Rabu, 03 Mei 2023

epidemi corona 4

terbit  di media sosial Facebook, sebuah 
unggahan berisi foto sebuah surat edaran 
dari Satuan Brimob Batalyon C Pelopor 
Kepolisian Daerah (Polda) Aceh yang 
ditujukan kepada Bupati Aceh Selatan. Dalam 
surat itu salah satunya berisi permintaan 
persetujuan pemberlakuan sertifikat vaksin 
Covid-19 sebagai syarat pembelian BBM.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta 
kompas.com, Kabid Humas Polda Aceh 
Kombes Winardy memastikan bahwa surat 
edaran yang berisi permintaan persetujuan 
pemberlakuan sertifikat vaksin Covid-19 
sebagai syarat pembelian BBM ini 
adalah tidak benar. Ia mengatakan bahwa 
Polda Aceh tidak pernah mengeluarkan surat 
edaran ini.

terbit  di media sosial Instagram sebuah video yang mengklaim seorang anak laki-laki di 
Malaysia pingsan sesudah mendapatkan vaksinasi Covid-19. Video ini disertai keterangan 
“Laporan keluar dari S.E.A. (Malaysia) bahwa anak berusia 12 tahun ini mengalami reaksi buruk 
terhadap vaksin.". 
yang benar, video yang mengklaim bahwa anak laki-laki ini pingsan karena efek samping 
vaksin Covid-19 adalah keliru. Dilansir dari kumparan.com yang mengutip dari 
checkyourfact.com, berdasarkan pemberitaan dari media lokal Malaysia KiniTV, anak laki-laki 
ini pingsan karena gugup, kurang tidur dan belum sarapan saat akan divaksinasi. Ketua 
Komite Kesehatan dan Anti Narkoba Negara Bagian Melaka, Datuk Rahmad Mariman, 
mengatakan bahwa anak laki-laki ini pingsan di luar lokasi vaksinasi, sebagaimana 
dilaporkan News Straits Times. Kementerian Kesehatan Malaysia menegaskan anak itu pingsan 
bukan karena vaksin Covid-19, ia tampak sehat saat screening. Dalam masa observasi selama 30 
menit usai disuntik vaksin, kondisi anak ini stabil hingga akhirnya diizinkan untuk pulang.


terbit  sebuah pesan berantai berisi informasi yang menyiratkan bahwa vaksin Pfizer yang diterima 
oleh ibu menyusui berbahaya pada bayi yang disusui. Pesan ini berisi foto kaki seorang bayi yang 
nampak mengalami sakit kulit dengan narasi "Miris melihatnya, seorang Bayi yg disusui oleh ibu yg 
telah divaksin pfizer..."
Pesan yang menyiratkan dampak bahaya vaksin Pfizer bagi bayi yang disusui adalah keliru. Dilansir 
dari merdeka.com, yang juga mengutip dari artikel detik.com berjudul "Apa Saja Vaksin COVID-19 yang 
Aman Bagi Ibu Hamil dan Menyusui? Cek di Sini" pada 25 Agustus 2021, dijelaskan bahwa semua jenis 
vaksin aman untuk ibu menyusui. Sekretaris Jenderal Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi negarakita 
(POGI), dr. Budi Wiweko, Sp.OG(K)-FER., M.P.H. menjelaskan semua jenis vaksin Covid-19 bisa 
digunakan untuk ibu menyusui. Sejauh ini, tidak ada masalah atau isu yang berkaitan dengan 
vaksinasi Covid-19 untuk ibu menyusui, tidak adanya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang serius 
dan juga tidak berpengaruh pada produksi ASI-nya. Lebih lanjut, Kementerian Kesehatan justru 
merekomendasikan vaksin Pfizer untuk diprioritaskan bagi sejumlah kelompok tertentu, termasuk ibu 
menyusui. Namun, dengan catatan ibu menyusui yang belum pernah menerima vaksin merek lain.


terbit  sebuah klaim yang menyebutkan bahwa 
Pemerintah Norwegia telah mengklasifikasikan 
Covid-19 tidak lebih bahaya dari flu biasa. Klaim 
ini dibagikan di media sosial Facebook 
dengan menyertakan tangkapan layar dari sebuah 
artikel berita.
Dilansir dari laman kumparan.com yang mengutip 
dari usatoday.com, klaim yang menyebutkan 
Pemerintah Norwegia telah mengklasifikasikan 
Covid-19 tidak lebih bahaya daripada flu biasa 
adalah tidak benar atau hoaks. Norwegia telah 
mencabut aturan lockdown dengan 
menggencarkan program vaksinasi. Meski begitu, 
Institut Kesehatan warga Norwegia tidak 
mengklasifikasikan Covid-19 sebagai virus yang 
tidak lebih bahaya daripada flu. Direktur 
Departemen Institut Kesehatan warga 
Norwegia Line Vold kepada USA Today 
menegaskan, klaim yang terbit  ini 
merupakan salah tafsir dari wawancara Wakil 
Direktur Institut Kesehatan warga Norwegia 
Geir Bukholm di sebuah tabloid lokal. Dalam 
wawancara itu, Bukholm sempat membandingkan 
antara virus Corona dengan flu.

terbit  sebuah informasi di media sosial yang menyebut bahwa antibiotik Amoksisilin 
dapat mengobati Covid-19.
Dilansir dari AFP, klaim ini adalah keliru. WHO telah menjelaskan bahwa antibiotik 
tidak dapat digunakan untuk mencegah atau mengobati Covid-19. Namun, WHO mencatat 
bahwa mereka yang dirawat di rumah sakit akibat Covid-19 dapat menerima antibiotik 
karena penyakit ini dapat menyebabkan infeksi bakteri lainnya. Dr. Thira Woratanarat, 
seorang profesor di Departemen Pencegahan dan Pengobatan Sosial di Universitas 
Chulalongkorn Thailand menyebut Amoksisilin adalah obat antibiotik yang dirancang untuk 
digunakan melawan bakteri dan belum terbukti efektif melawan infeksi virus, termasuk 
Covid-19. Para ahli kesehatan juga memperingatkan bahwa penyalahgunaan antibiotik 
dapat menyebabkan infeksi bakteri yang resisten terhadap obat.



terbit  di media sosial WhatsApp, sebuah 
video dengan narasi bahwa Covid-19 sudah 
tiada dan aturan protokol kesehatan juga 
sudah tidak berlaku lagi saat kunjungan 
Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Kaimana, 
Papua.
Dilansir dari medcom.id, klaim bahwa video itu 
memperlihatkan Covid-19 telah tiada dan 
aturan protokol kesehatan sudah tidak berlaku 
lagi di negarakita, adalah salah. yang benar, video 
itu merupakan peristiwa lama. Video itu 
memperlihatkan kunjungan Jokowi dan Ibu 
Negara Iriana ke Papua Barat pada 2019 yang 
pernah dimuat KompasTV dalam kanal 
YouTubenya dengan judul "Ketika Jokowi dan 
Iriana Menari Bareng Warga Papua Barat" 
pada 28 Oktober 2019.


terbit  sebuah pesan berantai melalui aplikasi WhatsApp yang menyatakan bahwa 
Ketua Majelis Ulama negarakita (MUI), K.H. Muhammad Cholil Nafis telah 
memperbolehkan umat Muslim untuk merapatkan saf salat.
Dikutip dari turnbackhoax.id, pernyataan K.H. Muhammad Cholil Nafis memang 
telah memperbolehkan untuk merapatkan saf salat adalah benar, tetapi khusus di 
daerah yang sudah merupakan zona hijau atau PPKM Level 1, bukan untuk semua 
daerah di negarakita. Lebih lanjut, ia juga menegaskan bahwa merapatkan saf hanya 
berlaku ketika melaksanakan salat. Ketika melakukan zikir selepas salat, diharapkan 
agar kembali merenggangkan saf.

terbit  unggahan di media sosial 
Facebook yang memperlihatkan Perdana 
Menteri (PM) Singapura Lee Hsien Loong 
sedang berada dalam sebuah antrean. 
Unggahan ini mengklaim bahwa 
foto yang terbit  itu merupakan foto PM 
Singapura ketika sedang mengantre untuk 
mendapatkan vaksin Covid-19.
Dilansir dari laman AFP Fact Check, klaim 
yang menyebutkan foto ini adalah 
foto PM Singapura sedang mengantre 
untuk mendapat vaksin Covid-19 adalah 
tidak benar. Dalam artikel yang berjudul 
"Old photo misused in false posts about 
Lee Hsien Loong lining up for Covid-19 jab", 
dijelaskan bahwa foto yang terbit  itu 
merupakan kegiatan PM Singapura saat 
sedang mengantre membeli makanan 
cepat saji ayam goreng. Foto ini 
diambil pada tahun 2014, jauh sebelum 
adanya pandemi Covid-19.


terbit  informasi di jejaring sosial yang 
berbunyi bahwa akan ada razia lalu lintas selama 
20 hari kedepan di Palangka Raya, lengkap 
dengan menyebutkan lokasi, hari, dan jam 
pelaksanaan razia. Serta, ada imbauan untuk 
tidak melewati jalan ini.
yang benar, Polda Kalteng melalui akun Instagram 
@humaspoldakalteng mengatakan bahwa 
informasi ini tidak benar alias hoaks. Saat 
ini, Polda Kalteng bersama dengan Polres 
jajarannya sedang melaksanakan Operasi Patuh 
Telabang 2021 mulai tanggal 20 September 
sampai 3 Oktober 2021 atau selama 14 hari. 
Setiap akan melaksanakan razia, kepolisian tidak 
menyampaikan jam dan tempat razianya. 
Namun, kepolisian selalu mengimbau kepada 
para pengguna jalan agar selalu mematuhi 
peraturan berlalu lintas dan melengkapi 
surat-surat kendaraan serta selalu mematuhi 
protokol kesehatan Covid-19.


terbit  di media sosial Facebook, unggahan
video berdurasi 1 menit 38 detik yang
menginformasikan bahwa terdapat dua orang
remaja yang meninggal karena suntikan vaksin
Covid-19 di Lahad Datu, Malaysia.
yang benar, dilansir dari wartaoriental.com,
Direktur Kesehatan Negara Bagian Sabah, Dr.
Rose Nani Mudin membantah kematian seperti
yang dituduhkan. Rose mengatakan bahwa
informasi dalam video ini adalah pesan
palsu. Dikutip dari edisi9.com, penyebab dua
remaja yang meninggal adalah infeksi virus
Covid-19 serta mempunyai komorbid diabetes
sejak kecil, dan penyebab kematian yang satu
lagi tidak diketahui, namun remaja ini
telah berusia 18 tahun dan memenuhi syarat
untuk menerima vaksin di bawah Program
Imunisasi Nasional Covid-19 (PICK) untuk orang
dewasa.

terbit  sebuah pesan berantai di media sosial WhatsApp, informasi yang berisi imbauan dari 
Menteri Kesehatan (Menkes) agar tidak bepergian ke luar kota atau melakukan kegiatan 
kumpul-kumpul karena adanya varian baru Covid-19.
yang benar, dilansir dari liputan6.com, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit 
Menular Kementerian Kesehatan RI, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid. mengatakan bahwa pesan 
berantai ini tidak benar. Ia menjelaskan pesan dari Menteri Kesehatan bahwa 
warga tidak boleh terlena dengan keadaan yang semakin membaik dan harus tetap 
menjaga protokol kesehatan. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga mengingatkan 
tentang mobilitas warga akan meningkat seiring dengan pelonggaran kegiatan 
warga. warga harus tetap menerapkan protokol kesehatan karena ada varian 
Covid-19 lain yang bisa mengancam.


terbit  di media sosial Facebook, sebuah 
informasi yang menyebutkan bahwa 
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan warga 
(PPKM) diperpanjang terus sedangkan bantuan 
sosial (bansos) dihentikan.
yang benar, klaim yang menyebut bahwa bansos 
dihentikan adalah tidak benar. Dilansir dari 
kompas.com, Menteri Sosial Tri Rismaharini 
membantah hal ini dengan menjelaskan 
bahwa bantuan sosial yang diberikan kepada 
warga miskin terdampak pandemi Covid-19 
tidak dihentikan oleh pemerintah. Menurut 
Risma, pemerintah perlu memberikan bantuan 
dana ke warga terdampak PPKM, karena 
aktivitas ekonomi yang terbatas menyebabkan 
pendapatan berkurang. Beberapa bantuan lain 
seperti Kartu Prakerja, bantuan langsung Usaha 
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), subsidi 
listrik, dan lainnya masih terus berlanjut.


terbit  di media sosial Twitter sebuah unggahan video yang berdurasi 29 detik 
dengan klaim jutaan orang di ibu kota Brasil melakukan demonstrasi terkait 
menolak wajib vaksin. 
sesudah ditelusuri, narasi ini tidak benar. Video ini bukan merupakan 
demo menolak wajib vaksin, melainkan unjuk rasa mendukung Presiden Brasil Jair 
Bolsonaro atas perlawanannya terhadap keputusan Mahkamah Agung yang terjadi 
di Sao Paulo pada Selasa (7/9/2021), bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Brasil.



terbit  di media sosial Facebook sebuah
unggahan video terkait potensi bahaya
antibody-dependent enhancement (ADE) pada
vaksin Covid-19. Dalam video ini terdapat
penjelasan yang menyebut vaksin akan
semakin ganas menyerang tubuh manusia
sesudah terkena antibodi, hal ini terjadi karena
terdapat potensi ADE.
yang benar, dilansir dari liputan6.com, Ketua Tim
Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Sinovac,
Kusnandi Rusmil mengatakan bahwa tidak ada
fenomena ADE dalam vaksin Covid-19. ADE
adalah fenomena reaksi ketika pemberian
antibodi (berupa vaksin atau lainnya) menjadi
tidak efektif dan malah memperkuat infeksi
sehingga muncul suatu kejadian
imunopatologis berat. Kusnandi menerangkan
fenomena ADE terjadi bila sebuah kuman atau
virus memiliki antigen lebih dari satu,
sedangkan virus penyebab Covid-19 hanya
memiliki satu antigen. Selain itu, dikutip dari
sehatnegeriku.kemkes.go.id, Direktur
Surveilans dan Karantina Kesehatan, drg. R.
Vensya Sitohang, M.Epid menegaskan bahwa
fenomena ADE sejauh ini terlihat pada infeksi
dengue, tidak pada kandidat vaksin Covid-19.


terbit  sebuah postingan yang menyebutkan warna
darah pasien yang sudah disuntik vaksin Covid-19 berbeda.
Pengunggah foto itu menyebut warna darah merah
marun merupakan darah milik orang yang belum divaksin.
Sementara yang merah gelap milik pasien yang sudah
divaksin. Dari foto ini kemudian terbit  narasi darah
orang yang telah divaksin tidak aman, termasuk untuk
donor darah.
Dilansir dari kumparan.com yang mengutip dari Reuters,
narasi yang ada dalam postingan ini tidak benar. Ahli
menyebut tidak ada hubungannya warna darah dengan
vaksin Covid-19. Menurut Asisten Profesor di Departemen
Onkologi Radiasi Institut Kanker Huntsman, Fakultas
Kedokteran Universitas Utah Amerika Serikat, Skyler
Johnson menegaskan bahwa gambar ini salah. Hal
yang sama juga disampaikan oleh ahli yang menyebutkan
warna darah seseorang berasal dari molekul protein yang
membawa oksigen ke dalam darah. Karena itu, warna
darah seseorang bisa berwarna merah, biru, hijau, dan
ungu. Sementara itu, antibodi yang terbentuk dari
vaksinasi tidak memiliki warna tertentu.


Banyak terbit  narasi pada media sosial,
salah satunya Facebook, yang menyebutkan
bahwa pendarahan otak yang dialami
komedian Tukul Arwana berkaitan dengan
vaksin Covid-19.
Menanggapi hal ini, Direktur Utama
Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RS PON)
Mursyid Bustami menegaskan, pendarahan
otak yang dialami Tukul tidak ada kaitannya
dengan vaksinasi Covid-19. Mursyid
mengatakan, hal ini harus diklarifikasi
agar tidak ada keraguan dari warga
terhadap vaksinasi. Lebih lanjut, Mursyid
mengatakan, efek samping dari vaksinasi
Covid-19 bersifat ringan seperti demam, nyeri
pada bekas suntikan yang akan hilang dalam
satu sampai dua hari.

terbit  kabar di media sosial terkait daftar 35
destinasi wisata di Jogja, Magelang, dan
sekitarnya disebut sudah beroperasi sejak 22
September lalu.
Dilansir dari harianjogja.com, Kepala Dispar
Sleman Suparmono menegaskan bahwa
informasi terkait puluhan destinasi wisata di DIY
sudah beroperasi adalah keliru. Dia menyebut,
untuk wilayah Sleman baru tiga destinasi wisata
yang baru mendapatkan izin untuk diuji coba. Hal
senada disampaikan Kepala Dispar DIY, Singgih
Raharjo. Ia menyatakan jika di DIY baru tujuh
destinasi wisata yang mendapatkan izin dari
Kemenparekraf untuk diuji coba.


terbit  unggahan tangkapan layar percakapan WhatsApp di media sosial Facebook 
yang mengklaim bahwa vaksin Sinovac dan AstraZeneca mengandung DNA babi. Narasi 
percakapan dalam tangkapan layar ini diantaranya berbunyi “saya dan keluarga 
besar ogah divaksin Corona. Vaksin Sinovac buatan Cina dan vaksin Astrazeneca buatan 
Inggris, yang sama-sama mengandung DNA babi, wapres Ma’ruf Amin, tidak jadi 
persoalan?”.
yang benar, berdasarkan hasil pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa vaksin Sinovac dan 
AstraZeneca mengandung DNA babi adalah keliru. Majelis Ulama negarakita (MUI) sudah 
menerbitkan sertifikat halal pada vaksin Sinovac. Sementara itu, vaksin AstraZeneca 
sempat dipertanyakan soal status halalnya karena diduga mengandung tripsin babi. 
Namun dosen Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung (ITB), Aluicia Anita Artarini, 
sesuai dokumen AstraZeneca dan tim University of Oxford yang melakukan uji klinis, 
AstraZeneca ternyata memakai enzim tripsin yang berasal dari jamur, bukan babi. 
Dia menerangkan, enzim tripsin ini tidak dimasukkan ke dalam formula vaksin, 
melainkan hanya digunakan sebagai pemotong sel mamalia yang dibeli AstraZeneca dari 
Bank Sel, Thermo Fisher. Kepala Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) RI juga 
mengatakan bahwa vaksin AstraZeneca tidak mengandung babi.


Sebuah artikel dibagikan ratusan kali di media 
sosial dengan klaim bahwa Pusat Pengendalian 
dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) telah 
memperingatkan wabah penyakit yang mirip 
seperti polio yang diperkirakan akan terjadi pada 
tahun 2021. Beberapa pengguna media sosial 
turut mengaitkannya sebagai reaksi yang 
merugikan dari vaksin Covid-19. 
yang benar klaim ini adalah keliru. Dilansir 
dari AFP, CDC tidak mengeluarkan peringatan 
seperti itu pada tahun 2021. Klaim ini 
tampaknya didasarkan pada peringatan yang 
dikeluarkan CDC tentang Acute Flaccid Myelitis 
(AFM) yakni penyakit cacat neuromuskular yang 
mirip seperti polio pada 4 Agustus 2020. 
Peringatan ini muncul lebih dari empat 
bulan sebelum peluncuran vaksinasi Covid-19 
yang dilakukan di AS pada pertengahan 
Desember 2020. Scott Pauley, Petugas Pers di 
CDC mengatakan tidak ada hubungan antara 
penyakit ini dengan vaksinasi Covid-19. 
Hingga saat ini, virus yang diduga menjadi 
pendorong utama wabah AFM musiman dua 
tahunan yang diamati di banyak wilayah global 
adalah enterovirus D68



terbit  di media sosial sebuah video dengan narasi bahwa Pemerintah Rumania
menutup semua pusat vaksin imbas penolakan dari 70 persen warganya.
yang benar, vaksinasi Covid-19 terus digelar di negara ini. Setidaknya pada pukul 09.13
WIB, Rabu 22 September 2021, sebanyak 27,56 persen atau 5.271.402 warga Rumania
sudah divaksin sepenuhnya. Data ini terus bertambah. Hal itu tampak dalam situs
covidvax.live. Pada situs itu juga ditampilkan jumlah dosis yang diberikan setiap harinya.



terbit  unggahan di media sosial Facebook yang 
mengklaim bahwa Cina tidak lagi memakai vaksin 
Sinovac dan negarakita telah ditipu memakai vaksin 
ini. Klaim itu terbit  sesudah otoritas Cina 
membolehkan penggunaan vaksin Pfizer/BioNTech pada 
bulan Juli lalu. Ditemukan juga beberapa narasi yang 
menganggap penggunaan vaksin Sinovac hanyalah bisnis 
belaka dan rakyat negarakita hanya menjadi percobaan 
Cina dengan vaksin Sinovac yang mereka produksi.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa 
Cina tidak lagi memakai vaksin Sinovac dan 
negarakita telah ditipu memakai vaksin ini 
adalah keliru. Rencana Cina memakai vaksin 
Pfizer/BioNTech adalah sebagai vaksin booster kepada 
warga yang telah mendapatkan dosis lengkap (dua 
suntikan). Namun rencana ini belum mendapatkan 
persetujuan dari otoritas setempat. Cina selama ini 
memakai vaksin yang diproduksi di dalam negeri, 
termasuk Sinovac, untuk warganya. Hingga pekan kedua 
September, Cina telah memvaksin 1 miliar penduduknya, 
dari jumlah total 1,41 miliar warga



terbit  sebuah informasi mengenai Bantuan Subsidi Upah (BSU) untuk guru honorer dan 
non-PNS yang disebut akan cair pada September 2021 yang disertai dengan link berisi informasi 
dan syarat untuk mendapatkan BSU. Dalam informasi itu juga disebutkan bahwa bantuan 
ini berasal dari pemerintah yang disalurkan melalui Kemdikbudristek untuk membantu 
meringankan masalah para guru honorer dan non-PNS yang terdampak pandemi Covid-19.
yang benar, dikutip dari kompas.com, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Biro Kerja Sama dan 
Hubungan warga Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 
(Kemdikbudristek), Anang Ristanto mengatakan, informasi ini tidak benar. Pihaknya 
memastikan, tidak ada jadwal pencairan BSU guru honorer dan non-PNS pada September ini.


terbit  di media sosial Facebook, sebuah unggahan foto yang menyebutkan bahwa Bill Gates 
menyerukan penarikan semua Vaksin Covid-19 dengan alasan “Vaksin jauh lebih berbahaya 
daripada yang dibayangkan siapa pun”. 
yang benar, dilansir dari liputan6.com, informasi di atas adalah hoaks. Dikutip dari theeexpose.uk, 
pihak redaksi The Expose menjelaskan bahwa artikel yang mereka unggah adalah satire atau 
sindiran. Satire ini adalah fiktif karena Bill Gates tidak pernah membuat pidato seperti itu. 
Di sisi lain, Gates Foundation yang dimiliki Bill Gates justru mendukung program vaksinasi 
Covid-19. 


Sebuah akun media sosial Facebook mengunggah narasi yang menyebut bahwa vaksin 
ternyata tidak menjadi syarat dalam penerbangan internasional.
yang benar, klaim yang terbit  ini adalah keliru, sebab sejumlah negara telah menetapkan 
vaksin Covid-19 sebagai syarat penumpang penerbangan. Berdasarkan hasil penelusuran Cek 
Fakta liputan6.com, klaim yang menyebut syarat vaksin tidak ada dalam penerbangan 
internasional mengarah pada artikel berjudul "Canada announces vaccine mandate for air 
travel" yang dimuat situs edition.cnn.com, pada 14 Agustus 2021. Padahal artikel ini justru 
menyebutkan Kanada akan mewajibkan sebagian besar penumpang komersial yang bepergian 
melalui udara, kereta api, atau kapal besar untuk divaksinasi penuh pada musim gugur. 
Selanjutnya pada artikel liputan6.com berjudul "Vaksinasi COVID-19 Jadi Syarat Naik Pesawat 
Domestik di Arab Saudi" juga menyebutkan bahwa maskapai-maskapai Arab Saudi 
mengumumkan bahwa vaksinasi Covid-19 dua dosis akan menjadi syarat wajib bagi 
penerbangan domestik. 


terbit  di media sosial sebuah narasi yang menyebutkan bahwa mulai 1 Oktober 2021, biaya 
pasien Covid-19 tidak ditanggung Kemenkes lagi dan BPJS hanya menanggung biaya 
maksimal Rp18 juta. Narasi ini juga berisi imbauan agar memiliki alternatif lain seperti 
asuransi sendiri.
yang benar, dilansir dari liputan6.com, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit 
Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan RI, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid. 
mengatakan informasi ini adalah tidak benar. Ia menegaskan, bahwa biaya perawatan 
pasien Covid-19 tetap ditanggung oleh pemerintah dan sumber anggaran masih dari 
Kementerian Kesehatan RI. dr. Nadia juga menambahkan, tidak benar bahwa besaran 
perawatan biaya pasien Covid-19 dibatasi Rp18 juta. Mekanisme perhitungan penggantian 
biaya memakai metode INA-CBGs dan besarannya bervariasi. Penghentian penjaminan 
biaya pasien Covid-19 dilakukan, apabila masa isolasi Covid-19 sudah dinyatakan selesai.


terbit  informasi pada laman 
healthtracking.telkomsigma.co.id berupa ajakan 
menginstal aplikasi TraceTogether untuk 
mendukung Keputusan Menteri Kominfo Nomor 
159 Tahun 2020 tentang Upaya Penanganan 
Covid-19 melalui dukungan Sektor Pos dan 
Informatika.
yang benar, informasi pada laman 
healthtracking.telkomsigma.co.id ini telah 
mengalami suntingan. Informasi yang 
sesungguhnya adalah ajakan untuk mendukung 
Keputusan Menteri Kominfo Nomor 159 Tahun 
2020 tentang Upaya Penanganan Covid-19 
melalui Dukungan Sektor Pos dan Informatika, 
tidak menyebutkan imbauan mengenai aplikasi 
TraceTogether. Lebih lanjut, Keputusan Menteri 
Kominfo Nomor 171 Tahun 2020 tentang 
Penetapan Aplikasi Pedulilindungi Dalam 
Rangka Pelaksanaan Surveilans Kesehatan 
Penanganan Corona Virus Disease 2019 
(COVID-19) bahwa aplikasi PeduliLindungi 
digunakan oleh berbagai kementerian dan 
lembaga Republik negarakita dalam rangka 
Surveilans Kesehatan penanganan pandemi 
Covid-19.



terbit  sebuah foto hasil tangkapan layar judul berita tentang efek samping vaksin yang 
menyebabkan wajah menjadi merah yang dimuat oleh media Inggris ITV. Dalam 
tangkapan layar ini, tampak logo ITV di sudut kiri atas foto.
yang benar, berdasarkan hasil penelusuran, judul berita ini merupakan hasil 
suntingan. Tidak ditemukan berita dengan judul serupa di situs resmi media ITV. Lebih 
lanjut, melansir dari Reuters, juru bicara ITV juga telah menegaskan bahwa pihaknya 
tidak pernah memuat berita dengan judul ini. Foto yang digunakan dalam 
tangkapan layar ini juga bukan merupakan foto penerima vaksin yang wajahnya 
menjadi merah, melainkan foto seorang sukarelawan yang mewarnai wajahnya dengan 
cat merah dalam kegiatan penggalangan dana untuk warga lanjut usia di Wiltshire, 
Inggris. Foto ini pertama kali diunggah di situs artstogether.co.uk pada 26 Juli 2013 
lalu.


terbit  sebuah pesan berantai WhatsApp mengenai informasi pendaftaran vaksin 
Nusantara. Pada pesan ini disebutkan bahwa warga yang berminat 
mendaftar untuk mendapatkan vaksin Nusantara dapat mengirimkan data diri ke 
nomor WhatsApp yang tertera.
Berdasarkan verifikasi tim Cek Fakta liputan6.com kepada mantan Menteri 
Kesehatan Republik negarakita sebagai penggagas vaksin Nusantara Dr. Terawan 
Agus Putranto, informasi mengenai pendaftaran vaksin Nusantara ini adalah 
hoaks. Menurut Dr. Terawan Agus Putranto, pihaknya belum membuka 
pendaftaran program penerima vaksin Nusantara.

terbit  unggahan di media sosial Facebook 
sebuah foto hasil tangkapan layar video suatu 
bangunan terbakar. Unggahan ini juga 
disertai dengan narasi yang menyatakan 
bahwa bangunan yang terbakar dalam foto 
ini adalah Laboratorium Pfizer berlokasi 
di Madrid, Spanyol.
Dilansir dari Politifact, Juru Bicara Pfizer 
Andrew Widger menjelaskan bahwa Pfizer 
memang memiliki sebuah laboratorium di 
wilayah San Sebastián de los Reyes di Madrid, 
Spanyol tetapi Widger menegaskan bahwa 
tidak ada kebakaran yang terjadi di 
laboratorium ini. Kebakaran ini 
terjadi di pabrik kompos yang berlokasi di 
belakang Laboratorium Pfizer.


terbit  sebuah informasi di media sosial Twitter yang menyebut bahwa orang yang 
berhalangan vaksinasi COVID-19 tidak bisa memakai layanan transportasi 
Commuter Line (KRL).
KAI Commuter melalui akun Twitter resminya memberikan klarifikasi terkait 
informasi ini. Dalam postingannya KAI menjelaskan, bagi penyintas COVID-19 
kurang dari 3 bulan atau warga yang menderita Komorbid sehingga belum 
dapat melakukan vaksinasi COVID-19 maka tetap dapat memakai layanan KRL 
dengan menunjukan surat keterangan resmi dari dokter di Puskesmas atau Rumah 
Sakit mengenai kondisinya ini


Telah terbit  di media sosial sebuah unggahan yang 
memperlihatkan logo aplikasi PeduliLindungi dengan 
keterangan “Ternyata aplikasi PEDULI LINDUNGI itu 
aplikasi bikinan SINGAPORE. Gila… Seluruh data kita 
direkam Singapore, dan kedaulatan Data negarakita 
sudah ada ditangan mereka, meski ini aplikasi Telkom. 
Mereka tau Alamat kita, tgl Lahir kita, email Kita, kita 
makan apa, kita kemana aja… semua mereka tau. Kalau 
info ini salah mohon saya di informasikan apa yang 
salah 🙏🙏🙏🙏🙏🙏”.
yang benar, klaim yang mengatakan bahwa aplikasi 
PeduliLindungi merupakan aplikasi buatan Singapura 
adalah salah. 
1. Aplikasi PeduliLindungi adalah buatan dalam negeri.
Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika 
RI, Dedy Permadi, menyatakan bahwa aplikasi 
PeduliLindungi merupakan buatan anak bangsa yang 
dikembangkan bersama dengan salah satu perusahaan 
telekomunikasi di negarakita. Dikutip dari Kompas.com, 
Senior Vice President Corporate Communication and 
Investor Relation PT Telkom negarakita (Persero) Tbk 
Ahmad Reza menyatakan bahwa PeduliLindungi 100 
persen dibuat oleh putra-putri terbaik negarakita. 
2. Data PeduliLindungi ditempatkan di dalam negeri.
yang benar, data PeduliLindungi ditempatkan di pusat 
data yang berlokasi di dalam negeri dan dikelola sesuai 
dengan ketentuan perundangan yang berlaku. 
Kementerian Kominfo secara tegas menyampaikan 
bahwa data-data strategis harus disimpan di dalam 
negeri

terbit  sebuah postingan di media
sosial Facebook yang menyebutkan
pasien negatif dianggap positif oleh
pihak Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)
Kandou.
Dilansir dari manadonews.co.id, klaim
pasien negatif dianggap positif oleh
pihak rumah sakit adalah tidak benar.
yang benar menurut Direktur Utama RSUP
Kandou dr. Jimmy Panelewen, prosedur
tindakan yang dilakukan oleh para
tenaga medis RSUP Kandou hingga
pasien ini dinyatakan terkonfirmasi
Covid-19 telah mengikuti Standar
Operasional Prosedur (SOP).


terbit  di media sosial Facebook sebuah 
unggahan foto sertifikat vaksin yang 
dikeluarkan pada tahun 1721 Masehi. 
Sertifikat ini diklaim sebagai sertifikat 
vaksin tertua di dunia. 
yang benar, dilansir dari kompas.com, Guru 
Besar Filologi Fakultas Adab dan 
Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) 
Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Oman 
Fathurrahman, M.Hum. menyebut, narasi 
itu ada benar dan tidaknya. Menurut 
Oman, sertifikat ini tidak ditulis pada 
1721 Masehi, sebab tahun yang tertera 
dalam sertifikat itu menunjukkan 1322 
Hijriah atau 1904-1905 Masehi. Foto 
ini memang merupakan sertifikat 
vaksin di masa Turki Utsmani, namun 
belum bisa dipastikan apakah sertifikat itu 
menjadi yang tertua atau bukan.

terbit  di media sosial informasi yang menyebut bahwa sertifikat digital vaksin 
Covid-19 ditanam di kulit manusia guna melacak pergerakan manusia. 
yang benar, dilansir dari rri.co.id yang mengutip dari factcheck.org, klaim ini 
dibangun berdasarkan dua informasi yang sama sekali tidak berkaitan. Pertama, 
sertifikat digital adalah teknologi yang digunakan untuk mengirim informasi 
terenkripsi melalui internet, misalnya tanda tangan digital yang digunakan untuk 
memverifikasi identitas. Sementara itu, penelitian yang didanai Gates Foundation
untuk menguji pencatatan vaksinasi yang dilekatkan pada kulit manusia tidak 
berkaitan dengan vaksin Covid-19. Tak hanya itu, tinta yang digunakan pada kulit 
manusia juga tidak memungkinkan untuk digunakan sebagai alat pelacak jarak 
jauh.


terbit  sebuah gambar yang 
menunjukkan karakter dari The Simpsons 
memegang selembar kertas yang diduga 
berisi frasa yang memprediksi peluncuran 
vaksin. Selembar kertas itu bertuliskan
“The Vaxx will do its job within 2 years”, 
disertai grafik numerik yang 
menunjukkan angka 2021, 2022 dan 2023 
yang dijumlah menjadi angka 666.
yang benar, gambar ini telah diedit 
sedemikian rupa sehingga menimbulkan 
penafsiran yang keliru. Dilansir dari AFP, 
gambar asli dari serial The Simpsons 
ini ditemukan pada Episode 12 
Musim 16 berjudul "Goo Goo Gai Pan". 
Episode ini mengisahkan upaya 
Selma untuk mengadopsi seorang anak 
di Cina. Adapun tulisan pada selembar 
kertas yang dipegang Homer berasal dari 
kue keberuntungan yang sebenarnya 
adalah "We will take Selma’s baby".


terbit  sebuah unggahan di media sosial 
berupa gambar yang diklaim menunjukkan 
angka kematian akibat vaksin Covid-19 yang 
sebenarnya dan efek samping di negara 
Australia. Postingan ini mengklaim 
bahwa angka-angka ini dirilis oleh 
Therapeutic Goods Administration (TGA), 
regulator medis negara ini. Disebutkan 
ada 456 kasus kematian akibat vaksin 
Covid-19 dan 47.920 kasus efek samping 
vaksin Covid-19 di negara itu dari 1 Januari 
hingga 24 Agustus 2021.
yang benar, TGA mengatakan postingan di 
media sosial ini salah menggambarkan 
angka-angkanya. "Laporan yang diterbitkan di 
DAEN terlepas dari apakah efek samping 
ini dinilai oleh TGA terkait dengan 
vaksinasi," kata badan ini kepada AFP 
dalam sebuah pernyataan. Menurut laporan 
keamanan TGA, sembilan kasus kematian 
ditemukan "terkait dengan imunisasi" dari 
495 kasus kematian yang dilaporkan hingga 
29 Agustus 2021. Tidak jelas dari mana 
angka-angka dalam postingan media sosial 
yang menyesatkan itu diambil.


terbit  sebuah unggahan di media sosial 
berupa informasi tarif denda bagi warga 
Malaysia yang tidak melakukan 'check out' di 
aplikasi pelacakan Covid-19, MySejahtera. 
Disebutkan juga bahwa jika warga tidak 
melakukan 'check out' dari aplikasi usai 'check 
in' di suatu lokasi dalam aplikasi ini maka 
diwajibkan untuk membayar denda sebesar 
1.500 Ringgit Malaysia atau sekitar Rp5,1 juta.
yang benar, dikutip dari factcheck.afp.com
Kemenkes Malaysia menegaskan informasi 
terkait adanya denda sebesar RM1.500 jika tidak 
melakukan 'check out' di MySejahtera adalah 
tidak benar. Informasi ini juga 
disampaikan melalui Kementerian Komunikasi 
dan Multimedia Malaysia pada 4 September 
2021.


terbit  informasi melalui aplikasi WhatsApp mengenai tulisan yang diklaim
berasal dari Dosen Biokimia Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr. Ir. Hj. Sri Nurdiati
yang mengatakan antibodi lebih penting dari sekadar memakai masker di masa
pandemi Covid-19.
Dikutip dari medcom.id, klaim bahwa Sri Nurdiati meminta warga untuk tidak
panik karena masker namun lebih penting mementingkan antibodi adalah salah.
yang benar, informasi ini telah dibantah langsung oleh Sri Nurdiati. Dilansir laman
resmi IPB, Dr. Sri Nurdiati memang Dekan FMIPA IPB. Namun, catatan dalam
laman resmi IPB menyatakan bahwa beliau bukan dosen Biokimia, melainkan
dosen di Departemen Matematika, tepatnya bagian Matematika Komputasi dan
membantah bahwa ia tidak pernah menulis pesan berantai itu.

terbit  sebuah foto yang memperlihatkan antrean panjang warga di Singapura 
yang mengenakan masker dan pelindung wajah untuk mendapatkan vaksin 
Covid-19 dari Cina.
yang benar, dikutip dari factcheck.afp.com klaim pada foto yang memperlihatkan 
warga di Singapura yang mengantre untuk mendapatkan vaksin Covid-19 dari Cina 
adalah salah. Foto ini merupakan warga di Filipina yang sedang mengantre 
untuk mendapatkan vaksin Pfizer-BioNTech buatan Jerman.


Telah terbit  sebuah situs palsu yang 
mengatasnamakan PeduliLindungi dengan 
tautan http://www.pedulilindungia.com/. 
Tampilan situs ini dibuat sama persis 
dengan tampilan situs aslinya yang 
didalamnya terdapat laman untuk 
memasukkan data pengguna dan informasi 
lain terkait Vaksinasi COVID-19. Selain itu juga 
terdapat sebuah informasi yang 
mencantumkan nomor rekening Bank BCA 
atas nama NURMAINAH.
yang benar, berdasarkan klarifikasi dari Juru 
Bicara Kementerian Komunikasi dan 
Informatika RI, Dedy Permadi, situs dengan 
tautan http://www.pedulilindungia.com/
adalah palsu dan bukan merupakan situs 
resmi dari PeduliLindungi. Adapun situs resmi 
dari PeduliLindungi adalah pedulilindungi.id. 
warga diimbau untuk hanya mengakses 
situs resmi PeduliLindungi melalui 
pedulilindungi.id dan aplikasi resmi 
PeduliLindungi di App Store dan Playstore.


terbit  sebuah postingan di media sosial Twitter yang menyebutkan Asosiasi Medis Tokyo 
dan pemerintah Jepang merekomendasikan obat Ivermectin untuk penyembuhan 
Covid-19. 
Dilansir dari merdeka.com, klaim bahwa Asosiasi Medis Tokyo dan pemerintah Jepang 
merekomendasikan obat Ivermectin untuk penyembuhan Covid-19 adalah salah. yang benar, 
dikutip dari artikel AFP Fact Check berjudul "Japan has not endorsed ivermectin as 
Covid-19 treatment" pada 8 September 2021, dijelaskan bahwa pemerintah Jepang masih 
melakukan uji klinis pada obat ini dan tidak berafiliasi dengan Asosiasi Medis Tokyo. 
Kedua lembaga ini hanya bisa memberikan rekomendasi. Di sisi lain, pemerintah 
Jepang melalui Kementerian Kesehatan Jepang menyebut Ivermectin tidak mengurangi 
kematian, tidak mengurangi pasien rawat inap dan tidak langsung menghilangkan virus.



terbit  informasi melalui pesan berantai WhatsApp yang berisi undangan vaksinasi Covid-19 
ketiga atau booster. Dalam pesan ini juga terdapat informasi jam vaksinasi Covid-19 
yang dibagi dalam dua gelombang, yaitu pukul 09.25 dan 09.30. Namun untuk lokasi 
kegiatan vaksinasi, terdapat sensor sehingga tidak bisa diketahui.
Dilansir dari liputan6.com, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan 
(Kemenkes), dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid. mengatakan pihaknya tidak mengetahui perihal 
informasi yang terbit  ini. Nadia pun menegaskan, booster saat ini hanya untuk 
kelompok tenaga kesehatan (nakes). Oleh karena itu, ia menyatakan pesan ini tidak 
benar atau hoaks. "Yang pasti tidak ada booster ke-3 untuk non nakes, sumbernya (pesan) 
tidak jelas berarti hoaks kan," ujar Nadia.


terbit  informasi di media sosial 
Facebook mengenai virus Covid-19 akan 
hilang jika mencuci hidung dengan 
garam dapur.
Dikutip dari turnbackhoax.id, informasi 
mencuci hidung dengan garam dapur 
adalah informasi yang salah. Tonang Dwi 
Adryanto, ahli patologi klinis di 
Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) 
Surakarta, menjelaskan bahwa larutan 
NaCl memang bisa membersihkan 
kotoran di lubang hidung, namun tidak 
dapat membunuh virus. Ia mengatakan, 
“Yang bersih adalah virus-virus yang 
sudah mati dan sel-sel mati. Virus yang 
masih hidup dalam sel tidak ikut 
terbersihkan”. Menurut penjelasan WHO 
di situs covid.go.id, membersihkan 
hidung secara teratur dengan larutan 
garam, bisa membantu orang pulih dari 
penyakit flu biasa, namun tidak bisa 
menyembuhkan infeksi pernapasan 
seperti penyakit Covid-19.


terbit  gambar tangkapan layar dari sebuah media berita berisi wawancara Presiden Jokowi 
dengan keterangan tertulis bahwa Presiden Jokowi telah mengumumkan bebas masker dan 
kegiatan warga kembali berjalan normal.
yang benar, foto wawancara Presiden Jokowi dengan keterangan bahwa Presiden Jokowi 
umumkan bebas masker dan kegiatan warga kembali normal adalah hasil editan. 
Adapun foto asli ditemukan pada unggahan akun Twitter resmi @KompasTV yang juga 
menyertakan tautan situs resmi KompasTV yang memuat artikel dan video berjudul 
"Pernyataan Lengkap Presiden Jokowi Soal UU KPK, RKUHP dan Demo Anarkis" pada 26 
September 2020.


terbit  sejumlah informasi melalui thread media sosial Twitter yang mengklaim
bahwa aplikasi PeduliLindungi telah disalahgunakan oleh oknum di dalam
pemerintahan yang juga pelaku usaha untuk menambang data. Disebutkan pula
bahwa aplikasi ini dipakai pemerintah untuk memata-matai pengguna kartu vaksinasi,
sehingga telah menginspirasi para hacker untuk mengontrol ponsel WNI lewat
database PeduliLindungi.
yang benar, berdasarkan syarat penggunaan aplikasi PeduliLindungi, Pengguna dan/ atau
Pelanggan dilarang untuk: (b) Mengambil, mengunduh, memungut atau menyimpan
informasi pribadi tentang pengguna lain; dan (c) memakai program-program
seperti robot, spider, scraper atau cara otomatis atau manual lainnya untuk mengakses,
memantau atau menyalin konten dan/ atau informasi apapun di aplikasi dan situs
PeduliLindungi. Adapun data-data pengguna disimpan secara terenkripsi di server
PeduliLindungi yang aman dan tidak dibagikan ke publik. Data hanya akan diakses bila
pengguna dalam risiko tertular COVID-19 dan perlu segera dihubungi oleh petugas
kesehatan. Data pengguna tidak akan diserahkan atau disebarluaskan kepada pihak
lain kecuali kepada instansi pemerintah yang saat ini ditunjuk dalam menangani
pandemi COVID-19, atau karena ketentuan hukum.
Selain itu, aplikasi PeduliLindungi digunakan untuk kegiatan pengamatan secara
sistematis dan konsisten terkait COVID-19 untuk mewujudkan tindakan
penanggulangan secara efektif (surveilans kesehatan), bukan untuk memata-matai. Hal
ini tertuang dalam Keputusan Menkominfo Nomor 171 Tahun 2020 tentang Penetapan
Aplikasi Pedulilindungi dalam rangka Pelaksanaan Surveilans Kesehatan Penanganan
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagaimana diubah oleh Keputusan
Menkominfo No. 253 Tahun 2020.
Kemudian, mengenai tuduhan bahwa pemerintah menginspirasi hackers global
mengontrol ponsel WNI lewat database PeduliLindungi, Klaim ini tidak berdasar.
Pasalnya, aplikasi PeduliLindungi tidak dapat mengontrol ponsel siapapun. Adapun
aplikasi PeduliLindungi hanya akan merekam data proximity (kedekatan) satu telepon
seluler (ponsel) dengan ponsel lainnya dalam format terenkripsi. Aplikasi juga tidak
merekam data geolokasi pengguna. Sedangkan nomor ponsel yang didaftarkan akan
direlasikan dengan ID random di dalam server yang aman. Data tidak akan diakses,
kecuali jika pengguna dalam risiko tertular Covid-19 dan perlu segera dihubungi oleh
petugas kesehatan.


terbit  sebuah video sekelompok orang tengah
melakukan scan QR pada lengan seseorang.
Unggahan berbahasa asing ini disertai
klaim bahwa terdapat kode QR pada lengan
tepat di bekas suntikan vaksin Covid-19.
Dilansir dari reuters.com, klaim ini salah.
Louis-James Davis, pendiri perusahaan teknologi
pemindaian kode VCode dan pencipta paspor
kesehatan digital untuk mengatasi pandemi,
mengatakan bahwa vaksin tidak dapat
digunakan untuk menyuntikkan informasi yang
bersifat individu. Dia menambahkan bahwa
kode QR adalah simbol visual dan hanya akan
beroperasi dalam bentuk tato atau tanda fisik
lainnya. Terkait dengan video yang terbit 
ini, Davis berkata video itu kemungkinan
memakai pembaca QR Near Field
Communication (NFC) gabungan yang bisa
mengambil tag NFC di pakaian pada jarak dekat.
Sementara itu, orang yang merekam video asli
mengakui bahwa mereka telah memakai
sebuah aplikasi saat membuat video ini


terbit  di media sosial Facebook, informasi yang menyebutkan link bantuan Rp600.000 
bagi warga yang sudah memiliki e-KTP akan cair pada 29 September 2021.
yang benar, dilansir dari kompas.com, Kepala Biro Humas Kemensos Hasim menegaskan, 
informasi ini tidak benar alias hoaks. Informasi semacam ini merupakan hoaks 
berulang yang sudah sering terbit  dengan berbagai versi narasi dan link yang 
berbeda-beda. Link tidak resmi seperti ini diduga sebagai phishing untuk mencuri data 
pribadi seseorang. Oleh karena itu, warga harus waspada dan tidak mengakses 
tautan yang mencurigakan serta tidak memberikan data-data pribadi.

terbit  unggahan di media sosial Twitter yang menyebutkan bahwa Jerman menghentikan 
sementara penyuntikan vaksin Corona karena dinilai tidak aman. Unggahan ini juga 
mengklaim, orang-orang yang telah mendapatkan suntikan vaksin dosis pertama tidak bisa 
mendapatkan dosis kedua.
Dilansir dari kumparan.com yang mengutip dari lembaga pengecekan fakta Misbar, klaim 
ini berasal dari video berbahasa Jerman yang diunggah oleh akun bernama 
Corona-Ausschuss. Namun, isi video ini berupa hipotesis terkait upaya Pemerintah 
Jerman keluar dari pandemi Corona, bukan tindakan nyata yang diambil oleh Pemerintah 
Jerman. Sementara itu, Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn melalui akun Twitternya pada 
25 Agustus 2021 mengabarkan bahwa 100 juta warganya telah disuntik vaksin Corona. Ia 
mengatakan pencapaian ini merupakan bagian dari sejarah.


terbit  sebuah unggahan pada media sosial
Facebook, unggahan ini menampilkan
sebuah penggalan gambar dari artikel dengan
judul "Bill Gates Refused To Vaccinate His Own
Children” serta menuliskan keterangan bahwa
Bill Gates menolak vaksinasi Covid-19 untuk
anaknya.
yang benar, unggahan yang mengklaim bahwa Bill
Gates menolak vaksinasi Covid-19 untuk anaknya
adalah keliru dan tidak berdasarkan fakta.
Dilansir dari penelusuran Cek Fakta
liputan6.com, diketahui bahwa terdapat
klarifikasi pada beberapa media Cek Fakta
Internasional yang menerangkan bahwa klaim
pada unggahan ini adalah tidak benar.
Saat ini diketahui bahwa anak dari Bill Gates
yaitu Jennifer Gates juga telah divaksin Covid-19
sejak Februari 2021 lalu dan Bill Gates sudah
menerima vaksin Covid-19 sejak 23 Januari 2021.


Telah terbit  sebuah pesan berantai WhatsApp terkait informasi yang mengatakan bahwa
obat Molnupiravir merupakan obat Covid-19 yang ditemukan di United States of America
(USA) dan sudah bisa digunakan mulai bulan September 2021.
yang benar, klaim yang mengatakan bahwa obat Molnupiravir merupakan obat Covid-19 yang
ditemukan di USA dan sudah bisa digunakan mulai bulan September 2021 adalah keliru.
Menurut penjelasan dr. Astrid Wulan Kusumoastuti, obat antiviral Molnupiravir saat ini masih
dalam tahap uji coba. Pengujian dilakukan karena obat ini dapat bekerja melawan virus yang
hampir sama dengan virus Covid-19. Pemerintah melalui PT. Kimia Farma Tbk, menargetkan
proses uji klinis antigen Molnupiravir selesai pada Oktober 2021. Sampai saat ini belum ada
konfirmasi khusus tentang hasil uji fase ketiga dari obat ini. Selain itu, saat ini
Pemerintah masih ingin memastikan kesiapan anggota Holding BUMN Farmasi itu untuk
memproduksi obat-obatan terapi Covid-19 yang dalam hal ini termasuk obat Molnupiravir.

terbit  sebuah gambar dengan narasi berbahasa Inggris yang menyebut bahwa vaksin
Covid-19 mengakibatkan penyakit menular di Amerika Serikat (AS). Gambar ini memuat
foto Anthony Fauci, seorang ilmuwan terkenal asal AS dalam video interview CBS Face The
Nation pada 1 Agustus lalu.
Dilansir dari kumparan.com, klaim Fauci mengatakan vaksin Covid-19 menyebarkan penyakit
menular adalah keliru. yang benar, dalam video interview ini presenter acara John
Dickerson bertanya kepada Fauci mengenai varian Delta. Fauci pun menjawab bahwa adanya
vaksin tidak secara menyeluruh dapat mematikan virus, terutama virus Delta yang mutasinya
lebih cepat dan menimbulkan perburukan lebih berbahaya. Dalam video itu, tidak ada
pernyataan Fauci yang menyebut bahwa vaksin Covid-19 yang menyebabkan terjadinya
infeksi dan penyakit menular.


terbit  unggahan di media sosial Facebook berisi
klaim hasil studi yang menyebutkan bahwa vaksin
Pfizer menyerang sel darah putih hingga
menyebabkan sistem imun lemah. Dalam unggahan
yang terbit , studi itu mencatut nama lembaga
Francis Crick Institute London, Inggris. Klaim ini
menyebutkan vaksin Pfizer merusak sel darah putih
bernama sel T dan melemahkan sistem kekebalan
tubuh.
Berdasarkan hasil penelusuran kumparan.com, klaim
yang menyebutkan vaksin Pfizer menyebabkan sel
darah putih rusak dan melemahkan imun adalah
tidak benar atau hoaks. Peneliti dari Francis Crick
Institute, David Bauer mengatakan kepada AP News
bahwa semua penelitian yang diterbitkan hingga saat
ini menunjukkan bahwa vaksin Pfizer dan varian
vaksin lainnya menghasilkan respons sel T yang kuat,
positif, dan protektif melawan virus Covid-19. Hal
senada juga dikatakan oleh profesor dari Fakultas
Kedokteran Universitas Johns Hopkins Amerika
Serikat, Dr. Joel Blankson. Ia mengatakan vaksin
Corona tidak menghancurkan atau merusak sel T.
“Ada banyak data yang menunjukkan bahwa vaksin
menginduksi respons sel T yang kuat untuk
mengenali virus dan melawan virus Covid-19 bersama
dengan sistem antibodi di dalam tubuh.” ujar
Blankson.



terbit  sebuah unggahan pada media sosial Facebook yang menampilkan foto Wakil
Presiden Ma’ruf Amin dan disertai narasi "VAKSIN MERUPAKAN PERINTAH AGAMA DAN
HUKUMNYA WAJIB, MENOLAK MASUK NERAKA??".
Dikutip dari medcom.id, narasi yang terbit  ini adalah salah. yang benar, foto yang
terbit  ini telah diedit. Merujuk pemberitaan di sejumlah media, Ma’ruf Amin
hanya “mengatakan menjaga diri dari kemungkinan tertular Covid-19 dengan
menerapkan protokol kesehatan dan mengikuti program vaksinasi hukumnya wajib
dilakukan sebagai bangsa dan juga agama”. Tidak ada pernyataan bahwa menolak vaksin
masuk neraka.


terbit  di media sosial sebuah video yang berisi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang
dialami seorang siswa di Kecamatan Tolinggula, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo.
Dalam video ini terlihat siswa ini menangis karena merasakan tangannya tidak bisa
digerakkan usai menjalani vaksinasi Covid-19.
yang benar, video yang mengklaim bahwa tangan seorang siswa lumpuh sesudah vaksinasi
Covid-19 adalah keliru. Berdasarkan informasi dari Situs Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo,
orang tua dari siswa ini menjelaskan bahwa anaknya hanya mengalami kram pada
lengan kirinya. Ia membantah kabar yang terbit  bahwa anaknya mengalami lumpuh pada
tangannya. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo Utara, Rizal Yusuf Kune juga
menyatakan bahwa memang benar siswa yang mengalami kram di tangan pasca vaksinasi
sudah mendapatkan penanganan yang tepat. Saat ini kondisi siswa ini telah membaik
dan beraktivitas seperti biasa.

terbit  sebuah narasi pada pesan berantai WhatsApp mengenai seseorang 
yang mendapatkan panggilan telepon dari nomor yang tidak dikenal dan 
menanyakan apakah sudah divaksin.
Mengenai informasi yang terbit  ini, juru bicara vaksin Covid-19 
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr. Siti Nadia Tarmizi, menegaskan bahwa 
pesan terkait panggilan telepon soal vaksinasi tidak pernah dilakukan oleh 
lembaga resmi Pemerintah negarakita dan menyebut isi pesan ini adalah 
hoaks. Beliau menjelaskan sesudah melakukan vaksinasi, warga akan 
mendapatkan sertifikat vaksin resmi dari pemerintah. Sertifikat ini dapat 
diakses melalui aplikasi dan situs PeduliLindungi. Kemenkes RI juga tidak 
pernah menanyakan apakah seseorang sudah divaksin melalui panggilan 
telepon.


terbit  sebuah potongan video disertai dengan klaim yang menyebut ada dua orang 
anak meninggal akibat vaksin Covid-19 di kota Sydney, Australia.
yang benar, klaim ini adalah salah. Dilansir dari AFP, Departemen Kesehatan 
Australia mengatakan badan yang bertanggung jawab untuk memantau keamanan 
vaksin yakni Therapeutic Goods Administration, belum mencatat data kematian yang 
terkait dengan vaksin Covid-19. Sebelumnya Australia telah mencatat tujuh kematian 
terkait vaksin dari vaksin AstraZeneca, yang sejauh ini hanya diberikan kepada orang 
dewasa. Adapun pada tanggal 31 Agustus 2021, Pfizer-BioNTech baru disetujui untuk 
anak berusia 12 tahun ke atas di Australia.


terbit  di media sosial sebuah surat 
yang berisi informasi pendaftaran vaksin 
yang digelar di GOR Sidoarjo. Surat 
ini dikeluarkan oleh Dinas 
Kesehatan Kabupaten Sidoarjo pada 
tanggal 25 Agustus 2021, pada bagian 
bawah surat terdapat sebuah catatan 
seolah-olah mengarahkan para peserta 
vaksin untuk melakukan pendaftaran 
langsung ke lokasi. 
Dikutip dari Instagram milik Dinas 
Kesehatan Kabupaten Sidoarjo 
@dinkes_sidoarjo, menyatakan secara 
resmi bahwa kabar ini tidak benar. 
Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo 
tidak pernah melaksanakan pendaftaran 
vaksinasi yang dimaksud.


terbit  unggahan selebaran di media sosial Facebook yang menginformasikan adanya 
penyelenggaraan vaksinasi Covid-19 tanpa syarat domisili di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam 
Malik (RSUP HAM). Pada selebaran itu disebutkan, vaksinasi Covid-19 akan berlangsung pada 30 
Agustus 2021 sampai dengan 3 September 2021 pukul 08.00-15.30 di Medical Check Up Unit Lantai 
1, Gedung Paviliun RSUP HAM.
sesudah ditelusuri, informasi pada selebaran yang terbit  ini adalah tidak benar atau hoaks. 
Kasubbag Humas RSUP HAM, Rosario Dorothy menegaskan bahwa pihaknya tidak pernah 
membuat informasi seperti pada selebaran yang terbit . Rosario juga menjelaskan, informasi 
terakhir mengenai penyelenggaraan vaksinasi Covid-19 di RSUP HAM yaitu pada tanggal 16 
Agustus 2021 hingga 25 Agustus 2021. RSUP HAM melalui unggahan Instagram Story-nya juga 
menegaskan bahwa informasi pada selebaran yang terbit  ini adalah hoaks. Informasi 
pendaftaran dan jadwal vaksinasi di RSUP HAM hanya diumumkan melalui laman media sosial 
resmi milik RSUP HAM.


terbit  postingan di media sosial Facebook 
yang menyebutkan bahwa seorang pegulat 
WWE, John Cena telah meninggal dunia karena 
terjangkit Covid-19 yang disertai dengan narasi 
"Bahkan mereka yang kuat bisa meninggal 
akibat Covid-19,".
Dilansir dari kumparan.com yang mengutip 
dari AFP, bahwa postingan ini adalah 
hoaks. Saat ini, Cena dalam kondisi sehat dan 
sedang beraksi di acara WWE Summer Slam
2021. Dia dikalahkan oleh Roman Reigns dalam 
gala ini. Selain itu, situs resmi WWE juga 
tak mengumumkan soal kematian Cena. 
Begitu pula dengan media-media kredibel. 
Bahkan, Cena masih aktif di media sosial 
sesudah hoaks kematiannya menyebar. Ia 
berulang kali memposting sesuatu di akun 
Twitter dan Instagram resminya.


terbit  sebuah narasi pada pesan berantai WhatsApp mengenai Turki sudah 
memesan 5,2 juta dosis Vaksin Nusantara.
Dikutip dari cek fakta medcom.id, klaim bahwa Turki sudah memesan 5,2 juta 
dosis Vaksin Nusantara, tidak berdasar. yang benar, pihak Duta Besar RI di Turki, Lalu 
Muhamad Iqbal memberikan klarifikasi dan menjelaskan bahwa Pemerintah Turki 
pasti berkoordinasi dengan kedutaan jika benar memesan Vaksin Nusantara. 
Namun, sampai saat ini tidak ada koordinasi atau info terkait pemesanan ini. 
Hal senada juga dijelaskan oleh Siti Nadia Tarmizi dari Kementerian Kesehatan. 
Nadia menegaskan tidak ada informasi terkait pemesanan Vaksin Nusantara dari 
pihak Turki.


Telah terbit  di media sosial Facebook sebuah unggahan yang mengklaim bahwa 
Muammar Gaddafi telah memprediksi pandemi virus Corona atau Covid-19. Unggahan 
ini disertai narasi “Prediksi muammar qaddafi tentang corona di sidang PBB”.
yang benar, klaim yang mengatakan bahwa Muammar Gaddafi telah memprediksi Covid-19 
adalah keliru. Dilansir dari AFP Fact Check, dijelaskan bahwa saat itu Gaddafi berpidato 
terkait adanya pandemi flu babi (H1N1) yang pertama kali terdeteksi pada April 2009. WHO 
menetapkan flu babi sebagai pandemi sejak Juni 2009 dan berakhir pada Agustus 2010.



terbit  sebuah unggahan foto di media sosial Instagram yang memperlihatkan politikus 
asal Australia, Victor Dominello dengan bagian mata kanan ditutup memakai benda 
berwarna hitam dan memegang kartu vaksin Covid-19. Unggahan ini mengklaim 
bahwa Dominello mengalami Bell's Palsy atau kelainan kelumpuhan otot wajah sesudah 
disuntik vaksin Covid-19.
yang benar, dilansir dari laman kumparan.com yang mengutip dari Australia Associated Press 
(AAP), klaim yang menyebutkan politikus Australia, Victor Dominello terkena Bell's Palsy 
akibat vaksin Covid-19 adalah tidak benar. Dominello disuntik vaksin AstraZeneca sekitar 
tiga bulan yang lalu. Sementara itu, ia didiagnosis Bell's Palsy pada 18 Agustus 2021. Dalam 
wawancaranya dengan AAP, Dominello membantah penyakitnya itu akibat dari 
penyuntikkan vaksin AstraZeneca. Ia menilai kabar yang terbit  ini keterlaluan. Pada 
6 Agustus 2021, Departemen Kesehatan Kanada melaporkan kasus Bell's Palsy akibat vaksin 
sangat jarang terjadi. Bahkan, vaksin AstraZeneca tidak membawa pemicu Bell's Palsy.


terbit  sebuah informasi yang merupakan 
daftar pedoman atau prosedur pemberian 
Vaksin Sinovac yang diklaim dirilis oleh 
Beijing City Vaccine Prevention Center. 
Dalam daftar ini tertulis banyak orang 
tidak dapat divaksinasi menurut pedoman 
Sinovac, diantaranya orang dengan sistem 
kekebalan yang terganggu.
Dilansir dari AFP, daftar pedoman ini 
adalah palsu dan tidak dikeluarkan oleh 
otoritas Cina dan juga tidak mencerminkan 
pedoman vaksin resmi Cina. yang benar, tidak 
ada badan kesehatan di Cina yang disebut 
Beijing City Vaccine Prevention Center 
sebagaimana yang diklaim dalam postingan. 
Adapun otoritas kesehatan Beijing bernama 
Beijing Center for Disease Prevention and 
Control. Pada situs resminya juga tidak 
ditemukan pedoman yang dimaksudkan. 
Lebih lanjut, WHO telah menyetujui kualitas, 
keamanan dan kemanjuran Sinovac pada 
Juni 2021 dan juga merekomendasikan 
Sinovac untuk pasien immunocompromised
dan orang dengan komorbiditas


terbit  di media sosial Twitter unggahan pamflet tentang program vaksinasi berbayar 
yang digelar SpeedLab negarakita, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang layanan 
check up Covid-19. Pada pamflet ini tertulis daftar harga paket Vaksinasi Gotong 
Royong (VGR).
Terkait hal itu, pihak SpeedLab melalui surat klarifikasinya menjelaskan bahwa pamflet
ini dibuat pada saat aturan tentang vaksinasi mandiri berbayar akan diterapkan 
oleh pemerintah. Namun pada saat pemerintah membatalkan vaksinasi mandiri 
berbayar, pihak SpeedLab juga telah membatalkan layanan ini.


terbit  sebuah gambar yang diklaim 
sebagai dokumen yang diterbitkan oleh 
The National Health Service (NHS). 
Dokumen ini berisi tentang tingginya 
tingkat kematian dan reaksi merugikan 
yang serius dari Vaksin Covid-19.
Dilansir dari reuters.com, surat peringatan 
kematian yang signifikan akibat vaksin 
Covid-19 ini adalah palsu dan tidak 
diterbitkan oleh NHS. Lebih lanjut Reuters 
juga tidak menemukan dokumen 
semacam itu yang diterbitkan oleh otoritas 
kesehatan lain yang berbasis di Inggris, 
seperti Public Health England (PHE) dan 
Medicines and Healthcare Products 
Regulatory Agency (MHRA).


terbit  di media sosial sebuah tangkapan layar dari artikel media online yang 
menyebutkan bahwa Bupati Sukoharjo Etik Suryani mengizinkan hajatan 
pernikahan memakai hiburan dengan menerapkan protokol kesehatan. 
Dilansir dari solopos.com, Bupati Sukoharjo Etik Suryani belum 
memperbolehkan warga menggelar hajatan pernikahan lantaran berisiko 
terjadi transmisi penularan pandemi Covid-19. sesudah ditelusuri, foto tangkapan 
layar judul artikel ini merupakan hasil suntingan atau editan orang tidak 
bertanggungjawab. 


terbit  di media sosial Facebook unggahan tentang kolase foto-foto tower 
seluler dengan narasi yang menyebutkan bahwa varian Delta Covid-19 itu 
sebenarnya adalah radiasi dari sinyal 5G. Selain itu disebutkan juga bahwa 
varian Delta Covid-19 adalah agenda pengurangan jumlah penduduk. 
Berdasarkan hasil penelusuran, ditemukan fakta bahwa informasi ini 
adalah hoaks. Sebab, nama Delta dalam foto tower ini merupakan 
identitas Delta Group atau Delta Power Solutions, sebuah bisnis infrastruktur 
Taiwan yang didirikan pada 1971. Sama sekali tidak ada kaitannya dengan 
Covid-19.


terbit  di media sosial Telegram unggahan video 
berdurasi 33 detik yang memperlihatkan burung 
mati dan bebek yang menenggelamkan kepalanya 
di air. Dalam video ini, narator menjelaskan 
bahwa burung yang mati di jalanan dipicu 
oleh radiasi jaringan 5G dan karena itu pula bebek 
menenggelamkan kepalanya untuk menghindari 
radiasi. 
yang benar, dilansir dari covid19.go.id, semua klaim 
ini tidaklah benar alias hoaks. sesudah 
dilakukan penelusuran memakai reverse 
image, gambar yang sama ditemukan di artikel 
bbc.com, yang membahas misteri kematian 3000 
burung di Arkansas, Amerika Serikat, tahun 2011. 
Dilansir dari cnn.com, komisi perikanan Arkansas 
menyebut kematian massal dipicu “blunt 
force trauma” yakni benturan burung-burung 
ini pada obyek keras seperti rumah, pohon, 
tiang listrik, saat mereka beterbangan. Adapun 
cuplikan gambar yang memperlihatkan bebek 
mencelupkan kepalanya di air untuk menghindari 
radiasi, juga tidak benar. Perilaku bebek-bebek 
ini adalah hal yang alamiah. Bebek ini 
berjenis “Dabbling Duck” atau disebut bebek 
perenang. Mereka hidup di daerah air dangkal dan 
sesekali mencelupkan kepalanya di air untuk 
mengambil makanan seperti ikan atau serangga. 


terbit  informasi terkait vaksinasi yang diselenggarakan di Gedung Gradhika Bhakti Praja, 
Kota Semarang yang disebut hanya diperuntukkan bagi yang berusia 18 sampai dengan 59 
tahun dengan syarat hanya membawa KTP.
Dilansir dari turnbackhoax.id, informasi Sentra Vaksinasi Jawa Tengah di Gedung Gradhika 
Bhakti ditujukan kepada usia 18-59 tahun adalah keliru. Adapun saat ini vaksinasi ini 
diprioritaskan untuk Pralansia (40-59 tahun) dan Lansia (≥60 tahun), sementara untuk usia 
18 tahun baru diperbolehkan jika mendampingi 2 lansia saat mendaftar. Selain itu, syarat 
yang diperlukan saat pelaksanaan vaksin yaitu KTP asli dan Bukti Pendaftaran (QR Code) 
yang didapat sesudah pendaftaran berhasil.


Sebuah unggahan berbahasa asing memberikan informasi resep sup sayuran yang diklaim 
dapat menyembuhkan Covid-19 dalam waktu 3 hari saja. Sayuran ini terdiri dari lobak, 
wortel, kol, labu, bit yang masing-masing diambil jumlah yang sama dan ditambahkan 12 
butir merica.
Dilansir dari AFP, Profesor Priyadarshani Galapatthy, kepala departemen humaniora medis 
Universitas Kolombo, mengatakan tidak ada studi ilmiah yang mendukung klaim ini. 
Sela