Tampilkan postingan dengan label transgender 3. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label transgender 3. Tampilkan semua postingan

Rabu, 10 Januari 2024

transgender 3

                       
pendidikan sepatutnyalah selalu merenungkan makna dan hakikat 
pendidikan, merefleksikannya di tengah-tengah tindakan/aksi sebagai 
buah refleksinya. 
Pendidikan merupakan suatu aktivitas manusia yang memiliki 
maksud menggembangkan individu sepenuhnya. Islam merupakan 
agama yang sangat menekankan pentingnya pendidikan bagi manusia. 
Gagasa ini sesuai dengan banyaknya ayat Al-Qur‘an dan Hadits yang 
mengandung perintah tentang pendidikan. Maka, pendidikan dalam 
Islam merupakan proses tranformasi ilmu pengetahun yang bersumber 
dari Al-Qur‘an dan al-Hadits.21 Pendidikan merupakan suatu sistem 
yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang ada lainnya 
guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan untuk meningkatkan 
kualitas hidup manusia dalam segala aspek. Pendidikan Islam adalah 
upaya rencana dalam menyiapkan manusia untuk mengenal, 
memahami, menghayati, dan mempercayai ajaran agama Islam dengan 
dibarengi tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan 
antarumat beragama untuk menciptakan persatuan dan kesatuan 
bangsa.22 
Pendidikan adalah suatu proses penanaman sesuatu kedalam diri 
manusia, pendidikan adalah sesuatu yang secara bertahap ditanamkan 
kedalam manusia. Pendidikan merupakan ―suatu proses pengajaran‖ 
mengacu pada metode dan sistem untuk mengajarkan apa yang disebut 
sebagai pendidikan secara bertahap. Secara sederhana pendidikan Islam 
adalah pendidikan yang ―berwarna‖ Islam. Maka pendidikan Islami 
adalah pendidikan yang berdasar  islam. Dengan demikian nilai-nilai 
ajaran Islam itu sangat mewarnai dan mendasari seluruh proses 
pendidikan. 
Jika merujuk berdasar  sudut etistimologis, istilah pendidikan 
Islam sendiri terdiri dari atas dua kata, yakni ―pendidikan‖ dan 
―islami‖. Definisi pendidikan sering disebut dengan berbagai istilah, 
yakni altarbiyah, al-taklim, al-t ‟di  dan al-riyadoh. Setiap istilah 
ini  memiliki makna yang berbeda-beda, hal ini disebab kan 
perbedaan kontek kalimatnya dalam pengunaan istilah ini . Akan 
namun  dalam keadaan tertentu semua istilah itu memiliki makna yang 
                                                             

 
sama, yakni pendidikan. 
Tujuan pendidikan Islam yang hendak dibidik dewasa ini adalah 
untuk membimbing, mengarahkan, dan mendidik seseorang untuk 
memahami dan mempelajari ajaran agama Islam. Diharapkan mereka 
memiliki kecerdasan berpikir (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan 
memiliki kecerdasan Spiritual (SQ) untuk bekal hidup menuju 
kesuksesan dunia dan akherat. Pendidikan Islam harus menfasilitasi 
pertumbuhan dalam semua aspeknya, baik aspek spiritual, intelektual, 
imajinasi, jasmaniah, ilmiah maupun bahasanya baik secara perorangan 
maupun kelompok yang lebih luas.24 Para ahli pendidikan telah 
memberi  definisi tentang tujuan pendidikan Islam dimana rumusan 
atau definisi yang satu berbeda dari definisi yang lain. Meskipun 
demikian, pada hakikatnya rumusan dari tuuan pendidikan agama Islam 
adalah sama, mungkin hanya redaksi dan penekanannya saja yang 
berbeda. 
Al-Attas menyatakan bahwa tujuan pendidikan yang penting 
harus diambil dari pandangan hidup (Philosophy of life) jika pandangan 
hidup itu Islam maka tuujannya adalah membentuk manusia sempurna 
(insane kamil) menurut Islam.25 Pemikiran Al-attas ini tentu saja masih 
bersifat global dan belum operasional. Definisi ini  mengendalikan 
bahwa semua operesional pendidikan harus menuju pada nilai 
kesempurnaan manusia. Insane Kamil atau manusia sempurna yang 
diharapkan ini  hendaknya diberikan indikator-indikator yang 
dibuat secara lengkap dan diperjenjang sesuai dengan jenis dan jenjang 
pendidikan sehingga tuuan pendidikan ini  dapat operasional dan 
mudah diukur. 
Sejalan dengan tujuan pendidikan Islam menurut Al-Attas, 
pemikir lain yaitu Abdullah mengungkapkan bahwa tuuan pokok 
pendidikan Islam mencakup tuuan jasmani, tuuan rohani, dan tujuan 
mental. Saleh Abdullah telah mengklasifikasikan tuuan pendidikan ke 
dalam tiga bidang, yaitu: fisik-materil, ruhani-spiritual, dan mental 
emosional. Ketiga tiganya harus diarahkan menuu pada kesempurnaan 
tiga tuuan ini tentu saja harus tetap dalam satu kesatuan (integratif) 
                                                             

yang tidak terpisahkan.26 Pemikiran yang dibuat oleh Abdullah 
mengenai tujuan pendidikan Islam ini juga masih sangat luas dan 
belum jelas mau ke mana arahnya. Maka masih perlu merumuskan 
kembali indikator yang jelas mengenai tujuan pendidikan Islam yang 
sebenarnya. 
Al-Abrasyi merumuskan tujuan pendidikan Islam secara lebih 
rinci dia menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk 
membentuk akhlak mulia, persiapan menghadapi kehidupan dunia 
akhirat, persiapan untuk mencari rizki, menumbuhkan semnagat ilmiah, 
dan menyiapkan profesionalisme subjek didik. berdasar  5 (lima) 
rincian tujuan pendidikan ini , semua harus menuju pada titik 
kesempurnaan yang salah satu indikatornya adalah adanya nilai tambah 
secara kuantitatif dan kualitatif. Pemikiran Al-Abrasy ini sudah 
menyertakan indikator secara kualiatif dan kuantiatif artinya sudah 
lebih terperinci dibandingkan dengan gagasan dua tokoh yang 
sebelumnya dibahas. 
Pandangan lain mengenai tujuan pendidikan Islam yaitu An-
Nahlawi berpendapat bahwa tuuan pendidikan Islam adalah 
mengembangkan pikiran manusia dan mengatur tingkah laku serta 
perasaan mereka berdasar  Islam yang dalam proses akhirnya 
bertuuan untuk merealisasikan ketaatan dan penghambaan kepada 
Allah SWT di dalam kehidupan manusia, baik individu maupun 
warga . Definisi bertujuan pendidikan ini lebih menekankan pada 
kepasrahan kepada tuhan yang menyatu dalam diri secara individual 
maupun sosial. Pandangan ini kemudian lebih melihat tujuan 
pendidikan berdasar  pada masalah individual dan sosial. Pandangan 
ini setidaknya melengkapi mengenai tujuan pendidikan Islam yang 
telah dijelaskan sebelumnya. 
Selain tujuan, pendidikan Islam mempunyai peran dan fungsi 
ganda, pertama peran dan fungsinya sebagai instrument penyiapan 
generasi bangsa yang berkualitas, kedua, peran serta fungsi sebagai 
instrumen transfer nilai. Fungsi pertama menyiratkan bahwa 
pendidikan memiliki peran artikulasi dalam membekali seseorang atau 
sekelompok orang dengan pengetahuan dan keterampilan yang 
dibutuhkan, yang berfungsi sebagai alat untuk menjalani hidup yang 
penuh dengan dinamika, kompetensi dan perubahan, fungsi kedua 
                                                             

menyiratkan peran dan fungsi pendidikan sebagai instrumen 
transformasi nilai-nilai luhur dari satu generasi kegenerasi berikutnya. 
Kedua fingsi ini  secara eksplisit menandai bahwa pendidikan 
mengandung makna bagi pengembangan sains dan teknologi serta 
pengembangan etika, moral, dan nilai-nilai spiritual kepada warga  
agar tumbuh dan berkembang menjadi warga negara yang memiliki 
kepribadian yang utuh sesuai dengan fitrahnya, warga negara yang 
beradab dan bermartabat, terampil, demokratis dan memiliki 
keunggulan (competitive advantage) serta keungulan komperatif 
(comperative advantage).. 
Selaian fungsi di atas, terdapat fungsi lain pendidikan Islam yaitu 
sebagai proses pewarisan nilai dan budaya warga  dari satu 
generasi kepada generasi berikutnya atau oleh pihak yang lebih tua 
kepada yang lebih muda. Dalam interaksi sosiologis terjadi pula proses 
pembelajaran. Pada saat itu seseorang yang lebih tua (pendidik) 
dituntut untuk mengunakan nilai-nilai yang sudah diterima oleh aturan 
etika dan akidah umum warga  ini . Dan diharapkan pula agar 
pendidik mampu mengembangkan dan menginternalisasikan nilai-nilai 
ini  kepada peserta didik dengan memperhatikan perkembangan 
kebudayaan dan peradaban yang muncul. Sehingga proses 
pembelajaran yang terjadi dapat menginternalisasikan nilai, dan nilai 
ini  aplikatif dalam kehidupan peserta didik selanjutnya.30 
Maka untuk mewujudkan tujuan dan fungsi pendidikan Islam di 
atas, masih perlukan enataan kembali sistem pendidikan Islam yang 
bukan hanya sekedar modifikasi atau tambal sulam. Pendidikan Islam 
memerlukan rekonstruksi, rekonsiliasi, dan reorientasi agar pendidikan 
Islam dapat kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian tahap lepas 
landas. Beberapa cara dalam membangun pendidikan Islam yang solutif 
sekaligus menjadi rencana bagi pendidikan Islam. Pertama, itu perlu 
merevisi kembail sistem pendidikan Islam yang saat ini berjalan dengan 
tetap mengedepankan semangat dari ajaran Islam. Visi ini  
diwujudkan dalam bentuk upaya dialog ulang keagamaan teks terhadap 
setiap realitas yang terjadi. Kedua, mempersiapkan manusia yang lebih 
dewasa dan berkualitas sumber daya yang dipersenjatai dengan 
kemampuan yang komprehensif. Ketiga, menegaskan kembali peran 
semua elemen dalam pendidikan, yaitu individu, keluarga, warga , 
lembaga pendidikan, dan negara. Keempat, menyatukan spiritualitas 
Islam dengan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan yang 
                                                             

kuat untuk tantangan yang semakin mendesak, tradisi intelektual Islam, 
adalah hierarki dan interkoneksi antar berbagai disiplin ilmu yang 
memungkinkan terwujudnya kesatuan (kemanunggalan) dalam 
keragaman, tidak hanya dalam ranah keyakinan dan pengalaman 
beragama, namun  juga di dunia dari pengetahuan. 
Strategi dan taktik Islam harus lebih efektif dan efisien, artinya 
pedagogis, sosiologis, dan budaya. Oleh sebab  itu, nafas Islami dalam 
diri seorang Muslim sangat penting untuk mampu menggerakkan 
perilaku yang diperkuat dengan pengetahuan yang luas sehingga dapat 
memberi  jawaban yang tepat dan bermanfaat terhadap tantangan 
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan dalam pendidikan 
Islam tidak akan lepas dari prinsip-prinsip Islam yang bersumber dari 
dasarnya prinsip-prinsip Alquran. Perencanaan pendidikan masa depan 
harus mencakup tiga karakteristik utama: suatu warga , yaitu: masa 
depan sosio, masa depan tekno, dan masa depan bio. Selain itu, Islam 
Strategi pendidikan dalam menghadapi tantangan masa depan antara 
lain: (1) Membangun Islam yang aktual paradigma pendidikan; (2) 
Menyelenggarakan pendidikan aektif; dan (3) Meningkatkan kualitas 
staf pengajar. 
Pendidikan Islam pada dasarnya merupakan upaya pembinaan 
dan pengembangan potensi manusia, agar tujuan kehadirannya di dunia 
ini sebagai hamba Allah swt dan sekaligus tugas khalifah Allah swt 
tercapai sebaik mungkin. Potensi yang dimaksud meliputi potensi 
jasmaniah dan potensi rohaniah seperti akal, perasaan, kehendak, dan 
potensi rohani lainnya. Dalam wujudnya, pendidikan Islam dapat 
menjadi upaya umat secara bersama atau upaya lembaga 
kewarga an yang memberi  jasa pendidikan bahkan dapat pula 
menjadi usaha manusia itu sendiri untuk dirinya sendiri.33 
Pendidikan harus memiliki landasan yang baik dan kokoh, sebab  
dengan landasan ini , arah penyelenggaraan pendidikan tidak 
hanya sekedar goncangan atau gejolak sesaat. Landasan pengetahuan 
merupakan hal yang esensial dalam proses memajukan pendidikan. 
Dengan demikian, dasar pendidikan merupakan masalah mendasar 
sebab  sekolah dasar akan menentukan gaya dan isi pembelajaran. 
sedang  kaitannya dengan ajaran Islam, dasar atau landasan 
                                                             

pendidikan Islam, merupakan landasan yang menjadi landasan atau 
asas untuk berdiri tegak. Oleh sebab  itu, dasar budaya Islam harus 
diperhatikan secara komprehensif dalam pengungkapannya melalui 
langkah-langkah pendidikan selanjutnya. 
Al-Qur'an dan Hadits merupakan sumber hukum Islam dan ilmu 
pengetahuan yang lengkap, meliputi seluruh kehidupan manusia, baik 
dunia maupun akhirat. Keduanya menjadi petunjuk nyata bagi manusia 
dan laju kehidupan mereka setiap saat. Al-Qur'an dan Hadits, sebagai 
landasan pendidikan Islam sekaligus sumber ajaran syari'at, tidak hanya 
berfungsi sebagai buku namun  juga eksplorasi untuk kehidupan sehari-
hari. Islam adalah agama yang mengemban misi agar manusia 
melakukan pendidikan dan pengajaran. 
Selain gagasan di atas, kompetensi guru pendidikan Islam 
milenial dalam menghadapi tantangan di era industri revolusi 4.0 
adalah karakter, kinerja, dan literasi. Sebab, tantangan yang dihadapi 
guru pendidikan Islam di era industri revolusi 4.0 mengatasi dampak 
teknologi dan globalisasi yang sangat pesat. Perkembangan teknologi 
yang tidak hanya berdampak pada ilmu pengetahuan, namun  dapat lebih 
lanjut mempengaruhi sosial budaya seseorang. Krisis moral yang 
melanda bangsa dan negara, krissita tantan sosial dan krisis identitas 
sebagai bangsa menuntut guru pendidikan Islam untuk terus 
meningkatkan kualitasnya sebagai guru dan pendidik sebab  kemajuan 
ilmu pengetahuan yang pesat dan teknologi di era globalisasi. 
Kompetensi yang dimiliki pendidikan Islam modern yang harus 
dimiliki guru dalam menghadapi tantangan revolusi industri 4.0 adalah 
karakter, kinerja, dan literasi.36 
berdasar  pengertian pendidikan ini , pendidikan memiliki 
dua fungsi. Pertama, fungsi progresif, dimana aktifitas pendidikan 
dapat memberi  bekal ilmu pengetahuan dan pengembangan, 
penanaman nilai-nilai dan bekal keterampilan mengantisipasi masa 
depan agar penerus bangsa mempunyai bekal kemampuan dan kesiapan 
untuk menghadapi tantangan dimasa kini dan masa datang. Kedua, 
                                                             

fungsi konservatif adalah bagaimana mewariskan dan mempertahankan 
cita-cita dan budaya suatu warga  kepada generasi penerus. 
Selain permasalahan pendidikan yang telah dijelaskan di atas, 
warga  juga merupakan komponen yang turut bertanggung jawab 
terhadap pendidikan. Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan 
anak, salah satu aspek yang turut berkembang adalah aspek sosial. 
Setelah mereka untuk beberapa waktu meninggalkan rumah dan 
sekolah, mereka mulai mengenal lingkungan sosial yang lebih luas, 
yakni warga . Dengan demikian, warga  turut memikul 
tanggung jawab pendidikan. warga , terutama para tokoh, memikul 
tanggung jawab, terutama tanggung jawab sosial, membangun 
solidaritas sosial, membina, memperbaiki, mengajak kepada kebaikan, 
melarang yang mungkar, memelihara yang baik yang diperoleh di 
sekolah, keluarga, dan memperbaiki apa yang salah yang dibawa dari 
keluarga dan sekolah. Pendidikan dalam warga  merupakan 
pemegang amanah untuk membangun suatu komunitas atau masyakarat 

berdasar  beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa 
pendidikan memiliki banyak makna yang tidak sama. Perbedaan 
disebabkan sebab  konteks sosial, politik, budaya, dan agama yang 
berbeda. namun  definisi ini  dapat diambil persamaannya misalnya 
makna pendidikan dilihat ditujuan. Paling tidak, pendidikan merupakan 
satu proses transfer ilmu pengetahuan dari satu orang ke orang lain. 
Lebih khusus lagi, pendidikan adalah merupakan satu proses 
melembagakan ilmu pengetahuan dalam kelas formal misalnya sekolah 
atau perguruan tinggi.  
                                                             
3. Konsep Kesehatan Jiwa/Mental 
Pengertian pendidikan kesehatan yang lebih sederhana diajukan 
oleh Larry Green dan para koleganya menjelaskan bahwa pendidikan 
kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang dirancang untuk 
mempermudah adaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi 
kesehatan.38 Pendidikan kesehatan terhadap penyimpangan 
homoseksual dalam studi ini adalah upaya transformasi ilmu 
pengetahuan dalam rangka memberi  pemahaman kepada 
warga  (khususnya laki-laki) agar memahami penyimpangan yang 
dilakukan oleh penyuka sesama jenis (gay). Pendidikan anti 
ketertarikan yang dimaksud dalam studi ini adalah bukan memusuhi 
orangnya namun  kepada perilaku diisorientasi seksualnya. Pendidikan 
anti ketertarikan sesama jenis dalam studi ini adalah hanya dibatasi atau 
berfokus pada progam kerja yang dilakukan dalam lingkungan sekolah. 
Sebab fokus studi ini adalah penyuluhan kesehatan jiwa terhadap 
penyimpangan homoseksual siswa laki-laki sekolah menengah atas.  
Sekolah merupakan tempat belajar untuk siswa sebagai generasi 
penerus bangsa.  Maka di sekolah inilah tempat siswa mendapatkan 
ilmu pengetahuan. Tidak boleh ada penyimpangan di sekolah misalnya 
penyimpangan jiwa. Sekolah harus memberi  penyuluhan terhadap 
siswa terkait pentingnya jiwa yang sehat. Agar proses transfer ilmu 
pengetahuan ini  berjalan dengan baik.  Mestinya penyuluhan 
kesehatan ini tidak hanya berlaku untuk siswa namun  untuk seluruh guru 
dan individu yang bergabung dengan sekolah ini .  
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang 
dilakukan dengan cara menyebarkan pesan atau menanamkan 
kenyakinan sehingga warga  tidak saja sadar, tahu, dan mengerti, 
namun  juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada 
hubungannya dengan kesehatan. Penyuluhan dalam bidang kesehatan 
biasanya dilakukan dengan cara promosi atau pendidikan kesehatan. 
Kesehatan jiwa telah banyak didefinisikan oleh para sarjana 
khususnya sarjana bidang kesehatan jiwa.  Definisi yang telah dibuat 
ini  justru membuka peluang untuk didefinisikan ulang. Sebab, 
kesehatan jiwa sendiri biasanya tidak dapat dipisahkan dari konteks 
yang terjadi. Seperti dalam penelitian ini kesehatan jiwa yang dimaksud 
adalah dalam konteks penyimpangan orientasi seksual homo.  Pada 
                                                             
konteks inipun sampai saat ini masih terus menjadi perdebatan dan 
bahkan polemik di warga . Sebab, biasanya kaum gay sendiri 
merasa dirinya normal-normal saja dan tidak sedang sakit jiwanya. 
Mereka tidak mau dianggap memiliki kelainan jiwa sebab  memiliki 
orentasi seksual yang berbeda.  
Pada saat yang sama, mengingat besarnya masalah kesehatan 
mental yang dialami oleh remaja homoseksual, sangat 
mengkhawatirkan bahwa hanya ada sedikit pendekatan yang didukung 
secara empiris untuk bekerja dengan remaja homoseksual dengan 
berbagai pengaturan, mulai dari sekolah hingga pada tahap hingga 
perawatan klinis. 
Pada kasus ini , kesehatan jiwa terus menjadi perdebatan 
yang belum selesai. Pria homoseksual jika dilihat dari phisik luar, tidak 
akan tampak kalau jiwanya sedang mengalami sakit. Sangat berbeda 
dengan orang yang gila atau stress pada umumnya yang nampak dari 
perilakunya. Pria homoseksual secara tubuh memang terlihat sehat 
namun  orientasi seksual inilah yang mereka kemudian dianggap sakit. 
Maka perlu penyuluhan kesehatan jiwa untuk menyadarkan mereka 
tentang penyakit jiwa yang dibawanya.  
Untuk mendefinisikan makna kesehatan jiwa dapat dilakukan 
dengan mendefinisikan terlebih dahulu kesehatan (health) dan jiwa 
(mental). Setelah memaknai satu persatu kemudian dapat disimpulkan 
apa yang disebut dengan kesehatan jiwa/mental. Menurut Undang-
Undang Republik negara kita  Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan 
menjelaskan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, 
mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk 
hidup produktif secara sosial dan ekonomis.41 Pengertian ini sedikit 
berbeda dengan konsep kesehatan sebagai keseimbangan antara 
seseorang dan lingkungan, kesatuan jiwa dan tubuh, dan asal mula 
penyakit yang merupakan konsep paling awal berasal dari persepsi 
kesehatan di Yunani kuno.l 
Definisi ini  merupakan kelanjutan dari Undang-Undang 
sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 pasal 1 Ayat 
                                                            
1 Tentang Kesehatan yang menjelaskan bahwa kesehatan adalah 
keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan 
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.43 berdasar  
definisi ini  maka manusia selalu dilihat sebagai satu kesatuan yang 
utuh (holistic) dari unsur badan (organobiology), jiwa (psikoeducatif), 
sosial (sosiocultural), yang tidak hanya dititik beratkan pada penyakit 
namun  pada peningkatan kualitas hidup yang terdiri dari kesejahteraan 
dari badan, jiwa dan sosial ‖produktifitas secara sosial ekonomi‖.44 
Menurut Huber dkk, definisi kesehatan menurut WHO yang 
dirumuskan sejak tahun 1948 memiliki keterbatasan. Maka Huber dkk 
menawarkan definisi kesehatan yang terbagi menjadi kesehatan fisik 
(physical health), kesehatan jiwa/mental (mental health), dan kesehatan 
sosial (social health).45 Dengan definisi lain sehat merupakan keadaan 
baik seluruh badan serta bagian-bagiannya atau bebas dari sakit. 
Kesehatan merupakan keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental 
dan sosial yang tidak hanya bebas dari sakit atau kecacatan.46 
Kesehatan jiwa (mental health) (dalam undang-undang nomor 23 
tahun 1992 pasal 24,25,26 dan 27) adalah suatu kondisi mental yang 
sejahtera yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif sebagai 
bagian yang utuh dari kaulitas hidup seseoarang dengan 
memperhatikan semua segi kehidupan manusia. Ciri-ciri orang yang 
sehat jiwa yaitu:1) Menyadari sepenuhnya kemampuan jiwa, 2) Mampu 
menghadapi stres kehidupan yang wajar, 3) Mampu bekerja secara 
produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya, 4) Dapat berperan serta 
dalam lingkungan hidup, 5) Menerima dengan apa yang ada pada 
dirinya, 6) Merasa nyaman dengan orang lain. 
Definisi kesehatan mental menurut WHO adalah kondisi 
kesejahteraan (well-being)48 seorang individu yang menyadari 
                                                             

kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan kehidupan yang 
normal, dapat bekerja secara produktif dan mampu memberi  
kontribusi kepada komunitasnya.49 sedang  berdasar  UU Nomor 
18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa, kesehatan jiwa didefinisikan 
sebagai kondisi di mana seorang individu dapat berkembang secara 
fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu ini  menyadari 
kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara 
produktif, dan mampu memberi  kontribusi untuk komunitasnya. 
Kesehatan jiwa tidak saja hanya membahas tentang masalah 
gangguan jiwa saja, namun kelompok sehat dan resiko juga perlu 
diketahui agar warga  mendapatkan tindakan yang tepat yaitu, 
kelompok sehat agar tetap sehat; kelompok resiko tidak menjadi 
gangguan; dan kelompok gangguan tetap produktif di warga , 
sehingga perlunya identifikasi masalah kesehatan jiwa warga . 
berdasar  definisi ini, kesehatan jiwa dimaknai tidak hanya sebatas 
orang yang sakit secara pikiran atau mental. Meskipun dalam bahasa 
Inggris, kesehatan jiwa secara terminologi sama dengan kesehatan 
mental (mental health). 
Kesehatan mental (mental health) adalah keadaan dinamis dari 
keseimbangan internal (dynamic state of internal equilibrium) yang 
memungkinkan individu memakai  kemampuannya selaras dengan 
nilai-nilai universal warga .52 Konsep dynamic state of internal 
                                                                                                                                                             
terhadap komunitas warga  di mana mereka tinggal. Lihat di Mental Health Foundation, 
Fundamental Facts About Mental Health, Fundamental Facts About Mental Health 2016, 
London: Mental Health Foundation, 2016, hal. 12. 
49 Kesehatan mental lebih dari sekedar atau tidak bisa hanya dianggap sebagai kondisi 
mental yang sehat akan namun  lebih luas dari definisi ini .. Dimensi positif kesehatan 
mental ditandaskan dalam definisi kesehatan menurut WHO yang terkandung dalam 
konstitusinya: ―Kesehatan adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang 
lengkap dan bukan sekadar tidak adanya penyakit atau infirmity.‖ Konsep kesehatan mental 
meliputi kesejahteraan subjektif, self-efficacy, otonomi, kompetensi, ketergantungan 
antargenerasi dan pengakuan kemampuan untuk mewujudkan potensi intelektual dan 
emosional seseorang. Kesehatan mental juga dimaknai sebagai keadaan kesejahteraan di 
mana individu mengenali kemampuan mereka, mampu mengatasi tekanan hidup normal, 
bekerja secara produktif dan bermanfaat, dan memberi  kontribusi kepada komunitas 
mereka. Lihat di World Health Organization, Investing in Mental Healthal, Switzerland: 
equilibrium maksudnya adalah untuk menggambarkan fakta bahwa 
zaman kehidupan yang berbeda membutuhkan perubahan dalam 
keseimbangan yang dicapai. Sebagai contoh krisis remaja, pernikahan, 
menjadi orang tua atau pensiun adalah contoh yang baik dari zaman 
kehidupan yang membutuhkan pencarian aktif untuk keseimbangan 
baru.
Tesis Manwell dkk, menyimpulkan konsep inti kesehatan mental 
sangat bervariasi dan menggambarkan berbagai proses yang digunakan 
orang untuk menjawab pertanyaan. Proses ini termasuk perspektif 
menyeluruh atau titik acuan responden (posisionalitas), kerangka kerja 
yang digunakan untuk menggambarkan konsep inti (paradigma, teori 
dan model), dan cara faktor sosial dan lingkungan dianggap bertindak. 
Konsep inti dari kesehatan mental yang diidentifikasi terutama bersifat 
individual dan fungsional, yang terkait dengan kemampuan atau 
kapasitas seseorang untuk secara efektif menangani atau mengubah 
lingkungannya.54 
Selain definisi di atas, kesehatan mental juga dapat mengacu pada 
kesejahteraan kognitif, perilaku, dan emosional. Kondisi ini 
berhubungan dengan semua tentang bagaimana orang berpikir, 
merasakan, dan berperilaku.55 Menuru Walsh, kesehatan mental baik 
atau tidaknya dapat dipengaruhi oleh gaya hidup (life style).  Jika 
pendapat ini benar, artinya kesehatan mental sangat terkait dengan 
perilaku seseorang dalam lingkungan sosialnya.56 
B. Penyimpangan Homoseksual 
Homoseksual merupakan masalah yang melanda remaja sampai saat 
                                                                                                                                                             
mengatur emosi sendiri, serta berempati dengan orang lain; fleksibilitas dan kemampuan 
untuk mengatasi peristiwa kehidupan yang merugikan dan berfungsi dalam peran sosial; dan 
hubungan harmonis antara tubuh dan pikiran merupakan komponen penting dari kesehatan 
mental yang berkontribusi, pada derajat yang berbeda-beda, pada keadaan keseimbangan 
internal. 
 
ini.57 Fakta di lapangan menunjukkan bahwa perilaku homoseksual 
dilakukan mulai umur remaja. Sebagai contoh, jumlah homoseksual di 
Kanada sekitar 1 % dari keseluruhan penduduknya pada 18–59 tahun, 
sedang  di Amerika berdasar  hasil penelitian dari National Center 
for Health Research sejak tahun 2002 sekitar 4,4% warga  Amerika 
sudah pernah melakukan hubungan homoseksual pada usia sekitar 8 
sampai 10 juta pria pernah terlibat dalam hubungan homoseksual.58 
Manusia dikodratkan untuk berpasangan. Pada umumnya, manusia 
haruslah berpasangan dengan lawan jenis, bukan sebaliknya. Dijaman 
sekarang banyak pasangan-pasangan sesama jenis yang menyebar di 
negara kita . Tidak hanya diluar negeri saja, penyakit penyimpangan seksual 
ini sudah masuk di negara kita  dan semakin banyak peminatnya. Di negara 
negara kita  sendiripun, penyimpangan seksual yang saat ini yang menjadi 
populer di warga  adalah homoseksual (gay). negara kita  sendiri, 
homoseksual masih dipandang normal-normal saja oleh warga , 
namun berbeda dengan negara lain yang memandang penyimpangan 
ini  adalah hal biasa bahkan tidak ada undang undang yang mengatur 
tentang penyimpangan ini . Perilaku homoseksual tumbuh didalam 
warga  dan sedikit demi sedikit, warga  yang mempunyai 
kelainan perilaku ini mulai melupakan norma agama, norma hukum dan 
norma kesusilaan. Banyaknya tayangan video porno dan beredarnya situs 
porno menjadikan semakin banyaknya warga  yang tertarik dengan 
hal ini . Bukan hanya dari video saja, banyak faktor- faktor yang 
mempengaruhi penyimpangan homoseksual ini .59 
Maka studi ini menolak pandangan yang mengatakan bahwa 
homoseksual bukan merupakan penyimpangan mental. Dalam tesis ini 
menegaskan bahwa homoseksual merupakan penyakit kejiwaan yang bisa 
disembuhkan. Homoseksual bukan orientasi seksual yang normal sebab 
sudah sangat jelas dan gambalang bahwa Allah SWT hanya menciptakan 
dua orientasi seksual yaitu laki-laki dan perempuan. Kelompok yang 
memandang bahwa homoseksual bukan perilaku menyimpang adalah 
belum memahami benar baik secara fisik maupun psikis mengenai 
                                                             

 
dampak perilaku homoseksual.  
United Kingdom sampai tahun 2018 melakukan survei terhadap 
responden dengan usia 16-35 tahun sebanyak 108.100 orang. Sebanyak 
61% dari jumlah ini  teridentifikasi sebagai gay atau lesbian dan 26% 
teridenfikasi sebagi biseksual.60 berdasar  angka ini tidak 
mengherankan memimjam gagasan Britton,61 sebab di negara ini hukum 
memang melegalkan hubungan sesama jenis baik homoseksual maupun 
lesbian. Dua negara Barat lainnya yaitu Kanada dan Spanyol menjadi 
negara yang disebut sebagai pioneer yang membolehkan pernikahan 
sesama jenis yaitu homoseksual dan lesbian.62  
Sebenarnya banyak perdebatan mengenai definisi homoseksual 
terutama mengenai definisi orentasi seksualnya. Ada yang berpendapat 
bahwa homoseseksual merupakan sifat yang dibawa sejak lahir. 
Homoseksual merupakan orientasi seksual jenis ketiga yang masuk pada 
term gender baru selain laki-laki dan perempuan. Jadi mereka tidak 
mempersalahkan orang-orang yang hidup sebagai homo atau gay. Banyak 
penelitian misalnya Khoir,63 Adihartono dan Jacson,64 Barlow dan 
Durand,65 serta Blackwell dan Dziegielewski66 yang kemudian 
mengganggap homoseksual saat ini mendapatkan perlakukan diskriminasi 
dalam lingkungan sosialnya.  
Diskriminasi yang terjadi terhadap homoseksual dalam bidang 
kesehatan dan pelayanannya ditegaskan olah hasil penelitian Szél dan 
koleganya.67 Baptiste-Roberts dan koleganya juga menyimpulkan bahwa 
muncul disparitas atau kesenjangan perawatan kesehatan terhadap 
homoseksual sebagai minoritas. Homoseksual diperlakukan tidak adil 
dalam kebutuhan kesehatan yang disebabkan oleh oleh prasangka 
individu, stigma sosial, dan diskriminasi.68 Hasil studi Elliott et.al 
menyimpulkan lebih banyak kemungkinan terjadi ketidakadilan terhadap 
pelayanan kesehatan minoritas (baca: homoseksual).69 
namun , terdapat banyak penelitian misalnya Suherry dkk,70 Yansyah 
dan Rahayu,71 Ayub,72 Andra dkk,73 dan Dermawan,74 berpandangan 
bahwa homoseksual merupakan penyakit kejiwaan yang menyimpang. 
Seluruh pendapat ini setidaknya memberi  tesis bahwa homoseksual 
merupakan fenomena yang mengancam kesehatan warga  dilihat dari 
sudut pandang kejiwaan. Pada studi ini, mengambil pandangan yang 
kedua menyetujui bahwa homoseksual merupakan penyakit kejiwaan yang 
disebabkan berbagai faktor bukan dari sifat lahir.  
Faktor pendukung individu menjadi gay adalah pola asuh yang 
salah, tidak adanya role model laki-laki yang terdapat pada figur ayah 
sehingga individu mengidentifikasi diri sebagai gay dan memutuskan 
                                                             
untuk coming out.75 Persepsi lingkungan yang menerima atau menolak 
serta stressor yang dialami oleh gay mengakibatkan ketiga subjek untuk 
melakukan coping stress berupa sikap menghindar, mengalihkan 
perhatian, menyembunyikan identitas, dan membatasi pergaulan sebagai 
usaha untuk berinteraksi dengan warga .76 Orang yang berperilaku 
homoseksual kemudian berusaha membuka diri terhadap keluarga maupun 
warga  berbagai cara agar mereka bisa diterima dengan baik.Secara sederhana arti dari coming out adalah suatu proses penemuan atau 
penerimaan diri sendiri atas seksualitas, identitas gender atau status interseksualnya (to come 
out to oneself), dan proses dimana seseorang atau sekelompok orang membuka diri atas 
seksualitas, identitas gender atau status interseksualnya kepada orang lain (to come out to 
friends, etc.). Kondisi ini merupakan proses yang terus menerus, bertahap dan panjang bagi 
kalangan warga  homoseksual, biseksual, trans, dan interseksual. Dwianita dkk misalnya melakukan studi terhadap proses membuka diri terhadap 
keluarga pada pria homoseksual di Medan Sumatra Utara. Tujuan dari penelitian adalah 
untuk mengetahui proses pembuatan pengungkapan diri gay kepada keluarga, teman dan 
sekitarnya tentang statusnya sebagai gay. Metode yang digunakan adalah metode penelitian 
deskriptif kualitatif pendekatan. Teori yang digunakan adalah komunikasi antar pribadi, 
pengungkapan diri, teori penetrasi sosial. Teknik pengumpulan data dilakukan secara 
mendalam wawancara dengan seorang gay dan ditambah dengan arsip dan dokumentasi. 
Tahapan pengolahan data dimulai dari penelitian lapangan dan penelitian pustaka. 
Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proses pengungkapan diri 
gay dalam keluarga dan teman. Pengungkapan diri dimulai dengan penerimaan gay 
bagaimana dia bisa menerima orientasi seksualnya sebagai seorang gay. Setelah bisa 
menerima kondisinya, ia kemudian mengungkapkan dirinya dengan cara yang berbeda 
kepada keluarganya, teman dan warga . Ada pula kendala yang dialami dalam membuka 
diri kepada keluarga yaitu takut mengecewakan keluarga. 
proses membuka diri bahwa mereka adalah homoseksual tidak mudah 
sebab keluarga warga  khususnya orang Timur (baca: Islam) tidak 
akan mau menerima perilaku menyimpang mereka.  
Sehingga, studi ini menolak gagasan bahwa homoseksual 
merupakan sifat yang dibawa sejak lahir. Studi ini menegaskan bahwa 
homoseksual dapat dicegah dan dapat diobati jika seseorang sudah 
terpapar penyakit kejiwaan ini. Pada usaha pencegahan, studi ini menjadi 
relevan dilakukan sebab  melihat upaya penyuluhan kesehatan jiwa 
terhadap orang-orang yang mengidap penyakit homoseksual.  
Homoseksual merupakan kelainan dalam pemilihan objek pemuasan 
seksual, yaitu jika seseorang laki-laki untuk mencapai kepuasan 
seksualnya, mencari jenis kelamin laki-laki sebagai ojek pemuas seksual.
Para pelakunya disebut dengan gay yaitu istilah yang biasa digunakan 
untuk merujuk pada orang-orang yang memiliki orientasi homoseksual 
atau yang menampilkan sifat dari homoseksualitas. Pengertian lain 
menyebutkan bahwa homoseksual merupakan ketertarikan seksual yang 
terjadi antara sesama jenis kelamin. Hingga saat ini penyebab terjadinya 
orientasi seksual ini belum dapat dipastikan secara pasti.83 
Homoseksual berasal dari kata homo yang berarti sama dan sexual 
yang berarti hubungan seksual atau berhubungan dengan kelamin.84 
Homoseksual adalah orientasi individu yang memiliki ketertarikan fisik, 
emosional, seksual, dan romantisme terhadap individu lain yang memiliki 
gender yang sama.85 Kaum homoseksual termasuk dalam kaum deviant 
atau disebut juga dengan kelompok yang menyimpang. Disebabkan oleh 
perilaku yang menyimpang membuat sebagian besar komunitas bahkan 
                                                                                                                                                         
individu homoseksual sulit untuk berinteraksi dengan warga  luas
Gagasan di atas berseberangan dengan pendapat Margianto yang 
menjelaskan bahwa homoseksualitas tidak lagi dikategorikan sebagai 
gangguan jiwa atau penyimpangan seksual. Bahkan istilah 
homoseksualitas sebagai orientasi seksual menyimpang sudah tidak tepat 
dan menyesatkan sebab  memberi dampak negatif seperti stigmatisasi, 
pengucilan oleh warga  yang kurang mendapat informasi yang 
benar.87 
berdasar  penjelasan dari definisi di atas, homoseksual 
merupakan orientasi seksual lelaki yang menyukai terhadap laki-laki. 
Meskipun terdapat banyak perbedaan mengenai posisi homoseksual di 
warga , namun  yang terjadi warga  justru banyak yang menolak 
kehadiran homoseksual. Menolak dalam artian orientasi seksual yang 
dimiliki bukan pada individunya. Homoseksual merupakan kelainan jiwa 
yang sebenarnya dapat dicecah dan diobati. Maka perlu penyuluhan 
ataupun pendidikan yang memberi  penyadaran terhadap warga  
terhadap dampak negatif homoseksual.   
C. Konsep Diri Homoseksual 
Fenomena keberadaan homoseksual sebenarnya sudah lama dan kini 
menjadi semakin berkembang. Pola pemikiran manusia khususnya 
warga  negara kita  dimana hal yang berbeda sering dianggap abnormal 
dan tidak wajar. Namun, tidak semua yang dianggap salah ataupun 
abnormal oleh warga  mampu divisualisasikan dalam hitam dan putih 
dimana sesuatu diukur dari norma-norma warga  yang ada dan secara 
turun temurun tanpa mampu menjelaskan secara detail dan tertulis. Norma 
yang ada di warga  hanya berupa ucapan, yang sanksinya tidak jelas 
dan tidak tegas, misalnya dikucilkan, disindir, dan diberi lebel negative. 
Konsep diri sebagai seorang homoseksual telah terbentuk sejak 
kecil, entah secara disadari mau tidak. Konsep diri individu berkembang 
secara bertahap dari masa bayi hingga lanjut. Sejalan dengan 
bertambahnya usia, berbagai keterampilan dan tantangan baru muncul. 
Kesuksesan dalam menyelesaikan tugas perkembangan turut berperan 
menciptakan konsep diri yang positif. Konsep diri individu dipengaruhi 
oleh interaksinya dengan orang lain, pengaruh sosial-budaya, dan 
penyelesaian tugas perkembangan. Konsep diri meliputi berbagai 
                                                            
komponen tentang citra tubuh, ideal diri, harga diri, performa peran, dan 
identitas personal. 
Citra tubuh pada seorang homoseksual merupakan sekumpulan sikap 
yang disadari atau tidak disadari individu terhadap tubuhnya. Citra tubuh 
meliputi persepsi saat ini dan masa lampau, misalnya ketika seorang pria 
merasakan bahwa tubuhnya gemulai, sehingga mempengaruhi cara 
melambai/ menggerakan tangan, tertawa, berbicara dengan halus, dan lain 
sebagainya. sedang  ideal diri seorang homoseksual merupakan 
persepsi diri tentang bagaimana ia harus bersikap berdasar  standar diri, 
aspirasi, tujuan, atau nilai tertentu, misalnya: dalam hal dengan tujuan 
untuk menunjukkan kasih sayang. Harga diri merupakan penilaian pribadi 
individu tentang kelayakan dirinya, yang diperoleh dengan cara 
menganalisis sejauh mana perilaku individu memenuhi ideal dirinya. Pada 
seorang homoseksual, walaupun mereka menyadari bahwa status sebagai 
homoseksual memiliki sanksi moral di warga  sebab  dianggap 
menyalahi nilai-nilai sosial, akan namun  mereka ingin dihargai, bukan 
sebab  mereka homoseksual, akan namun  mereka pun memiliki bakat dan 
keahlian, serta prestasi. Tidak jarang beberapa homoseksual justru 
memiliki karier yang cemerlang, misalnya dalam bidang fashion, 
entertainment, bahkan sebagai profesional/ eksekutif. 
Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh 
seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak 
sewajarnya. Biasanya, cara yang digunakan oleh orang ini  adalah 
memakai  obyek seks yang tidak wajar. Penyebab terjadinya kelainan 
ini bersifat psikologis atau kejiwaan, seperti pengalaman sewaktu kecil, 
dari lingkungan pergaulan, dan faktor genetik. Penyimpangan seksual 
umumnya dikaitkan dengan konteks sosial dan standar moral setempat. 
Namun ada yang secara konsisten, secara sosiologis dan psikologis, 
dianggap menyimpang. Penyimpangan seksual memiliki beberapa bentuk, 
salah satunya adalah homoseksual. Gay merupakan kelainan seksual 
berupa disorientasi pasangan seksualnya. Istilah gay dan lesbian 
dimaksudkan pada kombinasi identitas diri sendiri dan identitas sosial. 
Istilah ini  mencerminkan kenyataan bahwa orang memiliki suatu 
perasaan menjadi kelompok sosial yang memiliki label sama. 
Homoseksualitas mengacu pada interaksi seksual dan/atau romantis antara 
pribadi yang berjenis kelamin sama. 
Gagasan di atas sejalan dengan hasil penelitian dari Asmara dan 
Valeninta yang menyatakan umpan balik negatif dari lingkungan dapat 
membentuk konsep diri yang negatif pada individu. Begitu juga 
sebaliknya, individu gay membentuk konsep diri yang positif ketika 
lingkungannya memberi  umpan balik yang juga positif. Temuan 
lainnya menunjukkan bahwa umpan balik yang diterima individu dari 
orang yang tidak penting dalam kehidupannya tidak memengaruhi 
individu dalam membentuk konsep dirinya.88 Afrino dalam penelitiannya 
menyimpulkan bahwa konsep diri terhadap homoseksual di Kota Padang 
dengan citra tubuh dan ideal diri yang mayoritas realistis, untuk peran, 
identitas dan harga diri homoseksual di Kota Padang beresiko mengalami 
konsep diri yang maladaptif, harga diri rendah dan kerancuan identitas.89 
Keberadaan pria homoseksual merupakan hubungan yang terjalin 
antara laki-laki dengan laki-laki. Pria Homoseksual dikenal dengan 
sebutan ―gay‖ dan wanita homoseksual disebut dengan ―lesbian‖. 
Seharusnya laki-laki hidup berdampingan dengan wanita dan begitu pula 
sebaliknya. Rutinitas mereka di anggap salah oleh warga  namun 
dikalangan mereka sendiri mereka mengganggap itu hal yang biasa- biasa 
saja. Dengan konsep diri yang negatif dilakukan pelaku homoseksual ini 
berarti akan terjadi perubahan hubungan sosialnya. Hal ini berarti dapat 
saja warga  menolak untuk kembali berinteraksi dengan individu 
ini  begitu menyadari bahwa ia adalah seorang pelaku homoseksual, 
hal ini akan berakibat pada hubungan sosial ini  harus berakhir atau 
bisa saja sebaliknya dimana warga  tetap menerima individu ini  
dianggap sebagai sesuatu yang biasa, sehingga hubungan sosial ini  
dapat terus berjalan. 
Perkembangan homoseksual di negara kita  dapat dilacak dari terus 
banyaknya bermunculan organisasi yang bergerak dalam bidang 
kesejahteraan kehidupan LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender).90 
Keberadaaan komunitas LGBT ini terpencar di seluruh wilayah di 
negara kita  termasuk di wilayah-wilayah dengan kondisi sosiologis yang 
agamis. Awal kemunculan kelompok Lesbian, Gay, Transgender dan 
Biseksual di negara kita  pada tahun 1982 yang ditandai dengan pendirian 
organisasi Lambda.91 Gay merupakan komunitas yang tidak ingin 
dianggap sebagai warga  yang memiliki orientasi seksual 
menyimpang. Mereka merupakan warga  yang ingin diakui 
keberadaannya secara sosial, hukum, dan lain-lain.
Homoseksual yang dinilai tidak sesuai dengan norma sosial 
memunculkan lebelling dengan pengidentifikasikan sebagai individu yang 
menyimpang dan diikuti perubahan perlakuan dari orang lain. Mereka 
tidak bebas mengekspresikan diri sendiri homoseksual yang hidup, belajar, 
bekerja, bersosialisasi, mempunyai pasangan dan keinginan untuk 
menikah. Penilaian-penilaian ini  menimbulkan konsep diri pada 
mahasiswa homoseksual. Konsep diri yang terbentuk baik konsep diri 
positif dan negatif tergantung dari penerimaan individu terhadap penilaian 
orang lain dan penilaian individu itu sendiri.  
Konsep diri pada homoseksual adalah konsep diri negatif, sebab  
konsep diri positif yang dimiliki oleh mahasiswa homoseksual tidak 
seimbang dengan konsep diri dari informan atau warga , fenomena 
homoseksual masih dianggap melanggar norma yang berada diwarga . 
Faktor-faktor yang menyebabkan seorang mahasiswa menjadi 
homoseksual adalah faktor keluarga, lingkungan pergaulan, pengalaman 
waktu kecil yang membuat traumatis, dan pengalaman sakit hati dari 
pasangannya terdahulu. Simpulan penelitian dikatakan konsep diri positif 
jika konsep diri itu diimbangi oleh konsep diri positif dari orang lain dan 
warga . Namun pada kenyataannya orang lain dan warga  ini 
masih menganggap homoseksual adalah perilaku yang menyimpang dan 
melanggar norma. Maka dari itu konsep diri homoseksual ini tidak 
seimbang dan dipastikan adalah konsep diri negatif.93 
Meskipun homoseksual ingin diakui sebagai komunitas yang 
normal, namun  warga  negara kita  sepertinya secara umum masih belum 
menerima keberadaan mereka. warga  masih saja memberi  
stigma buruk terhadap keberadaan homoseksual. Identitas homoseksual 
tidak akui secara sah menurut budaya timur (baca: Islam) khususnya bagi 
orang negara kita .  Kehadiran kaum homoseksual di negara kita  masih 
menjadi kontroversi di negara yang mayoritas muslim serta menjunjung 
nilai moral yang tinggi. Homoseksual masih dianggap tabu dan 
menakutkan oleh sebagian besar kalangan warga . Walaupun 
                                                                                                                                                           
menolak, ada beberapa warga  negara kita  yang telah menerima 
kehadiran mereka sebagai salah satu dari keragaman, bukan lagi suatu hal 
yang menyimpang. 
Stigma terhadap homoseksual membatasi peluang dan akses ke 
sumber daya di beberapa  domain penting (misalnya, pekerjaan, perawatan 
kesehatan), yang secara terus menerus memengaruhi kesehatan fisik dan 
mental transgender. Stigma terhadap homoseksual beroperasi di berbagai 
tingkatan yaitu individu, interpersonal, struktural).97 Biasanya stigma 
negatif homoseksual dikaitkan dengan HIV Aids, narkoba, alkohol, 
depresi, dan lain-lain.98 Sebagai contoh di beberapa negara Afrika 
homoseksual dikaitkan dengan penyebaran HIV Aids. Pada beberapa 
negara ini memiliki undang-undang yang keras terhadadap pelaku 
homoseksual. Undang-undang ini kemudian membuat sebagian besar 
pelaku homoseksual menyembunyikan identitasnya. Menyebabkan 
sulitnya pemerintah untuk mencari informan kunci yang akan diberikan 
pengobatan atau pencegahan. 
Stigma negatif, menjadikan mereka memilih untuk 
menyembunyikan identitasnya sebagai seorang homoseksual yang dikenal 
dengan istilah covert homosexual.100 Penyembunyian identitas ini 
kemudian justru menjadi faktor dominan yang menyebabkan depresi dan 
stress bagi pelaku homoseksual. Kondisi inilah yang memunculkan 
konsep diri yang berbeda-beda pada diri homoseksual. Jika mengacu pada 
gagasan Hossain dan Ferreira, serta Nutthakornkul dan Isarapreeda102, 
kepositifan konteks sosial tidak secara konklusif berhubungan dengan 
                                                             

pengembangan konsep diri yang positif, dan demikian pula, konteks 
negatif bukanlah penentuan awal dari distorsi konsep diri.103  
Kasus di Polandia misalnya memberi  gambaran bahwa pria 
homoseksesual memiliki kualitas hidup yang buruk dibandingkan dengan 
pria heteroseksual. Homoseksual yang dinilai tidak sesuai dengan 
norma sosial memunculkan lebelling dengan pengidentifikasikan sebagai 
individu yang menyimpang dan diikuti perubahan perlakuan dari orang 
lain.  Mereka tidak bebas mengekspresikan diri sendiri homoseksual yang 
hidup, belajar, bekerja, bersosialisasi, mempunyai pasangan dan keinginan 
untuk menikah. Penilaian-penilaian ini  menimbulkan konsep diri 
pada pria homoseksual. Konsep diri yang terbentuk baik konsep diri 
positif dan negatif tergantung dari penerimaan individu terhadap penilaian 
orang lain dan penilaian individu itu sendiri. 
Konsep diri yang dibangun oleh mereka sebenarnya dapat disebut 
sebagai konsep diri yang membingungkan. Pada satu sisi mereka ingin 
diakui sebagai gender ketiga yang memiliki oreintasi berbeda, sisi lain 
mereka memiliki tubuh yang memang berbentuk laki-laki. Hasil penelitian 
Nursyahfitri, Wijaya, dan Safitri menunjukkan bahwa konsep diri pria 
heteroseksual memiliki konsep diri yang lebih positif dibandingkan 
dengan pria homoseksual.106 Konsep diri yang terbentuk ini  
dipengaruhi oleh dukungan tentang orientasi seks homoseksual oleh 
beberapa sumber dukungan di antaranya, teman, komunitas dan 
keluarga.  
Konsep diri yang membingungkan ini  kemudian ditutupi 
dengan penyingkapan diri yang sangat luas dan mereka juga sangat eksis 
dalam berbagai kegiatan sosial di warga . Kondisi ini  
dipengaruhi oleh kesadaran spiritualitasnya sebab  mengakui bahwa 
Tuhan memberi dukungan pada pilihannya. Mereka memiliki kebebasan 
                                                             
dengan cara menunjukkan ekspresi diri lebih bebas. Mereka mampu 
bertanggungjawab dengan pilihan yang mereka lakoni. Meskipun 
dikatakan menyimpang secara moral mereka tetap ingin anggap sebagai 
makhluk Tuhan yang normal. 
D. Dampak Homoseksual 
1. Dampak Terhadap Kesehatan 
Pada bab sebelumnya telah sedikit dijelaskan mengenai dampak 
homoseksual terhadap kesehatan tubuh. Penekanan kesehatan di sini 
adalah pada kesehatan tubuh bukan pada psikologis. Dampak 
psikologis akan dijelaskan pada uraian selanjutnya. Sudah banyak 
penelitian yang menjelaskan mengenai dampak homoseksual terhadap 
gangguan kesehatan.  Secara umum misalnya dampak yang paling 
sering muncul adalah adanya penyakit HIV Aids109 atau penyakit 
kelamin menular (IMS).110 Meskipun sebenarnya penyakit ini hanyalah 
satu dari sekian banyak dampak homoseksual terhadap kesehatan 
tubuh.111 
Studi Acharya dkk menyimpulkan bahwa risiko infeksi penyakit 
menular seksual terdapat kasus yang sangat banyak dari Human 
Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome 
(HIV/AIDS) pada pria muda yang berhubungan seks dengan pria 
(homoseksual). Di negara Amerika Seriat (AS) baik laki-laki kulit 
hitam ditemukan memiliki prevalensi HIV yang lebih tinggi 
dibandingkan dengan yang lainnya. Bertentangan dengan temuan ini, 
tidak banyak perbedaan pada orang kulit hitam, kulit putih atau 
Hispanik pada pria usia sekolah <18 tahun. Kelompok-kelompok ini 
memiliki peluang lebih tinggi untuk tertular IMS sebab  ketidaksiapan 
mereka untuk hubungan seksual dan kurangnya tindakan pengamanan 
yang tepat. 
Cameron sejak 31 (tiga puluh satu) tahun lalu sudah 
                                                             
menyimpulkan bahwa, dari sudut pandang kesehatan individu, 
kesehatan warga  dan ketertiban sosial, perilaku homoseksual 
dapat dipandang berbahaya bagi warga  dan khususnya kesehatan 
tubuh.113 Meskipun warga  maupun pemerintah ada yang 
mempropagandakan bahwa homoseksual sama saja seperti 
heteroseksual, tetap saja homoseksual berdampak buruk terhadap 
kesehatan. Homoseksual sangat rentan terkena penyakit misalnya HIV 
Aids,114 kanker dan gangguan mental.115 
Beberapa pendapat di atas juga sama dengan studi yang 
dilakukan oleh Hasna dan Alang yang menyimpulkan bahwa perilaku 
homoseksual sangat berdampak signifikan terhadap kesehatan. 
Penyakit yang mudah diperoleh  oleh perilaku homoseksual adalah 
HIV Aids dan berbagai penyakit kelamin lainnya.116 Hawari 
menjelaskan gejala HIV Aids pada Gay ditandai dengan pneumonia 
yaitu radang paru yang disebabkan parasit yang berkembang dan 
mematikan. Penyebaran penyakit ini begitu cepat, hingga hari ini belum 
ada ahli yang dapat menemukan obat apa yang bisa mengobati penyakit 
ini. HIV Aids ini disebut Global Effect sebab  penyebaran penyakit ini 
begitu cepat mendunia.117 
Menurut WHO memperkirakan 350 juta kasus baru penyakit 
menular seksual (sifilis, gonore, klamidia, dan trikhomonas) terjadi 
setiap tahunnya di dunia khususnya di negara berkembang seperti 
Afrika, Asia, Asia tenggara, dan Amerika Latin. Di negara-negara 
berkembang infeksi dan komplikasi IMS adalah salah satu dari lima 
alasan utama tingginya angka kesakitan. Dalam kaitannya dengan 
                                                             

infeksi HIV Aids. Seluruh penyakit menular ini disebabkan oleh 
hubungan seksual beresiko yaitu gay dan lesbian.118  
berdasar  penjelasan dari data-data di atas dapat disimpulkan 
bahwa homoseksual berdampak buruk terhadap kesehatan. 
Penyakit yang sering muncul adalah HIV Aids, gonora, sipilis, dan 
berbagai penyakit kelamin menular lainnya. dampak buruk ini tentu 
saja hanya sebagian kecil penyakit yang bisa dicatat di sini. Masih 
banyak dampak buruk lain homoseksual terhadap kesehata pelakunya.  
Data ini sekaligus membantah anggapan bahwa homoseksual tidak 
berdampak buruk terhadap kesehatan tubuh.  
2. Dampak Terhadap Psikologi 
Selain berdampak terhadap kesehatan tubuh, homoseksual juga 
berdampak terhadap kesehatan jiwa (mental).119 Meskipun pada 
dampak psikologi ini banyak perdebatan yang muncul sebab  tidak 
nampak wujudnya seperti dampak terhadap kesehatan tubuh.  
Dampak negatif dari fenomena homoseksual tidak hanya ditinjau 
dari sisi kesehatan atau pribadi seseorang saja, bahkan juga mengikis 
dan menggugat keharmonisan hidup berwarga . Jika dilihat dari 
sisi psikologi, perilaku homoseksual ini akan mempengaruhi kejiwaan 
dan memberi efek yang sangat kuat pada syaraf. Akibatnya pelaku 
merasa dirinya bukan lelaki atau perempuan sejati, dan merasa 
khawatir terhadap identitas diri dan seksualitasnya. Pelaku merasa 
cenderung dengan orang yang sejenis dengannya. Hal ini juga bisa 
memberi efek terhadap akal, menyebabkan pelakunya menjadi 
pemurung. Seorang homoseksual selalu merasa tidak puas dengan 
                                                             
pelampiasan hawa nafsunya.120 
Yatimin menjejaskan, homoseksual sebenarnya dapat merusak 
jiwa dan kegoncangan yang terjadi dalam diri seseorang. Pelaku ini 
merasakan adanya kelainan perasan terhadap kenyataann dirinya. 
Dalam perasaannya dia merasa sebagai wanita, sementara kenyatannya 
organ tubuhnya adalah laki-laki sehingga dirinya lebih simpati pada 
orang yang sejenis dengan dirinya untuk memuaskan libido 
seksualnya.121 
Menurut Yatimin homoseksual sangat terhadap kondisi kejiwaan 
pelakunya adalah berikut:122 
a. Terjadi suatu sindrom atau himpunan gejala-gejala penyakit mental 
yang disebut penyakit lemah syaraf (neurasthenia) 
b. Terjadi depresi mental yang mengakibatkan ia lebih suka 
menyendiri dan mudah tersinggung sehingga tidak dapat merasakan 
kebahagian hidup. 
c. Terjadi penurunan daya pikir secara global, daya abstraknya 
berkurang dan minatnya juga sangat lemah sehingga secara umum 
dapat dikatakan otaknya menjadi lemah 
d. Terdapatnya gangguan pikologis sebab  pandangan negatif 
warga  setempat sehingga dapat menimbulkan perasaan depresi, 
takut diketahui, minder dan penyakit psikis lainnya. 
Permasalahan ketertarikan sesama jenis bagi laki-laki 
dikaterogikan sebagai perilaku abnormal. Istilah ini dipakai dengan 
menunjuukkan kepada aspek batiniah keperibadian, aspek perilaku 
spesifik tertentu yang bisa diamati, secara terjemahan umum dapat 
diartikan sebagaigangguan mental dan dalam konteks yang lebih luas 
sama artinya dengan perilaku maladaptif.123  
Dampak yang terjadi pada hubungan sesama jenis pada laki-laki 
ini adalah terjadinya gangguan kejiwaan, manakala yang bersangkutan 
didesak untuk menikah atau dalam pergaulan merasa disisihkan, 
sehingga mereka membentuk kelompok tersendiri.124 Psikis dapat 
digolongkan kedalam tiga golongan, yaitu libido, struktur kejiwaan dan 
struktur kepribadian. Pengertian libido adalah energi vital yang 
sepenuhnya bersifat kejiwaan dan tidak bisa dicampurkan dengan  energi-energi fisik yang bersumber data kebutuhan-kebutuhan biologis, 
libido bersumber pada seks. 
Pengaruh psikologi pada individu yang diakibatkan oleh 
lingkungan mengalami kecenderungan untuk berperilaku seksual yang 
menimpang, seperti:
a. Pengaruh lingkungan disekitar individu menimbulkan situasi sosial 
yang sangat berpengaruh terhadap dampak kejiwaan individu 
b. Pengalaman seksual menyimpang yang diperoleh  oleh individu 
dalam masa pertumbuhannya, seperti penganiayaan pemerkosaan 
sejenis 
c. Pengaruh homophobia dalam bentu interaksi 
d. Kondisi kehidupan individu yang terpisah dari lawan jenis 
seksualnya 
Perilaku yang sering terjadi pada pria homosesksual adalah 
menarik diri. Perilaku menarik diri merupakan perilaku yang 
menunjukkan pengasingan diri dari lingkungan dan orang lain jadi 
secara fisik dan psikologis individu secara sadar pergi meninggalkan 
lingkungan yang menjadi sumber sterssor, misalnya individu melarikan 
diri dari sumber stres, menjauhi sumber beracun, polusi dan sumber 
infeksi. sedang  reaksi psikologis berpenampilan diri seperti apatis, 
pendiam dan munculnya perasaan tidak berminat yang menetap pada 
individu. 
Studi yang dilakukkan oleh Kusuma menunjukkan bahwa 
homoseksual mengalami konflik ketika memutuskan untuk menjadi 
lesbian dan setelah menjadi lesbian (coming out) baik konflik internal 
maupun konflik eksternal. Konflik internal berupa pergulatan pribadi 
seputar perasaan akan identitas diri dan seksual, sedang  konflik 
eksternal berupa masalah yang timbul didalam lingkungan keluarga dan 
sosial.128 Kemudian yang terjadi, anak muda homoseksual 
menunjukkan kecenderungan lebih besar untuk depresi dan mengalami 
kecemasan. Risiko lain yang terkait dengan permasalahan ini adalah 
perilaku menyakiti diri sendiri (self injuring behaviour), dan keinginan 
                                                            
bunuh diri. 
3. Dampak Terhadap Sosial 
Meskipun beragam perilaku seksual dan identitas gender telah 
dikenal di wilayah Nusantara pada masa-masa terdahulu, identitas 
homoseksual baru muncul di kota-kota besar pada awal abad ke-20. 
Baru pada akhir tahun 1960-an, gerakan LGBT mulai berkembang 
melalui kegiatan pengorganisasian yang dilakukan oleh kelompok 
wanita transgender, atau yang kemudian dikenal sebagai waria. 
Mobilisasi pria gay dan wanita lesbian terjadi pada tahun 1980-an, 
melalui penggunaan media cetak dan pembentukan kelompok-
kelompok kecil di seluruh negara kita . Mobilisasi ini semakin 
mendapatkan dorongan dengan maraknya HIV pada tahun 1990-an, 
termasuk pembentukan berbagai organisasi di lebih banyak lokasi. Pada 
dasawarsa ini  juga terjadi beberapa  pertemuan nasional awal, 
dengan disertai beberapa perkembangan penting dalam gerakan LGBT, 
antara lain pembentukan aliansi dengan berbagai organisasi feminis, 
kesehatan seksual dan reproduktif, gerakan pro-demokrasi dan HAM, 
serta kalangan akademis.  
Setelah peristiwa dramatis tahun 1998 yang membawa perubahan 
mendasar pada sistem politik dan pemerintahan negara kita , gerakan 
LGBT berkembang lebih besar dan luas dengan pengorganisasian yang 
lebih kuat di tingkat nasional, program yang mendapatkan pendanaan 
secara formal, serta penggunaan wacana HAM untuk melakukan 
advokasi perubahan kebijakan di tingkat nasional. Namun keberhasilan 
ini sangatlah sederhana dipandang secara keseluruhan, dengan 
banyaknya organisasi dan individu yang berhasil melakukan 
perubahan-perubahan kecil namun tanpa terjadi perubahan besar, baik 
dalam perundang-undangan maupun penerimaan oleh warga . 
Sebagai gambaran umum tentang hak asasi LGBT di negara kita , 
hukum nasional dalam arti luas tidak memberi dukungan bagi 
kelompok LGBT walaupun homoseksualitas sendiri tidak ditetapkan 
sebagai tindak pidana. Baik perkawinan maupun adopsi oleh orang 
LGBT tidak diperkenankan. Tidak ada undang-undang anti-
diskriminasi yang secara tegas berkaitan dengan orientasi seksual atau 
identitas gender. Hukum negara kita  hanya mengakui keberadaan gender 
laki-laki dan perempuan saja, sehingga orang transgender yang tidak 
memilih untuk menjalani operasi perubahan kelamin, dapat mengalami 
masalah dalam pengurusan dokumen identitas dan hal lain yang terkait. 
beberapa  Perda melarang homoseksualitas sebagai tindak pidana 
                                                            
sebab  dipandang sebagai perbuatan yang tidak bermoral, meskipun 
empat dari lima Perda yang terkait tidak secara tegas mengatur 
hukumannya. 
Secara sosiologis, homoseksual adalah seseorang yang cenderung 
mengutamakan orang yang sejenis kelaminnya sebagai mitra seksual. 
Homoseksual sudah dikenal sejak lama, misalnya pada warga  
Yunani Kuno. Jika melihat perkembangan di Inggris baru pada akhir 
abad ke 17 homoseksualitas hanya dipandang sebagai tingkah-laku 
seksual belaka, namun juga peranan yang agak rumit sifatnya, yang 
timbul dari keinginan-keinginan maupun aktivitas para homoseks. 
Kinsey, Pomeroy dan Martin dalam penelitian yang terkenal tentang 
seksualitas di Amerika, mengungkapkan sebanyak 37% laki-laki 
pernah mempunyai pengalaman homoseksual dalam suatu masa 
kehidupannya, namun  hanya 4% yang benar-benar homoseksual dan 
mengekspresikan kecenderungan erotisnya pada sesama laki-laki. 
Adapun sisanya kemungkinan hanya sebab  rasa ingin tahu, dianiaya, 
atau dibatasi seksualnya. Temuan ini menjelaskan bahwa mempunyai 
hubungan homoseksual tidak berarti seseorang menjadi homoseks. 
Yang lebih penting secara sosiologis adalah pengungkapan identitas 
homoseksual. Melalui identitas itu, seseorang mengkonsepkan dirinya 
sebagai homoseks. 
Pada lingkungan kebudayaan yang relatif modern, keberadaan 
kaum homoseksual masih ditolak oleh sebagian besar warga  
sehingga eksistensinya berkembang secara sembunyi-sembunyi. 
Gadpaille menyatakan bahwa pada masa sekarang warga  modern 
cenderung bersikap negatif terhadap aktivitas erotik antar sesama jenis 
kelamin. Pandangan negatif mengenai homoseksual inilah yang 
menyebabkan homoseksual cenderung tidak diterima warga , 
rentan mengalami diskriminasi, cemoohan serta sanksi- sanksi sosial 
lainnya. beberapa  keberatan terhadap perilaku homoseksual sebagian 
besar adalah sebab  alasan keagamaan. Lenhne mencetuskan istilah 
homophobia4 untuk menggambarkan kekuatan irasional dan intoleransi 
terhadap homoseksual. Seorang individu yang diketahui sebagai pria 
homoseksual atau gay beresiko untuk mengalami diskriminasi dalam 
pekerjaan dan kehidupan sosialnya. Sanksi sosial yang diberikan 
warga  pada umumnya beragam, mulai dari cemoohan, 
penganiayaan, hingga hukuman mati seperti yang pernah terjadi pada 
negara-negara di barat. Penolakan serta diskriminasi warga  
terhadap kaum homoseksual yang berupa tuntutan untuk menjadi 
heteroseksual dalam seluruh aspek kehidupan melatarbelakangi 
keputusan sebagian kaum homoseksual untuk tetap menyembunyikan 
keadaan orientasi seksualnya dari warga  sehingga orang-orang 
yang memiliki orientasi homoseksual memilih untuk menutupi orientasi 
seksualnya baik secara sosial, adat dan hukum. 
Dampak homoseksual terhadap sosial juga masih banyak 
memunculkan perdebatan. Terdapat banyak studi yang beranggapan 
bahwa homoseksual merupakan fenomena sosial yang tidak 
memunculkan masalah.130 Homoseksual merupakan gender ketiga yang 
dihasilkan dari proses dialetika sosial. Maka, homoseksual dalam 
realitas sosial harus diakui dan diberikan peran seluas-luasnya. Tidak 
boleh ada diskriminasi sosial terhadap terhadap pilihan orientasi 
seksual yang berbeda dari orientasi heteroseksual.131 namun  sebenarnya 
banyak penelitian yang menjelaskan pengaruh negatif homoseksual 
dalam kehidupan sosial.132 Termasuk kehidupan sosial invidividu para 
pelaku homoseksual. Studi ini memakai  pandangan yang kedua 
yaitu homoseksual berdampak buruk terhadap kehidupan sosial. 
Terlepas dari banyak perdebatan, homoseksual merupakan penyakit 
sosial yang sebenarnya dapat disembuhkan. Dari sudut pandang sosial, 
perilaku homoseksual akan menyebabkan peningkatan gejala sosial dan 
maksiat hingga tidak dapat dikendalikan.133 
Gagasan (notion) di atas sejalan dengan pendapat Sheldon dan 
koleganya yang mengangap homoseksual dipandang oleh banyak orang 
sebagai suatu problem sosial (homosexuality is viewed by many as a 
social problem)134. Sebagai contoh adalah individu homoseksual sering 
kali mendapatkan pelecehan sosial dan kekerasan verbal. Secara sosial 
mereka tidak diterima dan tidak dapat melakukan kegiatan sosial di 
kampung halamannya atau jika bermigrasi di tempat mereka pindah. 
Dengan kata lain, homoseksual dianggap sebagai penyakit sosial dalam 
                                                            
lingkungan warga  mereka.  
Menurut temuan studi Irawati dan Hasyim gay (homoseksual) 
memiliki simbol tersendiri baik gesture dan komunikasi dalam 
kehidupan sosialnya baik dalam kehidupan keluarga, kehidupan 
bersama pasangan gay, kehidupan pertemanan, kehidupan dengan 
teman kerja, dan kehidupan di lingkungan tempat tinggal. Selain itu, 
gay (homoseksual) memaknai dirinya sebagai perilaku seksual yang 
bersifat kodrati dan memaknai dirinya yang berbeda dengan waria 
walaupun menyukai sejenis. Perbedaan yang dimaksudkan sebab  gay 
memaknai dirinya tidak mengalami mengalami transformasi 
(perubahan) identitas maskulinnya.136 
Selain hasil penelitian, hasil penelitian Dacholfany dan 
Khoirurijal menyatakan bahwa beberapa dampak sosial yang 
ditimbulkan akibat LGBT adalah seorang gay mempunyai pasangan 
antara 20-106 orang per tahunnya. sedang  pasangan zina seseorang 
tidak lebih dari 8 orang seumur hidupnya. 43% dari golongan 
berperilaku gay yang berhasil didata dan diteliti menyatakan 
bahwasannya selama hidupnya mereka malekukan homoeseskaul 
dengan lebih dari 500 orang. Dampak pendidikan di antaranya yaitu 
siswa ataupun siswi yang menganggap dirinya sebagai homo 
menghadapi permasalahan putus sekolah 5 kali lebih besar daripada 
siswa normal sebab  mereka merasakan ketidakamanan. Dan 28% dari 
mereka dipaksa meninggalkan sekolah. Kaum homo seksual 
menyebabkan 33% pelecehan seksual pada anakanak di Amerika 
Serikat; padahal populasi mereka hanyalah 2% dari keseluruhan 
penduduk Amerika. Hal ini berarti 1 dari 20 kasus homo seksual 
merupakan pelecehan seksual pada anak-anak, sedang  dari 490 
kasus perzinaan 1 di antaranya merupakan pelecehan seksual pada 
anak-anak. 
Penyimpangan seksual ini memang sangat sulit diubah, untuk 
mengubahnya memang dibutuhkan keiinginan dari diri sendiri. Namun 
warga  heteroseksual jangan malah mendiskriminasikan atau 
bahkan melakukan kekerasan terhadap kaum LGBT, yang justru akan 
membuat mereka membentuk kelompok sendiri yang tertutup. Metode 
yang bisa digunakan adalah  menunjukkan kepedulian terhadap mereka, 
mendekati mereka dan dengan cara yang baik mengingatkan mereka 
bahwa LGBT adalah perilaku yang menyimpang dari ajaran agama, 
                                                             
sosial dan budaya negara kita . Cara ini  memang belum tentu mudah 
dilakukan sebab, gay merupakan sifat yang tertanam dalam diri. 
Mereka bahkan beranggapan bahwa gay merupakan orientasi yang 
normal dan tidak dianggap sebagai penyakit jiwa. pencegahan dan 
penyembuhan homoseksual memerlkan kerjasama antara warga  
dan pemerintah. 

MODEL PENDIDIKAN ANTI KETERTARIKAN SESAMA JENIS 
BAGI LAKI-LAKI UNTUK KESEHATAN JIWA PADA TINGKAT 
MENENGAH ATAS 
 
A. Pendidikan Islam dan Keberlangsungan Generasi 
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kondisi siswa laki-laki yang 
yang menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA).1 Fokus 
pembahasan hanya dibatasi untuk siswa sekolah menengah atas di Jakarta. 
Mengelaborasi laporan Kompas TV,2 Tribunnews,3 dan Detik4 bahwa laki- laki di Jakarta yang hidup di tengah budaya modern memiliki faktor resiko 
tinggi terhadap penularan homoseksual. Meskipun menurut cataan 
Republika5 persentase penularan di kota-kota lain misal Semarang,6 
Bandung7, Surakarta,8 dan Surabaya9 juga besar dan mengalami 
peningkatan. Penyebab peningkatan penularan homoseksual adalah 
misalnya menurut Rumata,10 Yulianto,11 Rostanti dkk,12 dengan kampanye 
yang dilakukan di media sosial oleh komunitas LGBT. Penyebab kedua 
adalah lingkungan kota besar misalnya Jakarta yang langsung 
bersentuhkan dengan moderninasi urban. Moderniasi inilah yang 
sepertinya menyebabkan konsumsi pelaku homoseksual berbeda dengan 
heteroseksual.
Sekolah menengah atas (SMA) dalam studi ini juga termasuk 
sekolah Teknik menengah (STM) atau Sekolah Menengah Kejuruan 
(SMK). Gagasan ini sangat penting untuk nantinya memetakan kemudian 
membentuk model pendidikan sebagai usaha pencegahan penularan 
homoseksual. Meskipun gagasan ini nantinya masih berupa model awal 
yang membutuhkan uji model pada tahap selanjutnya. Sampai tahun 2019 
misalnya jumlah siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Jakarta 
mengalami peningkatan dibandingkan dengan jumlah siswa di Sekolah 
Menengah Umum.14 Pada perjalanannya STM di Jakarta maupun seluruh 
negara kita  kemudian diubah namanya menjadi Sekolah Menengah 
Kejuruan (SMK).15 Meskipun, dengan tingginya minat warga  dalam 
mendirikan SMK ternyata belum secara signifikan mendorong minat 
lulusan SMP/MTs masuk ke SMK swasta atau yang diselenggarakan oleh 
warga . 
Meminjam gagasan Fitri dkk,16 beberapa guru konseling di SMAN 
DKI Jakarta hampir secara keseluruhan menolak keberadaan homoseksual. 
Pada dampak penolakan ini kemudian menjadikan proses pencegahan dan 
pengobatan siswa yang tertular menjadi sulit. Meskipun menolak, guru 
konseling harus tetap berusaha membuat model konseling yang baik agar 
resiko penularan dapat dicegah dengan baik. Berbeda dengan kasus yang 
berbeda misalnya terdapat studi yang menyimpulkan bahwa jika 
pemahaman homoseksual diintegrasikan ke dalam kurikulum maka guru 
akan menerima perilaku ini . Meminjam gagasan Pizmony-Levy dan 
Kosciw, sebenarnya penerimaan homoseksual di sekolah negatif atau 
positif misalnya dipengaruhi oleh konteks sosial kultural bahkan agama 
yang berbeda pada setiap bangsa. 
Banyak remaja dengan perilaku homoseksual mengalami pelecehan 
dan diskriminasi di sekolah dan pengalaman ini menyebabkan peningkatan 
hasil sosial-emosional yang negatif.19 Data WVS pada 9.000 Muslim Arab 
menunjukkan, pertama, bahwa meskipun sebagian besar responden 
menolak homoseksual namun  satu dari lima responden tidak keberatan 
memiliki tetangga yang homoseksual. Oleh sebab  itu, sebagian besar 
minoritas Muslim Arab membenci dosa namun  toleran orang berdosa. 
Keterikatan agama yang lebih kuat meningkatkan oposisi terhadap 
homoseksual. Namun, semua dimensi religiusitas lain yang ada 
(tekstualisme, kehadiran di masjid, dan altruisme) juga mengurangi 
beberapa pertentangan. Konsekuensinya, argumen bahwa religiusitas 
Muslim Arab hanya mengarah pada penentangan terhadap 
homoseksualitas terlalu sederhana.20 
Tidak hanya dunia Arab saja, perilaku homoseksual di kalangan 
siswa laki-laki juga menyebar di berbagai negara lainnya. Penyebaran ini 
kemudian mendapatkan ruang kemudahan sebab  di beberapa negara 
Barat secara hukum memang tidak melarang homoseksual. Semakin 
banyak pemerintah di seluruh dunia sedang mempertimbangkan apakah 
akan memberi  pengakuan hukum untuk pernikahan sesama jenis. 
Sejauh ini, 30 negara dan wilayah telah memberlakukan undang-undang 
nasional yang mengizinkan kaum gay dan lesbian untuk menikah, 
kebanyakan di Eropa dan Amerika. Di Meksiko, beberapa hakim 
mengizinkan pasangan sesama jenis untuk menikah, sementara yang lain 
tidak, 
Negara Barat bahkan dengan terang-terangan merevisi undang-
undangnya dengan melegalkan perkawinan sesama jenis baik 
homoseksual maupun lesbian. Dengan kebebasan melakukan praktik 
homoseksual ini sebenarnya merusak generasi mereka sendiri. Secara 
langsung praktik homoseksual ini memutus mata ranti keberlangsungan 
generasi pada satu bangsa khususnya di negara Barat yang mendukung 
homoseksual. Pada kasus ini, perilaku homoseksual menjadikan 
kehidupan rumah tangga tidak diminati. Banyak generasi muda di Barat 
dan negara lainnya yang mendukung homoseksual, tidak melakukan 
pernikahan. Penerimaan terhadap homoseksual ini kemudian menjadi 
faktor beberapa orang yang berperilaku homoseksual memilih pindah ke 
negara Barat.24   
Kondisi ini  menjadikan hancurnya insitusi negara sebab  
kehilangan generasi. Kelahiran generasi harus didahului dengan 
pernikahan antara laki-laki dan perempuan.25 Tuhan tidak pernah 
menciptakan kelahiran generasi dari pernikahan antara laki-laki dengan 
laki-laki atau perempuan dengan perempuan. Fakta ini seharusnya bisa 
menjadi bahan berpikir bagi para sarjana ataupun warga  yang terang-
terangan mendukung praktik homoseksual. Jika mau berpikir sedikit saja, 
mereka yang berperilaku homoseksual dilahirkan dari pasangan lelaki dan 
perempuan. Mereka tidak pernah dilahirkan dari pasangan laki-laki 
dengan laki-laki. berdasar , masalah ini, sudah sangat jelas bahwa 
homoseksual merupakan perilaku yang menyimpang dan bisa memutus 
kelahiran generasi baru. 
sekolah merupakan entitas yang 
penting untuk mendidik siswa agar menjadi manusia yang berakhlak 
(baca: moral) baik. Maka sekolah memiliki tugas yang sebenarnya tidak 
ringan, apalagi di tengah-tengah masuknya budaya global dan modern 
yang terkadang liberal. Sekolah di Jakarta misalnya tidak hanya menjadi 
entitas yang harus mendidik siswa agar cerdas secara akademis namun  tidak 
boleh dilupakan adalah cerdas secara spiritual.  
Sekolah Islam yang menganut tradisi edukatif pada dasarnya adalah 
sekolah yang melihat kesesuaian antara penanaman nilai-nilai agama 
dengan perolehan pengetahuan dan watak modern.31 Sebagian besar 
sekolah Islam di negara kita  berada dalam tradisi edukatif yang terlihat 
dalam tiga cara utama. Pertama, sebagian besar sekolah Islam di negara kita  
sangat ingin memperoleh ilmu baik dari mata pelajaran agama maupun 
dari mata pelajaran sekuler modern. Kedua, semakin banyak sekolah Islam 
yang menerapkan pedagogi yang berpusat pada siswa sehingga siswanya 
 tidak hanya belajar dengan hafalan atau hafalan. Ketiga, banyak madrasah 
yang menyediakan berbagai kegiatan siswa untuk mengembangkan 
kecakapan hidup dan kemampuan kepemimpinan siswa sehingga 
mendorong siswanya untuk menginternalisasi dan mempraktekkan 
prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang telah dipelajarinya. Meskipun 
mempromosikan tradisi edukatif, banyak sekolah Islam di negara kita  
menghadapi tantangan abadi dalam menanamkan prinsip-prinsip dan nilai-
nilai Islam ke dalam pengajaran mata pelajaran sekuler modern. 
Sekolah tidak bisa hanya memberi  teori ilmu pengetahuan 
kemudian misalnya meninggalkan pendidikan agama bagi siswa. Sebab, 
jika hanya pendidikan umum saja dan meninggalkan pendidikan agama 
dampaknya adalah terhadap perilaku generasi muda yang negatif.
Meminjam gagasan Alli dkk, globaliasi muncul sebab  teknologi maka 
melawan globliasi adalah dengan pendidikan dan ilmu pengetahuan. 
Penggunaan teknologi, pendidikan, dan ilmu pengetahuan akan 
meningkatkan kualitas hidup manusia.  
Sekolah menengah umum di Jakarta bersinggungan langsung dengan 
modernitas maka kondisi ini sebenarnya merupakan tantangan berat. Jika 
gagal mendidik siswa maka sekolah kemudian menjadi dituduh sebagai 
pihak yang harus bertanggung jawab. Sekolah menjadi lembaga yang oleh 
sebagian warga  dianggap sebagai komunitas yang tidak memberi  
perbaikan terhadap moral bangsa. Pergualan bebas remaja hingga tawuran 
massal yang pernah terjadi, biasanya dilakukan saat pulang sekolah. 
Tawuran remaja saat pulang sekolah dan masih memakai  seragam 
sekolah, menandakan sekolah memang masih gagal menamamkan akhlak 
pada jiwa remaja ini .   
Pada sisi lain, misalnya memakai  kasus komunitas gay di 
Jakarta, negara selalu dianggap tidak hadir dalam permasalahan gay.35 
Negara sepertinya membiarkan begitu saja gay menjadi komunitas yang 
terdiskriminasi. Negara seharusnya memberi  perlindungan dalam 
rangka memberi  usaha pencegahan dan pengobatan terhadap perilaku 
homoseksual. Sebagian besar warga  negara kita  memakai  banyak 
istilah berbeda untuk menggambarkan orientasi seksual dan identitas 
                                                            
gender. Pada konteks negara kita , istilah LGBT juga biasa digunakan di 
negara kita  untuk merujuk pada seksual dan minoritas gender.36 
Hukum nasional negara kita  sebagian besar tidak memihak 
sehubungan dengan orang dengan perilaku homoseksual. Hukum di 
negara kita  juga tidak secara eksplisit mengkriminalkan homoeksual atau 
dengan sengaja melindungi mereka. Namun, di di tingkat lokal, terdapat 
provinsi, kota, dan kabupaten yang secara eksplisit melakukan 
kriminalisasi terhadap kelompok LGBT. Studi opini publik menunjukkan 
bahwa penerimaan orang LGBT sangat rendah dan telah berubah sedikit 
selama dekade terakhir, dan liputan media umumnya negatif. 
berdasar  pandangan di atas, pendidikan khususnya di Jakarta 
memiliki peran yang tidak ringan. Pendidikan tidak hanya mengajarkan 
tentang ilmu yang berkaitan dengan dunia industri dan sebagainya. 
Pendidikan harus bisa memberi  pengajaran terhadap kesinambungan 
generasi yang selama ini sepertinya terabaikan.38 Misalnya sekolah selama 
ini tidak pernah melakukan pendidikan untuk mencegah penyebaran 
homoseksual. Sekolah sebagai lembaga pengajaran sepertinya hanya diam 
saja ketika penyebaran homoseksual semakin bertambah luas. Kondisi ini 
bisa disebabkan oleh sekuleriasi pendidikan itu sendiri yang memisahkan 
antara agama, moral, dan pendidikan itu sendiri.39 
Selain penjelasan di atas, hubungan antara penerapan manajemen 
pendidikan Islam di lingkungan sekolah (mapun pendidikan tinggi) 
dengan kecerdasan emosional peserta didik cukup signifikan.40 Berarti, 
jika manajemen pendidikan Islam di lingkungan sekolah ditingkatkan 
keefektifan pelaksanaannya sebesar satu persen maka kecerdasan 
emosional peserta didik akan meningkat.41 Gagasan ini menjawab bahwa 
manajemen pendidikan Islam di lingkungan sekolah bisa menjadi solusi 
preventif dan antisipatif atas perilaku menyimpang peserta didik.
Manajemen pendidikan Islam yang baik akan mampu memberi  
menjaga generasi muda dari penyakit mental sebab mereka memiliki 
kemampuan untuk menangkalnya.42 Gagasan yang juga penting adalah 
nantinya pendidikan Islam menghasilkan lulusan yang memiliki wawasan 
Islam moderat. 
namun  faktanya, gagasan tentang pengetahuan dan pendidikan telah 
bergeser dalam Islam dari pencarian yang inklusif dan rasional untuk 
semua pengetahuan menjadi fokus yang menyempit pada pengetahuan 
agama, tanpa rasionalitas. Pergeseran dalam apa yang dianggap sebagai 
pengetahuan yang berharga telah memainkan peran penting dalam 
munculnya radikalisasi saat ini. Dunia sosial Islam menjadi tidak stabil, 
rasa memiliki dan membuat perasaan menjadi ke dalam dan kurang 
refleksif dibandingkan dengan Muslim awal. Keyakinan menjadi hak 
istimewa atas mekanisme rasionalitas yang sebelumnya membentuk usaha 
Islam. Penurunan produksi intelektual dan ilmiah mengikuti, 
memungkinkan para ekstremis untuk membelokkan narasi Islam dengan 
mengedepankan versi ideal kekhalifahan Islam yang dipisahkan dari 
rasionalitas. 
Meningkatnya pendidikan sekolah Islam di negara kita  sangat 
fenomenal, mempengaruhi kemunculan sekolah Islam baru di negara ini. 
Beberapa tahun yang lalu hanya dikenal dua model pendidikan Islam yaitu 
pesantren dan madrasah.45 Gelombang sekolah Islam saat ini di negara kita  
mengintegrasikan kurikulum sekuler dan kurikulum agama dalam satu 
kurikulum.46 Menariknya, pengajaran di sekolah-sekolah ini 
menghidupkan kembali orang tua Muslim modern agar anak-anak mereka 
terdaftar di institusi ini . Dewasa ini warga  bekerja menuntut 
institusi pendidikan yang secara membekali siswa dengan kemampuan 
dalam menangani efektifitas tantangan yang cepat. Selanjutnya, orang tua 
Muslim dengan antusias menyambut tren baru sekolah Islam di negara kita  
ini. Interaksi sosial yang tidak terkendali, dekadensi moral dan etika telah 
meningkatkan interaksi di kalangan orang tua. 
Namun, tantangan abad ke-21 menuntut tanggapan yang tepat dari 
seluruh umat Islam sistem Pendidikan. Jika umat Islam, termasuk di 
negara kita , tidak boleh hanya ingin bertahan di tengah-tengah yang 
semakin garang dan persaingan global yang semakin ketat, namun  juga 
harapan untuk bisa membangun pendidikan di masa depan.48 Maka haurs 
diilakukan reorientasi pemikiran tentang keislaman pendidikan dan 
restrukturisasi sistem dan institusi adalah jelas suatu keharusan. Perspektif 
ilmu pengetahuan dan teknologi yang tampaknya tidak berkelanjutan. 
Kemudian seorang reformis berpikir sangat dibutuhkan dalam dunia 
pendidikan Islam. Hal ini memberi  gambaran bahwa modernisasi 
memberi  peluang bagi pendidkan Islam untuk terus berbenah agar 
menjadi modern. 
Penjelasan di atas sejalan dengan premis bahwa Islam pendidikan 
memainkan peran penting dalam menghasilkan kepribadian generasi muda 
yang terintegrasi untuk memenuhi kebutuhan warga  saat ini. 
Perubahan pendidikan dalam pedagogi, kurikuler dan pendekatan 
pengajaran yang berhubungan langsung dengan efektivitas penerapan 
Islam Pendidikan di sekolah Islam. Maka seharusnya, pendidikan Islam 
                                                             

tidak hanya berbicara masalah pertemuan lulusan dengan industri atau 
dunia pekerjaan. Pendidikan Islam (misalnya pesantren) dengan 
membangun aspek kesehatan mental yang tidak dilepaskan dari konteks 
keimanan dan ketakwaan.52 Dengan ini maka sangat jelas bahwa 
pendidikan Islam bertugas membangun generasi yang cerdas, pandai, 
memiliki ilmu pengetahuan dan luas serta menjadi orang yang bertakwa 
kepada Allah swt.53 
B. Globalisasi Sebagai Faktor Perkembangan Gay 
Mengelaborasi gagasan Walby,54 Wiebelhaus-Brahm,55 Powell56 
serta Awdel dk,57 jika membincangkan globaliasi maka sepertinya tidak 
bisa dilupakan juga untuk membincangkan masalah modernitas. Sebab, 
modernitas itu sendiri memang muncul disebabkan oleh lahirnya apa yang 
disebut sebagai globalisasi yang tidak terpisah dengan kehidupan 
warga . Dua terminologi ini masuk pada dunia Timur (baca: 
negara kita ) kemudian menjadi pandangan hidup yang bisa saja mengancam 
                                                             
local wisdom negara kita . namun , globaliasi maupun modernitas ini dua 
hal yang sulit untuk ditolak kehadirannya di negara kita . Faktor 
perkembangan teknologi informasinya misalnya menjadikan mau tidak 
mau globalisasi dan modernitas harus diterima bersama seluruh dampak 
negatifnya.60 Meskipun begitu, sebenarnya penerimaan globalisasi dan 
modernitas ini harus didahului dengan seleksi yang menyeluruh. 
warga  tidak boleh hanya menerima begitu saja globalisasi dan 
modernitas tanpa memilah dan memilih mana budaya modern sayan 
semestinya sesuai. 
Globalisasi dapat disebut sebagai satu indikator satu di negara 
disebut sebagai negara maju. Jika suatu negara memiliki indikator yang 
baik atau indikator globalisasi yang tinggi maka merupakan poin positif 
bagi negara ini . Menyebutkan istilah "globalisasi" tidak hanya 
menyebut perubahan sosial yang sedang berlangsung, namun  juga menjadi 
bagian dari merek proyek kebijakan ideologis elit. Framing populer 
globalisasi disengaja melibatkan fenomena independen seperti kebijakan 
perdagangan bebas, perluasan internet, identitas kosmopolitan, dan 
migrasi internasional. Globaliasi merupakan satu istilah yang juga tidak 
dapat dilepaskan dari proses pembangunan ekonomi satu negara.  
Globalisasi adalah satu ukuran pertumbuhan sistem sosial dan 
peningkatan kompleksitas hubungan antar warga . Jadi, dalam hal 
tertentu, globalisasi dapat dianggap sebagai proses yang menghubungkan 
masa lalu, masa kini, dan masa depan atau sebagai semacam jembatan 
                                                             

antara masa lalu dan masa depan.66 Globaliasi kemudian menjadi satu 
entitas yang secara langsung menyatukan satu tempat budaya, ekonomi, 
politik, dan sebagainya yang dulunya terpisah sebab  terpisah batas negara 
dan batas territorial. Globalisasi adalah Zeitgeist tahun 1990-an yang 
dalam ilmu sosial, hal itu memunculkan klaim saling keterkaitan yang 
mendalam secara fundamental dengan mengubah sifat warga  
manusia, dan menggantikan sistem negara berdaulat dengan sistem 
multilateral dari pemerintahan global.68 
Globalisasi sekarang berada pada fase paling terpisah dalam sejarah 
manusia. Krisis sebab  Covid-19 telah digabungkan dengan kerentanan 
kapitalisme global untuk menghancurkan rutinitas sosial. Namun, momen 
keresahan sosial saat ini juga menawarkan kesempatan kritis untuk 
mengamati keadaan globalisasi saat ini. Untuk mendapatkan pemahaman 
yang lebih baik tentang sistem globalisasi saat ini membutuhkan kerangka 
kerja konseptual baru yang menangkap berbagai formasi globalisasi, mulai 
dari yang berwujud hingga yang tidak berwujud. Hubungan terputus ganda 
yang telah berkembang di antara dan di dalam formasi ini tidak hanya 
membentuk morfologi sistem globalisasi kontemporer namun  juga 
memberi  bayangan panjang pada dinamika masa depannya. 
Moderniasi tetapa saja memunculkan dua pandangan yang berbeda 
terhadap homoseksual. Pada negara liberal misalnya diwakili Spanyol 
dan negara-negara lain, perilaku homoseksual diterima secara luas oleh 
warga . Penerimaan ini kemudian menjadikan kaum gay dan lesbian 
                                                             

menuntut hak asasi mereka sekaligus menuntut perubahan hukum agar 
menerima mereka. Pandangan dunia lain yang sangat anti-gay yang 
diwakili oleh beberapa negara Afrika, Timur Tengah, dan sebagian Asia. 
Sebagian negara ini (khususnya negara dengan Islam terbesar) sama sekali 
tidak menerima perilaku homoseksual bahkan pada tataran hukum juga 
tertutup rapat.72 Mengelaborasi pendapat Pratama dan Gischa,73 Simyan 
dan Kačāne,74 Savelyev,75 modernisasi menjadi satu bentuk transisi dari 
kondisi terbelakang (belum maju) atau belum berkembang mengalami 
kemajuan pada seluruh bidang kehidupan agar lebih sejahtera dan 
makmur. Gay malahan telah lama diintegrasikan dengan kepentingan 
ekonomi liberal. Gay pada dasarnya muncul sebagai gerakan sosial 
disebabkan oleh adanya kepentingan ekonomi atau pasar (market).76 
Mengenai hubungan antara gay dengan kebutuhan pasar bisa 
merujuk pada hasil studi Branchik di Amerika Serikat. Saat penelitian 
dilakukan (tahun 2002) segmen pasar gay Amerika telah diakui oleh 
publik sebagai kepentingan bisnis yang menguntungkan. Baik sengaja atau 
tidak sengaja, bisnis Amerika Serikat telah memasarkan ke konsumen gay 
selama lebih dari 100 tahun. Segmen pasar ini berkembang sebagai hasil 
dari serangkaian peristiwa sejarah dan sosial dan paralel dengan 
perkembangan komunitas gay dan melibatkan aktivitas pembeli dan 
penjual. Maka, saat memasuki abad kedua puluh satu, segmen pasar gay 
Amerika Serikta dihadapkan pada dua kekuatan yang berlawanan yang 
dapat mempengaruhinya. Salah satunya adalah meningkatnya penerimaan 
                                                                                                                                                          homoseksualitas di Amerika Serikat yang diperkuat oleh undang-undang 
hak-hak gay, manfaat mitra domestik perusahaan, dan penggambaran 
karakter gay dalam hiburan populer. 
Gagasan di atas sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh 
Feld Kamp. Study Kamp memberi  bukti mediascapes dan ethnoscapes 
memiliki pengaruh paling positif dalam membenarkan homoseksualitas 
dalam skala global. Mereka menyediakan sarana untuk lebih memahami 
penelitian sebelumnya mengapa formal struktur seperti Perserikatan 
Bangsa-Bangsa mungkin bukan cara terbaik untuk mempengaruhi bangsa-
bangsa yang bertentangan. Technoscapes secara khusus memiliki 
hubungan yang lebih buruk dengan membenarkan homoseksualitas. Hal 
ini mungkin terkait dengan cara warga  memandang manusia dan 
harus ditimbang terhadap nilai yang akan peroleh atau hilangkan dari 
menentang homoseksualitas. Media massa secara global memberi  
pengaruh terbesar agar warga  bisa menerima kehadiran 
homoseksual.78 
Penelitian yang dilakukan oleh Roberts menunjukkan bahwa budaya 
global telah mendorong perubahan dari waktu ke waktu dari sikap dunia 
terhadap homoseksualitas. Telah terjadi kemajuan global yang luas dalam 
penerimaan homoseksualitas, sebagian besar didorong oleh penyebaran 
global yang menguntungkan pesan budaya. Hal ini memberi  bukti 
terkuat bahwa globalisasi budaya telah membentuk sikap kolektif secara 
global. Namun, tingkat religiusitas yang tinggi dapat bertindak untuk 
memoderasi pengaruh positif dari paparan budaya global. Bahkan ketika 
sikap terhadap homoseksualitas di sebagian besar warga  menjadi 
lebih menerima terhadap homoseksual. 
Hasil studi Roberts di atas memberi  satu bukti bahwa globaliasi 
telah membawa praktik homoseksual sebagai praktik budaya. 
Homoseksual telah diterima secara terbuka disebagian besar dunia. 
Globalisas ini secara langsung membawa dampak negatif yaitu 
penerimaan terhadap homoseksual. Sehingga globalisasi justru membuka 
ruang untuk perkembangan homoseksual. Globalisasi budaya identitas 
homoseksual juga telah melampaui perubahan dalam konteks ekonomi dan 
politik. Memang, kemajuan dalam transportasi dan komunikasi mungkin 
                                                            
telah memungkinkan orang-orang yang mengidentifikasi diri mereka 
sebagai gay atau lesbian (biseksual dan transgender juga perlu dimasukkan 
di sini) untuk bergerak lebih bebas tentang dunia memicu gerakan 
pembebasan orang-orang di negara-negara yang tertindas dan 
dieksploitasi. 
Jika memakai  gagasan Nardi, globlisasi homoseksual 
sebenarnya sudah lama muncul sebelum era internet. Munculnya gerakan 
sosial baru yang berfokus pada isu gay dan lesbian sejak awal tahun 
1960an telah didokumentasikan dengan baik di warga  Amerika. 
Difusi gerakan sosial-politik gay dan lesbian di budaya Barat lainnya dan 
banyak warga  berkembang telah menjadi subyek penyelidikan yang 
lebih baru. Globalisasi gerakan sosial gay internasional dengan berfokus 
pada Eropa dan Italia, khususnya, dan menimbulkan pertanyaan tentang 
kondisi sosial-politik yang mungkin diperlukan untuk pengembangan 
gerakan sosial baru-satu didasarkan pada konsep identitas orientasi seksual 
daripada yang didasarkan pada hubungan terstruktur usia atau gender. 
Informasi sejarah tentang perubahan sosial dan hukum di Italia dan di 
seluruh Eropa disajikan bersama dengan isu-isu terkini yang dihadapi 
gerakan gay yang semakin terlihat di Italia. Potret budaya yang berubah 
dan mempertanyakan hubungannya dengan konsep tradisional patriarki, 
agama, dan gender sekaligus menjadi saling berhubungan dengan 
komunitas dan isu gay secara global.81 
Sikap global yang melibatkan homoseksualitas berubah dengan 
cepat. Toleransi terhadap hubungan lesbian dan gay telah meningkat di 
hampir setiap benua. Penerimaan tentang idenitas gay aini justru paling 
banyak didukung oleh kaum muda. Penerimaan gay di kalangan kaum 
muda aini dipengaruhi perkembangan media massa suatu bangsa dan 
kehadiran kebebasan pers yang liberal. Hubungan yang kuat antara 
peningkatan massa dukungan untuk hak-hak minoritas dan faktor-faktor 
yang mendorong dan memungkinkan minoritas (gay) untuk berekspresi di 
hadapan warga  umum. 
Gay kemudian masuk ke wilayah Asia memakai  melalui ruang 
                                                             
globslisasi. Gay merepresentasikan identitas mereka memakai  
berbagai budaya populer agar diterima oleh warga  Asia. Studi Kwon 
memberi  bukti bahwa orang-orang gay sekarang mudah ditemukan 
dalam budaya populer Korea. Representasi gay di media massa populer 
mengalami peningkatan sebab dikonstruksi sebagai bagian dari industri 
media. Kwon menegaskan telah terjadi liberalisasi dan Hollywoodisasi 
industri film Korea dan kooptasi aktifnya fandom perempuan muda lokal 
untuk komoditas media gay. Selain itu, menggarisbawahi bagaimana 
komodifikasi identitas gay di media Korea adalah proses yang 
berkelanjutan dan fenomena budaya di mana penggemar terus 
berpartisipasi. 
Perlu dipahami juga bahwa meskipun masuk ke Asia, gay diwilayah 
ini berbeda peneriamaan warga nya. Sistem hak asasi manusia 
Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mengakui hak-hak individu lesbian, 
gay, biseksual, transgender dan interseks (LGBTI), dengan keputusan-
keputusan penting pada tahun 2011 dan 2016. Penerimaan LGBTI rendah 
di Asia Tenggara dan sikap pemerintah bervariasi. Hukum pidana, baik 
sekuler maupun Syariah, di beberapa yurisdiksi, memiliki larangan, namun  
penegakan aktif jarang terjadi. Diskriminasi dalam pekerjaan dilarang oleh 
undang-undang di Thailand dan undang-undang setempat di Filipina.
Perubahan 'seks' hukum untuk individu transgender terkadang 
dimungkinkan. Pengakuan hukum atas hubungan sesama jenis telah 
diusulkan di Thailand dan Filipina, namun  belum diberlakukan. Pernikahan 
telah dibuka untuk pasangan sesama jenis di negara tetangga Taiwan. 
Undang-undang secara umum mengecualikan pasangan tidak 
membolehkan pernikahan sesama jenis. 
Semenjak kehadiran internet, globalisasi dan modernisasi bidang 
kehidupan tidak hanya masuk sampai ke kota-kota besar seperti Jakarta 
tapi masuk juga ke berbagai pelosok desar.87 namun  dampak modernisasi 
ini resiko negatifnya yang paling besar adalah di kota besar misalnya 
Jakarta. Sebab, kota Jakarta misalnya sebagai pusat pemerintahan dan 
pusat bisnis memiliki infrastruktur yang lebih lengkap dibandingkan 
dengan desa-desa misalnya internet. Selain, itu lingkungan sebagai tempat 
bergaul di kota Jakarta juga lebih padat. Remaja di Jakarta memiliki 
banyak pilihan tempat untuk bisa mengekresikan dirinya misalnya datang 
ke diskotik dan sebagainya. 
Kota besar misalnya Jakarta dengan segala stuktur modernitas yang 
ada, menawarkan kemudahan gaya hidup yang Barat an sich. Budaya 
Timur (baca: Islam) yang menjadi nilai dan ideologi kemudian menjadi 
tidak digunakan dalam dimensi kehidupan warga . Kota Jakarta pada 
akhirnya menawarkan budaya cenderung permisif, hedonis, dan liberal. 
Pandangan hidup Barat an sich yang dulu tidak ada muncul dan kemudian 
menjadi ideologi dalam budaya warga . Nilai budaya Barat yang 
                                                                                                                                                             
sebenarnya kurang cocok dengan budaya Timur diterima begitu saja tanpa 
dipilih mana yang sesuai. Sebagai contoh adalah pandangan hidup atau 
budaya Barat yang menganggap bahwa homoseksual merupakan perilaku 
yang normal. Pandangan ini sangat berbahaya sebab  menjadi faktor 
penyebab mudahnya penyebaran perilaku homoseksual.  
Moderniasi satu sisi membawa nilai positif dan satu sisi lagi 
membawa dampak negatif terhadap generasi muda. Satu sisi negatif 
adalah pergaulan bebas generasi muda misalnya freesex, narkoba, dan 
minuman berakhokol. Tiga entitas inilah yang biasanya sangat dekat 
dengan penyebaran perilaku homoseskual. Resiko yang yang kemudian 
muncul biasanya adalah penyebaran penyakit HIV/Aids. Meskipun, 
perilaku homoseksual sendiri sering berdalih telah melakukan hubungan 
seks aman dengan sesama jenis. namun  faktor resiko terkena HIV/Aids 
jauh lebih besar. Bahkan menurut data menyebutkan para pelaku 
homoseksual sangat rentan terkena penyakit HIV/Aids.89 
Bisa saja pelaku homoseksual mengatakan bahwa mereka secara 
jiwa merupakan orang yang sehat. Kejiwaan memang harus dilakukan 
secara uji klinis berbeda dengan kesehatan phisik. namun  kaitannya 
dengan penyakit HIV/Aids sudah banyak data yang menyebutkan bahwa 
homoseksual sangat rentan dengan penyakit ini. Sehingga, resiko terserang 
                                                             
penyakit HIV/Aids ini bukanlah stigma atau kebencian terhadap 
homoseksual namun  berbasis data empiris. Resiko terserang penyakit 
HIV/Aids ini bukan mengada-mengada jadi semestinya menjadi perhatian 
warga  dan pemerintah secara keseluruhan untuk melakukan 
pencegahan dan pengobatan. 
Modernisasi merupakan pendorong penting liberalisasi di bidang 
hak-hak gay dan lesbian. Anehnya, sering diasumsikan, namun  tidak diteliti 
secara empiris bahwa budaya toleransi memediasi hubungan antara 
modernisasi sosial ekonomi dan legislasi liberal. Artikel ini menutup celah 
ini dengan menganalisis tujuh puluh tiga negara yang ambil bagian dalam 
gelombang kelima dan keenam Survei Nilai Dunia. Sebagai pemerintah 
responsivitas terhadap sikap publik secara struktural ditegakkan melalui 
akuntabilitas pemilu di negara-negara demokrasi, namun  tidak di otokrasi, 
kami, di samping itu, membedakan antara tipe rezim ini dalam analisis 
mediasi yang dimoderasi. Ssikap toleran terhadap homoseksual memang 
memediasi pengaruh modernisasi terhadap gay dan kebijakan hak lesbian 
dalam demokrasi, namun  tidak dalam otokrasi. Hasilnya dikonfirmasi oleh 
pemeriksaan ketahanan yang ekstensif, termasuk pendekatan variabel 
instrumental untuk menjelaskan potensi kausalitas terbalik antara toleransi 
dan hak.
Selain alasan di atas, remaja dengan perilaku homoseksual 
mendapatkan diskriminasi ekstrim di lingkungan sekolah.91 Beberapa 
literatur menunjukkan bahwa remaja homseksual berisiko tinggi 
mengalami beberapa  masalah kesehatan, termasuk upaya bunuh diri, 
pelecehan, penyalahgunaan zat, kehilangan rumah tinggal, dan 
menurunnya produktivitas dalam belajar di sekolah. Moderniasi ini  
kemudian masuk pada sekolah-sekolah memberi  dampak positif 
                                                             

maupun negatif terhadap siswa laki-laki. Siswa laki-laki merupakan 
generasi yang baru ingin menemukan jati dirinya. Saat bertemu dengan 
pandangan hidup Barat yang hedonis, mereka sepertinya belum mampu 
memilih. Pada akhirnya, mereka justru mengagumi budaya Barat yang 
liberal ini . Resiko yang terjadi adalah mereka kemudian menganggap 
perilaku homokeksual merupakan orientasi seksual yang normal. Tidak 
saja hanya beranggapan justru kemudian mereka menjadi pelaku 
homoseksual itu sendiri. Perilaku ini kemudian bisa sangat menyebar 
begitu cepat bahkan dapat dikatakan seperti pandemi. 
Beberapa kasus misalnya remaja laki-laki memiliki pacar lebih dari 
satu. namun  pacar ini  tidak hanya perempuan yang satunya lagi 
adalah laki-laki. Mereka memilih berpacaran dengan laki-laki sebab 
dengan alasan hubungan aman. Anggapan mereka jika melakukan 
hubungan seksual dengan laki-laki jauh lebih aman dibandingkan dengan 
berhubungan seksual dengan perempuan. Perilaku ini secara tidak sadar 
mereka sedang mengalami gangguan kejiwaan total. Mereka tidak 
menyadari bahwa jiwa mereka sedang sakit kemudian tanpa merasa 
berdosa melakukan hubungan seksual dengan sesame laki-laki. Mereka 
juga sebenarnya memahami bahwa perilaku homoseksual ini sangat rentan 
dengan terserang penyakit HIV/AIDS. namun  sebab  jiwanya sedang sakit, 
resiko terkena HIV/Aids ini mereka abaikan begitu saja.  
C. Faktor Pendorong Munculnya Homoseksual  
Suatu negara dan identitas nasional dibentuk atas dasar pemikiran 
yang saling mempersatukan dan keyakinan melalui proses imajinasi sosial 
dan representasi sosial. Melalui dua proses ini, orang juga memiliki hak 
untuk menentukan pikiran dan keyakinan mana yang dapat diterima dan 
mana yang tidak. Dengan demikian, isu-isu yang berkaitan dengan 
homoseksualitas tidak dapat dihindari.93 Kebanyakan orang negara kita  
                                                             
 Terjadi peningkatan kampanye LGBT pada awal 2016 dimana mereka menuntut 
perlindungan dari diskriminasi, kekerasan, dan hambatan konstitusional untuk melakukan 
perkawinan sesama jenis. Akan namun , LGBT dianggap bertentangan dengan kearifan lokal, 
sehingga dapat disebut abnormalitas sesuai dengan petunjuk American Psychiatry 
Association (APA). Gerakan LGBT bertentangan dengan keyakinan kebanyakan orang, pola-
pola perilaku sehat, dan tahap perkembangan anak yang positif. Orang tua khawatir jika 
anaknya melakukan perilaku seksual yang menyimpang. Masa kanak-kanak merupakan fase 
yang paling penting untuk mempersiapkan pada masa dewasa yang fungsional. Selain itu, 
Pemerintah juga sudah jelas menyatakan bahwa tidak memberi  ruang bagi gerakan 
LGBT. Akan namun , sebagai warga negara pelaku LGBT harus tunduk dan dilindungi 
peraturan yang ada. Oleh sebab  itu, pemerintah perlu mengimplementasikan hukum secara 
tepat dan tanpa pengecualian untuk memastikan semua orang terlindungi. Bersamaan dengan 
itu, pemerintah juga melakukan edukasi dan sosialisasi untuk meningkatkan perilaku saling 
menghormati sesama warga negara. Lihat di Elga Andina, ―Faktor Psikososial dalam 
menganggap homoseksualitas sebagai seperangkat tindakan abnormal dan 
bertentangan dengan agama mereka. Di negara kita , kaum homoseksual 
ditolak aksesnya ke kekuasaan dan hampir tidak memiliki akses untuk 
mengejar hak-hak mereka. Akibatnya, untuk bertahan hidup, kaum 
homoseksual negara kita  biasanya harus menyembunyikan orientasi 
mereka, atau dalam kasus ekstrim, mereka pindah ke yang lain, lebih 
toleran negara. 
Agama merupakan salah satu variabel yang dianggap sebagai faktor 
yang mempengaruhi stigma di kalangan remaja terhadap fenomena LGBT. 
Seorang muslim wajib memegang hukum-hukum yang terkandung di 
dalamnya agar menjadi manusia yang taat kepada Allah SWT sebab  
setiap perlakuan akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Namun 
penolakan yang terjadi di warga  mungkin sebab  penjelasan ayat-
ayat Al-Qur'an bahwa hubungan sesama jenis sangat dilarang. Stigma 
ini  biasanya muncul dari pemahaman yang kurang baik tentang 
agama atau bahkan budaya yang ditanamkan di warga . Namun 
berbeda dengan penelitian saat ini, hal itu menunjukkan bahwa remaja 
baik yang beragama Islam maupun non-Muslim tidak dapat menentukan 
stigma LGBT di mana ada tidak ada hubungan antara Agama dan stigma 
tentang LGBT. 
Pada warga  Barat sendiri, pria dengan perilaku homoseksual 
mendapatkan stigma buruk.96 Stigma ini kemudian menjadikan sangat 
terbatasnya penyediaan layanan konsultasi kesehatan homoseksual dari 
kota hingga ke desa-desa.97 Stigma yang lekat dengan pria homoseksual 
misalnya penggunaan narkob, sakit mental, Aids/HIV dan lain sebagainya. 
Stigma ini berdampak terhadap dengan peningkatan tingkat 
kecemasan, kesepian, gejala depresi, menutup diri dan keinginan untuk 
bunuh diri. Sigma terhadap pria homoseksual berdampak negatif 
 terhadap kesehatan mental khususnya telah hidup dengan HIV.
berdasar  beberapa pandangan ini , homoseksual di negara Barat 
belum sepenuhnya dapat diterima sebagai perilaku yang normal.
Perilaku penyimpangan seks seperti lesbian, gay, biseksual, dan 
transgender atau LGBT menurut beberapa sumber menunjukkan 
kecenderungan terus meningkat jumlahnya. Dalam agama Islam, perilaku 
homoseksual dan aktivitas seksualnya telah tercantum dengan sangat jelas 
dalam Al-Qur‘an adalah perbuatan yang melampaui batas. Bahwa setiap 
pelaku LGBT dapat berubah orientasi seksual menjadi heteroseksual dan 
kemungkinan itu cukup tinggi, hanya saja proses yang dilakukan akan 
sulit dan berlangsung cukup lama disebab kan terdapat berbagai kendala 
untuk merubah orientasi seksual menjadi heteroseksual.99 
Faktor yang menyebabkan seseorang menjadi kaum homoseksual 
ada faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal 
meliputi jumlah kromoson yang tidak seimbang dan trauma masa kecil. 
sedang  faktor eksternalnya yaitu faktor keluarga yang broken home 
dan kurangnya kasih sayang dari keluarga, faktor lingkungan dan 
pergaulan yang salah dan perkembangan teknologi yang memudahkan 
orang untuk mengakses situs-situs negative dari internet dan gaget. 
Faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan homoseksual saat ini 
adalah, tidak adanya penolakan dari warga  terhadap kaum 
homoseksual. Hal ini memicu keberanian kaum homosex khususnya gay 
menunjukan jati diri mereka di tengah tengah warga . Banyak dari 
warga  terutama anak-anak muda sudah tidak mempermasalahkan lagi 
soal orientasi sex seseorang, mereka tetap mau menerima kaum 
homosexual sebagai anggota dari warga . 
Elaborasi dari pendapat di atas, latar belakang keluarga yang 
harmonis sangat mempengaruhi perilaku seksual dan orientasi seksual 
laki-laki.Hal ini dapat disimpulkan dari sebagian besar laki-laki yang 
                                                            
memiliki kecenderungan perilaku seksual bebas merasa tidak nyaman 
dengan keluarganya. namun  ada juga pelaku homoseksual yang berasal 
dari keluarga yang nyaman tapi menunjukkan perilaku seksual yang bebas. 
Sepertinya masih banyak faktor lain yang harus ditemukan mengenai 
kemungkinan munculnya homoseksual misalnya faktor lingkungan, 
pergaulan, dan gaya hidup 
Menurut tesis Cook, kombinasi faktor genetik dan lingkungan 
berkontribusi pada pembentukkan orientasi seksual, Sebagian besar 
pengaruh lingkungan yang diketahui tampaknya bersifat intra-uterus dan 
saat ini masih menjadi perdebatan mengenai pengaruh lingkungan sosial 
terhadap pembentukan orientasi seksual misalnya homoseksual.103 Jauh 
sebelum pendapat Cook ini, Bailey dkk juga menyimpulkan bahwa faktor 
genetik dan lingkunguan sangat mempengaruhi pembentukan orientasi 
seksual seseorang.  
Studi ini menolak pandangan Vito yang menjelaskan bahwa 
Homoseksualitas merupakan fenomena alam dan bukan penyimpangan 
manusia dari alam. Menurut Vito, dalam menangani homoseksualitas 
dilakukan secara berbeda dalam aspek yang berbeda, baik mengenai 
hukum, alam, budaya, dan agama. Maka menurutnya, homoseksualitas 
harus diterima secara universal, dan diskriminasi terhadapnya tidak boleh 
ditoleransi. Ini sebab  fakta bahwa perilaku homoseksual terutama 
dibentuk oleh genetika dan faktor lingkungan acak. Jadi, seperti yang 
ditunjukkan oleh bukti saat ini, terlepas dari penelitian di masa depan, 
kemungkinan banyak gen yang bekerja bersama dengan faktor lingkungan 
dan pemicu yang menghasilkan perilaku homoseksual.
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah 
memberi  sumbangan besar terhadap pembangunan peradaban umat 
manusia. Pembangunan peradaban manusia ini tidak dapat dilepaskan dari 
sumbangan pendidikan secara holistik.110 Maka, peran pendidikan tidak 
dapat diremehkan sebab telah membangun berbagai bidang sosial, politik, 
ekonomi, dan budaya. Pendidikan tentu saja menjadi anugerah sangat 
penting bagi kehidupan manusia. namun  juga benar bahwa pendidikan 
seharusnya tidak hanya menjadi konsep pembelajaran an sich. Pada 
dasarnya, pendidikan harus memastikan bahwa nilai-nilai yang diajarkan 
kepada siswa bermanfaat untuk kehidupan umat manusia. Jadi di seluruh 
kurikulum pendidikan, harus dipastikan menerapkan pendidikan berbasis 
nilai dimasukkan ke dalam bab-bab dengan cara yang menarik sehingga 
siswa mempelajarinya di setiap pelajaran sekolah mereka. Pada akhirnya, 
pendidikan berbasis nilai memainkan peran penting dalam perkembangan 
jika kurikulum pendidikan hanya disusun untuk kepentingan industri, 
maka kelak pendidikan hanya akan meluluskan siswa yang berwajah 
industri. Jika kurikulum hanya disusun untuk kepentingan kapitalisme, 
maka kemungkinan siswa yang menjadi subjek akan berwatak 
kapitalisme. Sampai di sini dapat dipahami bahwa kurikulum bukan 
hanya seperangkat aturan pengajaran an sich. Tapi kurikulum merupakan 
basis nilai yang menentukan ke arah mana watak siswa nantinya dibentuk. 
memakai  pendapat Nuryana, kurikulum menjadi landasan 
ideologis dan filosofis setiap pelaku pendidikan sebagai acuan 
pengembangan pembelajaran dan mewujudkan cita-cita bangsa. 
Dalam kaitannya, dengan penyebaran perilaku homoseksual, 
pendidikan di negara kita  sepertinya harus disalahkan. Pendidikan dengan 
seperangkat kurikulumnya hanya mendidik siswa yang berwatak industri 
dan kapitalisme. Pendidikan hanya mengarahkan siswa untuk belajar pada 
aspek akademik dan bukan aspek spiritual atau moral. Kurikulum 
pendidikan disusun sedemikian modern tapi kemudian melupakan 
pentingnya agama bagi siswa. Muncul kemudian siswa yang pandai secara 
akademik namun  mengalami sakit jiwa. Sebagai contoh, terdapat siswa 
pandai matematika tapi malahan menjadi perilaku homoseksual. Mereka                                                              
kemudian gagal memahami tentang siapa dirinya sebenarnya dan apa 
tujuan mereka hidup di dunia. 
memakai  contoh di Amerika misalnya, pusat kesehatan 
komunitas homoseksual telah beradaptasi dari waktu ke waktu untuk 
memenuhi kebutuhan komunitas homoseksual. Namun, kesenjangan 
layanan yang signifikan tetap ada di Amerika Serikat. Maka, pusat 
kesehatan bagi komunitas homoseksual mungkin memerlukan 
transformasi yang signifikan di masa depan dalam rangka pencegahan dan 
penyembuhan homoseksual.  
Teori konsep yang dapat dipakai dalam pendidikan anti ketertarikan 
sesama jenis dalam menangani kasus LGBT adalah teori konsep yang 
telah dikemukakan oleh Heffner yang dikutip oleh Ermayani, yaitu 
melakukan konseling dengan lima tahapan: 
1. Identifikasi dan Eksplorasi. Melihat sejauh mana dirinya memahami 
dirinya serta keadaannya. Tahap ini konseli dibantu untuk melihat 
dirinya dari berbagai perspektif. 
2. Menata keyakinannya yang irrasional. Pada tahap ini konseli diajak 
untuk memperbaiki keyakinan-keyakinan irrasionalnya, sebab  pada 
dasarnya perubahan pada gendernya merupakan pembenaran dari 
keyakinannya yang irrasional. 
3. Perbandingan Identitas. Konseli difasilitasi untuk mengeksplorasi 
dirinya secara menyeluruh serta membandingkan dirinya dengan 
warga , orang tua, teman sebaya dan lainnya. Dalam posisi ini, 
konseli dibantu untuk menyadari bahwa apa yang difahaminya atau 
diyakininya selama ini tidak sepenuhnya benar. 
4. Menghentikan fikiran negatif. Pada tahap ini, disaat keyakinan konseli 
mulai longgar, maka konseli cenderung melakukan penolakan-
penolakan pada kenyataan yang difahaminya. Maka dari itu, konselor 
membantu konseli untuk memandang segala hal dari kacamata positif 
dan menghentikan fikiran-fikiran yang negative. 
5. Melatih keterampilan tegas. Dalam tahap ini, konseli dilatih untuk 
bertindak tegas terhadap kecenderungan fikiran perilakuperilaku 
dirinya yang tidak sesuai dengan keyakinan barunya. 
Teori konsep ini  juga dipakai oleh banyak negara dalam 
melakukan penanganan kasus LGBT dengan melakukan berbagai 
pengembangan, sebagaimana dalam kesepakatan internasional di Kairo 1994 (The Cairo Consensus) tentang kesehatan reproduksi yang berhasil ditandatangani oleh 184 negara termasuk negara kita , mengembangankan 
lima teori konsep Heffner menjadi delapan tahapan, yaitu: Identifikasi dan 
Eksplorasi, Menata keyakinannya yang irrasional, Perbandingan Identitas, 
Menghentikan Fikiran Negatif, Melatih Ketrampilan Tegas, Penugasan 
Rumah, Pengkondisian Tersembunyi, dan selanjutnya Evaluasi.
Teori konsep ini  sejalan dengan konsep pendidikan dalam 
Islam, sehingga ruh-ruh ibadah yang disyare‘atkan dalam Islam dapat 
menjadi solusi dalam pendidikan anti ketertarikan sesama jenis atau 
LGBT, yaitu dengan puasa, zikir, membaca Al-Qur‘an dan lain-lain.