Tampilkan postingan dengan label gigi 4. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label gigi 4. Tampilkan semua postingan

Rabu, 28 Februari 2024

gigi 4




 lar,labial,buccal  

Kode pendukung jika status F atau K  

T = Tambalan gigi sewarna (komposit, glass ionomer, silikat)  

am = amalgam 

g  =  gold / emas  

p  = porcelain / porcelen  

ac  =  acrylic / akrilik  

ce  = cement / semen ( tambalan sementara)  

Kode pendukung jika status F , K , W,  

POS  = post (pulpal anchorage), POS post (pulpal anchorage), Penjangkaran dalam 

pulpa  

PIN = parapulpal pin / Pin diluar pulpa  

Kode pendukung jika status K  

B  = bridge (tooth is an abutment in a bridge)/ jembatan 

Oklusi dan Posisi gigi 

N  = normal occlusal relationship between first molars ( Class I )  

D = distal occlusal relationship between first molars ( Class II )  

M  = mesial occlusal relationship between first molars ( Class III )  

CU = crowded in upper jaw  

CL  = crowded in lower jaw  

H  = horizontal relation between maxyllary and mandibular incisors (overjet) 

(H4=maxillary teeth) 4 mm in front of mandibule.  

V   =  vertical relation between incisorss (overbite) V vertical relation between 

incisorss (overbite)  

Z  = no information.  

Kode pendukung jika status  kebiasaan merokok  

YES / NO (when known)  

Z = unknown  

DENTURES / GIGI TIRUAN  

FU  = full upper  

FL  = full lower  

PU  = partial upper  

PL  = partial lower  

CC = Crom/Cobalt skeleton (frame denture)  

Z  = no information about dentures  

ROOT – FILLED TEETH  

dipakai  pada gigi dengan sisa akar dan tambalan  

Z  = no information about root filled teeth  

COLOUR CODES  

GREEN = tooth colours materials (composite, silicate, resin, glassionomer, and 

cementum)  

BLUE = amalgam and amalgam like materials  

RED = gold  

BLACK = other materials of unprecious metals  

 

 Contoh penulisan notasi gigi dengan kode odontogram :  

11 F t M D am L  : artinya gigi seri pertama atas kanan dengan tambalan composit 

dibagian mesial-distal dan dibagian palatinal tambalan amalagam.  

12 K pg POS : Gigi seri kedua atas kanan mahkota tiruan bahan porcelain gold 

dengan pulpal anchorage  

24 X U3 : Gigi premolar pertama atas kiri dicabut atau hilang dengan jarak 3 

mm. 

 


Contoh lengkap secara berurutan kodifikasi gigi berdasar  data odontogram pada 

seorang manusia dewasa dapat ditulis sebagai berikut :  

18X17S16Cmesocc15S14S13S12S11S21S22S23S24S25S26Cmesocc27S28X38X37S36Cdi

socc35S34S33S32SM31SM41SM42SM43S44S45S46Famocc47Cdisocc48Cocc 

Walaupun di bidang diagnostik dan pengobatan saat ini telah dipakai  peralatan 

canggih, metode pemeriksaan fisik dasar seperti: Inspeksi, Sondasi, Perkusi, Palpasi, Tes 

mobilitas, Tes vitalitas masih tetap berlaku dan bahkan lebih bermanfaat. Dalam praktek harus 

dipahami bahwa pemeriksaan fisik bukan merupakan kegiatan yang sifatnya hanya sesaat, 

tetapi merupakan suatu proses yang dinamis dan berkesinambungan. Perubahan tanda-tanda 

fisik tertentu, misalnya hilangnya tanda-tanda lama atau munculnya tanda-tanda Baru dapat 

memberikan informasi penting tentang perjalanan penyakit maupun respon terhadap terapi. 

Disamping faktor teliti dan trampil melakukan berbagai cara pemeriksaan fisik, 

ketajaman penalaran terhadap berbagai temuan yang diperoleh sangat diperlukan untuk 

mengembangkan luas atau kedalaman pemeriksaan yang akan dilakukan. Dalam 

penerapannya masing masing teknik pemeriksaan ini  dilakukan secara tersendiri, 

namun bilamana mungkin dilaksanakan secara serentak sehingga merupakan satu rangkaian 

pemeriksaan fisik yang terpadu.  

1. Inspeksi 

Inspeksi merupakan teknik pemeriksaan langsung dengan memakai  indra mata. 

Walaupun cara ini sangat sederhana, dalam pelaksanaanya harus dilakukan secara sis-tematis 

yaitu memiliki  arah, pola dan tujuan tertentu. Sebelum melakukan inspeksi pemeriksa 

harus mengetahui betul beberapa kharakteristik yang harus diamati di daerah yang akan 

diperiksa. Struktur bagian yang akan diperiksa harus dibersihkan lebih dulu, tidak boleh 

tertutup oleh pakaian, kosmetika, air ludah atau kotoran yang lain. Gigi tiruan, obturator, 

pesawat orthodonsi, kaca mata, harus dilepas. Secara khusus ciri-ciri khan yang perlu dicatat 

antara lain ialah, warna, ukuran, bentuk, hubungan anatomis, keutuhan dan ciri-ciri 

permukaan jaringan di daerah ini . 

 

2. Sondasi 

Probing pada dasarnya merupakan pemeriksaan palpasi dengan memakai  alat 

tertentu. Pemeriksaan ini merupakan salah satu metode diagnostik penting di kedokteran gigi. 

Untuk mengetahui adanya karies dilakukan probing pada permukaan gigi dengan 

memakai  ujung sonde atau eksplorer yang berujung lancip. Sedang untuk mengukur 

kedalaman pocket dipergunakan probe periodontal. Untuk memeriksa kondisi saluran kelenjar 

ludah biasanya dilakukan probing memakai  sonde tumpul. Apakah suatu fistula di mulut 

dipicu karena infeksi periapikal atau sebab yang lain, dapat dilakukan probing dengan 

 

memakai  gutta percha point yang dimasukan melalui fistula ini  kemudian dilakukan 

rontgent foto. 

 

3. Perkusi 

Teknik pemeriksaan ini dilakukan dengan mengetukkan jari atau instrument ke arah 

jaringan, dan pemeriksa mendengarkan bunyi yang ditimbulkannya serta mengamati reaksi 

dari klien. Perkusi pada gigi geligi akan memberikan nuansa bunyi dan warna suara yang 

memiliki  informasi diagnostik tentang kondisi jaringan pendukung gigi khususnya status 

jaringan periodontal. Reaksi penderita terhadap perkusi sangat bervariasi, oleh karena itu 

perlu dibandingkan dengan reaksi gigi di sampingnya yang normal. 

 

4. Palpasi 

Merupakan teknik pemeriksaan untuk mengetahui kondisi suatu jaringan dengan 

memakai  indra peraba. Pada umumnya jaringan tubuh memiliki  konsistensi yang khas 

sehingga jaringan yang satu dengan yang lain dapat dibedakan dengan cara palpasi. Agar 

pemeriksaan ini dapat dilakukan secara efektif, maka pemeriksa harus mengenal betul 

karakteristis masing-masing daerah yang akan diperiksa, dan variasi struktur anatomisnya 

yang normal. 

Palpasi dapat dilakukan dengan cara menekan jaringan yang diperiksa ke arah tulang 

atau jaringan di sekitarnya, atau menekan jaringan ini  diantara kedua jari (bidigital) atau 

diantara kedua tangan (bimanual). Pemeriksaan ini akan memberikan informasi lebih jelas 

mengenai kondisi-kondisi yang tidak dapat terungkap melalui inspeksi seperti; 

texture/struktur, dimensi/ketebalan, konsistensi, temperatur. Aktivitas atau gerakan-gerakan 

fungsional tertentu seperti detak nadi atau getaran-getaran yang ditimbulkan oleh lesi 

vaskuler, dan getaran gigi pada tulang alveoler pada waktu gerak oklusi. dapat dideteksi 

dengan cara palpasi. 

Sasaran pemeriksaan dengan cara palpasi pada dasarnya bukan untuk mengetahui 

adanya rasa sakit, tetapi cara pemeriksaan ini dapat memicu reaksi rasa sakit  

sebelum abnormalitas jaringan yang akan diperiksa terdeteksi. Oleh karena itu respon 

terhadap pemeriksaan palpasi ini perlu juga diperhatikan. 

 

5. Tes mobilitas 

Tes mobilitas dilakukan untuk mengetahui integritas apparatus-aparatus pengikat di 

sekeliling gigi, mengetahui apakah gigi terikat kuat atau longgar pada alveolusnya. Tes 

mobilitas dilakukan dengan menggerakkan gigi ke arah lateral dalam soketnya dengan 

memakai  jari atau tangkai dua instrumen. Jumlah gerakan menunjukkan kondisi 

periodonsium, makin besar gerakannya, makin jelek status periodontalnya. Hasil tes mobilitas 

dapat berupa tiga klasifikasi derajat kegoyangan. Derajat pertama sebagai gerakan gigi yang 

nyata dalam soketnya, derajat kedua bila  gerakan gigi dalam jarak 1 mm bahkan bisa 

bergerak dengan sentuhan lidah dan mobilitas derajat ketiga bila  gerakan lebih besar dari 

1 mm atau bergerak ke segala arah. Sedang , tes depresibilitas dilakukan dengan 

menggerakkan gigi ke arah vertikal dalam soketnya memakai  jari atau instrument. 

 

6. Tes Vitalitas 

Tes vitalitas merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah suatu 

gigi masih bisa dipertahankan atau tidak. Tes vitalitas terdiri dari empat pemeriksaan, yaitu 

tes termal, tes kavitas, tes jarum miller dan tes elektris. 

a. Tes termal, merupakan tes kevitalan gigi yang meliputi aplikasi panas dan dingin pada 

gigi untuk menentukan sensitivitas terhadap perubahan termal. 

b. Tes dingin, dapat dilakukan dengan memakai  berbagai bahan, yaitu etil klorida, 

salju karbon dioksida (es kering) dan refrigerant (-50oC). Aplikasi tes dingin dilakukan 

dengan cara sebagai berikut :  

i. Mengisolasi daerah gigi yang akan diperiksa dengan memakai  cotton roll 

maupun rubber dam 

ii. Mengeringkan gigi yang akan dites. 

iii. bila  memakai  etil klorida maupun refrigerant dapat dilakukan dengan 

menyemprotkan etil klorida pada cotton pellet. 

iv. Mengoleskan cotton pellet pada sepertiga servikal gigi. 

v. Mencatat respon klien. 

vi. bila  klien merespon ketika diberi stimulus dingin dengan keluhan nyeri tajam 

yang singkat maka menandakan bahwa gigi ini  vital. bila  tidak ada 

respon atau klien tidak merasakan apa-apa maka gigi ini  nonvital atau 

nekrosis pulpa. Respon dapat berupa respon positif palsu bila  aplikasi tes 

dingin terkena gigi sebelahnya tau mengenai gingiva (Grossman, dkk, 1995). 

Respon negatif palsu dapat terjadi karena tes dingin diaplikasikan pada gigi yang 

mengalami penyempitan (metamorfosis kalsium). 

c. Tes panas, pemeriksaan ini jarang dipakai  karena dapat memicu  vasodilatasi 

pembuluh darah bila  stimulus yang diberikan terlalu berlebih. Tes panas dilakukan 

dengan memakai  berbagai bahan yaitu gutta perca panas, compound panas, alat 

touch and heat dan instrumen yang dapat menghantarkan panas dengan baik. Gutta 

perca merupakan bahan yang paling sering dipakai  dokter gigi pada tes panas. 

Pemeriksaan dilakukan dengan mengisolasi gigi yang akan di periksa. Kemudian gutta 

perca dipanaskan di atas bunsen. Selanjutnya gutta perca diaplikasikan pada bagian 

okluso bukal gigi. bila  tidak ada respon maka oleskan pada sepertiga servikal bagian 

bukal. Rasa nyeri yang tajam dan singkat ketika diberi stimulus gutta perca menandakan 

gigi vital, sebaliknya respon negatif atau tidak merasakan apa-apa menandakan gigi 

sudah non vital. 

d. Tes kavitas, bertujuan untuk mengetahui vitalitas gigi dengan cara melubangi gigi. Alat 

yang dipakai  bor tajam dengan cara melubangi atap pulpa hingga timbul rasa sakit. 

Jika tidak merasakan rasa sakit dilanjutkan dengan tes jarum miller. Hasil vital jika terasa 

sakit dan tidak vital jika tidak ada sakit. 

e. Tes jarum miller, diindikasikan pada gigi yang ada  perforasi akibat karies atau tes 

kavitas. Tes jarum miller dilakukan dengan cara memasukkan jarum miller hingga ke 

saluran akar. bila  tidak dirasakan nyeri maka hasil yaitu  negatif yang menandakan 

bahwa gigi sudah non vital, sebaliknya bila  terasa nyeri menandakan gigi masih vital 

(Walton dan Torabinejad, 2008). 

f. Tes elektris, merupakan tes yang dilakukan untuk mengetes vitalitas gigi dengan listrik, 

untuk stimulasi saraf ke tubuh. Alatnya memakai  Electronic Pulp Tester (EPT). Tes 

elektris ini dilakukan dengan cara gigi yang sudah dibersihkan dan dikeringkan disentuh 

dengan memakai  alat EPT pada bagian bukal atau labial, tetapi tidak boleh 

mengenai jaringan lunak. Sebelum alat ditempelkan, gigi yang sudah dibersihkan diberi 

konduktor berupa pasta gigi. Tes ini dilakukan sebanyak tiga kali susaha  memperoleh 

hasil yang valid. Tes ini tidak boleh dilakukan pada orang yang menderita gagal jantung 

dan orang yang memakai  alat pemacu jantung. Gigi dikatakan vital bila  terasa 

kesemutan, geli, atau hangat dan gigi dikatakan non vital jika sebaliknya. Tes elektris 

tidak dapat dilakukan pada gigi restorasi, karena stimulasi listrik tidak dapat melewati 

akrilik, keramik, atau logam. Tes elektris ini terkadang juga tidak akurat karena beberapa 

faktor antara lain, kesalahan isolasi, kontak dengan jaringan lunak atau restorasi, akar 

gigi yang belum immature, gigi yang trauma dan baterai habis. 

Data yang diperlukan pada pemeriksaan gigi-geligi meliputi : Pemeriksaan jaringan keras 

gigi, Pemeriksaan fisik dasar seperti: Inspeksi, Sondasi, Perkusi, Palpasi, Tes mobilitas, 

Tes vitalitas. 

 

D. PENILAIAN RISIKO PENYAKIT GIGI DAN MULUT. 

 

Pada tahapan ini dilakukan pemeriksaan Index pengalaman karies (DMF-T, def-t), 

Community Periodontal Index for Treatment Needs (CPITN), Index kebersihan mulut (OHI-S), 

pH dan Viskositas Saliva. 

1. Index pengalaman karies (DMF-T, def-t) 

Indeks DMF-T diperkenalkan oleh Slack, (1981) waktu mempelajari distribusi karies pada 

anak-anak di Hagerstone, Maryland. Indeks ini didasarkan pada kenyataan bahwa kalau 

jaringan keras gigi mengalami kerusakan maka gigi ini  tidak dapat pulih sendiri dan akan 

meninggalkan bekas kerusakan yang menetap. 

Gigi yang rusak ini  akan tetap tinggal rusak (D - Decay), dan kalau dirawat dengan 

dicabut maka akan disebut gigi hilang (M - Missing due to caries) atau ditambal (F - Filling due 

to caries). Maka dari itu indeks karies DMF yaitu  indeks yang irreversible, yang berarti indeks 

ini  mengukur total life time caries experience. 

Pengertian masing-masing komponen dari DMF-T yaitu  : 

D : Decay yaitu  kerusakan gigi permanen karena karies yang masih dapat ditambal. 

M : Missing yaitu  gigi permanen yang hilang, karena karies atau gigi karies yang 

memiliki  indikasi untuk dicabut. 

F : Filling yaitu gigi permanen yang telah ditambal karena karies. 

 

Sedang  indeks karies dmf-t dipakai pertama kali oleh Slack, (1981) yang garis 

besarnya sama dengan indeks DMF. 

Untuk dmf-t kriteria masing-masing komponen sama dengan DMF diatas, hanya saja 

dipergunakan untuk gigi sulung. Dalam perjalannya indeks dmf sering diganti dengan indeks 

def, karena untuk komponen "m" sulit untuk mendeteksi apakah gigi sulung telah hilang 

karena karies atau tanggal secara normal atau sebab lain, sehingga komponen "m" diganti 

dengan komponen "e" (extraction), berarti hanya gigi karies yang terindikasi untuk dicabut 

karena karies dicatat sebagai "e". 

Selain itu ada  perbedaan pertimbangan klinis mengenai gigi rusak karena karies 

yang masih dapat ditambal atau harus dicabut untuk beberapa alasan. Misalnya gigi molar 

yang karies telah sampai pulpa yang sebenarnya masih dapat ditambal namun karena keadaan 

peralatan, maka gigi ini  lalu di indikasikan untuk dicabut. 

Maka dari itu, lalu dibuat kesepakatan yaitu untuk mengindikasikan gigi ini  dengan 

menganut teori yang seharusnya, bukan berdasar  indikasi peralatan yang tersedia. Namun 

untuk kepentingan perencanaan suatu daerah, mungkin diperlukan kesepakatan tersendiri, 

dengan melihat situasi dan kondisi masing-masing daerah, apakah menganut teori yang 

seharusnya atau kenyataan dilapangan. 

 

2. Community Periodontal Index for Treatment Needs (CPITN) 

Pengertian CPITN atau Community Periodontal Index for Treatment Needs yaitu  indeks 

resmi yang dipakai  oleh WHO untuk mengukur kondisi jaringan periodontal serta perkiraan 

akan kebutuhan perawatannya dengan memakai  sonde khusus yaitu WHO Periodontal 

Examining Probe. 

 

Sonde khusus yang dipergunakan untuk pemeriksaan CPITN ini memiliki bentuk ujung 

bulat dengan diameter 0,5 mm, dengan kode warna 3,5 sampai 5,5 mm. 

Tujuan Pengukuran atau Pemeriksaan CPITN yaitu  : 

a. Mendapatkan data tentang status periodontal warga . 

b. Merencanakan program penyuluhan. 

c. Menentukan kebutuhan perawatan (jenis tindakan, beban kerja, kebutuhan tenaga). 

d. Memantau kemajuan kondisi periodontal pasien . 

e. Pemeriksaan CPITN ini memakai  6 sektan yaitu : 

f. Sektan kanan atas : elemen gigi 1.7, 1.6, 1.5, 1.4 (sektan 1) 

g. Sektan anterior (depan) atas : elemen gigi 1.3, 1.2, 1.1, 2.1, 2.2, 2.3 (sektan 2) 

h. Sektan kiri atas : elemen gigi 2.4, 2.5, 2.6, 2.7 (sektan 3) 

i. Sektan kiri bawah : elemen gigi 3.7, 3.6. 3.5, 3.4 (sektan 4) 

j. Sektan anterior bawah : elemen gigi 3.3, 3.2, 3.1, 4.1, 4.2, 4 (sektan 5) 

k. Sektan kanan bawah : elemen gigi 4.4, 4.5, 4.6, 4.7 (sektan 6) 

 

Gigi Index CPITN terbagi dan tergantung atas tiga kelompok umur yaitu : 

a. Umur 20 tahun atau lebih 

b. Umur 16 tahun sampai 19 tahun 

c. Umur kurang dari 15 tahun 

 

Dalam pemeriksaan CPITN perlu diperhatikan : 

a. bila  salah satu gigi geraham atau molar dan juga gigi seri atau incisivus tidak ada, 

tidak diperlukan penggantian gigi. 


b. bila  dalam satu sektan tidak ada  gigi index maka gigi dalam sektan ini  

diperiksa semuanya dan yang diambil yaitu  gigi dengan skor tertinggi.  

c. Umur 19 tahun kebawah tidak dilakukan pemeriksaan Molar Kedua (M2) untuk 

menghindari false pocket. 

d. Umur 15 tahun kebawah, pencatatan hanya dilakukan bila ada perdarahan daerah gusi 

dan karang gigi saja. 

e. Jika gigi index dan penggantinya tidak ada maka sektan diberi tanda X. 

 

Lebih mudah tentang kelompok umur, gigi index dan skornya yaitu  sebagai berikut: 

a. Umur 20 tahun atau lebih, gigi index yang diperiksa yaitu  1.7, 1.6, 1.1, 2.1, 2.6, 2.7, 3.7, 

3.6, 3.1, 4.1, 4.6, 4.7, dengan skor 0, 1, 2, 3, 4. 

b. Umur 16 tahun sampai 19 tahun, gigi index yang diperiksa yaitu  1.6, 1.1, 2.6, 3.6, 3.1, 

4.6, dengan skor 0, 1, 2, 3, 4. 

c. Umur kurang dari 15 tahun, gigi index yang diperiksa yaitu  sama dengan 16-19 tahun, 

dengan skor 0,1, 2. 

 

3. Index kebersihan mulut (OHI-S) 

Kebersihan mulut merupakan suatu kondisi atau keadaan terbebasnya gigi geligi dari 

plak dan kalkulus, keduanya selalu terbentuk pada gigi dan meluas ke seluruh permukaan gigi.  

Hal ini dipicu karena rongga mulut bersifat basah, lembab dan gelap, dengan kata lain 

lingkungan yang memicu  kuman berkembang biak. 

Tujuan memelihara kebersihan mulut yaitu  untuk mencegah penumpukan plak. Plak 

yaitu  suatu endapan lunak yang terdiri dari kumpulan bakteri yang berkembang biak diatas 

suatu matriks, yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi, bila seseorang 

mengabaikan kebersihan gigi dan mulutnya (Nio, 1989). Plak akan merusak jaringan gigi dan 

jaringan periodontal, yang lama-kelamaan akan memicu  adanya karang gigi, gingivitis, 

karies, periodontitis dan pocket. 

Karang gigi (calculus) yaitu  suatu endapan keras yang terletak pada permukaan gigi 

yang berwarna mulai dari kekuning-kuningan, kecoklat-coklatan, sampai kehitam-hitaman 

dan memiliki  permukaan kasar.  Karang gigi juga tempat yang baik untuk pertumbuhan 

plak dengan semua akibat dari plak ini . Karang gigi yang tidak dirawat akan 

memicu  gingivitis, bau mulut, estetika jadi jelek, gigi goyang, periodontitis dan karies 

gigi. 

 

Cara Mengukur Kebersihan Mulut: 

Kebersihan  gigi dan mulut dapat diukur dengan mempergunakan indeks.  Indeks yaitu  angka 

yang menyatakan keadaan klinis yang didapat pada waktu diadakan pemeriksaan.  Angka yang 

menunjukan kebersihan gigi dan mulut seseorang ini yaitu  angka yang diperoleh 

berdasar  penilaian yang objektif, dengan memakai  suatu indeks, maka kita dapat 

membuat suatu evaluasi berdasar  data-data yang diperoleh, sehingga kita dapat melihat 

kemajuan atau kemunduran kebersihan gigi dan mulut seseorang atau warga . 

Menurut Green dan Vermillion (1964, dalam Sriyono, 2005) untuk mengukur kebersihan 

gigi dan mulut yaitu  dengan mempergunakan suatu indeks yang disebut Oral Higiene Index 

Simplified (OHI-S).  Nilai dari OHI-S ini merupakan nilai yang diperoleh dari hasil penjumlahan 

antara debris indeks dan calculus indeks. 

 

Gigi Index Penilaian OHI-S 

Pemeriksaan debris dan calculus dilakukan pada gigi tertentu dan pada permukaan 

tertentu dari gigi ini , yaitu : 

Untuk rahang atas yang diperiksa : 

a. Gigi molar pertama kanan atas pada permukaan bukal. 

b. Gigi insisivus pertama kanan atas pada permukaan labial. 

c. Gigi molar pertama kiri atas pada permukaan bukal. 

 

Untuk rahang bawah yang diperiksa : 

a. Gigi molar pertama kiri bawah permukaan lingual. 

b. Gigi insisivus pertama kiri bawah pada permukaan labial. 

c. Gigi molar pertama kanan bawah pada permukaan lingual. 

 

Bila ada kasus dimana salah satu gigi indeks ini  tidak ada, maka penilaian dilakukan 

sebagai berikut : 

a. Bila molar pertama atas atau bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada molar kedua 

atas atau bawah. 

b. Bila molar pertama dan molar kedua atas atau bawah tidak ada, penilaian dilakukan 

pada molar ketiga atas atau bawah. 

c. Bila molar pertama, kedua dan ketiga atas atau bawah tidak ada, tidak dapat dilakukan 

penilaian. 

d. Bila insisivus pertama kanan atas tidak ada, penilaian dilakukan pada insisivus pertama 

kiri atas. 

e. Bila insisivus pertama kanan atau kiri atas tidak ada, tidak dapat dilakukan penilaian. 

f. Bila insisivus pertama kiri bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada insisivus pertama 

kanan bawah. 

g. Bila insisivus pertama kiri atau kanan bawah tidak ada, tidak dapat dilakukan penilaian. 

Bila ada kasus diantara keenam gigi indeks yang seharusnya diperiksa tidak ada, maka 

penilaian debris indeks dan kalkulus indeks masih dapat dihitung bila  ada dua gigi indeks 

yang dapat dinilai. 

Kriteria penilaian  kebersihan gigi dan mulut (OHI-S) seseorang dapat dilihat dari adanya 

debris dan kalkulus pada permukaan gigi. Untuk menentukan kriteria penilaian debris atau 

penilaian OHI-S, maka dipakai tabel debris score dan calculus score 

 

Dalam pemeriksaan debris kriteria penilaiannya yaitu  sebagai berikut : 

 

Tabel 4.6  

Kriteria Penilaian Pemeriksaan Debris 

 

No KRITERIA NILAI 

1. Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris atau 

pewarnaan ekstrinsik. 

2. a.    Pada permukaan gigi yang terlihat, pada debris lunak yang menutupi 

permukaan gigi seluas 1/3 permukaan atau kurang dari 1/3 

permukaan. 

b.    Pada permukaan gigi yang terlihat tidak ada debris lunak tetapi ada 

pewarnaan ekstrinsik yang menutupi permukaan gigi sebagian atau 

seluruhnya. 

3. Pada permukaan gigi yang terlihat pada debris lunak yang menutupi 

permukaan ini  seluas lebih dari 1/3 permukaan gigi, tetapi kurang 

dari 2/3 permukaan gigi. 

 

 

4. Pada permukaan gigi yang terlihat ada debris yang menutupi permukaan 

ini  seluas lebih 2/3 permukaan atau seluruh permukaan gigi. 

Sumber : Sriyono (2005) 

         

Debris Index   =  

Jumlah penilaiandebris

Jumlah gigi yang diperiksa

 

 

Dalam pemeriksaan calculus kriteria penilaiannya yaitu  sebagai berikut : 

 

 


Tabel 4.7  

Kriteria Penilaian Pemeriksaan Kalkulus 

 

No KRITERIA NILAI 

1. Tidak ada karang gigi 0 

2. Pada permukaan gigi yang terlihat ada karang gigi 

supragingival menutupi permukaan gigi kurang dari 1/3 permukaan gigi. 

3. a.    Pada permukaan gigi yang terlihat ada karang 

gigi supragingival menutupi permukaan gigi lebih dari 1/3 

permukaan gigi. 

b.   Sekitar bagian cervikal gigi ada  sedikit subgingival. 

4. a.    Pada permukaan gigi yang terlihat adanya karang gigi 

supragingival menutupi permukaan gigi lebih dari 2/3 nya atau 

seluruh permukaan gigi. 

b.   Pada permukaan gigi ada karang gigi subgingival yang menutupi dan 

melingkari seluruh cervikal (A. Continous Band of Subgingival 

Calculus). 

Sumber : Sriyono, (2005)  

 

Calculus Index = 

Jumlah penilaianCalculus

Jumlah gigi yang diperiksa

 

 

Penilaian debris score dan calculus score yaitu  sebagai berikut : 

a.      Baik (good), bila  nilai berada diantara 0-0,6. 

b.      Sedang (fair), bila  nilai berada diantara 0,7-1,8. 

c.       Buruk (poor), bila  nilai berada diantara 1,9-3,0. 

Penilaian OHI-S yaitu  sebagai berikut : 

a.      Baik (good), bila  nilai berada diantara 0-1,2. 

b.      Sedang (fair), bila  nilai berada diantara 1,3-3,0. 

c.       Buruk (poor), bila  nilai berada diantara 3,1-6,0. 

 OHI-S atau Oral Hygiene Index Simplified merupakan hasil penjumlahan Debris Index (DI) 

dan Calculus Index (CI).  

 

Rumus OHI-S =           Debris Index + Calculus Index 

                                                           Atau 

                                                 OHI-S = DI + CI 

 


3. pH dan Viskositas Saliva. 

Pada waktu pemeriksaan regio kepala dan leher ada beberapa kondisi dan fungsi 

tertentu yang dapat dievaluasi antara lain seperti: Fungsi kelenjar ludah dapat diobsevasi 

dengan melakukan palpasi pada kelenjar dan mengamati jumlah air ludah yang keluar. 

Disamping kuantitas perlu juga diamati apakah ada nanah atau material yang lain dan 

viskositasnya. Untuk kelanjar ludah minor dapat dilakukan pengamatan pada palatum atau 

bibir, dengan cara mengeringkan lebih dulu permukaaan mukosa daerah ini  dan 

mengamati terjadinya perembesan butir-butir air ludah di daerah ini . Kelancaran 

pengeluaran atau produksi air mata dapat diobservasi dengan melihat kondisi mata, dan 

jumlah air mata yang keluar dapat di ukur dengan memakai  Schimer tear test. 

Menurunnya produksi air mata dapat terjadi karena pemakaian obat-obatan, Syogren's 

syndrome, reumatoid arthritis dan proses menua. Terganggunya gerak kelopak mata misalnya 

pada kasus Bell's palsy, dapat memicu  terjadinya hambatan keluarnya air mata.  

Fungsi organ pengecapan pada lidah dapat di nilai dengan memakai  larutan garam, 

kinine, atau larutan gula. Fungsi-fungsi mengunyah, menelan, dan bicara tidak akan terlepas 

dari aktivitas sistem stomatognasi yang meliputi gigi dan jaringan pendukungnya, tulang 

rahang, air ludah dan sistem neuromuskuler. Walaupun adanya kelainan pada salah satu atau 

lebih dari unsur-unsur ini  belum tentu memicu gangguan fungsi yang berarti bagi 

klien, namun dampak lain seperti terjadinya penyimpangan atau keterbatasan gerak 

mandibula, timbulnya rasa sakit daerah sendi rahang, atau terjadinya keterbatasan fungsi self 

cleansing kadang tidak sulit diamati. 

Data yang diperlukan pada penilaian risiko penyakit gigi dan mulut meliputi : Index 

pengalaman karies (DMF-T, def-t), Community Periodontal Index for Treatment Needs 

(CPITN), Index kebersihan mulut (OHI-S), pH dan Viskositas Saliva. 

 


Ringkasan 

 

Pemeriksaan obyektif berisi informasi atau data sebenarnya dari jaringan lunak, jaringan 

keras/gigi dan mulut klien, agar dapat di identifikasi masalah, kebutuhan kesehatan dan 

keperawatan gigi. Pada bagian ini setidaknya ada 4 hal yaitu Pemeriksaan ekstra oral, 

Pemeriksaan intra oral, Pemeriksaan gigi geligi, Penilaian risiko penyakit gigi dan mulut. Data 

pemeriksaan ekstra oral meliputi : kesan umum; kondisi muka; pemeriksaan kelenjar limfe 

kanan dan kiri. Data pemeriksaan intra oral meliputi : Pemeriksaan mukosa mulut; 

Kelainan/anomali gigi; Kelainan gusi. Data pemeriksaan gigi geligi meliputi : Pemeriksaan 

jaringan keras gigi; Pemeriksaan fisik dasar seperti: Inspeksi, Sondasi, Perkusi, Palpasi, Tes 

mobilitas, Tes vitalitas. Data penilaian risiko penyakit gigi dan mulut meliputi: Index 

pengalaman karies (DMF-T, def-t), Community Periodontal Index for Treatment Needs (CPITN), 

Index kebersihan mulut (OHI-S), pH dan Viskositas Saliva. 

 


Diagnosa  PELAYANAN ASUHAN 

KESEHATAN GIGI DAN MULUT 

pasien  

 

 

Saudara-saudara mahasiswa, salam sukses untuk Anda semua. Pada bab sebelumnya 

Anda sudah mempelajari tahapan pengkajian pelayanan asuhan kesehatan gigi dan 

mulut pasien .  

Pada bab ini Anda akan mempelajari dua topik yang meliputi diagnosa asuhan kesehatan 

gigi dan mulut, dan menyusun rumusan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut. Kedua 

tindakan ini  dilakukan sebagai tindakan diagnosa pelayanan asuhan kesehatan gigi dan 

mulut pasien . 

Diagnosa pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien  merupakan penilaian 

klinis tentang respons pasien  terhadap masalah kesehatan gigi dan mulut secara aktual. 

Diagnosa pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien  dilakukan oleh perawat gigi 

yang memiliki  lisensi dan kompeten untuk mengatasinya. Diagnosa pelayanan asuhan 

kesehatan gigi dan mulut pasien  disusun sesudah  menganalisis data pengkajian untuk 

mengidentifikasi masalah kesehatan gigi dan mulut yang melibatkan klien dan keluarganya 

dan untuk memberikan arah pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Pernyataan diagnosa 

asuhan kesehatan gigi dan mulut yaitu  hasil dari proses diagnostik selama perawat gigi 

memakai  pemikiran kritis, dikembangkan untuk klien, keluarga, atau komunitas dan 

mencakup data fisik perkembangan, intelektual, emosi, sosial dan spiritual yang didapatkan 

selama pengkajian. 


 Tujuan sesudah  mengikuti mata kuliah ini Anda (mahasiswa) mampu menentukan 

diagnosa asuhan kesehatan  gigi  dan mulut pada klien pasien , dan menyusun rumusan 

diagnosa asuhan kesehatan  gigi  dan mulut pada klien pasien  sesuai prosedur.  

namun  sebelum Anda melakukan praktik diagnosa pada klien pelayanan 

asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien  di klinik, Anda sudah harus menguasai pengetahuan 

konsep, proses, dan tahapan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien . Untuk itu 

persiapkan diri Anda dengan mempelajari kembali ilmu-ilmu di atas, sebagai bekal untuk 

melakukan diagnosa pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien  berupa 

merumuskan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut  pada klien pasien , dan menyusun 

rumusan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut pada  klien pasien 

Diagnosa Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut 

 

iagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut merupakan tahap kedua dari proses asuhan 

kesehatan gigi dan mulut sesudah  tahap assesment (pengkajian). Mari kita masuk 

pada topik pertama, yaitu topik tentang diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut  

pada klien pasien . 

Dalam pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut, Diagnosa  dapat diartikan sebagai 

analisis dari penyebab dan sifat dari suatu masalah dan atau situasi atau suatu pernyataan 

mengenai solusinya. Miller memperkenalkan suatu konsep dari Diagnosa  asuhan kesehatan 

gigi dan mulut (Dental Hygiene Diagnosa ) sebagai bentuk yang tepat untuk mengambarkan 

ekspresi dari kemampuan pembuatan keputusan dan penilaian dari perawatan gigi. Diagnosa  

yaitu  suatu proses berpikir kritis berdasar  data-data klinis klien yang dianalisa dan 

ditandai oleh sebuah pernyatan diagnosa. 

Darby & Walsh (2003) mengemukakan suatu teori diagnosa asuhan kesehatan gigi dan 

mulut sebagai bagian dari proses diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut yang 

memakai  teori kebutuhan manusia dengan penekanan kepada 8 kebutuhan manusia dari 

klien yang berhubungan dengan perawatan gigi. memakai  teori kebutuhan manusia 

sebagai kerangka kerja konsepnya diagnosa kesehatan gigi dan mulut yaitu  suatu identifikasi 

dari tidak terpenuhinya kebutuhan manusia dari pasien yang berhubungan dengan perawatan 

gigi. Diagnosa keperawatan gigi menurut Darby dan Walsh (2005) ini dibuat oleh seorang 

perawat gigi professional yang memiliki  lisensi dengan mengidentifikasi faktor-faktor 

aktual maupun potensial dari ketidakterpenuhinya kebutuhan manusia dari pasien. 

Sedang  Wilkins (2005) mengemukakan sebuah teori Diagnosa  keperawatan gigi yang 

berdasar  teori Dental Hygiene Care. Diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut menurut 

Wilkins (2005) diformulasikan berdasar  kondisi masalah aktual dan atau potensi masalah 

yang ditemukan dalam rongga mulut klien (pasien) yang dapat dicegah, diminimalisir, atau 

diatasi dengan tindakan perawatan mandiri atau perawatan kolaboratif (rujukan). 

Lebih jelasnya diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut ini ditulis berdasar  

masalah, faktor risiko masalah dan atau signs (tanda-tanda) kelainan, atau penyakit dan 

disebutkan pula kemungkinan etiologinya berdasar  seluruh data dari hasil pengkajian. 

Diagnosa Keperawatan Gigi ditegakkan berdasar : 

 

 

Pengambilan Data-Data klien atau pasien yang akurat: 

A. Mengidentifikasi adanya masalah atau ketidak terpenuhinya kebutuhan manusia yang 

berhubungan dengan kesehatan mulut yang dapat dipenuhi oleh proses keperawatan 

gigi. 

B. Perilaku penting untuk perencanaan dan implementasi keperawatan gigi yang efektif 

dan mengevaluasi hasilnya (keluarannya). 

 

Penegakan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut termasuk mengidentifikasi hal-hal 

sebagai berikut : 

A. Masalah aktual dan masalah potensial yang berhubungan dengan kesehatan atau 

penyakit mulut klien atau pasien 

B. Faktor-faktor yang memicu  masalah dan faktor-faktor risiko yang mungkin 

mempengaruhi 

C. Bukti-bukti yang mendukung diagnosa keperawatan gigi 

D. Kekuatan klien yang dapat mendukung klien dalam mencegah atau mengatasi masalah 

E. Fokus terhadap prioritas perawatan 

 

Perbedaan Diagnosa Keperawatan Gigi dan Diagnosa Kedokteran Gigi 

DIAGNOSA ASUHAN KESGIMUL DIAGNOSA KEDOKTERAN GIGI 

Mengidentifikasi adanya masalah aktual atau 

potensial dalam ronga mulut pasien (Wilkins, 

2005, atau ketidak terpenuhinya kebutuhan 

manusia yang berkaitan dengan perawatan 

kesehatan gigi 

Mengidentifikasi penyakit mulut 

 

DIAGNOSA ASUHAN KESGIMUL DIAGNOSA KEDOKTERAN GIGI 

Mengidentifikasi masalah-masalah (ketidak 

terpenuhinya kebutuhan atau gangguan-

gangguannya) dilaksanakan oleh perawat gigi 

dalam ruang lingkup praktek keperawatan gigi 

Mengidentifikasi masalah-masalah untuk 

kepentingan dokter gigi dalam 

pengobatan 

Seringkali dikaitkan dengan persepsi, 

kepercayaan, sikap, motivasi berkaitan 

dengan kesehatan mulut dan kenyamanan 

klien 

Seringkali dikaitkan dengan perubahan 

patophisiology tubuh klien yang aktual. 

DIAGNOSA ASUHAN KESGIMUL DIAGNOSA KEDOKTERAN GIGI 

Diaplikasikan untuk pasien  dan kelompok 

warga  

Diaplikasikan untuk penyakit pasien al 

Dapat berubah seiring perubahan perilaku dan 

respon-respon klien 

Tetap sama selama penyakitnya ada 

 

Proses Diagnosa  Keperawatan Gigi 

Proses Diagnosa  asuhan kesehatan gigi dan mulut yaitu  suatu pendekatan pemecahan 

masalah yang dilakukan dalam kerangka pelayanan keperawatan gigi. Diagnosa  keperawatan 

gigi yaitu  langkah esensial dalam proses keperawatan gigi. Membantu perawat gigi dalam 

memfokuskan ilmu pengetahuannya dalam proses inti pelayanan keperawatan gigi untuk 

keuntungan klien dan kerjasama dengan dokter gigi. 

Tujuan-tujuan dikembangkan bersama dengan klien dan diperoleh dari data dasar yang 

ditegakkan dari pemeriksaan dan proses Diagnosa . Tujuan-tujuan menunjukkan bagaimana 

klien dapat merubah dirinya untuk dapat memiliki  kondisi rongga mulut yang lebih sehat 

berdasar  tindakan promosi, pemeliharaan dan restorasi dari kesehatan atau kenyamanan 

mulut. Perencanaan, Intervensi keperawatan gigi dan klien outcomes (hasil akhir) dipandu 

oleh Diagnosa  keperawatan gigi. 

“Diagnosa mengandung kaitan antara masalah klien dan etiologi yang menuntun 

identifikasi  dari intervensi keperawatan gigi dan memfasilitasi pendefinisian hasil (keluaran) 

yang diharapkan untuk mengevaluasi keberhasilan perawatan” 

Perawat gigi mengidentifikasi masalah-masalah  (memformulasikan diagnosa 

keperawatan gigi) dalam kerangka keperawatan gigi dapat dilakukan dalam kerangka 

kerjasama dengan dokter gigi. Gordon (1976)  menyatakan bahwa ada 3 kompoen yang harus 

termasuk dalam sebuah pernyataan diagnosa : 

A. Masalah kesehatan mulut atau potensi masalah kesehatan mulut yang dapat ditangani 

dalam intervensi keperawatan gigi 

B. Kemungkinan penyebab atau faktor-faktor etiologi 

C. Tanda-tanda dan gejala yang dapat didefinisikan 

 


A. DEFINISI DIAGNOSA ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT 

 

Diagnosa Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut mengacu pada diagnosa keperawatan. 

Istilah diagnosa keperawatan diperkenalkan pertama kali oleh V. Fry yang menguraikan 

langkah yang diperlukan dalam mengembangkan rencana asuhan keperawatan. Beberapa ahli 

memiliki  pendapat sendiri dalam mendefinisikan diagnosa keperawatan. Shoemaker, 

(1984) mendefinisikan diagnosa keperawatan sebagai keputusan klinis mengenai pasien , 

keluarga, atau warga  yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan 

analisis cermat dan sistematis, memberikan dasar pembuatan ketentuan-ketentuan untuk 

terapi yang pasti di mana perawat bertanggung jawab.

mendefinisikan diagnosa keperawatan sebagai suatu pernyataan yang menguraikan respons 

manusiawi dari pasien  atau kelompok di mana perawat dapat secara legal mengidentifikasi 

di mana perawat dapat meminta suatu intervensi yang pasti untuk memelihara keadaan 

kesehatan, untuk mengurangi, menghilangkan atau mencegah perubahan. 

 

B. FORMAT PERNYATAAN DIAGNOSTA ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT 

 

Dalam penulisan pernyataan diagnosa asuhan keperawatan gigi  dan mulut yang dipakai 

sebagai acuan yaitu  format PES. Gordon mengidentifikasi format ini untuk mencatat tanda-

tanda dan gejala dari sebuah diagnosa. PES dapat diideentifikasi sebagai P (problem atau 

need), E (etiology), dan S (sign atau symptom). 

Problem yaitu  nama atau label diagnosa yang menunjukkan suatu masalah yang 

berkenaan dengan perhatian pasien atau orang terdekat dan perawat, yang memerlukan 

intervensi atau penanganan keperawatan.  

Etiology yaitu  penyebab atau faktor kontribusi yang bertanggung jawab terhadap 

adanya masalah kebutuhan pasien yang spesifik dan dicurigai dari respons yang telah 

diidentifikasi dari pengkajian (data dasar pasien). Etiologi dinyatakan dengan kata “yang 

berhubungan dengan.” 

Signs atau symptom yaitu  manifestasi atau petunjuk yang diidentifikasi dalam 

pengkajian yang menyokong diagnosa keperawatan dan menunjukkan adanya tanda atau 

gejala yang dialami oleh pasien. Tanda dan gejala ini dinyatakan dinyatakan sebagai “ditandai 

dengan” dan diikuti sejumlah data subjektif dan objektif. 

 


 

C. TIPE PERNYATAAN DIAGNOSTIK 

 

Dalam menjelaskan status kesehatan dari klien atau kelompok, pernyataan diagnosa 

dapat memiliki  satu, dua, atau tiga bagian. Pernyataan bagian pertama hanya berisi label 

diagnostik. Pernyataan bagian kedua berisi label atau faktor penunjang yang dapat menunjang 

perubahan status kesehatan seseorang. Berikut yaitu  tipe-tipe pernyataan diagnostik: 

Pernyataan satu bagian: 

Potensial terhadap Peningkatan Menjadi  

Potensial tehadap Peningkatan Nutrisi 

Pernyataan Dua Bagian 

Risiko terhadap karies yang berhubungan dengan kurang kesadaran pada kebiasaan. 

Kerusakan jaringan lunak pipi bagian dalam yang berhubungan dengan hilangnya gigi jangka 

panjang karena tidak dilakukan perawatan. 

Pernyataan Tiga Bagian 

Kerusakan jaringan lunak pipi bagian dalam yang berhubungan dengan hilangnya gigi jangka 

panjang karena tidak dilakukan perawatan, yang dibuktikan dengan adanya lesi chek bite 

sepanjang 1 cm. 

Dalam merumuskan diagnosa, seorang perawat hendaknya memakai  diagnosa 

keperawatan, dan bukan diagnosa medis. Diagnosa medis yaitu  diagnosa yang 

mencerminkan perubahan struktur atau fungsi organ atau sistem, dibuktikan  dengan 

pemeriksaan diagnostik medis, seperti diabetes mellitus, gagal jantung, hepatitis, kanker, dan 

lain-lain. Sedang  diagnosa keperawatan yaitu  diagnosa yang menunjukkan respons 

manusia terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual dan potensial. 

 

Berikut yaitu  tabel perbedaan antara diagnosa medis dengan diagnosa asuhan kesgimul. 

Hal Diagnosa Medis Diagnosa asuhan kesgimul 

Sifat Tidak berubah Berubah karena perubahan pemulihan 

situasi atau perspektif pasien 

Tujuan Untuk mengidentifikasi dan 

merancang rencana pengobatan 

untuk menyembuhkan penyakit 

atau proses patologis 

Untuk mengarahkan rencan asuhan untk 

membantu klien dan keluarganya 

beradaptasi terhadap penyakit mereka 

dan untuk menghilangkan masalah 

perawatan kesehatan 

Sasaran Untuk meresepkan pengobatan Untuk mengembangkan suatu rencana 

asuhan yang bersifat pasien al 

 

D. TAHAP-TAHAP  IDENTIFIKASI MASALAH  

 

Ada enam tahap yang terlibat dalam identifikasi masalah yang terdiri dari aktivitas 

penentuan diagnosa. Hasilnya yaitu  pernyataan diagnosa pasien yang mengidentifikasi 

masalah pasien. Enam tahap ini  antara lain: 

1. Tahap merasakan masalah 

 Data ditinjau untuk mengidentifikasi masalah atau kebutuhan pasien yang dapat 

digambarkan dengan label diagnosa keperawatan. 

2. Tahap proses penapisan 

 Pada tahap ini, seorang perawat membandingkan dan membedakan hubungan di antara 

data dan faktor yang diidentifikasi ke dalam kategori-kategori yang berdasakan pada 

pemahaman tentang ilmu biologi, ilmu fisika, dan ilmu perilaku. 

3. Tahap mensintesis data 

 Tahap ini, seorang perawat harus mampu memberikan gambaran yang komprehesif 

tentang pasien dalam hubungannya dengan status kesehatan masa lalu, sekarang, dan 

yang akan dating berdasar  data yang dikumpulkan oleh anggota tim perawatan 

kesehatan lainnya. Hal inilah yang disebut sebagai mensintesis data. 

4. Tahap mengevaluasi hipotesis 

 Maksudnya yaitu  meninjau diagnosa keperawatan kemudian bandingkan etiologi yang 

telah dikaji dengan faktor “yang berhubungan”.  

5. Tahap membuat daftar masalah atau kebutuhan pasien 

 berdasar  data yang diperoleh dari tahap 3 dan 4, label diagnosa keperawatan yang 

akurat digabung dengan etiologi dan tanda atau gejala, jika ada, untuk menyelesaikan 

pernyataan diagnosa pasien. 

6. Tahap mengevaluasi ulang daftar masalah 

 Pada tahap ini, seorang perawat mengevaluasi daftar masalah yang telah didapat pada 

tahap kelima. 

 

E. BERPIKIR KRITIS DALAM PERUMUSAN DIAGOSA KEPERAWATAN 

 

Dalam merumuskan suatu diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut, seorang perawat 

gigi dituntut untuk memiliki  kemampuan atau kecakapan untuk berpikir kritis. Berpikir 

kritis yaitu  proses secara aktif dan cakap, dalam mengonsepkan, menerapkan, menganalisa, 

mensintesis, dan mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dari, atau diambil dari observasi, 

pengalaman, refleksi, alasan, atau komunikasi, sebagai panduan untuk meyakinkan dan 

bertindak.  

pemakaian nya dalam perumusan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut yaitu  

penting.  Ketika asuhan asuhan kesehatan gigi dan mulut meluas ke dalam berbagai 

lingkungan perawatan kesehatan gigi, makin banyak aspek berpikir kritis diperlukan dalam 

pertimbangan dan penilaian diagnostik. 

Proses diagnostik ini memadukan ketrampilan berpikir kritis dalam langkah pembuatan 

keputusan yang dipakai  perawat untuk mengembangkan pernyataan diagnostik. 

Kemampuan berpikir kritis ini mencakup kemampuan analisis dan sintesis perawat gigi. 

Analisis sebagai pemisahan menjadi beberapa komponen atau bagian, Sedang  sintesis 

merupakan penggabungan bagian-bagian menjadi satu.  ) 

 

F. TAHAPAN MERUMUSKAN DIAGNOSA ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT   

 

Langkah-langkah yang dilakukan dalam merumuskan diagnosa asuhan kesehatan gigi 

dan mulut yaitu: 

1. Klasifikasi data dan analisa data 

 Data tentang keadaan klien yang diperoleh dalam pengkajian dibandingkan dengan 

standar kriteria yang sudah ada. bila  keadaan klien tidak sesuai dengan standar yang 

ada, bisa dikatakan bahwa klien mengalami suatu masalah kesehatan yang perlu 

ditangani. 

2. Interpretasi data 

 Langkah yang dilakukan dalam interpretasi data yaitu  : 

a. Menentukan kelebihan klien: Jika pasien memenuhi standar kriteria kesehatan, 

bisa disimpulkan bahwa klien memiliki kelebihan dalam hal tertentu yang dapat 

dipakai  untuk meningkatkan atau membantu memecahkan masalah yang 

dihadapai klien. 

b. Menentukan masalah klien: Jika klien tidak memenuhi standar kriteria kesehatan, 

maka klien mengalami keterbatasan dalam aspek kesehatan yang memerlukan 

bantuan atau asuhan keperawatan. 

c. Menentukan masalah klien yang pernah dialami : Tahap ini perlu dilakukan untuk 

menentukan masalah klien. 

3. Penentuan keputusan : Keputusan yang dapat diberikan dalam masalah kesehatan klien 

yaitu  sebagai berikut : 

a. Tidak ada masalah: 

1). Tidak ada indikasi masalah kesehatan gigi dan mulut. 

2). Meningkatnya status kesehatan dan kebiasaan. 

3). Adanya inisiatif promosi kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan 

yang optimal misalnya pendidikan kesehatan pada keluarga, komunitas, dan 

pasien . 

b. Masalah kemungkinan 

c. Masalah aktual 

 


G. DIAGNOSA ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT 

 

Diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut ditetapkan berdasar  analisis dan 

interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian asuhan kesehatan gigi dan mulut klien. 

Diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut memberikan gambaran tentang masalah atau 

status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan kemungkinan akan terjadi, dimana 

pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang terapis gigi dan mulut. 

Rumusan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut dapat dirumuskan dengan  format 

PES disesuaikan dengan kebutuhan klien dan harus dapat dipertanggungjawabkan oleh 

perawat gigi. Adapun diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut yaitu sebagai berikut :   

1. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan kesan wajah yang sehat sehubungan dengan: 

No. Masalah No. Masalah 

1 Gigi berlubang pada gigi depan 7 Pewarnaan intrinsic pada gigi  

anterior 

2 Bengkak di daerah pipi atau bibir 8 Pewarnaan extrinsic pada gigi 

anterior 

3 Radang gusi pada gigi depan 9 Ompong atau kehilangan gigi depan 

4 Sariawan pada daerah pipi, bibir   

5 Penyumbatan kelenjar pada daerah 

pipi, bibir, dan lidah 

6 Karang gigi pada gigi depan   

 

2. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan bebas dari kecemasan atau stress sehubungan 

dengan: 

No. Masalah No. Masalah 

1 Cemas jika giginya berlubang 7 Cemas jika giginya goyang 

2 Cemas jika giginya harus dicabut 8 Cemas jika harus dioperasi 

3 Cemas jika giginya patah 9 Cemas jika harus disuntik 

4 Cemas jika giginya sakit 10 Cemas jika giginya harus dibor 

5 Cemas jika giginya ngilu 11 Cemas jika berdarah 

6 Cemas jika gusinya bengkak   

 

 

3. Tidak terpenuhinya integritas (keutuhan) jaringan kulit, mukosa dan membrane pada 

leher dan kepala sehubungan dengan: 

No. Masalah No. Masalah 

1 Radang gusi 5 Periodontitis 

2 Gusi mengalami penurunan 6 Bengkak, memar, lebam pada pipi, 

bibir 

3 Luka, sariawan pada gusi, lidah, 

palatal, pipi 

7 Luka pada sudut bibir 

4 Bibir pecah-pecah    

 

4. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan perlindungan dari resiko penyakit gigi dan mulut 

sehubungan dengan : 

No. Masalah No. Masalah 

1 Pit dan fissure yang dalam 10 Kekurangan vitamin C 

2 Gigi berjejal 11 Kekurangan kalsium 

3 pH Air ludah terlalu tinggi 12 Kekurangan vitamin D 

4 pH Air ludah terlalu rendah 13 Kekurangan fluoride 

5 Tidak bisa menyikat gigi sendiri 14 Air ludah yang pekat 

6 Bernafas melalui mulut 15 Mulut kering 

7 Kebiasaan minum susu botol 16 Kebiasaan mengemut makanan 

manis 

8 Kebiasaan menggigit benda keras 17 Kebiasaan mengeratkan gigi saat 

tidur  

9 Gemar makan makanan manis 

dan lengket 

18 Tidak suka makan buah-buahan 

yang berserat dan berair 

 

5. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan bebas dari rasa nyeri pada leher dan kepala 

sehubungan dengan : 

No. Masalah No. Masalah 

1 Sakit berdenyut tiba-tiba pada 

gigi yang berlubang 

7 Nyeri pada pipi yang bengkak 

2 Ngilu atau linu pada gigi yang 

berlubang 

8 Nyeri pada leher karena ada 

kelenjar yang bengkak 

3 Sakit berdenyut pada gigi yang 

berlubang jika dipakai 

mengunyah 

9 Ngilu atau linu pada gigi yang abrasi 

4 Sakit berdenyut pada gigi yang 

berlubang jika ada makanan 

masuk 

10 Ngilu atau linu pada gigi yang 

mengalami penurunan gusi 

5 Nyeri pada gusi yang radang atau  

bengkak 

11 Nyeri pada pipi, bibir, lidah,  langit-

langit yang luka, sariawan 

6 Sakit kepala, leher yang 

dipicu  oleh adanya 

gangguan atau penyakit yang 

bermanifestasi pada rongga 

mulut 

  


6. Tidak terpenuhinya kondisi biologis gigi geligi yang baik sehubungan dengan : 

No. Masalah No. Masalah 

1 Gigi berlubang 8 Deep bite 

2 Gigi berjejal 9 Hipokalsifkasi 

3 Protusif 10 Hipoplasi 

4 Progenese 11 Agenese 

5 Cross bite 12 Mesiodent atau supernumerary teeth 

6 Impacted 13 Persistensi 

7 Mal posisi   

 


 

7. Tidak terpenuhinya kebutuhan untuk bertanggung jawab akan kesehatan gigi dan 

mulutnya sendiri sehubungan dengan : 

No. Masalah No. Masalah 

1 Pewarnaan gigi akibat nikotin, 

rokok, teh, kopi 

6 Bau nafas yang tidak sedap akibat 

pembusukan sisa makanan pada 

rongga mulut 

2 Penumpukan plak akibat jarang 

menyikat gigi 

7 Bau nafas yang tidak sedap akibat 

penumpukan karang gigi 

3 Penumpukan plak akibat cara 

menyikat gigi yang kurang tepat 

8 Bau nafas yang tidak sedap akibat 

konsumsi makanan, minuman 

berbau tajam 

4 Terbentuknya karang gigi akibat 

kelalaian menyikat gigi 

9 Terbentuknya lubang gigi akibat 

terpapar asam dalam waktu yang 

cukup lama 

5 Tidak menyikat gigi minimal 2x 

sehari sesudah  sarapan dan 

sebelum tidur 

10 Tidak menyikat gigi dengan cara 

yang baik dan benar 

 

8.  Perubahan Warna Gigi Akibat Merokok 

 

9. Tidak terpenuhinya kebutuhan pengetahuan atau pemahaman yang baik tentang 

kesehatan gigi dan mulut sehubungan dengan : 

No. Masalah No. Masalah 

1 Kurangnya pengetahuan tentang 

cara menyikat gigi yang baik dan 

benar 

7 Kurangnya pengetahuan tentang 

akibat lebih lanjut dari karang gigi 

2 Kurangnya pengetahuan tentang 

waktu menyikat gigi yang tepat 

8 Kurangnya pengetahuan tentang 

radang gusi 

3 Kurangnya pengetahuan tentang 

cara memelihara kesehatan gigi 

dan mulut selain menyikat gigi 

9 Kurangnya pengetahuan tentang 

akibat gigi sulung yang tanggal 

dicabut sebelum waktunya 

4 Kurangnya pengetahuan tentang 

plak dan akibatnya 

10 Kurangnya pengetahuan tentang 

obat-obat tradisional untuk 

kesehatan gigi 

5 Kurangnya pengetahuan tentang 

akibat lebih lanjut karies yang tidak 

dirawat 

1 Kurangnya pengetahuan tentang 

penyakit-penyakit yang 

bermanifestasi di rongga mulut 

6 Kurangnya pengetahuan tentang 

konsumsi makanan yang 

menyehatkan gigi 

 

Ringkasan 

 

Diagnosa pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien  merupakan penilaian 

klinis tentang respons pasien  terhadap masalah kesehatan gigi dan mulut secara aktual, yang 

dilakukan oleh perawat gigi yang memiliki  lisensi dan kompetensi. Diagnosa pelayanan 

asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien  disusun sesudah  menganalisis data pengkajian untuk 

mengidentifikasi masalah kesehatan gigi dan mulut yang melibatkan klien dan keluarganya 

dan untuk memberikan arah pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Pernyataan diagnosa 

asuhan kesehatan gigi dan mulut yaitu  hasil dari proses diagnostik selama perawat gigi 

memakai  pemikiran kritis, dikembangkan untuk klien, keluarga, atau komunitaas dan 

mencakup data fisik perkembangan, intelektual, emosi, sosial dan spiritual yang didapatkan 

selama pengkajian. 

  


Menyusun Rumusan Diagnosa Asuhan 

Kesehatan Gigi dan Mulut 

 

topik kedua, yaitu topik tentang menyusun rumusan 

diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut. Rumusan diagnosa asuhan kesehatan 

gigi dan mulut disusun untuk membantu perawat gigi dalam menerapkan asuhan 

kesehatan kesehatan gigi dan mulut pada klien pasien . Sebuah Diagnosa  kesehatan gigi 

menjelaskan kondisi atau masalah dari klien yang dapat diobati dalam lingkup kesehatan gigi 

praktek aktual atau potensial. Kondisi ini atau masalah diidentifikasi melalui interpretasi data 

penilaian, dan harus mengambil kebutuhan, nilai-nilai dan keyakinan klien menjadi 

pertimbangan. 

Perawat Gigi akan menganalisis dan menafsirkan data subyektif dan data obyektif  untuk 

merumuskan Diagnosa  asuhan kesehatan gigi dan mulut. Sifat dari Diagnosa  asuhan 

kesehatan gigi dapat bervariasi antara satu klien dengan klien yang lain. Rumusan diagnosa 

keperawatan mengandung tiga komponen utama, yaitu : 

A. Problem (P = masalah), merupakan gambaran keadaan klien dimana tindakan asuhan 

kesehatan gigi dan mulut dapat diberikan. Masalah yaitu  kesenjangan atau 

penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya tidak terjadi. 

 Tujuan : menjelaskan status kesehatan klien atau masalah kesehatan klien secara jelas 

dan sesingkat mungkin. Diagnosa  keperawatan disusun dengan memakai  standar 

yang telah disepakati,  susaha  ? 

1. Perawat gigi dapat berkomunikasi dengan istilah yang dimengerti secara umum 

2. Memfasilitasi dan mengakses diagnosa keperawatan gigi 

3. Sebagai metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah keperawatan gigi 

dengan masalah medis 

4. Meningkatkan kerjasama perawat dalam mendefinisikan Diagnosa  dari data 

pengkajian dan intervensi keperawatan, sehingga dapat meningkatkan mutu 

asuhan keperawatan. 

B. Etiologi (E = penyebab), keadaan  ini menunjukkan  penyebab keadaan  atau  masalah 

kesehatan yang memberikan arah terhadap terapi asuhan kesehtan gigi dan mulut. 

Penyebabnya meliputi : perilaku, lingkungan, interaksi antara perilaku dan lingkungan. 

Unsur-unsur dalam identifikasi etiologi : 

1. Patofisiologi penyakit : yaitu  semua proses penyakit, akut atau kronis yang dapat 

memicu  atau mendukung masalah. 

2. Situasional : personal dan lingkungan (kurang pengetahuan, isolasi sosial, dan 

lainnya) 

3. Medikasi (berhubungan dengan program pengobatan atau perawatan) : 

keterbatasan institusi    atau rumah sakit, sehingga tidak mampu memberikan 

perawatan. 

4. Maturasional 

5. Adolesent : ketergantungan dalam kelompok 

6. Young Adult : menikah, hamil, menjadi orang tua 

7. Dewasa : tekanan karier, tanda-tanda pubertas. 

C. Sign atau symptom (S = tanda dan gejala), yaitu  ciri, tanda atau gejala, yang merupakan 

informasi yang diperlukan untuk merumuskan Diagnosa  keperawatan. 

 Jadi rumusan Diagnosa  asuhan kesehatan gigi dan mulut pada pasien  yaitu  : PES. 

 


 

Perumusan harus jelas dan singkat dari respon klien terhadap situasi atau keadaan yang 

dihadapi: 

A. Spesifik dan akurat (pasti) 

B. Dapat merupakan pernyataan dari penyebab 

C. Memberikan arahan pada asuhan keperawatan 

D. Dapat dilaksanakan oleh perawat pencerminan keadaan kesehatan klien 

 

 

Persyaratan diagnosa asuhan keperawatan gigi dan mulut, meliputi: 

A. Perumusan harus jelas dan singkat berdasar  respon klien terhadap situasi atau 

keadaan kesehatan yang sedang dihadapi. 

B. Spesifik dan akurat. 

C. Merupakan pernyataan dari : P (Problem) + E (Etiologi) + S (Signs atau Symptom) 

D. Memberikan arahan pada rencana asuhan keperawatan. 

E. Dapat dilaksanakan intervensi keperawatan oleh perawat. 


Cara menyusun rumusan Diagnosa  asuhan keperawatan gigi dan mulut yaitu sebagai 

berikut : 

A. Tulis masalah klien atau perubahan status kesehatan klien. 

B. Pastikan bahwa masalah klien didahului adanya penyaebab dan keduanya dihubungkan 

dengan kata “Sehubungan dengan (related to)” 

C. Definisi karakteristik. Jika diikuti dengan penyebab kemudian dihubungkan dengan kata 

“ ditandai dengan (as manifested by)”. 

D. Tulis istilah yang umum dipakai . 

E. Gunakan bahasa yang tidak memvonis. 

F. Pastikan bahwa pernyataan masalah menandakan apakah keadaan yang tidak sehat dari 

klien atau apa yang diharapkan klien bisa dirubah. 

G. Hindarkan menggunaan definisi karakteristik, diagnosa medis atau sesuatu yang tidak 

bisa dirubah dalam pernyataan masalah. 

H. Baca ulang diagnosa keperawatan untuk memastikan bahwa pernyataan masalah bisa 

dicapai dan penyebabnya bisa diukur oleh perawat. 

 

Diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut  yang salah: 

A. Diagnosa medis       : misal; Pulpitis akut 

B. Medical Pathology  : misal, adanya granuloma pada dental apeks 

C. Pengobatan atau peralatan : misal, Perawatan saluran akar, Jarum K-File   

D. Diagnostic study : misal, Periodontology 

 

Hindari kata-kata yang tidak baik atau memvonis, misal: 

A. Takut karena sering dipukul oleh suaminya 

B. Ketidakefektifan family chopping karena mertua yang melakukan pemerkosaan 

terhadap menantunya. 

C. Potensial perubahan peran orngtua karena IQ ibu yang rendah 

 


Berikut yaitu  cara merumuskan diagnosa asuhan keperawatan gigi dan mulut : 

A. Tuliskan diagnosa asuhan keperawaan pada kolom yang tersedia dengan mengacu dari 

8 jenis diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut. 

B. Lanjutkan dengan membuat satu isian atau lebih masalah yang terjadi. 

C. Lanjutkan dengan beberapa tanda-tanda atau gejala yang di keluhkan klien  


Ringkasan 

 

Rumusan diagnosa keperawatan mengandung tiga komponen utama, yaitu : Problem 

(P/masalah), merupakan gambaran keadaan klien dimana tindakan asuhan kesehatan gigi dan 

mulut dapat diberikan. Masalah yaitu  kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal 

yang seharusnya tidak terjadi. Etiologi (E/penyebab), keadaan  ini menunjukkan  penyebab 

keadaan  atau  masalah kesehatan yang memberikan arah terhadap terapi asuhan kesehtan 

gigi dan mulut. Penyebabnya meliputi : perilaku, lingkungan, interaksi antara perilaku dan 

lingkungan.  Sign/symptom (S/tanda dan gejala), yaitu  ciri, tanda atau gejala, yang 

merupakan informasi yang diperlukan untuk merumuskan Diagnosa  keperawatan. 

 


PERENCANAAN PELAYANAN ASUHAN 

KESEHATAN GIGI DAN MULUT 

pasien  

 

Pada bab ini Anda akan mempelajari dua topik yang meliputi menetapkan rencana 

pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien , dan menyusun rencana pelayanan 

asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien . Kedua tindakan ini  dilakukan sebagai 

tindakan perencanaan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien . 

Perencanaan yaitu  perilaku asuhan kesehatan gigi dan mulut dimana tujuan yang 

berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi asuhan kesehatan 

gigi dan mulut dipilih untuk mencapai tujuan ini . Ada juga yang mendefinisikan  

perencanaan yaitu  sesuatu yang telah dipertimbangkan secara mendalam, tahap yang 

sistematis dari proses asuhan kesehatan gigi dan mulut meliputi kegiatan pembuatan 

keputusan dan pemecahan masalah. 

Tahap perencanaan asuhan kesehatan gigi dan mulut memberi kesempatan  kepada 

perawat, klien, keluarga, dan orang terdekat klien untuk merumuskan  rencana tindakan 

asuhan kesehatan gigi dan mulut guna mengatasi masalah yang dialami klien. Perencanaan 

merupakan  petunjuk tertulis yang  menggambarkan secara  tepat  rencana tindakan  asuhan 

kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya 

berdasar  diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut. 

Tujuan sesudah  mengikuti mata kuliah ini Anda (mahasiswa) mampu menetapkan dan 

merumuskan rencana pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien  sesuai prosedur. 

namun  sebelum Anda melakukan praktik perencanaan pada klien pelayanan asuhan 

kesehatan gigi dan mulut pasien  di klinik, Anda sudah harus menguasai pengetahuan konsep, 

proses, dan tahapan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien . Untuk itu 

persiapkan diri Anda dengan mempelajari kembali ilmu-ilmu di atas, sebagai bekal untuk 

melakukan pengkajian berupa pemeriksaan subyektif dan obyektif pada klien pelayanan 

asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien . 

Perencanaan yaitu  suatu proses menentukan kegiatan yang akan dilakukan secara 

sistematis sesuai dengan keinginan. Sedang  produk suatu perencanaan yaitu : 

1. Analisa keadaan dan masalah yang dihadapi 

2. Tujuan untuk mengatasi masalah 

3. Kebijakan dan strategi yang menjadi dasar pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan. 

4. Rencana pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan. 

5. Rencana pengawasan, pengendalian dan penilaian.  

 

Menurut Terry (2013) perencanaan yaitu  pengumpulkan dan pengolahan fakta-fakta 

serta memakai  perkiraan-perkiraan untuk bentuk masa depan dan perumusan usulan 

kegiatan yang diyakini dapat mencapai tujuan yang diinginkan.  

Para manajer harus memutuskan apa yang ingin dikerjakan, menetapkan tujuan jangka 

pendek dan jangka panjang untuk organisasi, serta memutuskan alat apa yang akan dipakai  

untuk mencapai tujuan ini . Dalam rangka melakukan hal itu manajer harus 

mengestimasikan sejauh mana kemungkinan dapat dicapai, baik dilihat dari aspek ekonomi, 

sosial, politik dan lingkungan, serta dihubungkan dengan sumber-sumber yang ada untuk 

menwujudkan rencana ini . 

Dengan adanya