Jumat, 06 Desember 2024

farmakope 100

  


Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; 

lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105° 

selama 4 jam. 

 

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. 

 

Kemurnian kromatografi Masing-masing cemaran 

tidak lebih dari 0,1% dan total cemaran tidak lebih dari 

0,2%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi 

cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi 

<931>. 

     Dapar Buat larutan natrium perklorat 10 M, atur pH 

3,6 dengan penambahan asam fosfat P. 

     tahap  gerak Buat campuran dapar-metanol P (7:3), 

saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian 

menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada 

Kromatografi <931>. 

     Larutan resolusi Timbang saksama beberapa  

Trimetoprim BPFI dan diaveridin, larutkan dalam     

tahap  gerak, encerkan secara kuantitatif dan jika perlu 

bertahap, sampai  kadar berturut-turut lebih kurang 10 g 

dan 5 g per ml. 

     Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 25 mg 

zat, masukkan ke dalam labu tentukur 25-ml, larutkan 

dan encerkan dengan tahap  gerak sampai tanda.    

     Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada 

Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi 

dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom 25 cm x 

4,6 mm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 

1,3 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap 

Larutan resolusi, rekam kromatogram dan ukur respons 

puncak seperti tertera pada procedure : resolusi, R, antara 

trimetoprim dan diaveridin tidak kurang dari 2,5; dan 

simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak 

lebih dari 2,0%.  

     procedure  Suntikkan lebih kurang 20 l Larutan uji ke 

dalam kromatograf, biarkan Larutan uji tereluasi selama 

tidak kurang dari 11 kali waktu retensi trimetoprim, 

rekam kromatogram dan ukur semua respons puncak. 

Hitung persentase masing-masing cemaran dalam 

trimetoprim yang dipakai  dengan rumus:  

 

[ ]+ Ui

i

FrFr

Fr

)(

100  

 

F yaitu  faktor respons relatif, yang bernilai 0,5 untuk 

puncak-puncak dengan waktu retensi relatif 0,9; 2,3; 2,7; 

atau 10,3 dan 1,0 untuk puncak-puncak yang lain; ri 

yaitu  respons puncak masing-masing cemaran; dan rU 

respons puncak utama trimetoprim dalam Larutan uji. 

 

Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang      

300 mg zat, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer, 

tambahkan 60 ml asam asetat glasial P; titrasi dengan 

asam perklorat 0,1 N LV, tetapkan titik akhir secara 

potensiometrik. Lakukan penetapan blangko. 

 

Tiap ml asam perklorat 0,1 N  

setara dengan 29,03 mg C14H18N4O3 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, 

tidak tembus cahaya. 

 

 

TABLET TRIMETOPRIM 

Trimethoprim Tablet 

 

Tablet Trimetoprim mengandung Trimetoprim, 

C14H18N4O3, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih 

dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.  

 

Baku pembanding Trimetoprim BPFI; Tidak boleh 

dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, 

terlindung cahaya. 

 

Identifikasi Lakukan penetapan seperti tertera pada 

Identifikasi Secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. 

     tahap  gerak Buat campuran kloroform P-metanol P-

amonium hidroksida P (95:7,5:1). 

     Larutan baku  Larutkan beberapa  Trimetoprim BPFI 

dalam campuran metanol P-kloroform P (1:1) sampai  

kadar lebih kurang 20 mg per ml. 

     Larutan uji Gerus beberapa  serbuk tablet setara 

dengan lebih kurang 100 mg trimetoprim, dengan 2,5 ml 

metanol P. Tambahkan 2,5 ml kloroform P, gerus 

kembali dan sentrifus. pakailah  beningan. 

     procedure  Totolkan masing-masing 25 l Larutan uji 

dan Larutan baku pada lempeng kromatografi silika    

gel P setebal 0,25 mm. Masukkan lempeng ke dalam 

bejana kromatografi yang tidak dijenuhkan tahap  gerak 

dan biarkan merambat sampai  15 cm dari titik penotolan. 

Angkat lempeng, tandai batas rambat, biarkan tahap  

gerak menguap. Amati lempeng di bawah cahaya UV 

254 nm: harga Rf bercak utama dari Larutan uji sesuai 

dengan Larutan baku. 

 

Disolusi <1231> 

     Media disolusi: 900 ml asam klorida 0,01 N. 

     Alat tipe 2: 50 rpm. 

     Waktu : 45 menit. 

     procedure  Lakukan penetapan jumlah C14H18N4O3, 

yang terlarut dengan mengukur serapan filtrat alikuot, 

yang jika perlu diencerkan dengan asam klorida 0,01 N 

sampai  kadar lebih kurang 20 g per ml, dan serapan 

- 1292 -

 

 

 

 

 

 

 

larutan baku Trimetoprim BPFI dalam media yang sama 

pada serapan maksimum lebih kurang 271 nm. 

     Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak 

kurang dari 75% (Q) C14H18N4O3, dari jumlah yang 

tertera pada etiket. 

 

Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. 

 

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara 

Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada 

Kromatografi <931>. 

     tahap  gerak Buat campuran larutan asam asetat 

glasial 1% dalam air (v/v) dan asetonitril P (21:4). 

Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian 

menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada 

Kromatografi <931>. 

     Larutan baku Timbang saksama beberapa  

Trimetoprim BPFI, larutkan dalam metanol P sampai  

kadar lebih kurang 0,2 mg per ml. 

     Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari 

20 tablet. Timbang saksama beberapa  serbuk tablet setara 

dengan lebih kurang 100 mg trimetoprim, masukkan ke 

dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan  50 ml metanol P, 

sonikasi selama 5 menit, dengan goyang sesekali. 

Encerkan dengan metanol P sampai tanda. Sentrifus, pipet 

10 ml beningan ke dalam labu tentukur 50-ml, encerkan 

dengan metanol P sampai tanda. 

    Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada 

Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi 

dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 25 cm x 

4,2 mm yang berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih 

kurang 2 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap 

Larutan baku sebanyak lima kali penyuntikan, rekam 

kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera 

pada procedure : simpangan baku relatif pada penyuntikan 

ulang tidak lebih dari 2,0%.  

     procedure  Suntikkan secara terpisah beberapa  volume 

sama (lebih kurang 10 μl) Larutan baku dan Larutan uji 

ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur 

respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg 

trimetoprim, C14H18N4O3, dalam serbuk tablet yang 

dipakai  dengan rumus: 

 

S

U

r

rC500  

 

C yaitu  kadar Trimetoprim BPFI dalam mg per ml 

Larutan baku; rU dan rS berturut-turut yaitu  respons 

puncak Larutan uji dan Larutan baku. 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, 

tidak tembus cahaya. 

 

 

TRIPELENAMIN HIDROKLORIDA 

Tripelenamin Hydrochloride 

 

2-[Benzil[2-(dimetilamino)etil]amino]piridin 

monohidroklorida [154-69-8] 

C16H21N3.HCl                                                 BM 291,82 

Tripelenamin Hidroklorida mengandung tidak kurang 

dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C16H21N3.HCl, 

dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. 

 

Pemerian Serbuk hablur; putih. Secara perlahan menjadi 

gelap pada pemaparan cahaya. Larutan praktis netral 

terhadap lakmus. 

 

Kelarutan Sangat mudah larut dalam air, dalam etanol 

dan dalam kloroform; sukar larut dalam aseton; tidak 

larut dalam benzen, dalam eter dan dalam etil asetat. 

 

Baku pembanding Tripelenamin Hidroklorida BPFI; 

lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam 

sebelum dipakai . Simpan dalam wadah tertutup rapat, 

terlindung cahaya. 

 

Identifikasi 

     A. Memenuhi syarat Identifikasi Basa Nitrogen 

Organik <261>.  

     B. menampilkan  reaksi Klorida cara A, B dan C 

seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.  

 

Jarak lebur <1021> Antara 188º  dan 192º . 

 

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; 

lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105º  

selama 3 jam. 

 

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. 

 

Kemurnian kromatografi Masing-masing cemaran 

tidak lebih dari 0,1% dan total cemaran tidak lebih dari 

1,0%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi 

cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi 

<931>. 

     Larutan pasangan ion, tahap  gerak, Larutan 

benzaldehid, Larutan kesesuaian sistem, Larutan baku, 

Larutan uji dan Sistem kromatografi Lakukan seperti 

tertera pada Penetapan kadar. 

     Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada 

Penetapan kadar. Untuk mengevaluasi persyaratan 

kesesuaian sistem, pakailah  Larutan kesesuaian sistem 

dan Larutan baku, seperti tertera pada Penetapan kadar.  

     procedure  Suntikkan beberapa  volume (lebih kurang 

10 l) Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam 

kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung 

persentase masing-masing cemaran dalam zat dengan 

rumus:  

S

i

r

r100  

 

ri yaitu  respons puncak masing-masing cemaran; dan rS 

yaitu  jumlah semua respons puncak. 

 

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara 

Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada 

Kromatografi <931>. 

- 1293 -

 

 

 

 

 

 

 

     Larutan pasangan ion Buat larutan natrium             

1-oktansulfonat 0,029 M. 

     tahap  gerak Masukkan 530 ml metanol P ke dalam 

wadah yang sesuai, tambahkan 1,0 ml                          

N,N-dimetiloktilamin P, dan campur. Tambahkan 430 ml 

Larutan pasangan ion, campur, atur pH sampai  3,0 

dengan penambahan asam fosfat P, saring dan 

awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut 

Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi 

<931>. 

     Larutan benzaldehid Pipet 1 ml benzaldehid P ke 

dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan tahap  

gerak sampai tanda. Pipet 5 ml larutan ke dalam labu 

tentukur 100-ml, encerkan dengan tahap  gerak sampai 

tanda. 

     Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama lebih 

kurang 50 mg 2-benzilaminopiridin, masukkan ke dalam 

labu tentukur 100-ml, tambahkan 10 ml metanol P, 

sonikasi sampai  larut, lalu  encerkan dengan tahap  

gerak sampai tanda. Pipet 5 ml larutan ke dalam labu 

tentukur 100-ml, tambahkan 5,0 ml Larutan 

benzaldehid, encerkan dengan tahap  gerak sampai tanda. 

     Larutan baku Timbang saksama beberapa  

Tripelenamin Hidroklorida BPFI, larutkan dalam tahap  

gerak, encerkan secara kuantitatif dan jika perlu 

bertahap dengan tahap  gerak sampai  kadar lebih kurang 

0,5 mg per ml. 

     Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg 

zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan 

dan encerkan dengan tahap  gerak sampai tanda. 

     Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada 

Kromatografi <931>. Kromatograf  cair kinerja tinggi 

dilengkapi dengan detektor 242 nm dan kolom 25 cm x 

4,6 mm berisi bahan pengisi L7.  Laju alir lebih kurang     

1 ml per menit. Pertahankan suhu kolom pada 35º. 

[Catatan Kolom baru dikondisikan dengan tahap  gerak 

selama 1 malam sebelum dipakai  dan sesudah  itu ,jika 

perlu dapat juga direkondisi.] Lakukan kromatografi 

terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam 

kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera 

pada procedure : waktu retensi relatif benzaldehid dan              

2-benzilaminopiridin berturut-turut 0,75 dan 1,0; 

resolusi, R, antara puncak benzaldehid dan                       

2-benzilaminopiridin tidak kurang dari 3,5. Lakukan 

kromatografi terhadap Larutan baku, rekam 

kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera 

pada procedure : efisiensi kolom tidak kurang dari 10.000 

lempeng teoritis dan simpangan baku relatif pada 

penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%. 

     procedure  Suntikkan secara terpisah beberapa  volume 

sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji 

ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur 

respons puncak utama. Hitung persentase tripelenamin 

hidroklorida, C16H21N3.HCl dalam zat dengan rumus: 

 

S

U

U

S

r

r

C

C100  

 

CS yaitu  kadar Tripelenamin Hidroklorida BPFI dalam 

mg per ml Larutan baku; CU yaitu  kadar tripelenamin 

hidroklorida dalam mg per ml Larutan uji; rU dan rS 

berturut-turut yaitu  respons puncak dari Larutan uji 

dan Larutan baku. 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, 

tidak tembus cahaya. 

 

 

TRIPROLIDIN HIDROKLORIDA  

Triprolidine Hydrochloride 

 

C C

CH2

H

CH3

. HCl    . H2O

N

 

(E)-2[3-(1-Pirrolidinil)-1-p-tolilpropenil]piridin 

monohidroklorida monohidrat [6138-79-0] 

C19H22N2.HCl.H2O                 BM 332,87 

Anhidrat [550-70-9]                              BM 314,86 

Triprolidin Hidroklorida mengandung tidak kurang dari 

98,0% dan tidak lebih dari 101,0%, C19H22N2.HCl, 

dihitung terhadap zat anhidrat. 

 

Pemerian Serbuk hablur putih, ringan; berbau tidak 

enak. Larutan bersifat basa; melebur pada suhu lebih 

kurang 115°. 

 

Kelarutan Larut da am air, dalam etanol dan dalam 

kloroform; tidak larut da am eter. 

 

Baku pembanding Triprolidin Hidroklorida BPFI; 

tidak boleh dikeringkan; tetapkan kadar air pada saat 

akan dipakai  untuk analisa  kuantitatif. Triprolidin 

Hidroklorida isomer-Z BPFI. 

 

Identifikasi 

     A. Spektrum serapan inframerah zat yang 

didispersikan da am kalium bromida P menampilkan  

maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama 

seperti pada Triprolidin Hidroklorida BPFI. 

     B. Spektrum serapan utraviolet larutan (1 da am 

100.000) dalam asam klorida 0,1 N menampilkan  

maksimum dan minimum pada panjang gelombang yang 

sama seperti pada Triprolidin Hidroklorida BPFI; daya 

serap masing-masing dihitung terhadap zat anhidrat, 

pada panjang gelombang serapan maksimum lebih 

kurang 290 nm, berbeda tidak lebih dari 3,0%. 

     C. menampilkan  reaksi Klorida cara A, B dan C 

seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. 

 

Air <1031> Metode I Antara 4,0% dan 6,0% 

 

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. 

 

Arsen <321> Metode II Tidak lebih dari 4 bpj. 

 

- 1294 -

 

 

 

 

 

 

 

Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj. 

 

Kemurnian kromatografi 

     tahap  gerak Campuran kloroform P-dietilamin P 

(95:5) 

     Larutan baku Timbang saksama beberapa  Triprolidin 

Hidroklorida BPFI, larutkan dalam kloroform P sampai  

kadar 1,0 mg per ml. 

     Enceran larutan baku Buat satu seri pengenceran 

Larutan baku da am kloroform P sampai  kadar 0,2 mg; 

0,15 mg; 0,1 mg dan 0,05 mg per ml setara dengan 

2,0%; 1,5%; 1,0% dan 0,5% terhadap cemaran uji. 

     Larutan baku isomer-Z Buat larutan baku Triprolidin 

Hidroklorida isomer-Z BPFI seperti tertera pada Larutan 

baku dan Enceran larutan baku untuk Triprolidin 

Hidroklorida BPFI. 

     Larutan uji Timbang saksama beberapa  zat uji, larutkan 

da am kloroform P sampai  kadar 10 mg per ml. 

     procedure  Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti 

tertera pada Kromatografi <931>. Totolkan secara 

terpisah masing-masing 5 μl Larutan uji dan delapan 

Enceran larutan baku pada lempeng kromatografi silika 

gel setebal 0,25 mm. Masukkan lempeng ke dalam 

bejana kromatografi terlindung cahaya, dengan tahap  

gerak yang merambat sampai  tiga per empat tinggi 

lempeng. Angkat lempeng, biarkan tahap  gerak 

menguap. Amati lempeng di bawah cahaya ultraviolet 

pada panjang gelombang 366 nm dan 254 nm. 

Bandingkan bercak lain dari Larutan uji dengan bercak 

utama dari Larutan baku: intensitas bercak triprolidin 

hidroklorida isomer-Z (harga Rf, lebih kurang 1,2 kali Rf 

triprolidin hidroklorida) pada Larutan uji tidak lebih dari 

2,0%, dan jumlah intensitas seluruh bercak lain Larutan 

uji tidak lebih dari 3,0%. 

 

Cemaran senyawa organik mudah menguap <471> 

Metode I Memenuhi syarat; lakukan penetapan 

memakai  Larutan uji dengan kadar 20 mg per ml 

dan Larutan baku dengan kadar dua kali Larutan uji. 

 

Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang      

400 mg zat, larutkan dalam 80 ml asam asetat glasial P, 

jika perlu hangatkan. Tambahkan 15 ml raksa(II) asetat 

LP dan titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV, tetapkan 

titik akhir secara potensiometrik. Lakukan penetapan 

blangko. 

 

Tiap ml asam perklorat 0,1 N  

setara dengan 15,74 mg C19H22N2.HCl 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, 

tidak tembus cahaya. 

 

 

 

 

 

 

 

TROPIKAMID 

Tropicamide 

 

 

(±)-N-Etil-2-fenil-N-(4-piridilmetil) hidrakrilamida 

[1508-75-4]  

C17H20N2O2                  BM 284,36 

 

Tropikamid mengandung tidak kurang dari 99,0% dan 

tidak lebih dari 101,0% C17H20N2O2, dihitung terhadap 

zat yang telah dikeringkan. 

 

Pemerian Serbuk hablur, putih atau hablur putih; tidak 

berbau atau hampir tidak berbau. 

 

Kelarutan Sukar larut dalam air; mudah larut dalam 

kloroform dan dalam asam kuat. 

 

Baku pembanding Tropikamid BPFI; lakukan 

pengeringan dalam hampa udara di atas fosfor 

pentoksida P pada suhu 80º selama 4 jam sebelum 

dipakai . Simpan dalam wadah tertutup rapat, 

terlindung cahaya. 

 

Identifikasi  

     A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah 

dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P, 

menampilkan  maksimum hanya pada bilangan 

gelombang yang sama seperti pada Tropikamid BPFI, 

    B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 25 μg per ml 

dalam asam klorida 3 N menampilkan  maksimum dan 

minimum pada panjang gelombang yang sama seperti 

pada Tropikamid BPFI. 

 

Jarak lebur <1021> Metode I Antara 96º dan 100º. 

 

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; 

lakukan pengeringan dalam hampa udara di atas fosfor 

pentoksida P pada suhu 80  selama 4 jam, memakai  

500 mg zat. 

 

Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj. 

 

Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang       

750 mg zat, larutkan dalam 80 ml asam asetat glasial P, 

tambahkan 4 tetes kristal violet LP, titrasi dengan asam 

perklorat 0,1 N LV sampai  titik akhir berwarna hijau 

biru. Lakukan penetapan blangko. 

 

Tiap ml asam perklorat 0,1 N  

setara dengan 28,44 mg C17H20N2O2 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, 

tidak tembus cahaya. 

 

 

- 1295 -

 

 

 

 

 

 

 

TETES MATA TROPIKAMID 

Tropicamide Ophthalmic Solution 

 

Tetes Mata Tropikamid yaitu  larutan steril Tropikamid 

dalam cairan, mengandung C17H20N2O2 tidak kurang dari 

95,0% dan tidak lebih dari 105,0%, dari jumlah yang 

tertera pada etiket. Mengandung bahan antimikroba yang 

sesuai dan dapat mengandung bahan yang dapat 

meningkatkan kekentalan. 

 

Baku pembanding Tropikamid BPFI; lakukan 

pengeringan dalam hampa udara di atas fosfor 

pentoksida P pada suhu 80º selama 4 jam sebelum 

dipakai . Simpan dalam wadah tertutup rapat, 

terlindung cahaya. 

 

Identifikasi  

     A. Ekstraksi 10 ml larutan tetes mata dengan 25 ml 

kloroform P, saring ekstrak kloroform melalui kertas 

saring berlipat yang kering dan uapkan filtrat sampai  

kering: residu yang diperoleh memenuhi Identifikasi A 

dalam Tropikamid.  

     B. Spektrum serapan ultraviolet larutan yang 

diperoleh pada Penetapan kadar menampilkan  

maksimum dan minimum pada panjang gelombang yang 

sama seperti pada Tropikamid BPFI. 

 

Sterilitas <71> Memenuhi syarat. 

 

pH <1071> Antara 4,0 dan 5,8. 

 

Penetapan kadar  

     Larutan baku Timbang saksama beberapa  

Tropikamid BPFI larutkan dalam larutan asam sulfat P 

(1 dalam 6) dan encerkan secara kuantitatif dan jika 

perlu bertahap dengan pelarut yang sama sampai  kadar 

lebih kurang 30 μg per ml. 

     Larutan uji Ukur saksama beberapa  volume tetes 

mata setara dengan lebih kurang 30 mg Tropikamid, 

masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan air 

sampai tanda. Pipet 10 ml larutan ke dalam corong pisah, 

tambahkan 2 ml larutan natrium karbonat P (1 dalam 

10). Ekstraksi empat kali, tiap kali dengan 20 ml 

kloroform P. Kumpulkan ekstrak kloroform dalam 

corong pisah lain. Cuci kumpulan ekstrak dengan 25 ml 

Dapar fosfat pH 6,5, pindahkan ke dalam corong pisah 

lain. Cuci lapisan air dengan 10 ml kloroform P dan 

gabungkan dengan ekstrak kloroform. Ekstraksi larutan 

kloroform 4 kali, tiap kali dengan 20 ml larutan asam 

sulfat P (1 dalam 6). Kumpulkan ekstrak asam dalam 

labu tentukur 100-ml, tambahkan larutan asam sulfat P 

(1 dalam 6) sampai tanda.  

     procedure  Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku 

pada panjang gelombang serapan maksimum lebih 

kurang 253 nm memakai  larutan asam sulfat P      

(1 dalam 6) sebagai blangko. Hitung jumlah dalam mg 

Tropikamid, C17H20N2O2, per ml tetes mata dengan 

rumus: 

 

S

U

A

A

V

C

 

 

C yaitu  kadar Tropikamid BPFI dalam μg per ml 

Larutan baku; V yaitu  volume tetes mata yang 

dipakai  dalam ml; AU dan AS berturut-turut yaitu  

serapan dari Larutan uji dan Larutan baku. 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat 

dan hindarkan dari pembekuan. 

 

 

TUBERKULIN PPD 

Tuberculine Purified Protein Derivative 

 

Tuberkulin PPD yaitu  sediaan yang dibuat dari 

pemanasan hasil pertumbuhan dan lisis dari satu atau 

lebih galur Mycobacterium tuberculosis yang 

menampilkan  hipersensitivitas terlambat pada hewan uji 

yang disensitisasi dengan mikroorganisme jenis yang 

sama. 

     Tuberkulin PPD dibuat dari fraksi larut air dari 

biakan mikobakteri yang tumbuh dalam medium 

pembenihan cair sintetik dengan cara pemanasan dalam 

uap bebas mengalir atau dalam otoklaf dan disaring. 

Fraksi aktif dalam filtrat yang terutama terdiri dari 

protein diisolasi dengan cara pengendapan, dicuci dan 

dilarutkan kembali. Sediaan ini bebas mikobakteri. 

Dapat ditambahkan pengawet anti mikroba yang tidak 

memberi  reaksi positif semu (seperti 0,5% fenol) dan 

stabilisator lain yang sesuai. Fenol tidak boleh 

ditambahkan dalam sediaan beku kering. Sediaan dapat 

diberikan dalam bentuk pekat atau encer sebagai cairan 

steril; bentuk encer dapat dibeku keringkan. 

 

Pemerian Cairan agak keruh dan tidak berwarna atau 

kuning pucat, atau serbuk kering berwarna krim, 

berbentuk seperti jarum-jarum. 

 

Baku pembanding Tuberkulin PPD BPFI. 

 

Identifikasi Suntikkan dosis bertingkat sediaan uji 

secara intradermal pada marmut yang telah disensitisasi, 

pada tempat penyuntikan terbentuk reaksi yang 

bervariasi dari eritema sampai  nekrosis. Bila penyuntikan 

yang sama dilakukan pada marmut yang tidak 

disensitisasi tidak terbentuk reaksi seperti ini  di 

atas. 

 

pH <1071> Antara 6,5 dan 7,5. 

 

Fenol Tuberkulin PPD cair mengandung tidak lebih dari 

0,5%: lakukan penetapan seperti tertera pada Uji Bahan 

Tambahan dalam Vaksin dan Imunosera <731>. 

 

Sterilitas <71> Memenuhi syarat. 

 

- 1296 -

 

 

 

 

 

 

 

Potensi Tidak kurang dari 80% dan tidak lebih dari 

125% dari jumlah yang tertera pada etiket. Batas 

kesalahan fidusial tidak kurang dari 64% dan tidak lebih 

dari 156% dari potensi yang tertera pada etiket. Lakukan 

penetapan dengan membandingkan dosis sediaan uji dan 

dosis sediaan baku yang dapat menampilkan  

hipersentisivitas terlambat yang sama pada marmut atau 

hewan lain yang telah disensitisasi dengan mikobakteri 

dengan tipe yang sama seperti yang dipakai  dalam 

pembuatan Tuberkulin PPD. pakailah  dapar fosfat salin 

pH 7,4 mengandung 0,005% polisorbat 80 P untuk 

mengencerkan sediaan baku. Sediaan uji dan untuk 

rekonstitusi sediaan beku kering tanpa stabilisator. 

     procedure  Sensitisasi tidak kurang dari 6 ekor marmut, 

bobot tubuh tidak kurang dari 400 g, dengan 

menyuntikkan secara intramuskular atau intradermal 

dosis yang sesuai suspensi mikobakteri  tipe yang sama 

dalam pembuatan Tuberkulin PPD yang mengandung  

0,1 mg per ml dalam minyak mineral P yang sesuai 

dengan atau tanpa bahan pengemulsi. Tidak kurang dari 

1 bulan dan tidak lebih dari 6 bulan lalu  lakukan 

uji sebagai berikut: Depilasi marmut pada bagian 

pungung secukupnya untuk 6 penyuntikan tiap sisi atau 

12 penyuntikan tiap hewan. pakailah  tiga dosis sediaan 

baku dan tiga  dosis sediaan uji sesampai  dosis tertinggi 

10 kali dosis terendah. Encerkan sediaan secukupnya 

sampai  menimbulkan lesi dengan diameter 8-25 mm. 

Suntikkan secara intradermal pada tempat penyuntikan 

yang tersedia dengan pola  kuadrat latin beberapa  

volume sama (0,1 atau 0,2 ml). Ukur diameter lesi 

sesudah  24 jam sampai  48 jam dan hitung potensi dalam 

log dosis sediaan uji dan sediaan baku dengan cara 

statistik berdasarkan diameter lesi. 

 

Mikobakteri hidup [Catatan Uji ini berlaku untuk 

Tuberkulin PPD pekat.] Suntikkan secara intraperitoneal 

atau subkutan 5,0 ml sediaan uji pada dua ekor marmut 

bobot tubuh 300 sampai 400 g. Amati hewan uji selama 

tidak kurang dari 42 hari. Bunuh hewan uji dan lakukan 

otopsi, tidak seekor hewan pun menampilkan  gejala 

infeksi mikobakteri. Lakukan uji mikobakteri hidup 

dalam sediaan uji memakai  media biakan yang 

sesuai tidak terjadi pertumbuhan mikobakteri.  

 

Efek sensitisasi [Catatan Uji ini berlaku untuk 

Tuberkulin PPD pekat.] Suntikkan secara intradermal 

dosis sediaan uji yang sesuai (misalnya 500 unit per    

0,1 ml) tiga kali dengan selang waktu 5 hari pada 

masing-masing kelompok marmut terdiri dari tiga ekor. 

sesudah  15 hari sampai  21 hari dari penyuntikan ketiga, 

suntikkan secara intradermal dosis yang sama sediaan uji 

pada kelompok marmut di atas dan pada kelompok 

marmut kontrol dengan bobot tubuh sama yang 

sebelumnya tidak disuntikkan tuberkulin: reaksi dari dua 

kelompok hewan tidak berbeda secara menonjol  sesudah  

48 jam samapai 72 jam.  

 

Toksisitas [Catatan Uji ini berlaku untuk Tuberkulin 

PPD pekat.] Suntikkan secara subkutan 0,5 ml larutan 

mengandung 100.000 unit per ml pada 2 ekor marmut: 

tidak terbentuk efek yang berbahaya dalam waktu 7 hari. 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah kaca steril 

terhindar cahaya, tertutup rapat untuk mencegah 

kontaminasi mikroba, simpan pada suhu 2º sampai  8º, 

tidak boleh dibekukan. 

 

 

TUBOKURARIN KLORIDA 

Tubocurarine Chloride 

 

 

 

(+)-Tubokurarin klorida hidroklorida pentahidrat [6989-

98-6] 

C37H41ClN2O6.HCl.5H2O             BM 771,72 

Anhidrat [57-94-3]             BM 681,66 

 

Tubokurarin Klorida mengandung tidak kurang dari 

95,0% dan tidak lebih dari 105,0% C37H41ClN2O6.HCl, 

dihitung terhadap zat anhidrat. 

 

Pemerian Serbuk hablur; putih atau putih kekuningan 

sampai putih kelabu. Melebur pada suhu lebih kurang 

270º disertai peruraian.  

 

Kelarutan Larut dalam air, agak sukar larut dalam 

etanol. 

 

Baku pembanding Tubokurarin Klorida BPFI. Tidak 

boleh di keringkan sebelum dipakai . Dalam wadah 

tertutup rapat. pakailah  seperti tertera pada etiket. 

 

Kejernihan larutan dalam etanol Larutan 100 mg zat 

uji dalam 10 ml etanol P: jernih. 

 

Identifikasi  

     A. Spektrum serapan inframerah zat yang 

didispersikan dalam kalium bromida P menampilkan  

maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama 

seperti pada Tubokurarin Klorida BPFI.  

     B. Kromatogram dari Larutan uji yang diperoleh 

pada Penetapan kadar memberi  puncak utama 

dengan waktu retensi yang sesuai dengan yang diperoleh 

dari Larutan baku. 

     C. Larutan (1 dalam 100) menampilkan  reaksi 

Klorida cara A, B dan C seperti tertera pada Uji 

Identifikasi Umum <291>. 

 

Rotasi jenis <1081> Antara +210º dan +224º, dihitung 

terhadap zat anhidrat; lakukan penetapan memakai  

larutan 100 mg per 10 ml yang telah dibiarkan selama    

3 jam. 

- 1297 -

 

 

 

 

 

 

 

 

Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 12,0%. 

 

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,25%.  

 

Senyawa sejenis Dalam kromatogram yang diperoleh 

dari Larutan uji pada Penetapan kadar, jumlah respons 

puncak selain puncak tubokurarin, tidak lebih dari 5,0% 

dari jumlah semua respons puncak. 

 

Klorida Tidak kurang dari 9,9% dan tidak lebih dari 

10,7% dihitung terhadap zat anhidrat; lakukan penetapan 

sebagai berikut: Timbang saksama lebih kurang 300 mg 

zat, larutkan dalam 5 ml air, hangatkan sedikit sampai  

larut. Tambahkan 5 ml asam asetat glasial P dan 50 ml 

metanol P, dinginkan sampai  suhu ruang. Tambahkan    

1 tetes eosin Y LP dan titrasi dengan perak nitrat 0,1 N 

LV. 

 

Tiap ml perak nitrat 0,1 N 

 setara dengan 3,545 mg Cl 

 

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara 

Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada 

Kromatografi <931>. 

     tahap  gerak Buat campuran asetonitril P-metanol P 

(3:2), diamkan pada suhu ruang. Masukkan 270 ml 

larutan ini ke dalam gelas ukur 1000 ml, tambahkan   

20,0 ml larutan tetrametilamonium hidroksida P 25% 

dalam metanol P, tambahkan air sampai  1 liter. Atur pH 

sampai  4,0 dengan penambahan asam fosfat LP, saring 

dan awaudarakan. 

     Larutan baku Timbang saksama beberapa  

Tubokurarin Klorida BPFI, larutkan dalam tahap  gerak 

sampai  kadar lebih kurang 0,3 mg per ml. 

     Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 30 mg 

zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml. Larutkan 

dan encerkan dengan tahap  gerak sampai tanda. 

     Larutan kesesuaian sistem Larutkan beberapa  

tubokurarin klorida dan fenol P dalam tahap  gerak 

sampai  kadar masing-masing lebih kurang 0,30 mg dan 

0,50 mg per ml. 

     Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada 

Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi 

dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 25 cm x  

4 mm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang      

1 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan 

kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur respons 

puncak seperti tertera pada procedure : resolusi, R, antara 

dua puncak utama tidak kurang dari 2,0 dan faktor 

ikutan untuk tubokurarin klorida tidak lebih dari 2,0. 

Waktu retensi relatif untuk tubokurarin klorida dan fenol 

berturut-turut lebih kurang 0,50 dan 1,0. Lakukan 

kromatografi terhadap Larutan baku, rekam 

kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera 

pada procedure : simpangan baku relatif pada penyuntikan 

ulang tidak lebih dari 2,0%.  

     procedure  Suntikkan secara terpisah beberapa  volume 

sama (lebih kurang 10 μl) Larutan baku dan Larutan uji 

ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur 

respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg 

tubokurarin klorida, C37H41ClN2O6.HCl, dalam zat yang 

dipakai  dengan rumus: 

 

S

U

r

rC100  

 

C yaitu  kadar Tubokurarin Klorida BPFI dalam mg per 

ml Larutan baku; rU  dan rS berturut-turut yaitu  respons 

puncak dari Larutan uji dan Larutan baku. 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. 

 

 

VAKSIN BASIL CALMETTE-GUERIN BEKU 

KERING 

Bacillus Calmette-Guerin Vaccine 

 

Vaksin Basil Calmette-Guerin yaitu  sediaan yang 

mengandung bakteri hidup yang diperoleh dari galur 

berasal dari basil Calmette dan Guerin dan diketahui 

dapat melindungi manusia terhadap tuberkulosis. Vaksin 

beku kering direkonstitusi dengan cara steril yang sesuai, 

segera sebelum dipakai . 

   Vaksin dibuat dengan sistem lot benih. Galur dipilih 

dan dipelihara sedemikian rupa sesampai  dapat 

mempertahankan stabilitas; memiliki  kemampuan 

membuat manusia dan marmut peka terhadap tuberkulin 

dan melindungi hewan uji terhadap tuberkulosis; serta 

relatif bebas dari patogenitas terhadap manusia dan 

hewan uji. Bets vaksin yang sesuai dibuat dari lot benih 

dan disimpan untuk dipakai  sebagai vaksin baku 

dalam pengujian. 

   Vaksin dibuat dari biakan yang terpisah dari lot benih, 

tidak lebih dari 12 pasase. Selama berlangsungnya 

pasase sediaan tidak boleh dibekukeringkan lebih dari 

satu kali. Basil dibiakkan di permukaan media biakan 

tidak lebih dari 10 hari atau dibiarkan di dalam media 

yang sesuai tidak lebih dari 14 hari. Biakan dipanen dan 

disuspensikan di dalam media cair steril yang dapat 

melindungi viabilitas vaksin yang ditetapkan dengan 

metode perhitungan angka viabel yang sesuai. Sediaan 

vaksin dibekukeringkan sesampai  kandungan air sesuai 

untuk stabilitas vaksin. 

Pada uji hipersensitivitas diperlambat yang sesuai 

memakai  marmut, aktivitas vaksin uji tidak berbeda 

dengan vaksin baku. 

 

Baku pembanding Vaksin Basil Calmette-Guerin Beku 

Kering BPFI. 

 

Identifikasi Lakukan identifikasi secara mikroskopik 

dengan membuat pewarnaan sediaan apus atau dengan 

penampilan koloni khas yang tumbuh pada media padat 

dan dengan uji hayati yang sesuai. 

 

- 1298 -

 

 

 

 

 

 

 

Toksisitas abnormal Syarat uji Toksisitas Abnormal 

seperti tertera pada Uji Reaktivitas Biologi secara In-

vivo <251> tidak berlaku pada Vaksin Basil Calmette-

Guerin. 

 

Mikobakteri virulen Suntikkan secara subkutan atau 

intramuskular pada 6 ekor marmut berbobot tubuh 250 g 

sampai 400 g, beberapa  vaksin kering setara dengan     

50 dosis yang disuspensikan dalam beberapa  volume 

pengencer yang sesuai seperti tertera pada etiket. Tidak 

seekor hewan pun mati dalam waktu 42 hari sesudah  

penyuntikan, atau bila seekor hewan mati, pemeriksaan 

sesudah  mati tidak menampilkan  gejala tuberkulosis. Bila 

dua ekor hewan mati selama periode pengamatan dan 

tidak menampilkan  gejala tuberkulosis, ulangi pengujian 

dengan memakai  6 ekor marmut lain. Pada 

pengujian kedua, tidak seekor hewan pun mati selama  

42 hari sesudah  penyuntikkan, atau bila seekor hewan 

mati, pemeriksaan sesudah  mati tidak menampilkan  

gejala tuberkulosis. 

 

Reaktivitas berlebih Suntikkan secara intradermal pada 

4 ekor marmut, bobot tubuh tidak kurang dari 250 g, 

masing-masing dengan dosis 100 μl, 10 μl dan 1 μl 

vaksin uji dan vaksin baku dengan dosis yang sama. 

Amati selama 4 minggu: reaksi kulit yang disebabkan 

oleh vaksin uji dan vaksin baku tidak berbeda secara 

bermakna. 

 

Syarat lain Vaksin sesudah  direkonstitusi, memenuhi 

syarat seperti tertera pada Vaksin. 

 

Angka viabel Lakukan penetapan jumlah unit bakteri 

hidup dalam vaksin yang telah direkonstitusi, dengan 

menghitung jumlah koloni pada media padat 

memakai  metode yang sesuai untuk vaksin uji: 

jumlah unit bakteri hidup tidak kurang dari jumlah yang 

tertera pada etiket, serta efektif dan dapat diterima oleh 

kelompok umur yang divaksinasi. 

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup 

kedap, terhindar dari kontaminasi, terutama basil 

tuberkel yang virulen. Bila disimpan pada kondisi seperti 

tertera pada etiket, potensi vaksin beku kering 

diharapkan dapat bertahan selama tidak kurang dari        

2 tahun. Jika sudah direkonstitusi, vaksin harus segera 

dipakai , jika ada yang tersisa harus dibuang. 

 

 

VAKSIN CAMPAK, HIDUP 

Morbilla Vaccine, Live  

 

Vaksin Campak, Hidup yaitu  sediaan yang 

mengandung galur modifikasi yang sesuai dari virus 

campak hidup yang ditumbuhkan dalam biakan sel 

embrio ayam atau biakan sel lain yang memenuhi syarat. 

Vaksin kering yang direkonstitusi dengan cairan seperti 

tertera pada etiket, dibuat segera sebelum dipakai . 

Vaksin campak tidak boleh mengandung zat pengawet 

antimikroba. 

    Pembuatan berdasarkan sistem lot benih dari virus 

bebas neurovirulen. Vaksin berasal dari lebih 10 subkultur 

dari lot benih yang pada uji laboratorium dan uji klinis 

menampilkan  galur sesuai. 

    Vaksin kering dapat dibuat dengan cara sebagai 

berikut: Virus dibiakkan secara aseptik dalam biakan 

primer sel embrio ayam atau sel lain yang sesuai. 

Embrio ayam berasal dari kelompok ayam sehat, bebas 

dari leukosis unggas (avian) dan biakan sel tidak 

mengandung mikroorganisme asing. Media untuk 

pertumbuhan awal sel dapat ditambah serum hewan, 

namun  media untuk pemeliharaan biakan sel selama 

pengembangbiakan virus tidak boleh mengandung 

protein. Media biakan sel dapat mengandung indikator 

pH yang sesuai seperti merah fenol dan antibiotik yang 

sesuai dengan kadar efektif terkecil. Suhu inkubasi 

dikendalikan dengan saksama selama pembiakan virus.  

    Suspensi virus dipanen pada waktu yang sesuai 

dengan galur virus yang dipakai , lalu  dilakukan 

uji identifikasi, sterilitas dan bebas virus asing. Virus 

hasil panen yang telah memenuhi uji ini  

dikumpulkan dan dijernihkan untuk menghilangkan sel-

sel. Pada vaksin yang telah jernih ditambahkan bahan 

stabilisator yang sesuai, lalu  dibekukeringkan 

sampai  kandungan air sesuai untuk stabilitas vaksin. 

    Uji degradasi dipercepat dilakukan terhadap vaksin 

beku kering dengan memanaskan pada suhu 37° selama 

7 hari. Penurunan titer virus sesudah  dipanaskan tidak 

lebih dari 1log10 lebih rendah dari titer awal dan tidak 

kurang dari 3,0 log10 DIKS50 per dosis. 

 

Identifikasi sesudah  dinetralkan dengan antiserum virus 

campak spesifik, vaksin tidak lagi menginfeksi biakan 

sel yang peka. 

 

Syarat lain Vaksin sesudah  direkonstitusi memenuhi 

syarat seperti tertera pada Vaksin. 

 

Titer virus Lakukan titrasi virus dalam biakan sel 

memakai  5 tabung untuk masing-masing 

pengenceran 0,5 log10, atau dengan metode lain dengan 

kepekaan sama. Titer virus tidak kurang dari titer yang 

tertera pada etiket dan tidak kurang dari 3,0 log10 

DIKS50 per dosis. 

 

Wadah dan penyimpanan Bila disimpan pada kondisi 

yang ditentukan, potensi vaksin kering diharapkan dapat 

bertahan selama tidak kurang dari 12 bulan sejak tanggal 

penetapan titer virus. sesudah  direkonstitusi vaksin harus 

segera dipakai .   

 

 

VAKSIN DEMAM KUNING, HIDUP  

Yellow Fever Vaccine, Live 

 

Vaksin Demam Kuning, Hidup yaitu  suspensi virus 

demam kuning galur 17D dalam air yang dibiakkan 

- 1299 -

 

 

 

 

 

 

 

dalam embrio telur ayam. Vaksin kering direkonstitusi 

dengan cairan yang tertera pada etiket, segera sebelum 

dipakai . 

    Pembuatan vaksin berdasarkan sistem lot benih. 

Vaksin merupakan hasil tidak lebih dari 3 subkultur 

benih vaksin asal, yang uji laboratorium dan uji 

kliniknya menampilkan  galur sesuai persetujuan instansi 

yang berwenang. Virus dibiarkan dalam embrio telur 

ayam berasal dari kelompok ayam yang sesuai, bebas 

dari mikroba patogen spesifik. sesudah  inkubasi, 

ekstraksi virus dari tahap  air telur yang telah terinfeksi, 

dan jernihkan. Dapat ditambahkan antibiotik yang 

sesuai. Suspensi yang telah jernih diuji terhadap 

identifikasi sterilitas dan bebas dari zat asing. Virus hasil 

panen yang memenuhi syarat dikumpulkan, campur 

dengan stabilisator yang sesuai, dibagi secara aseptik ke 

dalam wadah steril dan dibekukeringkan sampai  

mengandung air yang sesuai untuk stabilitas vaksin. 

lalu  tutup untuk mencegah kontaminasi dan 

kelembaban. 

    Uji penurunan dipercepat dilakukan pada suhu 37º 

selama 7 hari. Titer virus sesudah  dipanaskan tidak lebih 

dari 1 log10 lebih rendah dari nilai titer awal dan tidak 

kurang dari jumlah unit pembentuk plak setara dengan 

3,0 log10 DL50 mencit. 

 

Syarat lain Vaksin sesudah  direkonstitusi memenuhi 

syarat seperti tertera pada Vaksin. 

 

Identifikasi Jika dicampur dengan imunoserum demam 

kuning spesifik, kemampuan untuk menginfeksi biakan 

sel yang peka akan berkurang secara menonjol . 

 

Nitrogen protein Tidak lebih dari 0,25 mg per dosis. 

 

Toksisitas abnormal Memenuhi syarat uji Toksisitas 

Abnormal seperti tertera pada Uji Reaktivitas secara 

Biologi In-vivo <251>. Lakukan penetapan 

memakai  10 dosis (sebagai ganti 1 dosis) untuk tiap 

marmut dan amati selama 21 hari (sebagai ganti 7 hari). 

 

Titer virus Lakukan penetapan kandungan virus dalam 

vaksin yang telah direkonstitusi dan dibiarkan pada suhu 

20º sampai  30º selama 20 menit, dengan metode 

pembentuk plak dalam biakan sel yang sesuai (seperti sel 

Vero) memakai  satu seri pengenceran vaksin 

berkelipatan 4 dalam media yang sesuai. 

Dosis yang tertera pada etiket mengandung tidak kurang 

dari jumlah unit pembentukan plak setara dengan 1000 

DL50 mencit. Kesetaraan unit pembentuk plak dengan 

DL50 telah ditetapkan sebelumnya atas persetujuan 

instansi yang berwenang. 

 

Wadah dan penyimpanan Jika disimpan pada kondisi 

yang telah ditentukan, dapat bertahan tidak kurang dari 2 

tahun. sesudah  direkonstitusi vaksin harus segera 

dipakai . 

 

 

VAKSIN DIFTERI DAN TETANUS JERAP 

Diphteria and Tetanus Vaccine, Adsorbed 

 

Vaksin Difteri dan Tetanus Jerap dibuat dari toksoid 

formol difteri yang mengandung tidak kurang dari 1500 

Limes flocculationis (Lf) per mg nitrogen protein, 

toksoid formor tetanus tidak kurang dari 1000 Limes 

flocculationis (Lf) per mg nitrogen protein dan zat 

pembawa mineral aluminium hidroksida hidrat, 

aluminium fosfat atau kalsium fosfat, dalam larutan 

natrium klorida P 0,9% atau larutan isotonik lain. 

Toksoid formol dibuat dari toksin yang dihasilkan oleh 

pertumbuhan Corynebacterium diphtheriae dan 

Clostridium tetani berturut-turut dalam media yang 

sesuai. Antigenisitas vaksin Difteri dan Tetanus Jerap 

sangat dipengaruhi oleh zat pengawet antimikroba, 

terutama golongan fenol, sesampai  zat ini  tidak 

boleh ditambahkan pada Vaksin Difteri dan Tetanus 

Jerap. 

 

Baku pembanding Vaksin Difteri Jerap BPFI dan 

Vaksin Tetanus Jerap BPFI. 

 

Identifikasi 

    A. Larutkan beberapa  natrium sitrat P dalam sediaan 

uji sampai  diperoleh larutan 10%. Simpan pada suhu 37º 

selama 16 jam dan sentrifus sampai  diperoleh cairan 

jernih. Beningan bereaksi dengan imunoserum difteri 

yang sesuai: terbentuk endapan.  

    B. Beningan yang diperoleh pada uji A, bereaksi 

dengan imunoserum tetanus yang sesuai: terbentuk 

endapan.  

 

Toksisitas spesifik Suntikkan secara subkutan beberapa  

5 kali dosis sediaan uji seperti tertera pada etiket pada 

masing-masing 5 ekor marmut. Tidak seekor hewan pun 

menampilkan  gejala atau mati sebab  keracunan toksin 

difteri atau tetanus selama 42 hari. Jika selama periode 

pengamatan, lebih dari satu hewan mati sebab  penyebab 

tidak spesifik, ulangi pengujian. Pada pengujian kedua 

tidak seekor hewan pun menampilkan  gejala atau mati 

sebab  keracunan toksin difteri atau tetanus atau sebab  

sebab lain dalam waktu 42 hari. 

 

Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada 

Vaksin.  

 

Penetapan potensi 

    A. Potensi vaksin difteri  tidak kurang dari 30 unit per 

dosis. Lakukan penetapan dengan membandingkan dosis 

sediaan uji dan dosis sediaan baku yang memberi  

perlindungan sama bagi marmut terhadap efek 

eritrogenik toksin difteri yang diberikan secara 

intradermal. 

Hewan uji pakailah  marmut dari asal yang sama, 

kelompokkan menjadi 6 kelompok masing-masing       

16 ekor dan 1 kelompok terdiri dari 4 ekor, dari jenis 

kelamin yang sama atau jenis kelamin berbeda yang 

dibagi merata di antara kelompok. 

- 1300 -

 

 

 

 

 

 

 

    Pemilihan toksin tantang pakailah  toksin difteri yang 

mengandung beberapa  toksin bebas, encerkan sampai  

0,00025 Lf per ml, dan suntikkan beberapa  0,2 ml 

(0,00005 Lf) secara intradermal pada punggung marmut 

yang telah dicukur: timbul reaksi eritema yang nyata 

sesudah  48 jam. 

    Larutan toksin tantang Segera sebelum dipakai  

encerkan toksin tantang dengan pengencer yang sesuai 

sampai  diperoleh larutan toksin tantang yang 

mengandung 0,005 Lf per 0,2 ml. Encerkan sebagai 

larutan toksin tantang 100 kali, memakai  dapar 

yang sama. 

    procedure  Buat seri pengenceran sediaan uji dan 

sediaan baku dalam larutan natrium klorida P 0,9%, 

masing-masing 3 pengenceran dengan kelipatan tidak 

lebih dari 2,5. Kadar dipilih sedemikian sesampai  bila 

beberapa  1,0 ml kadar tengah disuntikkan secara 

subkutan pada marmut, akan melindungi lebih kurang 

50% hewan uji terhadap efek eritrogenik dari beberapa  

tertentu toksin difteri yang disuntikkan secara 

intradermal. Alokasikan tiap enceran pada masing-

masing kelompok marmut yang terdiri dari 16 ekor. 

Suntikkan secara subkutan 1,0 ml tiap enceran pada tiap 

marmut dalam masing-masing kelompok yang 

dialokasikan. sesudah  28 hari suntikkan secara 

intradermal beberapa  0,2 ml larutan toksin tantang 

(0,005 Lf) pada tiap marmut yang telah dicukur 

punggungnya. Pada tiap marmut dari kelompok yang 

terdiri dari 4 ekor, suntikkan larutan toksin tantang 

dengan cara yang sama sebanyak 0,2 ml. Pada tempat 

yang berdekatan suntikkan juga 0,2 ml larutan toksin 

tantang yang telah diencerkan 100 kali. sesudah  2 hari 

amati adanya reaksi eritema pada semua marmut. Hitung 

potensi relatif vaksin uji terhadap potensi sediaan baku 

berdasarkan jumlah hewan yang menampilkan  reaksi 

eritema yang bermakna, memakai  metode statistik 

yang sesuai. Uji tidak absah kecuali jika dosis sediaan 

uji maupun sediaan baku yang dapat melindungi 50% 

hewan uji terletak di antara dosis terendah dan tertinggi; 

marmut yang disuntik secara intradermal dengan larutan 

toksin tantang dan larutan toksin tantang yang telah 

diencerkan 100 kali, menampilkan  reaksi eritema pada 

tempat penyuntikan; dan analisa  statistik tidak 

menampilkan  adanya perbedaan linieritas atau 

kesejajaran. Pengujian dapat diulang beberapa kali; jika 

dilakukan beberapa kali pengujian, potensi dihitung 

berdasarkan semua hasil uji yang absah. 

[Catatan Sebagai metode alternatif untuk menetapkan 

potensi dapat dipakai  metode lain yang memiliki  

ketelitian sama.] 

    B. Potensi vaksin tetanus tidak kurang dari 40 unit per 

dosis. Lakukan penetapan seperti tertera pada Penetapan 

potensi dalam Vaksin Tetanus Jerap. 

 

Wadah dan penyimpanan Bila disimpan pada kondisi 

yang ditentukan, potensi vaksin diharapkan dapat 

bertahan tidak kurang dari 5 tahun sejak tanggal potensi 

ditetapkan.  

 

VAKSIN DIFTERI, TETANUS DAN 

PERTUSIS JERAP 

Diphteria, Tetanus and Pertusis Vaccine, 

Adsorbed 

 

Vaksin Difteri, Tetanus dan Pertusis Jerap dibuat dari 

toksoid formol difteri yang mengandung tidak kurang 

dari 1500 Limes flocculationis (Lf) per mg nitrogen 

protein, toksoid formol tetanus yang mengandung tidak 

kurang dari 1000 Lf per mg nitrogen protein, suspensi 

Bordetella pertussis mati dan zat pembawa mineral 

aluminium hidroksida hidrat atau aluminium fosfat atau 

kalsium fosfat, dalam larutan natrium klorida P 0,9% 

atau larutan isotonik lain yang sesuai. Toksoid formol 

difteri dibuat dari toksin yang dihasilkan oleh 

pertumbuhan Corynebacterium diphtheriae, dan toksoid 

formol tetanus dibuat dari toksin yang dihasilkan oleh 

pertumbuhan Clostridium tetani masing-masing dalam 

media yang sesuai dengan darah. Suspensi Bordetella 

pertussis mati dibuat  dengan cara: Satu atau lebih galur 

Bordetella pertussis yang sesuai dibiakkan secara 

terpisah selama 24 sampai 72 jam, memakai  media 

biakan cair atau padat yang sesuai dan tidak 

mengandung darah. Bakteri dipanen dan disuspensikan 

dalam larutan natrium klorida P 0,9% atau larutan 

isotonik lain yang sesuai, dan opasitas suspensi diukur. 

Hasil penetapan opasitas dipakai  sebagai dasar 

perhitungan untuk pembuatan vaksin pada semua tahap 

berikutnya. Bakteri diinaktifkan dengan zat kimia yang 

sesuai atau dengan pemanasan pada suhu 56°. Suspensi  

disimpan pada suhu 2° sampai 8° sampai  3 bulan untuk 

mengurangi toksisitasnya. Antigenitas Vaksin Difteri, 

Tetanus dan Pertusis Jerap sangat dipengaruhi oleh zat 

pengawet antimikroba, terutama golongan fenol dan 

beberapa golongan amonium kuaterner, sesampai  zat 

ini  tidak boleh ditambahkan pada Vaksin Difteri, 

Tetanus dan Pertusis Jerap. 

 

Baku pembanding Vaksin Difteri Jerap BPFI; Vaksin 

Tetanus Jerap BPFI dan Vaksin Pertusis BPFI. 

 

Identifikasi 

A. Larutkan beberapa  natrium sitrat P dalam 

sediaan uji sampai  diperoleh larutan 10%. Simpan pada 

suhu 37° selama lebih kurang 16 jam dan sentrifus 

sampai  diperoleh  cairan jernih. Beningan bereaksi 

dengan imunoserum difteri yang sesuai: terbentuk 

endapan. 

B. Beningan yang diperoleh pada uji A bereaksi 

dengan imunoserum tetanus yang sesuai: terbentuk 

endapan.  

C. Tambahkan antiserum Bordetella pertussis yang 

sesuai pada sediaan uji: terbentuk aglutinasi.  

 

Toksisitas Spesifik Suntikkan secara subkutan beberapa  

5 kali dosis sediaan uji seperti tertera pada etiket pada 

masing-masing 5 ekor marmut. Tidak seekor hewan pun 

menampilkan  gejala, atau mati sebab  keracunan toksin 

difteri atau tetanus selama 42 hari. Jika selama periode 

- 1301 -

 

 

 

 

 

 

 

pengamatan lebih dari satu hewan mati sebab  penyebab 

yang tidak spesifik, ulangi pengujian. Pada pengujian 

kedua tidak seekor hewan pun menampilkan  gejala atau 

mati sebab  keracunan toksin difteri atau tetanus, atau 

sebab  sebab lain dalam waktu 42 hari. 

 

Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada 

Vaksin. 

 

Penetapan potensi 

    A. Potensi vaksin difteri tidak kurang dari 30 unit per 

dosis. Lakukan penetapan seperti tertera pada Penetapan 

potensi A dalam Vaksin Difteri dan Tetanus Jerap. 

    B. Potensi vaksin tetanus tidak kurang dari 40 unit per 

dosis, atau jika pengujian dilakukan pada mencit, tidak 

kurang dari 60 unit per dosis. Lakukan penetapan seperti 

tertera pada Penetapan potensi dalam Vaksin Tetanus 

Jerap. 

    C. Potensi vaksin pertusis tidak kurang dari 4 unit per 

dosis dan batas kesalahan fidusial terendah tidak kurang 

dari 2 unit per dosis, yang tidak lebih dari 1 ml. Lakukan 

penetapan dengan membandingkan dosis sediaan uji dan 

dosis sediaan Baku Pembanding Vaksin Pertusis BPFI 

yang dapat memberi  perlindungan yang sama bagi 

mencit terhadap dosis letal intraserebral Bordetella 

pertussis. 

    Pemilihan galur tantang dan pembuatan suspensi 

tantang pakailah  Bordetella pertussis  yang sesuai dan 

dapat menyebabkan kematian mencit dalam waktu       

14 hari sesudah  penyuntikan secara intraserebral. Jika 

dalam waktu 48 jam sesudah  penyuntikan, lebih dari 20% 

hewan mati, galur dianggap tidak sesuai. Buat satu 

subkultur dari galur di atas dan suspensikan hasil 

panenan Bordetella pertussis dalam larutan yang 

mengandung kasein hidrolisat P 1% dan natrium  

klorida P 0,6%, pH 7,0 - 7,2 atau dalam larutan lain 

yang sesuai. Tetapkan opasitas suspensi. Buat satu seri 

pengenceran pada larutan yang sama, alokasikan tiap 

enceran pada masing-masing kelompok mencit yang 

terdiri dari 10 ekor. Suntikkan secara intraserebral     

0,02 ml atau 0,03 ml tiap enceran pada tiap mencit 

dalam masing-masing kelompok yang dialokasikan. 

sesudah  14 hari hitung jumlah mencit yang hidup dari 

masing-masing kelompok. Dari hasil ini  hitung 

opasitas suspensi yang mengandung 100 DL50 dalam 

setiap dosis tantang. Untuk penetapan potensi vaksin, 

buat subkultur segar dari galur Bordetella pertussis  

yang sama, dan dari panenan bakteri buat suspensi 

dengan opasitas yang setara dengan lebih kurang 100 

DL50 dalam setiap dosis tantang. Buat tiga pengenceran 

suspensi tantang. 

    Hewan uji pakailah  mencit putih dari galur yang 

sesuai dari sumber yang seragam, umur kurang dari        

5 minggu, perbedaan bobot tubuh tidak lebih dari           

5 gram. Kelompokkan menjadi 6 kelompok masing-

masing terdiri dari 16 ekor dan 4 kelompok masing-

masing terdiri dari 10 ekor; dari jenis kelamin yang sama 

atau jenis kelamin berbeda yang dibagi merata di antara 

kelompok. Untuk 3 kelompok yang terdiri dari 16 ekor 

menerima sediaan baku dan 3 kelompok lainnya 

menerima sediaan uji, sedang 4 kelompok yang terdiri 

dari 10 ekor dipakai  untuk penetapan DL50 suspensi 

tantang. 

    procedure  pakailah  3 dosis sediaan baku dalam pelarut 

yang sesuai dan 3 dosis sediaan uji yang disuspensikan 

dengan larutan yang sesuai. Ketiga dosis diatur 

sedemikian sesampai  dosis yang melindungi 50% mencit 

mendekati dosis tengah. biasanya  dipakai  dosis    

0,5 unit; 0,1 unit dan 0,02 unit sediaan baku dan (1 

dalam 8); (1 dalam 40) dan (1 dalam 200) enceran 

sediaan uji, masing-masing dosis tidak lebih dari 0,5 ml. 

Suntikkan setiap mencit satu dosis secara intraperitoneal. 

sesudah  14 sampai  17 hari, suntikkan mencit secara 

intraserebral satu dosis suspensi tantang Bordetella 

pertussis. Pada saat yang sama suntikkan secara 

intraserebral pada 4 kelompok mencit terdiri dari 10 ekor 

suspensi tantang dengan enceran yang sesuai untuk 

menetapkan DL50 dalam dosis yang diberikan pada 

mencit yang telah diinokulasi. Amati mencit tiap hari 

selama 14 hari sesudah  penyuntikan dengan suspensi 

tantang. Hitung potensi vaksin memakai  metode 

statistik baku, berdasarkan jumlah mencit yang hidup, 

tidak termasuk mencit yang mati dalam waktu 48 jam 

sesudah  penyuntikan suspensi tantang. Jika perlu, ulangi 

pengujian, jika dilakukan lebih dari satu kali pengujian, 

potensi dan batas keyakinan dihitung berdasarkan semua 

hasil uji yang absah. Uji tidak absah kecuali jika dosis 

sediaan uji dan sediaan baku yang dapat melindungi 

50% hewan uji terletak diantara dosis tertinggi dan 

terendah yang diberikan pada mencit, kurva dosis 

respons menampilkan  kemiringan yang bermakna 

dengan deviasi yang tidak bermakna, terhadap 

kesejajaran atau linieritas dan dosis tantang lebih kurang 

100 DL50. 

 

Wadah dan penyimpanan Bila disimpan pada kondisi 

yang ditentukan, potensi vaksin diharapkan dapat 

bertahan selama tidak kurang dari 2 tahun sejak tanggal 

potensi ditetapkan.  

 

 

VAKSIN HEPATITIS B ASAL PLASMA 

MANUSIA 

Hepatitis B Vaccine Human Plasma Origin 

 

Vaksin Hepatitis B asal Plasma Manusia yaitu  sediaan 

yang mengandung antigen permukaan Hepatitis B 

(HbsAg), diperoleh dari plasma yang telah mengalami 

inaktivasi terhadap virus Hepatitis B dan virus lain yang 

ada  dalam darah manusia. 

 

Baku pembanding Vaksin Hepatitis B BPFI. 

 

Pirogen <231> Memenuhi syarat. 

 

Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada 

Vaksin. 

 

- 1302 -

 

 

 

 

 

 

 

Penetapan potensi Lakukan penetapan memakai  

metode kuantitatif yang sesuai dengan cara sebagai 

berikut: Kepada tiap kelompok mencit tidak kurang dari 

20 ekor, berumur 5 minggu, suntikkan secara 

intraperitoneal vaksin Hepatitis B mengandung ajuvan 

dengan dosis vaksin bertingkat. Vaksin diencerkan 

dengan pelarut mengandung ajuvan yang dipakai  

dalam vaksin. Pada kelompok mencit lain yang serupa 

suntikkan sediaan baku mengandung ajuvan. Ambil 

darah sesudah  28 hari dan pisahkan serum. Lakukan 

penetapan antibodi memakai  metode kuantitatif 

yang peka seperti Penetapan Imuno Radio (RIA) atau 

Penetapan Imuno Enzim (EIA). Lakukan analisa  data 

menurut serokonversi dan titer anti HBs rata-rata 

geometrik, untuk tiap dosis antigen. Galur mencit yang 

dipakai  harus memberi ketajaman kurva dosis respons 

terhadap antigen baku. Potensi dihitung dalam 50% 

respons antibodi hewan uji (DE50). 

 

Wadah dan penyimpanan Simpan pada suhu seperti 

tertera pada etiket. 

 

 

VAKSIN KOLERA 

Cholera Vaccine 

 

Vaksin Kolera yaitu  suspensi homogen beberapa galur 

Vibrio cholerae atau galur lain yang sesuai, mengandung 

tidak kurang dari 8000 juta bakteri perdosis, yang tidak 

lebih dari 1 ml. 

    Pembuatan berdasarkan sistem lot benih. Vaksin 

terdiri dari bagian yang sama, vaksin yang dibuat dari 

galur halus dari dua tipe serologik utama, Inaba dan 

Ogawa, dapat berupa biotipe klasik dengan atau tanpa 

biotipe El-Tor. Dapat berupa galur tunggal atau beberapa 

galur dari tiap tipe. Sebagai tambahan terhadap tipe 

antigen-O, semua galur harus mengandung antigen-O 

tahan panas yang biasa ada  pada Inaba dan Ogawa. 

Bila dipakai  lebih dari satu galur untuk masing-

masing Inaba dan Ogawa, harus dipilih sedemikian rupa 

sesampai  mengandung antigen-O lain sebagai tambahan. 

Masing-masing dibiarkan secara terpisah. Bakteri 

dimatikan dengan memanaskan suspensi (misalnya pada 

suhu 56º selama 1 jam); atau dengan penambahan 

bakterisida yang sesuai seperti formaldehida atau fenol; 

atau dengan kombinasi cara fisika dan kimia. 

    Vaksin kolera tersedia dalam bentuk cair atau beku 

kering yang direkonstitusi dulu dengan pelarut steril 

yang sesuai segera sebelum dipakai . Sediaan vaksin 

beku kering tidak boleh ditambah fenol. 

 

Identifikasi Lakukan penetapan dengan cara aglutinasi 

khas. 

 

Antigenisitas Lakukan uji kemampuan vaksin untuk 

menginduksi antibodi (seperti aglutinasi, vibriosida atau 

hemaglutinasi antibodi) pada marmut, kelinci, atau 

mencit dengan cara sebagai berikut: Suntikkan beberapa  

vaksin kepada satu kelompok terdiri dari paling sedikit  

6 ekor hewan uji. Pada akhir waktu yang diperlukan 

untuk pembentukan antibodi maksimum, berdasarkan 

hasil uji pendahuluan, kumpulkan serum dari masing-

masing hewan uji, tetapkan titer antibodi yang sesuai 

dari masing-masing serum memakai  metode yang 

sesuai: masing-masing tipe serologi menampilkan  

respons antibodi yang bermakna. 

 

Fenol Vaksin kolera cair mengandung tidak lebih dari 

0,5%; lakukan penetapan seperti tertera pada Vaksin.  

 

Toksisitas abnormal Memenuhi syarat; lakukan uji 

Toksitas Abnormal seperti tertera pada Uji Reaktivitas 

secara Biologi in-vivo <251>, memakai  dosis uji 

0,5 ml pada masing-masing mencit dan 1 ml pada 

masing-masing marmut. 

 

Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada 

Vaksin. 

 

Wadah dan penyimpanan Potensi vaksin cair 

diharapkan dapat bertahan selama tidak kurang dari      

18 bulan jika disimpan pada kondisi yang ditentukan. 

Untuk vaksin kering, potensi diharapkan dapat bertahan 

tidak kurang dari 5 tahun jika disimpan pada kondisi 

yang ditentukan. Jika telah direkonstitusi, vaksin harus 

segera dipakai . 

 

 

VAKSIN POLIO ORAL, HIDUP 

Poliomyelitis  Vaccine, Live (Oral)  

 

Vaksin Polio Oral, Hidup yaitu  suspensi dalam air dari 

galur pilihan virus Poliomyelitis tipe 1, tipe 2 atau tipe 3 

hidup yang dilemahkan, ditumbuhkan dalam biakan sel 

yang memenuhi syarat. Sediaan dapat mengandung satu 

tipe virus atau campuran dari dua atau tiga tipe virus. 

Sediaan berupa cairan jernih dan stabil.  

Pembuatan berdasarkan sistem lot benih. Vaksin 

berasal dari tidak lebih 3 subkultur dari lot benih yang 

pada uji laboratorium dan uji klinis menampilkan  galur 

sesuai yang telah diakui oleh instansi yang berwenang. 

Masing-masing tipe virus dibiakkan dalam biakan sel 

yang telah bebas dari cemaran mikroorganisme asing. 

Media untuk pertumbuhan awal sel dapat ditambahkan 

serum hewan, namun  media untuk pemeliharaan biakan 

sel selama pengembangbiakan virus, tidak boleh 

mengandung protein. Media biakan sel dapat 

mengandung indikator pH yang sesuai, seperti merah 

fenol dan antibiotik yang sesuai dengan kadar efektif 

terkecil.  

Suspensi virus dipanen dan dilakukan uji identifikasi, 

sterilitas dan bebas virus asing. Kumpulkan virus yang 

telah memenuhi syarat dan saring melalui penyaring 

bakteri. Pada virus yang telah disaring, dilakukan uji 

identifikasi, kemampuan tumbuh pada suhu yang 

berbeda dan penetapan konsentrasi virus dalam biakan 

sel. Uji neurovalen dilakukan dengan penyuntikkan 

secara intraspinal pada Macaca irus (kera Cynomolgus) 

- 1303 -

 

 

 

 

 

 

 

atau hewan sejenis yang peka. Uji secara bersamaan 

vaksin uji dan vaksin homotipik pembanding 

memakai  kera yang berasal dari satu bets karantina.  

 

Identifikasi sesudah  dinetralkan dengan antiserum polio 

spesifik, vaksin tidak lagi menginfeksi biakan sel yang 

peka. 

 

Toksisitas abnormal Memenuhi syarat uji Toksisitas 

abnormal seperti tertera pada Uji Reaktivitas secara 

Biologi in-vivo <251>. Lakukan penetapan 

memakai  marmut. 

 

Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada 

Vaksin. 

 

Titer virus Lakukan titrasi virus dalam biakan sel, 

memakai  5 tabung biakan sel untuk masing-masing 

pengenceran 0,5 log10, atau dengan metode tipe lain 

dengan kepekaan sama. Titer virus tipe 1 dan tipe 3 tidak 

kurang dari 5,5 log10 DIKS50 per dosis tunggal manusia.  

 

Wadah dan penyimpanan Simpan pada suhu seperti 

tertera pada etiket (misalnya -25°), mengingat sifat 

stabilisator yang dipakai . Bila telah dicairkan, harus 

disimpan pada suhu 2° sampai 8° dan dipakai  dalam 

waktu 6 bulan. Bila disimpan pada suhu yang lebih 

tinggi, harus segera dipakai  dalam beberapa jam. 

 

 

VAKSIN POLISAKARIDA MENINGOKOKUS 

Meningococcal Polysaccharide Vaccine 

 

Vaksin Polisakarida Meningokokus terdiri dari satu atau 

lebih polisakarida murni yang diperoleh dari galur yang 

sesuai Neisseria meningitidis kelompok A, C, Y dan 

W135 yang telah terbukti mampu menghasilkan 

polisakarida yang aman dan dapat menginduksi antibodi 

spesifik pada manusia. Vaksin kering yang stabil 

direkonstitusi dengan cairan steril yang sesuai segera 

sebelum dipakai . Vaksin dapat mengandung satu tipe 

polisakarida atau campuran dari beberapa tipe. 

    Polisakarida N.meningitidis kelompok A sebagian 

terdiri dari unit berulang N-asetilmanosamina terasetilasi 

pada O, terikat dengan 1 6 fosfodiester. 

    Polisakarida N.meningitidis kelompok C sebagian 

terdiri dari unit berulang asam sialat yang terasetilasi 

pada O, terikat dengan 2 9 glikosidik. 

    Polisakarida N.meningitidis kelompok Y sebagian 

terdiri dari unit yang menggantikan asam sialat dan D-

glukosa yang terasetilasi pada O, terikat dengan 2 6 

glikosidik dan 1 4 glikosidik. 

    Polisakarida N.meningitidis kelompok W135 sebagian 

terdiri dari unit berulang asam sialat dan D-glukosa yang 

terasetilasi pada O, terikat dengan 2 6 glikosidik dan 

1 4 glikosidik. 

    Komponen  polisakarida atau komponen yang tertera 

pada etiket bersama dengan ion kalsium dan kandungan 

air tidak kurang dari 90% dari bobot sediaan. 

    Pembuatan vaksin berdasarkan sist