anjutnya saya memberikan persetujuan kepada perawat gigi yang di tunjuk untuk
melaksanakan tindakan asuhan keperawatan gigi kepada saya/anak saya sesuai dengan yang
telah dijelaskan kepada saya sebelumnya.
Persetujuan ini diberikan dengan penuh kesadaran akan kemungkinan terjadinya akibat
sampingan dari tindakan ini diatas.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan penuh rasa
tanggungjawab
Semarang ..................................
Yang menyatakan
Pasien
( ............................. )
Orang tua/ Wali Pasien
( ............................. )
Saksi
( ............................. )
Pernyataan pelaksana perawatan gigi :
Saya menyatakan bahwa saya telah menjelaskan sifat dan tujuan serta kemungkinan akibat
yang akan timbul dari tindakan perawatan gigi ini kepada pasien sendiri/orang
tua/wali/istri/suami/keluarga lainnya terkecuali pasien tak sadar/gangguan mental*).
Semarang ..................................
Yang menyatakan
Operator (Perawat Gigi / Mahasiswa)
( ................................................ )
*) Coret yang tidak perlu
Ringkasan
Perencanaan yaitu sesuatu yang telah dipertimbangkan secara mendalam, tahap yang
sistematis dari proses asuhan kesehatan gigi dan mulut meliputi kegiatan pembuatan
keputusan dan pemecahan masalah.
Tahap perencanaan asuhan kesehatan gigi dan mulut memberi kesempatan kepada
perawat, klien,keluarga, dan orang terdekat klien untuk merumuskan rencana tindakan
asuhan kesehatan gigi dan mulut guna mengatasi masalah yang dialami klien. Perencanaan
merupakan petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat rencana tindakan asuhan
kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya
berdasar diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut.
TINDAKAN PROMOTIF PADA
PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN
GIGI DAN MULUT pasien
Tindakan Penyuluhan dengan Teknik
Chair Side Talk
sekarang kita masuk pada topik pertama, yaitu topik tentang tindakan penyuluhan
dengan teknik Chair Side Talk (penyuluhan di samping kursi gigi). Menurut Tauchid dkk.
(2017), penyuluhan chair side talk yaitu penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh
pada saat pasien sedang dirawat. Penyuluhan diberikan oleh perawat gigi atau dokter gigi,
dilakukan di atas kursi gigi, bisa sebelum ataupun sesudah dilakukan perawatan.
Menurut Budiharto (2009) dalam Prasko (2011), Pendidikan kesehatan gigi (Dental
Health Education) merupakan salah satu program kesehatan gigi dengan tujuan
menanggulangi masalah kesehatan gigi di Indonesia. Program pendidikan kesehatan gigi
merupakan salah satu program yang harus dilaksanakan Pusat Kesehatan warga secara
terpadu dengan usaha kesehatan lainnya dan ditujukan kepada pasien .
Masih menurut Prasko (2011), penyuluhan kesehatan gigi dan mulut yaitu usaha
terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok warga
mau mengubah perilaku lama yang kurang menguntungkan untuk kesehatan gigi, menjadi
lebih menguntungkan untuk kesehatan giginya.
Menurut Herijulianti, dkk (2001), tujuan utama tindakan penyuluhan yaitu adanya
perubahan perilaku dari warga kearah perilaku sehat sehingga tercapai derajat
kesehatan warga yang optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal,
tentunya perubahan perilaku yang diharapkan sesudah menerima pendidikan tidak dapat
terjadi sekaligus.
Chair side talk menurut Herijulianti, dkk (2001) dalam Susilawati (2012), yaitu
pembicaraan dalam konteks penyuluhan disusun secara sistematis yang memiliki tujuan untuk
memenuhi kebutuhan dan permasalahan sasaran. Dengan demikian tujuan dari penyuluhan
dengan teknik chair side talk yaitu memberikan pengetahuan secara langsung kepada
pasien, sesuai dengan permasalahan kesehatan gigi yang dihadapi oleh pasien.
Untuk mengingatkan kembali prinsip-prinsip dalam penyuluhan, dari tulisan Herijulianti
(2001) dalam Prasko (2011) dapat kita lihat bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi
keberhasilan penyuluhan yaitu: komponen penyuluhan dan pendekatan penyuluhan.
Yang dimaksud dengan komponen-komponen penyuluhan yaitu sebagai berikut:
1. Penyuluh
Penyuluh yaitu pihak yang memberikan pesan/ informasi kepada sasaran.
2. Sasaran
Sasaran yaitu pihak yang menerima pesan/ informasi dari pihak penyuluh.
Sasaran penyuluhan kesehatan gigi secara umum dapat dibedakan menjadi : warga
umum dengan orientasi warga pedesaan sesuai dengan orientasi kebijakan
pembangunan, warga sekolah sebagai warga yang mudah dicapai meliputi sekolah
umum dan sekolah kejuruan, kelompok warga tertentu misalnya kader kesehatan yang
membantu menggerakkan dan menyebarkan informasi.
3. Pesan
Pesan yaitu materi/ informasi yang disampaikan oleh penyuluh kepada sasaran (yang
disuluh). Pesan yang disusun harus disesuaikan dengan sasaran yang akan diberikan
penyuluhan. Susaha pesan dapat diterima oleh warga atau sasaran, maka pesan harus
memenuhi syarat sebagai berikut : pesan harus jelas dan tidak rumit, bahasa yang dipakai
mudah dipahami, pesan harus singkat, pesan dapat diterima, artinya tidak bertentangan
dengan norma, adat istiadat, dan agama, pesan ini mudah dilaksanakan, pesan
diberikan sesuai dengan kebutuhan.
4. Media
Media yaitu sarana untuk menyampaikan pesan penyuluhan kepada sasaran sehingga
mudah dimengerti oleh sasaran yang dituju. Jenis media yang dapat dipakai untuk
memberikan penyuluhan dapat dikelompokkan dalam dua bentuk yaitu : media cetak jenis
buku, misalnya buku pedoman, media cetak bukan jenis buku, misalnya poster dan leaflet.
Menurut Astoeti (2006) alat bantu atau media merupakan alat-alat yang dipakai oleh
pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan/ pengajaran.
Dalam ilmu Pendidikan Kesehatan Gigi (PKG), kita mengenal beberapa pendekatan
dalam penyuluhan, diantaranya yaitu pendekatan berdasar jumlah sasaran ,yaitu:
1. Penyuluhan pasien /perorangan
Penyuluhan secara pasien al dapat dilakukan secara formal maupun informal. Secara
formal biasanya dilakukan dengan teknik chair side talk, dapat dilakukan pada saat
memberikan pengobatan. Sedang penyuluhan pasien secara informal biasanya
dilakukan di sela obrolan dan bersifat tidak resmi misal obrolan di warung kopi, di
kereta, dan lain-lain.
2. Penyuluhan kelompok
Penyuluhan kelompok yaitu penyuluhan pada sekelompok pasien yang memiliki
ciri-ciri khusus, jumlah orangnya masih dapat dihitung, dan siapa saja orang dalam
kelompok ini masih dapat diketahui. Misalnya: kelompok karang taruna.
3. Penyuluhan massa
Penyuluhan masa yaitu penyuluhan yang diberikan sekaligus kepada orang yang
jumlah tidak terhitung dan bias terdiri dari berbagai macam kelompok.
Pendekatan penyuluhan berdasar cara penyampaian meliputi 3 cara yaitu:
1. Penyuluhan tatap muka yaitu kelompok sasaran yang disuluh berhadapan langsung
dengan penyuluh. Yang termasuk dalam penyuluhan tatap muka yaitu ceramah,
diskusi.
2. Penyuluhan non tatap muka yaitu kelompok sasaran tidak secara langsung berhubungan
denhgan penyuluh. Penyuluh berhubungan dengan kelompok sasaran memakai
medium/ perantara yang berupa media cetak seperti brosur, leaflet ataupun media non
cetak seperti kaset, film, dan sebagainya.
3. Penyuluhan campuran yaitu penyuluhan dilakukan dengan cara penggabungan antara
penyuluhan tatap muka dan non tatap muka, jadi dalam menyampaikan pesan,
penyuluh bertatap muka secara langsung juga memakai media cetak atau non
cetak sebagai pendukung.
Dalam praktik chair side talk kali ini, Anda diminta untuk melakukan penyuluhan untuk
sasaran pasien dengan cara penyampaian penyuluhan campuran, karena Anda akan
melaksanakan penyuluhan secara tatap muka kepada pasien, namun memakai pula
media cetak berupa flashcard atau flipchart.
B. PERSIAPAN
Sebelum pelaksanaan penyuluhan dimulai, maka Anda harus melakukan beberapa
persiapan sebelumnya, salah satunya yaitu pembuatan satuan pelajaran (SATPEL) yang
berisi poin-poin dalam tindakan penyuluhan bagi pasien . Berikut ini yaitu poin-poin yang
harus ada di dalam sebuah SATPEL:
1. Identitas pasien; yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, sekolah, pekerjaan
2. Penentuan kasus; ditentukan berdasar perhitungan prioritas masalah pada saat
pengkajian
3. Judul penyuluhan; judul yang dipilih sesuai dengan penentuan kasus.
4. Pokok bahasan; harus sesuai dengan judul yang telah dipilih
5. Waktu; dituliskan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk penyuluhan
6. TIU; berisi tujuan umum yang ingin dicapai sesudah pasien diberikan penyuluhan dengan
judul dan pokok bahasan yang dipilih
7. TIK; berisi beberapa tujuan khusus yang merupakan rincian dari tujuan umum
8. Pokok materi; berisi inti materi dari pokok bahasan yang telah dipilih
9. Metode; berisi cara penyuluhan yang akan dilakukan
10. Media; berisi media yang akan dipakai pada penyuluhan
11. Sumber; berisi referensi/rujukan yang diacu dalam menentukan pokok bahasan atau
pokok materi
12. Langkah penyuluhan; berisi langkah-langkah dalam tindakan penyuluhan
13. Evaluasi; berisi sejumlah pertanyaan yang sesuai dengan TIK, yang akan diajukan kepada
pasien guna mengetahui apakah pasien sudah memahami materi penyuluhan
14. Penyusunan materi; berisi pokok materi berikut jabarannya, agar penyuluhan dapat
berlangsung sistematis dan komprehensif
Agar Anda dapat membuat SATPEL dengan lancar, pelajarilah kembali mata kuliah
Pendidikan Kesehatan Gigi. Untuk menyegarkan ingatan Anda, berikut ini yaitu contoh
formulir pelaksanaan chair side talk. Silahkan berlatih untuk membuat SATPEL memakai
contoh formulir ini.
B. PEMILIHAN ALAT BANTU PENDIDIKAN
Menurut Ustom (2009), alat bantu (peraga) Pendidikan yaitu alat-alat yang dipakai
oleh peserta didik dalam menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran. Macam-macam
alat bantu pendidikan dibagi dalam:
1. Alat bantu lihat (visual aids)
Yang termasuk dalam alat bantu lihat dapat dikelompokkan lagi menjadi 2 hal, yaitu:
a. alat yang diproyeksikan: slide, film, dan film strip
b. alat yang tidak diproyeksikan:
dalam dua dimensi seperti: gambar, peta, bagan
dalam tiga dimensi seperti: bola dunia, boneka, dan lain-lain.
2. Alat bantu dengar (audio aids)
Termasuk didalamnya yaitu : piringan hitam, radio, pita suara, dan sebagainya.
3. Alat bantu lihat dengar (audio visual aids)
Termasuk didalamnya yaitu televisi dan VCD.
Alat bantu pendidikan (ABP) yang cocok untuk dipakai pada penyuluhan dengan
teknik chair side talk yaitu berupa alat bantu lihat yang tidak diproyeksikan, yaitu gambar
yang disusun dalam bentuk flashcard atau flipchart.
C. POSISI PASIEN DAN OPERATOR
sesudah satpel dan ABP tersedia di atas tray dental unit, maka segera posisikan pasien
dan operator (Anda) pada posisi yang nyaman, agar pasien dapat mendengarkan penyuluhan
dengan baik.
Posisi pasien yaitu duduk dengan sandaran punggung tegak, wajah pasien sedikit
menengok ke kanan dan posisi operator berada pada arah jam 8. Perhatikan jarak antara
operator dengan pasien kurang lebih 40-60 cm.
D. PELAKSANAAN PENYULUHAN
sesudah pasien dan operator berada pada posisi yang nyaman, maka penyuluhan dapat
segera dilaksanakan. Mulailah dengan memberikan apersepsi, yaitu memberikan informasi
singkat tentang materi penyuluhan yang akan diberikan, disamping juga mengungkapkan
pengetahuan yang sudah dimiliki pasien (ditanyakan saat pengkajian). Selanjutnya
disampaikan pula relevansi dengan pengetahuan yang sudah dimiliki, serta menghubungkan
antara masalah yang dimiliki oleh pasien dengan materi penyuluhan yang akan diberikan.
Langkah berikutnya yaitu menyampaikan pembukaan, dengan menyebutkan judul dari
materi penyuluhan, yang dirangkai pula dengan mengemukakan tujuan dari penyuluhan yang
akan diberikan. Berikutnya yaitu menyampaikan isi materi penyuluhan, jelaskanlah dengan
perlahan agar pasien dapat benar-benar memahami materi yang diberikan. Jangan lupa beri
kesempatan kepada pasien untuk klarifikasi, dimana pasien boleh menanyakan hal-hal yang
belum dimengerti, dan berikan jawaban yang jelas dan benar sehubungan dengan pertanyaan
pasien.
sesudah isi materi disampaikan dan pasien sudah diberi kesempatan untuk klarifikasi,
maka langkah selanjutnya yaitu memberikan evaluasi untuk mengukur seberapa banyak
materi yang sudah dipahami oleh pasien. Evaluasi dilakukan dengan memberikan sejumlah
pertanyaan yang sesuai dengan TIK. Perhatikan jawaban-jawaban dari pasien, catat bagian
mana yang belum dimengerti dengan baik oleh pasien, dan bila perlu sampaikan ulang bagian-
bagian dari materi penyuluhan yang belum dipahami ini . Jangan lupa selama
menyampaikan penyuluhan perhatikan pemakaian ABP, agar ABP benar-benar bisa
membantu pasien untuk dapat memahami materi penyuluhan dengan baik.
Akhirnya sampailah pada langkah penutup, yaitu Anda harus memberikan kesimpulan
atas penyuluhan yang telah diberikan, juga tak lupa sampaikan saran kepada pasien, dimana
saran ini dapat ditindak lanjuti oleh pasien.
Ringkasan
Tindakan penyuluhan dengan teknik chair side talk pada pasien pelayanan asuhan
kesehatan gigi dan mulut pasien dilakukan disamping kursi gigi. Persiapan yang harus
dilakukan yaitu pembuatan SATPEL dengan penentuan kasus sesuai dengan prioritas
pertama masalah yang dihadapi pasien, dimana hal ini didapatkan dari perhitungan prioritas
saat pengkajian. Alat yang dipakai saat penyuluhan dengan teknik chair side talk yaitu
ABP berupa flashcard atau flipchart dengan judul sesuai pokok bahasan. Saat pelaksanaan
penyuluhan, penting untuk memperhatikan posisi pasien dan operator, dimana pasien
didudukkan dengan sandaran punggung tegak lurus, dan operator berada pada arah jam 8.
Sampaikan materi penyuluhan dengan suara yang cukup keras untuk bisa didengar oleh
pasien, memakai bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien, dan tidak bertele-tele.
Jangan lupa untuk memberikan kesimpulan diakhir penyuluhan, dan memberikan saran sesuai
dengan masalah yang dihadapi dan dapat ditindaklanjuti oleh pasien.
Topik 2
Tindakan Demonstrasi Sikat Gigi
elanjutnya kita masuk pada topik kedua, yaitu topik tentang tindakan Demonstrasi Sikat
Gigi. Tujuan tindakan demonstasi sikat gigi yaitu mengajarkan kepada pasien cara
menyikat gigi yang benar agar pasien memiliki kebiasaan menyikat gigi dengan
gerakan dan waktu yang tepat, dimana pada akhirnya diharapkan pasien akan terhindar dari
karies gigi.
Menurut Tauchid dkk. (2017), mengubah perilaku warga ke arah perilaku sehat
sehingga tercapai derajat kesehatan warga yang optimal yaitu merupakan tujuan dari
penyuluhan. Hasil yang diharapkan dari penyuluhan dalam jangka pendek yaitu tercapainya
perubahan pengetahuan dari warga . Sementara dari tujuan jangka menengah, hasil yang
diharapkan yaitu adanya peningkatan pengertian, sikap, dan keterampilan yang akan
mengubah perilaku warga ke arah perilaku sehat. Tujuan jangka panjangnya yaitu
warga dapat menjalankan perilaku sehat dalam kehidupan sehari-harinya.
Pemilihan metode penyuluhan menjadi sangat penting, masih menurut Tauchid dkk.
(2017), untuk mengembangkan sikap disarankan memakai metode simulasi, dimana
sasaran perlu menyaksikan kejadian secara langsung maupun melalui film. bila
dikembangkan sampai tingkat keterampilan, sasaran harus diberi kesempatan untuk mencoba
sendiri, disini diperlukan metode demonstrasi atau pertunjukan dengan melibatkan peserta
di dalamnya.
Untuk itu agar Anda dapat mengubah perilaku pasien untuk dapat membersihkan gigi
dan mulutnya dengan baik, maka perlu diberikan tindakan Demonstrasi Sikat Gigi, dimana
pasien akan mempraktekkan secara langsung cara menyikat gigi yang benar.
Sebelum Anda melaksanakan demonstrasi sikat gigi, tentunya Anda harus mengetahui
terlebih dahulu cara menyikat gigi yang benar. Pertama-tama yaitu pemilihan sikat gigi,
kemudian yang berikutnya yaitu gerakan menyikat gigi.
Hal yang perlu diperhatikan pada saat pemilihan sikat gigi yaitu :
1. Gagang sikat lurus
2. Kepala sikat kecil
3. Ujung kepala sikat membulat
4. Bulu sikat lembut
5. Ujung bulu sikat membulat
6. Bulu sikat terdiri dari 3-5 baris
7. Gantilah sikat gigi bila bulu sikat sudah megar atau setiap 3 bulan sekali
Berikut ini yaitu gerakan menyikat gigi yang benar, perhatikan ilustrasi dari gambar di bawah
ini:
Berikut ini yaitu penjelasan dari gambar 2.4 :
1. Di bagian A terlihat untuk rahang atas, bulu sikat gigi diletakkan dengan posisi 45˚
terhadap gusi
2. Gerakan sikat dari arah gusi ke bawah untuk gigi Rahang Atas (seperti mencungkil)
3. Di bagian B terlihat untuk rahang bawah, bulu sikat gigi diletakkan dengan posisi 45˚
terhadap gusi
4. Gerakan sikat dari arah gusi ke atas untuk gigi rahang bawah
5. Sikat seluruh permukaan yang menghadap bibir dan pipi serta permukaan dalam dan
luar gigi dengan cara ini
6. Sikat permukaan kunyah gigi dari arah belakang ke depan.
Di bawah ini yaitu gambar yang lain dari gerakan menyikat gigi yang benar, sedikit
berbeda dengan gambar 2.4, dimana pada gambar 2.5 lidah juga ikut disikat. Hal ini mengingat
pada permukaan lidah juga ada banyak plak dan kuman.
Dianjurkan untuk memakai bahan berupa Disclosing Agent yang akan membantu
dalam proses demonstrasi sikat gigi, dimana pengolesan disclosing agent akan
memperlihatkan keberadaan plak pada permukaan gigi. Pada gambar 7.12 memperlihatkan
beberapa jenis disclosing agent dalam bentuk tablet, likuid (solution), dan gel. Dan gambar
7.13 menunjukkan permukaan gigi yang telah diolesi disclosing agent, sehingga terlihat plak
yang menempel pada permukaan gigi ini .
Agar kebersihan mulut selalu terjaga, maka selain menyikat gigi ajarkan juga ke pasien
untuk membersihkan gigi memakai dental floss (benang gigi). Berikut ini yaitu teknik
membersihkan gigi memakai dental floss:
Pertama-tama potonglah dental floss sepanjang kurang lebih 30 cm, lalu lilitkan pada
jari tengah kanan dan kiri. Kemudian dengan memegang bentangan benang memakai ibu
jari dan jari telunjuk kanan dan kiri, sisipkan benang pada interdental gigi. Lalu gerakkan
benang ke arah keluar dan kedalam, juga atas dan bawah. Untuk memudahkan saat flossing,
maka sebaiknya melakukannya dengan bantuan cermin, agar kita bisa mengontrol gerakan
benang. Lakukan gerakan flossing untuk setiap gigi, terutama saat malam sesudah melakukan
sikat gigi malam sebelum tidur.
Sekarang saatnya Anda untuk melakukan demonstrasi sikat gigi kepada pasien di klinik
gigi. Perhatikan prosedur yang harus Anda lakukan.
Ringkasan
Tindakan demonstrasi sikat gigi pada pasien pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
pasien dengan cara mengajarkan cara menyikat gigi yang benar, dilakukan pada setiap
pasien yang dirawat di klinik gigi. Tujuan dari kegiatan demonstrasi sikat gigi yaitu agar
pasien dapat melakukan sikat gigi dengan cara yang benar agar kesehatan gigi dan mulutnya
terjaga, dan pada akhirnya gigi pasien dapat terhindar dari karies. Alat yang dipakai yaitu
model rahang dan model sikat gigi, berikut sikat gigi yang sesuai ukuran pasien. Bahan yang
dipakai yaitu pasta gigi dan disclosing agent sebagai bahan untuk membantu mendeteksi
keberadaan plak pada permukaan gigi. Agar prosedur demonstrasi sikat gigi dapat berjalan
dengan lancar, maka penting untuk memperhatikan tahap persiapan; posisi pasien dan
operator; penyampaian apersepsi dan tujuan serta pelaksanaan demonstrasi itu sendiri. Pada
akhirnya anjurkan pasien untuk membiasakan menyikat giginya dengan cara yang benar pada
kesehariannya di rumah.
TINDAKAN SCALLING DAN FISSURE
SEALING PADA PELAYANAN ASUHAN
KESEHATAN GIGI DAN MULUT
pasien
Saat Anda mempelajari ilmu Preventive Dentistry, pasti Anda sudah mengenal tentang
macam-macam calculus (kalkulus/karang gigi) dan plak, bagaimana terbentuknya, serta akibat
yang dapat ditimbulkannya. Selain itu juga Anda pasti sudah memahami apa kegunaan
menutup fissure gigi yang dalam sebagai pencegahan terhadap terjadinya karies gigi.
Bahan yang dipergunakan pada praktikum ini yaitu bahan Glass Ionomere Cement
yang khusus untuk penutupan fissure gigi yang dalam, biasanya memakai merk GC Fuji
VII. Sedang pada tindakan pembersihan karang gigi tidak diperlukan bahan khusus, namun
harus tersedia antiseptik yang akan dipakai sesudah tindakan dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya pendarahan dan infeksi.
Tindakan Scaling
(Pembersihan Karang Gigi)
ekarang kita masuk pada topik pertama, yaitu topik tentang tindakan pembersihan
karang gigi atau yang dikenal pula dengan istilah scaling. Tentunya Anda masih ingat
pengertian scaling, bila menurut Kamus Kesehatan, (2018) artinya yaitu pembersihan
gigi di atas gusi untuk menghilangkan plak, kalkulus, dan noda gigi. Sedang bila menurut
Elly, (2015) scaling yaitu suatu proses membuang plak dan kalkulus dari permukaan gigi baik
supragingiva maupun subgingiva.
Tujuan utama tindakan scaling yaitu untuk mengembalikan kesehatan gusi dengan cara
membuang semua elemen yang memicu radang gusi (plak, kalkulus, endotoksin) dari
permukaan gigi (Elly, 2015).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar teknik scaling memberikan hasil yang baik yaitu :
1. Melakukan pemeriksaan secara teliti pada kalkulus baik letaknya, banyaknya maupun
sifatnya.
2. Melihat keadaan jaringan gusi di sekeliling kalkulus, misalnya dalamnya saku gusi, warna
gusi dan bentuk gusi.
3. Menanyakan keluhan sakit kepada pasien, karena dari keluhan sakit pasien dapat
ditentukan apakah pasien menderita penyakit periodontal yang ringan atau berat.
4. Mengatur posisi pasien dan operator, visibilitas ke daerah kerja dengan mengatur
pencahayaan, melakukan retraksi bibir, pipi maupun lidah pasien, memegang alat
dengan benar, melakukan tumpuan dan melakukan gerakan scaling dengan tepat.
5. Melakukan scaling dalam sistem bertahap, dengan maksud agar dapat membandingkan
antara daerah yang belum dibersihkan dengan daerah yang sudah dibersihkan. Hal ini
penting untuk menyadarkan/memberikan pengertian pada pasien akan pentingnya
dilakukan scaling (Elly, 2015).
Persiapkan diri Anda untuk berhadapan dengan pasien di klinik gigi. Perhatikan prosedur yang
harus Anda lakukan.
A. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI PEMBERSIHAN KARANG GIGI
Indikasi tindakan scaling untuk kompetensi seorang dental hygienie yaitu : adanya
kalkulus supragingiva pada permukaan gigi; Sedang kontra indikasinya yaitu :
pembersihan kalkulus subgingiva, pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus,
Hipertensi, Gangguan Pembekuan Darah (termasuk bila ada pasien yang meminum obat
pengencer darah).
Pada gambar di bawah ini dapat dilihat perbedaan antara Kalkulus Supragingiva (di atas
gusi) dan Subgingiva (di bawah gusi), serta perbedaannya Kalkulus Supragingiva dan
Subgingiva dengan kondisi mulut yang sehat serta tidak ada kalkulus:
B. ALAT DAN BAHAN
sesudah Anda mengetahui indikasi dan kontra indikasi scaling, maka selanjutnya Anda
harus menyiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan dalam melakukan scaling.
Alat yang harus disiapkan antara lain:
1. Oral Diagnostik
2. Scaler manual bentuk sickle
3. Scaler manual bentuk wing shape
4. Scaler manual bentuk hoe
5. Scaler manual bentuk chisel
6. Scaler elektrik
7. Saliva ejector atau suction
Berikut ini yaitu gambar dari alat diagnostik yang terdiri dari kaca mulut, sonde, dan pinset:
C. POSISI PASIEN DAN OPERATOR
sesudah alat, bahan, dan obat tersedia di atas tray dental unit, maka segera posisikan
pasien dan operator (Anda) sesuai dengan lokasi regio gigi yang akan dibersihkan karang
giginya.
Bila gigi geligi yang akan dibersihkan ada pada regio rahang atas kiri, maka posisi pasien
ditidurkan telentang (supine), wajah pasien menengok ke kanan dan mulut pasien setinggi
siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 11.
Sebaliknya bila gigi geligi yang akan dibersihkan ada pada regio rahang atas kanan, maka
posisi pasien ditidurkan telentang (supine), wajah pasien menengok ke kiri dan mulut pasien
setinggi siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 11.
Bila scaling dilakukan untuk gigi geligi di regio rahang bawah kiri, maka posisi pasien
ditidurkan dengan telentang, wajah pasien menengok ke kanan (menghadap operator) dan
mulut pasien setinggi siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 10.
Namun bila gigi yang akan dibersihkan yaitu gigi geligi di regio rahang bawah kanan,
maka posisi pasien ditidurkan telentang, wajah pasien lurus ke depan, dan mulut pasien
setinggi siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 9 atau jam 10.
Khusus untuk gigi geligi anterior rahang bawah di bagian lingualnya, maka posisi pasien
ditidurkan telentang, wajah pasien lurus ke depan, mulut pasien setinggi operator, dan posisi
operator berada pada arah jam 12.
D. TUMPUAN JARI
Pada pemakaian scaler manual penting diperhatikan tumpuan jari saat aktivasi
instrument dan retraksi jaringan lunak mulut. Ada beberapa cara tumpuan jari, dapat dilihat
pada gambar berikut ini:
Tumpuan jari pada pemakaian scaler elektrik sama dengan pada pemakaian scaler manual.
Yang perlu diperhatikan yaitu pemakaian alat bantu saliva ejector atau suction,
dikarenakan pada saat scaler elektrik maupun ultrasonic dipakai pasti akan disertai
keluarnya air yang berfungsi untuk mendinginkan alat scaler ini .
E. GERAKAN SCALING
Gerakan instrument dalam scaling berupa menarik atau mendorong ke dalam arah
verikal, horizontal maupun oblique (miring), seperti terlihat pada gambar 8.21 yang
memperlihatkan tindakan arah gerakan scaler, adapun tindakan ini terdiri dari tindakan
A yang merupakan gerakan ke arah tarikan vertikal, Sedang tindakan B merupakan gerakan
ke arah tarikan oblique (miring), dan tindakan C merupakan gerakan ke arah tarikan
horizontal. Yang paling sering dipakai yaitu tarikan vertikal dan oblique, Sedang
tarikan horizontal dipakai secara selektif pada sudut gigi atau pada saku dalam (poket dalam)
dimana tarikan vertikal maupun oblique sulit dilakukan.
F. PEMBERIAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Selanjutnya sesudah pasien duduk dengan nyaman, maka berikanlah komunikasi
terapeutik sesuai dengan prosedur pembersihan karang gigi memakai alat scaler manual
atau electric scaler maupun ultrasonic scaler agar pasien memahami tindakan yang akan
dilakukan. Komunikasi terapeutik yang diberikan meliputi: menunjukkan letak karang gigi yang
akan dibersihkan, menyampaikan tujuan dari tindakan scaling, dan menceritakan prosedur
tindakan scaling. Sampaikan pula bahwa bila pada saat pembersihan karang gigi kemungkinan
akan terjadi sedikit pendarahan, namun hal itu wajar terjadi, karena daerah gigi yang ditutupi
oleh karang gigi biasanya akan memicu radang gusi, sehingga akan mudah terjadi
pendarahan.
G. PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS
sesudah Anda menjelaskan komunikasi terapeutik, jelaskan pula risiko yang akan terjadi
berkaitan dengan tindakan scaling pada pasien atau orang tua/wali pasien. Bila pasien dan
atau orang tua/wali pasien sudah memahami dan menyetujui tindakan medis yang akan
dilakukan, mintalah tanda tangan pasien atau orang tua/wali pasien.
H. PELAKSANAAN SCALING (PEMBERSIHAN KARANG GIGI)
Langkah selanjutnya yaitu melakukan tindakan pembersihan karang gigi memakai
alat scaler manual atau electric scaler maupun ultrasonic scaler. Untuk mengingatkan kembali
seperti yang sudah Anda pelajari di mata kuliah Preventive Dentistry, maka ikuti prosedur di
bawah ini.
Lakukanlah teknik scaling supragingiva dengan cara sebagai berikut:
1. Alat scaler dipegang dengan cara seperti memegang pena.
2. Tumpuan jari dilakukan pada gigi tetangga atau tempat tumpuan lainnya.
3. Sisi pemotong mata scaler ditempatkan pada tepi apikal dari kalkulus, arahkan mata
scaler dengan sudut kemiringan 45˚ - 90˚.
4. Dengan tekanan lateral yang kuat dilakukan serangkaian tarikan scaler yang pendek-
pendek ke arah vertikal dan oblique.
5. Tekanan lateral berangsur-angsur dikurangi hingga diperoleh permukaan gigi yang
terbebas dari kalkulus.
Perlu diperhatikan resiko pada saat scaling berupa rasa sakit dan perdarahan gusi. Hal
ini dipicu dari pengaturan sudut sisi potong scaler yang tidak baik, oleh karenanya
penting untuk menerapkan prinsip-prinsip teknik instrumentasi yang baik.
Evaluasi tindakan scaling perlu dilakukan guna mendapatkan proses penyembuhan yang
sempurna. Perabaan dengan sonde harus dilakukan segera sesudah scaling, begitu pula dengan
cara visual melalui pencahayaan yang optimal dengan bantuan kaca mulut sesudah dibersihkan
dengan aliran air.
Permukaan gigi di subgingiva harus keras dan licin, karena kalau dibersihkan dengan
sempurna dan menyeluruh, sementum yang bersih akan menjadi tempat perlekatan serat-
serat baru antara sementum dan jaringan lunak yang berdekatan.
I. PEMOLESAN sesudah SCALING
Seperti kita ketahui bahwa sesudah scaling biasanya masih tertinggal sisa-sisa karang gigi
yang masih menempel pada permukaan gigi dan memicu rasa kasar. Oleh karenanya
perlu dilakukan pemolesan setiap kali sehabis scaling, disamping untuk menghilangkan plak
yang menempel pada permukaan gigi.
Pemolesan gigi biasanya memakai bristle brush yang diputar memakai low
speed handpiece, dan dengan bahan poles pumis atau pasta gigi. Sebelum pemolesan oleskan
terlebih dahulu disclosing solution (gel) pada seluruh permukaan gigi untuk melihat
keberadaan plak.
sesudah pemolesan selesai, lakukan pengecekan dengan cara melewatkan sonde pada
permukaan gigi yang dibersihkan untuk mengetahui apakah masih kasar (yang menunjukkan
masih ada sisa kalkulus), dan oleskan kembali disclosing solution (gel) untuk memastikan tidak
ada plak maupun debris yang tertinggal.
sesudah Anda benar-benar yakin pemolesan sudah berhasil dengan baik, maka jangan
lupa oleskan antiseptik pada permukaan gusi dari gigi yang baru dibersihkan, guna membantu
menghentikan pendarahan dan mencegah terjadinya infeksi.
I. PEMBERIAN INSTRUKSI sesudah SCALING
sesudah selesai scaling, maka langkah selanjutnya yaitu memberikan instruksi sesudah
tindakan sebagai berikut:
1. Dianjurkan pasien agar tidak makan, minum ataupun kumur selama kurang lebih 30
menit agar antiseptik dapat bekerja sempurna.
2. Anjurkan pasien untuk mengunyah memakai kedua sisi rahang agar peredaran
darah lancar, gigi terbersihkan secara alami karena pengunyahan (self cleansing), dan
gigi geligi menjadi lebih sehat.
3. Anjurkan pasien untuk menggosok gigi dua (2) kali sehari, pagi sesudah sarapan dan
malam sebelum tidur.
4. Anjurkan pasien untuk menghindari makanan yang manis dan melekat, memperbanyak
makanan yang berair dan berserat, serta jangan lupa untuk kontrol ke klinik gigi setiap
enam (6) bulan sekali.
Ringkasan
Tindakan scaling (pembersihan karang gigi) pada pasien pelayanan asuhan kesehatan
gigi dan mulut pasien dilakukan pada pasien yang memiliki kalkulus (karang gigi) pada
permukaan giginya. Alat yang dipakai untuk scaling ada yang berupa scaler manual dengan
berbagai macam bentuk, dan ada pula yang berbentuk scaler elektrik maupun ultrasonik.
Tidak ada bahan khusus yang dipergunakan pada tindakan scaling, namun perlu disiapkan
bahan untuk pemolesan berupa pumis atau pasta gigi. Serta jangan lupa untuk menyiapkan
antiseptik yang akan dipakai untuk dioleskan pada gusi sesudah dilakukan tindakan scaling.
Agar prosedur scaling dapat berjalan dengan lancar, maka penting untuk memperhatikan
indikasi; pemilihan alat dan tumpuan jari; posisi pasien dan operator; pemberian komunikasi
terapeutik, persetujuan tindakan medis; serta pemberian instruksi sesudah scaling.
Tindakan Fissure Sealing
(Penutupan Fisura Gigi)
Selanjutnya kita masuk pada topik kedua, yaitu topik tentang tindakan Fissure Sealing
(penutupan fisura gigi). Fissure sealing atau sering juga disebut sebagai fissure sealant,
merupakan tindakan penutupan pit dan fisura yang dalam dari gigi geligi. Tujuan fissure
sealing yaitu menutup fisura dan pit gigi yang dalam agar terhindar dari karies gigi.
Menurut Setiyani, (2014), dua bahan sealant yang sering dipakai yaitu sealant
berbasis resin dan sealant semen ionomer kaca atau glass ionomere cement (SIK / GIC). Bahan
sealant berbasis resin dapat melakukan polimerisasi secara autopolimerisasi dan
fotopolimerisasi. Sedang sealant GIC yang sering dipakai bersifat autopolimerisasi.
Sealant SIK/GIC memiliki kemampuan mencegah karies yang hampir sama dengan sealant
berbasis resin. Manipulasi sealant glaas ionomere cement lebih mudah, dan tidak diperlukan
tahapan pengetsaan pada permukaan gigi. Bahan sealant GIC melakukan interaksi khusus
dengan enamel gigi dengan melepaskan kalsium, strontium dan ion fluor yang bersifat
kariostatik dan mengurangi perkembangan karies pada daerah yang diberi sealant.
Persiapkan diri Anda untuk berhadapan dengan pasien di klinik gigi. Perhatikan prosedur
yang harus Anda lakukan.
A. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI FISSURE SEALING.
Indikasi pemberian sealant pada pit dan fisura yaitu sebagai berikut:
1. Pit dan fisura dalam, dan retentive
2. Pit dan fisura dengan dekalsifikasi minimal
3. Tidak adanya karies interproximal
4. Memungkinkan isolasi adekuat terhadap kontaminasi saliva
5. Umur gigi erupsi kurang dari 4 tahun.
Sedang Kontra Indikasi pemberian sealant pada pit dan fisura yaitu :
1. Self cleansing yang baik pada pit dan fisura.
2. ada tanda klinis maupun radiografis adanya karies interproximal yang memerlukan
perawatan.
3. Banyaknya karies interproximal dan restorasi.
4. Gigi erupsi hanya sebagian dan tidak memungkinkan isolasi dari kontaminasi saliva.
5. Umur erupsi gigi lebih dari 4 tahun.
B. ALAT DAN BAHAN
sesudah Anda mengetahui indikasi dan kontra indikasi penutupan pit dan fisura dalam,
maka selanjutnya Anda harus menyiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan dalam
melakukan fissure sealing pada gigi dengan memakai bahan GIC.
Alat yang harus disiapkan antara lain:
1. Oral Diagnostic set
2. Contra angle handpiece
3. Bristle brush
4. Agate Spatel
5. Papper Pad
6. Plastis filling instrument
7. Articulating paper
8. Saliva ejector tip
Adapun bahan yang harus disiapkan berupa:
1. Bahan Fissure Sealant (GC Fuji VII)
2. Pumis
3. Dentin conditioner
4. Varnish
5. Cotton pellet
6. Cotton roll
7. Alkohol
C. POSISI PASIEN DAN OPERATOR
sesudah alat, bahan, dan obat tersedia di atas tray dental unit, maka segera posisikan
pasien dan operator (Anda) sesuai dengan lokasi gigi yang akan dilakukan fissure sealing.
Bila gigi yang akan diberi fissure sealant ada pada regio rahang atas kiri maupun kanan,
maka posisi pasien ditidurkan telentang (supine), wajah pasien lurus ke depan dan mulut
pasien setinggi siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 11.
Bila fissure sealing untuk gigi di regio rahang bawah kiri, maka posisi pasien ditidurkan
dengan telentang, wajah pasien menengok ke kanan (menghadap operator) dan mulut pasien
setinggi siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 10.
Namun bila gigi yang akan diberi fissure sealant yaitu gigi posterior di regio rahang
bawah kanan, maka posisi pasien ditidurkan dengan sandaran punggung membentuk sudut
30˚ dari lantai, wajah pasien sedikit menengok ke kiri, dan mulut pasien setinggi siku operator,
serta posisi operator berada pada arah jam 9.
D. PEMBERIAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Selanjutnya sesudah pasien duduk dengan nyaman, maka berikanlah komunikasi
terapeutik sesuai dengan prosedur pemberian fissure sealant pada gigi memakai bahan
GIC agar pasien memahami tindakan yang akan dilakukan. Komunikasi terapeutik yang
diberikan meliputi: menunjukkan elemen gigi yang akan diberi sealant, menyampaikan tujuan
dari tindakan fissure sealing, dan menceritakan prosedur tindakan fissure sealing.
E. PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS
sesudah Anda menjelaskan komunikasi terapeutik, jelaskan pula risiko yang akan terjadi
berkaitan dengan tindakan fissure sealing pada pasien atau orang tua/wali pasien. Bila pasien
dan atau orang tua/wali pasien sudah memahami dan menyetujui tindakan medis yang akan
dilakukan, mintalah tanda tangan pasien atau orang tua/wali pasien.
F. PELAKSANAAN FISSURE SEALING
Langkah selanjutnya yaitu melakukan perawatan penutupan pit dan fisura gigi
memakai bahan GIC. Untuk mengingatkan kembali seperti yang sudah Anda pelajari di
mata kuliah Preventive Dentistry, maka ikuti prosedur di bawah ini.
1. Persiapan:
a. Lakukan pemolesan pada permukaan oklusal gigi memakai bristle brush dan
pumis dengan contra angle handpiece untuk menghilangkan plak.
b. Lakukan pembilasan memakai air bersih.
c. Lakukan isolasi gigi memakai cotton roll atau rubber dam.
2. Pengolesan dentin conditioner:
a. Selanjutnya keringkan permukaan gigi selama 20 – 30 detik dengan udara kering.
b. Langkah berikutnya oleskan dentin conditioner pada permukaan oklusal dan
ditunggu selama 20 detik, atau bila tidak ada dentin conditioner dapat dipakai :
1 tetes liquid + tetes air dibasahi pada cotton pellet dan dioleskan pada kavita yang
sudah disiapkan selama 10 – 15 detik.
c. Sesudah pengolesan dengan dentin conditioner maka kavita harus dibilas dengan
air selama 60 detik, selanjutnya dikeringkan dengan udara kering selama 20 – 30
detik.
3. Pengadukan
a. Satu sendok bubuk diletakkan pada papper pad, lalu dibagi menjadi dua bagian
yang sama, kemudian letakkan satu tetes liquid disebelah bubuk ini .
b. Botol cairan dipegang sebentar dalam keadaan horizontal untuk mengeluarkan
udara dari bagian ujungnya dan kemudian dalam posisi vertikal dikeluarkan satu
tetes cairan pada papper pad. Bila perlu botol ditekan sedikit, tapi cairan jangan
tertekan keluar.
c. Mula-mula cairan disebarkan dengan spatula pada suatu permukaan sebesar 1,5
cm2. Pengadukan dimulai dengan mencampur setengah dari bubuk dengan cairan
yang memakai spatula.
d. Bubuk dicampur dengan gerakan menggulung, sehingga partikel-partikel bubuk
secara perlahan-lahan terbasahi tanpa tersebar.
e. Jika seluruh bubuk telah basah, bagian kedua dicampur dalam adukan ini
sesudah itu diaduk kuat sambil menjaga agar adukannya tetap berupa satu
kesatuan massa.
f. Pengadukan harus selesai 20 – 30 detik, hasil adukan yang baik harus seperti pasta
cair.
4. Aplikasi bahan Fissure Sealant :
a. Aplikasikan bahan sealant ke dalam pit dan fisur memakai Plastis Filling
Instrument atau sonde
b. Buang bahan yang berlebih
c. Segera aplikaskan bahan Varnish dan tunggu selama 6 menit
d. Periksa gigitan dengan Articulating Paper
e. Poles memakai batu poles arkansas
G. PEMBERIAN INSTRUKSI sesudah FISSURE SEALING
sesudah selesai fissure sealing, maka langkah selanjutnya yaitu memberikan instruksi
sebagai berikut:
1. Dianjurkan pasien agar tidak makan selama kurang lebih satu jam agar sealant mengeras
dengan sempurna
2. sesudah satu jam boleh makan, tetapi untuk hari ini mengunyah memakai sisi
rahang yang tidak diberi fissure sealant
3. Hari-hari selanjutnya disarankan untuk mengunyah memakai kedua sisi rahang
agar peredaran darah lancar, gigi terbersihkan secara alami karena pengunyahan, dan
gigi geligi menjadi lebih sehat.
Ringkasan
Tindakan fissure sealing atau fissure sealant memakai bahan GIC (glass ionomere
cement) pada pasien pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien dilakukan pada
pasien dengan permukaan gigi yang memiliki pit dan fisura yang dalam. Bahan yang dipakai
yaitu Glass Ionomere Cement dengan merk GC Fuji VII. Agar prosedur fissure sealing dapat
berjalan dengan lancar, maka penting untuk memperhatikan indikasi; pemilihan alat dan
bahan penambalan; posisi pasien dan operator; pemberian komunikasi terapeutik,
persetujuan tindakan medis; pelaksanaan persiapan, pengolesan dentin conditioner,
pengadukan bahan sealant, dan aplikasi bahan sealant; serta pemberian instruksi sesudah
fissure sealing.
Bab 9
TINDAKAN APLIKASI FLUOR DAN
APLIKASI CASEIN PHOSPHEPTIDE-
AMORPHOUS CALSIUM PHOSPHATE
(CPP-ACP) PADA PELAYANAN ASUHAN
KESEHATAN GIGI DAN MULUT
pasien
indakan pencegahan di kedokteran gigi harus didukung oleh pemeliharaan kebersihan
mulut, karena bila tidak diperhatikan akan memicu plak yang dapat
memicu penyakit gigi dan mulut. Akumulasi plak dapat dikendalikan dengan
tindakan mekanis yaitu menyikat gigi dan kontrol plak secara kimia, salah satunya yaitu
aplikasi topikal bahan yang dapat mencegah perlekatan bakteri pada permukaan gigi.
Fluor telah dipakai secara luas untuk mencegah karies. pemakaian fluor dapat
dilakukan dengan fluoridasi air minum, pasta gigi dan obat kumur mengandung fluor,
pemberian tablet fluor, topikal varnish. Tujuan pemakaian fluor dalam bidang kedokteran
gigi yaitu untuk melindungi gigi dari karies. Fluor bekerja dengan cara menghambat
metabolisme bakteri plak yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksi
apatit pada enamel menjadi fluor apatit. Reaksi kimia: Ca10(PO4)6.(OH)2 + F → Ca10(PO4)6.(OHF)
menghasilkan enamel yang lebih tahan terhadap asam, sehingga dapat menghambat proses
demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi yang merangsang perbaikan dan
penghentian lesi karies.
Penelitian terus berlanjut hingga pada saat ini salah satu metode pencegahan karies
yang marak di warga sekarang yaitu dengan mengkonsumsi produk yang mengandung
bahan bebas karies. Saat ini telah beredar secara luas dan komersil berbagai pasta gigi, aplikasi
topikal, serta permen karet yang mengandung agent untuk mencegah terjadinya karies. Dan
yang paling menarik perhatian saat ini yaitu agent yang mengadung casein phosphopeptide
– amorphous calcium phosphate.
CPP-ACP merupakan singkatan dari Casein Phosphopeptide-Amorphous Calcium
Phosphate atau yang lebih dikenal dengan kompleks fosfopeptida kasein dan kalsium fosfat
amorf. Konsep dari CPP-ACP sebagai agen remineralisasi pertama kali diungkapkan pada
tahun 1998. Beberapa studi telah membuktikan bahwa CPP-ACP merupakan suatu bahan yang
dapat menghambat aktivitas kariogenik sesudah dilakukan penelitian di laboratorium, pada
hewan maupun manusia dalam percobaan secara in situ. Oleh karena itu CPP-ACP ini telah
diperkenalkan sebagai salah satu bahan dalam bidang kedokteran gigi yang berasal dari
produk derivat kasein dan juga merupakan alat baru untuk melawan penyakit karies.7,9
Fosfopeptida kasein (CPP) yaitu kelompok peptida yang berasal dari kasein, bagian dari
protein yang terjadi secara alami dalam susu. Susu yaitu makanan protein yang sangat baik
dalam menyediakan asam amino esensial dan nitrogen organik untuk manusia dan hewan dari
segala usia. Susu juga mengandung faktor yang memiliki sifat antikariogenik : kalsium, fosfat,
kasein, dan lipid. Produk susu mulai diakui di akhir 1950-an sebagai kelompok makanan yang
efektif dalam mencegah karies gigi.
Dalam BAB ini Saudara mahasiswa sebagai perawat gigi diharapkan mampu
melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai perawat gigi dalam memberikan pelayanan
asuhan sebagai tindakan pencegahan dari terjadinya penyakit gigi dan mulut pada
klien/pasien dan dapat memakai bahan-bahan kimia pencegahan karies sesuai dengan
jumlah yang telah ditentukan sehingga tidak memicu efek negatif pada gigi.
sesudah mempelajari BAB IX ini, anda diharapkan mampu:
1. Melakukan tindakan aplikasi fluor untuk mencegah terjadinya karies gigi.
2. Melakukan tindakan pencegahan terhadap karies dan mengembalikan mineral email
pasien dengan mengaplikasikan bahan CPP-ACP.
Aplikasi Fluor
A. BAHAN FLUOR
Fluor yaitu mineral alamiah yang ada di semua sumber air termasuk laut. Fluor
tidak pernah ditemukan dalam bentuk bebas di alam. Ia bergabung dengan unsur lain
membentuk senyawa fluoride. Fluor (F) merupakan salah satu unsur yang melimpah pada
kerak bumi. Unsur ini ditemukan dalam bentuk ion Fluoride (F). Fluor yang berikatan dengan
kation monovalen, misalnya NaF, AgF, dan KF bersifat mudah larut, Sedang fluor yang
berikatan dengan kation divalen, misalnya CaF2 dan PbF2, bersifat tidak larut dalam air.
Fluor penting untuk kesehatan gigi terutama pada anak-anak, karena jumlah asupan
(intake) yang tepat dapat mendukung pembentukan enamel gigi yang lebih tahan terhadap
kerusakan akibat asam-asam yang dihasilkan mulut. Fluor juga menghambat metabolisme
pembentukan asam dari bakteri penyebab terjadinya karies (Streptococcus mutans).
Fluoride dapat mencegah dan mengontrol karies gigi dengan aman dan efektif bila
pemakaian ya diberikan secara tepat. Peranan fluoride dalam pencegahan karies gigi ini
sudah dikenal sejak lebih dari 60 tahun yang lalu. Aplikasi fluoride secara umum dapat berupa
fluoridasi air minum, tablet dan tetes fluor, penambahan pada susu, garam dan bahan
makanan lain serta pemakaian fluor pada pasta gigi dan obat kumur.
B. PERANAN FLUOR PADA GIGI
Tubuh kita sangat membutuhkan senyawa gula untuk menjaga stamina dan energi
didalam tubuh. Mayoritas pasien jika ingin menjaga stamina tubuh akan mengkonsumsi susu
serta berbagai jenis minuman berkarbonasi dan makanan yang mengadung karbohidrat manis
yang identik dengan kariogenik. Dimana jenis minuman atau makanan seperti ini akan
mempengaruhi pH pada mulut dalam suasana asam . Fluor berperan dalam pembentukan
email gigi dan membuat struktur gigi lebih kuat sehingga gigi lebih tahan terhadap pengikisan
oleh asam. Asam dibentuk ketika bakteri di dalam plak memecah gula dan karbohidrat yang
berasal dari makanan. Serangan asam yang berulang akan merusak gigi sehingga
memicu terjadinya karies. Di sini fluor berperan mengurangi kemampuan bakteri untuk
membentuk asam. Fluor juga berfungsi merangsang pembentukkan mineral kembali yang
akan menghentikan proses terjadinya karies.
Gigi terdiri dari email dan dentin. Dentin merupakan lapisan bawah email, sehingga
struktur email sangat menentukan terhadap proses terjadinya karies. Struktur email gigi
terdiri dari susunan kimia kompleks dengan gugus kristal penting yaitu hidroksi apatit, dengan
rumus kimia Ca10(PO4)6(OH)2. Permukaan email ini lebih banyak mengandung mineral dan
bahan-bahan organik dengan air yang relatif lebih sedikit. Mineralisasi email tidak hanya
melalui pulpa dan dentin saja, tetapi ion-ion dari saliva secara tetap melalui penyerapan
mineral langsung ke permukaan gigi. Ion kimia penting yang diharapkan banyak diikat oleh
hidroksi apatit pada email gigi yaitu ion fluor, dengan adanya penambahan fluor, hidroksi
apatit akan berubah menjadi fluoroapatit. Fluoroapatit ini lebih tahan terhadap asam sehingga
gigi akan lebih tahan terhadap proses demineralisasi.
C. SIFAT FLUOR
Senyawa yang banyak mendapat perhatian antara lain Neutral Sodium Fluoride (NaF),
Acidulated Sodium Fluoride Phosphate, Stannous Fluoride (SnF2). Acidulated Sodium Fluoride
Phosphate dan SnF secara konsisten memberikan daya perlindungan lebih besar terhadap
karies dibandingkan Neutral Sodium Fluoride. Acidulated solution dari NaF dan SnF2 lebih
efektif daripada larutan netralnya. Dari hasil penelitian menunjukkan adanya reduksi karies
sebesar 70% (untuh OH baik) dan reduksi karies sebesar 36% (untuk OH jelek) pad apemberian
1,23% NaF dan 0,1 M Asam Fosfat dengan 1x pemberian / tahun. Rata – rata terjadi 30-45%
reduksi karies sekunder sesudah perawatan topikal aplikasi fluor.
D. MANFAAT FLUOR
1. Pra Erupsi Gigi
a. Selama pembentukan gigi, fluor melindungi email dari pengurangan sejumlah
matriks yang dibentuk.
b. Pembentukan email yang lebih baik dengankristal yang lebih resisten terhadap
asam.
c. Pemberian yang optimal, kristal yang besar, kandungan karbonat lebih rendah
kelarutan terhadap asam berkurang.
d. Pengurangan jumlah dan ukuran daerah yang memicu akumulasi makanan
dan plak.
2. Pasca Erupsi
a. Fluorapatit menurunkan kelarutan email dalam asam.
b. Fluorapatit lebih padat dan membentuk kristal sehingga daerah permukaan yang
bereaksi dengan asam lebih sedikit.
c. Pembentukan kalsium fluorida pada permukaan kristal.
d. Fluoride menggantikan ion karbonat dalam struktur apatit.
e. Meningkatkan remineralisasi dalam saliva, sehingga merangsang perbaikan dan
menghentikan lesi karies awal.
f. Flouride menghambat benyak enzim yang terlibat dalam pembentukan asam.
g. Mencegah demineralisasi
h. Memiliki sifat antibakteri
E. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI pemakaian FLUOR
Menurut Donley (2003):
a. Indikasi:
1) Pasien anak dibawah umur 5 tahun yang memiliki resiko karies sedang
sampai tinggi.
2) Gigi dengan permukaan akar terbuka.
3) Gigi yang sensitif.
4) Anak-anak dengan kelainan motorik, sehingga sulit untuk membersihkan
gigi.
5) Pasien yang sedang dalam perawatan orthodontik.
b. Kontra Indikasi:
1) Pasien anak dengan resiko karies rendah.
2) Pasien yang tinggal di kawasan dengan air minum mengandung fluor.
3) Ada kavitas besar yang terbuka.
F. pemakaian FLUOR DALAM KEDOKTERAN GIGI
1. Pemberian Fluor Secara Sistemik
Fluoride sistemik yaitu fluor yang diperoleh tubuh melalui pencernaan dan ikut
membentuk struktur gigi. fluoride sistemik juga memberikan perlindungan topikal karena
fluoride ada di dalam saliva yang terus membasahi gigi. fluoride sistemik meliputi fluoridasi air
minum dan melalui pemberian makanan tambahan fluoride yang berbentuk tablet, tetes atau
tablet isap. Namun, para ahli sudah mengembangkan berbagai metode pemakaian fluor yang
dibedakan menjadi metode perorangan dan kolektif.
ada tiga cara pemberian fluor secara sistemik, yaitu:
a. Fluoridasi air minum
Telah dibuktikan, bila dalam air minum yang dikonsumsi oleh suatu daerah, atau
kota tertentu dibubuhi zat kimia fluor maka penduduk ini akan terlindung dari karies
gigi. Pemberian fluor dalam air minum ini jumlahnya bervariasi antara 1-1,2 ppm (part per
million). Selain dapat mencegah karies, fluor juga memiliki efek samping yang negatif yaitu
dengan adanya apa yang disebut ‘mottled enamel’. Pada mottled enamel, permukaan gigi
nampak kelihatan berbintik-bintik kecoklatan dan bila fluor yang masuk dalam tubuh terlalu
banyak, dapat memicu keracunan. Menurut penelitian Murray and Rugg-gun cit. Linanof
dalam Angela (2005), bahwa konsentrasi optimum fluoride yang dianjurkan dalam air minum
yaitu 0,7–1,2 ppm.
b. Pemberian Fluor Melalui Makanan
Terkadang makanan yang kita makan sudah mengandung fluor yang cukup tinggi, hingga
dengan makanan ini kebutuhan akan kadar fluor untuk tubuh sudah terpenuhi.
Makanan tambahan fluoride hanya dianjurkan untuk mereka (terutama anak-anak) yang
tinggal di daerah yang sumber airnya rendah fluor atau tidak difluoridasi. Fluoride dapat
berbahaya jika dikonsumsi secara berlebihan. bila pemakaian fluoride tidak terkontrol dan
tidak disiplin, maka tidak akan mencapai sasaran dan dapat memicu kerusakan gigi.
Contohnya yaitu fluorosis.
c. Pemberian fluor dalam bentuk obat-obatan
Pemberian fluor dapat juga dilakukan dengan tablet, baik itu dikombinasikan dengan
vitamin-vitamin lain maupun dengan tablet tersendiri. Pemberian tablet fluor disarankan pada
anak yang berisiko karies tinggi dengan air minum yang tidak memiliki konsentrasi fluor
yang optimal (2,2 mg NaF, yang akan menghasilkan fluor sebesar 1 mg per hari). Tablet fluor
dapat diberikan sejak bayi berumur 2 minggu hingga anak 16 tahun. Umur 2 minggu sampai 2
tahun biasanya diberikan dosis 0,25 mg, 2-3 tahun diberikan 0,5 mg, dan 3-16 tahun sebanyak
1 mg.
d. Garam Berfluor
Garam terbukti sebagai media penambahan iod pada diet, sehingga dapat pula dipakai
sebagai pembawa fluor. Disarankan untuk menambahkan 200-300 mg fluor pada 1 kg garam.
e. Penambahan pada susu
Satu miligram fluor dalam bentuk sodium fluorida ditambahkan pada setengah pint susu
per hari (1 pint = 0,568 liter). Hasil penelitian menunjukkan terjadi reduksi karies 80%. Hasil
penelitian lain menunjukkan bahwa pemberian fluor pada susu sama efektifnya dengan
fluoridasi air minum dalam hal mereduksi karies.
Efek pemberian Fluor Secara Sistemik
Pada tahap perkembangan dan maturasi gigi, fluor diendapkan dalam email melalui jalan
sistemik. Ion fluor akan bergabung dengan body kristal email. Fluor yang diberikan secara
sistemik konsentrasinya rendah, yaitu sekitar 1 ppm, sehingga terjadi reaksi kimia yang berupa
substitusi ion hidroksil dan hidroksiapatit (Ca10(PO4)6(OH)2) yang bersifat lebih stabil dan tidak
mudah larut oleh asam.
2. pemakaian Fluor secara Lokal
Pemberian fluor secara lokal dilakukan antara lain dengan menggosok gigi memakai
pasta gigi yang mengandung fluor, kumur-kumur larutan fluor, pemakaian gel berfluor serta
topikal aplikasi fluor oleh tanaga profesional.
pemakaian fluor secara topikal untuk gigi yang sudah erupsi, dilakukan dengan
beberapa cara:
a. Pasta Gigi Fluor
Penyikatan dua kali sehari dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor
terbukti dapat menurunkan karies (Angela, 2005). Pemakaian pada anak pra sekolah harus
diawasi karena pada umumnya mereka belum mampu berkumur dengan baiksehingga
sebagian pasta giginya bisa tertelan. Kebanyakan pasta gigi yang kini ada di pasaran
mengandung kira-kira 1 mg F/ gram. Satu gram setara dengan 12 mm pasta gigi pada sikat
gigi.
b. Obat kumur dengan Fluor
Obat kumur yang mengandung fluor dapat menurunkan karies sebanyak 20-50%.
pemakaian obat kumur fluor disarankan untuk anak yang berisiko karies tinggi atau selama
terjadi kenaikan karies. Berkumur dengan fluor diindikasikan untuk anak yang berumur di atas
6 tahun karena telah mampu berkumur dengan baik dan orang dewasa yang mudah terserang
karies, serta pasien yang memakai kawat orthodontik.
c. Topikal Aplikasi Fluor
pemakaian fluor sebagai bahan topikal aplikasi telah dilakukan sejak lama dan telah
terbukti menghambat pembentukan asam dan pertumbuhan mikroorganisme sehingga
menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam mempertahankan permukaan gigi dari
proses karies.
Topikal aplikasi fluor yaitu , tindakan pengolesan langsung bahan fluor pada email.
sesudah gigi dioleskan fluor lalu dibiarkan kering selama 5 menit, dan selama 1 jam tidak boleh
makan, minum atau berkumur.
Menurut Angela, (2005) tujuan pemakaian fluor yaitu untuk melindungi gigi dari
karies, fluor bekerja dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak yang dapat
memfermentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor
apatit yang lebih stabil dan lebih tahan terhadap pelarutan asam. Reaksi
Ca10(PO4)6(OH)2+F→ Ca10(PO4)6(OHF) menghasilkan enamel yang lebih tahan asam
sehingga dapat menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi.
Dimana remineralisasi merupakan proses perbaikan kristal hidroksiapatit dengan cara
penempatan mineral anorganik pada permukaan gigi yang telah kehilangan mineral ini .
Demineralisasi yaitu proses pelarutan kristal hidroksiapatit email gigi, yang terutama
disusun oleh mineral anorganik yaitu kalsium dan fosfat, karena penurunan pH plak sampai
mencapai pH kritis (pH 5) oleh bakteri yang menghasilkan asam...
pemakaian fluor sebagai bahan topikal aplikasi telah dilakukan sejak lama dan telah
terbukti menghambat pembentukan asam dan pertumbuhan mikroorganisme sehingga
menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam mempertahankan permukaan gigi dari
proses karies.
Ada tiga bahan yang biasa dipakai untuk topikal aplikasi fluor, yaitu:
1) Sodium Fluoride (Na F)
Ada dua prosedur/teknik topikal aplikasi dengan memakai bahan sodium fluoride
sebagaimana dikemukakan oleh Knutson dan Bibby.
Teknik Knuston
a) Bersihkan seluruh permukaan gigi secara teliti dengan memakai pasta
prophylaxis standard (misal: Pumice). Untuk permukaan licin gunakan rubber cup,
Sedang untuk permukaan oklusal dipakai pointed brush.
b) Isolasi gigi dengan cotton roll
c) Keringkan dengan seksama
d) Aplikasikan larutan sodium fluoride 2% dan biarkan selama 3 menit agar kering.
Tiap perawatan memerlukan 4 kali aplikasi dengan interval 1 minggu. Prohylaxis
tidak dilakukan pada kunjungan kedua, ketiga dan keempat.
Teknik Bibby
a) Tahap a sampai dengan c sama dengan teknik Knutson.
b) Dilakukan topikal aplikasi dengan larutan sodium fluoride 0,1%; gigi dijaga tetap
basah dengan larutan selama 7-8 menit.
Perawatan dilakukan 3 kali dalam setahun.
Keberhasilan Perawatan
a) Topikal aplikasi dengan Sodium Fluoride efektif untuk anak yang tinggal di daerah
rendah fluor, yaitu terjadi reduksi karies 30-40%. Pada daerah dengan kandungan
fluor optimum dan orang dewasa, manfaatnya hanya sedikit.
b) Konsentrasi sodium fluoride untuk topikal aplikasi yang disetujui oleh Food and
Drug Administration (FDA)/American Dental Association (ADA) yaitu 2% dalam
bentuk gel atau pun solution (larutan).
c) Keuntungan sodium fluoride yaitu pH netral, rasa lebih dapat diterima, tidak ada
pengaruh yang merugikan pada bahan restorasi, larutan bersifat stabil.
2) Stannous Fluorida (SnF2)
Konsentrasi yang disetujui oleh FDA/ADA untuk topikal aplikasi yaitu 8% SnF2 dalam
bentuk larutan (solution).
SnF2 dapat diaplikasikan pada permukaan gigi dalam bentuk larutan, sebagai komponen
pasta prophylaxis atau pun komponen pasta gigi. Meskipun tiap bentuk komponen SnF2
efektif untuk mereduksi karies, tetapi manfaat optimum dicapai jika tiga bentuk
komponen ini dipakai bersama-sama.
Prosedur perawatan dengan memakai tiga bentuk SnF2 ini dikenal dengan istilah
“multiple stannous fluoride theraphy”, menurut Dudding dan Muhier, (tahun) tekniknya
yaitu sebagai berikut:
a) Bersihkan seluruh permukaan gigi secara teliti dengan memakai pasta
prophylaxis yang mengandung SnF2
b) Isolasi gigi dengan cotton roll.
c) Keringkan gigi dengan seksama
d) Aplikasikan larutan SnF2 10% pada permukaan gigi dan jaga tetap basah dengan
larutan selama 4 menit. Larutan harus baru untuk tiap pasien.
e) Pasien melanjutkan prosedur ini di atas secara rutin memakai pasta gigi
yang mengandung SnF2.
f) Insruksi: pasien jangan makan dan minum selama 30 menit sesudah perawatan.
g) Frekuensi perawatan bervariasi, tergantung pada kebutuhan pasien al, biasanya
untuk anak-anak setiap 6 bulan dan orang dewasa setiap 1 tahun.
Keuntungan SnF2 :
Tidak memicu pengetsaan pada restorasi porcelain.
Kerugian SnF2
a) Rasa tidak enak
b) memicu pigmentasi pada lesi karies awal
c) Mengiritasi gingiva
d) memicu stainning pada restorasi silicat.
e) Berbahaya jika tertelan dalam jumlah be