Tampilkan postingan dengan label epidemi corona 1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label epidemi corona 1. Tampilkan semua postingan

Rabu, 03 Mei 2023

epidemi corona 1

terbit  sebuah klaim tentang vaksin Covid-19 yang 
dibuat oleh perusahaan farmasi terbesar di Amerika 
Serikat yaitu Novavax. Unggahan narasi ini 
menjelaskan bahwa vaksin Novavax tidak aman bagi 
manusia karena mengandung ngengat dan DNA 
laba-laba, dan mengklaim lebih dari 200 kasus efek 
samping yang serius dari vaksin Novavax telah 
dilaporkan.
yang benar, klaim ini keliru dan tidak berdasar. 
Dilansir dari Agence France-Presse (AFP), per 11 Maret 
2022 Nuvaxovid atau vaksin Novavax telah disetujui 
sebagai vaksin yang aman untuk digunakan oleh 
otoritas kesehatan di beberapa negara termasuk Korea 
Selatan. WHO menyatakan pada 21 Desember 2021 
bahwa mereka telah secara menyeluruh menilai data 
tentang keamanan dan kemanjuran vaksin Nuvaxovid 
serta telah merekomendasikan penggunaannya untuk 
orang berusia 18 tahun ke atas. Selanjutnya, Jung 
Jae-hun, seorang Profesor di Fakultas Kedokteran dan 
Sains Universitas Gachon, mengatakan "tidak ada 
kemungkinan bahwa Nuvaxovid mengandung bentuk 
DNA apapun”. Jung menambahkan, meski sel serangga 
atau ngengat dapat digunakan untuk menghasilkan 
protein lonjakan, tetapi sel-sel ini dihilangkan selama 
proses pembuatan
terbit  di media sosial Twitter, unggahan
beberapa foto yang menunjukkan kondisi ibadah di
Masjidil Haram setelah Pemerintah Arab Saudi
mencabut peraturan menjaga jarak pada 6 Maret
2022. Unggahan ini juga disertai narasi yang
menyatakan bahwa jemaah yang beribadah di
Masjidil Haram dan Masjid Nabawi sudah tidak
diwajibkan untuk memakai masker dan akan
disediakan asuransi kesehatan di Arab Saudi.
yang benar, dilansir dari situs resmi Arab Saudi
spa.gov.sa, jemaah yang akan melaksanakan ibadah
di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi tetap
diwajibkan untuk memakai masker meskipun
Arab Saudi telah menghapuskan kebijakan
menjaga jarak, karantina, serta tes PCR dan antigen.
Lebih lanjut, asuransi kesehatan tidak akan
disediakan oleh Pemerintah Arab Saudi, melainkan
merupakan syarat yang harus dimiliki oleh
pelaksana perjalanan luar negeri yang akan
mengurus perizinan untuk memasuki Arab Saudi
terbit  selebaran di media sosial yang 
menginformasikan bahwa Dinas Kesehatan 
(Dinkes) Kabupaten Cirebon membutuhkan 
tenaga untuk posisi staf vaksinasi booster, staf 
kantor pelayanan kesehatan dan tata usaha 
(TU). Dalam selebaran ini terdapat logo 
Kementerian Kesehatan RI dan Germas 
(Gerakan warga Hidup Sehat).
Menanggapi hal ini, Sekretaris Dinkes 
Kabupaten Cirebon, dr. Edi Susanto 
menegaskan bahwa informasi yang terbit  
ini tidak benar alias hoaks. Pasalnya, 
pihaknya dan BKPSDM serta Pemda Cirebon 
tidak pernah mengeluarkan Surat Keputusan 
(SK) tentang rekrutmen seperti yang terbit  
di media sosial. Selain itu, menurutnya, 
rekrutmen yang resmi dari Dinkes memiliki 
tata cara dan SOP-nya. Saat proses rekrutmen 
dibuka, maka akan melibatkan tim rekrutmen 
dengan regulasi yang jelas serta menetapkan 
waktu dan tanggal pelaksanaannya
Sebuah video terbit  di media sosial yang 
mengklaim bahwa video itu menunjukkan 
seorang pejabat tinggi kesehatan Australia 
mengakui orang yang divaksinasi Covid-19 
sekarat karena miokarditis.
yang benar, video ini telah dipotong dan 
dibagikan dengan konteks yang keliru. Dilansir 
dari Agence France-Presse (AFP), video ini 
merupakan rekaman pidato Kepala Petugas 
Kesehatan Queensland John Gerrard saat 
berbicara tentang kematian miokarditis pada 
pasien Covid-19 dan bukan orang yang 
divaksinasi Covid-19. Regulator Obat Australia 
juga turut menegaskan bahwa sejauh ini belum 
mencatat kematian miokarditis yang disebabkan 
oleh vaksin Covid-19. berdasar laporan 
keamanan vaksin Covid-19 dari Therapeutic 
Goods Administration (TGA) Australia, pada 10 
Maret 2022 menyebutkan jika miokarditis 
merupakan efek samping, tetapi sangat jarang 
terjadi pada vaksin Pfizer dan Moderna. Meski 
demikian, biasanya efek ini hanya 
sementara, dan kebanyakan orang menjadi lebih 
baik dalam beberapa hari.
terbit  sebuah video yang berisi narasi bahwa orang-orang yang pernah menderita kanker di masa lalu, 
kemudian mereka mendapatkan vaksin Covid-19, maka mereka akan kambuh lagi dua hingga tiga, empat bulan 
kemudian dengan kondisi jauh lebih buruk.
yang benar, dilansir dari politifact.com, Dr. Steven Pergam, salah satu ketua komite Jaringan Kanker Komprehensif 
Nasional yang mengembangkan rekomendasi tentang vaksinasi Covid-19 pada pasien kanker, menyebut bahwa 
tidak ada data yang menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 menyebabkan kekambuhan kanker. Dr. Samuel Godfrey, 
ketua tim informasi penelitian di Cancer Research UK, juga menyebut kalaupun ada beberapa orang mengalami 
kekambuhan kanker sekitar waktu setelah vaksinasi, itu tidak berarti vaksin menyebabkan kanker. Lebih lanjut, 
vaksin mRNA Covid-19 bekerja dengan menginstruksikan sel untuk membuat versi protein lonjakan yang tidak 
berbahaya yang ditemukan di permukaan virus corona, sehingga sistem kekebalan dapat mengenali protein 
ini dan memasang respons antibodi terhadap virus jika terjadi infeksi di masa mendatang. Instruksi ini 
tidak berinteraksi dengan DNA anda atau mengubah gen dan karena itu tidak dapat menyebabkan kanker. Meski 
begitu praktisi mengatakan bahwa orang yang menerima pemeriksaan kanker sesaat setelah vaksinasi harus 
memberi tahu penyedia layanan kesehatan mereka tentang vaksinasi yang baru saja mereka terima.
terbit  sebuah narasi di media sosial mencatut foto virolog Prancis Luc Montagnier yang 
menyebutkan suntikan vaksin Covid-19 dosis penguat (booster) dapat memunculkan human
immunodeficiency virus (HIV).
yang benar, hal ini dibantah oleh dokter dan peneliti yang berbasis di Cardiff Inggris dan
fokus menangani vaksin Covid-19, Bnar Talabani. Ia mengatakan narasi soal vaksin booster
penyebab HIV, tidak benar. Bnar Talabani juga menyebutkan informasi ini tidak masuk
akal, lantaran vaksin yang mengandung HIV sudah pasti tidak akan diloloskan pada tahap
pengujian. Vaksin Covid-19 tidak dapat menyebabkan AIDS/HIV atau membuat kita lebih
rentan tertular virus lainnya. Hal yang senada juga disampaikan oleh Ahli Imunologi Institut
Pendidikan dan Penelitian Sains India Pune Vineeta Bal mengatakan tidak ada bukti yang
menunjukkan Virolog Montaignier mengklaim hal ini. Vineeta Bal juga mengatakan
vaksin booster Covid-19 sama sekali tidak meningkatkan kerentanan terhadap infeksi HIV.
terbit  di media sosial sebuah unggahan terkait Covid-19 varian Omicron yang 
diklaim merupakan senjata biologis buatan.
Dikutip dari cek fakta liputan6.com, informasi yang terbit  terkait Covid-19 varian 
Omicron merupakan senjata biologis buatan adalah salah. Tidak ada bukti yang 
menyebutkan bahwa Covid-19 varian Omicron merupakan senjata biologis 
buatan. yang benar, Covid-19 varian Omicron ditemukan pertama kali pada 24 
November 2021 di Afrika Selatan dan dinamakan memakai huruf Yunani 
"Omicron". Varian ini memiliki beberapa mutasi yang cukup mengkhawatirkan. 
Jumlah kasus varian ini meningkat di hampir semua provinsi di Afrika Selatan.
terbit  di media sosial Facebook, unggahan 
video berdurasi 26 detik yang memperlihatkan 
pesawat terbang menyemprotkan suatu cairan. 
Video itu diklaim sebagai bukti bahwa gejala 
Covid-19 timbul akibat rekayasa zat kimia yang 
disebarkan melalui pesawat. 
yang benar, dilansir dari kompas.com, Kepala 
Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara 
(Kadispenau) Marsma TNI Indan Gilang 
Buldansyah menjelaskan bahwa pesawat yang 
ada dalam video ini bukan milik TNI AU. 
Menurut Indan, logo yang terdapat di badan 
pesawat dalam video itu sama dengan logo 
yang terpasang di pesawat Hercules C-130 milik 
US National Guard. Indan mengatakan, 
pesawat Hercules C-130 yang ada dalam video 
ini dilengkapi dengan modul pemadam 
kebakaran. Sehingga, tidak benar jika pesawat 
ini diklaim menyemprotkan cairan yang 
menyebabkan gejala Covid-19, seperti sakit 
tenggorokan dan demam.
terbit  sebuah video berisi pengakuan dari 
seorang wanita yang mengaku dipaksa tanda 
tangan agar ibunya “dicovidkan”. Insiden ini 
diklaim terjadi di RSUD Cipayung, Jakarta Timur. 
Dilansir dari bekasi.pikiran-rakyat.com, Direktur 
RSUD Cipayung, Ekonugroho Budhi Prasetyo 
menegaskan pengakuan wanita itu tidak benar. 
Budhi menjelaskan kronologi sebenarnya bermula 
saat pasien berinisial M (64), berobat ke RSUD 
Cipayung pada 16 Februari 2022, dengan keluhan 
batuk dan sesak sejak satu minggu. Saat itu, pasien 
telah membawa hasil pemeriksaan swab rapid 
antigen yang dilakukan 5 hari sebelumnya dengan 
hasil negatif. berdasar pemeriksaan dokter, 
mempertimbangkan kondisi pasien saat itu, 
dengan riwayat penyakit yang telah satu minggu, 
ditambah lagi pasien yang berusia lanjut serta 
mempunyai penyakit komorbid hipertensi dan 
asma. Maka dokter merencanakan untuk 
melakukan pemeriksaan dengan rapid antigen
ulang sekaligus akan dilakukan pemeriksaan PCR. 
Tindakan ini agar pasien mendapat penanganan 
yang sesuai dengan jenis penyakit dan kebutuhan 
pengobatannya. Untuk melakukan tindakan 
pemeriksaan ini, tim dokter meminta 
persetujuan dari pihak keluarga. Namun, pihak 
keluarga menganggap bahwa prosedur ini 
sebagai “mengcovidkan” pasien. Mereka juga 
menolak mengikuti rencana penanganan pasien 
dan selanjutnya membawa pulang pasien.
terbit  potongan Surat Edaran yang ditandatangani oleh Kepala Badan Nasional 
Penanggulangan Bencana selaku Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 yang 
diklaim menyatakan Covid-19 dicabut dan tidak berlaku dengan Surat Edaran Satgas 
No. 9/2022. 
berdasar hasil penelusuran, klaim bahwa Surat Edaran Satgas No. 9/2022 
menyatakan bahwa Covid-19 tidak berlaku dan dicabut merupakan klaim yang 
menyesatkan. yang benar, surat ini bukan menyatakan Covid-19 dicabut dan 
tidak berlaku, melainkan mencabut Surat Edaran Nomor 7 Tahun 2022 tentang 
Protokol Kesehatan Perjalanan Luar Negeri Pada Masa Pandemi Corona Virus 
Disease 2019 (Covid-19). warga juga dapat melihat Surat Edaran Satgas No. 
9/2022 yang diunggah pada situs covid19.go.id.
terbit  di media sosial Twitter, unggahan video 
berdurasi 28 detik yang menampilkan seorang 
anak kecil mengenakan pakaian sekolah dasar 
(SD) tengah vaksinasi Covid-19, tapi jarum suntik 
tak berhasil menembus bagian lengan. 
Peristiwa itu disebut terjadi di Badui Luar, 
Provinsi Banten.
yang benar, dilansir dari inews.id, Kepala TU 
Puskesmas Cisimeut, Iton Rustansi 
mengatakan, video ini dipastikan hoaks. 
Iton memastikan, tidak pernah ada kegiatan 
vaksinasi seperti dalam video ini. Video 
yang viral ini bukan berasal dari wilayah 
kerjanya, yakni di suku Badui. Iton juga 
menjelaskan, jika warga Badui termasuk 
anak-anak mereka telah mendapatkan vaksin 
Covid-19. Iton berharap tidak ada pihak yang 
menyalahgunakan video yang 
mengatasnamakan warga suku Badui.
terbit  informasi di media sosial Facebook yang menyebut tes Polymerase 
Chain Reaction (PCR) sama dengan mendapatkan vaksinasi Covid-19. 
Informasi itu diklaim berasal dari penelitian di Universitas Johns Hopkins, 
Amerika Serikat. Disebutkan juga bahwa pihak Universitas Johns Hopkins 
menolak semua tes PCR karena hal ini dapat membahayakan pasien 
yang terus-terusan mendapatkan vaksinasi jika melakukan tes PCR berulang 
kali. 
yang benar, klaim bahwa tes PCR sama dengan mendapatkan vaksinasi 
Covid-19 adalah salah. Dikutip dari factcheck.afp.com, Juru Bicara Universitas 
Johns Hopkins mengklarifikasi bahwa informasi ini merupakan salah 
dan tidak akurat karena penelitian ini sama sekali tidak ada kaitannya 
dengan tes PCR dan vaksinasi Covid-19. Juru bicara ini juga mengatakan 
bahwa penelitiannya telah digunakan secara tidak akurat untuk tujuan 
disinformasi.

Telah terbit  di media sosial sebuah unggahan video yang memperlihatkan Presiden 
Jokowi dan para menteri berkumpul tanpa memakai masker. Unggahan 
ini bertuliskan "Ada yang tahu ini acara apa ya ?? kenapa mereka Tak ada satu 
orang pun dari Mereka yg pakai Masker. Mereka lagi berbahagia dan merasa senang 
disaat RakyatNya sedang menjerit dan menderita. Inikah yang namanya pemimpin 
akhir kehancuran bangsa ini??? Para pengkhianat tanpa merasa bersalah dan 
berdosa".
yang benar, klaim yang mengatakan bahwa Presiden Jokowi berkumpul bersama para 
Menteri tanpa memakai masker di masa pandemi adalah keliru. Video yang 
terbit  ini diambil pada 31 Oktober 2019, sementara Covid-19 pertama 
terkonfirmasi di negarakita pada Maret 2020.

Sebuah akun Facebook diketahui mengunggah gambar 
seorang bayi yang kulit paha dan punggungnya 
memerah. Kulit bayi itu diklaim melepuh karena efek 
dari vaksin yang diterima sang ibu.
yang benar, menurut Dokter Spesialis Patologi Klinik 
Rumah Sakit (RS) Universitas Sebelas Maret (UNS) 
Surakarta, dr. Tonang Dwi Ardyanto, Sp.PK(K), Ph.D, 
FISQua sampai saat ini tidak ada bukti vaksinasi Covid-19 
saat hamil dapat menyebabkan kulit bayi yang baru lahir 
melepuh. Ia juga menyebut gangguan pada kulit bayi 
ada beberapa jenis. Pertama, Hemolytic Disease of 
Newborn (HDN) yaitu penggumpalan dan pecahnya 
(lisis) eritrosit (sel darah merah) janin atau bayi baru lahir. 
Hal ini diakibatkan ketidakcocokan (inkompatibilitas 
golongan darah rhesus) antara ibu dan janin yang 
dikandungnya. Ketidakcocokan itu memicu reaksi 
imunologi, berujung pada penggumpalan dan pecahnya 
sel darah merah janin. Kedua, Staphylococcal Scalded 
Skin Syndrome (S4). Hal ini terjadi karena infeksi oleh 
bakteri Staphylococcus Aureus. Bakteri ini memicu 
peradangan berat hingga kulit bisa mengelupas. Kedua 
penyakit ini, tidak berhubungan dengan 
pemberian vaksin Covid-19 pada ibu hamil. Sebelum era 
Covid-19 pun, ibu hamil kadang diberikan vaksinasi 
Tetanus Toksoid untuk mencegah risiko infeksi tetanus.
terbit  sebuah video yang memberikan 
informasi kuku penyintas Covid-19 yang 
mengonsumsi Favipiravir akan menyala 
ketika disinar UV. 
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian 
Kesehatan RI dr. Siti Nadia Tarmizi 
menyatakan, informasi kuku penyintas 
Covid-19 yang mengonsumsi Favipiravir akan 
menyala ketika disinar UV adalah hoaks. 
Menurut dr. Siti Nadia Tarmizi, kuku 
penyintas Covid-19 yang mengonsumsi 
Favipiravir akan menyala ketika disinar UV 
tidak ada dasar ilmiahnya. Dokter Penyakit 
Dalam dan Vaksionolog, dr. Dirga Sakti 
Rambe, M.Sc, Sp.PD, juga menyatakan 
informasi kuku penyintas Covid-19 yang 
mengonsumsi Favipiravir akan menyala 
ketika disinar UV adalah hoaks. Ia juga 
menjelaskan bahwa mengonsumsi 
Favipiravir tidak akan menimbulkan efek 
samping kuku dan rambut menyala.

terbit  video pendek di media sosial TikTok 
yang bernarasikan bahwa varian Omicron 
sengaja disebarkan melalui chemtrail. Video 
berdurasi 9 detik itu memuat tiga foto berbeda. 
Pertama, menunjukkan produk berbungkus 
plastik bertuliskan Omikron. Kedua, foto sebuah 
pesawat yang berisi penuh dengan tabung dan 
foto ketiga adalah seorang pilot yang 
memegang stiker dengan hashtag: 
#TeamChemtrail. 
yang benar menunjukkan bahwa tiga foto yang 
dikolase dalam video itu tidak berkaitan satu 
sama lain, juga tidak berkaitan dengan 
munculnya varian Omicron. Nama Omikron 
dalam foto ini adalah nama merek 
perusahaan di Italia yang memproduksi 
material untuk plastik, produk otomotif dan 
lain-lain. Foto yang memperlihatkan 
tabung-tabung dalam badan pesawat ini, 
diambil dari foto karya fotografer Raimund 
Stehmann yang diambil pada 18 Oktober 2006. 
Sedangkan logo stiker yang dipegang pilot ini 
tertulis: TeamChemtrail #Spray and Pray 
merupakan badge yang diperjualbelikan secara 
online untuk mengolok-olok pendukung 
konspirasi chemtrail.

terbit  di media sosial Facebook sebuah unggahan video yang menampilkan tiga
alat tes Covid-19 yang berfungsi menunjukkan garis seseorang positif atau negatif
Covid-19, pada bagian indikator hasil ini disinari dengan sinar ultraviolet (UV).
Kemudian muncul garis pada indikator. Video ini kemudian dilengkapi dengan
narasi yang mengklaim bahwa hasil alat tes Covid-19 dapat diketahui dengan sinar
ultraviolet.
Dilansir dari liputan6.com, klaim video hasil alat tes Covid-19 bisa diketahui dengan
sinar ultraviolet tidak benar. Sebab strip reaktif memiliki protein tertentu yang
teradsorpsi di zona C dan zona T yang diperlukan untuk pengembangan pengujian
dan pengembangan warna. Partikel-partikel ini menyerap sinar ultraviolet.
Sehingga normal apabila melihat garis-garis di bawah sinar ultraviolet ini.
terbit  postingan berbahasa Thailand yang 
mengklaim tes antigen Covid-19 tidak dapat 
diandalkan alias tidak akurat karena hanya 
mendeteksi tingkat antibodi seseorang. Unggahan itu 
disertai foto jeruk yang menunjukkan hasil tes antigen 
positif dan sabun yang menunjukkan hasil negatif.
Dilansir dari Agence France-Presse (AFP), Dr. Thiravat 
Hemachudha, Kepala Pusat Ilmu Kesehatan Penyakit 
Menular Universitas Chulalongkorn, mengatakan 
unggahan ini merupakan penyalahgunaan alat 
tes antigen yang menunjukkan hasil yang salah. 
Thiravat mengatakan alat tes antigen mendeteksi 
sampel protein dari virus (Covid-19) dan tidak 
mendeteksi antibodi atau kadar asam/basa. Di sisi lain, 
Dr. Kajornsak Kaewcharat, Wakil Direktur Jenderal 
Departemen Pengendalian Penyakit Thailand 
mengatakan alat tes antigen sangat berguna sebagai 
tes awal untuk Covid-19, jika hasilnya positif maka 
dilanjutkan tes RT-PCR untuk mengonfirmasi hasilnya. 
Departemen Pengendalian Penyakit Thailand juga 
telah menjelaskan bahwa tes antigen harus dilakukan 
sesuai dengan instruksi yang ketat untuk memastikan 
keakuratannya, termasuk menambahkan cairan 
penyangga ke dalam perangkat pengujian sebelum 
menambahkan sampel yang diambil dari hidung atau 
tenggorokan pasien.

terbit  sebuah unggahan di media sosial Instagram yang menyebut bahwa vaksin Covid-19 
mengandung bahan berbahaya seperti MSG, fenoksietanol, aluminium, formalin, polisorbat 20 
dan 80, thimerosal atau merkuri, serta jaringan hewan dan sel diploid manusia dari janin. Klaim 
ini disertai dengan foto yang menunjukkan tangan seseorang yang memegang botol 
vaksin Covid-19 buatan Sinovac, CoronaVac.
Dilansir dari cekfakta.tempo.co, klaim bahwa vaksin Covid-19 mengandung MSG, formalin, dan 
bahan-bahan berbahaya lainnya adalah keliru. WHO menyatakan bahwa vaksin Covid-19 secara 
umum mengandung fragmen-fragmen kecil dari organisme penyebab penyakit yang disasar 
oleh vaksin ini serta bahan-bahan lain untuk menjaga keamanan dan efektivitas vaksin, 
seperti antigen, pengawet, stabilisator, surfaktan, residu, dan adjuvan. Selanjutnya, dikutip dari 
CNN negarakita, Corporate Secretary Bio Farma Bambang Herianto mengatakan pihaknya selalu 
memastikan bahwa vaksin Sinovac tidak mengandung bahan-bahan seperti boraks, formalin, 
ataupun merkuri. Adapun bahan yang tertera dalam kemasan vaksin Sinovac yakni aluminium 
hydroxide, disodium hydrogen phosphate, sodium dihydrogen phosphate, dan sodium chloride. 
Menurut penjelasan ahli biologi molekuler Ahmad Rusdan Utomo, empat bahan kimia yang 
tertera dalam kemasan ini digunakan sebagai penstabil tingkat keasaman (pH) agar pH 
vaksin tetap berada dalam kisaran pH darah, yakni sekitar 7,3-7,4.

terbit  sebuah potongan video dari sebuah tayangan berita yang mengklaim Pemerintah
Australia hanya mencatat 83 kematian akibat Covid-19 sejak awal pandemi. Postingan ini
diunggah pada Februari 2022.
Dilansir dari Agence France-Presse (AFP), potongan video ini telah dibagikan secara keliru.
Menurut catatan Biro Statistik Australia (ABS), hingga berita ini di rilis, sebanyak 2.556 orang di
Australia telah meninggal karena Covid-19 sejak awal pandemi. Adapun angka 83 orang yang
dimaksud dalam unggahan ini adalah jumlah pasien yang tercatat meninggal karena
sebab atau faktor lain, namun di saat bersamaan dinyatakan positif Covid-19. Hal senada
disampaikan oleh Profesor Nancy Baxter, ahli epidemiologi klinis dan kepala Sekolah Populasi
dan Kesehatan Global Melbourne. Ia mengatakan klaim yang terbit  di unggahan media sosial
adalah salah tafsir dari laporan ABS.

terbit  di berbagai media sosial, informasi yang 
menyebutkan bahwa Dinas Kesehatan Provinsi Jawa 
Barat (Dinkes Jabar) membuka lowongan pekerjaan 
untuk beberapa bagian di antaranya staf vaksinasi 
booster, staf pelayanan kesehatan dan tata usaha 
umum. Postingan ini memakai logo 
Kementerian Kesehatan, juga dilengkapi nomor kontak 
yang bisa dihubungi dan alamat kantor. 
yang benar, dilansir dari akun Instagram resmi 
@jabarsaberhoaks, Humas Dinkes Jabar menegaskan 
bahwa postingan ini hoaks. Informasi ini 
merupakan penipuan yang mengatasnamakan Dinas 
Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Dinkes Jabar juga 
mengimbau agar warga berhati-hati atas segala 
bentuk informasi yang mengatasnamakan Kepala Dinas 
atau Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Adapun 
informasi resmi hanya disampaikan melalui situs atau 
media sosial resmi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 

terbit  postingan di media sosial 
Facebook yang mengklaim bahwa vaksin 
Covid-19 telah bermutasi menjadi ribuan 
varian Covid-19.
Dilansir dari liputan6.com, vaksin Covid-19 
sebabkan ribuan varian Covid-19 adalah 
tidak benar. yang benar, Profesor Sutiman 
dalam artikel republika.co.id berjudul 
"Covid-19 yang Bermutasi Buat Sulit 
Temukan Vaksin" yang dimuat pada 24 Mei 
2020, sama sekali tidak menyebut vaksin 
Covid-19 telah bermutasi menjadi ribuan 
virus baru. Ia hanya menjelaskan virus 
Corona telah bermutasi menjadi virus lokal 
sehingga menyulitkan pembuatan vaksin.

terbit  sebuah unggahan di media sosial Facebook yang 
mengklaim bahwa alat tes usap hidung yang digunakan dalam 
tes Covid-19 mengandung lithium. Lithium disebut digunakan 
sebagai mood stabilizer untuk mengobati gangguan bipolar. 
Efek sampingnya bisa termasuk mual, diare, mulut kering, 
tangan gemetar, dan mengantuk.
Dilansir dari reuters.com, Juru Bicara Badan Pengawas Obat 
dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menegaskan bahwa alat 
usap hidung yang digunakan untuk menguji Covid-19 tidak 
mengandung lithium. Badan Pengatur Obat dan Produk 
Kesehatan Inggris (MHRA) turut mengatakan tidak mungkin 
ada lithium dalam alat tes swab Covid-19. Adapun perangkat 
medis yang disetujui untuk tes Covid-19 adalah yang memiliki 
tanda 'CE' atau 'UKCA' pada kemasannya, telah mengikuti 
persyaratan peraturan perangkat medis dan dianggap aman 
untuk digunakan. Lebih lanjut, Dr. Alexander Edwards, profesor 
di bidang teknologi biomedis di University of Reading 
mengatakan sumber kebingungan mungkin bermula dari 
penggunaan "Lithium Heparin" di beberapa tabung 
pengumpulan darah pada tes antibodi. Namun, meski begitu 
Lithium Heparin yang digunakan dalam tabung pengumpulan 
tes antibodi tidak akan bersentuhan langsung dengan 
pengguna.

terbit  sebuah unggahan di media sosial Facebook 
yang mengklaim bahwa seseorang yang telah disuntik 
booster vaksin Covid-19 akan mendapat kode 5G. 
Unggahan ini disertai dengan video yang 
menampilkan kertas yang menyerupai sertifikat vaksin 
yang di dalamnya menyertakan tanggal, kode booking, 
tipe vaksin, batch, dan juga terdapat logo dan tulisan 
5G.
Dilansir dari kompas.com, klaim bahwa seseorang yang 
telah disuntik booster vaksin Covid-19 akan mendapat 
kode 5G adalah hoaks. Kementerian Kesehatan 
menegaskan tidak ada kode 5G pada sertifikat vaksinasi 
Covid-19. Video dan gambar kode 5G pada sertifikat 
vaksin merupakan hasil editan karena setelah ditelusuri 
sertifikat vaksin yang dikaitkan dengan kode 5G 
ini tertera kode AIC atau MAH di mana kode 
ini diterbitkan oleh Badan Obat Italia. Kode AIC 
yang terkait dengan vaksin Pfizer di Italia adalah 
049269018, tetapi tanpa logo jaringan atau tulisan 5G 
sehingga kemungkinan besar kertas dalam video itu 
diedit karena tampak jenis font yang berbeda.

terbit  kembali sebuah pesan berantai di media sosial WhatsApp terkait cara
mendeteksi Covid-19 dalam tubuh. Pesan berantai ini mengklaim bahwa
dengan menahan nafas selama 10 detik dapat mendeteksi adanya virus Covid-19
dalam tubuh.
yang benar, informasi pesan berantai mengenai menahan nafas selama 10 detik dapat
mendeteksi Covid-19 adalah tidak benar. Diketahui bahwa pesan berantai ini
juga pernah terbit  pada bulan Maret 2020 dan telah dirilis oleh Kementerian
Komunikasi dan Informatika sebagai isu hoaks. Ditegaskan oleh dr. RA Adaninggar,
Sp.PD bahwa tes mandiri Covid-19 dengan menahan napas adalah tidak benar.


terbit  di media sosial Instagram sebuah 
postingan viral yang menyatakan pembelian 
minyak goreng program pemerintah wajib 
menyertakan Kartu Keluarga (KK) dan bukti 
vaksin. 
Dilansir dari detik.com, menurut Sekretaris 
Jenderal Asosiasi Pengusaha Ritel negarakita 
(Aprindo) Solihin menegaskan pihaknya tidak 
pernah memberikan instruksi agar para ritel 
memberikan syarat-syarat tertentu untuk 
pembelian minyak goreng. Hal ini berlaku di 
semua ritel anggota Aprindo, baik minimarket
sampai ke supermarket. Selain itu, Juru Bicara 
Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito buka suara 
perihal syarat untuk membeli minyak goreng di 
minimarket itu. Wiku menegaskan pemerintah 
pusat tidak pernah menetapkan syarat untuk 
warga menyertakan bukti vaksin dalam belanja 
kebutuhan sehari-hari.

terbit  sebuah video pada sosial media 
Twitter yang memperlihatkan sekelompok 
petugas medis yang sedang memberikan 
pertolongan pertama pada seorang pasien di 
pusat vaksinasi. Video ini diklaim 
dengan narasi pasien dalam video ini 
meninggal 15 menit setelah divaksin. 
Dikutip dari turnbackhoax.id, video yang 
diklaim dengan narasi pasien ini 
meninggal 15 menit setelah divaksin adalah 
salah. yang benar, pasien dalam video ini 
tidak meninggal, melainkan tidak sadarkan 
diri yang disebabkan oleh penyakit patologi 
yang telah dideritanya sejak sebelum 
mendapatkan vaksin. Adapun yang termasuk 
penyakit patologi di antaranya adalah kanker, 
tumor, gangguan autoimun, serta penyakit 
ginjal dan hati. 

terbit  sebuah postingan di media sosial Twitter yang menyebutkan bahwa 
bentuk virus Omicron apabila dilihat dari mikroskop seperti lambang Nazi atau 
lambang Dajjal. 
Dilansir dari cekfakta.com, klaim bahwa bentuk virus Omicron apabila dilihat dari 
mikroskop seperti lambang Nazi, adalah tidak benar. yang benar, tim peneliti, yang 
dikenal sebagai G2P-Japan yang terdiri dari para ilmuwan dari Institut Ilmu 
Kedokteran Universitas Tokyo, Universitas Hokkaido, dan lembaga lainnya, 
meneliti virus Omicron dan Delta pada hamster. Mereka berhasil melihat bentuk 
virus Omicron dan Delta pada jaringan paru-paru hamster.


terbit  sebuah video di media sosial yang mengklaim bahwa gelombang pandemi akibat 
Omicron disebabkan oleh polusi udara. Dalam video itu, disebutkan bahwa zat PM2,5 yang 
meracuni udara akan menyebabkan infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA, anosmia, 
badai sitokin, hingga yang disebut Covid-19.
Menurut BMKG, klaim pencemaran udara menjadi penyebab penularan virus Covid-19 dan 
peningkatan pasien positif Covid-19, tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat. Dikutip dari 
periksafakta.afp.com, ada kesepakatan ilmiah bahwa Covid-19 adalah penyakit yang 
disebabkan oleh virus SARs-CoV-2. Para pakar juga membantah klaim bahwa pandemi 
Covid-19 disebabkan oleh polusi udara. Selain itu, hal senada disampaikan oleh Teerachai 
Amnuaylojaroen, lektor di Departemen Energi dan Lingkungan Hidup di Universitas 
Phayao, di Thailand, ia mengatakan bahwa Klaim bahwa kasus polusi menyebabkan 
Covid-19 adalah sebuah gagal paham.

Telah terbit  pesan berantai WhatsApp sebuah video 
yang mengklaim sebagai sidang pembahasan wacana 
perpanjangan masa jabatan Presiden Joko Widodo 
menjadi tiga periode sudah masuk ke sidang Mahkamah 
Konstitusi (MK).
yang benar, video yang terbit  terkait sidang 
pembahasan wacana perpanjangan masa jabatan 
Presiden Joko Widodo menjadi tiga periode sudah 
masuk ke sidang Mahkamah Konstitusi (MK) adalah 
keliru. Video ini merupakan hasil manipulasi dari 
video acara Sidang Pleno Khusus Mahkamah Konstitusi 
pada 10 Februari 2022. Dalam sidang ini 
membahas mengenai Laporan Mahkamah Konstitusi 
Tahun 2021, tidak membahas mengenai wacana 
penambahan masa jabatan Presiden. Adapun, pidato 
Presiden Joko Widodo ini membahas mengenai 
langkah pemerintah dalam mengatasi masa pandemi 
Covid-19 tidak pernah terlintas dalam pikiran pemerintah 
sedikit pun dilakukan secara inkonstitusional.

terbit  pesan berantai di media sosial yang menyebut puluhan hingga ratusan anak-anak sekolah dasar (SD) 
meninggal dunia karena vaksin. Dalam pesan berantai disebutkan bahwa salah satu orang tua murid 
bernama Ummu Neng, memberikan kesaksian bahwa vaksinasi adalah bentuk pembunuhan massal. 
Anak-anak tidak butuh vaksin karena sudah memiliki sel darah putih dan kelenjar getah bening.
Klaim pada narasi ini adalah salah. Dilansir dari kompas.com, tidak benar ada ratusan siswa SD yang 
dilaporkan meninggal akibat vaksin Covid-19. Sebelumnya ada dua anak yang dilaporkan meninggal setelah 
mendapat suntikan vaksin Covid-19, tetapi penyebabnya bukan karena vaksin. Terkait dengan adanya 
pemberitaan meninggalnya dua anak pasca penyuntikan vaksin Covid-19 ini, Ketua Komisi Nasional 
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) Prof. Hindra Irawan Satari menegaskan bahwa hingga saat ini 
belum ada kasus meninggal yang disebabkan vaksinasi Covid-19. Data Komnas KIPI hingga 30 November 2021 
menunjukkan sebanyak 363 KIPI Serius yang dilaporkan di seluruh provinsi di negarakita. "Namun kasus 
meninggal (sampai saat ini) belum ada," kata Hindra, melalui rilis Kementerian Kesehatan (Kemenkes), 1 
Januari 2022.

terbit  unggahan di media sosial Twitter yang 
menyebut adanya fenomena VAIDS yang 
disebabkan oleh vaksinasi Covid-19. VAIDS sendiri 
merupakan gabungan dari Vaksin dan AIDS, atau 
Vaccine Acquired Immunodeficiency Syndrome
(VAIDS), di mana vaksin Covid-19 disebut dapat 
menyebabkan AIDS.
Dilansir dari reuters.com, klaim adanya kasus AIDS 
yang disebabkan oleh vaksinasi Covid-19, atau 
“VAIDS” seperti yang diklaim dalam unggahan 
ini, sama sekali tidak berdasar. Istilah VAIDS 
sendiri juga tidak ada dalam dunia medis. Stephen 
Gluckman, MD, seorang Profesor Penyakit Menular 
di Perelman School of Medicine di University of 
Pennsylvania dan Direktur Medis Penn Global 
Medicine, mengatakan "VAIDS" sama sekali bukan 
kondisi nyata, tidak ada bukti imunodefisiensi 
terkait dengan vaksin Covid-19. Lebih lanjut, Donna 
Farber, Kepala Divisi Ilmu Bedah dan Profesor 
Mikrobiologi & Imunologi di Universitas Columbia 
mengatakan, “Tidak ada fenomena yang saya 
ketahui tentang sindrom imunodefisiensi yang 
diinduksi oleh vaksin. Ini bukan sindrom yang 
nyata”. Farber juga menjelaskan vaksin tidak 
mungkin menyebabkan defisiensi imun. 
Sebaliknya, vaksin merangsang sel kekebalan untuk 
diaktifkan, membelah serta menghasilkan molekul 
seperti antibodi dan faktor larut untuk mengenali 
patogen dan membersihkannya dari tubuh.

terbit  di media sosial Facebook, unggahan
video yang menampilkan beberapa anak
mengenakan masker sedang berbaris di luar
ruangan, pada bagian dadanya terdapat
barcode. Video ini dikaitkan dengan
vaksinasi Covid-19.
yang benar, dilansir dari liputan6.com, klaim
video anak berbaris terdapat keterkaitan
dengan antrean vaksinasi Covid-19 adalah
tidak benar. Dikutip dari situs sohu.com, video
anak-anak TK berbaris dengan kode QR
tertempel di dadanya merupakan video
antrean untuk pengujian asam nukleat pada 5
November 2011 di Xinyang, Provinsi Henan. Hal
ini dilakukan karena epidemi di pagi hari
di Provinsi Henan, pihak sekolah memberitahu
mengenai pengujian asam nukleat. Para orang
tua kemudian mengirim kode QR ke guru
untuk mencetaknya dan menempelkannya
pada siswa.

terbit  di media sosial Facebook, 
unggahan video berdurasi 37 detik yang 
memperlihatkan asap putih keluar dari 
pesawat. Pada video, terdapat suara 
seorang pria mengaku melihat chemtrails
yang disebut dapat membuat warga 
Bandung keracunan.
yang benar, dilansir dari Instagram resmi
@jabarsaberhoaks, klaim bahwa asap 
putih ini merupakan chemtrails
yang dapat membuat warga keracunan, 
adalah salah. Asap putih yang keluar dari 
pesawat merupakan hal biasa dan 
diistilahkan sebagai condensation trail
atau contrail. Jika sesuatu seperti awan 
atau asap itu dianggap sebagai chemtrail, 
tentu tidak berdasar. Penampakan seperti 
awan atau asap itu merupakan uap air 
yang terkandung dalam sisa pembakaran 
bahan bakar pesawat. Uap ini dapat 
terlihat jelas karena suhu udara di 
ketinggian yang dingin.


terbit  sebuah unggahan media sosial yang 
menampilkan gambar dua kantong ASI yang 
memiliki perbedaan warna. Unggahan ini 
disertai klaim bahwa ASI yang berwarna kehijauan 
karena sang ibu memproduksi antibodi sebagai 
respons terhadap anaknya yang mengidap Covid-19.
yang benar, klaim ini tidak berdasar. Dilansir dari 
Agence France-Presse (AFP), para ahli mengatakan 
warna ASI dapat berubah karena berbagai alasan dan 
warna hijau tidak selalu berarti bahwa ibu atau anak 
sakit dengan penyakit tertentu. Terkait unggahan 
ini, Kathryn Gray, seorang dokter di Brigham 
and Women's Hospital, mengatakan "ASI bisa 
memiliki banyak warna berbeda setiap saat, 
tergantung pada apa yang anda makan, dan 
tergantung pada apakah anda sedang mengonsumsi 
obat-obatan. Jadi, antibodi tidak menyebabkan ASI 
atau cairan lain berubah warna tertentu." Selanjutnya, 
Konsultan International Board Certified Lactation 
Gina Boling dari The Breastfeeding Center for Greater 
Washington juga setuju bahwa susu kehijauan tidak 
secara khusus menandakan antibodi Covid-19. Tidak 
ada bukti bahwa memiliki antibodi Covid-19 atau 
Covid-19 setelah infeksi atau vaksinasi akan 
mengubah ASI menjadi hijau.

terbit  di media sosial Facebook, unggahan gambar dengan klaim bahwa sebagian 
besar penduduk di dunia belum divaksin. Postingan ini diunggah pada tanggal 
4 Februari 2022 dan disukai sebanyak 1,5 ribu akun serta dibagikan sebanyak 212 kali. 
yang benar, klaim mayoritas penduduk dunia belum divaksin adalah tidak benar. 
Dilansir dari ourworldindata.org, diketahui data per 10 Februari 2022 sebanyak 61% 
penduduk di dunia telah divaksin setidaknya dosis pertama, yang artinya mayoritas 
penduduk dunia telah divaksin. Dan diperkirakan sebanyak 52,1% penduduk dunia 
telah divaksin dosis kedua. Menurut website tracker vaksinasi Covid-19, covidvax.live, 
total populasi di dunia yang sudah divaksin mencapai 44%. Dan diperkirakan pada 
bulan Oktober 2022 mendatang, sebanyak 70% penduduk dunia sudah divaksin.

terbit  di media sosial Twitter sebuah postingan 
gambar berisi narasi bahwa ada novel yang sudah 
memprediksi terjadinya pandemi virus Corona di masa 
depan. Novel pertama yang disinggung berjudul "The 
Eyes of Darkness", ditulis oleh Dean Koontz, 
dipublikasikan pada tahun 1981 dan "End of Days", 
ditulis oleh Sylvia Browne, dipublikasikan tahun 2008. 
Setelah dilakukan penelusuran lebih lanjut, virus yang 
digambarkan dalam kedua novel ini tidak sama 
dengan ciri-cirinya dengan Covid-19. Novel "The Eyes of 
Darkness" mendeskripsikan, virus yang bernama 
"Wuhan-400" berasal dari laboratorium. Namun, fakta 
sebenarnya asal usul virus Corona sampai saat ini 
belum diketahui. Selain itu, virus yang digambarkan 
dalam novel ini dapat berinkubasi dalam 4 hari, 
hal ini berbeda dengan Covid-19 yang inkubasinya 1-14 
hari. Dalam novel Koontz, virus "Wuhan-400" memiliki 
fatality rate sebesar 100%, sedangkan Covid-19 sebesar 
2%-4% di Wuhan dan di luar kawasan Wuhan sebesar 
0,7%. Adapun ciri-ciri orang yang terpapar juga 
berbeda, dalam novel Koontz dideskripsikan virus akan 
menggerogoti sel otak, sehingga pasien kehilangan 
kendali dan meninggal. Sedangkan virus Corona 
memiliki gejala pada pasien yakni demam, batuk, 
sesak napas, pilek, hingga yang parah akan mengalami 
gagal ginjal dan kematian.


terbit  sebuah unggahan di media sosial Facebook 
yang menampilkan gambar Menteri Luar Negeri AS, 
Dr. Henry Kissinger dengan sebuah kutipan narasi di 
bawahnya. Dari narasi ini dapat disimpulkan 
bahwa seolah-olah Henry Kissinger menyatakan 
vaksin adalah cara yang paling menguntungkan 
untuk pengendalian sosial dan populasi. 
berdasar hasil penelusuran, narasi yang ada di 
dalam gambar bukan merupakan ungkapan dari Dr. 
Henry Kissinger. Hoaks ini sebelumnya pernah 
terbit  pada 2021. berdasar hasil pencarian, 
tidak ditemukan pernyataan apapun dari Henry 
Kissinger yang terkait dengan vaksinasi ataupun 
pengendalian sosial dan populasi. Melansir dari 
aap.com.au, satu-satunya dokumen yang ditulis oleh 
Henry Kissinger tentang pengendalian populasi 
adalah Memorandum Studi Keamanan Nasional 
setebal 123 halaman tertanggal 10 Desember 1974 
dan diklasifikasi oleh Gedung Putih pada tahun 1989. 
Memorandum ini berjudul “Implikasi Pertumbuhan 
Populasi di Seluruh Dunia untuk Keamanan AS dan 
Kepentingan Luar Negeri (THE KISSINGER REPORT)”. 
Namun, tidak ada penyebutan tentang vaksinasi


terbit  sebuah informasi pada pesan berantai WhatsApp yang menyebutkan,
Paracetamol 500 mg bisa dijadikan sebagai obat Covid-19 varian Omicron.
yang benar, penggunaan ini hanya digunakan untuk menghilangkan gejala
saja, bukan untuk menghentikan infeksi dalam tubuh. Dikutip dari prfmnews.id,
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota
Bandung dr. Rosye Arosdiani menjelaskan, pasien Covid-19 tak bisa sembarangan
mengkonsumsi obat. Menurutnya, obat yang dikonsumsi pasien Covid-19 harus
berdasar resep atau anjuran dokter. Resep obat Omicron yang menyebar di
WhatsApp tak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya karena obat untuk
pasien Covid-19 harus sesuai dengan gejala dan tingkat keparahan penyakitnya,
sehingga tidak bisa disamaratakan

terbit  video di media sosial Facebook 
yang memperlihatkan kampanye 
dengan memakai beberapa 
kantong mayat. Kejadian itu dianggap 
sebagai kampanye pembohongan 
terkait Covid-19.
Dilansir dari medcom.id, klaim bahwa 
video ini terkait dengan Covid-19, 
adalah tidak benar. yang benar, video itu 
tidak ada kaitannya dengan kampanye 
Covid-19. Video itu sebenarnya 
memperlihatkan tayangan stasiun TV 
Austria yang dimuat pada 4 Februari 
2022 di situs oe24.at. Video itu meliput 
soal aksi unjuk rasa terkait kebijakan 
iklim di Wina, Austria.

terbit  sebuah unggahan narasi mengenai aplikasi di Android yang dapat melakukan scan
pada vaksin Covid-19. Dalam narasi disebutkan zat dalam vaksin dapat terhubung dengan 
jaringan 5G. Narasi ini juga disertai dengan foto hasil tangkapan layar aplikasi scanner 
BLE.
Dikutip dari turnbackhoax.id, aplikasi ini merupakan aplikasi untuk melakukan scan
terhadap perangkat Bluetooth Low Energy (BLE), bukan untuk melakukan scan terhadap 
vaksin Covid-19. Perangkat BLE sendiri merupakan perangkat nirkabel jarak pendek dengan 
penggunaan daya rendah dan tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 
terhubung dengan jaringan 5G

terbit  di media sosial Facebook sebuah unggahan video yang mengklaim bahwa 
alat tes PCR mengandung radioaktif.
yang benar, klaim pada video yang menyebutkan alat tes PCR mengandung radioaktif 
adalah tidak benar. Dilansir dari liputan6.com, video serupa ditemukan pada salah satu 
situs berjudul "Teststäbchen sind nicht radioaktiv!" yang dimuat situs mimikama.at, 
pada 10 Desember 2021. Alat yang diklaim sebagai pendeteksi radioaktif dalam video 
ini adalah SoeHong DT-1130 Electromagnetic Radiation Tester, alat untuk 
mengukur medan elektromagnetik, dan bukan alat pendeteksi radioaktif.


terbit  di media sosial Facebook, sebuah iklan yang menawarkan jasa pembuatan sertifikat 
vaksin Covid-19 tanpa perlu melakukan vaksinasi terlebih dahulu. Penyedia jasa menyebutkan, 
mereka dapat membuat sertifikat vaksin Covid-19 yang bersifat resmi dan dapat digunakan 
sebagai syarat untuk bepergian atau melakukan perjalanan. 
yang benar, dilansir dari kompas.com, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian 
Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, keberadaan jasa pembuatan sertifikat vaksin 
Covid-19 tanpa harus vaksin terlebih dulu itu merupakan tindakan melanggar hukum. 
Menurut Nadia, jasa ini termasuk penipuan, karena sertifikat vaksin Covid-19 yang asli 
hanya bisa didapatkan jika seseorang sudah mengikuti vaksinasi.

terbit  sebuah unggahan video pada media sosial Facebook yang menampilkan
seseorang berkelakuan seperti zombie. Dalam narasi unggahan disebutkan seseorang
dalam video ini bertindak seperti zombie setelah disuntik vaksin booster
Covid-19.
yang benar, klaim seorang dalam video bertindak seperti zombie setelah disuntik vaksin
booster Covid-19 adalah salah. Adapun video identik ditemukan pada sebuah artikel
yang dimuat di situs 929thelake.com, pada 6 Juli 2020. Dalam situs ini dijelaskan
bahwa video ini merupakan video seorang wanita yang sedang mabuk dan
mencoba menerobos pintu kaca untuk masuk ke bar di Louisiana. Kejadian ini
sama sekali tidak berkaitan dengan vaksin booster Covid-19

terbit  pesan berantai di media sosial WhatsApp sebuah narasi yang menyebutkan 
bahwa obat-obatan terkait Covid-19 yang disebarkan ke seluruh rumah sakit, 
mengandung drug mix (campuran obat) yang mematikan.
yang benar, narasi yang menyebutkan bahwa obat-obatan terkait Covid-19 yang 
disebarkan ke seluruh rumah sakit, mematikan, adalah salah. yang benar, mayoritas 
pasien Covid-19 dinyatakan sembuh. berdasar data yang dirilis Tim Komunikasi 
Komite Penanganan Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) dan Pemulihan Ekonomi 
Nasional, tingkat kesembuhan pasien Covid-19 terus meningkat. Angka kumulatifnya 
bertambah melebihi 4,1 juta orang sembuh atau tepatnya 4.183.027 orang (92,6%). 

terbit  pesan berantai di media sosial WhatsApp sebuah informasi yang menyebutkan
klaim ramuan campuran daun pepaya dan jahe adalah obat Covid-19 varian Omicron.
yang benar, Guru Besar Farmasi UGM, Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt. mengatakan, ramuan
obat campuran daun pepaya dan jahe belum bisa dibuktikan keampuhannya
menyembuhkan Covid-19 varian Omicron. Zullies menambahkan, pepaya dan jahe
memang memiliki fungsi nutrisi yang baik. Namun, kandungan ini tidak secara
khusus untuk menyembuhkan penderita Omicron.

terbit  di media sosial Twitter sebuah video yang 
menampilkan aksi personel TNI beserta petugas 
lainnya menindih seorang pria berpakaian kemeja 
putih yang tengkurap di jalan kemudian disuntik. 
Unggahan video ini disertai narasi yang 
mengklaim pria berkemeja putih ini dipaksa 
vaksin. 
yang benar, pria berbaju putih itu merupakan orang 
dengan gangguan jiwa yang membawa senjata 
tajam, yang kerap meresahkan warga. Sehingga 
para personel Babinsa beserta petugas ini 
mengamankan serta memberikan suntikan 
penenang untuk memudahkan penanganan dan 
menghindari adanya korban, akibat senjata tajam 
yang dibawa pria ini.

terbit  unggahan bersisi sebuah foto poster
mengatasnamakan National Health Service
(NHS) Inggris yang memberi peringatan bahwa
vaksin Covid-19 menyebabkan Bell's palsy.
Dilansir dari Agence France-Presse (AFP),
Departemen kesehatan Inggris dan otoritas
lokal di kota tempat poster itu dipajang
mengatakan bahwa poster itu tidak dibuat oleh
NHS. Juru bicara Departemen Kesehatan dan
Perawatan Sosial Inggris juga menegaskan
bahwa poster ini tidak asli alias palsu.
Lebih lanjut, regulator medis Inggris MHRA,
sejauh ini juga mencantumkan Bell's palsy
sebagai efek samping yang sangat jarang atau
langka. Kemungkinannya hanya mencapai 1
dari 1.000 orang, baik pada vaksin AstraZeneca,
Pfizer-BioNTech atau Moderna's Spikevax, yang
mana semuanya disetujui untuk digunakan di
Inggris.

terbit  sebuah postingan Facebook berisi narasi bahwa sinar UV dapat dijadikan
sebagai penangkal penyebaran varian Omicron. Unggahan ini juga memuat
sebuah video yang mengatakan bahwa varian Omicron tidak banyak menyebar di
negarakita dikarenakan tingginya tingkat sinar UV di wilayah negarakita.
yang benar, setelah dilakukan penelusuran turnbackhoax.id, hal ini tidak benar.
Melansir dari laman berita Tirto, dr. Siti Nadia Tirmizi, Direktur Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI mengatakan bahwa
tidak ada kaitannya tingkat penyebaran varian Omicron dengan sinar UV di
negarakita. Selain itu, dikutip dari laman berita Liputan6 seorang dokter relawan
Covid-19 yakni Muhammad Fajri Addai mengatakan bahwa tidak ada penelitian
ilmiah yang mengatakan terdapat korelasi antara tingginya sinar UV dengan
rendahnya penyebaran varian Omicron di negarakita. Ia mengatakan bahwa tinggi
rendahnya tingkat penyebaran dapat disebabkan oleh faktor tingginya angka
vaksinasi atau kekebalan warga yang tinggi.



terbit  sebuah unggahan berisi video rekaman beberapa orang yang diklaim
sedang menghancurkan vaksin. Unggahan itu disertai narasi “NIGERIA :
MENGHANCURKAN LEBIH DARI 1 JUTA VAKSIN.. ORANG ORANG YG
MENGHANCURKAN INI TIDAK BODOH TETAP MENYELAMATKAN DAN MENGUATKAN
RAKYATNYA”.
yang benar, video ini telah dibagikan dengan konteks narasi yang keliru. Dilansir
liputan6.com, video serupa pernah diunggah oleh akun Africanews di YouTube pada
23 Desember 2021. Di dalam video juga terdapat link yang mengarah pada artikel
berjudul "Nigeria destroys 1M expired Covid 19 vaccines" atau dalam Bahasa
negarakita "Nigeria menghancurkan satu juta vaksin Covid-19 yang kedaluarsa". Di
dalam artikel dijelaskan bahwa peristiwa itu terjadi di Ibu Kota Nigeria, Abuja. Vaksin
Covid-19 hasil dari donasi itu terpaksa dimusnahkan karena akan kedaluarsa dalam
waktu sepekan.

terbit  sebuah pesan berantai di media sosial 
WhatsApp yang memberikan informasi 
mengenai kenaikan angka penyebaran positif 
Covid-19 di Jawa Timur yang terjadi dalam satu 
minggu ini pada Februari 2022. Pada pesan 
ini juga tertera beberapa wilayah Kota 
dan Kabupaten di Jawa Timur beserta jumlah 
pasien positif Covid-19, dan menyebutkan 
bahwa Kota Madiun mengalami ledakan kasus 
Covid-19 tertinggi mencapai 11.876 kasus.
yang benar, informasi pesan berantai WhatsApp 
mengenai jumlah kasus Covid-19 di Jawa Timur 
ini adalah tidak benar, dan bukan 
merupakan informasi yang disampaikan oleh 
lembaga atau institusi resmi. Kepala Dinas 
Kominfo Provinsi Jawa Timur, Dr. Hudiyono, 
M.Si melalui media sosial resmi milik Dinas 
Kominfo dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa 
Timur menegaskan bahwa informasi pada 
pesan berantai ini adalah hoaks. Tidak 
ada keterangan resmi dari Kementerian 
Kesehatan bahwa terjadi ledakan kasus 
Covid-19 di Jawa Timur pada Februari 2022.


terbit  narasi di media sosial Facebook yang menyebut adanya varian baru virus Corona 
penyebab Covid-19 bernama NeoCov. Disebutkan bahwa varian terbaru ini diumumkan oleh Cina.
Dilansir dari kompas.com, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung 
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan bahwa NeoCov bukanlah 
varian baru dari virus Corona. NeoCov dilaporkan oleh para peneliti Cina dalam sebuah studi di 
jurnal "BioRxiv" yang belum mendapat tinjauan dari rekan sejawat (peer review). NeoCoV berasal 
dari jenis virus Corona yang berbeda yang terkait dengan Middle East Respiratory Syndrome 
Coronavirus (MERS-CoV), yaitu penyakit yang menyerang saluran pernapasan. "Dia adalah bentuk 
virus lain kerabat MERS-CoV. Ini baru ditemukan di kelelawar dan belum ada penularan di manusia. 
Jadi bukan varian baru dari Covid," kata Nadia. Adapun MERS-CoV dan Covid-19 merupakan 
penyakit yang berbeda, meskipun sama-sama dari virus Corona. Selanjutnya, mengutip dari 
independent.co.uk, menurut WHO, MERS-CoV telah diidentifikasi pada unta berpunuk satu di 
beberapa negara di Timur Tengah, Afrika dan Asia Selatan. Sementara, NeoCov adalah kerabat 
MERS-CoV, yang selama ini disebut ditemukan pada kelelawar.

terbit  unggahan sebuah tautan berita mengenai meninggalnya atlet rugby asal Perancis, 
Jordan Michallet. Dalam unggahan ini disertai dengan narasi yang menyatakan bahwa 
penyebab kematian Michallet adalah vaksin Covid-19.
yang benar, penyebab kematian Jordan Michallet adalah bukan karena vaksin Covid-19. Dilansir 
dari media asal Perancis “Le Parisien”, hasil investigasi kepolisian setempat menemukan bahwa 
Michallet menabrakkan mobilnya ke pembatas jalan di Kota Rouen, Perancis, pada pukul 01.00 
waktu setempat. Sekitar 20 menit kemudian, seorang saksi melihat Michallet jatuh dari lantai 4 
sebuah gedung yang terletak di sekitar wilayah ini.


terbit  sebuah unggahan di media sosial sebuah foto jejak pesawat berupa asap 
putih dengan narasi yang menyebutkan peringatan agar waspada terhadap pesawat 
chemtrail yang sedang aktif di udara dan dapat menyebabkan keracunan chemtrail
dengan gejala demam, badan linu, batuk, flu, diare, badan gatal-gatal, dll. Unggahan 
itu mengklaim bahwa Omicron bukanlah virus, tetapi merupakan akibat dari 
keracunan chemtrail yang disebarkan di udara.
Klaim bahwa Omicron merupakan bukan virus Covid-19 tetapi chemtrail yang 
disebarkan melalui pesawat adalah salah. yang benar, Omicron adalah varian virus 
Covid-19 dengan kode B.1.1.529 yang dilaporkan WHO pada 24 November 2021 dan 
ditemukan di Afrika Selatan. Sementara itu, jejak pesawat atau asap putih yang 
keluar dari pesawat tidak ada kaitannya dengan chemtrail.

terbit  di media sosial Facebook sebuah unggahan gambar menampilkan beberapa
orang membawa benda panjang seperti tiang sambil berteriak di jalan. Gambar
ini diklaim sebagai aksi rakyat Zulu yang menolak mandatori vaksin Covid-19.
Dilansir dari liputan6.com yang juga mengutip dari Agence France-Presse (AFP),
video ini bukanlah aksi rakyat Zulu menolak vaksin Covid-19. berdasar
penelusuran, seorang reporter saluran lokal eNCA bernama Siphamandla Goge,
diketahui mengunggah video serupa pada akun twitternya dengan tagar
#heritageday2021 pada 24 September 2021, disertai narasi yang menunjukkan video
ini sebagai sebuah aksi peringatan di KwaDukuza, di provinsi KwaZulu-Natal.
Heritage Day sendiri adalah hari libur umum yang merayakan akar dan budaya Afrika
Selatan. Sebelumnya dikenal sebagai Hari Raja Shaka, ketika rakyat Zulu
memperingati Raja Shaka yang legendaris.

terbit  di media sosial WhatsApp, sebuah foto tangkapan layar yang 
memperlihatkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama beberapa orang tidak 
memakai masker. Pada foto itu terdapat narasi bahwa mereka tidak 
memakai masker dan tidak menjaga jarak, hanya boleh dilakukan saat 
menghadiri perayaan Imlek. 
Dari hasil penelusuran, klaim bahwa foto itu memperlihatkan peristiwa saat 
pandemi Covid-19 adalah salah. yang benar, foto itu diabadikan sebelum pandemi 
Covid-19 masuk ke negarakita. Foto itu memperlihatkan Presiden Jokowi saat 
menghadiri perayaan Imlek Nasional di negarakita Convention Exhibition (ICE) BSD, 
Tangerang Selatan, Banten pada Kamis 30 Januari 2020. Presiden Jokowi 
mengenakan pakaian tradisional Changshan berwarna merah. Sementara kasus 
Covid-19 pertama di negarakita terkonfirmasi pada 2 Maret 2020. Kala itu dua warga 
Depok, Jawa Barat menjadi pasien pertama dan kedua terkonfirmasi Covid-19 di 
negarakita.

terbit  sebuah pesan berantai WhatsApp mengenai beberapa negara membatalkan semua 
prosedur terkait pencegahan Covid-19 seperti prosedur wajib karantina, tes Covid-19, dan 
vaksin. Dalam narasi yang terbit  juga disebutkan Covid-19 hanya dianggap sebagai flu 
musiman. 
yang benar, klaim bahwa beberapa negara membatalkan semua prosedur terkait pencegahan 
Covid-19, adalah salah. Beberapa negara yang tercantum dalam daftar ini masih 
memberlakukan prosedur terkait pencegahan Covid-19. Di antaranya, Singapura, yang sedang 
mengalami lonjakan kasus Covid-19 varian Omicron. Pemerintah Singapura mengimbau 
warga untuk tetap mengikuti protokol kesehatan. Terlebih dalam merayakan Imlek. 
Pemerintah setempat mengimbau agar dirayakan secara virtual.

terbit  di media sosial Facebook, unggahan foto yang diklaim sebagai situasi saat 
perayaan Imlek tahun 2022.
Setelah dilakukan penelusuran, ditemukan fakta bahwa informasi ini tidak 
benar. Foto ini telah terbit  sejak tahun 2020, yang mana foto ini diambil 
pada saat Kota Solo tengah mengadakan festival lampion pasar gede yang 
berlangsung pada 18 Januari - 28 Februari 2020. Dilansir dari kompas.com, saat ini 
Kota Solo memang tengah melakukan pemasangan 1.000 lampion di Kawasan Pasar 
Gede dan Balai Kota Solo, namun Ketua Panitia Imlek Bersama 2022 Solo Sumartono 
Hadinoto menyatakan bahwa penyalaan 1.000 lampion hanya berlangsung selama 
empat jam yaitu dari pukul 17.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB. Serta warga 
diimbau agar tetap menjaga protokol kesehatan Covid-19 secara ketat yakni dengan 
memakai masker dan menjaga jarak. 


terbit  di berbagai media sosial, sebuah informasi pendaftaran bantuan sosial selama
pandemi dari Kementerian Sosial senilai Rp900.000 melalui tautan
http://bantuan-sosial.my.id/?v=Bansos. Setelahnya, pendaftar diminta untuk login
menyertakan nomor HP dan masuk dalam sebuah forum.
yang benar, dilansir dari akun Twitter resmi @KemensosRI, Kementerian Sosial Republik
negarakita mengklarifikasi bahwa informasi ini adalah hoaks. Kementerian Sosial
tidak pernah membuat website dan bekerja sama dengan pihak manapun untuk
memberikan bantuan sosial sebesar Rp900.000 kepada warga selama pandemi.
Sebagai upaya penanganan dampak pandemi, pemerintah mengeluarkan program
Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dengan memberikan perlindungan sosial.
Kemudian bantuan sosial reguler akan terus berlanjut di tahun 2022, yakni Program
Keluarga Harapan dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)/Program Kartu Sembako.
Adapun cara untuk mengecek kepesertaan BST dapat melalui website
https://cekbansos.kemensos.go.id/ atau Aplikasi Cek Bansos di ponsel Android.


terbit  sebuah unggahan mengklaim bahwa pneumonia yang disebabkan oleh 
Covid-19 adalah reaksi alergi yang harus diobati dengan antihistamin.
yang benar, para ahli menolak klaim ini. Dilansir dari Agence France-Presse (AFP), 
para ahli menyebut pneumonia pada Covid-19 tidak terkait dengan alergi dan 
antihistamin belum terbukti bermanfaat dalam mengobati Covid-19. Panagis 
Galiatsatos, seorang dokter pengobatan paru dan perawatan kritis di Johns Hopkins 
Bayview Medical Center menjelaskan pneumonia pada penderita Covid-19 terjadi 
karena respon imun yang menyimpang. Reaksi alergi dan respons infeksi merupakan 
garis pertahanan yang berbeda bagi tubuh. Selanjutnya, Peter Chin-Hong, seorang 
dokter penyakit menular di University of California, San Francisco mengatakan belum 
ada uji klinis yang menunjukkan antihistamin bermanfaat melawan Covid-19. 
Chin-Hong bahkan melarang orang memakai antihistamin untuk mengobati 
Covid-19 di rumah

terbit  sebuah pesan berantai WhatsApp yang 
menyebutkan bahwa vaksin Covid-19 yang telah 
disuntikan ke dalam tubuh dapat dihilangkan dengan 
garam laut dan air kelapa. Pesan ini menjelaskan 
pula bahwa vaksin Covid-19 adalah senjata biologis yang 
dapat mematikan, merusak gen, pengentalan darah, 
dan melumpuhkan sel otak. Oleh karena itu, vaksin 
yang telah disuntikan harus dihilangkan dengan cara 
mengonsumsi garam laut dan air kelapa.
yang benar, klaim bahwa vaksin Covid-19 adalah senjata 
biologis dan klaim bahwa mengonsumsi air kelapa dan 
garam laut dapat menghilangkan vaksin Covid-19 yang 
telah disuntikan kedalam tubuh pada pesan berantai 
ini adalah tidak benar, alias hoaks. Ketua Ikatan 
Dokter negarakita (IDI) Aceh, Dr. dr. Safrizal Rahman 
M.Kes., Sp.OT. menyatakan fenomena warga yang 
meminum air kelapa muda usai menerima suntikan 
vaksin Covid-19 untuk menetralisir efek vaksinasi 
merupakan sesuatu yang tidak rasional. Dikutip dari 
situs kesehatan Health Line, vaksin yang telah 
disuntikkan ke dalam tubuh tidak bisa dihilangkan. 
“Vaksin, seperti vaksin untuk Covid-19, masuk ke dalam 
tubuh dan mulai bekerja dengan cepat,” kata Jason 
Gallagher, Profesor Klinis Penyakit Menular di Temple 
University di Philadelphia. 

terbit  postingan di media sosial Twitter 
berisi video vaksinasi pada anak sekolah dasar 
dengan seruan hashtag
#StopVaccineForTheKids. Postingan ini 
berisi narasi geram pada kebijakan 
pemerintah tentang vaksin Covid-19 anak.
berdasar hasil penelusuran 
turnbackhoax.id, diketahui bahwa informasi 
yang dibagikan merupakan informasi yang 
salah. Video yang dibagikan tidak berkaitan 
dengan vaksinasi Covid-19. Video ini 
adalah peristiwa tahun 2017 yang berkaitan 
dengan Imunisasi Rubella


terbit  postingan di media sosial Facebook yang menyebutkan Menteri Koordinator Bidang 
Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Mahfud MD tidak divaksin dengan alasan usia. 
Unggahan ini disertai narasi "Luhut dan pak mahfud tidak divaksin dengan alasan usia. Kenapa 
rakyat yang lansia harus divaksin ? bedanya apa ?”.
Dilansir dari turnbackhoax.id, klaim bahwa Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi 
Luhut Binsar Pandjaitan dan beberapa nama pejabat lainnya tidak divaksin dengan alasan usia 
berdasar artikel CNN negarakita yang berjudul “Daftar Menteri Gagal Syarat Usia Vaksin: Mahfud 
hingga Luhut” yang terbit pada Jumat, 08 Januari 2021 adalah tidak benar. yang benar, Luhut sendiri 
sudah divaksin pada tahun 2021. Daftar di situs CNN negarakita itu merupakan daftar pejabat yang tidak 
bisa divaksin sebelum BPOM mengeluarkan izin penggunaan vaksin Covid-19 Coronavac dari Sinovac 
bagi kelompok usia di atas 60 tahun pada 8 Februari 2021

terbit  unggahan foto di media sosial Facebook yang mengklaim adanya penularan
virus varian baru melalui ban Omikron. Klaim ini menampilkan sebuah foto ban
mobil dengan tulisan "OMIKRON" yang diberi tanda warna kuning dan "Accelera".
Unggahan foto itu disertai narasi "Hati²...penularan virus varian baru lewat ban mobil...
jaga Prokes".
berdasar penelusuran cek fakta liputan6.com, klaim foto penularan virus varian
baru melalui ban Omikron adalah tidak benar. yang benar, foto ban Omikron dalam
unggahan yang terbit  merupakan salah satu tipe ban dari Accelera. Ban ini
sudah dipasarkan sebelum WHO menetapkan varian B.1.1.529 atau Omicron menjadi
varian dalam perhatian atau variant of concern (VOC) pada 26 November 2021


terbit  di berbagai media sosial sebuah video rekaman
kegiatan vaksinasi Covid-19 anak usia 6-11 tahun di satu
sekolah swasta di Semarang. Penyuntikan vaksin dalam video
ini diragukan oleh warga karena vaksinator
tampak tidak melakukan suntikan serta disebut bahwa alat
suntik yang digunakan dalam keadaan kosong.
Dilansir dari semarangkota.go.id, Kepala Dinas Kesehatan
Kota Semarang, Moh. Abdul Hakam mengklarifikasi, bahwa
dalam kejadian ini ada miskomunikasi. Petugas sudah
melakukan penyuntikan sesuai SOP antara lain
memakai handglove dan handsanitizer. Jarum suntik
juga sudah diisi vaksin. Dijelaskan bahwa saat petugas
melakukan aspirasi (tarikan di awal suntikan), terlihat ada
sedikit darah sehingga petugas mencabut kembali suntikan
karena berisiko masuk ke pembuluh darah. Dengan
pertimbangan ini, petugas menunda penyuntikan
vaksinasi dosis kedua pada siswa. Namun, petugas tidak
menyampaikan hal ini kepada orang tua maupun pihak
sekolah. Selanjutnya, Dinas Kesehatan juga telah
menindaklanjuti laporan kejadian ini dengan
melakukan pendampingan kepada puskesmas
penyelenggara vaksinasi untuk menyampaikan kronologi
kejadian. Orang tua siswa pun telah menerima penjelasan
terkait kejadian ini. Vaksinasi ulang dosis kedua telah
dilakukan dan disaksikan langsung oleh perwakilan sekolah
dan orangtua.


terbit  sebuah pesan berantai pada aplikasi 
WhatsApp berisi narasi yang mengklaim bahwa 
meminum kopi pahit dapat mengobati Covid-19 
varian Omicron. Dalam narasi disebutkan kopi 
yang diseduh tanpa gula dapat membuat virus di 
dalam tubuh terkuras keluar melalui air seni.
Dilansir dari liputan6.com, Guru Besar Fakultas 
Farmasi UGM, sekaligus seorang Farmalog, Prof. 
Dr. Zullies Ikawati, Apt. mengatakan, informasi cara 
mengobati Covid-19 varian Omicron dengan 
meminum kopi pahit adalah tidak benar. Zullies 
mengatakan flu atau Omicron tidak ada 
hubungannya dengan kopi. Menurut Zullies 
minum kopi pahit lebih memberi rasa segar saja 
karena efek kopi sebagai stimulan. Tetapi untuk 
virus flu, kopi tidak berefek. Zullies menambahkan, 
saat ini belum ada uji klinis terkait penyembuhan 
Omicron dengan meminum kopi pahit.

terbit  di media sosial YouTube sebuah video yang memperlihatkan mantan Menteri 
Kesehatan Siti Fadillah Supari mengatakan bahwa virus Covid-19 varian Omicron tidak 
mematikan. 
yang benar, klaim yang mengatakan bahwa virus Covid-19 varian Omicron tidak mematikan 
adalah keliru. Dilansir dari cekfakta.com yang juga mengutip dari republika.co.id, varian ini 
memiliki mekanisme memasuki sel yang berbeda. Varian Omicron menginfeksi lebih banyak 
sel pernapasan bagian atas daripada sel paru-paru. Semua perbedaan ini pada tingkat 
sel mungkin membantu menjelaskan mengapa gejalanya tidak separah varian Delta. Kepala 
WHO, dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan meskipun varian Omicron tidak 
berdampak terlalu parah dibandingkan dengan varian Delta, terutama pada mereka yang 
telah divaksinasi, tidak berarti varian Omicron harus dikategorikan bergejala ringan


terbit  sebuah narasi di media sosial tentang ramuan yang disebut sebagai ramuan 131. Ramuan
yang terdiri dari 1 jari jahe, 3 batang serai dan 1 jari lengkuas ini diklaim dapat dapat mencegah
infeksi dan replikasi virus.
Dilansir dari kompas.com, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memang menyarankan warga
untuk mengonsumsi obat tradisional yang terbuat dari serai, lengkuas, jahe, atau kunyit. Namun,
mengonsumsinya bukan berarti kebal terhadap paparan virus. Rekomendasi ramuan obat tradisional
juga sebelumnya sempat tertuang dalam Surat Edaran Kemenkes nomor HK.02.02/IV/2243/2020
tentang pemanfaatan obat tradisional untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit dan
perawatan kesehatan. Kendati demikian, pemanfaatan ramuan obat ini bukan untuk
mencegah infeksi, menyembuhkan, atau menghambat replikasi virus. Lebih lanjut, Direktur
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi
mengatakan belum ada pembuktian ilmiah untuk ramuan obat tradisional terhadap penyembuhan
dari virus, seperti virus Covid-19.

terbit  postingan potongan video di Twitter disertai
narasi bahwa orang dalam video ini adalah
seorang dokter spesialis paru-paru bernama dr. Zarir
Udwadia. Dalam video laki-laki yang diklaim sebagai
dokter itu menyampaikan informasi cara
menyembuhkan infeksi varian baru Covid-19 yakni
Omicron dengan menghirup bubuk jahe kering.
Alasannya, bubuk jahe kering memiliki sifat basa dan pH
yang tinggi sehingga membunuh Covid-19 yang
menyebar melalui lubang hidung, selaput lendir,
tenggorokan dan kemudian paru-paru.
Setelah dilakukan penelusuran, klaim ini adalah
tidak benar. Melansir dari boomlive.in diketahui laki-laki
dalam video ini bukanlah dr. Zarir Udwadia,
pihaknya telah dihubungi dan menyatakan tidak pernah
membuat klaim bahwa menghirup bubuk jahe dapat
menyembuhkan Covid-19. Dokter Zakir juga melarang
warga untuk memakai cara ini.
Mengutip dari The National Academies of Sciences,
Engineering, and Medicine, mengonsumsi jahe,
memakan akar jahe, menghirup jahe, maupun
menambahkan bubuk jahe ke dalam makanan tidak
akan menghentikan infeksi virus Covid-19. Virus Covid-19
akan masuk ke dalam sel dan melakukan replikasi,
kemudian memasuki sel baru dan membuat replika lagi,
begitu seterusnya


terbit  sebuah narasi di media sosial Facebook yang mengklaim Inggris menjadi negara 
pertama di dunia yang mengumumkan Covid-19 sebagai endemi. Salah satu akun Facebook 
juga menyebut Inggris sudah mencabut status pandemi Covid-19 menjadi endemi.
yang benar, dikutip dari liputan6.com narasi yang mengklaim Inggris menjadi negara pertama 
di dunia yang mengumumkan Covid-19 sebagai endemi adalah tidak benar. berdasar isi 
pidato resmi Perdana Menteri (PM) Inggris, Boris Johnson yang diunggah di website resmi 
Pemerintah Ing