Tampilkan postingan dengan label Pengobatan tradisional 5. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pengobatan tradisional 5. Tampilkan semua postingan

Minggu, 12 Oktober 2025

Pengobatan tradisional 5

 



pengobatan 

tradisional di indonesia


Hasil uji regresi dengan metode probit menggu￾nakan tujuh variabel menghasilkan tiga varia￾bel independen yang mempunyai pengaruh 

signifikan terhadap variabel dependen masing￾masing yaitu  usia, wilayah tempat tinggal dan 

keberadaan pos obat. Sedangkan kepemilikan 

asuransi kesehatan, pendapatan, jarak menuju 

fasilitas kesehatan dan pendidikan tidak berpe￾ngaruh terhadap probabilitas untuk memilih 

pengobatan tradisional. 

Berdasarkan simpulan di atas, maka penulis 

memberikan beberapa saran, yaitu: Pemerintah 

diharapkan dapat mengkampanyekan penting￾nya hidup sehat dengan memakai  obat 

tradisional sebab  adanya dampak buruk yang 

ditimbulkan dari konsumsi obat kimia yang 

muncul dalam jangka waktu yang panjang. Di 

mana pencegahan sedini mungkin dengan 

pengalihan pada bahan-bahan tradisional akan 

dapat meminimalkan resiko yang akan ditim￾bulkan kelak. 

Individu dalam rumah tangga yang tinggal di wilayah yang terdapat pos obatnya memiliki 

probabilitas yang lebih tinggi untuk memilih 

pengobatan tradisional. Mengingat banyaknya 

individu dalam rumah tangga IFLS 2007 yang 

melakukan pengobatan ini maka Departemen 

Kesehatan (Depkes) diharapkan dapat melaku￾kan pembinaan dan penataan yang lebih baik 

dan luas terhadap obat tradisional guna men￾dukung program Indonesia sehat 2010 serta 

mendukung tren back to nature yang dapat 

mendukung pemerintah dalam mewujudkan 

visi Indonesia sehat 2010 tentang gambaran 

kehidupan rakyat indonesia yang hidup dalam 

lingkungan yang sehat dan dengan perilaku 

hidup sehat. 

Wilayah tempat tinggal mempengaruhi 

probabilitas individu untuk memilih pengobat￾an tradisional di mana individu yang tinggal di 

desa lebih tinggi probabilitasnya. Hal ini dapat 

disebabkan sebab  bahan dasar pengobatan 

tradisional masih banyak tersedia di alam, 

dengan ini diharapkan pemerintah setempat 

dapat melihat hal ini sebagai peluang untuk 

membuat industri rumahan yang memproduksi 

obat tradisional dengan kemasan yang lebih 

modern sehingga dapat mendukung berkem￾bangnya tren back to nature khususnya pada 

individu yang tinggal di kota. 

Hasil studi yang telah dilakukan maka 

studi ini mempunyai beberapa keterbatasan, 

yaitu: Studi ini hanya memakai  data IFLS-

4 (Indonesia Family Live Survey) pada tahun 2007. 

Studi selanjutnya diharapkan dapat mengguna￾kan data IFLS pada semua periode yaitu IFLS-1 

pada tahun 1993, IFLS-2 pada tahun 1997, dan 

IFLS-3 pada tahun 2000 dengan tujuan mem￾peroleh hasil yang lebih baik dan menyeluruh. 

Studi ini memakai  metode regresi probit 

di mana model ini memiliki kelemahan dalam 

masalah probabilitas bersyarat yang ditaksir 

mungkin tidak terletak antara nilai 0 dan 1. Hal 

ini disebabkan sebab  hubungan antara varia￾bel terikat dengan variabel bebasnya linear, 

maka nilai variabel terikatnya akan sangat 

tergantung dari nilai variabel bebas. Dengan 

demikian, hasil perhitungan yang diperoleh 

akan mungkin berada di luar jangkauan nilai 0 

sampai dengan 1 atau bersifat diskrit (discrete) 

di mana nilainya tidak dapat berada di luar 

pilihan beberapa opsi jawaban. Hal ini menja￾dikan metode ini sebagai model yang tidak 

terlalu baik. Jadi, diharapkan untuk studi 

selanjutnya dapat memakai  metode yang 

berbeda sehingga hasil studi yang diperoleh 

dapat dibandingkan dengan studi sebelumnya. 


Kesehatan merupakan aspek yang penting 

dalam kehidupan yang dapat merefleksikan 

tinggi rendahnya standar hidup yang dimiliki 

seorang individu. Kesehatan dianggap penting 

sebab  dengan sehat maka memudahkan indi￾vidu untuk melakukan aktivitas kesehariannya. 

Cara yang dapat dipakai  untuk memperoleh 

status sehat individu dapat dilakukan dengan mengkonsumsi barang dan jasa kesehatan atau￾pun dengan melakukan kegiatan yang diang￾gap dapat menyehatkan. Jika status kesehatan 

tidak terpenuhi maka dapat menyebabkan indi￾vidu mengalami keluhan kesehatan yang dapat 

menimbulkan sakit sehingga akan berdampak 

pada terganggunya aktifitas. Sakit berhubungan 

dengan perilaku pencarian obat untuk memper￾oleh kembali status sehat yang dapat dilakukan 

dengan berbagai cara misalnya dengan mencari 

pengobatan medis ke dokter, bidan, dan tenaga 

medis lainnya. Selain dengan pengobatan medis 

perilaku pencarian pengobatan terhadap keja￾dian penyakit dapat juga dilakukan dengan 

cara pengobatan sendiri yaitu dengan membeli 

obat di warung dengan tetap memperhatikan 

petunjuk pemakaian atau dengan cara peng￾obatan tradisional yang masih eksis pada 

individu dalam rumah tangga. Perilaku penca￾rian pengobatan melalui pengobatan tradisional 

yang masih banyak dilakukan oleh individu 

dalam rumah tangga dapat dilihat dalam tabel 

1.

Fakta yang menarik yaitu  sekitar 80 per￾sen dari tanaman obat yang ada di dunia tum￾buh di Indonesia, sehingga bahan yang dibu￾tuhkan untuk pengobatan yang berasal dari 

alam ini dapat dengan mudah di temui di 

sekitar kita. berkata kata  

bahwa Indonesia memiliki keanekaragaman 

hayati yang luar biasa dengan jumlah sekitar 

40.000 spesies, dari seluruh jumlah spesies ter￾sebut sekitar 1300 di antaranya dipakai  seba￾gai obat tradisional. Berdasarkan data yang 

diperoleh dari BPOM (Badan Pengawasan Obat 

dan Makanan) hanya sebanyak 283 spesies 

tanaman obat yang baru diregistrasi untuk 

pemakaian  obat tradisional/jamu dan hanya 

13 spesies yang baru dibudidayakan yang 

dapat dilihat pada tabel 2 (Lampiran). 

Jumlah spesies tanaman obat yang melim￾pah di Indonesia membuat pemakaian  peng￾obatan tradisional oleh individu dalam rumah 

tangga telah dilakukan secara turun-temurun 

dari nenek moyang hingga sekarang, kebiasaan 

ini telah menjadi warisan budaya bangsa Indo￾nesia. Pengobatan tradisional masih dipakai  

oleh individu dalam rumah tangga disebab kan 

beberapa faktor yang menunjang yaitu penga￾laman yang sebelumnya didapat oleh orang tua 

yang telah turun temurun dipakai , tidak 

merepotkan atau lebih praktis sebab  bahan 

yang dipakai  dapat langsung diperoleh dari 

alam yang ada di sekitar rumah, pengobatan 

tradisional tidak mengeluarkan biaya, serta 

manfaat yang dirasakan yaitu ramuan tradi￾sional yang dikonsumsi beserta bantuan pengo￾batan dari dukun dapat mrngurangi rasa sakit 

Pengobatan tradisional diterapkan sebab  

alasan mudah, murah dan manjur serta sesuai 

dengan kerangka berpikir individu dalam 

rumah tangga terkait dengan konsep keseim￾bangan dan pelestariannya perlu tetap diupaya￾kan sebab  telah berakar lama pada individu 

dalam rumah tangga. Penyakit yang paling 

sering dialami oleh individu dalam rumah 

tangga yaitu  masuk angin yang dapat diana￾logikan sebagai gangguan tubuh akibat unsur 

angin yang tidak lancar. Prinsip yang terdapat 

di dalam pengobatan kerokan seperti oposisi 

biner: panas x dingin; longgar x kencang; angin 

masuk x angin keluar; ringan x berat; serta 

tercapainya keseimbangan merupakan dasar 

pengobatan tradisional. Angin yang terdapat 

dalam tubuh dapat dikeluarkan lewat kentut 

atau sendawa 

berkata kata  bahwa jenis 

kelamin, usia, pendidikan, status pekerjaan serta 

pendapatan individu berhubungan dengan perilaku pengobatan sendiri sedangkan lokasi 

(desa atau kota) serta jarak tempat tinggal 

dengan fasilitas kesehatan tidak memiliki 

hubungan yang signifikan terhadap perilaku 

pengobatan sendiri. Metode yang dipakai dalam 

studi sebelumnya memiliki beberapa kelemahan 

di antaranya kurang dapat dihandalkan untuk 

mengidentifikasi dan mengukur efek yang 

ditimbulkan dalam model cross-section maupun 

time-series dan tidak memberikan hasil yang 

kompleks terutama dalam studi yang mempe￾lajari dan menguji model perilaku (behavior 

models).

Studi mengenai status kesehatan dalam 

pengukurannya lebih sesuai diolah dengan 

memakai  data Indonesia Family Life Survey

(IFLS) sebab  data ini akan memberikan ukuran￾ukuran yang luas mengenai status kesehatan 

individu termasuk langkah-langkah yang dila￾porkan langsung mengenai status kesehatan 

secara umum, pengalaman morbiditas, dan 

penilaian secara fisik misalnya tinggi, berat 

badan, lingkar kepala, hemoglobin dan lainnya, 

selain itu data IFLS juga dapat memberikan 

gambaran yang jauh lebih banyak dibandingkan  sta￾tus kesehatan yang biasa tersedia dalam survei 

rumah tangga, misalnya IFLS dapat memberikan 

data yang dapat dipakai  untuk mengeksplo￾rasi hubungan antara status sosial ekonomi 

dengan berbagai susunan kesehatan. 

Setyawati dan Meridian (2010) dalam studi 

yang memakai  data Indonesia Family Life 

Survey (IFLS) yang menyimpulkan bahwa 

keberadaan modal sosial pada individu dalam 

rumah tangga IFLS mempunyai hubungan yang 

signifikan dengan pemanfaatan dukun beranak 

di mana pendidikan merupakan satu-satunya 

faktor yang signifikan terhadap pemilihan per￾salinan dengan memakai  dukun. 

Hidayat (2008) dengan analisis data Indo￾nesia Family Life Survei (IFLS) menunjukkan 

bahwa peserta asuransi kesehatan terbukti 

memiliki probabilitas kunjungan yang lebih 

tinggi dalam memakai  pelayanan rawat 

jalan dibandingkan  non-peserta. Selain itu, dalam 

berkata kata  bahwa peri￾laku pasien geriatric dalam melakukan swa￾medikasi (pengobatan sendiri) yaitu  kepe￾milikan asuransi kesehatan di mana studi ini 

menunjukkan bahwa jumlah pasien yang tidak 

memiliki asuransi kesehatan lebih banyak mela￾kukan swamedikasi dibandingkan dengan pasien 

yang memiliki asuransi kesehatan artinya hasil 

analisis menunjukkan kepemilikan asuransi 

kesehatan memiliki hubungan yang signifikan 

dengan perilaku pengobatan. 

 telah melakukan 

studi tentang perilaku masyarakat untuk men￾dapatkan pelayanan kesehatan berkata kata  

bahwa sikap memiliki hubungan yang signifi￾kan antara sikap dengan perilaku mengobati. 

Pengetahuan tidak memiliki hubungan yang 

signifikan antara pengetahuan individu dengan 

perilaku mengobati. Pendidikan tidak mempu￾nyai hubungan yang signifikan dengan perilaku 

mengobati. Pendapatan tidak memiliki hubungan 

yang signifikan dengan perilaku mengobati. 

Terdapat hubungan antara asuransi kesehatan 

dengan perilaku mengobati. 

 dalam studinya dengan 

memakai  cross section berkata kata  bahwa 

hasil studinya menunjukkan bahwa persentase 

individu yang memilih pengobatan tradisional 

di wilayah kerja Puskesmas Muara Siberut seba￾nyak 63,54 persen dengan beberapa variabel 

yaitu pengetahuan, ada hubungan antara 

pengetahuan dengan pemilihan pengobatan. 

Sikap memiliki hubungan yang signifikan 

dengan pemilihan pengobatan. Pekerjaan tidak 

mempunyai hubungan dengan pemilihan peng￾obatan akan tetapi mereka tetap memilih 

pengobatan tradisional sesuai teori masyarakat 

yang memiliki pekerjaan dan penghasilan yang 

pas-pasan akan memilih pengobatan tradisional. 

Pendidikan memiliki hubungan yang signifikan 

dengan pemilihan pengobatan oleh individu. 

Jarak tempat tinggal tidak memiliki hubungan 

yang signifikan dengan pemilihan obat. 

 berkata kata  bahwa 

warga  yang berusia lanjut yaitu lebih dari 

56 tahun untuk menggunkan obat tradisional 

lebih banyak 1,56 kali dibandingkan  warga  yang 

bukan lanjut usia. Supardi dan Susyanty (2010) 

berkata kata  bahwa: kelompok usia lanjut usia 

memiliki hubungan yang signifikan dengan 

pemakaian  obat tradisional. Terdapat hubungan 

yang signifikan antara jenis kelamin dan peng￾gunaan obat tradisional. Ada hubungan yang 

signifikan antara individu yang menikah dan 

pemakaian  obat tradisional. Terdapat hubungan 

signifikan antara individu yang berpendidikan 

rendah dan pemakaian  obat tradisional. Ada hubungan yang signifikan antara jenis peker￾jaan individu dan pemakaian  obat tradisional. 

Ada hubungan yang signifikan antara tempat 

tinggal dan pemakaian  obat tradisional. Jenis 

Keluhan memiliki hubungan antara individu 

yang mengeluh demam, batuk, pilek, diare dan 

pemakaian  obat tradisional, tetapi tidak ada 

hubungan yang signifikan antara individu yang 

mengeluh sakit kepala dan pemakaian  obat 

tradisional. 

 berkata kata  bahwa proba￾bilitas pasien geriarti melakukan swamedikasi 

di Kabupaten Sleman memberikan hasil bahwa 

faktor yang berhubungan dengan perilaku 

pasien geriatric melakukan swamedikasi yaitu  

kepemilikan asuransi kesehatan di mana studi 

ini menunjukkan bahwa jumlah pasien yang 

tidak memiliki asuransi kesehatan lebih banyak 

melakukan swamedikasi dibandingkan dengan 

pasien yang memiliki asuransi kesehatan arti￾nya hasil analisis menunjukkan kepemilikan 

asuransi kesehatan memiliki hubungan yang 

signifikan dengan perilaku pengobatan. 

 berkata kata  bahwa perilaku 

pencarian pengobatan oleh individu dalam 

rumah tangga dipengaruhi oleh jumlah dan 

jenis sarana pelayanan kesehatan yang tersedia 

di sekitarnya. Oleh sebab  itu pada wilayah 

yang banyak tersedia sarana pelayanan kese￾hatan seperti puskesmas, rumah sakit pemerin￾tah dan swasta, balai pengobatan serta praktek 

dokter, maka pilihan individu dalam rumah 

tangga semakin beragam untuk melakukan 

pencarian pengobatan. 

semakin banyak sarana dan jumlah tenaga 

kesehatan maka tingkat pemanfaatan pelayan￾an kesehatan suatu masyarakat akan semakin 

bertambah. 

Tujuan dari studi ini yaitu  faktor yang 

signifikan terhadap preferensi untuk memilih 

berobat secara tradisional terutama pijat kerokan, 

okup/koop/bekam dan sejenisnya dan juga minum 

jamu atau obat tradisional sebagai pengobatan 

dibandingkan pengobatan medis. 


Data 

Jenis data yang dipakai  dalam studi ini 

yaitu  data sekunder yang diperoleh dari lem￾baga survei yaitu Indonesia Family Life Survey

(IFLS) berupa data longitudinal yang mencakup 

wilayah dari 13 provinsi di Indonesia yaitu 

seluruh provinsi di Jawa, Bali, NTB, Sulawesi 

Selatan, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, 

Lampung, Sumatera Barat dan Sumatera Utara. 

Survei data IFLS pertama kali dilakukan pada 

tahun 1993 yang disebut dengan IFLS-1, survei 

pada tahun 1997 disebut dengan IFLS-2, dan 

survei tahun 2000 dan 2007 yang selanjutnya 

disebut sebagai IFLS-3 dan IFLS-4. 

Subjek dalam studi ini yaitu  individu 

dalam rumah tangga berusia 15 tahun atau 

lebih yang merupakan individu dari studi Indo￾nesia Family Live Survey (IFLS) pada 13 provinsi 

anggota survei. Data IFLS yang akan dipakai  

dalam studi ini yaitu  IFLS-4 tahun 2007 yang 

dikumpulkan pada akhir November 2007 dan 

berakhir pada bulan Mei tahun 2008 untuk 

mengikuti 7.500 rumah tangga dan sekitar 312 

komunitas dengan jumlah individu dalam 

rumah tangga sebanyak 39.000 individu yang 

merupakan kolaborasi dari RAND (Research 

ANd Development), pusat untuk Studi Kependu￾dukan dan Kebijakan (PSKK) Universitas Gajah 

Mada dan Survey METER. IFLS-4 berisi data 

rumah tangga anggota IFLS dan data fasilitas 

masyarakat. 

Data Indonesia Family Live Survey (IFLS) 

merupakan data longitudinal, namun sebab  

data IFLS yang dipakai  dalam studi ini 

hanya IFLS pada gelombang ke 4 maka data 

dalam studi ini dapat disebut dengan cross sec￾tion data. Alasan pemakaian  data pada survei 

IFLS-4 tahun 2007 sebab : 1) pemakaian  titik 

waktu pada tahun 2007 mencukupi kebutuhan 

data untuk analisis pengujian perubahan pada 

variabel yang diteliti pada sebuah rentang antar 

waktu. 2) Kelompok data tersebut yaitu  

gelombang survei (wave) yang terakhir dilaku￾kan, sehingga diharapkan didapatkan informasi 

terkini pada variabel-variabel yang akan diuji 

dalam studi tersebut. 

Adapun topik kuesioner yang dipakai  

dalam studi ini tampak dalam tabel 3. 

Berdasarkan tabel 3 mengenai topik kue￾sioner dalam IFLS, variabel independen yang 

dipakai  dalam studi yaitu kepemilikan asu￾ransi kesehatan yang merupakan kuesioner 

yang bersumber dari topik asuransi kesehatan 

yang bersumber dari buku 3B final. Usia dan wilayah tempat tinggal masing-masing meru￾pakan kuesioner dengan topik rumah tangga 

dan asset individu yang terletak dalam buku K 

final. Jarak menuju failitas kesehatan merupa￾kan kuesioner dengan topik rumah tangga dan 

asset individu yang terletak dalam gabungan 

buku 3B dan buku K final. Variabel keberadaan 

pos obat merupakan satu-satunya variabel yang 

bersumber dari data cf dengan topik kuesioner 

pengetahuan tentang penyediaan layanan kese￾hatan yang terletak dalam buku 1 final. Sedang￾kan pendidikan serta pendapatan terdapat dalam 

buku 3A final yang bersumber dari kuesioner 

dengan topik penghasilan tenaga kerja dan 

sejarah kerja. 

Pembentukan dan Seleksi Variabel 

Pembentukan dan seleksi variabel dilakukan 

setelah pengumpulan variabel yang dibutuh￾kan di dalam buku IFLS. Setelah buku IFLS 

ditentukan maka seleksi variabel dilakukan 

dengan memilih seksi-seksi yang didalamnya 

terdapat pertanyaan yang dapat mewakili 

variabel dependen maupun independen. Ada￾pun seksi kuesioner yang dipakai  dalam 

studi ini disajikan dalam tabel 4. 

Tabel 4 setelah seksi kuesioner dipilih 

selanjutnya pertanyaan yang dapat mewakili 

variabel yang diteliti juga dipilih untuk kemu￾dian dipakai  untuk pembentukan data set 

atau “do” untuk selanjutnya dilakukan peng￾olahan data. Variabel kepemilikan terdapat dalam 

seksi AK (Asuransi Kesehatan); usia terdapat 

dalam seksi AR (daftar anggota rumah tangga); 

pendapatan terdapat dalam seksi TK (ketenaga￾kerjaan); usia dan wilayah tempat tinggal sama￾sama terletak dalam seksi AR; jarak menuju 

fasilitas kesehatan terletak dalam seksi SC 

(Keterangan sampling dan wilayah pencacahan) 

dan seksi RJ (rawat jalan). Variabel keberadaan 

pos obat terdapat dalam seksi J (Sejarah keber￾adaan fasilitas kesehatan); sedangkan pendidikan 

terdapat dalam kuesioner seksi DL (pendidikan). 

Dependen variabel yang dipakai  dalam 

studi ini yaitu  pengobatan tradisional yang 

bersumber dari topik kuesioner yaitu self treat￾ment yang masuk dalam seksi PS (pengobatan 

sendiri) yang di dalam buku IFLS dibagi lagi 

menjadi beberapa jenis pengobatan, dapat 

dilihat pada tabel 5. 

Berdasarkan tabel 5 mengenai seksi peng￾obatan sendiri terdapat beberapa dummy variabel 

yang menerangkan topik jenis pengobatan sendiri. Namun hanya dua jenis dummy yang 

dipakai untuk mewakili variabel dependen yang 

dipakai  dalam studi ini yaitu dummy “minum 

Jamu atau obat tradisional sebagai pengobatan; 

dan pijat, kerokan, oukup/koop/ bekam, dan 

sejenisnya. Sedangkan untuk dummy pengobatan 

sendiri yang tidak dipakai  dalam studi ini 

yaitu “minum obat modern yang dijual bebas 

(seperti Bodrex, Inza, Paramex), memakai obat 

luar (seperti tetes mata, salep, koyo, parem, dan 

sejenisnya), dan minum vitamin/suplemen”. 

Hal ini dilakukan dengan pertimbangan varia￾bel yang dianalisis sangat tergantung kepada 

keberadaan dan kelengkapan data yang ada 

sehingga tidak semua variabel pengobatan sen￾diri dipakai  dalam studi ini artinya hanya 

variabel dummy yang mewakili pengobatan 

tradisional saja yang dipilih dalam studi ini. 

Definisi Operasional 

Variabel dependen dalam studi ini yaitu  peng￾obatan tradisional dengan asumsi pengobatan 

tradisional bertujuan untuk mengobati jenis 

keluahan penyakit ringan yang sering dialami 

masyarakat, seperti demam, nyeri, pusing, batuk, 

sakit maag, cacingan, flu, keluhan penyakit 

kulit dan lain-lain yang dibentuk dari dummy

pengobatan sendiri yaitu “minum jamu atau 

obat tradisional sebagai pengobatan” dan “pijat, 

kerokan, okup/koop/bekam, dan sejenisnya”. 

Variabel ini dibentuk atas dasar kebiasaan indi￾vidu dalam rumah tangga yang pada masa 

sekarang masih banyak memakai  peng￾obatan tradisional meskipun pengobatan medis 

semakin berkembang di era modern. Adapun 

dummy variabel ditentukan dengan 1 = jika 

memilih pengobatan tradisional; 0 = jika memi￾lih pengobatan modern. 

Adapun variabel independen meliputi: 

Kepemilikan Asuransi Kesehatan (health_in￾surance) merupakan variabel dummy ada atau 

tidaknya asuransi kesehatan yang dimiliki oleh 

individu dalam rumah tangga IFLS 2007 

dengan asumsi bahwa pada data IFLS pada 

gelombang ini belum terdapat Badan Penye￾lenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang baru resmi 

beroperasi per 1 Januari 2014. Kepemilikan 

asuransi kesehatan dibuat dengan kategori 

memiliki dan tidak memiliki asuransi kesehat￾an. Adapun dummy variabel ditentukan dengan 

1 = jika memiliki asuransi kesehatan; 0 = jika 

tidak memiliki asuransi kesehatan. 

1) Usia (age) yaitu  usia individu dalam rumah 

tangga IFLS 2007 yang berusia 15 tahun atau 

lebih. 2) Pendapatan (income) berupa jumlah 

pendapatan yang diterima oleh individu dalam 

rumah tangga IFLS 2007dalam setiap bulannya. 

3) Faktor wilayah tempat tinggal (urban) meru￾pakan variabel dummy tempat tinggal individu 

dalam rumah tangga IFLS 2007 yang dibuat 

dengan kategori berdasarkan wilayah tempat 

tinggal yaitu perkotaan dan pedesaan. Adapun 

dummy variabel ditentukan dengan 1 = jika 

tinggal di kota; dan 0 = jika tinggal di desa. 4)

Jarak rumah tinggal dengan fasilitas kesehatan (dis￾facility) merupakan jarak menuju fasilitas kese￾hatan khususnya fasilitas kesehatan modern 

yang ada dengan satuan kilo meter (km). 5)

Keberadaan pos obat (posobat) yaitu  ada tidak￾nya pos obat di daerah individu dalam rumah 

tangga IFLS 2007. Adapun dummy variabel 

ditentukan dengan 1= jika ada posobat; 0 = jika 

tidak ada pos obat. 6) Pendidikan (years_educ)

menunjukkan lama pendidikan yang telah 

ditempuh oleh individu dalam rumah tangga 

IFLS 2007yang dibuat dengan kategori pendi￾dikan tertinggi yang telah ditempuh oleh res￾ponden. Metode analisis yang dipakai  dalam studi ini 

yaitu  regresi probit. Model probit menganali￾sis hubungan antara satu variabel dependen 

berupa data kualitatif dikotomi yang bernilai 1 

apabila terdapat karakteristik dan bernilai 0 

yang berkata kata  ketiadaan karakteristik. Model 

regresi probit memakai  model variabel 

terikat yang juga bersifat dikotomi dan meng￾gunakan nilai 1 atau 0, dipakai  dalam situasi 

di mana variabel dependen memiliki kemung￾kinan tanggapan “ya” atau “tidak” di mana 

dalam studi ini kemungkinan tanggapan yaitu  

1 = jika memilih pengobatan tradisional dan 0 = 

jika memilih pengobatan modern. 

Regresi probit dalam studi ini dipakai  

untuk mengetahui preferensi individu untuk 

memilih pengobatan tradisional. Model persa￾maan regresi probit yang dipakai  dalam 

studi ini dapat dituliskan dalam bentuk persa￾maan berikut: 

Traditional = β Health + β Age medicine 1 2 insurance 

+β Income + β Urban 3 4

+β Disfacility + β Posobat 5 6

+β Years_educ + e 7 1)

 

Studi ini memakai  variabel dependen beru￾pa pengobatan tradisional yaitu apakah individu 

dalam rumah tangga IFLS 2007 memakai  

atau tidak memakai  pengobatan tradisio￾nal untuk mengobati keluhan sakitnya. Hosmer 

dan Lemeshow (1989) berkata kata  bahwa 

variabel yang memakai  skala nominal 

harus diubah menjadi desain variabel (variabel 

dummy/boneka). Sedangkan variabel indepen￾den berupa kepemilikan asuransi kesehatan, 

usia, pendapatan, wilayah tempat tinggal, jarak 

menuju fasilitas kesehatan, keberadaan pos obat 

dan pendidikan. 

HASIL DAN PEMBAHASAN 

Pengobatan tradisional memiliki rata-rata (mean) 

sebesar 0,1709 dengan nilai maksimal yaitu  1 

(memakai  obat tradisional) dan minimal 

yaitu  0 (memakai  pengobatan modern), 

sedangkan nilai standar deviasi yaitu  sebesar 

0,3764. Variabel kepemilikan asuransi kesehatan 

memiliki rata-rata sebesar 0,2731 dengan nilai 

maksimal yaitu  1 (memiliki asuransi kesehat￾an) dan 0 (tidak memiliki asuransi kesehatan). 

Sedangkan nilai standar deviasi yaitu  sebesar 

0,0,4456. 

Rata-rata usia individu dalam rumah tangga 

IFLS 2007 pada studi ini yaitu  40,1783 atau 

dibulatkan menjadi 40 tahun. Usia paling muda 

dalam studi ini yaitu  anggota rumah tangga 

yang berusia 15 tahun dan yang tertua berusia 

97 tahun. Nilai standar deviasi usia yaitu  sebesar 

16 tahun. Pendapatan individu dalam rumah 

tangga rata-rata sebesar Rp2.769.037,00 di mana 

pendapatan terbesar a dalah: 

Rp1.000.000.000,00 dan pendapatan terendah 

yaitu  sebesar Rp0,00 atau tidak memiliki pen￾dapatan sama-se kali. Di mana nilai standar 

deviasi yaitu  sebesar Rp48.800.000,00. 

Wilayah tempat tinggal memiliki rata-rata 

sebesar 0,5348 dengan nilai terkecil yaitu  0 (jika tinggal di desa) dan terbesar yaitu  1 (jika 

tinggal di kota). Di mana nilai standar deviasi 

yaitu  sebesar 0,4987. Rata-rata jarak rumah 

tinggal menuju fasilitas kesehatan yaitu  5,4439 

km, di mana nilai minimum atau jarak terdekat 

yaitu  0 km dan nilai maksimal atau jarak 

terjauh yaitu  600 km. Nilai standar deviasi 

yaitu  sebesar 10,2202. Keberadaanpos obat 

memiliki nilai rata-rata yaitu  sebesar 0,0483 

dengan nilai maksimum yaitu  1 (jika ada pos 

obat) dan nilai minimum yaitu  0 (jika tidak 

ada pos obat). Sedangkan nilai standar deviasi 

yaitu  sebesar 0,2145. 

Rata-rata lama pendidikan yaitu  7,7116 

(dibulatkan menjadi 7 tahun) atau rata-rata lama 

pendidikan peserta IFLS yaitu  lulusan TK 

(Taman Kanak-Kanak) dan dilanjutkan dengan 

Sekolah Dasar (SD). Di mana nilai minimum 

yaitu  0 atau tidak mengenyam bangku sekolah 

sama sekali, sedangkan lama pendidikan mak￾simum yaitu  21 tahun atau lulusan strata 3 

(S3). Nilai standar deviasi pendidikan yaitu  

sebesar 4,4119. 

Hasil Analisis 

Analisis data dalam studi ini memakai  

regresi probit yang bertujuan untuk mengeta￾hui probabilitas individu dalam memakai  

pengobatan tradisional di Indonesia. Variabel 

independen yang dipakai  yaitu  kepemilikan 

asuransi kesehatan yang merupakan dummy 

dari ada dan tidak ada asuransi kesehatan yang 

dimiliki individu dalam rumah tangga IFLS 

2007. Variabel usia merupakan usia individu 

dalam rumah tangga IFLS 2007 dalam satuan 

tahun. Variabel pendapatan merupakan penda￾patan yang diterima oleh individu dalam rumah 

tangga IFLS tahun 2007 setiap bulannya. Varia￾bel wilayah tempat tinggal merupakan dummy 

tempat individu dalam rumah tangga IFLS 2007 

tinggal yaitu kota dan desa. Variabel jarak 

rumah tinggal dengan fasilitas kesehatan meru￾pakan jarak rumah tinggal individu dengan 

fasilitas kesehatan dengan satuan kilo meter. 

Variabel keberadaan pos obat merupakan 

dummy dari ada atau tidaknya pos obat pada 

wilayah individu dalam rumah tanggal IFLS 

2007 tinggal. Sedangkan variabel pendidikan 

merupakan lama pendidikan yang telah ditem￾puh oleh individu dalam rumah tangga IFLS 

2007. 

Untuk menginterpretasi hasil analisis probit 

sedikit berbeda dengan analisis dengan metode 

lain. Pada model probit untuk memperoleh 

hasil maka harus memakai  tabel statistik 

Z. Pada metode probit, jika kita ingin menge￾tahui probabilitas individu untuk memilih peng￾obatan tradisional maka variabel yang signifikan 

maupun yang tidak signifikan tetap dimasukkan 

ke dalam persamaan, dari hasil regresi dengan 

memakai  STATA 11 SE, persamaan regresi 

dapat dituliskan sebagai berikut: 

Traditional_medicine = 

–0,5273+ 0,0782(Health_insurance) -

0,0086(Age) - 0,000000179(Income) -

0,3049(urban) - 0,0007(Disfacility) -

0,6790(Posobat) - 0,0123(Years_educ) 2)

Keterangan: Traditional_medicine yaitu  Proba￾bilitas untuk memilih pengobatan tradisional; 

Health_insurance yaitu  Kepemilikan asuransi 

kesehatan; Age yaitu  Usia individu rumah 

tangga; Income yaitu  Pendapatan individu 

rumah tangga; Urban yaitu  Wilayah tempat 

tinggal individu rumah tangga; Disfacility ada￾lah Jarak menuju fasilitas kesehatan; Posobat

yaitu  Keberadaan pos obat; Years_educ yaitu  

Lama Pendidikan individu rumah tangga 

Nilai pseudo R2 yang ditunjukkan dalam 

tabel yaitu  sebesar 0,0299 hal ini menggam￾barkan bahwa persamaan model dalam studi 

ini hanya mampu menjelaskan sebesar 2,99 

persen faktor-faktor yang berpengaruh terha￾dap probabilitas individu untuk memilih peng￾obatan tradisional. Uji Likelihood Ratio (LR) atau 

dalam uji regresi linear sering disebut dengan 

uji F-statistic atau pengujian secara bersama￾sama ditunjukkan oleh nilai pro > chi2 yaitu 

sebesar 0,0329 dan signifikan pada α <0,05 arti￾nya secara bersama-sama variabel usia, wilayah 

tempat tinggal, dan keberadaan pos obat berpe￾ngaruh terhadap probabilitas individu untuk 

memilih pengobatan tradisional.

Hasil regresi probit diperoleh hasil bahwa 

probabilitas individu untuk memilih pengobat￾an tradisional dipengaruhi oleh variabel usia, 

wilayah tempat tinggal dan keberadaan pos 

obat yang ada. Variabel kepemilikan asuransi 

kesehatan, pendapatan, jarak menuju fasilitas 

kesehatan dan lama pendidikan tidak ber￾pengaruh terhadap probabilitas individu untuk 

memilih pengobatan tradisional. 

1) Usia Individu Rumah Tangga IFLS 2007 

(Age) 

Tabel deskripsi variabel statistik menunjukkan 

bahwa usia paling rendah anggota IFLS 2007 

yaitu  15 tahun sedangkan usia maksimal 

individu dalam rumah tangga IFLS 2007 yaitu  

97 tahun. Besarnya probabilitas individu yang 

berusia 15 tahun untuk memilih pengobatan 

tradisional yaitu  sebagai berikut (dengan 

asumsi variabel lain dianggap konstan): 

Traditional_medicine = 

-0,5273 + 0,0782(Health_insurance) - 0,0086(Age) - 

0,000000179(Income) - 0,3049(urban) – 

0,0007(Disfacility) - 0,6790(Posobat) – 

0,0123(Years_educ) 

= -0,5273 + 0,0782(0) - 0,0086(15) – 

 0,000000179(0) - 0,3049(0) - 

 0,0007(0) - 0,6790(0) - 0,0123(0) 

= -0,5273 - 0,1290 

= -0,6563 (hasil dibulatkan menjadi -0,66) 

Selanjutnya angka tersebut dicari nilainya 

pada tabel statistika Z, di mana pada kolom kiri 

-0,6 dan kolom di atas angka 0,06 sehingga 

ditemukan angka 0,2546. Selanjutnya angka 

tersebut dikurangkan dengan angka 1. Sehingga 

diperoleh 1-0,2564 = 0,7454 atau 74,54 persen. 

Jadi, probabilitas individu yang berusia muda 

untuk memilih pengobatan tradisional yaitu  

sebesar 74,54 persen. 

Sedangkan besarnya probabilitas individu 

yang berusia 97 tahun untuk memilih pengobat￾an tradisional yaitu  sebagai berikut (dengan 

asumsi variabel lain dianggap konstan): 

Traditional_medicine = 

- 0,5273 + 0,0782(Health_insurance) – 

0,0086(Age) - 0,000000179(Income) – 

0,3049(urban) - 0,0007(Disfacility) – 

0,6790(Posobat) - 0,0123(Years_educ) 

 = -0,5273 + 0,0782(0) - 0,0086(97) – 

0,000000179(0) - 0,3049(0) - 0,0007(0) – 

0,6790(0) - 0,0123(0) 

 = -0,5273 - 0,8342 

 = -1,3615 (hasil dibulatkan menjadi -1,36) 

Selanjutnya angka tersebut dicari nilainya 

pada tabel statistika Z, di mana pada kolom kiri 

-1,3 dan kolom di atas angka 0,06 sehingga 

ditemukan angka 0,0869. Selanjutnya angka 

tersebut dikurangkan dengan angka 1. Sehing￾ga diperoleh 1 - 0,0869 = 0,9131 atau 91,31 per￾sen. Jadi, probabilitas individu yang berusia 

lanjut untuk memilih pengobatan tradisional 

yaitu  sebesar 91,31 persen. 

Probabilitas untuk memilih pengobatan 

tradisional pada individu yang berusia muda 

yaitu  sebesar 74,54 persen, sedangkan pada 

individu yang berusia lanjut yaitu  91,31 per￾sen. Berdasarkan nilai kedua probabilitas maka 

individu yang berusia lanjut memiliki probabi￾litas yang lebih tinggi untuk memilih pengobat￾an tradisional dibandingkan dengan individu 

berusia muda. Artinya semakin bertambah usia 

individu maka probabilitas untuk memilih 

pengobatan tradisional semakin tinggi. 

2) Wilayah Tempat Tinggal Individu Rumah 

Tangga IFLS 2007 (Urban) 

Adapun dummy variabel ditentukan dengan 1 

jika tinggal di kota dan 0 jika tinggal di desa 

dengan asumsi usia pada nilai minimumnya 

yaitu 15 tahun. Besarnya probabilitas individu 

yang tinggal di desa (0) untuk memilih pengo￾batan tradisional yaitu  sebagai berikut (dengan 

asumsi variabel lain dianggap konstan): 

Traditional_medicine= 

-0,5273+0,0782(Health_insurance)-0,0086(Age)-

0,000000179(Income)-0,3049(urban)-

0,0007(Disfacility)-0,6790(Posobat)-

0,0123(Years_educ) 

= -0,5273 + 0,0782(0) - 0,0086(15) – 

 0,000000179(0) - 0,3049(0) - 0,0007(0) – 

 0,6790(0) -0,0123(0) 

= -0,5273-0,1290 

= -0,6563 (hasil dibulatkan menjadi -0,66) 

Selanjutnya angka tersebut dicari nilainya 

pada tabel statistika Z, di mana pada kolom kiri 

-0,6 dan kolom di atas angka 0,06 sehingga dite￾mukan angka 0,2546. Angka tersebut dikurang￾kan dengan angka 1. Sehingga diperoleh 1-

0,2564 = 0,7454 atau 74,54 persen. Jadi, proba￾bilitas individu yang tinggal di desa untuk 

memilih pengobatan tradisional yaitu  sebesar 

74,54 persen. 

Sedangkan besarnya probabilitas individu 

yang tinggal di kota (1) untuk memilih peng￾obatan tradisional yaitu  sebagai berikut 

(dengan asumsi variabel lain dianggap kon￾stan): 

Traditional_medicine = 

-0,5273 + 0,0782(Health_insurance) - 0,0086(Age) -

0,000000179(Income) -0,3049(urban) - 

0,0007(Disfacility) -0,6790(Posobat)-

0,0123(Years_educ) 

= -0,5273 + 0,0782(0) - 0,0086(15) -

0,000000179(0) - 0,3049(1) - 0,0007(0) - 

0,6790(0) - 0,0123(0) 

= -0,5273 - 0,1290 + 0,3049 

= -0,3514 (hasil dibulatkan menjadi -0,35) 

Selanjutnya angka tersebut dicari nilainya 

pada tabel statistika Z, di mana pada kolom kiri 

-0,3 dan kolom di atas angka 0,05 sehingga 

ditemukan angka 0,3632. Selanjutnya angka 

tersebut dikurangkan dengan angka 1. Sehing￾ga diperoleh 1-0,3632 = 0,6368 atau 63,68 persen. 

Jadi, probabilitas individu yang tinggal di kota 

untuk memilih pengobatan tradisional yaitu  

sebesar 63,68 persen. 

Probabilitas untuk memilih pengobatan 

tradisional pada individu yang tinggal di desa 

yaitu  sebesar 74,54 persen, sedangkan pada 

individu yang tinggal di kota yaitu  63,68 

persen. Berdasarkan nilai kedua probabilitas 

maka individu yang tinggal di desa memiliki 

probabilitas yang lebih tinggi untuk memilih 

pengobatan tradisional dibandingkan dengan 

individu dalam rumah tangga IFLS 2007yang 

tinggal di kota. 

3) Keberadaan Pos Obat (Posobat) 

Adapun dummy variabel ditentukan dengan 1 

jika ada pos obat dan 0 jika tidak ada pos obat 

dengan asumsi usia pada nilai minimumnya 

yaitu pada 15 tahun. Besarnya probabilitas 

individu yang tinggal di wilayah yang ada pos 

boatnya (0) untuk memilih pengobatan tradisio￾nal yaitu  sebagai berikut (dengan asumsi 

variabel lain dianggap konstan): 

Traditional_medicine 

=-0,5273 + 0,0782(Health_insurance) – 

0,0086(Age) - 0,000000179(Income) - 

0,3049(urban) - 0,0007(Disfacility) - 

0,6790(Posobat) - 0,0123(Years_educ) 

=-0,5273 + 0,0782(0) - 0,0086(15) - 

0,000000179(0) - 0,3049(0) – 0,0007(0) – 

0,6790(0) - 0,0123(0) 

= -0,5273-0,1290 

= -0,6563 (hasil dibulatkan menjadi -0,66) 

Selanjutnya angka tersebut dicari nilainya 

pada tabel statistika Z, di mana pada kolom kiri 

-0,6 dan kolom di atas angka 0,06 sehingga 

ditemukan angka 0,2546. Selanjutnya angka 

tersebut dikurangkan dengan angka 1. Sehing￾ga diperoleh 1-0,2564 = 0,7454 atau 74,54 

persen. Jadi, probabilitas individu yang tinggal 

di wilayah yang tidak ada pos obatnya untuk 

memilih pengobatan tradisional yaitu  sebesar 

74,54 persen. 

Sedangkan besarnya probabilitas individu 

yang tinggal di wilayah yang ada pos obatnya 

(1) untuk memilih pengobatan tradisional 

yaitu  sebagai berikut (dengan asumsi variabel 

lain dianggap konstan): 

Traditional_medicine 

= -0,5273 + 0,0782(Health_insurance) -0,0086(Age) 

- 0,000000179(Income) - 0,3049(urban)-

0,0007(Disfacility) - 0,6790(Posobat)-

0,0123(Years_educ) 

= -0,5273 + 0,0782(0) - 0,0086(15) – 

0,000000179(0) - 0,3049(0)-0,0007(0) – 

0,6790(1) - 0,0123(0) 

= -0,5273 - 0,1290 - 0,6790 

= -1,3353 (hasil dibulatkan menjadi -1,33) 

Selanjutnya angka tersebut dicari nilainya 

pada tabel statistika Z, di mana pada kolom kiri 

-1,3 dan kolom di atas angka 0,03 sehingga 

ditemukan angka 0,0918. Selanjutnya angka ter￾sebut dikurangkan dengan angka 1. Sehingga 

diperoleh 1-0,0918 = 0,9082 atau 90,82 persen. 

Jadi, probabilitas individu yang tinggal di wila￾yah yang ada pos obatnya untuk memilih 

pengobatan tradisional yaitu  sebesar 90,82 

persen. 

Probabilitas untuk memilih pengobatan 

tradisional pada individu yang tinggal pada 

wilayah yang tidak ada atau minim pos obatnya 

yaitu  sebesar 74,54 persen, sedangkan pada individu yang tinggal pada wilayah yang ada 

pos obatnya yaitu  90,82 persen. Berdasarkan 

nilai kedua probabilitas maka individu yang 

tinggal pada wilayah yang ada pos obatnya 

memiliki probabilitas yang lebih tinggi untuk 

memilih pengobatan tradisional dibandingkan 

dengan individu yang tinggal pada wilayah 

yang minim atau bahkan tidak ada pos 

obatnya. Artinya semakin banyak pos obat di 

wilayah individu rumah tangga IFLS 2007 

tinggal maka probabilitas individu untuk 

memilih pengobatan tradisional semakin tinggi. 

Studi ini memakai  data panel atau 

longitudinal data yang diolah memakai  

metode regresi probit dengan tujuan untuk 

mengetahui preferensi individu untuk memilih 

pengobatan tradisional. Hasil regresi menun￾jukkan bahwa variable usia, wilayah tempat 

tinggal dan keberadaan pos obat mempenga￾ruhi probabilitas individu untuk memilih peng￾obatan tradisional. Sedangkan variabel kepemi￾likan asuransi kesehatan, pendapatan, jarak 

menuju fasilitas kesehatan dan pendidikan tidak 

berpengaruh terhadap probabilitas individu 

untuk memilih pengobatan tradisional. 

Usia secara signifikan berpengaruh terha￾dap probabilitas individu untuk memilih peng￾obatan tradisional. Semakin bertambahnya usia 

individu dalam rumah tangga IFLS 2007 maka 

probabilitas untuk memilih pengobatan tradi￾sional semakin tinggi. Hal ini sejalan engan 

studi Kristina, dkk (2007) yang berkata kata  bah￾wa usia memiliki pengaruh yang signifikan 

terhadap perilaku pengobatan sendiri yang 

rasional pada masyarakat. Studi ini juga sejalan 

dengan pendapat Supardi, dkk (2003) menyata￾kan bahwa warga  yang berusia lanjut yaitu 

lebih dari 56 tahun untuk menggunkan obat 

tradisional lebih banyak 1,56 kali dibandingkan  

warga  yang bukan lanjut usia. Proporsi 

pemakaian  obat tradisional pada individu 

kelompok lanjut usia lebih tinggi dibandingkan  

individu yang belum lanjut usia artinya ada 

hubungan yang signifikan antara individu 

dengan kelompok usia lanjut usia dengan 

pemakaian  obat tradisional, hal ini mungkin 

berhubungan dengan keluhan sakit lebih banyak 

diderita pada kelompok usia tua dengan jenis 

keluhan yang kurang dikenal untuk ditanggu￾langi dengan pemakaian  obat modern 

(Supardi, 2007). Kondisi ini dapat disebabkan 

sebab  orang tua lebih menyukai pemakaian  

obat tradisional dengan alasan pengobatan 

tradisional tidak merepotkan atau praktis dan 

lebih mudah dilakukan sebab  tidak perlu 

datang kepada tenaga medis untuk meminta 

resep obat. Obat tradisional lebih diminati oleh 

orang yang berusia lanjut sebab  kesadaran 

akan bahan kimia yang didapatkan dari 

pengobatan medis dapat membawa dampak 

buruk bagi kesehatan mengingat antibody atau 

kemampuan tubuh untuk menahan serangan 

dari luar sudah mulai menurun pada individu 

yang berumur lanjut. Selain itu pengobatan 

tradisional telah menjadi tradisi warisan nenek 

moyang yang telah dilakukan sejak dulu dan 

menjadi kebiasaan yang melekat pada diri 

seseorang misalnya pada penyakit yang sering 

muncul pada individu dalam rumah tangga 

seperti masuk angin di mana pengobatan untuk 

masuk angin dapat desembuhkan dengan cara 

kerokan yang sudah menjadi kebiasaan dan 

tersugesti oleh individu di mana masuk angin 

belum akan sembuh jika belum dikerok. 

Wilayah tempat tinggal berpengaruh terha￾dap terhadap probabilitas individu untuk 

memilih pengobatan tradisional. Probabilitas 

individu untuk memilih pengobatan tradisional 

pada individu yang tinggal di desa lebih tinggi 

dibandingkan  individu yang tinggal di kota. Hal ini 

sejalan dengan studi Supardi, dkk (2003) 

berkata kata  bahwa warga  yang tinggal di 

lokasi pedesaan memakai  obat tradisional 

lebih banyak 1,36 kali dibandingkan  warga  yang 

tinggal di kota. Hidayat dan Hardiansyah (2012) 

berkata kata  bahwa tumbuhan obat tradisional 

di Indonesia mempunyai peran yang sangat 

penting terutama bagi masyarakat di daerah 

pedesaan yang fasilitas kesehatannya masih 

sangat terbatas di mana dalam studinya menya￾takan bahwa kurangnya fasilitas kesehatan di 

kabupaten Sintang membuat masyarakat 

memanfaatkan tumbuhan obat tradisional seba￾gai alternatif dan langkah awal pengobatan 

suatu penyakit. Darubekti (2001) berkata kata  

bahwa individu yang tinggal di desa lebih 

mendahulukan obat tradisional untuk meng￾obati keluhan sakit ringan, sebab  obat modern 

sulit dijangkau dan keterbatasan pendapatan 

individu dalam rumah tanggal. Kondisi ini 

dapat terjadi sebab  ketersediaan tanaman obat 

sebagai bahan baku pengobatan tradisional masih banyak di jumpai pada wilayah desa 

yang notabenenya masih memiliki lahan yang 

luas untuk tanaman obat tumbuh baik di tanam 

sebagai taman obat keluarga (TOGA) atau 

tumbuh secara liar. 

Keberadaan pos obat secara signifikan ber￾pengaruh terhadap probabilitas individu untuk 

memilih pengobatan tradisional. Berdasarkan 

nilai probit yang ditunjukkan dalam studi ini, 

probabilitas individu yang tinggal pada wila￾yah yang tidak terdapat pos obatnya lebih 

rendah dibandingkan  individu yang tinggal di wila￾yah yang terdapat pos obatnya. Kondisi ini 

dapat terjadi dalam kasus di mana obat tradi￾sional dipakai  hanya untuk mengobati 

keluhan sakit ringan misalnya batuk, pilek, 

pusing, masuk angin dan gejala sakit ringan 

lainnya. Pos obat sebagai fasilitas kesehatan 

yang ada dimaksudkan untuk memberikan 

kemudahan bagi masyarakat setempat untuk 

memperoleh pelayanan kesehatan tanpa men￾gurangi peranan pengobatan tradisional (Ra￾hayu, dkk., 2006). Selain itu, walaupun masyara￾kat tinggal di wilayah yang ada pos obatnya 

namun individu lebih memilih pengobatan 

tradisional sebab  individu dalam rumah 

tangga merasa khawatir akan efek samping dari 

pemakaian  obat kimia termasuk obat warung 

yang merupakan obat bebas dan obat bebas 

terbatas yang bukan berarti bebas efek samping 

dalam pemakaiannya. Minimnya pengetahuan 

individu akan aturan pakai obat, kesesuaian 

dosis, lama pemakaian, ada tidaknya efek 

samping dan interaksi antara obat dan makanan 

juga dapat menjadi penyebab tingginya proba￾bilitas individu yang tinggal di wilayah yang 

terdapat pos obat untuk memilih pengobatan 

tradisional. Efek samping dari pemakaian  

obat kimia menyebabkan adanya pergeseran 

pola hidup dalam masyarakat dunia termasuk 

Indonesia yang berkembang menuju paradigma 

back to nature dengan memakai  cara-cara 

tradisional untuk kesehatan. Putri (2008) 

berkata kata  bahwa semakin meningkatnya 

permintaan akan obat tradisional yang dipicu 

oleh maraknya tren back to nature yang melanda 

berbagai negara di seluruh dunia termasuk 

Indonesia, kesadaran akan efek samping yang 

ditimbulkan oleh obat sintetik, keterjangkauan 

dalam mengonsumsi, dan kecenderungan 

individu yang lebih menyukai hal-hal praktis di 

manahal ini didukung dengan paradigma 

pembangunan baru perekonomian Indonesia 

yang mendukung pengembangan industri yang 

mengolah hasil pertanian primer menjadi 

olahan (agroindustri), maka keberadaan industri 

yang bergerak di bidang pengolahan tanaman 

obat menjadi semakin berkembang. Selain itu 

bertambahnya pengetahuan individu yang 

didapat dari berbagai media di mana sekarang 

banyak perjanjian antara tenaga kesehatan 

dengan perusahaan farmasi yang menjadi spon￾sor penyelenggaraan kegiatan ilmiah yang 

berhubungan dengan kebijakan pelayanan 

kesehatan. Intervensi dengan perusahaan farmasi 

ini menyebabkan kebanyakan dokter enggan 

menuliskan obat generik sehingga masyarakat 

terkadang harus membayar lebih mahal untuk 

obat yang harusnya dapat dibeli dengan harga 

yang lebih murah. Adanya hal ini membuat 

masyarakat menjadi semakin cerdas untuk 

tidak menjadi korban dalam perjanjian yang 

banyak merugikan individu sebagai pasien. 

Pendapatan tidak memiliki hubungan yang 

signifikan terhadap terhadap probabilitas indi￾vidu untuk memilih pengobatan tradisional, hal 

ini sejalan dengan studi Purnamaningrum (2010) 

yang berkata kata  bahwa pendapatan tidak 

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap 

perilaku mengobati baik dengan memakai  

obat modern ataupun pengobatan tradisional. 

Pernyataan ini juga didikung oleh studi 

Muwahid (2006) yang berkata kata  bahwa 

besarnya penghasilan pekerja seks komersial di 

lokalisasi Dolly tidak berpengaruh terhadap 

probabilitas dalam pemilihan dan pemakaian  

obat tradisional yaitu jamu kemasan sebab  

sebagian besar konsumen lebih memprioritas￾kan khasiat. Studi yang dilakukan oleh 

Yudhistira (2006) juga menyimpulkan bahwa 

besarnya penghasilan individu tidak berpenga￾ruh terhadap probabilitas dalam pemilihan dan 

pemakaian  jamu kemasan sebab  sebagian 

besar konsumen jamu kemasan lebih memprio￾ritaskan khasiat yang akan didapat. Pendapatan 

individu tidak mempengaruhi probabilitas 

untuk memilih pengobatan tradisional di mana 

kondisi ini dapat terjadi sebab  individu dalam 

masyarakat yang mempunyai kemampuan 

secara sosioekonomi yaitu mempunyai pengha￾silan dan pekerjaan di atas upah minimum akan 

berupaya untuk mencari pengobatan ke sarana pelayanan kesehatan (Gaol, 2013). Pengeluaran 

secara ekonomi merupakan fungsi dari penda￾patan, dalam studi ini pendapatan per kapita 

mempengaruhi kecenderungan untuk meman￾faatkan (berkunjung) ke fasilitas pelayanan 

kesehatan tradisional atau modern. Semakin 

tinggi pengeluaran per kapita maka semakin 

besar kemungkinan si individu untuk memilih 

dan mampu membayar pelayanan kesehatan 

modern dibandingkan pelayanan kesehatan 

tradisional 

Jarak menuju fasilitas kesehatan tidak 

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap 

probabilitas individu untuk memilih pengobat￾an tradisional. Hal ini sejalan dengan studi 

Rahayu (2012) yang berkata kata  bahwa jarak 

tempat tinggal menuju fasilitas kesehatan tidak 

berpengaruh terhadap terhadap probabilitas 

individu untuk memilih pengobatan tradisio￾nal. Tidak ada hubungan antara jarak tempat 

tinggal dengan perilaku pencarian pengobatan 

sendiri (Kristina, 2008). Kondisi ini dapat dise￾babkan sebab  perilaku mengobati oleh indi￾vidu lebih kepada kepercayaan akan obat yang 

dipilih dan juga khasiat, meskipun jarak menu￾ju fasilitas kesehatan modern jauh atau dekat 

individu tetap akan memilih memakai  obat 

tradisional sebab  sugesti akan obat tersebut. 

Pendidikan tidak memiliki hubungan ter￾hadap probabilitas individu untuk memilih 

pengobatan tradisional, hal ini sejalan dengan 

studi Wardana (2008) menemukan bahwa ting￾kat pendidikan tidak berpengaruh secara signi￾fikan terhadap minat individu dalam menggu￾nakan obat tradisional, disebabkan adanya 

faktor lain yang lebih kuat memberikan penga￾ruh seperti tradisi nenek moyang, kebiasaan 

keluarga dan informasi nasehat dari tetangga 

atau teman kerabat atau penjual jamu/obat 

tradisional secara langsung. Purnamaningrum 

(2010) yang berkata kata  bahwa pendidikan 

tidak memiliki pengaruh terhadap perilaku 

mengobati. Kondisi ini dapat disebabkan kare￾na probabilitas masyarakat memilih obat tradi￾sional tergantung dengan tingkat pengetahuan 

dan pemahaman individu mengenai peng￾obatan tradisional yang biasanya telah didapat 

dari pengalaman yang diberikan oleh orang tua 

dan kebiasaan masyarakat sehingga penggu￾naan obat tradisional sudah menjadi sugesti 

akan sembuh jika individu mengkonsumsi obat 

tradisional untuk menyembukan penyakitnya. 

Kepemilikan asuransi kesehatan tidak 

memiliki hubungan yang signifikan terhadap 

probabilitas individu untuk memilih peng￾obatan tradisional. Hasil studi ini berbanding 

terbalik dengan studi yang dilakukan oleh 

Purnamaningrum (2010) yang berkata kata  bah￾wa terdapat hubungan yang signifikan antara 

asuransi kesehatan dengan perilaku mengobati 

oleh seseorang. Hal ini juga bertentangan dengan 

studi yang dilakukan oleh Supadmi (2013) yang 

berkata kata  bahwa jumlah pasien yang tidak 

memiliki asuransi kesehatan lebih banyak 

melakukan swamedikasi dibandingkan dengan 

pasien yang memiliki asuransi kesehatan 

artinya hasil analisis menunjukkan kepemilikan 

asuransi kesehatan memiliki hubungan yang 

signifikan dengan perilaku pengobatan. Kondisi 

ini dapat terjadi dalam kasus di mana obat 

tradisional dipakai  untuk mengobati keluhan 

penyakit ringan seperti batuk, pilek, sakit 

kepala masuk angin dan keluhan sakit ringan 

lainnya yang tidak memerlukan rujukan dan 

resep dokter atau tenaga kesehatan yang ahli 

dalam bidangnya.









Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi individu untuk memilih 

pengobatan tradisional di Indonesia. Data yang dipakai  dalam penelitian ini bersumber 

dari data Indonesia Family Live Survey (IFLS) dan merupakan survei longitudinal dengan 

studi data panel. pemakaian  data IFLS diharapkan dapat memberikan informasi terikini dan 

lebih luas mengenai variabel-variabel yang akan diuji di dalam model. Subjek penelitian ini 

yaitu  individu dalam rumah tangga berumur 15 tahun atau lebih pada 13 provinsi anggota 

survei. Variabel penelitian yang dipakai  dalam penelitian ini yaitu kepemilikan asuransi 

kesehatan, usia, pendapatan, wilayah tempat tinggal, jarak menuju fasilitas kesehatan, jumlah 

pos obat dan pendidikan individu dalam rumah tangga IFLS. Pengolahan data dilakukan 

dengan memakai  metode regresi probit. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa usia, 

wilayah tempat tinggal dan keberadaan pos obat masing-masing berpengaruh terhadap proba￾bilitas individu untuk memilih pengobatan tradisional. Sedangkan nilai probabilitas pada 

setiap variabel menunjukkan bahwa individu dalam rumah tangga yang berusia lanjut, ting￾gal di desa dan tinggal di wilayah yang terdapat pos obat, memiliki probabilitas yang lebih 

tinggi untuk memilih pengobatan tradisional.