Rabu, 03 Mei 2023
Home »
epidemi corona 4
» epidemi corona 4
epidemi corona 4
Mei 03, 2023
epidemi corona 4
unggahan berisi foto sebuah surat edaran
dari Satuan Brimob Batalyon C Pelopor
Kepolisian Daerah (Polda) Aceh yang
ditujukan kepada Bupati Aceh Selatan. Dalam
surat itu salah satunya berisi permintaan
persetujuan pemberlakuan sertifikat vaksin
Covid-19 sebagai syarat pembelian BBM.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta
kompas.com, Kabid Humas Polda Aceh
Kombes Winardy memastikan bahwa surat
edaran yang berisi permintaan persetujuan
pemberlakuan sertifikat vaksin Covid-19
sebagai syarat pembelian BBM ini
adalah tidak benar. Ia mengatakan bahwa
Polda Aceh tidak pernah mengeluarkan surat
edaran ini.
terbit di media sosial Instagram sebuah video yang mengklaim seorang anak laki-laki di
Malaysia pingsan sesudah mendapatkan vaksinasi Covid-19. Video ini disertai keterangan
“Laporan keluar dari S.E.A. (Malaysia) bahwa anak berusia 12 tahun ini mengalami reaksi buruk
terhadap vaksin.".
yang benar, video yang mengklaim bahwa anak laki-laki ini pingsan karena efek samping
vaksin Covid-19 adalah keliru. Dilansir dari kumparan.com yang mengutip dari
checkyourfact.com, berdasarkan pemberitaan dari media lokal Malaysia KiniTV, anak laki-laki
ini pingsan karena gugup, kurang tidur dan belum sarapan saat akan divaksinasi. Ketua
Komite Kesehatan dan Anti Narkoba Negara Bagian Melaka, Datuk Rahmad Mariman,
mengatakan bahwa anak laki-laki ini pingsan di luar lokasi vaksinasi, sebagaimana
dilaporkan News Straits Times. Kementerian Kesehatan Malaysia menegaskan anak itu pingsan
bukan karena vaksin Covid-19, ia tampak sehat saat screening. Dalam masa observasi selama 30
menit usai disuntik vaksin, kondisi anak ini stabil hingga akhirnya diizinkan untuk pulang.
terbit sebuah pesan berantai berisi informasi yang menyiratkan bahwa vaksin Pfizer yang diterima
oleh ibu menyusui berbahaya pada bayi yang disusui. Pesan ini berisi foto kaki seorang bayi yang
nampak mengalami sakit kulit dengan narasi "Miris melihatnya, seorang Bayi yg disusui oleh ibu yg
telah divaksin pfizer..."
Pesan yang menyiratkan dampak bahaya vaksin Pfizer bagi bayi yang disusui adalah keliru. Dilansir
dari merdeka.com, yang juga mengutip dari artikel detik.com berjudul "Apa Saja Vaksin COVID-19 yang
Aman Bagi Ibu Hamil dan Menyusui? Cek di Sini" pada 25 Agustus 2021, dijelaskan bahwa semua jenis
vaksin aman untuk ibu menyusui. Sekretaris Jenderal Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi negarakita
(POGI), dr. Budi Wiweko, Sp.OG(K)-FER., M.P.H. menjelaskan semua jenis vaksin Covid-19 bisa
digunakan untuk ibu menyusui. Sejauh ini, tidak ada masalah atau isu yang berkaitan dengan
vaksinasi Covid-19 untuk ibu menyusui, tidak adanya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang serius
dan juga tidak berpengaruh pada produksi ASI-nya. Lebih lanjut, Kementerian Kesehatan justru
merekomendasikan vaksin Pfizer untuk diprioritaskan bagi sejumlah kelompok tertentu, termasuk ibu
menyusui. Namun, dengan catatan ibu menyusui yang belum pernah menerima vaksin merek lain.
terbit sebuah klaim yang menyebutkan bahwa
Pemerintah Norwegia telah mengklasifikasikan
Covid-19 tidak lebih bahaya dari flu biasa. Klaim
ini dibagikan di media sosial Facebook
dengan menyertakan tangkapan layar dari sebuah
artikel berita.
Dilansir dari laman kumparan.com yang mengutip
dari usatoday.com, klaim yang menyebutkan
Pemerintah Norwegia telah mengklasifikasikan
Covid-19 tidak lebih bahaya daripada flu biasa
adalah tidak benar atau hoaks. Norwegia telah
mencabut aturan lockdown dengan
menggencarkan program vaksinasi. Meski begitu,
Institut Kesehatan warga Norwegia tidak
mengklasifikasikan Covid-19 sebagai virus yang
tidak lebih bahaya daripada flu. Direktur
Departemen Institut Kesehatan warga
Norwegia Line Vold kepada USA Today
menegaskan, klaim yang terbit ini
merupakan salah tafsir dari wawancara Wakil
Direktur Institut Kesehatan warga Norwegia
Geir Bukholm di sebuah tabloid lokal. Dalam
wawancara itu, Bukholm sempat membandingkan
antara virus Corona dengan flu.
terbit sebuah informasi di media sosial yang menyebut bahwa antibiotik Amoksisilin
dapat mengobati Covid-19.
Dilansir dari AFP, klaim ini adalah keliru. WHO telah menjelaskan bahwa antibiotik
tidak dapat digunakan untuk mencegah atau mengobati Covid-19. Namun, WHO mencatat
bahwa mereka yang dirawat di rumah sakit akibat Covid-19 dapat menerima antibiotik
karena penyakit ini dapat menyebabkan infeksi bakteri lainnya. Dr. Thira Woratanarat,
seorang profesor di Departemen Pencegahan dan Pengobatan Sosial di Universitas
Chulalongkorn Thailand menyebut Amoksisilin adalah obat antibiotik yang dirancang untuk
digunakan melawan bakteri dan belum terbukti efektif melawan infeksi virus, termasuk
Covid-19. Para ahli kesehatan juga memperingatkan bahwa penyalahgunaan antibiotik
dapat menyebabkan infeksi bakteri yang resisten terhadap obat.
terbit di media sosial WhatsApp, sebuah
video dengan narasi bahwa Covid-19 sudah
tiada dan aturan protokol kesehatan juga
sudah tidak berlaku lagi saat kunjungan
Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Kaimana,
Papua.
Dilansir dari medcom.id, klaim bahwa video itu
memperlihatkan Covid-19 telah tiada dan
aturan protokol kesehatan sudah tidak berlaku
lagi di negarakita, adalah salah. yang benar, video
itu merupakan peristiwa lama. Video itu
memperlihatkan kunjungan Jokowi dan Ibu
Negara Iriana ke Papua Barat pada 2019 yang
pernah dimuat KompasTV dalam kanal
YouTubenya dengan judul "Ketika Jokowi dan
Iriana Menari Bareng Warga Papua Barat"
pada 28 Oktober 2019.
terbit sebuah pesan berantai melalui aplikasi WhatsApp yang menyatakan bahwa
Ketua Majelis Ulama negarakita (MUI), K.H. Muhammad Cholil Nafis telah
memperbolehkan umat Muslim untuk merapatkan saf salat.
Dikutip dari turnbackhoax.id, pernyataan K.H. Muhammad Cholil Nafis memang
telah memperbolehkan untuk merapatkan saf salat adalah benar, tetapi khusus di
daerah yang sudah merupakan zona hijau atau PPKM Level 1, bukan untuk semua
daerah di negarakita. Lebih lanjut, ia juga menegaskan bahwa merapatkan saf hanya
berlaku ketika melaksanakan salat. Ketika melakukan zikir selepas salat, diharapkan
agar kembali merenggangkan saf.
terbit unggahan di media sosial
Facebook yang memperlihatkan Perdana
Menteri (PM) Singapura Lee Hsien Loong
sedang berada dalam sebuah antrean.
Unggahan ini mengklaim bahwa
foto yang terbit itu merupakan foto PM
Singapura ketika sedang mengantre untuk
mendapatkan vaksin Covid-19.
Dilansir dari laman AFP Fact Check, klaim
yang menyebutkan foto ini adalah
foto PM Singapura sedang mengantre
untuk mendapat vaksin Covid-19 adalah
tidak benar. Dalam artikel yang berjudul
"Old photo misused in false posts about
Lee Hsien Loong lining up for Covid-19 jab",
dijelaskan bahwa foto yang terbit itu
merupakan kegiatan PM Singapura saat
sedang mengantre membeli makanan
cepat saji ayam goreng. Foto ini
diambil pada tahun 2014, jauh sebelum
adanya pandemi Covid-19.
terbit informasi di jejaring sosial yang
berbunyi bahwa akan ada razia lalu lintas selama
20 hari kedepan di Palangka Raya, lengkap
dengan menyebutkan lokasi, hari, dan jam
pelaksanaan razia. Serta, ada imbauan untuk
tidak melewati jalan ini.
yang benar, Polda Kalteng melalui akun Instagram
@humaspoldakalteng mengatakan bahwa
informasi ini tidak benar alias hoaks. Saat
ini, Polda Kalteng bersama dengan Polres
jajarannya sedang melaksanakan Operasi Patuh
Telabang 2021 mulai tanggal 20 September
sampai 3 Oktober 2021 atau selama 14 hari.
Setiap akan melaksanakan razia, kepolisian tidak
menyampaikan jam dan tempat razianya.
Namun, kepolisian selalu mengimbau kepada
para pengguna jalan agar selalu mematuhi
peraturan berlalu lintas dan melengkapi
surat-surat kendaraan serta selalu mematuhi
protokol kesehatan Covid-19.
terbit di media sosial Facebook, unggahan
video berdurasi 1 menit 38 detik yang
menginformasikan bahwa terdapat dua orang
remaja yang meninggal karena suntikan vaksin
Covid-19 di Lahad Datu, Malaysia.
yang benar, dilansir dari wartaoriental.com,
Direktur Kesehatan Negara Bagian Sabah, Dr.
Rose Nani Mudin membantah kematian seperti
yang dituduhkan. Rose mengatakan bahwa
informasi dalam video ini adalah pesan
palsu. Dikutip dari edisi9.com, penyebab dua
remaja yang meninggal adalah infeksi virus
Covid-19 serta mempunyai komorbid diabetes
sejak kecil, dan penyebab kematian yang satu
lagi tidak diketahui, namun remaja ini
telah berusia 18 tahun dan memenuhi syarat
untuk menerima vaksin di bawah Program
Imunisasi Nasional Covid-19 (PICK) untuk orang
dewasa.
terbit sebuah pesan berantai di media sosial WhatsApp, informasi yang berisi imbauan dari
Menteri Kesehatan (Menkes) agar tidak bepergian ke luar kota atau melakukan kegiatan
kumpul-kumpul karena adanya varian baru Covid-19.
yang benar, dilansir dari liputan6.com, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Menular Kementerian Kesehatan RI, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid. mengatakan bahwa pesan
berantai ini tidak benar. Ia menjelaskan pesan dari Menteri Kesehatan bahwa
warga tidak boleh terlena dengan keadaan yang semakin membaik dan harus tetap
menjaga protokol kesehatan. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga mengingatkan
tentang mobilitas warga akan meningkat seiring dengan pelonggaran kegiatan
warga. warga harus tetap menerapkan protokol kesehatan karena ada varian
Covid-19 lain yang bisa mengancam.
terbit di media sosial Facebook, sebuah
informasi yang menyebutkan bahwa
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan warga
(PPKM) diperpanjang terus sedangkan bantuan
sosial (bansos) dihentikan.
yang benar, klaim yang menyebut bahwa bansos
dihentikan adalah tidak benar. Dilansir dari
kompas.com, Menteri Sosial Tri Rismaharini
membantah hal ini dengan menjelaskan
bahwa bantuan sosial yang diberikan kepada
warga miskin terdampak pandemi Covid-19
tidak dihentikan oleh pemerintah. Menurut
Risma, pemerintah perlu memberikan bantuan
dana ke warga terdampak PPKM, karena
aktivitas ekonomi yang terbatas menyebabkan
pendapatan berkurang. Beberapa bantuan lain
seperti Kartu Prakerja, bantuan langsung Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), subsidi
listrik, dan lainnya masih terus berlanjut.
terbit di media sosial Twitter sebuah unggahan video yang berdurasi 29 detik
dengan klaim jutaan orang di ibu kota Brasil melakukan demonstrasi terkait
menolak wajib vaksin.
sesudah ditelusuri, narasi ini tidak benar. Video ini bukan merupakan
demo menolak wajib vaksin, melainkan unjuk rasa mendukung Presiden Brasil Jair
Bolsonaro atas perlawanannya terhadap keputusan Mahkamah Agung yang terjadi
di Sao Paulo pada Selasa (7/9/2021), bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Brasil.
terbit di media sosial Facebook sebuah
unggahan video terkait potensi bahaya
antibody-dependent enhancement (ADE) pada
vaksin Covid-19. Dalam video ini terdapat
penjelasan yang menyebut vaksin akan
semakin ganas menyerang tubuh manusia
sesudah terkena antibodi, hal ini terjadi karena
terdapat potensi ADE.
yang benar, dilansir dari liputan6.com, Ketua Tim
Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Sinovac,
Kusnandi Rusmil mengatakan bahwa tidak ada
fenomena ADE dalam vaksin Covid-19. ADE
adalah fenomena reaksi ketika pemberian
antibodi (berupa vaksin atau lainnya) menjadi
tidak efektif dan malah memperkuat infeksi
sehingga muncul suatu kejadian
imunopatologis berat. Kusnandi menerangkan
fenomena ADE terjadi bila sebuah kuman atau
virus memiliki antigen lebih dari satu,
sedangkan virus penyebab Covid-19 hanya
memiliki satu antigen. Selain itu, dikutip dari
sehatnegeriku.kemkes.go.id, Direktur
Surveilans dan Karantina Kesehatan, drg. R.
Vensya Sitohang, M.Epid menegaskan bahwa
fenomena ADE sejauh ini terlihat pada infeksi
dengue, tidak pada kandidat vaksin Covid-19.
terbit sebuah postingan yang menyebutkan warna
darah pasien yang sudah disuntik vaksin Covid-19 berbeda.
Pengunggah foto itu menyebut warna darah merah
marun merupakan darah milik orang yang belum divaksin.
Sementara yang merah gelap milik pasien yang sudah
divaksin. Dari foto ini kemudian terbit narasi darah
orang yang telah divaksin tidak aman, termasuk untuk
donor darah.
Dilansir dari kumparan.com yang mengutip dari Reuters,
narasi yang ada dalam postingan ini tidak benar. Ahli
menyebut tidak ada hubungannya warna darah dengan
vaksin Covid-19. Menurut Asisten Profesor di Departemen
Onkologi Radiasi Institut Kanker Huntsman, Fakultas
Kedokteran Universitas Utah Amerika Serikat, Skyler
Johnson menegaskan bahwa gambar ini salah. Hal
yang sama juga disampaikan oleh ahli yang menyebutkan
warna darah seseorang berasal dari molekul protein yang
membawa oksigen ke dalam darah. Karena itu, warna
darah seseorang bisa berwarna merah, biru, hijau, dan
ungu. Sementara itu, antibodi yang terbentuk dari
vaksinasi tidak memiliki warna tertentu.
Banyak terbit narasi pada media sosial,
salah satunya Facebook, yang menyebutkan
bahwa pendarahan otak yang dialami
komedian Tukul Arwana berkaitan dengan
vaksin Covid-19.
Menanggapi hal ini, Direktur Utama
Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RS PON)
Mursyid Bustami menegaskan, pendarahan
otak yang dialami Tukul tidak ada kaitannya
dengan vaksinasi Covid-19. Mursyid
mengatakan, hal ini harus diklarifikasi
agar tidak ada keraguan dari warga
terhadap vaksinasi. Lebih lanjut, Mursyid
mengatakan, efek samping dari vaksinasi
Covid-19 bersifat ringan seperti demam, nyeri
pada bekas suntikan yang akan hilang dalam
satu sampai dua hari.
terbit kabar di media sosial terkait daftar 35
destinasi wisata di Jogja, Magelang, dan
sekitarnya disebut sudah beroperasi sejak 22
September lalu.
Dilansir dari harianjogja.com, Kepala Dispar
Sleman Suparmono menegaskan bahwa
informasi terkait puluhan destinasi wisata di DIY
sudah beroperasi adalah keliru. Dia menyebut,
untuk wilayah Sleman baru tiga destinasi wisata
yang baru mendapatkan izin untuk diuji coba. Hal
senada disampaikan Kepala Dispar DIY, Singgih
Raharjo. Ia menyatakan jika di DIY baru tujuh
destinasi wisata yang mendapatkan izin dari
Kemenparekraf untuk diuji coba.
terbit unggahan tangkapan layar percakapan WhatsApp di media sosial Facebook
yang mengklaim bahwa vaksin Sinovac dan AstraZeneca mengandung DNA babi. Narasi
percakapan dalam tangkapan layar ini diantaranya berbunyi “saya dan keluarga
besar ogah divaksin Corona. Vaksin Sinovac buatan Cina dan vaksin Astrazeneca buatan
Inggris, yang sama-sama mengandung DNA babi, wapres Ma’ruf Amin, tidak jadi
persoalan?”.
yang benar, berdasarkan hasil pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa vaksin Sinovac dan
AstraZeneca mengandung DNA babi adalah keliru. Majelis Ulama negarakita (MUI) sudah
menerbitkan sertifikat halal pada vaksin Sinovac. Sementara itu, vaksin AstraZeneca
sempat dipertanyakan soal status halalnya karena diduga mengandung tripsin babi.
Namun dosen Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung (ITB), Aluicia Anita Artarini,
sesuai dokumen AstraZeneca dan tim University of Oxford yang melakukan uji klinis,
AstraZeneca ternyata memakai enzim tripsin yang berasal dari jamur, bukan babi.
Dia menerangkan, enzim tripsin ini tidak dimasukkan ke dalam formula vaksin,
melainkan hanya digunakan sebagai pemotong sel mamalia yang dibeli AstraZeneca dari
Bank Sel, Thermo Fisher. Kepala Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) RI juga
mengatakan bahwa vaksin AstraZeneca tidak mengandung babi.
Sebuah artikel dibagikan ratusan kali di media
sosial dengan klaim bahwa Pusat Pengendalian
dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) telah
memperingatkan wabah penyakit yang mirip
seperti polio yang diperkirakan akan terjadi pada
tahun 2021. Beberapa pengguna media sosial
turut mengaitkannya sebagai reaksi yang
merugikan dari vaksin Covid-19.
yang benar klaim ini adalah keliru. Dilansir
dari AFP, CDC tidak mengeluarkan peringatan
seperti itu pada tahun 2021. Klaim ini
tampaknya didasarkan pada peringatan yang
dikeluarkan CDC tentang Acute Flaccid Myelitis
(AFM) yakni penyakit cacat neuromuskular yang
mirip seperti polio pada 4 Agustus 2020.
Peringatan ini muncul lebih dari empat
bulan sebelum peluncuran vaksinasi Covid-19
yang dilakukan di AS pada pertengahan
Desember 2020. Scott Pauley, Petugas Pers di
CDC mengatakan tidak ada hubungan antara
penyakit ini dengan vaksinasi Covid-19.
Hingga saat ini, virus yang diduga menjadi
pendorong utama wabah AFM musiman dua
tahunan yang diamati di banyak wilayah global
adalah enterovirus D68
terbit di media sosial sebuah video dengan narasi bahwa Pemerintah Rumania
menutup semua pusat vaksin imbas penolakan dari 70 persen warganya.
yang benar, vaksinasi Covid-19 terus digelar di negara ini. Setidaknya pada pukul 09.13
WIB, Rabu 22 September 2021, sebanyak 27,56 persen atau 5.271.402 warga Rumania
sudah divaksin sepenuhnya. Data ini terus bertambah. Hal itu tampak dalam situs
covidvax.live. Pada situs itu juga ditampilkan jumlah dosis yang diberikan setiap harinya.
terbit unggahan di media sosial Facebook yang
mengklaim bahwa Cina tidak lagi memakai vaksin
Sinovac dan negarakita telah ditipu memakai vaksin
ini. Klaim itu terbit sesudah otoritas Cina
membolehkan penggunaan vaksin Pfizer/BioNTech pada
bulan Juli lalu. Ditemukan juga beberapa narasi yang
menganggap penggunaan vaksin Sinovac hanyalah bisnis
belaka dan rakyat negarakita hanya menjadi percobaan
Cina dengan vaksin Sinovac yang mereka produksi.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa
Cina tidak lagi memakai vaksin Sinovac dan
negarakita telah ditipu memakai vaksin ini
adalah keliru. Rencana Cina memakai vaksin
Pfizer/BioNTech adalah sebagai vaksin booster kepada
warga yang telah mendapatkan dosis lengkap (dua
suntikan). Namun rencana ini belum mendapatkan
persetujuan dari otoritas setempat. Cina selama ini
memakai vaksin yang diproduksi di dalam negeri,
termasuk Sinovac, untuk warganya. Hingga pekan kedua
September, Cina telah memvaksin 1 miliar penduduknya,
dari jumlah total 1,41 miliar warga
terbit sebuah informasi mengenai Bantuan Subsidi Upah (BSU) untuk guru honorer dan
non-PNS yang disebut akan cair pada September 2021 yang disertai dengan link berisi informasi
dan syarat untuk mendapatkan BSU. Dalam informasi itu juga disebutkan bahwa bantuan
ini berasal dari pemerintah yang disalurkan melalui Kemdikbudristek untuk membantu
meringankan masalah para guru honorer dan non-PNS yang terdampak pandemi Covid-19.
yang benar, dikutip dari kompas.com, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Biro Kerja Sama dan
Hubungan warga Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Kemdikbudristek), Anang Ristanto mengatakan, informasi ini tidak benar. Pihaknya
memastikan, tidak ada jadwal pencairan BSU guru honorer dan non-PNS pada September ini.
terbit di media sosial Facebook, sebuah unggahan foto yang menyebutkan bahwa Bill Gates
menyerukan penarikan semua Vaksin Covid-19 dengan alasan “Vaksin jauh lebih berbahaya
daripada yang dibayangkan siapa pun”.
yang benar, dilansir dari liputan6.com, informasi di atas adalah hoaks. Dikutip dari theeexpose.uk,
pihak redaksi The Expose menjelaskan bahwa artikel yang mereka unggah adalah satire atau
sindiran. Satire ini adalah fiktif karena Bill Gates tidak pernah membuat pidato seperti itu.
Di sisi lain, Gates Foundation yang dimiliki Bill Gates justru mendukung program vaksinasi
Covid-19.
Sebuah akun media sosial Facebook mengunggah narasi yang menyebut bahwa vaksin
ternyata tidak menjadi syarat dalam penerbangan internasional.
yang benar, klaim yang terbit ini adalah keliru, sebab sejumlah negara telah menetapkan
vaksin Covid-19 sebagai syarat penumpang penerbangan. Berdasarkan hasil penelusuran Cek
Fakta liputan6.com, klaim yang menyebut syarat vaksin tidak ada dalam penerbangan
internasional mengarah pada artikel berjudul "Canada announces vaccine mandate for air
travel" yang dimuat situs edition.cnn.com, pada 14 Agustus 2021. Padahal artikel ini justru
menyebutkan Kanada akan mewajibkan sebagian besar penumpang komersial yang bepergian
melalui udara, kereta api, atau kapal besar untuk divaksinasi penuh pada musim gugur.
Selanjutnya pada artikel liputan6.com berjudul "Vaksinasi COVID-19 Jadi Syarat Naik Pesawat
Domestik di Arab Saudi" juga menyebutkan bahwa maskapai-maskapai Arab Saudi
mengumumkan bahwa vaksinasi Covid-19 dua dosis akan menjadi syarat wajib bagi
penerbangan domestik.
terbit di media sosial sebuah narasi yang menyebutkan bahwa mulai 1 Oktober 2021, biaya
pasien Covid-19 tidak ditanggung Kemenkes lagi dan BPJS hanya menanggung biaya
maksimal Rp18 juta. Narasi ini juga berisi imbauan agar memiliki alternatif lain seperti
asuransi sendiri.
yang benar, dilansir dari liputan6.com, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan RI, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid.
mengatakan informasi ini adalah tidak benar. Ia menegaskan, bahwa biaya perawatan
pasien Covid-19 tetap ditanggung oleh pemerintah dan sumber anggaran masih dari
Kementerian Kesehatan RI. dr. Nadia juga menambahkan, tidak benar bahwa besaran
perawatan biaya pasien Covid-19 dibatasi Rp18 juta. Mekanisme perhitungan penggantian
biaya memakai metode INA-CBGs dan besarannya bervariasi. Penghentian penjaminan
biaya pasien Covid-19 dilakukan, apabila masa isolasi Covid-19 sudah dinyatakan selesai.
terbit informasi pada laman
healthtracking.telkomsigma.co.id berupa ajakan
menginstal aplikasi TraceTogether untuk
mendukung Keputusan Menteri Kominfo Nomor
159 Tahun 2020 tentang Upaya Penanganan
Covid-19 melalui dukungan Sektor Pos dan
Informatika.
yang benar, informasi pada laman
healthtracking.telkomsigma.co.id ini telah
mengalami suntingan. Informasi yang
sesungguhnya adalah ajakan untuk mendukung
Keputusan Menteri Kominfo Nomor 159 Tahun
2020 tentang Upaya Penanganan Covid-19
melalui Dukungan Sektor Pos dan Informatika,
tidak menyebutkan imbauan mengenai aplikasi
TraceTogether. Lebih lanjut, Keputusan Menteri
Kominfo Nomor 171 Tahun 2020 tentang
Penetapan Aplikasi Pedulilindungi Dalam
Rangka Pelaksanaan Surveilans Kesehatan
Penanganan Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) bahwa aplikasi PeduliLindungi
digunakan oleh berbagai kementerian dan
lembaga Republik negarakita dalam rangka
Surveilans Kesehatan penanganan pandemi
Covid-19.
terbit sebuah foto hasil tangkapan layar judul berita tentang efek samping vaksin yang
menyebabkan wajah menjadi merah yang dimuat oleh media Inggris ITV. Dalam
tangkapan layar ini, tampak logo ITV di sudut kiri atas foto.
yang benar, berdasarkan hasil penelusuran, judul berita ini merupakan hasil
suntingan. Tidak ditemukan berita dengan judul serupa di situs resmi media ITV. Lebih
lanjut, melansir dari Reuters, juru bicara ITV juga telah menegaskan bahwa pihaknya
tidak pernah memuat berita dengan judul ini. Foto yang digunakan dalam
tangkapan layar ini juga bukan merupakan foto penerima vaksin yang wajahnya
menjadi merah, melainkan foto seorang sukarelawan yang mewarnai wajahnya dengan
cat merah dalam kegiatan penggalangan dana untuk warga lanjut usia di Wiltshire,
Inggris. Foto ini pertama kali diunggah di situs artstogether.co.uk pada 26 Juli 2013
lalu.
terbit sebuah pesan berantai WhatsApp mengenai informasi pendaftaran vaksin
Nusantara. Pada pesan ini disebutkan bahwa warga yang berminat
mendaftar untuk mendapatkan vaksin Nusantara dapat mengirimkan data diri ke
nomor WhatsApp yang tertera.
Berdasarkan verifikasi tim Cek Fakta liputan6.com kepada mantan Menteri
Kesehatan Republik negarakita sebagai penggagas vaksin Nusantara Dr. Terawan
Agus Putranto, informasi mengenai pendaftaran vaksin Nusantara ini adalah
hoaks. Menurut Dr. Terawan Agus Putranto, pihaknya belum membuka
pendaftaran program penerima vaksin Nusantara.
terbit unggahan di media sosial Facebook
sebuah foto hasil tangkapan layar video suatu
bangunan terbakar. Unggahan ini juga
disertai dengan narasi yang menyatakan
bahwa bangunan yang terbakar dalam foto
ini adalah Laboratorium Pfizer berlokasi
di Madrid, Spanyol.
Dilansir dari Politifact, Juru Bicara Pfizer
Andrew Widger menjelaskan bahwa Pfizer
memang memiliki sebuah laboratorium di
wilayah San Sebastián de los Reyes di Madrid,
Spanyol tetapi Widger menegaskan bahwa
tidak ada kebakaran yang terjadi di
laboratorium ini. Kebakaran ini
terjadi di pabrik kompos yang berlokasi di
belakang Laboratorium Pfizer.
terbit sebuah informasi di media sosial Twitter yang menyebut bahwa orang yang
berhalangan vaksinasi COVID-19 tidak bisa memakai layanan transportasi
Commuter Line (KRL).
KAI Commuter melalui akun Twitter resminya memberikan klarifikasi terkait
informasi ini. Dalam postingannya KAI menjelaskan, bagi penyintas COVID-19
kurang dari 3 bulan atau warga yang menderita Komorbid sehingga belum
dapat melakukan vaksinasi COVID-19 maka tetap dapat memakai layanan KRL
dengan menunjukan surat keterangan resmi dari dokter di Puskesmas atau Rumah
Sakit mengenai kondisinya ini
Telah terbit di media sosial sebuah unggahan yang
memperlihatkan logo aplikasi PeduliLindungi dengan
keterangan “Ternyata aplikasi PEDULI LINDUNGI itu
aplikasi bikinan SINGAPORE. Gila… Seluruh data kita
direkam Singapore, dan kedaulatan Data negarakita
sudah ada ditangan mereka, meski ini aplikasi Telkom.
Mereka tau Alamat kita, tgl Lahir kita, email Kita, kita
makan apa, kita kemana aja… semua mereka tau. Kalau
info ini salah mohon saya di informasikan apa yang
salah 🙏🙏🙏🙏🙏🙏”.
yang benar, klaim yang mengatakan bahwa aplikasi
PeduliLindungi merupakan aplikasi buatan Singapura
adalah salah.
1. Aplikasi PeduliLindungi adalah buatan dalam negeri.
Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika
RI, Dedy Permadi, menyatakan bahwa aplikasi
PeduliLindungi merupakan buatan anak bangsa yang
dikembangkan bersama dengan salah satu perusahaan
telekomunikasi di negarakita. Dikutip dari Kompas.com,
Senior Vice President Corporate Communication and
Investor Relation PT Telkom negarakita (Persero) Tbk
Ahmad Reza menyatakan bahwa PeduliLindungi 100
persen dibuat oleh putra-putri terbaik negarakita.
2. Data PeduliLindungi ditempatkan di dalam negeri.
yang benar, data PeduliLindungi ditempatkan di pusat
data yang berlokasi di dalam negeri dan dikelola sesuai
dengan ketentuan perundangan yang berlaku.
Kementerian Kominfo secara tegas menyampaikan
bahwa data-data strategis harus disimpan di dalam
negeri
terbit sebuah postingan di media
sosial Facebook yang menyebutkan
pasien negatif dianggap positif oleh
pihak Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)
Kandou.
Dilansir dari manadonews.co.id, klaim
pasien negatif dianggap positif oleh
pihak rumah sakit adalah tidak benar.
yang benar menurut Direktur Utama RSUP
Kandou dr. Jimmy Panelewen, prosedur
tindakan yang dilakukan oleh para
tenaga medis RSUP Kandou hingga
pasien ini dinyatakan terkonfirmasi
Covid-19 telah mengikuti Standar
Operasional Prosedur (SOP).
terbit di media sosial Facebook sebuah
unggahan foto sertifikat vaksin yang
dikeluarkan pada tahun 1721 Masehi.
Sertifikat ini diklaim sebagai sertifikat
vaksin tertua di dunia.
yang benar, dilansir dari kompas.com, Guru
Besar Filologi Fakultas Adab dan
Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Oman
Fathurrahman, M.Hum. menyebut, narasi
itu ada benar dan tidaknya. Menurut
Oman, sertifikat ini tidak ditulis pada
1721 Masehi, sebab tahun yang tertera
dalam sertifikat itu menunjukkan 1322
Hijriah atau 1904-1905 Masehi. Foto
ini memang merupakan sertifikat
vaksin di masa Turki Utsmani, namun
belum bisa dipastikan apakah sertifikat itu
menjadi yang tertua atau bukan.
terbit di media sosial informasi yang menyebut bahwa sertifikat digital vaksin
Covid-19 ditanam di kulit manusia guna melacak pergerakan manusia.
yang benar, dilansir dari rri.co.id yang mengutip dari factcheck.org, klaim ini
dibangun berdasarkan dua informasi yang sama sekali tidak berkaitan. Pertama,
sertifikat digital adalah teknologi yang digunakan untuk mengirim informasi
terenkripsi melalui internet, misalnya tanda tangan digital yang digunakan untuk
memverifikasi identitas. Sementara itu, penelitian yang didanai Gates Foundation
untuk menguji pencatatan vaksinasi yang dilekatkan pada kulit manusia tidak
berkaitan dengan vaksin Covid-19. Tak hanya itu, tinta yang digunakan pada kulit
manusia juga tidak memungkinkan untuk digunakan sebagai alat pelacak jarak
jauh.
terbit sebuah gambar yang
menunjukkan karakter dari The Simpsons
memegang selembar kertas yang diduga
berisi frasa yang memprediksi peluncuran
vaksin. Selembar kertas itu bertuliskan
“The Vaxx will do its job within 2 years”,
disertai grafik numerik yang
menunjukkan angka 2021, 2022 dan 2023
yang dijumlah menjadi angka 666.
yang benar, gambar ini telah diedit
sedemikian rupa sehingga menimbulkan
penafsiran yang keliru. Dilansir dari AFP,
gambar asli dari serial The Simpsons
ini ditemukan pada Episode 12
Musim 16 berjudul "Goo Goo Gai Pan".
Episode ini mengisahkan upaya
Selma untuk mengadopsi seorang anak
di Cina. Adapun tulisan pada selembar
kertas yang dipegang Homer berasal dari
kue keberuntungan yang sebenarnya
adalah "We will take Selma’s baby".
terbit sebuah unggahan di media sosial
berupa gambar yang diklaim menunjukkan
angka kematian akibat vaksin Covid-19 yang
sebenarnya dan efek samping di negara
Australia. Postingan ini mengklaim
bahwa angka-angka ini dirilis oleh
Therapeutic Goods Administration (TGA),
regulator medis negara ini. Disebutkan
ada 456 kasus kematian akibat vaksin
Covid-19 dan 47.920 kasus efek samping
vaksin Covid-19 di negara itu dari 1 Januari
hingga 24 Agustus 2021.
yang benar, TGA mengatakan postingan di
media sosial ini salah menggambarkan
angka-angkanya. "Laporan yang diterbitkan di
DAEN terlepas dari apakah efek samping
ini dinilai oleh TGA terkait dengan
vaksinasi," kata badan ini kepada AFP
dalam sebuah pernyataan. Menurut laporan
keamanan TGA, sembilan kasus kematian
ditemukan "terkait dengan imunisasi" dari
495 kasus kematian yang dilaporkan hingga
29 Agustus 2021. Tidak jelas dari mana
angka-angka dalam postingan media sosial
yang menyesatkan itu diambil.
terbit sebuah unggahan di media sosial
berupa informasi tarif denda bagi warga
Malaysia yang tidak melakukan 'check out' di
aplikasi pelacakan Covid-19, MySejahtera.
Disebutkan juga bahwa jika warga tidak
melakukan 'check out' dari aplikasi usai 'check
in' di suatu lokasi dalam aplikasi ini maka
diwajibkan untuk membayar denda sebesar
1.500 Ringgit Malaysia atau sekitar Rp5,1 juta.
yang benar, dikutip dari factcheck.afp.com
Kemenkes Malaysia menegaskan informasi
terkait adanya denda sebesar RM1.500 jika tidak
melakukan 'check out' di MySejahtera adalah
tidak benar. Informasi ini juga
disampaikan melalui Kementerian Komunikasi
dan Multimedia Malaysia pada 4 September
2021.
terbit informasi melalui aplikasi WhatsApp mengenai tulisan yang diklaim
berasal dari Dosen Biokimia Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr. Ir. Hj. Sri Nurdiati
yang mengatakan antibodi lebih penting dari sekadar memakai masker di masa
pandemi Covid-19.
Dikutip dari medcom.id, klaim bahwa Sri Nurdiati meminta warga untuk tidak
panik karena masker namun lebih penting mementingkan antibodi adalah salah.
yang benar, informasi ini telah dibantah langsung oleh Sri Nurdiati. Dilansir laman
resmi IPB, Dr. Sri Nurdiati memang Dekan FMIPA IPB. Namun, catatan dalam
laman resmi IPB menyatakan bahwa beliau bukan dosen Biokimia, melainkan
dosen di Departemen Matematika, tepatnya bagian Matematika Komputasi dan
membantah bahwa ia tidak pernah menulis pesan berantai itu.
terbit sebuah foto yang memperlihatkan antrean panjang warga di Singapura
yang mengenakan masker dan pelindung wajah untuk mendapatkan vaksin
Covid-19 dari Cina.
yang benar, dikutip dari factcheck.afp.com klaim pada foto yang memperlihatkan
warga di Singapura yang mengantre untuk mendapatkan vaksin Covid-19 dari Cina
adalah salah. Foto ini merupakan warga di Filipina yang sedang mengantre
untuk mendapatkan vaksin Pfizer-BioNTech buatan Jerman.
Telah terbit sebuah situs palsu yang
mengatasnamakan PeduliLindungi dengan
tautan http://www.pedulilindungia.com/.
Tampilan situs ini dibuat sama persis
dengan tampilan situs aslinya yang
didalamnya terdapat laman untuk
memasukkan data pengguna dan informasi
lain terkait Vaksinasi COVID-19. Selain itu juga
terdapat sebuah informasi yang
mencantumkan nomor rekening Bank BCA
atas nama NURMAINAH.
yang benar, berdasarkan klarifikasi dari Juru
Bicara Kementerian Komunikasi dan
Informatika RI, Dedy Permadi, situs dengan
tautan http://www.pedulilindungia.com/
adalah palsu dan bukan merupakan situs
resmi dari PeduliLindungi. Adapun situs resmi
dari PeduliLindungi adalah pedulilindungi.id.
warga diimbau untuk hanya mengakses
situs resmi PeduliLindungi melalui
pedulilindungi.id dan aplikasi resmi
PeduliLindungi di App Store dan Playstore.
terbit sebuah postingan di media sosial Twitter yang menyebutkan Asosiasi Medis Tokyo
dan pemerintah Jepang merekomendasikan obat Ivermectin untuk penyembuhan
Covid-19.
Dilansir dari merdeka.com, klaim bahwa Asosiasi Medis Tokyo dan pemerintah Jepang
merekomendasikan obat Ivermectin untuk penyembuhan Covid-19 adalah salah. yang benar,
dikutip dari artikel AFP Fact Check berjudul "Japan has not endorsed ivermectin as
Covid-19 treatment" pada 8 September 2021, dijelaskan bahwa pemerintah Jepang masih
melakukan uji klinis pada obat ini dan tidak berafiliasi dengan Asosiasi Medis Tokyo.
Kedua lembaga ini hanya bisa memberikan rekomendasi. Di sisi lain, pemerintah
Jepang melalui Kementerian Kesehatan Jepang menyebut Ivermectin tidak mengurangi
kematian, tidak mengurangi pasien rawat inap dan tidak langsung menghilangkan virus.
terbit informasi melalui pesan berantai WhatsApp yang berisi undangan vaksinasi Covid-19
ketiga atau booster. Dalam pesan ini juga terdapat informasi jam vaksinasi Covid-19
yang dibagi dalam dua gelombang, yaitu pukul 09.25 dan 09.30. Namun untuk lokasi
kegiatan vaksinasi, terdapat sensor sehingga tidak bisa diketahui.
Dilansir dari liputan6.com, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan
(Kemenkes), dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid. mengatakan pihaknya tidak mengetahui perihal
informasi yang terbit ini. Nadia pun menegaskan, booster saat ini hanya untuk
kelompok tenaga kesehatan (nakes). Oleh karena itu, ia menyatakan pesan ini tidak
benar atau hoaks. "Yang pasti tidak ada booster ke-3 untuk non nakes, sumbernya (pesan)
tidak jelas berarti hoaks kan," ujar Nadia.
terbit informasi di media sosial
Facebook mengenai virus Covid-19 akan
hilang jika mencuci hidung dengan
garam dapur.
Dikutip dari turnbackhoax.id, informasi
mencuci hidung dengan garam dapur
adalah informasi yang salah. Tonang Dwi
Adryanto, ahli patologi klinis di
Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS)
Surakarta, menjelaskan bahwa larutan
NaCl memang bisa membersihkan
kotoran di lubang hidung, namun tidak
dapat membunuh virus. Ia mengatakan,
“Yang bersih adalah virus-virus yang
sudah mati dan sel-sel mati. Virus yang
masih hidup dalam sel tidak ikut
terbersihkan”. Menurut penjelasan WHO
di situs covid.go.id, membersihkan
hidung secara teratur dengan larutan
garam, bisa membantu orang pulih dari
penyakit flu biasa, namun tidak bisa
menyembuhkan infeksi pernapasan
seperti penyakit Covid-19.
terbit gambar tangkapan layar dari sebuah media berita berisi wawancara Presiden Jokowi
dengan keterangan tertulis bahwa Presiden Jokowi telah mengumumkan bebas masker dan
kegiatan warga kembali berjalan normal.
yang benar, foto wawancara Presiden Jokowi dengan keterangan bahwa Presiden Jokowi
umumkan bebas masker dan kegiatan warga kembali normal adalah hasil editan.
Adapun foto asli ditemukan pada unggahan akun Twitter resmi @KompasTV yang juga
menyertakan tautan situs resmi KompasTV yang memuat artikel dan video berjudul
"Pernyataan Lengkap Presiden Jokowi Soal UU KPK, RKUHP dan Demo Anarkis" pada 26
September 2020.
terbit sejumlah informasi melalui thread media sosial Twitter yang mengklaim
bahwa aplikasi PeduliLindungi telah disalahgunakan oleh oknum di dalam
pemerintahan yang juga pelaku usaha untuk menambang data. Disebutkan pula
bahwa aplikasi ini dipakai pemerintah untuk memata-matai pengguna kartu vaksinasi,
sehingga telah menginspirasi para hacker untuk mengontrol ponsel WNI lewat
database PeduliLindungi.
yang benar, berdasarkan syarat penggunaan aplikasi PeduliLindungi, Pengguna dan/ atau
Pelanggan dilarang untuk: (b) Mengambil, mengunduh, memungut atau menyimpan
informasi pribadi tentang pengguna lain; dan (c) memakai program-program
seperti robot, spider, scraper atau cara otomatis atau manual lainnya untuk mengakses,
memantau atau menyalin konten dan/ atau informasi apapun di aplikasi dan situs
PeduliLindungi. Adapun data-data pengguna disimpan secara terenkripsi di server
PeduliLindungi yang aman dan tidak dibagikan ke publik. Data hanya akan diakses bila
pengguna dalam risiko tertular COVID-19 dan perlu segera dihubungi oleh petugas
kesehatan. Data pengguna tidak akan diserahkan atau disebarluaskan kepada pihak
lain kecuali kepada instansi pemerintah yang saat ini ditunjuk dalam menangani
pandemi COVID-19, atau karena ketentuan hukum.
Selain itu, aplikasi PeduliLindungi digunakan untuk kegiatan pengamatan secara
sistematis dan konsisten terkait COVID-19 untuk mewujudkan tindakan
penanggulangan secara efektif (surveilans kesehatan), bukan untuk memata-matai. Hal
ini tertuang dalam Keputusan Menkominfo Nomor 171 Tahun 2020 tentang Penetapan
Aplikasi Pedulilindungi dalam rangka Pelaksanaan Surveilans Kesehatan Penanganan
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagaimana diubah oleh Keputusan
Menkominfo No. 253 Tahun 2020.
Kemudian, mengenai tuduhan bahwa pemerintah menginspirasi hackers global
mengontrol ponsel WNI lewat database PeduliLindungi, Klaim ini tidak berdasar.
Pasalnya, aplikasi PeduliLindungi tidak dapat mengontrol ponsel siapapun. Adapun
aplikasi PeduliLindungi hanya akan merekam data proximity (kedekatan) satu telepon
seluler (ponsel) dengan ponsel lainnya dalam format terenkripsi. Aplikasi juga tidak
merekam data geolokasi pengguna. Sedangkan nomor ponsel yang didaftarkan akan
direlasikan dengan ID random di dalam server yang aman. Data tidak akan diakses,
kecuali jika pengguna dalam risiko tertular Covid-19 dan perlu segera dihubungi oleh
petugas kesehatan.
terbit sebuah video sekelompok orang tengah
melakukan scan QR pada lengan seseorang.
Unggahan berbahasa asing ini disertai
klaim bahwa terdapat kode QR pada lengan
tepat di bekas suntikan vaksin Covid-19.
Dilansir dari reuters.com, klaim ini salah.
Louis-James Davis, pendiri perusahaan teknologi
pemindaian kode VCode dan pencipta paspor
kesehatan digital untuk mengatasi pandemi,
mengatakan bahwa vaksin tidak dapat
digunakan untuk menyuntikkan informasi yang
bersifat individu. Dia menambahkan bahwa
kode QR adalah simbol visual dan hanya akan
beroperasi dalam bentuk tato atau tanda fisik
lainnya. Terkait dengan video yang terbit
ini, Davis berkata video itu kemungkinan
memakai pembaca QR Near Field
Communication (NFC) gabungan yang bisa
mengambil tag NFC di pakaian pada jarak dekat.
Sementara itu, orang yang merekam video asli
mengakui bahwa mereka telah memakai
sebuah aplikasi saat membuat video ini
terbit di media sosial Facebook, informasi yang menyebutkan link bantuan Rp600.000
bagi warga yang sudah memiliki e-KTP akan cair pada 29 September 2021.
yang benar, dilansir dari kompas.com, Kepala Biro Humas Kemensos Hasim menegaskan,
informasi ini tidak benar alias hoaks. Informasi semacam ini merupakan hoaks
berulang yang sudah sering terbit dengan berbagai versi narasi dan link yang
berbeda-beda. Link tidak resmi seperti ini diduga sebagai phishing untuk mencuri data
pribadi seseorang. Oleh karena itu, warga harus waspada dan tidak mengakses
tautan yang mencurigakan serta tidak memberikan data-data pribadi.
terbit unggahan di media sosial Twitter yang menyebutkan bahwa Jerman menghentikan
sementara penyuntikan vaksin Corona karena dinilai tidak aman. Unggahan ini juga
mengklaim, orang-orang yang telah mendapatkan suntikan vaksin dosis pertama tidak bisa
mendapatkan dosis kedua.
Dilansir dari kumparan.com yang mengutip dari lembaga pengecekan fakta Misbar, klaim
ini berasal dari video berbahasa Jerman yang diunggah oleh akun bernama
Corona-Ausschuss. Namun, isi video ini berupa hipotesis terkait upaya Pemerintah
Jerman keluar dari pandemi Corona, bukan tindakan nyata yang diambil oleh Pemerintah
Jerman. Sementara itu, Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn melalui akun Twitternya pada
25 Agustus 2021 mengabarkan bahwa 100 juta warganya telah disuntik vaksin Corona. Ia
mengatakan pencapaian ini merupakan bagian dari sejarah.
terbit sebuah unggahan pada media sosial
Facebook, unggahan ini menampilkan
sebuah penggalan gambar dari artikel dengan
judul "Bill Gates Refused To Vaccinate His Own
Children” serta menuliskan keterangan bahwa
Bill Gates menolak vaksinasi Covid-19 untuk
anaknya.
yang benar, unggahan yang mengklaim bahwa Bill
Gates menolak vaksinasi Covid-19 untuk anaknya
adalah keliru dan tidak berdasarkan fakta.
Dilansir dari penelusuran Cek Fakta
liputan6.com, diketahui bahwa terdapat
klarifikasi pada beberapa media Cek Fakta
Internasional yang menerangkan bahwa klaim
pada unggahan ini adalah tidak benar.
Saat ini diketahui bahwa anak dari Bill Gates
yaitu Jennifer Gates juga telah divaksin Covid-19
sejak Februari 2021 lalu dan Bill Gates sudah
menerima vaksin Covid-19 sejak 23 Januari 2021.
Telah terbit sebuah pesan berantai WhatsApp terkait informasi yang mengatakan bahwa
obat Molnupiravir merupakan obat Covid-19 yang ditemukan di United States of America
(USA) dan sudah bisa digunakan mulai bulan September 2021.
yang benar, klaim yang mengatakan bahwa obat Molnupiravir merupakan obat Covid-19 yang
ditemukan di USA dan sudah bisa digunakan mulai bulan September 2021 adalah keliru.
Menurut penjelasan dr. Astrid Wulan Kusumoastuti, obat antiviral Molnupiravir saat ini masih
dalam tahap uji coba. Pengujian dilakukan karena obat ini dapat bekerja melawan virus yang
hampir sama dengan virus Covid-19. Pemerintah melalui PT. Kimia Farma Tbk, menargetkan
proses uji klinis antigen Molnupiravir selesai pada Oktober 2021. Sampai saat ini belum ada
konfirmasi khusus tentang hasil uji fase ketiga dari obat ini. Selain itu, saat ini
Pemerintah masih ingin memastikan kesiapan anggota Holding BUMN Farmasi itu untuk
memproduksi obat-obatan terapi Covid-19 yang dalam hal ini termasuk obat Molnupiravir.
terbit sebuah gambar dengan narasi berbahasa Inggris yang menyebut bahwa vaksin
Covid-19 mengakibatkan penyakit menular di Amerika Serikat (AS). Gambar ini memuat
foto Anthony Fauci, seorang ilmuwan terkenal asal AS dalam video interview CBS Face The
Nation pada 1 Agustus lalu.
Dilansir dari kumparan.com, klaim Fauci mengatakan vaksin Covid-19 menyebarkan penyakit
menular adalah keliru. yang benar, dalam video interview ini presenter acara John
Dickerson bertanya kepada Fauci mengenai varian Delta. Fauci pun menjawab bahwa adanya
vaksin tidak secara menyeluruh dapat mematikan virus, terutama virus Delta yang mutasinya
lebih cepat dan menimbulkan perburukan lebih berbahaya. Dalam video itu, tidak ada
pernyataan Fauci yang menyebut bahwa vaksin Covid-19 yang menyebabkan terjadinya
infeksi dan penyakit menular.
terbit unggahan di media sosial Facebook berisi
klaim hasil studi yang menyebutkan bahwa vaksin
Pfizer menyerang sel darah putih hingga
menyebabkan sistem imun lemah. Dalam unggahan
yang terbit , studi itu mencatut nama lembaga
Francis Crick Institute London, Inggris. Klaim ini
menyebutkan vaksin Pfizer merusak sel darah putih
bernama sel T dan melemahkan sistem kekebalan
tubuh.
Berdasarkan hasil penelusuran kumparan.com, klaim
yang menyebutkan vaksin Pfizer menyebabkan sel
darah putih rusak dan melemahkan imun adalah
tidak benar atau hoaks. Peneliti dari Francis Crick
Institute, David Bauer mengatakan kepada AP News
bahwa semua penelitian yang diterbitkan hingga saat
ini menunjukkan bahwa vaksin Pfizer dan varian
vaksin lainnya menghasilkan respons sel T yang kuat,
positif, dan protektif melawan virus Covid-19. Hal
senada juga dikatakan oleh profesor dari Fakultas
Kedokteran Universitas Johns Hopkins Amerika
Serikat, Dr. Joel Blankson. Ia mengatakan vaksin
Corona tidak menghancurkan atau merusak sel T.
“Ada banyak data yang menunjukkan bahwa vaksin
menginduksi respons sel T yang kuat untuk
mengenali virus dan melawan virus Covid-19 bersama
dengan sistem antibodi di dalam tubuh.” ujar
Blankson.
terbit sebuah unggahan pada media sosial Facebook yang menampilkan foto Wakil
Presiden Ma’ruf Amin dan disertai narasi "VAKSIN MERUPAKAN PERINTAH AGAMA DAN
HUKUMNYA WAJIB, MENOLAK MASUK NERAKA??".
Dikutip dari medcom.id, narasi yang terbit ini adalah salah. yang benar, foto yang
terbit ini telah diedit. Merujuk pemberitaan di sejumlah media, Ma’ruf Amin
hanya “mengatakan menjaga diri dari kemungkinan tertular Covid-19 dengan
menerapkan protokol kesehatan dan mengikuti program vaksinasi hukumnya wajib
dilakukan sebagai bangsa dan juga agama”. Tidak ada pernyataan bahwa menolak vaksin
masuk neraka.
terbit di media sosial sebuah video yang berisi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang
dialami seorang siswa di Kecamatan Tolinggula, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo.
Dalam video ini terlihat siswa ini menangis karena merasakan tangannya tidak bisa
digerakkan usai menjalani vaksinasi Covid-19.
yang benar, video yang mengklaim bahwa tangan seorang siswa lumpuh sesudah vaksinasi
Covid-19 adalah keliru. Berdasarkan informasi dari Situs Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo,
orang tua dari siswa ini menjelaskan bahwa anaknya hanya mengalami kram pada
lengan kirinya. Ia membantah kabar yang terbit bahwa anaknya mengalami lumpuh pada
tangannya. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo Utara, Rizal Yusuf Kune juga
menyatakan bahwa memang benar siswa yang mengalami kram di tangan pasca vaksinasi
sudah mendapatkan penanganan yang tepat. Saat ini kondisi siswa ini telah membaik
dan beraktivitas seperti biasa.
terbit sebuah narasi pada pesan berantai WhatsApp mengenai seseorang
yang mendapatkan panggilan telepon dari nomor yang tidak dikenal dan
menanyakan apakah sudah divaksin.
Mengenai informasi yang terbit ini, juru bicara vaksin Covid-19
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr. Siti Nadia Tarmizi, menegaskan bahwa
pesan terkait panggilan telepon soal vaksinasi tidak pernah dilakukan oleh
lembaga resmi Pemerintah negarakita dan menyebut isi pesan ini adalah
hoaks. Beliau menjelaskan sesudah melakukan vaksinasi, warga akan
mendapatkan sertifikat vaksin resmi dari pemerintah. Sertifikat ini dapat
diakses melalui aplikasi dan situs PeduliLindungi. Kemenkes RI juga tidak
pernah menanyakan apakah seseorang sudah divaksin melalui panggilan
telepon.
terbit sebuah potongan video disertai dengan klaim yang menyebut ada dua orang
anak meninggal akibat vaksin Covid-19 di kota Sydney, Australia.
yang benar, klaim ini adalah salah. Dilansir dari AFP, Departemen Kesehatan
Australia mengatakan badan yang bertanggung jawab untuk memantau keamanan
vaksin yakni Therapeutic Goods Administration, belum mencatat data kematian yang
terkait dengan vaksin Covid-19. Sebelumnya Australia telah mencatat tujuh kematian
terkait vaksin dari vaksin AstraZeneca, yang sejauh ini hanya diberikan kepada orang
dewasa. Adapun pada tanggal 31 Agustus 2021, Pfizer-BioNTech baru disetujui untuk
anak berusia 12 tahun ke atas di Australia.
terbit di media sosial sebuah surat
yang berisi informasi pendaftaran vaksin
yang digelar di GOR Sidoarjo. Surat
ini dikeluarkan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Sidoarjo pada
tanggal 25 Agustus 2021, pada bagian
bawah surat terdapat sebuah catatan
seolah-olah mengarahkan para peserta
vaksin untuk melakukan pendaftaran
langsung ke lokasi.
Dikutip dari Instagram milik Dinas
Kesehatan Kabupaten Sidoarjo
@dinkes_sidoarjo, menyatakan secara
resmi bahwa kabar ini tidak benar.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo
tidak pernah melaksanakan pendaftaran
vaksinasi yang dimaksud.
terbit unggahan selebaran di media sosial Facebook yang menginformasikan adanya
penyelenggaraan vaksinasi Covid-19 tanpa syarat domisili di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam
Malik (RSUP HAM). Pada selebaran itu disebutkan, vaksinasi Covid-19 akan berlangsung pada 30
Agustus 2021 sampai dengan 3 September 2021 pukul 08.00-15.30 di Medical Check Up Unit Lantai
1, Gedung Paviliun RSUP HAM.
sesudah ditelusuri, informasi pada selebaran yang terbit ini adalah tidak benar atau hoaks.
Kasubbag Humas RSUP HAM, Rosario Dorothy menegaskan bahwa pihaknya tidak pernah
membuat informasi seperti pada selebaran yang terbit . Rosario juga menjelaskan, informasi
terakhir mengenai penyelenggaraan vaksinasi Covid-19 di RSUP HAM yaitu pada tanggal 16
Agustus 2021 hingga 25 Agustus 2021. RSUP HAM melalui unggahan Instagram Story-nya juga
menegaskan bahwa informasi pada selebaran yang terbit ini adalah hoaks. Informasi
pendaftaran dan jadwal vaksinasi di RSUP HAM hanya diumumkan melalui laman media sosial
resmi milik RSUP HAM.
terbit postingan di media sosial Facebook
yang menyebutkan bahwa seorang pegulat
WWE, John Cena telah meninggal dunia karena
terjangkit Covid-19 yang disertai dengan narasi
"Bahkan mereka yang kuat bisa meninggal
akibat Covid-19,".
Dilansir dari kumparan.com yang mengutip
dari AFP, bahwa postingan ini adalah
hoaks. Saat ini, Cena dalam kondisi sehat dan
sedang beraksi di acara WWE Summer Slam
2021. Dia dikalahkan oleh Roman Reigns dalam
gala ini. Selain itu, situs resmi WWE juga
tak mengumumkan soal kematian Cena.
Begitu pula dengan media-media kredibel.
Bahkan, Cena masih aktif di media sosial
sesudah hoaks kematiannya menyebar. Ia
berulang kali memposting sesuatu di akun
Twitter dan Instagram resminya.
terbit sebuah narasi pada pesan berantai WhatsApp mengenai Turki sudah
memesan 5,2 juta dosis Vaksin Nusantara.
Dikutip dari cek fakta medcom.id, klaim bahwa Turki sudah memesan 5,2 juta
dosis Vaksin Nusantara, tidak berdasar. yang benar, pihak Duta Besar RI di Turki, Lalu
Muhamad Iqbal memberikan klarifikasi dan menjelaskan bahwa Pemerintah Turki
pasti berkoordinasi dengan kedutaan jika benar memesan Vaksin Nusantara.
Namun, sampai saat ini tidak ada koordinasi atau info terkait pemesanan ini.
Hal senada juga dijelaskan oleh Siti Nadia Tarmizi dari Kementerian Kesehatan.
Nadia menegaskan tidak ada informasi terkait pemesanan Vaksin Nusantara dari
pihak Turki.
Telah terbit di media sosial Facebook sebuah unggahan yang mengklaim bahwa
Muammar Gaddafi telah memprediksi pandemi virus Corona atau Covid-19. Unggahan
ini disertai narasi “Prediksi muammar qaddafi tentang corona di sidang PBB”.
yang benar, klaim yang mengatakan bahwa Muammar Gaddafi telah memprediksi Covid-19
adalah keliru. Dilansir dari AFP Fact Check, dijelaskan bahwa saat itu Gaddafi berpidato
terkait adanya pandemi flu babi (H1N1) yang pertama kali terdeteksi pada April 2009. WHO
menetapkan flu babi sebagai pandemi sejak Juni 2009 dan berakhir pada Agustus 2010.
terbit sebuah unggahan foto di media sosial Instagram yang memperlihatkan politikus
asal Australia, Victor Dominello dengan bagian mata kanan ditutup memakai benda
berwarna hitam dan memegang kartu vaksin Covid-19. Unggahan ini mengklaim
bahwa Dominello mengalami Bell's Palsy atau kelainan kelumpuhan otot wajah sesudah
disuntik vaksin Covid-19.
yang benar, dilansir dari laman kumparan.com yang mengutip dari Australia Associated Press
(AAP), klaim yang menyebutkan politikus Australia, Victor Dominello terkena Bell's Palsy
akibat vaksin Covid-19 adalah tidak benar. Dominello disuntik vaksin AstraZeneca sekitar
tiga bulan yang lalu. Sementara itu, ia didiagnosis Bell's Palsy pada 18 Agustus 2021. Dalam
wawancaranya dengan AAP, Dominello membantah penyakitnya itu akibat dari
penyuntikkan vaksin AstraZeneca. Ia menilai kabar yang terbit ini keterlaluan. Pada
6 Agustus 2021, Departemen Kesehatan Kanada melaporkan kasus Bell's Palsy akibat vaksin
sangat jarang terjadi. Bahkan, vaksin AstraZeneca tidak membawa pemicu Bell's Palsy.
terbit sebuah informasi yang merupakan
daftar pedoman atau prosedur pemberian
Vaksin Sinovac yang diklaim dirilis oleh
Beijing City Vaccine Prevention Center.
Dalam daftar ini tertulis banyak orang
tidak dapat divaksinasi menurut pedoman
Sinovac, diantaranya orang dengan sistem
kekebalan yang terganggu.
Dilansir dari AFP, daftar pedoman ini
adalah palsu dan tidak dikeluarkan oleh
otoritas Cina dan juga tidak mencerminkan
pedoman vaksin resmi Cina. yang benar, tidak
ada badan kesehatan di Cina yang disebut
Beijing City Vaccine Prevention Center
sebagaimana yang diklaim dalam postingan.
Adapun otoritas kesehatan Beijing bernama
Beijing Center for Disease Prevention and
Control. Pada situs resminya juga tidak
ditemukan pedoman yang dimaksudkan.
Lebih lanjut, WHO telah menyetujui kualitas,
keamanan dan kemanjuran Sinovac pada
Juni 2021 dan juga merekomendasikan
Sinovac untuk pasien immunocompromised
dan orang dengan komorbiditas
terbit di media sosial Twitter unggahan pamflet tentang program vaksinasi berbayar
yang digelar SpeedLab negarakita, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang layanan
check up Covid-19. Pada pamflet ini tertulis daftar harga paket Vaksinasi Gotong
Royong (VGR).
Terkait hal itu, pihak SpeedLab melalui surat klarifikasinya menjelaskan bahwa pamflet
ini dibuat pada saat aturan tentang vaksinasi mandiri berbayar akan diterapkan
oleh pemerintah. Namun pada saat pemerintah membatalkan vaksinasi mandiri
berbayar, pihak SpeedLab juga telah membatalkan layanan ini.
terbit sebuah gambar yang diklaim
sebagai dokumen yang diterbitkan oleh
The National Health Service (NHS).
Dokumen ini berisi tentang tingginya
tingkat kematian dan reaksi merugikan
yang serius dari Vaksin Covid-19.
Dilansir dari reuters.com, surat peringatan
kematian yang signifikan akibat vaksin
Covid-19 ini adalah palsu dan tidak
diterbitkan oleh NHS. Lebih lanjut Reuters
juga tidak menemukan dokumen
semacam itu yang diterbitkan oleh otoritas
kesehatan lain yang berbasis di Inggris,
seperti Public Health England (PHE) dan
Medicines and Healthcare Products
Regulatory Agency (MHRA).
terbit di media sosial sebuah tangkapan layar dari artikel media online yang
menyebutkan bahwa Bupati Sukoharjo Etik Suryani mengizinkan hajatan
pernikahan memakai hiburan dengan menerapkan protokol kesehatan.
Dilansir dari solopos.com, Bupati Sukoharjo Etik Suryani belum
memperbolehkan warga menggelar hajatan pernikahan lantaran berisiko
terjadi transmisi penularan pandemi Covid-19. sesudah ditelusuri, foto tangkapan
layar judul artikel ini merupakan hasil suntingan atau editan orang tidak
bertanggungjawab.
terbit di media sosial Facebook unggahan tentang kolase foto-foto tower
seluler dengan narasi yang menyebutkan bahwa varian Delta Covid-19 itu
sebenarnya adalah radiasi dari sinyal 5G. Selain itu disebutkan juga bahwa
varian Delta Covid-19 adalah agenda pengurangan jumlah penduduk.
Berdasarkan hasil penelusuran, ditemukan fakta bahwa informasi ini
adalah hoaks. Sebab, nama Delta dalam foto tower ini merupakan
identitas Delta Group atau Delta Power Solutions, sebuah bisnis infrastruktur
Taiwan yang didirikan pada 1971. Sama sekali tidak ada kaitannya dengan
Covid-19.
terbit di media sosial Telegram unggahan video
berdurasi 33 detik yang memperlihatkan burung
mati dan bebek yang menenggelamkan kepalanya
di air. Dalam video ini, narator menjelaskan
bahwa burung yang mati di jalanan dipicu
oleh radiasi jaringan 5G dan karena itu pula bebek
menenggelamkan kepalanya untuk menghindari
radiasi.
yang benar, dilansir dari covid19.go.id, semua klaim
ini tidaklah benar alias hoaks. sesudah
dilakukan penelusuran memakai reverse
image, gambar yang sama ditemukan di artikel
bbc.com, yang membahas misteri kematian 3000
burung di Arkansas, Amerika Serikat, tahun 2011.
Dilansir dari cnn.com, komisi perikanan Arkansas
menyebut kematian massal dipicu “blunt
force trauma” yakni benturan burung-burung
ini pada obyek keras seperti rumah, pohon,
tiang listrik, saat mereka beterbangan. Adapun
cuplikan gambar yang memperlihatkan bebek
mencelupkan kepalanya di air untuk menghindari
radiasi, juga tidak benar. Perilaku bebek-bebek
ini adalah hal yang alamiah. Bebek ini
berjenis “Dabbling Duck” atau disebut bebek
perenang. Mereka hidup di daerah air dangkal dan
sesekali mencelupkan kepalanya di air untuk
mengambil makanan seperti ikan atau serangga.
terbit informasi terkait vaksinasi yang diselenggarakan di Gedung Gradhika Bhakti Praja,
Kota Semarang yang disebut hanya diperuntukkan bagi yang berusia 18 sampai dengan 59
tahun dengan syarat hanya membawa KTP.
Dilansir dari turnbackhoax.id, informasi Sentra Vaksinasi Jawa Tengah di Gedung Gradhika
Bhakti ditujukan kepada usia 18-59 tahun adalah keliru. Adapun saat ini vaksinasi ini
diprioritaskan untuk Pralansia (40-59 tahun) dan Lansia (≥60 tahun), sementara untuk usia
18 tahun baru diperbolehkan jika mendampingi 2 lansia saat mendaftar. Selain itu, syarat
yang diperlukan saat pelaksanaan vaksin yaitu KTP asli dan Bukti Pendaftaran (QR Code)
yang didapat sesudah pendaftaran berhasil.
Sebuah unggahan berbahasa asing memberikan informasi resep sup sayuran yang diklaim
dapat menyembuhkan Covid-19 dalam waktu 3 hari saja. Sayuran ini terdiri dari lobak,
wortel, kol, labu, bit yang masing-masing diambil jumlah yang sama dan ditambahkan 12
butir merica.
Dilansir dari AFP, Profesor Priyadarshani Galapatthy, kepala departemen humaniora medis
Universitas Kolombo, mengatakan tidak ada studi ilmiah yang mendukung klaim ini.
Sela