pengobatan
tradisional di indonesia
Hasil uji regresi dengan metode probit menggunakan tujuh variabel menghasilkan tiga variabel independen yang mempunyai pengaruh
signifikan terhadap variabel dependen masingmasing yaitu usia, wilayah tempat tinggal dan
keberadaan pos obat. Sedangkan kepemilikan
asuransi kesehatan, pendapatan, jarak menuju
fasilitas kesehatan dan pendidikan tidak berpengaruh terhadap probabilitas untuk memilih
pengobatan tradisional.
Berdasarkan simpulan di atas, maka penulis
memberikan beberapa saran, yaitu: Pemerintah
diharapkan dapat mengkampanyekan pentingnya hidup sehat dengan memakai obat
tradisional sebab adanya dampak buruk yang
ditimbulkan dari konsumsi obat kimia yang
muncul dalam jangka waktu yang panjang. Di
mana pencegahan sedini mungkin dengan
pengalihan pada bahan-bahan tradisional akan
dapat meminimalkan resiko yang akan ditimbulkan kelak.
Individu dalam rumah tangga yang tinggal di wilayah yang terdapat pos obatnya memiliki
probabilitas yang lebih tinggi untuk memilih
pengobatan tradisional. Mengingat banyaknya
individu dalam rumah tangga IFLS 2007 yang
melakukan pengobatan ini maka Departemen
Kesehatan (Depkes) diharapkan dapat melakukan pembinaan dan penataan yang lebih baik
dan luas terhadap obat tradisional guna mendukung program Indonesia sehat 2010 serta
mendukung tren back to nature yang dapat
mendukung pemerintah dalam mewujudkan
visi Indonesia sehat 2010 tentang gambaran
kehidupan rakyat indonesia yang hidup dalam
lingkungan yang sehat dan dengan perilaku
hidup sehat.
Wilayah tempat tinggal mempengaruhi
probabilitas individu untuk memilih pengobatan tradisional di mana individu yang tinggal di
desa lebih tinggi probabilitasnya. Hal ini dapat
disebabkan sebab bahan dasar pengobatan
tradisional masih banyak tersedia di alam,
dengan ini diharapkan pemerintah setempat
dapat melihat hal ini sebagai peluang untuk
membuat industri rumahan yang memproduksi
obat tradisional dengan kemasan yang lebih
modern sehingga dapat mendukung berkembangnya tren back to nature khususnya pada
individu yang tinggal di kota.
Hasil studi yang telah dilakukan maka
studi ini mempunyai beberapa keterbatasan,
yaitu: Studi ini hanya memakai data IFLS-
4 (Indonesia Family Live Survey) pada tahun 2007.
Studi selanjutnya diharapkan dapat menggunakan data IFLS pada semua periode yaitu IFLS-1
pada tahun 1993, IFLS-2 pada tahun 1997, dan
IFLS-3 pada tahun 2000 dengan tujuan memperoleh hasil yang lebih baik dan menyeluruh.
Studi ini memakai metode regresi probit
di mana model ini memiliki kelemahan dalam
masalah probabilitas bersyarat yang ditaksir
mungkin tidak terletak antara nilai 0 dan 1. Hal
ini disebabkan sebab hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebasnya linear,
maka nilai variabel terikatnya akan sangat
tergantung dari nilai variabel bebas. Dengan
demikian, hasil perhitungan yang diperoleh
akan mungkin berada di luar jangkauan nilai 0
sampai dengan 1 atau bersifat diskrit (discrete)
di mana nilainya tidak dapat berada di luar
pilihan beberapa opsi jawaban. Hal ini menjadikan metode ini sebagai model yang tidak
terlalu baik. Jadi, diharapkan untuk studi
selanjutnya dapat memakai metode yang
berbeda sehingga hasil studi yang diperoleh
dapat dibandingkan dengan studi sebelumnya.
Kesehatan merupakan aspek yang penting
dalam kehidupan yang dapat merefleksikan
tinggi rendahnya standar hidup yang dimiliki
seorang individu. Kesehatan dianggap penting
sebab dengan sehat maka memudahkan individu untuk melakukan aktivitas kesehariannya.
Cara yang dapat dipakai untuk memperoleh
status sehat individu dapat dilakukan dengan mengkonsumsi barang dan jasa kesehatan ataupun dengan melakukan kegiatan yang dianggap dapat menyehatkan. Jika status kesehatan
tidak terpenuhi maka dapat menyebabkan individu mengalami keluhan kesehatan yang dapat
menimbulkan sakit sehingga akan berdampak
pada terganggunya aktifitas. Sakit berhubungan
dengan perilaku pencarian obat untuk memperoleh kembali status sehat yang dapat dilakukan
dengan berbagai cara misalnya dengan mencari
pengobatan medis ke dokter, bidan, dan tenaga
medis lainnya. Selain dengan pengobatan medis
perilaku pencarian pengobatan terhadap kejadian penyakit dapat juga dilakukan dengan
cara pengobatan sendiri yaitu dengan membeli
obat di warung dengan tetap memperhatikan
petunjuk pemakaian atau dengan cara pengobatan tradisional yang masih eksis pada
individu dalam rumah tangga. Perilaku pencarian pengobatan melalui pengobatan tradisional
yang masih banyak dilakukan oleh individu
dalam rumah tangga dapat dilihat dalam tabel
1.
Fakta yang menarik yaitu sekitar 80 persen dari tanaman obat yang ada di dunia tumbuh di Indonesia, sehingga bahan yang dibutuhkan untuk pengobatan yang berasal dari
alam ini dapat dengan mudah di temui di
sekitar kita. berkata kata
bahwa Indonesia memiliki keanekaragaman
hayati yang luar biasa dengan jumlah sekitar
40.000 spesies, dari seluruh jumlah spesies tersebut sekitar 1300 di antaranya dipakai sebagai obat tradisional. Berdasarkan data yang
diperoleh dari BPOM (Badan Pengawasan Obat
dan Makanan) hanya sebanyak 283 spesies
tanaman obat yang baru diregistrasi untuk
pemakaian obat tradisional/jamu dan hanya
13 spesies yang baru dibudidayakan yang
dapat dilihat pada tabel 2 (Lampiran).
Jumlah spesies tanaman obat yang melimpah di Indonesia membuat pemakaian pengobatan tradisional oleh individu dalam rumah
tangga telah dilakukan secara turun-temurun
dari nenek moyang hingga sekarang, kebiasaan
ini telah menjadi warisan budaya bangsa Indonesia. Pengobatan tradisional masih dipakai
oleh individu dalam rumah tangga disebab kan
beberapa faktor yang menunjang yaitu pengalaman yang sebelumnya didapat oleh orang tua
yang telah turun temurun dipakai , tidak
merepotkan atau lebih praktis sebab bahan
yang dipakai dapat langsung diperoleh dari
alam yang ada di sekitar rumah, pengobatan
tradisional tidak mengeluarkan biaya, serta
manfaat yang dirasakan yaitu ramuan tradisional yang dikonsumsi beserta bantuan pengobatan dari dukun dapat mrngurangi rasa sakit
Pengobatan tradisional diterapkan sebab
alasan mudah, murah dan manjur serta sesuai
dengan kerangka berpikir individu dalam
rumah tangga terkait dengan konsep keseimbangan dan pelestariannya perlu tetap diupayakan sebab telah berakar lama pada individu
dalam rumah tangga. Penyakit yang paling
sering dialami oleh individu dalam rumah
tangga yaitu masuk angin yang dapat dianalogikan sebagai gangguan tubuh akibat unsur
angin yang tidak lancar. Prinsip yang terdapat
di dalam pengobatan kerokan seperti oposisi
biner: panas x dingin; longgar x kencang; angin
masuk x angin keluar; ringan x berat; serta
tercapainya keseimbangan merupakan dasar
pengobatan tradisional. Angin yang terdapat
dalam tubuh dapat dikeluarkan lewat kentut
atau sendawa
berkata kata bahwa jenis
kelamin, usia, pendidikan, status pekerjaan serta
pendapatan individu berhubungan dengan perilaku pengobatan sendiri sedangkan lokasi
(desa atau kota) serta jarak tempat tinggal
dengan fasilitas kesehatan tidak memiliki
hubungan yang signifikan terhadap perilaku
pengobatan sendiri. Metode yang dipakai dalam
studi sebelumnya memiliki beberapa kelemahan
di antaranya kurang dapat dihandalkan untuk
mengidentifikasi dan mengukur efek yang
ditimbulkan dalam model cross-section maupun
time-series dan tidak memberikan hasil yang
kompleks terutama dalam studi yang mempelajari dan menguji model perilaku (behavior
models).
Studi mengenai status kesehatan dalam
pengukurannya lebih sesuai diolah dengan
memakai data Indonesia Family Life Survey
(IFLS) sebab data ini akan memberikan ukuranukuran yang luas mengenai status kesehatan
individu termasuk langkah-langkah yang dilaporkan langsung mengenai status kesehatan
secara umum, pengalaman morbiditas, dan
penilaian secara fisik misalnya tinggi, berat
badan, lingkar kepala, hemoglobin dan lainnya,
selain itu data IFLS juga dapat memberikan
gambaran yang jauh lebih banyak dibandingkan status kesehatan yang biasa tersedia dalam survei
rumah tangga, misalnya IFLS dapat memberikan
data yang dapat dipakai untuk mengeksplorasi hubungan antara status sosial ekonomi
dengan berbagai susunan kesehatan.
Setyawati dan Meridian (2010) dalam studi
yang memakai data Indonesia Family Life
Survey (IFLS) yang menyimpulkan bahwa
keberadaan modal sosial pada individu dalam
rumah tangga IFLS mempunyai hubungan yang
signifikan dengan pemanfaatan dukun beranak
di mana pendidikan merupakan satu-satunya
faktor yang signifikan terhadap pemilihan persalinan dengan memakai dukun.
Hidayat (2008) dengan analisis data Indonesia Family Life Survei (IFLS) menunjukkan
bahwa peserta asuransi kesehatan terbukti
memiliki probabilitas kunjungan yang lebih
tinggi dalam memakai pelayanan rawat
jalan dibandingkan non-peserta. Selain itu, dalam
berkata kata bahwa perilaku pasien geriatric dalam melakukan swamedikasi (pengobatan sendiri) yaitu kepemilikan asuransi kesehatan di mana studi ini
menunjukkan bahwa jumlah pasien yang tidak
memiliki asuransi kesehatan lebih banyak melakukan swamedikasi dibandingkan dengan pasien
yang memiliki asuransi kesehatan artinya hasil
analisis menunjukkan kepemilikan asuransi
kesehatan memiliki hubungan yang signifikan
dengan perilaku pengobatan.
telah melakukan
studi tentang perilaku masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan berkata kata
bahwa sikap memiliki hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku mengobati.
Pengetahuan tidak memiliki hubungan yang
signifikan antara pengetahuan individu dengan
perilaku mengobati. Pendidikan tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan perilaku
mengobati. Pendapatan tidak memiliki hubungan
yang signifikan dengan perilaku mengobati.
Terdapat hubungan antara asuransi kesehatan
dengan perilaku mengobati.
dalam studinya dengan
memakai cross section berkata kata bahwa
hasil studinya menunjukkan bahwa persentase
individu yang memilih pengobatan tradisional
di wilayah kerja Puskesmas Muara Siberut sebanyak 63,54 persen dengan beberapa variabel
yaitu pengetahuan, ada hubungan antara
pengetahuan dengan pemilihan pengobatan.
Sikap memiliki hubungan yang signifikan
dengan pemilihan pengobatan. Pekerjaan tidak
mempunyai hubungan dengan pemilihan pengobatan akan tetapi mereka tetap memilih
pengobatan tradisional sesuai teori masyarakat
yang memiliki pekerjaan dan penghasilan yang
pas-pasan akan memilih pengobatan tradisional.
Pendidikan memiliki hubungan yang signifikan
dengan pemilihan pengobatan oleh individu.
Jarak tempat tinggal tidak memiliki hubungan
yang signifikan dengan pemilihan obat.
berkata kata bahwa
warga yang berusia lanjut yaitu lebih dari
56 tahun untuk menggunkan obat tradisional
lebih banyak 1,56 kali dibandingkan warga yang
bukan lanjut usia. Supardi dan Susyanty (2010)
berkata kata bahwa: kelompok usia lanjut usia
memiliki hubungan yang signifikan dengan
pemakaian obat tradisional. Terdapat hubungan
yang signifikan antara jenis kelamin dan penggunaan obat tradisional. Ada hubungan yang
signifikan antara individu yang menikah dan
pemakaian obat tradisional. Terdapat hubungan
signifikan antara individu yang berpendidikan
rendah dan pemakaian obat tradisional. Ada hubungan yang signifikan antara jenis pekerjaan individu dan pemakaian obat tradisional.
Ada hubungan yang signifikan antara tempat
tinggal dan pemakaian obat tradisional. Jenis
Keluhan memiliki hubungan antara individu
yang mengeluh demam, batuk, pilek, diare dan
pemakaian obat tradisional, tetapi tidak ada
hubungan yang signifikan antara individu yang
mengeluh sakit kepala dan pemakaian obat
tradisional.
berkata kata bahwa probabilitas pasien geriarti melakukan swamedikasi
di Kabupaten Sleman memberikan hasil bahwa
faktor yang berhubungan dengan perilaku
pasien geriatric melakukan swamedikasi yaitu
kepemilikan asuransi kesehatan di mana studi
ini menunjukkan bahwa jumlah pasien yang
tidak memiliki asuransi kesehatan lebih banyak
melakukan swamedikasi dibandingkan dengan
pasien yang memiliki asuransi kesehatan artinya hasil analisis menunjukkan kepemilikan
asuransi kesehatan memiliki hubungan yang
signifikan dengan perilaku pengobatan.
berkata kata bahwa perilaku
pencarian pengobatan oleh individu dalam
rumah tangga dipengaruhi oleh jumlah dan
jenis sarana pelayanan kesehatan yang tersedia
di sekitarnya. Oleh sebab itu pada wilayah
yang banyak tersedia sarana pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit pemerintah dan swasta, balai pengobatan serta praktek
dokter, maka pilihan individu dalam rumah
tangga semakin beragam untuk melakukan
pencarian pengobatan.
semakin banyak sarana dan jumlah tenaga
kesehatan maka tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan suatu masyarakat akan semakin
bertambah.
Tujuan dari studi ini yaitu faktor yang
signifikan terhadap preferensi untuk memilih
berobat secara tradisional terutama pijat kerokan,
okup/koop/bekam dan sejenisnya dan juga minum
jamu atau obat tradisional sebagai pengobatan
dibandingkan pengobatan medis.
Data
Jenis data yang dipakai dalam studi ini
yaitu data sekunder yang diperoleh dari lembaga survei yaitu Indonesia Family Life Survey
(IFLS) berupa data longitudinal yang mencakup
wilayah dari 13 provinsi di Indonesia yaitu
seluruh provinsi di Jawa, Bali, NTB, Sulawesi
Selatan, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan,
Lampung, Sumatera Barat dan Sumatera Utara.
Survei data IFLS pertama kali dilakukan pada
tahun 1993 yang disebut dengan IFLS-1, survei
pada tahun 1997 disebut dengan IFLS-2, dan
survei tahun 2000 dan 2007 yang selanjutnya
disebut sebagai IFLS-3 dan IFLS-4.
Subjek dalam studi ini yaitu individu
dalam rumah tangga berusia 15 tahun atau
lebih yang merupakan individu dari studi Indonesia Family Live Survey (IFLS) pada 13 provinsi
anggota survei. Data IFLS yang akan dipakai
dalam studi ini yaitu IFLS-4 tahun 2007 yang
dikumpulkan pada akhir November 2007 dan
berakhir pada bulan Mei tahun 2008 untuk
mengikuti 7.500 rumah tangga dan sekitar 312
komunitas dengan jumlah individu dalam
rumah tangga sebanyak 39.000 individu yang
merupakan kolaborasi dari RAND (Research
ANd Development), pusat untuk Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) Universitas Gajah
Mada dan Survey METER. IFLS-4 berisi data
rumah tangga anggota IFLS dan data fasilitas
masyarakat.
Data Indonesia Family Live Survey (IFLS)
merupakan data longitudinal, namun sebab
data IFLS yang dipakai dalam studi ini
hanya IFLS pada gelombang ke 4 maka data
dalam studi ini dapat disebut dengan cross section data. Alasan pemakaian data pada survei
IFLS-4 tahun 2007 sebab : 1) pemakaian titik
waktu pada tahun 2007 mencukupi kebutuhan
data untuk analisis pengujian perubahan pada
variabel yang diteliti pada sebuah rentang antar
waktu. 2) Kelompok data tersebut yaitu
gelombang survei (wave) yang terakhir dilakukan, sehingga diharapkan didapatkan informasi
terkini pada variabel-variabel yang akan diuji
dalam studi tersebut.
Adapun topik kuesioner yang dipakai
dalam studi ini tampak dalam tabel 3.
Berdasarkan tabel 3 mengenai topik kuesioner dalam IFLS, variabel independen yang
dipakai dalam studi yaitu kepemilikan asuransi kesehatan yang merupakan kuesioner
yang bersumber dari topik asuransi kesehatan
yang bersumber dari buku 3B final. Usia dan wilayah tempat tinggal masing-masing merupakan kuesioner dengan topik rumah tangga
dan asset individu yang terletak dalam buku K
final. Jarak menuju failitas kesehatan merupakan kuesioner dengan topik rumah tangga dan
asset individu yang terletak dalam gabungan
buku 3B dan buku K final. Variabel keberadaan
pos obat merupakan satu-satunya variabel yang
bersumber dari data cf dengan topik kuesioner
pengetahuan tentang penyediaan layanan kesehatan yang terletak dalam buku 1 final. Sedangkan pendidikan serta pendapatan terdapat dalam
buku 3A final yang bersumber dari kuesioner
dengan topik penghasilan tenaga kerja dan
sejarah kerja.
Pembentukan dan Seleksi Variabel
Pembentukan dan seleksi variabel dilakukan
setelah pengumpulan variabel yang dibutuhkan di dalam buku IFLS. Setelah buku IFLS
ditentukan maka seleksi variabel dilakukan
dengan memilih seksi-seksi yang didalamnya
terdapat pertanyaan yang dapat mewakili
variabel dependen maupun independen. Adapun seksi kuesioner yang dipakai dalam
studi ini disajikan dalam tabel 4.
Tabel 4 setelah seksi kuesioner dipilih
selanjutnya pertanyaan yang dapat mewakili
variabel yang diteliti juga dipilih untuk kemudian dipakai untuk pembentukan data set
atau “do” untuk selanjutnya dilakukan pengolahan data. Variabel kepemilikan terdapat dalam
seksi AK (Asuransi Kesehatan); usia terdapat
dalam seksi AR (daftar anggota rumah tangga);
pendapatan terdapat dalam seksi TK (ketenagakerjaan); usia dan wilayah tempat tinggal samasama terletak dalam seksi AR; jarak menuju
fasilitas kesehatan terletak dalam seksi SC
(Keterangan sampling dan wilayah pencacahan)
dan seksi RJ (rawat jalan). Variabel keberadaan
pos obat terdapat dalam seksi J (Sejarah keberadaan fasilitas kesehatan); sedangkan pendidikan
terdapat dalam kuesioner seksi DL (pendidikan).
Dependen variabel yang dipakai dalam
studi ini yaitu pengobatan tradisional yang
bersumber dari topik kuesioner yaitu self treatment yang masuk dalam seksi PS (pengobatan
sendiri) yang di dalam buku IFLS dibagi lagi
menjadi beberapa jenis pengobatan, dapat
dilihat pada tabel 5.
Berdasarkan tabel 5 mengenai seksi pengobatan sendiri terdapat beberapa dummy variabel
yang menerangkan topik jenis pengobatan sendiri. Namun hanya dua jenis dummy yang
dipakai untuk mewakili variabel dependen yang
dipakai dalam studi ini yaitu dummy “minum
Jamu atau obat tradisional sebagai pengobatan;
dan pijat, kerokan, oukup/koop/ bekam, dan
sejenisnya. Sedangkan untuk dummy pengobatan
sendiri yang tidak dipakai dalam studi ini
yaitu “minum obat modern yang dijual bebas
(seperti Bodrex, Inza, Paramex), memakai obat
luar (seperti tetes mata, salep, koyo, parem, dan
sejenisnya), dan minum vitamin/suplemen”.
Hal ini dilakukan dengan pertimbangan variabel yang dianalisis sangat tergantung kepada
keberadaan dan kelengkapan data yang ada
sehingga tidak semua variabel pengobatan sendiri dipakai dalam studi ini artinya hanya
variabel dummy yang mewakili pengobatan
tradisional saja yang dipilih dalam studi ini.
Definisi Operasional
Variabel dependen dalam studi ini yaitu pengobatan tradisional dengan asumsi pengobatan
tradisional bertujuan untuk mengobati jenis
keluahan penyakit ringan yang sering dialami
masyarakat, seperti demam, nyeri, pusing, batuk,
sakit maag, cacingan, flu, keluhan penyakit
kulit dan lain-lain yang dibentuk dari dummy
pengobatan sendiri yaitu “minum jamu atau
obat tradisional sebagai pengobatan” dan “pijat,
kerokan, okup/koop/bekam, dan sejenisnya”.
Variabel ini dibentuk atas dasar kebiasaan individu dalam rumah tangga yang pada masa
sekarang masih banyak memakai pengobatan tradisional meskipun pengobatan medis
semakin berkembang di era modern. Adapun
dummy variabel ditentukan dengan 1 = jika
memilih pengobatan tradisional; 0 = jika memilih pengobatan modern.
Adapun variabel independen meliputi:
Kepemilikan Asuransi Kesehatan (health_insurance) merupakan variabel dummy ada atau
tidaknya asuransi kesehatan yang dimiliki oleh
individu dalam rumah tangga IFLS 2007
dengan asumsi bahwa pada data IFLS pada
gelombang ini belum terdapat Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang baru resmi
beroperasi per 1 Januari 2014. Kepemilikan
asuransi kesehatan dibuat dengan kategori
memiliki dan tidak memiliki asuransi kesehatan. Adapun dummy variabel ditentukan dengan
1 = jika memiliki asuransi kesehatan; 0 = jika
tidak memiliki asuransi kesehatan.
1) Usia (age) yaitu usia individu dalam rumah
tangga IFLS 2007 yang berusia 15 tahun atau
lebih. 2) Pendapatan (income) berupa jumlah
pendapatan yang diterima oleh individu dalam
rumah tangga IFLS 2007dalam setiap bulannya.
3) Faktor wilayah tempat tinggal (urban) merupakan variabel dummy tempat tinggal individu
dalam rumah tangga IFLS 2007 yang dibuat
dengan kategori berdasarkan wilayah tempat
tinggal yaitu perkotaan dan pedesaan. Adapun
dummy variabel ditentukan dengan 1 = jika
tinggal di kota; dan 0 = jika tinggal di desa. 4)
Jarak rumah tinggal dengan fasilitas kesehatan (disfacility) merupakan jarak menuju fasilitas kesehatan khususnya fasilitas kesehatan modern
yang ada dengan satuan kilo meter (km). 5)
Keberadaan pos obat (posobat) yaitu ada tidaknya pos obat di daerah individu dalam rumah
tangga IFLS 2007. Adapun dummy variabel
ditentukan dengan 1= jika ada posobat; 0 = jika
tidak ada pos obat. 6) Pendidikan (years_educ)
menunjukkan lama pendidikan yang telah
ditempuh oleh individu dalam rumah tangga
IFLS 2007yang dibuat dengan kategori pendidikan tertinggi yang telah ditempuh oleh responden. Metode analisis yang dipakai dalam studi ini
yaitu regresi probit. Model probit menganalisis hubungan antara satu variabel dependen
berupa data kualitatif dikotomi yang bernilai 1
apabila terdapat karakteristik dan bernilai 0
yang berkata kata ketiadaan karakteristik. Model
regresi probit memakai model variabel
terikat yang juga bersifat dikotomi dan menggunakan nilai 1 atau 0, dipakai dalam situasi
di mana variabel dependen memiliki kemungkinan tanggapan “ya” atau “tidak” di mana
dalam studi ini kemungkinan tanggapan yaitu
1 = jika memilih pengobatan tradisional dan 0 =
jika memilih pengobatan modern.
Regresi probit dalam studi ini dipakai
untuk mengetahui preferensi individu untuk
memilih pengobatan tradisional. Model persamaan regresi probit yang dipakai dalam
studi ini dapat dituliskan dalam bentuk persamaan berikut:
Traditional = β Health + β Age medicine 1 2 insurance
+β Income + β Urban 3 4
+β Disfacility + β Posobat 5 6
+β Years_educ + e 7 1)
Studi ini memakai variabel dependen berupa pengobatan tradisional yaitu apakah individu
dalam rumah tangga IFLS 2007 memakai
atau tidak memakai pengobatan tradisional untuk mengobati keluhan sakitnya. Hosmer
dan Lemeshow (1989) berkata kata bahwa
variabel yang memakai skala nominal
harus diubah menjadi desain variabel (variabel
dummy/boneka). Sedangkan variabel independen berupa kepemilikan asuransi kesehatan,
usia, pendapatan, wilayah tempat tinggal, jarak
menuju fasilitas kesehatan, keberadaan pos obat
dan pendidikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengobatan tradisional memiliki rata-rata (mean)
sebesar 0,1709 dengan nilai maksimal yaitu 1
(memakai obat tradisional) dan minimal
yaitu 0 (memakai pengobatan modern),
sedangkan nilai standar deviasi yaitu sebesar
0,3764. Variabel kepemilikan asuransi kesehatan
memiliki rata-rata sebesar 0,2731 dengan nilai
maksimal yaitu 1 (memiliki asuransi kesehatan) dan 0 (tidak memiliki asuransi kesehatan).
Sedangkan nilai standar deviasi yaitu sebesar
0,0,4456.
Rata-rata usia individu dalam rumah tangga
IFLS 2007 pada studi ini yaitu 40,1783 atau
dibulatkan menjadi 40 tahun. Usia paling muda
dalam studi ini yaitu anggota rumah tangga
yang berusia 15 tahun dan yang tertua berusia
97 tahun. Nilai standar deviasi usia yaitu sebesar
16 tahun. Pendapatan individu dalam rumah
tangga rata-rata sebesar Rp2.769.037,00 di mana
pendapatan terbesar a dalah:
Rp1.000.000.000,00 dan pendapatan terendah
yaitu sebesar Rp0,00 atau tidak memiliki pendapatan sama-se kali. Di mana nilai standar
deviasi yaitu sebesar Rp48.800.000,00.
Wilayah tempat tinggal memiliki rata-rata
sebesar 0,5348 dengan nilai terkecil yaitu 0 (jika tinggal di desa) dan terbesar yaitu 1 (jika
tinggal di kota). Di mana nilai standar deviasi
yaitu sebesar 0,4987. Rata-rata jarak rumah
tinggal menuju fasilitas kesehatan yaitu 5,4439
km, di mana nilai minimum atau jarak terdekat
yaitu 0 km dan nilai maksimal atau jarak
terjauh yaitu 600 km. Nilai standar deviasi
yaitu sebesar 10,2202. Keberadaanpos obat
memiliki nilai rata-rata yaitu sebesar 0,0483
dengan nilai maksimum yaitu 1 (jika ada pos
obat) dan nilai minimum yaitu 0 (jika tidak
ada pos obat). Sedangkan nilai standar deviasi
yaitu sebesar 0,2145.
Rata-rata lama pendidikan yaitu 7,7116
(dibulatkan menjadi 7 tahun) atau rata-rata lama
pendidikan peserta IFLS yaitu lulusan TK
(Taman Kanak-Kanak) dan dilanjutkan dengan
Sekolah Dasar (SD). Di mana nilai minimum
yaitu 0 atau tidak mengenyam bangku sekolah
sama sekali, sedangkan lama pendidikan maksimum yaitu 21 tahun atau lulusan strata 3
(S3). Nilai standar deviasi pendidikan yaitu
sebesar 4,4119.
Hasil Analisis
Analisis data dalam studi ini memakai
regresi probit yang bertujuan untuk mengetahui probabilitas individu dalam memakai
pengobatan tradisional di Indonesia. Variabel
independen yang dipakai yaitu kepemilikan
asuransi kesehatan yang merupakan dummy
dari ada dan tidak ada asuransi kesehatan yang
dimiliki individu dalam rumah tangga IFLS
2007. Variabel usia merupakan usia individu
dalam rumah tangga IFLS 2007 dalam satuan
tahun. Variabel pendapatan merupakan pendapatan yang diterima oleh individu dalam rumah
tangga IFLS tahun 2007 setiap bulannya. Variabel wilayah tempat tinggal merupakan dummy
tempat individu dalam rumah tangga IFLS 2007
tinggal yaitu kota dan desa. Variabel jarak
rumah tinggal dengan fasilitas kesehatan merupakan jarak rumah tinggal individu dengan
fasilitas kesehatan dengan satuan kilo meter.
Variabel keberadaan pos obat merupakan
dummy dari ada atau tidaknya pos obat pada
wilayah individu dalam rumah tanggal IFLS
2007 tinggal. Sedangkan variabel pendidikan
merupakan lama pendidikan yang telah ditempuh oleh individu dalam rumah tangga IFLS
2007.
Untuk menginterpretasi hasil analisis probit
sedikit berbeda dengan analisis dengan metode
lain. Pada model probit untuk memperoleh
hasil maka harus memakai tabel statistik
Z. Pada metode probit, jika kita ingin mengetahui probabilitas individu untuk memilih pengobatan tradisional maka variabel yang signifikan
maupun yang tidak signifikan tetap dimasukkan
ke dalam persamaan, dari hasil regresi dengan
memakai STATA 11 SE, persamaan regresi
dapat dituliskan sebagai berikut:
Traditional_medicine =
–0,5273+ 0,0782(Health_insurance) -
0,0086(Age) - 0,000000179(Income) -
0,3049(urban) - 0,0007(Disfacility) -
0,6790(Posobat) - 0,0123(Years_educ) 2)
Keterangan: Traditional_medicine yaitu Probabilitas untuk memilih pengobatan tradisional;
Health_insurance yaitu Kepemilikan asuransi
kesehatan; Age yaitu Usia individu rumah
tangga; Income yaitu Pendapatan individu
rumah tangga; Urban yaitu Wilayah tempat
tinggal individu rumah tangga; Disfacility adalah Jarak menuju fasilitas kesehatan; Posobat
yaitu Keberadaan pos obat; Years_educ yaitu
Lama Pendidikan individu rumah tangga
Nilai pseudo R2 yang ditunjukkan dalam
tabel yaitu sebesar 0,0299 hal ini menggambarkan bahwa persamaan model dalam studi
ini hanya mampu menjelaskan sebesar 2,99
persen faktor-faktor yang berpengaruh terhadap probabilitas individu untuk memilih pengobatan tradisional. Uji Likelihood Ratio (LR) atau
dalam uji regresi linear sering disebut dengan
uji F-statistic atau pengujian secara bersamasama ditunjukkan oleh nilai pro > chi2 yaitu
sebesar 0,0329 dan signifikan pada α <0,05 artinya secara bersama-sama variabel usia, wilayah
tempat tinggal, dan keberadaan pos obat berpengaruh terhadap probabilitas individu untuk
memilih pengobatan tradisional.
Hasil regresi probit diperoleh hasil bahwa
probabilitas individu untuk memilih pengobatan tradisional dipengaruhi oleh variabel usia,
wilayah tempat tinggal dan keberadaan pos
obat yang ada. Variabel kepemilikan asuransi
kesehatan, pendapatan, jarak menuju fasilitas
kesehatan dan lama pendidikan tidak berpengaruh terhadap probabilitas individu untuk
memilih pengobatan tradisional.
1) Usia Individu Rumah Tangga IFLS 2007
(Age)
Tabel deskripsi variabel statistik menunjukkan
bahwa usia paling rendah anggota IFLS 2007
yaitu 15 tahun sedangkan usia maksimal
individu dalam rumah tangga IFLS 2007 yaitu
97 tahun. Besarnya probabilitas individu yang
berusia 15 tahun untuk memilih pengobatan
tradisional yaitu sebagai berikut (dengan
asumsi variabel lain dianggap konstan):
Traditional_medicine =
-0,5273 + 0,0782(Health_insurance) - 0,0086(Age) -
0,000000179(Income) - 0,3049(urban) –
0,0007(Disfacility) - 0,6790(Posobat) –
0,0123(Years_educ)
= -0,5273 + 0,0782(0) - 0,0086(15) –
0,000000179(0) - 0,3049(0) -
0,0007(0) - 0,6790(0) - 0,0123(0)
= -0,5273 - 0,1290
= -0,6563 (hasil dibulatkan menjadi -0,66)
Selanjutnya angka tersebut dicari nilainya
pada tabel statistika Z, di mana pada kolom kiri
-0,6 dan kolom di atas angka 0,06 sehingga
ditemukan angka 0,2546. Selanjutnya angka
tersebut dikurangkan dengan angka 1. Sehingga
diperoleh 1-0,2564 = 0,7454 atau 74,54 persen.
Jadi, probabilitas individu yang berusia muda
untuk memilih pengobatan tradisional yaitu
sebesar 74,54 persen.
Sedangkan besarnya probabilitas individu
yang berusia 97 tahun untuk memilih pengobatan tradisional yaitu sebagai berikut (dengan
asumsi variabel lain dianggap konstan):
Traditional_medicine =
- 0,5273 + 0,0782(Health_insurance) –
0,0086(Age) - 0,000000179(Income) –
0,3049(urban) - 0,0007(Disfacility) –
0,6790(Posobat) - 0,0123(Years_educ)
= -0,5273 + 0,0782(0) - 0,0086(97) –
0,000000179(0) - 0,3049(0) - 0,0007(0) –
0,6790(0) - 0,0123(0)
= -0,5273 - 0,8342
= -1,3615 (hasil dibulatkan menjadi -1,36)
Selanjutnya angka tersebut dicari nilainya
pada tabel statistika Z, di mana pada kolom kiri
-1,3 dan kolom di atas angka 0,06 sehingga
ditemukan angka 0,0869. Selanjutnya angka
tersebut dikurangkan dengan angka 1. Sehingga diperoleh 1 - 0,0869 = 0,9131 atau 91,31 persen. Jadi, probabilitas individu yang berusia
lanjut untuk memilih pengobatan tradisional
yaitu sebesar 91,31 persen.
Probabilitas untuk memilih pengobatan
tradisional pada individu yang berusia muda
yaitu sebesar 74,54 persen, sedangkan pada
individu yang berusia lanjut yaitu 91,31 persen. Berdasarkan nilai kedua probabilitas maka
individu yang berusia lanjut memiliki probabilitas yang lebih tinggi untuk memilih pengobatan tradisional dibandingkan dengan individu
berusia muda. Artinya semakin bertambah usia
individu maka probabilitas untuk memilih
pengobatan tradisional semakin tinggi.
2) Wilayah Tempat Tinggal Individu Rumah
Tangga IFLS 2007 (Urban)
Adapun dummy variabel ditentukan dengan 1
jika tinggal di kota dan 0 jika tinggal di desa
dengan asumsi usia pada nilai minimumnya
yaitu 15 tahun. Besarnya probabilitas individu
yang tinggal di desa (0) untuk memilih pengobatan tradisional yaitu sebagai berikut (dengan
asumsi variabel lain dianggap konstan):
Traditional_medicine=
-0,5273+0,0782(Health_insurance)-0,0086(Age)-
0,000000179(Income)-0,3049(urban)-
0,0007(Disfacility)-0,6790(Posobat)-
0,0123(Years_educ)
= -0,5273 + 0,0782(0) - 0,0086(15) –
0,000000179(0) - 0,3049(0) - 0,0007(0) –
0,6790(0) -0,0123(0)
= -0,5273-0,1290
= -0,6563 (hasil dibulatkan menjadi -0,66)
Selanjutnya angka tersebut dicari nilainya
pada tabel statistika Z, di mana pada kolom kiri
-0,6 dan kolom di atas angka 0,06 sehingga ditemukan angka 0,2546. Angka tersebut dikurangkan dengan angka 1. Sehingga diperoleh 1-
0,2564 = 0,7454 atau 74,54 persen. Jadi, probabilitas individu yang tinggal di desa untuk
memilih pengobatan tradisional yaitu sebesar
74,54 persen.
Sedangkan besarnya probabilitas individu
yang tinggal di kota (1) untuk memilih pengobatan tradisional yaitu sebagai berikut
(dengan asumsi variabel lain dianggap konstan):
Traditional_medicine =
-0,5273 + 0,0782(Health_insurance) - 0,0086(Age) -
0,000000179(Income) -0,3049(urban) -
0,0007(Disfacility) -0,6790(Posobat)-
0,0123(Years_educ)
= -0,5273 + 0,0782(0) - 0,0086(15) -
0,000000179(0) - 0,3049(1) - 0,0007(0) -
0,6790(0) - 0,0123(0)
= -0,5273 - 0,1290 + 0,3049
= -0,3514 (hasil dibulatkan menjadi -0,35)
Selanjutnya angka tersebut dicari nilainya
pada tabel statistika Z, di mana pada kolom kiri
-0,3 dan kolom di atas angka 0,05 sehingga
ditemukan angka 0,3632. Selanjutnya angka
tersebut dikurangkan dengan angka 1. Sehingga diperoleh 1-0,3632 = 0,6368 atau 63,68 persen.
Jadi, probabilitas individu yang tinggal di kota
untuk memilih pengobatan tradisional yaitu
sebesar 63,68 persen.
Probabilitas untuk memilih pengobatan
tradisional pada individu yang tinggal di desa
yaitu sebesar 74,54 persen, sedangkan pada
individu yang tinggal di kota yaitu 63,68
persen. Berdasarkan nilai kedua probabilitas
maka individu yang tinggal di desa memiliki
probabilitas yang lebih tinggi untuk memilih
pengobatan tradisional dibandingkan dengan
individu dalam rumah tangga IFLS 2007yang
tinggal di kota.
3) Keberadaan Pos Obat (Posobat)
Adapun dummy variabel ditentukan dengan 1
jika ada pos obat dan 0 jika tidak ada pos obat
dengan asumsi usia pada nilai minimumnya
yaitu pada 15 tahun. Besarnya probabilitas
individu yang tinggal di wilayah yang ada pos
boatnya (0) untuk memilih pengobatan tradisional yaitu sebagai berikut (dengan asumsi
variabel lain dianggap konstan):
Traditional_medicine
=-0,5273 + 0,0782(Health_insurance) –
0,0086(Age) - 0,000000179(Income) -
0,3049(urban) - 0,0007(Disfacility) -
0,6790(Posobat) - 0,0123(Years_educ)
=-0,5273 + 0,0782(0) - 0,0086(15) -
0,000000179(0) - 0,3049(0) – 0,0007(0) –
0,6790(0) - 0,0123(0)
= -0,5273-0,1290
= -0,6563 (hasil dibulatkan menjadi -0,66)
Selanjutnya angka tersebut dicari nilainya
pada tabel statistika Z, di mana pada kolom kiri
-0,6 dan kolom di atas angka 0,06 sehingga
ditemukan angka 0,2546. Selanjutnya angka
tersebut dikurangkan dengan angka 1. Sehingga diperoleh 1-0,2564 = 0,7454 atau 74,54
persen. Jadi, probabilitas individu yang tinggal
di wilayah yang tidak ada pos obatnya untuk
memilih pengobatan tradisional yaitu sebesar
74,54 persen.
Sedangkan besarnya probabilitas individu
yang tinggal di wilayah yang ada pos obatnya
(1) untuk memilih pengobatan tradisional
yaitu sebagai berikut (dengan asumsi variabel
lain dianggap konstan):
Traditional_medicine
= -0,5273 + 0,0782(Health_insurance) -0,0086(Age)
- 0,000000179(Income) - 0,3049(urban)-
0,0007(Disfacility) - 0,6790(Posobat)-
0,0123(Years_educ)
= -0,5273 + 0,0782(0) - 0,0086(15) –
0,000000179(0) - 0,3049(0)-0,0007(0) –
0,6790(1) - 0,0123(0)
= -0,5273 - 0,1290 - 0,6790
= -1,3353 (hasil dibulatkan menjadi -1,33)
Selanjutnya angka tersebut dicari nilainya
pada tabel statistika Z, di mana pada kolom kiri
-1,3 dan kolom di atas angka 0,03 sehingga
ditemukan angka 0,0918. Selanjutnya angka tersebut dikurangkan dengan angka 1. Sehingga
diperoleh 1-0,0918 = 0,9082 atau 90,82 persen.
Jadi, probabilitas individu yang tinggal di wilayah yang ada pos obatnya untuk memilih
pengobatan tradisional yaitu sebesar 90,82
persen.
Probabilitas untuk memilih pengobatan
tradisional pada individu yang tinggal pada
wilayah yang tidak ada atau minim pos obatnya
yaitu sebesar 74,54 persen, sedangkan pada individu yang tinggal pada wilayah yang ada
pos obatnya yaitu 90,82 persen. Berdasarkan
nilai kedua probabilitas maka individu yang
tinggal pada wilayah yang ada pos obatnya
memiliki probabilitas yang lebih tinggi untuk
memilih pengobatan tradisional dibandingkan
dengan individu yang tinggal pada wilayah
yang minim atau bahkan tidak ada pos
obatnya. Artinya semakin banyak pos obat di
wilayah individu rumah tangga IFLS 2007
tinggal maka probabilitas individu untuk
memilih pengobatan tradisional semakin tinggi.
Studi ini memakai data panel atau
longitudinal data yang diolah memakai
metode regresi probit dengan tujuan untuk
mengetahui preferensi individu untuk memilih
pengobatan tradisional. Hasil regresi menunjukkan bahwa variable usia, wilayah tempat
tinggal dan keberadaan pos obat mempengaruhi probabilitas individu untuk memilih pengobatan tradisional. Sedangkan variabel kepemilikan asuransi kesehatan, pendapatan, jarak
menuju fasilitas kesehatan dan pendidikan tidak
berpengaruh terhadap probabilitas individu
untuk memilih pengobatan tradisional.
Usia secara signifikan berpengaruh terhadap probabilitas individu untuk memilih pengobatan tradisional. Semakin bertambahnya usia
individu dalam rumah tangga IFLS 2007 maka
probabilitas untuk memilih pengobatan tradisional semakin tinggi. Hal ini sejalan engan
studi Kristina, dkk (2007) yang berkata kata bahwa usia memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap perilaku pengobatan sendiri yang
rasional pada masyarakat. Studi ini juga sejalan
dengan pendapat Supardi, dkk (2003) menyatakan bahwa warga yang berusia lanjut yaitu
lebih dari 56 tahun untuk menggunkan obat
tradisional lebih banyak 1,56 kali dibandingkan
warga yang bukan lanjut usia. Proporsi
pemakaian obat tradisional pada individu
kelompok lanjut usia lebih tinggi dibandingkan
individu yang belum lanjut usia artinya ada
hubungan yang signifikan antara individu
dengan kelompok usia lanjut usia dengan
pemakaian obat tradisional, hal ini mungkin
berhubungan dengan keluhan sakit lebih banyak
diderita pada kelompok usia tua dengan jenis
keluhan yang kurang dikenal untuk ditanggulangi dengan pemakaian obat modern
(Supardi, 2007). Kondisi ini dapat disebabkan
sebab orang tua lebih menyukai pemakaian
obat tradisional dengan alasan pengobatan
tradisional tidak merepotkan atau praktis dan
lebih mudah dilakukan sebab tidak perlu
datang kepada tenaga medis untuk meminta
resep obat. Obat tradisional lebih diminati oleh
orang yang berusia lanjut sebab kesadaran
akan bahan kimia yang didapatkan dari
pengobatan medis dapat membawa dampak
buruk bagi kesehatan mengingat antibody atau
kemampuan tubuh untuk menahan serangan
dari luar sudah mulai menurun pada individu
yang berumur lanjut. Selain itu pengobatan
tradisional telah menjadi tradisi warisan nenek
moyang yang telah dilakukan sejak dulu dan
menjadi kebiasaan yang melekat pada diri
seseorang misalnya pada penyakit yang sering
muncul pada individu dalam rumah tangga
seperti masuk angin di mana pengobatan untuk
masuk angin dapat desembuhkan dengan cara
kerokan yang sudah menjadi kebiasaan dan
tersugesti oleh individu di mana masuk angin
belum akan sembuh jika belum dikerok.
Wilayah tempat tinggal berpengaruh terhadap terhadap probabilitas individu untuk
memilih pengobatan tradisional. Probabilitas
individu untuk memilih pengobatan tradisional
pada individu yang tinggal di desa lebih tinggi
dibandingkan individu yang tinggal di kota. Hal ini
sejalan dengan studi Supardi, dkk (2003)
berkata kata bahwa warga yang tinggal di
lokasi pedesaan memakai obat tradisional
lebih banyak 1,36 kali dibandingkan warga yang
tinggal di kota. Hidayat dan Hardiansyah (2012)
berkata kata bahwa tumbuhan obat tradisional
di Indonesia mempunyai peran yang sangat
penting terutama bagi masyarakat di daerah
pedesaan yang fasilitas kesehatannya masih
sangat terbatas di mana dalam studinya menyatakan bahwa kurangnya fasilitas kesehatan di
kabupaten Sintang membuat masyarakat
memanfaatkan tumbuhan obat tradisional sebagai alternatif dan langkah awal pengobatan
suatu penyakit. Darubekti (2001) berkata kata
bahwa individu yang tinggal di desa lebih
mendahulukan obat tradisional untuk mengobati keluhan sakit ringan, sebab obat modern
sulit dijangkau dan keterbatasan pendapatan
individu dalam rumah tanggal. Kondisi ini
dapat terjadi sebab ketersediaan tanaman obat
sebagai bahan baku pengobatan tradisional masih banyak di jumpai pada wilayah desa
yang notabenenya masih memiliki lahan yang
luas untuk tanaman obat tumbuh baik di tanam
sebagai taman obat keluarga (TOGA) atau
tumbuh secara liar.
Keberadaan pos obat secara signifikan berpengaruh terhadap probabilitas individu untuk
memilih pengobatan tradisional. Berdasarkan
nilai probit yang ditunjukkan dalam studi ini,
probabilitas individu yang tinggal pada wilayah yang tidak terdapat pos obatnya lebih
rendah dibandingkan individu yang tinggal di wilayah yang terdapat pos obatnya. Kondisi ini
dapat terjadi dalam kasus di mana obat tradisional dipakai hanya untuk mengobati
keluhan sakit ringan misalnya batuk, pilek,
pusing, masuk angin dan gejala sakit ringan
lainnya. Pos obat sebagai fasilitas kesehatan
yang ada dimaksudkan untuk memberikan
kemudahan bagi masyarakat setempat untuk
memperoleh pelayanan kesehatan tanpa mengurangi peranan pengobatan tradisional (Rahayu, dkk., 2006). Selain itu, walaupun masyarakat tinggal di wilayah yang ada pos obatnya
namun individu lebih memilih pengobatan
tradisional sebab individu dalam rumah
tangga merasa khawatir akan efek samping dari
pemakaian obat kimia termasuk obat warung
yang merupakan obat bebas dan obat bebas
terbatas yang bukan berarti bebas efek samping
dalam pemakaiannya. Minimnya pengetahuan
individu akan aturan pakai obat, kesesuaian
dosis, lama pemakaian, ada tidaknya efek
samping dan interaksi antara obat dan makanan
juga dapat menjadi penyebab tingginya probabilitas individu yang tinggal di wilayah yang
terdapat pos obat untuk memilih pengobatan
tradisional. Efek samping dari pemakaian
obat kimia menyebabkan adanya pergeseran
pola hidup dalam masyarakat dunia termasuk
Indonesia yang berkembang menuju paradigma
back to nature dengan memakai cara-cara
tradisional untuk kesehatan. Putri (2008)
berkata kata bahwa semakin meningkatnya
permintaan akan obat tradisional yang dipicu
oleh maraknya tren back to nature yang melanda
berbagai negara di seluruh dunia termasuk
Indonesia, kesadaran akan efek samping yang
ditimbulkan oleh obat sintetik, keterjangkauan
dalam mengonsumsi, dan kecenderungan
individu yang lebih menyukai hal-hal praktis di
manahal ini didukung dengan paradigma
pembangunan baru perekonomian Indonesia
yang mendukung pengembangan industri yang
mengolah hasil pertanian primer menjadi
olahan (agroindustri), maka keberadaan industri
yang bergerak di bidang pengolahan tanaman
obat menjadi semakin berkembang. Selain itu
bertambahnya pengetahuan individu yang
didapat dari berbagai media di mana sekarang
banyak perjanjian antara tenaga kesehatan
dengan perusahaan farmasi yang menjadi sponsor penyelenggaraan kegiatan ilmiah yang
berhubungan dengan kebijakan pelayanan
kesehatan. Intervensi dengan perusahaan farmasi
ini menyebabkan kebanyakan dokter enggan
menuliskan obat generik sehingga masyarakat
terkadang harus membayar lebih mahal untuk
obat yang harusnya dapat dibeli dengan harga
yang lebih murah. Adanya hal ini membuat
masyarakat menjadi semakin cerdas untuk
tidak menjadi korban dalam perjanjian yang
banyak merugikan individu sebagai pasien.
Pendapatan tidak memiliki hubungan yang
signifikan terhadap terhadap probabilitas individu untuk memilih pengobatan tradisional, hal
ini sejalan dengan studi Purnamaningrum (2010)
yang berkata kata bahwa pendapatan tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perilaku mengobati baik dengan memakai
obat modern ataupun pengobatan tradisional.
Pernyataan ini juga didikung oleh studi
Muwahid (2006) yang berkata kata bahwa
besarnya penghasilan pekerja seks komersial di
lokalisasi Dolly tidak berpengaruh terhadap
probabilitas dalam pemilihan dan pemakaian
obat tradisional yaitu jamu kemasan sebab
sebagian besar konsumen lebih memprioritaskan khasiat. Studi yang dilakukan oleh
Yudhistira (2006) juga menyimpulkan bahwa
besarnya penghasilan individu tidak berpengaruh terhadap probabilitas dalam pemilihan dan
pemakaian jamu kemasan sebab sebagian
besar konsumen jamu kemasan lebih memprioritaskan khasiat yang akan didapat. Pendapatan
individu tidak mempengaruhi probabilitas
untuk memilih pengobatan tradisional di mana
kondisi ini dapat terjadi sebab individu dalam
masyarakat yang mempunyai kemampuan
secara sosioekonomi yaitu mempunyai penghasilan dan pekerjaan di atas upah minimum akan
berupaya untuk mencari pengobatan ke sarana pelayanan kesehatan (Gaol, 2013). Pengeluaran
secara ekonomi merupakan fungsi dari pendapatan, dalam studi ini pendapatan per kapita
mempengaruhi kecenderungan untuk memanfaatkan (berkunjung) ke fasilitas pelayanan
kesehatan tradisional atau modern. Semakin
tinggi pengeluaran per kapita maka semakin
besar kemungkinan si individu untuk memilih
dan mampu membayar pelayanan kesehatan
modern dibandingkan pelayanan kesehatan
tradisional
Jarak menuju fasilitas kesehatan tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
probabilitas individu untuk memilih pengobatan tradisional. Hal ini sejalan dengan studi
Rahayu (2012) yang berkata kata bahwa jarak
tempat tinggal menuju fasilitas kesehatan tidak
berpengaruh terhadap terhadap probabilitas
individu untuk memilih pengobatan tradisional. Tidak ada hubungan antara jarak tempat
tinggal dengan perilaku pencarian pengobatan
sendiri (Kristina, 2008). Kondisi ini dapat disebabkan sebab perilaku mengobati oleh individu lebih kepada kepercayaan akan obat yang
dipilih dan juga khasiat, meskipun jarak menuju fasilitas kesehatan modern jauh atau dekat
individu tetap akan memilih memakai obat
tradisional sebab sugesti akan obat tersebut.
Pendidikan tidak memiliki hubungan terhadap probabilitas individu untuk memilih
pengobatan tradisional, hal ini sejalan dengan
studi Wardana (2008) menemukan bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap minat individu dalam menggunakan obat tradisional, disebabkan adanya
faktor lain yang lebih kuat memberikan pengaruh seperti tradisi nenek moyang, kebiasaan
keluarga dan informasi nasehat dari tetangga
atau teman kerabat atau penjual jamu/obat
tradisional secara langsung. Purnamaningrum
(2010) yang berkata kata bahwa pendidikan
tidak memiliki pengaruh terhadap perilaku
mengobati. Kondisi ini dapat disebabkan karena probabilitas masyarakat memilih obat tradisional tergantung dengan tingkat pengetahuan
dan pemahaman individu mengenai pengobatan tradisional yang biasanya telah didapat
dari pengalaman yang diberikan oleh orang tua
dan kebiasaan masyarakat sehingga penggunaan obat tradisional sudah menjadi sugesti
akan sembuh jika individu mengkonsumsi obat
tradisional untuk menyembukan penyakitnya.
Kepemilikan asuransi kesehatan tidak
memiliki hubungan yang signifikan terhadap
probabilitas individu untuk memilih pengobatan tradisional. Hasil studi ini berbanding
terbalik dengan studi yang dilakukan oleh
Purnamaningrum (2010) yang berkata kata bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
asuransi kesehatan dengan perilaku mengobati
oleh seseorang. Hal ini juga bertentangan dengan
studi yang dilakukan oleh Supadmi (2013) yang
berkata kata bahwa jumlah pasien yang tidak
memiliki asuransi kesehatan lebih banyak
melakukan swamedikasi dibandingkan dengan
pasien yang memiliki asuransi kesehatan
artinya hasil analisis menunjukkan kepemilikan
asuransi kesehatan memiliki hubungan yang
signifikan dengan perilaku pengobatan. Kondisi
ini dapat terjadi dalam kasus di mana obat
tradisional dipakai untuk mengobati keluhan
penyakit ringan seperti batuk, pilek, sakit
kepala masuk angin dan keluhan sakit ringan
lainnya yang tidak memerlukan rujukan dan
resep dokter atau tenaga kesehatan yang ahli
dalam bidangnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi individu untuk memilih
pengobatan tradisional di Indonesia. Data yang dipakai dalam penelitian ini bersumber
dari data Indonesia Family Live Survey (IFLS) dan merupakan survei longitudinal dengan
studi data panel. pemakaian data IFLS diharapkan dapat memberikan informasi terikini dan
lebih luas mengenai variabel-variabel yang akan diuji di dalam model. Subjek penelitian ini
yaitu individu dalam rumah tangga berumur 15 tahun atau lebih pada 13 provinsi anggota
survei. Variabel penelitian yang dipakai dalam penelitian ini yaitu kepemilikan asuransi
kesehatan, usia, pendapatan, wilayah tempat tinggal, jarak menuju fasilitas kesehatan, jumlah
pos obat dan pendidikan individu dalam rumah tangga IFLS. Pengolahan data dilakukan
dengan memakai metode regresi probit. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa usia,
wilayah tempat tinggal dan keberadaan pos obat masing-masing berpengaruh terhadap probabilitas individu untuk memilih pengobatan tradisional. Sedangkan nilai probabilitas pada
setiap variabel menunjukkan bahwa individu dalam rumah tangga yang berusia lanjut, tinggal di desa dan tinggal di wilayah yang terdapat pos obat, memiliki probabilitas yang lebih
tinggi untuk memilih pengobatan tradisional.