Pengobatan transfer energi
Beragamnya jenis pelayanan kesehatan yang tersedia di warga membuat seseorang dapat
menentukan jenis pengobatan yang akan dilakukannya untuk mencari kesembuhan. berdasar hasil
penelitian yang dilakukan kepada beberapa informan saat berkunjung ke pengobatan transfer energi
“A”, diketahui bahwa faktor pengetahuan akan jenis dan metode pengobatan yang akan dipakai
sebelumnya, membuat mereka merasa aman untuk memilih pengobatan ini . Keberhasilan
pengobatan terhadap jenis penyakit yang diderita serta keyakinan terhadap pengobatan transfer energi
membuat informan kembali melakukan pengobatan ini hingga sembuh, atau bahkan tak segan
untuk kembali berobat saat menderita penyakit lain atau serupa. Selain itu, yang menjadi bahan
pertimbangan adalah tingkat keparahan akan penyakit yang diderita, sebab pada umumnya mereka telah mendatangi berbagai pengobatan, namun tak kunjung membaik, maka saat mendapatkan
informasi mengenai keberhasilan pengobatan ini , mereka beralih dan lalu berobat
kepadanya.
Faktor yang kedua adalah faktor ekonomi, di mana informan memilih memakai pengobatan
transfer energi didasarkan pada terjangkaunya biaya pengobatan, di mana pada pengobatan ini
tidak diberlakukan tarif pengobatan, sehingga informan bebas menentukan biaya pengobatan sesuai
dengan kemampuan dan keikhlasannya.
Faktor ketiga pemilihan pemakaian jenis pengobatan transfer energi dipengaruhi oleh faktor sosial
yang terdiri dari dorongan kerabat serta informasi yang didapatkan oleh informan secara getok tular.
Dorongan kerabat terhadap informan didasarkan atas keberhasilan pengobatan, baik melalui
pengalaman secara pribadi saat ia melakukan pengobatan ini atau hanya berdasar informasi
dari mulut ke mulut oleh orang yang pernah berobat di sana atau bahkan dari orang lain yang belum
pernah melakukan pengobatan ini . Selain ketiga faktor di atas, jarak antara rumah informan
dengan tempat pengobatan yang terbilang dekat, sebab sama-sama berada di dalam kota, sehingga
dapat ditempuh rata-rata sekitar 10-15 menit, juga menjadi latar belakang pengambilan keputusan
saat akan berobat di sana, sebab dengan jarak yang dekat, informan dapat memilih jenis kendaraan
yang akan dipakai nya.
Proses pengobatan transfer energi yang memakai energi dari bumi, terbagi menjadi 3 cara, yaitu
pengobatan jarak dekat, jarak jauh, dan pemindahan penyakit kepada hewan. Proses pengobatan jarak
dekat, dapat diuraikan sebagai berikut: pertama, penyembuh harus mengenal dan mengetahui keluhan
pasien, lalu dilakukan terapi dengan memindahkan energi positif yang berasal dari energi
matahari, udara, atau air dari tubuh penyembuh ke tubuh pasien sebatas yang dibutuhkan oleh pasien,
lalu mengeluarkan energi negatif yang tidak dibutuhkan pasien. Setelah dilakukan terapi,
penyembuh memberikan tambahan energi melalui air mineral yang akan dikonsumsi pasien selama
masa penyembuhan, di mana energi ini juga diberikan doa dengan harapan pasien segera
mendapat kesembuhan. Untuk jenis penyakit berat, proses terapi harus diulangi kembali pada 3
sampai 5 hari lalu .
Proses pengobatan jarak jauh dilakukan dengan tidak bertatap muka antara penyembuh dengan pasien,
atau saat berada pada lokasi yang berbeda. Pengobatan jarak jauh dapat melalui kontak telepon atau
foto pasien. Pengobatan jarak jauh juga dilakukan pada saat proses penyembuhan saat masa
menunggu pasien untuk terapi selanjutnya. Proses ini hampir sama seperti pengobatan jarak
dekat, namun yang membedakannya adalah penyembuh dan pasien tidak bertemu secara langsung.
Untuk proses pengobatan dengan memindah penyakit ke hewan tidak dapat dijelaskan, sebab peneliti
tidak menemukan secara langsung pengobatan ini selama masa observasi dan wawancara
dilakukan di lokasi penelitian.
Di negara kita , pengobatan alternatif bukan merupakan barang langka lagi pada masa sekarang.
Berbagai macam pengobatan baik memakai teknik tradisional warisan masa lalu ataupun yang
memakai tenaga gaib gencar mempromosikan layanan mereka kepada warga luas, baik
melalui media massa maupun getok tular. Bahkan pemberitaan secara intensif mengenai pengobatan
alternatif yang dilakukan oleh media massa juga dapat menarik perhatian warga untuk mencoba
melakukan pengobatan ini . Hal ini dapat kita ketahui pada kasus dukun cilik Ponari di
Jombang, berkat pemberitaan oleh media massa yang intensif membuat warga , baik berasal dari
Jawa Timur maupun di luar daerah Jawa Timur berbondong-bondong ingin berobat ke Ponari sebab
ingin mendapatkan sentuhan magic berupa air dan batu ajaibnya.
Hal ini di atas sesuai dengan pernyataan bahwa warga
masih tetap mengunjungi pengobatan tradisional, baik sebagai pengganti/altenatif atau bahkan
pelengkap (komplementer) dari pemakaian pengobatan modern. Beberapa jenis pengobatan alternatif
yang bermunculan dalam warga , seperti: sinshe, pengobatan oleh paranormal, terapi magnetik,
terapi air seni, terapi lintah, terapi tenaga dalam, prana maupun pemanfaatan ramuan obat-obatan dan
sebagainya. Dalam penelitian Eisenberg et al. umumnya, jenis pengobatan alternative yang paling sering dipakai adalah relaksasi, chiropractic, pijat, imagery, pengobatan spiritual, program
penurunan berat badan komersial, gaya hidup diet, jamu, pengobatan energi, hipnotis, homeopati,
akupunktur dan folk medicine
Terapi tenaga dalam dapat dikatakan serupa dengan pengobatan alternatif prana atau dapat dikenal
dengan pengobatan transfer energi. Terapi tenaga dalam pada berbagai bangsa ini dikenal dengan
berbagai nama. Bahasa Sansekerta menyebutnya prana, bahasa Ibrani menyebut prana sebagai ruah,
Yunani menyebutnya peuma. Di Cina prana dikenal dengan chi, di Jepang disebut ki, dan masih
banyak lagi sebutan untuk prana bila ditinjau dari masing-masing bahasa.
Menurut Deddy Tjipto, prana adalah energi hidup yang mengalir dalam tubuh makhluk dan alam
semesta. Dengan metode tertentu, prana dapat dipakai untuk membantu proses penyembuhan dan
berbagai macam penyakit telah berhasil disembuhkan dengan memberikan energi ini pada tubuh yang
berpenyakit
berkata kata bahwa kepercayaan warga terhadap suatu sistem
pengobatan (baik pengobatan tradisional maupun modern) ditentukan oleh pengalaman yang dapat
membuat warga yakin akan keberhasilan pengobatan ini , biasanya lebih sulit. Penerimaan
akan kenyataan sistem pengobatan medis lebih sukar, sebab masing-masing sistem pengobatan
(tradisional/modern) harus dapat memberikan pengalaman kerja atau menunjukkan cara-cara
pengobatan yang lebih baik dan memberikan hasil yang memuaskan terhadap pasien. Tindakantindakan yang mendatangkan keberhasilan dalam usaha seseorang ini mempunyai
kecenderungan akan diulangi kembali pada saat orang mangalami situasi yang kurang lebih serupa.
Sebaliknya tindakan yang mendatangkan kegagalan memiliki kecenderungan akan dihindari.
Dihadapkan pada pilihan untuk mendapatkan kesembuhan terhadap suatu penyakit, maka seseorang
harus mengambil keputusan. Pengambilan keputusan selalu bersifat memilih, yakni memilih di antara
berbagai alternatif yang ditawarkan untuk memecahkan masalah.
Studi tentang pengambilan keputusan terhadap pemakaian jenis pengobatan telah dilakukan oleh
beberapa ahli. melakukan studi tentang pengambilan keputusan
pada warga Indian Tarascan di Mexico dengan mengajukan alternatif sumber perawatan
meliputi: (1) perawatan rumah tangga; (2) perawatan yang dilakukan oleh penyembuh lokal; (3)
perawatan yang dilakukan oleh practicamte (paramedic); dan (4) perawatan yang dilakukan oleh
dokter dan rumah sakit. , kriteria yang dipakai untuk
menyeleksi alternatif itu antara lain: (1) tingkat keparahan penyakit (gruvity); (2) pengetahuan dan
pengalaman tentang cara-cara penyembuhan popular (home remedy); (3) keyakinan terhadap
keefektifan pengobatan (faith); (4) kemudahan (accessibility), meliputi kemudahan biaya dan
tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan.
Naniek melakukan studi tentang pengambilan keputusan sumber perawatan
anak balita di pedesaan jawa dengan mengajukan alternatif pengobatan berupa perawatan rumah
tangga, penyembuh tradisional, paramedik, dan dokter. Faktor-faktor yang dipakai untuk memilih
alternatif ini antara lain: (1) persepsi sosial budaya yang menyangkut tingkat keparahan
penyakit, pengalaman terhadap pengobatan yang pernah dipakai sebelumnya, kepercayaan,
stereotype, dan etiologi penyakit; (2) faktor ekonomi, dan (3) kemudahan akses (transportasi dan
hubungan). Dyson dkk (1988:21) dalam penelitiannya tentang pola tingkah laku warga dalam
mencari kesembuhan di kelurahan Airlangga, Surabaya menyebutkan bahwa usaha dalam mencari
kesembuhan dipengaruhi oleh tingkat keparahan penyakit, biaya pengobatan (tenaga, uang), jarak
tempat tinggal dengan pelayanan kesehatan, tingkat pendidikan, dan peranan sosial dari si sakit atau
keluarganya.
Walaupun ada berbagai jenis pengobatan alternatif yang berkembang di warga , seseorang
dapat menentukan jenis pengobatan yang akan dipakai nya, termasuk pemakaian pengobatan
transfer energi untuk menyembuhkan penyakitnya. Masalah yang dikemukakan di sini meliputi:
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi seseorang untuk berobat ke pengobatan yang memakai metode transfer energi? Bagaimana deskripsi dari proses pengobatan yang memakai metode
transfer energi dilihat dari sudut pandang pasien dan penyembuh?
Metode Penelitian
Tulisan ini merupakan studi pengobatan transfer energi sebagai salah satu metode pengobatan
tradisional. Studi dilaksanakan di salah satu pengobatan transfer energi yang berada di Kota Sidoarjo
dengan informan berjumlah 2 (dua) orang sebagai pelaku pengobatan transfer energi dan 6 (enam)
pasien dari pengobatan transfer energi, selain itu juga ada kerabat dari pasien. Studi kualitatif
yang memakai pengamatan dan wawancara mendalam dalam pengumpulan data dipakai untuk
mendeskripsikan fenomena sosial mengenai pengobatan alternative transfer energi, mulai dari proses
pengobatan dilihat dari sudut pandang pasien dan penyembuh sampai faktor-faktor yang
mempengaruhi pasien untuk melakukan pengobatan ini .
Hasil dan Pembahasan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian pengobatan transfer energi “A”
sebagai upaya penyembuhan
Beralihnya pilihan seseorang dari pengobatan medis-modern ke pelayanan pengobatan tradisional
yang tersedia di warga dengan berbagai metode sebagai alternatif atau pelengkap dari
pengobatan modern, bukanlah sebuah keputusan yang dilakukan tanpa dasar tertentu. berdasar
hasil penelitian yang dilakukan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi mereka untuk memilih
pengobatan transfer energi. Faktor-faktor ini meliputi: (1) faktor pengetahuan dan pengalaman;
(2) faktor ekonomi; (3) faktor sosial; dan (4) faktor jarak. Di bawah ini, diuraikan mengenai
bagaimana keempat faktor ini di atas memberikan pengaruh dalam pengambilan keputusan.
Faktor pengetahuan dan pengalaman
Pengambilan keputusan terhadap pemakaian sarana kesehatan bukanlah sesuatu yang diambil tanpa
adanya pertimbangan tertentu. Menurut Suchman (Foster 1986:184-191), dua hal yang dianggap
cukup berpengaruh dalam pengambilan keputusan terhadap pemilihan jenis pengobatan ialah
pengetahuan dan pengalaman. saat pengetahuan seseorang terhadap penyakit sangatlah minim bisa
jadi ia akan membuat keputusan memilih pengobatan yang kurang tepat untuk mengatasi penyakitnya.
Sebaliknya saat seseorang mengerti dengan baik tentang penyakit yang diderita, maka keputusankeputusan berobat yang diambil akan memberikan manfaat bagi dirinya. Hal ini seperti
diutarakan oleh informan “E” dan “H”.
Pengetahuan akan dampak dari obat-obatan medis-modern yang apabila di konsumsi terlalu sering,
sekaligus dengan dosis yang berlebihan dapat mengakibatkan turunnya daya imun seseorang,
sehingga nantinya dapat membuat tubuh kebal terhadap obat ini . Hal ini membuat informan
“H” untuk memilih pengobatan lain sebagai alternatif dari pengobatan medis-modern. Begitu juga
dengan informan “E”, walaupun masih mengunjungi sarana kesehatan medis-modern untuk
melakukan cek kesehatan, ia lebih memilih untuk mencari pengobatan lain di luar pengobatan medismodern dan tidak terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan yang didapatnya dari rumah sakit, hal
ini dilakukannya sebab anggapan bahwa terlalu banyak mengkonsumsi obat dapat merusak
organ tubuh yang lain. Oleh dasar pengetahuan ini , membuat kedua informan mencari
pengobatan lain yang dianggapnya aman serta tidak memakai ramuan-ramuan tertentu. Pilihan
ini lalu jatuh kepada pengobatan transfer energi, yang dalam cara pengobatannya selain
tidak memakai alat, media yang dipakai hanyalah air mineral. Air mineral sebagai bagian yang dibutuhkan oleh tubuh tentu tidak akan berdampak apapun bagi tubuh, selain itu, air mineral
juga tidak harus dibeli dari penyembuh, melainkan dapat dibawa sendiri dari rumah.
Beberapa keputusan tentang masalah kesehatan juga diambil berdasar pengalaman, dimana saat
seseorang merasa memiliki pengalaman buruk terhadap suatu jenis pengobatan tertentu, maka ada
kecenderungan ia tidak akan memakai pengobatan ini untuk kedua kalinya
Faktor pengetahuan dan pengalaman dijadikan dasar oleh seseorang saat memutuskan untuk
memilih jenis pengobatan yang dianggap sesuai. Sebelum memilih, pada umumnya ia dan keluarga
akan melihat seberapa parah penyakit yang dideritanya, berdasar gejala. Dari gejala-gejala yang
timbul, ia lalu akan mencari pertolongan ke tempat pengobatan yang dianggap dapat
memulihkan kondisinya. Jika mereka lalu tidak yakin dengan suatu jenis pengobatan tertentu,
maka mereka akan mencoba untuk memakai jenis pengobatan lainnya.
Tingkat keparahan penyakit
, tingkat
keparahan penyakit merupakan bahan pertimbangan utama dalam pemilihan jenis perawatan
kesehatan. Begitu juga dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kasniyah dalam penanggulangan
penyakit anak-anak pada warga pedesaan Jawa pada tahun 1983 dan penelitian yang dilakukan
Dyson mengenai pola tingkah laku warga dalam mencari kesembuhan pada tahun 1988.
Pada kasus pemilihan pemakaian pengobatan transfer energi “A” sebagai alternatif atau
komplementer dari pengobatan medis-modern juga dipengaruhi oleh tingkat keparahan penyakit yang
dapat dilihat dari gejala penyakitnya dan lama menderita penyakit ini . Hal ini seperti
dialami oleh informan “C” yang telah mengalami keluhan sakit di pinggang selama 13 tahun dan telah
berobat dari pengobatan modern sampai berbagai metode pengobatan tradisional pernah dicoba
namun belum kunjung membaik.
Tidak jauh berbeda dengan informan “E” yang telah menderita penyakit stroke selama 3 tahun
mengakibatkannya mencari berbagai alternatif dan akhirnya menjatuhkan pilihannya kepada
pengobatan transfer energi.
Kedua informan di atas menunjukkan bahwa penyakit yang dideritanya dianggapnya parah, sebab
penyakit yang diderita telah cukup lama, sehingga membuat mereka rela mengunjungi berbagai jenis
pengobatan, baik medis-modern maupun tradisional, sampai menemukan jenis pengobatan yang
cocok dan dapat menghasilkan kesembuhan.
Kepercayaan atau keyakinan akan keefektifan pengobatan
Salah satu kriteria yang dipakai seseorang untuk memilih jenis pengobatan ialah berdasar pada
keyakinan akan keefektifan dari sistem perawatan kesehatan ini . Umumnya seseorang akan
membandingkan keefektifan antara pengobatan yang satu dengan yang lain termasuk pengobatan
tradisional dengan pengobatan medis-modern. Keyakinan tentang keefektifan suatu jenis pengobatan
biasanya muncul dari pengalaman khusus, ataupun pengetahuan yang berkaitan dengan metode
pengobatan ini , sebab keyakinan atau kepercayaan dapat tumbuh jika berulangkali mendapatkan
informasi yang sama . Keputusan untuk melakukan pengobatan juga dibuat
berdasar pada pengalaman dan kebiasaan seseorang di masa lalu. Oleh sebab itu, keyakinan
terhadap keefektifan pengobatan sifatnya sangat subjektif, bergantung pada pengalaman dan
pengetahuan masing-masing individu.
Demikian halnya dengan pasien-pasien yang mendatangi pengobatan transfer energi, memiliki
keyakinan sendiri-sendiri tentang jenis pengobatan yang dianggap dapat menyembuhkan penyakit yang dideritanya. Ada kalanya pengobatan medis-modern dianggap gagal sehingga lebih memilih
pengobatan alternatif, walaupun tidak semua pengobatan alternatif yang tersebar di warga
mendatangkan kesembuhan. Keyakinan ini tumbuh berdasar pengalaman dan pengetahuan
dari masing-masing informan. Misalnya saja, informan “E” yang memiliki kerabat atau teman yang
mengalami penyakit yang sama seperti dirinya, tidak kunjung membaik walaupun melakukan
pengobatan medis-modern. berdasar pengalaman ini menumbuhkan keyakinan bahwa
pengobatan medis-modern bukan merupakan jalan keluar utama saat seseorang menderita sakit
stroke. Terlebih lagi dalam masa penyembuhan diharuskan untuk mengkonsumsi obat-obatan, di
mana nantinya dipercaya dapat merusak organ tubuh yang lain. Oleh sebab itu, informan “E” lebih
memilih untuk memakai pengobatan alternatif untuk menyembuhkan penyakitnya, walaupun ia
juga selalu mencari berbagai jenis pengobatan alternatif sampai menemukan yang cocok dan
lalu dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik.
Beberapa informan mendatangi satu demi satu jenis pengobatan alternatif dengan harapan akan pulih
seperti sedia kala. Dalam pemakaian pengobatan alternatif ini tentunya telah disertai adanya
informasi mengenai metode pengobatan yang dipakai serta keberhasilan pengobatan ini .
Salah satu informan yang merasa bahwa dengan pengobatan alternatif transfer energi kondisinya jauh
lebih baik ialah informan “E”. Ia merasa bahwa ruang geraknya sudah jauh lebih leluasa dibandingkan
sebelumnya, setelah mengikuti dengan rutin terapi energi yang diberikan penyembuh dan anjuran
untuk selalu menyeka bagian tubuh yang lumpuh sebab stroke dengan air teh dan selalu minum air
yang telah diberi energi pada saat terapi.
Berbeda halnya dengan informan “H”, ia tidak perlu untuk mencoba pengobatan ke beberapa
alternatif terlebih dahulu. Ia memutuskan untuk melakukan pengobatan transfer energi disebab kan
telah mendengar metode yang dipakai dan dianggap tidak akan mempunyai dampak yang buruk
bagi tubuh serta keberhasilan pengobatan ini terhadap penyakit yang tergolong berat, sehingga
saat anaknya menderita influenza yang dianggap sebagai penyakit ringan, ia memutuskan untuk
melakukan pengobatan di sana.
Pengalaman secara langsung terhadap proses pengobatan yang mendatangkan keberhasilan membuat
seseorang untuk mempunyai keyakinan terhadap keefektifan pengobatan ini . Hal ini yang
mempengaruhi keluarga pasien untuk turut melakukan pengobatan serupa. Salah satu informan yang
turut melakukan pengobatan disebab kan keberhasilan anggota keluarganya adalah informan “D” dan
keluarga informan “E”.
Faktor ekonomi
Faktor ekonomi mempunyai peranan besar dalam pengambilan keputusan akan pemilihan jenis
perawatan kesehatan. Beralihnya pemakaian medis-modern ke pengobatan alternatif disebab kan
besarnya biaya yang harus dikeluarkan pasien saat berobat ke rumah sakit, di samping itu walaupun
banyak tersedia sarana-sarana kesehatan milik Pemerintah yang memberikan pelayanan gratis, tidak
semua warga memakai pelayanan ini , disebab kan pelayanan gratis diidentikkan
dengan pelayanan yang lambat, serta kurang memuaskan. Hal ini seperti disampaikan oleh
informan “C” dan “F”.
Pemilihan sumber perawatan kesehatan tradisional yang dipakai sebagai alternatif atau pelengkap
medis-modern juga lebih selektif, sebab ada sebagian yang memanfaatkannya untuk mencari
keuntungan yang sebesar-besarnya, seperti yang dialami oleh informan “C” yang mengunjungi
pengobatan tradisional untuk menghilangkan batu ginjal dengan metode bedah tanpa luka, ia dipungut
biaya yang sangat besar untuk sekali pengobatan, bahkan terkesan menipu, sebab setelah dilakukan
bedah ini , batu yang dikeluarkan berupa batu pasir. Oleh sebab itu, pada saat ia mendengar
mengenai pengobatan alternatif “A” dengan biaya sukarela, ia segera mendatanginya. Begitu juga
halnya dengan informan “E”, ia pernah merasa geram atas salah satu pengobatan tradisional yang
memakai tenaga dalam, tetapi untuk penyakit tertentu, termasuk penyakit stroke yang dialaminya dikenakan tarif tinggi, setelah dilakukan pengobatan justru membuat informan masuk rumah sakit,
sebab saran yang tidak benar dari penyembuh.
Berdasar pada keterangan di atas, informan lalu lebih selektif dalam memilih pengobatan,
terlebih ia telah melakukan berbagai pengobatan dan mengeluarkan banyak biaya, sehingga ia lebih
memilih pengobatan tradisional yang tidak dikenakan tarif dan bersifat sukarela, tidak seperti
sebelumnya.
Pengobatan transfer energi “A” yang tidak memungut biaya, baik terhadap penyakit berat atau ringan,
anak kecil atau dewasa, membuat seseorang memilih untuk melakukan pengobatan di sana sebab
orang yang berobat bebas menentukan biaya pengobatan sesuai dengan kemampuannya. Hal ini
seperti dikatakan oleh informan “D”.
Faktor sosial
Dalam rangka menentukan jenis pengobatan yang akan dipilih, seseorang akan mencari informasi
mengenai keberhasilan terhadap orang-orang yang mengalami gejala yang sama saat melakukan
pengobatan ini sebelumnya. Informasi tentang pengobatan ini diperoleh para informan
melalui dua cara, yaitu: dorongan dari kerabat untuk memakai pengobatan ini , sehingga
tidak sanggup menolak saran ini , dan/atau informasi didapatkan dengan cara getok tular.
Dorongan Kerabat
Foster dan Anderson (2006:49) berkata kata bahwa pada warga non-Barat, pengambilan
keputusan akan jenis perawatan kesehatan dipengaruhi oleh kerabat maupun orang-orang terdekat dari
penderita sakit. saat salah satu anggota keluarga ada yang sakit, maka anggota keluarga yang lain
serta orang-orang terdekat turut memberikan pilihan terhadap jenis pengobatan yang dipakai . Hal
ini seperti dituturkan oleh informan “F”, “G”, “C”, dan “H”.
berdasar keempat pernyataan di atas, terlihat bahwa pengambilan keputusan terhadap jenis
pengobatan yang akan dipakai dipengaruhi oleh orang-orang di sekitar, bahkan tidak hanya sekedar
saran, ia juga turut mengantarkan atau bahkan memperkenalkannya dengan penyembuh yang
memakai metode transfer energi ini .
Getok Tular
Merupakan fakta bahwa warga masih tetap mengunjungi pengobatan tradisional, baik sebagai
pengganti atau alternatif maupun sebagai pelengkap pengobatan medis-modern (Soemowerdojo dalam
Agoes 1996:108). pemakaian pengobatan ini semakin luas disebab kan proses sosialisasinya
yang baik, dari mulai penyebaran informasi yang dilakukan media massa, tayangan televisi mengenai
program bincang-bincang antara pasien dengan pelaku pengobatan tradisional, bahkan sampai
informasi dari mulut ke mulut (Jawa:getok tular) yang dilakukan oleh pengguna pengobatan ini
kepada keluarga, kerabat dan sebagainya.
Begitu pula dengan pengobatan transfer energi ini, diakui oleh penyembuh bahwa pasien yang datang
untuk melakukan pengobatan kepadanya mendapat informasi dari orang yang pernah melakukan
pengobatan ini . Pengakuan beberapa informan di bawah ini menunjukkan bahwa informasi
mengenai pengobatan transfer energi didapatkan melalui mulut ke mulut. Pada informan pengguna
pengobatan transfer energi, yaitu “C” mendapatkan informasi pengobatan ini dari pelanggan
sayurnya. Menurut pelanggannya, pengobatan ini telah berhasil menyembuhkan anggota
keluarganya. Hanya berdasar informasi ini , “C” segera mengunjungi tempat pengobatan
ini . Pada pengalaman informan lainnya, yaitu “D” yang mengetahui pengobatan ini secara
tidak sengaja, sebab ingin mendapatkan alamat pengobatan altenatif lain, tetapi justru mendapatkan informasi pengobatan transfer energi “A”, lalu ia mengajak ibunya untuk berobat ke sana, dan
pada pengobatan berikutnya juga diikuti oleh anggota keluarga yang lain.
Informan “E” mendapatkan informasi mengenai pengobatan dengan memakai tenaga dalam di
Tanggulangin dari anaknya, di mana anaknya juga mendapatkan informasi dari seorang temannya
yang pernah melakukan pengobatan ini . Ia lalu mengunjungi pengobatan ini , yang
diketahui bahwa metode pengobatan yang dipakai adalah energi yang diambil dari bumi. Berbeda
dengan ketiga informan di atas, informan “F1” mendapatkan informasi dari rekan kerjanya, yang
berprofesi sebagai guru di sebuah Sekolah Dasar, bahwa ada pengobatan yang memakai
metode transfer penyakit ke hewan, berdasar informasi ini “F1” mengajak “F” yang terserang
penyakit kanker serviks dengan harapan penyakit ibunya dapat dipindahkan ke hewan, akan tetapi
setelah beberapa kali berobat, pengobatan yang diberikan hanya transfer energi dari penyembuh ke
tubuh pasien saja.
berdasar keterangan ini , diketahui bahwa rekan kerja “F1” yaitu “H” juga mendapat
informasi mengenai pengobatan ini dari rekan kantor suaminya yang menderita stroke, dan dapat
pulih setelah beberapa kali terapi secara rutin. Atas dasar keberhasilan pengobatan ini , maka
saat anaknya sakit batuk yang tidak kunjung sembuh segera dibawa ke pengobatan transfer energi
untuk mendapatkan terapi. Dari beberapa uraian cerita, semua informan dalam penelitian ini
mendapatkan informasi pengobatan alternatif transfer energi dengan cara getok tular.
Faktor jarak
Faktor jauh atau dekatnya jarak antara tempat tinggal dengan sumber perawatan kesehatan akan
mempengaruhi pengambilan keputusan dalam menentukan jenis pengobatan yang akan dipakai
berdasar keterangan dari informan diketahui bahwa pada umumnya, mereka telah mencoba ke
berbagai pengobatan alternatif, baik di dalam kota sampai luar kota dan pengobatan yang dirasa cocok
ialah saat melakukan pengobatan di luar kota. Pada saat mendapatkan informasi mengenai jenis
pengobatan ini, mereka tidak segan untuk mencobanya dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu,
termasuk jarak antara tempat tinggal dengan tempat pelayanan pengobatan yang lebih dekat dari
sebelumnya. Hal ini dituturkan oleh informan “D” dan “E”.
Berbeda dengan kedua informan di atas, oleh sebab jarak antara rumah informan dengan tempat
pelayanan pengobatan terbilang dekat, sebab menurut pengamatan peneliti, lokasi dapat ditempuh
kurang lebih 10 menit, informan “G” rela untuk 2 kali mengunjungi tempat pelayanan pengobatan
dalam sehari dengan mengendarai sepeda motor, sekaligus membawa putri bungsunya “G2” yang saat
itu sedang meningkat suhu tubuhnya untuk segera mendapatkan pengobatan. Hal ini
menandakan bahwa jika jarak antara tempat tinggal dengan tempat pelayanan pengobatan jauh,
tentunya informan tidak akan mengendarai sepeda motor dan rela dua kali pulang-pergi untuk
berobat. Lokasi pengobatan yang dekat dengan tempat tinggal informan serta mudah dijangkau,
membuat beberapa informan dengan mudah untuk mengunjunginya, baik dengan memakai
kendaraan roda dua atau roda empat. Hal ini juga dilakukan oleh informan “E” yang menderita
stroke, di mana setiap kunjungan berobat selalu diantar anggota keluarganya dengan kendaraan roda
empat, saat akan berobat berikutnya, mobil ini tidak bisa dipakai , maka ia rela diantar
dengan sepeda motor untuk tetap menjalankan pengobatan sesuai dengan jadwal, walaupun pada saat
ini sedang hujan deras.Proses pengobatan
berdasar cara pengobatannya, pengobatan transfer energi apabila diklasifikasikan sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik negara kita nomor 1076/MENKES/SK/VI tahun 2003
termasuk dalam pengobatan tradisional berdasar kekuatan supranatural, sebab pengobatan
dan/atau perawatannya memakai tenaga dalam, meditasi, olah pernafasan, indera keenam, dan
kebatinan.
Pada teknik pengobatan transfer energi, pengobatan dilakukan oleh penyembuh pada organ yang sakit
dengan membersihkan atau menghilangkan energi yang berpenyakit atau tidak dibutuhkan oleh tubuh
pasien, lalu memberikan energi yang dibutuhkan oleh tubuh pasien, terutama pada organ atau
bagian tubuh yang dirasa sakit. Pemberian energi kepada seluruh bagian tubuh ini dipakai untuk
memberikan keseimbangan pada tubuh. Pengobatan ini dapat diberikan kepada siapapun tanpa
terkecuali, baik laki-laki atau perempuan, muda atau tua, kaya atau miskin, penyakit berat ataupun
ringan.
Proses pengobatan transfer energi ini dilakukan oleh penyembuh dengan 3 cara, yaitu: (1) Proses
pengobatan jarak dekat, yakni dengan bertatap muka antara penyembuh dengan pasien; (2) Proses
pengobatan jarak jauh, yakni antara penyembuh dan pasien tidak bertemu secara langsung dan berada
di lokasi yang berbeda; (3) Proses pengobatan dengan memindahkan penyakit ke hewan. Akan tetapi
peneliti, hanya akan menggambarkan 2 (dua) proses pengobatan saja, yaitu proses pengobatan jarak
dekat dan jarak jauh, hal ini disebab kan selama melakukan penelitian, penulis tidak menjumpai
proses pengobatan yang memakai media hewan dalam penyembuhannya.
Proses pengobatan jarak dekat dapat dijelaskan secara berurutan sebagai berikut: 1) pasien
diperkenankan untuk duduk santai di ruang pengobatan, 2) penyembuh bertanya kepada pasien
mengenai identitas dan keluhan mengenai kondisi kesehatan, 3) pasien menceritakan keluh kesah
mengenai kondisi kesehatan yang dialaminya saat ini, 4) pasien diminta untuk menulis identitas dan
keluhan kesehatan pada sebuah buku sebagai dokumentasi penyembuh, 5) pasien diminta untuk duduk
di bangku panjang atau kursi plastik tanpa sandaran yang telah tersedia di ruang pengobatan guna
memudahkan proses terapi, 6) pasien lalu diajak oleh penyembuh untuk bersama-sama berdoa
dalam hati sesuai dengan keyakinan masing-masing, memohon kesembuhan, 7) persiapan untuk
terapi, di mana kondisi tubuh pasien harus dalam kondisi rileks, dan santai, 8) penyembuh lalu
melakukan proses terapi dengan menyalurkan energi yang dibutuhkan pasien dan membuang energi
yang tidak dibutuhkan pasien melalui telapak tangan yang disentuhkan atau terkadang seperti gerakan
memijit dengan sedikit menekan pada bagian tubuh pasien yang dirasa sakit. Selain pada organ tubuh
yang sakit, pemberian energi juga dilakukan pada bagian tubuh yang berkaitan dengan organ yang
sakit ini .
Pemberian energi dilakukan secara berulang-ulang dan waktu yang dibutuhkan juga tidak terlalu
lama. Pada saat proses terapi, penyembuh juga memberikan sugesti kepada pasien agar selalu
mempunyai keinginan dan keyakinan untuk sembuh. Telapak tangan yang dipakai untuk
memberikan energi tergantung pada penyembuh, sebab kedua-duanya (kanan dan kiri) dapat
dipakai untuk menyalurkan energi, akan tetapi bagi penyembuh lebih baik menyalurkan energi
dengan memakai tangan kanan.
Pada saat terapi, penyembuh juga melakukan deteksi pada tubuh pasien mengenai keluhan yang
dirasakan oleh pasien. Setelah dilakukan pendeteksian dengan dicocokkan dengan keluh kesah pasien,
penyembuh menceritakan mengenai masalah kesehatan atau penyakit yang diderita pasien saat ini.
Setelah dilakukan transfer energi, penyembuh bertanya kepada pasien bagaimana keadaannya.
Terkadang untuk beberapa keluhan kesehatan, pasien diminta untuk mencoba menggerakkan anggota
badan untuk mengetahui perubahannya dengan diberikan sugesti positif. Apabila dirasa masih
ada gangguan, penyembuh akan memberikan energi pada bagian yang dirasa sakit dan lalu
menanyakan kembali kepada pasien sekaligus pasien dimohon untuk mencoba menggerakkan anggota
badan sekali lagi, apakah keluhan yang dirasakan sebelumnya berangsur membaik.
Setelah dirasa ada perubahan terhadap kondisi tubuh, pasien dipersilahkan untuk rileks sejenak.
Penyembuh mengambil air mineral gelas yang telah disediakan oleh penyembuh di sudut ruangan dan
memberikan doa untuk diberikan kesembuhan kepada orang yang bersangkutan sekaligus
memberikan energi kepada air mineral ini . Pasien diminta untuk meminum air mineral ini .
Selain air mineral gelas, pasien dianjurkan membawa pulang 2 botol air mineral berisi 1,5 liter yang
sebelumnya air ini telah diberikan doa dan energi dengan harapan air ini dapat dipakai
untuk membantu proses penyembuhan. Air mineral ini boleh dibawa dari rumah atau dapat
dibeli di toko sekitar tempat pengobatan, atau dari penyembuh jika masih tersedia. Botol berisi air
mineral yang siap untuk diminum ini dimaksudkan agar selalu dikonsumsi pasien selama proses
pengobatan dan sebelum melakukan terapi berikutnya. Pasien diminta untuk kembali berobat sekitar
3-5 hari lalu , sebab setelah berobat sampai pada saat akan kembali berobat, penyembuh selalu
memantau kondisi pasien, dan seringkali melakukan pengobatan jarak jauh (tanpa bertemu secara
langsung) yang biasanya dilakukan pada malam hari.
Dalam proses pengobatan jarak jauh, hampir serupa dengan proses pengobatan jarak dekat, akan
tetapi yang membedakannya adalah pasien dan penyembuh tidak bertemu secara langsung dan
sekaligus berada di lokasi yang berbeda. Pengobatan jarak jauh ini dapat dilakukan saat penyembuh
saling berhubungan dengan pasien, dalam hal ini dapat melalui kontak telepon atau melalui foto
pasien, di mana foto ini didapat dari keluarga pasien saat datang ke penyembuh atau melalui
surat yang dikirim lewat pos, yang disertai identitas serta kondisi/keluhan kesehatan pasien.
Penyembuh dan pasien terhubungkan dengan mengarahkan pikiran penyembuh kepada pasien, sebab
energi prana pada umumnya dapat diarahkan dengan mengikuti ke mana pikiran atau perhatian
penyembuh tertuju (jika penyembuh memusatkan perhatian kepada pasien, maka ia dapat membuang
energi penyakit atau yang tidak dibutuhkan pasien dan menyalurkan energi yang dibutuhkan)
Jika pasien dalam keadaan tidak mengetahui bahwa dirinya dalam proses pengobatan, maka
penyembuh berusaha membuat pasien turut merasakan adanya energi yang masuk ke dalam tubuhnya
terutama pada organ/bagian tubuh yang sakit dengan ditandainya rasa nyeri atau otot tertarik atau
kondisi yang berangsur membaik. Proses pengobatan jarak jauh dapat dijelaskan secara berurutan sebagai berikut: Pertama, penyembuh bertanya mengenai identitas dan keluhan kesehatan pasien;
Kedua, pasien atau keluarga pasien menceritakan mengenai kondisi kesehatan; Ketiga, jika melalui
kontak telepon pasien diminta untuk berdoa bersama dalam hati dengan tujuan memohon untuk
kesembuhan pasien; Keempat jika melalui kontak telepon proses persiapan terapi, dengan meminta
pasien untuk rileks dan santai; Kelima proses terapi dilakukan dengan menyebutkan identitas pasien,
melihat foto (atau bisa melalui kontak telepon) dan berkonsentrasi untuk menyalurkan energi yang
dibutuhkan pasien dan membuang energi yang tidak dibutuhkan pasien, terutama pada bagian tubuh
pasien yang dirasa sakit. Selain pada organ tubuh yang sakit, juga diberikan kepada bagian tubuh yang
berkaitan dengan organ ini . Terapi atau pemberian energi dilakukan secara berulang-ulang. Pada
saat proses terapi, penyembuh juga memberikan sugesti kepada pasien agar selalu mempunyai
keinginan dan keyakinan untuk sembuh; Keenam, setelah dilakukan terapi, penyembuh selalu
bertanya kepada pasien bagaimana keadaannya. Apabila dirasa masih ada gangguan, maka akan
dilakukan terapi beberapa kali hingga pasien merasakan bahwa lebih baik dari sebelumnya; Ketujuh,
pasien dipersilahkan untuk menyiapkan air minum satu gelas dan 2 botol berukuran 1,5 liter, yang
akan diberikan energi dan doa untuk lalu diminum; Kedelapan, pasien diminta untuk
menghubungi penyembuh setelah 3 hari, untuk mengetahui perkembangan kesehatan dan terapi.
Proses pengobatan jarak jauh ini juga dipakai sebagai lanjutan proses pengobatan, di mana
penyembuh melakukan pengobatan ulang setelah pengobatan secara langsung, dalam masa sebelum
pasien kembali untuk berobat pada 3-5 hari lalu . Hal ini dilakukan dengan cara
penyembuh berkonsentrasi dengan membayangkan atau melihat foto pasien dan menyebut nama
pasien, lalu melakukan transfer energi yang dibutuhkan pasien terutama pada bagian
tubuh/organ yang sakit. Pemberian energi bukan ditujukan untuk foto ini , melainkan untuk tubuh
pasien, oleh sebab itu penting sekali dalam proses pengobatan jarak jauh untuk menyebutkan seluruh
identitas pasien, yang meliputi nama lengkap, tanggal lahir, dan alamat pasien sebelum melakukan
terapi. Hal ini dilakukan agar energi yang penyembuh berikan dapat sampai ke tujuan dan tidak
menyasar ketempat lain, sebab terkadang ada kemungkinan bahwa beberapa orang mempunyai nama
yang sama, sehingga agar perawatan yang dilakukannya sampai ketujuan perlu juga ditanyakan
tanggal lahir pasien itu. Walau sangat kecil, masih ada kemungkinan ada orang dengan nama yang
sama dan dilahirkan pada tanggal yang sama, jadi diperlukan informasi tambahan yang ketiga, yaitu
alamat. Hampir tidak mungkin ada orang dengan nama yang sama, tanggal lahir yang sama dan
tinggal di rumah yang sama pula. Akan tetapi, penyebutan identitas ini hanya dilakukan di awal
terapi, dan saat terapi berikutnya penyembuh hanya menyebutkan nama pasien saja.
Pengobatan jarak jauh ini banyak dilakukan pada malam atau dini hari saat pasien sedang terlelap
sebab dianggap lebih efektif bagi pasien untuk menerima energi yang diberikan oleh penyembuh, di
mana pasien tidak sedang melakukan aktifitas yang lalu dapat berdampak bagi pemberian
energi yang dilakukan penyembuh. Penyembuh menghentikan pengobatan ini pada saat
menjelang fajar. Hal ini dilakukan agar penyembuh dapat beristirahat untuk beraktifitas
keesokan pagi dan di samping itu, menurut Choa Kok Sui dalam bukunya menyebutkan bahwa energi
prana lebih lemah, sebab sekitar pukul tiga atau empat dini hari merupakan tingkat terendah
perolehan energi ini
Proses penyembuhan akan lebih mudah jika pasien bersikap rileks dan mau menerima atau tidak
memberikan penolakan terhadap jenis pengobatan ini . Jika pasien rileks serta mau menerima,
tubuhnya dapat menyerap lebih banyak energi, hal ini seperti yang disampaikan oleh “A”, selaku
penyembuh bahwa saat pasien percaya terhadap pengobatan ini, maka energi yang disalurkan oleh
penyembuh dapat diterima pasien dengan baik, akan tetapi jika pasien mempunyai keraguan, maka
energi ini akan kembali kepada penyembuh. Penolakan energi prana untuk masuk ke dalam
tubuh pasien, disebab kan beberapa alasan, yaitu: pertama, jika pasien mempunyai prasangka buruk
terhadap jenis penyembuhan seperti ini, jika pasien tidak menyukai pribadi penyembuh, dan ketiga,
jika pasien tidak ingin sembuh . Oleh sebab itu, hubungan baik antara penyembuh
dengan pasien harus terjalin dengan baik untuk mengurangi adanya penolakan energi dari pasien.
Seorang penyembuh saat melakukan proses pengobatan haruslah benar-benar konsentrasi dan rileks
saat menyalurkan energi ke tubuh pasien, walaupun seringkali diselingi guyonan kepada pasien. Hal
ini dilakukan penyembuh agar hubungan pasien dan penyembuh lebih akrab, dan pasien tidak
terlalu stress.
saat proses pengobatan, penyembuh turut merasakan kondisi yang diderita oleh pasien, walaupun
penyembuh seringkali menanyakan kondisi pasien sebelumnya. Menurut “A”, hal ini dilakukan
untuk memastikan apakah benar diagnosa dari penyembuh sesuai dengan apa yang dialami pasien.
Diagnosa oleh penyembuh ini didasarkan pada salah satu dari tiga metode utama, yaitu pengetahuan
intuitif yang diperoleh melalui meditasi. Diagnosa oleh penyembuh dapat didasarkan pada salah satu
atau kombinasi dari numerologi (Jawa:petungan), pengetahuan secara intuitif melalui meditasi, dan
penganalisaan simtom-simtom
Pada proses pengobatan transfer energi ini, pengetahuan ini diketahui saat penyembuh mulai
menyalurkan energi prana secara menyeluruh kepada tubuh pasien. Penyembuh dapat merasakan dan
mengalami keadaan pasien, bahkan mengetahui bahwa pasien pernah mengalami suatu hal yang
menyebabkan kondisi tubuh tidak benar. Begitu juga pada saat proses pengobatan, pasien juga dapat
merasakan efek dari pengobatan ini , seperti rasa nyeri atau kesakitan pada daerah yang diberikan
energi prana dengan cara disentuh dengan sedikit ditekan. Hal ini tampak pada saat proses
pengobatan yang dilakukan pada salah seorang pasien, di mana penyembuh mengetahui bahwa pada
bagian tulang punggung pasien ada yang tidak beres, disebab kan pasien pernah jatuh atau terbentur
secara keras. Pasien ini merupakan salah satu keluarga informan, yang lalu membenarkan
bahwa beberapa hari lalu pada saat mengendarai sepeda motor melewati jalan yang berlubang, dan
sebab shock absorber kendaraan tidak berfungsi maka badan terasa terhantam oleh jok motor. saat
energi prana disalurkan ke daerah ini dengan tujuan untuk mengembalikannya ke keadaan
semula, raut wajah pasien terlihat berubah, sebab menahan rasa sakit. Selain rasa nyeri yang
dirasakan, beberapa pasien juga merasakan kehangatan dibagian tubuh yang dialiri energi oleh
penyembuh pada saat proses pengobatan berlangsung.
Dalam proses pengobatan, selain pasien diberikan sugesti agar mempunyai keinginan untuk sembuh,
pasien harus memiliki kepercayaan dan keyakinan, bahwa melalui pengobatan dan perantara
penyembuh dan air yang diminum dapat mendatangkan kesembuhan bagi dirinya. Oleh sebab itu,
selain proses pengobatan dengan memberikan dan mengeluarkan energi, baik yang diperlukan atau
tidak dibutuhkan oleh tubuh, pasien juga diberikan air mineral yang telah diberikan doa dan energi.
Pemilihan air mineral (siap minum) sebagai media penyembuhan disebab kan air mineral tidak
memberikan dampak negatif terhadap tubuh, sebab sesungguhnya dengan minum air mineral sangat
baik bagi tubuh. Pemberian doa pada air mineral ini diucapkannya dalam hati sekaligus
berkonsentrasi untuk memberikan energi dengan menyebutkan nama pasien yang akan minum air
ini . Oleh sebab , air mineral ini telah diyakini oleh pasien dapat membantu proses
penyembuhan, pasien dengan leluasa memanfaatkan air mineral ini untuk diminum atau juga
dioleskan atau dibasuhkan kepada bagian tubuh yang sakit.
Diketahui bahwa akhir-akhir ini ada fenomena sosial dan budaya warga mengenai pengobatan
tradisional yang berkembang dan banyak dipakai oleh warga sebagai alternatif atau pelengkap dari
pengobatan modern. Pengobatan transfer energi sebagai salah satu jenis pengobatan tradisional, di mana tidak
memakai alat bantu atau ramuan tertentu, semakin diminati warga . Metode penelitian memakai
observasi dan wawancara. Penelitian dilakukan di daerah Sidoarjo, Jawa Timur, di salah satu tempat pengobatan
alternatif. Wawancara dilakukan pada berjumlah 2 (dua) orang sebagai pelaku pengobatan transfer energi dan 6
(enam) pasien dari pengobatan transfer energi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemakaian jenis
pengobatan ini dipengaruhi oleh tingkat keparahan penyakit, pengetahuan dan pengalaman, kepercayaan,
ekonomi, sosial dan jarak.