Minggu, 12 Oktober 2025

Pengobatan tradisional 3











 pengobatan tradisional



Kesehatan merupakan kebutu￾han setiap pasien  di dunia, tak 

terkecuali di Negara seperti 

negara kita . Kesehatan juga meru￾pakan hak fundamental yang harus 

diperjuangkan bagi setiap pasien . 

Pada dasarnya setiap pasien  berhak 

untuk hidup sejahtera lahir dan 

batin, bertempat tinggal, men￾dapatkan lingkungan hidup yang 

sehat serta berhak mendapatkan 

pelayanan kesehatan. Pelayanan 

kesehatan seperti rumah sakit, 

klinik, puskesmas dan yang lainnya 

merupakan pelayanan kesehatan 

yang bersifat komprehensif mulai 

dari preventif, kuratif, promotif, 

dan rehabilitatif seharusnya dapat 

menyediakan pelayanan kesehatan 

tanpa melihat status sosial 

warga  . 

Pembangunan bidang kese￾hatan pada dasarnya ditujukan 

untuk meningkatkan kesadaran, 

kemauan dan kemampuan hidup 

sehat bagi setiap pasien  untuk 

mewujudkan derajat kesehatan 

yang optimal sebagai salah satu 

unsur kesejahteraan sebagaimana 

diamanatkan oleh pembukaan 

Undang-Undang Dasar Republik 

negara kita  1945. Kesehatan sebagai 

hak asasi pasien  (HAM) harus 

diwujudkan dalam bentuk pem￾berian berbagai upaya kesehatan 

kepada seluruh warga   melalui 

penyelenggaraan pembangunan 

kesehatan yang berkualitas dan 

terjangkau oleh warga  . Kese￾hatan warga   adalah pilar 

pembangunan suatu bangsa. Kese￾hatan adalah salah satu kebutuhan 

dasar pasien . Begitu pentingnya, 

sehingga sering dikatakan bahwa 

kesehatan adalah segala-galanya, 

tanpa kesehatan segala-galanya 

tidak bermakna. Oleh sebab   itu, 

setiap kegiatan dan upaya untuk 

meningkatkan derajat kesehatan 

warga   yang setinggi-tinggi￾nya dilaksanakan berdasar  

prinsip nondiskriminatif, partisi￾patif, perlindungan, dan berke￾lanjutan yang sangat penting 

artinya bagi pembentukan sumber 

daya pasien  negara kita , pe￾ningkatan ketahanan dan daya 

saing bangsa, serta pembangunan 

nasional.

Pemerintah telah berupaya 

memberikan jaminan sosial kese￾hatan bagi warga   miskin 

seperti ASKES (Asuransi Kese￾hatan), BLT (Bantuan Langsung 

Tunai), BPJS, KIS (Kartu negara kita  

Sehat) dan lainnya supaya 

kebutuhan pelayanan kesehatan bagi warga   miskin bisa 

terpenuhi. Namun pengaplikasian 

ini   bukan hal yang mudah. 

Kondisi negara kita  sebagai negara 

yang berkembang belum cukup 

mampu untuk menangani segala 

kebutuhan pelayanan kesehatan 

dan menjadikannya sebagai 

pelayanan gratis untuk warga 

negara dengan jumlah warga   

yang sangat besar. Permasalahan 

distribusi akses layanan kesehatan 

adalah hal yang tidak lagi bisa 

dipungkiri saat ini. Masalah 

accessibility dimana semua fasilitas 

yang baik dan tenaga-tenaga ahli 

masih terpusat di kota-kota besar, 

sehingga belum terjangkau oleh 

warga   yang tinggal di daerah 

terpencil. Kondisi geografis masya￾rakat Distrik Alama jauh dari 

fasilitas infrastruktur yang me￾madai. Untuk dapat menjangkau 

fasilitas kesehatan yang modern di 

kota kabupaten Timika harus 

memakai   pesawat.

Bertolak dari kondisi ini   di 

atas warga   suku Amungme 

biasa memakai   pengobatan 

tradisional yang diturunkan nenek 

moyang. Keanekaragaman budaya 

pengobatan tradisional yang di￾miliki bangsa negara kita  dianggap 

masih konvensional atau tak ada 

standarisasi obat tradisional 

melalui program keilmuan atau 

pengembangan berbasis ilmiah. 

Terdukung dengan adanya kondisi 

sumber daya alam hutan di 

negara kita , maka sistem pengo￾batan tradisional tumbuh dan 

berkembang sejak munculnya 

kehidupan suku-suku bangsa di 

muka bumi ini. Hal ini dibuktikan 

dengan tersebarnya pengetahuan 

mereka dalam sistem pengobatan 

tradisional berdasar  sejarah 

perjalanan kehidupan suku bangsa 

tertentu. Pengobatan tradisional 

itu disebut juga sebagai pengo￾batan alternatif, dimiliki pada 

umumnya warga   menurut 

pola-pola kebudayaan mereka 

dalam bentuk pengetahuan asli￾nya. Pengobatan tradisional 

disebut sebagai budaya dalam 

kearifan lokal yang ada di masing￾masing daerah dan suku-suku 

bangsa. dan menurut keaneka￾ragaman persepsi sehat dan sakit 

mereka. Lebih konseptual maka 

fenomena pengobatan tradisional 

ada dan hidup di dalam bentuk 

pengetahuan, kepercayaan, nilai, 

norma sebagai kebudayaan 

masing-masing warga   pe￾nyandang kebudayaan ini  ; 

dan fenomena ini   ada pada 

warga   diperhadapkan dengan adanya sistem pengobatan 

modern kedokteran yang diper￾kenalkan oleh pemerintah kepada 

warga warga  .

Perilaku yang berkaitan dengan 

pengetahuan sosial-budaya kese￾hatan warga   (suku bangsa) 

dapat terwujud menurut per￾bedaan persepsi berdasar  

pengetahuan (konsep) sehat dan 

sakit. Dengan demikian konkritnya 

perilaku sosial budaya kesehatan 

dalam mementingkan kesehatan 

akan berbeda secara nyata antar 

kelompok suku-suku bangsa 

ini  . Kondisi ini   akan 

terwujud dan terkait dengan sejauh 

mana warga warga   yang lebih 

dikonsepkan sebagai suku-suku 

bangsa yang memanfaatkan sum￾ber-sumber pengobatan (khusus￾nya tradisional) diperhadapkan 

dengan adanya potensi sistem 

pengobatan modern kedokteran 

seperti di atas yang disuguhkan 

pemerintah kepada warga 

warga   di pedesaan dan 

perkotaan.

Sampai saat ini warga   

pasien  Amungme diperhadapkan 

dengan dua (pilihan) yaitu; memilih 

pada pengobatan tradisional asli 

ataupun sistem pengobatan medis 

modern kedokteran yang 

diperkenalkan pemerintah. Namun 

kenyataannya, berdasar  pe￾ngamatan sepintas secara lang￾sung terhadap pasien  Amungme di 

lokasi penelitian, ternyata pasien  

Amungme masih mengakui me￾milih dan memanfaatkan pengo￾batan tradisional dibandingkan 

dengan sistem pengobatan medis 

modern kedokteran; Hal ini

menjadi menarik bagi penulis dan 

menimbulkan keinginantahuan

penulis, mengapa dan apa sebab￾nya, warga   pasien  Amungme 

setempat lebih memilih meman￾faatkan pengobatan tradisional asli 

dibandingkan dengan adanya 

pengobatan modern kedokteran?. 

Persepsi

Setiap individu memiliki   

keterbatasan dalam menerima 

rangsangan atau informasi sesuai 

dengan kepribadian, minat, moti￾vasi, dan sikap yang ada dalam

individu ini  . Rangsangan atau 

informasi yang diterima setiap 

individu akan menyebabkan peru￾bahan pandangan, pendapat dan 

daya pikir terhadap suatu obyek

tertentu yang disebut dengan 

persepsi. Persepsi adalah gam￾baran atau cara pandang

sesepasien  terhadap sesuatu 

melalui panca indera. Menurut Imam Muchoyar (1991), persepsi 

adalah suatu proses perubahan

sepasien  terhadap informasi suatu 

obyek yang masuk pada diri 

sesepasien  melalui pengalaman 

dengan memakai   indera￾indera yang dimiliki dan proses 

ini   bertahan dengan 

pemberian arti atau gambaran atau 

penginterpretasikan terhadap

obyek ini  .

Persepsi merupakan suatu 

proses yang didahului dengan 

penginderaan yaitu proses di￾terimanya stimulus oleh individu 

melalui alat reseptornya dan

diteruskan ke pusat susunan saraf 

otak. Stimulus yang diindera oleh 

individu kemudian diinterpre￾tasikan sehingga individu 

menyadari, mengerti tentang apa

yang diindera (Bimo Walgito, 1997)

Persepsi terjadi tidak akan lepas 

dari proses. Proses bekerjanya alat

indera merupakan pendahuluan 

persepsi. Setiap pasien  memiliki   

kecenderungan menafsirkan suatu 

hal dengan hasil yang sama tetapi 

dengan cara yang berbeda. 

Penafsiran itu dapat berupa kesan 

atau pendapat yang dilihat, diamati

dan didengar. Ada beberapa faktor 

yang dapat mempengaruhi 

perbedaan penafsiran, diantaranya 

adalah sudut pandangnya, pe￾ngalaman dan pengetahuan. Per￾sepsi juga berhubungan dengan 

cara pandang sesepasien  terhadap 

suatu obyek tertentu dengan cara 

yang berbeda-beda dengan 

memakai   alat indera yang 

dimiliki dan berusaha menafsirkan.

Menurut Dakir (1995), bahwa 

persepsi itu merupakan “proses 

mengetahui obyek-obyek di 

sekitar memakai   alat-alat 

indera”. Untuk mempersepsikan

sesuatu kita tidak hanya melihat 

saja tetapi mendengarkan, hal 

itulah yang disebut persepsi aktif 

bukan persepsi pasif. Aktivitas ini 

akan memperbesar daya beda

(seleksi), dalam pengertian per￾sepsi terkadang memiliki   arti 

memberikan penafsiran terhadap 

obyek yang diamati itu.

Pada bagian lain, Dali Gulo 

(1982) menyatakan bahwa “per￾sepsi adalah proses sesepasien  

menjadi sadar akan segala sesuatu 

dalam lingkungan melalui indera￾indera yang dimilikinya, penge￾tahuan lingkungan yang diperoleh 

melalui interpretasi data indera”. 

Dengan demikian, yang dimaksud 

dengan persepsi adalah proses

sesepasien  dalam memahami 

lingkungannya. Persepsi juga dapat dilihat dari segi kognitif yang 

dialami oleh setiap pasien  dalam 

memahami informasi tentang

lingkungan, baik lewat peng￾lihatan, pendengaran, pengha￾yatan, perasaan dan penciuman. 

Jadi secara umum persepsi 

dapat dipandang sebagai proses

mengumpulkan, menyeleksi, me￾ngorganisasi, dan menginter￾pretasikan informasi. Proses ter￾sebut dimulai dengan penerimaan 

informasi dari berbagai indera

kemudian dianalisis untuk diberi 

arti. Dengan demikian yang 

dimaksudkan dengan persepsi 

adalah proses kognitif yang dialami 

oleh setiap pasien  dalam 

memahami informasi lingkungan￾nya yang menghasilkan suatu 

gambaran tentang kenyataan yang 

dihadapi.

Persepsi merupakan unsur 

paling penting dalam menye￾suaikan perilaku terhadap lingku￾ngannya. berdasar  definisi 

ini   bahwa persepsi meru￾pakan peranan paling penting 

dalam kehidupan pasien , sebab   

ia akan menemukan tingkah laku 

pasien  dalam menghadapi

lingkungannya. Apabila persepsi 

sesepasien  terhadap suatu obyek 

bersifat positif atau baik maka ia 

akan mudah menerima atau 

menyesuaikan dengan obyek

ini  , sebaliknya apabila se￾sepasien  memiliki   persepsi 

negatif maka ia akan kesulitan 

untuk menerima atau menye￾suaikan dengan obyek ini  . 

Suatu obyek yang sama dapat 

menimbulkan persepsi yang 

berbeda jika pengalaman reseptor 

berbeda.

Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan pada 

dasarnya adalah suatu respon 

sesepasien  (organisme) terhadap 

stimulus yang berkaitan dengan 

sakit dan penyakit, sistem pela￾yanan kesehatan, makanan serta 

lingkungan. Perilaku sesepasien  

atau warga   tentang kese￾hatan ditentukan oleh penge￾tahuan, sikap kepercayaan, tradisi, 

dan sebagian dari pasien  tua tau 

warga   yang bersangkutan.

Disamping itu ketersediaan fasilitas 

kesehatan, sikap dan perilaku para 

petugas kesehatan juga dapat 

memperkuat terbentuknya peri￾laku 

Perilaku kesehatan diantaranya 

menurut Becker konsep perilaku 

sehat ini merupakan pengem￾bangan dari konsep perilaku yang 

dikembangkan Bloom. Becker menguraikan perilaku kesehatan 

menjadi tiga domain, yaitu 

pengetahuan kesehatan (health 

knowledge), sikap terhadap kese￾hatan (health attitude) dan praktek 

kesehatan (health practice). Hal ini 

berguna untuk mengukur sebe￾rapa besar tingkat perilaku 

kesehatan individu yang menjadi 

unit analisis penelitian. 

Perilaku kesehatan merupakan 

segala aktivitas atau kegiatan 

sesepasien , baik yang dapat diamati 

secara langsung (observable)

maupun yang tidak dapat diamati 

secara langsung oleh pasien  lain 

(unobservable) yang berkaitan 

dengan pemeliharaan dan pe￾ningkatan kesehatan. Oleh sebab 

itu perilaku kesehatan ini pada 

garis besarnya dikelompokan 

menjadi dua, yakni : perilaku sehat 

(Health Behavior) yang merupakan

perilaku pasien  yang sehat agar 

tetap sehat atau kesehatannya 

meningkat dan perilaku pencarian 

kesehatan (Health Seeking Beha￾vior) yang merupakan perilaku 

pasien  yang sakit atau telah terkena 

masalah kesehatan untuk mem￾peroleh penyembuhan atau 

pemecahan masalah kesehatanya

(Notoatmodjo, 2014).

Perilaku kesehatan sesepasien  

atau warga   ditentukan oleh 

pemikiran dan perasaan sesepasien , 

adanya pasien  lain yang dijadikan 

sebagai referensi dan sumber￾sumber atau fasilitas yang dapat 

mendukung perilaku dan

kebudayaan warga  . Sese￾pasien  yang tidak mau membuat 

jamban keluarga atau tidak mau 

buang air besar di jamban, 

mungkin sebab   ia memiliki   

pemikiran dan perasaan yang tidak 

enak kalau buang air besar di 

jamban (thought and feeling). Atau

mungkin sebab   tokoh idolanya 

juga tidak membuat jamban 

keluarga sehingga tidak ada pasien  

yang menjadi referensinya (per￾sonal reference). Faktor lain juga 

mungkin sebab   langkanya sum￾ber-sumber yang diperlukan atau 

tidak memiliki   biaya untuk 

membuat jamban keluarga (resour￾ces). Faktor lain lagi mungkin 

sebab   kebudayaan (culture) 

bahwa jamban keluarga belum 

merupakan budaya warga  

(

Kebudayaan

Kebudayaan merupakan pedo￾man dalam kehidupan warga 

penyandangnya yang lebih kom￾pleks dari sekedar menentukan pemikiran dasar, sebab   kenyataan 

kebudayaan itu sendiri akan 

membuka suatu orientasi berpikir

dan kinerja pasien  sebagai 

makhluk sosial.

Jadi keanekaragaman persepsi 

sehat dan sakit itu ditentukan oleh 

pengetahuan, kepercayaan, nilai, 

norma kebudayaan masing￾masing warga   penyandang

kebudayaannya. Dapatlah dika￾takan bahwa kebudayaanlah yang 

menentukan apa yang menyebab￾kan pasien  menderita sebagai 

akibat dari perilakunya. Sehu￾bungan dengan hal di atas, maka 

kebudayaan sebagai konsep dasar, 

gagasan budaya dapat men￾jelaskan makna hubungan timbal 

balik antara gejala-gejala sosial 

(sosiobudaya) dari penyakit 

dengan gejala biologis (biobudaya)

seperti apa yang dikemukakan oleh 

Foster dan Anderson (1986).

Kebudayaan yang ideal datang 

dari pembentukan pasien  itu 

sendiri dan berasal dari kebutuhan 

warga  . Anggota warga   

berasal dari organisasi warga   

sehingga anggota warga   

harus mengikuti kebudayaan yang 

dimiliki oleh organisasi warga   

itu. Sebagai contoh disini

digambarkan bahwa kebudayaan 

yang timbul yang terbentuk oleh 

golongan kecil adalah warga   

kapitalis yang berasal dari ke￾butuhan ekonomi yang akhirnya 

menciptakan ideologi bisnis, dan 

filsafat pemerintah yang kemudian 

membentuk kesatuan nasional. Ide 

kebudayaan besar timbul dari 

kebutuhan warga  . Walaupun 

demikian di dalam pembentukan

kebudayaan selalu timbul ke￾tidakcocokan diantara ide yang 

satu dengan ide lainnya. Meskipun 

terjadi ketidaksesuaian hal ini tidak

selalu menjadi besar tanpa adanya 

konflik dan kekerasan dari masya￾rakat yang ingin membentuk suatu 

kesamaan kebudayaan.

Perilaku Pengobatan Tradisional

Masih banyak warga   yang 

memiliki perilaku pencarian pe￾ngobatan melalui layanan-layanan 

tradisional, sehingga perlu dilihat 

penyebab dari perilaku warga   

ini  , serta kajian-kajian ilmu 

mengenai perilaku pengobatan 

tradisional yang berlaku di masya￾rakat. Tujuannya agar kebudayaan 

mengenai pencarian pengobatan 

tradisional dapat diinteraksikan 

dengan pengobatan modern agar 

derajat kesehatan warga   

dapat semakin ditingkatkan.Realitas ini pula yang terjadi 

pada warga   yang ada di 

daerah perdesaan yang masih 

menjaga dan melestarikan nilai￾nilai kultural yang mereka terima 

dari generasi sebelumnya. Dari 

fenomena kultural ini   dapat 

dipahami bahwa sistem pengo￾batan tradisional atau etnomedisin 

hingga saat ini masih tetap eksis 

dan berkembang di tengah-tengah 

warga   pendukungnya. Dalam 

realitasnya, praktik-praktik modern 

juga semakin berkembang pesat 

dengan banyaknya pusat-pusat 

kesehatan resmi dari pemerintah 

ataupun swasta. Dalam kaitannya 

dengan hal demikian, tampaknya 

gerakan back to nature (kembali ke 

alam) yang semakin digencarkan 

oleh negara-negara maju telah 

berdampak positif terhadap 

tumbuh suburnya praktik-praktik 

pengobatan tradisional. Sistem 

etnomedisin memiliki posisi yang 

khusus dalam warga  , yakni 

sebagai local wisdom yang 

diwariskan secara turun-temurun 

dari leluhurnya. Selain itu, sistem 

pengobatan tradisional juga, se￾cara fungsional, masih diperlukan 

oleh warga  , terutama dalam 

menjaga dan memelihara kese￾hatan, serta menjaga stamina dan 

kebugaran tubuh. Hal ini 

merupakan salah satu upaya yang 

dapat dilakukan dalam me￾lestarikan budaya daerah. 

Etnomedisin 

Etnomedisin adalah cabang 

antropologi medis yang mem￾bahas tentang asal mula penyakit, 

sebab-sebab dan cara pengobatan 

menurut kelompok warga   

tertentu. Aspek etnomedisin meru￾pakan aspek yang muncul seiring 

perkembangan kebudayaan ma￾nusia di bidang antropologi medis, 

etnomedisin memunculkan termi￾nologi yang beragam. Cabang ini 

sering disebut pengobatan tra￾disionil, pengobatan primitif, tetapi 

etnomedisin terasa lebih netral 


Persepsi Sehat Dan Sakit pasien  

Amungme

Istilah sehat mengandung 

banyak muatan kultural, sosial dan 

pengertian profesional yang bera￾gam. Menurut sudut pandang 

kedokteran, sehat sangat erat 

kaitannya dengan kesakitan dan 

penyakit. Dalam kenyataannya 

tidaklah sesederhana itu, sehat 

harus dilihat dari berbagai aspek.

Penyakit sendiri ditentukan 

oleh budaya hal ini sebab   penyakit 

merupakan pengakuan sosial bahwa sesepasien  tidak dapat 

menjalankan peran normalnya 

secara wajar. Cara hidup dan gaya 

hidup pasien  merupakan 

fenomena yang dapat dikaitkan 

dengan munculnya berbagai 

macam penyakit, selain itu hasil 

berbagai kebudayaan juga dapat 

menimbulkan penyakit. Masya￾rakat dan pengobat tradisional 

menganut dua konsep penyebab 

sakit, yaitu: Naturalistik dan 

Personalistik. Penyebab bersifat 

Naturalistik yaitu sesepasien  

menderita sakit akibat pengaruh 

lingkungan, makanan (salah 

makan), kebiasaan hidup, ketidak 

seimbangan dalam tubuh, ter￾masuk juga kepercayaan panas 

dingin seperti masuk angin dan 

penyakit bawaan. Konsep sehat 

sakit yang dianut pengobat 

tradisional. 

Sehat bagi sesepasien  berarti 

suatu keadaan yang normal, wajar, 

nyaman, dan dapat melakukan 

aktivitas sehari –hari dengan 

gairah. Sedangkan sakit dianggap 

sebagai suatu keadaan badan yang 

kurang menyenangkan, bahkan 

dirasakan sebagai siksaan se￾hingga menyebabkan sesepasien  

tidak dapat menjalankan aktivitas 

sehari-hari seperti halnya pasien  

yang sehat. 

Sedangkan konsep Perso￾nalistik menganggap munculnya 

penyakit (illness) disebabkan oleh 

intervensi suatu agen aktif yang 

dapat berupa makhluk bukan 

pasien  (hantu, roh, leluhur atau 

roh jahat), atau makhluk pasien  

(tukang sihir, tukang tenung). 

Implikasi dari konsep sehat dan 

sakit, dapat memberikan per￾bedaan pandangan untuk setiap 

individu, dan hal ini akan lebih 

nampak berbeda bila dikaitkan 

berdasar  konsepsi kebudayaan 

masing-masing penyandangnya. 

Sepasien  pengobat tradisional 

yang juga menerima pandangan 

kedokteran modern, memiliki   

pengetahuan yang menarik me￾ngenai masalah sakit-sehat. 

Baginya, arti sakit adalah sebagai 

berikut: sakit badaniah berarti ada 

tanda -tanda penyakit di badannya 

seperti panas tinggi, penglihatan 

lemah, tidak kuat bekerja, sulit 

makan, tidur terganggu, dan badan 

lemah atau sakit, maunya tiduran 

atau istirahat saja. 

Pada penyakit suanggi tidak 

ada tanda - tanda di badannya,

tetapi bisa diketahui dengan menanyakan pada yang gaib. Pada 

pasien  yang sehat, gerakannya 

lincah, kuat bekerja, suhu badan 

normal, makan dan tidur normal, 

penglihatan terang, sorot mata 

cerah, tidak mengeluh lesu, lemah, 

atau sakit - sakit badan. 

Sudarti (1987) menggambarkan 

secara deskriptif persepsi masya￾rakat beberapa daerah di negara kita  

mengenai sakit dan penyakit; 

warga   menganggap bahwa 

sakit adalah keadaan individu 

mengalami serangkaian gangguan 

fisik yang menimbulkan rasa tidak 

nyaman. Anak yang sakit ditandai 

dengan tingkah laku rewel, sering 

menangis dan tidak nafsu makan. 

pasien  dewasa dianggap sakit 

jika lesu, tidak dapat bekerja,

kehilangan nafsu makan, atau 

"kantong kering" (tidak punya 

uang).

Selanjutnya warga   meng￾golongkan penyebab sakit ke 

dalam 3 bagian yaitu : 

1. sebab   pengaruh gejala alam 

(panas, dingin) terhadap tubuh 

pasien  

2. Makanan yang diklasifikasikan 

ke dalam makanan panas dan 

dingin. 

3. Supranatural (roh, guna-guna, 

setan dan lain-lain.). 

Untuk mengobati sakit yang 

termasuk dalam golongan pertama 

dan ke dua, dapat digunakan obat￾obatan, ramuan-ramuan, pijat, 

minyak gosok, pantangan makan, 

dan bantuan tenaga kesehatan. 

Untuk penyebab sakit yang ke tiga 

harus dimintakan bantuan dukun, 

pasien  pintar dan lain-lain. Dengan 

demikian upaya penanggulangan￾nya tergantung kepada keper￾cayaan mereka terhadap penyebab 

sakit. 

Penyakit merupakan suatu 

fenomena kompleks yang ber￾pengaruh negatif terhadap kehi￾dupan pasien . Perilaku dan cara 

hidup pasien  dapat merupakan 

penyebab bermacam - macam 

penyakit baik di zaman primitif 

maupun di warga   yang sudah 

sangat maju peradaban dan 

kebudayaannya. 

Ditinjau dari segi biologis 

penyakit merupakan kelainan 

berbagai organ tubuh pasien , 

sedangkan dari segi kemasya￾rakatan keadaan sakit dianggap 

sebagai penyimpangan perilaku 

dari keadaan sosial yang normatif. 

Penyimpangan itu dapat disebab￾kan oleh kelainan biomedis organ tubuh atau lingkungan pasien , 

tetapi juga dapat disebabkan oleh 

kelainan emosional dan psikososial 

individu bersangkutan. Faktor 

emosional dan psikososial ini pada 

dasarnya merupakan akibat dari 

lingkungan hidup atau ekosistem 

pasien  dan adat kebiasaan 

pasien  atau kebudayaan. 

Konsep kejadian penyakit 

menurut ilmu kesehatan ber￾gantung jenis penyakit. Secara 

umum konsepsi ini ditentukan oleh 

berbagai faktor antara lain parasit, 

vektor, pasien  dan lingkungan￾nya. Para ahli antropologi 

kesehatan yang dari definisinya 

dapat disebutkan berorientasi ke 

ekologi, menaruh perhatian pada 

hubungan timbal balik antara 

pasien  dan lingkungan alamnya, 

tingkah laku penyakitnya dan cara 

- cara tingkah laku penyakitnya 

mempengaruhi evolusi kebu￾dayaannya melalui proses umpan 

balik 

Penyakit dapat dipandang 

sebagai suatu unsur dalam ling￾kungan pasien , seperti tampak 

pada ciri sel-sabit (sickle-cell) di 

kalangan warga   Amungme, 

suatu perubahan evolusi yang 

adaptif, yang memberikan imunitas 

relatif terhadap malaria. Ciri sel 

sabit sama sekali bukan ancaman, 

bahkan merupakan karakteristik 

yang diinginkan sebab   mem￾berikan proteksi yang tinggi ter￾hadap gigitan nyamuk Anopheles. 

Bagi warga   Amungme di 

Papua, penyakit dapat merupakan 

simbol sosial positif, yang diberi 

nilai -nilai tertentu. 

Etiologi penyakit dapat di￾jelaskan melalui sihir, tetapi juga 

sebagai akibat dosa. Simbol sosial 

juga dapat merupakan sumber 

penyakit. Dalam peradaban 

modern, keterkaitan antara simbol￾simbol sosial dan risiko kesehatan 

sering tampak jelas, misalnya 

remaja mengonsumsi narkoba. 

Penelitian-penelitian dan teori￾teori yang dikembangkan oleh 

para antropolog seperti perilaku 

sehat (health behavior), perilaku 

sakit (illness behavior) perbedaan 

antara illness dan disease, model 

penjelasan penyakit (explanatory 

model ), peran dan karir sepasien  

yang sakit (sick role), interaksi 

dokter-perawat, dokter-pasien, pe￾rawat-pasien, penyakit dilihat dari 

sudut pasien, membuka mata para 

dokter bahwa kebenaran ilmu 

kedokteran modern tidak lagi 

dapat dianggap kebenaran absolut 

dalam proses penyembuhan. Perilaku sakit diartikan sebagai 

segala bentuk tindakan yang 

dilakukan oleh individu yang 

sedang sakit agar memperoleh 

kesembuhan, sedangkan perilaku 

sehat adalah tindakan yang 

dilakukan individu untuk meme￾lihara dan meningkatkan kese￾hatannya, termasuk pencegahan 

penyakit, perawatan kebersihan 

diri, penjagaan kebugaran melalui 

olah raga dan makanan bergizi.

Faktor Pemilihan Pengobatan 

Modern Dan Tradisional

Pengobatan alternatif meru￾pakan salah satu cara penyem￾buhan yang dianggap sebagai hal 

yang biasa di warga   

Amungme. Memang ada masya￾rakat yang pernah coba sekurang￾kurangnya satu kali dan ada yang 

belum pernah sama sekali, akan 

tetapi sudah tahu dari pasien  lain 

yang pernah. Kepopuleran pengo￾batan tertentu tergantung pada 

bermacam-macam faktor. Faktor￾faktor ini berdasar  alasan￾alasan mengapa sesepasien  me￾milih atau tidak memilih suatu jenis 

pengobatan. Faktor-faktor ter￾sebut adalah pengaruh ekonomi, 

kepercayaan dan budaya, sosial 

dan demografis, agama, geografi 

dan pribadi.

Penyuluhan ini   diharap￾kan akan memberikan penge￾tahuan yang baik kepada masya￾rakat sehingga dapat merubah 

perilaku warga   yang di￾anggap tidak sehat menjadi 

tertarik untuk menerapkan perilaku 

sehat secara modern.

Sebagian besar warga   

mengatakan pengobatan alternatif

lebih aman dari pengobatan medis 

serta faktor pendidikan juga 

berpengaruh di mana warga   

Distrik Alama memiliki penge￾tahuan rendah yang mempe￾ngaruhi persepsi dan sikap 

warga  . Pendidikan berpe￾ngaruh terhadap sikap sesepasien  

yang memiliki pengetahuan baik 

akan bersikap baik pula. Persepsi￾persepsi warga   terhadap 

pengobatan tradisional antara lain 

berupa anggapan warga   bah￾wa pengobatan tradisonal sering 

bertentangan dengan keyakinan 

agama, kurang berkhasiat, tidak 

ilmiah dan sebagainya akan 

berdampak pada sikap yang tidak 

mendukung atau negatif terhadap 

penggunaan pengobatan trade￾sional oleh warga  . Sedangkan 

anggapan-anggapan yang positif, 

misalnya pengobatan tradisonal

terbukti berkhasiat di kalangan warga   umum yang lebih 

murah dan efisien. warga   

lebih banyak memakai   obat 

tradisional secara turun temurun 

sebab   diwariskan oleh pasien  tua 

mereka, maka persepsi ini   

membentuk sikap positif pada diri 

warga  , yaitu mereka memiliki 

kecenderungan memakai   

pengobatan alternatif ini  .

Alasan warga   Amungme 

Menerima Dan Memakai 

Pengobatan Tradisional

Pengambilan keputusan ma￾syarakat dalam memakai pengo￾batan tradisional melalui beberapa 

proses mulai dari proses tahu, 

keuntungan, kerugian dan seba￾gainya. Kemudian warga   

memberikan respon. Setelah 

memberikan responnya masya￾rakat akan memilih untuk memakai 

atupun tidak memakai pengo￾batan.

1. Kepercayaan dan Sugesti

Faktor kepercayaan atau 

sugesti dalam hal ini dapat 

mempengaruhi sesepasien  untuk 

memilih pengobatan tradisional. 

Adanya kepercayaan yang kuat 

yang sudah turun-menurun dari 

nenek myang dan sugesti dari 

pihak luar meyakinkan pandangan￾nya dan anggapan yang positif 

serta menambah keyakinannya 

terhadap pengobatan tradisional 

sehingga mempengaruhi sese￾pasien  untuk memakai pengobatan 

tradisional.

2. Tingkat Kesembuhan

Keberhasilan atau tingkat

kesembuhan yang cepat pada 

pengobatan tradisional menjadi 

alasan warga   untuk memilih 

pengobatan tradisional.

3. Biaya Pengobatan Murah

Pengobatan tradisional yang 

tidak pernah mematok harga/ tarif 

dalam biaya pengobatan yang 

diberikan oleh juru sembuh men￾jadi alasan warga   memakai 

pengobatan tadisinal. Walaupun 

pemerintah sudah menyediakan 

layanan kesehatan baik melalui 

BJS, KIS dan suransi lainnya.

4. Rasa Takut Terhadap 

Pengobatan Medis

Banyak hal yang sering 

warga   Amungme pertim￾bangkan dalam memilih cara untuk 

menyembuhkan sakit yang di￾deritanya atau yang sedang 

diderita anggota keluarganya. 

Adanya pengobatan tradisional ini 

merupakan suatu alternatif bagi 

warga   yang takut dengan 

berbagai pengobatan medis sehingga pengobatan tradisional 

dijadikan alernatif untuk dipakai 

sebab   tidak malalui proses 

operasi.

5. Transportasi dan tenga 

kesehatan yang tidak memadai

Faktor infrastruktur yang ada di 

wilayah Distrik Alama baik trans￾portasi dan penyediaan tenaga 

kesehatan. Jalan yang ada sangat 

minim, untuk menempuh per￾jalanan ke fasilitas kesehatan yang 

di sediakan pemerintah seperti 

Puskesmas dan rumah sakit harus 

di tempuh dengan jalan kaki 

berjam-jam dan naik pesawat. 

Untuk naik pesawat harus 

menunggu jadwal penerbangan ke 

kota kabupaten.

Tipe Pengobat Tradisional 

warga   Amungme

Dukun atau pasien  pintar juga

tempat tujuan warga   untuk 

mencari pengobatan seperti mau 

melahirkan atau terkena guna￾guna dan kemasukan roh halus.

Dukun atau pasien  pintar adalah

pengobat tradisional yang

biasanya suka menolong sesama

dan memiliki kemampuan dan

pengetahuan esoterik yakni

keahlian supernatural dan 

kekuatan magis (Ahimsa, 2006:43).

Dukun biasanya memiliki

kedudukan sosial di warga  , 

sebab   dianggap mampu

memberikan pertolongan dengan 

imbalan jasa seadanya, namun ada 

syarat tertentu. Ciri-ciri dukun

umumnya berasal dari pasien  biasa,

pendidikan rendah, tidak komersiil

mencari uang sebab   tujuan untuk 

menolong sesama, punya 

pekerjaan tetap, dan ilmu yang 

diperoleh biasanya dari keturunan, 

lewat mimpi, wahyu dan lain lain.

Pada beberapa kategori dukun 

pada warga   Amungme yang 

memiliki   perbedaan fungsi.

1. Moweme

Dukun bayi merupakan tempat

tujuan pasien  yang melahirkan, pijat 

lelah bayi atau pijat lelah ibu bayi.

Dukun tulang (patah tulang)

merupakan tempat tujuan pasien 

keseleo (terkilir), jatuh, patah

tulang atau salah urat. Dukun yang 

mengobati melalui ramuan￾ramuan tradisional warisan nenek 

moyang

2. Tawunamor Mame

Dukun mantra pasien  yang

terkena guna-guna atau dibuat

pasien , dan pasien  yang kemasukan

roh halus misalnya kesurupan atau 

terkena suwanggi (kena kutuk sebab   melanggar pantangan).

Sedangkan beberapa penyakit 

yang dianggap berat oleh masya￾rakat Amungme adalah jantung, 

paru, tumor, kanker, ginjal, tipus

dan penyakit-penyakit lain yang 

memerlukan operasi atau kece￾lakaan. Untuk penyakit ini  ,

biasanya mencari sumber pengo￾batan modern pada puskesmas 

atau rumah sakit yang ditangani

oleh dokter, juru rawat, atau mantri 

kesehatan. Namun dalam Kenya￾taannya, warga   sebelum

mencari sistem pengobatan mo￾dern terlebih dahulu meng￾gunakan pengobatan tradisional. 

Jika belum sembuh juga, baru 

dibawa ke puskesmas atau rumah 

sakit. 

3. Inkupin

Dukun yang memiliki ke￾mampun supranatural yang ber￾kaitan dengan alam baik itu 

memanggil atau memindahkan 

hujan, hama tikus, badai dan 

pandemi sebab   melanggar hukum 

alam. Untuk menetralisir atau 

menyembuhkan harus dilakukan 

ritual-ritual adat.

Kesimpulan

berdasar  rumusan masalah 

yang menjadi permasalahan dalam 

penelitian ini, maka dapat ditarik 

kesimpulan bahwa:

Perilaku warga   Amungme 

menunjukkan bahwa tidak semua 

warga   memakai pengobatan 

tradisional. Proses pengambilan 

keputusan warga   pada pe￾ngobatan tradisional diawali dari: 

pertama warga   mengenal 

pengobatan tradisional sebagai 

pengobatan alternatif, dimana 

warga   mengatahui pengo￾batan ini   dari warisan leluhur 

(kepercayaan suku Amungme) atau

dari mulut ke mulut. Kemudian 

warga   memberikan respon 

positif dan negatif setelah me￾ngetahui adanya pengobatan tra￾disional. Setelah itu warga   

mencari informasi dan melakukan 

berbagai pertimbangan sebelum 

akhirnya memutuskan untuk 

memakai atau bahkan menolak 

pengobatan tradisional. Masya￾rakat yang memutuskan untuk 

menerima pengobatan tradisional 

akan datang dan memakai 

pengobatan ini  , sebaliknya 

sebagian warga   memutuskan 

untuk tetap datang pada pengo￾batan medis. Sampai pada proses 

terakhir warga   memberikan 

konfirmasi dari pelaksanaan me￾makai pengobatan tradisional..