Rabu, 03 Mei 2023

epidemi corona 9

terbit sebuah informasi di media sosial yang menyebutkan bahwa mudik lebaran 2021 
diperbolehkan asalkan membayar denda. Unggahan ini menampilkan gambar 
yang identik dengan Presiden Joko Widodo.
Faktanya, informasi diperbolehkannya mudik lebaran 2021 dengan syarat membayar 
denda adalah tidak benar dan tidak memiliki sumber kredibel. Diketahui bahwa saat ini 
pemerintah melarang mudik lebaran 2021. Hal ini dilakukan sebagai langkah antisipasi 
penyebaran Covid-19.



terbit unggahan berupa tangkapan layar sebuah artikel berita di media sosial Facebook yang 
berisi klaim sebuah penemuan studi dari Universitas Stanford bahwa pemakaian masker tidak 
efektif dalam mencegah penyebaran virus Covid-19. Tidak hanya itu, penggunaan masker juga 
disebut mengakibatkan pengaruh penurunan kesehatan hingga kematian.
Berdasarkan penelusuran kumparan.com, artikel ini merujuk pada sebuah artikel yang 
diterbitkan pada Januari 2021 oleh Medical Hypotheses. Isi dalam artikel ini merupakan 
hipotesis yang tidak terbukti, seperti laporan yang ditulis oleh AFP Fact Check. Colin Furness, 
asisten profesor di Sekolah Kesehatan Masyarakat Dalla Lana, Universitas Toronto, mengatakan 
dalam email bahwa makalah ini seharusnya tidak dipublikasikan. Selain itu, penulis artikel 
ini yang bernama Baruch Vainshelboim, tidak pernah bekerja dengan Universitas Stanford. 
"Afiliasi penulis secara tidak akurat dikaitkan dengan Stanford, dan kami telah meminta koreksi", 
kata Direktur Komunikasi Senior untuk Stanford Medicine, Julie Greicius.


terbit di media sosial Facebook sebuah video siaran berita berbahasa asing. Dalam 
keterangan video ini terdapat tulisan "Akhirnya, Larangan Mudik Dicabut". 
Dilansir dari medcom.id, bahwa klaim larangan mudik dicabut adalah salah. Faktanya, 
tulisan dalam siaran berita ini merupakan hasil suntingan dari video asli yang 
berjudul "KAZAKHSTAN NEWS REPORTER SOUNDS LIKE DIESEL TRUCK STARTING IN 
THE MORNING WOMEN EDITION". Adapun terkait larangan mudik Lebaran dari 
pemerintah masih berlaku yakni mulai tanggal 22 April hingga 24 Mei 2021.


terbit unggahan rekaman video di media 
sosial Facebook yang memperlihatkan 
seorang pria yang sedang membuang uang 
di New York setelah temannya meninggal 
karena Covid-19. 
Dilansir dari laman periksafakta.afp.com, 
informasi yang terbit ini adalah tidak 
benar. Faktanya, video yang terbit 
menunjukkan seorang pria memberikan 
penghormatan kepada temannya yang 
diduga ditembak mati, dan tak ada kaitan 
dengan Covid-19 



Sebuah unggahan berbahasa asing membagikan grafik yang menunjukkan bahwa partikel 
virus penyebab Covid-19 cukup kecil untuk melewati masker tertentu, sehingga masker 
diklaim tidak dapat memblokir partikel virus penyebab Covid-19. 
Dilansir dari AFP, klaim ini adalah keliru. Pakar kesehatan mengatakan virus selalu 
terikat pada partikel yang lebih besar saat menyebar di udara. Partikel yang lebih besar ini 
biasanya disebarkan melalui tetesan (droplets) bersin atau batuk, sehingga cukup besar 
untuk disaring dengan masker. Menurut Jung Jae-hun, Profesor pengobatan pencegahan 
di Fakultas Kedokteran dan Sains Universitas Gachon, partikel mikroskopis dapat ditangkap 
oleh filter elektrostatis di masker. Selanjutnya, jika kita dapat memblokir droplets, artinya 
kita dapat menghentikan virus yang terkandung di dalamnya. Sementara itu, WHO juga 
telah merekomendasikan pemakaian masker untuk membantu mencegah penyebaran 
Covid-19.


terbit sebuah unggahan di media sosial yang menyebutkan bahwa uji coba 
vaksin AstraZeneca kepada anak-anak menyebabkan kematian mendadak. 
Karena insiden itu, uji coba ini dihentikan sementara. 
Dilansir dari lama Kumparan.com, yang mengutip dari lembaga pengecekan 
fakta Fullfact.org, klaim ini merupakan tidak benar alias hoaks. Universitas 
Oxford Inggris telah melakukan uji coba vaksin AstraZeneca kepada anak-anak. 
Proses ini ditunda, tetapi bukan karena kematian mendadak. Dalam uji 
coba ini, tidak ada laporan anak yang meninggal. Selain itu juga BPOM 
Inggris (MHRA) menghentikan uji coba vaksin ini karena adanya 
kemungkinan pembekuan darah. Untuk itu, MHRA tidak merekomendasikan uji 
coba vaksin untuk anak-anak.


Diunggah di media sosial Facebook, sebuah 
foto yang menampilkan kantong berwarna 
hitam yang sepintas terlihat seperti barisan 
jenazah, dengan salah seorang membawa 
kantong hitam ini. Dituliskan pada 
unggahannya bahwa foto ini adalah 
kegiatan syuting film horor untuk masyarakat 
Indonesia agar mau divaksinasi Covid-19.
Faktanya, informasi pada unggahan yang 
menerangkan bahwa foto ini merupakan 
syuting film horor guna menciptakan 
ketakutan masyarakat Indonesia agar mau 
dilakukan vaksinasi Covid-19 adalah tidak benar. 
Dilansir dari Cek Fakta Liputan6.com diketahui 
bahwa foto ini merupakan kegiatan aksi 
simbolik prosesi pemakaman dan 
menempatkan tiruan jenazah dalam kantong 
jenazah berwarna hitam, hal ini dilakukan 
sebagai bentuk penghormatan kepada 
orang-orang yang meninggal karena virus 
Corona dan memprotes penanganan buruk 
pemerintah terhadap pengangguran yang 
disebabkan oleh pandemi. Aksi ini 
dilaksanakan pada 27 Mei 2020 di Miami, 
negara bagian Florida


terbit unggahan di media sosial Facebook dengan klaim yang menyebutkan bahwa 
vaksinasi saat menstruasi bisa menurunkan kadar imun tubuh. Dalam unggahan itu 
tertulis, wanita di atas 18 tahun tidak disarankan untuk disuntik vaksin Corona karena bisa 
memberikan efek samping pada imun. 
Dilansir dari laman Kumparan.com yang mengutip dari media India, the Quint, klaim yang 
terbit ini adalah salah. Seorang ahli ginekologi dari RS Namaha India, Munjaal 
Kapadia mengatakan, klaim ini merupakan mitos. Kapadia menegaskan, tidak ada 
dampak pada kekebalan (imun) bagi wanita yang disuntik vaksin Corona saat menstruasi. 
Dikutip dari Kompas.com, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan, Siti 
Nadia Tarmizi menjelaskan bahwa vaksin tetap bisa dilaksanakan meskipun seseorang 
sedang datang bulan. Saat ditanya bagaimana dengan mereka yang mengalami nyeri 
haid hebat, Nadia mengatakan jika terdapat keluhan lain maka vaksinasi bisa ditunda. 
Meski demikian pihaknya menegaskan bahwa pada prinsipnya, seseorang yang tengah 
menstruasi tetap bisa disuntik vaksin.



terbit unggahan di media sosial Instagram sebuah video berdurasi 35.44 menit berisi 
informasi bahwa orang yang sudah divaksin Covid-19 dapat menularkan penyakit 
reproduksi kepada yang belum divaksin. Dalam unggahan video itu juga disebutkan, 
terjadi lonjakan kasus keguguran dan pendarahan pasca menopause karena pasien 
ini berada di dekat orang yang sudah divaksin.
Berdasarkan penelusuran Kumparan.com, klaim yang terbit ini adalah hoaks dan 
menyesatkan. Dikutip dari Reuters, perwakilan dari American College of Obstetricians and 
Gynecologists, Christopher Zahn menyatakan, unggahan semacam itu merupakan 
konspirasi yang sengaja dibuat untuk melemahkan kepercayaan seseorang terhadap 
vaksin Corona. Dikutip dari situs Satgas Covid-19, vaksin bekerja dengan merangsang 
pembentukan kekebalan tubuh secara spesifik terhadap virus penyebab penyakit tertentu. 
Sehingga apabila terpapar, seseorang akan bisa terhindar dari penularan ataupun sakit 
berat akibat penyakit ini.


terbit sebuah informasi pada grup media sosial Facebook yang menyebut bahwa Ketua DPRD 
Kabupaten Mimika, Robby K Omaleng meninggal dunia karena vaksin. Pada keterangan 
disebutkan bahwa Ketua DPRD Mimika mengalami serangan jantung setelah dua hari 
mendapatkan vaksin. Dalam unggahan ini juga memuat sebuah video yang diklaim 
merupakan sosok Ketua DPRD Mimika yang sedang mendapatkan vaksin. 
Melansir dari laman seputarpapua.com, Ketua DPRD Kabupaten Mimika, yakni Robby K Omaleng 
sebelumnya Kamis 22 April 2021 pukul 09.00 dikabarkan sempat melakukan kunjungan ke wilayah 
PT PAL, Jalan Trans Nabire, usai melakukan kunjungan Robby K Omaleng dibawa ke Rumah Sakit 
Mitra Masyarakat (RSMM) untuk diberikan penanganan lebih lanjut setelah merasakan kesakitan 
pada bagian dada. Namun setelah dilakukan penanganan selama 30 menit, Robby K Omaleng 
dinyatakan meninggal dunia dengan diagnosa serangan jantung. Pimpinan Pelayanan Medis 
RSMM, yakni dr. Nina mengatakan bahwa almarhum tiba di rumah sakit dengan kondisi syok 
serangan jantung dan tingkat kesadaran menurun.



terbit sebuah informasi berupa selebaran yang 
menyebutkan bahwa Gubernur Nusa Tenggara 
Barat (NTB), Zulkieflimansyah tidak melarang 
mudik lebaran 1442 H. 
Dilansir dari medcom.id, klaim bahwa Gubernur 
NTB tidak melarang mudik lebaran secara 
keseluruhan, adalah keliru. Faktanya, 
Zulkieflimansyah selaku Gubernur NTB 
menjelaskan maksud pernyataannya ini. 
Zulkieflimansyah meluruskan pernyataan ini 
adalah terkait mudik lokal di NTB. Dalam hal ini, Zul 
menilai tidak perlu ada pembatasan berlebihan 
terkait praktik mudik lokal warga yang masih 
berada di seputar NTB dengan mengedepankan 
protokol kesehatan. Adapun penjelasan yang 
dikutip dari republika.co.id, Zulkieflimansyah 
menegaskan bahwa kebijakan larangan mudik 
tetap mengikuti ketentuan pusat. Ia mengatakan 
tidak mungkin kebijakan di Daerah berbeda 
dengan kebijakan Pemerintah Pusat.


terbit di media sosial Facebook sebuah video yang menampilkan sejumlah orang 
yang tergeletak di jalan dan tidak sadarkan diri. Video ini diklaim sebagai video 
korban Covid-19 berjatuhan di India.
Dikutip dari cek fakta Liputan6.com, klaim pada video ini adalah keliru. Video 
ini benar adanya, namun sejumlah orang yang tergeletak dan tidak sadarkan diri 
bukanlah korban Covid-19 di India. Faktanya, sejumlah orang dalam video ini 
adalah korban kebocoran gas di tengah malam yang muncul dari pabrik kimia ketika 
penerapan lockdown untuk menghentikan penyebaran Covid-19. Gas ini berasal 
dari pabrik yang dioperasikan oleh LG Polymers, sebuah unit pembuat petrokimia 
terbesar asal Korea Selatan, LG Chem Ltd.


terbit sebuah informasi di media sosial bahwa mengkonsumsi bawang mentah
dicampur dengan garam bisa mengubah positif Covid-19 menjadi negatif hanya dalam
waktu 15 menit. Unggahan informasi ini meluas di Facebook terutama di India.
Dilansir dari situs thequint.com, hingga 19 April 2021, baik WHO maupun otoritas
kesehatan di India tidak menyarankan pengobatan rumahan apapun sebagai obat untuk
Covid-19. Para ilmuwan dari Jerman telah membuat hipotesis tentang penggunaan
bawang dalam pengobatan Covid-19, tetapi sejauh ini belum ada eksperimen yang
dilakukan untuk membuktikan hipotesis ini. Selanjutnya, Dr. S. Krishnaswamy, salah
satu pendiri Indian Scientists Response to Covid-19 dan Pensiunan Profesor Bioinformatika
Universitas Madurai Kamraj, menjelaskan bahwa meski bawang merah dan bawang putih
memiliki senyawa yang menunjukkan aktivitas antivirus, mereka tidak dapat
menyembuhkan Covid-19 atau membuat satu tes menjadi negatif

terbit sebuah video di media sosial Facebook yang memperlihatkan seseorang sedang menguji coba alat rapid 
test antigen dengan cara diteteskan dengan air keran. Disebutkan bahwa setelah alat rapid test antigen 
diberikan air keran hasilnya menunjukkan positif Covid-19. Video ini disertai narasi "Covid yg bikin confused 
Swab uji tes antigen dgn tetes air keran,dan apa yg terjadi, air pun positif kopit".
Dikutip dari cek fakta Liputan6.com, klaim alat rapid test antigen jika diberikan air keran akan memberikan hasil 
positif adalah tidak benar. Menurut Prof. Bimo A. Tejo Ph.D, Ilmuan Kimia & Bioteknologi Universiti Putra Malaysia, 
menjelaskan hasil rapid test menjadi positif saat menggunakan air keran karena tidak mengikuti instruksi yang 
diberikan oleh pabrikan alat rapid test ini. Dalam video yang terbit, pengujian tidak memakai larutan 
penyangga (buffer) yang seharusnya dipakai saat menggunakan alat ini. Pembuat video hanya meneteskan 
air keran dan menunggu hasilnya dalam beberapa saat. Prof. Bimo lanjut menjelaskan bahwa alat rapid test 
antigen sangat sensitif terhadap keasaman (pH) sampel yang digunakan. Oleh sebab itu sampel swab hidung 
harus dimasukkan ke dalam larutan penyangga (buffer) supaya keasamannya stabil di kisaran pH 7-8.


terbit sebuah video disertai dengan keterangan yang mengklaim seorang Pejabat 
Pemerintah Denmark, meninggal dunia karena diracun saat mengumumkan larangan 
penggunaan vaksin Covid-19 AstraZeneca. Video ini terbit di media sosial Facebook.
Dikutip dari Cekfakta.tempo.co, klaim bahwa seorang Pejabat Pemerintah Denmark, 
meninggal dunia karena diracun saat mengumumkan larangan penggunaan vaksin Covid-19 
AstraZeneca adalah keliru. Pejabat ini diketahui bernama Tanja Erichsen yang 
merupakan Kepala Badan Obat-obatan Denmark. Dalam video ini, ia hanya pingsan 
karena kelelahan, bukan meninggal karena diracun.



terbit di media sosial Facebook sebuah unggahan narasi yang mengklaim bahwa
campuran kamper, cengkeh, biji carom dan minyak kayu putih dapat
meningkatkan kadar oksigen. Klaim ini dikaitkan dengan fenomena
berkurangnya kadar oksigen yang dialami oleh pasien Covid-19.
Dilansir dari Kumparan.com, klaim ini tidak benar atau hoaks. Dalam
penelitian yang diterbitkan oleh Universitas Szeged, Hungaria, kamper hanya
meningkatkan aliran udara melalui hidung. Sementara itu, pada pasien Covid-19
penurunan oksigen bukan disebabkan oleh penyumbatan hidung, melainkan
karena kerusakan pada paru-paru. Penggunaan kamper justru dapat
menyebabkan keracunan pada manusia, terutama anak-anak. Selain itu,
kandungan biji carom memiliki cara kerja yang sama dengan kamper, yaitu hanya
dapat menghilangkan penyumbatan di hidung, bukan meningkatkan kadar
oksigen.

terbit unggahan video di media sosial Instagram dengan narasi yang menyebutkan
bahwa seorang kakek dalam video ini ditangkap oleh Polisi karena tidak memakai
masker setelah vaksinasi.
Faktanya, kakek dalam video ini ditahan Polisi Metropolitan London karena
melanggar pembatasan Covid-19 saat demo mendukung pendiri Wikileaks di luar
pengadilan London pada 6 Januari 2021, bukan karena tidak memakai masker setelah
vaksinasi. Berdasarkan hasil penelusuran Turnbackhoax.id, ditemukan video yang sama
dalam akun Youtube Storyful Rights Management yang diunggah pada 6 Januari 2021
dengan judul “Police Arrest Elderly Man as Julian Assange is Denied Bail in London”.
Dalam keterangannya, Storyful Rights Management menjelaskan bahwa video ini
terekam saat demo mendukung pendiri Wikileaks, Julian Assange yang jaminannya
ditolak di luar pengadilan London pada 6 Januari 2021. Seorang pria berusia 92 tahun yang
bernama Eric Levy bersama dengan 6 orang lainnya ditahan Polisi Metropolitan London
karena melanggar aturan pembatasan Covid-19.


terbit unggahan di media sosial Facebook berisi gambar hasil tangkapan layar dari
sebuah artikel berjudul “Pfizer Announces COVID-19 Vaccine Upgrade, Now Includes
Microsoft Chip For Reduced Symptoms”. Narasi dalam judul artikel ini mengklaim
bahwa kini Pfizer mengumumkan telah melakukan upgrade vaksin Covid-19 dengan
menyertakan Chip Microsoft untuk mengurangi gejala yang timbul.
Berdasarkan hasil penelusuran, diketahui artikel ini diambil dari sebuah situs satir
bernama Thestonkmarket.com. Dilansir dari Reuters.com, Thestonkmarket.com dalam
catatan pada situsnya telah menyatakan diri sebagai situs satir keuangan yang memiliki
misi untuk memberikan humor harian. Penulis asli bermaksud agar artikel ini
memiliki efek humor. Namun, salinan yang dibagikan di media sosial telah mengakibatkan
beberapa pengguna mempercayai artikel ini sebagai klaim yang benar. Selanjutnya
dikutip dari AFP, pencarian online dari arsip rilis media untuk Pfizer dan Microsoft
menemukan bahwa tidak ada perusahaan yang mengumumkan rencana untuk merilis
“vaccine upgrade”. Adapun terkait adanya Chip Microsoft dalam vaksin merupakan berita
hoaks yang telah banyak dibantah.



terbit sebuah narasi di media sosial terkait vaksin Covid-19. Narasi ini memberikan 
pernyataan bahwa "Kenaikan antibodi setelah divaksin adalah limfositosis. Jika limfosit 
pembunuh sudah ada maka bye-bye dunia". Pernyataan ini seolah memberikan 
informasi vaksin Covid-19 berbahaya bagi tubuh dan dapat menyebabkan kematian.
Faktanya, pernyataan pada unggahan ini adalah tidak tepat dan cenderung 
menyesatkan. Dilansir dari Tempo.co, diketahui bahwa pemberian vaksin, termasuk vaksin 
Covid-19 memang menyebabkan limfositosis. Akan tetapi, naiknya kadar limfosit pasca 
vaksinasi berguna untuk membentuk antibodi yang justru bermanfaat untuk mencegah 
atau mengurangi keparahan akibat infeksi Covid-19. Hal ini dibenarkan pula oleh 
pakar patologi klinis dari Universitas Sebelas Maret, Tonang Dwi Ardiyanto yang 
menyatakan bahwa dosis vaksin Covid-19 sudah terukur dan tidak menimbulkan lonjakan 
limfosit yang tinggi.



terbit sebuah unggahan di media sosial Instagram berisi narasi yang mengklaim vaksin
Covid-19 bisa menyebabkan disfungsi ereksi atau impotensi pada pria. Pengunggah dalam
narasinya menyebut sejumlah satpam di Semarang, Jawa Tengah, mengalami impotensi
setelah diberikan vaksin Covid-19.
Setelah ditelusuri, klaim vaksin Covid-19 bisa menyebabkan disfungsi ereksi adalah hoaks.
Dikutip dari Kumparan.com, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes, dr. Siti Nadia
Tarmizi, M.Epid menegaskan bahwa berdasarkan hasil uji klinis tidak ditemukan efek
samping yang berdampak pada alat kelamin. Ia juga menyebut pada prinsipnya vaksin
Covid-19 merangsang sistem kekebalan tubuh. Tidak ada bahan pendukung di dalam
vaksin yang berpotensi menyebabkan impotensi.


terbit narasi di media sosial sebuah klaim yang menyebutkan generasi zombie
akan lahir karena proses vaksinasi Corona. Dalam narasi ini juga 
menyebutkan, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat 
(CDC) telah menyiapkan situs khusus yang ditujukan sebagai persiapan dalam 
'Kesiapsiagaan Zombie'. 
Dikutip dari USA Today, klaim vaksin Corona bisa lahirkan generasi zombie adalah 
hoaks. CDC telah menyiapkan kesiapsiagaan zombie juga keliru. Faktanya, dalam 
situs ini berisi sejumlah informasi terkait imbauan badai di Amerika Serikat 
dengan menggunakan pemeran fiktif zombie. 


terbit unggahan di media sosial Facebook yang 
menyebutkan bahwa semua hewan yang digunakan 
dalam uji coba vaksin Corona mati dalam beberapa 
bulan. Unggahan itu juga berisi klaim bahwa hewan 
ini mati karena gangguan kekebalan dan 
gagal jantung.
Dilansir dari kumparan.com, lembaga pengecekan 
fakta fullfact.org mengungkap unggahan itu berasal 
dari penelitian yang berkaitan dengan sindrom 
pernapasan akut pada 2012. Studi ini tidak 
fokus pada Corona dan menggunakan teknologi 
yang berbeda dengan vaksinasi Covid-19. Situs 
ini menegaskan, dalam laporan itu, semua 
hewan memang disuntik mati. Akan tetapi, informasi 
ini tidak ditulis dalam unggahan Facebook. Kepada 
Fullfact, Kepala Kebijakan dan Media Understanding 
Animal Research Inggris, Chris Magee, mengatakan 
vaksin corona telah diujicobakan kepada hewan. 
Akan tetapi, hingga kini belum ada data hewan 
ini mati mendadak. Ia menegaskan, jika ada 
laporan kematian terhadap hewan ini, uji coba 
vaksin pada manusia otomatis akan dihentikan. 


terbit sebuah video pendek berbahasa asing yang berisi klaim bahwa vaksinasi Covid-19 
hanya percobaan. Pria dalam video itu menyebut jika vaksinasi Covid-19 di seluruh dunia 
saat ini sebenarnya hanyalah sebuah uji klinis yang tidak wajib diikuti karena hanya 
mengantongi Izin Penggunaan Darurat (Emergency Use Authorization) saja. 
Dilansir dari Tim cekfakta.tempo.co, klaim dalam video ini menyesatkan. 
Vaksin-vaksin Covid-19 yang digunakan dengan Izin Penggunaan Darurat (Emergency Use 
Authorization atau EUA) juga memiliki standar keamanan dan keefektifan, sehingga bukan 
untuk percobaan. Penggunaan EUA dalam situasi darurat kesehatan pun telah diizinkan 
oleh WHO. WHO telah mengeluarkan Daftar EUA vaksin yang hanya dipakai selama 
keadaan darurat kesehatan masyarakat. Tujuannya adalah untuk mempercepat 
ketersediaan vaksin bagi orang yang membutuhkan. Sementara itu, BPOM RI pun telah 
memberikan EUA pada vaksin CoronaVac (Sinovac) berdasarkan pada hasil dari uji klinis di 
Bandung yang menunjukkan efikasi sebesar 65,3 persen. Sementara laporan efikasi vaksin 
di Turki sebesar 91,25 persen dan di Brasil sebesar 78 persen. Hasil ini telah memenuhi 
persyaratan WHO, di mana minimal efikasi vaksin adalah 50 persen.


terbit sebuah surat terbuka yang ditujukan 
kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). 
Surat ini berisi imbauan untuk 
menghentikan vaksinasi Covid-19 yang 
sedang berlangsung di seluruh dunia saat ini. 
Pengunggah dalam surat terbukanya itu 
menyebut vaksinasi massal harus dihentikan 
sebelum menghasilkan varian virus Corona 
yang lebih mematikan dan meningkatkan 
risiko bagi orang yang lebih muda.
Faktanya, dikutip dari Factcheck.afp.com
imbauan ataupun klaim yang ada dalam surat 
terbuka ini tidak benar. Menurut para 
ahli medis, vaksinasi sangat dibutuhkan 
untuk mengendalikan mutasi virus. Hal 
senada juga disampaikan oleh Gary McLean, 
seorang profesor imunologi molekuler di 
London Metropolitan University. Ia menyebut 
vaksinasi dapat menghambat penyebaran 
virus.


terbit di media sosial Twitter sebuah tangkapan layar berisi narasi yang 
mengklaim bahwa Covid-19 bukan disebabkan oleh virus, melainkan karena 
kekurangan vitamin C, Vitamin B dan Zinc. 
Dilansir dari covid19.go.id, klaim ini adalah keliru. Berdasarkan situs resmi 
WHO, Covid-19 disebabkan oleh Virus Corona varian baru yang bernama 
SARS-Cov-2. Sementara itu, Kekurangan vitamin C, B dan Zinc berpengaruh pada 
tingkat kekebalan serta sistem metabolisme tubuh, namun tidak menjadikannya 
sebagai penyebab seseorang terpapar Covid-19. Mengonsumsi vitamin dan 
suplemen dalam takaran tertentu juga belum bisa dibuktikan dapat 
menyembuhkan Covid-19. WHO mengatakan bahwa segala bentuk vitamin dan 
suplemen tidak dapat mencegah Covid-19 dan tidak dapat dijadikan acuan 
perawatan dalam menangani Covid-19.


terbit sebuah gambar hasil tangkapan layar di media 
sosial dengan narasi yang menyebutkan bahwa mRNA 
bukan vaksin melainkan terapi gen yang memberikan 
instruksi untuk mutasi virus. Dalam narasi juga 
disebutkan adanya prediksi kematian pasca injeksi 
mRNA yakni 5-10 tahun dan untuk lansia 2-3 tahun.
Berdasarkan hasil penelusuran tim pencari fakta FAFHH, 
klaim bahwa mRNA bukan vaksin melainkan terapi gen 
yang memberikan instruksi untuk mutasi virus adalah 
keliru. Faktanya, instruksi yang dilakukan oleh mRNA 
bukanlah instruksi untuk mutasi virus melainkan 
instruksi untuk memicu respons imun. Vaksin yang 
berbasis mRNA menginstruksikan sel-sel dalam tubuh 
untuk membuat protein, sehingga membentuk antibodi 
yang dapat mencegah infeksi virus. Dilansir dari 
liputan6.com, relawan dokter Covid-19 Indonesia, dr. 
Muhamad Fajri Adda’i, menyatakan bahwa vaksin yang 
berbasis mRNA menggunakan protein dari virus yang 
tidak aktif. Vaksin yang mengandung protein ini 
disuntikkan ke dalam tubuh manusia, yang kemudian 
membentuk antibodi dan sel-sel imun lain agar dapat 
melawan virus yang masuk dalam tubuh. Lebih lanjut, 
dalam artikel dw.com berjudul “Coronavirus vaccines: 
Fake news and myths go viral”, Institut Paul-Ehrlich, 
menjelaskan bahwa integrasi RNA ke dalam DNA tidak 
dimungkinkan karena perbedaan struktur kimianya. 
Selain itu, belum ada penelitian yang membuktikan 
mRNA yang bereaksi dalam tubuh setelah divaksinasi 
dapat mengubah DNA manusia, termasuk 
menyebabkan kematian setelah 5-10 tahun atau 2-3 
tahun untuk lansia.

terbit informasi melalui Broadcast WhatsApp yang menyebutkan penyintas Covid-19 
dapat langsung divaksinasi dengan syarat isolasi selama 10 hari. Narasi pesan ini 
juga menyebut penyintas tidak harus menunggu selama 3 bulan untuk bisa 
mendapatkan vaksin. 
Faktanya, kabar yang terbit melalui pesan berantai WhatsApp ini adalah tidak 
benar dan menyesatkan. Dikutip dari situs Jala Hoaks Pemprov DKI Jakarta, Dinas 
Kesehatan Provinsi DKI Jakarta menegaskan bahwa penyintas Covid-19 tidak dianjurkan 
menerima vaksin setelah isolasi 10 hari. Kementerian Kesehatan RI juga telah menyusun 
peraturan terkait vaksinasi penyintas Covid-19 yaitu, apabila penyintas belum pernah 
melakukan suntik vaksin Covid-19 dosis 1, maka harus menunggu 3 bulan dari sembuh 
agar bisa mendapatkan suntikan dosis 1. Berikutnya, apabila penyintas sudah pernah 
mendapatkan suntik vaksin dosis 1, maka dosis 2 tetap bisa diberikan 28 hari setelah 
dosis 1 dan sudah dinyatakan sembuh

terbit sebuah unggahan di Facebook yang 
mengatakan bahwa Kota Tarakan, Kalimantan 
Utara bebas dari Covid-19. Dalam narasi 
dikatakan bahwa sudah tidak ada kasus 
Covid-19 di Kota Tarakan. Selain itu, bebasnya 
Kota Tarakan dari kasus Covid-19 karena para 
dokter di Kota Tarakan yang melakukan uji coba 
sendiri dan membuktikan bahwa alat uji swab 
antigen PCR tidak dapat mendiagnosa secara 
akurat. Narasi dalam unggahan ini juga 
mengatakan bahwa dokter di Kota Tarakan 
tidak memberikan obat kepada orang yang 
sudah bergejala Covid-19 yang membuat Kota 
Tarakan bebas dari Covid-19. 
Setelah dilakukan penelusuran, hal ini 
tidak benar. Dilansir dari situs resmi Gugus 
Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, per 12 
April 2021 persentase kasus Covid-19 di Provinsi 
Kalimantan Utara mencapai angka 0.7% dengan 
besaran kasus sebanyak 11.398. Dari besaran 
kasus ini, Kota Tarakan merupakan kota 
dengan kasus positif Covid-19 tertinggi di 
Provinsi Kalimantan Utara. Sedangkan per 
tanggal 14 April 2021 kasus positif Covid-19 di 
Kota Tarakan mencapai 5.980 kasus.

terbit sebuah unggahan di media sosial 
Instagram yang menyebutkan, WHO telah 
menyatakan bahwa tes PCR Covid-19 
berbasis jumlah ambang batas Cycle 
Threshold atau CT yang selama ini telah 
dilakukan ternyata memiliki hasil yang 
cacat. Unggahan ini menyebutkan 
pula bahwa estimasi pasien yang 
terdeteksi positif melalui tes PCR dan 
lockdown yang telah dilaksanakan adalah 
sebuah kekeliruan yang tidak berdasar.
Dilansir dari turnbackhoax.id, diketahui 
bahwa WHO tidak pernah menyatakan 
bahwa tes PCR merupakan tes yang cacat 
dan sama sekali tidak menjadi penentu 
seseorang dinyatakan positif Covid-19 atau
tidak. Menurut detik.com, PCR atau 
Polymerase Chain Reaction dinilai masih 
akurat dibandingkan dengan Swab 
Antigen ataupun Rapid Test.


terbit informasi di media sosial yang mengklaim bahwa seseorang yang sudah pernah 
terinfeksi Covid-19 tidak perlu lagi mendapatkan vaksin. 
Dilansir dari detik.health.com, seseorang yang pernah terinfeksi Covid-19 secara umum 
tubuhnya akan membentuk kekebalan alami. Namun, Kepala konsultan imunisasi WHO, 
Alejandro Cravioto, mengatakan pada akhirnya tetap disarankan sebanyak-banyaknya orang 
untuk divaksinasi. Hal ini dikarenakan kekebalan yang terbentuk dari infeksi alami tidak 
bersifat permanen, sehingga mungkin saja orang yang pernah terinfeksi Covid-19 sudah 
tidak kebal. Charles Bailey, MD, Direktur Medis untuk pencegahan infeksi di Rumah Sakit 
Providence St. Joseph, California mengatakan, ketika seseorang yang pernah terjangkit 
Covid-19 mendapatkan vaksinasi, kekebalan mereka secara efektif meningkat yang berarti 
diharapkan terlindungi lebih lama. Selanjutnya dilansir dari klikdokter.com, pada dasarnya 
sistem imunitas tubuh manusia mempunyai sel memori. Ketika terjadi infeksi, sel memori 
itu akan melakukan flashback, lalu memproduksi antibodi dalam jumlah banyak. Akan 
tetapi ingatan dari sel ini tidak bertahan lama. Setelah tiga bulan, jumlah antibodi 
akan berkurang dan kemampuan sel memori juga menurun. Atas dasar itu, para penyintas 
Covid-19 sebaiknya menerima vaksinasi setelah 3 bulan


terbit unggahan di media sosial Facebook yang 
berisi data terkait kematian akibat vaksin Covid-19 
yang diklaim bersumber dari Badan Kesehatan 
Dunia (WHO). Pengunggah menuliskan, 377 
orang dari setiap 100.000 orang meninggal 
karena vaksin Covid-19. Dalam postingan itu 
tertulis, menurut studi WHO yang bocor, jika 
mereka menghentikan vaksinasi, minimal 377 
orang dari setiap 100 ribu orang yang seharusnya 
disuntik akan hidup.
Dilansir dari Kumparan.com yang mengutip dari 
Reuters, pada akhir Maret 2021, WHO melaporkan 
vaksin Covid-19 aman dan efektif. Laporan itu 
dibuat menyusul adanya kasus pembekuan darah 
yang dikaitkan dengan pemberian vaksin 
AstraZeneca. Reuters juga menegaskan, pihaknya 
tidak menemukan data-data terkait kematian 
yang diklaim oleh pengguna Facebook ini. 
Pihak WHO juga telah memberikan pernyataan 
bahwa data ini tidak pernah ada. Lembaga 
ini menambahkan, "vaksin, seperti semua 
obat, dapat memiliki efek samping. Pemberian 
vaksin didasarkan pada analisis risiko versus 
manfaat".


Sebuah narasi terbit di media sosial Facebook 
mengklaim bahwa penderita asidosis laktat akan 
selalu positif Covid-19 saat di tes menggunakan 
mesin PCR. Narasi itu juga mengatakan hasil rapid 
test akan reaktif jika darah mengalami asidosis. 
Berdasarkan penelusuran, narasi yang mengklaim 
bahwa asidosis laktat menyebabkan mesin PCR 
mengeluarkan hasil positif Covid-19 adalah tidak 
benar alias hoaks. Epidemiolog dari Griffith 
University Australia, Dicky Budiman menjelaskan 
bahwa informasi yang terbit itu mengandung 
logika medis atau ilmiah yang tidak sinkron. Pada 
kasus Covid-19 memang cenderung terjadi asidosis 
laktat. Hal ini disebabkan oleh sifat dari virus 
SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 yang "rakus" oksigen 
dalam tubuh manusia. Dicky meluruskan, asidosis
laktat adalah salah satu efek yang ditimbulkan dari 
infeksi Virus Corona, bukan penyebab infeksi 
terdeteksi oleh mesin PCR. Selain itu, Dicky 
mengatakan, teknik pemeriksaan RT-PCR adalah 
teknik yang sangat spesifik, yakni memeriksa 
keberadaan DNA virus SARS-CoV-2 dari sampel yang 
telah dimurnikan.



terbit di media sosial Facebook informasi yang mengklaim penggunaan masker dapat
menyebabkan kematian yang disebabkan oleh Covid-19. Dikatakan bahwa kematian bisa
terjadi karena masker menghalangi virus yang keluar ketika bernafas atau bersin. Akibatnya
masker memuat lebih banyak virus yang menyebabkan sistem imun tubuh harus
menghadapi lebih banyak virus karena virus tidak dikeluarkan.
Dilansir dari covid19.go.id, klaim ini adalah keliru. Faktanya, penggunaan masker
ketika bersin tidak membuat virus terhirup kembali. Adapun menurut dr. Jaka Pradipta,
seorang dokter spesialis paru di RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet mengatakan bahwa
masker yang digunakan oleh seseorang ketika bersin hanya membuat masker ini
infeksius atau memuat banyak virus, sehingga masker perlu diganti. Hal ini juga
mengindikasikan bahwa penggunaan masker ketika bersin tidak membuat kondisi
kesehatan seseorang bertambah buruk. Penggunaan masker ketika bersin juga merupakan
salah satu etika bersin dan batuk. Dengan tidak menggunakan masker ketika batuk atau
bersin justru akan membahayakan kesehatan orang lain karena adanya tetesan air atau
droplets yang menyebar melalui pernapasan


terbit unggahan di media sosial Facebook yang 
membagikan tangkapan layar berita dengan judul 
"Sinovac Tak Bersertifikat WHO, Jemaah yang Divaksin 
Pakai Itu Dilarang Umroh?", disertai narasi yang 
menyebutkan bahwa "Setelah Menggelontorkan Dana 
sebesar 20,9 Triliun untuk membayar Vacsin Sinovac 
buatan China, Ternyata Vacsin Sinovac ini Ilegal 
karena tidak Bersertifikat WHO".
Dilansir dari Liputan6.com, klaim Vaksin Covid-19 
Sinovac ilegal karena tidak bersertifikat WHO adalah 
tidak benar. Juru Bicara Vaksin Covid-19 Kementerian 
Kesehatan (Kemenkes), dr. Siti Nadia Tarmizi 
menyatakan bahwa Vaksin Covid-19 buatan Sinovac 
sudah masuk dalam daftar yang dikeluarkan WHO. 
Akan tetapi vaksin Sinovac belum masuk Emergency 
Use Listing (EUL) yang merupakan mekanisme untuk 
Covax Facility, tetapi Vaksin Sinovac sendiri sudah ada 
di landscape vaksin Covid-19 yang dikeluarkan WHO, uji 
klinis 1 dan 2 juga sudah ada publikasinya. Adapun 
mengenai belum tercantumnya Sinovac sebagai vaksin 
yang diperbolehkan untuk ibadah umrah maupun haji, 
Bambang Heriyanto selaku Juru Bicara Vaksinasi dari 
Bio Farma menyatakan bahwa vaksin Sinovac sudah 
dalam proses sertifikasi atau registrasi ke WHO untuk 
mendapatkan EU


terbit sebuah artikel yang berisi klaim bahwa Cina berbohong tentang asal-usul virus 
Corona. Artikel itu berisi penjelasan bahwa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menemukan 
peternakan satwa liar di Cina yang menjadi sumber pandemi Covid-19. Informasi ini 
diklaim berasal dari situs Intisari Grid, yang mengutip situs sains luar negeri Live Science
pada 18 Maret 2021.
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, artikel yang berisi klaim bahwa Cina berbohong 
tentang asal-usul virus Corona adalah menyesatkan. Artikel ini memang diambil dari 
Intisari Grid, namun hanya sebagian kecil dan tidak menyeluruh, sehingga kurang 
memberikan informasi yang jelas. Artikel Intisari Grid pun berasal dari berita Kompas.com
yang berjudul "Dari Mana Covid-19 Berasal, WHO Ungkap Hasil Investigasinya". Namun, 
dalam berita ini, tidak ada penjelasan bahwa Cina melakukan kebohongan. Sumber virus 
Corona penyebab Covid-19 masih ditelusuri oleh WHO


terbit unggahan di media sosial Facebook 
yang memperlihatkan foto seorang bayi dengan 
ruam di sekujur tubuh bagian perutnya. 
Unggahan ini diklaim sebagai foto bayi 
yang mengalami reaksi alergi setelah ibunya 
mendapat suntikan vaksin Covid-19. 
Dikutip dari laman Kumparan.com, foto dalam 
gambar ini bukan merupakan bayi dari 
seorang ibu yang mendapat vaksin Covid-19. Cek 
fakta USA Today telah memastikan bahwa foto 
bayi ini tidak ada kaitan dengan bayi yang 
dikabarkan meninggal karena sang ibu 
mendapat suntikan vaksin Covid-19. Ibu 
menyusui termasuk dalam kategori aman 
mendapat injeksi vaksin Covid-19. Academy of 
Breastfeeding Medicine menjelaskan, kecil 
kemungkinan lipid vaksin dapat memasuki 
aliran darah dan mencapai jaringan payudara. 
Jika mRNA yang terdapat dalam vaksin masuk 
ke dalam susu ibu, tidak akan menimbulkan 
efek biologis yang membahayakan. Keamanan 
Vaksin COVID-19 bagi ibu menyusui juga 
ditegaskan oleh Kementerian Kesehatan 
Republik Indonesia melalui Surat Edaran No. 
HK.02.02/11/368/2021, sebagaimana diberitakan 
oleh detik.com.


terbit sebuah video TikTok yang diunggah 
kembali di media sosial Facebook 
menyebutkan bahwa Polisi Prancis menolak 
lockdown. Unggahan ini disertai narasi 
"Polisi PRANCIS telah terlihat dalam video 
yang menjatuhkan borgol mereka dalam 
pandangan yang tidak akan mengambil 
bagian dalam lockdown".
Dikutip dari cek fakta Medcom.id, klaim 
bahwa video ini merupakan simbol 
Polisi Prancis menolak lockdown adalah salah. 
Faktanya, video itu tidak ada kaitannya 
dengan lockdown yang populer di masa 
pandemi Covid-19. Video ini 
memperlihatkan unjuk rasa yang dilakukan 
polisi Prancis pada Juni 2020 lalu. Polisi 
Prancis menolak dinilai brutal dan rasis


terbit informasi melalui broadcast WhatsApp mengenai negara-negara yang
tidak memakai masker seperti Kamboja dan Swiss tingkat kematiannya dalam
kasus pandemi Covid-19 nol persen.
Dilansir dari Liputan6.com, klaim yang menyebut Kamboja dan Swiss tidak ada
kematian selama pandemi Covid-19 adalah tidak benar. Dalam website resmi
Pemerintah Swiss terkait informasi Covid-19, Swissinfo.ch, jumlah kematian akibat
Covid-19 mencapai 9.792 orang per 8 April 2021. Sementara itu, dilansir dari
Phnompenhpost.com, data terkait informasi Covid-19 di Kamboja per 8 April 2021,
terdapat 24 orang meninggal dunia akibat Covid-19. Adapun mengenai pemakaian
masker di Swiss dijelaskan pemakaian masker di tempat umum wajib sejak 6 Juli
2020. Sedangkan di Kamboja pemakaian masker diwajibkan di tempat umum
daerah zona merah sejak 24 Maret 2021.


terbit pesan berantai yang berisi informasi mengenai vaksinasi massal bagi 
masyarakat yang berusia di bawah 60 tahun yang akan diadakan oleh Dinas 
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara di Jalan Prof. HM Yamin, Serdang atau tepatnya 
berada di seberang Hotel Cordela yang akan berlangsung setiap hari mulai pukul 
09.00 WIB. Disebutkan juga proses mendapatkan vaksinasi tidak perlu melakukan 
pendaftaran dan hanya membawa KTP. Selain itu, dikatakan bahwa Dinas Kesehatan 
akan membuka booth vaksin di berbagai tempat, termasuk di Lapangan Merdeka.
Faktanya, informasi ini tidak benar atau hoaks. Jubir Satgas Penanganan 
Covid-19 Sumatera Utara yang juga Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera 
Utara, dr. Aris Yudhariansyah menegaskan kegiatan ini tidak dilaksanakan oleh 
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Untuk itu, ia mengimbau agar masyarakat 
tidak mudah percaya terhadap informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan 
kebenarannya.


terbit sebuah unggahan video di Aplikasi Youtube dengan judul “masker impor
china ada cacing atau ulat. Waspada”. Dalam unggahan ini juga
diinformasikan bahwa sumber video dari tim tenaga Kesehatan RI.
Faktanya, serat kain yang bereaksi terhadap kondisi lembab, bukan Cacing, Ulat,
atau yang lainnya. Tampilan Cacing yang sesungguhnya terlihat berbeda di bawah
Mikroskop, lebih tebal tidak setipis serat kain dan terlihat organ dalamnya.
Selanjutnya terkait klaim “Sumber video dari tim tenaga kesehatan RI”, tidak ada
bukti bahwa pihak yang diklaim benar-benar menyatakan hal ini.


terbit sebuah narasi di media sosial Twitter terkait meninggalnya seorang anggota Brimob di
Maluku pasca mengikuti vaksinasi massal. Pada unggahan itu, disebutkan bahwa anggota Brimob
ini meninggal akibat Vaksin AstraZeneca dan juga banyak anggota Brimob yang hilang
kesadaran pasca vaksinasi.
Setelah ditelusuri, Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) Prof. Hindra
Irawan Safari mengatakan, Komandan Kompi Batalion Brimob Polda Maluku, Iptu LT meninggal
dunia bukan karena vaksin, melainkan akibat terinfeksi Covid-19. Berdasarkan hasil penelitian dan
audit Komnas KIPI, Iptu LT sudah terpapar Covid-19 sebelum disuntik Vaksin AstraZeneca pada 30
Maret 2021. Sementara itu, terkait laporan 20 anggota Brimob lainnya yang mengalami KIPI ringan
dengan gejala meriang, saat ini sudah dinyatakan sehat. Hal senada juga ditegaskan oleh Kadiv
Humas Polri, Inspektur Jenderal Argo Yuwono yang mengatakan, "Dilakukan sampel pemeriksaan
Covid-19 (RT - PCR) di RS Haulussy Ambon dengan hasil positif". Selanjutnya, Satgas Covid-19 telah
melakukan pelacakan atau tracing terhadap sejumlah orang yang berkontak.


terbit sebuah pesan singkat WhatsApp berisi informasi bahwa masyarakat bisa
mendapatkan Vaksin Covid-19 yang diproduksi Sinovac secara mandiri dengan
membayar senilai 600 ribu rupiah. Pada narasi pesan yang terbit disebutkan bahwa
kegiatan vaksinasi mandiri ini bekerjasama dengan PolarClinic Surabaya dan
didukung oleh Kadin, Asproksi serta Dinkes yang akan dilaksanakan mulai 8 April 2021
bertempat di Kadin Surabaya. 
Faktanya, menurut Koordinator Komunikasi Publik PMO Komite Penanganan Covid-19
dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Arya Sinulingga menegaskan bahwa
informasi ini adalah hoaks. Di sisi lain, sejauh ini Pemerintah melarang
pemberian Vaksin Sinovac dilakukan secara mandiri. Hal itu disampaikan Juru Bicara
Vaksinasi Covid-19 Kemenkes dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid.


terbit unggahan di media sosial Facebook yang menyebutkan alat rapid test Corona bisa 
menyebabkan kanker karena dibersihkan dengan Etilen Oksida. Zat berupa gas ini 
banyak digunakan untuk mensterilkan peralatan medis. 
Faktanya, klaim yang menyebutkan pembersih alat rapid test Corona dengan Etilen Oksida 
bisa menyebabkan kanker adalah tidak benar. Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan 
Sosial Inggris (DHSC) di beberapa media, serta akun Twitter resmi-nya (@DHSCgovuk) 
menegaskan bahwa informasi yang terbit ini tidak akurat dan berbahaya. Lembaga 
ini juga memastikan, kandungan Etilen Oksida yang digunakan untuk membersihkan 
(penyeka) alat ini hanya 1-21-2μg (sepersejuta gram). FDA, Lembaga BPOM Amerika 
Serikat, juga mengungkapkan, perangkat medis juga disterilkan menggunakan Etilen 
Oksida. Penggunaan zat ini paling efektif dalam membersihkan alat medis tanpa merusak 
objek ini


terbit sebuah pesan berantai di aplikasi Whatsapp yang berisi informasi terkait protokol 
kesehatan saat Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) di Universitas Brawijaya. Pada akhir 
pesan tertulis sumber informasi ini berasal dari Ketua Satgas Covid-19 Universitas 
Brawijaya, Dr. Sri Andini, M. Kes.
Faktanya melalui akun Facebook resminya, Universitas Brawijaya mengklarifikasi bahwa 
berita yang terbit ini adalah hoaks. Pihaknya menegaskan, Universitas Brawijaya 
belum mengumumkan dan menetapkan ketentuan peserta UTBK secara resmi. Adapun 
untuk informasi lengkap terkait ketentuan dan hal yang berkaitan dengan UTBK akan 
diumumkan di laman selma.ub.ac.id.


terbit sebuah cuplikan video di media sosial 
Facebook, memperlihatkan tumpukan mayat 
yang diklaim sebagai korban Covid-19. Dalam 
video tumpukan mayat ini, terdapat salah 
satu mayat yang terlihat sedang menghisap 
rokok. Unggahan itu disertai dengan narasi yang 
menyebut bahwa Covid-19 hanyalah lelucon dan 
berita bohong. 
Faktanya, klaim bahwa cuplikan video tumpukan 
mayat merupakan korban Covid-19 adalah keliru. 
Dilansir dari AFP, video ini merupakan 
rekaman adegan dari proses pembuatan sebuah 
video clip milik Husky, yang memiliki nama asli 
Dmitri Kuznetsov yaitu salah satu rapper terkenal 
asal Rusia. Video clip ini dirilis pada 26 
September 2020. Video serupa juga pernah 
diunggah dengan narasi yang salah seperti klaim 
“video produksi mayat Corona”, dan juga sudah 
dijelaskan oleh AFP sebagai konten yang keliru. 


terbit sebuah informasi melalui pesan singkat yang mengatasnamakan Tim Vaksinasi. Pesan 
singkat ini meminta data diri seperti, nama, alamat, nama ayah serta nama ibu. 
Dikutip dari akun Twitter resmi Direktorat Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia 
dan Kebudayaan, Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan 
Informatika (@InfokomPMK), pesan ini merupakan informasi palsu. Jika menerima pesan 
serupa, masyarakat diharapkan untuk waspada karena hal itu merupakan modus pencurian 
data untuk mengumpulkan data pribadi penerima pesan.

terbit sebuah cuplikan video yang 
menampilkan seorang laki-laki sedang 
memberi pengumuman di hadapan massa 
yang sedang antre dalam salah satu acara 
vaksinasi pada tanggal 30 Maret 2021 di Istora 
Senayan. Terdengar laki-laki ini 
mengumumkan bahwa calon peserta 
kategori pelayanan publik Muhammadiyah 
dengan KTP non Islam tidak bisa diregistrasi.
Melalui situs resminya, Ketua Divisi 
Komunikasi Informasi Muhammadiyah 
Covid-19 Command Center (MCCC) Pimpinan 
Pusat Muhammadiyah, Budi Santoso 
mengklarifikasi bahwa isi video ini 
sama sekali tidak benar. Ia menjelaskan jika 
kegiatan vaksinasi itu sepenuhnya 
diselenggarakan oleh pihak Kementerian 
BUMN, sedangkan Muhammadiyah sebatas 
sebagai mitra layanan vaksinasi. Personil 
yang menjadi pemandu dalam kegiatan 
ini juga bukan dari Muhammadiyah. Ia 
menambahkan, Muhammadiyah konsisten 
dalam mengemban misi kemanusiaan 
secara inklusif untuk semua tanpa 
memandang suku, agama, ras, dan bahkan 
pilihan politik mana pun.


terbit gambar hasil tangkapan layar dari sebuah 
tampilan platform belanja elektronik, Shopee 
Malaysia disertai dengan klaim bahwa vaksin 
Covid-19 Pfizer sudah dijual secara online. Dari 
gambar yang dibagikan ini tampak vaksin 
Pfizer dijual dengan harga 63,88 ringgit Malaysia 
dan telah terjual sebanyak 17 item.
Faktanya, dilansir dari AFP, pihak Shopee telah 
membantah kebenaran gambar ini dan 
menyatakannya sebagai gambar palsu atau 
gambar rekayasa. Shopee juga menegaskan 
bahwa vaksin Covid-19 tidak pernah terdaftar 
sebagai barang yang diperjualbelikan didalam 
platformnya. Selanjutnya, Kementerian Kesehatan 
Malaysia mengatakan hanya Pemerintah yang 
dapat memasok vaksin Covid-19 dan penjualan 
vaksin Covid-19 secara umum dilarang. Adapun 
gambar vaksin Pfizer dengan tampilan serupa 
ditemukan dalam situs reuters.com yang 
diunggah pada 1 November 2020


terbit sebuah pesan singkat atau SMS, berisi pemberitahuan bahwa pemilik 
nomor telepon yang menerima SMS telah terpilih dan mendapatkan dana bantuan 
Covid-19 dari PT Pertamina Persero. 
Dilansir dari Liputan6.com, kabar tentang PT Pertamina (Persero) membagikan 
dana bantuan Covid-19 yang terbit melalui SMS adalah tidak benar. Faktanya, 
Senior Vice President Corporate Communication & Investor Relation Pertamina, 
Agus Suprijanto memastikan PT Pertamina (Persero) tidak pernah memberikan 
dana bantuan Covid-19, apalagi yang terbit melalui SMS. Tautan yang disematkan 
dalam SMS ini bukan situs resmi dari PT Pertamina (Persero).

terbit informasi di media sosial Facebook yang menyebutkan bahwa vaksin Covid-19 
berbahaya bagi ibu yang menyusui. Dalam narasinya juga disebutkan vaksin Covid-19 
dapat membahayakan bayi dari ibu yang menyusui.
Faktanya, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan 
seorang ibu menyusui bisa menerima vaksin tanpa adanya syarat khusus, karena begitu 
ibu ini sudah melahirkan dan mulai menyusui bayinya, maka sudah layak untuk 
diberikan vaksinasi. Hal senada juga disampaikan oleh Direktur Kedokteran Janin Ibu di 
Rumah Sakit Wanita Michigan MedicineVon Voigtlander, Dr. Molly Stout yang 
menegaskan bahwa vaksin Covid-19 justru memberi manfaat bagi bayi dari penularan 
virus karena antibodi dari ibu menyusui yang ditransfer ke ASI sebenarnya dapat 
melindungi bayi yang menyusui.


terbit informasi di media sosial Facebook yang menyebutkan buah nanas 
bisa menjadi salah satu solusi untuk pengobatan Covid-19. Dalam unggahan 
ini ekstrak buah disebutkan mampu menurunkan protein akibat Virus 
Corona.
Dilansir dari Kumparan.com, hal ini dibantah oleh Profesor David Morris. 
Ia mengatakan bahwa minum nanas tidak akan menyembuhkan seseorang 
dari penyakit Corona. Sebab, ekstrak ini harus dikombinasikan dengan 
zat lain. Sebagai informasi tambahan, berdasarkan penelusuran AFP, foto yang 
digunakan dalam unggahan itu berasal dari saluran berita Australia 7News 
yang ditayangkan pada 18 Agustus 2020 di YouTube


terbit klaim di media sosial Facebook bahwa kata 
AstraZeneca, nama perusahan yang memproduksi 
vaksin Covid-19 di Inggris, berasal dari Bahasa Latin. 
Kata ini jika diterjemahkan ke dalam Bahasa 
Inggris berarti weapon that kills (senjata yang 
membunuh).
Faktanya, klaim kata AstraZeneca berasal dari Bahasa 
Latin yang berarti senjata yang membunuh adalah 
tidak benar. Nama AstraZeneca merupakan 
perusahaan gabungan antara Astra AB dan Zeneca. 
Astra AB dibangun pada 1913 di Södertälje, Swedia. Kata 
Astra berasal dari kata astron (Bahasa Yunani) yang 
berarti bintang. Sementara itu, perusahaan Zeneca 
dibentuk pada Juni 1993 oleh badan farmasi dari 
Imperial Chemical Industries. Nama Zaneca dibuat 
sesuai instruksi badan ini, yang dimulai dengan 
huruf awal atau akhir alfabet, mudah diingat, tidak 
lebih dari tiga suku kata dan tidak menyinggung dalam 
bahasa apapun. Kemudian, pada tahun 1999, kedua 
perusahaan ini bergabung dengan nama 
AstraZeneca dan memiliki kantor utama di Inggris. 

terbit sebuah pesan berantai di WhatsApp berisi klaim Pemerintah Inggris 
menurunkan status Covid-19, sebab bisa disembuhkan dengan obat Paracetamol.
Dikutip dari Cek Fakta Liputan6.com, informasi Pemerintah Inggris menurunkan 
status Covid-19 sebab bisa disembuhkan dengan obat Paracetamol adalah tidak 
benar. Pemerintah Inggris memang menurunkan status Covid-19 dari klasifikasi 
sebagai penyakit menular konsekuensi tinggi (HCID), namun bukan karena Covid-19 
bisa sembuh dengan Paracetamol. Meski Covid-19 tidak masuk dalam kategori HCID, 
tetapi masih berbahaya. Pemerintah Inggris pun berupaya memutus penularan 
penyakit ini dengan melakukan lockdown pada Januari 2021 karena kasusnya 
meningkat


terbit sebuah video TikTok yang memperlihatkan seorang ibu menggendong bayinya usai 
melahirkan secara caesar dengan pembatas berupa plastik. Dalam video ini terlihat 
petugas rumah sakit memberikan bayi kepada ibunya dengan pembatas plastik. Setelah 
menerima bayi itu, wanita yang terlihat memakai masker ini mengembalikan ke 
petugas. Video ini diunggah kembali di media sosial Facebook dan mengaitkan 
penggunaan plastik dengan Virus Corona (Covid-19). 
Faktanya, klaim yang terbit ini adalah tidak benar. Direktur Layanan Obstetrik 
Anestesi Rumah Sakit Wanita di Boston, Amerika Serikat, William Camann mengatakan 
bahwa penggunaan tirai bening (plastik) itu memberikan pengalaman melahirkan secara 
caesar yang berbeda karena ada hubungan dan ikatan yang jauh lebih baik antara orang tua 
dan bayi. Praktik penggunaan tirai transparan ini sudah dilakukan sebelum pandemi 
Covid-19. Hal itu dilakukan untuk mencegah adanya infeksi dalam operasi. Selain itu, 
penggunaan tirai transparan plastik juga bisa meningkatkan kedekatan antara ibu dan bayi 
sejak lahir.

terbit pesan berantai di media sosial WhatsApp, berisi informasi pendaftaran Vaksinasi untuk 
kelompok non lansia atau masyarakat umum yang digelar di Rumah Sakit Borromeus, Kota 
Bandung. Dalam pesan berantai ini juga terdapat tautan berupa link untuk mendaftar. 
Faktanya, RS Borromeus menyebutkan bahwa untuk saat ini tidak ada pendaftaran maupun 
pelaksanaan vaksinasi untuk non-lansia di Rumah Sakit Santo Borromeus. Saat ini Rumah Sakit 
Santo Borromeus masih menjalankan vaksinasi Covid-19 untuk lansia sesuai program 
pemerintah. Sementara itu, terkait dengan alamat link pendaftaran yang tercantum, Kepala Biro 
Humas dan Marketing Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung, Elisabeth Lilis S menyatakan 
bahwa link ini dikirim secara resmi oleh Rumah Sakit Santo Borromeus hanya untuk 
peserta vaksinasi kelompok lansia yang telah terdaftar di database.

terbit sebuah unggahan dengan gambar 
seorang bayi tampak menggunakan masker 
khusus yang diklaim sebagai masker untuk 
mencegah Covid-19. Foto ini juga menuai 
banyak kritikan dari berbagai kalangan dan 
disebut sebagai upaya melumpuhkan pernapasan 
anak-anak.
Faktanya, gambar bayi menggunakan masker 
ini sama sekali tidak terkait dengan Covid-19. 
Dilansir dari reuters.com dan berdasarkan hasil 
penelusuran gambar melalui google image, 
ditemukan gambar yang serupa pernah diunggah 
pada tahun 2018. Foto ini merupakan 
ilustrasi dari Nipple Dust Mask yang dirancang oleh 
Na Yeun Kim dan Jin Ho Chae yang merupakan 
pemenang platinum di Spark Design Awards 
tahun 2018. Nipple Dust Mask sendiri merupakan 
masker khusus yang dibuat untuk bayi dengan 
konsep empeng yang terbuat dari silikon untuk 
mencegah debu halus dan polusi yang bisa 
terhisap oleh bayi.

terbit pesan berantai di media sosial WhatsApp sebuah informasi yang menyebut 
bahwa memakan tape singkong dan mengkonsumsi alkohol usai disuntik vaksin akan 
menghilangkan kekebalan tubuh, atau fungsi vaksin Covid-19.
Dilansir dari voi.id, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 dari Kementerian Kesehatan 
(Kemenkes) dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid mengatakan bahwa informasi itu tidak benar. 
Dia menegaskan hingga saat ini tidak ada uji klinis terkait hal ini dan masyarakat 
diminta tak perlu menyebarkan pesan serupa ke pihak lain.

terbit sebuah artikel yang memuat hasil penelitian terkait mRna. Artikel ini menjelaskan 
bahwa vaksin berbasis mRna yang saat ini tengah dikembangkan dapat menyebabkan kanker dan 
menonaktifkan protein penekan tumor alami dalam tubuh, yang berfungsi menyelamatkan 
manusia dari kanker. 
Dikutip dari Covid19.go.id, penjelasan mengenai bahaya vaksin berbasis mRna ternyata keliru dan 
terjadi kesalahan dalam mengartikan temuan penelitian ini. Temuan ini dibuat pada tahun 2018, 
jauh sebelum Covid-19 muncul. Jadi tidak ada kaitannya dengan vaksin. Melansir dari media 
periksa fakta AFP, Brian Lichty, Profesor di Departemen Patologi dan Kedokteran Molekuler di 
McMaster University, menyatakan bahwa untuk memahami hasil penelitian ini, seseorang 
harus memahami proses transkripsi.


terbit sebuah video di media sosial 
Twitter yang diklaim sebagai bukti 
kebohongan vaksinasi Covid-19 oleh 
Yahudi. Video ini memperlihatkan 
seorang petugas yang tidak menyuntikkan 
vaksin ke lengan penerima vaksin, 
melainkan ke bagian baju penerima vaksin 
ini. 
Faktanya, klaim bahwa video ini 
merupakan bukti kebohongan vaksinasi 
Covid-19 oleh Yahudi adalah keliru. Video 
itu memang direkam di sebuah lokasi 
vaksinasi Covid-19 di Israel yang diadakan 
oleh Magen David Adom (MDA). Namun, 
video ini tidak menunjukkan proses 
vaksinasi yang sesungguhnya. Petugas 
yang terlihat dalam video itu diminta oleh 
seorang penerima vaksin Covid-19 untuk 
mensimulasikan proses vaksinasi karena 
sebelumnya ia tak sempat merekam 
seluruh proses ini. Simulasi itu 
dilakukan dengan jarum suntik kosong.


terbit sebuah gambar berisi klaim bahwa film 
berjudul "I Am Legend" yang dibintangi oleh Will Smith 
diproduksi pada tahun 2021. Narasi dalam gambar 
ini juga menyebut film ini dikaitkan dengan 
kegagalan vaksin Covid-19 hingga menyebabkan 
manusia menjadi zombie.
Faktanya, klaim film "I Am Legend" diproduksi pada 
tahun 2021 dan dikaitkan dengan kegagalan vaksin 
Covid-19 adalah tidak benar. Potongan adegan film itu 
diketahui telah disunting dengan narasi bahwa 
vaksinasi bisa menyebabkan manusia menjadi zombie. 
Film "I Am Legend" merupakan adaptasi dari novel 
yang ditulis oleh Richard Matheson yang pernah 
ditayangkan pada tahun 2007. Sebelumnya, adaptasi 
novel ini juga pernah ditayangkan di layar lebar 
pada tahun 1964 dan tahun 1971. Novel yang 
dipublikasikan pada tahun 1954 ini mengisahkan 
tentang pandemi yang mengubah manusia menjadi 
mutan. Menurut Warner Bros, manusia dalam film "I 
Am Legend" berubah menjadi mutan bukan zombie 
dan disebabkan oleh virus, bukan vaksin.


terbit sebuah postingan gambar di media sosial Facebook yang menyatakan bahwa 80% tentara 
Angkatan Laut Australia yang bertugas di kapal perang HMAS Sydney mengalami efek samping yang 
sangat parah setelah divaksin Covid-19. 8 anggota dari 80% personil tentara ini tengah dirawat di 
ICU akibat efek samping dari vaksin.
Faktanya, informasi yang menyebutkan bahwa 80% tentara Angkatan Laut Australia yang berada di kapal 
perang HMAS Sydney mengalami efek samping yang sangat parah setelah divaksin Covid-19 hingga 8 
anggotanya dirawat di ICU adalah salah. Kementerian Pertahanan Australia, melalui pernyataan yang 
diunggah di situs resminya news.defence.gov.au menyatakan bahwa klaim ini adalah tidak benar. 
Anggota yang bertugas di kapal perang HMAS Sydney hanya mengalami gejala efek samping ringan 
yang tidak membutuhkan perawatan medis yang intens. Disebutkan juga, personel Kapal HMAS Sydney 
secara sukarela menerima dosis vaksin AstraZeneca sebagai langkah perlindungan dan mereka telah 
berlayar menuju Amerika Serikat pada 11 Maret 2021 waktu setempat dengan anggota kru lengkap.


terbit sebuah unggahan di media sosial 
Facebook yang memperlihatkan Gubernur 
Provinsi Gyeongsang Selatan, Kim Kyeong-su, 
yang tengah divaksin. Unggahan ini juga 
disertai keterangan yang menyatakan bahwa 
pemerintah Korea Selatan telah 
mengembangkan jarum suntik jenis baru yang 
dapat menembus seragam pertahanan sipil 
yang digunakan oleh Gubernur Kim.
Dikutip dari Cekfakta.com, foto ini bukan 
merupakan foto saat Gubernur Kim divaksin, 
melainkan saat ia mengikuti simulasi tata cara 
vaksinasi di Rumah Sakit Yangsan, Universitas 
Nasional Busan, Korea Selatan. Foto ini 
pertama kali diunggah oleh situs resmi 
Pemerintah Provinsi Gyeongsang Selatan pada 
tanggal 2 Maret 2021 lalu. Lebih lanjut, salah 
seorang pejabat pemerintahan Provinsi 
Gyeongsang Selatan, Shim Eun-jeong, 
menegaskan bahwa tidak ada dosis vaksin 
yang disuntikkan saat simulasi dilakukan.


Telah terbit di media sosial Facebook, sebuah foto yang memperlihatkan botol 
berlabel putih dan bertuliskan "VACCINE COVID19". Dalam foto ini terdapat 
keterangan "Vaksin Covid19 Dalam bentuk Sirup BAGI YANG TAKUT SUNTIK".
Faktanya, berdasarkan hasil penelusuran cek fakta Liputan6.com, klaim vaksin 
Covid-19 dalam bentuk sirup untuk yang takut disuntik adalah tidak benar. Juru Bicara 
Vaksin Covid-19 Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid membantah 
klaim terkait vaksin Covid-19 dalam bentuk sirup untuk yang takut jarum suntik. 
Tulisan yang tercantum pada botol yang diklaim sebagai vaksin Covid-19 ini 
hanyalah hasil editan.

terbit sebuah unggahan di media sosial Facebook yang berisi pernyataan Ikatan 
Dokter Indonesia (IDI) terkait pandemi Covid-19. Dalam unggahan ini, terdapat 
narasi yang mengatakan seolah-olah IDI menyebut pandemi Covid-19 adalah bentuk 
pengelabuan dan pembodohan global. 
Faktanya, dikutip dari Liputan6.com, Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter 
Indonesia (PB IDI) Dr. Adib Khumaidi, SpOT menyebut informasi yang terdapat pada 
unggahan ini adalah tidak benar. Adib menyebut IDI tidak pernah mengeluarkan 
rilis seperti itu. Ia juga meminta masyarakat agar tidak langsung percaya dengan 
postingan atau pesan berantai terkait pandemi Covid-19, serta mencari informasi ke 
sumber resmi melalui rilis-rilis resmi dari Organisasi Kesehatan yang ada. Bantahan 
yang sama juga disampaikan oleh dr. Seno Purnomo. Ia menyatakan bahwa hoaks itu 
sudah lama tapi memang konten yang ada terus ditambahkan. Pertama kali terbit 
hoaks itu pada pertengahan 2020.


terbit sebuah unggahan di media sosial 
Facebook yang menyatakan bahwa 17 negara 
telah melarang penggunaan Vaksin 
AstraZeneca. 
Setelah dilakukan penelusuran, klaim yang 
menyatakan bahwa 17 negara telah melarang 
penggunaan Vaksin AstraZeneca adalah keliru. 
Faktanya, beberapa negara hanya 
menangguhkan administrasi pemesanan 
Vaksin AstraZeneca, sambil menunggu hasil uji 
klinis dari WHO terkait kabar efek 
penggumpalan darah pasca vaksinasi 
diberikan. Melansir dari laman WHO 
Internasional, pihak WHO akhirnya 
mengeluarkan pernyataan untuk tetap 
melanjutkan pemakaian Vaksin AstraZeneca. 
WHO menganggap bahwa manfaat Vaksin 
AstraZeneca lebih besar jika dibandingkan 
risikonya. 

terbit sebuah informasi di media sosial Facebook yang menyebutkan bahwa nama 
penerima vaksin yang dicantumkan pada surat vaksin harus sesuai nama yang tertera di 
paspor. Disebutkan pula bahwa petugas yang memeriksa surat vaksin akan menyesuaikan 
nama penerima vaksin dengan nama yang tertera di paspor.
Dikutip dari Kompas.com, Kepala Subbagian Humas Ditjen Imigrasi Ahmad Nur Saleh 
menegaskan, Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM tidak 
mengeluarkan aturan terkait hal ini. Ahmad mengatakan, surat vaksin bukan 
merupakan wewenang dari Ditjen Imigrasi, tetapi wewenang Kementerian Kesehatan 
(Kemenkes). Ahmad menilai, terbitnya kabar bahwa nama penerima vaksin di surat 
vaksinasi harus sesuai dengan nama yang tertera di paspor hanya antisipasi yang 
disampaikan warganet. Dengan demikian, klaim yang menyebutkan nama di surat 
vaksinasi harus sesuai dengan paspor adalah tidak benar karena Direktorat Jenderal 
Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM tidak pernah mengeluarkan aturan ini


terbit informasi di media sosial 
Facebook yang menyebutkan adanya 
seorang guru berinisial “E”, warga 
Kecamatan Leles, mengalami 
kelumpuhan beberapa jam setelah 
menerima vaksin kedua.
Faktanya, Sekretaris Dinkes Garut, Leli 
Yuliani mengklarifikasi bahwa guru 
ini sakit bukan dari efek 
vaksinasi Covid-19. Guru ini juga 
tidak lumpuh, melainkan merasa 
lemas pada hari Sabtu setelah 
menerima vaksin pada hari Rabu. 
Lebih lanjut, dijelaskan juga bahwa 
yang bersangkutan sudah cukup 
sering mengalami hal serupa dan 
beberapa kali sempat dirawat di 
Puskesmas.


terbit sebuah pesan berantai melalui WhatsApp yang menginformasikan 
adanya vaksinasi Covid-19 untuk lansia dan bukan lansia di Puskesmas Kecamatan 
Kramat Jati dengan hanya membawa e-KTP asli.
Dilansir dari data.jakarta.go.id, berdasarkan klarifikasi Dinas Kesehatan Provinsi 
DKI Jakarta kepada Tim Jalahoaks, diketahui bahwa Puskesmas Kecamatan 
Kramat Jati tidak pernah mengeluarkan pengumuman ini. Adapun nomor 
hotline Puskesmas Kecamatan Kramat Jati dapat dihubungi melalui nomor 
0895321748470.


terbit sebuah hasil tangkapan layar pada 
sosial media Facebook yang berisi informasi 
terkait kadar antibodi setelah divaksin 
Covid-19. Dalam tangkapan layar ini 
terdapat grafik yang diklaim sebagai informasi 
antibodi seseorang setelah menerima vaksin 
Covid-19. Disebutkan juga bahwa penyebab 
seseorang bisa terkena Covid-19 dikarenakan 
antibodi yang akan menurun dalam beberapa 
hari sebelum vaksin ke 2.
Dikutip dari cek fakta liputan6.com, dokter 
sekaligus edukator dan Tim Penanganan 
Covid-19, Muhamad Fajri Adda'i, menyebut 
grafik yang diklaim sebagai antibodi seseorang 
setelah menerima vaksin Covid-19 ini 
tidak benar. Dokter Fajri menjelaskan, "Tidak 
ada orang yang setelah divaksin Covid-19 
misalnya antibodinya malah menjadi 
mendekati nol. Kalaupun ada itu hanya 
kasuistik saja seperti orang ini sistem 
imunnya gagal membentuk antibodi tetapi itu 
bukan konsep secara umum". Dokter Fajri juga 
mengingatkan agar masyarakat tetap 
menerapkan protokol kesehatan meski sudah 
divaksin Covid-19. Selain itu, hasil penelusuran 
gambar grafik di internet juga menemukan 
bahwa grafik ini telah sebelumnya 
diunggah dari suatu laman blogspot di tahun 
2017, dan Januari 2020 serta tidak 
menyebutkan informasi terkait vaksinasi 
Covid-19.

terbit postingan di media sosial Facebook, klaim foto vaksin yang berlogo tulisan 
Kadrun dibagian kemasan. Dengan tambahan narasi "Ga usah nyuruh2 duluan 
nyoba vaksin covid 19 drun,FETE. Fetambooran Chemical Rijik United, sdh nyediain 
Vaksin khusus buat ente".
Berdasarkan hasil penelusuran, klaim foto botol vaksin berlogo Kadrun adalah tidak 
benar. Faktanya foto ini telah diedit dan diubah. Dalam foto asli tulisan pada 
botol adalah "COVID-19 Coronavirus". Foto ini merupakan ilustrasi artikel 
berasal dari shutterstock.com karya Joel Bubble Ben.


terbit sebuah informasi pada pesan berantai
WhatsApp terkait peringkat keamanan vaksin
Covid-19 yang bersumber dari salah satu artikel New
York Times. Dalam pesan ini, menjelaskan
bahwa ada empat vaksin Covid-19 asal China yang
diklaim paling aman sejauh ini. Selain itu, disebutkan
pula China sudah mengekspor 500 juta dosis vaksin
ke seluruh dunia.
Dikutip dari Cek Fakta Liputan6.com, akun resmi
Twitter New York Times menjelaskan bahwa pesan
berantai yang terbit ini adalah hoaks. The
New York Times tidak pernah menerbitkan daftar
peringkat vaksin Covid-19 ini. Pihaknya juga
menjelaskan bahwa tidak pernah menyatakan vaksin
Covid-19 yang berasal dari China lebih unggul
daripada vaksin yang diproduksi di tempat lain.
Mereka juga belum menerbitkan klaim bahwa China
telah mengekspor lebih dari 500 juta dosis vaksin.
Tautan artikel yang disertakan dalam pesan berantai
ini juga sama sekali tidak menyebutkan
peringkat keamanan vaksin Covid-19 di seluruh dunia



terbit sebuah pesan berantai pada platform media 
sosial, pesan ini memberikan informasi yang 
diklaim sebagai informasi terbaru dari Kerajaan Arab 
Saudi, dituliskan pada pesannya bahwa pelaksanaan 
ibadah haji pada 2021 akan berjalan normal tanpa 
adanya batasan jumlah jemaah haji yang datang ke 
Masjidil Haram, bahkan diklaim pula bahwa Raja 
Salman menyetujui beberapa inisiatif terbaru 
diantaranya yaitu membebaskan biaya tahunan 
fasilitas akomodasi ibadah haji, kegiatan komersial di 
Madinah dan Makkah, tempat haji berlangsung.
Faktanya, informasi yang diklaim sebagai 
pemberitaan terbaru Kerajaan Arab Saudi terkait 
pelaksanaan ibadah haji pada Tahun 2021 yang 
disebutkan akan berjalan biasa tanpa adanya 
batasan ini adalah tidak benar. Plt. Dirjen 
Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Khoirizi 
memastikan bahwa informasi ini adalah 
hoaks. Khoirizi menyampaikan bahwa pihaknya telah 
menanyakan perihal pesan berantai ini kepada 
Dubes Saudi, dan disebutkan bahwa pesan ini 
tidak memiliki sumber yang jelas. Sampai saat ini 
belum ada informasi resmi dari Kerajaan Arab Saudi 
terkait penyelenggaraan haji 2021.


terbit di media sosial berupa akun Facebook yang mengatasnamakan 
Walikota Kendari, Sulkarnain Kadir. Akun yang mencatut foto Walikota Kendari 
ini mengirimi sebuah pesan untuk meminta nomor WhatsApp agar 
dibuatkan grup info Covid-19 dan meminta kode yang masuk lewat SMS lalu 
dikirim melalui WhatsApp yang tersedia. 
Dikutip dari lenterasultra.com, Wali Kota Kendari, Sulkarnain Kadir mengaku 
sudah mendengar hal ini. Ia pun memastikan bahwa akun ini bukan 
miliknya. Sulkarnain mengimbau masyarakat untuk tidak menanggapi akun 
palsu ini. Apalagi sampai melakukan tindakan berupa pemberian uang 
kepada oknum pembuat akun palsu ini. Pasalnya, tidak ada pemerintah 
yang meminta bantuan ataupun sumbangan jenis apapun kepada masyarakat. 


Telah terbit sebuah informasi melalui grup WhatsApp mengenai jadwal vaksin di daerah
Jawa Barat dengan narasi yang menjelaskan tentang pembukaan vaksinasi bagi semua
warga dengan KTP Jawa Barat di Gedung Pakuan pada hari Kamis tanggal 18 Maret 2021
oleh Gubernur Jawa Barat sebanyak 1000 vaksin per hari.
Berdasarkan penelusuran, informasi mengenai jadwal vaksin di daerah Jawa Barat yang
telah terbit adalah tidak benar. Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengklarifikasi
informasi ini melalui akun Twitter pribadi @ridwankamil bahwa tidak benar ada
jadwal vaksinasi untuk umum mulai hari Kamis di Pakuan. Ridwan Kamil pun menegaskan
bahwa bulan ini vaksinasi difokuskan kepada profesi pelayanan publik dan kelompok
lansia yang sudah terdaftar. Dr. Marion Siagian selaku Ketua Divisi Penanganan Kesehatan
Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Jawa Barat juga membantah informasi
ini. Dr. Marion mengatakan bahwa pelaksanaan vaksinasi bagi masyarakat umum
rencananya akan dilaksanakan pada tahap ketiga setelah vaksinasi tahap kedua selesai.


Telah terbit di media sosial Facebook
sebuah unggahan yang mengatakan
bahwa tidak ada kasus Covid-19 di
Bhutan karena penduduknya vegetarian.
Faktanya, klaim yang mengatakan
bahwa di Bhutan penduduknya tidak
terpapar Covid-19 adalah salah. Dilansir
dari thebhutanese.bt, hingga kini di
Bhutan terdapat 868 kasus Covid-19
yang sudah terkonfirmasi. Adapun per
tanggal 21 Maret 2020 ketika klaim
ini pertama kali dibuat, terdapat
dua kasus Covid-19 yang sudah
terkonfirmasi. Lebih lanjut, WHO
menegaskan bahwa belum ada
penelitian yang dapat membuktikan
bahwa menjadi vegetarian dapat
mencegah penularan Covid-19


terbit pesan berantai melalui aplikasi WhatsApp, terkait sebuah informasi yang menyebutkan 
larangan untuk meminum obat jantung tertentu saat akan disuntik vaksin Covid-19 karena akan 
menghambat pembentukan antibodi.
Faktanya, spesialis jantung dan pembuluh darah dari RS Siloam Karawaci, dr. Vito A Damay, Sp.JP 
mengatakan bahwa pesan berantai ini adalah keliru. Tidak ada keharusan menghentikan 
konsumsi obat-obatan seperti yang disebutkan dalam pesan berantai ini bagi para pasien 
jantung dalam konteks vaksinasi Covid-19. Sesuai dengan rekomendasi Pengurus Pusat 
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PPPERKI), tidak semua yang mengidap 
penyakit jantung dilarang menerima vaksin Covid-19. Dalam kondisi-kondisi tertentu mereka 
diperbolehkan menerima vaksinasi Covid-19. Misalnya pasien jantung yang dalam keadaan stabil 
dan baik, tidak ada keluhan sakit dada, tidak ada sesak napas, dapat beraktivitas seperti biasa, 
rutin kontrol kesehatan dan baik-baik saja selama tiga bulan terakhir.


terbit sebuah video di media sosial Facebook memperlihatkan seorang pria yang disebut berasal 
dari Afrika keluar dari sebuah bilik yang dipenuhi dengan kepulan uap panas. Pada penjelasannya, 
pria itu disebutkan sedang melakukan cara penyembuhan virus Covid-19 dengan cara menghirup 
uap panas yang dihasilkan dari rebusan teh herbal yang berasal dari Afrika. 
Dilansir dari covid19.go.id sebagai pusat data Satgas Covid-19 Indonesia, terkait informasi cara 
mencegah atau mengobati virus Covid-19 dengan menghirup uap panas adalah salah. Sampai saat 
ini belum ditemukan resep yang dapat menangkal virus Covid-19, termasuk rebusan tanaman herbal 
atau teh herbal seperti dalam video ini untuk mengobati dan menyembuhkan penyakit 
Covid-19. Menurut Sandy van Vuuren, seorang Profesor di Wits University, Afrika Selatan, 
menyebutkan bahwa daun umhlonyane atau artemisia yang telah digunakan oleh tabib di Afrika 
untuk mengobati penyakit pernapasan memang berhasil untuk mengobati penyakit yang 
disebabkan bakteri, tetapi tidak bisa mengobati penyakit pernapasan yang disebabkan virus, 
termasuk Covid-19


terbit unggahan video melalui platform Youtube dengan judul dan thumbnail yang 
mengklaim bahwa Presiden Joko Widodo atau Jokowi menegur Satgas Waspada Investasi 
(SWI) yang berada di bawah Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Menurut klaim ini, SWI 
OJK ditegur karena menyusahkan rakyat di masa pandemi Covid-19.
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video ini memperlihatkan 
momen ketika Presiden Jokowi menegur SWI OJK karena menyusahkan rakyat di masa 
pandemi Covid-19 adalah keliru. Diketahui video yang terbit itu merupakan video pidato 
Presiden Jokowi dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Jakarta Convention Center 
pada 27 November 2018. Dalam pidatonya ini, tidak ada pernyataan Presiden Jokowi 
yang menegur OJK maupun SWI agar tidak menyusahkan rakyat di tengah pandemi 
Covid-19. Jokowi hanya mengingatkan para pemimpin di Indonesia untuk beradaptasi di era 
revolusi industri 4.0. Pidato itu disampaikan jauh sebelum munculnya pandemi Covid-19 di 
Indonesia.


terbit pesan berantai melalui aplikasi
WhatsApp, terkait sebuah informasi yang
menyebut adanya fasilitas vaksinasi Covid-19
bagi peserta Gerakan 3.000 Kantong Darah
Ramadhan yang diadakan oleh Relawan Peduli
Covid-19 Riau.
Faktanya, Relawan Peduli Covid-19, Dirmanto
membantah informasi ini. Ia
menjelaskan, gerakan sosial ini
merupakan bentuk dukungan dari para
relawan agar masyarakat tidak kekurangan
pasokan darah selama bulan Ramadhan nanti.
Gerakan ini murni untuk kegiatan donor
darah dan tidak ada kegiatan vaksinasi
apapun.

terbit sebuah unggahan di media sosial Facebook mengenai vaksin Sinovac. Dalam postingan 
diklaim bahwa vaksin Sinovac diproduksi sebelum pandemi karena kedaluwarsa lebih cepat dari 2 
tahun.
Dilansir dari liputan6.com, klaim mengenai vaksin Sinovac diproduksi sebelum pandemi karena 
kedaluwarsa lebih cepat dari 2 tahun ini adalah tidak benar. Faktanya, Koordinator Program 
Management Office (PMO) Komunikasi Publik Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi 
Nasional (KCPPEN), Arya Sinulingga menyatakan bahwa masa kedaluwarsa vaksin Sinovac dari pabrik 
memang 2 tahun. Namun, BPOM menetapkan 6 bulan karena uji klinis yang baru dilakukan selama 6 
bulan. Menurut Arya, ke depannya penetapan masa kedaluwarsa vaksin Covid-19 akan lebih lama lagi 
dari 6 bulan, seiring dengan penambahan waktu uji klinis vaksin Sinovac.
terbit sebuah tangkapan layar di media 
sosial berupa percakapan dari akun 
Whatsapp yang mencatut nama Wakil 
Ketua DPRD Kabupaten Pasuruan, Andri 
Wahyudi. Tangkapan layar ini berisi 
pesan yang menawarkan bantuan 
penanganan Covid-19 untuk Pondok 
Pesantren dan Panti Asuhan. 
Dilansir dari Wartabromo.com, Andri 
Wahyudi memberikan klarifikasi bahwa 
dirinya tidak pernah memberikan program 
bantuan Covid-19 yang ditujukan kepada 
Pondok Pesantren seperti pada pesan 
yang terbit ini dan mengatakan 
bahwa nomor WhatsApp itu bukan 
miliknya. Andri Wahyudi pun meminta 
warga untuk mewaspadai modus 
penipuan yang mengatasnamakan 
dirinya melalui akun media sosial maupun 
WhatsApp.

terbit kabar di media sosial yang menyebutkan 
bahwa vaksin Sinovac merupakan vaksin yang 
diperuntukkan bagi ayam. Informasi itu juga 
mengklaim bahwa barcode vaksin asli ditukar dengan 
vaksin plasebo untuk menipu KIPI. Unggahan yang 
menyertakan tangkapan layar berita dari salah satu 
situs media online yang berjudul "Guru di Kota Tegal 
Meninggal Usai Divaksin Sinovac" ini ramai 
terbit di laman media sosial Facebook. 
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo.co, klaim bahwa 
vaksin Covid-19 Sinovac diperuntukkan bagi ayam, serta 
barcode aslinya ditukar adalah keliru. Faktanya, vaksin 
Sinovac ditujukan untuk memberi perlindungan 
terhadap manusia dari infeksi Covid-19. Produksi vaksin 
Sinovac juga telah memenuhi standar pembuatan 
vaksin, yakni melalui uji coba terhadap binatang dan uji 
klinis terhadap manusia. Dengan demikian, 
penggunaan vaksin Sinovac di Indonesia bukan sebagai 
kelinci percobaan. Selain Indonesia, tiga negara lain 
yakni Turki, Brazil, dan Chili juga menggunakan vaksin 
Sinovac. Menurut Ketua Komisi Nasional Kejadian 
Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI), Prof. Dr. dr. Hinky 
Hindra Irawan Satari, Sp.A (K), M.TropPaed, bahwa 
penukaran kode vaksin Sinovac tidak sesederhana 
seperti pada klaim yang terbit ini. Barcode
vaksin melalui satu sistem yang sama sejak selesai 
diproduksi di Cina hingga disuntikkan kepada penerima 
vaksin. Sistem satu pintu ini diterapkan untuk 
memudahkan pelacakan dan distribusi serta mencegah 
tindakan pemalsuan terhadap sebuah vaksin


Telah terbit di media sosial Facebook sebuah 
unggahan yang mengatakan bahwa orang lebih 
mudah terinfeksi Covid-19 setelah divaksin.
Faktanya, dilansir dari Kompas.com, klaim yang 
mengatakan bahwa penerima vaksin lebih mudah 
terinfeksi Covid-19 adalah salah. Juru Bicara 
Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, dr. Siti 
Nadia Tarmizi, M.Epid menjelaskan, seseorang yang 
sudah divaksin Covid-19 tetapi antibodinya belum 
terbentuk sempurna, memiliki risiko infeksi yang 
sama dengan orang yang belum divaksin. dr Nadia 
juga menegaskan, bahwa vaksin tidak mencegah 
penularan, tetapi mencegah seseorang jatuh sakit 
atau sakit berat. Selanjutnya menurut Ketua 
Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), 
Prof. Dr. dr. Hinky Hindra Irawan Satari, Sp.A (K), 
M.TropPaed, dalam proses pembentukan antibodi 
setelah vaksinasi Covid-19, seseorang tidak lebih 
rentan terinfeksi virus Corona. Akan tetapi, 
seseorang memang masih bisa terinfeksi Covid-19 
karena kekebalan belum terbentuk sempurna


terbit sebuah pesan berantai di sosial media WhatsApp, mengenai informasi
ajakan vaksinasi Covid-19 di Bio Farma. Pada pesan berantai ini, dituliskan
vaksinasi dilaksanakan pada hari Jumat 12 Maret 2021, pada pukul 09:00 sampai
dengan pukul 11:00 bertempat di Gedung Publik 2 Bio Farma.
Dikutip dari akun Instagram resmi milik Bio Farma @biofarmaid, bahwa informasi
ajakan vaksinasi yang terbit pada pesan berantai WhatsApp ini adalah tidak
benar atau hoaks. Pihak Bio Farma meminta agar penerima vaksin dimohon untuk
memastikan telah mendaftarkan diri melalui link resmi dari Pemerintah dan sudah
mendapatkan konfirmasi resmi dari tempat fasilitas pelayanan vaksinasi Covid-19


Telah terbit sebuah pesan berantai WhatsApp yang mengatakan bahwa lansia
non-DKI bisa mengikuti Sentra Vaksinasi Covid-19 Bersama di Istora Senayan.
Faktanya, menurut Umi Gita Nugraheni, selaku Sub Koordinator Hubungan
Masyarakat Kementerian BUMN mengatakan bahwa kegiatan Sentra Vaksinasi
Covid-19 Bersama ini hanya untuk lansia dan pekerja publik yang memiliki KTP DKI
Jakarta saja yang mendapatkan vaksinasi. Sentra Vaksinasi Covid-19 Bersama
merupakan kegiatan yang diadakan atas kerja sama Kementerian BUMN,
Kementerian Kesehatan, Pemda DKI, dan Indonesia Healthcare Corporation.
Kegiatan ini menyasar lansia, khususnya yang memegang KTP DKI Jakarta.


terbit pesan berantai Whatsapp yang 
menyebutkan Sentra Vaksinasi Covid-19 
terbuka untuk semua pemegang KTP. Salah 
satu informasi menyebutkan, kegiatan 
vaksinasi ini bisa diikuti oleh selain lansia 
tanpa harus mendaftar dan dibuka selama 7 
hari, termasuk Sabtu dan Minggu.
Faktanya, hal ini telah diklarifikasi oleh 
Koordinator Program Management Office 
(PMO) Komunikasi Publik Komite 
Penanganan Covid-19 dan Pemulihan 
Ekonomi Nasional (KPCPEN), Arya Sinulingga 
yang menyatakan bahwa Sentra Vaksinasi 
Covid-19 hanya untuk lansia dan pelayan 
publik BUMN yang sudah terkoordinir. Kedua 
kelompok itu pun hanya bisa mendaftar 
sebagai peserta vaksinasi di Istora Senayan 
jika memiliki KTP DKI Jakarta. Staf Khusus 
Menteri BUMN ini pun menegaskan, Sentra 
Vaksinasi Covid-19 tidak diperuntukan untuk 
yang bukan pegawai publik dan non-lansia. 
Hal senada juga telah diklarifikasi langsung 
melalui akun resmi Instagram 
@sentravaksinasibersamabumn yang dalam 
storynya dijelaskan bahwa kabar ini 
adalah tidak benar. Sentra Vaksinasi Nasional 
hanya melayani lansia, pelayan publik 
(Frontliner BUMN), dan ber-KTP DKI Jakarta.


terbit sebuah video berbahasa asing di platform YouTube yang memperlihatkan
seorang wanita tersungkur di lantai dan mengalami kejang-kejang. Pada keterangan
video disebutkan bahwa wanita ini mengalami kejang-kejang setelah menerima
vaksin Covid-19 di Argentina.
Dilansir dari Factcheck.afp.com, AFP Argentina membenarkan video ini diambil
di wilayah Argentina. Namun, klaim yang menyebut wanita dalam video itu 
kejang-kejang akibat vaksin Covid-19 adalah keliru. Gladys Amantia selaku Direktur
Medis Rumah Sakit Larcade Argentina, menjelaskan bahwa wanita dalam video
ini merupakan seorang pasien di Rumah Sakit Larcade yang memiliki riwayat
kejang dan keterlambatan kematangan serta gangguan tingkah laku. Selanjutnya,
Sebastián Motrel, selaku ahli bedah di Rumah Sakit Larcade menambahkan bahwa
kejadian kejang yang dialami wanita itu tidak terkait dengan vaksin Covid-19 dan belum
divaksinasi Covid-19.