Jumat, 06 Desember 2024

farmakope 108

 



waktu jendal campuran uji yang mengandung beberapa  

zat yang berperan dalam penjendalan darah, kecuali 

faktor jendal IX dengan jumlah sediaan baku yang 

diperlukan untuk menimbulkan efek sama dalam kondisi 

metoda penetapan yang sesuai. 

 

    Baku pembanding Faktor koagulasi faktor IX Darah 

Manusia BPFI (mengandung beberapa  aktivitas faktor 

jendal IX).  

 

    Metode Larutan uji Larutkan isi wadah dalam volume 

tertentu air setara dengan volume air untuk injeksi P 

seperti tertera pada etiket. Jika sediaan uji mengandung 

heparin, netralkan heparin dengan penambahan volume 

yang sesuai dari Injeksi Protamin Sulfat yang 

mengandung 5 mg protamin sulfat per ml (seperti tertera 

pada penetapan Heparin dalam Fraksi Faktor IX). 

    Rekonstitusi seluruh isi satu ampul Faktor Koagulasi 

IX Darah Manusia BPFI dengan 1 ml air dan pakailah  

segera. 

    Buat larutan baku primer dari Faktor Koagulasi IX 

Darah Manusia BPFI dalam Plasma kekurangan faktor 

IX, sampai  mengandung lebih kurang 1 unit aktivitas 

faktor jendal IX FI per ml. Buat dengan cara pengenceran 

yang sama larutan dari sediaan uji, sampai  diperkirakan 

memiliki  kadar sama. Inkubasi larutan pada suhu 37º 

selama 5 menit. Buat dari masing-masing larutan 2 set 

terdiri dari 3 seri pengenceran dalam Dapar imidazol pH 

7,3 mengandung antara 0,1 unit dan 0,01 unit per ml. 

Masukkan 0,1 ml dari masing-masing pengenceran set 

pertama kedalam tabung uji terpisah, masing-masing 

mengandung 0,1 ml Plasma kekurangan faktor IX dan 

tandai tabung dengan S1, untuk set pengenceran sediaan 

uji. Masukkan 0,1 ml dari masing-masing pengenceran 

set kedua kedalam tabung uji terpisah, masing-masing 

mengandung 0,1 ml Plasma kekurangan faktor IX dan 

tandai tabung dengan S2 dan U2 dengan cara sama. 

Kedalam isi masing-masing tabung, dengan urutan S1, U1, 

U2, S2, tambahkan 0,1 ml enceran yang sesuai dari 

Pereaksi sefalin dan tempatkan tabung dalam tanggas air 

pada suhu 37º . sesudah  30 detik tambahkan 0,1 ml 

Suspensi kaolin, tepat 10 menit lalu  tambahkan    

0,1 ml kalsium klorida 0,025 M dan catat waktu jendal. 

Ulangi procedure  memakai  2 set pengenceran segar 

dimulai dari kata “Masukkan 0,1 ml masing-masing dari 

pengenceran set pertama .....” namun  tandai masing-

masing tabung dengan S3,U3,S4 dan U4 dan atur secara 

berurutan U3,S3,S4,U4. Untuk memastikan tidak ada  

cemaran bermakna dari pereaksi dengan faktor jendal I, 

lakukan penetapan blanko dengan mengganti Larutan uji 

dengan volume setara Dapar imidazol pH 7,3. Hasil 

penetapan absah jika waktu jendal blanko antara          

100 detik dan 200 detik. Hitung hasil penetapan 

memakai  metode statistik baku.  

 

    Pereaksi 

    Pereaksi sefalin Pelarut yang dipakai  untuk 

membuat pereaksi harus mengandung antioksidan yang 

sesuai seperti hidroksianisol butilat P dengan kadar       

0,1 mM. Ke dalam 0,5 g - 1 g Otak lembu jantan yang 

dikeringakan dengan aseton, tambahkan 20 ml aseton P 

dan diamkan selama 2 jam, sentrifus selama 2 menit pada 

500 gravitasi dan tuang beningan. Keringkan sisa pada 

- 1402 -

 

 

 

 

 

 

tekanan 15 mmHg dan ekstraksi bahan kering dengan 20 

ml kloroform P selama 2 jam, kocok campuran berkali-

kali. sesudah  pemisahan bahan padat dengan penyaringan 

atau sentrifus, uapkan kloroform dari ekstrak pada 

tekanan 15 mmHg. Suspensikan sisa dalam 5 ml sampai  

10 ml larutan natrium klorida P 0,9 % . Emulsi 

persediaan dapat disimpan beku atau beku kering selama 

3 bulan. 

    Plasma kekurangan faktor IX Sediaan plasma manusia 

dengan aktivitas faktor IX tak terdeteksi, disimpan pada 

suhu 20º selama tidak lebih dari 3 bulan. 

    Suspensi kaolin Suspensikan 0,4 g kaolin ringan P 

dalam 100 ml larutan natrium klorida P 0,9%. Kocok 

segera sebelum dipakai . 

 

 

PENETAPAN POTENSI INSULIN <161> 

 

Manifestasi utama dari aktivitas insulin, yaitu 

menurunkan kadar gula darah secara tiba-tiba yang 

merupakan dasar untuk penetapan biologis potensi 

insulin. procedure  penetapan walaupun relatif tidak 

praktis, memiliki  nilai yang besar sebab  secara akurat 

menggambarkan dengan tepat efek pada penderita 

diabetes. Adanya metode fisikokimia yang canggih 

(misalnya kromatografi cair) merupakan uji secara 

kuantitatif yang memiliki tingkat akurasi dan presisi 

tinggi untuk mengukur potensi insulin dan sediaan 

insulin.Walaupun metode ini canggih namun  tidak dapat 

menggambarkan bioidentitas insulin dan sediaan insulin 

ini . Selanjutnya uji kualitatif pada kelinci 

dimasukkan dalam bab ini dan pemakaian nya ada dalam 

setiap monografi yang sesuai.  

Metode kuantitatif gula darah kelinci dipakai  untuk 

penetapan potensi baku pembanding insulin, untuk 

validasi stabilitas sediaan insulin baru dan untuk 

penetapan aktifitas spesifik dari analog insulin. 

 

Metode Kuantitatif Gula Darah Kelinci 

 

Baku pembanding Dekstrosa BPFI, bentuk anhidrat 

dari dektrosa; keringkan pada suhu 105º selama 16 jam 

sebelum dipakai , simpan dalam wadah tertutup rapat. 

Insulin BPFI; simpan pada suhu tidak lebih dari -15º. 

sesudah  vial dibuka, tanpa penundaan, pindahkan secara 

saksama isi vial ke dalam labu tentukur kering dan bersih 

yang sesuai. Tutup rapat labu, simpan dalam lemari 

pembeku. Tidak boleh dikeringkan sebelum dipakai  

untuk uji atau penetapan kadar. Insulin Manusia BPFI; 

simpan dalam lemari pendingin pada suhu antara -20º dan 

-18º. sesudah  vial dibuka tanpa penundaan, pindahkan 

secara saksama isi vial ke dalam labu tentukur kering dan 

bersih yang sesuai. Tutup rapat labu, simpan dalam 

lemari pembeku. Tidak boleh dikeringkan sebelum 

dipakai  untuk uji atau penetapan kadar. Insulin (sapi) 

BPFI; tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam lemari 

pembeku pada suhu antara -20º dan -18º, dalam wadah 

tertutup rapat, terlindung dari cahaya dan kelembaban. 

Insulin (babi) BPFI; tidak boleh dikeringkan, simpan 

dalam lemari pembeku pada suhu antara -20º dan -18º. 

sesudah  dibuka, simpan dalam wadah tertutup rapat, 

lindungi dari cahaya dan kelembaban. 

 

Pengencer Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing 

monografi, siapkan larutan dalam air mengandung kresol 

P atau fenol P 0,1% - 0,25% (b/v), gliserin P 1,4% - 1,8% 

(b/v), dan asam klorida P yang sesuai untuk mengatur pH 

antara 2,5 dan 3,5. 

 

Larutan baku persediaan Kecuali dinyatakan lain 

dalam masing-masing monografi, larutkan secara 

kuantitatif beberapa  Insulin BPFI yang ditimbang 

saksama atau satu vial beku kering Insulin BPFI, dari 

spesies yang sesuai dalam Pengencer untuk membuat 

larutan baku persediaan yang mengandung 40 unit Insulin 

FI per ml dan memiliki  pH antara 2,5 dan 3,5. Simpan 

di tempat dingin, hindari dari pembekuan dan pakailah  

dalam waktu 6 bulan. 

 

Larutan baku Encerkan beberapa  Larutan baku 

persediaan dengan Pengencer untuk membuat dua 

larutan, masing-masing mengandung 1,0 unit Insulin FI 

per ml (larutan baku 1) dan 2,0 unit Insulin FI per ml 

(larutan baku 2).  

 

Larutan uji persediaan Lakukan seperti tertera pada 

Larutan baku persediaan, kecuali memakai  beberapa  

zat uji sebagai pengganti Insulin BPFI. Larutan 

mengandung lebih kurang 40 unit Insulin FI per ml. 

 

Larutan uji Encerkan beberapa  Larutan uji persediaan 

dengan Pengencer untuk membuat dua enceran uji, 

berdasarkan potensi yang diasumsikan, mengandung 1,0 

unit Insulin FI per ml (Larutan Uji 1) dan 2,0 unit Insulin 

FI per ml (Larutan Uji 2). Jika injeksi insulin netral, atur 

pH antara 2,5 dan 3,5  sebelum membuat enceran. 

 

Dosis enceran yang akan disuntikkan Pilih dosis 

enceran yang akan disuntikkan berdasarkan percobaan 

atau pengalaman, biasanya  volume antara 0,30 ml dan 

0,50 ml. Untuk masing-masing hewan volume Larutan 

baku sama dengan Larutan uji. 

 

Penyiapan hewan uji Pilih kelinci sehat yang sesuai 

dengan bobot tubuh tidak kurang dari 1,8 kg. Kelinci 

diaklimatisasi di laboratorium selama tidak kurang dari    

1 minggu sebelum dipakai , pelihara dengan pakan 

yang seragam dan air tersedia sepanjang waktu. 

 

procedure  Kelinci dibagi 4 kelompok yang sama dengan 

tidak kurang dari 6 pada setiap kelompok. Pada hari 

sebelumnya, lebih kurang 20 jam sebelum penetapan, 

sediakan beberapa  pakan untuk masing-masing kelinci 

yang akan dikonsumsi dalam waktu 6 jam. Ikuti jadwal 

pemberian makan setiap hari pengujian. Selama 

pengujian, puasakan kelinci sampai seluruh pengambilan 

specimen darah selesai. Perlakukan kelinci secara hati-

hati untuk mencegah kegelisahan, dan suntik secara 

subkutan beberapa  dosis yang ditetapkan sesuai 

rancangan (lihat Tabel 1), penyuntikkan kedua dilakukan 

- 1403 -

 

 

 

 

 

pada hari berikutnya, atau tidak lebih dari 1 minggu 

lalu . Waktu antara injeksi pertama dan kedua 

yaitu  sama untuk setiap kelinci. 

 

Tabel 1 

Kelompok Penyuntikan pertama Penyuntikan kedua 

Larutan Baku 2 

Larutan Baku 1 

Larutan Uji 2 

Larutan Uji 1 

Larutan Uji 1 

Larutan Uji 2 

Larutan Baku 1 

Larutan Baku 2 

 

Contoh darah Pada 1 jam±5 menit dan 2,5 jam±5 menit 

sesudah  penyuntikan, ambil spesimen darah dari setiap 

kelinci melalui vena tepi telinga atau lebih efektif dari 

arteri aurikularis. 

 

Penetapan dekstrosa Tetapkan kandungan dekstrosa 

dari spesimen darah dengan procedure  yang sesuai yang 

diadaptasi dengan analisa  secara otomatis. procedure  

dibawah ini dapat dipakai . 

    Larutan antikoagulan Larutkan 1 g natrium EDTA dan 

200 mg natrium fluorida dalam 1 liter air, campur. 

Larutan baku dekstrosa Pindahkan beberapa  Dekstrosa 

BPFI yang diketahui kadarnya kedalam labu tentukur 

yang sesuai dan encerkan secara kuantitatif dan bertahap 

dengan Larutan antikoagulan (1:9) untuk mendapatkan 

rentang kadar antara 20 dan 100 mg per 100 ml, yang 

diketahui sama dengan kadar pada sampel darah kelinci. 

    Larutan uji Pipet secara terpisah 0,1 ml setiap sampel 

darah, masukkan ke dalam tabung reaksi dan tambahkan 

0,9 ml Larutan antikoagulan.  

    procedure  Lakukan dialisa Larutan uji melalui 

membran semipermeable dalam waktu yang cukup 

sesampai  dekstrosa melewati membran masuk ke dalam 

larutan salin LP yang mengandung glukosa oksidase,  

“horseradish peroxidase”, 3-metil-2-benzotiazolinon 

hidrazon hidroklorida LP, dan N,N-dimetilanilin. 

Tetapkan serapan Larutan Uji pada 600 nm pada 

kolorimeter. Lakukan penetapan serupa terhadap serapan 

Larutan Baku Dekstrosa pada awal dan akhir setiap 

penetapan. 

 

Perhitungan Hitung respons setiap kelinci pada tiap 

penyuntikan dari jumlah 2 nilai gula darah, dan kurangi 

respons tanpa memperhatikan urutan kronologis respons 

yang diamati, untuk memperoleh perbedaan individu, y, 

seperti dijelaskan pada Tabel 2. 

Jika data dari satu atau lebih kelinci hilang pada 

penetapan, jangan pakailah  rumus interval kepercayaan 

yang tertera, tapi pakailah  rumus statistik lain. Data tetap 

dapat dianalisa memakai  analisa variansi yang 

sesuai. 

Jika jumlah kelinci, f, dilakukan melalui penetapan yang 

sama dalam setiap kelompok, jumlah y’s dalam setiap 

kelompok dan hitung Ta = –T1 + T 2 + T 3 –T4 dan Tb =  

T1 + T 2 + T 3 +T4 .Logaritma potensi relatif dari enceran 

uji yaitu  M = 0,301 Ta /Tb .Potensi injeksi dalam Unit 

per mg setara dengan antilog (log R + M), dimana R = 

vs/vu, vs yaitu  jumlah unit per ml Larutan Baku dan vu 

yaitu  jumlah mg insulin per ml yang sesuai LarutanUji. 

Tetapkan rentang kepercayaan 95% untuk log potensi 

relatif memakai  teori Fieller’s (lihat Desain dan 

analisa  Penetapan Hayati <81>). Jika rentang 

kepercayaan lebih dari 0,082, yang sesuai pada P = 0,95 

dengan batas kepercayaan lebih kurang 10% dari potensi 

yang dihitung, ulangi pengujian sampai  gabungan data  

dari dua atau lebih penetapan, tetapkan kembali seperti 

tertera pada Kombinasi dari Penetapan yang Berdiri 

Sendiri dalam Desain dan analisa  Penetapan Hayati 

<81>, memenuhi batas yang dapat diterima. 

 

Tabel 2 

 

Ke 

lom

pok 

Perbedaan Respon 

Individu

(y) 

Respons

Total 

(T) 

Standar 

Deviasi 

Perbeda

an (S) 

 

 

Larutan Baku 2

Larutan Uji 1 

y1 

 

 

T1 

 

 

S1 

 

 

2 Larutan Uji 2- 

Larutan Baku 1 

y2 

 

T2 

 

 

S2 

 

 

3 Larutan Uji 2- 

Larutan Baku 1 

y3 T3 

 

 

S3 

 

4 Larutan Baku 2-

Larutan Uji 1 

y4 T4 S4 

 

 

UJI BIOIDENTITAS 

 

Lakukan seperti pada Metode Kuantitatif Gula Darah 

Kelinci dengan modifikasi sebagai berikut : 

 

procedure  Kelinci dibagi dalam 4 kelompok yang sama, 

masing-masing kelompok 2 kelinci. 

 

Perhitungan Lakukan perhitungan seperti pada Metode 

Kuantitatif Gula Darah Kelinci, namun  tidak menetapkan 

rentang kepercayaan dari log potensi relatif, M’. 

 

Interpretasi hasil Jika nilai potensi yang diperoleh 

yaitu  tidak kurang dari 15 unit FI per mg, persyaratan 

Uji bioidentitas terpenuhi. Jika nilai potensi kurang dari 

15 unit FI per mg, ulangi pengujian dengan memakai  

8 kelinci lebih dari jumlah awal. Jika potensi rata-rata 

dari 2 kumpulan uji kurang dari 15 unit FI per mg, 

persyaratan uji terpenuhi. 

 

Lampiran 

Teori Fieller untuk Penetapan Rentang Kepercayaan 

Perbandingan 

 

Versi Teori Fieller ini dipakai  bila pembilang dan 

penyebut tidak saling berhubungan. Asumsi persamaan 

pembilang dan penyebut terdistribusi normal dan 

kelompok kelinci ukurannya sama.  

Selanjutnya rentang kepercayaan 95% untuk rasio yaitu : 

 

- 1404 -

 

 

 

 

 

 

g

SMNSg

Tb

tM

UL

D+±

=

1

)()1(

),(

22'2'

 

 

f yaitu  derajat kebebasan pada standard errors= 4(k-1), 

k yaitu  jumlah kelinci pada setiap kelompok; t yaitu  

persentil atas 97,5 dari distribusi t dengan derajat 

kebebasan f dan 

 

2

22

),(

B

D

T

StUL =

 

 

Jika g  1, penyebut tidak berbeda menonjol  dari 0 

sesampai  rumus tidak dapat dipakai, 

 

2

4

2

3

2

2

2

1301,0 SSSSkSN +++=  

 

 

2

4

2

3

2

2

2

1301,0 SSSSkSD +++=  

 

 

PENETAPAN POTENSI STREPTOKINASE <171>  

 

    Potensi streptokinase ditetapkan dengan membandingkan 

kemampuannya untuk mengaktivasi plasminogen 

manusia menjadi plasmin terhadap Sediaan baku. 

Plasmin yang dihasilkan ditentukan dengan cara 

mengukur waktu lisis yang dibutuhkan untuk melisis 

jendalan fibrin pada kondisi metode penetapan yang 

sesuai. 

 

    Sediaan baku Sediaan baku Streptokinase-

Streptodornase BPFI, terdiri dari campuran beku kering 

streptokinase dan streptodornase dengan laktosa atau 

sediaan lain yang aktivitasnya telah dibakukan dengan 

Streptokinase-Streptodornase BPFI. 

 

    Penetapan potensi Jika tidak dinyatakan lain, pakailah  

dapar fosfat-sitrat pH 7,2 yang mengandung 3% serum 

albumin serum sapi P untuk membuat dan mengencerkan 

larutan. 

    Buat larutan Sediaan baku mengandung lebih kurang 

1000 unit streptokinase per ml dan buat larutan sediaan 

uji dengan kadar lebih kurang sama. Simpan larutan 

ini  dalam es dan pakailah  dalam waktu tidak lebih 

dari 6 jam. Buat tiga seri pengenceran larutan sediaan 

baku dengan faktor pengenceran 1,5 sesampai  waktu lisis 

jendalan yang terlama tidak lebih dari 20 menit. Buat 

larutan yang sama untuk sediaan uji. Simpan larutan 

dalam es dan pakailah  dalam waktu tidak lebih dari         

1 jam. pakailah  24 tabung bergaris tengah 8 mm, tandai 

tabung S1, S2, S3 sesuai dengan pengenceran sediaan baku 

dan T1, T2, T3 sesuai dengan pengenceran sediaan uji, 

untuk tiap pengenceran dipakai  4 tabung. Letakkan 

semua tabung dalam es. Ke dalam tiap tabung masukkan 

masing-masing 0,2 ml larutan yang sesuai, 0,2 ml larutan 

dapar fosfat-sitrat pH 7,2 mengandung 3% albumin 

serum sapi P dan 0,1 ml larutan trombin mengandung 20 

unit per ml. Letakkan semua tabung dalam tangas air 37º 

dan biarkan selama 2 menit sampai  tercapai suhu yang 

merata. Dengan pipet otomatis masukkan ke dasar tabung 

pertama 0,5 ml larutan Fraksi euglobulin 1%, campur. 

lalu  dengan selang waktu 5 detik masukkan 

berturut-turut ke dalam tabung 0,5 ml larutan Fraksi 

euglobulin 1%. Dengan memakai  penghitung waktu, 

ukur waktu dalam detik mulai dari penambahan 

euglobulin dan saat terjadinya lisis jendalan dalam tiap 

tabung. Hitung hasil uji dengan metode statistik baku 

memakai  logaritma waktu analisa . 

 

    Pereaksi 

    Fraksi Euglobulin pakailah  darah segar manusia yang 

ditampung dalam wadah mengandung larutan 

antikoagulan (misalnya larutan natrium sitrat) atau darah 

manusia untuk transfusi yang ditampung dalam kantong 

plastik darah tepat mencapai waktu kadaluarsa. Buang 

darah yang mengalami hemolisis. Sentrifus dengan 

kecepatan 1500 - 1800 g pada suhu 15º, sesampai  

diperoleh plasma bening mengandung sedikit trombosit. 

Plasma dari golongan darah yang sama dapat dicampur. 

    Tambahkan 75 g barium sulfat P pada 1 liter plasma 

manusia dan kocok selama 30 menit. Sentrifus dengan 

kecepatan tidak kurang dari 15.000 gravitasi pada suhu 

15º, ambil beningan. Tambahkan 10 ml larutan aprotinin 

P mengandung 0,2 mg per ml dan kocok. Masukkan       

25 liter air suhu 4º ke dalam wadah berukuran tidak 

kurang dari 30 liter dalam ruangan bersuhu 4º. 

Tambahkan lebih kurang 500 g karbon dioksida padat. 

Segera tambahkan sambil diaduk cairan beningan yang 

diperoleh dari plasma, terbentuk endapan putih. Biarkan 

mengendap pada suhu 4º selama 10 - 15 jam. Buang 

beningan jernih dengan pipa sifon. Kumpulkan endapan 

dengan cara sentrifus pada suhu 4º. Suspensikan endapan 

dengan mendispersikan secara mekanik dalam 500 ml air 

pada suhu 4º. Kocok selama 5 menit dan kumpulkan 

endapan dengan cara sentrifus pada suhu 4°. Dispersikan 

endapan secara mekanik dalam 60 ml larutan 

mengandung larutan natrium klorida P 0,9% dan larutan 

natrium sitrat P 0,09%, atur pH sampai  7,2 - 7,4 dengan 

penambahan larutan natrium hidroksida P 1%. Saring 

melalui penyaring kaca masir; untuk mempermudah 

kelarutan, haluskan partikel endapan dengan alat yang 

sesuai. Cuci penyaring dan alat penghalus dengan 40 ml 

larutan klorida-sitrat dan encerkan sampai  100 ml dengan 

pelarut sama. Beku keringkan larutan, biasanya  

diperoleh antara 6 - 8 g euglobulin per liter plasma 

manusia. 

    Uji kesesuaian Buat larutan memakai  dapar 

fosfat-sitrat pH 7,2 mengandung 3% albumin serum sapi 

P. Masukkan 0,1 ml larutan sediaan baku streptokinase 

mengandung 10 unit per ml dan 0,1 ml larutan trombin 

mengandung 20 unit per ml ke dalam tabung pada suhu 

37°. Dengan cepat tambahkan 1 ml larutan Fraksi 

euglobulin mengandung 10 mg per ml. terbentuk jendalan 

padat yang jelas dalam waktu kurang dari 10 detik. Catat 

waktu yang diperlukan mulai saat penambahan larutan 

- 1405 -

 

 

 

 

 

Fraksi euglobulin sampai saat terjadinya lisis jendalan. 

Waktu lisis tidak lebih dari 15 menit. 

 

    Larutan trombin Larutan Sediaan baku trombin 

manusia mengandung 20 unit per ml dalam dapar fosfat-

sitrat pH 7,2 mengandung 3% albumin serum sapi P. 

 

    Sediaan Baku Trombin Manusia yaitu  Baku 

Internasional yang pertama dari campuran beku-kering 

trombin manusia murni dengan sukrosa. 

 

    Wadah dan penyimpanan Pada suhu 4° terlindung 

dari kelembaban dan pakailah  dalam waktu tidak lebih 

dari 1 tahun.  

 

 

PERANGKAT INFUS DAN TRANSFUSI <181> 

 

    Persyaratan ini dipakai  untuk alat kesehatan yang 

pada etiket tertera steril atau non-pirogen atau alat yang 

kontak langsung atau tidak langsung dengan sistem 

kardiovaskular, sistem limfatik atau cairan serebrospinal. 

Semua alat kesehatan diantaranya perangkat pemberian 

larutan, perangkat perpanjangan fungsi organ, perangkat 

pemindah, perangkat pemberian darah, kateter intravena, 

alat oksigenerator luar tubuh yang ditanam dan 

perlengkapannya, alat dan slang dialisis beserta 

perlengkapannya, katup jantung, alat cangkok pembuluh 

darah, graf vaskular, keteter pemberian obat secara 

intramuskular, dan perangkat infus dan transfusi. 

Persyaratan ini tidak berlaku untuk produk ortopedi, 

sarung tangan karet atau pembalut luka.  

 

    Sterilitas Memenuhi syarat; lakukan penetapan 

menurut Alat Kesehatan Steril seperti tertera pada Uji 

Sterilitas <71>. 

 

    Endotoksin bakteri Lakukan seperti tertera pada Uji 

Endotoksin Bakteri <201>. 

    Untuk alat kesehatan, batas endotoksin bakteri tidak 

lebih dari 20,0 unit endotoksin FI per alat, kecuali untuk 

alat kesehatan yang kontak dengan cairan serobrospinal 

batas endotoksin tidak lebih dari 2,15 unit endotoksin FI. 

    Alat yang gagal memenuhi persyaratan, dapat diulang 

sekali lagi dengan Uji Endotoksin bakteri yang lain. 

Untuk alat kesehatan yang tidak dapat diuji memakai  

Uji Endotoksin Bakteri <201> sebab  penghambat atau 

pemacu uji tidak dapat dihilangkan, lakukan Uji 

Pirogen <231>. 

    Penyiapan alat Pilih tidak kurang dari 3 namun  tidak 

lebih dari 10 alat. Cuci atau rendam alat dengan Pereaksi 

air LAL. Volume larutan pencuci atau pengekstrak 

disesuaikan dengan ukuran dan konfigurasi alat. 

    Untuk alat dengan etiket “jalur cairan nonpirogenik” 

alirkan pada jalur cairan pengekstrak yang telah 

dipanaskan 37º±1,0º, jaga cairan pengekstrak tetap 

kontak dengan jalur yang relevan tidak kurang dari 1 jam 

pada suhu ruang terkontrol. Ekstrak dikumpulkan, jika 

memungkinkan. Batas endotoksin pada larutan pencuci 

atau pengekstrak dihitung memakai  rumus: 

 

(K x N)/(V) 

 

K yaitu  jumlah endotoksin yang diperbolehkan per alat, 

N yaitu  jumlah alat yang diuji, dan V yaitu  volume 

total ekstrak atau pencuci. Jika larutan pencuci atau 

pengekstrak tak diencerkan tidak sesuai untuk Uji 

Endotoksin Bakteri <201>, ulangi uji penghambat atau 

pemacu sesudah  netralisasi dan pembuangan  zat 

pengganggu atau sesudah  larutan diencerkan dengan suatu 

faktor yang tidak melebihi Pengenceran Valid 

Maksimum. Pengenceran valid maksimum suatu alat 

dihitung dengan cara membagi batas endoktosin dengan 

sensivitas  pada etiket Air Pereaksi LAL yang 

dipakai . 

 

    Pirogen Untuk contoh yang tidak dapat diuji dengan 

Uji Endotoksin Bakteri <201> sebab  penghambat atau 

pemacu uji tidak dapat dihilangkan, lakukan Uji Pirogen 

<231>. Pilih 10 sampel, dan untuk mendapat cairan 

gabungan, pakailah  metode penyiapan untuk alat yang 

sesuai seperti tertera pada Uji Endotoksin Bakteri <201>, 

namun  memakai  cairan pencuci atau pengekstrak 

tidak lebih dari 40 ml larutan natrium klorida P 0,9% 

steril bebas pirogen per alat. Memenuhi syarat Uji 

Pirogen <231>. 

 

    Persyaratan lain Alat kesehatan yang terbuat dari 

plastik atau polimer lain memenuhi syarat                     

Uji Biologi-Plastik dan Polimer lain seperti tertera pada 

Wadah Plastik <1131>. Alat kesehatan yang terbuat dari 

elastomer memenuhi syarat seperti tertera pada Tutup 

Elastomer untuk Injeksi <721>. Jika penandaan kelas 

elastomer, plastik dan polimer lain diperlukan, lakukan 

uji in-vivo yang sesuai seperti tertera pada bab uji umum 

pada Uji Reaktivitas Biologi, In Vivo <251>. 

 

 

UJI DAYA HIPOTENSIF <191>  

 

    Baku pembanding Histamin Dihidroklorida BPFI; 

lakukan pengeringan diatas silika gel selama 2 jam, 

sebelum dipakai . Simpan dalam wadah tertutup rapat 

terlindung cahaya.  

 

    Larutan baku histamin Timbang seksama beberapa  

Histamin Dihidroklorida BPFI larutkan dalam air sampai  

kadar setara dengan 1,0 μg histamin basa per ml. 

 

    Hewan uji pakailah  kucing dewasa sehat, bila betina 

pastikan tidak hamil, dan timbang bobot tubuh, suntikkan 

secara intraperitoneal bahan anastesi seperti fenobarbital 

natrium untuk mempertahankan tekanan darah. Hewan uji 

disekap sedemikian sampai  dapat mencegah kehilangan 

panas tubuh yang berlebihan. Bila dikehendaki masukan 

kanula trakhea. Paparkan karotid atau arteri lain yang 

sesuai, pisahkan dari jaringan sekelilingnya dan catat 

tekanan darah berkesinambungan memakai  

- 1406 -

 

 

 

 

 

 

manometer atau alat lain yang memiliki  kepekaan 

sama atau lebih. lalu  paparkan vena femoral 

sebagai tempat penyutikan intravena. 

    Tetapkan kepekaan hewan uji terhadap histamin 

dengan menyuntikan Larutan baku histamin yang setara 

dengan 0,05 μg, 0,1 μg dan 0,15 μg histamin basa per kg 

bobot tubuh hewan uji, dengan interval waktu yang sama 

tidak kurang dari 5 menit. Ulangi penyuntikan dan 

abaikan respons seri pertama yang timbul. Tetapkan 

variasi respon hipotensif terhadap dosis yang sama 

dengan pengulangan penyuntukan 0,1 μg per kg. 

pakailah  hewan uji hanya jika respons terhadap 

pemberian dosis yang bertingkat jelas berbeda dan 

respons terhadap beberapa penyuntikan dengan dosis     

0,1 μg per kg lebih kurang sama dan sebanding dengan 

penurunan tekanan yang tidak kurang dari 20 mmHg. 

Bila dosis Larutan baku histamin dan Larutan uji 

disuntikan melalui kanula tunggal, tiap penyuntikan pada 

uji pendahuluan dan pada uji berikutnya segera diikuti 

dengan penyuntikan lebih kurang 2,0 ml Injeksi Natrium 

Klorida untuk menghilangkan aktivitas yang tersisa. 

    procedure  Larutan sediaan uji dengan pelarut yang 

telah ditetapkan sampai  memberi  dosis seperti tertera 

pada masing-masing monografi. Ikuti jadwal waktu yang 

sama dengan waktu yang diperlukan selama penyuntikan 

Larutan baku histamin. Lakukan satu seri penyuntikan 

terdiri dari 3 dosis yaitu di antara 2 penyuntikan dengan 

dosis 0,1μg histamin basa per kg, diseling dengan dosis 

tertentu larutan uji seperti tertera pada masing-masing 

monografi. Ukur perubahan tekanan darah sesudah  setiap 

penyuntikan. Respons hipotensif terhadap larutan uji 

tidak lebih besar dari setengah respons rata-rata yang 

disebabkan oleh penyuntikan 0,1 μg histamin basa per kg. 

Jika tidak memenuhi syarat, lanjutkan dengan satu seri 

penyuntikan yang sama dengan di atas, sampai  terdiri dari 

5 dosis dengan tiga dosis 0,1 μg histamin basa per kg 

diseling dua dosis larutan uji seperti tertera pada masing-

masing monografi. Ukur perubahan tekanan darah sesudah  

setiap penyuntikan ulang. Respons hipotensif terhadap 

tiap dosis larutan uji tidak lebih besar dari respons rata-

rata yang disebabkan penyuntikan 0,1 μg histamin basa 

per kg berurutan. 

    Jika respons hipotensif terhadap salah satu dosis 

larutan uji lebih besar dari respons rata-rata terhadap     

0,1 μg histamin basa per kg, lanjutkan pengujian pada 

hewan yang sama atau hewan lain yang telah 

dipersiapkan sama dan telah diuji responsnya terhadap 

Larutan baku histamin. Jika pengujian dilanjutkan pada 

hewan yang sama, sesudah  dosis terakhir larutan baku 

histamin dari seri awal, berikan 4 penyuntikan lagi yaitu 

dua dosis larutan uji dan dua dosis 0,1 μg histamin basa 

per kg secara berseling. Jika pengujian dilanjutkan pada 

hewan lain, buat larutan uji segar dari wadah lain, dan 

suntikkan satu seri terdiri dari 5 dosis Larutan baku 

histamin  dan larutan uji sesuai dengan urutan 

penyuntikan semula. Ukur perubahan tekanan darah 

sesudah  setiap penyuntikan tambahan. Hitung perbedaan 

respons antara setiap dosis larutan uji dan respons rata-

rata disebabkan oleh 0,1 μg histamin basa per kg  dalam 

seluruh seri, awal dan tambahan dan hitung rata-rata 

semua perbedaan ini . Pengujian memenuhi syarat 

bila rata-rata dari perbedaan ini  sedemikian sampai  

respons hipotensif terhadap larutan uji tidak lebih besar 

dari respons hipotensif yang disebabkan penyuntikan 0,1 

μg histamin basa per kg, dan jika tidak lebih dari 

setengah dari respons hipotensif terhadap larutan uji lebih 

besar dari respons rata-rata dari masing-masing respons 

hipotensif yang disebabkan penyuntikan 0,1 μg histamin 

basa per kg. 

 

 

ENDOTOKSIN BAKTERI <201> 

 

Uji endotoksin bakteri yaitu  uji untuk mendeteksi 

atau mengkuantitasi endotoksin bakteri yang mungkin 

ada  dalam sampel yang diuji. Pengujian dilakukan 

memakai  Limulus Amebocyte Lysate (LAL) yang 

diperoleh dari ekstrak air amebosit dalam kepiting ladam 

kuda (Limulus polyphemus atau Tachypleus tridentatus) 

dan dibuat khusus sebagai pereaksi LAL.1) 

 ada  dua tipe teknik uji, teknik pembentukan 

jendal gel dan teknik fotometrik. Teknik fotometrik 

mencakup metode turbidimetri, yang didasarkan pada 

pembentukan kekeruhan sesudah  penguraian substrat 

endogen, dan metode kromogenik yang didasarkan pada 

pembentukan warna sesudah  terjadi penguraian kompleks 

kromogen-peptida sintetik. Lakukan salah satu dari teknik 

ini , kecuali jika dinyatakan lain dalam monografi. 

Jika terjadi keraguan, maka keputusan akhir didasarkan 

pada hasil Teknik Pembentukan Jendal Gel, kecuali 

dinyatakan lain dalam monografi.   

 Pada Teknik Pembentukan Jendal Gel, penetapan 

titik akhir reaksi dilakukan dengan membandingkan 

langsung enceran dari zat uji dengan enceran endotoksin 

baku, dan jumlah endotoksin dinyatakan dalam unit 

Endotoksin (UE).  

 Pereaksi LAL diformulasikan juga untuk dipakai  

dalam pengujian turbidimetri dan kolorimetri, maka 

pengujian-pengujian ini  dapat dipakai  untuk 

memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Kedua uji ini 

memerlukan pembuatan kurva regresi baku dan 

kandungan endotoksin dari zat uji ditetapkan dengan 

interpolasi dari kurva ini . procedure  meliputi inkubasi 

selama  waktu yang telah ditetapkan dari endotoksin yang 

bereaksi dan larutan kontrol dengan pereaksi LAL, dan 

pembacaan serapan cahaya pada panjang gelombang yang 

sesuai. Pengukuran titik akhir pada procedure  secara 

turbidimetri, pembacaan dilakukan segera pada akhir 

masa inkubasi. Pengukuran titik akhir pada procedure  

secara kolorimetri, reaksi dihentikan pada akhir dari 

waktu yang telah ditetapkan, dengan penambahan zat 

pemutus-reaksi-enzim, sebelum pengukuran. Pada 

penetapan kadar secara kinetik (turbidimetri dan 

kolorimetri), serapan diukur selama periode reaksi dan 

dari pengukuran ini  ditetapkan nilai kecepatan 

reaksi.  

 

 

 

 

- 1407 -

 

 

 

 

 

ALAT DAN ALAT GELAS 

 

 Depirogenasi seluruh peralatan gelas dan bahan 

tahan panas lainnya dalam oven udara panas 

memakai  proses yang telah divalidasi.2) 

biasanya  waktu dan suhu minimum yang 

dipakai  yaitu  30 menit pada 250°. Jika memakai   

Peralatan plastik, misalnya microplate dan pipet tips 

untuk pipet otomatis, pakailah  hanya yang sudah 

dibuktikan bebas endotoksin dan tidak akan mengganggu 

pengujian. [Catatan: Pada bagian ini, istilah tabung 

dimaksudkan untuk semua wadah, misalnya sumur mikro-

titer.]

 

1) Pereaksi LAL bereaksi dengan beberapa -glukan bila ditambahkan pada endotoksin. Beberapa sediaan yang diperlakukan tidak 

bereaksi dengan -glukan dan harus dipakai  untuk contoh yang mengandung glukan. 

2) procedure  untuk uji validasi inaktivasi endotoksin, lihat Sterilisasi Pemanasan Kering dalam Sterilisasi dan Jaminan Sterilitas untuk 

Bahan Kompendial <1371>. pakailah  pereaksi LAL dengan sensitivitas tidak kurang dari 0,15 UE per ml. 

 

PENYIAPAN 

LARUTAN INDUK BAKU PEMBANDING DAN 

LARUTAN BAKU PEMBANDING ENDOTOKSIN 

 

 Baku pembanding endotoksin (BPE) yaitu  

Endotoksin BPFI yang telah diketahui potensinya dalam 

UE per vial. Konstitusi seluruh isi vial BPE dengan       

5,0 ml air pereaksi LAL3). [Catatan Air pereaksi LAL 

yaitu  air untuk injeksi atau air lain yang tidak bereaksi 

dengan pereaksi LAL yang dipakai  pada batas 

kepekaan pereaksi.] 

Campur dengan pengocok vorteks secara intermiten 

selama 30 menit. pakailah  larutan pekat ini untuk 

membuat seri pengenceran yang sesuai. Simpan larutan 

pekat dalam lemari pendingin, selama tidak lebih dari     

14 hari untuk membuat pengenceran berikutnya. Sebelum 

dipakai  kocok kuat dengan pengocok vorteks selama 

tidak kurang dari 3 menit. Campur setiap enceran tidak 

kurang dari 30 detik sebelum membuat pengenceran 

berikutnya. Enceran tidak boleh disimpan sebab  

menyebabkan hilangnya aktivitas oleh penyerapan, 

kecuali ada data penunjang tentang hal ini. 

 

Uji Persiapan 

 

pakailah  Pereaksi LAL yang sudah ditetapkan 

kepekaannya sesuai dengan yang tertera pada etiket.  

Keabsahan hasil uji untuk endotoksin bakteri ini 

memerlukan pembuktian yang cukup bahwa contoh 

bahan atau larutan, pencuci, atau ekstrak yang dipakai  

pada uji, tidak menghambat atau memacu reaksi atau 

dapat mengganggu pengujian dengan cara apapun. 

Validasi dilakukan dengan Uji penghambatan atau 

pemacuan sebagaimana yang diuraikan pada 3 teknik 

yang telah disebutkan sebelumnya. Dalam uji ini harus 

dimasukkan  kontrol negatif yang sesuai. Validasi harus 

diulang jika sumber Pereaksi LAL atau metode 

pembuatan atau formulasi bahan berubah. 

 

Penyiapan Larutan Uji 

 

Siapkan larutan uji dengan melarutkan atau 

mengencerkan obat, atau mengekstraksi  alat kesehatan 

dengan Air Pereaksi LAL. Beberapa bahan atau sediaan 

mungkin lebih baik dilarutkan, diencerkan atau 

diekstraksi dalam larutan mengandung air lainnya. Jika 

perlu, atur pH larutan (atau hasil pengencerannya) yang 

akan diuji sampai  pH campuran pereaksi LAL dan larutan 

uji terletak pada rentang pH yang ditentukan oleh 

produsen pereaksi LAL. Hal ini biasanya dipakai  pada 

produk dengan rentang pH 6,0-8,0. Pengaturan pH dapat 

dilakukan dengan memakai  asam, basa atau larutan 

dapar yang sesuai  dengan rekomendasi produsen 

pereaksi LAL. Asam dan basa dapat dibuat dari 

konsentrat atau padatan dengan Air Pereaksi LAL dalam 

wadah bebas endotoksin. Larutan dapar harus divalidasi 

bebas endotoksin dan faktor pengganggu. 

 

 

PENETAPAN PENGENCERAN MAKSIMUM 

YANG ABSAH (PMA) 

 

 Pengenceran Maksimum yang Absah (PMA) yaitu  

pengenceran maksimum yang diperbolehkan dari suatu 

contoh agar batas endotoksinnya dapat ditetapkan. 

Pengenceran Maksimum yang Absah diberlakukan untuk 

injeksi atau larutan parenteral terkonstitusi atau 

diencerkan, atau jika diperlukan, untuk jumlah obat 

dalam bobot jika volume obat yang diberikan bervariasi.  

Persamaan umum untuk menentukan PMA yaitu : 

    PMA = (batas endotoksin x konsentrasi larutan 

sampel)/  

 yaitu  kepekaan Pereaksi LAL yang tertera pada etiket 

(UE/mL). 

Hubungan konsentrasi larutan sampel dan  dijelaskan di 

bawah ini : 

 Jika batas endotoksin dalam monografi dinyatakan 

dalam konsentrasi (UE/mL), maka PMA dapat dihitung 

dengan rumus:   

PMA = batas endotoksin (UE/mL) /  

 Jika batas endotoksin dalam monografi dinyatakan 

dalam UE/mg atau UE/Unit, maka PMA dapat dihitung 

dengan rumus umum ini  di atas, PMA = (batas 

endotoksin x konsentrasi sampel)/ .  

PMA yang diperoleh yaitu  batas pengeceran yang 

diperbolehkan untuk uji yang absah. 

Konsentrasi sampel dengan satuan (mg/mL atau 

Unit/mL)    

 

 

- 1408 -

 

 

 

 

 

 

PENETAPAN BATAS ENDOTOKSIN 

 

 Batas endotoksin obat parenteral, ditetapkan 

berdasarkan dosis, sama dengan K/M4). K yaitu  dosis 

ambang pirogenik endotoksin pada manusia per kg berat 

badan, dan M sama dengan dosis maksimum produk 

pada manusia per kg berat badan dalam periode satu 

jam. Dalam masing-masing monografi, batas endotoksin 

obat parenteral  dinyatakan dalam unit, misalnya UE/ml, 

UE/mg atau UE/unit aktivitas biologi. 

 

3) Air steril untuk injeksi atau air lain yang tidak menampilkan  reaksi spesifik dengan pereaksi LAL yang akan dipakai , pada batas 

sensitivitas pereaksi. 

4) K yaitu  5 UE per kg untuk semua cara pemberian selain dari intratekal (K yaitu  0,2 UE per kg berat badan). Untuk sediaan 

radiofarmaka yang tidak diberikan secara intratekal, batas endotoksin dihitung sebagai 175/V, V yaitu  dosis maksimum dalam ml 

yang direkomendasikan. Untuk sediaan radiofarmaka yang diberikan secara intratekal. Batas endotoksin ditetapkan dengan rumus 

14/V. Untuk formulasi (biasanya produk antikanker) diberikan berdasarkan pada m2 luas permukaan tubuh, dengan rumus K/M, K= 5 

UE per kg dan M yaitu  (dosis maksimum/m2/jam x 1,80 m2)/ 70 kg. 

 

 

CARA JENDAL GEL 

 

 Cara jendal gel mendeteksi atau mengkuantitasi 

endotoksin berdasarkan pembentukan jendal dari 

pereaksi LAL dengan adanya endotoksin. Konsentrasi 

endotoksin yang dibutuhkan untuk menyebabkan lysate 

menjendal pada kondisi standar dinyatakan sebagai 

kepekaan pereaksi LAL yang tertera pada etiket. Untuk 

menjamin presisi dan keabsahan pengujian, lakukan uji 

konfirmasi kepekaan pereaksi LAL yang tercantum 

dalam etiket dan uji faktor pengganggu seperti tertera 

dalam Uji Persiapan untuk Cara Jendal Gel. 

 

Uji Persiapan untuk Cara Jendal Gel 

 

    Uji Konfirmasi Kepekaan Pereaksi LAL Lakukan 

konfirmasi kepekaan pereaksi yang tertera pada etiket 

memakai  tidak kurang dari 1 vial untuk setiap lot 

pereaksi LAL. Buat pengenceran seri kelipatan 2 dari 

BPE dalam Air Pereaksi LAL sampai  konsentrasi 2 ; ; 

0,5 ; dan 0,25 .  yaitu  kepekaan pereaksi LAL yang 

tertera pada etiket (UE/mL). Lakukan uji pada 4 

konsentrasi larutan baku, dalam 4 replikasi termasuk 

kontrol negatif. Uji konfirmasi kepekaan lysate 

dilakukan bila memakai  pereaksi LAL bets baru 

atau bila ada perubahan dalam kondisi uji yang dapat 

mempengaruhi hasil uji. 

    Campur pereaksi LAL dengan larutan baku dari 

masing-masing konsentrasi dalam tabung uji dengan 

volume yang sama (0,1 ml). Jika dipakai  vial atau 

ampul uji tunggal berisi pereaksi LAL kering beku, 

tambahkan larutan langsung ke dalam vial atau ampul. 

Inkubasi campuran reaksi dalam waktu yang tetap sesuai 

dengan petunjuk produsen pereaksi LAL (biasanya      

37º±1°, selama 60±2 menit), hindari getaran. Untuk 

menguji integritas gel, ambil setiap tabung langsung dari 

inkubator dan balikkan 180° secara perlahan-lahan. Jika 

telah terbentuk gel yang kuat, yang tetap di tempatnya 

walaupun telah dibalik, catat sebagai hasil positif. Jika 

gel tidak terbentuk atau gel yang terbentuk jatuh ketika 

dibalik, maka hasil dinyatakan negatif. Uji dinyatakan 

absah, jika larutan baku konsentrasi terendah 

memberi  hasil negatif pada semua replikasi uji. 

    Titik akhir yaitu  konsentrasi terendah yang masih 

memberi  hasil positif dari satu pengenceran seri. 

Hitung nilai rata-rata dari logaritma konsentrasi titik 

akhir, e, dan hitung antilogaritma dari nilai rata-rata 

memakai  rumus berikut:  

Rata-rata geometrik konsentrasi titik akhir = antilog 

( e/f) 

e yaitu  jumlah logaritma konsentrasi titik akhir dari  

pengenceran seri yang dipakai ; dan f yaitu  jumlah 

replikasi. Rata-rata geometri konsentrasi titik akhir 

yaitu  hasil pengukuran kepekaan pereaksi LAL 

(UE/ml). Jika hasil pengukuran kepekaan tidak kurang 

dari 0,5  dan tidak lebih dari 2 , maka kepekaan yang 

tercantum di etiket sesuai dan dapat dipakai  dalam 

pelaksanaan pengujian dengan lysate. 

 

Uji Faktor Pengganggu untuk Cara Jendal Gel.  

Siapkan larutan A, B, C, dan D seperti tertera pada Tabel 

1 dan lakukan uji penghambatan atau pemacuan pada 

larutan sampel yang diencerkan kurang dari PMA, tidak 

mengandung endotoksin, dan ikuti procedure  dalam Uji 

Konfirmasi Kepekaan Pereaksi LAL Rata-rata geometrik 

konsentrasi titik akhir dari larutan B dan C, ditetapkan 

dengan memakai  persamaan uji di atas. 

Uji ini harus diulang jika  terjadi perubahan 

kondisi yang dapat mempengaruhi hasil uji. Uji  

dinyatakan absah jika  larutan A dan D memberi  

hasil negatif, dan hasil larutan C sesuai dengan kepekaan 

yang tertera pada etiket.  

Jika kepekaan lysate yang diperoleh dalam larutan 

uji pada larutan B tidak kurang dari 0,5  dan tidak lebih 

dari 2 , maka larutan uji tidak mengandung faktor 

pengganggu pada kondisi uji  yang dipakai . Jika 

sebaliknya, berarti ada  faktor penggangu. 

Jika sampel yang diuji tidak memberi  hasil yang 

sesuai pada pengenceran yang dipakai , ulangi uji 

memakai  pengenceran yang lebih besar, namun  tidak 

boleh melebihi PMA. Bila dipakai  lysate yang lebih 

peka, maka pengenceran sampel lebih besar, dan dalam 

hal ini dapat mengurangi pengganggu. 

Gangguan dapat diatasi dengan penanganan yang 

sesuai misalnya penyaringan, netralisasi, dialisis, atau 

pemanasan. Untuk memastikan bahwa penanganan yang 

dipilih efektif menghilangkan gangguan tanpa 

menghilangkan endotoksin, lakukan pengujian di bawah 

ini memakai  sediaan uji dengan penambahan BPE 

sesuai dengan perlakuan yang dipilih. 

- 1409 -

 

 

 

 

 

 

 

Uji Batas Jendal Gel 

 

Uji ini dilakukan bila dalam monografi disebutkan 

batas endotoksin.  

 

procedure  Siapkan larutan A, B, C dan D seperti 

tertera pada Tabel 2 dan lakukan pengujian larutan ini 

mengikuti procedure  Uji Konfirmasi Kepekaan Pereaksi 

LAL, yang dijelaskan dalam Uji Persiapan Cara Jendal Gel.  

 

Interpretasi Uji absah jika kedua replikasi kontrol 

positif larutan B dan C memberi  hasil positif dan 

kedua kontrol negatif larutan D yaitu  negatif. Sediaan 

uji memenuhi syarat jika diperoleh hasil negatif pada 

kedua tabung reaksi yang berisi larutan A, dan tidak 

memenuhi syarat jika diperoleh hasil positif pada dua 

tabung.  

Ulangi pengujian jika diperoleh hasil positif pada 

satu tabung reaksi berisi larutan A dan hasil negatif pada 

tabung lainnya. Sediaan uji memenuhi syarat jika 

diperoleh hasil negatif pada kedua tabung reaksi pada 

pengujian ulang. Jika pengujian positif untuk sediaan uji 

dengan pengenceran lebih kecil dari PMA, pengujian 

dapat diulang dengan pengenceran tidak melebihi PMA. 

 

Tabel 1 Penyiapan Larutan untuk Uji Penghambatan/Pemacuan Cara Jendal Gel 

Larutan Konsentrasi endotoksin/Larutan 

yang ditambah endotoksin 

Pengencer Faktor pengencer Kadar endotoksin 

awal Jumlah replikasi 

Aa 0 / larutan sampel ---- ---- ---- 4 

Bb 2 / larutan sampel larutan sampel 

 

2  

1  

0,5  

0,25  

Cc 2 /air untuk uji endotoksin 

bakteri 

Air Pereaksi LAL 1 

2  

1  

0,5  

0,25  

Dd 0/Air Pereaksi LAL ---- ---- ---- 2 

a   Larutan A : larutan sampel dari sediaan uji yang bebas endotoksin  

b   Larutan B : Uji faktor pengganggu 

c   Larutan C : Kontrol kepekaan pereaksi LAL sesuai etiket 

d   Larutan D : Kontrol negatif air pereaksi LAL 

 

 

Tabel 2. Penyiapan Larutan untuk Pengujian Batas 

Pembentukan Jendal Gel 

 

Larutan* Kadar Endotoksin/Larutan yang 

ditambah endotoksin 

Jumlah 

replikasi 

A 0/ larutan sampel yang diencerkan 2 

B 2 / larutan sampel yang diencerkan 2 

C 2 /air pereaksi LAL 2 

D 0 / air pereaksi LAL 2 

*Siapkan larutan A dan kontrol positif produk larutan B dengan 

pengenceran tidak melebihi PMA dan lakukan seperti tertera pada uji 

faktor pengganggu teknik pembentukan jendal gel, dalam Uji 

Persiapan untuk Cara Jendal Gel. Kontrol positif larutan B dan C 

mengandung endotoksin baku dengan konsentrasi dua kali kepekaan 

pereaksi LAL yang tercantum pada etiket. Kontrol negatif, larutan D, 

yaitu  Air Pereaksi LAL 

 

Penetapan Kadar Endotoksin Bakteri dengan  

Cara Jendal Gel 

 

Penetapan kadar ini menghitung jumlah endotoksin 

bakteri dalam larutan sampel dengan cara titrasi sampai  

titik akhir. 

 

procedure  Siapkan larutan A,B,C dan D seperti 

tertera pada Tabel 3 dan uji larutan ini mengikuti 

procedure  Uji Konfirmasi Kepekaan Pereaksi LAL, tertera 

dalam Uji Persiapan untuk Cara Jendal Gel. 

 

 

Tabel 3 Penyiapan Larutan untuk Penentuan Kadar Pembentukan Jendal Gel 

Larutan 

Kadar endotoksin/ Larutan 

dengan penambahan 

endotoksin 

Pengencer Faktor pengencer Kadar endotoksin 

awal Jumlah replikasi 

Aa 

 

0 / larutan sampel 

 

air pereaksi LAL 

 

Bb 2 / larutan sampel - 1 2  2 

Cc 

 

2 /air pereaksi LAL 

 

air pereaksi LAL 

 

2  

1  

0,5  

0,25  

Dd 0 / air pereaksi LAL - - - 2 

- 1410 -

 

 

 

 

 

 

 

 

a Larutan A : larutan sampel pada pengenceran tidak lebih dari PMA yang pengujian terhadap faktor pengganggu pembentukan jendal 

gel telah dilakukan. Pengenceran sampel berikutnya tidak lebih dari PMA. pakailah  air pereaksi LAL untuk membuat seri 

pengenceran dalam empat tabung berisi larutan sampel yang diuji dengan kadar 1, ½, ¼, dan 1/8, relatif terhadap pengenceran yang 

pengujian terhadap faktor pengganggu telah dilakukan. Pengenceran lainnya dapat dipakai  bila sesuai.  

b Larutan B    : Larutan A mengandung endotoksin baku pada kadar 2  (kontrol positif produk) 

c  Larutan C    : Dua seri dari 4 tabung air pereaksi LAL mengandung endotoksin baku dengan kadar berturut-turut 2 , , 0,5  dan 0,25 . 

d  Larutan D    : Air pereaksi LAL (kontrol negatif). 

 

    Perhitungan dan Interpretasi Uji absah jika kondisi 

berikut dipenuhi: (1) Kedua replikasi dari kontrol negatif 

larutan D yaitu  negatif; (2)Kedua replikasi dari kontrol 

positif larutan B yaitu  positif; (3) Rata-rata geometrik 

kadar titik akhir larutan C berada dalam rentang 0,5  - 2 . 

Untuk menentukan kadar endotoksin dalam larutan 

A, hitung kadar titik akhir setiap seri replikasi dari 

pengenceran dengan mengalikan tiap faktor pengenceran 

titik akhir dengan . Kadar endotoksin dalam sampel 

yaitu  rata-rata geometrik kadar titik akhir replikasi 

(lihat rumus yang diberikan dalam Uji Konfirmasi 

Kepekaan Pereaksi LAL, yang dijelaskan dalam Uji 

Persiapan untuk Cara Jendal Gel). Jika pengujian 

dilakukan dengan mengencerkan larutan sampel, hitung 

kadar endotoksin dalam sampel awal dengan 

mengalikannya dengan faktor pengenceran. Jika tidak 

ada pengenceran sampel yang positif dalam pengujian 

absah, laporkan kadar endotoksin kurang dari  (jika 

enceran sampel yang diuji kurang dari  dikalikan faktor 

pengenceran terkecil dari sampel). Jika semua 

pengenceran positif, kadar endotoksin dilaporkan sama 

atau lebih besar dari faktor pengenceran terbesar 

dikalikan . (Misalnya: Faktor pengenceran awal 8 kali 

 pada Tabel 3). 

Bahan memenuhi syarat jika kadar endotoksin 

kurang dari nilai yang dinyatakan dalam masing-masing 

monografi. 

 

CARA FOTOMETRIK 

 

Metode turbidimetri mengukur peningkatan 

kekeruhan. Berdasarkan prinsip pengujian yang 

dipakai , teknik ini diklasifikasikan menjadi 

turbidimetri titik akhir dan turbidimetri kinetik. Cara 

turbidimetri titik akhir didasarkan pada hubungan 

kuantitatif antara kadar endotoksin dan kekeruhan 

(serapan atau transmisi) dari campuran reaksi pada akhir 

masa inkubasi. Cara turbidimetri kinetik dapat dilakukan 

dengan dua cara: mengukur waktu yang dibutuhkan 

untuk mencapai nilai serapan yang telah ditetapkan atau 

kecepatan pembentukan kekeruhan. 

Metode kromogenik mengukur kromofor yang 

dilepaskan dari peptida kromogenik yang sesuai, yang 

dihasilkan dari reaksi antara endotoksin dengan pereaksi 

LAL. Berdasarkan prinsip pengujian yang dipakai , 

teknik ini diklasifikasikan sebagai teknik kromogenik 

titik akhir atau kromogenik kinetik. Cara kromogenik 

titik akhir didasarkan pada hubungan kuantitatif antara 

kadar endotoksin dan pelepasan kromofor pada akhir 

masa inkubasi. Cara kromogenik kinetik dapat dilakukan 

dengan mengukur waktu yang dibutuhkan untuk 

mencapai nilai serapan yang telah ditentukan atau 

kecepatan pembentukan warna. 

Seluruh pengujian fotometrik dilakukan pada suhu 

inkubasi yang direkomendasikan oleh produsen Pereaksi 

LAL, biasanya  37°±1°.  

 

Uji Persiapan Cara Fotometrik 

 

    Untuk menjamin presisi atau keabsahan dari cara 

turbidimetri dan kromogenik, dilakukan uji persiapan untuk 

memverifikasi kriteria kurva baku yang absah dan larutan 

sampel tidak menghambat atau memacu reaksi. Revalidasi 

metode pengujian diperlukan bila terjadi perubahan kondisi 

yang dapat berpengaruh terhadap hasil uji. 

Verifikasi Kriteria Kurva Baku Dengan 

memakai  larutan endotoksin baku, siapkan minimal 

3 kadar endotoksin untuk membuat kurva baku. Lakukan 

pengujian memakai  minimal 3 replikasi untuk 

masing-masing kadar endotoksin baku, sesuai instruksi 

produsen pereaksi LAL (perbandingan  volume, waktu 

inkubasi, suhu, pH, dan lain-lain). Jika rentang yang 

diinginkan dalam metode kinetik lebih besar dari 2 log, 

maka harus dimasukkan larutan baku tambahan, agar  

setiap kenaikan log tetap berada dalam rentang kurva 

baku. Nilai absolut dari koefisien korelasi, r , harus 

lebih besar atau sama dengan 0,980 untuk rentang kadar 

endotoksin sebagaimana ditetapkan oleh produsen 

pereaksi LAL. 

Uji Faktor Pengganggu untuk Cara Fotometrik 

Pilih satu kadar endotoksin pada atau di sekitar 

pertengahan kurva baku endotoksin. Siapkan larutan A, 

B, C dan D seperti tertera pada Tabel 4. Lakukan uji 

terhadap larutan A, B, C dan D minimal duplo sesuai 

instruksi untuk Pereaksi LAL yang dipakai  (volume 

sampel dan pereaksi LAL, perbandingan volume sampel 

dengan pereaksi LAL, waktu inkubasi, dan lain-lain). 

 Rata-rata perolehan kembali endotoksin yang 

ditambahkan yaitu  kadar endotoksin total dalam larutan  

dikurangi kadar endotoksin dalam larutan semula (jika 

ada). Agar dapat dinyatakan bebas dari faktor 

pengganggu pada kondisi pengujian, hasil pengukuran 

kadar endotoksin yang ditambahkan pada sampel harus 

berada diantara 50-200% dari kadar endotoksin yang 

ditambahkan. 

Bila perolehan kembali endotoksin berada di luar 

rentang yang ditetapkan maka faktor pangganggu harus 

dihilangkan dengan melakukan Uji Faktor Pengganggu 

untuk Cara Jendal Gel sebagaimana yang dijelaskan 

dalam Uji Persiapan Cara Jendal Gel. Ulangi Uji Faktor  

Pengganggu untuk Cara Jendal Gel untuk memvalidasi 

perlakuan. 

- 1411 -

 

 

 

 

 

procedure  Cara Fotometrik 

 

Lakukan procedure  seperti tertera pada Uji Faktor 

Pengganggu untuk Cara Fotometrik dalam Uji Persiapan 

Cara Fotometrik. 

 

Perhitungan Untuk Cara Fotometrik 

 

Hitung kadar endotoksin dari tiap-tiap replikasi 

larutan uji A, memakai  kurva baku yang dibuat 

dengan kontrol positif larutan C. Uji dinyatakan absah 

jika kondisi berikut dipenuhi: (1) Hasil kontrol positif 

larutan C memenuhi persyaratan validasi yang ditetapkan 

pada Verifikasi Kriteria Kurva Baku dalam Uji Persiapan 

Cara Fotometrik; (2) Perolehan kembali endotoksin, 

dihitung dari konsentrasi endotoksin larutan B sesudah  

dikurangi konsentrasi endotoksin larutan A, berada pada 

rentang 50% – 200%; dan (3) Hasil kontrol negatif larutan 

D tidak melebihi batas nilai blangko yang dipersyaratkan 

dalam uraian pereaksi LAL yang dipakai . 

 

Penafsiran Hasil Cara Fotometrik 

Pada pennetapan kadar secara fotometrik, sediaan uji 

memenuhi syarat jika rata-rata kadar endotoksin dari 

replikasi larutan A, sesudah  koreksi pengenceran dan 

kadar, lebih kecil dari batas endotoksin produk. 

 

Tabel 4. Penyiapan Larutan untuk Uji 

Penghambatan/Pemacuan Cara Fotometrik 

Larutan Kadar endotoksin Larutan yang 

ditambah 

endotoksin 

Jumlah 

replika 

Aa 0 Larutan 

sampel 

Tidak kurang 

dari 2 

Bb kadar tengah 

pada kurva baku 

Larutan 

sampel 

Tidak kurang 

dari 2 

Cc Minimal 3 kadar 

(kadar terendah 

sama dengan ) 

Air Pereaksi 

LAL 

Masing-

masing tidak 

kurang dari 2 

Dd 0 Air Pereaksi 

LAL 

Tidak kurang 

dari 2 

a  Larutan A : Larutan sampel, dapat  diencerkan tidak lebih 

dari PMA 

b  Larutan B : Sediaan uji dengan pengenceran yang sama 

dengan Larutan A mengandung endotoksin yang ditambahkan 

sesampai  kadar yang sama dengan/mendekati kadar tengah  

kurva baku. 

c  Larutan C     : Larutan baku Endotoksin baku dengan kadar 

sebagaimana yang dipakai  dalam validasi metode seperti 

tertera pada  Verifikasi Kriteria Kurva Baku dalam Uji 

Persiapan untuk Cara Fotometrik (seri kontrol positif). 

d  Larutan D : Air Pereaksi LAL (kontrol negatif). 

 

 

UJI HEMOLISIN <211>  

 

    Tambahkan 1 bagian volume serum donor segar ke 

dalam 1 bagian volume suspensi sel A1 10% dalam 

larutan natrium klorida P 0,9% dan tambahkan 1 bagian 

volume kedalam 1 bagian volume suspensi sel B yang 

serupa; pengujian serupa dilakukan memakai  sel O 

sebagai kontrol negatif. Jika umur serum lebih dari        

24 jam, tambahkan 1 bagian volume serum golongan O 

segar bebas lisin ke dalam tiap tabung sebagai sumber 

komplemen. Campur isi tiap tabung, inkubasi pada suhu 

37º selama 1 jam dan amati hemolisis dalam beningan. 

    Terhadap serum yang memberi  reaksi positif dalam uji 

ini  lakukan pengujian lebih lanjut sebagai berikut: 

    Encerkan 1 bagian volume serum dengan 3 bagian 

volume larutan natrium klorida P 0,9% dan campur 1 

bagian volume serum encer dengan 1 bagian volume 

serum golongan O segar bebas lisin dan 1 bagian volume 

suspensi sel A1 atau sel B 10% dalam larutan natrium 

klorida P 0,9% (yang mengalami lisis pada uji 

sebelumnya). Pada waktu yang bersamaan, dalam 2 

tabung lain, campur 1 bagian volume larutan natrium 

klorida P 0,9% dengan 1 bagian volume serum golongan 

O secara segar bebas lisin. Ke dalam salah satu tabung ini 

tambahkan 1 bagian volume suspensi sel A1, 10% dalam 

larutan natrium klorida P 0,9% dan ke dalam tabung 

lainnya 1 bagian volume suspensi sel B 10% dalam 

larutan natrium klorida P 0,9%. Inkubasi semua tabung 

pada suhu 37º selama 1 jam, campur isi masing-masing 

tabung dan amati hemolisis dalam beningan. Tidak  

terbentuk hemolisis dalam tiap tabung. 

 

 

UJI HISTAMIN <221>  

 

    Bunuh marmut dengan bobot tubuh 250 g sampai  350 g 

yang telah dipuasakan selama 24 jam. Potong usus halus 

bagian distal sepanjang 2 cm dan kosong-kan dengan 

membilas hati-hati dengan Larutan B memakai  alat 

suntik. Ikat dengan benang halus kedua ujungnya dan 

buat potongan melintang kecil pada bagian tengah 

potongan usus halus. Letakkan dalam bejana organ 

dengan kapasitas 10 ml sampai  20 ml berisi Larutan B, 

yang dipertahankan pada suhu tetap (34° - 36°) dan larutan 

dialiri udara atau campuran oksigen P - karbon dioksida 

P(95:5). Ikatkan salah satu benang dekat pada dasar 

bejana organ. Ikatkan benang yang lain pada miograf 

isotonik dan rekam kontraksi organ pada kimograf atau 

alat lain yang sesuai yang dapat memberi  rekaman 

permanen. Jika dipakai  pengungkit, panjangnya harus 

sedemikian rupa sesampai  gerakan organ diperkuat lebih 

kurang 20 kali. Tegangan usus halus sebaiknya 9,8 mN 

dan disesuaikan dengan kepekaan organ. Bilas bejana 

organ dengan Larutan B. Biarkan selama 10 menit. Bilas 

dua atau tiga kali lagi dengan Larutan B. Tambahkan 0,2 

ml sampai  0,5 ml larutan histamin dihidroklorida P yang 

diukur tepat, yang menimbulkan respons submaksimal 

yang reprodusibel. Dosis ini dinyatakan sebagai “dosis 

tinggi”. Bilas bejana organ (sebaiknya dengan air yang 

berlebih tanpa mengosongkan bejana), tiga kali dengan 

Larutan B sebelum setiap penambahan histamin. 

Penambahan berurutan dibuat dengan interval waktu yang 

teratur sedemikian, sesampai  terjadi relaksasi sempurna di 

antara dua penambahan (lebih kurang 2 menit). 

Tambahkan volume yang sama larutan histamin 

dihidroklorida P dengan kadar lebih rendah yang 

menimbulkan respons yang reprodusibel lebih kurang 

setengah dari respons dosis tinggi. Dosis ini dinyatakan 

- 1412 -

 

 

 

 

 

 

sebagai “dosis rendah”. Lanjutkan penambahan secara 

teratur larutan histamin “dosis tinggi” dan “dosis rendah” 

dengan cara ini  di atas, bergantian dengan enceran 

larutan uji dengan volume yang sama, sesuaikan kadar 

enceran larutan uji sedemikian sesampai  menimbulkan 

kontraksi usus halus, jika ada lebih kecil dari respons 

yang disebabkan oleh histamin dosis tinggi. Tetapkan 

apakah terjadi kontraksi, jika ada, reprodusibel dan 

apakah respons kontraksi terhadap histamin ”dosis tinggi” 

dan “dosis rendah” yang diberikan berikutnya tidak 

berubah. Hitung aktivitas zat uji dan nyatakan 

ekuivalensinya dalam mikrogram histamin basa dari 

pengenceran yang ditetapkan di atas. Jumlah yang 

diperoleh tidak melebihi jumlah yang tertera pada 

monografi. 

    Jika zat uji tidak menimbulkan kontraksi, buat larutan 

segar dengan penambahan histamin sesuai dengan jumlah 

maksimum yang dapat ditoleransi dalam monografi dan 

catat apakah kontraksi yang dihasilkan oleh sediaan 

dengan penambahan histamin sesuai dengan jumlah 

histamin yang ditambahkan. Jika tidak, atau jika 

kontraksi yang disebabkan zat uji tidak reprodusibel, atau 

jika respons berikutnya terhadap histamin “dosis tinggi” 

dan “dosis rendah” berkurang, hasil uji dinyatakan tidak 

absah dan laku-kan Uji Daya Hipotensif <191>. 

 

Larutan A 

Natrium klorida P 

Kalium klorida P 

Kalsium klorida anhidrat P 

Magnesium klorida anhidrat  

Natrium fosfat dibasa P 

Air untuk injeksi P sampai  

    160   g 

    4,0    g      

    2,0    g 

    1,0    g 

   50     mg 

    1000  ml 

  

 

Larutan B 

Larutan A 

Atropin sulfat P 

Natrium bikarbonat P 

D-Glukosa P 

Air untuk injeksi P  

  50   ml 

  0,5  ml 

  1,0  g 

  0,5  g 

  950 ml 

 

Larutan B harus dibuat segar dan dipakai  dalam waktu 

24 jam. 

 

 

UJI PIROGEN <231> 

 

Uji pirogen dimaksudkan untuk membatasi risiko reaksi 

demam pada tingkat yang dapat diterima oleh pasien pada 

pemberian sediaan injeksi. Pengujian meliputi 

pengukuran kenaikan suhu kelinci sesudah  penyuntikan 

sediaan uji secara intravena dan ditujukan untuk sediaan 

yang dapat ditoleransi oleh kelinci percobaan pada dosis 

tidak lebih dari 10 ml per kg yang disuntikkan secara 

intravena dalam periode tidak lebih dari 10 menit. Untuk 

sediaan yang memerlukan penyiapan pendahuluan atau 

cara pemberian khusus, ikuti petunjuk tambahan yang 

diberikan pada masing-masing monografi atau, dalam hal 

antibiotik atau sediaan biologi petunjuk tambahan 

diberikan dalam ketentuan lain.  

 

ALAT DAN PENGENCER 

 

Alat suntik, jarum dan alat gelas dibebaskan dari pirogen 

dengan pemanasan pada 250° selama tidak kurang dari 30 

menit atau dengan metode lain yang sesuai. Perlakukan 

semua pengencer dan larutan untuk mencuci dan 

membilas peralatan atau alat suntik parenteral sedemikian 

rupa yang dapat menjamin alat ini  steril dan bebas 

pirogen. Lakukan uji pirogen pada pengencer dan larutan 

untuk pencuci atau pembilas alat secara berkala. Bila 

dipakai  Injeksi Natrium Klorida sebagai pengencer, 

pakailah  larutan yang mengandung natrium klorida 0,9%. 

 

REKAMAN SUHU 

 

pakailah  alat pendeteksi suhu yang teliti seperti 

thermometer klinik atau alat termistor atau alat sejenis 

yang telah dikalibrasi untuk menjamin ketelitian ± 0,1° 

dan telah diuji untuk penetapan bahwa pembacaan 

maksimum dapat dicapai kurang dari 5 menit. Masukkan 

alat pendeteksi suhu ke dalam rektum kelinci uji dengan 

kedalaman tidak kurang dari 7,5 cm dan sesudah  periode 

waktu tidak kurang dari yang ditetapkan sebelumnya, 

catat suhu tubuh kelinci. 

 

HEWAN UJI 

 

pakailah  kelinci dewasa yang sehat. Tempatkan kelinci 

satu ekor dalam satu kandang dalam ruangan dengan suhu 

yang seragam antara 20° - 23° dan bebas dari gangguan 

yang menimbulkan kegelisahan. Perbedaan suhu tidak 

lebih dari ±3° dari suhu yang ditetapkan. Kelinci yang 

belum pernah dipakai  untuk uji pirogen, adaptasikan 

kelinci tidak lebih dari tujuh hari dengan uji pendahuluan 

yang meliputi semua tahap yang tertera pada procedure , 

kecuali penyuntikan. Kelinci tidak boleh dipakai  untuk 

uji pirogen lebih dari sekali dalam waktu 48 jam, atau 

sebelum 2 minggu untuk uji pirogen yang menampilkan  

kenaikan suhu 0,6° atau lebih, atau telah dipakai  untuk 

uji sediaan yang dinyatakan pirogenik. 

 

procedure  

 

Lakukan uji dalam ruang terpisah yang dirancang untuk 

pengujian pirogen dan pada kondisi lingkungan yang 

sama dengan ruang pemeliharaan hewan dan bebas dari 

gangguan yang menimbulkan kegelisahan. Kelinci tidak 

diberi makan selama pengujian. Boleh diberi minum 

setiap saat, namun  terbatas. Jika termistor pengukur suhu 

rektum dipakai  untuk pengujian, kelinci diletakkan 

dalam penyekap yang dapat menahan kelinci dengan 

leher yang longgar sesampai  dapat duduk dengan bebas. 

Tetapkan suhu kontrol dari tiap kelinci tidak lebih dari 30 

menit sebelum penyuntikan larutan uji. Suhu ini  

dipakai  sebagai awal untuk penetapan setiap kenaikan 

suhu yang dihasilkan dari penyuntikan larutan uji. Dalam 

setiap kelompok kelinci uji, pakailah  kelinci yang 

- 1413 -

 

 

 

 

 

 

memiliki  perbedaan suhu kontrol antara satu dengan 

lainnya tidak lebihdari 1°, dan suhu kontrol setiap kelinci 

tidak boleh lebih dari 39,8°. Kecuali dinyatakan lain pada 

masing-masing monografi, suntikkan 10 ml larutan uji 

per kg berat badan kedalam vena telinga setiap tiga 

kelinci, lakukan penyuntikan dalam waktu 10 menit. 

Larutan uji berupa sediaan yang perlu dikonstitusi sesuai 

etiket, atau bahan uji yang diperlakukan seperti tertera 

pada masing-masing monografi dan disuntikkan sesuai 

dosis ini . Untuk uji pirogen dari alat atau perangkat 

injeksi, pakailah  cucian atau bilasan permukaan yang 

kontak dengan bahan yang diberikan secara parenteral, 

tempat penyuntikan atau jaringan tubuh pasien. Semua 

larutan uji harus terjamin bebas kontaminasi. Lakukan 

penyuntikan sesudah  larutan uji dihangatkan pada suhu 

37°±2°. Rekam suhu berturut-turut an