Jumat, 06 Desember 2024

farmakope 107


 trium klorida P 0,9% sampai  diperoleh suspensi 

padatan darah lebih kurang 10%. Campur 1 tetes 

suspensi ini dengan volume sama pereaksi anti IgG 

manusia yang sesuai dengan pengenceran yang sesuai 

pada pelat tetes. Goyang pelat tetes perlahan-lahan, 

amati reaksi positif berupa aglutinasi yang timbul sesudah  

5 menit (sesudah  waktu ini , besar kemungkinan 

terbentuk aglutinasi tidak khas). Dengan cara lain, cuci 

sel uji dan sel kontrol dengan larutan natrium klorida P 

0,9% secara manual atau dengan alat mekanik otomatis, 

dan lalu  tambahkan beberapa  volume yang sesuai 

- 1389 -

 

 

 

 

 

pereaksi anti IgG manusia dengan pengenceran yang 

sesuai. sesudah  disentrifus amati aglutinasi berupa 

endapan sel darah merah. 

 Uji otomatis Lakukan dengan cara seperti tertera 

pada Penetapan Golongan Darah ABO Donor <101>, 

memakai  Pereaksi golongan darah Rh yang sesuai 

sebagai pengganti pereaksi golongan darah ABO. 

 Uji Antigen C dan E Darah donor yang diuji dengan 

cara di atas menampilkan  negatif-D, harus diuji lagi 

terhadap antigen C dan E. Hanya darah donor yang 

negatif terhadap ketiga antigen dianggap sebagai negatif 

Rh (rr). Uji terhadap antigen C dan E dilakukan seperti 

pada Uji Antigen-D memakai  pereaksi golongan 

darah Rh anti-C atau anti-E yang sesuai. Dalam sistem 

otomatis, contoh darah biasanya diuji terhadap ketiga 

antigen secara simultan. 

 Pereaksi golongan darah Rh Pereaksi golongan 

darah Rh dipilih atas dasar kesesuaian pemakaian  

dalam uji manual. Jika pereaksi ini  akan dipakai  

dalam uji otomatis, kesesuaian pereaksi harus dikaji 

dengan melakukan uji otomatis memakai  beberapa  

besar suspensi sel darah merah yang mencakup fenotipe 

Rh dari berbagai variasi.  

 Pereaksi golongan darah anti-D, pereaksi golongan 

darah anti-D, IgM, mudah dipakai  tapi tidak selalu 

terpercaya. Pereaksi golongan darah anti-D, IgG, lebih 

banyak tersedia dan lebih umum dipakai . 

 Pereaksi golongan darah Rh dibuat dari sera atau 

plasma didefibrinasi dari satu orang atau lebih yang 

diimunisasi dengan antigen yang sesuai dari sistem Rh 

atau dari biakan limfosit mamalia. Hanya bahan yang 

telah diuji negatif terhadap antigen permukaan Hepatitis 

B dengan metode peka dapat dipakai . Pereaksi 

golongan darah Rh dapat berupa cairan atau hasil 

rekonstitusi pereaksi kering. 

 Pereaksi cair jernih atau sedikit opalesen, kekuningan 

atau cairan tidak berwarna tanpa kekeruhan, dapat 

mengandung bahan pengawet antimikroba yang sesuai. 

Pereaksi kering berupa serbuk kuning pucat atau padatan 

rapuh.  

 Pereaksi golongan darah Rh terdiri dari 4 tipe, yaitu 

pereaksi golongan darah anti-D, IgM; pereaksi golongan 

darah anti-D, IgG; pereaksi golongan darah Anti-C; dan 

pereaksi golongan darah anti-E. 

 Pereaksi golongan darah anti-D, IgM, 

mengaglutinasi suspensi sel positif-D dalam larutan 

natrium klorida P 0,9%. Pereaksi harus tidak 

menampilkan  aglutinasi dalam kondisi seperti tertera 

pada pemakaian  untuk tiap kumpulan sel yang lengkap 

yang tidak mengandung antigen D dan yang dipilih 

sebagai antigen sel darah merah dengan rentang luas. 

 Pereaksi golongan darah anti-D, IgG, mengaglutinasi 

sel darah merah manusia positif-D dalam larutan 

albumin serum sapi P 20% - 30%. Pereaksi ini juga 

melapisi suspensi sel darah merah manusia positif-D 

dalam larutan natrium klorida P 0,9% sampai  sel ini 

kemungkinan dapat diaglutinasi dengan pereaksi 

antiglobulin anti-IgG. Dengan modifikasi kimia IgG, 

pereaksi golongan darah anti-B, IgG, dapat 

mengaglutinasi suspensi sel darah merah manusia 

positif-D dalam larutan natrium klorida-P 0,9%. 

Pereaksi harus tidak menampilkan  aglutinasi atau 

melapisi, dalam kondisi seperti tertera pada pemakaian , 

untuk tiap kumpulan sel yang lengkap yang tidak 

mengandung antigen D dan yang dipilih sebagai antigen 

sel darah merah dengan rentang luas. 

 Pereaksi golongan darah anti-C mengandung 

terutama IgM, atau IgG, antibodi anti-C. Lakukan uji 

yang sesuai terhadap kelas imunologis antibodi yang ada 

(masing-masing seperti tertera pada pereaksi golongan 

darah anti-D, IgM, dan pereaksi golongan darah anti-D, 

IgG). 

 Untuk mendeteksi antigen C dalam donor negatif D; 

anti C, D (yaitu anti-G) dapat dipakai . Aktivitas anti-

C harus dapat bereaksi dengan antigen Cw jika dalam 

kombinasi, Cw/c. Anti-G yang bereaksi dengan antigen C 

atau D, atau kedua antigen C dan D, jika ada tidak 

mempengaruhi sediaan yang negatif-DE. Dengan cara 

lain pereaksi anti-C dapat dipakai , dibuat dari donor 

negatif-C, positif-D, E. 

 Anti-C harus dapat mendeteksi antigen Cw jika dalam 

kombinasi Cw/c, dan dapat mendeteksi C dalam posisi 

sis dengan e dan E (Ce, CE). Pereaksi ini kurang dapat 

bereaksi dengan kompleks CE (CDE, CdE). Pereaksi 

golongan darah Anti-C tidak boleh menampilkan  

aglutinasi, dalam kondisi seperti tertera pada 

pemakaian , untuk tiap kumpulan sel yang lengkap yang 

tidak mengandung antigen C atau Cw (atau antigen D 

dalam anti-G) yang dipilih sebagai antigen sel darah 

merah dengan rentang luas meliputi A, B dan E. 

 Pereaksi golongan darah anti-E dapat mengandung 

terutama IgM atau IgG, antibodi anti-E dan lakukan uji 

yang sesuai terhadap kelas imunologis antibodi yang ada 

(masing-masing seperti tertera pada pereaksi golongan 

darah anti-D, IgM, dan pereaksi golongan darah anti-D, 

IgM, dan pereaksi golongan darah anti-D, IgG). 

 Banyak contoh pereaksi anti-E mengandung 

beberapa  anti-cE, antibodi Rh yang mengaglutinasi 

hanya sel darah merah manusia dengan antigen c dan E 

dinyatakan dengan gen c dan E yang ada  dalam 

kompleks gen Rh yang sama, yaitu posisi cis, dan yang 

tidak mengaglutinasi sel yang mengandung antigen E 

yang dinyatakan dari kompleks gen seperti CDE dan 

CdE yang tidak mengandung e. Pereaksi golongan darah 

anti-E harus menampilkan  aglutinasi terhadap sel darah 

merah harus yang mengandung antigen E yang tidak 

menampilkan  kompleks gen yang juga mengandung e. 

Pereaksi tidak boleh menampilkan  aglutinasi, dalam 

kondisi seperti tertera pada pemakaian , tiap kumpulan 

sel yang lengkap yang dipilih sebagai antigen sel darah 

merah dengan rentang luas. Kemungkinan lain dapat 

dipakai  pereaksi anti-D, E. 

 Pereaksi golongan darah Rh, jika perlu direkonstitusi 

seperti tertera pada etiket, memenuhi persyaratan 

berikut. 

 

 POTENSI 

 Pereaksi golongan darah anti-D, IgM  Mengandung 

anti-D sebagai aglutinin salin dalam jumlah yang 

memberi  reaksi positif pada pengenceran 1 dalam 32 

- 1390 -

 

 

 

 

 

 

terhadap sel darah merah yang diketahui mengandung 

antigen D. 

 Pereaksi golongan darah anti-D, IgG  Potensi 

pereaksi golongan darah anti-D, IgG, ditetapkan dengan 

membandingkan aktivitas antibodi aglutinin albumin 

dengan Serum Golongan Darah BPFI yang sesuai atau 

dengan baku lain yang sesuai yang telah dibakukan 

terhadap Serum Golongan Darah BPFI. 

 Lakukan penetapan titrasi pereaksi uji bersama 

dengan sediaan baku terhadap suspensi sel darah 

manusia yang mengandung antigen D. 

 Pereaksi golongan darah anti-D, IgG, mengandung 

tidak kurang dari 32 unit antibodi anti-D per ml, titer 

pereaksi yang diuji tidak kurang dari setengah dari titer 

Serum Golongan Darah Tidak Lengkap Anti-Rh0 (anti-

D) Manusia BPFI (mengandung 32 unit). 

  Pereaksi golongan darah anti-C Mengandung 

antibodi anti-C dalam jumlah tertentu yang dapat 

memberi  reaksi positif terhadap sel darah merah 

yang diketahui mengandung antigen C pada pengenceran 

1 dalam 8.  

 Pereaksi golongan darah anti-E Mengandung 

antibodi anti-E dalam jumlah tertentu yang dapat 

memberi  reaksi positif terhadap sel darah merah 

yang diketahui mengandung antigen E pada pengenceran 

1 dalam 8. 

  

 Sterilitas <71> Memenuhi syarat. 

 

 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah steril 

tertutup kedap. 

 Sediaan dalam bentuk cair yang tidak mengandung 

pengawet antimikroba disimpan dalam keadaan beku 

sebaiknya pada suhu di bawah -30º. 

 Sediaan bentuk cair yang mengandung pengawet 

antimikroba disimpan pada suhu 2º sampai  8º, hindari 

pembekuan kecuali bila pengawet ini  tidak merusak 

pereaksi dalam keadaan beku. 

 Sediaan kering disimpan pada suhu tidak lebih dari 

20º.    

 

 

PENETAPAN KADAR KALSIUM 

PANTOTENAT <121> 

 

    Baku Pembanding Kalsium Pantotenat BPFI; 

lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam 

sebelum dipakai . Simpan dalam wadah tertutup rapat. 

    Larutan baku persediaan Timbang saksama lebih 

kurang  50 mg Kalsium Pantotenat BPFI  yang telah 

dikeringkan dan disimpan di tempat gelap, diatas fosfor 

pentoksida P, hindari penyerapan uap air selama 

penimbangan. Larutkan dengan lebih kurang 500 ml air 

dalam labu tentukur 1000-ml. Tambahkan 10 ml asam 

asetat 0,2 N dan 100 ml larutan natrium asetat P (1 

dalam 60), encerkan dengan air sampai tanda. Tiap ml 

larutan setara dengan 50 μg Kalsium Pantotenat BPFI. 

Simpan di bawah lapisan toluen P dalam lemari 

pendingin. 

    Larutan baku Pada hari pengujian, encerkan 

beberapa  Larutan baku persediaan yang diukur saksama 

dengan air sampai  kadar antara 0,01 μg dan 0,04 μg 

kalsium pantotenat per ml, pakailah  kadar yang tepat 

sampai  respons yang diperoleh seperti tertera pada 

procedure , 2,0 ml dan 4,0 ml Larutan baku yang 

dipakai , berada dalam garis lurus kurva respons log-

kadar. 

 

    Larutan uji Buat larutan seperti tertera pada masing-

masing monografi dengan kadar setara kalsium 

pantotenat dalam Larutan baku. 

 

    Larutan persediaan media basal 

Larutan kasein terhidrolisa asam 

Larutan Sistin Triptofan 

Larutan polisorbat 80 

Dekstrosa anhidrat 

Natrium asetat anhidrat 

Larutan Adenin-Guanin-Urasil 

Larutan Riboflavin-Tiamin Hidroklorida 

-Biotin 

Larutan asam para-aminobenzoat-Niasin 

-Piridoksin Hidrolrorida 

Larutan garam A 

Larutan garam B 

 25 ml 

 25 ml 

   0,25 ml 

 10 g 

   5 g 

   5 ml 

 

   5 ml 

 

   5 ml 

   5 ml 

   5 ml  

 

    Larutkan dekstrosa anhidrat dan natrium asetat dalam 

larutan yang dicampur terdahulu, atur pH 6,8 dengan 

penambahan natrium hidroksida 1 N, encerkan dengan 

air sampai  250 ml. 

 

    Larutan kasein terhidrolisis asam Campur 100 g 

kasein P bebas vitamin dengan 500 ml asam klorida  6 N 

dan refluks campuran selama 8 - 12 jam. Hilangkan 

asam klorida dalam campuran dengan penyulingan pada 

tekanan rendah sampai  sisa berbentuk pasta kental. 

Larutkan kembali pasta yang terbentuk dengan air, atur 

pH 3,5±0,1 dengan natrium hidroksida 1 N dan 

tambahkan air sampai  1000 ml. Tambahkan 20 g arang 

aktif P, aduk selama 1 jam dan saring. Ulangi perlakuan 

dengan arang aktif. Simpan di bawah toluen P dalam 

lemari pendingin pada suhu tidak kurang dari 10º. Saring 

larutan jika pada waktu penyimpanan terbentuk endapan. 

 

    Larutan sistin-triptofan Suspensikan 4,0 g L-sistin P 

dan 1,0 g L-triptofan P (atau 2,0 g D,L-triptofan) dalam 

700 - 800 ml air, panaskan pada suhu 70º sampai  80º dan 

tambahkan larutan asam klorida P (1 dalam 2) tetes 

demi tetes dengan pengadukan sampai padatan larut. 

Simpan di bawah toluen P dalam lemari pendingin pada 

suhu tidak kurang dari 10º.  

 

    Larutan adenin-guanin-urasil Larutkan dengan 

pemanasan adenin sulfat P, guanin hidroklorida P dan 

urasil P masing-masing 200 mg dalam 10 ml asam 

klorida 4 N, dinginkan dan tambahkan air sampai  200 

ml. Simpan di bawah lapisan toluen dalam lemari 

pendingin. 

- 1391 -

 

 

 

 

 

    Larutan polisorbat 80 Larutkan 25 g polisorbat 80 P 

dalam etanol P sampai  250 ml. 

 

    Larutan riboflavin-tiamin hidroklorida-biotin Buat 

larutan dalam asam asetat 0,02 N sampai  tiap ml 

mengandung masing-masing 20 μg riboflavin P, 10 μg 

tiamin hidroklorida P dan 0,04 μg biotin P. Simpan di 

bawah lapisan toluen dalam lemari pendingin. 

 

    Larutan asam para aminobenzoat-niasin- 

piridoksin hidroklorida Buat larutan dalam etanol P 

25% netral sampai  tiap ml mengandung 10 μg asam p-

aminobenzoat P, 50 μg niasin P dan 40 μg piridoksin 

hidroklorida P. Simpan dalam lemari pendingin. 

 

    Larutan garam A Larutkan 25 g kalium fosfat 

monobasa P dan 25 g kalium fosfat dibasa P dalam air 

sampai  500 ml. Tambahkan 5 tetes asam klorida P, 

simpan di bawah lapisan toluen. 

 

    Larutan garam B Larutkan 10 g magnesium sulfat P 

dan 500 mg natrium klorida P, 500 mg besi(II) sulfat P 

dan 500 mg mangan sulfat P dalam air sampai  500 ml. 

Tambahkan 5 tetes asam klorida P, simpan di bawah 

lapisan toluen. 

 

    Biakan persediaan lactobacillus plantarum 

Larutkan 2,0 g ekstrak ragi P  larut air dalam 100 ml air, 

tambahkan 500 mg dekstrosa anhidrat P, 500 mg 

natrium asetat anhidrat P dan 1,5 g agar P, panaskan 

capuran di atas tangas uap sambil diaduk sampai  agar 

terlarut. Tuang masing-masing lebih kurang 10 ml 

larutan agar panas ke dalam tabung reaksi, tutup tabung, 

sterilkan pada suhu 121º, biarkan tabung mendingin 

dalam posisi tegak. Buat biakan dari biakan murni 

Lactobacillus plantarum dengan tusukan pada tiga atau 

lebih tabung reaksi. Inkubasi selama 16 - 24 jam pada 

suhu antara 30º dan 37 º ±0,5º lalu  simpan dalam 

lemari pendingin. Buat biakan segar dari biakan 

persediaan setiap minggu dan tidak boleh dipakai  

sebagai inokulum bila umur biakan lebih dari 1 minggu. 

     

     Media biakan Pada tiap seri tabung berisi 5,0 ml 

Larutan persediaan media basal tambahkan 5,0 ml air 

yang mengandung 0,2 μg kalsium pantotenat. Sumbat 

tabung dengan kapas, sterilkan dengan otoklaf pada suhu 

121º dan dinginkan. 

 

    Inokula Pindahkan sel dari Biakan persediaan 

lactobacillus plantarum ke dalam tabung steril berisi 10 

ml Media biakan. Inkubasi biakan selama 16 sampai  24 

jam pada suhu yang dipilih antara 30º dan 37º±0,5º. 

Suspensi sel yang diperoleh yaitu  Inokula. 

 

    procedure  Pada dua seri tabung reaksi ukuran sama 

masukkan 1,0 ml dan/atau 1,5 ml; 2,0 ml; 3,0 ml; 4,0 ml 

dan 5,0 ml Larutan baku. Pada tiap tabung dan 4 tabung 

sejenis yang tidak berisi Larutan baku tambahkan 5,0 ml 

Larutan persediaan media basal dan air secukupnya 

sampai  10 ml. Pada dua seri tabung reaksi sejenis 

masukkan beberapa  Larutan uji setara dengan 3 atau 

lebih tingkat kadar Larutan baku meliputi tingkat 2,0 

ml; 3,0 ml dan 4,0 ml. Pada masing-masing tabung 

tambahkan 5,0 ml Larutan persediaan media basal dan 

air secukupnya sampai  10 ml. Tempatkan dua seri 

tabung Larutan baku  dan Larutan baku bersama-sama 

dalam rak tabung dan sebaiknya tempatkan tabung 

secara acak. 

    Tutup tabung untuk mencegah kontaminasi jasad 

renik dan panaskan dalam otoklaf pada suhu 121º selama 

5 menit. Dinginkan dan tambahkan 1 tetes inokula pada 

tiap tabung kecuali 2 dari 4 tabung yang tidak berisi 

Larutan baku (sebagai blangko yang tidak diinokulasi) 

dan campur. Inokulasi tabung pada suhu antara 30º dan 

37º ± 0,5º selama 16 - 24 jam, sampai tidak terbentuk 

penambahan kekeruhan pada tabung yang mengandung 

baku kadar tertinggi dalam waktu 2 jam. 

    Tentukan transmitans tabung denga cara sebagai 

berikut: Campur isi tiap tabung, ukur transmitans pada 

panjang gelombang antara 540 nm dan 660 nm, sesudah  

tercapai keadaan stabil. Keadaan stabil dicapai beberapa 

detik sesudah  dikocok, bila pembacaan transmitans stabil 

selama 30 detik atau lebih. pakailah  interval waktu yang 

relatif sama untuk setiap pembacaan tabung. 

    Atur transmitans 1,00 memakai  blangko yang 

tidak diinokulasi, ukur transmitans blangko terinokulasi. 

Dengan transmitans 1,00 untuk blangko terinokulasi, 

ukur transmitans tabung-tabung lain. Jika terjadi 

kontaminasi dengan jasad renik asing, ulangi pengujian. 

 

    Perhitungan Buat kurva baku antar kadar dan 

respons dengan cara sebagai berikut: Untuk tiap tingkat 

kadar Larutan baku, hitung respons dari jumlah harga 

duplikasi transmitans ( ) sebagai selisih, Y = 2,00 - 

(dari transmitans). Gambarkan kurva dengan respons 

pada ordinat kertas grafik terhadap log dari volume 

Larutan baku dalam ml tiap tabung pada absis, untuk 

ordinat memakai  skala aritmetika atau logaritmik 

sesampai  diperoleh mendekati garis lurus. Gambar garis 

lurus atau kurva yang paling sesuai dengan titik yang 

diperoleh. 

    Hitung respons y dengan menambah bersama dua 

transmitans untuk tiap kadar Larutan uji. Baca dari 

kurva baku logaritma volume  Larutan baku yang sesuai 

untuk  tiap harga y yang terletak pada rentang titik 

terendah dan tertinggi dari baku. Kurangkan dari tiap 

logaritma yang diperoleh, logaritma dari volume dalam 

ml Larutan uji untuk memperoleh perbedaan, x, untuk 

tiap tingkat dosis. Harga rata-rata x untuk masing-

masing tiga atau lebih tingkat dosis untuk memperoleh x 

= M’, log-potensi relatif Larutan uji. Hitung jumlah 

dalam mg Kalsium Pantotenat BPFI  yang sesuai dengan 

kalsium pantotenat dalam beberapa  bahan yang 

dipakai  untuk pengujian sebagai antilog: 

 

M = antilog (M’ + log R) 

 

R yaitu  jumlah mg kalsium pantotenat yang 

diperkirakan ada dalam tiap mg (kapsul atau tablet) yang 

dipakai  untuk pengujian. 

- 1392 -

 

 

 

 

 

 

 

    Pengulangan Ulangi seluruh penetapan sekurang-

kurangnya satu kali, dengan Larutan uji yang dibuat 

terpisah. Jika perbedaan antara dua log-potensi M tidak 

lebih dari 0,08, harga rata-rata M yaitu  log-potensi 

sediaan uji seperti tertera pada Rentang dan batas 

keyakinan dari potensi dalam Desain analisa  Penetapan 

Hayati <81>. Jika dua penetapan berbeda lebih dari 

0,008 lakukan satu atau lebih penetapan tambahan. Dari 

harga rata-rata dua atau lebih harga M yang tidak 

berbeda lebih dari 0,15, hitung potensi rata-rata Larutan uji. 

 

 

PENETAPAN POTENSI ANTIBIOTIK 

SECARA MIKROBIOLOGI <131> 

 

    Aktivitas (potensi) antibiotik dapat ditunjukkan pada 

kondisi yang sesuai dengan efek daya hambatnya 

terhadap mikroba. Penurunan aktivitas antimikroba tidak 

dapat ditunjukkan oleh metode kimia, sesampai  

pengujian secara mikrobiologi atau biologi merupakan 

standar dalam penetapan penurunan aktivitas anti 

mikroba. Bab ini mencakup cara kerja penetapan 

antibiotik yang tercantum dalam Farmakope ini, dengan 

pengujian secara mikrobiologi. 

    Ada dua metode umum yang dapat dipakai , yaitu 

penetapan dengan lempeng-silinder atau “cawan” dan 

penetapan dengan cara “tabung” atau turbidimetri. 

Metode pertama berdasarkan difusi antibiotik dari 

silinder yang dipasang tegak lurus pada lapisan agar 

padat dalam cawan Petri atau cawan, sesampai  mikroba 

yang ditambahkan dihambat pertumbuhannya pada 

daerah berupa lingkaran atau “zona” di sekeliling 

silinder yang berisi larutan antibiotik. Metode 

turbidimetri berdasarkan atas hambatan pertumbuhan 

biakan mikroba dalam larutan  serba sama antibiotik, 

dalam media cair yang dapat menumbuhkan mikroba 

dengan cepat bila tidak ada  antibiotik. 

 

PERALATAN 

 

    Semua peralatan harus dicuci bersih sebelum dan 

sesudah dipakai . Peralatan gelas untuk menyimpan 

dan memindahkan mikroba uji, disterilkan dengan 

pemanasan kering atau dengan uap air. 

 

Pengendalian Suhu 

 

    Pengendalian termostatik diperlukan dalam beberapa 

tahap penetapan secara mikrobiologi, waktu 

membiakkan mikroba dan penyiapan inokulanya, selama 

inkubasi dalam penetapan pada cawan dan tabung. Suhu 

pada penetapan dengan cara cawan dipertahankan pada 

lebih kurang 0,5° dari suhu yang dipilih. Pengendalian 

suhu yang lebih dekat (lebih kurang 0,1° dari suhu yang 

dipilih) sangat penting untuk inkubasi pada penetapan 

dengan cara tabung, hal ini dapat diperoleh dengan 

sirkulasi udara atau air, kapasitas panas dari air yang 

lebih besar lebih menguntungkan daripada sirkulasi 

udara. 

Spektrofotometer 

 

    Pengukuran transmitans dalam pita frekuensi yang 

sempit, membutuhkan spektrofotometer yang sesuai dan 

memiliki  sumber cahaya panjang gelombang yang 

dapat diubah atau dibatasi memakai  filter 580 nm 

untuk penyiapan inokula dengan kerapatan tertentu, atau 

dengan filter 530 nm untuk pengukuran serapan pada 

pengujian dengan cara tabung. Untuk tujuan yang 

disebut terakhir, alat dapat diatur sampai  dapat menerima 

tabung yang dipakai  untuk inkubasi  (lihat Wadah 

untuk Penetapan Secara Turbidimetri) dan 

memakai  sel yang dimodifikasi yang dilengkapi 

dengan pipa pembuangan untuk memudahkan 

pertukaran isi dengan cepat, atau lebih disukai sel yang 

memiliki  saluran untuk pengaliran secara sinambung 

selama pengukuran. Atur serapan dengan blangko untuk 

serapan nol memakai  media cair yang jernih tanpa 

inokula yang disiapkan seperti dinyatakan untuk masing-

masing antibiotik, termasuk beberapa  yang sama larutan 

uji dan formaldehida dalam tiap sampel. [Catatan 

Pengukuran serapan atau tranmitans dapat dipakai  

untuk penyiapan inokula.]  

 

Wadah untuk Penetapan secara Lempeng-Silinder 

    Untuk penetapan cara lempeng, pakailah  cawan Petri 

kaca atau plastik (lebih kurang 100 mm x 20 mm) yang 

memiliki  tutup dari bahan yang sesuai. Untuk silinder, 

pakailah  silinder besi tahan karat atau porselen dengan 

toleransi ukuran masing-masing lebih kurang 0,1 mm: 

diameter luar 8 mm, diameter dalam 6 mm, dan tinggi         

10 mm. Cuci silinder dengan saksama untuk 

membersihkan semua residu, kadang-kadang diperlukan 

suatu asam seperti asam nitrat 2 N atau asam kromat 

seperti tertera pada Pencucian Peralatan Kaca <1331>. 

 

 

Wadah untuk Penetapan secara Turbidimetri 

    Untuk penetapan dengan cara tabung, pakailah  tabung 

reaksi kaca atau plastik dengan ukuran misalnya 125 x 

16 mm atau 150 x 18 mm yang panjang, diameter dan 

ketebalannya relatif seragam serta permukaannya tidak 

cacat dan tidak tergores. Tabung yang akan ditempatkan 

pada spektrofotometer harus yang sesuai, tanpa goresan 

dan tidak cacat. Bersihkan saksama tabung dari semua 

residu antibiotik dan sisa larutan pembersih, dan 

sterilkan sebelum dipakai  untuk penetapan 

berikutnya. 

 

MEDIA DAN PENGENCER 

Media 

 

    Media yang diperlukan untuk penyiapan inokula 

mikroba uji dibuat dari bahan-bahan yang tertera di 

bawah ini. Sedikit modifikasi dari masing-masing bahan, 

atau media kering yang direkonstitusi, dapat dilakukan 

dengan syarat media yang dihasilkan memiliki  daya 

- 1393 -

 

 

 

 

 

menumbuhkan yang sama atau lebih baik dan 

memberi  respons kurva baku yang sama. 

    Larutkan bahan-bahan dalam air sampai  1 liter, dan 

atur pH larutan memakai  natrium hidroksida 1 N 

atau asam klorida 1 N, sampai  sesudah sterilisasi uap air 

pH media sesuai dengan yang tertera.  

 

MEDIA 1 

Pepton P    6,0 g 

Digesti pankreatik kasein    4,0 g 

Ekstrak ragi P    3,0 g 

Ekstrak daging P    1,0 g 

Dekstrosa P    1,0 g 

Air                15,0 g 

Air             1000 ml 

pH  sesudah  sterilisasi  6,6±0,1 

  

 

MEDIA 2 

Pepton P   6,0 g 

Ekstrak ragi P   3,0 g  

Ekstrak daging P   1,5 g 

Agar P               15,0 g 

Air              1000 ml 

pH  sesudah  sterilisasi 6,6±0,1 

 

 

MEDIA 3 

Pepton P    5,0 g 

Ekstrak ragi P    1,5 g 

Ekstrak daging P    1,5 g 

Natrium klorida P   3,5 g 

Dekstrosa P    1,0 g 

Kalium fosfat dibasa P   3,68 g 

Kalium fosfat monobasa P   1,32 g 

Air                         1000 ml 

pH  sesudah  sterilisasi  7,0±0,05 

 

 

 

MEDIA 4 

Sama seperti Media 2, kecuali tambahkan 1,0 g 

Dekstrosa P. 

 

 

MEDIA 5 

Sama seperti Media 2, kecuali pH  sesudah  sterilisasi 

7,9 ±0,1. 

 

 

MEDIA 8 

Sama seperti Media 2, kecuali pH  sesudah  sterilisasi 

5,9 ±0,1. 

 

 

MEDIA 9 

Digesti pankreatik kasein P              17,0 g 

Digesti papaik kedele P   3,0 g 

Natrium klorida P   5,0 g 

Kalium fosfat dibasa P   2,5 g 

Dekstrosa P    2,5 g 

Agar P                            20,0 g 

Air                            1000 ml 

pH  sesudah  sterilisasi  7,2 ± 0,1 

 

 

MEDIA 10 

Sama seperti Media 9, kecuali memakai  agar P 

12,0 g sebagai ganti 20,0 g, dan sesudah  pendidihan 

media untuk melarutkan agar, tambahkan 10 ml 

polisorbat 80 P. pH  sesudah  sterilisasi 7,2±0,1. 

 

 

MEDIA 11 

Sama seperti Media 1  kecuali pH  sesudah  sterilisasi 

8,3±0,1. 

 

 

MEDIA 13 

Dekstrosa P    20,0 g 

Pepton P    10,0 g 

Air                              1000 ml 

pH  sesudah  sterilisasi  5,6±0,1 

 

 

MEDIA 19 

Pepton P     9,4 g 

Ekstrak ragi P     4,7 g 

Ekstrak daging P     2,4 g 

Natrium klorida P               10,0 g 

Dekstrosa P                10,0 g 

Agar P                 23,5 g 

Air                           1000 ml 

pH  sesudah  sterilisasi 6,1±0,1 

 

 

MEDIA 32 

Sama seperti Media 1 kecuali tambahkan 300 mg 

mangan sulfat P. 

 

MEDIA 34 

Gliserin P    10,0 g 

Pepton P    10,0 g 

Ekstrak daging P    10,0 g 

Natrium klorida P     3,0 g 

Air                            1000 ml 

pH  sesudah  sterilisasi 7,0±0,1 

 

 

MEDIA 35 

Sama seperti Media 3, kecuali tambahkan 17,0 g agar P. 

 

 

MEDIA 36 

Digesti pankreatik kasein P  15,0 g 

Digesti papaik kedele P       5,0 g 

Natrium klorida P       5,0 g 

Agar P     15,0 g 

Air                1000 ml 

pH  sesudah  sterilisasi 7,3 ± 0,1 

- 1394 -

 

 

 

 

 

 

 

 

MEDIA 39 

Sama seperti Media 3, kecuali pH sesudah  sterilisasi 

7,9±0,1. 

 

 

MEDIA 40 

Ekstrak ragi P    20,0 g 

Polipepton P      5,0 g 

Dekstrosa P    10,0 g 

Kalium fosfat monobasa P      2,0 g 

Polisorbat 80 P       0,1 g 

Agar P     10,0 g 

Air                          1000 ml 

pH sesudah  sterilisasi 6,7±0,2.  

 

 

MEDIA 41 

Digesti pankreatik kasein P     9,0 g 

Dekstrosa P    20,0 g 

Ekstrak ragi P      5,0 g 

Natrium sitrat P    10,0 g 

Kalium fosfat monobasa P      1,0 g 

Kalium fosfat dibasa P       1,0 g 

Air                            1000 ml 

pH sesudah  sterilisasi 6,8±0,1 

 

 

Dapar Fosfat Dan Larutan Lain 

 

     Buat seperti di bawah ini atau dengan cara lain yang 

sesuai, dapar fosfat yang diperlukan untuk antibiotik 

yang ditetapkan. Dapar disterilkan sesudah  pembuatan 

dan pH yang tertera pada masing-masing yaitu  pH 

sesudah  sterilisasi. 

    Dapar Nomor 1; 1%; pH 6,0. Larutkan 2,0 g kalium 

fosfat dibasa P dan 8,0 g kalium fosfat monobasa P  

dalam  1000 ml air. Atur pH sampai  6,0±0,05 dengan 

asam fosfat 18 N atau kalium hidroksida 10 N. 

    Dapar Nomor 3; 0,1 M; pH 8,0 Larutkan 16,73 g 

kalium fosfat dibasa P dan 0,523 g kalium fosfat 

monobasa P dalam air 1000 ml. Atur pH sampai           

8,0±0,1 dengan asam fosfat 18 N atau kalium hidroksida 

10 N. 

    Dapar Nomor 4; 0,1 M; pH 4,5 Larutkan 13,61 g 

kalium fosfat monobasa P dalam 1000 ml air. Atur pH 

sampai  4,5±0,05 dengan asam fosfat 18 N atau natrium 

hidroksida 10 N. 

    Dapar Nomor 6; 10%; pH 6,0 Larutkan 20,0 g kalium 

fosfat dibasa P dan 80,0 g kalium fosfat monobasa P 

dalam 1000 ml air. Atur pH sampai  6,0±0,05 dengan asam 

fosfat 18 N atau natrium hidroksida 10 N. 

    Dapar Nomor 10; 0,2 M; pH 10,5 Larutkan 35,0 g 

kalium fosfat dibasa P dalam 1000 ml air dan tambahkan   

2 ml kalium hidroksida 10 N. Atur pH sampai  10,5±0,1 

dengan asam fosfat 18 N atau kalium hidroksida 10 N. 

    Dapar Nomor 16;  0,1 M; pH 7,0 Larutkan 13,6 g 

kalium fosfat dibasa P dan 4,0 g kalium fosfat monobasa 

P dalam 1000 ml air. Atur pH sampai  7,0±0,2 dengan 

asam fosfat  18 N atau natrium hidroksida 10 N. 

    Larutan Lain pakailah  bahan-bahan tertera pada 

Pereaksi, Indikator dan Larutan. Untuk air, pakailah  Air 

Murni; untuk natrium klorida pakailah  Injeksi Natrium 

Klorida; untuk formaldehida encer yaitu  Larutan 

Formaldehida yang diencerkan dengan air 1:3. 

 

UNIT DAN BAKU PEMBANDING 

 

    Potensi antibiotik dinyatakan dalam “unit” atau “ g” 

aktivitas. Pada biasanya  “unit” atau “ g” aktivitas 

antibiotik. Baku Pembanding Farmakope negara kita  

(BPFI) dikalibrasi terhadap baku primer antibiotik yang 

bersangkutan. Antibiotik BPFI dibuat dan diedarkan oleh 

instansi yang berwenang. 

    Pengertian ” g” aktivitas berasal dari sediaan antibiotik 

yang dipilih sebagai baku pembanding yang dianggap 

secara keseluruhan terdiri dari bahan kimia tunggal, dan 

oleh sebab  itu dinyatakan potensi 1000 “ g” per mg. 

Dalam beberapa hal, sebagai hasil pengembangan 

metode pembuatan dan pemurnian antibiotik tertentu, 

aktivitas sediaan dapat lebih dari 1000 “ g” per mg. 

sebab nya dapat dimengerti bahwa sediaan yang 

demikian memiliki  aktivitas yang setara dengan 

jumlah tertentu “ g” baku pembanding asli. namun  pada 

biasanya  “ g” aktivitas yaitu  tepat setara secara 

numerik  dengan g (bobot) sediaan murni. Kesulitan 

timbul pada beberapa keadaan seperti jika antibiotik 

terdiri dari bentuk basa bebas dan garamnya, dan “ g” 

aktivitas dinyatakan untuk salah satu dari bentuk 

ini ; bahan antibiotik terdiri dari beberapa  

komponen yang memiliki  sifat kimia yang sangat 

mirip namun  memiliki  aktivitas antibiotik yang 

berbeda; atau potensi dari satu kelompok antibiotik 

dinyatakan dengan baku pembanding yang merupakan 

salah satu antibiotik anggotanya, namun  sediaan itu 

sendiri dapat tidak serba sama (heterogen). Dalam hal ini 

“ g” aktivitas dinyatakan dalam “unit”. “ g” aktivitas 

harus tidak dianggap sama dengan g (bobot) dari bahan 

antibiotik. 

 

PENYIAPAN BAKU 

 

    Untuk menyiapkan larutan persediaan, larutkan 

beberapa  baku pembanding antibiotik yang ditimbang 

saksama dan sebelumnya telah dikeringkan seperti 

tertera pada Tabel 1, atau seluruh isi satu vial, jika 

diperlukan, dalam pelarut seperti tertera pada tabel 

ini , lalu  encerkan sampai  kadar yang 

dikehendaki. Simpan dalam lemari pendingin dan 

pakailah  dalam waktu yang ditentukan. Pada hari 

penetapan, buat pengenceran dari larutan persediaan         

5 atau lebih larutan untuk pengujian dengan kadar 

bertahap, biasanya  dengan perbandingan 1:1,25 untuk 

penetapan dengan procedure  Lempeng-Silinder atau lebih 

kecil untuk penetapan turbidimetri. pakailah  pengencer 

akhir yang dinyatakan dan urutan kadar dengan dosis 

tengah yang ditentukan. 

- 1395 -

 

 

 

 

 

 

TABEL 1 

PENYIAPAN LARUTAN PEMBANDING PERSEDIAAN DAN PENGENCERANNYA 

 

 

Antibiotik dan cara 

penetapan [Cara Lempeng 

(CL) atau turbidimetri (T)] 

Larutan persediaan Enceran uji 

Pelarut awal (Kadar  awal yang 

ditetapkan sebelumnya) [pengencer 

selanjutnya bila berbeda] 

Kadar 

persediaan 

akhir per ml 

Batas waktu 

pemakaian  

Pengencer akhir Dosis tengah 

( g aktivitas 

atau unit per ml) 

Amfoterisin B (CL) Dimetil sulfoksida 1 mg hari yang sama D.10 1,0  g 

Amikasin (T) Air 1 mg  14 hari Air 10    g 

Bleomisin (CL) D.16 2 U 14 hari D.16 0,04 U 

Demeklosiklin (T) Asam klorida 0,1 N 1 mg 4 hari Air 0,1 g 

Dihidrostreptomisin (CL) D.3 1 mg 30 hari D.3 1,0 g 

Dihidrostreptomisin (T) Air 1 mg 30 hari Air 30 g 

Doksisiklin (T) Asam klorida 0,1 N 1 mg 5 hari Air 0,1 g 

Eritromisin (CL) Metanol (10 mg/ml); [D.3] 1 mg 14 hari D.3 1,0 g 

Gentamisin (CL) D.3 1 mg 30 hari D.3 0,1 g 

Gramisidin (T) Alkohol 95% 1 mg  30 hari Alkohol 95% 0,04 g 

Kanamisin (T) Air 1 mg 30 hari Air 10 g 

Kandisidin (T) Dimetilsulfoksida 1 mg hari yang sama Air 0,06 g 

Kapreomisin (T) Air 1 mg 7 hari Air 100 g 

Karbenisilin (CL) D.1 1 mg 14 hari D.1 20 g 

Kloksasilin (CL) D.1 1 mg 7 hari D.1 5,0 g 

Kloramfenikol (T) Alkohol (10 mg/ml); [Air] 1 mg 30 hari Air 2,5 g 

Klortetrasiklin (T) Asam klorida 0,01 N 1 mg 4 hari Air 0,06 g 

Kolistin (CL) Air (10 mg/ml);[D. 6] 1 mg 14 hari D.6 1,0 g 

Metasiklin (T) Air 1 mg 7 hari Air 0,06 g 

Nafsilin (CL) D.1 1 mg 2 hari D.1 2,0 g 

Natamisin (CL) Dimetil sulfoksida 1 mg hari yang sama D.10 5,0 g 

Natrium kolistimetat (CL) Air (10 mg/ml); [D.6] 1 mg hari yang sama D.6 1,0 g 

Neomisin (CL) D.3 1 mg 14 hari D.3 1,0 g 

Neomisin (T) D.3 100 g 14 hari D.3 1,0 g 

Netilmisin (CL) D.3 1 mg  7 hari D.3 0,1 g 

Nistatin (CL) Dimetilformamida 1000 U hari yang sama D.6 20 U 

Novobiosin (CL) Alkohol (10 mg/ml); [D.3] 1 mg 5 hari D.6 0,5 g 

Oksitetrasiklin (T) Asam klorida 0,1 N 1 mg 4 hari Air 0,24 g 

Paromomisin (CL) D.3 1 mg 21 hari D.3 1,0 g 

Penisilin G (CL) D.1 1000 U 4 hari D.1 1,0 g 

Polimiksin B (CL) Air; [D.6] 10.000 U 14 hari D.6 10 U 

Rolitetrasiklin (T) Air  1 mg 1 hari Air 0,24 g 

Sefalotin (CL) D.1 1 mg 5 hari D.1 1,0 g 

Sefapirin (CL) D.1 1 mg 3 hari D.1 1,0 g 

Sikloserin (T) Air  1 mg 30 hari Air 50 g 

Sisomisin (CL) D.3 1 mg 14 hari D.3 0,1 g 

Streptomisin (T) Air 1 mg 30 hari Air 30 g 

Tetrasiklin T) Asam klorida 0,1 N 1 mg 1 hari Air 0,24 g 

Tikarsilin (CL) D.1 1 mg 1 hari D.1 5,0 g 

Tiostrepton (T) Dimetilsulfoksida 1 U hari yang sama Dimetil sulfoksida 0,80 U 

Tobramisin (T) Air 1 mg 14 hari Air 2,5 g 

Troleandomisin (T) Isopropil alkohol – air (4:1) 1 mg hari yang sama Air 25 g 

Tilosin (T) Metanol (10 mg/ml); [D.16] 1 mg 30 hari D.3:Metanol (1:1) 4 g 

Vankomisin (CL) Air 1 mg 7 hari D.4 10 g 

Zink Basitrasin (CL) Asam klorida 0,01 N 100 U hari yang sama D.1 1,0 U 

Catatan: “D” menyatakan “dapar” diikuti nomor sesuai dengan yang tertera pada dapar kalium fosfat.  

Untuk amfoterisin B, natrium kolistimetat  dan nistatin, buat larutan baku pembanding dan larutan uji secara bersamaan. 

Untuk amfoterisin B, encerkan selanjutnya larutan persediaan dengan dimetil sulfoksida P sampai  diperoleh kadar 12,8; 16; 20; 25 dan 31,2 g 

per ml pada saat menjelang membuat larutan uji. Enceran larutan uji harus mengandung beberapa  yang sama dimetil sulfoksida P seperti pada 

enceran larutan baku pembanding. 

Untuk zink basitrasin, tiap enceran Larutan Baku harus mengandung asam klorida P beberapa  sama dengan Enceran larutan uji. 

Untuk neomisin yang ditetapkan dengan cara Turbidimetri, encerkan secara kuantitatif Larutan persediaan 100 g per ml dengan Dapar nomor 

3 sampai  diperoleh larutan dengan kadar setara 25,0 g per ml. Ke dalam labu tentukur 50 ml yang terpisah, masukkan masing-masing 1,39; 

1,67; 2,00; 2,40; dan 2,88 ml larutan ini, tambahkan 5,0 ml asam klorida 0,01 N pada tiap labu  dan encerkan dengan Dapar nomor 3 sampai 

tanda, sampai  diperoleh kadar neomisin larutan 0,69; 0,83; 1,0; 1,2; 1,44 g per ml. pakailah  larutan ini untuk membuat garis respons baku. 

Untuk Nistatin, encerkan selanjutnya larutan persediaan dengan dimetil formamida sampai  diperoleh kadar 256 unit, 320 unit, 400 unit, 500 unit 

dan 624 unit per ml pada saat menjelang membuat pengenceran Larutan uji. Buat Larutan baku untuk garis respons bersamaan dengan 

pengenceran larutan uji. Enceran larutan uji harus mengandung beberapa  yang sama dimetilformamida seperti pada larutan baku. pakailah  

peralatan kaca aktinik rendah warna merah. 

Untuk Polimiksin B, buat larutan persediaan dengan menambahkan 2 ml air untuk tiap 5 mg bahan baku pembanding.  

- 1396 -

 

 

 

 

 

 

 

TABEL 2 

MIKROBA UJI UNTUK PENETAPAN ANTIBIOTIK DENGAN procedure  SEPERTI  

TERTERA PADA TABEL 1 

 

Antibiotik Mikroba uji Nomor ATCC 

Amfoterisin B Saccharomyces cerevisiae 9763 

Amikasin Staphylococcus aureus 29737 

Basitrasin Micrococcus luteus 10240 

Bleomisin Mycobacterium smegmatis 607 

Demeklosiklin Staphylococcus aureus 29737 

Dihidrostreptomisin (CL) Bacillus subtilis 6633 

Dihidrostreptomisin (T) Klebsiella pneumoniae 10031 

Doksisiklin Staphylococcus aureus 29737 

Eritromisin Micrococcus luteus 9341 

Gentamisin Staphylococcus epidermidis 12228 

Gramisidin Enterococcus hirae 10541 

Kanamisin Staphylococcus aureus 29737 

Kandisidin Saccharomyces cerevisiae 9763 

Kapreomisin Klebsiella pneumoniae 10031 

Karbenisilin Pseudomonas aeruginosa 25619 

Kloksasilin Staphylococcus aureus 29737 

Kloramfenikol Escherichia coli 10536 

Klortetrasiklin Staphylococcus aureus 29737 

Kolistin Bordetella bronchiseptica 4617 

Metasiklin Staphylococcus aureus 29737 

Nafsilin Staphylococcus aureus 29737 

Natrium kolistimetat Bordetella bronchiseptica 4617 

Neomisin (CL) Staphylococcus epidermidis 12228 

Neomisin (T) Klebsiella pneumoniae 10031 

Netilmisin Staphylococcus epidermidis 12228 

Nistatin Saccharomyces cerevisiae 2601 

Novobiosin  Staphylococcus epidermidis 12228 

Oksitetrasiklin Staphylococcus aureus 29737 

Paramomisin Staphylococcus epidermidis 12228 

Penisilin G Staphylococcus aureus 29737 

Polimiksin B Bordetella bronchiseptica 4617 

Rolitetrasiklin Staphylococcus aureus 29737 

Sefalotin Staphylococcus aureus 29737 

Sefapirin Staphylococcus aureus 29737 

Sikloserin Staphylococcus aureus 29737 

Sisomisin Staphylococcus epidermidis 12228 

Spektinomisin Escherichia coli 10536 

Streptomisin (T) Klebsiella pneumoniae 10031 

Tetrasiklin Staphylococcus aureus 29737 

Tilosin Staphylococcus aureus 9144 

Tiostrepton (T) Enterococcus hirae 10541 

Tobramisin Staphylococcus aureus 29737 

Troleandomisin Klebsiella pneumoniae 10031 

Vankomisin Bacillus subtilis 6633 

 

 

- 1397 -

 

 

 

 

 

PENYIAPAN SAMPEL 

 

    Dari informasi yang ada untuk penyiapan sediaan yang 

akan diuji (contoh), berikan potensi perkiraan tiap satuan 

bobot atau volume dan berdasarkan perkiraan ini, pada 

hari penetapan buat larutan persediaan serta enceran 

larutan uji seperti tertera pada setiap antibiotik dengan 

pengencer akhir yang sama seperti untuk baku 

pembanding. Penetapan memakai  5 tingkat dosis 

baku, memerlukan hanya 1 tingkat dosis sampel  pada 

kadar perkiraan sama dengan tingkat dosis tengah baku. 

 

MIKROBA DAN INOKULA 

Mikroba Uji 

 

    Mikroba uji untuk tiap antibiotik tertera pada Tabel 2 

beserta nomor identifikasi American Type Culture 

Collection (ATCC) yang bersangkutan. Metode penetapan 

dengan mikroba uji ini  tertera pada Tabel 1. Pelihara 

biakan pada media agar miring dengan kondisi inkubasi 

seperti tertera pada Tabel 3 dan pindahkan setiap minggu 

pada agar miring yang baru. Untuk Klebsiella 

pneumoniae pakailah  biakan tidak berkapsul. Untuk 

Enterococcus hirae dapat dipakai  biakan tusukan 

(“stab cultures”). 

Penyiapan Inokula 

 

    Untuk persiapan penetapan, lepaskan biakan segar 

mikroba dari agar miring atau biakan lain dalam 3 ml 

natrium klorida P dan butiran kaca steril.  

Inokulasikan ke permukaan 250 ml media agar seperti 

tertera pada Tabel 3 dalam sebuah botol Roux, kecuali 

untuk Enterococcus hirae dan Staphylococcus aureus 

(ATCC 9144), dibiakkan dalam media cair. Sebarkan 

suspensi secara merata ke atas permukaan agar dengan 

bantuan butiran kaca steril dan inkubasikan pada suhu yang 

ditetapkan selama waktu tertentu. Pada akhir periode 

inkubasi, buat suspensi persediaan dengan mengumpulkan 

biakan ke dalam 50 ml larutan natrium klorida P 0,9% steril, 

kecuali untuk bleomisin (pakailah  50 ml Media 34). 

    Tetapkan dengan percobaan, jumlah suspensi 

persediaan yang dimasukkan untuk Inokula, dimulai 

dengan volume yang tertera pada Tabel 3. Percobaan 

harus diinkubasikan sesuai waktu yang tertera pada 

Metode Turbidimetri di bagian procedure . Sesuaikan 

jumlah Inokula pada kebutuhan perhari, jika dibutuhkan, 

untuk mendapatkan suatu hubungan dosis-respon yang 

optimum dari  jumlah pertumbuhan mikroba uji di dalam 

tabung dan lama waktu inkubasinya. Pada saat periode 

inkubasi selesai sesuai dengan yang tertera pada Metode 

Turbidimetri di bagian procedure , tabung yang 

mengandung dosis tengah dari Larutan Baku harus 

memiliki serapan paling sedikit 0,3; kecuali untuk 

amikasin, klortetrasiklin, gramisidin, dan tetrasiklin 

(serapannya 0,35), dan kapreomisin, metasiklin, dan 

tobramisin (serapannya 0,4). 

Untuk penetapan dengan cara Lempeng-Silinder 

tetapkan dengan percobaan untuk mengatur jumlah 

suspensi persediaan yang dimasukkan untuk inokula, 

dimulai dengan volume yang tertera pada Tabel 3 sampai  

menghasilkan batas daerah hambatan yang memuaskan 

dengan diameter lebih kurang 14 - 16 mm dan 

memberi  suatu hubungan dosis yang reprodusibel. 

Buat inokula dengan menambahkan beberapa  suspensi 

persediaan ke dalam media agar yang telah dicairkan dan 

didinginkan sampai  suhu 45° - 50°, putar sampai  

diperoleh suspensi homogen. 

 

TABEL 3 

PENYIAPAN INOKULA 

 

Mikroba uji & (Nomor ATCC) 

Kondisi Inkubasi Komposisi inokula yang 

dianjurkan  

 

Antibiotik yang ditetapkan 

Media Suhu (°) Waktu 

(jam) 

Media Jumlah (ml 

per 100 ml) 

Bacillus subtilis (6633) 32 

 

32-35 

 

5 hari 

 

** 

** 

Dihidrostreptomisin,   

Vankomisin  

Bordetella bronchiseptica (4617) 1 32-35 24 10 0,1 Natrium kolistimetat, Kolistin, Polimiksin B 

Escherichia coli (10536) 1 32-35 24 3 0,7 Kloramfenikol 

Klebsiella pneumoniae (10031) 1 36 - 37,5 16 - 24 3 

 

39 

0,05 

0,1 

Kapreomisin 

Streptomisin,Troleandomisin,Dihidrostreptomisin  

Neomisin  

Micrococcus luteus (9341) 1 32-35 24 11 1,5 Eritromisin 

Micrococcus luteus (10240) 1 32-35 24 1 0,3 Basitrasin 

Mycobacterium smegmatis (607) 36 36 – 37,5 48 35 1,0 Bleomisin 

Pseudomonas aeruginosa (25619) 1 36 – 37,5 24 10 0,5 Karbenisilin 

Saccharomyces cerevisiae (9763) 19 29 - 31 48 13 

19 

0,2 

1,0 

Kandisidin 

Amfoterisin B 

Saccharomyces cerevisiae (2601) 19 29 – 31 48 19 1,0 Nistatin 

Staphylococcus aureus (9144) 3 35 - 39 16-18 39 2-3 Tilosin 

- 1398 -

 

 

 

 

 

 

 

Mikroba uji & (Nomor ATCC) 

Kondisi Inkubasi Komposisi inokula yang 

dianjurkan  

 

Antibiotik yang ditetapkan 

Media Suhu (°) Waktu 

(jam) 

Media Jumlah (ml 

per 100 ml) 

Staphylococcus aureus (29737) 1 32 - 35 24 1 

 

0,1 

0,3 

1,0 

0,1 

 

0,2 

0,4 

0,15 

Sefalotin, Sefapirin, Kloksasilin 

Nafsilin 

Penisilin G 

Amikasin, Klortetrasiklin, Demeklosiklin, 

Doksisiklin, Metasiklin, Oksitetrasiklin, 

Rolitetrasiklin, Tetrasiklin 

Kanamisin 

Sikloserin 

Tobramisin  

Staphylococcus epidermidis 

(12228) 

1 32 - 35 24 11 

11 

11 

11 

0,25 

4,0 

0,03 

0,4 

2,0 

Netilmisin 

Novobiosin  

Gentamisin, Sisomisin 

Neomisin 

Paromomisin 

Enterococcus hirae (10541) 3 

40 

36 – 37,5 

36 – 37,5 

16 – 18 

18 - 24 

41 

1,0 

0,2 

Gramisidin 

Tiostrepton 

** Seperti yang disyaratkan. 

[Catatan  Pada penetapan Karbenisin untuk Pseudomonas aeruginosa (ATCC 25619), pakailah  0,5 ml dari pengenceran 1:25 dari larutan stok suspensi 

per 100 ml Medium 10.]. 

 

 

CARA PENGUJIAN 

Desain Penetapan 

 

    Penetapan secara mikrobiologi memperoleh presisi 

yang meyakinkan melalui pemisahan sumber-sumber 

penyebab kesalahan potensial serta bias yang relatif besar 

dengan memakai  desain penetapan yang sesuai. Pada 

penetapan dengan metode Lempeng-Silinder, 

perbandingan pokok dibatasi pada hubungan pengukuran 

diameter hambatan antar cawan, tidak termasuk variasi di 

antara cawan pada penyiapannya dan penanganan 

berikutnya. Untuk melaksanakan penetapan dengan 

turbidimetri sesampai  perbedaan kekeruhan yang diamati  

akan menggambarkan perbedaan kadar antibiotik, 

diperlukan keseragaman suhu tabung melalui pengendali 

termostatik dalam inkubator dan penghindaran bias 

sistematik dengan penempatan tabung secara acak dalam 

rak terpisah, tiap rak terdiri dari satu set perlakuan yang 

lengkap. Perbandingan pokok lalu  dibatasi pada 

hubungan antara kekeruhan yang diamati pada tiap rak. 

    [Catatan: Untuk beberapa tujuan, desain penetapan 

diatur sedemikian rupa sampai  tiap satu set perlakuan 

terdiri dari tidak kurang dari 3 tabung untuk tiap kadar 

sampel dan kadar baku, dan tiap set ditempatkan dalam 

satu rak.]  

    Dengan pembatasan ini, dianjurkan memakai  

desain penetapan satu tingkat dosis dengan suatu kurva 

baku. Pada penetapan dengan kurva baku, buat 

pengenceran larutan sebanyak 5, 6 atau lebih, diantaranya  

satu kadar sesuai dengan kadar acuan (S3) baku dan 

larutan uji dengan satu tingkat dosis tengah seperti tertera 

pada Penyiapan Larutan Baku dan Sediaan Uji. Suatu 

penetapan dipandang sebagai penetapan pendahuluan jika 

potensi yang dihitung kurang dari 80% atau lebih dari 

125% dari yang diperkirakan pada penyiapan larutan uji 

persediaan. Dalam hal ini, tentukan potensi perkiraan 

yang sesuai dan ulangi penetapan. 

    Penetapan potensi secara mikrobiologi dipengaruhi 

oleh variabel antar-penetapan dan intra-penetapan, 

sesampai  diperlukan dua atau lebih penetapan yang 

berdiri sendiri untuk perkiraan potensi yang dapat 

dipercaya dari penetapan sediaan tertentu atau sediaan uji. 

Penetapan diawali dengan pembuatan terpisah larutan 

persediaan dan pengenceran baik baku maupun sediaan 

uji, ulangi penetapan sediaan uji pada hari yang berbeda. 

Jika potensi perkiraan pada penetapan kedua berbeda 

secara menonjol  dari yang pertama, ditunjukkan oleh 

kesalahan baku terhitung, maka lakukan satu atau lebih 

penetapan tambahan. Gabungan hasil suatu seri kecil 

penetapan yang berdiri sendiri dalam sebaran beberapa 

hari merupakan perkiraan potensi yang lebih dipercaya 

daripada satu penetapan yang besar dengan jumlah 

keseluruhan cawan atau tabung yang sama. 

 

Metode Lempeng-Silinder 

 

    Untuk mempersiapkan penetapan memakai  cawan 

Petri, tuang 21 ml Media 2 ke dalam masing-masing 

beberapa  cawan yang diperlukan, dan biarkan memadat 

sebagai lapisan dasar yang licin dengan ketebalan 

seragam, kecuali untuk amfoterisin B dan nistatin, tidak 

dipakai  lapisan dasar yang terpisah. Untuk  eritromisin, 

entamisin, neomisin B, paromomisin, dan sisomisin 

pakailah  Media 11. Untuk bleomisin, pakailah  10 ml 

Media 35. Untuk dihidrostreptomisn pakailah  Media 5.  

Untuk vankomisin, pakailah  10 ml Media 8. Untuk 

karbenisilin, natrium kolistimetat, kolistin, dan polimiksin 

B, pakailah  Media 9. Untuk netilmisin, pakailah  20 ml  

Media 11. Tambahkan 4 ml lapisan inokula (lihat 

Penyiapan Inokula dan Tabel 3), buat seperti tertera untuk 

masing-masing antibiotik, kecuali untuk bleomisin 

(pakailah  6 ml), untuk netilmisin (pakailah  5 ml), untuk 

nistatin dan amfoterisin B (pakailah  8 ml), putarkan cawan 

untuk menyebar-ratakan inokula pada permukaan dan 

biarkan memadat. Jatuhkan 6 buah silinder pada permukaan 

 

 

- 1399 -

 

 

 

 

 

yang telah diinokulasi dari ketinggian 12 mm, 

memakai  alat mekanik atau alat lain untuk menjamin 

penempatannya pada radius 2,8 cm, lalu  tutup cawan 

untuk mencegah kontaminasi. sesudah  ke-6 silinder pada 

tiap cawan Petri diisi dengan enceran larutan antibiotik 

seperti tertera di bawah ini, inkubasi cawan pada suhu 32° - 

35°, atau pada suhu seperti tertera di bawah ini sesuai 

dengan masing-masing antibiotik selama 16 - 18 jam. 

Ambil semua silinder, ukur dan catat diameter tiap 

hambatan pertumbuhan sampai  mendekati 0,1 mm. 

Inkubasi cawan pada suhu 29° - 31º untuk amfoterisin B 

dan nistatin. Inkubasi  novobiosin pada suhu 34° - 36°. 

Inkubasi pada suhu 36° - 37,5° untuk Karbenisilin, natrium 

kolistimetat, kolistin, dihidrostreptomisin, gentamisin, 

neomisin, netilmisin, paromomisin, polimiksin B, 

sisomisin, dan vankomisin.  

    Pada penetapan 1 tingkat dosis dengan kurva baku, buat 

pengenceran dengan 5 tingkat dosis baku (S1 - S5) dan satu 

tingkat dosis uji (U3) yang sesuai dengan S3  kurva baku, 

seperti tertera pada Penyiapan Baku dan Penyiapan 

Sampel Uji. Untuk memperoleh kurva baku, isi silinder 

selang-seling pada tiap 3 cawan dengan dosis tengah baku 

(S3) dan tiap silinder dari 9 silinder sisanya dengan satu 

dari empat pengenceran larutan baku. Lakukan hal yang 

sama untuk 3 pengenceran baku lainnya. Untuk tiap 

sediaan uji, isi silinder selang-seling pada tiap 3 cawan 

dengan dosis tengah baku (S3) dan 9 silinder sisa dengan 

enceran larutan uji yang sebanding (U3). 

 

Metode Turbidimetri 

 

    Pada hari penetapan, siapkan dosis yang diperlukan 

dengan mengencerkan larutan persediaan baku dan tiap 

larutan uji seperti tertera pada Penyiapan Baku dan 

Penyiapan Sampel. Tambahkan 1 ml tiap dosis, kecuali 

untuk gramisidin, tiostrepton, dan tilosin (pakailah         

0,10 ml) pada masing-masing 3 tabung reaksi yang telah 

disiapkan dan tempatkan 3 replikat tabung dengan posisi 

secara acak pada rak tabung. Secara bersamaan letakkan 

pada tiap rak 1 tabung atau 2 tabung kontrol yang berisi  

1 ml pengencer  tanpa antibiotik  (lihat Tabel 1) . sesudah  

selesai semua pengisian larutan (untuk kandisidin dalam 

waktu 30 menit ketika air ditambahkan pada Larutan 

persediaan metilsulfoksida ), tambahkan 9,0 ml inokula 

ke dalam tiap tabung pada rak dan sesudah  lengkap 

pengisian rak segera ditempatkan dalam inkubator atau 

tangas air dengan suhu yang dipertahankan pada          

36° - 37,5° kecuali untuk kandisidin (inkubasi pada suhu 

27° - 29°). Inkubasi tabung selama 4 - 5 jam, kecuali 

untuk kapreomisin, kloramfenikol, sikloserin, 

dihidrostreptomisin, spektinomisin, streptomisin, dan 

troleandomisin (inkubasi selama 3 - 4 jam), tilosin 

(inkubasi selama 3 - 5 jam), dan kandisidin (inkubasi 

selama 16 - 18 jam). sesudah  inkubasi, tambahkan 0,5 ml 

larutan formaldehida encer ke dalam tiap tabung, kecuali 

untuk tilosin (panaskan rak di dalam tangas air pada suhu 

80° - 90° selama 2 - 6 menit atau di dalam tangas uap 

selama 5 - 10 menit, dan biarkan sampai suhu kamar), 

ambil satu rak sekaligus, dan ukur transmitans atau 

serapannya dengan spektrofotometer yang sesuai pada 

530 nm atau 580 nm (lihat Spektrofotometer pada bagian 

Peralatan). 

    Pada penetapan 1 tingkat dosis dengan kurva baku, 

buat pengenceran sampai  5 tingkat dosis larutan baku (S1 

sampai S5) dan satu tingkat dosis larutan uji (U3) dari tiap 

sediaan sampai dengan 20 sediaan uji yang sama dengan 

S3 baku. Buat juga satu S3 tambahan sebagai uji 

pertumbuhan. Tambahkan 1 ml masing-masing larutan 

uji, kecuali untuk gramisidin, tiostrepton, dan tilosin 

(pakailah  0,10 ml).  pada 3 tabung dan 1 ml pengencer 

bebas antibiotik pada 6 tabung sebagai kontrol. Letakkan 

secara acak satu set lengkap, termasuk 2 tabung kontrol 

pada satu rak tabung. Tambahkan 9,0 ml inokula,  kecuali 

untuk tiostrepton (pakailah  10,0 ml inokula),    

inkubasikan, tambahkan 0,5 ml formaldehida encer dan 

akhiri penetapan di atas. Tetapkan masa inkubasi yang 

pasti dengan mengamati pertumbuhan pada kadar rujukan 

(dosis tengah) pengenceran baku (S3). 

 

CARA PERHITUNGAN 

 

    Untuk menghitung potensi dari data yang diperoleh 

dengan metode lempeng silinder atau turbidimetri 

lakukan seperti tertera pada Potensi hasil interpolasi dari 

kurva baku seperti tertera pada Desain dan analisa  

Penetapan Hayati <81>, memakai  metode garis 

lurus transformasi log dengan procedure  penyesuaian 

kuadrat terkecil dan uji linieritas. Bila beberapa  

penetapan dari bahan uji yang sama dilakukan 

memakai  kurva baku yang sama, hitung koefisien 

variasi dari hasil semua penetapan bahan uji. Bila lebih 

dari satu penetapan dilakukan untuk bahan uji dengan 

kurva baku yang berbeda, buat rata-rata dari dua atau 

lebih nilai potensi. 

 

 

PENETAPAN POTENSI FRAKSI FAKTOR 

VIII <141>  

 

 Potensi fraksi faktor VIII ditetapkan dengan 

membandingkan jumlah yang diperlukan untuk 

mengurangi waktu jendal campuran uji yang 

mengandung semua zat yang berperan dalam penjendalan 

darah, dengan beberapa  sediaan baku yang diperlukan 

untuk menimbulkan efek sama dalam kondisi metode 

penetapan yang sesuai. Metode tahap tunggal dapat 

dipakai  jika memberi  hasil yang tidak berbeda 

bermakna, memakai  sediaan baku, dengan 

memperhatikan ketelitian metode. 

    Baku pembanding Faktor Koagulasi VIII Darah 

Manusia BPFI. 

    Metode Rekonstitusi seluruh isi satu ampul Faktor 

Koagulasi VIII Darah Manusia BPFI dengan 1 ml air, 

pakailah  segera. Ke dalam Faktor Koagulasi VIII Darah 

Manusia BPFI yang telah direkonstitusi dan sediaan uji 

tambahkan Dapar imidazol pH 7,3 secukupnya sampai  

kadar antara 0,5 dan 2 unit per ml; larutan stabil selama 

15 menit pada suhu 20º. Buat 3 pengenceran dengan 

saksama berturut-turut berkelipatan dua dalam rentang (1 

- 1400 -

 

 

 

 

 

 

dalam 16) sampai (1 dalam 256) memakai  campuran 

1 bagian volume larutan trinatrium sitrat P 3,8% dan      

5 bagian volume larutan natrium klorida P 0,9% sampai  

waktu jendal antara 17 detik dan 35 detik, pakailah  

segera. Masukkan ke dalam 6 tabung (75 mm x 10 mm) 

masing-masing 0,1 ml Larutan faktor jendal V, Pereaksi 

fosfolipida dan Pereaksi serum normal. Ke dalam tabung 

pertama, tambahkan 0,1 ml larutan baku pengenceran 

tertinggi, tempatkan tabung dalam tangas air pada suhu 

37º, tambahkan 0,1 ml kalsium klorida 0,05 M dan mulai 

hitung waktu memakai  penghitung detik. Menit 

berikutnya tambahkan 0,1 ml larutan baku pengenceran 

tertinggi kedua ke dalam tabung kedua, tempatkan tabung 

ke dalam tangas air dan tambahkan 0,1 ml kalsium 

klorida 0,05 M pada saat 1 menit memakai  

penghitung detik. Ulangi procedure  untuk larutan baku 

pengenceran terendah dan larutan uji pengenceran 

tertinggi sampai terendah sampai  kalsium klorida 

ditambahkan pada saat 2 menit, 3 menit, 4 menit dan        

5 menit masing-masing memakai  penghitung detik. 

    Siapkan 12 tabung kaca masing-masing mengandung 

0,2 ml kalsium klorida 0,025 M dan tabung selanjutnya 

mengandung 3 ml Plasma substrat. Masukkan dalam 

tangas air pada suhu 37º. Pada saat 14 menit 40 detik 

dengan penghitung detik, masukkan 0,1 ml campuran dari 

tabung inkubasi pertama ke dalam satu tabung yang 

mengandung 0,2 ml larutan kalsium klorida P dan 

campur. Pada saat 15 menit, tambahkan 0,2 ml Plasma 

substrat hangat dan memakai  penghitung detik 

kedua, catat sebagai waktu jendal, interval antara 

penambahan Plasma substrat dan indikasi pertama 

terbentuknya fibrin yang dapat dilihat secara visual atau 

dengan alat mekanik. Ulangi procedure  memakai  

tabung inkubasi lain pada interval 1 menit dan lakukan 

penetapan seri kedua pada saat 21 - 26 menit. Periode 

inkubasi diatur sampai  waktu jendal dari penetapan yang 

berkaitan dalam dua seri tidak berbeda lebih dari 5%, dan 

menampilkan  pembentukan aktivator protrombin plato 

stabil telah tercapai. Untuk memastikan tidak ada  

cemaran bermakna dari pereaksi dengan faktor jendal 

VIII, lakukan penetapan blangko dengan cara larutan uji 

diganti dengan beberapa  setara campuran 1 bagian 

volume larutan trinatrium sitrat P 3,8% dan 5 bagian 

volume larutan natrium klorida P 0,9%. Hasil penetapan 

tidak absah jika waktu jendal yang dicatat dalam 

penetapan blangko kurang dari 40 detik. Hitung hasil 

penetapan memakai  metode statistik baku. 

 

 Pereaksi 

 Larutan faktor jendal V Larutan faktor jendal V 

dibuat dengan metode di bawah ini atau dengan metode 

lain dengan meniadakan faktor VIII. Buat dari plasma 

segar sapi beroksalat dengan fraksinasi pada suhu 4º 

dengan larutan jenuh amonium sulfat P yang dibuat pada 

suhu 4º. pakailah  fraksi yang mengendap pada kejenuhan 

antara 38% dan 50% (mengandung faktor jendal V tidak 

tercemar dengan faktor jendal VIII secara bermakna), 

dialisa untuk menghilangkan amonium sulfat dan 

encerkan dengan larutan natrium klorida P 0,9% sampai  

diperoleh larutan yang mengandung antara 10 dan 20 % 

jumlah faktor jendal V yang ada  dalam plasma segar 

normal manusia. 

    Tetapkan kandungan faktor jendal V dalam larutan 

dengan cara sebagai berikut: Buat dua pengenceran dalam 

Dapar imidazol pH 7,3 yang mengandung 1 bagian 

volume larutan uji dalam 10 bagian volume dan 20 

bagian volume. Lakukan uji pada tiap pengenceran 

sebagai berikut: Campur masing-masing 0,1 ml Plasma 

substrat kekurangan faktor jendal V, enceran larutan uji, 

ekstrak trombokinase dan kalsium klorida 0,025 M. Catat 

sebagai waktu jendal, interval antara penambahan larutan 

kalsium klorida dan indikasi pertama terbentuk fibrin 

yang dapat dilihat secara visual atau dengan alat mekanik. 

    Dengan cara yang sama lakukan penetapan waktu 

jendal rangkap dua, untuk 4 pengenceran dari kumpulan 

plasma normal manusia dalam Dapar imidazol pH 7,3 

yang masing-masing mengandung 1 bagian volume 

dalam 10 bagian volume (setara dengan 100% faktor 

jendal V), 50 bagian volume (20%), 100 bagian volume 

(10%) dan 1000 bagian volume (1%). 

    Untuk menghitung hasil waktu jendal, buat rata-rata 

waktu jendal untuk setiap pengenceran plasma manusia 

pada kertas grafik log putaran ganda terhadap kesetaraan 

persentase faktor jendal V dan baca persentase faktor 

jendal V untuk dua pengenceran dari Larutan faktor 

jendal V dengan cara interpolasi kurva. Rata-rata dari dua 

hasil yang diperoleh sebagai persentase faktor jendal V 

dalam larutan. 

    Pereaksi serum normal Kumpulkan darah normal 

manusia dalam botol kaca kering steril, inkubasi pada 

suhu 37º selama 3 jam, biarkan pada suhu 4º selama 

semalam, pisahkan serum, beku keringkan dan simpan 

dalam desikator hampa udara di atas fosfor pentoksida P. 

Larutkan beberapa  serum kering yang dihitung diperoleh 

dari 1 ml serum dalam Dapar imidazol pH 7,3 

secukupnya sampai  10 ml dan biarkan pada suhu 4º 

selama 24 - 36 jam.       

    Otak lembu jantan yang dikeringkan dengan aseton 

Potong otak segar lembu jantan yang sebelumnya telah 

dibebaskan dari pembuluh darah dan jaringan ikat 

menjadi bagian kecil. Masukkan ke dalam aseton P untuk 

dehidrasi awal. Sempurnakan dehidrasi dengan cara 

menumbuk beberapa  30 g bahan di dalam mortir 

beberapa kali berturut-turut dengan 75 ml aseton P di 

dalam mortir, beberapa kali berturut-turut sampai 

diperoleh serbuk kering sesudah  penyaringan. lalu  

keringkan pada suhu 37º selama 2 jam sampai  semua sisa 

aseton menguap.  

    Fosfolipida Cuci beberapa  otak manusia normal atau 

otak sapi dan bebaskan dari selaput otak dan pembuluh 

darah dan maserasi dalam alat pencampur yang sesuai. 

Timbang 1000 - 1300 g maserat dan ukur volume (v ml). 

Ekstraksi tiga kali, tiap kali dengan 4 kali v ml aseton P, 

saring dengan diisap dan keringkan endapan pada suhu 

37º selama semalam. Ekstraksi endapan kering dua kali, 

tiap kali dengan 2 kali v ml campuran 2 bagian volume 

eter minyak tanah P (jarak didih 30º - 40º) dan 3 bagian 

volume eter minyak tanah P (jarak didih 40º - 60º), saring 

masing-masing ekstrak melalui kertas saring yang 

sebelumnya telah dicuci dengan campuran eter minyak 

- 1401 -

 

 

 

 

 

tanah. Kumpulkan ekstrak dan uapkan sampai kering 

pada suhu 45º pada tekanan tidak lebih dari 5 mmHg. 

Larutkan sisa dalam 0,2 v ml eter P dan biarkan pada 

suhu 4º sampai  terbentuk endapan. Sentrifus dan uapkan 

beningan di bawah pengurangan tekanan sampai  volume 

lebih kurang 100 ml per kg dari maserat asal. Biarkan 

pada suhu 4º sampai  terbentuk endapan (12 - 24 jam) dan 

sentrifus. Ke dalam beningan tambahkan 5 bagian 

volume aseton P, sentrifus, buang beningan, keringkan 

endapan dan simpan dalam desikator hampa udara, 

terlindung cahaya. 

    Pereaksi fosfolipida Suspensikan 125 mg fosfolipida 

dalam 5 ml air, kocok dan aduk sampai  diperoleh 

suspensi yang homogen. Buat pengenceran dengan 

larutan natrium klorida P 0,9% sampai  memberi  

perbedaan waktu jendal minimum sesuai dengan 

perbedaan waktu jendal terbesar antara pengenceran 

berturut-turut dari sediaan baku dan sediaan uji. 

biasanya  kadar antara 50 μg dan 250 μg per ml. 

Suspensi encer dapat disimpan pada suhu -20º selama      

6 minggu. 

    Plasma substrat Pisahkan plasma dari 9 bagian volume 

darah manusia atau darah sapi yang ditampung dalam 1 

bagian volume larutan trinatrium sitrat P 3,8% atau dari 

3,5 bagian volume darah manusia atau darah sapi yang 

ditampung dalam 1 bagian volume larutan yang 

mengandung dinatrium hidrogen sitrat P 2% dan          

D-glukosa P 2,5%. Pada masalah  pertama, Plasma substrat 

dibuat pada hari pengambilan darah. Pada masalah  kedua, 

Plasma substrat dapat dibuat sampai  2 hari sesudah  

pengambilan darah. 

    Plasma substrat kekurangan faktor jendal V Sebaiknya 

pakailah  plasma yang berkekurangan bawaan atau dibuat 

dengan cara sebagai berikut: Pisahkan plasma dari darah 

manusia yang dikumpulkan dalam 0,1 bagian volume 

larutan natrium oksalat P 1,34% dan inkubasi pada suhu 

37º selama 24 - 36 jam. Plasma ini harus memiliki  

waktu jendal dari 70 detik sampai 100 detik, jika 

dilakukan penetapan seperti tertera pada penetapan 

kandungan dalam Larutan faktor jendal V; jika waktu 

jendal kurang dari 70 detik, inkubasi plasma selama      

12 - 24 jam lagi. Simpan dalam jumlah kecil pada suhu 

20º atau di bawah -20º. 

    Ekstrak trombokinase Ekstraksi 1,5 g Otak lembu 

jantan yang dikeringkan dengan aseton dalam 60 ml air 

pada suhu 50º selama 10 - 15 menit, sentrifus selama       

2 menit pada 1500 rpm dan tuang beningan. Aktivitas 

ekstrak ini akan bertahan beberapa hari jika disimpan di 

dalam lemari pendingin. Larutan kresol P 0,03% dapat 

ditambahkan sebagai bakterisida. 

 

 

PENETAPAN POTENSI FRAKSI FAKTOR IX 

<151>  

 

    Potensi fraksi faktor IX ditetapkan dengan 

membandingkan jumlah sediaan uji yang diperlukan