kromatogram dan ukur respons
puncak utama. Hitung jumlah dalam mg ibuprofen,
C13H18O2, dalam tiap tablet dengan rumus:
S
U
R
R
W
AC100
C yaitu kadar Ibuprofen BPFI dalam mg per ml
Larutan baku; A yaitu bobot rata-rata tablet dalam mg;
W yaitu bobot serbuk tablet yang dipakai dalam
Larutan uji; RU dan RS berturut-turut yaitu
perbandingan respons puncak ibuprofen dan baku
internal yang diperoleh dari Larutan uji dan Larutan
baku; atau hitung jumlah dalam mg ibuprofen, C13H18O2,
dalam tiap tablet dengan rumus:
S
U
R
R
N
CV
V yaitu volume Larutan baku internal dalam ml, yang
dipakai untuk membuat Larutan uji; N yaitu jumlah
tablet yang dipakai .
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
IDOKSURIDIN
Idoxuridine
2’-Deoksi-5-iodouridina [54-42-2]
C9H11IN2O5 BM 354,10
Idoksuridin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
tidak lebih dari 101,0% C9H11IN2O5, dihitung terhadap
zat yang telah dikeringkan.
Pemerian Hablur atau serbuk; putih; praktis tidak
berbau.
Kelarutan Sukar larut dalam air dan dalam etanol;
praktis tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.
- 556 -
Baku pembanding Idoksuridin BPFI; lakukan
pengeringan dalam hampa udara pada suhu 60 selama
2 jam sebelum dipakai .
Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang didispersikan
dalam minyak mineral P menampilkan maksimum hanya
pada bilangan gelombang yang sama seperti pada
Idoksuridin BPFI.
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam
30.000) dalam dapar pH 12,0 (dibuat dari 7,46 g kalium
klorida P dan 24 ml natrium hidroksida 1 N yang
dilarutkan dalam 2000 ml air) menampilkan maksimum
dan minimum pada panjang gelombang yang sama
seperti pada larutan Idoksuridin BPFI; daya serap
masing-masing dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan pada panjang gelombang serapan
maksimum lebih kurang 279 nm berbeda tidak lebih dari
2,0%.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 60
selama 2 jam, memakai lebih kurang 500 mg zat
yang ditimbang saksama.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
250 mg zat, larutkan dalam 20 ml dimetilformamida P
yang telah dinetralkan dengan natrium metoksida toluen
0,1 N LV, pakailah larutan 300 mg biru timol P dalam
100 ml metanol P sebagai indikator. Titrasi dengan
natrium metoksida toluen 0,1 N LV sampai berwarna
biru. Hati-hati terhadap penyerapan karbon dioksida dari
udara. Lakukan penetapan blangko.
Tiap ml natrium metoksida 0,1 N
setara dengan 35,41 mg C9H11IN2O5
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
tidak tembus cahaya.
SALEP MATA IDOKSURIDIN
Idoxuridine Opthalmic Ointment
Salep Mata Idoksuridin yaitu Idoksuridin dalam dasar
salep vaselin. Mengandung tidak kurang dari 0,45% dan
tidak lebih dari 0,55% C9H11IN2O5. Merupakan sediaan
steril.
Baku pembanding Idoksuridin BPFI; lakukan
pengeringan dalam hampa udara pada suhu 60 selama
2 jam sebelum dipakai .
Identifikasi Spektrum serapan ultraviolet Larutan uji
pada Penetapan kadar menampilkan maksimum dan
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti
pada Larutan baku dalam Penetapan kadar.
Sterilitas Memenuhi syarat Sediaan obat mata seperti
tertera pada Uji Sterilitas <71>.
Partikel logam <1061> Memenuhi syarat.
Penetapan kadar
Kolom kromatografi Campur 4 g Tanah silika untuk
kromatografi dengan 4 ml asam klorida 0,1 N dalam
mortir kaca sampai halus. Masukkan ke dalam tabung
kromatografi berukuran 250 mm x 19 mm berisi
segumpal wol kaca dan dilengkapi dengan kran pada
dasarnya. Padatkan dengan hati-hati sampai massa
merata.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 25 mg
Idoksuridin BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
50-ml, tambahkan metanol P sampai tanda. Encerkan
5,0 ml larutan ini dengan Campuran butanol P-
kloroform P (1:5) sampai 100,0 ml.
Larutan uji Campur 4 g Tanah silika untuk
kromatografi dengan 2 ml asam klorida 0,1 N dalam
mortir kaca sampai halus. Tambahkan beberapa salep
mata yang ditimbang saksama setara dengan lebih
kurang 5 mg idoksuridin dan campur. Masukkan ke
dalam Kolom kromatografi. Untuk membilas dan
membersihkan mortir dari sisa salep mata, pakailah
campuran 2 g Tanah silika untuk kromatografi dan 2 ml
asam klorida 0,1 N yang telah digerus halus. Masukkan
lebih kurang separuh campuran di atas ke dalam Kolom
kromatografi, padatkan perlahan-lahan sampai merata.
Masukkan lagi separuhnya ke dalam Kolom
kromatografi dan padatkan seperti sebelumnya.
Bersihkan mortir dengan segumpal wol kaca dan
sisipkan pada bagian atas kolom. Alirkan 50 ml
kloroform P melalui kolom dengan laju alir lebih kurang
1 ml per menit dan buang kloroform. Eluasi dengan
lebih kurang 200 ml campuran butanol P-kloroform P
(1:5) dengan laju alir yang sama, buang 20 ml eluat
pertama. Kumpulkan eluat ke dalam labu tentukur
200-ml, encerkan dengan pelarut eluasi sampai tanda.
procedure Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku
pada panjang gelombang serapan maksimum 320 nm
dan pada panjang gelombang serapan maksimum
283 nm terhadap blangko campuran butanol P-
kloroform P (1:5). Hitung jumlah dalam mg idoksuridin,
C9H11IN2O5, dalam salep mata yang dipakai dengan
rumus:
S
U
AA
AAC
)(
)(2,0
320283
320283
C yaitu kadar Idoksuridin BPFI dalam μg per ml
Larutan baku; persamaan di dalam tanda kurung
berturut-turut menyatakan perbedaan serapan pada
panjang gelombang 283 dan 320 nm dari Larutan uji (U)
dan Larutan baku (S).
Wadah dan penyimpanan Dalam tube, di tempat sejuk.
- 557 -
IKHTAMOL
Ikhtiol
Ichtammol
Ikhtamol [8029-68-3]
Ikhtamol diperoleh dengan cara penyulingan destruktif
mineral batu bara muda tertentu, sulfonasi destilat dan
netralisasi memakai amonia. Ikhtamol mengandung
tidak kurang dari 2,5% amonia (NH3) dan tidak kurang
dari 10,0% belerang total (S).
Pemerian Cairan kental; coklat kemerahan sampai hitam
kecoklatan; berbau khas, kuat.
Kelarutan Dapat bercampur dengan air, dengan gliserin,
dengan minyak lemak dan dengan lemak; sebagian larut
dalam etanol dan dalam eter.
Identifikasi
A. Encerkan 10 ml dengan 90 ml air dan aduk selama
5 menit memakai pengaduk magnetik. Tambahkan
25 ml asam klorida P dan campur: terbentuk endapan
berat seperti resin. Enaptuangkan beningan, cuci
endapan dengan asam klorida 2 N sampai cucian terakhir
hampir tidak berwarna. Pindahkan endapan ke atas
kertas serap, biarkan selama 10 menit dan masukkan
10 mg endapan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml,
tambahkan 100 ml eter P, hubungkan labu dengan
pendingin udara, aduk selama 30 menit memakai
pengaduk magnetik: endapan tidak larut sempurna.
B. Pada larutan (1 dalam 10) tambahkan natrium
hidroksida 1 N, panaskan sampai mendidih: terjadi gas
amoniak.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 50,0%;
lakukan pengeringan pada suhu 80º selama 8 jam dan
dilanjutkan pada suhu 100 sampai bobot tetap.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,5%.
Batas amonium sulfat Tidak lebih dari 8,0%
(NH4)2SO4; lakukan penetapan sebagai berikut: Timbang
saksama lebih kurang 1 g zat, masukkan ke dalam gelas
piala 100 ml, tambahkan 25 ml etanol P. Aduk, saring
dan cuci penyaring dengan campuran eter P dan
etanol P volume sama sampai cucian terakhir jernih dan
tidak berwarna. Biarkan penyaring dan residu mengering
di udara lalu lewatkan 200 ml air hangat yang
sedikit diasamkan dengan asam klorida P. Panaskan
filtrat sampai mendidih, tambahkan barium klorida LP
berlebih dan panaskan selama 1 jam di atas tangas uap.
Kumpulkan endapan barium sulfat di atas penyaring,
cuci dengan baik, keringkan dan pijarkan sampai bobot
tetap.
Tiap gram barium sulfat
setara dengan 566,1mg (NH4)2SO4
Penetapan kadar amonia Timbang saksama lebih
kurang 5 g zat, larutkan dalam 100 ml air, pindahkan
larutan ke dalam labu destilasi, tambahkan 3 g parafin P
dan 20 ml larutan natrium hidroksida P (4 dalam 10).
Hubungkan labu dengan pendingin dan celupkan ujung
bawah pendingin ke dalam 30,0 ml asam sulfat 0,5 N LV,
destilasi perlahan-lahan, kumpulkan lebih kurang 50 ml
destilat dan titrasi kelebihan asam dengan natrium
hidroksida 0,5 N LV memakai merah metil LP
sebagai indikator. Lakukan penetapan blangko.
Tiap ml asam sulfat 0,5 N
setara dengan 8,515 mg NH3
Penetapan kadar belerang total Timbang saksama
500 sampai 800 mg zat, masukkan ke dalam labu
Kjehldahl dengan bantuan 20 ml air. Tambahkan 3 g
kalium klorat P lalu perlahan-lahan 30 ml asam
nitrat P dan uapkan campuran di atas lempeng pemanas
sampai lebih kurang 5 ml. Dinginkan, ulangi proses
oksidasi dengan 3 g kalium klorat P dan 30 ml asam
nitrat P dan uapkan sampai lebih kurang 5 ml.
Tambahkan 25 ml asam klorida P, uapkan lagi sampai
lebih kurang 5 ml. Tambahkan 100 ml air, panaskan
sampai mendidih, saring dan cuci dengan baik. Pada
filtrat panas tambahkan 25 ml barium klorida LP dan
panaskan di atas tangas uap selama 1 jam. Kumpulkan
barium sulfat dalam krus penyaring yang telah
dipijarkan dan ditara, cuci, keringkan dan pijarkan,
lalu dinginkan dan timbang.
Tiap gram barium sulfat
setara dengan 137,4 mg S
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
IMIPRAMIN HIDROKLORIDA
Imipramine Hydrochloride
5-[3-(Dimetilamino)propil]-10,11-dihidro-5H-
dibenz(b,f)- azepin monohidroklorida [113-52-0]
C19H24N2.HCI BM 316,88
Imipramin Hidroklorida mengandung tidak kurang dari
98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C19H24N2.HCI,
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian Serbuk hablur; putih sampai hampir putih;
tidak berbau atau praktis tidak berbau.
- 558 -
Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam etanol;
larut dalam aseton; tidak larut dalam benzen dan dalam
eter.
Baku pembanding Desipramin Hidroklorida BPFI;
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam
sebelum dipakai . Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Imipramin Hidroklorida BPFI; lakukan pengeringan
pada suhu 105º selama 2 jam sebelum dipakai .
Simpan dalam wadah tertutup rapat; Iminodibenzil
BPFI; lakukan pengeringan dengan silika gel selama
4 jam sebelum dipakai . Simpan dalam wadah tertutup
rapat dan terlindung cahaya.
Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P,
menampilkan maksimum hanya pada bilangan
gelombang yang sama seperti pada Imipramin
Hidroklorida BPFI.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan
uji sesuai dengan Larutan baku seperti diperoleh pada
Penetapan kadar.
C. Larutkan 0,10 g zat dalam 2 ml etanol P, tambahkan
1 ml asam nitrat 2 N dan 3 tetes perak nitrat LP:
terbentuk endapan putih, yang larut pada penambahan
tetes demi tetes amonium hidroksida P.
Jarak lebur <1021> Antara 170º dan 174º.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 bpj.
Iminodibenzil Tidak lebih dari 0,1%.
Larutan baku Timbang saksama beberapa
Iminodibenzil BPFI, larutkan dalam etanol P dan
encerkan bertahap dengan etanol P sampai kadar lebih
kurang 50 g per ml. Masukkan 1,0 ml larutan ini ke
dalam labu tentukur aktinik rendah 25-ml, tambahkan
10 ml campuran asam klorida P-etanol P (1:1).
Larutan uji Timbang 50 mg zat, masukkan ke dalam
labu tentukur aktinik rendah 25-ml, tambahkan 10 ml
campuran asam klorida P-etanol P (1:1).
procedure Pada kedua labu tentukur di atas yang
masing-masing berisi Larutan baku dan Larutan uji dan
labu tentukur 25-ml ketiga yang berisi 10 ml campuran
asam klorida P-etanol P (1:1) sebagai blangko,
tambahkan masing-masing secara perlahan 5 ml larutan
furfural P 0,4% v/v dalam etanol P, campur, tambahkan
5 ml asam klorida P dan biarkan dalam tangas air
bersuhu tetap 25º selama 3 jam. Encerkan masing-
masing labu dengan campuran asam klorida P-etanol P
(1:1) sampai tanda. Ukur serapan masing-masing larutan
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
kurang 565 nm. Serapan Larutan uji tidak lebih besar
dari Larutan baku.
Senyawa sejenis Iminodibenzil tidak lebih dari 0,1%;
N-(dimetilaminopropil)iminostilben tidak lebih dari
0,1%; cemaran lain tidak lebih dari 0,2%; total cemaran
tidak lebih dari 1,0%. Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. [Catatan pakailah alat gelas
aktinik rendah.]
tahap gerak, Pelarut, Larutan kesesuaian sistem,
Larutan baku dan Sistem kromatografi Lakukan seperti
tertera pada Penetapan kadar.
Larutan baku Timbang saksama beberapa Imipramin
Hidroklorida BPFI dan Iminodibenzil BPFI, larutkan
dalam asetonitril P dan encerkan dengan Pelarut sampai
kadar masing-masing lebih kurang 2,5 μg per ml.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 63 mg zat,
masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, larutkan dan
encerkan dengan Pelarut sampai tanda.
procedure Suntikkan secara terpisah beberapa volume
sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak. Waktu retensi relatif untuk N-
(dimetilaminopropil) iminostilben dan imipramin
berturut-turut lebih kurang 0,8 dan 1,0. Hitung
persentase iminodibenzil dalam zat dengan rumus:
S
U
r
r
W
C5
C yaitu kadar Iminodibenzil BPFI dalam g per ml
Larutan baku; W yaitu bobot zat dalam mg yang
dipakai untuk membuat Larutan uji; rU dan rS
berturut-turut yaitu respons puncak iminodibenzil dari
Larutan uji dan Larutan baku. Hitung persentase
cemaran lain dalam zat dengan rumus:
S
i
r
r
W
C5
C yaitu kadar Imipramin Hidroklorida BPFI dalam g
per ml Larutan baku; W yaitu bobot zat dalam mg yang
dipakai untuk membuat Larutan uji; ri yaitu respons
puncak masing-masing cemaran, tidak termasuk
iminodibenzil dari Larutan uji dan rS yaitu respons
puncak imipramin dari Larutan baku.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. [Catatan pakailah alat gelas
aktinik rendah.]
tahap gerak Buat campuran Larutan natrium perklorat
0,06 M-asetonitril P-trietilamin P (625:375:1), saring
dan awaudarakan, atur pH sampai 2,0 dengan
penambahan asam perklorat P. Jika perlu lakukan
- 559 -
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
Pelarut Campuran air-asetonitril P (5:3).
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama masing-
masing lebih kurang 15 mg Imipramin Hidroklorida
BPFI dan Desipramin Hidroklorida BPFI, masukkan ke
dalam labu tentukur 50-ml, larutkan dan encerkan
dengan Pelarut sampai tanda.
Larutan baku Timbang saksama beberapa Imipramin
Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Pelarut sampai kadar lebih kurang 0,3 mg per ml.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 30 mg zat,
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan
encerkan dengan Pelarut sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 269 nm dan kolom 30 cm x
3,9 mm berisi bahan pengisi L1. Pertahankan suhu
kolom pada 40°. Laju alir lebih kurang 1,5 ml per menit.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
seperti tertera pada procedure : resolusi, R, antara puncak
imipramin dan puncak desipramin tidak kurang dari 1,3.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada procedure : simpangan baku relatif pada penyuntikan
ulang tidak lebih dari 2,0%.
procedure Suntikkan secara terpisah beberapa volume
sama (lebih kurang 20 μl) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak. Hitung jumlah dalam mg imipramin
hidroklorida, C19H24N2.HCl, dalam zat yang dipakai
dengan rumus:
S
U
r
rC100
C yaitu kadar Imipramin Hidroklorida BPFI dalam mg
per ml Larutan baku; rU dan rS berturut-turut yaitu
respons puncak imipramin dari Larutan uji dan Larutan
baku.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
IMUNOGLOBULIN CAMPAK
Measles Immunoglobulin
Imunoglobulin Campak yaitu sediaan cair atau beku
kering yang mengandung Imunoglobulin manusia
terutama imunoglobulin G (IgG). Imunoglobulin
Campak diperoleh dari plasma atau serum yang
mengandung antibodi khas terhadap virus campak, dapat
ditambahkan imunoglobulin normal. Imunoglobulin
campak dibuat seperti tertera pada pembuatan
Imunoglobulin Normal. Imunoglobulin Campak
mengandung tidak kurang dari 50 Unit per ml.
Baku pembanding Imunoglobulin Campak BPFI.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Imunoglobulin Normal.
Penetapan potensi Buat seri pengenceran berkelipatan
dua dari sediaan uji dan Imunoglobulin Campak BPFI,
tambahkan ke dalam tiap pengenceran beberapa volume
sama suspensi virus campak yang mengandung lebih
kurang 3,0 log10 DIKS50 (Dosis Infektif Kultur Sel10)
per 0,1 ml dan campur. Inkubasi campuran pada suhu
37º selama 2 jam terlindung dari cahaya. Dengan
memakai tidak kurang dari 6 biakan sel untuk tiap
campuran, inokulasikan 0,2 ml tiap campuran ke dalam
tiap biakan sel, inkubasi selama tidak kurang dari
10 hari. Amati aktivitas virus dalam biakan sel dan
bandingkan pengenceran yang mengandung jumlah
terkecil imunoglobulin yang menetralkan virus dari
sediaan uji dengan sediaan baku. Hitung potensi sediaan
uji dalam Unit per ml antibodi yang mampu menetralkan
virus campak.
Wadah dan penyimpanan Sediaan cair simpan dalam
wadah kaca tidak tembus cahaya, tertutup kedap, tidak
berwarna, pada suhu 2º-8º. Sediaan beku kering
disimpan dalam wadah tidak tembus cahaya, dalam
keadaan hampa udara atau gas inert, pada suhu 2º-8º.
Dalam kondisi penyimpanan seperti di atas potensi dapat
dipertahankan sampai 3 tahun untuk sediaan cair dan
5 tahun untuk sediaan beku kering.
IMUNOGLOBULIN HEPATITIS B
Hepatitis B Immunoglobulin
Imunoglobulin Hepatitis B yaitu sediaan cair atau beku
kering, mengandung imunoglobulin manusia terutama
imunoglobulin G (IgG). Diperoleh dari plasma atau
serum yang mengandung antibodi spesifik terhadap
antigen permukaan hepatitis B. Dapat ditambahkan
Imunoglobulin Normal. Imunoglobulin Hepatitis B
dibuat seperti tertera pada Imunoglobulin Normal.
Mengandung tidak kurang dari 100 unit per ml.
Baku pembanding Imunoglobulin Hepatitis B BPFI.
Protein Memenuhi syarat; lakukan Penetapan kadar
seperti tertera pada Imunoglobulin Normal.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Imunoglobulin Normal.
Penetapan potensi Lakukan penetapan dengan
membandingkan ikatan dengan antigen permukaan
hepatitis B antara Larutan baku dan Larutan uji dengan
kit Radioimuno atau Enzimoimuno yang sesuai. Buat
larutan Imunoglobin Hepatitis B BPFI dengan
melarutkan isi ampul dalam beberapa air sampai diperoleh
- 560 -
larutan mengandung 100 unit per ml (larutan A). Dengan
pengencer serum manusia yang bereaksi negatif terhadap
antigen permukaan hepatitis B dan antibodinya, buat
tidak kurang dari 5 pengenceran Larutan A (Enceran
larutan baku). Pengenceran dipilih sedemikian rupa
sesampai diperoleh kurva kalibrasi linier. Dengan cara
yang sama buat enceran zat uji (Larutan uji). Bila
perkiraan potensi benar, kandungan antibodi tercakup
dalam rentang pengenceran baku. Lakukan penetapan
sesuai dengan petunjuk yang ada dalam kit. Enceran
larutan baku dan Larutan uji, mula-mula diinkubasi
dengan antigen permukaan hepatitis B yang terikat pada
butiran polistiren atau pembawa lain, lalu inkubasi
dengan antigen permukaan hepatitis B berlabel. Secara
bersamaan lakukan kontrol positif dan negatif dengan
cara yang sama. Tentukan jumlah kompleks antibodi-
antigen berlabel yang terbentuk dari masing-masing
dosis pengenceran baku, sediaan uji dan kontrol positif
dibanding terhadap kontrol negatif. Hitung potensi
antibodi terhadap antigen permukaan hepatitis B dalam
sediaan uji memakai kurva kalibrasi yang diperoleh
dari pengenceran baku. Penetapan tidak absah kecuali
telah memenuhi kriteria yang tertera pada kit penetapan
potensi, dan tidak ada perbedaan bermakna dari
hasil yang digambarkan baik kesejajaran atau linearitas.
Wadah dan penyimpanan Sediaan cair disimpan dalam
wadah kaca tidak berwarna, tertutup kedap, terlindung
dari cahaya, pada suhu 2º-8º. Sediaan beku kering,
disimpan dalam hampa udara atau gas inert, terlindung
dari cahaya pada suhu 2º-8º. Dengan kondisi
penyimpanan seperti di atas, potensi dapat dipertahankan
sampai 3 tahun untuk sediaan cair dan 5 tahun untuk
sediaan beku kering.
IMUNOGLOBULIN NORMAL
Normal Immunoglobulin
Imunoglobulin Normal yaitu sediaan cair atau beku
kering mengandung imunoglobulin terutama
imunoglobulin G (IgG), dapat mengandung protein lain.
Sediaan ini dipakai untuk injeksi intra muskular.
Diperoleh dari plasma atau serum atau plasenta normal
dan segera dibekukan sesudah dikumpulkan. Plasma,
serum atau plasenta diperoleh dari donor sehat sedapat
mungkin harus disertai pemeriksaan klinik, uji
laboratorium dan telah diketahui riwayat mediknya telah
bebas dari infeksi yang dapat ditularkan melalui
transfusi darah atau derivat darah. Pemeriksaan dan
pengujian yang dilakukan ditetapkan oleh instansi yang
berwenang; terutama uji terhadap antigen permukaan
hepatitis B dan antibodi HIV dengan metode yang peka
dan memberi hasil negatif. Imunoglobulin Normal
mengandung antibodi IgG dari subyek normal diperoleh
dari gabungan donor, dengan cara yang sesuai sesampai
produk tidak menyebarkan infeksi. Dengan kadar protein
16% mengandung paling sedikit dua jenis antibodi satu
viral dan satu bakterial bila dibandingkan dengan baku
internasional atau baku lain, kadar antibodi tidak kurang
dari 10 kali dari bahan gabungan awal. Imunoglobulin
Normal dibuat sebagai larutan stabil, misalnya dalam
larutan natrium klorida P 0,9% atau larutan glisin P
2,25% dan disterilkan dengan cara penyaringan. Dapat
ditambahkan pengawet yang bersifat antimikroba
kecuali bila sediaan dibuat beku kering. Pengawet atau
bahan stabilisator yang ditambahkan harus bersifat netral
dan tidak menimbulkan reaksi negatif baik terhadap
produk akhir maupun pada manusia. Uji penurunan
dipercepat dilakukan pada produk akhir cair atau beku
kering, dengan pemanasan pada suhu 37º selama
4 minggu lalu lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi eksklusi seperti tertera pada Kromatografi
<931>. Perbedaan kadar protein hasil eluasi dalam fraksi
sesudah puncak utama sebelum dan sesudah dipanaskan
tidak lebih dari 5%.
Pemerian Sediaan cair jernih dan berwarna kuning
pucat sampai coklat muda; selama penyimpanan dapat
terbentuk kekeruhan atau sedikit bahan partikulat.
Sediaan beku kering berbentuk serbuk atau masa rapuh
berwarna putih sampai agak kuning.
Baku pembanding Imunoglobulin Normal Manusia
untuk Elektroforesis BPFI.
Identifikasi
A. Lakukan reaksi pengendapan memakai
antiserum khas terhadap protein plasma manusia dan
antiserum khas terhadap protein plasma dari setiap galur
hewan domestik yang umum dipakai untuk
pembuatan sediaan biologik. Sediaan mengandung protein
plasma asal manusia memberi reaksi negatif dengan
antiserum khas terhadap protein plasma galur lain.
B. Lakukan penetapan dengan teknik
imunoelektroforesis yang sesuai, bandingkan serum
normal manusia dengan sediaan uji, memakai
antiserum normal manusia, keduanya diencerkan sampai
mengandung 1% protein. Komponen utama sediaan uji
sesuai dengan komponen IgG serum normal manusia.
Larutan dapat mengandung beberapa kecil protein
plasma lain.
Keasaman dan kebasaan <1071> pH 6,4 - 7,2; lakukan
penetapan dengan mengencerkan dalam larutan natrium
klorida P 0,9% sampai mengandung 1% protein.
Susut pengeringan <1121> Untuk sediaan beku kering
tidak lebih dari 2%; lakukan pengeringan di atas fosfor
pentoksida P pada tekanan tidak lebih dari 0,02 mmHg
selama 24 jam, memakai 500 mg zat.
Toksisitas abnormal Memenuhi syarat seperti tertera
pada Uji Reaktivitas secara Biologi in-vivo <251>.
- 561 -
Pirogen <231> Memenuhi syarat, lakukan penetapan
memakai dosis uji 1 ml per kg bobot tubuh kelinci.
Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
Kecepatan melarut untuk sediaan beku kering
tambahkan beberapa volume pelarut seperti tertera pada
etiket. Sediaan uji terlarut sempurna dalam waktu 15
menit pada suhu 20° - 25º .
Komposisi protein
A. Lakukan penetapan dengan Metode II untuk
Elektroforesis selulosa asetat seperti tertera pada
Elektroforesis <831> namun memakai medan listrik
yang sesuai sampai pita bercak albumin dari serum
normal manusia yang ditotolkan sebagai pita kontrol
merambat tidak kurang dari 30 mm.
pakailah larutan sebagai berikut: larutan (1) encerkan
sediaan uji dengan larutan natrium klorida P 0,9%
sampai mengandung 5% protein. Larutan (2) encerkan
Imunoglobulin Normal Manusia untuk Elektroforesis
BPFI dengan larutan natrium klorida P 0,9% sampai
mengandung 5% protein. Pada pita bercak lain selain
bercak utama yang diperoleh dari larutan
(1) mengandung tidak lebih dari 10% protein. Uji tidak
absah kecuali perbandingan protein dalam pita bercak
utama yang diperoleh dari larutan (2) dalam batas yang
tertera pada etiket Imunoglobulin Normal Manusia untuk
Elektroforesis BPFI.
B. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
eksklusi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
pakailah 2 ml larutan uji, yang telah diencerkan dengan
Campuran larutan dapar fosfat pH 7,0 dengan azida
sampai mengandung protein 4,0% - 5,0%. Kromatograf
pada suhu ruang memakai a) kolom (1 m x 25 mm)
berisi agarose yang dijebak dalam jaringan
poliakrilamida sambung silang dan memiliki rentang
fraksi linier yang sesuai untuk fraksionasi butiran protein
dalam rentang bobot molekul dari 20.000 - 350.000
(misalnya ultrogel AcA34), b) tahap gerak campuran
dapar fosfat pH 7,0 dengan azida dengan laju alir lebih
kurang 20 ml (4 ml per cm dari luas kolom) per jam, c)
detektor 280 nm.
Kumpulkan eluat dalam fraksi lebih kurang 4 ml.
Tetapkan kromatogram, bandingkan dengan
kromatogram seperti pada Gambar Kromatogram
Imunoglobulin Normal. Jumlah luas puncak yang
mengandung IgG monomer, dimer, albumin dan protein
lain dengan ukuran molekul yang sama (area B) tidak
kurang dari 85% dari luas total kromatogram. Tidak
lebih dari 10% dari luas total kromatogram
menampilkan protein yang dieluasi lebih dulu dari IgG
dimer (area A); jika area A dapat dibagi menjadi dua
area, area yang sesuai dengan protein yang lebih besar
tidak lebih dari 5% dari luas total kromatogram. Tidak
lebih dari 5% dari luas total kromatogram menampilkan
protein yang dieluasi sesudah monomer IgG dan
albumin (area C).
Penetapan kadar Mengandung 90% sampai 110%
protein dari jumlah yang tertera pada etiket, dalam hal
tertentu mengandung protein tidak kurang dari 10% dan
tidak lebih dari 18%. Lakukan penetapan dengan
Metode I seperti tertera pada Penetapan Kadar Nitrogen
dalam Produk Darah <591>. Encerkan sediaan uji
dengan larutan natrium klorida P 0,9% sampai diperoleh
larutan yang mengandung lebih kurang 15 mg protein
per 2 ml. Masukkan 2 ml larutan ke dalam tabung
sentrifuga alas bulat, tambahkan 2 ml larutan natrium
molibdat P 7,5% dan 2 ml campuran air dan asam sulfat
bebas nitrogen P (30:1). Kocok, sentrifus selama 5
menit, tuang beningan dan letakkan tabung sentrifuga di
atas kertas saring dalam posisi terbalik, sampai kering.
Tetapkan kadar nitrogen dalam residu. Hasil yang
diperoleh kalikan 6,25 untuk memperoleh kadar protein.
Wadah dan penyimpanan Sediaan cair simpan dalam
wadah kaca tidak berwarna, tertutup kedap, terlindung
cahaya, pada suhu 2o – 8o. Sediaan beku kering simpan
dalam wadah hampa udara atau berisi gas inert
terlindung cahaya pada suhu 2o – 8o. Bila disimpan pada
kondisi di atas memenuhi syarat selama 3 tahun untuk
sediaan cair dan 5 tahun untuk sediaan beku kering.
IMUNOGLOBULIN RABIES
Rabies Immunoglobulin
Imunoglobulin Rabies yaitu sediaan cair atau beku
kering mengandung imunoglobulin manusia terutama
imunoglobulin G (IgG). Diperoleh dari plasma atau
serum yang mengandung antibodi spesifik terhadap virus
rabies. Dapat ditambahkan Imunoglobulin Normal.
Imunoglobulin rabies dibuat seperti tertera pada
Imunoglobulin Normal. Mengandung tidak kurang dari
150 unit per ml.
Baku pembanding Imunoglobulin Rabies BPFI.
Syarat lain Memenuhi syarat; lakukan seperti tertera
pada Imunoglobulin Normal.
Protein Memenuhi syarat; lakukan seperti tertera pada
Penetapan kadar dalam Imunoglobulin Normal.
Penetapan potensi Lakukan penetapan dengan
membandingkan dosis sediaan uji dan sediaan baku yang
dapat memberi perlindungan sama pada mencit
terhadap efek pemberian virus rabies. pakailah mencit
- 562 -
dari satu jenis kelamin. Selama pengujian hitung mencit
yang mati atau menampilkan gejala rabies (berupa
paralisis atau konvulsi) antara hari kelima sampai
keempat belas sesudah hewan uji diinokulasi dengan
virus. Mencit yang mati sebelum hari kelima tidak
dihitung.
Penyiapan suspensi virus tantang Buat virus tantang
dengan menumbuhkan Canine Street Virus (CVS) dari
virus rabies terolah dalam otak mencit. Kumpulkan virus
dan buat sedemikian rupa sampai diperoleh suspensi
virus yang jernih dan simpan dalam jumlah sedikit pada
suhu -20º atau lebih rendah. Encerkan suspensi segera
sebelum dipakai dengan pelarut yang sesuai sampai
diperoleh suspensi virus tantang yang diperkirakan
mengandung antara 100 dan 300 D150 per 0,03 ml yang
dihitung dari hasil titrasi pendahuluan. Tetapkan titer
suspensi virus dari suspensi virus tantang bersamaan
dengan uji potensi imunoglobulin memakai mencit
dari populasi yang sama.
Penetapan titer virus dari suspensi virus tantang
Encerkan beberapa volume suspensi virus tantang dengan
penambahan volume sama pelarut yang sesuai. Inkubasi
pada suhu 37º selama 1 jam lalu buat seri
pengenceran berkelipatan 10 dengan pelarut sama.
Suntikkan 0,03 ml masing-masing pengenceran secara
intraserebral kepada tiap kelompok mencit yang terdiri dari
tidak kurang dari 6 ekor, memakai kelompok berbeda
untuk tiap enceran. Amati mencit selama 14 hari. Hitung
titer virus dari suspensi virus tantang dalam D150 per 0,03
ml dengan metode statistik baku dengan menghitung
jumlah hewan yang mati pada tiap kelompok.
procedure Rekonstitusi Imunoglobulin Rabies BPFI
dengan pelarut yang sesuai. Buat seri pengenceran
berkelipatan dua dari larutan baku dan sediaan uji
dengan pelarut yang sama. Tambahkan pada masing-
masing enceran beberapa volume sama suspensi virus
tantang dan inkubasi pada suhu 37º selama 1 jam.
Suntikkan 0,03 ml masing-masing enceran secara
intraserebral pada tiap kelompok hewan uji terdiri dari
tidak kurang dari 10 ekor mencit, memakai
kelompok berbeda untuk tiap enceran. Amati hewan uji
selama 14 hari. Hitung potensi imunoglobulin dalam unit
per ml dengan metode statistik baku dari jumlah hewan
yang mati dalam tiap kelompok. Uji dikatakan absah bila
titer virus dari suspensi virus tantang antara 100 dan 300
D150. Jika potensi sediaan uji lebih rendah dari yang
dipersyaratkan, lakukan uji ulang beberapa kali.
pakailah hasil uji yang absah untuk perhitungan potensi
imunoglobulin.
Wadah dan penyimpanan Sediaan cair dalam wadah
kaca tidak berwarna, tertutup kedap, terlindung cahaya,
pada suhu 2º - 8º. Sediaan beku kering, dalam hampa
udara atau gas inert, terlindung cahaya pada suhu 2º - 8º.
Dengan kondisi penyimpanan seperti di atas, potensi
dapat dipertahankan sampai 3 tahun untuk sediaan cair
dan 5 tahun untuk sediaan beku kering.
IMUNOGLOBULIN TETANUS
Tetanus Immunoglobulin
Imunoglobulin Tetanus yaitu sediaan cair atau beku
kering mengandung imunoglobulin manusia, terutama
imunoglobulin G (IgG). Diperoleh dari plasma atau
serum yang mengandung antibodi spesifik terhadap
toksin Clostridium tetani. Dapat ditambahkan
immunoglobulin normal. Imunoglobulin tetanus dibuat
seperti tertera pada Imunoglobulin Normal. Mengandung
tidak kurang dari 50 unit per ml.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Imunoglobulin Normal.
Protein Memenuhi syarat; lakukan seperti tertera pada
Penetapan kadar dalam Imunoglobulin Normal.
Penetapan potensi Lakukan penetapan seperti tertera
pada Penetapan potensi dalam Imunoserum Tetanus.
Wadah dan penyimpanan Sediaan cair, dalam wadah
kaca tidak berwarna, tertutup kedap, terlindung cahaya
pada suhu 2º - 8º. Sediaan beku kering disimpan dalam
hampa udara atau gas inert, terlindung cahaya pada suhu
2º - 8º. Dengan kondisi penyimpanan seperti di atas,
potensi dapat dipertahankan sampai 3 tahun untuk
sediaan cair dan 5 tahun untuk sediaan beku kering.
IMUNOSERUM BOTULINUM
Antitoksin Botulinum
Botulinum Antitoxin
Imunoserum Botulinum yaitu sediaan yang
mengandung globulin antitoksik khas yang memiliki
kekuatan dapat menetralkan toksin yang dihasilkan oleh
Clostridium botulinum tipe A, B dan E atau campuran
dari tipe A, B dan E. Potensi tidak kurang dari 500 unit
per ml masing-masing untuk tipe A dan B dan tidak
kurang dari 50 unit per ml untuk tipe E.
Baku pembanding Imunoserum Botulinum tipe A BPFI;
Imunoserum Botulinum tipe B BPFI; Imunoserum
Botulinum tipe E BPFI.
Identifikasi Dapat menetralkan secara spesifik dan
mengurangi bahaya toksin yang dihasilkan oleh satu tipe
atau beberapa tipe Clostridium botulinum yang tertera
pada etiket, pada hewan yang peka.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Imunosera.
Penetapan potensi Lakukan penetapan dengan
membandingkan dosis sediaan uji dan sediaan baku
antitoksin botulinum dari tipe yang sesuai yang dapat
- 563 -
memberi perlindungan sama pada mencit terhadap
efek letal dosis tertentu toksin botulinum.
Pemilihan hewan uji pakailah mencit dengan bobot
tubuh sedemikian rupa sesampai selisih bobot terendah
dan tertinggi tidak lebih dari 5 g.
Toksin uji Tumbuhkan Clostridium botulinum tipe A,
B, atau E dalam perbenihan cair selama lebih kurang
7 hari. Pada satu volume filtrat biakan steril tambahkan
2 volume gliserol P. Simpan pada suhu 0o atau sedikit di
bawah 0o.
Pemilihan toksin uji Lakukan penetapan tiap tipe
toksin sebagai berikut: Dosis L+/10 yaitu jumlah
toksin terkecil, bila dicampur dengan 0,1 unit antitoksin
dan disuntikkan secara intraperitoneal pada mencit
menyebabkan kematian hewan dalam waktu 96 jam.
DL50 yaitu jumlah toksin terkecil, bila disuntikkan
secara intraperitoneal kepada mencit menyebabkan
kematian setengah dari hewan uji dalam waktu 96
jam.Toksin yang sesuai yaitu toksin yang mengandung
tidak kurang dari 1000 DL50 dalam satu dosis L+/10.
Penetapan dosis toksin uji (Dosis L+/10) Rekonstitusi
Baku pembanding yang sesuai dengan pelarut yang
sesuai sampai diperoleh larutan yang mengandung 0,25
unit per 1,0 ml (Larutan baku). Buat beberapa campuran
setiap 5,0 ml dari campuran mengandung 2,0 ml Larutan
baku (0,5 unit) dan satu dari seri volume bertingkat
toksin dalam pelarut yang sesuai. Encerkan masing-
masing campuran dengan campuran yang sesuai sampai
volume akhir sama 5,0 ml. Biarkan campuran pada suhu
ruang, terlindung dari cahaya selama 60 menit.
Suntikkan 1,0 ml masing-masing campuran secara
intraperitoneal kepada tiap 4 ekor mencit. Amati hewan
uji selama 96 jam. Dosis toksin uji yaitu jumlah
terkecil toksin dalam 1,0 ml campuran yang dapat
menyebabkan kematian keempat ekor mencit dalam
waktu 96 jam.
procedure Encerkan toksin uji dengan pelarut yang
sesuai sampai mengandung 5 kali dosis uji (L+/10) per
2,0 ml. Buat beberapa campuran sampai setiap 5,0 ml
campuran mengandung 2,0 ml larutan toksin dan satu
dari seri volume bertingkat sediaan uji. (Jika potensi
antitoksin uji sama sekali tidak diketahui, pada uji
pendahuluan dipakai rentang perbedaan volume
antitoksin yang luas, sebaliknya perbedaan volume
antitoksin dari satu dengan lainnya lebih kurang 20%,
misalnya 0,6; 0,8; 1,0; 1,2 dan 1,4 ml). Selanjutnya buat
beberapa campuran dengan cara yang sama, setiap
5,0 ml campuran mengandung 2,0 ml larutan toksin dan
satu dari seri volume bertingkat Larutan baku yang
sesuai yang diencerkan dengan pelarut yang sesuai
sampai dosis tengah larutan 0,5 unit. Encerkan setiap
campuran dengan pelarut yang sesuai sampai volume
akhir 5,0 ml. Biarkan campuran pada suhu ruang,
terlindung cahaya selama 60 menit. Suntikkan secara
intraperitoneal masing-masing 1,0 ml campuran kepada
tiap 4 ekor mencit dan amati hewan uji selama 96 jam.
Campuran yang mengandung volume terbesar antitoksin
uji yang gagal melindungi mencit dari kematian
mengandung 0,5 unit. Pengujian dinyatakan tidak absah
kecuali jika semua mencit yang disuntik dengan
campuran yang mengandung baku pembanding 2,0 ml
atau kurang, mati dan semua hewan yang disuntik
dengan campuran yang mengandung lebih dari 2,0 ml
hidup. [Perhatian Toksin botulinum sangat toksik. Harus
sangat hati-hati pada setiap tahap pengerjaan.]
IMUNOSERUM DIFTERI
Antitoksin Difteri
Diphtheria Antitoxin
Imunoserum Difteri yaitu sediaan yang mengandung
globulin antitoksin khas yang memiliki kekuatan
dapat menetralkan toksin Corynebacterium diphtheriae.
Potensi tidak kurang dari 1000 unit per ml untuk
imunoserum dari serum kuda, tidak kurang dari 500 unit
per ml untuk imunoserum dari jenis lain.
Baku pembanding Imunoserum Difteri BPFI.
Identifikasi Dapat menetralkan secara khas toksin
Corynebacterium diphtheriae sesampai mengurangi
bahaya terhadap hewan peka.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Imunosera.
Penetapan potensi Lakukan penetapan dengan
membandingkan dosis sediaan uji dengan sediaan baku
yang dapat memberi perlindungan yang sama bagi
marmut atau kelinci terhadap efek eritrogenik dosis
tertentu toksin difteri.
Pembuatan toksin uji Buat toksin difteri dengan
menyaring medium perbenihan cair yang ditumbuhi
galur toksigenik Corynebacterium diphtheriae, simpan
pada suhu 2º - 8º .
Pemilihan toksin uji Toksin yang akan dipakai
sebagai toksin uji ditetapkan sebagai berikut: Dosis
Lr/100 yaitu jumlah toksin terkecil bila dicampur
dengan 0,01 Unit antitoksin dan disuntikkan secara
intrakutan pada marmut atau kelinci, menimbulkan
reaksi khas pada tempat penyuntikan dalam waktu
48 jam.
Dosis Reaktif Terendah (DRT) yaitu jumlah toksin
terkecil, bila disuntikkan secara intrakutan pada marmut
atau kelinci, menimbulkan reaksi khas pada tempat
penyuntikan dalam waktu 48 jam. Toksin yang
dipakai yaitu toksin uji yang tiap dosis Lr/100
mengandung tidak kurang dari 200 DRT. Toksin uji
dibiarkan selama beberapa bulan sebelum dipakai
untuk penetapan antitoksin. Dalam waktu ini terjadi
penurunan toksisitas dan dosis Lr/100 kemungkinan
meningkat. Bila pada pengujian terlihat bahwa dosis
Lr/100 tetap, toksin uji siap dipakai dan dapat
dipakai dalam periode waktu yang lama. Lakukan
penetapan dosis reaktif terendah dan dosis Lr/100 secara
periodik. Simpan toksin uji di temapat gelap pada suhu
2º - 8º. Pertahankan sterilitas dengan penambahan toluen
- 564 -
P atau bakterisida lain yang tidak menyebabkan
penurunan toksisitas khas secara cepat.
Penetapan dosis uji toksin (Dosis Lr/100) Buat
Larutan baku Imunoserum Difteri BPFI dengan pelarut
yang sesuai, sampai mengandung 0,1 Unit per ml
(Larutan Baku). Buat beberapa campuran sesampai tiap
2,0 ml campuran mengandung 1,0 ml larutan baku
(0,1 Unit) dan satu dari seri volume bertingkat toksin uji.
Encerkan setiap campuran dengan pelarut yang sesuai
sampai volume akhir sama (2,0 ml). Biarkan campuran
pada suhu ruang, terlindung cahaya, selama
15 - 60 menit dan suntikkan secara intrakutan 0,2 ml
pada kulit hewan uji yang telah dicukur. Amati hewan
uji selama 48 jam. Dosis uji toksin (Lr/100) yaitu
jumlah toksin terkecil yang ada dalam 0,2 ml
campuran yang dapat menyebabkan lesi eritema kecil
dan khas pada tempat penyuntikan.
procedure Encerkan toksin uji dengan pelarut yang
sesuai sampai tiap 1,0 ml mengandung 12,5 kali dosis uji
toksin (Larutan toksin uji). Buat beberapa campuran
sesampai 2,0 ml tiap campuran ini mengandung 0,8 ml
larutan toksin yang telah diencerkan dan satu dari seri
volume bertingkat sediaan uji. Buat campuran lain
sesampai tiap 2,0 ml mengandung 0,8 ml larutan toksin
yang telah diencerkan dan satu dari seri volume
bertingkat Larutan baku sampai dosis tengah volume
bertingkat mengandung 0,1 Unit. Encerkan tiap
campuran dengan pelarut yang sesuai sampai volume
akhir sama (2,0 ml). Biarkan campuran pada suhu ruang,
terlindung cahaya, selama 60 menit dan suntikkan
beberapa 0,2 ml dari setiap campuran pada hewan
dengan kondisi seperti tertera pada penetapan dosis
Lr/100 toksin. Amati hewan uji selama 48 jam.
Campuran yang mengandung volume terbesar sediaan
uji yang gagal melindungi hewan dari efek eritema
toksin mengandung 0,1 Unit. Pengujian absah jika
semua tempat penyuntikan campuran yang mengandung
0,8 ml atau kurang dari Larutan baku menampilkan lesi
eritema dan semua yang disuntik campuran yang
mengandung lebih besar tidak menampilkan lesi eritema.
IMUNOSERUM TETANUS
Antitoksin Tetanus
Tetanus Antitoxin
Imunoserum Tetanus yaitu sediaan yang mengandung
globulin antitoksik khas yang memiliki kekuatan
dapat menetralkan toksin Clostridium tetani. Potensi
tidak kurang dari 1000 unit per ml untuk dosis
pencegahan dan tidak kurang dari 3000 unit per ml
untuk dosis pengobatan.
Baku pembanding Imunoserum Tetanus BPFI.
Identifikasi Dapat menetralkan secara khas toksin
Clostridium tetani, sesampai mengurangi bahaya
terhadap hewan uji yang peka.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Imunosera.
Penetapan potensi Lakukan penetapan dengan
membandingkan dosis sediaan uji dengan sediaan baku
yang dapat memberi perlindungan yang sama bagi
marmut atau mencit terhadap efek paralitik dosis
tertentu toksin tetanus.
Pemilihan hewan uji Jika dipakai mencit perbedaan
bobot tubuh teringan dan terberat tidak lebih dari 5 g.
Pemilihan toksin uji Buat toksin tetanus dengan
menumbuhkan Clostridium tetani dalam medium
perbenihan cair selama 9 hari dan tambahkan 1 volume
filtrat perbenihan steril pada 1 atau 2 volume gliserol P.
Simpan pada suhu sedikit di bawah 0 . Toksin uji dapat
dibuat dengan menambahkan beberapa amonium sulfat P
pada filtrat, kumpulkan endapan yang terbentuk,
keringkan di atas fosfor pentoksida P dan gerus sampai
diperoleh serbuk halus. Serbuk toksin disimpan dalam
keadaaan kering dalam ampul tertutup kedap atau di atas
fosfor pentoksida P pada tekanan 11,2 - 18,7 mmHg.
Toksin yang dipakai diperoleh dari pengujian dengan
mengamati gejala paralisis tetanik yang terjadi sebagai
titik akhir. Amati hewan paling sedikit dua kali sehari
dan bunuh hewan segera sesudah diperoleh titik akhir.
Penetapan dosis uji toksin (Dosis Lp/10) Pertama
tetapkan dosis Lp/10 (Limes Paralyticum/10) toksin uji,
yaitu jumlah toksin terkecil bila dicampur dengan
0,1 unit Imunoserum Tetanus BPFI dan disuntikkan
secara subkutan pada mencit menimbulkan paralisis
tetanik dalam waktu 4 hari. Buat larutan Imunoserum
Tetanus BPFI dalam larutan yang sesuai sampai
mengandung 0,5 unit per ml. Timbang atau ukur
saksama beberapa toksin uji, encerkan atau larutkan
dalam pelarut yang sesuai. Buat beberapa campuran
masing-masing mengandung 2,0 ml Larutan baku
(setara dengan 1 unit) dan satu dari seri volume
bertingkat larutan toksin dan pelarut yang sesuai sampai
5,0 ml. Diamkan campuran pada suhu ruang terlindung
cahaya selama tidak kurang dari 1 jam. lalu
suntikkan secara sub kutan 0,5 ml campuran ini
pada satu kelompok mencit terdiri dari 6 ekor. Amati
mencit selama 96 jam. Dosis uji toksin yaitu jumlah
toksin terkecil yang ada dalam 0,5 ml campuran
yang menyebabkan paralisis tetanik meskipun sebagian
telah dinetralkan oleh larutan baku, pada semua mencit
yang disuntik dalam waktu 96 jam.
procedure Buat larutan Imunoserum Tetanus BPFI
dengan pelarut yang sesuai sampai mengandung 0,5 unit
per ml (Larutan baku). Ukur atau timbang saksama
beberapa toksin uji, encerkan atau larutkan dalam pelarut
yang sesuai sampai mengandung 5 kali dosis uji toksin
(Larutan toksin uji) per ml. Buat beberapa campuran
sesampai masing-masing mengandung 2,0 ml Larutan
toksin uji dan satu dari seri volume bertingkat sediaan uji
dan pelarut yang sesuai sampai volume akhir 5,0 ml.
Buat campuran serupa mengandung 2,0 ml Larutan
toksin uji dan satu dari seri volume bertingkat Larutan
- 565 -
baku sesampai dosis tengah (2,0 ml) mengandung 1 unit.
Biarkan campuran pada suhu ruang terlindung cahaya
selama 60 menit. lalu suntikkan secara subkutan
0,5 ml masing-masing campuran ini pada setiap
kelompok mencit. Amati mencit selama 96 jam.
Campuran yang mengandung jumlah terbesar sediaan uji
yang gagal melindungi mencit dari paralisis
mengandung 1 unit. Uji tidak absah kecuali semua
mencit yang disuntik dengan campuran mengandung
2,0 ml atau kurang Larutan baku menampilkan paralisis
dan semua hewan uji yang disuntik dengan campuran
yang mengandung lebih dari 2,0 ml tidak menampilkan
paralisis. Hitung potensi sediaan uji dalam unit per ml.
LARUTAN INDIUM 111In OKSIKUINOLIN
Indium 111In Oxyquinoline Solution
Larutan Indium 111In Oksikuinolin yaitu larutan dalam
air, steril, bebas pirogen, isotonis, sesuai untuk
penandaan radioaktif sel darah, terutama leukosit dan
platelet; mengandung Indium radioaktif 111In dalam
bentuk kompleks dengan 8-Hidroksikuinolin dalam
jumlah berlebih. Mengandung tidak kurang dari 90,0%
dan tidak lebih dari 110,0% 111In sebagai kompleks
8-Hidroksikuinolin yang tertera pada etiket dinyatakan
dalam MBq (mCi) per ml pada waktu kalibrasi
dilakukan. Radioaktivitas dalam bentuk kimia lain tidak
lebih dari 10,0% dari radioaktivitas jumlah. Dapat
mengandung natrium klorida, dapar dan surfaktan.
Aktivitas jenis tidak kurang dari 1,85 gigabecquerels
(50 mCi) per g indium.
Identifikasi radionuklida Lakukan seperti tertera pada
Radioaktivitas <1171>. Spektrum sinar gamma
menampilkan puncak energi utama 171 keV dan 245 keV
yang sama seperti pada spesimen 111In dengan
kemurnian diketahui.
Pirogen <231> Memenuhi syarat.
pH <1071> Antara 6,5 dan 7,5.
Kemurnian radio nuklida Lakukan penetapan
radioaktivitas masing-masing cemaran radionuklida
dalam kBq per MBq ( Ci per mCi) 111In, dalam larutan
memakai alat pencacah yang sesuai seperti tertera
pada Pemilihan alat pencacah dan sistem terkalibrasi
dalam Radioaktivitas <1171>.
Indium-114m Batas 114mIn yaitu 3 kBq per MBq
(3 Ci per mCi) 111In. 114mIn ditunjukkan dengan adanya
spektrum sinar gamma khas dengan puncak energi yang
jelas pada 0,192, 0,558 dan 0,725 MeV. Penetapan
dilakukan memakai pencacah sintilasi cair sinar s
dengan saluran energi tinggi diatur untuk membedakan
cacahan yang timbul dari 111In.
Seng-65 Batas 65Zn yaitu 3 kBq per MBq (3 Ci per
mCi) 111In. 65Zn ditunjukkan dengan adanya spektrum
sinar gamma khas dengan puncak energi yang jelas pada
1,116 MeV. 65Zn meluruh dengan waktu paro 243,9 hari.
Kemurnian radiokimia Ukur lebih kurang 100 l,
masukkan ke dalam corong pisah, encerkan dengan 3 ml
larutan natrium klorida P 0,9%. Ekstraksi dengan 6 ml
n-oktanol P dengan pengocokan kuat. Biarkan kedua
lapisan memisah, masukkan lapisan air ke dalam tabung
pencacah bersumbat yang sesuai. Masukkan lapisan
organik ke dalam tabung pencacah lain. Bilas corong
pisah dengan 1 ml n-oktanol P dan masukkan bilasan ke
dalam tabung yang mengandung lapisan organik. Bilas
corong pemisah dengan 5 ml asam klorida 2 N dan
masukkan bilasan ke dalam tabung pencacah ketiga.
Masukkan sumbat tabung, ukur radioaktivitas masing-
masing tabung memakai pencacah gamma yang
sesuai atau tabung pengion terkalibrasi untuk 111In.
Kemurnian radiokimia dihitung dengan rumus:
B
A
A yaitu radioaktivitas lapisan organik; B yaitu jumlah
radioaktivitas lapisan organik, air dan asam.
Radioaktivitas kompleks 8-hidroksikuinolin tidak kurang
dari 90% dari radioaktivitas jumlah dan ada dalam
lapisan organik.
Penetapan radioaktivitas Lakukan penetapan
radioaktivitas dalam MBq (mCi) per ml Larutan Indium
111In Oksikuinolin memakai alat pencacah yang
sesuai seperti tertera pada Pemilihan alat pencacah dan
sistem terkalibrasi dalam Radioaktivitas <1171>.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal
pada suhu antara 15o dan 25o.
Penandaan Kecuali pernyataan seperti tertera pada
Penandaan dalam Injeksi, pada penandaan juga tertera:
1) Tanggal dan waktu kalibrasi, 2) Jumlah 111In sebagai
kompleks 8-hidroksikuinolin dinyatakan dalam MBq
(mCi), kadar dinyatakan dalam MBq (mCi) per ml pada
saat kalibrasi, 3) Waktu kadaluarsa, 4) Pernyataan
“Tidak untuk pemberian langsung; hanya diberikan
sesudah sel darah ditandai, melalui injeksi intravena”, 5)
Pernyataan “Awas bahan radioaktif”, 6) Informasi
bahwa dalam perhitungan dosis, lakukan koreksi
terhadap peluruhan radioaktif, 7) Waktu paro 111In
yaitu 67,9 jam (2,83 hari).
INJEKSI INDIUM 111In PENTETAT
Indium 111In Pentetate Injection
Injeksi Indium 111In Pentetat yaitu larutan steril,
isotonik, untuk pemberian intratekal, mengandung
indium radioaktif (111In) dalam bentuk kelat asam
pentetat. Mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak
- 566 -
lebih dari 110,0% dari jumlah 111In sebagai kompleks
asam pentetat yang tertera pada etiket, dinyatakan dalam
MBq ( Ci atau mCi) per ml ditetapkan pada saat
kalibrasi dilakukan. Radioaktivitas dalam bentuk kimia
lain tidak lebih dari 10,0% radioaktivitas jumlah. Dapat
mengandung natrium klorida dan dapar.
Baku pembanding Endotoksin BPFI; [Catatan bersifat
pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua isi,
pakailah larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang
belum dibuka dan larutan dalam lemari pendingin.
Identifikasi radionuklida Lakukan seperti tertera pada
Radioaktivitas <1171>. Spektrum sinar gamma
menampilkan puncak energi utama 0,173 dan 0,247 MeV
yang sama seperti pada 111In yang dipakai sebagai
baku dengan kemurnian diketahui.
Endotoksin bakteri Memenuhi syarat Uji Endotoksin
Bakteri <201>. Batas kandungan endotoksin tidak lebih
dari 14/V unit Endotoksin FI per ml; V yaitu jumlah
dosis maksimum yang dianjurkan, pada waktu
kadaluarsa.
Kemurnian radionuklida Lakukan penetapan
radioaktivitas tiap ketakmurnian radionuklida dalam kBq
per MBq ( Ci per mCi) 111In dalam injeksi,
memakai alat pencacah yang sesuai seperti tertera
pada Pemilihan alat pencacah dan sistem terkalibrasi
dalam Radioaktivitas <1171>.
Indium-114m Tidak lebih dari 3 kBq per MBq (3 Ci
per mCi) 111In.114mIn dalam Injeksi ditunjukkan dengan
spektrum sinar gamma yang khas dengan puncak energi
utama yang jelas pada 0,192: 0,558 dan 0,724 MeV.
Waktu paro 114mIn yaitu 50 hari.
Zink-65 Tidak lebih dari 3 kBq per MBq (3 Ci per
mCi) 111In. 65Zn dalam injeksi ditunjukkan dengan
spektrum sinar gamma yang khas dengan puncak energi
utama yang jelas pada 1,115 MeV. Waktu paro 65Zn
yaitu 243,9 hari.
Kemurnian radiokimia Tidak kurang dari 90,0%
radioaktivitas jumlah: harga Rf antara 0,8 dan 1,0.
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi lapis tipis
seperti tertera pada Kromatografi <931>. Totolkan
2 - 5 l Injeksi pada lebih kurang 17 mm dari tepi
lempeng kaca serat mikro yang dilapisi silika gel dengan
ukuran 97 mm x 65 mm, biarkan kering. Penotolan dapat
diulang sampai diperoleh laju cacahan yang sesuai.
Masukkan lempeng dalam bejana kromatografi menaik
dengan tahap gerak larutan metanol P (8,5 dalam 10)
selama waktu yang sesuai. Angkat lempeng, keringkan
dalam oven pada suhu 105 +5 selama 5 menit.
Tetapkan distribusi radioaktivitas dengan menatah
kromatogram memakai detektor radiasi terkolimasi
yang sesuai.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi
kecuali bahwa injeksi boleh diberikan sebelum uji
sterilitas selesai, uji sterilitas harus dilakukan pada hari
akhir produksi dan tidak harus memenuhi anjuran seperti
tertera pada Volume dalam wadah.
Penetapan radioaktivitas Lakukan penetapan
radioaktivitas dalam MBq per ml Injeksi Indium 111In
Pentetat memakai alat pencacah yang sesuai seperti
tertera pada Pemilihan alat pencacah dan sistem
terkalibrasi dalam Radioaktivitas <1171>.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal.
Penandaan Kecuali pernyataan seperti tertera pada
Penandaan dalam Injeksi, pada penandaan juga tertera:
(1) Tanggal dan waktu kalibrasi, (2) Jumlah 111In sebagai
kompleks asam pentetat seperti tertera pada etiket, dalam
total MBq ( Ci atau mCi) dan kadar dalam MBq ( Ci
atau mCi) per ml pada saat kalibrasi, (3) Tanggal
kadaluarsa, (4) Pernyataan ”Awas bahan radioaktif”, (5)
Informasi bahwa dalam perhitungan dosis, lakukan
koreksi terhadap peluruhan radioaktif, (6) Waktu paro
111In yaitu 2,83 hari.
INDOMETASIN
Indomethacin
Asam 1-(p-klorobenzoil)-5-metoksi-2-metilindola-3-
asetat [53-86-1]
C19H16CINO4 BM 357,79
Indometasin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
tidak lebih dari 101,0% C19H16CINO4, dihitung terhadap
zat yang telah dikeringkan.
Pemerian Serbuk hablur, polimorf; kuning pucat
sampai kuning kecoklatan; tidak berbau atau hampir
tidak berbau. Peka terhadap cahaya; meleleh pada suhu
lebih kurang 162°.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut
dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter.
Baku pembanding Indometasin BPFI; lakukan
pengeringan dengan tekanan di bawah 5 mmHg, pada
suhu 100 selama 2 jam sebelum dipakai .
Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
didispersikan dalam minyak mineral P, menampilkan
- 567 -
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
seperti pada Indometasin BPFI.
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam
40.000) dalam larutan asam klorida metanol 0,1 N,
menampilkan maksimum dan minimum pada panjang
gelombang yang sama seperti pada Indometasin BPFI;
daya serap masing-masing dihitung terhadap zat yang
telah dikeringkan pada panjang gelombang serapan
maksimum lebih kurang 318 nm berbeda tidak lebih dari
3,0%.
C. Pola difraksi sinar-X seperti tertera pada Difraksi
sinar-X <811> sesuai dengan Indometasin BPFI.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
Lakukan pengeringan pada tekanan tidak lebih dari
5 mmHg pada suhu 100 selama 2 jam.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
tahap gerak Buat larutan natrium fosfat monobasa
0,01 M dan natrium fosfat dibasa 0,01 M dalam
campuran asetonitril P-air (lebih kurang 1:1).
Larutan baku Timbang saksama beberapa
Indometasin BPFI, larutkan dalam tahap gerak sampai
kadar lebih kurang 0,1 mg per ml.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan
dan encerkan dengan tahap gerak sampai tanda. Pipet
10 ml larutan ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan
dengan tahap gerak sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 30 cm x
4 mm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel
10 μm. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada procedure : efisiensi kolom ditentukan dari puncak
analit tidak kurang dari 500 lempeng teoritis dan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
lebih dari 1,0%.
procedure Suntikkan secara terpisah beberapa volume
sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, ukur respons puncak utama.
Hitung jumlah dalam mg indometasin, C19H16CINO4
dengan rumus:
S
U
r
rC1000
C yaitu kadar Indometasin BPFI dalam mg per ml
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut yaitu respons
puncak Larutan uji dan Larutan baku.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tidak tembus
cahaya.
KAPSUL INDOMETASIN
Indomethacin Capsule
Kapsul Indometasin mengandung Indometasin,
C19H16CINO4, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Baku pembanding Indometasin BPFI; Lakukan
pengeringan pada tekanan lebih kecil dari 5 mmHg, pada
suhu 100 selama 2 jam sebelum dipakai .
Identifikasi
A. Kocok beberapa isi kapsul setara dengan lebih
kurang 50 mg dengan 10 ml aseton P selama lebih
kurang 2 menit, saring. Masukkan 5 ml filtrat ke dalam
labu bersumbat, tambahkan 20 ml air dan kocok selama
lebih kurang 2 menit sampai terbentuk endapan dan
menghablur. Saring dan kumpulkan hablur. Keringkan
hablur di udara, lalu keringkan pada tekanan lebih
kecil dari 5 mmHg pada suhu 100 selama 2 jam;
spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan
dan didispersikan dalam kalium bromida P,
menampilkan maksimum hanya pada bilangan
gelombang yang sama seperti pada Indometasin BPFI
yang telah dihablurkan kembali dengan cara sama dari
larutan 25 mg per 5 ml aseton P.
B. Lakukan seperti tertera pada Identifikasi secara
Kromatografi Lapis Tipis <281>.
Larutam baku Larutkan beberapa Indometasin BPFI
dalam metanol P sampai kadar 1 mg per ml.
Larutan uji Kocok beberapa isi kapsul setara dengan
25 mg indometasin dalam 25 ml metanol P, saring.
tahap gerak Campuran kloroform P-metanol P (4:1).
procedure Totolkan secara terpisah masing-masing 2 l
Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng
kromatografi silika gel P, keringkan dengan aliran udara.
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi berisi
tahap gerak, biarkan merambat sampai lebih kurang tiga
per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, biarkan
tahap gerak menguap dan amati di bawah cahaya
ultraviolet 254 nm: intensitas dan harga Rf bercak utama
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku.
Disolusi <1231>
Media disolusi: 750 ml campuran Dapar fosfat pH 7,
2-air (1:4)
Alat tipe 1: 100 rpm.
Waktu: 20 menit.
procedure Lakukan penetapan jumlah C19H16CINO4,
yang terlarut dengan mengukur serapan alikuot, jika
perlu diencerkan dengan Media disolusi dan serapan
larutan baku Indometasin BPFI dalam media yang sama
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
kurang 318 nm.
- 568 -
Toleransi Dalam waktu 20 menit harus larut tidak
kurang dari 80,0% (Q) C19H16CINO4, dari jumlah yang
tertera pada etiket.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
procedure keseragaman kandungan
Larutan baku Timbang saksama beberapa
Indometasin BPFI, larutkan dalam campuran metanol P-
dapar fosfat pH 7,0 (1:1) sampai kadar lebih kurang
25 g per ml.
Larutan uji Masukkan isi 1 ka