Rabu, 28 Februari 2024

gigi 7

 



sar 

f) Larutan tidak stabil 

 

3) Acidulated Phosphate Fluoride (APF) 

 APF merupakan campuran antara sodium fluoride, hydrofluoride acid dan phosphoric 

acid.  

 

 

 

 Diunduh tanggal 25 Januari 2018 

 Konsentrasi yang disetujui oleh FDA/ADA untuk topikal aplikasi yaitu  1,23% APF dalam 

bentuk gel atau solution. Prosedur kerjanya yaitu  sebagai berikut: 


 

a) Bersihkan seluruh permukaan gigi secara teliti memakai  pasta prophylaxis 

standar yaitu pumice. 

b) Isolasi gigi dengan cotton roll 

c) Keringkan gigi dengan seksama 

d) Aplikasikan larutan APF dan jaga tetap basah dengan larutan selama 4 menit. 

e) sesudah  aplikasi, instruksikan jangan makan dan minum selama 30 menit sesudah  

perawatan. 

f) Perawatan dilakukan satu kali dalam 1 tahun, tetapi akan lebih efektif jika 

dilakukan setiap 6 bulan. 

 

Keuntungan APF 

a. Rasa lebih dapat diterima dibandingkan SnF2 

b. Tidak memicu  stainning atau pigmentasi; hanya terjadi sedikit pemucatan 

dari jaringan gingiva 

c. Dapat diaplikasikan pada kedua lengkung rahang secara bersamaan 

d. Larutan bersifat stabil 

 

Kerugian APF 

a. Merusak restorasi porcelain 

b. Berbahaya jika tertelan dalam jumlah besar. 

 

 Multiple Fluoride Therapy 

 Untuk mendapatkan manfaat optimal fluor dalam mereduksi karies dapat melakukan 

multiple fluoride terapi yang meliputi: 

1. Pemberian fluor secara sistemik (pilih salah satu) 

a. Fluoridasi air minum 

b. Pemberian suplemen fluor 

2. Pemberian fluor secara lokal 

a. Topikal aplikasi fluor di klinik 

b. pemakaian  pasta gigi berfluor 

c. Pemakaian obat kumur berfluor atau gel berfluor 

 

 

Efek pemberian fluor secara lokal: 

Pemberian fluor secara lokal sesudah erupsi gigi memicu  terikatnya ion fluor pada 

permukaan kristal email. Konsentrasi fluor untuk aplikasi lokal biasanya tinggi. Konsentrasi 

fluor yang tinggi memicu reaksi kimia awal yaitu terjadinya pembentukan calcium 

fluoride yang mengendap pada permukaan email. 

 

Calcium fluoride yang terbentuk tidak terikat kuat pada email 

[Ca10 (Po4)6 (OH)2] + 20F → 10 Ca F2 +6 PO + 2 OH 

 

Calcium fluoride 

Calcium fluoride yang terbentuk tidak terikat kuat pada email dan secara bertahap akan larut, 

tetapi ada sedikit ion fluor yang akan mengganti ion hidroksil dan hidroksi apatit. 

[Ca10 (Po4)6 (OH)2] + 2 F → Ca10(PO4)6 F2 + 2 OH 

 

Fluorapatit 

Aksi fluor dalam mereduksi karies dapat terjadi melalui satu atau lebih cara, yaitu dengan 

meningkatkan stabilitas kristal email, remineralisasi permukaan email, menghambat sistem 

enzim bakteri yang mengubah gula menjadi asam dan efek bakterial secara langsung. 

 

 


 

Ringkasan 

 

Topikal aplikasi fluor yaitu , tindakan pengolesan langsung bahan fluor pada email. 

sesudah  gigi dioleskan fluor lalu dibiarkan kering selama 5 menit, dan selama 1 jam tidak boleh 

makan, minum atau berkumur.  

Tujuan pemakaian  fluor yaitu  untuk melindungi gigi dari karies, fluor bekerja dengan 

cara menghambat metabolisme bakteri plak yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui 

perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor apatit yang lebih stabil dan lebih tahan 

terhadap pelarutan asam. Reaksi Ca10(PO4)6(OH)2+F→ Ca10(PO4)6(OHF) menghasilkan enamel 

yang lebih tahan asam sehingga dapat menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan 

remineralisasi. 

  


Tindakan Aplikasi Casein Phospheptide-

Amorphous Calsium Phosphate (CPP-ACP) 

 

A. BAHAN APLIKASI CPP-ACP 

 

Fosfopeptida kasein (CCP) yang mengandung kelompok urutan Ser(p)-Ser(p)-Ser(p)-Glu-

Glu memiliki kemampuan signifikan untuk membuat stabilisasi kalsium fosfat amorf (ACP) 

dalam larutan yang bersifat metastabil. Melalui beberapa residu fosfoseril, CPP berikatan 

dengan bentuk kelompok ACP  nano yang mencegah perkembangan bakteri pada ukuran kritis 

yang dibutuhkan untuk nukleasi dan fase transformasi. CPP dapat menstabilisasi kalsium 

fosfat lebih dari 100 kali dibandingkan yang dapat dilakukan secara normal dalam larutan cair. 

CCP dianggap memiliki bioavailabilitas kalsium yang tinggi dan memiliki kemampuan 

dalam  menstabilkan kalsium dan fosfat pada saliva serta mengikat plak pada permukaan gigi. 

Hal ini dikarenakan ikatan CPP  yang  mampu menjaga kalsium dan fosfat pada saliva tetap 

dalam keadaan amorf non-kristalin yang artinya stabil, kemudian ion kalsium dan fosfat dapat 

dengan mudah adhesi ke enamel gigi sehingga terbukti mengurangi risiko demineralisasi 

enamel dan membantu proses remineralisasi email gigi. 

 

B. PERANAN CPP-ACP PADA GIGI 

 

1. Membantu Proses Remineralisasi Email Gigi 

berdasar  penelitian yang dilakukan oleh Kargul B. bertempat di Universitas 

Marmara, Turkey dimana menguji efektisivitas dari pasta yang mengadung bahan CPP-ACP 

dengan kadar 10% terhadap kekasaran permukaan dari enamel secara in vitro. Dan hasil dari 

penilitian ini  mengungkapkan bahwa 10% CPP-ACP memiliki  efek positif terhadap 

remineralisasi email. Dimana mekanisme antikariogenik yang dihasilan oleh CPP-ACP yaitu  

merupakan suatu proses terlokalisasinya ion kalsium dan fosfat pada permukaan gigi, 

sehingga menjaga berlangsungnya proses buffer oleh saliva. Oleh karena itu hal ini  membantu 

untuk mempertahankan keadaan netral pada email gigi, yang kemudian akan menurunkan 

proses demineralisasi, dan meningkatkan remineralisasi. 

 

 

2. Membantu Mereduksi Aktivitas Karies 

 

Selain meningkatkan kadar konsentrasi kalsium dan fosfor pada saliva guna membantu 

proses remineralisasi. Pada tahun 1980an, Reynold menarik perhatian dengan 

mengungkapkan fakta bahwa kalsium fosfat amorf kasein fosfopeptida, yang merupakan salah 

satu produk dari kasein susu, mampu masuk ke dalam permukaan email dan mempengaruhi 

proses karies. Gambar di bawah ini ketika CPP-ACP diaplikasikan pada permukaan gigi maka 

CPP-ACP akan menghasilkan k-casien, b-casein serta ikatan nano-kompleks yang akan 

bertindak sebagai barrier penghalang dalam mencegah perlekatan dari Sterptococcus mutans. 

 

 

Penelitian yang dilakukan pada hewan, dimana 0.5% mg/ml larutan dari CPP-ACP 

nanokompleks diibaratkan setara dengan 500 ppm larutan fluoride dapat mereduksi aktivitas 

karies. Larutan CPP-ACP ini diaplikasikan 2 kali sehari pada permukaan gigi tikus yang 

sebelumnnya sudah diinjeksikan bakteri Streptococcus sobrinus, yang merupakan bakteri 

penyebab karies pada manusia. Secara signifikan mampu mengurangi aktivitas karies dengan 

0.1% mg/ml CPP-ACP mereduksi sebesar 14%. Sedang  pada kadar 1% mg/ml CPP-ACP 

mereduksi sebesar 55% aktivitas karies. 

 

C. KEGUNAAN CPP-ACP 

 

Selain pada kemampuan CPP-ACP dalam membantu proses remineralisasi pada email 

gigi, serta kemampuannya dalam mereduksi perlekatan bakteri, dalam bidang kedokteran gigi 

CPP-ACP juga memiliki kegunaan lain, seperti: 

 

1. CPP-ACP dalam bentuk sediaan pasta dapat memperbaiki keseimbangan mineral dalam 

lingkungan mulut. 

2. Memberi perlindugan extra terhadap gigi. 

3. Membantu menetralisir asam dari bakteri asidogenik dalam plak dan sumber asam 

internal dan external lain. 

4. ada  dalam kemasan berbagai rasa dan membuat permukaan gigi lebih halus dan 

bersih. 

5. Pasca perawatan bleaching (perawatan pemutihan gigi)  

6. Pasca scalling (pembersihan karang gigi), baik secara elektrik maupun secara manual  

7. Untuk pasien abrasi (kerusakan pada bagian servikal gigi),  

8. Xerostomia (mulut kering) 

9. Untuk pasien dengan kondisi hipersensitif dentin 

10. Untuk pencegahan terhadap kerusakan gigi, karena asam yang dihasilkan bakteri. 

 

D. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI CPP-ACP 

 

Indikasi pemakaian  CPP-ACP ini, meliputi: 

1. Memperbaiki keseimbangan mineral pada pasien-pasien yang mengalami defisiensi 

saliva seperti xerostomia atau ketika tindakan membersihkan gigi sulit dilakukan. 

2. Memperbaiki keseimbangan sesudah  tindakan perawatan seperti scalling, root planing 

dan kuretase, juga mengurangi akibat apapun dari hipersensitif dentin. 

3. Riset membuktikan Recaldent (CPP - ACP) juga dapat mengubah warna gigi karena 

white-spot ke arah gigi yang terlihat translusens alamiah. 

4. Dapat dipakai  untuk gigi permanen, aman untuk diaplikasikan pada bayi terutama 

anak-anak di bawah usia dua tahun dengan lesi karies awal. 

5. dipakai  untuk pasien dengan kebutuhan khusus seperti yang dengan gangguan 

intelektual, gangguan perkembangan dan fisik, serebral palsi, down sindrom dan pasien 

dengan masalah medis seperti terapi radiasi 

6. Selain itu CPP-ACP juga dianjurkan pada pasien  yang rawan kares (anak yang 

memiliki  resiko karies yang tinggi, anak dengan gigi berjejal, pasien dalam perawatan 

memakai  pengobatan jangka panjang, pasien dalam perawatan orthodonsi dan 

usia lanjut). 

 

Kontra indikasi pemakaian  CPP-ACP, yaitu : 

Pada anak atau pasien yang ada  riwayat alergi pada jenis makanan yang mengandung 

susu. 

 


 

E. PENATALAKSANAAN pemakaian  CPP-ACP 

 

1. Persiapan 

a. Sortir anak yang memiliki  resiko karies tinggi. 

b. Beri penjelasan manfaat dan cara pemakaian  CPP-ACP pada anak dan orang tua 

yang mendampingi. 

c. Persetujuan tindakan medis dilakukan secara tertulis oleh orang tua/ wali yang 

mendampingi anak pada saat perawatan. 

d. Siapkan krim CPP-ACP. 

e. Sikat gigi. 

 

2. Pelaksanaan 

a. Latih anak atau orang tua anak untuk mengoleskan krim CPP-ACP pada permukaan 

gigi yang rawan atau pada white spot. 

b. Keringkan permukaan gigi yang akan dioles. 

c. Oleskan krim pada permukaan gigi dengan memakai  jari atau sikat gigi dan 

gunakan lidah untuk membagi ke semua permukaan gigi. 

d. Sisanya boleh diludahkan, tetapi jangan berkumur-kumur sedikitnya selama 30 

menit agar terjadi tranfer calsium phosphate. 

e. Gunakan pagi hari sesudah  sikat gigi atau malam hari sesudah  sikat gigi tergantung 

keparahan karies. 

 

Ringkasan 

 

Fosfopeptida kasein (CPP) yaitu  kelompok peptida yang berasal dari kasein, bagian dari 

protein yang terjadi secara alami dalam susu. Susu yaitu  makanan protein yang sangat baik 

dalam menyediakan asam amino esensial dan nitrogen organik untuk manusia dan hewan dari 

segala usia. Susu juga mengandung faktor yang memiliki sifat antikariogenik: kalsium, fosfat, 

kasein, dan lipid. Produk susu mulai diakui di akhir 1950-an sebagai kelompok makanan yang 

efektif dalam mencegah karies gigi.  

Selain meningkatkan kadar konsentrasi kalsium dan fosfor pada saliva guna membantu 

proses remineralisasi. Pada tahun 1980an, Reynold menarik perhatian dengan 

mengungkapkan fakta bahwa kalsium fosfat amorf kasein fosfopeptida, yang merupakan salah 

satu produk dari kasein susu, mampu masuk ke dalam permukaan email dan mempengaruhi 

proses karies. Gambar di bawah ini ketika CPP-ACP diaplikasikan pada permukaan gigi maka 

CPP-ACP akan menghasilkan k-casien, b-casein serta ikatan nano-kompleks yang akan 

bertindak sebagai barrier penghalang dalam mencegah perlekatan dari Sterptococcus mutans. 

 



TINDAKAN PENAMBALAN GIGI PADA 

PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN 

GIGI DAN MULUT pasien  

 



Pada bab ini Anda akan mempelajari tiga topik yang meliputi penambalan gigi dengan 

metode Atraumatic Restorative Treatment (ART), penambalan gigi 1 bidang, dan penambalan 

gigi 2 bidang, dimana ketiganya dilakukan sebagai tindakan kuratif pada pelayanan asuhan 

kesehatan gigi dan mulut pasien pasien . 

Tujuan sesudah  Anda mengikuti mata kuliah ini yaitu  agar mampu mengerjakan 

tindakan kuratif penambalan  ART, mengerjakan tindakan konservasi berupa penambalan 1 

(satu) bidang, dan penambalan gigi dengan 2 (dua) bidang. 

Sebelum Anda melakukan praktik penambalan gigi pada pasien pelayanan asuhan 

kesehatan gigi dan mulut pasien  di klinik, Anda sudah harus menguasai pengetahuan dan 

keterampilan tentang Konservasi Gigi, pemakaian  dan Pemeliharaan Alat Kedokteran Gigi, 

Dental Morphologi, Dental Material, Komunikasi Terapeutik, serta Etika Profesi. Untuk itu 

persiapkan diri Anda dengan mempelajari kembali ilmu-ilmu di atas, sebagai bekal untuk 

melakukan tindakan penabalan gigi pada pasien pelayanan asuhan kesehatan gigi pasien . 

Selain itu semua, perlu diperhatikan pula posisi pasien maupun operator saat melakukan 

penambalan gigi, agar saat mengerjakan penambalan gigi dapat berlangsung dengan lancar 

dan menghasilkan tambalan yang baik. 


Saat Anda mempelajari ilmu konservasi gigi tentu Anda sudah mengenal Klasifikasi 

Kavita menurut GV Black yang terdiri dari kavita kelas I, II, III, IV, dan V. Namun demikian 

berdasar  kompetensi yang Anda miliki, maka yang dikerjakan yaitu  penambalan gigi pada 

kavita kelas I, II, III dan V baik 1 bidang maupun 2 bidang. Bahan tambal yang dipergunakan 

pada praktikum ini yaitu  bahan Glass Ionomere Cement, baik yang type untuk tambalan ART, 

type untuk tambalan posterior, dan type untuk tambalan anterior. .

Tindakan Penambalan Gigi dengan Teknik 

Atraumatic Restorative Treatment (ART) 

 

ekarang kita masuk pada topik pertama, yaitu topik tentang tindakan penambalan gigi 

dengan teknik ART. Dua prinsip tambalan ART yaitu : 1) menghilangkan lesi karies 

memakai  instrumen genggam (hand instrument); 2) mengembalikan bentuk kavita 

memakai  bahan restorasi yang menempel pada gigi. Persiapkan diri Anda untuk 

berhadapan dengan pasien di klinik gigi. Perhatikan prosedur yang harus Anda lakukan.  

 

A. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI PENAMBALAN ART 

 

Anda harus dapat mengidentifikasi kasus penambalan gigi dengan bahan tambal Glass 

Ionomere Cement (GIC) ART. Indikasinya yaitu : Hanya pada gigi dengan kavita yang kecil 

(karies email maupun dentin); kavitanya dapat diakses memakai  instrumen genggam 

(hand instrument). Sedang  kontra indikasinya yaitu : Pada gigi dengan karies mencapai 

pulpa; karies gigi yang disertai pembengkakan (abses); karies gigi dengan rasa sakit untuk 

waktu yang lama (riwayat inflamasi pulpa yang kronis). 

 


B. ALAT DAN BAHAN 

 

sesudah  Anda mengetahui indikasi dan kontra indikasi penambalan ART, maka 

selanjutnya Anda harus menyiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan dalam 

melakukan penambalan gigi dengan bahan GIC ART. 

Alat yang harus disiapkan antara lain:                                       

1.      Oral Diagnostik set 

2.      Agate Spatel                                   

3.      Papper Pad                        

4.      Plastis filling instrument     

5.      Celluloid Strip 

 

 

Adapun bahan yang harus disiapkan berupa: 

1. Bahan Glass Ionomere Cement ART yang terdiri dari powder dan liquid. 

2. Dentin conditioner 

3. Varnish 

4. Vaseline (cocoa butter) 

5. Cotton pellet 

6. Cotton roll 

7. Alkohol 

8. EDTA 10% untuk desinfeksi kavita 

 


C. POSISI PASIEN DAN OPERATOR 

 

sesudah  alat, bahan, dan obat tersedia di atas tray dental unit, maka segera posisikan 

pasien dan operator (Anda) sesuai dengan lokasi gigi yang akan ditambal. 

Bila gigi yang akan ditambal ada pada regio rahang atas kiri maupun kanan, maka posisi 

pasien ditidurkan telentang (supine), wajah pasien lurus ke depan dan mulut pasien setinggi 

siku  operator, serta posisi operator berada pada arah jam 11. 

Bila penambalan untuk gigi di regio rahang bawah kiri, maka posisi pasien ditidurkan 

dengan telentang, wajah pasien menengok ke kanan (menghadap operator) dan mulut pasien 

setinggi siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 10. 

Namun bila gigi yang akan ditambal yaitu  gigi posterior di regio rahang bawah kanan, 

maka posisi pasien ditidurkan telentang, wajah pasien sedikit menengok ke kiri, dan mulut 

pasien setinggi siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 9. 

 

D. PEMBERIAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK 

 

Selanjutnya sesudah  pasien duduk dengan nyaman, maka berikanlah komunikasi 

terapeutik sesuai dengan prosedur penambalan gigi memakai  bahan GIC dengan teknik 

ART agar pasien memahami tindakan yang akan dilakukan. Komunikasi terapeutik yang 

diberikan meliputi: menunjukkan elemen gigi yang akan ditambal, menyampaikan tujuan dari 

tindakan penambalan, dan menceritakan prosedur tindakan penambalan.  

 

E. PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS 

 

sesudah  Anda menjelaskan komunikasi terapeutik, jelaskan pula risiko yang akan terjadi 

berkaitan dengan tindakan penambalan gigi pada pasien atau orang tua/wali pasien. Bila 

pasien dan atau orang tua/wali pasien sudah memahami dan menyetujui tindakan medis yang 

akan dilakukan, mintalah tanda tangan pasien atau orang tua/wali pasien. 

 

F. PELAKSANAAN PENAMBALAN GIGI DENGAN TEKNIK ART 

 

Langkah selanjutnya yaitu  melakukan perawatan penambalan gigi memakai  

bahan GIC dengan teknik ART. Untuk mengingatkan kembali seperti yang sudah Anda pelajari 

di mata kuliah Konservasi Gigi, maka ikuti prosedur di bawah ini. 

1. Preparasi 

a. Preparasi lubang gigi jaringan karies dibersihkan dengan excavator sampai tak ada 

lagi dentin lunak, untuk memudahkan pembersihan lubang sekali-kali dibasahi, 

keringkan lubang. 

b. sesudah  preparasi selesai pasien dianjurkan oklusi untuk melihat kontak lubang. 

c. Pemberian dentin conditioner yaitu 1 tetes liquid + tetes air dibasahi pada cotton 

pellet dan dioleskan pada kavita yang sudah disiapkan selama 10 – 15 detik. 

Maksud pemberian ini yaitu  agar keadaan lembab sesuai kondisi tambalan yang 

akan dipakai . Sesudah pengolesan dengan dentin conditioner maka kavita 

harus dibilas dengan cotton pellet yang dibasahi air sebanyak 3 kali, selanjutnya 

dikeringkan dengan cotton pellet kering dan kavita siap ditambal. 

 

2. Pengadukan 

a. Satu sendok bubuk diletakkan pada papper pad, lalu dibagi menjadi dua bagian 

yang sama, kemudian letakkan satu tetes liquid disebelah bubuk itu. 

b. Botol cairan dipegang sebentar dalam keadaan horizontal untuk mengeluarkan 

udara dari bagian ujungnya dan kemudian dalam posisi vertikal dikeluarkan satu 

tetes cairan pada papper pad. Bila perlu botol ditekan sedikit, tapi cairan jangan 

tertekan keluar. 

c. Mula-mula cairan disebarkan dengan spatula pada suatu permukaan sebesar 1,5 

cm2. Pengadukan dimulai dengan mencampur setengah dari bubuk dengan cairan 

yang memakai  spatula. 

d. Bubuk dicampur dengan gerakan menggulung sehingga partikel-partikel bubuk 

secara perlahan-lahan terbasahi tanpa tersebar. 

e. Jika seluruh bubuk telah basah, bagian kedua dicampur dalam adukan ini  

sesudah  itu diaduk kuat sambil menjaga agar adukannya tetap berupa satu 

kesatuan massa. 

f. Pengadukan harus selesai 20 – 30 detik, hasil adukan yang baik harus licin seperti 

permen karet. 

g. Penambalan dapat langsung dilakukan pada cavitas tanpa preparasi terlebih 

dahulu, dipakai  Vaseline agar tambalan tidak mudah melengket dan untuk 

menghaluskan. 

 

3. Penambalan : 

a. Masukkan bahan tambaln ke dalam lubang, pit dan fissure dengan plastis filling 

atau carver dengan tekanan ringan. 

b. Tekan dengan jari yang sudah memakai sarung tangan selama 30 detik 

c. Buang bahan yang berlebih  

d. Olesi dengan Varnish tunggu 6 menit 

e. Periksa gigitan kurangi bila masih ada peninggian gigit 

f. Vaseline diberikan sesudah  penambalan dan pengurangan sisa-sisa tumpatan yang 

berlebih. 

 

 

G. PEMBERIAN INSTRUKSI sesudah  PENAMBALAN GIGI 

 

sesudah  selesai penambalan, maka langkah selanjutnya yaitu  memberikan instruksi 

sesudah  penambalan sebagai berikut: 

a. Dianjurkan pasien agar tidak makan selama kurang lebih satu jam agar tambalannya 

mengeras dengan sempurna 

b. sesudah  satu jam boleh makan, tetapi untuk hari ini mengunyah memakai  sisi 

rahang yang tidak ditambal 

c. Hari-hari selanjutnya disarankan untuk mengunyah memakai  kedua sisi rahang 

agar peredaran darah lancar, gigi terbersihkan secara alami, karena pengunyahan, dan 

gigi geligi menjadi lebih sehat. 

 


 

Ringkasan 

 

Tindakan penambalan gigi memakai  bahan GIC (glass ionomere cement) dengan 

teknik ART (atraumatic restorative treatment) pada pasien pelayanan asuhan kesehatan gigi 

dan mulut pasien  dilakukan pada pasien dengan lubang gigi yang mencapai karies email dan 

karies dentin. Bahan penambalan yang dipakai  yaitu  Glass Ionomere Cement khusus yang 

aplikasinya memakai  teknik Atraumatic Restorative Treatment, atau dengan kata lain 

yaitu teknik penambalan gigi tanpa memakai  alat mesin. Agar prosedur penambalan 

dapat berjalan dengan lancar, maka penting untuk memperhatikan indikasi; pemilihan alat 

dan bahan penambalan; posisi pasien dan operator; pemberian komunikasi terapeutik, 

 

persetujuan tindakan medis; pelaksanaan preparasi gigi dan penambalan; serta pemberian 

instruksi sesudah  penambalan gigi. 

 

  


 

Tindakan Penambalan Gigi Satu Bidang 

 

Selanjutnya kita masuk pada topik kedua, yaitu topik tentang tindakan penambalan gigi 

pada karies yang mengenai satu bidang. Tujuan penambalan gigi yaitu  

mengembalikan bentuk dan fungsi gigi, serta mempertahankan gigi selama mungkin di 

dalam mulut. Prinsip penambalan satu bidang yaitu : 1) menghilangkan lesi karies; 2) 

mengembalikan bentuk kavita memakai  bahan restorasi yang menempel pada gigi. 

Persiapkan diri Anda untuk berhadapan dengan pasien di klinik gigi. Perhatikan prosedur yang 

harus Anda lakukan.  

 

A. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI PENAMBALAN GIGI SATU BIDANG. 

 

Anda harus dapat mengidentifikasi kasus penambalan gigi dengan bahan tambal Glass 

Ionomere Cement (GIC). Indikasinya yaitu : gigi dengan karies email maupun dentin. 

Sedang  kontra indikasinya yaitu : Pada gigi dengan karies mencapai pulpa; karies gigi yang 

disertai pembengkakan (abses); karies gigi dengan rasa sakit untuk waktu yang lama (riwayat 

inflamasi pulpa yang kronis). Lokasi karies gigi dapat terletak pada permukaan oklusal, 

palatal/lingual, labial/bukal tetapi hanya mengenai satu bidang saja. Bedanya penambalan gigi 

satu bidang dengan penambalan ART yaitu  pemakaian  alat untuk menghilangkan lesi karies 

(preparasi), dimana untuk penambalan satu bidang memakai  mesin bor. 

 


B. ALAT DAN BAHAN 

 

sesudah  Anda mengetahui indikasi dan kontra indikasi penambalan gigi satu bidang, 

maka selanjutnya Anda harus menyiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan dalam 

melakukan penambalan gigi dengan bahan GIC. 

Alat yang harus disiapkan antara lain:                                       

1. Oral Diagnostik  

2. Contra angle handpiece 

3. Mata bor diamond (bentuk round, fissure, inverted) 

4. Agate Spatel 

5. Papper Pad 

6. Plastis filling instrument  

7. Burnisher / cement stopper 

8.  Celluloid Strip 

9. Articulating paper 

 

Adapun bahan yang harus disiapkan berupa: 

1. Bahan Glass Ionomere Cement yang terdiri dari powder dan liquid. 

2. Dentin conditioner 

3. Varnish 

4. Vaseline (cocoa butter) 

5. Cotton pellet 

6. Cotton roll 

7. Alkohol 

 

 

C. POSISI PASIEN DAN OPERATOR 

 

sesudah  alat, bahan, dan obat tersedia di atas tray dental unit, maka segera posisikan 

pasien dan operator (Anda) sesuai dengan lokasi gigi yang akan ditambal. 

Bila gigi yang akan ditambal ada pada regio rahang atas kiri maupun kanan, maka posisi 

pasien ditidurkan telentang (supine), wajah pasien lurus ke depan dan mulut pasien setinggi 

siku  operator, serta posisi operator berada pada arah jam 11. 

Bila penambalan untuk gigi di regio rahang bawah kiri, maka posisi pasien ditidurkan 

dengan telentang, wajah pasien menengok ke kanan (menghadap operator) dan mulut pasien 

setinggi siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 10. 

Namun bila gigi yang akan ditambal yaitu  gigi posterior di regio rahang bawah kanan, 

maka posisi pasien ditidurkan dengan sandaran punggung membentuk sudut 30˚ dari lantai, 

wajah pasien sedikit menengok ke kiri, dan mulut pasien setinggi siku operator, serta posisi 

operator berada pada arah jam 9. 

 

D. PEMBERIAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK 

 

Selanjutnya sesudah  pasien duduk dengan nyaman, maka berikanlah komunikasi 

terapeutik sesuai dengan prosedur penambalan gigi memakai  bahan GIC agar pasien 

memahami tindakan yang akan dilakukan. Komunikasi terapeutik yang diberikan meliputi: 

menunjukkan elemen gigi yang akan ditambal, menyampaikan tujuan dari tindakan 

penambalan, dan menceritakan prosedur tindakan penambalan.  


  

 

E. PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS 

 

sesudah  Anda menjelaskan komunikasi terapeutik, jelaskan pula risiko yang akan terjadi 

berkaitan dengan tindakan penambalan gigi pada pasien atau orang tua/wali pasien. Bila 

pasien dan atau orang tua/wali pasien sudah memahami dan menyetujui tindakan medis yang 

akan dilakukan, mintalah tanda tangan pasien atau orang tua/wali pasien. 

 

F. PELAKSANAAN PENAMBALAN GIGI 

 

Langkah selanjutnya yaitu  melakukan perawatan penambalan gigi memakai  

bahan GIC. Untuk mengingatkan kembali seperti yang sudah Anda pelajari di mata kuliah 

Konservasi Gigi, maka ikuti prosedur di bawah ini.  

 

2. Preparasi 

a. Lakukan preparasi memakai  mesin bur dan bersihkan kavita dari jaringan 

karies dengan ekskavator sampai tak ada lagi dentin lunak 

1) sesudah  preparasi selesai pasien dianjurkan oklusi untuk melihat kontak 

lubang. 

2)         Pemberian dentin conditioner dan ditunggu selama 20 detik, atau bila tidak 

ada dentin conditioner dapat dipakai : 1 tetes liquid + tetes air dibasahi 

pada cotton pellet dan dioleskan pada kavita yang sudah disiapkan selama 

10 – 15 detik. 

b. Sesudah pengolesan dengan dentin conditioner maka kavita harus dibilas dengan 

cotton pellet yang dibasahi air sebanyak 3 kali, selanjutnya dikeringkan dengan 

cotton pellet kering dan kavita siap ditambal. 

 

2. Pengadukan 

a. Satu sendok bubuk diletakkan pada papper pad, lalu dibagi menjadi dua bagian 

yang sama, kemudian letakkan satu tetes liquid disebelah bubuk itu. 

b. Botol cairan dipegang sebentar dalam keadaan horizontal untuk mengeluarkan 

udara dari bagian ujungnya dan kemudian dalam posisi vertikal dikeluarkan satu 

tetes cairan pada papper pad. Bila perlu botol ditekan sedikit, tapi cairan jangan 

tertekan keluar. 

c. Mula-mula cairan disebarkan dengan spatula pada suatu permukaan sebesar 1,5 

cm2. Pengadukan dimulai dengan mencampur setengah dari bubuk dengan cairan 

yang memakai  spatula. 

d. Bubuk dicampur dengan gerakan menggulung sehingga partikel-partikel bubuk 

secara perlahan-lahan terbasahi tanpa tersebar. 

e. Jika seluruh bubuk telah basah, bagian kedua dicampur dalam adukan ini  

sesudah  itu diaduk kuat sambil menjaga agar adukannya tetap berupa satu 

kesatuan massa. 

f. Pengadukan harus selesai 20 – 30 detik, hasil adukan yang baik harus licin seperti 

permen karet. 

 

 

3. Penambalan : 

a. Masukkan bahan tambalan ke dalam kavita yang sudah dipreparasi memakai  

plastis filling instrument 

b. Bentuk tambalan sesuai bentuk anatomi gigi dengan plastis 

filling/carver/burnisher 

c. Buang bahan yang berlebih  

d. Olesi dengan Varnish dan tunggu selama 6 menit 

e. Periksa gigitan dengan articulating paper 

f. Poles memakai  batu poles arkansas 

g. Vaseline atau cocoa butter diberikan sesudah  penambalan dan pengurangan sisa-

sisa tumpatan yang berlebih. 

 

 

G. PEMBERIAN INSTRUKSI sesudah  PENAMBALAN GIGI 

 

sesudah  selesai penambalan, maka langkah selanjutnya yaitu  memberikan instruksi 

sesudah  penambalan sebagai berikut: 

1. Dianjurkan pasien agar tidak makan selama kurang lebih satu jam agar tambalannya 

mengeras dengan sempurna 

2. sesudah  satu jam boleh makan, tetapi untuk hari ini mengunyah memakai  sisi 

rahang yang tidak ditambal 

3. Hari-hari selanjutnya disarankan untuk mengunyah memakai  kedua sisi rahang 

agar peredaran darah lancar, gigi terbersihkan secara alami karena pengunyahan, dan 

gigi geligi menjadi lebih sehat. 

Ringkasan 

 

Tindakan penambalan gigi satu bidang memakai  bahan glass ionomere cement 

(GIC) pada pasien pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien  dilakukan pada pasien 

dengan lubang gigi yang mencapai karies email dan karies dentin, dan hanya mengenai 1 

bidang saja. Bahan penambalan yang dipakai  yaitu  Glass Ionomere Cement, dan teknik 

preparasinya memakai  mesin bor. Agar prosedur penambalan dapat berjalan dengan 

lancar, maka penting untuk memperhatikan indikasi; pemilihan alat dan bahan penambalan; 

posisi pasien dan operator; pemberian komunikasi terapeutik, persetujuan tindakan medis; 

pelaksanaan preparasi gigi dan penambalan; serta pemberian instruksi sesudah  penambalan 

gigi. 

 

 


Tindakan Penambalan Dua Bidang 

 

khirnya kita masuk pada topik ketiga, yaitu topik tentang tindakan penambalan gigi 

pada karies yang mengenai dua bidang. Pada prinsipnya penambalan dua bidang 

sama dengan penambalan satu bidang, dimana tujuan penambalan gigi yaitu  

mengembalikan bentuk dan fungsi gigi, serta mempertahankan gigi selama mungkin di dalam 

mulut. Prinsip penambalan dua bidang yaitu : 1) menghilangkan lesi karies; 2) 

mengembalikan bentuk kavita memakai  bahan restorasi yang menempel pada gigi. 

Persiapkan diri Anda untuk berhadapan dengan pasien di klinik gigi. Perhatikan prosedur yang 

harus Anda lakukan.  

 

A. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI PENAMBALAN GIGI DUA BIDANG. 

 

Anda harus dapat mengidentifikasi kasus penambalan gigi dengan bahan tambal Glass 

Ionomere Cement (GIC). Indikasinya yaitu : gigi dengan karies email maupun dentin yang 

mengenai dua bidang. Sedang  kontra indikasinya yaitu : Pada gigi dengan karies 

mencapai pulpa; karies gigi yang disertai pembengkakan (abses); karies gigi dengan rasa sakit 

untuk waktu yang lama (riwayat inflamasi pulpa yang kronis). Lokasi karies gigi mengenai dua 

bidang seperti pada: permukaan proximal dan oklusal, proximal dan palatal/lingual, proximal 

dan labial/bukal, oklusal dan bukal, atau oklusal dan palatal/lingual. 

 


 

B. ALAT DAN BAHAN 

 

sesudah  Anda mengetahui indikasi dan kontra indikasi penambalan gigi satu bidang, 

maka selanjutnya Anda harus menyiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan dalam 

melakukan penambalan gigi dengan bahan GIC. 

Alat yang harus disiapkan antara lain:                                       

1. Oral Diagnostik  

2. Contra angle handpiece 

3. Mata bor diamond (bentuk round, fissure, inverted) 

4. Agate Spatel 

5. Papper Pad 

6. Plastis filling instrument  

7. Burnisher/cement stopper 

8. Celluloid Strip/matriks 

9. Articulating paper 

 

Adapun bahan yang harus disiapkan berupa: 

1. Bahan Glass Ionomere Cement yang terdiri dari powder dan liquid. 

2. Dentin conditioner 

3. Varnish 

4. Vaseline (cocoa butter) 

5. Cotton pellet 

6. Cotton roll 

7. Alkohol 

 

  

 

C. POSISI PASIEN DAN OPERATOR 

 

sesudah  alat, bahan, dan obat tersedia di atas tray dental unit, maka segera posisikan 

pasien dan operator (Anda) sesuai dengan lokasi gigi yang akan ditambal. 

Bila gigi yang akan ditambal ada pada regio rahang atas kiri maupun kanan, maka posisi 

pasien ditidurkan telentang (supine), wajah pasien lurus ke depan dan mulut pasien setinggi 

siku  operator, serta posisi operator berada pada arah jam 11. 

Bila penambalan untuk gigi di regio rahang bawah kiri, maka posisi pasien ditidurkan 

dengan telentang, wajah pasien menengok ke kanan (menghadap operator) dan mulut pasien 

setinggi siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 10. 

Namun bila gigi yang akan ditambal yaitu  gigi posterior di regio rahang bawah kanan, 

maka posisi pasien ditidurkan dengan sandaran punggung membentuk sudut 30˚ dari lantai, 

wajah pasien sedikit menengok ke kiri, dan mulut pasien setinggi siku operator, serta posisi 

operator berada pada arah jam 9. 

 

D. PEMBERIAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK 

 

Selanjutnya sesudah  pasien duduk dengan nyaman, maka berikanlah komunikasi 

terapeutik sesuai dengan prosedur penambalan gigi memakai  bahan GIC agar pasien 

memahami tindakan yang akan dilakukan. Komunikasi terapeutik yang diberikan meliputi: 

menunjukkan elemen gigi yang akan ditambal, menyampaikan tujuan dari tindakan 

penambalan, dan menceritakan prosedur tindakan penambalan.  

 

E. PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS 

 

sesudah  Anda menjelaskan komunikasi terapeutik, jelaskan pula risiko yang akan terjadi 

berkaitan dengan tindakan penambalan gigi pada pasien atau orang tua/wali pasien. Bila 

pasien dan atau orang tua/wali pasien sudah memahami dan menyetujui tindakan medis yang 

akan dilakukan, mintalah tanda tangan pasien atau orang tua/wali pasien. 

 

F. PELAKSANAAN PENAMBALAN GIGI 

 

Langkah selanjutnya yaitu  melakukan perawatan penambalan gigi memakai  

bahan GIC. Untuk mengingatkan kembali seperti yang sudah Anda pelajari di mata kuliah 

Konservasi Gigi, maka ikuti prosedur di bawah ini.  


 

1. Preparasi 

a. Lakukan preparasi memakai  mesin bor dan bersihkan kavita dari jaringan 

karies dengan ekskavator sampai tak ada lagi dentin lunak 

1) sesudah  preparasi selesai pasien dianjurkan oklusi untuk melihat kontak 

lubang. 

2) Pemberian dentin conditioner dan ditunggu selama 20 detik, atau bila tidak 

ada dentin conditioner dapat dipakai : 1 tetes liquid + tetes air dibasahi 

pada cotton pellet dan dioleskan pada kavita yang sudah disiapkan selama 

10 – 15 detik. 

b. Sesudah pengolesan dengan dentin conditioner, maka kavita harus dibilas dengan 

cotton pellet yang dibasahi air sebanyak 3 kali, selanjutnya dikeringkan dengan 

cotton pellet kering dan kavita siap ditambal 

c. Selanjutnya yaitu  pemasangan celluloid strip untuk gigi anterior, atau matriks 

untuk gigi posterior, yang berfungsi sebagai dinding sementara. 

 

 

 


2. Pengadukan 

a. Satu sendok bubuk diletakkan pada papper pad, lalu dibagi menjadi dua bagian 

yang sama, kemudian letakkan satu tetes liquid disebelah bubuk itu. 

b. Botol cairan dipegang sebentar dalam keadaan horizontal untuk mengeluarkan 

udara dari bagian ujungnya dan kemudian dalam posisi vertikal dikeluarkan satu 

tetes cairan pada papper pad. Bila perlu botol ditekan sedikit, tapi cairan jangan 

tertekan keluar. 

c. Mula-mula cairan disebarkan dengan spatula pada suatu permukaan sebesar 1,5 

cm2. Pengadukan dimulai dengan mencampur setengah dari bubuk dengan cairan 

yang memakai  spatula. 

d. Bubuk dicampur dengan gerakan menggulung sehingga partikel-partikel bubuk 

secara perlahan-lahan terbasahi tanpa tersebar. 

e. Jika seluruh bubuk telah basah, bagian kedua dicampur dalam adukan ini  

sesudah  itu diaduk kuat sambil menjaga agar adukannya tetap berupa satu 

kesatuan massa. 

f. Pengadukan harus selesai 20 – 30 detik, hasil adukan yang baik harus licin seperti 

permen karet. 

 

3. Penambalan  

a. Masukkan bahan tambalan ke dalam kavita yang sudah dipreparasi memakai  

plastis filling instrument 

b. Bentuk tambalan sesuai bentuk anatomi gigi dengan plastis 

filling/carver/burnisher 

c. Buang bahan yang berlebih  

d. sesudah  tambalan mengeras lepaskan celluloid strip / matriks 

e. Olesi dengan Varnish dan tunggu selama 6 menit 

f. Periksa bentuk anatomis, titik kontak, dan gigitan dengan articulating paper 

g. Poles memakai  batu poles arkansas 

h. Vaseline atau cocoa butter diberikan sesudah  penambalan dan pengurangan sisa-

sisa tumpatan yang berlebih. 

 

G. PEMBERIAN INSTRUKSI sesudah  PENAMBALAN GIGI 

 

sesudah  selesai penambalan, maka langkah selanjutnya yaitu  memberikan instruksi 

sesudah  penambalan sebagai berikut: 

1. Dianjurkan pasien agar tidak makan selama kurang lebih satu jam agar tambalannya 

mengeras dengan sempurna. 

2. sesudah  satu jam boleh makan, tetapi untuk hari ini mengunyah memakai  sisi 

rahang yang tidak ditambal. 

3. Hari-hari selanjutnya disarankan untuk mengunyah memakai  kedua sisi rahang 

agar peredaran darah lancar, gigi terbersihkan secara alami karena pengunyahan, dan 

gigi geligi menjadi lebih sehat. 

 


 

Ringkasan 

 

Tindakan penambalan gigi dua bidang memakai  bahan glass ionomere cement 

(GIC) pada pasien pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien  dilakukan pada pasien 

dengan lubang gigi yang mencapai karies email dan karies dentin, dan mengenai dua bidang. 

Bahan penambalan yang dipakai  yaitu  Glass Ionomere Cement, dan teknik preparasinya 

memakai  mesin bor. Agar prosedur penambalan dapat berjalan dengan lancar, maka 

penting untuk memperhatikan indikasi; pemilihan alat dan bahan penambalan; posisi pasien 

dan operator; pemberian komunikasi terapeutik, persetujuan tindakan medis; pelaksanaan 

preparasi gigi dan penambalan; serta pemberian instruksi sesudah  penambalan gigi. 

 

 

TINDAKAN PENCABUTAN GIGI PADA 

PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN 

GIGI DAN MULUT pasien  

 

 


Pada bab ini Anda akan mempelajari dua topik yang meliputi pencabutan gigi susu  

dengan anestesi permukaan (surface anesthesia) dan gigi tetap akar tunggal dengan anestesi 

infiltrasi (infiltration anesthesia), dimana keduanya dilakukan sebagai tindakan kuratif pada 

pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien pasien . 

Cara anestesi lokal yang dipakai yaitu  yang termasuk dalam jenis anestesi permukaan 

(surface anesthesia) dan anestesi infiltrasi (infiltration anesthesia). Selain menentukan jenis 

obat anestesi yang dipakai, Anda juga akan dipandu untuk dapat menentukan kasus 

pencabutan gigi sesuai indikasi; menyiapkan alat, bahan, dan obat; mengatur posisi pasien 

dan operator; pemberian komunikasi terapeutik; persetujuan tindakan medis; pelaksanaan 

anestesi permukaan (surface anesthesia) atau anestesi infiltrasi (infiltration anesthesia); 

fiksasi dan tumpuan jari; gerakan pencabutan; serta pemberian instruksi sesudah  pencabutan 

gigi. 

Tujuan sesudah  mengikuti mata kuliah ini Anda (mahasiswa) mampu melakukan tindakan 

pencabutan gigi pada pasien pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien  sesuai 

prosedur dengan cara anestesi permukaan (surface anesthesia) dan anestesi infiltrasi 

(infiltration anesthesia).  

namun  sebelum Anda melakukan praktik pencabutan gigi pada pasien 

pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien  di klinik, Anda sudah harus menguasai 

pengetahuan dan keterampilan tentang Dasar-dasar Pencabutan Gigi, pemakaian  dan 

Pemeliharaan Alat Kedokteran Gigi, Komunikasi Terapeutik, serta Etika Profesi. Untuk itu 

persiapkan diri Anda dengan mempelajari kembali ilmu-ilmu di atas, sebagai bekal untuk 

melakukan tindakan pencabutan gigi pada pasien pelayanan asuhan kesehatan gigi pasien .

Tindakan Pencabutan Gigi Susu Dengan 

Anestesi Permukaan (Surface Anesthesia) 

 

ari kita masuk pada topik pertama, yaitu topik tentang tindakan pencabutan gigi 

susu dengan anestesi permukaan (surface anesthesia). Siapkan diri Anda untuk 

berhadapan dengan pasien yang berusia antara 5 - 13 tahun. Perhatikan prosedur 

yang harus Anda lakukan. 

 

A. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI PENCABUTAN GIGI SUSU DENGAN ANESTESI 

PERMUKAAN. 

 

Disini Anda harus dapat mengidentifikasi kasus gigi susu yang memenuhi kriteria indikasi 

pencabutan dengan memakai  anestesi permukaan. Untuk itu pelajari kembali matakuliah 

Dasar-dasar Pencabutan Gigi. Dari kasus yang diidentifikasi sesuai indikasi, maka Anda dapat 

menentukan obat anestesi yang sesuai. Misalnya bila gigi susu dengan indikasi pencabutan 

disertai derajat kegoyangan 2, maka obat anestesi yang dipakai  yaitu  Xylonor Spray, atau 

Anesthetic Gel. Bila gigi susu dengan indikasi pencabutan disertai derajat kegoyangan 3 atau 

4, maka dapat dipakai  obat anestesi Chloraethyl. 

 


 

B. ALAT, BAHAN, DAN OBAT ANESTESI 

 

Selanjutnya Anda harus dapat menyiapkan alat pencabutan gigi berupa tang gigi susu 

yang sesuai dengan kasus yang dijumpai. Jangan lupa siapkan juga bahan-bahan yang 

dibutuhkan pada tindakan pencabutan gigi seperti cotton pellet, cotton roll, cotton applicator, 

dan tampon. Adapun obat yang harus disiapkan yaitu  obat anestetikum permukaan seperti 

Cholraethyl, Xylonor Spray, atau Anesthetic Gel (Precaine Gel). Berikutnya yaitu  Antiseptik 

yang akan dipakai  untuk dioleskan pada tampon yang akan dipakai , menutup luka bekas 

pencabutan dan kemudian meminta pasien untuk menggigitnya dengan keras. 

 


                                             

C.  POSISI PASIEN DAN OPERATOR 

 

sesudah  alat, bahan, dan obat tersedia di atas tray dental unit, maka segera posisikan 

pasien dan operator (Anda) sesuai dengan lokasi gigi yang akan dicabut.  

1. Bila pencabutan untuk gigi pada regio rahang atas kanan, maka posisi pasien ditidurkan 

dengan sandaran punggung membentuk sudut 30˚ dari lantai, dan mulut pasien setinggi 

bahu operator, Sedang  posisi operator pada arah jam 7.  

2. Bila gigi yang akan dicabut ada pada regio rahang atas kiri, maka posisi pasien ditidurkan 

dengan sandaran punggung membentuk sudut 30˚ dari lantai, muka pasien menengok 

ke kanan (menghadap operator) dan mulut pasien setinggi bahu operator, serta posisi 

operator berada pada arah jam 8.  

3. Bila pencabutan untuk gigi di regio rahang bawah kiri, maka posisi pasien ditidurkan 

dengan sandaran punggung membentuk sudut 30˚ dari lantai, muka pasien menengok 

ke kanan (menghadap operator) dan mulut pasien setinggi siku operator, serta posisi 

operator berada pada arah jam 8.  

4. Bila gigi yang akan dicabut yaitu  gigi anterior di regio rahang bawah kanan, maka posisi 

pasien ditidurkan dengan sandaran punggung membentuk sudut 45˚ dari lantai, muka 

pasien menengok ke kiri (menjauhi operator) dan mulut pasien setinggi siku operator, 

serta posisi operator berada pada arah jam 7. Namun bila gigi yang akan dicabut yaitu  

gigi posterior di regio rahang bawah kanan, maka posisi pasien ditidurkan dengan 

sandaran punggung membentuk sudut 45˚ dari lantai, muka pasien lurus ke depan dan 

mulut pasien setinggi siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 11. 

 


D.   PEMBERIAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK 

 

Selanjutnya sesudah  pasien duduk dengan nyaman, maka berikanlah komunikasi 

terapeutik sesuai dengan prosedur pencabutan gigi susu agar pasien memahami tindakan 

yang akan dilakukan. Komunikasi terapeutik yang diberikan meliputi: menunjukkan elemen 

gigi yang akan dicabut, menyampaikan tujuan dari tindakan pencabutan, dan menceritakan 

prosedur tindakan pencabutan.  

 

E.    PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS 

 

sesudah  Anda menjelaskan komunikasi terapeutik, jelaskan pula risiko yang akan terjadi 

berkaitan dengan tindakan pencabutan gigi pada orang tua/wali pasien. Bila pasien dan orang 

tua/wali pasien sudah memahami dan menyetujui tindakan medis yang akan dilakukan, 

mintalah tanda tangan orang tua/wali pasien. 

 

F. PELAKSANAAN ANESTESI PERMUKAAN 

 

Langkah selanjutnya yaitu  melakukan anestesi permukaan sesuai dengan kasus. Untuk 

mengingatkan kembali seperti yang sudah Anda pelajari di mata kuliah Dasar-dasar 

Pencabutan Gigi, maka ikuti prosedur di bawah ini. 

1.  Bila memakai  obat anestesi Xylonor atau Gel, maka berikut yaitu  langkah- 

langkahnya: 

a. Ambil 2 cotton roll, 1 cotton roll diletakkan pada vestibulum bukal atau labial dan 

1 cotton roll di letakkan dibagian palatal atau lingual sesuai ketentuan fiksasi dari 

gigi yang akan dicabut untuk memblokir saliva. 

b. Instruksikan pasien untuk menutup mata agar tidak terkena semprotan obat 

c. Lalu semprotkan Xylonor pada gusi gigi yang sudah diblokir tadi 

d. Tunggu selama 30 – 60 detik 

e. Lakukan pencabutan gigi 

2. Bila memakai  obat anestesi Chloraethyl, maka berikut yaitu  langkah-langkahnya: 

a. Ambil 2 cotton roll, lalu semprot dengan Chloraethyl sampai kapasnya basah 

b. Tunggu sampai muncul bunga es 

c. Lalu letakkan pada gusi dari gigi yang akan dicabut di sebelah bukal atau labial dan 

palatal atau lingual sambil ditekan dengan fiksasi sesuai ketentuan 

d. Tunggu sampai gusi terlihat pucat 

e. Lakukan pencabutan gigi 

 


G. FIKSASI JARI 

 

Perlu diperhatikan fiksasi jari dalam memegang cotton roll dari gigi yang akan dicabut: 

1. Saat Gigi susu posterior rahang atas kanan: jari telunjuk di sebelah palatal dan ibu jari di 

sebelah bukal 

 


2. Gigi susu anterior rahang atas kanan dan kiri: ibu jari di sebelah palatal dan jari telunjuk 

di sebelah labial 

 

 

3. Gigi susu posterior rahang atas kiri: ibu jari di sebelah palatal dan jari telunjuk di sebelah 

bukal 

 

 

4. Gigi susu posterior rahang bawah kiri: jari tengah di sebelah lingual dan jari telunjuk di 

sebelah bukal, ketiga jari yang lain menyangga dagu 

 


5. Gigi susu anterior rahang bawah kanan dan kiri: jari telunjuk di sebelah lingual dan ibu 

jari di sebelah labial, ketiga jari yang lain menyangga dagu 


6. Gigi susu posterior rahang bawah kanan: jari telunjuk di sebelah bukal dan ibu jari di 

sebelah lingual, ketiga jari yang lain menyangga dagu. Perhatikan bahwa operator ada 

di arah jam 11, dengan lengan sedikit merangkul pasien. 

 


H. GERAKAN PENCABUTAN 

 

Yang perlu diperhatikan saat melakukan gerakan pencabutan gigi yaitu  jumlah akar 

gigi yang akan dicabut. Disini diingatkan kembali gerakan pencabutan sebagai berikut: 

1. Gigi susu posterior rahang atas kanan dan kiri: luksasi ke arah bukal-palatal, lalu 

ekstraksi ke arah bawah dan keluar dari mulut 

2. Gigi susu anterior rahang atas kanan dan kiri: luksasi ke arah labial-palatal, bila sudah 

longgar lakukan rotasi, lalu ekstraksi ke arah bawah dan keluar dari mulut 

3. Gigi susu posterior rahang bawah kiri dan kanan: luksasi ke arah bukal-lingual, lalu 

ekstraksi ke arah atas dan keluar dari mulut 

4. Gigi susu anterior rahang bawah kanan dan kiri: luksasi ke arah labial-lingual, bila sudah 

longgar lakukan rotasi, lalu ekstraksi ke arah atas dan keluar dari mulut 

5. Segera sesudah  gigi tercabut lakukan pengecekan apakah masih ada sisa akar atau 

serpihan gigi yang tertinggal 

6. Bila tidak ada, lakukan penekanan luka pencabutan memakai  cotton roll atau 

tampon selama 10 detik untuk menghentikan pendarahan 

7. Kemudian instruksikan pasien untuk berkumur 1 kali saja untuk menghilang sisa darah 

dan rasa pahit karena obat anestesi 

8. Segera ambil tampon yang sudah diberi antiseptik dan letakkan pada luka bekas 

pencabutan 

 


I. PEMBERIAN INSTRUKSI sesudah  PENCABUTAN GIGI 

 

sesudah  gigi tercabut dan luka bekas pencabutan ditutup dengan tampon antiseptik, 

maka langkah berikutnya yaitu  memberikan instruksi sesudah  pencabutan sebagai berikut: 

1. Gigit tampon selama 30 menit, agar terjadi pembekuan darah. 

2. Bila sudah 30 menit, tampon boleh dibuang. 

3. Jangan berkumur terlalu keras dan sering, agar bekuan darah tidak terlepas yang dapat 

memicu  terjadi pendarahan lagi. 

4. Tidak boleh menghisap-hisap luka bekas pencabutan, agar bekuan darah tidak terlepas 

yang dapat memicu  terjadi pendarahan lagi. 

5. Tidak boleh menyentuh/mengorek luka bekas pencabutan dengan jari maupun lidah, 

karena dapat memicu  bekuan darah terlepas dan terjadi infeksi karena jari yang 

kotor. 

6. Bila ingin makan, hari ini pakailah sisi rahang yang tidak dicabut, agar bekuan darah tidak 

terlepas yang dapat memicu  pendarahan lagi. 

7. Sementara ini jangan makan dan minum yang panas, agar pembuluh darah tidak 

melebar yang dapat memicu  terjadi pendarahan yang berlebihan. 

 


 

Ringkasan 

 

Tindakan pencabutan gigi susu dengan anestesi permukaan pada pasien pelayanan 

asuhan kesehatan pasien  dilakukan pada pasien dengan rentang usia 5-13 tahun. Obat 

anestesi yang biasanya dipakai  yaitu  Chloraethyl, Xylonor Spray dan Gel Anesthetic. Agar 

prosedur pencabutan dapat berjalan dengan lancar dan aman, maka penting untuk 

memperhatikan indikasi; pemilihan alat, bahan dan obat anestesi yang tepat; posisi pasien 

dan operator; pemberian komunikasi terapeutik; persetujuan tindakan medis; pelaksanaan 

anestesi permukaan; fiksasi jari; gerakan pencabutan; dan pemberian instruksi sesudah  

pencabutan gigi. 

  



Tindakan Pencabutan Gigi Tetap Akar 

Tunggal Dengan Anestesi Permukaan 

(Infiltration Anesthesia) 

 

 

topik kedua, yaitu topik tentang tindakan pencabutan gigi 

tetap akar tunggal dengan anestesi infiltrasi (infiltration anesthesia). Yang 

dimaksud dengan gigi tetap akar tunggal disini yaitu  Gigi Tetap Anterior Rahang 

Atas dan Rahang Bawah. Siapkan diri Anda untuk berhadapan dengan pasien yang berusia 

lebih dari 7 tahun, kebanyakan pada usia remaja dan dewasa, atau bahkan tua. Perhatikan 

prosedur yang harus Anda lakukan. 

 

A. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI PENCABUTAN GIGI TETAP AKAR TUNGGAL DENGAN 

ANESTESI INFILTRASI 

 

Gigi geligi yang termasuk gigi tetap akar tunggal yaitu  Gigi Tetap Anterior Rahang Atas 

(13 sampai dengan 23) dan Anterior Rahang Bawah (33 sampai dengan 43). Disini Anda harus 

dapat mengidentifikasi kasus gigi tetap akar tunggal yang memenuhi kriteria indikasi 

pencabutan dengan memakai  anestesi infiltrasi. Untuk itu pelajari kembali matakuliah 

Dasar-dasar Pencabutan Gigi. Selain itu, pahami pula indikasi dan kontra indikasi keadaan 

umum pasien untuk tindakan anestesi infiltrasi. Dari kasus dan keadaan umum pasien yang 

diidentifikasi sudah sesuai indikasi, maka Anda dapat menentukan obat anestesi yang sesuai.  

Perhatikan 4 hal utama bila Anda akan melakukan pencabutan gigi memakai  

anestesi infiltrasi yaitu: pasien harus cukup tidur (minimal 6 jam), pasien sudah makan pagi 

terlebih dahulu, tekanan darah (tensi) pasien normal, pasien tidak meminum obat pengencer 

darah. 

Misalnya pasien Ny. X umur 35 th, dengan keadaan umum sehat, semalam pasien tidur 

selama 7 jam, sudah sarapan pagi, tidak ada kontra indikasi penyakit sistemik, tensi normal 

dan tidak mengkonsumsi obat pengencer darah. Dalam mulut Tn. X ada kasus gigi 11. nekrosis 

pulpa, fraktur setengah mahkota (gigi tetap akar tunggal), disertai derajat kegoyangan 1. Pada 

pasien ini baru boleh dilakukan pencabutan dengan anestesi infiltrasi.  

 

 

B. ALAT, BAHAN, DAN OBAT ANESTESI 

 

Selanjutnya Anda harus dapat menyiapkan alat pencabutan gigi berupa tang gigi tetap 

akar tunggal yang sesuai dengan kasus yang dijumpai. Jangan lupa siapkan juga bahan-bahan 

yang dibutuhkan pada tindakan pencabutan gigi seperti cotton pellet, cotton roll, cotton 

applicator, dan tampon. Adapun obat yang harus disiapkan yaitu  obat anestetikum untuk 

anestesi infiltrasi yaitu Lidocaine HCl dengan adrenalin atau epinephrine (misal: Pehacain 

bentuk ampul, Scandonest bentuk carpul), dan Lidocaine HCL tanpa adrenalin atau 

epinephrine (Lidocaine HCl bentuk ampul, Xylestesin bentuk carpul). Selain itu perlu juga 

disediakan anestetikum permukaan seperti Xylonor Spray atau Anesthetic Gel yang diperlukan 

untuk mengantisipasi bila pasien takut merasa sakit saat ditusuk jarum suntik. Berikutnya 

yaitu  Antiseptik yang akan dipakai  untuk dioleskan pada mukosa gigi yang akan dicabut 

dan tampon yang akan dipakai  menutup luka bekas pencabutan dan kemudian meminta 

pasien untuk menggigit tampon dengan keras. 

 

 

C. POSISI PASIEN DAN OPERATOR 

 

sesudah  alat, bahan, dan obat tersedia di atas tray dental unit, maka segera posisikan 

pasien dan operator (Anda) sesuai dengan lokasi gigi yang akan dicabut.  

Bila pencabutan untuk gigi anterior rahang atas, maka posisi pasien ditidurkan dengan 

sandaran punggung membentuk sudut 30˚ dari lantai, muka pasien menengok ke kanan 

(menghadap operator) dan mulut pasien setinggi bahu operator, Sedang  posisi operator 

pada arah jam 7 atau jam 8.  

Bila gigi yang akan dicabut yaitu  gigi anterior rahang bawah maka posisi pasien 

ditidurkan sandaran punggung membentuk sudut 45˚ dari lantai, muka pasien menengok ke 

kanan (menghadap operator) dan mulut pasien setinggi siku operator, serta posisi operator 

berada pada arah jam 7 atau jam 8.  

 

D. PEMBERIAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK 

 

Selanjutnya sesudah  pasien duduk dengan nyaman, maka berikanlah komunikasi 

terapeutik sesuai dengan prosedur pencabutan gigi tetap akar tunggal memakai  anestesi 

infiltrasi agar pasien memahami tindakan yang akan dilakukan. Komunikasi terapeutik yang 

diberikan meliputi: menunjukkan elemen gigi yang akan dicabut, menyampaikan tujuan dari 

tindakan pencabutan, dan menceritakan prosedur tindakan pencabutan.  

 

E. PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS 

 

sesudah  Anda menjelaskan komunikasi terapeutik, jelaskan pula risiko yang akan terjadi 

berkaitan dengan tindakan pencabutan gigi pada pasien atau orang tua/wali pasien bila pasien 

masih dibawah umur. Bila pasien dan orang tua/wali pasien sudah memahami dan menyetujui 

tindakan medis yang akan dilakukan, mintalah tanda tangan pasien atau orang tua/wali 

pasien. 

 

F. PELAKSANAAN ANESTESI INFILTRASI 

 

Langkah selanjutnya yaitu  melakukan anestesi infiltrasi sesuai dengan kasus. Untuk 

mengingatkan kembali seperti yang sudah Anda pelajari di mata kuliah Dasar-dasar 

Pencabutan Gigi, maka ikuti prosedur di bawah ini. 

1.  Bila memakai  obat anestesi infiltrasi Pehacain dalam bentuk ampul, maka berikut 

yaitu  langkah-langkahnya: 

a. Persiapkan obat anestetikum dengan memasukkan obat anestetikum pada 

disposable syringe, pastikan tidak ada udara terjebak di dalam syringe. 

 

b. Ambil cotton pellet yang sudah dibasahi antiseptik  

c. Tarik bibir sampai terlihat mucolabial fold dari gigi yang akan dicabut (rahang atas 

maupun rahang bawah), lalu olesi dengan antiseptik tadi 

d. Tusukkan jarum pada mucolabial fold gigi yang akan dicabut dengan bevel jarum 

menghadap tulang, sampai menatap tulang 

e. Lakukan aspirasi untuk mengetahui apakah jarum masuk ke dalam pembuluh 

darah atau tidak 

f. Bila tidak ada darah dalam syringe, depositkan obat sebanyak 1,5 cc, lalu tarik 

keluar jarum 

g. Selanjutnya ambil cotton pellet yang sudah dibasahi antiseptik 

h. Untuk gigi rahang atas oleskan pada bagian palatal yaitu di daerah seperempat 

palatum dari gigi yang akan dicabut. Untuk rahang bawah oleskan pada bagian 

lingual yaitu didaerah ujung akar dari gigi yang akan dicabut 

i. Tusukkan jarum di bagian palatal yaitu pada seperempat palatum atau bagian 

lingual daerah ujung akar dari gigi yang akan dicabut dengan bevel jarum 

menghadap tulang, sampai menatap tulang 

j. Lakukan aspirasi untuk mengetahui apakah jarum masuk ke dalam pembuluh 

darah atau tidak 

k. Bila tidak ada darah dalam syringe, depositkan obat sebanyak 0,5 cc, lalu tarik 

jarum keluar 

l. Tunggu antara 3-5 menit, lakukan pengecekan dengan melihat apakah gusi 

(mukosa) sudah pucat, atau bila ditusuk dengan sonde sudah tidak terasa 

2. Bila memakai  obat anestesi infiltrasi Scandonest (atau Xylestesin) dalam bentuk 

carpule, maka berikut yaitu  langkah-langkahnya: 

a. Persiapkan obat anestetikum dengan memasukkan carpule obat anestetikum pada 

citoject, pastikan obat bisa keluar dari ujung jarum 

b. Ambil cotton pellet yang sudah dibasahi antiseptik  

c. Tarik bibir sampai terlihat mucolabial fold dari gigi yang akan dicabut (rahang atas 

maupun bawah), lalu olesi dengan antiseptik tadi 

d. Tusukkan jarum pada mucolabial fold gigi yang akan dicabut dengan bevel jarum 

menghadap tulang, sampai menatap tulang 

e. Depositkan obat sebanyak 1,5 cc, lalu tarik jarum keluar 

f. Selanjutnya ambil cotton pellet yang sudah dibasahi antiseptik 

g. Untuk gigi rahang atas oleskan pada bagian palatal yaitu di daerah seperempat 

palatum dari gigi yang akan dicabut. Untuk rahang bawah oleskan pada bagian 

lingual yaitu didaerah ujung akar dari gigi yang akan dicabut 


h. Tusukkan jarum di bagian palatal yaitu pada seperempat palatum atau bagian 

lingual daerah ujung akar dari gigi yang akan dicabut dengan bevel jarum 

menghadap tulang, sampai menatap tulang 

i. Depositkan obat sebanyak 0,5 cc, lalu tarik jarum keluar 

j. Tunggu antara 3-5 menit, lakukan pengecekan dengan melihat apakah gusi 

(mukosa) sudah pucat, bila ditusuk dengan sonde sudah tidak terasa 

 

G.  FIKSASI JARI 

 

Perlu diperhatikan fiksasi jari dalam memegang gigi yang akan dicabut, pada prinsipnya 

sama dengan cara fiksasi jari pada gigi susu di atas, yaitu: 

1. Untuk Gigi Tetap anterior rahang atas: ibu jari di sebelah palatal dan jari telunjuk di 

sebelah labial 

2. Gigi Tetap anterior rahang bawah: jari telunjuk di sebelah lingual dan ibu jari di sebelah 

labial, ketiga jari yang lain menyangga dagu 

3. Bila untuk gigi Tetap Caninus rahang bawah kanan dapat pula dengan cara: jari telunjuk 

di sebelah bukal dan ibu jari di sebelah lingual, ketiga jari yang lain menyangga dagu. 

Perhatikan bahwa operator ada di arah jam 11, dengan lengan sedikit merangkul pasien. 

 

H. GERAKAN PENCABUTAN 

 

Yang perlu diperhatikan saat melakukan gerakan pencabutan gigi yaitu  bahwa Gigi 

Tetap akarnya masih panjang dan tertanam dalam tulang. Untuk itu perlu digoyangkan dan 

dilonggarkan terlebih dahulu sebelum dicabut. Disini diingatkan kembali gerakan pencabutan 

sebagai berikut: 

1. Gigi tetap anterior rahang atas: lepaskan perlekatan gigi dari jaringan periodontium 

memakai  bein, goyangkan gigi dengan bein, bila gigi telah longgar maka pegang gigi 

memakai  tang yang sesuai, luksasi ke arah labial-palatal, bila sudah longgar lakukan 

rotasi, lalu ekstraksi ke arah bawah dan keluar dari mulut. Di bawah ini yaitu  contoh 

gambar pemakaian  bein. 

 

 

2. Gigi tetap anterior rahang bawah: lepaskan perlekatan gigi dari jaringan periodontium 

memakai  bein, goyangkan gigi dengan bein, bila gigi telah longgar maka pegang gigi 

memakai  tang yang sesuai, luksasi ke arah labial-palatal, bila sudah longgar lakukan 

rotasi, lalu ekstraksi ke arah atas dan keluar dari mulut 

 

 

3. Segera sesudah  gigi tercabut lakukan pengecekan apakah masih ada sisa akar atau 

serpihan gigi yang tertinggal 

 

  

 

4. Bila tidak ada, lakukan penekanan luka pencabutan memakai  cotton roll atau 

tampon selama 10 detik untuk menghentikan pendarahan 

5. Kemudian instruksikan pasien untuk berkumur 1 kali saja Segera ambil tampon yang 

sudah diberi antiseptik dan letakkan pada luka bekas pencabutan 

 

 

I. PEMBERIAN INSTRUKSI sesudah  PENCABUTAN GIGI 

 

sesudah  gigi tercabut dan luka bekas pencabutan ditutup dengan tampon antiseptik, 

maka langkah berikutnya yaitu  memberikan instruksi sesudah  pencabutan sebagai berikut: 

1. Gigit tampon selama 60 menit, agar terjadi pembekuan darah 

2. Bila sudah 60 menit, tampon boleh dibuang 

3. Jangan berkumur terlalu keras dan sering, agar bekuan darah tidak terlepas yang dapat 

memicu  terjadi pendarahan lagi 

4. Tidak boleh menghisap-hisap luka bekas pencabutan, agar bekuan darah tidak terlepas 

yang dapat memicu  terjadi pendarahan lagi 

5. Tidak boleh menyentuh/mengorek luka bekas pencabutan dengan jari maupun lidah, 

karena dapat memicu  bekuan darah terlepas dan terjadi infeksi karena jari yang 

kotor 

6. Bila ingin makan, hari ini pakailah sisi rahang yang tidak dicabut, agar bekuan darah tidak 

terlepas yang dapat memicu  pendarahan lagi 

7. Sementara ini jangan makan dan minum yang panas, agar pembuluh darah tidak 

melebar yang dapat memicu  terjadi pendarahan yang berlebihan 

8. Bila pasien merokok, selama 1 hari ini tidak boleh merokok dahulu, agar pembuluh darah 

tidak melebar yang dapat memicu  terjadi pendarahan yang berlebihan. 

 


 

Ringkasan 

 

Tindakan pencabutan gigi tetap akar tunggal dengan anestesi infiltrasi pada pasien 

pelayanan asuhan kesehatan pasien  dilakukan pada pasien dengan usia lebih dari 7 tahun. 

Obat anestesi yang biasanya dipakai  yaitu  Lidocaine HCl, Pehacain, Scandonest, atau 

Xylestesin. Agar prosedur pencabutan dapat berjalan dengan lancar dan aman, maka penting 

untuk memperhatikan indikasi; keadaan umum dan penyakit sistemik yang diderita oleh 

pasien; pemilihan alat, bahan dan obat anestesi yang tepat; posisi pasien dan operator; 

pemberian komunikasi terapeutik; persetujuan tindakan medis; pelaksanaan anestesi 

permukaan; fiksasi jari; gerakan pencabutan; dan pemberian instruksi sesudah  pencabutan 

gigi. 


 


RUJUK


AN, EVALUASI, DOKUMENTASI 

PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN 

GIGI DAN MULUT pasien  

 


 

audara-saudara mahasiswa, salam sukses untuk Anda semua. Pada bab sebelumnya 

Anda sudah mempelajari konsep, mempraktekan tahapan pengkajian, diagnosa, 

implementasi pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien .  

Pada bab ini Anda akan mempelajari tiga topik yang meliputi rujukan, evaluasi, dokumentasi 

asuhan kesehatan gigi dan mulut pada pasien pasien . Ketiga tindakan ini  dilakukan 

pada bagian akhir kegiatan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien .  

Rujukan yaitu  sesuatu yang dipakai  pemberi informasi (pembicara) untuk 

menyokong atau memperkuat pernyataan dengan tegas. Evaluasi yaitu  penilaian hasil dan 

proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran 

dari tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses 

mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi asuhan kesehatan gigi 

dan mulut itu sendiri. Dokumentasi yaitu  kegiatan pencatatan tentang keadaan klien yang 

dilihat tidak saja dari tingkat kesakitan akan tetapi juga dilihat dari jenis, kualitas dan kuantitas 

dari layanan yang telah diberikan perawat gigi dalam memenuhi kebutuhan pasien. 

Tujuan sesudah  mengikuti mata kuliah ini Anda (mahasiswa) mampu melakukan rujukan, 

evaluasi, dan dokumentasi pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien  sesuai 

prosedur.  

namun  sebelum Anda melakukan praktik rujukan, evaluasi dan dokumentasi 

pada pasien pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien  di klinik, Anda sudah harus 

menguasai pengetahuan konsep, proses, dan tahapan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan 

mulut pasien . Untuk itu persiapkan diri Anda dengan mempelajari kembali ilmu-ilmu di atas, 

sebagai bekal untuk melakukan pengkajian berupa pemeriksaan subyektif dan obyektif pada 

pasien pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien .

 

Sebelumnya Anda sudah mempelajari tentang tindakan dalam pelayanan asuhan 

kesehatan gigi dan mulut, dan tentunya ada hal-hal dalam memberikan pelayanan 

ada  klien dengan kasus diluar kompetensi perawat gigi. topik 

pertama, yaitu topik tentang rujukan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut. 

Rujukan yaitu  sesuatu yang dipakai  pemberi informasi (pembicara) untuk 

menyokong atau memperkuat pernyataan dengan tegas.  Dikenal juga dengan sebutan 

referensi. Rujukan mungkin memakai  faktual ataupun non faktual. Rujukan faktual terdiri 

atas kesaksian, statistik contoh, dan objek aktual. Rujukan dapat berwujud dalam bentuk 

bukti, nilai-nilai, dan/ atau kredibilitas. Sumber materi rujukan yaitu  tempat materi ini  

ditemukan. kesehatan gigi dan mulut serta hal-hal yang mencakup perilaku kesehatan gigi dan 

mulut yang dilakukan pasien.   

Rujukan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut merupakan komponen yang 

penting dalam sistem pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Dengan memahami sistem dan 

cara rujukan yang baik, tenaga kesehatan diharapkan dapat memperbaiki kualitas pelayanan 

pasien. 

Secara umum, rujukan dilakukan bila  tenaga dan perlengkapan di suatu fasilitas 

kesehatan tidak mampu menatalaksana komplikasi yang mungkin terjadi. Dalam pelayanan 

kesehatan gigi dan mulut, alasan untuk merujuk yaitu  kondisi pasien pada saat datang dan 

selama mendapat pelayanan kesehatan gigi dan mulut. 

 

berdasar  sifatnya, rujukan kesehatan gigi dan mulut dibedakan menjadi: 

A. Rujukan kegawatdaruratan 

Rujukan kegawatdaruratan yaitu  rujukan yang dilakukan sesegera mungkin karena 

berhubungan dengan kondisi kegawatdaruratan yang mendesak. 

B. Rujukan berencana 

Rujukan berencana yaitu  rujukan yang dilakukan dengan persiapan yang lebih panjang 

ketika keadaan umum pasien masih relatif lebih baik, misalnya di masa awal kunjungan 

ketika didapati kemungkinan risiko komplikasi. Karena tidak dilakukan dalam kondisi 

gawat darurat, rujukan ini dapat dilakukan dengan pilihan modalitas transportasi 

yang lebih beragam, nyaman, dan aman bagi pasien. 

 

Adapun rujukan sebaiknya tidak dilakukan bila: 

1. Kondisi pasien tidak stabil untuk dipindahkan 

2. Tidak ada kejelasan tenaga kesehatan terampil yang di tempat rujukan tujuan 

3. Kondisi cuaca atau modalitas transportasi membahayakan 


 

Perencanaan Rujukan 

Komunikasikan rencana merujuk dengan pasien dan keluarganya, karena rujukan harus 

medapatkan pesetujuan dari pasien dan/atau keluarganya. Tenaga kesehatan perlu 

memberikan kesempatan, bila  situasi memungkinkan, untuk menjawab pertimbangan dan 

pertanyaan pasien serta keluarganya. Beberapa hal yang disampaikan sebaiknya meliputi: 

1. Diagnosa  dan tindakan medis yang diperlukan 

2. Alasan untuk merujuk pasien 

3. Risiko yang dapat timbul bila rujukan tidak dilakukan 

4. Waktu yang tepat untuk merujuk dan durasi yang dibutuhkan pasien untuk dirujuk 

5. Tujuan rujukan 

6. Perkiraan biaya dan sistem pembiayaan  

 

Hubungi pusat layanan kesehatan yang menjadi tujuan rujukan dan sampaikan kepada 

tenaga kesehatan yang akan menerima pasien hal-hal berikut ini: 

1. Indikasi rujukan 

2. Kondisi pasien 

3. Rencana terkait prosedur teknis rujukan (termasuk kondisi lingkungan dan cuaca 

menuju tujuan rujukan) 

4. Kesiapan sarana dan prasarana di tujuan rujukan 

 

 

Hal yang perlu dicatat oleh pusat layanan kesehatan yang akan menerima pasien yaitu : 

1. Nama pasien 

2. Nama tenaga kesehatan yang merujuk 

3. Indikasi rujukan 

4. Kondisi pasien  

5. Penatalaksanaan yang telah dilakukan sebelumnya 

 

Saat berkomunikasi lewat telepon, pastikan hal-hal ini  telah dicatat dan diketahui 

oleh tenaga kesehatan di pusat layanan kesehatan yang akan menerima pasien. 

Lengkapi dan kirimlah berkas-berkas berikut ini (secara langsung ataupun melalui 

faksimili) sesegera mungkin: 


1. Formulir rujukan pasien (minimal berisi identitas pasien, hasil pemeriksaan, Diagnosa  

kerja, terapi yang telah diberikan, tujuan rujukan, serta nama dan tanda tangan tenaga 

kesehatan yang memberi pelayanan) 

2. Fotokopi rekam medis yang berkaitan dengan kondisi saat ini 

3. Hasil pemeriksaan penunjang 

4. Berkas-berkas lain untuk pembiayaan memakai  jaminan kesehatan 

 

Nilai kembali kondisi pasien sebelum merujuk, meliputi: 

1. Keadaan umum pasien 

2. Tanda vital (Nadi, Tekanan darah, Suhu, Pernafasan) 

3. Denyut jantung  

4. Presentasi 

 

Bagian-bagian dari Surat Rujukan : 

1. Tujuan Rujukan 

2. Lokasi tujuan rujukan 

3. Permohonan penanganan 

4. Nomor  RM  

5. Umur  

6. N a m a  

7. Kelamin  

8. Alamat  

9. Diagnosa sementara 

10. Tindakan yang telah diberikan 

11. Nama dan tandatangan pengirim 

 

 

 

Kartu Rujukan  

 

 

NAMA INSSTITUSI ............................. 

XXXX...ALAMAT...XXXX 

 

SURAT RUJUKAN 

 Kepada Yth  : drg. ....................... 

 Di Klinik / Puskesmas : ............................... 

 Mohon pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut penderita : 

 Nomor  RM : ............................................. Umur : ...... Tahun 

 N a m a  : ............................................. Kelamin  : L / P 

 Alamat  : ............................................. 

 Diagnosa : ............................................. 

 Tindakan yang telah diberikan : ............................................. 

 Demikian atas bantuannya, diucapkan banyak terimakasih. 

 Semarang, ................................  

       Salam, 

 

 

                

 

topik kedua, yaitu evaluasi pelayanan asuhan kesehatan gigi 

dan mulut. Ada beberapa definisi tentang yaitu: 

 

1. Evaluasi pelayanan yaitu  tindakan intelektual untuk melengkapi proses pelayanan 

yang menandakan seberapa jauh diagnosa, rencana tindakan, dan pelaksanaannya 

sudah berhasil dicapai. Monitor kealpaan yg terjadi selama tahap pengkajian, diagnosa, 

perencanaan, dan pelaksanaan tindakan. 

2. Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh 

keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses menentukan 

apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa, 

perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri.  

3. Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan 

pelayanan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah. 

Pada tahap evaluasi, dapat diketahui seberapa jauh diagnosa, rencana tindakan, dan 

pelaksanaan pelayanan telah tercapai. 

Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses asuhan kesehatan gigi dan mulut 

tetapi tahap ini merupakan bagian integral pada setiap tahap proses asuhan kesehatan gigi 

dan mulut.  Pengumpulan data perlu direvisi untuk menentukan kecukupan data yang telah 

dikumpulkan dan kesesuaian perilaku yang observasi. Diagnosa  juga perlu dievaluasi dalam 

hal keakuratan dan kelengkapannya. Evaluasi juga diperlukan pada tahap intervensi untuk 

menentukan apakah tujuan intervensi ini  dapat dicapai secara efektif. Evaluasi 

dilakukan berdasar  kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam perencanaan, 

membandingkan hasil tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut yang telah dilaksanakan 

dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses asuhan 

kesehatan gigi dan mulut mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan.  

Tugas dari evaluator yaitu  melakukan evaluasi, menginterpretasi data sesuai dengan 

kriteria evaluasi, memakai  penemuan dari evaluasi untuk membuat keputusan dalam 

memberikan asuhan asuhan kesehatan gigi dan mulut.  

 

Tujuan Evaluasi : 

Tujuan evaluasi yaitu  untuk melihat kemampuan klien dalam mecapai tujuan. Hal ini bisa 

dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasar  respon klien terhadap 

tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut yang diberikan, sehingga perawat gigi dapat 

mengambil keputusan: 

1. Mengakhiri rencana tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut (klien telah mencapai 

tujuan yang ditetapkan) 

2. Memodifikasi rencana tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut (klien mengalami 

kesulitan untuk mencapai tujuan) 

3. Meneruskan rencana tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut (klien memerlukan 

waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan 


 

Tahap evaluasi asuhan kesehatan gigi dan mulut, yaitu: 

1. Membaca kembali diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut, rencana asuhan 

kesehatan gigi dan mulut, intervensi asuhan kesehatan gigi dan mulut. 

2. Mengidentifikasi tolak ukur keberhasilan yang akan dipakai  untuk mengukur tingkat 

keberhasilan atau tingkat pencapaian tujuan. Pada bagian ini berisi serangkaian kegiatan 

berupa : 

a. Evaluasi struktur. Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau 

keadaan sekeliling tempat pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut diberikan. 

Aspek lingkungan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi dalam 

pemberian pelayanan. Persediaan perlengkapan, fasilitas fisik, ratio perawat gigi-

klien, dukungan administrasi, pemeliharaan dan pengembangan kompetensi staf 

perawat gigi dalam area yang diinginkan.  

b. Evaluasi proses. Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat gigi dan 

apakah perawat gigi dalam memberikan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan 

mulut merasa cocok, tanpa tekanan, dan sesuai wewenang. Area yang menjadi 

perhatian pada evaluasi proses mencakup jenis informasi yang didapat pada saat 

wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi dari perumusan diagnosa asuhan 

kesehatan gigi dan mulut, dan kemampuan tehnikal perawat gigi.  

c. Evaluasi hasil. Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons 

prilaku klien merupakan pengaruh dari intervensi asuhan kesehatan gigi dan mulut 

dan akan terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil. 

 

Adapun ukuran pencapaian tujuan pada tahap evaluasi meliputi: 

1. Masalah teratasi; jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan tujuan dan kriteria 

hasil yang telah ditetapkan. 

2. Masalah sebagian teratasi; jika klien menunjukkan perubahan sebahagian dari kriteria 

hasil yang telah ditetapkan. 

3. Masalah tidak teratasi; jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama 

sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan dan atau 

bahkan timbul masalah/ diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut baru. 

 

 

Evaluasi dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu : 

1. Evaluasi berjalan (sumatif) 

Evaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk pengisan catatan perkembangan dengan 

berorientasi kepada masalah yang dialami oleh klien.  

 

2. Evaluasi akhir (formatif) 

Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan yang akan 

dicapai. Bila ada  kesenjangaan diantara keduanya, mungkin semua tahap dalam proses 

asuhan kesehatan gigi dan mulut perlu ditinjau kembali, agar didapat data-data, masalah atau 

rencana yang perlu dimodifikasi 

 

Metode Evaluasi yang dipakai dalam evaluasi, antara lain: 

1. Observasi langsung 

2. Wawancara 

3. Memeriksa laporan 

4. Latihan simulasi