dan punggungnya
memerah. Kulit bayi itu diklaim melepuh karena efek
dari vaksin yang diterima sang ibu.
yang benar, menurut Dokter Spesialis Patologi Klinik
Rumah Sakit (RS) Universitas Sebelas Maret (UNS)
Surakarta, dr. Tonang Dwi Ardyanto, Sp.PK(K), Ph.D,
FISQua sampai saat ini tidak ada bukti vaksinasi Covid-19
saat hamil dapat menyebabkan kulit bayi yang baru lahir
melepuh. Ia juga menyebut gangguan pada kulit bayi
ada beberapa jenis. Pertama, Hemolytic Disease of
Newborn (HDN) yaitu penggumpalan dan pecahnya
(lisis) eritrosit (sel darah merah) janin atau bayi baru lahir.
Hal ini diakibatkan ketidakcocokan (inkompatibilitas
golongan darah rhesus) antara ibu dan janin yang
dikandungnya. Ketidakcocokan itu memicu reaksi
imunologi, berujung pada penggumpalan dan pecahnya
sel darah merah janin. Kedua, Staphylococcal Scalded
Skin Syndrome (S4). Hal ini terjadi karena infeksi oleh
bakteri Staphylococcus Aureus. Bakteri ini memicu
peradangan berat hingga kulit bisa mengelupas. Kedua
penyakit ini, tidak berhubungan dengan
pemberian vaksin Covid-19 pada ibu hamil. Sebelum era
Covid-19 pun, ibu hamil kadang diberikan vaksinasi
Tetanus Toksoid untuk mencegah risiko infeksi tetanus.
terbit sebuah video yang memberikan
informasi kuku penyintas Covid-19 yang
mengonsumsi Favipiravir akan menyala
ketika disinar UV.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian
Kesehatan RI dr. Siti Nadia Tarmizi
menyatakan, informasi kuku penyintas
Covid-19 yang mengonsumsi Favipiravir akan
menyala ketika disinar UV adalah hoaks.
Menurut dr. Siti Nadia Tarmizi, kuku
penyintas Covid-19 yang mengonsumsi
Favipiravir akan menyala ketika disinar UV
tidak ada dasar ilmiahnya. Dokter Penyakit
Dalam dan Vaksionolog, dr. Dirga Sakti
Rambe, M.Sc, Sp.PD, juga menyatakan
informasi kuku penyintas Covid-19 yang
mengonsumsi Favipiravir akan menyala
ketika disinar UV adalah hoaks. Ia juga
menjelaskan bahwa mengonsumsi
Favipiravir tidak akan menimbulkan efek
samping kuku dan rambut menyala.
terbit video pendek di media sosial TikTok
yang bernarasikan bahwa varian Omicron
sengaja disebarkan melalui chemtrail. Video
berdurasi 9 detik itu memuat tiga foto berbeda.
Pertama, menunjukkan produk berbungkus
plastik bertuliskan Omikron. Kedua, foto sebuah
pesawat yang berisi penuh dengan tabung dan
foto ketiga adalah seorang pilot yang
memegang stiker dengan hashtag:
#TeamChemtrail.
yang benar menunjukkan bahwa tiga foto yang
dikolase dalam video itu tidak berkaitan satu
sama lain, juga tidak berkaitan dengan
munculnya varian Omicron. Nama Omikron
dalam foto ini adalah nama merek
perusahaan di Italia yang memproduksi
material untuk plastik, produk otomotif dan
lain-lain. Foto yang memperlihatkan
tabung-tabung dalam badan pesawat ini,
diambil dari foto karya fotografer Raimund
Stehmann yang diambil pada 18 Oktober 2006.
Sedangkan logo stiker yang dipegang pilot ini
tertulis: TeamChemtrail #Spray and Pray
merupakan badge yang diperjualbelikan secara
online untuk mengolok-olok pendukung
konspirasi chemtrail.
terbit di media sosial Facebook sebuah unggahan video yang menampilkan tiga
alat tes Covid-19 yang berfungsi menunjukkan garis seseorang positif atau negatif
Covid-19, pada bagian indikator hasil ini disinari dengan sinar ultraviolet (UV).
Kemudian muncul garis pada indikator. Video ini kemudian dilengkapi dengan
narasi yang mengklaim bahwa hasil alat tes Covid-19 dapat diketahui dengan sinar
ultraviolet.
Dilansir dari liputan6.com, klaim video hasil alat tes Covid-19 bisa diketahui dengan
sinar ultraviolet tidak benar. Sebab strip reaktif memiliki protein tertentu yang
teradsorpsi di zona C dan zona T yang diperlukan untuk pengembangan pengujian
dan pengembangan warna. Partikel-partikel ini menyerap sinar ultraviolet.
Sehingga normal apabila melihat garis-garis di bawah sinar ultraviolet ini.
terbit postingan berbahasa Thailand yang
mengklaim tes antigen Covid-19 tidak dapat
diandalkan alias tidak akurat karena hanya
mendeteksi tingkat antibodi seseorang. Unggahan itu
disertai foto jeruk yang menunjukkan hasil tes antigen
positif dan sabun yang menunjukkan hasil negatif.
Dilansir dari Agence France-Presse (AFP), Dr. Thiravat
Hemachudha, Kepala Pusat Ilmu Kesehatan Penyakit
Menular Universitas Chulalongkorn, mengatakan
unggahan ini merupakan penyalahgunaan alat
tes antigen yang menunjukkan hasil yang salah.
Thiravat mengatakan alat tes antigen mendeteksi
sampel protein dari virus (Covid-19) dan tidak
mendeteksi antibodi atau kadar asam/basa. Di sisi lain,
Dr. Kajornsak Kaewcharat, Wakil Direktur Jenderal
Departemen Pengendalian Penyakit Thailand
mengatakan alat tes antigen sangat berguna sebagai
tes awal untuk Covid-19, jika hasilnya positif maka
dilanjutkan tes RT-PCR untuk mengonfirmasi hasilnya.
Departemen Pengendalian Penyakit Thailand juga
telah menjelaskan bahwa tes antigen harus dilakukan
sesuai dengan instruksi yang ketat untuk memastikan
keakuratannya, termasuk menambahkan cairan
penyangga ke dalam perangkat pengujian sebelum
menambahkan sampel yang diambil dari hidung atau
tenggorokan pasien.
terbit sebuah unggahan di media sosial Instagram yang menyebut bahwa vaksin Covid-19
mengandung bahan berbahaya seperti MSG, fenoksietanol, aluminium, formalin, polisorbat 20
dan 80, thimerosal atau merkuri, serta jaringan hewan dan sel diploid manusia dari janin. Klaim
ini disertai dengan foto yang menunjukkan tangan seseorang yang memegang botol
vaksin Covid-19 buatan Sinovac, CoronaVac.
Dilansir dari cekfakta.tempo.co, klaim bahwa vaksin Covid-19 mengandung MSG, formalin, dan
bahan-bahan berbahaya lainnya adalah keliru. WHO menyatakan bahwa vaksin Covid-19 secara
umum mengandung fragmen-fragmen kecil dari organisme penyebab penyakit yang disasar
oleh vaksin ini serta bahan-bahan lain untuk menjaga keamanan dan efektivitas vaksin,
seperti antigen, pengawet, stabilisator, surfaktan, residu, dan adjuvan. Selanjutnya, dikutip dari
CNN negarakita, Corporate Secretary Bio Farma Bambang Herianto mengatakan pihaknya selalu
memastikan bahwa vaksin Sinovac tidak mengandung bahan-bahan seperti boraks, formalin,
ataupun merkuri. Adapun bahan yang tertera dalam kemasan vaksin Sinovac yakni aluminium
hydroxide, disodium hydrogen phosphate, sodium dihydrogen phosphate, dan sodium chloride.
Menurut penjelasan ahli biologi molekuler Ahmad Rusdan Utomo, empat bahan kimia yang
tertera dalam kemasan ini digunakan sebagai penstabil tingkat keasaman (pH) agar pH
vaksin tetap berada dalam kisaran pH darah, yakni sekitar 7,3-7,4.
terbit sebuah potongan video dari sebuah tayangan berita yang mengklaim Pemerintah
Australia hanya mencatat 83 kematian akibat Covid-19 sejak awal pandemi. Postingan ini
diunggah pada Februari 2022.
Dilansir dari Agence France-Presse (AFP), potongan video ini telah dibagikan secara keliru.
Menurut catatan Biro Statistik Australia (ABS), hingga berita ini di rilis, sebanyak 2.556 orang di
Australia telah meninggal karena Covid-19 sejak awal pandemi. Adapun angka 83 orang yang
dimaksud dalam unggahan ini adalah jumlah pasien yang tercatat meninggal karena
sebab atau faktor lain, namun di saat bersamaan dinyatakan positif Covid-19. Hal senada
disampaikan oleh Profesor Nancy Baxter, ahli epidemiologi klinis dan kepala Sekolah Populasi
dan Kesehatan Global Melbourne. Ia mengatakan klaim yang terbit di unggahan media sosial
adalah salah tafsir dari laporan ABS.
terbit di berbagai media sosial, informasi yang
menyebutkan bahwa Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Barat (Dinkes Jabar) membuka lowongan pekerjaan
untuk beberapa bagian di antaranya staf vaksinasi
booster, staf pelayanan kesehatan dan tata usaha
umum. Postingan ini memakai logo
Kementerian Kesehatan, juga dilengkapi nomor kontak
yang bisa dihubungi dan alamat kantor.
yang benar, dilansir dari akun Instagram resmi
@jabarsaberhoaks, Humas Dinkes Jabar menegaskan
bahwa postingan ini hoaks. Informasi ini
merupakan penipuan yang mengatasnamakan Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Dinkes Jabar juga
mengimbau agar warga berhati-hati atas segala
bentuk informasi yang mengatasnamakan Kepala Dinas
atau Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Adapun
informasi resmi hanya disampaikan melalui situs atau
media sosial resmi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.
terbit postingan di media sosial
Facebook yang mengklaim bahwa vaksin
Covid-19 telah bermutasi menjadi ribuan
varian Covid-19.
Dilansir dari liputan6.com, vaksin Covid-19
sebabkan ribuan varian Covid-19 adalah
tidak benar. yang benar, Profesor Sutiman
dalam artikel republika.co.id berjudul
"Covid-19 yang Bermutasi Buat Sulit
Temukan Vaksin" yang dimuat pada 24 Mei
2020, sama sekali tidak menyebut vaksin
Covid-19 telah bermutasi menjadi ribuan
virus baru. Ia hanya menjelaskan virus
Corona telah bermutasi menjadi virus lokal
sehingga menyulitkan pembuatan vaksin.
terbit sebuah unggahan di media sosial Facebook yang
mengklaim bahwa alat tes usap hidung yang digunakan dalam
tes Covid-19 mengandung lithium. Lithium disebut digunakan
sebagai mood stabilizer untuk mengobati gangguan bipolar.
Efek sampingnya bisa termasuk mual, diare, mulut kering,
tangan gemetar, dan mengantuk.
Dilansir dari reuters.com, Juru Bicara Badan Pengawas Obat
dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menegaskan bahwa alat
usap hidung yang digunakan untuk menguji Covid-19 tidak
mengandung lithium. Badan Pengatur Obat dan Produk
Kesehatan Inggris (MHRA) turut mengatakan tidak mungkin
ada lithium dalam alat tes swab Covid-19. Adapun perangkat
medis yang disetujui untuk tes Covid-19 adalah yang memiliki
tanda 'CE' atau 'UKCA' pada kemasannya, telah mengikuti
persyaratan peraturan perangkat medis dan dianggap aman
untuk digunakan. Lebih lanjut, Dr. Alexander Edwards, profesor
di bidang teknologi biomedis di University of Reading
mengatakan sumber kebingungan mungkin bermula dari
penggunaan "Lithium Heparin" di beberapa tabung
pengumpulan darah pada tes antibodi. Namun, meski begitu
Lithium Heparin yang digunakan dalam tabung pengumpulan
tes antibodi tidak akan bersentuhan langsung dengan
pengguna.
terbit sebuah unggahan di media sosial Facebook
yang mengklaim bahwa seseorang yang telah disuntik
booster vaksin Covid-19 akan mendapat kode 5G.
Unggahan ini disertai dengan video yang
menampilkan kertas yang menyerupai sertifikat vaksin
yang di dalamnya menyertakan tanggal, kode booking,
tipe vaksin, batch, dan juga terdapat logo dan tulisan
5G.
Dilansir dari kompas.com, klaim bahwa seseorang yang
telah disuntik booster vaksin Covid-19 akan mendapat
kode 5G adalah hoaks. Kementerian Kesehatan
menegaskan tidak ada kode 5G pada sertifikat vaksinasi
Covid-19. Video dan gambar kode 5G pada sertifikat
vaksin merupakan hasil editan karena setelah ditelusuri
sertifikat vaksin yang dikaitkan dengan kode 5G
ini tertera kode AIC atau MAH di mana kode
ini diterbitkan oleh Badan Obat Italia. Kode AIC
yang terkait dengan vaksin Pfizer di Italia adalah
049269018, tetapi tanpa logo jaringan atau tulisan 5G
sehingga kemungkinan besar kertas dalam video itu
diedit karena tampak jenis font yang berbeda.
terbit kembali sebuah pesan berantai di media sosial WhatsApp terkait cara
mendeteksi Covid-19 dalam tubuh. Pesan berantai ini mengklaim bahwa
dengan menahan nafas selama 10 detik dapat mendeteksi adanya virus Covid-19
dalam tubuh.
yang benar, informasi pesan berantai mengenai menahan nafas selama 10 detik dapat
mendeteksi Covid-19 adalah tidak benar. Diketahui bahwa pesan berantai ini
juga pernah terbit pada bulan Maret 2020 dan telah dirilis oleh Kementerian
Komunikasi dan Informatika sebagai isu hoaks. Ditegaskan oleh dr. RA Adaninggar,
Sp.PD bahwa tes mandiri Covid-19 dengan menahan napas adalah tidak benar.
terbit di media sosial Instagram sebuah
postingan viral yang menyatakan pembelian
minyak goreng program pemerintah wajib
menyertakan Kartu Keluarga (KK) dan bukti
vaksin.
Dilansir dari detik.com, menurut Sekretaris
Jenderal Asosiasi Pengusaha Ritel negarakita
(Aprindo) Solihin menegaskan pihaknya tidak
pernah memberikan instruksi agar para ritel
memberikan syarat-syarat tertentu untuk
pembelian minyak goreng. Hal ini berlaku di
semua ritel anggota Aprindo, baik minimarket
sampai ke supermarket. Selain itu, Juru Bicara
Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito buka suara
perihal syarat untuk membeli minyak goreng di
minimarket itu. Wiku menegaskan pemerintah
pusat tidak pernah menetapkan syarat untuk
warga menyertakan bukti vaksin dalam belanja
kebutuhan sehari-hari.
terbit sebuah video pada sosial media
Twitter yang memperlihatkan sekelompok
petugas medis yang sedang memberikan
pertolongan pertama pada seorang pasien di
pusat vaksinasi. Video ini diklaim
dengan narasi pasien dalam video ini
meninggal 15 menit setelah divaksin.
Dikutip dari turnbackhoax.id, video yang
diklaim dengan narasi pasien ini
meninggal 15 menit setelah divaksin adalah
salah. yang benar, pasien dalam video ini
tidak meninggal, melainkan tidak sadarkan
diri yang disebabkan oleh penyakit patologi
yang telah dideritanya sejak sebelum
mendapatkan vaksin. Adapun yang termasuk
penyakit patologi di antaranya adalah kanker,
tumor, gangguan autoimun, serta penyakit
ginjal dan hati.
terbit sebuah postingan di media sosial Twitter yang menyebutkan bahwa
bentuk virus Omicron apabila dilihat dari mikroskop seperti lambang Nazi atau
lambang Dajjal.
Dilansir dari cekfakta.com, klaim bahwa bentuk virus Omicron apabila dilihat dari
mikroskop seperti lambang Nazi, adalah tidak benar. yang benar, tim peneliti, yang
dikenal sebagai G2P-Japan yang terdiri dari para ilmuwan dari Institut Ilmu
Kedokteran Universitas Tokyo, Universitas Hokkaido, dan lembaga lainnya,
meneliti virus Omicron dan Delta pada hamster. Mereka berhasil melihat bentuk
virus Omicron dan Delta pada jaringan paru-paru hamster.
terbit sebuah video di media sosial yang mengklaim bahwa gelombang pandemi akibat
Omicron disebabkan oleh polusi udara. Dalam video itu, disebutkan bahwa zat PM2,5 yang
meracuni udara akan menyebabkan infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA, anosmia,
badai sitokin, hingga yang disebut Covid-19.
Menurut BMKG, klaim pencemaran udara menjadi penyebab penularan virus Covid-19 dan
peningkatan pasien positif Covid-19, tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat. Dikutip dari
periksafakta.afp.com, ada kesepakatan ilmiah bahwa Covid-19 adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus SARs-CoV-2. Para pakar juga membantah klaim bahwa pandemi
Covid-19 disebabkan oleh polusi udara. Selain itu, hal senada disampaikan oleh Teerachai
Amnuaylojaroen, lektor di Departemen Energi dan Lingkungan Hidup di Universitas
Phayao, di Thailand, ia mengatakan bahwa Klaim bahwa kasus polusi menyebabkan
Covid-19 adalah sebuah gagal paham.
Telah terbit pesan berantai WhatsApp sebuah video
yang mengklaim sebagai sidang pembahasan wacana
perpanjangan masa jabatan Presiden Joko Widodo
menjadi tiga periode sudah masuk ke sidang Mahkamah
Konstitusi (MK).
yang benar, video yang terbit terkait sidang
pembahasan wacana perpanjangan masa jabatan
Presiden Joko Widodo menjadi tiga periode sudah
masuk ke sidang Mahkamah Konstitusi (MK) adalah
keliru. Video ini merupakan hasil manipulasi dari
video acara Sidang Pleno Khusus Mahkamah Konstitusi
pada 10 Februari 2022. Dalam sidang ini
membahas mengenai Laporan Mahkamah Konstitusi
Tahun 2021, tidak membahas mengenai wacana
penambahan masa jabatan Presiden. Adapun, pidato
Presiden Joko Widodo ini membahas mengenai
langkah pemerintah dalam mengatasi masa pandemi
Covid-19 tidak pernah terlintas dalam pikiran pemerintah
sedikit pun dilakukan secara inkonstitusional.
terbit pesan berantai di media sosial yang menyebut puluhan hingga ratusan anak-anak sekolah dasar (SD)
meninggal dunia karena vaksin. Dalam pesan berantai disebutkan bahwa salah satu orang tua murid
bernama Ummu Neng, memberikan kesaksian bahwa vaksinasi adalah bentuk pembunuhan massal.
Anak-anak tidak butuh vaksin karena sudah memiliki sel darah putih dan kelenjar getah bening.
Klaim pada narasi ini adalah salah. Dilansir dari kompas.com, tidak benar ada ratusan siswa SD yang
dilaporkan meninggal akibat vaksin Covid-19. Sebelumnya ada dua anak yang dilaporkan meninggal setelah
mendapat suntikan vaksin Covid-19, tetapi penyebabnya bukan karena vaksin. Terkait dengan adanya
pemberitaan meninggalnya dua anak pasca penyuntikan vaksin Covid-19 ini, Ketua Komisi Nasional
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) Prof. Hindra Irawan Satari menegaskan bahwa hingga saat ini
belum ada kasus meninggal yang disebabkan vaksinasi Covid-19. Data Komnas KIPI hingga 30 November 2021
menunjukkan sebanyak 363 KIPI Serius yang dilaporkan di seluruh provinsi di negarakita. "Namun kasus
meninggal (sampai saat ini) belum ada," kata Hindra, melalui rilis Kementerian Kesehatan (Kemenkes), 1
Januari 2022.
terbit unggahan di media sosial Twitter yang
menyebut adanya fenomena VAIDS yang
disebabkan oleh vaksinasi Covid-19. VAIDS sendiri
merupakan gabungan dari Vaksin dan AIDS, atau
Vaccine Acquired Immunodeficiency Syndrome
(VAIDS), di mana vaksin Covid-19 disebut dapat
menyebabkan AIDS.
Dilansir dari reuters.com, klaim adanya kasus AIDS
yang disebabkan oleh vaksinasi Covid-19, atau
“VAIDS” seperti yang diklaim dalam unggahan
ini, sama sekali tidak berdasar. Istilah VAIDS
sendiri juga tidak ada dalam dunia medis. Stephen
Gluckman, MD, seorang Profesor Penyakit Menular
di Perelman School of Medicine di University of
Pennsylvania dan Direktur Medis Penn Global
Medicine, mengatakan "VAIDS" sama sekali bukan
kondisi nyata, tidak ada bukti imunodefisiensi
terkait dengan vaksin Covid-19. Lebih lanjut, Donna
Farber, Kepala Divisi Ilmu Bedah dan Profesor
Mikrobiologi & Imunologi di Universitas Columbia
mengatakan, “Tidak ada fenomena yang saya
ketahui tentang sindrom imunodefisiensi yang
diinduksi oleh vaksin. Ini bukan sindrom yang
nyata”. Farber juga menjelaskan vaksin tidak
mungkin menyebabkan defisiensi imun.
Sebaliknya, vaksin merangsang sel kekebalan untuk
diaktifkan, membelah serta menghasilkan molekul
seperti antibodi dan faktor larut untuk mengenali
patogen dan membersihkannya dari tubuh.
terbit di media sosial Facebook, unggahan
video yang menampilkan beberapa anak
mengenakan masker sedang berbaris di luar
ruangan, pada bagian dadanya terdapat
barcode. Video ini dikaitkan dengan
vaksinasi Covid-19.
yang benar, dilansir dari liputan6.com, klaim
video anak berbaris terdapat keterkaitan
dengan antrean vaksinasi Covid-19 adalah
tidak benar. Dikutip dari situs sohu.com, video
anak-anak TK berbaris dengan kode QR
tertempel di dadanya merupakan video
antrean untuk pengujian asam nukleat pada 5
November 2011 di Xinyang, Provinsi Henan. Hal
ini dilakukan karena epidemi di pagi hari
di Provinsi Henan, pihak sekolah memberitahu
mengenai pengujian asam nukleat. Para orang
tua kemudian mengirim kode QR ke guru
untuk mencetaknya dan menempelkannya
pada siswa.
terbit di media sosial Facebook,
unggahan video berdurasi 37 detik yang
memperlihatkan asap putih keluar dari
pesawat. Pada video, terdapat suara
seorang pria mengaku melihat chemtrails
yang disebut dapat membuat warga
Bandung keracunan.
yang benar, dilansir dari Instagram resmi
@jabarsaberhoaks, klaim bahwa asap
putih ini merupakan chemtrails
yang dapat membuat warga keracunan,
adalah salah. Asap putih yang keluar dari
pesawat merupakan hal biasa dan
diistilahkan sebagai condensation trail
atau contrail. Jika sesuatu seperti awan
atau asap itu dianggap sebagai chemtrail,
tentu tidak berdasar. Penampakan seperti
awan atau asap itu merupakan uap air
yang terkandung dalam sisa pembakaran
bahan bakar pesawat. Uap ini dapat
terlihat jelas karena suhu udara di
ketinggian yang dingin.
terbit sebuah unggahan media sosial yang
menampilkan gambar dua kantong ASI yang
memiliki perbedaan warna. Unggahan ini
disertai klaim bahwa ASI yang berwarna kehijauan
karena sang ibu memproduksi antibodi sebagai
respons terhadap anaknya yang mengidap Covid-19.
yang benar, klaim ini tidak berdasar. Dilansir dari
Agence France-Presse (AFP), para ahli mengatakan
warna ASI dapat berubah karena berbagai alasan dan
warna hijau tidak selalu berarti bahwa ibu atau anak
sakit dengan penyakit tertentu. Terkait unggahan
ini, Kathryn Gray, seorang dokter di Brigham
and Women's Hospital, mengatakan "ASI bisa
memiliki banyak warna berbeda setiap saat,
tergantung pada apa yang anda makan, dan
tergantung pada apakah anda sedang mengonsumsi
obat-obatan. Jadi, antibodi tidak menyebabkan ASI
atau cairan lain berubah warna tertentu." Selanjutnya,
Konsultan International Board Certified Lactation
Gina Boling dari The Breastfeeding Center for Greater
Washington juga setuju bahwa susu kehijauan tidak
secara khusus menandakan antibodi Covid-19. Tidak
ada bukti bahwa memiliki antibodi Covid-19 atau
Covid-19 setelah infeksi atau vaksinasi akan
mengubah ASI menjadi hijau.
terbit di media sosial Facebook, unggahan gambar dengan klaim bahwa sebagian
besar penduduk di dunia belum divaksin. Postingan ini diunggah pada tanggal
4 Februari 2022 dan disukai sebanyak 1,5 ribu akun serta dibagikan sebanyak 212 kali.
yang benar, klaim mayoritas penduduk dunia belum divaksin adalah tidak benar.
Dilansir dari ourworldindata.org, diketahui data per 10 Februari 2022 sebanyak 61%
penduduk di dunia telah divaksin setidaknya dosis pertama, yang artinya mayoritas
penduduk dunia telah divaksin. Dan diperkirakan sebanyak 52,1% penduduk dunia
telah divaksin dosis kedua. Menurut website tracker vaksinasi Covid-19, covidvax.live,
total populasi di dunia yang sudah divaksin mencapai 44%. Dan diperkirakan pada
bulan Oktober 2022 mendatang, sebanyak 70% penduduk dunia sudah divaksin.
terbit di media sosial Twitter sebuah postingan
gambar berisi narasi bahwa ada novel yang sudah
memprediksi terjadinya pandemi virus Corona di masa
depan. Novel pertama yang disinggung berjudul "The
Eyes of Darkness", ditulis oleh Dean Koontz,
dipublikasikan pada tahun 1981 dan "End of Days",
ditulis oleh Sylvia Browne, dipublikasikan tahun 2008.
Setelah dilakukan penelusuran lebih lanjut, virus yang
digambarkan dalam kedua novel ini tidak sama
dengan ciri-cirinya dengan Covid-19. Novel "The Eyes of
Darkness" mendeskripsikan, virus yang bernama
"Wuhan-400" berasal dari laboratorium. Namun, fakta
sebenarnya asal usul virus Corona sampai saat ini
belum diketahui. Selain itu, virus yang digambarkan
dalam novel ini dapat berinkubasi dalam 4 hari,
hal ini berbeda dengan Covid-19 yang inkubasinya 1-14
hari. Dalam novel Koontz, virus "Wuhan-400" memiliki
fatality rate sebesar 100%, sedangkan Covid-19 sebesar
2%-4% di Wuhan dan di luar kawasan Wuhan sebesar
0,7%. Adapun ciri-ciri orang yang terpapar juga
berbeda, dalam novel Koontz dideskripsikan virus akan
menggerogoti sel otak, sehingga pasien kehilangan
kendali dan meninggal. Sedangkan virus Corona
memiliki gejala pada pasien yakni demam, batuk,
sesak napas, pilek, hingga yang parah akan mengalami
gagal ginjal dan kematian.
terbit sebuah unggahan di media sosial Facebook
yang menampilkan gambar Menteri Luar Negeri AS,
Dr. Henry Kissinger dengan sebuah kutipan narasi di
bawahnya. Dari narasi ini dapat disimpulkan
bahwa seolah-olah Henry Kissinger menyatakan
vaksin adalah cara yang paling menguntungkan
untuk pengendalian sosial dan populasi.
berdasar hasil penelusuran, narasi yang ada di
dalam gambar bukan merupakan ungkapan dari Dr.
Henry Kissinger. Hoaks ini sebelumnya pernah
terbit pada 2021. berdasar hasil pencarian,
tidak ditemukan pernyataan apapun dari Henry
Kissinger yang terkait dengan vaksinasi ataupun
pengendalian sosial dan populasi. Melansir dari
aap.com.au, satu-satunya dokumen yang ditulis oleh
Henry Kissinger tentang pengendalian populasi
adalah Memorandum Studi Keamanan Nasional
setebal 123 halaman tertanggal 10 Desember 1974
dan diklasifikasi oleh Gedung Putih pada tahun 1989.
Memorandum ini berjudul “Implikasi Pertumbuhan
Populasi di Seluruh Dunia untuk Keamanan AS dan
Kepentingan Luar Negeri (THE KISSINGER REPORT)”.
Namun, tidak ada penyebutan tentang vaksinasi
terbit sebuah informasi pada pesan berantai WhatsApp yang menyebutkan,
Paracetamol 500 mg bisa dijadikan sebagai obat Covid-19 varian Omicron.
yang benar, penggunaan ini hanya digunakan untuk menghilangkan gejala
saja, bukan untuk menghentikan infeksi dalam tubuh. Dikutip dari prfmnews.id,
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota
Bandung dr. Rosye Arosdiani menjelaskan, pasien Covid-19 tak bisa sembarangan
mengkonsumsi obat. Menurutnya, obat yang dikonsumsi pasien Covid-19 harus
berdasar resep atau anjuran dokter. Resep obat Omicron yang menyebar di
WhatsApp tak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya karena obat untuk
pasien Covid-19 harus sesuai dengan gejala dan tingkat keparahan penyakitnya,
sehingga tidak bisa disamaratakan
terbit video di media sosial Facebook
yang memperlihatkan kampanye
dengan memakai beberapa
kantong mayat. Kejadian itu dianggap
sebagai kampanye pembohongan
terkait Covid-19.
Dilansir dari medcom.id, klaim bahwa
video ini terkait dengan Covid-19,
adalah tidak benar. yang benar, video itu
tidak ada kaitannya dengan kampanye
Covid-19. Video itu sebenarnya
memperlihatkan tayangan stasiun TV
Austria yang dimuat pada 4 Februari
2022 di situs oe24.at. Video itu meliput
soal aksi unjuk rasa terkait kebijakan
iklim di Wina, Austria.
terbit sebuah unggahan narasi mengenai aplikasi di Android yang dapat melakukan scan
pada vaksin Covid-19. Dalam narasi disebutkan zat dalam vaksin dapat terhubung dengan
jaringan 5G. Narasi ini juga disertai dengan foto hasil tangkapan layar aplikasi scanner
BLE.
Dikutip dari turnbackhoax.id, aplikasi ini merupakan aplikasi untuk melakukan scan
terhadap perangkat Bluetooth Low Energy (BLE), bukan untuk melakukan scan terhadap
vaksin Covid-19. Perangkat BLE sendiri merupakan perangkat nirkabel jarak pendek dengan
penggunaan daya rendah dan tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa vaksin Covid-19
terhubung dengan jaringan 5G
terbit di media sosial Facebook sebuah unggahan video yang mengklaim bahwa
alat tes PCR mengandung radioaktif.
yang benar, klaim pada video yang menyebutkan alat tes PCR mengandung radioaktif
adalah tidak benar. Dilansir dari liputan6.com, video serupa ditemukan pada salah satu
situs berjudul "Teststäbchen sind nicht radioaktiv!" yang dimuat situs mimikama.at,
pada 10 Desember 2021. Alat yang diklaim sebagai pendeteksi radioaktif dalam video
ini adalah SoeHong DT-1130 Electromagnetic Radiation Tester, alat untuk
mengukur medan elektromagnetik, dan bukan alat pendeteksi radioaktif.
terbit di media sosial Facebook, sebuah iklan yang menawarkan jasa pembuatan sertifikat
vaksin Covid-19 tanpa perlu melakukan vaksinasi terlebih dahulu. Penyedia jasa menyebutkan,
mereka dapat membuat sertifikat vaksin Covid-19 yang bersifat resmi dan dapat digunakan
sebagai syarat untuk bepergian atau melakukan perjalanan.
yang benar, dilansir dari kompas.com, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian
Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, keberadaan jasa pembuatan sertifikat vaksin
Covid-19 tanpa harus vaksin terlebih dulu itu merupakan tindakan melanggar hukum.
Menurut Nadia, jasa ini termasuk penipuan, karena sertifikat vaksin Covid-19 yang asli
hanya bisa didapatkan jika seseorang sudah mengikuti vaksinasi.
terbit sebuah unggahan video pada media sosial Facebook yang menampilkan
seseorang berkelakuan seperti zombie. Dalam narasi unggahan disebutkan seseorang
dalam video ini bertindak seperti zombie setelah disuntik vaksin booster
Covid-19.
yang benar, klaim seorang dalam video bertindak seperti zombie setelah disuntik vaksin
booster Covid-19 adalah salah. Adapun video identik ditemukan pada sebuah artikel
yang dimuat di situs 929thelake.com, pada 6 Juli 2020. Dalam situs ini dijelaskan
bahwa video ini merupakan video seorang wanita yang sedang mabuk dan
mencoba menerobos pintu kaca untuk masuk ke bar di Louisiana. Kejadian ini
sama sekali tidak berkaitan dengan vaksin booster Covid-19
terbit pesan berantai di media sosial WhatsApp sebuah narasi yang menyebutkan
bahwa obat-obatan terkait Covid-19 yang disebarkan ke seluruh rumah sakit,
mengandung drug mix (campuran obat) yang mematikan.
yang benar, narasi yang menyebutkan bahwa obat-obatan terkait Covid-19 yang
disebarkan ke seluruh rumah sakit, mematikan, adalah salah. yang benar, mayoritas
pasien Covid-19 dinyatakan sembuh. berdasar data yang dirilis Tim Komunikasi
Komite Penanganan Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) dan Pemulihan Ekonomi
Nasional, tingkat kesembuhan pasien Covid-19 terus meningkat. Angka kumulatifnya
bertambah melebihi 4,1 juta orang sembuh atau tepatnya 4.183.027 orang (92,6%).
terbit pesan berantai di media sosial WhatsApp sebuah informasi yang menyebutkan
klaim ramuan campuran daun pepaya dan jahe adalah obat Covid-19 varian Omicron.
yang benar, Guru Besar Farmasi UGM, Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt. mengatakan, ramuan
obat campuran daun pepaya dan jahe belum bisa dibuktikan keampuhannya
menyembuhkan Covid-19 varian Omicron. Zullies menambahkan, pepaya dan jahe
memang memiliki fungsi nutrisi yang baik. Namun, kandungan ini tidak secara
khusus untuk menyembuhkan penderita Omicron.
terbit di media sosial Twitter sebuah video yang
menampilkan aksi personel TNI beserta petugas
lainnya menindih seorang pria berpakaian kemeja
putih yang tengkurap di jalan kemudian disuntik.
Unggahan video ini disertai narasi yang
mengklaim pria berkemeja putih ini dipaksa
vaksin.
yang benar, pria berbaju putih itu merupakan orang
dengan gangguan jiwa yang membawa senjata
tajam, yang kerap meresahkan warga. Sehingga
para personel Babinsa beserta petugas ini
mengamankan serta memberikan suntikan
penenang untuk memudahkan penanganan dan
menghindari adanya korban, akibat senjata tajam
yang dibawa pria ini.
terbit unggahan bersisi sebuah foto poster
mengatasnamakan National Health Service
(NHS) Inggris yang memberi peringatan bahwa
vaksin Covid-19 menyebabkan Bell's palsy.
Dilansir dari Agence France-Presse (AFP),
Departemen kesehatan Inggris dan otoritas
lokal di kota tempat poster itu dipajang
mengatakan bahwa poster itu tidak dibuat oleh
NHS. Juru bicara Departemen Kesehatan dan
Perawatan Sosial Inggris juga menegaskan
bahwa poster ini tidak asli alias palsu.
Lebih lanjut, regulator medis Inggris MHRA,
sejauh ini juga mencantumkan Bell's palsy
sebagai efek samping yang sangat jarang atau
langka. Kemungkinannya hanya mencapai 1
dari 1.000 orang, baik pada vaksin AstraZeneca,
Pfizer-BioNTech atau Moderna's Spikevax, yang
mana semuanya disetujui untuk digunakan di
Inggris.
terbit sebuah postingan Facebook berisi narasi bahwa sinar UV dapat dijadikan
sebagai penangkal penyebaran varian Omicron. Unggahan ini juga memuat
sebuah video yang mengatakan bahwa varian Omicron tidak banyak menyebar di
negarakita dikarenakan tingginya tingkat sinar UV di wilayah negarakita.
yang benar, setelah dilakukan penelusuran turnbackhoax.id, hal ini tidak benar.
Melansir dari laman berita Tirto, dr. Siti Nadia Tirmizi, Direktur Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI mengatakan bahwa
tidak ada kaitannya tingkat penyebaran varian Omicron dengan sinar UV di
negarakita. Selain itu, dikutip dari laman berita Liputan6 seorang dokter relawan
Covid-19 yakni Muhammad Fajri Addai mengatakan bahwa tidak ada penelitian
ilmiah yang mengatakan terdapat korelasi antara tingginya sinar UV dengan
rendahnya penyebaran varian Omicron di negarakita. Ia mengatakan bahwa tinggi
rendahnya tingkat penyebaran dapat disebabkan oleh faktor tingginya angka
vaksinasi atau kekebalan warga yang tinggi.
terbit sebuah unggahan berisi video rekaman beberapa orang yang diklaim
sedang menghancurkan vaksin. Unggahan itu disertai narasi “NIGERIA :
MENGHANCURKAN LEBIH DARI 1 JUTA VAKSIN.. ORANG ORANG YG
MENGHANCURKAN INI TIDAK BODOH TETAP MENYELAMATKAN DAN MENGUATKAN
RAKYATNYA”.
yang benar, video ini telah dibagikan dengan konteks narasi yang keliru. Dilansir
liputan6.com, video serupa pernah diunggah oleh akun Africanews di YouTube pada
23 Desember 2021. Di dalam video juga terdapat link yang mengarah pada artikel
berjudul "Nigeria destroys 1M expired Covid 19 vaccines" atau dalam Bahasa
negarakita "Nigeria menghancurkan satu juta vaksin Covid-19 yang kedaluarsa". Di
dalam artikel dijelaskan bahwa peristiwa itu terjadi di Ibu Kota Nigeria, Abuja. Vaksin
Covid-19 hasil dari donasi itu terpaksa dimusnahkan karena akan kedaluarsa dalam
waktu sepekan.
terbit sebuah pesan berantai di media sosial
WhatsApp yang memberikan informasi
mengenai kenaikan angka penyebaran positif
Covid-19 di Jawa Timur yang terjadi dalam satu
minggu ini pada Februari 2022. Pada pesan
ini juga tertera beberapa wilayah Kota
dan Kabupaten di Jawa Timur beserta jumlah
pasien positif Covid-19, dan menyebutkan
bahwa Kota Madiun mengalami ledakan kasus
Covid-19 tertinggi mencapai 11.876 kasus.
yang benar, informasi pesan berantai WhatsApp
mengenai jumlah kasus Covid-19 di Jawa Timur
ini adalah tidak benar, dan bukan
merupakan informasi yang disampaikan oleh
lembaga atau institusi resmi. Kepala Dinas
Kominfo Provinsi Jawa Timur, Dr. Hudiyono,
M.Si melalui media sosial resmi milik Dinas
Kominfo dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Timur menegaskan bahwa informasi pada
pesan berantai ini adalah hoaks. Tidak
ada keterangan resmi dari Kementerian
Kesehatan bahwa terjadi ledakan kasus
Covid-19 di Jawa Timur pada Februari 2022.
terbit narasi di media sosial Facebook yang menyebut adanya varian baru virus Corona
penyebab Covid-19 bernama NeoCov. Disebutkan bahwa varian terbaru ini diumumkan oleh Cina.
Dilansir dari kompas.com, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan bahwa NeoCov bukanlah
varian baru dari virus Corona. NeoCov dilaporkan oleh para peneliti Cina dalam sebuah studi di
jurnal "BioRxiv" yang belum mendapat tinjauan dari rekan sejawat (peer review). NeoCoV berasal
dari jenis virus Corona yang berbeda yang terkait dengan Middle East Respiratory Syndrome
Coronavirus (MERS-CoV), yaitu penyakit yang menyerang saluran pernapasan. "Dia adalah bentuk
virus lain kerabat MERS-CoV. Ini baru ditemukan di kelelawar dan belum ada penularan di manusia.
Jadi bukan varian baru dari Covid," kata Nadia. Adapun MERS-CoV dan Covid-19 merupakan
penyakit yang berbeda, meskipun sama-sama dari virus Corona. Selanjutnya, mengutip dari
independent.co.uk, menurut WHO, MERS-CoV telah diidentifikasi pada unta berpunuk satu di
beberapa negara di Timur Tengah, Afrika dan Asia Selatan. Sementara, NeoCov adalah kerabat
MERS-CoV, yang selama ini disebut ditemukan pada kelelawar.
terbit unggahan sebuah tautan berita mengenai meninggalnya atlet rugby asal Perancis,
Jordan Michallet. Dalam unggahan ini disertai dengan narasi yang menyatakan bahwa
penyebab kematian Michallet adalah vaksin Covid-19.
yang benar, penyebab kematian Jordan Michallet adalah bukan karena vaksin Covid-19. Dilansir
dari media asal Perancis “Le Parisien”, hasil investigasi kepolisian setempat menemukan bahwa
Michallet menabrakkan mobilnya ke pembatas jalan di Kota Rouen, Perancis, pada pukul 01.00
waktu setempat. Sekitar 20 menit kemudian, seorang saksi melihat Michallet jatuh dari lantai 4
sebuah gedung yang terletak di sekitar wilayah ini.
terbit sebuah unggahan di media sosial sebuah foto jejak pesawat berupa asap
putih dengan narasi yang menyebutkan peringatan agar waspada terhadap pesawat
chemtrail yang sedang aktif di udara dan dapat menyebabkan keracunan chemtrail
dengan gejala demam, badan linu, batuk, flu, diare, badan gatal-gatal, dll. Unggahan
itu mengklaim bahwa Omicron bukanlah virus, tetapi merupakan akibat dari
keracunan chemtrail yang disebarkan di udara.
Klaim bahwa Omicron merupakan bukan virus Covid-19 tetapi chemtrail yang
disebarkan melalui pesawat adalah salah. yang benar, Omicron adalah varian virus
Covid-19 dengan kode B.1.1.529 yang dilaporkan WHO pada 24 November 2021 dan
ditemukan di Afrika Selatan. Sementara itu, jejak pesawat atau asap putih yang
keluar dari pesawat tidak ada kaitannya dengan chemtrail.
terbit di media sosial Facebook sebuah unggahan gambar menampilkan beberapa
orang membawa benda panjang seperti tiang sambil berteriak di jalan. Gambar
ini diklaim sebagai aksi rakyat Zulu yang menolak mandatori vaksin Covid-19.
Dilansir dari liputan6.com yang juga mengutip dari Agence France-Presse (AFP),
video ini bukanlah aksi rakyat Zulu menolak vaksin Covid-19. berdasar
penelusuran, seorang reporter saluran lokal eNCA bernama Siphamandla Goge,
diketahui mengunggah video serupa pada akun twitternya dengan tagar
#heritageday2021 pada 24 September 2021, disertai narasi yang menunjukkan video
ini sebagai sebuah aksi peringatan di KwaDukuza, di provinsi KwaZulu-Natal.
Heritage Day sendiri adalah hari libur umum yang merayakan akar dan budaya Afrika
Selatan. Sebelumnya dikenal sebagai Hari Raja Shaka, ketika rakyat Zulu
memperingati Raja Shaka yang legendaris.
terbit di media sosial WhatsApp, sebuah foto tangkapan layar yang
memperlihatkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama beberapa orang tidak
memakai masker. Pada foto itu terdapat narasi bahwa mereka tidak
memakai masker dan tidak menjaga jarak, hanya boleh dilakukan saat
menghadiri perayaan Imlek.
Dari hasil penelusuran, klaim bahwa foto itu memperlihatkan peristiwa saat
pandemi Covid-19 adalah salah. yang benar, foto itu diabadikan sebelum pandemi
Covid-19 masuk ke negarakita. Foto itu memperlihatkan Presiden Jokowi saat
menghadiri perayaan Imlek Nasional di negarakita Convention Exhibition (ICE) BSD,
Tangerang Selatan, Banten pada Kamis 30 Januari 2020. Presiden Jokowi
mengenakan pakaian tradisional Changshan berwarna merah. Sementara kasus
Covid-19 pertama di negarakita terkonfirmasi pada 2 Maret 2020. Kala itu dua warga
Depok, Jawa Barat menjadi pasien pertama dan kedua terkonfirmasi Covid-19 di
negarakita.
terbit sebuah pesan berantai WhatsApp mengenai beberapa negara membatalkan semua
prosedur terkait pencegahan Covid-19 seperti prosedur wajib karantina, tes Covid-19, dan
vaksin. Dalam narasi yang terbit juga disebutkan Covid-19 hanya dianggap sebagai flu
musiman.
yang benar, klaim bahwa beberapa negara membatalkan semua prosedur terkait pencegahan
Covid-19, adalah salah. Beberapa negara yang tercantum dalam daftar ini masih
memberlakukan prosedur terkait pencegahan Covid-19. Di antaranya, Singapura, yang sedang
mengalami lonjakan kasus Covid-19 varian Omicron. Pemerintah Singapura mengimbau
warga untuk tetap mengikuti protokol kesehatan. Terlebih dalam merayakan Imlek.
Pemerintah setempat mengimbau agar dirayakan secara virtual.
terbit di media sosial Facebook, unggahan foto yang diklaim sebagai situasi saat
perayaan Imlek tahun 2022.
Setelah dilakukan penelusuran, ditemukan fakta bahwa informasi ini tidak
benar. Foto ini telah terbit sejak tahun 2020, yang mana foto ini diambil
pada saat Kota Solo tengah mengadakan festival lampion pasar gede yang
berlangsung pada 18 Januari - 28 Februari 2020. Dilansir dari kompas.com, saat ini
Kota Solo memang tengah melakukan pemasangan 1.000 lampion di Kawasan Pasar
Gede dan Balai Kota Solo, namun Ketua Panitia Imlek Bersama 2022 Solo Sumartono
Hadinoto menyatakan bahwa penyalaan 1.000 lampion hanya berlangsung selama
empat jam yaitu dari pukul 17.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB. Serta warga
diimbau agar tetap menjaga protokol kesehatan Covid-19 secara ketat yakni dengan
memakai masker dan menjaga jarak.
terbit di berbagai media sosial, sebuah informasi pendaftaran bantuan sosial selama
pandemi dari Kementerian Sosial senilai Rp900.000 melalui tautan
http://bantuan-sosial.my.id/?v=Bansos. Setelahnya, pendaftar diminta untuk login
menyertakan nomor HP dan masuk dalam sebuah forum.
yang benar, dilansir dari akun Twitter resmi @KemensosRI, Kementerian Sosial Republik
negarakita mengklarifikasi bahwa informasi ini adalah hoaks. Kementerian Sosial
tidak pernah membuat website dan bekerja sama dengan pihak manapun untuk
memberikan bantuan sosial sebesar Rp900.000 kepada warga selama pandemi.
Sebagai upaya penanganan dampak pandemi, pemerintah mengeluarkan program
Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dengan memberikan perlindungan sosial.
Kemudian bantuan sosial reguler akan terus berlanjut di tahun 2022, yakni Program
Keluarga Harapan dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)/Program Kartu Sembako.
Adapun cara untuk mengecek kepesertaan BST dapat melalui website
https://cekbansos.kemensos.go.id/ atau Aplikasi Cek Bansos di ponsel Android.
terbit sebuah unggahan mengklaim bahwa pneumonia yang disebabkan oleh
Covid-19 adalah reaksi alergi yang harus diobati dengan antihistamin.
yang benar, para ahli menolak klaim ini. Dilansir dari Agence France-Presse (AFP),
para ahli menyebut pneumonia pada Covid-19 tidak terkait dengan alergi dan
antihistamin belum terbukti bermanfaat dalam mengobati Covid-19. Panagis
Galiatsatos, seorang dokter pengobatan paru dan perawatan kritis di Johns Hopkins
Bayview Medical Center menjelaskan pneumonia pada penderita Covid-19 terjadi
karena respon imun yang menyimpang. Reaksi alergi dan respons infeksi merupakan
garis pertahanan yang berbeda bagi tubuh. Selanjutnya, Peter Chin-Hong, seorang
dokter penyakit menular di University of California, San Francisco mengatakan belum
ada uji klinis yang menunjukkan antihistamin bermanfaat melawan Covid-19.
Chin-Hong bahkan melarang orang memakai antihistamin untuk mengobati
Covid-19 di rumah
terbit sebuah pesan berantai WhatsApp yang
menyebutkan bahwa vaksin Covid-19 yang telah
disuntikan ke dalam tubuh dapat dihilangkan dengan
garam laut dan air kelapa. Pesan ini menjelaskan
pula bahwa vaksin Covid-19 adalah senjata biologis yang
dapat mematikan, merusak gen, pengentalan darah,
dan melumpuhkan sel otak. Oleh karena itu, vaksin
yang telah disuntikan harus dihilangkan dengan cara
mengonsumsi garam laut dan air kelapa.
yang benar, klaim bahwa vaksin Covid-19 adalah senjata
biologis dan klaim bahwa mengonsumsi air kelapa dan
garam laut dapat menghilangkan vaksin Covid-19 yang
telah disuntikan kedalam tubuh pada pesan berantai
ini adalah tidak benar, alias hoaks. Ketua Ikatan
Dokter negarakita (IDI) Aceh, Dr. dr. Safrizal Rahman
M.Kes., Sp.OT. menyatakan fenomena warga yang
meminum air kelapa muda usai menerima suntikan
vaksin Covid-19 untuk menetralisir efek vaksinasi
merupakan sesuatu yang tidak rasional. Dikutip dari
situs kesehatan Health Line, vaksin yang telah
disuntikkan ke dalam tubuh tidak bisa dihilangkan.
“Vaksin, seperti vaksin untuk Covid-19, masuk ke dalam
tubuh dan mulai bekerja dengan cepat,” kata Jason
Gallagher, Profesor Klinis Penyakit Menular di Temple
University di Philadelphia.
terbit postingan di media sosial Twitter
berisi video vaksinasi pada anak sekolah dasar
dengan seruan hashtag
#StopVaccineForTheKids. Postingan ini
berisi narasi geram pada kebijakan
pemerintah tentang vaksin Covid-19 anak.
berdasar hasil penelusuran
turnbackhoax.id, diketahui bahwa informasi
yang dibagikan merupakan informasi yang
salah. Video yang dibagikan tidak berkaitan
dengan vaksinasi Covid-19. Video ini
adalah peristiwa tahun 2017 yang berkaitan
dengan Imunisasi Rubella
terbit postingan di media sosial Facebook yang menyebutkan Menteri Koordinator Bidang
Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Mahfud MD tidak divaksin dengan alasan usia.
Unggahan ini disertai narasi "Luhut dan pak mahfud tidak divaksin dengan alasan usia. Kenapa
rakyat yang lansia harus divaksin ? bedanya apa ?”.
Dilansir dari turnbackhoax.id, klaim bahwa Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi
Luhut Binsar Pandjaitan dan beberapa nama pejabat lainnya tidak divaksin dengan alasan usia
berdasar artikel CNN negarakita yang berjudul “Daftar Menteri Gagal Syarat Usia Vaksin: Mahfud
hingga Luhut” yang terbit pada Jumat, 08 Januari 2021 adalah tidak benar. yang benar, Luhut sendiri
sudah divaksin pada tahun 2021. Daftar di situs CNN negarakita itu merupakan daftar pejabat yang tidak
bisa divaksin sebelum BPOM mengeluarkan izin penggunaan vaksin Covid-19 Coronavac dari Sinovac
bagi kelompok usia di atas 60 tahun pada 8 Februari 2021
terbit unggahan foto di media sosial Facebook yang mengklaim adanya penularan
virus varian baru melalui ban Omikron. Klaim ini menampilkan sebuah foto ban
mobil dengan tulisan "OMIKRON" yang diberi tanda warna kuning dan "Accelera".
Unggahan foto itu disertai narasi "Hati²...penularan virus varian baru lewat ban mobil...
jaga Prokes".
berdasar penelusuran cek fakta liputan6.com, klaim foto penularan virus varian
baru melalui ban Omikron adalah tidak benar. yang benar, foto ban Omikron dalam
unggahan yang terbit merupakan salah satu tipe ban dari Accelera. Ban ini
sudah dipasarkan sebelum WHO menetapkan varian B.1.1.529 atau Omicron menjadi
varian dalam perhatian atau variant of concern (VOC) pada 26 November 2021
terbit di berbagai media sosial sebuah video rekaman
kegiatan vaksinasi Covid-19 anak usia 6-11 tahun di satu
sekolah swasta di Semarang. Penyuntikan vaksin dalam video
ini diragukan oleh warga karena vaksinator
tampak tidak melakukan suntikan serta disebut bahwa alat
suntik yang digunakan dalam keadaan kosong.
Dilansir dari semarangkota.go.id, Kepala Dinas Kesehatan
Kota Semarang, Moh. Abdul Hakam mengklarifikasi, bahwa
dalam kejadian ini ada miskomunikasi. Petugas sudah
melakukan penyuntikan sesuai SOP antara lain
memakai handglove dan handsanitizer. Jarum suntik
juga sudah diisi vaksin. Dijelaskan bahwa saat petugas
melakukan aspirasi (tarikan di awal suntikan), terlihat ada
sedikit darah sehingga petugas mencabut kembali suntikan
karena berisiko masuk ke pembuluh darah. Dengan
pertimbangan ini, petugas menunda penyuntikan
vaksinasi dosis kedua pada siswa. Namun, petugas tidak
menyampaikan hal ini kepada orang tua maupun pihak
sekolah. Selanjutnya, Dinas Kesehatan juga telah
menindaklanjuti laporan kejadian ini dengan
melakukan pendampingan kepada puskesmas
penyelenggara vaksinasi untuk menyampaikan kronologi
kejadian. Orang tua siswa pun telah menerima penjelasan
terkait kejadian ini. Vaksinasi ulang dosis kedua telah
dilakukan dan disaksikan langsung oleh perwakilan sekolah
dan orangtua.
terbit sebuah pesan berantai pada aplikasi
WhatsApp berisi narasi yang mengklaim bahwa
meminum kopi pahit dapat mengobati Covid-19
varian Omicron. Dalam narasi disebutkan kopi
yang diseduh tanpa gula dapat membuat virus di
dalam tubuh terkuras keluar melalui air seni.
Dilansir dari liputan6.com, Guru Besar Fakultas
Farmasi UGM, sekaligus seorang Farmalog, Prof.
Dr. Zullies Ikawati, Apt. mengatakan, informasi cara
mengobati Covid-19 varian Omicron dengan
meminum kopi pahit adalah tidak benar. Zullies
mengatakan flu atau Omicron tidak ada
hubungannya dengan kopi. Menurut Zullies
minum kopi pahit lebih memberi rasa segar saja
karena efek kopi sebagai stimulan. Tetapi untuk
virus flu, kopi tidak berefek. Zullies menambahkan,
saat ini belum ada uji klinis terkait penyembuhan
Omicron dengan meminum kopi pahit.
terbit di media sosial YouTube sebuah video yang memperlihatkan mantan Menteri
Kesehatan Siti Fadillah Supari mengatakan bahwa virus Covid-19 varian Omicron tidak
mematikan.
yang benar, klaim yang mengatakan bahwa virus Covid-19 varian Omicron tidak mematikan
adalah keliru. Dilansir dari cekfakta.com yang juga mengutip dari republika.co.id, varian ini
memiliki mekanisme memasuki sel yang berbeda. Varian Omicron menginfeksi lebih banyak
sel pernapasan bagian atas daripada sel paru-paru. Semua perbedaan ini pada tingkat
sel mungkin membantu menjelaskan mengapa gejalanya tidak separah varian Delta. Kepala
WHO, dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan meskipun varian Omicron tidak
berdampak terlalu parah dibandingkan dengan varian Delta, terutama pada mereka yang
telah divaksinasi, tidak berarti varian Omicron harus dikategorikan bergejala ringan
terbit sebuah narasi di media sosial tentang ramuan yang disebut sebagai ramuan 131. Ramuan
yang terdiri dari 1 jari jahe, 3 batang serai dan 1 jari lengkuas ini diklaim dapat dapat mencegah
infeksi dan replikasi virus.
Dilansir dari kompas.com, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memang menyarankan warga
untuk mengonsumsi obat tradisional yang terbuat dari serai, lengkuas, jahe, atau kunyit. Namun,
mengonsumsinya bukan berarti kebal terhadap paparan virus. Rekomendasi ramuan obat tradisional
juga sebelumnya sempat tertuang dalam Surat Edaran Kemenkes nomor HK.02.02/IV/2243/2020
tentang pemanfaatan obat tradisional untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit dan
perawatan kesehatan. Kendati demikian, pemanfaatan ramuan obat ini bukan untuk
mencegah infeksi, menyembuhkan, atau menghambat replikasi virus. Lebih lanjut, Direktur
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi
mengatakan belum ada pembuktian ilmiah untuk ramuan obat tradisional terhadap penyembuhan
dari virus, seperti virus Covid-19.
terbit postingan potongan video di Twitter disertai
narasi bahwa orang dalam video ini adalah
seorang dokter spesialis paru-paru bernama dr. Zarir
Udwadia. Dalam video laki-laki yang diklaim sebagai
dokter itu menyampaikan informasi cara
menyembuhkan infeksi varian baru Covid-19 yakni
Omicron dengan menghirup bubuk jahe kering.
Alasannya, bubuk jahe kering memiliki sifat basa dan pH
yang tinggi sehingga membunuh Covid-19 yang
menyebar melalui lubang hidung, selaput lendir,
tenggorokan dan kemudian paru-paru.
Setelah dilakukan penelusuran, klaim ini adalah
tidak benar. Melansir dari boomlive.in diketahui laki-laki
dalam video ini bukanlah dr. Zarir Udwadia,
pihaknya telah dihubungi dan menyatakan tidak pernah
membuat klaim bahwa menghirup bubuk jahe dapat
menyembuhkan Covid-19. Dokter Zakir juga melarang
warga untuk memakai cara ini.
Mengutip dari The National Academies of Sciences,
Engineering, and Medicine, mengonsumsi jahe,
memakan akar jahe, menghirup jahe, maupun
menambahkan bubuk jahe ke dalam makanan tidak
akan menghentikan infeksi virus Covid-19. Virus Covid-19
akan masuk ke dalam sel dan melakukan replikasi,
kemudian memasuki sel baru dan membuat replika lagi,
begitu seterusnya
terbit sebuah narasi di media sosial Facebook yang mengklaim Inggris menjadi negara
pertama di dunia yang mengumumkan Covid-19 sebagai endemi. Salah satu akun Facebook
juga menyebut Inggris sudah mencabut status pandemi Covid-19 menjadi endemi.
yang benar, dikutip dari liputan6.com narasi yang mengklaim Inggris menjadi negara pertama
di dunia yang mengumumkan Covid-19 sebagai endemi adalah tidak benar. berdasar isi
pidato resmi Perdana Menteri (PM) Inggris, Boris Johnson yang diunggah di website resmi
Pemerintah Ing
Related Posts:
epidemi corona 1 terbit sebuah klaim tentang vaksin Covid-19 yang dibuat oleh perusahaan farmasi terbesar di Amerika Serikat yaitu Novavax. Unggahan narasi ini menjelaskan bahwa vaksin … Read More