Kamis, 05 Desember 2024

farmakope 3




 disolusi akan lebih berarti dari pada waktu hamcur. Uji 

disolusi seperti yang tertera pada Uji Disolusi <1231> 

dipersyaratkan dalam beberapa  monografi tablet. 

Dalam banyak hal, kecepatan disolusi dapat 

dikorelasikan dengan ketersediaan hayati zat aktif. 

namun  uji ini  terutama berguna sebagai alat untuk 

tapis pendahuluan formalasi dan sebagai procedure  

pengawasan mutu secara rutin. 

 

    Penyalutan Tablet disalut untuk berbagai alasan, 

antara lain melindungi zat aktif dari udara, kelembaban 

atau cahaya, menutupi rasa dan bau yang tidak enak, 

membuat penampilan lebih baik dan mengatur tempat 

pelepasan obat dalam saluran cerna. 

 

     Tablet salut biasa biasanya  tablet disalut dengan 

gula dari suspensi dalam air mengandung  serbuk yang 

tidak larut seperti pati, kalsium karbonat, talk atau 

titanium dioksida, yang disuspensikan dengan gom 

akasia atau gelatin. Untuk tujuan identifikasi dan nilai 

estetik, zat penyalut bagian luar dapat diwarnai. Tablet 

yang sudah disalut, dilapisi dengan larutan malam 

yang encer dalam pelarut seperti kloroform atau 

campuran serbuk. Penyalut tahan air berisi zat seperti 

selak atau selulosa asetat ftalat dalam pelarut yang 

tidak mengandung air sering dipakai  sebelum tablet 

gula. Jumlah penyalut yang berlebihan harus 

dihindarkan. Kelemahan dari penyalutan dengan gula 

antara lain waktu penyalutan lama, perlu penyalut 

tahan air. Hal ini dapat memperlambat disolusi dan 

memperbesar bobot tablet sesampai  menyebabkan 

pemakaian  salut selaput lebih dapat diterima. Zat 

penyalut selaput berisi zat yang larut atau terdispersi 

dalam air seperti hidroksipropil metilselulosa, 

metilselulosa, hidroksi-propilselulosa, natrium 

karboksimetilselulosa, dan campuran selulosa asetat 

ftalat dan polietilen glikol dalam pelarut yang tidak 

mengandung air atau mengandung air. Penguapan 

pelarut akan meninggalkan lapisan tipis yang langsung 

melekat pada tablet sesampai  bentuk aslinya dapat 

dipertahankan, termasuk penandaan untuk identifikasi. 

 

     Tablet salut-enterik Jika obat dapat rusak atau 

inaktif sebab  cairan lambung atau dapat mengiritasi 

mukosa lambung, diperlukan bahan penyalut enterik, 

yang bertujuan untuk menunda pelepasan obat sampai 

tablet telah melewati lambung. Istilah lepas-tunda 

dipakai  untuk tujuan farmakope dan masing-

masing monografi, meliputi pengujian dan spesifikasi 

untuk pelepasan obat seperti yang tertera pada 

Pelepasan Obat <961>. 

 

 

VAKSIN 

Vaccine 

 

    Vaksin yaitu  sediaan yang mengandung zat 

antigenik yang mampu menimbulkan kekebalan aktif 

dan khas pada manusia. Vaksin dibuat dari bakteria, 

riketsia atau virus dan dapat berupa suspensi 

organisme hidup atau fraksi-fraksinya atau toksoid. 

    Metode pembuatan bervariasi tergantung dari jenis 

vaksin seperti yang tertera di bawah ini atau dalam 

masing-masing monografi dan dirancang agar dapat 

mempertahankan sifat antigenisitas yang sesuai, 

membuat sediaan tidak berbahaya dan bebas dari 

kontaminasi senyawa asing. Jika memungkinkan 

pembuatan vaksin harus memakai  lot benih yang 

sudah ditetapkan dan untuk mendapatkan vaksin yang 

baik, vaksin tidak boleh dibuat dari sub kultur benih 

awal. 

    Pada waktu pembuatan dapat ditambahkan penisilin 

pada setiap tahap pembuatan atau pada produk akhir. 

Kecuali dinyatakan lain dalam monografi, 

streptomisin tidak boleh dipakai  dalam pembuatan 

vaksin; penambahan ke dalam biakan sel yang akan 

dipakai  dalam produksi vaksin diperkenankan, 

namun  tidak boleh terdeteksi jika biakan sel diinokulasi 

dengan virus. 

    Kemampuan menimbulkan imunitas vaksin dapat 

ditingkatkan dengan penjerapan pada aluminium 

fosfat, aluminium hidroksida, kalsium fosfat atau 

bahan jerap lain seperti yang tertera pada monografi. 

Zat jerap dibuat dalam kondisi yang dapat 

memberi  bentuk fisik dan sifat jerap yang tepat. 

Jika vaksin dikemas dalam wadah dosis ganda, kecuali 

dinyatakan lain dalam monografi, dapat ditambahkan 

pengawet antimikroba yang sesuai selain antibiotik 

- 60 -

 

 

 

 

 

 

pada vaksin steril dan vaksin inaktif dan 

penambahannya secara bervariasi. Pengawet 

antimikroba tidak ditambahkan pada sediaan vaksin 

yang akan dikeringkan. 

     Produk akhir dibagikan secara aseptik ke dalam 

wadah yang memenuhi syarat dan ditutup kedap untuk 

mencegah kontaminasi mikroba; atau dibagikan dalam 

wadah steril, lalu  dibekukeringkan dengan cara 

yang sesuai untuk mengurangi kadar air sampai  tidak 

lebih dari 2,0% dalam produk akhir, kecuali 

dinyatakan lain dalam monografi. Wadah lalu  

ditutup kedap dalam hampa udara atau dapat diisi gas 

nitrogen bebas oksigen atau gas inert lain yang sesuai 

sebelum wadah ditutup kedap untuk menghindari 

kontaminasi mikroba. Vaksin kering direkonstitusi 

segera sebelum dipakai . 

 

     Vaksin bakteri  Vaksin bakteri  dibuat dari biakan 

galur bakteri yang sesuai dalam media cair atau padat 

yang sesuai dan mengandung bakteri hidup atau inaktif 

atau komponen imunogeniknya. Sediaan berupa 

suspensi dengan berbagai tingkat opasitas dalam cairan 

tidak berwarna atau hampir tidak berwarna atau berupa 

sediaan beku kering. 

    Vaksin bakteri inaktif mengandung bakteri atau 

komponen imunogenik yang diinaktivasi dengan cara 

tertentu sesampai  sifat antigenisitas dipertahankan. 

    Vaksin bakteri hidup dibuat dari galur bakteri 

dengan virulensi yang telah dilemahkan dan mampu 

merangsang pembentukan kekebalan terhadap galur 

patogen yang sama atau jenis bakteri yang sifat 

antigeniknya berhubungan. 

     Konsentrasi bakteri hidup atau inaktif dari tiap 

varietas atau jenis bakteri dinyatakan opasitasnya 

dalam Unit Internasional Opasitas, atau bila sesuai 

dengan menghitung jumlah sel langsung, atau jika 

bakteri hidup dengan angka viabel. 

 

    Toksoid bakteri Toksoid bakteri diperoleh dari 

toksin yang telah dikurangi atau dihilangkan sifat 

toksisitasnya sampai  mencapai tingkat tidak terdeteki, 

tanpa mengurangi sifat imunogenisitas, dengan cara 

tertentu yang dapat mencegah berubahnya kembali 

toksoid menjadi toksin. Toksin diperoleh dari galur 

pilihan mikroorganisme khas yang ditumbuhkan dalam 

media yang sedapat mungkin bebas dari senyawa yang 

diketahui menyebabkan reaksi toksik, alergi atau yang 

tidak diinginkan pada manusia. Toksoid bakteri dapat 

berupa cairan atau beku kering. Bila dijerap, 

mengandung partikel putih atau kelabu yang 

terdispersi dalam cairan tidak berwarna atau berwarna 

kuning pucat; partikel seperti ini dapat membentuk 

endapan pada dasar wadah. 

 

      Vaksin Virus dan Riketsia Vaksin virus dan 

riketsia yaitu  suspensi virus atau riketsia yang 

ditumbuhkan dalam telur berembrio, dalam biakan sel 

atau dalam jaringan yang sesuai dan mengandung virus 

atau riketsia hidup atau yang inaktif atau komponen 

imunogeniknya. biasanya  tersedia dalam bentuk 

sediaan beku kering. 

     Vaksin virus hidup biasanya  dibuat dari virus 

galur khas yang virulensinya telah dilemahkan. 

     Opasitas vaksin virus dapat berbeda tergantung 

cara pembuatan, dapat berwarna bila mengandung 

indikator pH seperti merah fenol. 

 

     Vaksin campuran Vaksin campuran yaitu  

campuran dua atau lebih vaksin. 

      Vaksin, bila perlu direkonstitusi, memenuhi syarat 

seperti di bawah ini, kecuali dinyatakan lain dalam 

monografi. 

 

     Fenol Vaksin mengandung fenol sebagai pengawet 

tidak lebih dari 0,25%, kecuali dinyatakan lain dalam 

monografi. Lakukan penetapan seperti yang tertera 

pda Uji Bahan Tambahan dalam Vaksin dan 

Immunosera <731>. 

 

    Formaldehida bebas Vaksin mengandung 

formaldehida bebas tidak lebih dari 0,02%. Lakukan 

penetapan seperti yang tertera pada Uji Bahan 

Tambahan dalam Vaksin dan Immunosera <731>. 

 

    Aluminium Vaksin jerap mengandung aluminium, 

tidak lebih dari 1,25 mg per dosis, kecuali dinyatakan 

lain dalam monografi. Lakukan penetapan seperti 

yang tertera pada Uji Bahan Tambahan dalam Vaksin 

dan Immunosera <731>. 

      

     Kalsium Vaksin jerap mengandung kalsium tidak 

lebih dari 1,3 mg per dosis, kecuali dinyatakan lain 

dalam monografi. Lakukan penetapan seperti yang 

tertera pada Uji Bahan Tambahan dalam Vaksin dan 

Immunosera <731>. 

 

    Toksisitas Abnormal Memenuhi syarat Uji 

toksisitas abnormal seperti yang tertera pada Uji 

Reaktivitas secara Biologis in-vivo <251>, kecuali 

dinyatakan lain dalam monografi. 

 

    Sterilitas Jika tidak dinyatakan lain semua vaksin 

memenuhi syarat sterilitas seperti yang tertera pada 

Uji Sterilitas <71>, kecuali vaksin bakteri hidup 

diperbolehkan pertumbuhan bakteri pembuat vaksin. 

 

    Wadah dan penyimpanan Jika tidak dinyatakan 

lain, vaksin disimpan pada suhu 2º - 8º, terlindung dari 

cahaya, tidak boleh dibekukan. 

 

 

 

 

 

 

 

 

MONOGRAFI 


- 63 -

 

 

 

 

 

 

 

AGAR 

Agar-Agar 

 

Agar terdiri dari polisakarida yang diperoleh dengan 

ekstraksi berbagai spesies Rhodophyceae, terutama yang 

termasuk genus Gelidium, dengan air mendidih, disaring 

selagi panas dan diuapkan sampai kering. 

 

Pemerian Tidak berbau, atau bau lemah; berasa 

musilago pada lidah. 

 

Kelarutan Tidak larut dalam air dingin; larut dalam air 

mendidih. 

 

Mikroskopik Gumpalan potongan memanjang dengan 

lebar 2 - 5 mm, kadang-kadang dalam bentuk kepingan, 

tidak berwarna sampai kuning pucat, bening, agak liat 

dan sukar dipatahkan, menjadi lebih rapuh pada 

pengeringan. 

 

Mikroskopik Dalam iodum 0,005 M, sebagian berwarna 

ungu kecokelatan. menampilkan  banyak butiran kecil 

tidak berwarna, bulat telur atau bulat dengan latar 

belakang amorf; kadang-kadang ada yang berbentuk 

spora bulat atau bulat telur berwarna cokelat dengan 

ukuran sampai 60 μm dengan permukaaan seperti jala. 

 

Identifikasi 

    A. Larutkan 100 mg zat dalam 50 ml air dengan 

pemanasan dan biarkan dingin. Pada 1 ml larutan ini 

tambahkan 3 ml air lalu  0,1 ml iodum 0,05 M 

melalui dinding tabung: terjadi warna ungu kecokelatan 

diantara dua lapisan cairan. Jika dicampur, cairan 

menjadi kuning pucat. 

    B. Larutkan 100 mg zat dalam 50 ml air dengan 

pemanasan, biarkan dingin. Panaskan 5 ml larutan ini 

dengan 0,5 ml asam klorida P selama 30 menit di dalam 

tangas air, lalu  tambahkan 1 ml larutan barium 

klorida P 6,1%: terjadi kekeruhan berwarna putih dalam 

waktu 30 menit. 

    C. Masukkan 500 mg zat ke dalam tabung reaksi, 

tambahkan air, panaskan di dalam tangas air: hanya 

beberapa bagian tetap tidak larut dan pada pendinginan 

antara 35º dan 30º membentuk gel. Bila dipanaskan di 

dalam tangas air, gel tidak mencair pada suhu di bawah 

80º. 

 

Gelatin Panaskan 1,0 g zat dalam 100 ml air sampai 

larut dan biarkan dingin sampai  suhu 50º. Pada 5 ml 

tambahkan 5 ml larutan 2,4,6-trinitrofenol P 1%: tidak 

terjadi kekeruhan dalam waktu 10 menit. 

 

Zat tidak larut Tidak lebih dari 0,5%; lakukan 

penetapan dengan cara sebagai berikut: Pada 5 g zat 

yang telah diserbuk dan diayak dengan pengayak nomor 

270, tambahkan 100 ml air dan 14 ml asam klorida 2 M, 

didihkan perlahan-lahan selama 15 menit, sambil sering 

diaduk. Saring selagi panas melalui penyaring kaca 

masir, cuci sisa dengan air panas dan keringkan pada 

suhu 100º - 105º. 

 

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 20,0%; 

lakukan pengeringan pada suhu 100º - 105º, memakai  

1 g zat dalam bentuk serbuk yang lewat pengayak nomor 

270. 

 

Sisa pemijaran <301> Metode II Tidak lebih dari 4,5%; 

lakukan penetapan memakai  1 g serbuk yang lewat 

pengayak nomor 270. 

 

Indeks pengembangan <851> Tidak kurang dari 15; 

lakukan penetapan memakai  zat dalam bentuk 

serbuk yang lewat pengayak nomor 270. 

 

Batas mikroba <51> Tidak boleh mengandung 

Escherichia coli; lakukan penetapan memakai  1,0 g. 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. 

 

 

SERBUK AGAR 

Pulvis Agar 

 

Serbuk Agar yaitu  agar dalam bentuk serbuk. 

 

Pemerian Serbuk putih kekuningan; pada pengamatan 

di bawah mikroskop terlihat fragmen bersudut dengan 

ciri-ciri yang sama seperti pada Agar bentuk potongan 

atau kepingan; beberapa fragmen berwarna ungu 

kecokelatan pada penambahan iodum 0,005 M. 

 

Identifikasi Gelatin, Zat tidak larut, Susut pengeringan, 

Sisa pemijaran, Indeks pengembangan Memenuhi 

syarat seperti tertera pada Agar.  

 

Batas mikroba <51> Tidak boleh mengandung 

Escherichia coli; lakukan penetapan memakai  1,0 g. 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.  

 

 

AIR MURNI 

Purified Water 

 

H2O        BM 18,02 

 

Air Murni yaitu  air yang memenuhi persyaratan air 

minum, yang dimurnikan dengan cara destilasi, penukar 

ion, osmosis balik atau proses lain yang sesuai. Tidak 

mengandung zat tambahan lain.  

[Catatan Air Murni dipakai  untuk pembuatan 

sediaan-sediaan. Bila dipakai  untuk sediaan steril, 

selain untuk sediaan parenteral, air harus memenuhi 

persyaratan Uji Sterilitas <71>, atau pakailah  air murni 

steril yang dilindungi terhadap kontaminasi mikroba. 

Tidak boleh memakai  Air Murni untuk sediaan 

parenteral. Untuk keperluan ini pakailah  Air untuk 

- 64 -

 

 

 

 

 

 

 

Injeksi, Air untuk Injeksi Bakteriostatik atau Air Steril 

untuk Injeksi.] 

 

Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna; tidak berbau. 

 

pH <1071> 5,0 - 7,0; lakukan penetapan secara 

potensiometrik pada larutan yang ditambahkan 0,30 ml 

larutan kalium klorida P jenuh pada 100 ml zat uji. 

 

Klorida Pada 100 ml tambahkan 5 tetes asam nitrat P 

dan 1 ml perak nitrat LP: tidak terjadi opalesensi. 

 

Sulfat Pada 100 ml tambahkan 1 ml barium klorida LP: 

tidak terjadi kekeruhan. 

 

Amonia Tidak lebih dari 0,3 bpj; pada 100 ml 

tambahkan 2 ml kalium raksa(II) iodida alkalis P segera 

terbentuk warna kuning yang tidak lebih gelap dari Air 

dengan kemurnian tinggi seperti tertera pada Pereaksi 

dalam Wadah <1271> yang ditambahkan 30 μg NH3. 

 

Kalsium Pada 100 ml tambahkan 2 ml amonium oksalat P: 

tidak terjadi kekeruhan. 

 

Karbon dioksida Pada 25 ml tambahkan 25 ml kalsium 

hidroksida LP: campuran tetap jernih. 

 

Logam berat <371> Pada 40 ml Air Murni atur pH 

antara 3,0 - 4,0 dengan penambahan asam asetat  1 N 

(pakailah  kertas indikator dengan rentang pH pendek), 

tambahkan 10 ml hidrogen sulfida LP yang dibuat segar 

dan diamkan selama 10 menit; jika diamati dengan arah 

tegak lurus dengan dasar putih, warna cairan tidak lebih 

tua dari warna campuran 50 ml air murni dengan asam 

asetat 1 N dalam jumlah yang sama. 

 

Zat mudah teroksidasi Pada 100 ml tambahkan 10 ml 

asam sulfat 2 N, tambahkan sampai  mendidih. 

Tambahkan 0,1 ml kalium permanganat 0,1 N, didihkan 

selama 10 menit: warna merah muda tidak hilang 

sempurna. 

 

Zat padat total Tidak lebih dari 0,001%; uapkan 100 ml 

di atas tangas uap sampai  kering, keringkan residu pada 

suhu 105º selama 1 jam.  

 

Kemurnian bakteriologi Memenuhi syarat air minum. 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. 

 

 

AIR STERIL UNTUK INJEKSI 

Sterile Water for Injections 

 

Air Steril untuk Injeksi yaitu  Air Murni yang 

disterilkan dan dikemas dengan cara yang sesuai. Tidak 

mengandung bahan anti mikroba atau bahan tambahan 

lainnya. 

 

Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna; tidak berbau. 

 

Baku pembanding Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat 

pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk 

menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua isi, 

pakailah  larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang 

belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin. 

 

Endotoksin bakteri <201> Tidak boleh lebih dari 0,25 

unit Endotoksin FI per ml, memakai  Endotoksin 

BPFI sebagai pembanding. 

 

Klorida Pada 20 ml zat uji dalam tabung pembanding 

warna tambahkan 5 tetes asam nitrat P dan 1 ml perak 

nitrat LP dan campur perlahan: terjadi kekeruhan dalam 

waktu 10 menit dan tidak lebih keruh dari 20 ml Air 

dengan kemurnian tinggi seperti tertera pada Pereaksi 

dalam Wadah <1271> yang mengandung 10 μg Cl      

(0,5 bpj), diamati dengan arah tegak lurus dengan dasar 

gelap dengan cahaya yang masuk dari samping. 

 

Sterilitas <71> Memenuhi syarat. 

 

Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti 

tertera pada Injeksi volume kecil. 

 

Amonia Lakukan penetapan sebagai berikut: Untuk Air 

Steril untuk Injeksi dalam wadah dengan volume kurang 

dari 50 ml, encerkan 50 ml dengan 50 ml Air dengan 

kemurnian tinggi seperti tertera pada Pereaksi dalam 

Wadah <1271> dan pakailah  larutan ini sebagai larutan 

uji. Untuk volume 50 ml atau lebih pakailah  100 ml Air 

Steril untuk Injeksi sebagai larutan uji. Pada 100 ml 

larutan uji tambahkan 2 ml kalium raksa(II) iodida 

alkalis LP: segera terjadi warna kuning yang tidak lebih 

gelap dari Air dengan kemurnian tinggi yang 

ditambahkan 30 μg NH3 (0,6 bpj untuk Air Steril untuk 

Injeksi untuk wadah dengan volume kurang dari 50 ml; 

0,3 bpj untuk wadah dengan volume 50 ml atau lebih). 

 

Zat yang mudah teroksidasi Pada 100 ml tambahkan 

10 ml asam sulfat 2 N, panaskan sampai  mendidih. 

Untuk Air Steril untuk Injeksi dalam wadah dengan 

volume kurang dari 50 ml, tambahkan 0,4 ml kalium 

permanganat 0,1 N dan didihkan selama 5 menit; untuk 

volume 50 ml atau lebih tambahkan 0,2 ml kalium 

permanganat 0,1 N didihkan selama 5 menit. Bila 

terbentuk endapan, dinginkan dalam tangas es sampai  

suhu ruang dan saring melalui penyaring kaca masir: 

warna merah muda tidak hilang sempurna. 

 

Zat padat total Tidak lebih dari 0,004%; untuk Air 

Steril untuk Injeksi dengan kemasan kurang dari 30 ml; 

tidak lebih dari 0,003% untuk kemasan 30 ml atau lebih, 

namun  kurang 100 ml; tidak lebih dari 0,002% untuk 

kemasan 100 ml atau lebih; lakukan penetapan seperti 

tertera pada Zat padat total dalam Air Murni. 

 

Syarat lain Memenuhi uji pH, Sulfat, Kalsium, Karbon 

dioksida dan Logam berat seperti tertera pada Air Murni. 

- 65 -

 

 

 

 

 

 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal, 

dari kaca atau plastik, tidak lebih besar dari 1 liter. 

Wadah kaca sebaiknya dari kaca Tipe I atau Tipe II.  

 

 

AKAR IPEKA 

Ipecacuanhae Radix 

 

Akar Ipeka yaitu  pangkal batang dan akar kering 

Cephaelis acuminata Karsten atau Cephaelis 

ipecacuanha (Brotero) A. Richard (familia Rubiaceae) 

mengandung tidak kurang dari 2,0% alkaloid total larut 

dalam eter dan mengandung tidak kurang dari 90% 

emetin (C29H40N2O4) dan sefaelin (C28H38N2O4). 

Kandungan sefaelin bervariasi dari beberapa  setara 

sampai tidak lebih dari 2,5 kali jumlah emetin. 

 

Baku pembanding Emetin Hidroklorida BPFI; lakukan 

pengeringan beberapa  kecil zat terpapar dengan baik 

pada suhu 105º sampai bobot tetap sebelum dipakai . 

 

Makroskopik Campuran potongan akar dan pangkal 

batang. Potongan akar biasanya  melengkung dan 

bengkok, kadang-kadang bercabang; panjang sampai   

15 cm dan biasanya  berdiameter 3 - 6,5 mm, kadang 

mencapai 9 mm; berwarna keabuan, cokelat keabuan 

atau cokelat kemerahan, jenis yang berwarna cokelat 

kemerahan sering memiliki  goresan berwarna terang; 

bagian luar berpenebalan melintang, masing-masing 

setebal 0,5 - 1,0 mm melingkar meliputi separuh keliling 

akar dan berakhir pada ujung yang meruncing dari akar, 

ada  1 - 6 penebalan per cm, kadang-kadang terlihat 

bentuk cincin dengan jarak tidak beraturan, pangkal 

batang berbentuk silinder, tebal lebih kurang 2 mm, 

berkeriput memanjang dengan bercak-bercak berbentuk 

elips; bau khas; rasa pahit; membuat mual. 

 

Mikroskopik Pada daerah pusat akar ada  xilem 

primer, yang mudah dikenal dan tidak berempulur. Di 

sekelilingnya ada  jaringan kayu dari xilem sekunder 

yang rapat, dibelah oleh jari-jari teras. Semua jaringan 

ini mengandung lignin. Di sebelah luar bagian kayu 

ada  pita floem sekunder yang sempit serta feloderm 

parenkimatis yang luas dikelilingi oleh lapisan gabus 

yang sempit dengan ketebalan beberapa sel. Xilem 

sekunder tersusun oleh pembuluh trakeida yang 

bergabung dengan parenkim xilem; parenkim xilem ini 

bernoktah dan berisi butir pati. Butir pati juga ada  

jari-jari teras. Floem merupakan kelompok kecil jaringan 

ayak yang dikelilingi parenkim. Feloderm yang luas 

tersusun oleh parenkim dengan sel-sel bulat berselulosa, 

berisi butir pati dan sedikit idioblas, masing-masing 

mengandung seikat kristal kalsium oksalat bentuk rafida, 

panjang 30 - 80 μm. Butir pati jarang yang tunggal, 

biasanya merupakan gabungan 2 - 4 butir dan kadang-

kadang 8 butir. Butir tunggal berdiameter sampai  22 μm. 

Pangkal batang dibedakan dari akar oleh adanya 

lingkaran xilem di sekitar teras yang luas. Jaringan 

perisikel mengandung sel sklerenkim yang khas. 

Pembuluh berpenebalan spiral diketemukan dalam 

protoxilem. Teras tersusun oleh parenkim bernoktah dan 

sedikit berlignin. 

 

Batang di atas tanah Tidak lebih dari 5%. 

 

Bahan organik asing Tidak lebih dari 2,0%; Lakukan 

penetapan seperti tertera pada Pengambilan Contoh dan 

Metode analisa  Simplisia <671>.  

 

Penetapan kadar alkoloid total larut dalam eter 

[Catatan eter yang dipakai  harus bebas dari 

peroksida yang ditetapkan 24 jam sebelum dipakai .] 

Alkaloid dapat diekstraksi memakai  salah satu dari 

dua cara yang di sebutkan di bawah ini:  

    Cara I Timbang saksama beberapa  10 g serbuk akar, 

tambahkan 100,0 ml eter P dalam labu yang sesuai, 

tutup rapat, kocok kuat-kuat dan biarkan selama 5 menit. 

Tambahkan 10 ml amonium hidroksida 6 N, tutup rapat 

dan kocok lagi kuat-kuat selama satu jam dengan 

pengocok mekanik atau terputus-putus selama 2 jam, 

diamkan semalam pada suhu tidak lebih dari 25°. Kocok 

lagi secara terputus-putus selama 30 menit dan diamkan 

pada suhu 25°. Pindahkan 50,0 ml beningan setara 

dengan 5,0 g akar ipeka ke dalam corong pisah. 

    Cara II Timbang saksama beberapa  5 g serbuk akar 

tambahkan eter P secukupnya untuk membasahi serbuk 

dan biarkan selama 10 menit sambil sekali-kali diaduk. 

Tambahkan 3 ml amonium hidroksida P, masukkan ke 

dalam alat Soxhlet rendam semalam dan ekstraksi 

selama 5 jam masukan ekstrak ke dalam corong pisah.  

Ekstrak yang di peroleh dari Cara I atau Cara II di 

ekstraksi dengan asam sulfat 2 N, mula-mula 

memakai  15 ml atau lebih sampai  bereaksi asam dan 

selanjutnya tiap kali dengan 10 ml sampai  semua 

alkoloid terekstraksi. Saring semua ekstrak 

memakai  penyaring yang sama masukan ke dalam 

corong pisah kedua. Pada larutan asam ini  

tambahkan beberapa  sama eter P dan tambahkan 

amonium hidroksida 6 N sampai  bereaksi basa (minimal 

pH 10 dengan kertas indikator) dan ekstraksi beberapa 

kali dengan eter P sampai  ekstrak terakhir tidak keruh 

jika dilakukan uji sebagai berikut: uapkan 1 ml ekstrak 

terakhir, larutkan residu dalam 0,5 ml asam klorida      

0,5 N dan tambahkan 1 tetes raksa(II) iodida LP. Saring 

tiap ekstrak eter ke dalam labu atau gelas piala dan 

uapkan perlahan-lahan di atas tangas uap sampai  kering. 

Tambahkan 5 ml eter P dan 10,0 ml asam sulfat 0,1 N 

LV panaskan di atas tangas uap sampai  semua alkaloid 

larut dan eter menguap, dinginkan, tambahkan 15 ml air 

dan merah metil LP; titrasi kelebihan asam dengan 

natrium hidroksida 0,1 N LV. 

 

Tiap ml asam sulfat 0,1 N  

setara dengan 24,0 mg alkaloid total larut dalam eter 

dihitung sebagai emetin (C29H40N2O4) 

 

 

 

 

- 66 -

 

 

 

 

 

 

 

Penetapan kadar emetin dan sefaelin  

    Larutan baku Timbang saksama beberapa  emetin 

Hidroklorida BPFI dan larutkan dalam asam sulfat 0,5 N 

encerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan asam 

sulfat 0,5 N sampai  kadar lebih kurang 50 μg per ml. 

    Larutan uji Buat Contoh uji seperti tertera pada 

Pengambilan Contoh dan Metode analisa  Simplisia 

<671>. Masukan 200 mg contoh berupa serbuk halus 

yang ditimbang saksama ke dalam gelas piala 150 ml 

tambahkan 2 ml metil sulfoksida P, aduk dengan 

pengaduk sampai  semua serbuk basah, diamkan selama 

30 menit. Tambahkan 2 ml air dan lebih kurang 1 g 

natrium bikarbonat P, campur.  

    Dapar fosfat Campur 3 bagian volume kalium fosfat 

monobasa 0,5 M (mengandung 5,1 g per 75 ml) dengan 

1 bagian volume kalium fosfat dibasa 0,5 M 

(mengandung 2,2 g per 25 ml) dan atur pH sampai  

6,0±0,005 dengan menambahkan salah satu larutan 

ini . Larutkan 7,5 g kalium klorida P dalam 100 ml 

Dapar fosfat.  

    Dapar asam sitrat Campur volume sama natrium 

sitrat 0,5 M (mengandung 6,5 g per 50 ml) dan asam 

sitrat 0,5 M (mengandung 4,8 g per 50 ml) atur pH 

sampai  4,0±0,05 dengan menambahkan salah satu 

larutan ini . 

    Kolom kromatografi Tabung kromatografi ukuran      

25 mm x 200 mm di beri wol kaca pada bagian dasar. 

    Kolom I Pada gelas piala berisi larutan uji tambahkan 

6 g tanah silika yang dimurnikan campur dan masukan 

ke dalam kolom, bilas gelas piala dengan lebih kurang    

1 g tanah silika yang dimurnikan pindahkan bilasan di 

bagian atas kolom dan mampatkan. 

    Kolom II Isi kolom dengan campuran 3 g tanah silika 

yang dimurnikan dan 2 ml dapar fosfat.  

    Kolom III Isi kolom dengan campuran 3 g tanah silika 

yang dimurnikan dan 2 ml dapar asam sitrat. 

    Kolom IV Isi kolom dengan campuran 3 g tanah silika 

yang dimurnikan dan 2 ml larutan natrium hidroksida P 

(1 dalam 50). Letakan wol kaca di atas setiap kolom.  

    procedure  [Catatan pakailah  pelarut jenuh air pada 

procedure  ini. Bilas ujung kolom kromatografi sebelum 

dipindahkan.] Susun Kolom I dan Kolom II sedemikian 

rupa sampai  cairan dari kolom I akan mengalir masuk ke 

Kolom II. Lewatkan tiga kali 50 ml eter P ke Kolom I 

dan pindahkan Kolom I dan eluat. Letakan Kolom III di 

bawah Kolom II dan lewatkan tiga kali 50 ml campuran 

eter P-klorofom P (1:3) pindahkan Kolom II dan eluat. 

Cuci Kolom III berturut-turut dengan 25 ml campuran 

eter P-klorofom P (1:3) dan 25 ml campuran eter P-

isooktana P (1:1) buang larutan pencuci. Cuci Kolom IV 

dengan 20 ml larutan trietilamin P (1 dalam 5) dalam 

campuran eter P-isooktana P (1:1) buang larutan 

pencuci. Susun Kolom IV di bawah Kolom III dan 

letakan corong pisah 125 ml yang berisi 15 ml asam 

sulfat 4 N di bawah Kolom IV. Lewatkan 10 ml larutan 

trietilamin P (1 dalam 50) dalam campuran eter P-

isooktana P (1:1), diikuti tiga kali 10 ml larutan 

trietilamin P (1 dalam 50) dalam campuran eter P-

isooktana P (1:1). Pindahkan Kolom III dan lewatkan ke 

dalam Kolom IV 20 ml larutan trietilamin P (1 dalam 50) 

dalam campuran eter P-isooktana P (1:1). Kocok corong 

pisah, biarkan lapisan memisah dan pindahkan lapisan 

air ke dalam labu tentukur 50-ml. Ekstraksi dua kali, tiap 

kali dengan 10 ml asam sulfat 0,5 N dan masukkan ke 

dalam labu tentukur. Tambahkan asam sulfat 0,5 N 

sampai tanda, kocok (Larutan emetin). 

    Eluasi Kolom IV dengan 75 ml kloroform P dan 

kumpulkan eluat dalam corong pisah 250 ml yang telah 

berisi 150 ml eter P. Pindahkan Kolom IV. Ekstraksi 

eluat, mula-mula dengan 20 ml asam sulfat 0,5 N 

lalu  dua kali berturut-turut, tiap kali dengan 10 ml 

asam sulfat 0,5 N. Kumpulkan ekstrak dalam labu 

tentukur 50-ml. Bilas ujung corong pisah dan tambahkan 

asam sulfat 0,5 N sampai tanda, kocok (larutan 

sefaelin). 

    Ukur serapan Larutan emetin, Larutan sefaelin dan 

Larutan baku pada panjang gelombang serapan 

maksimum 283 dan 350 nm, memakai  

spektrofotometer yang sesuai, dengan asam sulfat 0,5 N 

sebagai blangko. Hitung jumlah dalam mg emetin, 

dengan rumus: 

 

( )

( )S

U

AA

AA

C

350283

35028305,0  

 

C yaitu  kadar emetin dalam μg per ml larutan baku; 

harga serapan dalam kurung berturut-turut menampilkan  

perbedaan serapan larutan emetin dari Larutan uji (U) 

dan Larutan baku (S). Hitung jumlah dalam mg sefaelin, 

dengan rumus: 

 

( ) ( )

( )S

U

AA

AA

C

350283

35028305,0971,0  

 

0,971 yaitu  perbandingan bobot molekul sefaelin dan 

emetin; C yaitu  kadar emetin dalam μg per ml Larutan 

baku; harga serapan dalam kurung berturut-turut 

menampilkan  perbedaan serapan larutan sefaelin dari 

larutan uji (U) dan larutan baku (S). 

 

 

AKAR PULE PANDAK  

Rauwolfiae Radix 

 

Akar Pule Pandak yaitu  akar yang dikeringkan dari 

Rauwolfia serpentina (Linné) Bentham ex Kurz (Familia 

Apocynaceae), kadang-kadang mengandung fragmen 

rimpang dan pangkal batang. Kadar alkaloid golongan 

reserpin-resinamin tidak kurang dari 0,15%, dihitung 

sebagai reserpin, C33H40N2O9. 

 

Baku pembanding Akar Pule Pandak BPFI; tidak boleh 

dikeringkan sebelum dipakai . Reserpin BPFI; 

lakukan pengeringan pada suhu 60º selama 3 jam 

sebelum dipakai , simpan dalam wadah tertutup rapat, 

terlindung cahaya. 

 

- 67 -

 

 

 

 

 

 

 

Makroskopik Potongan akar biasanya  berukuran 

panjang 5 - 15 cm, kadang-kadang lebih pendek, 

diameter 3 - 20 mm. Potongan berbentuk silindris, agak 

pipih atau melengkung biasanya  tanpa cabang akar, 

namun  kadang-kadang dengan akar-akar kecil atau 

benang akar yang membelit, lebih tersebar, lebih banyak, 

lebih keras dan berkayu pada akar yang lebih besar. 

Permukaan luar cokelat muda sampai kuning keabuan, 

buram, kasar atau berkerut memanjang namun  lunak jika 

dipegang, kadang-kadang terlihat bulatan kecil bekas 

akar pada potongan yang besar. Jika dipatahkan kulit 

akar mudah terkelupas dari bagian kayu. Patahan 

pendek, tidak teratur, patahan yang lebih panjang, sedikit 

berserat pada bagian pinggir. Permukaan patahan dari 

akar yang baru saja dipatahkan memperlihatkan lapisan 

kulit akar yang agak tebal berwarna kuning keabuan dan 

bagian kayu yang putih kekuningan agak pucat meliputi 

radius lebih kurang 80%. Pada penampang melintang 

potongan yang besar tampak jari-jari empulur dengan 3 

atau lebih lingkaran tahun, sering terlihat empulur yang 

kecil di pusat. Kayunya keras dan kerapatannya relatif 

rendah. Bau tidak khas seperti bau tanah atau bau 

kentang dalam penyimpanan; rasa pahit. 

 

Mikroskopik Akar Pada penampang melintang terlihat 

2 - 8 lapis sel gabus pada lapisan luar, terdiri dari lapisan 

dengan sel-sel lebih besar berseling dengan lapisan 

dengan sel-sel lebih kecil, setiap lapisan terdiri dari sel-

sel kecil yang meliputi 3 - 5 lapis sel yang tersusun 

tangensial, sedangkan setiap lapisan sel yang lebih besar 

terdiri dari 1 - 6 lapisan tengensial. Pada penampang 

melintang, sel-sel pusat yang terbesar dari kelompok sel 

yang lebih besar berukuran 40 - 90 μm secara radial dan 

sampai 75 μm secara tangensial. Sel-sel dari kelompok 

sel yang berukuran 5 - 20 μm secara radial dan 75 μm 

secara tangensial. Dinding sel tipis dan bergabus. Bagian 

kulit sekunder terdiri dari beberapa lapis sel parenkim 

yang memanjang sampai isodiametrik, biasanya  penuh 

berisi butir pati, sel-sel lainnya yaitu sel lateks yang 

pendek, terpisah sendiri atau dalam deretan pendek dan 

mengandung resin yang cokelat. Floem sekunder relatif 

sempit dan tersusun oleh parenkim floem yang berisi 

butir pati dan kadang-kadang hablur kalsium oksalat 

bentuk tabung sampai bersegi, panjang sampai 20 μm 

dan kadang-kadang resin cokelat di dalam sel yang lebih 

luar dan sel floem, berdekatan dengan buluh pengangkut 

yang tersebar dan terbelah oleh jaringan floem selebar    

2 - 4 sel. Sklerenkim, yaitu sel batu dan serabut tidak 

diketemukan pada akar dan dapat dipakai  untuk 

membedakan dengan jenis Rauwolfia yang lain. 

Kambium tidak khas, sempit, gelap dan mengkilat. 

Xilem sekunder merupakan bagian yang luas dari akar 

dan memiliki  satu atau lebih lingkaran tahun dengan 

empulur kayu yang rapat, memotong kurang lebih      

500 μm di pusat. Xilem tersusun oleh banyak serabut 

kayu yang dipisahkan oleh deretan sel xilem dan pada 

pengamatan dengan pembesaran yang lebih kuat terlihat 

berkas pengangkut dalam lapisan radial yang terputus, 

banyak parenkim xilem, lapisan sel xilem yang besar, 

sedikit serabut kayu dan trakeida, semuanya memiliki  

dinding berlignin. Serabut xilem ada  baik pada 

lapisan tangensial maupun radial. Lebar deretan sel 

xilem 1 - 12 sel, kadang-kadang sampai 16 lapis sel. 

 

Mikroskopik rimpang Sama dengan akar, selain itu 

ditemukan kulit akar, serabut perisikel, berkas 

pengangkut tipe bikolateral dan empulur yang kecil. 

Serabut perisikel tunggal atau dalam kelompok 2 - 5, 

memiliki  dinding tebal dan tidak berlignin, 

meruncing, seringkali terbelah ujungnya, dengan bagian 

subterminal melebar dan memiliki  dinding sel tipis 

dan lumen lebar. Kadang-kadang dijumpai berkas 

pengangkut yang berukuran sampai 485 μm. Deretan sel 

xilem, lebar 1 - 4 sel, dengan dinding berlignin dan 

bernoktah. Jaringan floem bagian dalam ada  di 

sekeliling bagian luar empulur, serabut xilem terlihat 

agak kurang terang dibanding dengan yang ada  pada 

akar. Bagian empulur tersusun oleh sel parenkim berisi 

pati dan tersebar, berisi zat yang berwarna kuning dan 

menjadi cokelat jika direaksikan dengan larutan iodum LP. 

 

Mikroskopik serbuk Berwarna abu-abu kecokelatan 

sampai abu-abu kemerahan, terlihat banyak sekali butir 

pati, sebagian besar tunggal, berkelompok 2 - 3, kadang-

kadang 4, butir pati tunggal berbentuk bulat, bulat telur, 

cembung datar atau cembung bersegi atau tidak 

beraturan, hilum sederhana, berbentuk Y, bintang atau 

seperti garis tidak beraturan, diameter utuh 6 - 34 μm, 

rata-rata 20 μm, sebagian besar berdiameter kecil, butir 

pati yang dapat berubah berdiameter 50 μm; sebagian 

besar butir pati memperlihatkan polarisasi yang jelas; 

hablur kalsium oksalat bentuk prisma, berkelompok dan 

terletak tersebar, berukuran 10 - 15 μm; resin berwarna 

cokelat dan kadang-kadang ada  hasil sekresi 

berbentuk granul berwarna kekuningan; sel gabus 

terpisah bentuk memanjang sampai 90 μm; sel feloderm 

dan parenkim floem terlihat sama, pembuluh subsilindris 

panjang sampai 360 μm dan berdiameter 20 - 57 μm, 

dinding pada biasanya  berpenebalan noktah dengan tepi 

berbatasan dengan deretan sel xilem; dinding pada ujung 

pembuluh terlihat miring sampai  melintang biasanya  

terbuka pada ujungnya; beberapa pembuluh 

mengandung tilosa; trakheida bernoktah, dengan dinding 

agak tebal, meruncing, berbintik dan terlihat terang, pada 

penampang melintang terbentuk poligonal; sel parenkim 

xilem memiliki  dinding agak tebal dengan noktah 

bundar, sel-sel poligonal pada penampang melintang, 

berisi banyak butir pati; deretan sel-sel floem dan xilem 

memiliki  dinding bernoktah, banyak mengandung 

pati, kadang-kadang dengan resin berwarna cokelat, 

serabut xilem dengan dinding tebal berlignin, bernoktah 

garis yang miring dan melintang, ujungnya meruncing 

atau bercabang, berukuran panjang 200 - 750 μm. Pada 

akar tidak dijumpai serabut floem maupun sklereida. 

 

Identifikasi Lakukan penetapan dengan cara 

Kromatografi Kertas seperti tertera pada Kromatografi 

<931>. 

- 68 -

 

 

 

 

 

 

 

    tahap  diam Encerkan 30 ml formamida P bebas 

amonia dengan aseton P sampai  100 ml. 

    tahap  gerak A Campuran isooktana P-karbon 

tetraklorida P-piperidina P-butanol tersier P 

(90:60:4:2). 

    tahap  gerak B Campuran kloroform P-isooktana P-

butanol tersier P (75:75:2). 

    Penampak bercak Larutkan 25 g asam trikloroasetat P 

dalam 100 ml metanol P. 

    Larutan baku Panaskan 1 g Akar Pule Pandak BPFI 

dengan 5 ml etanol P pada suhu 55º - 65º selama 30 

menit sambil sesekali diaduk; dinginkan dan saring. 

    Larutan uji Serbukkan 10 g akar menjadi serbuk halus 

(60). Timbang 1 g serbuk, lakukan seperti pada Larutan 

baku. 

    procedure  A Lakukan kromatografi kertas menaik 

dengan penjenuhan kertas saring. Tuangkan tahap  gerak A 

pada dasar bejana dan tutup. Celupkan kertas Whatman 

Nomor 1 atau yang sejenis, ukuran 20 cm x 20 cm ke 

dalam tahap  diam, biarkan aseton menguap sempurna. 

Totolkan masing-masing 1μl Larutan uji dan Larutan 

baku pada jarak 2,5 cm dari dasar kertas, biarkan kering. 

Totolkan 2 μl tahap  diam pada masing-masing totolan, 

biarkan kering; gantung kertas sesampai  bagian dasarnya 

tercelup pada tahap  gerak; tutup bejana. sesudah  1 jam 

atau bila tahap  gerak telah mencapai tujuh perdelapan 

tinggi kertas, angkat kertas, keringkan pada suhu 90º 

dengan aliran udara. Semprot kertas dengan Penampak 

bercak secara tipis merata dan panaskan pada suhu 90º 

selama 10 menit. 

    procedure  B pakailah  alat seperti pada procedure  A 

dengan diberi wadah kaca berisi 2 ml amonium 

hidroklorida P sampai  bejana jenuh dengan uap 

amoniak. Tuangkan tahap  gerak B pada dasar bejana di 

luar wadah kaca. Lakukan kromatografi seperti pada 

procedure  A namun  tanpa Penampak bercak. Amati kedua 

kromatogram di bawah cahaya ultraviolet dan catat 

bercak yang berfluoresensi; kromatogram Larutan uji 

harus menghasilkan bercak dengan harga Rf  dan warna 

yang sesuai dengan bercak Larutan baku. 

 

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 12,0%; 

lakukan pengeringan pada suhu 100º sampai  bobot tetap. 

 

Batas mikroba <51> Dalam bentuk serbuk tidak boleh 

mengandung Salmonella sp. 

 

Kadar abu tidak larut asam Tidak lebih dari 2,0%; 

lakukan penetapan seperti tertera pada Pengambilan 

Contoh dan Metode analisa  Simplisia <671>. 

 

Penetapan kadar  

    Larutan baku Larutkan 20,0 mg Reserpin BPFI dalam 

25 ml etanol P panas, dinginkan, encerkan dengan 

etanol P sampai  50,0 ml, campur. Jika disimpan pada 

wadah yang tertutup rapat, terlindung cahaya, di tempat 

gelap, warna larutan stabil selama beberapa minggu. 

Encerkan 5,0 ml dengan etanol P sampai  100,0 ml dan 

campur sebelum dipakai . 

    procedure  Timbang saksama beberapa  lebih kurang  

2,5 g serbuk halus, masukkan ke dalam alat Soxhlet 

berukuran sedang dengan labu 250 ml dan tempat contoh 

berukuran 35 mm x 80 mm atau dengan ukuran yang 

lebih kecil. Ekstraksi dengan 100 ml etanol P dengan 

bantuan batu didih selama 4 jam. Lindungi alat dan 

seluruh larutan alkaloid dari cahaya kuat atau cahaya 

langsung. Pindahkan ekstrak dengan etanol P ke dalam 

labu tentukur 100-ml, dinginkan, encerkan dengan 

etanol P sampai tanda. Pipet 20 ml larutan ke dalam 

corong pisah yang berisi 200 ml asam sulfat 0,5 N, 

campur dan ekstraksi tiga kali, tiap kali dengan 25 ml 

metil kloroform P. Lumasi kran pengaturan dengan 

pelumas yang tidak larut dalam metil kloroform atau 

kloroform atau pakailah  kran pengatur dari 

politetrafluoroetilen. Pisahkan lapisan bawah 

sesempurna mungkin. Cuci lapisan metilkloroform 

dalam corong pisah kedua, tiap kali dengan 50 ml asam 

sulfat 0,5 N dan buang lapisan metilkloroform. Ekstraksi 

alkaloid yang bersifat basa lemah dalam larutan asam 

berturut-turut dengan 25 ml, 15 ml, 15 ml, 10 ml, 10 ml 

dan 10 ml kloroform P. Cuci masing-masing ekstrak 

kloroform dengan asam sulfat 0,5 N yang ada  dalam 

corong pisah kedua, lalu  cuci dua kali, tiap kali 

dengan 10 ml larutan natrium bikarbonat P (1 dalam 50) 

dalam dua corong pisah lain. Saring ekstrak kloroform P 

ke dalam labu tentukur 100-ml yang berisi 10 ml etanol P, 

encerkan dengan etanol P sampai tanda. Pipet larutan 10 

ml dua kali, masing-masing masukkan ke dalam labu 

Erlenmeyer 25 ml bersumbat kaca campur dengan 4 ml 

etanol P. Uapkan dengan pemanasan rendah sampai 

hampir kering, lalu  masukkan dalam desikator 

hampa udara dan uapkan sampai  kering. Larutkan residu 

dengan 5,0 ml etanol P sampai  larut. Pipet Larutan baku 

5 ml dua kali, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer      

25 ml bersumbat kaca yang lain. Tambahkan 2,0 ml 

asam sulfat 0,5 N pada salah satu Larutan uji dan salah 

satu Larutan baku sebagai blangko. Tambahkan pada 

dua labu Erlenmeyer yang lain, 1,0 ml asam sulfat 0,5 N 

dan 1,0 ml larutan natrium nitrit P (3 dalam 1000) 

campur dan panaskan  di atas tangas air pada suhu       

50º - 60º selama 20 menit. Dinginkan, tambahkan pada 

masing-masing labu 500 μl larutan asam sulfamat P     

(1 dalam 20), campur. sesudah  warna larutan stabil, ukur 

serapan pada panjang gelombang serapan maksium 390 

nm memakai  blangko yang berisi campuran etanol 

P-air (2:1). Hitung dalam mg kadar alkaloid golongan 

reserpin-resinamin, dihitung dengan rumus: 

 

( )

( )0

05

SS

AA

 

 

A dan Ao berturut-turut yaitu  serapan Larutan uji yang 

diperlakukan dengan nitrit dan blangko larutan uji; S dan 

S0 berturut-turut yaitu  serapan Larutan baku yang 

diperlakukan dengan nitrit dan blangko larutan baku.  

 

- 69 -

 

 

 

 

 

 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, 

dalam ruang dengan suhu terkendali, kering dan aman 

dari serangga. 

 

 

AKAR MANIS  

Glycyrrhizae Radix 

 

Akar Manis terdiri atas akar dan batang bawah tanah 

yang tidak dikupas dan telah dikeringkan dari tanaman 

Glycyrrhiza glabra Linné (familia Leguminosae). 

Mengandung tidak kurang dari 4,0% asam glisirizinat. 

 

Pemerian Berbau khas dan sedikit aromatis; rasa sangat 

manis, sedikit kelat; kulit akar tidak pahit.  

 

Baku pembanding Asam Glisirizinat BPFI.  

 

Makroskopik Akar dengan beberapa cabang, panjang 

sampai 1 m dan berdiameter 0,5 – 3 cm. Kulit berwarna 

abu-abu kecokelatan sampai cokelat dengan goresan 

memanjang ada  bekas akar kecil. Batang bawah 

tanah berbentuk silinder, berdiameter 1 - 2 cm, panjang 

sampai beberapa meter, dapat di potong sepanjang        

10 - 15 cm, tampak luar mirip dengan akar, kadang 

dengan kuncup kecil. Bekas patahan akar dan batang 

bawah tanah berserat dan kasar seperti bergranul. 

Lapisan gabus tipis; daerah floem sekunder luas, 

berwarna kuning muda dengan goresan melingkar; xilem 

padat berwarna kuning dengan struktur radier. Batang 

bawah tanah memiliki  saluran empulur yang berakhir 

di bagian akar. 

 

Mikroskopik Gabus dan feloderm sempit. Floem 

terutama terdiri dari berkas serabut berwarna kuning 

berdinding tebal, panjang 700 - 1200 μm, lebar 10 - 20 μm 

dikelilingi sel yang mengandung hablur kalsium oksalat 

bentuk prisma panjang 10 - 35 μm, lebar 2 - 5 μm; 

lapisan luar berselang-seling dengan bagian-bagian 

keratenkim hialin yang kuat; pembuluh tapis dekat 

kambium. Xilem terdiri dari trakheida dan pembuluh 

kayu yang tersusun radial berselang-seling dengan 

berkas serabut berlignin sebagian, dengan seludang 

hablur seperti pada floem sekunder; diameter pembuluh 

kayu 30 - 150 μm, tebal dinding 5 - 10 μm dengan 

beberapa noktah bercelah memanjang, berhubungan 

dengan parenkim xilem berlignin. Jari-jari empulur lebar 

2 - 5 sel; sel parenkimatis mengandung granul pati 

berbentuk bulat atau lonjong, berdiameter 2 - 20 μm, 

biasanya  5 - 12 μm. Empulur parenkimatis hanya 

ada  pada batang bawah tanah. 

 

Identifikasi  

    A. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi 

secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.  

    tahap  gerak Campuran etil asetat P-amonium 

hidroksida 1 M-etanol mutlak P (60:27:13). Kocok dan 

dibiarkan selama 5 menit. 

    Larutan 1 Kocok 1,0 g serbuk dalam bentuk serbuk 

(120) dengan 20 ml kloroform P selama 15 menit, saring 

dan serbuk terekstraksi disisihkan untuk pembuatan 

Larutan 2. Uapkan filtrat sampai kering, larutkan residu 

dalam 2 ml campuran kloroform P-metanol P (1:1).  

    Larutan 2 Pada serbuk terekstraksi yang diperoleh 

dari Larutan 1, tambahkan 30 ml asam sulfat 0,5 M dan 

refluks selama 1 jam, biarkan dingin, ekstraksi dua kali, 

tiap kali dengan 20 ml kloroform P. Keringkan 

kumpulan ekstrak kloroform dengan natrium sulfat 

anhidrat P, saring, uapkan sampai kering dan larutkan 

residu dalam 2 ml campuran kloroform P-metanol P 

(1:1). 

    Larutan 3 Larutkan 10 mg asam -glisiretat dalam     

2 ml campuran kloroform P-metanol P (1:1).  

    procedure  Totolkan masing-masing 10 μl Larutan 1 

dan Larutan 2 dan 20 μl Larutan 3 pada lempeng 

kromatografi silika gel GF254. Masukkan lempeng ke 

dalam bejana kromatografi, biarkan merambat sampai  

tiga per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, biarkan 

kering selama 5 menit dan amati di bawah cahaya 

ultraviolet 254 nm. Kromatogram dari Larutan 3 

menampilkan  bercak dari asam -glisiretat dengan harga 

Rf lebih kurang 0,1. Kromatogram Larutan 2 

menampilkan  bercak yang serupa namun tidak tampak 

pada kromatogram Larutan 1. Semprot lempeng dengan 

lebih kurang 10 ml anisaldehida LP, untuk lempeng 

ukuran 200 mm x 200 mm, panaskan pada suhu 100° - 

150° selama 10 menit dan amati pada cahaya biasa. 

Bercak asam -glisiretat menjadi ungu kebiruan. Satu 

atau dua bercak dengan harga Rf  lebih kurang 0,6 

tampak pada cahaya biasa sebelum penyemprotan, 

menjadi kuning jingga dan beberapa bercak ungu 

kebiruan tampak pada kromatogram yang diperoleh dari 

Larutan 1 dan Larutan 2. Bercak asam -glisiretat yang 

diperoleh dari Larutan 2 hampir sama besar dengan 

bercak kromatogram yang diperoleh dari Larutan 3. 

    B. Campur beberapa  kecil serbuk, dengan 0,005 ml 

asam sulfat P: partikel serbuk menjadi kuning jingga dan 

beberapa bagian berubah perlahan-lahan menjadi merah 

muda. 

 

Ekstrak larut dalam air Tidak kurang dari 20%; 

lakukan penetapan sebagai berikut: campur 2,5 g serbuk 

(120) dengan 50 ml air biarkan selama 2 jam, sambil 

sering dikocok. Saring, uapkan, beberapa  filtrat setara 

dengan 500 mg serbuk sampai kering di atas tangas air 

dan keringkan residu pada suhu 100° - 105°. 

 

Sisa pemijaran <301> Metode II Tidak lebih dari 

10,0%; lakukan penetapan memakai  1 g serbuk. 

 

Abu tidak larut dalam asam Tidak lebih dari 2,0% 

lakukan penetapan sebagai berikut: pada sisa yang 

diperoleh dari penetapan Sisa pemijaran, tambahkan     

15 ml air dan 10 ml asam klorida P, tutup dengan kaca 

arloji, didihkan selama 10 menit dan biarkan dingin. 

Saring sisa yang tidak larut dengan kertas saring bebas 

abu, cuci dengan air panas sampai  filtrat tidak bereaksi 

- 70 -

 

 

 

 

 

 

 

asam. Keringkan dan pijarkan sampai  membara, biarkan 

dingin dalam desikator dan timbang. Ulangi pemijaran 

sampai  perbedaan antara dua penimbangan berturut-turut 

tidak lebih dari 1 mg. Hitung persentase abu yang tidak 

larut dalam asam. 

 

Penetapan kadar Lakukan Kromatografi lapis tipis 

seperti tertera pada Kromatografi <931>.  

    Larutan uji Campur 1 g serbuk (120) dengan 25 ml 

asam klorida 1 N dan 2,5 ml 1,4-dioksan P. Refluks di 

dalam tangas air selama 2 jam. Biarkan dingin, saring 

melalui kertas saring berdiameter 9 cm, buang filtrat. 

Bilas labu dan kertas saring lima kali, tiap kali dengan 

20 ml air, buang bilasan melalui kertas saring. 

Keringkan labu dan penyaring pada suhu 105° selama   

20 menit, pindahkan kertas saring ke dalam labu dan 

tambahkan 50 ml kloroform P. Refluks di dalam tangas 

air selama 5 menit dan saring kloroform hangat melalui 

kertas saring berdiameter 9 cm. Ulangi ekstraksi dua 

kali, tiap kali dengan 25 ml kloroform P memakai  

penyaring yang sama. Pindahkan kertas saring ke dalam 

labu, ekstraksi dengan 25 ml kloroform P dan saring 

dengan kertas saring yang lain. Uapkan kumpulan filtrat 

sampai kering, larutkan residu dalam campuran 

kloroform P-metanol P (1:1) dan pindahkan dalam gelas 

ukur 10 ml. Bilas dua kali, setiap kali dengan 10 ml 

kloroform P dan uapkan bilasan sampai  tersisa 2 ml. 

Pindahkan larutan ini ke dalam gelas ukur dan encerkan 

dengan campuran kloroform P-metanol P (1:1) sampai 

10 ml. 

    Larutan baku Campur 50 mg asam glisirizinat BPFI 

dengan 25 ml asam klorida 1 N dan 2,5 ml 1,4-dioksan P, 

lanjutkan seperti pada Larutan uji dimulai dari “Refluks 

di dalam tangas air”. 

    procedure  Totolkan dalam bentuk pita dengan panjang 

20 mm dan lebar tidak lebih dari 3 mm masing-masing 

dua kali, tiap kali dengan 60 μl Larutan uji dan Larutan 

baku pada lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke 

dalam bejana kromatografi, biarkan  merambat sampai  

tiga per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, biarkan 

mengering selama 5 menit dan amati di bawah cahaya 

ultraviolet 254 nm, beri tanda daerah asam -glisiretat 

pada keempat kromatogram. Kerok hati-hati lapisan 

silika yang telah diberi tanda dan perlakukan masing-

masing secara terpisah sebagai berikut: kocok dengan    

5 ml etanol mutlak P selama 15 menit, saring dengan 

penyaring kaca masir. Bilas penyaring dengan etanol 

mutlak P dan encerkan sampai  10 ml dengan pelarut 

yang sama. Ukur serapan ke empat larutan pada 250 nm, 

memakai  pembanding larutan yang diperlakukan 

sama termasuk pengerokan pada posisi dan ukuran yang 

sama dengan daerah asam -glisiretat. Hitung 

kandungan asam glisirizinat dari serapan Larutan uji dan 

Larutan baku terhadap jumlah asam glisirizinat dalam 

Asam Glisirizinat BPFI. 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup 

kedap, terlindung cahaya. 

 

EKSTRAK AKAR MANIS  

Glycyrrhizae Succus 

 

Ekstrak Akar Manis yaitu  ekstrak kering akar segar 

Glycyrrhiza glabra Linné, (familia Leguminosae) 

penyaringan dilakukan dengan air mendidih, lalu  

diuapkan sampai  kering. Kadar glisirizin tidak kurang 

dari 10%, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. 

 

Pemerian Batang berbentuk silinder atau bongkah 

besar, licin, agak mengkilap, hitam cokelat tua, atau 

serbuk berwarna cokelat; bau khas lemah; rasa khas 

manis. 

 

Identifikasi  

    A. Larutkan 1 bagian dalam 10 bagian air tambahkan 

asam sulfat encer P; terbentuk endapan yang larut 

dengan penambahan amonia LP berlebih. 

    B. Larutkan 1 bagian dalam 10 bagian air, tambahkan 

kalsium klorida LP: terbentuk endapan. 

 

Pati Larutkan beberapa  5,0 g zat yang telah dikeringkan 

dalam 50 ml air, tambahkan etanol P 90% sampai        

100,0 ml, biarkan selama 12 jam, saring: sisa tidak boleh 

mengandung butir pati. 

 

Kelarutan dalam etanol <461> Tidak kurang dari 75%; 

lakukan penetapan sebagai berikut: uapkan 20,0 ml 

filtrat yang diperoleh pada pengujian Pati di atas tangas 

air, keringkan sampai  bobot tetap, timbang. 

 

Susut pengeringan <1121> 

    Bentuk batang Tidak lebih dari 20%. 

    Bentuk serbuk Tidak lebih dari 7%; lakukan 

pengeringan pada suhu antara 103° dan 105° sampai  

bobot tetap. 

 

Sisa pemijaran <301> Tidak kurang dari 5% dan tidak 

lebih dari 10%; lakukan penetapan memakai  2 g zat. 

 

Penetapan kadar Keringkan 2,5 g zat yang ditimbang 

saksama sampai  bobot tetap, hitung susut pengeringan. 

Larutkan dalam campuran 25 ml air dan 10 ml amonia LP 

dalam labu tentukur 50-ml. Tambahkan etanol P 90% 

sampai tanda, kocok, biarkan selama tidak kurang dari 

12 jam. Saring melalui kertas saring kering, uapkan      

30 ml filtrat sampai  residu lebih kurang 10 ml, campur 

dengan 5 ml asam klorida 4 N. Saring melalui kertas 

saring basah, cuci endapan dan kertas saring dengan air 

tetes demi tetes sampai  cairan cucian mulai berwarna 

lebih tua dari warna tetesan sebelumnya. Larutkan 

endapan dengan menuangkan amonia LP tetes demi 

tetes pada kertas saring, tampung dalam botol timbang 

yang telah ditara. Cuci kertas saring dengan air, sampai  

cairan cucian tidak berwarna. Uapkan larutan dalam 

botol timbang di atas tangas air, keringkan pada suhu 

100° sampai  bobot tetap, timbang. Hitung kadar 

glisirizin.  

 

- 71 -

 

 

 

 

 

 

 

Tiap mg residu 

setara dengan 1,67 mg glisirizin 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. 

 

 

AKSEROFTOL 

Vitamin A 

Retinol  

Axeroftol 

 

3,7-Dimetil-9(2,6,6-trimetil-1-sikloheksan-1-il)-2,4,6,8-

nonatetraena-1-ol [68-26-8] 

 

Vitamin A mengandung tidak kurang dari 95,0% dari 

jumlah yang tertera pada etiket. Vitamin A dapat 

mengandung vitamin A atau ester vitamin A yang 

dibentuk dari asam lemak yang dapat dimakan terutama 

asam asetat dan asam palmitat. Vitamin A dapat 

diencerkan dengan minyak yang dapat dimakan atau 

dapat ditambahkan pada zat pembawa atau zat tambahan 

padat yang dapat dimakan, dan dapat mengandung zat 

antimikroba, zat pendispersi dan antioksidan. 

 

Pemerian Dalam bentuk cair berupa minyak; berwarna 

kuning muda sampai merah; dapat membeku pada 

pendinginan; praktis tidak berbau atau sedikit berbau 

ikan; tidak berasa dan tidak berbau tengik. Tidak stabil 

terhadap udara dan cahaya. 

 

Kelarutan Dalam bentuk cair tidak larut dalam air dan 

dalam gliserin; sangat larut dalam kloroform dan dalam 

eter; larut dalam etanol mutlak dan dalam minyak nabati. 

Dalam bentuk padat dapat terdispersi dalam air. 

 

Baku pembanding Vitamin A BPFI; buang residu yang 

tidak dipakai  sesudah  kapsul dibuka. Simpan wadah 

dalam keadaan tertutup rapat, pada tempat sejuk dan 

kering atau dalam lemari pendingin terlindung cahaya. 

 

Identifikasi  

    A. Pada 1 ml larutan zat dalam kloroform P yang 

mengandung lebih kurang 6 μg vitamin A, tambahkan  

10 ml antimon triklorida LP: segera terjadi warna biru 

tidak mantap. 

    B. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi 

secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. 

    tahap  gerak Campuran sikloheksan P-eter P (4:1)  

    Larutan baku Larutkan isi 1 kapsul Vitamin ABPFI 

dalam kloroform P sampai  25,0 ml. 

    Larutan uji Jika vitamin A dalam bentuk cairan, 

larutkan beberapa  volume yang setara dengan lebih 

kurang 15.000 unit FI dalam kloroform P sampai  10 ml. 

Jika dalam bentuk padat, timbang beberapa  zat setara 

dengan lebih kurang 15.000 unit FI, masukkan ke dalam 

corong pisah tambahkan 75 ml air, kocok kuat selama    

1 menit. Ekstraksi dengan 10 ml kloroform P dengan 

mengocok selama 1 menit dan sentrifus untuk 

menjernihkan ekstrak kloroform. 

    procedure  Totolkan secara terpisah15 μl Larutan baku 

dan 10 μl Larutan uji pada lempeng kromatografi silika 

gel. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi 

yang dilapisi dengan kertas saring. Biarkan merambat 

sampai  10 cm. Angkat lempeng, biarkan kering di udara, 

semprot lempeng dengan asam fosfomolibdat LP: bercak 

biru hijau yang terjadi menampilkan  adanya vitamin A. 

Harga Rf vitamin dalam bentuk alkohol, asetat dan 

palmitat berturut-turut yaitu  0,1; 0,45; 0,7. 

 

Perbandingan serapan Tidak kurang dari 0,85; 

tetapkan rasio serapan yang telah dikoreksi (A325) 

terhadap serapan yang diamati (A325) seperti tertera pada 

Penetapan Kadar Akseroftol <511>. 

 

Penetapan kadar Lakukan penetapan kadar seperti 

tertera pada Penetapan Kadar Akseroftol <511> 

memakai  beberapa  zat yang ditimbang saksama.   

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, 

sebaiknya dalam gas inert, terlindung cahaya. 

 

 

ALBENDAZOL 

Albendazole 

 

S

N

H

N

NH

OCH3

O

H3C

 

 

Metil5-(propiltio)-2-benzimidazolkarbamat [54965-21-8] 

C12H15N3O2S     BM 265,33 

 

Albendazol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan 

tidak lebih dari 102,0%, C12H15N3O2S, dihitung terhadap 

zat yang telah dikeringkan. 

 

Pemerian Serbuk putih sampai kuning pucat. 

 

Kelarutan Larut dalam asam format anhidrat; sangat 

sukar larut dalam eter dan dalam metilen klorida; praktis 

tidak larut dalam etanol dan dalam air. 

 

Baku pembanding Albendazol BPFI; lakukan 

pengeringan pada suhu 105° selama 4 jam sebelum 

dipakai , simpan dalam wadah tertutup rapat.  

 

Identifikasi 

    A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah 

dikeringkan dan didispersikan dalam minyak mineral P 

menampilkan  maksimum hanya pada bilangan gelombang 

yang sama seperti pada Albendazol BPFI. 

    B. Harga Rf bercak utama Larutan uji sesuai dengan 

Larutan baku seperti yang diperoleh pada Kemurnian 

kromatografi. 

 

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; 

lakukan pengeringan pada suhu 105o selama 4 jam. 

 

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%. 

- 72 -

 

 

 

 

 

 

 

Kemurnian kromatografi Lakukan penetapan dengan 

cara Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada 

Kromatografi <931>. 

    tahap  gerak Campuran kloroform P-asam asetat 

glasial P-eter P (60:10:10). 

    Larutan baku Timbang beberapa  Albendazol BPFI 

masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan 

dan encerkan dengan asam asetat glasial P sampai  kadar 

lebih kurang 5 mg per ml. 

    Enceran larutan baku Pipet 1 ml Larutan baku ke 

dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan asam 

asetat glasial P sampai tanda. 

    Larutan uji Timbang lebih kurang 50 mg zat, 

masukkan ke dalam labu tentukur 5-ml. Larutkan dalam 

3,0 ml asam asetat glasial P, encerkan dengan asam 

asetat glasial P sampai tanda.  

    procedure  Totolkan secara terpisah masing-masing    10 μl 

Larutan uji, Larutan baku dan Enceran larutan baku pada 

lempeng kromatografi silika gel P setebal 0,25 mm. 

Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang 

telah dijenuhkan dengan tahap  gerak, biarkan merambat 

sampai  tiga per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, 

tandai batas rambat dan biarkan mengering. Amati bercak 

di bawah cahaya ultraviolet 254 nm. Tidak satupun bercak 

lain selain bercak utama dari kromatogram Larutan uji 

lebih besar atau lebih intensif dari bercak utama 

kromatogram Enceran larutan baku (0,5%). 

 

Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang      

250 mg zat, larutkan dalam 100 ml asam asetat glasial P, 

jika perlu hangatkan hati-hati sampai larut. Dinginkan 

dan titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV. Tetapkan 

titik akhir secara potensiometri. Lakukan penetapan 

blangko. 

 

Tiap ml asam perklorat 0,1 N  

setara dengan 26,53 mg C12H15N3O2S 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, 

pada suhu ruang terkendali. 

 

 

LARUTAN ALBUMIN 

Albumin 

Albumin Manusia 

Human Albumin Solution 

 

Larutan Albumin yaitu  larutan protein dalam air yang 

diperoleh dari plasma, serum atau plasenta normal dan 

segera dibekukan sesudah  dikumpulkan. 

Plasma, serum atau plasenta diperoleh dari donor sehat. 

Sedapat mungkin disertai pemeriksaan klinik, uji 

laboratorium dan telah diketahui riwayat mediknya, 

bebas dari infeksi yang dapat tertular melalui transfusi 

darah atau derivat darah. Pemeriksaan dan pengujian 

ditetapkan oleh instansi yang berwenang, terutama uji 

antigen hepatitis B (HbsAg) permukaan dan antibodi 

HIV dengan metode yang sensitif dan memberi  hasil 

negatif terhadap kedua hal ini .  

Pemisahan albumin dilakukan dengan kondisi terkendali 

terutama pH, kekuatan ion dan suhu sesampai  produk 

akhir tidak kurang dari 95% protein total yaitu  

albumin. 

Larutan Albumin tersedia sebagai larutan pekat 

mengandung 15,0% - 25,0% protein total atau sebagai 

larutan isotonik mengandung 4,0% - 5,0% protein total. 

Untuk menghindari pengaruh pemanasan dapat 

ditambahkan stabilisator yang sesuai seperti natrium 

kaprilat dengan kadar tertentu, tapi tidak boleh 

ditambahkan pengawet yang bersifat antimikroba pada 

setiap tahap pembuatan. Larutan disterilkan dengan 

penyaringan dan dibagikan secara aseptik ke dalam 

wadah steril dan ditutup kedap untuk mencegah 

kontaminasi mikroba. Larutan dalam wadah akhir 

dipanaskan pada suhu 59,5º - 60,5º selama 10 jam. 

lalu  diinkubasi pada suhu 30º - 32º selama tidak 

kurang dari 14 hari atau pada suhu 20º - 25º selama tidak 

kurang dari 4 minggu dan amati secara visual adanya 

kontaminasi mikroba. 

 

Pemerian Cairan jernih agak kental; tidak berwarna 

sampai  berwarna kekuningan tergantung kadar protein. 

 

Baku pembanding Larutan Albumin Manusia untuk 

Elektroforesis BPFI. 

 

Identifikasi 

    A. Lakukan reaksi pengendapan memakai  

antiserum khas terhadap protein plasma manusia dan 

antiserum khas terhadap protein plasma dari setiap galur 

hewan domestik yang umum dipakai  untuk 

pembuatan produk biologis. Sediaan mengandung 

protein asal manusia dan memberi  reaksi negatif 

dengan antiserum khas terhadap protein plasma galur 

lain. 

    B. Lakukan penetapan dengan cara imuno 

elektroforesis yang sesuai, bandingkan serum normal 

manusia dengan sediaan uji memakai  antiserum, 

keduanya diencerkan sampai  mengandung 1% protein. 

Komponen utama sedian uji sesuai dengan komponen 

utama serum normal manusia. Larutan dapat 

mengandung beberapa  kecil protein plasma lain. 

    C. Elektroforetogram yang diperoleh dari uji 

Komposisi protein dapat dibedakan dari larutan protein 

plasma. 

 

Keasaman atau kebasaan pH antara 6,7 dan 7,3; 

lakukan penetapan dengan mengencerkan zat uji dengan 

larutan natrium klorida P 0,9% sampai  mengandung 1% 

protein. 

 

Alkalin fosfatase Tidak lebih dari 0,1 unit per gram 

protein; lakukan penetapan dengan cara Spektrofotometri 

Ultraviolet dan Cahaya Tampak seperti tertera pada 

Spektrofotometri dan hamburan Cahaya <1191>. Pada 

campuran 0,5 ml larutan uji dan 0,5 ml dapar 

dietanolamina pH 10,0 dalam sel spektrofotometer pada 

suhu 36,8º - 37,2º; tambahkan 0,1 ml nitrofenil fosfat LP. 

Catat serapan terus-menerus pada 405 nm selama tidak 

- 73 -

 

 

 

 

 

 

 

kurang 30 detik sejak penambahan nitrofenil fosfat LP. 

Catat kenaikan rata-rata serapan per menit (X), hitung 

aktivitas alkalin fosfatase pada suhu 37º dalam unit per 

gram protein dengan rumus:   

 

P

X3,118  

 

P yaitu  kandungan protein dalam gram per liter yang 

diperoleh pada Penetapan kadar. 

 

Haem La