Jumat, 06 Desember 2024

farmakope 110

 


s kanji iodida P basah. 

    D. Masukkan ke dalam tabung reaksi beberapa  zat uji 

yang mengandung 10 - 15 mg ion klorida, tambahkan   

200 mg kalium bikromat P dan 1 ml asam sulfat P. 

Letakkan kertas saring yang dibasahi dengan 0,1 ml 

difenilkarbazida LP menutupi tabung reaksi: kertas saring 

berubah menjadi merah ungu. Kertas saring yang dibasahi 

tidak boleh menyentuh larutan kalium bikromat. 

 

    Kobalt 

    A. Ke dalam larutan garam kobalt (1 dalam 20) dalam 

asam klorida 3 N, tambahkan larutan panas segar            

1-nitroso-2-naftol P (1 dalam 10) dalam asam asetat 9 N 

volume sama, panaskan di atas tangas uap: terbentuk 

endapan merah. 

    B. Jenuhkan larutan garam kobalt dengan kalium 

klorida P, tambahkan kalium nitrit P dan asam asetat P: 

terbentuk endapan kuning. 

 

    Laktat  Asamkan larutan laktat dengan asam sulfat P, 

lalu  tambahkan kalium permanganat LP, dan 

panaskan: timbul asetaldehida, yang dapat dikenal dari 

baunya yang spesifik. Lewatkan uap pada kertas saring  

yang telah dibasahi dengan campuran volume sama 

larutan morfolin P 20% dan natrium nitroferisianida LP 

dalam air: terjadi warna biru. 

 

Litium 

    A. Basakan larutan garam litium yang cukup pekat 

dengan natrium hidroksida P, tambahkan natrium 

karbonat LP, dan didihkan: terbentuk endapan putih yang 

larut dalam amonium klorida LP.  

    B. Basahi garam litium dengan asam klorida P: terjadi 

- 1425 -

 

 

 

 

 

 

warna merah tua dalam nyala api tidak berwarna.  

    C. Tambahkan asam sulfat 2 N atau sulfat yang larut 

ke dalam larutan garam litium: t idak terbentuk 

endapan (perbedaan dari stronsium).  

 

Magnesium 

    A. Tambahkan amonium klorida P ke dalam larutan 

garam magnesium, lalu  netralkan dengan amonium 

karbonat LP: tidak terbentuk endapan. Tambahkan selanjutnya 

natrium fosfat dibasa LP: terbentuk endapan hablur putih, 

yang tidak larut dalam amonium hidroksida 6 N. 

    B. Ke dalam 0,5 ml larutan netral atau sedikit asam 

tambahkan 0,2 ml larutan kuning titan P 0,1 % dan 0,5 ml 

natrium hidroksida 0,1 N: terjadi kekeruhan merah terang 

yang perlahan-lahan berubah menjadi endapan merah 

terang.  

 

Mangan Tambahkan amonium sulfida LP ke dalam 

larutan garam mangan: terbentuk endapan merah muda 

kekuningan, yang larut dalam asam asetat P. 

 

Natrium 

    A. Senyawa natrium menimbulkan warna kuning 

intensif dalam nyala api yang tidak berwarna  

    B. Jika tidak dinyatakan lain pada monografi, larutkan 

100 mg  senyawa natrium  dalam 2 ml air, tambahkan 2 ml 

larutan kalium karbonat P 15%, panaskan sampai  mendidih: 

tidak terbentuk endapan. Tambahkan 4 ml kalium 

piroantimonat  LP dan panaskan sampai mendidih. 

Dinginkan dalam es, jika perlu gores bagian dalam 

wadah dengan batang pengaduk: terbentuk endapan. 

C. Ke dalam 0,5 ml larutan yang mengandung lebih 

kurang 2 mg ion natrium tambahkan 1,5 ml asam           

-metoksifenil asetat LP, dinginkan dalam es selama     

30 menit: terbentuk endapan hablur putih ruah. 

Hangatkan dalam air pada suhu 20° dan aduk selama 5 

menit: endapan tidak larut. Tambahkan 1 ml amonium 

hidroksida 2 N, endapan larut sempurna. Tambahkan 1 

ml larutan amonium karbonat P 16%: tidak terbentuk 

endapan.  

 

Nitrat 

    A. Campur larutan nitrat dengan asam sulfat P volume 

sama, dinginkan, dan alirkan larutan besi(II) sulfat P di 

atas campuran ini : terjadi warna cokelat pada batas 

kedua cairan. 

    B. Panaskan nitrat dengan asam sulfat P dan logam 

tembaga: terjadi asap merah kecokelatan. 

    C. Tambahkan kalium permanganat LP asam pada 

nitrat: warna kalium permanganat tidak hilang  

(perbedaan dari nitrit)  

    D. Ke dalam campuran 0,1 ml nitrobenzen P dan       

0,2 ml asam sulfat P tambahkan beberapa  zat uji yang 

mengandung lebih kurang 1 mg ion nitrat, diamkan 

selama 5 menit. Dinginkan dalam es, tambahkan 5 ml air 

perlahan-lahan dengan pengadukan, lalu  5 ml 

natrium hidroksida 10 N dan 5 ml aseton P, kocok dan 

diamkan: lapisan atas berwarna ungu tua. 

  

 

    Nitrit 

    A. Tambahkan asam mineral encer atau asam asetat 6 N 

pada nitrit: terjadi asap merah kecokelatan. 

    B. Teteskan larutan pada kertas kanji iodida P: terjadi 

warna biru. 

 

    Oksalat 

    A. Tambahkan kalsium klorida LP ke dalam larutan 

netral atau alkalis oksalat: terbentuk endapan putih, yang 

tidak larut dalam asam asetat 6 N, namun  larut dalam 

asam klorida P. 

    B. Tambahkan larutan panas oksalat yang sudah 

diasamkan ke dalam kalium permanganat LP: larutan 

tidak berwarna. 

 

    Perak 

    A. Tambahkan asam klorida P ke dalam larutan garam 

perak: terbentuk endapan putih seperti dadih, yang tidak 

larut dalam asam nitrat P, namun  mudah larut dalam 

amonium hidroksida 6 N. 

    B. Tambahkan amonium hidroksida 6 N dan sedikit 

formaldehida LP ke dalam larutan garam perak, 

lalu  hangatkan: terbentuk cermin logam perak pada 

dinding tabung. 

 

    Permanganat Larutan permanganat yang diasamkan 

dengan asam sulfat P akan hilang warnanya oleh 

hidrogen peroksida LP dan natrium bisulfit LP, dalam 

keadaan dingin, dan oleh asam oksalat LP, dalam larutan 

panas. 

 

Peroksida Asamkan larutan peroksida dengan asam 

sulfat P, tambahkan kalium bikromat LP: terjadi warna 

biru tua. Kocok campuran dengan eter P volume sama, 

biarkan memisah: lapisan eter berwarna biru. 

 

Raksa 

    A. Celupkan lembaran tembaga yang mengkilap ke 

dalam larutan garam raksa yang bebas dari asam nitrat 

berlebih: terjadi lapisan tipis yang sesudah  digosok 

menjadi mengkilap keperakan. 

    B. Tambahkan hidrogen sulfida LP ke dalam larutan 

senyawa raksa: terbentuk endapan hitam, yang tidak larut 

dalam amonium sulfida LP dan dalam asam nitrat 2 N 

mendidih. 

 

Garam Raksa (II) 

    A. Tambahkan natrium hidroksida 1 N ke dalam 

larutan garam raksa: terbentuk endapan kuning. 

    B. Tambahkan kalium iodida LP ke dalam larutan 

netral: terbentuk endapan merah tua yang sangat mudah 

larut dalam pereaksi berlebih. 

 

Garam Raksa (I) 

    A. Tambahkan natrium hidroksida 1 N pada       

senyawa raksa(I) : terurai dan membentuk endapan hitam. 

    B. Tambahkan asam klorida P ke dalam larutan    

garam raksa(I): terbentuk endapan putih yang akan 

menjadi hitam pada penambahan amonium hidroksida 6 N.  

 

- 1426 -

 

 

 

 

 

    C. Tambahkan kalium iodida LP: terbentuk endapan 

kuning, dan sesudah  didiamkan berubah menjadi hijau. 

 

Salisilat 

    A. Tambahkan besi(III) klorida LP ke dalam larutan   

encer salisilat: terjadi warna ungu. 

    B. Tambahkan asam klorida P ke dalam larutan pekat 

salisilat: terbentuk endapan hablur putih asam salisilat 

yang melebur pada suhu antara 158° dan 161°. 

 

    Sitrat Larutkan atau suspensikan beberapa mg garam 

sitrat dalam 1 ml air, tambahkan ke dalam 15 ml piridin 

P, dan kocok. Tambahkan 5 ml anhidrida asetat P ke 

dalam campuran, dan kocok: terjadi warna merah muda. 

 

    Sulfat 

    A. Tambahkan barium klorida LP ke dalam larutan   

sulfat: terbentuk endapan putih yang tidak larut dalam 

asam klorida P dan asam nitrat P. 

    B. Tambahkan timbal(II) asetat LP ke dalam larutan 

netral sulfat: terbentuk endapan putih yang larut dalam 

amonium asetat LP. 

    C. Tambahkan asam klorida P ke dalam larutan sulfat: 

tidak terbentuk endapan (perbedaan dari tiosulfat). 

 D. Tambahkan 0,1 ml iodum-kalium iodida LP ke 

dalam suspensi yang didapat dari reaksi A: suspensi tetap 

kuning (perbedaan dari sulfit dan ditionit), namun  dengan 

penambahan timah(II) klorida LP tetes demi tetes: warna 

suspensi hilang (perbedaan dari iodat). Didihkan 

campuran: tidak terbentuk endapan berwarna (perbedaan 

dari selenat dan tungstat). 

 

Sulfit Campur asam klorida 3 N dengan sulfit atau 

bisulfit: terbentuk belerang dioksida  yang menghitamkan 

kertas saring yang dibasahi dengan raksa(I) nitrat LP. 

 

Tartrat 

    A. Larutkan beberapa mg garam tartrat dalam 2 tetes 

larutan natrium periodat P (1 dalam 20). Tambahkan 1 

tetes asam  sulfat 1 N dan sesudah  5 menit, tambahkan 

beberapa tetes asam sulfit P, lalu  beberapa tetes  

fukhsin-asam sulfit LP: terjadi warna merah muda dalam 

waktu 15 menit. 

    B. Ke dalam 10 sampai  20 mg zat uji yang dilarutkan dalam 

5 ml air, tambahkan 0,05 ml larutan besi(II) sulfat P 1% dan 

0,05 ml larutan hidrogen peroksida P 3%: terjadi warna 

kuning yang tidak stabil. sesudah  warna hilang tambahkan 

natrium hidroksida 2 N tetes demi tetes: terjadi warna biru 

intensif. 

    C. Campur 0,1 ml larutan yang mengandung 1 - 2 mg 

asam tartrat P dengan 0,1 ml larutan kalium bromida P 

10%, 0,1 ml larutan resorsinol P 2%, dan 3 ml asam 

sulfat P, panaskan di atas tangas air selama 5 - 10 menit: 

terjadi warna biru tua yang berubah menjadi merah jika 

larutan didinginkan dan dituang ke dalam air.   

 

    Tembaga 

    A. Asamkan larutan senyawa tembaga(II) dengan asam 

klorida P: terbentuk lapisan tipis merah logam tembaga pada 

permukaan logam besi yang mengkilap. 

    B. Tambahkan amonium hidroksida 6 N berlebih ke 

dalam larutan garam tembaga(II): terbentuk endapan 

kebiruan, lalu  larutan menjadi berwarna biru tua. 

    C. Tambahkan kalium heksasianoferat(II) LP ke dalam 

larutan garam tembaga(II): terbentuk endapan cokelat 

kemerahan yang tidak larut dalam asam encer. 

 

Timbal 

    A. Tambahkan asam sulfat 2 N ke dalam larutan  

garam timbal: terbentuk endapan putih yang tidak larut 

dalam asam klorida 3 N atau asam nitrat 2 N, namun  larut 

dalam natrium hidroksida 1 N hangat dan dalam 

amonium asetat LP. 

    B. Tambahkan kalium kromat LP ke dalam larutan 

garam timbal bebas atau hampir bebas asam mineral: 

terbentuk endapan kuning yang tidak larut dalam asam 

asetat 6 N namun  larut dalam natrium hidroksida 1 N. 

 

    Tiosianat Tambahkan besi(III) klorida LP ke dalam 

larutan tiosianat: terjadi warna merah yang tidak rusak 

oleh  asam mineral yang cukup pekat.` 

 

    Tiosulfat 

    A. Tambahkan asam klorida P ke dalam larutan  

tiosulfat: terbentuk endapan putih yang segera berubah 

menjadi kuning, dan terbentuk belerang dioksida yang 

menghitamkan kertas saring yang dibasahi dengan 

raksa(I) nitrat LP.   

    B. Tambahkan besi(III) klorida LP ke dalam larutan    

tiosulfat: terjadi warna ungu tua yang cepat hilang. 

 

    Zink 

    A. Tambahkan hidrogen sulfida LP dan natrium asetat 

P ke dalam larutan garam zink: terbentuk endapan putih, 

yang tidak larut dalam asam asetat P, namun  larut dalam 

asam klorida 3 N. 

    B. Tambahkan amonium sulfida LP ke dalam larutan 

netral atau alkalis: terbentuk endapan putih seperti pada 

uji A. 

    C. Tambahkan kalium heksasianoferat(II) LP ke dalam 

larutan garam zink: terbentuk endapan putih yang tidak 

larut dalam asam klorida 3 N. 

 

 

PENETAPAN SISA PEMIJARAN <301> 

 

    Penetapan sisa pemijaran/abu sulfat ini memakai  

procedure  untuk mengukur jumlah sisa zat yang tidak  

menguap dari contoh bila contoh dipijarkan dengan 

penambahan asam sulfat sesuai dengan procedure  yang 

diuraikan di bawah ini. 

Uji ini ini biasanya dipakai  untuk menentukan 

kandungan cemaran anorganik dalam  zat organik 

    procedure  Pijarkan krus yang sesuai (sebagai contoh 

silika, kuarsa atau porselen) pada 600º±50º selama          

30 menit, dinginkan krus dalam desikator dan timbang 

saksama. Timbang saksama 1-2 g zat atau beberapa  

seperti tertera pada masing-masing monografi kedalam krus. 

    Basahkan contoh dengan beberapa  kecil, biasanya  

1mL asam sulfat P, lalu  panaskan perlahan-lahan 

- 1427 -

 

 

 

 

 

 

sampai contoh mengarang sempurna, dinginkan. Kecuali 

dinyatakan lain pada masing-masing monografi, basahkan 

residu dengan beberapa  kecil, biasanya  1 ml asam sulfat 

P, panaskan hati-hati sampai tidak terbentuk asap putih, 

dan pijarkan pada 600º±50º  kecuali dinyatakan  pada 

temperatur yang khusus pada masing–masing monografi  

sampai residu habis terbakar. Pastikan bahwa api tidak 

diproduksi setiap saat selama procedure . Dinginkan krus 

dalam desikator, timbang saksama dan hitung persentasi 

sisa. Jika jumlah sisa yang diperoleh lebih dari batas yang 

ditetapkan pada masing-masing monografi, kecuali 

dinyatakan  lain, basahkan lagi sisa dengan asam sulfat P, 

panaskan  dan pijarkan seperti sebelumnya selama         

30 menit, sesampai  perbedaan penimbangan dua berturut-

turut tidak lebih dari 0,5 mg atau sampai  persen dari sisa  

memenuhi batas pada  masing-masing monografi. 

    Lakukan pemijaran dalam lemari asam berventilasi 

baik, namun  terlindung dari aliran udara dan pada suhu 

serendah mungkin agar pembakaran karbon terjadi 

sempurna. Dapat memakai  tanur, jika diinginkan dan 

untuk pemijaran akhir direkomendasikan memakai  

suhu pada 600º ±50°. 

    Kalibrasi tanur dapat dilakukan memakai  

pengukur suhu digital yang sesuai dan termokopel kerja 

yang dikalibrasi terhadap termokopel baku yang dapat 

ditelusuri ke “National Institute of Standards and 

Technology”. 

   Periksa ketepatan pengukuran dan pengendalian sirkuit 

tanur dengan memeriksa posisi didalam tanur pada suhu 

kontrol yang ditetapkan untuk pemakaian . Pilih posisi 

letak zat yang sesuai dengan metode yang dipakai . 

Toleransi ± 25º pada setiap posisi yang diukur. 

 

 

UJI BATAS 4-EPIANHIDROTETRASIKLIN <311> 

 

    Cara kromatografi ini dipakai  untuk menampilkan  

kandungan 4-epianhidrotetrasiklin sebagai hasil urai 

tetrasiklin, tidak melebihi batas yang tertera pada masing-

masing monografi. 

    Dapar etilendiamintetraasetat Larutkan 37,2 g 

dinatrium etilendiamintetraasetat P dalam 800 ml air, 

atur sampai  pH 7,8 dengan ammonium hidroksida P, 

encerkan dengan air sampai  1000 ml. 

    tahap  diam Tambahkan 5 ml Dapar 

etilendiamintetraasetat pada 10 g tanah silika untuk 

kromatografi P yang telah dicuci dengan asam, campur 

sampai rata terbasahi. 

    Larutan uji Lakukan seperti tertera pada masing-

masing monografi. 

    procedure  Siapkan kolom kromatografi 15 x 170 mm 

dengan ujung bawah 4 mm x 50 mm, masukkan tahap  

diam sedikit demi sedikit, mampatkan kuat tiap 

penambahan sampai  terisi setinggi lebih kurang 10 cm. 

Dalam gelas piala, campurkan 1 g tanah silika untuk 

kromatografi P yang telah dicuci dengan asam dan 1 ml 

Larutan uji. Tuangkan campuran ke dalam bagian atas 

kolom. Bilas gelas piala dengan tahap  diam, masukkan ke 

dalam kolom sampai  setebal 1 cm di atas campuran yang 

berisi Larutan uji. Dalam waktu 30 menit alirkan 

kloroform P ke dalam kolom dan tampung fraksi 

berturutan: 5,0 ml; 5,0 ml; 10,0 ml; 10,0 ml dan 5,0 ml. 

Amati kolom selama eluasi dan perhatikan bila ada dua 

pita kuning yang terpisah. Buang fraksi atau fraksi-fraksi 

pita kuning pertama yang mengandung anhidrotetrasiklin. 

Fraksi-fraksi sesudah pita kuning pertama mengandung   

4-epianhidrotetrasiklin. Tetapkan serapan tiap fraksi       

4-epianhidrotetrasiklin pada panjang gelombang serapan 

maksimum lebih kurang 438 nm, (jika perlu masing-

masing fraksi ini  diencerkan dengan kloroform P), 

dan memakai  kloroform P sebagai blangko. Hitung 

jumlah dalam mg 4-epianhidrotetrasiklin dalam tiap 

fraksi dengan rumus : 

 

08,20

AVD

 

 

A yaitu  serapan; V yaitu  volume fraksi yang dipakai  

dalam ml; D yaitu  faktor pengenceran jika fraksi 

ini  diencerkan; 20,08 yaitu  serapan jenis               

4-epianhidrotetrasiklin pada 438 nm. Dari jumlah            

4-epianhidrotetrasiklin yang ada  dalam fraksi-fraksi, 

hitung persentase 4-epianhidrotetrasiklin terhadap 

tetrasiklin hidroklorida dalam Larutan uji. 

 

 

UJI BATAS ALUMINIUM <315> 

    procedure  ini dipakai  untuk menjelaskan bahwa 

jumlah aluminium (Al) tidak boleh melebihi batas yang 

tertera pada masing-masing monografi dari zat yang 

tertera pada etiket yang dimaksudkan untuk dipakai  

dalam hemodialisa. [Catatan Larutan Baku dan Larutan 

Uji dapat dimodifikasi jika diperlukan, untuk 

mendapatkan larutan yang sesuai yang dapat dipakai  

rentang kerja dari peralatan.] 

 

    Pengencer Asam Nitrat Masukkan 40 ml asam nitrat 

P ke dalam labu tentukur 1000-ml, dan encerkan dengan 

air sampai tanda. 

    Larutan Baku Rendam beberapa  kawat alumunium 

dengan asam klorida 6 N pada 80° selama beberapa 

menit. Timbang saksama beberapa  100 mg kawat ini  

dan larutkan dalam campuran 10 ml asam klorida P dan   

2 ml asam nitrat P melalui pemanasan pada 80° selama 

lebih kurang 30 menit. Lanjutkan pemanasan sampai 

volume lebih kurang 4 ml. Dinginkan sampai suhu ruang, 

dan tambahkan 4 ml air. Uapkan larutan sampai sekitar    

2 ml dengan pemanasan. Dinginkan, dan pindahkan 

larutan ini dengan beberapa  air, ke dalam labu tentukur 

100-ml, encerkan dengan air sampai tanda, campur. Pipet 

10 ml larutan ke dalam labu tentukur 100-ml kedua, 

encerkan dengan air sampai tanda, campur. Pipet 1 ml 

larutan ke dalam labu tentukur 100-ml ketiga, encerkan 

dengan air sampai tanda. Kadar alumunium dalam larutan 

baku sekitar 1,0 μg per ml. Jika larutan baku lain 

diperlukan, pipet 1,0; 2,0 dan 4,0 ml larutan ke dalam 

labu tentukur 100-ml terpisah, encerkan dengan 

- 1428 -

 

 

 

 

 

Pengencer asam nitrat sampai tanda, campur. Larutan ini 

mengandung berturut-turut lebih kurang 0,01; 0,02 dan 

0,04 μg Al per ml. 

    Larutan Uji Kecuali dinyatakan lain dalam masing-

masing monografi, timbang saksama beberapa  zat seperti  

tertera dalam masing-masing monografi, ke dalam labu 

tentukur plastik 100-ml, tambahkan 50 ml air, dan 

sonikasi selama 30 menit. Tambahkan 4 ml asam nitrat 

P, encerkan dengan air sampai tanda. 

    procedure  Ukur serapan Larutan Baku dan Larutan Uji 

pada garis emisi alumunium 309,3 nm dengan 

Spektrofotometer Serapan Atom yang sesuai seperti 

tertera pada Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya 

<1191> dilengkapi dengan lampu “hollow cathode” 

alumunium dan tanpa nyala dari pemanasan listrik, 

memakai  asam nitrat P sebagai blangko. Buat kurva 

yang menghubungkan antara serapan Larutan baku 

dengan kadar Al, dalam μg per ml, tarik garis lurus yang 

paling mendekati 3 titik. Dari kurva yang diperoleh, 

tentukan kadar Al, dalam μg per ml Larutan Uji. Hitung 

kadar Al pada sampel yang dipakai , dalam μg per g, 

dengan mengalikan nilai yang diperoleh dengan 100/W, 

W yaitu  bobot, dalam g, dari zat yang dipakai  untuk 

membuat Larutan Uji.  

 

 

UJI BATAS ARSEN <321> 

 

    procedure  ini disusun untuk mendeteksi adanya cemaran 

arsenik dengan mengubah senyawa arsenik dalam suatu 

senyawa pada uji terhadap arsen, lalu  dilewatkan 

melalui larutan perak dietilditiokarbamat untuk 

membentuk komplek berwarna merah. Warna merah 

yang terbentuk dibandingkan, baik secara visual atau 

secara spektrofotometri terhadap warna yang dihasilkan 

dari cara yang sama memakai  kontrol yang 

mengandung beberapa  arsen setara dengan batasan yang 

diberikan dalam masing-masing monografi. Batas 

dinyatakan sebagai arsen (As), kadar arsenik tidak 

melebihi batas yang tertera dalam masing-masing 

monografi. 

Kedua metode yang diberikan, berbeda hanya dalam 

perlakuan awal terhadap zat uji dan standar. Pada 

biasanya  dipakai  Metode I untuk bahan anorganik, 

Metode II untuk bahan organik.  

 

Peralatan (Lihat gambar) terdiri dari sebuah arsen 

generator (a), dilengkapi dengan unit pembersih (c) dan 

tabung penyerap (e) dengan sambungan terasah atau 

dengan dasar bola gelas dan soket penyambung (b dan d) 

diantara unit-unit. Walaupun demikian, alat lain yang 

sesuai, memakai  prinsip alat yang disebutkan dan 

diilustrasikan dapat dipakai . 

 

Larutan persediaan arsen trioksida Timbang saksama 

132,0 mg arsen trioksida P, yang sebelumnya sudah 

dikeringkan pada 105º selama 1 jam, masukkan ke dalam 

labu tentukur 1000-ml dan larutkan ke dalam 5 ml larutan 

natrium hidroksida P (1 dalam 5) Netralkan larutan 

dengan asam sulfat 2 N, tambahkan kembali 10 ml asam 

sulfat 2 N lalu  tambahkan air yang baru dididihkan 

dan didinginkan sampai tanda, campur. 

 

Larutan baku arsen Pipet 10 ml Larutan persediaan 

arsen trioksida ke dalam labu tentukur 1000-ml, 

tambahkan 10 ml asam sulfat 2 N, lalu  tambahkan 

air yang baru dididihkan lalu  didinginkan sampai 

batas dan campur. Setiap ml Larutan baku arsen 

mengandung setara dengan 1 g Arsen (As). Simpan 

larutan ini ke dalam wadah kaca dan pakailah  dalam 

waktu 3 hari. 

 

Metode I 

 

    Larutan baku Pipet 3,0 ml Larutan baku arsen ke 

dalam labu generator dan encerkan dengan air sampai 35 ml. 

    Larutan uji Kecuali dinyatakan lain dalam masing-

masing monografi, pindahkan ke dalam labu generator 

beberapa  zat uji, dalam g, dihitung dengan rumus: 

 

 

 

 

 

dimana L yaitu  batas arsen dalam ppm. Larutkan dalam 

air dan encerkan dengan air sampai 35 ml. 

    procedure  Perlakukan sama Larutan baku dan Larutan 

uji seperti berikut: tambahkan 20 ml asam sulfat 7 N,       

2 ml kalium iodida LP, 0,5 ml timah(II) klorida pekat LP 

dan 1 ml isopropanol P dan campur. Diamkan pada suhu 

kamar selama 30 menit. Tambahkan tabung slaber (c) 

dengan 2 gumpal kapas yang sudah dicelupkan ke dalam 

larutan timbal(II) asetat P. Hilangkan kelebihan larutan 

dengan diperas dan keringkan dengan vakum pada suhu 

kamar. Buat jarak 2 mm diantara kedua gumpalan. Lumas 

kedua sambungan b dan d dengan pelumas yang sesuai 

diperuntukkan untuk pelarut organik, dan sambung unit 

pembersih ke dalam tabung penyerap (e). Pindahkan 3,0 ml 

perak dietilditiokarbamat LP ke dalam tabung penyerap. 

Tambahkan 3,0 g seng granul (20 mesh) ke dalam 

campuran di dalam labu, segera sambung unit pembersih 

dan biarkan pelepasan hidrogen dan pengembangan 

warna terjadi pada suhu ruang selama 45 menit. Putar 

labu secara perlahan dengan antara 10 menit. Lepaskan 

tabung penyerap dari generator dan unit pembersih dan 

pindahkan larutan absorpsi ke dalam sel absorpsi 1 cm. 

Warna merah yang dihasilkan oleh Larutan uji tidak lebih 

intensif dari yang dihasilkan Larutan baku. Bila 

diperlukan atau diinginkan, ukur absorpsi pada panjang 

gelombang serapan maksimum antara 535 - 540 nm 

memakai  spektrofotometer yang sesuai atau 

kolorimeter, memakai  perak dietilditiokarbamat LP 

sebagai blangko. 

    Zat Kimia Pengganggu Logam atau garam logam 

seperti kromium, kobalt, tembaga, raksa, molibdenum, 

nikel, valadium dan perak dapat mengganggu pelepasan 

arsen. Antimon dalam bentuk stibin menghasilkan 

pengganggu positif pada pengembangan warna 

memakai  perak dietilditiokarbamat LP. Bila 

diperkirakan ada  antimon, warna merah yang 

L

0,3

- 1429 -

 

 

 

 

 

 

dihasilkan dalam 2 larutan perak dietilditiokarbamat 

dapat dibandingkan pada panjang gelombang serapan 

maksimum antara 535 nm dan 540 nm memakai  

kolorimeter yang sesuai, dimana pada panjang gelombang 

ini gangguan yang disebabkan oleh stibin dapat 

diabaikan. 

 

Metode II 

 

Catatan:  

(1) Perhatian Lakukan dengan hati-hati. Beberapa zat 

dapat bereaksi dengan ledakan yang membahayakan 

bila dicampur dengan hidrogen peroksida.  

(2) jika  ada  campuran mengandung halogen 

pakailah  suhu lebih rendah pada saat memanaskan 

zat uji dengan asam sulfat P, hindari mendidihnya 

campuran dan tambahkan hidrogen peroksid dengan 

hati-hati sebelum terjadi pengarangan, untuk 

mencegah hilangnya arsen trivalen. 

(3) jika  zat uji bereaksi dengan asam sulfat 5 ml 

sangat cepat, dan sudah terjadi pengarangan pada 

penambahan 5 ml asam sulfat P sebelum pemanasan, 

sebagai pengganti pakailah  10 ml asam sulfat encer 

dingin (1 dalam 2) dan tambahkan beberapa tetes 

hidrogen peroksida P sebelum pemanasan. 

 

    Larutan baku Pipet 3,0 ml Larutan baku arsen ke 

dalam labu generator, tambah 2 ml asam sulfat, campur 

dan tambahkan beberapa  30% hidrogen peroksida P yang 

dipakai  dalam pembuatan Larutan uji. Panaskan 

campuran sampai  terjadi asap putih tebal, dinginkan 

tambahkan perlahan-lahan 10 ml air, dan panaskan lagi 

sampai terjadi asap putih tebal. Ulangi procedure  dengan 

memakai  10 ml air untuk menghilangkan sisa 

hidrogen peroksida. Dinginkan dan encerkan dengan air 

sampai 35 ml.  

    Larutan uji Jika tidak dinyatakan lain dalam masing-

masing monografi masukkan ke dalam labu generator 

beberapa  zat uji, dalam g, dihitung memakai  rumus: 

 

 

 

 

dimana L yaitu  batasan arsen dalam ppm. Tambahkan 5 

ml asam sulfat P dan beberapa manik kaca, ekstraksi 

dalam lemari asam, lebih baik memakai  lempeng 

pemanas dan pada suhu tidak lebih dari 120º sampai  

terjadi pengarangan. (Mungkin diperlukan asam sulfat 

berlebih untuk membasahkan zat uji secara sempurna, 

namun  jumlah volume yang ditambahkan tidak lebih 10 

ml). Tambahkan hati-hati tetes demi tetes 30% hidrogen 

peroksida P biarkan reaksi terjadi dan panaskan kembali 

diantara penetesan. (Tambahkan dengan sangat hati-hati 

beberapa tetes pertama dengan mencampur secukupnya, 

untuk menghindari reaksi cepat). Hentikan pemanasan 

bila terbentuk busa berlebih. Bila reaksi berkurang, 

panaskan hati-hati, goyangkan labu sesekali untuk 

mencegah zat melekat pada dinding labu yang kontak 

dengan pemanasan. Pertahankan kondisi oksidasi setiap 

saat selama ekstraksi dengan menambahkan sedikit demi 

sedikit larutan hidrogen peroksida P, jika campuran 

menjadi cokelat atau gelap. Lanjutkan ekstraksi sampai  

zat organik terurai, naikkan suhu lempeng pemanas 

secara bertahap sampai  asap dari belerang trioksida 

dibebaskan dan larutan menjadi tidak berwarna atau 

berwarna kuning pucat. Dinginkan, tambahkan hati-hati 

10 ml air, campur dan uapkan sekali lagi sampai  terjadi 

asap tebal. Ulangi procedure  ini untuk menghilangkan sisa 

hidrogen peroksida. Dinginkan, tambahkan hati-hati       

10 ml air, bilas dinding labu dengan beberapa ml air, dan 

encerkan dengan air sampai  30 ml. 

    procedure  Lakukan seperti tertera pada Metode I 

    Zat Kimia Pengganggu Lakukan seperti tertera pada 

Metode I. 

 

 

UJI BATAS BESI <331> 

 

    Uji batas besi dipakai  untuk menampilkan  bahwa 

kandungan besi, dalam bentuk besi(III) atau besi(II) tidak 

lebih dari batas besi yang tertera pada masig-masing 

monografi. Penetapan dilakukan dengan membandingkan 

secara visual dengan larutan yang dibuat khusus dari 

Larutan baku besi. 

 

    Pereaksi khusus  

    Larutan baku besi Larutkan 863,4 mg besi(III) 

ammonium sulfat P [FeNH4(SO4)2.12H2O] dalam air, 

tambahkan 10 ml asam sulfat 2 N dan encerkan dengan 

air sampai  100,0 ml. Pipet 10 ml larutan ini ke dalam labu 

tentukur 1000-ml, tambahkan 10 ml asam sulfat     2 N, 

ecerkan dengan air sampai tanda. Tiap ml larutan ini 

mengandung 10 μg Fe. 

    Larutan ammonium tiosianat Larutkan 30 g ammonium 

tiosianat P dalam air sampai  100 ml. 

 

    Larutan baku Pipet 1 ml larutan baku besi (10 μg Fe) 

ke dalam tabung pembanding warna 50 ml, encerkan 

dengan air sampai  45 ml, tambahkan 2 ml asam klorida P 

dan campur. 

 

    Larutan uji Masukkan beberapa  larutan uji seperti 

tertera pada masing-masing monografi ke dalam tabung 

pembanding warna 50 ml, bila perlu encerkan dengan air 

sampai  45 ml; atau larutkan beberapa  g zat dalam air 

sampai  45 ml yang dihitung dengan rumus: 

  

)1000(

0,1

L

 

 

L yaitu  batas besi dalam persen. Tambahkan 2 ml asam 

klorida P dan campur. 

 

    procedure  ke dalam masing-masing tabung yang berisi 

Larutan baku dan Larutan uji, tambahkan 50 mg 

amonium peroksida sulfat P dan 3 ml Larutan amonium 

 

L

0,3

- 1430 -

 

 

 

 

 

tiosianat dan campur: warna yang terjadi pada Larutan 

uji tidak lebih gelap dari Larutan baku  

 

 

UJI BATAS ETILEN OKSIDA DAN DIOKSAN 

<342>  

 

    procedure  berikut ini dipakai  untuk menetapkan 

jumlah residu etilen oksida dan dioksan dalam sediaan 

yang dibuat dari etilen oksida. Kecuali dinyatakan lain 

pada masing-masing monografi, pakailah  Metode I. 

 

Metode I 

 

[Peringatan Etilen oksida yaitu  zat toksik dan mudah 

terbakar. Siapkan larutan ini dengan hati-hati di dalam 

lemari asam berventilasi baik. Lindungi tangan dan 

wajah dengan memakai sarung tangan polietilen dan 

masker yang sesuai. Simpan semua larutan dalam wadah 

kedap udara, pada suhu antara 4° - 8°.] 

[Catatan Sebelum memakai  polietilen glikol 200 P 

pada pengujian ini, hilangkan semua komponen mudah 

menguap dengan menempatkan 500 ml polietilen glikol 

200 P dalam labu alas bulat 1000 ml dan sambungkan 

labu dengan penguap berputar, pertahankan pada suhu 

60° dan vakum 10 - 20 mmHg selama 6 jam.] 

 

    Larutan Asetaldehida Asetaldehida P 10 g per ml 

[Catatan Siapkan segera sebelum dipakai .] 

 

    Larutan persediaan etilen oksida Buat larutan etilen 

dioksida 2,5 mg per g yang disiapkan dengan cara sebagai 

berikut: Tara Erlenmeyer bersumbat kaca, tambahkan    

50 ml polietilen glikol 200 P, dan timbang kembali 

Erlenmeyer. Masukkan 5 ml etilen oksida P cair dalam 

gelas piala 100 ml dinginkan dalam campuran natrium 

klorida P dan es (1:3). Masukkan 300 l (250 mg) etilen 

oksida cair P pada polietilen glikol 200 P, aduk perlahan-

lahan sampai tercampur. Sumbat Erlenmeyer, timbang 

kembali labu dan tetapkan jumlah etilen dioksida yang 

diabsorbsi dengan adanya perbedaan berat. Atur berat 

campuran dengan menambahkan polietilen glikol 200 P 

sampai 100,0 g, sumbat Erlenmeyer dan goyang hati-hati 

sampai tercampur. [Catatan Isi botol pendingin 

bertekanan dengan etilen oksida cair dan simpan dalam 

lemari pembeku bila tidak dipakai . pakailah  sepotong 

kecil film polietilen untuk melindungi cairan dari kontak 

dengan karet penutup. pakailah  peralatan yang telah 

didinginkan bila diperlukan. Buat larutan persediaan 

segera sebelum dipakai , dan simpan dalam lemari 

pendingin.] 

 

    Larutan etilen oksida Tara Erlenmeyer bersumbat 

kaca dan dinginkan dalam lemari pendingin. Tambahkan 

35 ml polietilen glikol 200 P, dan timbang kembali labu. 

Masukkan 1 g Larutan persediaan etilen dioksida dingin 

ke dalam Erlenmeyer bersumbat. Atur berat campuran 

dengan menambahkan polietilen glikol 200 P sampai   

50,0 g, sumbat kembali, goyang hati-hati sampai 

tercampur. Pindahkan 10 g larutan ini pada labu tentukur 

50-ml. Tambahkan 30 ml air dan campur. Encerkan 

dengan air sampai tanda, dan campuran yang diperoleh 

mengandung etilen oksida lebih kurang 10 g per ml. 

[Catatan pakailah  peralatan yang telah didinginkan jika 

diperlukan. Buat segera sebelum dipakai .] 

     

    Larutan dioksan 500 g per ml dioksan P. 

 

    Larutan Baku A Masukkan 0,1 ml Larutan etilen 

oksida ke dalam vial 10-ml “headspace” bertekanan. 

[Catatan Vial berukuran lain misalnya vial 22-ml 

“headspace” bertekanan dapat dipakai , tergantung 

kondisi operasional. Akan namun  harus dipakai  

“headspace” berukuran sama untuk Larutan baku A, 

Larutan baku B dan Larutan uji.] Tambahkan 0,1 ml 

Larutan Asetaldehida dan 0,1 ml Larutan dioksan, tutup 

vial dan campur. 

 

    Larutan Baku B Timbang 1,0 g zat uji, masukkan ke 

dalam vial 10-ml “headspace” bertekanan dan tambahkan 

0,1 ml Larutan etilen oksida; 0,1 ml Larutan dioksan dan 

1,0 ml N,N-dimetilasetamida P. Tutup vial dan campur. 

 

    Larutan uji Timbang 1,0 g zat uji masukkan ke dalam 

vial 10-ml “headspace” bertekanan dan tambahkan       

1,0 ml N,N-dimetilasetamida P dan 0,2 ml air. Tutup vial 

dan campur. 

 

    Sistem kromatografi Lakukan penetapan dengan cara 

Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi 

<931>. Kromatograf gas “headspace” dilengkapi 

detektor ionisasi nyala dan kolom kapiler terbuat dari 

kaca atau kuarsa 30 m x 0,32 mm, berisi bahan pengisi 

tahap  G1 dengan tebal lapisan 1,0 m. Gas pembawa 

helium P dipertahankan pada kecepatan linier 20 cm per 

detik. Suhu injektor dan detektor dipertahankan berturut-

turut pada suhu 150° dan 250°. Suhu kolom diprogram 

sebagai berikut: 

 

Suhu 

awal 

(o) 

Kenaikan 

suhu  

(o per menit) 

Suhu 

akhir 

(o) 

Waktu dipertahankan 

pada suhu akhir 

(menit) 

50 - 50 5 

50 5 180 - 

180 30 230 5 

 

Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku A, rekam 

kromatogram dan ukur respons puncak utama seperti 

tertera pada procedure : resolusi, R, antara aseltadehida dan 

etilen oksida tidak kurang dari 2,0; perbandingan “signal 

to noise” tidak kurang dari 5,0 ditetapkan dari puncak 

dioksan; simpangan baku relatif  pada penyuntikan ulang 

tidak lebih dari 15,0%. [Catatan Waktu retensi relatif 

asetaldehida dan etilen oksida berturut-turut yaitu  0,94 

dan 1,0.] 

 

    Sistem “headspace sampler” Atur suhu “transfer line” 

150°, suhu pengaturan tekanan 1 menit dan waktu injeksi 

- 1431 -

 

 

 

 

 

 

12 detik. Waktu untuk kesetimbangan suhu selama        

45 menit dan suhu kesetimbangan masing-masing:       

70° untuk Larutan baku A, 90° untuk Larutan baku B dan 

90° untuk Larutan uji. 

 

    procedure  Suntikkan secara terpisah beberapa  volume 

sama (lebih kurang 1 ml “headspace” gas dengan “split 

ratio” 20:1) Larutan baku B dan Larutan uji ke dalam 

kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons 

puncak utama. [Catatan Waktu retensi relatif untuk etilen 

oksida dan dioksan berturut-turut yaitu  1,0 dan 2,5.] 

Hitung jumlah etilen dioksida dalam bpj, dalam zat yang 

dipakai  dengan rumus: 

 

 

 

 

 

AE yaitu  jumlah etilen oksida dalam g yang 

ditambahkan dalam Larutan baku B; rU dan rS berturut-

turut yaitu  respon puncak etilen oksida dari Larutan uji 

dan Larutan baku B; WU yaitu  bobot zat dalam g yang 

dipakai  untuk membuat Larutan uji; Ws yaitu  bobot 

dalam g yang dipakai  untuk membuat Larutan baku B. 

Hitung jumlah dioksan dalam bpj, dalam zat yang 

dipakai  dengan rumus: 

 

 

 

 

AD yaitu  jumlah dioksan dalam g yang ditambahkan 

dalam Larutan baku B; rU dan rS berturut-turut yaitu  

respon puncak dioksan dari Larutan uji dan Larutan baku 

B; WU yaitu  bobot zat dalam g yang dipakai  untuk 

membuat Larutan uji; WS yaitu  bobot zat dalam g yang 

dipakai  untuk membuat Larutan baku B. 

 

Metode II 

 

    Larutan baku etilen dioksida Encerkan 0,5 ml etilen 

oksida dalam metilen klorida P (50 mg per ml)1 dengan 

air sampai 50,0 ml. [Catatan Larutan stabil selama         

3 bulan jika disimpan dalam vial politetrafluoroetilen 

(politef)-dengan tutup berlapis membran silikon pada 

suhu -20°.] Biarkan sampai mencapai suhu ruang. 

Encerkan 1,0 ml larutan dengan air sampai 250,0 ml 

sampai  diperoleh larutan dengan kadar etilen dioksida      

2 g per ml. [Catatan Buat segera sebelum dipakai .] 

 

    Larutan baku dioksan 0,05 l per ml dioksan. 

 

    Larutan baku aseltadehida Larutan mengandung 

asetaldehida 10 g per ml [Catatan Buat segera sebelum 

dipakai .] 

 

    Larutan Resolusi Pipet 2 ml Larutan baku 

asetaldehida dan 2 ml Larutan baku etilen oksida ke 

dalam vial 10-ml “headspace”. Segera tutup vial dengan 

membran silikon berlapis politef dan perkuat dengan 

tutup luar aluminium, campur hati-hati. 

 

    Larutan baku A  Buat larutan etilen oksida dengan 

kadar 0,48 g per ml dari Larutan baku etilen oksida dan 

dioksan dengan kadar 0,005 g per μl dari Larutan baku 

dioksan. 

 

    Larutan baku B Timbang 1,0 g zat, masukkan ke 

dalam vial 10-ml “headspace”. Tambahkan 2,0 ml 

Larutan baku A. Segera tutup vial dengan membran 

silikon berlapis politef dan perkuat dengan tutup luar 

aluminium, campur hati-hati. 

 

    Larutan uji Timbang 1,0 g zat, masukkan ke dalam 

vial 10-ml “headspace”. Tambahkan 2,0 ml air. Segera 

tutup vial dengan membran silikon berlapis politef dan 

perkuat dengan tutup luar aluminium, campur hati-hati. 

  

    Sistem kromatografi Lakukan penetapan dengan cara 

Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi 

<931>. Kromatograf gas “headspace” dilengkapi 

detektor ionisasi nyala dan kolom kapiler terbuat dari 

leburan silika 0,53 mm x 50 m, berisi bahan pengisi     

tahap  G27 dengan tebal lapisan 5,0 m. Gas pembawa 

helium P dipertahankan pada laju alir 4 mm per menit. 

Sistem “headspace sampler” waktu untuk kesetimbangan 

suhu selama 30 menit dan suhu kesetimbangan 80°. Suhu 

injektor dan detektor dipertahankan berturut-turut pada 

suhu 85° dan 250°. Suhu kolom diprogram sebagai 

berikut: suhu awal dipertahankan pada 70º selama          

10 menit, lalu  diatur kecepatan kenaikan suhu lebih 

kurang 10º per menit sampai 250º dan pertahankan suhu 

ini  selama 5 menit. Lakukan kromatografi terhadap 

Larutan resolusi, rekam kromatogram dan ukur respons 

puncak utama seperti tertera pada procedure : resolusi, R, 

antara asetaldehida dan etilen oksida tidak kurang dari 2,0 

[Catatan Waktu retensi relatif asetaldehida dan etilen 

oksida berturut-turut yaitu  0,9 dan 1,0.] 

 

    procedure  Suntikkan secara terpisah beberapa  volume 

sama (lebih kurang 1 ml “headspace” gas dengan “split 

ratio” 3,5:1) Larutan baku B dan Larutan uji ke dalam 

kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons 

puncak utama. [Catatan Waktu retensi relatif untuk etilen 

oksida dan dioksan berturut-turut yaitu  1,0 dan 1,9.] 

Hitung jumlah etilen dioksida dalam bpj, dalam zat yang 

dipakai  dengan rumus: 

 

 

 

 

CE yaitu  kadar etilen oksida dalam g per ml Larutan 

baku A; V yaitu  volume Larutan baku A yang 

ditambahkan pada Larutan baku B (2,0 ml); rU  dan rS 

berturut-turut yaitu  respon puncak etilen oksida Larutan 

uji dan Larutan baku B; WU yaitu  bobot dalam g zat 

yang dipakai  untuk membuat Larutan uji; WS yaitu  

bobot dalam g zat yang dipakai  untuk membuat 

( ) ( )[ ]SUUS

UE

xWrxWr

xrA

( ) ( )[ ]SUUS

UE

xWrxWr

xVxrC

( ) ( )[ ]SUUS

UD

xWrxWr

xrA

- 1432 -

 

 

 

 

 

Larutan baku B. Hitung jumlah dioksan dalam bpj, dalam 

zat yang dipakai  dengan rumus: 

 

 

 

 

 

CD yaitu  kadar dioksan dalam l per ml Larutan baku A; 

V yaitu  volume Larutan baku A yang ditambahkan pada 

Larutan baku B (2,0 ml);  yaitu  berat jenis dioksan 

(1,03 g per ml = 1,03 g per l); F yaitu  faktor konversi 

(1000 g per mg); rU respons puncak dioksan dari 

Larutan uji; rS yaitu  respons puncak etilen oksida dari 

Larutan baku B; WU yaitu  bobot zat dalam g yang 

dipakai  untuk membuat Larutan uji dan WS yaitu  

bobot zat dalam g yang dipakai  untuk membuat 

Larutan baku B.  

 

 

UJI BATAS KALSIUM, KALIUM DAN 

NATRIUM <351>  

 

    Fotometer nyala khusus dilengkapi dengan detektor 

tabung foto pelipat ganda untuk penetapan kalsium atau 

natrium, detektor tabung cahaya peka warna merah untuk 

penetapan kalium, mono-kromator, celah keluar yang 

mudah diatur, alat kendali yang peka, dan pembakar 

oksiasetilena. Pembakar oksihidrogen diperlukan untuk 

penetapan kalium di dalam campuran dengan kalsium 

jumlah besar. 

    Larutan baku ion kalsium Masukkan 249,7 mg kalsium 

karbonat P yang telah dikeringkan pada suhu 300° 

selama 3 jam dan didinginkan dalam eksikator selama     

2 jam, ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dalam 

campuran 20 ml air dan 5 ml asam klorida 3 N, encerkan 

dengan air sampai tanda. Tiap ml larutan mengandung 

1,00 mg ion kalsium (Ca).  

    Larutan baku ion kalium Masukkan 190,7 mg kalium 

klorida P yang telah dikeringkan pada suhu 105° selama 

2 jam, ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan 

encerkan dengan air sampai tanda. Tiap ml larutan 

mengandung 1,00 mg ion kalium (K). 

    Larutan baku ion natrium Masukkan 254,2 mg natrium 

klorida P yang telah dikeringkan pada suhu 105° selama 

2 jam, ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan 

encerkan dengan air sampai tanda. Tiap ml larutan 

mengandung 1,00 mg ion natrium (Na). 

    Larutan baku Masukkan 50 ml alikot Larutan uji ke 

dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan beberapa  volume 

Larutan baku ion yang tertera pada masing-masing 

monografi, encerkan dengan air sampai tanda. Encerkan 

larutan ini secara kuantitatif dengan air secukupnya, 

untuk mendapatkan kadar ion yang diuji sesuai dengan 

daerah pengukuran yang ideal pada fotometer nyala yang 

dipakai . 

    Larutan uji Kecuali dinyatakan lain pada masing-

masing monografi, masukkan 2,000 g zat uji ke dalam 

labu tentukur 100-ml, dinginkan dalam tangas es, 

tambahkan 5 ml asam nitrat P, goyang sampai larut dan 

biarkan hangat sampai suhu kamar. Jika perlu panaskan 

hati-hati untuk mendapatkan campuran yang jernih atau 

hanya sedikit keruh. Dinginkan sampai suhu kamar, jika 

perlu, encerkan dengan air sampai tanda. Jika perlu, 

saring atau sentrifus untuk mendapatkan larutan yang 

jernih. 

    Atur fotometer nyala sampai diperoleh pembacaan 

mendekati transmitans 100% dengan Larutan baku pada 

panjang gelombang yang memberi  emisi maksimum 

yang sesuai dengan panjang gelombang yang spesifik 

seperti tertera pada daftar di bawah. pakailah  lebar celah 

keluar yang sesuai, sedekat mungkin dengan lebar pita 

yang ditentukan. Rekam transmitans yang dibaca (S). 

    Encerkan alikot Larutan uji dengan air untuk 

mendapatkan kadar larutan yang sesuai dengan Larutan 

baku. Tanpa mengubah pengaturan kondisi fotometer 

nyala, tetapkan emisi larutan sebagai persentase 

transmisi, rekam pembacaan (T). Pengaturan kembali 

hanya pada monokromator, ke panjang gelombang yang 

ditentukan untuk penetapan latar belakang. Tetapkan 

emisi larutan pada panjang gelombang ini  sebagai 

persentase transmisi, dan rekam pembacaan (B). 

 

Ion Panjang gelombang (nm) Lebar pita 

(nm) Spesifik Latar belakang 

Kalsium 422,7 430   0,8 

Kalium 766,5 750   12 

Natrium 589 580   0,8 

 

    Pengujian ini dinyatakan memenuhi syarat, jika harga 

T kurang B, lebih kecil dari atau sama dengan S kurang T.  

 

 

UJI BATAS KLORIDA DAN SULFAT <361> 

 

    Uji batas klorida dan sulfat berikut yaitu  procedure  

umum untuk menetapkan batas klorida dan sulfat yang 

tertera pada masing-masing monografi. 

    Lakukan pengujian dan pembandingan memakai  

sepasang tabung kaca dengan diameter sama dan 

disetarakan sebaik mungkin seperti tertera pada 

pembandingan visual dalam Spektrofotometri dan 

Hamburan Cahaya <1191>. pakailah  jumlah dan jenis 

pereaksi yang sama pada Larutan uji maupun Larutan 

pembanding yang mengandung beberapa  volume tertentu 

klorida atau sulfat. Jika sesudah  diasamkan larutan tidak 

jernih, saring melalui kertas saring yang tidak 

memberi  reaksi terhadap klorida dan sulfat. 

Tambahkan beberapa  larutan pengendap perak nitrat LP 

atau barium klorioda LP beberapa  yang diperlukan pada 

Larutan uji dan Larutan pembanding pada saat yang 

bersamaan. 

    Jika pada masing-masing monografi, pengujian 

dilakukan terhadap volume tertentu Larutan uji, dan batas 

klorida atau sulfat sesuai dengan atau kurang dari 0,20 ml 

asam klorida 0,02 N atau asam sulfat 0,02 N, lakukan 

pengujian tanpa pengenceran lebih lanjut. Dalam hal ini, 

pertahankan volume Larutan pembanding sama seperti 

( ) ( )[ ]SUUS

UD

xWrxWr

xFxrxVxC

- 1433 -

 

 

 

 

 

 

pada Larutan uji. Untuk pengujian pada garam logam 

berat, yang pada biasanya  bereaksi asam, hilangkan 

penambahan asam dan larutan tidak boleh dinetralkan. 

Larutkan garam bismuth dalam beberapa ml air dan 2 ml 

asam nitrat P sebelum penambahan larutan pengendap. 

 

    Klorida Larutkan beberapa  zat uji dalam 30 - 40 ml 

air, atau, jika zat uji yaitu  larutan, tambahkan air 

secukupnya sampai  jumlah volume 30 - 40 ml, dan jika 

perlu netralkan larutan dengan asam nitrat P terhadap 

kertas lakmus P. Tambahkan 1 ml asam nitrat P dan       

1 ml perak nitrat LP, dan tambahkan air secukupnya 

sampai  50 ml. Campur, diamkan larutan 5 menit 

terlindung cahaya matahari langsung. Bandingkan 

kekeruhan yang terjadi dengan larutan pembanding yang 

mengandung beberapa  volume asam klorida 0,020 N 

seperti tertera pada monografi.   

 

    Sulfat Larutkan beberapa  zat uji dalam 30 - 40 ml air, 

atau, jika zat uji yaitu  larutan, tambahkan air 

secukupnya sampai  jumlah volume 30 - 40 ml, dan jika 

perlu netralkan larutan dengan asam klorida P terhadap 

kertas lakmus P. Tambahkan 1 ml asam klorida 3 N,           

3 ml barium klorida LP dan air secukupnya sampai  50 ml. 

Campur, diamkan larutan 10 menit. Bandingkan 

kekeruhan yang terjadi dengan larutan pembanding yang 

mengandung beberapa  volume asam sulfat 0,020 N 

seperti tertera pada monografi.   

 

 

UJI BATAS DIMETILANILIN <362> 

 

    Uji batas berikut dipakai  sebagai procedure  umum, 

bila dinyatakan pada masing-masing monografi untuk 

menetapkan dimetilanilin (sebagai penangkap asam 

klorida yang mungkin dipakai  selama proses) dalam 

suatu zat secara kromatografi gas.  

 

    Larutan baku internal Kecuali dinyatakan lain dalam 

masing-masing monografi, buat larutan naftalena dalam 

sikloheksana P dengan kadar lebih kurang 50 μg per ml. 

 

    Larutan baku Kecuali dinyatakan lain dalam masing-

masing monografi, timbang saksama lebih kurang 50 mg 

N,N–dimetilanilin masukkan ke dalam labu tentukur      

50-ml, tambahkan 25 ml asam klorida 1 N, goyangkan 

sampai  larut, encerkan dengan air sampai tanda dan 

campur. Masukkan 5,0 ml larutan ke dalam labu tentukur 

250-ml, encerkan dengan air sampai tanda dan campur. 

Pipet 1 ml larutan masukkan ke dalam tabung sentrifuga 

yang sesuai, tambahkan 5,0 ml natrium hidroksida 1 N 

dan 1,0 ml Larutan baku internal, kocok kuat selama        

1 menit, dan sentrifus. pakailah  beningan sebagai 

Larutan baku. 

 

    Larutan uji Kecuali dinyatakan lain dalam masing-

masing monografi, timbang saksama lebih kurang 1 g zat 

uji, masukkan ke dalam tabung sentrifuga yang sesuai, 

tambahkan 5,0 ml natrium hidroksida 1 N dan 1,0 ml 

Larutan baku internal, kocok kuat selama 1 menit, dan 

sentrifus. pakailah  beningan sebagai Larutan uji. 

 

    Sistem kromatografi Lakukan penetapan dengan cara 

Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi 

<931>. Kromatograf gas dilengkapi dengan detektor 

ionisasi nyala dan kolom 2 mm x 2 m berisi bahan 

pengisi 3 % tahap  cair G3 pada partikel penyanggga S1A 

tersilanisasi, pertahankan suhu pada 120°. pakailah  

nitrogen P sebagai gas pembawa dengan laju alir lebih 

kurang 30 ml per menit. 

 

    procedure  Suntikkan secara terpisah beberapa  volume 

sama (dengan rentang 2 - 20 μl) Larutan baku dan 

Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram 

dan ukur luas puncak utama. Perbandingan respons 

puncak dimetilanilin terhadap puncak naftalena yang 

diperoleh dari Larutan uji tidak lebih besar dari Larutan 

baku (0,002 %). 

 

 

UJI BATAS LOGAM BERAT <371> 

 

     Pengujian ini dimaksudkan untuk menampilkan  

bahwa cemaran logam yang dengan ion sulfida 

menghasilkan warna pada kondisi penetapan, tidak 

melebihi batas logam berat yang tertera pada masing-

masing monografi, dinyatakan dalam % (bobot) timbal 

dalam zat uji, ditetapkan dengan membandingkan secara 

visual seperti tertera pada pembandingan visual dalam 

Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191> dengan 

pembanding Larutan baku timbal. [Catatan Senyawa-

senyawa yang memberi  respons pada uji ini yaitu  

timbal, raksa, bismut, arsen, antimon, timah, kadmium, 

perak, tembaga, dan molibdenum.] 

    Tetapkan jumlah logam berat memakai  Metode I, 

kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi. 

Metode I dipakai  untuk zat yang pada kondisi 

penetapan memberi  larutan jernih dan tidak berwarna 

pada kondisi uji. Metode III dipakai  untuk zat yang 

pada kondisi Metode I tidak menghasilkan larutan jernih 

dan berwarna, atau senyawa yang sebab  sifatnya 

menganggu pengendapan logam oleh ion sulfida atau 

minyak lemak dan minyak menguap. Metode V suatu 

metode digesti basah, hanya dipakai  bila Metode I dan 

Metode III tidak dapat dipakai .  

 

Pereaksi khusus 

 

    Larutan persediaan timbal(II) nitrat Larutkan     

159,8 mg timbal(II) nitrat P dalam 100 ml air yang telah 

ditambah 1 ml asam nitrat P, lalu  encerkan dengan 

air sampai  1000,0 ml. Buat dan simpan larutan ini dalam 

wadah kaca yang bebas dari garam-garam timbal yang 

larut.  

 

    Larutan baku timbal Buat larutan segar dengan 

mengencerkan 10,0 ml Larutan persediaan timbal(II) 

nitrat dengan air sampai  100,0 ml. Tiap ml Larutan baku 

- 1434 -

 

 

 

 

 

timbal setara dengan 10 μg timbal. Larutan pembanding 

yang dibuat dari 100 μl Larutan baku timbal dalam               

1 gram zat uji setara dengan 1 bagian timbal per sejuta.  

 

Metode I 

 

    Dapar asetat pH 3,5 Larutkan 25,0 g amonium       

asetat P dalam 25 ml air dan tambahkan 38,0 ml asam 

klorida 6 N. Jika perlu atur pH sampai  3,5 dengan 

penambahan amonium hidroksida 6 N atau asam klorida 

6 N, encerkan dengan air sampai  100 ml, campur.  

 

    Larutan baku Pipet 2 ml Larutan baku timbal           

(20 μg Pb) ke dalam tabung pembanding warna 50 ml, 

dan encerkan dengan air sampai  25 ml. Atur pH antara     

3,0 dan 4,0 dengan penambahan asam asetat 1 N atau 

amonium hidroksida 6 N, encerkan dengan air sampai  40 ml, 

campur. 

 

    Larutan uji Ke dalam tabung pembanding warna      

50 ml masukkan 25 ml Larutan uji seperti tertera pada 

masing-masing monografi atau memakai  beberapa  

volume asam jika dinyatakan dalam masing-masing 

monografi, larutkan dan encerkan dengan air sampai       

25 ml. pakailah  beberapa  zat uji dalam g, yang dihitung 

dengan rumus : 

 

L1000

0,2

 

 

L yaitu  batas Logam berat dalam persen. Atur pH antara 

3,0 dan 4,0 dengan penambahan asam asetat 1 N atau 

amonium hidroksida 6 N, encerkan dengan air sampai     

40 ml, campur. 

 

    Larutan pembanding Masukkan 25 ml larutan yang 

dibuat sama seperti Larutan uji ke dalam tabung 

pembanding warna 50 ml, dan tambahkan 2,0 ml Larutan 

baku timbal. Atur pH antara 3,0 dan 4,0 dengan 

penambahan asam asetat 1 N atau amonium hidroksida   

6 N, encerkan dengan air sampai  40 ml, campur. 

 

    procedure  Ke dalam tiap tabung dari 3 tabung yang 

masing-masing berisi Larutan baku, Larutan uji dan 

Larutan pembanding tambahkan 2 ml dapar asetat pH 

3,5 lalu  tambahkan 1,2 ml tioasetamida LP, 

encerkan dengan air sampai  50 ml, campur, diamkan 

selama 2 menit. Amati permukaan dari atas pada dasar 

putih: Warna yang terjadi pada Larutan uji tidak lebih 

gelap dari warna yang terjadi pada Larutan baku dan 

warna yang terjadi pada Larutan pembanding sama atau 

lebih gelap dari warna yang terjadi pada Larutan baku 

[Catatan Bila warna pada larutan pembanding lebih 

muda dari warna larutan baku pakailah  Metode III 

sebagai pengganti Metode I untuk zat uji.] 

 

Metode II 

  

    Larutan uji 12 ml larutan zat uji seperti tertera pada 

masing-masing monografi.  

    Larutan baku Campur 10 ml Larutan baku timbal         

1 bpj atau 2 bpj sesuai yang ditetapkan dengan 2 ml 

Larutan uji.   

 

    Larutan blangko Campur 10 ml air dengan 2 ml 

Larutan uji.   

 

    procedure  Ke dalam tiap larutan tambahkan 2 ml    

dapar asetat pH 3,5 dan campur. Tambah 1,2 ml 

tioasetamida LP, campur dengan cepat dan diamkan          

2 menit. Amati permukaan dari atas pada dasar putih: uji 

tidak absah bila Larutan baku tidak menampilkan  warna 

cokelat dibanding Larutan blangko, warna cokelat yang 

terjadi pada Larutan uji tidak lebih intensif dari warna 

Larutan baku. Jika hasil yang diperoleh sulit untuk 

disimpulkan, saring larutan melalui penyaring membran 

(ukuran pori 3 μm); lihat gambar alat tanpa prefilter. 

Lakukan penyaringan secara lambat dan menyeluruh 

memakai  tekanan sedang dan konstan. Bandingkan 

bercak pada penyaring di antara ketiga larutan.   

 

Metode III 

 

[Catatan Metode ini tidak mencakup merkuri.]    

 

    Dapar asetat pH 3,5 Buat seperti tertera pada Metode I.  

 

    Larutan baku Buat seperti tertera pada Metode I. 

 

    Larutan uji pakailah  beberapa  zat uji dalam g, yang 

dihitung dengan rumus : 

 

L1000

0,2  

 

L yaitu  batas Logam berat dalam persen. Masukkan 

beberapa  zat yang telah ditimbang ke dalam krus yang 

sesuai, tambahkan asam sulfat P secukupnya untuk 

membasahi, dan pijarkan hati-hati pada suhu rendah 

sampai  mengarang. Selama pengarangan krus tidak boleh 

ditutup rapat. Pada bagian yang telah mengarang, 

tambahkan 2 ml asam nitrat P dan 5 tetes asam sulfat P, 

panaskan hati-hati sampai asap putih tidak terbentuk lagi. 

Pijarkan, sebaiknya dalam tanur, pada suhu 500º - 600º, 

sampai arang habis terbakar. Dinginkan, tambahkan 4 ml 

asam klorida 6 N, tutup, digesti di atas tangas uap selama 

15 menit, buka dan uapkan perlahan-lahan di atas tangas 

uap sampai  kering. Basahkan sisa dengan 1 tetes asam 

klorida P, tambahkan 10 ml air panas, dan digesti selama 

2 menit. Tambahkan amonium hidroksida 6 N tetes demi 

tetes, sampai  larutan bereaksi basa terhadap kertas 

lakmus, encerkan dengan air sampai  25 ml, dan atur pH 

antara 3,0 dan 4,0 dengan penambahan asam asetat 1 N, 

memakai  kertas indikator pH rentang pendek sebagai 

indikator eksternal. Saring jika perlu, bilas krus dan 

penyaring dengan 10 ml air. Kumpulkan filtrat dan air 

cucian dalam tabung pembanding warna 50 ml, encerkan 

dengan air sampai  40 ml, dan campur. 

- 1435 -

 

 

 

 

 

 

    procedure  Ke dalam tiap tabung yang masing-masing 

berisi Larutan baku dan Larutan uji tambahkan 2 ml 

dapar asetat pH 3,5 lalu  tambahkan 1,2 ml 

tioasetamida LP, encerkan dengan air sampai  50 ml, 

campur, diamkan selama 2 menit. Amati permukaan dari 

atas pada dasar putih: Warna yang terjadi pada Larutan 

uji tidak lebih gelap dari warna yang terjadi pada Larutan 

baku.  

 

Metode IV 

 

    Larutan uji Masukkan beberapa  zat (tidak lebih dari  

2 g) ke dalam krus silika dan 4 ml larutan magnesium 

sulfat P 25% dalam asam sulfat 2 N. Aduk dengan batang 

pengaduk kaca kecil dan panaskan hati-hati. Jika 

campuran berbentuk cairan, uapkan perlahan-lahan di 

atas tangas air sampai  kering. Pijarkan dengan cepat, suhu 

tidak lebih dari 800º, dan lanjutkan pemanasan sampai  

sisa berwarna putih atau keabu-abuan. Biarkan dingin, 

basahkan sisa dengan 0,2 ml asam sulfat 2 N, uapkan, 

pijarkan kembali dan biarkan dingin. Lama pemijaran 

tidak boleh lebih dari 2 jam. Larutkan residu dalam 5 ml 

asam klorida 2 N, dan tambahkan lagi 5 ml asam klorida 

2 N. Tambahkan 0,1 ml fenolftalein LP dan amonium 

hidroksida 13 N tetes demi tetes sampai  terjadi warna 

merah muda. Dinginkan, tambahkan asam asetat glasial P 

sampai  larutan tidak berwarna, dan tambahkan lagi            

0,5 ml asam asetat glasial P. Saring jika perlu dan 

encerkan larutan dengan air sampai  20 ml.  

 

    Larutan baku Buat seperti tertera pada larutan uji 

memakai  beberapa  Larutan timbal yang ditentukan 

(10 bpj Pb) untuk mengganti zat yang diuji. Pada 10 ml 

larutan yang diperoleh tambahkan 2 ml Larutan uji.  

 

    Larutan blangko Campur 10 ml air dengan 2 ml 

Larutan uji.  

 

    procedure  Ke dalam masing-masing 12 ml larutan 

tambahkan 2 ml dapar asetat pH 3,5 dan campur. 

Tambahkan 1,2 ml tioasetamida LP, campur dengan 

cepat, diamkan 2 menit. Amati permukaan dari atas pada 

dasar putih: Uji tidak absah bila Larutan baku tidak 

menampilkan  warna cokelat dibanding Larutan blangko, 

warna cokelat yang terjadi pada Larutan uji tidak lebih 

intensif dari warna Larutan baku. Jika hasil yang 

diperoleh sulit untuk disimpulkan, saring larutan melalui 

penyaring membran (ukuran pori 3 μm); lihat gambar alat 

tanpa prefilter. Lakukan penyaringan secara lambat dan 

menyeluruh memakai  tekanan sedang dan konstan. 

Bandingkan bercak pada penyaring di antara ketiga 

larutan.  

 

Metode V 

 

    Dapar asetat pH 3,5 Buat seperti tertera pada Metode I 

 

    Larutan baku Masukkan campuran 8 ml asam sulfat P 

dan 10 ml asam nitrat P ke dalam labu Kjeldahl 100 ml 

yang bersih dan kering, tambahkan beberapa  volume 

asam nitrat P yang sama dengan jumlah yang 

ditambahkan pada Larutan uji. Panaskan larutan sampai  

terbentuk asap putih tebal, dinginkan, tambahkan dengan 

hati-hati 10 ml air; dan jika dipakai  hidrogen 

peroksida pada pembuatan Larutan uji, tambahkan 

beberapa  volume yang sama hidrogen peroksida P 30% 

yang dipakai  pada Larutan uji, didihkan perlahan-

lahan sampai  terbentuk asap putih tebal. Dinginkan lagi, 

tambahkan hati-hati 5 ml air, campur dan didihkan hati-

hati sampai  terbentuk asap putih tebal, sampai  volume      

2 ml sampai 3 ml. Dinginkan, encerkan hati-hati dengan 

beberapa ml air, tambahkan 2,0 ml Larutan baku timbal 

(20 μg Pb) dan campur. Pindahkan ke dalam tabung 

pembanding warna 50 ml, bilas labu dengan air, 

tambahkan air bilasan ke dalam tabung sampai  25 ml dan 

campur. 

 

    Larutan uji Kecuali dinyatakan lain pada masing-

masing monografi, pakailah  beberapa  zat uji dalam g, 

yang dihitung dengan rumus : 

 

L1000

0,2

 

 

L yaitu  batas Logam berat dalam persen. 

 

   Jika zat uji berbentuk padat Masukkan beberapa  zat uji 

ke dalam labu Kjeldahl 100 ml yang bersih dan kering. 

[Catatan Labu 300 ml dapat dipakai  jika reaksi 

membentuk busa berlebihan.] Klem labu dengan sudut 

45º, dan tambahkan campuran 8 ml asam sulfat P dan    

10 ml asam nitrat P secukupnya untuk membasahi zat. 

Hangatkan perlahan-lahan sampai  terjadi reaksi, biarkan 

reaksi mereda. Tambahkan beberapa  sama campuran 

asam, panaskan pada setiap penambahan, sampai jumlah 

campuran asam yang ditambahkan 18 ml. Naikkan suhu 

dan didihkan perlahan-lahan sampai  larutan menjadi 

gelap. Dinginkan, tambahkan 2 ml asam nitrat P dan 

panaskan lagi sampai  larutan menjadi gelap. Lanjutkan 

pemanasan, diikuti dengan penambahan asam nitrat P 

sampai tidak lagi gelap, lalu  panaskan kuat sampai 

terbentuk asap putih tebal. Dinginkan, tambahkan hati-

hati 5 ml air, didihkan perlahan-lahan sampai terbentuk 

asap putih, dan lanjutkan pemanasan sampai volume 

berkurang sampai  beberapa ml. Dinginkan, tambahkan 

dengan hati-hati 5 ml air dan amati warna larutan. Jika 

berwarna kuning, tambahkan dengan hati-hati 1 ml 

hidrogen peroksida 30% dan uapkan lagi sampai 

terbentuk asap putih tebal dan volume menjadi 2 sampai   

3 ml. Jika warna larutan masih kuning, ulangi 

penambahan 5 ml air dan peroksida seperti di atas. 

Dinginkan, encerkan hati-hati dengan beberapa ml air, 

pindahkan ke dalam tabung pembanding warna 50 ml, 

dan bilas. Jaga kumpulan volume bilasan tidak lebih dari 

25 ml. 

     Jika zat berbentuk cair Masukkan beberapa  zat uji ke 

dalam labu Kjeldahl 100 ml yang bersih dan kering. 

[Catatan Labu 300 ml dapat dipakai  jika reaksi 

membentuk busa berlebihan.] Klem labu pada sudut 45° 

dan tambahkan dengan hati-hati beberapa ml campuran   

- 1436 -

 

 

 

 

 

8 ml asam sulfat P dan 10 ml asam nitrat P. Hangatkan 

perlahan-lahan sampai  terjadi reaksi, biarkan reaksi 

mereda dan lanjutkan seperti tertera pada Jika zat uji 

berbentuk padat dimulai dengan “Tambahkan lagi 

beberapa  campuran asam yang sama”. 

 

    Larutan pembanding Lakukan digesti memakai  

beberapa  sama sampel dengan procedure  yang sama 

seperti tertera pada Larutan uji sub bagian Jika zat 

berbentuk padat sampai langkah “Dinginkan, tambahkan 

dengan hati-hati dengan beberapa ml air”. Tambahkan   

2,0 ml Larutan baku timbal (20 μg Pb), campur. 

Pindahkan ke dalam tabung pembanding warna 50 ml, 

cuci labu dengan air, tambahkan air cucian ke dalam 

tabung sampai 25 ml dan campur.  

 

    procedure  Perlakukan Larutan uji, Larutan baku dan 

Larutan pembanding sebagai berikut: Atur pH larutan 

antara 3,0 dan 4,0 dengan penambahan amonium 

hidroksida P (amonia LP dapat dipakai  jika diinginkan 

pada saat mendekati jarak pH yang ditetapkan), encerkan 

dengan air sampai  40 ml, campur. Ke dalam tiap tabung 

tambahkan 2 ml dapar asetat pH 3,5 lalu  1,2 ml 

tioasetamida LP, encerkan dengan air sampai  50 ml, 

campur dan diamkan 2 menit. Amati permukaan dari atas 

pada dasar putih: Warna yang terjadi pada Larutan uji 

tidak lebih gelap dari warna yang terjadi pada Larutan 

baku dan warna yang terjadi pada Larutan pembanding 

sama atau lebih gelap dari warna yang terjadi pada 

Larutan baku. 

 

Metode VI 

 

    Larutan uji Campur beberapa  zat uji dengan 50 mg 

magnesium oksida P dalam krus silika. Pijarkan di atas 

nyala api sampai terbentuk masa homogen berwarna 

putih atau putih keabu-abuan. Jika sesudah  30 menit 

campuran masih berwarna, biarkan dingin, aduk dengan 

batang pengaduk kaca kecil dan ulangi pemijaran. 

Panaskan pada suhu 800° selama lebih kurang 1 jam, 

larutkan residu dalam 5 ml asam klorida 5 N, tambahkan 

lagi 5 ml asam  klorida 5 N dan lanjutkan procedure  

seperti tertera pada Metode IV, mulai dengan 

“Tambahkan 0,1 ml ...”.  

 

    Larutan baku Buat seperti tertera pada Larutan uji 

memakai  Larutan baku timbal yang ditetapkan      

(10 bpj) untuk menggantikan zat yang diuji dan keringkan 

dalam oven pada suhu 100º - 105º. Pada 10 ml larutan 

yang diperoleh, tambahka