Minggu, 12 Oktober 2025

Pengobatan tradisional 2

 










pengobatan tradisional 


berdasar  hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa selain mendatangi layanan kesehatan 

yang ada, mereka juga percaya dengan pengobatan tradisional (dukun atau penyembuh). Hal 

ini   untuk memperoleh kesembuhan setelah upaya penyembuhan medis belum membuahkan 

hasil. Selain itu, dapat diketahui bahwa pemilihan penyembuhan baik melalui medis maupun 

alternatif tergantung dari bagaimana warga   mempersepsikan sakit yang dialami, dan resiko 

apa yang nantinya akan diterima sebagai konsekuensi dari penyakit yang sedang dialaminya. warga   desa Jeru memandang orang yang sehat dan sakit yaitu   orang yang merasakan 

ada dan tidak adanya gangguan dalam tubuh ketika melaksanakan aktivitasnya. Seseorang akan 

merasa sehat apabila tidak ada keluhan yang dirasakan dalam dirinya, sedangkan sakit yakni 

kondisi yang membuat tubuh harus banyak istirahat dan tidak mampu menjalankan aktivitas 

seperti biasanya. Alasan dipilihnya metode penyembuhan yang tepat yakni berdasar  

kepercayaan, tingkat keparahan sakit, dan penyebab timbulnya penyakit.

Ada dua faktor utama yang menentukan perilaku sakit yakni persepsi atau definisi indvidu tentang 

suatu situasi atau penyakit, serta kemampuan individu untuk melawan serangan penyakit 

ini   dengan sebuah tindakan. Tindakan awal sebelum dipilihnya antara penyembuhan 

tradisional atau penyembuhan medis yakni pengobatan sendiri, seseorang akan berupaya mengatasi 

keluhannya dengan cara minum jamu, maupun membeli obat di warung atau di apotek. Jika 

dirasa penyakitnya semakin parah, barulah seseorang yang sakit ini   mencari upaya 

penyembuhan lain, yakni antara ke pengobatan alternatif, atau ke pengobatan medis. Pengobatan 

alternatif merupakan tindakan terakhir jika dirasa penyakit yang diderita sudah tidak bisa 

disembuhkan melalui pengobatan sendiri maupun pengobatan medis.

Faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk menentukan metode pengobatan yang tepat yaitu   

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari diri seseorang yang menginginkan 

kesembuhan dan support keluarga, sedangkan faktor eksternal berasal dari pengalaman orang-orang 

atau warga   di sekitar yang pernah menderita penyakit yang sama, dan penyembuhan mana 

yang telah menyembuhkannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan dokter dan 

penyembuh berbeda, penyembuh memiliki kemampuan yang “lebih” untuk menyembuhkan penyakit 

yang tidak bisa disembuhkan oleh dokter. Namun keberadaan penyembuh (dukun) dan dokter 

menjadi hal yang penting sebagai sarana menyembuhkan penyakit bagi warga  , keduanya 

saling terkait dan saling membutuhkan satu sama lain.




Setiap manusia pada hakikatnya ingin terhindar dari gangguan apapun, salah satunya yaitu   

kondisi abnormalitas atau keadaan yang memicu   seseorang sakit. Hidup sehat merupakan 

suatu jaminan untuk dapat bekerja dan memenuhi kebutuhan. Sehat merupakan suatu keadaan 

yang sangat dibutuhkan semua orang, jika seseorang berada dalam situasi sakit, maka ia akan 

mengalami kendala-kendala dalam melakukan aktivitas sehari-hari 

Agar selalu dalam kondisi tubuh yang sehat itulah, maka manusia senantiasa berusaha 

semaksimal mungkin untuk menjaga kesehatan, baik kesehatan yang bersifat individu atau 

pribadi, maupun kesehatan yang bersifat umum, yakni menyangkut lingkungan sekitarnya. Sebab 

antara kesehatan pribadi dengan kesehatan lingkungan saling mempengaruhi secara timbal balik. 

Semakin banyak manusia yang memperhatikan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dirinya, 

maka akan semakin baik pulalah kesehatan warga  , begitu juga sebaliknya (Entjang 

1993:19).

Upaya seseorang untuk mendapatkan kesehatan merupakan suatu pranata khusus yang terus 

dipelihara dan dikembangkan pada masa primitif, pemahaman dan kepercayaan tentang kesehatan 

dipengaruhi budaya dan peradaban primitif pula   Budaya

manusia tentang kesehatan juga berkembang, lebih lanjut dijelaskan Foster dan Anderson bahwa 

pemahaman warga   tentang kesehatan berpengaruh terhadap tindakan yang dilakukannya.

Tingkah laku manusia dalam menghadapi masalah kesehatan bukanlah suatu tingkah laku yang 

acak (random behaviour), tetapi suatu tingkah laku yang selektif, terencana, dan terpola dalam 

suatu sistem kesehatan yang merupakan bagian integral dari budaya warga   yang 

bersangkutan. Tingkah laku yang selektif ini   merupakan suatu strategi adaptasi sosial￾budaya yang timbul sebagai respon terhadap ancaman penyakit. Perilaku ini   terpola dalam 

pranata sosial dan tradisi budaya yang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan 

Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan untuk menghindari ancaman penyakit 

diwujudkan dalam suatu wadah pelayanan kesehatan yang disebut sarana kesehatan. Jadi sarana 

kesehatan yaitu   tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya 

kesehatan merupakan setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang 

dilakukan oleh pemerintah dan atau warga  . Hal ini berarti bahwa peningkatan kesehatan ini, 

baik kesehatan individu, kelompok, atau warga  , harus diupayakan 

Sarana kesehatan yang berada di Desa Jeru, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang sendiri 

semakin bervariatif, terlihat dari semakin banyaknya praktik pengobatan untuk menyembuhkan 

pasien-pasiennya yang berasal dari warga   desa Jeru maupun luar desa Jeru.Pengobatan 

yaitu   suatu usaha untuk penyembuhan penyakit. Umumnya pengobatan ini dilakukan oleh 

orang yang ahli dalam menanganinya, misalnya saja tenaga medis (dokter) atau penyembuh 

(dukun). Dokter dan penyembuh yaitu   dua profesi yang amat dikenal warga  , di mana 

mereka yaitu   sebagai pekerja-pekerja sosial yang menyelenggarakan upaya penyembuhan 

seseorang dari penyakitnya, tetapi dengan memakai cara-caranya sendiri 

Dua profesi itulah yang dimanfaatkan oleh warga   desa Jeru untuk menyembuhkan 

penyakit atau mengatasi keluhan yang ada dalam dirinya.

Perilaku berobat yaitu   respon individu terhadap penyakit yang diderita, respon ini   dapat 

berupa mendatangi rumah sakit, puskesmas, praktek dokter, atau tempat-tempat lain yang dianggap dan diyakini mampu membuatnya menjadi sehat. , perilaku individu 

ditentukan oleh motif dan kepercayaannya, tanpa memperdulikan apakah motif dan kepercayaan 

ini   sesuai atau tidak dengan realitas atau pandangan orang lain. Oleh karena itu, perilaku 

pencarian pengobatan oleh warga   dipengaruhi oleh jumlah dan jenis sarana pelayanan 

kesehatan yang tersedia di sekitarnya. Pada wilayah yang banyak tersedia sarana pelayanan 

kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit pemerintah dan swasta, balai pengobatan serta 

praktek dokter, maka pilihan warga   semakin beragam untuk melakukan pencarian 

pengobatan 

Dalam sistem kepercayaan sehubungan dengan penyembuhan penyakit, peranan dukun menjadi 

penting. Menjadi penyembuh dapat diperoleh melalui belajar dan keturunan 

Dukun bukan merupakan hal yang baru, karena dukun telah menjadi salah satu alternatif yang 

menjadi pilihan dalam penyembuhan beberapa penyakit bagi warga   Jeru. Istilah dukun 

berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah lain, pada warga   Bugis dan Makassar, orang 

yang ahli mengobati penyakit secara tradisional dipanggil sanro, yang juga berarti dukun 

Masih banyak warga   yang memilih pengobatan alternatif atau tradisional sebagai langkah 

untuk menyembuhkan penyakitnya, di samping memakai   penyembuhan medis. Keberadaan 

dukun juga masih berguna bagi warga   sekitar. Bentuk kesehatan alternate (alternatif) dapat 

memenuhi kebutuhan kesehatan dari segi sosial, psikologi, dan mungkin pula organik, yang bagi 

beberapa orang tidak berhasil diperolehnya dari dokter maupun dari pelayanan kesehatan yang 

berkaitan. Dukun memiliki kemampuan tersendiri untuk menyembuhkan pasiennya, yang 

memakai   metode yang berbeda dari metode yang digunakan oleh dokter. 

Bertolak dari latar belakang di atas, penelitian ini cukup menarik, di satu sisi ingin mendeskripsikan 

apa sebenarnya yang melatari pemilihan pengobatan ke penyembuh atau dukun, sedangkan di 

sisi lain, beberapa praktik medis telah menyediakan layanan pengobatan bagi warga  . 

Penelitian ini akan membahas mengenai pemilihan penyembuhan yang tepat bagi warga   

Desa Jeru, selain itu juga akan mengetahui penyembuhan mana yang dipilih oleh dokter 

maupun penyembuh (dukun) itu sendiri ketika berada pada kondisi sakit. Hal ini untuk 

mengetahui sudut pandang pelaku pengobatan dalam memanfaatkan keterampilan yang dimilikinya.

Bagaimana warga   di desa Jeru memaknai sehat dan sakit, serta bagaimana cara mereka 

dalam mengatasi keluhan dalam kesehatannya, apa yang membuat mereka untuk memilih 

pengobatan baik secara medis maupun secara tradisional? Faktor apa saja yang mendorong untuk 

menentukan metode pengobatannya ini  ?


Metode penelitian merupakan bagian yang sangat penting karena menentukan sukses atau 

tidaknya suatu penelitian. Metode penelitian yaitu   cara yang digunakan untuk mengumpulkan 

data di dalam penelitian. Adapun bentuk penelitian ini yaitu   penelitian lapangan atau field 

research. Penelitian ini memakai   pendekatan kualitatif yang sifatnya deskriptif, yakni 

dengan mendeskripsikan fenomena yang diteliti secara mendalam mengenai pemilihan upaya 

penyembuhan penyakit antara penyembuhan alternatif atau penyembuhan medis di Desa Jeru, 

Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang.

Penelitian ini dilakukan pada satu tempat, yakni di desa Jeru, kecamatan Tumpang, Kabupaten 

Malang. Dipilihnya lokasi ini sebagai lokasi penelitian disebabkan karena di desa ini masih 

ditemukan sistem pengobatan tradisional, dan masih terdapat beberapa dukun yang memiliki 

keahlian khusus yang banyak dikunjungi oleh warga  . Di desa ini, pengobatan dalam upaya 

penyembuhan penyakit yang dipergunakan warga   bervariasi, ada yang memilih ke dokter, 

ada pula yang memilih pengobatan melalui dukun. warga   Jeru termasuk warga   homogen, meskipun mata pencaharian warga  nya bervariatif. Di Desa Jeru masih bisa 

ditemukan beberapa tenaga medis dan beberapa penyembuh.

Menurut informasi yang didapatkan dari warga   setempat, penyembuh yang ada di Desa Jeru 

ini bervariatif, terdiri dari dukun pijat, dukun bayi, dukun jowo, maupun dukun prewangan. Tenaga 

medis terdiri dari satu dokter, satu bidan, dan dua mantri.Informan kunci dipilih berdasar  

kemampuan menyembuhkan pasien yang paling diminati dan dipercaya warga  , difokuskan 

kepada Mbah Su dan dokter Awan, keduanya memiliki kemampuan tersendiri yang dipercaya 

oleh warga   untuk mengatasi keluhan yang dideritanya. Mbah Su menjadi penyembuh sejak 

tahun 1960-an, ia menyembuhkan penyakit melalui media daun sirih, kemenyan, dan kembang 

telon. DokterAwan merupakan tenaga medis yang lebih berpengalaman dan lebih dipercaya 

banyak pasien dibandingkan dengan tenaga medis lain yang berada di Desa Jeru.Informan dalam 

penelitian ini terdiri atas 24 informan, yakni Penyembuh/dukun: Mbah Su, pengguna jasa 

penyembuh/dukun, Pak Rusdi, Bu Siti, Pak Amed, Bu Tumi, dan Pak Edi; keluarga pengguna jasa 

dukun: Bu Sunah, Pak Obin, Ardi, Pak Santo, dan Bagas; dokter: Pak Awan; pasien: Pak Bagio, Bu 

Marmi, Rio, Pak Wari, dan Samsul; Keluarga pasien: Bu Sami, Narto, Pak Rino, Pak Nardi, dan Pak 

Sugik, keluarga dokter dan penyembuh: Yanti dan Bu Rurin.

Teknikyang digunakan untuk mengambil data yaitu   cara pengamatan (Observation) dan 

wawancara (Interview), dari pengamatan dan wawancara mendalam terhadap informan kunci akan 

menghasilkan data primer. Melalui teknik observasi akan menemukan hal-hal yang sebelumnya 

belum atau tidak diungkapkan oleh mereka selama proses wawancara.Pendekatan etnografi yang 

digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model pendekatan emik, yakni memandang 

fenomena-fenomena sosial budaya atas dasar sudut pandang warga   yang menjadi objek 

kajian. Penelitian ini juga memakai   pendekatan etnografi yang bersifat holistik-integratif, 

yang bertujuan untuk mendapatkan data atas dasar native’s point of view 

Data dari hasil observasi dan wawancara dilanjutkan dengan proses analisis. Analisis yaitu   

proses menyusun data agar bisa ditafsirkan. Menyusun data berarti menggolongkannya dalam 

pola, tema atau kategori. Tafsiran dan interpretasi untuk memberikan makna pada analisis, 

menjelaskan pola atau kategori dan mencari hubungan antara berbagai konsep 

Menurut Huberman dan Miles (Denzin dan Lincoln 2009) analisis data terdiri dari tiga sub 

proses yang saling terkait, yakni reduksi data, penyajian data, dan pengambilan keputusan atau 

verifikasi.

Penyembuhan di Desa Jeru 

Ada beberapa praktek penyembuhan yang berada di desa Jeru, baik penyembuhan non-medis 

atau alternatif, maupun penyembuhan medis. Kedua macam penyembuhan ini  lah yang 

dimanfaatkan oleh warga   untuk menyembuhkan penyakit maupun keluhan yang 

dideritanya. Penyembuhan ini   antara lain: Penyembuhan alternatif atau penyembuhan non￾medis yang ada di desa Jeru terdiri dari penyembuhan dengan bantuan dukun atau bisa disebut 

penyembuh. Menurut informasi yang didapatkan dari warga   setempat, penyembuh yang 

ada di desa Jeru ini bervariatif, terdiri dari dukun pijat, dukun bayi, dukun jowo, maupun dukun 

prewangan. Menurut keterangan dari salah satu orang yang sudah tua di desa Jeru (Mbah Tun), 

dulu banyak dukun atau penyembuh yang berada di desa ini, namun setelah mereka meninggal, 

tidak ada sanak saudara yang mau meneruskan keahliannya karena ilmunya terlalu berat atau 

dalam bahasa Jawa berarti abot.

Suwati dan Siamah yaitu   dukun bayi, namun karena Suwati sudah tua dan sakit-sakitan, 

sehingga ia sudah tidak bisa melakukan aktivitas sebelumnya sebagai dukun bayi. Sedangkan Siamah hingga saat ini masih exis sebagai seorang dukun bayi, ia juga bisa nyuwuk, nyiwer, dan 

pelarisan. Misalnya saja ketika ada bayi yang menangis tiada henti namun tidak mengeluarkan air 

mata, Siamah bisa menyembuhkan bayi ini   agar bisa tenang kembali. Ia juga membantu nerang 

udan, serta membantu seseorang yang menginginkan dagangannya laris.Penyembuh yang ketiga 

bernama Dasri, ia yaitu   dukun pijat. Ia biasa memijat orang-orang yang mengeluh sakit di 

badannya, seperti pegal-pegal, linu, dan meriang. Supri juga seorang dukun pijat, namun 

perbedaannya dengan Dasri, ia biasa disebut sangkal putung, yakni seseorang yang menyembuhkan 

keluhan di bagian tulang maupun organ geraknya yang mengalami cidera atau patah. Misalnya 

ia menyembuhkan seseorang yang cidera setelah mengalami kecelakaan, patah tulang, maupun salah 

urat.

Dukun prewangan yang berada di desa Jeru bernama Supik. Ia biasa membantu seseorang 

untuk melihat barang-barang yang hilang, mengetahui seseorang yang mengambil barang-barang 

orang lain, membuat seseorang jatuh cinta kepada orang yang lain, dan sebagainya. Cara ia 

melakukan prewangan juga unik. Ketika ada seseorang yang datang ke rumahnya, ia 

mengajaknya ke dalam kamar. Tamunya ini   sebelumnya diperingatkan agar jangan kaget 

atau terkejut, dan tidak perlu kromo atau memakai   bahasa Jawa yang sopan. Setelah itu, 

Supik nggedruk-nggedruk bantal atau meja sebanyak tiga kali, lalu ia disusupi oleh roh bernama 

Ning. Ning yaitu   seorang anak kecil, seketika itu Supik berubah suara. Jadi ia melakukan 

prewangan ini   dengan bantuan roh yang menyusupi dirinya.

Dari sekian penyembuhan non-medis atau penyembuhan alternatif yang berada di desa Jeru di 

atas, fokus penyembuhan alternatif yaitu   penyembuhan yang dilakukan oleh mbah Su. 

Pemilihan mbah Su sebagai informan utama dikarenakan ia sudah menyembuhkan berbagai 

penyakit sejak beberapa puluh tahun yang lalu, tepatnya sekitar tahun 60-an. Pengguna jasa 

penyembuhan mbah Su juga banyak, terdiri dari warga   Jeru sendiri, maupun orang-orang di luar 

desa ini. Metode penyembuhannya yakni melalui kembang, kemenyan, dan suruh atau daun sirih. 

Gaman yang dimilikinya berupa cincin dan keris, kedua gaman itulah yang membantu mbah 

Su menyembuhkan penyakit maupun keluhan lainnya yang dialami oleh “pasien” atau pengguna 

jasanya. 

Dari segi sosiologi, orang yang sedang sakit mempunyai peran (roles), yang mencakup hak￾haknya (rights), dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Menurut Becker, hak dan 

kewajiban orang yang sedang sakit yaitu   merupakan perilaku peran orang sakit (the sick role 

behaviour). Perilaku peran orang sakit antara lain 

(a) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan; (b) tindakan untuk mengenal atau mengetahui 

fasilitas kesehatan yang tepat untuk memperoleh kesembuhan; (c) Melakukan kewajibannya 

sebagai pasien antara lain mematuhi nasihat-nasihat dokter atau perawat untuk mempercepat 

kesembuhannya. (d) Tidak melakukan sesuatu yang merugikan bagi proses penyembuhannya; 

(e)Melakukan kewajiban agar tidak kambuh penyakitnya, dan sebagainya; 

Perilaku warga   dipengaruhi oleh kepercayaan warga   terhadap kesehatan. Model 

kepercayaan kesehatan (The Health Belief Model) menjadi dasar dalam perilaku warga   

ini, dengan variabel-variabel pada kerangka teorinya yaitu   persepsi terhadap kerentanan (perceived 

susceptibility), persepsi terhadap keseriusan sakit (perceived severity), persepsi terhadap manfaat dan 

rintangan-rintangan (perceived benefits and barriers), serta isyarat atau tanda-tanda pendorong 

Dalam teori penyakit tradisional umpamanya disebutkan sebab itu, antara lain, karena orang 

ini   telah melanggar pantangan (taboo) atau telah terjadi gangguan keseimbangan antara 

unsur panas dan dingin dalam tubuh, sedangkan dalam teori penyakit modern dinyatakan 

bahwa seseorang itu jatuh sakit karena daya tahan tubuhnya telah berkurang dalam menghadapi 

agen (perantara) penyakit seperti bakteri dan virus. Dengan kata lain, sistem teori penyakit ini 

berkenaan dengan klasifikasi dan keterangan sebab-akibat penyakit , konsep penyakit atau etiologi penyakit terdiri dari sistem 

personalistik dan sistem naturalistik. Sistem personalistik ialah penyakit yang dipercaya disebabkan 

oleh sesuatu hal di luar si sakit seperti akibat gangguan gaib seseorang (guna-guna), jin, 

makhluk halus, kutukan, dan sebagainya, sedangkan sistem naturalistik yaitu   penyakit yang 

disebabkan oleh sebab alamiah seperti cuaca dan gangguan keseimbangan tubuh (Yin-Yang).

J. Young (1980) membuat model perilaku tentang “pilihan berobat”, di mana adaptasi lintas budaya 

yang terdapat dalam model kepercayaan kesehatan (health believe model) digunakan untuk 

menjelaskan pengambilan keputusan tentang pengobatan. Perumusan Young (1980) meliputi 4 unsur 

utama, yakni daya tarik atau gravity, pengetahuan tentang cara-cara penyembuhan popular, 

kepercayaan, dan kemudahan.

berdasar  tiga konsep di atas, yang diawali dengan takaran pemikiran oleh setiap individu, 

didukung oleh kepercayaan, dengan melihat jenis penyakit dan penyebab dari timbulnya 

penyakit yang dirasakan, pada akhirnya akan mengarah pada pemilihan penyembuhan yang 

tepat dan sesuai.

Penyembuhan medis

Penyembuhan medis terdiri dari beberapa praktik medis yang dibuka di desa Jeru, kecamatan 

Tumpang, Kabupaten Malang, baik praktik dokter, mantri, maupun bidan. Praktik penyembuhan 

medis yang ada di desa Jeru antara lain: Ada satu praktek bidan yang berada di desa Jeru, yakni bidan 

Ida. Bidan Ida pula yang menjadi tenaga medis di Polindes yang terletak di Balai Desa Jeru. 

Bidan Ida biasa membantu orang-orang yang melahirkan, memeriksa kesehatan ibu hamil dan 

anak-anak, maupun orang-orang yang memiliki keluhan penyakit ringan seperti pusing, batuk, dan 

sebagainya.Ada dua praktik mantri atau perawat yang terletak di Jeru gang III, yakni mantri 

Agung dan mantri Bunga. Kedua mantri ini yaitu   sepasang suami istri, dan membuka praktik 

di rumahnya. Seperti halnya praktik yang dilakukan oleh bidan Ida, mantri Agung dan Bunga 

juga menyembuhkan beberapa penyakit ringan seperti pusing, mag, batuk, dan sebagainya. 

Namun dari beberapa informasi yang diperoleh dari warga   di desa Jeru yang pernah 

periksa ke kedua mantri ini  , mereka tidak puas dengan hasil pemeriksaan medis yang 

dilakukan oleh mereka. Diagnosa yang dilakukan sering salah. Kesalahan ini   antara lain 

kesalahan tensi, ada yang dinyatakan darah tinggi, namun ketika periksa di apotek ternyata 

sebaliknya. Jadi ada beberapa warga   yang merasa tidak cocok dan tidak percaya dengan 

hasil diagnosa kedua mantri ini  . Selain membuka praktik di rumahnya, mantri Agung juga 

melayani pasien melalui telepon atau panggilan, jika ada yang membutuhkan pertolongannya, maka ia 

akan datang ke rumah pasien.

Selain itu, ada praktik dokter gigi yang terletak di Jalan Raya Jeru, milik drg. 

Hida.Praktek dokter gigi ini berdiri mulai tahun 2011. Dokter Hida membantu menyembuhkan 

pasien yang menderita penyakit gigi, seperti mencabut gigi, menambal gigi, dan sebagainya.Dari 

beberapa praktik medis yang berada di desa Jeru seperti yang disebutkan di atas, fokus 

peyembuhan medis dalam penelitian ini yaitu   praktik dokter Awan. Pemilihan praktik dokter 

Awan yang dijadikan sebagai informan utama karena praktiknya telah berlangsung lama, dengan 

pengalaman yang lebih banyak, dan juga dengan pasien yang lebih banyak dibandingkan dengan 

praktek medis yang lain. Metode penyembuhan yang digunakan juga unik dan menarik, selain 

memakai   metode yang memakai   berbagai alat medis, dokter Awan juga memakai   

metode penyembuhan melalui do’a.

Antara Mbah Su dan dokter

Jika anggota keluarganya ada yang sakit, biasanya mbah Su mencoba menyembuhkannya 

sendiri, biasanya didamoni atau dipijat, tergantung keluhannya masing-masing. “tapi wong iku gak 

iso ngilangi klilipe dewe. Aku yo gak iso marasno aku dewe. Lek aku ngroso awakku gak penak yo tak posoni (namun seseorang itu tidak bisa menghilangkan sakitnya sendiri. Saya juga 

tidak bisa menyembuhkan diriku sendiri.Jika saya merasa tidak enak badan, saya atasi dengan 

berpuasa)”, itulah yang dikatakan oleh mbah Su. Meskipun ia seorang penyembuh, namun ia juga 

tidak bisa menyembuhkan dirinya sendiri, tentu saja ia membutuhkan orang lain untuk 

menyembuhkannya. Sudah beberapa tahun terakhir, mbah Su terkena penyakit stroke, berawal 

ketika ia jatuh di kamar mandi, sehingga tubuhnya yang sebelah kanan tidak bisa digerakkan atau 

bisa dibilang mati separo. 

“Aku pirang-pirang tahun iki mesti ngombe obat, aku golek tombo nang dokter. Yo 

mesti tah aku percoyo nang dokter. Wingenane pirang-pirang dino wetengku loro, aku 

njaluk mantuku nakokno nang wong pinter ndek kulon iku. Jarene kenek buyutku, wonge 

njaluk 400 ewu gawe nyabut jalaran ndek wetengku. Lha lapo aku ngetokno duwik 

sakmono gawe ngono iku. Ancen dasare wonge ilmune sek ndek isorku, aku gak 

percoyo nang wak Pari iku. Aku lek loro yo mesti nang dokter. Aku luwih percoyo 

nang dokter timbang nang wong-wong pinter ngono iku. Aku nang dokter yo wis penak 

an, masio durung iso waras 100%.”

(beberapa tahun ini saya selalu minum obat, saya mencari kesembuhan ke dokter. Tentu saja 

saya percaya kepada dokter. Beberapa hari yang lalu saya mengeluh sakit perut, lalu saya meminta 

kepada menantu saya untuk mendatangi orang “pintar” di sebelah barat rumahnya. Kata orang 

ini   saya terkena nenek buyut saya, lalu ia meminta 400 ribu sebagai ganti untuk 

menghilangkan penyebab penyakit yang menyerang bagian perut saya. Saya pikir untuk apa saya 

mengeluarkan uang sebanyak itu untuk hal seperti itu. Emang dasarnya orang ini   memiliki 

kemampuan di bawahku, saya tidak percaya kepada Pak Pari itu. Kalau saya sakit, saya selalu ke 

dokter. Saya lebih percaya kepada dokter daripada orang “pintar” seperti itu. Setelah saya ke 

dokter, saya merasa lebih baikan, meskipun belum sembuh 100%).

Meskipun mbah Su yaitu   penyembuh tradisional (penyembuh alternatif), namun ia lebih percaya 

kepada dokter untuk menyembuhkan penyakit yang ia derita. Selain penyebab penyakitnya lebih 

jelas, obat yang diberikan oleh dokter dirasa lebih manjur dan memberikan efek yang bisa dirasa 

lebih cepat. Sebelumnya ia juga pernah mencari kesembuhan kepada penyembuh lain, namun karena 

mbah Su merasa ilmu yang dimiliki orang lain ini   masih di bawahnya, maka ia tidak 

percaya dengan hasil penerawangannya. Ia lebih percaya kepada diagnosa dokter, jadi selama 

beberapa tahun ini, mbah Su berobat ke dokter. Bahkan ia juga pernah dirawat di puskesmas karena 

penyakit lambung.

Beberapa anggota keluarga Mbah Su mendukung pemilihan penyembuhan ke mbah Su. Pak Rusdi 

dan keluarganya percaya dan yakin bahwa Pak Rusdi akan sembuh, dan kesembuhan ini   

ternyata diperolehmelalui perantara mbah Su. Proses pengobatan yang diterima pak Rusdi 

yakni dipijat, lalu didamoni dengan memakai   mantra Jawa. Mbah Su tidak mengungkapkan 

do’a atau mantra apa yang digunakan, mbah Su juga menjelaskan bahwa mantra ini   tidak 

boleh diberitahukan kepada siapapun, baik keluarga maupun orang lain, karena bersifat rahasia.

Informan selanjutnya yang memakai   jasa penyembuhan Mbah Su yaitu   bu Siti dan Pak 

Amed, kedua informan ini   mengalami keluhan yang sama, yakni perutnya membesar. 

Sebelum disembuhkan oleh mbah Su, bu Siti telah melakukan upaya penyembuhan kemana￾mana, baik penyembuhan medis maupun alternatif. ”aku biyen iku loro nemen nduk, wetengku 

gede. Wes golek tombo nandi-nandi tapi pancet ae, ganok olehe, sampek ping 39. Aku kaet ketemu 

mbah Su iku ndek pasar, kene podo nduwe bedak e. Mbah Su iku wong seng ke-40, alhamdulillah 

nemu jodone. Waras nduk mari nombo nang wonge”. (saya dulu sakit parah, perut saya membesar. 

Sudah mencari obat kemana-mana tetapi nihil, hingga 39 kali mencari penyembuh. Pertama kali saya 

bertemu mbah Su itu di pasar, kami sama-sama memiliki toko. Mbah Su itu orang ke-40, 

Alhamdulillah bertemu obatnya. Sembuh mbak setelah diobati mbah Su).

Sebelum melakukan penyembuhan, terlebih dulu mbah Su menerawang penyakit atau penyebab

keluhan yang dialami oleh “pasien”, apakah penyakitnya termasuk penyakit ringan, atau penyakit 

berat yang sulit untuk disembuhkan. Mbah Su mengetahui hal ini   melalui daun sirih, kemenyan, keris, dan cincin yang 

digunakannya. Menurut keterangan dari mbah Su, sambil mengucapkan mantra ataupun do’a￾do’a tertentu, daun sirih yang dipegangnya ini   seolah-olah ada tulisannya, meliputi penyebab 

dan penawar untuk menyembuhkan penyakit yang diderita oleh “pasien”, “sakdurunge ono wong 

mertombo rene, aku iku wes eruh tombo ambek obate. Aku eruh iku yo tekok mimpi (sebelum 

ada orang yang mencari kesembuhan disini, saya sudah mengetahui penyakit dan obatnya apa. 

Saya mengetahuinya melalui mimpi)” begitu ulasan mbah Su. 

Kebanyakan penyakit yang diderita oleh pengguna jasa Mbah Su yaitu   penyakit yang tergolong 

dalam etiologi personalistik, yakni penyakit yang timbul karena adanya unsur yang tidak 

terlihat.Setelah sembuh, tetangga bu Siti yang bernama pak Amed mengeluh penyakit yang 

sama, yakni perutnya membesar. Bu Siti pun merekomendasikan pak Amed untuk mertombo 

(mencari kesembuhan) ke mbah Su, siapa tahu mendapatkan kesembuhan sepertinya, karena 

sebelumnya bu Siti juga menderita penyakit yang sama. Bu Siti dan Amed sama-sama 

mendapatkan dukungan dari keluarga, karena anggota keluarganya pun menginginkan 

kesembuhan seperti sedia kala. Anggota keluarga keduanya juga mengantarkan berobat ke mbah Su, 

ketika itu, bu Siti dan pak Amed diantarkan oleh anaknya.

Meskipun sudah sembuh, tapi hingga saat ini keduanya masih sering mengunjungi mbah Su, tidak 

jarang mereka mengajak saudara maupun tetangga yang lain, baik untuk mencari ksembuhan, minta 

pelarisan, cari jodoh, ingin memiliki keturunan, dan sebagainya. 

Informan keempat yakni bu Tumi, ia berobat ke mbah Su dengan diantarkan oleh puteranya, 

bernama Santo. Pertama kali ke mbah Su, kondisinya tidak bisa berbicara, bahkan untuk membuka 

mulutnya saja sulit. Infoman diketahui terkena santet di bagian mulutnya, hingga tidak bisa 

berbicara. Ia sembuh setelah dua kali berobat ke mbah Su. Selain itu, informan juga 

menyembuhkan cucunya yang berumur 4 tahun yang bertingkah nakal, yakni tidak bisa diam 

dan terus merengek-rengek ke ibunya. Cucunya ini   terkena setan kuda lumping, karena ia 

sering melihat kuda lumping yang kalap di sekitar tempat tinggalnya. Cucunya sembuh setelah 

disuwuk oleh mbah Su. Ia diminta oleh mbah Su meletakkan daun sirih yang telah didamoni 

untuk diletakkan di bawah bantal cucunya, agar cucunya bertingkah normal seperti anak yang 

lain, dan tidak nakal.

Alasan terbesar dari semua pengguna jasa penyembuhan mbah Su yaitu   untuk memperoleh 

kesembuhan setelah beberapa kali mencari upaya penyembuhan lain, baik medis maupun 

alternatif namun masih belummemperoleh kesembuhan. Keinginan untuk sembuhlah yang 

mendorong masing-masing informan untuk mencari penyembuhan yang cocok. Berikut 

ungkapan pak Rusdi dan bu Siti: 

“Nandi-nandi pokok golek waras mbak, yo seng penting yakin lek waras, seng penting iku 

ekok awake dewe mbak, percoyo lek waras po gak. Nandi-nandi iku golek tombo 

mbak, yo bismillah ae pokok e. Seng jenenge penyakit iku yo mesti ono tombone, kari 

kene dewe ae yokpo carane golek tombo iku. Seng digoleki wong loro iku yo mesti 

pengen waras”. 

 (kemana-mana yang penting mencari kesembuhan mbak, yang penting yakin akan sembuh, 

yang penting itu berasal dari dirinya sendiri mbak, percaya akan memperoleh kesembuhan atau 

tidak. Kemana-mana itu mencari kesembuhan mbak, ya pokoknya bismillah saja. Yang namanya 

penyakit itu ya sudah pasti ada obatnya, tinggal bagaimana kita mencari obat ini  . Yang dicari 

orang yang sedang sakit itu, pasti ya ingin sembuh)

Praktik Dokter Awan 

Dokter Awan menjadi tenaga medis sejak tahun 1988, yakni setelah lulus sekolahkesehatan. Faktor 

sosial yakni untuk menolong orang yaitu   hal yang melatar belakangi dirinya menjadi seorang 

tenaga medis. Kini ia menjadi tenaga medis di salah satu rumah sakit di Kota Malang. Selain itu, ia juga membuka praktik di rumahnya, ia juga melayani panggilan darurat jika pasien atau 

keluarga pasien memintanya untuk datang. Selama proses pemeriksaan maupun penyembuhan, 

dokter Awan memakai   berbagai alat medis seperti tensi, infus, EKG (alat rekam jantung), 

stetoskop, suntikan, dan sebagainya. Asal pasien juga bervariatif, ada yang berasal dari desa Jeru 

sendiri, dan ada juga pasien yang berasal dari luar kota.

Penyakit yang bisa disembuhkan oleh dokter Awan antara lain penyakit ringan seperti diare, 

panas, sakit perut, hingga penyakit berat seperti stroke, jantung, B24 (HIV), korban 

kecelakaan, hingga kasus traumatik yang dialami pasien seperti korban pemerkosaan, dan lain￾lain. Selain memakai   metode pemeriksaan medis pada umumnya seperti tensi, dan 

sebagainya, ia juga memakai   metode penyembuhan lain yakni dengan berdo’a dan sholawat. 

Sebelum diperiksa, pasien diminta untuk bershalawat dan memejamkan mata, sambil 

mengucapkan do’a, dokter Awan melakukan gerakan tangan di atas tubuh pasien mulai ujung kaki 

hingga ujung kepala. Dokter Awan juga bisa menyembuhkan pasien melalui jarak jauh, yakni 

via telepon, ia mendapatkan kemampuan ini   dari guru spiritualnya yang berada di Madura.

Proses penyembuhan jarak jauh melalui telepon yakni, pertama pasien diminta untuk 

menyentuh atau memegang bagian tubuh yang sakit sambil mengucapkan do’a dan bersholawat. 

Kemudian Dokter Awan juga mengucapkan do’a sambil melakukan gerakan seperti menyalurkan 

energi. Proses penyembuhan melalui jarak jauh ini biasa dilakukan karena faktor jarak dan 

waktu, sehingga pasien tidak bisa berobat langsung ke rumah dokter Awan. Bu Hasnah misalnya, ia 

juga merupakan kerabat dari dokter Awan. Ketika itu ia berada di Bali, ia merasa kurang 

enak badan (pegal-pegal), lalu ia telepon dokter Awan untuk menyembuhkan keluhannya. Efek 

dari penyembuhan jarak jauh ini   langsung terasa, ditandai dengan berkurangnya rasa sakit 

yang diderita pasien. 

Meskipun kelima informan yang berobat ke dokter Awan di atas memilih penyembuhan medis, 

namun mereka juga tidak dapat memungkiri bahwa mereka percaya dengan penyembuhan non￾medis atau alternatif. Hal ini   bisa diketahui dari ungkapan-ungkapan para informan sebagai 

berikut: 

“Lek aku se yo percoyo-percoyo ae nduk. Wong saiki yo akeh wong pinter. Tapi lek 

lorone sek iso diwarasno ambek dokter yo aku luwih milih nang dokter ae. Luwih eroh 

genahe loro opo, engkok yo oleh obat, kathek an alhamdulillah aku yo mesti jodo nang Pak 

Wan. Aku wingenane ngeterno tonggoku nang dukun nduk, wonge nang dukun cekne 

dadi petinggi. Cekne menang pas pemilihan ngono ikulo. Tapi lek aku dewe sek durung tau 

nang dukun mbak, wedi lek larang, yo wedi lek gak mandi, aku luwih percoyoan nang 

seng jelas-jelas ae mbak”, ujar Pak Bagio. 

Kalau saya sih percaya-percaya saja mbak. Sekarang ini juga sudah banyak orang “pintar”. 

Namun jika penyakitnya masih bisa disembuhkan oleh dokter, ya saya lebih memilih ke dokter 

saja. Lebih jelas penyakitnya apa, nanti juga mendapatkan obat, lagipula Alhamdulillah saya 

selalu cocok dengan Pak Wan. Kemarin saya mengantarkan tetangga saya ke dukun mbak, 

orangnya mendatangi dukun agar lolos menjadi kepala desa atau petinggi agar menang saat pemilu 

itu lo. Tapi kalau saya sendiri masih belum pernah ke dukun mbak, takut mahal, takut kalau gak 

berhasil sembuh, saya lebih percaya yang sudah jelas saja mbak, ujar pak Bagio)dapat diketahui 

bahwa ketertarikan pasien berobat ke Dokter Awan selain berdasar  metode penyembuhan 

yang diberikan, juga berdasar  pribadi Dokter Awan sendiri, yakni dianggap baik, tidak 

ketus, dan rajin beribadah. Kepribadian Dokter Awan yang dianggap baik oleh warga   

ini  , secara tidak langsung menjadi pertimbangan tersendiri bagi pasien untuk melakukan 

penyembuhan disana. Selain itu, penyembuhan Dokter Awan dianggap lebih jelas dan lebih 

sesuai untuk mengatasi keluhan pasien, ditunjang dengan pengetahuan dan keterampilan yang 

telah dimilikinya. Namun begitu, meskipun pasien lebih condong ke penyembuhan yang dilakukan oleh Dokter Awan, 

mereka juga mempercayai penyembuhan non-medis.Persoalan sehat dan sakit sering dikaitkan 

dengan aktivitas hidup sehari-hari. Mereka memandang bahwa orang yang sehat dan sakit 

yaitu   orang yang merasakan ada dan tidak adanya gangguan dalam tubuh ketika 

melaksanakan aktivitasnya.

Keluhan sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Pengertian sakit berkaitan dengan 

gangguan psikososial yang dirasakan seseorang dan bersifat subjektif, sedangkan pengertian 

penyakit berkaitan dengan gangguan yang terjadi pada organ tubuh berdasar  diagnosis medis dan 

bersifat objektif (Rosenstock 1974). Selain itu, perilaku sehat juga berbeda dengan perilaku 

sakit. 

Perilaku sakit diartikan sebagai segala macam bentuk tindakan yang dilakukanoleh individu 

yang sedang sakit agar mendapatkan kesembuhan, sedangkan perilaku sehat yakni tindakan 

yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk 

pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri, olahraga, dan makanan yang bergizi (Sarwono 

2012).

Pemilihan penyembuhan didasarkan pada keluhan yang dirasakan oleh masing-masing pasien. 

Kepercayaan dan penyebab dari penyakit juga menjadi pertimbangan tersendiri, seperti yang 

dialami oleh bu Tumi, karena ia merasa bahwa penyakit yang dialaminya “aneh”, maka ia 

langsung berobat ke Mbah Su, karena ia beranggapan bahwa dokter tidak bisa menyembuhkan 

penyakit yang memicu   ia tidak bisa berbicara. Lain halnya dengan yang dialami oleh Pak 

Rusdi, Bu Siti, Pak Amed, dan Pak Edi yang sebelumnya telah berobat ke pengobatan medis 

namun belum embuahkan hasil, sehingga mereka melakukan upaya penyembuhan lain, yakni 

pengobatan tradisional.

Skinner (1938dalam Notoadmojo 2003:117) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau 

reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku seseorang pada situasi 

tertentu biasanya merupakan akibat dari kebutuhan, tekanan, dan rangsangan dari situasi 

ini  , artinya lingkungan sosial di mana individu berada merupakan faktor pendorong dalam 

pengambilan sikap atau perilaku tertentu. Ketika dalam kondisi atau keadaan sakit inilah 

warga   merasa adanya tekanan-tekanan dalam hidup, sehingga hal ini akan mendorong seseorang 

untuk mencari berbagai bentuk penyembuhan baik yang dilakukan baik oleh petugas medis 

maupun non medis atau alternatif (Skinner dalam Notoadmojo 2003:117).

Berkaitan dengan hal ini, dikembangkan sebuah model keyakinan sehat (health believe model)” 

yang dikembangkan oleh Rosenstock (1974). Dimana model kepercayaan kesehatan ini mencakup 

empat keyakinan utama (Rosenstock dalam Sudarma 2012). berdasar  penjelasan teori ini   

dapat diketahui bahwa sebuah perilaku kesehatan yang ditunjukkan oleh warga   Jeru, 

kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang berdasar  pertimbangan yang bersifat subjektif dari 

individu setelah menerima nasihat yang ditawarkan oleh orang lain terhadap penyakitnya ini  . 

Pertimbangan ini   dilakukan untuk memperoleh kesembuhan serta terhindar dari penyakit 

yang sedang dideritanya, selain keinginan di dalam dirinya sendiri untuk sembuh, nasihat yang 

ditawarkan bisa berasal dari keluarga yang menginginkannya untuk sembuh, dan bisa berasal dari 

pengalaman orang lain seperti tetangga yang sembuh setelah menderita penyakit yang sama.

Mereka juga percaya dengan pengobatan tradisional (dukun atau penyembuh). Hal ini   

untuk memperoleh kesembuhan setelah upaya penyembuhan medis belum membuahkan hasil. Selain 

itu, dapat diketahui bahwa pemilihan penyembuhan baik melalui medis maupun alternatif 

tergantung dari bagaimana warga   mempersepsikan sakit yang dialami, dan resiko apa yang 

nantinya akan diterima sebagai konsekuensi dari penyakit yang sedang dialaminya. Misalnya 

Bu Tumi yang memilih penyembuhan tradisional yang dilakukan oleh mbah Su karena merasa 

penyakit yang dideritanya bukanlah penyakit biasa, melainkan menyangkut hal-hal di luar 

manusia, atau dalam hal ini melibatkan agen (makhluk halus) yang tidak terlihat.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemilihan upaya penyembuhan penyakit yang sesuai oleh 

warga   juga ditentukan atas persepsi penyebab dari penyakit dan rasa sakit yang diterima oleh 

masing-masing individu ini  . Semakin besar sakit yang dirasakan, semakin mendorongnya 

untuk mencari penyembuhan yang cocok. Ketika seseorang mendapatkan kesembuhan dari 

tindakan yang mereka ambil, maka jika ia mengalami sakit lagi, ia akan kembali ke penyembuhan 

sebelumnya, baik ke penyembuhan medis maupun alternatif. 

Namun jika seseorang ini   tidak memperoleh kesembuhan yang diinginkannya dari 

penyembuhan yang telah dipilihnya, maka ia akan mencari upaya penyembuhan yang lain. 

Pasien yang melakukan pengobatan di dokter Awan merasa cocok dan baikan setelah diperiksa 

dan diberi obat olehnya, sehingga ketika mereka berada pada situasi sakit lagi, mereka akan 

kembali ke dokter Awan, karena sebelumnya mereka sembuh dengan bantuan Dokter Awan. 

Oleh karena itu meskipun banyak dokter-dokter yang lain, maka ia akan lebih memilih Dokter 

Awan.

Faktor pendorong dalam menentukan metode penyembuhan yang sesuai

Faktor internal (faktor pribadi) meliputi diri orang yang sakit ini  , bisa ditimbulkan ketika 

seseorang yang sakit ingin memperoleh kesembuhan. Faktor internal juga merupakan faktor 

penentu tindakan apa yang diambil, dan upaya penyembuhan mana yang akan dipilihnya. Ketika 

seseorang menginginkan sembuh, maka ia akan melakukan sebuah tindakan untuk mencapai 

tujuannya ini  . Hal ini bersifat subjektif, tergantung dari kemauan dari masing-masing 

individu yang menderita suatu penyakit. Keluarga juga termasuk ke dalam faktor internal yang 

mendorong seseorang melakukan penyembuhan. Jika seseorang mendapatkan support dari 

keluarga, maka keinginannya untuk sembuh akan semakin besar, namun jika keluarga bersikap 

acuh tak acuh dan tidak peduli, maka seseorang yang sakit bukannya mendapatkan kesembuhan, 

sebaliknya, penyakitnya akan semakin parah. Keluarga sangat menentukan tindakan mana yang 

akan dilakukan jika seseorang mengalami sakit, karena keluarga lah yang paling dekat dengan 

masing-masing individu ini  .

Faktor eksternal meliputi lingkungan, tempat dimana ia tinggal. Lingkungan juga sangat 

berpengaruh terhadap tindakan seseorang dalam hal memilih upaya penyembuhan. Secara 

langsung maupun tidak langsung, lingkungan sangat berpengaruh terhadap persepsi penyakit 

seseorang, dan tindakan apa yang akan diambil. Anjuran maupun nasihat dari warga   di 

sekitarnya menentukan tindakan yang akan diambil, baik ke dokter, ataupun ke penyembuh atau 

dukun.

Pengambilan keputusan merupakan hal yang paling penting dalam menentukan tindakan 

seseorang. Pengambilan keputusan ditentukan oleh faktor pendorong yang sudah disebutkan di 

atas, yakni berasal dari keluarga maupun warga   sekitar. Namun tetap diri individu 

sendirilah yang menentukan tindakan mana yang akan diambilnya. Pengambilan keputusan 

merupakan sebuah tindakan yang diperoleh melalui pertimbangan-pertimbangan tertentu, 

sehingga konsekuensi dari tindakan mana yang akan dilakukan, dan apa resiko yang diterima 

telah dipikirkan sebelumnya.



Penelitian ini mengenai pemilihan pengobatan antara pengobatan tradisional atau pengobatan medis yang 

dimanfaatkan oleh warga   dalam upaya penyembuhan penyakit. Dokter dan penyembuh yaitu   dua 

profesi yang amat dikenal warga  , tetapi dengan memakai cara yang berbeda. Tujuan yang ingin dicapai 

dalam penelitian ini yaitu   mengetahui makna sehat dan sakit bagi warga   Jeru, mengetahui alasan 

dipilihnya metode penyembuhan tradisional (penyembuh) atau metode pengobatan medis (dokter), dan 

mengetahui faktor-faktor yang mendorong untuk menentukan metode pengobatannya. Metode yang 

digunakan dalam penelitian ini yaitu   pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian yang dipilih yaitu   Desa 

Jeru, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Dipilihnya lokasi ini sebagai lokasi penelitian disebabkan 

karena di desa ini masih ditemukan sistem pengobatan tradisional, dan masih bisa ditemukan beberapa 

tenaga medis dan beberapa penyembuh yang banyak dikunjungi oleh warga  . warga   Jeru termasuk 

warga   homogen. Penentuan informan dilakukan dengan purposive, terdiri dari 24 informan yang 

terdiri dari pelaku pengobatan, pasien, keluarga pasien, dan juga keluarga pelaku kesehatan. Dalam 

pengumpulan data, peneliti memakai   teknik pengamatan dan wawancara. warga   desa Jeru 

memandang orang yang sehat dan sakit yaitu   orang yang merasakan ada dan tidak adanya gangguan 

dalam tubuh ketika melaksanakan aktivitasnya. Alasan dipilihnya metode penyembuhan yaitu   

berdasar  kepercayaan, tingkat keparahan sakit, dan penyebab timbulnya penyakit. Faktor-faktor yang 

mendorong seseorang untuk menentukan metode pengobatan yang dipilihnya yaitu   berdasar  faktor 

internal dan eksternal. Internal berasal dari diri seseorang yang menginginkan kesembuhan, sedangkan 

faktor eksternal berasal dari pengalaman orang-orang atau warga   di sekitar yang pernah menderita 

penyakit yang sama, dan penyembuhan mana yang telah menyembuhkannya. Tindakan awal sebelum 

dipilihnya antara penyembuhan tradisional atau penyembuhan medis yakni pengobatan sendiri. Jika dirasa penyakitnya semakin parah, barulah seseorang yang sakit ini   mencari upaya penyembuhan lain, yakni 

antara ke pengobatan alternatif, atau ke pengobatan medis