Kamis, 05 Desember 2024

farmakope 41






 kromatogram dan ukur respons 

puncak utama. Hitung jumlah dalam mg ibuprofen, 

C13H18O2, dalam tiap tablet dengan rumus: 

 

S

U

R

R

W

AC100  

 

C yaitu  kadar Ibuprofen BPFI dalam mg per ml 

Larutan baku; A yaitu  bobot rata-rata tablet dalam mg; 

W yaitu  bobot serbuk tablet yang dipakai  dalam 

Larutan uji; RU dan RS berturut-turut yaitu  

perbandingan respons puncak ibuprofen dan baku 

internal yang diperoleh dari Larutan uji dan Larutan 

baku; atau hitung jumlah dalam mg ibuprofen, C13H18O2, 

dalam tiap tablet dengan rumus: 

 

S

U

R

R

N

CV

 

 

V yaitu  volume Larutan baku internal dalam ml, yang 

dipakai  untuk membuat Larutan uji; N yaitu  jumlah 

tablet yang dipakai . 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. 

 

 

IDOKSURIDIN 

Idoxuridine 

 

 

 

2’-Deoksi-5-iodouridina [54-42-2] 

C9H11IN2O5      BM 354,10 

 

Idoksuridin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan 

tidak lebih dari 101,0% C9H11IN2O5, dihitung terhadap 

zat yang telah dikeringkan. 

 

Pemerian Hablur atau serbuk; putih; praktis tidak 

berbau. 

 

Kelarutan Sukar larut dalam air dan dalam etanol; 

praktis tidak larut dalam kloroform dan dalam eter. 

- 556 -

 

 

 

 

 

 

 

Baku pembanding Idoksuridin BPFI; lakukan 

pengeringan dalam hampa udara pada suhu 60  selama  

2 jam sebelum dipakai . 

 

Identifikasi 

    A. Spektrum serapan inframerah zat yang didispersikan 

dalam minyak mineral P menampilkan  maksimum hanya 

pada bilangan gelombang yang sama seperti pada 

Idoksuridin BPFI. 

    B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam 

30.000) dalam dapar pH 12,0 (dibuat dari 7,46 g kalium 

klorida P dan 24 ml natrium hidroksida 1 N yang 

dilarutkan dalam 2000 ml air) menampilkan  maksimum 

dan minimum pada panjang gelombang yang sama 

seperti pada larutan Idoksuridin BPFI; daya serap 

masing-masing dihitung terhadap zat yang telah 

dikeringkan pada panjang gelombang serapan 

maksimum lebih kurang 279 nm berbeda tidak lebih dari 

2,0%. 

 

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; 

lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 60   

selama 2 jam, memakai  lebih kurang 500 mg zat 

yang ditimbang saksama. 

 

Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang      

250 mg zat, larutkan dalam 20 ml dimetilformamida P 

yang telah dinetralkan dengan natrium metoksida toluen 

0,1 N LV, pakailah  larutan 300 mg biru timol P dalam 

100 ml metanol P sebagai indikator. Titrasi dengan 

natrium metoksida toluen 0,1 N LV sampai  berwarna 

biru. Hati-hati terhadap penyerapan karbon dioksida dari 

udara. Lakukan penetapan blangko. 

 

Tiap ml natrium metoksida 0,1 N  

setara dengan 35,41 mg C9H11IN2O5 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, 

tidak tembus cahaya. 

 

 

SALEP MATA IDOKSURIDIN 

Idoxuridine Opthalmic Ointment 

 

Salep Mata Idoksuridin yaitu  Idoksuridin dalam dasar 

salep vaselin. Mengandung tidak kurang dari 0,45% dan 

tidak lebih dari 0,55% C9H11IN2O5. Merupakan sediaan 

steril. 

 

Baku pembanding Idoksuridin BPFI; lakukan 

pengeringan dalam hampa udara pada suhu 60  selama  

2 jam sebelum dipakai . 

 

Identifikasi Spektrum serapan ultraviolet Larutan uji 

pada Penetapan kadar menampilkan  maksimum dan 

minimum pada panjang gelombang yang sama seperti 

pada Larutan baku dalam Penetapan kadar. 

 

Sterilitas Memenuhi syarat Sediaan obat mata seperti 

tertera pada Uji Sterilitas <71>. 

 

Partikel logam <1061> Memenuhi syarat. 

 

Penetapan kadar  

    Kolom kromatografi Campur 4 g Tanah silika untuk 

kromatografi dengan 4 ml asam klorida 0,1 N dalam 

mortir kaca sampai  halus. Masukkan ke dalam tabung 

kromatografi berukuran 250 mm x 19 mm berisi 

segumpal wol kaca dan dilengkapi dengan kran pada 

dasarnya. Padatkan dengan hati-hati sampai  massa 

merata. 

    Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 25 mg 

Idoksuridin BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur   

50-ml, tambahkan metanol P sampai tanda. Encerkan  

5,0 ml larutan ini dengan Campuran butanol P- 

kloroform P (1:5) sampai  100,0 ml. 

    Larutan uji Campur 4 g Tanah silika untuk 

kromatografi dengan 2 ml asam klorida 0,1 N dalam 

mortir kaca sampai  halus. Tambahkan beberapa  salep 

mata yang ditimbang saksama setara dengan lebih 

kurang 5 mg idoksuridin dan campur. Masukkan ke 

dalam Kolom kromatografi. Untuk membilas dan 

membersihkan mortir dari sisa salep mata, pakailah  

campuran 2 g Tanah silika untuk kromatografi dan 2 ml 

asam klorida 0,1 N yang telah digerus halus. Masukkan 

lebih kurang separuh campuran di atas ke dalam Kolom 

kromatografi, padatkan perlahan-lahan sampai  merata. 

Masukkan lagi separuhnya ke dalam Kolom 

kromatografi dan padatkan seperti sebelumnya. 

Bersihkan mortir dengan segumpal wol kaca dan 

sisipkan pada bagian atas kolom. Alirkan 50 ml 

kloroform P melalui kolom dengan laju alir lebih kurang 

1 ml per menit dan buang kloroform. Eluasi dengan 

lebih kurang 200 ml campuran butanol P-kloroform P 

(1:5) dengan laju alir yang sama, buang 20 ml eluat 

pertama. Kumpulkan eluat ke dalam labu tentukur    

200-ml, encerkan dengan pelarut eluasi sampai tanda.  

    procedure  Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku 

pada panjang gelombang serapan maksimum 320 nm 

dan pada panjang gelombang serapan maksimum         

283 nm terhadap blangko campuran butanol P- 

kloroform P (1:5). Hitung jumlah dalam mg idoksuridin, 

C9H11IN2O5, dalam salep mata yang dipakai  dengan 

rumus: 

 

S

U

AA

AAC

)(

)(2,0

320283

320283  

 

C yaitu  kadar Idoksuridin BPFI dalam μg per ml 

Larutan baku; persamaan di dalam tanda kurung 

berturut-turut menyatakan perbedaan serapan pada 

panjang gelombang 283 dan 320 nm dari Larutan uji (U) 

dan Larutan baku (S). 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam tube, di tempat sejuk. 

 

- 557 -

 

 

 

 

 

 

 

IKHTAMOL 

Ikhtiol 

Ichtammol 

 

Ikhtamol [8029-68-3] 

 

Ikhtamol diperoleh dengan cara penyulingan destruktif 

mineral batu bara muda tertentu, sulfonasi destilat dan 

netralisasi memakai  amonia. Ikhtamol mengandung 

tidak kurang dari 2,5% amonia (NH3) dan tidak kurang 

dari 10,0% belerang total (S). 

 

Pemerian Cairan kental; coklat kemerahan sampai  hitam 

kecoklatan; berbau khas, kuat. 

 

Kelarutan Dapat bercampur dengan air, dengan gliserin, 

dengan minyak lemak dan dengan lemak; sebagian larut 

dalam etanol dan dalam eter. 

 

Identifikasi 

    A. Encerkan 10 ml dengan 90 ml air dan aduk selama 

5 menit memakai  pengaduk magnetik. Tambahkan 

25 ml asam klorida P dan campur: terbentuk endapan 

berat seperti resin. Enaptuangkan beningan, cuci 

endapan dengan asam klorida 2 N sampai  cucian terakhir 

hampir tidak berwarna. Pindahkan endapan ke atas 

kertas serap, biarkan selama 10 menit dan masukkan    

10 mg endapan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml, 

tambahkan 100 ml eter P, hubungkan labu dengan 

pendingin udara, aduk selama 30 menit memakai  

pengaduk magnetik: endapan tidak larut sempurna. 

    B. Pada larutan (1 dalam 10) tambahkan natrium 

hidroksida 1 N, panaskan sampai  mendidih: terjadi gas 

amoniak. 

 

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 50,0%; 

lakukan pengeringan pada suhu 80º selama 8 jam dan 

dilanjutkan pada suhu 100  sampai  bobot tetap. 

 

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,5%. 

 

Batas amonium sulfat Tidak lebih dari 8,0% 

(NH4)2SO4; lakukan penetapan sebagai berikut: Timbang 

saksama lebih kurang 1 g zat, masukkan ke dalam gelas 

piala 100 ml, tambahkan 25 ml etanol P. Aduk, saring 

dan cuci penyaring dengan campuran eter P dan     

etanol P volume sama sampai  cucian terakhir jernih dan 

tidak berwarna. Biarkan penyaring dan residu mengering 

di udara lalu  lewatkan 200 ml air hangat yang 

sedikit diasamkan dengan asam klorida P. Panaskan 

filtrat sampai  mendidih, tambahkan barium klorida LP 

berlebih dan panaskan selama 1 jam di atas tangas uap. 

Kumpulkan endapan barium sulfat di atas penyaring, 

cuci dengan baik, keringkan dan pijarkan sampai  bobot 

tetap. 

 

Tiap gram barium sulfat 

 setara dengan 566,1mg (NH4)2SO4 

 

Penetapan kadar amonia Timbang saksama lebih 

kurang 5 g zat, larutkan dalam 100 ml air, pindahkan 

larutan ke dalam labu destilasi, tambahkan 3 g parafin P 

dan 20 ml larutan natrium hidroksida P (4 dalam 10). 

Hubungkan labu dengan pendingin dan celupkan ujung 

bawah pendingin ke dalam 30,0 ml asam sulfat 0,5 N LV, 

destilasi perlahan-lahan, kumpulkan lebih kurang 50 ml 

destilat dan titrasi kelebihan asam dengan natrium 

hidroksida 0,5 N LV memakai  merah metil LP 

sebagai indikator. Lakukan penetapan blangko. 

 

Tiap ml asam sulfat 0,5 N  

setara dengan 8,515 mg NH3 

 

Penetapan kadar belerang total Timbang saksama  

500 sampai 800 mg zat, masukkan ke dalam labu 

Kjehldahl dengan bantuan 20 ml air. Tambahkan 3 g 

kalium klorat P lalu  perlahan-lahan 30 ml asam 

nitrat P dan uapkan campuran di atas lempeng pemanas 

sampai  lebih kurang 5 ml. Dinginkan, ulangi proses 

oksidasi dengan 3 g kalium klorat P dan 30 ml asam 

nitrat P dan uapkan sampai  lebih kurang 5 ml. 

Tambahkan 25 ml asam klorida P, uapkan lagi sampai  

lebih kurang 5 ml. Tambahkan 100 ml air, panaskan 

sampai  mendidih, saring dan cuci dengan baik. Pada 

filtrat panas tambahkan 25 ml barium klorida LP dan 

panaskan di atas tangas uap selama 1 jam. Kumpulkan 

barium sulfat dalam krus penyaring yang telah 

dipijarkan dan ditara, cuci, keringkan dan pijarkan, 

lalu  dinginkan dan timbang. 

 

Tiap gram barium sulfat  

setara dengan 137,4 mg S 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. 

 

 

IMIPRAMIN HIDROKLORIDA 

Imipramine Hydrochloride 

 

 

 

5-[3-(Dimetilamino)propil]-10,11-dihidro-5H-

dibenz(b,f)- azepin monohidroklorida [113-52-0] 

 C19H24N2.HCI     BM 316,88 

 

Imipramin Hidroklorida mengandung tidak kurang dari 

98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C19H24N2.HCI, 

dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. 

 

Pemerian Serbuk hablur; putih sampai  hampir putih; 

tidak berbau atau praktis tidak berbau. 

 

- 558 -

 

 

 

 

 

 

 

Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam etanol; 

larut dalam aseton; tidak larut dalam benzen dan dalam 

eter. 

 

Baku pembanding Desipramin Hidroklorida BPFI; 

lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam 

sebelum dipakai . Simpan dalam wadah tertutup rapat. 

Imipramin Hidroklorida BPFI; lakukan pengeringan 

pada suhu 105º selama 2 jam sebelum dipakai . 

Simpan dalam wadah tertutup rapat; Iminodibenzil 

BPFI; lakukan pengeringan dengan silika gel selama      

4 jam sebelum dipakai . Simpan dalam wadah tertutup 

rapat dan terlindung cahaya. 

 

Identifikasi 

    A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah 

dikeringkan dan didispersikan  dalam kalium bromida P, 

menampilkan  maksimum hanya pada bilangan 

gelombang yang sama seperti pada Imipramin 

Hidroklorida BPFI. 

    B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan 

uji sesuai dengan Larutan baku seperti diperoleh pada 

Penetapan kadar. 

    C. Larutkan 0,10 g zat dalam 2 ml etanol P, tambahkan 

1 ml asam nitrat 2 N dan 3 tetes perak nitrat LP: 

terbentuk endapan putih, yang larut pada penambahan 

tetes demi tetes amonium hidroksida P. 

 

Jarak lebur <1021> Antara 170º  dan 174º. 

 

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; 

lakukan pengeringan pada suhu 105º  selama 2 jam. 

 

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. 

 

Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 bpj. 

 

Iminodibenzil Tidak lebih dari 0,1%. 

    Larutan baku Timbang saksama beberapa  

Iminodibenzil BPFI, larutkan dalam etanol P dan 

encerkan bertahap dengan etanol P sampai  kadar lebih 

kurang 50 g per ml. Masukkan 1,0 ml larutan ini ke 

dalam labu tentukur aktinik rendah 25-ml, tambahkan  

10 ml campuran asam klorida P-etanol P (1:1). 

    Larutan uji Timbang 50 mg zat, masukkan ke dalam 

labu tentukur aktinik rendah 25-ml, tambahkan 10 ml 

campuran asam klorida P-etanol P (1:1). 

    procedure  Pada kedua labu tentukur di atas yang 

masing-masing berisi Larutan baku dan Larutan uji dan 

labu tentukur 25-ml ketiga yang berisi 10 ml campuran 

asam klorida P-etanol P (1:1) sebagai blangko, 

tambahkan masing-masing secara perlahan 5 ml larutan 

furfural P 0,4% v/v dalam etanol P, campur, tambahkan 

5 ml asam klorida P dan biarkan dalam tangas air 

bersuhu tetap 25º selama 3 jam. Encerkan masing-

masing labu dengan campuran asam klorida P-etanol P 

(1:1) sampai tanda. Ukur serapan masing-masing larutan 

pada panjang gelombang serapan maksimum lebih 

kurang 565 nm. Serapan Larutan uji tidak lebih besar 

dari Larutan baku. 

 

Senyawa sejenis Iminodibenzil tidak lebih dari 0,1%; 

N-(dimetilaminopropil)iminostilben tidak lebih dari 

0,1%; cemaran lain tidak lebih dari 0,2%; total cemaran 

tidak lebih dari 1,0%. Lakukan penetapan dengan cara 

Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada 

Kromatografi <931>. [Catatan pakailah  alat gelas 

aktinik rendah.]   

    tahap  gerak, Pelarut, Larutan kesesuaian sistem, 

Larutan baku dan Sistem kromatografi Lakukan seperti 

tertera pada Penetapan kadar. 

    Larutan baku Timbang saksama beberapa  Imipramin 

Hidroklorida BPFI dan Iminodibenzil BPFI, larutkan 

dalam asetonitril P dan encerkan dengan Pelarut sampai  

kadar masing-masing lebih kurang 2,5 μg per ml.  

    Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 63 mg zat, 

masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, larutkan dan 

encerkan dengan Pelarut sampai tanda. 

    procedure  Suntikkan secara terpisah beberapa  volume 

sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji 

ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur 

respons puncak. Waktu retensi relatif  untuk N-

(dimetilaminopropil) iminostilben dan imipramin 

berturut-turut lebih kurang 0,8 dan 1,0. Hitung 

persentase iminodibenzil dalam zat dengan rumus: 

 

S

U

r

r

W

C5  

 

C yaitu  kadar Iminodibenzil BPFI dalam g per ml 

Larutan baku; W yaitu  bobot zat dalam mg yang 

dipakai  untuk membuat Larutan uji; rU dan rS 

berturut-turut yaitu  respons puncak iminodibenzil dari 

Larutan uji dan Larutan baku. Hitung persentase 

cemaran lain dalam zat dengan rumus: 

 

S

i

r

r

W

C5  

 

C yaitu  kadar Imipramin Hidroklorida BPFI dalam g 

per ml Larutan baku; W yaitu  bobot zat dalam mg yang 

dipakai  untuk membuat Larutan uji; ri yaitu  respons 

puncak masing-masing cemaran, tidak termasuk 

iminodibenzil dari Larutan uji dan rS yaitu  respons 

puncak imipramin dari Larutan baku. 

 

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara 

Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada 

Kromatografi <931>. [Catatan pakailah  alat gelas 

aktinik rendah.] 

    tahap  gerak Buat campuran Larutan natrium perklorat 

0,06 M-asetonitril P-trietilamin P (625:375:1), saring 

dan awaudarakan, atur pH sampai  2,0 dengan 

penambahan asam perklorat P. Jika perlu lakukan 

- 559 -

 

 

 

 

 

 

 

penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera 

pada Kromatografi <931>. 

    Pelarut Campuran air-asetonitril P (5:3).  

    Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama masing-

masing lebih kurang 15 mg Imipramin Hidroklorida 

BPFI dan Desipramin Hidroklorida BPFI, masukkan ke 

dalam labu tentukur 50-ml, larutkan dan encerkan 

dengan Pelarut sampai tanda. 

    Larutan baku Timbang saksama beberapa  Imipramin 

Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dengan 

Pelarut sampai  kadar lebih kurang 0,3 mg per ml. 

    Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 30 mg zat, 

masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan 

encerkan dengan Pelarut sampai tanda. 

    Sistem kromatografi  Lakukan seperti tertera pada 

Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi 

dilengkapi dengan detektor 269 nm dan kolom 30 cm x 

3,9 mm berisi bahan pengisi L1. Pertahankan suhu 

kolom pada 40°. Laju alir lebih kurang 1,5 ml per menit. 

Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian 

sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak 

seperti tertera pada procedure : resolusi, R, antara puncak 

imipramin dan puncak desipramin tidak kurang dari 1,3. 

Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam 

kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera 

pada procedure : simpangan baku relatif pada penyuntikan 

ulang tidak lebih dari 2,0%. 

    procedure  Suntikkan secara terpisah beberapa  volume 

sama (lebih kurang 20 μl) Larutan baku dan Larutan uji 

ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur 

respons puncak. Hitung jumlah dalam mg imipramin 

hidroklorida, C19H24N2.HCl, dalam zat yang dipakai  

dengan rumus: 

 

S

U

r

rC100  

 

C yaitu  kadar Imipramin Hidroklorida BPFI dalam mg 

per ml Larutan baku; rU dan rS berturut-turut yaitu  

respons puncak imipramin dari Larutan uji dan Larutan 

baku. 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. 

 

 

IMUNOGLOBULIN CAMPAK 

Measles Immunoglobulin  

 

Imunoglobulin Campak yaitu  sediaan cair atau beku 

kering yang mengandung Imunoglobulin manusia 

terutama imunoglobulin G (IgG). Imunoglobulin 

Campak diperoleh dari plasma atau serum yang 

mengandung antibodi khas terhadap virus campak, dapat 

ditambahkan imunoglobulin normal. Imunoglobulin 

campak dibuat seperti tertera pada pembuatan 

Imunoglobulin Normal. Imunoglobulin Campak 

mengandung tidak kurang dari 50 Unit per ml. 

Baku pembanding Imunoglobulin Campak BPFI. 

 

Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada 

Imunoglobulin Normal. 

 

Penetapan potensi Buat seri pengenceran berkelipatan 

dua dari sediaan uji dan Imunoglobulin Campak BPFI, 

tambahkan ke dalam tiap pengenceran beberapa  volume 

sama suspensi virus campak yang mengandung lebih 

kurang 3,0 log10 DIKS50 (Dosis Infektif Kultur Sel10) 

per 0,1 ml dan campur. Inkubasi campuran pada suhu 

37º selama 2 jam terlindung dari cahaya. Dengan 

memakai  tidak kurang dari 6 biakan sel untuk tiap 

campuran, inokulasikan 0,2 ml tiap campuran ke dalam 

tiap biakan sel, inkubasi selama tidak kurang dari         

10 hari. Amati aktivitas virus dalam biakan sel dan 

bandingkan pengenceran yang mengandung jumlah 

terkecil imunoglobulin yang menetralkan virus dari 

sediaan uji dengan sediaan baku. Hitung potensi sediaan 

uji dalam Unit per ml antibodi yang mampu menetralkan 

virus campak. 

 

Wadah dan penyimpanan Sediaan cair simpan dalam 

wadah kaca tidak tembus cahaya, tertutup kedap, tidak 

berwarna, pada suhu 2º-8º. Sediaan beku kering 

disimpan dalam wadah tidak tembus cahaya, dalam 

keadaan hampa udara atau gas inert, pada suhu 2º-8º. 

Dalam kondisi penyimpanan seperti di atas potensi dapat 

dipertahankan sampai  3 tahun untuk sediaan cair dan        

5 tahun untuk sediaan beku kering. 

 

 

IMUNOGLOBULIN HEPATITIS B 

Hepatitis B Immunoglobulin 

 

Imunoglobulin Hepatitis B yaitu  sediaan cair atau beku 

kering, mengandung imunoglobulin manusia terutama 

imunoglobulin G (IgG). Diperoleh dari plasma atau 

serum yang mengandung antibodi spesifik terhadap 

antigen permukaan hepatitis B. Dapat ditambahkan 

Imunoglobulin Normal. Imunoglobulin Hepatitis B 

dibuat seperti tertera pada Imunoglobulin Normal. 

Mengandung tidak kurang dari 100 unit per ml. 

 

Baku pembanding Imunoglobulin Hepatitis B BPFI. 

 

Protein Memenuhi syarat; lakukan Penetapan kadar 

seperti tertera pada Imunoglobulin Normal. 

 

Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada 

Imunoglobulin Normal. 

 

Penetapan potensi Lakukan penetapan dengan 

membandingkan ikatan dengan antigen permukaan 

hepatitis B antara Larutan baku dan Larutan uji dengan 

kit Radioimuno atau Enzimoimuno yang sesuai. Buat 

larutan Imunoglobin Hepatitis B BPFI dengan 

melarutkan isi ampul dalam beberapa  air sampai  diperoleh 

- 560 -

 

 

 

 

 

 

 

larutan mengandung 100 unit per ml (larutan A). Dengan 

pengencer serum manusia yang bereaksi negatif terhadap 

antigen permukaan hepatitis B dan antibodinya, buat 

tidak kurang dari 5 pengenceran Larutan A (Enceran 

larutan baku). Pengenceran dipilih sedemikian rupa 

sesampai  diperoleh kurva kalibrasi linier. Dengan cara 

yang sama buat enceran zat uji (Larutan uji). Bila 

perkiraan potensi benar, kandungan antibodi tercakup 

dalam rentang pengenceran baku. Lakukan penetapan 

sesuai dengan petunjuk yang ada  dalam kit. Enceran 

larutan baku dan Larutan uji, mula-mula diinkubasi 

dengan antigen permukaan hepatitis B yang terikat pada 

butiran polistiren atau pembawa lain, lalu  inkubasi 

dengan antigen permukaan hepatitis B berlabel. Secara 

bersamaan lakukan kontrol positif dan negatif dengan 

cara yang sama. Tentukan jumlah kompleks antibodi-

antigen berlabel yang terbentuk dari masing-masing 

dosis pengenceran baku, sediaan uji dan kontrol positif 

dibanding terhadap kontrol negatif. Hitung potensi 

antibodi terhadap antigen permukaan hepatitis B dalam 

sediaan uji memakai  kurva kalibrasi yang diperoleh 

dari pengenceran baku. Penetapan tidak absah kecuali 

telah memenuhi kriteria yang tertera pada kit penetapan 

potensi, dan tidak ada  perbedaan bermakna dari 

hasil yang digambarkan baik kesejajaran atau linearitas. 

 

Wadah dan penyimpanan Sediaan cair disimpan dalam 

wadah kaca tidak berwarna, tertutup kedap, terlindung 

dari cahaya, pada suhu 2º-8º. Sediaan beku kering, 

disimpan dalam hampa udara atau gas inert, terlindung 

dari cahaya pada suhu 2º-8º. Dengan kondisi 

penyimpanan seperti di atas, potensi dapat dipertahankan 

sampai  3 tahun untuk sediaan cair dan 5 tahun untuk 

sediaan beku kering. 

 

 

IMUNOGLOBULIN NORMAL 

Normal Immunoglobulin 

 

Imunoglobulin Normal yaitu  sediaan cair atau beku 

kering mengandung imunoglobulin terutama 

imunoglobulin G (IgG), dapat mengandung protein lain. 

Sediaan ini dipakai  untuk injeksi intra muskular. 

Diperoleh dari plasma atau serum atau plasenta normal 

dan segera dibekukan sesudah  dikumpulkan. Plasma, 

serum atau plasenta diperoleh dari donor sehat sedapat 

mungkin harus disertai pemeriksaan klinik, uji 

laboratorium dan telah diketahui riwayat mediknya telah 

bebas dari infeksi yang dapat ditularkan melalui 

transfusi darah atau derivat darah. Pemeriksaan dan 

pengujian yang dilakukan ditetapkan oleh instansi yang 

berwenang; terutama uji terhadap antigen permukaan 

hepatitis B dan antibodi HIV dengan metode yang peka 

dan memberi  hasil negatif. Imunoglobulin Normal 

mengandung antibodi IgG dari subyek normal diperoleh 

dari gabungan donor, dengan cara yang sesuai sesampai  

produk tidak menyebarkan infeksi. Dengan kadar protein 

16% mengandung paling sedikit dua jenis antibodi satu 

viral dan satu bakterial bila dibandingkan dengan baku 

internasional atau baku lain, kadar antibodi tidak kurang 

dari 10 kali dari bahan gabungan awal. Imunoglobulin 

Normal dibuat sebagai larutan stabil, misalnya dalam 

larutan natrium klorida P 0,9% atau larutan glisin P 

2,25% dan disterilkan dengan cara penyaringan. Dapat 

ditambahkan pengawet yang bersifat antimikroba 

kecuali bila sediaan dibuat beku kering. Pengawet atau 

bahan stabilisator yang ditambahkan harus bersifat netral 

dan tidak menimbulkan reaksi negatif baik terhadap 

produk akhir maupun pada manusia. Uji penurunan 

dipercepat dilakukan pada produk akhir cair atau beku 

kering, dengan pemanasan pada suhu 37º selama             

4 minggu lalu  lakukan penetapan dengan cara 

Kromatografi eksklusi seperti tertera pada Kromatografi 

<931>. Perbedaan kadar protein hasil eluasi dalam fraksi 

sesudah  puncak utama sebelum dan sesudah dipanaskan 

tidak lebih dari 5%. 

 

Pemerian Sediaan cair jernih dan berwarna kuning 

pucat sampai coklat muda; selama penyimpanan dapat 

terbentuk kekeruhan atau sedikit bahan partikulat. 

Sediaan beku kering berbentuk serbuk atau masa rapuh 

berwarna putih sampai agak kuning. 

 

Baku pembanding Imunoglobulin Normal Manusia 

untuk Elektroforesis BPFI. 

 

Identifikasi 

    A. Lakukan reaksi pengendapan memakai  

antiserum khas terhadap protein plasma manusia dan 

antiserum khas terhadap protein plasma dari setiap galur 

hewan domestik yang umum dipakai  untuk 

pembuatan sediaan biologik. Sediaan mengandung protein 

plasma asal manusia memberi  reaksi negatif dengan 

antiserum khas terhadap protein plasma galur lain. 

    B. Lakukan penetapan dengan teknik 

imunoelektroforesis yang sesuai, bandingkan serum 

normal manusia dengan sediaan uji, memakai  

antiserum normal manusia, keduanya diencerkan sampai  

mengandung 1% protein. Komponen utama sediaan uji 

sesuai dengan komponen IgG serum normal manusia. 

Larutan dapat mengandung beberapa  kecil protein 

plasma lain. 

 

Keasaman dan kebasaan <1071> pH 6,4 - 7,2; lakukan 

penetapan dengan mengencerkan dalam larutan natrium 

klorida P 0,9% sampai  mengandung 1% protein. 

 

Susut pengeringan <1121> Untuk sediaan beku kering 

tidak lebih dari 2%; lakukan pengeringan di atas fosfor 

pentoksida P pada tekanan tidak lebih dari 0,02 mmHg 

selama 24 jam, memakai  500 mg zat. 

 

Toksisitas abnormal Memenuhi syarat seperti tertera 

pada Uji Reaktivitas secara Biologi in-vivo <251>. 

 

- 561 -

 

 

 

 

 

 

 

Pirogen <231> Memenuhi syarat, lakukan penetapan 

memakai  dosis uji 1 ml per kg bobot tubuh kelinci. 

 

Sterilitas <71> Memenuhi syarat. 

 

Kecepatan melarut untuk sediaan beku kering 

tambahkan beberapa  volume pelarut seperti tertera pada 

etiket. Sediaan uji terlarut sempurna dalam waktu 15 

menit pada suhu 20° - 25º . 

 

Komposisi protein 

    A. Lakukan penetapan dengan Metode II untuk 

Elektroforesis selulosa asetat seperti tertera pada 

Elektroforesis <831> namun  memakai  medan listrik 

yang sesuai sampai  pita bercak albumin dari serum 

normal manusia yang ditotolkan sebagai pita kontrol 

merambat tidak kurang dari 30 mm. 

    pakailah  larutan sebagai berikut: larutan (1) encerkan 

sediaan uji dengan larutan natrium klorida P 0,9% 

sampai  mengandung 5% protein. Larutan (2) encerkan 

Imunoglobulin Normal Manusia untuk Elektroforesis 

BPFI dengan larutan natrium klorida P 0,9% sampai  

mengandung 5% protein. Pada pita bercak lain selain 

bercak utama yang diperoleh dari larutan                       

(1) mengandung tidak lebih dari 10% protein. Uji tidak 

absah kecuali perbandingan protein dalam pita bercak 

utama yang diperoleh dari larutan (2) dalam batas yang 

tertera pada etiket Imunoglobulin Normal Manusia untuk 

Elektroforesis BPFI. 

    B. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi 

eksklusi seperti tertera pada Kromatografi <931>. 

pakailah  2 ml larutan uji, yang telah diencerkan dengan 

Campuran larutan dapar fosfat pH 7,0 dengan azida 

sampai  mengandung protein 4,0% - 5,0%. Kromatograf 

pada suhu ruang memakai  a) kolom (1 m x 25 mm) 

berisi agarose yang dijebak dalam jaringan 

poliakrilamida sambung silang dan memiliki  rentang 

fraksi linier yang sesuai untuk fraksionasi butiran protein 

dalam rentang bobot molekul dari 20.000 - 350.000 

(misalnya ultrogel AcA34), b) tahap  gerak campuran 

dapar fosfat pH 7,0 dengan azida dengan laju alir lebih 

kurang 20 ml (4 ml per cm dari luas kolom) per jam, c) 

detektor 280 nm. 

Kumpulkan eluat dalam fraksi lebih kurang 4 ml. 

Tetapkan kromatogram, bandingkan dengan 

kromatogram seperti pada Gambar Kromatogram 

Imunoglobulin Normal. Jumlah luas puncak yang 

mengandung IgG monomer, dimer, albumin dan protein 

lain dengan ukuran molekul yang sama (area B) tidak 

kurang dari 85% dari luas total kromatogram. Tidak 

lebih dari 10% dari luas total kromatogram 

menampilkan  protein yang dieluasi lebih dulu dari IgG 

dimer (area A); jika area A dapat dibagi menjadi dua 

area, area yang sesuai dengan protein yang lebih besar 

tidak lebih dari 5% dari luas total kromatogram. Tidak 

lebih dari 5% dari luas total kromatogram menampilkan  

protein yang dieluasi sesudah monomer IgG dan 

albumin (area C). 

 

Penetapan kadar Mengandung 90% sampai  110% 

protein dari jumlah yang tertera pada etiket, dalam hal 

tertentu mengandung protein tidak kurang dari 10% dan 

tidak lebih dari 18%. Lakukan penetapan dengan  

Metode I seperti tertera pada Penetapan Kadar Nitrogen 

dalam Produk Darah <591>. Encerkan sediaan uji 

dengan larutan natrium klorida P 0,9% sampai  diperoleh 

larutan yang mengandung lebih kurang 15 mg protein 

per 2 ml. Masukkan 2 ml larutan ke dalam tabung 

sentrifuga alas bulat, tambahkan 2 ml larutan natrium 

molibdat P 7,5% dan 2 ml campuran air dan asam sulfat 

bebas nitrogen P (30:1). Kocok, sentrifus selama 5 

menit, tuang beningan dan letakkan tabung sentrifuga di 

atas kertas saring dalam posisi terbalik, sampai  kering. 

Tetapkan kadar nitrogen dalam residu. Hasil yang 

diperoleh kalikan 6,25 untuk memperoleh kadar protein. 

 

 

 

Wadah dan penyimpanan Sediaan cair simpan dalam 

wadah kaca tidak berwarna, tertutup kedap, terlindung 

cahaya, pada suhu 2o – 8o. Sediaan beku kering simpan 

dalam wadah hampa udara atau berisi gas inert 

terlindung cahaya pada suhu 2o – 8o. Bila disimpan pada 

kondisi di atas memenuhi syarat selama 3 tahun untuk 

sediaan cair dan 5 tahun untuk sediaan beku kering. 

 

 

IMUNOGLOBULIN RABIES 

Rabies Immunoglobulin 

 

Imunoglobulin Rabies yaitu  sediaan cair atau beku 

kering mengandung imunoglobulin manusia terutama 

imunoglobulin G (IgG). Diperoleh dari plasma atau 

serum yang mengandung antibodi spesifik terhadap virus 

rabies. Dapat ditambahkan Imunoglobulin Normal. 

Imunoglobulin rabies dibuat seperti tertera pada 

Imunoglobulin Normal. Mengandung tidak kurang dari 

150 unit per ml. 

 

Baku pembanding Imunoglobulin Rabies BPFI. 

 

Syarat lain Memenuhi syarat; lakukan seperti tertera 

pada Imunoglobulin Normal. 

 

Protein Memenuhi syarat; lakukan seperti tertera pada 

Penetapan kadar dalam Imunoglobulin Normal. 

 

Penetapan potensi Lakukan penetapan dengan 

membandingkan dosis sediaan uji dan sediaan baku yang 

dapat memberi  perlindungan sama pada mencit 

terhadap efek pemberian virus rabies. pakailah  mencit 

- 562 -

 

 

 

 

 

 

 

dari satu jenis kelamin. Selama pengujian hitung mencit 

yang mati atau menampilkan  gejala rabies (berupa 

paralisis atau konvulsi) antara hari kelima sampai  

keempat belas sesudah  hewan uji diinokulasi dengan 

virus. Mencit yang mati sebelum hari kelima tidak 

dihitung. 

   Penyiapan suspensi virus tantang Buat virus tantang 

dengan menumbuhkan Canine Street Virus (CVS) dari 

virus rabies terolah dalam otak mencit. Kumpulkan virus 

dan buat sedemikian rupa sampai  diperoleh suspensi 

virus yang jernih dan simpan dalam jumlah sedikit pada 

suhu -20º atau lebih rendah. Encerkan suspensi segera 

sebelum dipakai  dengan pelarut yang sesuai sampai   

diperoleh suspensi virus tantang yang diperkirakan 

mengandung antara 100 dan 300 D150 per 0,03 ml yang 

dihitung dari hasil titrasi pendahuluan. Tetapkan titer 

suspensi virus dari suspensi virus tantang bersamaan 

dengan uji potensi imunoglobulin memakai  mencit 

dari populasi yang sama. 

    Penetapan titer virus dari suspensi virus tantang 

Encerkan beberapa  volume suspensi virus tantang dengan 

penambahan volume sama pelarut yang sesuai. Inkubasi 

pada suhu 37º selama 1 jam lalu  buat seri 

pengenceran berkelipatan 10 dengan pelarut sama. 

Suntikkan 0,03 ml masing-masing pengenceran secara 

intraserebral kepada tiap kelompok mencit yang terdiri dari 

tidak kurang dari 6 ekor, memakai  kelompok berbeda 

untuk tiap enceran. Amati mencit selama 14 hari. Hitung 

titer virus dari suspensi virus tantang dalam D150 per 0,03 

ml dengan metode statistik baku dengan menghitung 

jumlah hewan yang mati pada tiap kelompok. 

    procedure  Rekonstitusi Imunoglobulin Rabies BPFI 

dengan pelarut yang sesuai. Buat seri pengenceran 

berkelipatan dua dari larutan baku dan sediaan uji 

dengan pelarut yang sama. Tambahkan pada masing-

masing enceran beberapa  volume sama suspensi virus 

tantang dan inkubasi pada suhu 37º selama 1 jam. 

Suntikkan 0,03 ml masing-masing enceran secara 

intraserebral pada tiap kelompok hewan uji terdiri dari 

tidak kurang dari 10 ekor mencit, memakai  

kelompok berbeda untuk tiap enceran. Amati hewan uji 

selama 14 hari. Hitung potensi imunoglobulin dalam unit 

per ml dengan metode statistik baku dari jumlah hewan 

yang mati dalam tiap kelompok. Uji dikatakan absah bila 

titer virus dari suspensi virus tantang antara 100 dan 300 

D150. Jika potensi sediaan uji lebih rendah dari yang 

dipersyaratkan, lakukan uji ulang beberapa kali. 

pakailah  hasil uji yang absah untuk perhitungan potensi 

imunoglobulin. 

 

Wadah dan penyimpanan Sediaan cair dalam wadah 

kaca tidak berwarna, tertutup kedap, terlindung cahaya, 

pada suhu 2º - 8º. Sediaan beku kering, dalam hampa 

udara atau gas inert, terlindung cahaya pada suhu 2º - 8º. 

Dengan kondisi penyimpanan seperti di atas, potensi 

dapat dipertahankan sampai  3 tahun untuk sediaan cair 

dan 5 tahun untuk sediaan beku kering. 

 

 

IMUNOGLOBULIN  TETANUS 

Tetanus Immunoglobulin 

 

Imunoglobulin Tetanus yaitu  sediaan cair atau beku 

kering mengandung imunoglobulin manusia, terutama 

imunoglobulin G (IgG). Diperoleh dari plasma atau 

serum yang mengandung antibodi spesifik terhadap 

toksin Clostridium tetani. Dapat ditambahkan 

immunoglobulin normal. Imunoglobulin tetanus dibuat 

seperti tertera pada Imunoglobulin Normal. Mengandung 

tidak kurang dari 50 unit per ml. 

 

Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada 

Imunoglobulin Normal. 

 

Protein Memenuhi syarat; lakukan seperti tertera pada 

Penetapan kadar dalam Imunoglobulin Normal. 

 

Penetapan potensi Lakukan penetapan seperti tertera 

pada Penetapan potensi dalam Imunoserum Tetanus. 

 

Wadah dan penyimpanan Sediaan cair, dalam wadah 

kaca tidak berwarna, tertutup kedap, terlindung cahaya 

pada suhu 2º - 8º. Sediaan beku kering disimpan dalam 

hampa udara atau gas inert, terlindung cahaya pada suhu 

2º - 8º. Dengan kondisi penyimpanan seperti di atas, 

potensi dapat dipertahankan sampai  3 tahun untuk 

sediaan cair dan 5 tahun untuk sediaan beku kering. 

 

 

IMUNOSERUM BOTULINUM 

Antitoksin Botulinum 

Botulinum Antitoxin 

 

Imunoserum Botulinum yaitu  sediaan yang 

mengandung globulin antitoksik khas yang memiliki  

kekuatan dapat menetralkan toksin yang dihasilkan oleh 

Clostridium botulinum tipe A, B dan E atau campuran 

dari tipe A, B dan E.  Potensi tidak kurang dari 500 unit 

per ml masing-masing untuk tipe A dan B dan tidak 

kurang dari 50 unit per ml untuk tipe E. 

 

Baku pembanding Imunoserum Botulinum tipe A BPFI; 

Imunoserum Botulinum tipe B BPFI; Imunoserum 

Botulinum tipe E BPFI. 

 

Identifikasi Dapat menetralkan secara spesifik dan 

mengurangi bahaya toksin yang dihasilkan oleh satu tipe 

atau beberapa tipe Clostridium botulinum yang tertera 

pada etiket, pada hewan yang peka. 

 

Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada 

Imunosera. 

 

Penetapan potensi Lakukan penetapan dengan 

membandingkan dosis sediaan uji dan sediaan baku 

antitoksin botulinum dari tipe yang sesuai yang dapat 

- 563 -

 

 

 

 

 

 

 

memberi  perlindungan sama pada mencit terhadap 

efek letal dosis tertentu toksin botulinum. 

    Pemilihan hewan uji pakailah  mencit dengan bobot 

tubuh sedemikian rupa sesampai  selisih bobot terendah 

dan tertinggi tidak lebih dari 5 g. 

    Toksin uji Tumbuhkan Clostridium botulinum tipe A, 

B, atau E dalam perbenihan cair selama lebih kurang       

7 hari. Pada satu volume filtrat biakan steril tambahkan   

2 volume gliserol P. Simpan pada suhu 0o atau sedikit di 

bawah 0o. 

    Pemilihan toksin uji Lakukan penetapan tiap tipe 

toksin sebagai berikut: Dosis L+/10 yaitu  jumlah 

toksin terkecil, bila dicampur dengan 0,1 unit antitoksin 

dan disuntikkan secara intraperitoneal pada mencit 

menyebabkan kematian hewan dalam waktu 96 jam. 

DL50 yaitu  jumlah toksin terkecil, bila disuntikkan 

secara intraperitoneal kepada mencit menyebabkan 

kematian setengah dari hewan uji dalam waktu 96 

jam.Toksin yang sesuai yaitu toksin yang mengandung 

tidak kurang dari 1000 DL50 dalam satu dosis L+/10. 

    Penetapan dosis toksin uji (Dosis L+/10) Rekonstitusi 

Baku pembanding yang sesuai dengan pelarut yang 

sesuai sampai  diperoleh larutan yang mengandung 0,25 

unit per 1,0 ml (Larutan baku). Buat beberapa campuran 

setiap 5,0 ml dari campuran mengandung 2,0 ml Larutan 

baku (0,5 unit) dan satu dari seri volume bertingkat 

toksin dalam pelarut yang sesuai. Encerkan masing-

masing campuran dengan campuran yang sesuai sampai  

volume akhir sama 5,0 ml. Biarkan campuran pada suhu 

ruang, terlindung dari cahaya selama 60 menit. 

Suntikkan 1,0 ml masing-masing campuran secara 

intraperitoneal kepada tiap 4 ekor mencit. Amati hewan 

uji selama 96 jam. Dosis toksin uji yaitu  jumlah 

terkecil toksin dalam 1,0 ml campuran yang dapat 

menyebabkan kematian keempat ekor mencit dalam 

waktu 96 jam. 

    procedure  Encerkan toksin uji dengan pelarut yang 

sesuai sampai  mengandung 5 kali dosis uji (L+/10) per 

2,0 ml. Buat beberapa campuran sampai  setiap 5,0 ml 

campuran mengandung 2,0 ml larutan toksin dan satu 

dari seri volume bertingkat sediaan uji. (Jika potensi 

antitoksin uji sama sekali tidak diketahui, pada uji 

pendahuluan dipakai  rentang perbedaan volume 

antitoksin yang luas, sebaliknya perbedaan volume 

antitoksin dari satu dengan lainnya lebih kurang 20%, 

misalnya 0,6; 0,8; 1,0; 1,2 dan 1,4 ml). Selanjutnya buat 

beberapa campuran dengan cara yang sama, setiap      

5,0 ml campuran mengandung 2,0 ml larutan toksin dan 

satu dari seri volume bertingkat Larutan baku yang 

sesuai yang diencerkan dengan pelarut yang sesuai 

sampai  dosis tengah larutan 0,5 unit. Encerkan setiap 

campuran dengan pelarut yang sesuai sampai  volume 

akhir 5,0 ml. Biarkan campuran pada suhu ruang, 

terlindung cahaya selama 60 menit. Suntikkan secara 

intraperitoneal masing-masing 1,0 ml campuran kepada 

tiap 4 ekor mencit  dan amati hewan uji selama 96 jam. 

Campuran yang mengandung volume terbesar antitoksin 

uji yang gagal melindungi mencit dari kematian 

mengandung 0,5 unit. Pengujian dinyatakan tidak absah 

kecuali jika semua mencit yang disuntik dengan 

campuran yang mengandung baku pembanding 2,0 ml 

atau kurang, mati dan semua hewan yang disuntik 

dengan campuran yang mengandung lebih dari 2,0 ml 

hidup. [Perhatian Toksin botulinum sangat toksik. Harus 

sangat hati-hati pada setiap tahap pengerjaan.] 

 

 

IMUNOSERUM DIFTERI 

Antitoksin Difteri  

Diphtheria Antitoxin 

 

Imunoserum Difteri yaitu  sediaan yang mengandung 

globulin antitoksin khas yang memiliki  kekuatan 

dapat menetralkan toksin Corynebacterium diphtheriae. 

Potensi tidak kurang dari 1000 unit per ml untuk 

imunoserum dari serum kuda, tidak kurang dari 500 unit 

per ml untuk imunoserum dari jenis lain. 

 

Baku pembanding Imunoserum Difteri BPFI. 

 

Identifikasi Dapat menetralkan secara khas toksin 

Corynebacterium diphtheriae sesampai  mengurangi 

bahaya terhadap hewan peka. 

 

Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada 

Imunosera. 

 

Penetapan potensi Lakukan penetapan dengan 

membandingkan dosis sediaan uji dengan sediaan baku 

yang dapat memberi  perlindungan yang sama bagi 

marmut atau kelinci terhadap efek eritrogenik dosis 

tertentu toksin difteri. 

    Pembuatan toksin uji Buat toksin difteri dengan 

menyaring medium perbenihan cair yang ditumbuhi 

galur toksigenik Corynebacterium diphtheriae, simpan 

pada suhu 2º - 8º . 

    Pemilihan toksin uji Toksin yang akan dipakai  

sebagai toksin uji ditetapkan sebagai berikut: Dosis 

Lr/100 yaitu  jumlah toksin terkecil bila dicampur 

dengan 0,01 Unit antitoksin dan disuntikkan secara 

intrakutan pada marmut atau kelinci, menimbulkan 

reaksi khas pada tempat penyuntikan dalam waktu       

48 jam. 

   Dosis Reaktif Terendah (DRT) yaitu  jumlah toksin 

terkecil, bila disuntikkan secara intrakutan pada marmut 

atau kelinci, menimbulkan reaksi khas pada tempat 

penyuntikan dalam waktu 48 jam. Toksin yang 

dipakai  yaitu  toksin uji yang tiap dosis Lr/100 

mengandung tidak kurang dari 200 DRT. Toksin uji 

dibiarkan selama beberapa bulan sebelum dipakai  

untuk penetapan antitoksin. Dalam waktu ini  terjadi 

penurunan toksisitas dan dosis Lr/100 kemungkinan 

meningkat. Bila pada pengujian terlihat bahwa dosis 

Lr/100 tetap, toksin uji siap dipakai  dan dapat 

dipakai  dalam periode waktu yang lama. Lakukan 

penetapan dosis reaktif terendah dan dosis Lr/100 secara 

periodik. Simpan toksin uji di temapat gelap pada suhu 

2º - 8º. Pertahankan sterilitas dengan penambahan toluen 

- 564 -

 

 

 

 

 

 

 

P atau bakterisida lain yang tidak menyebabkan 

penurunan toksisitas khas secara cepat. 

    Penetapan dosis uji toksin (Dosis Lr/100) Buat 

Larutan baku Imunoserum Difteri BPFI dengan pelarut 

yang sesuai, sampai  mengandung 0,1 Unit per ml 

(Larutan Baku). Buat beberapa campuran sesampai  tiap 

2,0 ml campuran mengandung 1,0 ml larutan baku     

(0,1 Unit) dan satu dari seri volume bertingkat toksin uji. 

Encerkan setiap campuran dengan pelarut yang sesuai 

sampai  volume akhir sama (2,0 ml). Biarkan campuran 

pada suhu ruang, terlindung cahaya, selama                   

15 - 60 menit dan suntikkan secara intrakutan 0,2 ml 

pada kulit hewan uji yang telah dicukur. Amati hewan 

uji selama 48 jam. Dosis uji toksin (Lr/100) yaitu  

jumlah toksin terkecil yang ada  dalam 0,2 ml 

campuran yang dapat menyebabkan lesi eritema kecil 

dan khas pada tempat penyuntikan. 

    procedure  Encerkan toksin uji dengan pelarut yang 

sesuai sampai  tiap 1,0 ml mengandung 12,5 kali dosis uji 

toksin (Larutan toksin uji). Buat beberapa campuran 

sesampai  2,0 ml tiap campuran ini mengandung 0,8 ml 

larutan toksin yang telah diencerkan dan satu dari seri 

volume bertingkat sediaan uji. Buat campuran lain 

sesampai  tiap 2,0 ml mengandung 0,8 ml larutan toksin 

yang telah diencerkan dan satu dari seri volume 

bertingkat Larutan baku sampai  dosis tengah volume 

bertingkat mengandung 0,1 Unit. Encerkan tiap 

campuran dengan pelarut yang sesuai sampai  volume 

akhir sama (2,0 ml). Biarkan campuran pada suhu ruang, 

terlindung cahaya, selama 60 menit dan suntikkan 

beberapa  0,2 ml dari setiap campuran pada hewan 

dengan kondisi seperti tertera pada penetapan dosis 

Lr/100 toksin. Amati hewan uji selama 48 jam. 

Campuran yang mengandung volume terbesar sediaan 

uji yang gagal melindungi hewan dari efek eritema 

toksin mengandung 0,1 Unit. Pengujian absah jika 

semua tempat penyuntikan campuran yang mengandung 

0,8 ml atau kurang dari Larutan baku menampilkan  lesi 

eritema dan semua yang disuntik campuran yang 

mengandung lebih besar tidak menampilkan  lesi eritema. 

 

 

IMUNOSERUM TETANUS 

Antitoksin Tetanus 

Tetanus Antitoxin 

 

Imunoserum Tetanus yaitu  sediaan yang mengandung 

globulin antitoksik khas yang memiliki  kekuatan 

dapat menetralkan toksin Clostridium tetani. Potensi 

tidak kurang dari 1000 unit per ml untuk dosis 

pencegahan dan tidak kurang dari 3000 unit per ml 

untuk dosis pengobatan. 

 

Baku pembanding Imunoserum Tetanus BPFI. 

 

Identifikasi Dapat menetralkan secara khas toksin 

Clostridium tetani, sesampai  mengurangi bahaya 

terhadap hewan uji yang peka. 

Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada 

Imunosera. 

 

Penetapan potensi Lakukan penetapan dengan 

membandingkan dosis sediaan uji dengan sediaan baku 

yang dapat memberi  perlindungan yang sama bagi 

marmut atau mencit terhadap efek paralitik dosis  

tertentu toksin tetanus. 

    Pemilihan hewan uji Jika dipakai  mencit perbedaan 

bobot tubuh teringan dan terberat tidak lebih dari 5 g. 

    Pemilihan toksin uji Buat toksin tetanus dengan 

menumbuhkan Clostridium tetani dalam medium 

perbenihan cair  selama 9 hari dan tambahkan 1 volume 

filtrat perbenihan steril pada 1 atau 2 volume gliserol P. 

Simpan pada suhu sedikit di bawah 0 . Toksin uji dapat 

dibuat dengan menambahkan beberapa  amonium sulfat P 

pada filtrat, kumpulkan endapan yang terbentuk, 

keringkan di atas fosfor pentoksida P dan gerus sampai  

diperoleh serbuk halus. Serbuk toksin disimpan dalam 

keadaaan kering dalam ampul tertutup kedap atau di atas 

fosfor pentoksida P  pada tekanan 11,2 - 18,7 mmHg. 

Toksin yang dipakai  diperoleh dari pengujian dengan 

mengamati gejala paralisis tetanik yang terjadi sebagai 

titik akhir. Amati hewan paling sedikit dua kali sehari 

dan bunuh hewan segera sesudah  diperoleh titik akhir. 

    Penetapan dosis uji toksin (Dosis Lp/10) Pertama 

tetapkan dosis Lp/10 (Limes Paralyticum/10) toksin uji, 

yaitu jumlah toksin terkecil bila dicampur dengan         

0,1 unit Imunoserum Tetanus BPFI dan disuntikkan 

secara subkutan pada mencit menimbulkan paralisis 

tetanik dalam waktu 4 hari. Buat larutan Imunoserum 

Tetanus BPFI dalam larutan yang sesuai sampai  

mengandung 0,5 unit per ml. Timbang atau ukur 

saksama beberapa  toksin uji, encerkan atau larutkan 

dalam pelarut yang sesuai. Buat beberapa campuran 

masing-masing mengandung 2,0 ml Larutan baku 

(setara dengan 1 unit) dan satu dari seri volume 

bertingkat larutan toksin dan pelarut yang sesuai sampai  

5,0 ml. Diamkan campuran pada suhu ruang terlindung 

cahaya selama tidak kurang dari 1 jam. lalu  

suntikkan secara sub kutan 0,5 ml campuran ini  

pada satu kelompok mencit terdiri dari 6 ekor. Amati 

mencit selama 96 jam. Dosis uji toksin yaitu  jumlah 

toksin terkecil yang ada  dalam 0,5 ml campuran 

yang menyebabkan paralisis tetanik meskipun sebagian 

telah dinetralkan oleh larutan baku, pada semua mencit 

yang disuntik dalam waktu 96 jam. 

    procedure  Buat larutan Imunoserum Tetanus BPFI 

dengan pelarut yang sesuai sampai  mengandung 0,5 unit 

per ml (Larutan baku). Ukur atau timbang saksama 

beberapa  toksin uji, encerkan atau larutkan dalam pelarut 

yang sesuai sampai  mengandung 5 kali dosis uji toksin 

(Larutan toksin uji) per ml. Buat beberapa campuran 

sesampai  masing-masing mengandung 2,0 ml Larutan 

toksin uji dan satu dari seri volume bertingkat sediaan uji 

dan pelarut yang sesuai sampai  volume akhir 5,0 ml. 

Buat campuran serupa mengandung 2,0 ml Larutan 

toksin uji dan satu dari seri volume bertingkat Larutan 

- 565 -

 

 

 

 

 

 

 

baku sesampai  dosis tengah (2,0 ml) mengandung 1 unit. 

Biarkan campuran pada suhu ruang terlindung cahaya 

selama 60 menit. lalu  suntikkan secara subkutan 

0,5 ml masing-masing campuran ini  pada setiap 

kelompok mencit. Amati mencit selama 96 jam. 

Campuran yang mengandung jumlah terbesar sediaan uji 

yang gagal melindungi mencit dari paralisis 

mengandung 1 unit. Uji tidak absah kecuali semua 

mencit yang disuntik dengan campuran mengandung    

2,0 ml atau kurang Larutan baku menampilkan  paralisis 

dan semua hewan uji yang disuntik dengan campuran 

yang mengandung lebih dari 2,0 ml tidak menampilkan  

paralisis. Hitung potensi sediaan uji dalam unit per ml. 

 

 

LARUTAN INDIUM 111In OKSIKUINOLIN 

Indium 111In Oxyquinoline Solution 

 

Larutan Indium 111In Oksikuinolin yaitu  larutan dalam 

air, steril, bebas pirogen, isotonis, sesuai untuk 

penandaan radioaktif sel darah, terutama leukosit dan 

platelet; mengandung Indium radioaktif 111In dalam 

bentuk kompleks dengan 8-Hidroksikuinolin dalam 

jumlah berlebih. Mengandung tidak kurang dari 90,0% 

dan tidak lebih dari 110,0% 111In sebagai kompleks       

8-Hidroksikuinolin yang tertera pada etiket dinyatakan 

dalam MBq (mCi) per ml pada waktu kalibrasi 

dilakukan. Radioaktivitas dalam bentuk kimia lain tidak 

lebih dari 10,0% dari radioaktivitas jumlah. Dapat 

mengandung natrium klorida, dapar dan surfaktan. 

Aktivitas jenis tidak kurang dari 1,85 gigabecquerels   

(50 mCi) per g indium. 

 

Identifikasi radionuklida Lakukan seperti tertera pada 

Radioaktivitas <1171>. Spektrum sinar gamma 

menampilkan  puncak energi utama 171 keV dan 245 keV 

yang sama seperti pada spesimen 111In dengan 

kemurnian diketahui. 

 

Pirogen <231> Memenuhi syarat. 

 

pH <1071> Antara 6,5 dan 7,5. 

 

Kemurnian radio nuklida Lakukan penetapan 

radioaktivitas masing-masing cemaran radionuklida 

dalam kBq per MBq ( Ci per mCi) 111In, dalam larutan 

memakai  alat pencacah yang sesuai seperti tertera 

pada Pemilihan alat pencacah dan sistem terkalibrasi 

dalam Radioaktivitas <1171>. 

    Indium-114m Batas 114mIn yaitu  3 kBq per MBq 

(3 Ci per mCi) 111In. 114mIn ditunjukkan dengan adanya 

spektrum sinar gamma khas dengan puncak energi yang 

jelas pada 0,192, 0,558 dan 0,725 MeV. Penetapan 

dilakukan memakai  pencacah sintilasi cair sinar s 

dengan saluran energi tinggi diatur untuk membedakan 

cacahan yang timbul dari 111In. 

     Seng-65 Batas 65Zn yaitu  3 kBq per MBq (3 Ci per 

mCi) 111In. 65Zn ditunjukkan dengan adanya spektrum 

sinar gamma khas dengan puncak energi yang jelas pada 

1,116 MeV. 65Zn meluruh dengan waktu paro 243,9 hari.  

 

Kemurnian radiokimia Ukur lebih kurang 100 l, 

masukkan ke dalam corong pisah, encerkan dengan 3 ml 

larutan natrium klorida P 0,9%. Ekstraksi dengan 6 ml 

n-oktanol P dengan pengocokan kuat. Biarkan kedua 

lapisan memisah, masukkan lapisan air ke dalam tabung 

pencacah bersumbat yang sesuai. Masukkan lapisan 

organik ke dalam tabung pencacah lain. Bilas corong 

pisah dengan 1 ml n-oktanol P dan masukkan bilasan ke 

dalam tabung yang mengandung lapisan organik. Bilas 

corong pemisah dengan 5 ml asam klorida 2 N dan 

masukkan bilasan ke dalam tabung pencacah ketiga. 

Masukkan sumbat tabung, ukur radioaktivitas masing-

masing tabung memakai  pencacah gamma yang 

sesuai atau tabung pengion terkalibrasi untuk 111In. 

Kemurnian radiokimia dihitung dengan rumus: 

 

B

A

 

 

A yaitu  radioaktivitas lapisan organik; B yaitu  jumlah 

radioaktivitas lapisan organik, air dan asam. 

Radioaktivitas kompleks 8-hidroksikuinolin tidak kurang 

dari 90% dari radioaktivitas jumlah dan ada dalam 

lapisan organik. 

 

Penetapan radioaktivitas Lakukan penetapan 

radioaktivitas dalam MBq (mCi) per ml Larutan Indium 

111In Oksikuinolin memakai  alat pencacah yang 

sesuai seperti tertera pada Pemilihan alat pencacah dan 

sistem terkalibrasi dalam Radioaktivitas <1171>. 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal 

pada suhu antara 15o dan 25o. 

 

Penandaan Kecuali pernyataan seperti tertera pada 

Penandaan dalam Injeksi, pada penandaan juga tertera: 

1) Tanggal dan waktu kalibrasi, 2) Jumlah 111In sebagai 

kompleks 8-hidroksikuinolin dinyatakan dalam MBq 

(mCi), kadar dinyatakan dalam MBq (mCi) per ml pada 

saat kalibrasi, 3) Waktu kadaluarsa, 4) Pernyataan 

“Tidak untuk pemberian langsung; hanya diberikan 

sesudah sel darah ditandai, melalui injeksi intravena”, 5) 

Pernyataan “Awas bahan radioaktif”, 6) Informasi 

bahwa dalam perhitungan dosis, lakukan koreksi 

terhadap peluruhan radioaktif, 7) Waktu paro 111In 

yaitu  67,9 jam (2,83 hari). 

 

 

INJEKSI INDIUM 111In PENTETAT 

Indium 111In Pentetate Injection 

 

Injeksi Indium 111In Pentetat yaitu  larutan steril, 

isotonik, untuk pemberian intratekal, mengandung 

indium radioaktif (111In) dalam bentuk kelat asam 

pentetat. Mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak 

- 566 -

 

 

 

 

 

 

 

lebih dari 110,0% dari jumlah 111In sebagai kompleks 

asam pentetat yang tertera pada etiket, dinyatakan dalam 

MBq ( Ci atau mCi) per ml ditetapkan pada saat 

kalibrasi dilakukan. Radioaktivitas dalam bentuk kimia 

lain tidak lebih dari 10,0% radioaktivitas jumlah. Dapat 

mengandung natrium klorida dan dapar. 

 

Baku pembanding Endotoksin BPFI; [Catatan bersifat 

pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk 

menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua isi, 

pakailah  larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang 

belum dibuka dan larutan dalam lemari pendingin. 

 

Identifikasi radionuklida Lakukan seperti tertera pada 

Radioaktivitas <1171>. Spektrum sinar gamma 

menampilkan  puncak energi utama 0,173 dan 0,247 MeV 

yang sama seperti pada 111In yang dipakai  sebagai 

baku dengan kemurnian diketahui. 

 

Endotoksin bakteri Memenuhi syarat Uji Endotoksin 

Bakteri <201>. Batas kandungan endotoksin tidak lebih 

dari 14/V unit Endotoksin FI per ml; V yaitu  jumlah 

dosis maksimum yang dianjurkan, pada waktu 

kadaluarsa. 

 

Kemurnian radionuklida Lakukan penetapan 

radioaktivitas tiap ketakmurnian radionuklida dalam kBq 

per MBq ( Ci per mCi) 111In dalam injeksi, 

memakai  alat pencacah yang sesuai seperti tertera 

pada Pemilihan alat pencacah dan sistem terkalibrasi 

dalam Radioaktivitas <1171>. 

    Indium-114m Tidak lebih dari 3 kBq per MBq (3 Ci 

per mCi) 111In.114mIn dalam Injeksi ditunjukkan dengan 

spektrum sinar gamma yang khas dengan puncak energi 

utama yang jelas pada 0,192: 0,558 dan 0,724 MeV. 

Waktu paro 114mIn yaitu  50 hari. 

    Zink-65 Tidak lebih dari 3 kBq per MBq (3 Ci per 

mCi) 111In. 65Zn dalam injeksi ditunjukkan dengan 

spektrum sinar gamma yang khas dengan puncak energi 

utama yang jelas pada 1,115 MeV. Waktu paro 65Zn 

yaitu  243,9 hari. 

 

Kemurnian radiokimia Tidak kurang dari 90,0% 

radioaktivitas jumlah: harga Rf antara 0,8 dan 1,0. 

Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi lapis tipis 

seperti tertera pada Kromatografi <931>. Totolkan            

2 - 5 l Injeksi pada lebih kurang 17 mm dari tepi 

lempeng kaca serat mikro yang dilapisi silika gel dengan 

ukuran 97 mm x 65 mm, biarkan kering. Penotolan dapat 

diulang sampai  diperoleh laju cacahan yang sesuai. 

Masukkan lempeng dalam bejana kromatografi menaik 

dengan tahap  gerak larutan metanol P (8,5 dalam 10) 

selama waktu yang sesuai. Angkat lempeng, keringkan 

dalam oven pada suhu 105 +5  selama 5 menit. 

Tetapkan distribusi radioaktivitas dengan menatah 

kromatogram memakai  detektor radiasi terkolimasi 

yang sesuai. 

 

Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi 

kecuali bahwa injeksi boleh diberikan sebelum uji 

sterilitas selesai, uji sterilitas harus dilakukan pada hari 

akhir produksi dan tidak harus memenuhi anjuran seperti 

tertera pada Volume dalam wadah. 

 

Penetapan radioaktivitas Lakukan penetapan 

radioaktivitas dalam MBq per ml Injeksi Indium 111In 

Pentetat memakai  alat pencacah yang sesuai seperti 

tertera pada Pemilihan alat pencacah dan sistem 

terkalibrasi dalam Radioaktivitas <1171>. 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal. 

 

Penandaan Kecuali pernyataan seperti tertera pada 

Penandaan dalam Injeksi, pada penandaan juga tertera: 

(1) Tanggal dan waktu kalibrasi, (2) Jumlah 111In sebagai 

kompleks asam pentetat seperti tertera pada etiket, dalam 

total MBq ( Ci atau mCi) dan kadar dalam MBq ( Ci 

atau mCi) per ml pada saat kalibrasi, (3) Tanggal 

kadaluarsa, (4) Pernyataan ”Awas bahan radioaktif”, (5) 

Informasi bahwa dalam perhitungan dosis, lakukan 

koreksi terhadap peluruhan radioaktif, (6) Waktu paro 

111In yaitu  2,83 hari. 

 

 

INDOMETASIN 

Indomethacin 

 

 

 

Asam 1-(p-klorobenzoil)-5-metoksi-2-metilindola-3-

asetat [53-86-1] 

C19H16CINO4     BM 357,79 

 

Indometasin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan 

tidak lebih dari 101,0% C19H16CINO4, dihitung terhadap 

zat yang telah dikeringkan. 

 

Pemerian Serbuk hablur, polimorf; kuning pucat  

sampai  kuning kecoklatan; tidak berbau atau hampir 

tidak berbau. Peka terhadap cahaya; meleleh pada suhu 

lebih kurang 162°. 

 

Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut 

dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter. 

 

Baku pembanding Indometasin BPFI; lakukan 

pengeringan dengan tekanan di bawah 5 mmHg, pada 

suhu 100  selama 2 jam sebelum dipakai . 

 

Identifikasi 

    A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah 

didispersikan dalam minyak mineral P, menampilkan  

- 567 -

 

 

 

 

 

 

 

maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama 

seperti pada Indometasin BPFI. 

    B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam 

40.000) dalam larutan asam klorida metanol 0,1 N, 

menampilkan  maksimum dan minimum pada panjang 

gelombang yang sama seperti pada Indometasin BPFI; 

daya serap masing-masing dihitung terhadap zat yang 

telah dikeringkan pada panjang gelombang serapan 

maksimum lebih kurang 318 nm berbeda tidak lebih dari 

3,0%. 

    C. Pola difraksi sinar-X seperti tertera pada Difraksi 

sinar-X <811> sesuai dengan Indometasin BPFI. 

 

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; 

Lakukan pengeringan pada tekanan tidak lebih dari        

5 mmHg pada suhu 100  selama 2 jam. 

 

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%. 

 

Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 20 bpj. 

 

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara 

Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada 

Kromatografi <931>. 

    tahap  gerak Buat larutan natrium fosfat monobasa  

0,01 M dan natrium fosfat dibasa 0,01 M dalam 

campuran asetonitril P-air (lebih kurang 1:1). 

    Larutan baku Timbang saksama beberapa  

Indometasin BPFI, larutkan dalam tahap  gerak sampai  

kadar lebih kurang 0,1 mg per ml. 

    Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg 

zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan 

dan encerkan dengan tahap  gerak sampai tanda. Pipet   

10 ml larutan ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan 

dengan tahap  gerak sampai tanda. 

    Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada 

Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi 

dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 30 cm x  

4 mm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel    

10 μm. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit.     

Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam 

kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera 

pada  procedure : efisiensi kolom ditentukan dari puncak 

analit tidak kurang dari 500 lempeng teoritis dan 

simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak 

lebih dari 1,0%. 

    procedure  Suntikkan secara terpisah beberapa  volume 

sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji 

ke dalam kromatograf, ukur respons puncak utama. 

Hitung jumlah dalam mg indometasin, C19H16CINO4 

dengan rumus: 

 

S

U

r

rC1000  

 

C yaitu  kadar Indometasin BPFI dalam mg per ml 

Larutan baku; rU dan rS berturut-turut yaitu  respons 

puncak Larutan uji dan Larutan baku. 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tidak tembus 

cahaya. 

 

 

KAPSUL INDOMETASIN 

Indomethacin Capsule 

 

Kapsul Indometasin mengandung Indometasin, 

C19H16CINO4, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih 

dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. 

 

Baku pembanding Indometasin BPFI; Lakukan 

pengeringan pada tekanan lebih kecil dari 5 mmHg, pada 

suhu 100  selama 2 jam sebelum dipakai . 

 

Identifikasi 

    A. Kocok beberapa  isi kapsul setara dengan lebih 

kurang 50 mg dengan 10 ml aseton P selama lebih 

kurang 2 menit, saring. Masukkan 5 ml filtrat ke dalam 

labu bersumbat, tambahkan 20 ml air dan kocok selama 

lebih kurang 2 menit sampai  terbentuk endapan dan 

menghablur. Saring dan kumpulkan hablur. Keringkan 

hablur di udara, lalu  keringkan pada tekanan lebih 

kecil dari 5 mmHg pada suhu 100  selama 2 jam; 

spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan 

dan didispersikan dalam kalium bromida P, 

menampilkan  maksimum hanya pada bilangan 

gelombang yang sama seperti pada Indometasin BPFI 

yang telah dihablurkan kembali dengan cara sama dari 

larutan 25 mg per 5 ml aseton P. 

    B. Lakukan seperti tertera pada Identifikasi secara 

Kromatografi Lapis Tipis <281>. 

    Larutam baku Larutkan beberapa  Indometasin BPFI 

dalam metanol P sampai  kadar 1 mg per ml.  

    Larutan uji Kocok beberapa  isi kapsul setara dengan 

25 mg indometasin dalam 25 ml metanol P, saring. 

    tahap  gerak Campuran kloroform P-metanol P (4:1). 

    procedure  Totolkan secara terpisah masing-masing 2 l 

Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng 

kromatografi silika gel P, keringkan dengan aliran udara. 

Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi berisi 

tahap  gerak, biarkan merambat sampai  lebih kurang tiga 

per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, biarkan 

tahap  gerak menguap dan amati di bawah cahaya 

ultraviolet 254 nm: intensitas dan harga Rf  bercak utama 

Larutan uji sesuai dengan Larutan baku. 

 

 

Disolusi <1231> 

     Media disolusi: 750 ml campuran Dapar fosfat pH 7, 

2-air (1:4) 

    Alat tipe 1: 100 rpm. 

    Waktu: 20 menit. 

    procedure  Lakukan penetapan jumlah C19H16CINO4, 

yang terlarut dengan mengukur serapan alikuot, jika 

perlu diencerkan dengan Media disolusi dan serapan 

larutan baku Indometasin BPFI dalam media yang sama 

pada panjang gelombang serapan maksimum lebih 

kurang 318 nm. 

- 568 -

 

 

 

 

 

 

 

    Toleransi Dalam waktu 20 menit harus larut tidak 

kurang dari 80,0% (Q) C19H16CINO4, dari jumlah yang 

tertera pada etiket. 

 

Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. 

    procedure  keseragaman kandungan 

    Larutan baku Timbang saksama beberapa  

Indometasin BPFI, larutkan dalam campuran metanol P-

dapar fosfat pH 7,0 (1:1) sampai  kadar lebih kurang     

25 g per ml. 

    Larutan uji Masukkan isi 1 ka