lika gel GF254.
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang
telah dijenuhkan dengan tahap gerak etil asetat P-metanol
P (97:3) sampai merambat 10 cm di atas garis penotolan.
Angkat lempeng, biarkan tahap gerak menguap, amati di
bawah cahaya ultraviolet 254 nm. Bercak utama yang
diperoleh dari Larutan uji (1) memiliki harga Rf dan
ukuran yang sama dengan bercak Larutan baku (2).
C. Pada 50 mg zat dalam krus porselen tambahkan
500 mg natrium karbonat anhidrat P dan panaskan di
atas api langsung selama 10 menit. Biarkan dingin,
larutkan residu dalam 5 ml asam nitrat 2 N dan saring.
Pada 1 ml filtrat tambahkan 1 ml air. Larutan akhir
menampilkan reaksi Klorida cara A seperti tertera pada
Uji Identifikasi Umum <291>.
Keasaman-kebasaan Kocok 100 mg zat dengan 20 ml
air bebas karbon dioksida P, tambahkan 0,1 ml biru
bromtimol LP: tidak lebih dari 0,1 ml asam klorida 0,02
N LV atau natrium hidroksida 0,02 N LV diperlukan
untuk mengubah warna larutan.
Suhu lebur <1021> Metode I 163º - 167º.
Rotasi jenis <1081> -21º - -24º; lakukan penetapan
memakai larutan 5% dalam dimetilformamida P.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
lakukan pengeringan pada suhu 100° sampai 105°
sampai bobot tetap, memakai 1,0 g zat.
Sisa pemijaran <301> Metode II tidak lebih dari
0,1%; lakukan penetapan memakai 2 g zat.
Klorida <361> Tidak lebih dari 200 bpj; lakukan
penetapan seperti tertera pada Uji Batas Klorida dalam
Klorokuin Sulfat memakai Larutan uji yang dibuat
sebagai berikut: Kocok 500 mg zat dengan 30 ml air
selama 5 menit, saring. Pada 15 ml larutan ini
tambahkan 1 ml asam asetat 2 N, campur.
Logam berat <371> Metode IV tidak lebih dari 10 bpj;
lakukan penetapan memakai 1,0 g zat dan 1 ml
Larutan baku timbal (10 bpj) sebagai larutan baku.
Serapan cahaya Serapan cahaya larutan 0,020%, yang
dibuat dengan pemanasan pada suhu 40º, pada daerah
240 nm sampai 300 nm menampilkan dua maksimum,
pada 266 nm dan 273 nm. Serapan jenis pada 266 nm
yaitu 25 sampai 28 dan pada 273 nm yaitu 21,5
sampai 23,5. Encerkan larutan di atas dengan air (1:20),
serapan cahaya larutan ini pada daerah 200 nm sampai
240 nm menampilkan maksimum hanya pada 224 nm.
Serapan jenis pada 224 nm yaitu 370 sampai 400.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 300 mg
zat, larutkan dalam 30 ml etanol P, tambahkan 20 ml
larutan kalium hidroksida P 50%, kocok dan refluks
selama 4 jam. Dinginkan, encerkan dengan 100 ml air
dan netralkan dengan asam nitrat 2 N, tambahkan lagi
5 ml asam nitrat 2 N dan titrasi dengan perak nitrat
0,1 M LV, tentukan titik akhir secara potensiometrik.
Lakukan penetapan blangko.
Tiap ml perak nitrat 0,1M
setara dengan 0,01781g C12H15Cl2.NO5S
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
terlindung cahaya dan kelembaban.
- 1265 -
TIAMIN HIDROKLORIDA
Thiamine Hydrochloride
N
N
C
H2
N+
NH2 SH3C CH2CH2OH
CH3
Cl- HCl
Tiamin monohidroklorida[67-03-8]
C12H17ClN4OS.HCl BM 337,27
Tiamin hidroklorida mengandung tidak kurang dari
98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C12H17ClN4OS.HCl
dihitung terhadap zat anhidrat.
Pemerian Hablur atau serbuk hablur, putih; bau khas
lemah. Jika bentuk anhidrat terpapar udara dengan cepat
menyerap air lebih kurang 4%. Melebur pada suhu lebih
kurang 248º disertai peruraian.
Kelarutan Mudah larut dalam air; larut dalam gliserin;
sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam eter dan
dalam benzen.
Baku pembanding Tiamin Hidroklorida BPFI; tidak
boleh dikeringkan, tetapkan kadar air secara titrimetri
pada waktu akan dipakai . Simpan dalam wadah
tertutup rapat dan terlindung cahaya.
Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
dikeringkan pada suhu 105° selama 2 jam dan
didispersikan dalam kalium bromida P, menampilkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
seperti pada Tiamin Hidroklorida BPFI. Jika ada
perbedaan, larutkan masing-masing zat uji dan baku
pembanding dalam air, uapkan sampai kering, dan ulangi
penetapan memakai sisa.
B. Larutan (1 dalam 50) menampilkan reaksi Klorida
cara A, B dan C seperti tertera pada Uji Identifikasi
Umum <291>.
pH <1071> Antara 2,7 dan 3,4; lakukan penetapan
memakai larutan (1 dalam 100).
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 5,0%.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
Serapan larutan Tidak lebih dari 0,025. Larutkan 1,0 g
zat dalam air sampai 10 ml, saring melalui penyaring
kaca masir porositas halus. Ukur serapan pada panjang
gelombang 400 nm, memakai air sebagai blangko.
Nitrat Pada 2 ml larutan (1 dalam 50) tambahkan 2 ml
asam sulfat P, dinginkan, teteskan lewat dinding tabung
2 ml besi(II) sulfat LP: tidak terjadi cincin cokelat pada
bidang batas kedua lapisan.
Kemurnian kromatografi Respons puncak sekunder
tidak lebih besar dari 1,0% dari total respons puncak.
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan A, Larutan B, dan tahap gerak Lakukan
seperti tertera pada Penetapan kadar.
Larutan uji Timbang saksama beberapa zat, larutkan
dalam tahap gerak sampai kadar lebih kurang 1,0 mg per
ml.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 15 cm x
4 mm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
0,75 ml per menit.
procedure Suntikkan lebih kurang 10 l Larutan uji ke
dalam kromatograf. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan uji selama tidak kurang dari tiga kali waktu
retensi puncak utama, rekam kromatogram dan ukur
semua respons puncak.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Larutan A Buat larutan natrium 1-oktansulfonat
0,005 M dalam larutan asam asetat glasial P (1 dalam
100).
Larutan B Buat campuran metanol P-asetonitril P
(3:2).
tahap gerak Buat campuran Larutan A-Larutan B
(60:40), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
Larutan baku internal Pipet 2 ml metilbenzoat P ke
dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan metanol P
sampai tanda.
Larutan baku Timbang saksama beberapa Tiamin
Hidroklorida BPFI, larutkan dalam tahap gerak, sampai
kadar lebih kurang 1 mg per ml. Pipet 20 ml larutan ini
ke dalam labu tentukur 50-ml, tambahkan 5,0 ml
Larutan baku internal, encerkan dengan tahap gerak
sampai tanda, sampai diperoleh kadar 400 μg per ml.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 200 mg
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan
dan encerkan dengan tahap gerak sampai tanda. Pipet
10 ml larutan ini ke dalam labu tentukur 50-ml,
tambahkan 5,0 ml Larutan baku internal, encerkan
dengan tahap gerak sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 30 cm x
4 mm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
1 ml per menit. [Catatan Laju alir dapat disesuaikan
untuk mendapatkan waktu retensi tiamin hidroklorida
lebih kurang 12 menit.] Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada procedure : resolusi, R, antara
puncak tiamin dan puncak metilbenzoat tidak kurang
dari 6,0; faktor ikutan untuk puncak tiamin tidak lebih
dari 1,5; efisiensi kolom yang ditentukan dari puncak
- 1266 -
tiamin tidak kurang dari 1500 lempeng teoritis, dan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
lebih dari 2,0%.
procedure Suntikkan secara terpisah beberapa volume
sama (lebih kurang 10 μl) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg tiamin
hidroklorida, C12H17ClN4OS.HCl, dalam zat yang
dipakai dengan rumus:
S
U
R
RC5,0
C yaitu kadar Tiamin Hidroklorida BPFI dalam μg per
ml Larutan baku; RU dan RS berturut-turut yaitu
perbandingan respons puncak tiamin terhadap
metilbenzoat dalam Larutan uji dan Larutan baku.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
tidak tembus cahaya.
INJEKSI TIAMIN HIDROKLORIDA
Injeksi Vitamin B1
Thiamine Hydrochloride Injection
Injeksi Tiamin Hidroklorida yaitu larutan steril tiamin
hidroklorida dalam Air untuk Injeksi. Mengandung
Tiamin Hidroklorida, C12H17ClN4OS.HCl, tidak kurang
dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang
tertera pada etiket.
Baku pembanding Tiamin Hidroklorida BPFI; tidak
boleh dikeringkan; tetapkan kadar air secara titrimetri
pada waktu akan dipakai . Simpan dalam wadah
tertutup rapat dan terlindung cahaya. Endotoksin BPFI
[Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi
harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi.]
Rekonstitusi semua isi, pakailah larutan dalam waktu 14
hari. Simpan vial yang belum dibuka dan larutan dalam
lemari pendingin.
Identifikasi
A. Terbentuk endapan putih dengan raksa(II) klorida
LP; dengan iodum LP terbentuk endapan cokelat merah;
dengan kalium raksa(II) iodida LP dan dengan
trinitrofenol LP terbentuk endapan.
B. Encerkan beberapa volume injeksi dengan air
sampai kadar lebih kurang 10 mg per ml. Ke dalam
0,5 ml larutan tambahkan 5 ml natrium hidroksida 0,5 N
lalu tambahkan 0,5 ml kalium heksasianoferat(III) LP
dan 5 ml isobutanol P, kocok kuat selama 2 menit,
biarkan memisah. Sinari permukaan cairan dengan
cahaya ultraviolet, tegak lurus dan amati cairan pada
sudut 90º; meniskus udara-cairan berfluoresensi biru
terang, yang akan hilang jika sedikit diasamkan, dan
berfluoresensi kembali jika dibasakan.
C. menampilkan reaksi Klorida cara A, B, dan C
seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Endotoksin bakteri <201> Mengandung tidak lebih
dari 3,5 unit Endotoksin FI per mg tiamin hidroklorida.
pH <1071> Antara 2,5 dan 4,5.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Injeksi.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
tahap gerak Buat campuran kalium fosfat monobasa
0,04 M-metanol P (55:45), saring dan awaudarakan. Jika
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku internal Buat larutan metilparaben
dalam tahap gerak dengan kadar lebih kurang 100 μg
per ml.
Larutan baku Timbang saksama beberapa Tiamin
Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dengan tahap
gerak, sampai kadar lebih kurang 500 μg per ml. Pipet
10 ml larutan dan 10 ml Larutan baku internal ke dalam
labu tentukur 100-ml, encerkan dengan tahap gerak
sampai tanda. Kadar larutan ini lebih kurang 50 μg
per ml.
Larutan uji Ukur saksama beberapa volume injeksi
encerkan dengan tahap gerak sampai kadar lebih kurang
500 μg per ml. Pipet 10 ml larutan dan 10 ml Larutan
baku internal ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan
dengan tahap gerak sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 30 cm x
3,9 mm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
1 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
seperti tertera pada procedure : waktu retensi relatif tiamin
dan metil paraben berturut-turut yaitu lebih kurang
0,35 dan 1,0; resolusi, R, antara puncak tiamin dan
metilparaben tidak kurang dari 6,0 dan simpangan baku
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
procedure Suntikkan secara terpisah beberapa volume
sama (lebih kurang 25 μl) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg tiamin
hidroklorida, C12H17ClN4OS.HCl, dalam tiap ml injeksi
dengan rumus:
S
U
R
R
D
LC
C yaitu kadar Tiamin Hidroklorida BPFI dalam mg per
ml Larutan baku; L yaitu kadar tiamin hidroklorida
dalam mg per ml injeksi seperti tertera pada etiket;
D yaitu kadar tiamin hidroklorida dalam mg per ml
- 1267 -
Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket
dan faktor pengenceran; RU dan RS berturut-turut yaitu
perbandingan respons puncak tiamin terhadap metil
paraben dari Larutan uji dan Larutan baku.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal
atau dosis ganda, sebaiknya dari kaca Tipe I, terlindung
cahaya.
TABLET TIAMIN HIDROKLORIDA
Tablet Vitamin B1
Thiamine Hydrochloride Tablet
Tablet Tiamin Hidroklorida mengandung Tiamin
Hidroklorida, C12H17ClN4OS.HCl, tidak kurang dari
90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang
tertera pada etiket.
Baku pembanding Tiamin Hidroklorida BPFI, tidak
boleh dikeringkan, tetapkan kadar air secara titrimetri
pada waktu akan dipakai . Simpan dalam wadah
tertutup rapat dan terlindung cahaya.
Identifikasi
A. Gerus beberapa serbuk tablet setara dengan lebih
kurang 10 mg zat, dengan 10 ml natrium hidroksida 0,5
N, saring. pakailah 5 ml filtrat dan lanjutkan menurut
cara yang tertera pada Identifikasi B dalam Injeksi
Tiamin Hidroklorida, mulai dengan ”lalu
tambahkan 0,5 ml kalium heksasianoferat(III) LP”:
terjadi reaksi spesifik.
B. Gerus beberapa serbuk tablet setara dengan lebih
kurang 10 mg zat, dengan 10 ml air, saring. Filtrat
memenuhi pengujian berikut:
- Pada 2 ml tambahkan iodum LP: terbentuk endapan
cokelat merah.
- Pada 2 ml tambahkan raksa(II) klorida LP: terbentuk
endapan putih.
- menampilkan reaksi Klorida cara A, B dan C seperti
tertera pada Uji identifikasi umum <291>.
C. Pada sisa filtrat yang diperoleh dari Identifikasi B,
tambahkan 1 ml timbal(II) asetat LP dan 1 ml natrium
hidroksida 2,5 N: terjadi warna kuning. Panaskan
campuran di atas tangas uap selama beberapa menit:
warna berubah menjadi cokelat, dan jika dibiarkan,
terbentuk endapan timbal(II) sulfida yang memisah.
Disolusi <1231> procedure untuk gabungan sampel.
Media disolusi : 900 ml air.
Alat tipe 2: 50 rpm.
Waktu: 45 menit.
procedure Lakukan penetapan jumlah
C12H17ClN4OS.HCl yang terlarut dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
tahap gerak Buat campuran metanol P-asam asetat
glasial P-air (27:1:73) yang mengandung 140 mg
natrium 1-heksansulfonat tiap 100 ml. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama Tiamin Hidroklorida
BPFI, larutkan dan encerkan dengan Media disolusi
sampai kadar mendekati Larutan uji.
Larutan uji Alikuot, jika perlu encerkan dengan
Media disolusi.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom 30 cm x
3,9 mm yang berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih
kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada procedure : simpangan baku
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0%.
procedure Suntikkan secara terpisah beberapa volume
sama (lebih kurang 10 μl) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung persentase tiamin
hidroklorida, C12H17ClN4OS.HCl, yang terlarut dengan
rumus:
S
U
S r
r
L
VDC100
CS yaitu kadar Tiamin Hidroklorida BPFI dalam mg
per ml Larutan baku; D yaitu faktor pengenceran
Larutan uji; V yaitu volume media disolusi (900 ml); L
yaitu jumlah tiamin hidroklorida yang tertera pada
etiket (dalam mg per tablet);l rU dan rS berturut-turut
yaitu respons puncak tiamin hidroklorida dari Larutan
uji dan Larutan baku.
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
kurang dari 75% (Q) C12H17ClN4OS.HCl, dari jumlah
yang tertera pada etiket.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Penetapan kadar
Larutan baku Buat seperti tertera pada Larutan baku
dalam Penetapan kadar Tiamin <651>.
Larutan uji Masukkan tidak kurang dari 20 tablet ke
dalam labu yang sesuai, isi separuh labu dengan asam
klorida 0,2 N, panaskan di atas tangas uap sambil sering
dikocok, sampai larut atau hancur. Dinginkan, pindahkan
isi labu ke dalam yang sesuai, encerkan dengan asam
klorida 0,2 N sampai tanda. Jika campuran tidak jernih,
sentrifus atau saring melalui kertas saring yang tidak
menjerap tiamin. Encerkan beberapa filtrat secara
kuantitatif dan bertahap dengan asam klorida 0,2 N
sampai kadar tiamin 0,2 μg per ml.
procedure Lakukan menurut procedure seperti tertera
pada Penetapan kadar Tiamin <651>.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
tidak tembus cahaya.
- 1268 -
TIAMIN MONONITRAT
Thiamine Mononitrate
N
N
C
H2
N+
NH2 SH3C CH2CH2OH
CH3
NO3
-
Tiamin nitrat (garam) [532-43-4]
C12H17N5O4S BM 327,36
Tiamin mononitrat mengandung tidak kurang dari 98,0%
dan tidak lebih dari 102,0% C12H17N5O4S, dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian Hablur atau serbuk hablur; putih; biasanya
memiliki bau khas lemah.
Kelarutan Agak sukar larut dalam air; sukar larut dalam
etanol dan dalam kloroform.
Baku pembanding Tiamin Hidroklorida BPFI; tidak
boleh dikeringkan, tetapkan kadar air secara titrimetri
pada waktu akan dipakai . Simpan dalam wadah
tertutup rapat dan terlindung cahaya.
Identifikasi
A. Pada 2 ml larutan (1 dalam 50) tambahkan 2 ml
asam sulfat P, dinginkan secara hati-hati, tambahkan 2
ml besi(II) sulfat LP: terbentuk cincin berwarna cokelat
pada batas kedua cairan.
B. Larutkan lebih kurang 5 mg zat dalam campuran 1
ml timbal(II) asetat LP dan 1 ml natrium hidroksida 2,5
N: terjadi warna kuning. Panaskan campuran selama
beberapa menit di atas tangas uap; warna berubah
menjadi cokelat dan diamkan: terbentuk endapan
timbal(II) sulfida yang memisah.
C. Larutan memenuhi Identifikasi A seperti tertera
pada Injeksi Tiamin Hidroklorida.
D. Larutkan lebih kurang 5 mg zat dalam 5 ml
natrium hidroksida 0,5 N, lakukan pengujian seperti
tertera pada Identifikasi B dalam Injeksi Tiamin
Hidroklorida mulai dari ”lalu tambahkan 0,5 ml
kalium heksasianoferat(III) LP”: terjadi reaksi spesifik.
pH <1071> Antara 6,0 dan 7,5; lakukan penetapan
memakai larutan (1 dalam 50).
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 2 jam,
memakai lebih kurang 500 mg zat yang ditimbang
saksama.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
Klorida <361> Tidak lebih dari 0,06%; lakukan
penetapan memakai 500 mg zat: kekeruhan yang
terjadi tidak lebih kuat dari 0,40 ml asam klorida 0,020 N.
Kemurnian kromatografi Respons puncak sekunder
tidak lebih besar dari 1,0% dari jumlah semua respons
puncak. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
<931>.
Larutan A, Larutan B, dan tahap gerak Lakukan
seperti pada Penetapan kadar dalam Tiamin
Hidroklorida.
Larutan uji Timbang saksama beberapa zat, larutkan
dan encerkan dengan tahap gerak sampai kadar lebih
kurang 1,0 mg per ml.
Sistem kromatografi dan procedure Lakukan seperti
tertera pada Kemurnian kromatografi dalam Tiamin
Hidroklorida.
Penetapan kadar
Larutan A, Larutan B, tahap gerak, Larutan baku
internal, Larutan baku dan Sistem kromatografi Lakukan
seperti tertera pada Penetapan kadar dalam Tiamin
Hidroklorida.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 200 mg
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan
dalam tahap gerak, encerkan dengan tahap gerak sampai
tanda. Pipet 10 ml larutan ini ke dalam labu tentukur
50-ml, tambahkan 5,0 ml Larutan baku internal,
encerkan dengan tahap gerak sampai tanda.
procedure Suntikkan secara terpisah beberapa volume
sama (lebih kurang 10 μl) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, ukur respons puncak utama.
Hitung jumlah dalam mg tiamin mononitrat,
C12H17N5O4S, dalam jumlah zat yang dipakai dengan
rumus:
S
U
R
RC
27,337
36,3275,0
327,36 dan 337,27 berturut-turut yaitu bobot molekul
tiamin mononitrat dan tiamin hidroklorida; C yaitu
kadar Tiamin Hidroklorida BPFI μg per ml Larutan
baku; RU dan RS berturut-turut yaitu perbandingan
respons puncak tiamin terhadap metilbenzoat dalam
Larutan uji dan Larutan baku.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
tidak tembus cahaya.
TIMEROSAL
Thimerosal
HgSH3C
ONa
O
Etil (natrium o-merkaptobenzoato) merkuri [54-64-8]
C9H9HgNaO2S BM 404,81
- 1269 -
Timerosal mengandung tidak kurang dari 97,0% dan
tidak lebih dari 101,0% C9H9HgNaO2S, dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian Serbuk hablur; krim muda; berbau khas
lemah; dipengaruhi oleh cahaya; pH larutan (1 dalam
100) lebih kurang 6,7.
Kelarutan Mudah larut dalam air; praktis tidak larut
dalam eter; larut dalam etanol.
Baku pembanding Timerosal BPFI; lakukan
pengeringan dalam hampa udara di atas fosfor
pentoksida P sampai bobot tetap sebelum dipakai .
Simpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung
cahaya.
Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P,
menampilkan maksimum hanya pada bilangan
gelombang yang sama seperti pada Timerosal BPFI.
B. Pada larutan (1 dalam 100) tambahkan beberapa
tetes perak nitrat LP: terbentuk endapan kuning pucat.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
lakukan pengeringan dalam hampa udara di atas fosfor
pentoksida P sampai bobot tetap.
Zat larut dalam eter Residu tidak lebih dari 4 mg
(0,8%); lakukan penetapan dengan cara sebagai berikut:
timbang saksama 500 mg zat, kocok dengan 20 ml etil
eter anhidrat P selama 10 menit. Saring, uapkan eter
dalam wadah yang telah ditara, keringkan residu dalam
hampa udara di atas fosfor pentoksida P dan timbang.
Ion raksa Tidak lebih dari 0,70%; lakukan penetapan
dengan cara sebagai berikut:
Pereaksi iodida [Catatan Buat larutan segar setiap
hari, simpan dalam wadah bersumbat dan terlindung
cahaya.] Larutkan 33,20 g kalium iodida P dalam 75 ml
air di dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan air sampai
tanda.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 190 mg
raksa(II) klorida P, masukkan ke dalam labu tentukur
200-ml, larutkan dalam 100 ml air dan encerkan dengan
air sampai tanda. Pipet 5 ml larutan, ke dalam labu
tentukur 50-ml, encerkan dengan air sampai tanda.
Kadar raksa(II) klorida dalam Larutan baku lebih
kurang 95 μg per ml.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 500 mg
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan
dan encerkan dengan air sampai tanda.
Larutan uji 1 Pipet 10 ml Larutan uji ke dalam labu
tentukur 50-ml, encerkan dengan air sampai tanda.
Larutan uji 2 Pipet 10 ml Larutan uji ke dalam labu
tentukur 50-ml, tambahkan 5,0 ml Larutan baku,
encerkan dengan air sampai tanda.
procedure [Catatan Lindungi larutan dari cahaya
sebelum pengukuran serapan.] Tandai 5 labu tentukur
10-ml dengan C, D, E, F dan R. Pipet 5 ml Larutan uji 1
ke dalam labu tentukur C dan D, pipet 5 ml Larutan uji 2
ke dalam labu tentukur E dan F, dan pipet 5 ml air ke
dalam labu R. Encerkan labu C dan E dengan air sampai
tanda. Encerkan labu D, F dan R dengan Pereaksi iodida
sampai tanda. Ukur serapan ion tetraiodomerkurat dalam
sel 1-cm pada panjang gelombang serapan maksimum
lebih kurang 323 nm (diperoleh dari penetapan yang
serupa yang disiapkan dengan mencampur 1,0 ml
Larutan baku dengan 5,0 ml Pereaksi iodida, encerkan
dengan air sampai 10 ml), pakailah air sebagai blangko.
Rekam serapan larutan yang ada dalam labu C, D, E, F
dan R berturut-turut sebagai AC, AD, AE, AF dan AR.
Hitung persentase ion raksa dalam zat dengan rumus :
S
5
50,271
59,200
A
A
W
C U
200,59 yaitu bobot atom raksa; 271,50 yaitu bobot
molekul raksa(II) klorida; AU yaitu serapan zat yang
diperoleh dari persamaan:
Au = (AD – AR– AC)
AS yaitu serapan baku yang diperoleh dari persamaan :
AS = (AF – AR – AE– AU)
C yaitu kadar raksa(II) klorida dalam μg per ml
Larutan baku; W yaitu bobot zat dalam mg.
Zat mudah terarangkan <411> Larutkan lebih kurang
200 mg zat dalam 5 ml asam sulfat LP: warna larutan
tidak lebih tua dari warna Larutan padanan J.
Penetapan kadar [Catatan Jika perlu Larutan baku dan
Larutan uji dapat diencerkan secara kuantitatif dengan
air, sampai diperoleh kadar yang sesuai, sesampai dapat
memenuhi syarat linieritas atau daerah kerja alat.]
Larutan baku Timbang saksama beberapa Timerosal
BPFI, larutkan dan encerkan secara kuantitatif dengan
air sampai kadar lebih kurang 1 mg per ml.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml,
tambahkan 25 ml air, kocok sampai larut dan encerkan
dengan air sampai tanda.
procedure Ukur serapan Larutan baku dan Larutan uji
memakai spektrofotometer serapan atom yang
sesuai seperti tertera pada Spektrofotometri dan
Hamburan Cahaya <1191> yang dilengkapi dengan
lampu tabung katode raksa dan nyala udara-asetilen pada
garis resonansi raksa panjang gelombang 254 nm,
memakai air sebagai blangko. Hitung jumlah dalam
mg timerosal, C9H9HgNaO2S, dalam zat yang dipakai
dengan rumus:
SA
AC U100
- 1270 -
C yaitu kadar Timerosal BPFI dalam mg per ml
Larutan baku; AU dan AS berturut-turut yaitu serapan
Larutan uji dan Larutan baku.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
tidak tembus cahaya.
TIMOL
Thymol
OH
CH(CH3)2H3C
p-Simen-3-ol [89-83-8]
C10H14O BM 150,22
Timol mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak
lebih dari 101,0% C10H14O.
Pemerian Hablur tidak berwarna kadang-kadang
berbentuk besar-besar, atau serbuk hablur putih; bau
aromatis seperti bau timi; rasa pedas. Dipengaruhi
cahaya. Larutan dalam etanol netral terhadap lakmus.
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; mudah larut
dalam etanol, dalam kloroform, dalam eter dan dalam
minyak zaitun; larut dalam asam asetat glasial dan dalam
minyak atsiri tertentu.
Identifikasi
A. Gerus dengan kamfer atau mentol dalam jumlah
yang sama: campuran mencair
B. Larutkan sedikit hablur dalam 1 ml asam asetat
glasial P, tambahkan 6 tetes asam sulfat P dan 1 tetes
asam nitrat P: cairan menampilkan warna hijau kebiruan
bila dilihat dengan cahaya terpantul.
C. Masukkan lebih kurang 1 g ke dalam tabung
reaksi, tambahkan 5 ml larutan natrium hidroksida P
(1 dalam 10) dan panaskan dalam tangas air: larutan
menjadi jernih, tidak berwarna atau berwarna merah
pucat dan akan bertambah gelap bila dibiarkan, tanpa
pemisahan tetesan-tetesan seperti minyak. Tambahkan
beberapa tetes kloroform P, kocok campuran: terjadi
warna lembayung.
Jarak lebur <1021> Antara 48º dan 51º, namun jika
dilebur, timol tetap cair pada suhu yang lebih rendah.
Sisa tidak menguap Tidak lebih dari 0,05%, lakukan
penetapan memakai lebih kurang 2 g zat yang
ditimbang saksama, uapkan di atas tangas uap dan
keringkan pada suhu 105º sampai bobot tetap.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
100 mg, masukkan ke dalam labu iodum 250 ml dan
larutkan dalam 25 ml natrium hidroksida 1 N.
Tambahkan 20 ml larutan asam klorida P (1 dalam 2)
panas dan segera titrasi dengan brom 0,1 N LV sampai
1-2 ml sebelum titik akhir yang telah diperhitungkan.
Panaskan larutan sampai suhu antara 70º dan 80º,
tambahkan 2 tetes jingga metil LP dan lanjutkan titrasi
secara perlahan, goyang kuat-kuat sesudah setiap
penambahan. Jika warna jingga metil menjadi pucat,
tambahkan 2 tetes brom 0,1 N LV, kocok selama
10 detik, tambahkan 1 tetes jingga metil LP, kocok kuat-
kuat. Bila larutan menjadi merah lanjutkan titrasi tetes
demi tetes sambil dikocok, sampai warna hilang. Ulangi
penambahan titran dan jingga metil LP bergantian
sampai warna merah hilang sesudah penambahan jingga
metil LP.
Tiap ml brom 0,1 N
setara dengan 3,755 mg C10H14O
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
tidak tembus cahaya.
TIMOLOL MALEAT
Timolol Maleate
O N
H
CH3
CH3
CH3
CH3H
NS
N
N
O
O O
OHHO
Garam (-)-1-(tert-butilamino)-3-[(4-morfolino-1,2,5-
tiadiazol-3-il)oksi]-2-propanolmaleat (1:1) [26921-17-5]
C13H24N4O3S.C4H4O4 BM 432,49
Timolol Maleat mengandung tidak kurang dari 98,0%
dan tidak lebih dari 101,0% C13H24N4O3S.C4H4O4,
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian Serbuk; putih sampai praktis putih; tidak
berbau atau praktis tidak berbau.
Kelarutan Larut dalam air, dalam etanol dan dalam
metanol; agak sukar larut dalam kloroform dan dalam
propilen glikol; tidak larut dalam eter dan dalam
sikloheksan.
Baku pembanding Timolol Maleat BPFI; lakukan
pengeringan dalam hampa udara pada suhu 100º sampai
bobot tetap, sebelum dipakai . Simpan dalam wadah
tertutup rapat.
Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
dikeringkan dan didispersikan dalam minyak mineral P,
menampilkan maksimum hanya pada bilangan
gelombang yang sama seperti pada Timolol Maleat
BPFI.
- 1271 -
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 25 μg per ml
dalam asam klorida 0,12 N menampilkan maksimum
dan minimum pada panjang gelombang yang sama
seperti pada Timolol Maleat BPFI; serapan masing-
masing dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan,
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
kurang 294 nm: berbeda tidak lebih dari 3,0%.
Rotasi jenis <1081> Antara -11,7º dan -12,5º, lakukan
penetapan memakai larutan yang mengandung 50
mg per ml dalam asam klorida 1,0 N dengan
memakai sumber cahaya lampu raksa pada 405 nm.
pH <1071> Antara 3,8 dan 4,3; lakukan penetapan
memakai larutan dengan kadar 20 mg per ml.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 100º
sampai bobot tetap.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
Kemurnian kromatografi Lakukan penetapan dengan
cara Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
tahap gerak Buat campuran kloroform P-metanol P-
amonium hidroksida P (80:20:1).
Larutan baku Timbang saksama beberapa Timolol
Maleat BPFI, larutkan dalam metanol P dan encerkan
secara kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan metanol
P sampai kadar lebih kurang sebagai berikut: 200 μg per
ml (Larutan baku A = 0,4% dari zat uji); 100 μg per ml
(Larutan baku B = 0,2% dari zat uji) dan 50 μg per ml
(Larutan baku C = 0,1% dari zat uji).
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 500 mg
zat, larutkan dalam 10,0 ml metanol P.
procedure Totolkan secara terpisah masing-masing 10
μl Larutan uji, enceran Larutan baku (A, B dan C) pada
lempeng kromatografi silika gel P setebal 0,25 mm,
biarkan totolan mengering. Masukkan lempeng ke dalam
bejana kromatografi yang berisi tahap gerak sampai
merambat lebih kurang tiga per empat tinggi lempeng.
Angkat lempeng, tandai batas rambat dan biarkan tahap
gerak menguap. Masukkan lempeng ke dalam bejana
yang berisi uap iodum selama 2 jam dan amati bercak di
bawah cahaya ultraviolet 254 nm. Bandingkan intensitas
bercak selain bercak utama Larutan uji, kecuali bercak
anion maleat, dengan bercak utama Larutan baku: tidak
ada bercak lain yang intensitasnya lebih kuat dari bercak
utama Larutan baku A (0,4%), dan jumlah intensitas
semua bercak lain, kecuali bercak lain yang
intensitasnya lebih lemah dari bercak utama Larutan
baku C: tidak lebih dari 1,0%.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 800 mg
zat, larutkan dalam lebih kurang 90 ml asam asetat
glasial P, titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV,
tentukan titik akhir secara potensiometrik, memakai
elektrode platina dan elektrode kalomel berisi litium
perklorat 0,1 N LV dalam asam asetatanhidrat P seperti
tertera pada Titrimetri <711>. Lakukan penetapan
blangko.
Tiap ml asam perklorat 0,1 N
setara dengan 43,25 mg C13H24N4O3S.C4H4O4
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
TETES MATA TIMOLOL MALEAT
Timolol Maleate Ophtalmic Solution
Tetes mata timolol maleat yaitu larutan steril timolol
maleat dalam air. Mengandung beberapa
C13H24N4O3S.C4H4O4, setara dengan tidak kurang dari
90,0% dan tidak lebih dari 110,0% Timolol
(C13H24N4O3S), dari jumlah yang tertera pada etiket.
Baku pembanding Timolol Maleat BPFI; lakukan
pengeringan dalam hampa udara pada suhu 100° sampai
bobot tetap. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Identifikasi Encerkan beberapa volume tetes mata
dengan air sampai kadar lebih kurang 20 μg timolol per
ml. Spektrum serapan ultraviolet larutan ini
menampilkan maksimum dan minimum pada panjang
gelombang yang sama seperti pada Timolol Maleat
BPFI.
Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
pH <1071> Antara 6,5 dan 7,5.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Dapar fosfat pH 2,8 Larutkan 11,1 g natrium fosfat
monobasa P dalam 1000 ml air, atur pH sampai 2,8±0,05
dengan penambahan asam fosfat P, saring dan
awaudarakan.
Pengencer Buat campuran asetonitril P-
Dapar fosfat pH 2,8 (2:1).
tahap gerak Buat campuran Dapar fosfat pH 2,8-
metanol P (65:35), saring dan awaudarakan. Jika perlu
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>. [Catatan Sedapat
mungkin lindungi baku pembanding, Larutan tetes mata,
Larutan baku dan Larutan uji dari sinar matahari
langsung.]
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 34 mg
Timolol Maleat BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
25-ml, larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda.
Pipet 5 ml larutan ke dalam labu tentukur 50-ml,
tambahkan 15 ml Pengencer, encerkan dengan air
sampai tanda.
- 1272 -
Larutan uji Ukur saksama beberapa volume tetes
mata setara dengan lebih kurang 5 mg timolol, masukkan
ke dalam labu tentukur 50-ml. Tambahkan 15 ml
Pengencer, encerkan dengan air sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 295 nm dan kolom 15 cm x
4,6 mm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel
5 m. Pertahankan suhu kolom pada 40º. Laju alir lebih
kurang 1,2 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada procedure : faktor ikutan tidak
lebih dari 2,0; efisiensi kolom tidak kurang dari 3600
lempeng teoritis dan simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
procedure Suntikkan secara terpisah beberapa volume
sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg timolol,
C13H24N4O3S, dalam tiap ml tetes mata dengan rumus:
S
U
r
r
V
C50
49,432
43,316
316,43 dan 432,49 berturut-turut yaitu bobot molekul
timolol dan timolol maleat; C yaitu kadar Timolol
Maleat BPFI dalam mg per ml Larutan baku; V yaitu
volume tetes mata dalam ml yang dipakai untuk
membuat Larutan uji; rU dan rS berturut-turut yaitu
respons puncak timolol dari Larutan uji dan Larutan
baku.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
tidak tembus cahaya.
TIOKONAZOL
Tioconazole
N
Cl
O
N
S
Cl
Cl
1-[2,4-Dikloro-[ß-(2-kloro-3-tenil)-oksi]fenetil]
imidazol [65899-73-2]
C16H13Cl3N2OS BM 387,71
Tiokonazol mengandung tidak kurang dari 97,0% dan
tidak lebih dari 103,0% C16H13Cl3N2OS.
Pemerian Serbuk hablur putih atau hampir putih.
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; sangat larut
dalam metil klorida; larut dalam etanol.
Baku pembanding Tiokonazol BPFI; tidak boleh
dikeringkan sebelum dipakai . Simpan dalam wadah
tertutup rapat. Senyawa Sejenis A Tiokonazol BPFI;
tidak boleh dikeringkan sebelum dipakai . Simpan
dalam wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya di
tempat dingin. Senyawa Sejenis B Tiokonazol BPFI;
tidak boleh dikeringkan sebelum dipakai . Simpan
dalam wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya.
Senyawa Sejenis C Tiokonazol BPFI; tidak boleh
dikeringkan sebelum dipakai . Simpan dalam wadah
tertutup rapat dan terlindung cahaya.
Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam minyak mineral P, menampilkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
seperti pada Tiokonazol BPFI.
B. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
tahap gerak Buat campuran kloroform P-metanol P-
asam asetat glasial P (40:5:1).
Larutan baku Timbang saksama beberapa Tiokonazol
BPFI, larutkan dalam metanol P sampai kadar lebih
kurang 50 mg per ml.
Larutan uji Timbang saksama beberapa zat, larutkan
dalam metanol P sampai kadar lebih kurang 50 mg
per ml.
Penampak bercak Larutkan 850 mg bismut subnitrat
P dalam 10 ml asam asetat glasial P, encerkan dengan
air sampai 50 ml. Campur 10 ml larutan, 50 ml larutan
kalium iodida P (2 dalam 25) dan 20 ml asam asetat
glasial P, encerkan dengan air sampai 100 ml.
procedure Totolkan secara terpisah masing-masing 10
μl Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng
kromatografi silika gel P setebal 0,25 mm, biarkan
kering. Masukkan lempeng ke dalam bejana
kromatografi yang berisi tahap gerak dan biarkan
merambat lebih kurang tiga per empat tinggi lempeng.
Angkat lempeng, tandai batas rambat dan biarkan tahap
gerak menguap. Panaskan lempeng pada suhu 80º
selama 5 menit dan amati lempeng di bawah cahaya
ultraviolet pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm.
Semprot lempeng dengan Penampak bercak, diamkan di
udara selama 2 menit, lalu semprot lagi dengan
larutan natrium nitrit P (1 dalam 20). Keringkan
lempeng di udara selama 5 menit, dan amati bercak
berwarna cokelat pada latar belakang kuning pucat.
Harga Rf bercak utama dari Larutan uji, sesuai dengan
Larutan baku.
C. Waktu retensi puncak utama tiokonazol dari
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan baku
seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5%.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
- 1273 -
Klorida <361> Tidak lebih dari 0,05%; larutan 700 mg
zat dalam metanol P tidak lebih keruh dari 0,50 ml asam
klorida 0,020 N.
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 50 bpj.
Senyawa sejenis Tidak lebih dari 1,0% untuk masing-
masing senyawa sejenis. Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
tahap gerak dan Sistem kromatografi Lakukan seperti
tertera pada Penetapan kadar.
Larutan baku Timbang saksama masing-masing lebih
kurang 1 mg Senyawa Sejenis A Tiokonazol BPFI,
Senyawa Sejenis B Tiokonazol BPFI dan Senyawa
Sejenis C Tiokonazol BPFI, larutkan dalam 15,0 ml
metanol P dan kocok sampai larut sempurna.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg
zat, larutkan dalam 15,0 ml metanol P, kocok sampai
larut sempurna.
procedure Suntikkan secara terpisah beberapa volume
sama (lebih kurang 20 μl) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
semua respons puncak. Hitung persentase masing-
masing senyawa sejenis A Tiokonazol, senyawa sejenis
B Tiokonazol dan senyawa sejenis C Tiokonazol dalam
zat dengan rumus:
S
i
U
i
r
r
W
W100
Wi yaitu bobot dalam mg masing-masing Baku
pembanding senyawa sejenis FI yang dipakai untuk
membuat Larutan baku; WU yaitu bobot zat dalam mg
yang dipakai untuk membuat Larutan uji; ri yaitu
respons puncak masing-masing senyawa sejenis dari
Larutan uji dan rS yaitu respons puncak dari Larutan
baku.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair Kinerja Tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
tahap gerak Buat campuran asetonitril P-metanol P-
air (44:40:28). Saring dan awaudarakan. Tambahkan
2,0 ml amonium hidroksida P, campur. [Catatan Buat
tahap gerak segar setiap hari.]
Larutan baku Timbang saksama beberapa Tiokonazol
BPFI, larutkan dan encerkan dengan metanol P sampai
kadar lebih kurang 200 μg per ml.
Larutan uji Timbang saksama beberapa zat, larutkan
dan encerkan dengan metanol P sampai kadar lebih
kurang 200 μg per ml.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 219 nm, pra-kolom berisi
bahan pengisi L4 yang dipasang di antara pompa dan
injektor, dan kolom 25 cm x 5 mm berisi bahan pengisi
L1.[Catatan Ganti pra-kolom setiap hari.] Atur laju alir
sampai diperoleh waktu retensi untuk tiokonazol antara
12 menit dan 17 menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada procedure : efisiensi kolom
yang ditentukan dari puncak analit tidak kurang dari
1000 lempeng teoritis; faktor ikutan untuk puncak analit
tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
procedure Suntikkan secara terpisah beberapa volume
sama (lebih kurang 20 μl) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung persentase tiokonazol,
C16H13Cl3N2OS, dalam zat dengan rumus:
S
U
U
S
r
r
C
C100
CS yaitu kadar Tiokonazol BPFI dalam mg per ml
Larutan baku; CU yaitu kadar tiokonazol dalam mg per
ml Larutan uji; rU dan rS berturut-turut yaitu respons
puncak dari Larutan uji dan Larutan baku.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
TIOPENTAL NATRIUM
Thiopental Sodium
N
H
N
O
SNaO
H3C
CH3
H3C
Natrium (±)-5-etil-5-(1-metilbutil)-2-tiobarbiturat
[71-73-8]
C11H17N2NaO2S BM 264,32
Tiopental Natrium mengandung tidak kurang dari 97,0%
dan tidak lebih dari 102,0% C11H17N2NaO2S, dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian Serbuk hablur; putih sampai hampir putih
atau putih kekuningan sampai kuning kehijauan pucat;
higroskopis; berbau tidak enak. Larutan bereaksi basa
terhadap kertas lakmus, terurai jika dibiarkan, jika
dididihkan terbentuk endapan.
Kelarutan Larut dalam air dan dalam etanol; tidak larut
dalam benzen, dalam eter mutlak dan dalam heksan.
Baku pembanding Tiopental BPFI; lakukan
pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam sebelum
dipakai . Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Identifikasi
A. Larutkan lebih kurang 500 mg zat dalam 10 ml air
di dalam corong pisah, tambahkan 10 ml asam klorida
- 1274 -
3 N dan ekstraksi dua kali, tiap kali dengan 25 ml
kloroform P. Uapkan kumpulan ekstrak kloroform
sampai kering. Tambahkan 10 ml eter P, uapkan dan
keringkan pada suhu 105º selama 2 jam; spektrum
serapan inframerah residu yang didispersikan dalam
kalium bromida P menampilkan maksimum hanya pada
bilangan gelombang yang sama seperti pada Tiopental
BPFI.
B. Pijarkan lebih kurang 500 mg zat: residu
menampilkan reaksi Natrium cara A dan B seperti tertera
pada Uji Identifikasi Umum <291>.
C. Larutkan lebih kurang 200 mg zat dalam 5 ml
natrium hidroksida 1 N dan tambahkan 2 ml timbal(II)
asetat LP: terbentuk endapan putih dan perlahan
bertambah gelap jika campuran ini dididihkan. Asamkan
campuran ini dengan asam klorida P terbentuk uap
hidrogen sulfida yang menghitamkan kertas timbal(II)
asetat LP.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 2,0%;
lakukan pengeringan pada suhu 80º selama 4 jam.
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
Cemaran umum <481>
Larutan baku pakailah larutan 9,2 mg per ml
Tiopental BPFI dalam metanol P.
Larutan uji pakailah larutan 10 mg zat per ml dalam
metanol P.
Volume penotolan : 40 l.
tahap gerak Buat campuran toluen P-metanol P (85:15).
Penampak bercak pakailah teknik penampak bercak
nomor 1.
Penetapan kadar
Pelarut Buat larutan natrium hidroksida P (1 dalam
250).
Larutan baku Timbang saksama beberapa Tiopental
BPFI, larutkan dalam Pelarut, encerkan secara
kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan larutan sampai
kadar lebih kurang 5 μg per ml.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 200-ml, larutkan
dan encerkan Pelarut sampai tanda. Pipet 5 ml larutan ke
dalam labu tentukur 500-ml, encerkan dengan Pelarut
sampai tanda.
procedure Ukur serapan Larutan baku dan Larutan uji
dalam sel 1-cm pada panjang gelombang serapan
maksimum lebih kurang 304 nm, pakailah Pelarut
sebagai blangko. Hitung jumlah dalam mg tiopental
natrium, C11H17N2NaO2S, dalam zat yang dipakai
dengan rumus:
S
U
A
AC 091,120
C yaitu kadar Tiopental BPFI dalam μg per ml Larutan
baku; 1,091 yaitu perbandingan bobot molekul
tiopental natrium dengan tiopental; AU dan AS berturut-
turut yaitu serapan dari Larutan uji dan Larutan baku.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
TIOPENTAL NATRIUM UNTUK INJEKSI
Thiopental Sodium for Injection
Tiopental Natrium untuk Injeksi yaitu campuran steril
tiopental natrium dan natrium karbonat anhidrat sebagai
dapar. Mengandung C11H17N2NaO2S tidak kurang dari
93,0% dan tidak lebih dari 107,0%, dari jumlah yang
tertera pada etiket.
Baku pembanding Tiopental BPFI; lakukan
pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam sebelum
dipakai . Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Endotoksin BPFI [Catatan Bersifat pirogenik,
penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua isi,
pakailah larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang
belum dibuka dan larutan dalam lemari pendingin.
Kesempurnaan melarut <901> Campur 800 mg zat
dengan 10 ml air bebas karbondioksida P: sesudah
1 menit, larutan jernih dan bebas dari zat padat yang
tidak terlarut.
Larutan terkonstitusi Pada saat akan dipakai ,
memenuhi syarat Larutan terkonstitusi seperti tertera
pada Injeksi.
Endotoksin bakteri <201> Mengandung tidak lebih
dari1,0 Unit Endotoksin FI per mg tiopental natrium.
pH <1071> Antara 10,2 dan 11,2; lakukan penetapan
memakai larutan yang dipakai untuk uji
Kesempurnaan melarut.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Identifikasi dan Logam berat dalam Tiopental Natrium.
Juga memenuhi syarat uji Sterilitas <71>, Keseragaman
Sediaan <911> dan Penandaan seperti tertera pada
Injeksi.
Penetapan kadar Larutkan isi dari 10 wadah dalam air
secukupnya, encerkan secara saksama sampai kadar lebih
kurang 50 mg per ml. Encerkan larutan ini secara
kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan larutan
natrium hidroksida P (1 dalam 250) sampai kadar lebih
kurang 5 μg per ml. Lakukan seperti tertera pada
Penetapan kadar dalam Tiopental Natrium, mulai dari
”Timbang saksama beberapa Tiopental BPFI” Hitung
jumlah rata-rata dalam mg tiopental natrium,
C11H17N2NaO2S, dalam tiap wadah dengan rumus:
- 1275 -
S
U
A
A091,1CV
V yaitu volume dalam ml larutan yang dibuat sampai
kadar lebih kurang 50 mg per ml; C yaitu kadar
Tiopental BPFI dalam μg per ml Larutan baku; 1,091
yaitu perbandingan bobot molekul natrium tiopental
dan tiopental; AU dan AS berturut-turut yaitu serapan
Larutan uji dan Larutan baku.
Wadah dan penyimpanan Dalam Wadah untuk
padatan steril seperti tertera pada Injeksi, sebaiknya dari
kaca Tipe III.
TOBRAMISIN
Tobramycin
O-3-Amino-3-deoksi- -D-glukopiranosil-(1 4)-O-
[2,3,6-trideoksi- -D-ribo-heksopiranosil-(1 6)-2-
deoksi-L-streptamina [32986-56-4]
C18H37N5O9 BM 467,52
Tobramisin memiliki potensi tidak kurang dari 900 μg
per mg C18H37N5O9, dihitung terhadap zat anhidrat.
Pemerian Serbuk higroskopis, putih atau hampir putih.
Kelarutan Mudah larut dalam air; sangat sukar larut
dalam etanol; praktis tidak larut dalam kloroform dan
dalam eter.
Baku pembanding Tobramisin BPFI; tidak boleh
dikeringkan. Simpan dalam lemari pendingin. Bersifat
higroskopis. Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat
pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua isi,
pakailah larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang
belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin.
Identifikasi
A. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
tahap gerak Campuran metanol P-amonium
hidroksida P-kloroform P (60:30:25).
Larutan baku Timbang beberapa Tobramisin BPFI,
larutkan dan encerkan dalam air sampai kadar 6 mg per
ml.
Larutan uji Timbang beberapa zat, larutkan dan
encerkan dalam air sampai kadar 6 mg per ml.
Larutan resolusi Campuran sama banyak Larutan
baku dan Larutan uji.
procedure Totolkan masing-masing 3 μl Larutan
baku, Larutan uji dan Larutan resolusi pada jarak yang
sama pada lempeng kromatografi silika gel P setebal
0,25 mm. Masukkan lempeng ke dalam bejana
kromatografi berisi tahap gerak, eluasi dengan aliran
berlanjut selama 5,5 jam. Angkat lempeng, biarkan tahap
gerak menguap dan panaskan lempeng pada suhu 110°
selama 15 menit. Segera tentukan lokasi bercak, semprot
lempeng dengan larutan ninhidrin P 1% dalam campuran
butil alkohol P-piridin P (100:1): tobramisin
memberi bercak merah muda dan harga Rf, Larutan
uji dan Larutan resolusi sama dengan harga Rf, Larutan
baku.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan
uji terderivatisasi sesuai dengan Larutan baku
terderivatisasi yang diperoleh pada Penetapan kadar.
pH <1071> Antara 9,0 dan 11,0; lakukan penetapan
memakai larutan (1 dalam 10).
Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 8%.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 1,0%; lakukan
penetapan dengan membasahkan sisa pengarangan
dengan 2 ml asam nitrat P dan 5 tetes asam sulfat P.
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 30 bpj.
Kemurnian kromatografi Lakukan penetapan dengan
cara Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
tahap gerak Campuran natrium klorida P (29,2 dalam
100)-etanol P-air (50:30:20).
Larutan natrium hipoklorit encer Encerkan 20 ml
natrium hipoklorit P dengan air sampai 100 ml.
Pereaksi kanji-kalium iodida LP Larutkan 1,1 g
kalium iodida P dalam 60 ml air, didihkan selama
15 menit, dan tambahkan suspensi 1,5 g kanji larut P
dalam 10 ml air secara perlahan. Tambahkan 25 ml air
dan didihkan selama 10 menit. Biarkan dingin, lalu
encerkan dengan 100 ml air.
Larutan uji Timbang saksama 50 mg zat, masukkan
ke dalam labu tentukur 10-ml, larutkan dengan 7 ml air,
atur pH sampai 5,5±0,4 dengan penambahan asam sulfat
1 N. Encerkan dengan air sampai tanda.
Larutan baku Encerkan Larutan uji dengan air secara
kuantitatif sampai kadar lebih kurang 0,05 mg per ml.
procedure Totolkan masing-masing 1 μl larutan pada
lempeng kromatografi silika gel P setebal 0,25 mm.
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang
telah dijenuhkan dengan tahap gerak, biarkan sampai
tahap gerak mencapai tiga per empat tinggi lempeng.
Angkat lempeng, tandai batas rambat. Biarkan tahap
gerak menguap, lalu panaskan lempeng dalam
oven pada suhu 110° selama 10 menit. Semprot lempeng
yang masih panas dengan Larutan natrium hipoklorit
encer. Keringkan lempeng sampai bagian lempeng yang
disemprot memberi warna biru pucat sesudah diberi
- 1276 -
1 tetes pereaksi kanji-kalium iodida LP, semprot
lempeng dengan pereaksi kanji-kalium iodida LP sampai
muncul bercak ungu kebiruan. Selain bercak utama
tobramisin, tidak ada bercak dari Larutan uji yang lebih
intensif dari bercak utama Larutan baku (1,0%).
Syarat lain Jika pada etiket tertera tobramisin steril,
memenuhi syarat uji Sterilitas <71> dan Endotoksin
bakteri <201> seperti tertera pada Tobramisin untuk
Injeksi. Jika pada etiket tertera tobramisin harus diproses
lebih lanjut untuk pembuatan sediaan injeksi, memenuhi
syarat uji Endotoksin bakteri <201> seperti tertera pada
Tobramisin untuk Injeksi.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
tahap gerak Larutkan 2,0 g tris
(hidroksimetil)aminometana P dalam lebih kurang
800 ml air, tambahkan 20 ml asam sulfat 1 N, encerkan
dengan asetonitril P sampai 2000 ml, Diamkan sampai
dingin, saring memakai penyaring dengan porositas
0,2 μm atau lebih kecil. Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Pereaksi 2,4-dinitrofluorobenzen Larutkan beberapa
2,4-dinitrofluorobenzen P dalam etanol P sampai kadar
10 mg per ml. Larutan ini dapat dipakai selama
5 hari, jika disimpan dalam lemari pendingin pada saat
tidak dipakai .
Larutan persediaan tris(hidroksimetil) aminometana
Buat larutan persediaan tris(hidroksimetil) aminometan P
dalam air hinga kadar 15 mg per ml. Larutan persediaan
tris(hidroksimetil)aminometan ini dapat dipakai
selama 1 bulan, jika disimpan dalam lemari pendingin
pada saat tidak dipakai .
Pereaksi tris(hidroksimetil)aminometan Pindahkan
40 ml Larutan persediaan tris (hidroksimetil)
aminometana ke dalam labu tentukur 200-ml, tambahkan
dimetil sulfoksida P, campur dan encerkan dengan
dimetil sulfoksida P sampai tanda. pakailah pereaksi ini
selama 4 jam [Catatan Jika disimpan terendam dalam
tangas air es suhu di bawah 10° pereaksi dapat
dipakai sampai 8 jam.]
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 55 mg
Tobramisin BPFI masukkan ke dalam labu tentukur 50-
ml, tambahkan 1 ml asam sulfat 1 N dan air secukupnya
sampai larut, encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 10
ml larutan ini ke dalam labu tentukur 50-ml kedua,
encerkan dengan air sampai tanda dan campurkan.
Larutan ini mengandung lebih kurang 0,22 mg
Tobramisin BPFI per ml.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 55 mg
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, tambahkan
1 ml asam sulfat 1 N dan air secukupnya sampai larut,
encerkan dengan air sampai tanda dan campur. Pipet
10 ml larutan ini ke dalam labu tentukur 50-ml kedua,
encerkan dengan air sampai tanda.
procedure derivatisasi [Catatan Panaskan semua
larutan pada suhu dan lama waktu pemanasan yang
sama. Angkat dan letakkan pada tangas seluruh labu
secara bersama-sama pada suhu konstan 60°.]
Masukkan masing-masing 4,0 ml Larutan baku, Larutan
uji dan air ke dalam labu tentukur 50-ml yang terpisah.
Ke dalam masing-masing labu tentukur tambahkan
10 ml Pereaksi 2,4-dinitrofluorobenzen dan 10 ml
Pereaksi tris(hidroksimetil)aminometan, kocok dan
tutup. Letakkan labu ke dalam tangas dengan suhu
konstan 60°±2° dan panaskan selama 50 menit ± 5
menit. Angkat labu dari tangas dan diamkan selama
10 menit. Tambahkan asetonitril P ke dalam masing-
masing labu sampai lebih kurang 2 ml di bawah tanda
50-ml, diamkan dingin sampai suhu ruang, encerkan
dengan asetonitril P sampai tanda. Larutan ini
yaitu Larutan baku terderivatisasi, Larutan uji
terderivatisasi dan Larutan blangko.
Larutan resolusi Buat larutan segar p-naftolbenzein P
dalam asetonitril P sampai kadar lebih kurang 0,24 mg
per ml. Masukkan 2,0 ml larutan ini ke dalam labu
tentukur 10-ml, encerkan dengan Larutan baku
terderivatisasi sampai tanda dan segera pakailah .
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 365 nm dan kolom 30 cm x
3,9 mm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
1,2 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan blangko, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada procedure : identifikasi puncak
pelarut dan pereaksi. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan resolusi, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada procedure : waktu retensi
relatif p-naftolbenzein dan tobramisin 0,6 dan1,0;
resolusi, R, antara dua puncak tidak kurang dari 4,0.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku
terderivatisasi, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada procedure : simpangan baku
relatif pada penyuntikkan ulang tidak lebih dari 2,0%.
procedure [Catatan pakailah respons puncak.]
Suntikkan secara terpisah beberapa volume sama (lebih
kurang 20 μl) Larutan baku terderivatisasi dan Larutan
uji terderivatisasi ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
jumlah dalam μg tobramisin, C18H37N5O9, dalam zat
yang dipakai dengan rumus:
S
U
r
r
W
CE250
C yaitu kadar Tobramisin BPFI dalam mg per ml
Larutan baku; E yaitu kesetaraan tobramisin dari
Tobramisin BPFI dalam μg per mg; W yaitu bobot zat
uji yang ditimbang dalam mg; rU dan rS berturut-turut
yaitu respons puncak Larutan uji terderivatisasi dan
Larutan baku terderivatisasi.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
- 1277 -
INJEKSI TOBRAMISIN
Tobramycin Injection
Injeksi Tobramisin yaitu larutan steril Tobramisin
Sulfat dalam air untuk injeksi, atau Tobramisin dalam air
untuk injeksi yang dibuat dengan bantuan asam sulfat.
Mengandung Tobramisin, C18H37N5O9, tidak kurang dari
90,0% dan tidak lebih dari 120,0% dari jumlah yang
tertera pada etiket.
Baku pembanding Tobramisin BPFI; tidak boleh
dikeringkan. Simpan dalam lemari pendingin. Bersifat
higroskopis. Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat
pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua isi,
pakailah larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang
belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin.
Identifikasi
A. Encerkan beberapa volume injeksi dengan air
sampai kadar tobramisin 6 mg per ml dan lanjutkan
seperti uji A yang tertera pada Identifikasi dalam
Tobramisin, mulai dari “Totolkan masing-masing 3 μl
larutan uji”.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Larutan uji terderivatisasi sesuai dengan Larutan baku
terderivatisasi seperti yang diperoleh pada Penetapan
kadar.
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 2,00 unit
Endotoksin FI per mg tobramisin.
Sterilitas <71> Memenuhi syarat, jika diuji seperti
tertera pada Penyaringan membran dalam uji Sterilitas.
pH <1071> Antara 3,0 dan 6,0.
Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti
tertera pada Injeksi volume kecil.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Injeksi.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
tahap gerak, Pereaksi 2,4-dinitrofluorobenzen, Pereaksi
tris (hidroksimetil)aminometana, Larutan baku, procedure
derivatisasi, Larutan resolusi dan Sistem kromatografi
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar dalam
Tobramisin.
Larutan uji Ukur saksama beberapa volume injeksi,
encerkan secara kuantitatif dan jika perlu bertahap
dengan air sampai kadar lebih kurang 0,2 mg per ml.
procedure Lakukan seperti tertera