mpai kering dan ulangi
pengujian memakai sisa penguapan.
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam
10.000) dalam etanol P, menampilkan maksimum dan
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti
Fluoksimesteron BPFI; daya serap masing-masing
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan pada
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang
242 nm berbeda tidak lebih dari 2,5%.
Rotasi jenis <1081> Antara +104º dan +112º, dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan; lakukan penetapan
memakai larutan dalam etanol P yang mengandung
100 mg dalam 10 ml.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam.
Cemaran umum <481>
Larutan uji pakailah pelarut metanol P.
Larutan baku pakailah pelarut metanol P.
Volume penotolan pakailah 10 μl.
tahap gerak Buat campuran toluen P-etil asetat P-
etanol P (6:2:2) dalam bejana kromatografi yang tidak
dijenuhkan.
Penampak bercak pakailah teknik penampak bercak
nomor 1.
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471>
Metode V Memenuhi syarat.
Pelarut pakailah dimetil sulfoksida P.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Larutan baku internal Larutkan metilprednisolon
dalam campuran kloroform P-metanol P (95:5) sampai
diperoleh larutan dengan kadar lebih kurang 200 μg
per ml.
tahap gerak Buat larutan campuran butil klorida P-
butil P jenuh air-tetrahidrofuran P-metanol P-asam
asetat glasial P (475:475:70:35:30).
Larutan baku Timbang saksama beberapa
Fluoksimesteron BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Larutan baku internal sampai kadar 0,25 mg per ml.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 25 mg
Fluoksimesteron, larutkan dan encerkan dengan Larutan
baku internal sampai kadar 0,25 mg per ml.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom baja
tahan karat 30 cm x 4 mm, berisi bahan pengisi L3.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada procedure . Faktor resolusi antara puncak
Fluoksimesteron dan baku internal, tidak kurang dari 3,0
dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
tidak lebih dari 2,0%.
procedure Suntikkan secara terpisah beberapa volume
sama Larutan uji dan Larutan baku ke dalam kromatograf.
Hitung jumlah dalam mg fluoksimesteron, C20H29FO3,
dalam contoh yang dipakai dengan rumus:
S
U
R
R
C100
C yaitu kadar Fluoksimesteron BPFI dalam mg per ml
Larutan baku; RU dan RS berturut-turut yaitu
perbandingan respons puncak fluoksimesteron dan baku
internal dalam Larutan uji dan Larutan baku.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
terlindung cahaya.
- 466 -
FLUORESEIN NATRIUM
Fluorescein Sodium
O OONa
COONa
Garam dinatrium fluoresein [518-47-8]
C20H10Na2O5 BM 376,28
Fluoresein Natrium mengandung tidak kurang dari
90,0% dan tidak lebih dari 102,0% C20H10Na2O5,
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian Serbuk; merah jingga; tidak berbau;
higroskopik.
Kelarutan Mudah larut dalam air; sukar larut dalam
etanol.
Baku pembanding Diasetilfluoresein BPFI; lakukan
pengeringan pada suhu 105º selama 4 jam sebelum
dipakai . Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Identifikasi
A. Larutan berfluoresensi kuat, meskipun dalam
larutan yang sangat encer. Fluoresensi tidak tampak jika
larutan diasamkan dan timbul lagi jika larutan dibasakan.
B. Sisa sesudah pembakaran, memberi reaksi
Natrium cara A dan B seperti tertera pada Uji Identifikasi
Umum <291>.
C. Teteskan satu tetes larutan (1 dalam 2000) pada
kertas saring: terjadi bercak kuning dan jika selagi basah
dipaparkan terhadap uap brom selama 1 menit dan
lalu pada uap amoniak akan terjadi warna merah
muda intensif.
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 17,0%.
Seng Larutkan 100 mg dalam 10 ml larutan natrium
klorida P jenuh, Tambahkan 2 ml asam klorida 3 N,
kocok saksama, saring dan Tambahkan 1 ml kalium
besi(II) sianida LP ke dalam filtrat: tidak terjadi
kekeruhan.
Akriflavin Larutkan 10 mg dalam 5 ml air dan
tambahkan beberapa tetes larutan natrium salisilat P
(1 dalam 10): tidak terbentuk endapan.
Penetapan kadar
Larutan baku Timbang saksama beberapa
Diasetilfluoresein BPFI, larutkan dalam 10 ml etanol P
dalam labu tentukur 100-ml. [Catatan 110,7 mg
Diasetilfluoresein BPFI anhidrida setara dengan
100,0 mg fluoresein natrium.] Tambahkan 2 ml natrium
hidroksida 2,5 N, panaskan di atas tangas uap pada suhu
didih selama 20 menit sambil sering digoyang.
Dinginkan, encerkan dengan air sampai tanda.
Masukkan beberapa larutan ke dalam labu tentukur yang
sesuai, encerkan dengan air sampai diperoleh larutan
dengan kadar fluoresein natrium 1 μg per ml. Masukkan
3,0 ml larutan ke dalam labu tentukur 100-ml yang telah
berisi 20 ml dapar borat alkali pH 9,0 dan encerkan
dengan air sampai tanda. Larutan baku mengandung
Fluoresein Natrium BPFI 0,03 μg per ml.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg
zat, larutkan dalam air dan encerkan secara bertahap
dengan air sampai kadar 1 μg per ml. Masukkan 3,0 ml
larutan ke dalam labu tentukur 100-ml yang telah berisi
20 ml dapar borat alkali pH 9,0, encerkan dengan air
sampai tanda.
procedure Tentukan intensitas fluoresein Larutan baku
dan Larutan uji, memakai fluorometer pada panjang
gelombang eksitasi 485 nm dan panjang gelombang
emisi 515 nm. Hitung jumlah dalam mg fluoresein
natrium, C20H10Na2O5, yang dipakai dengan rumus:
S
U
I
IC3333
C yaitu kadar fluoresein natrium dalam μg per ml
Larutan baku ; IU dan IS berturut-turut yaitu harga
fluoresensi dari Larutan uji dan Larutan baku.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
FLUOROURASIL
Fluorouracil
NH
N
O
H
F
O
5- Fluorourasil [51-21-8]
C4H3FN2O2 BM 130,08
Fluorourasil mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
tidak lebih dari 102,0% C4H3FN2O2 , dihitung terhadap
zat yang telah dikeringkan. [Perhatian Penanganan
harus hati-hati untuk mencegah terhirupnya partikel
fluorourasil dan hindari pemaparan terhadap kulit.]
Pemerian Serbuk hablur; putih sampai hampir putih;
praktis tidak berbau; terurai pada suhu lebih kurang 282º.
Kelarutan Agak sukar larut dalam air; sukar larut dalam
etanol; praktis tidak larut dalam kloroform dan eter.
Baku pembanding Fluorourasil BPFI; lakukan
pengeringan dalam hampa udara di atas fosfor
pentoksida P pada suhu 80° selama 4 jam sebelum
- 467 -
dipakai . Simpan dalam wadah tertutup rapat,
terlindung cahaya.
Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
dikeringkan dan didispersikan dalam minyak mineral P
menampilkan maksimum hanya pada bilangan
gelombang yang sama seperti pada Fluorourasil BPFI.
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam
100.000) dalam Dapar asetat pH 4,7 (dibuat dari 8,4 g
natrium asetat P dan 3,35 ml asam asetat glasial P,
encerkan dengan air sampai 1000 ml); menampilkan
maksimum dan minimum pada panjang gelombang
serapan maksimum lebih kurang 266 nm berbeda tidak
lebih dari 3,0%.
C. Pada 5 ml larutan (1 dalam 100) Tambahkan 1 ml
air brom LP: warna brom hilang.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
lakukan pengeringan dalam hampa udara di atas fosfor
pentoksida P pada suhu 80° selama 4 jam.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
Kandungan fluor Tidak kurang dari 13,9% dan tidak
lebih dari 15,0%, dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan. [Catatan Semua alat-alat laboratorium
yang dipakai harus benar-benar bersih dan bebas
residu fluorida. Dianjurkan memakai alat yang
terbuat dari plastik untuk membuat, menyimpan larutan
dan mengukur potensial.]
Larutan isopropanol Encerkan 295 ml isopropanol P
dengan air sampai 500 ml.
Dapar Masukkan 55 g natrium klorida P ke dalam
labu tentukur 1000-ml, tambahkan 500 mg natrium sitrat P,
255 g natrium asetat P dan 300 ml air. Kocok sampai
larut, Tambahkan 115 ml asam asetat glasial P,
dinginkan sampai suhu ruang, tambahkan 300 ml
isopropanol P dan encerkan dengan air sampai tanda.
pH larutan antara 5,0 dan 5,5.
Larutan blangko Pipet 15 ml 1,2-dimetoksietana P ke
dalam labu refluks alas datar 500-ml dan lakukan seperti
tertera pada Larutan uji, mulai dari “Tambahkan natrium
bifenil P dari vial 15 ml”.
Elektrode kalomel yang dimodifikasi Campur 70 ml
larutan segar kalium klorida P jenuh dengan 30 ml
isopropanol P, isi elektrode dengan beningan dan
biarkan terendam dalam sisa larutan selama tidak kurang
dari 2 jam sebelum dipakai . Jika elektrode tidak
dipakai , simpan dengan cara merendam dalam
campuran kalium klorida P-isopropanol P.
Larutan baku persediaan Timbang saksama 2,211 g
natrium fluorida P yang telah dikeringkan pada suhu
150º selama 4 jam, masukkan ke dalam labu tentukur
1000-ml dan larutkan dalam 200 ml air. Tambahkan
1 ml larutan natrium hidroksida P (1 dalam 25),
encerkan dengan air sampai tanda. Simpan dalam wadah
plastik. Satu ml setara dengan 1 mg fluorida.
Kurva baku Encerkan 10,0 ml Larutan baku
persediaan dengan air sampai 100 ml. Pipet ke dalam
4 buah labu tentukur 100-ml, masing-masing 0,8; 1,0 ;
1,2 dan 1,6 ml larutan di atas. Tambahkan ke dalam tiap
labu 15 ml Larutan blangko, encerkan dengan Dapar
sampai tanda. pakailah berturut-turut larutan ini
yang mengandung 0,8; 1,0; 1,2 dan 1,6 μg per ml untuk
membuat kurva baku: Tentukan potensial tiap larutan
seperti tertera pada procedure . Pada kertas grafik
semilogaritmik, buat kurva dengan kadar fluor dalam
mg per 100 ml sebagai absis dan potensial sebagai
ordinat. Tarik garis lurus melalui titik yang diperoleh.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 200 mg
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 250-ml,
tambahkan lebih kurang 150 ml 1,2-dimetoksietana P,
kocok sampai larut, encerkan dengan pelarut yang sama
sampai tanda. Pipet 15 ml larutan ini ke dalam labu
refluks alas datar 500 ml, tambahkan natrium bifenil P
dari vial 15 ml melalui corong bertangkai panjang untuk
mencegah percikan, goyangkan labu dengan hati-hati
dan tutup dengan kaca arloji, biarkan pada suhu kamar
selama 20 menit. Dengan hati-hati, tambahkan 50,0 ml
isopropanol P, sambil digoyang, tambahkan 10,0 ml
hidrogen peroksida P 30%, 4,0 ml natrium hidroksida
1 N, hubungkan labu dengan pendingin balik yang
sebelumnya telah dibilas dengan air dan isopropanol P
lalu dikeringkan. Letakkan labu pada lempeng
pemanas dengan suhu lebih kurang 245º dan refluks
selama 1 jam. Dinginkan sampai suhu ruang, bilas
pendingin balik dengan 15 ml Larutan isopropanol,
pindahkan isi labu ke dalam labu tentukur 250-ml
dengan Larutan isopropanol sebagai pembilas, encerkan
dengan pelarut yang sama sampai tanda. Pipet 15 ml
larutan ini ke dalam labu tentukur 100-ml dan encerkan
dengan Dapar sampai tanda.
procedure Ukur potensi Larutan uji dalam mV
memakai pH meter dengan reprodusibilitas
minimum ±0,2 mV yang dilengkapi dengan elektrode
ion fluorida spesifik dan Elektrode pembanding kalomel
yang termodifikasi terbungkus kaca. Pada pengukuran,
rendam elektrode dalam larutan yang telah dimasukkan
ke dalam gelas piala plastik 100 ml berisi batang
pengaduk berlapis plastik yang sesuai, letakkan gelas
piala di atas pengaduk magnetik, hati-hati jangan sampai
timbul panas, aduk selama 2 menit sebelum membaca
hasil. Keringkan elektrode sebelum pengukuran
berikutnya, hati-hati jangan menggores permukaan
elektrode ion spesifik. Hitung jumlah fluor dalam mg per
100 ml Larutan uji memakai Kurva baku. Hasil
dalam persen diperoleh dengan mengalikan jumlah fluor
di atas dengan faktor 138,9.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
- 468 -
tahap gerak pakailah air yang telah diawaudarakan
dan saring.
Larutan baku Timbang saksama beberapa
Fluorourasil BPFI, larutkan dalam air. Jika perlu
encerkan sampai kadar lebih kurang 10 g per ml.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 20 mg zat,
masukkan ke dalam labu tentukur 200-ml, larutkan dan
encerkan dengan air sampai tanda. Encerkan beberapa
volume larutan ini dengan air sampai kadar lebih kurang
10 g per ml.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 30 cm x
4 mm, berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
1 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
seperti tertera pada procedure : efisiensi kolom tidak
kurang dari 2500 lempeng teoritis dan simpangan baku
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
procedure Suntikkan secara terpisah beberapa volume
sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
fluorourasil, C4H3FN2O2, dengan rumus:
S
U
r
rC2
C yaitu kadar Fluorourasil BPFI dalam g per ml
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut yaitu respons
puncak fluorourasil dari Larutan uji dan Larutan baku.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
tidak tembus cahaya.
INJEKSI FLUOROURASIL
Fluorouracil Injection
Injeksi Fluorourasil yaitu larutan steril Fluorourasil
dalam Air untuk Injeksi, dibuat dengan penambahan
natrium hidroksida. Tiap ml mengandung tidak kurang
dari 45 mg dan tidak lebih dari 55 mg C4H3FN2O2.
[Catatan Jika terbentuk endapan pada suhu rendah,
larutkan kembali dengan pemanasan sampai suhu 60°
sambil dikocok kuat dan biarkan dingin sampai suhu
tubuh sebelum dipakai .]
Baku pembanding Fluorourasil BPFI; lakukan
pengeringan dalam hampa udara di atas fosfor
pentoksida P pada suhu 80° selama 4 jam sebelum
dipakai . Simpan dalam wadah tertutup rapat,
terlindung dari cahaya. Endotoksin BPFI; [Catatan
Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-
hati untuk menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi
seluruh isi, pakailah larutan dalam waktu 14 hari.
Simpan vial yang belum dibuka dan larutan, dalam
lemari pendingin.
Identifikasi
A. Waktu retensi puncak utama pada kromatogram
Larutan uji sesuai dengan kromatogram Larutan baku
yang diperoleh pada Penetapan kadar.
B. Asamkan secara hati-hati beberapa volume injeksi
setara dengan lebih kurang 100 mg fluorourasil dengan
asam asetat glasial P. Aduk dan dinginkan sebentar
sampai diperoleh endapan fluorourasil, kumpulkan
endapan, cuci dengan 1 ml air dan keringkan dalam
hampa udara di atas fosfor pentoksida P pada suhu 80º
selama 4 jam: sisa menampilkan reaksi seperti tertera
pada Identifikasi A dalam fluorourasil.
C. menampilkan reaksi seperti tertera pada
Identifikasi C dalam Fluorourasil.
pH <1071> Antara 8,6 dan 9,4.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi.
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,33 unit
Endotoksin FI per mg fluorourasil.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
tahap gerak, Larutan baku dan Sistem kromatografi
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar dalam
Fluorourasil.
Larutan uji Masukkan beberapa volume injeksi setara
dengan 50 mg fluorourasil ke dalam labu tentukur 100-
ml, encerkan dengan air sampai tanda. Encerkan
beberapa volume larutan ini dengan air sampai kadar
lebih kurang 10 g per ml.
procedure Suntikkan secara terpisah beberapa volume
sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
fluorourasil, C4H3FN2O2, dalam injeksi yang dipakai
dengan rumus:
S
U
r
r
V
C5
C yaitu kadar Fluorourasil BPFI dalam g per ml
Larutan baku; V yaitu volume injeksi yang dipakai
dalam ml Larutan uji; rU dan rS berturut-turut yaitu
respons puncak fluorourasil dari Larutan uji dan Larutan
baku.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal,
sebaiknya dari kaca Tipe I, pada suhu ruang, terhindar
dari pembekuan dan cahaya.
- 469 -
FLUOSINOLON ASETONIDA
Fluocinolone Acetonide
O
CH3
HO
HF
H
CH3
C
H
F
H
O
H
CH2OH
O
C
CH3
CH3
O
6 ,9-Difluoro-11 ,16 ,17,21-tetrahidroksipregna-1,4-
di-ena-3,20-dion, siklik 16,17-asetat dengan aseton [67-
73-2]
C24H30F2O6 BM 452,50
Dihidrat BM 488,53
Fluosinolon Asetonida berbentuk anhidrat atau
mengandung 2 molekul air; mengandung tidak kurang
dari 97,0% dan tidak lebih dari 102,0% C24H30F2O6,
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian Serbuk hablur dalam air; putih atau praktis
putih; tidak berbau; stabil. Meleleh pada suhu 270º
dengan perubahan komposisi.
Kelarutan Tidak larut dalam air; larut dalam metanol;
sukar larut dalam eter dan kloroform.
Baku pembanding Fluosinolon Asetonida BPFI;
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105º
selama 3 jam sebelum dipakai .
Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P,
menampilkan maksimum hanya pada bilangan
gelombang yang sama seperti pada Fluosinolon
Asetonida BPFI. Jika timbul perbedaan, larutkan zat uji
dan baku pembanding dalam etil asetat P, uapkan
larutan sampai kering dan ulangi pengujian dengan
memakai residu.
B. Memenuhi Identifikasi secara Kromatografi Lapis
Tipis <281>.
Larutan uji kadar 5 mg per ml dalam aseton P
Larutan baku kadar 5 mg per ml dalam aseton P
Penjerap Lempeng silika gel P.
tahap gerak Campuran nitrometana P-diklorometan P-
metanol P (50:50:1)
Penampak bercak Cahaya ultraviolet.
Rotasi jenis <1081> Antara +98º dan +108º, dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan; lakukan penetapan
memakai larutan dalam metanol P yang
mengandung 100 mg per 10 ml.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0% untuk
bentuk anhidrat dan tidak lebih dari dari 8,5% untuk
bentuk hidrat; lakukan pengeringan dalam hampa udara
pada suhu 105º selama 3 jam.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
tahap gerak Buat campuran air-asetonitril P-
tetrahidrofuran P (77:13:10) dan awaudarakan.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 20 mg
Fluosinolon Asetonida BPFI, masukkan ke dalam labu
tentukur 100-ml, tambahkan 23 ml campuran asetonitril P-
tetrahidrofuran P (13:10) dan encerkan dengan air sampai
tanda.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 20 mg zat,
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan
23 ml campuran asetonitril P-tetrahidrofuran P (13:10)
dan encerkan dengan air sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 10 cm x
4,5 mm berisi bahan pengisi L1. Laju alir diatur sampai
waktu retensi fluosinolon asetonida antara 9 dan 13
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
tertera pada procedure : efisiensi kolom tidak kurang dari
3000 lempeng teoritis dan simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0%.
procedure Suntikkan secara terpisah beberapa volume
sama (lebih kurang 20 μl) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
fluosinolon asetonida, C24H30F2O6, dengan rumus:
S
U
r
rC100
C yaitu kadar Fluosinolon Asetonida BPFI dalam mg
per ml Larutan baku; rU dan rS berturut-turut yaitu
respons puncak Larutan uji dan Larutan baku.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
FLURASEPAM HIDROKLORIDA
Flurazepame Hydrochloride
N
Cl
CH2CH2N(CH3)2
O
N
F
2HCl
7-Kloro-1-[2-(dietilamino)etil]-5-(o-fluorofenil)-1,3-
dihidro-2H-1,4-benzodiazepin-2-on dihidroklorida
[1172-18-5]
C21H23ClFN3O.2HCl BM 460,81
- 470 -
Flurasepam Hidroklorida mengandung tidak kurang dari
99,0% dan tidak lebih dari 101,0% C21H23ClFN3O. 2HCl
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian Serbuk hablur; agak putih sampai kuning;
tidak berbau. Larutan dalam air bereaksi asam terhadap
lakmus. Melebur pada lebih kurang 212º disertai
penguraian.
Kelarutan Mudah larut dalam air dan etanol; sukar larut
dalam isopropanol dan kloroform.
Baku pembanding Flurasepam Hidroklorida BPFI;
terlindung cahaya. Lakukan pengeringan di atas silika
gel P selama 4 jam sebelum dipakai . Senyawa sejenis
C Flurasepam BPFI; simpan dalam wadah tertutup rapat
dan terlindung cahaya. Lakukan pengeringan pada suhu
105º selama 4 jam sebelum dipakai . Senyawa sejenis
F Flurasepam BPFI. Simpan dalam wadah tertutup rapat
dan terlindung cahaya. Lakukan pengeringan dalam
hampa udara di atas Silika gel P pada suhu 60º selama 4
jam sebelum dipakai .
Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P,
menampilkan maksimum hanya pada bilangan
gelombang yang sama seperti pada Flurasepam
Hidroklorida BPFI.
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam
100.000) menampilkan maksimum dan minimum pada
panjang gelombang yang sama seperti Flurasepam
HidrokloridaBPFI; daya serap masing-masing dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan pada panjang
gelombang serapan maksimum lebih kurang 239 nm
berbeda tidak lebih dari 3,0%.
C. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. Totolkan
masing-masing 10 l larutan dalam metanol P yang
mengandung (1) zat uji 3 mg per ml dan (2) Flurasepam
BPFI 3 mg per ml. Masukkan lempeng ke dalam bejana
kromatografi yang telah dijenuhkan dengan tahap gerak
etil asetat P-amonium hidroksida P (200:1) dan biarkan
merambat lebih kurang tiga per empat panjang lempeng.
Angkat lempeng, biarkan tahap gerak menguap. Amati
dan tandai bercak di bawah cahaya ultraviolet 254 nm:
harga Rf bercak utama yang diperoleh dari larutan
(1) sesuai dengan yang diperoleh dari larutan (2).
D. Pada 2 ml larutan (1 dalam 20) tambahkan 1 ml
asam nitrat 2 N: larutan menampilkan reaksi Klorida
cara A, B dan C seperti tertera pada Uji Identifikasi
Umum <291>, memakai 5 tetes perak nitrat LP.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,5%;
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 60º
di atas Silika gel P selama 4 jam. Lindungi terhadap
cahaya.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
Batas ion fluorida Tidak lebih dari 0,05%. [Catatan
Lakukan penetapan memakai peralatan dari
plastik.]
Dapar pH 5,25 Timbang lebih kurang 110 g natrium
klorida P dan 1 g natrium sitrat P, masukkan ke dalam
labu tentukur 2000-ml, larutkan dalam 700 ml air.
Tambahkan dengan hati-hati 150 g natrium hidroksida P,
kocok sampai larut. Dinginkan sampai suhu ruang.
Tambahkan dengan hati-hati 450 ml asam asetat glasial P
sambil diaduk dan dinginkan. Tambahkan 600 ml
isopropil alkohol P dan encerkan dengan air sampai
tanda: pH larutan antara 5,0 dan 5,5.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 221 mg
natrium fluorida P, masukkan ke dalam labu tentukur
100-ml, larutkan dalam 20 ml air. Tambahkan 1,0 ml
larutan natrium hidroksida P (1 dalam 2500) dan
encerkan dengan air sampai tanda. Larutan mengandung
1 mg ion fluorida per ml. Simpan dalam wadah plastik
tertutup rapat .
Enceran larutan baku Encerkan bertahap beberapa
Larutan baku dengan Dapar pH 5,25 sampai diperoleh
masing-masing 100 ml larutan dengan kadar 1, 3, 5 dan
10 μg per ml.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 1,0 g zat,
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan
encerkan dengan Dapar pH 5,25 sampai tanda.
procedure Lakukan penetapan seperti tertera pada
Titrimetri <711> ukur secara bersamaan potensial dalam
mV Larutan baku dan Larutan uji memakai
pH meter dengan reprodusibilitas minimum ±0,2 mV,
dilengkapi dengan sistem elektroda ion spesifik kalomel
fluorida berlapis kaca [Catatan Pada saat pengukuran,
celupkan elektroda dalam larutan dengan pengaduk
magnetik yang dilapisi politetrafluoroetilen dalam gelas
piala 150 ml, aduk dengan pengaduk yang diisolasi
bagian atas sampai tercapai keseimbangan (1 - 2 menit)
dan catat voltase. Bilas dan keringkan elektroda
diantara pengukuran dengan hati-hati untuk mencegah
kerusakan kristal elektroda ion spesifik.] Gambarkan
hubungan logaritma kadar ion fluorida Larutan baku
dalam μg per ml terhadap voltase dalam mv. Dari hasil
pengukuran voltase Larutan uji dan kurva baku,
tentukan kadar ion fluorida larutan uji dalam μg per ml.
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471>
Metode I Memenuhi syarat.
Senyawa sejenis
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 1,0 g zat,
masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml, tambahkan
metanol P sampai tanda.
Larutan pembanding I Timbang saksama beberapa
Senyawa sejenis C Flurasepam BPFI, larutkan dalam
metanol P sampai kadar 100 μg per ml.
- 471 -
Larutan pembanding II Timbang beberapa Senyawa
sejenis F Flurasepam BPFI, larutkan dalam metanol P
sampai kadar 100 μg per ml.
tahap gerak Campuran eter P-dietilamin P (150:4).
procedure Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti
tertera pada Kromatografi <931>. Totolkan secara
terpisah masing-masing 10 l Larutan uji, Larutan
pembanding I dan Larutan pembanding II pada lempeng
kromatografi silika gel P. Biarkan bercak mengering.
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang
dilapisi kertas saring dan telah dijenuhkan dengan tahap
gerak eter P-dietilamin P (150:4), (buang tahap gerak,
ganti dengan tahap gerak segar, lalu lempeng
dimasukkan) sampai tahap gerak merambat lebih kurang
16 cm. Angkat lempeng, biarkan tahap gerak menguap
tidak lebih dari 5 menit. Ganti tahap gerak dengan tahap
gerak segar dengan komposisi yang sama, lakukan
pengembangan ulang. Angkat lempeng, biarkan tahap
gerak menguap dan amati di bawah cahaya ultraviolet
254 nm. Ukuran dan intensitas tiap bercak Larutan uji
tidak lebih besar dari ukuran bercak Larutan
pembanding dengan harga Rf yang sesuai [tidak lebih
besar dari 0,1 % 5-kloro-2-(2-dietilamino-etilamino)-
2’fluorobenzofenonhidroklorida (Senyawa sejenis C
Flurasepam) dan tidak lebih besar dari 0,1% 7-kloro-5-
(2-fluorofenil)- 1,3-dihidro-2H-1,4 benzodiazepin-2-on
(Senyawa sejenis F Flurasepam).]
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
600 mg zat, masukkan ke dalam gelas piala 250 ml,
larutkan dengan 80 ml asam asetat glasial P dan
tambahkan 20 ml raksa(II) asetat LP. Titrasi dengan
asam perklorat 0,1 N LV, tetapkan titik akhir secara
potensiometrik memakai sistem elektroda kalomel
kaca. Lakukan penetapan blangko.
Tiap ml asam perklorat 0,1 N
setara dengan 23,04 mg C21H23ClFN3O.2HCl
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
dan tidak tembus cahaya.
FLURBIPROFEN NATRIUM
Flurbiprofen Sodium
C
H
COONa
CH3
F
2H2O
Natrium (±)-2-[2-Fluoro-4-bifenilil] propionat dihidrat
C15H12FNaO2.2H2O BM 302,28
Anhidrat BM 266,25
Flurbiprofen Natrium mengandung tidak kurang dari
98,5% dan tidak lebih dari 101,5% C15H12FNaO2.2H2O.
Baku pembanding Flurbiprofen BPFI; lakukan
pengeringan pada tekanan tidak lebih dari 5 mmHg, di
atas fosfor pentoksida P dalam tabung pengering pada
suhu 55º selama 2 jam sebelum dipakai . Flurbiprofen
Natrium BPFI; lakukan pengeringan dalam hampa udara
pada tekanan tidak lebih dari 1 mmHg di atas fosfor
pentoksida P dalam tabung pengering pada suhu 60º
sampai bobot tetap, sebelum dipakai .
Asam 2-(4-Bifenilil)Propionat BPFI; tidak boleh
dikeringkan sebelum dipakai .
Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
dikeringkan dan didispersikan dalam minyak mineral P
menampilkan maksimum hanya pada bilangan
gelombang yang sama seperti pada Flurbiprofen
Natrium BPFI.
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam
100.000) dalam dapar pH 6,0 yang mengandung 2,42 g
natrium fosfat monobasa P dan 660 mg natrium fosfat
dibasa P dalam air sampai 1000 ml menampilkan
maksimum dan minimum pada panjang gelombang yang
sama seperti pada Flurbiprofen Natrium BPFI. Daya
serap masing-masing dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan pada panjang gelombang serapan
maksimum lebih kurang 246 nm berbeda tidak lebih dari
3,0%.
C. Residu hasil pembakaran menampilkan reaksi
Natrium cara A dan B seperti tertera pada Uji Identifikasi
Umum <291>.
Rotasi jenis <1081> Antara -0,45º dan +0,45º, dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan; lakukan penetapan
memakai larutan dalam metanol P yang
mengandung 500 mg per 10 ml.
Susut pengeringan <1121> Tidak kurang dari 11,3%
dan tidak lebih dari 12,5%; lakukan pengeringan dalam
hampa udara pada tekanan tidak lebih dari 1 mmHg di
atas fosfor pentoksida P dalam tabung pengering pada
suhu 60º selama 18 jam, memakai lebih kurang
300 mg zat.
Logam berat <371> Metode I 10 bpj.
Penetapan kadar dan batas asam 2-(4-bifenilil)
propionat
Pelarut Buat campuran metanol P-air (2:1).
tahap gerak Buat campuran asetonitril P-air-asam
asetat glasial P (500:490:10), saring melalui penyaring
dengan porositas 0,5 m atau lebih kecil dan
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
<931>.
Larutan baku persediaan 1 Timbang saksama
beberapa Flurbiprofen BPFI, larutkan dalam metanol P
sampai kadar lebih kurang 1 mg per ml.
- 472 -
Larutan baku 1 Pipet 5,0 ml Larutan baku persediaan 1
ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan Pelarut
sampai tanda. Larutan mengandung flurbiprofen 0,05 mg
per ml.
Larutan baku persediaan 2 Timbang saksama beberapa
Asam 2-(4-Bifenilil)Propionat BPFI, larutkan dalam
metanol P sampai kadar lebih kurang 0,15 mg per ml.
Larutan baku 2 Masukkan 5,0 ml Larutan baku
persediaan 2 ke dalam labu tentukur 200-ml, encerkan
dengan Pelarut sampai tanda. Larutan mengandung
asam 2-(4-bifenilil)propionat 0,75 g per ml.
Larutan resolusi Masukkan 5,0 ml Larutan baku
persediaan 1 dan 2,0 ml Larutan baku persediaan 2 ke
dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan Pelarut
sampai tanda.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan
dan encerkan dengan metanol P sampai tanda.
Masukkan 5,0 ml larutan ke dalam labu tentukur 100-ml
dan encerkan dengan Pelarut sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom 30 cm x
4 mm berisi bahan pengisi L7. Laju alir lebih kurang
2 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
resolusi, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
seperti tertera pada procedure : resolusi, R, antara puncak
asam 2-(4-bifenilil)propionat dan flurbiprofen tidak
kurang dari 1,0. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
baku 1, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
seperti tertera pada procedure : faktor ikutan puncak analit
tidak lebih dari 2,5 dan simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%.
procedure Suntikkan secara terpisah beberapa volume
(lebih kurang 20 l) Larutan baku 1, Larutan baku 2 dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
dan ukur respons puncak utama. Hitung persentase
C15H12FNaO2.2H2O dalam natrium flurbiprofen yang
dipakai dengan rumus:
S
U
r
r
W
C000.200
26,244
28,302
302,28 dan 244,26 berturut-turut yaitu bobot molekul
flurbiprofen natrium dihidrat dan flurbiprofen anhidrat;
C yaitu kadar flurbiprofen BPFI dalam mg per ml
Larutan baku; W yaitu bobot dalam mg flurbiprofen
natrium yang dipakai untuk pembuatan Larutan uji;
rU dan rS berturut-turut yaitu luas puncak flurbiprofen
Larutan uji dan Larutan baku 1. Hitung persentase asam
2-(4-bifenilil)propionat dalam flurbiprofen natrium yang
dipakai dengan rumus:
S
U
r
r
W
C000.200
C yaitu kadar Asam 2(4-bifenilil)propionat BPFI dalam
mg per ml Larutan baku 2; W yaitu bobot dalam mg
natrium flurbiprofen yang dipakai untuk pembuatan
Larutan uji; rU dan rS berturut-turut yaitu luas puncak
asam 2-(4-bifenilil)propionat Larutan uji dan Larutan
baku 2: tidak lebih dari 1,5%.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
FRAKSI FAKTOR VIII KERING
Antihemophily Fraction Factor VIII
Dried Human Antihemophily Fraction
Fraksi Faktor VIII Kering dibuat dari plasma darah
manusia yang berasal dari donor sehat, sedapat mungkin
disertai uji klinik, uji laboratorium dan telah diketahui
riwayat mediknya, bebas dari infeksi yang dapat
ditularkan melalui tranfusi darah atau derivat darah.
Pemeriksaan dan pengujian ditetapkan oleh instansi yang
berwenang; terutama untuk uji terhadap antigen
permukaan hepatitis B dan antibodi HIV dengan metode
peka dan memberi hasil negatif.
Metode pembuatan dirancang untuk dapat mencegah
penularan atau inaktivasi organisme penyebab infeksi.
Fraksi antihemofili dibuat dengan teknik fraksionasi
yang sesuai, fraksi yang diperoleh dilarutkan dalam
pelarut yang sesuai, dibagikan ke dalam wadah steril dan
segera dibekukan. Sediaan dibuat beku kering, wadah
ditutup kedap dengan hampa udara atau diisi gas
nitrogen bebas oksigen atau gas inert lain, sebelum
ditutup kedap untuk mencegah kontaminasi mikroba.
Tidak boleh ditambahkan pengawet antimikroba. Zat
antivirus dapat ditambahkan namun tidak merusak produk
dan tidak menyebabkan efek merugikan pada manusia.
Dapat ditambahkan heparin. Pembuatan dapat dilakukan
dengan berbagai cara tergantung aktivitas yang
diharapkan dan tingkat kemurniannya.
Bila dilarutkan dalam air beberapa volume sama
dengan Air untuk injeksi yang tertera pada etiket,
mengandung tidak kurang dari 3,0 unit per ml dan tidak
kurang dari 0,1 unit per mg protein.
Pemerian Serbuk atau padatan rapuh; putih atau kuning
pucat.
Identifikasi
A. Menyebabkan pengurangan waktu jendal bila
dilakukan seperti pada Penetapan kadar.
B. Lakukan reaksi pengendapan memakai
antiserum khas terhadap protein plasma manusia dan
antiserum khas terhadap protein plasma dari setiap galur
hewan domestik yang umum dipakai untuk
pembuatan sediaan biologik. Sediaan yang mengandung
protein asal manusia memberi reaksi negatif dengan
antiserum khas terhadap protein plasma galur lain.
- 473 -
Keasaman atau kebasaan <1071> pH 6,8 sampai 7,4;
lakukan penetapan memakai larutan dalam air
bebas karbon dioksida P.
Kelarutan dalam air Lakukan penetapan dengan cara
menambahkan air suhu 20º - 25º perlahan-lahan ke
dalam sediaan uji suhu sama. Campur sambil diputar,
hindari terbentuk busa; sediaan uji larut sempurna dalam
waktu 30 menit, terbentuk larutan tidak berwarna atau
agak kuning, jernih atau sedikit opalesen. Tidak
terbentuk koagulasi bila disimpan pada suhu 20º - 25º
selama 3 jam sesudah konstitusi.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 2%;
lakukan pengeringan di atas fosfor pentoksida P pada
tekanan tidak lebih 0,02 mmHg selama 24 jam,
memakai 0,5 mg zat.
Hemaglutinin, anti-A dan anti-B Lakukan penetapan
memakai larutan dalam air dengan metode tidak
langsung yang sesuai seperti tertera di bawah ini.
Larutan 1 dalam 64 tidak menampilkan aglutinasi.
Encerkan beberapa larutan dalam larutan natrium
klorida P 0,9% sampai mengandung 3 unit per ml. Buat
dua seri pengenceran yang sama dengan larutan natrium
klorida P 0,9%. Pada tiap larutan dari satu seri
pengenceran tambahkan volume sama suspensi sel darah
merah golongan A1 5% v/v, yang sebelumnya telah
dicuci tiga kali dengan larutan natrium klorida P 0,9%.
Pada masing-masing enceran seri yang lain tambahkan
volume sama suspensi sel darah merah golongan B 5%
v/v yang sebelumnya telah dicuci tiga kali dengan
larutan natrium klorida P 0,9%. Inkubasi pada suhu 37º
selama 30 menit dan cuci sel tiga kali dengan larutan
natrium klorida P 0,9%. Tambahkan anti globulin
manusia polivalen, biarkan kontak dengan sel selama 30
menit. Tanpa disentrifus amati aglutinasi dari setiap
suspensi di bawah mikroskop.
Antigen permukaan Hepatitis B Tidak mengandung
antigen permukaan Hepatitis B. Lakukan penetapan
memakai larutan dalam air dengan metode yang
peka seperti penetapan secara radio-imuno.
Toksisitas abnormal Memenuhi syarat Uji toksisitas
abnormal seperti tertera pada Uji Reaktivitas secara
Biologi in-vivo <251>. Lakukan penetapan memakai
larutan dalam Air untuk Injeksi P dengan beberapa
volume mengandung 1,5 unit pada tiap mencit dan
beberapa volume mengandung 15 unit pada tiap marmut.
Pirogen <231> Memenuhi syarat; lakukan penetapan
memakai larutan dalam air untuk injeksi P dengan
beberapa volume yang mengandung 10 unit per kg bobot
kelinci.
Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
Penetapan kadar Lakukan penetapan memakai
larutan dalam air.
Protein total Lakukan penetapan dengan Metode I
seperti tertera pada Penetapan Kadar Nitrogen dalam
Produk Darah <591>. Bila perlu encerkan dengan
larutan natrium klorida P 0,9% sampai diperoleh larutan
yang mengandung 15 mg protein per 2 ml. Masukkan
2 ml larutan ke dalam tabung sentrifuga alas bulat,
tambahkan 2 ml larutan natrium molibdat P 7,5% dan
2 ml campuran asam sulfat bebas nitrogen P dan air
(1:30). Kocok, sentrifus selama 5 menit, tuang beningan
dan letakkan tabung sentrifus di atas kertas saring dalam
posisi terbalik, biarkan dalam posisi terbalik sampai
kering. Tetapkan kadar nitrogen dalam residu. Hasil yang
diperoleh kalikan 6,25 untuk memperoleh kadar protein.
Fibrinogen Tidak lebih dari 80% protein total terdiri
dari fibrinogen. Encerkan 1 ml larutan dengan larutan
natrium klorida P 0,9% sampai 10 ml. Pada beberapa
volume larutan yang mengandung 15 mg fibrinogen
tambahkan trombin secukupnya untuk mengkoagulasi
protein dan biarkan selama 2 jam. Kumpulkan jendalan,
cuci dengan larutan natrium klorida P 0,9%, tetapkan
kadar nitrogen dalam residu dengan Metode I seperti
tertera pada Penetapan Kadar Nitrogen dalam Produk
Darah <591>. Hasil yang diperoleh kalikan 6,25 untuk
memperoleh kadar fibrinogen.
Potensi Potensi perkiraan tidak kurang dari 80% dan
tidak lebih dari 125% dari yang tertera pada etiket. Batas
keyakinan tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari
156% dari potensi yang tertera pada etiket. Lakukan
penetapan seperti tertera pada Penetapan Potensi Fraksi
Faktor VIII <141>.
Wadah dan penyimpanan Simpan pada suhu di bawah
8º terlindung cahaya. Dengan kondisi penyimpanan
seperti di atas, potensi diharapkan memenuhi syarat
selama 2 tahun sejak tanggal penetapan potensi. Fraksi
faktor VIII kering sesudah dikonstitusi harus diberikan
hanya dengan alat yang dilengkapi dengan penyaring.
FRAKSI FAKTOR IX KERING
Fraction Factor IX Desiccate
Fraksi Faktor IX Kering banyak mengandung faktor
penjendalan II, IX dan X juga dapat mengandung faktor
penjendalan VII. Dibuat dari plasma darah manusia dari
donor sehat. Sedapat mungkin disertai uji klinik, uji
laboratorium dan dengan riwayat medik telah diketahui,
bebas dari infeksi yang dapat ditularkan melalui tranfusi
darah atau derivat darah. Pemeriksaan dan pengujian
ditetapkan oleh instansi yang berwenang, terutama uji
antigen permukaan hepatitis B dan antibodi HIV dengan
metode peka, dan memberi hasil negatif.
Metode pembuatan terutama bertujuan untuk
memperkecil trombogenisitas dan mencegah penularan
atau menginaktifkan organisme penyebab infeksi.
- 474 -
Fraksi faktor IX dibuat dengan teknik fraksionasi dari
plasma yang telah dipisahkan dari komponen selular
dengan cara yang sesuai. Fraksi yang diperoleh
dilarutkan dalam pelarut yang sesuai dan disterilkan
dengan cara penyaringan, dibagikan ke dalam wadah
steril dan dibekukeringkan. lalu wadah ditutup
kedap dengan hampa udara atau dapat diisi gas nitrogen
bebas oksigen P atau gas inert lain yang sesuai sebelum
di tutup kedap untuk mencegah kontaminasi mikroba.
Bila isi wadah dilarutkan dalam air volume sama
dengan Air untuk Injeksi yang tertera pada etiket, larutan
mengandung faktor jendal IX tidak kurang dari 20 unit
per ml, tidak kurang dari 0,2 unit faktor jendal IX per
mg protein, tidak lebih dari 300 mmol ion natrium per
liter, tidak lebih dari 60 mmol sitrat per liter dan tidak
lebih dari 50 mmol ion fosfat per liter. Dapat
mengandung heparin tidak lebih dari 0,15 unit Heparin
per unit faktor jendal IX.
Pemerian Serbuk atau padatan rapuh; putih atau agak
berwarna.
Identifikasi Lakukan penetapan dengan metode khas
untuk faktor jendal IX, memakai larutan segar
dalam air; dapat memperbaiki abnormalitas penjendalan
pada plasma yang kekurangan faktor jendal IX.
pH <1071> Antara 6,7 dan 8,0; lakukan penetapan
memakai larutan dalam air bebas karbon dioksida P.
Kelarutan dalam air Lakukan penetapan dengan
menambahkan air secara perlahan-lahan pada suhu
18º - 22º ke dalam sediaan uji pada suhu sama. Campur
sambil diputar, hindari terbentuknya busa: sediaan uji
larut sempurna dalam waktu 10 menit dan jernih.
Faktor jendal teraktivasi Lakukan penetapan
memakai larutan dalam air. Bila sediaan
mengandung heparin, netralkan heparin terlebih dahulu
dengan penambahan beberapa Injeksi Protamin Sulfat
seperti tertera pada uji Heparin. Masukkan ke dalam
tabung plastik 0,1 ml plasma sedikit platelet P dan 0,1 ml
larutan sefalin P dalam larutan natrium klorida P 0,9%
dengan jumlah yang sesuai. Masukkan dalam tangas air
pada suhu 37º (Larutan sefalin P yang sesuai yaitu
yang dapat memberi waktu jendal kontrol antara 200
dan 300 detik; sebagai perkiraan pengenceran awal dapat
dicoba 50 sampai 200 kali). sesudah tepat 1 menit
tambahkan 0,1 ml dapar tris-klorida pH 7,5; lalu
segera tambahkan 0,1 ml kalsium klorida 0,025 M dan
catat waktu jendal (kontrol). Ulangi percobaan
memakai masing-masing larutan berikut sebagai
pengganti dapar tris-klorida pH 7,5. Larutan 1)
Larutan uji; Larutan 2) encerkan 1 bagian volume
Larutan 1 sampai 10 bagian volume dengan dapar tris-
klorida pH 7,5; Larutan 3) encerkan 1 bagian Larutan 1
sampai 100 bagian volume dengan dapar tris-klorida
pH 7,5. Catat waktu jendal. Waktu jendal kontrol tidak
kurang dari 200 detik dan waktu jendal masing-masing
dari 3 larutan uji tidak kurang dari 150 detik.
Heparin Untuk sediaan yang mengandung heparin
lakukan penetapan memakai larutan dalam air. Buat
beberapa campuran masing-masing mengandung 0,5 ml
larutan uji dan 10 l dari satu seri pengenceran Injeksi
Protamin Sulfat mengandung antara 0 dan 5 mg
protamin sulfat per ml. Lakukan penetapan seperti
tertera pada Faktor jendal teraktifasi mulai dari kata
”Masukkan ke dalam tabung plastik” dan berakhir pada
kata “catat waktu jendal (kontrol)”. Ulangi percobaan,
sebagai pengganti dapar tris-klorida pH 7,5 pakailah
masing-masing campuran larutan uji dan larutan
protamin sulfat, catat waktu jendal. Jumlah protamin
sulfat yang memberi waktu jendal tersingkat
sebanding dengan jumlah protamin sulfat yang
diperlukan untuk menetralkan heparin yang ada
dalam 0,5 ml larutan uji. Hitung kadar heparin dalam
unit per ml berdasarkan anggapan bahwa 10 g protamin
sulfat menetralkan 1 unit heparin. Uji tidak abash
kecuali bila waktu jendal kontrol tidak kurang dari
200 detik. Dari hasil penetapan kadar untuk potensi
hitung unit heparin per unit faktor jendal IX.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
lakukan pengeringan di atas fosfor pentoksida P pada
tekanan tidak lebih dari 0,02 mmHg selama 24 jam,
memakai tidak kurang dari 100 mg zat.
Toksisitas abnormal Memenuhi syarat uji toksisitas
abnormal seperti tertera pada Uji Reaktivitas secara
Biologi in-vivo <251>; lakukan penetapan memakai
dosis uji beberapa volume larutan yang mengandung
150 unit per kg bobot tubuh, dengan melarutkan dalam
air untuk injeksi P.
Pirogen <231> Memenuhi syarat; lakukan penetapan
memakai dosis uji beberapa volume larutan yang
mengandung 50 Unit per kg bobot kelinci, dengan
melarutkan dalam Air untuk injeksi P.
Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
Penetapan kadar Lakukan penetapan memakai
larutan dalam air.
Protein total Lakukan penetapan dengan Metode I
seperti tertera pada Penetapan Kadar Nitrogen dalam
Produk Darah <591>.
Ion natrium Lakukan penetapan dengan
Spektrofotometri atom: emisi dan serapan seperti tertera
pada Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>.
Pada 10 ml larutan uji tambahkan beberapa air sampai
100 ml, encerkan 10 ml dengan air sampai 500 ml. Ukur
serapan pada 589 nm dan pakailah larutan natrium
sebagai larutan baku yang dibuat dengan melarutkan
508,4 mg natrium klorida P yang sebelumnya telah
- 475 -
dikeringkan sampai bobot tetap pada suhu 130º,
encerkan dalam air sampai 1000 ml. Larutkan dengan
beberapa air sampai mengandung 200 g per ml.
Ion sitrat Encerkan 1 ml sediaan uji dengan beberapa
air sampai mengandung lebih kurang setara dengan
2 mM ion sitrat, tambahkan volume sama larutan asam
trikloroasetat P 10%, panaskan dalam tangas air pada
suhu 60º selama 5 menit. Sentrifus, pipet 1 ml beningan
ke dalam tabung bersumbat kaca, tambahkan 1,3 ml
piridin P dan 5,7 ml anhidrida asetat P. Campur dan
masukkan segera ke dalam tangas air pada suhu 31º,
biarkan selama 35 menit sampai terjadi warna. Ukur
serapan pada 425 nm. Lakukan penetapan blangko
memakai 1 ml larutan asam trikloroasetat P 5%,
dengan cara yang sama mulai dari “tambahkan 1,3 ml
piridin P”. Hitung kadar ion sitrat dari kurva kalibrasi
yang dibuat memakai satu seri larutan mengandung
berbagai kadar trinatrium sitrat P dalam larutan
asam trikloroasetat P 5% dengan cara yang sama,
dapat dipakai kadar ion sitrat yang sesuai dari kadar
0,5 - 1,5 mM.
Ion fosfat Encerkan 1 ml sediaan uji dengan beberapa
larutan asam trikloroasetat P 5% sampai mengandung
lebih kurang 1 mM ion fosfat. Panaskan campuran
dalam tangas air pada suhu 60º selama 5 menit. Sentrifus
dan pipet 1 ml beningan ke dalam labu tentukur 10-ml.
Tambahkan 0,05 ml fenolftalein LP, natrium hidroksida
1 N sampai tepat netral dan air sampai tanda. Pipet 1 ml
larutan ke dalam labu tentukur 10-ml yang lain,
tambahkan 4 ml air, 1 ml asam sulfat 5 M, 1 ml larutan
amonium molibdat P 2,5% dan 1 ml larutan kalium
iodida P 20%, campur pada tiap penambahan. Tutup
labu, panaskan dalam tangas air selama tepat 15 menit,
dinginkan. Tambahkan beberapa larutan natrium sulfit P
0,5% sampai terjadi warna biru dan tambahkan 0,2 ml
berlebih, lalu tambahkan air secukupnya sampai
tanda. Ukur serapan maksimum larutan pada panjang
gelombang serapan maksimum lebih kurang 830 nm.
Lakukan penetapan blangko memakai 1 ml larutan
asam trikloroasetat P 5% dengan cara yang sama.
Hitung kadar ion fosfat dari kurva kalibrasi yang dibuat
memakai satu seri larutan natrium fosfat dibasa P
dalam larutan asam trikloroasetat P 5% dari kadar
0,5 - 1,5 mM.
Potensi Tidak kurang dari 80% dan tidak lebih dari
125% dari potensi yang tertera pada etiket. Batas
keyakinan tidak kurang dari 64% dan tidak lebih
dari156% dari potensi yang tertera pada etiket. Lakukan
penetapan seperti tertera pada Penetapan Potensi Fraksi
Faktor IX <151>.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah steril berisi
gas nitrogen P atau hampa udara, tertutup kedap yang
dapat mencegah kontaminasi mikroba dan uap air,
terlindung cahaya, pada suhu di bawah 8º.
FRAKSI PROTEIN PLASMA
Larutan Protein Plasma
Plasma Protein Fraction
Larutan Protein Plasma yaitu larutan air isotonik
protein plasma atau serum mengandung albumin dan
globulin yang distabilkan sedemikian sesampai dapat
mempertahankan kelarutannya sesudah dipanaskan.
Plasma atau serum diperoleh dari donor sehat yang
secara klinis, uji laboratorium terhadap darah dan
riwayat medik, bebas dari zat yang dapat menularkan
infeksi melalui transfusi darah atau derivat darah.
Pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan ditetapkan
oleh instansi yang berwenang, terutama uji antigen
permukaan hepatitis B dan antibodi HIV dengan metode
yang peka dan memberi hasil negatif terhadap kedua
hal ini .
Pemisahan protein dilakukan dengan kondisi
terkendali terutama pH, kekuatan ion dan suhu, sesampai
produk akhir tidak kurang dari 85% protein total yaitu
albumin.
Larutan protein plasma tersedia sebagai larutan
isotonik mengandung 4,0% - 5,0% protein total. Untuk
mengatasi pengaruh pemanasan dapat ditambahkan
stabilisator yang sesuai, seperti natrium kaprilat dengan
kadar tertentu, namun tidak boleh ditambahkan pengawet
antimikroba pada setiap tahap pembuatan. Larutan
disterilkan dengan penyaringan, dibagikan secara aseptik
ke dalam wadah steril dan ditutup untuk mencegah
kontaminasi mikroba. Larutan dalam wadah akhir
dipanaskan pada suhu 60° selama 10 jam. lalu
diinkubasi pada suhu 30° - 32° selama tidak kurang dari
14 hari atau pada suhu 20° - 25° selama tidak kurang
dari 4 minggu dan amati secara visual adanya
kontaminasi mikroba.
Pemerian Cairan jernih berwarna kuning pucat dapat
terbentuk sedikit endapan pada waktu penyimpanan,
endapan hilang bila dikocok.
Baku pembanding Larutan Protein Plasma Manusia
untuk Elektroforesis BPFI.
Identifikasi
A. Lakukan reaksi pengendapan memakai
antiserum spesifik terhadap protein plasma manusia dan
antiserum spesifik terhadap protein plasma dari setiap
galur hewan domestik yang umum dipakai untuk
pembuatan sediaan biologik. Sediaan mengandung
protein asal manusia dan memberi reaksi negatif
terhadap antiserum spesifik terhadap protein plasma
galur lain.
B. Lakukan penetapan dengan cara imunoelektroforesis
yang sesuai, bandingkan serum manusia normal dan
sediaan uji memakai antiserum, keduanya
diencerkan sampai mengandung 1% protein. Komponen
utama sediaan uji sesuai dengan serum manusia normal.
- 476 -
Larutan dapat mengandung beberapa kecil protein
plasma lain.
C. Elektroforetogram yang diperoleh dari uji
komposisi protein dapat dibedakan dari larutan albumin.
Keasaman atau kebasaan pH 6,7 - 7,3; lakukan
penetapan dengan mengencerkan zat uji dengan larutan
natrium klorida P 0,9% sampai mengandung 1% protein.
Alkalin fosfatase Tidak lebih dari 0,1 unit protein per g.
Pada campuran 0,5 ml larutan uji dan 0,5 ml dapar
dietanolamin pH 10,0 dalam kuvet spektrofotometer
pada suhu 36,8° - 37,2°; tambahkan 0,1 ml nitrofenil
fosfat LP. Ukur serapan pada 405 nm terus menerus
selama tidak kurang dari 30 detik sejak penambahan
nitrofenil fosfat LP. Hitung aktivitas alkalin fosfatase
pada suhu 37° dalam unit per g protein dengan rumus:
P
x3,118
P yaitu kandungan protein dalam g per liter yang
diperoleh dari Penetapan kadar; x yaitu kenaikan
serapan per menit.
Haem Encerkan zat dengan larutan natrium klorida P
0,9% sampai mengandung 1% protein. Ukur serapan
larutan pada 403 nm: tidak lebih dari 0,15. pakailah air
sebagai blangko.
Polimer dan agregat Fraksi mengandung tidak lebih
dari 10% nitrogen total. Lakukan penetapan seperti pada
Polimer dan agregat yang tertera pada Larutan albumin.
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi Eksklusi
seperti tertera pada Kromatografi <931> memakai
2 ml larutan uji. Kromatograf pada suhu ruang
memakai (a) kolom (1 m x 25 mm) diisi dekstran
saling silang yang sesuai untuk fraksionasi butiran
protein dengan rentang bobot molekul antara 5000 dan
350.000 (Sephadex G150) (b) tahap gerak dapar fosfat
campuran pH 7,0 mengandung azida, laju alir lebih
kurang 20 ml (4 ml per cm2 luas potongan kolom) per
jam dan (c) pengukuran pada 280 nm. Kumpulkan eluat
dalam fraksi lebih kurang 4 ml dan gabungkan fraksi
yang memberi puncak sama. Untuk masing-masing
fraksi gabungan lakukan Kadar Nitrogen <581>. Tidak
lebih dari 10% nitrogen total ada dalam fraksi
gabungan dengan protein yang tidak tersisa.
Kalium <351> Tidak lebih dari 50 mol K per g
protein. Lakukan penetapan dengan cara
Spektrofotometri Atom: Emisi dan Serapan seperti
tertera pada Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya
<1191>. pakailah larutan 1,144 g kalium klorida P
yang telah dikeringkan pada suhu 130° dalam air sampai
1000 ml sebagai blangko.
Natrium <351> Mengandung 95% - 105% dari yang
tertera pada etiket, untuk hal tertentu, tidak lebih dari
160 mmol Na per liter. Lakukan penetapan dengan cara
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>.
pakailah larutan 508,4 mg natrium klorida P yang telah
dikeringkan pada suhu 130° dalam air sampai 1000 ml
sebagai blangko.
Komposisi protein Lakukan penetapan dengan
Metode II Elektroforesis selulosa asetat seperti tertera
pada Elektroforesis <831> memakai larutan sebagai
berikut:
Larutan 1 Encerkan sediaan uji dengan larutan
natrium klorida P 0,9% sampai mengandung 2% protein.
Larutan 2 Encerkan Larutan Protein Plasma Manusia
untuk Elektroforesis BPFI dengan larutan natrium
klorida P 0,9% sampai mengandung 2% protein. Pita
bercak lain selain bercak utama yang diperoleh dari
Larutan 1 mengandung tidak lebih dari 15%. Uji tidak
absah kecuali perbandingan protein dalam pita bercak
utama yang diperoleh dari Larutan (2) dalam batas yang
tertera pada Larutan Protein Plasma Manusia untuk
Elektroforesis BPFI.
Toksisitas abnormal Memenuhi syarat uji Toksisitas
abnormal seperti tertera pada Uji Reaktivitas secara
Biologi In-vivo <251>.
Pirogen <231> Memenuhi syarat, lakukan penetapan
memakai dosis uji 3 ml per kg bobot kelinci.
Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
Penetapan kadar Mengandung 95% - 105% protein
dari jumlah tertera pada etiket. Lakukan penetapan
dengan Metode I seperti tertera pada Penetapan Kadar
Nitrogen dalam Darah <591>. Encerkan sediaan uji
dengan larutan natrium klorida P 0,9% sampai diperoleh
larutan yang mengandung lebih kurang 15 mg protein
per 2 ml. Masukkan 2 ml larutan ke dalam tabung
sentrifuga beralas bulat, tambahkan 2 ml larutan natrium
molibdat P 7,5% dan 2 ml campuran air-asam sulfat
bebas nitrogen P (30:1). Kocok dan sentrifus selama
5 menit, tuang beningan, letakkan tabung terbalik pada
kertas saring sampai kering. Lakukan penetapan kadar
nitrogen dari residu dan hasil yang diperoleh kalikan
6,25 untuk memperoleh kadar protein.
Wadah dan penyimpanan Pada suhu 2° - 25°,
terlindung cahaya. Bila disimpan pada suhu 2° - 8°
diharapkan memenuhi syarat selama 5 tahun sejak
sediaan dipanaskan pada suhu 60° selama 10 jam. Bila
disimpan pada suhu tidak lebih dari 25° diharapkan
memenuhi syarat selama 3 tahun sejak sediaan
dipanaskan pada suhu 60° selama 10 jam.
- 477 -
FUROSEMIDA
Furosemide
NHCH2
COOH
H2NS
Cl
O
O
O
Asam 4-kloro-N-furfuril-5-sulfamoilantranilat [54-31-9]
C12H11ClN2O5S BM 330,74
Furosemida mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
tidak lebih dari 101,0% C12H11ClN2O5S, dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian Serbuk hablur; putih sampai hampir kuning;
tidak berbau.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; mudah larut
dalam aseton, dimetilformamida dan larutan alkali
hidroksida; larut dalam metanol; agak sukar larut dalam
etanol; sukar larut dalam eter; sangat sukar larut dalam
kloroform.
Baku pembanding Furosemida BPFI; lakukan
pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam sebelum
dipakai . Asam 4-kloro-5-sulfamoilantranilat BPFI;
tidak boleh dikeringkan sebelum dipakai , simpan
dalam wadah tertutup rapat terlindung cahaya. Asam 2-
kloro-4-N-furfurilamino-5-sulfamoilbenzoat BPFI; tidak
boleh dikeringkan sebelum dipakai , simpan dalam
wadah tertutup rapat terlindung cahaya.
Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam kalium bromida P menampilkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
seperti pada Furosemida BPFI.
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam
125.000) dalam natrium hidroksida 0,02 N menampilkan
maksimum dan minimum pada panjang gelombang yang
sama seperti pada Furosemida BPFI; daya serap
masing-masing dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan pada panjang gelombang serapan
maksimum lebih kurang 271 nm, berbeda tidak lebih
dari 3,0%.
C. Larutkan lebih kurang 5 mg zat dalam 10 ml metanol
P. Masukkan 1 ml larutan ke dalam labu, tambahkan
10 ml asam klorida 2,5 N dan refluks di atas tangas uap
selama 15 menit. Dinginkan, tambahkan 15 ml natrium
hidroksida 1 N dan 5 ml larutan natrium nitrit P (1 dalam
1000). Biarkan selama 3 menit, tambahkan 5 ml
larutan amonium sulfamat P (1 dalam 200), campur
dan tambahkan 5 ml larutan N-1-naftiletilendiamina
dihidroklorida P (1 dalam 1000) yang dibuat segar: terjadi
warna merah sampai merah ungu.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
lakukan pengeringan pada suhu selama 3 jam.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
Senyawa sejenis Asam 4-kloro-5-sulfamoilantranilat
tidak lebih dari 0,5% dan asam 2-kloro-4-N-
furfurilamino-5-sulfamoilbenzoat tidak lebih dari 0,5%.
[Catatan Lindungi larutan Furosemida dari cahaya.]
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
tahap gerak Buat campuran air-tetrahidrofuran P-
asam asetat glasial P (70:30:1), saring dan
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
<931>.
Larutan pengencer Larutkan 1,92 g natrium
1-pentanasulfonat P dalam 22 ml asam asetat glasial P
dalam labu tentukur 1000-ml. Encerkan dengan
campuran asetonitril P-air (50:50) sampai tanda.
Larutan baku Buat larutan dalam Larutan pengencer
sampai diperoleh larutan masing-masing mengandung
Asam 4-kloro-5-sulfamoilantranilat BPFI dan Asam 2-
kloro-4-N-furfurilamino-5-sulfamoilbenzoat BPFI 5,0 g
per ml.
Larutan resolusi Larutkan beberapa Furosemida BPFI
dan Asam 2-kloro-4-N-furfurilamino-5-sulfamoilbenzoat
BPFI dalam Larutan pengencer sesampai diperoleh
larutan yang mengandung berturut-turut 20 dan 12 μg
per ml.
Larutan uji Timbang saksama beberapa zat,
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan
dan encerkan dalam Larutan pengencer sampai tanda
untuk memperoleh kadar lebih kurang 1,0 mg per ml.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 254 dan 272 nm dan kolom
25 cm x 4,6 mm berisi bahan pengisi L1. [Catatan
Cemaran asam 2,4-dikloro-5-sulfamoilbenzoat tidak
memberi respons pada 272 nm dan cemaran asam
2,4-bis (furfurilamino-5-sulfamoilbenzoat memberi
serapan sangat kuat pada 254 nm.] Laju alir lebih
kurang 1,0 ml per menit. Lakukan penyuntikan Larutan
resolusi beberapa kali, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak seperti tertera pada procedure . [Catatan
Furosemida memberi respons pada 254 nm dengan
waktu retensi lebih kurang 10 menit]; Simpangan baku
relatif luas puncak furosemida tid