Tampilkan postingan dengan label epidemi corona 10. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label epidemi corona 10. Tampilkan semua postingan

Rabu, 03 Mei 2023

epidemi corona 10

Sebuah unggahan di media sosial Facebook membagikan informasi yang menyebut bahwa 
uap air panas hasil rebusan daun jambu biji, jahe, bawang putih, lemon, bawang merah, dan 
cuka dapat melancarkan saluran pernapasan dan membersihkan paru-paru. Narasi ini 
ditutup dengan ungkapan lawan Covid-19, seolah-olah cara ini ampuh mengobati 
Covid-19.
Dilansir dari berbagai sumber yang dirangkum oleh tim penelusuran fakta FAFHH (Forum Anti 
Fitnah, Hasut, dan Hoax), bahwa sejauh ini belum ada hasil penelitian yang membuktikan 
bahwa uap panas dapat mengobati Covid-19, terlebih uap panas hasil rebusan daun jambu. 
Selanjutnya penjelasan dari situs Who.int, membiarkan diri terpapar sinar matahari maupun 
suhu panas lebih dari 25 derajat celcius tidak dapat mencegah maupun mengobati Covid-19. 
Lebih lanjut, hasil penelusuran Kompas.com berdasarkan wawancara dengan Juru Bicara 
Satgas Covid-19 RS Universitas Sebelas Maret, Surakarta, dr. Tonang Dwi Aryanto menyatakan 
informasi ini tidak tepat penyampaiannya. Beliau mengatakan bahwa terapi uap 
memang ada hubungannya dengan saluran pernapasan, misalnya seperti pada pasien asma, 
tetapi tidak spesifik melawan Covid-19.


terbit  sebuah informasi melalui pesan berantai WhatsApp yang menginformasikan
bahwa sertifikat vaksin Covid-19 yang diterima via WhatsApp harus disimpan untuk
menghindari kesalahan pemberian jenis vaksin saat vaksin yang kedua. Hal ini dikarenakan
tim medis tidak akan mengingat jenis / tipe vaksin yang sudah diberikan penerima vaksin,
sedangkan pemberian jenis vaksin kedua harus sama dengan vaksin yang pertama.
Berdasarkan penelusuran, informasi bahwa sertifikat vaksin Covid-19 yang diterima via
WhatsApp harus disimpan untuk menghindari kesalahan pemberian jenis vaksin saat
vaksin yang kedua karena tim medis tidak akan mengingat jenis / tipe vaksin yang sudah
diberikan adalah kurang tepat. Berdasarkan hasil koordinasi Tim Jalahoaks dengan Dinas
Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Staf Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta menjelaskan
bahwa informasi tanggal, nomor batch hingga merek vaksin setiap penerima vaksin
Covid-19 telah tercatat pada aplikasi Pcare, yakni sistem informasi satu data vaksinasi
Covid-19.


terbit  sebuah postingan di media sosial Facebook, yang menyebutkan banyaknya data orang 
yang meninggal dunia akibat vaksin Covid-19. Dalam postingannya, akun ini juga 
mengklaim memiliki banyak bukti bahwa vaksin Covid-19 mempunyai efek samping yang 
berbahaya.
Dilansir dari Kompas.com, hal ini dibantah oleh Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca 
Imunisasi (KIPI) Hindra Irawan Satari. Ia mengatakan bahwa informasi yang terbit  ini 
tidak benar alias hoaks. Karena hingga saat ini tidak ada yang meninggal dunia karena vaksin 
Covid-19. Lebih lanjut Hindra menjelaskan jika di kemudian hari ada yang meninggal dunia 
karena vaksin Covid-19, maka pihaknya akan langsung mengeluarkan rekomendasi untuk 
menghentikan vaksinasi, tetapi sampai sekarang ini masih merekomendasikan dan 
menyatakan vaksin Covid-19 aman. Selain itu Hindra juga menegaskan, vaksin Covid-19 tidak 
memiliki efek samping yang berbahaya. Pasalnya, vaksin Covid-19 Sinovac yang digunakan 
Indonesia berisi virus mati (inactivated).


terbit  sebuah unggahan di media sosial Facebook, 
berisi klaim empat tenaga medis Indonesia 
meninggal dunia usai disuntik vaksin Sinovac. 
Mereka disebut meninggal dengan penyebab yang 
sama seperti korban lain di luar negeri, seperti 
penyakit kardiovaskular (cardiovascular), kelainan 
darah (blood disorder) dan kerusakan otak (brain 
damage). Menurut akun ini, penyebab 
meninggalnya seorang dokter di Palembang, 
Sumatera Selatan, usai disuntik vaksin Covid-19 
adalah penyakit jantung. Sementara itu, seorang 
nakes di Cilacap karena demam berdarah, 
sedangkan seorang nakes di Blitar karena demam 
dan sesak napas. Sementara itu Direktur Sekolah 
Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Tamalatea Makassar 
meninggal karena sesak nafas.
Faktanya, menurut Ketua Komisi Nasional Kejadian 
Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI), Hindra Irawan 
Satari, berdasarkan hasil audit tim dari lembaganya, 
empat nakes itu meninggal bukan karena vaksin 
Covid-19. Keempatnya meninggal karena beberapa 
penyebab, mulai dari terinfeksi Covid-19, kekurangan 
oksigen hingga demam berdarah. Selain itu, Hindra 
juga menjelaskan bahwa cardiovascular, blood 
disorder dan brain damage bukan penyakit yang 
disebabkan oleh vaksin Covid-19. 

terbit  sebuah unggahan di media sosial Facebook 
berisi kutipan tulisan yang diklaim berasal dari 
seorang dokter dan pakar kesehatan. Dalam 
tulisannya, ia menyebut vaksin Covid-19 seperti 
Pfizer dan Moderna berbahaya bagi organ tubuh 
manusia karena mengandung Potasium Klorida. 
Bahaya yang ditimbulkan antara lain dapat 
menyebabkan kematian dan keguguran pada 
wanita hamil.
Faktanya, menurut data Reuters Fact Check, 
Potasium Klorida (Potassium Chloride) dalam 
jumlah kecil aman untuk diberikan kepada manusia. 
Beberapa vaksin seperti Pfizer memang memiliki 
kandungan kalium klorida, namun jumlahnya 
sangat sedikit dan terbukti secara klinis aman. 
Sedangkan vaksin Moderna sama sekali tidak 
menggunakan kalium klorida. Dengan demikian, 
klaim kalium klorida dalam vaksin Covid-19 
berbahaya bagi organ tubuh manusia hingga 
berujung pada kematian adalah tidak benar


terbit  sebuah unggahan di media sosial yang menyebutkan bahwa vaksin sebetulnya
tidak dibuat untuk Covid-19, melainkan Covid-19 yang dibuat atau diciptakan agar
masyarakat divaksinasi. Sebuah postingan Facebook bahkan menyebut vaksin sebagai
racun yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Faktanya, klaim dalam unggahan ini adalah informasi yang keliru. Dilansir dari
reuters.com, banyak Negara yang telah membuktikan secara independen bahwa
SARS-CoV-2 benar adanya. Sebagaimana diketahui, wabah Covid-19 diawali dengan temuan
sekumpulan kasus pneumonia yang tidak diketahui asalnya di Wuhan, Tiongkok, yang
dilaporkan kepada WHO oleh otoritas Tiongkok pada 31 Desember 2019. Sejauh ini, terdapat
114 juta kasus Covid-19 yang dikonfirmasi telah menyebabkan lebih dari 2,5 juta kematian di
seluruh dunia. Selanjutnya, vaksin dirancang dengan membuat protein virus Covid-19
berdasarkan urutan genetik untuk memberikan kekebalan terhadap virus ini.


terbit  surat elektronik (e-mail) yang
mengatasnamakan Bagian Informasi, Publikasi, dan
Diseminasi (IPD) Sekretariat Badan Litbangkes yang
berisi informasi terkait pemberian vaksin Covid-19
bagi seluruh WNI dan orang asing yang jangka
panjang tinggal di Indonesia.
Faktanya, pada akun Twitter resmi
@litbangkemenkes mengklarifikasi bahwa Badan
Litbangkes tidak melakukan program vaksin dan
tidak pernah mengirimkan pesan melalui email
ipd-balitbangkes@litbang.kemenkes.go.id. Adapun
email ini bukan email resmi Badan Litbangkes
yang digunakan untuk hubungan eksternal. Badan
Litbangkes juga menjelaskan bahwa sesuai dengan
Permenkes No. 64 tahun 2015, IPD bukan lagi
struktur yang ada di Sekretariat Badan Litbangkes.
Untuk itu, masyarakat diminta mengabaikan pesan
ataupun hal lain yang mengatasnamakan Badan
Litbangkes melalui akun email ini.



terbit  pesan berantai di media sosial WhatsApp
yang isinya mengajak lansia untuk vaksinasi dengan
hanya menunjukkan KTP di Kantor BPPSDMK, jalan
Hang Jebat Raya, Jakarta. Dalam pesan ini
diinfokan setiap hari ada jatah 1000 orang untuk
divaksin. Bahkan disebutkan juga pemilik KTP
non-DKI Jakarta dapat memperoleh vaksinasi di
BPPSDMK Jakarta.
Kemenkes melalui akun Twitter @KemenkesRI telah
mengklarifikasi pesan berantai yang mengakibatkan
antrean panjang para lansia untuk divaksinasi
Covid-19 pada selasa tanggal 2 Maret 2021 di gedung
BPPK Jakarta, dan menyebut bahwa isi pesan
berantai ini adalah hoaks. Kemenkes juga
meluruskan bahwa vaksinasi di BPPSDMK Jakarta
hanya dikhususkan bagi lansia dengan kriteria
berdomisili dan memiliki KTP DKI Jakarta, dalam
kondisi sehat, serta harus mendaftar melalui link
dki.kemkes.go.id. Selanjutnya, menurut konfirmasi
Plt. Kepala Badan PPSDM Kesehatan, dr. Maxi Rein
Rondonuwu, ia menduga besarnya animo
masyarakat, khususnya para lansia, untuk divaksinasi
itu akibat terbit nya pesan berantai di aplikasi
WhatsApp yang menyebutkan lansia bisa divaksinasi
hanya dengan menunjukkan KTP dan pemilik KTP
non-DKI juga bisa divaksinasi di kantor BPPSDMK
Jakarta.

terbit  di berbagai media sosial
sebuah unggahan video yang
menunjukkan adanya kerumunan
orang di lokasi yang disebut merupakan
Mall Taman Anggrek Jakarta.
Faktanya, dilansir dari Kompas.com,
Kepala Satpol PP Jakarta Barat, Tamo
Sijabat membantah adanya kerumunan
orang di Mall Taman Anggrek. Menurut
Tamo, video yang tersebar merupakan
rekaman suasana vaksinasi Covid-19
massal yang dilaksanakan di Pasar
Tanah Abang beberapa waktu lalu.



Seorang politisi asal Amerika Serikat melalui akun Twitternya menyebut penggunaan masker dan 
kebijakan lockdown tak memperlambat angka penyebaran Covid-19. Ia juga menilai kedua hal itu 
merupakan bagian dari teori konspirasi. 
Faktanya, klaim penggunaan masker dan kebijakan lockdown tak memperlambat angka penyebaran 
Covid-19 adalah tidak benar. Sejumlah penelitian tentang penggunaan masker dan kebijakan 
lockdown diketahui mampu mengurangi atau menurunkan angka penyebaran virus Corona (Covid-19). 
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) pernah melakukan eksperimen 
pada Januari 2021 tentang penggunaan masker medis yang dilapisi dengan penggunaan masker kain. 
Hasil penelitian itu menyebutkan bahwa penggunaan masker dapat mengurangi paparan aerosol 
yang berpotensi menularkan virus Corona lebih dari 90 persen. Sementara itu, dua ahli dari Universitas 
Johns Hopkins Amerika Serikat, Elizabeth Stuart dan Stuart Ray menegaskan bahwa kebijakan 
lockdown sangat mengurangi penularan Covid-19 dengan pendekatan proporsional.

terbit  sebuah unggahan di media sosial Instagram berisi klaim bahwa anosmia bukan 
merupakan gejala khas virus dan dapat disembuhkan dengan mecobalamin.
Faktanya, klaim anosmia bukan gejala khas virus dan bisa disembuhkan dengan 
mecobalamin adalah tidak benar. Menurut dokter spesialis penyakit dalam, Sally Aman 
Nasution, anosmia atau kehilangan penciuman menjadi salah satu gejala yang dialami oleh 
pasien Covid-19. Ia juga menyebut mecobalamin tidak ada kaitannya dengan anosmia. Di 
dunia medis, mecobalamin lebih sering digunakan sebagai obat penyakit saraf tepi.

terbit  sebuah informasi yang mengklaim bahwa vaksin Covid-19 bisa menyebabkan sterilisasi 
pada wanita. Kabar ini bermula dari sebuah artikel berbahasa Inggris dengan judul 
"Kepala Penelitian Pfizer: Vaksin Covid merupakan Sterilisasi untuk Wanita". Dalam artikel itu 
tertulis Vaksin Covid-19 mengandung protein yang disebut dengan syncytin-1. Zat itu diduga 
bisa mempengaruhi plasenta pada manusia. Akibatnya, kandungan protein dalam vaksin saat 
membentuk imunitas bisa menyebabkan kemandulan.
Berdasarkan penelusuran Kumparan.com yang mengutip dari lembaga Factcheck.org, klaim 
ini merupakan kabar hoaks. Tidak ada vaksin Covid-19 yang telah disetujui mengandung 
syncytin-1. Hasil penelitian ini ditegaskan oleh American College of Obstetricians and 
Gynecologists pada 5 Februari 2021. Dalam laporan itu menyebutkan, pada penelitian terbatas 
ini tidak ada masalah kemandulan dari ribuan peserta uji coba vaksin Covid-19. Dalam 
studi vaksin Moderna yang dilakukan pada hewan, juga tidak menunjukkan dampak pada 
reproduksi wanita. Bahkan, turunnya kesuburan akibat efek samping dari vaksin Covid-19 juga 
belum ditemukan dalam sejumlah penelitian oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan 
Penyakit Amerika Serikat (CDC)


terbit  sebuah video berdurasi lebih kurang 10 menit di aplikasi YouTube yang di unggah
kembali menggunakan akun pribadi pada platform media sosial Facebook dengan keterangan
“Beranikah ?!”, video ini menyampaikan narasi yang mengklaim bahwa Majelis Ulama
Indonesia (MUI) mengeluarkan maklumat tangkap Presiden Joko Widodo yang disebutkan
telah melanggar protokol kesehatan (prokes) di Nusa Tenggara Timur (NTT). Dalam video
ini terdapat pernyataan yang disampaikan Wakil Ketua Umum MUI Anwar Abbas terkait
dugaan pelanggaran prokes di NTT.
Dilansir dari Cek Fakta Medcom.id, diketahui bahwa klaim Majelis Ulama Indonesia
mengeluarkan maklumat tangkap Presiden Joko Widodo ini adalah salah dan tidak
berdasar. Dari hasil penelusuran tidak ditemukan data atau fakta pendukung bahwa benar
MUI mengeluarkan maklumat tangkap Presiden Jokowi. Adapun pernyataan yang
disampaikan Anwar Abbas pada video ini telah diklarifikasi oleh Ketua MUI Bidang
Infokom Masduki Baidlowi bahwa pernyataan Anwar Abbas itu bukanlah pernyataan sikap
resmi MUI. MUI tidak memberikan pernyataan sikap apapun terhadap kunjungan Presiden
Jokowi ke NTT.

terbit  tangkapan layar percakapan WhatsApp di
media sosial dengan narasi yang mengklaim
bahwa pemerintah tidak menyediakan kompensasi
bagi yang mengalami kegagalan vaksin seperti
efek jangka panjang atau meninggal dunia.
Unggahan yang ditulis dalam Bahasa Inggris
ini mengatasnamakan Andrew Lee dari
Singapura. Unggahan ini disampaikan
dengan format tanya jawab, salah satunya adalah
pertanyaan terkait kompensasi kegagalan
vaksinasi.
Faktanya, klaim yang menyebutkan pemerintah
tidak menyediakan kompensasi bagi yang
mengalami kegagalan vaksin seperti cacat atau
meninggal dunia adalah tidak benar. Dikutip dari
Antara, Presiden Joko Widodo memberikan
santunan bagi penerima Vaksin Corona yang
mengalami cacat atau meninggal dunia usai
disuntik. Pemberian santunan ini tertulis
dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 14
tahun 2021 tentang Pengadaan Vaksin dan
Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka
Penanggulangan Pandemi Covid-19. Terkait kriteria,
bentuk dan nilai besaran kompensasi ditetapkan
oleh Menteri Kesehatan setelah mendapat
persetujuan Menteri Keuangan.

terbit  postingan di media sosial Facebook
yang mengunggah foto tangkapan layar dari
sebuah jurnal penelitian disertai klaim bahwa
istilah “Novel” pada Covid-19 sudah
dibicarakan pada studi tahun 2008.
Faktanya, klaim ini adalah keliru. Dilansir
dari reuters.com, artikel jurnal dalam
tangkapan layar ini tidak merujuk pada
Novel Coronavirus penyebab Covid-19. Menurut
tim Ilmuwan Kesehatan Global dan Pencegah
Infeksi di Medan Digital Health Lab, studi
tahun 2008 menggunakan istilah SARS-CoV-1,
SARS-CoV-2 dan SARS-CoV-3 untuk merujuk
pada fragmen gen SARS-CoV-1, yaitu virus
yang menyebabkan sindrom pernapasan akut
yang disebut dengan SARS. Sementara itu,
Virus Corona penyebab Covid-19 pertama kali
tercatat pada 2019 dan pada saat
dipublikasikan belum ada virus yang disebut
SARS-CoV-3.


terbit  informasi di media sosial dan WhatsApp bahwa 
puluhan wartawan terkapar pasca vaksinasi Covid-19.
Berdasarkan klarifikasi langsung dari Jubir Vaksin 
Covid-19 Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, terkait 
informasi puluhan wartawan terkapar usai vaksinasi 
Covid-19 yang terbit  di WhatsApp grup maupun 
media sosial lainnya adalah tidak benar. Beliau 
menjelaskan bahwa pada 26 Februari 2021 ini terdapat 5 
(lima) awak media yang memang diobservasi karena 
merasa ada keluhan efek samping pasca penyuntikan 
vaksin Covid-19. Namun, saat ini kelima awak media 
ini sudah kembali ke rumah masing-masing dan 
dalam kondisi sehat. Adapun saat pemeriksaan 
diketahui kelima awak media ini tidak melakukan 
sarapan pagi ataupun makan siang, bahkan tidak cukup 
beristirahat pada malam hari sebelum dilakukan 
vaksinasi. dr. Nadia juga mengimbau para awak media 
yang ingin melakukan vaksinasi Covid-19 berikutnya 
agar dapat beristirahat yang cukup dan sarapan pagi 
atau makan siang sebelum menuju lokasi vaksinasi.


terbit  postingan dengan foto dua orang pria dengan wajah dan mata bengkak atau 
Monsterisme yang diklaim sebagai akibat dari efek samping vaksin Covid-19 Moderna.
Faktanya, pembengkakan wajah dan mata pada dua pria dalam foto ini sama sekali tidak 
terkait dengan vaksin Covid-19 Moderna. Dilansir dari dailymail.co.uk, kisah salah satu pria dalam 
foto ini pernah diangkat dalam sebuah artikel dengan narasi “wajah ayah membengkak 
hingga tiga kali lipat setelah menderita penyakit misterius yang awalnya disebut masalah sinus”. 
Pria itu bernama Romulo Pilapil, seorang tukang kayu dari Filipina yang sebelumnya mengalami 
gejala awal mata gatal dan hidung meler lalu terjadi pembengkakan setelah diberi obat. Artikel 
ini terbit pada Juli 2019, sebelum Covid-19 pertama kali muncul di Wuhan pada Desember 
2019 lalu. Adapun foto pria kedua ditemukan dalam sebuah jurnal laporan kasus kesehatan 
berjudul “Alcohol-related massive eyelid swelling: case report” yang terbit tahun 2007. Jurnal 
ini membahas tentang reaksi hipersensitivitas dermatologis yang mungkin muncul akibat 
minuman beralkohol. Dalam keterangannya, pria itu mengalami pembengkakan orofacial yang 
mencolok, dengan pembesaran yang intens dan penutupan total kelopak mata akibat alkohol.


terbit  sebuah informasi terkait meninggalnya Direktur Pascasarjana Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIK) Tamalatea Makassar, Eha Soemantri. Dalam informasi yang terbit  di media sosial, 
yang bersangkutan disebut meninggal akibat disuntik vaksin. Sebuah unggahan di Youtube bahkan 
mengklaim hal ini menjadi bukti bahwa vaksin Sinovac tidak aman.
Berdasarkan hasil penelusuran, informasi ini telah diklarifikasi oleh Komda KIPI Sulawesi 
Selatan pada 23 Februari 2021. Dalam klarifikasinya, dijelaskan bahwa Eha Soemantri meninggal 
setelah dinyatakan positif terkonfirmasi Covid-19 pada 8 Februari. Dalam kronologi disebutkan jika 
sebelumnya Eha Soemantri sudah mendapatkan suntik vaksinasi Covid-19 tahap 1 pada 14 Januari, 
lalu melakukan perjalanan ke Mamuju 5 hari sebelum vaksin tahap 2 yakni pada 28 Januari. 
Kemudian, yang bersangkutan menunjukan gejala Covid-19 berupa demam dan sesak pada hari ke 
3 setelah vaksinasi tahap 2 yakni pada 31 Januari. Sebagaimana yang juga dijelaskan oleh Komda 
KIPI Sulawesi Selatan, bahwa kekebalan tubuh baru terbentuk maksimal setelah 28 hari sejak vaksin 
pertama diberikan. Hal ini sekaligus membantah klaim yang menyebut bahwa Eha Soemantri 
meninggal diakibatkan suntik vaksin, melainkan akibat Covid-19 yang menyerang pada masa 
kekebalan tubuh belum terbentuk secara maksimal

terbit  sebuah pesan berantai di media sosial WhatsApp sebuah narasi yang
menyebutkan Ketua Satgas Covid-19 bernama Dwiyono menjelaskan terkait pencegahan
penularan Covid-19 dapat melalui metode menghirup uap air panas. Menurut beliau uap
dan air panas dapat membunuh virus Corona.
Faktanya, klaim tentang terapi uap air panas dapat membunuh virus Corona adalah tidak
benar. Pesan berantai melalui WhatsApp yang mengatasnamakan Ketua Satgas Covid-19
Dwiyono adalah salah. Ketua Satgas Covid-19 saat ini bernama Doni Monardo, bukan
Dwiyono seperti yang disebutkan di dalam pesan berantai ini. Lebih lanjut, dalam
berbagai pernyataan dan penjelasan Doni Mordano sebagai Ketua Satgas Covid-19, tidak
ada satupun informasi bahwa beliau menyebutkan uap air panas dapat menghilangkan
virus Corona.

terbit  sebuah unggahan video yang
menampilkan seorang pria di Israel jatuh
terlentang di lantai. Pria dalam video ini
diklaim langsung meninggal sesaat setelah
menerima vaksin Covid-19.
Faktanya, klaim bahwa pria dalam video ini
meninggal akibat vaksin Covid-19 adalah keliru.
Dilansir dari reuters.com, penyedia layanan
kesehatan terbesar Israel, Clalit, mengklarifikasi
bahwa pria itu memang jatuh pingsan, namun
bukan disebabkan oleh vaksin Covid-19. Istri dari
pria ini juga menuturkan, kondisi sang suami
yang lemah dan merasa kurang baik menjadi
faktor ia pingsan saat hendak divaksin. Ia juga
menyebut sang suami memiliki ketakutan akan
vaksin. Selanjutnya disebutkan juga bahwa sejauh
ini, sekitar 44% dari 9,1 juta warga Israel telah
menerima setidaknya satu suntikan vaksin Pfizer
dan tidak ada laporan kasus meninggal karena
efek samping vaksin Covid-19.


terbit  sebuah video di media sosial Facebook yang menampilkan seorang wanita. Ia mengaku
baru tiba di Indonesia dari luar negeri dan dinyatakan positif Covid-19. Dalam video yang berdurasi 4
menit 38 detik ini wanita itu membuat sejumlah pengakuan dan mempersoalkan dirinya yang
dijemput menggunakan taksi dari Bandara Soekarno - Hatta (Soetta) menuju Wisma Atlet.
Menanggapi video yang terbit  ini, Komandan Batalyon Covid, Letkol Laut drg. Muhammad
Arifin menjelaskan alasan taksi yang digunakan untuk menjemput wanita itu karena masalah
keterbatasan armada (ambulans). Operasi taksi ini sesuai dengan protokol kesehatan. Bahkan,
sopir taksi menggunakan alat pelindung diri (APD). Terkait masalah tes swab pembanding yang
diajukan oleh wanita ini, Arifin menyatakan bahwa prosedur dari Kementerian Kesehatan tidak
memperbolehkan pasien untuk tes Covid-19 pembanding di klinik atau rumah sakit luar. Hal
ini juga di klarifikasi oleh Manager Golden Bird Jakarta, Widi Wiedanto yang membuat
klarifikasi pada tanggal 22 Februari 2021. Dikatakan, bahwa PT Blue Bird Group Tbk memiliki
kerjasama dalam menyediakan moda transportasi dengan Hotel Wyndham Casablanca. Layanan
yang disediakan meliputi: Taksi (blue bird dan silver bird), serta rental (golden bird dan big bird).
Hotel Wyndham Casablanca memilih layanan Golden Bird untuk mengantarkan tamu yang
terindikasi positif Covid-19. Pemilihan layanan ini atas pengetahuan tim KKP (Kantor Kesehatan
Pelabuhan) yang bertugas di hotel. Dalam layanan golden bird sudah menerapkan protokol
kesehatan. Mobil selalu disemprot disinfektan sebelum dan sesudah pemakaian, pengemudi selalu
menggunakan APD lengkap dan menjaga jarak selama berkendara. Selain itu, pengemudi harus
pulang pool setelah melayani tamu dan melakukan rapid test secara berkala.


terbit  informasi melalui broadcast WhatsApp yang menyebutkan bahwa harga plasma konvalesen
di lapangan mulai banyak dipermainkan oleh mafia. Dalam pesan ini dituliskan, harga plasma
konvalesen di lapangan berkisar Rp 10 juta hingga Rp 13 juta. Sementara itu, harga yang ditetapkan
oleh PMI adalah Rp 2,5 juta ditambah biaya administrasi sebesar Rp 6 juta hingga Rp 8 juta.
Disebutkan juga, harga plasma konvalesen tidak sebanding dengan yang diterima pendonor, yaitu
hanya sekitar Rp 500 ribu hingga Rp 600 ribu.
Menanggapi hal itu, Palang Merah Indonesia (PMI) memastikan bahwa informasi yang terbit 
ini adalah tidak benar atau hoaks. PMI menegaskan, pihaknya memang menetapkan harga
untuk biaya pengolahan pengganti plasma ke Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sebesar Rp 2,5
juta. Untuk pembelian kantung harganya berkisar Rp 900 ribu - Rp 1,6 juta, tergantung pada mesin
aferesis yang dipakai, reagen, dll.

terbit  unggahan di media sosial sebuah tulisan yang menyebutkan bahwa memakai
masker monoton selama setahun akan menyebabkan kanker, karena racun karbon
dioksida yang dihisap terus menerus.
Dilansir dari liputan6.com, hoaks serupa disebarkan di AS sejak Juni 2020. Faktanya, CDC
(Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS) dan juga Asosiasi Ahli Penyakit
Paru-Paru AS menjelaskan bahwa masker tidak mengurangi kadar oksigen
penggunanya. Tidak ada bukti ilmiah yang menyebut pemakaian masker bisa memicu
kanker. Adapun berdasarkan penelitian penggunaan masker justru dapat menurunkan
risiko penularan hingga 70 persen.


terbit  sebuah video di media sosial Facebook dengan klaim bahwa memanaskan uang di dalam
rice cooker dapat membunuh virus Covid-19.
Dikutip dari cek fakta Liputan6.com, dr. Muhamad Fajri Adda'i, yang merupakan dokter relawan
Covid-19 dan edukator kesehatan, langsung memberikan penjelasan dan mengirim tautan situs
National Center for Biotechnology Information (NCBI). Dalam situs NCBI, disebutkan virus Covid-19
bisa dibunuh jika sebuah objek dipanaskan pada suhu di atas 75 derajat celcius dalam durasi waktu
tertentu. Dokter Fajri pun setuju dengan referensi ini. Jika pada rice cooker harusnya sampai
100 derajat celcius bisa membuat air mendidih, menurutnya bisa membunuh virus. Namun cara ini
tidak direkomendasikan para ahli medis. Faktanya, rice cooker bisa rusak dan meledak bila yang
dipanaskan uang logam. Kemudian, uang kertas bisa saja terbakar bila dipanaskan dalam suhu
tertentu.


terbit  sebuah unggahan berisi daftar penyakit yang diklaim disebabkan oleh vaksin flu 
atau Covid. Unggahan ini disertai diagram yang berisi berbagai penyakit antara lain 
kanker, infeksi HIV/AIDS, stroke, diabetes, arthritis, dan serangan jantung. Bahkan, di bagian 
bawah, disebutkan bahwa kematian adalah salah satu akibat dari pemberian vaksin.
Berdasarkan hasil penelusuran dari cekfakta.tempo.co, klaim bahwa vaksin flu dapat 
menyebabkan infeksi HIV dan kanker, maupun penyakit serta gangguan serius lainnya 
adalah keliru. Vaksin flu telah banyak digunakan di berbagai negara, termasuk Indonesia, 
dan belum pernah dilaporkan menyebabkan infeksi HIV maupun kanker. Selanjutnya, 
dilansir dari republika.co.id, Vaksinolog dr Dirga Sakti Rambe membantah kabar lawas yang 
kembali muncul di sebagian masyarakat tentang vaksin yang dianggap bisa menyebabkan 
autisme hingga kanker. "Tidak ada vaksin yang bisa menyebabkan kanker, malah ada vaksin 
yang bisa melindungi kanker, vaksin hepatitis B yang bisa melindungi kanker hati, vaksin 
HPV melindungi kanker mulut rahim, jadi tidak benar vaksin sebabkan kanker," ujar Dirga.

terbit  di media sosial unggahan foto yang menampilkan wajah legenda NBA, Magic 
Johnson. Foto ini diklaim bahwa legenda NBA ini mendonorkan darahnya untuk pasien 
Covid-19. Sebagaimana diketahui, Magic Johnson merupakan orang yang terpapar HIV/AIDS.
Faktanya, klaim bahwa Magic Johnson, legenda NBA yang terpapar HIV/AIDS sedang 
mendonorkan darah untuk pasien Covid-19 tidak benar. Adapun foto ini diambil pada 
tahun 2012 lalu, ketika Magic Johnson menjalani perawatan bersama Dr. David Ho.



terbit  di media sosial sebuah informasi yang membicarakan tentang penolakan seorang 
pasien yang sedang hamil oleh RSUD Teluk Kuantan.
Dilansir dari Goriau.com, Direktur RSUD Teluk Kuantan, dr. Irvan Husen melalui Plt KTU, 
Mauris Ramadian, membantah informasi yang terbit  di media sosial ini. Mauris 
menjelaskan bahwa pasien datang ke RSUD pada tanggal 20 Januari 2021 dengan keluhan 
batuk dan tak mau makan, kemudian pihak RSUD melakukan rapid tes yang mana 
hasilnya reaktif. Pasien ini dianjurkan untuk dirawat terlebih memiliki gejala batuk. 
Namun, saat diberikan surat pernyataan bersedia diisolasi, pasien ini menolak dan 
memaksa untuk pulang.

terbit  unggahan di media sosial Twitter yang 
mengabarkan perihal penolakan Arab Saudi terhadap 
jemaah haji dari Indonesia. Dalam unggahan itu 
disebutkan, Arab Saudi menolak jemaah haji dari 
Indonesia bukan karena pandemi Covid-19, melainkan 
karena Indonesia belum membayar bea akomodasi calon 
jemaah haji akibat dana haji yang telah digunakan oleh 
pemerintah untuk membiayai berbagai proyek 
pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Berdasarkan hasil penelusuran, informasi bahwa Arab 
Saudi menolak jemaah haji dari Indonesia karena belum 
membayar bea akomodasi calon jemaah haji adalah tidak 
benar. Dikutip dari laman Kompas.com, diketahui 
Pemerintah Arab Saudi kembali memberlakukan 
kebijakan baru untuk menekan laju pertumbuhan Virus 
Corona di negaranya, yakni dengan menangguhkan 
masuknya orang-orang ke kerajaan dari 20 negara, 
termasuk Indonesia mulai 3 Februari 2021. Namun, 
kebijakan ini dikecualikan untuk diplomat, warga 
negara Arab Saudi, praktisi medis dan keluarga mereka. 
Dikutip dari turnbackhoax.id, Kepala Badan Pengelola 
Keuangan Haji (BPKH) Anggito Abimanyu mengatakan 
dana haji yang dikumpulkan pada 2018 sebanyak Rp. 113 
triliun ditempatkan untuk deposito di perbankan syariah 
dan digunakan untuk membeli surat berharga bukan 
untuk membiayai berbagai proyek pembangunan 
infrastruktur di Indonesia.


terbit  sebuah pesan berantai pada aplikasi WhatsApp, pesan ini berisi narasi bahwa
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) kembali memberikan subsidi
pulsa Rp200.000,00 dan kuota internet 75 GB untuk para guru, dosen, siswa dan mahasiswa.
Pesan ini pula menyertakan sebuah tautan yang diklaim sebagai cara untuk
mendapatkan subsidi ini.
Faktanya, informasi beserta tautan pada pesan berantai ini adalah tidak benar, dan
bukan merupakan broadcast resmi dari Kemendikbud. Plt Kepala Pusat Data dan Informasi
(Pusdatin) Kemendikbud Hasan Chabibie menegaskan bahwa informasi pada pesan berantai
yang terbit  dan menyebut Kemendikbud memberikan subsidi pulsa dan kuota internet itu
adalah kabar bohong. Hasan Chabibie menambahkan, saat ini Kemendikbud memang
tengah merencanakan pemberian subsidi kuota internet untuk para siswa dan guru, tetapi
kebijakan atau program ini belum diluncurkan.


terbit  sebuah unggahan video di media sosial
Facebook yang menyebut vaksin Pfizer BioNTech
untuk Covid-19 telah menyebabkan reaksi yang
fatal dan banyak kematian di Israel.
Faktanya, klaim ini adalah keliru. Dilansir dari
Reuter.com, pada 21 Januari 2021 lalu, 20 juta dosis
vaksin Pfizer telah diberikan di seluruh dunia,
dengan hanya beberapa efek samping dan tidak
ada satupun kasus kematian. Sementara itu,
Kementerian Kesehatan Israel telah mencatat efek
samping pemberian vaksin yang sebagian besar
bersifat ringan dan sementara, seperti nyeri di
tempat suntikan atau sakit kepala. Terdapat
beberapa kasus syok anafilaksis atau reaksi alergi
yang parah tetapi dapat diobati. Namun tidak ada
korban jiwa yang dilaporkan. Adapun menurut
Penasihat Strategis Ahli Imunisasi WHO, vaksin
Pfizer BioNTech Covid-19 aman dan efektif,
meskipun ada beberapa populasi yang tidak
dianjurkan vaksinasi.

terbit  sebuah unggahan di sosial media Facebook yang mengutip sebuah artikel
dengan judul "Awas! Virus Corona Bisa Menyebar Lewat Asap Rokok".
Dikutip dari cek fakta medcom.id, klaim Virus Corona dapat menyebar lewat asap
rokok adalah salah. Faktanya, belum ada penelitian secara mendalam yang
membuktikan penularan Covid-19 lewat perantara asap rokok. Dilansir
cnnindonesia.com, ahli epidemiologi Universitas Airlangga Surabaya, Windhu
Purnomo menegaskan asap rokok tidak menyebarkan Covid-19. Namun, droplet
(percikan liur) bisa keluar bersamaan dengan asap rokok yang dihembuskan perokok.
Droplet itulah yang kemungkinan bisa menularkan Covid-19 ke orang lain bukan asap
rokoknya.


terbit  sebuah surat edaran Wali Kota
Kupang, mengenai pemberitahuan
larangan salat Jumat dan salat berjamaah.
Faktanya, Wakil Wali Kota Kupang
memberikan klarifikasi soal imbauan
ini. Dikutip dari Antara, Pemerintah
Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur
ternyata mengizinkan pelaksanaan
kegiatan keagamaan di rumah ibadah
selama pemberlakuan pembatasan
kegiatan masyarakat (PPKM) tahap ketiga.
Tapi syaratnya mesti menerapkan protokol
kesehatan untuk mencegah penularan
Covid-19 dijalankan selama kegiatan.

terbit  sebuah pesan berantai pada WhatsApp yang menjelaskan bahwa Italia adalah negara
pertama yang telah melakukan proses bedah mayat terhadap pasien Covid-19 yang telah meninggal,
dimana hal ini dilarang dan merupakan pelanggaran undang-undang WHO. Setelah dibedah,
disimpulkan bahwa Covid-19 bukan virus dan dikatakan virus itu adalah salah satu penipuan sangat
besar dimana yang terjadi sebenarnya, penderita Covid-19 yang mati disebabkan oleh "Amplified
Global 5G Electro magnetic Radiation (Poison)”. Pesan berantai ini juga menyebutkan bahwa
informasi yang telah terbit  bersumber dari Kementerian Kesehatan Italia.
Faktanya, Kementerian Kesehatan Italia tidak pernah membuat pernyataan ini. Dilansir AFP
Fact Check, 9 Juni 2020 lalu, juru bicara Kementerian Kesehatan Italia menyatakan narasi itu hoaks.
Menurutnya, ahli di seluruh dunia telah menemukan dan sepakat bahwa Covid-19 disebabkan oleh
virus, bukan bakteri. Virus tentu berbeda dengan bakteri, yang tidak bisa diatasi dengan antibiotik.
Paracetamol memang berguna saat terjadi demam tinggi, tetapi tidak untuk menyembuhkan Virus
Corona. Mengenai larangan autopsi, tidak ada larangan dari WHO untuk mengautopsi. Selain itu,
Komisi Internasional untuk Perlindungan Radiasi Non-Ionisasi (ICNIRP) menyatakan tidak ada bukti
ilmiah bahwa teknologi mengancam kesehatan manusia

terbit  sebuah unggahan foto pada sosial media 
Facebook yang memperlihatkan Presiden Joko 
Widodo yang sedang berkerumun dan tidak 
menggunakan masker. Unggahan foto ini 
disertai dengan narasi "Pemerintah menegaskan 
berkerumun dan tidak pakai masker didenda dari 
menyanyi sampai denda 150 juta kenapa orang itu 
gk pk masker dan berkerumun gk ditangkap dan 
didenda..#nanya."
Setelah ditelusuri, klaim yang menyebutkan bahwa 
foto Presiden Jokowi berkerumun dan tidak 
menggunakan masker di masa pandemi, adalah 
salah. Faktanya, foto itu diabadikan sebelum masa 
pandemi. Salah satu pada sejumlah foto ini 
diambil dari tangkapan layar tayangan iNews TV 
pada 13 Februari 2021 dengan judul "Bagai Buah 
Simalakama, Buzzer Terkadang Dibutuhkan Namun 
Bisa Jadi Batu Sandungan". Video Presiden Jokowi 
itu sebenarnya sudah pernah ditayangkan oleh 
iNews TV pada tahun 2018 terkait Presiden Jokowi 
blusukan ke Pasar Anyar, Tangerang, Banten pada 4 
November 2018

terbit  informasi di media sosial yang menyebutkan bahwa Bupati Pasuruan H.M. Irsyad Yusuf 
mengalami sakit setelah disuntik Vaksin Covid-19.
Faktanya, dalam sambutannya pada saat akan melaksanakan suntik vaksin tahap kedua kelanjutan 
dari pemberian vaksin pertama, Irsyad Yusuf membantah informasi yang terbit  dengan 
mengatakan “tidak benar kalau habis disuntik vaksin itu saya sakit, malahan inginnya makan terus, 
buktinya, ini saya datang untuk penyuntikan dosis kedua kelanjutan dari pemberian vaksin pertama 
yang dilaksanakan pada 28 Januari 2021. Sekali lagi tidak ada keluhan efek samping yang berarti, 
keluhannya hanya ingin makan saja. Saya juga sampaikan terima kasih atas jajaran forkopimda yang 
dengan sukarela menerima vaksin dosis kedua ini sebagai teladan dan contoh untuk masyarakat 
lainnya, bahwa dalam suntik vaksin Covid-19 tidak ada efek samping yang membahayakan”


terbit  sebuah postingan pada media sosial Facebook
dengan narasi, "Utdz Maheer At-Thuwailibi meninggal
karena disuntik Vaksin si Novac Cina, oleh Polisi
Komunis Indonesia (PKI)”. Postingan ini juga
mengunggah gambar yang menjelaskan tentang
kematian Ustaz Maheer At-Thuwailibi di Rutan POLRI
akibat disuntik Vaksin.
Berdasarkan penelusuran, klaim bahwa Ustaz Maheer
At-Thuwailibi meninggal karena disuntik Vaksin Sinovac
adalah keliru. Faktanya, Ustaz Maheer meninggal
karena sakit. Dilansir dari medcom.id, Kepolisian
mengumumkan kematian Ustaz Maaher At-Thuwailibi
dikarenakan sakit yang sedang diderita. Namun,
mereka enggan mengungkapkan penyakit yang
diderita Maaher karena terbilang sensitif. "Saya tidak
bisa menyampaikan sakitnya apa karena ini adalah
sakit yang sensitif. Ini bisa berkaitan dengan nama baik
keluarga almarhum." ujar Kadiv Humas Polri Irjen Pol.
Argo Yuwono dalam konferensi pers Selasa, 9 Februari
2021 lalu

terbit  sebuah video dengan klaim seorang wanita Korea Selatan yang disebut mengalami
efek kejang dan sesak nafas hebat setelah mendapat vaksinasi Covid-19.
Dilansir dari AFP, klaim bahwa wanita dalam video ini mengalami efek samping dari
vaksin Covid-19 adalah keliru. Faktanya, video serupa diketahui pernah diunggah di YouTube
pada 21 Maret 2015, jauh sebelum adanya pandemi Corona. Sementara itu, dalam Radio Free
Europe, wanita di video itu disebut merupakan seorang warga di Kazakhstan yang dirawat
setelah diberikan vaksinasi campak. Meski begitu, otoritas setempat menegaskan tidak ada
hubungan vaksin campak dengan yang dialami oleh wanita ini.

Telah terbit  di media sosial Facebook sebuah
unggahan yang mengatakan bahwa rutin minum
air hangat 4 kali sehari dapat menyembuhkan
Covid-19. Unggahan ini juga memberikan
informasi mengenai fungsi air hangat terhadap
tubuh.
Faktanya, menurut Juru Bicara Satgas Covid-19
Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret (UNS) dr.
Tonang Dwi Ardyanto menerangkan informasi
tentang air hangat yang dapat menyembuhkan
Covid-19 karena air hangat dapat melancarkan
peredaran darah itu tidak benar. dr. Tonang
menerangkan pemahaman keseimbangan cairan
tidaklah sesederhana demikian. Menurutnya
sumber masukan air tidak hanya dari minuman
dan makanan namun juga jalur lain, begitu pula
untuk pengeluarannya. Selain itu keseimbangan
cairan bukanlah hal yang tunggal karena harus
mempertimbangkan keseimbangan elektrolit,
asam, basa, dan sebagainya.


terbit  sebuah postingan menggunakan
Bahasa Inggris di media sosial, yang mengklaim
bahwa hanya Pemerintah yang menyebut Vaksin
Pfizer-BioNTech dan Moderna COVID-19 sebagai
"vaksin", dan justru perusahaan mereka sendiri
menyebutnya sebagai "Agen Biologis" dan
"sistem operasi yang dirancang untuk
memprogram manusia”.
Faktanya, baik perusahaan Pfizer dan Moderna
sama-sama menyebutnya sebagai Vaksin
Covid-19. Dilansir dari Reuters.com, Badan
Pengawas Obat dan Makanan AS telah meninjau
data keamanan dari uji klinis dan memberikan
otorisasi penggunaan darurat untuk kedua
vaksin ini. Merujuk pada situs website
Moderna, yang dimaksudkan dengan “Sistem
Operasi” adalah pembuatan platform teknologi
vaksin yang berfungsi sangat mirip dengan
sistem operasi pada komputer agar dapat
dipasang dan dimainkan secara bergantian
dengan program yang berbeda. Dalam kasus ini,
“program” adalah obat mRNA dan aplikasinya
adalah urutan mRNA unik yang mengkode
protein. Sementara itu, Dervila Keane, juru bicara
Pfizer, menegaskan bahwa Pfizer telah diberikan
otorisasi sementara di lebih dari 50 negara dan
telah menunjukkan tingkat kemanjuran Vaksin
Covid-19 sebesar 95 persen.

terbit  postingan di media sosial
Facebook dengan narasi yang berbunyi
"Yang bikin banyak positif bukan acara
pernikahannya, tapi testnya. Coba
seandainya kagak usah test2an, rapid,
swab, dll. Mereka akan hidup damai
sentosa tanpa ada apa-apa".
Dilansir dari Liputan6.com, klaim
tentang tes PCR, swab dan rapid
menjadi penyebab utama banyaknya
kasus positif Covid-19 di Indonesia
adalah tidak benar. Faktanya, tes PCR,
swab dan rapid merupakan alat untuk
mendeteksi seseorang terjangkit
Covid-19 atau tidak.



terbit  sebuah pesan berantai mengatasnamakan World Health Organization (WHO),
yang memberikan informasi terkait pendaftaran vaksin Covid-19 dengan menyertakan
link yang diklaim sebagai link pendaftaran vaksin. Narasi pesan ini adalah
"Organisasi Kesehatan Dunia memberikan vaksin COVID-19 gratis. Saya mendapat
vaksin COVID-19 gratis, senang sekali. Keluarga dan teman-teman saya juga sudah
divaksinasi. Anda harus mengajukan vaksinasi sesegera mungkin. Klik tautan untuk
mengajukan vaksinasi. https://www.svwa.cn/tiaoban.php?app=yimiao".
Dilansir dari Cek Fakta Liputan6.com, diketahui bahwa informasi beserta link
pendaftaran vaksin Covid-19 yang mengatasnamakan WHO pada pesan berantai
ini adalah tidak benar, dan bukan merupakan pesan yang dikeluarkan oleh
WHO. Di Indonesia sendiri program vaksinasi Covid-19 hanya diselenggarakan oleh
pemerintah, dan untuk saat ini prioritas vaksin untuk tenaga kesehatan terlebih
dahulu. World Health Organization memberikan himbauan melalui Websitenya
who.int, bahwa masyarakat diharapkan berhati-hati terhadap kejahatan Cyber yang
memanfaatkan situasi pandemi Covid-19, seperti pesan berantai ini.


terbit  informasi sebuah unggahan di media sosial Facebook yang menyebutkan
bahwa hasil tes PCR tidak tepat karena tidak mencontoh mesin kultur pembiakan
anggrek.
Klaim yang menyebutkan hasil tes PCR tidak tepat karena tidak mencontoh mesin
kultur pembiakan anggrek tidak benar alias hoaks. Faktanya menurut Ahli Patologi
Klinis sekaligus Direktur RS UNS Tonang Dwi Ardyanto menjelaskan, pada kasus awal
Covid-19, semua pemeriksaan dilakukan bertahap sejak PCR mulai kultur sampai
squencing. Tonang juga menjelaskan bahwa waktu itu kasusnya baru sedikit. Dari sana
terkumpul data bahwa PCR dapat digunakan karena tingkat kesesuaiannya dengan
hasil kultur dan squencing genom.


Sebuah akun Facebook mengunggah postingan yang menyebut WHO telah
mengeluarkan anjuran baru untuk tidak memakai masker di saat pandemi. Seruan itu
disebutkan dikeluarkan saat WHO menggelar konferensi pers pada 22 Januari 2021.
Faktanya, klaim ini adalah keliru. Dilansir dari AFP dan Kumparan.com, memang
benar pada tanggal ini WHO menggelar konferensi pers, namun tidak
ditemukan narasi adanya anjuran untuk tidak memakai masker disaat pandemi. Dalam
konferensi pers ini Pimpinan Teknis WHO untuk COVID-19, Maria Van Kerkhove
justru menyebut bahwa masker adalah salah satu aspek pengendalian dan salah satu
aspek untuk mengurangi penyebaran virus, namun masker tidak dapat berdiri sendiri.
Sebagaimana panduan pencegahan corona yang dikeluarkan WHO, selain masker,
masyarakat juga harus menjaga jarak secara fisik, menjaga ruangan berventilasi baik,
menghindari kerumunan, membersihkan tangan dan batuk ke siku atau tisu yang
tertekuk.


terbit  sebuah video di media sosial Facebook yang
mengklaim bahwa dari 153 Warga Negara (WN) China
yang masuk ke Indonesia, terdapat beberapa tentara
China yang masuk dengan menyamar menggunakan
baju hazmat atau APD. Video ini pun mempertanyakan
integritas kantor Imigrasi Indonesia perihal izin WNA
yang memasuki wilayah Indonesia di masa pandemi.
Pada postingan ini pun terdapat narasi yang
menyebut, "Aku cuma heran saja kenapa dan
mengapa???".
Berdasarkan penelusuran, diketahui bahwa video
ini adalah hoaks. Faktanya, tidak ada tentara China
yang datang atau masuk ke Indonesia dengan
menyamar menggunakan baju hazmat. Sebanyak 153
WN China yang masuk ke Indonesia sendiri telah
dipastikan memenuhi syarat pengecualian dan
pemeriksaan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi Indonesia.
Melansir dari Detik.com, Direktur PT Krakatau
Engineering, Utomo Nugroho membenarkan para TKA di
dalam video itu bekerja pada sebuah perusahaan di
Banten. Utomo menyebutkan bahwa mereka
dipekerjakan sebagai tenaga ahli yang sedang
mengerjakan proyek blast furnace complex untuk
peningkatan kapasitas produksi baja nasional. Perihal
izin 153 WN China, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi
menjelaskan, terdapat pengecualian yang tercantum
dalam Surat Edaran (SE) Satgas Penanganan Covid-19
Nomor 6 Tahun 2021 Tentang Ketentuan Perjalanan
Internasional Dalam Masa Pandemi Covid-19. Retno
mengatakan Pemerintah Indonesia telah mengecek
apakah terdapat kelalaian dalam menerbitkan visa baru
yang tidak diperkenankan. Retno menambahkan, hal
ini juga telah dikonfirmasi oleh Direktorat Jenderal
Imigrasi bahwa WN China yang masuk ke Indonesia
dipastikan terpantau oleh Pemerintah Indonesia


Sebuah unggahan terbit  di Facebook yang 
menyebutkan vaksin Covid-19 dapat 
menyebabkan gangguan pada otak sehingga 
membuat lamban berpikir dan sulit menghafal. 
Unggahan ini disertai dengan tangkapan 
status seseorang yang diklaim merupakan 
apoteker.
Faktanya, menurut Ahli Patologi Klinis yang juga 
Direktur RS UNS Tonang Dwi Ardyanto, vaksin 
Covid-19 menyebabkan gangguan otak seperti 
lamban berpikir dan sulit menghafal adalah klaim 
yang tidak benar. Lebih lanjut, Tonang 
mencontohkan program vaksinasi dengan metode 
yang sama yang sudah berjalan selama puluhan 
bahkan ratusan tahun lalu. Anak-anak yang 
berumur kurang dari 1 tahun juga sudah rutin 
mendapatkan vaksin yang metode pembuatannya 
sama dan sudah terbukti nyata, yaitu inactivated 
vaccine. Dalam Surat Keputusan Dirjen 
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Nomor 
HK.02.02/4/1/2021 tentang Teknis Pelaksanaan 
Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan 
Pandemi Covid-19 memang menyebutkan ada 
beberapa reaksi yang mungkin akan muncul 
setelah divaksin. Tetapi dari teknis pelaksanaan 
vaksin Covid-19 yang sudah melalui serangkaian uji 
coba, tidak ada efek samping berupa gangguan 
otak seperti lamban berpikir dan sulit menghafal.


terbit  sebuah unggahan yang menyebut penggunaan masker pada anak berbahaya
karena bisa menyebabkan kekurangan oksigen dan stres secara psikologi.
Faktanya klaim ini adalah keliru. Dilansir dari kumparan.com yang merujuk pada
AFP, Ketua Divisi Penyakit Menular di RS Anak Johns Hopkins AS, Allison Messina
menyebut masker tidak menyebabkan kekurangan oksigen pada anak diatas usia dua
tahun. Sementara itu, dokter sekaligus anggota Asosiasi Pneumologi dan Pengobatan
Respiratory Jerman, Philipp Lepper menegaskan masker tidak berpengaruh pada
kadar oksigen dan karbon dioksida yang diukur dalam tubuh. Terkait dengan masker
bisa menyebabkan gangguan psikologi seperti kecemasan dan stres, dibantah oleh
Direktur Psikologi dan Neuropsikologi di RS Anak Johns Hopkins, Jennifer Katzenstein.
Jennifer menjelaskan bahwa masker tidak mencegah anak-anak untuk berkomunikasi
secara memadai dengan orang lain, karena mata dan ekspresi wajah masih bisa
tersampaikan. Justru, tambah Katzenstein, yang membuat stres dan memicu
kecemasan adalah informasi yang salah.

terbit  di sosial media Facebook 
sebuah informasi yang menyebutkan 
bahwa Gubernur Yogyakarta Sri Sultan 
Hamengku Buwono X menganjurkan 
untuk menutup semua pasar dan 
tempat wisata pada tanggal 6 dan 7 
Februari 2021.
Setelah ditelusuri, kabar yang terbit  
ini tidak benar. Dikutip dari akun 
twitter @humas_jogja Gubernur DIY Sri 
Sultan Hamengku Buwono X 
menegaskan bahwa pada tanggal 6 dan 
7 Februari 2021 tidak ada penutupan 
pasar dan tempat wisata di DIY. Aturan 
mobilisasi masyarakat DIY masih 
mengacu Instruksi Gubernur 
No.4/INSTR/2021 tentang PTKM (PTKM) 
yang berlaku hingga 8 Februari 2021.


terbit  sebuah gambar pada platform media sosial, gambar ini
menampilkan foto Gubernur Kalimantan Timur Dr. Ir. H. Isran Noor, M.Si, beserta
narasi yang menyebutkan "Gubernur Kaltim Isran Noor, mengganti rugi semua
UMKM yang tutup 2 hari 6-7 Februari, menggunakan dana penanganan Covid-19
yang masih berlimpah". Disebutkan pula pada narasinya bahwa para pedagang dan
pengusaha dapat mengirimkan data usahanya via online atau datang langsung ke
rumah Gubernur Isran Noor untuk pencairan dana ganti rugi.
Faktanya, informasi pada gambar ini adalah tidak benar dan tidak memiliki
sumber kredibel. Pada website milik Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur
diklarifikasi oleh Sekretaris Daerah Provinsi Kaltim HM Sa'bani bahwa informasi
pada gambar ini adalah hoaks.

Telah terbit  di media sosial Facebook, sebuah unggahan yang menyebutkan bahwa 
Tanzania tidak terpapar Covid-19, dan di negara ini tidak pernah ada Rapid test. 
Adapun dalam unggahan juga disebutkan bahwa "Di Indonesia Covid 19 adalah 
Dana".
Faktanya, klaim yang menyebut Tanzania bebas Covid-19 adalah hoaks. Berdasar 
laporan dari situs milik WHO covid19.who.int, hingga kini tercatat 509 kasus positif 
dan 21 orang meninggal. Sementara itu, Pemerintah Tanzania justru mewajibkan 
semua warganya melakukan tes Covid-19.

terbit  informasi di media sosial yang memberi informasi adanya penutupan 
sementara Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Juanda Dago, Bandung, karena 35 
karyawannya terinfeksi Covid-19.
Dikutip dari Kumparan.com, Kepala UPTD Tahura Ir. H. Juanda, Lianda Lubis menyebut 
terdapat kekeliruan informasi dalam pesan berantai yang terbit . Ia menjelaskan, 
setiap bulan pihak Tahura selalu mengadakan rapid test, terutama ketika lonjakan 
kasus di Indonesia terus meningkat. Linda juga menyebut pada tanggal 1 Februari 2021 
dilakukan tes swab dengan menyasar 110 orang yang terdiri dari pegawai dan non 
pegawai. Hasilnya, 19 orang dinyatakan terinfeksi oleh Virus Corona. Dengan demikian, 
35 orang dinyatakan terinfeksi Covid-19 sebagaimana tertera dalam pesan berantai itu 
tidak benar. Linda menambahkan, 19 orang ini berstatus tanpa gejala dan telah 
menjalani isolasi di Gedung Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM). 
Mereka diduga terinfeksi dari lingkungan di rumahnya.


terbit  sebuah pesan berantai di WhatsApp yang berisi informasi bahwa Presiden Jokowi telah
mengumumkan akan diadakannya lockdown di DKI Jakarta yang dimulai pada tanggal 12
sampai 15 Februari 2021. Disebutkan pula bahwa pada masa lockdown ini seluruh rumah
dan toko harus ditutup dan masyarakat tidak boleh keluar. Bagi yang melanggar akan
ditangkap, diswab dan dikenakan denda.
Faktanya, informasi ini adalah hoaks. Hingga dokumen ini dibuat dan dirilis, belum ada
pengumuman resmi terkait diberlakukannya lockdown untuk wilayah DKI Jakarta. Dilansir dari
metro.sindonews.com dan cnnindonesia.com, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria
menyatakan kebijakan lockdown akhir pekan tidak dimungkinkan untuk diterapkan di Ibukota
hingga 8 Februari 2021 mendatang lantaran Jakarta masih menerapkan Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Sejauh ini Pemprov DKI masih melakukan kajian
untuk menentukan langkah yang akan diambil ke depan untuk menekan penyebaran Covid-19.
"Nanti kebijakan dari tanggal 9 sampai 14 hari kemudian, itu akan diputuskan setidaknya
tanggal 8 atau 7, itu artinya hari Minggu. Sebelum memutuskan kita lakukan penelitian, kajian,
dengarkan masukan dari banyak pihak, koordinasi dengan pemerintah pusat," kata Riza.


terbit  Video yang berdurasi 7 menit, 43 
detik. Di dalam video ini seorang wanita 
menyebut bahwa dia punya resep untuk 
covid-19, buah belimbing wuluh merupakan 
pencegahan terbaik covid-19. Belimbing 
ini direbus lalu diminum 
hangat-hangat.. Video ini ramai 
dibagikan Salah satu akun di Facebook, 
disertai narasi:"Obat covid.....Simak.semoga 
bermanfaat......D ambil dari pengalaman 
pribadi yg terpapar covid Masuk akal..karna 
belimbing wuluh paling tinggi vitamni C ny..."
Dilansir dari Liputan6.com, menurut Ahli Gizi 
KONI DKI Jakarta sekaligus APKI Approved 
Educator, Irtya Qiyamulail. Ia mengatakan 
bahwa klaim ini tidak benar. Karena 
belum ada penelitian yang menyebutkan satu 
makanan tertentu bisa menyembuhkan atau 
mencegah kita tertular virus Covid-19, 
termasuk air rebusan belimbing wuluh ini. 
Belimbing wuluh sebenarnya memiliki 
kandungan vitamin C yang tinggi namun 
metode perebusan justru membuat 
kandungannya berkurang


terbit  sebuah pesan berantai Whatsapp yang berisi link dengan narasi bahwa 
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memberikan bantuan pulsa 
Rp200 ribu dan kuota 75 GB untuk para dosen, guru, siswa dan mahasiswa selama 
masa pandemi.
Faktanya, klaim bahwa link itu terkait bantuan dari Kominfo adalah salah. Hal ini 
adalah kabar bohong lama yang kembali terbit  di tengah masyarakat dengan 
sedikit modifikasi.


terbit  foto hasil tangkapan layar dari tayangan wawancara Gubernur Kalimantan Timur,
Isran Noor di sebuah stasiun tv dengan tulisan “KANTOR YANG BUKA AKAN KAMI RUDAL”.
Faktanya, kalimat "KANTOR YANG BUKA AKAN KAMI RUDAL" pada gambar hasil tangkapan
layar ini telah mengalami proses edit/penyuntingan. Dilansir dari kaltimtoday.co, video
ini merupakan tayangan sesi wawancara Gubernur Kaltim Isran Noor di stasiun TV
One pada 18 Maret 2020. Pada wawancara ini diketahui Isran Noor menjawab isu
Kaltim menerapkan local lockdown, dimana ia membantah menerapkan local lockdown di
Kaltim karena terjadi pandemi Covid-19. Sepanjang wawancara ini, Isran Noor sama
sekali tidak menyebutkan dan atau memberikan ancaman akan merudal kantor yang tetap
buka. Sementara itu, dalam frame video yang sama, Isran Noor pada menit 4.23, hanya
bertuliskan “ISRAN NOOR: GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR”

terbit  di media sosial Facebook, informasi yang menyebutkan bahwa gaji tenaga 
kesehatan dipotong 50 persen, sedangkan gaji staf khusus presiden dan BPIP 
diberikan utuh.
Faktanya, dilansir dari Medcom.id, klaim gaji tenaga kesehatan dipotong 50 persen 
adalah salah. Pengurangan insentif (gaji) bagi tenaga kesehatan di 2021 sebesar 50 
persen dibandingkan tahun lalu, batal dilaksanakan. Direktur Jenderal Anggaran 
Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Askolani menegaskan bahwa sampai saat ini 
pemerintah belum mengubah kebijakan mengenai insentif tenaga kesehatan 
untuk 2021. Insentif yang berlaku tetap sama dengan yang diberlakukan pada 2020.


terbit  sebuah surat edaran tentang petunjuk 
perkuliahan tatap muka yang 
mengatasnamakan Universitas Muhammadiyah 
Sumatera Utara atau biasa dibilang UNSU 
Medan, pada surat edaran ini tertulis 
bahwa kegiatan perkuliahan tatap muka di 
UNSU Medan akan dimulai tanggal 8 Februari 
2021.
Faktanya, surat edaran ini bukan 
merupakan edaran resmi yang dikeluarkan oleh 
pihak Universitas Muhammadiyah Sumatera 
Utara. Pada akun media sosial UNSU Medan 
diklarifikasi bahwa SURAT EDARAN Nomor: 967 
/II.3-AU/UMSU/D/2021 Tentang PETUNJUK 
PERILAKU SELAMA TATAP MUKA Tertanggal 
Medan, 02 Februari 2021 M yang terbit  
ini adalah tidak benar, begitu pula 
dengan informasi bahwa akan dilaksanakannya 
kegiatan perkuliahan tatap muka yang dimulai 
tanggal 8 Februari 2021 adalah hoaks.


terbit  postingan yang berisi sebuah video yang menunjukkan seorang pria 
ketakutan saat akan disuntik. Dalam video ini terdapat narasi yang mengklaim 
bahwa pria ini adalah Menteri Kesehatan Thailand, Anutin Charnvirakul saat 
akan disuntik Vaksin Covid-19.
Faktanya, berdasarkan penelusuran, klaim yang menyebutkan bahwa pria di dalam 
video ini adalah Menteri Kesehatan Thailand adalah salah. Dilansir dari 
factcheck.afp.com, video ini nyatanya telah terbit  sejak tahun 2018 lalu, jauh 
sebelum adanya pandemi Covid-19.


terbit  informasi di media sosial yang mengklaim 
Virus Corona Covid-19 muncul karena adanya rapid 
test dan tes PCR (polymerase chain reaction). 
Klaim ini muncul setelah seorang pengguna 
Facebook memuat sebuah unggahan dengan 
narasi “Gara2 ada alat setan Rapid dan PCR yg di 
sumbang Bill gate..Dunia kacau balau meyakini 
ada virus hanya karena adanya alat setan ini!!!!!”
Dikutip dari Cekfakta.tempo.co, klaim bahwa virus 
Corona Covid-19 muncul karena adanya tes rapid 
dan tes PCR adalah keliru. Tes PCR dan rapid test 
adalah dua jenis tes yang bisa digunakan untuk 
mengetahui apakah seseorang terinfeksi Covid-19. 
Pakar kesehatan Akmal Taher mengatakan testing 
bersama tracing dan treatment (3T) merupakan 
strategi yang perlu diambil untuk menghentikan 
laju kasus Covid-19. Dengan tes, mereka yang 
positif Covid-19 bisa segera ditemukan lalu diisolasi 
agar tidak menularkannya pada orang lain. 
Teknologi tes PCR pun sudah ditemukan sejak 
1983, jauh sebelum munculnya Covid-19.


Telah terbit  sebuah infografis di media sosial yang menyebut bahwa Pemerintah 
mengeluarkan kebijakan perpanjangan PSBB di pulau Jawa dan Bali sampai 
tanggal 28 Maret 2021. 
Faktanya, informasi ini adalah salah. Sampai saat ini Pemerintah belum 
mengeluarkan pengumuman perpanjangan PSBB di wilayah Jawa dan Bali sampai 
28 Maret 2021 seperti informasi yang terbit . Adapun PSBB pulau Jawa dan Bali 
telah diberlakukan pada 11 Januari sampai 25 Januari 2021 lalu dan hingga kini 
belum ada informasi perpanjangan secara resmi

terbit  di berbagai media sosial klaim yang mengatakan bahwa Covid-19 bukanlah sebuah virus 
berbahaya dan tidak menular. Bahkan disebutkan juga agar masyarakat tidak perlu menggunakan 
masker, tidak perlu PSBB dan tidak perlu vaksin. 
Faktanya, klaim yang menyebut Covid-19 bukan virus dan tidak menular adalah hoaks. Dilansir dari situs 
who.int, Covid-19 disebabkan oleh virus, bukan bakteri. Virus penyebab Covid-19 berada dalam keluarga 
virus yang disebut Coronaviridae. Masih dalam situs WHO, beberapa orang yang sudah terinfeksi 
Covid-19 bisa menularkan virus ini ke orang lain. Terkait dengan penggunaan masker, dalam konferensi 
persnya, WHO telah menyarankan semua orang agar memakai masker untuk mencegah penyebaran 
Covid-19 dan varian barunya. Selanjutnya WHO juga terus merekomendasikan untuk menjaga jarak 
setidaknya 1 meter dari orang lain walaupun mereka baik-baik saja tanpa diketahui terpapar Covid-19 
atau tidak.



terbit  unggahan video di media sosial Facebook yang menggambarkan sejumlah 
pasien berjalan ngangkang seperti penguin dan diklaim sebagai akibat dari anal 
swab yang tengah jadi perbincangan di China.
Dikutip dari laman health.detik.com, Otoritas Shijiazhuang memastikan informasi 
dalam video ini tidak benar. Metode pengambilan sampel Virus Corona 
dilakukan secara nasal dan oral. Pengambilan sampel melalui anal swab hanya 
dilakukan pada pasien di rumah sakit yang mengalami diare. Prosedur pengambilan 
anal swab juga tidak semenyeramkan itu dan tidak ada keluhan yang berarti sejauh 
ini. Video viral yang diedit dengan sound effect tertawa itu telah diputar jutaan kali di 
berbagai platform media sosial di China. Beberapa informasi yang sama-sama tidak 
terkonfirmasi menyebut, video ini sebenarnya adalah pasien sirkumsisi atau 
sunat.

terbit  sebuah pesan berantai yang berisi informasi bahwa mulai 1 Februari 2021 rapid test dihapuskan di seluruh 
bandara dan stasiun kereta api karena harganya yang mahal. 
Faktanya, informasi ini adalah keliru, sejauh ini belum ada pengumuman resmi dari pemerintah terkait 
dicabutnya persyaratan wajib rapid test di bandara dan stasiun kereta. Merujuk pada situs resmi PT KAI 
penumpang.kai.id, disebutkan bahwa salah satu persyaratan wajib bagi penumpang kereta api jarak jauh dan 
menengah di masa pandemi adalah menunjukkan surat keterangan hasil pemeriksaan genose test atau rapid test 
antigen atau RT-PCR yang menyatakan negatif Covid-19, hal ini berdasarkan pada surat edaran Kemenhub 
Nomor 11 Tahun 2021. Sementara itu, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Bandara Soekarno-Hatta juga akan 
menerapkan sistem baru dengan mewajibkan fasilitas kesehatan yang menerbitkan surat hasil PCR test atau rapid 
test antigen bagi calon penumpang untuk mengunggah dokumen itu ke dalam Electronic Health Alert Card 
(e-HAC) guna menghindari surat hasil swab test palsu. Aturan perjalanan baru ini wacananya akan berlaku mulai 
bulan Februari 2021.


terbit  tangkapan layar di salah satu lapak online e-commerce yang menjual alat tes Corona 
GeNose C-19. Dalam tangkapan layar ini di infokan harga alat tes ini bernilai Rp 98 juta. 
Dalam deskripsi, dijelaskan bahwa harga yang tercantum sudah termasuk garansi resmi dan 100 kit 
kantong napas. Alat tes Corona GeNose C-19 bekerja dengan mendeteksi volatile organic compound 
(VOC) dalam hembusan napas. 
Dalam keterangan tertulisnya, Direktur Direktorat Pengembangan Usaha dan Inkubasi UGM Dr 
Hargo Utomo menyebut distribusi GeNose dikelola oleh PT Swayasa Prakarsa. Harga Eceran Tertinggi 
(HET) untuk produk ini adalah Rp 62 juta per unit dan belum termasuk pajak. Menurut Hargo, saat ini 
GeNose belum ditawarkan melalui situs belanja online atau e-commerce. Karenanya, ia meminta 
untuk berhati-hati dan mewaspadai tawaran produk GeNose yang dijual melalui distributor resmi. 
Selain itu, ditegaskan bahwa GeNose C-19 saat ini diprioritaskan untuk penanganan Covid-19 di 
layanan kesehatan, rumah sakit, layanan publik, pemerintahan, sekolah, pesantren, kampus, dan 
perusahaan.

Sebuah unggahan di Facebook mengklaim
Laboratorium Wuhan, China, berkaitan dengan sejumlah
individu dan perusahaan farmasi yang terlibat dalam
penelitian dan pembuatan vaksin corona. Dalam
postingan itu disebutkan, Laboratorium di Wuhan
dimiliki oleh perusahaan farmasi bernama
GlaxoSmithKline. Perusahaan itu diduga memiliki Pfizer,
produsen vaksin corona. Koneksi dalam perusahaan itu
disebut melibatkan miliarder George Soros dan Bill
Gates.
Faktanya, klaim bahwa Laboratorium Wuhan, China
berhubungan dengan produsen vaksin Corona adalah
keliru. Dilansir dari Kumparan.com, Institute of Virology
Wuhan bukanlah milik perusahaan farmasi Inggris,
GlaxoSmithKline (GSK), melainkan merupakan bagian
dari Chinese Academy of Sciences (CAS) yang didanai
oleh Pemerintah China. Selain itu, GSK tidak memiliki
Pfizer. Perusahaan Pfizer sendiri didirikan di New Jersey
pada tahun 1900. GSK dan Pfizer memulai usaha
patungan (joint venture) pada tahun 2018, namun usaha
itu tidak melibatkan penggabungan atau pertukaran
kepemilikan. Selanjutnya, pada unggahan ini juga
menyeret nama perusahaan investasi BlackRock yang
diklaim mengelola Pfizer yang dikaitkan dengan
yayasan milik George Soros, Open Society Foundation.
Dalam laman yayasan ini, tidak ditemukan
keterkaitan antara keduanya.

terbit  sebuah video berdurasi kurang 
lebih satu menit pada platform Facebook, 
menampilkan seorang yang diklaim 
memperagakan sebuah jarum suntik 
palsu. Narasi unggahan juga menyebut 
jarum suntik ini merupakan jarum 
suntik vaksin yang disiapkan untuk para 
pemimpin dunia.
Faktanya, klaim jarum suntik palsu dalam 
video merupakan jarum yang disiapkan 
untuk para pemimpin dunia adalah tidak 
benar. Alat suntik yang terlihat dalam 
video itu hanyalah alat peraga untuk film 
yang merupakan potongan dari video milik 
Scott Reeder, ahli alat peraga untuk film 
dan serial televisi. Dua video lainnya yang 
digunakan di unggahan ini 
sebenarnya memperlihatkan tokoh 
masyarakat disuntik vaksin influenza di 
tahun 2019 bukan vaksin Covid-19.

terbit  sebuah infografis terkait penawaran tindakan 
vaksin Covid-19 oleh RS Pelni. Informasi ini turut 
mencantumkan sejumlah varian vaksin Covid-19 beserta 
harga dan keterangan usia penerima, dosis, dan jarak antar 
vaksin mulai dari Sinovac, Moderna, Pfizer, AstraZeneca, 
Novavax dan Sinopharm.
Berdasarkan keterangan tertulis dalam Siaran Pers yang 
diterbitkan PT Pertamina Bina Medika IHC selaku holding 
yang menaungi PT. RS Pelni, dinyatakan bahwa informasi 
yang terbit  mengenai layanan vaksin Covid-19 RS Pelni 
ini adalah benar dikeluarkan oleh RS Pelni pada 2 
Februari 2021. Namun, sesuai dengan Peraturan Presiden 
terkait pengadaan dan pelaksanaan vaksin Covid-19, IHC 
dan grup rumah sakit dibawahnya termasuk RS Pelni tidak 
memiliki wewenang untuk melakukan pengadaan vaksin 
Covid-19. Dengan adanya kesalahpahaman ini, 
holding RS BUMN itu telah memutuskan untuk menarik 
informasi yang terbit  ini. 
Berkaitan dengan adanya harga beberapa vaksin Covid-19, 
informasi ini bukan merupakan informasi resmi, 
karena sampai dengan hari ini program vaksin Covid-19 
yang berjalan adalah program vaksin dari pemerintah yang 
diberikan secara gratis. Selain itu, seluruh program vaksin 
berada dibawah kewenangan Kementerian Kesehatan, dan 
belum ada peraturan resmi berkaitan dengan program 
vaksin Covid-19 mandiri.


terbit  unggahan di media sosial Facebook yang mengklaim bahwa perusahaan 
farmasi raksasa Amerika, Merck mengatakan lebih baik untuk melawan Covid-19 dan 
pulih secara alami daripada mendapatkan vaksinasi.
Dilansir dari Reuters Fact Check, klaim ini merupakan representasi yang keliru dari 
pernyataan Merck. Merck tidak pernah membuat pernyataan lebih baik melawan 
Covid-19 daripada mendapatkan vaksinasi. Adapun pernyataan yang dikeluarkan oleh 
Merck adalah, bahwa pihaknya akan berhenti mengembangkan dua formula vaksin 
Covid-19 yang sedang dikerjakannya. Penyebabnya, respons kekebalan tubuh yang tidak 
sesuai dengan yang diharapkan dari fase awal uji klinis kedua formula itu. Namun Merck 
menegaskan tetap akan berkomitmen dalam penelitian Covid-19 dan akan memberi 
fokus kepada dua potensi obat penyakit infeksi itu yang juga sedang dikembangkannya.


terbit  informasi pada pesan berantai di WhatsApp berjudul "PROGRAM BANTUAN 
GRATIS IVIG (INTRAVENOUS IMUNOGLOBULIN) KHUSUS BAGI TENAGA KESEHATAN YG 
TERINFEKSI COVID-19". Pada pesan yang terbit  ini dijelaskan beberapa syarat yang 
harus dipenuhi Nakes untuk mendapatkan bantuan gratis IVIG, serta mencantumkan 
nomor +62 812-2033-707 mengatasnamakan Ibu Audrey Clarissa sebagai narahubung.
Faktanya, menurut dr. Daeng M Faqih, S.H, M.H. sebagai Ketua Bidang Perlindungan 
Kesehatan/Ketua Umum IDI, informasi ini adalah hoaks. Bidang Perlindungan 
Kesehatan Satgas Covid-19 dan IDI (Ikatan Dokter Indonesia) serta narahubung yang 
tertulis dalam pesan yang terbit  itu tidak pernah mengeluarkan pernyataan ini.


terbit  unggahan video di media sosial yang 
memperlihatkan momen ketika Wakil Presiden 
Amerika Serikat Kamala Harris menerima suntikan 
Vaksin Covid-19 dari seorang petugas medis dan 
diklaim sebagai bukti kebohongan vaksinasi 
Covid-19. Dalam video ini, petugas medis itu 
terlihat melipat sebuah bagian yang terdapat di 
alat suntik dengan bantuan pegangan kursi yang 
diduduki Harris. Unggahan itu juga disertai narasi 
“Sadarlah Kebohongan sedang di lancarkan ke 
publik!!!".
Berdasarkan penelusuran cek fakta Tempo.co, 
klaim bahwa video yang memperlihatkan Wapres 
AS Kamala Harris disuntik ini merupakan 
bukti kebohongan vaksinasi Covid-19 adalah keliru. 
Dalam video yang sama, namun dengan kualitas 
yang lebih tinggi, ketika petugas medis mencabut 
bagian penutup alat suntik, terlihat secara jelas 
bahwa terdapat jarum di alat suntik ini. 
Setelah vaksin disuntikkan, petugas medis itu 
memang tampak melipat bagian berwarna merah 
muda yang terdapat di ujung alat suntik. Namun, 
bagian itu merupakan sebuah mekanisme 
keamanan pada alat suntik. Bagian ini berfungsi 
untuk melindungi pasien atau petugas medis dari 
cedera dan infeksi. Alat suntik berpengaman telah 
digunakan secara luas selama lebih dari satu 
dekade.


Sebuah unggahan berisi foto lawas disertai narasi di media sosial menyebut vaksin Pfizer 
akan menyerupai tragedi Thalidomide yang pernah terjadi pada tahun 1950-an. Dimana 
ribuan ibu hamil yang menggunakan obat ini dan mengakibatkan bayi mereka lahir 
dengan kondisi cacat.
Faktanya, klaim ini adalah tidak tepat. Dilansir dari Kumparan.com yang mengutip dari 
AFP, Science Museum of London menjelaskan pada 1950-an, para ilmuwan belum tahu 
bahwa efek obat dapat melewati penghalang plasenta dan membahayakan janin di dalam 
rahim, sehingga penggunaan obat selama kehamilan tidak dikontrol secara ketat. 
Selanjutnya, Profesor Biostatistik, Fakultas Kedokteran Perelman Universitas Pennsylvania, 
Susan Ellenberg juga menjelaskan, bahwa vaksin Covid-19 yang digarap oleh para ilmuwan 
saat ini tidak dilakukan dengan Thalidomide.

terbit  sebuah informasi yang menyebut bahwa teh rebusan batang lada hitam diklaim 
mampu mengobati Covid-19 dalam kurun waktu 2 sampai 3 hari.
Menanggapi informasi ini, Guru Besar Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RS Cipto 
Mangunkusumo, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH memastikan kalau klaim 
meminum teh batang lada mampu mencegah atau mengobati Covid-19 merupakan 
informasi yang salah. Selanjutnya, dalam sebuah artikel di AFP Fact Check, Direktur Asosiasi 
Pengobatan Korea, Kim Gye-jin mengatakan tidak ada alasan medis yang menunjukkan 
bahwa batang lada efektif dalam mencegah atau menyembuhkan Covid-19.


Telah terbit  postingan di media sosial Facebook sebuah rekaman video seorang peneliti biomedis 
bernama James Lyons-Weiler yang mengatakan Vaksin Corona Moderna berbahaya. Dalam video itu, 
James mengungkapkan pasien yang disuntik vaksin Moderna mengalami efek samping yang parah. 
Dikutip dari AFP, Direktur Eksekutif Pusat Vaksin Universitas John Hopkins, William Moss, menegaskan 
hal itu salah. Selain itu, Moss mengatakan, data efek samping vaksin corona dilaporkan ke Komite 
Penasihat Produk Biologi. Moss menambahkan, hasil ini kemudian akan menjadi pertimbangan 
bagi pemerintah untuk mengeluarkan izin penggunaan darurat vaksin (UEA). Izin ini biasanya 
dikeluarkan oleh Badan POM di negara setempat. “Untuk vaksin Pfizer dan Moderna, efek samping 
reaktogenik ini ringan hingga sedang, terjadi hingga dua hari setelah vaksinasi, dan tidak memiliki 
konsekuensi jangka panjang,” ujar Moss kepada AFP

terbit  sebuah unggahan di Facebook berupa video yang mengklaim bahwa vaksin COVID-19 
memiliki nanopartikel lipid dan fungsinya sebagai robot kecil. Dalam video yang diunggah ini 
menampilkan daftar kandungan dan bahan dari vaksin Pfizer BioNTech COVID-19. Suara pria dalam 
video itu menyebut kandungan bernama nanopartikel yang sama dengan nanorobotics atau robot 
kecil. 
Mengutip Reuters, istilah "nano" hanyalah nama satu unit ukuran. Istilah nano pada sains digunakan 
pada skala nano sekitar 1 hingga 100 nanometer. Secara definisi umum, nanopartikel adalah partikel 
kecil berukuran antara 1 dan 100 nanometer. Dan dalam kasus ini, istilah nanopartikel mengacu pada 
tetesan lipid kecil yang membawa komponen vaksin. Dapat dipastikan, nanopartikel lipid dalam 
vaksin Pfizer-BioNTech COVID-19 melindungi dan mengangkut komponen vaksin. Mereka tidak berisi 
komputer atau robot kecil.


terbit  unggahan di media sosial berupa foto 
telapak kaki seseorang yang melepuh dan bernanah 
dan foto ini diklaim sebagai efek samping dari 
penggunaan Vaksin Covid-19. Dalam beberapa narasi 
disebutkan foto kaki yang terbit  adalah milik 
Patricia, seorang relawan suntik Vaksin Covid-19. 
Setelah ditelusuri, informasi yang terbit  ini 
adalah keliru. Foto telapak kaki ini memang 
milik Patricia Chandler, seorang wanita yang berasal 
dari Texas. Patricia mengajukan diri sebagai 
sukarelawan pada suntik Vaksin Pfizer/BioNTech 
Covid-19. Namun, ia hanya mendapatkan suntikan 
obat plasebo, bukan vaksin sebenarnya. Patricia juga 
telah memberikan klarifikasi terhadap isu yang 
terbit  dan tidak membenarkan luka yang 
dideritanya disebabkan oleh suntik Vaksin Covid-19. 
Plasebo merupakan metode untuk menguji 
efektivitas obat atau suatu perawatan medis tertentu 
sebelum dipergunakan secara massal. Plasebo bisa 
berupa pil, suntikan, atau metode pengobatan 
lainnya.

Telah terbit  sebuah dokumen dengan nama file "Ramuan Covid Kemenkes",
dokumen ini terbit  pada platform media sosial dan mengatasnamakan
Kementerian Kesehatan RI.
Faktanya, dokumen dengan nama file "Ramuan Covid Kemenkes" yang
mengatasnamakan Kemenkes RI ini adalah salah. Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat Kemenkes memberikan klarifikasi pada Media Cek Fakta
Medcom.id bahwa Kemenkes RI tidak pernah mengeluarkan dokumen dengan
nama file ini, adapun dokumen yang pernah dirilis terkait Obat Tradisional
adalah Surat Edaran bernomor HK.02.02/IV/2243/ 2020 dengan nama file "SE Dirjen
ttg Pemanfaatan Obat Tradisional"

terbit  sebuah postingan di media sosial Facebook sebuah narasi yang 
mengklaim bahwa, Vaksin Covid-19 menjadi penyebab utama legenda bisbol 
Amerika Serikat Hank Aaron meninggal dunia di usia 86 tahun. 
Dilansir dari cek fakta Liputan6.com, klaim yang menyebutkan bahwa Hank Aaron 
meninggal dunia setelah divaksin Covid-19 merupakan informasi yang tidak benar. 
Kematian Aaron Hank terjadi karena faktor alami.


terbit  informasi di media sosial Facebook yang menyebutkan bahwa 10 orang di Jerman
meninggal dunia karena vaksin covid-19 Pfizer. Akun ini juga mengunggah sebuah
tangkapan layar berupa artikel dengan judul: "10 Dead in Germany after Receiving Prizer
COVID-19 Vaccine."
Dilansir dari Liputan6.com, klaim yang mengatakan 10 kematian di Jerman setelah disuntik
vaksin covid-19 Pfizer tidak benar. Tidak ada bukti yang menyebut kematian di Jerman
terkait vaksin. Berdasarkan penelusuran menggunakan mesin pencari, Google. Hasil yang
ditemukan mengarahkan ke situs AFP Fact Check dalam artikel berjudul: "Social media posts
misrepresent Pfizer-BioNTech Covid-19 vaccinations in Germany". Artikel itu mengambil
penjelasan dari Susanne Stocker, juru bicara Institut Paul Ehrlich. Dia mengatakan, ada 21
kasus kematian setelah pemberian vaksin covid-19 sejak Desember 2020, tapi tidak terkait
dengan penyuntikan vaksin.


terbit  informasi di sejumlah media sosial
yang menyebut vaksin Pfizer beracun dan
mematikan karena mengandung kalium
klorida (potassium chloride) yang
digunakan untuk suntik mati di penjara
Amerika Serikat.
Dilansir dari kumparan.com, klaim bahwa
vaksin Pfizer beracun dan mematikan
adalah tidak benar. Berdasarkan BPOM
Amerika Serikat, setiap dosis vaksin Pfizer
memang mengandung 0,01 miligram
kalium klorida. Meski begitu, Profesor di
Fakultas Keperawatan Purdue, Libby
Richards, mengatakan bahan ini
dipilih dengan cermat dan diawasi secara
ketat untuk keamanan. Jumlah kalium
klorida yang ditemukan dalam vaksin
Pfizer sangat kecil dan dianggap sebagai
jumlah yang aman. Professor Purdue juga
menyebut kalium klorida ditemukan di
hampir semua makanan yang kita makan,
daging, buah-buahan, sereal, keripik dan
susu formula.

terbit  template di media sosial yang menyebutkan bahwa kalau ada yang tidak 
memakai masker langsung ditindak bayar di tempat Rp250.000. Pesan ini viral di 
Jambi, membuat heboh sejumlah grup WA yang berisi peringatan akan adanya razia 
masker serentak yang akan dilakukan oleh Ditlantas Polda Jambi. 
Faktanya, menurut Kabid Humas Polda Jambi, Kombes Pol Mulia Prianto mengatakan 
bahwa informasi ini tidak benar alias hoaks. Selain itu Mulia lebih lanjut menjelaskan 
bahwa kewenangan untuk melakukan penegakan hukum bagi para pelanggar protokol 
kesehatan di masa pandemi ini adalah petugas dari Satpol PP yang didampingi Personil 
dari Polri dan juga TNI. Beliau juga mengajak masyarakat agar tidak mudah percaya, 
pastikan informasi ini yang didapat, dicek lagi kebenarannya ke pihak berwenang 
atau terkait agar tidak menyesatkan.


Telah terbit  sebuah pesan berantai yang 
mengatasnamakan U Stay Hotel Mangga Besar 
Jakarta Pusat. Pesan ini memberikan 
informasi terkait proses Isolasi Mandiri pasien 
Covid-19 di U Stay Hotel Mangga Besar, pada 
pesannya dicantumkan nomor +6287871240079 
yang disebutkan sebagai pihak U Stay Hotel 
Mangga Besar dan dijelaskan pula terkait 
persyaratan guna menjalani isolasi mandiri di U 
Stay Hotel Mangga Besar.
Faktanya, keterangan pada pesan berantai 
ini bukan merupakan informasi dari pihak 
U Stay Hotel Mangga Besar, Jakarta Pusat. 
Manajemen U Stay Hotel pada klarifikasinya 
menyatakan bahwa nomor kontak yang 
tercantum pada pesan berantai yang terbit  
ini bukan nomor resmi atau bukan milik 
pihak U Stay Hotel Mangga Besar. Informasi 
lebih lanjut terkait isolasi pasien OTG Covid-19 di 
U Stay Hotel Mangga Besar dapat ditanyakan 
langsung pada kontak resminya di nomor (021) 
6000 500 atau melalui email 
ustaymanggabesar@gmail.com.


Telah terbit  di media sosial Facebook, 
sebuah unggahan foto yang mengklaim BPJS 
Kesehatan memberi bantuan finansial 
kepada pekerja tahun 2000 hingga 2021 
sebesar Rp 3.550.000.
Faktanya, dilansir dari Liputan6.com, Humas 
BPJS Kesehatan, Iqbal Anas Ma’aruf 
memastikan klaim ini hoaks. Iqbal 
mengatakan bahwa BPJS Kesehatan tidak 
pernah memberikan bantuan-bantuan 
finansial seperti itu, dan semua informasi 
terkait BPJS Kesehatan bisa diakses melalui 
care center 1500 400 atau ke akun medsos 
resmi BPJS Kesehatan dan website resmi 
bpjs-kesehatan.go.id, bantahan hoaks terkait 
klaim ini juga ditemukan pada akun 
Instagram @bpjskesehatan_asktheexperts
yang mana merupakan akun dari Grup 
Nasional Pengembangan Diri Informal (Work 
Life Balance) Duta milik BPJS Kesehatan


Telah terbit  di media sosial sebuah pesan berantai WhatsApp yang 
mengatakan bahwa gereja telah mengharamkan vaksin Covid-19.
Faktanya, klaim yang mengatakan bahwa gereja mengharamkan vaksin 
Covid-19 adalah salah. Melalui situs resmi beberapa organisasi gereja, seperti 
Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Persekutuan Gereja-Gereja di 
Indonesia (PGI) justru menghimbau agar gereja-gereja memberikan 
dukungan optimal terhadap pelaksanaan vaksinasi oleh Pemerintah


terbit  pesan berantai di media sosial WhatsApp terkait kompensasi Covid-19 Rp150.000 per 
bulan bagi peserta BPJS Kesehatan. Dalam pesan ini dijelaskan, bantuan akan 
diberikan mulai 1 Februari s/d 31 Mei 2021. Dalam pesan itu juga terdapat link yang harus 
diklik. Berikut ini narasi yang terbit  : "Bagi yang sudah punya kartu BPJS Kesehatan, agar 
dicek apakah anda sudah terdaftar dapat bantuan kompensasi Covid-19 sebesar Rp 
150.000/bulan selama 4 bulan, dengan syarat kartu BPJS Kesehatan anda masih aktif. 
Bantuan akan diberikan mulai 1 Februari s/d 31 Mei 2021. Agar dicek di link: 
https://s.id/ektp-covid19". 
Faktanya, dilansir dari Kompas.com, melalui Juru bicara Kementerian Sosial Adhy Karyono 
menjelaskan bahwa tidak ada program semacam itu di Kemensos, sehingga informasi yang 
terbit  adalah hoaks atau tidak benar. "Kalau dari Kemensos enggak ada program itu dan 
BPJS juga belum dengar akan memberikan kompensasi, BPJS kesehatan hanya urusan 
layanan kesehatan gratis saja". Sementara itu, melalui akun resmi Instagram milik BPJS 
Kesehatan @BPJSKesehatanRI memberikan jawaban bahwa pesan berantai yang terbit  
ini adalah tidak benar. "Salam Sehat Bapak/Ibu. BPJS Kesehatan tidak ada dana 
bantuan. Terima kasih. -wi" tulis admin @BPJSKesehatanRI.


terbit  sebuah unggahan di media sosial sebuah klaim bahwa Qusthul Hindi atau Kayu 
India bisa menyembuhkan Covid-19. 
Dikutip dari Liputan6.com yang langsung menghubungi dr Adam Prabata, beliau menyebut 
klaim ini belum terbukti. Dr Adam Prabata menjelaskan, terkait Kayu India untuk 
menyembuhkan Covid-19 masih pada tahap in silico (simulasi komputer). Dalam penelitian ini 
Syrigaresinol atau zat yang ada di dalam Kayu India diduga memiliki kemampuan antivirus 
yang dapat bermanfaat untuk Covid-19. “Namun untuk mengklaim bahwa Kayu India bisa 
mencegah atau menyembuhkan Covid-19 masih belum cukup bukti ilmiah” ujarnya. Dalam 
laman covid19.go.id juga dijelaskan, bahwa sampai saat ini obat Covid-19 juga belum ada. 
Hingga bisa disimpulkan klaim yang menyebut Kayu India bisa menyembuhkan Covid-19 
adalah tidak benar karena belum terbukti secara ilmiah.

terbit  sebuah pesan berantai berupa video pada platform media sosial, video ini 
menampilkan sebuah prosesi pengurusan jenazah, yang diklaim sebagai seorang penyanyi 
legendaris berkebangsaan Spanyol, Julio Iglesias yang meninggal dunia diakibatkan Covid-19. 
Dilansir dari turnbackhoax.id, video yang diklaim sebagai prosesi pengurusan jenazah 
penyanyi Julio Iglesias pada pesan berantai ini adalah salah. Faktanya video ini 
adalah pengurusan jenazah seorang politikus Spanyol Julio Anguita González yang 
meninggal dunia pada 16 Mei 2020, dikarenakan gagal jantung. Adapun klaim yang 
mengatakan bahwa Julio Iglesias meninggal dunia dikarenakan Covid-19 adalah tidak benar 
dan tidak berdasarkan fakta.


terbit  unggahan tangkapan layar sebuah artikel berita di media sosial Facebook yang 
menyatakan bahwa Indonesia tidak dapat men
uggugat secara hukum, jika vaksin yang 

diberikan mengalami masalah. Unggahan itu pun disertai narasi yang mengaitkan artikel 

ini dengan vaksin yang diwajibkan oleh pemerintah saat ini, yaitu Vaksin Sinovac.

Dikutip dari laman Turnbackhoax.id, berdasarkan penelusuran terhadap artikel yang terdapat 

dalam unggahan, ternyata menjelaskan tentang Vaksin Pfizer asal Amerika Serikat yang ingin 

dibebaskan dari segala tuntutan hukum jika vaksinnya bermasalah. Karena hal itu, Direktur 

Utama PT Bio Farma, Honesti Basyir mengatakan bahwa pemerintah sampai saat ini belum 

bisa menyepakati pembelian Vaksin Covid-19 dari perusahaan Pfizer-BioNTech asal AS 

ini. Sedangkan saat ini, vaksin yang telah terbit  di Indonesia hanyalah Vaksin Sinovac. 

Terkait pemberian Vaksin Sinovac, pemerintah mengimbau seluruh masyarakat agar tidak 

takut divaksin. Melansir dari artikel Tempo, Wakil Menteri Hukum dan HAM Eddy Hiariej 

mengatakan, pemerintah dapat mengeluarkan ultimum remedium berupa sanksi pidana 

dan denda sebagai langkah akhir jika masyarakat tetap menolak untuk divaksin. Jadi narasi 

yang mengaitkan antara Vaksin Pfizer dalam artikel ini dengan Vaksin Sinovac yang 

diberikan kepada masyarakat Indonesia saat ini adalah tidak benar.



terbit  sebuah narasi di media sosial Facebook yang menyebutkan pemilik Surat Izin

Mengemudi (SIM) C dan A akan mendapat bantuan Covid-19 sebesar Rp 900.000 yang akan

diberikan mulai Januari hingga Mei 2021 dengan catatan SIM masih hidup. Pada narasi

disertakan tautan yang diklaim sebagai cara untuk mengetahui apakah pemilik SIM C dan A

mendapatkan bantuan Covid-19 sebesar Rp 900.000 itu.

Setelah ditelusuri, narasi yang menyebut pemilik SIM C dan A akan mendapat bantuan

Covid-19 senilai Rp 900.000 selama Januari hingga Mei 2021 adalah tidak benar alias hoaks.

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Yusri Yunus menegaskan, informasi ini

tidak benar dan meminta masyarakat untuk tidak mempercayainya. Selain itu, pada tautan

yang disertakan dalam narasi ini bukan berisi formulir yang akan diisi untuk

mengetahui pemilik SIM C dan A mendapat bantuan Covid-19, melainkan hanya foto

potongan iklan rokok bertemakan jin dengan disertai tulisan NGIMPI!!!.




terbit  sebuah pesan berantai dengan

mengatasnamakan Satgas Penanganan Covid-19

DKI Jakarta, pesan ini mencantumkan

nomor kontak 119, 081-112-112-119 dan

081-388-376-955 yang disebutkan sebagai nomor

dari Satgas Covid-19 DKI Jakarta. Pada pesannya

dituliskan pula himbauan kepada masyarakat yang

menyebutkan bahwa apabila ada informasi

mengenai Covid-19 yang kurang jelas masyarakat

dapat menghubungi nomor telepon ini atau

Satgas Covid-19 di daerah masing-masing.

Faktanya, informasi pada pesan berantai ini

bukan merupakan pernyataan atau informasi

resmi dari Satgas Penanganan Covid-19. Hal

ini di konfirmasi langsung oleh Ketua Bidang

Komunikasi Publik Satgas Penanganan Covid-19,

Hery Trianto. Serta berdasarkan hasil penelusuran

melalui laman resmi Jakarta Tanggap Covid-19

milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

corona.jakarta.go.id, nomor hotline yang

dicantumkan dalam pesan berantai ini juga

keliru. Nomor layanan darurat Covid-19 DKI Jakarta

adalah 112 atau 081-112-112-112 dan 081-388-376-955.




terbit  di media sosial Facebook, sebuah postingan berupa foto seorang bayi yang

diiringi dengan narasi yang mengklaim bahwa bayi ini merupakan korban

vaksinasi Covid-19.

Setelah dilakukan penelusuran melalui google search image, klaim yang menyebutkan

bahwa foto ini merupakan anak korban vaksin Covid-19 adalah keliru. Faktanya,

foto ini juga pernah diunggah pada tanggal 17 September 2016 dan tidak ada

kaitannya dengan vaksin Covid-19.



Sebuah akun media sosial Facebook mengunggah informasi yang menyebut bahwa

Pemerintah Jepang secara pribadi menyimpulkan bahwa Olimpiade Tokyo 2021 akan

dibatalkan akibat pandemi Covid-19.

Dilansir dari hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, pada situs NBC News dalam

artikel berjudul "Japan denies as 'categorically untrue' report Tokyo Olympics could be

cancelled" yang dipublikasikan sejak 22 Januari 2021, Wakil Ketua Kabinet Jepang,

Manabu Sakai membantah klaim yang menyebut Olimpiade 2021 dibatalkan. Selain

itu Gubernur Tokyo, Yuriko Koike meradang atas informasi klaim menyesatkan

ini. Dia ingin membuat gugatan kepada orang yang menyebarluaskan hoaks ini.





terbit  sebuah postingan di media sosial Facebook yang berisi informasi terkait adanya agenda 

Ditlantas Polda Jawa Timur bahwa akan mengadakan razia masker serentak di berbagai titik yang 

berada di wilayah hukum Polres Mojokerto Kota. 

Menanggapi informasi ini, Plt Kasubbag Humas Polresta Mojokerto, IPDA MK. Umam 

menegaskan bahwa hal itu tidak benar atau hoaks. “Saya sudah cek terkait informasi ini yang pertama 

Ditlantas Polda Jatim kenapa harus turun ke Jajaran dan menangani razia Masker itu bukan tugasnya 

saat ini, namanya Lantas ya menangani terkait UU Lalu Lintas" ujarnya. Kasat lantas Polresta 

Mojokerto AKP Fitria Wijayanti juga mengklarifikasi, “Belum ada pemberitahuan mengenai kegiatan 

ini dan akan konfirmasi ke Ditlantas Polda Jatim, jadi Informasi ini tidak ada.” ujar Kasat Lantas.






terbit  unggahan di media sosial Facebook yang menyebutkan bahwa 

data kematian akibat Vaksin Sinovac disembunyikan. Unggahan ini 

kemudian mendapat beragam komentar oleh warganet.

Faktanya, kabar mengenai data kematian akibat Vaksin Sinovac 

disembunyikan ternyata tidak benar. Berdasarkan penelusuran 

Liputan6.com, diketahui hingga kini tidak ada laporan mengenai efek 

samping serius dan korban meninggal dunia dari suntikan Vaksin 

Sinovac. 




terbit  foto pada unggahan media sosial Facebook yang menampilkan dua wanita dengan 

wajah yang terlihat muda di sebelah kiri disertai dengan tulisan "Sebelum" dan wajah wanita 

nampak tua dan keriput pada sebelah kanan dengan tulisan "Sesudah". Di antara foto ini 

terdapat tulisan "VAKSIN" Foto ini diberi keterangan sebagai berikut: "Cebong pasti siap 

utk di vaksin Sinovac. Malu dong jadi cebong kalau sampai gk mau di vaksin?? ..."

Dilansir dari Liputan6.com, klaim foto perubahan wajah sebelum dan sesudah divaksin Covid-19 

tidak benar. Foto ini terbit  sebelum program vaksinasi Covid-19 dimulai pada 13 Januari 

2021. Artikel berjudul "Buat yang hobi belanja online pasti pernah ngalamin nih!" yang dimuat 

situs Brilio.net, pada 11 Juni 2020. Dalam artikel situs Brilio.net itu mengulas meme seputar 

belanja online, dimana dalam artikel ini terdapat foto yang identik dengan klaim.