Perkembangan kehidupan warga dunia dewasa ini menunjukkan bahwa pada
umumnya warga di sebagian besar bagian dunia telah menjadi warga yang
lebih cerdas, peduli teknologi, kritis serta tidak mudah terpuaskan, yang pada
gilirannya telah mendorong setiap sektor dalam usaha pelayanan kesehatan untuk dapat
memenuhi kebutuhan warga . Pelayanan kesehatan kepada warga telah menuntut
para pelaku pelayanan kesehatan untuk dapat memberikan kualitas pelayanan terbaik yang
bertumpu pada prinsip-prinsip profesionalisme yakni pelayanan dengan memakai
keterampilan tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan yang mendalam, akuntabilitas profesi
serta menjunjung tinggi nilai-nilai etika berdasar prinsip-prinsip hak asasi manusia.
Dilatarbelakangi oleh situasi demikian, dunia kesehatan gigi sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari dunia kesehatan secara keseluruhan telah pula mengalami
perkembangannya tersendiri. Sebagai contoh, perubahan ini ditunjukkan oleh
perkembangan pelayanan kedokteran gigi yang dewasa ini tidak hanya ditujukan untuk
pelayanan pengobatan penyakit gigi dan mulut semata tetapi juga telah berkembang menjadi
pelayanan untuk kepentingan estetika atau penampilan seseorang yang dapat mendorong
peningkatan kualitas kehidupannya. Di samping itu, kesadaran warga akan pentingnya
usaha pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kualitas kesehatan (promotif) dalam
dunia kesehatan gigi juga telah berkembang secara luas.
Konsep promotif dan preventif ini kemudian telah mendorong pengembangan
dasar-dasar konsep profesi kesehatan gigi selain dokter gigi yakni dental hygienist (dental
nurse/hygienist). Profesi ini tumbuh, berkembang dan dikenal secara luas terutama di negara-
negara maju seperti Amerika, Kanada, Inggris dan Australia. Pelayanan kesehatan pada
warga telah menuntut para pelaku pelayanan kesehatan untuk dapat memberikan
kualitas pelayanan terbaik. Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu
usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan dalam bidang promotif, preventif dan
kuratif sederhana yang diberikan kepada pasien , kelompok dan warga dengan
memakai konsep Dental Hygiene ,
Sejarah Dental Hygiene bermula pada tahun 1913 ketika Dr. Albert C. Fones, seorang
dokter gigi Amerika, mempelopori berdirinya lembaga pendidikan untuk para wanita yang
disiapkan untuk menjadi tenaga penyuluh kesehatan gigi dan pelaksana perawatan
pencegahan penyakit gigi khusus untuk anak-anak di daerah Bridgeport, Connecticut, Amerika
Serikat. Hal ini sejalan dengan tumbuhnya ilmu kedokteran gigi pencegahan di negara-
negara maju termasuk Amerika, tetapi tidak banyak dokter gigi Amerika pada waktu itu yang
tertarik untuk menekuni bidang ini . Dr. Fones kemudian menamakan sekolah yang
dibangunnya ini sebagai sekolah bagi para dental hygienist, hal ini sejalan dengan
konsep teori dental hygiene yang dia kembangkan dan diajarkan di sekolah ini . Dr. Fones
kemudian dianggap sebagai bapak dari Dental Hygiene (Darby dan Walsh, 2003)
Teori dental hygiene ini menekankan pentingnya peranan usaha pendidikan dan
penyuluhan kesehatan gigi guna meningkatkan status kesehatan gigi warga secara
optimal. Sedang para pelaku konsep dental hygiene ini dinamakan dental hygienist
dan bukan dental nurse, hal ini dikarenakan Dr. Fones berpendapat bahwa dental hygienist ini
lebih terfokus kepada pekerjaan pendidikan dan usaha pencegahan penyakit gigi dan mulut
dan tidak hanya berorientasi kepada sakit dan penyakit (Darby dan Walsh, 2003). Seiring
dengan berjalannya waktu, konsep dental hygiene dan profesi dental hygienist ini kemudian
menyebar dan diterapkan di banyak negara-negara lain di luar Amerika, yang pada umumnya
negara-negara industri seperti Inggris, Kanada, Australia, Belanda dan juga Jepang. Kemudian
pada tahun 1986 para dental hygienist ini membentuk organisasi Internasional yang
dinamakan International Federation of Dental hygienist (IFDH) yang dideklarasikan
pembentukannya di Oslo, Norwegia pada tanggal 28 Juni 1986. Pembentukan IFDH ini
merupakan pergantian wujud dari gerakan Internasional dental hygiene yang terangkum
dalam wadah The International Liaison Committee on Dental hygiene yang terbentuk pada
tahun 1973. Sampai saat ini anggota IFDH terdiri dari para dental hygienist yang berasal dari
25 negara di dunia yaitu Amerika Serikat, Australia, Austria, Afrika Selatan, Belanda, Kanada,
Denmark, Jerman, Finlandia, Irlandia, Israel, Inggris, Italia, Republik Slovakia, Swedia, Spanyol,
Swiss, Portugis, Norwegia, Nigeria, Selandia Baru, Lituania, Latvia dan termasuk dua negara
asia yaitu Jepang dan Korea
Organisasi IFDH ini bertujuan untuk mewakili dan memajukan profesi dental
hygienist dalam ruang lingkup internasional dengan jalan memfasilitasi forum-forum
pengembangan ilmiah dental hygiene yang diharapkan menjadi dasar pengembangan
organisasi profesi dental hygienist yang pada gilirannya diharapkan dapat mendorong
peningkatan status kesehatan gigi warga secara luas (IFDH 2007). IFDH juga menetapkan
standar keilmuan, kompetensi dan etika bagi pelaksanaan praktek dental hygiene bagi para
anggotanya.
Menurut Darby dan Walsh, (2003) Dental hygiene dapat dipahami sebagai ilmu
pengetahuan dalam bidang kesehatan mulut preventif, termasuk di dalamnya yaitu
manajemen perilaku untuk pencegahan penyakit gigi dan mulut serta peningkatan status
kesehatan gigi dan mulut. Sedang definisi lain disampaikan oleh Wilkins (2005) yang
menyebutkan bahwa dental hygiene yaitu pelayanan kesehatan gigi yang diberikan oleh
dental hygienist profesional yang mencakup pelayanan preventif, pendidikan dan pelayanan
terapeutik yang bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan klien melalui usaha
pencegahan penyakit gigi dan usaha pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotif).
IFDH, (2007) memberikan batasan bahwa seorang dental hygienist yaitu tenaga
kesehatan profesional yang merupakan lulusan dari lembaga pendidikan dental hygienist yang
terakreditasi yang bertugas melaksanakan pelayanan klinis, pendidikan, perencanaan dan
evaluasi pelaksanaan konsultasi kesehatan gigi, menyediakan layanan pencegahan penyakit
gigi dan mulut, memberikan perawatan penyakit gigi dan mulut, serta membantu warga
dalam usaha pemeliharaan diri guna mencapai derajat kesehatan yang optimal. Dental
hygienist yaitu tenaga kesehatan profesional yang fokus utama pengabdiannya yaitu usaha
promotif kesehatan secara keseluruhan melalui pencegahan penyakit. Dental hygienist juga
merupakan tenaga kesehatan gigi dan mulut profesional yang memiliki lisensi untuk
melakukan peran yang terintegrasi sebagai petugas klinik, pendidik, pendamping bagi para
pasien/ klien, manajer, agen perubahan, dan peneliti dalam rangka mencegah penyakit gigi
dan mulut serta meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut warga (Darby dan
Walsh, 2003).
Paradigma pelayanan klinis dental hygiene didasarkan pada filosofi dan karakteristik
profesional yang menggabungkan aspek-aspek pengembangan ilmu pengetahuan (konsep
dental hygene) berdasar riset yang mendalam, adanya otonomi dan batasan profesi yang
jelas serta orientasi pelayanan kepada klien dan warga secara maksimal. Jadi, tindakan
dental hygiene ditujukan secara sungguh-sungguh untuk membantu klien untuk mencapai
derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
secara umum dan kualitas kehidupan seseorang dan lebih jauhnya yaitu kualitas kehidupan
warga .
Konseptualisasi dari tujuan praktek dental hygiene telah mengalami fase-fase evolusi
dimulai dari fase awal konsep dental hygiene yang dikemukakan oleh Dr. Fones pada tahun
1930an. Dr. Fones menyebutkan bahwa tujuan praktek pelayanan dental hygiene yaitu
sebagai jalur penyampaian ilmu kedokteran gigi dalam bidang kebersihan mulut kepada
warga . Sejalan dengan perkembangan zaman, konsep dental hygiene juga mengalami
perubahan yang cukup signifikan, sampai kemudian Darby and Walsh, (2003) menjabarkan
bahwa tujuan praktek dental hygiene yaitu untuk membantu pasien -pasien dalam rangka
memenuhi kebutuhannya melalui intervensi-intervensi yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut, sehingga pada gilirannya dapat mendorong peningkatan status kesehatan gigi dan
mulut sepanjang kehidupan pasien -pasien ini .
Untuk memahami bagaimana implementasi klinis pelayanan kesehatan gigi
memakai konsep dental hygiene, terlebih dahulu harus dipahami pengertian-pengertian
dari konsep klien, lingkungan, konsep kesehatan gigi dan mulut serta pelaksanaan tindakan
dental hygiene.
Klien dalam konsep dental hygiene yaitu penerima pelayanan kesehatan gigi (dental
hygiene) yang terdiri dari pasien -pasien , keluarga-keluarga, dan kelompok warga dari
berbagai usia, jenis kelamin, serta status sosial ekonomi, agama, ras serta budaya.
Lingkungan diartikan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian status
kesehatan gigi dan mulut klien yang terdiri dari lingkungan ekonomi, psikologis, budaya, fisik,
lingkungan hukum (legal/peraturan/moral), pendidikan, etik dan geografis.
Kesehatan gigi dan mulut yaitu kondisi mulut klien yang ada dalam satu rentang
(kontinum) yang dimulai dari kondisi kesehatan yang optimal sampai kepada kondisi sakit.
Kondisi ini bersifat fluktuatif sepanjang waktu yang dipengaruhi oleh kondisi biologis,
psikologis, spiritual, serta faktor-faktor perkembangan. Kesehatan mulut dan kesehatan
umum merupakan kondisi yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Tindakan dental hygiene yaitu intervensi-intervensi yang dilakukan oleh dental
hygienist yang ditujukan untuk peningkatan derajat kesehatan gigi dan mulut klien serta untuk
mencegah dan mengontrol terjadinya penyakit gigi dan mulut. Tindakan ini melibatkan
unsur-unsur kognitif, afektif serta psikomotor. Tindakan dental hygiene dapat merupakan
tindakan mandiri serta kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain.
sesudah mengetahui pengertian-pengertian dasar dalam tindakan dental hygiene
ini di atas, kemudian kita dapat memahami model pelayanan dental hygiene. Pada era
yang lampau, konsep tindakan dental hygiene lebih merupakan tindakan okupasi yang
berdasar ciri keahlian pekerjaan teknis, akan tetapi kemudian konsep ini
berkembang sejalan dengan tumbuhnya profesi dental hygiene menjadi pekerjaan yang
bersifat profesional, sehingga seorang dental hygienist dapat disebut sebagai seorang
profesional dengan perannya sebagai pelaksana pelayanan klinis kesehatan gigi pencegahan,
pendidik/penyuluh, manajer, agen perubahan, pemberi bantuan (advokasi)/ pendamping
klien serta peneliti berdasar ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya dari
pendidikan dental hygiene.
Konsep tindakan dental hygiene itu sendiri merupakan suatu lingkaran proses yang
terdiri dari pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut dengan memakai pendekatan teori
kebutuhan dasar manusia, penegakkan diagnosa dental hygiene memakai terminologi
konsep kebutuhan manusia, pembuatan perencanaan tindakan, implementasi tindakan serta
evaluasi. Seluruh rangkaian proses ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien yang
berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulutnya.
Konsep pelayanan dental hygiene diarahkan kepada usaha peningkatan derajat
kesehatan gigi dan mulut klien sepanjang masa kehidupannya. Oleh karenanya seorang dental
hygienist mutlak harus memahami seluruh aspek dari kepribadian seseorang dan atau
warga . Dalam pelaksanaan tugasnya seorang dental hygienist dituntut untuk
mengaplikasikan pengetahuan khusus yang berkaitan dengan emosi-emosi klien, nilai-nilai
yang dianut oleh klien ini , kondisi keluarga, budaya, lingkungan serta pengetahuan
tentang sistem tubuh secara keseluruhan dan terintegrasi.
Dari gambar ini dijabarkan bahwa pelayanan dental hygiene terdiri dari proses
pengkajian, penegakkan diagnosa, implementasi dan evaluasi yang terfokus kepada
penemuan masalah dalam pada klien. Masalah ini yaitu tidak terpenuhinya delapan
kebutuhan manusia yang terkait dengan kesehatan gigi dan mulut klien. Dalam pelaksanaan
proses ini seorang dental hygienist harus memperhatikan konsep-konsep tentang klien,
konsep sehat sakit, konsep tindakan dental hygiene serta lingkungan.
Konsep Dental Hygiene memposisikan para klien sebagai pribadi-pribadi aktif yang
terlibat dalam proses klinik dental hygiene, karena pada akhirnya klien ini harus
melakukan tindakan pelihara diri dan memanfaatkan pelayanan kesehatan profesional untuk
mencapai kondisi kesehatan gigi dan mulut yang optimal. Dental hygiene memfokuskan diri
pada penyesuaian pasien terhadap lingkungan dalam rangka meningkatkan kesehatan gigi
dan mulut serta mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut.
Kompetensi utama dental hygienist yaitu mampu melaksanakan usaha peningkatan
kesehatan gigi dan mulut, melalui program-program promotif dan preventif. Sedang
kompetensi penunjangnya yaitu seorang dental hygienist diharapkan mampu menyuluh
dalam usaha peningkatan derajat kesehatan gigi dan mulut, melakukan pelatihan kader
kesehatan gigi, membuat dan memakai media komunikasi, menginstruksikan teknik
menyikat gigi yang baik, melakukan scalling, melakukan topikal aplikasi dan melakukan fissure
sealant.
Dental hygienist dipandang ahli dalam bidangnya,
konsultan intervensi kebersihan gigi yang sesuai, ahli dalam membuat keputusan kesehatan
gigi secara klinis, dan ahli dalam merencanakan, menerapkan evaluasi komponen kesehatan
gigi yang direkomendasikan dalam keseluruhan rencana perawatan. Dalam hal ini, dental
hygienist melakukan pelayanan asuhan kepada para klien.
perspektif dari asuhan yaitu suatu pelayanan yang diberikan
berpusat pada hubungan interpersonal. Asuhan dilakukan berawal dengan mendengarkan
keluhan klien, juga mendengar dan mengolah saran-saran dari orang lain yang mengarah pada
tanggung jawab profesional. Dengan mendengar data/informasi dari klien, anda dapat
mengetahui masalah-masalah yang dihadapi oleh klien ini . Selain mendengarkan,
perawat gigi dapat menggali keterangan-keterangan lain yang relevan untuk mendukung
pelaksanaan pelayanan asuhan yang akan diberikan.
Pelayanan asuhan keperawatan diberikan dengan tanggung jawab moral meliputi
simpati dan empati terhadap klien. Perawat gigi hendaknya tidak menganggap klien sebagai
penerima layanan, tetapi dapat berpartisipasi dalam proses pelayanan. Dalam memberikan
pelayanan yang berkualitas, perawat gigi harus memiliki komitmen yang tinggi untuk
memberikan pelayanan yang berkualitas berdasar standar perilaku dan etika profesional.
Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut yaitu pelayanan kesehatan gigi dan mulut
yang terencana, ditujukan pada kelompok tertentu yang dapat diikuti dalam kurun waktu
tertentu diselenggarakan secara berkesinambungan dalam bidang promotif, preventif dan
kuratif sederhana yang diberikan kepada pasien , kelompok dan warga .
Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pada pasien dilakukan dalam rangka
tercapainya kemampuan pelihara diri di bidang kesehatan gigi dan mulut yang optimal, diawali
dari diri pasien itu sendiri. Setiap orang hendaknya peduli dengan kesehatan diri sendiri.
sesudah pasien ini peduli terhadap kesehatannya sendiri, diharapkan dapat menjadi
contok bagi orang lain, baik dalam keluarga maupun warga dalam kesehatan gigi dan
mulut.
Kemampuan dasar yang diharapkan dalam kesehatan gigi dan mulut pasien yaitu ;
a. Mampu memelihara kesehatan gigi dan mulut bagi diri sendiri,
b. Mampu melaksanakan pencegahan terjadinya penyakit gigi dan mulut bagi diri sendiri,
c. Mampu mengidentifikasi kelainan-kelainan dalam bidang kesehatan gigi dan mulut,
serta mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasinya, dan
d. Mampu memakai sarana pelayanan kesehatan gigi yang tersedia.
Sesuai dengan konsep dasar dari pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut, dalam
memberikan pelayanan asuhan, perawat gigi perlu memperhatikan 5 (lima) kebutuhan dasar
manusia yang diambil dari teori Maslow, (1943) yaitu:
1. Kebutuhan fisiologis; meliputi nutrisi dari makanan, cairan, oksigen, istirahat, tidur,
latihan, kebersihan dan lain lain.
2. Kebutuhan rasa aman (perlindungan), bebas dari ketakutan, aman dari tindakan yang
tidak sesuai dengan profesionalisme.
3. Kebutuhan rasa cinta, mendapat simpati dan empati dari pelayan kesehatan.
4. Kebutuhan aktualisasi diri (ingin dipuji) bekerja sesuai dengan bakat dan potensi serta
dilakukan dengan senang hati dan diakui orang lain.
5. Kebutuhan akan harga diri meliputi dihargai dalam pekerjaan, profesi, kecakapan dalam
lingkungan keluarga, kelompok dan warga . mengidentifikasi delapan kebutuhan dasar
manusia yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut seseorang dalam pelayanan dental
hygiene. Kebutuhan-kebutuhan ini berhubungan dengan dimensi-dimensi fisik,
emosional, intelektual, sosial, dan budaya klien yang melekat pada proses pelayanan dental
hygiene.
Kebutuhan-kebutuhan ini yaitu sebagai berikut :
1. Perlindungan terhadap risiko-risiko kesehatan
Artinya yaitu kebutuhan untuk menghindari risiko-risiko/ kontraindikasi medis yang
berhubungan dengan perawatan dental hygiene. Sebagai contoh, klien membutuhkan
tindakan pengobatan karies untuk mencegah terjadinya penyakit sistemik seperti
penyakit jantung.
2. Bebas dari stress
Artinya, klien membutuhkan kondisi yang bebas dari tekanan, ketakutan,
ketidaknyamanan emosi pada lingkungan pelayanan kesehatan gigi dan mulut,
selanjutnya klien juga membutuhkan pujian, penghargaan dan perhatian. Contohnya,
klien membutuhkan perawatan yang tidak menyakitkan, klien juga butuh diberi
penghargaan ketika berhasil merubah perilaku pelihara dirinya menjadi lebih baik.
3. Kondisi/ kesan wajah yang sehat
Klien membutuhkan kepuasan yang berhubungan dengan kondisi penampakan wajah
dan kondisi nafasnya. Artinya, klien memiliki kebutuhan untuk memiliki struktur
gigi geligi, penampakan rahang dan wajah yang baik serta nafas yang tidak berbau yang
tidak enak.
4. Integritas jaringan kulit dan jaringan mulut pada leher dan kepala
Kebutuhan untuk memiliki keutuhan dan fungsi yang baik dari jaringan leher dan kepala
termasuk mukosa mulut, membran-membran dan gingiva yang dipertahankan atas
serangan mikroba berbahaya, penyediaan informasi sensoris dan perlawanan terhadap
luka dan trauma. Hal ini senada dengan kebutuhan klien akan asupan gizi yang baik.
5. Kondisi biologis gigi yang baik
Kebutuhan untuk memiliki gigi-geligi/ tambalan yang bertahan terhadap serangan
mikroba berbahaya dan memiliki fungsi yang baik serta fungsi kecantikan. Hal ini juga
berkaitan dengan kebutuhan klien akan pola makan yang baik dan sehat.
6. Konseptualisasi dan pemecahan masalah
yaitu kebutuhan klien akan ilmu pengetahuan mengenai bagaimana caranya
meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulutnya
7. Bebas dari rasa sakit pada leher dan kepala
Kebutuhan untuk terhindar atau bebas dari ketidaknyamanan fisik yang diderita seputar
leher dan kepala.
8. Tanggung jawab akan kesehatan gigi dan mulut
Klien membutuhkan tanggung jawab akan dirinya sendiri berkaitan dengan
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulutnya sendiri sebagai hasil dari interaksi antara
motivasi, kemampuan fisik dan kondisi lingkungan sosialnya.
Pelayanan asuhan keperawatan diberikan dengan tanggung jawab moral meliputi
simpati dan empati terhadap klien. Perawat gigi hendaknya tidak menganggap klien sebagai
penerima layanan, tetapi dapat berpartisipasi dalam proses pelayanan. Dalam memberikan
pelayanan yang berkualitas, perawat gigi harus memiliki komitemen yang tinggi untuk
memberikan pelayanan yang berkualitas berdasar standar perilaku dan etika profesional.
Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut yaitu pelayanan kesehatan gigi dan mulut
yang terencana, ditujukan pada kelompok tertentu yang dapat diikuti dalam kurun waktu
tertentu diselenggarakan secara berkesinambungan dalam bidang promotif, preventif dan
kuratif sederhana yang diberikan kepada pasien , kelompok dan warga .
Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pada pasien dilakukan dalam rangka
tercapainya kemampuan pelihara diri di bidang kesehatan gigi dan mulut yang optimal, diawali
dari diri pasien itu sendiri. Setiap orang hendaknya peduli dengan kesehatan diri sendiri.
sesudah pasien ini peduli terhadap kesehatannya sendiri, diharapkan dapat menjadi
contok bagi orang lain, baik dalam keluarga maupun warga dalam kesehatan gigi dan
mulut.
Proses Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi
dan Mulut
mengadopsi konsep dental hygiene, asuhan keperawatan gigi dapat diartikan
sebagai suatu proses memakai pendekatan sistematik dalam pelayanan
perawatan gigi. Di dalam pelaksanaannya ada beberapa aspek atau perilaku
kunci yaitu sebagai berikut:
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan Gigi
C. Perencanaan
D. Implementasi
E. Evaluasi
Aspek-aspek ini merupakan kesatuan yang menyeluruh dalam proses
keperawatan gigi yang merupakan kerangka kerja untuk penyelengaraan pelayanan asuhan
keperawatan gigi yang berkualitas yang ditujukan kepada semua klien dan warga . Proses
keperawatan Gigi yang ditujukan untuk pemberian pelayanan klinis keperawatan gigi
menunjukkan bahwa seorang perawat gigi bertangung jawab untuk mengidentifikasi dan
memecahkan masalah dalam ruang lingkup praktek pelayanan asuhan keperawatan gigi.
Proses ini kurang lebih sama dengan proses ilmiah pemecahan masalah, pengambilan
keputusan dan metoda ilmiahnya:
Proses demikian merupakan suatu acuan atau pedoman bagi pelaksanaan asuhan
keperawatan gigi secara pasien al. Dalam setiap prosesnya perawat gigi dan klien bekerja
sama sebagai partner. Ketika status atau perkembangan kesehatan klien menunjukkan
ketidakmampuan klien untuk bekerjasama maka proses ini membutuhkan pertolongan
dari orang tua, orang terdekat atau siapa saja yang dapat memberikan bantuan kepada klien
ini . Proses keperawatan gigi dengan penekanan pada partisipasi klien membuat seorang
perawat gigi harus memahami nilai-nilai yang dianut oleh klien dan juga harus menerapkan
strategi terapeutik dan intervensinya.
Teori kebutuhan manusia yang diterapkan pada proses keperawatan gigi menjadi
landasan untuk seorang perawat gigi untuk membuat keputusan klinis dihubungkan dengan
kebutuhan untuk intervensi keperawatan gigi yang ketika diimplementasikan dapat
memuaskan atau mengatasi tidak terpenuhinya kebutuhan ini dan meningkatkan
kualitas hidup pasien , keluarga, warga dan kelompok-kelompok lainnya. Teori
Kebutuhan manusia mendukung terhadap teori keperawatan gigi dan filosofinya. Teori
kebutuhan manusia merupakan kerangka kerja teoritis dalam angka pelaksanaan pelayanan
asuhan keperawatan gigi dan untuk melaksanakan pengambilan keputusan klinis, pemecahan
masalah dan penilaian pengambilan keputusan.
Dalam penerapan teori kebutuhan manusia, perawat gigi professional memakai
dasar pengetahuan ilmiah untuk menilai tidak terpenuhinya kebutuhan manusia dari klien
yang berhubungan dengan pelayanan asuhan keperawatan gigi, memformulasikan
(membuat) diagnosa keperawatan gigi, merencanakan dan melaksanakan (implementasi)
pelayanan asuhan keperawatan gigi serta mengevaluasi hasil dari pelayanan. Tujuan utama
dari pemakaian kerangka kerja kebutuhan manusia dalam proses keperawatan gigi yaitu
untuk mengarahkan perawat gigi dalam menangani perawatan klien secara ilmiah, manusiawi,
menyeluruh dan memastikan bahwa pelayanan asuhan dilaksanakan terpusat kepada klien
bukan hanya melaksanakan tugas/pekerjaan semata.
Berikut akan dibahas mengenai tahapan dalam proses asuhan keperawatan gigi
menurut konsep dental hygiene dengan teori kebutuhan dasar manusianya:
A. TAHAP PENGKAJIAN
Menurut para ahli dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1999), kata “kajian”
berasal dari kata “kaji” yang berarti pelajaran atau penyelidikan (tentang sesuatu). Bermula
dari pengertian kata dasar, kata “kajian” dapat diartikan sebagai “Proses, cara, perbuatan
mengkaji; penyelidikan (pelajaran yang mendalam); penelaahan.
Pengkajian yaitu pemikiran dasar dari proses keperawatan yang merupakan kegiatan
yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien,
baik fisik mental, sosial dan lingkungan ,Pengkajian merupakan langkah
pertama dari proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien
sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada.
Dalam asuhan keperawatan gigi, tahap pengkajian merupakan fondasi dari proses
keperawatan gigi. pengkajian yaitu seni mengumpulkan dan
menganalisis data-data subjektif maupun objektif dari pasien dengan mengarahkan penilaian
kepada kebutuhan manusia dari pasien dan hal-hal yang dapat menghalangi pemenuhan
kebutuhan ini yang berhubungan dengan pelayanan asuhan keperawatan gigi.
Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam tiga tahapan kegiatan yang
meliputi pengumpulan data, analisis data dan penentuan masalah.
Pengkajian dilakukan dengan:
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yaitu pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara
sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan
dan kesehatan klien. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses
keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-
masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar ini dipakai untuk menentuan
Diagnosa keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan
untuk mengatasi masalah-masalah klien.
Pengumpulan data dimulai sejak klien masuk ke rumah sakit (initial assessment), selama
klien dirawat secara terus-menerus (ongoing assessment), serta pengkajian ulang untuk
menambah/ melengkapi data (re-assessment). Pengkajian klien meliputi pemeriksaan
kesehatan secara menyeluruh, data pribadi, riwayat sosioetnokultural, pemeriksan extra dan
intra oral, analisis serta pengambilan keputusan berdasar hal-hal yang ditemukan selama
pemeriksaan.
Data yang dikumpulkan terdiri dari data subjektif dan data objektif. Data subjektif
yaitu data yang diperoleh dari keluhan-keluhan yang disampaikan oleh pasien, seperti
rasa sakit/nyeri yang dirasakan pasien, sakit kepala dan hal-hal lain yang membuat pasien
harus datang ke klinik untuk berobat. Saat mengumpulkan data subjektif, khususnya pada
keluhan utama, anda dapat memakai prinsip 5 W + 1 H yaitu Who (Siapa nama pasien),
Why (kenapa dia datang ke klinik), When (kapan merasa sakit), Where (dimana gigi yang
sakit) dan How (bagaimana rasa sakitnya).
Selanjutnya, dalam pengumpulan data subjektif dilakukan juga wawancara tentang
keadaan kesehatan umum pasien meliputi golongan darah, penyakit degenerasi atau penyakit
lain termasuk alergi obat dan makanan, berhubungan dengan rencana perawatan yang akan
dilakukan. Sebaiknya dalam pengumpulan data kesehatan umum dilakukan juga pemeriksaan
tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, pernafasan, denyut nadi dan suhu tubuh.
Keberhasilan pengumpulan data subjektif dipengaruhi oleh kemampuan perawat gigi
dalam melakukan komunikasi kepada klien, baik secara verbal maupun non verbal.
Kemampuan berkomunikasi dapat anda pelajari dan praktikkan dalam melaksanakan
pekerjaan sebagai perawat gigi.
sesudah semua data subjektif dikumpulkan, pengkajian selanjutnya dilakukan dengan
melihat dan melakukan pemeriksaan sebagai data objektif. Data objektif merupakan data
yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan dengan memakai standar
yang diakui (berlaku). Data objektif yang dikumpulkan dengan pemeriksaan pada extra oral
(di luar mulut) dan intra oral (di dalam mulut).
2. Pengolahan Data
Secara umum, pengolahan data dapat diartikan dengan mengubah data ke dalam
bentuk yang lebih berarti berupa informasi sehingga dapat menjadi dasar dalam memutuskan
tindakan perawatan yang akan dilakukan kepada klien. Pengolahan data dilakukan sesudah
semua data subjektif dan objektif dikumpulkan.
3. Analisa Data
sesudah pengolahan data, langkah selanjutnya yaitu anda perlu menganalisa data.
Analisa data yaitu usaha atau cara untuk mengolah data menjadi informasi sehingga
karakteristik data ini dapat dipahami dan bermanfaat untuk solusi permasalahan. Dalam
menganalisis data, diperlukan kemampuan mengaitkan data dan menghubungkan data
ini dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam
menentukan masalah kesehatan dan keperawatan pasien.
B. Diagnosa
Diagnosa yaitu kesimpulan dari pengkajian dan fokus kepada kebutuhan-kebutuhan
manusia yang dapat dipenuhi melalui pelayanan asuhan kesehatan gigi. Ketika kebutuhan
manusia dari klien ini di luar jangkauan pelayanan asuhan keperawatan gigi maka klien
harus dirujuk kepada tenaga kesehatan professional lain yang sesuai.
Diagnosa yaitu suatu proses berpikir kritis berdasar data-data klinis klien yang
dianalisa dan ditandai oleh suatu pernyataan diagnosa. Dalam pelayanan asuhan keperawatan
gigi, Diagnosa dapat diartikan sebagai analisis dari penyebab dan sifat dari suatu masalah dan
situasi atau pernyataan mengenai solusinya.
Ketika Diagnosa keperawatan gigi telah valid, maka hal ini merupakan faktor
utama yang dapat membantu klien untuk mencapai pemenuhan kebutuhannya untuk
mencapai kondisi yang baik pada mulutnya melalui intervensi (tindakan) keperawatan gigi
yang layak.
C. PERENCANAAN
Merupakan tindakan penentuan tipe-tipe intervensi keperawatan gigi yang dapat
dilaksanakan (diimplentasikan) untuk mengatasi masalah klien dan membantu klien mencapai
pemenuhan kebutuhannya yang berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut. Perencanaan
juga merupakan kerangka kerja untuk pembuatan keputusan dan menguji penilaian klinis
dalam pelaksanaan pelayanan asuhan keperawatan gigi. Pada dasarnya, perencanaan
merupakan kesempatan untuk mengintegrasikan keputusan-keputusan yang mendukung
pencapaian tujuan dengan baik.
Sebagai seorang perawat gigi, anda perlu membuat perencanaan tentang asuhan
keperawatan yang menjadi tanggung jawab anda. Membuat rencana keperawatan dan
menentukan pendekatan yang dipakai bertujuan untuk memecahkan masalah pasien.
Rencana asuhan keperawatan yang dibuat seharusnya dapat mengurangi, menghilangkan dan
mencegah masalah gigi yang dihadapi pasien.
Penentuan tindakan dalam rencana perawatan yang akan dilakukan pada pasien sangat
tergantung dari diagnosa keperawatan gigi. Secara garis besar ada 5 (lima) tahap dalam fase
perencanaan asuhan keperawatan gigi yaitu menentukan prioritas, mengidentifikasi
intervensi, menetapkan tujuan dan kriteria hasil serta mendokumentasikan perencanaan
asuhan keperawatan.
Dalam perencanan, asuhan keperawatan gigi dan mulut juga dikelompokkan
berdasar jenis tindakan, yaitu promotif, preventif dan kuratif yang merupakan kompetensi
perawat gigi. tindakan promotif terdiri dari penyuluhan tentang pemeliharaan kesehatan gigi.
tindakan preventif terdiri dari pembersihan karang gigi, oral prophylaxis, aplikasi fluor dan
fissure sealing.
D. IMPLEMENTASI
Dalam tahap implementasi atau tindakan pelaksanaan, anda akan menerapkan semua
perencanaan yang telah anda rancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan pasien yang
berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut. Implementasi termasuk tindakan-tindakan
yang dilaksanakan perawat gigi atau pihak lain dalam rangka mencapai tujuan kesehatan gigi
dan mulut pasien. Setiap tindakan yang dilaksanakan dilakukan pencatatan dalam catatan
pasien (medical record/client record).
E. EVALUASI
Evaluasi memiliki pengertian penilaian terhadap sejumlah informasi yang diberikan
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Potter dan Perry, 2005). Evaluasi dilakukan
dengan memeriksa ulang proses asuhan keperawatan gigi dan mulut yang telah dilakukan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan kegiatan ini .
Tujuan evaluasi yaitu menilai apakah perawatan sudah sesuai dengan perawatan yang
diharapkan oleh klien dan perawat. Dengan adanya evaluasi selama proses perawatan, dapat
dilakukan penyesuaian terhadap apa yang direncanakan. Dalam keperawatan gigi dan mulut,
tujuan evaluasi yaitu untuk menentukan perkembangan kesehatan pasien, menilai
efektifitas, efisiensi, dan produktivitas tindakan keperawatan yang telah diberikan, menilai
pelaksanaan asuhan keperawatan. Evaluasi juga diberikan sebagai tanggung jawab dan
tanggung gugat dalam pelaksanaan pelayanan perawatan.
Ringkasan
Dalam penerapan teori kebutuhan manusia, perawat gigi professional memakai
dasar pengetahuan ilmiah untuk menilai tidak terpenuhinya kebutuhan manusia dari klien
yang berhubungan dengan pelayanan asuhan keperawatan gigi, memformulasikan
(membuat) diagnosa keperawatan gigi, merencanakan dan melaksanakan (implementasi)
pelayanan asuhan keperawatan gigi serta mengevaluasi hasil dari pelayanan. Tujuan utama
dari pemakaian kerangka kerja kebutuhan manusia dalam proses keperawatan gigi yaitu
untuk mengarahkan perawat gigi dalam menangani perawatan klien secara ilmiah, manusiawi,
menyeluruh dan memastikan bahwa pelayanan asuhan dilaksanakan terpusat kepada klien
bukan hanya melaksanakan tugas/pekerjaan semata.
PENGKAJIAN, Diagnosa DAN
PERENCANAAN PELAYANAN ASUHAN
KESEHATAN GIGI DAN MULUT
pasien
ada BAB I telah dibahas tentang Konsep Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut
pasien dan Proses Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi pasien . Pelayanan Asuhan
Kesehatan Gigi dan mulut yang ditujukan pada suatu kelompok tertentu atau pasien
dalam kurun waktu yang dilaksanakan secara terencana, terarah, berkesinambungan untuk
mencapai taraf kesehatan gigi dan mulut yang optimal.
Dalam BAB II ini akan dijabarkan lebih dalam tentang Tahap Pengkajian, Diagnosa dan
perencanaan dalam Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut pasien . Pengkajian
kesehatan gigi adala seni mengumpulkan dan menganalisis data baik subjektif maupun
objektif. Tujuan dari proses perawatan kesehatan gigi yaitu untuk menyediakan kerangka
kerja dimana kebutuhan pasien al pasien dapat terpenuhi; dan untuk mengidentifikasi faktor
penyebab atau faktor yang mempengaruhi suatu kondisi yang dapat dikurangi, dihilangkan,
atau dicegah oleh Terapis Gigi dan Mulut.
Tujuan sesudah mengikuti mata kuliah ini Anda (mahasiswa) diharapkan dapat
menguasai pengetahuan konsep, proses, dan tahapan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan
mulut pasien . Pada tahapan pengkajian dimulai suatu hubungan antara perawat gigi dan
klien berupa hubungan kerjasama dengan mendorong perkembangan klien dalam menyadari
dan mengindetifikasi masalah dan membantu pemecahan masalah.
Tahap Pengkajian Asuhan Kesehatan Gigi
dan Mulut
Tahap pengkajian yaitu komponen pertama dari proses kebersihan gigi. Tahap ini
memberikan dasar untuk perawatan pasien dengan mengumpulkan data subjektif
dan objektif.
Pengkajian melibatkan pengumpulan dan analisis sistematis untuk mengidentifikasi
kebutuhan klien, dan masalah kesehatan mulut yang melibatkan sejarah medis dan gigi, tanda
vital, pemeriksaan ekstraoral dan intraoral, radiograf, indeks, dan penilaian risiko.
Kompetensi yang terkait dengan Penilaian Terapis Gigi dan Mulut mencakup kemampuan
untuk:
Therapeutic / Preventive Therapy
1. Kumpulkan data yang akurat dan lengkap secara umum, lisan, dan psikososial status
kesehatan klien
2. Gunakan penilaian dan metode profesional yang sesuai dengan prinsip etika medis
untuk melengkapi profil klien.
3. Mengidentifikasi klien yang inisiasi atau kelanjutan pengobatannya kontra-ditunjukkan
berdasar interpretasi riwayat kesehatan dan data klinis.
4. Identifikasi klien yang berisiko mengalami keadaan darurat medis dan gunakan strategi
untuk meminimalkan risiko ini .
5. Gunakan indeks kesehatan mulut yang sesuai untuk identifikasi dan pemantauan
pasien dan kelompok berisiko tinggi.
6. Kenali pengaruh faktor penentu kesehatan terhadap status kesehatan mulut.
7. Diskusikan temuan dengan profesional kesehatan lainnya bila sesuai layanan kesehatan
gigi sedang dipertanyakan.
Pendidikan Kesehatan Gigi
1. Mendapatkan informasi tentang hambatan yang dirasakan klien dan dukungannya
belajar saat merencanakan pendidikan pada klien.
2. Mendapatkan informasi tentang pengetahuan kesehatan, kepercayaan, pengetahuan,
sikap dan keterampilan sebagai bagian dari proses pendidikan.
3. Kaji motivasi klien untuk mulai belajar dan untuk mempertahankan aktivitas kesehatan
yang mapan.
4. Menilai kebutuhan klien untuk mempelajari informasi atau keterampilan yang spesifik
untuk dicapai, memulihkan, dan menjaga kesehatan mulut dan meningkatkan
kesejahteraan secara keseluruhan.
5. Menilai gaya belajar klien pasien al sebagai bagian dari proses perencanaan.
Hal yang perlu dicatat dalam pengkajian yaitu :
Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam empat tahap kegiatan, yang
meliputi ; pengumpulan data, analisis data, sistematika data dan penentuan masalah. Adapula
yang menambahkannya dengan kegiatan dokumentasi data (meskipun setiap langkah dari
proses keperawatan harus selalu didokumentasikan).
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yaitu pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara
sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan
dan kesehatan klien. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses
keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-
masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar ini dipakai untuk menentuan
Diagnosa keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan
untuk mengatasi masalah-masalah klien.
Pengumpulan data dimulai sejak klien masuk ke rumah sakit/klinik (initial assessment), selama
klien dirawat secara terus-menerus (ongoing assessment), serta pengkajian ulang untuk
menambah/ melengkapi data (re-assessment). Pengkajian klien meliputi pemeriksaan
kesehatan secara menyeluruh, data pribadi, riwayat sosioetnokultural, pemeriksan extra dan
intra oral, analisis serta pengambilan keputusan berdasar hal-hal yang ditemukan selama
pemeriksaan.
Tujuan Pengumpulan Data
a. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien
b. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien
c. Untuk menilai keadaan kesehatan klien
d. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah berikutnya.
Karakteristik Data
a. Lengkap
Seluruh data diperlukan untuk mengidentifikasi masalah keperawatan klien. Data yang
terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi masalah klien yang adekuat.
Misalnya klien tidak mau makan, kaji secara mendalam kenapa klien tidak mau makan
(tidak cocok makanannya atau kondisi fisiknya menolak untuk makan/patologis, atau
sebab-sebab yang lain).
b. Akurat dan nyata
Untuk menghindari kesalahan, maka perawat harus berfikir secara akurat dan nyata
untuk membuktikan benar tidaknya apa yang telah didengar, dilihat, diamati dan diukur
melalui pemeriksaan ada tidaknya validasi terhadap semua data yang sekiranya
meragukan. Perawat tidak boleh langsung membuat kesimpulan tentang suatu kondisi
klien. Misalnya, klien tidak mau makan. Perawat tidak boleh langsung menuliskan : klien
tidak mau makan karena depresi berat. Diperlukan penyelidikan lanjutan untuk
menetapkan kondisi klien. Dokumentasikan apa adanya sesuai yang ditemukan pada
saat pengkajian.
c. Relevan
Pencatatan data yang komprehensif biasanya memerlukan banyak sekali data yang
harus dikumpulkan, sehingga menyita waktu perawat untuk mengidentifikasi.
Cara Pengumpulan Data
Data diambil memakai pengertian data subyektif dan obyektif :
1. Data subyektif yaitu data yang diperoleh dari keluhan-keluhan yang disampaikan oleh
pasien, data ini didapat dari klien, orang terdekat klien (orang tua, pengasuh) ataupun
komunitas dimana klien ini tinggal. Dengan kata lain, pemeriksaan subyektif
yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan jalan wawancara dengan klien untuk
mendapatkan data sebagai dasar pendukung penegakan diagnosa serta rencana
tindakan. Data subyektif lebih sukar diukur daripada data obyektif dan meliputi gejala,
perasaan serta kepercayaan klien yang dinyatakan klien sehubungan dengan kesehatan
mulut dan penyakit.
contoh:
Identitas pasien, keluhan pasien, riwayat kesehatan umum, riwayat kesehatan gigi.
2. Data objektif yaitu data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan
dengan memakai standar yang berlaku misalnya, pembengkakan, warna kulit, suhu
tubuh, tekanan darah. Dengan kata lain, pemeriksaan objektif yaitu pemeriksaan yang
dilakukan dengan pengukuran, pengamatan terhadap klien untuk mendapatkan data
sebagai dasar penetapan diagnosa serta rencana tindakan/ perawatan. Data ini biasanya
lebih mudah diukur sebab data-data ini nampak dan dapat langsung dikenali
(diobservasi). Data objektif ini terdiri dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan gigi dan
mulut, catatan medik klien dan observasi yang dilakukan oleh angota tim pelayanan
kesehatan.
Pedoman Pengumpulan Data Selama Proses Keperawatan Gigi
1. Data dikumpulkan memakai format yang sistematik
2. Data harus difokuskan kepada status kesehatan gigi mulut klien dan dikelompokkan ke
dalam kerangka kerja kebutuhan manusia
3. Data dikumpulan memakai interaksi, observasi dan pengukuran
4. Data terdiri dari data obyektif dan subyektif dengan usaha untuk selalu memvalidasi
(mensahkan/ memperkuat) kedua tipe informasi.
5. Pengumpulan data dilakukan secara berkesinambungan selama proses keperawatan gigi
dilaksanakan.
6. Data harus diperbaharui terus menerus selama proses keperawatan gigi berlangsung
7. Data harus dicatat dan didiskusikan dengan klien dan tenaga kesehatan professional lain
yang bertanggung jawab terhadap perawatan klien.
8. Data harus dicatat secara permanen untuk kepentingan selanjutnya dan kepentingan
peningkatan mutu (quality assurance)
Agar data dapat terkumpul dengan baik dan terarah, sebaiknya dilakukan penggolongan
atau klasifikasi data berdasar identitas klien, keluhan utama, riwayat kesehatan, keadaan
fisik, psikologis, sosial, spiritual, intelegensi, hasil-hasil pemeriksaan dan keadaan khusus
lainnya. Cara yang biasa dipakai untuk mengumpulkan data tentang klien antara lain :
wawancara (interview), pengamatan (observasi), pemeriksaan fisik (pshysical assessment)
dan studi dokumentasi.
35
a. Wawancara
Wawancara merupakan kumpulan informasi subjektif yang diperoleh dari apa yang
dipaparkan oleh pasien terkait dengan keluhan utama yang memicu klien
mengadakan kunjungan ke klinik. wawancara diperoleh dari komunikasi aktif antara
perawat dan klien atau keluarga klien. Wawancara yang baik untuk seorang dewasa
mencakup keluhan utama, informasi mengenai kelainan yang dialami sekarang, riwayat
penyakit terdahulu, riwayat keluarga, dan informasi mengenai keadaan tiap sistem
tubuh pasien.
Dalam proses wawancara, menciptakan interaksi suportif akan mempercepat
pengumpulan informasi dan memicu pasien untuk memberikan penjelasan yang
menyeluruh. Hal ini merupakan bagian terpenting dari proses terapeutik.
Komponen anamnesis komprehensif akan menyusun informasi yang diperoleh dari
pasien menjadi lebih sistematis. Komponen anamnesis komprehensif mencakup:
1) Mencantumkan tanggal pengambilan anamnesis
Mencantumkan waktu pengambilan sangat penting dan pertama kali dilakukan
pada saat mencatat hasil anamnesis yang dilakukan pada pasien.
2) Mengidentifikasi data pribadi pasien
3) Tingkat Reliabilitas (Dapat dipercaya atau tidak)
Sebaiknya dicatat jika dapat diketahui. Komponen ini penting untuk menentukan
kualitas dari informasi yang diberikan oleh pasien dan biasanya ditentukan pada
akhir anamnesis. Pasien yang ragu-ragu dalam menjelaskan gejala yang dialami
dan tidak dapat menjelaskan secara detail apa yang dirasakan, mencerminkan
bahwa informasi yang diperoleh dari anamnesis tidak dapat dipercaya
sepenuhnya. Sebaliknya, pasien dengan yang menjelaskan keluhan yang dirasakan
secara rinci dan meyakinkan mencerminkan kualitas informasi yang dapat
dipercaya.
4) Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan salah satu dari beberapa keluhan lainnya yang paling
dominan sehingga memicu pasien melakukan kujungan klinik. Keluhan
Utama yaitu symptom subjektif atau masalah yang diutarakan pasien dengan
kata–katanya sendiri yang berhubungan dengan kondisi yang membuat pasien
pergi ke dokter. Keluhan utama harus dicatat dalam istilah yang dipakai pasien,
dan catatlah bila pasien tidak memiliki keluhan utama atau tidak menyadari
adanya penyakit tetapi pergi ke dokter.
5) Anamnesis terpimpin
Anamnesis terpimpin merupakan infomasi yang lengkap, jelas, detail, dan bersifat
kronologik terkait dengan keluhan utama yang dialami pasien. Komponen ini harus
mencakupi awal keluhan, keadaan yang memicu terjadinya keluhan,
manifestasinya, dan pengobatan yang telah dilakukan. Gejala yang didapatkan
harus memiliki karakteristik yang menjelaskan (1) lokasi; (2) kualitas; (3) kuantitas
atau keparahan; (4) waktu yang mencakup awal, durasi, dan frekuensi; (5) keadaan
yang memicu terjadinya keluhan; (6) faktor lain yang memperberat atau
memperingan gejala; (7) gejala lain yang terkait dengan keluhan utama. Ketujuh
poin ini sangat penting diperoleh untuk memahami seluruh gejala pasien.
Harus diingat, informasi mengalir secara spontan dari pasien, tetapi mengorganisir
informasi ini merupakan tugas kita.
6) Pengobatan yang telah dikonsumsi sebaiknya didokumentasi, termasuk nama
obat, dosis, cara pemberian, dan frekuensi. Catat pula mengenai vitamin, mineral,
atau suplemen herbal, dan obat KB. Meminta pasien membawa seluruh obat yang
dikonsumsi merupakan ide yang baik agar anda dapat secara langsung melihat
obat apa yang dipakai . Alergi, termasuk reaksi spesifik untuk suatu pengobatan
seperti gatal atau mual, harus ditanyakan, begitupula alergi terhadap makanan,
serangga, atau faktor lingkungan lainnya. Untuk pasien dewasa tanyakan pula
mengenai kebiasaan merokok, termasuk jumlah dan jenis rokok yang dikonsumsi.
Jika ia telah atau pernah berhenti, tanyakan sejak kapan ia berhenti dan seberapa
lama.
7) Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit pada masa kecil seperti cacar, rubella, mumps, polio, dan lainnya perlu
ditanyakan dalam anamnesis. Termasuk penyakit kronis yang dialami sejak masa
kecil. Selain itu, informasi mengenai riwayat penyakit pada masa dewasa perlu
ditanyakan mengenai adanya penyakit jantung, TBC, diabetes, asma, hepatitis,
dan alergi.
Tujuan dari wawancara yaitu untuk memperoleh data tentang masalah
kesehatan dan masalah keperawatan klien, serta untuk menjalin hubungan antara
perawat dengan klien. Selain itu wawancara juga bertujuan untuk membantu klien
memperoleh informasi dan berpartisipasi dalam identifikasi masalah dan tujuan
keperawatan, serta membantu perawat untuk menentukan investigasi lebih lanjut
selama tahap pengkajian.
Semua interaksi perawat dengan klien yaitu berdasar komunikasi.
Komunikasi keperawatan yaitu suatu proses yang kompleks dan memerlukan
kemampuan skill komunikasi dan interaksi. Komunikasi keperawatan biasanya
dipakai untuk memperoleh riwayat keperawatan. Istilah komunikasi terapeutik
yaitu suatu teknik yang berusaha untuk mengajak klien dan keluarga untuk
37
bertujuan pikiran dan perasaan. Teknik ini mencakup keterampilan secara
verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.
Teknik verbal meliputi pertanyaan terbuka atau tertutup, menggali jawaban dan
memvalidasi respon klien. Teknik non verbal meliputi : mendengarkan secara aktif,
diam, sentuhan dan kontak mata. Mendengarkan secara aktif merupakan suatu
hal yang penting dalam pengumpulan data, tetapi juga merupakan sesuatu hal
yang sulit dipelajari.
Tahapan wawancara / komunikasi :
1) Persiapan.
Sebelum melakukan komunikasi dengan klien, perawat harus melakukan
persiapan dengan membaca status klien. Perawat diharapkan tidak memiliki
prasangka buruk kepada klien, karena akan mengganggu dalam membina
hubungan saling percaya dengan klien. Jika klien belum bersedia untuk
berkomunikasi, perawat tidak boleh memaksa atau memberi kesempatan kepada
klien kapan mereka sanggup. Pengaturan posisi duduk dan teknik yang akan
dipakai dalam wawancara harus disusun sedemikian rupa guna memperlancar
wawancara.
2) Pembukaan atau perkenalan
Langkah pertama perawat dalam mengawali wawancara yaitu dengan
memperkenalkan diri : nama, status, tujuan wawancara, waktu yang diperlukan
dan faktor-faktor yang menjadi pokok pembicaraan. Perawat perlu memberikan
informasi kepada klien mengenai data yang terkumpul dan akan disimpan dimana,
bagaimana menyimpannya dan siapa saja yang boleh mengetahuinya.
3) Isi / tahap kerja
Selama tahap kerja dalam wawancara, perawat memfokuskan arah pembicaraan
pada masalah khusus yang ingin diketahui. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Fokus wawancara yaitu klien
b. Mendengarkan dengan penuh perhatian.
c. Menanyakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien
d. memakai bahasa yang mudah dimengerti oleh klien
e. Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup tepat pada waktunya
f. Bila perlu diam, untuk memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaannya
g. Sentuhan terapeutik, bila diperlukan.
4) Terminasi
Perawat mempersiapkan untuk penutupan wawancara. Untuk itu klien harus
mengetahui kapan wawancara dan tujuan dari wawancara pada awal perkenalan,
sehingga diharapkan pada akhir wawancara perawat dan klien mampu menilai
keberhasilan dan dapat mengambil kesimpulan bersama. Jika diperlukan, perawat
perlu membuat perjanjian lagi untuk pertemuan berikutnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan wawancara dengan klien yaitu :
1. Menerima keberadaan klien sebagaimana adanya
2. Memberikan kesempatan kepada klien untuk menyampaikan keluhan/ pendapatnya
secara bebas
3. Dalam melakukan wawancara harus dapat menjamin rasa aman dan nyaman bagi klien
4. Perawat harus bersikap tenang, sopan dan penuh perhatian
5. memakai bahasa yang mudah dimengerti
6. Tidak bersifat menggurui
7. Memperhatikan pesan yang disampaikan
8. Mengurangi hambatan-hambatan
9. Posisi duduk yang sesuai (berhadapan, jarak tepat/sesuai, cara duduk)
10. Menghindari adanya interupsi
11. Mendengarkan penuh dengan perasaan
12. Memberikan kesempatan istirahat kepada klien
b. Pengamatan / Observasi
Observasi yaitu mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data
tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien. Observasi dilakukan dengan
memakai penglihatan dan alat indra lainnya, melalui rabaan, sentuhan dan pendengaran.
Tujuan dari observasi yaitu mengumpulkan data tentang masalah yang dihadapi klien
melalui kepekaan alat panca indra.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi yaitu :
1) Tidak selalu pemeriksaan yang akan kita lakukan dijelaskan secara terinci kepada klien
(meskipun komunikasi terapeutik tetap harus dilakukan), karena terkadang hal ini dapat
meningkatkan kecemasan klien atau mengaburkan data (data yang diperoleh menjadi
tidak murni). Misalnya : “Pak, saya akan memeriksa gigi bapak dalam beberapa menit”
kemungkinan besar data yang diperoleh menjadi tidak valid, karena kemungkinan klien
akan berusaha untuk mengatur nafasnya.
2) Menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual klien
3) Hasilnya dicatat dalam catatan keperawatan, sehingga dapat dibaca dan dimengerti oleh
perawat yang lain.
2. Analisis Data
Analisis data merupakan kemampuan kognitif dalam pengembangan daya berfikir dan
penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan, pengalaman, dan
pengertian keperawatan. Dalam melakukan analisis data, diperlukan kemampuan
mengkaitkan data dan menghubungkan data ini dengan konsep, teori dan prinsip yang
relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan
klien.
Fungsi analisis data :
a. Dapat menginterpretasi data keperawatan dan kesehatan, sehingga data yang diperoleh
memiliki makna dan arti dalam menentukan masalah dan kebutuhan klien
b. Sebagai proses pengambilan keputusan dalam menentukan alternatif pemecahan
masalah yang dituangkan dalam rencana asuhan keperawatan, sebelum melakukan
tindakan keperawatan.
Pedoman analisis data :
a. Menyusun kategorisasi data secara sistematis dan logis
b. Identifikasi kesenjangan data
c. Menentukan pola alternatif pemecahan masalah
d. Menerapkan teori, model, kerangka kerja, norma dan standart, dibandingkan dengan
data senjang
e. Identifikasi kemampuan dan keadaan yang menunjang asuhan keperawatan klien
f. Membuat hubungan sebab akibat antara data dengan masalah yang timbul.
3. Prioritas Masalah pasien
bila masalah telah diidentifikasi, maka disusun daftar masalah yang ditemukan,
kemudian diprioritaskan berdasar keluhan utama. Hal ini dilakukan karena tidak mungkin
semua masalah diatasi bersama-sama sekaligus. Jadi diputuskan masalah mana yang yang
dapat diatasi terlebih dahulu. Dalam memprioritaskan kebutuhan klien, hirarki Maslow
menjadi rujukan perawat dalam menentukan pemenuhan kebutuhan klien. Kebutuhan
fisiologi menjadi kebutuhan utama manusia, kemudian diikuti oleh kebutuhan-kebutuhan
psikososial seperti : aman-nyaman, pengetahuan, cinta-memiliki, harga diri dan aktualisasi
diri.
CONTOH PENGKAJIAN
I. Identitas Pasien
Nama Lengkap :
Tempat tgl Lahir :
Pekerjaan :
Alamat :
No. Telpon :
Jenis Kelamin :
Agama :
Bangsa :
Golongan Darah :
Cara menanyakan identitas pasien
1. Mohon maaf Bapak/Ibu/Adik/Kakak….saya akan menanyakan tentang data
identitas pribadi yang perlu diisi terkait dengan status kesehatan Bapak/Ibu /
Adik/Kakak….
2. Siapa nama lengkap ?
3. Berapa umurnya/ tempat tgl lahir ?
4. Apa pekerjaannya?
5. Dimana alamat lengkapnya ?
6. Berapa nomor telponnya yang bisa dihubungi?
7. Apa agamanya ?
8. Apa kebangsaannya ? WNA / WNI
9. Apa golongan darahnya ?
II. Keluhan Pasien :
1. Keluhan utama :
Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien /klien
2. Keluhan Tambahan :
Keluhan yang dirasakan oleh pasien selain keluhan utama
Cara menanyakan keluhan pasien
1. Apa tujuan Bapak/Ibu datang ke Klinik Gigi
2. Bagian mana yang sakit?
3. Sakitnya bagaimana? (cekot-cekot, terus-menerus , timbul hilang atau ngilu/ sakit
bila dipakai makan/minum?)
4. bila dipakai makan atau minum yang panas/ dingin terasa ngilu atau sakit?
5. Mulai kapan ada keluhan sakit ?
6. Apakah sekarang masih sakit ?
III. Riwayat Kesehatan Umum:
1. Bagaimana keadaan kesehatan bapak/ibu secara keseluruhan saat ini?
2. Selama 5 tahun terakhir apakah bapak/ibu pernah menderita penyakit serius,
operasi atau sampai opname? jika ya, sakit apa?
3. Apakah bapak/Ibu pernah mengalami luka, bagaimana pembekuan darahnya, sulit
membeku?
4. Apakah bapak/ Ibu ada alergi ? (makanan, obat-obatan, obat suntik, cuaca dingin
dan lainnya)
5. Apakah Bapak/Ibu saat ini sedang mengkonsumsi obat? Jika ya, obat apa?
Pertimbangan untuk Pemeriksaan Tanda Vital dalam Praktek Terapis Gigi dan Mulut:
1. Penderita memiliki risiko hipertensi seumur hidup.
2. Hypertensi sering asimtomatik; disebut 'silent killer'
3. Tekanan darah harus selalu diberikan pada klien yang riwayat medisnya
menunjukkan adanya kebutuhan atau riwayat
4. Terapis Gigi dan Mulut perlu memastikan bahwa mereka tidak menempatkan klien
mereka pada risiko sebelum memulai perawatan gigi.
5. Jika riwayat klien jelas, Terapis Gigi dan Mulut didorong untuk melakukan
penilaian awal; prudent dan proaktif untuk memantau secara berkala.
IV. Riwayat Kesehatan Gigi :
1. Apakah Bapak/Ibu, pernah mendapat perawatan gigi?
2. Bagaimana perawatan gigi dan mulut yang diberikan kepada Bapak/Ibu,
memuaskan atau menjadi takut untuk diperiksa ulang?
3. Bagaimanakah cara Bapak/Ibu, memelihara kesehatan gigi?
4. Berapa kali Bapak/Ibu, menyikat gigi dalam sehari ? Kapan Saja waktunya?
5. Bagaimanakah cara Bapak/Ibu menyikat gigi?
6. Apakah Bapak/Ibu sudah mengurangi makan makanan manis dan melekat?
7. Apakah Bapak/Ibu suka/sering makan buah-buahan yang berserat dan berair?
8. Apakah Bapak/ibu, memiliki kebiasaan minum teh/kopi?, alkohol? Minuman
bersoda? Merokok?, mengunyah satu sisi? Mengunyah sirih/tembakau?
Menggigit benda keras? Bruxism ?
Formulasi jawaban pasien atas pertanyaan dalam anamnese pada keluhan utama Pasien
Contoh 1
Pasien datang memeriksakan giginya dengan keluhan gigi pada rahang atas sebelah
kanan terasa sakit bila kena makanan/minuman dingin/panas, sakitnya cekot-cekot,
sakitnya terus menerus, terasa sakit sejak kemarin dan sekarang masih sakit.
Keluhan ini menggambarkan :
a. Terjadinya keradangan pada pulpa (pulpitis)
b. Keradangan ini menandakan keradangan akut
c. Kedalaman karies sudah mencapai pulpa ( KMP)
Contoh 2
Pasien datang memeriksakan giginya dengan keluhan gigi pada rahang bawah sebelah
kanan terasa ngilu bila kena makanan/minuman dingin/panas, rasa ngilu hilang bila
rangsangan dihilangkan.
Keluhan ini menggambarkan
a. Kedalaman karies sudah mengenai Dentin (2/3 email atau sampai batas dentino
enamel junction)/ KMD.
b. Dalam diagnosa kedokteran Gigi disebut HP (Hyperaemia pulpa)
Contoh 3
Pasien datang memeriksakan giginya dengan keluhan gigi pada rahang bawah sebelah
kiri berlubang tidak ada keluhan ngilu/ sakit
Keluhan ini menggambarkan
a. Kedalaman karies baru mengenai email (1/3 email) (KME)
b. Dalam diagnosa kedokteran Gigi disebut IP (Irritation pulpa)
V. Pemeriksaan Extra Oral
a. Muka : Simetris atau tidak Simetris (Asymetris)
Melihat ada pembengkakan atau tidak dengan membandingkan sisi muka sebelah
kiri dan kanan. Pemeriksaan suhu pada daerah pembengkakan dengan
memakai punggung tangan, dengan pemeriksaan palpasi/meraba juga dilihat
warna pembengkakan.
b. Kelenjar Limfe
Memeriksa kelenjar limfe kiri dan kanan dilakukan dengan palpasi/meraba.
Dudukkan pasien posisi tegak, pandangan mata kedepan, kemudian raba kelenjar
submandibular, posisi operator dibelakang pasien.
1) Bila keadaan normal akan teraba lunak dan tidak sakit, kadang-kadang tidak
teraba
2) Bila ada keradangan akut, maka kelenjar submandibular akan teraba
lunak dan sakit
3) Bila terasa keras dan tidak sakit berarti ada keradangan kronis
4) Bila terasa keras dan sakit berarti ada keradangan akut exacerbasi
VI. Pemeriksaan Intra Oral
Pemeriksaan semua keadaan yang ada di dalam mulut secara menyeluruh. Caranya yaitu
melihat dengan kaca mulut apakah ada kelainan pada selaput lendir mulut, bagian
dalam pipi dan bibi