Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105°
selama 4 jam.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Kemurnian kromatografi Masing-masing cemaran
tidak lebih dari 0,1% dan total cemaran tidak lebih dari
0,2%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
<931>.
Dapar Buat larutan natrium perklorat 10 M, atur pH
3,6 dengan penambahan asam fosfat P.
tahap gerak Buat campuran dapar-metanol P (7:3),
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Larutan resolusi Timbang saksama beberapa
Trimetoprim BPFI dan diaveridin, larutkan dalam
tahap gerak, encerkan secara kuantitatif dan jika perlu
bertahap, sampai kadar berturut-turut lebih kurang 10 g
dan 5 g per ml.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 25 mg
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 25-ml, larutkan
dan encerkan dengan tahap gerak sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom 25 cm x
4,6 mm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
1,3 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan resolusi, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada procedure : resolusi, R, antara
trimetoprim dan diaveridin tidak kurang dari 2,5; dan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
lebih dari 2,0%.
procedure Suntikkan lebih kurang 20 l Larutan uji ke
dalam kromatograf, biarkan Larutan uji tereluasi selama
tidak kurang dari 11 kali waktu retensi trimetoprim,
rekam kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Hitung persentase masing-masing cemaran dalam
trimetoprim yang dipakai dengan rumus:
[ ]+ Ui
i
FrFr
Fr
)(
100
F yaitu faktor respons relatif, yang bernilai 0,5 untuk
puncak-puncak dengan waktu retensi relatif 0,9; 2,3; 2,7;
atau 10,3 dan 1,0 untuk puncak-puncak yang lain; ri
yaitu respons puncak masing-masing cemaran; dan rU
respons puncak utama trimetoprim dalam Larutan uji.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
300 mg zat, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer,
tambahkan 60 ml asam asetat glasial P; titrasi dengan
asam perklorat 0,1 N LV, tetapkan titik akhir secara
potensiometrik. Lakukan penetapan blangko.
Tiap ml asam perklorat 0,1 N
setara dengan 29,03 mg C14H18N4O3
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
tidak tembus cahaya.
TABLET TRIMETOPRIM
Trimethoprim Tablet
Tablet Trimetoprim mengandung Trimetoprim,
C14H18N4O3, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Baku pembanding Trimetoprim BPFI; Tidak boleh
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
terlindung cahaya.
Identifikasi Lakukan penetapan seperti tertera pada
Identifikasi Secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
tahap gerak Buat campuran kloroform P-metanol P-
amonium hidroksida P (95:7,5:1).
Larutan baku Larutkan beberapa Trimetoprim BPFI
dalam campuran metanol P-kloroform P (1:1) sampai
kadar lebih kurang 20 mg per ml.
Larutan uji Gerus beberapa serbuk tablet setara
dengan lebih kurang 100 mg trimetoprim, dengan 2,5 ml
metanol P. Tambahkan 2,5 ml kloroform P, gerus
kembali dan sentrifus. pakailah beningan.
procedure Totolkan masing-masing 25 l Larutan uji
dan Larutan baku pada lempeng kromatografi silika
gel P setebal 0,25 mm. Masukkan lempeng ke dalam
bejana kromatografi yang tidak dijenuhkan tahap gerak
dan biarkan merambat sampai 15 cm dari titik penotolan.
Angkat lempeng, tandai batas rambat, biarkan tahap
gerak menguap. Amati lempeng di bawah cahaya UV
254 nm: harga Rf bercak utama dari Larutan uji sesuai
dengan Larutan baku.
Disolusi <1231>
Media disolusi: 900 ml asam klorida 0,01 N.
Alat tipe 2: 50 rpm.
Waktu : 45 menit.
procedure Lakukan penetapan jumlah C14H18N4O3,
yang terlarut dengan mengukur serapan filtrat alikuot,
yang jika perlu diencerkan dengan asam klorida 0,01 N
sampai kadar lebih kurang 20 g per ml, dan serapan
- 1292 -
larutan baku Trimetoprim BPFI dalam media yang sama
pada serapan maksimum lebih kurang 271 nm.
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
kurang dari 75% (Q) C14H18N4O3, dari jumlah yang
tertera pada etiket.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
tahap gerak Buat campuran larutan asam asetat
glasial 1% dalam air (v/v) dan asetonitril P (21:4).
Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama beberapa
Trimetoprim BPFI, larutkan dalam metanol P sampai
kadar lebih kurang 0,2 mg per ml.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
20 tablet. Timbang saksama beberapa serbuk tablet setara
dengan lebih kurang 100 mg trimetoprim, masukkan ke
dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan 50 ml metanol P,
sonikasi selama 5 menit, dengan goyang sesekali.
Encerkan dengan metanol P sampai tanda. Sentrifus, pipet
10 ml beningan ke dalam labu tentukur 50-ml, encerkan
dengan metanol P sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 25 cm x
4,2 mm yang berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih
kurang 2 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku sebanyak lima kali penyuntikan, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada procedure : simpangan baku relatif pada penyuntikan
ulang tidak lebih dari 2,0%.
procedure Suntikkan secara terpisah beberapa volume
sama (lebih kurang 10 μl) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
trimetoprim, C14H18N4O3, dalam serbuk tablet yang
dipakai dengan rumus:
S
U
r
rC500
C yaitu kadar Trimetoprim BPFI dalam mg per ml
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut yaitu respons
puncak Larutan uji dan Larutan baku.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
tidak tembus cahaya.
TRIPELENAMIN HIDROKLORIDA
Tripelenamin Hydrochloride
2-[Benzil[2-(dimetilamino)etil]amino]piridin
monohidroklorida [154-69-8]
C16H21N3.HCl BM 291,82
Tripelenamin Hidroklorida mengandung tidak kurang
dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C16H21N3.HCl,
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian Serbuk hablur; putih. Secara perlahan menjadi
gelap pada pemaparan cahaya. Larutan praktis netral
terhadap lakmus.
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air, dalam etanol
dan dalam kloroform; sukar larut dalam aseton; tidak
larut dalam benzen, dalam eter dan dalam etil asetat.
Baku pembanding Tripelenamin Hidroklorida BPFI;
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam
sebelum dipakai . Simpan dalam wadah tertutup rapat,
terlindung cahaya.
Identifikasi
A. Memenuhi syarat Identifikasi Basa Nitrogen
Organik <261>.
B. menampilkan reaksi Klorida cara A, B dan C
seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Jarak lebur <1021> Antara 188º dan 192º .
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105º
selama 3 jam.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Kemurnian kromatografi Masing-masing cemaran
tidak lebih dari 0,1% dan total cemaran tidak lebih dari
1,0%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
<931>.
Larutan pasangan ion, tahap gerak, Larutan
benzaldehid, Larutan kesesuaian sistem, Larutan baku,
Larutan uji dan Sistem kromatografi Lakukan seperti
tertera pada Penetapan kadar.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Penetapan kadar. Untuk mengevaluasi persyaratan
kesesuaian sistem, pakailah Larutan kesesuaian sistem
dan Larutan baku, seperti tertera pada Penetapan kadar.
procedure Suntikkan beberapa volume (lebih kurang
10 l) Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung
persentase masing-masing cemaran dalam zat dengan
rumus:
S
i
r
r100
ri yaitu respons puncak masing-masing cemaran; dan rS
yaitu jumlah semua respons puncak.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
- 1293 -
Larutan pasangan ion Buat larutan natrium
1-oktansulfonat 0,029 M.
tahap gerak Masukkan 530 ml metanol P ke dalam
wadah yang sesuai, tambahkan 1,0 ml
N,N-dimetiloktilamin P, dan campur. Tambahkan 430 ml
Larutan pasangan ion, campur, atur pH sampai 3,0
dengan penambahan asam fosfat P, saring dan
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
<931>.
Larutan benzaldehid Pipet 1 ml benzaldehid P ke
dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan tahap
gerak sampai tanda. Pipet 5 ml larutan ke dalam labu
tentukur 100-ml, encerkan dengan tahap gerak sampai
tanda.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama lebih
kurang 50 mg 2-benzilaminopiridin, masukkan ke dalam
labu tentukur 100-ml, tambahkan 10 ml metanol P,
sonikasi sampai larut, lalu encerkan dengan tahap
gerak sampai tanda. Pipet 5 ml larutan ke dalam labu
tentukur 100-ml, tambahkan 5,0 ml Larutan
benzaldehid, encerkan dengan tahap gerak sampai tanda.
Larutan baku Timbang saksama beberapa
Tripelenamin Hidroklorida BPFI, larutkan dalam tahap
gerak, encerkan secara kuantitatif dan jika perlu
bertahap dengan tahap gerak sampai kadar lebih kurang
0,5 mg per ml.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan
dan encerkan dengan tahap gerak sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 242 nm dan kolom 25 cm x
4,6 mm berisi bahan pengisi L7. Laju alir lebih kurang
1 ml per menit. Pertahankan suhu kolom pada 35º.
[Catatan Kolom baru dikondisikan dengan tahap gerak
selama 1 malam sebelum dipakai dan sesudah itu ,jika
perlu dapat juga direkondisi.] Lakukan kromatografi
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada procedure : waktu retensi relatif benzaldehid dan
2-benzilaminopiridin berturut-turut 0,75 dan 1,0;
resolusi, R, antara puncak benzaldehid dan
2-benzilaminopiridin tidak kurang dari 3,5. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada procedure : efisiensi kolom tidak kurang dari 10.000
lempeng teoritis dan simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%.
procedure Suntikkan secara terpisah beberapa volume
sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung persentase tripelenamin
hidroklorida, C16H21N3.HCl dalam zat dengan rumus:
S
U
U
S
r
r
C
C100
CS yaitu kadar Tripelenamin Hidroklorida BPFI dalam
mg per ml Larutan baku; CU yaitu kadar tripelenamin
hidroklorida dalam mg per ml Larutan uji; rU dan rS
berturut-turut yaitu respons puncak dari Larutan uji
dan Larutan baku.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
tidak tembus cahaya.
TRIPROLIDIN HIDROKLORIDA
Triprolidine Hydrochloride
C C
CH2
H
CH3
. HCl . H2O
N
(E)-2[3-(1-Pirrolidinil)-1-p-tolilpropenil]piridin
monohidroklorida monohidrat [6138-79-0]
C19H22N2.HCl.H2O BM 332,87
Anhidrat [550-70-9] BM 314,86
Triprolidin Hidroklorida mengandung tidak kurang dari
98,0% dan tidak lebih dari 101,0%, C19H22N2.HCl,
dihitung terhadap zat anhidrat.
Pemerian Serbuk hablur putih, ringan; berbau tidak
enak. Larutan bersifat basa; melebur pada suhu lebih
kurang 115°.
Kelarutan Larut da am air, dalam etanol dan dalam
kloroform; tidak larut da am eter.
Baku pembanding Triprolidin Hidroklorida BPFI;
tidak boleh dikeringkan; tetapkan kadar air pada saat
akan dipakai untuk analisa kuantitatif. Triprolidin
Hidroklorida isomer-Z BPFI.
Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan da am kalium bromida P menampilkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
seperti pada Triprolidin Hidroklorida BPFI.
B. Spektrum serapan utraviolet larutan (1 da am
100.000) dalam asam klorida 0,1 N menampilkan
maksimum dan minimum pada panjang gelombang yang
sama seperti pada Triprolidin Hidroklorida BPFI; daya
serap masing-masing dihitung terhadap zat anhidrat,
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
kurang 290 nm, berbeda tidak lebih dari 3,0%.
C. menampilkan reaksi Klorida cara A, B dan C
seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Air <1031> Metode I Antara 4,0% dan 6,0%
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Arsen <321> Metode II Tidak lebih dari 4 bpj.
- 1294 -
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
Kemurnian kromatografi
tahap gerak Campuran kloroform P-dietilamin P
(95:5)
Larutan baku Timbang saksama beberapa Triprolidin
Hidroklorida BPFI, larutkan dalam kloroform P sampai
kadar 1,0 mg per ml.
Enceran larutan baku Buat satu seri pengenceran
Larutan baku da am kloroform P sampai kadar 0,2 mg;
0,15 mg; 0,1 mg dan 0,05 mg per ml setara dengan
2,0%; 1,5%; 1,0% dan 0,5% terhadap cemaran uji.
Larutan baku isomer-Z Buat larutan baku Triprolidin
Hidroklorida isomer-Z BPFI seperti tertera pada Larutan
baku dan Enceran larutan baku untuk Triprolidin
Hidroklorida BPFI.
Larutan uji Timbang saksama beberapa zat uji, larutkan
da am kloroform P sampai kadar 10 mg per ml.
procedure Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti
tertera pada Kromatografi <931>. Totolkan secara
terpisah masing-masing 5 μl Larutan uji dan delapan
Enceran larutan baku pada lempeng kromatografi silika
gel setebal 0,25 mm. Masukkan lempeng ke dalam
bejana kromatografi terlindung cahaya, dengan tahap
gerak yang merambat sampai tiga per empat tinggi
lempeng. Angkat lempeng, biarkan tahap gerak
menguap. Amati lempeng di bawah cahaya ultraviolet
pada panjang gelombang 366 nm dan 254 nm.
Bandingkan bercak lain dari Larutan uji dengan bercak
utama dari Larutan baku: intensitas bercak triprolidin
hidroklorida isomer-Z (harga Rf, lebih kurang 1,2 kali Rf
triprolidin hidroklorida) pada Larutan uji tidak lebih dari
2,0%, dan jumlah intensitas seluruh bercak lain Larutan
uji tidak lebih dari 3,0%.
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471>
Metode I Memenuhi syarat; lakukan penetapan
memakai Larutan uji dengan kadar 20 mg per ml
dan Larutan baku dengan kadar dua kali Larutan uji.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
400 mg zat, larutkan dalam 80 ml asam asetat glasial P,
jika perlu hangatkan. Tambahkan 15 ml raksa(II) asetat
LP dan titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV, tetapkan
titik akhir secara potensiometrik. Lakukan penetapan
blangko.
Tiap ml asam perklorat 0,1 N
setara dengan 15,74 mg C19H22N2.HCl
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
tidak tembus cahaya.
TROPIKAMID
Tropicamide
(±)-N-Etil-2-fenil-N-(4-piridilmetil) hidrakrilamida
[1508-75-4]
C17H20N2O2 BM 284,36
Tropikamid mengandung tidak kurang dari 99,0% dan
tidak lebih dari 101,0% C17H20N2O2, dihitung terhadap
zat yang telah dikeringkan.
Pemerian Serbuk hablur, putih atau hablur putih; tidak
berbau atau hampir tidak berbau.
Kelarutan Sukar larut dalam air; mudah larut dalam
kloroform dan dalam asam kuat.
Baku pembanding Tropikamid BPFI; lakukan
pengeringan dalam hampa udara di atas fosfor
pentoksida P pada suhu 80º selama 4 jam sebelum
dipakai . Simpan dalam wadah tertutup rapat,
terlindung cahaya.
Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P,
menampilkan maksimum hanya pada bilangan
gelombang yang sama seperti pada Tropikamid BPFI,
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 25 μg per ml
dalam asam klorida 3 N menampilkan maksimum dan
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti
pada Tropikamid BPFI.
Jarak lebur <1021> Metode I Antara 96º dan 100º.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
lakukan pengeringan dalam hampa udara di atas fosfor
pentoksida P pada suhu 80 selama 4 jam, memakai
500 mg zat.
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
750 mg zat, larutkan dalam 80 ml asam asetat glasial P,
tambahkan 4 tetes kristal violet LP, titrasi dengan asam
perklorat 0,1 N LV sampai titik akhir berwarna hijau
biru. Lakukan penetapan blangko.
Tiap ml asam perklorat 0,1 N
setara dengan 28,44 mg C17H20N2O2
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
tidak tembus cahaya.
- 1295 -
TETES MATA TROPIKAMID
Tropicamide Ophthalmic Solution
Tetes Mata Tropikamid yaitu larutan steril Tropikamid
dalam cairan, mengandung C17H20N2O2 tidak kurang dari
95,0% dan tidak lebih dari 105,0%, dari jumlah yang
tertera pada etiket. Mengandung bahan antimikroba yang
sesuai dan dapat mengandung bahan yang dapat
meningkatkan kekentalan.
Baku pembanding Tropikamid BPFI; lakukan
pengeringan dalam hampa udara di atas fosfor
pentoksida P pada suhu 80º selama 4 jam sebelum
dipakai . Simpan dalam wadah tertutup rapat,
terlindung cahaya.
Identifikasi
A. Ekstraksi 10 ml larutan tetes mata dengan 25 ml
kloroform P, saring ekstrak kloroform melalui kertas
saring berlipat yang kering dan uapkan filtrat sampai
kering: residu yang diperoleh memenuhi Identifikasi A
dalam Tropikamid.
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan yang
diperoleh pada Penetapan kadar menampilkan
maksimum dan minimum pada panjang gelombang yang
sama seperti pada Tropikamid BPFI.
Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
pH <1071> Antara 4,0 dan 5,8.
Penetapan kadar
Larutan baku Timbang saksama beberapa
Tropikamid BPFI larutkan dalam larutan asam sulfat P
(1 dalam 6) dan encerkan secara kuantitatif dan jika
perlu bertahap dengan pelarut yang sama sampai kadar
lebih kurang 30 μg per ml.
Larutan uji Ukur saksama beberapa volume tetes
mata setara dengan lebih kurang 30 mg Tropikamid,
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan air
sampai tanda. Pipet 10 ml larutan ke dalam corong pisah,
tambahkan 2 ml larutan natrium karbonat P (1 dalam
10). Ekstraksi empat kali, tiap kali dengan 20 ml
kloroform P. Kumpulkan ekstrak kloroform dalam
corong pisah lain. Cuci kumpulan ekstrak dengan 25 ml
Dapar fosfat pH 6,5, pindahkan ke dalam corong pisah
lain. Cuci lapisan air dengan 10 ml kloroform P dan
gabungkan dengan ekstrak kloroform. Ekstraksi larutan
kloroform 4 kali, tiap kali dengan 20 ml larutan asam
sulfat P (1 dalam 6). Kumpulkan ekstrak asam dalam
labu tentukur 100-ml, tambahkan larutan asam sulfat P
(1 dalam 6) sampai tanda.
procedure Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
kurang 253 nm memakai larutan asam sulfat P
(1 dalam 6) sebagai blangko. Hitung jumlah dalam mg
Tropikamid, C17H20N2O2, per ml tetes mata dengan
rumus:
S
U
A
A
V
C
C yaitu kadar Tropikamid BPFI dalam μg per ml
Larutan baku; V yaitu volume tetes mata yang
dipakai dalam ml; AU dan AS berturut-turut yaitu
serapan dari Larutan uji dan Larutan baku.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
dan hindarkan dari pembekuan.
TUBERKULIN PPD
Tuberculine Purified Protein Derivative
Tuberkulin PPD yaitu sediaan yang dibuat dari
pemanasan hasil pertumbuhan dan lisis dari satu atau
lebih galur Mycobacterium tuberculosis yang
menampilkan hipersensitivitas terlambat pada hewan uji
yang disensitisasi dengan mikroorganisme jenis yang
sama.
Tuberkulin PPD dibuat dari fraksi larut air dari
biakan mikobakteri yang tumbuh dalam medium
pembenihan cair sintetik dengan cara pemanasan dalam
uap bebas mengalir atau dalam otoklaf dan disaring.
Fraksi aktif dalam filtrat yang terutama terdiri dari
protein diisolasi dengan cara pengendapan, dicuci dan
dilarutkan kembali. Sediaan ini bebas mikobakteri.
Dapat ditambahkan pengawet anti mikroba yang tidak
memberi reaksi positif semu (seperti 0,5% fenol) dan
stabilisator lain yang sesuai. Fenol tidak boleh
ditambahkan dalam sediaan beku kering. Sediaan dapat
diberikan dalam bentuk pekat atau encer sebagai cairan
steril; bentuk encer dapat dibeku keringkan.
Pemerian Cairan agak keruh dan tidak berwarna atau
kuning pucat, atau serbuk kering berwarna krim,
berbentuk seperti jarum-jarum.
Baku pembanding Tuberkulin PPD BPFI.
Identifikasi Suntikkan dosis bertingkat sediaan uji
secara intradermal pada marmut yang telah disensitisasi,
pada tempat penyuntikan terbentuk reaksi yang
bervariasi dari eritema sampai nekrosis. Bila penyuntikan
yang sama dilakukan pada marmut yang tidak
disensitisasi tidak terbentuk reaksi seperti ini di
atas.
pH <1071> Antara 6,5 dan 7,5.
Fenol Tuberkulin PPD cair mengandung tidak lebih dari
0,5%: lakukan penetapan seperti tertera pada Uji Bahan
Tambahan dalam Vaksin dan Imunosera <731>.
Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
- 1296 -
Potensi Tidak kurang dari 80% dan tidak lebih dari
125% dari jumlah yang tertera pada etiket. Batas
kesalahan fidusial tidak kurang dari 64% dan tidak lebih
dari 156% dari potensi yang tertera pada etiket. Lakukan
penetapan dengan membandingkan dosis sediaan uji dan
dosis sediaan baku yang dapat menampilkan
hipersentisivitas terlambat yang sama pada marmut atau
hewan lain yang telah disensitisasi dengan mikobakteri
dengan tipe yang sama seperti yang dipakai dalam
pembuatan Tuberkulin PPD. pakailah dapar fosfat salin
pH 7,4 mengandung 0,005% polisorbat 80 P untuk
mengencerkan sediaan baku. Sediaan uji dan untuk
rekonstitusi sediaan beku kering tanpa stabilisator.
procedure Sensitisasi tidak kurang dari 6 ekor marmut,
bobot tubuh tidak kurang dari 400 g, dengan
menyuntikkan secara intramuskular atau intradermal
dosis yang sesuai suspensi mikobakteri tipe yang sama
dalam pembuatan Tuberkulin PPD yang mengandung
0,1 mg per ml dalam minyak mineral P yang sesuai
dengan atau tanpa bahan pengemulsi. Tidak kurang dari
1 bulan dan tidak lebih dari 6 bulan lalu lakukan
uji sebagai berikut: Depilasi marmut pada bagian
pungung secukupnya untuk 6 penyuntikan tiap sisi atau
12 penyuntikan tiap hewan. pakailah tiga dosis sediaan
baku dan tiga dosis sediaan uji sesampai dosis tertinggi
10 kali dosis terendah. Encerkan sediaan secukupnya
sampai menimbulkan lesi dengan diameter 8-25 mm.
Suntikkan secara intradermal pada tempat penyuntikan
yang tersedia dengan pola kuadrat latin beberapa
volume sama (0,1 atau 0,2 ml). Ukur diameter lesi
sesudah 24 jam sampai 48 jam dan hitung potensi dalam
log dosis sediaan uji dan sediaan baku dengan cara
statistik berdasarkan diameter lesi.
Mikobakteri hidup [Catatan Uji ini berlaku untuk
Tuberkulin PPD pekat.] Suntikkan secara intraperitoneal
atau subkutan 5,0 ml sediaan uji pada dua ekor marmut
bobot tubuh 300 sampai 400 g. Amati hewan uji selama
tidak kurang dari 42 hari. Bunuh hewan uji dan lakukan
otopsi, tidak seekor hewan pun menampilkan gejala
infeksi mikobakteri. Lakukan uji mikobakteri hidup
dalam sediaan uji memakai media biakan yang
sesuai tidak terjadi pertumbuhan mikobakteri.
Efek sensitisasi [Catatan Uji ini berlaku untuk
Tuberkulin PPD pekat.] Suntikkan secara intradermal
dosis sediaan uji yang sesuai (misalnya 500 unit per
0,1 ml) tiga kali dengan selang waktu 5 hari pada
masing-masing kelompok marmut terdiri dari tiga ekor.
sesudah 15 hari sampai 21 hari dari penyuntikan ketiga,
suntikkan secara intradermal dosis yang sama sediaan uji
pada kelompok marmut di atas dan pada kelompok
marmut kontrol dengan bobot tubuh sama yang
sebelumnya tidak disuntikkan tuberkulin: reaksi dari dua
kelompok hewan tidak berbeda secara menonjol sesudah
48 jam samapai 72 jam.
Toksisitas [Catatan Uji ini berlaku untuk Tuberkulin
PPD pekat.] Suntikkan secara subkutan 0,5 ml larutan
mengandung 100.000 unit per ml pada 2 ekor marmut:
tidak terbentuk efek yang berbahaya dalam waktu 7 hari.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah kaca steril
terhindar cahaya, tertutup rapat untuk mencegah
kontaminasi mikroba, simpan pada suhu 2º sampai 8º,
tidak boleh dibekukan.
TUBOKURARIN KLORIDA
Tubocurarine Chloride
(+)-Tubokurarin klorida hidroklorida pentahidrat [6989-
98-6]
C37H41ClN2O6.HCl.5H2O BM 771,72
Anhidrat [57-94-3] BM 681,66
Tubokurarin Klorida mengandung tidak kurang dari
95,0% dan tidak lebih dari 105,0% C37H41ClN2O6.HCl,
dihitung terhadap zat anhidrat.
Pemerian Serbuk hablur; putih atau putih kekuningan
sampai putih kelabu. Melebur pada suhu lebih kurang
270º disertai peruraian.
Kelarutan Larut dalam air, agak sukar larut dalam
etanol.
Baku pembanding Tubokurarin Klorida BPFI. Tidak
boleh di keringkan sebelum dipakai . Dalam wadah
tertutup rapat. pakailah seperti tertera pada etiket.
Kejernihan larutan dalam etanol Larutan 100 mg zat
uji dalam 10 ml etanol P: jernih.
Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam kalium bromida P menampilkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
seperti pada Tubokurarin Klorida BPFI.
B. Kromatogram dari Larutan uji yang diperoleh
pada Penetapan kadar memberi puncak utama
dengan waktu retensi yang sesuai dengan yang diperoleh
dari Larutan baku.
C. Larutan (1 dalam 100) menampilkan reaksi
Klorida cara A, B dan C seperti tertera pada Uji
Identifikasi Umum <291>.
Rotasi jenis <1081> Antara +210º dan +224º, dihitung
terhadap zat anhidrat; lakukan penetapan memakai
larutan 100 mg per 10 ml yang telah dibiarkan selama
3 jam.
- 1297 -
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 12,0%.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,25%.
Senyawa sejenis Dalam kromatogram yang diperoleh
dari Larutan uji pada Penetapan kadar, jumlah respons
puncak selain puncak tubokurarin, tidak lebih dari 5,0%
dari jumlah semua respons puncak.
Klorida Tidak kurang dari 9,9% dan tidak lebih dari
10,7% dihitung terhadap zat anhidrat; lakukan penetapan
sebagai berikut: Timbang saksama lebih kurang 300 mg
zat, larutkan dalam 5 ml air, hangatkan sedikit sampai
larut. Tambahkan 5 ml asam asetat glasial P dan 50 ml
metanol P, dinginkan sampai suhu ruang. Tambahkan
1 tetes eosin Y LP dan titrasi dengan perak nitrat 0,1 N
LV.
Tiap ml perak nitrat 0,1 N
setara dengan 3,545 mg Cl
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
tahap gerak Buat campuran asetonitril P-metanol P
(3:2), diamkan pada suhu ruang. Masukkan 270 ml
larutan ini ke dalam gelas ukur 1000 ml, tambahkan
20,0 ml larutan tetrametilamonium hidroksida P 25%
dalam metanol P, tambahkan air sampai 1 liter. Atur pH
sampai 4,0 dengan penambahan asam fosfat LP, saring
dan awaudarakan.
Larutan baku Timbang saksama beberapa
Tubokurarin Klorida BPFI, larutkan dalam tahap gerak
sampai kadar lebih kurang 0,3 mg per ml.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 30 mg
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml. Larutkan
dan encerkan dengan tahap gerak sampai tanda.
Larutan kesesuaian sistem Larutkan beberapa
tubokurarin klorida dan fenol P dalam tahap gerak
sampai kadar masing-masing lebih kurang 0,30 mg dan
0,50 mg per ml.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 25 cm x
4 mm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
1 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada procedure : resolusi, R, antara
dua puncak utama tidak kurang dari 2,0 dan faktor
ikutan untuk tubokurarin klorida tidak lebih dari 2,0.
Waktu retensi relatif untuk tubokurarin klorida dan fenol
berturut-turut lebih kurang 0,50 dan 1,0. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada procedure : simpangan baku relatif pada penyuntikan
ulang tidak lebih dari 2,0%.
procedure Suntikkan secara terpisah beberapa volume
sama (lebih kurang 10 μl) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
tubokurarin klorida, C37H41ClN2O6.HCl, dalam zat yang
dipakai dengan rumus:
S
U
r
rC100
C yaitu kadar Tubokurarin Klorida BPFI dalam mg per
ml Larutan baku; rU dan rS berturut-turut yaitu respons
puncak dari Larutan uji dan Larutan baku.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
VAKSIN BASIL CALMETTE-GUERIN BEKU
KERING
Bacillus Calmette-Guerin Vaccine
Vaksin Basil Calmette-Guerin yaitu sediaan yang
mengandung bakteri hidup yang diperoleh dari galur
berasal dari basil Calmette dan Guerin dan diketahui
dapat melindungi manusia terhadap tuberkulosis. Vaksin
beku kering direkonstitusi dengan cara steril yang sesuai,
segera sebelum dipakai .
Vaksin dibuat dengan sistem lot benih. Galur dipilih
dan dipelihara sedemikian rupa sesampai dapat
mempertahankan stabilitas; memiliki kemampuan
membuat manusia dan marmut peka terhadap tuberkulin
dan melindungi hewan uji terhadap tuberkulosis; serta
relatif bebas dari patogenitas terhadap manusia dan
hewan uji. Bets vaksin yang sesuai dibuat dari lot benih
dan disimpan untuk dipakai sebagai vaksin baku
dalam pengujian.
Vaksin dibuat dari biakan yang terpisah dari lot benih,
tidak lebih dari 12 pasase. Selama berlangsungnya
pasase sediaan tidak boleh dibekukeringkan lebih dari
satu kali. Basil dibiakkan di permukaan media biakan
tidak lebih dari 10 hari atau dibiarkan di dalam media
yang sesuai tidak lebih dari 14 hari. Biakan dipanen dan
disuspensikan di dalam media cair steril yang dapat
melindungi viabilitas vaksin yang ditetapkan dengan
metode perhitungan angka viabel yang sesuai. Sediaan
vaksin dibekukeringkan sesampai kandungan air sesuai
untuk stabilitas vaksin.
Pada uji hipersensitivitas diperlambat yang sesuai
memakai marmut, aktivitas vaksin uji tidak berbeda
dengan vaksin baku.
Baku pembanding Vaksin Basil Calmette-Guerin Beku
Kering BPFI.
Identifikasi Lakukan identifikasi secara mikroskopik
dengan membuat pewarnaan sediaan apus atau dengan
penampilan koloni khas yang tumbuh pada media padat
dan dengan uji hayati yang sesuai.
- 1298 -
Toksisitas abnormal Syarat uji Toksisitas Abnormal
seperti tertera pada Uji Reaktivitas Biologi secara In-
vivo <251> tidak berlaku pada Vaksin Basil Calmette-
Guerin.
Mikobakteri virulen Suntikkan secara subkutan atau
intramuskular pada 6 ekor marmut berbobot tubuh 250 g
sampai 400 g, beberapa vaksin kering setara dengan
50 dosis yang disuspensikan dalam beberapa volume
pengencer yang sesuai seperti tertera pada etiket. Tidak
seekor hewan pun mati dalam waktu 42 hari sesudah
penyuntikan, atau bila seekor hewan mati, pemeriksaan
sesudah mati tidak menampilkan gejala tuberkulosis. Bila
dua ekor hewan mati selama periode pengamatan dan
tidak menampilkan gejala tuberkulosis, ulangi pengujian
dengan memakai 6 ekor marmut lain. Pada
pengujian kedua, tidak seekor hewan pun mati selama
42 hari sesudah penyuntikkan, atau bila seekor hewan
mati, pemeriksaan sesudah mati tidak menampilkan
gejala tuberkulosis.
Reaktivitas berlebih Suntikkan secara intradermal pada
4 ekor marmut, bobot tubuh tidak kurang dari 250 g,
masing-masing dengan dosis 100 μl, 10 μl dan 1 μl
vaksin uji dan vaksin baku dengan dosis yang sama.
Amati selama 4 minggu: reaksi kulit yang disebabkan
oleh vaksin uji dan vaksin baku tidak berbeda secara
bermakna.
Syarat lain Vaksin sesudah direkonstitusi, memenuhi
syarat seperti tertera pada Vaksin.
Angka viabel Lakukan penetapan jumlah unit bakteri
hidup dalam vaksin yang telah direkonstitusi, dengan
menghitung jumlah koloni pada media padat
memakai metode yang sesuai untuk vaksin uji:
jumlah unit bakteri hidup tidak kurang dari jumlah yang
tertera pada etiket, serta efektif dan dapat diterima oleh
kelompok umur yang divaksinasi.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
kedap, terhindar dari kontaminasi, terutama basil
tuberkel yang virulen. Bila disimpan pada kondisi seperti
tertera pada etiket, potensi vaksin beku kering
diharapkan dapat bertahan selama tidak kurang dari
2 tahun. Jika sudah direkonstitusi, vaksin harus segera
dipakai , jika ada yang tersisa harus dibuang.
VAKSIN CAMPAK, HIDUP
Morbilla Vaccine, Live
Vaksin Campak, Hidup yaitu sediaan yang
mengandung galur modifikasi yang sesuai dari virus
campak hidup yang ditumbuhkan dalam biakan sel
embrio ayam atau biakan sel lain yang memenuhi syarat.
Vaksin kering yang direkonstitusi dengan cairan seperti
tertera pada etiket, dibuat segera sebelum dipakai .
Vaksin campak tidak boleh mengandung zat pengawet
antimikroba.
Pembuatan berdasarkan sistem lot benih dari virus
bebas neurovirulen. Vaksin berasal dari lebih 10 subkultur
dari lot benih yang pada uji laboratorium dan uji klinis
menampilkan galur sesuai.
Vaksin kering dapat dibuat dengan cara sebagai
berikut: Virus dibiakkan secara aseptik dalam biakan
primer sel embrio ayam atau sel lain yang sesuai.
Embrio ayam berasal dari kelompok ayam sehat, bebas
dari leukosis unggas (avian) dan biakan sel tidak
mengandung mikroorganisme asing. Media untuk
pertumbuhan awal sel dapat ditambah serum hewan,
namun media untuk pemeliharaan biakan sel selama
pengembangbiakan virus tidak boleh mengandung
protein. Media biakan sel dapat mengandung indikator
pH yang sesuai seperti merah fenol dan antibiotik yang
sesuai dengan kadar efektif terkecil. Suhu inkubasi
dikendalikan dengan saksama selama pembiakan virus.
Suspensi virus dipanen pada waktu yang sesuai
dengan galur virus yang dipakai , lalu dilakukan
uji identifikasi, sterilitas dan bebas virus asing. Virus
hasil panen yang telah memenuhi uji ini
dikumpulkan dan dijernihkan untuk menghilangkan sel-
sel. Pada vaksin yang telah jernih ditambahkan bahan
stabilisator yang sesuai, lalu dibekukeringkan
sampai kandungan air sesuai untuk stabilitas vaksin.
Uji degradasi dipercepat dilakukan terhadap vaksin
beku kering dengan memanaskan pada suhu 37° selama
7 hari. Penurunan titer virus sesudah dipanaskan tidak
lebih dari 1log10 lebih rendah dari titer awal dan tidak
kurang dari 3,0 log10 DIKS50 per dosis.
Identifikasi sesudah dinetralkan dengan antiserum virus
campak spesifik, vaksin tidak lagi menginfeksi biakan
sel yang peka.
Syarat lain Vaksin sesudah direkonstitusi memenuhi
syarat seperti tertera pada Vaksin.
Titer virus Lakukan titrasi virus dalam biakan sel
memakai 5 tabung untuk masing-masing
pengenceran 0,5 log10, atau dengan metode lain dengan
kepekaan sama. Titer virus tidak kurang dari titer yang
tertera pada etiket dan tidak kurang dari 3,0 log10
DIKS50 per dosis.
Wadah dan penyimpanan Bila disimpan pada kondisi
yang ditentukan, potensi vaksin kering diharapkan dapat
bertahan selama tidak kurang dari 12 bulan sejak tanggal
penetapan titer virus. sesudah direkonstitusi vaksin harus
segera dipakai .
VAKSIN DEMAM KUNING, HIDUP
Yellow Fever Vaccine, Live
Vaksin Demam Kuning, Hidup yaitu suspensi virus
demam kuning galur 17D dalam air yang dibiakkan
- 1299 -
dalam embrio telur ayam. Vaksin kering direkonstitusi
dengan cairan yang tertera pada etiket, segera sebelum
dipakai .
Pembuatan vaksin berdasarkan sistem lot benih.
Vaksin merupakan hasil tidak lebih dari 3 subkultur
benih vaksin asal, yang uji laboratorium dan uji
kliniknya menampilkan galur sesuai persetujuan instansi
yang berwenang. Virus dibiarkan dalam embrio telur
ayam berasal dari kelompok ayam yang sesuai, bebas
dari mikroba patogen spesifik. sesudah inkubasi,
ekstraksi virus dari tahap air telur yang telah terinfeksi,
dan jernihkan. Dapat ditambahkan antibiotik yang
sesuai. Suspensi yang telah jernih diuji terhadap
identifikasi sterilitas dan bebas dari zat asing. Virus hasil
panen yang memenuhi syarat dikumpulkan, campur
dengan stabilisator yang sesuai, dibagi secara aseptik ke
dalam wadah steril dan dibekukeringkan sampai
mengandung air yang sesuai untuk stabilitas vaksin.
lalu tutup untuk mencegah kontaminasi dan
kelembaban.
Uji penurunan dipercepat dilakukan pada suhu 37º
selama 7 hari. Titer virus sesudah dipanaskan tidak lebih
dari 1 log10 lebih rendah dari nilai titer awal dan tidak
kurang dari jumlah unit pembentuk plak setara dengan
3,0 log10 DL50 mencit.
Syarat lain Vaksin sesudah direkonstitusi memenuhi
syarat seperti tertera pada Vaksin.
Identifikasi Jika dicampur dengan imunoserum demam
kuning spesifik, kemampuan untuk menginfeksi biakan
sel yang peka akan berkurang secara menonjol .
Nitrogen protein Tidak lebih dari 0,25 mg per dosis.
Toksisitas abnormal Memenuhi syarat uji Toksisitas
Abnormal seperti tertera pada Uji Reaktivitas secara
Biologi In-vivo <251>. Lakukan penetapan
memakai 10 dosis (sebagai ganti 1 dosis) untuk tiap
marmut dan amati selama 21 hari (sebagai ganti 7 hari).
Titer virus Lakukan penetapan kandungan virus dalam
vaksin yang telah direkonstitusi dan dibiarkan pada suhu
20º sampai 30º selama 20 menit, dengan metode
pembentuk plak dalam biakan sel yang sesuai (seperti sel
Vero) memakai satu seri pengenceran vaksin
berkelipatan 4 dalam media yang sesuai.
Dosis yang tertera pada etiket mengandung tidak kurang
dari jumlah unit pembentukan plak setara dengan 1000
DL50 mencit. Kesetaraan unit pembentuk plak dengan
DL50 telah ditetapkan sebelumnya atas persetujuan
instansi yang berwenang.
Wadah dan penyimpanan Jika disimpan pada kondisi
yang telah ditentukan, dapat bertahan tidak kurang dari 2
tahun. sesudah direkonstitusi vaksin harus segera
dipakai .
VAKSIN DIFTERI DAN TETANUS JERAP
Diphteria and Tetanus Vaccine, Adsorbed
Vaksin Difteri dan Tetanus Jerap dibuat dari toksoid
formol difteri yang mengandung tidak kurang dari 1500
Limes flocculationis (Lf) per mg nitrogen protein,
toksoid formor tetanus tidak kurang dari 1000 Limes
flocculationis (Lf) per mg nitrogen protein dan zat
pembawa mineral aluminium hidroksida hidrat,
aluminium fosfat atau kalsium fosfat, dalam larutan
natrium klorida P 0,9% atau larutan isotonik lain.
Toksoid formol dibuat dari toksin yang dihasilkan oleh
pertumbuhan Corynebacterium diphtheriae dan
Clostridium tetani berturut-turut dalam media yang
sesuai. Antigenisitas vaksin Difteri dan Tetanus Jerap
sangat dipengaruhi oleh zat pengawet antimikroba,
terutama golongan fenol, sesampai zat ini tidak
boleh ditambahkan pada Vaksin Difteri dan Tetanus
Jerap.
Baku pembanding Vaksin Difteri Jerap BPFI dan
Vaksin Tetanus Jerap BPFI.
Identifikasi
A. Larutkan beberapa natrium sitrat P dalam sediaan
uji sampai diperoleh larutan 10%. Simpan pada suhu 37º
selama 16 jam dan sentrifus sampai diperoleh cairan
jernih. Beningan bereaksi dengan imunoserum difteri
yang sesuai: terbentuk endapan.
B. Beningan yang diperoleh pada uji A, bereaksi
dengan imunoserum tetanus yang sesuai: terbentuk
endapan.
Toksisitas spesifik Suntikkan secara subkutan beberapa
5 kali dosis sediaan uji seperti tertera pada etiket pada
masing-masing 5 ekor marmut. Tidak seekor hewan pun
menampilkan gejala atau mati sebab keracunan toksin
difteri atau tetanus selama 42 hari. Jika selama periode
pengamatan, lebih dari satu hewan mati sebab penyebab
tidak spesifik, ulangi pengujian. Pada pengujian kedua
tidak seekor hewan pun menampilkan gejala atau mati
sebab keracunan toksin difteri atau tetanus atau sebab
sebab lain dalam waktu 42 hari.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Vaksin.
Penetapan potensi
A. Potensi vaksin difteri tidak kurang dari 30 unit per
dosis. Lakukan penetapan dengan membandingkan dosis
sediaan uji dan dosis sediaan baku yang memberi
perlindungan sama bagi marmut terhadap efek
eritrogenik toksin difteri yang diberikan secara
intradermal.
Hewan uji pakailah marmut dari asal yang sama,
kelompokkan menjadi 6 kelompok masing-masing
16 ekor dan 1 kelompok terdiri dari 4 ekor, dari jenis
kelamin yang sama atau jenis kelamin berbeda yang
dibagi merata di antara kelompok.
- 1300 -
Pemilihan toksin tantang pakailah toksin difteri yang
mengandung beberapa toksin bebas, encerkan sampai
0,00025 Lf per ml, dan suntikkan beberapa 0,2 ml
(0,00005 Lf) secara intradermal pada punggung marmut
yang telah dicukur: timbul reaksi eritema yang nyata
sesudah 48 jam.
Larutan toksin tantang Segera sebelum dipakai
encerkan toksin tantang dengan pengencer yang sesuai
sampai diperoleh larutan toksin tantang yang
mengandung 0,005 Lf per 0,2 ml. Encerkan sebagai
larutan toksin tantang 100 kali, memakai dapar
yang sama.
procedure Buat seri pengenceran sediaan uji dan
sediaan baku dalam larutan natrium klorida P 0,9%,
masing-masing 3 pengenceran dengan kelipatan tidak
lebih dari 2,5. Kadar dipilih sedemikian sesampai bila
beberapa 1,0 ml kadar tengah disuntikkan secara
subkutan pada marmut, akan melindungi lebih kurang
50% hewan uji terhadap efek eritrogenik dari beberapa
tertentu toksin difteri yang disuntikkan secara
intradermal. Alokasikan tiap enceran pada masing-
masing kelompok marmut yang terdiri dari 16 ekor.
Suntikkan secara subkutan 1,0 ml tiap enceran pada tiap
marmut dalam masing-masing kelompok yang
dialokasikan. sesudah 28 hari suntikkan secara
intradermal beberapa 0,2 ml larutan toksin tantang
(0,005 Lf) pada tiap marmut yang telah dicukur
punggungnya. Pada tiap marmut dari kelompok yang
terdiri dari 4 ekor, suntikkan larutan toksin tantang
dengan cara yang sama sebanyak 0,2 ml. Pada tempat
yang berdekatan suntikkan juga 0,2 ml larutan toksin
tantang yang telah diencerkan 100 kali. sesudah 2 hari
amati adanya reaksi eritema pada semua marmut. Hitung
potensi relatif vaksin uji terhadap potensi sediaan baku
berdasarkan jumlah hewan yang menampilkan reaksi
eritema yang bermakna, memakai metode statistik
yang sesuai. Uji tidak absah kecuali jika dosis sediaan
uji maupun sediaan baku yang dapat melindungi 50%
hewan uji terletak di antara dosis terendah dan tertinggi;
marmut yang disuntik secara intradermal dengan larutan
toksin tantang dan larutan toksin tantang yang telah
diencerkan 100 kali, menampilkan reaksi eritema pada
tempat penyuntikan; dan analisa statistik tidak
menampilkan adanya perbedaan linieritas atau
kesejajaran. Pengujian dapat diulang beberapa kali; jika
dilakukan beberapa kali pengujian, potensi dihitung
berdasarkan semua hasil uji yang absah.
[Catatan Sebagai metode alternatif untuk menetapkan
potensi dapat dipakai metode lain yang memiliki
ketelitian sama.]
B. Potensi vaksin tetanus tidak kurang dari 40 unit per
dosis. Lakukan penetapan seperti tertera pada Penetapan
potensi dalam Vaksin Tetanus Jerap.
Wadah dan penyimpanan Bila disimpan pada kondisi
yang ditentukan, potensi vaksin diharapkan dapat
bertahan tidak kurang dari 5 tahun sejak tanggal potensi
ditetapkan.
VAKSIN DIFTERI, TETANUS DAN
PERTUSIS JERAP
Diphteria, Tetanus and Pertusis Vaccine,
Adsorbed
Vaksin Difteri, Tetanus dan Pertusis Jerap dibuat dari
toksoid formol difteri yang mengandung tidak kurang
dari 1500 Limes flocculationis (Lf) per mg nitrogen
protein, toksoid formol tetanus yang mengandung tidak
kurang dari 1000 Lf per mg nitrogen protein, suspensi
Bordetella pertussis mati dan zat pembawa mineral
aluminium hidroksida hidrat atau aluminium fosfat atau
kalsium fosfat, dalam larutan natrium klorida P 0,9%
atau larutan isotonik lain yang sesuai. Toksoid formol
difteri dibuat dari toksin yang dihasilkan oleh
pertumbuhan Corynebacterium diphtheriae, dan toksoid
formol tetanus dibuat dari toksin yang dihasilkan oleh
pertumbuhan Clostridium tetani masing-masing dalam
media yang sesuai dengan darah. Suspensi Bordetella
pertussis mati dibuat dengan cara: Satu atau lebih galur
Bordetella pertussis yang sesuai dibiakkan secara
terpisah selama 24 sampai 72 jam, memakai media
biakan cair atau padat yang sesuai dan tidak
mengandung darah. Bakteri dipanen dan disuspensikan
dalam larutan natrium klorida P 0,9% atau larutan
isotonik lain yang sesuai, dan opasitas suspensi diukur.
Hasil penetapan opasitas dipakai sebagai dasar
perhitungan untuk pembuatan vaksin pada semua tahap
berikutnya. Bakteri diinaktifkan dengan zat kimia yang
sesuai atau dengan pemanasan pada suhu 56°. Suspensi
disimpan pada suhu 2° sampai 8° sampai 3 bulan untuk
mengurangi toksisitasnya. Antigenitas Vaksin Difteri,
Tetanus dan Pertusis Jerap sangat dipengaruhi oleh zat
pengawet antimikroba, terutama golongan fenol dan
beberapa golongan amonium kuaterner, sesampai zat
ini tidak boleh ditambahkan pada Vaksin Difteri,
Tetanus dan Pertusis Jerap.
Baku pembanding Vaksin Difteri Jerap BPFI; Vaksin
Tetanus Jerap BPFI dan Vaksin Pertusis BPFI.
Identifikasi
A. Larutkan beberapa natrium sitrat P dalam
sediaan uji sampai diperoleh larutan 10%. Simpan pada
suhu 37° selama lebih kurang 16 jam dan sentrifus
sampai diperoleh cairan jernih. Beningan bereaksi
dengan imunoserum difteri yang sesuai: terbentuk
endapan.
B. Beningan yang diperoleh pada uji A bereaksi
dengan imunoserum tetanus yang sesuai: terbentuk
endapan.
C. Tambahkan antiserum Bordetella pertussis yang
sesuai pada sediaan uji: terbentuk aglutinasi.
Toksisitas Spesifik Suntikkan secara subkutan beberapa
5 kali dosis sediaan uji seperti tertera pada etiket pada
masing-masing 5 ekor marmut. Tidak seekor hewan pun
menampilkan gejala, atau mati sebab keracunan toksin
difteri atau tetanus selama 42 hari. Jika selama periode
- 1301 -
pengamatan lebih dari satu hewan mati sebab penyebab
yang tidak spesifik, ulangi pengujian. Pada pengujian
kedua tidak seekor hewan pun menampilkan gejala atau
mati sebab keracunan toksin difteri atau tetanus, atau
sebab sebab lain dalam waktu 42 hari.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Vaksin.
Penetapan potensi
A. Potensi vaksin difteri tidak kurang dari 30 unit per
dosis. Lakukan penetapan seperti tertera pada Penetapan
potensi A dalam Vaksin Difteri dan Tetanus Jerap.
B. Potensi vaksin tetanus tidak kurang dari 40 unit per
dosis, atau jika pengujian dilakukan pada mencit, tidak
kurang dari 60 unit per dosis. Lakukan penetapan seperti
tertera pada Penetapan potensi dalam Vaksin Tetanus
Jerap.
C. Potensi vaksin pertusis tidak kurang dari 4 unit per
dosis dan batas kesalahan fidusial terendah tidak kurang
dari 2 unit per dosis, yang tidak lebih dari 1 ml. Lakukan
penetapan dengan membandingkan dosis sediaan uji dan
dosis sediaan Baku Pembanding Vaksin Pertusis BPFI
yang dapat memberi perlindungan yang sama bagi
mencit terhadap dosis letal intraserebral Bordetella
pertussis.
Pemilihan galur tantang dan pembuatan suspensi
tantang pakailah Bordetella pertussis yang sesuai dan
dapat menyebabkan kematian mencit dalam waktu
14 hari sesudah penyuntikan secara intraserebral. Jika
dalam waktu 48 jam sesudah penyuntikan, lebih dari 20%
hewan mati, galur dianggap tidak sesuai. Buat satu
subkultur dari galur di atas dan suspensikan hasil
panenan Bordetella pertussis dalam larutan yang
mengandung kasein hidrolisat P 1% dan natrium
klorida P 0,6%, pH 7,0 - 7,2 atau dalam larutan lain
yang sesuai. Tetapkan opasitas suspensi. Buat satu seri
pengenceran pada larutan yang sama, alokasikan tiap
enceran pada masing-masing kelompok mencit yang
terdiri dari 10 ekor. Suntikkan secara intraserebral
0,02 ml atau 0,03 ml tiap enceran pada tiap mencit
dalam masing-masing kelompok yang dialokasikan.
sesudah 14 hari hitung jumlah mencit yang hidup dari
masing-masing kelompok. Dari hasil ini hitung
opasitas suspensi yang mengandung 100 DL50 dalam
setiap dosis tantang. Untuk penetapan potensi vaksin,
buat subkultur segar dari galur Bordetella pertussis
yang sama, dan dari panenan bakteri buat suspensi
dengan opasitas yang setara dengan lebih kurang 100
DL50 dalam setiap dosis tantang. Buat tiga pengenceran
suspensi tantang.
Hewan uji pakailah mencit putih dari galur yang
sesuai dari sumber yang seragam, umur kurang dari
5 minggu, perbedaan bobot tubuh tidak lebih dari
5 gram. Kelompokkan menjadi 6 kelompok masing-
masing terdiri dari 16 ekor dan 4 kelompok masing-
masing terdiri dari 10 ekor; dari jenis kelamin yang sama
atau jenis kelamin berbeda yang dibagi merata di antara
kelompok. Untuk 3 kelompok yang terdiri dari 16 ekor
menerima sediaan baku dan 3 kelompok lainnya
menerima sediaan uji, sedang 4 kelompok yang terdiri
dari 10 ekor dipakai untuk penetapan DL50 suspensi
tantang.
procedure pakailah 3 dosis sediaan baku dalam pelarut
yang sesuai dan 3 dosis sediaan uji yang disuspensikan
dengan larutan yang sesuai. Ketiga dosis diatur
sedemikian sesampai dosis yang melindungi 50% mencit
mendekati dosis tengah. biasanya dipakai dosis
0,5 unit; 0,1 unit dan 0,02 unit sediaan baku dan (1
dalam 8); (1 dalam 40) dan (1 dalam 200) enceran
sediaan uji, masing-masing dosis tidak lebih dari 0,5 ml.
Suntikkan setiap mencit satu dosis secara intraperitoneal.
sesudah 14 sampai 17 hari, suntikkan mencit secara
intraserebral satu dosis suspensi tantang Bordetella
pertussis. Pada saat yang sama suntikkan secara
intraserebral pada 4 kelompok mencit terdiri dari 10 ekor
suspensi tantang dengan enceran yang sesuai untuk
menetapkan DL50 dalam dosis yang diberikan pada
mencit yang telah diinokulasi. Amati mencit tiap hari
selama 14 hari sesudah penyuntikan dengan suspensi
tantang. Hitung potensi vaksin memakai metode
statistik baku, berdasarkan jumlah mencit yang hidup,
tidak termasuk mencit yang mati dalam waktu 48 jam
sesudah penyuntikan suspensi tantang. Jika perlu, ulangi
pengujian, jika dilakukan lebih dari satu kali pengujian,
potensi dan batas keyakinan dihitung berdasarkan semua
hasil uji yang absah. Uji tidak absah kecuali jika dosis
sediaan uji dan sediaan baku yang dapat melindungi
50% hewan uji terletak diantara dosis tertinggi dan
terendah yang diberikan pada mencit, kurva dosis
respons menampilkan kemiringan yang bermakna
dengan deviasi yang tidak bermakna, terhadap
kesejajaran atau linieritas dan dosis tantang lebih kurang
100 DL50.
Wadah dan penyimpanan Bila disimpan pada kondisi
yang ditentukan, potensi vaksin diharapkan dapat
bertahan selama tidak kurang dari 2 tahun sejak tanggal
potensi ditetapkan.
VAKSIN HEPATITIS B ASAL PLASMA
MANUSIA
Hepatitis B Vaccine Human Plasma Origin
Vaksin Hepatitis B asal Plasma Manusia yaitu sediaan
yang mengandung antigen permukaan Hepatitis B
(HbsAg), diperoleh dari plasma yang telah mengalami
inaktivasi terhadap virus Hepatitis B dan virus lain yang
ada dalam darah manusia.
Baku pembanding Vaksin Hepatitis B BPFI.
Pirogen <231> Memenuhi syarat.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Vaksin.
- 1302 -
Penetapan potensi Lakukan penetapan memakai
metode kuantitatif yang sesuai dengan cara sebagai
berikut: Kepada tiap kelompok mencit tidak kurang dari
20 ekor, berumur 5 minggu, suntikkan secara
intraperitoneal vaksin Hepatitis B mengandung ajuvan
dengan dosis vaksin bertingkat. Vaksin diencerkan
dengan pelarut mengandung ajuvan yang dipakai
dalam vaksin. Pada kelompok mencit lain yang serupa
suntikkan sediaan baku mengandung ajuvan. Ambil
darah sesudah 28 hari dan pisahkan serum. Lakukan
penetapan antibodi memakai metode kuantitatif
yang peka seperti Penetapan Imuno Radio (RIA) atau
Penetapan Imuno Enzim (EIA). Lakukan analisa data
menurut serokonversi dan titer anti HBs rata-rata
geometrik, untuk tiap dosis antigen. Galur mencit yang
dipakai harus memberi ketajaman kurva dosis respons
terhadap antigen baku. Potensi dihitung dalam 50%
respons antibodi hewan uji (DE50).
Wadah dan penyimpanan Simpan pada suhu seperti
tertera pada etiket.
VAKSIN KOLERA
Cholera Vaccine
Vaksin Kolera yaitu suspensi homogen beberapa galur
Vibrio cholerae atau galur lain yang sesuai, mengandung
tidak kurang dari 8000 juta bakteri perdosis, yang tidak
lebih dari 1 ml.
Pembuatan berdasarkan sistem lot benih. Vaksin
terdiri dari bagian yang sama, vaksin yang dibuat dari
galur halus dari dua tipe serologik utama, Inaba dan
Ogawa, dapat berupa biotipe klasik dengan atau tanpa
biotipe El-Tor. Dapat berupa galur tunggal atau beberapa
galur dari tiap tipe. Sebagai tambahan terhadap tipe
antigen-O, semua galur harus mengandung antigen-O
tahan panas yang biasa ada pada Inaba dan Ogawa.
Bila dipakai lebih dari satu galur untuk masing-
masing Inaba dan Ogawa, harus dipilih sedemikian rupa
sesampai mengandung antigen-O lain sebagai tambahan.
Masing-masing dibiarkan secara terpisah. Bakteri
dimatikan dengan memanaskan suspensi (misalnya pada
suhu 56º selama 1 jam); atau dengan penambahan
bakterisida yang sesuai seperti formaldehida atau fenol;
atau dengan kombinasi cara fisika dan kimia.
Vaksin kolera tersedia dalam bentuk cair atau beku
kering yang direkonstitusi dulu dengan pelarut steril
yang sesuai segera sebelum dipakai . Sediaan vaksin
beku kering tidak boleh ditambah fenol.
Identifikasi Lakukan penetapan dengan cara aglutinasi
khas.
Antigenisitas Lakukan uji kemampuan vaksin untuk
menginduksi antibodi (seperti aglutinasi, vibriosida atau
hemaglutinasi antibodi) pada marmut, kelinci, atau
mencit dengan cara sebagai berikut: Suntikkan beberapa
vaksin kepada satu kelompok terdiri dari paling sedikit
6 ekor hewan uji. Pada akhir waktu yang diperlukan
untuk pembentukan antibodi maksimum, berdasarkan
hasil uji pendahuluan, kumpulkan serum dari masing-
masing hewan uji, tetapkan titer antibodi yang sesuai
dari masing-masing serum memakai metode yang
sesuai: masing-masing tipe serologi menampilkan
respons antibodi yang bermakna.
Fenol Vaksin kolera cair mengandung tidak lebih dari
0,5%; lakukan penetapan seperti tertera pada Vaksin.
Toksisitas abnormal Memenuhi syarat; lakukan uji
Toksitas Abnormal seperti tertera pada Uji Reaktivitas
secara Biologi in-vivo <251>, memakai dosis uji
0,5 ml pada masing-masing mencit dan 1 ml pada
masing-masing marmut.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Vaksin.
Wadah dan penyimpanan Potensi vaksin cair
diharapkan dapat bertahan selama tidak kurang dari
18 bulan jika disimpan pada kondisi yang ditentukan.
Untuk vaksin kering, potensi diharapkan dapat bertahan
tidak kurang dari 5 tahun jika disimpan pada kondisi
yang ditentukan. Jika telah direkonstitusi, vaksin harus
segera dipakai .
VAKSIN POLIO ORAL, HIDUP
Poliomyelitis Vaccine, Live (Oral)
Vaksin Polio Oral, Hidup yaitu suspensi dalam air dari
galur pilihan virus Poliomyelitis tipe 1, tipe 2 atau tipe 3
hidup yang dilemahkan, ditumbuhkan dalam biakan sel
yang memenuhi syarat. Sediaan dapat mengandung satu
tipe virus atau campuran dari dua atau tiga tipe virus.
Sediaan berupa cairan jernih dan stabil.
Pembuatan berdasarkan sistem lot benih. Vaksin
berasal dari tidak lebih 3 subkultur dari lot benih yang
pada uji laboratorium dan uji klinis menampilkan galur
sesuai yang telah diakui oleh instansi yang berwenang.
Masing-masing tipe virus dibiakkan dalam biakan sel
yang telah bebas dari cemaran mikroorganisme asing.
Media untuk pertumbuhan awal sel dapat ditambahkan
serum hewan, namun media untuk pemeliharaan biakan
sel selama pengembangbiakan virus, tidak boleh
mengandung protein. Media biakan sel dapat
mengandung indikator pH yang sesuai, seperti merah
fenol dan antibiotik yang sesuai dengan kadar efektif
terkecil.
Suspensi virus dipanen dan dilakukan uji identifikasi,
sterilitas dan bebas virus asing. Kumpulkan virus yang
telah memenuhi syarat dan saring melalui penyaring
bakteri. Pada virus yang telah disaring, dilakukan uji
identifikasi, kemampuan tumbuh pada suhu yang
berbeda dan penetapan konsentrasi virus dalam biakan
sel. Uji neurovalen dilakukan dengan penyuntikkan
secara intraspinal pada Macaca irus (kera Cynomolgus)
- 1303 -
atau hewan sejenis yang peka. Uji secara bersamaan
vaksin uji dan vaksin homotipik pembanding
memakai kera yang berasal dari satu bets karantina.
Identifikasi sesudah dinetralkan dengan antiserum polio
spesifik, vaksin tidak lagi menginfeksi biakan sel yang
peka.
Toksisitas abnormal Memenuhi syarat uji Toksisitas
abnormal seperti tertera pada Uji Reaktivitas secara
Biologi in-vivo <251>. Lakukan penetapan
memakai marmut.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Vaksin.
Titer virus Lakukan titrasi virus dalam biakan sel,
memakai 5 tabung biakan sel untuk masing-masing
pengenceran 0,5 log10, atau dengan metode tipe lain
dengan kepekaan sama. Titer virus tipe 1 dan tipe 3 tidak
kurang dari 5,5 log10 DIKS50 per dosis tunggal manusia.
Wadah dan penyimpanan Simpan pada suhu seperti
tertera pada etiket (misalnya -25°), mengingat sifat
stabilisator yang dipakai . Bila telah dicairkan, harus
disimpan pada suhu 2° sampai 8° dan dipakai dalam
waktu 6 bulan. Bila disimpan pada suhu yang lebih
tinggi, harus segera dipakai dalam beberapa jam.
VAKSIN POLISAKARIDA MENINGOKOKUS
Meningococcal Polysaccharide Vaccine
Vaksin Polisakarida Meningokokus terdiri dari satu atau
lebih polisakarida murni yang diperoleh dari galur yang
sesuai Neisseria meningitidis kelompok A, C, Y dan
W135 yang telah terbukti mampu menghasilkan
polisakarida yang aman dan dapat menginduksi antibodi
spesifik pada manusia. Vaksin kering yang stabil
direkonstitusi dengan cairan steril yang sesuai segera
sebelum dipakai . Vaksin dapat mengandung satu tipe
polisakarida atau campuran dari beberapa tipe.
Polisakarida N.meningitidis kelompok A sebagian
terdiri dari unit berulang N-asetilmanosamina terasetilasi
pada O, terikat dengan 1 6 fosfodiester.
Polisakarida N.meningitidis kelompok C sebagian
terdiri dari unit berulang asam sialat yang terasetilasi
pada O, terikat dengan 2 9 glikosidik.
Polisakarida N.meningitidis kelompok Y sebagian
terdiri dari unit yang menggantikan asam sialat dan D-
glukosa yang terasetilasi pada O, terikat dengan 2 6
glikosidik dan 1 4 glikosidik.
Polisakarida N.meningitidis kelompok W135 sebagian
terdiri dari unit berulang asam sialat dan D-glukosa yang
terasetilasi pada O, terikat dengan 2 6 glikosidik dan
1 4 glikosidik.
Komponen polisakarida atau komponen yang tertera
pada etiket bersama dengan ion kalsium dan kandungan
air tidak kurang dari 90% dari bobot sediaan.
Pembuatan vaksin berdasarkan sist