Jumat, 06 Desember 2024

farmakope 77


  yang dipakai  dengan membandingkan 

terhadap baku memakai  aktivitas protease yang 

tertera pada etiket Pankreatin Amilase dan Protease 

BPFI. 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, 

pada suhu tidak lebih dari 30º. 

 

 

PANKURONIUM BROMIDA 

Pancuronium Bromide 

 

N+

H3COOC

N+

CH3

CH3

H

H

H

CH3

COOCH3

H

H3CH

2

2Br-

 

 

 

2ß,16ß-Dipiperidino-5 -androstan-3 ,17ß-dioldiasetat 

dimetobromida [15500-66-0] 

C35H60Br2N2O4                                        BM 732,67 

 

Pankuronium Bromida mengandung tidak kurang dari 

98,0% dan tidak lebih dari 102,0 %  C35H60Br2N2O4, 

dihitung terhadap zat anhidrat. 

 

Pemerian Serbuk hablur putih, putih kekuningan atau 

agak merah muda, higroskopik. 

 

Kelarutan Mudah larut dalam air, dalam metilen klorida, 

dan dalam etanol. 

 

Baku pembanding Pankuronium Bromida BPFI;  

Vekuronium Bromida BPFI, keringkan dalam hampa 

udara di atas fosfor pentoksida P selama 3 jam sebelum 

dipakai , sangat higroskopis. Timbang pada kondisi 

kelembaban kurang dari 10%. Simpan dalam wadah 

tertutup rapat, dalam lemari pendingin. 

 

Identifikasi 

     A. Spektrum serapan inframerah zat yang 

didispersikan dalam kalium bromida P, menampilkan  

maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama 

seperti pada Pankuronium Bromida BPFI 

     B. Harga Rf bercak utama kromatogram Larutan uji 

sesuai dengan Larutan baku 2 pada Senyawa sejenis 

     C. Larutan (1 dalam 10) menampilkan  reaksi Bromida 

cara B dan C seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum 

<291>. 

 

Kejernihan larutan  

     Larutan hidrazin sulfat Masukkan 1,0 g hidrazin sulfat 

P ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan encerkan 

- 993 -

 

 

 

 

 

 

 

dengan air sampai tanda. Diamkan selama 4 sampai 6 jam 

sebelum dipakai . 

     Larutan metenamin Masukkan 2,5 g metenamin P ke 

dalam Erlenmeyer 100 ml bersumbat kaca, tambahkan  

25 ml air, tutup dan campur sampai  larut. 

     Suspensi opalesen primer [Catatan Campuran ini 

stabil selama 2 bulan, terutama disimpan dalam wadah 

kaca yang bebas dari kerusakan permukaan. Campuran 

ini harus tidak menempel pada gelas dan harus 

tercampur dengan baik sebelum dipakai .] Pipet 25 ml 

Larutan hidrazin sulfat ke dalam Larutan metenamin 

dalam Erlenmeyer 100 ml bersumbat kaca, campur dan 

diamkan selama 24 jam. 

     Baku opalesen [Catatan  Suspensi ini sebaiknya tidak 

dipakai  lebih dari 24 jam sesudah  pembuatan.] Pipet 

15 ml Suspensi opalesen primer ke dalam labu tentukur 

1000-ml, encerkan dengan air sampai tanda. 

     Suspensi pembanding Pipet 5 ml Baku opalesen ke 

dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan air sampai 

tanda (Suspensi pembanding A). Pipet 10 ml Baku 

opalesen ke dalam labu tentukur 100-ml ke dua, encerkan 

dengan air sampai tanda (Suspensi pembanding B).  

     Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat, 

masukkan ke dalam labu tentukur 25-ml. Larutkan dan 

encerkan dengan air sampai tanda. 

     procedure  Masukkan secara terpisah beberapa  Larutan 

uji, Suspensi pembanding A, Suspensi pembanding B dan 

air ke dalam tabung reaksi tidak berwarna, transparan 

terbuat dari gelas netral dengan dasar datar, diameter 

dalam 15 - 25 mm dan tinggi 40 mm. Amati di bawah 

sinar matahari dari arah vertikal dengan latar belakang 

hitam seperti tertera pada Perbandingan visual dalam 

Spektrofotometri dan hamburan cahaya <1191>. 

[Catatan Difusi cahaya harus seperti suspensi 

pembanding A yang dapat dibedakan dengan air dan 

suspensi pembanding B dapat dibedakan dengan suspensi 

pembanding A.] Larutan uji sama atau lebih jernih dari 

Suspensi pembanding A. 

 

Warna larutan 

     Larutan baku persediaan Buat campuran besi(III) 

klorida LK-Kobalt(II) klorida LK-tembaga(II) sulfat LK-

asam klorida P (10 g per liter) (3:3:2,4:1,6). 

     Larutan baku [Catatan Siapkan larutan ini sesaat 

sebelum dipakai .] Pipet 1 ml Larutan baku persediaan 

ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan asam 

klorida P (10 g per 1000 ml). 

     Larutan uji pakailah  Larutan uji seperti tertera pada 

Kejernihan larutan. 

     procedure  Masukkan beberapa  Larutan uji dan Larutan 

baku ke dalam tabung reaksi seperti yang dipakai  pada 

Kejernihan larutan. Amati secara Perbandingan visual 

seperti tertera pada Spektrofotometri dan hamburan 

cahaya <1191>. Warna Larutan uji tidak lebih intensif 

dibandingkan Larutan baku dan air. 

 

Rotasi jenis <1081>Antara +39° dan +43°, lakukan 

penetapan memakai  larutan 30 mg per ml. 

 

Air <1031>Metode I  Tidak lebih dari 8,0%. 

 

Sisa pemijaran <301> Metode I Tidak lebih dari 0,1 %. 

 

Senyawa sejenis Lakukan Kromatografi lapis tipis 

seperti tertera pada Kromatografi <931>.  

     tahap  gerak Buat campuran isopropil alkohol P-

asetonitril P-larutan natrium iodida P 40% b/v (85:10:5). 

     Larutan baku 1 Buat larutan Vekuronium Bromida 

BPFI dan Pankuronium Bromida BPFI dalam metilen 

klorida P sampai  kadar berturut-turut lebih kurang 0,1 mg 

per ml dan 10 mg per ml.  

     Larutan baku 2 Buat larutan Pankuronium Bromida 

BPFI dalam metilen klorida P sampai  kadar lebih kurang 

10 mg per ml. 

     Larutan uji Timbang saksama beberapa  zat larutkan 

dalam metilen klorida P sampai  kadar lebih kurang 10 mg 

per ml. 

     Enceran larutan uji Pipet 1 ml Larutan uji ke dalam 

labu tentukur 50-ml, encerkan dengan metilen klorida P 

sampai tanda. Pipet 1 ml larutan ini ke dalam labu 

tentukur 20-ml dan encerkan dengan metilen klorida P 

sampai tanda.  

     procedure  Lakukan penetapan seperti tertera pada 

Kromatografi <931>. Totolkan secara terpisah masing-

masing 5 μl Larutan baku 1, Larutan baku 2, Larutan uji 

dan Enceran larutan uji pada lempeng kromatografi 

silika gel. Masukkan segera lempeng ke dalam bejana 

kromatografi yang berisi tahap  gerak dan tidak 

dijenuhkan. Biarkan merambat sampai  tiga perempat 

tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat, 

biarkan tahap  gerak menguap. Semprot dengan larutan 

natrium nitrit P 2% b/v dan biarkan sampai kering lebih 

kurang 5 menit. Semprot lempeng dengan Dragendorff 

LP dan tutup lempeng dengan kaca transparan. Bercak 

yang diperoleh dari Larutan uji tidak lebih intensif dari 

bercak vekuronium bromida yang diperoleh dari Larutan 

baku 1: setara dengan 1,0% vekuronium bromida. Bercak 

lain selain bercak utama yang diperoleh dari Larutan uji, 

kecuali bercak utama dan bercak vekuronium bromida 

tidak lebih intensif dari bercak yang diperoleh dari 

Enceran larutan uji: setara dengan 0,1% untuk masing-

masing cemaran. Uji ini absah jika kromatogram Larutan 

baku menampilkan  dua bercak yang terpisah jelas. Harga 

Rf pankuronium bromida dan vekuronium bromida 

berturut-turut lebih kurang 0,5 dan 0,64. 

 

Penetapan kadar Lakukan penetapan secara Titrasi 

Bebas Air dalam Titrimetri <711>. Timbang saksama 

lebih kurang 200 mg zat, masukkan ke dalam gelas piala, 

tambahkan 50 ml asetat anhidrat P, larutkan sambil 

diaduk, lalu  titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV, 

tetapkan titik akhir secara potensiometrik. Lakukan 

penetapan blangko. 

 

 

Tiap ml asam perklorat 0,1 N 

setara dengan 36,63 mg C35H60Br2N2O4 

 

- 994 -

 

 

 

 

 

 

 

Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah tertutup 

rapat, terlindung cahaya dan kelembaban. Simpan pada 

suhu antara 15° dan 25°. 

 

 

INJEKSI PANKURONIUM BROMIDA 

Pancuronium Bromide Injection 

 

Injeksi Pankuronium Bromida yaitu  larutan steril 

Pankuronium Bromida dalam infus intravena natrium 

klorida. Larutan disterilkan dengan cara penyaringan. 

Injeksi Pankuronium mengandung Pankuronium 

Bromida, C35H60Br2N2O4, tidak kurang dari 95,0% dan 

tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada 

etiket. 

 

Baku pembanding Pankuronium Bromida BPFI; 

Dakuronium Bromida BPFI. 

 

Identifikasi 

     A. Pada beberapa  volume injeksi setara dengan 

lebih kurang 5 mg pankuronium bromida, jika perlu 

encerkan dengan air sampai  10 ml, tambahkan 10 ml 

1,2-dikloroetana P dan 1 ml jingga metil LP. Kocok, 

sentrifus, biarkan lapisan memisah dan asamkan lapisan 

organik dengan asam sulfat 1 M: terjadi warna merah. 

     B. menampilkan  reaksi Bromida cara B dan C seperti 

tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. 

 

pH <1071> 3,8 sampai 4,2. 

 

Senyawa sejenis Lakukan Kromatografi lapis tipis 

seperti tertera pada Kromatografi <931>. 

     tahap  gerak Lapisan atas campuran n-butanol P-

amonium klorida P 20%-piridin P-asam asetat glasial P 

(60:48:40:12) yang dibuat dengan mengocok campuran. 

     Pelarut Larutan natrium klorida P 0,9% 

     Larutan baku 1 Timbang beberapa  Dakuronium 

Bromida BPFI larutkan dengan Pelarut sampai  kadar 

0,010%. 

     Larutan baku 2 Timbang beberapa  Pankuronium 

Bromida BPFI larutkan dengan Pelarut sampai  kadar 

0,0020%. 

     Larutan baku 3 Timbang beberapa  Pankuronium 

Bromida BPFI larutkan dengan Pelarut sampai  kadar 

0,20%. 

     Larutan resolusi Campuran beberapa  volume sama 

Larutan baku 1 dan Larutan baku 3.  

     Larutan uji beberapa  volume injeksi, jika perlu 

encerkan dengan Pelarut, sampai  diperoleh pankuronium 

bromida 0,20%. 

     procedure  Totolkan secara terpisah ke lima larutan 

masing-masing 5 l pada lempeng kromatografi silika gel P 

setebal 0,25 mm dengan jarak yang sama 2,5 cm. Masukkan 

segera lempeng ke dalam bejana kromatografi dengan 

tutup tidak diberi lemak, yang berisi tahap  gerak. Biarkan 

merambat sampai 1 cm sebelum tepi atas lempeng. 

Angkat lempeng, biarkan tahap  gerak menguap dan 

panaskan pada suhu 120° selama 1 jam. Dinginkan 

sampai suhu ruang, semprot lempeng dengan asam sulfat 

etanol LP 10%, panaskan pada suhu 120° selama 1 jam. 

Bercak yang diperoleh dari Larutan uji tidak lebih 

intensif dari bercak dakuronium bromida yang diperoleh 

dari Larutan baku 1. Bercak lain selain bercak utama 

yang diperoleh dari Larutan uji tidak lebih intensif dari 

bercak yang diperoleh dari Larutan baku 2. Uji ini absah 

jika ada dua bercak utama yang berbeda nyata pada 

Larutan resolusi. 

 

Penetapan kadar 

     Larutan uji Ukur saksama beberapa  volume injeksi 

setara dengan lebih kurang 4 mg pankuronium bromida, 

tambahkan 1 ml hidroksilamina hidroklorida P 13,9% 

dan 1 ml natrium hidroksida P 15%. Biarkan selama 10 

menit dan tambahkan 1 ml asam klorida P 12,76%, 1 ml 

besi(III) klorida P 10% dalam asam klorida 0,1 N dan 

encerkan dengan air sampai  25 ml. Sentrifus dan pakailah  

beningan sebagai larutan uji.  

     Larutan baku Timbang saksama beberapa  

Pankuronium Bromida BPFI setara dengan lebih kurang 

4 mg, larutkan dalam air. Ukur saksama beberapa  volume 

larutan yang sama dengan volume injeksi pada Larutan 

uji, tambahkan 1 ml hidroksilamin hidroklorida P 13,9%, 

dan lanjutkan menurut cara yang tertera pada Larutan uji, 

mulai dari ”dan 1 ml natrium hidroksida P 15%”. 

     Larutan blangko beberapa  volume air yang sama 

dengan volume injeksi yang dipakai , tambahkan 1 ml 

hidroksilamin hidroklorida P 13,9% dan lanjutkan seperti 

tertera pada Larutan uji, mulai dari ”dan 1 ml natrium 

hidroksida P 15%”.  

     procedure  Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku 

pada panjang gelombang maksimum lebih kurang 510 nm 

memakai  Larutan blangko. Hitung jumlah dalam mg 

C35H60Br2N2O4 tiap ml injeksi yang dipakai  dengan 

rumus : 

 

BS

BU

AA

AA

V

C  

 

C yaitu  kadar Pankuronium BPFI dalam mg per ml 

Larutan baku; V yaitu  volume injeksi yang dipakai , 

dalam ml pada Larutan uji; AU , AS dan AB berturut-turut 

yaitu  serapan Larutan uji, Larutan baku dan Larutan 

blangko. 

 

Wadah dan penyimpanan Simpan pada suhu 2°-8°. 

 

 

PAPAVERIN HIDROKLORIDA 

Papaverine Hydrocloride  

 

N

CH2H3CO

H3CO OCH3

OCH3

HCl

 

 

6,7-Dimetoksi-1-veratrilisokuinolina hidroklorida [61-25-6] 

C20H21NO4.HCl                                                 BM 375,85 

- 995 -

 

 

 

 

 

 

 

Papaverin Hidroklorida mengandung tidak kurang dari 

98,5% dan tidak lebih dari 100,5% C20H21NO4.HCl, 

dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. 

 

Pemerian Hablur; putih atau serbuk hablur putih; tidak 

berbau; terasa agak pahit; tidak memutar bidang 

polarisasi; larutannya bereaksi asam terhadap kertas 

lakmus P. Melebur pada suhu lebih kurang 220° disertai 

peruraian. 

 

Kelarutan Larut dalam air dan dalam kloroform; sukar 

larut dalam etanol; praktis tidak larut dalam eter. 

 

Baku pembanding Papaverin Hidroklorida BPFI; 

lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 2 jam 

sebelum dipakai .  

 

Kesempurnaan melarut Larutan (1 dalam 15) dalam 

kloroform P: jernih dan bebas dari padatan yang tidak 

larut.  

 

Identifikasi 

     A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah 

dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P 

menampilkan  maksimum hanya pada bilangan 

gelombang yang sama seperti pada Papaverin 

Hidroklorida BPFI. 

     B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam 

400.000) dalam asam klorida 0,1 N menampilkan  

maksimum dan minimum pada panjang gelombang yang 

sama seperti pada Papaverin Hidroklorida BPFI; serapan 

jenis masing-masing, dihitung terhadap zat yang telah 

dikeringkan pada panjang gelombang serapan maksimum 

lebih kurang 251 nm berbeda tidak lebih dari 3,0%. 

    C. Larutan (1 dalam 50) menampilkan  reaksi Klorida 

cara A, B dan C seperti tertera pada Uji Identifikasi 

Umum <291>. 

 

pH <1071> Antara 3,0 dan 4,5 lakukan penetapan 

memakai  larutan (1 dalam 50). 

 

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; 

lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 2 jam. 

 

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. 

 

Kriptopin, tebain, atau cemaran zat organik lain 

Larutkan 50 mg zat dalam 2 ml asam sulfat P dalam 

tabung reaksi kecil; warna larutan yang terjadi tidak lebih 

intensif dari warna kuning cokelat Larutan padanan S 

seperti tertera pada Uji terhadap Zat Mudah Terarangkan 

<411> dan tidak lebih intensif dari merah muda volume 

sama larutan 3 ml kalium permanganat 0,1 N yang 

diencerkan dengan air sampai  1000 ml.  

 

Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang       

700 mg zat, larutkan dalam 80 ml asam asetat glasial P, 

tambahkan 10 ml raksa(II) asetat LP dan 1 tetes kristal 

violet LP; titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LP sampai  

titik akhir berwarna biru hijau. Lakukan penetapan 

blangko. 

 

Tiap ml asam perklorat 0,1 N  

setara dengan 37,59 mgC20H21NO4.HCl 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, 

tidak tembus cahaya. 

 

 

INJEKSI PAPAVERIN HIDROKLORIDA 

Papaverine Hydrochloride Injection 

 

Injeksi Papaverin Hidroklorida yaitu  larutan steril 

Papaverin Hidroklorida dalam Air untuk Injeksi, 

mengandung C20H21NO4.HCl tidak kurang dari 95,0% 

dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada 

etiket. 

 

Baku pembanding Papaverin Hidroklorida BPFI; 

lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 2 jam 

sebelum dipakai .Simpan dalam wadah tertutup rapat, 

terlindung cahaya. Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat 

pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk 

menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua isi, 

pakailah  larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang 

belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin. 

 

Identifikasi 

     A. Tambahkan 2 ml etanol P pada 1 ml injeksi, 

uapkan di atas tangas uap, dengan aliran nitrogen P 

sampai kering. Keringkan residu pada suhu 105° selama 2 

jam; menampilkan  reaksi Identifikasi A seperti tertera 

pada Papaverin Hidroklorida. 

     B.menampilkan  reaksi Identifikasi C seperti tertera 

pada  Papaverin Hidroklorida. 

 

Endotoksin bakteri <201> Mengandung tidak lebih dari 

2,9 unit Endotoksin FI per mg papaverin hidroklorida. 

 

pH <1071> Tidak kurang dari 3,0. 

 

Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi. 

 

Penetapan kadar 

     Larutan baku Timbang saksama beberapa  Papaverin 

Hidroklorida BPFI, larutkan dalam asam klorida 0,1 N 

sampai  kadar lebih kurang 4,5 g per ml. 

     Larutan Uji Pipet 1,0 ml injeksi ke dalam labu 

tentukur 2000-ml, encerkan dengan air sampai tanda. 

Pipet 3 ml larutan ini ke dalam corong pisah, tambahkan 

10 ml air, basakan dengan amonium hidroksida 6 N. 

Ekstraksi beberapa kali, tiap kali dengan 5 ml kloroform 

P dan uapkan ekstrak sampai  kering. Larutkan residu 

dalam asam klorida 0,1 N, encerkan dengan pelarut yang 

sama sampai  100,0 ml. Ukur serapan Larutan uji dan 

Larutan baku pada panjang gelombang serapan 

- 996 -

 

 

 

 

 

 

 

maksimum lebih kurang 251 nm terhadap blangko asam 

klorida 0,1 N. Hitung jumlah dalam mg C20H21NO4.HCl, 

dalam injeksi yang dipakai  dengan rumus: 

 

S

U

A

AC67,6  

 

C yaitu  Kadar Papaverin Hidroklorida BPFI dalam g 

per ml Larutan Baku; AU dan AS berturut turut yaitu  

serapan  Larutan Uji dan Larutan baku. 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal 

atau dosis ganda, sebaiknya dari kaca Tipe I. 

 

 

TABLET PAPAVERIN HIDROKLORIDA 

Papaverine Hydrochloride Tablet 

 

Tablet Papaverin Hidroklorida mengandung Papaverin 

Hidroklorida C20H21NO4.HCl, tidak kurang dari 93,0% 

dan tidak lebih dari 107,0% dari jumlah yang tertera pada 

etiket. 

 

Baku pembanding Papaverin Hidroklorida BPFI; 

lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 2 jam 

sebelum dipakai . Simpan dalam wadah tertutup rapat, 

terlindung cahaya. 

 

Identifikasi Masukkan serbuk tablet setara dengan lebih 

kurang 30 mg papaverin hidroklorida ke dalam corong 

pisah berisi 10 ml asam klorida 0,1 N, ekstraksi dengan 

10 ml kloroform P. Saring ekstrak klorofrom melalui 

kertas saring, uapkan filtrat di atas tangas uap, keringkan 

residu pada suhu 105° selama 2 jam: menampilkan  

Identifikasi A pada Papaverin Hidroklorida. 

 

Disolusi<1231> 

     Media disolusi: 900 ml air 

     Alat tipe 1: 100 rpm 

     Waktu: 30 menit 

     procedure  Lakukan penetapan jumlah C20H21NO4.HCl 

yang terlarut dengan mengukur serapan alikuot yang telah 

diencerkan dengan asam klorida 0,1 N, dan serapan 

larutan baku  Papaverin Hidroklorida BPFI dalam media 

yang sama dan diencerkan dengan asam klorida 0,1 N 

pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 

250 nm. 

    Toleransi Dalam waktu 30 menit, harus larut tidak 

kurang 80% (Q), papaverin hidroklorida, C20H21NO4.HCl, 

dari jumlah yang tertera pada etiket. 

 

Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. 

     procedure  keseragaman kandungan 

     Larutan baku Timbang saksama beberapa  Papaverin 

hidroklorida BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 

250-ml, tambahkan 50 ml air dan 3 ml asam klorida P, 

campur dan biarkan selama 15 menit sambil sesekali 

digoyang dengan kuat. Encerkan dengan air sampai 

tanda, dan saring, buang 20 ml filtrat pertama. Jika perlu 

encerkan filtrat secara kuantitatif dan bertahap dengan air 

sampai  kadar lebih kurang 2,4 g per ml. 

     Larutan uji Masukkan 1 tablet yang telah digerus halus 

ke dalam labu tentukur 250-ml, larutkan dalam 50 ml air 

dan 3 ml asam klorida P, campur dan biarkan selama 15 

menit sambil sesekali digoyang dengan kuat. Encerkan 

dengan air sampai tanda, dan saring, buang 20 ml filtrat 

pertama. Jika perlu encerkan filtrat secara kuantitatif dan 

bertahap dengan air sampai  kadar lebih kurang 2,4 g per 

ml. 

     procedure  Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku 

pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 

250 nm, memakai  air sebagai blangko. Hitung 

jumlah dalam mg C20H21NO4.HCl, dalam tablet dengan 

rumus: 

 

S

U

A

A

D

TC  

 

T yaitu  kadar papaverin hidroklorida dalam mg per 

tablet yang tertera pada etiket; C yaitu  kadar Papaverin 

Hidroklorida BPFI dalam μg per ml Larutan baku;         

D yaitu  kadar dalam g per ml Larutan uji sesuai 

jumlah yang tertera pada etiket dan tingkat 

pengencerannya; AU dan AS berturut-turut yaitu  serapan 

dari Larutan uji dan Larutan baku. 

 

Penetapan kadar  

     Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari 

20 tablet, timbang saksama beberapa  serbuk tablet setara 

dengan lebih kurang 30 mg papaverin hidroklorida, 

masukkan ke dalam labu Erlenmeyer bersumbat kaca, 

tambahkan lebih kurang 100 ml asam klorida 0,1 N, 

kocok secara mekanik selama 15 menit. Saring ke dalam 

labu tentukur 200-ml, encerkan dengan asam klorida    

0,1 N sampai tanda. Lanjutkan menurut cara yang tertera 

pada Penetapan kadar dalam Injeksi Papaverin 

Hidroklorida, mulai dengan ”Pipet 3 ml larutan ini ke 

dalam corong pisah”. Hitung jumlah dalam mg, 

C20H21NO4.HCl dalam serbuk tablet yang dipakai  

dengan rumus: 

 

S

U

A

AC67,6  

 

C yaitu  kadar Papaverin Hidroklorida BPFI dalam g 

per ml Larutan baku; AU dan A S berturut-turut yaitu  

serapan Larutan uji dan Larutan baku. 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. 

 

 

PARAFIN  

Paraffin 

 

Parafin yaitu  campuran hidrokarbon padat yang 

dimurnikan, yang diperoleh dari minyak tanah. Dapat 

mengandung antioksidan yang sesuai. 

- 997 -

 

 

 

 

 

 

 

Pemerian Hablur tembus cahaya atau agak buram; tidak 

berwarna atau putih; tidak berbau; tidak berasa; agak 

berminyak. 

 

Kelarutan Tidak larut dalam air dan dalam etanol; 

mudah larut dalam klorofrom, dalam eter, dalam minyak 

menguap, dalam hampir semua jenis minyak lemak 

hangat; sukar larut dalam etanol mutlak. 

 

Baku pembanding Parafin BPFI; Naftalen BPFI. 

 

Identifikasi 

     A. Spektrum serapan inframerah, pakailah  lapis tipis 

parafin yang dilelehkan. [Catatan Pastikan pelelehan 

sempurna untuk menghindari puncak ganda pada 

bilangan gelombang yang diamati lebih kurang pada 

1460 cm-1 dan 730-1.] 

     B. Memenuhi syarat seperti tertera pada Jarak Beku 

<1101>. 

 

Jarak beku <1101>Antara 47° dan 65°. 

 

Keasaman Timbang dan masukkan 15 g zat ke dalam 

corong pisah, tambahkan 30 ml air mendidih, kocok kuat 

selama 1 menit. Dinginkan dan saring lapisan air. Pada  

10 ml filtrat tambahkan 0,1 ml fenolftalein LP: tidak 

terjadi warna merah muda. Tidak lebih dari dari 1,0 ml 

natrium hidroksida 0,01 M diperlukan untuk merubah 

warna indikator menjadi merah muda. 

 

Kebasaan Pada 10 ml filtrat dari uji Keasaman 

tambahkan 0,1 ml merah metil LP : terjadi warna kuning. 

Tidak lebih dari 0,5 ml asam klorida 0,01 M untuk 

mengubah warna indikator menjadi merah. 

 

Zat mudah terarangkan <411> pakailah  tabung reaksi 

bersumbat kaca tahan panas, kering dan bersih dengan 

panjang 140±2 mm, diameter antara 14,5 mm sampai 

15,0 mm dan dikalibrasi setinggi 5 ml dan 10 ml. 

Kapasitas tabung bertutup antara 13,6 ml dan 15,6 ml. 

Masukkan 5 ml parafin pada suhu sedikit di atas suhu 

lebur, tambahkan 5 ml asam sulfat P 94,5% sampai 

94,9%, dan panaskan di atas tangas air pada suhu 70º 

selama 10 menit. sesudah  pemanasan 5 menit, dan tiap 

menit berikutnya, angkat tabung, tekan sumbat dengan 

jari, dan kocok kuat tiga kali secara vertikal dengan 

amplitudo lebih kurang 12 cm, letakkan kembali ke atas 

tangas air dalam waktu 3 detik sejak tabung diangkat. 

Pada akhir 10 menit sejak awal tabung diletakkan di atas 

tangas air, warna lapisan asam tidak lebih gelap dari 

warna campuran 3 ml besi(III) klorida LK, 1,5 ml 

kobalt(II) klorida LK dan 0,50 ml tembaga(II) sulfat LK, 

dilapis dengan 5 ml minyak mineral P. Warna emulsi 

asam sulfat yang terdispersi dalam parafin leleh, tidak 

lebih gelap dari warna campuran pembanding yang 

dikocok kuat. 

 

 

 

 

Hidrokarbon aromatik polisiklik 

     Dimetilsulfoksida pakailah  dimetilsulfoksida P 

kualitas spektrofotometri.  

     Larutan baku Timbang saksama beberapa  Naftalen 

BPFI, larutkan dalam Dimetil sulfoksida sampai  kadar 

lebih kurang 7,0 μg. Tentukan serapan larutan dalam sel  

1 cm pada panjang gelombang serapan maksimum 278 nm 

memakai  Dimetil sulfoksida sebagai blangko. 

     procedure  Timbang saksama 0,5 g zat, masukkan ke 

dalam corong pisah 125 ml tanpa pelicin pada sumbat 

kaca, campur dengan 25 ml n-heptan P. Tambahkan 5,0 ml 

Dimetilsulfoksida dan kocok kuat selama 1 menit. 

Biarkan sampai terbentuk dua lapisan. Pindahkan lapisan 

bawah ke corong pisah 125 ml yang lain, tambahkan 2 ml 

n-heptan P lalu  kocok kuat. Biarkan sampai 

terbentuk dua lapisan. Pisahkan lapisan bawah dan ukur 

serapan dalam sel 1-cm pada panjang gelombang 265 nm 

sampai 350 nm. pakailah  campuran Dimetilsulfoksida-  

n-heptan P (1:5) yang sudah dikocok kuat selama 1 menit 

sebagai blangko. Serapan pada setiap panjang gelombang 

dalam rentang yang diukur tidak lebih dari sepertiga 

serapan Larutan baku pada 278 nm. 

 

Kandungan sulfur Pada 4,0 g zat tambahkan 2 ml etanol 

mutlak P, lalu  tambahkan 2 tetes campuran larutan 

jenuh timbal(II) oksida P dalam natrium hidroksida P 

(1:5). Panaskan campuran pada suhu 70º selama 10 menit 

sambil sering dikocok dan dinginkan. Tidak terjadi warna 

cokelat gelap. 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat 

terlindung cahaya dan cegah pemaparan terhadap panas 

berlebih. 

 

Penandaan Pada etiket tertera nama dan jumlah 

antioksidan. 

 

 

PARAFORMALDEHIDA 

Paraformaldehide 

 

 

H

C

H

O

n  

 

(CH2O)n                                                                                   [30525-89-4] 

 

Paraformaldehida mengandung tidak kurang dari 95,0% 

HCHO. 

 

Pemerian Serbuk putih dengan bau khas formaldehida. 

 

Kelarutan dalam amonia Larutkan 5 g zat dalam 50 ml 

amonia LP: terjadi larutan yang jernih dan tidak 

berwarna. 

 

Identifikasi Kocok 1 g zat dalam 20 ml air lebih kurang 

1 menit, saring: filtrat bereaksi netral terhadap lakmus P. 

- 998 -

 

 

 

 

 

 

 

 

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. 

 

Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 1 g zat, 

masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml yang berisi 

50,0 ml natrium hidroksida1 N LV dan kocok dengan cara 

diputar. Segera dan secara perlahan tambahkan 50 ml 

hidrogen peroksida LP, yang sebelumnya telah 

dinetralkan terhadap biru bromotimol LP melalui corong 

kecil yang diletakkan di leher labu. sesudah  reaksi 

berlangsung, cuci corong dan dinding labu dengan air, 

biarkan larutan selama 30 menit, tambahkan biru 

bromotimol LP dan titrasi kelebihan alkali dengan asam 

sulfat 1 N LV. 

 

Tiap ml natrium hidroksida 1 N  

setara dengan 30,03 mg HCHO 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. 

 

 

PARASETAMOL 

Acetaminophen  

 

NHCOCH3HO

 

 

4’-Hidroksiasetanilida [103-90-2] 

C H NO                                                           BM 151,16 

 

Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan 

tidak lebih dari 101,0% C H NO , dihitung terhadap zat 

anhidrat.  

 

Pemerian Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit 

pahit.  

 

Kelarutan Larut dalam air mendidih dan dalam natrium 

hidroksida 1 N; mudah larut dalam etanol.  

 

Baku pembanding Parasetamol BPFI; lakukan 

pengeringan di atas silika gel P selama 18 jam sebelum 

dipakai . 

 

Identifikasi  

     A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah 

dikeringkan di atas pengering yang cocok dan 

didispersikan dalam kalium bromida P menampilkan  

maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama 

seperti pada Parasetamol BPFI.  

     B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam 

200.000) dalam campuran asam klorida 0,1 N dalam 

metanol P (1 dalam 100), menampilkan  maksimum dan 

minimum pada panjang gelombang yang sama dengan 

Parasetamol BPFI.  

     C. Memenuhi uji Identifikasi secara Kromatografi 

Lapis Tipis <281>, pakailah  larutan 1 mg per ml dalam 

metanol P dan tahap  gerak diklormetana P-metanol P 

(4:1). 

 

Jarak lebur <1021> Antara 168  dan 172 .  

 

Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 0,5%.   

 

Sisa pemijaran<301> Tidak lebih dari 0,1%. 

 

Klorida <361> Tidak lebih dari 0,014%; lakukan 

penetapan dengan cara sebagai berikut: Kocok 1,0 g zat 

dengan 25 ml air, saring, tambahkan 1 ml asam nitrat 2 N 

dan 1 ml perak nitrat LP: larutan menampilkan  

kandungan klorida tidak lebih dari larutan 0,20 ml asam 

klorida 0,020 N.  

 

Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,02%; lakukan penetapan 

sebagai berikut: Kocok 1,0 g zat dengan 25 ml air, saring, 

tambahkan 2 ml asam asetat 1 N dan 2 ml barium  

klorida LP: kekeruhan yang terjadi tidak lebih dari     

0,20 ml asam sulfat 0,020 N. 

 

Sulfida Masukan lebih kurang 2,5 g zat ke dalam gelas 

piala 50 ml, tambahkan 5 ml etanol P dan 1 ml asam 

klorida 3 N. Basahkan sepotong kertas timbal(II) asetat P 

dengan air dan dan letakkan pada bagian bawah kaca 

arloji. Tutup gelas piala dengan kaca arjoli sedemikian 

sampai  kertas timbal(II) asetat P dekat dengan bagian 

gelas piala untuk menuang. Panaskan pada lempeng 

pemanas sampai hampir mendidih: tidak terjadi warna 

atau bercak pada kertas. 

 

Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 bpj. 

 

Zat mudah terarangkan <411> Larutkan 500 mg zat 

dalam 5 ml asam sulfat LP: warna larutan tidak lebih tua 

dari Larutan padanan A seperti tertera pada Warna dan 

Akromisitas<1291>. 

 

p-Aminofenol bebas Tidak lebih dari 0,005%; lakukan 

penetapan sebagai berikut: Masukkan 5,0 g zat ke dalam 

labu tentukur 100-ml, larutkan dalam lebih kurang 75 ml 

campuran metanol P-air (1:1). Tambahkan 5,0 ml larutan 

nitroprusida basa yang dibuat dengan melarutkan 1 g 

natrium nitropusida P dan 1 g natrium karbonat  

anhidrat P dalam 100 ml air. Encerkan dengan campuran 

metanol P-air (1:1) sampai tanda, campur dan biarkan 

selama 30 menit. Ukur serapan larutan ini dan larutan 

segar p-aminofenol P 2,5 μg per ml yang dibuat dengan 

cara sama, pada panjang gelombang serapan maksimum 

lebih kurang 710 nm, memakai  5,0 ml larutan 

nitroprusida basa yang diencerkan dengan campuran 

metanol P-air (1:1) sampai  100 ml sebagai blangko: 

serapan larutan uji tidak lebih besar dari serapan larutan 

baku.  

 

p-Kloroasetanilida Tidak lebih dari 0,001%. Lakukan 

Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada Kromatografi 

<931>. 

     tahap  gerak Campuran n-heksan P-aseton P (75:25). 

- 999 -

 

 

 

 

 

 

 

     Larutan uji Timbang saksama 1,0 g zat, masukkan ke 

dalam tabung sentrifuga 15 ml bersumbat kaca, 

tambahkan 5,0 ml eter P, kocok selama 30 menit dan 

sentrifus dengan kecepatan 1000 rpm selama 15 menit 

atau sampai diperoleh pemisahan sempurna. 

     Larutan baku Timbang saksama beberapa  p-kloro 

asetanilida P, larutkan dalam eter P sampai  kadar 10 μg 

per ml.  

     procedure  Totolkan secara terpisah pada lempeng silika 

gel 200 μl Larutan uji (5x40 μl) sampai  diameter totolan 

tidak lebih dari 10 mm dan 40 μl Larutan baku. 

Masukkan lempeng dalam bejana kromatografi yang 

tidak dijenuhkan tahap  gerak, biarkan merambat sampai  

tiga per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng dan 

biarkan tahap  gerak menguap. Amati bercak di bawah 

cahaya ultraviolet 254 nm. Bercak yang diperoleh dari 

Larutan uji pada harga Rf  sesuai bercak utama dari 

Larutan baku, ukuran atau intensitas bercak tidak lebih 

besar dari bercak utama yang diperoleh dari Larutan baku 

yang mengandung setara dengan p-Kloroasetanilida 

BPFI 0,001%. 

 

Cemaran senyawa organik mudah menguap <471> 

Metode V Memenuhi syarat. Pertahankan suhu injektor 

kromatograf gas pada 70°. 

     Pelarut pakailah  dimetil sulfoksida P. 

 

Penetapan kadar 

     Larutan baku Timbang saksama beberapa  Parasetamol 

BPFI, larutkan dalam air sampai  kadar lebih kurang 12 μg 

per ml.  

     Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 120 mg 

zat, masukkan ke dalam labu tentukur 500-ml, larutan 

dalam 10 ml metanol P, encerkan dengan air sampai 

tanda. Masukan 5,0 ml larutan ke dalam labu tentukur 

100-ml, encerkan dengan air sampai tanda dan campur. 

Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku pada panjang 

gelombang serapan maksimum lebih kurang 244 nm, 

terhadap air sebagi blangko. Hitung jumlah dalam mg 

asetaminofen,C H NO , dalam zat yang dipakai  

dengan rumus: 

 

S

U

A

AC10  

 

C yaitu  kadar Parasetamol BPFI dalam μg per ml 

Larutan baku; AU dan AS berturut-turut yaitu  serapan 

Larutan uji dan Larutan baku. 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, 

tidak tembus cahaya. Simpan dalam suhu ruang, 

hindarkan dari kelembapan dan panas. 

 

 

 

 

 

 

LARUTAN ORAL PARASETAMOL  

Acetaminophen Oral Solution 

 

Larutan Oral Parasetamol mengandung Parasetamol, 

C8H9NO2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 

110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. 

 

Baku pembanding Parasetamol BPFI; lakukan 

pengeringan di atas silika gel P selama 18 jam sebelum 

dipakai . Simpan dalam wadah tertutup rapat dan 

terlindung cahaya. 

 

Identifikasi 

     A. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai 

dengan Larutan baku seperti tertera pada Penetapan 

kadar. 

     B. Encerkan beberapa  zat uji dengan metanol P sampai  

diperoleh larutan yang mengandung lebih kurang 1 mg 

parasetamol per ml. Larutan memenuhi uji Identifikasi 

secara Kromatografi Lapis Tipis <281>, pakailah  tahap  

gerak campuran diklorometan klorida P-metanol P (4:1). 

 

pH <1071> Antara 3,8 dan 6,1. 

 

Etanol <1041> Metode II (bila ada) mengandung antara 

90,0% dan 115,0% C2H5OH, dari jumlah yang tertera 

pada etiket; lakukan penetapan memakai  aseton P 

sebagai baku internal.  

 

Keseragaman sediaan <911>Memenuhi syarat. 

Untuk larutan oral dalam wadah dosis tunggal. 

 

Volume terpindahkan <1261>Memenuhi syarat. Untuk 

larutan oral dalam wadah dosis ganda. 

 

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara 

Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada 

Kromatografi <931>.  

     tahap  gerak Buat campuran air-metanol P (3:1), saring 

dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuian menurut 

Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi 

<931>. 

     Larutan baku Timbang saksama beberapa  Parasetamol 

BPFI, larutkan dalam tahap  gerak sampai  kadar lebih 

kurang 0,01 mg per ml.  

     Larutan uji Ukur saksama beberapa  volume setara 

dengan lebih kurang 500 mg parasetamol, masukkan ke 

dalam labu tentukur 250-ml, encerkan dengan tahap  gerak 

sampai tanda. Pipet 5 ml larutan ini, ke dalam labu 

tentukur 250-ml, kedua, encerkan dengan tahap  gerak 

sampai tanda. Pipet 25 ml larutan ini ke dalam labu 

tentukur 100-ml, encerkan dengan tahap  gerak sampai 

tanda. Saring larutan memakai  penyaring dengan 

porositas 0,5μm atau lebih halus, buang 10 ml filtrat 

pertama. pakailah  larutan jernih sebagai Larutan uji. 

     Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera 

Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi 

dilengkapi dengan detektor  243 nm dan kolom 30 cm x 

3,5 mm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 

- 1000 -

 

 

 

 

 

 

 

1,5 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan 

baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak 

seperti tertera pada procedure : efisiensi kolom tidak 

kurang dari 1000 lempeng teoritis, faktor ikutan tidak 

lebih dari 2 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan 

ulang tidak lebih dari 2,0%. 

     procedure  Suntikkan secara terpisah beberapa  volume 

sama (lebih kurang 10 μl) Larutan baku dan Larutan uji 

ke dalam kromatograf, ukur respons puncak utama. 

Hitung jumlah dalam mg, C8H9NO2 dalam tiap ml larutan 

oral yang dipakai  dengan rumus:  

 

S

U

r

r

V

C000.50  

 

C yaitu  kadar Parasetamol BPFI dalam mg per ml 

Larutan baku;V yaitu  volume dalam ml larutan oral 

yang dipakai ; rU dan rS berturut-turut yaitu  respons 

puncak Larutan uji dan Larutan baku. 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat 

pada suhu ruang terkendali. 

 

 

SUSPENSI ORAL PARASETAMOL 

Acetaminophen Oral Suspension 

 

Suspensi Oral Parasetamol yaitu  suspensi parasetamol 

dalam bahan pembawa berair yang cocok. Mengandung 

Parasetamol, C8H9NO2, tidak kurang dari 90,0% dan 

tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada 

etiket.  

 

Baku pembanding Parasetamol BPFI; lakukan 

pengeringan di atas silika gel P selama 18 jam sebelum 

dipakai . Simpan dalam wadah tertutup rapat dan 

terlindung cahaya.4-Aminofenol BPFI. 

 

Identifikasi Masukkan beberapa  volume suspensi setara 

dengan lebih kurang 240 mg parasetamol ke dalam 

corong pisah, tambahkan 50 ml etil asetat P dan kocok. 

Saring ekstrak etil asetat melalui corong berisi wol kaca 

dan lebih kurang 10 g natrium sulfat anhidrat P. 

Kumpulkan filtrat dalam gelas piala dan uapkan di atas 

tangas uap sampai  kering. Keringkan residu dalam hampa 

udara di atas silika gel P: hablur yang diperoleh 

memenuhi Identifikasi A seperti tertera pada 

Parasetamol.  

 

pH <1071> Antara 4,0 dan 6,9. 

 

Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. 

Untuk suspensi oral dalam wadah dosis tunggal 

 

Volume terpindahkan <1261>Memenuhi syarat. Untuk 

suspensi oral dalam wadah dosis ganda. 

 

4-Aminofenol Lakukan penetapan dengan cara 

Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada 

Kromatografi <931>. 

     Pengencer Buat campuran air-metanol P-asam format 

P (425:75:2). 

     tahap  gerak Buat larutan natrium butansulfonat 0,01 M 

dalam Pengencer, saring dan awaudarakan. Jika perlu 

lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti 

tertera pada Kromatografi <931>. 

     Larutan baku Timbang saksama beberapa  4-Aminofenol 

BPFI, larutkan dan encerkan dengan tahap  gerak secara 

kuantitatif dan jika perlu bertahap sampai  kadar lebih kurang 

24 μg per ml. 

     Larutan uji Ukur saksama beberapa  volume suspensi 

yang setara dengan lebih kurang 120 mg parasetamol, 

masukkan ke dalam labu tentukur 25-ml, larutkan dan 

encerkan dengan tahap  gerak sampai tanda. 

     Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada 

Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi 

dilengkapi dengan detektor 272 nm dan kolom 20 cm x 

4,6 mm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 

10 μm. Laju alir lebih kurang 2 ml per menit. Lakukan 

kromatografi terhadap Larutan baku dan Larutan uji, 

rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti 

tertera pada procedure  

     procedure  Suntikkan secara terpisah beberapa  volume 

sama (lebih kurang 20 μl) Larutan baku dan Larutan uji 

ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur 

respons puncak utama. Respons puncak 4-aminofenol 

dalam Larutan uji tidak lebih besar dari Larutan baku. 

 

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara 

Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada 

Kromatografi <931>. 

     tahap  gerak, Larutan baku dan Sistem kromatografi 

Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar dalam 

Larutan Oral Parasetamol.  

     Larutan uji Ukur saksama beberapa  volume suspensi 

yang telah dikocok setara dengan lebih kurang 100 mg 

parasetamol, masukan ke dalam labu tentukur 200-ml, 

tambahkan lebih kurang 100 ml tahap  gerak kocok selama 

10 menit. Encerkan dengan tahap  gerak sampai tanda. 

Pipet 5 ml larutan ini ke dalam labu tentukur 250-ml, 

encerkan dengan tahap  gerak sampai tanda. Saring 

melalui penyaring dengan porositas 0,5 μm atau lebih 

kecil, buang 10 ml filtrat pertama. pakailah  filtrat sebagai 

Larutan uji. 

     procedure   Lakukan menurut procedure  seperti tertera 

pada Penetapan kadar dalam Larutan Oral Parasetamol. 

Hitung jumlah dalam mg, C H NO , dalam tiap ml 

suspensi yang dipakai  dengan rumus:  

 

S

U

r

r

V

C000.10  

 

C yaitu  kadar Parasetamol BPFI dalam mg per ml 

Larutan baku;V yaitu  volume dalam ml suspensi yang 

dipakai ; rU dan rS berturut-turut yaitu  respons puncak 

dari Larutan uji dan Larutan baku.  

- 1001 -

 

 

 

 

 

 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. 

Simpan pada suhu ruang terkendali. 

 

 

TABLET PARASETAMOL  

Acetaminophen Tablet 

 

Tablet Parasetamol mengandung Parasetamol, C H NO , 

tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari 

jumlah yang tertera pada etiket. 

 

Baku pembanding Parasetamol BPFI; lakukan 

pengeringan di atas silika gel P selama 18 jam sebelum 

dipakai . 

 

Identifikasi 

    A. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai 

dengan Larutan baku seperti tertera pada Penetapan 

kadar.  

    B. beberapa  serbuk tablet setara dengan lebih kurang 

50 mg parasetamol larutkan dalam 50 ml metanol P, 

saring; filtrat memenuhi uji Identifikasi secara 

Kromatografi Lapis Tipis <281> memakai  tahap  

gerak campuran diklorometan P-metanol P (4:1). 

 

Disolusi <1231> 

    Media disolusi: 900 ml Larutan dapar fosfat pH 5,8.  

    Alat tipe 2: 50 rpm. 

    Waktu: 30 menit 

    procedure  Lakukan penetapan jumlah C H NO  yang 

terlarut dengan mengukur serapan alikuot, jika perlu 

diencerkan dengan Media disolusi dan serapan larutan baku 

Parasetamol BPFI dalam media yang sama pada panjang 

gelombang serapan maksimum lebih kurang 243 nm. 

    Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak 

kurang dari 80% (Q), parasetamol, C H NO , dari jumlah 

yang tertera pada etiket.  

 

Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. 

 

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara 

Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada 

Kromatografi <931>. 

    tahap  gerak Buat campuran air-metanol P (3:1), saring 

dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian 

menurut Kesesuian sistem seperti tertera pada 

Kromatografi <931>. 

    Larutan baku Timbang saksama beberapa  Parasetamol 

BPFI, larutkan dalam tahap  gerak sampai  kadar lebih 

kurang 0,01 mg per ml. 

    Larutan uji Timbang dan serbukan tidak kurang dari 20 

tablet. Timbang saksama beberapa  serbuk tablet setara 

dengan lebih kurang 100 mg parasetamol, masukkan ke 

dalam labu tentukur 200-ml, tambahkan lebih kurang  

100 ml tahap  gerak, kocok selama 10 menit, encerkan 

dengan tahap  gerak sampai tanda. Pipet 5 ml larutkan ke 

dalam labu tentukur 250-ml, encerkan dengan tahap  gerak 

sampai tanda. Saring larutan melalui penyaring dengan 

porositas 0,5 μm atau lebih halus, buang 10 ml filtrat 

pertama. pakailah  filtrat sebagai Larutan uji. 

    Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada 

Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi 

dilengkapi dengan detektor 243 nm dan kolom 30 cm x 

3,9 mm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 

1,5 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan 

baku, rekam kromatogran dan ukur respons puncak 

seperti tertera pada procedure : efisiensi kolom tidak 

kurang dari 1000 lempeng teoritis, faktor ikutan tidak 

lebih dari 2 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan 

ulang tidak lebih dari 2,0%. 

    procedure  Suntikkan secara terpisah beberapa  volume 

yang sama (lebih kurang 10 μl) Larutan baku dan 

Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam kromatogram, 

ukur respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg, 

paracetamol, C8H9NO9, dalam serbuk tablet yang 

dipakai  dengan rumus: 

S

U

r

rC000.10  

 

C yaitu  kadar Parasetamol BPFI dalam mg per ml 

Larutan baku; rU dan rS brturut-turut yaitu  respons 

puncak dari Larutan uji dan Larutan baku.  

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. 

 

 

PAROMOMISIN SULFAT  

Paromomycin Sulfate 

 

 

Garam O-2,6-Diamino-2,6-dideoksi- -L-idopiranosil-

(1 3)-O- -D-ribofuranosil-(1 5)-O-[2-amino-2-deoksi-

-D-glukopiranosil-(1 4)-2-deoksistreptamin sulfat 

[1263-89-4] 

C23H45O14.xH2SO4 

Basa [7542-37-2]                                             BM 615,64 

 

Paromomisin Sulfat yaitu  garam sulfat zat antibiotika 

atau zat yang dihasilkan oleh Streptomycesrimosus var. 

Paromomycinus atau campuran dua atau lebih garam. 

Potensi paramomisin, C23H45N5O14, setara dengan tidak 

kurang dari 675 μg per mg dihitung terhadap zat yang 

telah dikeringkan.  

 

Pemerian Serbuk putih krim sampai kuning terang; tidak 

berbau atau praktis tidak berbau dan sangat higroskopik.  

 

Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; tidak larut 

dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter.  

- 1002 -

 

 

 

 

 

 

 

 

Baku pembanding Paromomisin Sulfat BPFI; lakukan 

pengeringan pada tekanan tidak lebih dari 5 mmHg, pada 

suhu 60º selama 3 jam sebelum dipakai . Simpan dalam 

wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. Simpan dalam 

tempat dingin. 

 

Identifikasi  

     A. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi 

secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.  

     tahap  gerak Buat campuran larutan amonium asetat P 

(4 dalam 100), n-propil alkohol P dan ammonium 

hidroksida P (30:10:6) yang dibuat segar. 

     Penampak bercak Buat larutan ninhidrin P dalam 

butanol P (1 dalam 100). 

     Larutan baku Timbang saksama beberapa  

Paromomisin Sulfat BPFI, larutkan dan encerkan dengan 

air sampai  kadar 10 mg per ml 

     Larutan uji Timbang saksama beberapa  zat, larutkan 

dan encerkan dengan air sampai  kadar lebih kurang 10 mg 

per ml.  

     procedure  Totolkan secara terpisah masing-masing     

25 μl Larutan uji dan Larutan baku pada lempeng 

kromatografi silika gel P setebal 0,25 mm. Masukkan  

lempeng ke dalam bejana kromatografi yang berisi tahap  

gerak, biarkan merambat lebih kurang tiga perempat 

tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat dan 

biarkan kering di udara selama 10 menit. Panaskan 

lempeng pada suhu 105° selama 1 jam, diamkan sampai 

dingin dan semprot dengan Penampak bercak. Panaskan 

lempeng pada suhu 105° selama 5 menit: bercak 

paromomisin berwarna merah, harga Rf bercak utama 

yang diperoleh dari Larutan uji sesuai dengan yang 

diperoleh dari Larutan baku. 

     B. menampilkan  reaksi Sulfat cara A, B dan C seperti 

tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.  

 

Rotasi jenis<1081> Antara +50  dan +55 , dihitung 

terhadap zat anhidrat; lakukan penetapan memakai  

larutan yang mengandung 50 mg per ml.  

 

pH <1071> Antara 5,0 dan 7,5; lakukan penetapan 

memakai  larutan (3 dalam 100). 

 

Susut pengeringan <1121> tidak lebih dari 5,0%; 

lakukan pengeringan dalam botol bersumbat kapiler, pada 

tekanan tidak lebih dari 5 mmHg pada suhu 60° selama 3 

jam memakai  lebih kurang 100 mg zat.  

 

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 2,0%; lakukan 

penetapan terhadap sisa pengarangan yang telah dibasahi 

dengan 2 ml asam nitrat P dan 5 tetes asam sulfat P. 

 

Penetapan potensi Lakukan penetapan paromomisin 

sulfat seperti terta pada Penetapan Potensi Antibiotik 

secara Mikrobiologi <131>.  

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. 

 

 

PATI BERAS 

Rice Starch 

Amylum Oryzae 

 

Pati Beras yaitu  pati yang diperoleh dari biji Oryza 

sativa L. (Familia Poaceae). 

 

Pemerian Serbuk sangat halus; putih. 

 

Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam 

etanol. 

 

Mikroskopik Butir bersegi banyak ukuran 2 μm sampai 

5 μm, tunggal atau majemuk bentuk bulat telur ukuran  

10 μm sampai 20 μm.  Hilus di tengah, tidak terlihat 

jelas; tidak ada lamela konsentris. Amati di bawah cahaya 

terpolarisasi, tampak bentuk silang berwarna hitam, 

memotong pada hilus. 

 

Identifikasi  

    A. Panaskan sampai mendidih selama 1 menit suspensi 

1 g zat dalam 50 ml air, dinginkan: terbentuk larutan 

kanji yang encer. 

    B. Campur 1 ml larutan kanji yang diperoleh pada 

Identifikasi A dengan 0,05 ml iodum 0,005 M, terjadi 

warna biru tua yang hilang pada pemanasan dan timbul 

kembali pada pendinginan. 

Keasaman Tambahkan 10 g zat pada 100 ml etanol P 

70% yang telah dinetralkan terhadap 0,5 ml larutan 

fenolftalein P 0,1% dalam etanol P 80%; kocok selama   

1 jam, saring dan titrasi 50 ml filtrat dengan natrium 

hidroksida 0,1 N LV: diperlukan tidak lebih dari 2,0 ml.  

 

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 15,0%; 

lakukan pengeringan pada suhu 100º sampai 105º 

memakai  1 g zat. 

 

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 1,0%; lakukan 

penetapan menpakailah  1 g zat.  

 

Bahan organik asing Tidak lebih dari sesepora sel. 

 

Batas mikroba <51> Tidak boleh mengandung 

Escherichia coli; lakukan penetapan memakai  1,0 g 

zat. 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. 

 

 

PATI GANDUM 

Wheat Starch 

Amylum Tritici 

 

Pati Gandum yaitu  pati yang diperoleh dari biji Triticum 

aestivum L (T vulgare Vill.) (Familia Poaceae). 

 

Pemerian; Kelarutan; Identifikasi; Keasaman; Susut 

pengeringan; Sisa pemijaran; Bahan organik asing; 

- 1003 -

 

 

 

 

 

 

 

Batas mikroba; Wadah dan penyimpanan Memenuhi 

syarat seperti tertera pada Pati Beras. 

 

Mikroskopik Butir, bentuk cakram besar atau seperti 

ginjal ukuran 10 - 45 μm; bentuk bulat telur, terbelah 

sepanjang poros utama; butir bersegi banyak atau bulatan 

kecil, ukuran 2 - 10 μm. Jarang ditemukan butiran dengan 

ukuran sedang. Hilus dan lamela sukar terlihat. Amati di 

bawah cahaya terpolarisasi, tampak bentuk silang 

berwarna hitam, memotong pada hilus. 

 

 

PATI JAGUNG 

Maize Starch 

Amylum Maydis 

 

Pati Jagung yaitu  pati yang diperoleh dari biji Zeamays 

L. (familia Poacea). 

 

Pemerian; Kelarutan; Identifikasi; Keasaman; Susut 

pengeringan; Sisa pemijaran; Bahan organik asing; 

Batas mikroba; Wadah dan penyimpanan Memenuhi 

syarat seperti tertera pada Pati Beras. 

 

Mikroskopik Butir bersegi banyak, bersudut, ukuran    

2 - 23 μm atau butir bulat dengan diameter 25 - 32 μm. 

Hilus ditengah berupa rongga yang nyata atau celah 

berjumlah 2 - 5; tidak ada lamela. Amati di bawah cahaya 

terpolarisasi, tampak bentuk silang berwarna hitam, 

memotong pada hilus. 

 

 

PATI KENTANG 

Potato Starch 

Amylum Solani 

 

Pati Kentang yaitu  pati yang diperoleh dari umbi 

Solanum tuberosum L (Familia Solanaceae). 

 

Pemerian; Kelarutan; Identifikasi; Keasaman; Sisa 

pemijaran; Bahan organik asing; Batas mikroba; 

Wadah dan penyimpanan Memenuhi syarat seperti 

tertera pada Pati Beras. 

 

Mikroskopik Butir tunggal, tidak beraturan, atau bulat telur 

ukuran 30 - 100 μm; atau membulat ukuran 10 - 35 μm; 

butir majemuk jarang, jika ada terdiri dari majemuk 2 - 4; 

hilus berupa titik pada ujung yang sempit, dengan lamela 

konsentris jelas terlihat. Amati di bawah cahaya 

terpolarisasi, tampak bentuk silang berwarna hitam, 

memotong pada hilus. 

 

Besi Tidak lebih dari 10 bpj; lakukan penetapan sebagai 

berikut : Kocok 1,5 g zat dengan 15 ml asam klorida 2 N, 

saring; pakailah  filtrat untuk penetapan selanjutnya 

seperti tertera pada Uji Batas Besi dalam Magnesium 

Karbonat Berat mulai dari ”masukkan ke dalam tabung 

Nessler”. 

 

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 20,0%; 

lakukan pengeringan pada suhu 100º - 105º sampai  bobot 

tetap, memakai  1 g zat.  

 

 

PATI SINGKONG 

Tapioca Starch 

Amylum Manihot 

 

Pati Singkong yaitu  pati yang diperoleh dari umbi akar 

Manihot utilissima Pohl (Familia Euphorbiaceae). 

 

Pemerian; Kelarutan; Identifikasi; Keasaman; Sisa 

pemijaran; Bahan organik asing; Batas mikroba; 

Wadah dan penyimpanan Memenuhi syarat seperti 

tertera pada Pati Beras. 

 

Mikroskopik Butir tunggal, agak bulat atau bersegi 

banyak; butir kecil diameter 5 - 10 μm, butir besar 

bergaris tengah 20 - 35 μm; hilus di tengah berupa titik, 

garis lurus atau bercabang tiga; lamela tidak jelas, 

konsentris; butir majemuk sedikit, terdiri dari 2 atau 3 

butir tunggal yang tidak sama bentuknya. 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. 

 

 

PEKTIN 

Pectine 

 

Pektin [9000-69-5] 

 

Pektin yaitu  produk karbohidrat yang dimurnikan, 

diperoleh dari ekstrak asam encer dari bagian dalam kulit 

buah jeruk sitrus atau apel; terutama terdiri dari asam 

poligalakturonat termetoksilasi sebagian. Pektin 

mengandung tidak kurang dari 6,7% gugus metoksi         

(-OCH3) dan tidak kurang dari 74,0% asam galakturonat 

(C6H10O7), dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.  

[Catatan Pektin yang ada di perdagangan untuk 

pembuatan produk makanan bersifat jeli dibakukan 

menjadi ”derajat jeli 150”, dengan penambahan 

dekstrosa atau gula lain dan kadang-kadang 

mengandung natrium sitrat atau garam dapar lain. 

Monografi pektin ini merujuk ke pektin murni tanpa 

penambahan zat ini .]  

 

Pemerian Serbuk kasar atau halus; putih kekuningan; 

hampir tidak berbau; memiliki  rasa musilago. 

 

Kelarutan Hampir larut sempurna dalam 20 bagian air, 

membentuk cairan kental, opalesen, larutan koloidal 

mudah dituang dan bersifat asam terhadap lakmus; 

praktis tidak larut dalam etanol atau pelarut organik lain. 

Pektin larut dalam air lebih cepat jika permukaan dibasahi 

dengan etanol, dengan gliserin, atau dengan sirup 

simpleks, atau jika permukaan dicampur dengan 3 bagian 

atau lebih sukrosa. 

 

- 1004 -

 

 

 

 

 

 

 

Identifikasi  

     A. Panaskan 1 g zat dengan 9 ml air di atas tangas uap 

sampai  terbentuk larutan, ganti air yang hilang sebab  

penguapan: terbentuk gel yang kaku pada pendinginan.  

     B. Pada larutan (1 dalam 100) tambahkan etanol P 

volume sama: terbentuk endapan bening, seperti gelatin 

(perbedaan dari kebanyakan gom). 

     C. Pada 5 ml larutan (1 dalam 100) tambahkan 1 ml 

natrium hidroksida 2 N, biarkan pada suhu ruang selama 

15 menit: terbentuk gel atau semigel (perbedaan dari 

tragakan).  

     D. Asamkan gel yang diperoleh dari pengujian 

terdahulu dengan asam klorida 3 N, kocok: terbentuk 

endapan seperti gelatin, tidak berwarna dan ruah, yang 

menjadi putih dan bergumpal bila dididihkan (asam 

pektat). 

 

Batas mikroba <51> Tidak boleh mengandung 

Salmonella sp. 

 

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 10,0%; 

lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam.  

 

Arsen <321> Metode II Tidak lebih dari 3 bpj.   

 

Timbal <401> Tidak lebih dari 5 bpj. Masukkan 2,0 g zat 

ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml berisi 20 ml asam 

nitrat P, panaskan hati-hati sampai pektin larut. 

Lanjutkan pemanasan sampai  volume berkurang menjadi 

lebih kurang 7 ml. Dinginkan cepat sampai  suhu ruang, 

pindahkan ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan 

dengan air sampai tanda: 50,0 ml larutan ini mengandung 

tidak lebih dari 5 bpj timbal (jika ditetapkan secara Uji 

Batas Timbal <401>), pakailah  15 ml Larutan amonium 

sitrat, 3 ml Larutan kalium sianida, dan 500 μl Larutan 

hidroksilamin hidroklorida. Sesudah ekstraksi pertama 

dengan Larutan ditizon pengekstraksi, cuci campuran 

lapisan kloroform dengan 5 ml air, buang lapisan air, 

lanjutkan ekstraksi dengan 20 ml larutan asam nitrat P   

(1 dalam 100). 

 

Gula dan asam organik Masukkan 1 g zat ke dalam labu 

500 ml, basahkan dengan 3 sampai 5 ml etanol P, 

tuangkan 100 ml air dengan cepat, kocok dan diamkan 

sampai  larut sempurna. Tambahkan 100 ml etanol P yang 

mengandung 0,3 ml asam klorida P, saring dengan cepat. 

Pipet 25 ml filtrat ke dalam cawan yang telah ditara, 

uapkan di atas tangas uap dan keringkan residu dalam 

hampa udara pada suhu 50º selama 2 jam. Dinginkan dan 

timbang: bobot residu tidak lebih dari 20 mg.  

 

Penetapan kadar gugus metoksi Masukkan 5,0 g zat ke 

dalam gelas piala yang sesuai, aduk selama 10 menit 

dengan campuran 5 ml asam klorida P dan 100 ml   

etanol P 60%. Pindahkan ke dalam penyaring kaca masir 

(krus atau penyaring tipe Büchner, kasar 30 - 60 ml), cuci 

enam kali, tiap kali dengan 15 ml campuran asam  

klorida P dan etanol P 60%, lalu  dengan etanol P 

60% sampai  filtrat bebas klorida. Terakhir cuci dengan  

20 ml etanol P, keringkan selama 1 jam pada suhu 105º, 

dinginkan dan timbang. Ambil tepat sepersepuluh total 

bobot bersih residu (setara dengan 500 mg zat uji asli 

yang tidak dicuci) masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 

250 ml, basahkan dengan 2 ml etanol P. Tambahkan   

100 ml air bebas karbon diosida P, tutup, goyangkan 

sesekali sampai  pektin larut sempurna. Tambahkan 5 tetes 

fenolftalein LP, titrasi dengan natrium hidroksida         

0,5 N LV, catat hasil sebagai titik awal. Tambahkan    

20,0 ml natrium hidroksida 0,5 N LV, tutup, kocok kuat, 

biarkan selam 15 menit. Tambahkan 20,0 ml asam 

klorida 0,5 N LV, kocok sampai  warna merah muda 

hilang. Tambahkan fenoltalein LP, titrasi dengan natrium 

hidroksida 0,5 N LV sampai  terjadi warna merah muda 

lemah yang tidak hilang bila dikocok kuat: catat hasil 

sebagai titer penyabunan. 

 

Tiap ml natrium hidroksida 0,5 N pada titer penyabunan  

setara dengan 15,52 mg -OCH3 

 

Penetapan kadar asam galakturonat Tiap ml natrium 

hidroksida 0,5 N yang dipakai  pada seluruh titrasi 

(titer awal dan titer penyabunan) dalam Penetapan kadar 

gugus metoksi setara dengan 97,07 mg C6H10O7. 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.  

Penandaan Pada etiket tertera berasal dari apel atau jeruk 

sitrun. 

 

 

PEMBALUT KREP KATUN 

Cotton Crepe Bandage 

 

Pembalut Krep Katun terdiri dari kain dengan tenunan 

sederhana yang khas. Benang arah memanjang terbuat 

dari benang katun lapis dua, sesudah  dipilin secara krep, 

tidak lebih halus dari 45 tex, masing-masing terdiri dari 

tidak kurang dari 17 putaran per cm. Benang arah 

melebar terbuat dari benang katun, benang viskosa atau 

campuran antara benang katun dan viskosa; tidak lebih 

halus dari 69 tex. Benang arah memanjang tersusun dari 

masing-masing 2 benang, satu dipilin seperti huruf S dan 

yang satu lagi dipilin seperti huruf Z, secara berulang. 

Kain tenun bersih dan bebas dari kerusakan dan boleh 

mengandung sesepora residu daun, kulit biji dan cemaran 

lain. Pembalut katun krep dapat diwarnai, tidak 

memiliki  sambungan dan memiliki  tepi yang kuat. 

 

Identifikasi serat <841> Lakukan seperti tertera pada uji 

Katun atau Katun dan Viskosa. 

 

Elastisitas <821> Panjang tidak lebih dari 80% dari 

panjang sesudah  pembalut krep katun diregang sampai 

batas maksimum. 

 

Jumlah benang per 10 cm Untuk benang arah 

memanjang tidak kurang dari 170; lakukan penetapan 

seperti tertera pada Pembalut tidak meregang Metode III 

dalam Jumlah benang per satuan panjang <871>. Untuk 

- 1005 -

 

 

 

 

 

 

 

benang arah melebar tidak kurang dari 78; lakukan 

penetapan seperti tertera pada Pembalut meregang 

sempurna dalam Jumlah benang per satuan panjang 

<871>. 

 

Bobot per satuan luas <771> Metode I Tidak kurang 

dari 140 g per m2. 

 

Zat larut dalam air <1301> Metode II dan Zat larut 

dalam Eter <1311> Jumlah keduanya tidak lebih dari 

1,0%. 

 

 

PEMBALUT PEREKAT ELASTIS 

Elastic Adhesive Dressing 

 

Pembalut Perekat Elastis tersedia dalam bentuk pembalut 

luka atau strip pembalut. Masing-masing terdiri dari 

bantalan penyerap yang ditempelkan pada sepotong 

plester berpori yang dapat meregang, sesampai  ada  

kelebihan tepi perekat yang sesuai. Bantalan dan 

kelebihan tepi perekat ditutup dengan pelindung yang 

sesuai, sampai  jika dilepas, perekat tidak mengelupas dan 

tidak membuat bantalan terlepas dari plester. Jika 

dipakai  plester yang dapat meregang dan berpori 

halus, luas yang dilapisi perekat tidak kurang 50% dari 

luas permukaan total. 

Bantalan dapat diimpregnasi dengan antiseptik yang 

diizinkan. Dapat diwarnai dengan warna kuning yang 

sesuai. 

 

Pembuatan dan ukuran 

     Pembalut Luka Bantalan memiliki  bentuk sama 

dengan pembalut, dilekatkan sedapat mungkin ditengah 

plester dengan tepi perekat tidak kurang dari 5 mm atau 

tidak kurang 15% dari seluruh ukuran. Lebar dari 

kelebihan tepi perekat pada sisi tidak kurang dari separuh 

lebar dari tepi di sisi yang berlawanan. 

     Pembalut luka berbentuk persegi panjang dengan 

kelebihan tepi perekat tidak kurang 1,5 mm dari tiap 

pasang sisi yang berlawanan dan kelebihan tepi perekat 

pada kedua sisi lainnya tidak kurang 25% dari seluruh 

ukuran pembalut arah yang sama. Sudut pembalut dapat 

dipotong; potongan dapat diabaikan dalam menetapkan 

bentuk dan ukuran pembalut. 

     Strip Pembalut Bantalan dilekatkan pada sepotong 

plester berbentuk bujur sangkar atau persegi panjang. 

Bantalan dan plester memiliki  panjang yang tidak 

sama, bantalan dilekatkan sedemikian sampai  kelebihan 

tepi perekat pada kedua sisi sejajar dengan arah benang 

yang memanjang. Lebar dari kelebihan tepi perekat tidak 

kurang dari 8 mm atau tidak kurang 20% dari seluruh 

ukuran. Lebar kelebihan tepi perekat pada sisi tidak 

kurang dari separuh dari lebar kelebihan tepi perekat sisi 

lainnya. 

 

 

 

Plester 

 

Kadar zink oksida dalam massa perekat <421> Tidak 

kurang dari 10,0%. 

 

Daya rekat <791> Memenuhi syarat. 

 

Elastisitas <821> Lebar tidak lebih 80% dari lebar 

sesudah  pembalut diregang sampai batas maksimum; 

lakukan pengujian pada lebar bahan, pakailah  kekuatan 

10 N per cm panjang (lebih kurang 1,0 kgf per cm 

panjang). 

 

Bobot massa perekat Tidak kurang dari 220 g per m2; 

lakukan penetapan seperti tertera pada Bobot massa 

perekat memakai  Metode I pada Sediaan dengan 

perekat dalam Bobot per Satuan Luas <771>. 

 

Lebar Tidak boleh berbeda lebih dari ±1,5 mm dari yang 

tertera pada etiket untuk plester dengan lebar tidak lebih 

dari 5 cm; tidak boleh berbeda lebih dari ±2,5 mm dari 

yang tertera pada etiket untuk plester dengan lebar lebih 

dari 5 cm.  

 

Kain 

 

Identifikasi serat <841> sesudah  massa perekat 

dihilangkan; lakukan pengujian seperti tertera pada Katun 

atau Katun dan Viskosa. 

 

Beban regang minimum <761> Metode I Tidak kurang 

dari 5 kg per cm lebar. 

 

Jumlah benang per 10 cm Untuk benang arah 

memanjang, tidak kurang dari 105; lakukan penetapan 

seperti tert