Selasa, 27 Februari 2024

kesadaran

 


Kesadaran telah menjadi satu topik

terpenting kajian psikologi dan ilmu

pengetahuan lain dewasa ini.

Penelusuran dokumen lewat Proquest

dengan mengetik kata consciousness akan

menghasilkan 11.435 artikel, sedangkan

lewat EBSCO  dengan prosedur yang

sama menghasilkan 14.094 artikel. Tidak

salah jika Zeman (2001) menggambarkan

minat terhadap kesadaran sebagai air

pasang yang sedang naik dibarengi

dengan gelombang publikasi, jurnal baru

serta pertemuan ilmiah bertopik

kesadaran. Topik kesadaran menurutnya

telah menjadi satu

tantangan intelektual lintas disiplin

mulai dari neurosains, psikologi sampai

filsafat. 

menganalogikan diterimanya kesadaran

sebagai konstruk psikologi yang sah

seperti peristiwa renaissance. Hal ini

disebabkan riset mengenai hakekat,

struktur dasar serta proses kesadaran

pada saat ini telah menjadi satu topik

hangat  bagi psikologi teoretis dan

eksperimen, neuropsikologi klinis dan

eksperimen, neurosains, ilmu-ilmu

kognitif serta filsafat ,menyatakan

lebih tepat kalau kesadaran bukannya

telah pulang kembali ke psikologi

melainkan psikologi telah mendapatkan

kembali kesadaran, sebab mengakui

kesadaran qua pengalaman sebagai

bidang kajian penelitian psikologi berarti

menemukan kembali apa yang

dipandang oleh Wilhelm Wundt dan

William James  sebagai fenomena pokok

psikologi.

 bahwa kesadaran telah

terlepas  dari arus utama psikologi di

abad 20, meskipun psikologi modern

bermula dari kajian introspektif

mengenai kesadaran pada akhir abad 19.

Selanjutnya kesadaran juga bukan

menjadi pusat perhatian psikologi

khususnya ketika psikoanalisa dan

behaviorisme di negara Barat serta

aliran Pavlov di Eropa Timur

mendominasi psikologi. Kesadaran baru

kembali memperoleh perhatian para

peneliti akademis di tahun tujuhpuluhan

saat budaya Barat secara tiba-tiba

mengembangkan minat pada budaya

Timur, diantaranya  minat pada kondisi

khusus kesadaran yang ditimbulkan oleh

praktek-praktek psikologis seperti

meditasi, keadaan tak sadarkan diri

(trances) serta pengaruh obat perangsang

psikologis ,

Meningkatnya minat ilmu lain terhadap

gejala mental dan kesadaran

dilatarbelakangi oleh empat

perkembangan ilmu pengetahuan

yaitu : (1)

munculnya ilmu pengetahuan kognitif

sebagai kajian lintas disiplin mengenai

pemrosesan informasi, inteligensi

artifisial, dan model komputasional

fungsi mental, (2) perkembangan pesat

metodologi neurosains dalam

mempelajari sistem syaraf yang

berkorelasi dengan perubahan kondisi

mental, misalnya tehnik pencitraan otak,

(3) perkembangan metodologi psikologi

untuk mempelajari laporan-diri verbal

dan gerakan ekspresif sebagai faktor

yang berkorelasi dengan variasi

perubahan mental, dan (4) kemajuan

neuropsikologi klinis berkaitan dengan

asesmen variasi patologis  dalam kondisi

mental, serta dalam kondisi sadar versus

koma.

Beberapa Pengertian Kesadaran

Kesadaran memang telah menjadi

satu konsep yang sering digunakan

psikologi, namun kesadaran merupakan

konsep yang membingungkan dalam

ilmu pengetahuan mengenai pikiran

(Chalmers, 1995a). Salah satu

penyebabnya adalah karena pengertian

kesadaran sangat bervariasi sehingga

tidak ada satu pengertian umum yang

dapat diterima semua pihak ,menguraikan bahwa kata

consciousness berasal dari bahasa Latin

conscio yang dibentuk dari kata cum yang

berarti with (dengan) dan scio yang berarti

know (tahu). Kata menyadari sesuatu (to

be conscious of something) dalam bahasa

Latin pengertian aslinya adalah

membagi pengetahuan tentang sesuatu

itu dengan orang lain atau diri sendiri.

Kata conscious (sadar) dan consciousness

(kesadaran) pertama kali muncul dalam

bahasa Inggris awal abad 17 , lebih

menyukai pendekatan akal sehat atau

bagaimana orang awam menggunakan

kata kesadaran sebagaimana tercantum

dalam Oxford English Dictionary (OED).

Ada enam arti kesadaran yang

dilengkapi dengan referensinya menurut

OED yakni (a) pengetahuan bersama (b)

pengetahuan atau keyakinan internal (c)

keadaan mental yang sedang menyadari

sesuatu (awareness), (d) mengenali

tindakan atau perasaan sendiri (direct

awareness), (e) kesatuan pribadi yaitu

totalitas impresi, pikiran, perasaan yang

membentuk perasaan sadar dan (f )

keadaan bangun/terjaga secara normal.

menjelaskan ada

dua rumusan kesadaran, yaitu  (a) aspek

fungsional kesadaran, dalam pengertian

perhatian dan awareness serta (b) aspek

fenomenologis kesadaran, dalam

pengertian kesadaran-diri (self-awareness

dan self-consciousness) yang

menggambarkan kesadaran internal

terhadap pengalaman sadar  diri

seseorang. 

membedakan tiga rumusan kesadaran,

yakni  (a) kesadaran (C1) menunjukkan

kemampuan seseorang menyadari

pengalaman subjektifnya, kemampuan

seseorang mempersepsi variasi-variasi

keadaan mental (kesadaran dalam

pengertian yang sempit), (b) kesadaran

(C2)  menunjukkan  akses yang dipakai

oleh sistem kesadaran untuk menuju ke

bagian-bagiannya atau ke proses

mentalnya sendiri (kesadaran dalam

pengertian awareness) dan (3) kesadaran

(C3) menunjuk pada suatu wujud nonfisik

(immaterial mind  dari Descartes).

menjelaskan tiga arti

pokok kesadaran, yaitu (a) kesadaran

sebagai kondisi bangun/terjaga.

Kesadaran secara umum disamakan

dengan kondisi bangun serta implikasi

keadaan bangun. Implikasi keadaan

bangun akan meliputi kemampuan

mempersepsi, berinteraksi, serta

berkomunikasi dengan lingkungan

maupun dengan orang lain secara

terpadu.Pengertian ini menggambarkan

kesadaran bersifat tingkatan yaitu dari

kondisi bangun, tidur sampai koma, (b)

kesadaran sebagai pengalaman.

Pengertian kedua ini menyamakan

kesadaran dengan isi pengalaman dari

waktu ke waktu: seperti apa rasanya

menjadi seorang tertentu sekarang.

Kesadaran ini menekankan dimensi

kualitatif dan subjektif pengalaman,

serta (c) kesadaran sebagai pikiran (mind).

Kesadaran digambarkan sebagai

keadaan mental yang berisi dengan hal-

hal proposisional, seperti misalnya

keyakinan, harapan, kekhawatiran, dan

keinginan.

menggolongkan permasalahan

kesadaran menjadi dua, yaitu

permasalahan mudah (easy problems) dan

permasalahan sukar (hard problem).

Permasalahan mudah kesadaran

berkaitan dengan  masalah yang secara

langsung dapat dipecahkan oleh metode

baku ilmu pengetahuan kognitif.

Permasalahan kesadaran yang tergolong

mudah itu antara lain adalah   (a)

bagaimana seseorang melakukan

pembedaan stimulus sensoris dan

bereaksi secara tepat terhadap stimulus

tersebut, (b) bagaimana otak

memadukan informasi yang berasal dari

berbagai sumber berbeda dan kemudian

menggunakan informasi tersebut untuk

mengendalikan perilaku, (c) bagaimana

seseorang mampu melaporkan kondisi

internalnya sendiri, (d) bagaimana

kemampuan satu sistem untuk

mengakses kondisi internalnya sendiri,

(e) bagaimana soal pemusatan perhatian,

(g) bagaimana membedakan antara

kondisi bangun dengan tidur. Gejala-

gejala kesadaran semacam itu dapat

dijelaskan oleh mekanisme

komputasional dan neural.  Meskipun

gejala kesadaran diatas bukan masalah

sepele, kemajuan psikologi kognitif dan

Sekilas Tentang Kesadaran (Consciousness)

neurosains diharapkan dapat

memberikan jawaban terhadap

permasalahan tersebut 

Permasalahan kesadaran yang

sukar (the hard problem) menyangkut

permasalahan pengalaman. Chalmers

(1995b) menggambarkan kesadaran

sebagai berikut. Otak manusia secara

relatif dapat dipahami dari sisi objektif.

Misalnya, ketika kita membaca tulisan

pada halaman ini maka akan terjadi

pemrosesan informasi: photon mengenai

retina, sinyal listrik mengalir ke syaraf

optik dan ke beberapa bagian otak.

Sesudah selesai membaca kita mungkin

akan tersenyum, mengerinyitkan dahi

tanda bingung atau melontarkan

komentar. Akan tetapi disamping hal-hal

objektif tersebut terdapat juga aspek

subjektif. Pada saat kita membaca

halaman ini maka kita menyadari bahwa

kita sedang membaca halaman ini, secara

langsung kita mengalami gambaran-

gambaran dan kata-kata sebagai bagian

dari kehidupan mental pribadi. Chalmers

(1995b) memberikan contoh lain yaitu,

kita mempunyai kesan yang hidup

terhadap bunga-bunga berwarna

maupun langit yang cemerlang; ketika

kita menghirup bau yang sama, mungkin

sejumlah gambaran akan muncul dalam

pikiran kita dan sejumlah emosi akan

kita rasakan. Pengalaman-pengalaman

tersebut secara bersama membentuk

kesadaran, the subjective, inner life of the

mind.

Permasalahan sukar kesadaran

mempertanyakan bagaimana proses-

proses fisik yang terjadi didalam otak

menimbulkan pengalaman subjektif ?

(How physical processes in the brain give rise to

subjective experience?) Misalnya, mengapa pada saat

otak kita memproses cahaya dengan

panjang gelombang tertentu, maka kita

akan mengalami warna ungu yang

dalam? Mengapa kita memiliki

pengalaman seperti itu? Kesadaran

subjektif ini menyangkut persoalan

“Bagaimana rasanya menjadi sesuatu

atau bagaimana rasanya mengalami

sesuatu (what it is like to be or to experience

something)?”

Permasalahan ini pernah dilontarkan

oleh Thomas Nagel pada tahun 1974

dengan bertanya “Bagaimana rasanya

sebagai seekor kelelawar? (What is it like

to be a bat?)” (Blackmore, 2001). Tidak

dapat dipungkiri bahwa kesadaran

berasal dari otak atau bahwa

pengalaman subjektif muncul dari

sebuah proses fisik, namun  kita tidak

tahu bagaimana dan mengapa kesadaran

subjektif muncul dari proses otak

sehingga pertanyaan inilah yang perlu

dijawab oleh teori kesadaran 

Seorang ahli lain 

malah mengemukakan ada

permasalahan kesadaran yang lebih

sukar lagi (the harder problem), yaitu

mengapa mahkluk yang secara fisik

berbeda mempunyai tumpang-tindih/

overlap secara fenomenologis dalam satu

cara tertentu daripada dalam cara yang

lain?.  Sejumlah ahli mengemukakan

gagasan yang didukung bukti

neurobiologis bahwa pengalaman

subjektif mungkin dimiliki juga oleh

hewan 

Beberapa Teori Kesadaran

Sejumlah teori dari berbagai bidang

berusaha menjelaskan hakekat

kesadaran, 

kesadaran secara psikologis dengan

mempopulerkan analisis kontrastif

untuk membandingkan kesadaran

dengan ketidaksadaran. Kesadaran itu

bersifat lambat sebab terkait dengan

keterbatasan kapasitas baik dalam

memori, perhatian selektif maupun

sistem serial. Sedangkan ketaksadaran

bersifat cepat dan paralel. Hal ini

merupakan teka-teki sebab kesadaran

dan ketaksadaran keduanya merupakan

aspek otak. Menurut Baars teka-teki

tersebut dapat dijawab dengan

menyatakan bahwa kesadaran

merupakan pintu gerbang kedalam

sumber pengetahuan yang tidak

disadari , Kesadaran

dianalogikan sebagai tombol perintah

Global Search pada sebuah komputer

sebab dengan menekan tombol itu maka

dokumen apapun dapat ditemukan.

Analoginya, kesadaran mempunyai

kemampuan untuk menciptakan akses

global dalam otak. Baars menggunakan

teater sebagai metapora untuk

membuktikan bahwa kesadaran

berfungsi menciptakan akses global.

Sebuah teater menggabungkan antara

sedikit peristiwa yang terjadi di

panggung dengan banyak sekali

penonton; begitu juga kesadaran akan

mencakup sedikit informasi yang

menciptakan akses kedalam banyak

sumber pengetahuan tak sadar.

Kesadaran merupakan organ publisitas

otak: kesadaran merupakan fasilitas

untuk mengakses, menyebarluaskan dan

saling menukarkan informasi serta

melakukan koordinasi dan kontrol secara

global ,

menggambarkan metafora teater sebagai

berikut. Sebuah teater terdiri dari

panggung, operator konteks dibelakang

layar (sutradara, penata lampu, konteks

lokal), pemain (aktor/aktris), lampu

sorot, serta penonton. Panggung teater

adalah panggung memori-kerja. Para

aktor adalah isi dari pengalaman sadar

(pikiran, images, sensasi).  Lampu sorot

adalah lampu perhatian yang menyorot

panggung memori-kerja.  Set dibelakang

layar adalah konteks ketidaksadaran

yang mempengaruhi kesadaran

(misalnya, perhatian selektif dan  sistem

perseptual  bersifat spontan dan tak

sadar). Sementara itu penonton adalah

memori jangka-panjang atau sistem

produksi atau pengetahuan khusus yang

bersifat tidak disadari. 

menggambarkan kesadaran sebagai

berikut. Panggung menerima informasi

sensoris dan abstrak, namun hanya

kejadian yang tersorot lampu sorot

diatas panggung adalah kejadian yang

betul-betul disadari. Aktor yang tersorot

lampu sorot berbicara ceriwis dan

memamerkan kepiawaian diatang

panggung yang diatur oleh penulis

naskah dan sutradara, dengan latar

belakang yang diciptakan oleh penata

adegan. Pengaruh dibelakang layar ini,

disebut operator konteks, merupakan

sistem tak sadar yang membentuk

kejadian sadar. Lampu sorot akan

memilih aktor paling penting diatas

panggung. Ketika lampu dinyalakan

maka pesan aktor didistribusikan kepada

penonton yang terdiri dari sumber

pengetahuan dan hal-hal rutin yang

tidak disadari. Sumber pengetahuan dan

hal rutin ini merupakan sekumpulan

alat tak sadar yang kita pergunakan

untuk beradaptasi dengan dunia.

Satu hal penting juga adalah bahwa

dalam teater tersebut input akan bersifat

konvergen, sedangkan output bersifat

divergen ,Diatas

panggung terjadilah konvergensi antara

para aktor, ucapan-ucapan aktor,

sutradara, juru rias, penata adegan dan

penulis naskah; namun setiap ucapan

aktor akan ditafsirkan secara berbeda

oleh penonton. Sebuah pesan

dipancarkan secara global namun

diinterpretasikan secara lokal oleh

masing-masing pikiran penonton. Secara

umum terdapat konvergensi informasi

diatas panggung, namun demikian

sesudah informasi menyatu maka

informasi tersebut akan menyebar

secara divergen kepada penonton.

Perspektif lain akan mengkaji

keadaran dari sudut pandang

neurobiologis. Crick dan Koch (2003)

mengemukakan sebuah kerangka kerja

(framework)  tentang kesadaran dari sisi

neurobiologi. Teorinya dinamakan neural

correlate of consciousness (NCC) yang

didasarkan pada indera penglihatan. Ada

10 poin yang diuraikan dalam tulisan

Crick & Koch yang dipublikasikan tahun

2003 itu, namun tidak semua akan

dipaparkan disini. Sistem penglihatan

berlandaskan pada kerja sistem korteks

didalamnya termasuk cerebral cortex,

thalamus, claustrum, basal ganglia dan

cerebellum. Korteks berupa jaringan

syaraf yang sangat saling berhubungan

serta terdapat koalisi maupun kompetisi

antar neuron. Neuron dalam sebuah

koalisi akan saling mendukung dan

meningkatkan aktivitas anggota lain.

Koalisi neuron yang menang akan

dipertahankan dan menciptakan apa

yang disadari seseorang pada saat

tertentu. Pengalaman sadar

kemungkinan terbentuk dari sejumlah

koalisi neuron yang menang.

NCC berasumsi bahwa manusia

memiliki neuron-neuron eksplisit yang

mampu mempersepsi fitur-fitur tertentu

dari sebuah objek. Neuron eksplisit

tersebut mendeteksi fitur-fitur sebuah

objek tanpa membutuhkan lebih lanjut

pemrosesan syaraf yang kompleks.

Seandainya orang tidak mempunyai

neuron-neuron eksplisit itu maka orang

tersebut tidak akan mampu secara sadar

mempersepsi fitur-fitur objek secara

langsung ,

Misalnya, dalam kasus achromatopsia

(kehilangan persepsi terhadap warna),

prosopagnosia (kehilangan kemampuan

mengenal wajah) serta akinetopsia

(kehilangan kemampuan mempersepsi

gerakan), maka satu atau sejumlah

atribut kesadaran telah hilang,

sementara aspek lainnya masih

berfungsi ,

Kesadaran juga dijelaskan dari ilmu

fisika kuantum menyimpulkan

bahwa kesadaran lebih dapat dijelaskan

dari fisika kuantum daripada fisika

klasik. Fisika klasik memandang dunia

sebagai satu agregat sederhana dari

entitas lokal yang bersifat independen.

Masing-masing entitas hanya

berinteraksi dengan entitas tetangga

dekat.  Interaksi entitas dapat

membentuk objek dan sistem yang lebih

besar serta dapat diperinci entitas

fungsionalnya. Namun demikian

menurut fisika klasik, entitas fungsional

tadi tidak mendapat sifat khusus atau

sifat ontologis tambahan. Entitas holistik

fungsional tadi tetap saja merupakan

agregat sederhana  dari entitas lokal dan

tidak dapat menjadi entitas pengalaman

holistik (holistik eksperiensial). Fisika

klasik tidak mampu menjelaskan dua

level kualitas eksistensi tersebut.: satu

level mengenai entitas lokal yang timbul

menurut hukum matematika dan satu

level lain mengenai entitas yang secara

tiba-tiba menjadi ada, entitas yang

bersifat keseluruhan utuh yang

terbentuk dari entitas lokal di level

bawah.  Berbeda dengan fisika klasik,

maka fisika kuantum dapat menjelaskan

hal itu yaitu menggambarkan dua aspek

yang saling jalin-menjalin dari sistem

pikiran/otak ,

bahwa fisika kuantum akan

menginterpretasikan kesadaran dengan

berlandaskan filsafat idealisme monistik

bukan realisme monistik maupun

dualisme. Dualisme memandang

kesadaran dan materi sebagai dua

substansi yang sama sekali berbeda,

sehingga membutuhkan perantara untuk

menjelaskan interaksi antara kedua

substansi tersebut. Realisme monistik

berpendapat bahwa kutub objek bersifat

riil sedangkan kutub subjek berifat

epiphenomena.  Sebaliknya, idealisme

monistik memandang bahwa baik kutub

objek dan subjek adalah pengalaman.

Fisika kuantum menggambarkan objek-

objek sebagai gelombang-gelombang

kemungkinan. Matematika kuantum

akan menghitung probabilitas yang

berkaitan dengan masing-masing

kemungkinan dari sebuah gelombang

kemungkinan. Namun demikian tidak

ada matematika kuantum yang tersedia

untuk menghitung reduksi/pengurangan

(collapse) gelombang kemungkinan dari

satu aktualitas unik. Reduksi gelombang

kemungkinan dari satu aktualitas

digambarkan sebagai gerak pilihan yang

terputus yang melengkapi gerak terus-

menerus yang bersifat deterministik

diantara pengukuran. Mengutip ahli

matematika von Neumann, maka agen

yang melakukan pilihan harus berupa

sebuah kesadaran nonmateri yang

mentransendensi ruang, waktu dan

berupa mekanika  kuantum sebab mesin

pengukur (yang terbuat dari gelombang

kemungkinan materi submikroskopik)

adalah sebuah gelombang kemungkinan

sendiri juga. Permasalahannya adalah

dapatkah kesadaran nonmateri

bertindak terhadap materi tanpa

perantara? 

Menurut Goswami dualisme ini akan

hilang karena kesadaran adalah dasar

dari ada dan materi adalah gelombang

kemungkinan didalam kesadaran 

Seorang psikiater mengingatkan

bagi pengajaran dan penelitian psikiatri

untuk mengembalikan lagi pentingnya

kesadaran, jika hal ini tidak dilakukan

maka “we are in danger of developing and

propagating a discipline which is, in a

fundamental way, lifeless 

teori integratif tentang kesadaran yang

memadukan kekuatan-kekuatan dari

duabelas perspektif lain, yaitu ilmu

pengetahuan kognitif, introspeksion-

isme, neuropsikologi, psikoterapi

individual, psikologi sosial, psikiatri

klinis, psikologi perkembangan,

kedokteran psikosomatik, keadaan

kesadaran khusus, tradisi Timur dan

kontemplatif, kesadaran menurut

pendekatan kuantum serta tenaga dalam.

menyimpulkan bahwa

eksistensi itu terbentuk dari 4 (empat)

kuadran, yaitu intensional, keperilakuan,

kultural dan sosial. Kuadran kiri adalah

kuadran interior, yang terdiri dari

kuadran intensional dan kuadran

kultural. Kuadran kanan, yang terdiri

dari kuadran keperilakuan dan sosial,

merupakan kuadran eksterior. Kuadran

atas adalah kuadran individual yaitu

kuadran keperilakuan dan intensional;

sedang kuadran bawah adalah kuadran

kolektif yang terdiri dari kuadran

kultural dan sosial. Sehingga dapat

dijelaskan bahwa (a) kuadran

keperilakuan ada dibagian sebelah kanan

atas dan merupakan kuadran individual-

eksterior, (b) kuadran sosial ada

disebelah kanan bawah dan bersifat

kolektif-eksterior, (c) kuadran intensional

terletak disebelah kiri atas dan bersifat

individual-interior, dan (d) kuadran

kultural terletak di kuadran kiri bawah

dan bersifat kolektif-interior.

Masing-masing kuadran memiliki

sebuah hirarki yang terdiri dari holon,

yaitu satu keseluruhan yang pada saat

yang sama juga merupakan bagian dari

sebuah keseluruhan lain. Misalnya, satu

keseluruhan atom merupakan bagian

dari sebuah keseluruhan molekul, sebuah

keseluruhan molekul merupakan bagian

dari sebuah keseluruhan sel. Sebuah

holon dalam kuadran keperilakuan akan

eksis bersama dengan holon kolektif atau

kelompok. Holon kolektif tersebut

terdapat dalam kuadran  sosial. Kuadran

keperilakuan dan sosial terdiri dari

holon-holon yang dapat dipersepsi

pancaindera, empiris, realitas objektif

dan interobjektif.  Demikian juga setiap

holon dalam kuadran intensional akan

ada bersama dengan holon kolektif dalam

kuadran kultural. Kuadran kiri ini

bersifat interpretatif, subjektif, dan

intersubjektif.

Teori kesadaran menurut Wilber

(1997) haruslah mencakup “semua

kuadran, semua-level”. Kesadaran bukan

berlokasi dalam diri organisme, namun

kesadaran adalah sebuah peristiwa

menyangkut empat kuadran. Kesadaran

terdistribusi kedalam semua kuadran,

baik kuadran keperilakuan, sosial,

intensional dan kultural. Jika kita

menghapus satu kuadran saja, maka

semuanya akan menghilang, sebab

masing-masing kuadran secara intrinsik

perlu untuk keberadaan kuadran yang

lain. Kesadaran tidak hanya dilekatkan

pada otak (fisik), tapi juga dilekatkan

pada intensionalitas yang tidak dapat

dijelaskan oleh fisik. Kesadaran tidak

hanya diterangkan oleh faktor

individual, yaitu intensionalitas  dan

otak namun juga membutuhkan makna

kultural sebab tanpa praktek serta

makna kultural maka intensi tidak akan

berkembang. Kesadaran juga

terdistribusi kedalam sistem sosial

untuk menentukan kontur dari

manifestasi tertentu kesadaran.

Pendekatan orang pertama

,membedakan

antara perspektif orang pertama

(internalis)  dengan perspektif orang

ketiga (eksternalis). Perspektif orang

pertama menggambarkan kesadaran

subjektif atau bagaimana rasanya

menjadi atau mengalami sesuatu.

Misalnya, seorang ibu yang baru

melahirkan menceriterakan bagaimana

rasanya mengalami persalinan.

Sebaliknya, perspektif orang ketiga

adalah gambaran ilmiah pengalaman ibu

tadi yang terungkap ketika seorang ahli

kandungan menjelaskan rasanya

seorang ibu bersalin.  pernyataan-pernyataan

ilmiah itu bersifat objektif, publik,

umum, dan inferensial namun

pernyataan tersebut didasarkan atas

pengalaman subjektif, privat, dan

khusus. Dengan kata lain, objektivitas

sebenarnya berakar pada

intersubjektifitas, yaitu kesepakatan

publik mengenai observasi-observasi

privat. Pengalaman sadar dengan

demikian memiliki dua pengertian.

Pengertian sebagai sebuah perspektif

epistemologis serta sebuah konstruk

teoretis. Pengalaman fenomenologis

sebagai sebuah konstruk teoretis dapat

digunakan dalam psikologi dan bahkan

keadaan mental privat ini mempunyai

bukti publik dalam bentuk laporan

verbal, data perilaku serta indikator,

bahwa kesadaran dapat dan perlu

dipelajari.

Pickering (1999) mengamati bahwa

psikologi lebih menyukai perspektif

orang ketiga daripada perspektif orang

pertama oleh karena psikologi

mengadopsi model ilmu alam. Sains

kognitif yang dewasa ini banyak

mengkaji kesadaran ternyata juga

memiliki etos bebas-budaya, mekanistik,

objektif dan kuantitatif padahal

pengalaman manusia bersifat terikat-

budaya, organik, subjektif dan kualitatif,

sehingga situasi ini disebut oleh sebagai aporia,

menantang permasalahan tanpa satu

solusi. Pickering menyarankan adanya

keseimbangan antara perspektif orang

pertama dengan orang ketiga dalam

mempelajari kesadaran sehingga

psikologi berkembang menjadi ilmu

pengetahuan tentang kehidupan mental

yang tidak dipisahkan dari konteks

biologis maupun kultural ,

Kesadaran telah menjadi topik yang

sedang in dalam psikologi maupun ilmu

terkait lain, meskipun demikian definisi

tentang kesadaran bervariasi. Kesadaran

seringkali digolongkan kedalam

permasalahan mudah dan

permasalahan sukar , Permasalahan sukar harus

mampu menjelaskan  bagaimana proses-

proses fisik yang terjadi didalam otak

menimbulkan pengalaman subjektif ?

Apakah permasalahan kesadaran yang

benar-benar sukar diatas akan

senantiasa menghantui kita selamanya?

Dia sendiri

menjawabnya “I doubt it. I think that one

day psychologist will look back and laugh at

the silly muddle we got ourselves into. To them

the way out will be obvious. The trouble is that

right now, like everyone else in the field, I cannot

see it”  Kita pada

umumnya termasuk orang yang

digambarkan dalam kalimat terakhir

Blackmore tadi, terlebih kalau kita tidak

begitu peduli pada topik consciousness.