an di seluruh
permukaan ventral dan pada bagian pertama dan kedua dan
bagian dari terga perut ketiga memungkinkan perluasan perut
saat menghisap darah. Pada kutu dewasa, membran intersegmen
lebar, dan sisi tengah ventral segmen kedua sampai kelima perut
juga memiliki membran. Kutu Cimex betina dewasa mudah
dibedakan dari jantan dengan adanya lekukan pada batas
belakang sternit abdomen kelima (Gambar 5.1). Celah sempit
ini, yang disebut sinus paragenital, dikelilingi oleh bulu-bulu
dan merupakan titik di mana jantan menyisipkan aedeagusnya
ke intra-abdomen saat inseminasi betina. Tidak ada sinus
paragenital pada L. boueti.
5.4 Siklus Hidup
Ada tiga tahap dalam siklus hidup: telur, nimfa dan dewasa
(Gambar 5.3). Telur berwarna putih dan sekitar 1 mm. Nimfa
terlihat seperti kutu dewasa tapi lebih kecil. Perkembangan
lengkap dari telur hingga dewasa membutuhkan enam minggu
sampai beberapa bulan, tergantung pada suhu dan ketersediaan
makanan. Kedua kutu jantan dan betina memakan darah orang
tidur di malam hari. Bila tidak ada manusia, kutu makan darah
tikus, ayam dan hewan lainnya. waktu makan sekitar 10- 15 menit
untuk kutu dewasa, kurang untuk nimfa, dan makan setiap tiga
hari.
Gambar 5.3 Siklus Hidup bedbug (Natural History Museum,
London).
Siang hari bersembunyi tempat gelap, tempat kering di
tempat tidur, kasur, celah-celah di dinding dan lantai, dan
perabot; juga ditemukan di balik gambar dan wallpaper; tempat
persembunyian juga dipakai untuk perkembangbiakan. Kutu
sering melimpah di kamar tidur di iklim tropis. tidak berkembang
pada suhu kurang 13°C. Kutu dewasa dapat bertahan hidup
selama beberapa tahun tanpa makanan. Kutu menyebar dari satu
rumah ke rumah lain terutama malalui perabot bekas, tempat
tidur dan, kadang-kadang melalui pakaian.
Betina kawin biasanya makan penuh dan bertelur 3 - 6
hari kemudian. Oviposisi berlangsung selama 6 hari, dimana
6 - 10 telur diletakkan. Bergantung pada suhu lingkungan dan
kelembaban relatif, kutu betina bisa makan setiap 3 - 4 hari.
Telur diletakkan terus menerus, dengan jumlah rata-rata telur
per minggu biasanya bervariasi dari 3 - 8. Beberapa betina telah
diamati, meletakkan sebanyak 12 butir telur dalam satu hari dan
sampai 540 telur dalam masa hidupnya. Seekor betina mampu
menghasilkan telur yang layak selama 5 sampai 7 minggu setelah
makan dan kawin. Setelah waktu itu, semakin banyak telur yang
steril.
Telurnya lonjong, panjangnya sekitar 1 mm, dan warna
putih mutiara. Telur biasanya diletakkan dalam kelompok.
Penetasan biasanya berlangsung dalam 4 - 12 hari, tergantung
suhu. Ada lima tahap nimfa, masing-masing berlangsung 2,5 -
10 hari. Ambang batas suhu untuk perkembangbiakan sekitar
15°C, perkembangan optimal pada suhu 30°C. Kelembaban,
kecuali pada ekstrem, hanya sedikit atau tidak berpengaruh
pada perkembangan. Waktu perkembangan total dari telur ke
tahap dewasa untuk C. lectularius bervariasi dari 24 hari (pada
30°C) sampai 128 hari (pada suhu 18°C), dan untuk C. hemipterus
berkisar antara 25 hari (pada 30°C) sampai 265 hari (pada suhu
18°C).
Nimfa berwarna kuning pucat sebelum makan tapi mirip
buah beri merah setelah makan. makan umumnya 24 jam setelah
menetas. Pada suhu rendah, nimfa bisa bertahan selama 5 - 6
bulan tanpa makan, sedangkan kutu dewasa bisa bertahan lebih
lama lagi. Hal ini menjadi sarang parasit e sien, mampu bertahan
lama ketika host tidak hadir. Nimfa makan setidaknya satu kali
selama setiap instar, Makan kenyang biasanya sekitar 3 menit
untuk nimfa instar pertama dan 10 - 15 menit untuk nimfa lebih
tua dan kutu dewasa. Setelah makan kenyang, nimfa 2,5-6 kali
lebih berat dibandingkan nimfa tidak makan, dan kutu dewasa 1,5-
2 kali lebih berat dibandingkan kutu tidak makan. Seperti triatomin,
feses cair diekskresikan segera setelah menghisap darah. Setengah
berat seluruh makanan darah hilang dalam 5 jam pertama setelah
makan.
Perilaku dan Ekologi
Cimicids mirip dengan triatomin dalam pilihan tempat
persembunyian, sifat substrat yang dipilih, dan pola makannya.
kutu bersembunyi di celah-celah habitat manusia. Mereka lebih
menyukai substrat kering dan kering yang memungkinkan kontak
serangga maksimal dengan permukaan. Dalam situasi domestik,
bed bugs lebih suka bersembunyi di kayu dan tumpukan kertas
dibandingkan bahan terbuat dari batu, plester, logam, atau tekstil.
Kedua C. lectularius dan C. hemipterus mungkin menempati
kasur, kotak kasur, dan perabotan berlapis kain. Tempat infestasi
umum lainnya termasuk fasilitas umum seperti bioskop dan
ruang tunggu kantor dan kursi berlapis kain di bus. Cimicids
merangkak ke celah tersempit, seperti yang terbentuk di balik
wallpaper longgar, gambar, atau sakelar listrik atau pelat soket.
Tempat penyimpanan dan tempat yang penuh sering diwarnai
dengan bintik-bintik tinja yang mencolok warnanya berkisar dari
putih sampai kuning sampai coklat sampai coklat kemerahan
sampai hitam. Daerah infestasi C. lectularius dapat diidenti kasi
dengan karakteristik bau manis.
Bugs meninggalkan tempat persembunyiannya terutama
untuk makan. Kutu bersifat phototaktik negatif, umumnya
cenderung makan saat gelap atau cahaya redup saat suhu di
atas 10°C. Kehangatan dan karbon dioksida, seperti pada banyak
arthropoda hematophag lainnya, tampaknya merupakan faktor
utama ketertarikan kutu ke host. Perbedaan suhu hanya 1 - 2 ° C
untuk menginduksi tusukan
Dua spesies Cimex yang paling sering dikaitkan dengan
manusia telah tersebar di wilayah yang luas di dunia, dengan C.
lectularius paling sering ditemukan di daerah beriklim sedang dan
C. hemipterus di daerah tropis. Spesies ini bersembunyi di bagasi,
perabotan, dan segala macam bahan kemasan. Kutu terangkut di
kendaraan darat, kapal, dan pesawat terbang.
Aspek Kesehatan Masyarakat
Bedbugs tidak dianggap vektor penyakit. Kutu bisa
berperan sebagai vektor virus Hepatitis B tetapi ditolak dalam
sebuah riset di Gambia. Kutu penting terutama gangguan
menggigit. Orang paling sering digigit pada tungkai, badan, dan
wajah. Orang pernah digigit menderita radang lokal, rasa gatal
dan tidak tidur malam. Menggaruk dapat memicu infeksi
sekunder. Di rumah dengan kutu kepadatan tinggi di mana
orang menerima seratus atau lebih gigitan malam memicu
anemia ringan pada bayi.
Usinger (1966) mencantumkan 27 patogen manusia, termasuk
virus, bakteri, protozoa, dan cacing, dapat hidup di C. lectularius
dan C. hemipterus. Namun, ada sedikit atau tidak ada bukti kutu
busuk sebagai vektor patogen ini atau agen penyakit lainnya.
Reaksi sensitivitas terhadap gigitan kutu busuk yaitu
hasil zat yang disuntikkan saat menghisap darah. Reaksi ini
merupakan respon kulit lokal, atau sistemik. Reaksi lokal paling
umum yaitu serupa wheals dengan gigitan nyamuk yang tidak
komplit atau, pada beberapa individu, bullae berisi cairan besar.
Reaksi individu terhadap gigitan cimicid bervariasi dari tidak ada
respons sampai reaksi sensitivitas segera parah atau tertunda,
termasuk ana laksis. Dalam kebanyakan kasus, pembengkakan
dan gatal terkait dengan gigitan dapat dikurangi dengan diberi es
dan pemakaian antihistamin oral. Gigitan kronis kutu kadang
salah diagnosis sebagai dermatitis alergi atau gangguan kulit
lainnya. Penilaian klinis yang akurat seringkali memerlukan
evaluasi epidemiologi yang hati-hati terhadap tempat tinggal
pasien.
Orang yang hidup dengan infestasi kronis dari kutu sering
terkena serangan malam hari, ditandai hilangnya darah dan
kekurangan zat besi. Anak-anak yang memiliki kurang gizi
sangat rentan terkena anemia dan masalah medis lainnya akibat
kehilangan darah kronis. Individu yang digigit terus menerus oleh
kutu dapat mengalami iritabilitas ekstrim akibat kurang istirahat
malam dan kekurangan tidur kronis. Jika sumber gangguan tidak
terdeteksi, stres emosional akibat infestasi semacam itu mungkin
salah didiagnosis sebagai neurosis.
Pencegahan dan Pengendalian
Tindakan mencegah infestasi cimicid harus dimulai dengan
sanitasi rumah tangga. Membersihkan tumpukan kertas dan
sampah kayu menghilangkan tempat persembunyian dan tempat
penyimpanan untuk serangga. Namun, sekali infestasi terjadi,
menghilangkan cimicid diperlukan fumigasi residu insektisida
yang harus disemprotkan di permukaan tempat kutu berada
untuk mencapai host. Organofosfat terbukti paling bermanfaat
bila dibandingkan dengan hidrokarbon klor, karbamat,
atau pirethrin. Untuk pengendalian sementara, seperti yang
dibutuhkan seorang wisatawan menempati ruangan terinfestasi
kutu selama satu atau beberapa malam, insektisida di kaleng
aerosol dapat dipakai untuk menyemprotkan kerangka
tempat tidur, kasur, dan kotak kasur.
Deteksi
Infestasi kutu dapat dideteksi dengan pemeriksaan tempat
persembunyian dengan adanya kutu hidup, bekas kulit nimfa,
telur dan feses. Feses terlihat seperti tanda kecil coklat tua atau
hitam di seprai, dinding dan wallpaper. Rumah dengan sejumlah
besar kutu busuk memiliki karakteristik bau tak menyenangkan.
Kutu hidup dapat dideteksi dengan menyemprotkan
aerosol pirethrum ke celah-celah, sehingga kutu keluar dari
persembunyiannya.
Repellen
Deet dan repellen serangga lainnya efektif melawan kutu
busuk. Bisa dipakai oleh wisatawan yang tidur di rumah
dipenuhi serangga. Namun, repellents diaplikasikan pada kulit
tidak mungkin berlangsung sepanjang malam. Kemungkinan
obat nyamuk bakar menawarkan perlindungan.
Tindakan sederhana rumah tangga
Sejumlah kecil bedbugs ada di rumah tangga manapun,
terutama saat perabot bekas atau tempat tidur bekas dipakai .
Infestasi ringan dapat ditangani dengan membersihkan,
menuangkan air mendidih dan menjemur. Semprotan aerosol
insektisida rumah tangga ke kasur, celah-celah dinding, dan
tempat persembunyian lainnya. Insektisida yang efektif yaitu
piretroid, propoksur, bendiokarb dan dichlorvos. Prosedur harus
diulang jika bug masih ditemukan setelah beberapa minggu.
Penyemprot (fogger) Total
Perangkat ini mirip dengan semprotan aerosol namun
dirancang untuk melepaskan total isi kaleng dalam satu tembakan
melalui katup khusus. Kabut berisi tetesan yang agak besar
yang tidak menembus baik ke celah-celah. Kaleng mengandung
campuran insektisida-minyak tanah tidak boleh dipakai
untuk fogging karena risiko ledakan.
Kelambu diresapi insektisida
Kelambu diresapi insektisida piretroid yang tahan lama
efektif dalam mengusir dan membunuh kutu busuk. Kelambu
semacam itu semakin populer untuk mengendalikan nyamuk
malaria. Manfaat insidentil umum dilaporkan dari pemakaian
kelambu ini yaitu hilang total dari bedbug dan infestasi kutu
kepala, yang membuat kelambu sangat populer di kalangan
orang-orang di tempat sangat padat bedbug.
Generator asap
Generator asap, tersedia secara komersial dan biasanya
mengandung insektisida piretroid, dipakai membersihkan
bagian dalam rumah. Generator terbakar selama 3-15 menit dan
hanya bisa dipakai satu kali. Asap tetesan kecil insektisida
sangat kecil diproduksi yang bisa menembus retakan dan celah
untuk membunuh kutu busuk, kutu, lalat, nyamuk dan tungau
tikus tropis. Generator asap tidak selalu bekerja dengan baik,
karena insektisida bisa menempel pada permukaan horizontal
tanpa menembus ke dalam celah yang dalam. Mereka memiliki
efek singkat dan tidak mencegah infestasi ulang dari tetangga,
tempat tinggal yang tidak ditangani. Ini terutama dipakai di
mana tindakan cepat dibutuhkan.
Residu Insektisida
Rumah dengan infestasi berat perlu ditangani dengan residu
insektisida jangka panjang. Satu penanganan biasanya cukup
untuk menghilangkan kutu busuk, tapi jika infestasi berlanjut,
penanganan ulang harus dilakukan dengan interval tidak kurang
dari dua minggu. Di banyak negara, resistensi kutu busuk
terhadap DDT, lindane dan dieldrin dilaporkan. Insektisida
yang dipilih harus diketahui efektivitas terhadap populasi
sasaran (lihat Tabel 5.1). Penambahan insektisida iritan, misalnya
Insektisida Konsentrasi semprotan(%)
malathion 2.0
fenitrothion 0.5-1.0
propoxur 2.0
carbaryl 1.0
diazinon 0.5
bendiocarb 0.2-0.3
fenchlorvos 1.0
pirimiphos methyl 1.0
propetamphos 0.5-1.0
permethrin 0.5
cy uthrin 0.01
deltamethrin 0.005
lambdacyhalothrin 0.005
Tabel 5.1 Residu insektisida untuk membasmi bedbugs
0,1-0,2% pyrethrin, membantu mengusir kutu dari tempat
persembunyiannya, sehingga meningkatkan paparan terhadap
residu insektisida. Sebagian besar piretroid yaitu pembilasan
dan pembasmi obat yang efektif.
Semprotan residu diaplikasikan dengan semprotan kompresi
yang dioperasikan dengan tangan. Perhatian khusus harus
diberikan pada kasur, perabotan, dan celah di dinding dan lantai.
Pada infestasi yang padat, dinding dan lantai harus disemprot
sampai terlihat basah (titik target). Biasanya ini sesuai dengan
1 liter per 50 m2 pada permukaan yang tidak menyerap dan
sampai 5 liter atau lebih per 50 m2 pada permukaan penyerap
seperti dinding bata lumpur. Kamar di negara tropis lembab
harus ditangani di pagi hari agar kering dan cocok untuk masuk
kembali di malam hari. Kasur dan tempat tidur harus ditangani
hati-hati untuk menghindari pewarnaan dan perembesan, dan
harus diangin anginkan dan dikeringkan sebelum dipakai .
Duster tangan mengandung bubuk insektisida dipakai untuk
kasur dan tempat tidur, untuk menghindari perembesan. Tempat
tidur bayi tidak boleh ditangani dengan residu insektisida, namun
dengan insektisida jangka pendek seperti yang dapat ditemukan
di kebanyakan kaleng semprot aerosol.
TUNGAU
Tungau yaitu sekelompok hewan kecil bertungkai delapan,
seperti caplak, masuk anggota superordo Acarina. Jika kutu
sejatinya merupakan anggota Insecta (serangga), tungau lebih
mirip dengan laba-laba dilihat dari kekerabatannya.
Tungau ini merupakan salah satu avertebrata yang paling
beraneka ragam dan dapat beradaptasi dengan berbagai
keadaan lingkungan. Ukurannya pada umumnya sangat kecil
sehingga kurang menarik perhatian hewan pemangsa besar
dan mengakibatkan ia mudah menyebar. Banyak di antara
anggotanya yang hidup bebas di air atau daratan, namun
sebagian anggotanya yang menjadi parasit pada hewan lain
(mamalia maupun serangga) atau tumbuhan, bahkan ada yang
saling memakan. Beberapa tungau diketahui menjadi penyebar
penyakit (vektor) dan pemicu alergi. Walaupun demikian, ada
pula tungau yang hidup menumpang pada hewan lain namun
saling menguntungkan. Tungau juga memicu penyakit
skabies, penyakit pada kulit yang mudah menular.
Lebih dari 250 spesies tungau diketahui sebagai penyebab
masalah kesehatan bagi manusia dan hewan domestik. Jenis
masalah kesehatan meliputi (1) iritasi kulit akibat gigitan
atau mencari makan pada kulit host, bulu, dan lainnya; (2)
dermatitis tungau menyerang folikel kulit atau rambut; (3)
alergi tungau; (4) penularan agen mikroba patogen dan parasit
metazoa; (5) host perantara parasit, terutama cacing pita; (6)
invasi saluran pernapasan, saluran telinga, dan organ internal,
(7) ketakutan abnormal pada tungau, atau acarophobia, dan (8)
acariosis bersifat menipu, kondisi psikologis di mana individu
yakin bahwa mereka sedang diserang oleh tungau ketika,
pada kenyataannya, tidak ada tungau yang terlibat. Istilah
umum untuk infestasi hewan oleh tungau disebut acarinism,
sedangkan kondisi penyakit yang disebabkan oleh tungau
yaitu acariasis (acarinosis).
Beberapa jenis tungau yaitu vektor penting penyakit
rickettsia, seperti demam tifus disebabkan Rickettsia
tsutsugamushi dan beberapa penyakit virus lainnya. Tungau
dapat menimbulkan gangguan akibat gigitan serius bagi manusia
dan hewan. Banyak orang menunjukkan reaksi alergi terhadap
tungau akibat gigitannya. Tungau tertentu memicu kondisi
yang dikenal sebagai kudis.
6.2 Taksonomi
Berdasarkan skema klasi kasi yang dijelaskan oleh Evans
(1992), tungau terdiri dari Class arachnid subclass Acari, yang
dibagi menjadi dua kelompok besar: Anactinotrichida and
Actinotrichida (Tabel 6.1). pemakaian nama alternatif pada ordo
ini merupakan subordo. Tiga garis keturunan utama superordo
dalam subkelas Acari (lihat Tabel 6.1) dikenali, dua di antaranya,
Parasitiformes dan Acariformes, mengandung spesies penting
aspek medis dan kedokteran hewan. Anggota Ordo Ixodida,
Tabel 6.1 Klasi kasi Tungau (Evans, 1992)
Kelas Arachnida Subclass Acari (Acarina)
Superordo Anactinotrichida (Bentuk Parasit)
Ordo Notostigmata (Opilioacarida)
Ordo Holothyrida (Tetrastigmata)
Ordo Ixodida (Metastigmata)
Ordo Mesostigmata (Gamasida)
Superordo Actinotrichida (Bentuk Acari)
Ordo Bentuk Trombid
Subordo Prostigmata (Actinedida + Tarsonemida)
Ordo Bentuk Sarcopti
Subordo Astigmata (Acaridida)
Family Sarcoptidae – scabies mite
Family Pyroglyphidae – house dust mite
Subordo Oribatida (Cryptostigmata)
Mesostigmata, Prostigmata, Astigmata, dan Oribatida yaitu
penyebab masalah kesehatan hewan.
Morfologi
Kerangka dasar tubuh tungau ditunjukkan pada Gambar 6.1
Tubuh dibagi menjadi dua wilayah utama: gnathosoma anterior
- pedipalpus dan chelicerae; dan idiosoma - kaki dan mata (bila
ada). Pedipalpus biasanya tersegmentasi lima tetapi mungkin
sangat berkurang dan sangat dimodi kasi dalam berbagai
kelompok tungau. Pedipalpus yaitu sensor utama dilengkapi
dengan sensor kimia dan taktil yang membantu tungau dalam
mencari makanan dan mengamati isyarat lingkungan. Dalam
beberapa kelompok mereka dapat dimodi kasi sebagai struktur
liar untuk menangkap mangsa atau perangkat lain dipakai
menempel pada host.
Gambar 6.1 Morfologi Tungau betina dewasa (Mesostigmata,
Laelapidae, Androlaelaps), sisi ventral. (Baker et. al., 1956.)
Mulutnya terdiri dari sepasang chelicerae, masing-masing
biasanya tiga segmen dan berakhir di Chela, atau penjepit.
Chela terdiri dari bagian tetap dan bergerak, dirancang untuk
menangkap atau menggenggam. Dalam kasus tungau parasit
tertentu chelicerae sangat dimodi kasi, struktur ramping untuk
menusuk kulit dan mencari makan darah dan jaringan host lain.
Idiosoma dapat dibagi menjadi beberapa daerah. Bagian
anterior - kaki yaitu podosoma. Bagian posterior di belakang kaki
yaitu opisthosoma. Daerah lainnya termasuk propodosoma,
dimana sebagian dari idiosoma bantalan pertama dan kedua
pasang kaki, dan hysterosoma, membentang tepat dari belakang
kedua sepasang kaki ke ujung posterior tubuh.
Tungau biasanya memiliki empat pasang kaki pada nimfa
dan dewasa, tetapi hanya memiliki tiga pasang pada larva. Kaki
dibagi menjadi segmen berikut: coxa, trochanter, femur, genu,
tibia, tarsus, dan pretarsus. Pretarsus biasa memiliki sepasang
cakar, median tunggal empodium, dan, dalam kelompok
tertentu, membran pulvilus. Struktur ini sangat bervariasi di
antara berbagai kelompok tungau dan membantu dalam gerakan
atau menempel ke berbagai permukaan, termasuk host.
Ukuran tungau sangat kecil, mulai 0,5-2,0 mm; ada ribuan
spesies dan banyak hidup pada hewan. Sama dengan Tick,
hewan ini memiliki delapan kaki dan tubuh dengan sedikit atau
tidak ada segmentasi.
Siklus Hidup
Tahap dasar perkembangan siklus hidup tungau yaitu
telur, prelarva, larva, protonymph, deutonymph, tritonymph,
dan dewasa (Gambar 6.2). Telur dapat disimpan secara eksternal
atau mungkin dipertahankan dalam rahim sampai menetas.
Prelarva yaitu tidak makan, tahap diam yang mungkin tidak
memiliki kaki, mulut, atau tur eksternal yang berbeda dengan
lainnya. Larva biasanya merupakan bentuk aktif yang berganti
kulit menjadi nimfa. Nimfa biasanya menyerupai bentuk dewasa
tetapi ukurannya kecil. Dalam kebanyakan spesies dimulai dari
tahap telur, larva, nimfa dan dewasa.
Jumlah perkembangan dari telur hingga dewasa dan jumlah
generasi per tahun terlalu luas untuk membuat generalisasi yang
bermakna. Oleh karena itu penting untuk memahami biologi dan
Gambar 6.2 Tahap perkembangan dalam siklus hidup
Trombiculidae (Rebecca L. Nims.)
siklus hidup pola perkembangan kelompok individu dan spesies.
Untuk informasi lebih lanjut tentang perkembangan dan siklus
kehidupan tungau, l
Makanan
Seperti kebanyakan arakhnida, banyak tungau parasit hanya
memakan cairan; pencernaan eksternal dan darah, getah bening,
atau kulit yg telah dicerna masuk ke kerongkongan.
Banyak tungau bentuk sarcoptidae, termasuk tungau debu
rumah, gigitan dan makanan padat yang tertelan; Lapisan matriks
peritro k yang dihasilkan bolus usus/pelet tinja merupakan
sumber utama alergen. Mulut tungau bentuk sarcopti partikulat
secara primitif berkelok-kelok tapi kurang kuat pada parasit kulit
yang berkembang ke arah penggalian eksternal dan pemberian
cairan. Tungau, Sarcoptes scabiei (L.), mengeluarkan enzim yang
melemahkan kulit dan kemudian memakai kaki berduri dan
chelicerae untuk memecah kulit yang dilisis dan menyedotnya -
menciptakan liang di dalamnya untuk bertelur.
Distribusi dan Perilaku
Migrasi dari host ke host lainnya biasanya terjadi pada betina
dewasa yang kawin atau jantan dewasa yang mengembara di
Dermanyssoidea; Namun, ketika infeksi terjadi melalui kontak
dekat (mis., ibu terhadap anak), maka setiap tahap aktif dapat
mengubah host. Beberapa menumpuk pada kulit hostnya hanya
untuk makan, dan telur diletakkan di dalam atau di sekitar
sarang. Larva bersifat sementara dan tidak makan, jadi gerakan
ke host dilakukan oleh nimfa pada saat mencari makan. Seperti
kebanyakan ticks, dermanyssoids yang membuat host to molt
harus menemukan host lain. Tidak seperti kutu, sekalipun, tidak
ada data yang menunjukkan pencarian nimfa di habitat sekitarnya;
Kemungkinan besar, tungau kembali ke host yang sama atau
terkait di sarang yang sama, kecuali mungkin bersarang di host
secara keluarga. Tungau ini juga dapat diangkut pada produk
nesting atau produk komersial yang terkait dengan produksi
komersial host; misalnya, peti telur.
Untuk ikhtisar makan, kawin dan reproduksi, oviposisi, dan
perilaku penyebaran tungau, lihat Woolley (1988) dan Evans
(1992).
6.6 Dampak Kesehatan
Tungau dapat mempengaruhi kesehatan manusia dalam
banyak cara. Tungau di rumah, termasuk karpet, kasur dan
selimut, pakaian, produk makanan yang disimpan, dan hewan
peliharaan rumah tangga. Biasanya menimbulkan berbagai alergi
pada paparan berikutnya. Tungau lainnya yang biasanya parasit
pada manusia dapat memicu dermatitis pada manusia
ketika mereka menggigit kulit dalam upaya untuk mencari
makan darah atau jaringan lain. Situasi serupa terjadi di luar
ketika tahap parasit larva tungau trombiculid, dikenal sebagai
chiggers atau redbugs, makan pada kulit manusia. Manusia atau
host sering mengalami reaksi kulit lokal yang intensif di mana
tungau ini melengket. Tungau juga dapat menimbulkan bahaya
kerja bagi petani, pekerja pabrik, operator gudang, dan lembaga
lainnya yang menangani habitat tungau seperti jerami, dan biji-
bijian. Tungau yang terlibat biasanya memakan jamur, bahan
tanaman, atau berbagai arthropoda; Namun, ketika kontak
dengan manusia, tungau dapat menembus kulit, kadang-kadang
memicu dermatitis parah. Tungau lainnya sebenarnya
menyerang kulit, baik menggali melalui jaringan kulit (misalnya,
tungau kudis) atau folikel rambut atau yang berhubungan
dengan kelenjar kulit (tungau folikel). Infeksi tungau ini dapat
memicu dermatitis ringan dan kadang-kadang berat.
Selain ketidaknyamanan sementara atau gangguan yang
disebabkan tungau, beberapa tungau memicu masalah
kesehatan lebih serius atau kronis. Sejumlah spesies dapat
terhirup atau tertelan, memicu infestasi dari saluran
pernapasan dan sistem pencernaan. Tungau bahkan dilaporkan
ada dari empedu dari pasien penderita kolesistitis kronis
(radang kandung empedu) dan kadang-kadang dari saluran
urinogenital. Masalah tungau yang paling sering mempengaruhi
kesehatan manusia yaitu alergi pernafasan yang disebabkan
oleh tungau debu rumah. Pada individu yang peka, hal ini dapat
memicu stres kronis pernapasan, bronkitis, dan asma.
Ada sedikit penyakit pada manusia, yang melibatkan patogen
ditularkan oleh tungau. Yang paling sering yaitu penyakit
tsutsugamushi (scrub typhus), ada terutama di Asia
Tenggara, Australia, dan kepulauan Pasi k.
a. Tungau Penyebab Dermatitis
Ada sekitar 14 family dari tungau diketahui memicu
dermatitis pada manusia. Hanya 2 Family (Demodicidae dan
Sarcoptidae) yang memanfaatkan manusia sebagai host nya.
Reaksi kulit terhadap tungau ini dari ringan, iritasi lokal di
tempat gigitan individu untuk respon kulit yang parah pada
individu peka terhadap antigen tungau tertentu.
Hanya dua Family tungau biasanya menyerang kulit atau
struktur kulit manusia dan kelenjar kulit, yaitu Demodicidae,
atau tungau folikel, dan Sarcoptidae, atau tungau kudis.
Padahal hanya sejumlah kecil manusia dipenuhi dengan tungau
folikel yang mengalami masalah klinis, kebanyakan individu
yang menjadi korban tungau kudis pada manusia mengalami
dermatitis yang mengganggu, seringkali parah.
1. Demodicidae
Anggota Family ini disebut tungau folikel. Tungau sangat
kecil, memanjang, mengurutkan tungau dengan kaki yang
sangat pendek, kokoh, tiga segmen. Tungau ini tidak ada setae
tubuh dan memiliki sepasang chelicerae kecil seperti jarum yang
dipakai untuk menembus sel dermal, di mana tungau ini
mencari makan.
Dua spesies Demodex menginfeksi manusia. Demodex
folliculorum terutama terjadi pada folikel rambut, sedangkan
D. brevis umumnya ditemukan pada kelenjar sebaceous yang
terbuka melalui saluran ke folikel rambut. Kedua spesies dapat
menempati host yang sama, muncul bersamaan dalam sampel
yang diambil dari individu tertentu. Kedua Tungau dewasa dari
spesies yang sangat mirip satu sama lain namun dapat dibedakan
berdasarkan bentuk tubuh umum dan ukuran relatif jantan dan
betina. D. betina follikulorum memiliki tubuh memanjang yang
lembut meruncing dari podosoma ke ujung ekor yang ramping
dan bulat. D. brevis betina memiliki tubuh yang biasanya
melebar sebelum terkena podosoma dan berakhir di folikel bulat
yang lebih luas. Telur juga khas, berbentuk spindle pada D.
folliculorum dan oval pada D. brevis.
Seluruh siklus hidup D. folliculorum dan D. brevis
dihabiskan pada host manusia. Tungau mendapat makan
dengan menusuk sel inang dengan chelicerae styletiformis
dan menarik isi sel ke kerongkongan dengan cara pemompaan
faring. Host mereka sangat spesi k dan hanya bisa bertahan
pada manusia. Pemindahan tungau dari satu individu ke orang
lain dianggap terjadi antara ibu dan bayi selama keintiman yang
berhubungan dengan kontak wajah dan perawatan. Tungau
dewasa dari kedua jenis kelamin itu mudah berpindah antar host
pada saat-saat seperti ini. Kenyataan bahwa 90- 100% dari semua
manusia rupanya menyimpan tungau folikel yang membuktikan
perpindahan ini terjadi.
Tungau folikel manusia cenderung terjadi terutama pada
bagian dahi, kelopak mata, dan hidung. Mereka juga dapat terjadi
di alis, kelenjar Meibomian pada mata, mukosa perioral, saluran
telinga, dada, puting susu, dan bagian tubuh lainnya Dalam kebanyakan kasus, hal itu tidak menimbulkan
bahaya dan jarang terlihat. Hanya dalam keadaan yang tidak
biasa, yang sebagian besar tidak dapat dijelaskan, apakah mereka
memicu masalah klinis yang memerlukan perhatian
medis. Kasus seperti itu yang melibatkan reaksi dermal terhadap
tungau Demodex disebut demodikosis. Tidak tampak bahwa ada
patogen spesi k yang terlibat, meskipun infeksi bakteri sekunder
dapat memperburuk kondisi.
Demodex folliculitis ditemukan paling sering di wajah, tapi
juga pada lengan bawah dan dada. Ini biasanya memicu
lesi kulit seperti rosacea, timbul sebagai papula merah-folikel
merah dan pustula kecil. Ini yaitu infestasi Demodex yang
paling sulit untuk didiagnosis karena hampir tidak dapat
dibedakan secara klinis dari masalah kulit lainnya seperti acne
cosmetica, telangiectasia kortikosteroid (darah melebar di
dalam kulit yang memiliki penampilan yang berliku-liku), dan
rosacea. Dalam beberapa kasus, hal itu mungkin mempersulit
atau memperburuk kondisi kulit yang sudah ada sebelumnya.
Oleh karena itu, kon rmasi demodicosis tergantung adanya
tungau, semua tahap dapat ditemukan dalam kandungan
pustula.
Diagnosis demodikosis yang positif dibuat dengan mengkon-
rmasi kehadiran sejumlah besar tungau Demodex disekitar area
kulit yang terkena. Tungau dapat dilihat dengan pemeriksaan
mikroskopik dari scrapings kulit, isi pustule, puing-puing
seluler dari folikel rambut, dan bulu mata yang gugur dalam
kasus demodex blepharitis. Selotip pita perekat, diterapkan pada
area kulit yang terinfestasi, dapat dipakai untuk memulihkan
tungau Demodipid di dekat lubang folikular atau bergerak
di permukaan kulit. Biopsi folikuler juga bisa membantu, di
mana polimer cyanoacrylate dengan cepat dipakai untuk
mengekstrak infeksi folikel sebaceous
Berbagai tahap tungau, termasuk telur, biasanya terlihat jelas.
Kasus demodicosis manusia dapat diobati secara efektif
dengan mencuci setiap hari kulit yang terkena dengan sabun
alkalin atau sulfur ringan, diikuti dengan penerapan lotion
sulfur ringan yang dijual untuk tujuan ini. Senyawa lainnya,
seperti gamma benzena heksaklorida (lindane), metronidazol,
dan salep oftalmik physostigmine pada kasus blepharitis, juga
efektif. Bila dirawat dengan benar, kasus diatasi dalam 2-3
minggu tapi mungkin memakan waktu selama 2 bulan. Ini
bukan untuk mengatakan bahwa tungau dieliminasi; jumlah
mereka dikurangi ke tingkat yang lebih rendah yang tidak
memicu patogenesis. Pencucian wajah dan kelopak mata
secara teratur dengan sabun alkalin membantu menekan populasi
Demodex dan mengurangi risiko pengembangan demod-icosis.
pemakaian maskara juga tampaknya menghambat tungau. Di
sisi lain, pemakaian krim obat secara teratur, pelembab kulit,
dan aplikasi topikal corticosteroids cenderung meningkatkan
jumlah Demodex, yang memicu infestasi lebih berat dan
meningkatkan prospek masalah kulit terkait.
Untuk informasi lebih lanjut tentang spesies Demodex dan
kepentingan medisnya,
2. Sarcoptidae
Satu-satunya tungau dalam family ini yang biasanya
mengganggu manusia yaitu anggota genus Sarcoptes, umumnya
tungau kudis. Mereka mewakili kompleks taksonomi varietas
atau jenis siologis dari spesies Sarcoptes scabiei tunggal.
Bentuk yang biasanya menyerang orang disebut tungau
kudis manusia, atau tungau gatal manusia, S. scabiei var.
hominis. Kutu ini kosmopolitan dalam distribusi dan menginfeksi
populasi manusia dari semua ras sebagai parasit obligat yang
hidup di kulit. Tungau dewasa berukuran kecil (betina 350-450
gm, panjang jantan 180-240 gm) dan berbentuk bulat, dengan
duri kecil berbentuk segitiga di permukaan dorsal membantu
menggali (Gambar 6.3). Duri ini lebih banyak dan mencolok pada
Gambar 6.3 Tungau kudis Manusia, Sarcoptes scabiei
(Sarcoptidae), betina, sisi dorsal
betina dibandingkan pada jantan. Kaki pendek, dengan kaki 1 dan 2
betina dan kaki 1-3 jantan masing-masing membawa pengisap
terminal. Kedua pasang kaki belakang betina dan sepasang kaki
terakhir pada jantan kurang mengisap dan malah berakhir dalam
setae atau bulu panjang. Panjang Tungau ini sekitar 0,2 sampai
0,4 mm dan hampir tak terlihat dengan mata telanjang. Praktis
seluruh siklus hidup dihabiskan untuk dan di kulit manusia.
Untuk makan dan bertelur, betina dibuahi menggali terowongan
berliku di permukaan kulit. Terowongan diperpanjang oleh 1-5
mm per hari dan dapat dilihat pada kulit sebagai garis memutar
sangat tipis beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter
panjangnya.
Tungau dewasa bisa merangkak dengan cukup cepat di
permukaan kulit, dengan betina menempuh jarak hingga 2,5
cm/menit. Setelah menemukan lokasi yang sesuai, betina
memakai checilicerae dan dua pasang kakinya untuk
masuk ke dalam kulit, menghilang di bawah permukaan sekitar
1 jam. Betina yang dibuahi kemudian muncul di permukaan
kulit dan mencari tempat di mana menggali liang permanen.
Dia menembus kulit sekali lagi dan membuatnya turun melalui
stratum korneum, atau lapisan kulit, sampai ke batas bawah
stratum granulosum yang mendasarinya. Tungau menggali liang
horisontal di dalam lapisan stratum korneum dimana dia akan
menghabiskan sisa hidupnya, biasanya 30 hari atau lebih. Selama
waktu ini ia terus memperpanjang liangnya sebesar 0,5 mm/hari
atau lebih, umumnya mencapai panjang total 1 cm atau lebih.
Seperti yang dilihat dari kulit wajah, limbung segar tampak
seperti garis kecil, keabu-abuan, berliku-liku, dengan betina
dewasa dapat dilihat sebagai titik putih di ujung terowongan.
Dalam beberapa jam, betina mulai bertelur di liang,
menghasilkan dua sampai tiga telur setiap hari. Telur menetas
dalam 3- 4 hari. Hasilnya larva sering tinggal di liang selama
sekitar satu hari sebelum secara aktif merangkak keluar dari
liang ke permukaan kulit. Di sana larva menggali liang dangkal
dimana berubah menjadi nimfa sekitar 3 hari kemudian. Nimfa
tetap berada di permukaan kulit atau menggali tepat di bawah
permukaan, di mana berubah menjadi dewasa dalam 3-4 hari.
Waktu perkembangan dari telur menjadi dewasa biasanya
memakan waktu sekitar 10 hari untuk jantan dan 14 hari untuk
betina. Perkembangan dari telur hingga dewasa minimal dua
minggu. Betina dapat hidup pada manusia selama 1-2 bulan.
Tungau dapat bertahan hidup hanya beberapa hari jika terpisah
dari host nya. Tungau kudis biasanya ditemukan di mana kulit
tipis dan keriput, misalnya sela jari-jari, di sisi kaki dan tangan
(Gbr. 6.4), lekukan lutut dan siku, penis, payudara dan tulang
belikat . Pada anak-anak muda, tungau juga ditemukan pada wajah
dan daerah lainnya. Dua pertiga tungau biasanya ditemukan di
tangan dan pergelangan tangan, tapi kaki dan pergelangan kaki
juga cenderung penuh pada anak-anak (Alexander 1984)
Meskipun liang sementara dibuat oleh larva, nimfa, dan
betina dapat terjadi di banyak bagian tubuh, liang-liang yang
lebih permanen yang dibuat oleh para betina cenderung berada
pada lokasi yang sangat khas. Tempat yang paling sering yaitu
lipatan kulit sekitar pergelangan tangan dan di sisi dalam, atau
lipata sela, jari-jari. Tempat umum lainnya yaitu siku, kaki, dan
pergelangan kaki; axillae; pantat; penis; skrotum; dan, payudara.
Lokasi liang di anak-anak agak berbeda dari orang dewasa,
biasanya melibatkan telapak tangan, sisi dan telapak kaki, dan
area sekitar kepala dan leher. Dalam perlakuan terhadap ruam
dan ketidaknyamanan yang terkait langsung dengan liang,
ruam sering terjadi pada bagian tubuh yang lain dan tidak
sesuai dengan distribusi tungau betina dewasa. Tidak seperti
orang dewasa, anak sering mengalami ruam di wajah, dada, dan
punggung.
Penularan: Kudis biasanya ditularkan melalui kontak pribadi
yang dekat, seperti antara orang tidur bersama, dan selama
hubungan seksual. Penyebaran sebagian besar terjadi di dalam
keluarga dan jika salah satu anggota keluarga terkena kudis maka
semua yang lain akan tertular. Tungau diperoleh dari seseorang
tidur di tempat tidur yang sebelumnya dipakai oleh penderita,
tapi juga ditularkan melalui pakaian dalam. Cara penularan yang
paling umum yaitu dengan kontak langsung antara individu
saat tungau merangkak di permukaan kulit. Namun, penularan
juga bisa terjadi melalui sprei, pakaian, dan kain lainnya dari
host penderita. Tungau mampu bertahan 2-3 hari pada suhu
kamar bila kelembaban relatif lebih dari 30%. Semakin tinggi
kelembaban relatif, semakin tinggi tingkat kelangsungan hidup.
Larva S. scabiei dapat menetas dari telur yang diendapkan dari
host dan mencapai objek hingga 7 hari.
Distribusi
Kudis ada di seluruh dunia pada orang dari segala usia
dan kelompok sosial. Di beberapa negara berkembang sampai
seperempat dari populasi mungkin akan terpengaruh. Hal
ini paling sering terjadi pada anak-anak. Wabah kudis sering
dilaporkan dari tempat-tempat di mana orang tinggal di daerah
padat, kondisi higienis (misalnya kamp pengungsi) dan di mana
kebersihan yang buruk, seperti di penjara kurang terpelihara dan
perawatan.
Gejala awalnya, sedikit lebih tinggi, track kemerahan kecil
muncul, sering gatal. Ini diikuti dengan pembentukan dan
pecahnya papulae dan vesikel kecil pada permukaan kulit.
Menggaruk memicu perdarahan dan memicu
penyebaran kutu. Kuatnya dan keseringan menggaruk sering
memicu infeksi sekunder, sehingga menimbulkan bisul,
pustula dan eksim.
Gambar 6.4 Infestasi berat tungau kudis di kulit pergelangan
tangan.
Sebuah ruam kudis khas dapat berkembang di daerah tubuh
tidak terinfestasi tungau.
Hal ini terjadi terutama pada bagian bokong, sekitar
pinggang dan di bahu, dan reaksi alergi. Pada orang yang baru
kudis, gatal dan ruam tidak muncul sampai sekitar 4-6 minggu
setelah infestasi tetapi pada individu penuh sebelumnya ruam
muncul dalam beberapa hari.
Sebuah bentuk yang jarang dari penyakit skabies Norwegia,
berhubungan dengan jumlah besar dari tungau dan ditandai
dengan skala dan remah, terutama pada telapak tangan dan kaki.
Tampaknya terjadi lebih sering pada orang dengan gangguan
kekurangan kekebalan (terutama infeksi HIV) dari antara pasien
imunokompeten.
Kon rmasi
Infeksi kudis dapat dikon rmasi dengan gesekan kulit
yang terkena dengan pisau, pindahkan materi ke kaca slide, dan
memeriksa tungau di bawah mikroskop. Penerapan minyak mineral
memfasilitasi pengumpulan dan pemeriksaan kerokan. Metode
lain melibatkan menerapkan tinta untuk daerah kulit penuh dan
kemudian mencucinya, sehingga mengungkapkan liang.
Pengobatan
Ivermectin, yang dipakai dalam pengobatan onchocerciasis
dan lariasis limfatik, juga cocok untuk pengobatan infeksi kudis.
Hal ini diberikan dalam dosis oral tunggal 100-200 mg per kg
berat badan.
Metode pengobatan konvensional bertujuan untuk
membunuh tungau dengan insektisida (lihat Tabel 2). Setelah
pengobatan berhasil, gatal terus untuk beberapa waktu akhirnya
menghilang sepenuhnya. Perawatan semua anggota keluarga
diperlukan untuk mencegah penularan ulang. Kebanyakan
perawatan menyediakan obat lengkap tapi kadang- kadang
aplikasi kedua dalam 2- 7 hari diperlukan. Perlakuan berlebihan
harus dihindari karena toksisitas dari beberapa senyawa.
Insektisida yang umum dipakai yaitu lindane (10%
lotion), benzil benzoat (10% lotion), crotamiton (10% cream)
dan permethrin (5% cream). Yang terakhir sekarang dianggap
terapi pilihan karena khasiat yang tinggi dan risiko efek samping
rendah.
Formula harus diterapkan ke seluruh bagian tubuh di bawah
leher, tidak hanya ke tempat-tempat di mana gatal dirasakan.
Seharusnya tidak dicuci sampai hari berikutnya. Orang yang
dirawat bisa berpakaian setelah aplikasi telah dibiarkan kering
selama sekitar 15 menit.
Tabel 6.2 Formula insektisida dipakai untuk scabies
Insektisida Formula
benzyl benzoate Emulsi 20-25%
sulfur Cairan minyak
lindane krim or losion 1%
malathion cairan emulsi 1%
permethrin sabun btg 1% / krim 5%
Alergi Tungau
Beberapa anggota family tungau dapat memicu alergi
pada manusia dengan kontak langsung tungau dengan kulit atau
menghirup tungau atau bagian tungau. Sumber alergi tungau
alergi yang paling umum yaitu produk tersimpan dan debu
rumah.
1. Tungau Peyimpanan
Orang yang menangani produk yang tersimpan dengan kutu
dapat menjadi peka terhadap tungau pada kontak berikutnya,
sehingga menghasilkan respons kekebalan yang disebut alergi
tungau peyimpanan. Meskipun sifat alergen yang tepat tidak
diketahui, zat ini mencakup komponen dari tungau hidup dan
mati dan bahan yang diproduksi di saluran alimenta tungau.
Orang yang peka mungkin mengalami dermatitis kontak atau
alergi pernapasan, tergantung pada jenis paparan.
Dermatitis kontak alergi berasal dari paparan tungau
dalam biji-bijian, buah kering, tepung, dan produk tersimpan
lainnya, yang memicu gatal dan kemerahan di lokasi
kontak. Keluarga tungau yang paling sering dilibatkan yaitu
Acaridae, Carpoglyphidae, dan Glycyphagidae. Selain itu,
Dermatophagoides pteronyssinus, namun dilaporkan sebagai
D. scheremetewski (Pyroglyphidae), dikaitkan dengan kasus
dermatitis bantal bulu. Berkaitan dengan tungau bulu kutu
tungau ini diketahui memicu lesi papula merah dan
pruritus pada kulit kepala, mata, telinga, dan lubang hidung
. Respons alergen
serupa terhadap D. farinae yang terkait dengan bantal bulu soba
telah dilaporkan di China ,
Alergi yang diakibatkan melalui inhalasi tungau udara
dan alergen terkait saluran pernapasan. Selaput mukosa yang
melapisi saluran hidung dan bronkus menjadi teriritasi dan
meradang, memicu rhinitis alergi dan asma. Selaput lendir
yang melapisi kelopak mata juga mungkin terkena, memicu
konjungtivitis. Respon ini melibatkan reaksi tipe sel-T dan
hipersensitivitas segera dan tertunda. Reaksi terhadap tungau
ini menimbulkan bahaya pekerjaan, terutama di kalangan
petani dan pekerja pertanian lainnya yang menangani butir-
butir biji-bijian dan bahan makanan tersimpan lainnya. Di antara
tungau penyimpanan yang lebih umum yang memicu
alergi inhalasi yaitu Aleuroglyphus ovatus dan Tyrophagus
putrescentiae (Acaridae), penghambat Lepidoglyphus
(Glycyphagidae), dan Blomia tropicalis (Echimyopodidae).
Untuk informasi lebih lanjut tentang alergi tungau penyimpanan,
Tungau Debu Rumah
Tungau debu rumah (Dermatophagoides complex) terdistribusi
di seluruh dunia. Ukurannya sangat kecil (0,3 mm) dan hidup
di perabot, tempat tidur, bantal dan karpet di mana tungau
memakan sampah organik, seperti sisik kulit dibuang dan
ketombe. Menghirup debu rumah sarat dengan tungau, kotoran
tungau, dan reruntuhan lain dan jamur terkait dengan tungau
menghasilkan reaksi alergi pada banyak orang, seperti asma
dan radang selaput lendir hidung. Sejumlah besar alergen yang
diproduksi oleh tungau debu rumah di udara setelah tidur.
Gambar 6.5 Tungau Debu rumah
Sebanyak 10 family dan 19 spesies tungau telah ditemukan
dari debu rumah di komunitas perkotaan
yang mencerminkan keragaman tungau yang ada di habitat
mikro ini . Taxa paling penting yang memicu alergi
pada manusia yaitu anggota Pyroglyphidae, terutama yang
termasuk genera Dermatophagoides dan Euroglyphus. Tungau ini
secara tipikal terdiri dari 90% atau lebih tungau yang ditemukan
di debu rumah. Family lain dari tungau yang umumnya terkait
dengan debu rumah yaitu Acaridae, Glycyphagidae, dan
Cheyletidae, yang diwakili oleh banyak spesies yang sama
dengan produk yang tersimpan. Empat tungau penyimpanan
yang lebih umum ditemukan di debu rumah yaitu Acarus
siro, T putrescentiae, L. destructor, dan Glycyphagus domesticus
. Tiga spesies yang paling umum yaitu
Dermatophagoides pteronyssinus (Gambar 6.5) (seringkali 80% atau
lebih tungau di rumah), Dermatophagoides farinae, dan Euroglyphus
maynei ,Tungau debu rumah Pyroglyphid yaitu
sumber alergen yang paling penting dalam debu rumah. Alergi
yang parah, rhinitis (gejala seperti demam), eksim (radang kulit),
dan asma (gangguan pernafasan) disebabkan oleh alergen yang
menghasilkan tungau ini dan mempengaruhi 50- 100 juta orang
di seluruh dunia
Spesies pyroglyphid yang paling luas yang memicu alergi
debu rumah yaitu tungau debu rumah Eropa (D. pteronyssinus),
yang tumbuh subur di debu lantai dan debu permukaan kasur.
Hal ini dianggap sebagai tungau debu rumah yang paling sering
ditemui. Ini yaitu tungau pertama yang diidenti kasi sebagai
penyebab alergi debu rumah pada tahun 1966, tak lama setelah
genus Dermatophagoides pertama kali dikaitkan dengan debu
rumah dan asma bronkial. Tungau debu rumah tumbuh subur di
lingkungan dengan kelembaban relatif di atas 65-70%. Tungau ini
bergantung pada uap air sebagai sumber air utama mereka, yang
mereka ekstrak dari udara. Mereka tidak dapat secara aktif bertahan
lebih dari 6-11 hari dengan kelembaban relatif di bawah 50%.
Aktivitas pemberian makan, laju reproduksi, dan jumlah bahan tinja
yang dihasilkan semuanya berhubungan langsung dengan tingkat
kelembaban ,
Masa perkembangan spesies Dermatophagoides dan
Euroglyphus bervariasi dengan suhu dan kelembaban. Di bawah
kondisi yang menguntungkan pada suhu kamar dan kelembaban
relatif 75%, mereka biasanya menyelesaikan generasi dalam
waktu sekitar 30 hari. Betina tidak bertelur kecuali telurnya
dibuahi dan umumnya mengalami perkawinan multiple.
Mereka meletakkan satu atau dua butir telur per hari selama
masa dewasa mereka, yang biasanya berlangsung 30 hari atau
lebih. Setengah atau lebih dari tungau dalam sampel debu dapat
diwakili oleh telur, dan, jika diabaikan, ini sering memicu
jumlah populasi yang kurang tepat saat hanya nimfa dan orang
dewasa yang dihitung
Spesies Dermatophagoides dan Euroglyphus yaitu saprofag
yang di rumah, mencari makan terutama pada jamur yang
tumbuh pada komponen organik debu lantai dan kasur.
Sejumlah jamur yang tertelan telah diidenti kasi di saluran
pencernaan tungau debu rumah, termasuk spesies xerophylic
di genera Aspergillus, Eurotium, dan Wallemia ,Bukti menunjukkan bahwa tungau makan selektif pada
jamur yang berbeda dan spesiesnya berbeda nilai gizi mereka.
Beberapa jamur, seperti Aspergillus penicillioides, sebenarnya
dapat merusak pertumbuhan dan reproduksi tungau , Sisik kulit dari manusia dan hewan peliharaan rumah
tangga berfungsi sebagai substrat nutrisi untuk jamur. Kasur
menyediakan lokasi yang sangat berguna bagi tungau untuk
dikembangkan. Semen manusia yang dihubungkan dengan
tempat tidur telah terbukti menjadi suplemen untuk tungau
debu rumah dan secara signi kan dapat meningkatkan jumlah
telur yang dihasilkan oleh betina ,
Tungau debu rumah terjadi dalam jumlah terbesar di tempat
tinggal rumah yang lebih lembab yang sering dikunjungi oleh
penghuninya, terutama di mana debu menumpuk di kamar
tidur dan ruang keluarga. Kasur sangat cocok, rupanya karena
akumulasi sel squamal manusia dan sisa-sisa kulit lainnya. Di
bawah kondisi optimal, sebanyak 5000 tungau telah ditemukan
per gram debu kasur. Jenis lantai bisa mempengaruhi spesies
dan jumlah tungau. Di rumah yang lembab, lantai pet mobil
berkontribusi pada populasi tinggi, sedangkan di Rumah
kering mungkin ada sedikit perbedaan jumlah dari tungau di
lantai berkarpet dan tidak berkarpet. Bila tingkat kelembaban
tinggi, bahkan lantai yang ditutupi linoleum dan bahan plastik
lainnya akan mendukung jumlah tungau debu rumah yang
tinggi. Secara umum, bagaimana, lantai kering dan karpet
mendukung populasi D. fairina yang lebih tinggi dibandingkan D.
pteronysinnus atau E. maynei. E. maynei memiliki persyaratan
kelembaban tertinggi, terutama di kasur dan tempat tidur, dan
paling tidak mungkin ditemukan di karpet. Meskipun beberapa
riset telah menunjukkan bahwa karpet wol memiliki
jumlah tungau lebih tinggi dibandingkan karpet yang terbuat dari
serat sintetis (mis., Nilon), riset lain tidak menunjukkan
adanya perbedaan yang signi kan pada keduanya.
Tungau debu rumah juga bisa terjadi pada jumlah yang
cukup besar dalam situasi lain di rumah. Dalam sebuah survei
terhadap kain tenun rumah di Jerman, 18% tungau ditemukan
ditemukan pada pakaian (misalnya jas) yang tergantung di
lemari , Kutu yang sama juga mungkin
memproduksi produk makanan yang tidak diolah dengan benar.
Dalam satu kasus, seorang individu mengalami bersin, pruritus
mata yang kuat, dan edema wajah dalam beberapa menit
menghirup embusan campuran adonan pizza kering yang sangat
banyak dengan D. farinae ,
Tungau debu rumah kini diakui sebagai sumber utama
alergen yang memicu alergi debu rumah, terutama pada
anak-anak, anak muda dan dewasa. Manifestasi klinis yang paling
umum yaitu asma bronkial, ditandai dengan sulitnya bernapas,
radang pada nasal, dan konjungtivitis. Ini mungkin disertai
eksim atopik pada beberapa individu yang peka. Serangan asma
cenderung terjadi pada malam hari, terutama di tempat tidur
berventilasi buruk dengan seprai tua dan kasur susun dan debu
lantai. Terjadinya gejala biasanya musiman, mencerminkan
ukuran populasi tungau. Ketajaman serangan alergi berkorelasi
langsung dengan jumlah tungau yang hadir.
D.pteronyssinus umumnya menghasilkan alergen debu
rumah yang paling manjur. Namun, sebagian individu spesies
lain, termasuk D. farinae, E. maynei, dan tungau penyimpanan
tertentu, dapat memperoleh respons alergi sama seperti D.
pteronyssinus. Setiap spesies tungau tampaknya memiliki
antigen dan alergen spesi k spesiesnya sendiri, dengan
perbedaan antara yang terkait dengan tungau tubuh dan
kotoran. Ada reaktivitas silang yang signi kan di antara antigen
spesies yang berbeda. Hal ini membuat sulit untuk menentukan
mana tungau yang terlibat dalam kasus individual, sehingga
menyulitkan diagnosis dan pengobatan klinis. Tes diagnostik
untuk alergi rumah-debu akibat tungau antara lain tes kulit
dan bronchoprovocation memakai ekstrak komersial dari
spesies tungau individu. Uji imunosorben terkait enzim dan
tes radioallergosorbent telah dikembangkan untuk membantu
diagnosis kasus alergi tungau debu rumah. Namun, mereka
cenderung kurang efektif dibandingkan tes tusukan kulit tradisional
dalam mengidenti kasi orang-orang yang hanya sedikit peka
terhadap alergi alergen di debu rumah.
Beberapa teknik pengambilan sampel telah dikembangkan
untuk menentukan apakah tungau debu rumah ada di rumah
dan, jika memang demikian, spesiesnya apa dan jumlah
relatifnya. Sebagian besar teknik memerlukan pengumpulan
sampel kasur dan debu lantai dengan perangkat vakum dan
pemeriksaan sampel secara mikroskopis untuk kehadiran tungau.
Berbagai metode otasi dan pewarnaan dapat dipakai untuk
memudahkan proses. Pendekatan lain yaitu pemakaian tes
guanin sebagai alat tidak langsung untuk menentukan jumlah
tungau yang ada. Guanine diekskresikan dalam tungau dan
berfungsi sebagai indeks kuantitatif jumlah tungau, terlepas dari
spesiesnya. Jumlah guanin dapat diukur dengan memakai
rol kromatog cair kinerja tinggi, memberikan metode cepat
dan sederhana untuk menentukan jumlah aktivitas tungau di
berbagai bagian rumah . Kepadatan alergen
tungau debu rumah dapat dinilai dengan tes yang mengukur
konsentrasi kotoran tungau (guanin) debu.
Pencegahan dan Pengendalian
Tungau dan jamur terkait dapat dikontrol dengan mengurangi
kelembaban di kamar, meningkatkan ventilasi dan membersihkan
debu. Kamar tidur dan ruang keluarga harus diangin-anginkan
secara teratur, atau langkah-langkah lain yang harus diambil
untuk mengurangi kelembaban. Bersihkan seprai dan sering
mencuci seprai dan selimut mengurangi ketersediaan makanan
dan jumlah tungau. Vakum pembersih tempat tidur, karpet dan
perabot juga efektif. Insektisida umum yang dipakai untuk
pengendalian hama tidak efektif tetapi produk khusus yang
mengandung benzil benzoat tersedia, menghancurkan tungau
bila dipakai pada kasur, karpet dan jok.