berasx.blogspot.com
....
kacangx.blogspot.com
.....
Tampilkan postingan dengan label epidemi corona 9. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label epidemi corona 9. Tampilkan semua postingan
Rabu, 03 Mei 2023
epidemi corona 9
Mei 03, 2023
epidemi corona 9
diperbolehkan asalkan membayar denda. Unggahan ini menampilkan gambar
yang identik dengan Presiden Joko Widodo.
Faktanya, informasi diperbolehkannya mudik lebaran 2021 dengan syarat membayar
denda adalah tidak benar dan tidak memiliki sumber kredibel. Diketahui bahwa saat ini
pemerintah melarang mudik lebaran 2021. Hal ini dilakukan sebagai langkah antisipasi
penyebaran Covid-19.
terbit unggahan berupa tangkapan layar sebuah artikel berita di media sosial Facebook yang
berisi klaim sebuah penemuan studi dari Universitas Stanford bahwa pemakaian masker tidak
efektif dalam mencegah penyebaran virus Covid-19. Tidak hanya itu, penggunaan masker juga
disebut mengakibatkan pengaruh penurunan kesehatan hingga kematian.
Berdasarkan penelusuran kumparan.com, artikel ini merujuk pada sebuah artikel yang
diterbitkan pada Januari 2021 oleh Medical Hypotheses. Isi dalam artikel ini merupakan
hipotesis yang tidak terbukti, seperti laporan yang ditulis oleh AFP Fact Check. Colin Furness,
asisten profesor di Sekolah Kesehatan Masyarakat Dalla Lana, Universitas Toronto, mengatakan
dalam email bahwa makalah ini seharusnya tidak dipublikasikan. Selain itu, penulis artikel
ini yang bernama Baruch Vainshelboim, tidak pernah bekerja dengan Universitas Stanford.
"Afiliasi penulis secara tidak akurat dikaitkan dengan Stanford, dan kami telah meminta koreksi",
kata Direktur Komunikasi Senior untuk Stanford Medicine, Julie Greicius.
terbit di media sosial Facebook sebuah video siaran berita berbahasa asing. Dalam
keterangan video ini terdapat tulisan "Akhirnya, Larangan Mudik Dicabut".
Dilansir dari medcom.id, bahwa klaim larangan mudik dicabut adalah salah. Faktanya,
tulisan dalam siaran berita ini merupakan hasil suntingan dari video asli yang
berjudul "KAZAKHSTAN NEWS REPORTER SOUNDS LIKE DIESEL TRUCK STARTING IN
THE MORNING WOMEN EDITION". Adapun terkait larangan mudik Lebaran dari
pemerintah masih berlaku yakni mulai tanggal 22 April hingga 24 Mei 2021.
terbit unggahan rekaman video di media
sosial Facebook yang memperlihatkan
seorang pria yang sedang membuang uang
di New York setelah temannya meninggal
karena Covid-19.
Dilansir dari laman periksafakta.afp.com,
informasi yang terbit ini adalah tidak
benar. Faktanya, video yang terbit
menunjukkan seorang pria memberikan
penghormatan kepada temannya yang
diduga ditembak mati, dan tak ada kaitan
dengan Covid-19
Sebuah unggahan berbahasa asing membagikan grafik yang menunjukkan bahwa partikel
virus penyebab Covid-19 cukup kecil untuk melewati masker tertentu, sehingga masker
diklaim tidak dapat memblokir partikel virus penyebab Covid-19.
Dilansir dari AFP, klaim ini adalah keliru. Pakar kesehatan mengatakan virus selalu
terikat pada partikel yang lebih besar saat menyebar di udara. Partikel yang lebih besar ini
biasanya disebarkan melalui tetesan (droplets) bersin atau batuk, sehingga cukup besar
untuk disaring dengan masker. Menurut Jung Jae-hun, Profesor pengobatan pencegahan
di Fakultas Kedokteran dan Sains Universitas Gachon, partikel mikroskopis dapat ditangkap
oleh filter elektrostatis di masker. Selanjutnya, jika kita dapat memblokir droplets, artinya
kita dapat menghentikan virus yang terkandung di dalamnya. Sementara itu, WHO juga
telah merekomendasikan pemakaian masker untuk membantu mencegah penyebaran
Covid-19.
terbit sebuah unggahan di media sosial yang menyebutkan bahwa uji coba
vaksin AstraZeneca kepada anak-anak menyebabkan kematian mendadak.
Karena insiden itu, uji coba ini dihentikan sementara.
Dilansir dari lama Kumparan.com, yang mengutip dari lembaga pengecekan
fakta Fullfact.org, klaim ini merupakan tidak benar alias hoaks. Universitas
Oxford Inggris telah melakukan uji coba vaksin AstraZeneca kepada anak-anak.
Proses ini ditunda, tetapi bukan karena kematian mendadak. Dalam uji
coba ini, tidak ada laporan anak yang meninggal. Selain itu juga BPOM
Inggris (MHRA) menghentikan uji coba vaksin ini karena adanya
kemungkinan pembekuan darah. Untuk itu, MHRA tidak merekomendasikan uji
coba vaksin untuk anak-anak.
Diunggah di media sosial Facebook, sebuah
foto yang menampilkan kantong berwarna
hitam yang sepintas terlihat seperti barisan
jenazah, dengan salah seorang membawa
kantong hitam ini. Dituliskan pada
unggahannya bahwa foto ini adalah
kegiatan syuting film horor untuk masyarakat
Indonesia agar mau divaksinasi Covid-19.
Faktanya, informasi pada unggahan yang
menerangkan bahwa foto ini merupakan
syuting film horor guna menciptakan
ketakutan masyarakat Indonesia agar mau
dilakukan vaksinasi Covid-19 adalah tidak benar.
Dilansir dari Cek Fakta Liputan6.com diketahui
bahwa foto ini merupakan kegiatan aksi
simbolik prosesi pemakaman dan
menempatkan tiruan jenazah dalam kantong
jenazah berwarna hitam, hal ini dilakukan
sebagai bentuk penghormatan kepada
orang-orang yang meninggal karena virus
Corona dan memprotes penanganan buruk
pemerintah terhadap pengangguran yang
disebabkan oleh pandemi. Aksi ini
dilaksanakan pada 27 Mei 2020 di Miami,
negara bagian Florida
terbit unggahan di media sosial Facebook dengan klaim yang menyebutkan bahwa
vaksinasi saat menstruasi bisa menurunkan kadar imun tubuh. Dalam unggahan itu
tertulis, wanita di atas 18 tahun tidak disarankan untuk disuntik vaksin Corona karena bisa
memberikan efek samping pada imun.
Dilansir dari laman Kumparan.com yang mengutip dari media India, the Quint, klaim yang
terbit ini adalah salah. Seorang ahli ginekologi dari RS Namaha India, Munjaal
Kapadia mengatakan, klaim ini merupakan mitos. Kapadia menegaskan, tidak ada
dampak pada kekebalan (imun) bagi wanita yang disuntik vaksin Corona saat menstruasi.
Dikutip dari Kompas.com, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan, Siti
Nadia Tarmizi menjelaskan bahwa vaksin tetap bisa dilaksanakan meskipun seseorang
sedang datang bulan. Saat ditanya bagaimana dengan mereka yang mengalami nyeri
haid hebat, Nadia mengatakan jika terdapat keluhan lain maka vaksinasi bisa ditunda.
Meski demikian pihaknya menegaskan bahwa pada prinsipnya, seseorang yang tengah
menstruasi tetap bisa disuntik vaksin.
terbit unggahan di media sosial Instagram sebuah video berdurasi 35.44 menit berisi
informasi bahwa orang yang sudah divaksin Covid-19 dapat menularkan penyakit
reproduksi kepada yang belum divaksin. Dalam unggahan video itu juga disebutkan,
terjadi lonjakan kasus keguguran dan pendarahan pasca menopause karena pasien
ini berada di dekat orang yang sudah divaksin.
Berdasarkan penelusuran Kumparan.com, klaim yang terbit ini adalah hoaks dan
menyesatkan. Dikutip dari Reuters, perwakilan dari American College of Obstetricians and
Gynecologists, Christopher Zahn menyatakan, unggahan semacam itu merupakan
konspirasi yang sengaja dibuat untuk melemahkan kepercayaan seseorang terhadap
vaksin Corona. Dikutip dari situs Satgas Covid-19, vaksin bekerja dengan merangsang
pembentukan kekebalan tubuh secara spesifik terhadap virus penyebab penyakit tertentu.
Sehingga apabila terpapar, seseorang akan bisa terhindar dari penularan ataupun sakit
berat akibat penyakit ini.
terbit sebuah informasi pada grup media sosial Facebook yang menyebut bahwa Ketua DPRD
Kabupaten Mimika, Robby K Omaleng meninggal dunia karena vaksin. Pada keterangan
disebutkan bahwa Ketua DPRD Mimika mengalami serangan jantung setelah dua hari
mendapatkan vaksin. Dalam unggahan ini juga memuat sebuah video yang diklaim
merupakan sosok Ketua DPRD Mimika yang sedang mendapatkan vaksin.
Melansir dari laman seputarpapua.com, Ketua DPRD Kabupaten Mimika, yakni Robby K Omaleng
sebelumnya Kamis 22 April 2021 pukul 09.00 dikabarkan sempat melakukan kunjungan ke wilayah
PT PAL, Jalan Trans Nabire, usai melakukan kunjungan Robby K Omaleng dibawa ke Rumah Sakit
Mitra Masyarakat (RSMM) untuk diberikan penanganan lebih lanjut setelah merasakan kesakitan
pada bagian dada. Namun setelah dilakukan penanganan selama 30 menit, Robby K Omaleng
dinyatakan meninggal dunia dengan diagnosa serangan jantung. Pimpinan Pelayanan Medis
RSMM, yakni dr. Nina mengatakan bahwa almarhum tiba di rumah sakit dengan kondisi syok
serangan jantung dan tingkat kesadaran menurun.
terbit sebuah informasi berupa selebaran yang
menyebutkan bahwa Gubernur Nusa Tenggara
Barat (NTB), Zulkieflimansyah tidak melarang
mudik lebaran 1442 H.
Dilansir dari medcom.id, klaim bahwa Gubernur
NTB tidak melarang mudik lebaran secara
keseluruhan, adalah keliru. Faktanya,
Zulkieflimansyah selaku Gubernur NTB
menjelaskan maksud pernyataannya ini.
Zulkieflimansyah meluruskan pernyataan ini
adalah terkait mudik lokal di NTB. Dalam hal ini, Zul
menilai tidak perlu ada pembatasan berlebihan
terkait praktik mudik lokal warga yang masih
berada di seputar NTB dengan mengedepankan
protokol kesehatan. Adapun penjelasan yang
dikutip dari republika.co.id, Zulkieflimansyah
menegaskan bahwa kebijakan larangan mudik
tetap mengikuti ketentuan pusat. Ia mengatakan
tidak mungkin kebijakan di Daerah berbeda
dengan kebijakan Pemerintah Pusat.
terbit di media sosial Facebook sebuah video yang menampilkan sejumlah orang
yang tergeletak di jalan dan tidak sadarkan diri. Video ini diklaim sebagai video
korban Covid-19 berjatuhan di India.
Dikutip dari cek fakta Liputan6.com, klaim pada video ini adalah keliru. Video
ini benar adanya, namun sejumlah orang yang tergeletak dan tidak sadarkan diri
bukanlah korban Covid-19 di India. Faktanya, sejumlah orang dalam video ini
adalah korban kebocoran gas di tengah malam yang muncul dari pabrik kimia ketika
penerapan lockdown untuk menghentikan penyebaran Covid-19. Gas ini berasal
dari pabrik yang dioperasikan oleh LG Polymers, sebuah unit pembuat petrokimia
terbesar asal Korea Selatan, LG Chem Ltd.
terbit sebuah informasi di media sosial bahwa mengkonsumsi bawang mentah
dicampur dengan garam bisa mengubah positif Covid-19 menjadi negatif hanya dalam
waktu 15 menit. Unggahan informasi ini meluas di Facebook terutama di India.
Dilansir dari situs thequint.com, hingga 19 April 2021, baik WHO maupun otoritas
kesehatan di India tidak menyarankan pengobatan rumahan apapun sebagai obat untuk
Covid-19. Para ilmuwan dari Jerman telah membuat hipotesis tentang penggunaan
bawang dalam pengobatan Covid-19, tetapi sejauh ini belum ada eksperimen yang
dilakukan untuk membuktikan hipotesis ini. Selanjutnya, Dr. S. Krishnaswamy, salah
satu pendiri Indian Scientists Response to Covid-19 dan Pensiunan Profesor Bioinformatika
Universitas Madurai Kamraj, menjelaskan bahwa meski bawang merah dan bawang putih
memiliki senyawa yang menunjukkan aktivitas antivirus, mereka tidak dapat
menyembuhkan Covid-19 atau membuat satu tes menjadi negatif
terbit sebuah video di media sosial Facebook yang memperlihatkan seseorang sedang menguji coba alat rapid
test antigen dengan cara diteteskan dengan air keran. Disebutkan bahwa setelah alat rapid test antigen
diberikan air keran hasilnya menunjukkan positif Covid-19. Video ini disertai narasi "Covid yg bikin confused
Swab uji tes antigen dgn tetes air keran,dan apa yg terjadi, air pun positif kopit".
Dikutip dari cek fakta Liputan6.com, klaim alat rapid test antigen jika diberikan air keran akan memberikan hasil
positif adalah tidak benar. Menurut Prof. Bimo A. Tejo Ph.D, Ilmuan Kimia & Bioteknologi Universiti Putra Malaysia,
menjelaskan hasil rapid test menjadi positif saat menggunakan air keran karena tidak mengikuti instruksi yang
diberikan oleh pabrikan alat rapid test ini. Dalam video yang terbit, pengujian tidak memakai larutan
penyangga (buffer) yang seharusnya dipakai saat menggunakan alat ini. Pembuat video hanya meneteskan
air keran dan menunggu hasilnya dalam beberapa saat. Prof. Bimo lanjut menjelaskan bahwa alat rapid test
antigen sangat sensitif terhadap keasaman (pH) sampel yang digunakan. Oleh sebab itu sampel swab hidung
harus dimasukkan ke dalam larutan penyangga (buffer) supaya keasamannya stabil di kisaran pH 7-8.
terbit sebuah video disertai dengan keterangan yang mengklaim seorang Pejabat
Pemerintah Denmark, meninggal dunia karena diracun saat mengumumkan larangan
penggunaan vaksin Covid-19 AstraZeneca. Video ini terbit di media sosial Facebook.
Dikutip dari Cekfakta.tempo.co, klaim bahwa seorang Pejabat Pemerintah Denmark,
meninggal dunia karena diracun saat mengumumkan larangan penggunaan vaksin Covid-19
AstraZeneca adalah keliru. Pejabat ini diketahui bernama Tanja Erichsen yang
merupakan Kepala Badan Obat-obatan Denmark. Dalam video ini, ia hanya pingsan
karena kelelahan, bukan meninggal karena diracun.
terbit di media sosial Facebook sebuah unggahan narasi yang mengklaim bahwa
campuran kamper, cengkeh, biji carom dan minyak kayu putih dapat
meningkatkan kadar oksigen. Klaim ini dikaitkan dengan fenomena
berkurangnya kadar oksigen yang dialami oleh pasien Covid-19.
Dilansir dari Kumparan.com, klaim ini tidak benar atau hoaks. Dalam
penelitian yang diterbitkan oleh Universitas Szeged, Hungaria, kamper hanya
meningkatkan aliran udara melalui hidung. Sementara itu, pada pasien Covid-19
penurunan oksigen bukan disebabkan oleh penyumbatan hidung, melainkan
karena kerusakan pada paru-paru. Penggunaan kamper justru dapat
menyebabkan keracunan pada manusia, terutama anak-anak. Selain itu,
kandungan biji carom memiliki cara kerja yang sama dengan kamper, yaitu hanya
dapat menghilangkan penyumbatan di hidung, bukan meningkatkan kadar
oksigen.
terbit unggahan video di media sosial Instagram dengan narasi yang menyebutkan
bahwa seorang kakek dalam video ini ditangkap oleh Polisi karena tidak memakai
masker setelah vaksinasi.
Faktanya, kakek dalam video ini ditahan Polisi Metropolitan London karena
melanggar pembatasan Covid-19 saat demo mendukung pendiri Wikileaks di luar
pengadilan London pada 6 Januari 2021, bukan karena tidak memakai masker setelah
vaksinasi. Berdasarkan hasil penelusuran Turnbackhoax.id, ditemukan video yang sama
dalam akun Youtube Storyful Rights Management yang diunggah pada 6 Januari 2021
dengan judul “Police Arrest Elderly Man as Julian Assange is Denied Bail in London”.
Dalam keterangannya, Storyful Rights Management menjelaskan bahwa video ini
terekam saat demo mendukung pendiri Wikileaks, Julian Assange yang jaminannya
ditolak di luar pengadilan London pada 6 Januari 2021. Seorang pria berusia 92 tahun yang
bernama Eric Levy bersama dengan 6 orang lainnya ditahan Polisi Metropolitan London
karena melanggar aturan pembatasan Covid-19.
terbit unggahan di media sosial Facebook berisi gambar hasil tangkapan layar dari
sebuah artikel berjudul “Pfizer Announces COVID-19 Vaccine Upgrade, Now Includes
Microsoft Chip For Reduced Symptoms”. Narasi dalam judul artikel ini mengklaim
bahwa kini Pfizer mengumumkan telah melakukan upgrade vaksin Covid-19 dengan
menyertakan Chip Microsoft untuk mengurangi gejala yang timbul.
Berdasarkan hasil penelusuran, diketahui artikel ini diambil dari sebuah situs satir
bernama Thestonkmarket.com. Dilansir dari Reuters.com, Thestonkmarket.com dalam
catatan pada situsnya telah menyatakan diri sebagai situs satir keuangan yang memiliki
misi untuk memberikan humor harian. Penulis asli bermaksud agar artikel ini
memiliki efek humor. Namun, salinan yang dibagikan di media sosial telah mengakibatkan
beberapa pengguna mempercayai artikel ini sebagai klaim yang benar. Selanjutnya
dikutip dari AFP, pencarian online dari arsip rilis media untuk Pfizer dan Microsoft
menemukan bahwa tidak ada perusahaan yang mengumumkan rencana untuk merilis
“vaccine upgrade”. Adapun terkait adanya Chip Microsoft dalam vaksin merupakan berita
hoaks yang telah banyak dibantah.
terbit sebuah narasi di media sosial terkait vaksin Covid-19. Narasi ini memberikan
pernyataan bahwa "Kenaikan antibodi setelah divaksin adalah limfositosis. Jika limfosit
pembunuh sudah ada maka bye-bye dunia". Pernyataan ini seolah memberikan
informasi vaksin Covid-19 berbahaya bagi tubuh dan dapat menyebabkan kematian.
Faktanya, pernyataan pada unggahan ini adalah tidak tepat dan cenderung
menyesatkan. Dilansir dari Tempo.co, diketahui bahwa pemberian vaksin, termasuk vaksin
Covid-19 memang menyebabkan limfositosis. Akan tetapi, naiknya kadar limfosit pasca
vaksinasi berguna untuk membentuk antibodi yang justru bermanfaat untuk mencegah
atau mengurangi keparahan akibat infeksi Covid-19. Hal ini dibenarkan pula oleh
pakar patologi klinis dari Universitas Sebelas Maret, Tonang Dwi Ardiyanto yang
menyatakan bahwa dosis vaksin Covid-19 sudah terukur dan tidak menimbulkan lonjakan
limfosit yang tinggi.
terbit sebuah unggahan di media sosial Instagram berisi narasi yang mengklaim vaksin
Covid-19 bisa menyebabkan disfungsi ereksi atau impotensi pada pria. Pengunggah dalam
narasinya menyebut sejumlah satpam di Semarang, Jawa Tengah, mengalami impotensi
setelah diberikan vaksin Covid-19.
Setelah ditelusuri, klaim vaksin Covid-19 bisa menyebabkan disfungsi ereksi adalah hoaks.
Dikutip dari Kumparan.com, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes, dr. Siti Nadia
Tarmizi, M.Epid menegaskan bahwa berdasarkan hasil uji klinis tidak ditemukan efek
samping yang berdampak pada alat kelamin. Ia juga menyebut pada prinsipnya vaksin
Covid-19 merangsang sistem kekebalan tubuh. Tidak ada bahan pendukung di dalam
vaksin yang berpotensi menyebabkan impotensi.
terbit narasi di media sosial sebuah klaim yang menyebutkan generasi zombie
akan lahir karena proses vaksinasi Corona. Dalam narasi ini juga
menyebutkan, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat
(CDC) telah menyiapkan situs khusus yang ditujukan sebagai persiapan dalam
'Kesiapsiagaan Zombie'.
Dikutip dari USA Today, klaim vaksin Corona bisa lahirkan generasi zombie adalah
hoaks. CDC telah menyiapkan kesiapsiagaan zombie juga keliru. Faktanya, dalam
situs ini berisi sejumlah informasi terkait imbauan badai di Amerika Serikat
dengan menggunakan pemeran fiktif zombie.
terbit unggahan di media sosial Facebook yang
menyebutkan bahwa semua hewan yang digunakan
dalam uji coba vaksin Corona mati dalam beberapa
bulan. Unggahan itu juga berisi klaim bahwa hewan
ini mati karena gangguan kekebalan dan
gagal jantung.
Dilansir dari kumparan.com, lembaga pengecekan
fakta fullfact.org mengungkap unggahan itu berasal
dari penelitian yang berkaitan dengan sindrom
pernapasan akut pada 2012. Studi ini tidak
fokus pada Corona dan menggunakan teknologi
yang berbeda dengan vaksinasi Covid-19. Situs
ini menegaskan, dalam laporan itu, semua
hewan memang disuntik mati. Akan tetapi, informasi
ini tidak ditulis dalam unggahan Facebook. Kepada
Fullfact, Kepala Kebijakan dan Media Understanding
Animal Research Inggris, Chris Magee, mengatakan
vaksin corona telah diujicobakan kepada hewan.
Akan tetapi, hingga kini belum ada data hewan
ini mati mendadak. Ia menegaskan, jika ada
laporan kematian terhadap hewan ini, uji coba
vaksin pada manusia otomatis akan dihentikan.
terbit sebuah video pendek berbahasa asing yang berisi klaim bahwa vaksinasi Covid-19
hanya percobaan. Pria dalam video itu menyebut jika vaksinasi Covid-19 di seluruh dunia
saat ini sebenarnya hanyalah sebuah uji klinis yang tidak wajib diikuti karena hanya
mengantongi Izin Penggunaan Darurat (Emergency Use Authorization) saja.
Dilansir dari Tim cekfakta.tempo.co, klaim dalam video ini menyesatkan.
Vaksin-vaksin Covid-19 yang digunakan dengan Izin Penggunaan Darurat (Emergency Use
Authorization atau EUA) juga memiliki standar keamanan dan keefektifan, sehingga bukan
untuk percobaan. Penggunaan EUA dalam situasi darurat kesehatan pun telah diizinkan
oleh WHO. WHO telah mengeluarkan Daftar EUA vaksin yang hanya dipakai selama
keadaan darurat kesehatan masyarakat. Tujuannya adalah untuk mempercepat
ketersediaan vaksin bagi orang yang membutuhkan. Sementara itu, BPOM RI pun telah
memberikan EUA pada vaksin CoronaVac (Sinovac) berdasarkan pada hasil dari uji klinis di
Bandung yang menunjukkan efikasi sebesar 65,3 persen. Sementara laporan efikasi vaksin
di Turki sebesar 91,25 persen dan di Brasil sebesar 78 persen. Hasil ini telah memenuhi
persyaratan WHO, di mana minimal efikasi vaksin adalah 50 persen.
terbit sebuah surat terbuka yang ditujukan
kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Surat ini berisi imbauan untuk
menghentikan vaksinasi Covid-19 yang
sedang berlangsung di seluruh dunia saat ini.
Pengunggah dalam surat terbukanya itu
menyebut vaksinasi massal harus dihentikan
sebelum menghasilkan varian virus Corona
yang lebih mematikan dan meningkatkan
risiko bagi orang yang lebih muda.
Faktanya, dikutip dari Factcheck.afp.com
imbauan ataupun klaim yang ada dalam surat
terbuka ini tidak benar. Menurut para
ahli medis, vaksinasi sangat dibutuhkan
untuk mengendalikan mutasi virus. Hal
senada juga disampaikan oleh Gary McLean,
seorang profesor imunologi molekuler di
London Metropolitan University. Ia menyebut
vaksinasi dapat menghambat penyebaran
virus.
terbit di media sosial Twitter sebuah tangkapan layar berisi narasi yang
mengklaim bahwa Covid-19 bukan disebabkan oleh virus, melainkan karena
kekurangan vitamin C, Vitamin B dan Zinc.
Dilansir dari covid19.go.id, klaim ini adalah keliru. Berdasarkan situs resmi
WHO, Covid-19 disebabkan oleh Virus Corona varian baru yang bernama
SARS-Cov-2. Sementara itu, Kekurangan vitamin C, B dan Zinc berpengaruh pada
tingkat kekebalan serta sistem metabolisme tubuh, namun tidak menjadikannya
sebagai penyebab seseorang terpapar Covid-19. Mengonsumsi vitamin dan
suplemen dalam takaran tertentu juga belum bisa dibuktikan dapat
menyembuhkan Covid-19. WHO mengatakan bahwa segala bentuk vitamin dan
suplemen tidak dapat mencegah Covid-19 dan tidak dapat dijadikan acuan
perawatan dalam menangani Covid-19.
terbit sebuah gambar hasil tangkapan layar di media
sosial dengan narasi yang menyebutkan bahwa mRNA
bukan vaksin melainkan terapi gen yang memberikan
instruksi untuk mutasi virus. Dalam narasi juga
disebutkan adanya prediksi kematian pasca injeksi
mRNA yakni 5-10 tahun dan untuk lansia 2-3 tahun.
Berdasarkan hasil penelusuran tim pencari fakta FAFHH,
klaim bahwa mRNA bukan vaksin melainkan terapi gen
yang memberikan instruksi untuk mutasi virus adalah
keliru. Faktanya, instruksi yang dilakukan oleh mRNA
bukanlah instruksi untuk mutasi virus melainkan
instruksi untuk memicu respons imun. Vaksin yang
berbasis mRNA menginstruksikan sel-sel dalam tubuh
untuk membuat protein, sehingga membentuk antibodi
yang dapat mencegah infeksi virus. Dilansir dari
liputan6.com, relawan dokter Covid-19 Indonesia, dr.
Muhamad Fajri Adda’i, menyatakan bahwa vaksin yang
berbasis mRNA menggunakan protein dari virus yang
tidak aktif. Vaksin yang mengandung protein ini
disuntikkan ke dalam tubuh manusia, yang kemudian
membentuk antibodi dan sel-sel imun lain agar dapat
melawan virus yang masuk dalam tubuh. Lebih lanjut,
dalam artikel dw.com berjudul “Coronavirus vaccines:
Fake news and myths go viral”, Institut Paul-Ehrlich,
menjelaskan bahwa integrasi RNA ke dalam DNA tidak
dimungkinkan karena perbedaan struktur kimianya.
Selain itu, belum ada penelitian yang membuktikan
mRNA yang bereaksi dalam tubuh setelah divaksinasi
dapat mengubah DNA manusia, termasuk
menyebabkan kematian setelah 5-10 tahun atau 2-3
tahun untuk lansia.
terbit informasi melalui Broadcast WhatsApp yang menyebutkan penyintas Covid-19
dapat langsung divaksinasi dengan syarat isolasi selama 10 hari. Narasi pesan ini
juga menyebut penyintas tidak harus menunggu selama 3 bulan untuk bisa
mendapatkan vaksin.
Faktanya, kabar yang terbit melalui pesan berantai WhatsApp ini adalah tidak
benar dan menyesatkan. Dikutip dari situs Jala Hoaks Pemprov DKI Jakarta, Dinas
Kesehatan Provinsi DKI Jakarta menegaskan bahwa penyintas Covid-19 tidak dianjurkan
menerima vaksin setelah isolasi 10 hari. Kementerian Kesehatan RI juga telah menyusun
peraturan terkait vaksinasi penyintas Covid-19 yaitu, apabila penyintas belum pernah
melakukan suntik vaksin Covid-19 dosis 1, maka harus menunggu 3 bulan dari sembuh
agar bisa mendapatkan suntikan dosis 1. Berikutnya, apabila penyintas sudah pernah
mendapatkan suntik vaksin dosis 1, maka dosis 2 tetap bisa diberikan 28 hari setelah
dosis 1 dan sudah dinyatakan sembuh
terbit sebuah unggahan di Facebook yang
mengatakan bahwa Kota Tarakan, Kalimantan
Utara bebas dari Covid-19. Dalam narasi
dikatakan bahwa sudah tidak ada kasus
Covid-19 di Kota Tarakan. Selain itu, bebasnya
Kota Tarakan dari kasus Covid-19 karena para
dokter di Kota Tarakan yang melakukan uji coba
sendiri dan membuktikan bahwa alat uji swab
antigen PCR tidak dapat mendiagnosa secara
akurat. Narasi dalam unggahan ini juga
mengatakan bahwa dokter di Kota Tarakan
tidak memberikan obat kepada orang yang
sudah bergejala Covid-19 yang membuat Kota
Tarakan bebas dari Covid-19.
Setelah dilakukan penelusuran, hal ini
tidak benar. Dilansir dari situs resmi Gugus
Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, per 12
April 2021 persentase kasus Covid-19 di Provinsi
Kalimantan Utara mencapai angka 0.7% dengan
besaran kasus sebanyak 11.398. Dari besaran
kasus ini, Kota Tarakan merupakan kota
dengan kasus positif Covid-19 tertinggi di
Provinsi Kalimantan Utara. Sedangkan per
tanggal 14 April 2021 kasus positif Covid-19 di
Kota Tarakan mencapai 5.980 kasus.
terbit sebuah unggahan di media sosial
Instagram yang menyebutkan, WHO telah
menyatakan bahwa tes PCR Covid-19
berbasis jumlah ambang batas Cycle
Threshold atau CT yang selama ini telah
dilakukan ternyata memiliki hasil yang
cacat. Unggahan ini menyebutkan
pula bahwa estimasi pasien yang
terdeteksi positif melalui tes PCR dan
lockdown yang telah dilaksanakan adalah
sebuah kekeliruan yang tidak berdasar.
Dilansir dari turnbackhoax.id, diketahui
bahwa WHO tidak pernah menyatakan
bahwa tes PCR merupakan tes yang cacat
dan sama sekali tidak menjadi penentu
seseorang dinyatakan positif Covid-19 atau
tidak. Menurut detik.com, PCR atau
Polymerase Chain Reaction dinilai masih
akurat dibandingkan dengan Swab
Antigen ataupun Rapid Test.
terbit informasi di media sosial yang mengklaim bahwa seseorang yang sudah pernah
terinfeksi Covid-19 tidak perlu lagi mendapatkan vaksin.
Dilansir dari detik.health.com, seseorang yang pernah terinfeksi Covid-19 secara umum
tubuhnya akan membentuk kekebalan alami. Namun, Kepala konsultan imunisasi WHO,
Alejandro Cravioto, mengatakan pada akhirnya tetap disarankan sebanyak-banyaknya orang
untuk divaksinasi. Hal ini dikarenakan kekebalan yang terbentuk dari infeksi alami tidak
bersifat permanen, sehingga mungkin saja orang yang pernah terinfeksi Covid-19 sudah
tidak kebal. Charles Bailey, MD, Direktur Medis untuk pencegahan infeksi di Rumah Sakit
Providence St. Joseph, California mengatakan, ketika seseorang yang pernah terjangkit
Covid-19 mendapatkan vaksinasi, kekebalan mereka secara efektif meningkat yang berarti
diharapkan terlindungi lebih lama. Selanjutnya dilansir dari klikdokter.com, pada dasarnya
sistem imunitas tubuh manusia mempunyai sel memori. Ketika terjadi infeksi, sel memori
itu akan melakukan flashback, lalu memproduksi antibodi dalam jumlah banyak. Akan
tetapi ingatan dari sel ini tidak bertahan lama. Setelah tiga bulan, jumlah antibodi
akan berkurang dan kemampuan sel memori juga menurun. Atas dasar itu, para penyintas
Covid-19 sebaiknya menerima vaksinasi setelah 3 bulan
terbit unggahan di media sosial Facebook yang
berisi data terkait kematian akibat vaksin Covid-19
yang diklaim bersumber dari Badan Kesehatan
Dunia (WHO). Pengunggah menuliskan, 377
orang dari setiap 100.000 orang meninggal
karena vaksin Covid-19. Dalam postingan itu
tertulis, menurut studi WHO yang bocor, jika
mereka menghentikan vaksinasi, minimal 377
orang dari setiap 100 ribu orang yang seharusnya
disuntik akan hidup.
Dilansir dari Kumparan.com yang mengutip dari
Reuters, pada akhir Maret 2021, WHO melaporkan
vaksin Covid-19 aman dan efektif. Laporan itu
dibuat menyusul adanya kasus pembekuan darah
yang dikaitkan dengan pemberian vaksin
AstraZeneca. Reuters juga menegaskan, pihaknya
tidak menemukan data-data terkait kematian
yang diklaim oleh pengguna Facebook ini.
Pihak WHO juga telah memberikan pernyataan
bahwa data ini tidak pernah ada. Lembaga
ini menambahkan, "vaksin, seperti semua
obat, dapat memiliki efek samping. Pemberian
vaksin didasarkan pada analisis risiko versus
manfaat".
Sebuah narasi terbit di media sosial Facebook
mengklaim bahwa penderita asidosis laktat akan
selalu positif Covid-19 saat di tes menggunakan
mesin PCR. Narasi itu juga mengatakan hasil rapid
test akan reaktif jika darah mengalami asidosis.
Berdasarkan penelusuran, narasi yang mengklaim
bahwa asidosis laktat menyebabkan mesin PCR
mengeluarkan hasil positif Covid-19 adalah tidak
benar alias hoaks. Epidemiolog dari Griffith
University Australia, Dicky Budiman menjelaskan
bahwa informasi yang terbit itu mengandung
logika medis atau ilmiah yang tidak sinkron. Pada
kasus Covid-19 memang cenderung terjadi asidosis
laktat. Hal ini disebabkan oleh sifat dari virus
SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 yang "rakus" oksigen
dalam tubuh manusia. Dicky meluruskan, asidosis
laktat adalah salah satu efek yang ditimbulkan dari
infeksi Virus Corona, bukan penyebab infeksi
terdeteksi oleh mesin PCR. Selain itu, Dicky
mengatakan, teknik pemeriksaan RT-PCR adalah
teknik yang sangat spesifik, yakni memeriksa
keberadaan DNA virus SARS-CoV-2 dari sampel yang
telah dimurnikan.
terbit di media sosial Facebook informasi yang mengklaim penggunaan masker dapat
menyebabkan kematian yang disebabkan oleh Covid-19. Dikatakan bahwa kematian bisa
terjadi karena masker menghalangi virus yang keluar ketika bernafas atau bersin. Akibatnya
masker memuat lebih banyak virus yang menyebabkan sistem imun tubuh harus
menghadapi lebih banyak virus karena virus tidak dikeluarkan.
Dilansir dari covid19.go.id, klaim ini adalah keliru. Faktanya, penggunaan masker
ketika bersin tidak membuat virus terhirup kembali. Adapun menurut dr. Jaka Pradipta,
seorang dokter spesialis paru di RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet mengatakan bahwa
masker yang digunakan oleh seseorang ketika bersin hanya membuat masker ini
infeksius atau memuat banyak virus, sehingga masker perlu diganti. Hal ini juga
mengindikasikan bahwa penggunaan masker ketika bersin tidak membuat kondisi
kesehatan seseorang bertambah buruk. Penggunaan masker ketika bersin juga merupakan
salah satu etika bersin dan batuk. Dengan tidak menggunakan masker ketika batuk atau
bersin justru akan membahayakan kesehatan orang lain karena adanya tetesan air atau
droplets yang menyebar melalui pernapasan
terbit unggahan di media sosial Facebook yang
membagikan tangkapan layar berita dengan judul
"Sinovac Tak Bersertifikat WHO, Jemaah yang Divaksin
Pakai Itu Dilarang Umroh?", disertai narasi yang
menyebutkan bahwa "Setelah Menggelontorkan Dana
sebesar 20,9 Triliun untuk membayar Vacsin Sinovac
buatan China, Ternyata Vacsin Sinovac ini Ilegal
karena tidak Bersertifikat WHO".
Dilansir dari Liputan6.com, klaim Vaksin Covid-19
Sinovac ilegal karena tidak bersertifikat WHO adalah
tidak benar. Juru Bicara Vaksin Covid-19 Kementerian
Kesehatan (Kemenkes), dr. Siti Nadia Tarmizi
menyatakan bahwa Vaksin Covid-19 buatan Sinovac
sudah masuk dalam daftar yang dikeluarkan WHO.
Akan tetapi vaksin Sinovac belum masuk Emergency
Use Listing (EUL) yang merupakan mekanisme untuk
Covax Facility, tetapi Vaksin Sinovac sendiri sudah ada
di landscape vaksin Covid-19 yang dikeluarkan WHO, uji
klinis 1 dan 2 juga sudah ada publikasinya. Adapun
mengenai belum tercantumnya Sinovac sebagai vaksin
yang diperbolehkan untuk ibadah umrah maupun haji,
Bambang Heriyanto selaku Juru Bicara Vaksinasi dari
Bio Farma menyatakan bahwa vaksin Sinovac sudah
dalam proses sertifikasi atau registrasi ke WHO untuk
mendapatkan EU
terbit sebuah artikel yang berisi klaim bahwa Cina berbohong tentang asal-usul virus
Corona. Artikel itu berisi penjelasan bahwa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menemukan
peternakan satwa liar di Cina yang menjadi sumber pandemi Covid-19. Informasi ini
diklaim berasal dari situs Intisari Grid, yang mengutip situs sains luar negeri Live Science
pada 18 Maret 2021.
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, artikel yang berisi klaim bahwa Cina berbohong
tentang asal-usul virus Corona adalah menyesatkan. Artikel ini memang diambil dari
Intisari Grid, namun hanya sebagian kecil dan tidak menyeluruh, sehingga kurang
memberikan informasi yang jelas. Artikel Intisari Grid pun berasal dari berita Kompas.com
yang berjudul "Dari Mana Covid-19 Berasal, WHO Ungkap Hasil Investigasinya". Namun,
dalam berita ini, tidak ada penjelasan bahwa Cina melakukan kebohongan. Sumber virus
Corona penyebab Covid-19 masih ditelusuri oleh WHO
terbit unggahan di media sosial Facebook
yang memperlihatkan foto seorang bayi dengan
ruam di sekujur tubuh bagian perutnya.
Unggahan ini diklaim sebagai foto bayi
yang mengalami reaksi alergi setelah ibunya
mendapat suntikan vaksin Covid-19.
Dikutip dari laman Kumparan.com, foto dalam
gambar ini bukan merupakan bayi dari
seorang ibu yang mendapat vaksin Covid-19. Cek
fakta USA Today telah memastikan bahwa foto
bayi ini tidak ada kaitan dengan bayi yang
dikabarkan meninggal karena sang ibu
mendapat suntikan vaksin Covid-19. Ibu
menyusui termasuk dalam kategori aman
mendapat injeksi vaksin Covid-19. Academy of
Breastfeeding Medicine menjelaskan, kecil
kemungkinan lipid vaksin dapat memasuki
aliran darah dan mencapai jaringan payudara.
Jika mRNA yang terdapat dalam vaksin masuk
ke dalam susu ibu, tidak akan menimbulkan
efek biologis yang membahayakan. Keamanan
Vaksin COVID-19 bagi ibu menyusui juga
ditegaskan oleh Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia melalui Surat Edaran No.
HK.02.02/11/368/2021, sebagaimana diberitakan
oleh detik.com.
terbit sebuah video TikTok yang diunggah
kembali di media sosial Facebook
menyebutkan bahwa Polisi Prancis menolak
lockdown. Unggahan ini disertai narasi
"Polisi PRANCIS telah terlihat dalam video
yang menjatuhkan borgol mereka dalam
pandangan yang tidak akan mengambil
bagian dalam lockdown".
Dikutip dari cek fakta Medcom.id, klaim
bahwa video ini merupakan simbol
Polisi Prancis menolak lockdown adalah salah.
Faktanya, video itu tidak ada kaitannya
dengan lockdown yang populer di masa
pandemi Covid-19. Video ini
memperlihatkan unjuk rasa yang dilakukan
polisi Prancis pada Juni 2020 lalu. Polisi
Prancis menolak dinilai brutal dan rasis
terbit informasi melalui broadcast WhatsApp mengenai negara-negara yang
tidak memakai masker seperti Kamboja dan Swiss tingkat kematiannya dalam
kasus pandemi Covid-19 nol persen.
Dilansir dari Liputan6.com, klaim yang menyebut Kamboja dan Swiss tidak ada
kematian selama pandemi Covid-19 adalah tidak benar. Dalam website resmi
Pemerintah Swiss terkait informasi Covid-19, Swissinfo.ch, jumlah kematian akibat
Covid-19 mencapai 9.792 orang per 8 April 2021. Sementara itu, dilansir dari
Phnompenhpost.com, data terkait informasi Covid-19 di Kamboja per 8 April 2021,
terdapat 24 orang meninggal dunia akibat Covid-19. Adapun mengenai pemakaian
masker di Swiss dijelaskan pemakaian masker di tempat umum wajib sejak 6 Juli
2020. Sedangkan di Kamboja pemakaian masker diwajibkan di tempat umum
daerah zona merah sejak 24 Maret 2021.
terbit pesan berantai yang berisi informasi mengenai vaksinasi massal bagi
masyarakat yang berusia di bawah 60 tahun yang akan diadakan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara di Jalan Prof. HM Yamin, Serdang atau tepatnya
berada di seberang Hotel Cordela yang akan berlangsung setiap hari mulai pukul
09.00 WIB. Disebutkan juga proses mendapatkan vaksinasi tidak perlu melakukan
pendaftaran dan hanya membawa KTP. Selain itu, dikatakan bahwa Dinas Kesehatan
akan membuka booth vaksin di berbagai tempat, termasuk di Lapangan Merdeka.
Faktanya, informasi ini tidak benar atau hoaks. Jubir Satgas Penanganan
Covid-19 Sumatera Utara yang juga Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara, dr. Aris Yudhariansyah menegaskan kegiatan ini tidak dilaksanakan oleh
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Untuk itu, ia mengimbau agar masyarakat
tidak mudah percaya terhadap informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
terbit sebuah unggahan video di Aplikasi Youtube dengan judul “masker impor
china ada cacing atau ulat. Waspada”. Dalam unggahan ini juga
diinformasikan bahwa sumber video dari tim tenaga Kesehatan RI.
Faktanya, serat kain yang bereaksi terhadap kondisi lembab, bukan Cacing, Ulat,
atau yang lainnya. Tampilan Cacing yang sesungguhnya terlihat berbeda di bawah
Mikroskop, lebih tebal tidak setipis serat kain dan terlihat organ dalamnya.
Selanjutnya terkait klaim “Sumber video dari tim tenaga kesehatan RI”, tidak ada
bukti bahwa pihak yang diklaim benar-benar menyatakan hal ini.
terbit sebuah narasi di media sosial Twitter terkait meninggalnya seorang anggota Brimob di
Maluku pasca mengikuti vaksinasi massal. Pada unggahan itu, disebutkan bahwa anggota Brimob
ini meninggal akibat Vaksin AstraZeneca dan juga banyak anggota Brimob yang hilang
kesadaran pasca vaksinasi.
Setelah ditelusuri, Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) Prof. Hindra
Irawan Safari mengatakan, Komandan Kompi Batalion Brimob Polda Maluku, Iptu LT meninggal
dunia bukan karena vaksin, melainkan akibat terinfeksi Covid-19. Berdasarkan hasil penelitian dan
audit Komnas KIPI, Iptu LT sudah terpapar Covid-19 sebelum disuntik Vaksin AstraZeneca pada 30
Maret 2021. Sementara itu, terkait laporan 20 anggota Brimob lainnya yang mengalami KIPI ringan
dengan gejala meriang, saat ini sudah dinyatakan sehat. Hal senada juga ditegaskan oleh Kadiv
Humas Polri, Inspektur Jenderal Argo Yuwono yang mengatakan, "Dilakukan sampel pemeriksaan
Covid-19 (RT - PCR) di RS Haulussy Ambon dengan hasil positif". Selanjutnya, Satgas Covid-19 telah
melakukan pelacakan atau tracing terhadap sejumlah orang yang berkontak.
terbit sebuah pesan singkat WhatsApp berisi informasi bahwa masyarakat bisa
mendapatkan Vaksin Covid-19 yang diproduksi Sinovac secara mandiri dengan
membayar senilai 600 ribu rupiah. Pada narasi pesan yang terbit disebutkan bahwa
kegiatan vaksinasi mandiri ini bekerjasama dengan PolarClinic Surabaya dan
didukung oleh Kadin, Asproksi serta Dinkes yang akan dilaksanakan mulai 8 April 2021
bertempat di Kadin Surabaya.
Faktanya, menurut Koordinator Komunikasi Publik PMO Komite Penanganan Covid-19
dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Arya Sinulingga menegaskan bahwa
informasi ini adalah hoaks. Di sisi lain, sejauh ini Pemerintah melarang
pemberian Vaksin Sinovac dilakukan secara mandiri. Hal itu disampaikan Juru Bicara
Vaksinasi Covid-19 Kemenkes dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid.
terbit unggahan di media sosial Facebook yang menyebutkan alat rapid test Corona bisa
menyebabkan kanker karena dibersihkan dengan Etilen Oksida. Zat berupa gas ini
banyak digunakan untuk mensterilkan peralatan medis.
Faktanya, klaim yang menyebutkan pembersih alat rapid test Corona dengan Etilen Oksida
bisa menyebabkan kanker adalah tidak benar. Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan
Sosial Inggris (DHSC) di beberapa media, serta akun Twitter resmi-nya (@DHSCgovuk)
menegaskan bahwa informasi yang terbit ini tidak akurat dan berbahaya. Lembaga
ini juga memastikan, kandungan Etilen Oksida yang digunakan untuk membersihkan
(penyeka) alat ini hanya 1-21-2μg (sepersejuta gram). FDA, Lembaga BPOM Amerika
Serikat, juga mengungkapkan, perangkat medis juga disterilkan menggunakan Etilen
Oksida. Penggunaan zat ini paling efektif dalam membersihkan alat medis tanpa merusak
objek ini
terbit sebuah pesan berantai di aplikasi Whatsapp yang berisi informasi terkait protokol
kesehatan saat Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) di Universitas Brawijaya. Pada akhir
pesan tertulis sumber informasi ini berasal dari Ketua Satgas Covid-19 Universitas
Brawijaya, Dr. Sri Andini, M. Kes.
Faktanya melalui akun Facebook resminya, Universitas Brawijaya mengklarifikasi bahwa
berita yang terbit ini adalah hoaks. Pihaknya menegaskan, Universitas Brawijaya
belum mengumumkan dan menetapkan ketentuan peserta UTBK secara resmi. Adapun
untuk informasi lengkap terkait ketentuan dan hal yang berkaitan dengan UTBK akan
diumumkan di laman selma.ub.ac.id.
terbit sebuah cuplikan video di media sosial
Facebook, memperlihatkan tumpukan mayat
yang diklaim sebagai korban Covid-19. Dalam
video tumpukan mayat ini, terdapat salah
satu mayat yang terlihat sedang menghisap
rokok. Unggahan itu disertai dengan narasi yang
menyebut bahwa Covid-19 hanyalah lelucon dan
berita bohong.
Faktanya, klaim bahwa cuplikan video tumpukan
mayat merupakan korban Covid-19 adalah keliru.
Dilansir dari AFP, video ini merupakan
rekaman adegan dari proses pembuatan sebuah
video clip milik Husky, yang memiliki nama asli
Dmitri Kuznetsov yaitu salah satu rapper terkenal
asal Rusia. Video clip ini dirilis pada 26
September 2020. Video serupa juga pernah
diunggah dengan narasi yang salah seperti klaim
“video produksi mayat Corona”, dan juga sudah
dijelaskan oleh AFP sebagai konten yang keliru.
terbit sebuah informasi melalui pesan singkat yang mengatasnamakan Tim Vaksinasi. Pesan
singkat ini meminta data diri seperti, nama, alamat, nama ayah serta nama ibu.
Dikutip dari akun Twitter resmi Direktorat Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia
dan Kebudayaan, Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan
Informatika (@InfokomPMK), pesan ini merupakan informasi palsu. Jika menerima pesan
serupa, masyarakat diharapkan untuk waspada karena hal itu merupakan modus pencurian
data untuk mengumpulkan data pribadi penerima pesan.
terbit sebuah cuplikan video yang
menampilkan seorang laki-laki sedang
memberi pengumuman di hadapan massa
yang sedang antre dalam salah satu acara
vaksinasi pada tanggal 30 Maret 2021 di Istora
Senayan. Terdengar laki-laki ini
mengumumkan bahwa calon peserta
kategori pelayanan publik Muhammadiyah
dengan KTP non Islam tidak bisa diregistrasi.
Melalui situs resminya, Ketua Divisi
Komunikasi Informasi Muhammadiyah
Covid-19 Command Center (MCCC) Pimpinan
Pusat Muhammadiyah, Budi Santoso
mengklarifikasi bahwa isi video ini
sama sekali tidak benar. Ia menjelaskan jika
kegiatan vaksinasi itu sepenuhnya
diselenggarakan oleh pihak Kementerian
BUMN, sedangkan Muhammadiyah sebatas
sebagai mitra layanan vaksinasi. Personil
yang menjadi pemandu dalam kegiatan
ini juga bukan dari Muhammadiyah. Ia
menambahkan, Muhammadiyah konsisten
dalam mengemban misi kemanusiaan
secara inklusif untuk semua tanpa
memandang suku, agama, ras, dan bahkan
pilihan politik mana pun.
terbit gambar hasil tangkapan layar dari sebuah
tampilan platform belanja elektronik, Shopee
Malaysia disertai dengan klaim bahwa vaksin
Covid-19 Pfizer sudah dijual secara online. Dari
gambar yang dibagikan ini tampak vaksin
Pfizer dijual dengan harga 63,88 ringgit Malaysia
dan telah terjual sebanyak 17 item.
Faktanya, dilansir dari AFP, pihak Shopee telah
membantah kebenaran gambar ini dan
menyatakannya sebagai gambar palsu atau
gambar rekayasa. Shopee juga menegaskan
bahwa vaksin Covid-19 tidak pernah terdaftar
sebagai barang yang diperjualbelikan didalam
platformnya. Selanjutnya, Kementerian Kesehatan
Malaysia mengatakan hanya Pemerintah yang
dapat memasok vaksin Covid-19 dan penjualan
vaksin Covid-19 secara umum dilarang. Adapun
gambar vaksin Pfizer dengan tampilan serupa
ditemukan dalam situs reuters.com yang
diunggah pada 1 November 2020
terbit sebuah pesan singkat atau SMS, berisi pemberitahuan bahwa pemilik
nomor telepon yang menerima SMS telah terpilih dan mendapatkan dana bantuan
Covid-19 dari PT Pertamina Persero.
Dilansir dari Liputan6.com, kabar tentang PT Pertamina (Persero) membagikan
dana bantuan Covid-19 yang terbit melalui SMS adalah tidak benar. Faktanya,
Senior Vice President Corporate Communication & Investor Relation Pertamina,
Agus Suprijanto memastikan PT Pertamina (Persero) tidak pernah memberikan
dana bantuan Covid-19, apalagi yang terbit melalui SMS. Tautan yang disematkan
dalam SMS ini bukan situs resmi dari PT Pertamina (Persero).
terbit informasi di media sosial Facebook yang menyebutkan bahwa vaksin Covid-19
berbahaya bagi ibu yang menyusui. Dalam narasinya juga disebutkan vaksin Covid-19
dapat membahayakan bayi dari ibu yang menyusui.
Faktanya, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan
seorang ibu menyusui bisa menerima vaksin tanpa adanya syarat khusus, karena begitu
ibu ini sudah melahirkan dan mulai menyusui bayinya, maka sudah layak untuk
diberikan vaksinasi. Hal senada juga disampaikan oleh Direktur Kedokteran Janin Ibu di
Rumah Sakit Wanita Michigan MedicineVon Voigtlander, Dr. Molly Stout yang
menegaskan bahwa vaksin Covid-19 justru memberi manfaat bagi bayi dari penularan
virus karena antibodi dari ibu menyusui yang ditransfer ke ASI sebenarnya dapat
melindungi bayi yang menyusui.
terbit informasi di media sosial Facebook yang menyebutkan buah nanas
bisa menjadi salah satu solusi untuk pengobatan Covid-19. Dalam unggahan
ini ekstrak buah disebutkan mampu menurunkan protein akibat Virus
Corona.
Dilansir dari Kumparan.com, hal ini dibantah oleh Profesor David Morris.
Ia mengatakan bahwa minum nanas tidak akan menyembuhkan seseorang
dari penyakit Corona. Sebab, ekstrak ini harus dikombinasikan dengan
zat lain. Sebagai informasi tambahan, berdasarkan penelusuran AFP, foto yang
digunakan dalam unggahan itu berasal dari saluran berita Australia 7News
yang ditayangkan pada 18 Agustus 2020 di YouTube
terbit klaim di media sosial Facebook bahwa kata
AstraZeneca, nama perusahan yang memproduksi
vaksin Covid-19 di Inggris, berasal dari Bahasa Latin.
Kata ini jika diterjemahkan ke dalam Bahasa
Inggris berarti weapon that kills (senjata yang
membunuh).
Faktanya, klaim kata AstraZeneca berasal dari Bahasa
Latin yang berarti senjata yang membunuh adalah
tidak benar. Nama AstraZeneca merupakan
perusahaan gabungan antara Astra AB dan Zeneca.
Astra AB dibangun pada 1913 di Södertälje, Swedia. Kata
Astra berasal dari kata astron (Bahasa Yunani) yang
berarti bintang. Sementara itu, perusahaan Zeneca
dibentuk pada Juni 1993 oleh badan farmasi dari
Imperial Chemical Industries. Nama Zaneca dibuat
sesuai instruksi badan ini, yang dimulai dengan
huruf awal atau akhir alfabet, mudah diingat, tidak
lebih dari tiga suku kata dan tidak menyinggung dalam
bahasa apapun. Kemudian, pada tahun 1999, kedua
perusahaan ini bergabung dengan nama
AstraZeneca dan memiliki kantor utama di Inggris.
terbit sebuah pesan berantai di WhatsApp berisi klaim Pemerintah Inggris
menurunkan status Covid-19, sebab bisa disembuhkan dengan obat Paracetamol.
Dikutip dari Cek Fakta Liputan6.com, informasi Pemerintah Inggris menurunkan
status Covid-19 sebab bisa disembuhkan dengan obat Paracetamol adalah tidak
benar. Pemerintah Inggris memang menurunkan status Covid-19 dari klasifikasi
sebagai penyakit menular konsekuensi tinggi (HCID), namun bukan karena Covid-19
bisa sembuh dengan Paracetamol. Meski Covid-19 tidak masuk dalam kategori HCID,
tetapi masih berbahaya. Pemerintah Inggris pun berupaya memutus penularan
penyakit ini dengan melakukan lockdown pada Januari 2021 karena kasusnya
meningkat
terbit sebuah video TikTok yang memperlihatkan seorang ibu menggendong bayinya usai
melahirkan secara caesar dengan pembatas berupa plastik. Dalam video ini terlihat
petugas rumah sakit memberikan bayi kepada ibunya dengan pembatas plastik. Setelah
menerima bayi itu, wanita yang terlihat memakai masker ini mengembalikan ke
petugas. Video ini diunggah kembali di media sosial Facebook dan mengaitkan
penggunaan plastik dengan Virus Corona (Covid-19).
Faktanya, klaim yang terbit ini adalah tidak benar. Direktur Layanan Obstetrik
Anestesi Rumah Sakit Wanita di Boston, Amerika Serikat, William Camann mengatakan
bahwa penggunaan tirai bening (plastik) itu memberikan pengalaman melahirkan secara
caesar yang berbeda karena ada hubungan dan ikatan yang jauh lebih baik antara orang tua
dan bayi. Praktik penggunaan tirai transparan ini sudah dilakukan sebelum pandemi
Covid-19. Hal itu dilakukan untuk mencegah adanya infeksi dalam operasi. Selain itu,
penggunaan tirai transparan plastik juga bisa meningkatkan kedekatan antara ibu dan bayi
sejak lahir.
terbit pesan berantai di media sosial WhatsApp, berisi informasi pendaftaran Vaksinasi untuk
kelompok non lansia atau masyarakat umum yang digelar di Rumah Sakit Borromeus, Kota
Bandung. Dalam pesan berantai ini juga terdapat tautan berupa link untuk mendaftar.
Faktanya, RS Borromeus menyebutkan bahwa untuk saat ini tidak ada pendaftaran maupun
pelaksanaan vaksinasi untuk non-lansia di Rumah Sakit Santo Borromeus. Saat ini Rumah Sakit
Santo Borromeus masih menjalankan vaksinasi Covid-19 untuk lansia sesuai program
pemerintah. Sementara itu, terkait dengan alamat link pendaftaran yang tercantum, Kepala Biro
Humas dan Marketing Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung, Elisabeth Lilis S menyatakan
bahwa link ini dikirim secara resmi oleh Rumah Sakit Santo Borromeus hanya untuk
peserta vaksinasi kelompok lansia yang telah terdaftar di database.
terbit sebuah unggahan dengan gambar
seorang bayi tampak menggunakan masker
khusus yang diklaim sebagai masker untuk
mencegah Covid-19. Foto ini juga menuai
banyak kritikan dari berbagai kalangan dan
disebut sebagai upaya melumpuhkan pernapasan
anak-anak.
Faktanya, gambar bayi menggunakan masker
ini sama sekali tidak terkait dengan Covid-19.
Dilansir dari reuters.com dan berdasarkan hasil
penelusuran gambar melalui google image,
ditemukan gambar yang serupa pernah diunggah
pada tahun 2018. Foto ini merupakan
ilustrasi dari Nipple Dust Mask yang dirancang oleh
Na Yeun Kim dan Jin Ho Chae yang merupakan
pemenang platinum di Spark Design Awards
tahun 2018. Nipple Dust Mask sendiri merupakan
masker khusus yang dibuat untuk bayi dengan
konsep empeng yang terbuat dari silikon untuk
mencegah debu halus dan polusi yang bisa
terhisap oleh bayi.
terbit pesan berantai di media sosial WhatsApp sebuah informasi yang menyebut
bahwa memakan tape singkong dan mengkonsumsi alkohol usai disuntik vaksin akan
menghilangkan kekebalan tubuh, atau fungsi vaksin Covid-19.
Dilansir dari voi.id, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 dari Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid mengatakan bahwa informasi itu tidak benar.
Dia menegaskan hingga saat ini tidak ada uji klinis terkait hal ini dan masyarakat
diminta tak perlu menyebarkan pesan serupa ke pihak lain.
terbit sebuah artikel yang memuat hasil penelitian terkait mRna. Artikel ini menjelaskan
bahwa vaksin berbasis mRna yang saat ini tengah dikembangkan dapat menyebabkan kanker dan
menonaktifkan protein penekan tumor alami dalam tubuh, yang berfungsi menyelamatkan
manusia dari kanker.
Dikutip dari Covid19.go.id, penjelasan mengenai bahaya vaksin berbasis mRna ternyata keliru dan
terjadi kesalahan dalam mengartikan temuan penelitian ini. Temuan ini dibuat pada tahun 2018,
jauh sebelum Covid-19 muncul. Jadi tidak ada kaitannya dengan vaksin. Melansir dari media
periksa fakta AFP, Brian Lichty, Profesor di Departemen Patologi dan Kedokteran Molekuler di
McMaster University, menyatakan bahwa untuk memahami hasil penelitian ini, seseorang
harus memahami proses transkripsi.
terbit sebuah video di media sosial
Twitter yang diklaim sebagai bukti
kebohongan vaksinasi Covid-19 oleh
Yahudi. Video ini memperlihatkan
seorang petugas yang tidak menyuntikkan
vaksin ke lengan penerima vaksin,
melainkan ke bagian baju penerima vaksin
ini.
Faktanya, klaim bahwa video ini
merupakan bukti kebohongan vaksinasi
Covid-19 oleh Yahudi adalah keliru. Video
itu memang direkam di sebuah lokasi
vaksinasi Covid-19 di Israel yang diadakan
oleh Magen David Adom (MDA). Namun,
video ini tidak menunjukkan proses
vaksinasi yang sesungguhnya. Petugas
yang terlihat dalam video itu diminta oleh
seorang penerima vaksin Covid-19 untuk
mensimulasikan proses vaksinasi karena
sebelumnya ia tak sempat merekam
seluruh proses ini. Simulasi itu
dilakukan dengan jarum suntik kosong.
terbit sebuah gambar berisi klaim bahwa film
berjudul "I Am Legend" yang dibintangi oleh Will Smith
diproduksi pada tahun 2021. Narasi dalam gambar
ini juga menyebut film ini dikaitkan dengan
kegagalan vaksin Covid-19 hingga menyebabkan
manusia menjadi zombie.
Faktanya, klaim film "I Am Legend" diproduksi pada
tahun 2021 dan dikaitkan dengan kegagalan vaksin
Covid-19 adalah tidak benar. Potongan adegan film itu
diketahui telah disunting dengan narasi bahwa
vaksinasi bisa menyebabkan manusia menjadi zombie.
Film "I Am Legend" merupakan adaptasi dari novel
yang ditulis oleh Richard Matheson yang pernah
ditayangkan pada tahun 2007. Sebelumnya, adaptasi
novel ini juga pernah ditayangkan di layar lebar
pada tahun 1964 dan tahun 1971. Novel yang
dipublikasikan pada tahun 1954 ini mengisahkan
tentang pandemi yang mengubah manusia menjadi
mutan. Menurut Warner Bros, manusia dalam film "I
Am Legend" berubah menjadi mutan bukan zombie
dan disebabkan oleh virus, bukan vaksin.
terbit sebuah postingan gambar di media sosial Facebook yang menyatakan bahwa 80% tentara
Angkatan Laut Australia yang bertugas di kapal perang HMAS Sydney mengalami efek samping yang
sangat parah setelah divaksin Covid-19. 8 anggota dari 80% personil tentara ini tengah dirawat di
ICU akibat efek samping dari vaksin.
Faktanya, informasi yang menyebutkan bahwa 80% tentara Angkatan Laut Australia yang berada di kapal
perang HMAS Sydney mengalami efek samping yang sangat parah setelah divaksin Covid-19 hingga 8
anggotanya dirawat di ICU adalah salah. Kementerian Pertahanan Australia, melalui pernyataan yang
diunggah di situs resminya news.defence.gov.au menyatakan bahwa klaim ini adalah tidak benar.
Anggota yang bertugas di kapal perang HMAS Sydney hanya mengalami gejala efek samping ringan
yang tidak membutuhkan perawatan medis yang intens. Disebutkan juga, personel Kapal HMAS Sydney
secara sukarela menerima dosis vaksin AstraZeneca sebagai langkah perlindungan dan mereka telah
berlayar menuju Amerika Serikat pada 11 Maret 2021 waktu setempat dengan anggota kru lengkap.
terbit sebuah unggahan di media sosial
Facebook yang memperlihatkan Gubernur
Provinsi Gyeongsang Selatan, Kim Kyeong-su,
yang tengah divaksin. Unggahan ini juga
disertai keterangan yang menyatakan bahwa
pemerintah Korea Selatan telah
mengembangkan jarum suntik jenis baru yang
dapat menembus seragam pertahanan sipil
yang digunakan oleh Gubernur Kim.
Dikutip dari Cekfakta.com, foto ini bukan
merupakan foto saat Gubernur Kim divaksin,
melainkan saat ia mengikuti simulasi tata cara
vaksinasi di Rumah Sakit Yangsan, Universitas
Nasional Busan, Korea Selatan. Foto ini
pertama kali diunggah oleh situs resmi
Pemerintah Provinsi Gyeongsang Selatan pada
tanggal 2 Maret 2021 lalu. Lebih lanjut, salah
seorang pejabat pemerintahan Provinsi
Gyeongsang Selatan, Shim Eun-jeong,
menegaskan bahwa tidak ada dosis vaksin
yang disuntikkan saat simulasi dilakukan.
Telah terbit di media sosial Facebook, sebuah foto yang memperlihatkan botol
berlabel putih dan bertuliskan "VACCINE COVID19". Dalam foto ini terdapat
keterangan "Vaksin Covid19 Dalam bentuk Sirup BAGI YANG TAKUT SUNTIK".
Faktanya, berdasarkan hasil penelusuran cek fakta Liputan6.com, klaim vaksin
Covid-19 dalam bentuk sirup untuk yang takut disuntik adalah tidak benar. Juru Bicara
Vaksin Covid-19 Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid membantah
klaim terkait vaksin Covid-19 dalam bentuk sirup untuk yang takut jarum suntik.
Tulisan yang tercantum pada botol yang diklaim sebagai vaksin Covid-19 ini
hanyalah hasil editan.
terbit sebuah unggahan di media sosial Facebook yang berisi pernyataan Ikatan
Dokter Indonesia (IDI) terkait pandemi Covid-19. Dalam unggahan ini, terdapat
narasi yang mengatakan seolah-olah IDI menyebut pandemi Covid-19 adalah bentuk
pengelabuan dan pembodohan global.
Faktanya, dikutip dari Liputan6.com, Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter
Indonesia (PB IDI) Dr. Adib Khumaidi, SpOT menyebut informasi yang terdapat pada
unggahan ini adalah tidak benar. Adib menyebut IDI tidak pernah mengeluarkan
rilis seperti itu. Ia juga meminta masyarakat agar tidak langsung percaya dengan
postingan atau pesan berantai terkait pandemi Covid-19, serta mencari informasi ke
sumber resmi melalui rilis-rilis resmi dari Organisasi Kesehatan yang ada. Bantahan
yang sama juga disampaikan oleh dr. Seno Purnomo. Ia menyatakan bahwa hoaks itu
sudah lama tapi memang konten yang ada terus ditambahkan. Pertama kali terbit
hoaks itu pada pertengahan 2020.
terbit sebuah unggahan di media sosial
Facebook yang menyatakan bahwa 17 negara
telah melarang penggunaan Vaksin
AstraZeneca.
Setelah dilakukan penelusuran, klaim yang
menyatakan bahwa 17 negara telah melarang
penggunaan Vaksin AstraZeneca adalah keliru.
Faktanya, beberapa negara hanya
menangguhkan administrasi pemesanan
Vaksin AstraZeneca, sambil menunggu hasil uji
klinis dari WHO terkait kabar efek
penggumpalan darah pasca vaksinasi
diberikan. Melansir dari laman WHO
Internasional, pihak WHO akhirnya
mengeluarkan pernyataan untuk tetap
melanjutkan pemakaian Vaksin AstraZeneca.
WHO menganggap bahwa manfaat Vaksin
AstraZeneca lebih besar jika dibandingkan
risikonya.
terbit sebuah informasi di media sosial Facebook yang menyebutkan bahwa nama
penerima vaksin yang dicantumkan pada surat vaksin harus sesuai nama yang tertera di
paspor. Disebutkan pula bahwa petugas yang memeriksa surat vaksin akan menyesuaikan
nama penerima vaksin dengan nama yang tertera di paspor.
Dikutip dari Kompas.com, Kepala Subbagian Humas Ditjen Imigrasi Ahmad Nur Saleh
menegaskan, Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM tidak
mengeluarkan aturan terkait hal ini. Ahmad mengatakan, surat vaksin bukan
merupakan wewenang dari Ditjen Imigrasi, tetapi wewenang Kementerian Kesehatan
(Kemenkes). Ahmad menilai, terbitnya kabar bahwa nama penerima vaksin di surat
vaksinasi harus sesuai dengan nama yang tertera di paspor hanya antisipasi yang
disampaikan warganet. Dengan demikian, klaim yang menyebutkan nama di surat
vaksinasi harus sesuai dengan paspor adalah tidak benar karena Direktorat Jenderal
Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM tidak pernah mengeluarkan aturan ini
terbit informasi di media sosial
Facebook yang menyebutkan adanya
seorang guru berinisial “E”, warga
Kecamatan Leles, mengalami
kelumpuhan beberapa jam setelah
menerima vaksin kedua.
Faktanya, Sekretaris Dinkes Garut, Leli
Yuliani mengklarifikasi bahwa guru
ini sakit bukan dari efek
vaksinasi Covid-19. Guru ini juga
tidak lumpuh, melainkan merasa
lemas pada hari Sabtu setelah
menerima vaksin pada hari Rabu.
Lebih lanjut, dijelaskan juga bahwa
yang bersangkutan sudah cukup
sering mengalami hal serupa dan
beberapa kali sempat dirawat di
Puskesmas.
terbit sebuah pesan berantai melalui WhatsApp yang menginformasikan
adanya vaksinasi Covid-19 untuk lansia dan bukan lansia di Puskesmas Kecamatan
Kramat Jati dengan hanya membawa e-KTP asli.
Dilansir dari data.jakarta.go.id, berdasarkan klarifikasi Dinas Kesehatan Provinsi
DKI Jakarta kepada Tim Jalahoaks, diketahui bahwa Puskesmas Kecamatan
Kramat Jati tidak pernah mengeluarkan pengumuman ini. Adapun nomor
hotline Puskesmas Kecamatan Kramat Jati dapat dihubungi melalui nomor
0895321748470.
terbit sebuah hasil tangkapan layar pada
sosial media Facebook yang berisi informasi
terkait kadar antibodi setelah divaksin
Covid-19. Dalam tangkapan layar ini
terdapat grafik yang diklaim sebagai informasi
antibodi seseorang setelah menerima vaksin
Covid-19. Disebutkan juga bahwa penyebab
seseorang bisa terkena Covid-19 dikarenakan
antibodi yang akan menurun dalam beberapa
hari sebelum vaksin ke 2.
Dikutip dari cek fakta liputan6.com, dokter
sekaligus edukator dan Tim Penanganan
Covid-19, Muhamad Fajri Adda'i, menyebut
grafik yang diklaim sebagai antibodi seseorang
setelah menerima vaksin Covid-19 ini
tidak benar. Dokter Fajri menjelaskan, "Tidak
ada orang yang setelah divaksin Covid-19
misalnya antibodinya malah menjadi
mendekati nol. Kalaupun ada itu hanya
kasuistik saja seperti orang ini sistem
imunnya gagal membentuk antibodi tetapi itu
bukan konsep secara umum". Dokter Fajri juga
mengingatkan agar masyarakat tetap
menerapkan protokol kesehatan meski sudah
divaksin Covid-19. Selain itu, hasil penelusuran
gambar grafik di internet juga menemukan
bahwa grafik ini telah sebelumnya
diunggah dari suatu laman blogspot di tahun
2017, dan Januari 2020 serta tidak
menyebutkan informasi terkait vaksinasi
Covid-19.
terbit postingan di media sosial Facebook, klaim foto vaksin yang berlogo tulisan
Kadrun dibagian kemasan. Dengan tambahan narasi "Ga usah nyuruh2 duluan
nyoba vaksin covid 19 drun,FETE. Fetambooran Chemical Rijik United, sdh nyediain
Vaksin khusus buat ente".
Berdasarkan hasil penelusuran, klaim foto botol vaksin berlogo Kadrun adalah tidak
benar. Faktanya foto ini telah diedit dan diubah. Dalam foto asli tulisan pada
botol adalah "COVID-19 Coronavirus". Foto ini merupakan ilustrasi artikel
berasal dari shutterstock.com karya Joel Bubble Ben.
terbit sebuah informasi pada pesan berantai
WhatsApp terkait peringkat keamanan vaksin
Covid-19 yang bersumber dari salah satu artikel New
York Times. Dalam pesan ini, menjelaskan
bahwa ada empat vaksin Covid-19 asal China yang
diklaim paling aman sejauh ini. Selain itu, disebutkan
pula China sudah mengekspor 500 juta dosis vaksin
ke seluruh dunia.
Dikutip dari Cek Fakta Liputan6.com, akun resmi
Twitter New York Times menjelaskan bahwa pesan
berantai yang terbit ini adalah hoaks. The
New York Times tidak pernah menerbitkan daftar
peringkat vaksin Covid-19 ini. Pihaknya juga
menjelaskan bahwa tidak pernah menyatakan vaksin
Covid-19 yang berasal dari China lebih unggul
daripada vaksin yang diproduksi di tempat lain.
Mereka juga belum menerbitkan klaim bahwa China
telah mengekspor lebih dari 500 juta dosis vaksin.
Tautan artikel yang disertakan dalam pesan berantai
ini juga sama sekali tidak menyebutkan
peringkat keamanan vaksin Covid-19 di seluruh dunia
terbit sebuah pesan berantai pada platform media
sosial, pesan ini memberikan informasi yang
diklaim sebagai informasi terbaru dari Kerajaan Arab
Saudi, dituliskan pada pesannya bahwa pelaksanaan
ibadah haji pada 2021 akan berjalan normal tanpa
adanya batasan jumlah jemaah haji yang datang ke
Masjidil Haram, bahkan diklaim pula bahwa Raja
Salman menyetujui beberapa inisiatif terbaru
diantaranya yaitu membebaskan biaya tahunan
fasilitas akomodasi ibadah haji, kegiatan komersial di
Madinah dan Makkah, tempat haji berlangsung.
Faktanya, informasi yang diklaim sebagai
pemberitaan terbaru Kerajaan Arab Saudi terkait
pelaksanaan ibadah haji pada Tahun 2021 yang
disebutkan akan berjalan biasa tanpa adanya
batasan ini adalah tidak benar. Plt. Dirjen
Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Khoirizi
memastikan bahwa informasi ini adalah
hoaks. Khoirizi menyampaikan bahwa pihaknya telah
menanyakan perihal pesan berantai ini kepada
Dubes Saudi, dan disebutkan bahwa pesan ini
tidak memiliki sumber yang jelas. Sampai saat ini
belum ada informasi resmi dari Kerajaan Arab Saudi
terkait penyelenggaraan haji 2021.
terbit di media sosial berupa akun Facebook yang mengatasnamakan
Walikota Kendari, Sulkarnain Kadir. Akun yang mencatut foto Walikota Kendari
ini mengirimi sebuah pesan untuk meminta nomor WhatsApp agar
dibuatkan grup info Covid-19 dan meminta kode yang masuk lewat SMS lalu
dikirim melalui WhatsApp yang tersedia.
Dikutip dari lenterasultra.com, Wali Kota Kendari, Sulkarnain Kadir mengaku
sudah mendengar hal ini. Ia pun memastikan bahwa akun ini bukan
miliknya. Sulkarnain mengimbau masyarakat untuk tidak menanggapi akun
palsu ini. Apalagi sampai melakukan tindakan berupa pemberian uang
kepada oknum pembuat akun palsu ini. Pasalnya, tidak ada pemerintah
yang meminta bantuan ataupun sumbangan jenis apapun kepada masyarakat.
Telah terbit sebuah informasi melalui grup WhatsApp mengenai jadwal vaksin di daerah
Jawa Barat dengan narasi yang menjelaskan tentang pembukaan vaksinasi bagi semua
warga dengan KTP Jawa Barat di Gedung Pakuan pada hari Kamis tanggal 18 Maret 2021
oleh Gubernur Jawa Barat sebanyak 1000 vaksin per hari.
Berdasarkan penelusuran, informasi mengenai jadwal vaksin di daerah Jawa Barat yang
telah terbit adalah tidak benar. Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengklarifikasi
informasi ini melalui akun Twitter pribadi @ridwankamil bahwa tidak benar ada
jadwal vaksinasi untuk umum mulai hari Kamis di Pakuan. Ridwan Kamil pun menegaskan
bahwa bulan ini vaksinasi difokuskan kepada profesi pelayanan publik dan kelompok
lansia yang sudah terdaftar. Dr. Marion Siagian selaku Ketua Divisi Penanganan Kesehatan
Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Jawa Barat juga membantah informasi
ini. Dr. Marion mengatakan bahwa pelaksanaan vaksinasi bagi masyarakat umum
rencananya akan dilaksanakan pada tahap ketiga setelah vaksinasi tahap kedua selesai.
Telah terbit di media sosial Facebook
sebuah unggahan yang mengatakan
bahwa tidak ada kasus Covid-19 di
Bhutan karena penduduknya vegetarian.
Faktanya, klaim yang mengatakan
bahwa di Bhutan penduduknya tidak
terpapar Covid-19 adalah salah. Dilansir
dari thebhutanese.bt, hingga kini di
Bhutan terdapat 868 kasus Covid-19
yang sudah terkonfirmasi. Adapun per
tanggal 21 Maret 2020 ketika klaim
ini pertama kali dibuat, terdapat
dua kasus Covid-19 yang sudah
terkonfirmasi. Lebih lanjut, WHO
menegaskan bahwa belum ada
penelitian yang dapat membuktikan
bahwa menjadi vegetarian dapat
mencegah penularan Covid-19
terbit pesan berantai melalui aplikasi WhatsApp, terkait sebuah informasi yang menyebutkan
larangan untuk meminum obat jantung tertentu saat akan disuntik vaksin Covid-19 karena akan
menghambat pembentukan antibodi.
Faktanya, spesialis jantung dan pembuluh darah dari RS Siloam Karawaci, dr. Vito A Damay, Sp.JP
mengatakan bahwa pesan berantai ini adalah keliru. Tidak ada keharusan menghentikan
konsumsi obat-obatan seperti yang disebutkan dalam pesan berantai ini bagi para pasien
jantung dalam konteks vaksinasi Covid-19. Sesuai dengan rekomendasi Pengurus Pusat
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PPPERKI), tidak semua yang mengidap
penyakit jantung dilarang menerima vaksin Covid-19. Dalam kondisi-kondisi tertentu mereka
diperbolehkan menerima vaksinasi Covid-19. Misalnya pasien jantung yang dalam keadaan stabil
dan baik, tidak ada keluhan sakit dada, tidak ada sesak napas, dapat beraktivitas seperti biasa,
rutin kontrol kesehatan dan baik-baik saja selama tiga bulan terakhir.
terbit sebuah video di media sosial Facebook memperlihatkan seorang pria yang disebut berasal
dari Afrika keluar dari sebuah bilik yang dipenuhi dengan kepulan uap panas. Pada penjelasannya,
pria itu disebutkan sedang melakukan cara penyembuhan virus Covid-19 dengan cara menghirup
uap panas yang dihasilkan dari rebusan teh herbal yang berasal dari Afrika.
Dilansir dari covid19.go.id sebagai pusat data Satgas Covid-19 Indonesia, terkait informasi cara
mencegah atau mengobati virus Covid-19 dengan menghirup uap panas adalah salah. Sampai saat
ini belum ditemukan resep yang dapat menangkal virus Covid-19, termasuk rebusan tanaman herbal
atau teh herbal seperti dalam video ini untuk mengobati dan menyembuhkan penyakit
Covid-19. Menurut Sandy van Vuuren, seorang Profesor di Wits University, Afrika Selatan,
menyebutkan bahwa daun umhlonyane atau artemisia yang telah digunakan oleh tabib di Afrika
untuk mengobati penyakit pernapasan memang berhasil untuk mengobati penyakit yang
disebabkan bakteri, tetapi tidak bisa mengobati penyakit pernapasan yang disebabkan virus,
termasuk Covid-19
terbit unggahan video melalui platform Youtube dengan judul dan thumbnail yang
mengklaim bahwa Presiden Joko Widodo atau Jokowi menegur Satgas Waspada Investasi
(SWI) yang berada di bawah Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Menurut klaim ini, SWI
OJK ditegur karena menyusahkan rakyat di masa pandemi Covid-19.
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video ini memperlihatkan
momen ketika Presiden Jokowi menegur SWI OJK karena menyusahkan rakyat di masa
pandemi Covid-19 adalah keliru. Diketahui video yang terbit itu merupakan video pidato
Presiden Jokowi dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Jakarta Convention Center
pada 27 November 2018. Dalam pidatonya ini, tidak ada pernyataan Presiden Jokowi
yang menegur OJK maupun SWI agar tidak menyusahkan rakyat di tengah pandemi
Covid-19. Jokowi hanya mengingatkan para pemimpin di Indonesia untuk beradaptasi di era
revolusi industri 4.0. Pidato itu disampaikan jauh sebelum munculnya pandemi Covid-19 di
Indonesia.
terbit pesan berantai melalui aplikasi
WhatsApp, terkait sebuah informasi yang
menyebut adanya fasilitas vaksinasi Covid-19
bagi peserta Gerakan 3.000 Kantong Darah
Ramadhan yang diadakan oleh Relawan Peduli
Covid-19 Riau.
Faktanya, Relawan Peduli Covid-19, Dirmanto
membantah informasi ini. Ia
menjelaskan, gerakan sosial ini
merupakan bentuk dukungan dari para
relawan agar masyarakat tidak kekurangan
pasokan darah selama bulan Ramadhan nanti.
Gerakan ini murni untuk kegiatan donor
darah dan tidak ada kegiatan vaksinasi
apapun.
terbit sebuah unggahan di media sosial Facebook mengenai vaksin Sinovac. Dalam postingan
diklaim bahwa vaksin Sinovac diproduksi sebelum pandemi karena kedaluwarsa lebih cepat dari 2
tahun.
Dilansir dari liputan6.com, klaim mengenai vaksin Sinovac diproduksi sebelum pandemi karena
kedaluwarsa lebih cepat dari 2 tahun ini adalah tidak benar. Faktanya, Koordinator Program
Management Office (PMO) Komunikasi Publik Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi
Nasional (KCPPEN), Arya Sinulingga menyatakan bahwa masa kedaluwarsa vaksin Sinovac dari pabrik
memang 2 tahun. Namun, BPOM menetapkan 6 bulan karena uji klinis yang baru dilakukan selama 6
bulan. Menurut Arya, ke depannya penetapan masa kedaluwarsa vaksin Covid-19 akan lebih lama lagi
dari 6 bulan, seiring dengan penambahan waktu uji klinis vaksin Sinovac.
terbit sebuah tangkapan layar di media
sosial berupa percakapan dari akun
Whatsapp yang mencatut nama Wakil
Ketua DPRD Kabupaten Pasuruan, Andri
Wahyudi. Tangkapan layar ini berisi
pesan yang menawarkan bantuan
penanganan Covid-19 untuk Pondok
Pesantren dan Panti Asuhan.
Dilansir dari Wartabromo.com, Andri
Wahyudi memberikan klarifikasi bahwa
dirinya tidak pernah memberikan program
bantuan Covid-19 yang ditujukan kepada
Pondok Pesantren seperti pada pesan
yang terbit ini dan mengatakan
bahwa nomor WhatsApp itu bukan
miliknya. Andri Wahyudi pun meminta
warga untuk mewaspadai modus
penipuan yang mengatasnamakan
dirinya melalui akun media sosial maupun
WhatsApp.
terbit kabar di media sosial yang menyebutkan
bahwa vaksin Sinovac merupakan vaksin yang
diperuntukkan bagi ayam. Informasi itu juga
mengklaim bahwa barcode vaksin asli ditukar dengan
vaksin plasebo untuk menipu KIPI. Unggahan yang
menyertakan tangkapan layar berita dari salah satu
situs media online yang berjudul "Guru di Kota Tegal
Meninggal Usai Divaksin Sinovac" ini ramai
terbit di laman media sosial Facebook.
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo.co, klaim bahwa
vaksin Covid-19 Sinovac diperuntukkan bagi ayam, serta
barcode aslinya ditukar adalah keliru. Faktanya, vaksin
Sinovac ditujukan untuk memberi perlindungan
terhadap manusia dari infeksi Covid-19. Produksi vaksin
Sinovac juga telah memenuhi standar pembuatan
vaksin, yakni melalui uji coba terhadap binatang dan uji
klinis terhadap manusia. Dengan demikian,
penggunaan vaksin Sinovac di Indonesia bukan sebagai
kelinci percobaan. Selain Indonesia, tiga negara lain
yakni Turki, Brazil, dan Chili juga menggunakan vaksin
Sinovac. Menurut Ketua Komisi Nasional Kejadian
Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI), Prof. Dr. dr. Hinky
Hindra Irawan Satari, Sp.A (K), M.TropPaed, bahwa
penukaran kode vaksin Sinovac tidak sesederhana
seperti pada klaim yang terbit ini. Barcode
vaksin melalui satu sistem yang sama sejak selesai
diproduksi di Cina hingga disuntikkan kepada penerima
vaksin. Sistem satu pintu ini diterapkan untuk
memudahkan pelacakan dan distribusi serta mencegah
tindakan pemalsuan terhadap sebuah vaksin
Telah terbit di media sosial Facebook sebuah
unggahan yang mengatakan bahwa orang lebih
mudah terinfeksi Covid-19 setelah divaksin.
Faktanya, dilansir dari Kompas.com, klaim yang
mengatakan bahwa penerima vaksin lebih mudah
terinfeksi Covid-19 adalah salah. Juru Bicara
Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, dr. Siti
Nadia Tarmizi, M.Epid menjelaskan, seseorang yang
sudah divaksin Covid-19 tetapi antibodinya belum
terbentuk sempurna, memiliki risiko infeksi yang
sama dengan orang yang belum divaksin. dr Nadia
juga menegaskan, bahwa vaksin tidak mencegah
penularan, tetapi mencegah seseorang jatuh sakit
atau sakit berat. Selanjutnya menurut Ketua
Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI),
Prof. Dr. dr. Hinky Hindra Irawan Satari, Sp.A (K),
M.TropPaed, dalam proses pembentukan antibodi
setelah vaksinasi Covid-19, seseorang tidak lebih
rentan terinfeksi virus Corona. Akan tetapi,
seseorang memang masih bisa terinfeksi Covid-19
karena kekebalan belum terbentuk sempurna
terbit sebuah pesan berantai di sosial media WhatsApp, mengenai informasi
ajakan vaksinasi Covid-19 di Bio Farma. Pada pesan berantai ini, dituliskan
vaksinasi dilaksanakan pada hari Jumat 12 Maret 2021, pada pukul 09:00 sampai
dengan pukul 11:00 bertempat di Gedung Publik 2 Bio Farma.
Dikutip dari akun Instagram resmi milik Bio Farma @biofarmaid, bahwa informasi
ajakan vaksinasi yang terbit pada pesan berantai WhatsApp ini adalah tidak
benar atau hoaks. Pihak Bio Farma meminta agar penerima vaksin dimohon untuk
memastikan telah mendaftarkan diri melalui link resmi dari Pemerintah dan sudah
mendapatkan konfirmasi resmi dari tempat fasilitas pelayanan vaksinasi Covid-19
Telah terbit sebuah pesan berantai WhatsApp yang mengatakan bahwa lansia
non-DKI bisa mengikuti Sentra Vaksinasi Covid-19 Bersama di Istora Senayan.
Faktanya, menurut Umi Gita Nugraheni, selaku Sub Koordinator Hubungan
Masyarakat Kementerian BUMN mengatakan bahwa kegiatan Sentra Vaksinasi
Covid-19 Bersama ini hanya untuk lansia dan pekerja publik yang memiliki KTP DKI
Jakarta saja yang mendapatkan vaksinasi. Sentra Vaksinasi Covid-19 Bersama
merupakan kegiatan yang diadakan atas kerja sama Kementerian BUMN,
Kementerian Kesehatan, Pemda DKI, dan Indonesia Healthcare Corporation.
Kegiatan ini menyasar lansia, khususnya yang memegang KTP DKI Jakarta.
terbit pesan berantai Whatsapp yang
menyebutkan Sentra Vaksinasi Covid-19
terbuka untuk semua pemegang KTP. Salah
satu informasi menyebutkan, kegiatan
vaksinasi ini bisa diikuti oleh selain lansia
tanpa harus mendaftar dan dibuka selama 7
hari, termasuk Sabtu dan Minggu.
Faktanya, hal ini telah diklarifikasi oleh
Koordinator Program Management Office
(PMO) Komunikasi Publik Komite
Penanganan Covid-19 dan Pemulihan
Ekonomi Nasional (KPCPEN), Arya Sinulingga
yang menyatakan bahwa Sentra Vaksinasi
Covid-19 hanya untuk lansia dan pelayan
publik BUMN yang sudah terkoordinir. Kedua
kelompok itu pun hanya bisa mendaftar
sebagai peserta vaksinasi di Istora Senayan
jika memiliki KTP DKI Jakarta. Staf Khusus
Menteri BUMN ini pun menegaskan, Sentra
Vaksinasi Covid-19 tidak diperuntukan untuk
yang bukan pegawai publik dan non-lansia.
Hal senada juga telah diklarifikasi langsung
melalui akun resmi Instagram
@sentravaksinasibersamabumn yang dalam
storynya dijelaskan bahwa kabar ini
adalah tidak benar. Sentra Vaksinasi Nasional
hanya melayani lansia, pelayan publik
(Frontliner BUMN), dan ber-KTP DKI Jakarta.
terbit sebuah video berbahasa asing di platform YouTube yang memperlihatkan
seorang wanita tersungkur di lantai dan mengalami kejang-kejang. Pada keterangan
video disebutkan bahwa wanita ini mengalami kejang-kejang setelah menerima
vaksin Covid-19 di Argentina.
Dilansir dari Factcheck.afp.com, AFP Argentina membenarkan video ini diambil
di wilayah Argentina. Namun, klaim yang menyebut wanita dalam video itu
kejang-kejang akibat vaksin Covid-19 adalah keliru. Gladys Amantia selaku Direktur
Medis Rumah Sakit Larcade Argentina, menjelaskan bahwa wanita dalam video
ini merupakan seorang pasien di Rumah Sakit Larcade yang memiliki riwayat
kejang dan keterlambatan kematangan serta gangguan tingkah laku. Selanjutnya,
Sebastián Motrel, selaku ahli bedah di Rumah Sakit Larcade menambahkan bahwa
kejadian kejang yang dialami wanita itu tidak terkait dengan vaksin Covid-19 dan belum
divaksinasi Covid-19.