Penerbitan surat kabar harian olahraga di negara kita mulai menunjukkan
perkembangan. Dalam kurun waktu dua tahun terakhir; muncul dua harian
olahraga yakni Horion Bolo dan SuperBall. Kedua harian ini menyusul harian
TopSkor yang telah terbit lebih dahulu. Harian olahraga di negara kita hadir
di tengah kondisi di mana pembaca surat kabar tengah menurun. Namun
begitu harian olahraga juga memiliki prospek yang baik apabila dikelola
dengan baik. Tulisan ini memberikan ulasan awal mengenai tiga harian
suratkabar di negara kita yakni TopSkor, Harian Bola, dan SuperBall. Fokus
ulasan adalah pada konten, struktur, perilaku, dan kinerja atau pendekatan
S-C-P (strucfure-conduct-performonce). Dalam ulasan ini penulis
memberikan rekomendasi apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh harian
olahraga. Di bagian penutup tulisan, penulis memberikan rekomendasi
tentang penelitian-penelitian selanjutnya yang dapat dilakukan berkaitan
dengan harian olahraga di negara kita.
Ada sebuah ungkapan bahwa resep agar
media laku adalah menggunakan formula
35, yakni sex (seks), scandal (skandal),
dan sport (olahraga). Keriga tema tersebur
dianggap oleh pengelola media cukup efektif
untuk menarik perhatian khalayak. Jadi jika
ingin sebuah media laku, media hendaknya
menghadirkan konten dengan tema minimal
satu dari 35 ini
Ungkapan itu memang di satu sisi terdengar
sebagai anekdot, tetapi di sisi lain memang
benar. Berkaitan dengan tulisan ini, maka
penulis hanya akan membahas mengcnai
konten olahraga saja.
Harus diakui, faktanya konten
mengenai olahraga merupakan "me nu
wajib" bagi setiap media karena menarik
pembaca. Daya tarik berita olahraga adalah
kandungan unsur hiburan di dalamnya
dan dapat menjadi semacam pelepasan
atau katarsis bagi sebagian warga yang
ingin mengaktualisasikan dirinya. Dalam
rnasa terrenru, perisriwa olahraga dapat
menyatukan beragam manusia, seperri
perebutan Piala Thomas, ia menyatukan
seluruh bangsa negara kita dalam satu
kata: nasionalisme (Kusumaningrat 6a
Kusumaningrat, 2006: 9-10). Bahkan berkat
pemberitaan media, ajang seperri Piala
Dunia, tidak lagi hanya milik warga
y^ng negarany,. ambil bagian di kejrraraan
ini . warga di negara yang
absen di Piala Dunia pun, ikur merasakan
kemeriahannya.
Perndapat senada juga diungkapkan
oleh Coakley (2003: 442).Ia menilai bahwa
olahraga dan rnedia memiliki hubungan
saling mengunrungkan satu sama lain.
Selengkapnya:
...lVithout the media, commercial iports
utolud not be so utide-spread and there
uould be less ertphasis on elitist form of
c|mPetitiue s?orts .... Without exponre to
sports through the media, ?eople uould
probably giue louter priority to organized
competitire sports in their eueryday liues
....iYithout sports, newspaper circulation
probably u,,oald detease, and teleuision
programming on weehends and holidays
would be dffirent and less proftable for
teleuision companies.
Saar ini hampir semua media di
negara kita, baik itu cetak, elektronik, mau
ptn online memiliki rubrik atau program
khusus olahraga. Halaman khusus olahraga
di harian Kornpas misalnya berjumlah tiga
halaman. Sementara di harian Jauta Pos
ditempatkan dalam rubrik tersendiri yakni
Sportainment dengan jumlah halaman
delapan. Pada medio tahun 2008, harian
Jurnal Nasional memasang halaman segmen
olahraga Top Soccer di bagian depan.
Halaman rubrik olahraga bisa bertambah
ketika ada event besar seperri Piala Dunia,
Piala Eropa, atau kejuaraan di mana
negara kita ambil bagian di dalamnya.
Di media elektronik, ada banyak
program yang khusus membahas olahraga.
Program ini bisa merupakan program
tersendiri misalkan Galeri Sepahbok
negara kita, One Stop Football, Highlight
MotoGP (TiansT), World Boxing, Sport One
(tuOne), Kampiun Liga Ind.onesia @NfV
adalah beberapa contohnya. Selain itu, salur-
JURNAL HilTflffilTE Ai$ll
Na@yana Mahendra Prcrctya. Gelia' Surat Kabar... Volume 6, Nomor 1, Mei 2014
an televisi di negara kita juga menyiarkan
ayangan- rayan gan olahraga seperri MotoGP
(TiansT), Liga Champions (SC7-V), Liga
Spanyol (RCTI), Liga negara kita (ANTV,
dan sebagainya. Namun tidak jarang
berita olahraga juga masuk dalam segmen
berita reguler, misalkan di berita pagi juga
ada berita mengenai hasil pertandingan
sepakbola yang berlangsung pada dinihari.
Untuk media online, ada ktnal
khusus olahraga seperti detihsport (detih.
com), Kompas Bok (Kompas.com), Viua Bok
(uiua.co.id), bola.liputan6.com (Liputan6.
com), dan sebagainya. Ada juga situs berita
yang memang khusus membahas mengenai
olahraga, seperti bolanews.com, duniasoccer.
com, dan goal.com (laman negara kita).
Kondisi ini membuktikan bahwa
berita atau konten olahraga memberikan
atau setidaknya menjanjikan manfaat bagi
media, dalam hal ini bisa dipahami sebagai
peningkatan keuntungan.
Perkembangan media cetak di
negara kita yang membahas olahraga
semakin pesar. Ada yang berformat
tabloid, ma.jalah, majalah yang merupakan
franchise dari majalah yang telah terbit di
luar negeri, bahkan ada majalah sepakbola
yang didedikasikan hanya urrtuk satu klub
(Adiputra, 2010 : b). Mayoritas dari media
cetak ini merupakan terbitan berkala.
Lalu bagaimana dengan surat kabar atau
harian khusus olahraga? Dalam beberapa
tahun terakhir, dunia media di negara kita
mulai ramai dengan kehadiran surar kabar
(harian) khusus olahraga. Harian 7bp Shor
mengawali hadirnya harian olahraga di
negara kita pada tahun 2005. Kemudian
tabloid olahraga Bola melwcurkan harian
Bola pada mhun 2013. Yang terbaru adalah
kehadiran Super Ball yang merupakan
bagian dari kelompok Tribun Kompas
Gramedia yang hadir pada tahun 2014.
Kehadiran harian olahraga di negara kita
rentu di satu sisi merupakan peluang
bagi media rersebur, terapi di sisi lain
juga menghadirkan tantangan rersendiri.
Tentunya para perusahaan penerbit koran
olahraga memiliki pertimbangan sendiri
untuk terjun dalam pasar yang kurang
menjanjikan. Pasalnya, menurut Serikat
Penerbitan Suratkabar (SPS), pembaca
koran di negara kita menurun hingga tinggal
11 persen saja ("SPS: Pembaca Koran
Tinggal 15 Perseri', Republiha.co.id, 2I
C)ktober 201 1, diakses 22 JarL.tari 201.4).
Kehadiran harian olahraga di negara kita
tentu di satu sisi merupakan peluang
bagi media ini , tetapi di sisi lain
juga menghadirkan tantangan tersendiri.
Tentunya para perusahaan penerbir koran
olahraga memiliki pertimbangan sendiri
unruk rerjun dalam pasar yang kurang
men.janjikan. Pasalnya, menurut Serikar
Penerbitan Surarkabar (SPS), pembaca
koran di negara kita menurun hingga tinggal
15 pe.sen saja ("SPS: Pembaca Koran
Tinggal 15 Persen", Republiha. co. id, 21
Oktober 201 1 , diakses 22 Januari 2014) .
Untuk membahas mengenai koran
olahraga di negara kita, maka tulisan ini
akan terdiri dari dua bagian utama. Pertama
adalah membahas harian olahraga dari sisi
konten, kedua adalah membahas harian
J U R NA L fi i! rt4 tl"'tl:i$iltfl
Volume 6, Nomor 1, Mei 2014 Narcyana Mahendrc Pnrclya. Geliat Surat Kabar. .
olahraga dengan menggunakan pendekatan
SCP
Pembahasan dari sisi konten bertujuan
memetakan apa saja yang ditawarkan
oleh harian olahraga negara kita. Di bagian
akhir pembahasan dari sisi konten, penulis
memberikan rekomendasi tentang konten
apasajayang masih mungkin dikembangkan.
Seme ntara pendekatan S-C-P bertujuan
melihat harian olahraga dari sisi orgarrisasi
media. Melalui pendekaran S-C-P penulis
hendak melihat bagaimana kinerja harian
olahraga di negara kita dan rnemberikan
rekomendasi tentang hal-hal apa saja yang
masih bisa dikembangkan baik dari variabel
stt'uoure, conduct dan petformance.
Pernbahasan
Harian Olahraga di negara kita
Media olahraga di dunia mulai
berken-rbang pada abad ke- 18. Majalah
olahraga pertama di Inggris, yakni Sporting
Magazine dan Sporting Life, dirilis pertama
kali pada '.ahun 1792 dan 1821 . 'lema
liputan utama kedua majalah itu adalah
pacuan kuda. Ma.jalah ini menjadi
referensi bagi penonron untuk memasang
taruhan. Di Prancis, rnajalah olahraga
pertama bernama LeSport (rarebit tahtn
1854). Ada pun ma.jalah olahraga pertama
yang berbahasa Jerman adalah Austrian
Allgemeine Sportzeitung (1878). Di Amerika
Serikat pada tahun 1890-an jumlah majalah
olahraga mencapai 50 judul. Llntuk surat
kabar, harian New Yorh World menjadi trat
kabar pertama yang memiliki dm redaksi
olahraga sendiri (tahun 1883). Pada medio
7920-an,40 persen dari berita lokal di New
Yorh lYorld dan 60 persen dari berita lokal di
New Yorh Tiibun rcrdiri dari berita olahraga.
Mulai medio 1920an, surat kabar harian
mulai rutin mengalokasikan empar arau
lima halaman untuk berita-berita olahraga
(Beck 6c Bosshart, 2003; Smart, 2005).
Posisi berita olahraga untuk sebuah
media semakin penting di masa kini: "[T]
hus in the 21st century newspaper marhet
sports journalism remainr an important ?art
of the brand identity of popular neuspa?ers"
(Boyle, 2006: 49). Sebagai contoh, harian
umllrm Indo Pos (/awa Pas Group yang
terbir di Jakarta), memasang tagline "Berita
Olahraga Nomor l" (Prasrya, 2007:147).
Bahkan berita olahraga dapat
menentukan "nasib" sebuah media. Contoh
kasus di Inggris berikut mungkin dapat
menjadi gambaran. Selama lebih dari 20
tahun, surar kabar Tbe.9zz diboikot oleh
warga di kota Liverpool. Pemicunya
adalah berita The Sun yang menyebutkan
bahwa penyebab Tiagedi Hillsborough
tahun 1989 adalah para pendukung
Liverpool yang mabuk. Pemberitaan itu
membuat warga Liverpool berang dan
sejak itu warga di kota pelabuhan di
Inggris itu tidak sudi membeli The Sun. Dua
kali permintaan maaf dilakukan The Sun,
yakni tahun 2004 dan 2011, namun boikot
tetap saja berlangsung hingga lebih dari dua
dekade. Tiagedi itu sendiri menyebabkan 96
orarrg rewas ("Liverpool's 23-year boycort
of The Sun newspaper", BBC.co.uh, 24
February 20 12).
Narayana Mahendra Prarstya Geliat Sural Kabar. .
J U R NAL I{OIIlUtr!ilATIIR
Volume 6, Nomor 1, Mei 2014
Di negara kita, berita olahraga baru
berkembang di tahun 1970-an. Padahal satu
dekade sebelumnya, berita olahraga masih
merupakan liputan tambahan. Dianggap
tidak cukup penting. Masuk karegori
"hiburan' seperti berita mengenai hiburan
atau kriminal. Hanya beberapa koran yang
memiliki rubrik khusus olahraga, tapi
volume dan penempatannya pun kecil dan
terpencil. Salah satu penyebab perubahan
"nasib" berita olahraga adalah tayangan
langsung pertandingan sepakbola, terutama
Piala Dunia, yang menyapa pemirsa di Tanah
Air. Pemirsa sangat menikmari tayangan
rersebut, dan pemirsa membutuhkan lebih
banyak informasi dari koran. Mereka masih
ingin rahu lebih banyak mengenai apa
yang sebenarnya terjadi dan bagaimana
perkembangannya l<emudian (Marsis,
2004: l5-t6).
Saat ini ada pula rnedia cetak
yang mernang khusus membahas mengenai
olahraga. Bahkan beberapa di antarnya
merupakan fanchise dari produk asing.
Misalkan ta6loid Bok, tabloid Soccer,
mrjala\ Bola Vaganza, majalah Main Basket,
sementara untuk produk fanchise adalah
majalah Insidt Unrted (majalah untuk fans
klub sepakbola Manchester United) dan
mal ah Four Four Two.
Koran (harian) olahraga pertama di
negara kita adalah Top Shor, yang terbit
perdana pada tanggal 6 Januari 2005.
Saat ini TopShor berhastl meraup jumlah
pembaca sekitar 800 ribu pembaca dengan
jumlah pembaca yang semakin banyak.
Menurut survei Nielsen di kuartal ketiga
tahun 2010, TbpShor menjadi koran nomor
saru yang dinilai dari jumlah pembacanya
di Jakarta (Pro6l harian TopSkor, www.
rooskor.co.id, diakses 22 lanuari 2014).
Kebanyakan orang mungkin lebih
mengenal Bola sebagai media olahraga yang
paling populer di negara kita adalzh Bok.
Bola memang pemain lama dalam dunia
media olahraga. 'letapi Bola baru terjun di
bisnis koran olahraga pada tahun 2013.
Sejak itu, Bola rcr6ir dalam dua versi yakni
harian (terbit seminggu tujuh kali) dan
tabloid (terbit seminggu sekali). Sepanjang
sejarahnya, Bo k verci ceta,k telah mengalami
beberapa perubahan. Bola awalnya
merupakan suplemen halaman olahraga
di harian Kompas. Kemudian pada tahun
1984, Bok terbit sendiri dengan terbitan
selama seminggu sekali. Selan.jutnya pada
tahun 1997 Bola rcrbit seminggu dua kali
yakni pada hari Selasa dan Jumat. Pada
tahun 20 10, mengambil monen Piala
Dunia di Afrika Selatan, Bola kemudian
terbit tiga kali dalam sepekan yakni Senin,
Kamis, Sabtu. Selanjutnya pada tahun
2013, Bola mengeluarkan harian Bola.
Dengan hadirnyaharian Bok, maka tabloid
Bola p:unkembali seperti semula yakni terbit
seminggu sekali yakni setiap hari Kamis.
Jadi, pada hari Kamis, Bola mengeluarkan
dua produk yakni tabloid dan harian.
Kompetisi harian olahraga di negara kita
semakin marak dengan kehadiran Super
Ball. Super Ball semula adalah nama rubrik
olahraga di surat kabar Tiibun (kelompok
Tiibur.r Kompas Gramedia). Mulai Januari
2014, Super Ball di|ual secara terpisah.
6*Y*ff#*:Tt:;{t;;ii Narayana Mahendra Prarstya. Geliat Surat Kabat...
Namun begitu rubrik olahraga di surat kabar
Tiibun ridak menghilang, hanya berganti
nama menjadi "Super Sport" ("Super Ball,
Koran Nasional Bola Terbesar, Tiibunnews.
com, 16 Januad 2014, diakses 22 Januari
2014).
Konten: Dominasi Eropa, Minim
Kritik dan Berita Klub Lokal
Semua harian, termasuk harian
olahraga harus memiliki konten yang
berkualitas. Melalui konten ini lah harian
peluang harian olahraga untuk trersaing
dengan media dari bentuk platform vang
berbeda (misalkan internet). Pasalnya,
menlrrut Supadiyanto (2013:690) dari sisi
konten media cetak tidak bisa tergantikan
oleh jenis media massa lainnya. Dari sisi
kedalaman, kelengkapan dan keragan-ran
dimensi berbagai persoalan yang disajikan
sebagai total news atatr lebih tepatnya
neu.ts in its totaliry. Setiap total news siap
untuk dibedah dalarn arti dibuat terbuka
untuk diperikan (description), dijelaskan
(expknation) dan bersama itu penyelesaian
soal ditawarkan (solution).
Sepakbola, khususnya kompetisi liga-
liga besar di Eropa seperti Inggris, Spanyol,
Italia, dan Jerman, menjadi jualan utama
dari ketiga harian olahraga ini . Wajar,
karena mayoritas warga di negara kita
memang menggemari sepakbola (di medio
tahun 2005, tabloid Bola menerbitkan
rabloid Bola Sports, yang berisi berita-
berita cabang olahraga selain sepakbola.
'I'ujuannya untuk "menampung" berita-
berita cabang selain sepakbola yang kurang
mendapatkan space di nbloid Bok. Dabm
Bok Sports, sama sekali tidak ada berita
sepakbola. Namun sekitar dua tahun
berselang, Bola Sports sudah tidak lagi terbit
karena tak mendapat respon baik dari pasar.
Hal ini menunjukkan bahwa olahraga selain
sepakbola kurang digemari warga
negara kita. Kondisi serupa terjadi di Inggris
(Smart, 2005: 67), di nana berita olahraga
tetap didominasi oleh sepakbola bahkan
ketika musim kompetisi sepakbola sudah
berakhir di pertengahan tahun. Memasuki
musim panas (pertengahan tahun), di
Inggris merupakan waktu untuk olahraga
kriket dan ada turnamen tenis Grand. Skm
rVimbledon. Namun sepakbola tetaplah
menempati porsi pemberitaan paling besar.
Meski kompetisi tengah libur, pemberitaan
tentang sepakbola tetaplah ramai dengan
turnamen pra-musim dan transfer pemain).
Eksklusivitas menjadi "senjara" dari
harian-harian olahraga wse6ut. TbpShor
bermitra dengan wartawan dali media
olahraga Eropa seperti La Gazzetta dzlk
Sport (kalia) dan Marca (Spanyol). Para
lvarrawan nredia asing ini menuliskan
ulasan-ulasan terkait kompetisi Eropa
untuk harian TopSkor. Semenrara Bok,
dengan tagline "membawa Anda ke
Arena", mempertahankan "tradisi" dengan
mengirimkan wartawan-wartawannya
ke euent olahraga besar dunia. Laporan
langsung secara ekslusil wawancara
eksklusif dengan tokoh-tokoh olahraga
dunia, serta Foto-foto seputar euent olahraga
ini hasil karya forografer BoLt. menjadi
senjata andalan Bola. Ada pun Super Ball
J U R NAL i6I!iduhII{*TIIR
Narayana Mahendra Prarstya. Geliat Surai KabaL.. Volume 6. Nomor 1. Mei 20'14
memberi halaman khusus urrtuk berita-
berita sepakbola lokal sesuai dengan daerah
atau kota rcmpat Super Bal/ beredar. Meski
\egitu, di SuperBal/ berita rentang sepakbola
Eropa masih menjadi konten dominan.
Bagaimana dengan berita sepakbola
nasional? Pemberitaan ini tetap ada,
mengenai tim nasional, komperisi liga, dan
berita-berira tentang klub-klub lokal. Selain
terkait komperisi, pemberitaan juga seputar
organisasi sepakbola nasional yakni PSSI.
Secara umum konten yang ditawarkan
relatif sama dengan media-media yang lain.
Apabila hanya mengandalkan konten saja,
maka akan cukup sulit bagi harian olahr:aga
itu bersaing, terutama dengan media-media
online yang unggul dalam kecepatan. Isi
berita yang relatif sama dengan media-
media yang sudah ada (baik itu dalam
pktform yang sama mau pun yang berbeda)
kemudian menimbulkan pertanyaan: apa
bedanya harian olahraga dengan situs
berita olahraga? Di media online, segala
perkembangan terbaru bisa langsung di-
uphad dan dibaca oleh warga . Sudah
banyak media online ber5ahasa negara kita
yang membahas tentang ligaliga di Eropa.
Selain itu juga ada media asing khusus
berita-berita sepakbola yang memiliki
halaman berbahasa negara kita, misalkan
Goal.rum. Cara mengakses inrernet pun
kini semakin mudah, menggunakan
telepon seluler pun sudah bisa. Biaya untuk
mengakses internet pun murah.
Orang kem udian mungkin akan
berpikir lebih baik mengalokasikan uang
untuk berlangganan internet, daripada
harus membeli cceran media olahraga.
Selain mendapatkan informasi lebih cepat,
5ahkan real llzr, mengakses interner juga
menawarkan keuntungan lebih, misalnya
dapat mengakses inFormasi tentang
olahraga dari berbagai sumber. Kehadiran
internet membuat liputan eksklusif yang
ditawarkan oleh harian pun mungkin tidak
bisa menjadi satu-satunya andalan. Harus
diingat juga, klub-klub Eropa kini sudah
memiliki halaman berbahasa negara kita
di situs resmi mereka, seperti Juvenrus,
Arsenal, dan Barcelona. Melalui laman
berbahasa negara kita ini, klub-klub cersebut
berharap bisa semakin dekat dengan para
penggemarnya di Thnah Air. Selain itu para
penggemar juga bisa terhubung langsung
dengan para atlet idolanya melalui Facebook
dan Twitter. Beberapa atlet yang cukup
"ramah" dengan para penggemarnya (dalam
artian rajin menrbalas mention atau pesan
1'ang disampaikan melalui dunia maya)
misal Rio Ferdinand (sepakbola) dan Jorge
Lorenzo (pembalap MoroGP).
Lalu bagaimana sebaiknya konten
harian olal'rraga di negara kita? Seperti
dikutip dari Coakley (2003: 427) ada
beberapa ciri dari.liputan olahraga untuk
media cetak y4kni: (1) memberikan berita
dan informasi; (2) menawarkan ringkasan
dari euent atau pertandingan terdahulu; (3)
menyediakan data dan informasi kongkret;
(4) menyoroti kisah-kisah di luar lapangan;
dan (5) menyajikan kritik terhadap olahraga
dan atlet. Untuk di negara kita, hal yang
disebutkan terakhir masih jarang. Memang
wartawan-wartawan senior di media
J U R NAL Httriililgii{F.l i1il
Volume 6, Nomor 1, Mei 2014 Narayana Mahendra Prcstya. Geliat Su'at KabaL
olahraga sudah memiliki kolom sendiri
di media masing-masing, arau menulis
opini mereka dalam berita, misal Weshley
Hutagalung dan Ian Situmorang di tabloid
Bola, Anron Sanjoyo di harian Kompas. Isi
dari kolom ini memberikan ulasan
atau kritik terhadap isu-isu terkini mengenai
olahraga. Tetapi akan lebih baik jika juga
melibatkan pakar olahraga di bidangnya
untuk ikut menulis.
Di Inggris, tak sedikit mantan pesepak-
bola profesional kemudian menjadi kolumis
atau komenrator olahraga misal Jamie
Carragher (mantan pemain Liverpool) dan
Gary Neville (mantan pemain Manchester
United). Keduanya menjadi pakar olahraga
(atau biasa dise6ut "pundir") di media
SkySports. Kehadiran orang yang Punya
pengalaman di bidang olahragayang digeluti
akan membuat pembaca akan lebih tertarik
untuk membaca harian olahraga ini .
Tentunya kritik akan lebih mengena ketika
disampaikan oleh orang yang memang
pernah menjadi pelaku di bidang olahraga
itu, dan yang lebih penting, pembaca akan
merespon kritik ini dengan tingkat
kepercayaa n yang lebih tinggi.
Masalahnya, di negara kita mungkin
belum banyak pelaku olahraga yang punya
keahlian menulis dan tulisannya pun sudah
memenuhi kaidah jurnalistik. Mungkin
hanya pesepakbola Bambang Pamungkas
saja yang rnemiliki kemampuan menulis
dengan baik (Bambang Pamungkas memang
rajin mengungkapkan pendapatnya
melalui tulisan. Selain memiliki website
pribad i utuw. bambangpamu nghas20. com,
pria yang akrab disapa Bepe ini juga telah
menerbitkan buku. Awal tahun 2010 Bepe
melalui akun twitter pribadinya pernah
mengkritik balik ketua PSSI Nurdin Halid
karena Bepe merasa tidak terima dengan
ucapan Nurdin yang terkesan merendahkan
kualitas pemain tim nasional negara kita.
Selengkapnya baca: "Nurdin Halid Balas
Dikritik Bepe" (detihsport.com, 14 Jawari
20 10, diakses 22 Jantari 2014).
Memang, sudah banyak atlet di
negara kita yang memiliki akun media sosial.
Terapi mayoritas aktivitas mereka di akun
media sosial iru adalah untuk berinteraksi
langsung dengan fans. Jadi media sosial
menjadi saluran untuk tnenunjang aktivitas
jumpa fans saja.
Srrategi lain unruk bisa menarikpembaca
dari segi konten adalah memperbanyak
konten lokal (Supadiyanto, 2013), dalam
hal ini adalah berita-berita mengenai
tim-tim lokal. Salah seorang pembaca di
Jambi merespon terbitnya harian Super
Ball menanyakan "Mana Berita tentang
PS Bangka?" ("Mana Berita PS Bangka,
Bang?!". bangka.tribunnews.com, 16 Januari
2014, dialaes 27 Januari 2014). Itu ar:tinya,
rnasyarakat haus akan informasi tentang
tim-rim lokal di daerah mereka. Informasi
mengenai klubJclub di Eropa dapat diperoleh
di mana saja. Tetapi unruk tim-tim lokal, itu
masih kurang. Di harian Bok, 5erita rcnrang
tim lokal bercampur dalam satu rubrik. Jadi
ada kemungkinan misalnya dalam satu edisi,
warga di Daerah Istimewa Yogyakarta
(Dl! hanya akan menemukan berita
tentang tim lokal DIY (PSS Slernan, PSIM
J U RNAL i{$TiIEJNEHATlIfi
Narayana Mahendra Prarstya Geliat Sutal Kabar... Volume 6. Nomor 1. M6i 2014
Yog'akarta, dan Persiba Bantul) dengan space
kolom yang cukup kecil atau bahkan tidak
ada. warga di DIY "dipaksa" untuk
membaca berita-berita tentang tim-tim dari
kora lain seperti Persib Bandung, Arema
negara kita, Persija Jakarta, PSM Makassar,
Persipura Jayapura, atau Persebaya Surabaya.
Pendekatan berbeda dilakukan oleh SuperBall
dengan memberikan halarnan khusus untuk
sepakbola lokal sesuai dengan kota atau
daeralr di mana SuperBall ini beredar.
Menambah konten olahraga lokal
mungkin dapat menjadi pilihan logis
bagi harian olahraga. Pasalnya, pasar lokal
diprediksi menjadi pasar masa depan bagi
harian. Di negara kita ada pergeseran model
distribusi dari koran nasional ke koran
regional. Di medio awal rahun 2000-an,
koran regional naik dari 20 juduI menjadi 138
judul. Koran nasional lang didistribusikan
antarkota dan antarpropinsi bersaing dengan
koran regional yang diterbitkan hanya
dalam kota propinsi, bahkan hanya seluas
satu komplels perumahan seperti misalnya
Kelapa Gading atau Bumi Serpong Damai
(Adiprasetyo, 2007 : 240-241). Tentu untuk
penambahan konten lokal maka tantangan
yang harus dihadapi adalah persoalan SDM
reporter atau wartawan, karena penambahan
konten lokal ini akan memunculkan
perbedaan isi harian yang terbit di satu kota
dengan kota yang lain.
Pengelola media tentu harus memiliki
strategi yang baik dalam menentukan
konten. Penentuan konten tidak lagi absolut
berdasarkan 5'W + lH semata. Penentuan
nilai berita pun mungkin tidak lagi sekadar
berpatokan pada jargon " name mahes news" .
Contohnya, Persib, Persipura, Arema,
Persebaya, Persija, memang merupakan dm
besar. Tim-tin.r ini memiliki nama,
punya presrasi, dan diperkuat oleh pemain
binrang. Terapi pembcriraan tentang tim-
tim ini mungkin kurang menarik
perhatian warga di luar kota tempat
tin-r-tirn ini bermarkas.
Menurut Siregar (dalam Yusuf,
2008: 23), tingkat sensitivitas pengelola
media terhadap kebutuhan khalayak akan
informasi bisa menentukan laku tidaknya
sebuah media. Itu artinya, konten media
harus memuat informasi yang sesuai
dengan keinginan pembaca. Sesuai dengan
keinginan pembaca berarti mengikuti selera
pasar. Berkaitan dengan hal ini, dengan
berseloroh Hamilton (dalam Adiputra,
2010a: 159) berpendapar bahwa berita
saat ini bergantung pada 5!? "versi" pasar
yakni: (1) u,ho cares about a particukr piece
of information?; (2) what are the! willing to
pay to fnd it, or what are others uilling to pay
to reaclt them?; (3) where can media outlets
or aduertisers reach these people?; (4) when is
it proftable to prouidr the information?; (5)
why is this proftable?
Melihat Harian Olahraga negara kita
Berdasarkan Pendekatan S-C-P
Seperti dipaparkan pada bagian awal
tulisan ini, jumlah pembaca kolan atau
harian di negara kita memang mengalami
penurunan. Meski begitu peluang bisnis
di media cetak mash menjanjikan. Dengan
membandingkan tingkat penetrasi Internet
Narayana Mahend2 Pra.stya.
di negara kita pada Agustus 2013 yang masih
berkisar antara 40 juta - 85 juta pengguna
(penetrasi Internet di negara kita sebesar 16,7
- 35,4 persen); sedangkan jumlah oplah/tiras
seluruh rnedia cerak di negara kita mencapai
21 juta eksemplar (artinya tingkat penetrasi
media cetak di negara kita baru me ncrpai8,7 5
persen); sedangkan komposisi penduduk
Indouesia 1'ang berjumlah sekitar 240 juta
jiwa; masih terbuka peluang bisnis untuk
mengembangkan industri media cetak di
negara kita (Supadiyanto, 2013: 69 1).
Berita olahraga merupakan berita yang
sangar diminati pembaca. Itu berarti berita-
berita olahraga dapat menjadi pemikat
untuk menarik pengildan (misal baca:
Brooks dalam Boyle, 2006; Kusullaningrat
& Kusumaningrat, 2006), maka wajar
apabila harian olahraga menjan.jikan
peluang bisnis yang baik di negara kita.
Berbicara tentang harian olahraga tentu
saja tidak sebatas soal konten saja. Agar
pembahasan semakin lengkap, maka harian
olahraga juga sebaiknya dilihat sebagai
organisasi media secara menyeluruh. Untuk
mengetahui hal ini salah satu yang bisa
dilakukan adalah membedah dari perspektif
struktur, perilaku, kinerja atau biasa disebut
S-C-P (Structure-Conduct-Performance)
yang merupakan tiga pilar utama yang
dapat digunakan untuk melihat kondisi
struktur dan persaingan di dLrnia industri,
termasuk media massa. Esensi pendekatan
S-C-P terhadap analisis organisasi industri
adalah hipotesis yang menyatakan bahwa
kinerja pasar (industri) dipengaruhi oleh
operasionalisasi perusahaan, sedangkan
operasional perusahaan sendiri dipengaruhi
oleh berbagai variabel yang membentuk
strukturnya (Yusu[, 2008: l5- 16).
a. Structure
Untuk melihar struktur diperlukan
variabel-variabel sebagai berikut yakni:
konsentrasi pasar, diferensiasi produk,
kemampuan perusahaan untuk tlenembus
pasat pendarang baru, pembeli, pesaing,
dan pemasok (Adiputra, 2010a; Yusuf,
2008). Berkaitan dengan harian olahraga di
negara kita, maka variabel yang akan dibahas
adalah pendatang baru, konsenrrasi pasar,
pesaing, dan kemampuan perusahaan unruk
menembus pasar.
Flarian olahraga merupakan bisnis baru
di dunia industri media di negara kita. Dalam
kurun waktu delapan tahun terakhir, terbukti
baru tiga harian olahraga yang terbit. TopSkor
menjadi harian olahraga yang pertama kali
terbir di negara kita. Narnun begitu sampai
saar ini wilayah edar TbpShor masih belum
luas. Pasalnya, TbpShor memans bukan
media yang memiliki "induk" perusahaan
(media) yang kuat seperti kelornpok Jawa
Pos, kelompok Media negara kita, atau
kelompok Kompas Gramedia. Dalam profil
harian TopSkor yang ada dalam TopShor
versi online (www.topskor.co.id), renulis:
Koran yang kini berriras sekitar
250.000 ini beredar luas baik di
ivilayah Jabodetabek dan Jawa Barat
akan diedarkan ke seluruh negara kita
dalam waktu dekat ini. Selain itu
TopSkor sedang mencari mitra usaha
untuk mengembangkan pasarnya
baik dukungan iklan dan distribusi.
(Catatan: cetak tebal oleh ?enulis).
JURNAL KSTJUTIKAItlR
Narayana Mahendra Prarstya. Geliat Suiat Kabar. . Volume 6, Nomor 1, Mei 2014
Keberadaan TbpSkor se5agai saru-
satunya harian olahraga di lndonesia mulai
"terusik" dengan hadirnya Harian Bola
(tahun 2013) disusul SuperBal/ (tahun
2014). Keduanya merupakan media dengan
induk yang kuat, yakni kelompok Kompas
Gramedia. Harian Bola terbantu oleh brand
Bolz yang sudah mengakar, mengingat posisi
Bok sebagai media (cetak) khusus olahraga
yang pertama di negara kita.
Ada pun untttk SuperBall, saat ini terbit
di 19 propinsi di negara kita di seluruh Jawa
(kecuali Banten), seluruh Kaliman tan (kecuali
Kalimantan Tengah), selumh Sumatera
(kecuali Sumatera Barat dan Bengkulu), serta
Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan
Sulawesi Utara. ("Super Ball, Koran Nasional
Bola Terbesar, Tiibunneuscom, 16 Januari
2014, diakses 22 Januari 2014). SuperBall
juga terbantu dengan keberadaan Ti'ibun,
yang sudah memiliki wilayah distribusinya
sendiri.
Mesl<i SuperBall dan Harian Bola
merupakan pendatang baru, tetapi tidak
mengalami kesulitan berarti untuk menembus
pasar secara nasional. Pasalnya kedua media
ini
.juga sudah dikenal sebelumnya oleh
warga . Ditambah lagi dengan sokongan
dari perusahaan induk yang cukup kuat,
maka perluasan pasar bukanlah masalah
besar. Di terbitan perdana SuperBall 16
Janvri 2014, harian olahraga rersebut terbit
serentak di 25 remote slle percetakan Tiibun
Group di 19 propinsi. Direktur Kelompok
Tlibun Kompas Gramedia, Herman Darmo
mengklaim: "Tidak ada koran bola di
negara kita dengan reach (jangkauan pasar)
seluas itu kecuali Super Ball" ("Super Ball,
Koran Nasional Bola Terbesar". Tiibunneus.
mm, 16 Jannri 2014, diakses 22 Januari
2014).
Kesimpulan mengenai struktur harian
olahraga negara kita adalah, sebagai bisnis
baru harian olahraga di negara kita mulai
diramaikan oleh datangnya para pendatang-
pendatang baru. Namun begiru konsentrasi
pasar masih terpusat di satu perusahaan
media kelompk Gramedia (yang merupakan
"induk' dari SuperBall dan Harian Bok).
SuperBall dan Harian Bolz menghadirkan
persaingan bagi "pemain lama" yakni
TbpSkor. Meskipun SuperBall dan Harian
Bo/a rnenspakaL.r pendatang baru dalam
dunia harian olahraga di negara kita, namun
pada prinsipnya mereka adalah "pemain
lama" dalam dunia bisnis media cetak di
negara kita. Karena keduanya bisa dikatakan
merupakan perluasan dari produk lama saja,
yakni harian rmum Tiibun dan rabloid' Bolz.
Sementara TopShor, meski mereka ada.lah
pionir harian olahraga di negara kita namun
mereka masih harus bekerja keras untuk bisa
menembus pasar nasional yang lebih luas.
b. Conduct
Kemudian conduct arau operasionali-
sasi sebuah n-redia bisa dilihat pada perilaku
perusahaan dalam menentukan harga jual,
strategi produk, strategi iklan, strategi
investasi, penelitian dan pengembangan,
strategi legal, dan strategi kooperatif atau
kerjasama (Adiputra, 2010a; Yusul 2008).
Berkaitan dengan tulisan ini, maka variabel
yang akan dibahas adalah harga jual,
strategi produk, dan straregi kooperarifatau
kerjasama.
Mengenai harga jual, TopSkor nteryadi
yang paling "mahal" yakni Rp 3.500,00.
Sementara Harian Bok dilempar ke
pasaran dengan harga Rp 2.500,00 dan
SuperBall dengan harga Rp 2.000,00.
Tentu kondisi ini membuat TbpShor 5erada
dalam posisi yang sulit. Di saru sisi mereka
membutuhkan pemasukan. Sementara
di sisi lain mereka menghadapi dua
kompetitor yang sudah dikenal sebelumnya
dan memiliki induk perusahaan media yang
besar. Karena memiliki induk perusahaan
media yang besar, ada kemrngkinan Bola
dan SuperBall\erani untuk menjual harian
mereka di barvah biaya produksi. Asurnsi ini
berangkat dari straregi harga yang di]akukan
harian Tribun, yang merupakan "saudara
rud' SuperBall. Tiibun identik dengan
koran seribu rupiah. Tiibun sendiri pun
mengaku bahwa harga jual yang mereka
pasang ini sebenarnya tidak menutup
biaya produksi. Tetapi dengan harga murah,
Tiibun berharap dapat meraih pembaca
dalam jumlah besar. Jika sudah memiliki
pembaca yang banyak, maka Tiibun akan
dengan mudah "menawarkan diri" kepada
pengiklan. Aliran dana dari pengiklan itu
lah yang akan menutup biaya produksi dari
Tiibun. ("Komunikasi Gelar Kuliah Umum
dan Seminar Jurrnalisme Era Digital dan
tntangan Bisnis Media", 7p scs.uii.ac.id, 26
Sep tember 201 i , diakses 27 Januari 2014)
Persoalan harga memang menjadi isu
besar terutama bagi bisnis media cetak.
Menurut Yusuf (2008: 22) penurunan
oplah media daerah salah sarunya karena
rer.rdahnya daya beli warga . Sebagian
pihak mempercayai, masyarakar di daerah-
daerah tidak cukup mampu unruk membeli
media karena kebutuhan pokok menjadi
prioritas utama. Akibatnya konsumsi media
daeral.r hanya dilakukan oleh warga
yang memang memiliki dana berlebih dan
dapat disisihkan untuk membeli media.
Hal selanjutnya dari conduct adalah
straregi produk. Strategi produk dalam hal
media olahraga di negara kita adalah seperti
apa konten yang ditawarkan kepada pembaca.
Sepeti sudah dipaparkan di pembahasan
mengenai konten, secara umum harian-
harian olahraga ini masih "monoton"
karena terlalu didominasi oleh pemberitaan
nrengerrai klub-klub Elopa. Isu-isu renrang
klub lokal masih belum dibahas secara
maksimal. Menurur Supadiy'an ro (2013:
692) perusahaan media cetak nasional harus
semakin menguatkan isu-isu kelokalitasan
pada penyajian isi media ceral<.
Strategi lain yang bisa dilakukan
adaiah kerjasam a. TbpSkor telah memiliki
kerjasama dengan media-rnedia di Eropa.
Sementara Bok (untuk yang berformat
tabloid) juga beberapa l<ali menampilkan
ulasan dari kolumnis sepakbola Eropa seperri
Rob Hughes dan lvlichael Dickhausser.
Kehadiran tulisan dari kolumnis-kolumnis
Eropa ini akan memperkaya perspektif
dari konren yang diberikan. Kerjasama
tidak hanya dilakukan sebatas menyrrmbang
tulisan, tetapi juga membeli lisensi. Ketika
harian olahraga di negara kita sudah memiliki
lisensi dari media olahraga yang sudah
memiliki nama, hal ini setidaknya
dapar mendongkrak brand harian olahraga
ini .
Inti dari media adalah konten. Tetapi
jika hanya mengandalkan konten saja,
tentu itu belum cukup. Harus ada strategi
produk lain di luar konren yang dilakukan
oleh pengelola harian olahraga di negara kita.
Strategi kerjasama lain yang bisa dilakukan
misalkan TopShor yng menjadi promotor
tur pra-musim klub Eropa ke negara kita
(ketika itu, tahun 2013 adalah Inter Milan).
Sementara Bok secara rutin sudah menggelar
acara penghargaan adet terbaik negara kita
versi Bokyang rnana eyenr rersebut
.juga bisa
"dijual" kepada sponsor.
Kerjasama lain yang bisa dilakukan
adalah dengan komunitas-komunitas lokal
misalkan suporter klub. Bentuk kerjasama
itu misal, harian olahraga menyediakan space
atau rubrik khusus untuk informasi yang
ditulis oleh komunitas suporter sendiri. Bisa
berita berupa kegiatan, pernyataan sikap,
dan sebagainya. Space yang diberikan pun
tidak perlu terlalu banyak, misalkan setengah
halaman untuk setiap dua kali terbitan.
Tentu isrryangmuncul selanjutnya dalam
kerjasama seperti ini adalah ketika dalam satu
wilayah ternyata ada dua kelompok suporter
sepakbola (baik itu mereka mendukung klub
yang sama atau berasal dari dua kesebelasan
yang berbeda), maka media harus pintar-
pintar untuk merangkul pihak-pihak
ini . Pasalnya jika hanya saru pihak saja
yang diajak kerjasama, maka hal rersebut
justru akan mengancam citra harian olahraga
ini di warga lokal.
Selain dengan suportet kerjasama
.juga bisa dilakukan dengan klub. Harian
olahraga di negara kita ini dapat
menjadi offcial media partner dari Hub
lokal di daerah di mana harian ini
terbit. Tetapi kerjasama di sini mungkin
tidak berbentuk pemuatan berita di harian
olahraga ini . Jika seperti itu dilakukan,
rentu akan mengancam objektivitas dan
netralitas media rersebut. Terkait kerjasama
ini , kita bisa melihat pada pernyataan
menarik dari Beck dan Bosshart berikut ini:
Priuikges and gifr are included in this deal.
Furthermore , seueral media nmpanies
haue themselues bougbt sports clubs or act
as sponsors, thus teatingpriuilegesfor thiir
own broadrast ProPtties or newspapcrs in
rEorting certain euent' But in this way
the companies can abo eruure that media
couerage includes no negatiue news about
tliese euents. An interexing clnsequence
is that organizers of sporting euents
maximize their reuenues Jiom the media
but make them dependent and uulnerable.
In the end, though, journalists lose what is
their most im?ortant good: independence!
Kerjasama dalam bentuk fficial
media partner diwujudkan dalam hal
seperti misalnya harian olahraga ini
memberikan transf-er ilmu kepada para
media ofr.cer dari klub-klub lokal tentang
bagaimana menulis prrss release, bagaimana
berbicara kepada wartawan, mengelola situs
resmi klub atau akun media sosial klub,
menjadi konsultan untuk pengelolaan media
terbitan klub (jika ada), dan sebagainya.
Yang harus menjadi perhatian adalah,
dalam menampilkan konten suara suporter
ini- terlebih jika ada lebih dari satu kelompok
suporter dalam satu daerah atau kon--
pengelola harian olahraga harus memberikan
"pagar api" yang jelas agar media ini
tidak dianggap terlalu berpihak terhadap
kelompok tertenru saja. Pagar api berguna
bagi media untuk ntenunjukkan pada
pembaca bahwa berita yang ada bukanlah
berita pesanan ,Pun
begitu dengan kerjasama sebagai ofiicial
media partner dengan klub, prinsip "pagar
api" hendaknya juga diterapkan dengan tegas
agar independensi media tetap terjaga.
c. Performance
Ada pun untuk melihat performance
atau kinerja dari harian olahraga di
negara kita bisa dilihat melalui variabel
apakah media ini menghaditkan
pandangan yang berbeda (diuersity ofuieut),
kultural, keadilan, efisiensi, penggunaan
teknologi, dan kemampuan meningkatkan
akses audiens (Adiputra, 2010a; Yusul
2008). Tulisan ini akan membahas dari
penggunaan teknologi dan kemampuan
meningkatkan akses audien.
Yang pertama adalah penggunaan
teknologi. Dengan kehadiran teknologi
internet dan cetak jarak jauh, maka harian
olahraga bisa segera sampai ke tangan
pembaca. Bentuk lain yang dirawarkan
oleh perkembangan teknologi adalah ePaper
(Supadiyanto, 2013). Dalam media cetak,
rentu mereka dibatasi oleh waktu naik cetak.
Jadi ada kemungkinan ada berita-berita
yang tidak tercover oleh edisi cetak. Salah
sacu harian yang mcnggunrkan straregi ini
adalah koran Kompas yang menawarkan
ePaper (berbayar) yang siap di-dotanload
oleh pembaca mulai siang hari. ePaper
Kompas ini berisi informasi-in lormasi yang
baru dan berbeda dari informrsi Kompas
versi cetak. Sistem ePaper tentu akan sangat
bermanfaat bagi harian olahraga terlebih
apabila nlengingat banyak pertandingan
olahraga yang barr-r selesai mendekad pagi
hari. Di sinilah kegunaan dari ePaper 6agi
harian olahraga. Apalagi mengingat banyak
euent olahraga yang baru selesai pada pagi
hari, jelas itu sulit rntuk rcr-couer apabrla
harian itu ingin sampai di tangan pembaca
pada pagi itu juga.
Opsi untuk menawarkan ePaper dapat
diunduh secara gratis.juga tidaksalah dicoba.
Gtapi dalam opsi ini ePaper bukan sebagai
usaha mencari atau menambah pemasukan,
tetapi sebagai usaha untuk mengenalkan
diri kepada warga . Agar harian
olahraga tidak rugi, maka konten berita
yang dirampilka n di ePaper ptn tidak perlu
semua. Mungkin hanya konten yang berupa
sepakbola Eropa atau sepakbola tim nasional
saja yang tampil dalam ePaper. Sementara
untuk berita-berita mengenai klub lokal
-
dengan asumsi di setiap daerah halaman
berita ldub lokal akan menampilkan klub
yang berbeda-beda-tampil hanya di edisi
cerak. Atau misalkan tawarannya adalah
dapat mengunduh ePaper secara gratis
uncuk berira-berira rertentu saja, sementara
untuk berita yang lain harus membayar.
Kehadiran ePaper juga bisa mengurangi
problem mengenai wilayah distribusi. Untuk
wilayah yang tidak terjangkau dengan edisi
cetak, maka bisa dijangkau dengan edisi
ePaper. ePaper juga bisa digunakan sebagai
usaha untuk mengukur minat pasar sebelum
terjun ke seuatu wilayah distribusi dalam
bentuk edisi cetak.
Hal lain yang tak kalah pentingnya
adalah masalah sumber daya yang dimiliki.
Sebagai sebuah industri, media juga
dihadapkan pada kemampuan mengelola
sumbet daya yang terbatas. Intinya, segala
sumber daya itu harus dikelola secara
efisien (Yusuf, 2008: 27). Sumber daya
mencakup sumber dana dan sumber
daya manusia. Menurut Supadiyanto
(2013: 691), perusahaan surat kabar harus
menyesuaikan model bisnis baru dalam
situasi industri yang sangat fagmanted,
yakni mampu rnemberdayakan sumber
daya manusia dan sumber dana secara
efektif dan efisien; sekaligus melakukan
berbagai inovasi dan kreativitas secara
terus-menerus berhubungan dengan rubrik
baru, cara penulisan, cara presenrasi, cara
berjualan, cara distribusi, cara mengelola
sumber daya manusia dan mengelola
infrastruktur produksi; pengelolaan iklan
harus mengikuti perkembangan industri
periklanan; dan meningkatkan rnutu
sumber daya manusianya.
Sebuah media dapat memperoleh
sumber daya finansial atau sumber dana
misal dari pemasukan penjualan media
atau pengiklan. Apabila menilik harga
yang ditawarkan oleh harian olahraga di
negara kita, mungkin cukup berat jika hanya
mengandalkan pemasukan dari pen.jualan
media. Harian olahraga sebaiknya juga
memaksimalkan sumber dana lain misal
dari pengiklan. Harian olahraga bisa
memanfaatkan brand ymg mereka miliki.
Brand ini kernudian "dijral" melalui euent-
euent seperi nonton bareng, gathering
kelompok suportet turnamen futsal antar
sekolah atau perguruan tinggi, mengadakan
lombapenulisan berita atau fotogra6 olahraga
bagi mahasiswa atau warga umum,
mengadakan acara seminar berhubungan
dengan isu-isu terkini di dunia olahraga,
dan sebagainya. Mela\i euent itu lah harian
olahraga mencari sponsor. Pemanfaatan
brand ini sudah beberapa kali dilakukan oleh
media-media olah raga di lndonesia.
Ada pun untuk sumber daya manusia,
Teknologi internet juga membuat komu-
nikasi antarwartawan di media ini
bisa lebih cepat. Konsekuensinya, harus ada
penyesuaian dalam proses produksi berita.
Dengan adanya internet, reporter tidak perlu
kembali ke kantor untuk mengetik berita,
kemudian memberikan hasilnya kepada
redaktur, dari redaktur kemudian jika ada
informasi yang masih kurang dikembalikan
ke wartarvan yang bersangkutan, apabila
sudah cukup kemudian dibawa ke editor
bahasa, dan seterusnya. Melalui inrernet,
reporter bisa langsung mengirim berira dari
lapangan, kemudiar.r redakrur [risa langsung
memeriksanya. Tenru di sini reporrer
dirtLntut mengirimkan berita yang sudah
jadi dengan informasi yang sangat lengkap
dan detil. Redaktur pun juga dituntutjeli
dalam me mbaca berita kiriman dari reporter,
karena harus segera memeriksa. Apabila ada
informasi yang dirasa masih kurang atau
masih belum jelas, redaktur langsung bisa
meminta reporter untuk menind;rklan juti.
Penggunaan sumber daya manusia sccara
efisien juga diwujudkan dalam pengaturan
tim redaksi yang mengurus edisi cetak dan
edisi ePaper. Dalam tulisan ini, informasi
dalam ePaper bukan sekadar verci online
dari edisi cetak yang sudah terbit pada pagi
hari; tetapi berisi informasi-informasi yang
baru yang tidak termuat dalam edisi cetak
karena melewati batas tenggat waktu cetak.
Itu artinya diperlukan dua tim yang berbeda
untuk mengurus dua pktform ini .
Misalkan untuk rim edisi cetak memiliki
dtadline naskah jam 12 malam, kemudian
edisi cetak mulai siap beredal pada jam lima
pagi. Kemudian tim edisi ePaper \ertugas
dengan dtadline hingga jam l0 pagi,
kemudian versi ePaper sudah siap diunduh
pada pukul I 1 siang. Unntk tirn edisi ePaper,
karena sifatnya menampilkan informasi
terbaru, tentu jumlah personelnya akan lebih
sedikit daripada tim edisi cetak. Selain itu
.j umlah halaman dalan ePaper tidak sebanyak
jumlah halaman dalam edisi cetak.
Sumber daya manusia tentu saja tidak
hanya bagian redaksi saja. Bagi sebuah harian
olahraga juga selain memiliki awak redaksi
yang berkualitas untuk menghadirkan
konten yang berkualitas, harus memiliki
tim marketing, aduerstising executiue yan1
baik untuk mencari pengiklan. Harian
olahraga juga harus memiliki pengelolaan
divisi SDM yang bagus yang bertujuan
untuk memperoleh reporter-rePorter
yang berkualitas dan terus meningkatkan
kemampuan para reporternya.
Dari paparan ini , harian olahraga
di negara kita cukup men.ianjikan peluang
bagi bisnis media cetak di negara kita.
Untuk memanfaatkan peluang rersebut,
pengelola olahraga di negara kita hendaknya
perlu memberikan perhatian kepada
dua hal yakni konten dan non-konten.
Berkaitan dengan konten, harian olahraga
di negara kita dapat memperkuat konten-
konten mengenai olahraga lokal. Selain
itu, isi berita yang dihadirkan tidak hanya
sebatas pandangan mata tetapi juga ulasan'
dan yang tak kalah penting adalah kritik.
Menggandeng penulis lain (selain wartawan
media ini ) untuk memberikan kritik
atau ulasan juga merupakan langkah yang
patur dicoba. Dengan kehadiran penulis
yang berkompeten di bidangnya (misalkan
mantan atlet) maka pembaca akan lebih
tertarik. Untuk menunjang konten, harian
olahraga di negara kitajuga dapat bekerjasama
dengan harian asing untuk mendapatkan
berita arau ulasan eksklusif-meski langkah
ini mungkin juga memiliki kekurangan,
yakni harian olahraga di negara kita menjadi
"terhambat" untuk dzrpat menampilkan
eksistensinya karena tertutup "bayang-
bayang" media asing terscbut.
Berkaitan dengan non-konten, ada
sejumlah hal yang dapat dilakukan oleh
pengelola harian olahraga di negara kita. Segi
non-konten ini merupakan usaha untuk
membentuk brand. haian olahraga. Misal-
nya ikut terlibat dalam kerjasama dengan
komunitas-komunitas suporter. Selain itu
harian olahraga negara kita juga dapat me-
manfaatkan kegi atan euent management misal
menjadi promoror unruk mendarangkan rim
asing ke negara kita. Merangkul maq/arakat
umum misal melalui kegiaran seminar-
seminar tentang olahraga atau workshop
mengenai jurnalistik olahraga di kampus-
kampus juga tidak ada salahnya dicoba.
Saran untuk Penelitian Selanjutnya
Tirlisan ini baru sebatas memaparkan
bagaimana konten dan analisis awal mengenai
harian olahraga di negara kita. Untuk
peneitian selanjutnya dapat dilakukan secara
lebih mcndalam rerhadap masing-masing
media ters€bur karena masing-masing media
terscbur renrunya memiliki straregi yang
berbeda. Berkaitan dengan organisasi media,
maka dapat dilakukan penelitian dengan
tema manajemen redaksional, manajemen
periklanan, atau manajemen pemasaran
harian olahraga di negara kita
Penelitian lain yang dapat dilakukan
adalah dari sisi pembaca. Bisa berupa respon
warga terhadap kehadiran berbagai
olahraga,seberapa tinggi minar mereka untuk
membeli media ini . Kemudian bisa
meneliti mengenai hal-hal yang mendasari
keputusan pembaca untuk mengkonsumsi/
membeli media olahraga apakah dari segi
konten yang ditawarkan, brand media
ini , harga, dan faktor-faktor lain.