Tampilkan postingan dengan label hipotermia 3. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label hipotermia 3. Tampilkan semua postingan

Rabu, 28 Februari 2024

hipotermia 3




 likasi atau 

membentuk gen yang serupa sehingga dapat menyampaikan 

informasi genetika pada generasi sel berikutnya. 


Secara berurutan nomor 1 yaitu  molekul adenin 1 dari 4 abjad genetika, dikenal juga sebagai nukleotida basa. 

Nomor 2 yaitu  struktur DNA hasil pengorganisasian dari miliaran pasang nukleotida basa. Nomor 2a dan 2b 

yaitu  unsur pendukung reaksi, yaitu molekul air (78 persen kompisisi tubuh manusia) dan molekul ATP yang 

membawa energi fosfat. Nomor 3 yaitu  asam amino hasil penyandian dari struktur DNA dan nomor 4 yaitu  

neurotransmiter hasil pengorganisasian beberapa jenis asam amino. Dengan neurotransmiter inilah manusia 

dapat merasakan cinta, bahagia, ketenangan, kemarahan, kegelisahan, dan kecemasan. 



Konsep-Konsep Genetika

Dalam menjalankan fungsinya sebagai penentu sifat, baik kromosom maupun 

DNA memiliki mekanisme pewarisan sifat yang dipelajari dalam ilmu genetika. 

Ilmu genetika dikembangkan oleh Gregor Johann Mendel (1822-1884). Dalam 

konsep genetika, pada setiap pasangan kromosom terdapat pasangan alel. 

Misalnya, gen A memiliki alel atau pasangan pada kromosom pasangannya a. 

Dalam konsep genotip (susunan pasangan gen) akan dikenal hukum Mendel 

I atau lebih dikenal sebagai ”The Law of Segregation of Allelic Genes”. Dalam 

hukum segregasi (pemisahan) ini alel dapat bebas memilih alel pasangannya. 

Misalnya, genotip sebuah protein yaitu  Aa dan pascapembuahan bergabung 

dengan kromosom yang juga memiliki genotif Aa maka pada filial atau 

keturunan ke-2nya tidak selalu A akan berpasangan dengan A lagi atau setiap A 

berpasangan dengan a. Perhatikan kotak berikut. 




A A

A AA Aa

A Aa Aa 

Menurut Morgan, seorang ahli genetika asal Amerika 

Serikat, faktor-faktor keturunan yang disebut gen tersimpan 

dalam setiap lokus dalam kromosom. Setiap gen menduduki 

tempat tertentu dalam kromosom. Lokasi bagi gen ini 

disebut ”lokus gen”. Gen-gen yang berada pada lokus 

yang sesuai disebut alela. Mendel sendiri tidak mengetahui 

adanya lebih dari satu alela yang menempati lokus yang 

sama. Alela demikian disebut alela ganda. Jadi, alela 

ganda yaitu  beberapa alela yang menempati lokus yang 

sama dan alela ini yaitu  bentuk alternatif faktor keturunan 

dalam kromosom yang homolog (sejenis). 

Hukum Mendel II yaitu  hukum tentang pengelompokan gen secara 

bebas atau ”The Law of Independent Assortment of Genes”. Sifat atau protein 

terkadang memiliki proses pengaturan yang melibatkan sekelompok gen, 

misalnya sifat rambut yang lurus dan pirang diatur oleh kelompok gen AABB 

dan rambut keriting hitam diatur oleh aabb maka pada tingkat turunan pertama 

dapat terbentuk kelompok gen AaBb.

Konsep genetika lain yang terkait erat dengan psikologi dan perilaku 

yaitu  pola-pola hereditas yang terkadang menyimpang dari hukum 

Mendel. Interaksi beberapa gen yang sumber gennya pada tingkat induk 

tidak memunculkan fenotip (sifat fisik hasil ekspresi gen), ternyata dapat 

memunculkan sifat baru pada tingkat turunan. Contoh nyata yaitu  

percobaan terkenal yang menyilangkan berbagai varietas ayam dengan 

jenis jengger berbeda. Ketika ayam berjengger menyerupai bunga mawar 

(rose) disilangkan dengan ayam berjengger menyerupai bebijian (pea), yang 

didapatkan justru ayam berjengger seperti buah walnut (sejenis kenari). 

Secara genotip dapat disimulasikan sebagai berikut. bila  jengger mawar 

disandi gen CCDD, jengger biji disandi gen ccdd, keturunannya tentu CcDd 

yang ternyata berjengger kenari. 

Penyimpangan, atau penulis lebih suka memaknainya sebagai bagian dari 

keragaman hayati dan mekanisme adaptasi terhadap kebutuhan faktual, yang 

juga sangat unik yaitu  mekanisme epistasis dan hipostasis. Pada mekanisme 

ini ada gen dominan yang mampu menutup atau menghambat fungsi ekspresif 

dari gen dominan lainnya. Gen yang mendominasi disebut epistasis dan 

yang terdominasi (terjajah) disebut hipostasis. Mekanisme ini menunjukkan 

kepada kita bahwa meskipun ada beberapa sifat orang tua yang dominan 

secara individual, ternyata bisa dikendalikan oleh gen dominan yang lain 

ketika sudah sampai pada tingkat keturunan.

Sifat hereditas lainnya yang sangat menarik yaitu  kriptometri. Meka nisme kriptometri yaitu  mekanisme pemunculan ”bakat” terpendam, 

ekspresi gen dominan yang tidak dapat muncul tanpa hadirnya sebuah 

atau sekelompok gen dominan lainnya. Contohnya, perubahan warna pada 

bunga Linaria Maroccana yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan gen 

yang terkait dengan kondisi lingkungan. Linaria akan berwarna merah bila  

terdapat aktivitas ekspresi dari gen antosianin (gen A) dan alelnya dalam 

lingkungan basa (akan teraktifkan) gen b. Jadi, genotip AAbb menjadikan 

Linaria berwarna merah, sedangkan genotip AABB (B yaitu  gen yang aktif 

dalam lingkungan asam) akan menghasilkan warna ungu. bila  tidak terdapat 

gen dominan antosianin, perbedaan lingkungan, baik asam maupun basa tidak 

memengaruhi ekspresi warna, dan bunga Linaria akan berwarna putih. 

Kondisi yang menyerupai dapat pula dijumpai pada spesies reptil seperti 

buaya. Perbedaan suhu (temperatur) pada saat proses pengeraman menjadi  

faktor penentu jenis kelamin anak buaya. Demikian pula pada keluarga 

cacing bonellia, kondisi lingkungan yang ditempati larva bonellia (jatuh ke 

dalam tubuh bonellia dewasa betina atau jatuh dan bersentuhan langsung 

dengan dasar lautan) akan menjadi faktor pembeda jenis kelamin. Larva 

yang jatuh menimpa tubuh bonellia betina akan menjadi bonellia jantan dan 

yang langsung bersentuhan dengan dasar samudera akan menjadi betina. 

Demikian pula pada keluarga lebah. Kondisi lingkungan selama proses 

tumbuh kembang kelak akan mengaktifkan sekumpulan gen yang kemudian 

mendorong terjadinya proses diferensiasi profesi. Ada sekelompok lebah 

yang berkembang menjadi kelompok pekerja, ada yang menjadi penjaga dan 

pemelihara sarang, serta ada pula yang secara istimewa menjadi pemimpin 

(ratu). Pada kasus ikan anemon (lebih dikenal sebagai ikan nemo atau ikan 

badut), pengatur gen dalam penentuan jenis kelamin dikendalikan oleh 

tingkat kematangan beberapa organ yang terdapat di dalam sistem fisiologi 

ikan ini . Ikan baru menetas sampai usia dewasa muda menjadi ikan 

jantan, sementara ikan dewasa matang akan berubah menjadi ibu. Kelompok 

gen kelamin ikan ini bergeser dan berubah 

berdasarkan masukan dari berbagai proses 

interaksi yang terjadi antara ikan dengan 

lingkungannya. 

Demikian pula pada ikan angler atlantik 

(angler fish) yang pandai memancing 

mangsanya dengan memancarkan cahaya. 

Selain mampu menghasilkan cahaya, se bagai bagian dari proses adaptif tinggal 

di kedalaman yang gelap dan kebutuhan 

mencari makan, ikan angler juga dikenal 

sebagai ikan dengan perbedaan struktur 

pada jantan dan betinanya. Ikan angler 

berhasil mengoptimalkan semua potensi genetikanya. Ia memancarkan cahaya 

”umpan” dan ikan jantannya menjadi entitas kecil yang masuk menyelip pada 

tubuh ikan betina untuk menjalankan tugas utamanya, yaitu membuahi! 

Sangat efisien dan indah. 

Keajaiban genom lainnya yaitu  kemampuan beberapa spesies untuk 

mengembalikan fungsi pluripotensialitas-nya seperti kadal dan cicak 

yang dapat menumbuhkan ekornya kembali atau bintang laut yang dapat 

menumbuhkan lengannya yang putus. Kuda laut juga memiliki kemampuan 

pengekspresian gen yang memungkinkan seekor jantan memproduksi zat 

nutrisional yang dibutuhkan oleh anak-anak yang tinggal di kantung bagian 

depan perutnya. Demikian pula burung merpati jantan dapat mengekspresikan 


gen hormon prolaktin sehingga dapat memberikan nutrisi serupa susu pada 

anak-anaknya.

Sifat lainnya yaitu  polimeri, satu gen dalam kelompok gen yang 

memengaruhi sifat dapat memengaruhi gen lainnya meskipun hadir secara 

parsial (sebagian). Fenomena lainnya yang dapat ditemui yaitu  terdapatnya 

kelompok gen dalam alel yang bertautan sehingga bila  diturunkan (melalui 

proses meiosis), kelompok gen ini  akan selalu bersama. Kondisi ini 

menyebabkan keragamannya (variasi genomnya) akan berkurang karena 

gametnya terbatas dalam kelompok.

Mutasi

Pada umumnya, gen sebagai satuan kimia yaitu  mantap. Akan tetapi, dalam 

jangka panjang dapat dipengaruhi pula oleh alam yang memungkinkan satuan 

kimia ini berubah. Setiap perubahan satuan kimia ini  menyebabkan 

perubahan gen itu sehingga berubah pula sifat-sifat individu yang dipengaruhi 

dan dikendalikan oleh gen ini . Perubahan demikian disebut mutasi. 

Mutasi, sebagai perubahan genom, dapat terjadi pada tingkat kromosomal 

maupun pada asam nukleat (DNA). Mutasi pada tingkat kromosom antara 

lain ditandai dengan adanya penambahan jumlah kromosom akibat gagalnya 

kontrol pada proses meiosis, misalnya sindroma Klinefelter terdapat 

penambahan 1 kromosom seks pada karyotipe XX (menjadi XXY). Mutasi pada 

tingkat kromosomal yang melibatkan perubahan struktur DNA antara lain: (1) 

inversi, tempat kromosom berpilin dan urutan DNA jadi berubah; (2) delesi, 

terhapusnya sebagian urutan nukleotida basa dari DNA karena kerusakan 

struktur kromosom; (3) duplikasi, penambahan gen karena mengopi dari 

kromosom pasangannya; (4) translokasi yang terjadi karena adanya pertukaran 

sebagian segmen (bagian lengan kromatin) antar pasangan yang bukan 

homolognya; (5) katenasi, yaitu menyatunya ekor kromosom (telomer) di 

antara pasangan kromosom yang homolog.

Mutasi dapat terjadi karena adanya interaksi lingkungan dan intervensi 

gaya dan materi fisika, seperti radiasi kosmis, radiasi elektromagnetik, sinar 

ultraviolet, atau radiasi radioaktif. Secara kimiawi dapat terjadi interferensi 

dengan zat-zat kimia yang bersifat destruktif pada struktur asam nukleat. 

Secara biologis, mutasi dapat terjadi karena adanya pengaruh virus, bakteri, 

jamur, prion, dan yang sangat penting dalam bidang psikologi yaitu  interaksi 

hormonal dan molekul sinyal (bersifat aerosolik serta beredar di udara dengan 

konsentrasi tertentu seperti efek feromonik pada lebah) antara sesama 

makhluk hidup (manusia-manusia, manusia-tumbuhan, manusia-hewan, dan 

berbagai elemen alam lainnya) 


Peran lingkungan dan kemampuan setiap individu untuk mengontrol dan 

menempatkan dirinya dalam habitat (ruang dan sistem hidup) dapat dilihat pada 

sistem adaptasi mikroba yang dikenal sebagai quorum sensing. Mikroba, dalam 

hal ini bakteri, memiliki kemampuan mengoptimalkan keberadaannya dengan 

membentuk koloni yang paling efisien. Salah satu mekanisme ”pengukuran” 

swalayan terhadap batas-batas optimasi koloni dilakukan dengan saling 

bertukar informasi dan data akhir dari teman-teman satu koloninya. 

Mekanisme quorum sensing pada bakteri vibrio fisheri, misalnya, 

memakai  mekanisme ekspresi acyl homoserine lactone (AHL) yang pada 

saat mencapai quorum (kuota sedalam koloni atau batas maksimal) akan 

menghasilkan efek bioluminensi. Caranya dengan mengaktifkan protein 

pengikat yang akan mendorong faktor transkripsi gen-gen pembentuk 

cahaya teraktivasi. Salah satu enzim yang terlibat yaitu  lusiferase yang akan 

mengatalisis substrat aldehida FMNH2

 yang teroksidasi menjadi FMN dan asam 

lemak. Proses pembentukan asam lemak inilah yang menghasilkan cahaya. 

Sementara itu, spesies Erwinia cortovora pada kondisi quorum akan 

mengaktifkan gen penghasil protein antibiotika karbapenem yang berfungsi 

menghambat tumbuh kembang bakteri kompetitornya. Mekanisme komunikasi 

lainnya yang berperan sebagai penghubung antara berbagai spesies diperankan 

oleh furanosil borat diester sehingga bila  ada interaksi di antara berbagai 

koloni bakteri akan tercapai sebuah kesepakatan. 

Fakta yang bisa diamati di tingkat organisme sel tunggal seperti pada 

keluarga bakteri menunjukkan kepada kita bahwa gen bersifat adaptif dan 

sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan. Tentu saja mekanisme 

perubahan dan mekanisme transkripsi yang akan menyandikan serta 

mengekspresikan protein tertentu haruslah melalui serangkaian prasyarat 

yang harus terpenuhi. Secara sederhana, dapat kita simpulkan bahwa ekspresi 

gen yang kemudian terkait dengan pembentukan sifat serta perilaku memiliki 

faktor pengaruh yang sangat kompleks. 

Sebagai contoh, sekumpulan gen pada sebuah sel dapat di ”shutdown” 

secara penuh dan tidak diekspresikan lagi karena sel yang ditempatinya telah 

terdiferensiasi dan memiliki sifat sel yang khusus. Sifat pluripotensial sel yang 

gennya lengkap dan bisa menjadi apa saja, dikendalikan oleh sekumpulan 

protein penghambat induksi yang membuatnya tidak dapat mengekspresikan 

sifat yang tidak cocok dengan tugas yang diembannya. 

Ada pula beberapa gen yang secara umum senantiasa akan diekspresikan 

proteinnya meskipun dalam kadar terendah (basal). Kondisi ini dapat kita  

simak pada beberapa enzim regulator mekanisme transduksi di dalam sebuah 

sel. Faktor-faktor transduksi yang kemudian mengawali proses transkripsi, 

translasi, dan terlibat dalam pembentukan molekul reseptor hampir selalu 

diekspresikan oleh hampir semua sel. 

Perbedaan ekspresi gen pada setiap jaringan yang dicirikan dengan 

produksi protein dalam kapasitas yang berbeda, didasari oleh aktivitas dan 

mekanisme represi serta aktivasi yang diperankan oleh aksi sekelompok 

protein yang berikatan di daerah regulator (pengaturan) gen yang ber sangkutan. 

Gen, Pikiran, dan Pendidikan

Dalam sebuah film drama musikal yang mengisahkan perjuangan seorang 

anak untuk menemukan kembali kedua orang tuanya, terungkap bahwa 

bakat musik seolah diturunkan, bahkan menjadikan anak ini  seorang 

jenius musik walaupun tanpa pendidikan formal. Pada sisi lain, dari kisah film 

ini , terkuak pula bahwa ”getaran musik” dapat membimbing tiga orang 

sekeluarga yang selama ini berpisah bisa berkumpul kembali. Apakah pengaruh 

gen sekuat dan seindah itu?

Kita pun dapat melihat fenomena lain, misalnya Sumanto (si pemakan 

mayat), Very Idham Heryansyah (alias Ryan, pembunuh berdarah dingin asal 

Jombang yang memiliki penyimpangan seksual), Hanibal Lector (si kanibal 

berskala global), Jack The Ripper (sang pembunuh sadis asal Inggris), Ariel 

Sharon (Mantan Perdana Menteri Israel pembantai warga Palestina), George 

W. Bush (Presiden Amerika Serikat ke-43 yang hobi perang), David Koresh 

(pemimpin sekte sesat yang bunuh diri dan memerintahkan ratusan pengikutnya 

untuk bunuh diri juga), AQS (istri seorang aktivis di Bandung yang membunuh 

tiga orang anaknya), Rio Bullo ”Martil” (psikopat yang menggodam kepala 

korban-korbannya), ataupun para koruptor legendaris asal Indonesia yang 

lari ke luar negeri, apakah mereka memiliki gen yang menjadikannya manusia 

”superkeji”? Apakah mereka berbeda dengan kita?

Sebaliknya, kita pun dapat mencermati Roger Federer, Ana Ivanovic, 

Christiano Ronaldo, Leonel Messi, Kaka, Luis Hamilton, Ian Thorpe, Valentino 

Rossi, Chris John, Taufik Hidayat, ataupun Tiger Woods yang sangat berprestasi 

dalam bidang olahraga, apakah mereka juga memiliki gen super? Demikian pula, 

apakah Whitney Houston, Bono U2, atau Rhoma Irama, seperti juga Beethoven 

dan Mozart dianggap memiliki karunia berupa gen jenis musik?

Stephan Hawking yang sangat brilian dalam kajian fisika teoretis justru 

nyata-nyata mengalami kelumpuhan total akibat multiple schlerosis (MS).  

Jika dikatakan gennya sempurna, asumsi kita jelas keliru karena ada sebagian 

gen Hawking yang seharusnya mengatur (meregulasi) kinerja fisiknya agar 

sempurna, pada nyatanya gagal berfungsi.

Saat ini, ada beberapa buku atau literatur yang mengacu pada fungsi DNA 

dan menjadikannya acuan dalam proses perubahan. Untuk literatur lokal, Dr. 

Rhenald Kasali dari Universitas Indonesia telah mengangkat konsep DNA 

ini dalam konteks perubahan dan restrukturisasi motivasi. Dari sisi spiritual 

pun konsep DNA ini banyak diacu. Akan tetapi, di antara beberapa literatur 

ini , buku karya Dr. Kazuo Murakami, seorang ahli biokimia dari Jepang 

yang paling akurat dan dapat memberikan gambaran tentang DNA yang 

sebenarnya. 

Dalam bukunya, Dr. Kazuo Murakami menerangkan dengan sangat lugas 

bahwa ekspresi DNA dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling terkait, baik 

yang berasal dari dalam tubuh maupun dari lingkungan. Kekuatan pikiran dan 

niat yang membaja, misalnya, ternyata dapat memengaruhi ekspresi DNA. Di 

sini timbul pertanyaan, melalui mekanisme apa? 

Setiap manusia sejatinya memiliki potensi dasar yang melekat pada dirinya 

sehingga ia mampu mengembangkan mekanisme interaksi, mampu mem bangun mekanisme defensif, dan mampu mengaktualisasikan nilai-nilai yang 

diyakininya dan dianggap mulia.

Perilaku manusia, sebagaimana digambarkan Millon, senantiasa mengejar 

kesenangan dan menghindari kesakitan, lalu secara aktif memodifikasi 

lingkungan, bahkan terkadang pasif dan akomodatif. Semua itu didasari oleh 

orientasi pada diri sendiri atau lingkungan terdekat. Nah, saat ini tingkat kendali 

kehidupan yang dianggap paling mendasar yaitu  gen (genom). Bahkan, belum 

lama berselang, Human Genom Project mengklaim telah berhasil menyusun 

basis data genom manusia. 

Oleh karena itu, kita dapat mencermati proses pembentukan pola-pola 

mental yang secara neurobiologis terbentuk melalui serangkaian proses 

pembangunan sirkuit otak. Proses belajar, pembiasaan, pelatihan, dan 

mekanisme adaptasi sebagai bagian dari proses interaksi dengan lingkungan, 

akan membentuk jalur-jalur atau sirkuit fungsional yang disebut sirkuit 

neuronal. 

Secara anatomis, ada beberapa sirkuit yang membentuk lempeng, 

misalnya Weber Loop yang menghubungkan antara jalur transmisi data optikus 

dari talamus ke pusat penglihatan dan melingkar ke pusat pendengaran. Akan 

tetapi, secara fisiologis, sirkuit fungsional yang lebih rumit dan kompleks dapat 

terbentuk secara temporer (sementara) berdasarkan kondisi yang tengah 

dihadapi. Sirkuit sementara ini akan menjadi semipermanen, bahkan permanen  

bila  rangsangan yang diterima dan pola pengambilan keputusan kita bersifat 

persisten (dikondisikan menetap). 

Sifat malas, contohnya. Tidak ada gen untuk sifat malas. Namun, ada 

sekumpulan gen yang mampu menghasilkan protein-protein yang ”menunjang” 

munculnya sifat malas. bila  sifat ini dikondisikan atau bahkan dipertahankan, 

akan terbentuk ”sirkuit virtual” kemalasan. Akan terjadi hiperekspresi dari 

gen-gen penunjang kemalasan, meskipun seharusnya mereka hanya akan 

diekspresikan pada saat diperlukan. Dengan kata lain, potensi sifat malas ada 

dan melekat dengan diri kita. Namun, kapan akan diimplementasikan dan 

dipraktikkan, itu sepenuhnya bergantung kepada individu masing-masing 

selaku pengendali tubuh dan pikirannya.

Kasus yang tidak kalah menariknya yaitu  ”bakat”. Sebagian ahli 

berpendapat bahwa bakat yaitu  sesuatu yang secara genetika sulit untuk 

dimanipulasi (diubah). Akan tetapi, konsep biologi molekuler justru menunjuk kan hal sebaliknya. Orang menjadi bodoh dan kalah berprestasi dalam 

suatu bidang dapat dianalogikan dengan adanya ”tingkat kesulitan” dalam 

mengekspresikan sekelompok gen tertentu. Ingat, tidak ada orang normal, baik 

fenotip maupun genotip yang kehilangan gen kecuali terjadi proses tertentu 

yang berakibat pada kecacatan permanen. 

bila  seorang manusia dilahirkan dengan genotip dalam batas normal, 

semua gen potensi ada dan lengkap, siap untuk digunakan. bila  ada gen 

terhapus atau diturunkan kurang lengkap, fenotip sudah jelas akan jauh sekali 

berbeda, mengingat perbedaan genotip kita dengan simpanse saja hanya 

berkisar 0,6 persen. Demikian pula dengan keluarga mencit (mus musculus sp) 

yang acapkali dijadikan hewan percobaan dan alat uji obat karena kemiripan 

genetiknya dengan manusia. Dengan demikian, dapat disimpulkan secara 

sederhana bahwa setiap orang memiliki potensi dasar yang nyaris serupa. 

Perubahan yang terjadi karena proses mutasi ataupun cacat genetika lainnya 

merupakan bagian dari keberagaman dan gejala patologi molekuler.

Pada sel, jaringan, organ, dan sistem faali manusia kemudian dikembangkan 

sistem kendali operasi dan sistem organisasi yang efektif dan mampu menjawab 

kebutuhan secara tepat. Pola-pola komunikasi intrasel (transduksi, transkripsi, 

translasi), antarsel (sitokin dan faktor pertumbuhan), antarjaringan dan organ 

(hormon, neurotransmitter, atau neuropeptida), dan antarsistem tubuh (saraf dan 

endokrin), terbangun secara sistematis dan seimbang. Berbagai pertimbangan 

dalam proses pengambilan keputusan biologis yang melibatkan aspek biokimiawi, 

ditentukan dan ditetapkan secara otonom dengan mempertimbangkan unsur unsur pengaruh yang datang dari mana saja. Semuanya menunjukkan kehebatan 

sebuah program yang bersifat antisipatif dan adaptif. 

Penelitian pada monyet (spesies Resus Makakus) menunjukkan, anak-anak 

monyet yang dipisahkan dari induknya atau ditinggal mati induknya pada 

usia dini mengalami perubahan perilaku sosial dan meningkatkan mekanisme 

menyamankan diri sendiri (self comforting), seperti mengisap ibu jari (regresi). 

Hal ini terjadi pada bayi monyet yang dipisahkan dari induknya pada usia satu 

minggu. Kelompok lain yang dipisahkan dari induknya ketika berusia satu 

bulan, menunjukkan bahwa mereka kelak ketika dewasa senantiasa mencari 

kenyamanan sosial (social comfort). 

Gen yang diduga bertanggung jawab terhadap pembentukan perilaku 

kenyamanan sosial yaitu  gen Guanilat Siklase 1 Alfa 3 (GUSI 1A3). Gen ini secara 

statistik memiliki korelasi yang kuat dengan proses pembentukan perilaku 

kenyamanan sosial akut dan jangka panjang. 

Pada monyet yang dibesarkan dalam lingkungan sosial normal, gen ini 

ditemukan terekspresikan dengan baik. Ekspresi gen yang ditandai dengan 

terdeteksinya kadar mRNA GUSI 1A3 lebih dominan di daerah amigdala  

dibandingkan dengan area otak lain yang juga diuji. Kuat dugaan bahwa 

gen GUSI 1A3 merupakan salah satu gen yang berperan dalam mekanisme 

pembentukan perilaku sosial (Sabatini MJ, 2007).

Gen yang Terkait Adiksi dan Penyimpangan Perilaku

Gen penyandi Dopamin D2 Reseptor sebagai salah satu penyandi reseptor 

dopamin juga telah diteliti hubungannya dengan kebiasaan merokok dan adiksi 

(kecanduan) nikotin (School of Medicine University of Pennsylvania). Gen lain 

yang juga memengaruhi kecanduan merokok yaitu  gen Gamma Amino Butiric 

Acid-B Reseptor subunit 2 (GABA B2) pada kromosom 9 dan GABA-A-Reseptor 

Associated Protein (GABA RAP) pada kromosom 17 (Ming Li, Ph.D, Virginia 

University). 

Sementara variansi (polimorfisme) gen DRD4 yang diteliti pada 148 

mahasiswa dan mahasiswi Universitas Hebrew dan Universitas Ben Gurion 

di Nejev, Israel, menunjukkan bahwa 30 persen penyimpangan gen DRD4 

berkorelasi dengan tingginya dorongan seksual dan variansi lainnya terkait 

dengan penurunan gairah seksual. Penelitian lain menunjukkan, gen DRD4 juga 

berhubungan dengan kebisaan berjudi (Dr. Richard Ebstein).

Penyimpangan seksual juga dapat terjadi akibat adanya perubahan atau 

variansi pada kromosom X lengan p lokus 22.3. Kelainan yang sudah diteliti 

cukup mendalam yaitu  sindroma Kallman yang terjadi karena adanya mutasi 

pada gen yang seharusnya memproduksi protein permukaan membran sel 

yang berperan sebagai pemandu proses migrasi sel-sel gonadotropin releasing 

hormone (GnRH) dari area otak dekat bulbus olfaktorius (pusat penghiduan) 

ke kelenjar hipofise. Akibatnya, fungsi hipofise yang seharusnya merangsang 

pembentukan hormon testosteron pada kelenjar testis terganggu (Donald W. 

Pfaff, Hormone, Genes, and Behavior).

Gen MAOA

Penelitian aktivitas enzim MAOA pada 500 pria pada tahun 2002 menunjukkan 

rendahnya kadar enzim MAOA akan memicu seseorang menjadi pribadi anti sosial (antisocial disorder) bila  orang ini  mengalami perlakuan yang 

buruk pada masa kecil. Sebaliknya, pada orang-orang dengan kadar MAOA 

tinggi (atau gennya berpotensi mengekspresikan enzim MAOA) diketahui 

meskipun mendapat perawatan dan perlakuan buruk (maltreated), tidak 

menjadikannya pribadi antisosial. Kelompok yang memiliki potensi berkadar 

enzim rendah, tetapi tidak mendapatkan perlakuan buruk pada masa kecil, 

ternyata tidak menjadi pribadi antisosial. 


 

pembentukan perilaku sosial (Sabatini MJ, 2007).

Gen yang Terkait Adiksi dan Penyimpangan Perilaku

Gen penyandi Dopamin D2 Reseptor sebagai salah satu penyandi reseptor 

dopamin juga telah diteliti hubungannya dengan kebiasaan merokok dan adiksi 

(kecanduan) nikotin (School of Medicine University of Pennsylvania). Gen lain 

yang juga memengaruhi kecanduan merokok yaitu  gen Gamma Amino Butiric 

Acid-B Reseptor subunit 2 (GABA B2) pada kromosom 9 dan GABA-A-Reseptor 

Associated Protein (GABA RAP) pada kromosom 17 (Ming Li, Ph.D, Virginia 

University). 

Sementara variansi (polimorfisme) gen DRD4 yang diteliti pada 148 

mahasiswa dan mahasiswi Universitas Hebrew dan Universitas Ben Gurion 

di Nejev, Israel, menunjukkan bahwa 30 persen penyimpangan gen DRD4 

berkorelasi dengan tingginya dorongan seksual dan variansi lainnya terkait 

dengan penurunan gairah seksual. Penelitian lain menunjukkan, gen DRD4 juga 

berhubungan dengan kebisaan berjudi (Dr. Richard Ebstein).

Penyimpangan seksual juga dapat terjadi akibat adanya perubahan atau 

variansi pada kromosom X lengan p lokus 22.3. Kelainan yang sudah diteliti 

cukup mendalam yaitu  sindroma Kallman yang terjadi karena adanya mutasi 

pada gen yang seharusnya memproduksi protein permukaan membran sel 

yang berperan sebagai pemandu proses migrasi sel-sel gonadotropin releasing 

hormone (GnRH) dari area otak dekat bulbus olfaktorius (pusat penghiduan) 

ke kelenjar hipofise. Akibatnya, fungsi hipofise yang seharusnya merangsang 

pembentukan hormon testosteron pada kelenjar testis terganggu (Donald W. 

Pfaff, Hormone, Genes, and Behavior).

Gen MAOA

Penelitian aktivitas enzim MAOA pada 500 pria pada tahun 2002 menunjukkan 

rendahnya kadar enzim MAOA akan memicu seseorang menjadi pribadi anti sosial (antisocial disorder) bila  orang ini  mengalami perlakuan yang 

buruk pada masa kecil. Sebaliknya, pada orang-orang dengan kadar MAOA 

tinggi (atau gennya berpotensi mengekspresikan enzim MAOA) diketahui 

meskipun mendapat perawatan dan perlakuan buruk (maltreated), tidak 

menjadikannya pribadi antisosial. Kelompok yang memiliki potensi berkadar 

enzim rendah, tetapi tidak mendapatkan perlakuan buruk pada masa kecil, 

ternyata tidak menjadi pribadi antisosial.

Mengenal Dopamin dan Gennya

Dopamin yaitu  hadiah alami (natural reward) yang akan muncul pada 

saat seseorang akan dan sedang melakukan suatu aktivitas mental yang 

menyenangkan. Dalam konsep adiksi, stimulasi peningkatan dopamin 

dihasilkan dari manipulasi obat. bila  sirkuit untuk mempertahankan sensasi 

aktivitas yang menyenangkan ini terus diulang, ambang batas rangsangannya 

akan terus meningkat. Inilah yang kemudian mendorong terjadinya fenomena 

peningkatan dosis pada penggunaan obat terlarang. 

Peningkatan kadar dopamin semu ini diinternalisasi dan menjadi pola 

baku produksi dan distribusi (transportasi dopamin). Dengan demikian, 

terjadi perubahan profil gen (terutama dalam hal ekspresinya) seiring dengan 

kebiasaan yang dilakukan seorang manusia. Ilustrasi ini menggambarkan 

bahwa transportasi dopamin akan kembali pulih setelah jangka waktu tertentu. 

Dengan demikian, meskipun rumus nukleotida setiap gen tetap sama, tetapi 

dapat diekspresikan dengan kadar dan kualitas yang berbeda-beda. Law of 

Effect-nya Thorndike, sebuah pengalaman yang mendatangkan kesenangan 

akan meningkatkan dan menjadi motivasi yang luar biasa kuatnya untuk 

mengulangi perbuatan ini .

1. Aktivitas transporter dopamin pada otak orang normal; 2. Pecandu obat yang sudah berhenti satu bulan; 

dan 3. Yang sudah berhenti empatbelas bulan

Gen dopamin, gen reseptor dopamin, dan gen protein transporter dopamin 

akan teregulasi dan terekspresikan secara baik dengan umpan atau hadiah 

alamiah yang positif, misalnya dengan mekanisme ibadah, olahraga, kegiatan 

sosial, juga proses berkomunikasi di dalam keluarga. Jika kita perhatikan fakta 

ini , dopamin dapat juga digolongkan sebagai protein ”achievement”. 

Capaian prestastif tentu merupakan ”reward” yang sangat relevan dengan 

ekspresi keluarga dopamin.  


Pembentukan Budaya Pikiran

Secara umum, seorang manusia akan mengembangkan pola-pola mental 

berbasis kenyamanan dan ketidaknyamanan yang akan didapat dari suatu 

proses yang tengah dilakukan. Jika ada kesenangan atau kenyamanan yang 

dapat dicapai secara instan dan tidak memerlukan proses yang menyulitkan 

dan menguras tenaga atau pikiran, manusia akan cenderung mereplikasi 

pola-polanya dengan jalan membangun sirkuit keputusan. Sirkuit keputusan 

ini dibangun dengan memanfaatkan ekspresi neuropeptida, neurotransmitter,

dan sekumpulan sel saraf. Sebagai contoh, fluktuasi hormon otak tertentu 

dengan proporsi tertentu secara berulang akan direspons oleh sebagian 

jaringan otak sebagai jalur prioritas yang harus didahulukan, bahkan 

dipertahankan.

Gray mengelompokkan berbagai kesenangan tanpa proses ini sebagai 

sistem penggerak perilaku atau ”behaviour activation system”. Sebaliknya, 

proses berliku dan berbagai ketidaknyamanan yang menyertainya akan 

menjadi bagian utama dari ”behaviour inhibition system”. Semuanya akan 

terekam di dalam sistem limbik dan pusat produksi hormon otak. Akibatnya, 

sebelum proses dimulai, hormon-hormon ”penolakan” telah terlebih dahulu 

diproduksi! 


Perbedaan Bagian dari Fitrah

Perbedaan-perbedaan awal karena pola hereditas yang memungkinkan 

terjadinya kompromi pada tingkat genom, sesungguhnya dapat ditafsirkan 

sebagai mekanisme untuk mengembangkan karakter yang istimewa dari setiap  

individu. Contoh nyata dapat dilihat dari perbedaan genetika antara pria dan 

wanita. Perbedaan pada tingkat kromosomal hanya terjadi pada kromosom 

kelamin, yaitu X dan Y. Secara genom, saat ini terdeteksi sembilan untai gen 

yang berbeda di antara kromosom X dan Y. Gen-gen itu terdeteksi antara lain 

melalui ekspresi protein-protein di jaringan otak. Penelitian mendetail dengan 

memakai  teknik yang disebut RT-PCR (reverse transcriptase-polymerase 

chain reaction) atau teknik penggandaan gen dan melihat asal usul protein 

melalui pemanfaatan enzim transkriptasi terbalik, menunjukkan bahwa 

beberapa jenis protein otak pria dan wanita memang berbeda. 

bila  kita asumsikan bahwa perbedaan ini kemudian akan memandu 

pembentukan jalur-jalur sirkuit yang berbeda pula, kita akan mendapati 

perbedaan-perbedaan karakter fungsi luhur dan sikap mental pada pria 

dan wanita. Gen yang diamati yaitu  Usp9y, Ube1y, Smcy, Eif2s3y, Uty, dan 

Dby. Sementara pada kromosom X terdapat 6 gen amatan yang terdiri atas 

Usp9x, Ube1x, Smcx, Eif2s3x, Utx, dan Dbx. Hasil penelitian juga menunjukkan 

bahwa tiga pasangan gen (alela) yang terdapat pada pria (kromosom XY), 

yaitu Usp9x/y, Ube1x/y, dan Eif2s3x/y belum dapat mengompensasi bias yang 

muncul karena ketiadaan kromosom X. Secara keseluruhan kromosom X hanya 

memiliki sekitar 231 gen.

Dapat disimpulkan secara genetika, bahwa pria bersifat asimetrik dan 

bergantung pada pola dominansi dalam satu alela. Sementara itu, seorang 

wanita akan memiliki peluang untuk mengekspresikan gen-gen pada kromosom 

kelaminnya dengan lebih stabil sehingga secara aplikatif, baik pria maupun 

wanita—bila  dapat mengembangkan potensi genetiknya sesuai dengan 

arah yang telah digariskan dalam struktur genomik yang dimilikinya—akan 

mampu mencapai kesuksesan paripurna (hayati, psikologi, dan sosial).

Berdasarkan uraian ini, pendidikan anak berbasis DNA haruslah memper hatikan perbedaan berdasarkan gender (anak perempuan memiliki ke istimewaan tersendiri, demikian pula anak lelaki). Perlu diperhatikan dengan 

cermat pula bahwa sesungguhnya instrumen pendidikan memiliki efek 

pengubah gen atau DNA yang sangat dahsyat4

. Pendidikan yang baik dan 

tepat pada seorang anak, termasuk di dalamnya pola asuh dan pengondisian 

lingkungan keluarga, rumah, dan ruang sosial yang kondusif akan mendorong 

gen-gen terbaik untuk diekspresikan dan menjadi pola dasar dalam proses 

tumbuh kembang. 

4 bila  kita melihat kemampuan bakteri E. Colli yang strukturnya jelas jauh lebih sederhana 

dari manusia dan ternyata dapat mengubah fungsi gennya sesuai dengan kebutuhan dan 

proses mengadaptasi kondisi lingkungannya, tentu manusia memiliki kemampuan jauh lebih 

tinggi daripada itu. Jacob dan Monod dari Pasteur Institute membuktikan bahwa E. Colli 

dapat mengaktifkan gen pengolah laktosa ketika di lingkungannya tidak terdapat glukosa. 


Untuk lebih mengetahui kiat-kiat yang tepat dalam mendidik dan mem besarkan anak yang cerdas, saleh dan salehah, bertakwa, berbakti kepada 

orang tua, serta bermanfaat bagi umat, ada baiknya jika kita memetakan faktor faktor yang memengaruhi ekspresi DNA. Faktor-faktor ini  antara lain gizi, 

perlakuan, dan pendidikan yang bersahabat dengan OTAK.  




Fase-fase ini mengacu pada tahap-tahap yang berbeda dari perkembangan 

seorang bayi. Ringkasnya, ciri-ciri tahap perkembangan bayi dalam rahim yaitu  

sebagai berikut. 

Pertama, tahap pre-embrionik. Tahap pre-embrionik, sering juga disebut 

tahap germinal, tahap zigot, ovum, atau nuthfah yang merupakan periode awal 

kejadian manusia. Pada tahap ini, zigot membelah secara mitosis menjadi 2, 4, 8, 

dan seterusnya sehingga bagian dalam membentuk ruangan yang mengandung 

cairan yang disebut blastokis. Cairan ini kelak akan berkembang menjadi air 

ketuban yang berfungsi sebagai ruang gerak janin dalam rahim. Pada tingkat 

blastokista, kumpulan sel yang terus membelah diri ini akan bergerak melalui 

saluran fallopi menuju rahim. Mereka akan membenamkan diri pada dinding 

rahim atau endometrium sekitar 6-7 hari setelah proses pembuahan. Peristiwa 

ini disebut nidasi atau implantasi. 

Seiring pertumbuhan zigot yang semakin membesar, sel-sel penyusunnya 

mengatur diri membentuk tiga lapisan. Ada tiga bagian atau lapisan utama 

dalam proses perkembangan janin. Pertama disebut endodermal; kedua 

disebut mesodermal; ketiga disebut ektodermal. Kelak, dari ketiga lapisan itulah 

akan terbentuk jaringan-jaringan tubuh yang sangat lengkap dan sempurna. 

Lapisan endodermal atau lapisan bawah menjadi sistem pencernaan, hati, 

pankreas, kelenjar ludah, dan sistem pernapasan. Lapisan mesodermal

atau lapisan tengah berkembang menjadi otot, tulang atau rangka, sistem 

peredaran darah dan kulit lapisan dalam, serta sistem pembuangan akhir. 

Lapisan ektodermal berkembang menjadi rambut, gigi dan kuku, kulit lapisan 

luar beserta kelenjar kulit, pancaindra, dan sistem saraf.  

Kedua, tahap embrionik. Tahap yang juga disebut ‘alaqah (gumpalan darah 

yang semakin membeku) ini, berlangsung selama lima setengah minggu (dari 

dua minggu sampai delapan minggu setelah pembuahan), dan ditandai dengan  

terjadinya berbagai perubahan pada semua organ utama dan sistem-sistem 

fisiologis. Oleh karena itu, pada tahap ini bayi sudah dapat disebut sebagai 

embrio karena organ dan sistem tubuhnya mulai terbentuk dari tiga lapisan 

ini . Pada minggu ke-5, misalnya, embrio telah berukuran 8 mm. Pada 

saat itu, otak berkembang cepat sehingga kepala terlihat sangat besar. Pada 

minggu ke-6, embrio berukuran 13 mm. Kepala masih lebih besar daripada 

badan yang sudah mulai lurus, jari-jari mulai dibentuk. Pada minggu ke-7, 

embrio berukuran 18 mm, jari tangan dan kaki mulai dibentuk, badan mulai 

memanjang dan lurus, genetalia eksterna belum dapat dibedakan. Setelah 

tahap organogenesis selesai, yaitu pada akhir minggu ke-8, embrio akan 

disebut janin atau fetus dengan ukuran 30 mm.

Ketiga, tahap fetus. Dimulai dari tahap ini dan seterusnya, bayi disebut 

sebagai ”fetus” atau ”janin”. Tahap ini dimulai sejak kehamilan minggu ke-8 

dan berakhir hingga masa kelahiran. Pada tahap ini, perkembangan manusia 

digunakan untuk meningkatkan ukuran dan mematangkan organ-organ yang 

dibentuk pada tiga bulan pertama. Ciri khusus tahapan ini yaitu  terlihatnya 

fetus menyerupai manusia pada wajah, kedua tangan, dan kakinya. Meskipun 

pada awalnya memiliki panjang 3 cm dan beratnya sekitar ¾ ons, semua 

organnya sudah terlihat lebih jelas. Tahap ini berlangsung selama kurang 

lebih 30 minggu dan perkembangan berlanjut hingga kelahiran.

Dalam pandangan Islam, setelah janin berusia empat bulan, yaitu ketika 

calon bayi sudah berbentuk manusia, Allah SWT meniupkan ruh. Dalam Al Qur’an disebutkan, ”(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, 

‘Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah’. bila  telah 

Kusempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan kepadanya ruh (ciptaan)-Ku; 

hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.” (QS Shâd [38]: 72)

Bersamaan dengan peristiwa mahapenting itu, ditentukan pula 

hukum-hukum perkembangan atas dirinya, seperti masalah-masalah yang 

berhubungan dengan sifat, karakter, bakat, rezeki, kematian, dan aneka 

macam peruntungannya. Pada bulan keempat itu pula, calon bayi sudah 

mampu bergerak sehingga ibu dapat merasakan aneka macam gerakannya.

Secara umum, proses kehamilan yang dialami kaum wanita tidak 

lebih dari 40 minggu. Para ahli biasanya membagi tahapan usia kehamilan 

menjadi trimester. Hal ini bertujuan membantu mengelompokkan waktu 

perkembangan sehingga mudah untuk mempelajari proses fisiologis 

pembentukan janin. Berikut ringkasan dari tahap-tahap dalam perkembangan 

prenatal. 

Minggu ke-1

Minggu pertama merupakan perkembangan awal sejak ovulasi sampai 

implantasi (proses penanaman sel telur yang telah dibuahi ke dalam selaput 

lendir rahim yang telah dipersiapkan secara khusus). Dari sekitar 200-300 juta 

spermatozoa yang dipancarkan ke dalam saluran kelamin wanita, hanya satu 

yang lolos untuk melakukan proses pembuahan.

Minggu ke-2

Sel telur yang telah dibuahi membelah dua selama 30 jam setelah dibuahi. 

Sambil terus membelah, sel telur bergerak dalam lubang falopi menuju rahim. 

Setelah membelah menjadi 32, sel telur disebut morula. Pada minggu kedua ini, 

diperkirakan embrio berukuran 0,1-0,2 mm.

Minggu ke-3

Pada hari ke-15 sampai ke-17, embrio diperkirakan berukuran 0,4 mm. Hanya 

dalam hitungan hari, yaitu pada hari ke-17 sampai ke-19, ukurannya meningkat 

menjadi sekitar 1,0-1,5 mm. Pada minggu ini, cikal-bakal sistem pembuluh darah 

dan sistem saraf mulai terbentuk. Bahkan, pada hari-hari terakhir saat cikal 

bakal jantung janin mulai terbentuk, ukuran embrio sudah mencapai 1,5-2,5 

mm. Pembentukan mata pun mulai terjadi, meskipun rongga mata baru akan 

tampak jelas pada minggu ke-6. Secara keseluruhan, pada minggu ini sudah 

terdapat materi genetik, termasuk warna rambut, bentuk mata, dan intelegensi 

calon bayi. Pada kedua sisi tubuh embrio tumbuh suatu tonjolan kecil berupa 

sekelompok sel yang merupakan cikal bakal tangan. Selang beberapa hari 

kemudian, saat tunas tangan memipih, pada kedua sisi tubuh sebelah bawah 

muncul tonjolan serupa yang merupakan cikal-bakal kaki.

Minggu ke-4

Dengan ukuran sekitar 2 hingga 3,5 mm, jantung mulai berdenyut dan sistem 

peredaran darah sudah melaksanakan fungsinya meskipun masih dalam taraf 

yang sangat sederhana. Cikal bakal otak beserta bagiannya sudah bisa dibedakan 

yang kelak akan menjalankan fungsi masing-masing. Pada minggu ini pula, saraf saraf spinal yang kelak menjadi cikal-bakal tulang belakang sudah mengalami 

penebalan. Sementara itu, cikal bakal telinga sudah terlihat meskipun masih 

berupa gelembung. Plasenta atau ari-ari juga terbentuk pada minggu ini.

Minggu ke-5

Pada minggu ini, embrio diperkirakan berukuran antara 5-7 mm. Sistem saraf 

pusat, otot, dan tulang mulai dibentuk. Begitu pula dengan kerangka.

Minggu ke-6

Saat ini, embrio diperkirakan berukuran sekitar 7-9 mm yang diukur dari puncak 

kepala hingga bokong. Tuba saraf sepanjang punggung bayi telah menutup. 

Meskipun Anda belum bisa mendengar, jantung bayi mulai berdetak pada 

minggu ini. Sistem pencernaan dan pernapasan mulai dibentuk, pucuk-pucuk 

kecil yang akan berkembang menjadi lengan kaki pun mulai tampak.

Minggu ke-7

Akhir minggu ketujuh, panjangnya sekitar 5-13 mm dan beratnya 0,8 gram, kira kira sebesar biji kacang hijau. Pucuk lengan mulai membelah menjadi bagian 

bahu dan tangan yang mungil. Jantung telah dibagi menjadi bilik kanan dan 

bilik kiri, begitu pula dengan saluran udara yang terdapat di dalam paru-paru.

Minggu ke-8

Panjang kira-kira 14-20 mm. Banyak perubahan yang terjadi pada bayi. Jika kita 

bisa melihat, ujung hidung dan kelopak mata mulai berkembang, begitu pula 

telinga. Brochi, saluran yang menghubungkan paru-paru dengan tenggorokan, 

mulai bercabang. Lengan semakin membesar dan memiliki siku. Semua ini 

terjadi hanya dalam 6 minggu setelah pembuahan. 


Minggu ke-9

Telinga bagian luar mulai terbentuk, kaki dan tangan terus berkembang berikut 

jari kaki dan tangan mulai tampak. Ia mulai bergerak walaupun ibu hamil tak 

merasakannya. Dengan Doppler, kita bisa mendengar detak jantungnya. 

Minggu ini, panjangnya sekitar 22-30 mm dan beratnya sekitar 4 gram.

Minggu ke-10

Semua organ penting yang telah terbentuk mulai bekerja sama. Pertumbuhan 

otak meningkat dengan cepat, hampir 250.000 sel saraf baru diproduksi setiap 

menit. Ia mulai tampak seperti manusia kecil dengan panjang 32-43 mm dan 

berat 7 gram.

Minggu ke-11

Panjang tubuhnya sudah mencapai sekitar 6,5 cm. Janin sudah mampu 

melakukan gerakan demi gerakan dari tangan dan kakinya, termasuk gerakan 

menggeliat. Gerakan-gerakan ini baru dapat dirasakan ibu sekitar kehamilan 

18 minggu. Janin pun sudah bisa mengubah posisinya dengan berputar, 

memanjang, bergelung, atau malah jumpalitan.

Minggu ke-12

Panjang janin sekarang sekitar 6,5-8 cm dan bobotnya sekitar 18 gram. Kepala 

bayi menjadi lebih bulat dan wajah telah terbentuk sepenuhnya. Semua organ 

vital telah terbentuk. Bayi mulai menggerak-gerakkan tungkai dan lengannya. 

Bayi juga dapat mengisap lengannya, tetapi ibu belum dapat merasakan 

gerakan-gerakan ini. 

Minggu ke-13

Panjang janin dari puncak kepala sampai bokong sekitar 65-78 mm dengan 

berat kira-kira 20 gram. Rahim dapat teraba kira-kira 10 cm di bawah 

pusar. Pertumbuhan kepala bayi yang saat ini kira-kira separuh panjang 

janin mengalami perlambatan dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya. 

Perlambatan ini berlangsung terus, hingga pada akhir kehamilan akan tampak 

proporsional, yaitu kira-kira tinggal sepertiga panjang tubuhnya. Kedua cikal 

bakal matanya makin hari kian bergeser ke bagian depan wajah meskipun 

masih terpisah jauh satu sama lain. Sementara itu, telinga bagian luar terus 

berkembang dan menyerupai telinga normal. Kulit janin yang masih sangat 

tipis membuat pembuluh darah terlihat jelas di bawah kulitnya. Seluruh tubuh 

janin ditutupi rambut-rambut halus yang disebut lanugo. Tulang belulangnya 

sudah terbentuk pada minggu-minggu sebelumnya dan pada minggu-minggu 

selanjutnya akan menahan kalsium dengan sangat cepat, hingga tulangnya 

jadi lebih keras.  

Minggu ke-14

Panjangnya mencapai kisaran 80 mm atau 8 cm dengan berat sekitar 25 gram. 

Telinga janin menempati posisi normal di sisi kiri dan kanan kepala. Mata pun 

telah mengarah ke posisi sebenarnya. Leher berkembang lebih nyata, hingga 

lebih mudah membedakan jenis kelaminnya. 

Minggu 15

Panjang janin sekitar 10-11 cm dengan berat kira-kira 80 gram. Kehamilan 

semakin terlihat. Kulit dan otot-otot, terutama di sekitar perut, akan melar 

karena mengalami peregangan luar biasa guna mengakomodasi pembesaran 

rahim. Garis-garis regangan yang disebut striae umumnya muncul di daerah 

perut, payudara, bokong, dan panggul. Pada masa ini, indra pengecap sudah 

mulai dapat merasa. 

Minggu ke-16

Panjang janin sekarang sekitar 16 cm dan bobotnya sekitar 35 gram. Ia 

menggerak-gerakkan seluruh tungkai serta lengannya dan menendang. 

Inilah tahap paling awal seorang ibu dapat merasakan gerakan bayi. Rasanya 

seperti ada seekor kupu-kupu dalam perut. Sistem pencernaan janin pun mulai 

menjalankan fungsinya. Dalam waktu 24 jam, janin menelan air ketuban sekitar 

450-500 ml. Pada usia ini, janin juga mulai mampu mengenali dan mendengar 

suara-suara dari luar kantong ketuban. Termasuk detak jantung ibu, bahkan 

suara-suara di luar diri si ibu, seperti suara gaduh atau teriakan maupun sapaan 

lembut. 

Minggu ke-17

Panjang tubuh janin meningkat lebih pesat daripada lebarnya, menjadi 13 cm 

dengan berat sekitar 120 gram, hingga bentuk rahim terlihat oval dan bukan 

membulat. Akibatnya, rahim terdorong dari rongga panggul mengarah ke 

rongga perut. Pada masa ini, bayi sudah dapat bermimpi saat ia tidur. Lemak 

yang juga sering disebut jaringan adiposa mulai terbentuk di bawah kulit 

bayi yang semula sedemikian tipis pada minggu ini dan minggu-minggu 

berikutnya. 

Minggu ke-18

Taksiran panjang janin sekitar 14 cm dengan berat + 150 gram. Rahim dapat 

diraba tepat di bawah pusar, ukurannya kira-kira sebesar buah semangka. 

Pertumbuhan rahim ke depan akan mengubah keseimbangan tubuh ibu. Mulai 

usia ini, hubungan interaktif antara ibu dan janinnya kian terjalin erat. Tak 

mengherankan setiap kali si ibu gembira, sedih, lapar, atau merasakan hal lain, 

janin pun merasakan hal sama. 

Minggu ke-19

Panjang janin diperkirakan 13-15 cm dengan taksiran berat 200 gram. Sistem 

saraf janin yang terbentuk pada minggu ke-4, pada minggu ini semakin 

sempurna perkembangannya, yakni dengan diproduksi cairan serebrospinalis

yang mestinya bersirkulasi di otak dan saraf tulang belakang tanpa hambatan. 

Nah, jika lubang yang ada tersumbat atau aliran cairan ini  terhalang oleh 

penyebab apa pun, kemungkinan besar terjadi hidrosefalus atau penumpukan 

cairan di otak. Jumlah cairan yang terakumulasi biasanya sekitar 500-1500 

ml, tetapi bisa juga mencapai 5 liter! Penumpukan ini jelas berdampak fatal 

mengingat banyak sekali jumlah jaringan otak janin yang tertekan oleh cairan 

tadi. 

Minggu ke-20

Memasuki bulan ke-5, panjang janin mencapai kisaran 14-16 cm dengan berat 

sekitar 260 gram. Janin sudah mengenali suara ibunya. Kulit yang menutupi 

tubuh janin mulai bisa dibedakan menjadi dua lapisan, yakni lapisan epidermis 

yang terletak di permukaan dan lapisan dermis yang merupakan lapisan dalam. 

Epidermis selanjutnya akan membentuk pola-pola tertentu pada ujung jari, 

telapak tangan, maupun telapak kaki, sedangkan lapisan dermis mengandung 

pembuluh-pembuluh darah kecil, saraf, dan sejumlah besar lemak. Seiring 

perkembangannya yang pesat, kebutuhan darah janin pun meningkat tajam. 

Agar anemia tak mengancam kehamilan, ibu harus mencukupi kebutuhannya 

akan asupan zat besi, baik lewat konsumsi makanan bergizi seimbang maupun 

suplemen yang dianjurkan dokter. 

Minggu ke-21

Beratnya sekitar 350 gram dengan panjang kira-kira 18 cm. Pada minggu ini, 

berbagai sistem organ tubuh mengalami pematangan fungsi dan perkem bangan. Ia pun sudah mampu menyerap atau menelan gula dari cairan lalu 

dilanjutkan melalui sistem pencernaan menuju usus besar. Gerakan bayi 

semakin pelan karena beratnya sudah 340 gram dan panjangnya 18-20 cm.  

Minggu ke-22

Indra yang akan digunakan bayi untuk belajar berkembang setiap hari. Setiap 

minggu, wajahnya semakin mirip seperti saat dilahirkan. Perbandingan kepala 

dan tubuh semakin proporsional.

Minggu ke-23

Walaupun lemak semakin bertumpuk di dalam tubuh bayi, tetapi kulitnya 

masih kendur sehingga tampak keriput. Ini karena produksi sel kulit lebih 

banyak dibandingkan dengan lemak. Ia mulai terbiasa menggerakkan otot jari  


jari tangan dan kaki serta lengan dan kaki secara teratur. Beratnya hampir 450 

gram.

Minggu ke-24

Paru-paru mulai mengambil oksigen meskipun bayi masih menerima oksigen 

dari plasenta. Untuk persiapan hidup di luar rahim, paru-paru bayi mulai meng hasilkan surfaktan yang menjaga kantung udara tetap mengembang.

Minggu ke-25

Kini, berat bayi mencapai sekitar 600-700 gram dengan panjang dari puncak 

kepala sampai bokong kira-kira 22 cm. Sementara jarak dari puncak rahim ke 

simfisis pubis sekitar 25 cm. Ia sudah mampu menghirup dan mengeluarkan 

air ketuban. Jika air ketuban yang tertelan terlalu banyak, ia akan mengalami 

cegukan.

Minggu ke-26

Pada usia ini, berat bayi diperkirakan hampir mencapai 850 gram dengan 

panjang dari bokong dan puncak kepala sekitar 23 cm. Denyut jantung sudah 

jelas-jelas terdengar, normalnya 120-160 denyut per menit. Mata yang semula 

menutup mulai membuka dan mengedip. Bulu mata mulai berkembang, begitu 

pula dengan rambut di kepala.

Minggu ke-27

Kini, berat bayi melebihi 1.000 gram. Panjang totalnya mencapai 34 cm dengan 

panjang bokong ke puncak kepala sekitar 24 cm. Pada minggu ini, kelopak 

mata mulai membuka. Sementara retina yang berada di bagian belakang mata 

membentuk lapisan-lapisan yang berfungsi menerima cahaya dan informasi 

mengenai pencahayaan itu sekaligus meneruskannya ke otak. Pada minggu 

pertama trimester ketiga ini, paru-paru, hati, dan sistem kekebalan tubuh masih 

harus dimatangkan.

Minggu ke-28

Minggu ini beratnya 1.100 gram dan panjangnya 25 cm. Otak bayi semakin 

berkembang dan meluas. Lapisan lemak pun semakin berkembang dan 

rambutnya terus tumbuh.

Minggu ke-29

Kelenjar adrenalin bayi mulai menghasilkan hormon seperti androgen dan 

estrogen. Hormon ini akan menstimulasi hormon prolaktin di dalam tubuh 

ibu sehingga membuat kolostrum (air susu yang kali pertama keluar saat 

menyusui) 

Minggu ke-30

Lemak dan berat badan bayi terus bertambah sehingga bobot bayi sekarang se kitar 1.400 gram, panjangnya 27 cm. Semakin besar, gerakannya semakin terasa.

Minggu ke-31 

Plasenta masih memberikan nutrisi yang dibutuhkan bayi. Aliran darah di 

plasenta memungkinkan bayi menghasilkan air seni. Ia berkemih hampir 

sebanyak 500 ml sehari di dalam air ketuban. 

Minggu ke-32

Jari tangan dan kaki telah tumbuh sempurna, begitu pula dengan bulu mata, 

alis, dan rambut di kepala bayi yang semakin jelas. Lanugo yang menutupi 

tubuh bayi mulai rontok, tetapi sebagian masih ada di bahu dan punggung saat 

dilahirkan. Dengan berat 1.800 gram dan panjang 29 cm, kemampuan bertahan 

hidup di luar rahim sudah lebih baik jika dilahirkan pada minggu ini. 

Minggu ke-33

Beratnya lebih dari 2.000 gram dan panjangnya sekitar 43 cm. Vernix yang 

menutupi kulit bayi sudah cukup tebal. Paru-parun