Tampilkan postingan dengan label olahraga. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label olahraga. Tampilkan semua postingan

Selasa, 27 Februari 2024

olahraga

 







Penerbitan surat kabar harian olahraga di negara kita mulai menunjukkan

perkembangan. Dalam kurun waktu dua tahun terakhir; muncul dua harian

olahraga yakni Horion Bolo dan SuperBall. Kedua harian ini menyusul harian

TopSkor yang telah terbit lebih dahulu. Harian olahraga di negara kita hadir

di tengah kondisi di mana pembaca surat kabar tengah menurun. Namun

begitu harian olahraga juga memiliki prospek yang baik apabila dikelola

dengan baik. Tulisan ini memberikan ulasan awal mengenai tiga harian

suratkabar di negara kita yakni TopSkor, Harian Bola, dan SuperBall. Fokus

ulasan adalah pada konten, struktur, perilaku, dan kinerja atau pendekatan

S-C-P (strucfure-conduct-performonce). Dalam ulasan ini  penulis

memberikan rekomendasi apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh harian

olahraga. Di bagian penutup tulisan, penulis memberikan rekomendasi

tentang penelitian-penelitian selanjutnya yang dapat dilakukan berkaitan

dengan harian olahraga di negara kita.



Ada sebuah ungkapan bahwa resep agar

media laku adalah menggunakan formula

35, yakni sex (seks), scandal (skandal),

dan sport (olahraga). Keriga tema tersebur

dianggap oleh pengelola media cukup efektif

untuk menarik perhatian khalayak. Jadi jika

ingin sebuah media laku, media hendaknya

menghadirkan konten dengan tema minimal

satu dari 35 ini  

Ungkapan itu memang di satu sisi terdengar

sebagai anekdot, tetapi di sisi lain memang

benar. Berkaitan dengan tulisan ini, maka

penulis hanya akan membahas mengcnai

konten olahraga saja.

Harus diakui, faktanya konten

mengenai olahraga merupakan "me nu

wajib" bagi setiap media karena menarik

pembaca. Daya tarik berita olahraga adalah

kandungan unsur hiburan di dalamnya

dan dapat menjadi semacam pelepasan

atau katarsis bagi sebagian warga  yang

ingin mengaktualisasikan dirinya. Dalam

rnasa terrenru, perisriwa olahraga dapat

menyatukan beragam manusia, seperri

perebutan Piala Thomas, ia menyatukan

seluruh bangsa negara kita dalam satu

kata: nasionalisme (Kusumaningrat 6a

Kusumaningrat, 2006: 9-10). Bahkan berkat

pemberitaan media, ajang seperri Piala

Dunia, tidak lagi hanya milik warga 

y^ng negarany,. ambil bagian di kejrraraan

ini . warga  di negara yang

absen di Piala Dunia pun, ikur merasakan

kemeriahannya.

Perndapat senada juga diungkapkan

oleh Coakley (2003: 442).Ia menilai bahwa

olahraga dan rnedia memiliki hubungan

saling mengunrungkan satu sama lain.

Selengkapnya:

...lVithout the media, commercial iports

utolud not be so utide-spread and there

uould be less ertphasis on elitist form of

c|mPetitiue s?orts .... Without exponre to

sports through the media, ?eople uould

probably giue louter priority to organized

competitire sports in their eueryday liues

....iYithout sports, newspaper circulation

probably u,,oald detease, and teleuision

programming on weehends and holidays

would be dffirent and less proftable for

teleuision companies.

Saar ini hampir semua media di

negara kita, baik itu cetak, elektronik, mau

ptn online memiliki rubrik atau program

khusus olahraga. Halaman khusus olahraga

di harian Kornpas misalnya berjumlah tiga

halaman. Sementara di harian Jauta Pos

ditempatkan dalam rubrik tersendiri yakni

Sportainment dengan jumlah halaman

delapan. Pada medio tahun 2008, harian

Jurnal Nasional memasang halaman segmen

olahraga Top Soccer di bagian depan.

Halaman rubrik olahraga bisa bertambah

ketika ada event besar seperri Piala Dunia,

Piala Eropa, atau kejuaraan di mana

negara kita ambil bagian di dalamnya.

Di media elektronik, ada banyak

program yang khusus membahas olahraga.

Program ini  bisa merupakan program

tersendiri misalkan Galeri Sepahbok

negara kita, One Stop Football, Highlight

MotoGP (TiansT), World Boxing, Sport One

(tuOne), Kampiun Liga Ind.onesia @NfV

adalah beberapa contohnya. Selain itu, salur-

JURNAL HilTflffilTE Ai$ll

Na@yana Mahendra Prcrctya. Gelia' Surat Kabar... Volume 6, Nomor 1, Mei 2014

an televisi di negara kita juga menyiarkan

ayangan- rayan gan olahraga seperri MotoGP

(TiansT), Liga Champions (SC7-V), Liga

Spanyol (RCTI), Liga negara kita (ANTV,

dan sebagainya. Namun tidak jarang

berita olahraga juga masuk dalam segmen

berita reguler, misalkan di berita pagi juga

ada  berita mengenai hasil pertandingan

sepakbola yang berlangsung pada dinihari.

Untuk media online, ada  ktnal

khusus olahraga seperti detihsport (detih.

com), Kompas Bok (Kompas.com), Viua Bok

(uiua.co.id), bola.liputan6.com (Liputan6.

com), dan sebagainya. Ada juga situs berita

yang memang khusus membahas mengenai

olahraga, seperti bolanews.com, duniasoccer.

com, dan goal.com (laman negara kita).

Kondisi ini  membuktikan bahwa

berita atau konten olahraga memberikan

atau setidaknya menjanjikan manfaat bagi

media, dalam hal ini bisa dipahami sebagai

peningkatan keuntungan.

Perkembangan media cetak di

negara kita yang membahas olahraga

semakin pesar. Ada yang berformat

tabloid, ma.jalah, majalah yang merupakan

franchise dari majalah yang telah terbit di

luar negeri, bahkan ada majalah sepakbola

yang didedikasikan hanya urrtuk satu klub

(Adiputra, 2010 : b). Mayoritas dari media

cetak ini  merupakan terbitan berkala.

Lalu bagaimana dengan surat kabar atau

harian khusus olahraga? Dalam beberapa

tahun terakhir, dunia media di negara kita

mulai ramai dengan kehadiran surar kabar

(harian) khusus olahraga. Harian 7bp Shor

mengawali hadirnya harian olahraga di

negara kita pada tahun 2005. Kemudian

tabloid olahraga Bola melwcurkan harian

Bola pada mhun 2013. Yang terbaru adalah

kehadiran Super Ball yang merupakan

bagian dari kelompok Tribun Kompas

Gramedia yang hadir pada tahun 2014.

Kehadiran harian olahraga di negara kita

rentu di satu sisi merupakan peluang

bagi media rersebur, terapi di sisi lain

juga menghadirkan tantangan rersendiri.

Tentunya para perusahaan penerbit koran

olahraga memiliki pertimbangan sendiri

untuk terjun dalam pasar yang kurang

menjanjikan. Pasalnya, menurut Serikat

Penerbitan Suratkabar (SPS), pembaca

koran di negara kita menurun hingga tinggal

11 persen saja ("SPS: Pembaca Koran

Tinggal 15 Perseri', Republiha.co.id, 2I

C)ktober 201 1, diakses 22 JarL.tari 201.4).

Kehadiran harian olahraga di negara kita

tentu di satu sisi merupakan peluang

bagi media ini , tetapi di sisi lain

juga menghadirkan tantangan tersendiri.

Tentunya para perusahaan penerbir koran

olahraga memiliki pertimbangan sendiri

unruk rerjun dalam pasar yang kurang

men.janjikan. Pasalnya, menurut Serikar

Penerbitan Surarkabar (SPS), pembaca

koran di negara kita menurun hingga tinggal

15 pe.sen saja ("SPS: Pembaca Koran

Tinggal 15 Persen", Republiha. co. id, 21

Oktober 201 1 , diakses 22 Januari 2014) .

Untuk membahas mengenai koran

olahraga di negara kita, maka tulisan ini

akan terdiri dari dua bagian utama. Pertama

adalah membahas harian olahraga dari sisi

konten, kedua adalah membahas harian

J U R NA L fi i! rt4 tl"'tl:i$iltfl

Volume 6, Nomor 1, Mei 2014 Narcyana Mahendrc Pnrclya. Geliat Surat Kabar. .

olahraga dengan menggunakan pendekatan

SCP

Pembahasan dari sisi konten bertujuan

memetakan apa saja yang ditawarkan

oleh harian olahraga negara kita. Di bagian

akhir pembahasan dari sisi konten, penulis

memberikan rekomendasi tentang konten

apasajayang masih mungkin dikembangkan.

Seme ntara pendekatan S-C-P bertujuan

melihat harian olahraga dari sisi orgarrisasi

media. Melalui pendekaran S-C-P penulis

hendak melihat bagaimana kinerja harian

olahraga di negara kita dan rnemberikan

rekomendasi tentang hal-hal apa saja yang

masih bisa dikembangkan baik dari variabel

stt'uoure, conduct dan petformance.

Pernbahasan

Harian Olahraga di negara kita

Media olahraga di dunia mulai

berken-rbang pada abad ke- 18. Majalah

olahraga pertama di Inggris, yakni Sporting

Magazine dan Sporting Life, dirilis pertama

kali pada '.ahun 1792 dan 1821 . 'lema

liputan utama kedua majalah itu adalah

pacuan kuda. Ma.jalah ini  menjadi

referensi bagi penonron untuk memasang

taruhan. Di Prancis, rnajalah olahraga

pertama bernama LeSport (rarebit tahtn

1854). Ada pun ma.jalah olahraga pertama

yang berbahasa Jerman adalah Austrian

Allgemeine Sportzeitung (1878). Di Amerika

Serikat pada tahun 1890-an jumlah majalah

olahraga mencapai 50 judul. Llntuk surat

kabar, harian New Yorh World menjadi trat

kabar pertama yang memiliki dm redaksi

olahraga sendiri (tahun 1883). Pada medio

7920-an,40 persen dari berita lokal di New

Yorh lYorld dan 60 persen dari berita lokal di

New Yorh Tiibun rcrdiri dari berita olahraga.

Mulai medio 1920an, surat kabar harian

mulai rutin mengalokasikan empar arau

lima halaman untuk berita-berita olahraga

(Beck 6c Bosshart, 2003; Smart, 2005).

Posisi berita olahraga untuk sebuah

media semakin penting di masa kini: "[T]

hus in the 21st century newspaper marhet

sports journalism remainr an important ?art

of the brand identity of popular neuspa?ers"

(Boyle, 2006: 49). Sebagai contoh, harian

umllrm Indo Pos (/awa Pas Group yang

terbir di Jakarta), memasang tagline "Berita

Olahraga Nomor l" (Prasrya, 2007:147).

Bahkan berita olahraga dapat

menentukan "nasib" sebuah media. Contoh

kasus di Inggris berikut mungkin dapat

menjadi gambaran. Selama lebih dari 20

tahun, surar kabar Tbe.9zz diboikot oleh

warga  di kota Liverpool. Pemicunya

adalah berita The Sun yang menyebutkan

bahwa penyebab Tiagedi Hillsborough

tahun 1989 adalah para pendukung

Liverpool yang mabuk. Pemberitaan itu

membuat warga  Liverpool berang dan

sejak itu warga  di kota pelabuhan di

Inggris itu tidak sudi membeli The Sun. Dua

kali permintaan maaf dilakukan The Sun,

yakni tahun 2004 dan 2011, namun boikot

tetap saja berlangsung hingga lebih dari dua

dekade. Tiagedi itu sendiri menyebabkan 96

orarrg rewas ("Liverpool's 23-year boycort

of The Sun newspaper", BBC.co.uh, 24

February 20 12).

Narayana Mahendra Prarstya Geliat Sural Kabar. .

J U R NAL I{OIIlUtr!ilATIIR

Volume 6, Nomor 1, Mei 2014

Di negara kita, berita olahraga baru

berkembang di tahun 1970-an. Padahal satu

dekade sebelumnya, berita olahraga masih

merupakan liputan tambahan. Dianggap

tidak cukup penting. Masuk karegori

"hiburan' seperti berita mengenai hiburan

atau kriminal. Hanya beberapa koran yang

memiliki rubrik khusus olahraga, tapi

volume dan penempatannya pun kecil dan

terpencil. Salah satu penyebab perubahan

"nasib" berita olahraga adalah tayangan

langsung pertandingan sepakbola, terutama

Piala Dunia, yang menyapa pemirsa di Tanah

Air. Pemirsa sangat menikmari tayangan

rersebut, dan pemirsa membutuhkan lebih

banyak informasi dari koran. Mereka masih

ingin rahu lebih banyak mengenai apa

yang sebenarnya terjadi dan bagaimana

perkembangannya l<emudian (Marsis,

2004: l5-t6).

Saat ini ada  pula rnedia cetak

yang mernang khusus membahas mengenai

olahraga. Bahkan beberapa di antarnya

merupakan fanchise dari produk asing.

Misalkan ta6loid Bok, tabloid Soccer,

mrjala\ Bola Vaganza, majalah Main Basket,

sementara untuk produk fanchise adalah

majalah Insidt Unrted (majalah untuk fans

klub sepakbola Manchester United) dan

mal ah Four Four Two.

Koran (harian) olahraga pertama di

negara kita adalah Top Shor, yang terbit

perdana pada tanggal 6 Januari 2005.

Saat ini TopShor berhastl meraup jumlah

pembaca sekitar 800 ribu pembaca dengan

jumlah pembaca yang semakin banyak.

Menurut survei Nielsen di kuartal ketiga

tahun 2010, TbpShor menjadi koran nomor

saru yang dinilai dari jumlah pembacanya

di Jakarta (Pro6l harian TopSkor, www.

rooskor.co.id, diakses 22 lanuari 2014).

Kebanyakan orang mungkin lebih

mengenal Bola sebagai media olahraga yang

paling populer di negara kita adalzh Bok.

Bola memang pemain lama dalam dunia

media olahraga. 'letapi Bola baru terjun di

bisnis koran olahraga pada tahun 2013.

Sejak itu, Bola rcr6ir dalam dua versi yakni

harian (terbit seminggu tujuh kali) dan

tabloid (terbit seminggu sekali). Sepanjang

sejarahnya, Bo k verci ceta,k telah mengalami

beberapa perubahan. Bola awalnya

merupakan suplemen halaman olahraga

di harian Kompas. Kemudian pada tahun

1984, Bok terbit sendiri dengan terbitan

selama seminggu sekali. Selan.jutnya pada

tahun 1997 Bola rcrbit seminggu dua kali

yakni pada hari Selasa dan Jumat. Pada

tahun 20 10, mengambil monen Piala

Dunia di Afrika Selatan, Bola kemudian

terbit tiga kali dalam sepekan yakni Senin,

Kamis, Sabtu. Selanjutnya pada tahun

2013, Bola mengeluarkan harian Bola.

Dengan hadirnyaharian Bok, maka tabloid

Bola p:unkembali seperti semula yakni terbit

seminggu sekali yakni setiap hari Kamis.

Jadi, pada hari Kamis, Bola mengeluarkan

dua produk yakni tabloid dan harian.

Kompetisi harian olahraga di negara kita

semakin marak dengan kehadiran Super

Ball. Super Ball semula adalah nama rubrik

olahraga di surat kabar Tiibun (kelompok

Tiibur.r Kompas Gramedia). Mulai Januari

2014, Super Ball di|ual secara terpisah.

6*Y*ff#*:Tt:;{t;;ii Narayana Mahendra Prarstya. Geliat Surat Kabat...

Namun begitu rubrik olahraga di surat kabar

Tiibun ridak menghilang, hanya berganti

nama menjadi "Super Sport" ("Super Ball,

Koran Nasional Bola Terbesar, Tiibunnews.

com, 16 Januad 2014, diakses 22 Januari

2014).

Konten: Dominasi Eropa, Minim

Kritik dan Berita Klub Lokal

Semua harian, termasuk harian

olahraga harus memiliki konten yang

berkualitas. Melalui konten ini lah harian

peluang harian olahraga untuk trersaing

dengan media dari bentuk platform vang

berbeda (misalkan internet). Pasalnya,

menlrrut Supadiyanto (2013:690) dari sisi

konten media cetak tidak bisa tergantikan

oleh jenis media massa lainnya. Dari sisi

kedalaman, kelengkapan dan keragan-ran

dimensi berbagai persoalan yang disajikan

sebagai total news atatr lebih tepatnya

neu.ts in its totaliry. Setiap total news siap

untuk dibedah dalarn arti dibuat terbuka

untuk diperikan (description), dijelaskan

(expknation) dan bersama itu penyelesaian

soal ditawarkan (solution).

Sepakbola, khususnya kompetisi liga-

liga besar di Eropa seperti Inggris, Spanyol,

Italia, dan Jerman, menjadi jualan utama

dari ketiga harian olahraga ini . Wajar,

karena mayoritas warga  di negara kita

memang menggemari sepakbola (di medio

tahun 2005, tabloid Bola menerbitkan

rabloid Bola Sports, yang berisi berita-

berita cabang olahraga selain sepakbola.

'I'ujuannya untuk "menampung" berita-

berita cabang selain sepakbola yang kurang

mendapatkan space di nbloid Bok. Dabm

Bok Sports, sama sekali tidak ada berita

sepakbola. Namun sekitar dua tahun

berselang, Bola Sports sudah tidak lagi terbit

karena tak mendapat respon baik dari pasar.

Hal ini menunjukkan bahwa olahraga selain

sepakbola kurang digemari warga 

negara kita. Kondisi serupa terjadi di Inggris

(Smart, 2005: 67), di nana berita olahraga

tetap didominasi oleh sepakbola bahkan

ketika musim kompetisi sepakbola sudah

berakhir di pertengahan tahun. Memasuki

musim panas (pertengahan tahun), di

Inggris merupakan waktu untuk olahraga

kriket dan ada turnamen tenis Grand. Skm

rVimbledon. Namun sepakbola tetaplah

menempati porsi pemberitaan paling besar.

Meski kompetisi tengah libur, pemberitaan

tentang sepakbola tetaplah ramai dengan

turnamen pra-musim dan transfer pemain).

Eksklusivitas menjadi "senjara" dari

harian-harian olahraga wse6ut. TbpShor

bermitra dengan wartawan dali media

olahraga Eropa seperti La Gazzetta dzlk

Sport (kalia) dan Marca (Spanyol). Para

lvarrawan nredia asing ini  menuliskan

ulasan-ulasan terkait kompetisi Eropa

untuk harian TopSkor. Semenrara Bok,

dengan tagline "membawa Anda ke

Arena", mempertahankan "tradisi" dengan

mengirimkan wartawan-wartawannya

ke euent olahraga besar dunia. Laporan

langsung secara ekslusil wawancara

eksklusif dengan tokoh-tokoh olahraga

dunia, serta Foto-foto seputar euent olahraga

ini  hasil karya forografer BoLt. menjadi

senjata andalan Bola. Ada pun Super Ball

J U R NAL i6I!iduhII{*TIIR

Narayana Mahendra Prarstya. Geliat Surai KabaL.. Volume 6. Nomor 1. Mei 20'14

memberi halaman khusus urrtuk berita-

berita sepakbola lokal sesuai dengan daerah

atau kota rcmpat Super Bal/ beredar. Meski

\egitu, di SuperBal/ berita rentang sepakbola

Eropa masih menjadi konten dominan.

Bagaimana dengan berita sepakbola

nasional? Pemberitaan ini  tetap ada,

mengenai tim nasional, komperisi liga, dan

berita-berira tentang klub-klub lokal. Selain

terkait komperisi, pemberitaan juga seputar

organisasi sepakbola nasional yakni PSSI.

Secara umum konten yang ditawarkan

relatif sama dengan media-media yang lain.

Apabila hanya mengandalkan konten saja,

maka akan cukup sulit bagi harian olahr:aga

itu bersaing, terutama dengan media-media

online yang unggul dalam kecepatan. Isi

berita yang relatif sama dengan media-

media yang sudah ada (baik itu dalam

pktform yang sama mau pun yang berbeda)

kemudian menimbulkan pertanyaan: apa

bedanya harian olahraga dengan situs

berita olahraga? Di media online, segala

perkembangan terbaru bisa langsung di-

uphad dan dibaca oleh warga . Sudah

banyak media online ber5ahasa negara kita

yang membahas tentang ligaliga di Eropa.

Selain itu juga ada  media asing khusus

berita-berita sepakbola yang memiliki

halaman berbahasa negara kita, misalkan

Goal.rum. Cara mengakses inrernet pun

kini semakin mudah, menggunakan

telepon seluler pun sudah bisa. Biaya untuk

mengakses internet pun murah.

Orang kem udian mungkin akan

berpikir lebih baik mengalokasikan uang

untuk berlangganan internet, daripada

harus membeli cceran media olahraga.

Selain mendapatkan informasi lebih cepat,

5ahkan real llzr, mengakses interner juga

menawarkan keuntungan lebih, misalnya

dapat mengakses inFormasi tentang

olahraga dari berbagai sumber. Kehadiran

internet membuat liputan eksklusif yang

ditawarkan oleh harian pun mungkin tidak

bisa menjadi satu-satunya andalan. Harus

diingat juga, klub-klub Eropa kini sudah

memiliki halaman berbahasa negara kita

di situs resmi mereka, seperti Juvenrus,

Arsenal, dan Barcelona. Melalui laman

berbahasa negara kita ini, klub-klub cersebut

berharap bisa semakin dekat dengan para

penggemarnya di Thnah Air. Selain itu para

penggemar juga bisa terhubung langsung

dengan para atlet idolanya melalui Facebook

dan Twitter. Beberapa atlet yang cukup

"ramah" dengan para penggemarnya (dalam

artian rajin menrbalas mention atau pesan

1'ang disampaikan melalui dunia maya)

misal Rio Ferdinand (sepakbola) dan Jorge

Lorenzo (pembalap MoroGP).

Lalu bagaimana sebaiknya konten

harian olal'rraga di negara kita? Seperti

dikutip dari Coakley (2003: 427) ada

beberapa ciri dari.liputan olahraga untuk

media cetak y4kni: (1) memberikan berita

dan informasi; (2) menawarkan ringkasan

dari euent atau pertandingan terdahulu; (3)

menyediakan data dan informasi kongkret;

(4) menyoroti kisah-kisah di luar lapangan;

dan (5) menyajikan kritik terhadap olahraga

dan atlet. Untuk di negara kita, hal yang

disebutkan terakhir masih jarang. Memang

wartawan-wartawan senior di media

J U R NAL Httriililgii{F.l i1il

Volume 6, Nomor 1, Mei 2014 Narayana Mahendra Prcstya. Geliat Su'at KabaL

olahraga sudah memiliki kolom sendiri

di media masing-masing, arau menulis

opini mereka dalam berita, misal Weshley

Hutagalung dan Ian Situmorang di tabloid

Bola, Anron Sanjoyo di harian Kompas. Isi

dari kolom ini  memberikan ulasan

atau kritik terhadap isu-isu terkini mengenai

olahraga. Tetapi akan lebih baik jika juga

melibatkan pakar olahraga di bidangnya

untuk ikut menulis.

Di Inggris, tak sedikit mantan pesepak-

bola profesional kemudian menjadi kolumis

atau komenrator olahraga misal Jamie

Carragher (mantan pemain Liverpool) dan

Gary Neville (mantan pemain Manchester

United). Keduanya menjadi pakar olahraga

(atau biasa dise6ut "pundir") di media

SkySports. Kehadiran orang yang Punya

pengalaman di bidang olahragayang digeluti

akan membuat pembaca akan lebih tertarik

untuk membaca harian olahraga ini .

Tentunya kritik akan lebih mengena ketika

disampaikan oleh orang yang memang

pernah menjadi pelaku di bidang olahraga

itu, dan yang lebih penting, pembaca akan

merespon kritik ini  dengan tingkat

kepercayaa n yang lebih tinggi.

Masalahnya, di negara kita mungkin

belum banyak pelaku olahraga yang punya

keahlian menulis dan tulisannya pun sudah

memenuhi kaidah jurnalistik. Mungkin

hanya pesepakbola Bambang Pamungkas

saja yang rnemiliki kemampuan menulis

dengan baik (Bambang Pamungkas memang

rajin mengungkapkan pendapatnya

melalui tulisan. Selain memiliki website

pribad i utuw. bambangpamu nghas20. com,

pria yang akrab disapa Bepe ini juga telah

menerbitkan buku. Awal tahun 2010 Bepe

melalui akun twitter pribadinya pernah

mengkritik balik ketua PSSI Nurdin Halid

karena Bepe merasa tidak terima dengan

ucapan Nurdin yang terkesan merendahkan

kualitas pemain tim nasional negara kita.

Selengkapnya baca: "Nurdin Halid Balas

Dikritik Bepe" (detihsport.com, 14 Jawari

20 10, diakses 22 Jantari 2014).

Memang, sudah banyak atlet di

negara kita yang memiliki akun media sosial.

Terapi mayoritas aktivitas mereka di akun

media sosial iru adalah untuk berinteraksi

langsung dengan fans. Jadi media sosial

menjadi saluran untuk tnenunjang aktivitas

jumpa fans saja.

Srrategi lain unruk bisa menarikpembaca

dari segi konten adalah memperbanyak

konten lokal (Supadiyanto, 2013), dalam

hal ini adalah berita-berita mengenai

tim-tim lokal. Salah seorang pembaca di

Jambi merespon terbitnya harian Super

Ball menanyakan "Mana Berita tentang

PS Bangka?" ("Mana Berita PS Bangka,

Bang?!". bangka.tribunnews.com, 16 Januari

2014, dialaes 27 Januari 2014). Itu ar:tinya,

rnasyarakat haus akan informasi tentang

tim-rim lokal di daerah mereka. Informasi

mengenai klubJclub di Eropa dapat diperoleh

di mana saja. Tetapi unruk tim-tim lokal, itu

masih kurang. Di harian Bok, 5erita rcnrang

tim lokal bercampur dalam satu rubrik. Jadi

ada kemungkinan misalnya dalam satu edisi,

warga  di Daerah Istimewa Yogyakarta

(Dl! hanya akan menemukan berita

tentang tim lokal DIY (PSS Slernan, PSIM

J U RNAL i{$TiIEJNEHATlIfi

Narayana Mahendra Prarstya Geliat Sutal Kabar... Volume 6. Nomor 1. M6i 2014

Yog'akarta, dan Persiba Bantul) dengan space

kolom yang cukup kecil atau bahkan tidak

ada. warga  di DIY "dipaksa" untuk

membaca berita-berita tentang tim-tim dari

kora lain seperti Persib Bandung, Arema

negara kita, Persija Jakarta, PSM Makassar,

Persipura Jayapura, atau Persebaya Surabaya.

Pendekatan berbeda dilakukan oleh SuperBall

dengan memberikan halarnan khusus untuk

sepakbola lokal sesuai dengan kota atau

daeralr di mana SuperBall ini  beredar.

Menambah konten olahraga lokal

mungkin dapat menjadi pilihan logis

bagi harian olahraga. Pasalnya, pasar lokal

diprediksi menjadi pasar masa depan bagi

harian. Di negara kita ada pergeseran model

distribusi dari koran nasional ke koran

regional. Di medio awal rahun 2000-an,

koran regional naik dari 20 juduI menjadi 138

judul. Koran nasional lang didistribusikan

antarkota dan antarpropinsi bersaing dengan

koran regional yang diterbitkan hanya

dalam kota propinsi, bahkan hanya seluas

satu komplels perumahan seperti misalnya

Kelapa Gading atau Bumi Serpong Damai

(Adiprasetyo, 2007 : 240-241). Tentu untuk

penambahan konten lokal maka tantangan

yang harus dihadapi adalah persoalan SDM

reporter atau wartawan, karena penambahan

konten lokal ini akan memunculkan

perbedaan isi harian yang terbit di satu kota

dengan kota yang lain.

Pengelola media tentu harus memiliki

strategi yang baik dalam menentukan

konten. Penentuan konten tidak lagi absolut

berdasarkan 5'W + lH semata. Penentuan

nilai berita pun mungkin tidak lagi sekadar

berpatokan pada jargon " name mahes news" .

Contohnya, Persib, Persipura, Arema,

Persebaya, Persija, memang merupakan dm

besar. Tim-tin.r ini  memiliki nama,

punya presrasi, dan diperkuat oleh pemain

binrang. Terapi pembcriraan tentang tim-

tim ini  mungkin kurang menarik

perhatian warga  di luar kota tempat

tin-r-tirn ini  bermarkas.

Menurut Siregar (dalam Yusuf,

2008: 23), tingkat sensitivitas pengelola

media terhadap kebutuhan khalayak akan

informasi bisa menentukan laku tidaknya

sebuah media. Itu artinya, konten media

harus memuat informasi yang sesuai

dengan keinginan pembaca. Sesuai dengan

keinginan pembaca berarti mengikuti selera

pasar. Berkaitan dengan hal ini, dengan

berseloroh Hamilton (dalam Adiputra,

2010a: 159) berpendapar bahwa berita

saat ini bergantung pada 5!? "versi" pasar

yakni: (1) u,ho cares about a particukr piece

of information?; (2) what are the! willing to

pay to fnd it, or what are others uilling to pay

to reaclt them?; (3) where can media outlets

or aduertisers reach these people?; (4) when is

it proftable to prouidr the information?; (5)

why is this proftable?

Melihat Harian Olahraga negara kita

Berdasarkan Pendekatan S-C-P

Seperti dipaparkan pada bagian awal

tulisan ini, jumlah pembaca kolan atau

harian di negara kita memang mengalami

penurunan. Meski begitu peluang bisnis

di media cetak mash menjanjikan. Dengan

membandingkan tingkat penetrasi Internet

Narayana Mahend2 Pra.stya. 

di negara kita pada Agustus 2013 yang masih

berkisar antara 40 juta - 85 juta pengguna

(penetrasi Internet di negara kita sebesar 16,7

- 35,4 persen); sedangkan jumlah oplah/tiras

seluruh rnedia cerak di negara kita mencapai

21 juta eksemplar (artinya tingkat penetrasi

media cetak di negara kita baru me ncrpai8,7 5

persen); sedangkan komposisi penduduk

Indouesia 1'ang berjumlah sekitar 240 juta

jiwa; masih terbuka peluang bisnis untuk

mengembangkan industri media cetak di

negara kita (Supadiyanto, 2013: 69 1).

Berita olahraga merupakan berita yang

sangar diminati pembaca. Itu berarti berita-

berita olahraga dapat menjadi pemikat

untuk menarik pengildan (misal baca:

Brooks dalam Boyle, 2006; Kusullaningrat

& Kusumaningrat, 2006), maka wajar

apabila harian olahraga menjan.jikan

peluang bisnis yang baik di negara kita.

Berbicara tentang harian olahraga tentu

saja tidak sebatas soal konten saja. Agar

pembahasan semakin lengkap, maka harian

olahraga juga sebaiknya dilihat sebagai

organisasi media secara menyeluruh. Untuk

mengetahui hal ini  salah satu yang bisa

dilakukan adalah membedah dari perspektif

struktur, perilaku, kinerja atau biasa disebut

S-C-P (Structure-Conduct-Performance)

yang merupakan tiga pilar utama yang

dapat digunakan untuk melihat kondisi

struktur dan persaingan di dLrnia industri,

termasuk media massa. Esensi pendekatan

S-C-P terhadap analisis organisasi industri

adalah hipotesis yang menyatakan bahwa

kinerja pasar (industri) dipengaruhi oleh

operasionalisasi perusahaan, sedangkan

operasional perusahaan sendiri dipengaruhi

oleh berbagai variabel yang membentuk

strukturnya (Yusu[, 2008: l5- 16).

a. Structure

Untuk melihar struktur diperlukan

variabel-variabel sebagai berikut yakni:

konsentrasi pasar, diferensiasi produk,

kemampuan perusahaan untuk tlenembus

pasat pendarang baru, pembeli, pesaing,

dan pemasok (Adiputra, 2010a; Yusuf,

2008). Berkaitan dengan harian olahraga di

negara kita, maka variabel yang akan dibahas

adalah pendatang baru, konsenrrasi pasar,

pesaing, dan kemampuan perusahaan unruk

menembus pasar.

Flarian olahraga merupakan bisnis baru

di dunia industri media di negara kita. Dalam

kurun waktu delapan tahun terakhir, terbukti

baru tiga harian olahraga yang terbit. TopSkor

menjadi harian olahraga yang pertama kali

terbir di negara kita. Narnun begitu sampai

saar ini wilayah edar TbpShor masih belum

luas. Pasalnya, TbpShor memans bukan

media yang memiliki "induk" perusahaan

(media) yang kuat seperti kelornpok Jawa

Pos, kelompok Media negara kita, atau

kelompok Kompas Gramedia. Dalam profil

harian TopSkor yang ada  dalam TopShor

versi online (www.topskor.co.id), renulis:

Koran yang kini berriras sekitar

250.000 ini beredar luas baik di

ivilayah Jabodetabek dan Jawa Barat

akan diedarkan ke seluruh negara kita

dalam waktu dekat ini. Selain itu

TopSkor sedang mencari mitra usaha

untuk mengembangkan pasarnya

baik dukungan iklan dan distribusi.

(Catatan: cetak tebal oleh ?enulis).

JURNAL KSTJUTIKAItlR

Narayana Mahendra Prarstya. Geliat Suiat Kabar. . Volume 6, Nomor 1, Mei 2014

Keberadaan TbpSkor se5agai saru-

satunya harian olahraga di lndonesia mulai

"terusik" dengan hadirnya Harian Bola

(tahun 2013) disusul SuperBal/ (tahun

2014). Keduanya merupakan media dengan

induk yang kuat, yakni kelompok Kompas

Gramedia. Harian Bola terbantu oleh brand

Bolz yang sudah mengakar, mengingat posisi

Bok sebagai media (cetak) khusus olahraga

yang pertama di negara kita.

Ada pun untttk SuperBall, saat ini terbit

di 19 propinsi di negara kita di seluruh Jawa

(kecuali Banten), seluruh Kaliman tan (kecuali

Kalimantan Tengah), selumh Sumatera

(kecuali Sumatera Barat dan Bengkulu), serta

Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan

Sulawesi Utara. ("Super Ball, Koran Nasional

Bola Terbesar, Tiibunneuscom, 16 Januari

2014, diakses 22 Januari 2014). SuperBall

juga terbantu dengan keberadaan Ti'ibun,

yang sudah memiliki wilayah distribusinya

sendiri.

Mesl<i SuperBall dan Harian Bola

merupakan pendatang baru, tetapi tidak

mengalami kesulitan berarti untuk menembus

pasar secara nasional. Pasalnya kedua media

ini  

.juga sudah dikenal sebelumnya oleh

warga . Ditambah lagi dengan sokongan

dari perusahaan induk yang cukup kuat,

maka perluasan pasar bukanlah masalah

besar. Di terbitan perdana SuperBall 16

Janvri 2014, harian olahraga rersebut terbit

serentak di 25 remote slle percetakan Tiibun

Group di 19 propinsi. Direktur Kelompok

Tlibun Kompas Gramedia, Herman Darmo

mengklaim: "Tidak ada koran bola di

negara kita dengan reach (jangkauan pasar)

seluas itu kecuali Super Ball" ("Super Ball,

Koran Nasional Bola Terbesar". Tiibunneus.

mm, 16 Jannri 2014, diakses 22 Januari

2014).

Kesimpulan mengenai struktur harian

olahraga negara kita adalah, sebagai bisnis

baru harian olahraga di negara kita mulai

diramaikan oleh datangnya para pendatang-

pendatang baru. Namun begiru konsentrasi

pasar masih terpusat di satu perusahaan

media kelompk Gramedia (yang merupakan

"induk' dari SuperBall dan Harian Bok).

SuperBall dan Harian Bolz menghadirkan

persaingan bagi "pemain lama" yakni

TbpSkor. Meskipun SuperBall dan Harian

Bo/a rnenspakaL.r pendatang baru dalam

dunia harian olahraga di negara kita, namun

pada prinsipnya mereka adalah "pemain

lama" dalam dunia bisnis media cetak di

negara kita. Karena keduanya bisa dikatakan

merupakan perluasan dari produk lama saja,

yakni harian rmum Tiibun dan rabloid' Bolz.

Sementara TopShor, meski mereka ada.lah

pionir harian olahraga di negara kita namun

mereka masih harus bekerja keras untuk bisa

menembus pasar nasional yang lebih luas.

b. Conduct

Kemudian conduct arau operasionali-

sasi sebuah n-redia bisa dilihat pada perilaku

perusahaan dalam menentukan harga jual,

strategi produk, strategi iklan, strategi

investasi, penelitian dan pengembangan,

strategi legal, dan strategi kooperatif atau

kerjasama (Adiputra, 2010a; Yusul 2008).

Berkaitan dengan tulisan ini, maka variabel

yang akan dibahas adalah harga jual,

strategi produk, dan straregi kooperarifatau

kerjasama.

Mengenai harga jual, TopSkor nteryadi

yang paling "mahal" yakni Rp 3.500,00.

Sementara Harian Bok dilempar ke

pasaran dengan harga Rp 2.500,00 dan

SuperBall dengan harga Rp 2.000,00.

Tentu kondisi ini membuat TbpShor 5erada

dalam posisi yang sulit. Di saru sisi mereka

membutuhkan pemasukan. Sementara

di sisi lain mereka menghadapi dua

kompetitor yang sudah dikenal sebelumnya

dan memiliki induk perusahaan media yang

besar. Karena memiliki induk perusahaan

media yang besar, ada kemrngkinan Bola

dan SuperBall\erani untuk menjual harian

mereka di barvah biaya produksi. Asurnsi ini

berangkat dari straregi harga yang di]akukan

harian Tribun, yang merupakan "saudara

rud' SuperBall. Tiibun identik dengan

koran seribu rupiah. Tiibun sendiri pun

mengaku bahwa harga jual yang mereka

pasang ini  sebenarnya tidak menutup

biaya produksi. Tetapi dengan harga murah,

Tiibun berharap dapat meraih pembaca

dalam jumlah besar. Jika sudah memiliki

pembaca yang banyak, maka Tiibun akan

dengan mudah "menawarkan diri" kepada

pengiklan. Aliran dana dari pengiklan itu

lah yang akan menutup biaya produksi dari

Tiibun. ("Komunikasi Gelar Kuliah Umum

dan Seminar Jurrnalisme Era Digital dan

tntangan Bisnis Media", 7p scs.uii.ac.id, 26

Sep tember 201 i , diakses 27 Januari 2014)

Persoalan harga memang menjadi isu

besar terutama bagi bisnis media cetak.

Menurut Yusuf (2008: 22) penurunan

oplah media daerah salah sarunya karena

rer.rdahnya daya beli warga . Sebagian

pihak mempercayai, masyarakar di daerah-

daerah tidak cukup mampu unruk membeli

media karena kebutuhan pokok menjadi

prioritas utama. Akibatnya konsumsi media

daeral.r hanya dilakukan oleh warga 

yang memang memiliki dana berlebih dan

dapat disisihkan untuk membeli media.

Hal selanjutnya dari conduct adalah

straregi produk. Strategi produk dalam hal

media olahraga di negara kita adalah seperti

apa konten yang ditawarkan kepada pembaca.

Sepeti sudah dipaparkan di pembahasan

mengenai konten, secara umum harian-

harian olahraga ini  masih "monoton"

karena terlalu didominasi oleh pemberitaan

nrengerrai klub-klub Elopa. Isu-isu renrang

klub lokal masih belum dibahas secara

maksimal. Menurur Supadiy'an ro (2013:

692) perusahaan media cetak nasional harus

semakin menguatkan isu-isu kelokalitasan

pada penyajian isi media ceral<.

Strategi lain yang bisa dilakukan

adaiah kerjasam a. TbpSkor telah memiliki

kerjasama dengan media-rnedia di Eropa.

Sementara Bok (untuk yang berformat

tabloid) juga beberapa l<ali menampilkan

ulasan dari kolumnis sepakbola Eropa seperri

Rob Hughes dan lvlichael Dickhausser.

Kehadiran tulisan dari kolumnis-kolumnis

Eropa ini  akan memperkaya perspektif

dari konren yang diberikan. Kerjasama

tidak hanya dilakukan sebatas menyrrmbang

tulisan, tetapi juga membeli lisensi. Ketika

harian olahraga di negara kita sudah memiliki

lisensi dari media olahraga yang sudah

memiliki nama, hal ini  setidaknya

dapar mendongkrak brand harian olahraga

ini .

Inti dari media adalah konten. Tetapi

jika hanya mengandalkan konten saja,

tentu itu belum cukup. Harus ada strategi

produk lain di luar konren yang dilakukan

oleh pengelola harian olahraga di negara kita.

Strategi kerjasama lain yang bisa dilakukan

misalkan TopShor yng menjadi promotor

tur pra-musim klub Eropa ke negara kita

(ketika itu, tahun 2013 adalah Inter Milan).

Sementara Bok secara rutin sudah menggelar

acara penghargaan adet terbaik negara kita

versi Bokyang rnana eyenr rersebut 

.juga bisa

"dijual" kepada sponsor.

Kerjasama lain yang bisa dilakukan

adalah dengan komunitas-komunitas lokal

misalkan suporter klub. Bentuk kerjasama

itu misal, harian olahraga menyediakan space

atau rubrik khusus untuk informasi yang

ditulis oleh komunitas suporter sendiri. Bisa

berita berupa kegiatan, pernyataan sikap,

dan sebagainya. Space yang diberikan pun

tidak perlu terlalu banyak, misalkan setengah

halaman untuk setiap dua kali terbitan.

Tentu isrryangmuncul selanjutnya dalam

kerjasama seperti ini adalah ketika dalam satu

wilayah ternyata ada dua kelompok suporter

sepakbola (baik itu mereka mendukung klub

yang sama atau berasal dari dua kesebelasan

yang berbeda), maka media harus pintar-

pintar untuk merangkul pihak-pihak

ini . Pasalnya jika hanya saru pihak saja

yang diajak kerjasama, maka hal rersebut

justru akan mengancam citra harian olahraga

ini  di warga  lokal.

Selain dengan suportet kerjasama

.juga bisa dilakukan dengan klub. Harian

olahraga di negara kita ini  dapat

menjadi offcial media partner dari Hub

lokal di daerah di mana harian ini 

terbit. Tetapi kerjasama di sini mungkin

tidak berbentuk pemuatan berita di harian

olahraga ini . Jika seperti itu dilakukan,

rentu akan mengancam objektivitas dan

netralitas media rersebut. Terkait kerjasama

ini , kita bisa melihat pada pernyataan

menarik dari Beck dan Bosshart berikut ini:

Priuikges and gifr are included in this deal.

Furthermore , seueral media nmpanies

haue themselues bougbt sports clubs or act

as sponsors, thus teatingpriuilegesfor thiir

own broadrast ProPtties or newspapcrs in

rEorting certain euent' But in this way

the companies can abo eruure that media

couerage includes no negatiue news about

tliese euents. An interexing clnsequence

is that organizers of sporting euents

maximize their reuenues Jiom the media

but make them dependent and uulnerable.

In the end, though, journalists lose what is

their most im?ortant good: independence!

Kerjasama dalam bentuk fficial

media partner diwujudkan dalam hal

seperti misalnya harian olahraga ini 

memberikan transf-er ilmu kepada para

media ofr.cer dari klub-klub lokal tentang

bagaimana menulis prrss release, bagaimana

berbicara kepada wartawan, mengelola situs

resmi klub atau akun media sosial klub,

menjadi konsultan untuk pengelolaan media

terbitan klub (jika ada), dan sebagainya.

Yang harus menjadi perhatian adalah,

dalam menampilkan konten suara suporter

ini- terlebih jika ada lebih dari satu kelompok

suporter dalam satu daerah atau kon--

pengelola harian olahraga harus memberikan

"pagar api" yang jelas agar media ini 

tidak dianggap terlalu berpihak terhadap

kelompok tertenru saja. Pagar api berguna

bagi media untuk ntenunjukkan pada

pembaca bahwa berita yang ada bukanlah

berita pesanan ,Pun

begitu dengan kerjasama sebagai ofiicial

media partner dengan klub, prinsip "pagar

api" hendaknya juga diterapkan dengan tegas

agar independensi media tetap terjaga.

c. Performance

Ada pun untuk melihat performance

atau kinerja dari harian olahraga di

negara kita bisa dilihat melalui variabel

apakah media ini  menghaditkan

pandangan yang berbeda (diuersity ofuieut),

kultural, keadilan, efisiensi, penggunaan

teknologi, dan kemampuan meningkatkan

akses audiens (Adiputra, 2010a; Yusul

2008). Tulisan ini akan membahas dari

penggunaan teknologi dan kemampuan

meningkatkan akses audien.

Yang pertama adalah penggunaan

teknologi. Dengan kehadiran teknologi

internet dan cetak jarak jauh, maka harian

olahraga bisa segera sampai ke tangan

pembaca. Bentuk lain yang dirawarkan

oleh perkembangan teknologi adalah ePaper

(Supadiyanto, 2013). Dalam media cetak,

rentu mereka dibatasi oleh waktu naik cetak.

Jadi ada kemungkinan ada berita-berita

yang tidak tercover oleh edisi cetak. Salah

sacu harian yang mcnggunrkan straregi ini

adalah koran Kompas yang menawarkan

ePaper (berbayar) yang siap di-dotanload

oleh pembaca mulai siang hari. ePaper

Kompas ini berisi informasi-in lormasi yang

baru dan berbeda dari informrsi Kompas

versi cetak. Sistem ePaper tentu akan sangat

bermanfaat bagi harian olahraga terlebih

apabila nlengingat banyak pertandingan

olahraga yang barr-r selesai mendekad pagi

hari. Di sinilah kegunaan dari ePaper 6agi

harian olahraga. Apalagi mengingat banyak

euent olahraga yang baru selesai pada pagi

hari, jelas itu sulit rntuk rcr-couer apabrla

harian itu ingin sampai di tangan pembaca

pada pagi itu juga.

Opsi untuk menawarkan ePaper dapat

diunduh secara gratis.juga tidaksalah dicoba.

Gtapi dalam opsi ini ePaper bukan sebagai

usaha  mencari atau menambah pemasukan,

tetapi sebagai usaha untuk mengenalkan

diri kepada warga . Agar harian

olahraga tidak rugi, maka konten berita

yang dirampilka n di ePaper ptn tidak perlu

semua. Mungkin hanya konten yang berupa

sepakbola Eropa atau sepakbola tim nasional

saja yang tampil dalam ePaper. Sementara

untuk berita-berita mengenai klub lokal 

-

dengan asumsi di setiap daerah halaman

berita ldub lokal akan menampilkan klub

yang berbeda-beda-tampil hanya di edisi

cerak. Atau misalkan tawarannya adalah

dapat mengunduh ePaper secara gratis

uncuk berira-berira rertentu saja, sementara

untuk berita yang lain harus membayar.

Kehadiran ePaper juga bisa mengurangi

problem mengenai wilayah distribusi. Untuk

wilayah yang tidak terjangkau dengan edisi

cetak, maka bisa dijangkau dengan edisi

ePaper. ePaper juga bisa digunakan sebagai

usaha untuk mengukur minat pasar sebelum

terjun ke seuatu wilayah distribusi dalam

bentuk edisi cetak.

Hal lain yang tak kalah pentingnya

adalah masalah sumber daya yang dimiliki.

Sebagai sebuah industri, media juga

dihadapkan pada kemampuan mengelola

sumbet daya yang terbatas. Intinya, segala

sumber daya itu harus dikelola secara

efisien (Yusuf, 2008: 27). Sumber daya

mencakup sumber dana dan sumber

daya manusia. Menurut Supadiyanto

(2013: 691), perusahaan surat kabar harus

menyesuaikan model bisnis baru dalam

situasi industri yang sangat fagmanted,

yakni mampu rnemberdayakan sumber

daya manusia dan sumber dana secara

efektif dan efisien; sekaligus melakukan

berbagai inovasi dan kreativitas secara

terus-menerus berhubungan dengan rubrik

baru, cara penulisan, cara presenrasi, cara

berjualan, cara distribusi, cara mengelola

sumber daya manusia dan mengelola

infrastruktur produksi; pengelolaan iklan

harus mengikuti perkembangan industri

periklanan; dan meningkatkan rnutu

sumber daya manusianya.

Sebuah media dapat memperoleh

sumber daya finansial atau sumber dana

misal dari pemasukan penjualan media

atau pengiklan. Apabila menilik harga

yang ditawarkan oleh harian olahraga di

negara kita, mungkin cukup berat jika hanya

mengandalkan pemasukan dari pen.jualan

media. Harian olahraga sebaiknya juga

memaksimalkan sumber dana lain misal

dari pengiklan. Harian olahraga bisa

memanfaatkan brand ymg mereka miliki.

Brand ini kernudian "dijral" melalui euent-

euent seperi nonton bareng, gathering

kelompok suportet turnamen futsal antar

sekolah atau perguruan tinggi, mengadakan

lombapenulisan berita atau fotogra6 olahraga

bagi mahasiswa atau warga  umum,

mengadakan acara seminar berhubungan

dengan isu-isu terkini di dunia olahraga,

dan sebagainya. Mela\i euent itu lah harian

olahraga mencari sponsor. Pemanfaatan

brand ini sudah beberapa kali dilakukan oleh

media-media olah raga di lndonesia.

Ada pun untuk sumber daya manusia,

Teknologi internet juga membuat komu-

nikasi antarwartawan di media ini 

bisa lebih cepat. Konsekuensinya, harus ada

penyesuaian dalam proses produksi berita.

Dengan adanya internet, reporter tidak perlu

kembali ke kantor untuk mengetik berita,

kemudian memberikan hasilnya kepada

redaktur, dari redaktur kemudian jika ada

informasi yang masih kurang dikembalikan

ke wartarvan yang bersangkutan, apabila

sudah cukup kemudian dibawa ke editor

bahasa, dan seterusnya. Melalui inrernet,

reporter bisa langsung mengirim berira dari

lapangan, kemudiar.r redakrur [risa langsung

memeriksanya. Tenru di sini reporrer

dirtLntut mengirimkan berita yang sudah

jadi dengan informasi yang sangat lengkap

dan detil. Redaktur pun juga dituntutjeli

dalam me mbaca berita kiriman dari reporter,

karena harus segera memeriksa. Apabila ada

informasi yang dirasa masih kurang atau

masih belum jelas, redaktur langsung bisa

meminta reporter untuk menind;rklan juti.

Penggunaan sumber daya manusia sccara

efisien juga diwujudkan dalam pengaturan

tim redaksi yang mengurus edisi cetak dan

edisi ePaper. Dalam tulisan ini, informasi

dalam ePaper bukan sekadar verci online

dari edisi cetak yang sudah terbit pada pagi

hari; tetapi berisi informasi-informasi yang

baru yang tidak termuat dalam edisi cetak

karena melewati batas tenggat waktu cetak.

Itu artinya diperlukan dua tim yang berbeda

untuk mengurus dua pktform ini .

Misalkan untuk rim edisi cetak memiliki

dtadline naskah jam 12 malam, kemudian

edisi cetak mulai siap beredal pada jam lima

pagi. Kemudian tim edisi ePaper \ertugas

dengan dtadline hingga jam l0 pagi,

kemudian versi ePaper sudah siap diunduh

pada pukul I 1 siang. Unntk tirn edisi ePaper,

karena sifatnya menampilkan informasi

terbaru, tentu jumlah personelnya akan lebih

sedikit daripada tim edisi cetak. Selain itu

.j umlah halaman dalan ePaper tidak sebanyak

jumlah halaman dalam edisi cetak.

Sumber daya manusia tentu saja tidak

hanya bagian redaksi saja. Bagi sebuah harian

olahraga juga selain memiliki awak redaksi

yang berkualitas untuk menghadirkan

konten yang berkualitas, harus memiliki

tim marketing, aduerstising executiue yan1

baik untuk mencari pengiklan. Harian

olahraga juga harus memiliki pengelolaan

divisi SDM yang bagus yang bertujuan

untuk memperoleh reporter-rePorter

yang berkualitas dan terus meningkatkan

kemampuan para reporternya.

Dari paparan ini , harian olahraga

di negara kita cukup men.ianjikan peluang

bagi bisnis media cetak di negara kita.

Untuk memanfaatkan peluang rersebut,

pengelola olahraga di negara kita hendaknya

perlu memberikan perhatian kepada

dua hal yakni konten dan non-konten.

Berkaitan dengan konten, harian olahraga

di negara kita dapat memperkuat konten-

konten mengenai olahraga lokal. Selain

itu, isi berita yang dihadirkan tidak hanya

sebatas pandangan mata tetapi juga ulasan'

dan yang tak kalah penting adalah kritik.

Menggandeng penulis lain (selain wartawan

media ini ) untuk memberikan kritik

atau ulasan juga merupakan langkah yang

patur dicoba. Dengan kehadiran penulis

yang berkompeten di bidangnya (misalkan

mantan atlet) maka pembaca akan lebih

tertarik. Untuk menunjang konten, harian

olahraga di negara kitajuga dapat bekerjasama

dengan harian asing untuk mendapatkan

berita arau ulasan eksklusif-meski langkah

ini mungkin juga memiliki kekurangan,

yakni harian olahraga di negara kita menjadi

"terhambat" untuk dzrpat menampilkan

eksistensinya karena tertutup "bayang-

bayang" media asing terscbut.

Berkaitan dengan non-konten, ada

sejumlah hal yang dapat dilakukan oleh

pengelola harian olahraga di negara kita. Segi

non-konten ini merupakan usaha  untuk

membentuk brand. haian olahraga. Misal-

nya ikut terlibat dalam kerjasama dengan

komunitas-komunitas suporter. Selain itu

harian olahraga negara kita juga dapat me-

manfaatkan kegi atan euent management misal

menjadi promoror unruk mendarangkan rim

asing ke negara kita. Merangkul maq/arakat

umum misal melalui kegiaran seminar-

seminar tentang olahraga atau workshop

mengenai jurnalistik olahraga di kampus-

kampus juga tidak ada salahnya dicoba.

Saran untuk Penelitian Selanjutnya

Tirlisan ini baru sebatas memaparkan

bagaimana konten dan analisis awal mengenai

harian olahraga di negara kita. Untuk

peneitian selanjutnya dapat dilakukan secara

lebih mcndalam rerhadap masing-masing

media ters€bur karena masing-masing media

terscbur renrunya memiliki straregi yang

berbeda. Berkaitan dengan organisasi media,

maka dapat dilakukan penelitian dengan

tema manajemen redaksional, manajemen

periklanan, atau manajemen pemasaran

harian olahraga di negara kita

Penelitian lain yang dapat dilakukan

adalah dari sisi pembaca. Bisa berupa respon

warga  terhadap kehadiran berbagai

olahraga,seberapa tinggi minar mereka untuk

membeli media ini . Kemudian bisa

meneliti mengenai hal-hal yang mendasari

keputusan pembaca untuk mengkonsumsi/

membeli media olahraga apakah dari segi

konten yang ditawarkan, brand media

ini , harga, dan faktor-faktor lain.