Sabtu, 30 November 2024

penuaan 1


 Gen-Gen Penentu UmurPanjang pada Hewan Mamalia
Mencit dan mamalia-mamalia lain memiliki  perbedaan
reseptor insulin dan IGF-1, tidak seperti lalat dan cacing yang
hanya memiliki  salah satu reseptor yaitu insulin atau IGF-1.
Kerusakan pada salah satu reseptor ini  akan menghasilkan
peningkatan masa hidup untuk mencit. Resistensi insulin dikaitkan
dengan diabetes dan indikator ini dapat dipakai  sebagai biomarker
penuaan, namun peristiwa ini masih misterius mengapa pengeblokan
signal insulin dapat memperpanjang masa hidup hewan mencit.
Knock out reseptor insulin yang spesifik lemak (FIRKO) atau fat￾specific insulin receptor knock out mencit dapat mereduksi massa
lemak, pemasukan atau pengambilan kalori normal dan
meningkatnya masa hidup maksimum 18%. Sampai saat ini delesi
pada gen-gen yang mengkode reseptor-reseptor insulin dalam mencit
menghasilkan kematian neonatal.
Terjadinya mutasi dua gen tunggal dalam mencit terjadi satu pada kromosom 11 (lokus prop-1, Ames dwarf) dan lainnya pada
kromosom 16 (lokus pit-1, Snell dwarf), rata-rata memperpanjang
masa hidup maksimum secara signifikan. Snell dwarf memiliki  
faktor transkripsi yang memicu  cacatnya hipofisis yang terletak
pada bagian downstream dari protein atau faktor transkripsi yang
memicu  kecacatan dalam Ames dwarf. Dua kasus pada individu
dewasa ini memiliki  ukuran tubuh sepertiga dari normal dan dua
kasus memiliki  kelainan produksi growth hormone atau hormon
pertumbuhan, prolaktin dan tyroid stimulating hormone (TSH).
Dengan membanding bandingkan  dengan nematoda mutan-mutan daf-2/age-
1, mencit dwarf memiliki  jalur kepekaan terhadap insulin atau
IGF-1.
IGF-1 yaitu  mitogen dan mediator penting sebagai efek dari
hormon pertumbuhan. Mencit cebol (dwarf) memiliki  IGF-1
dalam darah yang konsentrasinya sebagian besar mengalami
penurunan. Mencit cebol memiliki  aktivitas enzim antioksidan
yang lebih tinggi, temperatur tubuh yang lebih rendah, laju
metabolisme yang mengalami penurunan. Mencit ini juga mengalami
penundaan cross-lingking kolagen dan penundaan imun (sel-T).
Fibroblas dari mencit cebol Snell memiliki  resistensi yang besar
untuk luka yang dipicu  oleh panas, hidrogen peroksida,
kadmium, sinar UV dan paraquat, mirip dengan pola resistensi yang
dipicu  oleh stres yang terlihat pada mencit mutans daf-2/age-1.
Penyakit ginjal secara umum terjadi pada rodensia, tetapi hal ini
bukan merupakan kasus untuk mencit cebol.
Mencit knock out atau mencit dengan gen-gen tertentu yang
mengalami knock out mengalami kekurangan hormon pertumbuhan secara signifikan sehingga akan menurunkan IGF-1 dan hormon
tiroid dalam tubuhnya. Mencit knock out memiliki  berat badan
sepertiga dari normal dan masa hidupnya meningkat menjadi 60%.
Mencit ini memiliki  ciri-ciri, tingkat sensitivitas terhadap insulin
lebih besar, insulin dan glukosa plasma menurun sehingga
menghasilkan penurunan glikasi. Meskipun mencit knock out untuk
IGF-1 tidak dapat hidup, mencit dengan separuh gen IGF-1 yang
mengalami knock out (heterozygous knockouts) 26% memiliki  
masa hidup lebih panjang dan memperlihatkan resistensi terhadap
stres oksidatif tanpa kelainan cebol, fertilitasnya atau
metabolismenya berubah.
shc Mencit dengan kelainan gen-gen p66 (melawan apoptosis)
dipicu  oleh paraquat, hidrogen peroksida dan sinar UV. ada  
peningkatan 30% masa hidup mencit (lebih rendah dari peningkatan
shc masa hidup mencit cebol). Jalur transduksi signal p66 diaktivasi
oleh stres oksidatif dan mengarah ke apoptosis. Apoptosis
memicu  stress oksidatif yang dimediasi oleh p53 dan antagonis
dengan p21 (sepertinya kadang-kadang jalur independen p53 yang
shc berpartisipasi p66 ). Penghambatan apoptosis ini merupakan bukti
bahwa stress oksidatif dapat secara signifikan meningkatkan masa
shc hidup. Gen yang mengkode protein p66 terletak di bagian
downstream gen yang mengkode reseptor IGF-1 dan dalam mencit
cebol gen-gen ini akan mengalami phosporilasi. Protein ini
merupakan aktivator reseptor mitogen Ras.
Kelebihan ekspresi gen klotho akan memperpanjang masa
hidup maksimum mencit jantan sekitar 20%, tetapi ekspresi gen ini
memiliki  pengaruh yang kecil terhadap masa hidup maksimum pada mencit betina. Mencit jantan akan mengalami penurunan
sensitivitas insulin, tetapi mencit betina tidak. Meskipun resisten
terhadap insulin dan IGF-1, mencit memiliki  ukuran dan
pemasukan makanan yang normal, tetapi fertilitasnya mengalami
penurunan.
Penurunan ukuran tubuh dalam spesies ini sering dikorelasikan
dengan masa hidup yang lebih panjang dan menurunnya IGF-1.
Mencit Great Dane yang besar (40 ng/ml IGF-1 dalam plasma)
memiliki  masa hidup sekitar 7 tahun, sedang  mencit
Chihuahuas (40 ng/ml IGF-1 dalam plasma) dapat hidup lebih dari 15
tahun. Pengobatan dengan memakai  hormon pertumbuhan (GH)
dan IGF-1 sebagai antipenuaan, dapat meningkatkan penalaran dan
meningkatkan fungsi imun.
GH dan IGF-1 yang tinggi akan meningkatkan perkembangan
jaringan, metabolisme dan penyediaan glukosa sebagai kompensasi
terhadap terjadinya stres oksidatif yang tinggi, banyaknya glikasi
protein dan tingginya proliferasi sel. Kondisi ini akan memberi  
manfaat bagi kelangsungan hidup yang tinggi suatu organisme yang
sedang mengalami perkembangan. GH dan IGF-1 akan mengalami
penurunan konsentrasi setelah pematangan atau maturasi.
berdasar  hal ini dapat disimpulkan bahwa penggantian GH atau
IGF-1 bukan merupakan solusi yang baik.
Dalam spesies mamalia, ukuran yang kecil sering dihubungkan
dengan semakin lamanya masa umur walaupun hewan tidak
memperoleh nutrisi yang cukup. Kemampuan reparasi DNA
meningkat seiring dengan semakin besarnya ukuran spesies, tetapi
untuk spesies yang lebih besar (yang memiliki  lebih banyak sel), hewan yang lebih besar mungkin lebih rentan mengalami degenerasi
jaringan dan terkena kanker daripada anggota dalam satu spesies
yang sama yang memiliki  ukuran lebih kecil. Mencit cebol dan
peranakan anjing yang memiliki  ukuran lebih kecil memiliki  
IGF-1 yang rendah dan lebih rentan terkena kanker.
IGF-1 dan signal sel memiliki  peranan penting dalam
meregulasi penuaan. Antioksidan enzim, heat shock protein dan
kemampuan reparasi DNA yang berlebih atau beberapa agen yang
berbahaya seperti kortisol dan sitokin inflamatori berperan dalam
mekanisme penuaan. Penuaan yaitu  akhir dari terjadinya akumulasi
kerusakan mulai dari tingkat makromolekul, sellular dan tingakat
jaringan dan merupakan hasil akhir terbatasnya kemampuan
pertahanan dalam tubuh. Gen-gen yang berperan dalam penentuan
umur panjang menghasilkan kerusakan yang mengakibatkan
penuaan atau menurunkan kemampuan reparasi DNA yang akhirnya
mengakibatkan penuaan.

Mekanisme Penuaan Tingkat Seluler
Mekanisme penuaan tingkat seluler sampai saat ini masih
belum dipahami dengan pasti karena kompleknya proses yang terjadi
di dalam sel. Beberapa teori menjelaskan bahwa penuaan memiliki  
keterkaitan dengan menurunnya fungsi fisiologis. Konsekuensi
menurunnya fungsi fisiologis yaitu  menurunnya derajad kualitas
hidup, meningkatnya resiko terjadinya penyakit dan kematian, serta
timbulnya biaya kesehatan yang mahal. Berbagai faktor, seperti
hormon, nutrisi dan faktor lainnya dapat mencegah terjadinya
penuaan tingkat sellular.
Studi mengindikasikan bahwa meningkatnya akumulasi
kerusakan oksidatif akan meningkatkan penurunan fungsi fisiologis
yang memicu  terjadinya penuaan dan perlakuan yang
menurunkan kerusakan oksidatif akan memperlambat penurunan
fungsi fisiologis sehingga umur biologis menjadi meningkat. Bukti
lain menjelaskan bahwa meningkatnya stress oksidatif memicu  meningkatnya mediator inflamatori yang mengarah terjadinya
penyakit inflamasi yang berkaitan dengan penuaan, seperti arthritis,
aterosklerosis, osteoporosis dan dementia.
Mitokondria merupakan organel di dalam sel yang
menghasilkan paling banyak energi yang dipakai  oleh tubuh
dalam bentuk Adenosin Triphospat (ATP). Oksidasi phosporilasi
menyediakan lebih banyak ATP yang diproduksi melalui reaksi
transport elektron. Penuaan merupakan manifestasi dari terjadinya
penurunan efisiensi proses oksidasi phosporilasi dalam mitokondria.
Secara spesifik, penuaan akan menurunkan produksi energi pada
tingkat seluler karena semakin berkurangnya substrat oksidasi dan
meningkatnya produksi radikal bebas. Menurunnya fungsi dan massa
otot merupakan bukti terjadinya penuaan yang dikaitkan dengan
kerusakan mitokondria pada sel–sel otot.
Studi lain menyatakan bahwa penuaan dikaitkan dengan
terjadinya penurunan jumlah mitokondria dan peningkatan ukuran
mitokondria, yang membuat hilangnya efisiensi mitokondria dalam
menjalankan fungsinya. Menurunnya fungsi mitokondria banyak
terjadi pada sel manusia usia lanjut. beberapa  reactive oxygen species
(ROS), seperti anion superoksida dihasilkan melalui reaksi produksi
energi yang melibatkan oksigen. ROS yang merupakan radikal bebas
memicu  reaksi berantai radikal bebas dan turut serta dalam
proses regulasi beberapa fungsi seluler. Selain berperan sebagai
second messenger, ROS juga sebagai faktor dalam proses transkripsi
(transcription faktors), sehingga berpotensi memicu  kerusakan
pada DNA yang pada akhirya memicu  dampak yang mengarah
pada terjadinya proses penuaan.Sel memiliki  beberapa enzim antioksidan untuk mencegah
pengaruh merugikan ROS yang bersifat merusak komponen biologis
sel. Enzim – enzim antioksidan terlibat dalam proses oksidasi
phosphorilasi yang berlangsung di dalam organel mitokondria sel.
Namun demikian enzim – enzim antioksidan akan menurun seiring
bertambahnya usia. Dalam kondisi seperti ini, kemampuan sel – sel
tubuh juga semakin menurun yang ditandai dengan meningkatnya
enzim sitokrom oksidase. Pada sisi lain, DNA mitokondria akan
menjadi lebih rentan terhadap terjadinya kerusakan yang dipicu  
oleh radikal bebas, demikian pula DNA yang ada  dalam nukleus
juga rentan terjadinya mutasi. Suatu riset  telah membuktikan
bahwa mutasi DNA mitokondria pada tahap akhir pembelahan
mitosis sel (postmitotic cells) mulai mengalami tingkat akumulasi
kerusakan nyata yang dijumpai pada manusia dengan umur 30 tahun.
Mutasi ini akan mengarah pada terjadinya penurunan transkripsi dan
translasi untuk menghasilkan protein, sehingga memicu  
menurunnya respirasi tingkat seluler. Meningkatnya kadar DNA
mutan mitokondria dalam sel – sel manusia akan menurunkan
produksi ATP dan semakin meningkatkan kadar ROS yang
memicu  reaksi berantai radikal bebas.
Mekanisme biokimiawi yang bertanggung jawab terhadap
kerusakan maupun kematian sel yang berdampak pada proses
penuaan sangat komplek, masing-masing penyebab dapat
berinteraksi satu sama lain. Sebagai contoh mekanisme nekrosis
terjadi secara tumpang tindih dengan apoptosis. Beberapa
mekanisme umum yang memicu  kerusakan dan kematian sel
yang mengarah pada penuaan yaitu  sebagai berikut:

1. Kelangkaan dan penurunan sintesis ATP
ATP yaitu  senyawa fosfat yang dibutuhkan oleh sel dalam
proses sintesis dan degradasi yang meliputi transport melintasi
membran, sintesis protein, lipogenesis, reaksi deasilasi –
reasilasi yang diperlukan untuk turnoverfosfolipid.
2. Oksigen dan radikal bebas
Sel menghasilkan energi melalui reaksi reduksi oksigen
menjadi air. Selama proses ini berlangsung, senyawa oksigen
reaktif (anion superoksida) dibentuk sebagai hasil sampingan
dari proses respirasi di mitokondria. Radikal bebas dapat
merusak protein, lipid dan asam nukleat. Sel memiliki sistem
pertahanan terhadap aktivitas radikal bebas melalui sistem
scavenging.
3. Kalsium sitosolik
Peningkatan kalsium sitosolik, dipicu  oleh peningkatan
influk kalsium melewati membran sel dan pelepasan kalsium
dari mitokondria dan retikulum endoplasma. Peningkatan
kalsium ini selanjutnya dapat mengaktifkan beberapa  enzim
yang memiliki efek perusak sel. Enzim ini  yaitu  
phospolipase, protease, ATPase dan endonuklease.
4. Gangguan pada permeabilitas membran sel
Kerusakan membran merupakan gambaran kerusakan sel.
Gangguan permeabilitas diakibatkan oleh kelangkaan ATP dan
modulasi aktivasi fosfolipase.
5. Kerusakan mitokondria irreversible
Membran mitokondria bagian dalam merupakan membran
impermeable yang berfungsi mempertahankan gradien proton
untuk sintesis ATP. Mitokondria dapat rusak karena
2+
peningkatan Ca sitosolik, stress oksidatif, pemecahan
fosfolipid melalui fosfolipase A2 (PLA2) dan pemecahan
produk lipid seperti asam lemak bebas dan ceramid. Kerusakan
ini biasanya ditunjukkan dengan adanya pembentukan saluran
yang memiliki konduktivitas tinggi sehingga disebut
permeabilitas mitokondria transisi (MPT) yang terletak pada
membran mitokondria bagian dalam. Terbukanya pori – pori
membran mitokondria memicu  molekul dengan berat
molekul lebih kecil dari 1500, keluar dari mitokondria sehingga
sintesis ATP terhenti. MPT memicu  peningkatan kadar
kalsium, keseimbangan osmotik terganggu, dan mitokondria
menjadi mengembang (swelling). Kerusakan mitokondria juga
berkaitan dengan lolosnya sitokrom C dalm sitosol. Sitokrom C
merupakan komponen integral dari rantai transport elektron
dan dapat mencetuskan apoptosis yang memicu  penuaan
(Kurniasih dan Wijaya, 2002).
Masih menurut Kurniasih dan Wijaya (2002), kelangkaan ATP
memiliki efek pada beberapa sistem dalam sel:
1. Terjadi penurunan aktivitas pompa Na-K-ATPase. Kegagalan
pada sistem transport aktif akibat penurunan kadar ATPini akan
memicu  natrium terakumulasi dalam sel disertai dengan
difusi kalium ke luar dari sel. Hal ini  selanjutnya dapat
memicu  pembengkakan sel (cell swelling) dan dilatasi
retikulum endoplasma. Selain itu terjadi peningkatan tekanan
osmotik intraseluler yang ditimbulkan oleh akumulasi senyawa
katabolit, seperti phospat anorganik, laktat dan nukleotida 2. Adanya perubahan metabolisme energi dalam sel. Apabila
kadar oksigen mengalami penurunan, maka sel mengandalkan
proses glikolisis anaerobic untuk menghasilkan energi,
akibatnya cadangan glikogen menurun dengan cepat.
Glikolisis anerobik memicu  akumulasi asam laktat dan
fosfat anorganik dari hidrolisa ester fosfat dan akan
menurunkan pH intraseluler.
Kerusakan sel irreversible terutama ditandai dengan
ketidakmampuan sel memperbaiki penurunan fungsi mitokondria
yang memicu  terjadinya kelangkaan ATP dan kerusakan sistem membran. Beberapa mekanisme kerusakan membran dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Disfungsi mitokondria: peningkatan kalsium sitosolik
berhubungan dengan kelangkaan ATP, berakibat peningkatan
pengambilan kalsium oleh mitokondria, aktivasi phospolipase
dan memicu  terjadinya akumulasi asam lemak bebas.
Efek dari kejadian ini  yaitu  terjadi perubahan
permeabilitas membran mitokondria bagian dalam (MPT).
b. Hilangnya phospolipid membran sel: peningkatan kalsium
sitosolik akan menaktivasi phospolipase yang selanjutnya akan
memicu  hilangnya phospolipase membran sel.
c. Abnormalitas sitoskeleton: Aktivase protease sitosolik yang
dipicu  oleh peningkatan kalsium sitosolik memicu  
kerusakan elemen sitoskelet sel.
d. Senyawa oksigen reaktif (radikal bebas): molekul radikal bebas
yang sangat reaktif akan memicu  kerusakan pada
membran sel dan komponen sel lainnya.
e. Senyawa hasil pemecahan lipid, meliputi asam lemak bebas,
asil karnitin, dan lisofosfolipid memiliki efek sebagai penurun
tegangan permukaan pada membran sel, mengubah
elektrofisiologik dan permeabilitas membran sel.
f. Kehilangan asam amino intraseluler. Asam amino intraseluler
terutama glisin dapat melindungi sel dari kerusakam membran
irreversible.
Hilangnya integritas membran sel, berakibat peningkatan
influk kalsium dari cairan ekstraseluler. Kalsium yang diambil oleh
mitokondria setelah reoksigenasi akan merusak mitokondria,
menghambat kerja enzim selular, mendenaturasi protein,
memicu  perubahan sitologik dan memicu  nekrosis.
Seiring bertambahnya umur manusia akan terjadi penurunan
potensial membran mitokondria. Hal ini memicu  meningkatnya
kebocoran atau lepasnya proton dan menurunnya produksi ATP, yang
pada akhirnya akan memicu  dampak terhadap inefisiensi
respirasi selular. Kerusakan dan kemunduran mitokondria
merupakan resultan fungsi mitokondria yang memicu  dampak
terjadinya induksi apoptosis. Meningkatnya kadar oksidan akan
memicu  meningkatnya gangguan-gangguan yang berkaitan
dengan fungsi mitokondria, seperti aktivasi yang berlebihan terhadap
kemampuan permeabilitas porus transisi mitokondria yang mengarah
semakin meningkatnya pelepasan protein proapoptotik dari
mitokondria.






LatarBelakang usaha  Memperlambat Penuaan
Finch pada tahun 1990 telah mendata beberapa hewan, seperti
ikan rockfish, kura-kura, sturgeon, bivalvia, dan lobster dengan
alasan bahwa pada hewan-hewan ini  ada  fenomena adanya
penuaan yang berjalan lambat. Ficnh selanjutnya menjelaskan
kriteria untuk menguji fenomena yang terjadi pada hewan-hewan
ini  dengan harapan dapat meniadakan proses penuaan
”negligible aging”. Dalam riset nya Finch tidak mengamati
peningkatan laju mortalitas yang spesifik umur, laju reproduksi
setelah pematangan (maturity), menurunnya kemampuan fisiologis
yang berkaitan dengan umur atau resistensi penyakit.
Penentuan umur yang akurat sangat penting untuk mengkaji
hewan-hewan yang memiliki  masa hidup yang panjang. Untuk
menentukan umur yang akurat secara linier (straightforward), salah
satu metode yang dipakai  yaitu  metode capture (pemberian
etikel atau label) dan recapture yang telah diterapkan pada hewan kura-kura. Pada ikan yang hidup diperairan dalam (deep-water)
teknik yang paling umum dipakai  yaitu  analisis zona
pertumbuhan (growth-zone analysis) pada otolith dalam mengkaji
sejarah hidup ikan. Teknik lain yang dipakai  dalam manajemen
budidaya ikan yaitu  untuk menyediakan metode estimasi umur
secara bebas melalui pendekatan radiometrik yang memakai  
pengetahuan kerusakan radioaktif yang terjadi secara berurutan
(radioactive decay series) pada inti tulang. riset  akhir-akhir ini
memperlihatkan bahwa ikan paus dapat hidup lebih dari 100 tahun
dan mungkin lebih dari 200 tahun dengan memakai  metode
racemization asam aspartat.
Beberapa peneliti bahkan di kebun binatang telah menyediakan
informasi spesifik tentang umur hewan-hewan tertentu. Buaya telah
tercatat memiliki  umur lebih dari 80 tahun, meskipun tidak jelas
kematiaannya apakah dipicu  faktor penuaan atau faktor-faktor
lingkungan. Penyu hijau diperkirakan memiliki  umur maksimum
50 tahun untuk mencapai pematangan reproduksi (maturity) di alam
liar alam dengan makanan yang rendah protein. Penundaan
pematangan reproduksi biasanya dikaitkan dengan laju penuaan yang
sangat lambat.
Beberapa hewan seperti yang telah disebutkan pada pernyataan
terdahulu merupakan model yang paling baik untuk mengkaji usaha  
meniadakan penuaan (aging) dan ikan rockfish merupakan ikan yang
dijadikan hewan model pertama kali dalam riset  ini. Akhir-akhir
ini seorang ahli ekologi berkebangsaan Inggris telah menemukan
ikan rockfish yang memiliki  genus yang sama tetapi memiliki  
potensi masa hidup yang berbeda, yang satu memiliki  masa hidup yang pendek sedang  lainnya memiliki  masa hidup yang
panjang. Untuk jenis ikan calico rockfish memiliki  kisaran masa
hidup kurang lebih 12 tahun, sedang  untuk jenis rougheye
rockfish mempunya masa hidup mencapai 205 tahun. berdasar  
fakta ini riset  berikutnya akan diarahkan untuk mengkaji
dengan membanding bandingkan  pengukuran secara genetis dan biokimiawi
antara ikan rockfish yang memiliki  masa hidup pendek dengan
yang memiliki  masa hidup panjang.
Tory Hagen dari Linus Pauling Institute, Oregon State
University akhir-akhir ini telah menerima sampel hati ikan rockfish
yang memiliki  kisaran masa hidup antara 10 tahun dan 90 tahun.
Peneliti ini  telah melakukan tingkat kerusakan DNA dalam
mitokondria dan DNA dalam nukleus. berdasar  riset  ini
diketahui bahwa tingkat kerusakan DNA95 % dipicu  oleh rantai
reaksi radikal bebas yang dibentuk di dalam mitokondria, pada ikan
yang memiliki masa hidup yang panjang tingkat kerusakan yang
dipicu  oleh radikal bebas terlihat sangat nyata.
Usaha penghambatan penuaan telah dimulai oleh Paul Niehans
pada tahun 1950 dengan memakai  bahan anti penuaan
(antiaging) berupa ekstrak jaringan mamalia, yaitu janin domba.
Berikutnya yaitu  Anna Aslan yang juga melakukan riset  
dengan memakai  porcaine sebagai bahan penghambat penuaan
dini. Namun usaha yang telah dilakukan peneliti ini  belum
berhasil, dimana kedua bahan yang dipakai  belum mampu
menghambat terjadinya proses penuaan. Pada sisi lain usaha yang
telah dilakukan oleh dua peneliti ini  telah berhasil memberi  
informasi yang cukup penting tentang kemungkinan adanya bahan antiaging dalam tubuh hewan vertebrata yang memungkinkan dapat
mencegah reaksi radikal bebas. Usaha ini  telah mendorong
riset  lain mencari bahan antiradikal bebas sampai saat ini.
Sistem pertahanan fisiologis terhadap senyawa-senyawa
radikal bebas terjadi melalui sistem pemutusan rantai reaksi radikal
bebas. Sistem pertahanan pada prinsipnya menghambat
pembentukan senyawa-senyawa radikal dengan cara merusak rantai
pembentukannya, sehingga reaksi pembentukan radikal bebas
lanjutan dapat dicegah.
Secara alami, tubuh memiliki  antioksidan yang merupakan
komponen dalam sistem pertahanan untuk menetralkan radikal bebas
dan memperbaiki biomolekul yang telah rusak, baik berupa enzim
maupun non enzim. Antioksidan yaitu  suatu substansi yang
mencegah atau menurunkan reaksi-reaksi oksidasi dan berfungsi
untuk mencegah atau menghentikan kerusakan akibat adanya radikal
bebas. Termasuk ke dalam antioksidan enzimatik yaitu  antioksidan
endogen yang disintesis oleh tubuh seperti superoksida dismutase,
katalase, Se-glutathion peroksidase dan fosfolipid hidroperoksi
glutathione, sedang  antioksidan non enzimatik seperti human
growth hormone dan glutathione.
Penghambatan penuaan untuk mencegah kerusakan sel-sel
tubuh oleh radikal bebas secara umum dapat digolongkan menjadi 3
kelompok besar, yaitu pemakaian  human growth hormon (HGH),
pemakaian  bahan-bahan anti radikal bebas (antioksidan) dan
pemberian asam-asam amino dalam bahan makanan untuk
mendukung terbentuknya antioksidan endogen, misalnya enzim
antioksidan maupun molekul pengikat radikal bebas.


pemakaian  HGH dalam Memperlambat Penuaan
HGH merupakan hormon yang diketahui memiliki kemampuan
sebagai antioksidan yang dapat mengikat radikal bebas dan merespon
kerusakan melalui mekanisme pemulihan jaringan dengan
melibatkan regulasi aktivasi proses metabolisme, peningkatan
sitoskletet dan protein regulator. Dibandingkan dengan molekul
antioksidan yang lain, HGH memiliki  spesifikasi tersendiri karena
merupakan substansi yang dapat disintesis dan disekresikan oleh sel￾sel kelenjar dalam tubuh manusia.
HGH disintesis dan disekresikan oleh sel-sel somatotrof di
kelenjar hipofisis anterior (adenohipofisis) yang terletak di bagian
tengah otak. Sekresi HGH mencapai puncak pada saat umur dewasa
(adolescence), ketika pertumbuhan berlangsungan sangat cepat.
HGH merupakan hormon yang berfungsi memelihara kesehatan fisik
dan mental melalui perbaikan jaringan, penyembuhan, penggantian
sel, penguatan tulang, fungsi otak, produksi enzim, integrasi rambut,
kuku dan kulit. HGH yaitu  molekul protein komplek dengan 191-
200 asam amino yang memiliki  pengaruh langsung maupun
pengaruh tropik pada berbagai macam jaringan target. Hormon ini
berada dalam lingkungan ekstraseluler untuk dapat merangsang sel
agar dapat tumbuh, membelah dan berkembang atau berdifferensiasi
secara normal melalui sintesis faktor pertumbuhan.
Sifat paling mendasar yang dimiliki hormon yaitu  bekerja
pada sel target yang memiliki reseptor spesifik hormon. HGH
merupakan hormon protein yang memiliki reseptor pada membran
sel. HGH bekerja dengan mengaktifkan reseptor pada membran sel
yang memicu  sinyal pengaktifan pada serangkaian reaksi di
dalam sel yang menginduksi proses pembentukan sitoskelet,
mengaktivasi proses metabolisme dan meningkatkan pembentukan
protein regulator. Peningkatan pembentukan sitoskelet, proses
metabolisme dan protein regulator akan merekoveri komponen
biologis yang rusak yang dipicu  oleh radikal bebas, sehingga
dapat mengatasi penuaan.
HGH atau somatotropin memiliki  spektrum regulasi yang
sangat luas dan tidak dapat bekerja sendiri melainkan melalui
pembentukan beberapa senyawa yang menstimulasi pertumbuhan,
misalnya somatomedin. Meningkatnya kadar HGH plasma akan
meningkatkan transport asam amino melalui membran sel. Selain itu
hormon ini juga berperan dalam merangsang pertumbuhan rawan dan
mempengaruhi keseimbangan glukosa dalam tubuh. HGH juga
diketahui berperan dalam meregulasi peningkatan massa otot,
penurunan total lemak tubuh, peningkatan elastisitas kulit, penurunan
laju demineralisasi tulang, memberi pengaruh positif pada kekuatan,
kapasitas fungsional atau metabolisme.
HGH atau somatotropin merupakan hormon yang memiliki  
peranan penting dalam proses pertumbuhan normal. HGH disintesis
dan disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior dengan stimulasi
growth hormon-releasing hormon (GHRH) atau somatokrinin, yaitu
faktor yang diproduksi di bagian hipothalamus otak. Seperti halnya
hormon lainnya, HGH beraksi pada jaringan target, terutama di hati
yang memicu  sintesis dan pelepasan insulin- like growth faktor
(IGF-1) atau somatomedin C, ke dalam sistem sirkulasi. IGF-I yaitu  
growth- accelerating peptide yang beraksi secara searah pada
kartilago untuk merangsang pertumbuhan tulang. Sintesis dan sekresi
HGH yang optimal dapat memicu  peningkatan proses
metabolisme, sehingga produksi ATP lebih optimal. Produksi ATP
yang optimal akan mendukung keberadaan asam-asam amino
intraseluler yang berfungsi sebagai komponen dalam sintesis protein
enzimatis dan non-enzimatis serta mempertahankan integrasi
fosfolipid pada membran sel dari pengaruh kerusakan akibat radikal
bebas yang mengarah pada proses penuaan. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa ketersediaan ATP yang optimal dapat mencegah
proses penuaan.

Keterangan:
1. Hipofisis 6. Mobilisasi lemak
2. Somatotropin 7. Pembentukan otot
3. Hati 8. Pertumbuhan tulang
4. Somatomedin 9. Pertumbuhan rawan
5. Menghambat pengambilan glukosa ke dalam otot
HGH termasuk faktor tumbuh yang berikatan secara spesifik
dengan reseptor permukaan membran sel dan memicu  efek
pleitropik pada sel, yaitu perubahan dalam ekspresi gen. Melalui
pengikatan dengan reseptor, HGH akan memodifikasi protein
membran sel yang berikatan dengan adenilat siklase, memakai  
GTP-binding protein untuk menghasilkan cAMP yang berperan
dalam perubahan proses yang ada dalam sel. cAMP selanjutnya akan
mengaktifkan cAMP-dependent protein kinase yang akan
memfosforilasi secara spesifik protein-protein target, yang
meregulasi perubahan aktivitas metabolisme, ekspresi gen dan
pembentukan sitoskelet sel. Kemungkinan lain, second messenger
akan membawa signal dari reseptor pertumbuhan ke sel, seperti Ca,
inositol triphospat dan diasilgliserol.
HGH telah diketahui sebagai agen yang membantu dalam
mempercepat proses metabolisme dan respons sistem imun,
membantu dalam meningkatkan replikasi DNA atau proliferasi sel,
berperan dalam rekoveri otot serta pertumbuhan jaringan baru.
Sebagai hormon, HGH juga memiliki  potensi sebagai anti radikal
bebas yang memiliki  kemampuan dalam proses scavenging
reactive oxygen spesies (ROS) dalam tubuh. Melalui proses secara
tidak langsung HGH akan menstimulasi sintesis dan sekresi IGF-1 di
sel-sel hati yang berfungsi sebagai antiprotektif pembuluh darah atau
sistem saraf dan faktor antiapoptosis. Kadar HGH berkorelasi dan
berbanding lurus dengan kadar IGF-I masing-masing memiliki  
efek penghambatan penuaan. Dengan demikian, kadar HGH dan
IGF-I yang optimal dalam plasma akan mampu mencegah rantai
reaksi radikal bebas dan sinyal yang dapat menginduksi terjadinya
apoptosis. Tercegahnya rantai reaksi radikal bebas dan sinyal
apoptosis dapat menghambat proses penuaan.
C. Antiangiogenesis Pendekatan Baru dalam Pengobatan
Penuaan
Angiogenesis yaitu  proses pembentukan pembuluh￾pembuluh darah kapiler dari kapiler yang sudah ada. Teori yang
menyatakan bahwa angiogenesis merupakan kejadian awal yang
dapat memicu  penyakit pertama kali dilaporkan oleh Dr. Judah
Folkman pada awal tahun 1970. Angiogenesis yang terlalu berlebihan
pada periode tertentu dapat memberi kontribusi terhadap munculnya
beberapa penyakit, seperti kanker, arthritis rheumatoid, degenerasi
retina, kista ovarium dan psoriasis. Pembentukan pembuluh￾pembuluh darah yang baru membutuhkan proliferasi dan reorganisasi
sel-sel yang melapisi dinding bagian dalam pembuluh darah, yaitu
sel-sel endotel. Berkaitan dengan hal ini, sel-sel endotel
menghasilkan matriks metalloproteinase (MMPs), yaitu suatu enzim
yang melakukan remodeling disekeliling struktur jaringan dan
berpartisipasi dalam angiogenesis. Untuk memahami kejadian
patologi angiogenesis telah dikembangkan sebuah pendekatan baru
untuk mengatasi berbagai macam jenis penyakit yang termasuk
dalam kategori serius. Angiogenesis telah dikenal secara umum
sebagai factor dominan yang dapat memperantarai munculnya suatu
penyakit tertentu. Untuk memahahi penyakit yang tergantung
angiogenesis (angiogenesis-dependent disease) dan perlakuan yang
dapat menghambat angiogenesis.
C.1. Angiogenesis dan Psoriasis
Psoriasis yaitu  penyakit kulit kronis yang terjadi pada 2 – 3%
penduduk dunia. Penyakit ini dicirikan oleh pertumbuhan yang
terjadi secara berlebihan dari sel-sel keratenosit epidermal,
akumulasi sel-sel yang bersifat inflamasi, dan angiogenesis dermal
yang berlebihan. berdasar  kajian histologis dengan memakai  
mikroskop elektron secara jelas menunjukkan bahwa kemapanan
jaringan telah mengalami perubahan yaitu terjadinya pembentukan
pembuluh-pembuluh darah pada kulit yang tampak menonjol dan
disebut psoriasis. Bahan-bahan antiangiogenesis seperti ekstrak
larutan kartilago ikan hiu, merupakan bahan baru yang dipakai  
untuk menyembuhkan penyakit kutaneus kulit yang dikaitkan dengan
perubahan vaskularisasi.Angiogenesis dan Arthritis Rheumatoid
Arthritis rheumatoid yaitu  penyakit autoimun kronis yang
mempengaruhi daerah persendian atau artikulasi pada anggota gerak
tubuh, seperti tangan, pergelangan tangan, siku, lutut dan mata kaki.
Angka kejadian (prevalensi) penyakit ini pada penduduk secara
umum mendekati 1% dan dominan terjadi pada wanita (dengan
perbandingan 3 wanita untuk setiap laki-laki). Arthritis rheumatoid
merupakan penyakit inflamasi yang paling utama. Invasi pada rongga
sendi oleh sel-sel penyebab peradangan (inflammatory)
memicu  produksi faktor-faktor pro-angiogenik yang
terlokalisasi. Sel-sel yang menghasilkan cairan sinovial dan
mensekresikan matriks metaloproteinase (MMPs) yang menyerang
dan mencerna serabut-serabut kolagen yang terbuat dari matriks
kartilago. Dalam arthritis rheumatoid, angiogenesis yaitu
memiliki  kaitan erat dengan degradasi.
C.3. Kartilago Mengandung InhibitorAngiogenesis dan MMPs
Kartilago yaitu  jaringan avaskuler yang artinya bahwa
jaringan ini dihilangkan oleh pembuluh-pembuluh darah. Jaringan
kartilago dihilangkan oleh pembuluh darah karena jaringan ini
mengandung faktor-faktor antiangiogenik yang mengganggu
proliferasi sel-sel endotel. Pada saat sel-sel endotel mengarah pada
proses angiogenik, penghambatan proliferasi sel-sel ini  telah
dipersiapkan secara langsung dan hal ini dapat diukur antifitas
antiangiogeniknya.
riset  penuaan telah banyak dilakukan pada akhir-akhir ini
dan telah banyak bukti yang menyatakan bahwa adanya korelasi
antara faktor-faktor biokimiawi dan genetis dengan penuaan.
riset  tentang penuaan telah dimulai sekitar 70 tahun yang lalu
tetapi tidak berlanjut ke riset  yang lebih maju sampai tahun￾tahun terakhir ini, terutama yang mengkaji tentang masalah
biokimiawi dalam kaitannya dengan panjangnya masa hidup suatu
hewan (long lived animals). Pada tahun 1932 telah ditemukan suatu
bukti bahwa pada beberapa jenis ikan tidak memperlihatkan adanya
tanda-tanda mengalami penuaan. Dengan adanya keterbatasan
peralatan pada saat itu sehingga belum dilakukan pengujian seperti
apa yang seharusnya dilakukan untuk mengungkap fenomena
ini .

The Centenarian Species and Rockfish Project pada tahun 1995
telah menemukan dan berhasil mengungkap mekanisme yang dapat
memperlambat atau menunda penuaan pada hewan-hewan yang

memiliki umur yang panjang, seperti rockfish (ikan-ikan terumbu
karang), kura-kura dan ikan paus. Ada riset  baru yang mengkaji
dari aspek gerontologi biomedis yang menyatakan bahwa status
biokimia dan genetis terlibat dalam proses penundaaan penuaan, oleh
karena penemuan ini dapat diterapkan untuk keuntungan manusia.
Seorang peneliti dari Amerika, Leonard Hayflick telah menemukan
bahwa profil biokimia dalam serum darah kura-kura, ikan rockfish
maupun ikan paus merupakan faktor pembatas penuaan.

pemakaian  Antioksidan dalam Memperlambat Penuaan
D.1. Sumber Antioksidan Antipenuaan dari Bahan Rempah￾Rempah
Tanpa disadari rempah-rempah sebenarnya telah dipakai  
sebagai bahan pengawet dalam produk pangan sejak zaman dahulu.
Daya awet rempah-rempah ini  dipicu  oleh sifat antioksidan
dan antimikrobia, baik yang dipakai  langsung maupun tidak
langsung. memiliki  rempah-rempah sebagai antioksidan secara
langsung dapat dilakukan dengan cara membuat serbuk maupun
mengekstraksi kemudian ditambahkan ke dalam bahan pangan yang
akan diawetkan. sedang  memiliki  repah-rempah sebagai
antioksidan secara tidak langsung sering dilakukan tidak sengaja,
misalnya sebagai bumbu masak yang tujuannya hanya untuk
penyedap rasa.
Perhatian terhadap antioksidan alami dari rempah-rempah
semakin meningkat karena dianggap lebih baik dari antioksidan
sintetik, khususnya ditinjau dari keamanan pangan. Namun
memiliki  antioksidan alami sampai sekarang masih terbatas. Hal
ini kemungkinan dipicu  oleh kurangnya data-data ilmiah yang
berhubungan dengan antioksidan alami ini , baik mengenai
struktur kimia dan sifat negatif yang mungkin tidak diinginkan.
Rempah-rempah diklasifikasikan menjadi 4 kategori yang
berbeda, yaitu: (1) rempah-rempah Aromata: rempah-rempah yang
dipakai  sebagai parfum, seperti kapulaga, kayu manis dan sweet
maryoram; (2) rempah-rempah Thumiamata: rempah-rempah yang
dipakai  untuk dupa/kemenyan, seperti timi, kayu manis dan
rosamery; (3) rempah-rempah Condimenta: rempah-rempah yang
dipakai  untuk pembalseman atau pengawetan, seperti kayu manis,
jinten, adas, cengkeh dan sweet maryoram; (4) rempah-rempah
Theriaca: rempah-rempah yang dipakai  untuk menetralkan racun,
seperti adas, ketumbar, bawang putih dan oregano.
Chipault et al. (1952) dalam Andarwati (1995) telah
membuktikan bahwa dari sekian banyaknya rempah-rempah, 32 jenis
diantaranya mengandung antioksidan alami, yaitu cabe merah, daun
kemamngi, adas, biji seledri, adas manis, kunyit, jahe, ketumbar, lada
hitam, lada putih, lada merah, kapulaga, wijen, cengkeh, kayu manis,
daun salam, timi, biji pala, bunga pala, jinten, biji opium, rosemary,
sage, cassia, dill, maryoram, mustard, oregano, savory, fenugreek, all
spice dan paprika. Antioksidan dari rempah-rempah memiliki  
efektifitas yang berbeda pada substrat dan pelarut yang berbeda.
Antioksidan rempah-rempah sebagian besar lebih aktif dalam pelarut
alkohol dibanding pelarut organik lainnya. Sebagian besar
antioksidan dari rempah-rempah ini  bersifat polar, karena
mudah larut dalam pelarut polar.
D.2. memiliki  Ekstrak Kulit Batang Kayu Manis
(Cinnamomum sp) sebagai Bahan Antipenuaan
Berbagai usaha untuk mengatasi penuaan telah dilakukan, baik
melalui tindakan pencegahan maupun pengobatan. Dewasa ini
perhatian terhadap antioksidan alami dari tanaman rempah untuk
mengatasi penuaan semakin meningkat karena dianggap lebih baik
dari antioksidan sintetik dan antioksidan jenis lainnya, terutama dari
aspek keamanan dan kesehatan. Namun memiliki  antioksidan
alami dari tanaman rempah sampai sekarang masih terbatas. Hal ini
dipicu  kemungkinan masih kurangnya data-data ilmiah yang
berhubungan dengan antioksidan alami dari tanaman ini , baik
mengenai struktur kimia, potensi dan sifat negatif yang mungkin
tidak diinginkan.
memiliki  bahan dari tanaman rempah sebagai bahan aditif
atau suplemen pada makanan, sebetulnya telah dilakukan orang sejak
zaman dahulu untuk mencegah terjadinya ketengikan pada makanan.
Hal ini berkaitan dengan sifat dasar bahan dari tanaman rempah
ini  yang berfungsi sebagai antioksidan maupun sebagai bahan
yang memiliki aktivitas antimikrobia. Antioksidan ini  berperan
dalam menghambat, memutus dan mengikat radikal bebas serta
mengendalikan peroksidasi lipid pada sistem tubuh untuk mencegah
terjadinya inisiasi peroksidasi lanjutan. Dalam skala invivo,
memicu  kerusakan jaringan, yang dapat mengarah terjadinya
penyakit inflamasi, penuaan (aging), aterosklerosis, kanker dan lain￾lain. Dalam sel, radikal bebas dapat memicu  peroksidasi asam
lemak tidak jenuh komplek (polyunsaturated) dalam membran
phospolipid sel, pembentukan peroksida sitotoksik, oksidasi protein
dan denaturasi DNA. Fenomena ini dapat memicu  kerusakan
pada tingkat jaringan/organ, penuaan hingga kematian.
Berkaitan dengan kemampuannya ini , maka antioksidan
alami dari tanaman rempah berpeluang untuk dijadikan sebagai
antioksidan dalam tindakan pencegahan atau pengobatan untuk
mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan penuaan atau
berbagai penyebab awal yang memicu terjadinya penuaan.
riset  mengenai potensi oksidatif ekstrak Cinnamomum sp
telah dilakukan terhadap beberapa kelompok pekerja dan

mengindikasikan bahwa ekstrak Cinnamomum sp memiliki  
potensi yang sangat tinggi untuk mengatasi fenomena kerusakan
akibat pengaruh radikal bebas yang terjadi dalam sistem tubuh hewan
mamalia atau manusia. Reddy dan Lokesh (1992) telah membuktikan
bahwa ekstrak Cinnamomum sp dosis tinggi (600 µg/ml) mampu
menghambat terjadinya peroksidasi lipid pada mikrosom tikus.
Kemampuan antiperoksidatif ekstrak Cinnamomum sp juga telah
diteliti oleh Yokozawa et al. (1998). Trombetta et al. (1998)
melakukan riset  terhadap ekstrak Cinnamomum sp dan
membuktikan bahwa potensi oksidatif ekstrak ini  berkaitan
dengan kandungan senyawa fenol, seperti hidroksisinnamaldehida
dan asam hidroksisinnamik. Kedua antioksidan ini mampu mengikat
radikal bebas 1,1- difenil-2-pikrilhidrasil (1,1-difenil-2-radikal
pikrilhidrasil/DPPH). Sebagai antioksidan, hidroksisinnamaldehida
dan asam hidroksisinnamik mampu menghentikan reaksi radikal
bebas pada oksidasi lipid. Kedua senyawa fenolik ini mampu
memberi  atom hidrogen secara cepat kepada radikal lipid dan
radikal yang terbentuk dari antioksidan ini  lebih stabil daripada
radikal lipidnya atau dengan kata lain menjadi produk yang stabil.
Dalam fungsinya sebagai antioksidan, senyawa fenolik sendiri pada
dasarnya bersifat tidak aktif, akan tetapi jika posisi orto atau para
pada cincin benzennya disubstitusi oleh gugus alkil, maka kerapatan
elektron pada gugus hidroksilnya meningkat, sehingga senyawa
fenolik ini  akan semakin reaktif terhadap radikal lemak.
Mekanisme reaksi antioksidan senyawa fenolik terjadi melalui
pemberian atom hidrogen dari gugus hidroksilnya dengan cepat
kepada radikal substratnya.

Aktivitas antioksidan dari ekstrak Cinnamomum sp juga
diketahui memiliki  kemampuan membantu kerja enzim-enzim
antioksidatif dalam sel- sel hati dan sel-sel jantung tikus. Dhuleep
(1999) telah melakukan riset  mengenai kandungan enzim
antioksidatif (glutathione peroksidase) pada sel-sel hati dan jantung
tikus serta lipid terkonjugasi dalam feses tikus selama mengalami diet
lemak dosis tinggi selama pemberian ekstrak Cinnamomum sp. Hasil
dari riset nya memperlihatkan bahwa ekstrak Cinnamomum sp
mampu meningkatnya kadar lipid terkonjugasi, produk utama dari
peroksidasi lipid. Hal ini memberi  kesimpulan bahwa ekstrak
Cinnamomum sp diduga memiliki  keterkaitan dengan tingginya
kadar enzim-enzim antioksidatif, seperti superoksida dismutase
(SOD), glutathion peroksidase, katalase maupun enzim-enzim
antioksidatif lainnya. Enzim SOD, glutathion peroksidase dan
katalase termasuk ke dalam enzim antioksidan endogen karena dapat
disintesis di dalam tubuh. Enzim-enzim antioksidan ini dalam
mengendalikan tahap awal radikal bebas yang terbentuk memerlukan
bantuan mineral Mn, Cu, Zn dan Se.
Radikal antioksidan yang terbentuk dari reaksi antioksidan
senyawa fenolik cukup stabil atau dicegah dari reaksi berikutnya dan
memicu  radikal antioksidan ini  tidak akan bekerja sebagai
inisiator bagi reaksi berikutnya. Kestabilan dari radikal antioksidan
ini  juga terjadi melalui delokalisasi elektron tidak berpasangan
pada cincin aromatiknya berdasar  reaksi isomerisasi.
Reaksi antioksidan fenolik dengan radikal bebas dapat digambarkan
sebagai berikut:
ROO* + AH ROH + A*
RO* + AH ROH + A*
R* + AH RH + A*
OH* + AH H2O + A*
Setelah terjadi reaksi antara antioksidan fenolik dengan radikal bebas
lipid, terbentuk radikal fenolik (A*) yang tidak cukup aktif untuk
melakukan reaksi propagasi. A* pada umunya diaktivasi dengan
memakai  A* yang lain atau memakai  radikal lipid, sehingga
membentuk produk yang tidak aktif.
Aktivitas pengikatan radikal bebas DPPH oleh antioksidan juga
telah oleh Kim et al. (1999) dengan memakai  methanol dalam
proses ekstraksi. Stoltz (1998) melaporkan bahwa serbuk
Cinnnamomum sp yang mengandung crem sepikontrol A5 (serbuk
Cinnamomum sp yang diligasikan dengan lipoaminoacid, seperti
lipoglisin) memiliki  aksi yang kuat dalam mengikat radikal bebas.
Adapun komponen Cinnamomun sp lain yang diketahui memiliki  
aksi mengikat radikal bebas lebih besar yaitu  phenoxypropanol dan
zinc gluconate.
Akhir-akhir ini Hsiao et al. (2001) melaporkan krioprotektan antiperoksidatif baru dan merupakan pengikat radikal bebas, yaitu
sinnamofilin. Antioksidan ini memiliki  kemampuan bereaksi
dengan reactive oxygen species (ROS). Antioksidan sinamofilin ini
mampu menekan peroksidasi lipid yang diinduksi oleh molekul non￾enzimatik yang memiliki  komponen besi (non-enzymatic iron
induced lipid peroxiation) dalam homogenat otak tikus, dengan nilai
IC50 (8.0 ± 0.7 µM) dan peroksidasi lipid yang diinisiasi ion
besi/ADP/askorbat dalam mitokondria sel-sel hati tikus, dengan nilai
IC50 (17.7 ± 0.2 µM). Antioksidan sinamofilin juga memiliki  
aktivitas menghambat peroksidasi lipid pada mikrosomal hati yang
tergantung NADPH (NADPH-dependant microsomal lipid
peroxidation) dengan nilai IC50 (3.4 ± 0.1 µM) tanpa mempengaruhi
enzim NADPH-cytochrom P-450 reductase yang berperan dalam
reaksi transpor elektron mikrosomal. Dua turunan radikal bebas
peroksil, yaitu 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl radical (DPPH) dan
1
2,2 -azo-bis (-amidinopropane) dihydrochloride telah diuji dengan
sinamofilin dan terbukti nahwa sinamofilin memiliki  kapasitas
sebagai pengikat radikal bebas. Dalam medium kultur in vitro
terbukti pula bahwa sinamofilin mampu memproteksi membran
plasma dan mitokondria sel-sel otot polos (A7r5) aorta tikus dari
kerusakan yang diakibatkan oleh induksi alloksan, ion besi atau H O . 2 2
Oksidasi yang dikatalisis copper pada lipoprotein densitas rendah
(copper catalysed oxidation of human low-density lipoprotein) dapat
dihambat oleh sinamofilin yang diukur berdasar  intensitas
fluoresen pembentukan substansi reaktif (mallonaldehida￾triobarbituric acid).
Menurut Nabet (1996) dalam Prasetyawati (2003) superoksida dismutase, katalase dan glutathione peroksidase merupakan enzim
antioksidan yang bekerja melalui sistem pertahanan preventif,
menghambat atau merusak proses pembentukan radikal bebas. Enzim
0
superoksida dismutase mengkatalisis dismutasi O menjadi H O , 2 2 2
enzim katalase mendegradasi hidrogen peroksida menjadi air dan
oksigen, enzim glutathione peroksidase mengkatalisis reaksi H2O2
dan hidroksiperoksida organik (LOOH) dengan memakai  
glutathion tereduksi sebagai kofaktor. Dalam cairan intraseluler
beberapa enzim ini  berperan dalam proses degradasi senyawa
spesies oksigen reaktif/reactive oxygen species (ROS). ROS yaitu  
suatu senyawa yang memiliki  bentuk dan aktivitas sebagai oksidan
yang ada  dalam bentuk radikal bebas maupun molekul non
radikal yang memiliki  gugus oksigen reaktif. Senyawa ini
cenderung menyumbangkan atom oksigen atau elektron kepada
senyawa lain. Asikin (2001) dalam Prasetyawati (2003) menyatakan,
ROS yaitu  oksigen yang tereduksi secara parsial dan menghasilkan
senyawa yang sangat reaktif. Anion superoksida radikal merupakan
salah satu jenis ROS yang paling berbahaya bagi sel.
Superoksida dismutase merupakan enzim antioksidan yang
bekerja melalui sistem pertahanan preventif, menghambat atau
merusak proses pembentukan radikal bebas. Superoksida dismutase
0
yaitu  enzim yang berperan dalam mengkatalisis reaksi dismutasi O2
(anion superoksida radikal) menjadi H O dan O , selain itu juga akan 2 2 2
0 menghambat kehadiran simultan dari O dan H O yang berasal dari 2 2 2
0
pembentukan radikal hidroksil (OH ). Superoksida dismutase
merupakan metaloenzim yang berperan dalam menyusun mekanisme
pertahanan tubuh melawan keracunan yang diakibatkan oleh oksigen
Dalam cairan intraseluler enzim superoksida dismutase
berperan dalam proses degradasi senyawa spesies oksigen reaktif
atau reactive oxygen species (ROS). Spesies oksigen reaktif yaitu  
suatu senyawa yang memiliki  bentuk dan aktivitas sebagai oksidan
yang ada  dalam bentuk radikal bebas maupun molekul non￾radikal yang memiliki  gugus oksigen reaktif. Senyawa ini
cenderung menyumbangkan atom oksigen atau elektron kepada
senyawa lain. Spesies oksigen reaktif yaitu  oksigen yang tereduksi
secara parsial dan menghasilkan senyawa yang sangat reaktif. Anion
superoksida radikal merupakan salah satu jenis spesies oksigen
reaktif yang paling berbahaya bagi sel.
Katalase merupakan enzim yang berperan dalam proses
katalisis reaksi dekomposisi hidrogen peroksida menjadi air. Peranan
katalase yaitu  sebagai peroksidase khusus, yaitu mengoksidasi satu
molekul hidrogen peroksida menjadi oksigen dan secara simultan
mereduksi molekul hidrogen peroksida yang kedua menjadi air.
2 H2O2
 2H2O + O2
AH2 + H2O2
 A+ 2 H2O
Glutathion peroksidase (GSH-Px) yaitu  enzim yang
memiliki  selenium pada sisi aktifnya yang berfungsi mengubah
molekul hidrogen peroksida sebagai pembentuk radikal hidroksil
menjadi molekul lain yang tidak berbahaya.
 GSH-Px
H2O2 + 2 GSH GSSG + H2O



ROOH + 2 GSH ROH + GSSG + H2O
Glutathion peroksidase mengkatalisis oksidasi glutathion
bentuk reduksi (GSH) menjadi glutahion bentuk oksidasi (GSSG).
Glutathion bentuk reduksi mencegah lipid membran dan unsur-unsur
sel lainnya dari kerusakan oksidasi dengan cara merusak molekul
hidrogen peroksida dan lipid hidroperoksida. Glutathion bentuk
oksidasi mengalami rereduksi bila ada  NADPH oleh aktivitas
enzim glutation reduktase dengan reaksi sebagai berikut:
+ + GSSG + NADPH + H 2GSH + NADP
Selenium penting untuk enzim GSH-Px agar berfungsi secara
normal sebagai antioksidan dan diketahui dapat mempertahankan
integritas otot dan sel darah merah (Kartikawati, 1999). Pada
konsentrasi di bawah normal ada  hubungan linier antara aktivitas
GSH-Px dengan status selenium sehingga penetapan aktivitas GSH￾Px dapat dipakai  sebagai parameter status selenium. Glutahion
peroksidase yang tidak tergantung pada selenium dapat
mendegradasi senyawa-senyawa hidroksiperoksida lipid tetapi tidak
mendegradasi air teroksigenasi. Enzim-enzim ini bekerjasama
dengan glutathion tereduksi.




A. Radikal Bebas sebagai FaktorUtama Penyebab Penuaan
Proses penuaan terjadi karena rusaknya membran sel dan asam
dioksiribonukleat yang diakibatkan oleh serangan radikal bebas.
Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang memiliki  sifat
sangat tidak stabil karena memiliki  satu elektron atau lebih yang
tidak berpasangan pada orbit terluarnya. Dalam memperoleh
pasangan elektron, radikal bebas menjadi sangat reaktif. Berkaitan
dengan sifatnya yang sangat tidak stabil dan reaktif, maka untuk
memperoleh pasangan elektron, radikal bebas akan menyerang
secara acak. Semakin reaktif suatu radikal bebas, ia akan menyerang
semakin tidak selektif. Radikal bebas dapat menyerang lemak, gula,
protein dan DNA melalui mekanisme rantai reaksi sehingga
memicu  kerusakan membran, modifikasi protein, deaktivasi
enzim dan kerusakan DNA. Setiap hari DNA pada setiap sel tubuh
manusia diperkirakan menerima 10.000 serangan radikal bebas.
Proses ini  pada akhirnya mengakibatkan kerusakan jaringan yang akan mempercepat timbulnya proses penuaan.
Radikal bebas dapat terbentuk secara alami (endogenous),
akibat reaksi redoks biokimiawi yang melibatkan oksigen sebagai
bagian dari metabolisme sel, proses fagositosis sebagai bagian dari
reaksi inflamasi yang terkontrol serta dapat dipicu  oleh aktivitas
tubuh yang berlebihan. Ketika pembentukan radikal bebas melebihi
kapasitas pertahanan antioksidan, yang dikenal dengan stres
oksidatif, maka sel-sel yang rusak karena serangan radikal bebas
tidak dapat diperbaiki. Sel-sel yang rusak ini  akan terus semakin
bertambah selama hidup, yang akhirnya memicu  terjadinya
penuaan.
Selain radikal bebas yang terbentuk secara endogenous, sumber
atau pembentukan radikal bebas eksogenous yaitu  obat-obatan
antibiotik, radiasi sinar ultraviolet, radiasi elektromagnetik (sinar X,
sinar gamma), radioterapi, asap rokok, asap kendaraan bermotor
maupun partikel inorganik polutan (asbestos, kwarsa, silika) maupun
ozon.
B. Sumberdan Efek Radikal Bebas di Dalam Tubuh
Pada proses metabolisme sel normal (oksidasi-fosforilasi),
terjadi pemindahan empat elektron dari molekul oksigen melalui
reaksi secara bertahap untuk membentuk H O, namun demikian 2
0- dalam proses ini  terbentuk anion superoksida (O2 ) dan radikal
0 2+ hidroksil ( OH) hasil reaksi H O dengan Fe yang berpotensi 2 2
bereaksi dengan makromolekul biologis dan menginduksi terjadinya
kerusakan jaringan. Salah satu reaksi berantai dalam sistem fisiologis
yaitu  peroksidasi lipid yang diyakini menjadi penyebab utama
terjadinya kerusakan membran dan kematian sel.Radikal bebas ada  dalam beberapa jenis, yaitu radikal
0-) hidroperoksil, radikal anion superoksida (O2 , hidrogen peroksida
0 -
(H O , radikal hidroksil ( OH) dan nitrit oksida (NO ). Dampak 2 2)
negatif senyawa radikal bebas timbul karena reaktivitasnya, sehingga
dapa t me rus ak komponen-komponen penting untuk
mempertahankan integritas dan kehidupan sel. Serangan radikal
bebas terhadap sel-sel tubuh akan memicu  berbagai kerusakan,
seperti kerusakan membran sel, kerusakan protein, kerusakan DNA,
autoimun, ateroskelerosis yang pada akhirnya mengakibatkan
terjadinya kemunduran fungsi sistem tubuh secara menyeluruh dan
penuaan.
Inti atom dikelilingi oleh elektron-elektron pada orbit masing￾masing yang mengandung maksimum dua elektron, setiap elektron
memiliki  putaran yang berlawanan. Hidrogen memiliki  satu
orbit terluar, tetapi nitrogen, karbon dan oksigen memiliki  4 orbit
terluar dengan kapasitas 8 elektron (oktet). Sebagian besar atom-atom
akan stabil ketika atom-atom ini  memiliki  orbit yang telah
terisi. Radikal bebas yaitu  molekul-molekul yang memiliki  
kereaktifan tinggi atau atom-atom yang memiliki  elektron yang
tidak berpasangan pada orbit terluarnya yang tidak memberi
kontribusi pengikatan molekul (bebas). Atom-atom atau molekul￾molekul kecil yang merupakan radikal bebas cenderung tidak stabil,
karena molekul-molekul yang lebih besar dapat memiliki  kapasitas untuk membentuk struktur resonansi.
3 Molekul oksigen normal ( O ) yang juga disebut oksigen triplet 2
termasuk ke dalam kelompok radikal bebas karena memiliki  2
pasang elektron yang tidak berpasangan pada orbit terluarnya (radikal
ganda). Ikatan-Pi (Pi bonds) yaitu  ikatan yang dibentuk dari orbital-
3
orbital-p yang saling tumpang tindih. Tetapi untuk O , dua ikatan-pi 2
dibentuk dari dua orbital-p yang masing-masing mengandung satu
elektron. Dua elektron dapat memiliki  tiga kemungkinan susunan:
dua ”up” (naik)-spin (berputar), dua turun ”down”-spin atau satu spin
3
”up” dan satu spin ”down” yang membuat keberadaan O stabil. 2
Tetapi dengan penambahan energi (22,5 kkal/mol), masing-masing
elektron ini  akan bergerak ke dalam orbital-p tunggal dengan
masing-masing elektron memiliki  putaran yang berlawanan
1 memberi oksigen tunggal ( O ). Meskipun oksigen tunggal yaitu  2
bukan merupakan radikal bebas yang sebenarnya, elektron-elektron
berada dalam status dirangsang dan dengan demikian dapat
memicu  reaksi yang merusak yang mirip dengan kerusakan
yang dipicu  oleh radikal bebas oksigen. Dilain pihak, jika
elektron ditambahkan pada oksigen triplet yang normal, elektron￾elektron akan mengisi suatu orbit dan meninggalkan orbit yang lain
dan elektron yang tidak berpasangan akan menghasilkan anion
.
superoksida (O ), yang secara konvensional merupakan unit radikal 2
bebas. Oksigen tunggal akan ditarik untuk membentuk ikatan ganda
dan dapat bereaksi secara distruktif dengan DNA dan protein.
Oksigen tunggal memiliki  reaksi yang bersifat khusus dengan
asam amino histidin menghasilkan denaturasi enzim. Oksigen
tunggal yang terbentuk dari radiasi ultra violet (UV) dipercaya merupakan penyebab utama terjadinya ”photoaging” pada kulit.
Struktur Lewis merupakan formula struktur kimia yang
menggambarkan elektron-elektron yang terletak pada kulit terluar.
Struktur Lewis hanya memperlihatkan relevansi elektron-elektron
yang terletak pada kulit terluar untuk menjelaskan radikal-radikal
bebas, yaitu orbit tunggal yang mengandung elektron-elektron yang
berpasangan atau tidak berpasangan. Karena setiap orbit
mengandung satu elektron yang tidak berpasangan maka orbit
ini  tidak dapat diisi oleh elektron yang memiliki putaran yang
berlawanan. Dalam kondisi seperti ini elektron berada dalam status
putaran yang tidak stabil (unstable spin state), istilah lain untuk
radikal bebas. Dengan demikian, reaksi kimia dengan dan yang
menstabilkan radikal-radikal bebas disebut reaksi perangkap-putaran
senyawa (spin-trapping substances).
Radikal bebas dapat merusak asam nukleotida, protein dan
lipid. Dalam sistem biologi, radikal bebas oksigen merupakan salah
satu kelompok radikal bebas yang paling penting, seperti partikel
. .
anion superoksida (O ), nitrit oksida (NO) dan radikal hidroksil 2
.
(OH). Nitrogen oksida merupakan radikal bebas yang relatif tidak
reaktif yang memiliki  waktu paruh (half-life) hanya beberapa detik
saja, dalam kondisi normal akan bereaksi secara cepat dengan
oksigen (O ). Tetapi jika nitrit oksida bertemu superoksida, maka 2
-
nitrit oksida membentuk peroksinitrit (ONOO ) yang dapat
terdekomposisi menjadi bentuk radikal hidroksil. Peroksinitrit seperti
halnya radikal hidroksil dapat bereaksi secara langsung dengan
protein dan makromolekul-makromolekul lain untuk menghasilkan
karbonil (aldehida dan keton), cross-lingking dan peroksidasi lipid.
Sekitar 1-4% kerusakan DNA strand tunggal dipicu  oleh
peroksinitrit yang juga dikenal sebagai radikal hidroksil
(mengindikasikan pengaruh ringan dekomposisi yang dipicu  
oleh peroksinitrit terhadap kerusakan total DNA). Meskipun
-
hidrogen peroksida (H O ) dan hipoklorit (OCl yaitu bahan aktif pada 2 2
ramuan pemutih) bukan merupakan radikal bebas, molekul-molekul
yang mengandung oksigen ini dapat memfasilitasi pembentukan
radikal bebas. Lebih lanjut, HOCl diperkirakan memiliki
kemampuan seratus kali lebih toksik dibanding hidrogen peroksida
atau superoksida.
Semua molekul-molekul yang mengandung oksigen yang
memiliki  kereaktifan tinggi (seperti oksigen tunggal) disebut
spesies oksigen reaktif (reaktive oxygen species) atau ROS. ROS akan
menyerang susunan dasar asam nukleotida, rantai samping asam
amino dalam protein dan ikatan ganda dalam asam lemak yang tidak
jenuh dengan radikal hidroksil yang menyerang secara kuat. ROS
menyerang makromolekul-makromolekul dan kondisi ini sering
disebut sebagai stress oksidatif. Spesies nitrogen reaktif (reactive
nitogen species) atau RNS juga merupakan radikal bebas yang
bersifat merusak. Peroksinitrit, banyak memicu  kerusakan pada
sel-sel endotelium, dan yang paling dekat memicu  kerusakan
ini  yaitu  radikal hidroksil.
-7 Dalam larutan air yang netral sekitar (1 per 10 ) molekul￾molekul air akan terdesosiasi menjadi dua ion, dengan reaksi sebagai
berikut:
- + H:O:H :OH + H


Bagaimanapun, molekul air yang diperlakukan dengan radiasi
ionisasi akan memisah menjadi dua radikal bebas, yaitu radikal
hidroksil dan atom hidrogen. Reaksi ini  dapat dilihat di bawah
ini:
. . H:O:HOH + H
Anion superoksida akan dihasilkan dari penambahan elektron
pada molekul oksigen normal.
Herbisida yang dipakai  untuk membunuh gulma yaitu  
herbisida yang bersifat paraquat yang dapat membentuk superoksida.
Ion-ion superoksida dibentuk dalam jumlah yang besar di
mitokondria. Dua ion superoksida secara enzimatis akan diubah
menjadi hidrogen peroksida oleh enzim superoksida dismutase.
2+ 3+ . -
Fe + H2O2
 Fe + OH + :OH
Radikal hidroksil secara spesifik dibentuk dengan oksidasi
2+ +
pada ion logam berat (Fe , Cu ) dalam bentuk tereduksi dengan
hidrogen peroksida. Terakhir ini diketahui adanya reaksi Fenton
Reaction, mungkin reaksi paling berbahaya karena dapat terjadi di
dalam nukleus sel dan memicu  kerusakan DNA. Ion besi yang
3+ teroksidasi (Fe ) kemudian dapat mengakatalisis Haber-Weiss
Reaction antara superoksida dan hidrogen peroksida menghasilkan
radikal hidroksil dalam jumlah yang sangat banyak:
. - O2- + H2O2
 O2
 + OH + :OH

Reaksi Haber-Weiss pada pH netral diabaikan hanya ketika
tidak adanya ion logam berat yang tersedia untuk katalisator. Dalam
tubuh manusia asam askorbat (vitamin C) secara normal memberi  
keuntungan yang sangat banyak daripada semua ion besi dan ion-ion
kuprum. Ion-ion besi dan kuprum akan berikatan secara kuat dengan
protein-protein karier (transferin untuk ion besi dan seruloplasmin
untuk ion kuprum), tetapi ikatan ini  tidak akan terjadi dalam
cairan spinal serebrum (cerebral spinal fluid) atau CSF yang sedang
mengalami kerusakan seluler dan luka ischemic-reperfusion. Bakteri
yang kaya besi akan lebih mudah dibunuh oleh makrofag dengan
perantara hidrogen peroksida. Ion-ion logam berat dapat juga
bereaksi dengan asam askorbat untuk menghasilkan oksigen tunggal
1 3
( O ) yang berasal dari oksigen triplet normal O : 2 2
2+ 3 1 Cu + asam askorbat + O2 O2
Tidak seperti besi, kuprum dapat membentuk lebih banyak
oksigen tunggal daripada radikal hidroksil yang reaksinya tergantung
hidrogen peroksida.
Dimana dan kapan s

penuaan 2


 aja dihasilkan, radikal hidroksil
memiliki  reaktifitas yang sangat tinggi dan memicu  cross￾lingking kovalen atau propagasi radikal bebas memiliki  variasi  
yang luas terhadap molekul-molekul biologi. Ion-ion superoksida  
dalam sel cenderung terkonsentrasi dalam mitokondria karena ion￾ion ini  bersifat reaktif dan terus berjalan sangat jauh dalam status  
tidak berubah dan frekuensinya lebih sedikit ditemukan dalam  
nukleus daripada dalam sitoplasma. Radikal-radikal hidroksil tidak  
mengalir jauh dari tempat asal mereka dibentuk. Hidrogen peroksida  
lebih stabil dan dapat melakukan perjalanan melintasi membran  
nukleus masuk ke dalam nukleus atau dekat sel membran dimana  
radikal hidroksil dapat dibentuk ketika bertemu dengan ion-ion  
logam berat. Hidrogen peroksida dapat merusak protein secara  
langsung melalui oksidasi gugus-SH. Radikal hidroksil dapat  
bereaksi dengan molekul-molekul (LH) dalam membran untuk  
. menghasilkan radikal molekul lipid (alkil = L)
. OH + LH L + H2O
Radikal-radikal lipid dapat bereaksi secara langsung dengan  
oksigen (autooksidasi) dan melakukan propagasi sendiri dalam  
bentuk reaksi berantai membentuk peroksida lipid (radikal peroksil  
lipid, yaitu molekul-molekul lipid yang mengandung gugus oksigen  
yang saling berpasangan --OO--):
.
L + O2 LOO
. .
LOO + LH LOOH + L
Reaksi pertama yaitu  sekitar 15 kali lebih cepat dengan  
oksigen tunggal daripada dengan oksigen triplet normal. Oksigen  
tunggal memiliki  energi yang cukup, dan bereaksi secara langsung  
dengan ikatan ganda pada asam-asam lemak tidak jenuh tanpa  
memerlukan radikal bebas perantara (intermidiet). Hidroperoksida  
lipid (LOOH) dapat menaikkan reaksi Fenton seperti berikut ini:

Fe + LOOH + H+Fe + OL + H2O
. Radikal alkoksi lipid (alkoksi = alkoksil = OL) yaitu  lebih  
reaktif dan lebih merusak daripada radikal peroksida lipid (peroksil)  
.
(peroksi = peroksil = LOO). Dengan demikian, urutan yang paling  
. .
kecil yaitu  tahap satu radikal bebas L menjadi dua radikal ( L dan  
.OL) dan seterusnya hingga terjadi auto-amplifikasi reaksi berantai.  
Namun, jika dua alkil, alkoksil atau molekul-molekul radikal peroksil  
collide akan meniadakan satu dengan lainnya, harus membutuhkan  
energi dengan membentuk cross-lingking (ikatan kovalen) antara dua  
molekul lipid.
Di bagian luar mitokondria, superoksida dan hidrogen  
peroksida dapat dibentuk di retikulum endoplasma melalui proses  
oksidasi yang melibatkan sitokrom P-450 dan NADPH-sitokrom-c  
reduktase. Akumulasi abnormal berbagai macam metabolit seperti  
asam laktat, piruvat, asetoasetil-KoA dan gliseraldehid-3-phosphat  
dapat meningkatkan kadar NADH oksidase dan flavoenzim bentuk  
reduksi seperti xanthine oksidase. Ketidakhadiran aseptor elektron  
yang cukup, substrat enzim dapat secara langsung mentransfer  
3+ elektron-elektron menjadi O atau Fe menjadi bentuk superoksida 2  
2+
atau Fe . Asam askorbat membentuk H O melalui reaksi 2 2
autooksidasi (kombinasi langsung dengan oksigen). Asam askorbat  
dan merkaptans (thioalkohol, yaitu senyawa yang memiliki  gugus￾SH, dimana sulfur disubstitusi oksigen pada alkohol) yang
3+ 2+ 2+ memiliki  kemampuan mereduksi Fe dan Cu menjadi Fe dan  
+ Cu , kadang-kadang meningkatkan reaksi Fenton.
Peroksidasi lipid pada asam-asam lemak rantai panjang tak
 
Asam-asam lemak rantai panjang tak jenuh lebih rentan  
terhadap oksidasi radikal bebas daripada beberapa makromolekul  
lainnya di dalam tubuh dan bersifat sensitif terhadap radikal bebas  
yang secara eksponensial meningkatkan kerusakan dengan beberapa   
ikatan ganda. Kajian terhadap lipid hati manusia dan burung (burung  
merpati) memperlihatkan hubungan yang berbanding terbalik antara  
waktu hidup maksimum dengan jumlah ikatan ganda. Namun,  
phospolipid tidak jenuh pada otak tidak bervariasi seperti ada   
pada banyak mamalia, hal ini kemungkinan mengindikasikan  
pentingnya asam-asam lemak tidak jenuh untuk mendukung fungsi  
saraf.  
C. Berbagai Macam Antioksidan PenetralisirRadikal Bebas
Sel-sel hewan memiliki  3 enzim penting yang memiliki   
fungsi berkaitan dengan superoksida dan hidrogen peroksida, yaitu  
superoksida dismutase (SOD), glutathion peroksidase dan katalase  
(CAT). Dismutase yaitu  enzim yang mengkatalisis reaksi dua  
molekul yang identik menghasilkan molekul-molekul dalam status  
oksidatif yang berbeda. Ketidakhadiran SOD, dua ion superoksida  
dapat secara spontan mengalami dismutasi menghasilkan hidrogen  
peroksida dan oksigen tunggal. SOD mengkatalisis reaksi antara dua  
ion superoksida untuk menghasilkan hidrogen peroksida dan oksigen  
triplet. Katalase mengkatalisis pembentukan air dan oksigen bebas  
dari hidrogen peroksida. Katalase hadir dalam jumlah yang terbatas  
pada organel-organel bermembran yang dikenal dengan peroksisom.  
Peroksisom mengandung enzim-enzim yang mendegradasi asam￾asam amino dan asam-asam lemak yang menghasilkan hidrogen peroksida sebagai produknya. Glutathion yaitu  tripeptida yang  
tersusun asam-asam amino sistein, glisin dan asam glutamat.  
Glutathion yaitu  antioksidan utama dalam bagian non-lipid pada sel  
(yang paling banyak di sitoplasma). Glutathion berada dalam bentuk  
tereduksi (GSH) dan dalam bentuk teroksidasi (GSSG). Glutathion  
peroksidase menetralisir hidrogen peroksida dengan mengambil  
hidrogen dari dua molekul GSH dan menghasilkan dua molekul air  
dan satu GSSG. Enzim glutathion reduktase kemudian membentuk  
kembali GSH dari GSSG dengan NADPH sebagai sumber hidrogen  
(yang memungkinkan mengapa selenium memiliki  kemampuan  
sebagai anti-kanker). Eliminasi hidrogen peroksida oleh glutathion  
dapat ditulis dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
Lalat buah transgenik dengan masa hidup yang panjang  
memiliki  enzim yang mampu mensintesis GSH melalui ekspresi  
yang berlebihan. Lalat transgenik ini mengalami pertambahan waktu  
hidup yang lebih panjang mendekati 50% dibandingkan sebelum  
perlakuan. Kadar glutathion semakin menurun seiring bertambahnya  
umur. Radikal bebas beraksi pada lipid untuk menghasilkan  
peroksida (-O-O-bonds) menghasilkan epoksida mutagenik dan  
pigmen penuaan yang dapat larut (insoluble) dan tidak dapat dicerna  
(non-digestible) seperti lipofuchsin. Glutathion peroksidase atau  
glutathion perusak peroksida lemak memiliki  cara yang sama  
dalam mengeliminasi hidrogen peroksida:
2 GSH + ROOHGSSG + ROH + H2O
Superoksida dismutase (SOD) yaitu  enzim antioksidan yang  
paling melimpah dalam hewan, terutama dalam hati. Konsentrasi  
SOD selular untuk aktivitas metabolik dapat dipakai  untuk  
memprediksi waktu hidup (lifespan) spesies hewan. Banyak mamalia  
selama masa hidupnya mengeluarkan 200.000 kalori per gram, tetapi  
manusia sungguh menakjubkan yaitu mengeluarkan 800.000 kalori  
per gram. Manusia memiliki  kadar SOD yang lebih tinggi dan  
memiliki  laju metabolik yang tinggi dibanding spesies lain.  
Kerusakan oksidatif DNA terjadi 10 kali lipat lebih besar pada tikus  
dibandingkan pada manusia. Waktu hidup maksimum memiliki   
korelasi dengan laju produksi radikal bebas yang rendah dan laju  
reparasi DNA yang tinggi. Molekul SOD dalam sitoplasma  
mengandung atom cuprum dan atom-atom seng (Cu/Zn-SOD),
dimana SOD dalam mitokondria mengandung mangaan (Mn-SOD).  
Superoksida dismutase tanpa glutathion peroksidase atau  
katalase hanya memiliki  kontribusi yang kecil dalam memutus  
rantai reaksi radikal hidrogen peroksida. Serangga-serangga
memiliki  glutathion peroksidase yang sangat kurang, tetapi  
eksperimen-eksperimen yang telah dilakukan dapat membuat lalat  
buah rekombinan (transgenik) memiliki  gen SOD, katalase atau  
keduanya secara berlebihan. Lalat buah yang memiliki  kelebihan  
gen SOD atau katalase tidak lebih dari 10% waktu hidupnya menjadi  
lebih meningkat namun belum mencapai peningkatan waktu hidup  
yang maksimum. Tetapi lalat buah yang memiliki  kelebihan gen  
SOD dan katalase memperlihatkan waktu hidup maksimum yang  
semakin meningkat dan memperlihatkan kerusakan oksidatif protein  
menjadi menurun dan performan fisik yang semakin baik.  
Eksperimen memakai  SOD atau katalase sintetis di cacing  
nematoda memicu  rata-rata waktu hidup cacing ini   
meningkat menjadi 44%. Perkawinan inbriding selektif jamur roti  
menghasilkan strains dengan waktu hidup 6 kali lebih lama dibanding  
tipe liar. Perubahan waktu hidup ini memperlihatkan adanya  
peningkatan ekspresi enzim-enzim antioksidan. Individu betina  
mengekspresikan Mn-SOD dan glutathion peroksidase lebih banyak  
daripada individu jantan, dan hal ini membuktikan bahwa individu  
betina memiliki  masa hidup yang lebih panjang dibandingkan  
jantan dalam spesies mamalia. Maksimum lifespan pada mencit  
transgenik diperpanjang sekitar 20% oleh kelebihan ekspresi gen  
katalase dalam mitokondria.
Radiasi berpengaruh terhadap terbentuknya radikal hidroksil, tetapi sebagian besar radikal bebas oksigen diproduksi selama proses  
metabolisme, terutama di mitokondria, lisosom, dan peroksisom.  
Salah satu alasan organel-organel ini dikelilingi oleh membran  
mungkin untuk memproteksi atau melindungi sel dari radikal bebas.  
DNAyang diasingkan dalam nukleus, yaitu  untuk melindungi DNA
ini  dari serangan radikal bebas. Namun demikian, radikal￾radikal bebas ini  tetap dapat memicu  kerusakan dan  
mutasi DNAmelalui rantai reaksi yang sangat panjang.
Selain enzim, sel-sel hewan memakai  bahan-bahan kimia  
lain untuk melindungi sel terhadap radikal bebas oksigen. Vitamin E  
yaitu  memiliki  peran utama dalam menangkap radikal bebas  
dalam membran lipid sel. Vitamin C beraksi sebagai antioksidan di  
bagian sel yang non-lipid (watery), antara sel dan sirkulasi darah.  
Melatonin, hormon yang diproduksi oleh kelenjar pineal akan  
menurun kuantitasnya seiring dengan penuaan, secara efisien  
melintasi membran (meliputi nukleus) dan secara efektif dapat  
mengikat radikal hidroksil.
Asam urat yang sebagian besar dibentuk dari degradasi purin  
berfungsi melindungi vitamin C dari oksidasi ion-ion divalen dan  
dapat beraksi sebagai antioksidan. Asam urat juga melindungi sel  
terhadap katalisis radikal bebas yang berikatan dengan besi. Manusia  
memiliki  kadar asam urat yang lebih tinggi dari pada kera dan  
mamalia lain karena manusia memiliki  enzim urikase yang rendah.  
Burung-burung yang memiliki  waktu hidup beberapa lama dapat  
dijadikan sebagai ukuran waktu hidup mamalia meskipun burung  
memiliki  laju matabolik dua kali lipat lebih tinggi, glukosa plasma  
0
2-6 kali lipat dan temperatur tubuh 3 C lebih tinggi. Mamalia yang
memakan bahan antioksidan memperlihatkan kenaikan waktu hidup  
sampai 30% dari rata-rata masa hidupnya, tetapi tidak meningkatkan  
secara maksimum masa hidupnya. Antioksidan yang memiliki   
nilai sangat penting bagi hewan-hewan biasanya pada kajian kanker  
atau kondisi yang diinduksi oleh radiasi atau bahan-bahan kimia  
toksin. ada  bukti mekanisme homeostasis dalam sel yang  
memerintahkan beberapa  aktivitas antioksidan. Sebagai contoh,  
meningkatnya kadar vitamin E dalam diet berkorelasi dengan  
penurunan tingkat aktivitas glutathion peroksidase dan begitu pula  
sebaliknya. Vitamin E akan meningkatkan enzim katalase dalam lalat  
buah pisang, dengan meningkatnya dosis vitamin E akan
meningkatkan masa hidup lalat buah naik sampai dosis 5 µg/mL,  
diatas dosis yang telah ditingkatkan ini akan menurunkan masa hidup  
lalat buah.

 
 
 
 
 
 
 
 
Hormon Seks dan Penuaan
Dari sebagian besar riset  tentang umur harapan hidup  
menyebutkan bahwa wanita memiliki  umur harapan hidup yang  
lebih lama daripada laki-laki dan secara signifikan wanita mampu  
bertahan hidup sampai umur yang sangat tua. Namun demikian laki￾laki yang mampu bertahan hidup sampai umur tua memperlihatkan  
fitness yang lebih baik daripada wanita. berdasar  laporan United  
State National Institute of Aging menyebutkan bahwa 44% laki yang  
berumur lebih dari 80 tahun memiliki  fitness yang lebih baik  
daripada wanita yang hanya 28%. Persentase umur harapan hidup  
laki-laki yang berumur lebih dari 100 tahun akan meningkat 15-40%.
Organ-organ reproduksi wanita menunjukkan laju penuaan  
yang lebih cepat dibandingkan dengan sistem lain dalam tubuh.  
Berhentinya fertilitas wanita pada saat menopause merupakan  
fenomena penting dalam mencegah kecacatan bentuk tubuh atau  
kematian anak yang baru lahir. Untuk spesies yang memiliki  periode pengasuhan anak yang panjang, sifat fertilnya akan berhenti  
panjang dan menjadi lemah pada saat menjelang umur tua. Hormon  
gonadotropin yang disintesis dan disekresi oleh sel-sel kelenjar  
hipofisis anterior di bawah pengaruh stimulus GnRH (gonadotropin  
reliezing hormone), yaitu hormon peptida yang terdiri 10 asam amino  
yang disintesis dan disekresi oleh sel-sel neurosekretoris yang  
terletak di nukleus arkuat (arcuate nucleus) pada hipothalamus. Dua  
hormon gonadotropin (FSH dan LH) yaitu  sama untuk wanita dan  
laki-laki, meskipun fungsi kedua hormon ini  pada wanita dan  
laki-laki berbeda. Pada wanita, FSH berfungsi menstimulasi produksi  
sel telur atau ovum dan pada laki-laki FSH berfungsi menstimulasi  
produksi sperma, sedang  LH menstimulasi produksi estrogen  
pada wanita dan testosteron pada laki-laki.
Pada wanita yang fertil FSH meningkatkan atau mempercepat  
pertumbuhan 6-12 folikel primer dalam ovarium setiap bulan dan satu  
yang mungkin menjadi matang. Folikel-folikel ini  kemudian  
akan mensekresikan estrogen dan estrogen yang memiliki   
pengaruh yang paling kuat yaitu  estradiol. Meningkatnya LH secara  
tajam biasanya akan memicu terjadinya ovulasi (folikel mengalami  
ruptur dengan melepaskan ovum) dan folikel akan berubah menjadi  
korpus luteum (badan kuning) yang juga mensekresikan estrogen,  
tetapi yang lebih utama yaitu  mensekresikan progesteron.
Progesteron menstimulasi pertumbuhan dinding uterus untuk
mempersiapkan implantasi sel telur yang sudah difertilisasi. Jika  
kehamilan terjadi, progesteron akan menghambat ovulasi (dengan  
menekan FSH dan LH) dan meningkatkan perkembangan uterus  
sampai plasenta menjadi lebih matang fungsional.Menopause yaitu  akhir dari siklus reproduksi wanita dimana  
ovarium sudah tidak memiliki  kemampuan lagi menghasilkan sel  
telur. Hilangnya kemampuan sel-sel folikel untuk memproduksi  
estradiol memicu  berakhirnya siklus menstruasi dan produksi  
estrogen dan progesteron oleh sel-sel folikel ovarium. Pada umur 30  
tahun, wanita normal memiliki  periode siklus menstruasi antara  
28-30 hari, tetapi pada saat umur 40 tahun periode ini  berubah  
menjadi 25 hari dan laju kehilangan sel telur dalam ovarium semakin  
meningkat. Selanjutnya terjadi pemendekan periode siklus
menstruasi hingga akhirnya tidak terjadi ovulasi sel telur lagi atau  
disebut menopause. Rata-rata wanita mengalami menopause pada  
umur 50 tahun (plus atau minus 10 tahun). Menopause pada wanita  
sering ditandai dengan gejala kecemasan, kepekaan dan kelelahan.  
Permulaan menopause pada wanita sering ditandai dengan lonjakan  
panas secara tiba-tiba (hot flashes) terjadi sekitar 3 menit. Lonjakan  
panas ini  dipicu  oleh gelombang darah yang menuju kulit  
di bagian dada, bahu dan wajah yang memicu  munculnya  
keringat dan terjadinya panas secara tiba-tiba. Lonjakan panas yang  
terjadi secara tiba-tiba memiliki  keterkaitan dengan kecepatan  
pelepasan LH dari sel-sel kelenjar hipofisis anterior yang distimulasi  
oleh GnRH dari hipothalamus. Pengobatan dengan estrogen akan  
mengeliminasi lonjakan panas yang terjadi secara tiba-tiba ini .  
Laju penurunan kemampuan folikel ovarium kira-kira menjadi 2 kali  
lipat ketika umur 35 tahun, penurunan ini merupakan bukti bahwa  
mekanisme hipothalamus sudah berakhir dan memicu  
menopause.  
Komplikasi paling serius menopause yang paling banyak dijumpai yaitu  osteoporosis dan menurunnya derajad kesehatan  
kardiovaskuler. berdasar  laporan The Framingham Heart Study,  
pada umur 35-65 tahun telah terjadi insiden serangan jantung (heart  
attack) pada wanita sebanyak 10 kali, dan insiden ini  dapat  
diturunkan dengan pemberian hormon estrogen. Estrogen dapat  
dipakai  untuk mencegah atau mengobati penyakit jantung karena  
hormon ini dapat meningkatkan kolesterol HDL dan menurunkan  
kolesterol LDLdalam pembuluh darah sistemik.
Setelah menopause, puting susu akan menjadi mengecil dan  
jaringan alveolar yang ada  disekelilingnya akan mengkerut.  
Dengan demikian pemulihan jaringan ini dengan stimulus eksternal  
akan menjadi lebih sukar. Selain itu pada kondisi menopause,  
kontraksi vagina selama orgasme akan mengalami penurunan dari 8-
12 kali pada saat umur muda menjadi 4-5 dalam interval 0,8 detik.
Pada laki-laki, LH akan menstimulasi sel-sel interstitial Leidig  
dalam testes untuk mensintesis dan mensekresi hormon testosteron.  
FSH merangsang spermatogenesis dalam tubulus seminiferus testis.  
Testosteron akan meningkatkan perkembangan organ seksual jantan.  
Pada saat pubertas testosteron merangsang pertumbuhan rambut pada  
bagian wajah dan pubis, memicu  perluasan laring menuju ke  
bagian dalam pita suara, meningkatkan ketebalan kulit, memicu   
50% peningkatan massa otot, meningkatkan pertumbuhan tulang,  
meningkatkan metabolisme basal hingga menjadi 15% dan
meningkatkan konsentrasi sel-sel darah merah.
Laki-laki dapat mengalami peristiwa andropause seperti halnya  
menopause pada wanita. Berkaitan dengan peristiwa ini ,  
konsentrasi testosteron cenderung menurun secara bertahap seiring dengan bertambahnya umur. Penurunan ini terjadi sangat cepat pada  
orang yang menderita penyakit kardiovaskuler atau pada penderita  
diabetes. Meskipun jumlah sperma menurun, sifat-sifat keayahan  
pada laki-laki tetap terlihat sampai umur 94 tahun. Produksi semen  
dalam kelenjar prostat akan menurun dan otot polos akan digantikan  
oleh pertumbuhan jaringan ikat secara berlebihan yang meluas ke  
kelenjar prostat, memblok urin dan dapat memicu  terjadinya  
kanker. Laki-laki dengan umur di atas 50 tahun 85% memiliki   
peningkatan gejala-gejala dari benign prostatic hyperplasia yaitu  
pertumbuhan jaringan yang berlebihan yang bersifat non-kanker pada  
kelenjar prostat yang kemungkinan dipicu  oleh ekspresi gen  
yang berlebihan yang menghasilkan protein anti-apoptosis yaitu bcl-
2. Dalam sebagian besar jaringan, testosteron dikonversi menjadi  
dihydrotestosterone oleh enzim 5-α reduktase. Hal ini banyak  
terjadi dalam kelenjar prostat yang menghasilkan semen (campuran  
glukosa, protein dan air). Dehidrotestosteron ini memiliki   
implikasi terhadap terjadinya kebotakan. Obat European Permixon
(ekstrak serbuk berri palmeto) menghambat 5-α reduktase dan  
dipakai  untuk mencegah hipertropi dan kanker prostat.  
Testosteron dapat dipakai  pada manusia yang sudah  
mengalami penuaan untuk tujuan rejuvinasi yaitu untuk
membangkitkan sifat kejantanan dan kekuatan otot. Testosteron akan  
meningkatkan resiko penyakit kardiovaskuler dengan meningkatkan  
tekanan darah, dengan menurunkan kolesterol HDL dan dengan  
menaikkan kolesterol LDL. Bahaya ini memiliki  kesamaan  
dengan efek samping yang dapat dilihat pada atlet yang mencoba  
memakai  androgen atau steroid anabolik lain untuk
meningkatkan kinerja atletik. Banyaknya reduksi hormon seks  
diperkirakan akan menurunkan proliferasi sel dan menurunkan  
kemungkinan terkena kanker.
Meningkatnya libido laki-laki pada pertengahan masa
adolescence (puber kedua) tidak memiliki  korelasi secara pasti  
dengan kadar testosteron darah. Pada manusia yang sudah tua  
mungkin memerlukan 10 detik sampai beberapa menit untuk  
mendapatkan ereksi, sebaliknya untuk manusia muda hanya  
membutuhkan waktu 3-5 detik. Kontraksi penile uretra selama  
orgasme akan mengalami penurunan menjadi 1-2 kontraksi per 0,8  
detik dari 3-4 kontraksi dibandingkan ketika saat umur muda. Jarak  
ejakulasi akan menurun dari 12-24 inchi menjadi 3-5 inchi.
B. Hormon-Hormon yang Terkait dengan Penuaan
Jam neurohormonal (neurohormonal clock) dalam otak hewan  
mamalia merupakan bukti bahwa penuaan dipengaruhi oleh
neurohormonal. Hormon-hormon merubah ekspresi gen pada DNA
dalam sel-sel jaringan tubuh secara menyeluruh. Kelenjar hipofisis  
(the master gland) bekerja di bawah pengaruh otak atau hipothalamus  
yang dapat mempengaruhi secara fisiologis semua sel-sel yang ada  
dalam tubuh. Ketika kelenjar hipofisis hewan mamalia di isolasi  
dengan cara pembedahan dan selanjutnya hewan ini  diberi  
suplemen hormon essensial, waktu hidup maksimum hewan menjadi  
meningkat menjadi sepertiga atau setengahnya.
Kadar hormon-hormon dehidroepiandrosteron (DHEA),
melatonin, dan somatotropin (growth hormone, GH) akan menurun  
seiring dengan bertambahnya umur. Wanita yang telah mengalami
menopause, akan mengalami penurunan sekresi hormon progesteron  
dan estrogen dari sel-sel yang ada dalam ovarium. Menurunnya kadar  
neurotransmiter dopamin, asetilkholin, norepinephrin, GABA dan  
serotonin yang diproduksi pada bagian spesifik dalam otak  
memiliki  hubungan dengan pertambahan umur.  
Menurut hipotesis cascade glukokortikoid, hormon-hormon  
steroid-glukokortikoid dalam darah akan meningkat seiring dengan  
bertambahnya umur. Dalam kadar yang berlebihan di atas ambang  
batas, hormon ini bersifat merusak. Meningkatnya kerusakan sel-sel  
jaringan yang diakibatkan oleh hormon ini akan memicu   
terjadinya mekanisme umpan balik negatif yaitu berupa
penghambatan sel-sel neurosekretoris di hipokampus dalam rangka  
menurunkan kadar hormon glukokortikoid darah.
Hormon glukokortikoid (kortisol pada manusia) memberi  
respon yang normal terhadap stres. Kortisol memobilisasi glukosa  
darah dan menekan respon imun atau inflamasi. Meskipun
bermanfaat dalam kondisi darurat, stres kronis dapat bersifat  
katabolik atau merusak. Ikan salmon Pasifik memakai  
glukokortikoid untuk merusak dirinya sendiri setelah bertelur. Stres  
fisik dan psikis memicu  sel-sel neurosekretoris di hipothalamus  
otak melepaskan corticotropin releasing factor(CRF) dan vasopresin  
yang menstimulasi kelenjar hipofisis anterior untuk melepaskan  
Adreno Corticotropichormone (ACTH). ACTH memicu  kortek  
adrenal pada ginjal melepaskan hormon glukokortikoid.
Kadar hormon glukokortikoid darah yang tinggi akan
menstimulasi sel-sel neurosekretotis di hipokampus untuk
mensintesis dan melepaskan vasopresin dalam konsentrasi yang
rendah. Pasien yang mengalami depresi berat dapat kehilangan 20%  
volume hipokampus dari volume sebelumnya. Kortisol dapat  
mereduksi kemampuan sel-sel saraf (neurons) dalam mengambil  
glukosa sebesar 15-25% yang dapat berakibat terhadap kematian  
neurons. Lebih lanjut, glukokortikoid dapat mereduksi superoksida  
dismutase (SOD) seluler dan aktivitas glutathion peroksidase dalam  
semua daerah dalam otak.
Hipotesis cascade glukokortikoid dapat dipakai  sebagai  
teori dalam menghitung penuaan otak dan penurunan kapasitas  
pembentukan memori otak. Glukokortikoid darah tikus akan  
meningkat seiring bertambahnya umur, tetapi pada manusia normal  
tidak terlihat peningkatan kadar glukokortikoid sampai akhir umur 70  
atau 80 tahun. Sekitar separuh pasien yang menderita penyakit  
Alzheimers memperlihatkan peningkatan kortisol secara signifikan.  
Sebagian besar neurons dalam Para Ventricular Nucleus (PVN)  
orang yang normal mengekspresikan CRF dan vasopresin sesuai  
dengan pertambahan umur. Hal ini membuktikan bahwa kortisol  
berbanding terbalik dengan kemampuan kognitif pada manusia.  
Estrogen dapat mencegah kerusakan otak yang diinduksi oleh  
kortisol.  
Antioksidan yang memiliki  kemampuan melindungi otak  
dikenal dengan nama bilirubin. Antioksidan ini diproduksi oleh  
enzim heme oxygenase (HO), terutama di sel-sel neurosekretoris  
hipokampus. Ekspresi HO dalam sel-sel neurosekretoris hipokampus  
tikus akan menurun seiring dengan bertambahnya umur, dan  
penurunan ini memiliki keterkaitan dengan peningkatan ekspresi  
glukokortikoid. HO dikenal memiliki  pengaruh antiapoptotik.
Manusia dan primata merupakan spesies yang mampu  
menghasilkan hormon steroid, yaitu dehidroepiandrosteron (DHEA)  
dan dehidroepiandrosteron sulfat (DHEA-S). DHEA akan
mengalami kenaikan pada akhir umur 20 tahun dan menurun sampai  
10% menjelang umur 80 tahun. DHEAbermanfaat dalam melindungi  
tubuh terhadap pengaruh buruk kortisol dan memberi kontribusi  
dalam proses sintesis hormon androgen dan estrogen pada jaringan  
perifer. Hormon DHEA dapat memicu  tubuh menjadi menjadi  
langsing (lean body mass), menurunkan depresi dan meningkatkan  
fungsi imun. Hormon pertumbuhan (GH) akan menurun seiring  
dengan bertambahnya umur (sekitar 14% per sepuluh tahun setelah  
umur 25 tahun), yang ditandai dengan terjadinya peningkatan  
deposisi lemak, menurunnya massa otot dan demineralisasi tulang.  
Pengobatan dengan GH dapat meningkatkan kesehatan
kardiovaskuler, meningkatkan fungsi imun dan meningkatkan fungsi  
penalaran pada umur tua, namun demikian pemberian GH juga dapat  
memicu terjadinya resistensi insulin dan resiko kanker.  
Beberapa hormon akan menurun konsentrasinya seiring  
dengan bertambahnya umur seseorang. Sebuah riset  telah  
membuktikan bahwa kadar HGH dan IGF-1 plasma akan menurun  
seiring dengan meningkatnya umur dengan penurunan sekitar 14%  
per tahun. Setelah umur 60 tahun, HGH dan IGF-I akan mengalami  
penurunan mendekati 14-70% dibandingkan dengan kadar HGH  
selama 3-4 tahun dalam hidupnya. Informasi lain menyatakan bahwa  
kadar hormon HGH pada umur 60 tahun akan mengalami penurunan  
mencapai 75% dari kadar HGH pada saat umur muda. Kadar HGH  
dan IGF-1 yang rendah memiliki  keterkaitan dengan umur dan terjadinya berbagai macam penyakit, seperti aterosklerosis,  
dementia dan sarkopenia. Rendahnya kadar HGH dan IGF-1 dapat  
- menstimulasi terbentuknya radikal bebas nitrit oksida (NO ) dari sel￾sel otot polos dan endotel pembuluh darah yang memicu terjadinya  
proses penuaan melalui rantai reaksi radikal bebas ini .  
Sebaliknya, kadar HGH dan IGF-I yang tinggi akan menghambat  
rantai reaksi radikal bebas nitrit oksida sehingga proses penuaan  
dapat dicegah.
Penuaan selain berkaitan dengan kadar HGH plasma juga  
berkaitan dengan kadar growth hormon releizing hormon (GHRH).  
Hormon ini disintesis di bagian hipotalamus pada bagian otak yang  
berperan sebagai faktor stimulan sintesis HGH di hipofisis anterior.  
Seiring bertambahnya umur seseorang (umur diatas 30 tahun),  
produksi GHRH akan mengalami penurunan, demikian halnya  
dengan orang-orang yang mengalami depresi. Sebaliknya hormon  
somatostatin yang memiliki  aksi menghambat pelepasan HGH  
akan semakin meningkat yang berakibat semakin rendahnya kadar  
HGH plasma. Tingginya kadar hormon somatostatin menjadi  
indikator terjadinya penuaan.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 Terminologi dan Konsep-Konsep Penuaan
Kepedulian terhadap aging merupakan ciri khas yang dimiliki  
oleh manusia sejak jaman dahulu. Nenek moyang bangsa Mesir dan  
China, Aristoteles dan Socrates menjelaskan berbagai aspek tentang  
penuaan dan kondisi degenerasi kronis. Mereka juga menjelaskan  
metode secara detail untuk menghentikan hilangnya sebagian fungsi  
yang mengiringi usia lanjut. Nenek moyang manusia Homo erectus
telah mewariskan pemikiran bahwa mortalitas dan inmortalitas  
merupakan merupakan peristiwa yang akan terjadi. Sebuah cara  
untuk menghentikan hilangnya fungsi dikaitkan dengan
pertumbuhan umur yang terjadi secara terus menerus sampai hari ini.  
Manusia yaitu  spesies yang mampu hidup panjang dengan banyak  
standar yang tersedia.  
Penuaan yaitu  menurunnya fungsi fisiologis seiring dengan  
bertambahnya umur yang dapat mengarah pada penurunan
kemampuan hidup (survival) dan kinerja reproduksi yang sangat rendah. Penuaan juga didefinisikan menurunnya proses yang terjadi  
dalam tubuh individu, dimana terjadi penurunan fungsi molekuler  
dan fisiologis yang berakibat meningkatnya kemungkinan kematian  
dan menurunnya kesuksesan dalam bereproduksi. Beberapa
parameter yang dipakai  untuk mengukur tingkat penuaan, antara  
lain: probabilitas untuk dapat bertahan hidup (survival), sifat-sifat  
fekunditas atau reproduksi, sifat-sifat fisiologis, seperti massa tubuh,  
kadar hormon dan fungsi imun. Beberapa spesies vertebrata  
memiliki  umur yang relatif panjang, seperti ungulata, burung￾burung laut, kura-kura, kalong/kelelawar dan mamalia laut. Hewan￾hewan ini memperlihatkan laju mortalitas yang rendah pada umur  
yang sudah tua dan permulaan penuaan yang terjadi dalam hidupnya  
tertunda sampai beberapa tahun setelah proses pematangan
(maturity). Laju penuaan (aging) pada setiap organisme berbeda￾berbeda yang dipicu  oleh adanya mekanisme seleksi alam, yang  
menghasilkan variasi dalam kelompok-kelompok spesies dengan  
karakter anatomi dan fisiologi yang mirip, meliputi juga laju  
metabolik. Burung memiliki  masa hidup yang lebih panjang  
dibandingkan dengan mamalia dan burung ini dapat dijadikan  
sebagai hewan model yang sangat baik untuk mengetahui mekanisme  
dan evolusi terjadinya penundaan penuaan.
B. Sel, Penuaan (Aging) dan Penyakit Manusia
Banyak sekali penemuan dalam bidang molekuler, seluler,  
genetik dan lingkungan masih banyak memicu  pertanyaan dan  
penemuan-penemuan ini  diduga memegang peranan penting  
dalam proses penuaan manusia pada kondisi yang normal dan munculnya suatu penyakit. Pada dasarnya faktor penyebab penuaan  
dan penyakit dapat ditemukan dan memberi kontribusi terhadap  
semua jeringan dan sistem organ, baik secara langsung maupun tidak  
langsung. Dengan terungkapnya berbagai factor penyebab penuaan  
diharapkan dapat memberi kontribusi penting dalam pengembangan  
pengobatan efektif yang dapat diaplikasikan untuk semua penyakit  
yang memiliki  keterkaitan dengan semua tingkatan umur. Secara  
komprehensip penemuan-penemuan dalam bidang molekuler, seluler  
dan klinis dari semua permasalahan yang muncul pada manusia,  
seperti penyakit, penuaan, biologi telomere, dan cell aging
memiliki  hubungan dengan penuaan pada makhluk hidup.
C. Berbagai Macam Faktor yang Melatarbelakangi Penuaan
Percepatan penuaan (adolescense) merupakan salah satu  
masalah penting yang terjadi pada manusia ketika umur telah  
mencapai dewasa seksual. Penuaan akan semakin jelas terlihat  
setelah umur semakin bertambah dan mencapai umur lanjut. Namun  
demikian, penuaan juga dapat terjadi pada individu yang belum  
mengalami umur dewasa seksual. Fenomena ini berkaitan dengan  
umur biologis, yaitu terjadinya penurunan kondisi dan fungsi sistem  
fisiologis jaringan tubuh yang dipicu  oleh faktor eksternal.  
Berbagai macam faktor eksternal dapat menjadi penyebab terjadinya  
penuaan, seperti menurunnya derajad kualitas lingkungan akibat  
polusi udara, perubahan suhu yang ekstrem, penyakit, rendahnya  
kualitas gizi, diet makanan berlemak tinggi dan lain-lain. Selain itu,  
penuaan juga dipicu  oleh faktor internal, seperti oksidasi parsial  
oksigen dalam proses metabolisme atau reaksi peradangan (inflamasi) yang menghasilkan radikal bebas. Selain efek radikal  
bebas, penuaan dapat dipicu  oleh penurunan fungsi fisiologis  
tubuh, seperti penurunan kadar human growth hormone (HGH) dan  
insuli-like growth factor (IGF-1), penurunan produksi ATP,
penurunan kadar hormon estrogen dan testosteron atau penurunan  
kadar asam-asam amino intraseluler.  
Penuaan dapat dipicu  oleh faktor penyebab tunggal seperti  
kondisi seluler atau hormonal atau gabungan berbagai macam faktor  
penyebab (inherently multi-faced). Fenomena yang terjadi pada  
makhluk hidup merupakan contoh yang paling mudah untuk  
mengenali faktor penyebab penuaan, misalnya faktor penyebab  
perbedaan waktu lama hidup (life span) antara spesies satu dengan  
lainnya. Sebuah riset  telah membuktikan bahwa waktu lama  
hidup berbagai macam spesies berbeda-beda, seperti rodensia  
mengalami penuaan pada umur 3 tahun, kuda 35 tahun dan manusia  
80 tahun. Selain itu juga ada  perbedaan prevalensi kemunculan  
penyakit degeneratif pada masing-masing spesies yang memiliki   
korelasi dengan penuaan. Sebagai contoh 30% hewan-hewan  
rodensia akan menderita kanker pada sekitar umur 3 tahun, dan juga  
sekitar 30% wanita berusia 80 tahun menderita penyakit kanker.  
berdasar  mekanismenya, penuaan dapat dikelompokkan  
menjadi dua macam yaitu penuaan yang terprogram secara genetik  
(programmed aging) dan wear and tear aging. Penuaan yang  
terprogram secara genetik yaitu  penuaan yang dipicu  oleh  
faktor dari dalam tubuh organisme yang melibatkan mekanisme  
kontrol yang memicu  terjadinya kemunduran dan munculnya  
tanda-tanda penuaan yang melibatkan kerja gen-gen yang
memprogram tahapan hidup. Contoh penuaan yang terprogram  
secara genetik yaitu  proses differensiasi sel selama perkembangan  
embrional atau pematangan seksual pada masa adolescence. Dan  
sebaliknya, penuaan wear and tear yaitu  penuaan yang melibatkan  
faktor penyebab yang berasal dari luar tubuh atau lingkungan serta  
tidak melibatkan pengontrolan program yang spesifik. Penuaan  
kelompok ini lebih banyak dipengaruhi oleh berbagai macam faktor  
yang ada  di lingkungan, seperti kerusakan jaringan akibat  
radiasi, bahan-bahan kimia yang bersifat toksik, ion-ion logam berat,  
radikal bebas, hidrolisis, glikasi, ikatan silang ikatan disulfida  
(dissulfida-bond cross-lingking). Berbagai macam kerusakan yang  
diakibatkan oleh dua mekanisme ini  dapat berpengaruh  
terhadap gen, protein-protein, membran sel, fungsi enzim, pembuluh  
darah dan lain-lain.
Penuaan yang terjadi pada hewan-hewan pemakan rumput  
merupakan contoh penuaan kelompok wear and tear, karena gigi  
pada hewan ini merupakan faktor penentu penuaan. Gigi hewan  
pemakan rumput, misalnya kelinci memiliki  fungsi yang hampir  
sama dengan kuku pada jari manusia yang secara terus menerus  
mengalami pertumbuhan selama terjadi wearing dan hal ini  
memiliki  arti “programmed” sebagai kompensasi terhadap “wear  
and tear”. Pergantian jaringan, kapiler dan tulang dalam proses  
penyembuhan luka (wound-healing) serta pertumbuhan kembali  
ginjal atau jaringan hati yang diprogram secara genetik juga  
merupakan contoh penuaan wear and tear. Contoh lainnya yaitu   
kelompok stem cells yang ada  pada planaria (cacing pipih) yang  
dapat mengganti atau memulihkan kembali secara sempurna jaringan yang telah rusak melalui proses differensiasi sel.  
D. Fase-Fase Penuaan
Seiring dengan meningkatnya umur individu, akan diikuti oleh  
menurunnya fungsi sistem fisiologis tubuh yang berakibat terjadinya  
penuaan. berdasar  perubahan pada setiap tingkat umur manusia,  
penuaan terjadi dalam beberapa fase, yaitu fase subklinis, transisi dan  
klinis. Fase subklinis merupakan fase awal yang ditandai oleh  
munculnya gejala-gejala atau perubahan yang mengawali proses  
penuaan, terjadi pada manusia dengan kisaran umur 25-35 tahun.  
Pada fase ini terjadi penurunan fungsi sistem fisiologis tubuh dengan  
persentase 14% dibanding umur sebelumnya. Fase berikutnya yaitu   
fase transisi yang ditandai dengan penurunan fungsi sistem fisiologis  
tubuh dengan persentase mencapai 25% sehingga gejala-gejala atau  
perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh mulai terlihat lebih  
nyata. Fase ini terjadi pada individu dengan kisaran umur 35-45  
tahun. Fase lanjutan dari fase subklinis dan transisi yaitu  fase klinis  
yang ditandai dengan penurunan fungsi sistem fisiologis yang lebih  
nyata dibanding kedua fase sebelumnya dan biasanya terjadi pada  
individu dengan umur 45 tahun ke atas. Gejala yang mudah dikenali  
pada fase ini yaitu  meningkatnya kekerutan kulit dan menurunnya  
daya tahan tubuh. Dalam kondisi stres oksidatif pada fase ini banyak  
ditemukan kasus hiperglikemia dan hiperkolesterolemia yang  
menjadi pemicu munculnya beberapa penyakit kronis yang berkaitan  
dengan proses penuaan, seperti hipertensi, jantung, stroke maupun  
diabetes. Sebuah riset  telah membuktikan, bahwa tikus umur 12  
bulan mengalami penurunan respon fisiologis yang mengarah terjadinya penuaan lebih nyata dibanding tikus yang berumur 6 bulan.
E. Tanda-Tanda Penuaan
Penuaan dapat dikenali melalui gejala-gejala atau perubahan￾perubahan yang terjadi pada individu sejak awal, baik perubahan fisik  
maupun fisiologis. Sebagai contoh, perubahan fisik dapat dikenali  
dengan melihat penurunan atau kelebihan berat badan, obesitas dan  
meningkatnya kekerutan kulit, sedang  perubahan fisiologis dapat  
dikenali dengan melihat peningkatan kadar gula darah
(hiperglikemia), kadar kolesterol LDL (hiperkolesterolemia) dan  
lain-lain.  
Penuaan memiliki  tanda-tanda yang bersifat spesifik, antara  
lain menurunnya kemampuan pendengaran terutama kemampuan  
untuk mendengarkan suara dengan frekuensi yang tinggi. Selain itu,  
penuaan juga ditandai dengan terjadinya reduksi kelenjar timus 5-
10% dari berat normal awal, menurunnya kemampuan untuk  
merasakan asin dan pahit (manis dan asam tidak dipengaruhi), dan  
meningkatnya kadar antibodi dalam plasma darah.  
Beberapa bukti dari laporan riset  menunjukkan tiga laki￾laki dan separuh wanita yang berumur di atas 65 mengalami penuaan  
yang ditandai dengan terjadinya artritis. Sekitar separuh orang yang  
berumur 65 tahun mengalami kehilangan sebagian besar giginya.  
Tanda-tanda penuaan juga dapat dilihat dari meningkatnya kebutuhan  
insulin, penurunan sensitivitas reseptor hormon dan faktor
pertumbuhan, terjadinya disfungsi jalur post-reseptor, peningkatan  
temperatur yang dibutuhkan untuk memisahkan strands DNA pada  
saat umur tua. Penuaan juga ditandai dengan penurunan berat badan
setelah umur 55 tahun karena semakin menyusutnya jaringan, air dan  
tulang (massa sel pada umur 70 tahun menjadi 36% dari massa sel  
ketika saat umur 25 tahun). Tanda-tanda penuaan yang lain yaitu   
terjadinya peningkatan lemak tubuh pada umur 60 tahun,
menurunnya kekuatan otot pada orang laki-laki sebesar 30-40% dari  
umur 30 sampai 80 tahun. Waktu reaksi menurun 20% dari umur 20  
sampai 60 tahun. Orang-orang tua cenderung tidur lebih lama,  
frekuensinya lebih tinggi namun dengan waktu yang pendek karena  
adanya reduksi pergerakan kecepatan mata saat tidur (rapid eye￾movement/REM). Derajad kejenuhan lemak menurun menjadi 26%  
dalam otak pada hewan-hewan yang sudah tua. Presbiopi (penurunan  
kemampuan untuk fokus terhadap close up suatu obyek) terjadi  
sekitar 42% pada orang yang berumur 52-64 tahun, 73% pada usia 65-
74 tahun dan 92% pada orang yang memiliki  umur lebih dari 75  
tahun. Banyak orang yang menderita katarak pada umur lebih dari 75  
tahun. Sekitar separuh orang yang berumur lebih dari 85 tahun  
menderita cacat atau lumpuh. Lebih dari 75% orang yang berumur  
lebih dari 85 tahun memiliki  3-9 kondisi patologi yang  
memicu  kematian.
Perubahan yang terjadi selama penuaan memiliki  hubungan  
erat dengan meningkatnya kemungkinan kematian. Rambut menjadi  
putih merupakan tanda-tanda penuaan, walaupun rambut putih tidak  
meningkatkan kemungkinan kematian. Perubahan yang terjadi  
selama penuaan tidak selalu berhubungan dengan terjadinya penyakit  
yang spesifik, tetapi pada umumnya kematian lebih memiliki   
hubungan erat dengan biomarker-biomarker yang merupakan  
indikator penuaan yang membedakan umur biologis dari umur kronologis. Beberapa biomarker dapat dipakai  untuk mempridiksi  
penuaan, seperti ikatan silang (cross-lingking) pada kolagen,  
resistensi insulin, kapasitas ekspirasi paru-paru dan lain-lain.  
F. Penuaan pada Sistem Organ
Penuaan dalam sistem reproduksi betina hewan mamalia  
merupakan contoh penuaan yang terprogram secara genetik. Untuk  
beberapa organ lainnya, terutama jantung, otak, paru-paru dan ginjal,  
status penyakit spesifik yang terjadi pada organ ini  memiliki   
hubungan erat dengan penuaan daripada terjadinya kemunduran  
fungsi organ. Ada variasi yang luas dalam status kesehatan pada  
organ-organ spesifik yang ada  pada manusia umur tua.
Kulit, paru-paru, pembuluh darah dan fungsi beberapa organ  
pada penderita diabetes secara umum dipengaruhi oleh peningkatan  
kadar protein cross-lingking. Sebagian besar manusia memiliki   
beberapa gejala subklinis yang merupakan tanda awal terjadinya  
diabetes ketika umur 65 tahun dan gejala ini  semakin jelas pada  
saat umur semakin tua. Secara umum terjadinya reduksi aliran darah  
pada saat umur tua akan mengakibatkan aterosklerosis yang  
memicu  banyaknya efek yang merugikan terhadap beberapa  
sistem organ. Protein cross-lingking dan kemunduran kardiovaskuler  
secara kuat dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan (pola  
makan, merokok dan lain-lain). riset  melaporkan bahwa  
penuaan yang terjadi pada kondisi normal memiliki  korelasi  
dengan sensitivitas insulin maupun laju metabolisme pada saat  
istirahat (metabolisme basal) per unit massa bebas lemak (fat-free  
mass).
Ginjal merupakan contoh yang paling mudah untuk
mengetahui adanya variasi individu yang mengalami penuaan akibat  
pengaruh tertentu. Rata-rata berat ginjal akan menurun sekitar 15%  
antara umur 40 dan 80 tahun. Kapasitas filtrasi ginjal untuk rata-rata  
umur 90 tahun hanya separuh dari orang yang berumur rata-rata 20  
tahun. Tetapi tekanan darah tinggi dan diabetes akan memicu   
kerusakan utama pada fungsi ginjal. riset  yang panjang selama  
20 tahun memperlihatkan tidak ada perubahan untuk semua sistem  
organ pada manusia tua yang tidak mengalami masalah kesehatan.  
Jika hasil ini dapat diekstrapolasikan maka rata-rata waktu hidup  
maksimum manusia tidak memiliki  korelasi dengan terjadinya  
kemunduran pada fungsi ginjal yang berkaitan dengan
ketidakhadiran kondisi penyakit tertentu.  
Penyakit kardiovaskuler yaitu  penyakit yang paling banyak  
memicu  kematian pada beberapa  orang yang berumur lebih dari  
85 tahun. Ventrikel kiri jantung akan meningkat ukurannya seiring  
bertambahnya umur (hipertropi), sekaligus meningkatkan ukuran sel￾sel otot jantung yang harus bekerja keras untuk memompa darah  
melalui sistem sirkulasi sistemik yang memiliki  saluran-saluran  
paling dekat dan mengalami penurunan elastisitas. Kandungan  
lipofuscin pada sel-sel otot jantung meningkat dari 1% pada umur  
muda menjadi lebih dari 5% pada saat umur tua. Arteri-arteri akan  
menebal seiring bertambahnya umur sampai tiga perempat pada saat  
umur tua dan penebalan ini akan meningkatkan tekanan darah  
(sistolik dan distolik). Menurut Framingham Heart Study, tekanan  
darah sistolik lebih dapat dipakai  untuk mempridiksi mortalitas  
daripada tekanan darah diastolik. Hipertensi yaitu  didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik yang lebih besar dari 160 mmHg.  
Hipertensi biasanya terjadi 5% pada manusia yang berumur 60 tahun  
dan mendekati 25% pada orang yang berumur 75-80 tahun.  
Sementara serangan jantung mendadak (heart attacks) dari kondisi  
iskemia terhitung 43% memicu  kematian untuk umur 65-74  
tahun, dan 8% memicu  stroke.
Penuaan pada sistem saraf ditandai dengan hilangnya sekitar  
100.000 neuron per hari. Sekitar 2% neuron akan hilang pada rata-rata  
umur antara 20 dan 90 tahun (40% kehilangan neuron ini   
ada  pada bagian kortek depan). Pada umur di atas 85 tahun rata￾rata terjadi penurunan neurons 14% di bagian serebral kortek, 35% di  
hipokampus dan 26% di bagian white matter serebral. Beberapa  
peneliti tidak menemukan adanya penurunan berat otak atau IQ pada  
beberapa  orang tua yang sifat mentalnya normal. Dementia lebih  
umum terjadi pada orang umur tua yang dapat berkembang menjadi  
penyakit kardiovaskuler. Reduksi secara tajam aliran darah serebral,  
ketersediaan oksigen dan glukosa dalam otak seringkali terlihat  
setelah umur 80 tahun. Meskipun kebanyakan dementia yaitu   
sekaligus penyakit Alzheimers, kurang lebih 20% dementia yaitu   
sekaligus stroke.
Otot-otot rangka yaitu  ”fast-twitch” atau “slow-twitch”. Otot￾otot rangka fast-twitch (otot putih atau white meat) dapat memodulasi  
kekuatan selama periode pendek melalui energi yang diperoleh dari  
reaksi anaerobik (bebas oksigen), phospagen (kreatinin phospat) dan  
glikogen atau metabolisme asam laktat. Otot-otot slow twitch (otot  
gelap atau dark meat) menyediakan daya tahan dengan melibatkan  
metabolisme aerobik dengan memakai  lebih banyak kapiler, mitokondria dan mioglobin. Pelari-pelompat memiliki  lebih  
banyak otot-otot fast-twitch, sedang  pelari marathon dan  
perenang memiliki  lebih banyak otot-otot slow twitch. Postur atau  
bentuk tubuh dipelihara oleh otot-otot slow twitch. Penuaan lebih  
banyak menghasilkan kehilangan otot-otot fast-twitch daripada slow  
twitch.  
Penuaan pada organ mata ditandai dengan terjadinya atropi  
otot-otot di bagian iris mata dan reduksi ukuran pupil, sehingga  
memicu  meningkatnya iluminasi. Lensa menjadi menebal dan  
berwarna kuning sehingga memicu  reduksi perbedaan warna  
hijau-biru-violet. Sementara itu kolagen dan elastin dalam tendon￾tendon dan ligamen akan kehilangan elastisitas atau keuletan dan  
lebih mudah terfragmentasi. Kondisi ini dipicu  karena proses  
glikasi (glycation) yaitu terjadinya cross-lingking protein dengan  
glukosa. Kartilago artikularis menjadi terurai dan cairan sinovial  
antara daerah pertautan sendi menjadi tipis. Penurunan fungsi  
sirkulasi memberi  kontribusi terjadinya peristiwa ini. Glikasi  
kolagen dan elastin akan menjadi semakin meningkat pada orang  
yang menderita diabetes melitus dan juga pada orang yang  
memiliki  kadar gula darah tinggi.
Penuaan kulit secara umum dibagi menjadi penuaan kronologis  
(chronological aging) dan penuaan karena faktor cahaya
(photoaging). Pada manusia yang tidak merokok, 80% penuaan kulit  
dipicu  oleh faktor cahaya. Penuaan kulit yang dipicu  oleh  
faktor cahaya melibatkan sinar ultraviolet (UV). Sinar ultraviolet  
mengaktifkan terjadinya inflamasi kolagen-kolagen akibat pengaruh  
sitokin dan metalloprotein yang diinduksi oleh radikal-radikal bebas. Radiasi UV akan menghasilkan oksigen tunggal yang selanjutnya  
akan mengaktifkan enzim metalloprotein dan memicu  delesi  
DNAmitokondria dalam skala besar. Karotenoid, khususnya likopen  
diketahui efektif dalam menghentikan rantai reaksi radikal bebas atau  
oksigen tunggal.
Kollagen dan elastin yang mengalami cross-lingking dalam  
kulit akan memicu  kulit kehilangan sifat elastisitas. Protein  
keratin dalam kuku jari merupakan komponen lapisan luar kulit  
(epidermis) yang menyediakan ”water proofing”. Epidermis akan  
semakin tipis seiring dengan penuaan, dan akhirnya memicu   
kulit menjadi semakin berkerut. Menurunnya sekresi kelenjar  
keringat akan meningkatkan kerentanan terhadap cekaman panas.  
Ketika melanosit-mealnosit (sel-sel yang menghasilkan substansi  
melanin yang mewarnai rambut dan kulit) kadarnya semakin rendah  
maka fungsi folikel akan berhenti, dan rambut menjadi putih. Reduksi  
sebagian fungsi melanin menghasilkan rambut tampak kelihatan abu￾abu.
Hilangnya fleksibilitas protein kolagen dan elastin dalam paru￾paru mengakibatkan hilangnya elastisitas recoil. Kondisi ini akan  
mengganggu ritme pernafasan dan pada akhirnya memicu   
terjadinya penurunan perubahan udara dan kapasitas untuk
melakukan kerja. Laju transfer oksigen ke jaringan hanya tersisa  
separuh pada umur 70 tahun dibanding ketika umur masih muda.
Tulang terdiri dari berbagai macam komposisi penyusunnya.  
Tulang memiliki  kandungan air yang khusus yaitu 25%, jaringan  
lunak (sel-sel dan pembuluh darah) 30% dan deposit mineral (paling  
banyak kalsium) 45%. Tulang banyak mengandung mineral kalsium, tembaga, seng dan potasium. Laki-laki dan wanita akan mengalami  
penurunan massa tulang pada umur 39-70 tahun (osteoporosis), tetapi  
pada wanita postmenopause (yang mengalami penurunan estrogen)  
laju penurunan massa tulang dua kali lipat lebih cepat dibandingkan  
laki-laki. Penurunan hormon pertumbuhan memicu  penurunan  
massa tulang, baik pada laki-laki maupun perempuan. Berhentinya  
kegiatan fisik (inaktivasi fisik) dan malnutrisi (khususnya untuk  
kalsium dan vitamin D dan C) pada sebagian besar orang yang sudah  
berumur tua akan memperparah terjadinya penurunan massa tulang.  
Reduksi satu sampai tiga inchi dalam tinggi terjadi pada umur 80  
tahun.
Pengapuran pada persendian tulang telinga bagian dalam,  
mengakibatkan terjadinya penurunan kemampuan untuk
mendengarkan nada yang tinggi. Semakin menurunnya fungsi  
kelenjar keringat dalam telinga memicu  kotoran telinga  
menjadi semakin kering dan berubah menjadi keras. Penyumbatan  
telinga oleh kotoran akan menurunkan kemampuan mendengarkan  
frekuensi rendah. Penuaan menurunkan sekresi saliva sehingga mulut  
menjadi kering dan perlindungan terhadap infeksi bakteri pada mulut  
menjadi menurun. Volume juice lambung menurun 25% pada umur  
60 tahun dan ada  penurunan aktivitas pepsin sampai 60%. Tetapi  
pengaruh ini tidak terdeteksi pada pencernaan kecuali pada kasus  
daging yang sukar dicerna. Absorbsi vitamin D (dan meningkatkan  
absorbsi kalsium), vitamin B12 (dipengaruhi oleh penurunan faktor  
intrinsik) dan asam folat akan menurun pada saat umur tua.
Ada beberapa teori tentang proses penuaan tingkat sellular.  
Penuaan diyakini merupakan akibat dari kematian sel yang terprogram secara genetik (apoptosis). Teori yang lain menyebutkan  
bahwa kematian sel merupakan hasil dari terjadinya akumulasi  
kerusakan pada tingkat selular dan mutasi. Hal ini memberi  
kesimpulan bahwa proses penuaan merupakan akibat dari terjadinya  
kerusakan pada tingkat seluler.
Selain itu, penuaan juga dipicu  karena menurunnya fungsi  
kelenjar endokrin. Berubahnya produksi dan sekresi hormonal,  
menurunnya sensitivitas reseptor dalam proses penerimaan stimulus  
atau penghambatan stimulus, perubahan anatomi pada kelenjar￾kelenjar endokrin dan gangguan transport hormon menjadi penyebab  
penuaan. Selain itu, menurunnya beberapa hormon, seperti HGH dan  
IGF-1 akan mengurangi kemampuan sistem pertahanan tubuh dalam  
mendeaktivasi reaksi berantai oksidasi yang dipicu  oleh radikal  
bebas.
Kerusakan yang dipicu  oleh radikal bebas merupakan  
teori yang paling popular dan umum, berkaitan dengan penuaan  
tingkat sellular (umur biologis). Radikal bebas merupakan molekul￾molekul yang sangat reaktif yang dihasilkan oleh reaksi biokimia  
dengan melibatkan oksigen dan diinduksi oleh faktor luar. Radikal  
bebas akan bereaksi dengan molekul-molekul dalam sel sehingga  
memicu  kerusakan dan mutasi, yang berakibat pada timbulnya  
proses penuaan.  
 
 
 
 
Pengaruh Perubahan Mitokondria terhadap Penuaan
Mitokondria yaitu  organel seluler berbentuk kapsul yang  
merupakan tempat untuk menghasilkan energi (molekul ATP) dari  
metabolisme aerobik (memerlukan oksigen) yang melibatkan rantai  
respirasi (rantai transport elektron) dan enzim-enzim ATP sintase.  
Sebagian besar sel-sel hewan mengandung ratusan sampai ribuan  
mitokondria. Mitokondria paling banyak ditemukan dalam sel yang  
aktif melakukan metabolisme, seperti sel saraf dan otot-otot, dimana  
mitokondria mengisi sekitar 40% volume sel. Sekitar 10% berat  
tubuh manusia dewasa yaitu  mitokondria.  
Mitokondria memiliki  dua membran. Membran luar
mengandung poros-porus kecil (porin atau juga disebut voltage￾dependent anion channels, VDACs) yang permeabel terhadap semua  
ion-ion dan makromolekul-makromolekul lain yang memiliki   
ukuran lebih kecil dari 10kDa. Membran bagian dalam memiliki   
sifat impermeabelitas yang tinggi, merupakan tempat proton-proton yang bermuatan positif (ion-ion H ). Gradien proton akan melintasi  
membran bagian dalam yang dipakai  oleh enzim-enzim ATP
sinthase untuk menghasilkan molekul ATP. Daerah antara membran  
bagian luar dan membran bagian dalam bermuatan lebih positif (P￾Phase), karena konsentrasi proton yang lebih tinggi, dimana bagian  
dalam membran lebih bermuatan negatif (N-Phase, matriks). Di  
dalam matriks ini terjadi siklus asam sitrat Krebs. Ada puluhan atau  
ribuan rantai respirasi dan enzim ATP sinthase yang ada  pada  
membran dalam mitokondria yang secara khusus ada  pada sel￾sel yang aktif melakukan proses metabolisme yang membran bagian  
dalam memiliki  banyak lipatan-lipatan (cristae) yang berfungsi  
meningkatkan luas permukaan area.  
Membran dalam mitokondria mengandung beberapa  karier  
molekul aktif, meliputi karier phospat (Pi=H PO ) dan transporter 2 4
nukleotida adenin (ANT). ANT mengimpor molekul-molekul ADP
ke dalam matriks untuk sintesis ATP dan pertukaran molekul ATP
yang diekspor untuk energi untuk seluruh proses yang berlangsung  
dalam sel (seperti baterai portabel). Rantai respirasi atau rantai  
transport elektron berhimpitan dengan dinding dalam pada membran  
dalam mitokondria yang disusun oleh 4 protein kompleks. Protein￾protein kompleks ini diidentifikasi sebagai protein kompleks I, II, III,  
dan IV. Protein komplek II hanya terdiri 4 peptida, dua yang termasuk  
dalam siklus asam sitrat Krebs yaitu protein suksinat dehidrogenase,  
dan dua yang merupakan protein kompleks jangkar (anchor) pada  
membran dalam mitokondria.
Kompleks I dan II secara bebas mensuplai elektron-elektron ke  
kompleks III, dan selanjutnya dari kompleks III mensuplai elektron-
elektron ke kompleks IV. Protein karier yang dapat larut dipakai   
untuk menstransport elektron ke dan dari kompleks III. Protein yang  
dapat larut yang menstransport elektron dari kompleks I dan II ke  
kompleks III yaitu  koenzim Q (KoQ). Protein karier yang  
menstransport elektron dari kompleks III ke kompleks IV yaitu   
sitokrom C. Untuk hal ini kompleks III yaitu  juga diketahui sebagai  
sitokrom-c reduktase dan kompleks IV juga diketahui sebagai  
sitokrom-c oksidase. Kompleks IV melakukan kombinasi dengan  
elektron-elektron (atom-atom hidrogen) dengan oksigen untuk  
membentuk air. Energi yang dilepaskan oleh oksidasi dalam rantai  
respirasi dipakai  untuk memompa proton membran bagian luar  
mitokondria.
Membran dalam mitokondria bersifat impermiabel untuk ion-
+
ion H (proton) dan selanjutnya mampu berfungsi seperti bendungan  
hidroelektrik. Enzim-enzim respirasi (kompleks I, III dan IV)  
memompa proton keluar pada matriks bagian dalam mitokondria,  
proton yang dibangun menekan bagian luar bendungan (membran)  
pada mitokondria. Tekanan proton (proton-motive force) yang  
melintasi membran bagian dalam disusun oleh dua komponen, yaitu  
perbedaan pH dan potensial elektrik (membran potensial) yang  
merupakan komponen paling penting. Perbedaan pH yaitu  kecil,  
banyaknya hanya sekitar 0,5 unit pH. Potensial membran pada  
membran mitokondria yaitu  sekitar dua kali lipat dan besarnya sama  
seperti pada serabut saraf yang besar, yaitu banyaknya di atas 200 mV.  
Kompleks V (F0F1-ATP synthase) yaitu  ”hydroelectric turbine”  
yang menyediakan energi pada aliran proton yang masuk ke dalam  
matriks melalui ”turbin” untuk sintesis ATP. ATP sinthase (kompleks
V) ”rotary motor” yang paling kecil yang diketahui yaitu  mesin  
nano alamiah. Mesin nano alamiah ini memakai  kekuatan  
pergerakan proton untuk menjalankan reaksi endotermik:
ADP + Pi ATP
Hasil kombinasi pada tahapan respirasi (oksidatif) dan tahapan  
pembentukan ATP (phosporilasi ADP) disebut oksidasi phosporilasi.  
Secara normal respirasi (konsumsi oksigen) dan phosporilasi  
(produksi ATP) yaitu  pasangan yang saling berkaitan erat (tightly  
doubled), yaitu beberapa  ATP yang diproduksi berhubungan dengan  
jumlah oksigen yang dikonsumsi dalam arti sebagai respirasi status 3  
(state 3 respiration). Dalam ketidakhadiran ADP (status istirahat),  
bagaimanapun beberapa respirasi yang terjadi akan juga menuju  
rembesan proton ”proton leak” sampai ke respirasi status 4 (state 4  
respiration) dan status 1, status 2 dan status 5 yaitu  kondisi  
eksperimen yang lebih menarik daripada kondisi metabolik.  
Dalam respirasi status 4 proton mengalir secara langsung  
melalui membran dalam secara cukup daripada melalui “ATP
turbine” (kompleks V) yang menghasilkan energi panas yang cukup  
daripada energi ATP. Protein uncoupling yaitu  asam-asam lemah  
yang melarutkan lipid-lipid membran dalam mitokondria, karena itu  
meningkatnya protein uncoupling berasal dari oksidasi dari
phosporilasi. Respirasi uncoupling dari phosporilasi untuk
menghasilkan panas yaitu  berguna untuk rodensia-rodensia kecil,  
bayi yang baru lahir dalam kondisi telanjang dan hewan-hewan yang  
sedang hibernasi dan beradaptasi pada kondisi dingin, semuanya
mengandung ”brown fat”. Protein uncoupling juga berguna untuk  
produksi demam. Protein uncoupling I (uncoupling protein I) atau  
UCP1 yaitu  protein uncoupling yang ditemukan dalam ”brown fat”,  
lemak berwarna coklat yang dibuat dengan konsentrasi tinggi dalam  
mitokondria. UCP2 memiliki  jaringan kasar yang terdistribusi dan  
kelihatannya untuk fungsi respons stress, tetapi ekspresi protein ini  
kurang lebih 1% pada UCP1. UCP 3 ditemukan dalam otot dan  
diregulasi oleh hormon tiroid (T3).
Fungsi UCP1 yaitu  untuk membentuk panas (thermogenesis).  
riset  telah membuktikan bahwa UCP3 membentuk beberapa   
kecil panas tetapi fungsi untuk mereduksi kerusakan radikal bebas  
dengan menurunnya kadar protein selama periode aktivitas metabolik  
yang tinggi. Mencit dengan kandungan UCP3 lebih tinggi
memiliki  intensitas metabolik yang lebih tinggi (17% lebih besar  
konsumsi oksigen pada saat istirahat) dan 36% memiliki  masa  
hidup yang panjang. Merembesnya proton (proton leak) tidak  
memperlihatkan adanya pengaruh faktor CRAN (caloric restriction  
with adequate nutrition). Fakta pada orang yang menderita  
kegemukan yang resisten diet memperlihatkan beberapa  protein  
UCP3 dengan kadar yang lebih kecil yang mengindikasikan bahwa  
thermogenesis dari UCP3 tidak dapat diabaikan.
Peningkatan kadar insulin sering dikaitkan dengan penuaan dan  
diabetes tipe-2 akan menstimulasi sintesis nitrit oksida yang  
menghasilkan peroksinitrit. Peroksidasi lipid pada membran dalam  
mitokondria oleh peroksinitrit dapat meningkatkan proton leak bebas  
pada protein uncoupling. Peroksinitrit dapat juga mendegradasi  
fungsi enzim-enzim respirasi dan menginaktivasi enzim-enzim
superoksida dismutase mitokondria (Mn-SOD).
Mitokondria yaitu  organel sellular yang memiliki DNA
sendiri (tidak ada DNA seluler di bagian luar nukleus selain DNA
mitokondria). DNAmitokondria (mtDNA) manusia berbentuk strand  
sirkuler yang memiliki  16.569 asam-asam nukleat yang terdiri 37  
gen-gen pengkode yaitu, 22 RNAs transfer, 2 RNAs ribosomal dan 13  
protein transmembran. ada  kurang lebih 1.500 produk gen-gen  
lain yang ada dalam mitokondria, yang dikode oleh DNA nukleus  
(nDNA). Kebalikan dengan nDNA, mtDNAlebih banyak diwariskan  
dari pihak ibu. Setiap sel mengandung beberapa mitokondria, tetapi  
total mtDNA dalam sel keberadaannya kurang lebih hanya 1% dari  
jumlah DNAyang ditemukan di dalam nukleus.  
Setiap mitokondria mengandung 2 sampai 12 kopi mtDNA
yang identik (2-12 strands berbentuk sirkuler). Setiap strands mtDNA
mengkode 13 macam protein, semuanya merupakan subunit-subunit  
transmembran pada kompleks I, III, IV dan V. Dari 13 macam protein  
mtDNA, 7 protein mtDNAberada dalam protein kompleks I, 1 dalam  
kompleks III, 3 dalam kompleks IV dan 2 dalam kompleks V. Ciri  
khusus yang membedakan ke 13 macam protein yang dikode oleh  
mtDNA yaitu  bahwa protein-protein ini  bersifat hidrofobik  
(tidak mudah larut dalam air). Hal ini membuktikan bahwa protein￾protein ini  sulit untuk disintesis dan ditransport ke dalam cairan  
sitoplasma. Alasan ini kelihatannya mustahil bahwa mtDNA untuk  
protein-protein ini akan berpindah ke nu