Tampilkan postingan dengan label gigi 3. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label gigi 3. Tampilkan semua postingan

Rabu, 28 Februari 2024

gigi 3



 n 

mulut dari klien. Anda akan mempelajari tahapan pemeriksaan subyektif yang meliputi 

pengumpulan data identitas klien; keluhan klien; riwayat kesehaan umum; riwayat kesehatan 

gigi. Pemeriksaan obyektif yaitu  cara mengumpulkan data berdasar  kondisi gigi dan 

mulut klien. Anda akan mempelajari tahapan pemeriksaan obyektif yang meliputi 

pemeriksaan ekstra oral; pemeriksaan intra oral; penilaian risiko penyakit gigi dan mulut; 

pemeriksaan gigi geligi.  

Tujuan sesudah  mengikuti mata kuliah ini Anda (mahasiswa) mampu melakukan 

pengkajian berupa pemeriksaan subyektif dan obyektif pada klien pelayanan asuhan 

kesehatan gigi dan mulut pasien  sesuai prosedur.  

namun  sebelum Anda melakukan praktik pengkajian pada klien pelayanan 

asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien  di klinik, Anda sudah harus menguasai pengetahuan 

konsep, proses, dan tahapan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien . Untuk itu 

persiapkan diri Anda dengan mempelajari kembali ilmu-ilmu di atas, sebagai bekal untuk 

melakukan pengkajian berupa pemeriksaan subyektif dan obyektif pada klien pelayanan 

asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien . 

Pada tahapan pengkajian dimulai suatu hubungan antara perawat gigi dan klien berupa 

hubungan kerjasama yang ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan 

pengamalan dalam membina hubungan yang terapeutik. Dalam prosesnya, perawat gigi 

membina hubungan sesuai dengan tingkat perkembangan klien dengan mendorong 

perkembangan klien dalam menyadari dan mengindetifikasi masalah dan membantu 

pemecahan masalah.  

Proses berhubungan perawat gigi dengan klien dapat dibagi dalam 4 tahap yaitu tahap 

pra interaksi, tahap orientasi, tahap kerja, dan tahap terminasi. Penjelasan dari empat 

tahapan ini  yaitu  sebagai berikut : 

A. Tahap pra interaksi 

1. Merupakan tahap dimana merupakan masa persiapan sebelum  berhubungan dan 

berkomunikasi dengan orang lain. 

2. Langkah yang perlu dilakukan yaitu  : 

a. Mengevaluasi diri, melakukan persiapan diri, yaitu  

1). Memaksimalkan kemampuan diri dengan jalan meningkatkan 

pengetahuan, teknik berwawancara yang baik, menimba pengalaman. 

2). Meminimalkan kelemahan diri (rasa cemas, kurang  percaya diri dan 

sebagainya) 

b. Persiapan tahapan hubungan/berinteraksi  

1). Dapatkan data tentang klien jika memungkinkan 

2). Apakah interaksi yang akan dilakukan merupakan pertemuan pertama 

atau pertemuan lanjutan 

3). Apakah tujuan dari pertemuan ini  (pengkajian/ observasi/ 

tindakan perawatan)  

4). Tindakan yang nantinya akan dilakukan 

5). Bagaimana cara melakukan tindakan ini  

c. Rencana interaksi 

1). Persiapan tertulis rencana percakapan 

2). Teknik berkomunikasi 

3). Teknik observasi selama berhubungan dengan orang lain/klien 

B. Tahap orientasi 

1. Tahap dimana dimulai ketika perawat bertemu dengan klien pertama kali 

2. Untuk menggali dan mendapat informasi yang akurat dan obyektif perlu 

memakai  teknik komunikasi dalam wawancara.  

3. Dalam tahap ini antara perawat dan klien saling bertukar pikiran dan membuat 

penilaian tentang perilaku masing-masing. 

4. Ada 5 kegiatan pokok : 

a. Testing 

 Klien sering “menguji” perawat karena kesulitan klien untuk mengetahui 

kebutuhannya yang harus dibantu oleh perawat. Ketakutan untuk 

mengekspresikan perasaan yang sebenarnya dan kecemasan yang dirasakan 

sering memicu  kebutuhan klien berubah-ubah. Perawat yang 

menyadari dan mengetahui keraguan yang dialami klien akan menunjukkan 

rasa percaya diri dan kemampuan yang lebih baik. Pada kegiatan ini perawat 

dan klien saling mengidentifikasi nama masing-masing.  Perawat tidak harus 

defensif tetapi sebaiknya menjadi terbuka dan menunjukkan perhatian yang 

ikhlas tentang kondisi klien. 

b. Building trust 

 Rasa percaya (trust) menjadikan seseorang mengikuti apa yang dikatakan 

dan  diminta seseorang tanpa ragu-ragu atau memicu pertanyaan. 

Pemberian perawatan yang tulus dan mengekspresikan perhatian demi 

kesehatan klien merupakan kekuatan untuk menciptakan rasa percaya pada 

klien. 

c. Identification of problem and goals 

 Pada awal bertemu dengan klien, pada saat itu pula perawat telah memulai 

mengkaji status kesehatan klien melalui pengamatan dan interaksi yang 

terjadi, perawat mulai membuat Diagnosa  masalah yang dihadapi klien. 

d. Clarification of role 

 sesudah  masalah teridentifikasi, perawat dan klien bersama-sama 

menetapkan tujuan yang akan dicapai. Ketika klien mampu berpartisipasi 

dalam pembuatan tujuan ini  dan memahami keuntungan yang akan 

diraih, intervensi keperawatan yang dilakukan akan lebih efektif 

e. Contract formation 

 Perawat melakukan kontrak kerja dengan klien berdasar  tujuan yang 

sudah disepakati 

C. Tahap kerja 

1. Tahap ini merupakan inti hubungan perawat dengan klien yang terkait dengan 

pelaksanaan rencana tindakan yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. 

2. Perawat harus bekerja keras untuk memenuhi tujuan yang ditetapkan pada tahap 

sebelumnya. 

3. Terbagi dalam 2 kegiatan pokok, yaitu : 

a. Menyatukan proses komunikasi dengan tindakan  keperawatan. 

b. Membangun suasana yang mendukung untuk proses perubahan. 

4. Fokus tahap ini yaitu  merubah perilaku mal adaptif menjadi adaptif 

D. Tahap terminasi   

1. Merupakan akhir pertemuan perawat dan klien 

2. Meliputi : evaluasi hasil kegiatan dan evaluasi tindak lanjut 

 

Proses berhubungan perawat gigi dengan klien ini  dimulai pada dimulai saat 

pengumpulan data. 

Pengumpulan data dimulai sejak klien masuk ke sarana pelayanan kesehatan (initial 

assessment), selama klien dirawat secara terus-menerus (on going assessment), serta 

pengkajian ulang untuk menambah / melengkapi data (re-assessment). Pengumpulan data 

yaitu  pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk 

menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan terhadap kesehatan gigi dan 

mulut. 

Pengumpulan data merupakan tahap awal dalam proses asuhan kesehatan gigi dan 

mulut. Dari data yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang 

dihadapi klien. Selanjutnya data dasar ini  dipakai  untuk menentukan diagnosa 

kesehatan gigi dan mulut, merencanakan asuhan kesehatan gigi dan mulut, serta intervensi 

asuhan kesehatan gigi dan mulut untuk mengatasi masalah-masalah klien. 

Tujuan pengumpulan data yaitu  : 

A. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien. 

B. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien. 

C. Untuk menilai keadaan kesehatan klien. 

D. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langah-langkah berikutnya. 

 

Informasi yang diperlukan meliputi : 

A. Segala sesuatu tentang klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial & spiritual 

B. Kemampuan dalam mengatasi masalah dalam kehidupan sehari-hari 

C. Masalah kesehatan dan intervensi asuhan kesehatan gigi dan mulut yang mengganggu 

kemampuan klien 

D. Keadaan sekarang yang berkaitan dengan rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut 

yang akan dilakukan terhadap klien 

Sumber data meliputi : 

A. Sumber data primer, yaitu  data-data yang dikumpulkan dari klien, yang dapat 

memberikan informasi yang lengkap tentang masalah kesehatan dan keperawatan yang 

dihadapinya. 

B. Sumber data Sekunder, yaitu  data-data yang diumpulkan dari orang terdekat klien 

(keluarga), seperti orang tua, saudara, atau pihak lain yang mengerti dan dekat dengan 

klien 

C. Sumber data lainnya, catatan klien (perawatan atau rekam medis klien) yang merupakan 

riwayat penyakit dan perawatan klien di masa lalu. 

 

Metoda pengumpulan data 

A. Wawancara 

 Wawancara yaitu  menanyakan atau membuat tanya-jawab yang berkaitan dengan 

masalah yang dihadapi oleh klien, biasa juga disebut dengan anamnesa. Wawancara 

berlangsung untu menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang 

dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan. Teknik 

pengumpulan data yang kurang efektif : 

1. Pertanyaan tertutup : tidak ada kebebasan dalam mengemukakan pendapat / 

keluhan / respon. contoh : Apakah Anda menyikat gigi dua kali sehari ?. 

2. Pertanyaan terrarah : secara khas menyebutkan respon yang diinginkan. Contoh : 

Anda setuju bukan? 

3. Menyelidiki : mengajukan pertanyaan yang terus-menerus 

4. Menyetujui / tidak menyetujui. Menyebutkan secara tidak langsung bahwa klien 

benar atau salah. Contoh : Anda tidak bermaksud seperti itu kan? 

 Untuk itu gunakan selalu pertanyaan terbuka, seperti sebutkan nama dan tanggal 

kelahiran anda?, berapa kali keluhan rasa sakit timbul dalam sehari? 

B. Observasi 

 Observasi yaitu  mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data 

tentang masalah kesehatan umum dan kesehatan gigi dan mulut klien. Observasi 

dilakukan dengan memakai  penglihatan dan alat indra lainnya, penglihatan, 

perabaan/sentuhan, pendengaran.  

 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi yaitu  : 

1. Tidak selalu pemeriksaan yang akan kita lakukan dijelaskan secara terinci kepada 

klien (meskipun komunikasi terapeutik tetap harus dilakukan), karena terkadang 

hal ini dapat meningkatkan kecemasan klien atau mengaburkan data (data yang 

diperoleh menjadi tidak murni). Misalnya : Pak, saya akan menghitung nafas bapak 


dalam satu menit`, kemungkinan besar data yang diperoleh menjadi tidak valid, 

karena kemungkinan klien akan berusaha untuk mengatur nafasnya. 

2. Menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual klien 

3. Hasilnya dicatat dalam catatan keperawatan, sehingga dapat dibaca dan 

dimengerti oleh perawat yang lain. 

C. Pemeriksaan fisik 

 Pemeriksaan fisik yaitu  melakukan pemeriksaan fisik klien untuk menentukan masalah 

kesehatan klien. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya 

yaitu   

1. Inspeksi  

 yaitu  pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh dan rongga 

mulut yang diperiksa melalui pengamatan. Hasilnya seperti : kulit kebiruan 

(sianosis), wajah yang tidak simetris, , dll 

2. Palpasi 

 yaitu  pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui perabaan terhadap bagian-

bagian tubuh yang mengalami kelainan. Misalnya adanya tumor, oedema, 

krepitasi pada tulang rahang, dll. 

3. Aukultasi 

 yaitu  pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui pendengaran. Biasanya 

memakai  alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan 

yaitu  : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus. 

4. Perkusi 

 yaitu  pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mengetuk bagian tubuh/gigi 

geligi memakai  tangan atau alat bantu, Contohnya seperti ujung kaca mulut 

yang dipakai  untuk mengetuk gigi geligi yang dikeluhkan klien.  

5. Studi Dokumentasi 

 berdasar  hasil analisa dari rekam medik kesehatan klien pada waktu lampau 

hingga aktual 

 

Proses pengumpulan data 

Dalam proses pengumpulan data, ada beberapa format yang dapat dipakai sebagai 

acuan, antara lain format SOAPIE, catatan fokus,dan Catatan SOAP-TOPE. 

A. Format SOAPIE  

SOAPIE merupakan metoda sistematis untuk mencatat beberapa peristiwa perawatan. 

Singkatan SOAPIE ini terdiri dari S (data subjektif), O (data objektif), A (analisis atau  diagnosa), 

P (perencanaan), I (implementasi), dan E (evaluasi). Adapun penjelasan dari SOAPIE yaitu  

sebagai berikut :  

S : SUBJEKTIF yaitu  catatan berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien. 

Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai kutipan 

langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa. Pada orang yang bisu, di 

bagian data di belakang “S” diberi tanda “0” atau “X” ini menandakan orang itu bisu. 

Data subyektif menguatkan diagnosa yang akan dibuat. 

O : OBYEKTIF yaitu  data atau bukti gejala klinis klien dan fakta yang berhubungan dengan 

diagnosa. Data phisiologi, obserfasi yang jujur , informasi kajian teknologi (hasil 

laboratorium, sinar X, rekamam EKG, dll ) dapat digolongkan kategori ini . Apa yang di 

obserfasi oleh perawat gigi akan menjadi komponen penting dari diagnose yang akan 

ditegakkan. Catatan ini menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik 

lain, hasil pemeriksaan laboratorium dan test diagnostic lainnya yang dirumuskan 

dalam data focus untuk mendukung asuhan atau menegakan diagnosa.  

A  : ASSESMENT yaitu  pengkajian yaitu masalah atau diagnosa yang ditegakkan 

berdasar  data atau informasi subyektif dan obyektif yang dikumpulkan dan 

disimpulkan. Karena keadaan disimpukan secara berpisah-pisah,  maka proses 

pengkajian yaitu  sesuatu yang penting dalam mengikuti perkembangan klien dan 

menjamin sesuatu perubahan baru cepat diketahui dan dapat diikuti sehingga dapat 

diambil tindakan yang tepat.  

P : PLANNING yaitu  membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang, ini untuk 

mengusahakan mencapai kondisi klien sebaik mungkin atau menjaga 

/mempertahankan kesejahteraannya. Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu dari 

kebutuhan klien yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu, tindakan yang diambil 

harus membantu klien mencapai kemajuan dalam kesehatan dan harus mendukung 

rencana dokter gigi jika melakukan kolaborasi. 

I : IMPLEMENTASI yaitu  pelaksanaan rencana tindakan untuk mengatasi masalah, 

keluhan, atau mencapai tujuan klien. Tindakan ini harus disetujui oleh klien kecuali bila 

tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan klien. Oleh karena itu, pilihan 

klien harus sebanyak mungkin menjadi bagian dari proses ini. bila  kondisi klien 

berubah, intervensi mungkin juga harus berubah atau disesuaikan.  

E : EVALUASI yaitu  tafsiran dari efek tentang tindakan yang telah diambil yaitu  penting 

untuk menilai keefektifan asuhan yang diberikan. Analisa dari hasil yang dicapai 

menjadi fokus dari penilaian ketepatan tindakan. Kalau tujuan tidak tercapai, proses 

evaluasi dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga 

dapat mencapai tujuan. 

B. Catatan fokus  

Catatan fokus memakai singkatan Fokus DAR, yaitu Data, Aksi/tindakan, dan Respons, 

untuk mencatat data perawatan. Berikut merupakan contohnya: 

Fokus : Ketakutan yang berhubungan dengan kemungkinan efek negatif karena 

pembersihan karang gigi. 

D  :  Klien menyatakan “Saya takut sesuatu yang mengerikan saat pembersihan karang 

gigi akan terjadi.” 

A   : Perencanaan perawatan awal 

R   : Tidak dapat diterapkan 

 

C. Catatan SOAP-TOPE  

Catatan SOAP-TOPE merupakan metoda sistematis untuk mencatat asuhan kesehatan 

gigi.  Singkatan SOAP-TOPE ini terdiri dari S (Subjective : data subyektif), O (Objective : data 

obyektif), A (Assessment : analisis atau  diagnosa), P (Plan : perencanaan), T (Treatment : 

tindakan/implementasi), O(Oral Hygiene Education : pendidikan kesehatan gigi), P (Personal 

Notes : Catatan perawatan pribadi) dan E (Exam : Latihan menjaga  kesehatan gigi). Adapun 

penjelasan dari SOAP-TOPE yaitu  sebagai berikut : 

S : SUBYEKTIF yaitu  catatan berhubungan dengan keluhan pasien dan gejala yang 

dilaporkan, seperti saat rasa nyeri/linu, sakit, berapa lama hal itu terjadi, kapan dan di 

mana keluhan itu terjadi, dan lain-lain. Bagian ini juga mencakup catatan riwayat 

kesehatan gigi dan mulut saat pasien datang.  

O : OBYEKTIF yaitu  catatan berhubungan dengan hasil pemeriksaan sebenarnya dari  

tekanan darah, kondisi kesehatan pasien saat ini, temuan pemeriksaan ekstra dan intra 

oral, radiograf, mobilitas, perkusi, tes dingin, deskripsi gingiva , dan deskripsi singkat 

pemeriksaan jaringan periodontal. 

A : Assessment  yaitu  catatan berhubungan dengan penilaian / analisis / diagnosa 

kebersihan gigi berdasar  semua temuan sebelumnya. 

P : Planing yaitu  catatan berhubungan dengan rencana tindakan saat itu atau yang akan 

datang, ini untuk mengusahakan mencapai kondisi klien sebaik mungkin atau menjaga 

/mempertahankan kesehaan gigi dan mulutnya.  

T : Treatment : tindakan/implementasi yaitu  catatan berhubungan dengan asuhan 

kesehatan gigi dan mulut berupa oral propilaksis, fluoride, fissure sealant, scalling, dan 

perawatan kesehatan gigi dan mulut lainnya. 

O : Oral Hygiene Education : pendidikan kesehatan gigi yaitu  catatan berhubungan 

dengan tindakan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut, teknik menyikat gigi, cara 

mencegah kerusakan gigi dan mulut, kesehatan gusi dan jaringan periodontal, dan lain 

sebagainya. 

 

P : Personal Notes : Catatan perawatan pribadi yaitu  catatan berhubungan dengan 

beberapa catatan dari apa yang Anda bicarakan dengan pasien, termasuk perjanjian 

perawatan selanjutnya, informasi kegiatan pekerjaan atau sekolah yang berkaitan 

dengan program kesehatan gigi, kejadian keluarga atau peristiwa penting yang akan 

terjadi berkaitan dengan program kesehatan gigi. Catatan perjanjian berikutnya dalam 

6 bulan kedepan atau sesuai kebutuhan pasien. Pada tahap ini juga membangun 

hubungan yang bermakna dengan pasien agar tujuan asuhan kesehatan gigi dan mulut 

tercapai. 

E : Exam : Latihan menjaga  kesehatan gigi yaitu  catatan berhubungan dengan program 

asuhan kesehatan gigi dan mulut bagi klien. Selain itu dilakukan dokumentasi rencana 

kegiatan perawatan yang perlu diselesaikan selanjutnya. 

  Tahap awal pengumpulan data yaitu  pemeriksaan subyektif pada klien pasien , pada 

tahap ini dilakukan pengkajian asuhan kesehatan gigi dan mulut

Pemeriksaan Subyektif Pada Klien pasien  

 

engkajian yaitu  usaha  pengumpulan data mengenai status kesehatan gigi dan mulut 

klien, informasi kemampuan klien untuk mengelola kesehatan gigi dan mulut serta hal-

hal yang mencakup perilaku kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan klien. Mari kita 

masuk pada topik pertama, yaitu topik tentang pemeriksaan subyektif pada klien pasien .   

Pemeriksaan subyektif berisi informasi atau data tentang keluhan yang dirasakan klien, agar 

dapat di identifikasi masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan gigi. Pada bagian 

ini setidaknya ada 4 hal yaitu identitas klien, keluhan klien, riwayat kesehatan umum, riwayat 

kesehatan gigi. 

 

A. IDENTITAS KLIEN 

Identitas klien diperlukan sebagai data sesudah  tindakan dapat pula sebagai data mortem 

(dental forensic). Pada tahapan pertama ini perawat gigi menjalin sambung rasa, kemudian 

baru menggali identitas. Keberhasilan setiap proses komunikasi sangat dipengaruhi oleh 

terbinanya sambung rasa antara klien dan tenaga kesehatan gigi. bila  terjadi gangguan 

sambung rasa yang seharusnya terbina sebagai awal serta pembuka proses komunikasi maka  

akan  berakibat  keengganan  klien  untuk wawancara : ketidak percayaan klien terhadap 

perawat gigi; ketakutan klien terhadap tenaga kesehatan gigi.  

Keadaan ini  sudah barang tentu akan memicu  gangguan komunikasi, 

sehingga data yang diperoleh perawat gigi tentang klien tadi juga kurang akurat. Oleh karena 

itu mengingat sangat pentingnya proses ini, usaha  membina sambung rasa harus benar-benar 

dilakukan sehingga mahir. Pada latihan penggalian data subyektif  kali ini membina sambung 

rasa antara klien  dan  perawat gigi diulangi  kembali  dengan  penekanan pentingnya pola 

hubungan antara perawat gigi dan klien yang sederajat. 

Setiap tahap sambung rasa terbina maka  langkah  pertama penggalian data subyektif  

yaitu  mengetahui identitas klien, yaitu:  

Data yang mengenai diri klien pribadi, 

1. nama 

2. umur 

3. jenis kelamin 

4. bangsa-suku 

 

Data pribadi yang berkaitan dengan latar belakang klien : 

1. tempat tinggal 

2. pekerjaan 

3. sosial-ekonomi 

4. data mengenai keadaan fisik  

5. hobbi (bila perlu) 

 

Data mengenai diri klien maupun yang berkaitan dengan latar belakang klien dapat 

memberikan informasi yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan dalam 

rangka mengelola klien. Misalnya nama seseorang dipakai sebagai identitas diri susaha  tidak 

keliru dengan orang lain. 

Data nama penting pula untuk dipakai  pada waktu penggalian data subyektif dengan 

cara kita menyebut namanya. Seseorang yang diajak bicara bila kita sebut namanya akan 

merasa lebih akrab dan lebih dianggap sebagai manusia dari pada kita sebut "Anda" atau 

"Tuan". Penyebutan nama juga akan menunjukkan bahwa kita memperhatikan lawan bicara. 

Hal ini penting untuk melanjutkan pembinaan sambung rasa. Kadang-kadang nama juga 

menunjukkan tentang kaitannya dengan suku atau bangsa tertentu, tentang agama atau 

kepercayaan, atau tentang status sosial. Misalnya nama Hasibuan berkaitan dengan seorang 

suku Batak, Sedang  Dwijosubroto berkaitan dengan seorang suku Jawa. Nama Nurul Aini 

mungkin sekali berkaitan dengan seorang yang memeluk agama Islam Sedang  Maria 

Kristiani mungkin sekali   berkaitan   dengan   pemeluk   agama   Kristen. Nama Joyokusumo 

mungkin sekali berkaitan dengan status seseorang yang cukup tinggi di lingkungan kraton 

Yogyakarta Sedang  Joyoirono  mungkin  sekali  yaitu   orang  desa.  Dapat  pula ditanyakan 

nama panggilan atau lebih senang dipanggil siapa.  

Umur seseorang disamping untuk melengkapi identitas seseorang, juga dapat dipakai  

untuk memikirkan kecenderungan penyakit pada usia ini . Pada orang lanjut usia 

cenderung terserang penyakit kardiovaskuler atau penyakit degenerasi.  

Jenis  kelamin  merupakan  data  mengenai  diri  klien  yang dipakai  untuk melengkapi 

data klien. Jenis kelamin juga dapat dikaitkan dengan penyakit tertentu. Jenis kelamin ini juga 

dapat dipakai sebagai dasar pemikiran tentang jenis hormon yang berbeda antara laki-laki dan 

wanita yang mempengaruhi faali tubuh secara berbeda pula. Bangsa dan suku tertentu 

memiliki ketahanan yang berbeda terhadap penyakit tertentu.  

Data pribadi yang berkaitan dengan klien misalnya alamat, disamping dipakai sebagai 

identitas dan untuk keperluan surat menyurat, juga dapat memberikan informasi tentang 

kondisi lingkungan yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi. Alamat juga  dapat  

memberikan  gambaran  tentang  kelas  ekonomi penghuninya. Pekerjaan klien juga dapat 

memberikan informasi yang dapat diperkirakan  seberapa  tinggi  status  sosial-ekonomi  


seseorang. Mungkin   juga   pekerjaan   berkaitan   dengan   tingginya gaji/penghasilan  

seseorang  yang  dihubungkan dengan latar belakang pendidikan. Misalnya apakah si "A" itu 

di bidang kesehatan atau bidang teknik, sebagai lulusan SD, SMP, SMU, Diploma, S1, S2, S3 

dan sebagainya. Disamping itu jenis pekerjaan tertentu  merupakan  faktor  risiko  terhadap  

penyakit  tertentu. Misalnya orang yang bekerja di pabrik yang bising cenderung ada gangguan 

pendengarannya dan sebagainya. 

Data sosial dan riwayat pribadi klien merupakan suatu data yang menjelaskan 

mengenai gambaran subjektif mengenai pekerjaan klien, status pernikahan, serta 

menerangkan kebiasaan dan gaya hidup yang biasa dilakukan oleh klien. Data kehidupan sosial 

klien dapat membantu seorang perawat gigi untuk mengetahui kemungkinan adanya 

hubungan antara faktor kehidupan sosial dengan riwayat sakit yang dikeluhkan oleh klien saat 

ini. 

Data identitas klien meliputi : Nama lengkap; Tempat dan tanggal lahir; Pekerjaan; 

Alamat rumah; Jenis Kelamin; Agama; Golongan darah; Status pernikahan (bila perlu); 

Pendidikan dan kewarganegaraan; Nomor Telpon. 

 

B. KELUHAN KLIEN 

 

Keluhan klien saat datang ke sarana pelayanan gigi akan berpengaruh terhadap 

pertimbangan dalam menentukan tindakan yang akan dilakukan kepada klien. Selain 

mengetahui keluhan klien, juga perlu dilakukan pengembangan masalah yang ada dalam 

keluhan klien dan lain - lain. Mencari tahu kapan klien merasakan sakit/ rasa tidak nyaman 

sejak pertama kali terasa, apakah bersifat berselang atau terus menerus, dilihat apakah terlalu 

klien merasakan sakit, dilihat faktor pemicunya contoh lokasi, faktor pemicu, karakter, 

keparahan, penyebaran. 

Mengumpulkan keluhan klien dengan cara melakukan ketrampilan penggalian data 

subyektif. Penggalian data subyektif   yaitu   wawancara  yang  dilakukan  terhadap seseorang 

yang bertujuan untuk mengumpulkan data dari orang ini .  Penggalian data subyektif  

biasanya dilakukan dalam bidang kesehatan dan psikologi. Penggalian data subyektif  dapat 

dilakukan oleh seorang dokter kepada kliennya, perawat kepada kliennya atau petugas 

kesehatan lainnya kepada klien atau kliennya, ataupun psikolog terhadap kliennya. Penggalian 

data subyektif  dapat dilakukan pada orang yang bersangkutan   ataupun  kepada  

keluarga/teman dekat/orang yang mengetahui keadaan orang/klien ini .  Pada  

penggalian data subyektif, sambung rasa dan pendekatan perlu dilakukan. Tanpa pendekatan 

dan sambung rasa yang baik, data yang dikumpulkan tidak akan lengkap dan akurat, karena 

tidak semua klien/klien dapat mengungkapkan segala penderitaan/sakitnya dengan lengkap. 

Mereka perlu diberi kepercayaan,  rasa  aman,  sehingga  dapat  memberikan keterangan  

dengan  leluasa,    hingga  dapat  memberikan keterangan dengan leluasa. Kadang-kadang 

klien juga lupa atau malu memberikan keterangan, sehingga kemampuan untuk menggali 

keterangan dari klien memang diperlukan oleh seorang  perawat gigi.  

Agar penggalian data subyektif   dapat berjalan dengan  baik dan lancar, beberapa 

keterampilan komunikasi sebaiknya dimiliki. Syarat utama memiliki  keterampilan 

komunikasi yang baik yaitu  seringnya melakukan latihan keterampilan komunikasi. 

Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam penggalian data subyektif  yaitu  : 

1. Menunjukkan  empati  (empati  yaitu   kemampuan  untuk  dapat merasakan dan 

memahami perasaan orang lain). Empati dapat dilakukan dengan menjadi pembicara 

dan pendengar yang baik, dapat bertanya dengan baik, menjaga suasana, serta 

memahami bahasa verbal dan non verbal. 

2. Melakukan   cross   check/klarifikasi  sehingga   perawat gigi  tidak  keliru   dalam   

menangkap pembicaraan klien. Cross check dapat dilakukan dengan : 

a. Melakukan paraphrase 

b. Pengulangan bisa dilakukan dengan seluruh kalimat jika perlu  

c. Pertanyaan dapat memakai  cara dan bahasa yang benar dan hasil yang sama 

d. Cross-check dapat dilakukan di akhir penggalian data subyektif  dengan 

memberikan  ringkasan  terhadap  data  yang  telah diungkapkan klien 

3. Mendapatkan umpan balik, sehingga dokter dapat mengetahui, pertanyaannnya jelas 

atau tidak, informasi yang diberikan dapat diterima dengan jelas atau tidak. Cara 

mendapatkan umpan balik yaitu  sebagai berikut : 

a. bila ada pertanyaan mendapatkan jawaban "dahi berkerut", berarti  klien  tidak  

paham  dengan pertanyaan  yang diajukan.  tanyakan  pada  klien : "Apakah  Bapak 

kurang begitu jelas terhadap pertanyaan saya?" Bila jawabannya ya, cobalah untuk 

bertanya kembali, gunakan bahasa yang lebih sederhana dan singkat. 

b. sesudah  Anda memberikan nasihat atau informasi, berikan kesempatan pada klien 

untuk bertanya, adakah informasi/nasihat yang kurang jelas. 

c. Umpan balik dapat diberikan klien sesudah  selesai penggalian data subyektif . 

Tanyakan pada klien apakah ada hal-hal yang kurang jelas, atau pertanyaan yang 

kurang jelas. 

 

Saat melakukan penggalian data subyektif , perawat gigi bertugas  untuk  menggali  data  

klien  dan  nantinya menyelesaikan masalah yang dihadapi klien. Diantaranya memberikan 

terapi, memeriksa dan memberikan penjelasan serta nasihat. Oleh karena itu perawat gigi 

harus dapat menggali data, menguasai cara menjelaskan penyakit serta menggali masalah 

klien dengan menjelaskan penyakit klien dengan detail.  

Pada prakteknya, perawat gigi akan berhadapan dengan berbagai macam sifat, sikap  

dan  perilaku  manusia.  Oleh  karenanya  kemampuan  melakukan pembicaraan betul-betul 

dibutuhkan. Hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan penggalian data subyektif  

yaitu  : 

1. Persiapan  untuk  mananggulangi  rasa  takut  dan  gugup  dengan latihan. 

2. Persiapan   teknik   mengumpulkan   informasi   (semakin   banyak informasi  yang  Anda  

kuasai  akan  semakin  baik)  dengan menyiapkan catatan kecil dan menyiapkan alat 

bantu. 

 

Tujuan Penggalian data subyektif : 

1. Membentuk hubungan perawat gigi - klien dengan cara: 

a. melakukan sambung rasa dengan mengucapkan salam 

b. bersikap ramah, sopan dan mempersiapkan tempat duduk 

c. menjaga suasana serius tapi rileks 

d. berbicara dengan lafal yang jelas 

e. memakai  bahasa yang dapat dipahami 

f. menggali informasi yang diberikan klien secara detail, tetapi relevan 

g. menjadi pendengar yang baik 

h. mengetahui bahasa non verbal 

i. mencatat hasil wawancara 

j. melakukan umpan balik 

k. melakukan cross check 

l. bersikap netral terhadap klien 

m. wawancara tidak terkesan menyelidiki atau interogasi 

n. menutup wawancara dengan mengucapkan salam 

2. Menggali informasi medik, dengan menanyakan : 

a. data pribadi yang berkaitan dengan latar belakang klien 

b. menanyakan keluhan utama : 

 

Proses penggalian data subyektif  dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut klien 

pasien  sesuai tahapan sebagai berikut : 

1. sesudah  menanyakan identitas klien dilanjutkan menanyakan keluhan klien. 

2. Menanyakan keluhan : 

a. riwayat penyakit saat ini/yang memicu  klien datang 

i) bagian mana yang ada keluhan ? 

ii) bagaimana keluhannya ? 

iii) sejak kapan  ? 

iv) bagaimana jika terkena rangsangan mekanis, chemis, thermis ? 

v) bagaimana pada malam hari ? 

b. riwayat penyakit sebelumnya (komponen sama riwayat penyakit saat ini) 

c. riwayat pengobatan gigi yang pernah dilakukan baik medis maupun tradisional. 

d. permintaan pengobatan/perawatan gigi dari klien 

3. Menanyakan kecemasan pasien, yaitu respon pasien  terhadap suatu keadaan yang 

tidak menyenangkan dan dialami berkaitan masalah kesehatan gigi dan mulutnya. 

4. Menanyakan keluhan masalah kesehatan gigi yang lain yaitu keluhan yang dirasakan 

klien pada gigi  yang lain sebagai pertimbangan untuk perencanaan tindakan yang akan 

datang / berikutnya. 

 

Informasi yang diperoleh saat menanyakan keluhan klien dicatat dalam bentuk 

resume/kesimpulan yang penting-penting saja. Dituliskan secara berurutan sesuai tahapan 

proses penggalian data subyektif  dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut klien pasien . 

Adapun contoh penulisan resume/kesimpulan keluhan subyektif yaitu  sebagai berikut :  

 

Contoh keluhan subyektif :  

Klien datang dengan keluhan sejak 3 hari yang lalu gigi geraham atas kiri terasa linu bila 

dipakai  untuk makan, minum yang dingin, asam dan manis. Rasa linu bertahan beberapa 

saat sesudah  selesai makan minum yang dingin , asam dan manis. Bila dipakai  makan tidak 

ada keluhan. Sebelumnya kurang lebih 3 minggu yang lalu gigi yang sama kadang terasa linu 

kadang tidak bila dipakai  makan minum dingin, asam dan manis. Rasa linu hilang sesudah  

rangsangan dihilangkan. Pada malam hari tidak ada keluhan. Selama ini belum pernah diobati 

dan khawatir kerusakan bertambah parah, sekarang giginya minta dirawat.  

 

Contoh keluhan subyektif lain : 

Gigi yang lain ada yang berlubang namun belum ada keluhan. 

 

Selain dengan pertanyaan ini  dapat juga dilakukan pengumpulan data dengan 

menggunaan metode mnemonik PQRST (Provokatif Quality Region Severity Time), yaitu 

mengumpulkan informasi vital yang berkaitan dengan proses nyeri pasien. 

Berikut yaitu  metode Mnemonik ini  : 

P :  Provocative or Palliative 

 Apa penyebab timbulnya keluhan ? 

 Hal apa yang memperberat/mengurangi keluhan ? 

 Keluhan psikologis yang dirasakan ? 

Q : Quality or Quantity 

 Bagaimana gambaran dari keluhan yang dirasakan, dilihat, didengar ? 

 Seberapa sering merasakan keluhan ini  ? 

R :  Region or Radiation 

 Dimana lokasi atau area yang dikeluhkan ? 

 Bagaimana penjalaran keluhannya ? 

S :  Skala or Severity 

 Bagaimana skala nyeri yang disraskan jika keluhan di beri nilai 1-10 ? 

T :  Timing and Treatment 

 Kapan keluhan mulai dirasakan ? 

 Apakah keluhan terjadi mendadak atau bertahap ? 

 Seberapa lama keluhan berlangsung ketika kambuh ? 

 

C. RIWAYAT KESEHATAN UMUM  

 

Pada tahapan ini, perawat gigi menanyakan keluhan  sistem  pada  semua  sistem  badan  

dengan menanyakan baik yang kemungkinan dirasakan atau tidak, tanpa menggali keluhan 

ini  mengenai durasi, kualitas dan kuantitasnya, dimulai dari sistem yang terkait 

dilanjutkan dengan keluhan sistem lainnya, juga tidak menjadi riwayat penyakit sekarang, 

dahulu dan keluarga. 

Pada proses ini kemampuan perawat gigi dalam mengekplorasi sistem-sistem tubuh 

klien sangat ditentukan oleh pemahaman macam-macam keluhan yang ada pada setiap 

sistem badan. Lengkap tidaknya keluhan yang dapat digali oleh perawat gigi dan kliennya akan 

lebih dapat mengarahkan pada Diagnosa  yang tepat. Pada prakteknya penelusuran 

penggalian data subyektif  sistem harus relevan dengan keluhan utama klien dan dugaan 

terhadap Diagnosa  yang akan ditegakkan, termasuk Diagnosa  bandingnya. Tingkat 

relevansinya keluhan umum dengan keluhan sistem yang akan digali mencerminkan 

pemandangan seutuhnya dan kecermatan perawat gigi kepada klien. Untuk menjaga agar 

proses penggalian data subyektif  tidak bertele-tele  terutama  dalam  menggali  keluhan  

dalam  sistem badan, maka perlu dilatih dan dibiasakan menanyakan dengan lengkap keluhan 

pada masing-masing sistem badan. 

Menanyakan keluhan  sistem  pada  semua  sistem  badan  yang berkaitan dengan 

penyakit gigi dan mulut dengan menanyakan baik yang kemungkinan dirasakan atau tidak, 

tanpa menggali keluhan ini  mengenai durasi, kualitas dan kuantitasnya. Riwayat 

kesehatan umum klien merupakan satu hal yang sangat penting dalam pemeriksaan subjektif. 

Hal-hal yang perlu dicatat pada riwayat kesehatan umum klien yaitu penyakit sistemik yang 

diderita, pernah diderita, pengobatan yang pernah dilakukan dan sedang dilakukan, alergi, 

kehamilan, pendarahan, dan status emosionalnya.  

Riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan juga perlu diperhatikan, hal ini 

berguna untuk menentukan alternatif pemberian obat ataupun tindakan lain. 

Riwayat kesehatan umum penting diketahui untuk mencari kemungkinan hubungan antara 

sakit yang pernah dialami dengan kelainan gigi dan mulutnya. Mengidentifikasi 

riwayat kesehatan umum dapat berguna untuk: 

1. Mengetahui penyakit medik itu sendiri. 

2. Menjadi faktor predisposisi masalah kondisi oral seperti gangguan hematological. 

3. memicu  masalah oral seperti sindrom. 

4. Mempengaruhi perawatan dalam rencana perawatan. 

 

Data riwayat kesehatan umum yang ditanyakan diantaranya :  

1. Perasaan kesehatan secara umum saat ini. 

2. Riwayat kesehatan secara umum kurang lebih selama 5 tahun terakhir. 

3. Apakah klien memiliki  reaksi alergi terhadap hal-hal sebagai berikut : 

a. Makanan.  

b. Obat-obatan.  

c. Lain-lain.  

4. Klien sedang dalam perawatan / mengkonsumsi obat yang diresepkan/tidak diresepkan 

oleh dokter/dokter gigi. 

 

D. RIWAYAT KESEHATAN GIGI 

 

Pada tahapan ini, perawat gigi menanyakan riwayat kesehatan gigi lain yang akan 

mendukung atau berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan keluhan utama 

pada klien. Riwayat kesehatan gigi merupakan ringkasan dari penyakit gigi yang pernah 

diderita. Riwayat ini memberi informasi yang sangat berharga mengenai sikap klien terhadap 

kesehatan gigi, pemeliharaan, serta perawatannya. Informasi demikian tidak hanya berperan 

penting dalam penegakan Diagnosa , melainkan berperan pula pada rencana perawatan. 

Pertanyaan yang diajukan hendaknya menanyakan informasi mengenai tanda dan gejala baik 

kini maupun di masa lalu. Riwayat kesehatan gigi ini merupakan langkah awal teramat penting 

dalam menentukan Diagnosa  yang spesifik. Informasi dalam riwayat kesehatan gigi 

mengungkapkan pula penyakit-penyakit gigi yang pernah dialami klien di masa lalu serta 

petunjuk mengenai masalah psikologis yang mungkin ada dan menerangkan sejumlah temuan 

klinis yang tidak jelas. Contohnya, akar yang pendek dan asimptomatik atau resorpsi akar 

mungkin dipicu oleh perawatan ortodonsia. Nyeri dapat timbul pada gigi yang baru saja 

direstorasi atau sesudah  perawatan periodontium yang luas. Informasi ini tidak hanya 

mengidentifikasikan sumber keluhan klien, melainkan juga membantu dalam memilih tes atau 

cara perawatannya.  

Riwayat kesehaan gigi keluarga memiliki  beberapa kegunaan. Pertama, pada 

kelainan gen tunggal dan langka, riwayat positif adanya keluarga dengan kelainan serupa atau 

riwayat konsanguinitas (hubungan lewat darah) dapat memberikan implikasi diagnostik yang 

penting. Yang kedua, pada penyakit dengan etiologi yang bersifat multifaktorial dan memiliki 

agregasi keluarga ada  kemungkinan untuk mengenali klien yang beresiko menderita 

penyakit ini  dan melakukan intervensi sebelum timbulnya manifestasi yang nyata. 

Sebagai contoh, pertambahan berat badan berlebih yang baru saja dialami merupakan 

perkembangan yang mengancam pada seorang perempuan dengan riwayat penyakit diabetes 

dalam keluarga dibandingkan dengan pasien  tanpa riwayat penyakit ini  dalam 

keluarga. Dalam situasi tertentu, riwayat keluarga memiliki  implikasi penting bagi ilmu 

kedokteran pencegahan. bila  suatu keadaan mengarah pada kelainan herediter yang 

diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya kanker ditegakkan, perawat gigi memiliki  

kewajiban untuk mengikuti kemungkinan ini dengan seksama dalam diri klien, untuk 

mengamati keluarga klien dan untuk memberikan penyuluhan kepada mereka tentang 

perlunya pemeriksaan follow-up jangka panjang. 

Data riwayat kesehatan gigi yang perlu ditanyakan oleh seorang perawat gigi 

diantaranya : 

1. Riwayat perawatan gigi sebelumnya. 

2. Pengalaman perawatan gigi sebelumnya. 

3. Informasi bagaimana cara memelihara kesehatan gigi dan mulut.  

4. Informasi waktu menyikat gigi.  

5. Kemampuan menyikat gigi.  

6. Diet makanan yang manis dan lengket. 

7. Informasi makan buah-buahan dan sayuran yang berserat. 

8. Informasi kebiasaan sebagai berikut : 

a. Minum teh/kopi. 

b. Minum minuman beralkohol. 

c. Minum minuman bersoda. 

d. Merokok. 

e. Mengunyah satu sisi. 

f. Mengunyah sirih/tembakau. 

g. Menggigit-gigit benda keras. 

h. Bruxism. 

9. Lain-lain : berkaitan informasi kesehatan gigi dan mulut yang dibutuhkan. 

 

Ringkasan 

 

Pemeriksaan subyektif berisi informasi atau data tentang keluhan yang dirasakan klien, 

agar dapat di identifikasi masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan gigi. Pada bagian 

ini setidaknya ada 4 hal yaitu identitas klien, keluhan klien, riwayat kesehatan umum, riwayat 

kesehatan gigi. Data identitas klien meliputi : Nama lengkap; Tempat dan tanggal lahir; 

Pekerjaan; Alamat rumah; Jenis Kelamin; Agama; Golongan darah; Status pernikahan (bila 

perlu); Pendidikan dan kewarganegaraan; Nomor Telpon. Data keluhan klien meliputi : data 

riwayat penyakit saat ini/yang memicu  klien datang; bagian mana yang ada keluhan; 

bagaimana keluhannya; sejak kapan; bagaimana jika terkena rangsangan mekanis, chemis, 

thermos; bagaimana pada malam hari; riwayat penyakit sebelumnya; riwayat pengobatan gigi 

yang pernah dilakukan baik medis maupun tradisional; permintaan pengobatan/perawatan 

gigi dari klien; kecemasan pasien. Data riwayat kesehatan umum meliputi : Perasaan 

kesehatan secara umum saat ini; Riwayat kesehatan secara umum kurang lebih selama 5 

tahun terakhir; Riwayat alergi; Riwayat klien sedang dalam perawatan/mengkonsumsi obat 

yang diresepkan/tidak diresepkan oleh dokter/dokter gigi. Data riwayat kesehatan gigi 

meliputi : Riwayat perawatan gigi sebelumnya; Pengalaman perawatan gigi sebelumnya; 

Informasi bagaimana cara memelihara kesehatan gigi dan mulut; Informasi waktu menyikat 

gigi; Kemampuan menyikat gigi; Diet makanan yang manis dan lengket; Informasi makan 

buah-buahan dan sayuran yang berserat; Informasi kebiasaan sebagai berikut : Minum 

teh/kopi; Minum minuman beralkohol; Minum minuman bersoda; Merokok; Mengunyah satu 

sisi; Mengunyah sirih/tembakau; Menggigit-gigit benda keras; Bruxism; Lain-lain : berkaitan 

informasi kesehatan gigi dan mulut yang dibutuhkan. 

 

Pemeriksaan Obyektif Pada Klien pasien  

 

dari kita masuk pada topik kedua, yaitu topik tentang pemeriksaan obyektif pada 

klien pasien . Pemeriksaan obyektif dimuali dengan pengkajian pengkajian tingkat 

kesadaran umum. Pengkajian tingkat kesadaran umum yaitu  ukuran dari 

kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadaran 

dibedakan menjadi :  

1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat 

menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya. 

2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, 

sikapnya acuh tak acuh.  

3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-

teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.  

4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang 

lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah 

dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.  

5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap 

nyeri.  

6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan 

apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon 

pupil terhadap cahaya). 

 

Untuk asuhan kesehatan gigi dan mulut pada klien dengan kebutuhan khusus seperti 

klien yang adalam perawatan intensive maka dapat dilakukan pengkajian tingkat kesadaran 

dengan memakai  Glasgow Coma Scale (GCS). Yakni Penilaian kemampuan kesadaran 

yang dilihat dari pemeriksaan kemampuan orientasi, pertimbangan, abstraksi, kosa kata, dan 

daya ingat. GCS yaitu  cara untuk menilai tingkat kesadaran berdasar respon mata, bicara, 


motorik.

Pengukuran berat badan yaitu  untuk mengetahui kondisi pertumbuhan dan gizi anak. 

Pengukuran berat badan dipakai  untuk mengukur pertumbuhan secara umum dan 

menyeluruh. Pastikan kualitas alat yang dipakai  untuk mengukur berat badan serta 

ketelitian perawat gigi saat melakukan pengukuran, untuk menghindari error data. Persiapan 

saat mengukur berat badan : 

A. Letakkan alat timbang di bagian yang rata/datar dan keras 

B. Jika berada di atas rumput yang tebal atau karpet atau permadani, maka pasang kaki 

tambahan pada alat timbangan untuk bisa mengatasi daya pegas dari als yang tebal 

C. Pastikan alat timbang menunjukkan angka 00.00 sebelum dipakai  

D. Jelaskan kepada klien tujuan dari pengykuran berat badan  

E. Pastikan klien tidak memakai  pakaian tebal, popok, selimut, dan lain-lain untuk 

mendapatkan hasil pengukuran yang akurat. 

 

Pengukuran tinggi badan Tinggi badan dipakai  untukmengukur pertumbuhan linier. 

Untuk klien dewasa dan anak yang sudah bisa berdiri maka menggunkan alat ukur yang 

ditempelkan di dinding. Pada bayi pengukuran tinggi badan dapat mengunakan alat ukur datar 

dan rata menyerupai meja yang disertai meteran. Persiapan saat mengukur tinggi badan pada 

bayi : 

A. Dengan bantuan orang tua klien, baringkan anak dipermukaan keras yang rata dengan 

memegang punggung anak dengan satu tanagan dan bagian bawah badan dengan 

tangan lainnya. Perlahan-lahan turunkan anak ke atas permukaan keras ini  dengan 

bagian kaki menempel ke ke kayu pembatas 

B. Pegang kepala anak dari kedua sisi telinga. Tempelkan kepala anak di abgian atas papan 

ukur, pastikan anak memendang lurus ke depan. 

C. Tempetkan tangan kiri terapis gigi di ujung tulang kering anak atau pada lutut anak dan 

tekan dengan kuat ke arah permukaan meja ukur. 

D. Gunakan tangan kanan terapis gigi untuk menggeser alat pengukur ke arah kepala anak. 

Pastikan terapis menekan rambut si anak 

E. Baca dan catatlah hasil pengukuran 

 

Pengkajian tanda-tanda vital yaitu  pengukuran tanda-tanda fungsi vital tubuh yang 

paling dasar. Tanda-tanda vital antara lain: 

 

A. Pengukuran tekanan darah. 

Tekanan darah yaitu  kekuatan yang mendorong darah terhadap dinding arteri. 

Tekanan darah ditentukan oleh kekuatan dan jumlah darah yang dipompa, dan ukuran serta 

fleksibelitas dari arteri,diukur dengan alat pengukur tekanan darah (tensimeter) dan 

stetoskop. Tekanan darah terus-menerus berubah tergantung pada aktivitas, suhu, makanan, 

keadaan emosi, sikap, keadaan fisik, dan obat-obatan yang yang sedang dikonsumsi. 

 

Tabel 4.2 Jumlah tekanan darah yang normal berdasar  usia seseorang yaitu  : 

Bayi usia di bawah 1 tahun 85/15 mmHg 

Usia 1 – 6 bulan 90/60 mmHg 

Usia 6 -12 bulan 96/65 mmHg 

Usia 1 – 4 tahun 99/65 mmHg 

Usia 4 – 6 tahun 160/60 mmHg 

Usia 6 - 8 tahun 185/60 mmHg 

Usia 8 – 10 tahun 110/60 mmHg 

Usia 10 -12 tahun 115/60 mmHg 

Usia 12 -14 tahun 118/60 mmHg 

Usia 14 – 16 tahun 120/65 mmHg 

Usia 16 tahun ke atas 130/75 mmHg 

Usia lanjut 130-139/85-89 mmHg 

  

 

B. Penghitungan nadi 

Nadi yaitu  denyut nadi yang teraba pada dinding pembuluh darah arteri yang 

berdasar  systol dan dyastole dari jantung. Denyut nadi yaitu  jumlah denyut jantung, atau 

berapa kali jantung berdetak per menit. Tempat untuk menghitung denyut nadi yaitu arteri 

radialis, temporalis, carotis, femoralis, dorsalis pedis, politela, barcialis. 

 

Tabel 4.3 Jumlah denyut nadi yang normal berdasar  usia seseorang yaitu  : 

Usia Kali per menit 

Bayi baru lahir 140  

Usia di bawah 1 bulan 110 

Usia 1 – 6 bulan  130 

Usia 6 – 12 bulan 115 

1 – 2 tahun 110 

2 – 6 tahun 105 

6 – 10 tahun 95 

10 – 14 tahun 85 

14 – 18 tahun 82 

Di atas 18 tahun 60 - 100 

Usia lanjut 60 - 70 

  

 

C. Pengukuran suhu tubuh 

Suhu tubuh yaitu  derajat panas yang dihasilkan oleh tubuh manusia sebagai 

keseimbangan pembakaran dalam tubuh dengan pengeluaran panas melalui keringat, 

pernapasan, sisa-sisa pembuangan dan penyinaran, hantaran dan convection. 

Pemeriksaan suhu dipakai  untuk menilai kondisi metabolisme di dalamtubuh dimana 

tubuh menghasilkan panas secara kimiawi melalui metabolisme darah. Suhu tubuh dapat 

diukur melalui oral, dubur, aksilaris, dan telinga. Suhu tubuh normal seseorang bervariasi, 

tergantung pada jenis kelamin, aktivitas, lingkungan, makanan yang dikonsumsi, gangguan 

organ, dan waktu.  

 


Tabel 4.4 Suhu tubuh normal yaitu  : 

Bayi baru lahir 36,1 – 37,7  

2 tahun 37,2 

12 tahun 37 

Dewasa 36 

         

 

D. Penghitungan respirasi 

Respirasi merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai proses pengambilan 

oksigen dan pengeluaran karbondioksida. Menilai frekuensi, irama, kedalaman, dan tipe  

ataupola pernapasan. Tingkat respirasi biasanya diukur ketika seseorang dalamposisi 

diam dan hanya melibatkan penghitungan jumlah napas selama satu menit dengan 

menghitung berapa kali dada meningkat. Respirasi dapat meningkat pada saat demam, 

berolahraga, dan emosi. 

 

Tabel 4.5 Jumlah pernapasan normal : 

Bayi baru lahir 35 – 40 kali per menit 

Bayi 6 bulan 30 – 50 kali per menit 

Toddler 2 tahun 25- 32 kali per menit 

Anak – anak 20 – 30 kali per menit 

Remaja  16 – 19 kali per menit 

Dewasa  12 – 20 kali per menit 

 Sumber : Perry dan Potter, (2005) 

 

E. Pengkajian nyeri 

Nyeri yaitu  pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan yang dapat 

berkisar dari ketidak nyamanan ringan sampai penderitaan. nyeri dimediasi oleh serabut saraf 

sfesifik yang kemudian membawa impuls nyeri keotak dimana apresiasi sadarnya dapat 

dimodifikasi oleh banyak faktor. 

Secara umum nyeri dibagi menjadi dua yaitu : 

1. nyeri akut, nyeri yang dialami secara mendadak dan dalam kurun waktu yang singkat ( 

sekitar 6 bulan ) dan akan segera hilang 

2. nyeri kronis, nyeri ini timbul secara perlahan dan berlangsung dalam waktu yang lama ( 

lebih dari 6 bulan ) 

 

Nyeri juga dapat dibedakan kedalam jenis nyeri  neuropatik  dan  nosiseptik.  Nyeri   neuropatik  

dirasakan seperti rasa kesemutan, panas terbakar, kebas/baal,      kesetrum, nyeri bertambah 

bila tersentuh. Sementara nyeri nosiseptik yaitu nyeri yang  terbatas  pada  persendian / otot 

/ gigi. 

Penanganan  nyeri  yang  efektif  tergantung pada  pemeriksaan  dan  penilaian  nyeri  

yang  seksama  berdasar   informasi  subjektif  maupun  objektif.  Penggalian data subyektif   

klien  nyeri  sebaiknya memakai   kombinasi  pertanyaan  terbuka  dan  tertutup  untuk  

memperoleh  informasi  masalah  klien.  Selain  itu,  perhatikan  juga  faktor-faktor  seperti  

tempat  wawancara,  sikap  yang  suportif  dan  tidak  menghakimi,  tanda-tanda  verbal  dan  

nonverbal,  dan  meluangkan  waktu yang cukup. 

Pengkajian atau penilaian nyeri dapat dilakukan dengan memakai  skala sebagai 

berikut: 

1. Skala Wajah (Wong-Baker Faces Pain Rating Scale) 

Penilaian nyeri memakai  skala Wong-Baker sangatlah mudah namun perlu kejelian 

sipenilai pada saat memperhatikan ekprei wajah penderita karena penilaian memakai  

skala ini dilakukan dengan hanya melihat ekspresi wajah penderita pada saat bertatap muka 

tanpa menanyakan keluhannya. Skala penilaian nyeri ini disarankan untuk klien usia >3 tahun. 

 

 

 

Gambar 4.1 Pengkajian Nyeri dengan Skala Wajah 

Sumber : Perry dan Potter, (2005) 

 

Skala Wong-Baker (berdasar  eksperesi wajah) dapat dilihat dibawah : 

a. ekspresi wajah 1 : tidak merasa nyeri sama sekali 

b. ekspresi wajah 2 : nyeri hanya sedikit 

c. ekspresi wajah 3 : sedikit lebih nyeri  

d. ekspresi wajah 4 : jauh lebih nyeri 

e. ekspresi wajah 5 : jauh lebih nyeri sangat 

f. ekspersi wajah 6 : sangat nyeri luar biasa hingga penderita menangis 

 

 

2. Skala Angka nyeri 0-10 (Comparative Pain Scale)  

Penilaian skala nyeri dengan teknik ini disarankan bagi klien dewasa dan anak usia >8 

tahun. 

 


 

a. 0 : tidak ada rasa nyeri / normal 

b. 1 : nyeri hampir tidak terasa (sangat ringan) seperti gigitan nyamuk, 

c. 2 : tidak menyenangkan (nyeri ringan) seperti dicubit 

d. 3 : bisa ditoleransi (nyeri sangat terasa) seperti ditonjok bagian wajah atau disuntik 

e. 4 : menyedihkan (kuat, myeri yang dalam) seperti sakit gigi dan nyeri disengat tawon 

f. 5 : sangat menyedihkan (kuat, dalam, nyeri yang menusuk) seperti terkilir, keseleo 

g. 6 : intens (kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga tampaknya 

mempengaruhi salah satu dari panca indra)memicu  tidak fokus dan komunikasi 

terganggu. 

h. 7 : sangat intens (kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat) dan merasakan rasa 

nyeri yang sangat mendominasi indra sipenderita yang memicu  tidak bisa 

berkomunikasi dengan baik dan tidak mampu melakukan perawatan sendiri. 

i. 8 : benar-benar mengerikan (nyeri yang begitu kuat) sehingga memicu  sipenderita 

tidak dapat berfikir jernih, dan sering mengalami perubahan kepribadian yang parah jika 

nyeri datang dan berlansung lama. 

j. 9 : menyiksa tak tertahankan (nyeri yang begitu kuat) sehingga sipenderita tidak bisa 

mentoleransinya dan ingin segera menghilangkan nyerinya bagaimanapun caranya 

tanpa peduli dengan efek samping atau resiko nya. 

k. 10: sakit yang tidak terbayangkan tidak dapat diungkapkan (nyeri begitu kuat tidak 

sadarkan diri) biasanya pada skala ini sipenderita tidak lagi merasakan nyeri karena 

sudah tidak sadarkan diri akibat rasa nyeri yang sangat luar biasa seperi pada kasus 

kecelakaan parah, multi fraktur. 

  

 

Dari sepuluh skala diatas dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu 

a. Skala nyeri 1 - 3 (nyeri ringan) nyeri masih dapat ditahan dan tidak mengganggu pola 

aktivitas sipenderita. 

b. Skala nyeri 4 - 6 (nyeri sedang) nyeri sedikit kuat sehingga dapat mengganggu pola 

aktivitas penderita 

c. Skala nyeri 7 - 10 (nyeri berat) nyeri yang sangat kuat sehingga memerlukan therapy 

medis dan tidak dapat melakukan pola aktivitas mandiri. 

 

Pada pemeriksaan obyektif klien pasien  berisi informasi atau data sebenarnya dari 

jaringan lunak, jaringan keras/gigi dan mulut klien, agar dapat di identifikasi masalah, 

kebutuhan kesehatan dan keperawatan gigi. Pada bagian ini setidaknya ada 4 hal yaitu 

Pemeriksaan ekstra oral, Pemeriksaan intra oral, Pemeriksaan gigi geligi, Penilaian risiko 

penyakit gigi dan mulut.  

 

A. PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL 

 

Kesan umum klien, pemeriksaan ini dilakukan sejak klien masuk ke klinik, dengan 

maksud untuk mendapat gambaran umum mengenai status fisik maupun mental klien, 

diantaranya dengan melakukan pengamatan terhadap unsur-unsur sebagai berikut: melalui 

gaya berjalan, tinggi badan, status nutrisi, perawakan dan bentuk muka. Sehingga pada waktu 

wawancara, disamping kapasitas mentalnya perlu diperhatikan mengenai gambaran singkat 

status fisik dan kesehatan umum klien. 

Beberapa kondisi tertentu yang menggangu gaya berjalan dapat mempengaruhi 

Diagnosa  atau rencana perawatan. Pada klien tertentu bahkan dapat memberikan petunjuk 

yang berharga, klien dengan gaya yang sangat hati-hati akan berbeda pengelolaannya dengan 

klien yang energik dan melangkah dengan pasti. Klien dengan mobilitasnya terbatas, perlu 

ditelusuri penyebabnya sehingga kemungkinan memerlukan modifikasi jumlah kunjungan. 

Posisi tubuh apakah dapat berdiri tegak, atau kepala sedikit miring ke salah satu sisi, dan 

bagaimana klien dapat duduk dengan nyaman di kursi gigi perlu dicermati. Cara berjalan klien 

mungkin dapat mengisyaratkan adanya carat ortopedik, neurologik atau penyakit pada otot. 

Sikap, emosi dan cara menjawab pertanyaan yang diajukkan kepadanya perlu diperhatikan. 

Warna kulit sering memberi petunjuk bermanfaat, sianosis, ikterus dan pucat yang memberi 

dugaan anemia dapat diketahui melalui pemeriksaan kulit, juga memberi kunci penting 

kemungkinan adanya penyakit yang serius. Kesan mengenai status fisik umum klien ini harus 

disimpulkan dengan hati-hati; dan hal demikian sudah tentu tidak akan diperoleh secara pasif. 

Bersamaan dengan penggalian data subyektif  pemeriksa dapat sekaligus memperhatikan 

ekspresi, kesan usia, emosi, sikap klien dan keadaan sakitnya. 

 

Pemeriksaan kepala dan leher. Dimaksudkan untuk evaluasi kemungkinan adanya 

kelainan yang berhubungan dengan kesehatan umum dan memiliki  relevansi dengan 

Diagnosa  dan perawatan oral. Tersirat disini untuk selalu dipertimbangkan apakah 

perubahan-perubahan yang terjadi dipicu karena faktor lokal atau sistemik. Walaupun 

dalam pemeriksaan rutin tidak dilakukan identifikasi untuk setiap struktur diregio kepala dan 

leher, kemampuan mengenali semua struktur yang ada merupakan dasar untuk melakukan 

pemeriksaan klinis; sehingga kondisi-kondisi asimetri, perubahan warna, tekstur, dan 

gangguan fungsi dapat dibedakan dengan kondisi yang normal.   

Data yang diperlukan pada pemeriksaan ekstra oral meliputi : kesan umum, kondisi 

muka, pemeriksaan kelenjar limfe kanan dan kiri. 

 

B. PEMERIKSAAN INTRA ORAL 

 

Dari aspek ilmu penyakit mulut harus dicermati bahwa setiap gigi merupakan kesatuan 

unit fungsional dalam sistem pengunyahan. Oleh karena itu dalam merawat gigi tidak boleh 

hanya memandang gigi secara pasien al, tetapi harus lebih luas yaitu pengaruhnya terhadap 

pasien  secara keseluruhan. Ada dua penanganan penting yang perlu dilakukan pada 

pemeriksaan gigi geligi. Pertama penanganan gigi secara pasien al dan yang kedua gigi 

sebagai kesatuan unit fungsional yang lebih besar. Aspek kedua dalam pelaksanaan lebih sulit 

karena melibatkan berbagai faktor.  

Sebagai contoh misalnya kasus karies servikalis yang melibatkan beberapa gigi pada 

klien lanjut usia dengan pengobatan antidepressant. Sebelum melakukan perawatan karies 

ini  harus dipertimbangkan dua kondisi, yaitu karies servikal dan xerostomia yang sering 

berkaitan. Jika xerostomia tidak dirawat penambalan karies servical akan mengalami 

kegagalan. Untuk itu maka kedua pendekatan ini  di atas tidak boleh diabaikan. 

Pemeriksaan jaringan lunak. Karena letak mulut yang strategis, berbagai lesi oral umumnya 

dapat mudah dilihat. Secara klinis seluruh permukaan mukosa mulai bibir, mukosa bukal dan 

labial, mukosa pipi, palatum, oro-faring, lidah, dasar mulut dan gingiva umumnya tidak sulit 

dijangkau untuk dilakukan pemeriksaan baik langsung atau tidak langsung. Tetapi perlu 

dicermati bahwa sebagian besar lesi di jaringan lunak mulut tidak pathognomonik. Untuk itu 

maka bekal pengetahuan mengenai berbagai struktur oral dan patofisiologi penyakit 

merupakan salah satu prasyarat untuk dapat mengenali berbagai perubahan patologis 

mukosa oral. Sebagai contoh pada kasus tumor di regio retromolar, jika memperhatikan 

struktur daerah retromolar maka disamping tumor yang berasal epitel dan jaringan ikat, 

kemungkinan suatu tumor dari kelenjar ludah tidak dapat dikesampingkan. Bahkan tidak 

tertutup kemungkinan bahwa tumor ini  merupakan tumor odontogen yang telah 

menembus kortek dan meluas ke jaringan lunak.   


Data yang diperlukan pada pemeriksaan intra oral meliputi : Pemeriksaan mukosa 

mulut, Kelainan/anomali gigi, Kelainan gusi. 

  

C. PEMERIKSAAN GIGI GELIGI 

 

Hasil pemeriksaan gigi geligi secara lengkap berupa catatan rekam medik kedokteran 

gigi bila diperlukan dapat menjadi pendukung data obyektif dalam menegakkan diagnosa 

asuhan kesehatan gigi dan mulut.       

Pemeriksaan abnormalitas gigi umumnya tidak begitu kompleks karena memiliki  ciri-

ciri klinis dan radiologis yang khas, dan tidak ditimbulkan oleh penyakit lain. Untuk 

menyederhanakan proses diagnostik dapat dilakukan misalnya dengan cara 

mengelompokkannya kedalam: abnormalitas perkembangan gigi, abnormalitas erupsi, 

perubahan regressif, karies, patosis pulpa dan periapikal. Sebagian besar abnormalitas gigi 

umumnya dapat dikelompokan kedalam katagori ini . Abnormalitas perkembangan gigi 

umumnya memiliki  ciri-ciri yang khas dalam bentuk, warna dan ukuran besarnya, dapat 

melibatkan gigi secara pasien al atau beberapa gigi sekaligus. Abnormalitas gigi yang bersifat 

genetis umumnya akan disertai kelainan yang sama pada gigi kontra lateralnya. 

Pencatatan hasil pemeriksaan gigi-geligi ditulis pada odontogram. Pembuatan odontogram 

dilakukan pada kunjungan 1. Odontogram terletak pada lembar 1 Rekam medis, dilengkapi 

setiap 1 tahun sekali dan setiap kontrol atau jika klien akan pindah kota/dokter gigi. 

Odontogram berisi: 

1. Tanggal pemeriksaan odontogram 

2. Gambar denah gigi 

3. Hubungan oklusi 

4. Ada tidaknya torus palatinus, torus mandibularis 

5. Tipe palatum : dalam/sedang/rendah 

6. Ada tidaknya supernumerery 

7. Ada tidaknya diastema sentral 

8. Ada tidaknya anomali atau ciri-ciri gigi yang lain 

 

 

1. Data perawatan, berisi : 

a. Tanggal kunjungan 

b. Gigi yang dirawat 

c. Keluhan dan diagnosa 

d. Tindakan yang dilakukan 

e. Paraf dokter gigi (bila ada  lebih 1 drg) 

f. Rontgent foto, intra oral digital foto (bila ada) 

2. Kode Status Gigi 

 Penulisan notasi gigi/nomenklatur 2 digit memakai  cara FDI (Federation Dental 

International). Teknik penulisan data keadaan gigi jelas dan teliti, Kodifikasi sederhana 

yaitu 1 huruf 1 tanda 1 arti dan  hirarkis.  

Kodifikasi Status Gigi : 

Z = Tidak ada informasi mengenai gigi / sebagian rahang hilang paska kejadian  

Y  = Gigi ada, tak ada informasi lain / sebagian gigi hilang paska kejadian  

S  = gigi sehat  

C = gigi karies  

F = tambalan  

K = mahkota  

W = sisa akar  

X = Gigi hilang (akibat pencabutan, tidak tumbuh, hilang kongenital)  

Kode pendukung jika status X  

U =  diastema / rongga, jarak diukur dalam milimeter,  

  misal: U 4 = rongga 4 mm  

RET =  Gigi terbenam, hanya terlihat dengan Rontgent foto  

ROT   = sisa akar dalam rahang, hanya terlihat dengan Rontgent foto  

E  = Perluasan dari mahkota untuk pengganti gigi yang hilang  

P = Pontic dari bridge  

Kode pendukung jika status S  

ERU = Gigi erupsi  

RET = Gigi terbenam tapi terlihat dalam mulut 

Kode pendukung jika status C (Permukaan)  

M = mesial  

O  = occlusal, incisal  

D  = distal  

L  = lingual, palatinal  

V  = vestibu