kukan penetapan dengan cara Spektrofotometri
Ultraviolet dan Cahaya Tampak seperti tertera pada
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>.
Encerkan zat uji dengan larutan natrium klorida P 0,9%
sampai mengandung 1% protein. Serapan larutan pada
403 nm tidak lebih dari 0,15. pakailah air sebagai
blangko.
Polimer dan agregat Nitrogen total dalam kumpulan
fraksi tidak lebih dari 5%; lakukan penetapan dengan
cara Kromatografi eksklusi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Lakukan penetapan pada suhu
ruang. Jika perlu encerkan zat uji dengan dapar fosfat
campuran pH 7,0 mengandung azida sampai
mengandung protein 4,0% - 5,0%, masukkan 2 mg
sediaan uji pada kolom 1 m x 25 mm berisi dekstran
sambung silang dengan bobot molekul dari 5000 -
350.000 (misalnya Sephadex G150). Eluasi dengan tahap
gerak Dapar fosfat campuran pH 7,0 mengandung azida
dengan laju aliran 20 ml (4 ml per sentimeter kuadrat
luas kolom) per jam. Ukur serapan eluat pada panjang
gelombang 280 nm. Kumpulkan eluat dalam tiap fraksi
lebih kurang 4 ml dan kumpulkan fraksi untuk setiap
puncak dan pakailah untuk penetapan kadar nitrogen
dengan Metode I seperti tertera pada Penetapan Kadar
Nitrogen dalam Produk Darah <591>.
Kalium <351> Tidak lebih dari 50 μmol per g protein;
lakukan penetapan dengan cara Spektrofotometri atom:
emisi dan serapan seperti tertera pada Spektrofotometri
dan Hamburan Cahaya <1191>. Ukur serapan pada
766 nm dan pakailah larutan 114,4 mg kalium klorida P
(yang telah dikeringkan pada suhu 130º sampai bobot
tetap) dalam air sampai 1000 ml sebagai baku.
Natrium Mengandung 95% - 105% dari jumlah yang
tertera pada etiket, untuk hal tertentu tidak lebih dari
160 mmol per liter; lakukan penetapan dengan cara
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>. Ukur
serapan pada 589 nm dan pakailah larutan 508,4 mg
natrium klorida P (yang telah dikeringkan pada suhu
130º sampai bobot tetap) dalam air sampai 1000 ml
sebagai baku.
Komposisi protein Lakukan penetapan dengan Metode
II Elektroforesis Selulose Asetat seperti tertera pada
Elektroforesis <831> memakai larutan sebagai
berikut: Larutan 1) encerkan sediaan uji dengan larutan
natrium klorida P 0,9% sampai mengandung 2% protein.
Larutan 2) encerkan larutan Albumin Manusia untuk
Elektroforesis BPFI dengan larutan natrium klorida P
0,9% sampai mengandung 2% protein. Pita bercak lain
selain bercak utama yang diperoleh dari larutan 1)
mengandung tidak lebih dari 5% protein. Uji tidak absah
kecuali perbandingan protein dalam pita bercak utama
yang diperoleh dari larutan 2) dalam batas yang tertera
pada etiket Albumin Manusia untuk Elektroforesis BPFI.
Toksisitas Abnormal Memenuhi syarat Uji toksisitas
abnormal seperti tertera pada Uji Reaktivitas secara
Biologi in-vivo <251>.
Pirogen <231> Memenuhi syarat; lakukan penetapan
memakai dosis uji 3 ml per kg bobot kelinci.
Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
Penetapan kadar Mengandung 95% - 105% protein
dari jumlah protein yang tertera pada etiket. Lakukan
penetapan dengan Metode I seperti tertera pada
Penetapan Kadar Nitrogen dalam Produk Darah <591>.
Encerkan sediaan uji dengan larutan natrium klorida P
0,9% sampai diperoleh larutan yang mengandung lebih
kurang 15 mg protein per 2 ml. Masukkan 2 ml larutan
ini ke dalam tabung sentrifuga alas bulat, tambahkan
2 ml larutan natrium molibdat P 7,5% dan 2 ml
campuran air dan asam sulfat bebas nitrogen P (30:1).
Kocok dan sentrifus selama 5 menit, tuang beningan dan
letakkan tabung sentrifuga di atas kertas saring dalam
posisi terbalik, sampai kering. Tetapkan kadar nitrogen
dalam residu. Hasil yang diperoleh kalikan 6,25 untuk
memperoleh kadar protein.
Wadah dan penyimpanan Simpan pada suhu 2º - 25º
terlindung cahaya. Bila disimpan pada suhu 2º - 8º
diharapkan memenuhi syarat selama 5 tahun sejak
sediaan dipanaskan pada suhu 60,0º selama 10 jam. Bila
disimpan pada suhu tidak lebih dari 25º diharapkan
memenuhi syarat selama 3 tahun sejak sediaan
dipanaskan pada suhu 60,0º selama 10 jam.
INJEKSI ALBUMIN TERIODINASI 125I
Iodinated 125I Albumin Injection
Injeksi Albumin Teriodinasi 125I yaitu larutan isotonis
steril, didapar mengandung Albumin manusia normal,
diatur sampai radioaktivitas larutan tidak lebih dari
37 MBq (1 mCi) per ml. Dibuat dengan cara iodinasi
lemah albumin manusia normal dengan iodium
radioaktif 125I, untuk memasukan tidak lebih dari satu
gram-atom Iodium tiap gram-molekul (60.000 g)
albumin.
Injeksi Albumin Teriodinasi 125I mengandung tidak
kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari
jumlah 125I sebagai albumin teriodinasi yang tertera pada
etiket, dinyatakan dalam MBq (μCi atau mCi) per ml pada
- 74 -
waktu kalibrasi dilakukan. Radioaktivitas bentuk lain
tidak lebih dari 3% dari radioaktivitas total. Produksi dan
distribusi harus mengikuti ketentuan yang berlaku.
Baku pembanding Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat
pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua isi,
pakailah larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang
belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin.
Identifikasi radionuklida Lakukan seperti tertera pada
radioaktivitas <1171>. Spektrum sinar gamma menampilkan
puncak energi utama 0,0355 MeV sama dengan 125I yang
dipakai sebagai baku dengan kemurnian diketahui.
Endotoksin bakteri <201> Memenuhi syarat. Batas
kandungan endotoksin tidak lebih dari 175/V unit
endotoksin FI per ml injeksi; V yaitu jumlah dosis
maksimum yang dianjurkan dalam ml, pada waktu
kadaluarsa.
pH <1071> Antara 7,0 dan 8,5.
Kemurnian radiokimia Tidak kurang dari 97,0%;
totolkan beberapa volume tertentu, yang diencerkan
dengan pelarut yang sesuai sampai memberi laju
cacahan sekitar 20.000 cacahan per menit, lebih kurang
25 mm dari ujung kertas kromatografi berukuran
300 mm x 25 mm dan biarkan mengering. Eluasi secara
kromatografi kertas menaik selama lebih kurang 4 jam,
memakai tahap gerak larutan metanol P
(7 dalam 10). Keringkan di udara tetapkan distribusi
radioaktivitas dengan menatah kromatogram
memakai detektor radio kolimasi yang sesuai. Tidak
kurang dari 97,0% dari radioaktivitas total dalam bentuk
albumin (pada titik penotolan).
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Injeksi, kecuali injeksi tidak harus memenuhi anjuran
seperti tertera pada Volume dalam wadah.
Penetapan radioaktivitas Lakukan penetapan
radioaktivitas dalam MBq (mCi) per ml injeksi albumin
125I memakai alat pencacah yang sesuai seperti
tertera pada pemilihan alat pencacah dan sistem
terkalibrasi pada radioaktivitas <1171>.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal
atau dosis ganda, pada suhu 2° - 8°.
Penandaan Kecuali peryataan seperti tertera pada
Penandaan dalam Injeksi, pada etiket harus juga tertera:
(1) tanggal dan waktu kalibrasi, (2) jumlah 125I sebagai
albumin teriodinasi, dinyatakan dalam MBq (μCi atau
mCi), kadar dinyatakan dalam MBq (μCi atau mCi) per
ml pada saat kalibrasi, (3) tanggal kadaluarsa,
(4) pernyataan awas bahan radioaktif, (5) informasi bahwa
dalam perhitungan dosis, lakukan koreksi terhadap
peluruhan radioaktif, (6) waktu paruh125I yaitu 60 hari.
INJEKSI ALBUMIN TERIODINASI 131I
Iodinated 131I Albumin Injections
Injeksi Albumin Teriodinasi 131I merupakan larutan
isotonis, steril, didapar mengandung serum Albumin
manusia normal dan diatur sampai radioaktivitas tidak
lebih dari 37 MBq (1 mCi) per ml. Dibuat dengan
iodinasi lemah albumin manusia normal memakai
radio aktif 131I, untuk memasukkan tidak lebih dari satu
gram-atom iodium tiap gram molekul (60.000 g)
albumin.
Injeksi Albumin Teriodinasi 131I mengandung tidak
kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari
jumlah albumin 131I yang tertera pada etiket, dinyatakan
dalam MBq (μCi atau mCi) per ml pada waktu kalibrasi
dilakukan. Radioaktivitas dalam bentuk yang lain tidak
lebih dari 3% dari radioaktivitas total. Produksi dan
distribusi harus mengikuti aturan yang berlaku.
Baku pembanding Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat
pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua isi,
pakailah larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang
belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin.
Identifikasi radionuklida Lakukan seperti tertera pada
Radioaktivitas <1171>. Spektrum sinar gamma
menampilkan puncak energi utama 0,364 MeV sama
dengan 131I yang dipakai sebagai baku dengan
kemurnian diketahui.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Wadah
dan penyimpanan, Endotoksin bakteri, pH, Kemurniaan
radiokimia dan Penetapan radioaktivitas dalam Injeksi
Albumin Teriodinasi 125I juga memenuhi syarat seperti
tertera pada Injeksi, kecuali jika tidak harus memenuhi
anjuran seperti tertera pada Penetapan volume injeksi
dalam wadah <1131> memenuhi persyaratan berlaku.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal
atau dosis ganda, pada suhu 2° - 8°.
Penandaan Kecuali pernyataan seperti tertera pada
Penandaan dalam Injeksi, pada penandaan juga tertera
1) tanggal dan waktu kalibrasi, 2) jumlah 131I sebagai
albumin teriodinasi, dinyatakan dalam MBq (μCi atau
mCi), kadar dinyatakan dalam MBq (μCi atau mCi) per
ml pada saat kalibrasi, 3) tanggal kadaluarsa,
4) pernyataan “Awas bahan radio aktif“ 5) dalam
perhitungan dosis, lakukan koreksi terhadap peluruhan
radioaktif, 6) waktu paruh131I yaitu 8,08 hari.
INJEKSI ALBUMIN TERIODINASI 131I
TERAGREGASI
Iodinated 131I Albumin Aggregated Injections
Injeksi Albumin Teriodinasi 131I Teragregasi yaitu
suspensi steril Albumin manusia dalam air, yang telah
- 75 -
diiodinasi dengan 131I dan didenaturasi untuk
memperoleh agregat dengan ukuran partikel tertentu.
Tiap ml suspensi mengandung tidak kurang dari 300 μg
dan tidak lebih dari 3,0 mg albumin teragregrasi dengan
aktivitas jenis tidak kurang dari 7,4 MBq (200 μCi) per
mg dan tidak lebih dari 44,4 MBq (1,2 mCi) per mg
albumin teragregrasi. Mengandung tidak kurang dari
95% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah 131I sebagai
albumin teragregrasi yang tertera pada etiket, dinyatakan
dalam MBq (μCi atau mCi) per ml di tetapkan pada saat
kalibrasi dilakukan. Radioaktivitas dalam bentuk kimia
lain tidak lebih dari 6% dari radioaktivitas total.
Produksi dan distribusi harus mengikuti peraturan yang
berlaku.
Baku pembanding Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat
pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua isi,
pakailah larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang
belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin.
Identifikasi radionuklida Lakukan seperti tertera pada
Radioaktivitas <1171>. Spektrum sinar gamma
menampilkan puncak energi utama 0,364 MeV yang
sama seperti pada 131I yang dipakai sebagai baku
dengan kemurnian yang diketahui.
Endotoksin bakteri <201> Memenuhi syarat. Batas
kandungan endotoksin tidak lebih dari 175/V unit
endotoksin FI per ml injeksi, dibandingkan dengan
Endotoksin BPFI; V yaitu jumlah dosis maksimum
yang dianjurkan dalam ml, pada waktu kadaluarsa.
pH <1071> Antara 5,0 dan 6,0.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Injeksi, kecuali tidak harus memenuhi anjuran seperti
tertera pada Volume dalam wadah.
Penetapan radioaktivitas Lakukan penetapan
radioaktivitas dalam MBq (μCi) per ml Injeksi Albumin
Teriodinasi 131I Teragregrasi, menpakailah alat pencacah
yang sesuai seperti tertera pada Pemilihan alat pencacah
dan sistem terkalibrasi dalam radioaktivitas <1171>.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal
atau dosis ganda, pada suhu 2° - 8°.
Penandaan Kecuali pernyataan seperti tertera pada
Penandaan dalam Injeksi, pada penandaan juga tertera:
(1) waktu dan tanggal kalibrasi, (2) jumlah 131I sebagai
albumin teragregrasi dinyatakan dalam MBq (μCi atau
mCi), kadar dinyatakan dalam mg per ml pada saat
kalibrasi, (3) tanggal kadaluarsa (4) pernyatan “Awas bahan
radioaktif”, (5) informasi bahwa dalam menghitung dosis
lakukan koreksi terhadap peluruhan radioaktif, (6) waktu
paruh131I yaitu 8,08 hari, (7) kocok dahulu sebelum ditarik
kedalam semprit, (8) jangan dipakai bila ada
penggumpalan albumin.
ALENDRONAT NATRIUM
Alendronate Sodium
Natrium trihidrogen (4-amino-1-hidroksi butiliden)-
difosfonat,trihidrat [121268-17-5]
C4H12NNaO7P2. 3H2O BM 325,12
Alendronat Natrium mengandung tidak kurang dari
98,0% dan tidak lebih dari 102,0%, C4H12NNaO7P2,
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian Serbuk putih mudah mengalir.
Kelarutan Larut dalam air; sangat sukar larut dalam
dimetil sulfoksida, dalam metil alkohol dan dalam
propilen glikol; praktis tidak larut dalam aseton, dalam
asetonitril, dalam etanol, dalam kloroform dan dalam
isopropil alkohol.
Baku pembanding Alendronat Natrium BPFI; tidak
boleh dikeringkan. Merupakan bentuk trihidrat dari
alendronat natrium. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
sesudah dibuka, simpan dalam desikator pada suhu
ruang.
Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam minyak mineral P menampilkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
seperti pada Alendronat Natrium BPFI.
B. menampilkan reaksi nyala Natrium seperti tertera
pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Susut pengeringan <1121> Tidak kurang dari 16,1%
dan tidak lebih dari 17,1%; lakukan pengeringan pada
tekanan tidak lebih dari 5 mmHg, pada suhu 140º sampai
bobot tetap.
Logam berat <371> Metode V Tidak lebih dari 10 bpj.
Kemurnian kromatografi Masing-masing cemaran
tidak lebih dari 0,1% dan total cemaran tidak lebih dari
0,5%; lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan borat dan Pengencer Lakukan seperti tertera
pada Penetapan kadar.
Dapar Timbang 5,88 g natrium sitrat dihidrat P dan
2,84 g natrium fosfat dibasa anhidrat P masukkan ke
dalam labu tentukur 2000-ml, larutkan dan encerkan
dengan air sampai tanda. Atur pH sampai 8 dengan
penambahan asam fosfat P. Saring melalui penyaring
dengan porositas 0,5 m atau lebih kecil.
- 76 -
Larutan 9-fluoroenilmetil kloroformat Timbang
beberapa 9-fluoroenilmetil kloroformat, larutkan dalam
asetonitril P sampai kadar lebih kurang 4 mg per ml.
Larutan dibuat segar.
Larutan A Buat campuran Dapar-asetonitril P (17:3).
Saring dan awaudarakan.
Larutan B Buat campuran asetonitril P-Dapar (7:3).
Saring dan awaudarakan.
tahap gerak pakailah variasi campuran Larutan A dan
Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi. Jika
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku persediaan Timbang saksama beberapa
Alendronat Natrium BPFI, larutkan dalam Pengencer
sampai kadar lebih kurang 0,6 mg per ml.
Larutan baku Pipet 5 ml Larutan baku persediaan ke
dalam tabung sentrifuga polipropilen 50 ml bertutup ulir
yang berisi 5 ml Larutan borat. Tambahkan 5 ml
asetonitril P dan 5 ml Larutan 9-fluoroenilmetil
kloroformat, kocok selama 45 detik. Biarkan pada suhu
ruang selama 30 menit. Tambahkan 20 ml metilen
klorida P, kocok kuat selama 1 menit. Sentrifus selama
5 - 10 menit, pakailah bagian yang jernih di atas lapisan
air.
Enceran larutan baku Ukur saksama beberapa volume
Larutan baku persediaan, encerkan dengan Pengencer
sampai kadar lebih kurang 0,6 μg per ml. Pipet 5 ml
larutan, lakukan seperti tertera pada Larutan baku, mulai
dari ”ke dalam tabung sentrifuga polipropilen 50 ml
bertutup ulir”.
Blangko pakailah 5 ml Pengencer, lakukan seperti
tertera pada Larutan baku, mulai dari ”ke dalam tabung
sentrifuga 50 ml polipropilen bertutup ulir”.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 30 mg zat,
masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, larutkan dan
encerkan dengan Pengencer sampai tanda, kocok. Pipet
5 ml larutan dan lakukan seperti tertera pada Larutan
baku, mulai dari ”ke dalam tabung sentrifuga
polipropilen bertutup ulir 50 ml”.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 266 nm dan kolom 25 cm x
4,1 mm yang berisi bahan pengisi L21. Laju alir lebih
kurang 1,8 ml per menit. Pertahankan suhu kolom pada
45°. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku dan
Enceran larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak seperti tertera pada procedure : faktor
ikutan puncak utama pada kromatogram Larutan baku
tidak lebih dari 2,0; puncak Enceran larutan baku pada
waktu retensi yang sama dengan Larutan baku harus
memiliki perbandingan “signal to noise” tidak kurang
dari 3.
procedure Suntikkan secara terpisah beberapa volume
sama (lebih kurang 20 l) Larutan uji dan Blangko,
rekam kromatogram dan ukur respons semua puncak.
Abaikan setiap puncak yang sesuai dengan puncak
Blangko. Hitung persentase masing-masing cemaran
dalam zat dengan rumus:
S
i
r
r100
ri yaitu respons puncak masing-masing cemaran;
rS yaitu jumlah semua respons puncak cemaran dan
puncak utama.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Dapar Larutkan 14,7 g natrium sitrat dihidrat P dan
7,05 g natrium fosfat dibasa anhidrat P dalam air sampai
1000 ml, atur pH sampai 8 dengan penambahan asam
fosfat P.
Pengencer Larutkan 29,4 g natrium sitrat dihidrat P
dalam air sampai 1000 ml.
Larutan borat Larutkan 19,1 g natrium borat P dalam
air sampai 1000 ml.
Larutan 9-Fluoroenilmetil kloroformat Timbang
beberapa 9-fluoroenilmetil kloroformat, larutkan dalam
asetonitril P sampai kadar lebih kurang 0,5 mg per ml.
Larutan dibuat segar.
tahap gerak Buat campuran Dapar-asetonitril P-
metanol P (70:25:5), saring dan awaudarakan. Jika perlu
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku persediaan Timbang saksama beberapa
Alendronat Natrium BPFI, larutkan dalam Pengencer
sampai kadar lebih kurang 0,1 mg per ml.
Larutan baku Pipet 5 ml Larutan baku persediaan ke
dalam tabung sentrifuga polipropilen 50 ml bertutup ulir
yang berisi 5 ml Larutan borat. Tambahkan 5 ml
Larutan 9-fluoroenilmetil kloroformat dan kocok selama
30 detik. Diamkan pada suhu ruang selama 25 menit.
Tambahkan 25 ml metilen klorida P, kocok kuat selama
1 menit. Sentrifus selama 5 - 10 menit. pakailah bagian
yang jernih di atas lapisan air.
Blangko pakailah 5 ml Pengencer, lakukan seperti
tertera pada Larutan baku, dimulai dengan ”ke dalam
tabung sentrifuga polipropilen 50 ml bertutup ulir”.
Larutan uji persediaan Timbang saksama lebih
kurang 25 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur
250-ml, larutkan dan encerkan dengan Pengencer
sampai tanda.
Larutan uji Pipet 5 ml Larutan uji persediaan,
lakukan seperti tertera pada Larutan baku dimulai
dengan ”ke dalam tabung sentrifuga polipropilen 50 ml
bertutup ulir”.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Waktu Larutan A Larutan B Eluasi
(menit) (%) (%)
0 100 0 Kesetimbangan
0-15 100 50 0 50 Gradien Linier
15-25 50 0 50 100 Gradien Linier
25-27 0 100 100 0 Gradien Linier
27-32 100 0 Isokratik
- 77 -
dilengkapi dengan detektor 266 nm dan kolom 25 cm x
4,1 mm berisi bahan pengisi L21. Laju alir lebih kurang
1,2 ml per menit. Pertahankan suhu kolom pada 35º.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada procedure : efisiensi kolom tidak kurang dari 1500
lempeng teoritis; faktor ikutan tidak lebih dari 1,5;
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
lebih dari 2,0%.
procedure Suntikkan secara terpisah beberapa volume
sama (lebih kurang 10μl) Larutan baku, Larutan uji dan
Blangko, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
utama. Hitung jumlah dalam mg alendronat natrium,
C4H12NNaO7P2, dalam zat yang dipakai dengan
rumus:
S
U
S r
rDC
D yaitu faktor pengenceran Larutan uji persediaan;
CS yaitu kadar Alendronat Natrium BPFI dihitung
sebagai bentuk anhidrat dalam mg per ml Larutan baku
persediaan; rU dan rS berturut-turut yaitu respons
puncak dari Larutan uji dan Larutan baku.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
pada suhu ruang.
ALFA TOKOFEROL
Vitamin E
Tocopherol
Vitamin E yaitu bentuk dari alfa tokoferol (C29H50O2)
termasuk d- atau dl-alfa tokoferol (C29H50O2); d-atau dl-
alfa tokoferol asetat (C31H52O3); d-atau dl-alfa tokoferol
asam suksinat (C33H54O5). Mengandung tidak kurang
dari 96,0% dan tidak lebih dari 102,0% masing-masing
C29H50O2, C31H52O3, atau C33H54O5.
Pemerian Praktis tidak berbau dan tidak berasa bentuk
alfa tokoferol dan alfa tokoferol asetat berupa minyak
kental jernih, warna kuning atau kuning kehijauan.
d-Alfa tokoferol asetat dapat berbentuk padat pada suhu
dingin. Alfa tokoferol asam suksinat berupa serbuk
warna putih; bentuk d-isomer melebur pada suhu lebih
kurang 75° dan bentuk dl- melebur pada suhu lebih
kurang 70°. Golongan alfa tokoferol tidak stabil terhadap
udara dan cahaya. Bentuk ester stabil terhadap udara dan
cahaya. Golongan alfa tokoferol dan esternya tidak stabil
dalam suasana alkalis. Senyawa dengan asam suksinat
juga tidak stabil bila dalam bentuk leburan.
Kelarutan Alfa tokoferol asam suksinat tidak larut
dalam air; sukar larut dalam larutan alkali; larut dalam
etanol, dalam eter, dalam aseton dan dalam minyak
nabati; sangat mudah larut dalam kloroform. Bentuk
vitamin E lain tidak larut dalam air; larut dalam etanol;
dapat bercampur dengan eter, dengan aseton, dengan
minyak nabati dan dengan kloroform.
Baku pembanding Alfa Tokoferol BPFI; simpan dalam
wadah tertutup rapat terlindung cahaya; sesudah ampul
dibuka segera ambil zat dan simpan ampul yang berisi
sisa zat di bawah gas inert, dalam wadah tertutup rapat
dan terlindung cahaya, tidak boleh dikeringkan sebelum
dipakai . Alfa Tokoferol Asetat BPFI; simpan dalam
wadah tertutup rapat terlindung cahaya, tidak boleh
dikeringkan sebelum dipakai , sesudah ampul dibuka
segera ambil zat dan simpan ampul yang berisi sisa zat
di bawah gas inert, dalam wadah tertutup rapat,
terlindung cahaya. Alfa Tokoferol Asam Suksinat BPFI;
simpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung
cahaya, tidak boleh dikeringkan sebelum dipakai .
Identifikasi
Larutan uji untuk alfa tokoferol asetat [Catatan
pakailah alat kaca aktinik rendah.] Timbang saksama
lebih kurang 220 mg d- atau dl-alfa tokoferol asetat,
masukkan kedalam labu alas bulat bersumbat kaca
150 ml, larutkan dalam 25 ml etanol mutlak P.
Tambahkan 20 ml larutan asam sulfat P dalam etanol P
(1 dalam 7), refluks dalam alat yang semua terdiri dari
kaca selama 3 jam, terlindung cahaya matahari.
Dinginkan pindahkan ke dalam labu tentuktur 200-ml,
encerkan dengan larutan asam sulfat P dalam etanol P
(1 dalam 72 ) sampai tanda dan campur.
Larutan uji untuk alfa tokoferol asam suksinat
[Catatan pakailah alat kaca aktinik rendah]. Timbang
saksama beberapa zat uji setara dengan lebih kurang
200 mg alfa tokoferol, masukkan ke dalam labu alas
bulat bersumbat kaca 250 ml, larutkan dalam 50 ml
etanol mutlak P dan refluks selama 1 menit. Bila larutan
sudah mendidih tambahkan 1 g kepingan kalium
hidroksida P melalui kondensor satu persatu untuk
menghindari terbentuknya panas berlebihan [Perhatian
pakailah kacamata pelindung]. Lanjutkan refluks selama
20 menit, tanpa didinginkan, tambahkan hati-hati 2 ml
asam klorida P tetes demi tetes melalui kondensor
[Catatan untuk menghindari oksidasi udara sebab zat
dalam pelarut alkali], dinginkan, pindahkan isi labu ke
dalam corong pisah 500 ml cuci labu dengan 100 ml air,
lalu dengan 100 ml eter P. Masukkan cucian
dalam corong pisah. Kocok kuat biarkan memisah,
masukkan tiap lapisan ke dalam dua corong pisah yang
berbeda. Ekstraksi lapisan air dua kali, tiap kali dengan
50 ml eter P. Tambahkan ekstrak eter ini pada ekstrak
eter pertama. Kumpulan ekstrak eter dicuci empat kali,
tiap kali dengan 100 ml air, lalu uapkan ekstrak
eter di atas tangas air di bawah tekanan atau aliran gas
nitrogen P sampai tersisa lebih kurang 7 atau 8 ml.
Uapkan sisa eter tanpa pemanasan. Larutkan segera
residu dalam larutan asam sulfat P dalam etanol P
(1 dalam 72), pindahkan ke dalam labu tentukur 200-ml,
encerkan dengan larutan asam sulfat P dalam etanol P
sampai tanda, campur.
A. Buat larutan mengandung 10 mg alfa tokoferol tak
teresterifikasi dalam 10 ml etanol mutlak P atau pakailah
- 78 -
10 ml larutan uji untuk alfa tokoferol asetat atau larutan
uji untuk alfa tokoferol asam suksinat. Tambahkan
dengan digoyang 2 ml asam nitrat P, dan panaskan pada
suhu lebih kurang 75° selama 15 menit: terjadi warna
merah terang atau jingga.
B. Timbang saksama lebih kurang 100 mg alfa
tokoferol tak teresterifikasi larutkan dalam 50 ml eter P.
Untuk ester d-tokoferol, pipet Larutan uji untuk alfa
tokoferol asetat atau Larutan uji untuk alfa tokoferol
asam suksinat setara dengan lebih kurang 100 mg zat uji,
masukkan ke dalam corong pisah dan tambahkan 200 ml
air. Ekstraksi dua kali, pertama dengan 75 ml eter P,
lalu dengan 25 ml eter P. Masukkan kumpulan
ekstrak eter ke dalam corong pisah yang lain. Pada
ekstrak eter dari bentuk tak teresterifikasi atau alfa
tokoferol terhidrolisis tambahkan 20 ml larutan kalium
heksasianoferat(III) P (1 dalam 10) dan larutan natrium
hidroksida P (1 dalam 25), kocok selama 3 menit. Cuci
ekstrak eter empat kali, tiap kali dengan 50 ml air, buang
cairan cucian dan keringkan dengan natrium sulfat
anhidrat P. Uapkan ekstrak eter di atas tangas air di
bawah tekanan atau aliran gas nitrogen P sampai tersisa
lebih kurang 7 - 8 ml, lalu lanjutkan penguapan
tanpa pemanasan. Larutkan segera residu dalam 5,0 ml
isooktana P dan tetapkan rotasi jenis. Hitung rotasi jenis
sesuai tertera pada Penetapan Rotasi Optik <1081>;
c yaitu jumlah gram tokoferol total yang diperoleh
pada Penetapan kadar dalam tiap 100 ml larutan uji:
bentuk d-isomer memiliki rotasi jenis tidak kurang
dari +240 sedangkan bentuk dl- tidak menampilkan
rotasi optik.
C. Waktu retensi relatif puncak utama kromatogram
terhadap baku internal dari larutan uji yang diperoleh
dari penetapan kadar sama seperti pada Larutan baku.
Keasaman Alfa tokoferol asam suksinat memerlukan
antara 18,0 dan 19,3 ml natrium hidroksida 0,1 N:
bentuk vitamin E lain memerlukan tidak lebih dari
1,0 ml natrium hidroksida 0,1 N. Lakukan penetapan
dengan melarutkan 1,0 g zat uji dalam 25 ml campuran
sama banyak etanol P dan eter P (yang telah dinetralkan
terhadap Fenolftalein dengan natrium hidroksida
0,1 N LV), tambahkan 0,5 ml Fenolftalein LP titrasi
dengan natrium hidroksida 0,1 N LV sampai terjadi
warna merah muda lemah yang tidak hilang sesudah
dikocok 30 detik.
Penetapan kadar alfa tokoferol Lakukan penetapan
dengan cara Kromatografi gas seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Larutan baku internal Timbang beberapa heksadesil
heksadekanoat P, larutkan dalam n-heksan P sampai
kadar lebih kurang 1 mg per ml.
Larutan baku [Catatan pakailah alat kaca aktinik
rendah.] Timbang saksama beberapa alfa tokoferol BPFI,
larutkan dalam beberapa larutan baku internal sampai
kadar lebih kurang 1 mg per ml.
Larutan uji [Catatan pakailah alat kaca aktinik
rendah.] Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat
(d-atau dl-alfa tokoferol), masukan ke dalam labu
tentukur 50-ml, larutkan dalam larutan baku internal,
encerkan dengan larutan baku internal sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi
dengan detektor ionisasi nyala dan kolom kaca
borosilikat 2 m x 4 mm berisi bahan pengisi 2% - 5%
tahap cair G2 pada partikel penyangga S1AB80 80 - 100
mesh. Pertahankan suhu kolom pada suhu antara 245o
dan 2650, suhu injektor dan detektor lebih kurang 10o
lebih tinggi dari suhu kolom; laju alir gas pembawa
kering disesuaikan sampai diperoleh puncak heksadesil
heksadekanoat, lebih kurang 18 - 20 menit sesudah
penyuntikan larutan contoh bila dipakai kolom 2%
atau 30 - 32 menit bila dipakai kolom 5% [Catatan
kondisikan kolom dengan cara seperti tertera pada
Kromatografi <931>.]
Uji zat pengganggu Timbang saksama zat uji, larutkan
dalam n-heksan P sampai diperoleh larutan dengan kadar
lebih kurang 1 mg per ml. Suntikkan beberapa volume
larutan ini yang diukur saksama sampai diperoleh
kromatogram dengan puncak utama tidak kurang dari
50% respon maksimum perekam. Dengan cara yang
sama suntikkan beberapa volume larutan baku internal
yang diukur saksama. Bila sebuah puncak kromatogram
zat uji memiliki waktu retensi sama dengan
heksadesil heksadekanoat, buat suatu faktor koreksi
pengenceran atau atenuasi dan tentukan luas yang
disebabkan oleh komponen penggangu yang harus
dikurangkan dari luas puncak larutan baku internal yang
diperoleh pada larutan uji seperti tertera pada procedure .
Kesesuaian sistem Suntikkan beberapa larutan
campuran dalam n-heksan P dengan kadar 1 mg per ml
masing-masing Alfa Tokoferol BPFI dan Alfa Tokoferol
Asetat BPFI seperti tertera pada procedure sampai
diperoleh resolusi, R, tidak kurang dari 1,0.
Kalibrasi Suntikkan beberapa larutan baku, rekam
respons puncak seperti tertera pada procedure . Hitung
faktor respons relatif, F, dari Larutan baku dengan rumus:
S
D
D
S
C
C
A
A
CD dan CS berturut-turut yaitu kadar heksadesil
heksadekanoat P dan Alfa Tokoferol BPFI dalam mg per
ml Larutan baku. lalu suntikkan berturut-turut
beberapa sediaan baku untuk memastikan bahwa faktor
respon relatif, F, tetap sekitar 2,0%.
procedure Suntikkan beberapa volume (2 - 5μl)
Larutan uji ke dalam kromatograf gas yang sesuai,
rekam kromatogram sampai diperoleh sekurang-
kurangnya 50% respon maksimum perekam. Ukur luas
dari puncak utama pertama alfa tokoferol dan luas
puncak utama kedua heksadesil heksadekanoat, rekam
harga berturut-turut sebagai aU dan aD. Hitung kadar
dalam mg alfa tokoferol dalam vitamin E dengan rumus:
D
UD
a
a
F
C50
- 79 -
CD yaitu kadar heksadisil heksadekanoat dalam mg per
ml Larutan baku; F yaitu faktor respons relatif.
Penetapan kadar alfa tokoferol asetat Lakukan
penetapan seperti tertera pada Penetapan kadar alfa
tokoferol dengan mengganti alfa tokoferol dengan alfa
tokoferol asetat dan Alfa Tokoferol BPFI dengan Alfa
Tokoferol Asetat BPFI.
Penetapan kadar alfa tokoferol asam suksinat
Lakukan penetapan seperti tertera pada Penetapan kadar
alfa tokoferol dengan mengganti alfa tokoferol asam
suksinat dan Alfa Tokoferol BPFI dengan Alfa Tokoferol
Asam Suksinat BPFI. Kromatogram yang diperoleh pada
penetapan kadar menampilkan waktu retensi relatif lebih
kurang 0,53 untuk alfa tokoferol, 0,62 untuk alfa
tokoferol asetat, 0,54 untuk alfa tokoferol asam suksinat
dan 1,0 untuk heksadesil heksadekanoat.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
terlindung cahaya. Bentuk d- atau dl-alfa tokoferol
dilindungi dengan gas inert.
Penandaan Pada etiket tertera bentuk kimia d- atau dl-.
Aktivitas vitamin E dapat dinyatakan sebagai jumlah
eqivalen d-alfa tokoferol dalam mg per g berdasarkan
hubungan unit dan bobot.
ALFA TOKOFEROL ASETAT
Vitamin E Asetat
Tocopherol Acetate
OH3C
OOCH3C
CH3
CH3
CH3
CH3
CH3 CH3 CH3
3,4-Dihidro-2,5,7,8-tetrametil-2-(4,8,12-trimetil
tridesil)-2H-1-benzopiran-6-ol asetat [7695-91-2]
C31H52O3 BM 472,7
Alfa Tokoferol Asetat yaitu semua bentuk rasemat
-tokoferol asetat. Mengandung tidak kurang dari 96,0%
dan tidak lebih dari 102,0%, C31H52O3.
Pemerian Cairan berminyak, jernih, kental; warna agak
kuning kehijauan.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; mudah larut
dalam etanol mutlak, dalam aseton, dalam kloroform,
dalam eter dan dalam minyak lemak; larut dalam etanol.
Baku pembanding Alfa Tokoferol Asetat BPFI; simpan
dalam wadah tertutup rapat terlindung cahaya, tidak
boleh dikeringkan sebelum dipakai , sesudah ampul
dibuka segera ambil zat dan simpan ampul yang berisi
sisa zat di bawah gas inert, dalam wadah tertutup rapat,
terlindung cahaya.
Identifikasi Uji A dapat diabaikan jika B dan C dilakukan.
Uji B dan C dapat diabaikan, jika uji A dilakukan.
A. Spektrum serapan inframerah sesuai dengan
spektrum Alfa Tokoferol Asetat BPFI.
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 0,01% b/v
dalam etanol mutlak P menampilkan maksimum pada
284 nm, bahu pada 278 nm dan minimum pada 254 nm.
C. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
tahap gerak Campuran sikloheksan P-eter P (80:20).
Larutan 1 0,5% b/v zat dalam sikloheksan P.
Larutan 2 Larutkan 10 mg zat dalam 2 ml asam sulfat
etanol 5 M, panaskan di dalam tangas air selama 5 menit,
dinginkan, tambahkan 2 ml air dan 2 ml sikloheksan P,
kocok selama 1 menit, pakailah lapisan atas.
Larutan 3 0,5% b/v Alfa Tokoferol Asetat BPFI dalam
sikloheksan P.
Larutan 4 Larutkan 10 mg Alfa Tokoferol Asetat BPFI
dalam 2 ml asam sulfat etanol 5 M, panaskan di dalam
tangas air selama 5 menit, dinginkan, tambahkan 2 ml
air dan 2 ml sikloheksan P, kocok selama 1 menit,
pakailah lapisan atas.
procedure Totolkan masing-masing 10 μl Larutan 1,
Larutan 2, Larutan 3 dan Larutan 4 pada lempeng
kromatografi silika gel HF254 (dengan diameter
10 - 40 μm berisi indikator fluoresensi 1,5% dengan
intensitas maksimum pada 254 nm). Masukkan lempeng
ke dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan
dengan campuran tahap gerak, biarkan merambat 15 cm
di atas garis penotolan. Angkat lempeng, biarkan kering
di udara dan amati di bawah cahaya ultraviolet 254 nm.
Harga Rf dan ukuran bercak utama Larutan 1 sama
dengan Larutan 3. Terbentuk dua bercak dari masing-
masing Larutan 2 dan Larutan 4, bercak dengan harga Rf
lebih tinggi yaitu alfa tokoferol asetat, sesuai dengan
yang diperoleh dari Larutan 3. Bercak dengan harga Rf
lebih rendah yaitu alfa tokoferol. Semprot lempeng
dengan campuran 1 bagian volume asam klorida P,
4 bagian volume larutan besi(III) klorida P 0,25% dalam
etanol P dan 4 bagian volume larutan 1,10-fenantrolin
hidroklorida P 1% dalam etanol P. Bercak dengan harga
Rf rendah (alfa tokoferol) pada kromatogram yang
diperoleh dari Larutan 2 dan Larutan 4 berwarna jingga.
Bilangan asam Tidak lebih dari 2,0; lakukan penetapan
seperti tertera pada Lemak dan Minyak Lemak <491>
memakai 2 g zat.
Serapan cahaya
Larutan A Larutkan 150 mg zat dalam beberapa
etanol mutlak P sampai 100 ml. Encerkan dengan pelarut
yang sama 10 ml larutan sampai 100 ml
Larutan B 20 ml Larutan A encerkan dengan pelarut
yang sama sampai 50 ml.
Ukur serapan Larutan A pada panjang gelombang
serapan maksimum 284 nm dan serapan Larutan B pada
panjang gelombang serapan minimum 254 nm. Serapan
jenis pada 284 nm yaitu 42,0 - 45,0 dan serapan jenis
pada 254 nm yaitu 7,0 - 9,0.
- 80 -
Tokoferol bebas Tidak lebih dari 1,0%; lakukan
penetapan sebagai berikut: Larutkan 500 mg zat dalam
100 ml asam sulfat etanol 0,25 M, tambahkan 20 ml air
dan 0,1 ml larutan difenilamina P 0,25% dalam asam
sulfat P. Titrasi dengan serium(IV) amonium nitrat
0,01 M LV sampai terjadi warna biru yang stabil selama
tidak kurang dari 5 detik. Lakukan penetapan blangko.
Tiap ml serium(IV) amonium nitrat 0,01 M
setara dengan 2,154 mg tokoferol
Logam berat <371> Metode VI Tidak lebih dari 20 bpj;
lakukan penetapan memakai 1 ml Larutan baku
timbal (10 bpj) untuk menyiapkan larutan baku.
Sisa pemijaran <301> Metode II Tidak lebih dari 0,1%;
lakukan penetapan memakai 1 g zat.
Penetapan kadar Lakukan Kromatografi gas seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku internal Timbang 1 g dotriakontana P,
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan
dalam heksan P dan encerkan sampai tanda.
Larutan uji 1 Timbang saksama lebih kurang 100 mg
zat, larutkan dalam 10 ml Larutan baku internal dalam
labu tentukur 50-ml dan encerkan dengan heksan P
sampai tanda.
Larutan uji 2 Timbang saksama lebih kurang 100 mg
zat, larutkan dalam labu tentukur 50-ml dengan heksan P
sampai tanda.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 100 mg
Alfa Tokoferol Asetat BPFI, larutkan dalam 10,0 ml
Larutan baku internal dalam labu tentukur 50-ml dan
encerkan dengan heksan P sampai tanda.
procedure Suntikkan secara terpisah beberapa volume
sama (lebih kurang 1 μl) Larutan baku dan Larutan uji 1
ke dalam kromatograf yang dilengkapi dengan detektor
ionisasi nyala dan kolom kaca tersilanisasi (2 - 3 m x
2,2 - 4,0 mm) berisi partikel penyangga diatome (125 -
150 mesh atau 150 - 180 mesh) tersilanisasi dengan
dimetil diklorosilan (yang sesuai yaitu Choromosob
W/AW/DMCS 80 -100 mesh dan disalut dengan 1% -
5% gom metil silikon). Tutup masing-masing ujung
kolom dengan wol kaca tersilanisasi. Pertahankan suhu
kolom antara 245º - 280º, suhu injektor dan detektor
berturut-turut antara 270º dan 320º. pakailah gas
nitrogen P sebagai gas pembawa dengan laju alir lebih
kurang 25 - 90 ml per menit sampai persyaratan resolusi
terpenuhi. pakailah integrator elektronik atau alat yang
sesuai untuk mengukur luas puncak. Faktor resolusi
antara puncak baku internal dan alfa tokoferol asetat
yang diperoleh dari Larutan baku harus lebih besar dari
1,4. Suntikkan berulang 1 μl Larutan baku sampai faktor
respons yang diamati stabil dan tidak lebih dari 2%.
Suntikkan 1 μl Larutan Uji 2 dan amati kromatogram
memakai atenuasi sampai tinggi puncak alfa
tokoferol asetat lebih besar dari 50% skala penuh pada
kertas kromatogram. Selama perekaman, ubah atenuasi
sampai setiap puncak yang memiliki waktu retensi
sama dengan baku internal terekam dengan sensitivitas
paling sedikit delapan kali lebih besar dari yang
dipakai untuk merekam puncak alfa tokoferol asetat.
Bila tinggi puncak paling kecil 2% dari skala penuh pada
kertas perekam, pakailah perhitungan terakhir untuk
mengkoreksi luas puncak (a), dengan rumus:
=
2
1
fa
aiDa
D yaitu luas puncak baku internal dalam Larutan uji 1;
i yaitu luas puncak yang dapat mempengaruhi
pemisahan; a1 yaitu luas puncak alfa tokoferol asetat
dalam kromatogram yang diperoleh dari Larutan uji 1; a2
yaitu luas puncak alfa tokoferol asetat dalam
kromatogram yang diperoleh dari Larutan uji 2; f yaitu
faktor yang disebabkan oleh perubahan atenuasi. sesudah
mendapatkan faktor resolusi dan kolom, hitung faktor
respons dengan cara sebagai berikut: Suntikkan 1 l
Larutan baku memakai atenuasi dengan tinggi
puncak alfa tokoferol asetat lebih besar dari 50% skala
penuh pada kertas perekam. Ukur luas puncak alfa
tokoferol asetat dan Larutan baku internal, hitung
respons, R, sebagai perbandingan luas puncak baku
internal dan luas puncak alfa tokoferol asetat dengan cara
sebagai berikut: Suntikkan 1 l Larutan uji 1
memakai atenuasi sama dan ukur luas puncak baku
internal dan alfa tokoferol asetat. Hitung persentasi,
C31H52O3, dengan rumus:
aw
Ra 4
1 10×
w yaitu bobot zat uji dalam mg.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
terlindung cahaya.
ALOE
Aloe
Aloe yaitu getah yang dikeringkan dari daun Aloe
barbadensis Miller (Aloe vera Linné) (familia
Liliaceae), yang dikenal sebagai Aloe Curacao atau dari
daun Aloe ferox Miller dan hibridanya dengan Aloe
africana Miller dan Aloe spicata Baker yang dalam
perdagangan dikenal dengan nama Aloe Cape. Kadar
ekstrak yang larut dalam air tidak kurang dari 50,0%.
Pemerian Bau khas; sedikit asam dan tidak enak.
Aloe Curacao berupa massa buram berwarna hitam
kecokelatan, permukaan patahan tidak rata, seperti lilin
dan agak menyerupai resin.
Aloe Cape berupa massa tidak beraturan berwarna
gelap sampai cokelat tua dengan permukaan sering
tertutup serbuk berwarna kekuningan. Permukaan
patahan halus dan mengkilat.
Serbuk Aloe berwarna kuning cokelat kekuningan
sampai cokelat-hijau kekuningan. Bila dilihat di bawah
- 81 -
mikroskop dalam minyak lemak yang tidak berwarna,
tampak seperti fragmen bersudut-sudut atau tidak
beraturan, kuning kehijauan sampai cokelat kemerahan.
Warna sediaan tergantung dari ketebalan fragmen.
Identifikasi
A. Larutkan serbuk dalam asam nitrat P: larutan
berwarna cokelat kemerahan sampai cokelat atau hijau.
B. Campur 1 g serbuk halus dengan 25 ml air dingin.
Kocok sesekali selama 2 jam, saring. Cuci saringan dan
residu dengan air dingin secukupnya sampai diperoleh
filtrat 100-ml. Dilihat dalam labu tentukur 100-ml Aloe
Curacao berwarna jingga tua dan Aloe Cape berwarna
kuning kehijauan. Filtrat berwarna lebih tua jika
didiamkan.
C. Tambahkan 2 ml asam nitrat P pada 5 ml filtrat
dari Identifikasi B kocok Aloe Curacao berwarna jingga
kemerahan dan Aloe Cape berwarna cokelat kemerahan
dan segera berubah menjadi hijau.
D. Campur 10 ml filtrat pada Identifikasi B dengan
2 ml amonium hidroksida P: Aloe Curacao berwarna
cokelat kekuningan dan Aloe Cape berwarna cokelat tua.
Air <1031> Metode III Tidak lebih dari 12,0%; lakukan
pengeringan pada suhu 105º selama 5 jam memakai
serbuk yang dapat melalui pengayak nomor 40 dan
campur sebelum ditimbang.
Kadar abu Tidak lebih dari 4,0%.
Senyawa tidak larut dalam etanol Tidak lebih dari
10,0%; lakukan penetapan sebagai berikut: timbang
saksama lebih kurang 1 g serbuk, tambahkan 50 ml
etanol P. Panaskan campuran sampai mendidih selama
15 menit, ganti cairan yang hilang. Kocok sesekali
selama 1 jam, saring melalui kertas saring kering kecil
atau penyaring kaca masir, masing-masing yang telah
ditimbang. Cuci sisa pada penyaring dengan etanol P
sampai hasil cucian tidak berwarna. Keringkan residu
pada suhu 105º sampai bobot tetap.
Penetapan kadar Maserasi lebih kurang 2 g zat yang
ditimbang saksama dengan 70 ml air dalam labu yang
sesuai. Kocok setiap 30 menit selama 8 jam dan biarkan
selama 16 jam tanpa pengocokan. Saring, cuci labu dan
residu dengan sedikit air. Masukkan air cucian ke dalam
labu tentukur 100-ml melalui penyaring sampai tanda.
Uapkan 50,0 ml filtrat pada cawan yang telah ditara di
atas tangas uap sampai kering. Keringkan pada suhu
110º sampai bobot tetap. Kadar ekstrak yang larut dalam
air tidak boleh kurang dari 50,0% dihitung terhadap
bahan yang dipakai .
ALOKSIPRIN
Aloxiprine
Aloksiprin [9014-67-9]
Aloksiprin yaitu senyawa polimer hasil kondensasi
aluminium oksida dan asam o-asetilsalisilat,
mengandung tidak kurang dari 7,5% dan tidak lebih dari
8,5% aluminium (Al) dan tidak kurang dari 79,0% dan
tidak lebih dari 87,4% salisilat total, dihitung sebagai
asam o-asetilsalisilat, C9H8O4, keduanya dihitung .
Pemerian Serbuk halus; putih atau agak merah muda;
tidak berbau atau hampir tidak berbau.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol,
dan dalam eter; sukar larut dalam kloroform.
Identifikasi
A. Didihkan 1 g zat dengan 20 ml asam klorida 2 M,
dinginkan, saring dan simpan residu. Filtrat
menampilkan reaksi Aluminium cara C dan D seperti
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
B. Larutkan residu yang diperoleh pada Identifikasi A
dalam 10 ml natrium hidroksida 0,1 M dan netralkan
dengan asam asetat 1 M. Larutan 1 ml menampilkan
reaksi Salisilat cara A seperti tertera pada Uji Identifikasi
Umum <291>.
Salisilat terikat Tidak lebih dari 9,5% dihitung sebagai
asam salisilat, C7H6O3, dibandingkan terhadap asam
o-asetilsalisilat yang ditetapkan dengan cara sebagai
berikut: pada 100 mg zat, tambahkan 40 ml larutan
natrium florida P 0,5% dalam asam klorida 0,1 M,
kocok selama 5 menit. Diamkan 10 menit sambil sering
dikocok. Ekstrak enam kali tiap kali dengan 20 ml
kloroform P, saring kumpulan ekstrak kloroform melalui
natrium sulfat anhidrat P, cuci dengan 30 ml kloroform P
dan encerkan kumpulan ekstrak dan cucian dengan
kloroform P sampai 200,0 ml. Encerkan 20,0 ml larutan
ini dengan kloroform P sampai 50,0 ml, ukur serapan
pada panjang gelombang maksimum 308 nm. Hitung
jumlah, C7H6O3, bila serapan jenis pada panjang
gelombang 308 nm yaitu 293.
Asam asetilsalisilat bebas Tidak lebih dari 0,5%
dihitung terhadap salisilat total; lakukan penetapan
sebagai berikut: Pada beberapa zat yang setara dengan
1,0 g salisilat total, tambahkan 50 ml eter P kering,
kocok selama 30 menit. Saring dengan cepat melalui
kertas saring lipat, cuci kertas saring beberapa kali dengan
eter P kering, encerkan kumpulan filtrat dan cucian
dengan eter P kering sampai 100,0 ml. Serapan pada
panjang gelombang maksimum lebih kurang 278 nm
tidak lebih dari 0,36.
Asam Salisilat Tidak lebih dari 0,15% dihitung terhadap
salisilat total; serapan pada penetapan asam asetilsalisilat
pada panjang gelombang maksimum lebih kurang
308 nm tidak lebih dari 0,50.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 2,0%;
lakukan pengeringan di atas fosfor pentoksida P pada
tekanan tidak lebih dari 5 mmHg, memakai 1 g zat.
- 82 -
Logam berat <371> Metode IV Tidak lebih dari 10 bpj;
lakukan penetapan sebagai berikut: Pijarkan 2,0 g zat
pada suhu rendah sampai pengarangan sempurna,
dinginkan, tambahkan 2 ml asam nitrat P dan 0,25 ml
asam sulfat P, panaskan hati-hati sampai terbentuk asap
putih dan pijarkan pada suhu 500º - 600º. Dinginkan,
tambahkan 2 ml asam klorida P. Uapkan sampai kering
di atas tangas air dan lanjutkan seperti tertera pada
Metode IV, mulai dari ”Larutkan sisa”. pakailah 2 ml
Larutan baku timbal (10 bpj) sebagai baku.
Penetapan kadar
Aluminium Pijarkan 2 g zat dalam krus silika yang
telah ditara, panaskan perlahan-lahan sampai senyawa
organik terurai dan pijarkan sampai bobot tetap pada
suhu 1000º. Tiap g sisa pemijaran setara dengan
529,2 mg Al.
Salisilat total Pada 250 mg zat, tambahkan 50 ml
larutan natrium hidroksida 1 N, didihkan perlahan-lahan
sampai larut. Dinginkan, tambahkan 50 ml air, atur pH
2,40 - 2,50 dengan asam klorida 1 M, encerkan dengan
air samapi 500,0 ml. Pada 5,0 ml tambahkan 4,0 ml
besi(III) klorida LP, diamkan 30 menit, encerkan dengan
air sampai 50,0 ml. Ukur serapan pada panjang
gelombang maksimum lebih kurang 530 nm, terhadap
blangko 4,0 ml besi(III) klorida LP yang diencerkan
dengan air sampai 50,0 ml. Hitung salisilat total sebagai
C9H8O4, dari serapan yang diperoleh dengan penetapan
ulang memakai 4,0 ml larutan asam salisilat 0,05%
pengganti larutan uji, mulai dari ”tambahkan 4,0 ml
besi(III) klorida LP.”
Tiap 1 g asam salisilat
setara dengan 1,305 g C9H8O4
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
TABLET ALOKSIPRIN
Aloxiprine Tablet
Tablet Aloksiprin mengandung Aloksiprin. Memenuhi
syarat Tablet dan syarat berikut ini.
Salisilat total Tablet Aloksiprin mengandung 92,5% -
107,5% dihitung sebagai asam o-asetilsalisilat, C9H8O4,
dari jumlah yang tertera pada etiket.
Identifikasi Pada 500 mg serbuk tablet, tambahkan 5 ml
asam klorida P, didihkan, dinginkan, saring. Cuci residu
dengan 20 ml air, kumpulkan filtrat dan hasil cucian.
Larutan yang diperoleh memberi reaksi Aluminium
cara C dan D seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum
<291>. Netralkan larutan dengan natrium hidroksida 1 N,
larutan memberi reaksi Salisilat Cara A seperti tertera
pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Salisilat bebas Tidak lebih dari 1,5%, dihitung terhadap
Salisilat total. Penetapan dilakukan dengan cara sebagai
berikut: Pada beberapa serbuk tablet setara dengan
600 mg Salisilat total, tambahkan 50 ml eter P kering,
kocok selama 30 menit. Saring dengan cepat melalui
kertas saring lipat, cuci kertas saring beberapa kali dengan
eter P kering. Tambahkan pada kumpulan filtrat dan
cucian, 10 ml natrium hidroksida 1 N, goyangkan dan
campur, uapkan eter di atas tangas air. Dinginkan, atur pH
antara 2,40 dan 2,50 dengan asam klorida 1 N, encerkan
dengan air sampai 100 ml. Pada 20,0 ml larutan
tambahkan 4,0 ml besi(III) klorida LP, encerkan dengan
dapar asetat pH 2,45 LP sampai 50,0 ml. Biarkan selama
30 menit, saring bila perlu melalui kertas saring lipat
rangkap dan ukur serapan pada maksimum lebih kurang
530 nm. Serapan yang diperoleh tidak boleh lebih besar
dari serapan larutan yang dibuat sebagai berikut: Encerkan
5,0 ml asam salisilat P 0,036% dengan air sampai 20,0 ml
dan tetapkan dengan cara seperti di atas mulai dari
”Tambahkan 4,0 ml besi(III) klorida LP”, sebagai blangko
pakailah 4 ml besi(III) klorida LP yang diencerkan
dengan dapar asetat pH 2,45 LP sampai 50,0 ml.
Salisilat terikat Tidak lebih dari 15,0%, dihitung
sebagai asam salisilat, C7H6O3, terhadap Salisilat total.
Lakukan penetapan dengan cara sebagai berikut: Pada
beberapa serbuk tablet yang setara dengan 150 mg
Salisilat total, tambahkan 40 ml natrium fluorida P 0,5%
dalam asam klorida 0,1 N, kocok selama 5 menit.
Diamkan selama 10 menit, sambil sering dikocok.
Ekstraksi enam kali, tiap kali dengan 20 ml kloroform P,
saring kumpulan kloroform melalui natrium sulfat
anhidrat P, cuci dengan 30 ml kloroform P, encerkan
dengan kloroform P sampai 200,0 ml. Encerkan 20,0 ml
larutan dengan kloroform P sampai 100,0 ml, ukur
serapan pada maksimum lebih kurang 308 nm. Hitung
jumlah C7H6O3; serapan jenis pada panjang gelombang
maksimum lebih kurang 308 nm yaitu 293.
Waktu hancur <1251> Tidak lebih dari 5 menit.
Penetapan kadar Timbang dan serbukkan 20 tablet.
Timbang saksama beberapa serbuk tablet, setara dengan
lebih kurang 300 mg Salisilat total, tambahkan 50 ml
natrium hidroksida 1 N, didihkan hati-hati selama 15
menit, sambil sesekali digoyang. Dinginkan, atur pH
antara 2,40 dan 2,50 dengan asam klorida 1 N, encerkan
dengan air sampai 500,0 ml. Saring sebagian suspensi:
Pada 5,0 ml filtrat tambahkan 35 ml dapar asetat pH
2,45 LP dan 4,0 ml besi(III) klorida LP, encerkan
dengan air sampai 50,0 ml. Diamkam selama 30 menit
dan ukur serapan pada maksimum lebih kurang 530 nm.
Sebagai blangko pakailah larutan yang dibuat sebagai
berikut: Encerkan 4,0 ml besi(III) klorida LP dengan
dapar asetat pH 2,45 LP sampai 50,0 ml. Hitung kadar
Salisilat total sebagai asam o-asetilsalisilat, C9H8O4, dari
serapan yang diperoleh dengan mengulangi penetapan
memakai 4,0 ml larutan asam salisilat P 0,05%
pengganti larutan uji, yang ditetapkan dengan cara sama
dimulai dari ”tambahkan 35 ml dapar asetat pH 2,45 LP”
Tiap g asam salisilat
setara dengan 1,305 g C9H8O4
- 83 -
ALOPURINOL
Allopurinole
NH
N
N
N
O
H
1H-Pirazol[3,4-d]pirimidin-4-ol [315-30-0]
C5H4N4O 136,11
Alopurinol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
tidak lebih dari 101,0%, C5H4N4O, dihitung terhadap zat
yang telah dikeringkan.
Pemerian Serbuk halus; putih sampai hampir putih;
berbau lemah.
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air dan dalam
etanol; larut dalam larutan kalium dan dalam natrium
hidroksida; praktis tidak larut dalam kloroform dan
dalam eter.
Baku pembanding Alopurinol BPFI; lakukan
pengeringan dalam hampa udara suhu 105° selama 5 jam
sebelum dipakai ; 3-amino-4-karboksamidopirazol
Hemisulfat BPFI; lakukan pengeringan dalam hampa
udara pada suhu 105° selama 3 jam sebelum dipakai .
Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam kalium bromida P, menampilkan
maksimum pada panjang gelombang yang sama seperti
pada Alopurinol BPFI.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105º
selama 5 jam.
Kemurnian kromatografi Tidak lebih dari 0,2%;
lakukan penetapan secara Kromatografi lapis tipis
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
tahap gerak Kocok 200 ml n-butanol P dan 200 ml
amonium hidroksida 6 N, buang lapisan bawah dan
tambahkan 20 ml n butanol P pada lapisan atas.
Larutan baku Timbang saksama beberapa 3-amino-
4 karboksamidopirazol Hemisulfat BPFI, larutkan dalam
amonium hidroksida 6 N sampai kadar 50 μg per ml.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 250 mg
zat, larutkan dalam campuran amonium hidroksida 6 N-
natrium hidroksida 1 N (9:1) sampai 10,0 ml, campur.
procedure Totolkan masing-masing secara terpisah
10 l Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng
kromatografi selulosa setebal 0,16 mm yang
mengandung indikator fluoresensi. Masukkan lempeng
ke dalam bejana yang berisi tahap gerak, biarkan
merambat sampai 1 cm di bawah ujung lempeng, angkat
dan keringkan di udara, amati di bawah cahaya
ultraviolet: intensitas bercak lain selain bercak utama
dari Larutan uji tidak lebih besar dari bercak utama
Larutan baku.
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471>
Metode V Memenuhi syarat.
Pelarut pakailah dimetil sulfoksida P.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
100 mg zat, larutkan dalam 30 ml dimetilformamida P.
Hangatkan bila perlu. Titrasi dengan tetrabutil amonium
hidroksida 0,1 N LV, amati titik akhir secara
potensiometri memakai sistem elektrode kaca-
kalomel, jaga agar tidak terjadi penyerapan karbon
dioksida dari udara. Lakukan penetapan blangko.
Tiap ml tetrabutilamonium hidroksida 0,1 N
setara dengan 13,61 mg C5H4N4O
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
TABLET ALOPURINOL
Allopurinole Tablet
Tablet Alopurinol mengandung Alopurinol, C5H4N4O,
tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari 107,0% dari
jumlah yang tertera pada etiket.
Baku pembanding Alopurinol BPFI; lakukan
pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105° selama
5 jam sebelum dipakai .
Identifikasi Timbang beberapa serbuk tablet setara
dengan 50 mg alopurinol, gerus dengan 10 ml natrium
hidroksida 0,1 N, saring. Asamkan filtrat dengan asam
asetat 1 N, diamkan 10 - 15 menit agar terjadi
pengendapan yang cukup, kumpulkan endapan yang
terbentuk. Cuci endapan dengan 3 ml etanol mutlak P
sedikit demi sedikit dan akhirnya cuci dengan 4 ml eter P.
Biarkan kering di udara selama 15 menit, keringkan
pada suhu 105° selama 3 jam: endapan yang diperoleh
memenuhi Identifikasi seperti tertera pada Alopurinol.
Disolusi <1231>
Media disolusi : 900 ml asam klorida 0,1 N.
Alat tipe 2 : 75 rpm.
Waktu : 45 menit.
procedure : Lakukan penetapan jumlah, C5H4N4O,
yang terlarut dengan mengukur serapan alikuot, jika
perlu diencerkan dengan asam klorida 0,1 N dan serapan
larutan baku Alopurinol BPFI dalam media yang sama
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
kurang 250 nm.
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
kurang dari 75% (Q) C5H4N4O, dari jumlah yang tertera
pada etiket.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
- 84 -
tahap gerak Buat larutan amonium fosfat monobasa
0,05 M, saring dan awaudarakan. [Catatan Tidak boleh
ada sisa tahap gerak dalam kolom. Sesudah dipakai
cuci kolom dengan aliran air selama 20 menit, lalu
dilanjutkan dengan metanol P selama 20 menit.]
Larutan baku internal Larutkan lebih kurang 50 mg
hipoksantin P dalam 10 ml natrium hidroksida 0,1 N,
kocok selama 10 menit, sampai larut. Encerkan dengan
air sampai 50 ml. Buat larutan pada saat akan dipakai .
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 50 mg
Alopurinol BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
50-ml, tambahan 10 ml natrium hidroksida 0,1 N, kocok
selama 10 menit, encerkan dengan air sampai tanda.
Masukkan 4,0 ml larutan ini dan 2,0 ml Larutan baku
internal ke dalam labu tentukur 200-ml, encerkan
dengan tahap gerak sampai tanda. Buat larutan pada saat
akan dipakai .
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
20 tablet. Timbang saksama beberapa serbuk setara
dengan lebih kurang 50 mg alopurinol, masukkan ke
dalam labu tentukur 50-ml, tambahkan 10 ml natrium
hidroksida 0,1 N, kocok selama 10 menit, tambahkan air
sampai tanda. [Catatan Penetapan selanjutnya tidak
boleh ditunda.] Saring, buang 10 ml filtrat pertama.
Masukkan 4,0 ml larutan ini dan 2,0 ml Larutan baku
internal ke dalam labu tentukur 200-ml, encerkan
dengan tahap gerak sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom ukuran
30 cm x 4 mm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih
kurang 1,5 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada procedure . Resolusi, R, antara
puncak zat uji dan baku internal tidak kurang dari 5 dan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
lebih dari 3,0%.
procedure Suntikkan secara terpisah beberapa volume
sama (lebih kurang 15 l ) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Waktu retensi relatif dari
hipoksantin 0,6 dan alopurinol 1,0. Hitung jumlah dalam
mg alopurinol, C5H4N4O, dalam serbuk tablet yang
dipakai dengan rumus:
S
U
R
RC5,2
C yaitu kadar Alopurinol BPFI dalam g per ml
Larutan Baku; RU dan RS berturut-turut yaitu
perbandingan respons puncak antara alopurinol dan baku
internal dari Larutan uji dan Larutan baku.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
ALPRAZOLAM
Alprazolam
8-Kloro-1-metil-6-fenil-4H-s-triazolo[4,3- ]
[1,4]benzodiazepina [2898-97-7]
C17H13ClN4 BM 308,77
Alprazolam mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
tidak lebih dari 102,0%, C17H13ClN4.
[Perhatian hindari terhirupnya partikel Alprazolam dan
pernapasan pada kulit].
Pemerian Serbuk hablur; putih sampai hampir putih,
melebur pada suhu lebih kurang 225º.
Kelarutan Tidak larut dalam air; sukar larut dalam etil
asetat; agak sukar larut dalam aseton; larut dalam etanol;
mudah larut dalam kloroform.
Baku pembanding Alprazolam BPFI; tidak boleh
dikeringkan sebelum dipakai .
Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam minyak mineral P menampilkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
seperti pada Alprazolam BPFI, kecuali pada daerah
880 - 890 cm-1 maksimum akan berbeda dengan
perbandingan dari polimorf alprazolam.
B. Larutkan beberapa zat dalam etanol P sampai kadar
4 g per ml: spektrum serapan ultraviolet larutan ini
menampilkan maksimum dan minimum pada panjang
gelombang yang sama seperti pada larutan Alprazolam
BPFI; daya serap masing-masing dihitung terhadap zat
yang telah dikeringkan, pada panjang gelombang
serapan maksimum dan minimum lebih kurang 220 nm
tidak boleh berbeda lebih dari 3,0%.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
lakukan pengeringan pada suhu 60º selama 16 jam dan
tekanan tidak lebih dari 5 mmHg.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,5%.
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
Kemurnian kromatografi
Metoda A Jumlah cemaran tidak lebih dari 1,0%.
Larutan uji Buat larutan zat dalam kloroform P
mengandung lebih kurang