likasi atau
membentuk gen yang serupa sehingga dapat menyampaikan
informasi genetika pada generasi sel berikutnya.
Secara berurutan nomor 1 yaitu molekul adenin 1 dari 4 abjad genetika, dikenal juga sebagai nukleotida basa.
Nomor 2 yaitu struktur DNA hasil pengorganisasian dari miliaran pasang nukleotida basa. Nomor 2a dan 2b
yaitu unsur pendukung reaksi, yaitu molekul air (78 persen kompisisi tubuh manusia) dan molekul ATP yang
membawa energi fosfat. Nomor 3 yaitu asam amino hasil penyandian dari struktur DNA dan nomor 4 yaitu
neurotransmiter hasil pengorganisasian beberapa jenis asam amino. Dengan neurotransmiter inilah manusia
dapat merasakan cinta, bahagia, ketenangan, kemarahan, kegelisahan, dan kecemasan.
Konsep-Konsep Genetika
Dalam menjalankan fungsinya sebagai penentu sifat, baik kromosom maupun
DNA memiliki mekanisme pewarisan sifat yang dipelajari dalam ilmu genetika.
Ilmu genetika dikembangkan oleh Gregor Johann Mendel (1822-1884). Dalam
konsep genetika, pada setiap pasangan kromosom terdapat pasangan alel.
Misalnya, gen A memiliki alel atau pasangan pada kromosom pasangannya a.
Dalam konsep genotip (susunan pasangan gen) akan dikenal hukum Mendel
I atau lebih dikenal sebagai ”The Law of Segregation of Allelic Genes”. Dalam
hukum segregasi (pemisahan) ini alel dapat bebas memilih alel pasangannya.
Misalnya, genotip sebuah protein yaitu Aa dan pascapembuahan bergabung
dengan kromosom yang juga memiliki genotif Aa maka pada filial atau
keturunan ke-2nya tidak selalu A akan berpasangan dengan A lagi atau setiap A
berpasangan dengan a. Perhatikan kotak berikut.
A A
A AA Aa
A Aa Aa
Menurut Morgan, seorang ahli genetika asal Amerika
Serikat, faktor-faktor keturunan yang disebut gen tersimpan
dalam setiap lokus dalam kromosom. Setiap gen menduduki
tempat tertentu dalam kromosom. Lokasi bagi gen ini
disebut ”lokus gen”. Gen-gen yang berada pada lokus
yang sesuai disebut alela. Mendel sendiri tidak mengetahui
adanya lebih dari satu alela yang menempati lokus yang
sama. Alela demikian disebut alela ganda. Jadi, alela
ganda yaitu beberapa alela yang menempati lokus yang
sama dan alela ini yaitu bentuk alternatif faktor keturunan
dalam kromosom yang homolog (sejenis).
Hukum Mendel II yaitu hukum tentang pengelompokan gen secara
bebas atau ”The Law of Independent Assortment of Genes”. Sifat atau protein
terkadang memiliki proses pengaturan yang melibatkan sekelompok gen,
misalnya sifat rambut yang lurus dan pirang diatur oleh kelompok gen AABB
dan rambut keriting hitam diatur oleh aabb maka pada tingkat turunan pertama
dapat terbentuk kelompok gen AaBb.
Konsep genetika lain yang terkait erat dengan psikologi dan perilaku
yaitu pola-pola hereditas yang terkadang menyimpang dari hukum
Mendel. Interaksi beberapa gen yang sumber gennya pada tingkat induk
tidak memunculkan fenotip (sifat fisik hasil ekspresi gen), ternyata dapat
memunculkan sifat baru pada tingkat turunan. Contoh nyata yaitu
percobaan terkenal yang menyilangkan berbagai varietas ayam dengan
jenis jengger berbeda. Ketika ayam berjengger menyerupai bunga mawar
(rose) disilangkan dengan ayam berjengger menyerupai bebijian (pea), yang
didapatkan justru ayam berjengger seperti buah walnut (sejenis kenari).
Secara genotip dapat disimulasikan sebagai berikut. bila jengger mawar
disandi gen CCDD, jengger biji disandi gen ccdd, keturunannya tentu CcDd
yang ternyata berjengger kenari.
Penyimpangan, atau penulis lebih suka memaknainya sebagai bagian dari
keragaman hayati dan mekanisme adaptasi terhadap kebutuhan faktual, yang
juga sangat unik yaitu mekanisme epistasis dan hipostasis. Pada mekanisme
ini ada gen dominan yang mampu menutup atau menghambat fungsi ekspresif
dari gen dominan lainnya. Gen yang mendominasi disebut epistasis dan
yang terdominasi (terjajah) disebut hipostasis. Mekanisme ini menunjukkan
kepada kita bahwa meskipun ada beberapa sifat orang tua yang dominan
secara individual, ternyata bisa dikendalikan oleh gen dominan yang lain
ketika sudah sampai pada tingkat keturunan.
Sifat hereditas lainnya yang sangat menarik yaitu kriptometri. Meka nisme kriptometri yaitu mekanisme pemunculan ”bakat” terpendam,
ekspresi gen dominan yang tidak dapat muncul tanpa hadirnya sebuah
atau sekelompok gen dominan lainnya. Contohnya, perubahan warna pada
bunga Linaria Maroccana yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan gen
yang terkait dengan kondisi lingkungan. Linaria akan berwarna merah bila
terdapat aktivitas ekspresi dari gen antosianin (gen A) dan alelnya dalam
lingkungan basa (akan teraktifkan) gen b. Jadi, genotip AAbb menjadikan
Linaria berwarna merah, sedangkan genotip AABB (B yaitu gen yang aktif
dalam lingkungan asam) akan menghasilkan warna ungu. bila tidak terdapat
gen dominan antosianin, perbedaan lingkungan, baik asam maupun basa tidak
memengaruhi ekspresi warna, dan bunga Linaria akan berwarna putih.
Kondisi yang menyerupai dapat pula dijumpai pada spesies reptil seperti
buaya. Perbedaan suhu (temperatur) pada saat proses pengeraman menjadi
faktor penentu jenis kelamin anak buaya. Demikian pula pada keluarga
cacing bonellia, kondisi lingkungan yang ditempati larva bonellia (jatuh ke
dalam tubuh bonellia dewasa betina atau jatuh dan bersentuhan langsung
dengan dasar lautan) akan menjadi faktor pembeda jenis kelamin. Larva
yang jatuh menimpa tubuh bonellia betina akan menjadi bonellia jantan dan
yang langsung bersentuhan dengan dasar samudera akan menjadi betina.
Demikian pula pada keluarga lebah. Kondisi lingkungan selama proses
tumbuh kembang kelak akan mengaktifkan sekumpulan gen yang kemudian
mendorong terjadinya proses diferensiasi profesi. Ada sekelompok lebah
yang berkembang menjadi kelompok pekerja, ada yang menjadi penjaga dan
pemelihara sarang, serta ada pula yang secara istimewa menjadi pemimpin
(ratu). Pada kasus ikan anemon (lebih dikenal sebagai ikan nemo atau ikan
badut), pengatur gen dalam penentuan jenis kelamin dikendalikan oleh
tingkat kematangan beberapa organ yang terdapat di dalam sistem fisiologi
ikan ini . Ikan baru menetas sampai usia dewasa muda menjadi ikan
jantan, sementara ikan dewasa matang akan berubah menjadi ibu. Kelompok
gen kelamin ikan ini bergeser dan berubah
berdasarkan masukan dari berbagai proses
interaksi yang terjadi antara ikan dengan
lingkungannya.
Demikian pula pada ikan angler atlantik
(angler fish) yang pandai memancing
mangsanya dengan memancarkan cahaya.
Selain mampu menghasilkan cahaya, se bagai bagian dari proses adaptif tinggal
di kedalaman yang gelap dan kebutuhan
mencari makan, ikan angler juga dikenal
sebagai ikan dengan perbedaan struktur
pada jantan dan betinanya. Ikan angler
berhasil mengoptimalkan semua potensi genetikanya. Ia memancarkan cahaya
”umpan” dan ikan jantannya menjadi entitas kecil yang masuk menyelip pada
tubuh ikan betina untuk menjalankan tugas utamanya, yaitu membuahi!
Sangat efisien dan indah.
Keajaiban genom lainnya yaitu kemampuan beberapa spesies untuk
mengembalikan fungsi pluripotensialitas-nya seperti kadal dan cicak
yang dapat menumbuhkan ekornya kembali atau bintang laut yang dapat
menumbuhkan lengannya yang putus. Kuda laut juga memiliki kemampuan
pengekspresian gen yang memungkinkan seekor jantan memproduksi zat
nutrisional yang dibutuhkan oleh anak-anak yang tinggal di kantung bagian
depan perutnya. Demikian pula burung merpati jantan dapat mengekspresikan
gen hormon prolaktin sehingga dapat memberikan nutrisi serupa susu pada
anak-anaknya.
Sifat lainnya yaitu polimeri, satu gen dalam kelompok gen yang
memengaruhi sifat dapat memengaruhi gen lainnya meskipun hadir secara
parsial (sebagian). Fenomena lainnya yang dapat ditemui yaitu terdapatnya
kelompok gen dalam alel yang bertautan sehingga bila diturunkan (melalui
proses meiosis), kelompok gen ini akan selalu bersama. Kondisi ini
menyebabkan keragamannya (variasi genomnya) akan berkurang karena
gametnya terbatas dalam kelompok.
Mutasi
Pada umumnya, gen sebagai satuan kimia yaitu mantap. Akan tetapi, dalam
jangka panjang dapat dipengaruhi pula oleh alam yang memungkinkan satuan
kimia ini berubah. Setiap perubahan satuan kimia ini menyebabkan
perubahan gen itu sehingga berubah pula sifat-sifat individu yang dipengaruhi
dan dikendalikan oleh gen ini . Perubahan demikian disebut mutasi.
Mutasi, sebagai perubahan genom, dapat terjadi pada tingkat kromosomal
maupun pada asam nukleat (DNA). Mutasi pada tingkat kromosom antara
lain ditandai dengan adanya penambahan jumlah kromosom akibat gagalnya
kontrol pada proses meiosis, misalnya sindroma Klinefelter terdapat
penambahan 1 kromosom seks pada karyotipe XX (menjadi XXY). Mutasi pada
tingkat kromosomal yang melibatkan perubahan struktur DNA antara lain: (1)
inversi, tempat kromosom berpilin dan urutan DNA jadi berubah; (2) delesi,
terhapusnya sebagian urutan nukleotida basa dari DNA karena kerusakan
struktur kromosom; (3) duplikasi, penambahan gen karena mengopi dari
kromosom pasangannya; (4) translokasi yang terjadi karena adanya pertukaran
sebagian segmen (bagian lengan kromatin) antar pasangan yang bukan
homolognya; (5) katenasi, yaitu menyatunya ekor kromosom (telomer) di
antara pasangan kromosom yang homolog.
Mutasi dapat terjadi karena adanya interaksi lingkungan dan intervensi
gaya dan materi fisika, seperti radiasi kosmis, radiasi elektromagnetik, sinar
ultraviolet, atau radiasi radioaktif. Secara kimiawi dapat terjadi interferensi
dengan zat-zat kimia yang bersifat destruktif pada struktur asam nukleat.
Secara biologis, mutasi dapat terjadi karena adanya pengaruh virus, bakteri,
jamur, prion, dan yang sangat penting dalam bidang psikologi yaitu interaksi
hormonal dan molekul sinyal (bersifat aerosolik serta beredar di udara dengan
konsentrasi tertentu seperti efek feromonik pada lebah) antara sesama
makhluk hidup (manusia-manusia, manusia-tumbuhan, manusia-hewan, dan
berbagai elemen alam lainnya)
Peran lingkungan dan kemampuan setiap individu untuk mengontrol dan
menempatkan dirinya dalam habitat (ruang dan sistem hidup) dapat dilihat pada
sistem adaptasi mikroba yang dikenal sebagai quorum sensing. Mikroba, dalam
hal ini bakteri, memiliki kemampuan mengoptimalkan keberadaannya dengan
membentuk koloni yang paling efisien. Salah satu mekanisme ”pengukuran”
swalayan terhadap batas-batas optimasi koloni dilakukan dengan saling
bertukar informasi dan data akhir dari teman-teman satu koloninya.
Mekanisme quorum sensing pada bakteri vibrio fisheri, misalnya,
memakai mekanisme ekspresi acyl homoserine lactone (AHL) yang pada
saat mencapai quorum (kuota sedalam koloni atau batas maksimal) akan
menghasilkan efek bioluminensi. Caranya dengan mengaktifkan protein
pengikat yang akan mendorong faktor transkripsi gen-gen pembentuk
cahaya teraktivasi. Salah satu enzim yang terlibat yaitu lusiferase yang akan
mengatalisis substrat aldehida FMNH2
yang teroksidasi menjadi FMN dan asam
lemak. Proses pembentukan asam lemak inilah yang menghasilkan cahaya.
Sementara itu, spesies Erwinia cortovora pada kondisi quorum akan
mengaktifkan gen penghasil protein antibiotika karbapenem yang berfungsi
menghambat tumbuh kembang bakteri kompetitornya. Mekanisme komunikasi
lainnya yang berperan sebagai penghubung antara berbagai spesies diperankan
oleh furanosil borat diester sehingga bila ada interaksi di antara berbagai
koloni bakteri akan tercapai sebuah kesepakatan.
Fakta yang bisa diamati di tingkat organisme sel tunggal seperti pada
keluarga bakteri menunjukkan kepada kita bahwa gen bersifat adaptif dan
sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan. Tentu saja mekanisme
perubahan dan mekanisme transkripsi yang akan menyandikan serta
mengekspresikan protein tertentu haruslah melalui serangkaian prasyarat
yang harus terpenuhi. Secara sederhana, dapat kita simpulkan bahwa ekspresi
gen yang kemudian terkait dengan pembentukan sifat serta perilaku memiliki
faktor pengaruh yang sangat kompleks.
Sebagai contoh, sekumpulan gen pada sebuah sel dapat di ”shutdown”
secara penuh dan tidak diekspresikan lagi karena sel yang ditempatinya telah
terdiferensiasi dan memiliki sifat sel yang khusus. Sifat pluripotensial sel yang
gennya lengkap dan bisa menjadi apa saja, dikendalikan oleh sekumpulan
protein penghambat induksi yang membuatnya tidak dapat mengekspresikan
sifat yang tidak cocok dengan tugas yang diembannya.
Ada pula beberapa gen yang secara umum senantiasa akan diekspresikan
proteinnya meskipun dalam kadar terendah (basal). Kondisi ini dapat kita
simak pada beberapa enzim regulator mekanisme transduksi di dalam sebuah
sel. Faktor-faktor transduksi yang kemudian mengawali proses transkripsi,
translasi, dan terlibat dalam pembentukan molekul reseptor hampir selalu
diekspresikan oleh hampir semua sel.
Perbedaan ekspresi gen pada setiap jaringan yang dicirikan dengan
produksi protein dalam kapasitas yang berbeda, didasari oleh aktivitas dan
mekanisme represi serta aktivasi yang diperankan oleh aksi sekelompok
protein yang berikatan di daerah regulator (pengaturan) gen yang ber sangkutan.
Gen, Pikiran, dan Pendidikan
Dalam sebuah film drama musikal yang mengisahkan perjuangan seorang
anak untuk menemukan kembali kedua orang tuanya, terungkap bahwa
bakat musik seolah diturunkan, bahkan menjadikan anak ini seorang
jenius musik walaupun tanpa pendidikan formal. Pada sisi lain, dari kisah film
ini , terkuak pula bahwa ”getaran musik” dapat membimbing tiga orang
sekeluarga yang selama ini berpisah bisa berkumpul kembali. Apakah pengaruh
gen sekuat dan seindah itu?
Kita pun dapat melihat fenomena lain, misalnya Sumanto (si pemakan
mayat), Very Idham Heryansyah (alias Ryan, pembunuh berdarah dingin asal
Jombang yang memiliki penyimpangan seksual), Hanibal Lector (si kanibal
berskala global), Jack The Ripper (sang pembunuh sadis asal Inggris), Ariel
Sharon (Mantan Perdana Menteri Israel pembantai warga Palestina), George
W. Bush (Presiden Amerika Serikat ke-43 yang hobi perang), David Koresh
(pemimpin sekte sesat yang bunuh diri dan memerintahkan ratusan pengikutnya
untuk bunuh diri juga), AQS (istri seorang aktivis di Bandung yang membunuh
tiga orang anaknya), Rio Bullo ”Martil” (psikopat yang menggodam kepala
korban-korbannya), ataupun para koruptor legendaris asal Indonesia yang
lari ke luar negeri, apakah mereka memiliki gen yang menjadikannya manusia
”superkeji”? Apakah mereka berbeda dengan kita?
Sebaliknya, kita pun dapat mencermati Roger Federer, Ana Ivanovic,
Christiano Ronaldo, Leonel Messi, Kaka, Luis Hamilton, Ian Thorpe, Valentino
Rossi, Chris John, Taufik Hidayat, ataupun Tiger Woods yang sangat berprestasi
dalam bidang olahraga, apakah mereka juga memiliki gen super? Demikian pula,
apakah Whitney Houston, Bono U2, atau Rhoma Irama, seperti juga Beethoven
dan Mozart dianggap memiliki karunia berupa gen jenis musik?
Stephan Hawking yang sangat brilian dalam kajian fisika teoretis justru
nyata-nyata mengalami kelumpuhan total akibat multiple schlerosis (MS).
Jika dikatakan gennya sempurna, asumsi kita jelas keliru karena ada sebagian
gen Hawking yang seharusnya mengatur (meregulasi) kinerja fisiknya agar
sempurna, pada nyatanya gagal berfungsi.
Saat ini, ada beberapa buku atau literatur yang mengacu pada fungsi DNA
dan menjadikannya acuan dalam proses perubahan. Untuk literatur lokal, Dr.
Rhenald Kasali dari Universitas Indonesia telah mengangkat konsep DNA
ini dalam konteks perubahan dan restrukturisasi motivasi. Dari sisi spiritual
pun konsep DNA ini banyak diacu. Akan tetapi, di antara beberapa literatur
ini , buku karya Dr. Kazuo Murakami, seorang ahli biokimia dari Jepang
yang paling akurat dan dapat memberikan gambaran tentang DNA yang
sebenarnya.
Dalam bukunya, Dr. Kazuo Murakami menerangkan dengan sangat lugas
bahwa ekspresi DNA dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling terkait, baik
yang berasal dari dalam tubuh maupun dari lingkungan. Kekuatan pikiran dan
niat yang membaja, misalnya, ternyata dapat memengaruhi ekspresi DNA. Di
sini timbul pertanyaan, melalui mekanisme apa?
Setiap manusia sejatinya memiliki potensi dasar yang melekat pada dirinya
sehingga ia mampu mengembangkan mekanisme interaksi, mampu mem bangun mekanisme defensif, dan mampu mengaktualisasikan nilai-nilai yang
diyakininya dan dianggap mulia.
Perilaku manusia, sebagaimana digambarkan Millon, senantiasa mengejar
kesenangan dan menghindari kesakitan, lalu secara aktif memodifikasi
lingkungan, bahkan terkadang pasif dan akomodatif. Semua itu didasari oleh
orientasi pada diri sendiri atau lingkungan terdekat. Nah, saat ini tingkat kendali
kehidupan yang dianggap paling mendasar yaitu gen (genom). Bahkan, belum
lama berselang, Human Genom Project mengklaim telah berhasil menyusun
basis data genom manusia.
Oleh karena itu, kita dapat mencermati proses pembentukan pola-pola
mental yang secara neurobiologis terbentuk melalui serangkaian proses
pembangunan sirkuit otak. Proses belajar, pembiasaan, pelatihan, dan
mekanisme adaptasi sebagai bagian dari proses interaksi dengan lingkungan,
akan membentuk jalur-jalur atau sirkuit fungsional yang disebut sirkuit
neuronal.
Secara anatomis, ada beberapa sirkuit yang membentuk lempeng,
misalnya Weber Loop yang menghubungkan antara jalur transmisi data optikus
dari talamus ke pusat penglihatan dan melingkar ke pusat pendengaran. Akan
tetapi, secara fisiologis, sirkuit fungsional yang lebih rumit dan kompleks dapat
terbentuk secara temporer (sementara) berdasarkan kondisi yang tengah
dihadapi. Sirkuit sementara ini akan menjadi semipermanen, bahkan permanen
bila rangsangan yang diterima dan pola pengambilan keputusan kita bersifat
persisten (dikondisikan menetap).
Sifat malas, contohnya. Tidak ada gen untuk sifat malas. Namun, ada
sekumpulan gen yang mampu menghasilkan protein-protein yang ”menunjang”
munculnya sifat malas. bila sifat ini dikondisikan atau bahkan dipertahankan,
akan terbentuk ”sirkuit virtual” kemalasan. Akan terjadi hiperekspresi dari
gen-gen penunjang kemalasan, meskipun seharusnya mereka hanya akan
diekspresikan pada saat diperlukan. Dengan kata lain, potensi sifat malas ada
dan melekat dengan diri kita. Namun, kapan akan diimplementasikan dan
dipraktikkan, itu sepenuhnya bergantung kepada individu masing-masing
selaku pengendali tubuh dan pikirannya.
Kasus yang tidak kalah menariknya yaitu ”bakat”. Sebagian ahli
berpendapat bahwa bakat yaitu sesuatu yang secara genetika sulit untuk
dimanipulasi (diubah). Akan tetapi, konsep biologi molekuler justru menunjuk kan hal sebaliknya. Orang menjadi bodoh dan kalah berprestasi dalam
suatu bidang dapat dianalogikan dengan adanya ”tingkat kesulitan” dalam
mengekspresikan sekelompok gen tertentu. Ingat, tidak ada orang normal, baik
fenotip maupun genotip yang kehilangan gen kecuali terjadi proses tertentu
yang berakibat pada kecacatan permanen.
bila seorang manusia dilahirkan dengan genotip dalam batas normal,
semua gen potensi ada dan lengkap, siap untuk digunakan. bila ada gen
terhapus atau diturunkan kurang lengkap, fenotip sudah jelas akan jauh sekali
berbeda, mengingat perbedaan genotip kita dengan simpanse saja hanya
berkisar 0,6 persen. Demikian pula dengan keluarga mencit (mus musculus sp)
yang acapkali dijadikan hewan percobaan dan alat uji obat karena kemiripan
genetiknya dengan manusia. Dengan demikian, dapat disimpulkan secara
sederhana bahwa setiap orang memiliki potensi dasar yang nyaris serupa.
Perubahan yang terjadi karena proses mutasi ataupun cacat genetika lainnya
merupakan bagian dari keberagaman dan gejala patologi molekuler.
Pada sel, jaringan, organ, dan sistem faali manusia kemudian dikembangkan
sistem kendali operasi dan sistem organisasi yang efektif dan mampu menjawab
kebutuhan secara tepat. Pola-pola komunikasi intrasel (transduksi, transkripsi,
translasi), antarsel (sitokin dan faktor pertumbuhan), antarjaringan dan organ
(hormon, neurotransmitter, atau neuropeptida), dan antarsistem tubuh (saraf dan
endokrin), terbangun secara sistematis dan seimbang. Berbagai pertimbangan
dalam proses pengambilan keputusan biologis yang melibatkan aspek biokimiawi,
ditentukan dan ditetapkan secara otonom dengan mempertimbangkan unsur unsur pengaruh yang datang dari mana saja. Semuanya menunjukkan kehebatan
sebuah program yang bersifat antisipatif dan adaptif.
Penelitian pada monyet (spesies Resus Makakus) menunjukkan, anak-anak
monyet yang dipisahkan dari induknya atau ditinggal mati induknya pada
usia dini mengalami perubahan perilaku sosial dan meningkatkan mekanisme
menyamankan diri sendiri (self comforting), seperti mengisap ibu jari (regresi).
Hal ini terjadi pada bayi monyet yang dipisahkan dari induknya pada usia satu
minggu. Kelompok lain yang dipisahkan dari induknya ketika berusia satu
bulan, menunjukkan bahwa mereka kelak ketika dewasa senantiasa mencari
kenyamanan sosial (social comfort).
Gen yang diduga bertanggung jawab terhadap pembentukan perilaku
kenyamanan sosial yaitu gen Guanilat Siklase 1 Alfa 3 (GUSI 1A3). Gen ini secara
statistik memiliki korelasi yang kuat dengan proses pembentukan perilaku
kenyamanan sosial akut dan jangka panjang.
Pada monyet yang dibesarkan dalam lingkungan sosial normal, gen ini
ditemukan terekspresikan dengan baik. Ekspresi gen yang ditandai dengan
terdeteksinya kadar mRNA GUSI 1A3 lebih dominan di daerah amigdala
dibandingkan dengan area otak lain yang juga diuji. Kuat dugaan bahwa
gen GUSI 1A3 merupakan salah satu gen yang berperan dalam mekanisme
pembentukan perilaku sosial (Sabatini MJ, 2007).
Gen yang Terkait Adiksi dan Penyimpangan Perilaku
Gen penyandi Dopamin D2 Reseptor sebagai salah satu penyandi reseptor
dopamin juga telah diteliti hubungannya dengan kebiasaan merokok dan adiksi
(kecanduan) nikotin (School of Medicine University of Pennsylvania). Gen lain
yang juga memengaruhi kecanduan merokok yaitu gen Gamma Amino Butiric
Acid-B Reseptor subunit 2 (GABA B2) pada kromosom 9 dan GABA-A-Reseptor
Associated Protein (GABA RAP) pada kromosom 17 (Ming Li, Ph.D, Virginia
University).
Sementara variansi (polimorfisme) gen DRD4 yang diteliti pada 148
mahasiswa dan mahasiswi Universitas Hebrew dan Universitas Ben Gurion
di Nejev, Israel, menunjukkan bahwa 30 persen penyimpangan gen DRD4
berkorelasi dengan tingginya dorongan seksual dan variansi lainnya terkait
dengan penurunan gairah seksual. Penelitian lain menunjukkan, gen DRD4 juga
berhubungan dengan kebisaan berjudi (Dr. Richard Ebstein).
Penyimpangan seksual juga dapat terjadi akibat adanya perubahan atau
variansi pada kromosom X lengan p lokus 22.3. Kelainan yang sudah diteliti
cukup mendalam yaitu sindroma Kallman yang terjadi karena adanya mutasi
pada gen yang seharusnya memproduksi protein permukaan membran sel
yang berperan sebagai pemandu proses migrasi sel-sel gonadotropin releasing
hormone (GnRH) dari area otak dekat bulbus olfaktorius (pusat penghiduan)
ke kelenjar hipofise. Akibatnya, fungsi hipofise yang seharusnya merangsang
pembentukan hormon testosteron pada kelenjar testis terganggu (Donald W.
Pfaff, Hormone, Genes, and Behavior).
Gen MAOA
Penelitian aktivitas enzim MAOA pada 500 pria pada tahun 2002 menunjukkan
rendahnya kadar enzim MAOA akan memicu seseorang menjadi pribadi anti sosial (antisocial disorder) bila orang ini mengalami perlakuan yang
buruk pada masa kecil. Sebaliknya, pada orang-orang dengan kadar MAOA
tinggi (atau gennya berpotensi mengekspresikan enzim MAOA) diketahui
meskipun mendapat perawatan dan perlakuan buruk (maltreated), tidak
menjadikannya pribadi antisosial. Kelompok yang memiliki potensi berkadar
enzim rendah, tetapi tidak mendapatkan perlakuan buruk pada masa kecil,
ternyata tidak menjadi pribadi antisosial.
pembentukan perilaku sosial (Sabatini MJ, 2007).
Gen yang Terkait Adiksi dan Penyimpangan Perilaku
Gen penyandi Dopamin D2 Reseptor sebagai salah satu penyandi reseptor
dopamin juga telah diteliti hubungannya dengan kebiasaan merokok dan adiksi
(kecanduan) nikotin (School of Medicine University of Pennsylvania). Gen lain
yang juga memengaruhi kecanduan merokok yaitu gen Gamma Amino Butiric
Acid-B Reseptor subunit 2 (GABA B2) pada kromosom 9 dan GABA-A-Reseptor
Associated Protein (GABA RAP) pada kromosom 17 (Ming Li, Ph.D, Virginia
University).
Sementara variansi (polimorfisme) gen DRD4 yang diteliti pada 148
mahasiswa dan mahasiswi Universitas Hebrew dan Universitas Ben Gurion
di Nejev, Israel, menunjukkan bahwa 30 persen penyimpangan gen DRD4
berkorelasi dengan tingginya dorongan seksual dan variansi lainnya terkait
dengan penurunan gairah seksual. Penelitian lain menunjukkan, gen DRD4 juga
berhubungan dengan kebisaan berjudi (Dr. Richard Ebstein).
Penyimpangan seksual juga dapat terjadi akibat adanya perubahan atau
variansi pada kromosom X lengan p lokus 22.3. Kelainan yang sudah diteliti
cukup mendalam yaitu sindroma Kallman yang terjadi karena adanya mutasi
pada gen yang seharusnya memproduksi protein permukaan membran sel
yang berperan sebagai pemandu proses migrasi sel-sel gonadotropin releasing
hormone (GnRH) dari area otak dekat bulbus olfaktorius (pusat penghiduan)
ke kelenjar hipofise. Akibatnya, fungsi hipofise yang seharusnya merangsang
pembentukan hormon testosteron pada kelenjar testis terganggu (Donald W.
Pfaff, Hormone, Genes, and Behavior).
Gen MAOA
Penelitian aktivitas enzim MAOA pada 500 pria pada tahun 2002 menunjukkan
rendahnya kadar enzim MAOA akan memicu seseorang menjadi pribadi anti sosial (antisocial disorder) bila orang ini mengalami perlakuan yang
buruk pada masa kecil. Sebaliknya, pada orang-orang dengan kadar MAOA
tinggi (atau gennya berpotensi mengekspresikan enzim MAOA) diketahui
meskipun mendapat perawatan dan perlakuan buruk (maltreated), tidak
menjadikannya pribadi antisosial. Kelompok yang memiliki potensi berkadar
enzim rendah, tetapi tidak mendapatkan perlakuan buruk pada masa kecil,
ternyata tidak menjadi pribadi antisosial.
Mengenal Dopamin dan Gennya
Dopamin yaitu hadiah alami (natural reward) yang akan muncul pada
saat seseorang akan dan sedang melakukan suatu aktivitas mental yang
menyenangkan. Dalam konsep adiksi, stimulasi peningkatan dopamin
dihasilkan dari manipulasi obat. bila sirkuit untuk mempertahankan sensasi
aktivitas yang menyenangkan ini terus diulang, ambang batas rangsangannya
akan terus meningkat. Inilah yang kemudian mendorong terjadinya fenomena
peningkatan dosis pada penggunaan obat terlarang.
Peningkatan kadar dopamin semu ini diinternalisasi dan menjadi pola
baku produksi dan distribusi (transportasi dopamin). Dengan demikian,
terjadi perubahan profil gen (terutama dalam hal ekspresinya) seiring dengan
kebiasaan yang dilakukan seorang manusia. Ilustrasi ini menggambarkan
bahwa transportasi dopamin akan kembali pulih setelah jangka waktu tertentu.
Dengan demikian, meskipun rumus nukleotida setiap gen tetap sama, tetapi
dapat diekspresikan dengan kadar dan kualitas yang berbeda-beda. Law of
Effect-nya Thorndike, sebuah pengalaman yang mendatangkan kesenangan
akan meningkatkan dan menjadi motivasi yang luar biasa kuatnya untuk
mengulangi perbuatan ini .
1. Aktivitas transporter dopamin pada otak orang normal; 2. Pecandu obat yang sudah berhenti satu bulan;
dan 3. Yang sudah berhenti empatbelas bulan
Gen dopamin, gen reseptor dopamin, dan gen protein transporter dopamin
akan teregulasi dan terekspresikan secara baik dengan umpan atau hadiah
alamiah yang positif, misalnya dengan mekanisme ibadah, olahraga, kegiatan
sosial, juga proses berkomunikasi di dalam keluarga. Jika kita perhatikan fakta
ini , dopamin dapat juga digolongkan sebagai protein ”achievement”.
Capaian prestastif tentu merupakan ”reward” yang sangat relevan dengan
ekspresi keluarga dopamin.
Pembentukan Budaya Pikiran
Secara umum, seorang manusia akan mengembangkan pola-pola mental
berbasis kenyamanan dan ketidaknyamanan yang akan didapat dari suatu
proses yang tengah dilakukan. Jika ada kesenangan atau kenyamanan yang
dapat dicapai secara instan dan tidak memerlukan proses yang menyulitkan
dan menguras tenaga atau pikiran, manusia akan cenderung mereplikasi
pola-polanya dengan jalan membangun sirkuit keputusan. Sirkuit keputusan
ini dibangun dengan memanfaatkan ekspresi neuropeptida, neurotransmitter,
dan sekumpulan sel saraf. Sebagai contoh, fluktuasi hormon otak tertentu
dengan proporsi tertentu secara berulang akan direspons oleh sebagian
jaringan otak sebagai jalur prioritas yang harus didahulukan, bahkan
dipertahankan.
Gray mengelompokkan berbagai kesenangan tanpa proses ini sebagai
sistem penggerak perilaku atau ”behaviour activation system”. Sebaliknya,
proses berliku dan berbagai ketidaknyamanan yang menyertainya akan
menjadi bagian utama dari ”behaviour inhibition system”. Semuanya akan
terekam di dalam sistem limbik dan pusat produksi hormon otak. Akibatnya,
sebelum proses dimulai, hormon-hormon ”penolakan” telah terlebih dahulu
diproduksi!
Perbedaan Bagian dari Fitrah
Perbedaan-perbedaan awal karena pola hereditas yang memungkinkan
terjadinya kompromi pada tingkat genom, sesungguhnya dapat ditafsirkan
sebagai mekanisme untuk mengembangkan karakter yang istimewa dari setiap
individu. Contoh nyata dapat dilihat dari perbedaan genetika antara pria dan
wanita. Perbedaan pada tingkat kromosomal hanya terjadi pada kromosom
kelamin, yaitu X dan Y. Secara genom, saat ini terdeteksi sembilan untai gen
yang berbeda di antara kromosom X dan Y. Gen-gen itu terdeteksi antara lain
melalui ekspresi protein-protein di jaringan otak. Penelitian mendetail dengan
memakai teknik yang disebut RT-PCR (reverse transcriptase-polymerase
chain reaction) atau teknik penggandaan gen dan melihat asal usul protein
melalui pemanfaatan enzim transkriptasi terbalik, menunjukkan bahwa
beberapa jenis protein otak pria dan wanita memang berbeda.
bila kita asumsikan bahwa perbedaan ini kemudian akan memandu
pembentukan jalur-jalur sirkuit yang berbeda pula, kita akan mendapati
perbedaan-perbedaan karakter fungsi luhur dan sikap mental pada pria
dan wanita. Gen yang diamati yaitu Usp9y, Ube1y, Smcy, Eif2s3y, Uty, dan
Dby. Sementara pada kromosom X terdapat 6 gen amatan yang terdiri atas
Usp9x, Ube1x, Smcx, Eif2s3x, Utx, dan Dbx. Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa tiga pasangan gen (alela) yang terdapat pada pria (kromosom XY),
yaitu Usp9x/y, Ube1x/y, dan Eif2s3x/y belum dapat mengompensasi bias yang
muncul karena ketiadaan kromosom X. Secara keseluruhan kromosom X hanya
memiliki sekitar 231 gen.
Dapat disimpulkan secara genetika, bahwa pria bersifat asimetrik dan
bergantung pada pola dominansi dalam satu alela. Sementara itu, seorang
wanita akan memiliki peluang untuk mengekspresikan gen-gen pada kromosom
kelaminnya dengan lebih stabil sehingga secara aplikatif, baik pria maupun
wanita—bila dapat mengembangkan potensi genetiknya sesuai dengan
arah yang telah digariskan dalam struktur genomik yang dimilikinya—akan
mampu mencapai kesuksesan paripurna (hayati, psikologi, dan sosial).
Berdasarkan uraian ini, pendidikan anak berbasis DNA haruslah memper hatikan perbedaan berdasarkan gender (anak perempuan memiliki ke istimewaan tersendiri, demikian pula anak lelaki). Perlu diperhatikan dengan
cermat pula bahwa sesungguhnya instrumen pendidikan memiliki efek
pengubah gen atau DNA yang sangat dahsyat4
. Pendidikan yang baik dan
tepat pada seorang anak, termasuk di dalamnya pola asuh dan pengondisian
lingkungan keluarga, rumah, dan ruang sosial yang kondusif akan mendorong
gen-gen terbaik untuk diekspresikan dan menjadi pola dasar dalam proses
tumbuh kembang.
4 bila kita melihat kemampuan bakteri E. Colli yang strukturnya jelas jauh lebih sederhana
dari manusia dan ternyata dapat mengubah fungsi gennya sesuai dengan kebutuhan dan
proses mengadaptasi kondisi lingkungannya, tentu manusia memiliki kemampuan jauh lebih
tinggi daripada itu. Jacob dan Monod dari Pasteur Institute membuktikan bahwa E. Colli
dapat mengaktifkan gen pengolah laktosa ketika di lingkungannya tidak terdapat glukosa.
Untuk lebih mengetahui kiat-kiat yang tepat dalam mendidik dan mem besarkan anak yang cerdas, saleh dan salehah, bertakwa, berbakti kepada
orang tua, serta bermanfaat bagi umat, ada baiknya jika kita memetakan faktor faktor yang memengaruhi ekspresi DNA. Faktor-faktor ini antara lain gizi,
perlakuan, dan pendidikan yang bersahabat dengan OTAK.
Fase-fase ini mengacu pada tahap-tahap yang berbeda dari perkembangan
seorang bayi. Ringkasnya, ciri-ciri tahap perkembangan bayi dalam rahim yaitu
sebagai berikut.
Pertama, tahap pre-embrionik. Tahap pre-embrionik, sering juga disebut
tahap germinal, tahap zigot, ovum, atau nuthfah yang merupakan periode awal
kejadian manusia. Pada tahap ini, zigot membelah secara mitosis menjadi 2, 4, 8,
dan seterusnya sehingga bagian dalam membentuk ruangan yang mengandung
cairan yang disebut blastokis. Cairan ini kelak akan berkembang menjadi air
ketuban yang berfungsi sebagai ruang gerak janin dalam rahim. Pada tingkat
blastokista, kumpulan sel yang terus membelah diri ini akan bergerak melalui
saluran fallopi menuju rahim. Mereka akan membenamkan diri pada dinding
rahim atau endometrium sekitar 6-7 hari setelah proses pembuahan. Peristiwa
ini disebut nidasi atau implantasi.
Seiring pertumbuhan zigot yang semakin membesar, sel-sel penyusunnya
mengatur diri membentuk tiga lapisan. Ada tiga bagian atau lapisan utama
dalam proses perkembangan janin. Pertama disebut endodermal; kedua
disebut mesodermal; ketiga disebut ektodermal. Kelak, dari ketiga lapisan itulah
akan terbentuk jaringan-jaringan tubuh yang sangat lengkap dan sempurna.
Lapisan endodermal atau lapisan bawah menjadi sistem pencernaan, hati,
pankreas, kelenjar ludah, dan sistem pernapasan. Lapisan mesodermal
atau lapisan tengah berkembang menjadi otot, tulang atau rangka, sistem
peredaran darah dan kulit lapisan dalam, serta sistem pembuangan akhir.
Lapisan ektodermal berkembang menjadi rambut, gigi dan kuku, kulit lapisan
luar beserta kelenjar kulit, pancaindra, dan sistem saraf.
Kedua, tahap embrionik. Tahap yang juga disebut ‘alaqah (gumpalan darah
yang semakin membeku) ini, berlangsung selama lima setengah minggu (dari
dua minggu sampai delapan minggu setelah pembuahan), dan ditandai dengan
terjadinya berbagai perubahan pada semua organ utama dan sistem-sistem
fisiologis. Oleh karena itu, pada tahap ini bayi sudah dapat disebut sebagai
embrio karena organ dan sistem tubuhnya mulai terbentuk dari tiga lapisan
ini . Pada minggu ke-5, misalnya, embrio telah berukuran 8 mm. Pada
saat itu, otak berkembang cepat sehingga kepala terlihat sangat besar. Pada
minggu ke-6, embrio berukuran 13 mm. Kepala masih lebih besar daripada
badan yang sudah mulai lurus, jari-jari mulai dibentuk. Pada minggu ke-7,
embrio berukuran 18 mm, jari tangan dan kaki mulai dibentuk, badan mulai
memanjang dan lurus, genetalia eksterna belum dapat dibedakan. Setelah
tahap organogenesis selesai, yaitu pada akhir minggu ke-8, embrio akan
disebut janin atau fetus dengan ukuran 30 mm.
Ketiga, tahap fetus. Dimulai dari tahap ini dan seterusnya, bayi disebut
sebagai ”fetus” atau ”janin”. Tahap ini dimulai sejak kehamilan minggu ke-8
dan berakhir hingga masa kelahiran. Pada tahap ini, perkembangan manusia
digunakan untuk meningkatkan ukuran dan mematangkan organ-organ yang
dibentuk pada tiga bulan pertama. Ciri khusus tahapan ini yaitu terlihatnya
fetus menyerupai manusia pada wajah, kedua tangan, dan kakinya. Meskipun
pada awalnya memiliki panjang 3 cm dan beratnya sekitar ¾ ons, semua
organnya sudah terlihat lebih jelas. Tahap ini berlangsung selama kurang
lebih 30 minggu dan perkembangan berlanjut hingga kelahiran.
Dalam pandangan Islam, setelah janin berusia empat bulan, yaitu ketika
calon bayi sudah berbentuk manusia, Allah SWT meniupkan ruh. Dalam Al Qur’an disebutkan, ”(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat,
‘Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah’. bila telah
Kusempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan kepadanya ruh (ciptaan)-Ku;
hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.” (QS Shâd [38]: 72)
Bersamaan dengan peristiwa mahapenting itu, ditentukan pula
hukum-hukum perkembangan atas dirinya, seperti masalah-masalah yang
berhubungan dengan sifat, karakter, bakat, rezeki, kematian, dan aneka
macam peruntungannya. Pada bulan keempat itu pula, calon bayi sudah
mampu bergerak sehingga ibu dapat merasakan aneka macam gerakannya.
Secara umum, proses kehamilan yang dialami kaum wanita tidak
lebih dari 40 minggu. Para ahli biasanya membagi tahapan usia kehamilan
menjadi trimester. Hal ini bertujuan membantu mengelompokkan waktu
perkembangan sehingga mudah untuk mempelajari proses fisiologis
pembentukan janin. Berikut ringkasan dari tahap-tahap dalam perkembangan
prenatal.
Minggu ke-1
Minggu pertama merupakan perkembangan awal sejak ovulasi sampai
implantasi (proses penanaman sel telur yang telah dibuahi ke dalam selaput
lendir rahim yang telah dipersiapkan secara khusus). Dari sekitar 200-300 juta
spermatozoa yang dipancarkan ke dalam saluran kelamin wanita, hanya satu
yang lolos untuk melakukan proses pembuahan.
Minggu ke-2
Sel telur yang telah dibuahi membelah dua selama 30 jam setelah dibuahi.
Sambil terus membelah, sel telur bergerak dalam lubang falopi menuju rahim.
Setelah membelah menjadi 32, sel telur disebut morula. Pada minggu kedua ini,
diperkirakan embrio berukuran 0,1-0,2 mm.
Minggu ke-3
Pada hari ke-15 sampai ke-17, embrio diperkirakan berukuran 0,4 mm. Hanya
dalam hitungan hari, yaitu pada hari ke-17 sampai ke-19, ukurannya meningkat
menjadi sekitar 1,0-1,5 mm. Pada minggu ini, cikal-bakal sistem pembuluh darah
dan sistem saraf mulai terbentuk. Bahkan, pada hari-hari terakhir saat cikal
bakal jantung janin mulai terbentuk, ukuran embrio sudah mencapai 1,5-2,5
mm. Pembentukan mata pun mulai terjadi, meskipun rongga mata baru akan
tampak jelas pada minggu ke-6. Secara keseluruhan, pada minggu ini sudah
terdapat materi genetik, termasuk warna rambut, bentuk mata, dan intelegensi
calon bayi. Pada kedua sisi tubuh embrio tumbuh suatu tonjolan kecil berupa
sekelompok sel yang merupakan cikal bakal tangan. Selang beberapa hari
kemudian, saat tunas tangan memipih, pada kedua sisi tubuh sebelah bawah
muncul tonjolan serupa yang merupakan cikal-bakal kaki.
Minggu ke-4
Dengan ukuran sekitar 2 hingga 3,5 mm, jantung mulai berdenyut dan sistem
peredaran darah sudah melaksanakan fungsinya meskipun masih dalam taraf
yang sangat sederhana. Cikal bakal otak beserta bagiannya sudah bisa dibedakan
yang kelak akan menjalankan fungsi masing-masing. Pada minggu ini pula, saraf saraf spinal yang kelak menjadi cikal-bakal tulang belakang sudah mengalami
penebalan. Sementara itu, cikal bakal telinga sudah terlihat meskipun masih
berupa gelembung. Plasenta atau ari-ari juga terbentuk pada minggu ini.
Minggu ke-5
Pada minggu ini, embrio diperkirakan berukuran antara 5-7 mm. Sistem saraf
pusat, otot, dan tulang mulai dibentuk. Begitu pula dengan kerangka.
Minggu ke-6
Saat ini, embrio diperkirakan berukuran sekitar 7-9 mm yang diukur dari puncak
kepala hingga bokong. Tuba saraf sepanjang punggung bayi telah menutup.
Meskipun Anda belum bisa mendengar, jantung bayi mulai berdetak pada
minggu ini. Sistem pencernaan dan pernapasan mulai dibentuk, pucuk-pucuk
kecil yang akan berkembang menjadi lengan kaki pun mulai tampak.
Minggu ke-7
Akhir minggu ketujuh, panjangnya sekitar 5-13 mm dan beratnya 0,8 gram, kira kira sebesar biji kacang hijau. Pucuk lengan mulai membelah menjadi bagian
bahu dan tangan yang mungil. Jantung telah dibagi menjadi bilik kanan dan
bilik kiri, begitu pula dengan saluran udara yang terdapat di dalam paru-paru.
Minggu ke-8
Panjang kira-kira 14-20 mm. Banyak perubahan yang terjadi pada bayi. Jika kita
bisa melihat, ujung hidung dan kelopak mata mulai berkembang, begitu pula
telinga. Brochi, saluran yang menghubungkan paru-paru dengan tenggorokan,
mulai bercabang. Lengan semakin membesar dan memiliki siku. Semua ini
terjadi hanya dalam 6 minggu setelah pembuahan.
Minggu ke-9
Telinga bagian luar mulai terbentuk, kaki dan tangan terus berkembang berikut
jari kaki dan tangan mulai tampak. Ia mulai bergerak walaupun ibu hamil tak
merasakannya. Dengan Doppler, kita bisa mendengar detak jantungnya.
Minggu ini, panjangnya sekitar 22-30 mm dan beratnya sekitar 4 gram.
Minggu ke-10
Semua organ penting yang telah terbentuk mulai bekerja sama. Pertumbuhan
otak meningkat dengan cepat, hampir 250.000 sel saraf baru diproduksi setiap
menit. Ia mulai tampak seperti manusia kecil dengan panjang 32-43 mm dan
berat 7 gram.
Minggu ke-11
Panjang tubuhnya sudah mencapai sekitar 6,5 cm. Janin sudah mampu
melakukan gerakan demi gerakan dari tangan dan kakinya, termasuk gerakan
menggeliat. Gerakan-gerakan ini baru dapat dirasakan ibu sekitar kehamilan
18 minggu. Janin pun sudah bisa mengubah posisinya dengan berputar,
memanjang, bergelung, atau malah jumpalitan.
Minggu ke-12
Panjang janin sekarang sekitar 6,5-8 cm dan bobotnya sekitar 18 gram. Kepala
bayi menjadi lebih bulat dan wajah telah terbentuk sepenuhnya. Semua organ
vital telah terbentuk. Bayi mulai menggerak-gerakkan tungkai dan lengannya.
Bayi juga dapat mengisap lengannya, tetapi ibu belum dapat merasakan
gerakan-gerakan ini.
Minggu ke-13
Panjang janin dari puncak kepala sampai bokong sekitar 65-78 mm dengan
berat kira-kira 20 gram. Rahim dapat teraba kira-kira 10 cm di bawah
pusar. Pertumbuhan kepala bayi yang saat ini kira-kira separuh panjang
janin mengalami perlambatan dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya.
Perlambatan ini berlangsung terus, hingga pada akhir kehamilan akan tampak
proporsional, yaitu kira-kira tinggal sepertiga panjang tubuhnya. Kedua cikal
bakal matanya makin hari kian bergeser ke bagian depan wajah meskipun
masih terpisah jauh satu sama lain. Sementara itu, telinga bagian luar terus
berkembang dan menyerupai telinga normal. Kulit janin yang masih sangat
tipis membuat pembuluh darah terlihat jelas di bawah kulitnya. Seluruh tubuh
janin ditutupi rambut-rambut halus yang disebut lanugo. Tulang belulangnya
sudah terbentuk pada minggu-minggu sebelumnya dan pada minggu-minggu
selanjutnya akan menahan kalsium dengan sangat cepat, hingga tulangnya
jadi lebih keras.
Minggu ke-14
Panjangnya mencapai kisaran 80 mm atau 8 cm dengan berat sekitar 25 gram.
Telinga janin menempati posisi normal di sisi kiri dan kanan kepala. Mata pun
telah mengarah ke posisi sebenarnya. Leher berkembang lebih nyata, hingga
lebih mudah membedakan jenis kelaminnya.
Minggu 15
Panjang janin sekitar 10-11 cm dengan berat kira-kira 80 gram. Kehamilan
semakin terlihat. Kulit dan otot-otot, terutama di sekitar perut, akan melar
karena mengalami peregangan luar biasa guna mengakomodasi pembesaran
rahim. Garis-garis regangan yang disebut striae umumnya muncul di daerah
perut, payudara, bokong, dan panggul. Pada masa ini, indra pengecap sudah
mulai dapat merasa.
Minggu ke-16
Panjang janin sekarang sekitar 16 cm dan bobotnya sekitar 35 gram. Ia
menggerak-gerakkan seluruh tungkai serta lengannya dan menendang.
Inilah tahap paling awal seorang ibu dapat merasakan gerakan bayi. Rasanya
seperti ada seekor kupu-kupu dalam perut. Sistem pencernaan janin pun mulai
menjalankan fungsinya. Dalam waktu 24 jam, janin menelan air ketuban sekitar
450-500 ml. Pada usia ini, janin juga mulai mampu mengenali dan mendengar
suara-suara dari luar kantong ketuban. Termasuk detak jantung ibu, bahkan
suara-suara di luar diri si ibu, seperti suara gaduh atau teriakan maupun sapaan
lembut.
Minggu ke-17
Panjang tubuh janin meningkat lebih pesat daripada lebarnya, menjadi 13 cm
dengan berat sekitar 120 gram, hingga bentuk rahim terlihat oval dan bukan
membulat. Akibatnya, rahim terdorong dari rongga panggul mengarah ke
rongga perut. Pada masa ini, bayi sudah dapat bermimpi saat ia tidur. Lemak
yang juga sering disebut jaringan adiposa mulai terbentuk di bawah kulit
bayi yang semula sedemikian tipis pada minggu ini dan minggu-minggu
berikutnya.
Minggu ke-18
Taksiran panjang janin sekitar 14 cm dengan berat + 150 gram. Rahim dapat
diraba tepat di bawah pusar, ukurannya kira-kira sebesar buah semangka.
Pertumbuhan rahim ke depan akan mengubah keseimbangan tubuh ibu. Mulai
usia ini, hubungan interaktif antara ibu dan janinnya kian terjalin erat. Tak
mengherankan setiap kali si ibu gembira, sedih, lapar, atau merasakan hal lain,
janin pun merasakan hal sama.
Minggu ke-19
Panjang janin diperkirakan 13-15 cm dengan taksiran berat 200 gram. Sistem
saraf janin yang terbentuk pada minggu ke-4, pada minggu ini semakin
sempurna perkembangannya, yakni dengan diproduksi cairan serebrospinalis
yang mestinya bersirkulasi di otak dan saraf tulang belakang tanpa hambatan.
Nah, jika lubang yang ada tersumbat atau aliran cairan ini terhalang oleh
penyebab apa pun, kemungkinan besar terjadi hidrosefalus atau penumpukan
cairan di otak. Jumlah cairan yang terakumulasi biasanya sekitar 500-1500
ml, tetapi bisa juga mencapai 5 liter! Penumpukan ini jelas berdampak fatal
mengingat banyak sekali jumlah jaringan otak janin yang tertekan oleh cairan
tadi.
Minggu ke-20
Memasuki bulan ke-5, panjang janin mencapai kisaran 14-16 cm dengan berat
sekitar 260 gram. Janin sudah mengenali suara ibunya. Kulit yang menutupi
tubuh janin mulai bisa dibedakan menjadi dua lapisan, yakni lapisan epidermis
yang terletak di permukaan dan lapisan dermis yang merupakan lapisan dalam.
Epidermis selanjutnya akan membentuk pola-pola tertentu pada ujung jari,
telapak tangan, maupun telapak kaki, sedangkan lapisan dermis mengandung
pembuluh-pembuluh darah kecil, saraf, dan sejumlah besar lemak. Seiring
perkembangannya yang pesat, kebutuhan darah janin pun meningkat tajam.
Agar anemia tak mengancam kehamilan, ibu harus mencukupi kebutuhannya
akan asupan zat besi, baik lewat konsumsi makanan bergizi seimbang maupun
suplemen yang dianjurkan dokter.
Minggu ke-21
Beratnya sekitar 350 gram dengan panjang kira-kira 18 cm. Pada minggu ini,
berbagai sistem organ tubuh mengalami pematangan fungsi dan perkem bangan. Ia pun sudah mampu menyerap atau menelan gula dari cairan lalu
dilanjutkan melalui sistem pencernaan menuju usus besar. Gerakan bayi
semakin pelan karena beratnya sudah 340 gram dan panjangnya 18-20 cm.
Minggu ke-22
Indra yang akan digunakan bayi untuk belajar berkembang setiap hari. Setiap
minggu, wajahnya semakin mirip seperti saat dilahirkan. Perbandingan kepala
dan tubuh semakin proporsional.
Minggu ke-23
Walaupun lemak semakin bertumpuk di dalam tubuh bayi, tetapi kulitnya
masih kendur sehingga tampak keriput. Ini karena produksi sel kulit lebih
banyak dibandingkan dengan lemak. Ia mulai terbiasa menggerakkan otot jari
jari tangan dan kaki serta lengan dan kaki secara teratur. Beratnya hampir 450
gram.
Minggu ke-24
Paru-paru mulai mengambil oksigen meskipun bayi masih menerima oksigen
dari plasenta. Untuk persiapan hidup di luar rahim, paru-paru bayi mulai meng hasilkan surfaktan yang menjaga kantung udara tetap mengembang.
Minggu ke-25
Kini, berat bayi mencapai sekitar 600-700 gram dengan panjang dari puncak
kepala sampai bokong kira-kira 22 cm. Sementara jarak dari puncak rahim ke
simfisis pubis sekitar 25 cm. Ia sudah mampu menghirup dan mengeluarkan
air ketuban. Jika air ketuban yang tertelan terlalu banyak, ia akan mengalami
cegukan.
Minggu ke-26
Pada usia ini, berat bayi diperkirakan hampir mencapai 850 gram dengan
panjang dari bokong dan puncak kepala sekitar 23 cm. Denyut jantung sudah
jelas-jelas terdengar, normalnya 120-160 denyut per menit. Mata yang semula
menutup mulai membuka dan mengedip. Bulu mata mulai berkembang, begitu
pula dengan rambut di kepala.
Minggu ke-27
Kini, berat bayi melebihi 1.000 gram. Panjang totalnya mencapai 34 cm dengan
panjang bokong ke puncak kepala sekitar 24 cm. Pada minggu ini, kelopak
mata mulai membuka. Sementara retina yang berada di bagian belakang mata
membentuk lapisan-lapisan yang berfungsi menerima cahaya dan informasi
mengenai pencahayaan itu sekaligus meneruskannya ke otak. Pada minggu
pertama trimester ketiga ini, paru-paru, hati, dan sistem kekebalan tubuh masih
harus dimatangkan.
Minggu ke-28
Minggu ini beratnya 1.100 gram dan panjangnya 25 cm. Otak bayi semakin
berkembang dan meluas. Lapisan lemak pun semakin berkembang dan
rambutnya terus tumbuh.
Minggu ke-29
Kelenjar adrenalin bayi mulai menghasilkan hormon seperti androgen dan
estrogen. Hormon ini akan menstimulasi hormon prolaktin di dalam tubuh
ibu sehingga membuat kolostrum (air susu yang kali pertama keluar saat
menyusui)
Minggu ke-30
Lemak dan berat badan bayi terus bertambah sehingga bobot bayi sekarang se kitar 1.400 gram, panjangnya 27 cm. Semakin besar, gerakannya semakin terasa.
Minggu ke-31
Plasenta masih memberikan nutrisi yang dibutuhkan bayi. Aliran darah di
plasenta memungkinkan bayi menghasilkan air seni. Ia berkemih hampir
sebanyak 500 ml sehari di dalam air ketuban.
Minggu ke-32
Jari tangan dan kaki telah tumbuh sempurna, begitu pula dengan bulu mata,
alis, dan rambut di kepala bayi yang semakin jelas. Lanugo yang menutupi
tubuh bayi mulai rontok, tetapi sebagian masih ada di bahu dan punggung saat
dilahirkan. Dengan berat 1.800 gram dan panjang 29 cm, kemampuan bertahan
hidup di luar rahim sudah lebih baik jika dilahirkan pada minggu ini.
Minggu ke-33
Beratnya lebih dari 2.000 gram dan panjangnya sekitar 43 cm. Vernix yang
menutupi kulit bayi sudah cukup tebal. Paru-parun