Rabu, 28 Februari 2024

gigi 1

 





Perkembangan kehidupan warga  dunia dewasa ini menunjukkan bahwa pada 

umumnya warga  di sebagian besar bagian dunia telah menjadi warga  yang 

lebih cerdas, peduli teknologi, kritis serta tidak mudah terpuaskan, yang pada 

gilirannya telah mendorong setiap sektor dalam usaha  pelayanan kesehatan untuk dapat 

memenuhi kebutuhan warga . Pelayanan kesehatan kepada warga  telah menuntut 

para pelaku pelayanan kesehatan untuk dapat memberikan kualitas pelayanan terbaik yang 

bertumpu pada prinsip-prinsip profesionalisme yakni pelayanan dengan memakai  

keterampilan tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan yang mendalam, akuntabilitas profesi 

serta menjunjung tinggi nilai-nilai etika berdasar  prinsip-prinsip hak asasi manusia. 

Dilatarbelakangi oleh situasi demikian, dunia kesehatan gigi sebagai bagian yang tidak 

terpisahkan dari dunia kesehatan secara keseluruhan telah pula mengalami 

perkembangannya tersendiri. Sebagai contoh, perubahan ini  ditunjukkan oleh 

perkembangan pelayanan kedokteran gigi yang dewasa ini tidak hanya ditujukan untuk 

pelayanan pengobatan penyakit gigi dan mulut semata tetapi juga telah berkembang menjadi 

pelayanan untuk kepentingan estetika atau penampilan seseorang yang dapat mendorong 

peningkatan kualitas kehidupannya. Di samping itu, kesadaran warga  akan pentingnya 

usaha  pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kualitas kesehatan (promotif) dalam 

dunia kesehatan gigi juga telah berkembang secara luas.  

Konsep promotif dan preventif ini  kemudian telah mendorong pengembangan 

dasar-dasar konsep profesi kesehatan gigi selain dokter gigi yakni dental hygienist (dental 

nurse/hygienist). Profesi ini tumbuh, berkembang dan dikenal secara luas terutama di negara-

negara maju seperti Amerika, Kanada, Inggris dan Australia. Pelayanan kesehatan pada 

warga  telah menuntut para pelaku pelayanan kesehatan untuk dapat memberikan 

kualitas pelayanan terbaik. Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu 

usaha  yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan dalam bidang promotif, preventif dan 

kuratif sederhana yang diberikan kepada pasien , kelompok dan warga  dengan 

memakai  konsep Dental Hygiene ,

Sejarah Dental Hygiene bermula pada tahun 1913 ketika Dr. Albert C. Fones, seorang 

dokter gigi Amerika, mempelopori berdirinya lembaga pendidikan untuk para wanita yang 

disiapkan untuk menjadi tenaga penyuluh kesehatan gigi dan pelaksana perawatan 

pencegahan penyakit gigi khusus untuk anak-anak di daerah Bridgeport, Connecticut, Amerika 

Serikat. Hal ini  sejalan dengan tumbuhnya ilmu kedokteran gigi pencegahan di negara-

negara maju termasuk Amerika, tetapi tidak banyak dokter gigi Amerika pada waktu itu yang 

tertarik untuk menekuni bidang ini . Dr. Fones kemudian menamakan sekolah yang 

dibangunnya ini  sebagai sekolah bagi para dental hygienist, hal ini sejalan dengan 

konsep teori dental hygiene yang dia kembangkan dan diajarkan di sekolah ini . Dr. Fones 

kemudian dianggap sebagai bapak dari Dental Hygiene (Darby dan Walsh, 2003) 

Teori dental hygiene ini  menekankan pentingnya peranan usaha  pendidikan dan 

penyuluhan kesehatan gigi guna meningkatkan status kesehatan gigi warga  secara 

optimal. Sedang  para pelaku konsep dental hygiene ini  dinamakan dental hygienist 

dan bukan dental nurse, hal ini dikarenakan Dr. Fones berpendapat bahwa dental hygienist ini 

lebih terfokus kepada pekerjaan pendidikan dan usaha  pencegahan penyakit gigi dan mulut 

dan tidak hanya berorientasi kepada sakit dan penyakit (Darby dan Walsh, 2003). Seiring 

dengan berjalannya waktu, konsep dental hygiene dan profesi dental hygienist ini kemudian 

menyebar dan diterapkan di banyak negara-negara lain di luar Amerika, yang pada umumnya 

negara-negara industri seperti Inggris, Kanada, Australia, Belanda dan juga Jepang. Kemudian 

pada tahun 1986 para dental hygienist ini  membentuk organisasi Internasional yang 

dinamakan International Federation of Dental hygienist (IFDH) yang dideklarasikan 

pembentukannya di Oslo, Norwegia pada tanggal 28 Juni 1986. Pembentukan IFDH ini  

merupakan pergantian wujud dari gerakan Internasional dental hygiene yang terangkum 

dalam wadah The International Liaison Committee on Dental hygiene yang terbentuk pada 

tahun 1973. Sampai saat ini anggota IFDH terdiri dari para dental hygienist yang berasal dari 

25 negara di dunia yaitu Amerika Serikat, Australia, Austria, Afrika Selatan, Belanda, Kanada, 

Denmark, Jerman, Finlandia, Irlandia, Israel, Inggris, Italia, Republik Slovakia, Swedia, Spanyol, 

Swiss, Portugis, Norwegia, Nigeria, Selandia Baru, Lituania, Latvia dan termasuk dua negara 

asia yaitu Jepang dan Korea 

Organisasi IFDH ini  bertujuan untuk mewakili dan memajukan profesi dental 

hygienist dalam ruang lingkup internasional dengan jalan memfasilitasi forum-forum 

pengembangan ilmiah dental hygiene yang diharapkan menjadi dasar pengembangan 

organisasi profesi dental hygienist yang pada gilirannya diharapkan dapat mendorong 

peningkatan status kesehatan gigi warga  secara luas (IFDH 2007). IFDH juga menetapkan 

standar keilmuan, kompetensi dan etika bagi pelaksanaan praktek dental hygiene bagi para 

anggotanya. 

Menurut Darby dan Walsh, (2003) Dental hygiene dapat dipahami sebagai ilmu 

pengetahuan dalam bidang kesehatan mulut preventif, termasuk di dalamnya yaitu  

manajemen perilaku untuk pencegahan penyakit gigi dan mulut serta peningkatan status 

kesehatan gigi dan mulut. Sedang  definisi lain disampaikan oleh Wilkins (2005) yang 

menyebutkan bahwa dental hygiene yaitu  pelayanan kesehatan gigi yang diberikan oleh 

dental hygienist profesional yang mencakup pelayanan preventif, pendidikan dan pelayanan 

terapeutik yang bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan klien melalui usaha  

pencegahan penyakit gigi dan usaha  pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotif). 

IFDH, (2007) memberikan batasan bahwa seorang dental hygienist yaitu  tenaga 

kesehatan profesional yang merupakan lulusan dari lembaga pendidikan dental hygienist yang 

terakreditasi yang bertugas melaksanakan pelayanan klinis, pendidikan, perencanaan dan 

evaluasi pelaksanaan konsultasi kesehatan gigi, menyediakan layanan pencegahan penyakit 

gigi dan mulut, memberikan perawatan penyakit gigi dan mulut, serta membantu warga  

dalam usaha  pemeliharaan diri guna mencapai derajat kesehatan yang optimal. Dental 

hygienist yaitu  tenaga kesehatan profesional yang fokus utama pengabdiannya yaitu  usaha  

promotif kesehatan secara keseluruhan melalui pencegahan penyakit. Dental hygienist juga 

merupakan tenaga kesehatan gigi dan mulut profesional yang memiliki  lisensi untuk 

melakukan peran yang terintegrasi sebagai petugas klinik, pendidik, pendamping bagi para 

pasien/ klien, manajer, agen perubahan, dan peneliti dalam rangka mencegah penyakit gigi 

dan mulut serta meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut warga  (Darby dan 

Walsh, 2003). 

Paradigma pelayanan klinis dental hygiene didasarkan pada filosofi dan karakteristik 

profesional yang menggabungkan aspek-aspek pengembangan ilmu pengetahuan (konsep 

dental hygene) berdasar  riset yang mendalam, adanya otonomi dan batasan profesi yang 

jelas serta orientasi pelayanan kepada klien dan warga  secara maksimal. Jadi, tindakan 

dental hygiene ditujukan secara sungguh-sungguh untuk membantu klien untuk mencapai 

derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan 

secara umum dan kualitas kehidupan seseorang dan lebih jauhnya yaitu  kualitas kehidupan 

warga . 

Konseptualisasi dari tujuan praktek dental hygiene telah mengalami fase-fase evolusi 

dimulai dari fase awal konsep dental hygiene yang dikemukakan oleh Dr. Fones pada tahun 

1930an. Dr. Fones menyebutkan bahwa tujuan praktek pelayanan dental hygiene yaitu  

sebagai jalur penyampaian ilmu kedokteran gigi dalam bidang kebersihan mulut kepada 

warga . Sejalan dengan perkembangan zaman, konsep dental hygiene juga mengalami 

perubahan yang cukup signifikan, sampai kemudian Darby and Walsh, (2003) menjabarkan 

bahwa tujuan praktek dental hygiene yaitu  untuk membantu pasien -pasien  dalam rangka 

memenuhi kebutuhannya melalui intervensi-intervensi yang ditujukan untuk memenuhi 

kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan 

mulut, sehingga pada gilirannya dapat mendorong peningkatan status kesehatan gigi dan 

mulut sepanjang kehidupan pasien -pasien  ini . 

Untuk memahami bagaimana implementasi klinis pelayanan kesehatan gigi 

memakai  konsep dental hygiene, terlebih dahulu harus dipahami pengertian-pengertian 

dari konsep klien, lingkungan, konsep kesehatan gigi dan mulut serta pelaksanaan tindakan 

dental hygiene. 

Klien dalam konsep dental hygiene yaitu  penerima pelayanan kesehatan gigi (dental 

hygiene) yang terdiri dari pasien -pasien , keluarga-keluarga, dan kelompok warga  dari 

berbagai usia, jenis kelamin, serta status sosial ekonomi, agama, ras serta budaya. 

Lingkungan diartikan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian status 

kesehatan gigi dan mulut klien yang terdiri dari lingkungan ekonomi, psikologis, budaya, fisik, 

lingkungan hukum (legal/peraturan/moral), pendidikan, etik dan geografis. 

Kesehatan gigi dan mulut yaitu  kondisi mulut klien yang ada  dalam satu rentang 

(kontinum) yang dimulai dari kondisi kesehatan yang optimal sampai kepada kondisi sakit. 

Kondisi ini  bersifat fluktuatif sepanjang waktu yang dipengaruhi oleh kondisi biologis, 

psikologis, spiritual, serta faktor-faktor perkembangan. Kesehatan mulut dan kesehatan 

umum merupakan kondisi yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. 

Tindakan dental hygiene yaitu  intervensi-intervensi yang dilakukan oleh dental 

hygienist yang ditujukan untuk peningkatan derajat kesehatan gigi dan mulut klien serta untuk 

mencegah dan mengontrol terjadinya penyakit gigi dan mulut. Tindakan ini  melibatkan 

unsur-unsur kognitif, afektif serta psikomotor. Tindakan dental hygiene dapat merupakan 

tindakan mandiri serta kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain.  

sesudah  mengetahui pengertian-pengertian dasar dalam tindakan dental hygiene 

ini  di atas, kemudian kita dapat memahami model pelayanan dental hygiene. Pada era 

yang lampau, konsep tindakan dental hygiene lebih merupakan tindakan okupasi yang 

berdasar  ciri keahlian pekerjaan teknis, akan tetapi kemudian konsep ini  

berkembang sejalan dengan tumbuhnya profesi dental hygiene menjadi pekerjaan yang 

bersifat profesional, sehingga seorang dental hygienist dapat disebut sebagai seorang 

profesional dengan perannya sebagai pelaksana pelayanan klinis kesehatan gigi pencegahan, 

pendidik/penyuluh, manajer, agen perubahan, pemberi bantuan (advokasi)/ pendamping 

klien serta peneliti berdasar  ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya dari 

pendidikan dental hygiene.  

Konsep tindakan dental hygiene itu sendiri merupakan suatu lingkaran proses yang 

terdiri dari pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut dengan memakai  pendekatan teori 

kebutuhan dasar manusia, penegakkan diagnosa dental hygiene memakai  terminologi 

konsep kebutuhan manusia, pembuatan perencanaan tindakan, implementasi tindakan serta 

evaluasi. Seluruh rangkaian proses ini  ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien yang 

berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulutnya. 

Konsep pelayanan dental hygiene diarahkan kepada usaha  peningkatan derajat 

kesehatan gigi dan mulut klien sepanjang masa kehidupannya. Oleh karenanya seorang dental 

hygienist mutlak harus memahami seluruh aspek dari kepribadian seseorang dan atau 

warga . Dalam pelaksanaan tugasnya seorang dental hygienist dituntut untuk 

mengaplikasikan pengetahuan khusus yang berkaitan dengan emosi-emosi klien, nilai-nilai 

yang dianut oleh klien ini , kondisi keluarga, budaya, lingkungan serta pengetahuan 

tentang sistem tubuh secara keseluruhan dan terintegrasi. 

Dari gambar ini  dijabarkan bahwa pelayanan dental hygiene terdiri dari proses 

pengkajian, penegakkan diagnosa, implementasi dan evaluasi yang terfokus kepada 

penemuan masalah dalam pada klien. Masalah ini  yaitu  tidak terpenuhinya delapan 

kebutuhan manusia yang terkait dengan kesehatan gigi dan mulut klien. Dalam pelaksanaan 

proses ini  seorang dental hygienist harus memperhatikan konsep-konsep tentang klien, 

konsep sehat sakit, konsep tindakan dental hygiene serta lingkungan.  

Konsep Dental Hygiene memposisikan para klien sebagai pribadi-pribadi aktif yang 

terlibat dalam proses klinik dental hygiene, karena pada akhirnya klien ini  harus 

melakukan tindakan pelihara diri dan memanfaatkan pelayanan kesehatan profesional untuk 

mencapai kondisi kesehatan gigi dan mulut yang optimal. Dental hygiene memfokuskan diri 

pada penyesuaian pasien  terhadap lingkungan dalam rangka meningkatkan kesehatan gigi 

dan mulut serta mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut. 

Kompetensi utama dental hygienist yaitu  mampu melaksanakan usaha  peningkatan 

kesehatan gigi dan mulut, melalui program-program promotif dan preventif. Sedang  

kompetensi penunjangnya yaitu  seorang dental hygienist diharapkan mampu menyuluh 

dalam usaha  peningkatan derajat kesehatan gigi dan mulut, melakukan pelatihan kader 

kesehatan gigi, membuat dan memakai  media komunikasi, menginstruksikan teknik 

menyikat gigi yang baik, melakukan scalling, melakukan topikal aplikasi dan melakukan fissure 

sealant. 

Dental hygienist dipandang ahli dalam bidangnya, 

konsultan intervensi kebersihan gigi yang sesuai, ahli dalam membuat keputusan kesehatan 

gigi secara klinis, dan ahli dalam merencanakan, menerapkan evaluasi komponen kesehatan 

gigi yang direkomendasikan dalam keseluruhan rencana perawatan. Dalam hal ini, dental 

hygienist melakukan pelayanan asuhan kepada para klien. 

perspektif dari asuhan yaitu  suatu pelayanan yang diberikan 

berpusat pada hubungan interpersonal. Asuhan dilakukan berawal dengan mendengarkan 

keluhan klien, juga mendengar dan mengolah saran-saran dari orang lain yang mengarah pada 

tanggung jawab profesional. Dengan mendengar data/informasi dari klien, anda dapat 

mengetahui masalah-masalah yang dihadapi oleh klien ini . Selain mendengarkan, 

perawat gigi dapat menggali keterangan-keterangan lain yang relevan untuk mendukung 

pelaksanaan pelayanan asuhan yang akan diberikan. 

Pelayanan asuhan keperawatan diberikan dengan tanggung jawab moral meliputi 

simpati dan empati terhadap klien. Perawat gigi hendaknya tidak menganggap klien sebagai 

penerima layanan, tetapi dapat berpartisipasi dalam proses pelayanan. Dalam memberikan 

pelayanan yang berkualitas, perawat gigi harus memiliki komitmen yang tinggi untuk 

memberikan pelayanan yang berkualitas berdasar  standar perilaku dan etika profesional. 

Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut yaitu  pelayanan kesehatan gigi dan mulut 

yang terencana, ditujukan pada kelompok tertentu yang dapat diikuti dalam kurun waktu 

tertentu diselenggarakan secara berkesinambungan dalam bidang promotif, preventif dan 

kuratif sederhana yang diberikan kepada pasien , kelompok dan warga . 

Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pada pasien  dilakukan dalam rangka 

tercapainya kemampuan pelihara diri di bidang kesehatan gigi dan mulut yang optimal, diawali 

dari diri pasien  itu sendiri. Setiap orang hendaknya peduli dengan kesehatan diri sendiri. 

sesudah  pasien  ini  peduli terhadap kesehatannya sendiri, diharapkan dapat menjadi 

contok bagi orang lain, baik dalam keluarga maupun warga  dalam kesehatan gigi dan 

mulut. 

Kemampuan dasar yang diharapkan dalam kesehatan gigi dan mulut pasien  yaitu ;  

a. Mampu memelihara kesehatan gigi dan mulut bagi diri sendiri,  

b. Mampu melaksanakan pencegahan terjadinya penyakit gigi dan mulut bagi diri sendiri, 

c. Mampu mengidentifikasi kelainan-kelainan dalam bidang kesehatan gigi dan mulut, 

serta mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasinya, dan 

d. Mampu memakai  sarana pelayanan kesehatan gigi yang tersedia. 

Sesuai dengan konsep dasar dari pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut, dalam 

memberikan pelayanan asuhan, perawat gigi perlu memperhatikan 5 (lima) kebutuhan dasar 

manusia yang diambil dari teori Maslow, (1943) yaitu: 

1. Kebutuhan fisiologis; meliputi nutrisi dari makanan, cairan, oksigen, istirahat, tidur, 

latihan, kebersihan dan lain lain. 

2. Kebutuhan rasa aman (perlindungan), bebas dari ketakutan, aman dari tindakan yang 

tidak sesuai dengan profesionalisme. 

3. Kebutuhan rasa cinta, mendapat simpati dan empati dari pelayan kesehatan. 

4. Kebutuhan aktualisasi diri (ingin dipuji) bekerja sesuai dengan bakat dan potensi serta 

dilakukan dengan senang hati dan diakui orang lain. 

5. Kebutuhan akan harga diri meliputi dihargai dalam pekerjaan, profesi, kecakapan dalam 

lingkungan keluarga, kelompok dan warga . mengidentifikasi delapan kebutuhan dasar 

manusia yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut seseorang dalam pelayanan dental 

hygiene. Kebutuhan-kebutuhan ini  berhubungan dengan dimensi-dimensi fisik, 

emosional, intelektual, sosial, dan budaya klien yang melekat pada proses pelayanan dental 

hygiene. 

Kebutuhan-kebutuhan ini  yaitu  sebagai berikut : 

1. Perlindungan terhadap risiko-risiko kesehatan 

 Artinya yaitu  kebutuhan untuk menghindari risiko-risiko/ kontraindikasi medis yang 

berhubungan dengan perawatan dental hygiene. Sebagai contoh, klien membutuhkan 

tindakan pengobatan karies untuk mencegah terjadinya penyakit sistemik seperti 

penyakit jantung. 

2. Bebas dari stress 

 Artinya, klien membutuhkan kondisi yang bebas dari tekanan, ketakutan, 

ketidaknyamanan emosi pada lingkungan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, 

selanjutnya klien juga membutuhkan pujian, penghargaan dan perhatian. Contohnya, 

klien membutuhkan perawatan yang tidak menyakitkan, klien juga butuh diberi 

penghargaan ketika berhasil merubah perilaku pelihara dirinya menjadi lebih baik. 

 

3. Kondisi/ kesan wajah yang sehat 

 Klien membutuhkan kepuasan yang berhubungan dengan kondisi penampakan wajah 

dan kondisi nafasnya. Artinya, klien memiliki  kebutuhan untuk memiliki  struktur 

gigi geligi, penampakan rahang dan wajah yang baik serta nafas yang tidak berbau yang 

tidak enak. 

4. Integritas jaringan kulit dan jaringan mulut pada leher dan kepala  

 Kebutuhan untuk memiliki keutuhan dan fungsi yang baik dari jaringan leher dan kepala 

termasuk mukosa mulut, membran-membran dan gingiva yang dipertahankan atas 

serangan mikroba berbahaya, penyediaan informasi sensoris dan perlawanan terhadap 

luka dan trauma. Hal ini senada dengan kebutuhan klien akan asupan gizi yang baik. 

 

5. Kondisi biologis gigi yang baik  

 Kebutuhan untuk memiliki gigi-geligi/ tambalan yang bertahan terhadap serangan 

mikroba berbahaya dan memiliki  fungsi yang baik serta fungsi kecantikan. Hal ini juga 

berkaitan dengan kebutuhan klien akan pola makan yang baik dan sehat. 

6.  Konseptualisasi dan pemecahan masalah  

 yaitu  kebutuhan klien akan ilmu pengetahuan mengenai bagaimana caranya 

meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulutnya 

7.   Bebas dari rasa sakit pada leher dan kepala 

  Kebutuhan untuk terhindar atau bebas dari ketidaknyamanan fisik yang diderita seputar 

leher dan kepala. 

8.  Tanggung jawab akan kesehatan gigi dan mulut 

 Klien membutuhkan tanggung jawab akan dirinya sendiri berkaitan dengan 

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulutnya sendiri sebagai hasil dari interaksi antara 

motivasi, kemampuan fisik dan kondisi lingkungan sosialnya. 

Pelayanan asuhan keperawatan diberikan dengan tanggung jawab moral meliputi 

simpati dan empati terhadap klien. Perawat gigi hendaknya tidak menganggap klien sebagai 

penerima layanan, tetapi dapat berpartisipasi dalam proses pelayanan. Dalam memberikan 

pelayanan yang berkualitas, perawat gigi harus memiliki komitemen yang tinggi untuk 

memberikan pelayanan yang berkualitas berdasar  standar perilaku dan etika profesional. 

Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut yaitu  pelayanan kesehatan gigi dan mulut 

yang terencana, ditujukan pada kelompok tertentu yang dapat diikuti dalam kurun waktu 

tertentu diselenggarakan secara berkesinambungan dalam bidang promotif, preventif dan 

kuratif sederhana yang diberikan kepada pasien , kelompok dan warga . 

Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pada pasien  dilakukan dalam rangka 

tercapainya kemampuan pelihara diri di bidang kesehatan gigi dan mulut yang optimal, diawali 

dari diri pasien  itu sendiri. Setiap orang hendaknya peduli dengan kesehatan diri sendiri. 

sesudah  pasien  ini  peduli terhadap kesehatannya sendiri, diharapkan dapat menjadi 

contok bagi orang lain, baik dalam keluarga maupun warga  dalam kesehatan gigi dan 

mulut. 

 

Proses Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi 

dan Mulut 


 mengadopsi konsep dental hygiene, asuhan keperawatan gigi dapat diartikan 

sebagai suatu proses memakai  pendekatan sistematik dalam pelayanan 

perawatan gigi. Di dalam pelaksanaannya ada  beberapa aspek atau perilaku 

kunci yaitu sebagai berikut: 

A. Pengkajian 

B. Diagnosa  Keperawatan Gigi 

C. Perencanaan 

D. Implementasi 

E. Evaluasi 

 

Aspek-aspek ini  merupakan kesatuan yang menyeluruh dalam proses 

keperawatan gigi yang merupakan kerangka kerja untuk penyelengaraan pelayanan asuhan 

keperawatan gigi yang berkualitas yang ditujukan kepada semua klien dan warga . Proses 

keperawatan Gigi yang ditujukan untuk pemberian pelayanan klinis keperawatan gigi 

menunjukkan bahwa seorang perawat gigi bertangung jawab untuk mengidentifikasi dan 

memecahkan masalah dalam ruang lingkup praktek pelayanan asuhan keperawatan gigi. 

Proses ini  kurang lebih sama dengan proses ilmiah pemecahan masalah, pengambilan 

keputusan dan metoda ilmiahnya:  

 

Proses demikian merupakan suatu acuan atau pedoman bagi pelaksanaan asuhan 

keperawatan gigi secara pasien al. Dalam setiap prosesnya perawat gigi dan klien bekerja 

sama sebagai partner. Ketika status atau perkembangan kesehatan klien menunjukkan 

ketidakmampuan klien untuk bekerjasama maka proses ini  membutuhkan pertolongan 

dari orang tua, orang terdekat atau siapa saja yang dapat memberikan bantuan kepada klien 

ini . Proses keperawatan gigi dengan penekanan pada partisipasi klien membuat seorang 

perawat gigi harus memahami nilai-nilai yang dianut oleh klien dan juga harus menerapkan 

strategi terapeutik dan intervensinya. 

Teori kebutuhan manusia yang diterapkan pada proses keperawatan gigi menjadi 

landasan untuk seorang perawat gigi untuk membuat keputusan klinis dihubungkan dengan 

kebutuhan untuk intervensi keperawatan gigi yang ketika diimplementasikan dapat 

memuaskan atau mengatasi tidak terpenuhinya kebutuhan ini  dan meningkatkan 

kualitas hidup pasien , keluarga, warga  dan kelompok-kelompok lainnya. Teori 

Kebutuhan manusia mendukung terhadap teori keperawatan gigi dan filosofinya. Teori 

kebutuhan manusia merupakan kerangka kerja teoritis dalam angka pelaksanaan pelayanan 

asuhan keperawatan gigi dan untuk melaksanakan pengambilan keputusan klinis, pemecahan 

masalah dan penilaian pengambilan keputusan. 

Dalam penerapan teori kebutuhan manusia, perawat gigi professional memakai  

dasar pengetahuan ilmiah untuk menilai tidak terpenuhinya kebutuhan manusia dari klien 

yang berhubungan dengan pelayanan asuhan keperawatan gigi, memformulasikan 

(membuat) diagnosa keperawatan gigi, merencanakan dan melaksanakan (implementasi) 

pelayanan asuhan keperawatan gigi serta mengevaluasi hasil dari pelayanan. Tujuan utama 

dari pemakaian  kerangka kerja kebutuhan manusia dalam proses keperawatan gigi yaitu  

untuk mengarahkan perawat gigi dalam menangani perawatan klien secara ilmiah, manusiawi, 

menyeluruh dan memastikan bahwa pelayanan asuhan dilaksanakan terpusat kepada klien 

bukan hanya melaksanakan tugas/pekerjaan semata. 

Berikut akan dibahas mengenai tahapan dalam proses asuhan keperawatan gigi 

menurut konsep dental hygiene dengan teori kebutuhan dasar manusianya: 

 

A. TAHAP PENGKAJIAN 

 

Menurut para ahli dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1999), kata “kajian” 

berasal dari kata “kaji” yang berarti pelajaran atau penyelidikan (tentang sesuatu). Bermula 

dari pengertian kata dasar, kata “kajian” dapat diartikan sebagai “Proses, cara, perbuatan 

mengkaji; penyelidikan (pelajaran yang mendalam); penelaahan. 

Pengkajian yaitu  pemikiran dasar dari proses keperawatan yang merupakan kegiatan 

yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat 

mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, 

baik fisik mental, sosial dan lingkungan ,Pengkajian merupakan langkah 

pertama dari proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien 

sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada. 

Dalam asuhan keperawatan gigi, tahap pengkajian merupakan fondasi dari proses 

keperawatan gigi.  pengkajian yaitu  seni mengumpulkan dan 

menganalisis data-data subjektif maupun objektif dari pasien dengan mengarahkan penilaian 

kepada kebutuhan manusia dari pasien dan hal-hal yang dapat menghalangi pemenuhan 

kebutuhan ini  yang berhubungan dengan pelayanan asuhan keperawatan gigi. 

Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam tiga tahapan kegiatan yang 

meliputi pengumpulan data, analisis data dan penentuan masalah. 

 

Pengkajian dilakukan dengan: 

1. Pengumpulan Data 

Pengumpulan data yaitu  pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara 

sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan 

dan kesehatan klien. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses 

keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-

masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar ini  dipakai  untuk menentuan 

Diagnosa  keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan 

untuk mengatasi masalah-masalah klien. 

Pengumpulan data dimulai sejak klien masuk ke rumah sakit (initial assessment), selama 

klien dirawat secara terus-menerus (ongoing assessment), serta pengkajian ulang untuk 

menambah/ melengkapi data (re-assessment). Pengkajian klien meliputi pemeriksaan 

kesehatan secara menyeluruh, data pribadi, riwayat sosioetnokultural, pemeriksan extra dan 

intra oral, analisis serta pengambilan keputusan berdasar  hal-hal yang ditemukan selama 

pemeriksaan. 

Data yang dikumpulkan terdiri dari data subjektif dan data objektif. Data subjektif 

yaitu  data yang diperoleh dari keluhan-keluhan yang disampaikan oleh pasien, seperti 

rasa sakit/nyeri yang dirasakan pasien, sakit kepala dan hal-hal lain yang membuat pasien 

harus datang ke klinik untuk berobat. Saat mengumpulkan data subjektif, khususnya pada 

keluhan utama, anda dapat memakai  prinsip 5 W + 1 H yaitu Who (Siapa nama pasien), 

Why (kenapa dia datang ke klinik), When (kapan merasa sakit), Where (dimana gigi yang 

sakit) dan How (bagaimana rasa sakitnya). 

Selanjutnya, dalam pengumpulan data subjektif dilakukan juga wawancara tentang 

keadaan kesehatan umum pasien meliputi golongan darah, penyakit degenerasi atau penyakit 

lain termasuk alergi obat dan makanan, berhubungan dengan rencana perawatan yang akan 

dilakukan. Sebaiknya dalam pengumpulan data kesehatan umum dilakukan juga pemeriksaan 

tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, pernafasan, denyut nadi dan suhu tubuh. 

Keberhasilan pengumpulan data subjektif dipengaruhi oleh kemampuan perawat gigi 

dalam melakukan komunikasi kepada klien, baik secara verbal maupun non verbal. 

Kemampuan berkomunikasi dapat anda pelajari dan praktikkan dalam melaksanakan 

pekerjaan sebagai perawat gigi. 

sesudah  semua data subjektif dikumpulkan, pengkajian selanjutnya dilakukan dengan 

melihat dan melakukan pemeriksaan sebagai data objektif. Data objektif merupakan data 

yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan dengan memakai  standar 

yang diakui (berlaku). Data objektif yang dikumpulkan dengan pemeriksaan pada extra oral 

(di luar mulut) dan intra oral (di dalam mulut). 

 

2. Pengolahan Data 

Secara umum, pengolahan data dapat diartikan dengan mengubah data ke dalam 

bentuk yang lebih berarti berupa informasi sehingga dapat menjadi dasar dalam memutuskan 

tindakan perawatan yang akan dilakukan kepada klien. Pengolahan data dilakukan sesudah  

semua data subjektif dan objektif dikumpulkan. 

 

3. Analisa Data 

sesudah  pengolahan data, langkah selanjutnya yaitu  anda perlu menganalisa data. 

Analisa data yaitu  usaha  atau cara untuk mengolah data menjadi informasi sehingga 

karakteristik data ini  dapat dipahami dan bermanfaat untuk solusi permasalahan. Dalam 

menganalisis data, diperlukan kemampuan mengaitkan data dan menghubungkan data 

ini  dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam 

menentukan masalah kesehatan dan keperawatan pasien. 

 

B. Diagnosa  

 

Diagnosa  yaitu  kesimpulan dari pengkajian dan fokus kepada kebutuhan-kebutuhan 

manusia yang dapat dipenuhi melalui pelayanan asuhan kesehatan gigi. Ketika kebutuhan 

manusia dari klien ini  di luar jangkauan pelayanan asuhan keperawatan gigi maka klien 

harus dirujuk kepada tenaga kesehatan professional lain yang sesuai. 

Diagnosa  yaitu  suatu proses berpikir kritis berdasar  data-data klinis klien yang 

dianalisa dan ditandai oleh suatu pernyataan diagnosa. Dalam pelayanan asuhan keperawatan 

gigi, Diagnosa  dapat diartikan sebagai analisis dari penyebab dan sifat dari suatu masalah dan 

situasi atau pernyataan mengenai solusinya. 

Ketika Diagnosa  keperawatan gigi telah valid, maka hal ini  merupakan faktor 

utama yang dapat membantu klien untuk mencapai pemenuhan kebutuhannya untuk 

mencapai kondisi yang baik pada mulutnya melalui intervensi (tindakan) keperawatan gigi 

yang layak. 

 

C. PERENCANAAN 

 

Merupakan tindakan penentuan tipe-tipe intervensi keperawatan gigi yang dapat 

dilaksanakan (diimplentasikan) untuk mengatasi masalah klien dan membantu klien mencapai 

pemenuhan kebutuhannya yang berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut. Perencanaan 

juga merupakan kerangka kerja untuk pembuatan keputusan dan menguji penilaian klinis 

dalam pelaksanaan pelayanan asuhan keperawatan gigi. Pada dasarnya, perencanaan 

merupakan kesempatan untuk mengintegrasikan keputusan-keputusan yang mendukung 

pencapaian tujuan dengan baik. 

Sebagai seorang perawat gigi, anda perlu membuat perencanaan tentang asuhan 

keperawatan yang menjadi tanggung jawab anda. Membuat rencana keperawatan dan 

menentukan pendekatan yang dipakai  bertujuan untuk memecahkan masalah pasien. 

Rencana asuhan keperawatan yang dibuat seharusnya dapat mengurangi, menghilangkan dan 

mencegah masalah gigi yang dihadapi pasien. 

Penentuan tindakan dalam rencana perawatan yang akan dilakukan pada pasien sangat 

tergantung dari diagnosa keperawatan gigi. Secara garis besar ada 5 (lima) tahap dalam fase 

perencanaan asuhan keperawatan gigi yaitu menentukan prioritas, mengidentifikasi 

intervensi, menetapkan tujuan dan kriteria hasil serta mendokumentasikan perencanaan 

asuhan keperawatan. 

Dalam perencanan, asuhan keperawatan gigi dan mulut juga dikelompokkan 

berdasar  jenis tindakan, yaitu promotif, preventif dan kuratif yang merupakan kompetensi 

perawat gigi. tindakan promotif terdiri dari penyuluhan tentang pemeliharaan kesehatan gigi. 

tindakan preventif terdiri dari pembersihan karang gigi, oral prophylaxis, aplikasi fluor dan 

fissure sealing. 

 

  

 

D. IMPLEMENTASI 

 

Dalam tahap implementasi atau tindakan pelaksanaan, anda akan menerapkan semua 

perencanaan yang telah anda rancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan pasien yang 

berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut. Implementasi termasuk tindakan-tindakan 

yang dilaksanakan perawat gigi atau pihak lain dalam rangka mencapai tujuan kesehatan gigi 

dan mulut pasien. Setiap tindakan yang dilaksanakan dilakukan pencatatan dalam catatan 

pasien (medical record/client record). 

 

E. EVALUASI 

 

Evaluasi memiliki pengertian penilaian terhadap sejumlah informasi yang diberikan 

sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Potter dan Perry, 2005). Evaluasi dilakukan 

dengan memeriksa ulang proses asuhan keperawatan gigi dan mulut yang telah dilakukan 

untuk mengetahui tingkat keberhasilan kegiatan ini . 

Tujuan evaluasi yaitu  menilai apakah perawatan sudah sesuai dengan perawatan yang 

diharapkan oleh klien dan perawat. Dengan adanya evaluasi selama proses perawatan, dapat 

dilakukan penyesuaian terhadap apa yang direncanakan. Dalam keperawatan gigi dan mulut, 

tujuan evaluasi yaitu  untuk menentukan perkembangan kesehatan pasien, menilai 

efektifitas, efisiensi, dan produktivitas tindakan keperawatan yang telah diberikan, menilai 

pelaksanaan asuhan keperawatan. Evaluasi juga diberikan sebagai tanggung jawab dan 

tanggung gugat dalam pelaksanaan pelayanan perawatan. 

  

 

Ringkasan 

 

Dalam penerapan teori kebutuhan manusia, perawat gigi professional memakai  

dasar pengetahuan ilmiah untuk menilai tidak terpenuhinya kebutuhan manusia dari klien 

yang berhubungan dengan pelayanan asuhan keperawatan gigi, memformulasikan 

(membuat) diagnosa keperawatan gigi, merencanakan dan melaksanakan (implementasi) 

pelayanan asuhan keperawatan gigi serta mengevaluasi hasil dari pelayanan. Tujuan utama 

dari pemakaian  kerangka kerja kebutuhan manusia dalam proses keperawatan gigi yaitu  

untuk mengarahkan perawat gigi dalam menangani perawatan klien secara ilmiah, manusiawi, 

menyeluruh dan memastikan bahwa pelayanan asuhan dilaksanakan terpusat kepada klien 

bukan hanya melaksanakan tugas/pekerjaan semata. 

 

 

PENGKAJIAN, Diagnosa  DAN 

PERENCANAAN PELAYANAN ASUHAN 

KESEHATAN GIGI DAN MULUT 

pasien  

 


ada BAB I telah dibahas tentang Konsep Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut 

pasien  dan Proses Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi pasien . Pelayanan Asuhan 

Kesehatan Gigi dan mulut yang ditujukan pada suatu kelompok tertentu atau pasien  

dalam kurun waktu yang dilaksanakan secara terencana, terarah, berkesinambungan untuk 

mencapai taraf kesehatan gigi dan mulut yang optimal. 

Dalam BAB II ini akan dijabarkan lebih dalam tentang Tahap Pengkajian, Diagnosa  dan 

perencanaan dalam Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut pasien . Pengkajian 

kesehatan gigi adala seni mengumpulkan dan menganalisis data baik subjektif maupun 

objektif. Tujuan dari proses perawatan kesehatan gigi yaitu  untuk menyediakan kerangka 

kerja dimana kebutuhan pasien al pasien dapat terpenuhi; dan untuk mengidentifikasi faktor 

penyebab atau faktor yang mempengaruhi suatu kondisi yang dapat dikurangi, dihilangkan, 

atau dicegah oleh Terapis Gigi dan Mulut. 

Tujuan sesudah  mengikuti mata kuliah ini Anda (mahasiswa) diharapkan dapat 

menguasai pengetahuan konsep, proses, dan tahapan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan 

mulut pasien . Pada tahapan pengkajian dimulai suatu hubungan antara perawat gigi dan 

klien berupa hubungan kerjasama dengan mendorong perkembangan klien dalam menyadari 

dan mengindetifikasi masalah dan membantu pemecahan masalah. 

 

 

Tahap Pengkajian Asuhan Kesehatan Gigi 

dan Mulut 

 

Tahap pengkajian yaitu  komponen pertama dari proses kebersihan gigi. Tahap ini 

memberikan dasar untuk perawatan pasien dengan mengumpulkan data subjektif 

dan objektif. 

Pengkajian melibatkan pengumpulan dan analisis sistematis untuk mengidentifikasi 

kebutuhan klien, dan masalah kesehatan mulut yang melibatkan sejarah medis dan gigi, tanda 

vital, pemeriksaan ekstraoral dan intraoral, radiograf, indeks, dan penilaian risiko. 

 

 

 

Kompetensi yang terkait dengan Penilaian Terapis Gigi dan Mulut mencakup kemampuan 

untuk: 

Therapeutic / Preventive Therapy 

1. Kumpulkan data yang akurat dan lengkap secara umum, lisan, dan psikososial status 

kesehatan klien 

2. Gunakan penilaian dan metode profesional yang sesuai dengan prinsip etika medis 

untuk melengkapi profil klien. 


  

 

3. Mengidentifikasi klien yang inisiasi atau kelanjutan pengobatannya kontra-ditunjukkan 

berdasar  interpretasi riwayat kesehatan dan data klinis. 

4. Identifikasi klien yang berisiko mengalami keadaan darurat medis dan gunakan strategi 

untuk meminimalkan risiko ini . 

5. Gunakan indeks kesehatan mulut yang sesuai untuk identifikasi dan pemantauan 

pasien  dan kelompok berisiko tinggi. 

6. Kenali pengaruh faktor penentu kesehatan terhadap status kesehatan mulut. 

7. Diskusikan temuan dengan profesional kesehatan lainnya bila sesuai layanan kesehatan 

gigi sedang dipertanyakan. 

 

Pendidikan Kesehatan Gigi 

1. Mendapatkan informasi tentang hambatan yang dirasakan klien dan dukungannya 

belajar saat merencanakan pendidikan pada klien. 

2. Mendapatkan informasi tentang pengetahuan kesehatan, kepercayaan, pengetahuan, 

sikap dan keterampilan sebagai bagian dari proses pendidikan. 

3. Kaji motivasi klien untuk mulai belajar dan untuk mempertahankan aktivitas kesehatan 

yang mapan. 

4. Menilai kebutuhan klien untuk mempelajari informasi atau keterampilan yang spesifik 

untuk dicapai, memulihkan, dan menjaga kesehatan mulut dan meningkatkan 

kesejahteraan secara keseluruhan. 

5. Menilai gaya belajar klien pasien al sebagai bagian dari proses perencanaan. 

 

Hal yang perlu dicatat dalam pengkajian yaitu : 

Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam empat tahap kegiatan, yang 

meliputi ; pengumpulan data, analisis data, sistematika data dan penentuan masalah. Adapula 

yang menambahkannya dengan kegiatan dokumentasi data (meskipun setiap langkah dari 

proses keperawatan harus selalu didokumentasikan). 

1. Pengumpulan Data 

Pengumpulan data yaitu  pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara 

sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan 

dan kesehatan klien. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses 

keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-

masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar ini  dipakai  untuk menentuan 

Diagnosa  keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan 

untuk mengatasi masalah-masalah klien. 

Pengumpulan data dimulai sejak klien masuk ke rumah sakit/klinik (initial assessment), selama 

klien dirawat secara terus-menerus (ongoing assessment), serta pengkajian ulang untuk 

menambah/ melengkapi data (re-assessment). Pengkajian klien meliputi pemeriksaan 

kesehatan secara menyeluruh, data pribadi, riwayat sosioetnokultural, pemeriksan extra dan 

intra oral, analisis serta pengambilan keputusan berdasar  hal-hal yang ditemukan selama 

pemeriksaan. 

Tujuan Pengumpulan Data 

a. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien 

b. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien 

c. Untuk menilai keadaan kesehatan klien 

d. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah berikutnya. 

 

Karakteristik Data 

a. Lengkap 

 Seluruh data diperlukan untuk mengidentifikasi masalah keperawatan klien. Data yang 

terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi masalah klien yang adekuat. 

Misalnya klien tidak mau makan, kaji secara mendalam kenapa klien tidak mau makan 

(tidak cocok makanannya atau kondisi fisiknya menolak untuk makan/patologis, atau 

sebab-sebab yang lain). 

b. Akurat dan nyata 

 Untuk menghindari kesalahan, maka perawat harus berfikir secara akurat dan nyata 

untuk membuktikan benar tidaknya apa yang telah didengar, dilihat, diamati dan diukur 

melalui pemeriksaan ada tidaknya validasi terhadap semua data yang sekiranya 

meragukan. Perawat tidak boleh langsung membuat kesimpulan tentang suatu kondisi 

klien. Misalnya, klien tidak mau makan. Perawat tidak boleh langsung menuliskan : klien 

tidak mau makan karena depresi berat. Diperlukan penyelidikan lanjutan untuk 

menetapkan kondisi klien. Dokumentasikan apa adanya sesuai yang ditemukan pada 

saat pengkajian.  

c. Relevan 

 Pencatatan data yang komprehensif biasanya memerlukan banyak sekali data yang 

harus dikumpulkan, sehingga menyita waktu perawat untuk mengidentifikasi.  

 

Cara Pengumpulan Data 

Data diambil memakai  pengertian data subyektif dan obyektif : 

1. Data subyektif yaitu  data yang diperoleh dari keluhan-keluhan yang disampaikan oleh 

pasien, data ini didapat dari klien, orang terdekat klien (orang tua, pengasuh) ataupun 

komunitas dimana klien ini  tinggal. Dengan kata lain, pemeriksaan subyektif 

yaitu  pemeriksaan yang dilakukan dengan jalan wawancara dengan klien untuk 

mendapatkan data sebagai dasar pendukung penegakan diagnosa serta rencana 

tindakan. Data subyektif lebih sukar diukur daripada data obyektif dan meliputi gejala, 

perasaan serta kepercayaan klien yang dinyatakan klien sehubungan dengan kesehatan 

mulut dan penyakit. 

 contoh:  

 Identitas pasien, keluhan pasien, riwayat kesehatan umum, riwayat kesehatan gigi.  

2. Data objektif yaitu  data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan 

dengan memakai  standar yang berlaku misalnya, pembengkakan, warna kulit, suhu 

tubuh, tekanan darah. Dengan kata lain, pemeriksaan objektif yaitu  pemeriksaan yang 

dilakukan dengan pengukuran, pengamatan terhadap klien untuk mendapatkan data 

sebagai dasar penetapan diagnosa serta rencana tindakan/ perawatan. Data ini biasanya 

lebih mudah diukur sebab data-data ini  nampak dan dapat langsung dikenali 

(diobservasi). Data objektif ini terdiri dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan gigi dan 

mulut, catatan medik klien dan observasi yang dilakukan oleh angota tim pelayanan 

kesehatan. 

 

Pedoman Pengumpulan Data Selama Proses Keperawatan Gigi 

1. Data dikumpulkan memakai  format yang sistematik 

2. Data harus difokuskan kepada status kesehatan gigi mulut klien dan dikelompokkan ke 

dalam kerangka kerja kebutuhan manusia 

3. Data dikumpulan memakai  interaksi, observasi dan pengukuran 

4. Data terdiri dari data obyektif dan subyektif dengan usaha  untuk selalu memvalidasi 

(mensahkan/ memperkuat) kedua tipe informasi. 

5. Pengumpulan data dilakukan secara berkesinambungan selama proses keperawatan gigi 

dilaksanakan. 

6. Data harus diperbaharui terus menerus selama proses keperawatan gigi berlangsung 

7. Data harus dicatat dan didiskusikan dengan klien dan tenaga kesehatan professional lain 

yang bertanggung jawab terhadap perawatan klien. 

8. Data harus dicatat secara permanen untuk kepentingan selanjutnya dan kepentingan 

peningkatan mutu (quality assurance) 

 

Agar data dapat terkumpul dengan baik dan terarah, sebaiknya dilakukan penggolongan 

atau klasifikasi data berdasar  identitas klien, keluhan utama, riwayat kesehatan, keadaan 

fisik, psikologis, sosial, spiritual, intelegensi, hasil-hasil pemeriksaan dan keadaan khusus 

lainnya. Cara yang biasa dipakai  untuk mengumpulkan data tentang klien antara lain : 

wawancara (interview), pengamatan (observasi), pemeriksaan fisik (pshysical assessment) 

dan studi dokumentasi.  

 

  35 

  

 

a. Wawancara 

 Wawancara merupakan kumpulan informasi subjektif yang diperoleh dari apa yang 

dipaparkan oleh pasien terkait dengan keluhan utama yang memicu  klien 

mengadakan kunjungan ke klinik. wawancara diperoleh dari komunikasi aktif antara 

perawat dan klien atau keluarga klien. Wawancara yang baik untuk seorang dewasa 

mencakup keluhan utama, informasi mengenai kelainan yang dialami sekarang, riwayat 

penyakit terdahulu, riwayat keluarga, dan informasi mengenai keadaan tiap sistem 

tubuh pasien. 

 Dalam proses wawancara, menciptakan interaksi suportif akan mempercepat 

pengumpulan informasi dan memicu pasien untuk memberikan penjelasan yang 

menyeluruh. Hal ini  merupakan bagian terpenting dari proses terapeutik. 

 Komponen anamnesis komprehensif akan menyusun informasi yang diperoleh dari 

pasien menjadi lebih sistematis. Komponen anamnesis komprehensif mencakup: 

1) Mencantumkan tanggal pengambilan anamnesis 

 Mencantumkan waktu pengambilan sangat penting dan pertama kali dilakukan 

pada saat mencatat hasil anamnesis yang dilakukan pada pasien. 

2) Mengidentifikasi data pribadi pasien 

3)  Tingkat Reliabilitas (Dapat dipercaya atau tidak) 

 Sebaiknya dicatat jika dapat diketahui. Komponen ini penting untuk menentukan 

kualitas dari informasi yang diberikan oleh pasien dan biasanya ditentukan pada 

akhir anamnesis. Pasien yang ragu-ragu dalam menjelaskan gejala yang dialami 

dan tidak dapat menjelaskan secara detail apa yang dirasakan, mencerminkan 

bahwa informasi yang diperoleh dari anamnesis tidak dapat dipercaya 

sepenuhnya. Sebaliknya, pasien dengan yang menjelaskan keluhan yang dirasakan 

secara rinci dan meyakinkan mencerminkan kualitas informasi yang dapat 

dipercaya.  

4)  Keluhan Utama 

 Keluhan utama merupakan salah satu dari beberapa keluhan lainnya yang paling 

dominan sehingga memicu  pasien melakukan kujungan klinik. Keluhan 

Utama yaitu  symptom subjektif atau masalah yang diutarakan pasien dengan 

kata–katanya sendiri yang berhubungan dengan kondisi yang membuat pasien 

pergi ke dokter. Keluhan utama harus dicatat dalam istilah yang dipakai  pasien, 

dan catatlah bila  pasien tidak memiliki keluhan utama atau tidak menyadari 

adanya penyakit tetapi pergi ke dokter. 

5) Anamnesis terpimpin 

 Anamnesis terpimpin merupakan infomasi yang lengkap, jelas, detail, dan bersifat 

kronologik terkait dengan keluhan utama yang dialami pasien. Komponen ini harus 

mencakupi awal keluhan, keadaan yang memicu terjadinya keluhan, 

manifestasinya, dan pengobatan yang telah dilakukan. Gejala yang didapatkan 

harus memiliki karakteristik yang menjelaskan (1) lokasi; (2) kualitas; (3) kuantitas 

atau keparahan; (4) waktu yang mencakup awal, durasi, dan frekuensi; (5) keadaan 

yang memicu terjadinya keluhan; (6) faktor lain yang memperberat atau 

memperingan gejala; (7) gejala lain yang terkait dengan keluhan utama. Ketujuh 

poin ini  sangat penting diperoleh untuk memahami seluruh gejala pasien. 

Harus diingat, informasi mengalir secara spontan dari pasien, tetapi mengorganisir 

informasi ini  merupakan tugas kita. 

6) Pengobatan yang telah dikonsumsi sebaiknya didokumentasi, termasuk nama 

obat, dosis, cara pemberian, dan frekuensi. Catat pula mengenai vitamin, mineral, 

atau suplemen herbal, dan obat KB. Meminta pasien membawa seluruh obat yang 

dikonsumsi merupakan ide yang baik agar anda dapat secara langsung melihat 

obat apa yang dipakai . Alergi, termasuk reaksi spesifik untuk suatu pengobatan 

seperti gatal atau mual, harus ditanyakan, begitupula alergi terhadap makanan, 

serangga, atau faktor lingkungan lainnya. Untuk pasien dewasa tanyakan pula 

mengenai kebiasaan merokok, termasuk jumlah dan jenis rokok yang dikonsumsi. 

Jika ia telah atau pernah berhenti, tanyakan sejak kapan ia berhenti dan seberapa 

lama.  

7)  Riwayat Penyakit Dahulu 

 Penyakit pada masa kecil seperti cacar, rubella, mumps, polio, dan lainnya perlu 

ditanyakan dalam anamnesis. Termasuk penyakit kronis yang dialami sejak masa 

kecil. Selain itu, informasi mengenai riwayat penyakit pada masa dewasa perlu 

ditanyakan mengenai adanya penyakit jantung, TBC, diabetes, asma, hepatitis, 

dan alergi. 

 Tujuan dari wawancara yaitu  untuk memperoleh data tentang masalah 

kesehatan dan masalah keperawatan klien, serta untuk menjalin hubungan antara 

perawat dengan klien. Selain itu wawancara juga bertujuan untuk membantu klien 

memperoleh informasi dan berpartisipasi dalam identifikasi masalah dan tujuan 

keperawatan, serta membantu perawat untuk menentukan investigasi lebih lanjut 

selama tahap pengkajian. 

 Semua interaksi perawat dengan klien yaitu  berdasar  komunikasi. 

Komunikasi keperawatan yaitu  suatu proses yang kompleks dan memerlukan 

kemampuan skill komunikasi dan interaksi. Komunikasi keperawatan biasanya 

dipakai  untuk memperoleh riwayat keperawatan. Istilah komunikasi terapeutik 

yaitu  suatu teknik yang berusaha untuk mengajak klien dan keluarga untuk 

  37 

  

 

bertujuan pikiran dan perasaan. Teknik ini  mencakup keterampilan secara 

verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.  

 Teknik verbal meliputi pertanyaan terbuka atau tertutup, menggali jawaban dan 

memvalidasi respon klien. Teknik non verbal meliputi : mendengarkan secara aktif, 

diam, sentuhan dan kontak mata. Mendengarkan secara aktif merupakan suatu 

hal yang penting dalam pengumpulan data, tetapi juga merupakan sesuatu hal 

yang sulit dipelajari.  

 

 Tahapan wawancara / komunikasi : 

1) Persiapan. 

 Sebelum melakukan komunikasi dengan klien, perawat harus melakukan 

persiapan dengan membaca status klien. Perawat diharapkan tidak memiliki  

prasangka buruk kepada klien, karena akan mengganggu dalam membina 

hubungan saling percaya dengan klien. Jika klien belum bersedia untuk 

berkomunikasi, perawat tidak boleh memaksa atau memberi kesempatan kepada 

klien kapan mereka sanggup. Pengaturan posisi duduk dan teknik yang akan 

dipakai  dalam wawancara harus disusun sedemikian rupa guna memperlancar 

wawancara.  

 

2) Pembukaan atau perkenalan 

 Langkah pertama perawat dalam mengawali wawancara yaitu  dengan 

memperkenalkan diri : nama, status, tujuan wawancara, waktu yang diperlukan 

dan faktor-faktor yang menjadi pokok pembicaraan. Perawat perlu memberikan 

informasi kepada klien mengenai data yang terkumpul dan akan disimpan dimana, 

bagaimana menyimpannya dan siapa saja yang boleh mengetahuinya. 

 

3) Isi / tahap kerja 

 Selama tahap kerja dalam wawancara, perawat memfokuskan arah pembicaraan 

pada masalah khusus yang ingin diketahui. Hal-hal yang perlu diperhatikan : 

a. Fokus wawancara yaitu  klien 

b. Mendengarkan dengan penuh perhatian.  

c. Menanyakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien 

d. memakai  bahasa yang mudah dimengerti oleh klien 

e. Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup tepat pada waktunya 

f. Bila perlu diam, untuk memberikan kesempatan kepada klien untuk 

mengungkapkan perasaannya 

g. Sentuhan terapeutik, bila diperlukan. 

 

4) Terminasi 

 Perawat mempersiapkan untuk penutupan wawancara. Untuk itu klien harus 

mengetahui kapan wawancara dan tujuan dari wawancara pada awal perkenalan, 

sehingga diharapkan pada akhir wawancara perawat dan klien mampu menilai 

keberhasilan dan dapat mengambil kesimpulan bersama. Jika diperlukan, perawat 

perlu membuat perjanjian lagi untuk pertemuan berikutnya.  

  

 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan wawancara dengan klien yaitu  : 

1. Menerima keberadaan klien sebagaimana adanya 

2. Memberikan kesempatan kepada klien untuk menyampaikan keluhan/ pendapatnya 

secara bebas 

3. Dalam melakukan wawancara harus dapat menjamin rasa aman dan nyaman bagi klien 

4. Perawat harus bersikap tenang, sopan dan penuh perhatian 

5. memakai  bahasa yang mudah dimengerti 

6. Tidak bersifat menggurui 

7. Memperhatikan pesan yang disampaikan 

8. Mengurangi hambatan-hambatan 

9. Posisi duduk yang sesuai (berhadapan, jarak tepat/sesuai, cara duduk) 

10. Menghindari adanya interupsi 

11. Mendengarkan penuh dengan perasaan 

12. Memberikan kesempatan istirahat kepada klien 

 

b. Pengamatan / Observasi 

Observasi yaitu  mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data 

tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien. Observasi dilakukan dengan 

memakai  penglihatan dan alat indra lainnya, melalui rabaan, sentuhan dan pendengaran. 

Tujuan dari observasi yaitu  mengumpulkan data tentang masalah yang dihadapi klien 

melalui kepekaan alat panca indra. 

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi yaitu  : 

1) Tidak selalu pemeriksaan yang akan kita lakukan dijelaskan secara terinci kepada klien 

(meskipun komunikasi terapeutik tetap harus dilakukan), karena terkadang hal ini dapat 

meningkatkan kecemasan klien atau mengaburkan data (data yang diperoleh menjadi 

tidak murni). Misalnya : “Pak, saya akan memeriksa gigi bapak dalam beberapa menit” 

kemungkinan besar data yang diperoleh menjadi tidak valid, karena kemungkinan klien 

akan berusaha untuk mengatur nafasnya. 

 

2) Menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual klien 

3) Hasilnya dicatat dalam catatan keperawatan, sehingga dapat dibaca dan dimengerti oleh 

perawat yang lain. 

 

2. Analisis Data 

Analisis data merupakan kemampuan kognitif dalam pengembangan daya berfikir dan 

penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan, pengalaman, dan 

pengertian keperawatan. Dalam melakukan analisis data, diperlukan kemampuan 

mengkaitkan data dan menghubungkan data ini  dengan konsep, teori dan prinsip yang 

relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan 

klien. 

Fungsi analisis data : 

a. Dapat menginterpretasi data keperawatan dan kesehatan, sehingga data yang diperoleh 

memiliki makna dan arti dalam menentukan masalah dan kebutuhan klien 

b. Sebagai proses pengambilan keputusan dalam menentukan alternatif pemecahan 

masalah yang dituangkan dalam rencana asuhan keperawatan, sebelum melakukan 

tindakan keperawatan. 

 

 Pedoman analisis data : 

a. Menyusun kategorisasi data secara sistematis dan logis 

b. Identifikasi kesenjangan data 

c. Menentukan pola alternatif pemecahan masalah 

d. Menerapkan teori, model, kerangka kerja, norma dan standart, dibandingkan dengan 

data senjang 

e. Identifikasi kemampuan dan keadaan yang menunjang asuhan keperawatan klien 

f. Membuat hubungan sebab akibat antara data dengan masalah yang timbul. 

 

3. Prioritas Masalah pasien  

bila  masalah telah diidentifikasi, maka disusun daftar masalah yang ditemukan, 

kemudian diprioritaskan berdasar  keluhan utama. Hal ini dilakukan karena tidak mungkin 

semua masalah diatasi bersama-sama sekaligus. Jadi diputuskan masalah mana yang yang 

dapat diatasi terlebih dahulu. Dalam memprioritaskan kebutuhan klien, hirarki Maslow 

menjadi rujukan perawat dalam menentukan pemenuhan kebutuhan klien. Kebutuhan 

fisiologi menjadi kebutuhan utama manusia, kemudian diikuti oleh kebutuhan-kebutuhan 

psikososial seperti : aman-nyaman, pengetahuan, cinta-memiliki, harga diri dan aktualisasi 

diri.  

 

CONTOH PENGKAJIAN 

 

I. Identitas Pasien 

Nama Lengkap  : 

Tempat tgl Lahir  : 

Pekerjaan  : 

Alamat   :  

No. Telpon  : 

Jenis Kelamin   : 

Agama   : 

Bangsa   : 

Golongan Darah  : 

 

 Cara menanyakan identitas pasien  

1.  Mohon maaf Bapak/Ibu/Adik/Kakak….saya akan menanyakan tentang data 

identitas pribadi yang perlu diisi terkait dengan status kesehatan Bapak/Ibu / 

Adik/Kakak…. 

2.  Siapa nama lengkap ? 

3.  Berapa umurnya/ tempat tgl lahir ? 

4.  Apa pekerjaannya? 

5.  Dimana alamat lengkapnya ? 

6.  Berapa nomor telponnya yang bisa dihubungi? 

7.  Apa agamanya ? 

8.  Apa kebangsaannya ? WNA / WNI 

9.  Apa golongan darahnya ? 

 

II. Keluhan Pasien : 

1. Keluhan utama : 

  Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien /klien 

2. Keluhan Tambahan :  

  Keluhan yang dirasakan oleh pasien selain keluhan utama 

 

Cara menanyakan keluhan pasien 

1. Apa tujuan Bapak/Ibu datang ke Klinik Gigi 

2. Bagian mana yang sakit? 

3. Sakitnya bagaimana? (cekot-cekot, terus-menerus , timbul hilang atau ngilu/ sakit 

bila dipakai makan/minum?) 


4. bila  dipakai makan atau minum yang panas/ dingin terasa ngilu atau sakit? 

5. Mulai kapan ada keluhan sakit ? 

6. Apakah sekarang masih sakit ? 

 

III.  Riwayat Kesehatan Umum: 

1. Bagaimana keadaan kesehatan bapak/ibu secara keseluruhan saat ini? 

2. Selama 5 tahun terakhir apakah bapak/ibu pernah menderita penyakit serius, 

operasi atau sampai opname? jika ya, sakit apa? 

3. Apakah bapak/Ibu pernah mengalami luka, bagaimana pembekuan darahnya, sulit 

membeku? 

4. Apakah bapak/ Ibu ada alergi ? (makanan, obat-obatan, obat suntik, cuaca dingin 

dan lainnya) 

5. Apakah Bapak/Ibu saat ini sedang mengkonsumsi obat? Jika ya, obat apa? 

 

 Pertimbangan untuk Pemeriksaan Tanda Vital dalam Praktek Terapis Gigi dan Mulut: 

1. Penderita memiliki  risiko hipertensi seumur hidup. 

2. Hypertensi sering asimtomatik; disebut 'silent killer' 

3. Tekanan darah harus selalu diberikan pada klien yang riwayat medisnya 

menunjukkan adanya kebutuhan atau riwayat 

4. Terapis Gigi dan Mulut perlu memastikan bahwa mereka tidak menempatkan klien 

mereka pada risiko sebelum memulai perawatan gigi. 

5. Jika riwayat klien jelas, Terapis Gigi dan Mulut didorong untuk melakukan 

penilaian awal; prudent dan proaktif untuk memantau secara berkala. 

 

IV. Riwayat Kesehatan Gigi : 

1. Apakah Bapak/Ibu, pernah mendapat perawatan gigi? 

2. Bagaimana perawatan gigi dan mulut yang diberikan kepada Bapak/Ibu, 

memuaskan atau menjadi takut untuk diperiksa ulang? 

3. Bagaimanakah cara Bapak/Ibu, memelihara kesehatan gigi? 

4. Berapa kali Bapak/Ibu, menyikat gigi dalam sehari ? Kapan Saja waktunya? 

5. Bagaimanakah cara Bapak/Ibu menyikat gigi? 

6. Apakah Bapak/Ibu sudah mengurangi makan makanan manis dan melekat? 

7. Apakah Bapak/Ibu suka/sering makan buah-buahan yang berserat dan berair?  

8. Apakah Bapak/ibu, memiliki  kebiasaan minum teh/kopi?, alkohol? Minuman 

bersoda? Merokok?, mengunyah satu sisi? Mengunyah sirih/tembakau? 

Menggigit benda keras? Bruxism ? 

 

 Formulasi jawaban pasien atas pertanyaan dalam anamnese pada keluhan utama Pasien 

 Contoh 1 

 Pasien datang memeriksakan giginya dengan keluhan gigi pada rahang atas sebelah 

kanan terasa sakit bila kena makanan/minuman dingin/panas, sakitnya cekot-cekot, 

sakitnya terus menerus, terasa sakit sejak kemarin dan sekarang masih sakit.  

Keluhan ini  menggambarkan : 

a.  Terjadinya keradangan pada pulpa (pulpitis) 

b.  Keradangan ini  menandakan keradangan akut 

c.  Kedalaman karies sudah mencapai pulpa ( KMP) 

  

 Contoh 2 

 Pasien datang memeriksakan giginya dengan keluhan gigi pada rahang bawah sebelah 

kanan terasa ngilu bila kena makanan/minuman dingin/panas, rasa ngilu hilang bila 

rangsangan dihilangkan.  

 Keluhan ini  menggambarkan 

a.  Kedalaman karies sudah mengenai Dentin (2/3 email atau sampai batas dentino 

enamel junction)/ KMD. 

b.  Dalam diagnosa kedokteran Gigi disebut HP (Hyperaemia pulpa) 

 

 Contoh 3 

 Pasien datang memeriksakan giginya dengan keluhan gigi pada rahang bawah sebelah 

kiri berlubang tidak ada keluhan ngilu/ sakit 

 Keluhan ini  menggambarkan 

a.  Kedalaman karies baru mengenai email (1/3 email) (KME) 

b.  Dalam diagnosa kedokteran Gigi disebut IP (Irritation pulpa) 

 

V. Pemeriksaan Extra Oral 

a.  Muka : Simetris atau tidak Simetris (Asymetris) 

 Melihat ada pembengkakan atau tidak dengan membandingkan sisi muka sebelah 

kiri dan kanan. Pemeriksaan suhu pada daerah pembengkakan dengan 

memakai  punggung tangan, dengan pemeriksaan palpasi/meraba juga dilihat 

warna pembengkakan. 

b.  Kelenjar Limfe  

 Memeriksa kelenjar limfe kiri dan kanan dilakukan dengan palpasi/meraba. 

Dudukkan pasien posisi tegak, pandangan mata kedepan, kemudian raba kelenjar 

submandibular, posisi operator dibelakang pasien.  


1) Bila keadaan normal akan teraba lunak dan tidak sakit, kadang-kadang tidak 

teraba  

2) Bila ada  keradangan akut, maka kelenjar submandibular akan teraba 

lunak dan sakit 

3) Bila terasa keras dan tidak sakit berarti ada keradangan kronis 

4) Bila terasa keras dan sakit berarti ada keradangan akut exacerbasi 

 

VI. Pemeriksaan Intra Oral 

 Pemeriksaan semua keadaan yang ada di dalam mulut secara menyeluruh. Caranya yaitu 

melihat dengan kaca mulut apakah ada kelainan pada selaput lendir mulut, bagian 

dalam pipi dan bibi