Rabu, 03 Mei 2023

epidemi corona 2

gris www.gov.uk, sama sekali tidak disebutkan bahwa dirinya menetapkan 
Covid-19 menjadi endemi. Ia justru mengingatkan bahwa pandemi masih ada


terbit  sebuah artikel berisi informasi yang 
mengklaim bahwa obat Viagra dapat 
menyembuhkan Covid-19. Disebutkan seorang 
wanita yang menderita asma dan positif Covid-19 
sembuh setelah diberi obat Viagra. 
yang benar, klaim obat Viagra dapat 
menyembuhkan Covid-19 merupakan informasi 
yang tidak benar. Para ahli membantah klaim obat 
Viagra ini dapat menyembuhkan Covid-19. 
Dilansir dari reuters.com, obat Viagra tidak 
terbukti secara medis dapat menyembuhkan 
Covid-19. Ada banyak faktor penyebab dari obat 
yang diberikan kepada pasien dalam 
penyembuhan Covid-19. Selain itu, keterampilan 
staf medis dan perawat juga menjadi faktor 
penyembuhannya. Melalui apnews.com, para 
pakar memperingatkan agar obat Viagra tidak 
diberikan kepada pasien Covid-19 karena belum 
ada uji klinis dan penelitian lebih lanjut terkait 
obat Viagra dengan indikasi Covid-19.

terbit  sebuah unggahan di media sosial 
Facebook yang mengklaim bahwa 90% alat tes 
Covid-19 untuk pengecekan mandiri, tidak 
berfungsi dan akan menunjukkan hasil positif. 
Hal ini dibuktikan lewat tes terhadap jeruk dan 
kopi yang menunjukkan hasil positif Covid-19.
Namun setelah dilakukan penelusuran, klaim 
yang menyebutkan bahwa alat tes Covid-19 akan 
selalu menunjukkan hasil yang positif adalah 
klaim yang keliru. Melansir dari artikel Reuters, 
pengecekan fungsi alat tes Covid-19 terhadap 
jeruk atau kopi merupakan tindakan yang salah. 
Hasil positif yang ditunjukkan pada alat, bukan 
karena jeruk atau kopi ini terindikasi 
Covid-19 atau alat yang tidak berfungsi baik, 
namun karena zat pada jeruk atau kopi 
mengganggu perangkat tes dan dengan 
demikian merusak hasil tes.

terbit  unggahan di media sosial Twitter sebuah surat yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan 
Republik negarakita terkait dengan penunjukan penyedia pengadaan barang Alat Pelindung Diri (APD) 
tahun 2022 kepada PT. Kurnia Astasurya yang beralamat di Jl. Cibaligo nomor 145 B, Cimahi, Bandung 
dengan nominal penawaran sebesar Rp13,5 miliar.
yang benar, dikutip dari akun Twitter resmi Kementerian Kesehatan Republik negarakita @KemenkesRI, 
pihak Kemenkes RI menegaskan bahwa informasi terkait dengan dikeluarkannya surat penunjukan 
pengadaan barang/jasa ini oleh Kemenkes RI adalah tidak benar. Plt Sekretaris Direktorat Jenderal 
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan dr. Yudhi Pramono menegaskan 
bahwa surat ini adalah hoaks. Hal itu dikarenakan terdapat perbedaan tahun pada penomoran 
dan tanggal surat. Penomoran terakhir pada surat yang ditandatangani oleh Dirjen P2P terdata pada 
nomor 3634, sehingga nomor 3849 tidak terdapat dalam penomoran surat yang terdata dalam 
Kementerian Kesehatan RI. Selanjutnya, kode KN.01.07 yang tertera dalam surat yang terbit  juga tidak 
terdapat dalam kode klasifikasi Kementerian Kesehatan. Dr. Yudhi mengimbau kepada para pelaku 
usaha dan warga untuk tetap waspada serta meminta kepada semua pihak untuk segera melapor 
kepada Kementerian Kesehatan apabila menemukan surat palsu dengan mengatasnamakan 
Kementerian Kesehatan

terbit  sebuah gambar tangkapan layar dari sebuah 
headline artikel yang menyebut bahwa data penelitian Pfizer 
selama enam bulan menunjukkan bahwa vaksin lebih 
banyak menyebabkan penyakit daripada manfaatnya.
Dilansir dari politifact.com, data aktual dari Pfizer tidak 
mendukung klaim ini. Lebih lanjut Dr. Matthew 
Laurens dari Pusat Pengembangan Vaksin dan Kesehatan 
Global di Fakultas Kedokteran Universitas Maryland 
menyatakan bahwa artikel ini salah dalam 
menafsirkan data Pfizer. Adapun data penelitian sebenarnya 
telah dilaporkan dalam studi New England Journal of 
Medicine. Penelitian itu melibatkan sekitar 46.000 orang dari 
Amerika Serikat, Argentina, Brasil, Afrika Selatan, Jerman dan 
Turki. Setengahnya menerima vaksin Pfizer dan setengahnya 
lagi menerima plasebo. Para peserta diperiksa setelah enam 
bulan. Hasilnya antara lain, vaksin terbukti aman dan 
memiliki profil efek samping yang dapat diterima. Meski 
beberapa peserta memiliki efek samping yang 
menyebabkan penarikan dari uji coba. Namun kemanjuran 
vaksin terhadap Covid-19 adalah 91,3% melalui enam bulan 
masa tindak lanjut. Artinya, hanya 77 kasus yang terdeteksi 
pada penerima vaksin setelah dosis kedua, dibandingkan 
dengan 850 kasus pada penerima plasebo. Terakhir, tidak 
ada laporan kematian dalam penelitian ini.

terbit  di media sosial WhatsApp sebuah 
informasi yang menyebut seorang guru ngaji 
warga Desa Lok Panginangan, Kecamatan 
Lampihong, Kabupaten Balangan mengalami 
lumpuh akibat vaksinasi Covid-19 dosis kedua.
yang benar, Direktur RSUD Balangan dr. Sudirman 
menyampaikan bahwa informasi di media sosial 
yang menyebut warga Lampihong mengalami 
kelumpuhan akibat vaksinasi Covid-19 itu tidak 
benar atau hoaks. Ia menjelaskan pasien datang 
ke IGD RSUD Balangan dengan keluhan nyeri 
kepala kurang lebih satu minggu, badan lemas, 
mual dan muntah. Dari hasil anamnesa 
(wawancara), pemeriksaan fisik dan pemeriksaan 
penunjang laboratorium, diagnosis sementara dari 
dokter spesialis penyakit dalam menyatakan yang 
bersangkutan mengalami infeksi saluran kemih 
dan hepatitis B. Selain itu, dr. Sudirman 
mengatakan bahwa berdasar diagnosis 
sementara oleh dokter spesialis saraf dicurigai 
yang bersangkutan mengidap tumor di dalam 
kepala. Sedangkan, dari analisis dokter spesialis 
mata dicurigai mengidap papil edema. Sementara 
itu, Sekretaris Satgas Covid-19 Kabupaten 
Balangan, Rahmi, mengimbau kepada warga 
warga Balangan tidak perlu khawatir dan 
takut untuk divaksin. Karena sampai saat ini 
capaian vaksinasi di Balangan sudah mencapai 84 
persen dari keseluruhan warga, yang artinya 
semua baik-baik saja.

terbit  sebuah video di media sosial yang 
merekam seorang pemain tenis Slovenia, Dalila 
Jakupovic pingsan saat pertandingan Tenis di 
Australia Open. Insiden ini dihubungkan 
dengan akibat dari vaksinasi Covid-19. 
yang benar, video ini telah dibagikan dalam 
konteks yang salah. Dilansir dari Agence 
France-Presse (AFP), video ini merupakan 
kejadian pada Januari 2020, sebelum WHO 
mengumumkan Covid-19 sebagai pandemi. Saat itu 
juga belum dimulai uji coba manusia pertama 
untuk mengevaluasi kemungkinan vaksin melawan 
virus Covid-19 di AS. Dapat disimpulkan bahwa 
insiden pingsannya Dalila Jakupovic tidak berkaitan 
dengan efek vaksin Covid-19. Lebih lanjut, video 
serupa pernah diunggah surat kabar Inggris The 
Guardian melalui YouTube pada 14 Januari 2020 
dengan keterangan berbunyi "pemain tenis 
Slovenia Dalila Jakupovic telah dipaksa untuk 
pensiun selama pertandingan kualifikasi di 
Australia Open setelah menderita batuk parah. 
Kualitas udara yang buruk di Melbourne telah 
menunda dimulainya babak kualifikasi karena asap 
dari kebakaran hutan di sekitarnya menyelimuti 
kota."

terbit  sebuah unggahan di media sosial
Facebook berisi informasi yang menyebutkan
bahwa swab test memicu kerusakan
kelenjar pineal. Unggahan ini terbit 
dengan narasi "Tak henti-hentinya diingatkan..
Ini efek test swab ... Contoh nya merusak
kelenjar Piniel dinding serabut perasa.. Hingga
rasa takut makin bertambah. Hilangnya
kepekaan. Astaghfirullah... SADARLAH !!".
Dilansir dari liputan6.com, informasi yang
menyebutkan bahwa swab test
memicu kerusakan kelenjar pineal
adalah hoaks. Tes PCR terdiri dari pengambilan
cairan dari tenggorokan dan bagian bawah
lubang hidung dengan swab tidak terhubung
ke tulang ethmoid. Pada saat pengambilan
sampel tidak ada kerusakan pada
tenggorokan maupun kelenjar pineal,
sehingga swab test tidak menyebabkan
kerusakan apa pun karena tidak masuk ke
otak tetapi langsung ke bagian bawah rongga
hidung.

terbit  sebuah artikel pada salah satu situs berita, dimana artikel ini menyebutkan
bahwa Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan selaku Ketua Satuan
Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Letjen TNI Suharyanto melakukan kunjungan ke negara
Israel dan bertemu dengan pejabat Israel dalam rangka membahas strategi penanganan
Corona Virus Disease 2019 atau Covid-19 baru-baru ini.
yang benar, artikel yang diunggah situs berita ini mengenai kunjungan kerja yang
dilakukan Letjen TNI Suharyanto ke Israel baru-baru ini adalah tidak benar. Pelaksana Tugas
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari
menegaskan bahwa Letjen TNI Suharyanto yang juga selaku Ketua Satuan Tugas (Satgas)
Penanganan Covid-19 tidak bertemu dengan pejabat Israel, bahkan tidak pernah melakukan
kunjungan ke luar negeri sejak dilantik sebagai Kepala BNPB oleh Presiden RI Joko Widodo.

terbit  sebuah postingan Twitter yang mengklaim bahwa negara Jepang telah
mendeklarasikan secara resmi berakhirnya Corona. Postingan itu disertai gambar grafik
kasus Covid-19 harian yang dilaporkan di Jepang per 27 Desember 2021.
yang benar, klaim bahwa Jepang menyatakan secara resmi Corona telah berakhir adalah keliru.
Dilansir dari AFP, postingan itu dibagikan ketika infeksi Covid-19 di Korea Selatan melonjak,
sementara Jepang mengalami penurunan kasus. Tetapi hingga 4 Januari 2022, pihak
berwenang Jepang belum membuat pernyataan seperti yang terbit . Fakta lainnya, Jepang
mencatat lebih dari 500 kasus Covid-19 baru pada 2 Januari. Para pejabat Jepang juga telah
memperingatkan kemungkinan melambungnya infeksi Covid-19 dalam kasus-kasus dari
perjalanan liburan dan varian Omicron yang menyebar cepat

terbit  pesan berantai WhatsApp, sebuah video memperlihatkan beberapa orang yang
diklaim merupakan pakar kesehatan dari Amerika Serikat, Jerman, dan Belgia. Pada video itu,
dinarasikan vaksin Covid-19 membahayakan kesehatan, serta terdapat ajakan agar warga
jangan mau divaksin.
yang benar, dilansir dari medcom.id, klaim bahwa vaksin Covid-19 membahayakan kesehatan
adalah hoaks. Mengutip dari covid19.go.id, Pemerintah RI memastikan bahwa vaksin Covid-19
yang digunakan Pemerintah saat ini sudah terbukti aman dan lolos uji klinis serta telah
mendapat izin penggunaan darurat (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan dan juga
masuk dalam Emergency Use Listing (EUL) dari WHO

terbit  kembali sebuah pesan berantai mengenai vaksin Covid-19, dimana pada narasinya
menegaskan bahwa vaksinasi Covid-19 adalah benar untuk membunuh mayoritas warga
negarakita, dengan tujuan besar penguasaan wilayah NKRI oleh pendatang China dan
disebutkan pula bahwa hal ini adalah motif kejahatan yang dilakukan oleh Presiden
Jokowi dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Narasi pesan berantai ini
menuliskan "HOAX & Konspirasi Kafir Menkes: "Vaksin untuk Ciptakan herd Immunity"
yang benar Motif Kafir Menkes dan Kafir Jokowi:? Vaksin Untuk membunuh Pribumi, Lalu
Wilayah yang ditinggal pribumi akan ditempati pendatang Komunis China..".
yang benar, klaim negatif mengenai vaksinasi Covid-19 dengan menyebutkan bahwa vaksin
Covid-19 adalah alat pembunuh massal adalah hoaks, dan tuduhan yang dialamatkan kepada
Presiden Joko Widodo dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi pada pesan ini adalah
tuduhan yang tidak berdasar dan bersifat fitnah. Diketahui bahwa vaksinasi Covid-19 tidak
hanya dilakukan di negarakita, melainkan hampir di seluruh dunia. Hingga Senin, 17 Januari
2022, setidaknya sudah 9,6 miliar dosis diberikan penduduk dunia.

terbit  sebuah postingan di media sosial yang mengklaim CEO Pfizer Albert Bourla
menyatakan bahwa dua dosis vaksin Covid-19 hanya memberi perlindungan atau kemanjuran
yang sangat terbatas terhadap virus Covid-19. Postingan ini disertai cuplikan wawancara
Albert Bourla dengan Yahoo Finance.
yang benar, pernyataan Albert Bourla telah dipotong dan dibagikan secara keliru. Dilansir dari
AFP, dalam video wawancara lengkapnya dengan Yahoo Finance, Bourla berbicara tentang
keterbatasan perlindungan dua dosis vaksin Covid-19 terhadap varian Omicron, bukan virus
Covid-19 secara umum. Bourla menyatakan bahwa saat ini dua dosis vaksin Covid-19 tidak
cukup untuk mencegah varian Omicron. Dosis ketiga dari vaksin atau yang disebut booster
saat ini sangat diperlukan, karena mampu memberikan perlindungan yang cukup baik dari
kematian dan mengurangi pasien rawat inap. Sebagaimana diketahui, varian Omicron telah
menyebabkan lonjakan kasus Covid-19 di seluruh dunia, dimana WHO mengatakan setengah
dari Eropa diproyeksikan dapat mengidapnya. Lebih lanjut, data awal telah menunjukkan
adanya pengurangan efektivitas vaksin terhadap varian Omicron.

terbit  sebuah video pada sosial media Tiktok
yang berisi sebuah informasi mengenai dampak
dari vaksin mRNA. Dalam video disebutkan
bahwa vaksin mRNA untuk Covid-19 dapat
menyebabkan lansia di atas 70 tahun
meninggal dunia setelah 2 sampai 3 tahun
setelah vaksinasi.
yang benar, dikutip dari covid19.go.id, pernyataan
dalam video ini adalah tidak benar.
Sampai saat ini belum ada hasil penelitian yang
dapat membuktikan kematian pasca vaksinasi
memang disebabkan oleh vaksin secara
langsung. Di beberapa kasus, kematian pasca
vaksinasi memang pernah terjadi. Namun
menurut para ahli, vaksin tidak berperan secara
langsung sebagai penyebab kematian. Kasus
kematian pasca vaksinasi dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti usia, hormon, dan
penyakit bawaan.

terbit  di media sosial Facebook, sebuah narasi 
yang menyebut bahwa booster vaksin Covid-19 
akan diberikan setiap enam bulan sekali. 
Pemberian booster setiap enam bulan sekali itu 
disebut karena antibodi yang menurun setelah 
sekian bulan suntikan.
yang benar, dilansir dari kompas.com, informasi 
yang menyebut bahwa booster vaksin Covid-19 
diberikan setiap enam bulan sekali adalah hoaks. 
Epidemiolog sekaligus Juru Bicara Satgas 
Covid-19 RS UNS, dr. Tonang Dwi Ardyanto 
mengatakan antibodi yang menurun bukan 
satu-satunya indikator pemberian booster.
Beberapa penelitian memang menyebut bahwa 
antibodi di dalam tubuh yang dihasilkan vaksin 
Covid-19, menurun setelah enam bulan 
menerima dosis kedua. Kendati demikian, 
temuan ini tidak bisa menjadi dasar pemberian 
vaksin Covid-19 setiap enam bulan sekali. 
Adapun kebijakan booster vaksin Covid-19 dari 
pemerintah saat ini diperuntukkan bagi usia 18 
tahun ke atas, minimal 6 bulan setelah dosis 
kedua dan di daerah dengan cakupan vaksinasi 
70 persen penduduk untuk 1 dosis dan 60 persen 
untuk dosis lengkap.

terbit  informasi di media sosial Facebook yang menyebutkan bahwa vaksin booster tidak 
akan gratis bagi seluruh warga. Informasi itu mengklaim, warga yang tidak 
memiliki kartu BPJS Kesehatan wajib membayar untuk mendapatkan vaksin booster.
Dilansir dari kompas.com, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan dr. Siti 
Nadia Tarmizi membantah informasi yang menyebutkan jika warga yang tidak memiliki 
kartu BPJS Kesehatan wajib membayar untuk mendapatkan vaksin booster. Vaksin booster 
dipastikan gratis bagi seluruh rakyat negarakita. Sebelumnya, pemerintah memang 
menyiapkan tiga opsi dalam program vaksinasi ini, yaitu program pemerintah, Penerima 
Bantuan Iuran (PBI) BPJS Kesehatan, dan mandiri alias berbayar. Namun, Presiden Joko 
Widodo akhirnya memutuskan bahwa vaksinasi dosis ketiga ini gratis untuk seluruh 
warga negarakita.

terbit  unggahan di media sosial yang 
mengklaim bahwa untuk mengakses akun 
Facebook saat ini, disyaratkan 
mencantumkan bukti vaksinasi Covid-19.
yang benar, hal ini tidak benar. 
berdasar penelusuran, sejauh ini tidak 
ada pilihan untuk masuk ke akun Facebook 
memakai bukti vaksinasi Covid-19. 
Sampai saat ini, untuk bisa mengakses akun 
Facebook hanya ada dua pilihan, yakni 
memasukkan nomor handphone atau 
alamat email saja. Hal ini berlaku saat 
kita mengakses Facebook baik dalam 
Bahasa Inggris maupun negarakita. Selain itu 
dilansir dari reuters.com, Juru Bicara 
Metaverse, induk perusahaan Facebook, 
Andy Stone menyebut postingan yang 
terbit  itu tidak benar.

terbit  sebuah informasi pada media sosial Twitter mengenai Pusat Pengendalian 
dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) telah mengakui ketidakmampuan 
tes PCR untuk membedakan antara virus SARS-CoV-2 dan influenza yang diunggah 
pada tanggal 29 Desember 2021.
Setelah ditelusuri, Klaim ini berawal dari laporan laboratorium yang diunggah 
oleh Division of Laboratory System CDC pada 21 Juli 2021 bahwa pasca 31 Desember 
2021, CDC akan menghapus tes PCR dan menggantikannya dengan CDC Influenza 
SARS-Cov-2 (Flu SC2) Multiplex Assay. yang benar, transisi ini tidak disebabkan 
oleh ketidakmampuan tes PCR dalam membedakan virus SARS-CoV-2 dan influenza, 
melainkan karena metode tes yang baru akan lebih efektif dalam mendeteksi kedua 
virus ini. Juru Bicara resmi CDC, Jasmine Reed, telah memberikan konfirmasi 
kepada Reuters bahwa permintaan akan tes PCR semakin menurun seiring 
munculnya tes lain yang lebih canggih. Maka dari itu, CDC merokemendasikan 
seluruh dunia untuk mengadopsi CDC Influenza SARS-Cov-2 (Flu SC2) Multiplex Assay
yang akan memberikan kemudahan bagi warga dari segi waktu dan sumber 
daya untuk mendeteksi virus baik SARS-Cov-2 dan influenza.


Telah terbit  di media sosial sebuah informasi yang diklaim sebagai jadwal 
penyebaran Covid-19 varian Omicron lebih cepat dari Mei 2022. Kedua tabel ini 
berisikan varian Covid-19 disertai keterangan bulan dan tahun. Pada varian Omicron 
dan keterangan waktu yang sejajar diberi tanda garis merah.
yang benar, klaim yang mengatakan bahwa perkiraan penyebaran Covid-19 varian 
Omicron lebih cepat dari jadwal Mei 2022 adalah salah. Dilansir dari liputan6.com
yang juga dikutip dari reuters.com menyebutkan, dokumen itu tidak dikeluarkan 
oleh badan mana pun yang terdaftar. Dihubungi oleh Juru Bicara untuk World 
Economic Forum (WEF), WHO, serta Yayasan Bill dan Melinda Gates semuanya 
mengonfirmasi bahwa dokumen ini tidak terkait dengan organisasi mereka. Tidak 
ada bukti bahwa varian Covid-19 sedang dijadwalkan, seperti yang diklaim oleh 
unggahan.


terbit  postingan Twitter yang mengklaim jika penerima vaksin Covid-19 lebih rentan 
terinfeksi varian Omicron daripada orang yang tidak divaksin. Postingan ini 
disertai gambar tangkapan layar dari studi kesehatan yang dilakukan di Denmark.
Dilansir dari antaranews.com yang merujuk pada AFP, klaim ini adalah keliru. 
Diketahui, studi yang dirujuk dalam postingan ini dikirimkan oleh para peneliti 
Denmark sebagai laporan awal ke platform daring MedRXiv pada 22 Desember 2021. 
Pihak MedRxiv telah menjelaskan bahwa pengguna Twitter ini salah membaca 
dan menafsirkan hasil studi yang dicatut. yang benar, penelitian itu bertujuan untuk 
menentukan efektivitas suntikan Pfizer dan Moderna terhadap varian Omicron hingga 
lima bulan setelah vaksinasi penuh. Hasil studi itu juga menunjukkan bahwa infeksi 
Omicron memang menurunkan efektivitas vaksin. Namun dalam studi ini tidak 
terdapat penjelasan mengenai vaksin meningkatkan infeksi terhadap varian Omicron. 
Peneliti Denmark juga merekomendasikan warga untuk mendapatkan vaksin 
booster usai memperoleh dosis vaksin penuh.

terbit  sebuah unggahan berbahasa Inggris yang mengklaim bahwa aktris senior 
pemenang penghargaan Emmy, Betty White meninggal beberapa hari setelah 
menerima booster vaksin Covid-19.
yang benar, klaim bahwa aktris Betty White meninggal setelah booster vaksin 
Covid-19 adalah salah. Dilansir dari AFP, Betty White diketahui belum menerima 
booster vaksin Covid-19. White's Talent Agent mengklarifikasi bahwa Betty belum 
pernah mendapat booster vaksin Covid-19 dan ia meninggal karena sebab alami.

terbit  di media sosial sebuah potongan video 
Robert Malone berisi klaim bahwa vaksin mRNA 
belum diuji memadai dan tidak ada manfaat 
memberikan vaksin bagi anak. Diketahui 
bahwa Robert Malone adalah seorang ahli virus 
dan imunologi asal Amerika Serikat.
yang benar, dikutip dari cekfakta.tempo.co, klaim 
bahwa vaksin mRNA untuk Covid-19 belum diuji 
secara memadai dan tidak ada manfaat vaksin 
untuk anak adalah keliru. Proses pembuatan 
vaksin mRNA telah melalui uji keamanan yang 
ketat seperti halnya vaksin lainnya. Sedangkan 
vaksin untuk anak memiliki manfaat untuk 
mengurangi tingkat keparahan dan 
penyebaran Covid-19.

terbit  unggahan di media sosial Twitter sebuah video yang menunjukkan sekelompok
warga asli Australia, atau penduduk Aborigin, sedang mengarahkan busur dan panah ke arah
beberapa orang petugas pemerintahan. Dalam unggahan ini juga disertai dengan
keterangan yang menyatakan bahwa aksi ini dilakukan sebagai bentuk penolakan atas
program vaksinasi Covid-19 secara paksa yang dilakukan oleh pemerintah.
berdasar hasil penelusuran, video ini bukan merupakan video penduduk Aborigin di
Australia yang menolak vaksin Covid-19, melainkan merupakan video konflik antara
pemerintah Brasil dengan suku Guarani, pada tahun 2019 lalu. Video yang sama pertama kali
diunggah oleh akun Twitter dengan nama pengguna “LemusteleSUR” pada 29 Maret 2019 lalu.


Telah terbit  sebuah pesan berantai WhatsApp
yang berisikan pemberitahuan kepada warga
NTT bahwa di Kota Kupang terdapat 9 orang
yang terpapar Covid-19 varian Omicron serta
imbauan untuk mematuhi protokol kesehatan.
Dilansir dari kabarntt.co, Kepala Dinas
Kesehatan Kota Kupang drg. Retnowati
mengklarifikasi bahwa pihaknya belum
mendapat pemberitahuan secara valid dari
pusat maupun Provinsi NTT bahwa varian baru
sudah masuk NTT. Sementara itu, Juru Bicara
Satgas Covid-19 Kota Kupang, Ernest Ludji
menegaskan bahwa sejauh ini belum ada
informasi resmi kalau sudah ada 9 warga Kota
Kupang terpapar Covid-19 varian Omicron.


terbit  postingan di media sosial yang mengklaim bahwa vaksin Covid-19 berbahaya
dan tidak aman untuk digunakan manusia.
Dilansir dari medcom.id, klaim bahwa vaksin Covid-19 berbahaya dan tidak aman untuk
digunakan manusia, adalah tidak benar. yang benar, vaksinasi merupakan ikhtiar untuk
mengurangi risiko Covid-19. Di sisi lain, organisasi kesehatan dunia atau WHO
menyatakan beberapa vaksin aman. WHO juga memberikan izin penggunaan darurat
atau emergency use listing (EUL) untuk beberapa vaksin. Lebih lanjut, sekitar 9 miliar
dosis vaksin telah diberikan kepada warga dunia.

terbit  unggahan di media sosial yang mengklaim sperma pria yang tak divaksin
berharga di masa depan. Unggahan ini berupa tangkapan layar artikel berjudul
"Uh, Wow! Sperma Pria yang Tak Divaksin Bakal Super Berharga di Masa Depan? Begini
penjelasannya".
Dilansir dari liputan6.com klaim sperma pria yang tak divaksin berharga di masa depan
adalah tidak benar. yang benar belum ada bukti vaksin mempengaruhi kesuburan.
Tangkapan layar artikel situs makassar.terkini.id yang dijadikan bahan klaim tidak
menyatakan klaim sperma pria yang tak divaksin berharga di masa depan tetapi justru
menyebut klaim ini hoaks.

terbit  sebuah postingan berbahasa asing berisi
informasi daftar perawatan yang harus dilakukan
setelah tubuh menerima vaksin Covid-19. Perawatan
itu diantaranya mandi dengan air panas dicampur
dengan garam epsom, mandi di air elektromagnetik
serta paparan sinar ultraviolet. Metode ini
diklaim akan menghilangkan parasit dan hal-hal
buruk lainnya dari vaksin Covid-19.
Dilansir dari AFP, para pakar kesehatan mengatakan
perawatan yang diklaim ini belum terbukti
efektif dan sebenarnya justru berpotensi bahaya.
Seorang pakar kesehatan Meedan, sebuah organisasi
nirlaba teknologi global menyebut, tidak ada bukti
bahwa mandi garam epsom dapat membantu
membunuh parasit dan menarik logam lain keluar
dari tubuh. Selanjutnya secara umum, data
menunjukkan bahwa frekuensi elektromagnetik
tertentu memang dapat membunuh parasit tertentu,
tetapi hal ini bukan metode yang umum
digunakan pada manusia. Lebih lanjut, terkait
paparan sinar ultraviolet (UV), American Cancer
Society memperingatkan bahwa sinar UV baik dari
matahari atau dari sumber buatan seperti tanning
bed dapat menyebabkan masalah kesehatan.
Adapun postingan ini juga secara keliru
mengklaim bahwa vaksin Covid-19 mengandung
parasit dan graphene oxide, yang sebelumnya juga
sudah dibantah oleh para pakar.

terbit  gambar tangkapan layar dari sebuah video dengan 
klaim bahwa kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus 
membuat pernyataan memperingatkan beberapa negara jika 
memberikan suntikan booster vaksin Covid-19 dapat 
membunuh anak-anak.
yang benar, klaim ini adalah keliru. Dilansir dari AFP, 
terdapat kalimat yang dipenggal dan diinterpretasikan secara 
keliru. Penggalan video itu diambil dari pernyataan Tedros saat 
konferensi pers virtual WHO pada 20 Desember 2021. 
berdasar hasil tinjauan dari pernyataan Tedros yang 
sebenarnya, dalam pernyataan ini Tedros sedang 
membahas ketidakadilan vaksin global dan tidak sedang 
mengomentari terkait keamanan Vaksin Covid-19. Tedros 
mengatakan "Some countries are using to give boosters to kill 
children, which is not right". WHO kemudian mengklarifikasi 
bahwa Tedros sempat tergagap dalam konferensi pers 
ini dan pernyataannya kemudian disalahartikan secara 
online. Saat mengucapkan kata “child”, dia terjebak pada suku 
kata pertama “chil” dan yang keluar terdengar seperti “cil/kill”. 
Seketika itu Tedros kemudian melafalkan kembali dengan 
benar. 

terbit  unggahan video yang menampilkan
Presiden Joko Widodo pada sebuah acara
perayaan Natal dan dihadiri oleh banyak orang.
Unggahan video ini diberikan tambahan
narasi berupa “klo umat Islam dilarang
kerumunan di mesjid apalagi dihari Idul Fitri”.
yang benar, video ini bukanlah video
Perayaan Natal tahun ini, melainkan acara
Perayaan Natal Nasional pada tahun 2019 lalu.
Selain itu, Presiden Joko Widodo tidak
memberikan pernyataan apapun terkait
larangan kerumunan umat Islam di masjid pada
hari Idul Fitri di video ini. Adapun video
aslinya ditemukan pada akun YouTube
“Sekretariat Presiden” yang diunggah dengan
judul “Live: Presiden Joko Widodo Menghadiri
Perayaan Natal Nasional Tahun 2019”.

terbit  informasi di media sosial WhatsApp yang menyebut gagal jantung hingga strok 
adalah gejala Covid-19 varian Omicron.
yang benar, klaim yang menyebut gagal jantung hingga strok adalah gejala Covid-19 varian 
Omicron adalah hoaks. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa gejala 
Covid-19 varian Omicron di antaranya adalah demam, kelelahan, batuk kering dan keringat 
malam. Sampai saat ini, tidak ditemukan adanya gejala seperti gagal jantung hingga stro


terbit  sebuah unggahan di media sosial yang mengaitkan peningkatan kondisi jantung akibat 
post-pandemic stress disorder (PPSD) dengan vaksin Covid-19. 
Dilansir dari reuters.com, Tahir Hussain, konsultan ahli bedah vaskular di Rumah Sakit Northwick Park di 
Harrow, London menjelaskan bahwa deskripsi PPSD dan kondisi jantung seseorang tidak terkait dengan 
vaksin Covid-19. Tidak ada bukti yang mengatakan vaksin Covid-19 menyebabkan PPSD. Lebih lanjut, para 
dokter menyebut PPSD sebagai efek stres, kecemasan, masalah kesehatan mental, penurunan gerak 
serta kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat sebagai dampak dari diberlakukanya lockdown. Meski 
demikian, PPSD belum diakui secara resmi dalam buku pegangan Diagnostic and Statistical Manual of 
Mental Disorders (DSM-5) dari American Psychiatric Association. Sementara itu, menurut British Heart 
Foundation, stres dapat meningkatkan penyakit jantung dan gangguan peredaran darah. Namun, 
kondisi ini tidak hanya disebabkan oleh stres tetapi juga terkait kebiasaan gaya hidup tidak sehat, 
seperti merokok, alkohol, dan kurangnya aktivitas fisik. Hussain menambahkan terinfeksi virus Covid-19 
juga memiliki kemungkinan menyebabkan masalah kardiovaskular termasuk serangan jantung, emboli 
paru dan trombosis vena dalam.


terbit  video rekaman seorang pria sedang menari di sebuah 
pesta yang diklaim sebagai Direktur Jenderal WHO, Tedros 
Adhanom Ghebreyesus. Unggahan ini disertai narasi 
“Direktur WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus (Thedros 
Adhanom)... Tertangkap Kamera Berprilaku menjijikan... di duga 
ada kelainan sex alias Gay... Selama ini tentang #Covid-19... Umat 
Islam sengaja di Tekan untuk mengikuti arah Konspirasi WHO 
dgn dalih Penyebaran Virus,- #RBN Jahanam....!!!”.
Dilansir dari kompas.com, pria menari dalam video ini 
bukanlah Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom 
Ghebreyesus. Video rekaman ini pernah diunggah oleh 
akun YouTube Gustavo Maristany pada 12 Juni 2020. Video itu 
diunggah dengan judul dan keterangan dalam bahasa Portugis 
yang artinya: "Pesan dari Presiden WHO (Satir). Menghormati 
isolasi sosial dengan pujian." Disebutkan bahwa video itu adalah 
satir alias ditampilkan sebagai komedi atau lelucon. Pria dalam 
video itu bukanlah Tedros. Adapun terkait tuduhan vaksin 
Covid-19 sebagai konspirasi untuk menekan umat Islam juga 
merupakan hal yang tidak berdasar, mengingat vaksin Covid-19 
bukan hanya diperuntukkan bagi umat Islam, melainkan 
merata untuk seluruh penduduk dunia. Hal itu sebagai upaya 
mengakhiri pandemi Covid-19 yang sedang melanda dunia.


terbit  unggahan video di media sosial Facebook 
dengan narasi yang menyebutkan adanya spanduk 
kewaspadaan terhadap penyebaran varian baru Covid-19 
"Omricon" milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI 
Jakarta. Dalam unggahan itu, pengunggah video 
mempertanyakan tentang Pemprov DKI Jakarta yang 
salah membuat tulisan Omicron menjadi Omricon pada 
spanduk ini.
Dilansir dari laman jalahoaks.jakarta.go.id, video dengan 
narasi bahwa Pemprov DKI Jakarta membuat spanduk 
imbauan kewaspadaan varian baru Covid-19 dengan 
tulisan "Omricon" adalah tidak benar. yang benar, spanduk 
ini bukan dibuat dan dipasang oleh pihak 
Pemprov DKI Jakarta. Pemprov DKI Jakarta memiliki 
standarisasi pembuatan spanduk dengan pemasangan 
logo-logo identitas Satuan Kerja Perangkat Daerah 
(SKPD) dan tata letak logo Pemprov DKI Jakarta selalu 
diatur sesuai dengan pedoman yang standar. Di dalam 
video ini terlihat jelas tidak ada logo dan terdapat 
kesalahan dalam menuliskan kata “Omricon” sebagai 
varian baru Covid-19, padahal seharusnya “Omicron”.


terbit  unggahan video berdurasi satu menit di media sosial yang berisi uang koin logam 
bisa menempel pada lengan anak setelah divaksin.
Dilansir dari liputan6.com, klaim uang koin bisa menempel pada lengan anak yang sudah 
divaksin adalah tidak benar. yang benar, Jubir Vaksinasi Covid-19 Kemenkes, dr. Siti Nadia 
Tarmidzi menjelaskan bahwa vaksin mengandung bahan aktif dan nonaktif, di mana bahan 
aktif berisi antigen dan bahan nonaktif berisi zat untuk menstabilkan, menjaga kualitas vaksin 
agar saat disuntikkan masih baik. Uang koin logam yang menempel pada lengan seseorang 
bukan karena adanya magnet setelah divaksin, melainkan disebabkan oleh keringat yang 
membuat permukaan kulit menjadi lembab.


terbit  informasi di media sosial yang menyebutkan bahwa varian Corona Delmicron adalah varian 
Corona baru yang merupakan gabungan dari varian Delta dan Omicron.
yang benar, hingga saat ini belum ada informasi resmi terkait keberadaan varian Corona Delmicron 
ini. Hal itu ditegaskan oleh Juru Bicara Satgas Covid-19 Kementerian Kesehatan RI dr. Nadia Tarmizi 
yang menyebutkan hingga saat ini pihaknya belum mendapat informasi resmi mengenai varian 
Delmicron dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter 
negarakita (IDI) Zubairi Djoerban juga menepis adanya varian Delmicron ini. Zubairi menjelaskan, 
Delmicron bukanlah varian baru dari Covid-19, melainkan nama istilah untuk situasi yang 
menggambarkan bahwa lonjakan kasus Covid-19 terjadi akibat varian Delta dan Omicron. Epidemiolog 
dari Universitas Griffith Dicky Budiman juga menyebut varian Delmicron merupakan hoaks yang lahir dari 
teori asal-asalan. Dicky melanjutkan, saat ini tidak ada perkawinan antara dua varian ini. Saat ini 
yang ada yaitu rekombinan di Brasil antara Gamma dengan turunan atau subvarian dari Delta. Ia juga 
menambahkan, apabila membahas varian baru, biasanya penamaan varian hanya dilakukan oleh WHO


terbit  sebuah flyer di media sosial yang berisi terkait acara Rembang Expo menyambut 
pergantian tahun 2022 dengan berbagai kegiatan termasuk pesta kembang api. Acara 
ini akan berlangsung di alun-alun Rembang. 
Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM 
(Dinperindagkop) Kabupaten Rembang, Mohammad Mahfudz mengonfirmasi bahwa flyer 
ini berisi informasi bohong. warga diminta bijak ketika menerima informasi 
apapun. Mahfudz juga mengimbau agar warga tak larut dalam euforia malam 
pergantian tahun dan menghindari kegiatan yang dapat menimbulkan kerumunan, 
karena pandemi Covid-19 belum berakhir.


terbit  di media sosial Facebook sebuah video 
dengan narasi yang mengklaim CEO Pfizer Albert 
Bourla menolak gunakan vaksin buatan 
perusahaannya. Video itu memuat narasi "CEO 
PRIJER MENOLAK DI SUNTIK PAKSIN KOMPIT 
BUATANNYA..."
yang benar, klaim yang menyebut CEO Pfizer Albert 
Bourla menolak gunakan vaksin buatan 
perusahaannya adalah salah. Dikutip dari cek 
fakta liputan6.com, Bourla telah sepenuhnya 
divaksinasi dengan vaksin Pfizer-BioNTech. 
Dilansir dari situs usatoday.com, video yang 
tercantum dalam klaim ini di mana CEO 
Albert Bourla mengatakan dia belum divaksinasi 
terjadi dengan CNBC pada 14 Desember 2020, 
tiga hari setelah Badan Pengawas Obat dan 
Makanan AS mengeluarkan otorisasi penggunaan 
darurat pertama untuk vaksin Pfizer-BioNTech 
Covid-19. Juru Bicara Pfizer Sharon Castillo 
menyebut laporan ini salah dan 
memastikan bahwa Bourla sepenuhnya telah 
divaksinasi dengan vaksin Pfizer-BioNTech.


terbit  sebuah video rekaman benda mirip sel-sel 
bergerak di atas sebuah piring. Unggahan video ini 
disertai keterangan yang menyebutnya sebagai 
penampakan nanorobot yang terdapat di dalam vaksin 
Covid-19.
yang benar, gambar sel bergerak ini bukanlah 
penampakan nanorobot dalam vaksin. Dilansir dari AFP, 
video yang sama pernah diposting dalam sebuah laporan 
oleh majalah sains The New Scientist yang berbasis di 
London pada 29 November 2021. Laporan ini berjudul 
"Robot hidup yang terbuat dari sel katak dapat mereplikasi 
diri mereka sendiri dalam sebuah piring". Laporan itu 
merupakan hasil pekerjaan para peneliti AS yang 
menciptakan robot hidup dari sel katak yang dapat 
bereproduksi. Lebih lanjut, Michael Levin, Profesor 
Universitas Tufts yang juga terlibat dalam penelitian 
ini mengatakan bahwa penelitian itu sama sekali 
tidak berkaitan dengan vaksin Covid-19. Adapun tujuan 
dari penelitian adalah untuk memahami bagaimana 
kelompok sel membuat keputusan tentang apa yang akan 
mereka bangun, sehingga suatu hari nanti kita dapat 
membuat obat regeneratif dan membantu orang dengan 
organ yang rusak untuk memperbaikinya. 




terbit  di media sosial Facebook sebuah video yang diklaim berasal dari PBB dan WHO, 
isinya meminta menghentikan vaksinasi Covid-19 di seluruh dunia. Unggahan video ini 
juga menuliskan narasi "VIRALLL....#Fyp JUST INFO DARI KANTOR PBB WHO UNTUK VAKSIN 
DI SELURUH DUNIA HARUS DI BERHENTIKAN.".
yang benar, informasi yang mengklaim bahwa PBB dan WHO akan menghentikan seluruh 
vaksinasi Covid-19 di dunia ini adalah tidak benar. Dilansir dari Cek Fakta merdeka.com, 
diketahui bahwa klaim pada unggahan ini adalah keliru. Video ini adalah video 
ketika anggota parlemen Eropa menyuarakan keprihatinan tentang penggunaan Sertifikat 
Covid Digital, atau Sertifikat Hijau sebagai syarat ke gedung atau tempat umum di Eropa. 
Video itu bukan merupakan video keputusan PBB dan WHO untuk menghentikan vaksinasi 
Covid-19 di seluruh dunia.



terbit  unggahan video di media sosial Facebook yang berisi pernyataan dari Robert 
Malone, seorang ahli virus dan imunologi asal Amerika Serikat yang mengklaim bahwa jika 
gen virus pada vaksin Covid-19 masuk ke dalam sel tubuh anak, dapat menyebabkan 
lonjakan protein yang beracun. Protein ini diklaim menyebabkan kerusakan 
permanen pada organ penting anak-anak.
berdasar penelusuran cek fakta liputan6.com, klaim tentang lonjakan protein usai 
divaksin Covid-19 menyebabkan kerusakan permanen pada organ tubuh anak-anak 
ternyata tidak terbukti. beberapa pakar kesehatan menyebut bahwa tidak ada bukti ilmiah 
yang mendukung klaim ini. Dokter Penyakit Menular dan Direktur Pusat Pendidikan 
Vaksin di Rumah Sakit Anak Philadelphia, Paul Offit menyebutkan, klaim yang terbit  
ini salah dan tidak ada bukti, baik pada hewan percobaan atau pun manusia. Dokter 
Penyakit Menular Pediatrik di Rumah Sakit Nasional Anak di Washington DC, Alexandra 
Yonts juga mengemukakan hal yang sama. Ia menyebut tidak ada bukti yang mendukung 
bahwa protein yang diproduksi vaksin mRNA Covid-19 beracun.


terbit  di media sosial Facebook, sebuah informasi mengenai warga negarakita yang 
mempunyai E-KTP bisa mendaftar untuk menerima dana bantuan Covid-19 sebesar 
Rp600.000 per tanggal 25 Desember 2021. Dalam postingan ini juga dicantumkan 
link pendaftaran.
yang benar, dilansir dari kompas.com, Kepala Biro Humas Kementerian Sosial (Kemensos) 
Hasim menegaskan bahwa informasi ini adalah hoaks. Adapun bantuan yang 
diberikan oleh pemerintah melalui Kemensos akan terpusat melalui sistem dan akan 
diinformasikan melalui laman resmi atau media sosial resmi Kemensos. Oleh karena itu, 
warga diimbau waspada dan berhati-hati jika mendapatkan informasi mengenai 
bantuan yang bukan berasal resmi dari Kemensos. warga dapat mengecek status 
bantuan sosial dari pemerintah melalui laman https://cekbansos.kemensos.go.id.



terbit  sebuah tangkapan layar dari sebuah aplikasi e-commerce yang memuat informasi
pemesanan vaksin Covid-19 Sinopharm. Vaksin Sinopharm ini dapat dipesan online
dengan membuat reservasi slot dengan deposit Rp10.000 atau langsung pembayaran penuh
senilai Rp700.000.
Dilansir dari jalahoaks.jakarta.go.id yang telah melakukan koordinasi dengan Kementerian
Kesehatan Republik negarakita bahwa informasi mengenai pemesanan online vaksin
Sinopharm melalui e-commerce adalah tidak benar. Vaksinasi Covid-19 tidak diperjualbelikan
secara bebas. Kementerian Kesehatan juga menegaskan bahwa penyelenggaraan vaksinasi
COVID-19 hanya ada 2 jalur, yaitu vaksinasi program penanggungjawab Kementerian
Kesehatan (jenis vaksin yang digunakan Sinovac, Coronavac, AstraZeneca, dan Pfizer) dan
vaksinasi gotong-royong penanggungjawab Kementerian BUMN bekerja sama dengan Kadin
(vaksin Sinopharm).


terbit  sebuah video yang menunjukkan interior
dan eksterior pesawat, diikuti oleh layar ponsel dari
seseorang yang menunjukkan koneksi kode
bluetooth yang tersedia. Pancaran sinyal bluetooth
ini diklaim berasal dari penumpang pesawat
yang sudah divaksin Covid-19.
yang benar, rekaman ponsel dari dalam kabin
pesawat ini menunjukkan ketersediaan
perangkat nirkabel dalam penerbangan dan tidak
terkait dengan status vaksin penumpang pesawat.
Dilansir dari reuters.com, daftar koneksi dalam
video ini menunjukkan alamat atau pengenal
bluetooth untuk headphone dan perangkat lain
yang kompatibel dengan bluetooth. Selain itu, Ken
Kolderup, Chief Marketing Officer di bluetooth SIG,
juga mengatakan bahwa saat ini belum ditemukan
chip bluetooth dengan ukuran sangat kecil yang
mungkin dapat ditambahkan ke dalam vaksin dan
disuntikkan melalui jarum suntik. Adapun bahan
vaksin Covid-19 adalah meliputi rekombinan,
L-histidin, L-histidin hidroklorida monohidrat,
magnesium klorida heksahidrat, polisorbat 80,
etanol, sukrosa, natrium klorida, dinatrium edetat
dihidrat, serta air untuk suntikan. Tidak ada chip
bluetooth dalam bahan vaksin.


terbit  di media sosial Facebook, sebuah informasi yang mengklaim bahwa vaksin Covid-19 dapat 
menyebabkan munculnya penyakit Prion atau sejenis penyakit yang bisa menyerang otak.
yang benar, dilansir dari medcom.id, klaim bahwa vaksin Covid-19 dapat menyebabkan munculnya 
penyakit Prion atau sejenis penyakit yang bisa menyerang otak adalah tidak berdasar, tidak ada 
informasi resmi dan valid mengenai hal ini. Di sisi lain, narasi senada juga sudah terbit  
pada awal 2021 lalu. Kala itu, vaksin Covid-19 disebut dapat menyebabkan penyakit Prion, 
Alzheimer, ALS, dan penyakit Neurodegeneratif lainnya. Dilansir dari kumparan.com, sumber di 
balik klaim ini berasal dari sebuah makalah yang berjudul "Vaksin Berbasis Covid-19 RNA dan 
Risiko Penyakit Prion" yang ditulis oleh J. Bart Classen. Bertentangan dengan klaim Classen, ahli 
virologi yang berafiliasi dengan Universitas Georgetown, Angela Rasmussen mengatakan bahwa 
klaim dalam makalah Classen tidak memiliki bobot ilmiah. Sampai saat ini, tidak ada bukti yang 
dapat menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 dapat menyebabkan penyakit Prion atau penyakit 
Neurodegeneratif lainnya. Vaksin Covid-19 yang sudah mendapat izin darurat penggunaan di 
masing-masing negara, telah melalui serangkaian uji klinis dan aman untuk digunakan.


terbit  di media sosial Facebook, sebuah tangkapan layar berisi informasi tentang 
semua tempat wisata akan tutup pada 22 Desember 2021 - 5 Januari 2022. Disebutkan 
bahwa penutupan ini sebagai antisipasi munculnya gelombang ketiga Covid-19.
yang benar, dilansir dari kompas.com, Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan 
Covid-19 Wiku Adisasmito menegaskan, isu mengenai tutupnya semua tempat wisata 
pada 22 Desember 2021 hingga 5 Januari 2022 adalah hoaks. Wiku memastikan, tempat 
wisata akan tetap dibuka dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes) secara ketat. 
Serta, warga diimbau untuk mengikuti informasi resmi dari pemerintah atau 
sumber yang dapat dipercaya.

terbit  sebuah video melalui pesan WhatsApp yang memperlihatkan seorang pria sedang 
memberikan informasi terkait vaksin Sinovac. Pada awal video, pria itu mengklaim bahwa vaksin 
Sinovac yang terbit  di negarakita belum dilakukan uji coba kepada anak-anak. 
yang benar, merujuk pada LEMBAR FAKTA (FACT SHEET) UNTUK TENAGA KESEHATAN 
PERSETUJUAN PENGGUNAAN DARURAT (EUA) CORONAVAC, Badan Pengawas Obat dan 
Makanan (BPOM) negarakita, telah mengeluarkan Persetujuan Penggunaan Darurat pemberian 
CoronaVac terhadap orang usia 6 tahun ke atas. BPOM telah menerima dan mengkaji 
laporan-laporan ilmiah pada setiap vaksin yang diberi izin. Hal ini disajikan secara terbuka 
di laman BPOM. Pada naskah perizinan yang diterbitkan BPOM, usia penerima vaksin telah di 
update secara berkala berdasar hasil laporan ilmiah dari uji coba yang telah dilakukan. 
Adapun berdasar laporan hasil uji coba pemberian vaksin pada anak-anak yang dilakukan di 
Cina, dimana mempertimbangkan keamanan dan imunogenisitas (hingga 3 bulan) maka 
ditetapkan vaksin dapat direkomendasikan untuk anak kelompok usia 6-17 tahun. Pemberian 
vaksin pada anak usia 6-17 tahun yang direkomendasikan adalah 2 dosis dengan interval 4 
minggu (0 dan 28 hari), masing-masing dosis 0.5 mL. Sementara untuk anak usia 3-5 tahun, 
vaksin belum dapat direkomendasikan karena jumlah subyek studi klinik dan pada data pasca 
pemasaran belum memadai sehingga belum dapat dipastikan efikasi dan keamanan pada 
populasi ini.

terbit  sebuah pesan berantai WhatsApp yang 
menyebutkan terdapat ratusan WNI tertahan di bus 
karena tidak dapat masuk ke RSDC Wisma Atlet akibat 
lockdown setelah ditemukan ada yang terinfeksi Covid-19 
varian Omicron. Disebutkan bahwa ratusan WNI ini 
merupakan warga yang harus dikarantina setelah pulang 
dari luar negeri, namun tidak diizinkan untuk melakukan 
karantina di hotel ataupun karantina mandiri. Pada 
narasinya juga dituliskan bahwa kondisi para WNI 
kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pribadinya selama 
4 hari di bus dan akhirnya para WNI ini berkeliaran 
untuk memenuhi kebutuhan pribadinya tanpa diketahui 
bahwa WNI ini terinfeksi virus Covid-19 atau tidak.
berdasar klarifikasi dari Juru bicara Kementerian 
Kesehatan RI dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid kepada 
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, dijelaskan 
bahwa informasi yang menyebut para WNI tertahan di bus 
selama 4 hari ini adalah tidak benar. dr. Nadia 
menuturkan bahwa kurang dari 24 jam setelah mendarat, 
para WNI sudah dapat menempati ruangan karantinanya. 
Dan tidak ada bentuk penolakan bagi para WNI untuk 
melaksanakan karantina di hotel maupun secara mandiri. 

terbit  unggahan di media sosial Twitter 
sebuah video yang menunjukkan sekelompok 
orang tengah mendokumentasikan sesuatu di 
rumah sakit. Dalam video ini juga disertai 
sebuah narasi yang menyatakan bahwa video 
itu merupakan bukti bahwa varian Omicron 
hanya dibuat-buat oleh media. 
berdasar hasil penelusuran, video ini 
tidak membuktikan bahwa varian Omicron 
hanya dibuat-buat. Melansir dari AFP, seorang 
juru bicara rumah sakit Shamir Medical Center, 
Liad Aviel menjelaskan bahwa video ini 
merupakan video promosi fasilitas kesehatan 
rumah sakit Shamir Medical Center di Israel 
pada Maret 2021 lalu, sebelum kasus pertama 
varian Omicron terdeteksi. Video promosi yang 
di maksud telah diunggah di kanal YouTube 
Shamir Medical Center dengan judul video 
“Shamir Medical Center – A Groundbreaking 
Technological Power” yang ditulis dalam 
Bahasa Ibrani. Lebih lanjut, Aviel mengatakan 
seorang karyawan rumah sakit telah merekam 
adegan itu dan membagikannya di Facebook. 
“Sayangnya, itu menjadi berita palsu, tetapi 
kami tidak ada hubungannya dengan itu,” 
katanya kepada AFP pada 11 Maret 2021.


sebuah unggahan Facebook yang memberikan narasi mengenai vaksinasi 
Covid-19. Narasi unggahan ini mengklaim bahwa dalam kandungan vaksin Covid-19 
terdapat cairan iblis yang akan membuat orang yang telah divaksin meninggal dunia 
akibat cairan ini. Cairan iblis dalam vaksin Covid-19 sengaja dibuat untuk depopulasi 
jumlah penduduk dunia.
Setelah ditelusuri, klaim bahwa vaksinasi Covid-19 yang memiliki kandungan cairan iblis 
dan merupakan rangkaian kegiatan menuju depopulasi jumlah penduduk dunia adalah 
salah. Dilansir dari laman Medcom.id, informasi yang terbit  ini sudah pernah 
terbit  dengan narasi senada beberapa waktu lalu. berdasar data yang ditulis dalam 
artikel pada situs Katadata.id pada 8 September 2021, risiko kematian akibat Corona turun 
hingga 37% bagi mereka yang telah mendapatkan satu dosis vaksin. Sedangkan, risiko 
kematian turun hingga 73% bagi orang yang telah mendapatkan dua dosis vaksin.

terbit  unggahan di media sosial Twitter sebuah tangkapan layar judul artikel berita 
berbunyi “Pfizer Scientists Warn Weekly Vaccinations May Be Needed For Omicron Variant 
COVID-19 To Prevent Lockdown”. (terjemahan Bahasa negarakita: “Ilmuwan Pfizer 
Memperingatkan Vaksinasi Mingguan untuk Varian Omicron Mungkin Diperlukan untuk 
Mencegah Lockdown”).
yang benar, narasi pada unggahan ini adalah hoaks. Perwakilan perusahaan Pfizer 
Keanna Ghazvini mengklarifikasi bahwa ilmuwan Pfizer tidak pernah memberikan peringatan 
ini. Selain itu, setelah dilakukan penelusuran ditemukan bahwa artikel berita ini 
berasal dari situs bernama Thestonkmarket.com, yang menurut deskripsinya situs ini 
berisikan konten-konten lelucon bergaya satire. Dengan begitu, dapat diketahui artikel berita 
yang menyebut bahwa ilmuwan Pfizer memperingatkan agar melakukan vaksinasi setiap 
minggu untuk mencegah penyebaran varian Omicron hanyalah lelucon.

terbit  sebuah video di media sosial Twitter yang
memperlihatkan seorang pendeta di Meksiko
jatuh pingsan di tengah khotbah. Kejadian
ini tersiar dalam sebuah live streaming.
Disebutkan, pendeta itu sebelumnya menerima
suntikan vaksin Covid-19 dan akhirnya meninggal
dunia.
berdasar penelusuran kumparan.com,
diketahui bahwa nama pendeta ini adalah
Ángel Cueval dari Acapulo, Meksiko. Cueval tidak
meninggal dalam kejadian ini. Pada tanggal
4 September 2021, ia kembali memberikan
khotbah dan bertemu dengan para jemaahnya
secara virtual dan menyebut kondisinya sudah
membaik. Dalam kesempatan itu, Cueval juga
mengambil keputusan untuk beristirahat
sementara waktu. Tidak ada pernyataan terkait
vaksinasi Covid-19 dari dirinya. Ia menegaskan
kondisinya juga sudah membaik.

terbit  di media sosial Facebook, 
sebuah unggahan video berdurasi
30 detik berisi klaim tentang
Covid-19 yang sudah hilang di
Cianjur, video ini disertai
rekaman suasana di mal yang
sudah ramai pengunjung
yang benar, dilansir dari kompas.com,
unggahan yang menyebarkan
klaim dan video tentang Covid-19
sudah hilang di Cianjur adalah
hoaks. Juru Bicara Vaksinasi
Covid-19 Kementerian Kesehatan
Siti Nadia Tarmizi mengatakan,
tidak mungkin saat ini Covid-19
sudah hilang di Cianjur, karena
sampai saat ini diketahui masih
ada kasus aktif Covid-19 di Cianjur.

terbit  unggahan pada sosial media
Facebook sebuah narasi mengenai vaksin
Covid-19 mengandung janin manusia usia
tiga bulan yang digugurkan.
yang benar, klaim bahwa vaksin Covid-19
mengandung janin manusia berusia tiga
bulan dan digugurkan baru-baru ini
adalah salah. yang benar, sel janin
didapatkan puluhan tahun lalu dan
sebagian besar digunakan sebagai alat
bukan bahan vaksin. Dalam sejarah
kehadiran vaksin, bahwa benar terdapat
praktik penggunaan sel janin dalam
pembuatan vaksin secara umum. Sel janin
dijadikan sebagai alat bukan bahan yang
terkandung di dalam vaksin siap pakai.


Sebuah unggahan di media sosial membagikan gambar tangkapan layar yang 
menunjukkan bahwa kata “OMI” adalah akronim untuk jenis penyakit jantung, 
sedangkan “CRON” adalah sebuah sistem operasi atau server untuk pekerjaan yang 
akan dieksekusi pada waktu tertentu. Unggahan ini banyak dikaitkan dengan 
penamaan varian Covid-19 Omicron. 
yang benar, penamaan varian Covid-19 Omicron adalah berdasar pada alfabet Yunani 
dan tidak berkaitan dengan jenis penyakit tertentu seperti jantung. Dilansir dari 
reuters.com, WHO telah memutuskan untuk memberi nama Variants of Interest (VOI) 
atau Variants of Concern (VOC) dari SARS-CoV-2 setelah huruf alfabet Yunani. 
Keputusan ini agar varian memiliki nama sederhana yang mudah diucapkan dan 
diingat serta untuk menghindari pemberian nama berdasar lokasi di mana mereka 
pertama kali terdeteksi, menurut WHO hal itu dapat menimbulkan stigmatisasi dan 
diskriminasi. Adapun Omicron adalah huruf ke-15 dari alfabet Yunani dan merupakan 
VOC kelima yang diidentifikasi oleh WHO. Hal ini berdasar varian virus Alpha, 
Beta, Gamma, dan Delta. Dua VOI lain juga telah diidentifikasi yang disebut Lambda 
dan Mu.

Telah terbit  di media sosial Twitter sebuah 
unggahan foto yang memperlihatkan suasana di 
sebuah supermarket dengan pagar pembatas yang 
membagi lorong supermarket menjadi dua bagian. 
Dalam unggahan ini juga terdapat 
keterangan yang menyatakan bahwa foto ini 
merupakan foto sebuah supermarket di Jerman, 
untuk memisahkan pengunjung yang telah 
divaksin dan belum divaksin.
yang benar, klaim yang mengatakan bahwa 
supermarket di Jerman memasang pagar 
pembatas untuk memisahkan pengunjung yang 
sudah divaksin dan belum divaksin adalah keliru. 
Foto ini bukan berada di Jerman melainkan 
di sebuah supermarket Kaufland di Kota Arad, 
Romania. Melansir dari media Romania B1TV, 
pemasangan pagar pembatas ini juga 
dilakukan di cabang supermarket Kaufland yang 
berlokasi di kota lain. Pagar pembatas ini 
memisahkan bagian pusat perbelanjaan di 
supermarket yang hanya bisa dimasuki oleh 
pengunjung yang telah divaksin dengan bagian 
restoran dan toko cokelat yang dianggap 
non-esensial sehingga dapat dimasuki oleh semua 
pengunjung.

terbit  sebuah narasi di media sosial memuat 
informasi bahwa Pfizer dan WHO bekerjasama 
memunculkan varian Omicron sebagai hukuman untuk 
Afrika Selatan. Disebutkan bahwa hukuman ini 
dikarenakan Afrika Selatan menolak pengiriman vaksin 
Pfizer.
Dilansir dari jalahoaks.jakarta.go.id, informasi bahwa 
Pfizer dan WHO bekerjasama memunculkan varian 
Omicron sebagai hukuman untuk Afrika Selatan 
ini tidak benar. Tidak ada bukti kuat terkait hal 
ini. Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian 
Penyakit Menular Afrika, John Nkengasong 
mengatakan bahwa mengidentifikasi sebuah virus atau 
sebuah varian baru di suatu lokasi bukan berarti virus 
itu berasal dari sana. Michael Head, peneliti senior 
kesehatan global di Universitas Southampton kepada 
CNN dalam wawancara via telepon mengatakan 
kemunculan varian Omicron bisa jadi konsekuensi dari 
wabah dimana pemantauan genomik tidak banyak bisa 
dilakukan dan tingkat vaksinasi yang rendah.


terbit  sebuah informasi bahwa menyebarnya varian baru Covid-19 Omicron adalah cara untuk 
memaksa vaksinasi Covid-19 di Benua Afrika. Varian Omicron juga disebut hanya propaganda, 
karena mayoritas penduduk di Benua Afrika menolak program vaksinasi Covid-19. 
yang benar, informasi yang menyebutkan bahwa varian baru Covid-19 Omicron adalah propaganda 
untuk memaksa penduduk di Benua Afrika melakukan vaksinasi ini adalah tidak benar. 
Dilansir dari cekfakta.tempo.co, menyebarnya varian Covid-19 Omicron untuk memaksa vaksinasi 
Covid-19 di Benua Afrika, adalah keliru. Munculnya varian baru sebagai sifat virus yang terus 
berubah melalui mutasi dan terkadang mutasi ini menghasilkan varian virus baru. Tingkat 
vaksinasi Covid-19 di Afrika paling rendah karena disebabkan berbagai faktor. Di antaranya karena 
koordinasi yang kurang dalam pengiriman vaksin, infrastruktur kesehatan yang lemah, 
keragu-raguan penduduk akibat misinformasi, ketidakpercayaan para pemimpin pemerintah, dan 
sejarah eksperimen medis Barat di benua itu


terbit  unggahan di media sosial Twitter berisi 
sebuah video wawancara CEO BioNTech Dr. 
Ugur Sahin dengan DW News, yang mengklaim 
CEO BioNTech ini tidak mau divaksin 
Covid-19 dengan alasan keamanan.
Dilansir dari medcom.id, klaim bahwa CEO 
BioNTech Dr. Ugur Sahin, perusahaan pembuat 
vaksin Pfizer tak mau divaksin Covid-19 adalah 
salah. yang benar, video wawancara ini 
dilakukan saat vaksin Pfizer dalam tahap 
pengujian dan belum diizinkan untuk umum


terbit  informasi di media sosial yang memuat tangkapan layar sebuah berita 
dengan judul "Kadinkes Bekasi Temukan 4 Warga DKI Terpapar Omicron Usai 
Bepergian dari Luar Negeri." Disebutkan, 4 orang warga DKI Jakarta dinyatakan 
terpapar Covid-19 varian Omicron setelah dilakukan pemeriksaan sampel di 
Laboratorium Farmalab, Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi.
Setelah dilakukan penelusuran, diperoleh klarifikasi bahwa informasi ini tidak 
benar. Dari hasil klarifikasi terakhir ke Litbangkes Kementerian Kesehatan RI pada 
Rabu, 8 Desember 2021 jam 14.30 WIB, belum ditemukan kasus varian Covid-19 
Omicron di DKI Jakarta.


terbit  postingan di media sosial Facebook yang menyebutkan bahwa vaksin 
membuat sperma membeku dan alat kelamin pria mengecil.
Dilansir dari liputan6.com, klaim bahwa vaksin membuat sperma membeku dan alat 
kelamin pria mengecil adalah tidak benar. yang benar, Dokter Spesialis Penyakit Dalam 
dan Vaksinolog, Dirga Sakti Rambe mengatakan, tidak ada bukti ilmiah vaksin 
membuat sperma membeku dan alat kelamin pria mengecil. Vaksin Covid-19 juga 
tidak mempengaruhi kesuburan baik pria atau wanita.


terbit  di media sosial Twitter sebuah
video yang menampilkan seorang
perempuan di Cina terbaring tidak
sadarkan diri. Narasi dalam unggahan
menyebutkan bahwa perempuan itu
terjatuh pingsan usai menerima vaksin
Covid-19.
Dilansir dari kumparan.com, video
dengan narasi yang mengklaim seorang
perempuan di Cina pingsan usai divaksin
adalah hoaks. Adapun video ini
pertama kali diunggah pada 2018 silam.
Sementara kasus Covid-19 pertama
terdeteksi di Cina pada Desember 2019
dan untuk uji klinis vaksin dimulai pada
Maret 2020.

terbit  sebuah video kompilasi beberapa kejadian atlet yang jatuh pingsan saat 
bertanding. Kumpulan kejadian ini diklaim sebagai masalah jantung atau 
miokarditis sebagai efek dari vaksin Covid-19 terhadap para olahragawan. 
Dilansir dari reuters.com, klaim ini adalah keliru. Tidak ada bukti bahwa vaksin 
Covid-19 terkait dengan seluruh insiden dalam video ini. Beberapa kejadian yang 
dikutip dalam video merupakan kejadian lampau, beberapa lainya adalah atlet yang 
belum menerima vaksin Covid-19, dan sisanya mengalami kondisi medis lain seperti 
tekanan darah rendah, kelelahan panas, masalah riwayat penyakit jantung, atau 
miokarditis yang disebabkan oleh infeksi Covid-19. Lebih lanjut, Kepala eksekutif the 
Medicines and Healthcare products Regulatory Agency (MHRA), Dr. June Raine 
mengatakan MHRA memantau dengan cermat keamanan dan efektivitas vaksin 
Covid-19, termasuk laporan dugaan peradangan jantung, miokarditis, atau perikarditis. 
Miokarditis menjadi potensi risiko yang sangat langka dari vaksin Covid-19. Adapun 
kejadian yang dilaporkan biasanya ringan dengan individu yang biasanya pulih dalam 
waktu singkat dengan pengobatan standar dan istirahat

terbit  sebuah informasi di media sosial Facebook yang mengklaim bahwa munculnya varian baru virus 
Corona Omicron telah dijadwalkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), John Hopkin University, dan World 
Economic Forum. Terlihat daftar tabel nama-nama varian Corona dan jadwal peluncuran berbahasa Spanyol. 
Terdapat pula tanda biru yang diarahkan ke tabel abjad Omicron dengan keterangan bulan Mei 2022. 
Pengunggah turut memuat logo WHO, John Hopkin University, dan World Economic Forum pada informasi 
ini.
yang benar, klaim bahwa munculnya varian virus baru Omicron telah dijadwalkan oleh Badan Kesehatan 
Dunia (WHO), John Hopkin University dan World Economic Forum adalah keliru. Dilansir dari 
cekfakta.tempo.co, Kepala Komunikasi di Kantor Ketua Forum Ekonomi Dunia, Peter Vanham mengatakan 
bahwa dokumen ini adalah palsu dan tidak ada hubungannya dengan Forum Ekonomi Dunia. Seorang 
Juru Bicara WHO juga mengonfirmasi bahwa dokumen ini bukan dokumen WHO. Selain itu, tanggal 
ditemukannya varian baru Covid-19 dalam tabel yang diunggah oleh akun Facebook ini tidak akurat. 
Misalnya virus Corona varian Delta yang disebutkan pada tabel ini diluncurkan pada Juni 2021. 
Menurut laporan Deutsche Welle (DW), Jerman, virus Corona varian Delta ditemukan pertama kali di India 
pada Oktober 2020. Virus Corona varian baru Omicron sendiri tertulis Mei 2022, padahal varian ini telah 
diidentifikasi di Afrika Selatan pada 24 November 2021.


Sebuah postingan di media sosial membagikan daftar dugaan gejala virus Corona varian 
Omicron dan menyiratkan bahwa gejala ini sebenarnya adalah komplikasi dari vaksin 
Covid-19.
Dilansir dari reuters.com, klaim varian Omicron sebagai gejala komplikasi dari vaksin 
Covid-19 tidak memiliki dasar. Tidak ada bukti bahwa daftar gejala yang tercantum dalam 
postingan ini merupakan gejala komplikasi dari vaksin Covid-19. Begitu juga tidak 
ada bukti bahwa varian Omicron menyebabkan seseorang menunjukkan gejala-gejala 
ini. David O'Connor, Profesor Laboratorium Patologi dan Obat-obatan di University of 
Wisconsin-Madison, mengatakan bahwa sejauh ini belum cukup waktu atau kasus untuk 
dapat mengetahui apakah varian Omicron menunjukkan gejala yang berbeda dari varian 
lainnya. Lebih lanjut, WHO juga mengatakan belum jelas apakah varian Omicron lebih 
menular atau menyebabkan penyakit yang lebih parah dibandingkan varian lainnya.


terbit  di media sosial Facebook sebuah video dengan narasi berbahasa Inggris dan takarir 
berbahasa negarakita yang mengklaim bahwa penyintas Covid-19 atau orang yang telah 
terinfeksi Covid-19 tidak perlu divaksin karena memiliki kekebalan natural. Akun ini 
merujuk pada sebuah riset yang dilakukan di Qatar dan mengklaim hasil riset itu menyebut 
kasus penyintas Covid-19 yang kembali terinfeksi Covid-19 sangat sedikit.
Dilansir dari medcom.id, klaim bahwa penyintas Covid-19 tidak perlu divaksin karena sudah 
memiliki kekebalan natural adalah salah. yang benar, tidak ada hasil riset yang menjamin 
kekebalan natural itu bisa bertahan dalam waktu yang lama atau bahkan abadi. Penyintas 
Covid-19 memang memiliki kekebalan tubuh alami, namun kekebalan itu akan menurun 
atau hilang setelah dua atau tiga bulan. Merujuk pada riset yang dijadikan dasar klaim 
unggahan video di atas, tidak ditemukan jaminan waktu kekebalan tubuh penyintas. Riset 
itu pun tidak menjadikan penyintas Covid-19 yang divaksinasi sebagai objek penelitian. 
Sehingga tidak bisa dibandingkan kekebalan tubuh penyintas Covid-19 tanpa vaksinasi 
dengan mereka yang sudah divaksin.

terbit  di media sosial WhatsApp, sebuah pesan berantai yang mengklaim bahwa 
Pemerintah negarakita hendak memaksakan booster vaksin Covid-19 kepada publik.
yang benar, dilansir dari medcom.id, klaim bahwa Pemerintah negarakita memaksakan booster
vaksin Covid-19 kepada publik adalah salah. berdasar klarifikasi langsung pemerintah 
melalui Kementerian Kesehatan, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid. 
mengatakan bahwa pemberian booster vaksin Covid-19 untuk publik belum diperlukan. 
Pemerintah negarakita masih fokus menuntaskan pemberian vaksin Covid-19 dosis ke-2 
hingga mencapai target. Setidaknya hingga 2 Desember 2021, sebanyak 239 juta dosis vaksin 
Covid-19 telah diberikan kepada penduduk di negarakita. Sebanyak 35,40% dari total sasaran 
vaksinasi telah diberikan dua dosis vaksin, alias dosis lengkap. Tentu angka ini masih jauh dari 
target vaksinasi Covid-19 di negarakita. dr. Nadia menyoroti fenomena gelombang ketiga kasus 
Covid-19 di beberapa negara, kemungkinan karena terdapat beberapa sasaran atau warga 
yang belum divaksinasi di negara ini.