Penggunaan obat tradisional di
Indonesia merupakan bagian dari budaya
bangsa dan banyak dimanfaatkan masyarakat
sejak berabad-abad yang lalu, namun demikian
pada umumnya efektivitas dan keamanannya
belum sepenuhnya didukung oleh penelitian
yang memadai (Sulasmono, 2010)
Menurut Survei Sosial Ekonomi
Nasional (SUSENAS) tahun 2014, 57,7%
penduduk Indonesia melakukan pengobatan
sendiri, 31,7% menggunakan obat tradisional,
dan 9,8 memilih cara pengobatan tradisional.
Sedangkan pada tahun 2015 penduduk
Indonesia yang melakukan pengobatan sendiri
meningkat menjadi 72,44% dimana 32,87%
menggunakan obat tradisional. (Depkes RI,
2014).
Biasanya orang akan memilih
pengobatan yang berada di sekitar atau dekat
dengan lokasi tempat tinggalnya. Kebudayaan,
kepercayaan dan tradisi juga mempengaruhi
seseorang dalam hal memilih pengobatan,
biasanya masyarakat yang mempunyai
kebudayaan yang kuat akan lebih cenderung
untuk memilih pengobatan tradisional ini
(Amir, dkk, 2009).
Pelayanan obat tradisional
menggunakan jamu saintifik di Indonesia
belum berjalan maksimal. Di Provinsi Jawa
Tengah ada 21 dokter Puskesmas telah dilatih
Saintifikasi Jamu, tetapi hanya tujuh
Puskesmas yang menjalankan pelayanan
saintika jamu. Penelitian dari sisi konsumen
diperlukan yaitu analisis perilaku konsumen
untuk melihat faktor yang melatarbelakangi
masyarakat memanfaatkan pelayanan obat
tradisional di pelayanan kesehatan (Maryani,
dkk, 2016).
Masyarakat di Kecamatan Tasikmadu
yang memilih pengobatan tradisional masih
ada hal ini dapat dilihat dari data yang
diperoleh melalui Susenas 2013 yaitu sekitar
12% masyarakat melakukan pengobatan
tradisional dari 1.801 penduduk yang
mengeluh sakit. Pada masyarakat Kabupaten
Karanganyar, khususnya di Desa Kalijirak,
Kecamatan Tasikmadu yang merupakan salah
satu kabupaten yang terdapat di Jawa Tengah.
Berdasarkan survey survei awal yang
dilakukan terhadap 10 orang didapatkan bahwa
dari 10 orang tersebut ada 6 (60%) responden
yang memilih pengobatan tradisional melalui
sikerei dan 4 (40%) responden yang memilih
pengobatan ke tempat pelayanan kesehatan.
Selain itu dari data yang diperoleh dari
Puskesmas Tasikmadu didapatkan 1.801
kunjungan sehat dan 3.082 kunjungan sakit,
dengan total kunjungan yang berkunjung ke
Puskesmas ini adalah 4.882 orang dan jumlah
penduduk di Kecamatan Tasikmadu adalah
5.466 jiwa, maka diperoleh hanya 56,38%
masyarakat yang berobat ke Puskesmas ketika
sakit dan 43,82% yang memilih tidak
melakukan apa-apa saat menderita penyakit,
melakukan pengobatan sendiri dengan
membeli obat bebas yang ada di toko-toko
terdekat dan melakukan pengobatan
tradisional melalui sikerei. sikerei adalah
berdasarkan pengamatan yang dilakukan
peneliti yang juga merupakan penduduk dan
berdomisili di daerah Danau Seluluk
masyarakat ini masih banyak yang berobat ke
sikerei terutama masyarakat pribumi
(Hernawati, 2009).
Berdasarkan latar belakang tersebut
maka peneliti ingin melihat “profil
penggunaan obat tradisional sebagai alternatif
pengobatan”
METODE
Untuk mencapai tujuan penelitian,
maka metode yang digunakan adalah
penelitian deskriptif observasional, yaitu
penelitian yang memaparkan peristiwa-peristiwa dan lebih menekankan pada data
faktual dengan metode observasi, data
bersumber dari responden secara langsung,
dalam hal ini menggunakan kuisioner yang
diadopsi dari skripsi/tesis atau kuisioner
standart yang sudah valid dan reliabel sebagai
alat penelitian. Kuisioner yang akan digunakan
sebagai alat penelitian ini terdiri dari empat
bagian pertanyaan yang meliputi : bagian I
yaitu data karakteristik responden yang
meliputi: pendidikan, umur, pekerjaan, dll,
bagian II tentang profil penggunaan obat
tradisional sebagai pengobatan alternatif.
Dalam hal ini responden adalah
masyarakat desa kalijirak, karanganyar yang
bersedia sebagai responden. Jumlah sampel
yang diambil sebanyak 78 responden dengan
menggunakan teknik proportional random
sampling.
HASIL dan PEMBAHASAN
1. Deskripsi Tempat Penelitian
Dusun Jatiri, Desa Kalijirak
merupakan salah satu dari 25 Desa yang berada
di wilayah Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten
Karanganyar. Desa Kalijirak mempunyai luas
483.7528 Ha, secara administratif Desa
Kalijirak termasuk dalam Kecamatan
Tasikmadu Kabupaten Karanganyar. Jarak
Pusat Desa ke Pusat Pelayanan Kegiatan
(PPK) kira kira 5 km, sedangkan jarak ke Pusat
Kegiatan Lokal (PKL) Karanganyar kira kira 6
– 7 km dapat ditempuh selama 10 -15 menit
perjalanan menggunakan kendaraan bermotor.
Lokasi Dusun Jatidiri, Desa Kalijirak
berbatasan dengan : (a) Sebelah Barat : Desa
Wonolopo Kecamatan Tasikmadu; (b) Sebelah
Selatan : Desa Suruh dan Desa Gaum
Kecamatan Tasikmadu; (c) Sebelah Timur :
Kelurahan Gedong Kecamatan Karanganyar;
(d) Sebelah Utara : Desa Kaliboto Kecamatan
Mojogedang Desa Kalijirak terdiri dari 5 buah
Dusun yaitu : Dusun Jatiri, Dusun Bendorejo,
Dusun Mencon, Dusun Jatiri dan Dusun
Gunung Watu. Setiap Dusun dikepalai oleh
seorang Kepala Dusun atau Bayan dan masing
masing Dusun terdiri dari beberapa kelompok
(cluster) permukiman (Dukuh). Secara
keseluruhan Desa Kalijirak memiliki 26 dukuh
dan 41 RT. Pada penelitian ini mengambil
tempat di Dusun Jatidiri (BPS Kabupaten
Karanganyar, 2015).
Sarana pendidikan di Dusun Jatidiri
kurang memadai, hanya ada TK dan SD yang
tersebar kurang merata, dimana dalam satu
Desa Kalijirak yang semestinya terdapat 5
buah sekolah TK dan SD, tapi hanya ada 3
sekolah SD dan 2 TK. Adapun pelayanan
kesehatan yang tersebar di Desa Kalijirak,
yaitu 1 Bidan Desa, 1 Dukun Bayi, dan 1
mantri (Data Desa Kalijirak, 2018). Wilayah
Desa Kalijirak berada di pelosok pedesaan
yang terletak jauh dari perkotaan dengan
sarana dan prasarana kesehatan yang kurang
memadai dan agak kesulitan untuk akses ke
fasilitas umum yang dibutuhkan, kebanyakan
masyarakat lebih memilih melakukan
pengobatan sendiri menggunakan obat
tradisional karena adanya anggapan bahwa
penggobatan dengan obat tradisional lebih baik
dan aman dari pada obat modern.
2. Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil pengumpulan data
yang dilakukan dengan menggunakan
kuesioner terhadap 78 responden di Dusun
Jatidiri, Desa Kalijirak, Tasikmadu Kabupaten
Karanganyar didapatkan data-data sebagai
berikut:
a. Umur
Berdasarkan hasil pengumpulan data,
umur responden dapat diketahui seperti
tampak pada tabel berikut:
Berdasarkan Tabel 1 tersebut dapat
diketahui bahwa mayoritas responden berumur
antara 36 – 45 tahun yaitu sebanyak 36 orang
(46,2%), kemudian berumur antara 46 – 55
tahun sebanyak 31 orang (39,7%), lalu
berumur antara 26 – 35 tahun sebanyak 10
orang (12,8%) dan paling sedikit adalah
berumur antara 17 – 25 tahun sebanyak 1 orang
(1,3%). Hasil ini dapat diketahui bahwa
sebagian besar responden berumur antara 36 –
45 tahun yaitu sebanyak 36 orang (46,2%).
b. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil pengumpulan data,
karakteristik responden menurut jenis kelamin
dapat diketahui seperti tampak pada tabel 4.2.
Berdasarkan Tabel 4.2. tersebut dapat
diketahui bahwa sebagian besar responden
mempunyai jenis kelamin perempuan yaitu
sebanyak 41 orang (52,6%) dan yang lain
adalah berjenis kelamin laki-laki yaitu
sebanyak 37 orang (47,4%).
c. Pendidikan
Berdasarkan hasil pengumpulan data,
pendidikan dapat diketahui seperti tampak
pada tabel berikut:
Berdasarkan Tabel 3 tersebut dapat
diketahui bahwa pendidikan responden
mayoritas berpendidikan SMA yaitu sebanyak
34 orang (43,6%), berpendidikan SD sebanyak
21 orang (26,9%), berpendidikan SLTP
sebanyak 19 orang (24,4%), berpendidikan PT
sebanyak 4 orang (5,1%).
d. Pekerjaan
Berdasarkan hasil pengumpulan data,
pekerjaan responden dapat diketahui seperti
tampak pada tabel berikut:
Berdasarkan Tabel 4.4. diketahui
bahwa dilihat dari pekerjaan responden
mayoritas mempunyai pekerjaan sebagai
pedagang yaitu sebanyak 28 orang (35,9%),
buruh ada 20 orang (25,6%), tidak bekerja
sebanyak 16 orang (20,5%), sebagai pegawai
swasta sebanyak 12 orang (15,4%), dan
sebagai PNS hanya sebanyak 2 orang (2,6%).
Berdasarkan data penelitian diperoleh
hasil 55% masyarakat desa jatiri menggunakan
obat tradisional sebagai alternatif pengobatan.
Sedangkan 45% lainnya mengaku tidak
menggunakan obat tradisional dalam
menangani penyakitnya. Masyarakat yang
mengaku menggunakan obat tradisional ini
didasari karena berbagai faktor/alasan
diantaranaya karena dirasa cukup
manjur/efekif dengan efek samping yang
minimal, harga murah, dan mudah di dapat.
Sedangkan kebanyakan dari mereka tidak
menggunakan obat tradisional karena alasan
kurang percaya/kurang yakin dengan obat
tradisional karena dirasa efek terapi yang
diinginkan hanya berdasarkan data
empiris/turun temurun, selain itu alasan terlalu
ribet/tidak sederhana dalam penyajiannya
seperti contoh jamu harus merebus simplisia
dulu atau perlu persiapan/preparasi yang lebih
lama dibandingkan dengan hanya menelan
tablet jadi.
Masyarakat desa jatiri yang
menggunakan obat tradisional sebagai
Penggunaan tanaman asli obat-obatan
tersebut mereka tujukan untuk tujuan
preventif, kuratif dan promotif. Pengguanaan
obat tradisional seperti contoh penggunaan
daun seledri dan daun sirsak, masyarakat
menggunakannya untuk mengobati penyakit alternatif pengobatan, mereka menggunakan
jenis obat tradisional berupa tanaman asli
sebanyak 58%.
Sebagian besar masyarakat desa jatiri
menggunakan obat tradisional dalam bentuk
simplisia basah/tanaman asli. Adapun jenis
tanaman asli yang digunakan oleh masyarakat
desa jatiri adalah dari familia zingiberaceae
seperti kencur, kunyit, jahe dan laos. Adapun
tabel jenis tanaman asli lain yang sering
digunakan oleh masyarakat desa jatiri tersaji
pada tabel 7 di bawah ini.
degeneratif kronis, salah satunya dengan
tujuan pengobatan alternatif untuk mengontrol
tekanan darah. Selain hipertensi, penyakit
kronik yang banyak diderita masyaraat saat ini
adalah diabetes mellitus. Masyarakat desa
jatiri juga sebagian dari mereka selain
mengkonsumsi obat dari puskesmas/rumah
sakit, sebagian dari mereka juga meanfaatkan
tanaman obat seperti sambiloto dan brotoali
untuk menurunkan kadar gula darahnya.
Penggunaan rimpang/empon-empon selain
ditujukan untuk preventif dan promotif seperti
contoh penggunan rimpang jahe lebih umum
digunkan untuk menjaga stamina/day tahan
tubuh, namun selain itu sebagianmasyrakat
menggunakannya untuk tujuan pengobatan
diantaranya untuk mengatasi masuk
angin/sebagai agen karminative, dan
mengurangi batuk. Penggunaan rimpang lain
sperti kunyit, mereka menggunakannya untuk
mengatasi masalah pencernaan seperti
mulas/sakit perut dan juga diare. Kencur yang
lebih sering dignakan untuk bumbu juga
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat desa
jatiri untuk tjuan pengobatan batuk/radang
tenggorokan. Penggunaan obat tradisional
untuk mengobati/mengurangi rasa sakit
Tujuan dan cara penggunaan dijelaskan secara
Masyarakat desa umumnya masih menggunakan obat tradisional sebagai pengobatan alternatif
untuk penyakit yang mereka derita. Jenis obat tradisional sangat beragam berdasarkan
sumbernya. Penggunaan obat tradisional umumnya berdasarkan data empiris dan berbagai
faktor pendukungnya. Dewasa ini penggunaan obat tradisional meluas untuk tujuan kuratif dan
promotif untuk kasus penyakit degeneratif. Maka dari itu penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui profil penggunaan obat tradisional sebagai alternatif pengobatan pada
masyarakat di Dusun Jatiri, Desa Kalijirak, Tasikmadu Kabupaten Karanganyar. Populasi
penelitian ini penduduk yang ada di Dusun Jatiri, Kalijirak, Tasikmadu sebanyak 347 dan
diambil sampel sebanyak 78 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
metode random sampling, metode pengambilan data deskriptif observasional menggunakan
alat bantu kuisioner dan wawancara langsung kepada responden sebagai data pendukung.
Analisis data dievalusi secara kualitatif berdasarkan hasil jawaban kuisioner dan wawancara.