Jumat, 06 Desember 2024

farmakope 109


 tara jam ke-1 dan 

ke-3 sesudah  penyuntikan dengan selang waktu 30 menit. 

 

INTERPRETASI HASIL DAN LANJUTAN 

 

Setiap penurunan suhu dianggap nol. Sediaan memenuhi 

syarat jika  tidak ada satupun kelinci yang 

menampilkan  kenaikan suhu 0,5° atau lebih. Bila ada 

kelinci yang menampilkan  kenaikan suhu 0,5° atau lebih, 

lanjutkan uji memakai  lima ekor kelinci lain. 

Sediaan memenuhi syarat bebas pirogen bila tidak lebih 

dari 3 dari 8 ekor masing-masing menampilkan  kenaikan 

suhu 0,5° atau lebih dan jumlah kenaikan suhu 

maksimum 8 kelinci tidak melebihi 3,3°.  

 

 

UJI REAKTIVITAS BIOLOGI SECARA         

IN-VITRO <241> 

 

    Uji berikut dirancang untuk menentukan reaktivitas 

biologik biakan sel mamalia sesudah  kontak dengan 

plastik elastomer dan bahan polimer lain yang kontak 

dengan penderita secara langsung atau tidak langsung, 

atau dengan ekstrak khusus yang dibuat dari bahan uji. 

Hal yang penting yaitu  menyediakan luas permukaan 

spesifik untuk ekstraksi. Jika luas permukaan spesimen 

tidak dapat ditentukan, pakailah  0,1 g elastomer atau    

0,2 g plastik atau bahan lain untuk setiap ml cairan 

ekstraksi. Juga penting berhati-hati dalam penyediaan 

bahan-bahan ini  untuk menghindari kontaminasi 

mikroba dan zat asing lain.  

    Tiga uji diuraikan di bawah ini: Uji Difusi Agar, Uji 

Kontak Langsung, dan Uji Evaluasi. Keputusan jenis uji 

atau jumlah uji yang dilakukan untuk menilai respons 

biologik potensial sampel atau ekstrak khusus tergantung 

dari bahan, produk akhir dan tujuan pemakaian . Faktor 

lain yang mungkin juga mempengaruhi kesesuaian 

sampel untuk suatu pemakaian  khusus yaitu  komposisi 

polimer; procedure  pembuatan dan pembersihan; media 

kontak; tinta; perekat; absorbsi, adsorpsi dan 

permeabilitas pengawet; dan kondisi penyimpanan. 

Evaluasi terhadap faktor ini  harus dilakukan dengan 

berbagai uji khusus tambahan sebelum menentukan 

bahwa produk yang dibuat dari suatu bahan khusus tepat 

untuk tujuan pemakaian nya.  

 

    Baku pembanding Bioreaksi Negatif BPFI; Bioreaksi 

Positif Padat BPFI; Ekstrak Bioreaksi Positif BPFI.  

    Penyiapan Biakan Sel Buat biakan ganda sel fibroblas 

mamalia L-929 (ATCC cell line CCL1, NCTC klon 929) 

dalam media esensial minimum yang ditambah serum dan 

memiliki  kerapatan benih lebih kurang 105 sel per ml. 

Inkubasi biakan pada suhu 37°±1° selama tidak kurang 

dari 24 jam dalam atmosfer karbon dioksida 5%±1%, 

sampai diperoleh lapisan tunggal sel dan kompak lebih 

dari 80%. Periksa di bawah mikroskop untuk memastikan 

biakan merupakan lapisan tunggal seragam dan hampir 

kompak. [Catatan Reprodusibilitas Uji Reaktivitas 

secara Biologi in-vitro tergantung pada kerapatan biakan 

sel yang seragam.]  

 

    Pelarut ekstraksi Injeksi natrium klorida seperti 

tertera pada Injeksi Natrium Klorida mengandung 

natrium klorida 0,9%. Sebagai pengganti, dapat 

dipakai  media biakan sel mamalia bebas serum atau 

media biakan sel mamalia yang ditambahkan serum. 

Penambahan serum dipakai  bila ekstraksi dilakukan 

pada suhu 37° selama 24 jam.  

 

    Alat 

    Otoklaf pakailah  otoklaf yang dapat mempertahankan 

suhu 121°±2°, dilengkapi dengan termometer, pengukur 

tekanan, lubang ventilasi, rak yang cukup untuk 

menampung wadah uji di atas permukaan air dan sistem 

pendingin air yang akan mendinginkan wadah uji sampai 

suhu lebih kurang 20°, namun  tidak di bawah suhu 20°, 

segera sesudah  siklus pemanasan.  

   Oven pakailah  oven, sebaiknya model konveksi 

mekanik yang akan mempertahankan rentang suhu kerja 

50° - 70° dalam kisaran lebih kurang 2°.  

    Inkubator pakailah  inkubator yang dapat 

mempertahankan suhu 37°±1° dan atmosfer karbon 

dioksida dalam udara 5%±1%. [Catatan Bila dipakai  

tabung biakan bertutup, atmosfer karbon dioksida dalam 

inkubator tidak diperlukan.]  

    Wadah untuk ekstraksi pakailah  hanya wadah seperti 

ampul atau tabung biakan bertutup ulir, atau yang setara, 

yang dibuat dari kaca Tipe I. Bila dipakai  tabung 

biakan, atau yang setara, bertutup ulir berlapis 

elastometer yang sesuai, seluruh permukaan lapisan 

elastometer yang terpapar dilindungi dengan cakram 

padat inert setebal 0,05 mm sampai  0,075 mm. Cakram 

yang sesuai dapat dibuat dari politetrafluoroetilen 

(politef).  

    Penyiapan alat Bersihkan semua alat gelas dengan 

campuran pembersih asam kromat, bila perlu dengan 

asam nitrat panas, lalu  dibilas dengan air untuk 

injeksi P. Sterilkan wadah dan alat yang dipakai  untuk 

ekstraksi, pemindahan, atau pemberian bahan uji dan 

keringkan dengan cara yang sesuai. Bila etilen oksida 

dipakai  untuk sterilisasi, biarkan tidak kurang dari 48 

jam untuk pengawaudaraan yang sempurna.  

- 1414 -

 

 

 

 

 

 

    procedure  

    Penyiapan sampel untuk ekstrak Lakukan procedure  

seperti tertera pada Uji Reaktivitas secara Biologi, in-vivo 

<251>. 

    Penyiapan ekstrak Lakukan penyiapan ekstrak seperti 

tertera pada Penyiapan ekstrak dalam Uji Reaktivitas 

secara Biologi in-vivo <251>, memakai  larutan 

Injeksi Natrium Klorida (natrium klorida 0,9%) atau 

media biakan sel mamalia bebas serum sebagai Pelarut 

ekstraksi. [Catatan Bila ekstraksi dilakukan pada suhu 

37° selama 24 jam, dalam inkubator, pakailah  media 

biakan sel yang ditambah serum. Kondisi ekstraksi tidak 

boleh menyebabkan perubahan fisik seperti fusi atau 

pelelehan potongan bahan kecuali sedikit perlengketan.]  

 

Uji Difusi Agar 

     

    Uji ini dirancang untuk tutup elastomer dalam berbagai 

bentuk. Lapisan agar berlaku sebagai bantalan untuk 

melindungi sel dari kerusakan mekanis dan sebagai 

sarana difusi bagi bahan kimia yang dapat terlepas dari 

spesimen polimer. Ekstrak bahan uji diletakkan di atas 

selembar kertas saring .  

    Sampel pakailah  ekstrak yang telah dibuat seperti yag 

telah disebut atau pakailah  bagian dari spesimen uji yang 

memiliki  permukaan datar dengan luas permukaan 

tidak kurang dari 100 mm2.  

    procedure  memakai  7 ml suspensi sel yang dibuat 

seperti tertera pada Penyiapan biakan sel, buat lapisan 

tunggal biakan sel pada lempeng berdiameter 60 mm. 

sesudah  inkubasi, buang media biakan dari lapisan tunggal 

dengan pipet, dan sebagai ganti dengan media biakan 

yang ditambah serum dan mengandung agar P tidak lebih 

dari 2%. [Catatan Mutu agar harus cukup baik untuk 

menunjang pertumbuhan sel. Lapisan agar harus cukup 

tipis sesampai  bahan kimia yang terlepas dapat 

berdifusi.] Tempelkan permukaan datar Sampel, 

Biorekasi Negatif BPFI (sebagai Kontrol negatif), dan 

Ekstrak Bioreaksi Positif BPFI atau Bioreaksi Positif 

Padat BPFI (sebagai Kontrol positif) dalam biakan 

rangkap dua pada permukaan agar yang telah memadat. 

pakailah  tidak lebih dari 3 spesimen per lempeng. 

Inkubasi semua biakan pada suhu 37°±1° selama tidak 

kurang 24 jam, sebaiknya dalam inkubator lembab yang 

mengandung karbon dioksida 5%±1%. Amati masing-

masing biakan pada tiap Sampel, Kontrol negatif dan 

Kontrol positif, di bawah mikroskop, bila perlu dengan 

memakai  pewarna sitokimia.  

    Interpretasi hasil Reaktivitas biologik (degenerasi dan 

malformasi sel) digambarkan dan diberi skala 0 - 4 

(seperti tertera pada Tabel 1). Ukur respons yang 

diperoleh dari Kontrol negatif dan Kontrol positif. Sistem 

uji ini sesuai bila respons yang diamati sesuai dengan 

derajat reaktivitas biologik yang tertera pada penandaan 

baku pembanding. Ukur respons yang diperoleh dari 

Sampel. Sampel memenuhi persyaratan uji bila tidak 

satupun biakan sel yang terpapar terhadap Sampel 

menampilkan  reaktivitas lebih besar dari reaktivitas 

ringan (Tingkat 2). Ulangi uji ini bila tidak ada 

kesesuaian sistem.  

Uji Kontak Langsung 

 

    Uji ini dirancang untuk bahan dalam berbagai bentuk. 

procedure  memungkinkan ekstraksi bersaman dan 

pengujian bahan kimia yang dapat lepas dari spesimen 

dengan media yang ditambah serum. procedure  ini tidak 

sesuai untuk bahan dengan kerapatan sangat rendah atau 

sangat tinggi yang dapat menyebabkan kerusakan 

mekanis pada sel.  

    Sampel pakailah  bagian dari spesimen uji yang 

memiliki  permukaan datar dengan luas permukaan 

tidak kurang dari 100 mm2.  

    procedure  Dengan memakai  2 ml suspensi sel yang 

dibuat seperti tertera pada Penyiapan biakan sel, buat 

lapisan tunggal biakan sel pada lempeng berdiameter     

35 mm. sesudah  inkubasi, buang media biakan dengan 

pipet, dan ganti dengan 0,8 ml media biakan segar. 

Tempatkan Sampel tunggal, Biorekasi Negatif BPFI 

(sebagai Kontrol negatif), dan Ekstrak Bioreaksi Positif 

BPFI atau Bioreaksi Positif Padat BPFI (sebagai Kontrol 

positif) pada masing-masing biakan rangkap dua. 

Inkubasi semua biakan pada suhu 37°±1° selama tidak 

kurang 24 jam, sebaiknya dalam inkubator lembab yang 

mengandung karbon dioksida 5%±1%. Amati setiap 

biakan pada tiap Sampel, Kontrol negatif, dan Kontrol 

positif secara visual atau dengan mikroskop bila perlu 

dengan memakai  pewarna sitokimia.  

    Interpretasi hasil Lakukan sesuai tertera pada 

Interpretasi hasil pada Uji Difusi Agar. Sampel 

memenuhi persyaratan uji bila tidak satupun biakan sel 

yang terpapar terhadap Sampel menampilkan  reaktivitas 

lebih besar dari reaktivitas ringan (Tingkat 2). Ulangi uji 

ini bila tidak ada kesesuaian sistem.  

 

Tabel 1 Tingkatan Reaktivitas untuk Uji Difusi Agar 

dan Uji Kontak Langsung 

 

Tingkat Reaktivitas Pemerian Daerah Reaktivitas 

0 Tidak ada Tidak ditemukan daerah 

reaktivitas sekitar dan di 

bawah spesimen  

1 Sedikit Beberapa sel dengan 

malformasi dan degenerasi di 

bawah spesimen  

2 Ringan Daerah reaktivitas terbatas 

pada daerah di bawah 

spesimen 

3 Sedang Daerah reaktivitas meluas   

0,5- 1,0 cm di luar spesimen  

4 Berat Daerah reaktivitas meluas 

lebih dari 1,0 cm di luar 

spesimen namun  tidak sampai 

seluruh cawan.  

 

Uji Eluasi 

 

    Uji ini dirancang untuk mengevaluasi ekstrak bahan 

polimer. procedure  memungkinkan ekstraksi spesimen 

pada suhu fisiologik atau nonfisologik untuk berbagai 

- 1415 -

 

 

 

 

 

 

interval waktu. Uji ini sesuai untuk bahan dengan 

kerapatan tinggi dan untuk evaluasi dosis-respons.  

    Sampel Lakukan seperti tertera pada Penyiapan 

ekstrak, memakai  Injeksi Natrium Klorida (natrium 

klorida 0,9%) atau media biakan sel mamalia bebas 

serum sebagai Pelarut ekstraksi. Bila Sampel tidak dapat 

dengan mudah diukur, dapat dipakai  tidak kurang dari 

0,1 g bahan elastomer atau 0,2 g plastik atau bahan 

polimer per ml media ekstraksi. Sebagai cara lain, 

pakailah  media biakan sel mamalia yang ditambah serum 

sebagai media ekstraksi untuk lebih mendekati kondisi 

fisiologis. Buat ekstrak dengan memanaskan selama 24 

jam dalam inkubator yang sebaiknya mengandung karbon 

dioksida 5%±1%. Pertahankan suhu ekstraksi pada 

37°±1°, sebab  suhu yang lebih tinggi dapat 

menyebabkan denaturasi protein serum.  

    procedure  Dengan memakai  2 ml suspensi sel yang 

dibuat seperti tertera pada Penyiapan biakan sel, buat 

lapisan tunggal biakan sel pada lempeng berdiameter 35 

mm. sesudah  inkubasi, buang media biakan dari lapisan 

tunggal dengan pipet, dan ganti dengan ekstrak Sampel, 

Biorekasi Negatif BPFI (sebagai Kontrol negatif) dan 

Ekstrak Bioreaksi Positif BPFI. Ekstrak yang dibuat 

dengan media biakan sel yang beabs serum maupun yang 

ditambah serum diuji rangkap dua tanpa pengenceran 

(100%). Ekstrak larutan injeksi natrium klorida 

diencerkan dengan media biakan sel yang ditambah 

serum dan diuji rangkap dua pada kadar ekstrak 25%. 

Inkubasi semua biakan pada suhu 37°±1° selama 48 jam, 

dalam inkubator yang sebaiknya mengandung karbon 

dioksida 5%±1%. Periksa setiap biakan pada 48 jam di 

bawah mikroskop jika perlu memakai  pewarna 

sitokimia.  

    Interpretasi hasil Lakukan sesuai yang tertera pada 

Interpretasi hasil pada Uji Difusi Agar namun  pakailah  

tabel 2. Ulangi uji ini bila tidak ada kesesuaian sistem. 

Sampel memenuhi persyaratan uji bila biakan yang 

diperlakukan dengan Sampel menampilkan  reaktivitas 

tidak lebih besar dari reaktivitas ringan (Tingkat 2). Bila 

biakan yang diperlakukan dengan Sampel menampilkan  

reaktivitas yang lebih besar secara bermakna 

dibandingkan biakan yang diberi Kontrol negatif, ulangi 

uji dengan berbagai pengenceran ekstrak secara kuantitatif.  

 

Tabel 2 Tingkatan Reaktivitas untuk Uji Elusi 

Tingkat Reaktivitas Kondisi Semua Biakan  

0 Tidak ada Granul intrasitoplasmik yang 

terpisah; tidak ada lisis sel.  

1 Sedikit Tidak lebih dari 20% sel bulat, 

hampir lepas dan tanpa granul 

intrasitoplasmik; kadang-kadang 

ada sel lisis  

2 Ringan Tidak lebih dari 50% sel bulat dan 

tanpa granul intrasitoplasmik; 

banyak sel lisis dan daerah 

kosong di antara sel.  

3 Sedang Tidak lebih dari 70% lapisan sel 

mengandung sel bulat dan/atau 

lisis.  

4 Berat Kerusakan lapisan sel hampir 

menyeluruh.  

 

 

UJI REAKTIVITAS BIOLOGI SECARA IN-

VIVO <251> 

 

    Uji berikut dirancang untuk menentukan respons 

biologik hewan terhadap elastomer, plastik dan bahan 

polimer lain yang kontak dengan penderita secara 

langsung atau tidak langsung, atau dengan penyuntikan 

ekstrak khusus yang dibuat dari bahan uji. Hal yang 

penting yaitu menyediakan daerah permukaan spesifik 

untuk ekstraksi. Jika daerah permukaan spesimen tidak 

dapat ditentukan, pakailah  100 mg elastomer atau 200 mg 

plastik atau bahan lain untuk setiap ml cairan ekstraksi. 

Juga penting berhati-hati dalam penyediaan bahan-bahan 

yang akan disuntikkan atau dimasukkan guna menghindari 

kontaminasi mikroba dan zat asing lain.  

    Tiga uji diuraikan di bawah ini. Uji Injeksi Sistemik 

dan Uji Intrakutan dipakai  untuk bahan elastomer, 

terutama untuk tutup elastomer dengan Uji Reaktivitas 

secara Biologi in-vitro <241> yang sesuai telah 

menampilkan  reaktivitas biologi yang bermakna. Kedua 

uji ini dipakai  untuk plastik dan polimer lain di 

samping uji ketiga, Uji Implantasi, yaitu untuk menguji 

kesesuaian bahan yang dimaksudkan untuk pemakaian  

dalam pembuatan wadah dan kelengkapannya, pada 

pemakaian  dalam sediaan parenteral, alat kesehatan, 

implan, dan sistem lain. Ketiga uji ini dipakai  untuk 

bahan atau alat kesehatan, jika diperlukan untuk 

klasifikasi plastik dan polimer lain berdasarkan pada Uji 

Reaktivitas Biologi in-vivo. 

    Dalam bab ini berlaku definisi berikut: Sampel yaitu  

spesimen yang diuji atau ekstrak yang dibuat dari 

spesimen ini . Blangko terdiri dari media ekstraksi 

yang sama dalam jumlah yang sama dengan yang 

dipakai  untuk mengekstraksi spesimen yang diuji, 

yang diperlakukan dengan cara yang sama seperti media 

ekstraksi yang mengandung spesimen uji. Kontrol Negatif 

yaitu  spesimen yang tidak memberi  reaksi pada kondisi 

uji.  

 

    Klasifikasi Plastik Plastik diklasifikasikan menjadi 

enam kelas seperti tertera pada Tabel 1. Klasifikasi 

berdasarkan respons terhadap serangkaian uji in-vivo 

yang ditetapkan untuk berbagai ekstrak, bahan dan cara 

pemberian. Uji ini berhubungan langsung dengan 

pemakaian  akhir wadah plastik. Cairan ekstrak yang 

dipilih mewakili pembawa dalam sediaan yang akan 

kontak dengan plastik ini . Klasifikasi dalam Tabel 1 

memberi  informasi untuk pemasok, pemakai dan 

pabrik plastik, berupa ringkasan uji yang ditentukan oleh 

FI untuk wadah injeksi dan alat kesehatan.  

    Kecuali untuk Uji Implantasi, procedure  berdasarkan 

pemakaian  ekstrak yang tergantung pada daya tahan 

bahan terhadap panas, dilakukan pada salah satu dari        

3 suhu yaitu 50°, 70°, dan 121°. Oleh sebab  itu 

penandaan kelas plastik harus disertai dengan suhu 

- 1416 -

 

 

 

 

 

 

ekstraksinya; misalnya IV - 121°, yang menampilkan  

plastik kelas IV yang diekstraksi pada suhu 121°, atau I - 

50°, yang menampilkan  plastik kelas I yang diekstraksi 

pada suhu 50°. Plastik dapat diklasifikasi sebagai Plastik 

BPFI Kelas I - Kelas VI jika  didasarkan pada kriteria 

respons yang ditentukan dalam Tabel 1.  

    Klasifikasi tidak berlaku untuk plastik yang 

dimaksudkan untuk wadah sediaan oral atau topikal, atau 

yang mungkin dipakai  sebagai bagian dari formulasi 

obat. Tabel 1 tidak berlaku untuk elastomer alamiah yang 

harus diuji dalam Injeksi Natrium Klorida dan Minyak 

Nabati saja.   

    Uji Injeksi Sistemik dan Uji Intrakutan masing-masing 

dirancang untuk menentukan respons biologik sistemik 

dan lokal hewan terhadap plastik dan polimer lain dengan 

penyuntikan dosis tunggal ekstrak khusus yang disiapkan 

dari Sampel. Uji Implantasi dirancang untuk menilai 

reaksi jaringan hidup terhadap plastik dan polimer lain 

dengan implantasi Sampel ke dalam jaringan hewan. 

Persiapan yang tepat dan penempatan spesimen secara 

aseptik penting dalam melaksanakan Uji Implantasi.  

    Semua uji dirancang untuk plastik dan polimer lain 

dalam kondisi pemakaian nya masing-masing. Bila 

bahan akan mengalami proses pencucian atau sterilisasi 

sebelum pemakaian  akhir, maka uji harus dilakukan 

pada Sampel yang dibuat dari spesimen yang telah 

mengalami proses sama.  

    Faktor seperti komposisi bahan, procedure  pembuatan 

dan pembersihan, media kontak, tinta, perekat, absorbsi, 

adsorbsi dan permeabilitas pengawet serta kondisi 

penyimpanan mungkin juga mempengaruhi kesesuaian 

suatu bahan untuk pemakaian  tertentu. Evaluasi 

terhadap faktor ini  dilakukan dengan berbagai uji 

khusus tambahan yang sesuai sebelum menentukan 

kesesuaian bahan untuk tujuan pemakaian nya.  

 

    Media Ekstraksi Injeksi Natrium Klorida seperti 

tertera pada monografi. pakailah  Injeksi natrium klorida 

P 0,9%.  

    Larutan Etanol P 1 dalam 20 pada larutan Injeksi 

Natrium Klorida.  

    Polietilen Glikol 400 P 

    Minyak Nabati pakailah  Oleum Sesami yang baru 

dimurnikan, Oleum Lini atau minyak nabati lain yang 

sesuai.  

    Pembawa sediaan obat. (Jika perlu).  

    Air untuk injeksi P.  

[Catatan Oleum Sesami, Oleum Lini atau minyak nabati 

lain yang sesuai memenuhi persyaratan tambahan 

berikut: Siapkan bahan bila mungkin minyak yang baru 

dimurnikan. Suntik secara intrakutan tiga ekor kelinci 

yang telah disiapkan dengan minyak ini  dengan 

dosis 0,2 ml pada masing-masing 10 tempat per hewan, 

dan amati pada 24 jam, 48 jam, dan 72 jam sesudah  

suntikan. Berikan skor penilaian seperti tertera pada 

Tabel 5 di setiap tempat suntikan. Untuk 3 ekor kelinci 

(30 tempat suntikan), pada setiap waktu pengamatan, 

respons rata-rata berupa eritema tidak boleh lebih besar 

dari 0,5 dan berupa edema tidak lebih besar dari 1,0, dan 

tidak satu tempatpun yang memperlihatkan diameter 

reaksi jaringan lebih dari 10 mm, residu minyak di 

tempat penyuntikan tidak boleh disalah-artikan sebagai 

edema. Jaringan yang mengalami edema akan memutih 

bila ditekan pelan-pelan]. 

 

Tabel 1 Klasifikasi Plastik 

 

Kelas Plastika Uji yang dilakukan  

I II III IV V VI Bahan uji Hewan Dosis procedure b 

X X X X X X Ekstrak sampel dalam Injeksi 

Natrium Klorida  

Mencit  50 ml/kg A (IV) 

X X X X X X Kelinci 0,2 ml/ekor pada tiap 10 

tempat penyuntikan  

 X X X X X Ekstrak sampel dalam Larutan 

Etanol P dalam Larutan Injeksi 

Natrium Klorida 1 dalam 20 

Mencit  50 ml/kg A (IV) 

 X X X X X Kelinci 0,2 ml/ekor pada tiap 10 

tempat penyuntikan  

  X  X X Ekstrak sampel dalam Polietilen 

Glikol 400 

Mencit  10 ml/kg A (IP) 

    X X Kelinci 0,2 ml/ekor pada tiap 10 

tempat penyuntikan  

  X X X X Sampel dalam Minyak Nabati Mencit  50 ml/kg A (IP) 

   X X X Kelinci 0,2 ml/ekor pada tiap 10 

tempat penyuntikan  

   X  X Sampel strip implan  Kelinci 4 strip/ekor  C 

a Uji yang diperlukan untuk setiap kelas dinyatakan dengan tanda “x” dalam kolom yang tersedia 

b  Keterangan :A (ip)  Uji Injeksi Sistemik (intraperitoneal);  

                     A (iv)  Uji Injeksi Sistemik (intravena);  

                     B Uji Intrakutan;  

                     C Uji Implantasi (implantasi intramuskular)  

- 1417 -

 

 

 

 

 

 

Tabel 2 Penilaian Reaksi Kulit 

 

Eritema dan Pembentukan Eskar  Skor 

Tidak ada eritema 0 

Eritema sangat sedikit (hampir tidak terlihat) 1 

Eritema jelas terlihat 2 

Eritema sedang sampai berat 3 

Eritema berat (merah tua) sampai pembentukan 

sedikit eskar (kerusakan yang lebih dalam) 

Pembentukan Edema* Skor 

Tidak ada edema 0 

Edema sangat sedikit (hampir tidak terlihat) 1 

Edema sedikit (tepi area terlihat sedikit 

menonjol) 

Edema sedang (menonjol kira-kira 1 mm) 3 

Edema berat (menonjol lebih dari 1 mm dan 

lebih luas dari daerah paparan) 

* Tidak termasuk edema non inflamasi (mekanis) dari 

blangko atau cairan ekstraksi  

 

Alat  

Otoklaf pakailah  otoklaf yang dapat mempertahankan 

suhu 121°±2,0°, dilengkapi dengan termometer, pengukur 

tekanan, lubang ventilasi, rak yang cukup untuk 

menampung wadah uji di atas permukaan air dan sistem 

pendingin air yang akan mendinginkan wadah uji sampai 

suhu lebih kurang 20°, namun  tidak di bawah suhu 20°, 

segera sesudah  siklus pemanasan.  

    Oven pakailah  oven, sebaiknya model konveksi 

mekanik yang akan mempertahankan rentang suhu kerja 

50° sampai  70° dalam kisaran ±2°.  

    Wadah untuk ekstraksi pakailah  hanya wadah seperti 

ampul atau tabung biakan bertutup ulir, yang terbuat dari 

kaca Tipe I. Bila dipakai  tabung biakan, atau yang 

setara, bertutup ulir berlapis elastome yang sesuai, 

seluruh permukaan lapisan elastometer yang terpapar 

dilindungi dengan piringan padat netral setebal 0,05 mm 

sampai  0,075 mm. Cakram yang sesuai dapat dibuat dari 

politetrafluoroetilen (politef).  

 

   Penyiapan alat Bersihkan semua alat gelas dengan 

campuran pembersih asam kromat, jika perlu dengan 

asam nitrat panas, lalu  dibilas dengan air. 

Bersihkan alat pemotong dengan cara yang sesuai 

(misalnya bersihkan berturut-turut dengan aseton dan 

metilen klorida) sebelum dipakai  untuk membagi 

spesimen. Bersihkan alat-alat lain dengan menggosok 

memakai  detergen yang sesuai dan bilas dengan air. 

Sterilkan wadah dan alat yang dipakai  untuk ekstraksi, 

pemindahan, dan pemberian bahan uji lalu  

keringkan dengan cara yang sesuai. [Catatan Bila 

dipakai  etilen oksida untuk sterilisasi, diperlukan 

jangka waktu yang cukup untuk menghilangkan gas 

dengan sempurna.] 

 

    procedure  Penyiapan Sampel Uji Injeksi Sistemik dan 

Uji Intrakutan dapat dilakukan dengan memakai  

ekstrak yang sama, atau dibuat ekstrak yang terpisah 

untuk masing-masing uji. Pilih dan bagi menjadi bagian-

bagian Sampel dengan ukuran seperti tertera pada Tabel 

2. Buang partikel seperti serat dan partikel bebas dengan 

memperlakukan setiap bagian Sampel atau Kontrol 

Negatif dengan cara sebagai berikut: Masukan Sampel ke 

dalam labu tentukur 100-ml bertutup kaca yang terbuat 

dari kaca Tipe I, dan tambahkan lebih kurang 70 ml Air 

untuk injeksi P. Kocok selama lebih kurang 30 detik dan 

buang airnya, ulangi pencucian dan keringkan potongan 

sampel untuk ekstraksi dengan Minyak Nabati dalam 

oven pada suhu tidak lebih dari 50°. [Catatan Tidak 

boleh membersihkan Sampel dengan kain kering atau 

basah atau dengan membilas atau mencuci dengan 

pelarut organik, surfaktan, dsb.] 

  

Tabel 3 Luas Permukaan Spesimen yang dipakai 1* 

 

Bentuk Bahan Ketebalan  Jumlah Sampel untuk setiap 20 ml 

Media Ekstraksi 

Dibagi menjadi 

Film atau lembaran  < 0,5 mm Setara dengan luas permukaan total 120 

cm2 (kedua sisi) 

Strip kira-kira 5 x 0,3 cm 

0,5 – 1 mm Setara dengan luas permukaan total 60 

cm2 (kedua sisi) 

Pipa/tabung < 0,5 mm  

(dinding) 

Panjang (dalam cm) = 120 cm2/ 

(jumlah keliling diameter dalam dan 

diameter luar) 

Potongan kira-kira 5 x 0,3 cm 

0,5 – 1 mm 

(dinding) 

Panjang (dalam cm) = 60 cm2/(jumlah 

keliling diameter dalam dan diameter 

luar) 

Lempengan, pipa/tabung 

dan bahan cetakan 

> 1 mm Setara dengan luas permukaan total 60 

cm2 (semua permukaan yang terpapar) 

Potongan sampai kira-kira 

5 x 0,3 cm 

Elastomer  > 1 mm Setara dengan luas permukaan total 25 

cm2 (semua permukaan yang terpapar) 

Tidak boleh dibagi2* 

1* Bila luas permukaan tidak dapat ditentukan sebab  konfigurasi spesimen, pakailah  0,1 g elastomer  

     atau 0,2 g plastik atau polimer lain untuk setiap 1 ml cairan ekstraksi.  

2* Tutup elastomer cetakan diuji utuh. 

- 1418 -

 

 

 

 

 

Penyiapan ekstrak Masukkan Sampel uji yang telah 

disiapkan ke dalam wadah ekstraksi dan tambahkan 20 ml 

media ekstraksi yang sesuai. Ulangi cara ini untuk setiap 

media ekstraksi yang diperlukan untuk uji. Juga siapkan 

20 ml blangko setiap media untuk penyuntikan paralel 

dan dengan cara yang sama sebagai pembanding. 

Ekstraksi dengan memanaskan dalam otoklaf pada suhu 

121° selama 60 menit, dalam oven pada suhu 70° selama 

24 jam, atau pada suhu 50° selama 72 jam. Biarkan cairan 

dalam wadah beberapa lama untuk mencapai suhu 

ekstraksi.  

    [Catatan Kondisi ekstraksi tidak boleh menyebabkan 

perubahan fisik seperti fusi atau lelehnya potongan 

Sampel, yang menyebabkan berkurangnya luas 

permukaan yang tersedia. Sedikit perlengketan antara 

potongan sampel dapat diterima. Masukkan potongan 

yang telah dibersihkan satu per satu ke dalam media. 

Bila dipakai  tabung biakan bertutup ulir untuk 

ekstraksi dalam otoklaf dengan Minyak Nabati, tutup ulir 

harus cukup rapat dengan pita peka tekanan.] 

    Dinginkan sampai kira-kira suhu kamar namun  tidak 

kurang dari 20°, kocok kuat selama beberapa menit dan 

segera enaptuangkan setiap ekstrak secara aseptik ke 

dalam wadah kering dan steril. Simpan ekstrak pada suhu 

antara 20° dan 30°, dan jangan dipakai  untuk uji 

sesudah  lebih dari 24 jam. Hal yang penting yaitu  kontak 

antara media ekstraksi dengan daerah permukaan plastik 

yang tersedia, waktu dan suhu selama ekstraksi, 

pendinginan yang semestinya, pengocokan dan proses 

enap tuang, dan penanganan aseptik serta penyiapan 

ekstrak sesudah  ekstraksi.  

 

Uji Injeksi Sistemik  

 

    Uji ini dirancang untuk menilai respons sistemik 

terhadap ekstrak bahan uji sesudah  disuntikkan pada 

mencit.  

    Hewan uji pakailah  mencit putih sehat dan belum 

pernah dipakai  sebelumnya, bobot tubuh antara 17 g 

dan 23 g. Untuk setiap kelompok uji pakailah  mencit dari 

sumber yang sama. Air dan makanan yang biasa 

dipakai  untuk hewan percobaan laboratorium dengan 

komposisi yang telah diketahui, diberikan secukupnya.  

    procedure  [Catatan Kocok kuat-kuat setiap ekstrak 

sebelum disuntikkan, untuk memastikan bahwa bahan 

yang terekstraksi terbagi rata. Akan namun , partikel yang 

terlihat tidak boleh disuntikkan secara intravena.] Suntik 

masing-masing 5 ekor mencit dari kelompok uji dengan 

Sampel atau Blangko seperti tertera pada Tabel 3, kecuali 

untuk setiap gram ekstrak Sampel yang dibuat dengan 

Polietilen Glikol 400 dan blangko, encerkan dengan 4,1 

bagian volume Larutan Injeksi Natrium Klorida  untuk  

memperoleh larutan dengan kadar lebih kurang 200 mg 

polietilen glikol per ml.  

    Amati hewan uji segera sesudah  penyuntikan, sesudah     

4 jam, dan lalu  sekurang-kurangnya sesudah  24 jam, 

48 jam dan 72 jam. Bila selama masa observasi tidak 

satupun di antara hewan yang diberi ekstrak Sampel 

menampilkan  reaktivitas biologik yang lebih besar secara 

menonjol  dibanding hewan yang memperoleh Blangko, 

maka Sampel memenuhi persyaratan uji. Bila 2 ekor atau 

lebih mencit mati, atau bila terlihat perilaku abnormal 

seperti konvulsi atau prostasi pada 2 ekor mencit atau 

lebih, atau bila terjadi penurunan bobot tubuh lebih dari  

2 g pada 3 ekor mencit atau lebih, maka Sampel tidak 

memenuhi persyaratan uji. Bila hewan yang diberi 

Sampel ada yang memperlihatkan sedikit tanda-tanda 

reaktivitas biologik dan tidak lebih dari 1 ekor hewan 

memperlihatkan gejala reaktivitas biologik yang nyata 

atau mati, ulangi uji dengan memakai  kelompok 

yang terdiri dari 10 ekor mencit. Pada uji ulang, ke 10 

ekor hewan yang diberi Sampel tidak boleh 

memperlihatkan reaktivitas biologik yang lebih besar 

secara menonjol  dibanding hewan yang diberi Blangko 

selama periode pengamatan.  

 

Tabel 4 procedure  Injeksi - Uji Injeksi Sistemik 

 

Ekstrak atau Blangko Dosis 

per kg 

Cara 

Pemberian* 

Kecepatan 

Injeksi, 

l/detik 

Injeksi Natrium Klorida 50 ml IV 100 

Larutan 1 dalam 20 

Etanol P dalam Injeksi  

   Natrium Klorida 

50 ml IV 100 

Polietilen Glikol 400 10 g IP - 

Zat pembawa sediaan 

obat (bila perlu) 

50 ml IV 100 

Minyak Nabati 50 ml IP - 

*IV = intravena (sampel dan blangko dalam pembawa air) 

IP = intraperitoneal (sampel dan blangko dalam                                   

        pembawa minyak) 

 

Uji Intrakutan  

 

    Uji ini dirancang untuk menilai respons lokal terhadap 

ekstrak bahan uji sesudah  penyuntikan intrakutan pada 

kulit kelinci.  

    Hewan Uji Pilih kelinci albino sehat dan berkulit tipis 

dan bulunya dapat dicukur pendek dan kulitnya bebas 

dari iritasi mekanis atau trauma. Dalam memperlakukan 

hewan uji, tempat penyuntikan jangan disentuh selama 

waktu pengamatan, kecuali untuk membedakan antara 

edema dan residu minyak ikan [Catatan Kelinci yang 

sebelumnya dipakai  untuk uji yang tidak berhubungan, 

misalnya Uji Pirogen <231>, dan yang telah mendapat 

masa istirahat yang ditentukan, boleh dipakai  untuk 

uji asal kulitnya bersih dan tidak cacat.]  

    procedure  [Catatan Kocok kuat-kuat setiap ekstrak 

sebelum disuntikkan, untuk memastikan bahwa bahan 

yang terekstraksi terbagi rata.] Pada hari uji, cukur bulu 

bagian punggung hewan uji pada kedua sisi tulang 

belakang sampai  diperoleh daerah uji yang cukup. Hindari 

iritasi mekanis dan trauma. Bersihkan rambut yang lepas 

dengan pompa hisap. Bila perlu seka kulit dengan etanol 

encer dan keringkan sebelum disuntik. Lebih dari satu 

ekstrak dari bahan tertentu dapat dipakai  untuk tiap 

ekor kelinci, bila telah dipastikan bahwa hasil uji tidak 

akan dipengaruhi. Untuk setiap Sampel pakailah  2 ekor 

hewan dan suntik masing-masing hewan secara intrakutan 

- 1419 -

 

 

 

 

 

 

dengan memakai  satu sisi hewan untuk Sampel dan 

sisi lainnya untuk Blangko, seperti tertera pada Tabel 4.  

 

Tabel 5 Uji Intrakutan 

 

Ekstrak atau 

Blangko 

Jumlah tempat 

penyuntikan 

(per ekor) 

Dosis, l per 

tempat 

penyuntikan 

Sampel 5 200 

Blangko 5 200 

 

[Catatan Encerkan setiap gram ekstrak Sampel yang 

dibuat dengan Polietilen Glikol 400, dan Blangko, 

dengan 7,4 volume Injeksi Natrium klorida untuk 

memperoleh larutan dengan kadar lebih kurang 120 mg 

polietilen glikol per ml].  

    Amati tempat penyuntikan terhadap adanya reaksi 

jaringan seperti eritema, edema, dan nekrosis. Bila perlu, 

seka kulit perlahan-lahan dengan etanol encer untuk 

membantu pengamatan. Amati semua hewan pada 24 

jam, 48 jam dan 72 jam sesudah  penyuntikan. Berikan 

skor penilaian untuk ekstrak Sampel dan Blangko 

ditentukan pada setiap interval penilaian (24 jam, 48 jam 

dan 72 jam) untuk setiap ekor kelinci. sesudah  penilaian 

72 jam, semua skor eritema ditambah skor edema 

dijumlah untuk masing-masing Sampel dan Blangko. 

Bagi masing-masing jumlah dengan 12 (2 hewan x 3 

waktu penilaian x 2 kategori penilaian) untuk 

menentukan skor rata-rata keseluruhan untuk setiap 

Sampel versus setiap Blangko. Persyaratan uji dipenuhi 

jika perbedaan skor rata-rata antara Sampel dan Blangko 

tidak lebih dari 1,0, bila pada waktu pengamatan reaksi 

rata-rata lebih besar secara meragukan dari reaksi data-

data Blangko, ulangi uji dengan memakai  3 ekor 

kelinci tambahan. Persyaratan uji dipenuhi bila perbedaan 

skor rata-rata antara Sampel dan Blangko tidak lebih dari 1,0.  

 

Uji Implantasi 

 

    Uji implantasi dirancang untuk menilai bahan plastik 

dan polimer lain yang kontak langsung dengan jaringan 

hidup. Hal yang penting yaitu  penyiapan strip 

implantasi dan implantasi secara tepat dengan kondisi 

aseptik. Siapkan untuk implantasi 8 strip Sampel dan 4 

strip Plastik Kontrol Negatif BPFI. Setiap strip harus 

berukuran tidak kurang dari 10 mm x 1 mm. Tepi strip 

harus sehalus mungkin untuk menghindarkan trauma 

mekanis tambahan sewaktu implantasi. Strip dengan 

ukuran minimum tertentu diimplantasi memakai  

jarum hipodermik (ukuran 15 sampai  19) dengan ujung 

intravena dan trokar steril. pakailah  jarum steril untuk 

tempat memasukkan strip plastik steril secara aseptik, 

atau masukkan setiap strip bersih ke dalam jarum, kanula 

dan bagian tengahnya dilindungi oleh penutup yang 

sesuai, dan lalu  lakukan procedure  sterilisasi yang 

sesuai. [Catatan Bila dipakai  etilen oksida, diperlukan 

jangka waktu yang cukup untuk menghilangkan gas 

dengan sempurna.]  

    Hewan Uji Pilih kelinci dewasa sehat dengan bobot 

tubuh tidak kurang dari 2,5 kg, dan otot paravertebralnya 

cukup besar untuk diimplantasi dengan strip uji. Jangan 

memakai  jaringan otot lain selain otot paravertebral. 

Hewan harus dianestesi dengan bahan anestesi yang biasa 

dipakai  sampai derajat yang cukup dalam untuk 

mencegah gerakan otot, seperti berkedut.  

    procedure  Lakukan uji dalam ruangan bersih. Pada hari 

uji atau sampai  20 jam sebelum uji dilakukan, cukur bulu 

kelinci pada kedua sisi tulang belakang. Bersihkan 

rambut yang lepas dengan pompa hisap. Seka kulit 

dengan etanol encer dan keringkan kulit sebelum 

disuntik.  

    Implantasi 4 strip Sampel ke dalam otot paravertebral 

pada satu sisi tulang belakang masing-masing dari kedua 

kelinci, 2,5 sampai  5 cm dari garis tengah sejajar dengan 

tulang belakang, dan terpisah lebih kurang 2,5 cm satu 

sama lain. Dengan cara yang sama implantasi 2 strip 

Plastik Kontrol Negatif BPFI ke dalam otot paravertebral 

sisi yang berlawanan dari setiap kelinci. Masukkan stilet 

steril ke dalam jarum untuk menahan strip implan dalam 

jaringan sewaktu menarik jarum. Bila terjadi pendarahan 

yang berlebihan sesudah  implantasi masukkan strip kedua 

di tempat lain.  

    Pelihara hewan ini  selama tidak kurang dari 120 

jam, dan korbankan pada akhir waktu pengamatan dengan 

memberi  dosis berlebihan bahan anestesi atau bahan 

lain yang sesuai. Tunggu beberapa waktu sampai jaringan 

dapat dipotong tanpa menimbulkan pendarahan. Periksa 

secara makroskopik daerah jaringan sekitar bagian tengah 

dari setiap strip implan. pakailah  kaca pembesar dan 

sumber cahaya tambahan. Amati tempat implantasi 

Sampel dan Kontrol terhadap terjadinya pendarahan, 

nekrosis, perubahan warna, dan infeksi lalu  catat 

hasil pengamatan. Ukur enkapsulasi, bila ada dengan 

mengukur lebar kapsul (tepi rongga yang ditempati 

implan Kontrol atau Sampel ke bagian tepi kapsul) 

bulatkan sampai 0,1 mm. Beri skor untuk enkapsulasi 

sesuai dengan Tabel 6.  

    Hitung perbedaan antara skor rata-rata Sampel dan 

Kontrol. Persyaratan dipenuhi bila perbedaan tidak 

melebihi 1,0 atau bila perbedaan antara skor rata-rata 

Sampel dan Kontrol untuk lebih dari satu di antara empat 

tempat implantasi tidak lebih dari 1 untuk semua hewan 

yang diimplantasi.  

 

Tabel 6 Penilaian Enkapsulasi dalam 

Uji Implantasi  

 

Lebar kapsul  Skor 

Tidak ada 0 

sampai  0,5 mm 1 

0,6 – 1,0 mm 2 

1,1 – 2,0 mm 3 

Lebih dari 2,0 mm 4 

 

 

 

 

 

 

- 1420 -

 

 

 

 

 

UJI KEAMANAN SECARA BIOLOGI 

 

 Uji keamanan yang dimaksud ditujukan untuk 

mendeteksi suatu bahan yang tidak diharapkan, 

reaktivitas secara biologi yang tidak dapat diterima. Uji 

secara in vivo ini disiapkan untuk penilaian keamanan 

secara biologi dan produk derivat bioteknologi. 

 

Uji Keamanan 

 

 Pilih 5 ekor mencit sehat yang belum pernah 

dipakai  untuk pengujian, bobot tubuh antara 15 - 23 g, 

kecuali ditentukan lain dalam masing-masing monografi 

atau di tempat lain dalam bab ini, dan pelihara dengan 

diet seimbang yang cukup. Siapkan larutan uji seperti 

tertera dalam masing-masing monografi. Kecuali bila 

ditentukan lain dalam masing-masing monografi atau di 

tempat lain dalam bab ini, suntikkan secara intravena satu 

dosis 0,5 ml larutan uji pada masing-masing mencit 

memakai  jarum ukuran 26 dengan panjang sesuai, 

atau panjang ditentukan di bawah ini. Amati hewan uji 

selama 48 jam sesudah  penyuntikan. Persyaratan uji 

dipenuhi, bila pada akhir 48 jam, semua hewan hidup dan 

tidak lebih dari satu ekor hewan menampilkan  gejala 

reaksi yang tidak biasa diharapkan dari derajat toksisitas 

yang berhubungan dengan bahan ini . Bila satu atau 

lebih hewan mati atau bila lebih dari satu ekor hewan 

menampilkan  tanda toksisitas abnormal atau toksisitas 

yang tidak diinginkan dari bahan uji, ulangi uji 

memakai  sedikitnya 10 ekor mencit lain yang serupa 

dengan yang dipakai  pada uji awal, namun  bobot tubuh 

20±1 g. Dalam masalah  lain, bila semua hewan hidup 

selama 48 jam dan tidak menampilkan  gejala yang 

menampilkan  indikasi toksisitas abnormal atau toksisitas 

yang tidak seharusnya dari bahan ini , persyaratan uji 

dipenuhi. 

    Untuk bahan biologi, lakukan uji memakai  tidak 

kurang dari 2 ekor mencit yang serupa seperti dijelaskan 

di atas, namun  bobot tubuh kurang dari 22 g dan tidak 

kurang dari 2 ekor marmut sehat dengan bobot tubuh 

kurang dari 400 g. Kecuali bila ditentukan lain dalam 

masing-masing monografi, untuk sediaan cair atau 

sediaan beku kering yang telah direkonstitusi seperti 

tertera pada etiket, suntikan 0,5 ml secara intraperitoneal 

pada setiap mencit, dan suntikan 0,5 ml secara 

intraperitoneal pada setiap marmut. Untuk sediaan beku 

kering yang volume konstitusi tidak tertera pada etiket, 

atau untuk sediaan bukan cairan selain sediaan beku 

kering, lakukan uji memakai  cara pemberian, dosis 

uji dan pelarut yang disetujui oleh institusi yang 

berwewenang, berdasarkan cukup bukti yang 

menampilkan  bahwa uji ini memiliki  kepekaan yang 

sama atau lebih besar dari uji yang diuraikan di atas. 

Amati hewan uji selama masa pengamatan minimum 7 

hari. Bila semua hewan dapat melewati periode uji, tidak 

menampilkan  respons yang tidak spesifik atau tidak 

diharapkan dari sediaan ini  yang mungkin 

menampilkan  perbedaan kualitas sediaan dan bobot tubuh 

tidak berkurang pada akhir masa pengamatan dibanding 

pada waktu penyuntikan, persyaratan uji dipenuhi. Bila 

bahan ini  tidak memenuhi persyaratan uji, ulangi 

seperti pada uji awal, dengan satu atau kedua spesies 

yang dipakai  pada uji yang tidak memenuhi 

persyaratan. Bila hewan memenuhi kriteria yang 

ditentukan untuk uji awal, bahan ini  memenuhi 

persyaratan uji. Bila bahan ini  tidak memenuhi 

persyaratan sesudah  uji ulang pertama, dan tidak kurang 

dari 50% dari jumlah hewan pada uji awal dan uji ulang 

pertama, dari spesies yang tidak memenuhi persyaratan, 

dapat melewati masa pengamatan, uji ulang kedua dapat 

dilakukan. pakailah  2 kali jumlah hewan dari spesies 

yang sesuai yang dipakai  pada uji awal. Bila hewan 

memenuhi kriteria yang ditentukan untuk uji awal, 

persyaratan uji dipenuhi. 

 

 

IDENTIFIKASI BASA NITROGEN ORGANIK 

<261> 

 

    Cara ini dipakai  untuk identifikasi senyawa amin 

tersier. 

    Jika zat berupa ruahan, larutkan 50 mg zat dalam 25 ml 

asam klorida 0,01 N. Untuk bentuk sediaan tablet atau 

kapsul, timbang beberapa  serbuk setara dengan 50 mg 

zat, kocok dengan 25 ml asam klorida 0,01 N selama 10 

menit. Pindahkan larutan ke dalam corong pisah, saring 

jika perlu, bilas penyaring dan sisa beberapa kali dengan 

sedikit air. Dalam corong pisah kedua larutkan 50 mg 

Baku Pembanding Farmakope negara kita  yang sesuai 

dalam 25 ml asam klorida 0,01 N. Pada masing-masing 

larutan tambahkan 2 ml natrium hidroksida 1 N dan 4 ml 

karbon disulfida P dan kocok selama 2 menit. Jika perlu 

sentrifus, sampai  lapisan bawah menjadi jernih, saring 

melalui penyaring kering, kumpulkan filtrat dalam labu 

kecil bersumbat kaca. 

    Segera ukur serapan inframerah dari masing-masing 

filtrat  pada panjang gelombang antara 7 μm dan 15 μm 

menggunkaan sel 1 mm dengan karbon disulfida P 

sebagai blangko. Spektrum serapan inframerah Larutan 

uji menampilkan  maksimum pada bilangan gelombang 

yang sama seperti pada Larutan baku.  

 

 

IDENTIFIKASI TETRASIKLIN <271> 

 

Cara kromatografi berikut ini dipakai  untuk 

memastikan identitas zat golongan tetrasiklin seperti 

doksisiklin, oksitetrasiklin dan tetrasiklin, dan untuk 

memastikan identitasnya dalam sediaan. Ada dua cara 

yaitu kromatografi kertas (Metode I) dan kromatografi 

lapis tipis (Metode II). Kecuali dinyatakan lain dalam 

masing-masing monografi, pakailah  Metode I. 

    Larutan baku Kecuali dinyatakan lain dalam masing-

masing monografi, larutkan Baku Pembanding 

Farmakope negara kita  untuk zat yang akan diidentifikasi 

dalam pelarut yang sama dan kadar yang sama seperti 

pada Larutan uji. 

    Larutan uji Lakukan seperti tertera pada masing-

masing monografi. 

- 1421 -

 

 

 

 

 

 

Metode I 

 

    Dapar pH 3,5 Larutkan 13,4 g asam sitrat anhidrat P 

dan 16,3 g natrium fosfat dibasa P dalam 1000 ml air, 

campur. 

    tahap  gerak Buat campuran segar kloroform P-

nitrometan P-piridin P (10:20:3). 

    Larutan uji campuran Buat campuran sama banyak 

Larutan uji dan Larutan baku. 

    Kertas kromatografi Buat garis penotolan 2,5 cm dari 

tepi bawah kertas saring (Whatman nomor 1 atau sejenis) 

20 x 20 cm. Impregnasi kertas dengan Dapar pH 3,5 

dengan cara mencelupkan ke dalam wadah, hilangkan 

sisa pelarut dengan menekan kertas saring diantara dua 

kertas penyerap yang tidak berfluoresensi. 

    procedure  Totolkan secara terpisah masing-masing 2 l 

Larutan baku, Larutan uji dan Larutan uji campuran 

dengan jarak 1,5 cm. Diamkan sampai agak kering. 

Masukkan kertas ke dalam bejana untuk kromatografi 

menaik, yang telah berisi tahap  gerak setinggi 0,6 cm, 

seperti tertera pada Kromatografi <931>. Biarkan tahap  

gerak merambat lebih kurang 10 cm. Angkat kertas dan 

uapi dengan dengan uap amonia. Amati kromatogram di 

bawah cahaya Ultra Violet dengan panjang gelombang 

366 nm. Catat bercak utama yang berfluoresensi kuning. 

Harga Rf bercak utama Larutan uji dan Larutan uji 

campuran sesuai dengan bercak utama Larutan baku. 

 

Metode II 

 

    Larutan resolusi Kecuali dinyatakan lain dalam 

masing-masing monografi, buat larutan dalam metanol P 

yang mengandung masing-masing 0,5 mg per ml 

Klortetrasiklin Hidroklorida BPFI, Doksisiklin Hiklat 

BPFI, Oksitetrasiklin BPFI danTetrasiklin Hidroklorida 

BPFI. 

    tahap  gerak Campuran asam oksalat 0,5 M, yang telah 

diatur pH sampai  2,0 dengan penambahan amonium 

hidroksida P-asetonitril P-metanol P (80:20:20). 

    Lempeng kromatografi pakailah  lempeng 

kromatografi yang dilapisi dengan campuran silika gel 

teroktilsilanisasi P setebal 0,25 mm, aktifkan lempeng 

pada suhu 130º selama 20 menit, dinginkan dan pakailah  

selagi masih hangat. 

    procedure  Lakukan seperti tertera pada Kromatografi 

<931>. Totolkan secara terpisah masing-masing 1 l 

Larutan baku, Larutan uji dan Larutan resolusi. Diamkan 

sampai kering. Masukkan lempeng ke dalam bejana 

kromatografi, sampai  merambat lebih kurang tiga per 

empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas 

rambat, diamkan pada udara kering. Uapi dengan uap 

amoniak selama 5 menit, segera amati di bawah cahaya 

Ultra violet dengan panjang gelombang 366 nm. Terjadi 

pemisahan sempurna pada bercak Larutan resolusi dan 

bercak utama Larutan uji memiliki  Rf, intensitas dan 

penampakan yang sama seperti pada Larutan baku. 

 

 

IDENTIFIKASI SECARA KROMATOGRAFI 

LAPIS TIPIS <281> 

 

procedure  UMUM 

 

procedure  berikut dapat dipakai  untuk membantu dalam 

melakukan verifikasi identitas suatu zat aktif dan bentuk 

sediaannya. 

Buat Larutan uji seperti tertera pada masing-masing 

monografi. Pada garis sejajar dan berjarak lebih kurang 2 

cm dari tepi lempeng kromatografi lapis tipis campuran 

silika gel setebal 0,25 mm dan mengandung zat 

berfluorosensi yang sesuai seperti tertera pada 

Kromatografi <931>, totolkan masing-masing 10 l 

Larutan uji dan Larutan baku yang dibuat dari Baku 

Pembanding FI sesuai dengan zat yang diidentifikasi, 

dalam pelarut dan kadar yang sama dengan Larutan uji, 

kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi. 

Biarkan totolan mengering, kecuali dinyatakan lain dalam 

masing-masing monografi, eluasi dengan tahap  gerak 

campuran kloroform P-metanol P-air (180:15:1), sampai  

tahap  gerak merambat lebih kurang tiga perempat tinggi 

lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat dan 

biarkan tahap  gerak menguap. Kecuali dinyatakan lain 

dalam masing-masing monografi, amati lempeng di 

bawah cahaya Ultra Violet 254 nm. Harga Rf bercak 

utama Larutan uji sesuai dengan Larutan baku. 

 

procedure  UNTUK BASITRASIN,  

NEOMISIN DAN POLIMIKSIN B 

 

procedure  kromatografi lapis tipis berikut dapat dipakai  

untuk membantu dalam melakukan verifikasi identitas zat 

aktif basitrasin, neomisin, dan polimiksin B dan dalam 

bentuk sediaan tunggal dan dalam campuran dua atau tiga 

komponen.  

Buat Larutan uji berikut kecuali dinyatakan lain dalam 

masing-masing monografi. 

 

    Larutan uji 

    Untuk senyawa obat Larutkan beberapa  basitrasin, zink 

basitrasin, neomisin sulfat, atau polimiksin B sulfat dalam 

asam klorida 0,1 N sampai  kadar masing-masing lebih 

kurang 500 unit basitrasin FI per ml; 3,5 mg neomisinper 

ml, atau 10.000 unit polimiksin B FI per ml. 

    Untuk larutan Encerkan larutan yang mengandung 

neomisin dan polimiksin B dengan asam klorida 0,1 N 

sampai  kadar setara dengan lebih kurang 3,5 mg neomisin 

per ml. Untuk larutan yang mengandung polimiksin B 

namun  tidak mengandung neomisin, encerkan larutan 

dengan asam klorida 0,1 N sampai  kadar lebih kurang 

10.000 unit polimiksin B FI per ml. 

    Untuk krim, losio, dan salep Untuk krim, losio, atau 

salep mengandung basitrasin atau zink basitrasin, 

pindahkan setara dengan lebih kurang 500 unit basitrasin 

FI, ke dalam tabung sentrifuga15 ml. Untuk krim, losio, 

atau salep yang mengandung neomisin tapi tidak 

mengandung basitrasin atau zink basitrasin, pindahkan 

setara dengan lebih kurang 3,5 mg neomisin per ml ke 

dalam tabung sentrifuga 15 ml. Tambahkan 4 ml 

- 1422 -

 

 

 

 

 

kloroform P ke dalam tabung sentrifuga, kocok baik 

untuk mendispersikan krim, losio, atau salep. Tambahkan 

1 ml asam klorida 0,1 N, vorteks selama 4 menit, 

sentrifus, dan pakailah  beningan.  

[Catatan Larutan uji modifikasi seperti tertera pada 

procedure  modifikasi dapat dipakai  sebagai pengganti 

Larutan uji.] 

    Larutan baku basitrasin Larutkan beberapa  Zink 

Basitrasin BPFI dalam asam klorida 0,1 N sampai  kadar 

lebih kurang 500 unit Basitrasin FI per ml. 

    Larutan baku neomisin Larutkan beberapa  Neomisin 

Sulfat BPFI dalam asam klorida 0,1 N sampai  kadar lebih 

kurang 3,5 mg neomisin (basa) per ml. 

    Larutan baku polimiksin B Larutkan beberapa  

Polimiksin B Sulfat BPFI dalam asam klorida 0,1 N 

sampai  kadar lebih kurang 10.000 unit Polimiksin B FI 

per ml. Jika sediaan mengandung basitrasin atau zink 

basitrasin, larutkan beberapa  Polimiksin B Sulfat BPFI 

dalam asam klorida 0,1 N sampai  kadar lebih kurang 500J 

unit Polimiksin sulfat FI per ml. J yaitu  perbandingan 

jumlah unit Polimiksin B FI dengan jumlah unit 

Basitrasin FI dalam tiap g krim, losio, atau salep yang 

tertera pada etiket. 

    tahap  gerak Campuran metanol P-isopropil alkohol P-

metilen klorida P-amonium hidroksida P-air 

(4:2:2:2:1,5). 

    procedure  Totolkan masing-masing 10 l Larutan uji 

dan masing-masing Larutan baku yang sesuai, pada tepi 

lempeng kromatografi campuran silika gel setebal        

0,25 mm dan mengandung zat berfluorosensi yang sesuai 

seperti tertera pada Kromatografi <931>. Masukkan 

lempeng ke dalam bejana kromatografi yang telah 

dijenuhkan dengan tahap  gerak, eluasi dengan tahap  gerak 

sampai  tahap  gerak merambat tiga perempat tinggi 

lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat dan 

keringkan pada suhu 105º selama 10 menit. Semprot 

lempeng dengan larutan ninhidrin 0,2% dalam butil 

alkohol P, dan panaskan pada 105º selama 5 menit. Harga 

Rf masing-masing bercak utama kromatogram Larutan uji 

sesuai dengan Larutan baku yang sesuai untuk setiap zat 

aktif yang tertera pada etiket. Jika kromatogram Larutan 

uji menghasilkan kromatogram dengan penotolan yang 

berlebih, lakukan seperti tertera pada procedure  

modifikasi. 

    procedure  modifikasi Pipet Larutan uji ke dalam 

tabung sentrifuga 15 ml, tambahkan 10 ml larutan asam 

pikrat P jenuh (1,2% b/v), vorteks selama 1 menit, 

sentrifus selama 10 menit, dan buang beningan. Cuci 

residu beberapa kali, tiap kali dengan 1 ml air sampai air 

cucian tidak berwarna kuning. Buang air cucian, dan 

keringkan residu dengan aliran nitrogen P pada suhu 50º. 

Larutkan residu dalam 1 ml aseton P, tambahkan 1 ml 

larutan asam sulfat P dalam aseton P (1 dalam 100) yang 

dibuat segar, kocok, sentrifus selama 5 menit, dan buang 

beningan. Bilas residu dengan 1 ml aseton P, sentrifus 

sebentar, buang cucian. Ulangi pencucian sampai air 

cucian tidak berwarna kuning. Keringkan residu dengan 

aliran nitrogen P pada suhu 50º. Larutkan residu dalam 

0,5 ml asam klorida 0,1 N (Larutan uji modifikasi). 

Ulangi penetapan seperti tertera pada procedure  

memakai  Larutan uji modifikasi menggantikan 

Larutan uji. Harga Rf masing-masing bercak utama 

kromatogram Larutan uji modifikasi sesuai dengan 

Larutan baku untuk zat aktif atau masing-masing zat aktif 

yang tertera pada etiket. 

 

 

UJI IDENTIFIKASI UMUM <291> 

 

Berikut ini cara uji yang sering dipakai  untuk 

identifikasi zat yang tertera dalam Farmakope. 

[Catatan Uji ini tidak dimaksudkan untuk dilakukan 

terhadap campuran zat, kecuali jika dinyatakan demikian.] 

 

Aluminium  

    A. Tambahkan amonium hidroksida 6 N ke dalam 

larutan garam aluminium: terbentuk endapan berupa gel 

putih yang tidak larut dalam amonium hidroksida 6 N  

berlebih.  

    B. Tambahkan natrium hidroksida 1 N atau natrium 

sulfida LP ke dalam larutan garam aluminium: terbentuk 

endapan berupa gel putih yang larut dalam natrium 

hidroksida 1 N atau natrium sulfida LP berlebih. 

 

    Amonium Tambahkan natrium hidroksida 1 N 

berlebih ke dalam garam amonium: terjadi uap amoniak 

yang dapat dikenal dari baunya dan mengubah warna 

kertas lakmus merah P menjadi biru. Hangatkan larutan 

untuk mempercepat reaksi. 

 

    Antimon Tambahkan hidrogen sulfida LP ke dalam 

larutan senyawa antimon(III) yang sudah diasamkan 

dengan asam klorida P: terbentuk endapan jingga 

antimon sulfida yang tidak larut dalam amonium hi-

droksida 6 N, namun  larut dalam amonium sulfida LP. 

  

Asetat  

    A. Hangatkan asam asetat atau garamnya dengan asam 

sulfat P dan etanol P: terjadi etil asetat yang dapat 

dikenal dari baunya yang khas.  

    B. Tambahkan besi(III) klorida LP ke dalam larutan 

asetat netral: terjadi warna merah tua yang rusak dengan 

penambahan asam mineral. 

    C. Panaskan dengan beberapa  yang sama asam oksalat 

P: terjadi uap asam dengan bau khas asam asetat. 

    D. Larutkan 20 sampai  40 mg dalam 3 ml air, 

tambahkan berturut-turut 0,25 ml larutan lantanum nitrat 

P 5%, 0,1 ml iodum 0,1 N dan 0,05 ml amonium 

hidroksida 2 N. Panaskan campuran sampai  mendidih, 

sesudah  beberapa menit: terbentuk endapan biru atau 

larutan warna biru tua. 

     

Barium 

    A. Tambahkan asam sulfat 2 N ke dalam larutan garam 

barium: terbentuk endapan putih yang tidak larut dalam 

asam klorida P dan dalam asam nitrat P. 

    B. Garam barium memberi  nyala hijau ke-kuningan 

dalam nyala api yang tidak berwarna, dan jika dilihat 

melalui kaca hijau nyala berwarna biru. 

 

- 1423 -

 

 

 

 

 

 

    Benzoat 

    A. Tambahkan besi(III) klorida LP ke dalam larutan 

netral benzoat: terbentuk endapan merah muda 

kekuningan. 

    B. Asamkan larutan pekat benzoat dengan asam sulfat 

2 N: terbentuk endapan asam benzoat yang mudah larut 

dalam eter P.   

 

Besi Tambahkan amonium sulfida LP ke dalam 

larutan senyawa besi(II) atau besi(III): terbentuk 

endapan hitam yang larut dalam asam klorida 3 N dingin 

dengan membebaskan hidrogen sulfida. 

 

    Garam besi(III) 

    A. Tambahkan kalium heksasianoferat(II) LP ke dalam 

larutan asam dari garam besi(III): terbentuk endapan biru 

tua. 

    B. Tambahkan natrium hidroksida 1 N berlebih: ter-

bentuk endapan cokelat kemerahan. 

    C. Tambahkan amonium tiosianat LP ke dalam larutan 

garam besi(III): terjadi warna merah tua yang tidak rusak 

oleh penambahan asam mineral encer. 

 

Garam besi(II) 

    A. Tambahkan kalium heksasianoferat(III) LP ke 

dalam larutan garam besi(II): terbentuk endapan biru tua 

yang tidak larut dalam asam klorida 3 N, namun  terurai 

oleh natrium hidroksida 1 N. 

    B. Tambahkan natrium hidroksida 1 N ke dalam 

larutan garam besi(II): terbentuk endapan putih kehijauan 

yang dengan cepat berubah menjadi hijau dan lalu  

cokelat jika dikocok. 

 

    Bikarbonat Lakukan seperti tertera pada Karbonat. 

 

    Bismut    

    A. Larutkan garam bismut dalam asam nitrat P atau 

asam klorida P sedikit berlebih: terbentuk endapan putih 

pada pengenceran dengan air. Tambahkan hidrogen sulfi-

da LP atau natrium sulfida LP: endapan menjadi cokelat 

yang larut dalam campuran hangat asam nitrat P dan air 

volume sama. 

    B. Pada 40 sampai  50 mg zat tambahkan 10 ml asam 

nitrat 2 N, didihkan selama 1 menit, biarkan dingin dan 

saring jika perlu. Pada 5 ml filtrat, tambahkan 2 ml 

larutan tiourea P 10%: terbentuk endapan jingga 

kekuningan. Tambahkan 4 ml larutan natrium fluorida P 

2,5 %: warna larutan tidak hilang selama 30 menit. 

 

Bisulfit   Lakukan seperti tertera pada Sulfit. 

 

Borat 

    A. Asamkan 1 ml larutan borat dengan asam klorida P 

sampai  bereaksi asam terhadap lakmus. Tambahkan         

3 atau 4 tetes larutan jenuh iodum LP dan 3 atau 4 tetes 

larutan polivinil alkohol P (1 dalam 50): terjadi warna 

biru intensif. 

    B. Tambahkan asam sulfat P dan metanol P, campur, 

lalu  bakar: terjadi nyala api bertepi hijau. 

 

Bromida 

    A. Tambahkan klor LP tetes demi tetes ke dalam 

larutan bromida: terjadi brom bebas yang larut dalam 

kloroform P pada pengocokan, lapisan kloroform 

berwarna merah sampai cokelat kemerahan. 

    B. Tambahkan perak nitrat LP ke dalam larutan 

bromida: terbentuk endapan putih kekuningan yang 

tidak larut dalam asam nitrat P dan sedikit larut dalam 

amonium hidroksida 6 N. 

    C. Ke dalam beberapa  zat uji setara dengan lebih 

kurang 5 mg ion bromida di dalam tabung reaksi kecil 

tambahkan 0,25 ml air, lebih kurang 75 mg timbal(IV) 

oksida P dan 0,25 ml asam asetat 5 N, kocok perlahan-

lahan. Keringkan bagian dalam atas tabung dengan kertas 

saring dan biarkan selama 5 menit. Celup secarik kertas 

saring dalam setetes magenta dekolorisasi LP dan segera 

masukkan ke dalam tabung reaksi: terjadi warna ungu 

dalam 10 detik dimulai dari ujung kertas saring, yang 

dapat dibedakan dari warna merah magenta, yang terlihat 

sedikit pada ujung kertas saring.  

  

Fosfat [Catatan Jika pada monografi dinyatakan  

untuk uji Fosfat, lakukan penetapan memakai  uji 

ortofosfat, jika tidak dinyatakan atau jika dilakukan 

pemijaran sebelum dilakukan uji pakailah  uji pirofosfat.] 

 

Ortofosfat 

    A. Tambahkan perak nitrat LP ke dalam larutan netral 

ortofosfat: terbentuk endapan kuning yang larut dalam 

asam nitrat 2 N dan dalam amonium hidroksida 6 N. 

    B. Tambahkan amonium molibdat LP ke dalam larutan 

asam dari ortofosfat: terbentuk endapan kuning yang larut 

dalam amonium hidroksida 6 N. 

 

    Pirofosfat 

    A. Tambahkan perak nitrat LP ke dalam larutan 

pirofosfat yang diperoleh dari pemijaran: terbentuk 

endapan putih yang larut dalam asam nitrat 2 N dan 

dalam amonium hidroksida 6 N. 

    B. Tambahkan amonium molibdat LP: terbentuk 

endapan kuning yang larut dalam amonium hidroksida 6 N. 

 

    Hipofosfit 

    A. Panaskan kuat-kuat: segera terbentuk fosfin yang 

mudah terbakar. 

    B. Tambahkan raksa(II) klorida LP ke dalam larutan 

hipofosfit: terbentuk endapan putih yang berubah menjadi 

abu-abu pada hipofosfit berlebih. 

    C. Asamkan larutan hipofosfit dengan asam sulfat P, 

hangatkan dengan tembaga(II) sulfat LP: terbentuk 

endapan merah. 

 

lodida 

    A. Tambahkan klor LP tetes demi tetes ke dalam 

larutan iodida: terjadi iodum bebas yang memberi warna 

kuning sampai  merah pada larutan. Kocok larutan dengan 

kloroform P: lapisan kloroform menjadi ungu. Iodum 

yang dibebaskan juga memberi  warna biru dengan 

kanji LP. 

    B. Tambahkan perak nitrat LP ke dalam larutan   

- 1424 -

 

 

 

 

 

iodida: terbentuk endapan kuning menggumpal seperti 

dadih yang tidak larut dalam asam nitrat P dan dalam 

amonium hidroksida 6 N. 

 

    Kalium 

    A. Senyawa kalium memberi  warna ungu dalam 

nyala api tidak berwarna, yang akan tertutup dengan 

adanya sedikit natrium. Pengaruh warna kuning yang 

dihasilkan oleh natrium dapat dihilangkan dengan 

mengamati melalui penyaring biru yang menahan emisi 

natrium pada 589 nm namun  melewatkan emisi kalium 

pada 404 nm. Juga dapat dipakai  kaca kobalt dan 

penyaring lain yang tersedia secara komersial. 

    B. Tambahkan natrium bitartrat LP ke dalam larutan 

netral kalium, pekat atau cukup pekat (tergantung pada 

kelarutan dan kadar kalium): terbentuk endapan hablur 

putih yang larut dalam amonium hidroksida 6 N dan 

dalam larutan alkali hidroksida dan alkali karbonat. 

Pembentukan endapan, yang biasanya lambat, dipercepat 

dengan pengadukan atau penggoresan bagian dalam 

tabung reaksi dengan batang pengaduk. Penambahan 

sedikit asam asetat glasial P atau etanol P dapat 

mempercepat pengendapan. 

 

    Kalsium 

    A. Ke dalam larutan garam kalsium (1 dalam 20) 

tambahkan 2 tetes merah metil LP, dan netralkan dengan 

amonium hidroksida 6 N. Tambahkan asam klorida 3 N 

tetes demi tetes sampai  larutan asam terhadap indikator. 

Tambahkan amonium oksalat LP: terbentuk endapan 

putih yang tidak larut dalam asam asetat 6 N, namun  larut 

dalam asam klorida P. 

    B. Basahi garam kalsium dengan asam klorida P: 

terjadi warna merah kekuningan dalam nyala tidak 

berwarna. 

C. Ke dalam 0,2 ml larutan netral yang mengandung 

lebih kurang 40 μg ion kalsium tambahkan 0,5 ml larutan 

glioksal-bis(2-hidroksianil) P 0,2% dalam etanol P,      

9,2 ml natrium hidroksida 2 N dan 0,2 ml natrium 

karbonat 1 M. Ekstraksi dengan 1 sampai  2 ml kloroform 

P dan tambahkan 1 - 2 ml air: lapisan kloroform berwarna 

merah. 

D. Larutkan 20 mg dalam 5 ml asam asetat 5 N, 

tambahkan 0,5 ml larutan kalium heksasianoferat(II) P 

5,0%: larutan tetap jernih. Tambahkan lebih kurang 50 

mg amonium klorida P: terbentuk endapan hablur putih. 

  

Karbonat 

    A. Tambahkan asam ke dalam karbonat atau 

bikarbonat: terjadi gelembung gas tidak berwarna yang 

jika dialirkan ke dalam kalsium hidroksida LP segera 

membentuk endapan putih. 

    B. Tambahkan fenolftalein LP ke dalam larutan dingin 

karbonat (1 dalam 20): terjadi warna merah, sedangkan 

pada larutan dingin bikarbonat (1 dalam 20): tidak terjadi 

perubahan warna atau hanya sedikit berwarna. 

 

    Klorat 

    A. Tambahkan perak nitrat LP ke dalam larutan klorat: 

tidak terbentuk endapan. Tambahkan asam sulfit P: 

terbentuk endapan putih yang tidak larut dalam asam 

nitrat P, namun  larut dalam amonium hidroksida 6 N. 

    B. Pada pemijaran akan dihasilkan klorida yang dapat 

diidentifikasi seperti tertera pada uji Klorida. 

    C. Tambahkan asam sulfat P pada senyawa klorat 

kering: terjadi letikan dan timbul gas kuning kehijauan. 

[Perhatian pakailah  sedikit zat uji dan lakukan 

dengan sangat hati-hati pada pengujian ini.] 

 

Klorida 

    A. Tambahkan perak nitrat LP ke dalam larutan 

klorida: terbentuk endapan putih seperti dadih yang tidak 

larut dalam asam nitrat P, namun  larut dalam amonium 

hidroksida 6 N sedikit berlebih. 

    B. Pada uji amin klorida (termasuk alkaloida klorida) 

tidak menampilkan  reaksi terhadap uji A, tambahkan 1 

tetes asam nitrat encer P dan 0,5 ml perak nitrat LP pada 

larutan uji jika tidak dinyatakan lain pada monografi, 

lebih kurang 2 mg ion klorida dalam 2 ml: terbentuk 

endapan putih seperti dadih. Sentrifus segera campuran 

dan pisahkan beningan. Cuci endapan tiga kali, tiap kali 

dengan 1 ml asam nitrat P (1 dalam 100) dan buang air 

cucian. Tambahkan tetes demi tetes ammonia LP pada 

endapan: endapan segera larut. 

    C. Campur senyawa klorida kering dengan mangan 

dioksida P bobot sama, basahi dengan asam sulfat P, dan 

panaskan perlahan: terbentuk klor yang menghasilkan 

warna biru pada kerta