Sabtu, 30 November 2024

penuaan 2


 aja dihasilkan, radikal hidroksil
memiliki  reaktifitas yang sangat tinggi dan memicu  cross￾lingking kovalen atau propagasi radikal bebas memiliki  variasi  
yang luas terhadap molekul-molekul biologi. Ion-ion superoksida  
dalam sel cenderung terkonsentrasi dalam mitokondria karena ion￾ion ini  bersifat reaktif dan terus berjalan sangat jauh dalam status  
tidak berubah dan frekuensinya lebih sedikit ditemukan dalam  
nukleus daripada dalam sitoplasma. Radikal-radikal hidroksil tidak  
mengalir jauh dari tempat asal mereka dibentuk. Hidrogen peroksida  
lebih stabil dan dapat melakukan perjalanan melintasi membran  
nukleus masuk ke dalam nukleus atau dekat sel membran dimana  
radikal hidroksil dapat dibentuk ketika bertemu dengan ion-ion  
logam berat. Hidrogen peroksida dapat merusak protein secara  
langsung melalui oksidasi gugus-SH. Radikal hidroksil dapat  
bereaksi dengan molekul-molekul (LH) dalam membran untuk  
. menghasilkan radikal molekul lipid (alkil = L)
. OH + LH L + H2O
Radikal-radikal lipid dapat bereaksi secara langsung dengan  
oksigen (autooksidasi) dan melakukan propagasi sendiri dalam  
bentuk reaksi berantai membentuk peroksida lipid (radikal peroksil  
lipid, yaitu molekul-molekul lipid yang mengandung gugus oksigen  
yang saling berpasangan --OO--):
.
L + O2 LOO
. .
LOO + LH LOOH + L
Reaksi pertama yaitu  sekitar 15 kali lebih cepat dengan  
oksigen tunggal daripada dengan oksigen triplet normal. Oksigen  
tunggal memiliki  energi yang cukup, dan bereaksi secara langsung  
dengan ikatan ganda pada asam-asam lemak tidak jenuh tanpa  
memerlukan radikal bebas perantara (intermidiet). Hidroperoksida  
lipid (LOOH) dapat menaikkan reaksi Fenton seperti berikut ini:

Fe + LOOH + H+Fe + OL + H2O
. Radikal alkoksi lipid (alkoksi = alkoksil = OL) yaitu  lebih  
reaktif dan lebih merusak daripada radikal peroksida lipid (peroksil)  
.
(peroksi = peroksil = LOO). Dengan demikian, urutan yang paling  
. .
kecil yaitu  tahap satu radikal bebas L menjadi dua radikal ( L dan  
.OL) dan seterusnya hingga terjadi auto-amplifikasi reaksi berantai.  
Namun, jika dua alkil, alkoksil atau molekul-molekul radikal peroksil  
collide akan meniadakan satu dengan lainnya, harus membutuhkan  
energi dengan membentuk cross-lingking (ikatan kovalen) antara dua  
molekul lipid.
Di bagian luar mitokondria, superoksida dan hidrogen  
peroksida dapat dibentuk di retikulum endoplasma melalui proses  
oksidasi yang melibatkan sitokrom P-450 dan NADPH-sitokrom-c  
reduktase. Akumulasi abnormal berbagai macam metabolit seperti  
asam laktat, piruvat, asetoasetil-KoA dan gliseraldehid-3-phosphat  
dapat meningkatkan kadar NADH oksidase dan flavoenzim bentuk  
reduksi seperti xanthine oksidase. Ketidakhadiran aseptor elektron  
yang cukup, substrat enzim dapat secara langsung mentransfer  
3+ elektron-elektron menjadi O atau Fe menjadi bentuk superoksida 2  
2+
atau Fe . Asam askorbat membentuk H O melalui reaksi 2 2
autooksidasi (kombinasi langsung dengan oksigen). Asam askorbat  
dan merkaptans (thioalkohol, yaitu senyawa yang memiliki  gugus￾SH, dimana sulfur disubstitusi oksigen pada alkohol) yang
3+ 2+ 2+ memiliki  kemampuan mereduksi Fe dan Cu menjadi Fe dan  
+ Cu , kadang-kadang meningkatkan reaksi Fenton.
Peroksidasi lipid pada asam-asam lemak rantai panjang tak
 
Asam-asam lemak rantai panjang tak jenuh lebih rentan  
terhadap oksidasi radikal bebas daripada beberapa makromolekul  
lainnya di dalam tubuh dan bersifat sensitif terhadap radikal bebas  
yang secara eksponensial meningkatkan kerusakan dengan beberapa   
ikatan ganda. Kajian terhadap lipid hati manusia dan burung (burung  
merpati) memperlihatkan hubungan yang berbanding terbalik antara  
waktu hidup maksimum dengan jumlah ikatan ganda. Namun,  
phospolipid tidak jenuh pada otak tidak bervariasi seperti ada   
pada banyak mamalia, hal ini kemungkinan mengindikasikan  
pentingnya asam-asam lemak tidak jenuh untuk mendukung fungsi  
saraf.  
C. Berbagai Macam Antioksidan PenetralisirRadikal Bebas
Sel-sel hewan memiliki  3 enzim penting yang memiliki   
fungsi berkaitan dengan superoksida dan hidrogen peroksida, yaitu  
superoksida dismutase (SOD), glutathion peroksidase dan katalase  
(CAT). Dismutase yaitu  enzim yang mengkatalisis reaksi dua  
molekul yang identik menghasilkan molekul-molekul dalam status  
oksidatif yang berbeda. Ketidakhadiran SOD, dua ion superoksida  
dapat secara spontan mengalami dismutasi menghasilkan hidrogen  
peroksida dan oksigen tunggal. SOD mengkatalisis reaksi antara dua  
ion superoksida untuk menghasilkan hidrogen peroksida dan oksigen  
triplet. Katalase mengkatalisis pembentukan air dan oksigen bebas  
dari hidrogen peroksida. Katalase hadir dalam jumlah yang terbatas  
pada organel-organel bermembran yang dikenal dengan peroksisom.  
Peroksisom mengandung enzim-enzim yang mendegradasi asam￾asam amino dan asam-asam lemak yang menghasilkan hidrogen peroksida sebagai produknya. Glutathion yaitu  tripeptida yang  
tersusun asam-asam amino sistein, glisin dan asam glutamat.  
Glutathion yaitu  antioksidan utama dalam bagian non-lipid pada sel  
(yang paling banyak di sitoplasma). Glutathion berada dalam bentuk  
tereduksi (GSH) dan dalam bentuk teroksidasi (GSSG). Glutathion  
peroksidase menetralisir hidrogen peroksida dengan mengambil  
hidrogen dari dua molekul GSH dan menghasilkan dua molekul air  
dan satu GSSG. Enzim glutathion reduktase kemudian membentuk  
kembali GSH dari GSSG dengan NADPH sebagai sumber hidrogen  
(yang memungkinkan mengapa selenium memiliki  kemampuan  
sebagai anti-kanker). Eliminasi hidrogen peroksida oleh glutathion  
dapat ditulis dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
Lalat buah transgenik dengan masa hidup yang panjang  
memiliki  enzim yang mampu mensintesis GSH melalui ekspresi  
yang berlebihan. Lalat transgenik ini mengalami pertambahan waktu  
hidup yang lebih panjang mendekati 50% dibandingkan sebelum  
perlakuan. Kadar glutathion semakin menurun seiring bertambahnya  
umur. Radikal bebas beraksi pada lipid untuk menghasilkan  
peroksida (-O-O-bonds) menghasilkan epoksida mutagenik dan  
pigmen penuaan yang dapat larut (insoluble) dan tidak dapat dicerna  
(non-digestible) seperti lipofuchsin. Glutathion peroksidase atau  
glutathion perusak peroksida lemak memiliki  cara yang sama  
dalam mengeliminasi hidrogen peroksida:
2 GSH + ROOHGSSG + ROH + H2O
Superoksida dismutase (SOD) yaitu  enzim antioksidan yang  
paling melimpah dalam hewan, terutama dalam hati. Konsentrasi  
SOD selular untuk aktivitas metabolik dapat dipakai  untuk  
memprediksi waktu hidup (lifespan) spesies hewan. Banyak mamalia  
selama masa hidupnya mengeluarkan 200.000 kalori per gram, tetapi  
manusia sungguh menakjubkan yaitu mengeluarkan 800.000 kalori  
per gram. Manusia memiliki  kadar SOD yang lebih tinggi dan  
memiliki  laju metabolik yang tinggi dibanding spesies lain.  
Kerusakan oksidatif DNA terjadi 10 kali lipat lebih besar pada tikus  
dibandingkan pada manusia. Waktu hidup maksimum memiliki   
korelasi dengan laju produksi radikal bebas yang rendah dan laju  
reparasi DNA yang tinggi. Molekul SOD dalam sitoplasma  
mengandung atom cuprum dan atom-atom seng (Cu/Zn-SOD),
dimana SOD dalam mitokondria mengandung mangaan (Mn-SOD).  
Superoksida dismutase tanpa glutathion peroksidase atau  
katalase hanya memiliki  kontribusi yang kecil dalam memutus  
rantai reaksi radikal hidrogen peroksida. Serangga-serangga
memiliki  glutathion peroksidase yang sangat kurang, tetapi  
eksperimen-eksperimen yang telah dilakukan dapat membuat lalat  
buah rekombinan (transgenik) memiliki  gen SOD, katalase atau  
keduanya secara berlebihan. Lalat buah yang memiliki  kelebihan  
gen SOD atau katalase tidak lebih dari 10% waktu hidupnya menjadi  
lebih meningkat namun belum mencapai peningkatan waktu hidup  
yang maksimum. Tetapi lalat buah yang memiliki  kelebihan gen  
SOD dan katalase memperlihatkan waktu hidup maksimum yang  
semakin meningkat dan memperlihatkan kerusakan oksidatif protein  
menjadi menurun dan performan fisik yang semakin baik.  
Eksperimen memakai  SOD atau katalase sintetis di cacing  
nematoda memicu  rata-rata waktu hidup cacing ini   
meningkat menjadi 44%. Perkawinan inbriding selektif jamur roti  
menghasilkan strains dengan waktu hidup 6 kali lebih lama dibanding  
tipe liar. Perubahan waktu hidup ini memperlihatkan adanya  
peningkatan ekspresi enzim-enzim antioksidan. Individu betina  
mengekspresikan Mn-SOD dan glutathion peroksidase lebih banyak  
daripada individu jantan, dan hal ini membuktikan bahwa individu  
betina memiliki  masa hidup yang lebih panjang dibandingkan  
jantan dalam spesies mamalia. Maksimum lifespan pada mencit  
transgenik diperpanjang sekitar 20% oleh kelebihan ekspresi gen  
katalase dalam mitokondria.
Radiasi berpengaruh terhadap terbentuknya radikal hidroksil, tetapi sebagian besar radikal bebas oksigen diproduksi selama proses  
metabolisme, terutama di mitokondria, lisosom, dan peroksisom.  
Salah satu alasan organel-organel ini dikelilingi oleh membran  
mungkin untuk memproteksi atau melindungi sel dari radikal bebas.  
DNAyang diasingkan dalam nukleus, yaitu  untuk melindungi DNA
ini  dari serangan radikal bebas. Namun demikian, radikal￾radikal bebas ini  tetap dapat memicu  kerusakan dan  
mutasi DNAmelalui rantai reaksi yang sangat panjang.
Selain enzim, sel-sel hewan memakai  bahan-bahan kimia  
lain untuk melindungi sel terhadap radikal bebas oksigen. Vitamin E  
yaitu  memiliki  peran utama dalam menangkap radikal bebas  
dalam membran lipid sel. Vitamin C beraksi sebagai antioksidan di  
bagian sel yang non-lipid (watery), antara sel dan sirkulasi darah.  
Melatonin, hormon yang diproduksi oleh kelenjar pineal akan  
menurun kuantitasnya seiring dengan penuaan, secara efisien  
melintasi membran (meliputi nukleus) dan secara efektif dapat  
mengikat radikal hidroksil.
Asam urat yang sebagian besar dibentuk dari degradasi purin  
berfungsi melindungi vitamin C dari oksidasi ion-ion divalen dan  
dapat beraksi sebagai antioksidan. Asam urat juga melindungi sel  
terhadap katalisis radikal bebas yang berikatan dengan besi. Manusia  
memiliki  kadar asam urat yang lebih tinggi dari pada kera dan  
mamalia lain karena manusia memiliki  enzim urikase yang rendah.  
Burung-burung yang memiliki  waktu hidup beberapa lama dapat  
dijadikan sebagai ukuran waktu hidup mamalia meskipun burung  
memiliki  laju matabolik dua kali lipat lebih tinggi, glukosa plasma  
0
2-6 kali lipat dan temperatur tubuh 3 C lebih tinggi. Mamalia yang
memakan bahan antioksidan memperlihatkan kenaikan waktu hidup  
sampai 30% dari rata-rata masa hidupnya, tetapi tidak meningkatkan  
secara maksimum masa hidupnya. Antioksidan yang memiliki   
nilai sangat penting bagi hewan-hewan biasanya pada kajian kanker  
atau kondisi yang diinduksi oleh radiasi atau bahan-bahan kimia  
toksin. ada  bukti mekanisme homeostasis dalam sel yang  
memerintahkan beberapa  aktivitas antioksidan. Sebagai contoh,  
meningkatnya kadar vitamin E dalam diet berkorelasi dengan  
penurunan tingkat aktivitas glutathion peroksidase dan begitu pula  
sebaliknya. Vitamin E akan meningkatkan enzim katalase dalam lalat  
buah pisang, dengan meningkatnya dosis vitamin E akan
meningkatkan masa hidup lalat buah naik sampai dosis 5 µg/mL,  
diatas dosis yang telah ditingkatkan ini akan menurunkan masa hidup  
lalat buah.

 
 
 
 
 
 
 
 
Hormon Seks dan Penuaan
Dari sebagian besar riset  tentang umur harapan hidup  
menyebutkan bahwa wanita memiliki  umur harapan hidup yang  
lebih lama daripada laki-laki dan secara signifikan wanita mampu  
bertahan hidup sampai umur yang sangat tua. Namun demikian laki￾laki yang mampu bertahan hidup sampai umur tua memperlihatkan  
fitness yang lebih baik daripada wanita. berdasar  laporan United  
State National Institute of Aging menyebutkan bahwa 44% laki yang  
berumur lebih dari 80 tahun memiliki  fitness yang lebih baik  
daripada wanita yang hanya 28%. Persentase umur harapan hidup  
laki-laki yang berumur lebih dari 100 tahun akan meningkat 15-40%.
Organ-organ reproduksi wanita menunjukkan laju penuaan  
yang lebih cepat dibandingkan dengan sistem lain dalam tubuh.  
Berhentinya fertilitas wanita pada saat menopause merupakan  
fenomena penting dalam mencegah kecacatan bentuk tubuh atau  
kematian anak yang baru lahir. Untuk spesies yang memiliki  periode pengasuhan anak yang panjang, sifat fertilnya akan berhenti  
panjang dan menjadi lemah pada saat menjelang umur tua. Hormon  
gonadotropin yang disintesis dan disekresi oleh sel-sel kelenjar  
hipofisis anterior di bawah pengaruh stimulus GnRH (gonadotropin  
reliezing hormone), yaitu hormon peptida yang terdiri 10 asam amino  
yang disintesis dan disekresi oleh sel-sel neurosekretoris yang  
terletak di nukleus arkuat (arcuate nucleus) pada hipothalamus. Dua  
hormon gonadotropin (FSH dan LH) yaitu  sama untuk wanita dan  
laki-laki, meskipun fungsi kedua hormon ini  pada wanita dan  
laki-laki berbeda. Pada wanita, FSH berfungsi menstimulasi produksi  
sel telur atau ovum dan pada laki-laki FSH berfungsi menstimulasi  
produksi sperma, sedang  LH menstimulasi produksi estrogen  
pada wanita dan testosteron pada laki-laki.
Pada wanita yang fertil FSH meningkatkan atau mempercepat  
pertumbuhan 6-12 folikel primer dalam ovarium setiap bulan dan satu  
yang mungkin menjadi matang. Folikel-folikel ini  kemudian  
akan mensekresikan estrogen dan estrogen yang memiliki   
pengaruh yang paling kuat yaitu  estradiol. Meningkatnya LH secara  
tajam biasanya akan memicu terjadinya ovulasi (folikel mengalami  
ruptur dengan melepaskan ovum) dan folikel akan berubah menjadi  
korpus luteum (badan kuning) yang juga mensekresikan estrogen,  
tetapi yang lebih utama yaitu  mensekresikan progesteron.
Progesteron menstimulasi pertumbuhan dinding uterus untuk
mempersiapkan implantasi sel telur yang sudah difertilisasi. Jika  
kehamilan terjadi, progesteron akan menghambat ovulasi (dengan  
menekan FSH dan LH) dan meningkatkan perkembangan uterus  
sampai plasenta menjadi lebih matang fungsional.Menopause yaitu  akhir dari siklus reproduksi wanita dimana  
ovarium sudah tidak memiliki  kemampuan lagi menghasilkan sel  
telur. Hilangnya kemampuan sel-sel folikel untuk memproduksi  
estradiol memicu  berakhirnya siklus menstruasi dan produksi  
estrogen dan progesteron oleh sel-sel folikel ovarium. Pada umur 30  
tahun, wanita normal memiliki  periode siklus menstruasi antara  
28-30 hari, tetapi pada saat umur 40 tahun periode ini  berubah  
menjadi 25 hari dan laju kehilangan sel telur dalam ovarium semakin  
meningkat. Selanjutnya terjadi pemendekan periode siklus
menstruasi hingga akhirnya tidak terjadi ovulasi sel telur lagi atau  
disebut menopause. Rata-rata wanita mengalami menopause pada  
umur 50 tahun (plus atau minus 10 tahun). Menopause pada wanita  
sering ditandai dengan gejala kecemasan, kepekaan dan kelelahan.  
Permulaan menopause pada wanita sering ditandai dengan lonjakan  
panas secara tiba-tiba (hot flashes) terjadi sekitar 3 menit. Lonjakan  
panas ini  dipicu  oleh gelombang darah yang menuju kulit  
di bagian dada, bahu dan wajah yang memicu  munculnya  
keringat dan terjadinya panas secara tiba-tiba. Lonjakan panas yang  
terjadi secara tiba-tiba memiliki  keterkaitan dengan kecepatan  
pelepasan LH dari sel-sel kelenjar hipofisis anterior yang distimulasi  
oleh GnRH dari hipothalamus. Pengobatan dengan estrogen akan  
mengeliminasi lonjakan panas yang terjadi secara tiba-tiba ini .  
Laju penurunan kemampuan folikel ovarium kira-kira menjadi 2 kali  
lipat ketika umur 35 tahun, penurunan ini merupakan bukti bahwa  
mekanisme hipothalamus sudah berakhir dan memicu  
menopause.  
Komplikasi paling serius menopause yang paling banyak dijumpai yaitu  osteoporosis dan menurunnya derajad kesehatan  
kardiovaskuler. berdasar  laporan The Framingham Heart Study,  
pada umur 35-65 tahun telah terjadi insiden serangan jantung (heart  
attack) pada wanita sebanyak 10 kali, dan insiden ini  dapat  
diturunkan dengan pemberian hormon estrogen. Estrogen dapat  
dipakai  untuk mencegah atau mengobati penyakit jantung karena  
hormon ini dapat meningkatkan kolesterol HDL dan menurunkan  
kolesterol LDLdalam pembuluh darah sistemik.
Setelah menopause, puting susu akan menjadi mengecil dan  
jaringan alveolar yang ada  disekelilingnya akan mengkerut.  
Dengan demikian pemulihan jaringan ini dengan stimulus eksternal  
akan menjadi lebih sukar. Selain itu pada kondisi menopause,  
kontraksi vagina selama orgasme akan mengalami penurunan dari 8-
12 kali pada saat umur muda menjadi 4-5 dalam interval 0,8 detik.
Pada laki-laki, LH akan menstimulasi sel-sel interstitial Leidig  
dalam testes untuk mensintesis dan mensekresi hormon testosteron.  
FSH merangsang spermatogenesis dalam tubulus seminiferus testis.  
Testosteron akan meningkatkan perkembangan organ seksual jantan.  
Pada saat pubertas testosteron merangsang pertumbuhan rambut pada  
bagian wajah dan pubis, memicu  perluasan laring menuju ke  
bagian dalam pita suara, meningkatkan ketebalan kulit, memicu   
50% peningkatan massa otot, meningkatkan pertumbuhan tulang,  
meningkatkan metabolisme basal hingga menjadi 15% dan
meningkatkan konsentrasi sel-sel darah merah.
Laki-laki dapat mengalami peristiwa andropause seperti halnya  
menopause pada wanita. Berkaitan dengan peristiwa ini ,  
konsentrasi testosteron cenderung menurun secara bertahap seiring dengan bertambahnya umur. Penurunan ini terjadi sangat cepat pada  
orang yang menderita penyakit kardiovaskuler atau pada penderita  
diabetes. Meskipun jumlah sperma menurun, sifat-sifat keayahan  
pada laki-laki tetap terlihat sampai umur 94 tahun. Produksi semen  
dalam kelenjar prostat akan menurun dan otot polos akan digantikan  
oleh pertumbuhan jaringan ikat secara berlebihan yang meluas ke  
kelenjar prostat, memblok urin dan dapat memicu  terjadinya  
kanker. Laki-laki dengan umur di atas 50 tahun 85% memiliki   
peningkatan gejala-gejala dari benign prostatic hyperplasia yaitu  
pertumbuhan jaringan yang berlebihan yang bersifat non-kanker pada  
kelenjar prostat yang kemungkinan dipicu  oleh ekspresi gen  
yang berlebihan yang menghasilkan protein anti-apoptosis yaitu bcl-
2. Dalam sebagian besar jaringan, testosteron dikonversi menjadi  
dihydrotestosterone oleh enzim 5-α reduktase. Hal ini banyak  
terjadi dalam kelenjar prostat yang menghasilkan semen (campuran  
glukosa, protein dan air). Dehidrotestosteron ini memiliki   
implikasi terhadap terjadinya kebotakan. Obat European Permixon
(ekstrak serbuk berri palmeto) menghambat 5-α reduktase dan  
dipakai  untuk mencegah hipertropi dan kanker prostat.  
Testosteron dapat dipakai  pada manusia yang sudah  
mengalami penuaan untuk tujuan rejuvinasi yaitu untuk
membangkitkan sifat kejantanan dan kekuatan otot. Testosteron akan  
meningkatkan resiko penyakit kardiovaskuler dengan meningkatkan  
tekanan darah, dengan menurunkan kolesterol HDL dan dengan  
menaikkan kolesterol LDL. Bahaya ini memiliki  kesamaan  
dengan efek samping yang dapat dilihat pada atlet yang mencoba  
memakai  androgen atau steroid anabolik lain untuk
meningkatkan kinerja atletik. Banyaknya reduksi hormon seks  
diperkirakan akan menurunkan proliferasi sel dan menurunkan  
kemungkinan terkena kanker.
Meningkatnya libido laki-laki pada pertengahan masa
adolescence (puber kedua) tidak memiliki  korelasi secara pasti  
dengan kadar testosteron darah. Pada manusia yang sudah tua  
mungkin memerlukan 10 detik sampai beberapa menit untuk  
mendapatkan ereksi, sebaliknya untuk manusia muda hanya  
membutuhkan waktu 3-5 detik. Kontraksi penile uretra selama  
orgasme akan mengalami penurunan menjadi 1-2 kontraksi per 0,8  
detik dari 3-4 kontraksi dibandingkan ketika saat umur muda. Jarak  
ejakulasi akan menurun dari 12-24 inchi menjadi 3-5 inchi.
B. Hormon-Hormon yang Terkait dengan Penuaan
Jam neurohormonal (neurohormonal clock) dalam otak hewan  
mamalia merupakan bukti bahwa penuaan dipengaruhi oleh
neurohormonal. Hormon-hormon merubah ekspresi gen pada DNA
dalam sel-sel jaringan tubuh secara menyeluruh. Kelenjar hipofisis  
(the master gland) bekerja di bawah pengaruh otak atau hipothalamus  
yang dapat mempengaruhi secara fisiologis semua sel-sel yang ada  
dalam tubuh. Ketika kelenjar hipofisis hewan mamalia di isolasi  
dengan cara pembedahan dan selanjutnya hewan ini  diberi  
suplemen hormon essensial, waktu hidup maksimum hewan menjadi  
meningkat menjadi sepertiga atau setengahnya.
Kadar hormon-hormon dehidroepiandrosteron (DHEA),
melatonin, dan somatotropin (growth hormone, GH) akan menurun  
seiring dengan bertambahnya umur. Wanita yang telah mengalami
menopause, akan mengalami penurunan sekresi hormon progesteron  
dan estrogen dari sel-sel yang ada dalam ovarium. Menurunnya kadar  
neurotransmiter dopamin, asetilkholin, norepinephrin, GABA dan  
serotonin yang diproduksi pada bagian spesifik dalam otak  
memiliki  hubungan dengan pertambahan umur.  
Menurut hipotesis cascade glukokortikoid, hormon-hormon  
steroid-glukokortikoid dalam darah akan meningkat seiring dengan  
bertambahnya umur. Dalam kadar yang berlebihan di atas ambang  
batas, hormon ini bersifat merusak. Meningkatnya kerusakan sel-sel  
jaringan yang diakibatkan oleh hormon ini akan memicu   
terjadinya mekanisme umpan balik negatif yaitu berupa
penghambatan sel-sel neurosekretoris di hipokampus dalam rangka  
menurunkan kadar hormon glukokortikoid darah.
Hormon glukokortikoid (kortisol pada manusia) memberi  
respon yang normal terhadap stres. Kortisol memobilisasi glukosa  
darah dan menekan respon imun atau inflamasi. Meskipun
bermanfaat dalam kondisi darurat, stres kronis dapat bersifat  
katabolik atau merusak. Ikan salmon Pasifik memakai  
glukokortikoid untuk merusak dirinya sendiri setelah bertelur. Stres  
fisik dan psikis memicu  sel-sel neurosekretoris di hipothalamus  
otak melepaskan corticotropin releasing factor(CRF) dan vasopresin  
yang menstimulasi kelenjar hipofisis anterior untuk melepaskan  
Adreno Corticotropichormone (ACTH). ACTH memicu  kortek  
adrenal pada ginjal melepaskan hormon glukokortikoid.
Kadar hormon glukokortikoid darah yang tinggi akan
menstimulasi sel-sel neurosekretotis di hipokampus untuk
mensintesis dan melepaskan vasopresin dalam konsentrasi yang
rendah. Pasien yang mengalami depresi berat dapat kehilangan 20%  
volume hipokampus dari volume sebelumnya. Kortisol dapat  
mereduksi kemampuan sel-sel saraf (neurons) dalam mengambil  
glukosa sebesar 15-25% yang dapat berakibat terhadap kematian  
neurons. Lebih lanjut, glukokortikoid dapat mereduksi superoksida  
dismutase (SOD) seluler dan aktivitas glutathion peroksidase dalam  
semua daerah dalam otak.
Hipotesis cascade glukokortikoid dapat dipakai  sebagai  
teori dalam menghitung penuaan otak dan penurunan kapasitas  
pembentukan memori otak. Glukokortikoid darah tikus akan  
meningkat seiring bertambahnya umur, tetapi pada manusia normal  
tidak terlihat peningkatan kadar glukokortikoid sampai akhir umur 70  
atau 80 tahun. Sekitar separuh pasien yang menderita penyakit  
Alzheimers memperlihatkan peningkatan kortisol secara signifikan.  
Sebagian besar neurons dalam Para Ventricular Nucleus (PVN)  
orang yang normal mengekspresikan CRF dan vasopresin sesuai  
dengan pertambahan umur. Hal ini membuktikan bahwa kortisol  
berbanding terbalik dengan kemampuan kognitif pada manusia.  
Estrogen dapat mencegah kerusakan otak yang diinduksi oleh  
kortisol.  
Antioksidan yang memiliki  kemampuan melindungi otak  
dikenal dengan nama bilirubin. Antioksidan ini diproduksi oleh  
enzim heme oxygenase (HO), terutama di sel-sel neurosekretoris  
hipokampus. Ekspresi HO dalam sel-sel neurosekretoris hipokampus  
tikus akan menurun seiring dengan bertambahnya umur, dan  
penurunan ini memiliki keterkaitan dengan peningkatan ekspresi  
glukokortikoid. HO dikenal memiliki  pengaruh antiapoptotik.
Manusia dan primata merupakan spesies yang mampu  
menghasilkan hormon steroid, yaitu dehidroepiandrosteron (DHEA)  
dan dehidroepiandrosteron sulfat (DHEA-S). DHEA akan
mengalami kenaikan pada akhir umur 20 tahun dan menurun sampai  
10% menjelang umur 80 tahun. DHEAbermanfaat dalam melindungi  
tubuh terhadap pengaruh buruk kortisol dan memberi kontribusi  
dalam proses sintesis hormon androgen dan estrogen pada jaringan  
perifer. Hormon DHEA dapat memicu  tubuh menjadi menjadi  
langsing (lean body mass), menurunkan depresi dan meningkatkan  
fungsi imun. Hormon pertumbuhan (GH) akan menurun seiring  
dengan bertambahnya umur (sekitar 14% per sepuluh tahun setelah  
umur 25 tahun), yang ditandai dengan terjadinya peningkatan  
deposisi lemak, menurunnya massa otot dan demineralisasi tulang.  
Pengobatan dengan GH dapat meningkatkan kesehatan
kardiovaskuler, meningkatkan fungsi imun dan meningkatkan fungsi  
penalaran pada umur tua, namun demikian pemberian GH juga dapat  
memicu terjadinya resistensi insulin dan resiko kanker.  
Beberapa hormon akan menurun konsentrasinya seiring  
dengan bertambahnya umur seseorang. Sebuah riset  telah  
membuktikan bahwa kadar HGH dan IGF-1 plasma akan menurun  
seiring dengan meningkatnya umur dengan penurunan sekitar 14%  
per tahun. Setelah umur 60 tahun, HGH dan IGF-I akan mengalami  
penurunan mendekati 14-70% dibandingkan dengan kadar HGH  
selama 3-4 tahun dalam hidupnya. Informasi lain menyatakan bahwa  
kadar hormon HGH pada umur 60 tahun akan mengalami penurunan  
mencapai 75% dari kadar HGH pada saat umur muda. Kadar HGH  
dan IGF-1 yang rendah memiliki  keterkaitan dengan umur dan terjadinya berbagai macam penyakit, seperti aterosklerosis,  
dementia dan sarkopenia. Rendahnya kadar HGH dan IGF-1 dapat  
- menstimulasi terbentuknya radikal bebas nitrit oksida (NO ) dari sel￾sel otot polos dan endotel pembuluh darah yang memicu terjadinya  
proses penuaan melalui rantai reaksi radikal bebas ini .  
Sebaliknya, kadar HGH dan IGF-I yang tinggi akan menghambat  
rantai reaksi radikal bebas nitrit oksida sehingga proses penuaan  
dapat dicegah.
Penuaan selain berkaitan dengan kadar HGH plasma juga  
berkaitan dengan kadar growth hormon releizing hormon (GHRH).  
Hormon ini disintesis di bagian hipotalamus pada bagian otak yang  
berperan sebagai faktor stimulan sintesis HGH di hipofisis anterior.  
Seiring bertambahnya umur seseorang (umur diatas 30 tahun),  
produksi GHRH akan mengalami penurunan, demikian halnya  
dengan orang-orang yang mengalami depresi. Sebaliknya hormon  
somatostatin yang memiliki  aksi menghambat pelepasan HGH  
akan semakin meningkat yang berakibat semakin rendahnya kadar  
HGH plasma. Tingginya kadar hormon somatostatin menjadi  
indikator terjadinya penuaan.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 Terminologi dan Konsep-Konsep Penuaan
Kepedulian terhadap aging merupakan ciri khas yang dimiliki  
oleh manusia sejak jaman dahulu. Nenek moyang bangsa Mesir dan  
China, Aristoteles dan Socrates menjelaskan berbagai aspek tentang  
penuaan dan kondisi degenerasi kronis. Mereka juga menjelaskan  
metode secara detail untuk menghentikan hilangnya sebagian fungsi  
yang mengiringi usia lanjut. Nenek moyang manusia Homo erectus
telah mewariskan pemikiran bahwa mortalitas dan inmortalitas  
merupakan merupakan peristiwa yang akan terjadi. Sebuah cara  
untuk menghentikan hilangnya fungsi dikaitkan dengan
pertumbuhan umur yang terjadi secara terus menerus sampai hari ini.  
Manusia yaitu  spesies yang mampu hidup panjang dengan banyak  
standar yang tersedia.  
Penuaan yaitu  menurunnya fungsi fisiologis seiring dengan  
bertambahnya umur yang dapat mengarah pada penurunan
kemampuan hidup (survival) dan kinerja reproduksi yang sangat rendah. Penuaan juga didefinisikan menurunnya proses yang terjadi  
dalam tubuh individu, dimana terjadi penurunan fungsi molekuler  
dan fisiologis yang berakibat meningkatnya kemungkinan kematian  
dan menurunnya kesuksesan dalam bereproduksi. Beberapa
parameter yang dipakai  untuk mengukur tingkat penuaan, antara  
lain: probabilitas untuk dapat bertahan hidup (survival), sifat-sifat  
fekunditas atau reproduksi, sifat-sifat fisiologis, seperti massa tubuh,  
kadar hormon dan fungsi imun. Beberapa spesies vertebrata  
memiliki  umur yang relatif panjang, seperti ungulata, burung￾burung laut, kura-kura, kalong/kelelawar dan mamalia laut. Hewan￾hewan ini memperlihatkan laju mortalitas yang rendah pada umur  
yang sudah tua dan permulaan penuaan yang terjadi dalam hidupnya  
tertunda sampai beberapa tahun setelah proses pematangan
(maturity). Laju penuaan (aging) pada setiap organisme berbeda￾berbeda yang dipicu  oleh adanya mekanisme seleksi alam, yang  
menghasilkan variasi dalam kelompok-kelompok spesies dengan  
karakter anatomi dan fisiologi yang mirip, meliputi juga laju  
metabolik. Burung memiliki  masa hidup yang lebih panjang  
dibandingkan dengan mamalia dan burung ini dapat dijadikan  
sebagai hewan model yang sangat baik untuk mengetahui mekanisme  
dan evolusi terjadinya penundaan penuaan.
B. Sel, Penuaan (Aging) dan Penyakit Manusia
Banyak sekali penemuan dalam bidang molekuler, seluler,  
genetik dan lingkungan masih banyak memicu  pertanyaan dan  
penemuan-penemuan ini  diduga memegang peranan penting  
dalam proses penuaan manusia pada kondisi yang normal dan munculnya suatu penyakit. Pada dasarnya faktor penyebab penuaan  
dan penyakit dapat ditemukan dan memberi kontribusi terhadap  
semua jeringan dan sistem organ, baik secara langsung maupun tidak  
langsung. Dengan terungkapnya berbagai factor penyebab penuaan  
diharapkan dapat memberi kontribusi penting dalam pengembangan  
pengobatan efektif yang dapat diaplikasikan untuk semua penyakit  
yang memiliki  keterkaitan dengan semua tingkatan umur. Secara  
komprehensip penemuan-penemuan dalam bidang molekuler, seluler  
dan klinis dari semua permasalahan yang muncul pada manusia,  
seperti penyakit, penuaan, biologi telomere, dan cell aging
memiliki  hubungan dengan penuaan pada makhluk hidup.
C. Berbagai Macam Faktor yang Melatarbelakangi Penuaan
Percepatan penuaan (adolescense) merupakan salah satu  
masalah penting yang terjadi pada manusia ketika umur telah  
mencapai dewasa seksual. Penuaan akan semakin jelas terlihat  
setelah umur semakin bertambah dan mencapai umur lanjut. Namun  
demikian, penuaan juga dapat terjadi pada individu yang belum  
mengalami umur dewasa seksual. Fenomena ini berkaitan dengan  
umur biologis, yaitu terjadinya penurunan kondisi dan fungsi sistem  
fisiologis jaringan tubuh yang dipicu  oleh faktor eksternal.  
Berbagai macam faktor eksternal dapat menjadi penyebab terjadinya  
penuaan, seperti menurunnya derajad kualitas lingkungan akibat  
polusi udara, perubahan suhu yang ekstrem, penyakit, rendahnya  
kualitas gizi, diet makanan berlemak tinggi dan lain-lain. Selain itu,  
penuaan juga dipicu  oleh faktor internal, seperti oksidasi parsial  
oksigen dalam proses metabolisme atau reaksi peradangan (inflamasi) yang menghasilkan radikal bebas. Selain efek radikal  
bebas, penuaan dapat dipicu  oleh penurunan fungsi fisiologis  
tubuh, seperti penurunan kadar human growth hormone (HGH) dan  
insuli-like growth factor (IGF-1), penurunan produksi ATP,
penurunan kadar hormon estrogen dan testosteron atau penurunan  
kadar asam-asam amino intraseluler.  
Penuaan dapat dipicu  oleh faktor penyebab tunggal seperti  
kondisi seluler atau hormonal atau gabungan berbagai macam faktor  
penyebab (inherently multi-faced). Fenomena yang terjadi pada  
makhluk hidup merupakan contoh yang paling mudah untuk  
mengenali faktor penyebab penuaan, misalnya faktor penyebab  
perbedaan waktu lama hidup (life span) antara spesies satu dengan  
lainnya. Sebuah riset  telah membuktikan bahwa waktu lama  
hidup berbagai macam spesies berbeda-beda, seperti rodensia  
mengalami penuaan pada umur 3 tahun, kuda 35 tahun dan manusia  
80 tahun. Selain itu juga ada  perbedaan prevalensi kemunculan  
penyakit degeneratif pada masing-masing spesies yang memiliki   
korelasi dengan penuaan. Sebagai contoh 30% hewan-hewan  
rodensia akan menderita kanker pada sekitar umur 3 tahun, dan juga  
sekitar 30% wanita berusia 80 tahun menderita penyakit kanker.  
berdasar  mekanismenya, penuaan dapat dikelompokkan  
menjadi dua macam yaitu penuaan yang terprogram secara genetik  
(programmed aging) dan wear and tear aging. Penuaan yang  
terprogram secara genetik yaitu  penuaan yang dipicu  oleh  
faktor dari dalam tubuh organisme yang melibatkan mekanisme  
kontrol yang memicu  terjadinya kemunduran dan munculnya  
tanda-tanda penuaan yang melibatkan kerja gen-gen yang
memprogram tahapan hidup. Contoh penuaan yang terprogram  
secara genetik yaitu  proses differensiasi sel selama perkembangan  
embrional atau pematangan seksual pada masa adolescence. Dan  
sebaliknya, penuaan wear and tear yaitu  penuaan yang melibatkan  
faktor penyebab yang berasal dari luar tubuh atau lingkungan serta  
tidak melibatkan pengontrolan program yang spesifik. Penuaan  
kelompok ini lebih banyak dipengaruhi oleh berbagai macam faktor  
yang ada  di lingkungan, seperti kerusakan jaringan akibat  
radiasi, bahan-bahan kimia yang bersifat toksik, ion-ion logam berat,  
radikal bebas, hidrolisis, glikasi, ikatan silang ikatan disulfida  
(dissulfida-bond cross-lingking). Berbagai macam kerusakan yang  
diakibatkan oleh dua mekanisme ini  dapat berpengaruh  
terhadap gen, protein-protein, membran sel, fungsi enzim, pembuluh  
darah dan lain-lain.
Penuaan yang terjadi pada hewan-hewan pemakan rumput  
merupakan contoh penuaan kelompok wear and tear, karena gigi  
pada hewan ini merupakan faktor penentu penuaan. Gigi hewan  
pemakan rumput, misalnya kelinci memiliki  fungsi yang hampir  
sama dengan kuku pada jari manusia yang secara terus menerus  
mengalami pertumbuhan selama terjadi wearing dan hal ini  
memiliki  arti “programmed” sebagai kompensasi terhadap “wear  
and tear”. Pergantian jaringan, kapiler dan tulang dalam proses  
penyembuhan luka (wound-healing) serta pertumbuhan kembali  
ginjal atau jaringan hati yang diprogram secara genetik juga  
merupakan contoh penuaan wear and tear. Contoh lainnya yaitu   
kelompok stem cells yang ada  pada planaria (cacing pipih) yang  
dapat mengganti atau memulihkan kembali secara sempurna jaringan yang telah rusak melalui proses differensiasi sel.  
D. Fase-Fase Penuaan
Seiring dengan meningkatnya umur individu, akan diikuti oleh  
menurunnya fungsi sistem fisiologis tubuh yang berakibat terjadinya  
penuaan. berdasar  perubahan pada setiap tingkat umur manusia,  
penuaan terjadi dalam beberapa fase, yaitu fase subklinis, transisi dan  
klinis. Fase subklinis merupakan fase awal yang ditandai oleh  
munculnya gejala-gejala atau perubahan yang mengawali proses  
penuaan, terjadi pada manusia dengan kisaran umur 25-35 tahun.  
Pada fase ini terjadi penurunan fungsi sistem fisiologis tubuh dengan  
persentase 14% dibanding umur sebelumnya. Fase berikutnya yaitu   
fase transisi yang ditandai dengan penurunan fungsi sistem fisiologis  
tubuh dengan persentase mencapai 25% sehingga gejala-gejala atau  
perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh mulai terlihat lebih  
nyata. Fase ini terjadi pada individu dengan kisaran umur 35-45  
tahun. Fase lanjutan dari fase subklinis dan transisi yaitu  fase klinis  
yang ditandai dengan penurunan fungsi sistem fisiologis yang lebih  
nyata dibanding kedua fase sebelumnya dan biasanya terjadi pada  
individu dengan umur 45 tahun ke atas. Gejala yang mudah dikenali  
pada fase ini yaitu  meningkatnya kekerutan kulit dan menurunnya  
daya tahan tubuh. Dalam kondisi stres oksidatif pada fase ini banyak  
ditemukan kasus hiperglikemia dan hiperkolesterolemia yang  
menjadi pemicu munculnya beberapa penyakit kronis yang berkaitan  
dengan proses penuaan, seperti hipertensi, jantung, stroke maupun  
diabetes. Sebuah riset  telah membuktikan, bahwa tikus umur 12  
bulan mengalami penurunan respon fisiologis yang mengarah terjadinya penuaan lebih nyata dibanding tikus yang berumur 6 bulan.
E. Tanda-Tanda Penuaan
Penuaan dapat dikenali melalui gejala-gejala atau perubahan￾perubahan yang terjadi pada individu sejak awal, baik perubahan fisik  
maupun fisiologis. Sebagai contoh, perubahan fisik dapat dikenali  
dengan melihat penurunan atau kelebihan berat badan, obesitas dan  
meningkatnya kekerutan kulit, sedang  perubahan fisiologis dapat  
dikenali dengan melihat peningkatan kadar gula darah
(hiperglikemia), kadar kolesterol LDL (hiperkolesterolemia) dan  
lain-lain.  
Penuaan memiliki  tanda-tanda yang bersifat spesifik, antara  
lain menurunnya kemampuan pendengaran terutama kemampuan  
untuk mendengarkan suara dengan frekuensi yang tinggi. Selain itu,  
penuaan juga ditandai dengan terjadinya reduksi kelenjar timus 5-
10% dari berat normal awal, menurunnya kemampuan untuk  
merasakan asin dan pahit (manis dan asam tidak dipengaruhi), dan  
meningkatnya kadar antibodi dalam plasma darah.  
Beberapa bukti dari laporan riset  menunjukkan tiga laki￾laki dan separuh wanita yang berumur di atas 65 mengalami penuaan  
yang ditandai dengan terjadinya artritis. Sekitar separuh orang yang  
berumur 65 tahun mengalami kehilangan sebagian besar giginya.  
Tanda-tanda penuaan juga dapat dilihat dari meningkatnya kebutuhan  
insulin, penurunan sensitivitas reseptor hormon dan faktor
pertumbuhan, terjadinya disfungsi jalur post-reseptor, peningkatan  
temperatur yang dibutuhkan untuk memisahkan strands DNA pada  
saat umur tua. Penuaan juga ditandai dengan penurunan berat badan
setelah umur 55 tahun karena semakin menyusutnya jaringan, air dan  
tulang (massa sel pada umur 70 tahun menjadi 36% dari massa sel  
ketika saat umur 25 tahun). Tanda-tanda penuaan yang lain yaitu   
terjadinya peningkatan lemak tubuh pada umur 60 tahun,
menurunnya kekuatan otot pada orang laki-laki sebesar 30-40% dari  
umur 30 sampai 80 tahun. Waktu reaksi menurun 20% dari umur 20  
sampai 60 tahun. Orang-orang tua cenderung tidur lebih lama,  
frekuensinya lebih tinggi namun dengan waktu yang pendek karena  
adanya reduksi pergerakan kecepatan mata saat tidur (rapid eye￾movement/REM). Derajad kejenuhan lemak menurun menjadi 26%  
dalam otak pada hewan-hewan yang sudah tua. Presbiopi (penurunan  
kemampuan untuk fokus terhadap close up suatu obyek) terjadi  
sekitar 42% pada orang yang berumur 52-64 tahun, 73% pada usia 65-
74 tahun dan 92% pada orang yang memiliki  umur lebih dari 75  
tahun. Banyak orang yang menderita katarak pada umur lebih dari 75  
tahun. Sekitar separuh orang yang berumur lebih dari 85 tahun  
menderita cacat atau lumpuh. Lebih dari 75% orang yang berumur  
lebih dari 85 tahun memiliki  3-9 kondisi patologi yang  
memicu  kematian.
Perubahan yang terjadi selama penuaan memiliki  hubungan  
erat dengan meningkatnya kemungkinan kematian. Rambut menjadi  
putih merupakan tanda-tanda penuaan, walaupun rambut putih tidak  
meningkatkan kemungkinan kematian. Perubahan yang terjadi  
selama penuaan tidak selalu berhubungan dengan terjadinya penyakit  
yang spesifik, tetapi pada umumnya kematian lebih memiliki   
hubungan erat dengan biomarker-biomarker yang merupakan  
indikator penuaan yang membedakan umur biologis dari umur kronologis. Beberapa biomarker dapat dipakai  untuk mempridiksi  
penuaan, seperti ikatan silang (cross-lingking) pada kolagen,  
resistensi insulin, kapasitas ekspirasi paru-paru dan lain-lain.  
F. Penuaan pada Sistem Organ
Penuaan dalam sistem reproduksi betina hewan mamalia  
merupakan contoh penuaan yang terprogram secara genetik. Untuk  
beberapa organ lainnya, terutama jantung, otak, paru-paru dan ginjal,  
status penyakit spesifik yang terjadi pada organ ini  memiliki   
hubungan erat dengan penuaan daripada terjadinya kemunduran  
fungsi organ. Ada variasi yang luas dalam status kesehatan pada  
organ-organ spesifik yang ada  pada manusia umur tua.
Kulit, paru-paru, pembuluh darah dan fungsi beberapa organ  
pada penderita diabetes secara umum dipengaruhi oleh peningkatan  
kadar protein cross-lingking. Sebagian besar manusia memiliki   
beberapa gejala subklinis yang merupakan tanda awal terjadinya  
diabetes ketika umur 65 tahun dan gejala ini  semakin jelas pada  
saat umur semakin tua. Secara umum terjadinya reduksi aliran darah  
pada saat umur tua akan mengakibatkan aterosklerosis yang  
memicu  banyaknya efek yang merugikan terhadap beberapa  
sistem organ. Protein cross-lingking dan kemunduran kardiovaskuler  
secara kuat dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan (pola  
makan, merokok dan lain-lain). riset  melaporkan bahwa  
penuaan yang terjadi pada kondisi normal memiliki  korelasi  
dengan sensitivitas insulin maupun laju metabolisme pada saat  
istirahat (metabolisme basal) per unit massa bebas lemak (fat-free  
mass).
Ginjal merupakan contoh yang paling mudah untuk
mengetahui adanya variasi individu yang mengalami penuaan akibat  
pengaruh tertentu. Rata-rata berat ginjal akan menurun sekitar 15%  
antara umur 40 dan 80 tahun. Kapasitas filtrasi ginjal untuk rata-rata  
umur 90 tahun hanya separuh dari orang yang berumur rata-rata 20  
tahun. Tetapi tekanan darah tinggi dan diabetes akan memicu   
kerusakan utama pada fungsi ginjal. riset  yang panjang selama  
20 tahun memperlihatkan tidak ada perubahan untuk semua sistem  
organ pada manusia tua yang tidak mengalami masalah kesehatan.  
Jika hasil ini dapat diekstrapolasikan maka rata-rata waktu hidup  
maksimum manusia tidak memiliki  korelasi dengan terjadinya  
kemunduran pada fungsi ginjal yang berkaitan dengan
ketidakhadiran kondisi penyakit tertentu.  
Penyakit kardiovaskuler yaitu  penyakit yang paling banyak  
memicu  kematian pada beberapa  orang yang berumur lebih dari  
85 tahun. Ventrikel kiri jantung akan meningkat ukurannya seiring  
bertambahnya umur (hipertropi), sekaligus meningkatkan ukuran sel￾sel otot jantung yang harus bekerja keras untuk memompa darah  
melalui sistem sirkulasi sistemik yang memiliki  saluran-saluran  
paling dekat dan mengalami penurunan elastisitas. Kandungan  
lipofuscin pada sel-sel otot jantung meningkat dari 1% pada umur  
muda menjadi lebih dari 5% pada saat umur tua. Arteri-arteri akan  
menebal seiring bertambahnya umur sampai tiga perempat pada saat  
umur tua dan penebalan ini akan meningkatkan tekanan darah  
(sistolik dan distolik). Menurut Framingham Heart Study, tekanan  
darah sistolik lebih dapat dipakai  untuk mempridiksi mortalitas  
daripada tekanan darah diastolik. Hipertensi yaitu  didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik yang lebih besar dari 160 mmHg.  
Hipertensi biasanya terjadi 5% pada manusia yang berumur 60 tahun  
dan mendekati 25% pada orang yang berumur 75-80 tahun.  
Sementara serangan jantung mendadak (heart attacks) dari kondisi  
iskemia terhitung 43% memicu  kematian untuk umur 65-74  
tahun, dan 8% memicu  stroke.
Penuaan pada sistem saraf ditandai dengan hilangnya sekitar  
100.000 neuron per hari. Sekitar 2% neuron akan hilang pada rata-rata  
umur antara 20 dan 90 tahun (40% kehilangan neuron ini   
ada  pada bagian kortek depan). Pada umur di atas 85 tahun rata￾rata terjadi penurunan neurons 14% di bagian serebral kortek, 35% di  
hipokampus dan 26% di bagian white matter serebral. Beberapa  
peneliti tidak menemukan adanya penurunan berat otak atau IQ pada  
beberapa  orang tua yang sifat mentalnya normal. Dementia lebih  
umum terjadi pada orang umur tua yang dapat berkembang menjadi  
penyakit kardiovaskuler. Reduksi secara tajam aliran darah serebral,  
ketersediaan oksigen dan glukosa dalam otak seringkali terlihat  
setelah umur 80 tahun. Meskipun kebanyakan dementia yaitu   
sekaligus penyakit Alzheimers, kurang lebih 20% dementia yaitu   
sekaligus stroke.
Otot-otot rangka yaitu  ”fast-twitch” atau “slow-twitch”. Otot￾otot rangka fast-twitch (otot putih atau white meat) dapat memodulasi  
kekuatan selama periode pendek melalui energi yang diperoleh dari  
reaksi anaerobik (bebas oksigen), phospagen (kreatinin phospat) dan  
glikogen atau metabolisme asam laktat. Otot-otot slow twitch (otot  
gelap atau dark meat) menyediakan daya tahan dengan melibatkan  
metabolisme aerobik dengan memakai  lebih banyak kapiler, mitokondria dan mioglobin. Pelari-pelompat memiliki  lebih  
banyak otot-otot fast-twitch, sedang  pelari marathon dan  
perenang memiliki  lebih banyak otot-otot slow twitch. Postur atau  
bentuk tubuh dipelihara oleh otot-otot slow twitch. Penuaan lebih  
banyak menghasilkan kehilangan otot-otot fast-twitch daripada slow  
twitch.  
Penuaan pada organ mata ditandai dengan terjadinya atropi  
otot-otot di bagian iris mata dan reduksi ukuran pupil, sehingga  
memicu  meningkatnya iluminasi. Lensa menjadi menebal dan  
berwarna kuning sehingga memicu  reduksi perbedaan warna  
hijau-biru-violet. Sementara itu kolagen dan elastin dalam tendon￾tendon dan ligamen akan kehilangan elastisitas atau keuletan dan  
lebih mudah terfragmentasi. Kondisi ini dipicu  karena proses  
glikasi (glycation) yaitu terjadinya cross-lingking protein dengan  
glukosa. Kartilago artikularis menjadi terurai dan cairan sinovial  
antara daerah pertautan sendi menjadi tipis. Penurunan fungsi  
sirkulasi memberi  kontribusi terjadinya peristiwa ini. Glikasi  
kolagen dan elastin akan menjadi semakin meningkat pada orang  
yang menderita diabetes melitus dan juga pada orang yang  
memiliki  kadar gula darah tinggi.
Penuaan kulit secara umum dibagi menjadi penuaan kronologis  
(chronological aging) dan penuaan karena faktor cahaya
(photoaging). Pada manusia yang tidak merokok, 80% penuaan kulit  
dipicu  oleh faktor cahaya. Penuaan kulit yang dipicu  oleh  
faktor cahaya melibatkan sinar ultraviolet (UV). Sinar ultraviolet  
mengaktifkan terjadinya inflamasi kolagen-kolagen akibat pengaruh  
sitokin dan metalloprotein yang diinduksi oleh radikal-radikal bebas. Radiasi UV akan menghasilkan oksigen tunggal yang selanjutnya  
akan mengaktifkan enzim metalloprotein dan memicu  delesi  
DNAmitokondria dalam skala besar. Karotenoid, khususnya likopen  
diketahui efektif dalam menghentikan rantai reaksi radikal bebas atau  
oksigen tunggal.
Kollagen dan elastin yang mengalami cross-lingking dalam  
kulit akan memicu  kulit kehilangan sifat elastisitas. Protein  
keratin dalam kuku jari merupakan komponen lapisan luar kulit  
(epidermis) yang menyediakan ”water proofing”. Epidermis akan  
semakin tipis seiring dengan penuaan, dan akhirnya memicu   
kulit menjadi semakin berkerut. Menurunnya sekresi kelenjar  
keringat akan meningkatkan kerentanan terhadap cekaman panas.  
Ketika melanosit-mealnosit (sel-sel yang menghasilkan substansi  
melanin yang mewarnai rambut dan kulit) kadarnya semakin rendah  
maka fungsi folikel akan berhenti, dan rambut menjadi putih. Reduksi  
sebagian fungsi melanin menghasilkan rambut tampak kelihatan abu￾abu.
Hilangnya fleksibilitas protein kolagen dan elastin dalam paru￾paru mengakibatkan hilangnya elastisitas recoil. Kondisi ini akan  
mengganggu ritme pernafasan dan pada akhirnya memicu   
terjadinya penurunan perubahan udara dan kapasitas untuk
melakukan kerja. Laju transfer oksigen ke jaringan hanya tersisa  
separuh pada umur 70 tahun dibanding ketika umur masih muda.
Tulang terdiri dari berbagai macam komposisi penyusunnya.  
Tulang memiliki  kandungan air yang khusus yaitu 25%, jaringan  
lunak (sel-sel dan pembuluh darah) 30% dan deposit mineral (paling  
banyak kalsium) 45%. Tulang banyak mengandung mineral kalsium, tembaga, seng dan potasium. Laki-laki dan wanita akan mengalami  
penurunan massa tulang pada umur 39-70 tahun (osteoporosis), tetapi  
pada wanita postmenopause (yang mengalami penurunan estrogen)  
laju penurunan massa tulang dua kali lipat lebih cepat dibandingkan  
laki-laki. Penurunan hormon pertumbuhan memicu  penurunan  
massa tulang, baik pada laki-laki maupun perempuan. Berhentinya  
kegiatan fisik (inaktivasi fisik) dan malnutrisi (khususnya untuk  
kalsium dan vitamin D dan C) pada sebagian besar orang yang sudah  
berumur tua akan memperparah terjadinya penurunan massa tulang.  
Reduksi satu sampai tiga inchi dalam tinggi terjadi pada umur 80  
tahun.
Pengapuran pada persendian tulang telinga bagian dalam,  
mengakibatkan terjadinya penurunan kemampuan untuk
mendengarkan nada yang tinggi. Semakin menurunnya fungsi  
kelenjar keringat dalam telinga memicu  kotoran telinga  
menjadi semakin kering dan berubah menjadi keras. Penyumbatan  
telinga oleh kotoran akan menurunkan kemampuan mendengarkan  
frekuensi rendah. Penuaan menurunkan sekresi saliva sehingga mulut  
menjadi kering dan perlindungan terhadap infeksi bakteri pada mulut  
menjadi menurun. Volume juice lambung menurun 25% pada umur  
60 tahun dan ada  penurunan aktivitas pepsin sampai 60%. Tetapi  
pengaruh ini tidak terdeteksi pada pencernaan kecuali pada kasus  
daging yang sukar dicerna. Absorbsi vitamin D (dan meningkatkan  
absorbsi kalsium), vitamin B12 (dipengaruhi oleh penurunan faktor  
intrinsik) dan asam folat akan menurun pada saat umur tua.
Ada beberapa teori tentang proses penuaan tingkat sellular.  
Penuaan diyakini merupakan akibat dari kematian sel yang terprogram secara genetik (apoptosis). Teori yang lain menyebutkan  
bahwa kematian sel merupakan hasil dari terjadinya akumulasi  
kerusakan pada tingkat selular dan mutasi. Hal ini memberi  
kesimpulan bahwa proses penuaan merupakan akibat dari terjadinya  
kerusakan pada tingkat seluler.
Selain itu, penuaan juga dipicu  karena menurunnya fungsi  
kelenjar endokrin. Berubahnya produksi dan sekresi hormonal,  
menurunnya sensitivitas reseptor dalam proses penerimaan stimulus  
atau penghambatan stimulus, perubahan anatomi pada kelenjar￾kelenjar endokrin dan gangguan transport hormon menjadi penyebab  
penuaan. Selain itu, menurunnya beberapa hormon, seperti HGH dan  
IGF-1 akan mengurangi kemampuan sistem pertahanan tubuh dalam  
mendeaktivasi reaksi berantai oksidasi yang dipicu  oleh radikal  
bebas.
Kerusakan yang dipicu  oleh radikal bebas merupakan  
teori yang paling popular dan umum, berkaitan dengan penuaan  
tingkat sellular (umur biologis). Radikal bebas merupakan molekul￾molekul yang sangat reaktif yang dihasilkan oleh reaksi biokimia  
dengan melibatkan oksigen dan diinduksi oleh faktor luar. Radikal  
bebas akan bereaksi dengan molekul-molekul dalam sel sehingga  
memicu  kerusakan dan mutasi, yang berakibat pada timbulnya  
proses penuaan.  
 
 
 
 
Pengaruh Perubahan Mitokondria terhadap Penuaan
Mitokondria yaitu  organel seluler berbentuk kapsul yang  
merupakan tempat untuk menghasilkan energi (molekul ATP) dari  
metabolisme aerobik (memerlukan oksigen) yang melibatkan rantai  
respirasi (rantai transport elektron) dan enzim-enzim ATP sintase.  
Sebagian besar sel-sel hewan mengandung ratusan sampai ribuan  
mitokondria. Mitokondria paling banyak ditemukan dalam sel yang  
aktif melakukan metabolisme, seperti sel saraf dan otot-otot, dimana  
mitokondria mengisi sekitar 40% volume sel. Sekitar 10% berat  
tubuh manusia dewasa yaitu  mitokondria.  
Mitokondria memiliki  dua membran. Membran luar
mengandung poros-porus kecil (porin atau juga disebut voltage￾dependent anion channels, VDACs) yang permeabel terhadap semua  
ion-ion dan makromolekul-makromolekul lain yang memiliki   
ukuran lebih kecil dari 10kDa. Membran bagian dalam memiliki   
sifat impermeabelitas yang tinggi, merupakan tempat proton-proton yang bermuatan positif (ion-ion H ). Gradien proton akan melintasi  
membran bagian dalam yang dipakai  oleh enzim-enzim ATP
sinthase untuk menghasilkan molekul ATP. Daerah antara membran  
bagian luar dan membran bagian dalam bermuatan lebih positif (P￾Phase), karena konsentrasi proton yang lebih tinggi, dimana bagian  
dalam membran lebih bermuatan negatif (N-Phase, matriks). Di  
dalam matriks ini terjadi siklus asam sitrat Krebs. Ada puluhan atau  
ribuan rantai respirasi dan enzim ATP sinthase yang ada  pada  
membran dalam mitokondria yang secara khusus ada  pada sel￾sel yang aktif melakukan proses metabolisme yang membran bagian  
dalam memiliki  banyak lipatan-lipatan (cristae) yang berfungsi  
meningkatkan luas permukaan area.  
Membran dalam mitokondria mengandung beberapa  karier  
molekul aktif, meliputi karier phospat (Pi=H PO ) dan transporter 2 4
nukleotida adenin (ANT). ANT mengimpor molekul-molekul ADP
ke dalam matriks untuk sintesis ATP dan pertukaran molekul ATP
yang diekspor untuk energi untuk seluruh proses yang berlangsung  
dalam sel (seperti baterai portabel). Rantai respirasi atau rantai  
transport elektron berhimpitan dengan dinding dalam pada membran  
dalam mitokondria yang disusun oleh 4 protein kompleks. Protein￾protein kompleks ini diidentifikasi sebagai protein kompleks I, II, III,  
dan IV. Protein komplek II hanya terdiri 4 peptida, dua yang termasuk  
dalam siklus asam sitrat Krebs yaitu protein suksinat dehidrogenase,  
dan dua yang merupakan protein kompleks jangkar (anchor) pada  
membran dalam mitokondria.
Kompleks I dan II secara bebas mensuplai elektron-elektron ke  
kompleks III, dan selanjutnya dari kompleks III mensuplai elektron-
elektron ke kompleks IV. Protein karier yang dapat larut dipakai   
untuk menstransport elektron ke dan dari kompleks III. Protein yang  
dapat larut yang menstransport elektron dari kompleks I dan II ke  
kompleks III yaitu  koenzim Q (KoQ). Protein karier yang  
menstransport elektron dari kompleks III ke kompleks IV yaitu   
sitokrom C. Untuk hal ini kompleks III yaitu  juga diketahui sebagai  
sitokrom-c reduktase dan kompleks IV juga diketahui sebagai  
sitokrom-c oksidase. Kompleks IV melakukan kombinasi dengan  
elektron-elektron (atom-atom hidrogen) dengan oksigen untuk  
membentuk air. Energi yang dilepaskan oleh oksidasi dalam rantai  
respirasi dipakai  untuk memompa proton membran bagian luar  
mitokondria.
Membran dalam mitokondria bersifat impermiabel untuk ion-
+
ion H (proton) dan selanjutnya mampu berfungsi seperti bendungan  
hidroelektrik. Enzim-enzim respirasi (kompleks I, III dan IV)  
memompa proton keluar pada matriks bagian dalam mitokondria,  
proton yang dibangun menekan bagian luar bendungan (membran)  
pada mitokondria. Tekanan proton (proton-motive force) yang  
melintasi membran bagian dalam disusun oleh dua komponen, yaitu  
perbedaan pH dan potensial elektrik (membran potensial) yang  
merupakan komponen paling penting. Perbedaan pH yaitu  kecil,  
banyaknya hanya sekitar 0,5 unit pH. Potensial membran pada  
membran mitokondria yaitu  sekitar dua kali lipat dan besarnya sama  
seperti pada serabut saraf yang besar, yaitu banyaknya di atas 200 mV.  
Kompleks V (F0F1-ATP synthase) yaitu  ”hydroelectric turbine”  
yang menyediakan energi pada aliran proton yang masuk ke dalam  
matriks melalui ”turbin” untuk sintesis ATP. ATP sinthase (kompleks
V) ”rotary motor” yang paling kecil yang diketahui yaitu  mesin  
nano alamiah. Mesin nano alamiah ini memakai  kekuatan  
pergerakan proton untuk menjalankan reaksi endotermik:
ADP + Pi ATP
Hasil kombinasi pada tahapan respirasi (oksidatif) dan tahapan  
pembentukan ATP (phosporilasi ADP) disebut oksidasi phosporilasi.  
Secara normal respirasi (konsumsi oksigen) dan phosporilasi  
(produksi ATP) yaitu  pasangan yang saling berkaitan erat (tightly  
doubled), yaitu beberapa  ATP yang diproduksi berhubungan dengan  
jumlah oksigen yang dikonsumsi dalam arti sebagai respirasi status 3  
(state 3 respiration). Dalam ketidakhadiran ADP (status istirahat),  
bagaimanapun beberapa respirasi yang terjadi akan juga menuju  
rembesan proton ”proton leak” sampai ke respirasi status 4 (state 4  
respiration) dan status 1, status 2 dan status 5 yaitu  kondisi  
eksperimen yang lebih menarik daripada kondisi metabolik.  
Dalam respirasi status 4 proton mengalir secara langsung  
melalui membran dalam secara cukup daripada melalui “ATP
turbine” (kompleks V) yang menghasilkan energi panas yang cukup  
daripada energi ATP. Protein uncoupling yaitu  asam-asam lemah  
yang melarutkan lipid-lipid membran dalam mitokondria, karena itu  
meningkatnya protein uncoupling berasal dari oksidasi dari
phosporilasi. Respirasi uncoupling dari phosporilasi untuk
menghasilkan panas yaitu  berguna untuk rodensia-rodensia kecil,  
bayi yang baru lahir dalam kondisi telanjang dan hewan-hewan yang  
sedang hibernasi dan beradaptasi pada kondisi dingin, semuanya
mengandung ”brown fat”. Protein uncoupling juga berguna untuk  
produksi demam. Protein uncoupling I (uncoupling protein I) atau  
UCP1 yaitu  protein uncoupling yang ditemukan dalam ”brown fat”,  
lemak berwarna coklat yang dibuat dengan konsentrasi tinggi dalam  
mitokondria. UCP2 memiliki  jaringan kasar yang terdistribusi dan  
kelihatannya untuk fungsi respons stress, tetapi ekspresi protein ini  
kurang lebih 1% pada UCP1. UCP 3 ditemukan dalam otot dan  
diregulasi oleh hormon tiroid (T3).
Fungsi UCP1 yaitu  untuk membentuk panas (thermogenesis).  
riset  telah membuktikan bahwa UCP3 membentuk beberapa   
kecil panas tetapi fungsi untuk mereduksi kerusakan radikal bebas  
dengan menurunnya kadar protein selama periode aktivitas metabolik  
yang tinggi. Mencit dengan kandungan UCP3 lebih tinggi
memiliki  intensitas metabolik yang lebih tinggi (17% lebih besar  
konsumsi oksigen pada saat istirahat) dan 36% memiliki  masa  
hidup yang panjang. Merembesnya proton (proton leak) tidak  
memperlihatkan adanya pengaruh faktor CRAN (caloric restriction  
with adequate nutrition). Fakta pada orang yang menderita  
kegemukan yang resisten diet memperlihatkan beberapa  protein  
UCP3 dengan kadar yang lebih kecil yang mengindikasikan bahwa  
thermogenesis dari UCP3 tidak dapat diabaikan.
Peningkatan kadar insulin sering dikaitkan dengan penuaan dan  
diabetes tipe-2 akan menstimulasi sintesis nitrit oksida yang  
menghasilkan peroksinitrit. Peroksidasi lipid pada membran dalam  
mitokondria oleh peroksinitrit dapat meningkatkan proton leak bebas  
pada protein uncoupling. Peroksinitrit dapat juga mendegradasi  
fungsi enzim-enzim respirasi dan menginaktivasi enzim-enzim
superoksida dismutase mitokondria (Mn-SOD).
Mitokondria yaitu  organel sellular yang memiliki DNA
sendiri (tidak ada DNA seluler di bagian luar nukleus selain DNA
mitokondria). DNAmitokondria (mtDNA) manusia berbentuk strand  
sirkuler yang memiliki  16.569 asam-asam nukleat yang terdiri 37  
gen-gen pengkode yaitu, 22 RNAs transfer, 2 RNAs ribosomal dan 13  
protein transmembran. ada  kurang lebih 1.500 produk gen-gen  
lain yang ada dalam mitokondria, yang dikode oleh DNA nukleus  
(nDNA). Kebalikan dengan nDNA, mtDNAlebih banyak diwariskan  
dari pihak ibu. Setiap sel mengandung beberapa mitokondria, tetapi  
total mtDNA dalam sel keberadaannya kurang lebih hanya 1% dari  
jumlah DNAyang ditemukan di dalam nukleus.  
Setiap mitokondria mengandung 2 sampai 12 kopi mtDNA
yang identik (2-12 strands berbentuk sirkuler). Setiap strands mtDNA
mengkode 13 macam protein, semuanya merupakan subunit-subunit  
transmembran pada kompleks I, III, IV dan V. Dari 13 macam protein  
mtDNA, 7 protein mtDNAberada dalam protein kompleks I, 1 dalam  
kompleks III, 3 dalam kompleks IV dan 2 dalam kompleks V. Ciri  
khusus yang membedakan ke 13 macam protein yang dikode oleh  
mtDNA yaitu  bahwa protein-protein ini  bersifat hidrofobik  
(tidak mudah larut dalam air). Hal ini membuktikan bahwa protein￾protein ini  sulit untuk disintesis dan ditransport ke dalam cairan  
sitoplasma. Alasan ini kelihatannya mustahil bahwa mtDNA untuk  
protein-protein ini akan berpindah ke nu