disolusi akan lebih berarti dari pada waktu hamcur. Uji
disolusi seperti yang tertera pada Uji Disolusi <1231>
dipersyaratkan dalam beberapa monografi tablet.
Dalam banyak hal, kecepatan disolusi dapat
dikorelasikan dengan ketersediaan hayati zat aktif.
namun uji ini terutama berguna sebagai alat untuk
tapis pendahuluan formalasi dan sebagai procedure
pengawasan mutu secara rutin.
Penyalutan Tablet disalut untuk berbagai alasan,
antara lain melindungi zat aktif dari udara, kelembaban
atau cahaya, menutupi rasa dan bau yang tidak enak,
membuat penampilan lebih baik dan mengatur tempat
pelepasan obat dalam saluran cerna.
Tablet salut biasa biasanya tablet disalut dengan
gula dari suspensi dalam air mengandung serbuk yang
tidak larut seperti pati, kalsium karbonat, talk atau
titanium dioksida, yang disuspensikan dengan gom
akasia atau gelatin. Untuk tujuan identifikasi dan nilai
estetik, zat penyalut bagian luar dapat diwarnai. Tablet
yang sudah disalut, dilapisi dengan larutan malam
yang encer dalam pelarut seperti kloroform atau
campuran serbuk. Penyalut tahan air berisi zat seperti
selak atau selulosa asetat ftalat dalam pelarut yang
tidak mengandung air sering dipakai sebelum tablet
gula. Jumlah penyalut yang berlebihan harus
dihindarkan. Kelemahan dari penyalutan dengan gula
antara lain waktu penyalutan lama, perlu penyalut
tahan air. Hal ini dapat memperlambat disolusi dan
memperbesar bobot tablet sesampai menyebabkan
pemakaian salut selaput lebih dapat diterima. Zat
penyalut selaput berisi zat yang larut atau terdispersi
dalam air seperti hidroksipropil metilselulosa,
metilselulosa, hidroksi-propilselulosa, natrium
karboksimetilselulosa, dan campuran selulosa asetat
ftalat dan polietilen glikol dalam pelarut yang tidak
mengandung air atau mengandung air. Penguapan
pelarut akan meninggalkan lapisan tipis yang langsung
melekat pada tablet sesampai bentuk aslinya dapat
dipertahankan, termasuk penandaan untuk identifikasi.
Tablet salut-enterik Jika obat dapat rusak atau
inaktif sebab cairan lambung atau dapat mengiritasi
mukosa lambung, diperlukan bahan penyalut enterik,
yang bertujuan untuk menunda pelepasan obat sampai
tablet telah melewati lambung. Istilah lepas-tunda
dipakai untuk tujuan farmakope dan masing-
masing monografi, meliputi pengujian dan spesifikasi
untuk pelepasan obat seperti yang tertera pada
Pelepasan Obat <961>.
VAKSIN
Vaccine
Vaksin yaitu sediaan yang mengandung zat
antigenik yang mampu menimbulkan kekebalan aktif
dan khas pada manusia. Vaksin dibuat dari bakteria,
riketsia atau virus dan dapat berupa suspensi
organisme hidup atau fraksi-fraksinya atau toksoid.
Metode pembuatan bervariasi tergantung dari jenis
vaksin seperti yang tertera di bawah ini atau dalam
masing-masing monografi dan dirancang agar dapat
mempertahankan sifat antigenisitas yang sesuai,
membuat sediaan tidak berbahaya dan bebas dari
kontaminasi senyawa asing. Jika memungkinkan
pembuatan vaksin harus memakai lot benih yang
sudah ditetapkan dan untuk mendapatkan vaksin yang
baik, vaksin tidak boleh dibuat dari sub kultur benih
awal.
Pada waktu pembuatan dapat ditambahkan penisilin
pada setiap tahap pembuatan atau pada produk akhir.
Kecuali dinyatakan lain dalam monografi,
streptomisin tidak boleh dipakai dalam pembuatan
vaksin; penambahan ke dalam biakan sel yang akan
dipakai dalam produksi vaksin diperkenankan,
namun tidak boleh terdeteksi jika biakan sel diinokulasi
dengan virus.
Kemampuan menimbulkan imunitas vaksin dapat
ditingkatkan dengan penjerapan pada aluminium
fosfat, aluminium hidroksida, kalsium fosfat atau
bahan jerap lain seperti yang tertera pada monografi.
Zat jerap dibuat dalam kondisi yang dapat
memberi bentuk fisik dan sifat jerap yang tepat.
Jika vaksin dikemas dalam wadah dosis ganda, kecuali
dinyatakan lain dalam monografi, dapat ditambahkan
pengawet antimikroba yang sesuai selain antibiotik
- 60 -
pada vaksin steril dan vaksin inaktif dan
penambahannya secara bervariasi. Pengawet
antimikroba tidak ditambahkan pada sediaan vaksin
yang akan dikeringkan.
Produk akhir dibagikan secara aseptik ke dalam
wadah yang memenuhi syarat dan ditutup kedap untuk
mencegah kontaminasi mikroba; atau dibagikan dalam
wadah steril, lalu dibekukeringkan dengan cara
yang sesuai untuk mengurangi kadar air sampai tidak
lebih dari 2,0% dalam produk akhir, kecuali
dinyatakan lain dalam monografi. Wadah lalu
ditutup kedap dalam hampa udara atau dapat diisi gas
nitrogen bebas oksigen atau gas inert lain yang sesuai
sebelum wadah ditutup kedap untuk menghindari
kontaminasi mikroba. Vaksin kering direkonstitusi
segera sebelum dipakai .
Vaksin bakteri Vaksin bakteri dibuat dari biakan
galur bakteri yang sesuai dalam media cair atau padat
yang sesuai dan mengandung bakteri hidup atau inaktif
atau komponen imunogeniknya. Sediaan berupa
suspensi dengan berbagai tingkat opasitas dalam cairan
tidak berwarna atau hampir tidak berwarna atau berupa
sediaan beku kering.
Vaksin bakteri inaktif mengandung bakteri atau
komponen imunogenik yang diinaktivasi dengan cara
tertentu sesampai sifat antigenisitas dipertahankan.
Vaksin bakteri hidup dibuat dari galur bakteri
dengan virulensi yang telah dilemahkan dan mampu
merangsang pembentukan kekebalan terhadap galur
patogen yang sama atau jenis bakteri yang sifat
antigeniknya berhubungan.
Konsentrasi bakteri hidup atau inaktif dari tiap
varietas atau jenis bakteri dinyatakan opasitasnya
dalam Unit Internasional Opasitas, atau bila sesuai
dengan menghitung jumlah sel langsung, atau jika
bakteri hidup dengan angka viabel.
Toksoid bakteri Toksoid bakteri diperoleh dari
toksin yang telah dikurangi atau dihilangkan sifat
toksisitasnya sampai mencapai tingkat tidak terdeteki,
tanpa mengurangi sifat imunogenisitas, dengan cara
tertentu yang dapat mencegah berubahnya kembali
toksoid menjadi toksin. Toksin diperoleh dari galur
pilihan mikroorganisme khas yang ditumbuhkan dalam
media yang sedapat mungkin bebas dari senyawa yang
diketahui menyebabkan reaksi toksik, alergi atau yang
tidak diinginkan pada manusia. Toksoid bakteri dapat
berupa cairan atau beku kering. Bila dijerap,
mengandung partikel putih atau kelabu yang
terdispersi dalam cairan tidak berwarna atau berwarna
kuning pucat; partikel seperti ini dapat membentuk
endapan pada dasar wadah.
Vaksin Virus dan Riketsia Vaksin virus dan
riketsia yaitu suspensi virus atau riketsia yang
ditumbuhkan dalam telur berembrio, dalam biakan sel
atau dalam jaringan yang sesuai dan mengandung virus
atau riketsia hidup atau yang inaktif atau komponen
imunogeniknya. biasanya tersedia dalam bentuk
sediaan beku kering.
Vaksin virus hidup biasanya dibuat dari virus
galur khas yang virulensinya telah dilemahkan.
Opasitas vaksin virus dapat berbeda tergantung
cara pembuatan, dapat berwarna bila mengandung
indikator pH seperti merah fenol.
Vaksin campuran Vaksin campuran yaitu
campuran dua atau lebih vaksin.
Vaksin, bila perlu direkonstitusi, memenuhi syarat
seperti di bawah ini, kecuali dinyatakan lain dalam
monografi.
Fenol Vaksin mengandung fenol sebagai pengawet
tidak lebih dari 0,25%, kecuali dinyatakan lain dalam
monografi. Lakukan penetapan seperti yang tertera
pda Uji Bahan Tambahan dalam Vaksin dan
Immunosera <731>.
Formaldehida bebas Vaksin mengandung
formaldehida bebas tidak lebih dari 0,02%. Lakukan
penetapan seperti yang tertera pada Uji Bahan
Tambahan dalam Vaksin dan Immunosera <731>.
Aluminium Vaksin jerap mengandung aluminium,
tidak lebih dari 1,25 mg per dosis, kecuali dinyatakan
lain dalam monografi. Lakukan penetapan seperti
yang tertera pada Uji Bahan Tambahan dalam Vaksin
dan Immunosera <731>.
Kalsium Vaksin jerap mengandung kalsium tidak
lebih dari 1,3 mg per dosis, kecuali dinyatakan lain
dalam monografi. Lakukan penetapan seperti yang
tertera pada Uji Bahan Tambahan dalam Vaksin dan
Immunosera <731>.
Toksisitas Abnormal Memenuhi syarat Uji
toksisitas abnormal seperti yang tertera pada Uji
Reaktivitas secara Biologis in-vivo <251>, kecuali
dinyatakan lain dalam monografi.
Sterilitas Jika tidak dinyatakan lain semua vaksin
memenuhi syarat sterilitas seperti yang tertera pada
Uji Sterilitas <71>, kecuali vaksin bakteri hidup
diperbolehkan pertumbuhan bakteri pembuat vaksin.
Wadah dan penyimpanan Jika tidak dinyatakan
lain, vaksin disimpan pada suhu 2º - 8º, terlindung dari
cahaya, tidak boleh dibekukan.
MONOGRAFI
- 63 -
AGAR
Agar-Agar
Agar terdiri dari polisakarida yang diperoleh dengan
ekstraksi berbagai spesies Rhodophyceae, terutama yang
termasuk genus Gelidium, dengan air mendidih, disaring
selagi panas dan diuapkan sampai kering.
Pemerian Tidak berbau, atau bau lemah; berasa
musilago pada lidah.
Kelarutan Tidak larut dalam air dingin; larut dalam air
mendidih.
Mikroskopik Gumpalan potongan memanjang dengan
lebar 2 - 5 mm, kadang-kadang dalam bentuk kepingan,
tidak berwarna sampai kuning pucat, bening, agak liat
dan sukar dipatahkan, menjadi lebih rapuh pada
pengeringan.
Mikroskopik Dalam iodum 0,005 M, sebagian berwarna
ungu kecokelatan. menampilkan banyak butiran kecil
tidak berwarna, bulat telur atau bulat dengan latar
belakang amorf; kadang-kadang ada yang berbentuk
spora bulat atau bulat telur berwarna cokelat dengan
ukuran sampai 60 μm dengan permukaaan seperti jala.
Identifikasi
A. Larutkan 100 mg zat dalam 50 ml air dengan
pemanasan dan biarkan dingin. Pada 1 ml larutan ini
tambahkan 3 ml air lalu 0,1 ml iodum 0,05 M
melalui dinding tabung: terjadi warna ungu kecokelatan
diantara dua lapisan cairan. Jika dicampur, cairan
menjadi kuning pucat.
B. Larutkan 100 mg zat dalam 50 ml air dengan
pemanasan, biarkan dingin. Panaskan 5 ml larutan ini
dengan 0,5 ml asam klorida P selama 30 menit di dalam
tangas air, lalu tambahkan 1 ml larutan barium
klorida P 6,1%: terjadi kekeruhan berwarna putih dalam
waktu 30 menit.
C. Masukkan 500 mg zat ke dalam tabung reaksi,
tambahkan air, panaskan di dalam tangas air: hanya
beberapa bagian tetap tidak larut dan pada pendinginan
antara 35º dan 30º membentuk gel. Bila dipanaskan di
dalam tangas air, gel tidak mencair pada suhu di bawah
80º.
Gelatin Panaskan 1,0 g zat dalam 100 ml air sampai
larut dan biarkan dingin sampai suhu 50º. Pada 5 ml
tambahkan 5 ml larutan 2,4,6-trinitrofenol P 1%: tidak
terjadi kekeruhan dalam waktu 10 menit.
Zat tidak larut Tidak lebih dari 0,5%; lakukan
penetapan dengan cara sebagai berikut: Pada 5 g zat
yang telah diserbuk dan diayak dengan pengayak nomor
270, tambahkan 100 ml air dan 14 ml asam klorida 2 M,
didihkan perlahan-lahan selama 15 menit, sambil sering
diaduk. Saring selagi panas melalui penyaring kaca
masir, cuci sisa dengan air panas dan keringkan pada
suhu 100º - 105º.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 20,0%;
lakukan pengeringan pada suhu 100º - 105º, memakai
1 g zat dalam bentuk serbuk yang lewat pengayak nomor
270.
Sisa pemijaran <301> Metode II Tidak lebih dari 4,5%;
lakukan penetapan memakai 1 g serbuk yang lewat
pengayak nomor 270.
Indeks pengembangan <851> Tidak kurang dari 15;
lakukan penetapan memakai zat dalam bentuk
serbuk yang lewat pengayak nomor 270.
Batas mikroba <51> Tidak boleh mengandung
Escherichia coli; lakukan penetapan memakai 1,0 g.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
SERBUK AGAR
Pulvis Agar
Serbuk Agar yaitu agar dalam bentuk serbuk.
Pemerian Serbuk putih kekuningan; pada pengamatan
di bawah mikroskop terlihat fragmen bersudut dengan
ciri-ciri yang sama seperti pada Agar bentuk potongan
atau kepingan; beberapa fragmen berwarna ungu
kecokelatan pada penambahan iodum 0,005 M.
Identifikasi Gelatin, Zat tidak larut, Susut pengeringan,
Sisa pemijaran, Indeks pengembangan Memenuhi
syarat seperti tertera pada Agar.
Batas mikroba <51> Tidak boleh mengandung
Escherichia coli; lakukan penetapan memakai 1,0 g.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
AIR MURNI
Purified Water
H2O BM 18,02
Air Murni yaitu air yang memenuhi persyaratan air
minum, yang dimurnikan dengan cara destilasi, penukar
ion, osmosis balik atau proses lain yang sesuai. Tidak
mengandung zat tambahan lain.
[Catatan Air Murni dipakai untuk pembuatan
sediaan-sediaan. Bila dipakai untuk sediaan steril,
selain untuk sediaan parenteral, air harus memenuhi
persyaratan Uji Sterilitas <71>, atau pakailah air murni
steril yang dilindungi terhadap kontaminasi mikroba.
Tidak boleh memakai Air Murni untuk sediaan
parenteral. Untuk keperluan ini pakailah Air untuk
- 64 -
Injeksi, Air untuk Injeksi Bakteriostatik atau Air Steril
untuk Injeksi.]
Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna; tidak berbau.
pH <1071> 5,0 - 7,0; lakukan penetapan secara
potensiometrik pada larutan yang ditambahkan 0,30 ml
larutan kalium klorida P jenuh pada 100 ml zat uji.
Klorida Pada 100 ml tambahkan 5 tetes asam nitrat P
dan 1 ml perak nitrat LP: tidak terjadi opalesensi.
Sulfat Pada 100 ml tambahkan 1 ml barium klorida LP:
tidak terjadi kekeruhan.
Amonia Tidak lebih dari 0,3 bpj; pada 100 ml
tambahkan 2 ml kalium raksa(II) iodida alkalis P segera
terbentuk warna kuning yang tidak lebih gelap dari Air
dengan kemurnian tinggi seperti tertera pada Pereaksi
dalam Wadah <1271> yang ditambahkan 30 μg NH3.
Kalsium Pada 100 ml tambahkan 2 ml amonium oksalat P:
tidak terjadi kekeruhan.
Karbon dioksida Pada 25 ml tambahkan 25 ml kalsium
hidroksida LP: campuran tetap jernih.
Logam berat <371> Pada 40 ml Air Murni atur pH
antara 3,0 - 4,0 dengan penambahan asam asetat 1 N
(pakailah kertas indikator dengan rentang pH pendek),
tambahkan 10 ml hidrogen sulfida LP yang dibuat segar
dan diamkan selama 10 menit; jika diamati dengan arah
tegak lurus dengan dasar putih, warna cairan tidak lebih
tua dari warna campuran 50 ml air murni dengan asam
asetat 1 N dalam jumlah yang sama.
Zat mudah teroksidasi Pada 100 ml tambahkan 10 ml
asam sulfat 2 N, tambahkan sampai mendidih.
Tambahkan 0,1 ml kalium permanganat 0,1 N, didihkan
selama 10 menit: warna merah muda tidak hilang
sempurna.
Zat padat total Tidak lebih dari 0,001%; uapkan 100 ml
di atas tangas uap sampai kering, keringkan residu pada
suhu 105º selama 1 jam.
Kemurnian bakteriologi Memenuhi syarat air minum.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
AIR STERIL UNTUK INJEKSI
Sterile Water for Injections
Air Steril untuk Injeksi yaitu Air Murni yang
disterilkan dan dikemas dengan cara yang sesuai. Tidak
mengandung bahan anti mikroba atau bahan tambahan
lainnya.
Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna; tidak berbau.
Baku pembanding Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat
pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua isi,
pakailah larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang
belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin.
Endotoksin bakteri <201> Tidak boleh lebih dari 0,25
unit Endotoksin FI per ml, memakai Endotoksin
BPFI sebagai pembanding.
Klorida Pada 20 ml zat uji dalam tabung pembanding
warna tambahkan 5 tetes asam nitrat P dan 1 ml perak
nitrat LP dan campur perlahan: terjadi kekeruhan dalam
waktu 10 menit dan tidak lebih keruh dari 20 ml Air
dengan kemurnian tinggi seperti tertera pada Pereaksi
dalam Wadah <1271> yang mengandung 10 μg Cl
(0,5 bpj), diamati dengan arah tegak lurus dengan dasar
gelap dengan cahaya yang masuk dari samping.
Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti
tertera pada Injeksi volume kecil.
Amonia Lakukan penetapan sebagai berikut: Untuk Air
Steril untuk Injeksi dalam wadah dengan volume kurang
dari 50 ml, encerkan 50 ml dengan 50 ml Air dengan
kemurnian tinggi seperti tertera pada Pereaksi dalam
Wadah <1271> dan pakailah larutan ini sebagai larutan
uji. Untuk volume 50 ml atau lebih pakailah 100 ml Air
Steril untuk Injeksi sebagai larutan uji. Pada 100 ml
larutan uji tambahkan 2 ml kalium raksa(II) iodida
alkalis LP: segera terjadi warna kuning yang tidak lebih
gelap dari Air dengan kemurnian tinggi yang
ditambahkan 30 μg NH3 (0,6 bpj untuk Air Steril untuk
Injeksi untuk wadah dengan volume kurang dari 50 ml;
0,3 bpj untuk wadah dengan volume 50 ml atau lebih).
Zat yang mudah teroksidasi Pada 100 ml tambahkan
10 ml asam sulfat 2 N, panaskan sampai mendidih.
Untuk Air Steril untuk Injeksi dalam wadah dengan
volume kurang dari 50 ml, tambahkan 0,4 ml kalium
permanganat 0,1 N dan didihkan selama 5 menit; untuk
volume 50 ml atau lebih tambahkan 0,2 ml kalium
permanganat 0,1 N didihkan selama 5 menit. Bila
terbentuk endapan, dinginkan dalam tangas es sampai
suhu ruang dan saring melalui penyaring kaca masir:
warna merah muda tidak hilang sempurna.
Zat padat total Tidak lebih dari 0,004%; untuk Air
Steril untuk Injeksi dengan kemasan kurang dari 30 ml;
tidak lebih dari 0,003% untuk kemasan 30 ml atau lebih,
namun kurang 100 ml; tidak lebih dari 0,002% untuk
kemasan 100 ml atau lebih; lakukan penetapan seperti
tertera pada Zat padat total dalam Air Murni.
Syarat lain Memenuhi uji pH, Sulfat, Kalsium, Karbon
dioksida dan Logam berat seperti tertera pada Air Murni.
- 65 -
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal,
dari kaca atau plastik, tidak lebih besar dari 1 liter.
Wadah kaca sebaiknya dari kaca Tipe I atau Tipe II.
AKAR IPEKA
Ipecacuanhae Radix
Akar Ipeka yaitu pangkal batang dan akar kering
Cephaelis acuminata Karsten atau Cephaelis
ipecacuanha (Brotero) A. Richard (familia Rubiaceae)
mengandung tidak kurang dari 2,0% alkaloid total larut
dalam eter dan mengandung tidak kurang dari 90%
emetin (C29H40N2O4) dan sefaelin (C28H38N2O4).
Kandungan sefaelin bervariasi dari beberapa setara
sampai tidak lebih dari 2,5 kali jumlah emetin.
Baku pembanding Emetin Hidroklorida BPFI; lakukan
pengeringan beberapa kecil zat terpapar dengan baik
pada suhu 105º sampai bobot tetap sebelum dipakai .
Makroskopik Campuran potongan akar dan pangkal
batang. Potongan akar biasanya melengkung dan
bengkok, kadang-kadang bercabang; panjang sampai
15 cm dan biasanya berdiameter 3 - 6,5 mm, kadang
mencapai 9 mm; berwarna keabuan, cokelat keabuan
atau cokelat kemerahan, jenis yang berwarna cokelat
kemerahan sering memiliki goresan berwarna terang;
bagian luar berpenebalan melintang, masing-masing
setebal 0,5 - 1,0 mm melingkar meliputi separuh keliling
akar dan berakhir pada ujung yang meruncing dari akar,
ada 1 - 6 penebalan per cm, kadang-kadang terlihat
bentuk cincin dengan jarak tidak beraturan, pangkal
batang berbentuk silinder, tebal lebih kurang 2 mm,
berkeriput memanjang dengan bercak-bercak berbentuk
elips; bau khas; rasa pahit; membuat mual.
Mikroskopik Pada daerah pusat akar ada xilem
primer, yang mudah dikenal dan tidak berempulur. Di
sekelilingnya ada jaringan kayu dari xilem sekunder
yang rapat, dibelah oleh jari-jari teras. Semua jaringan
ini mengandung lignin. Di sebelah luar bagian kayu
ada pita floem sekunder yang sempit serta feloderm
parenkimatis yang luas dikelilingi oleh lapisan gabus
yang sempit dengan ketebalan beberapa sel. Xilem
sekunder tersusun oleh pembuluh trakeida yang
bergabung dengan parenkim xilem; parenkim xilem ini
bernoktah dan berisi butir pati. Butir pati juga ada
jari-jari teras. Floem merupakan kelompok kecil jaringan
ayak yang dikelilingi parenkim. Feloderm yang luas
tersusun oleh parenkim dengan sel-sel bulat berselulosa,
berisi butir pati dan sedikit idioblas, masing-masing
mengandung seikat kristal kalsium oksalat bentuk rafida,
panjang 30 - 80 μm. Butir pati jarang yang tunggal,
biasanya merupakan gabungan 2 - 4 butir dan kadang-
kadang 8 butir. Butir tunggal berdiameter sampai 22 μm.
Pangkal batang dibedakan dari akar oleh adanya
lingkaran xilem di sekitar teras yang luas. Jaringan
perisikel mengandung sel sklerenkim yang khas.
Pembuluh berpenebalan spiral diketemukan dalam
protoxilem. Teras tersusun oleh parenkim bernoktah dan
sedikit berlignin.
Batang di atas tanah Tidak lebih dari 5%.
Bahan organik asing Tidak lebih dari 2,0%; Lakukan
penetapan seperti tertera pada Pengambilan Contoh dan
Metode analisa Simplisia <671>.
Penetapan kadar alkoloid total larut dalam eter
[Catatan eter yang dipakai harus bebas dari
peroksida yang ditetapkan 24 jam sebelum dipakai .]
Alkaloid dapat diekstraksi memakai salah satu dari
dua cara yang di sebutkan di bawah ini:
Cara I Timbang saksama beberapa 10 g serbuk akar,
tambahkan 100,0 ml eter P dalam labu yang sesuai,
tutup rapat, kocok kuat-kuat dan biarkan selama 5 menit.
Tambahkan 10 ml amonium hidroksida 6 N, tutup rapat
dan kocok lagi kuat-kuat selama satu jam dengan
pengocok mekanik atau terputus-putus selama 2 jam,
diamkan semalam pada suhu tidak lebih dari 25°. Kocok
lagi secara terputus-putus selama 30 menit dan diamkan
pada suhu 25°. Pindahkan 50,0 ml beningan setara
dengan 5,0 g akar ipeka ke dalam corong pisah.
Cara II Timbang saksama beberapa 5 g serbuk akar
tambahkan eter P secukupnya untuk membasahi serbuk
dan biarkan selama 10 menit sambil sekali-kali diaduk.
Tambahkan 3 ml amonium hidroksida P, masukkan ke
dalam alat Soxhlet rendam semalam dan ekstraksi
selama 5 jam masukan ekstrak ke dalam corong pisah.
Ekstrak yang di peroleh dari Cara I atau Cara II di
ekstraksi dengan asam sulfat 2 N, mula-mula
memakai 15 ml atau lebih sampai bereaksi asam dan
selanjutnya tiap kali dengan 10 ml sampai semua
alkoloid terekstraksi. Saring semua ekstrak
memakai penyaring yang sama masukan ke dalam
corong pisah kedua. Pada larutan asam ini
tambahkan beberapa sama eter P dan tambahkan
amonium hidroksida 6 N sampai bereaksi basa (minimal
pH 10 dengan kertas indikator) dan ekstraksi beberapa
kali dengan eter P sampai ekstrak terakhir tidak keruh
jika dilakukan uji sebagai berikut: uapkan 1 ml ekstrak
terakhir, larutkan residu dalam 0,5 ml asam klorida
0,5 N dan tambahkan 1 tetes raksa(II) iodida LP. Saring
tiap ekstrak eter ke dalam labu atau gelas piala dan
uapkan perlahan-lahan di atas tangas uap sampai kering.
Tambahkan 5 ml eter P dan 10,0 ml asam sulfat 0,1 N
LV panaskan di atas tangas uap sampai semua alkaloid
larut dan eter menguap, dinginkan, tambahkan 15 ml air
dan merah metil LP; titrasi kelebihan asam dengan
natrium hidroksida 0,1 N LV.
Tiap ml asam sulfat 0,1 N
setara dengan 24,0 mg alkaloid total larut dalam eter
dihitung sebagai emetin (C29H40N2O4)
- 66 -
Penetapan kadar emetin dan sefaelin
Larutan baku Timbang saksama beberapa emetin
Hidroklorida BPFI dan larutkan dalam asam sulfat 0,5 N
encerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan asam
sulfat 0,5 N sampai kadar lebih kurang 50 μg per ml.
Larutan uji Buat Contoh uji seperti tertera pada
Pengambilan Contoh dan Metode analisa Simplisia
<671>. Masukan 200 mg contoh berupa serbuk halus
yang ditimbang saksama ke dalam gelas piala 150 ml
tambahkan 2 ml metil sulfoksida P, aduk dengan
pengaduk sampai semua serbuk basah, diamkan selama
30 menit. Tambahkan 2 ml air dan lebih kurang 1 g
natrium bikarbonat P, campur.
Dapar fosfat Campur 3 bagian volume kalium fosfat
monobasa 0,5 M (mengandung 5,1 g per 75 ml) dengan
1 bagian volume kalium fosfat dibasa 0,5 M
(mengandung 2,2 g per 25 ml) dan atur pH sampai
6,0±0,005 dengan menambahkan salah satu larutan
ini . Larutkan 7,5 g kalium klorida P dalam 100 ml
Dapar fosfat.
Dapar asam sitrat Campur volume sama natrium
sitrat 0,5 M (mengandung 6,5 g per 50 ml) dan asam
sitrat 0,5 M (mengandung 4,8 g per 50 ml) atur pH
sampai 4,0±0,05 dengan menambahkan salah satu
larutan ini .
Kolom kromatografi Tabung kromatografi ukuran
25 mm x 200 mm di beri wol kaca pada bagian dasar.
Kolom I Pada gelas piala berisi larutan uji tambahkan
6 g tanah silika yang dimurnikan campur dan masukan
ke dalam kolom, bilas gelas piala dengan lebih kurang
1 g tanah silika yang dimurnikan pindahkan bilasan di
bagian atas kolom dan mampatkan.
Kolom II Isi kolom dengan campuran 3 g tanah silika
yang dimurnikan dan 2 ml dapar fosfat.
Kolom III Isi kolom dengan campuran 3 g tanah silika
yang dimurnikan dan 2 ml dapar asam sitrat.
Kolom IV Isi kolom dengan campuran 3 g tanah silika
yang dimurnikan dan 2 ml larutan natrium hidroksida P
(1 dalam 50). Letakan wol kaca di atas setiap kolom.
procedure [Catatan pakailah pelarut jenuh air pada
procedure ini. Bilas ujung kolom kromatografi sebelum
dipindahkan.] Susun Kolom I dan Kolom II sedemikian
rupa sampai cairan dari kolom I akan mengalir masuk ke
Kolom II. Lewatkan tiga kali 50 ml eter P ke Kolom I
dan pindahkan Kolom I dan eluat. Letakan Kolom III di
bawah Kolom II dan lewatkan tiga kali 50 ml campuran
eter P-klorofom P (1:3) pindahkan Kolom II dan eluat.
Cuci Kolom III berturut-turut dengan 25 ml campuran
eter P-klorofom P (1:3) dan 25 ml campuran eter P-
isooktana P (1:1) buang larutan pencuci. Cuci Kolom IV
dengan 20 ml larutan trietilamin P (1 dalam 5) dalam
campuran eter P-isooktana P (1:1) buang larutan
pencuci. Susun Kolom IV di bawah Kolom III dan
letakan corong pisah 125 ml yang berisi 15 ml asam
sulfat 4 N di bawah Kolom IV. Lewatkan 10 ml larutan
trietilamin P (1 dalam 50) dalam campuran eter P-
isooktana P (1:1), diikuti tiga kali 10 ml larutan
trietilamin P (1 dalam 50) dalam campuran eter P-
isooktana P (1:1). Pindahkan Kolom III dan lewatkan ke
dalam Kolom IV 20 ml larutan trietilamin P (1 dalam 50)
dalam campuran eter P-isooktana P (1:1). Kocok corong
pisah, biarkan lapisan memisah dan pindahkan lapisan
air ke dalam labu tentukur 50-ml. Ekstraksi dua kali, tiap
kali dengan 10 ml asam sulfat 0,5 N dan masukkan ke
dalam labu tentukur. Tambahkan asam sulfat 0,5 N
sampai tanda, kocok (Larutan emetin).
Eluasi Kolom IV dengan 75 ml kloroform P dan
kumpulkan eluat dalam corong pisah 250 ml yang telah
berisi 150 ml eter P. Pindahkan Kolom IV. Ekstraksi
eluat, mula-mula dengan 20 ml asam sulfat 0,5 N
lalu dua kali berturut-turut, tiap kali dengan 10 ml
asam sulfat 0,5 N. Kumpulkan ekstrak dalam labu
tentukur 50-ml. Bilas ujung corong pisah dan tambahkan
asam sulfat 0,5 N sampai tanda, kocok (larutan
sefaelin).
Ukur serapan Larutan emetin, Larutan sefaelin dan
Larutan baku pada panjang gelombang serapan
maksimum 283 dan 350 nm, memakai
spektrofotometer yang sesuai, dengan asam sulfat 0,5 N
sebagai blangko. Hitung jumlah dalam mg emetin,
dengan rumus:
( )
( )S
U
AA
AA
C
350283
35028305,0
C yaitu kadar emetin dalam μg per ml larutan baku;
harga serapan dalam kurung berturut-turut menampilkan
perbedaan serapan larutan emetin dari Larutan uji (U)
dan Larutan baku (S). Hitung jumlah dalam mg sefaelin,
dengan rumus:
( ) ( )
( )S
U
AA
AA
C
350283
35028305,0971,0
0,971 yaitu perbandingan bobot molekul sefaelin dan
emetin; C yaitu kadar emetin dalam μg per ml Larutan
baku; harga serapan dalam kurung berturut-turut
menampilkan perbedaan serapan larutan sefaelin dari
larutan uji (U) dan larutan baku (S).
AKAR PULE PANDAK
Rauwolfiae Radix
Akar Pule Pandak yaitu akar yang dikeringkan dari
Rauwolfia serpentina (Linné) Bentham ex Kurz (Familia
Apocynaceae), kadang-kadang mengandung fragmen
rimpang dan pangkal batang. Kadar alkaloid golongan
reserpin-resinamin tidak kurang dari 0,15%, dihitung
sebagai reserpin, C33H40N2O9.
Baku pembanding Akar Pule Pandak BPFI; tidak boleh
dikeringkan sebelum dipakai . Reserpin BPFI;
lakukan pengeringan pada suhu 60º selama 3 jam
sebelum dipakai , simpan dalam wadah tertutup rapat,
terlindung cahaya.
- 67 -
Makroskopik Potongan akar biasanya berukuran
panjang 5 - 15 cm, kadang-kadang lebih pendek,
diameter 3 - 20 mm. Potongan berbentuk silindris, agak
pipih atau melengkung biasanya tanpa cabang akar,
namun kadang-kadang dengan akar-akar kecil atau
benang akar yang membelit, lebih tersebar, lebih banyak,
lebih keras dan berkayu pada akar yang lebih besar.
Permukaan luar cokelat muda sampai kuning keabuan,
buram, kasar atau berkerut memanjang namun lunak jika
dipegang, kadang-kadang terlihat bulatan kecil bekas
akar pada potongan yang besar. Jika dipatahkan kulit
akar mudah terkelupas dari bagian kayu. Patahan
pendek, tidak teratur, patahan yang lebih panjang, sedikit
berserat pada bagian pinggir. Permukaan patahan dari
akar yang baru saja dipatahkan memperlihatkan lapisan
kulit akar yang agak tebal berwarna kuning keabuan dan
bagian kayu yang putih kekuningan agak pucat meliputi
radius lebih kurang 80%. Pada penampang melintang
potongan yang besar tampak jari-jari empulur dengan 3
atau lebih lingkaran tahun, sering terlihat empulur yang
kecil di pusat. Kayunya keras dan kerapatannya relatif
rendah. Bau tidak khas seperti bau tanah atau bau
kentang dalam penyimpanan; rasa pahit.
Mikroskopik Akar Pada penampang melintang terlihat
2 - 8 lapis sel gabus pada lapisan luar, terdiri dari lapisan
dengan sel-sel lebih besar berseling dengan lapisan
dengan sel-sel lebih kecil, setiap lapisan terdiri dari sel-
sel kecil yang meliputi 3 - 5 lapis sel yang tersusun
tangensial, sedangkan setiap lapisan sel yang lebih besar
terdiri dari 1 - 6 lapisan tengensial. Pada penampang
melintang, sel-sel pusat yang terbesar dari kelompok sel
yang lebih besar berukuran 40 - 90 μm secara radial dan
sampai 75 μm secara tangensial. Sel-sel dari kelompok
sel yang berukuran 5 - 20 μm secara radial dan 75 μm
secara tangensial. Dinding sel tipis dan bergabus. Bagian
kulit sekunder terdiri dari beberapa lapis sel parenkim
yang memanjang sampai isodiametrik, biasanya penuh
berisi butir pati, sel-sel lainnya yaitu sel lateks yang
pendek, terpisah sendiri atau dalam deretan pendek dan
mengandung resin yang cokelat. Floem sekunder relatif
sempit dan tersusun oleh parenkim floem yang berisi
butir pati dan kadang-kadang hablur kalsium oksalat
bentuk tabung sampai bersegi, panjang sampai 20 μm
dan kadang-kadang resin cokelat di dalam sel yang lebih
luar dan sel floem, berdekatan dengan buluh pengangkut
yang tersebar dan terbelah oleh jaringan floem selebar
2 - 4 sel. Sklerenkim, yaitu sel batu dan serabut tidak
diketemukan pada akar dan dapat dipakai untuk
membedakan dengan jenis Rauwolfia yang lain.
Kambium tidak khas, sempit, gelap dan mengkilat.
Xilem sekunder merupakan bagian yang luas dari akar
dan memiliki satu atau lebih lingkaran tahun dengan
empulur kayu yang rapat, memotong kurang lebih
500 μm di pusat. Xilem tersusun oleh banyak serabut
kayu yang dipisahkan oleh deretan sel xilem dan pada
pengamatan dengan pembesaran yang lebih kuat terlihat
berkas pengangkut dalam lapisan radial yang terputus,
banyak parenkim xilem, lapisan sel xilem yang besar,
sedikit serabut kayu dan trakeida, semuanya memiliki
dinding berlignin. Serabut xilem ada baik pada
lapisan tangensial maupun radial. Lebar deretan sel
xilem 1 - 12 sel, kadang-kadang sampai 16 lapis sel.
Mikroskopik rimpang Sama dengan akar, selain itu
ditemukan kulit akar, serabut perisikel, berkas
pengangkut tipe bikolateral dan empulur yang kecil.
Serabut perisikel tunggal atau dalam kelompok 2 - 5,
memiliki dinding tebal dan tidak berlignin,
meruncing, seringkali terbelah ujungnya, dengan bagian
subterminal melebar dan memiliki dinding sel tipis
dan lumen lebar. Kadang-kadang dijumpai berkas
pengangkut yang berukuran sampai 485 μm. Deretan sel
xilem, lebar 1 - 4 sel, dengan dinding berlignin dan
bernoktah. Jaringan floem bagian dalam ada di
sekeliling bagian luar empulur, serabut xilem terlihat
agak kurang terang dibanding dengan yang ada pada
akar. Bagian empulur tersusun oleh sel parenkim berisi
pati dan tersebar, berisi zat yang berwarna kuning dan
menjadi cokelat jika direaksikan dengan larutan iodum LP.
Mikroskopik serbuk Berwarna abu-abu kecokelatan
sampai abu-abu kemerahan, terlihat banyak sekali butir
pati, sebagian besar tunggal, berkelompok 2 - 3, kadang-
kadang 4, butir pati tunggal berbentuk bulat, bulat telur,
cembung datar atau cembung bersegi atau tidak
beraturan, hilum sederhana, berbentuk Y, bintang atau
seperti garis tidak beraturan, diameter utuh 6 - 34 μm,
rata-rata 20 μm, sebagian besar berdiameter kecil, butir
pati yang dapat berubah berdiameter 50 μm; sebagian
besar butir pati memperlihatkan polarisasi yang jelas;
hablur kalsium oksalat bentuk prisma, berkelompok dan
terletak tersebar, berukuran 10 - 15 μm; resin berwarna
cokelat dan kadang-kadang ada hasil sekresi
berbentuk granul berwarna kekuningan; sel gabus
terpisah bentuk memanjang sampai 90 μm; sel feloderm
dan parenkim floem terlihat sama, pembuluh subsilindris
panjang sampai 360 μm dan berdiameter 20 - 57 μm,
dinding pada biasanya berpenebalan noktah dengan tepi
berbatasan dengan deretan sel xilem; dinding pada ujung
pembuluh terlihat miring sampai melintang biasanya
terbuka pada ujungnya; beberapa pembuluh
mengandung tilosa; trakheida bernoktah, dengan dinding
agak tebal, meruncing, berbintik dan terlihat terang, pada
penampang melintang terbentuk poligonal; sel parenkim
xilem memiliki dinding agak tebal dengan noktah
bundar, sel-sel poligonal pada penampang melintang,
berisi banyak butir pati; deretan sel-sel floem dan xilem
memiliki dinding bernoktah, banyak mengandung
pati, kadang-kadang dengan resin berwarna cokelat,
serabut xilem dengan dinding tebal berlignin, bernoktah
garis yang miring dan melintang, ujungnya meruncing
atau bercabang, berukuran panjang 200 - 750 μm. Pada
akar tidak dijumpai serabut floem maupun sklereida.
Identifikasi Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi Kertas seperti tertera pada Kromatografi
<931>.
- 68 -
tahap diam Encerkan 30 ml formamida P bebas
amonia dengan aseton P sampai 100 ml.
tahap gerak A Campuran isooktana P-karbon
tetraklorida P-piperidina P-butanol tersier P
(90:60:4:2).
tahap gerak B Campuran kloroform P-isooktana P-
butanol tersier P (75:75:2).
Penampak bercak Larutkan 25 g asam trikloroasetat P
dalam 100 ml metanol P.
Larutan baku Panaskan 1 g Akar Pule Pandak BPFI
dengan 5 ml etanol P pada suhu 55º - 65º selama 30
menit sambil sesekali diaduk; dinginkan dan saring.
Larutan uji Serbukkan 10 g akar menjadi serbuk halus
(60). Timbang 1 g serbuk, lakukan seperti pada Larutan
baku.
procedure A Lakukan kromatografi kertas menaik
dengan penjenuhan kertas saring. Tuangkan tahap gerak A
pada dasar bejana dan tutup. Celupkan kertas Whatman
Nomor 1 atau yang sejenis, ukuran 20 cm x 20 cm ke
dalam tahap diam, biarkan aseton menguap sempurna.
Totolkan masing-masing 1μl Larutan uji dan Larutan
baku pada jarak 2,5 cm dari dasar kertas, biarkan kering.
Totolkan 2 μl tahap diam pada masing-masing totolan,
biarkan kering; gantung kertas sesampai bagian dasarnya
tercelup pada tahap gerak; tutup bejana. sesudah 1 jam
atau bila tahap gerak telah mencapai tujuh perdelapan
tinggi kertas, angkat kertas, keringkan pada suhu 90º
dengan aliran udara. Semprot kertas dengan Penampak
bercak secara tipis merata dan panaskan pada suhu 90º
selama 10 menit.
procedure B pakailah alat seperti pada procedure A
dengan diberi wadah kaca berisi 2 ml amonium
hidroklorida P sampai bejana jenuh dengan uap
amoniak. Tuangkan tahap gerak B pada dasar bejana di
luar wadah kaca. Lakukan kromatografi seperti pada
procedure A namun tanpa Penampak bercak. Amati kedua
kromatogram di bawah cahaya ultraviolet dan catat
bercak yang berfluoresensi; kromatogram Larutan uji
harus menghasilkan bercak dengan harga Rf dan warna
yang sesuai dengan bercak Larutan baku.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 12,0%;
lakukan pengeringan pada suhu 100º sampai bobot tetap.
Batas mikroba <51> Dalam bentuk serbuk tidak boleh
mengandung Salmonella sp.
Kadar abu tidak larut asam Tidak lebih dari 2,0%;
lakukan penetapan seperti tertera pada Pengambilan
Contoh dan Metode analisa Simplisia <671>.
Penetapan kadar
Larutan baku Larutkan 20,0 mg Reserpin BPFI dalam
25 ml etanol P panas, dinginkan, encerkan dengan
etanol P sampai 50,0 ml, campur. Jika disimpan pada
wadah yang tertutup rapat, terlindung cahaya, di tempat
gelap, warna larutan stabil selama beberapa minggu.
Encerkan 5,0 ml dengan etanol P sampai 100,0 ml dan
campur sebelum dipakai .
procedure Timbang saksama beberapa lebih kurang
2,5 g serbuk halus, masukkan ke dalam alat Soxhlet
berukuran sedang dengan labu 250 ml dan tempat contoh
berukuran 35 mm x 80 mm atau dengan ukuran yang
lebih kecil. Ekstraksi dengan 100 ml etanol P dengan
bantuan batu didih selama 4 jam. Lindungi alat dan
seluruh larutan alkaloid dari cahaya kuat atau cahaya
langsung. Pindahkan ekstrak dengan etanol P ke dalam
labu tentukur 100-ml, dinginkan, encerkan dengan
etanol P sampai tanda. Pipet 20 ml larutan ke dalam
corong pisah yang berisi 200 ml asam sulfat 0,5 N,
campur dan ekstraksi tiga kali, tiap kali dengan 25 ml
metil kloroform P. Lumasi kran pengaturan dengan
pelumas yang tidak larut dalam metil kloroform atau
kloroform atau pakailah kran pengatur dari
politetrafluoroetilen. Pisahkan lapisan bawah
sesempurna mungkin. Cuci lapisan metilkloroform
dalam corong pisah kedua, tiap kali dengan 50 ml asam
sulfat 0,5 N dan buang lapisan metilkloroform. Ekstraksi
alkaloid yang bersifat basa lemah dalam larutan asam
berturut-turut dengan 25 ml, 15 ml, 15 ml, 10 ml, 10 ml
dan 10 ml kloroform P. Cuci masing-masing ekstrak
kloroform dengan asam sulfat 0,5 N yang ada dalam
corong pisah kedua, lalu cuci dua kali, tiap kali
dengan 10 ml larutan natrium bikarbonat P (1 dalam 50)
dalam dua corong pisah lain. Saring ekstrak kloroform P
ke dalam labu tentukur 100-ml yang berisi 10 ml etanol P,
encerkan dengan etanol P sampai tanda. Pipet larutan 10
ml dua kali, masing-masing masukkan ke dalam labu
Erlenmeyer 25 ml bersumbat kaca campur dengan 4 ml
etanol P. Uapkan dengan pemanasan rendah sampai
hampir kering, lalu masukkan dalam desikator
hampa udara dan uapkan sampai kering. Larutkan residu
dengan 5,0 ml etanol P sampai larut. Pipet Larutan baku
5 ml dua kali, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer
25 ml bersumbat kaca yang lain. Tambahkan 2,0 ml
asam sulfat 0,5 N pada salah satu Larutan uji dan salah
satu Larutan baku sebagai blangko. Tambahkan pada
dua labu Erlenmeyer yang lain, 1,0 ml asam sulfat 0,5 N
dan 1,0 ml larutan natrium nitrit P (3 dalam 1000)
campur dan panaskan di atas tangas air pada suhu
50º - 60º selama 20 menit. Dinginkan, tambahkan pada
masing-masing labu 500 μl larutan asam sulfamat P
(1 dalam 20), campur. sesudah warna larutan stabil, ukur
serapan pada panjang gelombang serapan maksium 390
nm memakai blangko yang berisi campuran etanol
P-air (2:1). Hitung dalam mg kadar alkaloid golongan
reserpin-resinamin, dihitung dengan rumus:
( )
( )0
05
SS
AA
A dan Ao berturut-turut yaitu serapan Larutan uji yang
diperlakukan dengan nitrit dan blangko larutan uji; S dan
S0 berturut-turut yaitu serapan Larutan baku yang
diperlakukan dengan nitrit dan blangko larutan baku.
- 69 -
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
dalam ruang dengan suhu terkendali, kering dan aman
dari serangga.
AKAR MANIS
Glycyrrhizae Radix
Akar Manis terdiri atas akar dan batang bawah tanah
yang tidak dikupas dan telah dikeringkan dari tanaman
Glycyrrhiza glabra Linné (familia Leguminosae).
Mengandung tidak kurang dari 4,0% asam glisirizinat.
Pemerian Berbau khas dan sedikit aromatis; rasa sangat
manis, sedikit kelat; kulit akar tidak pahit.
Baku pembanding Asam Glisirizinat BPFI.
Makroskopik Akar dengan beberapa cabang, panjang
sampai 1 m dan berdiameter 0,5 – 3 cm. Kulit berwarna
abu-abu kecokelatan sampai cokelat dengan goresan
memanjang ada bekas akar kecil. Batang bawah
tanah berbentuk silinder, berdiameter 1 - 2 cm, panjang
sampai beberapa meter, dapat di potong sepanjang
10 - 15 cm, tampak luar mirip dengan akar, kadang
dengan kuncup kecil. Bekas patahan akar dan batang
bawah tanah berserat dan kasar seperti bergranul.
Lapisan gabus tipis; daerah floem sekunder luas,
berwarna kuning muda dengan goresan melingkar; xilem
padat berwarna kuning dengan struktur radier. Batang
bawah tanah memiliki saluran empulur yang berakhir
di bagian akar.
Mikroskopik Gabus dan feloderm sempit. Floem
terutama terdiri dari berkas serabut berwarna kuning
berdinding tebal, panjang 700 - 1200 μm, lebar 10 - 20 μm
dikelilingi sel yang mengandung hablur kalsium oksalat
bentuk prisma panjang 10 - 35 μm, lebar 2 - 5 μm;
lapisan luar berselang-seling dengan bagian-bagian
keratenkim hialin yang kuat; pembuluh tapis dekat
kambium. Xilem terdiri dari trakheida dan pembuluh
kayu yang tersusun radial berselang-seling dengan
berkas serabut berlignin sebagian, dengan seludang
hablur seperti pada floem sekunder; diameter pembuluh
kayu 30 - 150 μm, tebal dinding 5 - 10 μm dengan
beberapa noktah bercelah memanjang, berhubungan
dengan parenkim xilem berlignin. Jari-jari empulur lebar
2 - 5 sel; sel parenkimatis mengandung granul pati
berbentuk bulat atau lonjong, berdiameter 2 - 20 μm,
biasanya 5 - 12 μm. Empulur parenkimatis hanya
ada pada batang bawah tanah.
Identifikasi
A. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
tahap gerak Campuran etil asetat P-amonium
hidroksida 1 M-etanol mutlak P (60:27:13). Kocok dan
dibiarkan selama 5 menit.
Larutan 1 Kocok 1,0 g serbuk dalam bentuk serbuk
(120) dengan 20 ml kloroform P selama 15 menit, saring
dan serbuk terekstraksi disisihkan untuk pembuatan
Larutan 2. Uapkan filtrat sampai kering, larutkan residu
dalam 2 ml campuran kloroform P-metanol P (1:1).
Larutan 2 Pada serbuk terekstraksi yang diperoleh
dari Larutan 1, tambahkan 30 ml asam sulfat 0,5 M dan
refluks selama 1 jam, biarkan dingin, ekstraksi dua kali,
tiap kali dengan 20 ml kloroform P. Keringkan
kumpulan ekstrak kloroform dengan natrium sulfat
anhidrat P, saring, uapkan sampai kering dan larutkan
residu dalam 2 ml campuran kloroform P-metanol P
(1:1).
Larutan 3 Larutkan 10 mg asam -glisiretat dalam
2 ml campuran kloroform P-metanol P (1:1).
procedure Totolkan masing-masing 10 μl Larutan 1
dan Larutan 2 dan 20 μl Larutan 3 pada lempeng
kromatografi silika gel GF254. Masukkan lempeng ke
dalam bejana kromatografi, biarkan merambat sampai
tiga per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, biarkan
kering selama 5 menit dan amati di bawah cahaya
ultraviolet 254 nm. Kromatogram dari Larutan 3
menampilkan bercak dari asam -glisiretat dengan harga
Rf lebih kurang 0,1. Kromatogram Larutan 2
menampilkan bercak yang serupa namun tidak tampak
pada kromatogram Larutan 1. Semprot lempeng dengan
lebih kurang 10 ml anisaldehida LP, untuk lempeng
ukuran 200 mm x 200 mm, panaskan pada suhu 100° -
150° selama 10 menit dan amati pada cahaya biasa.
Bercak asam -glisiretat menjadi ungu kebiruan. Satu
atau dua bercak dengan harga Rf lebih kurang 0,6
tampak pada cahaya biasa sebelum penyemprotan,
menjadi kuning jingga dan beberapa bercak ungu
kebiruan tampak pada kromatogram yang diperoleh dari
Larutan 1 dan Larutan 2. Bercak asam -glisiretat yang
diperoleh dari Larutan 2 hampir sama besar dengan
bercak kromatogram yang diperoleh dari Larutan 3.
B. Campur beberapa kecil serbuk, dengan 0,005 ml
asam sulfat P: partikel serbuk menjadi kuning jingga dan
beberapa bagian berubah perlahan-lahan menjadi merah
muda.
Ekstrak larut dalam air Tidak kurang dari 20%;
lakukan penetapan sebagai berikut: campur 2,5 g serbuk
(120) dengan 50 ml air biarkan selama 2 jam, sambil
sering dikocok. Saring, uapkan, beberapa filtrat setara
dengan 500 mg serbuk sampai kering di atas tangas air
dan keringkan residu pada suhu 100° - 105°.
Sisa pemijaran <301> Metode II Tidak lebih dari
10,0%; lakukan penetapan memakai 1 g serbuk.
Abu tidak larut dalam asam Tidak lebih dari 2,0%
lakukan penetapan sebagai berikut: pada sisa yang
diperoleh dari penetapan Sisa pemijaran, tambahkan
15 ml air dan 10 ml asam klorida P, tutup dengan kaca
arloji, didihkan selama 10 menit dan biarkan dingin.
Saring sisa yang tidak larut dengan kertas saring bebas
abu, cuci dengan air panas sampai filtrat tidak bereaksi
- 70 -
asam. Keringkan dan pijarkan sampai membara, biarkan
dingin dalam desikator dan timbang. Ulangi pemijaran
sampai perbedaan antara dua penimbangan berturut-turut
tidak lebih dari 1 mg. Hitung persentase abu yang tidak
larut dalam asam.
Penetapan kadar Lakukan Kromatografi lapis tipis
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan uji Campur 1 g serbuk (120) dengan 25 ml
asam klorida 1 N dan 2,5 ml 1,4-dioksan P. Refluks di
dalam tangas air selama 2 jam. Biarkan dingin, saring
melalui kertas saring berdiameter 9 cm, buang filtrat.
Bilas labu dan kertas saring lima kali, tiap kali dengan
20 ml air, buang bilasan melalui kertas saring.
Keringkan labu dan penyaring pada suhu 105° selama
20 menit, pindahkan kertas saring ke dalam labu dan
tambahkan 50 ml kloroform P. Refluks di dalam tangas
air selama 5 menit dan saring kloroform hangat melalui
kertas saring berdiameter 9 cm. Ulangi ekstraksi dua
kali, tiap kali dengan 25 ml kloroform P memakai
penyaring yang sama. Pindahkan kertas saring ke dalam
labu, ekstraksi dengan 25 ml kloroform P dan saring
dengan kertas saring yang lain. Uapkan kumpulan filtrat
sampai kering, larutkan residu dalam campuran
kloroform P-metanol P (1:1) dan pindahkan dalam gelas
ukur 10 ml. Bilas dua kali, setiap kali dengan 10 ml
kloroform P dan uapkan bilasan sampai tersisa 2 ml.
Pindahkan larutan ini ke dalam gelas ukur dan encerkan
dengan campuran kloroform P-metanol P (1:1) sampai
10 ml.
Larutan baku Campur 50 mg asam glisirizinat BPFI
dengan 25 ml asam klorida 1 N dan 2,5 ml 1,4-dioksan P,
lanjutkan seperti pada Larutan uji dimulai dari “Refluks
di dalam tangas air”.
procedure Totolkan dalam bentuk pita dengan panjang
20 mm dan lebar tidak lebih dari 3 mm masing-masing
dua kali, tiap kali dengan 60 μl Larutan uji dan Larutan
baku pada lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke
dalam bejana kromatografi, biarkan merambat sampai
tiga per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, biarkan
mengering selama 5 menit dan amati di bawah cahaya
ultraviolet 254 nm, beri tanda daerah asam -glisiretat
pada keempat kromatogram. Kerok hati-hati lapisan
silika yang telah diberi tanda dan perlakukan masing-
masing secara terpisah sebagai berikut: kocok dengan
5 ml etanol mutlak P selama 15 menit, saring dengan
penyaring kaca masir. Bilas penyaring dengan etanol
mutlak P dan encerkan sampai 10 ml dengan pelarut
yang sama. Ukur serapan ke empat larutan pada 250 nm,
memakai pembanding larutan yang diperlakukan
sama termasuk pengerokan pada posisi dan ukuran yang
sama dengan daerah asam -glisiretat. Hitung
kandungan asam glisirizinat dari serapan Larutan uji dan
Larutan baku terhadap jumlah asam glisirizinat dalam
Asam Glisirizinat BPFI.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
kedap, terlindung cahaya.
EKSTRAK AKAR MANIS
Glycyrrhizae Succus
Ekstrak Akar Manis yaitu ekstrak kering akar segar
Glycyrrhiza glabra Linné, (familia Leguminosae)
penyaringan dilakukan dengan air mendidih, lalu
diuapkan sampai kering. Kadar glisirizin tidak kurang
dari 10%, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian Batang berbentuk silinder atau bongkah
besar, licin, agak mengkilap, hitam cokelat tua, atau
serbuk berwarna cokelat; bau khas lemah; rasa khas
manis.
Identifikasi
A. Larutkan 1 bagian dalam 10 bagian air tambahkan
asam sulfat encer P; terbentuk endapan yang larut
dengan penambahan amonia LP berlebih.
B. Larutkan 1 bagian dalam 10 bagian air, tambahkan
kalsium klorida LP: terbentuk endapan.
Pati Larutkan beberapa 5,0 g zat yang telah dikeringkan
dalam 50 ml air, tambahkan etanol P 90% sampai
100,0 ml, biarkan selama 12 jam, saring: sisa tidak boleh
mengandung butir pati.
Kelarutan dalam etanol <461> Tidak kurang dari 75%;
lakukan penetapan sebagai berikut: uapkan 20,0 ml
filtrat yang diperoleh pada pengujian Pati di atas tangas
air, keringkan sampai bobot tetap, timbang.
Susut pengeringan <1121>
Bentuk batang Tidak lebih dari 20%.
Bentuk serbuk Tidak lebih dari 7%; lakukan
pengeringan pada suhu antara 103° dan 105° sampai
bobot tetap.
Sisa pemijaran <301> Tidak kurang dari 5% dan tidak
lebih dari 10%; lakukan penetapan memakai 2 g zat.
Penetapan kadar Keringkan 2,5 g zat yang ditimbang
saksama sampai bobot tetap, hitung susut pengeringan.
Larutkan dalam campuran 25 ml air dan 10 ml amonia LP
dalam labu tentukur 50-ml. Tambahkan etanol P 90%
sampai tanda, kocok, biarkan selama tidak kurang dari
12 jam. Saring melalui kertas saring kering, uapkan
30 ml filtrat sampai residu lebih kurang 10 ml, campur
dengan 5 ml asam klorida 4 N. Saring melalui kertas
saring basah, cuci endapan dan kertas saring dengan air
tetes demi tetes sampai cairan cucian mulai berwarna
lebih tua dari warna tetesan sebelumnya. Larutkan
endapan dengan menuangkan amonia LP tetes demi
tetes pada kertas saring, tampung dalam botol timbang
yang telah ditara. Cuci kertas saring dengan air, sampai
cairan cucian tidak berwarna. Uapkan larutan dalam
botol timbang di atas tangas air, keringkan pada suhu
100° sampai bobot tetap, timbang. Hitung kadar
glisirizin.
- 71 -
Tiap mg residu
setara dengan 1,67 mg glisirizin
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
AKSEROFTOL
Vitamin A
Retinol
Axeroftol
3,7-Dimetil-9(2,6,6-trimetil-1-sikloheksan-1-il)-2,4,6,8-
nonatetraena-1-ol [68-26-8]
Vitamin A mengandung tidak kurang dari 95,0% dari
jumlah yang tertera pada etiket. Vitamin A dapat
mengandung vitamin A atau ester vitamin A yang
dibentuk dari asam lemak yang dapat dimakan terutama
asam asetat dan asam palmitat. Vitamin A dapat
diencerkan dengan minyak yang dapat dimakan atau
dapat ditambahkan pada zat pembawa atau zat tambahan
padat yang dapat dimakan, dan dapat mengandung zat
antimikroba, zat pendispersi dan antioksidan.
Pemerian Dalam bentuk cair berupa minyak; berwarna
kuning muda sampai merah; dapat membeku pada
pendinginan; praktis tidak berbau atau sedikit berbau
ikan; tidak berasa dan tidak berbau tengik. Tidak stabil
terhadap udara dan cahaya.
Kelarutan Dalam bentuk cair tidak larut dalam air dan
dalam gliserin; sangat larut dalam kloroform dan dalam
eter; larut dalam etanol mutlak dan dalam minyak nabati.
Dalam bentuk padat dapat terdispersi dalam air.
Baku pembanding Vitamin A BPFI; buang residu yang
tidak dipakai sesudah kapsul dibuka. Simpan wadah
dalam keadaan tertutup rapat, pada tempat sejuk dan
kering atau dalam lemari pendingin terlindung cahaya.
Identifikasi
A. Pada 1 ml larutan zat dalam kloroform P yang
mengandung lebih kurang 6 μg vitamin A, tambahkan
10 ml antimon triklorida LP: segera terjadi warna biru
tidak mantap.
B. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
tahap gerak Campuran sikloheksan P-eter P (4:1)
Larutan baku Larutkan isi 1 kapsul Vitamin ABPFI
dalam kloroform P sampai 25,0 ml.
Larutan uji Jika vitamin A dalam bentuk cairan,
larutkan beberapa volume yang setara dengan lebih
kurang 15.000 unit FI dalam kloroform P sampai 10 ml.
Jika dalam bentuk padat, timbang beberapa zat setara
dengan lebih kurang 15.000 unit FI, masukkan ke dalam
corong pisah tambahkan 75 ml air, kocok kuat selama
1 menit. Ekstraksi dengan 10 ml kloroform P dengan
mengocok selama 1 menit dan sentrifus untuk
menjernihkan ekstrak kloroform.
procedure Totolkan secara terpisah15 μl Larutan baku
dan 10 μl Larutan uji pada lempeng kromatografi silika
gel. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi
yang dilapisi dengan kertas saring. Biarkan merambat
sampai 10 cm. Angkat lempeng, biarkan kering di udara,
semprot lempeng dengan asam fosfomolibdat LP: bercak
biru hijau yang terjadi menampilkan adanya vitamin A.
Harga Rf vitamin dalam bentuk alkohol, asetat dan
palmitat berturut-turut yaitu 0,1; 0,45; 0,7.
Perbandingan serapan Tidak kurang dari 0,85;
tetapkan rasio serapan yang telah dikoreksi (A325)
terhadap serapan yang diamati (A325) seperti tertera pada
Penetapan Kadar Akseroftol <511>.
Penetapan kadar Lakukan penetapan kadar seperti
tertera pada Penetapan Kadar Akseroftol <511>
memakai beberapa zat yang ditimbang saksama.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
sebaiknya dalam gas inert, terlindung cahaya.
ALBENDAZOL
Albendazole
S
N
H
N
NH
OCH3
O
H3C
Metil5-(propiltio)-2-benzimidazolkarbamat [54965-21-8]
C12H15N3O2S BM 265,33
Albendazol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
tidak lebih dari 102,0%, C12H15N3O2S, dihitung terhadap
zat yang telah dikeringkan.
Pemerian Serbuk putih sampai kuning pucat.
Kelarutan Larut dalam asam format anhidrat; sangat
sukar larut dalam eter dan dalam metilen klorida; praktis
tidak larut dalam etanol dan dalam air.
Baku pembanding Albendazol BPFI; lakukan
pengeringan pada suhu 105° selama 4 jam sebelum
dipakai , simpan dalam wadah tertutup rapat.
Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
dikeringkan dan didispersikan dalam minyak mineral P
menampilkan maksimum hanya pada bilangan gelombang
yang sama seperti pada Albendazol BPFI.
B. Harga Rf bercak utama Larutan uji sesuai dengan
Larutan baku seperti yang diperoleh pada Kemurnian
kromatografi.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
lakukan pengeringan pada suhu 105o selama 4 jam.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
- 72 -
Kemurnian kromatografi Lakukan penetapan dengan
cara Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
tahap gerak Campuran kloroform P-asam asetat
glasial P-eter P (60:10:10).
Larutan baku Timbang beberapa Albendazol BPFI
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan
dan encerkan dengan asam asetat glasial P sampai kadar
lebih kurang 5 mg per ml.
Enceran larutan baku Pipet 1 ml Larutan baku ke
dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan asam
asetat glasial P sampai tanda.
Larutan uji Timbang lebih kurang 50 mg zat,
masukkan ke dalam labu tentukur 5-ml. Larutkan dalam
3,0 ml asam asetat glasial P, encerkan dengan asam
asetat glasial P sampai tanda.
procedure Totolkan secara terpisah masing-masing 10 μl
Larutan uji, Larutan baku dan Enceran larutan baku pada
lempeng kromatografi silika gel P setebal 0,25 mm.
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang
telah dijenuhkan dengan tahap gerak, biarkan merambat
sampai tiga per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng,
tandai batas rambat dan biarkan mengering. Amati bercak
di bawah cahaya ultraviolet 254 nm. Tidak satupun bercak
lain selain bercak utama dari kromatogram Larutan uji
lebih besar atau lebih intensif dari bercak utama
kromatogram Enceran larutan baku (0,5%).
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
250 mg zat, larutkan dalam 100 ml asam asetat glasial P,
jika perlu hangatkan hati-hati sampai larut. Dinginkan
dan titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV. Tetapkan
titik akhir secara potensiometri. Lakukan penetapan
blangko.
Tiap ml asam perklorat 0,1 N
setara dengan 26,53 mg C12H15N3O2S
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
pada suhu ruang terkendali.
LARUTAN ALBUMIN
Albumin
Albumin Manusia
Human Albumin Solution
Larutan Albumin yaitu larutan protein dalam air yang
diperoleh dari plasma, serum atau plasenta normal dan
segera dibekukan sesudah dikumpulkan.
Plasma, serum atau plasenta diperoleh dari donor sehat.
Sedapat mungkin disertai pemeriksaan klinik, uji
laboratorium dan telah diketahui riwayat mediknya,
bebas dari infeksi yang dapat tertular melalui transfusi
darah atau derivat darah. Pemeriksaan dan pengujian
ditetapkan oleh instansi yang berwenang, terutama uji
antigen hepatitis B (HbsAg) permukaan dan antibodi
HIV dengan metode yang sensitif dan memberi hasil
negatif terhadap kedua hal ini .
Pemisahan albumin dilakukan dengan kondisi terkendali
terutama pH, kekuatan ion dan suhu sesampai produk
akhir tidak kurang dari 95% protein total yaitu
albumin.
Larutan Albumin tersedia sebagai larutan pekat
mengandung 15,0% - 25,0% protein total atau sebagai
larutan isotonik mengandung 4,0% - 5,0% protein total.
Untuk menghindari pengaruh pemanasan dapat
ditambahkan stabilisator yang sesuai seperti natrium
kaprilat dengan kadar tertentu, tapi tidak boleh
ditambahkan pengawet yang bersifat antimikroba pada
setiap tahap pembuatan. Larutan disterilkan dengan
penyaringan dan dibagikan secara aseptik ke dalam
wadah steril dan ditutup kedap untuk mencegah
kontaminasi mikroba. Larutan dalam wadah akhir
dipanaskan pada suhu 59,5º - 60,5º selama 10 jam.
lalu diinkubasi pada suhu 30º - 32º selama tidak
kurang dari 14 hari atau pada suhu 20º - 25º selama tidak
kurang dari 4 minggu dan amati secara visual adanya
kontaminasi mikroba.
Pemerian Cairan jernih agak kental; tidak berwarna
sampai berwarna kekuningan tergantung kadar protein.
Baku pembanding Larutan Albumin Manusia untuk
Elektroforesis BPFI.
Identifikasi
A. Lakukan reaksi pengendapan memakai
antiserum khas terhadap protein plasma manusia dan
antiserum khas terhadap protein plasma dari setiap galur
hewan domestik yang umum dipakai untuk
pembuatan produk biologis. Sediaan mengandung
protein asal manusia dan memberi reaksi negatif
dengan antiserum khas terhadap protein plasma galur
lain.
B. Lakukan penetapan dengan cara imuno
elektroforesis yang sesuai, bandingkan serum normal
manusia dengan sediaan uji memakai antiserum,
keduanya diencerkan sampai mengandung 1% protein.
Komponen utama sedian uji sesuai dengan komponen
utama serum normal manusia. Larutan dapat
mengandung beberapa kecil protein plasma lain.
C. Elektroforetogram yang diperoleh dari uji
Komposisi protein dapat dibedakan dari larutan protein
plasma.
Keasaman atau kebasaan pH antara 6,7 dan 7,3;
lakukan penetapan dengan mengencerkan zat uji dengan
larutan natrium klorida P 0,9% sampai mengandung 1%
protein.
Alkalin fosfatase Tidak lebih dari 0,1 unit per gram
protein; lakukan penetapan dengan cara Spektrofotometri
Ultraviolet dan Cahaya Tampak seperti tertera pada
Spektrofotometri dan hamburan Cahaya <1191>. Pada
campuran 0,5 ml larutan uji dan 0,5 ml dapar
dietanolamina pH 10,0 dalam sel spektrofotometer pada
suhu 36,8º - 37,2º; tambahkan 0,1 ml nitrofenil fosfat LP.
Catat serapan terus-menerus pada 405 nm selama tidak
- 73 -
kurang 30 detik sejak penambahan nitrofenil fosfat LP.
Catat kenaikan rata-rata serapan per menit (X), hitung
aktivitas alkalin fosfatase pada suhu 37º dalam unit per
gram protein dengan rumus:
P
X3,118
P yaitu kandungan protein dalam gram per liter yang
diperoleh pada Penetapan kadar.
Haem La