Kamis, 05 Desember 2024

farmakope 71

 


20) menampilkan  reaksi 

Natrium cara A dan B, dan Klorida cara A, B dan C 

seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. 

 

Keasaman atau kebasaan Larutkan 50,0 g dalam 200 ml 

air bebas karbon dioksida P, tambahkan 10 tetes 

indikator pH biru bromotimol LP. Jika larutan berwarna 

kuning, membutuhkan tidak lebih dari 1,0 ml natrium 

hidroksida 0,020 N untuk menghasilkan warna biru. Jika 

larutan berwarna biru atau hijau, membutuhkan tidak 

lebih dari 3,12 ml asam klorida 0,020 N untuk 

menghasilkan warna kuning. 

 

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; 

lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 2 jam. 

 

Arsen <371>Metode I Tidak lebih dari 3 bpj. 

 

Barium Larutkan 4,0 g dalam 20 ml air, jika perlu saring, 

bagi larutan menjadi 2 bagian. Pada bagian pertama 

tambahkan 2 ml asam sulfat 2 N dan pada bagian lainnya 

tambahkan 2 ml air: kedua larutan menampilkan  

kejernihan yang sama sesudah  didiamkan selama 2 jam. 

 

Iodida atau bromida Ekstraksi 2,0 g serbuk halus 

dengan 25 ml etanol P hangat selama 3 jam. Dinginkan 

campuran, pisahkan garam yang tidak larut dengan 

penyaringan. Uapkan filtrat sampai kering, larutkan 

residu dalam 5 ml air, tambahkan 1 ml kloroform P. 

Tambahkan secara hati-hati 5 tetes klorin LP (1 dalam 3), 

sambil terus dikocok: kloroform tidak menampilkan  

warna ungu, kuning atau jingga. 

 

Kalsium dan magnesium Tidak lebih dari 50 bpj 

kalsium dan magnesium (sebagai Ca). Larutkan 20 g 

dalam 200 ml air dan tambahkan 0,1 ml asam klorida P,    

5 ml dapar amonia-amonium klorida LP dan 5 tetes 

hitam eriokrom LP. Titrasi dengan dinatrium 

etilendiamin tetraasetat 0,005 M LV sampai titik akhir 

berwarna biru yang jelas. 

 

Tiap ml dinatrium etilen diamintetraasetat 0,005 M 

setara dengan 0,2004 mg Ca 

 

Besi <331> Tidak lebih dari 2 bpj; lakukan penetapan 

degan melarutkan 5,0 g dalam 45 air dan 2 ml asam 

klorida P. 

 

Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,015%; beberapa  1,0 g zat 

menampilkan  adanya sulfat, tidak lebih dari 0,15 ml asam 

sulfat 0,020 N. 

 

Natrium besi(II) sianida Larutkan 25 g dalam 80 ml air 

dalam gelas ukur bersumbat kaca 100 ml. Tambahkan     

2 ml besi(II) sulfat LP dan 1 ml asam sulfat 2 N, encerkan 

dengan air sampai  100 ml, campur. Sebagai kontrol 

masukkan 80 ml air ke dalam gelas ukur bersumbat kaca 

100 ml lain, tambahkan 2 ml besi(II) sulfat LP dan 1 ml 

asam sulfat 2 N, encerkan dengan air sampai  100 ml, 

campur. Masukkan masing-masing 50 ml larutan-larutan 

ini  ke dalam tabung pembanding warna. Larutan uji 

berwarna tidak lebih biru dari larutan pembanding, hal ini 

menampilkan  tidak adanya natrium besi(II) sianida. 

 

Aluminium (Jika tercantum pada etiket untuk 

pemakaian  hemodialisis) Tidak lebih dari 0,2 bpj. 

[Catatan jika perlu, Larutan baku dan Larutan uji 

dimodifikasi untuk mendapatkan kadar yang sesuai agar 

serapan dan kadar merupakan kurva linier.] 

    Pengencer asam nitrat dan Larutan baku Lakukan 

seperti pada uji Aluminium yang tertera pada Natrium 

Bikarbonat. 

    Larutan uji Masukkan 10,0 g natrium klorida ke dalam 

labu tentukur plastik 100-ml, tambahkan 50 ml air dan 

sonikasikan selama 30 menit. Tambahkan 4 ml asam 

nitrat P, encerkan dengan air sampai tanda. 

    procedure  Lakukan seperti procedure  yang tertera pada 

uji Aluminium dalam Natrium Bikarbonat. Hitung jumlah 

aluminium dalam g per ml Larutan uji. 

 

Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 5 bpj. 

 

Cemaran senyawa organik mudah menguap <471> 

Metode IV Memenuhi syarat. 

 

Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 250 

mg, masukkan ke dalam wadah porselen, tambahkan    

140 ml air dan 1 ml diklorofluoresein LP, campur. Titrasi 

- 918 -

 

 

 

 

 

 

 

dengan perak nitrat0,1 N LV, sampai perak klorida 

menggumpal dan campuran berwarna merah muda lemah. 

 

Tiap ml perak nitrat 0,1 N  

setara dengan 5,844 mg NaCl 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. 

 

Penandaan Cantumkan pada etiket, jika dimaksudkan 

untuk pemakaian  hemodialisis. 

 

 

INJEKSI NATRIUM KLORIDA 

Sodium Chloride Injection 

 

Injeksi Natrium Klorida yaitu  larutan steril natrium 

klorida dalam Air untuk Injeksi. Tidak mengandung zat 

antimikroba. Mengandung tidak kurang dari 95,0% dan 

tidak lebih dari 105,0% NaCl dari jumlah yang tertera 

pada etiket. 

 

Identifikasi menampilkan  reaksi Natrium cara A dan B, 

dan Klorida cara A, B dan C seperti tertera pada Uji 

Identifikasi Umum <291>. 

 

Pirogen <231> Memenuhi syarat. [Catatan Injeksi yang 

mengandung natrium klorida lebih dari 0,9%, encerkan 

dengan Air untuk Injeksi sampai  kadar 0,9%.] 

 

pH <1071> Antara 4,5 dan 7,0. 

 

Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti tertera 

pada Injeksi volume kecil. 

 

Besi <331> Tidak lebih dari 2 bpj; lakukan penetapan 

memakai  larutan uji sebagai berikut: encerkan 5,0 ml 

injeksi dengan air sampai  45 ml, dan tambahkan 2 ml 

asam klorida P. 

 

Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 10 bpj, 

dihitung terhadap jumlah natrium klorida; lakukan 

penetapan sebagai berikut: Masukkan beberapa  volume 

injeksi yang setara dengan 1,0 g natrium klorida ke dalam 

wadah yang sesuai, jika perlu uapkan sampai  volume 

lebih kurang 20 ml, tambahkan 2 ml asam asetat 1 N, 

lalu  encerkan dengan air sampai  25 ml. Lakukan 

seperti tertera pada penetapan Uji Batas Logam Berat 

<371>, dalam hal ini pakailah  1 ml dan 10 ml Larutan 

baku timbal (10 g Pb) dalam Larutan baku dan dalam 

Larutan monitor. 

 

Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi. 

 

Penetapan kadar Pipet beberapa  volume injeksi setara 

dengan lebih kurang 90 mg natrium klorida, masukkan ke 

dalam wadah porselen dan tambahkan 140 ml air dan      

1 ml diklorofluoresein LP. Campur dan titrasi dengan 

perak nitrat 0,1 N LV, sampai  perak klorida menggumpal 

dan campuran berwarna merah muda lemah. 

 

Tiap ml perak nitrat 0,1 N  

setara dengan 5,844 mg NaCl 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. 

 

 

INJEKSI NATRIUM KLORIDA MAJEMUK 

INJEKSI RINGER 

Sodium Chloride Composition Injection 

 

Injeksi Ringer yaitu  larutan steril Natrium Klorida, 

Kalium Klorida, dan Kalsium Klorida dalam Air untuk 

Injeksi, tiap 100 ml mengandung tidak kurang dari    

323,0 mg dan tidak lebih dari 354,0 mg natrium (Na, 

setara dengan tidak kurang dari 820,0 mg dan tidak lebih 

dari 900,0 mg NaCl), tidak kurang dari 14,9 mg dan tidak 

lebih dari 16,5 mg kalium (K, setara dengan tidak kurang 

dari 28,5 mg dan tidak lebih dari 31,5 mg KCl), tidak 

kurang dari 8,20 mg dan tidak lebih dari 9,80 mg kalsium 

(Ca, setara dengan tidak kurang dari 30,0 mg dan tidak 

lebih dari 36,0 mg CaCl2.2H2O) dan tidak kurang dari 

523,0 mg dan tidak lebih dari 580,0  mg klorida (Cl, 

sebagai NaCl, KCl dan CaCl2.2H2O). Injeksi Ringer tidak 

boleh mengandung bahan antimikroba. [Catatan Injeksi 

Ringer mengandung ion kalsium, klorida, kalium dan 

natrium berturut-turut setara dengan lebih kurang 4,5; 

156; 4 dan 147,5 miliekuivalen per liter. Larutkan 8,6 g 

natrium klorida; 300 mg kalium klorida dan 330 mg 

kalsium klorida dalam Air untuk Injeksi sampai  1000 ml, 

saring sampai  jernih, masukkan dalam wadah yang 

sesuai dan sterilkan.] 

 

Baku pembanding Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat 

pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk 

menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi seluruh isi, 

pakailah  larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang 

belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin. 

 

Identifikasi Untuk Natrium, dan Kalium dengan reaksi 

nyala; untuk Kalsium dengan reaksi amonium oksalat; 

untuk Klorida dengan reaksi Klorida cara A, atau B, atau 

C seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum  <291>. 

 

Endotoksin bakteri <201> Mengandung tidak lebih dari 

0,5 unit Endotoksin FI per ml. 

 

pH <1071> Antara 5,0 dan 7,5. 

 

Logam berat <371> Tidak lebih dari 0,3 bpj; lakukan 

penetapan dengan menguapkan 67 ml sampai  lebih 

kurang 20 ml, tambahkan 2 ml asam asetat 1 N dan 

encerkan dengan air sampai  25 ml. 

 

Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi. 

 

Penetapan kadar kalsium [Catatan Kadar larutan baku 

dan larutan uji dapat dimodifikasi untuk memperoleh 

kurva spektrofotometer serapan atom.). 

    Larutan lantanum klorida Masukkan 17,69 g lantanum 

klorida ke dalam labu tentukur 200-ml, tambahkan 1 ml 

air, dan tambahkan hati-hati 50 ml asam klorida P, 

- 919 -

 

 

 

 

 

 

 

campur dan biarkan dingin, encerkan dengan air sampai 

tanda.  

   Encerkan asam klorida Buat campuran 6,75 ml asam 

klorida P dengan air sampai  3000 ml. 

    Larutan blangko Pipet 5 ml Larutan lantanum klorida 

ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan Enceran 

asam klorida sampai tanda. 

    Larutan persediaan kalsium Masukkan 499,5 mg 

kalsium karbonat baku primer ke dalam labu tentukur 

200-ml, dan tambahkan 10 ml air. Tambahkan hati-hati   

5 ml Enceran asam klorida, goyang sampai kalsium 

karbonat larut, encerkan dengan air sampai tanda. Larutan 

ini mengandung kalsium, Ca, 1000 g per ml. 

    Larutan baku Ke dalam 3 labu tentukur 100-ml 

masing-masing berisi 5,0 ml Larutan lantanum klorida, 

tambahkan 1,0 ml; 1,5 ml; 2,0 ml Larutan persediaan 

kalsium. Encerkan tiap labu dengan Enceran asam 

klorida sampai tanda. Masing-masing larutan 

mengandung kalsium, Ca, 10,0 g; 15,0 g; dan 20,0 g 

per ml. 

    Larutan uji Pipet 20 ml injeksi Ringer setara dengan 

lebih kurang 1,8 mg kalsium, Ca, ke dalam labu tentukur 

100-ml berisi 5,0 ml Larutan lantanum klorida, encerkan 

dengan Enceran asam klorida sampai tanda. 

     procedure  Ukur serapan Larutan baku dan Larutan uji 

pada garis emisi kalsium pada 422,7 nm, dengan 

spektrofotometer serapan atom yang dilengkapi dengan 

lampu tabung katode kalsium dan nyala asetilen udara, 

terhadap blangko. Gambarkan kurva dari serapan larutan 

baku terhadap kadar kalsium dalam g per ml, dengan 

menghubungkan 3 titik. Hitung kadar kalsium dalam mg 

per 100 ml injeksi yang dipakai , dengan rumus: 

 

( )C,50  

 

C yaitu  kadar kalsium dalam g per ml Larutan uji. 

 

Penetapan kadar kalium 

    Larutan baku persediaan Timbang 190,7 mg kalium 

klorida P yang sebelumnya telah dikeringkan pada suhu 

105° selama 2 jam, larutkan dalam 50 ml air, masukkan 

ke dalam labu tentukur 1000-ml, encerkan dengan air 

sampai tanda. Tiap ml larutan mengandung 100 g 

kalium. 

    Larutan baku Larutkan 1,093 g natrium klorida P ke 

dalam 100,0 ml air, masukkan masing-masing 10,0 ml 

larutan ini ke dalam 5 labu tentukur 100-ml berisi 10,0 ml 

larutan bahan pembasah nonionik (1 dalam 500) yang 

sesuai. Pada salah satu labu, tambahkan dengan air 

sampai tanda, dan pakailah  sebagai blangko. Ke dalam 

labu masukkan berturut-turut 5,0 ml; 10,0 ml; 15,0 ml 

dan 20,0 ml Larutan baku persediaan, encerkan dengan 

air sampai tanda. 

    Larutan uji Pipet 10,0 ml injeksi Ringer ke dalam labu 

tentukur 100-ml, tambahkan 10,0 ml larutan bahan 

pembasah nonionik yang sesuai (1 dalam 500), encerkan 

dengan air sampai tanda. 

    Kurva baku Atur fotometer nyala sampai  transmitans 

maksimum pada panjang gelombang lebih kurang 766 nm 

dan transmitans nol memakai  blangko, lalu  

transmitans 100% memakai  Larutan baku yang 

paling pekat. Ukur transmitans semua Larutan baku dan 

buat kurva transmitans terhadap kadar kalium. 

    procedure  Atur alat seperti tertera pada Kurva baku, 

ukur transmitans Larutan uji dan hitung kadar kalium 

dalam mg per 100 ml injeksi. 

 

Penetapan kadar natrium 

    Larutan baku persediaan Timbang 254,2 mg natrium 

klorida P yang sebelumnya telah dikeringkan pada suhu 

105° selama 2 jam, larutkan dalam 50 ml air, masukkan  

dalam labu tentukur 1000-ml, encerkan dengan air sampai 

tanda. Tiap ml larutan mengandung 100 g natrium. 

    Larutan baku Masukkan masing-masing 10,0 ml 

larutan bahan pembasah nonionik (1 dalam 500) yang 

sesuai ke dalam 5 labu tentukur 100-ml. Pada salah satu 

labu, tambahkan air sampai tanda dan pakailah  sebagai 

blangko. Ke dalam 4 labu lain berturut-turut masukkan 

5,0 ml; 10,0 ml; 15,0 ml dan 20,0 ml Larutan baku 

persediaan, encerkan dengan air sampai tanda. 

    Larutan uji Pipet 5,0 ml Injeksi Ringer ke dalam labu 

tentukur 1000-ml berisi 100,0 ml larutan bahan pembasah 

nonionik (1 dalam 500) yang sesuai, encerkan dengan air 

sampai tanda. 

    procedure  Lakukan penetapan seperti tertera pada Kurva 

baku dan procedure  dalam Penetapan kadar kalium, atur 

fotometer nyala sampai  transmitans maksimum pada 

panjang gelombang lebih kurang 589 nm. Hitung kadar 

natrium dalam mg per 100 ml injeksi.  

 

Penetapan kadar klorida  

    Pipet 10,0 ml Injeksi Ringer ke dalam wadah porselen, 

tambahkan 140 ml air dan 1 ml diklorfluoresein LP dan 

campur. Titrasi dengan perak nitrat 0,1 N LV sampai  

perak klorida menggumpal dan campuran berubah 

menjadi merah muda lemah. 

 

Tiap ml perak nitrat 0,1 N  

setara dengan 3,545 mg Cl 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah kaca atau plastik 

dosis tunggal, sebaiknya dari kaca Tipe I atau Tipe II. 

 

 

INJEKSI NATRIUM KROMAT 51Cr 

Sodium Chromate 51Cr Injection 

 

Dinatrium kromat [7775-11-3] 

Na2

51CrO4  

 

Injeksi Natrium Kromat 51Cr yaitu  larutan steril krom 

radioaktif 51Cr dalam Air untuk Injeksi sebagai natrium 

kromat. Pada larutan dapat ditambahkan natrium klorida 

dalam jumlah tertentu untuk membuat larutan isotonis 

seperti tertera pada Injeksi. 51Cr dihasilkan dari 

penembakan neutron pada 50Cr yang diperkaya. 

Injeksi Natrium Kromat 51Cr mengandung tidak kurang 

dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah 51Cr 

- 920 -

 

 

 

 

 

 

 

sebagai natrium kromat yang tertera pada etiket 

dinyatakan dalam MBq (mCi) per ml ditetapkan pada saat 

kalibrasi dilakukan. Kandungan natrium kromat tidak 

kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari 

jumlah yang tertera pada etiket. Aktivitas jenis tidak 

kurang dari 370 MBq (10 mCi) per mg natrium kromat 

pada saat kedaluwarsa. Radioaktivitas dalam bentuk 

kimia lain tidak lebih dari 10,0% dari radioaktivitas total. 

 

Pemerian Larutan jernih, tidak berwarna. 

 

Baku pembanding Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat 

pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk 

menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi seluruh isi, 

pakailah  larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang 

belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin. 

 

Identifikasi radionuklida Lakukan seperti tertera pada 

Radioaktivitas <1171>; spektrum sinar gamma 

menampilkan  puncak energi utama 0,320 MeV yang 

sama seperti 51Cr yang dipakai  sebagai baku dengan 

kemurnian diketahui. 

 

Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 175/V unit 

Endotoksin FI per ml injeksi; V yaitu  dosis total 

maksimum yang dianjurkan pada saat kedaluwarsa. 

 

pH <1071> Antara 7,5 dan 8,5. 

 

Kemurnian radiokimia Lakukan penetapan dengan cara 

Kromatografi kertas seperti tertera pada Kromatografi 

<931>. Totolkan beberapa  volume injeksi yang 

diencerkan sampai  laju cacahan lebih kurang 20.000 

cacahan per menit, pada kertas kromatografi berukuran 

25 mm x 300 mm. Eluasi dengan tahap  gerak campuran air 

- etanol P – amonium hidroksida P (5:2:1). Biarkan di 

udara sampai  kering dan tetapkan distribusi radioaktivitas 

dengan menatah kromatogram memakai  detektor 

radiasi terkolimasi. Radioaktivitas pita kromat tidak 

kurang dari 90,0% dari radioaktivitas total. Harga Rf pita 

kromat berada pada batas lebih kurang, 10% dari harga Rf 

natrium kromat yang dipakai  sebagai baku ditetapkan 

dengan cara yang sama. 

 

Syarat lain Memenuhi syarat Injeksi, kecuali Volume 

dalam Wadah. 

 

Penetapan kadar natrium kromat  

    Larutan baku persediaan Larutkan 3,735 g kalium 

kromat P dalam 1000 ml air sampai  kadar kromium lebih 

kurang 1,0 mg per ml. 

    Larutan baku Pipet masing-masing 0,25; 0,50; 0,75; 

0,100; 0,125; dan 0,150 ml Larutan baku persediaan ke 

dalam masing-masing labu tentukur 100-ml, Tambahkan 

0,42 ml natrium bikarbonat 0,1 N ke dalam setiap labu, 

dan encerkan dengan air sampai tanda, larutan ini 

memiliki  kadar kromium 0,25; 0,50; 0,75; 1,00; 1,25; 

dan 1,50 μg per ml. 

    Larutan uji pakailah  Injeksi. 

    Blangko Masukkan 0,42 ml natrium bikarbonat 0,1 N ke 

dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan air sampai 

tanda. 

    procedure  Ukur serapan Larutan uji, Larutan baku, dan 

Blangko pada garis emisi kromium 357,7 nm dengan 

spektrofotometer serapan atom seperti tertera pada 

Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191> 

dilengkapi dengan lampu ‘hollow’ katoda kromium dan 

nyala asetilen - udara memakai  air sebagai blangko. 

Buat kurva yang menggambarkan hubungan antara 

serapan Larutan baku dan Blangko terhadap kadar 

kromium dalam g per ml dan tarik garis lurus. Kurva 

baku yang sesuai memiliki intersep antara -0,002 dan 

+0,002 dan koefisien regresi tidak kurang dari 0,99. Dari 

kurva yang diperoleh tentukan kadar kromium dalam μg 

per ml injeksi yang dipakai . Hitung jumlah dalam μg 

per ml natrium kromat, dengan rumus: 

 

C,1153  

 

3,115 yaitu  faktor konversi. 

 

Penetapan radioaktivitas Lakukan penetapan 

radioaktivitas dalam MBq (μCi) per ml Injeksi Natrium 

Kromat 51Cr memakai  alat pencacah yang sesuai, 

seperti tertera pada Pemilihan alat pencacah dan sistem 

terkalibrasi dalam Radioaktivitas <1171>. 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal 

atau dosis ganda. 

 

Penandaan Selain pernyataan seperti tertera pada 

Penandaan dalam Injeksi, pada penandaan juga tertera: 

(1) Waktu dan tanggal kalibrasi, (2) Jumlah natrium 

kromat dinyatakan dalam μg per ml, (3) Jumlah 51Cr 

sebagai natrium kromat yang dinyatakan dalam MBq 

(μCi) per ml pada saat kalibrasi, (4) Pernyataan yang 

menampilkan  tujuan pemakaian , untuk diagnostik atau 

terapi, (5) Tanggal kedaluwarsa, (6) Peringatan “Awas 

bahan radioaktif”, (7) Informasi bahwa dalam 

menghitung dosis lakukan koreksi terhadap peluruhan 

radioaktif dan jumlah kromium, (8) Waktu paro 51Cr 

yaitu  27,8 hari. 

 

 

NATRIUM LAURIL SULFAT 

Sodium Lauryl Sulfate 

 

Natrium monododesil sulfat [151-21-3] 

CH3(CH2)10CH2OSO3Na 

 

Natrium Lauril Sulfat yaitu  campuran dari natrium alkil 

sulfat, sebagian besar mengandung natrium lauril sulfat, 

CH3(CH2)10CH2OSO3Na. Kandungan campuran natrium 

klorida dan natrium sulfat tidak lebih dari 8,0%. 

 

Pemerian Hablur, kecil, berwarna putih atau kuning 

muda; agak berbau khas. 

 

- 921 -

 

 

 

 

 

 

 

Kelarutan Mudah larut dalam air; membentuk larutan 

opalesen. 

 

Identifikasi Larutan zat (1 dalam 10) menampilkan  

reaksi Natrium cara A dan B seperti tertera pada Uji 

Identifikasi Umum <291>, dan sesudah  diasamkan dengan 

asam klorida P, dididihkan perlahan-lahan selama         

20 menit menampilkan  reaksi Sulfat cara A, B dan C 

seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. 

 

Kebasaan Larutkan 1,0 g dalam 100 ml air, tambahkan 

merah fenol LP, dan titrasi dengan asam klorida 0,10 N: 

diperlukan tidak lebih dari 0,60 ml untuk netralisasi. 

 

Arsen <321> Metode II Tidak lebih dari 3 bpj. 

 

Logam berat Metode II Tidak lebih dari 20 bpj. 

 

Natrium klorida Timbang saksama lebih kurang 5 g, 

larutkan dalam 50 ml air. Netralkan larutan dengan asam 

nitrat 0,8 N memakai  kertas lakmus sebagai 

indikator, tambahkan 2 ml kalium kromat LP, dan titrasi 

dengan perak nitrat 0,1 N LV. 

 

Tiap ml perak nitrat 0,1 N  

setara dengan 5,844 ng NaCl 

 

Natrium sulfat  

    Larutan timbal nitrat Larutkan 33,1 g timbal(II) nitrat 

P dalam air sampai  1000 ml. 

    procedure  Timbang saksama lebih kurang 1 g, 

masukkan ke dalam gelas piala 250 ml, tambahkan 35 ml 

air, hangatkan sampai  larut. Ke dalam larutan yang hangat 

tambahkan 2,0 ml asam nitrat 1 N, campur, dan 

tambahkan 50 ml etanol P. Panaskan larutan sampai  

mendidih, dan dengan perlahan-lahan tambahkan 10 ml 

Larutan timbal nitrat dengan diaduk-aduk. Tutup gelas 

piala, didihkan perlahan-lahan selama 5 menit, dan 

biarkan. Jika cairan beningan berkabut, biarkan selama  

10 menit, panaskan sampai  mendidih dan biarkan. Pada 

saat larutan hampir mendidih, dekantasi cairan sebanyak-

banyaknya, saring dengan kertas saring 9 cm (Whatman 

nomor 41 atau yang setara). Cuci empat kali dengan cara 

dekantasi, tiap kali dengan 50 ml etanol P 50%, dan 

didihkan campuran. Akhirnya pindahkan kertas saring ke 

dalam gelas piala semula, dan segera tambahkan 30 ml 

air, 20,0 ml dinatrium edetat 0,05 M LV, dan 1 ml dapar 

amonia-amonium klorida LP. Hangatkan sampai  endapan 

larut, tambahkan 0,2 ml hitam eriokrom LP dan titrasi 

dengan zink sulfat 0,05 M LV. 

 

Tiap ml dinatrium edetat 0,05M  

setara dengan 7,102 mg Na2SO4 

 

Alkohol tidak tersulfatasi Timbang saksama lebih 

kurang 10 g, larutkan dalam 100 ml air, dan tambahkan 

100 ml etanol P, pindahkan larutan ke dalam corong 

pisah dan ekstraksi tiga kali, tiap kali dengan 50 ml 

heksan P. Jika terbentuk emulsi dapat ditambahkan 

natrium klorida P untuk memisahkan kedua lapisan. Cuci 

kumpulan ekstrak heksan tiga kali, tiap kali dengan 50 ml 

air, dan keringkan dengan natrium sulfatanhidrat P. 

Saring ekstrak heksan ke dalam gelas piala yang sudah 

ditara, uapkan di atas tangas uap sampai  bau heksan tidak 

tercium lagi, keringkan dan timbang. Bobot residu tidak 

lebih dari 4,0% dari bobot nastrium lauril sulfat. 

 

Alkohol total Timbang saksama lebih kurang 5 g zat, 

masukkan ke dalam labu Kjeldahl 800 ml dan tambahkan 

150 ml air, 50 ml asam klorida P dan beberapa butir batu 

didih. lalu  refluks, panaskan hati-hati untuk 

menghindari terjadinya busa yang melimpah dan didihkan 

selama lebih kurang 4 jam. Dinginkan labu, bilas 

kondensor dengan eter P, kumpulkan eter dalam labu dan 

pindahkan isinya ke dalam corong pisah 500 ml, bilas 

labu dengan eter P dua kali dan tambahkan cucian ke 

corong pisah. Ekstraksi larutan dua kali, tiap kali dengan 

75 ml eter P, uapkan kumpulan ekstrak eter dalam gelas 

piala yang sudah ditara di atas tangas uap, keringkan 

residu pada suhu 105° selama 30 menit, dinginkan dan 

timbang. Alkohol total tidak kurang dari 59,0% dari 

bobot natrium lauril sulfat dipakai . 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. 

 

 

NATRIUM METABISULFIT 

Sodium Metabisulfite 

 

Dinatrium pirosulfit [7681-57-4] 

Na2 S2O5    BM 190,10 

 

Natrium Metabisulfit mengandung beberapa  Na2 S2O5, 

setara dengan tidak kurang dari 65,0% dan tidak lebih 

dari 67,4% SO2.  

 

Pemerian Hablur  putih atau hablur putih kekuningan, 

berbau belerang dioksida. 

 

Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam gliserin; 

sukar larut dalam etanol. 

 

Identifikasi Larutan zat (1 dalam 20) menampilkan  

reaksi terhadap Natrium cara A dan B dan Sulfat seperti 

tertera pada Uji Identifikasi Umum < 291>. 

 

Klorida Tidak lebih dari 0,015%. Larutkan 1,0 g dalam 

10 ml air, dan tambahkan 6 ml hidrogen peroksida P 

30%. Tambahkan natrium hidroksida 1 N sampai  larutan 

sedikit basa terhadap fenolftalein LP, encerkan dengan air 

sampai  100 ml, dan campur. Pipet 2,0 ml dari larutan 

ini , encerkan dengan 20 ml air, dan tambahkan 1 ml 

asam nitrat P dan 1 ml perak nitrat PL. Campur, biarkan 

selama 5 menit di tempat yang terlindung cahaya 

langsung, dan bandingkan kekeruhan, bila ada, dengan 

kekeruhan yang dihasilkan dari 2 ml larutan pembanding 

(yang dibuat dengan mengencerkan 0,71 ml asam klorida 

0,020 N sampai  100 ml) dalam volume yang sama dengan 

kandungan pereaksi yang dipakai  dalam larutan uji 

- 922 -

 

 

 

 

 

 

 

seperti tertera pada Spektrofotometri dan Hamburan 

Cahaya <1191>: kekeruhan yang dihasilkan dari larutan 

uji tidak lebih dari larutan pembanding. 

 

Tiosulfat Tidak lebih dari 0,015%. Campur 2,2 g dengan 

10 ml asam klorida 1 N  dalam gelas piala 50 ml. Didihkan 

dengan hati-hati selama 5 menit, dinginkan, dan 

pindahkan ke dalam tabung reaksi kecil. Kekeruhan tidak 

lebih dari yang dihasilkan 0,10 ml natrium tiosulfat    

0,10 N, yang ditetapkan dengan cara yang sama. 

Arsen <321> Metode I Tidak lebih dari 3 bpj. Buat 

larutan uji sebagai berikut: larutkan 1,0 g dalam 10 ml air 

dalam gelas piala 150 ml, secara hati-hati tambahkan     

10 ml asam nitrat P dan 5 ml asam sulfat P,dan uapkan 

di atas tangas uap sampai  volume lebih kurang 5 ml. 

Tempatkan gelas piala di atas lempeng pemanas, dan 

panaskan sampai  tampak asap tebal putih yang keluar 

pertama dari belerang trioksida. Dinginkan, bilas hati-hati 

bagian dalam gelas piala dengan lebih kurang 10 ml air, 

dan panaskan kembali hungga timbul asap putih yang 

tebal dari belerang trioksida. Dinginkan, ulangi 

pembilasan dan pemanasan dan dinginkan lagi. Larutan 

ini memenuhi syarat untuk pengujian tanpa penambahan 

20 ml asam sulfat 7 N seperti tertera pada procedure  

dalam Uji Batas Arsen s <321>.  

 

Besi <331> Tidak lebih dari 20 bpj; lakukan penetapan 

sebagai berikut: Larutkan 500 mg dalam 14 ml larutan 

asam klorida P (2 dalam 7), dan uapkan di atas tangas 

uap sampai  kering. Larutkan residu dalam 7 ml larutan 

asam klorida P (2 dalam 7), dan uapkan di atas tangas 

uap sampai   kering. Larutkan kembali residu dalam 

campuran 2 ml asam klorida P dan 20 ml air, tambahkan 

3 tetes air brom LP, dan didihkan untuk menghilangkan 

brom, dinginkan dan encerkan dengan air sampai  47 ml. 

 

Logam berat <371>Metode I Tidak lebih dari 20 bpj; 

lakukan penetapan sebagai berikut: larutkan 1 g dalam  

10 ml air, tambahkan 5 ml asam klorida P, uapkan di atas 

tangas uap sampai kering. Larutkan residu dalam 25 ml 

air. 

 

Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang       

200 mg zat masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 

bersumbat kaca yang berisi 50,0 ml iodum 0,1 N LV dan 

goyangkan sampai  larut. Biarkan selama 5 menit di 

tempat terlindung cahaya, tambahkan 1 ml asam klorida P 

dan titrasi kelebihan iodum dengan natrium tiosulfat     

0,1 N LV, tambahkan 3 ml kanji LP pada saat mendekati 

titik akhir. 

 

Tiap ml iodum 0,1 N  

setara dengan 3,203 mg SO2 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah terisi penuh, 

tertutup rapat dan hindarkan dari panas yang berlebihan. 

 

 

 

NATRIUM NITROPRUSIDA 

Sodium Nitroprusside 

 

Dinatrium pentasianonitrosilferat(2-) dihidrat [13755-

38-9]  

Na2[Fe(CN)5NO].2H2O     BM 297,95 

Anhidrat [14402-89-2]      BM 261,92 

 

Natrium Nitroprusida mengandung tidak kurang dari 

99,0% Na2[Fe(CN)5NO].2H2O. 

 

Pemerian Serbuk atau hablur, coklat kemerahan; praktis 

tidak berbau. 

 

Kelarutan Mudah larut dalam air; sukar larut dalam 

etanol; sangat sukar larut dalam kloroform; tidak larut 

dalam benzen. 

 

Baku pembanding Natrium Nitroprusida BPFI; Bentuk 

dihidrat tidak boleh dikeringkan sebelum dipakai . 

Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. 

Endotoksin BPFI; [Perhatian Bersifat pirogenik, 

penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk 

menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua isi,  

pakailah  larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang 

belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin. 

 

Identifikasi 

    A. [Catatan pakailah  alat kaca dengan aktinik rendah 

pada penetapan ini.] Spektrum serapan pada 350 nm - 

700 nm dari larutan (1 dalam 135) menampilkan  

maksimum dan minimum pada panjang gelombang yang 

sama seperti pada Natrium Nitroprusida BPFI. 

    B. Larutkan 5 mg zat dalam 2 ml air, tambahkan 2 tetes 

aseton P dan 0,5 ml natrium hidroksida 2 N: terjadi 

warna jingga, warna akan berubah menjadi lembayung 

dengan penambahan 2 ml asam asetat P. 

    C. Larutan zat (1 dalam 4) menampilkan  reaksi nyala 

untuk Natrium seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum 

<291>. 

 

Air <1031>Metode I Antara 9,0% dan 15,0%. 

 

Zat tidak larut Tidak lebih dari 0,01%; lakukan 

penetapan sebagai berikut: larutkan 10,0 g zat dalam     

50 ml air, panaskan di atas tangas uap selama 30 menit, 

saring, lalu  cuci residu dengan air dan keringkan 

pada suhu 105° sampai  bobot tetap: residu tidak lebih dari 

1 mg. 

 

Klorida Tidak lebih dari 0,02%; lakukan penetapan 

sebagai berikut: 

    Larutan baku klorida Larutkan 42,4 mg kalium klorida P 

dalam air sampai  100,0 ml. Tiap ml larutan mengandung 

0,2 mg klorida. 

    procedure  Masukkan 1,0 g zat ke dalam labu 

Erlenmeyer 250 ml, dan pipet 1 ml Larutan baku klorida 

ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml yang lain, tambahkan 

ke dalam masing-masing labu 85 ml air. Ke dalam labu 

- 923 -

 

 

 

 

 

 

 

yang berisi zat uji tambahkan 15 ml larutan tembaga(II) 

sulfat P (83 dalam 1000), campur dan biarkan partikel 

yang tidak larut mengendap. Tambahkan dengan hati-hati 

larutan tembaga(II) sulfat P (83 dalam 1000) ke dalam 

labu yang berisi larutan baku klorida, sambil dicampur 

sampai  diperoleh warna sesuai dengan warna pada labu 

pertama. Saring isi masing-masing labu dan buang 25 ml 

filtrat pertama. Ke dalam masing-masing 10 ml filtrat 

selanjutnya, tambahkan 2 ml asam nitrat P dan campur. 

lalu  tambahkan masing-masing 1 ml perak nitrat   

1 N, campur: larutan uji tidak lebih keruh dari Larutan 

baku klorida.  

 

Besi(III) sianida Tidak lebih dari 0,02%, lakukan 

penetapan sebagai berikut: Larutkan  500 mg zat dalam 

20 ml amonium asetat LP yang telah diatur pH sampai  

4,62 dengan penambahan asam asetat 1 N. Bagi larutan 

ini menjadi 2 bagian (A dan B) dalam masing-masing 

labu tentukur 50-ml. Tambahkan ke dalam labu B 1,0 ml 

larutan segar kalium besi (III) sianida P, mengandung   

78 μg per ml. Ke dalam kedua labu tambahkan 5 ml 

larutan besi (II) amonium sulfat P (1 dalam 1000), 

encerkan dengan air sampai tanda. Diamkan kedua labu 

selama 1 jam dan ukur serapan pada pada panjang 

gelombang serapan maksimum lebih kurang 720 nm, 

memakai  larutan blangko yang dibuat dengan 

melarutkan 250 mg zat dalam 10 ml amonium asetat LP 

(pH 4,62) dan encerkan dengan air sampai  50 ml. Serapan 

larutan dalam labu A tidak lebih dari serapan larutan 

dalam labu B dikurangi dengan serapan larutan dalam 

labu A. 

 

Besi(II) sianida Tidak lebih dari 0,02%, lakukan 

penetapan sebagai berikut: Larutkan 2,0 g dalam 40 ml 

air, bagi larutan menjadi 2 bagian (A dan B), dalam 

masing-masing labu tentukur 50-ml. Ke dalam labu B 

tambahkan 2 ml larutan segar kalium besi(II) sianida P, 

mengandung 200 μg per ml. Ke dalam kedua labu 

tambahkan masing-masing 0,2 ml besi(III) klorida LP, 

encerkan dengan air sampai tanda. Diamkan selama tepat 

20 menit dan ukur serapan pada panjang gelombang 

serapan maksimum lebih kurang 695 nm, memakai  

larutan blangko yang dibuat dengan melarutkan 1,0 g zat 

dalam air sampai  50 ml. Serapan larutan dalam labu A 

tidak lebih dari serapan larutan dalam labu B dikurangi 

serapan larutan dalam labu A. 

 

Sulfat Tidak lebih dari 0,01%. 

    Larutan uji Larutkan 5,0 g zat dalam air sampai      

250,0 ml, saring larutan ke dalam labu alas datar berskala 

250 ml.  

    Larutan baku sulfat Larutkan 15 mg natrium sulfat 

anhidrat P dalam air sampai  100,0 ml. Tiap ml larutan 

mengandung 0,1 mg sulfat. Pipet 5 ml Larutan baku 

sulfat ke dalam labu alas datar berskala 250 ml, encerkan 

sampai  volume sama dengan volume Larutan uji. 

    procedure  Ke dalam masing-masing labu Larutan uji 

dan Larutan baku tambahkan 10 tetes asam asetat glasial 

P dan 5 ml barium klorida 1 N, biarkan selama 10 menit. 

Letakkan kedua labu pada lampu fluoresensi: Larutan uji 

tidak lebih keruh dari Larutan baku sulfat. 

 

Syarat lain Jika pada etiket tertera natrium nitroprusida 

yaitu  steril, harus memenuhi syarat uji Sterilitas <71> 

dan Endotoksin bakteri seperti tertera pada Natrium 

Nitroprusida untuk Injeksi. Jika pada etiket tertera 

natrium nitroprusida harus diproses lebih lanjut untuk 

pembuatan sediaan injeksi, harus memenuhi syarat 

Endotoksin bakteri <201>seperti tertera pada Natrium 

Nitroprusida untuk Injeksi. 

 

Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang       

500 mg zat, larutkan dalam 130 ml air bebas klorida P. 

Titrasi dengan perak nitrat 0,1 N LV. Tetapkan titik akhir 

secara potensiometrik, memakai  elektrode perak-

perak klorida.  

 

Tiap ml perak nitrat 0,1 N  

setara dengan 14,90 mg Na2[Fe(CN)5NO].2H2O 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, 

tidak tembus cahaya. Simpan pada suhu 25º, 

diperbolehkan antara 15º dan 30º. 

 

Penandaan Jika dipakai  untuk pembuatan sediaan 

injeksi, pada etiket dinyatakan steril atau harus diproses 

lebih lanjut untuk pembuatan sediaan injeksi. 

 

 

NATRIUM NITROPRUSIDA UNTUK INJEKSI 

Sodium Nitroprusside for Injection 

 

Natrium Nitroprusida untuk Injeksi yaitu  Natrium 

Nitroprusida yang sesuai untuk pemakaian  parenteral. 

Mengandung Natrium Nitroprusida, Na2[Fe(CN)5NO].2H2O, 

tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari 

jumlah yang tertera pada etiket. 

 

Baku pembanding Natrium Nitroprusida BPFI; Bentuk 

dihidrat tidak boleh dikeringkan sebelum dipakai . 

Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. 

Endotoksin BPFI; [Perhatian Bersifat pirogenik, 

penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk 

menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua isi, 

pakailah  larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang 

belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin. 

 

Identifikasi Masukkan 50 mg zat dalam tabung reaksi 

kecil, tambahkan 10 ml larutan asam askorbat P (1 dalam 

50), campur. Tambahkan 1 ml larutan asam klorida P    

(1 dalam 10) dan tambahkan 1 sampai 2 ml natrium 

hidroksida 1 N tetes demi tetes: terjadi warna biru yang 

tidak stabil. 

 

Larutan terkonstitusi Pada waktu dipakai  memenuhi 

syarat Larutan terkonstitusi seperti tertera pada Injeksi. 

 

- 924 -

 

 

 

 

 

 

 

Endotoksin bakteri <201> Mengandung tidak lebih  

0,05 unit Endotoksin FI per μg neomisin. 

 

Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 15,0%. 

 

Syarat lain Memenuhi Identifikasi A dalam Natrium 

Nitroprusida dan memenuhi syarat Sterilitas <71>, 

Keseragaman sediaan <911> dan Penandaan seperti 

tertera pada Injeksi. 

 

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara 

Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada 

Kromatografi <931>. 

    Dapar pH 7,1 Larutkan 1,36 g kalium fosfat monobasa 

P dan 5,2 ml larutan tetrabutilamonium hidroksida P 

dalam metanol P (1 dalam 4) dalam air sampai  1000 ml 

dan atur pH sampai  7,1 dengan penambahan asam fosfat 

P atau larutan tetrabutilamonium hidroksida P.  

    tahap  gerak Buat campuran Dapar pH 7,1 - asetonitril 

P (lebih kurang 70:30). [Catatan pakailah  alat gelas 

aktinik rendah selama procedure  berikut.]  

    Larutan baku Timbang saksama beberapa  Natrium 

Nitroprusida BPFI, larutkan dalam tahap  gerak sampai  

kadar lebih kurang 0,05 mg per ml. 

    Larutan baku 1 (jika pada etiket tertera hanya total isi 

wadah) Pindahkan isi satu wadah natrium nitroprusida ke 

dalam labu tentukur 100-ml dengan bantuan tahap  gerak, 

encerkan dengan tahap  gerak sampai tanda. Pipet 

beberapa  larutan, encerkan dengan tahap  gerak sampai  

kadar lebih kurang 0,05 mg per ml. 

    Larutan uji 2 (jika pada etiket tertera jumlah natrium 

nitroprusida dalam volume larutan terkonstitusi) 

Konstitusikan natrium nitroprusida untuk injeksi seperti 

tertera pada etiket. Encerkan larutan terkonstitusi secara 

kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan tahap  gerak 

sampai  kadar lebih kurang 0,05 mg per ml. 

    Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada 

Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi 

dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom 30 cm x 

3,9 mm yang berisi bahan pengisi L11 dengan ukuran 

partikel 10 μm. Laju alir lebih kurang 2 ml per menit. 

Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku rekam 

kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera 

pada procedure : faktor ikutan untuk puncak analit tidak 

lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada 

penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,5%. 

    procedure  Suntikkan secara terpisah beberapa  volume 

sama (lebih kurang 25 μl) Larutan baku dan Larutan uji 

ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur 

respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg, natrium 

nitroprusida, Na2[Fe(CN)5NO].2H2O dalam wadah atau 

larutan terkonstitusi yang dipakai  dengan rumus: 

 

S

U

r

r

D

CL  

 

L yaitu  jumlah dalam mg natrium nitroprusida dalam 

wadah atau dalam volume larutan terkonstitusi; C yaitu  

kadar Natrium Nitroprusida BPFI dalam mg per ml 

Larutan baku; D yaitu  kadar natrium nitroprusida dalam 

mg per ml Larutan uji 1 atau Larutan uji 2 dalam wadah 

seperti tertera pada etiket atau dalam volume larutan 

terkonstitusi yang dipakai ; rU dan rS berturut-turut 

yaitu  respons puncak dari Larutan uji dan Larutan baku. 

 

Wadah dan penyimpanan. Dalam Wadah padatan steril 

tidak tembus cahaya seperti tertera pada Injeksi. 

 

 

INJEKSI NATRIUM PERTEKNETAT 99mTc 

Sodium Pertechnetate 99mTc Injection 

 

Natrium Perteknetat (Na99mTcO4) [23288-60-0] 

 

Injeksi Natrium Perteknetat 99mTc yaitu  larutan steril, 

sesuai untuk pemakaian intravena atau oral, mengandung 

teknisium radioaktif 99mTc dalam bentuk natrium 

perteknetat dan natrium klorida P secukupnya untuk 

membuat larutan isotonis. Teknisium-99m yaitu  nuklida 

radioaktif yang terbentuk dari peluruhan radioaktif 

molibdenum 99. Molibdenum 99 yaitu  isotop radioaktif 

dari molibdenum dan dapat dibuat dari penembakan 

neutron molibdenum 98 atau hasil fisi uranium. 

    Mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih 

dari 110,0% dari jumlah 99mTc yang tertera pada etiket, 

ditetapkan pada saat kalibrasi dilakukan. Bentuk kimia 

lain 99mTc tidak lebih dari 5,0% dari total radioaktivitas. 

 

Baku pembanding Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat 

pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk 

menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi seluruh isi, 

pakailah  larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang 

belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin. 

 

Identifikasi radionuklida Lakukan seperti tertera pada 

Radioaktivitas <1171>. Spektrum sinar gamma 

menampilkan  puncak energi utama 0,144 MeV yang 

sama seperti pada 99Tc. 

 

Endotoksin bakteri<201> Tidak lebih dari 175/V unit 

Endotoksin FI per ml injeksi; V yaitu  dosis total 

maksimum yang dianjurkan, dalam ml, pada saat 

kadaluarsa. 

 

pH <1071> Antara 4,5 dan 7,5. 

 

Kemurnian radiokimia Lakukan penetapan dengan cara 

Kromatografi kertas seperti tertera pada Kromatografi 

<931>. Totolkan beberapa  volume injeksi yang 

diencerkan secukupnya sampai  memberi  laju  cacahan 

lebih kurang 20.000 cacahan per menit, pada kertas 

kromatografi berukuran 300 mm x 25 mm. Eluasi secara 

kromatografi menaik dengan tahap  gerak campuran aseton 

P-asam klorida 2 N (80:20). Keringkan kertas 

kromatografi di udara. Tetapkan distribusi radioaktivitas 

dengan menatah kromatogram memakai  detektor 

radiasi terkolimasi. Radioaktivitas pita perteknetat tidak 

kurang dari 95% dari radioaktivitas total yang dipakai  

- 925 -

 

 

 

 

 

 

 

sebagai baku dan harga Rf  pita perteknetat (lebih kurang 

0,9) berada pada batas lebih kurang 10,0% dari harga Rf 

natrium perteknetat 99mTc yang dipakai  sebagai baku 

dan ditetapkan dengan cara yang sama.  

 

Kemurnian radionuklida Lakukan penetapan 

radioaktivitas masing-masing cemaran radionuklida, 

dalam kBq per MBq ( Ci per mCi) teknisium-99m, 

dalam injeksi memakai  alat pencacah yang sesuai, 

seperti tertera pada Pemilihan alat pencacah dan sistem 

terkalibrasi dalam Radioaktivitas <1171>. 

 

Untuk injeksi yang dibuat dari teknisium-99m yang 

diturunkan dari molibden-99 induk yang berasal dari 

penembakan molibdenum stabil dengan neutron. 

    MOLIBDENUM 99 Dalam Injeksi dapat ditunjukkan 

oleh spektrum sinar gamma yang karakteristik. Puncak 

energi yang paling menonjol dari nuklida radioaktif ini 

memiliki  energi 0,181 MeV, 0,740 MeV, dan        

0,780 MeV. Molibdenum 99 meluruh dengan waktu paro 

66,0 jam. Jumlah molibdenum 99 tidak lebih besar dari 

0,15 kBq per MBq (0,15 Ci per mCi) teknisium-99m per 

dosis injeksi pada saat pemakaian . 

    CEMARAN RADIONUKLIDA PEMANCAR SINAR 

GAMMA LAIN Total cemaran radionuklida pemancar 

sinar gamma lain tidak lebih besar dari 0,5 kBq per mBq 

(0,5 Ci per mCi) teknisium-99m, dan tidak lebih dari   

92 kBq (2,5 Ci) per dosis injeksi pada saat pemakaian . 

 

Untuk injeksi yang dibuat dengan teknisium-99m yang 

berasal dari molibdenum 99 induk yang terbentuk dari 

fisi uraian-cemaran pemancar sinar beta. 

    MOLIBDENUM-99 Memenuhi syarat untuk injeksi 

yang dibuat dari penembakan molibdenum stabil dengan 

neutron. 

    IODUM-131 Puncak energi yang paling menonjol dari 

radionuklida ini memiliki  energi 0,364 MeV, Iodum 

131 meluruh dengan waktu paro 8,08 hari. Kadar iodum-

131 tidak lebih dari 0,05 kBq per MBq (0,05 Ci          

per mCi) teknisium-99m pada saat pemakaian . 

    RUTENIUM-103 Puncak energi yang paling menonjol 

dari radionuklida memiliki  energi 0,497 MeV. 

Retenium-103 meluruh dengan waktu paro 39,5 hari. 

Kadar rutenium-103 tidak lebih dari 0,05 kBq  per MBq 

(0,05 Ci per mCi) teknisium-99m  pada saat  

pemakaian . 

    STRONSIUM-89 Tetapkan stronsium-89 dalam injeksi 

dengan sistem pencacah yang sesuai untuk  deteksi 

radiasi partikulat. Stronsium-89 meluruh oleh emisi beta 

dengan energi maksimum sebesar 1,463 MeV, dan waktu 

paro 52,7 hari. Stronsium-89 tidak lebih dari 0,0006 kBq 

per MBq (0,0006 Ci per mCi) teknisium-99m pada saat 

pemakaian . 

    STRONSIUM-90 Tetapkan stronsium-90 dalam injeksi 

dengan sistem pencacah yang sesuai untuk  deteksi 

radiasi partikulat. Stronsium-90 meluruh oleh emisi beta 

dengan energi maksimum sebesar 0,546 MeV, dan waktu 

paro 27,7 tahun. Stronsium-90 tidak lebih dari         

0,0006 kBq per MBq (0,0006 Ci per mCi) teknisium-

99m pada saat pemakaian . 

    CEMARAN RADIONUKLIDA LAIN Tidak lebih dari 

0,01% berasal dari pemancar sinar beta dan sinar gamma 

yang lain pada saat pemakaian . Tidak lebih dari      

0,001 Bq cemaran pemancar alfa per 1 MBq (atau     

0,001 mCi cemaran pemancar alfa per 1 mCi) teknisium-

99m pada saat pemakaian . 

 

Kemurnian kimia 

    Aluminium Tidak lebih dari 10 g per ml (Ditetapkan 

jika dalam membuat injeksi, pemisahan dilakukan 

memakai  kolom alumina). 

    Larutan baku aluminium Timbang saksama 35,17 mg 

aluminium kalium sulfat dodekahidrat P larutkan dalam 

air sampai 1000,0 ml (mengandung aluminium 2 g      

per ml). 

    procedure  Pipet 10 ml Larutan baku aluminium ke 

dalam masing-masing dua labu tentukur 50-ml. Pada tiap 

labu tambahkan 3 tetes metil jingga LP dan 2 tetes 

amonium hidroksida 6 N, lalu  tambahkan asam 

klorida 0,5 N tetes, sampai  larutan menjadi merah. Pada 

salah satu labu tambahkan 25 ml natrium tioglikolat LP 

dan pada labu yang lain tambahkan 1 ml dinatrium 

etilendiamin tetraasetat LP. Pada masing-masing labu 

tambahkan 5 ml eriokrom sianin LP dan 5 ml dapar 

asetat LP, dan tambahkan air sampai tanda. Tetapkan 

segera serapan larutan yang mengandung natrium 

tioglikolat LP pada panjang gelombang serapan 

maksimum 535 nm, memakai  dinatrium etilendiamin 

tetraasetat LP sebagai blangko. Ulangi procedure  dua kali 

masing-masing memakai  1,0 ml Injeksi. Hitung 

kadar aluminium dalam g per ml dalam injeksi, dengan 

rumus; 

 

S

U

T

T20  

 

TU danTS berturut-turut yaitu  Larutan uji dan Larutan 

baku aluminium. 

 

Metil etil keton Tidak lebih dari 0,1% (Ditetapkan jika 

dalam membuat injeksi, pemisahan dilakukan dengan 

ekstraksi cair-cair). Masukkan 1,0 ml injeksi dalam 

wadah yang sesuai dan encerkan dengan air sampai      

20,0 ml. Tambahkan 2,0 ml larutan natrium hidroksida 1 N, 

campur, tambahkan 2,0 ml iodum 0,1 N tetes demi tetes, 

dan campur. Pada waktu yang sama buat larutan baku 

memakai  1,0 ml larutan metil etil keton (1 dalam 

1000) dalam jenis wadah yang sama, dan encerkan 

dengan air sampai 20,0 ml. Tambahkan 2,0 ml natrium 

hidroksida 1 N, campur, tambahkan 2,0 ml larutan iodum 

0,1 N tetes demi tetes, dan campur. sesudah  dua menit, 

kekeruhan larutan uji tidak melebihi larutan baku. 

 

Syarat lain Memenuhi syarat Injeksi, kecuali injeksi 

boleh diberikan sebelum uji sterilitas selesai, uji sterilitas 

harus dilakukan pada hari akhir produksi dan bahwa tidak 

- 926 -

 

 

 

 

 

 

 

harus memenuhi anjuran seperti tertera pada Volume 

dalam wadah. 

 

Penetapan radioaktivitas Lakukan penetapan 

radioaktivitas dalam MBq ( Ci) per ml Injeksi Natrium 

Perteknetat 99mTc memakai  alat pencacah yang 

sesuai seperti tertera pada Pemilihan alat pencacah dan 

sistem kalibrasi dalam Radioaktivitas <1171>. 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal, 

atau dosis ganda. 

 

Penandaan Jika dipakai  secara intravena, kecuali 

pernyataan seperti tertera pada Penandaan dalam Injeksi, 

pada penandaan juga tertera: (1) Saat dan tanggal 

kalibrasi, (2) Jumlah 99mTc sebagai natrium perteknetat 

dinyatakan sebagai MBq ( Ci per mCi) total dan per ml 

pada saat kalibrasi, (3) Penjelasan cara pemberian obat, 

oral atau intravena, (4) Tanggal kadaluarsa,                   

(5) Pernyataan: “Awas bahan radioaktif”, (6) Informasi 

bahwa dalam menghitung dosis lakukan koreksi terhadap 

peluruhan radioaktif, (7) Waktu paro 99mTc yaitu         

6,0 jam, (8) Jika injeksi dibuat dari malibdenum 99 yang 

dihasilkan dari pembelahan uranium harus dicantumkan 

pada etiket. 

 

 

NATRIUM SALISILAT 

Sodium Salicylate 

 

natrium-2-salisilat [54-21-7]    BM 160,10 

 

Natrium Salisilat mengandung tidak kurang dari 99,5% 

dan tidak lebih dari 100,5% C7H5NaO3, dihitung terhadap 

zat anhidrat. 

 

Pemerian Serbuk mikrohablur atau amorf atau keping, 

tidak berwarna, atau merah muda lemah; tidak berbau 

atau bau khas lemah, dan dipengaruhi cahaya. Larutan 

segar (1 dalam 10) bereaksi netral atau asam terhadap 

lakmus. 

 

Kelarutan Mudah larut secara lambat dalam air dan 

dalam gliserin; sangat mudah larut dalam air mendidih 

dan dalam etanol mendidih; larut secara lambat dalam 

etanol. 

 

Identifikasi Larutan (1 dalam 20) menampilkan  reaksi 

Natrium cara A dan B dan reaksi Salisilat seperti tertera 

pada Uji Identifikasi Umum < 291>. 

 

Air <1031> Metode I  Tidak lebih dari 0,5%. 

 

Sulfit atau Tiosulfat Tambahkan 1 ml asam klorida P ke 

dalam larutan 1,0 g dalam 20 ml air, saring tidak lebih 

dari 0,15 ml iodum 0,10 N diperlukan untuk 

menghasilkan warna kuning pada filtrat. 

 

Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 20 bpj; 

lakukan penetapan sebagai berikut: larutkan 2 g dalam  

46 ml air, tambahkan 4 ml asam klorida 3 N sambil tetap 

diaduk, saring, dan pakailah  25 ml filtrat. 

 

Cemaran senyawa organik mudah menguap <471> 

Metode I  Memenuhi syarat. 

 

Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang       

700 mg zat, masukkan ke dalam gelas piala 250 ml. 

Tambahkan 100 ml asam asetat glasial P, aduk sampai  

larut sempurna. Tambahkan kristal  violet LP dan titrasi 

dengan asam perklorat 0,1 N LV. Lakukan penetapan 

blangko. 

 

Tiap ml asam perklorat 0,1 N  

setara dengan 16,01 mg C7H5NaO3 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, 

tidak tembus cahaya. 

 

 

NATRIUM SITRAT 

Sodium Citrate 

 

CH2(COONa)C(OH)(COONa)CH2COONa  

 

Trinatrium sitrat (anhidrat) [68-04-2] 

C6H5Na3O7 (anhidrat)     BM 258,07 

Dihidrat [6132-04-3]     BM 294,10 

 

Natrium Sitrat berbentuk anhidrat atau mengandung dua 

molekul air berbentuk hidrat, mengandung tidak kurang 

dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5% C6H5Na3O7, 

dihitung terhadap zat anhidrat. 

 

Pemerian Hablur tidak berwarna atau serbuk putih. 

 

Kelarutan Dalam bentuk hidrat mudah larut dalam air; 

sangat mudah larut dalam air mendidih; tidak larut dalam 

etanol. 

 

Identifikasi  

     A. Larutan (1 dalam 20) menampilkan  reaksi Natrium 

dan Sitrat seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum 

<291>. 

    B. Pada pemijaran, menghasilkan residu alkali yang 

mengeluarkan gelembung gas bila ditambahkan asam 

klorida 3 N. 

 

Kebasaan Larutan 1,0 g zat dalam 20 ml air bereaksi 

basa terhadap kertas lakmus P, tambahkan 0,20 ml asam 

sulfat 0,1 N, lalu  tambahkan 1 tetes fenolftalein LP: 

tidak terjadi warna merah muda. 

 

Air <1031> Metode III Tidak lebih dari 1,0% untuk 

bentuk anhidrat; antara 10,0% dan 13,0% untuk bentuk 

hidrat; lakukan pengeringan pada suhu 180° selama 18 

jam.  

 

Tartrat Pada larutan 1 g zat dalam 2 ml air, tambahkan  

1 ml kalium asetat LP dan 1 ml asam asetat 6 N. Gores 

- 927 -

 

 

 

 

 

 

 

dinding tabung dengan batang kaca: tidak terbentuk 

endapan kristal. 

 

Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 10 bpj. 

Larutkan beberapa  zat setara dengan 4,4 g natrium sitrat 

anhidrat dalam 50 ml air sebagai Larutan persediaan. 

Pipet 12 ml Larutan persediaan ke dalam tabung Nessler 

50 ml (Larutan uji). Pipet 11 ml Larutan persediaan ke 

dalam tabung Nessler 50 ml yang berisi 1,0 ml Larutan 

baku timbal (Larutan monitor). Pipet 1 ml Larutan baku 

timbal dan 11 ml air ke dalam tabung Nessler ketiga 

(Larutan baku). Lanjutkan seperti tertera pada procedure . 

Abaikan pengenceran sampai  50 ml. 

 

Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang       

350 mg zat yang telah dikeringkan pada suhu 180° 

selama 18 jam, masukkan ke dalam gelas piala 250 ml. 

Tambahkan 100 ml asam asetat glasial P, aduk sampai 

larut sempurna dan titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV, 

tentukan titik akhir secara potensiometrik. Lakukan 

penetapan blangko dan koreksi bila perlu. 

 

Tiap ml asam perklorat 0,1 N  

setara dengan 8,602 mg C6H5Na3O7 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. 

 

 

NATRIUM TETRABORAT 

BORAKS 

Sodium Tetraborate 

 

Boraks [1303-96-4] 

Na2B4O7.10H2O       BM 381,37 

Anhidrat [1330-43-4]     BM 201,22 

 

 

Natrium Tetraborat mengandung beberapa  Na2B4O7, yang 

setara dengan tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih 

dari 105,0% Na2B4O7.10H2O. 

 

Pemerian Hablur transparan tidak berwarna atau serbuk 

hablur putih; tidak berbau. Larutan bersifat basa terhadap 

fenolftalein. Pada waktu mekar di udara kering dan hangat, 

hablur sering dilapisi serbuk warna  putih. 

 

Kelarutan Larut dalam air; mudah larut dalam air 

mendidih dan dalam gliserin; tidak larut dalam etanol. 

 

Identifikasi Larutan (1 dalam 20) memberi  reaksi 

Natrium cara A dan B dan reaksi Borat seperti tertera 

pada Uji Identifikasi Umum < 291>. 

 

Karbonat dan Bikarbonat Ke dalam tabung reaksi yang 

berisi 5 ml larutan (1 dalam 20) tambahkan 1 ml asam 

klorida 3 N: tidak terbentuk gelembung-gelembung gas. 

Arsen <321>Metode I Tidak lebih dari 8 bpj. 

 

Logam berat <371> Tidak lebih dari 20 bpj; lakukan 

penetapan dengan melarutkan 1 g dalam campuran 16 ml 

air dan 6 ml asam klorida 1 N, encerkan dengan air 

sampai  25 ml. 

 

Cemaran senyawa organik mudah menguap <471> 

Metode I Memenuhi syarat. 

 

Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 3 g zat, 

larutkan dalam 50 ml air, tambahkan merah metil LP, 

titrasi dengan asam klorida 1 N LV. [Catatan Pemanasan 

di atas tangas uap mungkin diperlukan untuk menambah 

kelarutan.] 

 

Tiap ml asam klorida 0,5 N  

setara dengan 95,34 mg Na2B4O7.10H2O 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. 

 

 

NATRIUM TIOSULFAT 

Sodium Thiosulfate 

 

Dinatrium tiosulfat pentahidrat [10102-17-7] 

Na2S2O3.5H2O      BM 248,19 

Anhidrat [7772-98-7]     BM 158,11 

 

Natrium Tiosulfat mengandung Na2S2O3 tidak kurang dari 

99,0% dan tidak lebih dari 100,5%, dihitung terhadap zat 

anhidrat.  

 

Pemerian Hablur besar, tidak berwarna atau serbuk 

hablur kasar. Mengkilap dalam udara lembab dan mekar 

dalam udara kering pada suhu lebih dari 33°. Larutan 

netral atau basa lemah terhadap lakmus. 

 

Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; tidak larut 

dalam etanol. 

 

Identifikasi  

    A. Pada larutan (1 dalam 10) tambahkan beberapa tetes 

iodum LP: warna hilang. 

    B. Pada larutan (1 dalam 10) menampilkan  reaksi 

Natrium cara A dan B, reaksi Tiosulfat seperti tertera pada 

Uji Identifikasi Umum < 291>. 

 

Air <1031> Metode III Antara 32,0% dan 37,0%; 

lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 40° 

s- 45° selama 16 jam, memakai  lebih kurang 1,0 g 

zat yang ditimbang saksama. 

 

Arsen <321> Metode I Tidak lebih dari 3 bpj; lakukan 

penetapan tanpa penambahan 20 ml asam sulfat 7 N, 

memakai  larutan yang dibuat sebagai berikut: 

Campur 1,0 g zat dengan 10 ml air dalam labu generator 

arsin. Tambahkan 15 ml asam nitrat P dan 5 ml asam 

perklorat P, campur dan panaskan hati-hati sampai  

terbentuk asap asam perklorat. Dinginkan, bilas dinding 

labu dengan air, panaskan lagi sampai  terbentuk asap. 

Dinginkan lagi, bilas dinding labu dan panaskan sampai  

- 928 -

 

 

 

 

 

 

 

terbentuk asap. Dinginkan, encerkan dengan air sampai  

52 ml dan tambahkan 3 ml asam klorida P. 

 

Kalsium Larutkan 1 g zat dalam 20 ml air dan tambahkan 

beberapa ml amonium oksalat LP: tidak terbentuk 

kekeruhan. 

 

Logam berat <371> Tidak lebih dari 20 bpj; lakukan 

penetapan dengan melarutkan 1 g zat dalam 10 ml air, 

tambahkan perlahan-lahan 5 ml asam klorida 3 N, uapkan 

di atas tangas uap sampai  hampir kering dan panaskan 

residu pada suhu 150° selama 1 jam. Tambahkan 15 ml 

air pada residu, didihkan hati-hati selama 2 menit dan 

saring. Panaskan filtrat sampai  mendidih, tambahkan air 

brom LP secukupnya sampai  larutannya jernih dan 

ada  sedikit kelebihan brom. Didihkan sampai 

kelebihan brom hilang, dinginkan sampai  suhu ruang, 

tambahkan 1 tetes fenolftalein LP dan netralkan dengan 

natrium hidroksida 1 N. Encerkan dengan air sampai       

25 ml. 

 

Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 800 

mg zat, larutkan dalam 30 ml air. Jika perlu tambahkan 

asam klorida 3 N, sampai  pH antara 6,2 dan 6,7 dan titrasi 

dengan iodum 0,1 N LV, tambahkan 3 ml kanji LP pada 

saat mendekati titik akhir. 

 

Tiap ml iodum 0,1 N  

setara dengan 15,81 mg Na2S2O3 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. 

 

 

INJEKSI NATRIUM TIOSULFAT 

Sodium Thiosulfate Injections 

 

Injeksi Natrium Tiosulfat yaitu  larutan steril Natrium 

Tiosulfat dalam Air untuk Injeksi yang baru dididihkan. 

Mengandung Na2S2O3.5H2O tidak kurang dari 95,0% dan 

tidak lebih dari 105,0%, dari jumlah yang tertera pada 

etiket. 

 

Baku pembanding Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat 

pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk 

menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi seluruh isi, 

pakailah  larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang 

belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin. 

 

Identifikasi Memenuhi uji Identifikasi seperti tertera 

pada reaksi Natrium Tiosulfat. 

 

Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,03 unit 

Endotoksin FI per mg natrium tiosulfat. 

 

pH <1071> Antara 6,0 dan 9,5. 

 

Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi. 

 

Penetapan kadar Ukur saksama beberapa  volume injeksi 

setara dengan lebih kurang 1 g natrium tiosulfat, 

masukkan ke dalam wadah yang sesuai, atur pH antara 

6,2 dan 6,7 memakai  asam klorida 3 N. Encerkan 

dengan air sampai  lebih kurang 20 ml dan titrasi dengan 

iodum 0,1 N LV, tambahkan 3 ml kanji LP pada saat 

mendekati titik akhir. 

 

Tiap ml iodum 0,1 N  

setara dengan 24,82  mg Na2S2O3.5H2O 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal 

dari kaca Tipe I. 

 

 

NEOMISIN SULFAT 

Neomycin Sulfate 

 

Neomisin Sulfat [1405-10-3] 

 

Neomisin Sulfat yaitu  garam sulfat dari neomisin, zat 

antibakteri yang dihasilkan oleh pertumbuhan 

Streptomyces fradiae Waksman (Familia 

Streptomycetaceae), atau campuran dari dua atau lebih 

bentuk garam. memiliki  potensi setara dengan tidak  

kurang dari 600 g neomisin per mg, dihitung terhadap 

zat yang telah dikeringkan. 

 

Pemerian Serbuk; putih sampai agak kuning atau 

padatan kering mirip es; tidak berbau atau praktis tidak 

berbau; higroskopik; larutannya memutar bidang 

polarisasi ke kanan. 

 

Kelarutan Mudah larut dalam air; sangat sukar larut 

dalam etanol; tidak larut dalam aseton, dalam kloroform, 

dan dalam eter. 

 

Baku pembanding Neomisin Sulfat BPFI; lakukan 

pengeringan pada tekanan tidak lebih dari 5 mmHg pada 

suhu 60° selama 3 jam, sebelum dipakai . 

 

Identifikasi 

     A. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi 

secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. Totolkan secara 

terpisah masing-masing 1 l larutan yang mengandung 

(1) zat uji 20 mg per ml dan (2) Neomisin Sulfat BPFI   

20 mg per ml pada lempeng kromatografi silika gel, 

masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi berisi 

tahap  gerak campuran air-amonium hidroksida P-aseton P 

(71,5:8,5:20) yang dibuat segar dan biarkan  merambat 

sampai lebih kurang tiga per empat tinggi lempeng. 

Angkat lempeng, biarkan kering di udara dan panaskan 

pada suhu 105° selama 1 jam. Semprot lempeng dengan 

larutan ninhidrin P dalam butanol P (1 dalam 100), 

panaskan pada suhu 105° selama 5 menit, amati 

kromatogram: harga Rf  bercak merah utama yang 

diperoleh dari Larutan uji sesuai dengan yang diperoleh 

dari Larutan baku. 

    B. Larutkan lebih kurang 10 mg zat dalam 1 ml air, 

tambahkan 5 ml asam sulfat 15 N dan panaskan pada 

suhu 100° selama 100 menit. Biarkan dingin, tambahkan 

- 929 -

 

 

 

 

 

 

 

10 ml xilen P, kocok selama 10 menit. Biarkan memisah, 

dan enaptuangkan lapisan xilen. Pada lapisan xilen 

tambahkan 10 ml p-bromoanilin LP, kocok: terjadi warna 

merah muda terang sesudah  dibiarkan. 

    C. Larutan (1 dalam 20) menampilkan  reaksi Sulfat 

cara A, B dan C seperti tertera pada Uji Identifikasi 

Umum <291>. 

 

pH <1071> Antara 5,0 dan 7,5; lakukan penetapan 

memakai  larutan yang mengandung 33 mg zat per 

ml. 

 

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 8,0%; 

lakukan pengeringan pada tekanan tidak lebih dari           

5 mmHg pada suhu 60° selama 3 jam, memakai  

lebih kurang 100 mg zat. 

 

Syarat lain Neomisin sulfat yang akan dipakai  untuk 

pembuatan salep mata memenuhi syarat Uji Sterilitas 

<71> menurut procedure  uji memakai  penyaringan 

membran. 

 

Penetapan potensi Lakukan penetapan seperti tertera 

pada Penetapan Potensi Antibiotik secara Mikrobiologi 

<131>. 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, 

tidak tembus cahaya. 

 

 

NEOMISIN UNTUK INJEKSI 

Neomycin for Injection 

 

Neomisin untuk Injeksi mengandung neomisin sulfat 

setara dengan neomisin tidak kurang dari 90,0% dan tidak 

lebih dari 120,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. 

 

Baku pembanding Neomisin Sulfat BPFI; lakukan 

pengeringan pada tekanan tidak lebih dari 5 mmHg pada 

suhu 60° selama 3 jam, sebelum dipakai . Simpan 

dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, di tempat 

dingin. Endotoksin BPFI; [Perhatian Bersifat pirogenik, 

penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk menghindari 

kontaminasi.] Rekonstitusi semua isi,  pakailah  larutan 

dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka dan 

larutan, dalam lemari pendingin. 

 

Identifikasi Memenuhi Identifikasi seperti tertera pada 

procedure  untuk basitrasin, neomisin, dan polimiksin B 

dalam Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis 

<281>. 

 

Endotoksin bakteri <201> Mengandung tidak lebih  

1,30 unit Endotoksin FI per mg neomisin. 

 

Sterilitas <71> Memenuhi syarat seperti tertera pada 

Penyaring Membran dalam Uji Sterilitas Produk. 

 

Syarat lain Memenuhi syarat pH dan Susut pengeringan 

seperti tertera pada Neomisin Sulfat dan Keseragaman 

sediaan <911> dan Penandaan seperti tertera pada 

Injeksi. 

 

Penetapan kadar 

    Larutan uji 1 (jika dikemas untuk pembuatan) 

Konstitusikan neomisin untuk injeksi seperti tertera pada 

etiket. Ambil semua isi yang dapat diambil, 

memakai  jarum hipodermik dan siring yang sesuai, 

encerkan dengan Dapar no 3 sampai  kadar yang 

diinginkan. 

    Larutan uji 2 (jika dikemas untuk pembuatan dan pada 

etiket tertera jumlah neomisin dalam volume larutan 

terkonstitusi). Konstitusikan satu wadah neomisin untuk 

injeksi seperti tertera pada etiket. Pipet beberapa  volume 

larutan terkonstitusi dan encerkan dengan Dapar no 3 

sampai  kadar yang diinginkan. 

    procedure  Lakukan seperti tertera pada Penetapan 

potensi antibiotik secara mikrobiologi <131>, 

memakai  beberapa  volume Larutan uji yang diukur 

saksama dan diencerkan secara kuantitatif dengan Dapar 

no 3 sampai  diperoleh enceran larutan uji dengan kadar 

yang setara dengan nilai tengah Larutan baku. 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam Wadah padatan steril 

seperti tertera pada Injeksi. 

 

 

NEOSTIGMIN BROMIDA 

Neostigmine Bromide 

 

 

 

(m-Hidroksifenil)trimetilamonium bromida dimetil 

karbamat [114-80-7] 

C12H19BrN2O2     BM 303,20 

 

Neostigmin Bromida mengandung tidak kurang dari 

98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C12H19BrN2O2, 

dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. 

 

Pemerian Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur 

putih; tidak berbau; higroskopi