Rabu, 03 Mei 2023

epidemi corona 3

  unggahan di media sosial Facebook 
sebuah poster film berjudul The Omicron Variant 
yang diklaim telah ditayangkan pada tahun 1963. 
Poster film itu memperlihatkan potongan tangan 
dengan seekor serangga serta sepasang pria dan 
wanita dengan posisi wajah menengadah ke 
atas. Poster ini dibagikan seiring 
munculnya Covid-19 varian Omicron.
berdasar penelusuran tempo.co, poster yang 
diklaim sebagai poster film The Omicron Variant 
yang telah ditayangkan pada 1963 adalah keliru. 
Poster ini merupakan hasil suntingan dari 
poster film Sucesos En La IV Fase. Judul film yang 
asli dihilangkan dan diganti dengan judul The 
Omicron Variant. Film berjudul Omicron sendiri 
memang pernah terbit  pada tahun 1963, 
namun film ini bukan berkisah mengenai 
virus, melainkan seorang alien yang mengambil 
alih jasad seorang pekerja pabrik.
terbit  sebuah gambar tangkapan layar berisi 
tabel Variants of Concern (VOC) pada situs WHO 
yang menunjukkan bahwa varian Omicron 
terdaftar pada November 2020. Unggahan 
ini disertai narasi bahwa Omicron bukanlah 
varian Covid-19 baru karena WHO sudah 
mendeteksinya sejak tahun lalu.
berdasar hasil penelusuran, dilansir dari 
reuters.com, juru bicara WHO mengakui terjadi 
kesalahan ketik pada halaman website terkait 
Variants of Concern (VOC) pada varian Omicron 
dimana penulisan ini seharusnya adalah 
November 2021, bukan November 2020. Halaman 
itu kemudian diperbarui oleh WHO. Adapun varian 
Omicron pertama kali terdeteksi oleh para 
ilmuwan di Afrika Selatan pada 23 November 2021 
dalam sampel yang diambil antara 14 dan 16 
November 2021. Varian ini kemudian 
ditetapkan sebagai VOC oleh WHO pada 26 
November 2021.

terbit  kabar bahwa Kepala Inspektur Kesehatan Bulgaria, Dr. Angel Kunchev meninggal 
dunia sesudah menerima suntik dosis ketiga atau booster vaksin Covid-19 jenis Pfizer. Kabar 
itu dimuat dalam sebuah artikel yang diunggah oleh salah satu blog. Artikel ini 
mempertanyakan keberadaan Kunchev dan berasumsi bahwa ia meninggal karena 
vaksinasi. 
yang benar, kabar Dr. Angel Kunchev meninggal dunia sesudah menerima suntik dosis ketiga 
atau booster vaksin Covid-19 jenis Pfizer adalah hoaks. Kepala Inspektur Kesehatan 
Bulgaria itu dipastikan tidak meninggal dunia. Ia membuat pernyataan lewat rilis resmi 
bahwa dirinya terpapar Covid-19 pada 13 Oktober dan dinyatakan sembuh pada 26 
November 2021. Ia menyebut dirinya baik-baik saja dan berharap menerima dosis ketiga 
pada akhir tahun ini. 

terbit  sebuah informasi di media sosial Facebook berisi klaim yang menyebutkan 
varian Omicron tidak dapat terdeteksi oleh alat tes PCR.
yang benar, klaim varian Omicron tidak dapat terdeteksi oleh alat tes PCR adalah salah. 
World Health Organization (WHO) menegaskan bahwa varian Omicron masih bisa 
terdeteksi oleh tes PCR. Temuan-temuan di Afrika Selatan dan negara lain juga 
diidentifikasi melalui tes PCR. Dokter asal Afrika Selatan yang melaporkan pasien Covid-19 
varian Omicron, Angelique Coetzee mengatakan mereka yang terkena varian ini memiliki 
gejala ringan. WHO juga tidak menyebutkan bahwa varian ini mematikan.

terbit  sebuah pesan berantai di media 
sosial WhatsApp berupa narasi yang 
mengklaim bahwa Badan Pengawas Obat 
dan Makanan Amerika Serikat (FDA) 
menolak untuk menerima suntikan booster 
vaksinasi Pfizer karena terbukti berpotensi 
meningkatkan infeksi berat pada hati 
hingga menyebabkan kematian.
yang benar, klaim ini salah. Food and 
Drugs Administration (FDA) Amerika Serikat 
sudah memberikan izin booster atau 
suntikan ketiga dari vaksin Pfizer. FDA 
melalui laman resminya menyatakan bahwa 
vaksin booster Pfizer sudah terbukti 
memberikan perlindungan lebih untuk 
jangka waktu yang panjang bagi 
penerimanya. Selain itu, tidak ditemukan 
pernyataan yang dikeluarkan FDA yang 
berkaitan dengan infeksi berat pada hati 
karena suntikan booster Pfizer.

terbit  sebuah postingan yang menyebutkan di Kanada ada 13 bayi meninggal sejak 
dalam kandungan sesudah ibunya mendapat vaksin Covid-19. Bahkan disebut 
kematian 13 bayi ini terjadi dalam 24 jam.
Dilansir dari AFP, Otoritas Kesehatan Regional Vancouver (VCH), Kanada membantah 
informasi ini. Mereka menyampaikan informasi ini tidak punya dasar dan 
tidak ada kaitannya dengan vaksin Covid-19. berdasar data, pada April hingga 
akhir Agustus 2021, ada 1.326 kelahiran di tujuh fasilitas kesehatan Pesisir Vancouver. 
Sementara bayi meninggal dunia ada empat orang. Jumlah ini hampir sama dengan 
tahun lalu di mana ada 3.299 kelahiran dan bayi meninggal dunia ada 11 orang. 
Namun, tidak ada catatan khusus terkait kematian karena kelahiran selama pandemi 
Covid-19.


terbit  sebuah narasi di media sosial 
Facebook yang mengklaim seorang dokter 
Malaysia, Dr. Chai Koh Meow meninggal 
dunia karena vaksin booster Pfizer. 
yang benar, klaim yang menyebut seorang 
dokter Malaysia, Dr. Chai Koh Meow 
meninggal karena vaksin booster Pfizer 
adalah keliru. Dilansir dari cekfakta.tempo.co, 
otoritas Malaysia telah memberikan 
penjelasan atas meninggalnya senior Asisten 
Direktur Utama Kementerian Kesehatan 
ini. Menurut Direktur Umum Kesehatan 
Tan Sri, Noor Hisham Abdullah, Chai Koh 
menerima vaksin booster Covid-19 pada 9 
November 2021. sesudah suntikan vaksin 
ini, tidak ada laporan dia mengalami 
efek samping serius. Otoritas Kesehatan 
Malaysia kemudian melakukan post-mortem
terhadap jenazah Chai Koh. Hasil 
post-mortem itu menunjukkan bahwa Dr. 
Chai meninggal karena gagal jantung, bukan 
efek vaksin Covid-19.

terbit  sebuah informasi melalui pesan
berantai WhatsApp yang menyebut kasus
positif Covid-19 DKI Jakarta meledak pada
akhir November 2021.
yang benar, Kepala Bidang Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan
(Dinkes) DKI Jakarta, Dwi Oktavia
mengatakan informasi kasus positif
Covid-19 DKI Jakarta meledak adalah
hoaks. Informasi kasus positif Covid-19 di
DKI Jakarta meledak tidak bisa
dipertanggungjawabkan. Dikutip dari situs
corona.jakarta.go.id, jumlah kasus positif
Covid-19 di DKI Jakarta pada 29 November
mencapai 41 kasus.

terbit  sebuah unggahan di media sosial Twitter yang menilai Organisasi Kesehatan Dunia 
(WHO) telah keliru terkait pengumuman Covid-19 varian Omicron. Disebutkan bahwa varian 
Omicron yang awalnya dikenal sebagai varian B.1.1.529, sebenarnya sudah ada sejak Juli 2021. 
Hal itu bersumber dari laporan situs World Economic Forum (WEF) dalam salah satu 
artikelnya. Unggahan di Twitter itu turut memuat tautan laman resmi WHO yang 
menyatakan Omicron pertama kali dilaporkan Afrika Selatan pada tanggal 24 November 
2021.
yang benar, dilansir dari antaranews.com klaim kemunculan varian Omicron atau B.1.1.529 pada 
Juli 2021 adalah keliru. Artikel WEF berjudul "Explainer: This is how scientists detect new 
variants of Covid-19" memang dipublikasikan pada 12 Juli 2021. Varian B.1.1.529 pun turut 
muncul dalam artikel ini. Namun, pada awal artikel itu sebenarnya sudah ada 
keterangan yang menyebut tulisan ini terakhir disunting pada 26 November 2021. 
Reuters juga melaporkan dalam dua arsip artikel WEF ini, yakni masing-masing versi 
12 Juli 2021 serta September 2021, tidak ditemukan informasi soal varian B.1.1.529. Dari data 
ini diketahui keterangan soal varian B.1.1.529 dalam artikel WEF itu baru dimunculkan 
pada 26 November 2021. 



terbit  di media sosial Twitter, sebuah unggahan 
informasi yang mengklaim bahwa sebanyak 2.620 bayi 
meninggal dunia akibat efek samping vaksin Covid-19. 
Unggahan ini disertai dengan tangkapan layar 
sebuah artikel yang berjudul "2.620 babies dead after 
vaccination and reports of terrible side effects”.
yang benar, dilansir dari cekfakta.tempo.co, tidak ada bukti 
yang menyatakan bahwa vaksin Covid-19 telah 
menyebabkan 2.620 bayi meninggal di Amerika Serikat. 
Data yang tertera di situs VAERS, menyebutkan bahwa 
2.620 kasus kematian bayi adalah akumulasi dari kasus 
keguguran dini, aborsi spontan, kematian janin, dan 
kematian bayi prematur. Dikutip dari AP News, data 
VAERS tidak dapat digunakan untuk menentukan 
apakah vaksin menjadi penyebab pada kejadian ikutan 
pasca imunisasi (KIPI) yang dilaporkan, dan data VAERS 
sering disalahartikan oleh para pendukung anti-vaksin. 
Pada tanggal 11 Agustus 2021, Pusat Pencegahan dan 
Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat telah 
menerbitkan laporan mengenai vaksin Covid-19 yang 
aman untuk wanita hamil. Direktur CDC Dr. Rochelle 
Walensky mengatakan bahwa CDC mendorong semua 
wanita hamil atau yang berencana untuk hamil dan 
yang sedang menyusui, untuk mendapatkan vaksinasi 
demi melindungi diri dari Covid-19, khususnya varian 
Delta.


terbit  sebuah informasi yang mengklaim bahwa Pemerintah akan menerapkan PPKM 
level 4 pada tanggal 24 Desember 2021 karena ada varian baru Covid-19. Kabar ini 
ramai terbit  di media sosial Facebook.
berdasar penelusuran medcom.id, klaim bahwa Pemerintah akan menerapkan PPKM 
level 4 pada 24 Desember 2021 karena ada varian baru Covid-19 adalah salah. yang benar, 
Pemerintah menerapkan PPKM level 3 di seluruh negarakita selama libur Natal dan Tahun 
Baru (Nataru) mulai tanggal 24 Desember 2021. Kebijakan ini dilakukan untuk 
menekan penularan Covid-19 di akhir tahun karena adanya potensi peningkatan pergerakan 
orang pada libur Nataru, bukan karena adanya varian baru Covid-19. Kebijakan itu tertuang 
dalam diktum kesatu huruf f Inmendagri Nomor 62 Tahun 2021.


terbit  sebuah pesan berantai pada aplikasi WhatsApp, pesan ini mengklaim
bahwa orang yang sudah menerima vaksin Sinovac tidak bisa mendapat booster
vaksin Covid-19 Pfizer atau Moderna. Pada pesannya diceritakan bahwa ada seorang
dokter yang sudah menerima vaksin Sinovac meninggal dunia akibat booster
memakai vaksin Covid-19 mRNA Pfizer.
yang benar, klaim bahwa penerima vaksin Sinovac tidak dapat booster vaksin Covid-19
Pfizer atau Moderna ini adalah tidak benar. Juru Bicara Vaksinasi Covid-19
Kementerian Kesehatan RI, dr. Siti Nadia Tarmizi menerangkan bahwa sampai saat ini
tindakan booster pakai vaksin Covid-19 Pfizer atau Moderna bagi yang telah menerima
vaksin Sinovac masih aman dan dapat dilakukan. Ketua Komisi Nasional Kejadian
Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI), Hindra Irawan Satari menambahkan bahwa
pesan berantai ini adalah hoaks. Sejauh ini, tidak ada laporan yang diterima
Komnas KIPI terkait vaksin Moderna digunakan untuk booster.

terbit  sebuah unggahan video yang diklaim
sebagai penampakan chemtrails di Depok,
Cirebon, Sumedang, Indramayu, Semarang,
Brebes hingga Aceh. Penampakan chemtrails
ini dikaitkan dengan beberapa warga
yang terkena batuk dan flu.
Dikutip dari kompas.com, Kepala Dinas
Penerangan Angkatan Udara (Kadispenau)
Marsma TNI Indan Gilang Buldansyah
menegaskan bahwa itu adalah hoaks. Dia
menjelaskan bahwa fenomena jejak putih di
langit seperti yang terlihat pada video-video
yang disebarkan itu dikenal dengan nama
jejak kondensasi pesawat terbang atau
condensation trail (contrails), bukan
chemtrails. Selain itu, tidak ada pesawat yang
menyebarkan virus Corona memakai
pesawat dengan cara menyemprotkannya.


terbit  sebuah video di Telegram dengan narasi menyebutkan sperma orang yang 
sudah divaksin tidak lebih baik atau tidak lebih sehat ketimbang mereka yang belum 
divaksin.
sesudah dilakukan penelusuran, klaim bahwa sperma orang yang sudah divaksin tidak 
lebih baik atau tidak lebih sehat ketimbang mereka yang belum divaksin adalah 
salah. yang benar, vaksin Covid-19 tidak merusak kualitas sperma. Hal itu berdasar 
studi terbaru yang dimuat di jurnal Jama Network dan dikutip oleh 
CNNnegarakita.com pada Jumat, 18 Juni 2021 menjelaskan bahwa vaksin tidak 
merusak kualitas sperma. Penelitian ini meneliti sperma dari 45 pria berusia 
25-31 tahun yang mendapatkan vaksin Pfizer dan Moderna terkait jumlah, konsentrasi, 
dan motilitas sperma.


terbit  sebuah unggahan di media sosial Facebook yang berisikan narasi membagikan
resep mandi yang didapatkan dari Dr. Carrie Madej. Dalam unggahan ini disebutkan
bahan-bahan yang digunakan adalah soda kue, garam epsom, boraks, dan tanah liat bentonit.
Metode mandi ini diklaim dapat menghilangkan kandungan vaksin Covid-19 bagi
orang-orang yang terpaksa divaksin.
Dilansir dari factcheck.org, klaim bahwa mandi dengan memakai ramuan soda kue,
garam epsom, boraks, dan tanah liat bentonit dapat menghilangkan kandungan vaksin
Covid-19 adalah salah. BPOM Amerika Serikat, FDA mengatakan bahwa vaksin Covid-19
mengandung bahan-bahan yang tidak berbahaya dan telah dilakukan uji klinis untuk
menentukan keamanan dan efektivitasnya. Ahli toksikologi molekuler dari Universitas
Adelaide di Australia, Dr. Ian Musgrave juga menegaskan bahwa metode dari metode mandi
yang digunakan tidak dapat menghilangkan efek vaksin dan justru dapat berpotensi
membahayakan. Dari klaim yang terbit  di media sosial, Musgrave mengatakan bahwa
bahan-bahan yang digunakan ini hanya akan menghilangkan air, tetapi bukan dalam
molekul besar seperti klaim yang diasosiasikan dengan vaksin, sehingga tidak dapat
melewati jaringan pembatas pada tubuh.


terbit  sebuah video seorang yang mengeluarkan dua kemasan alat tes Covid-19 
bertuliskan "RAPID TEST DEVICE". Pada salah satu kemasan terdapat tulisan "Negative 
Control" dan kemasan yang lain dengan tulisan "Positive Control". Unggahan ini 
disertai klaim bahwa alat tes PCR sudah disediakan keterangan positif dan negatif untuk 
mencari target sasaran.
yang benar, klaim ini tidak benar. Dilansir dari liputan6.com, hasil penelusuran 
gambar mengarah pada artikel berjudul "Fact check: A positive control helps to 
diagnose faults in COVID-19 tests" dalam situs reuters.com. Dijelaskan bahwa produk 
yang ditampilkan di postingan adalah Alat Tes Cepat Panbio™ Covid-19 Ag. Literatur 
produk ini menyebutkan bahwa yang dimaksudkan dengan kontrol positif dan negatif 
secara khusus diformulasikan dan dibuat untuk memastikan kinerja Panbio™ Covid-19 
Ag Rapid Test Device dan digunakan untuk memverifikasi kemampuan pengguna 
dalam melakukan pengujian dan menginterpretasikan hasilnya dengan benar. Praktek 
laboratorium yang baik menyarankan penggunaan kontrol positif dan negatif untuk 
memastikan bahwa reagen uji berfungsi dan pengujian dilakukan dengan benar, bukan 
bermakna sebagai hasil dari tes Covid-19.


terbit  sebuah pesan berantai di WhatsApp 
berisi daftar sejumlah bahan yang 
terkandung di dalam vaksin Covid-19 yang 
diklaim sebagai bahan kimia berbahaya.
Dilansir dari medcom.id, klaim bahwa vaksin 
Covid-19 mengandung sejumlah bahan kimia 
berbahaya, tidak berdasar. yang benar, tidak 
ada pernyataan resmi dan valid dari otoritas 
kesehatan terkait daftar ini. Lebih 
lanjut, Dr. Katherine O'Brien seorang ahli 
vaksin yang berspesialisasi dalam bidang 
epidemiologi pneumokokus, turut 
menegaskan vaksin Covid-19 yang terbit  di 
tengah warga sudah dipastikan aman. 
Semua komponen yang terdapat di dalam 
vaksin sudah diuji secara ketat oleh otoritas 
terkait.

terbit  sebuah unggahan berisi gambar
dokumen pendaftaran paten vaksin Covid-19 di
Amerika Serikat. Konten ini disertai klaim
bahwa vaksin Pfizer digunakan untuk melacak
manusia di seluruh dunia yang telah divaksin
melalui jaringan seluler dan satelit serta senyawa
graphene oxide.
yang benar, klaim ini adalah keliru. Dilansir
dari AFP, Peneliti Dewan Nasional untuk
Penelitian Ilmiah dan Teknis (CONICET)
Argentina, Maria Victoria Sanchez, mengatakan
dokumen ini tidak menyebutkan adanya
pelacakan orang memakai pelacak yang
ditemukan dalam vaksin Pfizer. Adapun bahan
senyawa graphene oxide juga tidak ditemukan
dalam kandungan semua jenis vaksin Covid-19.
Juru bicara Badan Pengawas Obat dan Makanan
Amerika Serikat (FDA) juga menegaskan bahwa
tidak ada satupun vaksin Covid-19 yang disahkan
atau disetujui oleh FDA yang mengandung
perangkat pelacak


terbit  sebuah unggahan berbahasa Korea yang menyebutkan anggota parlemen Austria 
meninggal dunia usai menerima vaksin Covid-19. Klaim ini terbit  di salah satu situs 
Korea Selatan sejak 2 November 2021 lalu dengan menyematkan video politikus bernama 
Eva-Maria Holzleitner yang pingsan saat sedang membacakan pidatonya.
Dikutip dari laman kumparan.com, kabar yang menyebutkan anggota parlemen Austria 
meninggal dunia usai menerima vaksin Covid-19 adalah tidak benar. Diketahui Holzleitner 
jatuh pingsan pada 12 Oktober lalu saat membacakan pidato di Gedung Parlemen Vienna. 
Namun, ia kemudian sadar dan kondisi kesehatannya membaik. Holzleitner juga 
mengonfirmasi melalui akun Twitter pribadinya @eviholz bahwa keadaannya sudah 
membaik usai kejadian itu. "Saya baik-baik saja, terima kasih banyak untuk semua 
perhatiannya. Secara khusus saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua rekan 
kerja saya yang bergegas membantu, serta petugas hebat yang menjaga saya!", tulis 
Holzleitner beberapa saat sesudah sadar


terbit  sebuah unggahan pada sosial media Facebook yang mengklaim bahwa aliansi dokter 
dunia menyatakan bahwa varian Delta (India) tidak ada. Pada unggahan ini juga disertakan 
sebuah video pendukung yang berisikan data bahwa varian Delta tidak banyak berarti yang 
berdampak di dunia nyata dan menyebutkan bahwa varian Delta hanya merupakan politik 
ketakutan untuk merampas kebebasan.
Dilansir dari kompas.com, klaim bahwa aliansi dokter dunia menyatakan bahwa varian Delta 
(India) tidak ada adalah tidak benar. Epidemiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, 
Bayu Satria Wiratama mengatakan virus Covid-19 varian Delta benar-benar ada. Varian itu pada 
awalnya ditemukan di India, hanya penamaannya saja yang diganti sehingga tidak terikat suatu 
negara. Terkait data yang disajikan oleh pembuat video, Bayu mengatakan datanya memang 
benar, tapi interpretasi dari data itu salah. Data itu tidak menunjukkan varian Delta tidak ada. 
berdasar data yang diterbitkan oleh Public Health England (PHE) melaporkan bahwa varian 
Delta menyumbang sekitar 99 persen dari kasus berurutan dari 27 Juni hingga 3 Juli 2021.


terbit  sebuah hasil tangkapan layar dari artikel berita dengan judul "Breaking News! CEO Pfizer 
Ditangkap, Didakwa dengan Penipuan, Pemalsuan Data Vaksin".
Unggahan yang menyebut CEO Pfizer ditangkap, didakwa dengan penipuan dan pemalsuan data 
vaksin adalah hoaks. Dilansir dari cekfakta.tempo.co, bahwa menurut Media Bias Fact Check yang 
merupakan organisasi nirlaba untuk memeriksa bias media di Amerika Serikat, situs Conservative 
Beaver yang menjadi rujukan artikel pada tangkapan layar ini telah dinilai sebagai situs yang 
bias dan tidak bisa dipercaya sepenuhnya. Situs ini dikategorikan bias berdasar 
penggunaan sumber yang buruk, kurangnya transparansi, dan sering mempublikasi informasi palsu 
dan berita palsu yang sebenarnya. Selain itu, Politifact yang merupakan pemeriksa fakta kredibel 
lainnya di Amerika Serikat telah mendokumentasikan satu berita palsu yang diterbitkan situs 
Conservative Beaver pada awal Januari 2021 terkait penangkapan Paus Fransiskus sehubungan 
dengan 80 dakwaan termasuk kepemilikan pornografi anak, perdagangan manusia, inses, 
kepemilikan obat-obatan terlarang dan penipuan.


terbit  di media sosial Facebook dan WhatsApp, informasi yang 
meresahkan warga terkait dengan kebijakan penangguhan cicilan 
atau kredit yang telah diumumkan Presiden RI, Joko Widodo bahwa 
cicilan atau kredit yang ditangguhkan hanya untuk nasabah yang 
sudah positif Covid-19.
yang benar, klaim penangguhan kredit hanya untuk nasabah yang sudah 
positif Covid-19 adalah hoaks. Dilansir dari covid19.go.id, bahwa Otoritas 
Jasa Keuangan (OJK) telah mengatur kebijakan relaksasi kredit dalam 
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2020 tentang 
Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical 
Dampak Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (POJK Stimulus 
Dampak Covid-19). Pada peraturan OJK ini tidak ditemukan narasi 
atau pernyataan yang mengatakan bahwa relaksasi kredit ini hanya 
diperuntukkan bagi nasabah yang positif terkena Covid-19, tetapi 
disebutkan bagi yang terkena dampak Covid-19. Dalam artikel 
satneg.go.id yang ditayangkan pada Selasa, 24 Maret 2020 dengan 
judul “Serangkaian Stimulus dan Insentif bagi warga untuk 
Pertahankan Daya Beli” dikatakan bahwa bagi para pelaku usaha 
mikro, kecil, dan menengah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga 
memberikan relaksasi kredit dengan nilai di bawah Rp10 miliar yang 
ditujukan untuk tujuan usaha. Relaksasi ditujukan bagi kredit yang 
diberikan perbankan maupun industri keuangan non bank. Keringanan 
yang diberikan ini berupa penurunan bunga dan penundaan 
angsuran kredit hingga satu tahun.


terbit  di media sosial, sebuah artikel yang berisi informasi bahwa Myriam Bourla, istri dari
Chief Executive Officer (CEO) Pfizer Albert Bourla telah meninggal dunia akibat komplikasi
dari vaksin Covid-19. Ia dituliskan meninggal di Instalasi Gawat Darurat (IGD) di
NewYork-Presbyterian Lawrence Hospital sesudah dibawa oleh paramedis. Penyebab
kematian telah terdaftar sebagai komplikasi dari vaksin Pfizer.
yang benar, informasi ini adalah hoaks. Dilansir dari kumparan.com yang mengutip dari
healthfeedback.org, perwakilan dari Pfizer mengatakan bahwa Myriam Bourla masih hidup
dan sangat bertentangan dengan apa yang dikatakan dalam artikel di internet ini.
Albert Bourla masih mengunggah foto bersama dengan istrinya Myriam Bourla pada akun
Twitternya di hari yang sama dengan penerbitan artikel ini. Albert Bourla bersama
dengan istrinya menunjukkan foto menghadiri acara Distinguished Leadership Awards -
Atlantic Council, pada 10 November 2021 di Washington DC.


terbit  sebuah unggahan di media sosial Twitter yang 
menyebutkan bahwa rumah sakit di Australia penuh 
dengan pasien yang mengalami efek samping dari 
vaksin Covid-19. Pada unggahan ini juga 
disertakan sebuah tautan yang berisi potongan video di 
mana Perdana Menteri Australia Barat, Mark McGowan 
memberikan jawaban terkait pertanyaan mengenai 
pembatalan operasi di sebuah rumah sakit yang penuh 
karena kenaikan sejumlah pasien.
yang benar, dilansir dari kumparan.com yang mengutip 
dari AP News, juru bicara Mark McGowan menegaskan 
klaim bahwa rumah sakit di Australia penuh dengan 
pasien yang mengalami efek samping dari vaksin 
Covid-19 ini tidak tepat. Ia juga menjelaskan 
bahwa dalam pernyataannya, McGowan tidak pernah 
mengatakan tentang tekanan yang dihadapi rumah 
sakit di Australia mengenai kenaikan pasien 
dikarenakan persoalan efek samping vaksin, tetapi 
pernyataan McGowan merujuk kepada persoalan 
sistem kesehatan secara umum yang dihadapi selama 
pandemi

terbit  sebuah unggahan video pada media sosial Facebook yang mengklaim bahwa orang 
yang disuntik vaksin cenderung mengalami perubahan mental dan fisik. Dalam narasi 
unggahan yang telah terbit  ini dikatakan bahwa, "Orang orang yang sudah di v4ks1n 
akan cenderung berubah mental dan fisik. Dan membuat lambat berpikir. Sensitif dan 
semakin agresif (syndrome). So dont do it jabs".
berdasar penelusuran, klaim video yang mengatakan bahwa orang yang disuntik vaksin 
cenderung mengalami perubahan mental dan fisik adalah tidak benar. yang benar, seorang Pilot 
dalam video ini bercerita bahwa dia telah menjadi pilot selama 18 tahun dan harus 
mendapat vaksinasi Covid-19. Itu bukan sebuah pilihan, tapi ultimatum. Dalam video itu juga, 
pilot ini sama sekali tidak menyinggung vaksinasi Covid-19 dapat menyebabkan 
gangguan mental dan fisik. Selain itu, tidak ada pernyataan bahwa vaksin menyebabkan 
lambat berpikir, sensitif, dan semakin agresif. Dia juga tidak mengajak orang lain untuk tidak 
melakukan vaksinasi Covid-19. Disamping itu, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian 
Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi M.Epid menegaskan bahwa informasi ini tidak benar. 
Dia menjelaskan bahwa tidak ada hubungan antara vaksin dengan lambat berpikir, karena 
vaksin melatih sistem imunitas.

terbit  sebuah potongan video berbahasa asing yang mengklaim bahwa orang yang telah 
di-swab test Covid-19 tanpa sadar telah divaksinasi karena vaksin Covid-19 sudah disamarkan 
dalam bentuk swab test. 
Dilansir dari AFP, klaim ini dibantah oleh para ahli medis. WHO juga mengkonfirmasi 
bahwa vaksin tidak dapat diberikan melalui swab atau memakai alat swab. WHO 
menjelaskan tes swab melalui hidung dirancang untuk mengumpulkan sampel untuk 
menguji keberadaan virus, dan bukan untuk tujuan vaksinasi. Lebih lanjut, Geoffrey Kulabusia, 
seorang ahli imunologi di Kenya, dan Shabir Madhi, seorang profesor vaksinologi Afrika 
Selatan, mengatakan bahwa rekomendasi untuk vaksin Covid-19 hanya untuk intramuskular. 
Keduanya menepis klaim tentang vaksin yang diberikan selama tes Covid-19.


terbit  sebuah artikel yang berisi informasi tentang Jepang yang sudah tidak 
memakai vaksin Covid-19. Disebutkan bahwa Jepang lebih memilih memakai 
Ivermectin yang dapat menghentikan penyakit Covid-19 dalam waktu semalam.
yang benar, informasi mengenai Jepang yang berhenti memakai vaksin Covid-19 dan 
memilih Ivermectin adalah salah. berdasar penelusuran merdeka.com, menurut data 
Our World in Data, pada 11 November 2021, penggunaan vaksin Covid-19 semakin 
meningkat 70 persen di Jepang. Pemerintah Jepang melalui Kementerian Kesehatan 
Jepang menyebut Ivermectin tidak mengurangi kematian, tidak mengurangi pasien rawat 
inap dan tidak langsung menghilangkan virus. Penggunaan obat Ivermectin di Jepang 
juga belum diperbolehkan dan masih dilakukan uji klinis.


terbit  sebuah gambar poster berbahasa 
Inggris yang mengiklankan vaksin Covid-19 
dengan mengajak orang tua untuk 
menyumbangkan organ anak-anak mereka. 
Poster ini bertuliskan “COVID vaccines 
here. No appointment needed.” dan “Don’t 
forget to donate your children's organs.” 
yang benar, gambar poster ini telah diedit. 
Dilansir dari reuters.com, poster asli pada iklan 
vaksin Covid-19 itu tidak mendorong orang tua 
untuk menyumbangkan organ anak-anak 
mereka. Poster itu memiliki teks asli dalam 
bahasa Spanyol yang berisi informasi bahwa 
vaksin Covid-19 telah tersedia dan tidak perlu 
membuat janji. Teks itu berbunyi: “Vacunas de 
COVID aquí. Sin cita previa.” Hasil pencarian 
gambar menemukan bahwa gambar asli yang 
belum diedit ditemukan pada situs 
patriots.com


terbit  sebuah video di media sosial Facebook yang memperlihatkan sebuah robot 
mengetuk pintu dan memberikan suntikan kepada manusia. Disebutkan bahwa 
suntikan ini adalah vaksin dan jika seseorang menolak divaksin maka robot 
ini akan langsung menembak mati orang itu. 
yang benar, klaim robot dirancang untuk memberikan vaksinasi secara paksa adalah 
tidak benar. Dilansir dari factcheck.afp.com, video ini merupakan hasil 
suntingan komputer karya Lin Gao-qing. Sebelumnya ia membagikan video ini 
melalui platform media sosial asal Cina qq.com.


Telah terbit  di media sosial Facebook sebuah unggahan yang memperlihatkan 
foto seorang bayi yang terlahir cacat dimana bayi hanya memiliki satu mata dan 
berekor karena ibunya divaksin Covid-19 saat hamil.
yang benar, klaim yang mengatakan bahwa ada seorang bayi lahir cacat dengan 
memiliki satu mata dan berekor karena ibunya divaksin Covid-19 saat hamil adalah 
keliru. Menurut cek fakta liputan6.com yang dikutip dari artikel situs yuz.uz
menyebutkan bahwa foto bayi berekor ini merupakan hasil kerja editor 
grafis. Gambar itu dibuat dan diedit oleh fotografer Simon Stone pada 2009 dan 
terdapat beberapa foto bayi yang lahir cacat sebelum adanya pandemi Covid-19, 
serta tidak ada hubungannya antara foto bayi cacat dan vaksin Covid-19.


terbit  sebuah akun Facebook dengan nama akun "Dokter Yuliono". Akun ini 
memakai foto dan keterangan profil mengatasnamakan Kepala Bidang (Kabid) 
Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan dan KB Kabupaten 
Sampang, Madura, Jawa Timur, dr. Yuliono. Pada unggahan akun ini mengklaim bahwa 
vaksinasi Covid-19 merupakan tindakan percuma.
yang benar, akun "Dokter Yuliono" merupakan akun palsu yang mengatasnamakan Kabid P2P 
Dinas Kesehatan dan KB Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, dr. Yuliono. Unggahan 
yang memberikan komentar negatif terkait vaksinasi Covid-19 juga bukan merupakan 
pernyataan dr. Yuliono. Ia memberikan klarifikasi bahwa dirinya tidak memiliki akun media 
sosial selain WhatsApp dan akun Facebook yang mengatasnamakan dirinya merupakan akun 
palsu.




terbit  sebuah unggahan pada media sosial Twitter, yang narasinya menyatakan bahwa 
pada zaman Mesir Kuno, orang-orang melukai bagian amigdala dari otak para budak untuk 
membuat mereka lebih patuh dan tunduk kepada majikannya. Dalam unggahan ini, 
disertakan beberapa foto yang menunjukkan proses tes swab dan sebuah ilustrasi tentang 
proses serupa yang dilakukan di zaman Mesir Kuno.
Dikutip dari reuters, seorang Profesor Neuroteknologi dari Imperial College London, Simon 
Schultz menegaskan bahwa tes swab tidak dapat menyentuh maupun merusak bagian 
amigdala. Selain itu, seorang juru bicara dari Departemen Kesehatan warga Inggris juga 
menjelaskan bahwa rongga hidung dan otak manusia dipisahkan oleh bagian yang disebut 
“cribriform plate”, sehingga tes swab tidak akan menyentuh bagian otak dan amigdala 
manusia. Tidak ada bukti bahwa metode tes swab digunakan di zaman Mesir Kuno untuk 
membuat budak menjadi patuh kepada majikannya. Ilustrasi yang disertakan dalam narasi 
bukan merupakan proses penggoresan amigdala kepada budak, melainkan ilustrasi tentang 
metode pengobatan mata yang dilakukan oleh warga Mesir Kuno


terbit  sebuah gambar dari potongan sebuah 
video yang memperlihatkan Senator Amerika 
Serikat menggelar konferensi pers. Video ini 
diklaim sebagai pernyataan terbuka dari Senator 
Amerika Serikat bahwa selama ini corona adalah 
penipuan.
yang benar, klaim ini adalah keliru. Dilansir dari 
tempo.co, video ini merupakan konferensi 
pers Senator Amerika Serikat, Marsha Blackburn 
pada 11 Juni 2021. Video itu pernah diunggah 
Senator Marsha Blackburn di akun YouTubenya 
pada 11 Juni 2021 dengan menambahkan 
keterangan “Senator Blackburn bergabung dengan 
konferensi pers untuk membahas asal-usul dan 
kebenaran tentang Covid-19”. Adapun konferensi 
pers yang dilakukannya merupakan pernyataan 
terbuka Senator Marsha Blackburn yang 
mempertanyakan keputusan perusahaan teknologi 
besar seperti Facebook dan YouTube yang 
dianggap melakukan sensor sepihak terhadap 
informasi terkait asal usul Covid-19 dan tidak ada 
pernyataan bahwa Covid-19 adalah penipuan.


terbit  sebuah pesan berantai di media sosial WhatsApp yang berisi klaim bahwa 
rezim pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan menggelar vaksinasi massal 
secara paksa pada Februari 2022. Disebutkan juga vaksin yang akan diberikan secara 
paksa itu mematikan. Akan banyak warga negarakita yang bergelimpangan pasca 
diberikan vaksin ini. 
Dilansir dari medcom.id, klaim yang menyebutkan bahwa rezim pemerintahan 
Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan menggelar vaksinasi massal secara paksa dan 
mematikan pada Februari 2022 mendatang, tidak berdasar. yang benar, tidak ada 
informasi resmi dan valid mengenai hal itu. Di sisi lain, Pemerintah menargetkan 
sebanyak 400 juta dosis vaksin Covid-19 telah diberikan kepada warga di negarakita. 
Target itu diperkirakan tercapai pada Februari 2022 mendatang. 


terbit  sebuah unggahan di media sosial Twitter 
yang menyatakan bahwa Pfizer menambahkan zat 
yang digunakan untuk menstabilkan korban 
serangan jantung ke dalam vaksin Covid-19. Zat 
ini berupa Tromethamine yang dicampurkan 
ke dalam vaksin Covid-19 dan disuntikkan kepada 
anak-anak usia 5-11 tahun yang diklaim 
menyebabkan efek samping terhadap jantung.
yang benar, klaim yang menyatakan bahwa Pfizer 
menambahkan zat yang digunakan untuk 
menstabilkan korban serangan jantung ke dalam 
vaksin Covid-19 adalah keliru. Dilansir dari 
kumparan.com yang mengutip dari AFP, dalam 
dokumen Pfizer yang diserahkan kepada BPOM 
Amerika Serikat (FDA) tidak ada kandungan 
Tromethamine pada formula asli Pfizer, namun Juru 
Bicara Pfizer, Kit Longley menyampaikan bahwa 
penambahan Tromethamine adalah untuk 
menyederhanakan dan memperpanjang masa 
simpan vaksin. Formula baru Pfizer ini tidak 
hanya ditambahkan ke dalam vaksin Covid-19 untuk 
anak-anak, tetapi ditambahkan juga ke dalam vaksin 
Covid-19 dengan penerima di atas usia 12 tahun. Kit 
Longley juga menambahkan bahwa tidak ada bukti 
efek samping terhadap jantung dari vaksin Pfizer.



Telah terbit  di media sosial Twitter 
sebuah foto kemasan vaksin Sinovac 
yang bertuliskan “Only for clinical trial”. 
yang benar, dikutip dari turnbackhoax.id, 
foto ini adalah kemasan vaksin 
yang masih dalam tahap uji coba 
sebelum diberikan kepada sukarelawan 
di Brazil, bukan vaksin yang 
diperuntukkan untuk warga 
umum seperti yang digunakan saat ini.


terbit  sebuah gambar berisi informasi 
lowongan pekerjaan sebagai petugas 
pembantu vaksinasi Covid-19 di Puskesmas 
Mulyorejo, Kota Surabaya.
yang benar, gambar yang memuat informasi 
lowongan pekerjaan di Puskesmas 
Mulyorejo, Kota Surabaya ini adalah 
tidak benar. Pada media sosial milik Dinas 
Kesehatan Kota Surabaya diklarifikasi bahwa 
gambar informasi Lowongan kerja ini 
adalah Hoaks. Pihak Dinkes Kota Surabaya 
menjelaskan bahwa setiap informasi 
kebutuhan pegawai kesehatan di wilayah 
Dinkes Kota Surabaya dan Puskesmas se￾Kota Surabaya akan diumumkan melalui 
kanal-kanal media sosial milik Dinkes Kota 
Surabaya.


terbit  sebuah unggahan narasi yang mengklaim bahwa vaksin Covid-19
menyebabkan angka kematian 174 kali lebih tinggi pada anak-anak dibandingkan
dengan kematian akibat tertular virus Covid-19 itu sendiri.
Dilansir dari reuters.com, klaim yang menyebut vaksin Covid-19 menyebabkan angka
kematian 174 kali lebih tinggi pada anak-anak dibandingkan dengan kematian akibat
tertular virus, sama sekali tidak didukung dan belum dikonfirmasi oleh Pusat
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS atau produsen vaksin. Sebagai contoh,
Keanna Ghazvini, Senior Associate of Global Media Relations Pfizer, mengatakan tidak
ditemukan adanya kasus kematian dalam uji coba vaksin Pfizer pada anak-anak
berusia 12-15 tahun, yang melibatkan 2260 peserta. Selanjutnya, tidak juga ditemukan
kasus kematian yang dilaporkan dalam percobaan Moderna pada remaja berusia
12-17, yang melibatkan 3.732 peserta. Data ini secara tidak langsung
menyanggah klaim yang terbit .

terbit  sebuah postingan berbahasa asing yang menyebut bahwa penerima 
vaksin Covid-19 berisiko lebih tinggi terkena limfoma dan penyakit autoimun. 
Dilansir dari AFP, klaim ini dibantah oleh para ahli kesehatan. Dr Thiravat 
Hemachudha, Kepala Pusat Ilmu Kesehatan Penyakit Menular Universitas 
Chulalongkorn Thailand, mengatakan tidak ada cukup bukti untuk mendukung 
klaim ini. Namun, pasien dengan penyakit autoimun harus berkonsultasi 
dengan dokter sebelum mendapatkan suntikan vaksin Covid-19. Selanjutnya, Dr 
Tany Thanivayarn, seorang dokter spesialis pengobatan paru dan perawatan 
kritis juga menyebut bahwa tidak ada informasi medis yang menunjukkan 
limfoma dapat dipicu oleh vaksin Covid-19. 


terbit  sebuah unggahan berbahasa asing berisi 
poster tentang penyakit stroke yang menyerang 
anak-anak. Unggahan ini disertai dengan narasi 
yang menyatakan bahwa hal ini merupakan efek 
samping dari vaksin Covid-19.
yang benar klaim ini adalah keliru. Dilansir dari 
turnbackhoax.com, berdasar hasil penelusuran, 
poster ini dipasang oleh yayasan non-profit asal 
Kanada, Achieving Beyond Brain Injury (ABBI), pada 
bulan Mei 2021 lalu untuk memperingati Bulan 
Kesadaran atas Stroke pada Anak. Sehingga tidak ada 
keterkaitan antara pesan dalam poster ini 
dengan efek dari vaksin Covid-19 pada anak. Foto 
poster serupa juga dapat ditemukan di laman 
Facebook serta situs resmi ABBI. Lebih lanjut, dalam 
sebuah penelitian oleh tim peneliti dari Universitas 
Columbia dan Universitas Brown, Amerika Serikat, 
penyakit stroke pada anak dipicu oleh penyakit 
jantung, kondisi hematologis, gangguan sindrom, dan 
metabolisme. berdasar keterangan dalam situs 
hopkinsmedicine.org, penyakit stroke pada anak 
sendiri merupakan kondisi kesehatan yang langka dan 
umumnya hanya menyerang satu dari setiap 4.000 
bayi yang baru lahir.


terbit  unggahan video di media sosial Twitter yang memperlihatkan Pangeran Charles 
sedang berbicara dengan seorang pria yang kemudian pria ini pingsan di hadapannya. 
Unggahan ini disertai narasi yang mengklaim bahwa pria itu pingsan sesudah menerima 
vaksin Covid-19. 
Dikutip dari laman reuters.com, pria dalam video ini pingsan bukan karena suntikan 
vaksin Covid-19, sebab insiden itu terjadi sebelum program vaksinasi digelar di Inggris. Program 
vaksinasi Covid-19 di Inggris dimulai pada awal Desember tahun 2020. Sementara itu, dari hasil 
pencarian gambar di Google menunjukkan bahwa video ini diunggah oleh kanal 
YouTube The Telegraph pada tanggal 10 Juli 2020 dengan judul "Asda employee faints in front 
of Prince Charles". Diketahui pria ini adalah seorang karyawan yang pingsan saat 
Pangeran Charles berkunjung ke pusat distribusi supermarket. Pria itu pun kembali sehat 
sesudah mendapatkan perawatan medis.

terbit  kabar di media sosial bahwa Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki terpapar 
virus Corona karena vaksin Covid-19. Disebutkan bahwa karena menerima suntikan vaksin 
Covid-19, Psaki yang sebelumnya negatif menjadi positif terinfeksi virus Corona. 
yang benar, klaim bahwa Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki terpapar Corona karena 
vaksin Covid-19 adalah tidak benar. Dikutip dari factcheck.afp.com, Sekretaris Pers atau 
Juru Bicara Gedung Putih Jen Psaki dilaporkan terinfeksi Covid-19 pada 31 Oktober 2021. 
Psaki sebelumnya sudah divaksin dua dosis. Menurut Psaki, kondisinya dari awal terpapar 
tidak menimbulkan gejala yang parah. Berkat vaksin ia hanya mengalami gejala ringan 
dan memungkinkan dirinya bekerja dari rumah. Badan Pengendalian dan Pencegahan 
Penyakit (CDC) AS melalui situsnya menyebut vaksin Covid-19 aman. Namun, disebutkan 
bahwa beberapa orang yang divaksinasi masih akan sakit karena tidak ada vaksin yang 
100 persen efektif. Risiko infeksi, rawat inap dan kematian semuanya jauh lebih rendah 
untuk individu yang divaksinasi.


terbit  unggahan selebaran di media sosial 
Facebook yang berisi peringatan efek 
samping vaksin Covid-19 mengatasnamakan 
Pemerintah Irlandia. Dalam selebaran itu 
tertulis, penerima vaksin diminta untuk 
melaporkan jika mengalami efek samping 
vaksin Covid-19. Dalam poster ini juga 
terdapat logo Pemerintah Irlandia dan tulisan 
Muintir na hEireann yang artinya "Rakyat 
Irlandia".
Dilansir dari kumparan.com yang mengutip 
dari laman AFP, selebaran yang berisi 
peringatan efek samping vaksin Covid-19 
mengatasnamakan Pemerintah Irlandia 
ini adalah tidak benar atau hoaks. 
Sebab, istilah Muintir na hEireann yang 
tertulis dalam poster itu biasanya digunakan 
politikus untuk merujuk kepada orang 
Irlandia. Sementara itu, nama resmi 
Pemerintah Irlandia adalah Rialtas na 
hEireann (Government of Ireland), bukan 
Muintir na hEireann. Juru bicara BPOM 
Irlandia (HPRA) Siobhan Molloy juga 
menegaskan bahwa Pemerintah Irlandia 
tidak pernah memproduksi dan menerbitkan 
poster ini. 



terbit  di media sosial WhatsApp, sebuah pesan berantai yang berisi informasi bahwa 
sejumlah siswa di salah satu sekolah di Afrika Selatan meninggal usai menerima vaksinasi 
Covid-19.
yang benar, dilansir dari medcom.id, informasi dalam pesan berantai ini adalah tidak 
benar. Sampai saat ini, tidak ditemukan informasi resmi dan valid mengenai hal ini. Di 
sisi lain, juga terbit  sebuah video dengan narasi serupa yang disertai keterangan "sebuah 
video memperlihatkan 13 anak tergeletak di lantai usai menerima vaksin Covid-19 di sebuah 
sekolah di Afrika Selatan". Dilansir dari AP News, Juru Bicara Departemen Kesehatan Afrika 
Selatan Foster Mohale mengatakan bahwa sampai saat ini tidak ada laporan terkait kematian 
sejumlah siswa usai vaksinasi di Afrika Selatan. yang benar, ini hanya informasi salah yang 
dirancang khusus untuk menyesatkan orang tua siswa dan wali. Lebih lanjut, video itu 
sebenarnya memperlihatkan sejumlah anak yang tewas karena terinjak-injak di sebuah 
sekolah di Kenya pada Februari 2020. Kala itu sekitar 14 siswa tewas terinjak-injak dan 39 
lainnya mengalami luka-luka.



terbit  unggahan di Facebook yang menginformasikan munculnya penyakit bernama anosmia yang
diklaim hampir sama dengan virus Covid-19. Dalam narasi disebut penyakit itu ditularkan melalui kapal
udara dari negara lain untuk mengurangi populasi manusia. Disebutkan pula beberapa ramuan yang
diklaim dapat menyembuhkan anosmia seperti ramuan sereh dan daun pisang.
Dilansir dari kompas.com, Ahli Patologi Klinis Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta dr.
Tonang Dwi Ardyanto mengatakan, anosmia bukan sebuah penyakit, melainkan sebuah gejala. Ia
menjelaskan, gejala anosmia bisa terjadi pada beberapa penyakit yang mengganggu akar saraf
penciuman di hidung, seperti flu, rinitis, sinusitis, tulang hidung bengkok, dan lain-lain. Tidak hanya atau
spesifik karena Covid-19. Tonang juga menambahkan pada kondisi pandemi seperti ini, dugaan pertama
jika terjadi anosmia adalah akibat Covid-19. Namun jika terbukti bukan Covid-19, baru berpindah ke
kemungkinan lainnya. Selain itu, ia juga menegaskan bahwa tak ada satu penyakit atau wabah yang
bertujuan untuk mengurangi populasi. Terkait ramuan sereh dan daun pisang klutuk untuk mandi,
Tonang menyebut sifat obat herbal umumnya mendukung kesehatan. Menurutnya, obat herbal tidak
secara spesifik untuk obat suatu penyakit tertentu.


terbit  sebuah unggahan di media sosial Facebook yang menyebutkan bahwa kasus
kematian di Taiwan lebih banyak karena vaksinasi daripada virusnya atau Covid-19 itu
sendiri.
yang benar, klaim mengenai informasi ini adalah salah. video itu tidak memuat
konteks secara utuh. Dilansir dari situs polygraph.info, video itu merupakan tayangan
salah satu media massa di luar negeri. Tayangan itu dianggap mengabaikan konteks
sebenarnya. Otoritas Taiwan tidak mengatakan vaksinasi berdampak langsung terhadap
lonjakan angka kematian. Artinya, kematian pascavaksinasi tidak menunjukkan bahwa
itu dipicu oleh vaksinasi. Lebih lanjut, data dari covidvax.live menunjukkan hingga
22 Oktober 2021 hampir 22 juta orang di Taiwan telah divaksinasi. Sementara kasus positif
sejauh ini tercatat sebanyak 16 ribuan dan kematian sebanyak 846 orang.


terbit  sebuah postingan yang menyebut bahwa vaksin Covid-19 mengandung parasit yang
dapat tumbuh di dalam tubuh orang yang disuntik. Postingan ini juga turut
merekomendasikan kepada orang yang divaksinasi untuk memakai obat anti parasit
Ivermectin.
yang benar, vaksin Covid-19 diproduksi di lingkungan yang steril dan tidak mengandung parasit
sebagai bahannya. Dilansir dari AFP, Profesor Kim Shin-woo, epidemiolog dari Kyungpook
National University menjelaskan bahwa vaksin Covid-19 justru tidak boleh mengandung parasit
apa pun, karena ada sistem ketat yang diterapkan selama proses pembuatan untuk mencegah
kontaminasi. Profesor Jung Jae-hun, dari Fakultas Kedokteran dan Sains Universitas Gachon,
juga menekankan bahwa semua vaksin diproduksi di lingkungan yang steril, tidak tercemar
oleh patogen atau virus lain, apalagi parasit. Sebab jika prosedur ini tidak dilakukan maka
vaksin tidak akan disetujui untuk digunakan. Selanjutnya, terkait dengan penggunaan obat
Ivermectin, para ahli juga memperingatkan agar tidak memakainya jika tidak ada parasit
di dalam tubuh, dengan alasan risiko kesehatan. Hal itu dikarenakan obat seperti Ivermectin
bisa membuat tubuh tegang

terbit  sebuah unggahan di media sosial Facebook yang menyebutkan Organisasi 
Kesehatan Dunia (WHO) mengakui Covid-19 sama seperti penyakit flu biasa. Informasi itu juga 
mengklaim 500.000 orang di Amerika Serikat meninggal dunia karena menerima vaksin 
Covid-19.
yang benar, Dikutip dari kompas.com, tidak ditemukan artikel atau pernyataan resmi dari WHO 
yang menyatakan lembaga itu mengakui Covid-19 sama seperti flu biasa. Mengutip laman 
resmi WHO, Covid-19 adalah penyakit yang dipicu oleh virus Corona baru yang disebut 
SARS-CoV-2. Kemudian, klaim 500.000 orang di AS meninggal dunia karena divaksinasi 
berasal dari sumber yang terbukti memiliki riwayat menyebarkan informasi palsu. Selain itu, 
studi terbaru yang dipublikasikan CDC pada Jumat, 22 Oktober 2021 justru menemukan 
bahwa tidak ada peningkatan risiko kematian pada penerima vaksin Covid-19.


terbit  sebuah unggahan video TikTok yang
memperlihatkan Gubernur Jawa Barat Ridwan
Kamil diduga menari tanpa memperhatikan
prokol kesehatan saat sedang merayakan
keberhasilan kontingen Jawa Barat sebagai juara
umum PON XX Papua. Dalam video itu, selain
Ridwan Kamil juga terlihat Mantan Menparekraf
Wishnutama Kusubandio ikut menari di tengah
kerumunan tanpa memakai masker.
Menanggapi hal ini, Ridwan Kamil melalui
laman Instagram resminya mengklarifikasi
bahwa narasi dalam video yang terbit  ini
adalah tidak benar. Ia menegaskan, video yang
menampilkan dirinya bergoyang ria itu
merupakan video lama yang merekam kegiatan
perayaan Cap Go Meh di Kota Bogor sebelum
pandemi Covid-19 melanda.


terbit  sebuah artikel dari situs www.lifesitenews.com menyebarkan informasi mengenai 
studi FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat) menunjukkan bahwa 
orang yang mendapatkan vaksin Pfizer-BioNTech Covid-19 dapat lebih berpeluang untuk 
terpapar virus Covid-19.
yang benar dikutip dari turnbackhoax.id, klaim mengenai informasi ini adalah salah. 
Alison Galvani, Director of the Yale Center for Infectious Disease Modeling and Analysis 
melalui AFP mengungkapkan bahwa orang yang diberi vaksin Pfizer akan 
berkemungkinan jauh lebih kecil terpapar, terinfeksi, dirawat di rumah sakit atau bahkan 
meninggal akibat Covid-19. Dilansir dari kemkes.go.id, Badan POM dalam press release-nya 
menyatakan bahwa vaksin Pfizer memiliki efikasi 100% mencegah Covid-19 pada remaja 
usia 12-15 tahun, sedangkan pada usia 16 tahun ke atas memiliki efikasi 95,5% mencegah 
Covid-19.



terbit  sebuah narasi melalui pesan berantai WhatsApp yang menyebut bahwa WHO telah 
mengakui jika sebanyak 500.000 warga Amerika meninggal bukan karena serangan virus 
Covid-19, melainkan dipicu karena vaksin Covid-19.
yang benar, klaim bahwa 500 ribu orang meninggal bukan karena Covid-19 melainkan karena 
vaksin adalah keliru. Mengutip dari pemberitaan dw.com, hingga berita ini dirilis, jumlah 
kematian akibat Covid-19 di Amerika Serikat (AS) sedikitnya telah mencapai 500.236 kasus, 
menurut data dari Universitas Johns Hopkins. AS sendiri menjadi negara dengan jumlah 
kematian akibat Covid-19 tertinggi di dunia. Sebanyak 20 persen kasus kematian dari hampir 
2,5 juta kematian global berasal dari negara ini. Jumlah kematian di AS ini melebihi jumlah 
kematian orang Amerika dalam Perang Dunia I, Perang Dunia II, dan Perang Vietnam jika 
digabungkan.


terbit  sebuah surat undangan seminar yang 
mengatasnamakan Lembaga Administrasi Negara Republik 
negarakita (LAN RI). Undangan seminar dengan tema 
"Tantangan Administrasi Negara dan Pencegahan Korupsi di 
Masa Pandemi Covid-19 Dalam Mewujudkan World Class 
Government Untuk Mendukung Visi negarakita Maju Yang 
Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan 
Gotong Royong" ini, akan dilaksanakan pada tanggal 
09-11 November 2021 di Kota Bogor. Dalam undangan 
ini juga terdapat keterangan biaya sebesar Rp6.5 juta 
yang harus dibayarkan ke rekening Bank Mandiri dengan 
nomor 173-00-1058221-9 atas nama Rudi Purwanto SE 
sebagai syarat untuk mengikuti kegiatan seminar ini.
yang benar, surat undangan seminar yang mengatasnamakan 
Lembaga Administrasi Negara Republik negarakita (LAN RI) 
ini adalah hoaks. Dilansir dari akun media sosial resmi 
milik LAN RI, pihaknya tidak pernah menyelenggarakan 
kegiatan sebagaimana yang tertera pada surat undangan 
ini. LAN RI mengimbau kepada seluruh stakeholder, 
agar berhati-hati dan dapat mengonfirmasi melalui Humas 
LAN RI apabila memperoleh informasi yang mencurigakan 
seperti ini, menyalahgunakan nama institusi dan pimpinan 
LAN RI. Apabila terdapat hal yang kurang jelas atau 
mencurigakan, jadikan Humas LAN RI sebagai acuan 
informasi yang paling sah dan valid.



terbit  sebuah video dengan keterangan berbahasa asing yang menyebut kejadian seorang 
laki-laki menghancurkan mesin verifikasi paspor vaksin Covid-19 di sebuah bandara.
yang benar, dilansir dari AFP, keterangan pada video ini adalah keliru. berdasar hasil 
penelusuran, diketahui video ini merupakan video lama yang direkam pada 15 Desember 
2018, jauh sebelum adanya vaksin Covid-19. Video yang sama dengan durasi lebih panjang juga 
ditemukan pada unggahan YouTube pada 10 Januari 2019. Deskripsi video bertuliskan "dia 
merusak lima mesin check-in mandiri di dekatnya dalam waktu sekitar dua menit dengan 
menendangnya atau menghancurkannya dengan tas koper.


terbit  di media sosial Facebook sebuah
narasi yang menyatakan bahwa Uni Eropa
akan menghentikan program vaksin Covid-19.
Kebijakan ini akan berlaku mulai bulan
Oktober 2021. Dalam narasi ini, juga
dicantumkan tautan pernyataan yang dirilis
oleh situs resmi Uni Eropa, serta sebuah tautan
berisi profil seorang dokter asal Prancis.
berdasar hasil penelusuran, tidak ada
pernyataan resmi dari Parlemen Uni Eropa
maupun negara-negara anggota Uni Eropa
bahwa program vaksin Covid-19 akan
dihentikan mulai Oktober 2021. Dalam tautan
pernyataan resmi oleh Uni Eropa, ditegaskan
pada paragraf pertama bahwa vaksinasi
merupakan cara terbaik untuk mengakhiri
pandemi dan kembali ke kehidupan normal.
Dokumen ini menjelaskan rencana
untuk mengembangkan metode pengobatan
bagi pasien Covid-19, dan program ini
akan dilaksanakan beriringan dengan program
vaksinasi, bukan untuk menggantikan
program vaksinasi.


terbit  sebuah pesan WhatsApp yang berisi narasi bahwa terdapat hampir 20 ribu 
laporan kebutaan atau gangguan pada mata usai vaksinasi di Eropa. Pengguna 
nomor WhatsApp ini juga membagikan foto tangkapan layar artikel berjudul 
"Europe reports nearly 20,000 cases of eye disorders after vaccination against the 
CCP Virus" dengan narasi, "Eropa Hampir 20.000 Laporan kebutaan mata usai 
vaksinasi".
Dilansir dari medcom.id, klaim bahwa terdapat hampir 20 ribu laporan kebutaan atau 
gangguan pada mata usai vaksinasi di Eropa, tidak berdasar. yang benar, tidak ada 
informasi resmi dan valid mengenai hal itu. sesudah dilakukan pengecekan ulang 
artikel yang dimuat situs The BL pada 2 Mei 2021 pukul 17.02 dengan judul ini 
juga tidak ditemukan.

terbit  di media sosial Twitter, sebuah video yang mengklaim bahwa seorang remaja di Inggris 
bernama Adam Ali meninggal dunia sesudah disuntik vaksin Covid-19. Dalam video ini tampak 
seorang pria yang sedang mondar-mandir dan mengaku telah melapor kepada pihak polisi terkait 
kejadian ini.
yang benar, dilansir dari kumparan.com yang mengutip dari Reuters, klaim yang menyebutkan bahwa 
seorang remaja di Inggris meninggal dunia sesudah disuntik vaksin Covid-19 adalah tidak benar. Juru 
Bicara Program Vaksinasi Birmingham dan Solihull, yang dikelola oleh University Hospitals Birmingham 
NHS Foundation Trust mengatakan, dapat dikonfirmasi bahwa sebelum kematiannya, Adam tidak 
menerima vaksinasi Covid-19 dan penyebab kematian sampai saat ini belum diketahui.


terbit  sebuah pesan berantai pada platform 
WhatsApp yang memberikan informasi bahwa vaksin 
Covid-19 yang telah disuntikkan merupakan rangkaian 
teknis yang akan terkoneksi ketika jaringan internet 
5G diaktifkan dan secara otomatis orang yang telah 
divaksinasi akan menjadi antena wifi dan terpantau 
gerak-geriknya.
yang benar, informasi bahwa vaksinasi Covid-19 adalah 
rangkaian teknis untuk mengendalikan manusia dan 
terkoneksi melalui jaringan 5G ini adalah hoaks, 
juga tidak memiliki kredibilitas informasi. Hoaks 
serupa pernah juga terbit  di antaranya 
menyebutkan bahwa vaksinasi Covid-19 terdapat 
microchips yang mengandung unsur magnetik. Saat 
ini, vaksinasi Covid-19 yang dilakukan pemerintah 
adalah bentuk ikhtiar agar warga dunia dapat 
keluar dari krisis kesehatan seperti pandemi Covid-19.


terbit  sebuah unggahan di media sosial Instagram, informasi yang 
menyatakan bahwa selebgram Rachel Vennya akan dinobatkan menjadi Duta 
Covid-19. Disebutkan pula tugasnya akan memberikan penyuluhan tentang 
vaksin, karantina, dan menjaga daya tahan tubuh. 
Dilansir dari news.detik.com, Juru Bicara Satgas Pusat Prof. drh. Wiku Bakti 
Bawono Adisasmito, M.Sc., PhD, dalam konferensi pers menyatakan bahwa 
informasi ini tidak benar. Wiku memastikan proses hukum terkait 
kaburnya selebgram Rachel Vennya saat masa karantina tengah berjalan.


terbit  sebuah unggahan dengan klaim situs penanganan Covid-19 milik Pemerintah 
Belanda, coronacheck.nl dibuat sebelum adanya pandemi dan klaim bahwa Pemerintah 
Belanda telah membodohi warga negaranya.
Dikutip dari kumparan.com, Pemerintah Belanda mendeteksi kasus pertama Covid-19 
pada 27 Januari 2020, sementara situs penanganan Covid-19 Belanda terdaftar pada 25 
Februari 2020. Namun, hal itu bukan berarti Pemerintah Belanda telah memiliki informasi 
dan dampak Covid-19. Kemenkes Belanda menegaskan bahwa situs ini dibuat oleh 
pihak ketiga, lalu domain ini diakuisisi oleh negara. Jadi, klaim yang menyebutkan 
Pemerintah Belanda telah mengetahui informasi seputar Covid-19 karena pendaftaran 
situs lebih dulu daripada kasus pertama Covid-19 adalah kurang tepat, karena klaim 
ini memiliki konteks yang berbeda dari aslinya.

Sebuah akun media sosial Facebook mengunggah informasi yang menyatakan seorang 
pilot pesawat maskapai penerbangan Delta Air Lines meninggal sesudah beberapa hari 
menerima dosis vaksin kedua di tengah penerbangan dan perlu melakukan pendaratan 
darurat. 
Dilansir dari covid19.go.id, Juru Bicara Maskapai Delta Air Lines, Morgan Durrant, 
menegaskan bahwa kabar ini adalah tidak benar. Kematian di tengah penerbangan 
jarang terjadi dan maskapai penerbangan diwajibkan secara hukum untuk 
melaporkannya secara terbuka. Lebih lanjut, Maria Njoku, Juru Bicara Badan Penerbangan 
Federal Amerika Serikat juga menyatakan bahwa tidak ada laporan seorang pilot 
meninggal sesudah menerima dosis kedua vaksin dan perlu melakukan pendaratan 
darurat.

terbit  sebuah unggahan di media sosial Instagram, informasi yang mengklaim pernyataan dari CEO Pfizer Albert 
Bourla bahwa orang yang tidak divaksinasi akan mengimunisasi diri mereka sendiri secara alami. Pada unggahan 
ini juga menampilkan kutipan pernyataan dari penemu vaksin AstraZeneca, Prof. Dame Sarah Gilbert yang 
menyatakan “Tidak ada alasan untuk berpikir kita akan memiliki Covid-19 versi 2 lebih ganas, pada akhirnya virus ini 
akan menjadi virus biasa yang menyebabkan flu”.
yang benar, dilansir dari cekfakta.tempo.co, informasi yang mengklaim pernyataan CEO Pfizer Albert Bourla tentang 
orang yang tidak divaksinasi akan mengimunisasi dirinya sendiri secara alami adalah tidak benar. Pernyataan ini justru 
bertentangan dengan pernyataan Bourla pada 8 September 2020, seperti yang dimuat oleh CNBC. Saat itu Bourla 
memperingatkan bahwa orang yang tidak divaksinasi, akan menjadi kelompok rentan terkena virus dan membuat 
virus terus menyebar. Selain itu, orang-orang yang memutuskan untuk tidak divaksinasi, tidak hanya berdampak pada 
hidup mereka sendiri, tetapi juga memberi dampak pada kehidupan orang lain. Bourla sendiri diketahui sudah 
mendapatkan dosis penuh vaksinasi Covid-19 pada 10 Maret 2021. Sedangkan, klaim kutipan pernyataan dari penemu 
vaksin AstraZeneca Prof. Dame Sarah Gilbert tentang "Tidak ada alasan untuk berpikir kita akan memiliki Covid-19 versi 
2 lebih ganas, pada akhirnya virus ini akan menjadi virus biasa yang menyebabkan flu" adalah keliru. Dilansir dari The 
Times, saat seminar Royal Society of Medicine pada 21 September 2021, Sarah mengatakan bahwa virus Corona 
biasanya tidak bermutasi ke varian yang bisa melawan vaksin, sebab tak ada lagi tempat bagi virus untuk menyebar 
dan berkembang. Sehingga bisa dikatakan, tidak akan ada lagi varian SARS-Cov-2 yang lebih ganas jika semua orang 
sudah divaksinasi. Dari pernyataan ini, diketahui bahwa konteks pernyataan Sarah adalah Covid-19 tidak 
mungkin bermutasi menjadi varian yang lebih ganas pada seseorang yang telah divaksinasi. Artinya, Sarah 
menekankan pentingnya vaksinasi Covid-19. 


terbit  di media sosial Twitter informasi yang menyebut maskapai penerbangan 
internasional melarang warga yang sudah divaksin untuk terbang karena takut terjadi 
pembekuan darah saat pesawat mulai terbang.
yang benar, dilansir dari merdeka.com, informasi maskapai penerbangan akan melarang 
warga yang sudah divaksin karena takut terjadi pembekuan darah adalah hoaks. 
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menjelaskan bahwa orang yang 
masih dilarang untuk melakukan perjalanan domestik dan internasional adalah mereka 
yang justru belum divaksin. Pakar kesehatan juga tidak menemukan informasi terkait risiko 
pembekuan darah akibat vaksin.


Sebuah video berbahasa Korea terbit  di media sosial dengan klaim yang menyebut 
seorang bayi lahir cacat akibat vaksin Covid-19. Video ini memperlihatkan bayi 
dengan kondisi tidak sempurna. 
yang benar klaim bahwa bayi dalam video ini terlahir cacat berhubungan dengan 
vaksin Covid-19 adalah salah. Dilansir dari AFP, foto serupa diketahui pernah diterbitkan 
oleh tabloid Inggris The Daily Mirror dalam sebuah artikel laporan pada 21 September 
2019 lalu. Laporan ini menulis tentang seorang bayi yang lahir dengan 4 kaki dan 3 
tangan di India. Dr. Rohitesh Meena, ahli bedah yang menangani kelahiran bayi ini 
turut memberikan klarifikasi pada AFP bahwa kasus itu terjadi pada 2019, sebelum 
Covid-19. Sementara India baru memulai program vaksinasi Covid-19 pada tanggal 16 
Januari 2021.


terbit  sebuah informasi di media sosial yang mengklaim bahwa cuka dapat mengobati 
Covid-19 dengan cara dihirup melalui hidung dan mulut sampai terbatuk. Cara ini juga 
diklaim akan dengan seketika mengembalikan indera rasa dan penciuman yang hilang.
Dilansir dari AFP, Dr Anuradha P. Radhakrishnan, dokter penyakit menular di Rumah Sakit 
Selayang Malaysia mengatakan klaim bahwa cuka dapat digunakan untuk pengobatan atau 
pencegahan Covid-19 adalah tidak berdasar. Seorang dokter spesialis pengobatan pernapasan 
di Rumah Sakit Pantai Kuala Lumpur, Dr Helmy Haja Mydin menyebut menghirup cuka 
melalui mulut dan hidung justru dapat berpotensi berbahaya, baik secara langsung maupun 
tidak langsung. Hal ini dikarenakan cuka mengandung asam asetat, yang jika terhirup dapat 
merusak saluran udara, rongga mulut, kerongkongan dan bahkan mata.


terbit  sebuah informasi pada pesan berantai WhatsApp mengenai kasus Covid-19 di 
Surabaya sedang naik. Dikatakan pula karena adanya klaster baru di rumah sakit RKZ, dan 
beberapa tempat karantina menunjukkan kenaikan pasien.
yang benar, dilansir dari turnbackhoax.id, informasi ini adalah hoaks. Dinas Komunikasi 
dan Informatika Kota Surabaya melalui akun Instagram resminya @sapawargasby, 
menyampaikan bahwa terdapat 5 pasien positif Covid-19 di Asrama Haji Surabaya dan adapun 
Rumah Sakit Lapangan Indrapura sejak 2 Oktober 2021 dengan nol pasien positif Covid-19. Hal 
ini diperkuat dengan pernyataan Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, drg. Febria 
Rachmanita yang mengatakan bahwa, saat ini kasus positif di Kota Surabaya sedang melandai 
dan tingkat positif berada di angka 0,38% atau sangat rendah. Meski begitu warga harus 
tetap patuh protokol kesehatan agar sewaktu-waktu tidak terjadi lonjakan kembali.


terbit  sebuah video di media sosial Twitter berisi klaim bahwa seorang doktor sekaligus ahli 
penyakit Amerika Serikat (AS), Anthony Fauci, mengembangkan virus influenza baru untuk 
program vaksinasi flu universal. Disebutkan bahwa virus influenza atau flu yang direncanakan 
merupakan flu burung. Klaim itu dikaitkan dengan vaksinasi yang tengah dikembangkan Fauci. 
yang benar, klaim Fauci mengembangkan virus flu baru terkait pengembangan vaksin influenza 
universal adalah tidak benar. Dikutip dari Reuters, video ini ditayangkan di laman c-span.org. 
Dalam situs itu terdapat keterangan sejumlah ahli kesehatan termasuk Anthony Fauci, tengah 
membahas prospek ilmiah dan teknologi dalam pengembangan vaksin influenza universal yang 
efektif. Vaksin universal ini akan efektif melawan berbagai jenis virus flu yang bermutasi setiap 
tahun. Namun, tidak ada narasi yang mengklaim bahwa Fauci tengah mengembangkan virus 
influenza baru terkait dengan pengembangan vaksin universal ini.


terbit  pesan berantai di media sosial WhatsApp, sebuah informasi yang menyebutkan 
bahwa anak-anak di Amerika dan Eropa diberi pemahaman soal bahaya vaksin.
Dilansir dari medcom.id, klaim yang menyebutkan semua anak di Amerika dan Eropa tidak 
dianjurkan untuk vaksin di tengah pandemi Covid-19 adalah tidak benar. yang benar, Pusat 
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat atau CDC, merekomendasikan 
semua orang yang berusia 12 tahun ke atas harus mendapatkan vaksinasi Covid-19 untuk 
membantu melindungi dari pandemi Covid-19. Vaksinasi secara luas merupakan bagian 
penting untuk membantu menghentikan laju pandemi.


terbit  di media sosial TikTok, sebuah potongan video wawancara yang mengulas hasil 
sebuah penelitian di Israel bahwa kekebalan alami pasca terinfeksi Covid-19 lebih baik 
ketimbang kekebalan yang diperoleh dengan vaksin. Video ini disertai dengan narasi 
bahwa orang yang sudah divaksinasi Covid-19, memiliki kemungkinan 13 kali lebih besar 
terinfeksi Covid-19 daripada mereka yang memiliki kekebalan alami pasca terinfeksi Covid-19 
sebelumnya.
Dikutip dari medcom.id, klaim bahwa kekebalan alami lebih baik ketimbang kekebalan yang 
diperoleh dari vaksin, adalah salah. yang benar, seperti dirilis oleh Centers for Disease Control 
and Prevention (CDC) pada awal Agustus 2021, penyintas Covid-19 yang tidak divaksin lebih 
berisiko kembali terinfeksi Covid-19. Bahkan mereka yang tidak divaksinasi, 10 kali lebih 
berisiko dirawat di rumah sakit dan 11 kali lebih berpotensi meninggal akibat Covid-19 
ketimbang yang sudah divaksinasi.


terbit  pesan berantai WhatsApp, informasi yang 
menyebutkan bahwa Uni Eropa akan menghentikan 
vaksin Covid-19 mulai 20 Oktober 2021 mendatang. 
Pesan berantai itu tersebar dalam bahasa Melayu 
disertai dengan link website Uni Eropa.
yang benar, pesan berantai yang mengklaim Uni Eropa 
akan menghentikan vaksin Covid-19 pada 20 Oktober 
2021 adalah hoaks. Dilansir dari liputan6.com yang 
menelusuri dengan mengunjungi link yang disertakan 
dalam pesan berantai yang terbit , link ini 
mengarah pada website resmi Uni Eropa yang 
beralamat di ec.europa.eu yang dirilis pada 29 Juni 
2021. Berbeda dengan pernyataan dalam pesan 
berantai, rilis itu justru menyebut vaksin sebagai jalan 
terbaik untuk mengakhiri pandemi Covid-19. Dalam 
rilis itu juga disebutkan strategi untuk pengobatan 
pada pasien Covid-19 merupakan kelanjutan dari 
strategi vaksin Covid-19 yang terbukti mencegah dan 
mengurangi penularan, tingkat rawat inap dan kasus 
kematian.

terbit  di media sosial Twitter, sebuah informasi yang menyebut gelombang elektromagnetik yang 
muncul saat melakukan tes scan Magnetic Resonance Imaging (MRI) berbahaya bagi orang yang 
sudah divaksinasi Covid-19. Informasi ini disertai dengan narasi "I am warning vaxxed individuals 
to avoid MRI scans, especially for the 1st few weeks, as some people have been severely affected by the 
electromagnetism it produces. The Most severe cases have resulted in the death of the patients. No one 
is reporting to VAERS."
yang benar, dilansir dari merdeka.com, informasi yang menyebutkan gelombang elektromagnetik yang 
muncul saat melakukan tes scan MRI berbahaya bagi orang yang sudah divaksinasi Covid-19 adalah 
hoaks. Dalam artikel AFP Fact Check berjudul "Covid-19 vaccination does not make MRI scans 
dangerous" pada 8 Oktober 2021, dijelaskan bahwa tes scan MRI aman dilakukan sesudah vaksinasi 
Covid-19. Ahli Saraf dan Profesor di University of British Columbia, Dr. Lara Boyd mengatakan bahwa 
sama sekali tidak ada data yang menunjukkan bahwa tes scan MRI dilarang sesudah melakukan 
vaksinasi Covid-19. Profesor Biofisika Medis di University of Toronto, Dr. Jean Chen juga menegaskan 
bahwa vaksinasi Covid-19 bukanlah alasan untuk tidak melakukan tes scan MRI. MRI memakai 
gelombang radio dalam medan magnet untuk menghasilkan gambar detail bagian dalam tubuh. 
Vaksin Covid-19 tidak berpengaruh dalam proses ini, karena vaksin tidak mengandung bahan magnetik.



terbit  sebuah video pada pesan berantai WhatsApp yang menampilkan seorang tenaga 
kesehatan yang sedang memperlihatkan jarum suntik yang telah diisi vaksin. Kemudian 
tenaga kesehatan itu menyuntik dengan suntik yang tampak kosong kepada seorang anak 
laki-laki. Narasi pada video ini dikaitkan dengan vaksinasi yang terjadi di sebuah sekolah 
di Jakarta.
sesudah ditelusuri, klaim bahwa video itu memperlihatkan vaksinasi sekolah di Jakarta, adalah 
salah. yang benar, video itu merupakan vaksinasi di Malaysia. Jika diperhatikan, bahasa yang 
digunakan pada video itu bukan bahasa negarakita, tapi Melayu. Kemudian di video itu 
memperlihatkan sejumlah bendera Malaysia yang dipasang hampir di sekeliling ruangan


Pengguna media sosial membagikan potongan informasi berbahasa Inggris yang
mengklaim bahwa berdasar data Medicare Tracking System, ditemukan lebih dari
48.000 orang telah meninggal dalam 14 hari sesudah menerima vaksin Covid-19.
yang benar, data ini tidak berdasar. Dilansir dari Reuters.com, berdasar
penelusuran tidak ditemukan adanya situs atau basis data yang disebut dengan
Medicare Tracking System. Centers for Medicare & Medicaid Services (CMS) juga turut
menegaskan sejauh ini pihaknya tidak memiliki Medicare Tracking System. Data CMS 
memang menampilkan data “Rumah Perawatan Covid-19” dan “Kasus Rawat Inap 
Medicare Covid-19”, tetapi tidak ada data tentang kematian akibat sesudah vaksinasi.
Juru bicara CMS menyebut data 48.000 itu tidak akurat. Lebih lanjut, Pusat
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) dalam situsnya menyebut, Sistem
Pelaporan Kejadian Buruk Vaksin (VAERS) menerima 8.390 laporan kematian sebesar
0,0021% dari jumlah orang yang divaksinasi Covid-19 antara 14 Desember 2019 hingga 4
Oktober 2021.

terbit  sebuah unggahan video disertai narasi pada aplikasi Facebook yang diklaim 
sebagai liputan terkait Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah 
menghentikan peredaran vaksin Covid-19 yang berasal dari Tiongkok.
yang benar, klaim penggantian vaksin Covid-19 yang berasal dari Tiongkok ini 
adalah keliru. Dilansir dari Cek Fakta Liputan6.com, diketahui bahwa obat Covid-19 dari 
Tiongkok yang direkomendasikan untuk dihentikan peredarannya oleh BPOM yaitu, 
Linhua Qingwen Capsules karena dinilai lebih besar risiko ketimbang manfaatnya. Obat 
ini sempat memperoleh persetujuan BNPB atas rekomendasi BPOM pada 2020 
melalui Sistem Layanan Perizinan Tanggap Darurat. Namun, sesudah melalui kajian 
lebih lanjut obat jenis ini diketahui mengandung bahan berbahaya yang bisa memicu 
masalah pada jantung dan pembuluh darah serta sistem saraf pusat. Melansir dari 
Kompas.com, hal ini dipicu karena terdapat kandungan bahan Ephedra 
pada obat Lianhua Qingwen Capsules. Farmakologi & Clinical Research Supporting 
Unit dari Fakultas Kedokteran Universitas negarakita (FKUI) dr. Nafrialdi, Ph.D, Sp.PD. 
menjelaskan bahwa Ephedra adalah obat golongan simpatomimetik yang memiliki 
efek terhadap sistem kardiovaskular.



terbit  sebuah postingan di media sosial
yang membagikan gambar hasil tangkapan
layar yang memperlihatkan pemandangan
udara kerumunan warga di
Melbourne. Gambar ini dikaitkan
dengan aksi protes anti vaksinasi di
Melbourne pada September 2021.
Dilansir dari AFP, klaim atas gambar
ini adalah keliru. Adapun gambar
yang dibagikan ini merupakan
kejadian para pekerja di Melbourne yang
berunjuk rasa untuk menentang
undang-undang perburuhan pada tahun
2006. Sebuah foto serupa diunggah pada 28
Juni 2006 oleh Newspix, departemen lisensi
gambar untuk News Corp Australia dengan
keterangan "Pemandangan udara para
pengunjuk rasa berkumpul di
persimpangan Jalan Swanston dan Jalan
Bourke di Melbourne, Victoria saat mereka
mengambil bagian dalam rapat umum
hubungan industrial"


terbit  sebuah narasi di media sosial menyebutkan ada 4 orang wanita di 
Australia mengalami keguguran sesudah disuntik vaksin Pfizer.
yang benar, dilansir dari kumparan.com yang mengutip dari AFP, Juru Bicara BPOM 
Australia (TGA) menegaskan tidak ada kaitan antara vaksin Covid-19 dengan 
keguguran. Seorang ahli virus dari Departemen Ilmu Biologi A&M 
University-Texarkana, Texas, Amerika Serikat, Benjamin Neuman menyebut tidak 
ada keterkaitan antara vaksinasi dan aspek reproduksi apapun. Lebih lanjut, 
laporan dari New England Journal of Medicine dan Journal of American Medical 
Association juga tidak menemukan adanya peningkatan keguguran atau 
kehamilan yang merugikan pada wanita bagi mereka yang telah divaksin.


terbit  sebuah pesan berantai di media
sosial WhatsApp berisi klaim bahwa
vaksin Covid-19 dapat menyebabkan
darah kental dan memperpendek umur
pemakainya. 
yang benar, dikutip dari liputan6.com, Juru
Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian
Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi
menyebut informasi tentang vaksin virus
Covid-19 dapat menyebabkan darah
menjadi kental adalah tidak benar. Nadia
juga membantah klaim yang menyebut
vaksin Covid-19 dapat memperpendek
usia seseorang.

terbit  unggahan potongan video di media sosial Facebook yang memperlihatkan orasi
dari seorang pria dalam sebuah aksi unjuk rasa. Pada detik 0:21, pria ini mengklaim
bahwa ada ratusan bahkan ribuan orang di negarakita yang meninggal dunia sesudah
divaksinasi Covid-19.
berdasar hasil pemeriksaan fakta Tempo, klaim pria yang berorasi dengan menyebut
ratusan bahkan ribuan orang di negarakita yang meninggal dunia sesudah divaksin Covid-19
adalah keliru. Tidak ada bukti dan laporan tentang jumlah warga yang meninggal sesudah
vaksinasi Covid-19 mencapai ratusan bahkan ribuan orang. Dikutip dari kompas.com pada
20 Mei 2021, Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) Hindra
Irawan Satari mengungkapkan, dari ratusan laporan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI),
ada 30 kasus meninggal dunia sesudah divaksinasi Covid-19. Jumlah ini terdiri dari 27
kasus yang dilaporkan sesudah mendapatkan vaksin Sinovac dan 3 kasus sesudah vaksin
AstraZeneca. Kendati demikian, Komnas KIPI menegaskan bahwa kejadian ini bukan
akibat langsung dari vaksinasi. Selain itu, Ketua Komnas KIPI Hindra Irawan Satari pada
Jumat, 8 Oktober 2021 menyatakan bahwa sampai hari ini tidak ada kasus kematian yang
dipicu oleh vaksinasi Covid-19.