Rabu, 21 Juni 2023

hepatitis. 2

mlah bervariasi dan protein. 
Batu coklat disebabkan peningkatan bilirubin unconjugated yang tidak 
larut dalam empedu sehingga mengendap membentuk batu. 
Dekonjugasi kelebihan bilirubin mono dan diglukuronida larut dimediasi 
oleh glukuronidase ß-endogen namun segera dihidrolisis spontan oleh 
alkali.1
Batu pigmen coklat dapat merupakan hasil dari infeksi anaerob 
empedu dibuktikan dengan ditemukannya bentuk bakteri dalam batu. 
Infeksi bakteri disebabkan oleh stasis, akumulasi mukus, dan bacterial 
cytoskeleton dalam saluran-saluran empedu

Bakteri enterik menghasilkan glukuronidase, fosfolipase A, 
danconjugated bile acid hidrolase. Aktivitas glukuronidase menghasilkan 
produksi unconjugated bilirubin, fosfolipase menghasilkan asam 
palmitat dan stearat dari fosfolipid, dan conjugated bile acid hidrolase
menghasilkan asam empedu unconjugated. Produk-produk anion dari 
proses enzimatik bergabung membentuk kompleks dengan kalsium 
sehingga terbentuk garam-garam kalsium tidak larut dan menyebabkan 
terbentuknya batu.5
VII.3.3. Gejala dan Tanda
Gejala batu empedu berhubungan dengan inflamasi dan obstruksi 
setelah migrasinya dalam duktus sistikus. Gejala spesifik adalah kolik 
biliar. Kolik biliar disebabkan mengkonsumsi makanan berlemak, makan 
dalam jumlah banyak setelah puasa lama, atau konsumsi makanan 
normal dan sering terjadi pada malam hari (nokturnal).5
Gejala lain adalah:
1. Mual muntah bersamaan dengan nyeri biliar
2. Demam atau menggigil disertai nyeri biliar biasanya merupakan 
komplikasi pada kolesistitis, pankreatitis, atau kolangitis
3. Rasa penuh di epigastrium, dispepsia, eruktasi, atau flatulensi 
biasanya setelah mengkonsumsi makanan berlemak 
VII.3.4. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium ditemukan:
1. Bilirubin serum total meningkat
2. Peningkatan ALP
Hasil pemeriksaan laboratorium tergantung dari manifestasi klinis dari 
penyakit.

3.5. Manifestasi Klinis Batu Empedu
Manifestasi klinis batu empedu adalah:5
1. Kolik biliar
2. Kolesistitis Akut
3. Koledokolitiasis
4. Kolangitis
Kolik Biliar
Kolik biliar terjadi bila ada obstruksi intermiten duktus sistikus.Pada 
keadaan ini tidak terjadi inflamasi mukosa kandung empedu.Gejala kolik 
biliar adalah:
1. Nyeri di regio kanan atas atau tidak terlokalisir yang berat 
2. Intensitas nyeri bertambah setelah 15 menit dan menetap selama 
16 jam
3. Mual
4. Nyeri sering berulang
5. Flatulensi
6. Kembung
Hasil pemeriksaan fisik pada kolik biliar adalah:
1. Nyeri tekan di kandung empedu dari ringan hingga sedang selama 
serangan dan nyeri menetap selama beberapa hari
2. Terkadang pemeriksaan fisik normal
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan:
1. Peningkatan bilirubin total serum, dan direk atau indirek 
(tergantung jenis batunya/penyebabnya)
2. Peningkatan ALP
3. Peningkatan Gamma GT
4. Peningkatan amilase (bila ada batu dalam duktus biliaris 
komunis/common bile ducts)
Diagnosis kolik biliar ditegakkan dengan pemeriksaan USG, OCG (oral 
cholecystography), dan Melttzer Lyon Test
Perjalanan Penyakit 
Setelah serangan awal, tidak terdapat gejala lanjut pada 30%. 
Gejala menetap pada 6% penderita pertahun dan komplikasi berat pada 
1%/thn.
VII.4. Kolesistitis Akut
Kolesistitis akut merupakan inflamasi pada dinding kandung 
empedu akibat obstruksi dari duktus sistikus oleh batu.1
Patofisiologi
Respon inflamasi dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu:
1. Inflamasi mekanik, disebabkan peningkatan tekanan dalam lumen 
dan distensi sehingga terjadi iskemia mukosa kandung empedu 
dan dindingnya
2. Inflamasi kimia, disebabkan karena pelepasan lisolesitin (pada 
aktivitas fosfolipase terhadap lesitin di empedu) dan faktor 
jaringan lokal lainnya
3. Inflamasi bakterial, berperan dalam 50%-85% pasien dengan 
kolesistitis akut. Organisme yang sering ditemukan pada kultur 
empedu dari kandung empedu adalah Escherichia coli, Klebsiella 
spp, group D Streptococcus, Staphylococcus spp, Clostridium spp.1, 5
4. Inflamasi mukosa kandung empedu.

Gejala kolesistitis akut adalah:
1. Serangan kolik biliar
2. Nyeri viseral epigastrik sedang-berat terlokalisir di regio kanan 
atas, punggung, lengan, terkadang di dada
3. Mual muntah
4. Nyeri selama 6 jam kemungkinan kolesistitis5
5. Demam (suhu tidak terlalu tinggi) tanpa menggigil
6. Pembesaran kandung empedu dan teraba pada 25% pasien
7. Murphy’s sign positif yaitu nyeri pada inspirasi dalam dan batuk, 
peningkatan nyeri selama palpasi regio subkostal di kanan atas, 
serta inspiratory arrest
8. Bila terjadi ileus paralitik maka bising usus menurun. Tanda 
peritonitis umum dan defens abdomen tidak dijumpai bila tidak ada 
perforasi
Pemeriksaan Fisik
1. Demam biasanya < 102ºF kecuali ada komplikasi gangren atau 
perforasi
2. Nyeri subkosta kanan disertai henti inspirasi (inspiration arrest) 
 Murphy’s sign
3. Pembesaran kandung empedu sehingga dapat diraba
4. Ikterik ringan, pada usia lanjut lebih sering
Pemeriksaan Laboratorium
1. Lekositosis (12000-15000/µL) dengan pergeseran ke kiri
2. Bilirubin serum 24 mg/dL atau menurut Greenberger dalam 
Harrison’s Internal Medicine peningkatan ringan bilirubin serum 
kurang dari 5 mg/dL
3. Peningkatan aktivitas enzim aminotransferase (kurang dari 5X 
nilai rujukan) dan ALP
4. Peningkatan ringan amilase serum walaupun tanpa pankreatitis
5. Bila bilirubin lebih dari 4mg/dL atau amilase lebih dari 1000U/L 
kemungkinan batu di duktus biliar komunis.1, 5
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan perjalanan penyakit dan 
pemeriksaan fisik. Triad gejala mendadak berupa nyeri regio kanan atas, 
demam, dan lekositosis kemungkinan merupakan kolesistitis akut. 
Selain itu bila pada pemeriksaan laboratorium ditemukan lekositosis 
10000-15000 /µL dengan pergeseran kiri, bilirubin serum meningkat

ringan < 5 mg/dL, dan peningkatan aminotransferase < 5X dapat 
mendukung diagnosis.1, 5 Pemeriksaan penunjang lain untuk diagnosis:
 USG
 Hepatobiliari Scintigraphy
 CT-abdominal 1, 5
Perjalanan Penyakit
Resolusi spontan pada 50% dalam 710 hari tanpa operasi, terjadi 
komplikasi dengan perforasi terlokalisir pada 10% penderita, dan 1% 
terjadi perforasi tidak terlokalisir dan peritonitis.5
Selain kolesistitis akut karena batu empedu, penyakit lain kandung 
empedu adalah:
1. Mirrizzi’s syndrome, merupakan komplikasi yang jarang terjadi 
akibat tekanan batu pada duktus sistikus atau leher kandung 
empedu sehingga terjadi kompresi CBD mengakibatkan obstruksi 
CBD dan ikterik. 
2. Kolesistitis akalkulus, kolesistitis tanpa dijumpai batu. Penyakit ini 
berhubungan dengan trauma berat atau luka bakar, partus lama, 
dan paska operasi yang kesemuanya membutuhkan terapi 
hiperalimentasi parenteral jangka panjang sehingga menimbulkan 
biliary sludge pada duktus sistikus. Penyebab lain adalah 
vaskulitis, obstruksi adenokarsinoma kandung empedu, DM, 
infestasi parasit, infeksi bakteri seperti Leptospira, Streptococcus 
sp, Salmonella sp, atau Vibrio cholerae.
3. Kolesitopati akalkulus. Merupakan gangguan motilitas kandung 
empedu. Untuk diagnosisnya dapat digunakan infus oktapeptida 
dari CCK untuk mengukur fraksi ejeksi kandung empedu. 
4. Kolesistitis Emfisematosa
Mulanya diawali dengan kolesistitis akut yang kemudian diikuti 
oleh iskemia atau gangren pada dinding kandung empedu dan 
infeksi oleh organisme penghasil gas. Pada kultur biasanya 
dijumpai bakteri anaerob seperti Clostridium welchii atau
Clostridium perferingens maupun aerob seperti E.coli.

Kolesistitis Kronik
Kolesistitis kronik dari dinding kandung empedu berhubungan 
dengan batu empedu dan merupakan akibat iritasi mekanik persisten 
pada kolesistitis akut maupun subakut pada dinding kandung empedu 
oleh batu. Pada 25% pasien dapat ditemukan bakteri dalam cairan 
empedu.
Komplikasi Kolesistitis
1. Empisema dan hidrops
2. Gangren dan perforasi
3. Fistula dan ileus
4. Cairan empedu Limey (milk of calcium) dan kandung empedu 
seperti porselain.
Garam kalsium disekresi dalam lumen kandung empedu dalam 
konsentrasi yang cukup untuk menghasilkan endapan kalsium dan difus 
kalsium, opakifikasi empedu atau layering effect pada rontgen 
abdomen. Pada kandung empedu seperti porselain, endapan garam 
kalsium dalam dinding kandung empedu menimbulkan inflamasi kroni 
dan dapat dideteksi dengan FPA (Foto Polos Abdomen)-erek.1
VII.6. Koledokolitiasis
Patofisiologi
1. Obstruksi intermiten dari duktus biliaris komunis 
2. Terdapat jalur batu (passage of gallstones) pada CBD
3. Batu kolesterol merupakan batu empedu mayor dari saluran 
empedu akan berpindah ke cabang biliari ekstrahepatik melalui 
duktus sistikus. Batu primer yang dibentuk di saluran empedu 
adalah batu pigmen dan terjadi pada pasien dengan hepatobiliary 
parasitism atau kolangitis berulang, anomali kongenital saluran 
empedu (Caroli’s disease), dilatasi, sklerosis, atau striktur saluran, 
atau defek gen MDR3 yang menyebabkan gangguan sekresi 
fosfolipid biliar
Gejala
1. Biasanya asimptomatik
2. Bila ada gejala tidak bisa dibedakan dengan gejala kolik biliar
3. Merupakan faktor predisposisi kolangitis dan pankreatitis akut

Pemeriksaan Fisik
1. Biasanya norma bila obstruksi intermiten
2. Ikterik dengan nyeri
3. Ikterik tanpa nyeri
4. Bila kandung empedu teraba kemungkinan keganasan
Pemeriksaan Laboratorium
1. Peningkatan serum bilirubin dan ALP bila terjadi obstruksi CBD
2. Bilirubin serum lebih dari 10 mg/dL kemungkinan disebabkan 
obstruksi keganasan atau koeksisting dengan hemolisis
3. Peningkatan sementara aminotransferase serum atau amilase 
kemungkinan adanya saluran batu (stone passage)
Perjalanan Penyakit
Kurang diketahui namun sering terjadi komplikasi dan berat 
dibandingkan batu kandung empedu asimptomatik
Komplikasi 
1. Kolangitis bisa nonsupuratif atau supuratif
2. Ikterik Obstruktif. 
Pada ikterus obstruktif terjadi hambatan aliran empedu hepatik 
sehingga terjadi reabsorbsi dan regurgitasi bilirubin conjugated 
dalam aliran darah dan menyebabkan ikterik disertai bilirubinuria 
(urin warna gelap) dan feses akholik (feses warna terang). Serum 
bilirubin meningkat 5-15 mg/dL. Bila bilirubin serum lebih dari 20 
mg/dL kemungkinan karena obstruksi neoplatik. ALP serum 
selalu meningkat pada obstruksi biliar. Peningkatan 
aminotransferase serum hingga 2-10X lipat terutama bila terjadi 
obstruksi akut. Bila terjadi perbaikan obstruksi, serum 
aminotransferase cepat kembali normal sementara bilirubin 
serum akan kembali normal setelah 1-2 minggu. Sedangkan 
penurunan ALP lambat
3. Pankreatitis.
4. Sirosis biliar sekunder
VII.7. Kolangitis
Patofisiologi
Tekanan batu dalam CBD menyebabkan stasis aliran empedu 
sehingga terjadi superinfeksi bakteri dari empedu yang terhambat dan 
dapat menyebabkan bakteriemia dini.

Gejala
1. Triad Charcots yaitu nyeri, ikterik, dan demam pada 70% pasien
2. Nyeri ringan dan sementara disertai dengan menggigil
3. Gangguan mental (mental confusion), letargi, dan delirium. 
Ketiganya kemungkinan disebabkan oleh bakteriemia
Pemeriksaan Fisik
1. Demam pada 95%
2. Nyeri kanan atas
3. Ikterik
4. Tanda peritoneal 
5. Hipotensi disertai gangguan kesadaran (mental confusion) 
kemungkinan disebabkan oleh sepsis oleh bakteri negatif Gram
Pemeriksaan Laboratorium
1. Lekositosis
2. Jumlah lekosit mungkin normal dengan pergeseran ke kiri pada 
20% pasien
3. Bilirubin serum > 2 mg/dL
4. Peningkatan ALP
5. Kultur darah positif terutama saat menggigil atau puncak demam. 
Biasanya akan tumbuh 2 jenis organisme pada separuh pasien
Perjalanan Penyakit
Angka kematian tinggi bila terlambat mendiagnosis septikemia
VII.8. Kolangitis Sklerosis Primer (Primary Sclerosing 
Cholangitis)
Primary Sclerosing Cholangitis (PCS) merupakan penyakit hati 
tipe kolestatik kronik yang ditandai inflamasi dan fibrosis intrahepatik 
dan saluran empedu ekstrahepatik.6
Patogenesis
Patogenesisnya dibedakan menjadi :6
1. Mediasi system imun
2. Tanpa mediasi system imun
Gejala dan Tanda
Gejalanya antara lain:6
1. Kelelahan
2. Pruritus
3. Ikterik
4. BB menurun
5. Demam
6. Asimptomatik
Tandanya adalah:
1. Hepatomegali
2. Ikterik
3. Splenomegali
4. Hiperpigmentasi
5. Xantelasma
Pemeriksaan Laboratorium
Biokimia
Gambaran laboratorium biokimia adalah:6
1. Peningkatan ALP 3-4X dari nilai rujukan
2. Peningkatan aminotransferase serum 2-3X dari nilai rujukan 
3. Bilirubin total serum norma pada 60% pasien dan meningkat pada 
stadium lanjut dan menetap
4. Albumin serum danprotrombin time normal
Serologi
1. Peningkatan IgG dan IgM
2. ANA dan Smooth Muscle Antibody (+) namun titernya lebih rendah 
dibandingkan pada anemia hemolitik
3. Antimitochondrial antibodies (AMAs) (+)
Pankreatitis akut
Pankreatitis akut merupakan peradangan akut pankreas akibat 
proses autodigestif oleh karena aktifasi prematur dari zimogen menjadi 
enzim proteolitik dalam pankreas. 
Prevalensi Pankreatitis akut:
80,000 kasus per tahun di USA ; 20 % kasus berat1
Insiden Pankreatitis Akut: 17 kasus baru dalam 100.000 orang (1976-
1988)2
 
Incidence Rate: 1 in 3,400 or 0.03% or 80,000 orang di USA
Incidence extrapolations for USA for Acute Pancreatitis: 80,000 per 
year, 6,666 per month, 1,538 per week, 219 per day, 9 per hour, 0 per 
minute, 0 per second. 2
Tanda dan gejala pankreatitis akut adalah pembengkakan dan rasa nyeri 
di abdomen, mual, muntah, demam dan takikardi
Patogenesis
Bagian eksokrin pankreas menghasilkan berbagai ezim seperti 
protease, lipase dan saccaridases. Pada pankreatitis akut terjadi 
autodigestif dimana enzim teripsinogen menjadi bentuk aktifnya yaitu 
tripsin.
Pada etiologi oleh karna batu empedu:
Terjadinya refluks pada duktus mengakibatkan inflamasi sehingga 
peradangannya sampai pada pankreas
Diagnosis Laboratorium
Amylase dan lipase
Amilase serum naik dalam 2-12 jam sejak onset dari simptom dan 
kembali normal dalam 1 minggu. 
Lipase serum naik dalam 4-8 jam sejak onset simptom dan kembali 
normal dalam 8-14 hari. 
Pada 10 % kasus pankreatitis akut dan kronik (deplesi massa sel asinar) 
bisa didapatkan kadar yang normal dan hipertrigliseridemia. 
Bisa dijumpai false positif meningkatnya serum amilase pada penyakit 
kelenjar air ludar (terjadi peningkatan amilase kelenjar air ludah) dan 
makroamilasemia.
Jika kadar lipase 2,5-3 x kadar amilase merupakan indikasi pankreatitis 
yang berhubungan dengan alkohol.7
Tes fungsi pankreas
Secara garis besar pemeriksaan fungsi pankreas dapat dibedakan atas:
Uji fungsi pankreas
Secara garis besar pemeriksaan fungsi pankreas dilakukan jika 
terjadi peningkatan amilase dan lipase.Tes fungsi eksokrin meliputi 
sekretin, CCK, fecal fat, trypsin, dan chymotrypsin. Tes lain yang 
berkaitan dengan fungsi adalah deteksi malabsorbsi contohnya 
pemeriksaan feces mikroskopik untuk melihat berlebihnya lemak, 
starch, serat daging dan tes D-xylose dan analisa fecal fat. Pengukuran 
tes fungsi eksokrin lainnya adalah yang berkaitan dengan fungsi hati 
yaitu meilhat adanya obstruksi ekstra hepatik contohnya bilirubin dan
yang berkaitan dengan fungsi endokrin (gastrin, insulin, glukosa dan 
kortisol) yang menggambarkan perupahan pada sel endokrin pankreas.3
Pemeriksaan pankreas dapat dibedakan berdasarkan invasif dan 
noninvasif .5 Buku lain mengatakan dibedakan atas direk dan indirek 
dimana invasif adalah pemeriksaan yang langsung mengukur kadar 
langsung dari selang intubasi dalam mendapatkan sampel. Tes ini 
sangat menggambarkan keadaan dari pasien yang sesungguhnya.3, 5
Berbeda dengan tes invasif atau indirek dimana mengutungkan buat 
pasien yaitu lebih nyaman dan simpel dan murah tetapi tidak sensitif 
dan spesifik seperti tes invasif atau direk.5
Pemeriksaan pankreas direk
Pemeriksaan ini mengukur jumlah total cairan pankreas dan 
konsentrasi bikarbonat dan enzim, ini membutuhkan rangsangan.3
Enzim yang diukur adalah trypsin, terutama, yang lain adalah amylase, 
lipase chymotrypsin dan elastase.5
Tes sekretin
Test ini dilakukan setelah puasa overnight sebelumnya, sampel 
basal diambil dan dikumpulkan dari lambung dan duodenum.3, 5
Sekresi pankreas dirangsang dengan pemberian IV sebanyak 2-3 U/kg 
BB diikuti pemberian CCK. Jika mengerjakan tes sederhana sekretin 
diberikan hanya sekretin dosis tinggi3
Kepustakaan lain dosisnya 1 CU/lg BB.5
Pengumpulan dimulai setelah 10-15 menit pertama untuk tes sederhana 
sekretin, dan yang pooled setelah 30,60,80 menit setelah pemberian 
IV.3, 5
Yang diukur adalah ph, kecepatan pengeluaran cairan, jumlah 
bikarbonat dan enzym3, 5
Hasil untuk jumlah bikarbonat perjam untuk pria adalah 15 mM dan 12 
mM untuk wanita dengan kecepatan pembentukannya 2 mL/kg BB

Pemeriksaan pankreas indirek
Tabel VIII.1 Pemeriksaan pankreas
Tes indirek terdiri dari:
1. Lundh test meal
Prinsipnya akan menyebabkan penglepasan CCK yang akan 
menyebakan lepasnya pengeluaran enzym. Kegunaannya untuk 
melilhat insuffisiensi eksokrin pankreas; false negatif pada 
pengosongan lambung yang lambat; false positif pada penyakit 
primer mukosa gastrointestinal dan choledocholithiasis; tidak 
mengukur kapasitas sekresi
2. Benzoyl-tyrosyl-p-aminobezoic acid
3. Pancreolauryl tes

2. Pankreatitis Kronik
Epidemiologi
Insidens pankreatitis kronik di negara maju/industry kira-kira 4-
6 per 100.000 penduduk per tahun.Dan makin tahun insidens ini 
cenderung meningkat. Prevalensi penyakit ini diantara 25-30 per 
100.000 penduduk dewasa.
Etiologi
1. Pankreatitis kronik karena alkohol (75%), 
2. Pankreatitis topikal (terbanyak ditemukan di negara berkembang 
terutama daerah tropis). Penyebabnya karena asupan protein dan 
mineral yang kurang dan buruk ditambah adanya toksin, 
3. Idiopatik (25%), 
4. Herediter (1%).
Patogenesis
Terjadinya pankreatitis kronik karena:
Defisiensi lithostatin: protein lithostatin disekresi oleh pankreas, 
berguna untuk mempertahankan kalsium dalam cairan pankreas

sehingga tetap cair. Defisiensi lithostatin ini dibuktikan sebagai 
penyebab pembentukan presipitasi protein
Penyebab nyeri pada pankreatitis kronik tidak jelas. Peningkatan 
tekanan pada sistem saluran pankreas, tegangan kapsul dan inflamasi 
perineural berperan pada nyeri tersebut
Alkohol: konsumsi alkohol yang kronis dapat langsung menimbulkan 
kerusakan sel asinar pankreas, atau terlebih dulu menimbulkan 
presipitasi protein dan kalsifikasi intaduktal pankreas lalu menimbulkan 
kerusakan sel asinat pankreas dan stagnasi/hambatan sekresi serta 
inflamasi/fibrosis. Stagnan menimbulkan dilatasi duktus pankreatikus, 
inflamasi menimbulkan kerusakan sel islet pankreas yang lalu 
menimbulkan insufisiensi endokrin pankreas, kerusakan sel acinus 
pankreas menimbulkan langsung insufisiensi eksokrin pankreas atau 
melalui neksrosis fokal lalu menimbulkan insufisiensi eksokrin.Juga 
dapat menimbulkan pembentukan pseudokista.
Komplikasi pankreatitis kronik: pseudokista, tukak duodenum, 
keganasan/kanker pankreas.
Gejala Klinis
Nyeri/sakit perut epigastrium: perjalanan nyeri perut tak dapat 
diramalkan. Penurunan nyeri dan perjalanan insufisiensi endokrin dan 
eksokrin tidak berjalan secara paralel.Nyeri perut biasa turun naik dan 
timbul intermitten dan dapat mengganggu kualitas hidup pasien.Nyeri 
perut lokasinya berada di abdomen tengah dan kiri atas, seringkali 
menjalar ke punggung.Episode nyeri dapat dipicu oleh konsumsi 
alkohol dan atau makanan berlemak yang banyak.Hanya 5-10% kasus 
pankreatitis kronik tak mengalami nyeri perut.
Diare, steatorea: berkurangnya sekresi enzim pankreas menimbulkan 
gangguan pencernaan yang kemudian menimbulkan diare osmotik dan 
bila kandungan lemak dalam tinja tinggi disebut steatorea.
Distensi dan kembung: kandungan diet yang mencapai kolon 
dimetabolisme oleh bakteri sehingga terbentuk gas, pada pankreatitis 
kronik terjadi distensi dan kembung karena banyaknya gas yang 
terbentuk sebelum diare.
Penurunan berat badan: hal ini terjadi karena insufisiensi eksokrin 
pankreas atau berkurangnya asupan makanan karena takut dan nyeri 
perut.
Ikterus: ikterus ini dapat timbul sebagai akibat dari stenosis saluran 
bilier pada fase eksaserbasi akut pankreatitis kronik. Bila inflamasi 
menghilang, ikterus juga menghilang secara spontan.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada pasien 
pankreatitis kronik yaitu amilase-lipase serum yang biasanya 
menunjukkan peningkatan tidak lebih dari 3 x batas normal.
Kadar amilase lipase serum yang normal tidak menyingkirkan 
pankreatitis kronik.Untuk pemeriksaan fungsi pankreas diperhatikan 
pemeriksaan tes fungsi pankreas indirek, tes fungsi pankreas direk, 
analisis lemak tinja dan tes toleransi glukosa oral (oral glucose tolerance 
test = OGTT).
Tes fungsi pankreas indirek antara lain pemeriksaan enzim 
chymotrypsin dan elastase- 1 tinjam tes pancreolauryl dan tes NBT￾PABA biasanya dapat mendeteksi hanya gangguan fungsi pankreas 
sedang sampai berat. Hasil positif palsu dapat terjadi dengan 
pemeriksaan ini atau disebut insufisiensi pankreas sekunder antara lain 
disebabkan keadaan pasca reseksi lambung atau pada penyekit usus 
halus, malabsorpsi usus. 
Pemeriksaan analisis lemak tinja: setelah menyingkirkan 
penyebab lain dari steatoream pemeriksaan kuantitatif ekskresi lemak 
tinja merupakan pemeriksaan adanya insufisiensi eksokrin pankreas.
Pemeriksaan metabolisme glukosa: pemeriksaan kadar gula darah 
puasa dan postprandial cukup untuk mendiagnosis indufissiensi 
endokrin pankreas.
Pemeriksaan preoperatif fungsi pankreas: pemeriksaan fungsi eksokrin 
dan endokrin pankreas membantu dalam menentukan rencana operasi 
antara lain reseksi dan drainase. Jika fungsi pankreas sangat terganggu 
berat, tidak diperlukan untuk menyisakan jaringan pankreas.
Pemeriksaan penunjang 
Untuk memeriksa morfologi pankreas diperlukan pemeriksaan 
ultrasonografi, Endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP), 
Magnetic Resonance Cholangiopancreatography (MRCP) Computed 
tomography/Magnetic Resonance Imaging abdomen dan foto polos 
abdomen.
Klasifikasi pada foto abdomen polos biasanya memastikan 
diagnosis pankreatitis kronik, akan tetapi pemeriksaan ini hanya 
memiliki sensitivitas 30%, dalam mendeteksi pankreatitis kronik karena 
tidak semua pankreatitis kronik disertai kalsifikasi. Pemeriksaan 
canggih yang paling penting dalam menunjang diagnosis yaitu 
Ultrasonografi pankreas dan abdomen atas, CT-scan abdomen atas, 
ERCP dan MRCP.
Pemeriksaan lain yang tidak begitu akurat kadang diperlukan 
antara lain pemeriksaan kontras barium saluran cerna atas (jika 
dicurigai stenosis duodenum sebelum bedah), angiografi (bila ketika 
direncanakan operasi ada komplikasi vaskular).
Pada pemeriksaan ultrasonografi abdomen, biasa ditemukan 
dilatasi fuktus pankreatikus, pseudokista, kalsifikasi dan kelainan 
pankreas yang terisolasi atau difus.Sebagai tambahan, komplikasi 
ekstrapankreas seperti pelebaran duktus bilier, dilatasi vena porta atau 
lienalis dan asites dapat ditemukan.Tahap dini pankreatitis kronik 
basanya tidak dapat ditemukan.
Pada pemeriksaan CT-scan abdomen ditemukan kelainan seperti 
pada ultrasonografi.CT-scan tidak lebih superior dari ultrasonografi.
Pada pemeriksaan ERCP, dapat ditemukan gambaran regularitas 
dari duktus pankreatikus, batu, stenosis, abnormalitas duktus 
pankreatikus dan bilier, dan kadangkala pseudokista pankreas bila 
berhubungan dengan sistem duktus pankreatikus.Pemeriksaan ini 
merupakan teknik pencitraan yang paling sensitif dan spesifik dalam 
mendeteksi atau menyingkirkan pankreatitis kronik.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, 
gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan 
penunjang lain.
Prognosis
Sangat sedikit pasien meninggal karena pankreatitisnya 
sendiri.Penyebab utama dari kematian adalah penyakit kardiovaskular 
dan kanker.
VIII.3. Carsinoma Pankreas
Kanker pankreas adalah penyebab utama keempat kematian 
kanker di Amerika Serikat.Gejala kanker pankreas tidak khas, sehingga

sering ditemui pada stadium lanjut.Hal ini juga yang membuat 
prognosis kanker pankreas buruk.
Faktor risiko eksogen adalah merokok, diet, paparan polusi; 
sedangkan faktor risiko endogen adalah usia, jenis kelamin, ras, 
genetika, riwayat penyakit pankreatitis kronis, diabetes mellitus, batu 
empedu, obesitas, infeksi lambung oleh Helicobacter pylori.
Tatalaksana kanker pankreas terdiri dari tindakan pembedahan, 
kemoterapi, radiasi dan paliatif.
Di Jepang, kanker pankreas adalah penyebab kematian terbesar 
kelima untuk kanker, dimana 70% ditemukan pada pria daripada wanita. 
Tidak ada banyak data tentang kanker pankreas di Indonesia.Sebuah 
penelitian di Semarang melaporkan 53 kasus kanker pankreas antara 
tahun 1997-2004. Menurut statistik di Indonesia pada 2004-2007, 
kanker pankreas tidak termasuk dalam 10 besar kanker.9,10
Faktor risiko terjadinya kanker pankreas antara lain merokok, 
diabetes mellitus dan pankreatitis kronis. Kanker pankreas sangat 
berhubungan dengan prognosis yang buruk.Hal ini disebabkan karena 
beberapa kasus kanker pankreas tidak memiliki gejala yang khas, 
penanda tumor yang kurang sensitive.Akibatnya kanker pankreas selalu 
didiagnosis saat stadium lanjut. Kanker pankreas bersifat agresif dengan 
pertumbuhan lokal perineural dan vaskular dan metastasis jarak jauh.12
EPIDEMIOLOGI
The American Cancer Society memperkirakan bahwa pada tahun 
2015, sekitar 49.000 orang akan didiagnosis kanker pankreas di AS dan 
41.000 akan meninggal karena penyakit ini. Kanker pankreas adalah 
penyebab utama keempat kematian kanker di Amerika Serikat.Di 
seluruh dunia, kanker pankreas menyumbang lebih dari 200.000 
kematian setiap tahun. Total kematian akibat kanker pankreas saat ini 
meningkat dan diprediksi menjadi penyebab utama kedua kematian 
akibat kanker di Amerika Serikat pada 2030.3,6 Di Jepang, kanker 
pankreas adalah penyebab kematian terbesar kelima untuk kanker, 
dimana 70% ditemukan pada pria daripada wanita. Tidak ada banyak 
data tentang kanker pankreas di Indonesia.Sebuah penelitian di 
Semarang melaporkan 53 kasus kanker pankreas antara tahun 1997-
2004. Menurut statistik di Indonesia pada 2004-2007, kanker pankreas 
tidak termasuk dalam 10 besar kanker.
ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO
Etiologi utama kanker pankreas masih dipelajari sampai saat ini, 
tetapi beberapa faktor dapat meningkatkan risiko kanker pankreas, 
yang merupakan interaksi antara faktor eksogen dan endogen. Faktor 
risiko eksogen adalah merokok, diet,
paparan polusi; sedangkan faktor risiko endogen adalah usia, jenis 
kelamin, ras, genetika, riwayat penyakit pankreatitis kronis, diabetes 
mellitus, batu empedu, obesitas, infeksi lambung oleh Helicobacter 
pylori (H. pylori).3,4
Usia adalah penentu utama kanker pankreas. Sebagian besar 
pasien didiagnosis pada usia> 50 tahun, dengan insidensi puncak pada 
dekade ketujuh dan delapan kehidupan. Perokok memiliki risiko dua kali 
lipat hingga tiga kali lipat lebih tinggi terkena kanker pankreas daripada 
non-perokok.Proporsi kasus yang disebabkan oleh merokok tembakau 
telah diperkirakan 15-30% di berbagai populasi. Penggunaan produk 
tembakau tanpa asap juga dapat meningkatkan risiko.4,5
Alkohol, kopi, dan radiasi tampaknya tidak menjadi faktor risiko 
yang signifikan untuk perkembangan kanker pankreas.Tiga studi kasus 
kontrol dari Eropa tidak menunjukkan peningkatan risiko kanker 
pankreas dengan kopi.Hal ini bertentangan dengan laporan sebelumnya 
tentang hubungan antara kanker pankreas dan konsumsi kopi. Radiasi 
pengion tampaknya tidak memiliki kecenderungan untuk menyebabkan 
kanker pankreas bila dibandingkan dengan jaringan lain.3
Faktor predisposisi genetik memainkan peran pada 10% pasien 
dengan kanker pankreas.Gangguan yang paling umum adalah mutasi 
gen BRCA2.Kelainan kromosom, seperti kanker kolon nonpolyposis 
herediter (HNPCC), sindrom melanoma keganasan atipikal familial 
(FAMMM), pankreatitis herediter, berhubungan dengan peningkatan 
risiko kanker pankreas.Riwayat penyakit pankreatitis kronis dikaitkan 
dengan kanker pankreas.
Pada tahun 1993, Lowenfels dkk melakukan penelitian 
multicenter menggunakan desain kohort historis 2.015 pasien dengan 
pankreatitis kronis yang menunjukkan rasio insidens kanker pankreas 
sebesar 26,3 (95% CI = 19,9-34,2), dan risiko meningkat bersamaan 
dengan durasi pankreatitis, yaitu 1,8 % setelah 10 tahun dan 4% setelah 
20 tahun didiagnosis.
MANIFESTASI KLINIS
Sebagian besar kanker pankreas tidak memiliki gejala pada tahap 
awal. Sebuah studi kasus-kontrol besar membandingkan kejadian gejala 
kanker pankreas dini menunjukkan bahwa kanker pankreas dikaitkan 
dengan 12 gejala alarm: penurunan berat badan, sakit perut, mual dan 
muntah, kembung, dispepsia, diabetes onset baru, perubahan kebiasaan 
buang air besar, pruritus , lemas, sakit punggung, nyeri bahu, dan sakit 
kuning.6 Tanda Courvoisier juga dapat ditemukan pada kasus obstruksi 
akibat kanker kaput pankreas, intoleransi glukosa, trombosis vena, 
tromboflebitis migran atau tanda Trousseau, nodul periumbilikus atau 
nodul Suster Mary Joseph, hepatosplenomegali, perdarahan 
gastrointestinal, asites, Blumer’s shelf teraba masa pada di anterior 
pada pemeriksaan colok dubur yang menunjukkan adanya penyebaran 
ke pelvik.2,4
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Serum Penanda Tumor
CEA adalah glikoprotein dengan berat molekul tinggi yang 
biasanya ditemukan di jaringan fetal.Pada kanker pankreas, ada 
peningkatan CEA, tetapi juga dapat ditemukan pada kanker organ 
lainnya.Oleh karena itu, CEA bukan penanda spesifik untuk kanker 
pankreas.CA 19-9 adalah salah satu penanda untuk karsinoma pankreas 
yang banyak digunakan saat ini.
Pemeriksaan CA 19-9 adalah pemeriksaan antibodi monoklonal 
terhadap antigen yang biasanya ditemukan dalam sirkulasi musin pada 
kanker.6 Peningkatan kadar CA 19-9 juga dapat terjadi pada 
adenokarsinoma gastrointestinal lainnya seperti sirosis serta 
peradangan pada saluran empedu dan hati.4
Kombinasi serum carbohydrate antigen (CA) 19-9 dan antigen 
carcinoembryonic (CEA) telah dilaporkan menurunkan kepekaan hingga 
37%, tetapi meningkatkan spesifisitas menjadi 84% dibandingkan 
dengan CA19-9 saja, untuk diagnosis kanker pankreas.6,8
USG Abdomen
USG memiliki sensitivitas 75-89% dan spesifisitas 90-99% untuk kanker 
pankreas.6 Pada USG abdomen akan dijumpai dilatasi saluran empedu
dan kantung empedu yang disebabkan obstruksi ekstrahepatik.1,3 Massa 
pankreas hypoechoic mungkin tidak terlihat.
 
CT
Pada CT abdomen massa akan terlihat jika ukuran massa lebih dari 2 
cm. Dilatasi sistem biliaris juga akan dijumpai. Dengan CT scan dapat 
menilai metastasis liver dan limfadenopati regional. Tingkat akurasi CT 
abdomen dengan kontras mencapai 80-90%.
PET
Ada beberapa keterbatasan PET dalam mendiagnosis kanker pankreas, 
termasuk kemungkinan hasil negatif palsu pada hiperglikemia dan 
kemungkinan hasil positif palsu pada massa inflamasi yang disebabkan 
oleh pankreatitis.
MRI
Magnetic resonance cholangiopancreatography (MRCP) merupakan 
tindakan non invasive yang menggambarkan saluran duktus dan traktus 
biliaris. Teknik ini mungkin akan menggantikan kolangiopankreatografi 
invasif endoskopi retrograd (ERCP) untuk diagnosis massa pankreas 
kecil, meskipun kerugiannya adalah bahwa tidak memungkinkan untuk 
pengambilan sampel jaringan.6
ERCP
ERCP memungkinkan cytopathology pada stenting biliaris transpapiler 
meskipun kemampuan diagnostiknya tampaknya terbatas pada kasus 
striktur bilier ekstrinsik seperti kanker pankreas.6
PROGNOSIS
Tingkat kelangsungan hidup 5 tahun setelah pankreatikoduodenektomi 
adalah 12%.Prognosis lebih baik pada tumor kecil, terdiferensiasi baik 
dan nodus negatif, dan kandungan DNA sel tumor memiliki implikasi 
yang signifikan. Tingkat kelangsungan hidup 5 tahun pasien yang sel 
tumornya diploid hampir 40% tetapi kurang dari 10% pada mereka 
dengan sel aneuploid. Prognosis keseluruhan kanker pankreas adalah 
buruk, hanya 10% pasien yang hidup 12 bulan setelah diagnosis 
dibuat
Kanker pankreas adalah salah satu kanker mematikan di dunia.Hal ini 
sering didiagnosis akhir-akhir ini pada stadium lanjut karena tidak ada 
gejala awal kanker yang khas. Selain itu, tidak ada tes skrining memiliki 
sensitivitas yang baik untuk mendeteksi kanker pada tahap awal 
tersedia sampai sekarang