lar,labial,buccal
Kode pendukung jika status F atau K
T = Tambalan gigi sewarna (komposit, glass ionomer, silikat)
am = amalgam
g = gold / emas
p = porcelain / porcelen
ac = acrylic / akrilik
ce = cement / semen ( tambalan sementara)
Kode pendukung jika status F , K , W,
POS = post (pulpal anchorage), POS post (pulpal anchorage), Penjangkaran dalam
pulpa
PIN = parapulpal pin / Pin diluar pulpa
Kode pendukung jika status K
B = bridge (tooth is an abutment in a bridge)/ jembatan
Oklusi dan Posisi gigi
N = normal occlusal relationship between first molars ( Class I )
D = distal occlusal relationship between first molars ( Class II )
M = mesial occlusal relationship between first molars ( Class III )
CU = crowded in upper jaw
CL = crowded in lower jaw
H = horizontal relation between maxyllary and mandibular incisors (overjet)
(H4=maxillary teeth) 4 mm in front of mandibule.
V = vertical relation between incisorss (overbite) V vertical relation between
incisorss (overbite)
Z = no information.
Kode pendukung jika status kebiasaan merokok
YES / NO (when known)
Z = unknown
DENTURES / GIGI TIRUAN
FU = full upper
FL = full lower
PU = partial upper
PL = partial lower
CC = Crom/Cobalt skeleton (frame denture)
Z = no information about dentures
ROOT – FILLED TEETH
dipakai pada gigi dengan sisa akar dan tambalan
Z = no information about root filled teeth
COLOUR CODES
GREEN = tooth colours materials (composite, silicate, resin, glassionomer, and
cementum)
BLUE = amalgam and amalgam like materials
RED = gold
BLACK = other materials of unprecious metals
Contoh penulisan notasi gigi dengan kode odontogram :
11 F t M D am L : artinya gigi seri pertama atas kanan dengan tambalan composit
dibagian mesial-distal dan dibagian palatinal tambalan amalagam.
12 K pg POS : Gigi seri kedua atas kanan mahkota tiruan bahan porcelain gold
dengan pulpal anchorage
24 X U3 : Gigi premolar pertama atas kiri dicabut atau hilang dengan jarak 3
mm.
Contoh lengkap secara berurutan kodifikasi gigi berdasar data odontogram pada
seorang manusia dewasa dapat ditulis sebagai berikut :
18X17S16Cmesocc15S14S13S12S11S21S22S23S24S25S26Cmesocc27S28X38X37S36Cdi
socc35S34S33S32SM31SM41SM42SM43S44S45S46Famocc47Cdisocc48Cocc
Walaupun di bidang diagnostik dan pengobatan saat ini telah dipakai peralatan
canggih, metode pemeriksaan fisik dasar seperti: Inspeksi, Sondasi, Perkusi, Palpasi, Tes
mobilitas, Tes vitalitas masih tetap berlaku dan bahkan lebih bermanfaat. Dalam praktek harus
dipahami bahwa pemeriksaan fisik bukan merupakan kegiatan yang sifatnya hanya sesaat,
tetapi merupakan suatu proses yang dinamis dan berkesinambungan. Perubahan tanda-tanda
fisik tertentu, misalnya hilangnya tanda-tanda lama atau munculnya tanda-tanda Baru dapat
memberikan informasi penting tentang perjalanan penyakit maupun respon terhadap terapi.
Disamping faktor teliti dan trampil melakukan berbagai cara pemeriksaan fisik,
ketajaman penalaran terhadap berbagai temuan yang diperoleh sangat diperlukan untuk
mengembangkan luas atau kedalaman pemeriksaan yang akan dilakukan. Dalam
penerapannya masing masing teknik pemeriksaan ini dilakukan secara tersendiri,
namun bilamana mungkin dilaksanakan secara serentak sehingga merupakan satu rangkaian
pemeriksaan fisik yang terpadu.
1. Inspeksi
Inspeksi merupakan teknik pemeriksaan langsung dengan memakai indra mata.
Walaupun cara ini sangat sederhana, dalam pelaksanaanya harus dilakukan secara sis-tematis
yaitu memiliki arah, pola dan tujuan tertentu. Sebelum melakukan inspeksi pemeriksa
harus mengetahui betul beberapa kharakteristik yang harus diamati di daerah yang akan
diperiksa. Struktur bagian yang akan diperiksa harus dibersihkan lebih dulu, tidak boleh
tertutup oleh pakaian, kosmetika, air ludah atau kotoran yang lain. Gigi tiruan, obturator,
pesawat orthodonsi, kaca mata, harus dilepas. Secara khusus ciri-ciri khan yang perlu dicatat
antara lain ialah, warna, ukuran, bentuk, hubungan anatomis, keutuhan dan ciri-ciri
permukaan jaringan di daerah ini .
2. Sondasi
Probing pada dasarnya merupakan pemeriksaan palpasi dengan memakai alat
tertentu. Pemeriksaan ini merupakan salah satu metode diagnostik penting di kedokteran gigi.
Untuk mengetahui adanya karies dilakukan probing pada permukaan gigi dengan
memakai ujung sonde atau eksplorer yang berujung lancip. Sedang untuk mengukur
kedalaman pocket dipergunakan probe periodontal. Untuk memeriksa kondisi saluran kelenjar
ludah biasanya dilakukan probing memakai sonde tumpul. Apakah suatu fistula di mulut
dipicu karena infeksi periapikal atau sebab yang lain, dapat dilakukan probing dengan
memakai gutta percha point yang dimasukan melalui fistula ini kemudian dilakukan
rontgent foto.
3. Perkusi
Teknik pemeriksaan ini dilakukan dengan mengetukkan jari atau instrument ke arah
jaringan, dan pemeriksa mendengarkan bunyi yang ditimbulkannya serta mengamati reaksi
dari klien. Perkusi pada gigi geligi akan memberikan nuansa bunyi dan warna suara yang
memiliki informasi diagnostik tentang kondisi jaringan pendukung gigi khususnya status
jaringan periodontal. Reaksi penderita terhadap perkusi sangat bervariasi, oleh karena itu
perlu dibandingkan dengan reaksi gigi di sampingnya yang normal.
4. Palpasi
Merupakan teknik pemeriksaan untuk mengetahui kondisi suatu jaringan dengan
memakai indra peraba. Pada umumnya jaringan tubuh memiliki konsistensi yang khas
sehingga jaringan yang satu dengan yang lain dapat dibedakan dengan cara palpasi. Agar
pemeriksaan ini dapat dilakukan secara efektif, maka pemeriksa harus mengenal betul
karakteristis masing-masing daerah yang akan diperiksa, dan variasi struktur anatomisnya
yang normal.
Palpasi dapat dilakukan dengan cara menekan jaringan yang diperiksa ke arah tulang
atau jaringan di sekitarnya, atau menekan jaringan ini diantara kedua jari (bidigital) atau
diantara kedua tangan (bimanual). Pemeriksaan ini akan memberikan informasi lebih jelas
mengenai kondisi-kondisi yang tidak dapat terungkap melalui inspeksi seperti;
texture/struktur, dimensi/ketebalan, konsistensi, temperatur. Aktivitas atau gerakan-gerakan
fungsional tertentu seperti detak nadi atau getaran-getaran yang ditimbulkan oleh lesi
vaskuler, dan getaran gigi pada tulang alveoler pada waktu gerak oklusi. dapat dideteksi
dengan cara palpasi.
Sasaran pemeriksaan dengan cara palpasi pada dasarnya bukan untuk mengetahui
adanya rasa sakit, tetapi cara pemeriksaan ini dapat memicu reaksi rasa sakit
sebelum abnormalitas jaringan yang akan diperiksa terdeteksi. Oleh karena itu respon
terhadap pemeriksaan palpasi ini perlu juga diperhatikan.
5. Tes mobilitas
Tes mobilitas dilakukan untuk mengetahui integritas apparatus-aparatus pengikat di
sekeliling gigi, mengetahui apakah gigi terikat kuat atau longgar pada alveolusnya. Tes
mobilitas dilakukan dengan menggerakkan gigi ke arah lateral dalam soketnya dengan
memakai jari atau tangkai dua instrumen. Jumlah gerakan menunjukkan kondisi
periodonsium, makin besar gerakannya, makin jelek status periodontalnya. Hasil tes mobilitas
dapat berupa tiga klasifikasi derajat kegoyangan. Derajat pertama sebagai gerakan gigi yang
nyata dalam soketnya, derajat kedua bila gerakan gigi dalam jarak 1 mm bahkan bisa
bergerak dengan sentuhan lidah dan mobilitas derajat ketiga bila gerakan lebih besar dari
1 mm atau bergerak ke segala arah. Sedang , tes depresibilitas dilakukan dengan
menggerakkan gigi ke arah vertikal dalam soketnya memakai jari atau instrument.
6. Tes Vitalitas
Tes vitalitas merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah suatu
gigi masih bisa dipertahankan atau tidak. Tes vitalitas terdiri dari empat pemeriksaan, yaitu
tes termal, tes kavitas, tes jarum miller dan tes elektris.
a. Tes termal, merupakan tes kevitalan gigi yang meliputi aplikasi panas dan dingin pada
gigi untuk menentukan sensitivitas terhadap perubahan termal.
b. Tes dingin, dapat dilakukan dengan memakai berbagai bahan, yaitu etil klorida,
salju karbon dioksida (es kering) dan refrigerant (-50oC). Aplikasi tes dingin dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
i. Mengisolasi daerah gigi yang akan diperiksa dengan memakai cotton roll
maupun rubber dam
ii. Mengeringkan gigi yang akan dites.
iii. bila memakai etil klorida maupun refrigerant dapat dilakukan dengan
menyemprotkan etil klorida pada cotton pellet.
iv. Mengoleskan cotton pellet pada sepertiga servikal gigi.
v. Mencatat respon klien.
vi. bila klien merespon ketika diberi stimulus dingin dengan keluhan nyeri tajam
yang singkat maka menandakan bahwa gigi ini vital. bila tidak ada
respon atau klien tidak merasakan apa-apa maka gigi ini nonvital atau
nekrosis pulpa. Respon dapat berupa respon positif palsu bila aplikasi tes
dingin terkena gigi sebelahnya tau mengenai gingiva (Grossman, dkk, 1995).
Respon negatif palsu dapat terjadi karena tes dingin diaplikasikan pada gigi yang
mengalami penyempitan (metamorfosis kalsium).
c. Tes panas, pemeriksaan ini jarang dipakai karena dapat memicu vasodilatasi
pembuluh darah bila stimulus yang diberikan terlalu berlebih. Tes panas dilakukan
dengan memakai berbagai bahan yaitu gutta perca panas, compound panas, alat
touch and heat dan instrumen yang dapat menghantarkan panas dengan baik. Gutta
perca merupakan bahan yang paling sering dipakai dokter gigi pada tes panas.
Pemeriksaan dilakukan dengan mengisolasi gigi yang akan di periksa. Kemudian gutta
perca dipanaskan di atas bunsen. Selanjutnya gutta perca diaplikasikan pada bagian
okluso bukal gigi. bila tidak ada respon maka oleskan pada sepertiga servikal bagian
bukal. Rasa nyeri yang tajam dan singkat ketika diberi stimulus gutta perca menandakan
gigi vital, sebaliknya respon negatif atau tidak merasakan apa-apa menandakan gigi
sudah non vital.
d. Tes kavitas, bertujuan untuk mengetahui vitalitas gigi dengan cara melubangi gigi. Alat
yang dipakai bor tajam dengan cara melubangi atap pulpa hingga timbul rasa sakit.
Jika tidak merasakan rasa sakit dilanjutkan dengan tes jarum miller. Hasil vital jika terasa
sakit dan tidak vital jika tidak ada sakit.
e. Tes jarum miller, diindikasikan pada gigi yang ada perforasi akibat karies atau tes
kavitas. Tes jarum miller dilakukan dengan cara memasukkan jarum miller hingga ke
saluran akar. bila tidak dirasakan nyeri maka hasil yaitu negatif yang menandakan
bahwa gigi sudah non vital, sebaliknya bila terasa nyeri menandakan gigi masih vital
(Walton dan Torabinejad, 2008).
f. Tes elektris, merupakan tes yang dilakukan untuk mengetes vitalitas gigi dengan listrik,
untuk stimulasi saraf ke tubuh. Alatnya memakai Electronic Pulp Tester (EPT). Tes
elektris ini dilakukan dengan cara gigi yang sudah dibersihkan dan dikeringkan disentuh
dengan memakai alat EPT pada bagian bukal atau labial, tetapi tidak boleh
mengenai jaringan lunak. Sebelum alat ditempelkan, gigi yang sudah dibersihkan diberi
konduktor berupa pasta gigi. Tes ini dilakukan sebanyak tiga kali susaha memperoleh
hasil yang valid. Tes ini tidak boleh dilakukan pada orang yang menderita gagal jantung
dan orang yang memakai alat pemacu jantung. Gigi dikatakan vital bila terasa
kesemutan, geli, atau hangat dan gigi dikatakan non vital jika sebaliknya. Tes elektris
tidak dapat dilakukan pada gigi restorasi, karena stimulasi listrik tidak dapat melewati
akrilik, keramik, atau logam. Tes elektris ini terkadang juga tidak akurat karena beberapa
faktor antara lain, kesalahan isolasi, kontak dengan jaringan lunak atau restorasi, akar
gigi yang belum immature, gigi yang trauma dan baterai habis.
Data yang diperlukan pada pemeriksaan gigi-geligi meliputi : Pemeriksaan jaringan keras
gigi, Pemeriksaan fisik dasar seperti: Inspeksi, Sondasi, Perkusi, Palpasi, Tes mobilitas,
Tes vitalitas.
D. PENILAIAN RISIKO PENYAKIT GIGI DAN MULUT.
Pada tahapan ini dilakukan pemeriksaan Index pengalaman karies (DMF-T, def-t),
Community Periodontal Index for Treatment Needs (CPITN), Index kebersihan mulut (OHI-S),
pH dan Viskositas Saliva.
1. Index pengalaman karies (DMF-T, def-t)
Indeks DMF-T diperkenalkan oleh Slack, (1981) waktu mempelajari distribusi karies pada
anak-anak di Hagerstone, Maryland. Indeks ini didasarkan pada kenyataan bahwa kalau
jaringan keras gigi mengalami kerusakan maka gigi ini tidak dapat pulih sendiri dan akan
meninggalkan bekas kerusakan yang menetap.
Gigi yang rusak ini akan tetap tinggal rusak (D - Decay), dan kalau dirawat dengan
dicabut maka akan disebut gigi hilang (M - Missing due to caries) atau ditambal (F - Filling due
to caries). Maka dari itu indeks karies DMF yaitu indeks yang irreversible, yang berarti indeks
ini mengukur total life time caries experience.
Pengertian masing-masing komponen dari DMF-T yaitu :
D : Decay yaitu kerusakan gigi permanen karena karies yang masih dapat ditambal.
M : Missing yaitu gigi permanen yang hilang, karena karies atau gigi karies yang
memiliki indikasi untuk dicabut.
F : Filling yaitu gigi permanen yang telah ditambal karena karies.
Sedang indeks karies dmf-t dipakai pertama kali oleh Slack, (1981) yang garis
besarnya sama dengan indeks DMF.
Untuk dmf-t kriteria masing-masing komponen sama dengan DMF diatas, hanya saja
dipergunakan untuk gigi sulung. Dalam perjalannya indeks dmf sering diganti dengan indeks
def, karena untuk komponen "m" sulit untuk mendeteksi apakah gigi sulung telah hilang
karena karies atau tanggal secara normal atau sebab lain, sehingga komponen "m" diganti
dengan komponen "e" (extraction), berarti hanya gigi karies yang terindikasi untuk dicabut
karena karies dicatat sebagai "e".
Selain itu ada perbedaan pertimbangan klinis mengenai gigi rusak karena karies
yang masih dapat ditambal atau harus dicabut untuk beberapa alasan. Misalnya gigi molar
yang karies telah sampai pulpa yang sebenarnya masih dapat ditambal namun karena keadaan
peralatan, maka gigi ini lalu di indikasikan untuk dicabut.
Maka dari itu, lalu dibuat kesepakatan yaitu untuk mengindikasikan gigi ini dengan
menganut teori yang seharusnya, bukan berdasar indikasi peralatan yang tersedia. Namun
untuk kepentingan perencanaan suatu daerah, mungkin diperlukan kesepakatan tersendiri,
dengan melihat situasi dan kondisi masing-masing daerah, apakah menganut teori yang
seharusnya atau kenyataan dilapangan.
2. Community Periodontal Index for Treatment Needs (CPITN)
Pengertian CPITN atau Community Periodontal Index for Treatment Needs yaitu indeks
resmi yang dipakai oleh WHO untuk mengukur kondisi jaringan periodontal serta perkiraan
akan kebutuhan perawatannya dengan memakai sonde khusus yaitu WHO Periodontal
Examining Probe.
Sonde khusus yang dipergunakan untuk pemeriksaan CPITN ini memiliki bentuk ujung
bulat dengan diameter 0,5 mm, dengan kode warna 3,5 sampai 5,5 mm.
Tujuan Pengukuran atau Pemeriksaan CPITN yaitu :
a. Mendapatkan data tentang status periodontal warga .
b. Merencanakan program penyuluhan.
c. Menentukan kebutuhan perawatan (jenis tindakan, beban kerja, kebutuhan tenaga).
d. Memantau kemajuan kondisi periodontal pasien .
e. Pemeriksaan CPITN ini memakai 6 sektan yaitu :
f. Sektan kanan atas : elemen gigi 1.7, 1.6, 1.5, 1.4 (sektan 1)
g. Sektan anterior (depan) atas : elemen gigi 1.3, 1.2, 1.1, 2.1, 2.2, 2.3 (sektan 2)
h. Sektan kiri atas : elemen gigi 2.4, 2.5, 2.6, 2.7 (sektan 3)
i. Sektan kiri bawah : elemen gigi 3.7, 3.6. 3.5, 3.4 (sektan 4)
j. Sektan anterior bawah : elemen gigi 3.3, 3.2, 3.1, 4.1, 4.2, 4 (sektan 5)
k. Sektan kanan bawah : elemen gigi 4.4, 4.5, 4.6, 4.7 (sektan 6)
Gigi Index CPITN terbagi dan tergantung atas tiga kelompok umur yaitu :
a. Umur 20 tahun atau lebih
b. Umur 16 tahun sampai 19 tahun
c. Umur kurang dari 15 tahun
Dalam pemeriksaan CPITN perlu diperhatikan :
a. bila salah satu gigi geraham atau molar dan juga gigi seri atau incisivus tidak ada,
tidak diperlukan penggantian gigi.
b. bila dalam satu sektan tidak ada gigi index maka gigi dalam sektan ini
diperiksa semuanya dan yang diambil yaitu gigi dengan skor tertinggi.
c. Umur 19 tahun kebawah tidak dilakukan pemeriksaan Molar Kedua (M2) untuk
menghindari false pocket.
d. Umur 15 tahun kebawah, pencatatan hanya dilakukan bila ada perdarahan daerah gusi
dan karang gigi saja.
e. Jika gigi index dan penggantinya tidak ada maka sektan diberi tanda X.
Lebih mudah tentang kelompok umur, gigi index dan skornya yaitu sebagai berikut:
a. Umur 20 tahun atau lebih, gigi index yang diperiksa yaitu 1.7, 1.6, 1.1, 2.1, 2.6, 2.7, 3.7,
3.6, 3.1, 4.1, 4.6, 4.7, dengan skor 0, 1, 2, 3, 4.
b. Umur 16 tahun sampai 19 tahun, gigi index yang diperiksa yaitu 1.6, 1.1, 2.6, 3.6, 3.1,
4.6, dengan skor 0, 1, 2, 3, 4.
c. Umur kurang dari 15 tahun, gigi index yang diperiksa yaitu sama dengan 16-19 tahun,
dengan skor 0,1, 2.
3. Index kebersihan mulut (OHI-S)
Kebersihan mulut merupakan suatu kondisi atau keadaan terbebasnya gigi geligi dari
plak dan kalkulus, keduanya selalu terbentuk pada gigi dan meluas ke seluruh permukaan gigi.
Hal ini dipicu karena rongga mulut bersifat basah, lembab dan gelap, dengan kata lain
lingkungan yang memicu kuman berkembang biak.
Tujuan memelihara kebersihan mulut yaitu untuk mencegah penumpukan plak. Plak
yaitu suatu endapan lunak yang terdiri dari kumpulan bakteri yang berkembang biak diatas
suatu matriks, yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi, bila seseorang
mengabaikan kebersihan gigi dan mulutnya (Nio, 1989). Plak akan merusak jaringan gigi dan
jaringan periodontal, yang lama-kelamaan akan memicu adanya karang gigi, gingivitis,
karies, periodontitis dan pocket.
Karang gigi (calculus) yaitu suatu endapan keras yang terletak pada permukaan gigi
yang berwarna mulai dari kekuning-kuningan, kecoklat-coklatan, sampai kehitam-hitaman
dan memiliki permukaan kasar. Karang gigi juga tempat yang baik untuk pertumbuhan
plak dengan semua akibat dari plak ini . Karang gigi yang tidak dirawat akan
memicu gingivitis, bau mulut, estetika jadi jelek, gigi goyang, periodontitis dan karies
gigi.
Cara Mengukur Kebersihan Mulut:
Kebersihan gigi dan mulut dapat diukur dengan mempergunakan indeks. Indeks yaitu angka
yang menyatakan keadaan klinis yang didapat pada waktu diadakan pemeriksaan. Angka yang
menunjukan kebersihan gigi dan mulut seseorang ini yaitu angka yang diperoleh
berdasar penilaian yang objektif, dengan memakai suatu indeks, maka kita dapat
membuat suatu evaluasi berdasar data-data yang diperoleh, sehingga kita dapat melihat
kemajuan atau kemunduran kebersihan gigi dan mulut seseorang atau warga .
Menurut Green dan Vermillion (1964, dalam Sriyono, 2005) untuk mengukur kebersihan
gigi dan mulut yaitu dengan mempergunakan suatu indeks yang disebut Oral Higiene Index
Simplified (OHI-S). Nilai dari OHI-S ini merupakan nilai yang diperoleh dari hasil penjumlahan
antara debris indeks dan calculus indeks.
Gigi Index Penilaian OHI-S
Pemeriksaan debris dan calculus dilakukan pada gigi tertentu dan pada permukaan
tertentu dari gigi ini , yaitu :
Untuk rahang atas yang diperiksa :
a. Gigi molar pertama kanan atas pada permukaan bukal.
b. Gigi insisivus pertama kanan atas pada permukaan labial.
c. Gigi molar pertama kiri atas pada permukaan bukal.
Untuk rahang bawah yang diperiksa :
a. Gigi molar pertama kiri bawah permukaan lingual.
b. Gigi insisivus pertama kiri bawah pada permukaan labial.
c. Gigi molar pertama kanan bawah pada permukaan lingual.
Bila ada kasus dimana salah satu gigi indeks ini tidak ada, maka penilaian dilakukan
sebagai berikut :
a. Bila molar pertama atas atau bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada molar kedua
atas atau bawah.
b. Bila molar pertama dan molar kedua atas atau bawah tidak ada, penilaian dilakukan
pada molar ketiga atas atau bawah.
c. Bila molar pertama, kedua dan ketiga atas atau bawah tidak ada, tidak dapat dilakukan
penilaian.
d. Bila insisivus pertama kanan atas tidak ada, penilaian dilakukan pada insisivus pertama
kiri atas.
e. Bila insisivus pertama kanan atau kiri atas tidak ada, tidak dapat dilakukan penilaian.
f. Bila insisivus pertama kiri bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada insisivus pertama
kanan bawah.
g. Bila insisivus pertama kiri atau kanan bawah tidak ada, tidak dapat dilakukan penilaian.
Bila ada kasus diantara keenam gigi indeks yang seharusnya diperiksa tidak ada, maka
penilaian debris indeks dan kalkulus indeks masih dapat dihitung bila ada dua gigi indeks
yang dapat dinilai.
Kriteria penilaian kebersihan gigi dan mulut (OHI-S) seseorang dapat dilihat dari adanya
debris dan kalkulus pada permukaan gigi. Untuk menentukan kriteria penilaian debris atau
penilaian OHI-S, maka dipakai tabel debris score dan calculus score
Dalam pemeriksaan debris kriteria penilaiannya yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.6
Kriteria Penilaian Pemeriksaan Debris
No KRITERIA NILAI
1. Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris atau
pewarnaan ekstrinsik.
0
2. a. Pada permukaan gigi yang terlihat, pada debris lunak yang menutupi
permukaan gigi seluas 1/3 permukaan atau kurang dari 1/3
permukaan.
b. Pada permukaan gigi yang terlihat tidak ada debris lunak tetapi ada
pewarnaan ekstrinsik yang menutupi permukaan gigi sebagian atau
seluruhnya.
1
3. Pada permukaan gigi yang terlihat pada debris lunak yang menutupi
permukaan ini seluas lebih dari 1/3 permukaan gigi, tetapi kurang
dari 2/3 permukaan gigi.
2
4. Pada permukaan gigi yang terlihat ada debris yang menutupi permukaan
ini seluas lebih 2/3 permukaan atau seluruh permukaan gigi.
3
Sumber : Sriyono (2005)
Debris Index =
Jumlah penilaiandebris
Jumlah gigi yang diperiksa
Dalam pemeriksaan calculus kriteria penilaiannya yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.7
Kriteria Penilaian Pemeriksaan Kalkulus
No KRITERIA NILAI
1. Tidak ada karang gigi 0
2. Pada permukaan gigi yang terlihat ada karang gigi
supragingival menutupi permukaan gigi kurang dari 1/3 permukaan gigi.
1
3. a. Pada permukaan gigi yang terlihat ada karang
gigi supragingival menutupi permukaan gigi lebih dari 1/3
permukaan gigi.
b. Sekitar bagian cervikal gigi ada sedikit subgingival.
2
4. a. Pada permukaan gigi yang terlihat adanya karang gigi
supragingival menutupi permukaan gigi lebih dari 2/3 nya atau
seluruh permukaan gigi.
b. Pada permukaan gigi ada karang gigi subgingival yang menutupi dan
melingkari seluruh cervikal (A. Continous Band of Subgingival
Calculus).
3
Sumber : Sriyono, (2005)
Calculus Index =
Jumlah penilaianCalculus
Jumlah gigi yang diperiksa
Penilaian debris score dan calculus score yaitu sebagai berikut :
a. Baik (good), bila nilai berada diantara 0-0,6.
b. Sedang (fair), bila nilai berada diantara 0,7-1,8.
c. Buruk (poor), bila nilai berada diantara 1,9-3,0.
Penilaian OHI-S yaitu sebagai berikut :
a. Baik (good), bila nilai berada diantara 0-1,2.
b. Sedang (fair), bila nilai berada diantara 1,3-3,0.
c. Buruk (poor), bila nilai berada diantara 3,1-6,0.
OHI-S atau Oral Hygiene Index Simplified merupakan hasil penjumlahan Debris Index (DI)
dan Calculus Index (CI).
Rumus OHI-S = Debris Index + Calculus Index
Atau
OHI-S = DI + CI
3. pH dan Viskositas Saliva.
Pada waktu pemeriksaan regio kepala dan leher ada beberapa kondisi dan fungsi
tertentu yang dapat dievaluasi antara lain seperti: Fungsi kelenjar ludah dapat diobsevasi
dengan melakukan palpasi pada kelenjar dan mengamati jumlah air ludah yang keluar.
Disamping kuantitas perlu juga diamati apakah ada nanah atau material yang lain dan
viskositasnya. Untuk kelanjar ludah minor dapat dilakukan pengamatan pada palatum atau
bibir, dengan cara mengeringkan lebih dulu permukaaan mukosa daerah ini dan
mengamati terjadinya perembesan butir-butir air ludah di daerah ini . Kelancaran
pengeluaran atau produksi air mata dapat diobservasi dengan melihat kondisi mata, dan
jumlah air mata yang keluar dapat di ukur dengan memakai Schimer tear test.
Menurunnya produksi air mata dapat terjadi karena pemakaian obat-obatan, Syogren's
syndrome, reumatoid arthritis dan proses menua. Terganggunya gerak kelopak mata misalnya
pada kasus Bell's palsy, dapat memicu terjadinya hambatan keluarnya air mata.
Fungsi organ pengecapan pada lidah dapat di nilai dengan memakai larutan garam,
kinine, atau larutan gula. Fungsi-fungsi mengunyah, menelan, dan bicara tidak akan terlepas
dari aktivitas sistem stomatognasi yang meliputi gigi dan jaringan pendukungnya, tulang
rahang, air ludah dan sistem neuromuskuler. Walaupun adanya kelainan pada salah satu atau
lebih dari unsur-unsur ini belum tentu memicu gangguan fungsi yang berarti bagi
klien, namun dampak lain seperti terjadinya penyimpangan atau keterbatasan gerak
mandibula, timbulnya rasa sakit daerah sendi rahang, atau terjadinya keterbatasan fungsi self
cleansing kadang tidak sulit diamati.
Data yang diperlukan pada penilaian risiko penyakit gigi dan mulut meliputi : Index
pengalaman karies (DMF-T, def-t), Community Periodontal Index for Treatment Needs
(CPITN), Index kebersihan mulut (OHI-S), pH dan Viskositas Saliva.
Ringkasan
Pemeriksaan obyektif berisi informasi atau data sebenarnya dari jaringan lunak, jaringan
keras/gigi dan mulut klien, agar dapat di identifikasi masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan gigi. Pada bagian ini setidaknya ada 4 hal yaitu Pemeriksaan ekstra oral,
Pemeriksaan intra oral, Pemeriksaan gigi geligi, Penilaian risiko penyakit gigi dan mulut. Data
pemeriksaan ekstra oral meliputi : kesan umum; kondisi muka; pemeriksaan kelenjar limfe
kanan dan kiri. Data pemeriksaan intra oral meliputi : Pemeriksaan mukosa mulut;
Kelainan/anomali gigi; Kelainan gusi. Data pemeriksaan gigi geligi meliputi : Pemeriksaan
jaringan keras gigi; Pemeriksaan fisik dasar seperti: Inspeksi, Sondasi, Perkusi, Palpasi, Tes
mobilitas, Tes vitalitas. Data penilaian risiko penyakit gigi dan mulut meliputi: Index
pengalaman karies (DMF-T, def-t), Community Periodontal Index for Treatment Needs (CPITN),
Index kebersihan mulut (OHI-S), pH dan Viskositas Saliva.
Diagnosa PELAYANAN ASUHAN
KESEHATAN GIGI DAN MULUT
pasien
Saudara-saudara mahasiswa, salam sukses untuk Anda semua. Pada bab sebelumnya
Anda sudah mempelajari tahapan pengkajian pelayanan asuhan kesehatan gigi dan
mulut pasien .
Pada bab ini Anda akan mempelajari dua topik yang meliputi diagnosa asuhan kesehatan
gigi dan mulut, dan menyusun rumusan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut. Kedua
tindakan ini dilakukan sebagai tindakan diagnosa pelayanan asuhan kesehatan gigi dan
mulut pasien .
Diagnosa pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien merupakan penilaian
klinis tentang respons pasien terhadap masalah kesehatan gigi dan mulut secara aktual.
Diagnosa pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien dilakukan oleh perawat gigi
yang memiliki lisensi dan kompeten untuk mengatasinya. Diagnosa pelayanan asuhan
kesehatan gigi dan mulut pasien disusun sesudah menganalisis data pengkajian untuk
mengidentifikasi masalah kesehatan gigi dan mulut yang melibatkan klien dan keluarganya
dan untuk memberikan arah pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Pernyataan diagnosa
asuhan kesehatan gigi dan mulut yaitu hasil dari proses diagnostik selama perawat gigi
memakai pemikiran kritis, dikembangkan untuk klien, keluarga, atau komunitas dan
mencakup data fisik perkembangan, intelektual, emosi, sosial dan spiritual yang didapatkan
selama pengkajian.
Tujuan sesudah mengikuti mata kuliah ini Anda (mahasiswa) mampu menentukan
diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut pada klien pasien , dan menyusun rumusan
diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut pada klien pasien sesuai prosedur.
namun sebelum Anda melakukan praktik diagnosa pada klien pelayanan
asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien di klinik, Anda sudah harus menguasai pengetahuan
konsep, proses, dan tahapan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien . Untuk itu
persiapkan diri Anda dengan mempelajari kembali ilmu-ilmu di atas, sebagai bekal untuk
melakukan diagnosa pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien berupa
merumuskan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut pada klien pasien , dan menyusun
rumusan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut pada klien pasien
Diagnosa Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut
iagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut merupakan tahap kedua dari proses asuhan
kesehatan gigi dan mulut sesudah tahap assesment (pengkajian). Mari kita masuk
pada topik pertama, yaitu topik tentang diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut
pada klien pasien .
Dalam pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut, Diagnosa dapat diartikan sebagai
analisis dari penyebab dan sifat dari suatu masalah dan atau situasi atau suatu pernyataan
mengenai solusinya. Miller memperkenalkan suatu konsep dari Diagnosa asuhan kesehatan
gigi dan mulut (Dental Hygiene Diagnosa ) sebagai bentuk yang tepat untuk mengambarkan
ekspresi dari kemampuan pembuatan keputusan dan penilaian dari perawatan gigi. Diagnosa
yaitu suatu proses berpikir kritis berdasar data-data klinis klien yang dianalisa dan
ditandai oleh sebuah pernyatan diagnosa.
Darby & Walsh (2003) mengemukakan suatu teori diagnosa asuhan kesehatan gigi dan
mulut sebagai bagian dari proses diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut yang
memakai teori kebutuhan manusia dengan penekanan kepada 8 kebutuhan manusia dari
klien yang berhubungan dengan perawatan gigi. memakai teori kebutuhan manusia
sebagai kerangka kerja konsepnya diagnosa kesehatan gigi dan mulut yaitu suatu identifikasi
dari tidak terpenuhinya kebutuhan manusia dari pasien yang berhubungan dengan perawatan
gigi. Diagnosa keperawatan gigi menurut Darby dan Walsh (2005) ini dibuat oleh seorang
perawat gigi professional yang memiliki lisensi dengan mengidentifikasi faktor-faktor
aktual maupun potensial dari ketidakterpenuhinya kebutuhan manusia dari pasien.
Sedang Wilkins (2005) mengemukakan sebuah teori Diagnosa keperawatan gigi yang
berdasar teori Dental Hygiene Care. Diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut menurut
Wilkins (2005) diformulasikan berdasar kondisi masalah aktual dan atau potensi masalah
yang ditemukan dalam rongga mulut klien (pasien) yang dapat dicegah, diminimalisir, atau
diatasi dengan tindakan perawatan mandiri atau perawatan kolaboratif (rujukan).
Lebih jelasnya diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut ini ditulis berdasar
masalah, faktor risiko masalah dan atau signs (tanda-tanda) kelainan, atau penyakit dan
disebutkan pula kemungkinan etiologinya berdasar seluruh data dari hasil pengkajian.
Diagnosa Keperawatan Gigi ditegakkan berdasar :
Pengambilan Data-Data klien atau pasien yang akurat:
A. Mengidentifikasi adanya masalah atau ketidak terpenuhinya kebutuhan manusia yang
berhubungan dengan kesehatan mulut yang dapat dipenuhi oleh proses keperawatan
gigi.
B. Perilaku penting untuk perencanaan dan implementasi keperawatan gigi yang efektif
dan mengevaluasi hasilnya (keluarannya).
Penegakan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut termasuk mengidentifikasi hal-hal
sebagai berikut :
A. Masalah aktual dan masalah potensial yang berhubungan dengan kesehatan atau
penyakit mulut klien atau pasien
B. Faktor-faktor yang memicu masalah dan faktor-faktor risiko yang mungkin
mempengaruhi
C. Bukti-bukti yang mendukung diagnosa keperawatan gigi
D. Kekuatan klien yang dapat mendukung klien dalam mencegah atau mengatasi masalah
E. Fokus terhadap prioritas perawatan
Perbedaan Diagnosa Keperawatan Gigi dan Diagnosa Kedokteran Gigi
DIAGNOSA ASUHAN KESGIMUL DIAGNOSA KEDOKTERAN GIGI
Mengidentifikasi adanya masalah aktual atau
potensial dalam ronga mulut pasien (Wilkins,
2005, atau ketidak terpenuhinya kebutuhan
manusia yang berkaitan dengan perawatan
kesehatan gigi
Mengidentifikasi penyakit mulut
DIAGNOSA ASUHAN KESGIMUL DIAGNOSA KEDOKTERAN GIGI
Mengidentifikasi masalah-masalah (ketidak
terpenuhinya kebutuhan atau gangguan-
gangguannya) dilaksanakan oleh perawat gigi
dalam ruang lingkup praktek keperawatan gigi
Mengidentifikasi masalah-masalah untuk
kepentingan dokter gigi dalam
pengobatan
Seringkali dikaitkan dengan persepsi,
kepercayaan, sikap, motivasi berkaitan
dengan kesehatan mulut dan kenyamanan
klien
Seringkali dikaitkan dengan perubahan
patophisiology tubuh klien yang aktual.
DIAGNOSA ASUHAN KESGIMUL DIAGNOSA KEDOKTERAN GIGI
Diaplikasikan untuk pasien dan kelompok
warga
Diaplikasikan untuk penyakit pasien al
Dapat berubah seiring perubahan perilaku dan
respon-respon klien
Tetap sama selama penyakitnya ada
Proses Diagnosa Keperawatan Gigi
Proses Diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut yaitu suatu pendekatan pemecahan
masalah yang dilakukan dalam kerangka pelayanan keperawatan gigi. Diagnosa keperawatan
gigi yaitu langkah esensial dalam proses keperawatan gigi. Membantu perawat gigi dalam
memfokuskan ilmu pengetahuannya dalam proses inti pelayanan keperawatan gigi untuk
keuntungan klien dan kerjasama dengan dokter gigi.
Tujuan-tujuan dikembangkan bersama dengan klien dan diperoleh dari data dasar yang
ditegakkan dari pemeriksaan dan proses Diagnosa . Tujuan-tujuan menunjukkan bagaimana
klien dapat merubah dirinya untuk dapat memiliki kondisi rongga mulut yang lebih sehat
berdasar tindakan promosi, pemeliharaan dan restorasi dari kesehatan atau kenyamanan
mulut. Perencanaan, Intervensi keperawatan gigi dan klien outcomes (hasil akhir) dipandu
oleh Diagnosa keperawatan gigi.
“Diagnosa mengandung kaitan antara masalah klien dan etiologi yang menuntun
identifikasi dari intervensi keperawatan gigi dan memfasilitasi pendefinisian hasil (keluaran)
yang diharapkan untuk mengevaluasi keberhasilan perawatan”
Perawat gigi mengidentifikasi masalah-masalah (memformulasikan diagnosa
keperawatan gigi) dalam kerangka keperawatan gigi dapat dilakukan dalam kerangka
kerjasama dengan dokter gigi. Gordon (1976) menyatakan bahwa ada 3 kompoen yang harus
termasuk dalam sebuah pernyataan diagnosa :
A. Masalah kesehatan mulut atau potensi masalah kesehatan mulut yang dapat ditangani
dalam intervensi keperawatan gigi
B. Kemungkinan penyebab atau faktor-faktor etiologi
C. Tanda-tanda dan gejala yang dapat didefinisikan
A. DEFINISI DIAGNOSA ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
Diagnosa Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut mengacu pada diagnosa keperawatan.
Istilah diagnosa keperawatan diperkenalkan pertama kali oleh V. Fry yang menguraikan
langkah yang diperlukan dalam mengembangkan rencana asuhan keperawatan. Beberapa ahli
memiliki pendapat sendiri dalam mendefinisikan diagnosa keperawatan. Shoemaker,
(1984) mendefinisikan diagnosa keperawatan sebagai keputusan klinis mengenai pasien ,
keluarga, atau warga yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan
analisis cermat dan sistematis, memberikan dasar pembuatan ketentuan-ketentuan untuk
terapi yang pasti di mana perawat bertanggung jawab.
mendefinisikan diagnosa keperawatan sebagai suatu pernyataan yang menguraikan respons
manusiawi dari pasien atau kelompok di mana perawat dapat secara legal mengidentifikasi
di mana perawat dapat meminta suatu intervensi yang pasti untuk memelihara keadaan
kesehatan, untuk mengurangi, menghilangkan atau mencegah perubahan.
B. FORMAT PERNYATAAN DIAGNOSTA ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
Dalam penulisan pernyataan diagnosa asuhan keperawatan gigi dan mulut yang dipakai
sebagai acuan yaitu format PES. Gordon mengidentifikasi format ini untuk mencatat tanda-
tanda dan gejala dari sebuah diagnosa. PES dapat diideentifikasi sebagai P (problem atau
need), E (etiology), dan S (sign atau symptom).
Problem yaitu nama atau label diagnosa yang menunjukkan suatu masalah yang
berkenaan dengan perhatian pasien atau orang terdekat dan perawat, yang memerlukan
intervensi atau penanganan keperawatan.
Etiology yaitu penyebab atau faktor kontribusi yang bertanggung jawab terhadap
adanya masalah kebutuhan pasien yang spesifik dan dicurigai dari respons yang telah
diidentifikasi dari pengkajian (data dasar pasien). Etiologi dinyatakan dengan kata “yang
berhubungan dengan.”
Signs atau symptom yaitu manifestasi atau petunjuk yang diidentifikasi dalam
pengkajian yang menyokong diagnosa keperawatan dan menunjukkan adanya tanda atau
gejala yang dialami oleh pasien. Tanda dan gejala ini dinyatakan dinyatakan sebagai “ditandai
dengan” dan diikuti sejumlah data subjektif dan objektif.
C. TIPE PERNYATAAN DIAGNOSTIK
Dalam menjelaskan status kesehatan dari klien atau kelompok, pernyataan diagnosa
dapat memiliki satu, dua, atau tiga bagian. Pernyataan bagian pertama hanya berisi label
diagnostik. Pernyataan bagian kedua berisi label atau faktor penunjang yang dapat menunjang
perubahan status kesehatan seseorang. Berikut yaitu tipe-tipe pernyataan diagnostik:
Pernyataan satu bagian:
Potensial terhadap Peningkatan Menjadi
Potensial tehadap Peningkatan Nutrisi
Pernyataan Dua Bagian
Risiko terhadap karies yang berhubungan dengan kurang kesadaran pada kebiasaan.
Kerusakan jaringan lunak pipi bagian dalam yang berhubungan dengan hilangnya gigi jangka
panjang karena tidak dilakukan perawatan.
Pernyataan Tiga Bagian
Kerusakan jaringan lunak pipi bagian dalam yang berhubungan dengan hilangnya gigi jangka
panjang karena tidak dilakukan perawatan, yang dibuktikan dengan adanya lesi chek bite
sepanjang 1 cm.
Dalam merumuskan diagnosa, seorang perawat hendaknya memakai diagnosa
keperawatan, dan bukan diagnosa medis. Diagnosa medis yaitu diagnosa yang
mencerminkan perubahan struktur atau fungsi organ atau sistem, dibuktikan dengan
pemeriksaan diagnostik medis, seperti diabetes mellitus, gagal jantung, hepatitis, kanker, dan
lain-lain. Sedang diagnosa keperawatan yaitu diagnosa yang menunjukkan respons
manusia terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual dan potensial.
Berikut yaitu tabel perbedaan antara diagnosa medis dengan diagnosa asuhan kesgimul.
Hal Diagnosa Medis Diagnosa asuhan kesgimul
Sifat Tidak berubah Berubah karena perubahan pemulihan
situasi atau perspektif pasien
Tujuan Untuk mengidentifikasi dan
merancang rencana pengobatan
untuk menyembuhkan penyakit
atau proses patologis
Untuk mengarahkan rencan asuhan untk
membantu klien dan keluarganya
beradaptasi terhadap penyakit mereka
dan untuk menghilangkan masalah
perawatan kesehatan
Sasaran Untuk meresepkan pengobatan Untuk mengembangkan suatu rencana
asuhan yang bersifat pasien al
D. TAHAP-TAHAP IDENTIFIKASI MASALAH
Ada enam tahap yang terlibat dalam identifikasi masalah yang terdiri dari aktivitas
penentuan diagnosa. Hasilnya yaitu pernyataan diagnosa pasien yang mengidentifikasi
masalah pasien. Enam tahap ini antara lain:
1. Tahap merasakan masalah
Data ditinjau untuk mengidentifikasi masalah atau kebutuhan pasien yang dapat
digambarkan dengan label diagnosa keperawatan.
2. Tahap proses penapisan
Pada tahap ini, seorang perawat membandingkan dan membedakan hubungan di antara
data dan faktor yang diidentifikasi ke dalam kategori-kategori yang berdasakan pada
pemahaman tentang ilmu biologi, ilmu fisika, dan ilmu perilaku.
3. Tahap mensintesis data
Tahap ini, seorang perawat harus mampu memberikan gambaran yang komprehesif
tentang pasien dalam hubungannya dengan status kesehatan masa lalu, sekarang, dan
yang akan dating berdasar data yang dikumpulkan oleh anggota tim perawatan
kesehatan lainnya. Hal inilah yang disebut sebagai mensintesis data.
4. Tahap mengevaluasi hipotesis
Maksudnya yaitu meninjau diagnosa keperawatan kemudian bandingkan etiologi yang
telah dikaji dengan faktor “yang berhubungan”.
5. Tahap membuat daftar masalah atau kebutuhan pasien
berdasar data yang diperoleh dari tahap 3 dan 4, label diagnosa keperawatan yang
akurat digabung dengan etiologi dan tanda atau gejala, jika ada, untuk menyelesaikan
pernyataan diagnosa pasien.
6. Tahap mengevaluasi ulang daftar masalah
Pada tahap ini, seorang perawat mengevaluasi daftar masalah yang telah didapat pada
tahap kelima.
E. BERPIKIR KRITIS DALAM PERUMUSAN DIAGOSA KEPERAWATAN
Dalam merumuskan suatu diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut, seorang perawat
gigi dituntut untuk memiliki kemampuan atau kecakapan untuk berpikir kritis. Berpikir
kritis yaitu proses secara aktif dan cakap, dalam mengonsepkan, menerapkan, menganalisa,
mensintesis, dan mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dari, atau diambil dari observasi,
pengalaman, refleksi, alasan, atau komunikasi, sebagai panduan untuk meyakinkan dan
bertindak.
pemakaian nya dalam perumusan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut yaitu
penting. Ketika asuhan asuhan kesehatan gigi dan mulut meluas ke dalam berbagai
lingkungan perawatan kesehatan gigi, makin banyak aspek berpikir kritis diperlukan dalam
pertimbangan dan penilaian diagnostik.
Proses diagnostik ini memadukan ketrampilan berpikir kritis dalam langkah pembuatan
keputusan yang dipakai perawat untuk mengembangkan pernyataan diagnostik.
Kemampuan berpikir kritis ini mencakup kemampuan analisis dan sintesis perawat gigi.
Analisis sebagai pemisahan menjadi beberapa komponen atau bagian, Sedang sintesis
merupakan penggabungan bagian-bagian menjadi satu. )
F. TAHAPAN MERUMUSKAN DIAGNOSA ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
Langkah-langkah yang dilakukan dalam merumuskan diagnosa asuhan kesehatan gigi
dan mulut yaitu:
1. Klasifikasi data dan analisa data
Data tentang keadaan klien yang diperoleh dalam pengkajian dibandingkan dengan
standar kriteria yang sudah ada. bila keadaan klien tidak sesuai dengan standar yang
ada, bisa dikatakan bahwa klien mengalami suatu masalah kesehatan yang perlu
ditangani.
2. Interpretasi data
Langkah yang dilakukan dalam interpretasi data yaitu :
a. Menentukan kelebihan klien: Jika pasien memenuhi standar kriteria kesehatan,
bisa disimpulkan bahwa klien memiliki kelebihan dalam hal tertentu yang dapat
dipakai untuk meningkatkan atau membantu memecahkan masalah yang
dihadapai klien.
b. Menentukan masalah klien: Jika klien tidak memenuhi standar kriteria kesehatan,
maka klien mengalami keterbatasan dalam aspek kesehatan yang memerlukan
bantuan atau asuhan keperawatan.
c. Menentukan masalah klien yang pernah dialami : Tahap ini perlu dilakukan untuk
menentukan masalah klien.
3. Penentuan keputusan : Keputusan yang dapat diberikan dalam masalah kesehatan klien
yaitu sebagai berikut :
a. Tidak ada masalah:
1). Tidak ada indikasi masalah kesehatan gigi dan mulut.
2). Meningkatnya status kesehatan dan kebiasaan.
3). Adanya inisiatif promosi kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan
yang optimal misalnya pendidikan kesehatan pada keluarga, komunitas, dan
pasien .
b. Masalah kemungkinan
c. Masalah aktual
G. DIAGNOSA ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
Diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut ditetapkan berdasar analisis dan
interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian asuhan kesehatan gigi dan mulut klien.
Diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut memberikan gambaran tentang masalah atau
status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan kemungkinan akan terjadi, dimana
pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang terapis gigi dan mulut.
Rumusan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut dapat dirumuskan dengan format
PES disesuaikan dengan kebutuhan klien dan harus dapat dipertanggungjawabkan oleh
perawat gigi. Adapun diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut yaitu sebagai berikut :
1. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan kesan wajah yang sehat sehubungan dengan:
No. Masalah No. Masalah
1 Gigi berlubang pada gigi depan 7 Pewarnaan intrinsic pada gigi
anterior
2 Bengkak di daerah pipi atau bibir 8 Pewarnaan extrinsic pada gigi
anterior
3 Radang gusi pada gigi depan 9 Ompong atau kehilangan gigi depan
4 Sariawan pada daerah pipi, bibir
5 Penyumbatan kelenjar pada daerah
pipi, bibir, dan lidah
6 Karang gigi pada gigi depan
2. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan bebas dari kecemasan atau stress sehubungan
dengan:
No. Masalah No. Masalah
1 Cemas jika giginya berlubang 7 Cemas jika giginya goyang
2 Cemas jika giginya harus dicabut 8 Cemas jika harus dioperasi
3 Cemas jika giginya patah 9 Cemas jika harus disuntik
4 Cemas jika giginya sakit 10 Cemas jika giginya harus dibor
5 Cemas jika giginya ngilu 11 Cemas jika berdarah
6 Cemas jika gusinya bengkak
3. Tidak terpenuhinya integritas (keutuhan) jaringan kulit, mukosa dan membrane pada
leher dan kepala sehubungan dengan:
No. Masalah No. Masalah
1 Radang gusi 5 Periodontitis
2 Gusi mengalami penurunan 6 Bengkak, memar, lebam pada pipi,
bibir
3 Luka, sariawan pada gusi, lidah,
palatal, pipi
7 Luka pada sudut bibir
4 Bibir pecah-pecah
4. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan perlindungan dari resiko penyakit gigi dan mulut
sehubungan dengan :
No. Masalah No. Masalah
1 Pit dan fissure yang dalam 10 Kekurangan vitamin C
2 Gigi berjejal 11 Kekurangan kalsium
3 pH Air ludah terlalu tinggi 12 Kekurangan vitamin D
4 pH Air ludah terlalu rendah 13 Kekurangan fluoride
5 Tidak bisa menyikat gigi sendiri 14 Air ludah yang pekat
6 Bernafas melalui mulut 15 Mulut kering
7 Kebiasaan minum susu botol 16 Kebiasaan mengemut makanan
manis
8 Kebiasaan menggigit benda keras 17 Kebiasaan mengeratkan gigi saat
tidur
9 Gemar makan makanan manis
dan lengket
18 Tidak suka makan buah-buahan
yang berserat dan berair
5. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan bebas dari rasa nyeri pada leher dan kepala
sehubungan dengan :
No. Masalah No. Masalah
1 Sakit berdenyut tiba-tiba pada
gigi yang berlubang
7 Nyeri pada pipi yang bengkak
2 Ngilu atau linu pada gigi yang
berlubang
8 Nyeri pada leher karena ada
kelenjar yang bengkak
3 Sakit berdenyut pada gigi yang
berlubang jika dipakai
mengunyah
9 Ngilu atau linu pada gigi yang abrasi
4 Sakit berdenyut pada gigi yang
berlubang jika ada makanan
masuk
10 Ngilu atau linu pada gigi yang
mengalami penurunan gusi
5 Nyeri pada gusi yang radang atau
bengkak
11 Nyeri pada pipi, bibir, lidah, langit-
langit yang luka, sariawan
6 Sakit kepala, leher yang
dipicu oleh adanya
gangguan atau penyakit yang
bermanifestasi pada rongga
mulut
6. Tidak terpenuhinya kondisi biologis gigi geligi yang baik sehubungan dengan :
No. Masalah No. Masalah
1 Gigi berlubang 8 Deep bite
2 Gigi berjejal 9 Hipokalsifkasi
3 Protusif 10 Hipoplasi
4 Progenese 11 Agenese
5 Cross bite 12 Mesiodent atau supernumerary teeth
6 Impacted 13 Persistensi
7 Mal posisi
7. Tidak terpenuhinya kebutuhan untuk bertanggung jawab akan kesehatan gigi dan
mulutnya sendiri sehubungan dengan :
No. Masalah No. Masalah
1 Pewarnaan gigi akibat nikotin,
rokok, teh, kopi
6 Bau nafas yang tidak sedap akibat
pembusukan sisa makanan pada
rongga mulut
2 Penumpukan plak akibat jarang
menyikat gigi
7 Bau nafas yang tidak sedap akibat
penumpukan karang gigi
3 Penumpukan plak akibat cara
menyikat gigi yang kurang tepat
8 Bau nafas yang tidak sedap akibat
konsumsi makanan, minuman
berbau tajam
4 Terbentuknya karang gigi akibat
kelalaian menyikat gigi
9 Terbentuknya lubang gigi akibat
terpapar asam dalam waktu yang
cukup lama
5 Tidak menyikat gigi minimal 2x
sehari sesudah sarapan dan
sebelum tidur
10 Tidak menyikat gigi dengan cara
yang baik dan benar
8. Perubahan Warna Gigi Akibat Merokok
9. Tidak terpenuhinya kebutuhan pengetahuan atau pemahaman yang baik tentang
kesehatan gigi dan mulut sehubungan dengan :
No. Masalah No. Masalah
1 Kurangnya pengetahuan tentang
cara menyikat gigi yang baik dan
benar
7 Kurangnya pengetahuan tentang
akibat lebih lanjut dari karang gigi
2 Kurangnya pengetahuan tentang
waktu menyikat gigi yang tepat
8 Kurangnya pengetahuan tentang
radang gusi
3 Kurangnya pengetahuan tentang
cara memelihara kesehatan gigi
dan mulut selain menyikat gigi
9 Kurangnya pengetahuan tentang
akibat gigi sulung yang tanggal
dicabut sebelum waktunya
4 Kurangnya pengetahuan tentang
plak dan akibatnya
10 Kurangnya pengetahuan tentang
obat-obat tradisional untuk
kesehatan gigi
5 Kurangnya pengetahuan tentang
akibat lebih lanjut karies yang tidak
dirawat
1 Kurangnya pengetahuan tentang
penyakit-penyakit yang
bermanifestasi di rongga mulut
6 Kurangnya pengetahuan tentang
konsumsi makanan yang
menyehatkan gigi
Ringkasan
Diagnosa pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien merupakan penilaian
klinis tentang respons pasien terhadap masalah kesehatan gigi dan mulut secara aktual, yang
dilakukan oleh perawat gigi yang memiliki lisensi dan kompetensi. Diagnosa pelayanan
asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien disusun sesudah menganalisis data pengkajian untuk
mengidentifikasi masalah kesehatan gigi dan mulut yang melibatkan klien dan keluarganya
dan untuk memberikan arah pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Pernyataan diagnosa
asuhan kesehatan gigi dan mulut yaitu hasil dari proses diagnostik selama perawat gigi
memakai pemikiran kritis, dikembangkan untuk klien, keluarga, atau komunitaas dan
mencakup data fisik perkembangan, intelektual, emosi, sosial dan spiritual yang didapatkan
selama pengkajian.
Menyusun Rumusan Diagnosa Asuhan
Kesehatan Gigi dan Mulut
topik kedua, yaitu topik tentang menyusun rumusan
diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut. Rumusan diagnosa asuhan kesehatan
gigi dan mulut disusun untuk membantu perawat gigi dalam menerapkan asuhan
kesehatan kesehatan gigi dan mulut pada klien pasien . Sebuah Diagnosa kesehatan gigi
menjelaskan kondisi atau masalah dari klien yang dapat diobati dalam lingkup kesehatan gigi
praktek aktual atau potensial. Kondisi ini atau masalah diidentifikasi melalui interpretasi data
penilaian, dan harus mengambil kebutuhan, nilai-nilai dan keyakinan klien menjadi
pertimbangan.
Perawat Gigi akan menganalisis dan menafsirkan data subyektif dan data obyektif untuk
merumuskan Diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut. Sifat dari Diagnosa asuhan
kesehatan gigi dapat bervariasi antara satu klien dengan klien yang lain. Rumusan diagnosa
keperawatan mengandung tiga komponen utama, yaitu :
A. Problem (P = masalah), merupakan gambaran keadaan klien dimana tindakan asuhan
kesehatan gigi dan mulut dapat diberikan. Masalah yaitu kesenjangan atau
penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya tidak terjadi.
Tujuan : menjelaskan status kesehatan klien atau masalah kesehatan klien secara jelas
dan sesingkat mungkin. Diagnosa keperawatan disusun dengan memakai standar
yang telah disepakati, susaha ?
1. Perawat gigi dapat berkomunikasi dengan istilah yang dimengerti secara umum
2. Memfasilitasi dan mengakses diagnosa keperawatan gigi
3. Sebagai metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah keperawatan gigi
dengan masalah medis
4. Meningkatkan kerjasama perawat dalam mendefinisikan Diagnosa dari data
pengkajian dan intervensi keperawatan, sehingga dapat meningkatkan mutu
asuhan keperawatan.
B. Etiologi (E = penyebab), keadaan ini menunjukkan penyebab keadaan atau masalah
kesehatan yang memberikan arah terhadap terapi asuhan kesehtan gigi dan mulut.
Penyebabnya meliputi : perilaku, lingkungan, interaksi antara perilaku dan lingkungan.
Unsur-unsur dalam identifikasi etiologi :
1. Patofisiologi penyakit : yaitu semua proses penyakit, akut atau kronis yang dapat
memicu atau mendukung masalah.
2. Situasional : personal dan lingkungan (kurang pengetahuan, isolasi sosial, dan
lainnya)
3. Medikasi (berhubungan dengan program pengobatan atau perawatan) :
keterbatasan institusi atau rumah sakit, sehingga tidak mampu memberikan
perawatan.
4. Maturasional
5. Adolesent : ketergantungan dalam kelompok
6. Young Adult : menikah, hamil, menjadi orang tua
7. Dewasa : tekanan karier, tanda-tanda pubertas.
C. Sign atau symptom (S = tanda dan gejala), yaitu ciri, tanda atau gejala, yang merupakan
informasi yang diperlukan untuk merumuskan Diagnosa keperawatan.
Jadi rumusan Diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut pada pasien yaitu : PES.
Perumusan harus jelas dan singkat dari respon klien terhadap situasi atau keadaan yang
dihadapi:
A. Spesifik dan akurat (pasti)
B. Dapat merupakan pernyataan dari penyebab
C. Memberikan arahan pada asuhan keperawatan
D. Dapat dilaksanakan oleh perawat pencerminan keadaan kesehatan klien
Persyaratan diagnosa asuhan keperawatan gigi dan mulut, meliputi:
A. Perumusan harus jelas dan singkat berdasar respon klien terhadap situasi atau
keadaan kesehatan yang sedang dihadapi.
B. Spesifik dan akurat.
C. Merupakan pernyataan dari : P (Problem) + E (Etiologi) + S (Signs atau Symptom)
D. Memberikan arahan pada rencana asuhan keperawatan.
E. Dapat dilaksanakan intervensi keperawatan oleh perawat.
Cara menyusun rumusan Diagnosa asuhan keperawatan gigi dan mulut yaitu sebagai
berikut :
A. Tulis masalah klien atau perubahan status kesehatan klien.
B. Pastikan bahwa masalah klien didahului adanya penyaebab dan keduanya dihubungkan
dengan kata “Sehubungan dengan (related to)”
C. Definisi karakteristik. Jika diikuti dengan penyebab kemudian dihubungkan dengan kata
“ ditandai dengan (as manifested by)”.
D. Tulis istilah yang umum dipakai .
E. Gunakan bahasa yang tidak memvonis.
F. Pastikan bahwa pernyataan masalah menandakan apakah keadaan yang tidak sehat dari
klien atau apa yang diharapkan klien bisa dirubah.
G. Hindarkan menggunaan definisi karakteristik, diagnosa medis atau sesuatu yang tidak
bisa dirubah dalam pernyataan masalah.
H. Baca ulang diagnosa keperawatan untuk memastikan bahwa pernyataan masalah bisa
dicapai dan penyebabnya bisa diukur oleh perawat.
Diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut yang salah:
A. Diagnosa medis : misal; Pulpitis akut
B. Medical Pathology : misal, adanya granuloma pada dental apeks
C. Pengobatan atau peralatan : misal, Perawatan saluran akar, Jarum K-File
D. Diagnostic study : misal, Periodontology
Hindari kata-kata yang tidak baik atau memvonis, misal:
A. Takut karena sering dipukul oleh suaminya
B. Ketidakefektifan family chopping karena mertua yang melakukan pemerkosaan
terhadap menantunya.
C. Potensial perubahan peran orngtua karena IQ ibu yang rendah
Berikut yaitu cara merumuskan diagnosa asuhan keperawatan gigi dan mulut :
A. Tuliskan diagnosa asuhan keperawaan pada kolom yang tersedia dengan mengacu dari
8 jenis diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut.
B. Lanjutkan dengan membuat satu isian atau lebih masalah yang terjadi.
C. Lanjutkan dengan beberapa tanda-tanda atau gejala yang di keluhkan klien
Ringkasan
Rumusan diagnosa keperawatan mengandung tiga komponen utama, yaitu : Problem
(P/masalah), merupakan gambaran keadaan klien dimana tindakan asuhan kesehatan gigi dan
mulut dapat diberikan. Masalah yaitu kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal
yang seharusnya tidak terjadi. Etiologi (E/penyebab), keadaan ini menunjukkan penyebab
keadaan atau masalah kesehatan yang memberikan arah terhadap terapi asuhan kesehtan
gigi dan mulut. Penyebabnya meliputi : perilaku, lingkungan, interaksi antara perilaku dan
lingkungan. Sign/symptom (S/tanda dan gejala), yaitu ciri, tanda atau gejala, yang
merupakan informasi yang diperlukan untuk merumuskan Diagnosa keperawatan.
PERENCANAAN PELAYANAN ASUHAN
KESEHATAN GIGI DAN MULUT
pasien
Pada bab ini Anda akan mempelajari dua topik yang meliputi menetapkan rencana
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien , dan menyusun rencana pelayanan
asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien . Kedua tindakan ini dilakukan sebagai
tindakan perencanaan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien .
Perencanaan yaitu perilaku asuhan kesehatan gigi dan mulut dimana tujuan yang
berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi asuhan kesehatan
gigi dan mulut dipilih untuk mencapai tujuan ini . Ada juga yang mendefinisikan
perencanaan yaitu sesuatu yang telah dipertimbangkan secara mendalam, tahap yang
sistematis dari proses asuhan kesehatan gigi dan mulut meliputi kegiatan pembuatan
keputusan dan pemecahan masalah.
Tahap perencanaan asuhan kesehatan gigi dan mulut memberi kesempatan kepada
perawat, klien, keluarga, dan orang terdekat klien untuk merumuskan rencana tindakan
asuhan kesehatan gigi dan mulut guna mengatasi masalah yang dialami klien. Perencanaan
merupakan petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat rencana tindakan asuhan
kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya
berdasar diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut.
Tujuan sesudah mengikuti mata kuliah ini Anda (mahasiswa) mampu menetapkan dan
merumuskan rencana pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien sesuai prosedur.
namun sebelum Anda melakukan praktik perencanaan pada klien pelayanan asuhan
kesehatan gigi dan mulut pasien di klinik, Anda sudah harus menguasai pengetahuan konsep,
proses, dan tahapan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien . Untuk itu
persiapkan diri Anda dengan mempelajari kembali ilmu-ilmu di atas, sebagai bekal untuk
melakukan pengkajian berupa pemeriksaan subyektif dan obyektif pada klien pelayanan
asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien .
Perencanaan yaitu suatu proses menentukan kegiatan yang akan dilakukan secara
sistematis sesuai dengan keinginan. Sedang produk suatu perencanaan yaitu :
1. Analisa keadaan dan masalah yang dihadapi
2. Tujuan untuk mengatasi masalah
3. Kebijakan dan strategi yang menjadi dasar pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan.
4. Rencana pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan.
5. Rencana pengawasan, pengendalian dan penilaian.
Menurut Terry (2013) perencanaan yaitu pengumpulkan dan pengolahan fakta-fakta
serta memakai perkiraan-perkiraan untuk bentuk masa depan dan perumusan usulan
kegiatan yang diyakini dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Para manajer harus memutuskan apa yang ingin dikerjakan, menetapkan tujuan jangka
pendek dan jangka panjang untuk organisasi, serta memutuskan alat apa yang akan dipakai
untuk mencapai tujuan ini . Dalam rangka melakukan hal itu manajer harus
mengestimasikan sejauh mana kemungkinan dapat dicapai, baik dilihat dari aspek ekonomi,
sosial, politik dan lingkungan, serta dihubungkan dengan sumber-sumber yang ada untuk
menwujudkan rencana ini .
Dengan adanya