Jumat, 06 Desember 2024

farmakope 106

  


darah pada hewan percobaan tunggal sesudah  

penyuntikan bergantian dari dosis tunggal baku dan satu 

dari dua dosis sediaan uji. Perhitungan potensi dari 

perbedaan respons sedian uji dan rata-rata dari dua 

respons yang berdekatan baku yaitu  setara dengan 

desain pertama pada Tabel 7 dengan membalikkan S dan 

U, I yaitu  log-interval di antara dua tingkat dosis 

sediaan uji. 

 


  

Tabel 8 

 

Koefisien faktorial x1 untuk menganalisa  penetapan dengan sekuen 3- atau 4-dosis sebesar 1,5; 2,0; 3,0 dan 4,0 tiap dosis 

memiliki  banyak respons (f) yang sama 

 

    Kesalahan Eksperimental dan Uji Keabsahan 

Penetapan Istilah yang dipakai  di sini, “kesalahan 

eksperimental”, merujuk ke variasi sisa dalam respons 

dari indikator biologik, bukan untuk kesalahan dalam 

procedure  atau untuk nilai menyimpang yang memerlukan 

penggantian. Kesalahan eskperimental diukur berkenaan 

dengan variansi kesalahan pada respons tunggal atau 

unit lain, yang dinyatakan secara seragam sebagai s2, 

meskipun ada perbedaan dalam definisi unit. Hal ini 

diperlukan dalam uji keabsahan penetapan dan dalam 

menghitung interval keyakinan. 

 

    Variansi Kesalahan Dosis Ambang Masing-masing 

dosis ambang diukur secara langsung dalam beberapa 

penetapan. Pada penetapan Digitalis masing-masing 

dosis ambang dinyatakan dengan simbol z, banyaknya 

atau frekuensi z oleh f, dan jumlah dari z untuk tiap 

sediaan oleh T, dengan subskrip S dan U masing-masing 

untuk baku dan sediaan uji. Hitung variansi kesalahan 

dari z sebagai: 

 

                                                                                                                          

 

 

(11) 

 

n = fS + fU - 2  derajat bebas. Dalam penetapan lain, tiap 

log-dosis ambang sediaan uji yang diinjeksikan 

dikurangi log-dosis baku yang bersangkutan pada kelinci 

yang sama untuk memperoleh perbedaan individual x.  

sebab  tiap x mungkin positif atau negatif (+ atau ), 

maka perlu diperhatikan tanda yang benar pada semua 

penjumlahan. Nyatakan total x untuk hewan yang 

diinjeksi dengan baku pada hari kedua sebagai T2. 

Hitung variansi kesalahan dari x dengan n = N – 2 

derajat bebas sebagai: 

 

 

 

         (12)          

 

 

N yaitu  total jumlah kelinci untuk menyelesaikan 

penetapan, tidak termasuk penggantian nilai hilang 

untuk menyelamatkan ukuran dari dua kumpulan. 

 

    Variasi kesalahan dari Respons Individual Pada 

penetapan di farmakope, perbedaan dalam dosis yang 

mengubah respons rata-rata diperkirakan tidak 

mempengaruhi variabilitas dalam respons. Perhitungan 

variansi kesalahan tergantung pada desain penetapan dan 

bentuk pengaturan untuk setiap nilai yang hilang. Tiap 

respons lebih dulu diubah ke dalam unit y yang 

dipakai  dalam menghitung potensi. Tentukan variansi 

kesalahan tunggal dari kombinasi deviasi y sekitar rata-

rata untuk tiap tingkat dosis, jumlahkan untuk setiap 

tingkat. Nilai y  yang meragukan dapat diuji seperti 

dijelaskan pada Peniadaan data pengamatan yang 

menyimpang, dan nilai menyimpang yang telah terbukti 

dapat diganti sebagai nilai yang seperti tertera pada 

Penggantian nilai yang hilang. 

    Dalam desain yang paling sederhana, unit respons 

  Dosis Baku Dosis sediaan Uji   


diatur secara acak untuk tiap tingkat dosis, seperti pada 

penetapan kortikotropin. Jika nilai yang hilang diganti 

dengan menambahkan rata-rata y yang tersisa pada suatu 

tingkat dosis kepada totalnya, maka derajat bebas (n) 

pada variansi kesalahan dikurangi dengan satu untuk tiap 

penggantian, namun  tidak diperlukan perubahan lain 

dalam perhitungan. Dengan menganggap bahwa f sama 

untuk semua dosis atau kelompok, hitung variansi 

kesalahan dari variasi dalam dosis untuk semua nilai y 

sebagai berikut: 

                                                   

                                                            

Tt yaitu  total pada tiap dosis dari nilai f dari y, ada  

sebanyak k total Tt dan derajat bebas n = f-k, dengan f 

dikurangi 1 untuk penggantian. 

    Jika variasi dalam f diatur dengan mengurangkan nilai 

rata-rata kelompok dari total kelompok, hitung variansi 

kesalahan dari y yang diamati dan total Tt yang tidak 

diatur sebagai: 


 

n = f - k 

 

    Dalam perhitungan hasil penetapan memakai  

koefisien dari Tabel 6 atau Tabel 8, s2 dapat dihitung 

dari respons y untuk tiap h sediaan, meliputi h sediaan 

uji dan tingkat dosis baku yang berkaitan. Untuk tiap 

sediaan, hitung T1 = y dan faktor kemiringan Tb = (x1y), 

nilai dari x1 yaitu  koefisien faktorial untuk baku pada 

baris b yang sesuai Tabel 6 atau Tabel 8. Variansi 

kesalahan penetapan yaitu :   

   

   

derajat bebas n = h’(k – 1) – 1, dan eb yaitu  ei dari 

Tabel dan baris yang sama sebagai koefisien x1. 

 

    Variasi kesalahan pada Desain Terbatas Pada 

beberapa penetapan, respons individual terjadi dalam 

tiga atau lebih kumpulan acak. Contoh kumpulan yaitu  

pasangan hewan dalam penetapan vitamin D, daerah-

daerah bening dalam tiap lempeng pada penetapan 

antibiotik. Masing-masing nilai y dari penetapan ini 

disusun dalam Tabel dua arah, tiap kolom menampilkan  

perlakuan atau dosis yang berbeda dan tiap baris 

menampilkan  kumpulan acak. Nilai-nilai yang hilang 

dapat diganti seperti dijelaskan pada Penggantian nilai-

nilai yang hilang. Total kolom k yaitu  Tt yang 

diperlukan untuk analis desain tertimbang. Total baris 

f(Tr) menampilkan  sumber variasi yang tidak 

mempengaruhi potensi yang diperkirakan dan oleh sebab 

itu dikeluarkan dari kesalahan penetapan. Hitung 

perkiraan variansi kesalahan dari kuadrat masing-masing 

y dan jumlah marginal, sebagai: 

 

 

 

 

                                   (16)         

      

 

T = Ty = Tt’ dan n = (k – 1) (f – 1) derajat bebas harus 

dikurangi dengan satu untuk tiap perbedaan dalam tabel 

asal yang telah diisi dengan perhitungan. 

    Jika urutan perlakuan merupakan sumber variasi 

tambahan yang penting, pengaruhnya dapat dikoreksi 

dengan rejim dosis untuk suatu seri dari n’ kuadrat Latin 

dengan k baris secara bersama. Buat Tabel pengamatan 

respons y dari tiap hewan penetapan dalam kolom yang 

terpisah menurut urutan dosis. Respons dari tiap k dosis 

terjadi sering kali sama dalam tiap k baris dan dalam n’k 

kolom, n yaitu  banyaknya kuadrat Latin. Jumlahkan 

respons y dalam tiap baris (Tr) dalam tiap kolom (Tc), 

dan dalam Tabel yang terpisah, untuk tiap dosis atau 

perlakuan (Tt). Suatu pengamatan yang hilang dapat 

diganti memakai  persamaan 1a seperti dijelaskan 

pada Penggantian nilai yang hilang. Hitung variasi 

kesalahan dari kuadran masing-masing y dan dari total 

marginal dan perlakuan sebagai: 

 

 

 

 

                                                                            (16a) 

 

T = yy = Tr = Tc = Tt’ dan N= (k – 1) (nk-2) 

 

 

                         

derajat bebas harus dikurangi dengan satu untuk tiap 

perbedaan dalam tabel asal yang telah diisi dengan 

perhitungan. 

    Pada penetapan dengan reaksi yang terjadi dalam 

pasangan, perbedaan di antara hewan penetapan atau 

reaksi pasangan secara otomatis dipisah-pisah dengan 

menghitung penetapan dari perbedaan dalam suatu 

pasangan sebagai respons. Pada insulin, respons yaitu  

perbedaan y dalam gula darah pada kelinci tunggal 

sesudah  dua kali penyuntikan seperti tertera pada 

Penetapan Potensi Insulin <161>. sesudah  pengaturan 

untuk kehilangan kelinci selama penetapan, hitung 

variansi kesalahan dan respons pada semua empat 

kelompok dan dari total kelompok Ti = T1 sampai  T4 

sebagai : 

  

                

 

banyaknya kelinci f yaitu  sama dalam tiap kelompok 

dan derajat bebas n = 4 (f – 1), dikurangi dengan satu 

untuk setiap penggantian kelinci yang hilang selama 

penetapan. Pada penetapan Injeksi Oksitosin, setiap y 

menampilkan  perbedaan antara respons tekanan darah 

terhadap suatu dosis sediaan uji dan respons rata-rata 

untuk dua dosis baku yang berdekatan. Hitung variansi 

kesalahan dari y sebagai: 

 

        

 

n = 2(f – 1) derajat bebas; T1 yaitu  total y untuk dosis 

rendah sediaan uji dan T2 untuk dosis tinggi.  

    Pada penetapan secara mikrobiologi yang dihitung 

dengan interpolasi dari suatu kurva baku, ubah tiap 

perbedaan antara respons pasangan terhadap unit log-

dosis, X, memakai  persamaan 7. Dengan setiap 

perbedaan X sebagai unit, suatu komposit s2 dihitung 

dari variasi nilai-nilai X dalam f untuk tiap sediaan uji, 

dijumlahkan dari semua h sediaan uji dalam penetapan 

sebagai: 

 

 

Tx = X untuk sediaan uji tunggal dan derajat bebas  nx 

=  f – h.  

 

    Pengujian Keabsahan Penetapan Sebagai tambahan 

pada persyaratan yang khusus dalam tiap monografi dan 

kombinasi kurva log-dosis respons dengan kemiringan 

yang menonjol  seperti tertera pada statistik C dalam 

bagian selanjutnya, dua kondisi menentukan keabsahan 

dari masing-masing penetapan faktorial: (1) kurva log-

dosis respons sediaan uji harus sejajar dengan kurva 

baku di dalam kesalahan eksperimental, dan (2) kedua 

kurva tidak menyimpang secara menonjol  dari garis 

lurus. Jika penetapan sudah dibuat secara acak sempurna 

atau terdiri dari kumpulan acak, pengujian yang 

diperlukan yaitu  menghitung dengan koefisien faktorial 

untuk ab, q, dan aq dari Tabel 6 sampai Tabel 8 dan 

total perlakuan Tt. Jumlahkan hasil kali koefisien dalam 

tiap baris yang bersangkutan dengan Tt untuk 

mendapatkan total hasil kali Ti’ yang subskrip i masing-

masing berlaku untuk ab, q, dan aq. Masing-masing dari 

ketiga perbandingan Ti

2/ef dihitung dengan nilai ei yang 

sesuai dari tabel dan dengan f yang sama dengan 

banyaknya y dalam tiap Tt. Pada baris ab diuji 

kesejajaran garis dosis-respons dan ini yaitu  satu-

satunya pengujian yang ada pada penetapan dengan       

2 dosis. Dengan tiga atau lebih dosis dari kedua sediaan, 

dalam baris q yaitu  pengujian lengkungan yang 

dikombinasi pada arah yang sama, dan dalam baris aq 

pengujian lengkungan yang terpisah pada arah yang 

berlawanan. Jika tiap perbandingan dalam penetapan 

dengan 3 atau 4 dosis melebihi s2 sebesar tiga kali lipat, 

hitung: 

 

 

Untuk penetapan dengan 2 dosis, hitung: 

 

 

 

dan untuk penetapan 3,2 (Tabel 7) tentukan: 

 


 

 

Untuk suatu penetapan absah F1, F2 atau F3 tidak 

melebihi nilai yang tertera pada Tabel 9 (pada 

kemungkinan 1 dalam 20) untuk derajat bebas n dalam 

s2.   

    Suatu penetapan dapat tidak memenuhi uji keabsahan 

dan masih dipakai  untuk memperkirakan potensi yang 

lalu  dapat dikombinasi dengan hasil penetapan 

yang kedua untuk sediaan uji yang sama seperti 

diuraikan pada bagian lebih lanjut. Suatu tingkat dosis 

akhir baik baku maupun sediaan uji atau keduanya dapat 

berada di luar daerah linier. Dengan tiga atau lebih 

tingkat dosis dan nilai-nilai Ta Tab’ dan Taq’ yang relatif 

besar, total respons Tt pada suatu dosis akhir dari suatu 

sediaan dapat mendekati batas tertinggi atau terendah 

dan menjadi penyebab nilai-nilai yang besar Tab dan Taq. 

Tt dapat dihilangkan dan penetapan dihitung kembali 

dengan desain yang sesuai pada Tabel 7. Jika penetapan 

kemungkinan memenuhi pengujian dalam persamaan 20 

atau 22, hasil potensi yang didapat, M, dapat 

dikombinasi dengan hasil dari penetapan kedua dalam 

menghitung log-potensi sediaan uji seperti tertera pada 

Kombinasi dari penetapan yang berdiri sendiri. Jika Ta 

tidak menonjol  namun  Tq menampilkan  garis lengkung 

kombinasi yang menonjol , dosis yang terbesar (atau 

terkecil) dari kedua sediaan yang mungkin terlalu besar 

(atau terlalu kecil). Penghilangan nilai-nilai ini  

dapat menghasilkan penetapan yang absah dengan 

koefesien faktorial untuk desain yang lebih kecil 

berikutnya pada Tabel 6 atau Tabel 8. Tq atau Tq yang 

menonjol  secara statistik dapat diabaikan dan semua 

tingkat dosis dipakai tanpa menyebabkan bias log-

potensi M’ yang dihitung dari interval keyakinan lebih 

besar dari 5% jika  kesamaan berikut benar: 

 

 

tiap Tb

’ dan Tq

’, dihitung dengan Tt (atau y) untuk sediaan 

tunggal dikali koefisien untuk Baku dalam baris b dan q 

berurutan. Jika Ta dan Tab keduanya menonjol  pada 

penetapan dengan 2 dosis, satu Tt mungkin di luar 

daerah linier. Kadang-kadang perkiraan awal atau 

potensi perkiraan dapat dihitung dari nilai Tt yang tersisa 

dan desain pertama dalam Tabel 7. Pada penetapan 

insulin dan obat-obat lain yang responsnya dibuat 

berpasangan, uji kesejajaran sedemikian tidak peka 

sesampai  dihilangkan. Jika tabung-tabung dalam tiap 

kumpulan diatur secara sistematik sebagai ganti cara 

acak pada penetapan mikrobiologi, uji keabsahan dapat 

memiliki  bias dari pengaruh posisi.  

 

INTERVAL DAN BATAS KEYAKINAN 

DARI POTENSI 

 

    Uji hayati memberi  suatu perkiraan dari potensi 

sebenarnya dari sediaan uji. Perkiraan ini  terletak 

dalam suatu interval keyakinan, yang dihitung 

sedemikian rupa sesampai  kemungkinan tidak lebih dari 

1 dalam 20 (P = 0,05) bahwa potensi sebenarnya lebih 

besar dari batas tertinggi interval keyakinan atau lebih 

rendah dari batas terendah. Mengingat interval ini  

ditentukan oleh beberapa  faktor yang dapat 

mempengaruhi perkiraan potensi, presisi yang 

diperlukan untuk sebagian besar uji hayati diberikan 

dalam monografi dengan istilah interval keyakinan, yang 

berhubungan secara langsung dengan potensi atau 

logaritmanya. 

 

    Perhitungan umum Meskipun banyak bentuknya, uji 

hayati dapat digolongkan dalam dua kategori umum: (1) 

log-potensi dihitung langsung dari harga rata-rata atau 

perbedaan rata-rata, dan (2) dihitung dari rasio dua 

statistik. 

 

    (1) Bila log-potensi dari suatu penetapan dihitung 

sebagai rata-rata dari beberapa log-potensi yang 

diperkirakan memiliki  presisi lebih kurang sama, log-

interval keyakinan yaitu :  

 

                                                       

 

s yaitu  deviasi baku dari log-potensi perkiraan tunggal, 

t dibaca dari Tabel 9 dengan derajat bebas n dalam s, dan 

k yaitu  banyaknya perkiraan yang dirata-ratakan. 

Persamaan yang serupa dipakai  dan log-potensi 

dihitung sebagai rata-rata x dari k perbedaan x, dengan 

deviasi baku s dari suatu x tunggal. Dalam hal manapun, 

log-potensi M perkiraan terletak ditengah interval 

keyakinan, sesampai  internal keyakinan yaitu : 

 

XM=M+½L dan M=M ½L  atau  XM=M±½L    

 

Batas-batas tertinggi dan terendah diubah menjadi 

antilogaritma untuk mendapatkan batas-batas potensi 

yang jelas. 

 

    (2) Lebih sering, log-potensi atau potensi dihitung dati 

suatu rasio dan dalam hal ini panjang dari interval 

keyakinan dinyatakan sebagai log-interval dalam 

persamaan 

  

       

 


 

*adopsi dari bagian-bagian Tabel III sampai  IV dari “Statistical Tables for Biological, Agricultural and Medical Research”, 

R.A. Fisher and F.Yates, Oliver and Boyd, Ltd., Edinburgh. 

 

M’ yaitu  log-potensi relatif seperti telah didefinisikan 

dalam Perhitungan Potensi dari suatu Penetapan 

Tunggal; i yaitu  log-interval dosis yang berurutan dan c 

yaitu  tetapan karakteristik dari procedure  penetapan. 

Istilah C tergantung pada ketepatan dengan kemiringan 

kurva dosis-respons telah ditentukan. (Hal ini kadang-

kadang dinyatakan dalam istilah g = (C – 1)/C). Dalam 

penetapan faktorial dihitung sebagai:  

  

  

    

s2 yaitu  variansi kesalahan dari pengamatan tunggal, t2 

dibaca dari Tabel 9 dengan derajat bebas dalam s2; f 

yaitu  banyaknya respons dalam tiap Tt yang dipakai  

untuk menghitung Tb dan Tb serta eb dihitung dengan 

koefisien faktorial untuk baris b dalam Tabel 6 sampai  

Tabel 8. Variansi kesalahan s2 dalam persamaan 26 

tergantung pada desain penetapan, seperti ditunjukkan 

untuk setiap obat pada bagian selanjutnya. Pada 

penetapan yang absah C merupakan bilangan positif.  

    Dalam penetapan dua atau lebih sediaan uji terhadap 

baku bersama, semuanya dengan kurva dosis-respons 

yang sejajar dalam batas kesalahan eksperimental, C 

dapat dihitung dengan variansi kesalahan s2 untuk 

penetapan dan dengan kemiringan penetapan sebagai: 

 

Faktor kemiringan Tb

’ =  (x1Tt) atau  (x1y) untuk tiap 

h’ sediaan, termasuk baku, dihitung dengan koefisein 

faktorial x1 untuk baku dalam baris b yang sesuai dari 

Tabel 6 sampai  Tabel 8. Jika total perlakuan Tt 

mencakup satu atau lebih penggantian untuk respons 

yang hilang, ganti ebf dalam persamaan 27 atau ebfh/2 

dalam persamaan 28 dengan f2 (x1

2/f’), tiap x1 yaitu  

koefisien faktorial dalam baris b dari Tabel 6 sampai  

Tabel 8, dalam bab ini, dan f’ yaitu  banyaknya respon 

dalam Tt yang bersangkutan, sebelum menambahkan 

pengganti. Dengan C ini, hitung interval keyakinan 

sebagai : 

 

 

    Dalam penetapan yang dihitung dari suatu rasio, log-

potensi M yang paling mungkin terletak tidak tepat di 

tengah interval keyakinan. Batas keyakinan tertinggi dan 

terendah dalam logaritma yaitu  : 

 

  XM =logR+CM’+½L  dan logR=CM’ ½L      

 

C sering kali agak lebih besar sedikit dari satuan, dan 

makin tepat cara penetapannya, harga C makin 

mendekati tepat 1. R = zs/zu yaitu  perbandingan dosis 

baku dan sediaan uji yang bersesuaian atau potensi 

perkiraan dari sediaan uji. Batas keyakinan tertinggi dan 

terendah dalam log-potensi diubah secara terpisah 

menjadi antilogaritmanya untuk memperoleh potensi 

yang bersesuaian. 

 

    Interval Keyakinan untuk Penetapan Individual 

Oleh sebab  interval keyakinan dapat berbeda dalam 

rincian dari pola-pola umum di atas, maka hitung untuk 

tiap penetapan dengan cara-cara khusus yang diberikan 

di bawah nama bahan pada paragraf berikut. 

    Penetapan Antibiotik Interval keyakinan dapat 

dihitung dengan persamaan 24 dan persamaan 25. 

    Kalsium pantotenat Untuk log-potensi yang diperoleh 

dengan interpolasi dari kurva baku, interval keyakinan 

dapat dihitung dengan persamaan 19 dan persamaan 24. 

Untuk log-potensi yang dihitung dengan persamaan 8 

dan persamaan 10, s2 dapat dihitung dengan persamaan 

15, C dengan persamaan 27 atau persamaan 28, dan 

interval keyakinan L dengan persamaan 26 dan 

persamaan 29. 

    Injeksi Kortikotropin Hitung log interval keyakinan 

dengan persamaan 26 dan persamaan 27, koefisien dan 

tetapan dalam Tabel 6 untuk penetapan 3 dosis, dan s2 

seperti yang ditentukan dengan persamaan 13 atau 

persamaan 14. 

    Digitalis Hitung interval keyakinan sebagai : 

 

fu dan fs yaitu  banyaknya pengamatan pada sediaan uji 

dan pada bak, dan 

 

 

 

ditentukan dengan s2 dari persamaan 11. Batas 

keyakinan untuk potensi dalam unit F1  

definisi R dapat dilihat pada daftar istilah simbol. 

 

    Gonadotropin Korionik Lakukan seperti untuk Injeksi 

Korikotropin. 

    Heparin Natrium Bila dua penentuan terpisah log-

potensi M berbeda lebih dari 0,05; lakukan penetapan 

tambahan dan hitung variansi kesalahan dari M di antara 

nilai-nilai N  sebagai : 

 

n = N-1 derajat kebebasan. Dengan nilai-nilai ini, 

tentukan interval keyakinan dalam logaritma (L) dengan 

persamaan 24. 

    Injeksi Insulin Hitung variasi kesalahan (s2) dari y 

dengan persamaan 16 dan C sebagai : 

 

t2 dari Tabel 9 tergantung kepada n = 4(f-1) derajat 

bebas dalam s2 dan N = 4 f yaitu  jumlah dari perbedaan 

dalam empat kelompok. Dengan persamaan 26 hitung 

interval keyakinan L dalam logaritma, dengan c’i2 = 

0,09062. Batas keyakinan tertinggi dan terendah dalam 

unit Insulin FI diperoleh dari antilogaritma dari XM pada 

persamaan 30. 

    Injeksi Oksitosin Hitung perkiraan log interval ke-

yakinan dengan persamaan 26, sebagai berikut : 

 

 

s2 ditentukan dengan persamaan 18 dan 

 

     

    Aktivitas Vitamin B12 Lakukan seperti Kalsium 

Pantotenat. 

 

Kombinasi dari Penetapan yang 

Berdiri Sendiri 

 

    Bila metodenya memungkinkan, tambahan hewan 

dapat ditambahkan pada penetapan yang kurang presisi 

sampai  hasil-hasil yang digabungkan mengurangi 

interval keyakinan dalam batas yang ditentukan dalam 

monografi. Jika diperlukan dua atau lebih penetapan 

yang berdiri sendiri, masing-masing ditujukan kepada 

log-potensi M, harga M digabungkan untuk menentukan 

potensi rata-rata tertimbang dari sediaan uji. Kecuali 

pada penetapan Heparin Natrium yang log-potensi sama 

besar disetimbangkan, ketepatan relatif dua atau lebih M 

terpisah menentukan bobot yang ditentukan untuk setiap 

nilai dalam menghitung harga rata-rata dan interval 

keyakinannya. 

    Sebelum menggabungkan dua atau lebih M terpisah 

yang diperkirakan, konsistensi bersamanya harus diuji. 

Bila harga-harga M konsisten, masing-masing interval 

keyakinannya akan tumpang tindih atau bila tumpang 

tindihnya kecil, hitung harga pendekatan M

2. Tentukan 

dari tiap h penetapan individual suatu bobot w, yang 

dinyatakan sebagai : 

 

 

dengan panjang interval keyakinan L yang dihitung 

dengan persamaan yang sesuai dari bagian terdahulu, 

dan t2 dibaca dari Tabel 9 untuk derajat bebas n dalam 

variansi kesalahan pengujian. Jumlahkan masing-masing 

bobot untuk memperoleh  w. lalu  suatu 

pendekatan x2 dengan h-1 derajat bebas ditentukan 

sebagai : 

 

Untuk dua penetapan dengan log-potensi M1 dan M2 dan 

bobot w1 dan w2’ persamaan 35 disederhanakan menjadi 

 

                                                                                

dengan satu derajat bebas. Jika pendekatan M

2 benar-

benar terletak di bawah nilai kritis 2 dalam Tabel 9, 

pakailah  bobot w dalam menghitung log-potensi rata-rata 

M dan interval keyakinan L. Jika M

2 mendekati atau 

melebihi nilai kritis ini, sebagai gantinya pakailah  semi-

bobot w’ (persamaan 47 ketika menghitung M). 

    Hitung log-potensi rata-rata M dari dua atau lebih 

penetapan yang sama-sama konsisten sebagai: 

 

Ini yaitu  nilai tunggal yang paling mungkin di dalam 

interval keyakinan gabungan dengan panjang Lc 

ditetapkan sebagai akar dari: 

 

tiap n’ = n – 4(h-2)/(h-1) dan tL

2 diinterpolasi dari Tabel 

9 dengan derajat bebas: 

 

 

                                                                                

Untuk dua penetapan (h = 2) dengan log-potensi M1 dan 

M2 dan bobot w1 dan w2, persamaan di atas dapat ditulis 

kembali sebagai: 

 

    

 w = w1 + w2. jika  Lc interval keyakinan untuk 

suatu perkiraan kombinasi, tidak melebihi persyaratan 

dalam monografi, batas keyakinan tertinggi dan terendah 

dalam ½ Lc di atas dan di bawah M, untuk memperoleh 

interval keyakinan mendekati 95%. 

    Jika variasi potensi hasil penetapan antara h 

penentuan terpisah, seperti diuji dengan M

2, mencapai 

atau melebihi P = 0,05, beberapa perkiraan ditetapkan 

semi-bobot  w’. Dari bobot w, hitung variansi dari tiap M 

sebagai: 

Hitung variansi heterogenitas antara penetapan sebagai : 

 

 

Atau, bila h = 2 

 

 

Bila V bervariasi secara jelas sampai  v yang dihitung 

seperti di atas merupakan angka negatif, sebagai 

gantinya hitung suatu perkiraan v dengan menghilangkan 

bagian sesudah  tanda minus pada persamaan 45 dan 

persamaan 46. 

 

Semi-bobot dinyatakan sebagai : 

 

                                                               

Substitusi w’ dan  w’ untuk w dan  w dalam 

persamaan 41 untuk memperoleh rata-rata semi-bobot 

M. Hal ini terletak dekat dengan tengah interval 

keyakinan dari perkiraan panjang Lc, 

 

 

dan t2 dari Tabel 9 memiliki  n derajat bebas. 

    Jika M

2 pada persamaan 39, dari h = 4 atau lebih 

perkiraan M, melebihi tingkat kritis dalam Tabel 9 lebih 

dari 50%, dan bobot w berbeda kurang dari 30%, h 

perkiraan dari M dapat diperiksa untuk nilai me-

nyimpang dapat dihilangkan dalam menghitung M 

dengan w’. 

    Jika potensi obat ditetapkan berulang kali di suatu 

laboratorium dengan memakai  metode uji hayati 

yang sama, penetuan berturutan dari kemiringan b dan 

variansi kesalahan s2 dapat tersebar ecara acak di dalam 

kesalahan pengambilan contoh uji di sekitar nilai yang 

umum untuk setiap parameter. Dengan membuat kurva 

perkiraan dari penetapan yang berturutan pada suatu peta 

kendali mutu untuk masing-masing statistik dan 

menghitung nilai tengah dan batas kendali yang 

menyatakan variasi acak yang diperbolehkan, 

memungkinkan untuk memeriksa secara terus-menerus 

konsistensi dari suatu teknik penetapan secara terus-

menerus. 

    jika  perkiraan dari b dan s dari penetapan tunggal 

terletak dalam batas kendali, maka dapat diganti dengan 

rata-rata yang diperoleh laboratorium. Tolak tiap 

penetapan yang statistiknya berada di luar batas kendali, 

atau terima penetapan hanya sesudah  penelitian saksama 

validitasnya. 

 

Penetapan Gabungan dari Beberapa Sediaan 

 

    Setiap monografi menguraikan penetapan dari sediaan 

uji tunggal terhadap baku. Meskipun tidak diberikan 

secara tegas, beberapa sediaan uji yang berbeda, sering 

dimasukkan dalam penetapan yang sama dan masing-

masing dibandingkan secara terpisah dengan respons 

yang sama terhadap baku. Kenyataan ini menjamin 

bertambahnya jumlah pengamatan dengan baku. Dengan 

f pengamatan pada tiap tingkat dosis dari masing-masing 

h sediaan uji yang berbeda, jumlah pengamatan pada 

tiap tingkat dosis baku dapat bertambah secara 

menguntungkan, bila h besar, menjadi f h. Aturan ini 

hanya dapat dipakai  sebagai pendekatan di mana 

perbedaan-perbedaan kecil atau kesetaraan harus 

dipisah-pisah, dan dalam hal manapun hanyalah bersifat 

anjuran. 

    Jika semua dari beberapa penetapan yang dilakukan 

bersamaan memenuhi persyaratan keabsahan, dan 

memiliki  kurva log-dosis respons yang linier dengan 

kemiringan b yang sama dan variansi kesalahan s2 yang 

sama dari garis-garis ini , kedua nilai statistik tadi 

dapat dipandang sebagai karakteristik penetapan. 

Kombinasi semua bukti dari penetapan yang sama 

menjadi nilai tunggal kemiringan penetapan 

menghasilkan perkiraan b yang lebih stabil dan dapat 

dipercaya, dibandingkan jika setiap sediaan uji dianalisa  

secara terpisah. Demikian pula derajat bebas dan 

kehandalan dari variasi kesalahan s2 dapat bertambah. 

Interval keyakinan yang dihitung dengan nilai-nilai 

gabungan untuk b dan s2 lebih kecil dalam rata-rata 

dibandingkan bila berdasarkan hanya kepada bagian data 

yang relevan. Untuk perhitungan atau pemakaian  

perkiraan penetapan yang demikian lihat persamaan 10, 


 

15, 16, 19, 28 dan 29. Potensi perkiraan dengan 

kemiringan yang dihitung dari sediaan uji tunggal dan 

baku terletak di dalam bagian dari interval keyakinan 

yang dihitung dari gabungan kemiringan untuk seluruh 

penetapan. sebab  didasarkan pada bukti, cara yang 

terakhir dianggap merupakan perkiraan yang lebih baik. 

 

DAFTAR ISTILAH 

Simbol Keterangan 

A serapan untuk menghitung % pengurangan pertumbuhan bakteri dari pengamatan kekeruhan 

 

b kemiringan dari garis lurus hubungan respons (y) dengan log-dosis (x) [Persamaan 2b, 4, 5, 6] 

  

c tetapan untuk menghitung M’ dengan persamaan 8 dan 10 

 

c’ tetapan untuk menghitung L dengan persamaan 26 dan 29 

 

ci tetapan untuk menghitung M’ bila dosis ditempatkan seperti tertera pada Tabel 8. 

 

c’i2 tetapan untuk menghitung L bila dosis ditempatkan seperti tertera pada Tabel 8. 

 

C Simbol untuk menghitung ketepatan dari kemiringan dalam interval keyakinan [Persa-maan 

27, 28, 35,36]. 

 

2 Tetapan statistik untuk menguji kemenonjol an suatu ketidaksesuaian [Tabel 9]. 

 

M

2 2 untuk menguji ketidaksesuaian antara log-potensi perkiraan yang berbeda [Persamaan 39, 

40]. 

 

eb ei dari baris b dalam Tabel 6 sampai  Tabel 8. 

 

eb’i perkalian dari  (x – x)2 {tabel 5; Persamaan 6] 

 

ei jumlah kuadrat dari koefisien faktorial dalam tiap baris dari Tabel 6 dan Tabel 8. 

 

eq ei dari baris q dalam Tabel 6 dan Tabel 8 

 

f banyaknya respons pada tiap kali tingkat dosis dari suatu sediaan; banyaknya replikat atau 

kumpulan. 

 

fs banyaknya pengamatan pada baku. 

 

fu banyaknya pengamatan pada sediaan uji 

 

F1 sampai  F3 rasio variansi yang diamati dengan derajat bebas 1 sampai 3 dalam pembilang [Tabel 9]. 

 

G1, G2 dan G3 perbedaan relatif dalam pengujian untuk nilai yang menyimpang [Tabel 1]. 

 

h banyaknya sediaan uji dalam penetapan ganda. 

 

h’ banyaknya sediaan dalam penetapan ganda, termasuk baku dan h sediaan uji, h’ = h + 1 

 

i interval dalam logaritma antara log dosis berurutan, sama untuk baku dan sediaan uji. 

 

k banyaknya log-potensi perkiraan dalam suatu rata-rata [Persamaan 24; banyaknya perlakuan 

atau dosis (Tabel 4; Persamaan 1, 13, 15, 16); banyaknya rentang atau kelompok dalam suatu 

seri [Tabel 2]; banyaknya baris, kolom, dan dosis dalam suatu kuadrat latin tunggal 

[Persamaan 1a, 16a]. 

 

L panjangnya interval keyakinan dalam logaritma [Persamaan 24, 26, 29, 38], atau dalam 

pengertian ukuran dari potensi relatif dari pengenceran-pengenceran yang dibandingkan 

[Persamaan 48] 

 

 

 

Simbol Keterangan 

Lc panjangnya interval keyakinan gabungan [Persamaan 42, 43] 

 

Lc’ panjangnya interval keyakinan untuk rata-rata semi-bobot M [Persamaan 48] 

 

LD50 dosis letal yang diharapkan mematikan 50% dari hewan penetapan yang diuji [Persamaan 2c] 

 

M log-potensi [Persamaan 2] 

M’ log potensi sediaan uji, relatif terhadap potensi perkiraannya. 

 

M log potensi rata-rata 

 

n derajat bebas dalam suatu variansi perkiraan s2 atau dalam statistik t atau 2 

 

n’ banyaknya kuadrat Latin dengan baris-baris yang bersamaan [Persamaan 1a, 16a] 

 

N banyaknya; misalnya, pengamatan dalam suatu pengujian celah [Tabel 1], atau respon y pada 

suatu penetapan [Persamaan 16] 

 

P probabilitas dari pengamatan hasil tertentu, atau dari nilai-nilai tabel statistik, biasanya P=0,05 

atau 0,95 untuk rentang keyakinan [Tabel 1, 2, 9]. 

 

P* potensi, P* = antilog M atau dihitung secara langsung 

 

R perbandingan dari dosis tertentu sediaan baku terhadap dosis yang sesuai sediaan uji yang 

sesuai, atau potensi perkiraan sediaan uji [Persamaan 2, 30, 33] 

 

R* perbandingan dari rentang yang terbesar pada k rentang dalam suatu seri terhadap jumlah 

rentang [Tabel 2] 

 

s = s2 simpangan baku dari unit respons, juga dari log-potensi perkiraan tunggal dalam penetapan 

langsung [Persamaan 24] 

 

s2 variansi kesalahan dari unit respons. 

 

Si log-dosis baku [Tabel 6, 7] 

 

 jumlah dari. 

 

t t studen untuk n derajat bebas dan probabilitas P = 0,05 [Tabel 9]. 

 

T jumlah dari y respons dalam satu penetapan [Persamaan 16] 

 

T’ jumlah yang tidak lengkap untuk suatu penetapan dalam kelompok acak dengan satu 

pengamatan yang hilang [Persamaan 1] 

 

T1  (y) untuk hewan percobaan yang disuntik dengan sediaan baku pada hari pertama 

[Persamaan 18, 36] 

 

T2  (y) untuk hewan percobaan yang disuntik dengan sediaan baku pada hari kedua [Persamaan 

18, 36] 

 

Ta Ti untuk perbedaan dalam respons terhadap baku dan sediaan uji [Tabel 6 sampai  Tabel 8] 

 

Tab Ti untuk untuk menguji perbedaan kemiringan antara sediaan baku dan sediaan uji  [Tabel 6 

sampai  Tabel 8] 

 

Tb Ti untuk untuk menguji kelengkungan yang berlawanan dalam kurva-kurva untuk baku dan 

sediaan uji [Tabel 6 sampai  Tabel 8] 

 

 

 

Simbol Keterangan 

Tb

’  (X1Tt) atau  (X1Y) untuk menghitung kemiringan dari kurva log-dosis respons [Persamaan 

10, 23, 28]. 

 

Ti jumlah dari hasil kali Tt dengan koefisien faktorial yang sesuai dalam masing-masing baris dari 

Tabel 6 sampai  Tabel 8. 

 

Tq Ti untuk menguji kelengkungan yang serupa dalam kurva-kurva untuk baku dan sediaan uji 

[Tabel 6 sampai  Tabel 8] 

 

Tr baris atau total kumpulan dalam penetapan dengan kumpulan acak [Persamaan 16] 

 

Tr

’ total yang tidak lengkap untuk kumpulan acak dengan suatu pengamatan yang hilang dalam 

Persamaan 1. 

 

Tt total dari f respons y untuk dosis sediaan [Tabel 6 sampai  Tabel 8; Persamaan 6, 13, 14, 16]. 

 

Tt’ Total yang tidak lengkap untuk perlakuan dengan suatu pengamatan yang hilang dalam 

Persamaan 1. 

Ui log dosis sediaan uji [Tabel 6 sampai  Tabel 8] 

 

v Variansi untuk heterogenitas antara penetapan [Persamaan 45] 

 

 Variansi M individual [Persamaan 44 sampai  persamaan 47] 

 

w bobot yang ditetapkan untuk M untuk penetapan individual [Persamaan 38], atau untuk suatu 

probit untuk menghitung LD50 [Persamaan 2a, 2b] 

 

w’ semi-bobot untuk tiap M dalam suatu seri penetapan [Persamaan 47, 48] 

 

x log-dosis obat dalam uji hayati [Persamaan 5]; juga perbedaan antara dua log-dosis ambang 

pada hewan yang sama [Persamaan 12] 

 

x* koefisien untuk menghitung respons terendah dan tertinggi yang diharapkan YL dan YH dalam 

kurva log-dosis respons [Tabel 4; Persamaan 3] 

 

x1 koefisien faktorial untuk perkalian (x – x) untuk menghitung kemiringan dari garis lurus [Tabel 

5; Persamaan 6] 

 

x log-dosis rata-rata [Persamaan 5] 

 

xs log-dosis rata-rata untuk baku [Persamaan 9] 

 

xu log-dosis rata-rata untuk sediaan uji [Persamaan 9] 

 

X log-potensi dari suatu unit respons, sebagai interpolasi dari suatu kurva baku [Persamaan 7a, 

7b, 19] 

 

XM batas keyakinan untuk suatu log potensi M perkiraan [Persamaan 25, 30] 

 

p* batas keyakinan untuk potensi perkiraan langsung P* seperti tertera pada penetapan Digitalis 

[Persamaan 33] 

 

y respons individual yang diamati terhadap dosis obat dalam unit yang dipakai  dalam 

menghitung potensi dan variansi kesalahan [Persamaan 13 sampai  Persamaan 16]; perbedaan 

unit antara respons berpasangan dalam penetapan 2 dosis [Persamaan 17, 18] 

 

  

 

 

 

Simbol Keterangan 

y1.....yN Respons yang diamati ada  dalam daftar menurut urutan besarnya, untuk menghitung G1, 

G2 atau G3 dalam Tabel 1. 

 

y’ penggantian untuk nilai yang hilang [Persamaan 1] 

 

y respons rata-rata dalam satu kelompok atau penetapan [Persamaan 5] 

 

yt respons rata-rata terhadap perlakuan tertentu [Persamaan 36] 

Y respons perkiraan dari hubungan dosis respons sering dengan penilaian subskrip [Persamaan 3 

sampai  Persamaan 5] 

 

z Penetapan dosis ambang secara langsung dengan titrasi (seperti tertera pada penetapan 

Digitalis) [Persamaan 11] 

 

z Dosis ambang rata-rata dalam suatu kumpulan seperti tertera pada penetapan Digitalis 

[Persamaan 31, 32, 33]. 

 

 

 

PENETAPAN AKTIVITAS VITAMIN B12 <91> 

 

    Baku pembanding Sianokobalamin BPFI; Simpan 

dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya. 

Lakukan pengeringan di atas silika gel P selama 4 jam 

sebelum dipakai . 

    Larutan uji Ukur atau timbang saksama beberapa  zat 

uji, bila perlu telah diserbukhaluskan, masukkan ke 

dalam wadah yang sesuai berisi larutan pengekstraksi. 

Untuk tiap g atau ml zat uji diperlukan 25 ml larutan 

pengekstraksi yang dibuat segar. Tiap 100 ml 

pengekstraksi mengandung 1,29 g dinatrium fosfat P, 

1,1 g asam sitrat anhidrat P dan 1,0 g natrium 

metabisulfit P dalam air. Campuran dipanaskan dalam 

otoklaf pada suhu 121º selama 10 menit. Biarkan 

partikel yang tidak larut mengendap, saring atau 

sentrifus jika perlu. Encerkan beberapa  alikot jernih 

dengan air sampai  larutan uji akhir mengandung vitamin 

B12 dengan aktivitas lebih kurang setara dengan aktivitas 

Larutan baku sianokobalamin, yang dimasukkan ke 

dalam tabung penetapan kadar. 

    Larutan baku persediaan Timbang saksama 

beberapa  Sianokabalamin BPFI, larutkan dalam etanol P 

25% sampai  kadar 1,0 μg per ml. Simpan dalam lemari 

pendingin. 

    Larutan baku Encerkan beberapa  volume Larutan 

baku persediaan dengan air sampai  volume sedemikian 

rupa sampai  sesudah  masa inkubasi seperti tertera pada 

procedure , perbedaan transmitans antara blangko 

terinokulasi dan aras 5,0 ml Larutan baku tidak kurang 

dari yang setara dengan perbedaan 1,25 mg bobot sel 

kering. Kadar ini biasanya antara 0,01 ng dan 0,04 per 

ml Larutan baku. Buat larutan baku segar untuk setiap 

penetapan kadar. 

    Larutan persediaan media basal Buat media sesuai 

formula dan cara berikut: Campuran dehidrat yang 

mengandung komponen sama dapat dipakai  dengan 

syarat ketika dikonstitusi menurut ketentuan yang 

tercantum pada etiket, memberi  suatu media yang 

sebanding dengan yang diperoleh dari formula berikut 

ini. Tambahkan menurut urutan dalam daftar, larutkan 

secara hati-hati L-sistin P dan L-triftopan P dalam asam 

klorida P sebelum penambahan delapan larutan 

berikutnya dalam larutan yang diperoleh. Tambahkan   

10 ml air, campur, dan larutkan dekstrosa anhidrat P, 

natrium asetat P dan asam askorbat P. Saring jika perlu, 

tambahkan Larutan polisorbat 80, atur pH larutan antara 

5,5 dan 6,0 dengan penambahan natrium hidroksida 1 N 

dan tambahkan air murni sampai  250 ml. 

 

L-Sistin P                   0,1   g 

L-Triptofan P                  0,05 g 

Asam klorida 1 N          10 ml 

Larutan adenin-guanin-urasil            5  ml 

Larutan xantin                                    5  ml 

Larutan vitamin I                              10  ml 

Larutan vitamin II                              10  ml 

Larutan garam A                                   5  ml 

Larutan garam B                                   5  ml 

Larutan asparagin                                 5  ml 

Larutan kasein terhidrolisis asam 25  ml 

Dekstrosa anhidrat P                            10  g 

Natrium asetat anhidrat P                     5 g 

Asam askorbat P                                    1  g 

Larutan polisorbat 80                            5  ml 

         

Larutan kasein terhidrolisis asam Buat seperti tertera 

pada Penetapan Kadar Kalsium Pantotenat <121>. 

Larutan asparagin Larutkan 2,0 g L-asparagin P 

dalam air sampai  200 ml. Simpan di bawah lapisan 

toluen dalam lemari pendingin. 

Larutan adenin-guanin-urasil Buat seperti tertera 

pada Penetapan Kadar Kalsium Pantotenat <121>. 

Larutan xantin Suspensikan 200 mg xantin dalam   

30 ml sampai  40 ml air, panaskan sampai  suhu lebih 

kurang 70º, tambahkan 6,0 ml amonium hidroksida 6 N, 

aduk sampai zat padat melarut. Dinginkan dan 

tambahkan air sampai  200 ml. Simpan di bawah lapisan 

toluen dalam lemari pendingin. 

    Larutan garam A Larutkan 10 g kalium fosfat 

monobasa P dan 10 g kalium fosfat dibasa P dalam air 

sampai  200 ml. Tambahkan 2 tetes asam klorida P dan 

Simpan di bawah lapisan toluen. 

    Larutan garam B Larutkan 4,0 g magnesium sulfat P; 

0,20 g natrium klorida P; 0,20 g besi(II) sulfat P dan 

0,20 g mangan sulfat P dalam air sampai  200 ml. 

Tambahkan 2 tetes asam klorida P dan simpan di bawah 

lapisan toluen. 

    Larutan polisorbat 80 Larutkan 20 g polisorbat 80 P 

dalam etanol P sampai  200 ml. Simpan dalam lemari 

pendingin. 

    Larutan vitamin I Larutkan 10 mg riboflavin P,         

10 mg tiamin hidroklorida P, 100 μg  biotin P dan        

20 mg niasin P dalam asam asetat glasial 0,02 N sampai  

400 ml. Simpan terlindung dari cahaya dan di bawah 

lapisan toluen dalam lemari pendingin. 

    Larutan Vitamin II Larutkan 20 mg asam para-amino 

benzoat P, 10 mg kalsium pantotenat P, 40 mg 

piridoksin hidroklorida P, 8 mg piridiksamin 

hidroklorida P dan 2 mg asam folat P dalam larutan 

etanol netral P (1 dalam 4) sampai  400 ml. Simpan 

terlindung dari cahaya, dalam lemari pendingin. 

    Sediaan sari tomat Sentrifus dari tomat dalam kaleng 

yang dapat diperoleh di perdagangan sampai  hampir 

seluruh daging buah terpisah. Suspensikan bahan 

penyaring analitik lebih kurang 5 g per liter ke dalam 

beningan dan saring dengan bantuan pengurangan 

tekanan melalui lapisan bahan penyaring. Ulangi jika 

perlu, sampai  diperoleh filtrat jernih berwarna jerami. 

Simpan di bawah lapisan toluen dalam lemari pendingin. 

    Media Biakan [Catatan Campuran dehidrat yang 

mengandung komponen sama dapat dipakai  dengan 

syarat jika dikonstitusi menurut ketentuan yang 

tercantum pada etiket memberi  suatu media yang 

sebanding dengan yang diperoleh dari formula berikut 

ini.] Larutkan 0,75 g ekstrak ragi P larut-air; 0,75 g 

pepton kering P; 1,0 g dekstrosa anhidrat P dan 0,20 g 

kalium fosfat monobasa P dalam 60 ml sampai  70 ml air. 

Tambahkan 10 ml Larutan sari tomat dan 1 ml Larutan 

polisorbat 80. Atur pH larutan 6,8 dengan natrium 

hidroksida 1 N dan tambahkan air sampai  100 ml. 

Masukkan 10 ml larutan dalam tabung reaksi dan tutup 

dengan kapas, sterilkan tabung dan isinya dalam otoklaf 

pada suhu 121º selama 15 menit. Dinginkan secepat 

mungkin untuk menghindarkan pembentukan warna 

akibat panas berlebih. 

    Media suspensi Encerkan beberapa  volume Larutan 

persediaan media basal, dengan air sama banyak. 

Masukkan 10 ml larutan ke dalam tabung reaksi. 

Sterilkan dan dinginkan seperti tertera pada Media 

biakan. 

    Biakan persediaan Lactobacillus leichmannii 

Tambahkan 1,0 g sampai  1,5 g agar ke dalam 100 ml 

Media biakan panaskan diatas tangas uap, sambil diaduk 

sampai  agar melarut. Masukkan lebih kurang 10 ml 

larutan panas dalam tabung reaksi, tutup dan sterilkan 

pada suhu 121º selama 15 menit dalam otoklaf (dengan 

pengatur suhu) dan biarkan tabung dingin dengan posisi 

tegak. Inokulasi dengan cara tusukan tiga atau lebih 

tabung dengan biakan murni Lactobacillus leichmannii 

(sebelum memakai  pertama kali biakan segar dalam 

penetapan ini, lakukan pemindahan biakan paling sedikit 

10 kali berturut-turut selama 2 minggu). Inkubasi selama 

16 - 24 jam pada suhu yang dililih antara 30º dan 40º, 

usahakan tetap dalam ± 0,5 dan akhirnya simpan dalam 

lemari pendingin. Buat biakan segar dalam agar tegak 

paling sedikit tiga kali tiap minggu dan tidak boleh 

dipakai  untuk pembuatan inokulum jika berumur 

lebih dari empat hari. Aktivitas jasad renik dapat 

ditingkatkan dengan memindahkan biakan tegak tiap 

hari atau tiap 2 hari, untuk mencapai tingkat dimana 

ruahan dalam inokulum cair dapat diamati 2 - 4 jam 

sesudah  inokulasi. Biakan yang tumbuh lambat, jarang 

memberi  kurva respons yang sesuai dan dapat 

memberi  hasil yang salah.  

    Inokulum [Catatan Suspensi beku Lactobacillus 

leichmannii dapat dipakai  sebagai biakan induk, 

dengan syarat menghasilkan inokulum seperti biakan 

segar.] Pindahkan sel dari biakan induk Lactobacillus 

leichmannii, ke dalam 2 tabung steril masing-masing 

berisi 10 ml media biakan. Inkubasi biakan selama       

16 - 24 jam pada suhu yang dipilih antara 30º dan 40º; 

pertahankan suhu tetap dalam ± 0,5º. Secara aseptik 

sentrifus biakan dan enaptuangkan beningan. 

Suspensikan sel dari biakan dalam 5 ml Media suspensi 

steril dan campur. Tempatkan volume dengan media 

suspensi steril sedemikian rupa sampai  enceran (1 dalam 

20) dalam larutan natrium klorida P 0,9% memberi  

transmitrans 70% jika diukur pada panjang gelombang 

lebih kurang 530 nm memakai  larutan natrium 

klorida P 0,9% sebagai blangko. Buat pengenceran (1 

dalam 400) suspensi yang telah diukur memakai  

Larutan persediaan media basal dan pakailah  untuk 

inokulum uji (Enceran ini dapat diubah bila perlu sampai  

diperoleh respons uji yang diinginkan). 

    Kalibrasi spektrofotometer Tera panjang gelombang 

spektrofotometer secara berkala, memakai  sel 

panjang gelombang baku atau alat yang sesuai. Sebelum 

membaca setiap pengujian, kalibrasi spektrofotometer 

untuk transitans 0% dan 100% memakai  air dengan 

panjang gelombang yang diatur pada 530 nm. 

    procedure  Bersihkan semua alat secermat mungkin, 

sebaiknya dilanjutkan dengan pemanasan pada suhu 

250º selama 2 jam untuk tabung reaksi kaca tahan panas 

dengan ukuran lebih kurang 20 mm x 150 mm dan alat 

kaca lainnya, sebab  kepekaan yang tinggi dari jasad 

renik uji terhadap spora bahan pencuci. Tambahkan 

dalam tiap tabung dari 2 seri tabung reaksi berturut-turut 

1,0 ml; 1,5 ml; 2,0 ml; 3,0 ml; 4,0 ml dan 5,0 ml Larutan 

baku. Pada tiap tabung ini dan 4 tabung kosong yang 

serupa tambahkan 5,0 ml Larutan persediaan media 

basal dan air sampai  10 ml. Letakkan 1 seri tabung berisi 

Larutan baku dan Larutan uji di dalam satu rak dan seri 

kedua dalam rak lain atau bagian dari rak, sebaiknya 

letakkan urutan tabung secara acak. Tutup tabung untuk 

menghindarkan kontaminasi bakteri dan sterilkan dalam 

otoklaf pada suhu 121º selama 5 menit, bila  perlu atur 

 

supaya suhu ini  tercapai tidak lebih dari 10 menit 

dengan cara memanaskan otoklaf sebelumnya. 

Dinginkan secepat mungkin untuk menghindarkan 

pembentukan warna media akibat panas berlebih. 

Lakukan upaya untuk mempertahankan sterilitas dan 

pendinginan secara seragam selama penetapan kadar, 

sebab  letak tabung yang terlalu berdekatan dalam 

otoklaf dapat menyebabkan kecepatan pemanasan yang 

bervariasi. 

Secara aseptik tambahkan ke dalam tiap tabung     

0,5 ml Inokulum kecuali 2 dari 4 tabung yang tidak 

berisi Larutan baku (blangko tidak terinokulasi). 

Inkubasi tabung pada suhu antara 30º dan 40º 

pertahankan suhu tetap dalam ± 0,5º selama 16 - 24 jam. 

Hentikan pertumbuhan dengan cara pemanasan pada 

suhu tidak kurang dari 80º selama 5 menit. Dinginkan 

sampai  suhu ruang. Goyangkan isinya, dan ukur 

transmitans dengan spektrofotometer pada panjang 

gelombang 530 nm. Pengamatan  dilakukan beberapa 

detik sesudah  digoyang, bila transmitans tetap selama    

30 detik atau lebih. Lakukan pembacaan untuk tiap 

tabung dalam selang waktu yang hampir sama. 

Dengan mengatur transitans pada 100 untuk blangko 

tidak terinokulasi, baca transmitans dari blangko 

terinokulasi. Jika perbedaan lebih besar dari 5% atau jika 

terkontaminasi dengan jasad renik lain abaikan hasil 

penetapan. 

Dengan mengatur transmitans pada 100% untuk 

blangko tidak terinokulasi, baca transmitans tiap tabung 

lain. Abaikan hasil penetapan bila kemiringan kurva 

baku menampilkan  masalah sensitivitas. 

Perhitungan Buat kurva baku antara konsentrasi dan 

respons dengan cara berikut. Periksa dan abaikan tiap 

transitans yang menyimpang. Untuk tiap tingkat kadar 

baku, hitung respons dari jumlah harga duplikasi 

transmitans ( ) sebagai selisih, y = 2,00 - . Buat kurva 

dengan respons pada ordinat kertas grafik terhadap 

logaritma volume dalam ml dari Larutan baku dalam ml 

tiap tabung pada absis memakai  ordinat baik skala 

aritmetika atau logaritmik, sesampai  diperoleh garis 

mendekati lurus yang lebih baik. Gambar garis lurus 

atau kurva yang paling mendekati titik yang diperoleh. 

Hitung respons y, dengan menambah bersama dua 

transmitans untuk tiap kadar Larutan uji. Baca dari 

kurva baku logaritma volume Larutan baku yang sesuai 

untuk tiap harga y yang terletak dalam rentang titik 

terendah dan tertinggi dari baku. Kurangkan dari tiap 

logaritma yang diperoleh dari logaritma volume dalam 

ml dari Larutan uji untuk memperoleh perbedaan, x, 

untuk tiap tingkat dosis. Hitung harga rata-rata dari x 

untuk tiap 3 atau lebih tingkat dosis untuk memperoleh x 

= M’, log potensi relatif dari Larutan uji. Hitung jumlah 

dalam μg, Sianokabalamin BPFI sesuai dengan 

sianokobalamin dalam sediaan uji dengan persamaan 

antilog M = antilog (M’ + log R), R yaitu  jumlah 

dalam μg sianokobalamin dalam tiap mg (kapsul atau 

tablet) yang dipakai . 

Replikasi Ulangi seluruh penetapan sekurang-

kurangnya satu kali memakai  Larutan uji yang 

dibuat terpisah. Jika perbedaan antara dua log potensi M 

tidak lebih dari 0,08, harga rata-rata. M, yaitu  log 

potensial sediaan uji, seperti tertera pada Penetapan 

Aktivitas Vitamin B12 dalam Desain dan analisa  

Penetapan Hayati <81>. Jika dua penetapan berbeda 

lebih dari 0,08, lakukan satu atau lebih penetapan 

tambahan. dari harga rata-rata dua atau lebih harga M 

yang tidak berbeda lebih dari 0,15 hitung potensi rata-

rata Larutan uji. 

 

 

PENETAPAN GOLONGAN DARAH ABO 

DONOR <101>  

 

    Antigen sel darah merah dalam darah dan antibodi 

dalam serum atau plasma ditentukan dengan cara manual 

atau otomatis.  

    Cara manual, ambil beberapa ml darah tanpa anti 

koagulan dan biarkan menjendal. Buang serum dan 

suspensikan sel darah merah ini  sampai  kadar 2% - 

3% dalam larutan natrium klorida P 0,9 % steril. 

    Cara otomatis, ambil beberapa ml darah, hindari 

penjendalan dengan menambahkan 1 bagian volume 

larutan dikalium edetat P 10 % untuk tiap 32 bagian 

volume darah yang diuji. Pisahkan plasma dan 

komponen sel dan buat suspensi sel darah merah dalam 

larutan natrium klorida P 0,9 % yang sesuai untuk jenis 

alat yang dipakai .  

 

Uji Antigen 

 

    Buat campuran terpisah suspensi sel darah merah 

masing-masing dengan Pereaksi golongan darah anti A, 

Pereaksi golongan darah anti-B dan Pereaksi golongan 

darah anti–A, B (golongan O), dengan spesifisitas yang 

telah ditunjukan dengan uji memakai  sel darah 

merah yang diketahui golongan A, B dan O, dan 

tentukan antigen yang ada dengan aglutinasi . 

   Uji Manual Campur 1 bagian volume Perekasi 

golongan darah ABO yang sesuai dengan 1 bagian 

volume suspensi sel darah merah dalam tabung reaksi. 

Diamkan tabung pada suhu ruang selama 1 - 2 jam dan 

goyang tabung perlahan-lahan agar endapan terbagi 

merata. Amati aglutinasi secara makroskopis.  

    Uji Otomatis Lakukan uji dengan peralatan otomatis, 

sesuai ketentuan pabrik. Campur suspensi sel darah 

merah dengan Perekasi golongan darah ABO yang 

sesuai. Diamkan agar terbentuk aglutanasi, tentukan 

tingkat aglutinasi secara visual dengan menampung 

endapan/aglutinat diatas kertas saring atau dengan 

detektor fotometrik yang sesuai dilengkapi alat perekam 

otomatis.  

 

Uji Antibodi 

 

     Buat campuran terpisah serum atau plasma dengan 

suspensi sel darah merah manusia golongan A (sub 

golongan A1 dan A2), golongan B dan golongan O dan 

tentukan antibodi yang ada dengan pola aglutinasi cara 

manual atau otomatis seperti tertera pada Uji Antigen . 

- 1387 -

 

 

 

 

 

     Jika cara di atas dipakai  untuk menetapkan 

golongan darah penerima dan bukan untuk pemeriksaan 

donor, harus diperhatikan bahwa perkembangan antibodi 

tidak sempurna pada bayi umur kurang dari 1 tahun; 

dalam hal ini golongan darah pada anak hanya 

berdasarkan pada antigen yang ada  dalam sel darah 

merah.  

 

Pereaksi Golongan Darah ABO 

 

    [Catatan Pereaksi golongan darah ABO pada 

biasanya  dipilih atas dasar kesesuaian pemakaian  

dalam uji manual.] Jika pereaksi akan dipakai  untuk 

uji otomatis, kesesuaian pereaksi diperkirakan dengan 

melakukan uji otomatis memakai  beberapa  besar 

suspensi sel darah merah golongan ABO yang berbeda 

termasuk sub golongan A1, A2, A2B dan Ax. 

    Pereaksi golongan darah ABO berasal dari serum atau 

plasma defibrinasi dari donor terpilih yang memiliki  

golongan darah ABO yang sengaja diimunisasi dengan 

sel darah merah atau senyawa spesifik dari golongan 

darah atau sub golongan darah yang sesuai. Sebagai 

pengganti dapat berasal dari serum hewan atau biakan 

limfosit mamalia. Sediaan yang berasal dari darah 

manusia harus bebas dari antigen permukaan hepatitis B 

yang diuji dengan metode yang peka. 

    Pereaksi golongan darah ABO dapat berupa cairan 

atau hasil konstitusi pereaksi kering. Pereaksi cair jernih 

atau sedikit opalesen, warna kekuningan atau tidak 

berwarna dan tidak keruh dapat mengandung pengawet 

antimikroba yang sesuai. Pereaksi kering berupa serbuk 

warna kuning pucat atau padatan rapuh.  

    Pereaksi golongan darah ABO terdiri dari tiga jenis 

yaitu, pereaksi golongan darah anti A, pereaksi golongan 

darah anti B dan pereaksi golongan darah anti A, B 

(golongan O).  

    Pereaksi golongan darah anti-A mengaglutinasi sel 

darah merah manusia yang mengandung antigen A, 

meliputi sub golongan A1 dan A2, namun  jarang 

membentuk aglutinasi dengan sel darah merah golongan 

Ax. Pereaksi ini dapat mengaglutinasi sel darah merah 

golongan A dan AB meliputi sub golongan A1, A2, A1B 

dan A2B namun  tidak mengaglutinasi sel darah merah sub 

golongan Ax atau AxB. Pereaksi tidak mengaglutinasi 

sel darah merah manusia yang tidak mengandung 

antigen A, yaitu sel darah merah golongan O dan B. 

Pereaksi tidak menampilkan  aglutinasi dalam kondisi 

seperti tertera pada pemakaian  untuk tiap kumpulan sel 

yang lengkap dari golongan darah O dan B yang dipilih 

mengandung antigen sel darah merah dengan rentang 

luas atau mengandung antibodi terhadap protein serum 

faktor Gm atau Km. Pereaksi tidak mengaglutinasi sel 

darah merah golongan O atau B yang dilapisi IgG. 

    Pereaksi golongan darah anti-B mengaglutinasi sel 

darah merah manusia yang mengandung antigen B yaitu 

sel darah merah golongan B dan AB termasuk sub 

golongan A1B dan A2B. Pereaksi tidak membentuk 

aglutinasi dengan sel darah merah yang tidak 

mengandung antigen B yaitu sel darah merah golongan 

O dan A termasuk sub golongan A1 dan A2. Pereaksi 

tidak membentuk aglutinasi dalam kondisi seperti tertera 

pada pemakaian  untuk tiap kumpulan sel yang lengkap 

dari golongan darah O dan A yang dipilih mengandung 

antigen sel darah merah dengan rentang luas atau 

mengandung antibodi terhadap protein serum faktor Gm 

atau Km. Pereaksi tidak mengaglutinasi golongan darah 

merah O atau A yang dilapisi IgG. 

 Pereaksi golongan darah anti-A, B (golongan O) 

mengaglutinasi sel darah merah manusia yang 

mengandung antigen A atau B, yaitu mengaglutinasi sel 

darah merah golongan A, B dan AB termasuk sub 

golongan A1, A2, Ax, A1B, A2B dan Ax B. Pereaksi 

tidak mengaglutinasi sel darah merah manusia yang 

tidak mengandung antigen A atau B yaitu sel darah 

merah golongan O. Pereaksi tidak menampilkan  

aglutinasi dalam kondisi seperti tertera pada pemakaian  

untuk tiap kumpulan sel yang lengkap dari golongan 

darah O yang dipilih mengandung antigen dalam sel 

darah merah atau yang mengandung antibodi terhadap 

protein serum faktor Gm atau Km. Pereaksi tidak 

mengaglutinasi sel darah merah golongan O yang 

dilapisi IgG. 

 Baku pembanding Serum Golongan Darah Anti-A 

Manusia BPFI; Serum Golongan Darah Anti-B Manusia 

BPFI; Serum Golongan Darah Anti A, B Manusia BPFI. 

 Pereaksi golongan darah ABO bila perlu 

direkonstitusi seperti tertera pada etiket, memenuhi 

syarat sebagai berikut: 

 AVIDITAS Pada kaca obyek, campur beberapa  

volume sediaan uji dengan volume sama suspensi         

5% - 10%. Suspensi sel darah merah dari masing-masing 

golongan atau sub golongan; pakailah  secara terpisah 

untuk masing-masing tipe sel darah. Waktu yang 

diperlukan sampai  aglutinasi yang timbul pertama (bila 

dilihat dengan mata telanjang) tidak lebih dari 2 kali dari 

waktu yang diperlukan bila dipakai  Serum golongan 

darah BPFI yang sesuai. 

 Pereaksi golongan darah anti A pakailah  sel darah 

merah manusia dari sub golongan A1, A2B dan bila perlu 

sub golongan A2 dan A1B, baku yang sesuai yaitu Serum 

Golongan Darah Anti A Manusia BPFI. 

 Pereaksi golongan darah anti B pakailah  sel darah 

merah manusia dari sub golongan B, baku yang sesuai 

yaitu Serum Golongan Darah Anti B Manusia BPFI. 

 Pereaksi golongan darah anti A, B (Golongan O) 

pakailah  sel darah merah manusia dari sub golongan A1, 

A2 dan golongan B, baku yang sesuai yaitu Serum 

Golongan Darah Anti A, B Manusia BPFI. 

    Lakukan procedure  yang tertera di atas pada suhu        

20º - 25º memakai  sel darah merah sub golongan 

Ax; aglutinasi pertama yang timbul terlihat dengan mata 

telanjang tidak lebih dari 2 menit. 

 POTENSI Potensi pereaksi golongan darah ABO 

ditetapkan dengan membandingkan aktivitas antibodi 

aglutinin salin dengan Serum Golongan Darah BPFI 

atau dengan baku lain yang potensinya telah dibakukan 

dengan baku BPFI yang sesuai.  

 Lakukan titrasi pereaksi uji dan sediaan baku secara 

bersamaan terhadap suspensi sel darah merah manusia 

dari golongan atau sub golongan di bawah ini. 

- 1388 -

 

 

 

 

 

 

 Pereaksi golongan darah Anti-A Tidak kurang dari 

64 unit antibodi anti-A per ml; untuk tiap tipe sel darah 

merah terhadap yang dititrasi, titer pereaksi uji tidak 

kurang dari seperempat dari titer Serum golongan darah 

anti-A manusia BPFI yang telah direkonstitusi. 

 pakailah  sel darah merah sub golongan A1, A2B dan 

sebaiknya memakai  juga sub golongan A2 dan A1B.  

 Pereaksi golongan darah Anti-B Tidak kurang dari 

64 unit antibodi anti-B per ml; titer pereaksi uji tidak 

kurang dari seperempat titer Serum Golongan Darah 

anti-B manusia BPFI yang telah direkonstitusi. pakailah  

sel darah merah manusia golongan B.  

 Pereaksi golongan darah Anti-A, B (golongan O) 

Tidak kurang dari 64 unit antibodi anti-A dan antibodi 

anti-B per ml; titer pereaksi uji tidak kurang dari 

seperempat titer Serum golongan darah anti-A, B 

manusia BPFI yang telah direkonstitusi. 

 pakailah  sel darah merah manusia sub golongan A1 

dan A2 dan golongan B.  

 Pereaksi golongan darah anti-A, B yang tidak 

diencerkan memberi  aglutinasi yang mudah dideteksi 

dengan sekurang-kurangnya satu contoh sel darah merah 

sub golongan Ax. 

 Sterilitas <71> Memenuhi syarat. 

 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah steril 

tertutup kedap. Pereaksi golongan darah ABO cair yang 

mengandung pengawet antimikroba, simpan dalam 

keadaan beku, sebaiknya pada suhu di bawah -30º. 

 Pereaksi golongan darah ABO cair yang 

mengandung pengawet antimikroba, simpan pada suhu 

2º sampai  8º; hindari pembekuan kecuali pengawet 

antimikroba ini  tidak merusak sediaan dalam 

keadaan beku. 

 Pereaksi golongan darah ABO kering disimpan pada 

suhu tidak lebih dari 20º. 

 

 

PENETAPAN GOLONGAN Rh DONOR <111>  

 

 Antigen sel darah merah dalam darah dapat 

ditentukan dengan cara manual atau otomatis. 

Mengingat antibodi sistem Rh hanya diketemukan dalam 

darah manusia, yang telah diimunisasi dengan sel darah 

merah manusia yang mengandung antigen Rh, dengan 

sengaja atau tidak sengaja, maka dalam penetapan 

golongan Rh donor yaitu  penting hanya bergantung 

pada reaksi sel darah merah. 

 Untuk uji manual atau otomatis buat suspensi sel 

darah merah manusia seperti tertera pada Penetapan 

Golongan Darah ABO Donor <101>, untuk uji manual 

pakailah  suspensi darah yang sesuai yang telah dicegah 

dari penjendalan dengan penambahan anti koagulan 

yang sesuai. 

 [Catatan  Bila dilakukan uji anti globulin tidak 

langsung buat suspensi sel darah merah 10%.] 

 

 Uji Antigen D  Campur suspensi sel darah merah 

dengan IgM, Pereaksi golongan darah anti-D atau 

dengan IgG, Pereaksi golongan darah anti-D, dengan 

spesifisitas yang telah ditunjukkan pada uji sel darah 

merah positif-D (sebaiknya genotipe R1r) dan sel darah 

merah negatif-D dan tentukan antigen anti-D jika dengan 

cara aglutinasi. Jika dipakai  pereaksi IgG, perlu 

dilakukan peningkatan aglutinasi dengan penambahan 

enzim proteolitik yang sesuai atau albumin serum sapi 

atau dengan uji sel darah merah yang telah disensitisasi 

dengan pereaksi antiglobulin. 

 Uji manual pakailah  satu dari beberapa cara berikut. 

Fenotipe Du jarang terdeteksi dengan memakai  IgM 

pereaksi golongan darah anti D; maka pakailah  IgG 

pereaksi golongan darah anti D, sebaiknya sesuai 

dengan metode (i) atau (iii) berikut: 

 memakai  IgM, pereaksi golongan darah anti-D 

Campur 1 bagian volume pereaksi dengan 1 bagian 

volume suspensi sel darah merah dalam tabung reaksi. 

Inkubasi tabung pada suhu 37º selama 1 - 2 jam dan 

ketuk perlahan-lahan sampai  endapan sel terdispersi. 

Amati aglutinasi dalam tabung secara makroskopik. 

 memakai  IgG, pereaksi golongan darah anti D.  

 i. Campur 1 bagian volume pereaksi dengan 1 bagian 

volume suspensi sel darah merah dalam tabung reaksi 

dan tambahkan beberapa  volume suspensi sediaan 

papain teraktivasi yang sesuai 0,5% pada pH 5,4. 

Inkubasi tabung pada suhu 37º selama 30 menit dan 

ketuk perlahan-lahan sampai  endapan sel tersebar 

merata. Amati aglutinasi dalam tabung secara 

makroskopik. 

 ii. Campur 1 bagian volume pereaksi dengan 1 

bagian volume suspensi sel darah merah dalam tabung 

reaksi. Inkubasi tabung pada suhu 37º selama 1 jam, 

lalu  tambahkan 1 bagian volume larutan albumin 

serum sapi P 30% untuk menggantikan beningan yang 

kontak dengan endapan sel darah merah, dan jaga agar 

endapan sel darah merah tidak terganggu. Inkubasi 

kembali tabung pada suhu 37º selama 30 menit dan tutup 

perlahan-lahan sampai  endapan sel terdispersi. Amati 

aglutinasi dalam tabung secara makroskopik. 

 iii. Lakukan uji antiglobulin tidak langsung dengan 

membuat suspensi sel darah merah 10% dalam larutan 

natrium klorida P 0,9% sebagai berikut. Tambahkan 4 

bagian volume pereaksi ke dalam 2 bagian volume 

suspensi sel darah merah. Inkubasi tabung pada suhu 37º 

selama 45 menit. Buat kontrol positif memakai  sel 

darah merah positif-D yang diketahui (sebaiknya 

genotipe R1r) dan buat kontrol negatif memakai  sel 

negatif-D yang diketahui. sesudah  inkubasi, cuci sel uji 

dan sel kontrol 4 kali dengan larutan natrium klorida P 

0,9%, tiap kali buang cairan beningan sesempurna 

mungkin. Suspensikan kembali sel dalam larutan 

na