Rabu, 28 Februari 2024

gigi 6



 anjutnya saya memberikan persetujuan kepada perawat gigi yang di tunjuk untuk 

melaksanakan tindakan asuhan keperawatan gigi kepada saya/anak saya sesuai dengan yang 

telah dijelaskan kepada saya sebelumnya. 

Persetujuan ini diberikan dengan penuh kesadaran akan kemungkinan terjadinya akibat 

sampingan dari tindakan ini  diatas. 

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan penuh rasa 

tanggungjawab 

Semarang .................................. 

 

Yang menyatakan  

Pasien  

 ( ............................. ) 

 

 

Orang tua/ Wali Pasien 

 

 

( ............................. ) 

  

 

Saksi 

 

 

( ............................. ) 

 

Pernyataan pelaksana perawatan gigi : 

Saya menyatakan bahwa saya telah menjelaskan sifat dan tujuan serta kemungkinan akibat 

yang akan timbul dari tindakan perawatan gigi  ini kepada pasien sendiri/orang 

tua/wali/istri/suami/keluarga lainnya terkecuali pasien tak sadar/gangguan mental*). 

Semarang .................................. 

Yang menyatakan 

Operator (Perawat Gigi / Mahasiswa) 

 

 

 

( ................................................ ) 

*) Coret yang tidak perlu 

 

 


 

Ringkasan 

 

Perencanaan yaitu  sesuatu yang telah dipertimbangkan secara mendalam, tahap yang 

sistematis dari proses asuhan kesehatan gigi dan mulut meliputi kegiatan pembuatan 

keputusan dan pemecahan masalah. 

Tahap perencanaan asuhan kesehatan gigi dan mulut memberi kesempatan  kepada 

perawat, klien,keluarga, dan orang terdekat klien untuk merumuskan  rencana tindakan 

asuhan kesehatan gigi dan mulut guna mengatasi masalah yang dialami klien. Perencanaan 

merupakan  petunjuk tertulis yang  menggambarkan secara  tepat  rencana tindakan  asuhan 

kesehatan gigi dan mulut  yang dilakukan terhadap  klien sesuai dengan  kebutuhannya 

berdasar  diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut. 

 



TINDAKAN PROMOTIF PADA 

PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN 

GIGI DAN MULUT pasien  

 

 


Tindakan Penyuluhan dengan Teknik  

Chair Side Talk 

 

sekarang kita masuk pada topik pertama, yaitu topik tentang tindakan penyuluhan 

dengan teknik Chair Side Talk (penyuluhan di samping kursi gigi). Menurut Tauchid dkk. 

(2017), penyuluhan chair side talk yaitu  penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh 

pada saat pasien sedang dirawat. Penyuluhan diberikan oleh perawat gigi atau dokter gigi, 

dilakukan di atas kursi gigi, bisa sebelum ataupun sesudah dilakukan perawatan. 

Menurut Budiharto (2009) dalam Prasko (2011), Pendidikan kesehatan gigi (Dental 

Health Education) merupakan salah satu program kesehatan gigi dengan tujuan 

menanggulangi masalah kesehatan gigi di Indonesia. Program pendidikan kesehatan gigi 

merupakan salah satu program yang harus dilaksanakan Pusat Kesehatan warga  secara 

terpadu dengan usaha kesehatan lainnya dan ditujukan kepada pasien . 

Masih menurut Prasko (2011), penyuluhan kesehatan gigi dan mulut yaitu  usaha 

terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok warga  

mau mengubah perilaku lama yang kurang menguntungkan untuk kesehatan gigi, menjadi 

lebih menguntungkan untuk kesehatan giginya.  

Menurut Herijulianti, dkk (2001), tujuan utama tindakan penyuluhan yaitu  adanya 

perubahan perilaku dari warga  kearah perilaku sehat sehingga tercapai derajat 

kesehatan warga  yang optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, 

tentunya perubahan perilaku yang diharapkan sesudah  menerima pendidikan tidak dapat 

terjadi sekaligus.  

Chair side talk menurut Herijulianti, dkk (2001) dalam Susilawati (2012), yaitu  

pembicaraan dalam konteks penyuluhan disusun secara sistematis yang memiliki tujuan untuk 

memenuhi kebutuhan dan permasalahan sasaran. Dengan demikian tujuan dari penyuluhan 

dengan teknik chair side talk yaitu  memberikan pengetahuan secara langsung kepada 

pasien, sesuai dengan permasalahan kesehatan gigi yang dihadapi oleh pasien. 

Untuk mengingatkan kembali prinsip-prinsip dalam penyuluhan, dari tulisan Herijulianti 

(2001) dalam Prasko (2011) dapat kita lihat bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi 

keberhasilan penyuluhan yaitu: komponen penyuluhan dan pendekatan penyuluhan. 

 

Yang dimaksud dengan komponen-komponen penyuluhan yaitu  sebagai berikut: 

1. Penyuluh 

 Penyuluh yaitu  pihak yang memberikan pesan/ informasi kepada sasaran. 

 

2. Sasaran 

Sasaran yaitu  pihak yang menerima pesan/ informasi dari pihak penyuluh. 

Sasaran penyuluhan kesehatan gigi secara umum dapat dibedakan menjadi : warga  

umum dengan orientasi warga  pedesaan sesuai dengan orientasi kebijakan 

pembangunan, warga  sekolah sebagai warga  yang mudah dicapai meliputi sekolah 

umum dan sekolah kejuruan, kelompok warga  tertentu misalnya kader kesehatan yang 

membantu menggerakkan dan menyebarkan informasi. 

 

3. Pesan 

Pesan yaitu  materi/ informasi yang disampaikan oleh penyuluh kepada sasaran (yang 

disuluh). Pesan yang disusun harus disesuaikan dengan sasaran yang akan diberikan 

penyuluhan. Susaha  pesan dapat diterima oleh warga  atau sasaran, maka pesan harus 

memenuhi syarat sebagai berikut : pesan harus jelas dan tidak rumit, bahasa yang dipakai  

mudah dipahami, pesan harus singkat, pesan dapat diterima, artinya tidak bertentangan 

dengan norma, adat istiadat, dan agama, pesan ini  mudah dilaksanakan, pesan 

diberikan sesuai dengan kebutuhan. 

 

4. Media 

Media yaitu  sarana untuk menyampaikan pesan penyuluhan kepada sasaran sehingga 

mudah dimengerti oleh sasaran yang dituju. Jenis media yang dapat dipakai  untuk 

memberikan penyuluhan dapat dikelompokkan dalam dua bentuk yaitu : media cetak jenis 

buku, misalnya buku pedoman, media cetak bukan jenis buku, misalnya poster dan leaflet. 

Menurut Astoeti (2006) alat bantu atau media merupakan alat-alat yang dipakai  oleh 

pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan/ pengajaran. 

 

Dalam ilmu Pendidikan Kesehatan Gigi (PKG), kita mengenal beberapa pendekatan 

dalam penyuluhan, diantaranya yaitu  pendekatan berdasar  jumlah sasaran ,yaitu: 

1. Penyuluhan pasien /perorangan 

 Penyuluhan secara pasien al dapat dilakukan secara formal maupun informal. Secara 

formal biasanya dilakukan dengan teknik chair side talk, dapat dilakukan pada saat 

memberikan pengobatan. Sedang  penyuluhan pasien  secara informal biasanya 

dilakukan di sela obrolan dan bersifat tidak resmi misal obrolan di warung kopi, di 

kereta, dan lain-lain. 

 

2. Penyuluhan kelompok 

 Penyuluhan kelompok yaitu  penyuluhan pada sekelompok pasien  yang memiliki  

ciri-ciri khusus, jumlah orangnya masih dapat dihitung, dan siapa saja orang dalam 

kelompok ini  masih dapat diketahui. Misalnya: kelompok karang taruna. 

3. Penyuluhan massa 

 Penyuluhan masa yaitu  penyuluhan yang diberikan sekaligus kepada orang yang 

jumlah tidak terhitung dan bias terdiri dari berbagai macam kelompok. 

 

Pendekatan penyuluhan berdasar  cara penyampaian meliputi 3 cara yaitu: 

1. Penyuluhan tatap muka yaitu kelompok sasaran yang disuluh berhadapan langsung 

dengan penyuluh. Yang termasuk dalam penyuluhan tatap muka yaitu  ceramah, 

diskusi. 

2. Penyuluhan non tatap muka yaitu kelompok sasaran tidak secara langsung berhubungan 

denhgan penyuluh. Penyuluh berhubungan dengan kelompok sasaran memakai  

medium/ perantara yang berupa media cetak seperti brosur, leaflet ataupun media non 

cetak seperti kaset, film, dan sebagainya. 

3. Penyuluhan campuran yaitu penyuluhan dilakukan dengan cara penggabungan antara 

penyuluhan tatap muka dan non tatap muka, jadi dalam menyampaikan pesan, 

penyuluh bertatap muka secara langsung juga memakai  media cetak atau non 

cetak sebagai pendukung. 

 

Dalam praktik chair side talk kali ini, Anda diminta untuk melakukan penyuluhan untuk 

sasaran pasien  dengan cara penyampaian penyuluhan campuran, karena Anda akan 

melaksanakan penyuluhan secara tatap muka kepada pasien, namun memakai  pula 

media cetak berupa flashcard atau flipchart. 

 

B. PERSIAPAN 

 

Sebelum pelaksanaan penyuluhan dimulai, maka Anda harus melakukan beberapa 

persiapan sebelumnya, salah satunya yaitu  pembuatan satuan pelajaran (SATPEL) yang 

berisi poin-poin dalam tindakan penyuluhan bagi pasien . Berikut ini yaitu  poin-poin yang 

harus ada di dalam sebuah SATPEL: 

1. Identitas pasien; yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, sekolah, pekerjaan 

2. Penentuan kasus; ditentukan berdasar  perhitungan prioritas masalah pada saat 

pengkajian 

3. Judul penyuluhan; judul yang dipilih sesuai dengan penentuan kasus. 

4. Pokok bahasan; harus sesuai dengan judul yang telah dipilih 

5. Waktu; dituliskan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk penyuluhan 

6. TIU; berisi tujuan umum yang ingin dicapai sesudah  pasien diberikan penyuluhan dengan 

judul dan pokok bahasan yang dipilih 

7. TIK; berisi beberapa tujuan khusus yang merupakan rincian dari tujuan umum 

8. Pokok materi; berisi inti materi dari pokok bahasan yang telah dipilih 

9. Metode; berisi cara penyuluhan yang akan dilakukan 

10. Media; berisi media yang akan dipakai  pada penyuluhan 

11. Sumber; berisi referensi/rujukan yang diacu dalam menentukan pokok bahasan atau 

pokok materi 

12. Langkah penyuluhan; berisi langkah-langkah dalam tindakan penyuluhan 

13. Evaluasi; berisi sejumlah pertanyaan yang sesuai dengan TIK, yang akan diajukan kepada 

pasien guna mengetahui apakah pasien sudah memahami materi penyuluhan 

14. Penyusunan materi; berisi pokok materi berikut jabarannya, agar penyuluhan dapat 

berlangsung sistematis dan komprehensif 

 

Agar Anda dapat membuat SATPEL dengan lancar, pelajarilah kembali mata kuliah 

Pendidikan Kesehatan Gigi. Untuk menyegarkan ingatan Anda, berikut ini yaitu  contoh 

formulir pelaksanaan chair side talk. Silahkan berlatih untuk membuat SATPEL memakai  

contoh formulir ini. 

 

 

B. PEMILIHAN ALAT BANTU PENDIDIKAN 

 

Menurut Ustom (2009), alat bantu (peraga) Pendidikan yaitu  alat-alat yang dipakai  

oleh peserta didik dalam menyampaikan bahan pendidikan  atau pengajaran. Macam-macam 

alat bantu pendidikan dibagi dalam:  

1. Alat bantu lihat (visual aids) 

Yang termasuk dalam alat bantu lihat dapat dikelompokkan lagi menjadi 2 hal, yaitu:  

a. alat yang diproyeksikan: slide, film, dan film strip 

b. alat yang tidak diproyeksikan: 

  dalam dua dimensi seperti: gambar, peta, bagan 

  dalam tiga dimensi seperti: bola dunia, boneka, dan lain-lain. 

2. Alat bantu dengar (audio aids) 

 Termasuk didalamnya yaitu : piringan hitam, radio, pita suara, dan sebagainya. 

3. Alat bantu lihat dengar (audio visual aids) 

 Termasuk didalamnya yaitu  televisi dan VCD. 

 

Alat bantu pendidikan (ABP) yang cocok untuk dipakai  pada penyuluhan dengan 

teknik chair side talk yaitu  berupa alat bantu lihat yang tidak diproyeksikan, yaitu gambar 

yang disusun dalam bentuk flashcard atau flipchart. 

 

 

C. POSISI PASIEN DAN OPERATOR 

 

sesudah  satpel dan ABP tersedia di atas tray dental unit, maka segera posisikan pasien 

dan operator (Anda) pada posisi yang nyaman, agar pasien dapat mendengarkan penyuluhan 

dengan baik. 

Posisi pasien yaitu  duduk dengan sandaran punggung tegak, wajah pasien sedikit 

menengok ke kanan dan posisi operator berada pada arah jam 8. Perhatikan jarak antara 

operator dengan pasien kurang lebih 40-60 cm. 

D. PELAKSANAAN PENYULUHAN 

 

sesudah  pasien dan operator berada pada posisi yang nyaman, maka penyuluhan dapat 

segera dilaksanakan. Mulailah dengan memberikan apersepsi, yaitu memberikan informasi 

singkat tentang materi penyuluhan yang akan diberikan, disamping juga mengungkapkan 

pengetahuan yang sudah dimiliki pasien (ditanyakan saat pengkajian). Selanjutnya 

disampaikan pula relevansi dengan pengetahuan yang sudah dimiliki, serta menghubungkan 

antara masalah yang dimiliki oleh pasien dengan materi penyuluhan yang akan diberikan. 

Langkah berikutnya yaitu  menyampaikan pembukaan, dengan menyebutkan judul dari 

materi penyuluhan, yang dirangkai pula dengan mengemukakan tujuan dari penyuluhan yang 

akan diberikan. Berikutnya yaitu  menyampaikan isi materi penyuluhan, jelaskanlah dengan 

perlahan agar pasien dapat benar-benar memahami materi yang diberikan. Jangan lupa beri 

kesempatan kepada pasien untuk klarifikasi, dimana pasien boleh menanyakan hal-hal yang 

belum dimengerti, dan berikan jawaban yang jelas dan benar sehubungan dengan pertanyaan 

pasien.  

sesudah  isi materi disampaikan dan pasien sudah diberi kesempatan untuk klarifikasi, 

maka langkah selanjutnya yaitu  memberikan evaluasi untuk mengukur seberapa banyak 

materi yang sudah dipahami oleh pasien. Evaluasi dilakukan dengan memberikan sejumlah 

pertanyaan yang sesuai dengan TIK. Perhatikan jawaban-jawaban dari pasien, catat bagian 

mana yang belum dimengerti dengan baik oleh pasien, dan bila perlu sampaikan ulang bagian-

bagian dari materi penyuluhan yang belum dipahami ini . Jangan lupa selama 

menyampaikan penyuluhan perhatikan pemakaian  ABP, agar ABP benar-benar bisa 

membantu pasien untuk dapat memahami materi penyuluhan dengan baik. 

Akhirnya sampailah pada langkah penutup, yaitu Anda harus memberikan kesimpulan 

atas penyuluhan yang telah diberikan, juga tak lupa sampaikan saran kepada pasien, dimana 

saran ini  dapat ditindak lanjuti oleh pasien. 

 


 

Ringkasan 

 

Tindakan penyuluhan dengan teknik chair side talk pada pasien pelayanan asuhan 

kesehatan gigi dan mulut pasien  dilakukan disamping kursi gigi. Persiapan yang harus 

dilakukan yaitu  pembuatan SATPEL dengan penentuan kasus sesuai dengan prioritas 

pertama masalah yang dihadapi pasien, dimana hal ini didapatkan dari perhitungan prioritas 

saat pengkajian. Alat yang dipakai  saat penyuluhan dengan teknik chair side talk yaitu  

ABP berupa flashcard atau flipchart dengan judul sesuai pokok bahasan. Saat pelaksanaan 

penyuluhan, penting untuk memperhatikan posisi pasien dan operator, dimana pasien 

didudukkan dengan sandaran punggung tegak lurus, dan operator berada pada arah jam 8. 

Sampaikan materi penyuluhan dengan suara yang cukup keras untuk bisa didengar oleh 

pasien, memakai  bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien, dan tidak bertele-tele. 

Jangan lupa untuk memberikan kesimpulan diakhir penyuluhan, dan memberikan saran sesuai 

dengan masalah yang dihadapi dan dapat ditindaklanjuti oleh pasien. 

  


Topik 2 

Tindakan Demonstrasi Sikat Gigi 

 

elanjutnya kita masuk pada topik kedua, yaitu topik tentang tindakan Demonstrasi Sikat 

Gigi. Tujuan tindakan demonstasi sikat gigi yaitu  mengajarkan kepada pasien cara 

menyikat gigi yang benar agar pasien memiliki  kebiasaan menyikat gigi dengan 

gerakan dan waktu yang tepat, dimana pada akhirnya diharapkan pasien akan terhindar dari 

karies gigi.  

Menurut Tauchid dkk. (2017), mengubah perilaku warga  ke arah perilaku sehat 

sehingga tercapai derajat kesehatan warga  yang optimal yaitu  merupakan tujuan dari 

penyuluhan. Hasil yang diharapkan dari penyuluhan dalam jangka pendek yaitu  tercapainya 

perubahan pengetahuan dari warga . Sementara dari tujuan jangka menengah, hasil yang 

diharapkan yaitu  adanya peningkatan pengertian, sikap, dan keterampilan yang akan 

mengubah perilaku warga  ke arah perilaku sehat. Tujuan jangka panjangnya yaitu  

warga  dapat menjalankan perilaku sehat dalam kehidupan sehari-harinya. 

Pemilihan metode penyuluhan menjadi sangat penting, masih menurut Tauchid dkk. 

(2017), untuk mengembangkan sikap disarankan memakai  metode simulasi, dimana 

sasaran perlu menyaksikan kejadian secara langsung maupun melalui film. bila  

dikembangkan sampai tingkat keterampilan, sasaran harus diberi kesempatan untuk mencoba 

sendiri, disini diperlukan metode demonstrasi atau pertunjukan dengan melibatkan peserta 

di dalamnya. 

Untuk itu agar Anda dapat mengubah perilaku pasien untuk dapat membersihkan gigi 

dan mulutnya dengan baik, maka perlu diberikan tindakan Demonstrasi Sikat Gigi, dimana 

pasien akan mempraktekkan secara langsung cara menyikat gigi yang benar.  

Sebelum Anda melaksanakan demonstrasi sikat gigi, tentunya Anda harus mengetahui 

terlebih dahulu cara menyikat gigi yang benar. Pertama-tama yaitu  pemilihan sikat gigi, 

kemudian yang berikutnya yaitu  gerakan menyikat gigi. 

Hal yang perlu diperhatikan pada saat pemilihan sikat gigi yaitu : 

1. Gagang sikat lurus 

2. Kepala sikat kecil 

3. Ujung kepala sikat membulat 

4. Bulu sikat lembut 

5. Ujung bulu sikat membulat 

6. Bulu sikat terdiri dari 3-5 baris 

7. Gantilah sikat gigi bila  bulu sikat sudah megar atau setiap 3 bulan sekali 

 



Berikut ini yaitu  gerakan menyikat gigi yang benar, perhatikan ilustrasi dari gambar di bawah 

ini: 

 


Berikut ini yaitu  penjelasan dari gambar 2.4 : 

1. Di bagian A terlihat untuk rahang atas, bulu sikat gigi diletakkan dengan posisi  45˚ 

terhadap gusi 

2. Gerakan sikat dari arah gusi ke bawah untuk gigi Rahang Atas (seperti mencungkil) 

3. Di bagian B terlihat untuk rahang bawah, bulu sikat gigi diletakkan dengan posisi  45˚ 

terhadap gusi 

4. Gerakan sikat dari arah gusi ke atas untuk gigi rahang bawah 

5.  Sikat seluruh permukaan yang menghadap bibir dan pipi serta permukaan dalam dan 

luar gigi dengan cara ini  

6. Sikat permukaan kunyah gigi dari arah belakang ke depan. 

 

Di bawah ini yaitu  gambar yang lain dari gerakan menyikat gigi yang benar, sedikit 

berbeda dengan gambar 2.4, dimana pada gambar 2.5 lidah juga ikut disikat. Hal ini mengingat 

pada permukaan lidah juga ada  banyak plak dan kuman. 

 

Dianjurkan untuk memakai  bahan berupa Disclosing Agent yang akan membantu 

dalam proses demonstrasi sikat gigi, dimana pengolesan disclosing agent akan 

memperlihatkan keberadaan plak pada permukaan gigi. Pada gambar 7.12 memperlihatkan 

beberapa jenis disclosing agent dalam bentuk tablet, likuid (solution), dan gel. Dan gambar 

7.13 menunjukkan permukaan gigi yang telah diolesi disclosing agent, sehingga terlihat plak 

yang menempel pada permukaan gigi ini . 


Agar kebersihan mulut selalu terjaga, maka selain menyikat gigi ajarkan juga ke pasien 

untuk membersihkan gigi memakai  dental floss (benang gigi). Berikut ini yaitu  teknik 

membersihkan gigi memakai  dental floss: 

 

 

Pertama-tama potonglah dental floss sepanjang kurang lebih 30 cm, lalu lilitkan pada 

jari tengah kanan dan kiri. Kemudian dengan memegang bentangan benang memakai  ibu 

jari dan jari telunjuk kanan dan kiri, sisipkan benang pada interdental gigi. Lalu gerakkan 

benang ke arah keluar dan kedalam, juga atas dan bawah. Untuk memudahkan saat flossing, 

maka sebaiknya melakukannya dengan bantuan cermin, agar kita bisa mengontrol gerakan 

benang. Lakukan gerakan flossing untuk setiap gigi, terutama saat malam sesudah  melakukan 

sikat gigi malam sebelum tidur. 


Sekarang saatnya Anda untuk melakukan demonstrasi sikat gigi kepada pasien di klinik 

gigi. Perhatikan prosedur yang harus Anda lakukan.  

 


Ringkasan 

 

Tindakan demonstrasi sikat gigi pada pasien pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut 

pasien  dengan cara mengajarkan cara menyikat gigi yang benar, dilakukan pada setiap 

pasien yang dirawat di klinik gigi. Tujuan dari kegiatan demonstrasi sikat gigi yaitu  agar 

pasien dapat melakukan sikat gigi dengan cara yang benar agar kesehatan gigi dan mulutnya 

terjaga, dan pada akhirnya gigi pasien dapat terhindar dari karies. Alat yang dipakai  yaitu  

model rahang dan model sikat gigi, berikut sikat gigi yang sesuai ukuran pasien. Bahan yang 

dipakai  yaitu  pasta gigi dan disclosing agent sebagai bahan untuk membantu mendeteksi 

keberadaan plak pada permukaan gigi. Agar prosedur demonstrasi sikat gigi dapat berjalan 

dengan lancar, maka penting untuk memperhatikan tahap persiapan; posisi pasien dan 

operator; penyampaian apersepsi dan tujuan serta pelaksanaan  demonstrasi itu sendiri. Pada 

akhirnya anjurkan pasien untuk membiasakan menyikat giginya dengan cara yang benar pada 

kesehariannya di rumah. 

 


TINDAKAN SCALLING DAN FISSURE 

SEALING PADA PELAYANAN ASUHAN 

KESEHATAN GIGI DAN MULUT 

pasien  

 


Saat Anda mempelajari ilmu Preventive Dentistry, pasti Anda sudah mengenal tentang 

macam-macam calculus (kalkulus/karang gigi) dan plak, bagaimana terbentuknya, serta akibat 

yang dapat ditimbulkannya. Selain itu juga Anda pasti sudah memahami apa kegunaan 

menutup  fissure gigi yang dalam sebagai pencegahan terhadap terjadinya karies gigi. 

Bahan yang dipergunakan pada praktikum ini yaitu  bahan Glass Ionomere Cement 

yang khusus untuk penutupan fissure gigi yang dalam, biasanya memakai  merk GC Fuji 

VII. Sedang  pada tindakan pembersihan karang gigi tidak diperlukan bahan khusus, namun 

harus tersedia antiseptik yang akan dipakai  sesudah  tindakan dengan tujuan untuk 

mencegah terjadinya pendarahan dan infeksi. 

Tindakan Scaling  

(Pembersihan Karang Gigi) 

 

ekarang kita masuk pada topik pertama, yaitu topik tentang tindakan pembersihan 

karang gigi atau yang dikenal pula dengan istilah scaling. Tentunya Anda masih ingat  

pengertian scaling, bila menurut Kamus Kesehatan, (2018) artinya yaitu  pembersihan 

gigi di atas gusi untuk menghilangkan plak, kalkulus, dan noda gigi. Sedang  bila menurut 

Elly, (2015) scaling yaitu  suatu proses membuang plak dan kalkulus dari permukaan gigi baik 

supragingiva maupun subgingiva. 

Tujuan utama tindakan scaling yaitu  untuk mengembalikan kesehatan gusi dengan cara 

membuang semua elemen yang memicu  radang gusi (plak, kalkulus, endotoksin) dari 

permukaan gigi (Elly, 2015). 

Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar teknik scaling memberikan hasil yang baik yaitu : 

1. Melakukan pemeriksaan secara teliti pada kalkulus baik letaknya, banyaknya maupun 

sifatnya. 

2. Melihat keadaan jaringan gusi di sekeliling kalkulus, misalnya dalamnya saku gusi, warna 

gusi dan bentuk gusi. 

3. Menanyakan keluhan sakit kepada pasien, karena dari keluhan sakit pasien dapat 

ditentukan apakah pasien menderita penyakit periodontal yang ringan atau berat. 

4. Mengatur posisi pasien dan operator, visibilitas ke daerah kerja dengan mengatur 

pencahayaan, melakukan retraksi bibir, pipi maupun lidah pasien, memegang alat 

dengan benar, melakukan tumpuan dan melakukan gerakan scaling dengan tepat. 

5. Melakukan scaling dalam sistem bertahap, dengan maksud agar dapat membandingkan 

antara daerah yang belum dibersihkan dengan daerah yang sudah dibersihkan. Hal ini 

penting untuk menyadarkan/memberikan pengertian pada pasien akan pentingnya 

dilakukan scaling (Elly, 2015). 

 

Persiapkan diri Anda untuk berhadapan dengan pasien di klinik gigi. Perhatikan prosedur yang 

harus Anda lakukan.  

 

A. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI PEMBERSIHAN KARANG GIGI 

 

Indikasi tindakan scaling untuk kompetensi seorang dental hygienie yaitu : adanya 

kalkulus supragingiva pada permukaan gigi; Sedang  kontra indikasinya yaitu : 


 

pembersihan kalkulus subgingiva, pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus, 

Hipertensi, Gangguan Pembekuan Darah (termasuk bila ada pasien yang meminum obat 

pengencer darah). 

Pada gambar di bawah ini dapat dilihat perbedaan antara Kalkulus Supragingiva (di atas 

gusi) dan Subgingiva (di bawah gusi), serta perbedaannya Kalkulus Supragingiva dan 

Subgingiva dengan kondisi mulut yang sehat serta tidak ada  kalkulus: 

 

 

 

B. ALAT DAN BAHAN 

 

sesudah  Anda mengetahui indikasi dan kontra indikasi scaling, maka selanjutnya Anda 

harus menyiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan dalam melakukan scaling. 

Alat yang harus disiapkan antara lain:                                       

1. Oral Diagnostik  

2. Scaler manual bentuk sickle 

3. Scaler manual bentuk wing shape 

4. Scaler manual bentuk hoe 

5. Scaler manual bentuk chisel 

6. Scaler elektrik 

7. Saliva ejector atau suction 

 

Berikut ini yaitu  gambar dari alat diagnostik yang terdiri dari kaca mulut, sonde, dan pinset: 

 

 

 


 

C. POSISI PASIEN DAN OPERATOR 

 

sesudah  alat, bahan, dan obat tersedia di atas tray dental unit, maka segera posisikan 

pasien dan operator (Anda) sesuai dengan lokasi regio gigi yang akan dibersihkan karang 

giginya. 

Bila gigi geligi yang akan dibersihkan ada pada regio rahang atas kiri, maka posisi pasien 

ditidurkan telentang (supine), wajah pasien menengok ke kanan dan mulut pasien setinggi 

siku  operator, serta posisi operator berada pada arah jam 11. 

Sebaliknya bila gigi geligi yang akan dibersihkan ada pada regio rahang atas kanan, maka 

posisi pasien ditidurkan telentang (supine), wajah pasien menengok ke kiri dan mulut pasien 

setinggi siku  operator, serta posisi operator berada pada arah jam 11. 

Bila scaling dilakukan untuk gigi geligi di regio rahang bawah kiri, maka posisi pasien 

ditidurkan dengan telentang, wajah pasien menengok ke kanan (menghadap operator) dan 

mulut pasien setinggi siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 10. 

Namun bila gigi yang akan dibersihkan yaitu  gigi geligi di regio rahang bawah kanan, 

maka posisi pasien ditidurkan telentang, wajah pasien lurus ke depan, dan mulut pasien 

setinggi siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 9 atau jam 10. 

Khusus untuk gigi geligi anterior rahang bawah di bagian lingualnya, maka posisi pasien 

ditidurkan telentang, wajah pasien lurus ke depan, mulut pasien setinggi operator, dan posisi 

operator berada pada arah jam 12. 

 

 

 


D. TUMPUAN JARI 

 

Pada pemakaian  scaler manual penting diperhatikan tumpuan jari saat aktivasi 

instrument dan retraksi jaringan lunak mulut. Ada beberapa cara tumpuan jari, dapat dilihat 

pada gambar berikut ini: 


 

 

Tumpuan jari pada pemakaian  scaler elektrik sama dengan pada pemakaian  scaler manual. 

Yang perlu diperhatikan yaitu  pemakaian  alat bantu saliva ejector atau suction, 

dikarenakan pada saat scaler elektrik maupun ultrasonic dipakai  pasti akan disertai 

keluarnya air yang berfungsi untuk mendinginkan alat scaler ini .  

 

E. GERAKAN SCALING 

 

Gerakan instrument dalam scaling berupa menarik atau mendorong ke dalam arah 

verikal, horizontal maupun oblique (miring), seperti terlihat pada gambar 8.21 yang 

memperlihatkan tindakan arah gerakan scaler, adapun tindakan ini  terdiri dari tindakan 

A yang merupakan gerakan ke arah tarikan vertikal, Sedang  tindakan B merupakan gerakan 

ke arah tarikan oblique (miring), dan tindakan C merupakan gerakan ke arah tarikan 

horizontal. Yang paling sering dipakai  yaitu  tarikan vertikal dan oblique, Sedang  

tarikan horizontal dipakai secara selektif pada sudut gigi atau pada saku dalam (poket dalam) 

dimana tarikan vertikal maupun oblique sulit dilakukan. 

 

 

F. PEMBERIAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK 

 

Selanjutnya sesudah  pasien duduk dengan nyaman, maka berikanlah komunikasi 

terapeutik sesuai dengan prosedur pembersihan karang gigi memakai  alat scaler manual 

atau electric scaler maupun ultrasonic scaler agar pasien memahami tindakan yang akan 

dilakukan. Komunikasi terapeutik yang diberikan meliputi: menunjukkan letak karang gigi yang 

akan dibersihkan, menyampaikan tujuan dari tindakan scaling, dan menceritakan prosedur 

tindakan scaling. Sampaikan pula bahwa bila pada saat pembersihan karang gigi kemungkinan 

akan terjadi sedikit pendarahan, namun hal itu wajar terjadi, karena daerah gigi yang ditutupi 

oleh karang gigi biasanya akan memicu  radang gusi, sehingga akan mudah terjadi 

pendarahan. 

 

G.  PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS 

 

sesudah  Anda menjelaskan komunikasi terapeutik, jelaskan pula risiko yang akan terjadi 

berkaitan dengan tindakan scaling pada pasien atau orang tua/wali pasien. Bila pasien dan 

atau orang tua/wali pasien sudah memahami dan menyetujui tindakan medis yang akan 

dilakukan, mintalah tanda tangan pasien atau orang tua/wali pasien. 

 

H. PELAKSANAAN SCALING (PEMBERSIHAN KARANG GIGI) 

 

Langkah selanjutnya yaitu  melakukan tindakan pembersihan karang gigi memakai  

alat scaler manual atau electric scaler maupun ultrasonic scaler. Untuk mengingatkan kembali 

seperti yang sudah Anda pelajari di mata kuliah Preventive Dentistry, maka ikuti prosedur di 

bawah ini. 

Lakukanlah teknik scaling supragingiva dengan cara sebagai berikut: 

1. Alat scaler dipegang dengan cara seperti memegang pena. 

2. Tumpuan jari dilakukan pada gigi tetangga atau tempat tumpuan lainnya. 

3. Sisi pemotong mata scaler ditempatkan pada tepi apikal dari kalkulus, arahkan mata 

scaler dengan sudut kemiringan 45˚ - 90˚. 

4. Dengan tekanan lateral yang kuat dilakukan serangkaian tarikan scaler yang pendek-

pendek ke arah vertikal dan oblique. 

5. Tekanan lateral berangsur-angsur dikurangi hingga diperoleh permukaan gigi yang 

terbebas dari kalkulus. 

    

 

 

Perlu diperhatikan resiko pada saat scaling berupa rasa sakit dan perdarahan gusi. Hal 

ini dipicu  dari pengaturan sudut sisi potong scaler yang tidak baik, oleh karenanya 

penting untuk menerapkan prinsip-prinsip teknik instrumentasi yang baik. 

Evaluasi tindakan scaling perlu dilakukan guna mendapatkan proses penyembuhan yang 

sempurna. Perabaan dengan sonde harus dilakukan segera sesudah  scaling, begitu pula dengan 

cara visual melalui pencahayaan yang optimal dengan bantuan kaca mulut sesudah  dibersihkan 

dengan aliran air. 

Permukaan gigi di subgingiva harus keras dan licin, karena kalau dibersihkan dengan 

sempurna dan menyeluruh, sementum yang bersih akan menjadi tempat perlekatan serat-

serat baru antara sementum dan jaringan lunak yang berdekatan.  

 

I. PEMOLESAN sesudah  SCALING 

 

Seperti kita ketahui bahwa sesudah  scaling biasanya masih tertinggal sisa-sisa karang gigi 

yang masih menempel pada permukaan gigi dan memicu rasa kasar. Oleh karenanya 

perlu dilakukan pemolesan setiap kali sehabis scaling, disamping untuk menghilangkan plak 

yang menempel pada permukaan gigi.  

Pemolesan gigi biasanya memakai  bristle brush yang diputar memakai  low 

speed handpiece, dan dengan bahan poles pumis atau pasta gigi. Sebelum pemolesan oleskan 

terlebih dahulu disclosing solution (gel) pada seluruh permukaan gigi untuk melihat 

keberadaan plak. 

sesudah  pemolesan selesai, lakukan pengecekan dengan cara melewatkan sonde pada 

permukaan gigi yang dibersihkan untuk mengetahui apakah masih kasar (yang menunjukkan 

masih ada sisa kalkulus), dan oleskan kembali disclosing solution (gel) untuk memastikan tidak 

ada plak maupun debris yang tertinggal. 

sesudah  Anda benar-benar yakin pemolesan sudah berhasil dengan baik, maka jangan 

lupa oleskan antiseptik pada permukaan gusi dari gigi yang baru dibersihkan, guna membantu 

menghentikan pendarahan dan mencegah terjadinya infeksi. 

 

I. PEMBERIAN INSTRUKSI sesudah  SCALING 

 

sesudah  selesai scaling, maka langkah selanjutnya yaitu  memberikan instruksi sesudah  

tindakan sebagai berikut: 

1. Dianjurkan pasien agar tidak makan, minum ataupun kumur selama kurang lebih 30 

menit agar antiseptik dapat bekerja sempurna. 

2. Anjurkan pasien untuk mengunyah memakai  kedua sisi rahang agar peredaran 

darah lancar, gigi terbersihkan secara alami karena pengunyahan (self cleansing), dan 

gigi geligi menjadi lebih sehat. 

3. Anjurkan pasien untuk menggosok gigi dua (2) kali sehari, pagi sesudah  sarapan dan 

malam sebelum tidur. 

4. Anjurkan pasien untuk menghindari makanan yang manis dan melekat, memperbanyak 

makanan yang berair dan berserat, serta jangan lupa untuk kontrol ke klinik gigi setiap 

enam (6) bulan sekali. 

 


 

Ringkasan 

 

 Tindakan scaling (pembersihan karang gigi) pada pasien pelayanan asuhan kesehatan 

gigi dan mulut pasien  dilakukan pada pasien yang memiliki kalkulus (karang gigi) pada 

permukaan giginya. Alat yang dipakai  untuk scaling ada yang berupa scaler manual dengan 

berbagai macam bentuk, dan ada pula yang berbentuk scaler elektrik maupun ultrasonik. 

Tidak ada bahan khusus yang dipergunakan pada tindakan scaling, namun perlu disiapkan 

bahan untuk pemolesan berupa pumis atau pasta gigi. Serta jangan lupa untuk menyiapkan 

antiseptik yang akan dipakai  untuk dioleskan pada gusi sesudah  dilakukan tindakan scaling. 

Agar prosedur scaling dapat berjalan dengan lancar, maka penting untuk memperhatikan 

indikasi; pemilihan alat dan tumpuan jari; posisi pasien dan operator; pemberian komunikasi 

terapeutik, persetujuan tindakan medis; serta pemberian instruksi sesudah  scaling. 

  



Tindakan Fissure Sealing  

(Penutupan Fisura Gigi) 

 

Selanjutnya kita masuk pada topik kedua, yaitu topik tentang tindakan Fissure Sealing 

(penutupan fisura gigi). Fissure sealing atau sering juga disebut sebagai fissure sealant, 

merupakan tindakan penutupan pit dan fisura yang dalam dari gigi geligi. Tujuan fissure 

sealing yaitu  menutup fisura dan pit gigi yang dalam agar terhindar dari karies gigi.  

Menurut Setiyani, (2014), dua bahan sealant yang sering dipakai  yaitu  sealant 

berbasis resin dan sealant semen ionomer kaca atau glass ionomere cement (SIK / GIC). Bahan 

sealant berbasis resin dapat melakukan polimerisasi secara autopolimerisasi dan 

fotopolimerisasi. Sedang  sealant GIC yang sering dipakai  bersifat autopolimerisasi. 

Sealant SIK/GIC memiliki kemampuan mencegah karies yang hampir sama dengan sealant 

berbasis resin. Manipulasi sealant glaas ionomere cement lebih mudah, dan tidak diperlukan 

tahapan pengetsaan pada permukaan gigi. Bahan sealant GIC melakukan interaksi khusus 

dengan enamel gigi dengan melepaskan kalsium, strontium dan ion fluor yang bersifat 

kariostatik dan mengurangi perkembangan karies pada daerah yang diberi sealant.  

 

Persiapkan diri Anda untuk berhadapan dengan pasien di klinik gigi. Perhatikan prosedur 

yang harus Anda lakukan.  

 

A. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI FISSURE SEALING. 

 

Indikasi pemberian sealant pada pit dan fisura yaitu  sebagai berikut:  

1. Pit dan fisura dalam, dan retentive 

2. Pit dan fisura dengan dekalsifikasi minimal 

3. Tidak adanya karies interproximal 

4. Memungkinkan isolasi adekuat terhadap kontaminasi saliva 

5. Umur gigi erupsi kurang dari 4 tahun. 

 

Sedang  Kontra Indikasi pemberian sealant pada pit dan fisura yaitu : 

1. Self cleansing yang baik pada pit dan fisura. 

2. ada  tanda klinis maupun radiografis adanya karies interproximal yang memerlukan 

perawatan. 

3. Banyaknya karies interproximal dan restorasi. 


 

4. Gigi erupsi hanya sebagian dan tidak memungkinkan isolasi dari kontaminasi saliva. 

5. Umur erupsi gigi lebih dari 4 tahun. 

 

 

 


 

B. ALAT DAN BAHAN 

 

sesudah  Anda mengetahui indikasi dan kontra indikasi penutupan pit dan fisura dalam, 

maka selanjutnya Anda harus menyiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan dalam 

melakukan fissure sealing pada gigi dengan memakai  bahan GIC. 


 

 Alat yang harus disiapkan antara lain:                                       

1. Oral Diagnostic set 

2. Contra angle handpiece 

3. Bristle brush 

4. Agate Spatel 

5. Papper Pad 

6. Plastis filling instrument  

7. Articulating paper 

8. Saliva ejector tip 

 

Adapun bahan yang harus disiapkan berupa: 

1. Bahan Fissure Sealant (GC Fuji VII)  

2. Pumis  

3. Dentin conditioner 

4. Varnish 

5. Cotton pellet 

6. Cotton roll 

7. Alkohol 

 


C. POSISI PASIEN DAN OPERATOR 

 

sesudah  alat, bahan, dan obat tersedia di atas tray dental unit, maka segera posisikan 

pasien dan operator (Anda) sesuai dengan lokasi gigi yang akan dilakukan fissure sealing. 

Bila gigi yang akan diberi fissure sealant ada pada regio rahang atas kiri maupun kanan, 

maka posisi pasien ditidurkan telentang (supine), wajah pasien lurus ke depan dan mulut 

pasien setinggi siku  operator, serta posisi operator berada pada arah jam 11. 

Bila fissure sealing untuk gigi di regio rahang bawah kiri, maka posisi pasien ditidurkan 

dengan telentang, wajah pasien menengok ke kanan (menghadap operator) dan mulut pasien 

setinggi siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 10. 

Namun bila gigi yang akan diberi fissure sealant yaitu  gigi posterior di regio rahang 

bawah kanan, maka posisi pasien ditidurkan dengan sandaran punggung membentuk sudut 

30˚ dari lantai, wajah pasien sedikit menengok ke kiri, dan mulut pasien setinggi siku operator, 

serta posisi operator berada pada arah jam 9. 

 

D. PEMBERIAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK 

 

Selanjutnya sesudah  pasien duduk dengan nyaman, maka berikanlah komunikasi 

terapeutik sesuai dengan prosedur pemberian fissure sealant pada gigi memakai  bahan 

GIC agar pasien memahami tindakan yang akan dilakukan. Komunikasi terapeutik yang 

diberikan meliputi: menunjukkan elemen gigi yang akan diberi sealant, menyampaikan tujuan 

dari tindakan fissure sealing, dan menceritakan prosedur tindakan fissure sealing.  

 

E. PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS 

 

sesudah  Anda menjelaskan komunikasi terapeutik, jelaskan pula risiko yang akan terjadi 

berkaitan dengan tindakan fissure sealing pada pasien atau orang tua/wali pasien. Bila pasien 

dan atau orang tua/wali pasien sudah memahami dan menyetujui tindakan medis yang akan 

dilakukan, mintalah tanda tangan pasien atau orang tua/wali pasien. 

 

F. PELAKSANAAN FISSURE SEALING 

 

Langkah selanjutnya yaitu  melakukan perawatan penutupan pit dan fisura gigi 

memakai  bahan GIC. Untuk mengingatkan kembali seperti yang sudah Anda pelajari di 

mata kuliah Preventive Dentistry, maka ikuti prosedur di bawah ini.  

1. Persiapan: 

a. Lakukan pemolesan pada permukaan oklusal gigi memakai  bristle brush dan 

pumis dengan contra angle handpiece untuk menghilangkan plak. 

b. Lakukan pembilasan memakai  air bersih. 

c. Lakukan isolasi gigi memakai  cotton roll atau rubber dam. 

 

 

2. Pengolesan dentin conditioner:  

a. Selanjutnya keringkan permukaan gigi selama 20 – 30 detik dengan udara kering. 

b. Langkah berikutnya oleskan dentin conditioner pada permukaan oklusal dan 

ditunggu selama 20 detik, atau bila tidak ada dentin conditioner dapat dipakai : 

1 tetes liquid + tetes air dibasahi pada cotton pellet dan dioleskan pada kavita yang 

sudah disiapkan selama 10 – 15 detik. 

c. Sesudah pengolesan dengan dentin conditioner maka kavita harus dibilas dengan 

air selama 60 detik, selanjutnya dikeringkan dengan udara kering selama 20 – 30 

detik. 

 

3. Pengadukan 

a. Satu sendok bubuk diletakkan pada papper pad, lalu dibagi menjadi dua bagian 

yang sama, kemudian letakkan satu tetes liquid disebelah bubuk ini . 

b. Botol cairan dipegang sebentar dalam keadaan horizontal untuk mengeluarkan 

udara dari bagian ujungnya dan kemudian dalam posisi vertikal dikeluarkan satu 

tetes cairan pada papper pad. Bila perlu botol ditekan sedikit, tapi cairan jangan 

tertekan keluar. 


c. Mula-mula cairan disebarkan dengan spatula pada suatu permukaan sebesar 1,5 

cm2. Pengadukan dimulai dengan mencampur setengah dari bubuk dengan cairan 

yang memakai  spatula. 

d. Bubuk dicampur dengan gerakan menggulung, sehingga partikel-partikel bubuk 

secara perlahan-lahan terbasahi tanpa tersebar. 

e. Jika seluruh bubuk telah basah, bagian kedua dicampur dalam adukan ini  

sesudah  itu diaduk kuat sambil menjaga agar adukannya tetap berupa satu 

kesatuan massa. 

f. Pengadukan harus selesai 20 – 30 detik, hasil adukan yang baik harus seperti  pasta 

cair. 

 

 

 


4. Aplikasi bahan Fissure Sealant : 

a. Aplikasikan bahan sealant ke dalam pit dan fisur memakai  Plastis Filling 

Instrument atau sonde 

b. Buang bahan yang berlebih  

c. Segera aplikaskan bahan Varnish dan tunggu selama 6 menit 

d. Periksa gigitan dengan Articulating Paper 

e. Poles memakai  batu poles arkansas 

 

 

G. PEMBERIAN INSTRUKSI sesudah  FISSURE SEALING 

 

sesudah  selesai fissure sealing, maka langkah selanjutnya yaitu  memberikan instruksi 

sebagai berikut: 

1. Dianjurkan pasien agar tidak makan selama kurang lebih satu jam agar sealant mengeras 

dengan sempurna 

2. sesudah  satu jam boleh makan, tetapi untuk hari ini mengunyah memakai  sisi 

rahang yang tidak diberi fissure sealant 

3. Hari-hari selanjutnya disarankan untuk mengunyah memakai  kedua sisi rahang 

agar peredaran darah lancar, gigi terbersihkan secara alami karena pengunyahan, dan 

gigi geligi menjadi lebih sehat. 

 


Ringkasan 

 

Tindakan fissure sealing atau fissure sealant memakai  bahan GIC (glass ionomere 

cement) pada pasien pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien  dilakukan pada 

pasien dengan permukaan gigi yang memiliki pit dan fisura yang dalam. Bahan yang dipakai  

yaitu  Glass Ionomere Cement dengan merk GC Fuji VII. Agar prosedur fissure sealing dapat 

berjalan dengan lancar, maka penting untuk memperhatikan indikasi; pemilihan alat dan 

bahan penambalan; posisi pasien dan operator; pemberian komunikasi terapeutik, 

persetujuan tindakan medis; pelaksanaan persiapan, pengolesan dentin conditioner, 

pengadukan bahan sealant, dan aplikasi bahan sealant; serta pemberian instruksi sesudah  

fissure sealing. 

 

 


 

 

Bab 9  

TINDAKAN APLIKASI FLUOR DAN 

APLIKASI CASEIN PHOSPHEPTIDE-

AMORPHOUS CALSIUM PHOSPHATE 

(CPP-ACP) PADA PELAYANAN ASUHAN 

KESEHATAN GIGI DAN MULUT 

pasien  

 


 

indakan pencegahan di kedokteran gigi harus didukung oleh pemeliharaan kebersihan 

mulut, karena bila tidak diperhatikan akan memicu plak yang dapat 

memicu penyakit gigi dan mulut. Akumulasi plak dapat dikendalikan dengan 

tindakan mekanis yaitu menyikat gigi dan kontrol plak secara kimia, salah satunya yaitu  

aplikasi topikal bahan yang dapat mencegah perlekatan bakteri pada permukaan gigi. 

Fluor telah dipakai  secara luas untuk mencegah karies. pemakaian  fluor dapat 

dilakukan dengan fluoridasi air minum, pasta gigi dan obat kumur mengandung fluor, 

pemberian tablet fluor, topikal varnish. Tujuan pemakaian  fluor dalam bidang kedokteran 

gigi yaitu  untuk melindungi gigi dari karies. Fluor bekerja dengan cara menghambat 

metabolisme bakteri plak yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksi 

apatit pada enamel menjadi fluor apatit. Reaksi kimia: Ca10(PO4)6.(OH)2 + F → Ca10(PO4)6.(OHF) 

menghasilkan enamel yang lebih tahan terhadap asam, sehingga dapat menghambat proses 

demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi yang merangsang perbaikan dan 

penghentian lesi karies. 


Penelitian terus berlanjut hingga pada saat ini salah satu metode pencegahan karies 

yang marak di warga  sekarang yaitu  dengan mengkonsumsi produk yang mengandung 

bahan bebas karies. Saat ini telah beredar secara luas dan komersil berbagai pasta gigi, aplikasi 

topikal, serta permen karet yang mengandung agent untuk mencegah terjadinya karies. Dan 

yang paling menarik perhatian saat ini yaitu  agent yang mengadung casein phosphopeptide 

– amorphous calcium phosphate.  

CPP-ACP merupakan singkatan dari Casein Phosphopeptide-Amorphous Calcium 

Phosphate atau yang lebih dikenal dengan kompleks fosfopeptida kasein dan kalsium fosfat 

amorf. Konsep dari CPP-ACP sebagai agen remineralisasi pertama kali diungkapkan pada 

tahun 1998. Beberapa studi telah membuktikan bahwa CPP-ACP merupakan suatu bahan yang 

dapat menghambat aktivitas kariogenik sesudah  dilakukan penelitian di laboratorium, pada 

hewan maupun manusia dalam percobaan secara in situ. Oleh karena itu CPP-ACP ini telah 

diperkenalkan sebagai salah satu bahan dalam bidang kedokteran gigi yang berasal dari 

produk derivat  kasein dan juga merupakan alat baru untuk melawan penyakit karies.7,9 

Fosfopeptida kasein (CPP) yaitu  kelompok peptida yang berasal dari kasein, bagian dari 

protein yang terjadi secara alami dalam susu. Susu yaitu  makanan protein yang sangat baik 

dalam menyediakan asam amino esensial dan nitrogen organik untuk manusia dan hewan dari 

segala usia. Susu juga mengandung faktor yang memiliki sifat antikariogenik : kalsium, fosfat, 

kasein, dan lipid. Produk susu mulai diakui di akhir 1950-an sebagai kelompok makanan yang 

efektif dalam mencegah karies gigi. 

Dalam BAB ini Saudara mahasiswa sebagai perawat gigi diharapkan mampu 

melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai perawat gigi dalam memberikan pelayanan 

asuhan sebagai tindakan pencegahan dari terjadinya penyakit gigi dan mulut pada 

klien/pasien dan dapat memakai  bahan-bahan kimia pencegahan karies sesuai dengan 

jumlah yang telah ditentukan sehingga tidak memicu efek negatif pada gigi. 

sesudah  mempelajari BAB IX ini, anda diharapkan mampu: 

1. Melakukan tindakan aplikasi fluor untuk mencegah terjadinya karies gigi.  

2. Melakukan tindakan pencegahan terhadap karies dan mengembalikan mineral email  

pasien dengan mengaplikasikan bahan CPP-ACP. 

 

Aplikasi Fluor 

 

A. BAHAN FLUOR 

 

Fluor yaitu  mineral alamiah yang ada  di semua sumber air termasuk laut. Fluor 

tidak pernah ditemukan dalam bentuk bebas di alam. Ia bergabung dengan unsur lain 

membentuk senyawa fluoride. Fluor (F) merupakan salah satu unsur yang melimpah pada 

kerak bumi. Unsur ini ditemukan dalam bentuk ion Fluoride (F). Fluor yang berikatan dengan 

kation monovalen, misalnya NaF, AgF, dan KF bersifat mudah larut, Sedang  fluor yang 

berikatan dengan kation divalen, misalnya CaF2 dan PbF2, bersifat tidak larut dalam air. 

Fluor penting untuk kesehatan gigi terutama pada anak-anak, karena jumlah asupan 

(intake) yang tepat dapat mendukung pembentukan enamel gigi yang lebih tahan terhadap 

kerusakan akibat asam-asam yang dihasilkan mulut. Fluor juga menghambat metabolisme 

pembentukan asam dari bakteri penyebab terjadinya karies (Streptococcus mutans). 

Fluoride dapat mencegah dan mengontrol karies gigi dengan aman dan efektif bila 

pemakaian ya diberikan secara tepat. Peranan fluoride dalam pencegahan karies gigi ini 

sudah dikenal sejak lebih dari 60 tahun yang lalu. Aplikasi fluoride secara umum dapat berupa 

fluoridasi air minum, tablet dan tetes fluor, penambahan pada susu, garam dan bahan 

makanan lain serta pemakaian  fluor pada pasta gigi dan obat kumur. 

 

B. PERANAN FLUOR PADA GIGI 

 

Tubuh kita sangat membutuhkan senyawa gula untuk menjaga stamina dan energi 

didalam tubuh. Mayoritas pasien  jika ingin menjaga stamina tubuh akan mengkonsumsi susu 

serta berbagai jenis minuman berkarbonasi dan makanan yang mengadung karbohidrat manis 

yang identik dengan kariogenik. Dimana jenis minuman atau makanan seperti ini akan 

mempengaruhi pH pada mulut dalam suasana asam . Fluor berperan dalam pembentukan 

email gigi dan membuat struktur gigi lebih kuat sehingga gigi lebih tahan terhadap pengikisan 

oleh asam. Asam dibentuk ketika bakteri di dalam plak memecah gula dan karbohidrat yang 

berasal dari makanan. Serangan asam yang berulang akan merusak gigi sehingga 

memicu  terjadinya karies. Di sini fluor berperan mengurangi kemampuan bakteri untuk 

membentuk asam. Fluor juga berfungsi merangsang pembentukkan mineral kembali yang 

akan menghentikan proses terjadinya karies. 

Gigi terdiri dari email dan dentin. Dentin merupakan lapisan bawah email, sehingga 

struktur email sangat menentukan terhadap proses terjadinya karies. Struktur email gigi 

terdiri dari susunan kimia kompleks dengan gugus kristal penting yaitu hidroksi apatit, dengan 

rumus kimia Ca10(PO4)6(OH)2. Permukaan email ini lebih banyak mengandung mineral dan 

bahan-bahan organik dengan air yang relatif lebih sedikit. Mineralisasi email tidak hanya 

melalui pulpa dan dentin saja, tetapi ion-ion dari saliva secara tetap melalui penyerapan 

mineral langsung ke permukaan gigi. Ion kimia penting yang diharapkan banyak diikat oleh 

hidroksi apatit pada email gigi yaitu  ion fluor, dengan adanya penambahan fluor, hidroksi 

apatit akan berubah menjadi fluoroapatit. Fluoroapatit ini lebih tahan terhadap asam sehingga 

gigi akan lebih tahan terhadap proses demineralisasi. 

 

C. SIFAT FLUOR 

 

Senyawa yang banyak mendapat perhatian antara lain Neutral Sodium Fluoride (NaF), 

Acidulated Sodium Fluoride Phosphate, Stannous Fluoride (SnF2). Acidulated Sodium Fluoride 

Phosphate dan SnF secara konsisten memberikan daya perlindungan lebih besar terhadap 

karies dibandingkan  Neutral Sodium Fluoride. Acidulated solution dari NaF dan SnF2 lebih 

efektif daripada larutan netralnya. Dari hasil penelitian menunjukkan adanya reduksi karies 

sebesar 70% (untuh OH baik) dan reduksi karies sebesar 36% (untuk OH jelek) pad apemberian 

1,23% NaF dan  0,1 M Asam Fosfat dengan 1x pemberian / tahun. Rata – rata terjadi 30-45% 

reduksi karies sekunder sesudah  perawatan topikal aplikasi fluor. 

 

D. MANFAAT FLUOR 

 

1. Pra Erupsi Gigi 

a. Selama pembentukan gigi, fluor melindungi email dari pengurangan sejumlah 

matriks yang dibentuk. 

b. Pembentukan email yang lebih baik dengankristal yang lebih resisten terhadap 

asam. 

c. Pemberian yang optimal, kristal yang besar, kandungan karbonat lebih rendah 

kelarutan terhadap asam berkurang. 

d. Pengurangan jumlah dan ukuran daerah yang memicu  akumulasi makanan 

dan plak. 

 

2. Pasca Erupsi 

a. Fluorapatit menurunkan kelarutan email dalam asam. 

b. Fluorapatit lebih padat dan membentuk kristal sehingga daerah permukaan yang 

bereaksi dengan asam lebih sedikit. 

c. Pembentukan kalsium fluorida pada permukaan kristal. 

d. Fluoride menggantikan ion karbonat dalam struktur apatit. 

 

e. Meningkatkan remineralisasi dalam saliva, sehingga merangsang perbaikan dan 

menghentikan lesi karies awal. 

f. Flouride menghambat benyak enzim yang terlibat dalam pembentukan asam. 

g. Mencegah demineralisasi 

h. Memiliki sifat antibakteri 

 

E. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI pemakaian  FLUOR 

 

Menurut Donley (2003): 

a. Indikasi: 

1) Pasien anak dibawah umur 5 tahun yang memiliki resiko karies sedang 

sampai tinggi. 

2) Gigi dengan permukaan akar terbuka. 

3) Gigi yang sensitif. 

4) Anak-anak dengan kelainan motorik, sehingga sulit untuk membersihkan 

gigi. 

5) Pasien yang sedang dalam perawatan orthodontik. 

b. Kontra Indikasi: 

1) Pasien anak dengan resiko karies rendah. 

2) Pasien yang tinggal di kawasan dengan air minum mengandung fluor. 

3) Ada kavitas besar yang terbuka. 

 

F. pemakaian  FLUOR DALAM KEDOKTERAN GIGI 

 

1. Pemberian Fluor Secara Sistemik 

Fluoride sistemik yaitu  fluor yang diperoleh tubuh melalui pencernaan dan ikut 

membentuk struktur gigi. fluoride sistemik juga memberikan perlindungan topikal karena 

fluoride ada di dalam saliva yang terus membasahi gigi. fluoride sistemik meliputi fluoridasi air 

minum dan melalui pemberian makanan tambahan fluoride yang berbentuk tablet, tetes atau 

tablet isap. Namun, para ahli sudah mengembangkan berbagai metode pemakaian  fluor yang 

dibedakan menjadi metode perorangan dan kolektif. 

ada  tiga cara pemberian fluor secara sistemik, yaitu: 

a. Fluoridasi air minum 

Telah dibuktikan, bila  dalam air minum yang dikonsumsi oleh suatu daerah, atau 

kota tertentu dibubuhi zat kimia fluor maka penduduk ini  akan terlindung dari karies 

gigi. Pemberian fluor dalam air minum ini jumlahnya bervariasi antara 1-1,2 ppm (part per 

million). Selain dapat mencegah karies, fluor juga memiliki  efek samping yang negatif yaitu 

dengan adanya apa yang disebut ‘mottled enamel’. Pada mottled enamel, permukaan gigi 

nampak kelihatan berbintik-bintik kecoklatan  dan bila fluor yang masuk dalam tubuh terlalu 

banyak, dapat memicu  keracunan. Menurut penelitian Murray and Rugg-gun cit. Linanof 

dalam Angela (2005), bahwa konsentrasi optimum fluoride yang dianjurkan dalam air minum 

yaitu  0,7–1,2 ppm. 

 

b. Pemberian Fluor Melalui Makanan 

Terkadang makanan yang kita makan sudah mengandung fluor yang cukup tinggi, hingga 

dengan makanan ini  kebutuhan akan kadar fluor untuk tubuh sudah terpenuhi. 

Makanan tambahan fluoride hanya dianjurkan untuk mereka (terutama anak-anak) yang 

tinggal di daerah yang sumber airnya rendah fluor atau tidak difluoridasi. Fluoride dapat 

berbahaya jika dikonsumsi secara berlebihan. bila  pemakaian fluoride tidak terkontrol dan 

tidak disiplin, maka tidak akan mencapai sasaran dan dapat memicu  kerusakan gigi. 

Contohnya yaitu  fluorosis.  

 

c. Pemberian fluor dalam bentuk obat-obatan 

Pemberian fluor dapat juga dilakukan dengan tablet, baik itu dikombinasikan dengan 

vitamin-vitamin lain maupun dengan tablet tersendiri. Pemberian tablet fluor disarankan pada 

anak yang berisiko karies tinggi dengan air minum yang tidak memiliki  konsentrasi fluor 

yang optimal (2,2 mg NaF, yang akan menghasilkan fluor sebesar 1 mg per hari). Tablet fluor 

dapat diberikan sejak bayi berumur 2 minggu hingga anak 16 tahun. Umur 2 minggu sampai 2 

tahun biasanya diberikan dosis 0,25 mg, 2-3 tahun diberikan 0,5 mg, dan 3-16 tahun sebanyak 

1 mg. 

 

d. Garam Berfluor 

Garam terbukti sebagai media penambahan iod pada diet, sehingga dapat pula dipakai 

sebagai pembawa fluor. Disarankan untuk menambahkan 200-300 mg fluor pada 1 kg garam.  

 

e. Penambahan pada susu 

Satu miligram fluor dalam bentuk sodium fluorida ditambahkan pada setengah pint susu 

per hari (1 pint = 0,568 liter). Hasil penelitian menunjukkan terjadi reduksi karies 80%. Hasil 

penelitian lain menunjukkan bahwa pemberian fluor pada susu sama efektifnya dengan 

fluoridasi air minum dalam hal mereduksi karies. 

 

Efek pemberian Fluor Secara Sistemik 

Pada tahap perkembangan dan maturasi gigi, fluor diendapkan dalam email melalui jalan 

sistemik. Ion fluor akan bergabung dengan body kristal email. Fluor yang diberikan secara 

sistemik konsentrasinya rendah, yaitu sekitar 1 ppm, sehingga terjadi reaksi kimia yang berupa 

substitusi ion hidroksil dan hidroksiapatit (Ca10(PO4)6(OH)2) yang bersifat lebih stabil dan tidak 

mudah larut oleh asam. 

 

2. pemakaian  Fluor secara Lokal 

Pemberian fluor secara lokal dilakukan antara lain dengan menggosok gigi memakai 

pasta gigi yang mengandung fluor, kumur-kumur larutan fluor, pemakaian  gel berfluor serta 

topikal aplikasi fluor oleh tanaga profesional. 

pemakaian  fluor secara topikal untuk gigi yang sudah erupsi, dilakukan dengan 

beberapa cara: 

a. Pasta Gigi Fluor 

Penyikatan dua kali sehari dengan memakai  pasta gigi yang mengandung fluor 

terbukti dapat menurunkan karies (Angela, 2005). Pemakaian pada anak pra sekolah harus 

diawasi karena pada umumnya mereka belum mampu berkumur dengan baiksehingga 

sebagian pasta giginya bisa tertelan. Kebanyakan pasta gigi yang kini ada  di pasaran 

mengandung kira-kira 1 mg F/ gram. Satu gram setara dengan 12 mm pasta gigi pada sikat 

gigi. 


b. Obat kumur dengan Fluor 

Obat kumur yang mengandung fluor dapat menurunkan karies sebanyak 20-50%. 

pemakaian  obat kumur fluor disarankan untuk anak yang berisiko karies tinggi atau selama 

terjadi kenaikan karies. Berkumur dengan fluor diindikasikan untuk anak yang berumur di atas 

6 tahun karena telah mampu berkumur dengan baik dan orang dewasa yang mudah terserang 

karies, serta pasien yang memakai kawat orthodontik. 

 

c. Topikal Aplikasi Fluor 

pemakaian  fluor sebagai bahan topikal aplikasi telah dilakukan sejak lama dan telah 

terbukti menghambat pembentukan asam dan pertumbuhan mikroorganisme sehingga 

menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam mempertahankan permukaan gigi dari 

proses karies. 

Topikal aplikasi fluor yaitu , tindakan pengolesan langsung bahan fluor pada email. 

sesudah  gigi dioleskan fluor lalu dibiarkan kering selama 5 menit, dan selama 1 jam tidak boleh 

makan, minum atau berkumur.  

Menurut Angela, (2005) tujuan pemakaian  fluor yaitu  untuk melindungi gigi dari 

karies, fluor bekerja dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak yang dapat 

memfermentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor 

apatit yang lebih stabil dan lebih tahan terhadap pelarutan asam. Reaksi 

Ca10(PO4)6(OH)2+F→ Ca10(PO4)6(OHF) menghasilkan enamel yang lebih tahan asam 

sehingga dapat menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi. 

Dimana remineralisasi merupakan proses perbaikan kristal hidroksiapatit dengan cara 

penempatan mineral anorganik pada permukaan gigi yang telah kehilangan mineral ini . 

Demineralisasi yaitu  proses pelarutan kristal hidroksiapatit email gigi, yang  terutama 

disusun oleh mineral anorganik yaitu kalsium dan fosfat, karena penurunan pH plak sampai 

mencapai pH kritis (pH 5) oleh bakteri yang menghasilkan asam...

 

pemakaian  fluor sebagai bahan topikal aplikasi telah dilakukan sejak lama dan telah 

terbukti menghambat pembentukan asam dan pertumbuhan mikroorganisme sehingga 

menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam mempertahankan permukaan gigi dari 

proses karies.  

Ada tiga bahan yang biasa dipakai  untuk topikal aplikasi fluor, yaitu: 

1) Sodium Fluoride (Na F) 

 Ada dua prosedur/teknik topikal aplikasi dengan memakai  bahan sodium fluoride 

sebagaimana dikemukakan oleh Knutson dan Bibby. 

 


Teknik Knuston 

a) Bersihkan seluruh permukaan gigi secara teliti dengan memakai  pasta 

prophylaxis standard (misal: Pumice). Untuk permukaan licin gunakan rubber cup, 

Sedang  untuk permukaan oklusal dipakai  pointed brush. 

b) Isolasi gigi dengan cotton roll 

c) Keringkan dengan seksama 

d) Aplikasikan larutan sodium fluoride 2% dan biarkan selama 3 menit agar kering. 

 Tiap perawatan memerlukan 4 kali aplikasi dengan interval 1 minggu. Prohylaxis 

tidak dilakukan pada kunjungan kedua, ketiga dan keempat. 

 

Teknik Bibby 

a) Tahap a sampai dengan c sama dengan teknik Knutson. 

b) Dilakukan topikal aplikasi dengan larutan sodium fluoride 0,1%; gigi dijaga tetap 

basah dengan larutan selama 7-8 menit. 

 Perawatan dilakukan 3 kali dalam setahun. 

 

 

Keberhasilan Perawatan 

a) Topikal aplikasi dengan Sodium Fluoride efektif untuk anak yang tinggal di daerah 

rendah fluor, yaitu terjadi reduksi karies 30-40%. Pada daerah dengan kandungan 

fluor optimum dan orang dewasa, manfaatnya hanya sedikit. 

b) Konsentrasi sodium fluoride untuk topikal aplikasi yang disetujui oleh Food and 

Drug Administration (FDA)/American Dental Association (ADA) yaitu  2% dalam 

bentuk gel atau pun solution (larutan). 

c) Keuntungan sodium fluoride yaitu  pH netral, rasa lebih dapat diterima, tidak ada 

pengaruh yang merugikan pada bahan restorasi, larutan bersifat stabil. 

2) Stannous Fluorida (SnF2) 

 Konsentrasi yang disetujui oleh FDA/ADA untuk topikal aplikasi yaitu  8% SnF2 dalam 

bentuk larutan (solution). 

 SnF2 dapat diaplikasikan pada permukaan gigi dalam bentuk larutan, sebagai komponen 

pasta prophylaxis atau pun komponen pasta gigi. Meskipun tiap bentuk komponen SnF2 

efektif untuk mereduksi karies, tetapi manfaat optimum dicapai jika tiga bentuk 

komponen ini  dipakai  bersama-sama. 

 

 Prosedur perawatan dengan memakai  tiga bentuk SnF2 ini dikenal dengan istilah 

“multiple stannous fluoride theraphy”, menurut Dudding dan Muhier, (tahun) tekniknya 

yaitu  sebagai berikut: 

a) Bersihkan seluruh permukaan gigi secara teliti dengan memakai  pasta 

prophylaxis yang mengandung SnF2 

b) Isolasi gigi dengan cotton roll.  

c) Keringkan gigi dengan seksama 

d) Aplikasikan larutan SnF2 10% pada permukaan gigi dan jaga tetap basah dengan 

larutan selama 4 menit. Larutan harus baru untuk tiap pasien. 

e) Pasien melanjutkan prosedur ini  di atas secara rutin memakai  pasta gigi 

yang mengandung SnF2. 

f) Insruksi: pasien jangan makan dan minum selama 30 menit sesudah  perawatan. 

g) Frekuensi perawatan bervariasi, tergantung pada kebutuhan pasien al, biasanya 

untuk anak-anak setiap 6 bulan dan orang dewasa setiap 1 tahun. 

 

 Keuntungan SnF2 :  

 Tidak memicu  pengetsaan pada restorasi porcelain. 

 Kerugian SnF2 

a) Rasa tidak enak 

b) memicu  pigmentasi pada lesi karies awal 

c) Mengiritasi gingiva 

d) memicu  stainning pada restorasi silicat. 

e) Berbahaya jika tertelan dalam jumlah be