Jumat, 06 Desember 2024

farmakope 112

 


detektor ionisasi nyala dan kolom kaca 1,8 m x 2 mm 

berisi bahan pengisi 0,2% tahap  diam G39 pada partikel 

penyangga S7. pakailah  nitrogen P sebagai gas pembawa 

dengan laju alir lebih kurang 20 ml per menit. Suhu 

injektor dan suhu detektor dipertahankan pada 200°. Atur 

suhu kolom sebagai berikut: pertahankan suhu pada 80° 

selama 2 menit, lalu  naikkan sampai suhu 150° 

dengan kecepatan 30° per menit, lalu  pertahankan 

suhu 150° selama 5 menit. Suntikkan 1 ml tahap  gas dari 

Larutan kesesuaian sistem seperti tertera pada procedure : 

resolusi, R, antara etanol dan metilen klorida tidak kurang 

dari 1,5, dan waktu retensi relatif puncak etanol lebih 

kurang 0,8 terhadap puncak metilen klorida. Simpangan 

baku relatif pada penyuntikan ulang Larutan baku tidak 

lebih dari 5,0%. 

 

Tabel 2 

 

Kondisi 

kromatografi 

Penentuan 

kolom 

Ukuran kolom    Suhu kolom 

A S3 2 m x 3 mm 190° 

B S2 2,1 m x  3 mm  160° 

C G16 30 m  x 0,53 mm 40° 

D G39 2 m x 3 mm 65° 

E G16 2 m x 3 mm 70° 

F S4 2 ,5 m x 2 mm Pertahankan 120° (35 menit),  

Gradien 120° - 200° (2°/menit) 

Pertahankan 20 menit 

H G14 2 ,5 m x 2 mm Pertahankan 45° (3 menit),  

Gradien 45° - 120° (8°/menit) 

Pertahankan 15 menit 

I G27 30 m x 0,53 mm Pertahankan 35° (5 menit),  

35° - 175° (8°/menit)  

175° - 260° (35°/menit) 

Pertahankan 16 menit 

J G16 30 m x 0,33 mm Pertahankan 50° (20 menit),  

50° - 165° (6°/menit)  

Pertahankan 20 menit 

- 1449 -

 

 

 

 

 

 

    procedure  pakailah  alat suntik kedap gas, suntikkan 

secara terpisah beberapa  volume sama (lebih kurang        

1 ml) gas dari ruang kosong di bagian atas Larutan baku 

dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam 

kromatogram dan ukur respons puncak. Tetapkan, 

berdasarkan perbandingan waktu retensi, adanya metilen 

klorida dalam Larutan uji. Tetapkan jumlah metilen 

klorida yang terdeteksi, dalam μg per tablet. Hitung 

jumlah maksimum metilen klorida, dalam μg per tablet 

per hari yang diperbolehkan dalam unit dosis dengan 

rumus: 

 

Jumlah maksimum yang diperbolehkan (μg/hari/tablet) = 

 

      500 (μg/hari)           kekuatan tablet seperti 

                               X    yang tertera pada 

   Dosis maksimum        etiket (mg/tablet) 

      per hari (mg) 

 

Jumlah metilen klorida yang terdeteksi per tablet tidak 

boleh lebih dari jumlah maksimum yang diperbolehkan 

menurut hasil perhitungan. 

 

 

CEMARAN UMUM <481> 

     

    Uji cemaran umum yang tertera pada masing-masing 

monografi dipakai  untuk menilai profil cemaran suatu 

bahan. Cemaran umum didefinisikan sebagai bahan yang 

ada dalam  senyawa obat dan/atau sediaan obat dalam 

jumlah tertentu memiliki  aktivitas biologi yang tidak 

diinginkan. Cemaran ini dapat timbul akibat sintesa, 

proses pembuatan sediaan, atau peruraian bahan. Dalam 

beberapa masalah , cemaran yang berisiko terhadap 

kesehatan dapat diidentifikasi. Pada bab ini masing-

masing cemaran tidak akan diidentifikasi, uji terpisah 

mungkin diperlukan untuk memastikan bahwa cemaran 

yang diidentifikasi telah memenuhi persyaratan batas 

seperti tertera dalam definisi cemaran umum. Pemilihan 

uji dan penetapan kadar memungkinkan untuk 

menetapkan jumlah cemaran yang dapat diterima pada  

suatu bahan untuk dipakai . 

 

    Laporan dan persyaratan Jumlah cemaran umum 

tidak lebih dari 2,0%, kecuali dinyatakan lain pada 

masing-masing monografi.  

    Jika pada monografi tertera batas komponen tertentu 

dan/atau cemaran atau produk terurai yang dapat 

diidentifikasi, cemaran umum tidak termasuk dalam 

perhitungan total cemaran kecuali dinyatakan lain dalam 

monografi. Komponen yang ada bersama-sama dalam 

bahan didefinisikan sebagai bahan tertentu dari sediaan 

obat yang tidak dianggap sebagai cemaran dalam konteks 

farmakope. Contoh komponen yang ada bersama-sama 

dalam bahan ini yaitu  campuran isomer geometrik dan 

optik (atau rasemat) dan antibiotik. Komponen lain yang 

dianggap toksik sebab  efek biologis tertentu yang tidak 

diinginkan tidak disebut sebagai komponen yang ada 

bersama-sama dengan bahan. 

    Metode Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing 

monografi, perhitungan persentase dan jumlah cemaran 

umum ditetapkan dengan metode relatif daripada 

membandingkan dengan masing-masing baku 

pembanding. Deteksi cemaran lain yang tidak spesifik  

juga sesuai dengan metode ini. 

    Uji khas cemaran umum memakai  teknik 

Kromatografi lapis tipis. Lakukan seperti tertera pada 

Kromatografi <931>. Uji untuk senyawa sejenis atau 

kemurnian kromatografi dapat juga dipakai  untuk 

evaluasi cemaran umum. Metode lain (seperti 

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, Kromatografi Lapis 

Tipis Kinerja Tinggi) dapat juga dipakai  sebagai 

metode alternatif dengan alasan yang jelas. Jika tidak 

dicantumkan pada masing-masing monografi, pakailah  

metode berikut. 

 

    Larutan uji Buat saksama dalam pelarut seperti tertera 

pada monografi, sampai  kadar  lebih kurang 10 mg per 

ml.[Catatan Pemanasan atau sonikasi dapat dipakai  

untuk melarutkan jika hal ini tidak merusak bahan.] 

 

    Larutan baku Buat saksama larutan Baku 

Pembanding FI dalam pelarut seperti tertera pada 

monografi sampai  kadar 0,01;0,05;0,1 dan 0,2 mg per ml. 

[Catatan Pemanasan atau sonikasi dapat dipakai  

untuk  melarutkan jika hal ini tidak merusak bahan.] 

 

    procedure  Lakukan Kromatografi lapis tipis 

memakai  lempeng silika gel P setebal 0,25 mm dan 

tahap  gerak seperti tertera pada monografi. Totolkan 

secara terpisah beberapa  volume sama (lebih kurang      

20 μl) Larutan uji dan Larutan baku, pakailah  aliran 

nitrogen P untuk mengeringkan bercak. Masukkan 

lempeng ke dalam bejana kromatografi yang telah 

dijenuhkan dengan tahap  gerak sampai  merambat lebih 

kurang tiga per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, 

keringkan diudara. Amati lempeng memakai  teknik 

penampakan bercak yang tertera. Tentukan intensitas 

relatif bercak lain selain bercak utama Larutan uji dengan 

membandingkan terhadap kromatogram Larutan baku.  

 

Petunjuk Teknik Penampak Bercak  

    (1) pakailah  cahaya ultra violet pada 254 nm dan     

366 nm. 

    (2) pakailah  iodoplatinat LP. 

     (3) Larutan A Buat campuran 850 mg bismut subnitrat 

P dengan 40 ml air dan 10 ml asam asetat glasial P. 

          Larutan B Larutkan 8 g kalium iodida P dalam     

20 ml air. Campur Larutan A dan B sampai  diperoleh 

Larutan persediaan yang dapat disimpan beberapa bulan 

dalam botol gelap. Campur 10 ml Larutan persediaan 

dengan 20 ml asam asetat glasial P, encerkan dengan air 

sampai 100 ml, untuk larutan penampak bercak. 

    (4) Pereaksi penampak bercak ninhidrin Larutkan   

200 mg ninhidrin P dalam 100 ml etanol P, panaskan 

lempeng sesudah  penyemprotan. 

    (5) Pereaksi penampak bercak asam Dalam tangas es, 

tambahkan perlahan-lahan dan hati-hati sambil diaduk,   

- 1450 -

 

 

 

 

 

10 ml asam sulfat P ke dalam 90 ml etanol P. Semprot 

lempeng dan panaskan sampai timbul bercak. 

    (6) Pereaksi penampak bercak dikromat-asam 

Tambahkan kalium dikromat P secukupnya ke dalam 100 ml 

asam sulfat P sampai  diperoleh larutan jenuh.  Semprot 

lempeng dan panaskan sampai timbul bercak. 

    (7) Vanilin Larutkan 1 g vanilin P dalam 100 ml asam 

sulfat P. 

    (8) Kloramin T-asam trikloroasetat Campur 10 ml 

dalam larutan kloramin T 3 % dalam air dengan 40 ml 

larutan asam trikloroasetat P 25% dalam etanol P. Buat 

larutan  segar sebelum dipakai . 

    (9) Folin-C Tambahkan 10 g natrium tungstat P dan 

2,5 g natrium moblidat P ke dalam 70 ml air, tambahkan 

5 ml larutan asam fosfat P 85% dan 10 ml larutan asam 

klorida P 36%, refluks larutan ini selama 10 jam. 

    (10) KMnO4 Larutkan 100 mg kalium permanganat P 

dalam 100 ml air. 

    (11) DAB Campur 1 g p-dimetilamino-benzaldehida P 

dalam 100 ml asam klorida 0,6 N. 

    (12) DAC Campur 100 mg p-dimetilamino-

sinamaldehida P dalam 100 ml asam klorida 1 N. 

   (13) Besi(III) sianida Campur beberapa  volume  yang 

sama larutan besi(III) klorida P 1% dan larutan kalium 

besi (II) sianida P 1%. pakailah  segera. 

    (14) Fast Blue B - Pereaksi A larutkan 500 mg garam 

Fast Blue B dalam 100 ml air. 

    Pereaksi B Natrium hidroksida 0,1 N. 

    Semprot mula-mula dengan Pereaksi A, lalu  

dengan Pereaksi B. 

    (15) Besi(III) sianida basa Encerkan 1,5 ml  larutan 

kalium besi(III) sianida P 1% dengan air sampai  20 ml, 

tambahkan 10 ml larutan natrium hidroksida P 15%. 

    (16) Pereaksi penampak bercak iodium  Buat larutan 

iodium P 0,5 % dalam kloroform P. 

    (17) Letakkan lempeng selama 10 menit dalam bejana 

tertutup yang telah dijenuhkan dengan uap iodium  dan 

pada dasar bejana ada  hablur iodium P. 

    (18) Larutan A Larutkan kalium iodida P dalam 50 ml air. 

    Larutan B buat larutan 500 mg pati larut P dalam      

50 ml air panas. 

    Segera sebelum dipakai , campur beberapa  volume 

sama Larutan A dan Larutan B.  

    (19) PTSS Larutkan 20 g asam p-toluensulfonat P 

dalam 100 ml etanol P, semprot lempeng, keringkan 

selama 15 menit pada suhu 110°, amati dibawah cahaya 

ultra violet pada 366 nm. 

    (20) Pereaksi penampak bercak o-tolidina Larutkan 

160 mg o-tolidina P dalam 30 ml asam asetat glasial P. 

Encerkan dengan air sampai  500 ml, tambahkan 1 g 

kalium iodida P, aduk sampai  larut. 

    (21) Campur 3 ml larutan asam kloroplatinat P (1 

dalam 10), dengan 97 ml air, lalu  tambahkan 100 ml 

larutan kalium iodida P (6 dalam 100) untuk membuat 

pereaksi penampak bercak. 

    (22) Pereaksi penampak bercak metanol-iodium Buat 

campuran iodium LP dan metanol P (1:1). 

 

 

 

LEMAK DAN MINYAK LEMAK <491> 

 

    Definisi dan procedure  umum berikut dipakai  

untuk lemak, minyak lemak, malam, resin, balsam dan 

zat-zat sejenis. 

 

Penyiapan Sampel 

 

Bila contoh minyak menampilkan  kekeruhan yang 

disebabkan oleh pemisahan stearin, hangatkan wadah 

dalam tangas air pada suhu 50° sampai minyak jernih, 

atau bila minyak pada penghangatan tidak menjadi jernih, 

saring melalui kertas saring kering pada corong yang 

terletak di dalam mantel air panas. Campur dengan baik, 

dan timbang sekaligus sebanyak yang diperlukan untuk 

berbagai penetapan, sebaiknya memakai  botol 

berpipet tetes, atau buret timbang. Jaga contoh tetap 

meleleh, jika pada suhu kamar berupa padatan, sampai 

diperoleh beberapa  yang diperlukan. 

 

Bobot Jenis 

 

Tetapkan bobot jenis lemak atau minyak lemak seperti 

tertera pada Penetapan Bobot Jenis <981>.  

 

Suhu Lebur 

 

Tetapkan suhu lebur seperti tertera pada Penetapan Jarak  

Lebur atau Suhu Lebur  <1021> Metode lV. 

 

Bilangan Asam (Asam Lemak Bebas) 

 

Keasaman lemak dan minyak lemak dinyatakan sebagai 

jumlah ml alkali 0,1 N yang diperlukan untuk 

menetralkan asam bebas dalam 10,0 g zat. Keasaman 

sering dinyatakan sebagai Bilangan asam, yaitu jumlah 

mg kalium hidroksida yang diperlukan untuk menetralkan 

asam bebas dalam 1,0 g zat. Kecuali dinyatakan lain 

dalam masing-masing monografi, pakailah  Metode I.  

 

Metode I 

 

    procedure  Kecuali dinyatakan lain, timbang saksama 

lebih kurang 10,0 g zat, larutkan dalam labu yang berisi 

50 ml campuran sama banyak etanol P-eter P dan telah 

dinetralkan terhadap fenoftalein LP dengan kalium 

hidroksida 0,1 N atau natrium hidroksida 0,1 N, kecuali 

dinyatakan lain. Bila contoh tidak larut dalam pelarut 

dingin, hubungkan labu dengan pendingin yang sesuai 

dan hangatkan perlahan-lahan, sambil sering dikocok 

sampai contoh larut. Tambahkan 1 ml fenolftalein LP, 

dan titrasi dengan kalium hidroksida 0,1 N LV  atau 

natrium hidroksida 0,1 N LV sampai larutan berwarna 

merah muda lemah yang tetap sesudah  dikocok selama    

30 detik. Hitung Bilangan asam atau jumlah ml alkali 0,1 N 

yang diperlukan untuk menetralkan 10,0 g contoh (asam 

lemak bebas). Hitung Bilangan asam dengan rumus: 

 

- 1451 -

 

 

 

 

 

 

 

 

56,11 yaitu  bobot molekul kalium hidroksida; V yaitu  

volume, dalam ml; N yaitu  normalitas larutan kalium 

hidroksida atau larutan natrium hidroksida; W yaitu  

bobot dalam g zat yang dipakai .  

Jika volume kalium hidroksida 0,1 N LV atau natrium 

hidroksida 0,1 N LV yang diperlukan untuk titrasi kurang 

dari 2 ml, dapat dipakai  titran lebih encer, atau jumlah 

contoh disesuaikan. Hasil dapat dinyatakan dalam 

volume titran yang dipakai  atau dalam kesetaraan volume 

kalium hidroksida 0,1 N atau natrium hidroksida 0,1 N.  

Jika minyak telah dijenuhkan dengan karbon dioksida 

untuk tujuan pengawetan, refluks perlahan-lahan 

larutan etanol-eter selama 10 menit sebelum titrasi. 

Minyak juga dapat dibebaskan dari karbon dioksida 

dengan menempatkannya pada cawan dangkal di 

dalam desikator vakum selama 24 jam sebelum 

contoh ditimbang.  

 

Metode II 

 

    procedure  Buat 125 ml campuran sama banyak 

isopropanol P dan toluen P. Sebelum dipakai , 

tambahkan 2 ml larutan fenolftalein P 1% dalam 

isopropanol P dan netralkan dengan basa sampai 

berwarna merah muda lemah. Timbang saksama beberapa  

contoh cair, yang telah tercampur baik,  seperti tertera 

pada tabel di bawah ini dan larutkan dalam campuran  

larutan  yang sudah dinetralkan. Bila contoh tidak larut 

dalam pelarut dingin, hubungkan labu dengan 

pendingin yang sesuai dan hangatkan perlahan-lahan, 

sambil sering dikocok sampai contoh larut. Kocok kuat 

selama titrasi dengan kalium hidroksida 0,1 N LV atau 

natrium hidroksida 0,1 N LV sampai berwarna merah 

muda dengan intensitas yang sama dengan pelarut yang 

sudah dinetralkan. Hitung jumlah asam lemak seperti 

tertera pada Metode I. 

 

Bilangan Asam Bobot contoh (g) 

0 - 1 20 

1 - 4 

4 - 15 

15 - 74,9 

 75,0 

10 

2,5 

0,5 

0,1 

 

Bilangan Ester 

Bilangan ester yaitu  jumlah mg kalium hidroksida yang 

diperlukan untuk menyabunkan ester dalam 1,0 g zat. 

Jika Bilangan penyabunan dan Bilangan asam telah 

ditetapkan, selisih antara keduanya menampilkan  

Bilangan ester, Bilangan ester = Bilangan penyabunan – 

Bilangan asam. 

    procedure  Timbang saksama beberapa  1,5 - 2 g zat 

dalam labu 250 ml yang telah ditara, tambahkan 20 ml 

sampai  30 ml etanol P yang telah dinetralkan, kocok. 

Tambahkan 1 ml fenolftalein LP, dan titrasi dengan 

kalium hidroksida-etanol 0,5 N LV sampai asam bebas 

dinetralkan. Tambahkan 25,0 ml kalium hidroksida-

etanol 0,5 N LV, lakukan seperti tertera pada Bilangan 

penyabunan mulai dengan "Panaskan labu ..." dan 

penambahan fenolftalein LP dapat diabaikan. Hitung 

Bilangan ester dengan rumus : 

 

( )BT VV

W

N11,56  

 

56,11 yaitu  bobot molekul kalium hidroksida; VT dan 

VB berturut-turut yaitu  volume dalam ml dari asam 

klorida 0,5 N yang diperlukan dalam penetapan contoh 

dan penetapan blangko; N yaitu  normalitas larutan 

asam klorida; W yaitu  bobot dalam g zat yang 

dipakai . 

 

Bilangan Hidroksil 

 

Bilangan Hidroksil yaitu  jumlah mg kalium 

hidroksida yang setara dengan kandungan hidroksil dalam 

1,0 g zat. 

 

    Pereaksi piridina-anhidrida asetat Buat campuran 

segar, 3 bagian volume piridina P yang baru dibuka atau 

baru didestilasi dengan 1 bagian volume anhidrida asetat 

P yang baru dibuka atau baru didestilasi. 

 

    procedure  Timbang saksama beberapa  zat sesuai 

dengan tabel di bawah ini, masukkan ke dalam labu 

Erlenmeyer bersumbat kaca 250 ml, dan tambahkan     

5,0 ml Pereaksi piridina-anhidrida asetat. Masukkan     

5,0 ml Pereaksi piridina-anhidrida asetat, sebagai 

blangko ke dalam labu Erlenmeyer bersumbat kaca 250 ml 

kedua. Hubungkan kedua labu dengan pendingin refluks 

dengan sambungan asah yang sesuai, panaskan di atas 

tangas uap selama 1 jam, pada masing-masing labu 

tambahkan 10 ml air melalui pendingin, dan 

panaskan lagi di atas tangas uap selama 10 menit. 

Dinginkan, dan ke dalam masing-masing labu 

tambahkan 25 ml butanol P, yang telah dinetralkan 

terhadap fenolftalein LP dengan kalium hidroksida-etanol 

0,5 N, dengan menuangkan 15 ml melalui masing-

masing pendingin dan sesudah  pendingin dilepas, cuci 

dinding kedua labu dengan 10 ml sisanya. Ke dalam 

masing-masing labu tambahkan 1 ml fenolftalein LP, dan 

titrasi dengan kalium hidroksida-etanol 0,5 N LV. Catat 

volume dalam ml, yang diperlukan pada penetapan 

larutan uji sebagai T dan yang diperlukan oleh blangko 

sebagai B. Dalam labu Erlenmeyer 125 ml, campur 

lebih kurang 10 g zat yang ditimbang saksama, dengan  

10 ml piridina P yang baru didestilasi, dan telah 

dinetralkan terhadap fenolftalein LP, tambahkan 1 ml 

fenolftalein LP, dan titrasi dengan kalium hidroksida-

etanol 0,5 N LV, catat volume dalam ml, yang 

dipakai  oleh asam bebas dalam contoh sebagai A. 

Hitung Bilangan hidroksil dengan rumus: 

 

+ T

C

WAB

W

N11,56  

- 1452 -

 

 

 

 

 

  

W dan C berturut-turut yaitu   bobot dalam g zat yang 

dipakai  untuk asetilasi dan untuk penetapan asam 

bebas;  N yaitu  normalitas kalium hidroksida-etanol; 

56,11 yaitu  bobot molekul kalium hidroksida. Jika 

Bilangan asam dalam zat sudah diketahui, hitung 

Bilangan hidroksil dengan rumus: 

 

 

 

W yaitu  bobot dalam g zat yang dipakai  dalam 

asetilasi; N yaitu  normalitas kalium hidroksida-etanol; 

56,11 yaitu  bobot molekul kalium hidroksida. 

 

   Perkiraan bilangan hidroksil Bobot contoh (g) 

0 sampai 20 10 

20 sampai 50 5 

50 sampai 100 3 

100 sampai 150 2 

150 sampai 200 1,5 

200 sampai 250 1,25 

250 sampai 300 1,0 

300 sampai 350 0,75 

 

Bilangan lodum 

 

Bilangan lodum yaitu  jumlah g iodum yang diserap 

oleh 100 g zat, pada kondisi yang ditetapkan. Kecuali 

dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, 

tetapkan Bilangan iodum dengan Metode I. 

 

Metode I (Metode Hanus) 

 

    procedure  Timbang saksama beberapa  zat sesuai 

dengan tabel di bawah ini, masukkan ke dalam labu 

iodum 250 ml, larutkan dalam 10 ml kloroform P, 

tambahkan 25,0 ml iodo-bromida LP, tutup rapat, 

biarkan selama 30 menit di tempat terlindung cahaya, 

dengan sesekali dikocok. Tambahkan berturut-turut 30 

ml kalium iodida LP dan 100 ml air, dan titrasi iodum 

yang dibebaskan dengan natrium tiosulfat 0,1 N LV, 

kocok kuat-kuat sesudah  setiap penambahan tiosulfat. 

Bila warna iodum menjadi agak pucat, tambahkan 3 ml 

kanji LP, dan lanjutkan titrasi dengan natrium tiosulfat 

0,1 N LV sampai  warna biru hilang. Lakukan penetapan 

blangko. Hitung Bilangan iodum dengan rumus: 

 

 

 

126,9 yaitu  bobot atom Iodum, VB dan VS berturut-turut 

yaitu  volume natrium tiosulfat 0,1 N LV yang 

dipakai  untuk penetapan blangko dan penetapan 

contoh, dalam ml; N yaitu  normalitas kalium 

hidroksida-etanol; W yaitu  bobot contoh yang 

dipakai , dalam g. 

 

[Catatan Bila lebih dari setengah iodobromida LP 

diserap oleh contoh, ulangi penetapan dengan 

memakai  contoh dalam jumlah lebih kecil.] 

 

Bobot  Sampel 

Perkiraan bilangan Iodum   Bobot dalam g, ± 0,1 

< 5 3,0 

 5 - 20 1,0 

                      21 - 50 0,4 

 51 - 100 0,2 

101 - 150  0,13 

151 - 200                          0,1 

                                                                                                        

Metode II (Metode Wijs) 

 

    Larutan Kalium Iodida Timbang saksama lebih 

kurang 10 g kalium iodida P masukkan ke dalam labu 

tentukur 100-ml, larutkan dan encerkan dengan air 

sampai tanda. Simpan dalam wadah terlindung cahaya. 

    Indikator Larutan Kanji Campur 1 g kanji larut P 

dengan air agak dingin untuk membuat pasta.  

Tambahkan air mendidih sampai dengan 100 ml sambil 

diaduk. Campur dan dinginkan. pakailah  hanya bagian 

yang jernih.  

    procedure  Lelehkan contoh, jika tidak dalam bentuk 

cair. [Catatan Suhu selama pelelehan  tidak boleh lebih 

10° dari titik leleh zat.] Saring melalui dua buah kertas 

saring untuk memisahkan cemaran padat dan sisa 

lembab. Penyaringan dapat dilakukan dalam oven pada 

100° namun  harus selesai dalam 5 menit±30 detik. Contoh 

harus benar-benar kering. Semua alat gelas harus benar-

benar bersih dan kering. sesudah  penyaringan, filtrat 

contoh dikondisikan pada suhu 68° - 71°±1° sebelum 

ditimbang. sesudah  suhu 68° - 71°±1° tercapai, contoh 

segera ditimbang, masukkan ke dalam labu iodum 500-ml, 

timbang saksama seperti tertera pada tabel. [Catatan 

Penimbangan contoh harus sedemikian rupa sesampai  

ada  kelebihan iodoklorida LV 50% sampai 60% 

dari jumlah yang ditambahkan, yang berarti, 100% 

sampai 150% dari jumlah yang diabsorbsi.] Tambahkan 

15 ml campuran segar sikloheksan P dan asam asetat 

glasial P (1:1), dan aduk untuk melarutkan contoh. 

Tambahkan 25 ml iodo klorida LP, tutup rapat dan 

goyang sampai  tercampur. Biarkan sampai suhu 

mencapai 25°±5º, lindungi dari cahaya, dengan sesekali 

dikocok, selama 1 - 2 jam, tergantung dari Bilangan 

Iodum contoh; Bilangan Iodum kurang dari 150, 1 jam; 

Bilangan Iodum kurang lebih sama atau lebih dari 150, 2 

jam. lalu  dalam waktu 3 menit sesudah  waktu 

reaksi yang ditentukan, tambahkan secara berturut-turut 

20 ml Larutan kalium iodida dan 150 ml air bebas 

karbondioksida P, campur. Dalam waktu 30 menit, titrasi 

iodum yang dibebaskan dengan natrium tiosulfat 0,1 N 

LV sambil diaduk secara mekanik setiap penambahan 

tiosulfat. Ketika warna kuning iodum hampir hilang, 

tambahkan 1 - 2 ml Indikator larutan kanji, dan 

lanjutkan titrasi sampai warna biru hilang. Lakukan 

titrasi blangko. Hitung Bilangan iodum dengan rumus 

yang sama pada perhitungan Metode I. 

 

 

 

- 1453 -

 

 

 

 

 

 

Bilangan Peroksida 

 

Bilangan Peroksida yaitu  jumlah yang menampilkan , 

dalam miliekivalen, oksigen aktif, yaitu jumlah peroksida 

yang terkandung dalam 1000 g zat [Catatan Uji harus 

segera dilakukan sesudah  sampling untuk mencegah 

oksidasi dari zat yang diuji.] 

    procedure  Jika tidak dinyatakan lain, timbang saksama 

lebih kurang 5 g zat ke dalam labu Erlenmeyer bersumbat 

kaca 250 ml.  Tambahkan 30 ml campuran asam asetat 

glasial P dan kloroform P (3:2), kocok untuk melarutkan, 

dan tambahkan 0,5 ml larutan jenuh kalium iodida P. 

Kocok selama 1 menit tepat dan tambahkan 30 ml air. 

Titrasi dengan natrium tiosulfat 0,01 N LV secara 

perlahan dengan pengocokan terus menerus sampai warna 

kuning hampir hilang. Tambahkan 5 ml Indikator larutan 

kanji LP, dan lanjutkan titrasi dengan pengocokan kuat 

sampai warna biru hilang. Lakukan penetapan blangko. 

[Catatan Volume titran yang dipakai  untuk blangko 

tidak lebih dari 0,1 ml.] Hitung Bilangan peroksida 

dengan rumus: 

 

 

 

VT dan VB berturut-turut yaitu  volume dalam ml natrium 

tiosulfat 0,01 N LV yang dipakai  untuk penetapan 

contoh dan penetapan blangko; N yaitu  normalitas 

natrium tiosulfat; W yaitu  bobot contoh yang dipakai  

dalam g. 

 

Bilangan Penyabunan 

 

Bilangan Penyabunan yaitu  jumlah mg kalium hidroksida 

yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas dan 

menyabunkan ester yang terkandung dalam 1,0 g zat. 

    procedure  Timbang saksama 1,5 g sampai  2 g zat, dalam 

labu 250 ml yang telah ditara dan tambahkan 25,0 ml 

kalium hidroksida-etanol 0,5 N LV. Panaskan labu diatas 

tangas uap, refluks dengan pendingin yang sesuai, selama 

30 menit, sambil sering diputar. [Catatan Waktu refluks 

bisa mencapai 90 menit untuk memastikan sempurnanya 

proses penyabunan, tergantung dari tipe ester yang 

ditetapkan.] lalu  tambahkan 1 ml fenolftalein LP, 

dan titrasi kelebihan kalium hidroksida dengan asam 

klorida 0,5 N LV. Lakukan penetapan blangko. Titrasi 

dapat juga dilakukan dengan titrasi potensiometri. Hitung 

Bilangan penyabunan dengan rumus: 

 

 

 

 56,11 yaitu  bobot molekul kalium hidroksida; VT dan 

VB berturut-turut yaitu  volume dalam ml asam klorida 

0,5 N LV yang dipakai  dalam penetapan contoh dan 

penetapan blangko; N yaitu  normalitas asam klorida; W 

yaitu  bobot contoh yang dipakai  dalam g. 

Jika minyak telah dijenuhkan dengan karbondioksida 

dengan tujuan pengawetan, tempatkan minyak ini  

pada cawan dangkal dalam desikator vakum selama        

24 jam sebelum contoh ditimbang. 

 

Zat Tak Tersabunkan 

 

    Zat tak tersabunkan dalam minyak atau lemak yaitu  

zat yang tidak tersabunkan oleh alkali hidroksida, namun  

larut dalam pelarut  umum lemak, dan hasil penyabunan 

yang larut dalam pelarut ini . 

    procedure  Timbang saksama 5,0 g minyak atau lemak 

dalam labu Erlenmeyer 250 ml, tambahkan 50 ml larutan 

kalium hidroksida-etanol yang dibuat dari 12 g kalium 

hidroksida P dalam 10 ml air, dan encerkan dengan 

etanol sampai 100 ml, refluks di atas tangas uap, selama 

1 jam, kocok secara berkala. Dinginkan sampai suhu 

dibawah 25º, pindahkan larutan ke dalam corong pisah 

dengan kran terbuat dari politetrafluoroetilena, bilas labu 

dua kali, tiap kali dengan 50 ml air  yang dimasukkan ke 

dalam corong pisah (jangan pakailah  lemak pada kran). 

Ekstraksi tiga kali, tiap kali dengan 100 ml eter P, 

masukkan kumpulan ekstrak eter ke dalam corong pisah 

lain yang berisi 40 ml air. Putar perlahan atau kocok 

corong pisah selama beberapa menit. [Catatan  

Pengocokan keras menyebabkan terbentuk emulsi yang 

sukar dipisahkan.] Biarkan campuran memisah dan 

buang lapisan bawah fasa air. Cuci ekstrak eter sebanyak 

dua kali, tiap kali dengan 40 ml air, dan buang lapisan 

bawah fasa air. Cuci ekstrak eter berturut-turut dengan 40 

ml larutan kalium hidroksida P (3 dalam 100) dan 40 ml 

air. Ulangi pencucian memakai  larutan kalium 

hidroksida-air sebanyak tiga kali. Cuci kembali 

kumpulan ekstrak dengan 40 ml air sampai cucian 

terakhir tidak memberi  warna merah pada 

penambahan 2 tetes fenolftalein LP. Masukkan ekstrak 

eter ke dalam gelas piala yang telah ditara, dan bilas 

corong pisah dengan 10 ml eter P, tambahkan bilasan ke 

dalam gelas piala. Uapkan eter di atas tangas uap sampai  

hampir kering, dan tambahkan 6 ml aseton P pada residu. 

Uapkan aseton dengan udara mengalir dan keringkan 

residu pada suhu 105° sampai antar penimbangan 

berbeda tidak lebih dari 1 mg.. Hitung persentase dari zat 

tak tersabunkan dalam minyak atau lemak dengan rumus 

 

100

S

R

W

W  

 

WR yaitu  bobot, dalam g, residu; WS yaitu  bobot, 

dalam g, minyak atau lemak dari zat uji. 

Larutkan residu dalam 20 ml etanol P, yang telah 

dinetralkan terhadap fenolftalein LP, tambahkan 

fenolftalein LP dan titrasi dengan natrium hidroksida-

etanol 0,1N LV, sampai larutan berwarna merah muda 

yang tetap selama tidak kurang dari 30 detik. Jika volume 

natrium hidroksida-etanol 0,1 N LV yang diperlukan 

untuk titrasi lebih dari 0,2 ml, pemisahan lapisan belum 

lengkap; bobot residu tidak dapat dinyatakan sebagai zat 

tak tersabunkan, dan pengujian harus diulang.  

 

- 1454 -

 

 

 

 

 

Suhu Pemadatan Asam Lemak 

 

    Penyiapan asam lemak Panaskan 75 ml Larutan 

gliserin-kalium hidroksida (dibuat dengan melarutkan  

25 g kalium hidroksida P dalam 100 ml gliserin P) dalam 

gelas piala 800 ml sampai  suhu 150°, dan tambahkan    

50 ml lemak yang telah dijernihkan, dan jika perlu 

dilelehkan. Panaskan campuran selama 15 menit sambil 

sering diaduk, namun  hindarkan suhu lebih dari 150°. 

Penyabunan sempurna bila campuran menjadi homogen, 

tanpa ada partikel yang melekat pada meniskus gelas 

piala. Pindahkan ke dalam gelas piala atau cawan 800 ml 

berisi 500 ml air yang hampir mendidih, tambahkan 

perlahan-lahan 50 ml asam sulfat P (3:1), dan panaskan 

larutan, sambil sering diaduk, sampai asam lemak 

memisah dengan baik sebagai lapisan jernih. Cuci 

dengan air mendidih sampai bebas dari asam sulfat, 

kumpulkan asam lemak dalam gelas piala kecil, letakkan 

di atas tangas uap sampai air memisah dan asam lemak 

jernih, saring dalam keadaan panas ke dalam gelas piala 

kering, dan keringkan pada suhu 105° selama 20 menit. 

Masukkan asam lemak hangat ke dalam wadah yang 

sesuai, dan dinginkan dalam tangas es sampai membeku. 

    Uji kesempurnaan penyabunan Masukkan 3 ml asam 

lemak yang telah kering ke dalam tabung reaksi, dan 

tambahkan 15 ml etanol P. Panaskan larutan sampai  

mendidih, dan tambahkan volume sama amonium 

hidroksida 6 N. Diperoleh larutan jernih. 

    procedure  pakailah  alat yang sama seperti pada 

Alat penetapan suhu beku dan lakukan penetapan seperti 

tertera pada procedure  dalam Penetapan Suhu Beku 

<1101>, "suhu beku" dibaca sebagai "suhu pemadatan". 

Suhu pemadatan asam lemak diperoleh 

dari harga rata-rata tidak kurang dari empat pembacaan 

berturut-turut titik tertinggi pada waktu suhu naik.  

 

Komposisi Asam Lemak 

 

    Larutan baku Buat campuran ester sesuai dengan 

komposisi kandungan ester pada masing-masing  

monografi. Larutan baku dapat mengandung komponen 

lain [Catatan Campuran ester tersedia secara 

komersial.] Komposisi campuran yang tersedia secara 

komersial yaitu  sebagai berikut : 

 

Persen Ester Asam Lemak 

Panjang 

Rantai 

Karbon 

Jumlah 

Ikatan 

Rangkap 

1,0 metil miristat 14 0 

4,0 metil palmitat 16 0 

3,0 metil stearat 18 0 

3,0 metil arakidat 20 0 

3,0 metil behenat 22 0 

3,0 metil lignoserat 24 0 

45,0 metil oleat 18 1 

15,0 metil linoleat 18 2 

3,0 metil linolenat 18 3 

20,0 metil erukat 22 1 

 

Komposisi campuran lain yang tersedia secara komersial 

yaitu  sebagai berikut : 

 

Persen Ester Asam Lemak 

Panjang 

Rantai 

Karbon 

Jumlah 

Ikatan 

Rangkap 

7,0 metil kaprilat 8 0 

5,0 metil kaprat 10 0 

48,0 metil laurat 12 0 

15,0 metil miristat 14 0 

7,0 metil palmitat 16 0 

3,0 metil stearat 18 0 

12,0 metil oleat 18 1 

 3,0 metil linoleat 18 2 

 

    Larutan uji [Catatan Jika dalam contoh ada  

asam lemak yang mengandung lebih dari 2 ikatan 

rangkap, hilangkan udara dari labu memakai  gas 

nitrogen selama beberapa menit.] Timbang lebih kurang 

100 mg contoh, masukkan ke dalam labu 50 ml yang 

terhubung dengan refluks-kondesor pendingin yang 

sesuai dan pengaduk magnet.  Tambahkan 4 ml larutan 

natrium hidroksida metanolik 0,5 N LP dan refluks 

sampai letupan lemak hilang  (biasanya 5 - 10 menit). 

Tambahkan 5 ml larutan yang dibuat dari 14 g boron 

trifluorida P dalam metanol P untuk membuat 100 ml, 

goyang untuk mencampur dan refluks selama 2 menit. 

Tambahkan 4 ml heptana untuk kromatografi P, melalui 

kondensor dan refluks selama 1 menit. Dinginkan dan 

pindahkan kondensor, tambahkan lebih kurang 15 ml 

larutan natrium klorida P jenuh, kocok dan biarkan 

lapisan memisah. Masukkan lapisan heptana ke dalam 

labu yang sesuai melalui 0,1 g natrium sulfat anhidrat P  

yang telah dibilas dengan heptana untuk kromatografi P. 

Pipet 1 ml larutan ini  ke dalam labu tentukur 10-ml, 

encerkan dengan heptana untuk kromatografi P sampai 

tanda.   

 

    Larutan kesesuaian sistem Timbang lebih kurang     

20 mg masing-masing asam stearat, asam palmitat dan 

asam oleat, masukkan ke dalam labu 25 ml yang 

terhubung dengan refluks-kondensor pendingin yang 

sesuai dan pengaduk magnet dan lakukan sesuai procedure  

pada larutan uji, mulai dari “Tambahkan 5,0 ml larutan 

yang dibuat dengan melarutkan”. 

 

    Sistem kromatografi Lakukan penetapan dengan cara 

Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi 

<931>. Kromatograf gas dilengkapi dengan detektor 

ionisasi nyala yang dipertahankan pada suhu 260º, sistem 

injeksi “splitless” dan kolom kapiler leburan silika 30 m 

x 0,53 mm, yang dilapisi fasa G16 dengan ketebalan     

1,0 μm. Pertahankan suhu kolom pada 70° selama           

2 menit sesudah  penyuntikan, lalu  naikkan dengan 

kecepatan 5º per menit sampai  suhu 240º, pertahankan 

selama 5 menit. Pertahankan suhu injektor lebih kurang 

220º dan laju alir gas helium P lebih kurang 50 cm per 

detik. 

    Suntikkan Larutan kesesuaian sistem dan rekam 

kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera 

pada procedure : waktu retensi relatif  untuk metil palmitat, 

metil stearat dan metil oleat berturut-turut lebih kurang 

- 1455 -

 

 

 

 

 

 

0,87; 0,99 dan 1,0; resolusi, R, antara puncak metil stearat 

dan metil oleat tidak kurang dari 1,5 dan simpangan baku 

relatif dari repons puncak palmitat dan stearat pada 

penyuntikan ulang tidak lebih dari 6,0%. Simpangan baku 

relatif dari perbandingan respons puncak palmitat 

terhadap stearat pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 

1,0%. 

    procedure   Suntikkan secara terpisah beberapa  volume 

sama (lebih kurang 1 μl) Larutan baku dan Larutan uji ke 

dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur 

respons puncak ester asam lemak dari kromatogram 

Larutan uji dengan membandingkan waktu retensi 

puncak dari kromatogram Larutan baku. Ukur luas 

puncak dari semua puncak ester asam lemak 

kromatogram Larutan uji. Hitung persentase dari masing-

masing komponen asam lemak dalam contoh dengan 

rumus : 

 

100

B

A  

 

A yaitu  respons puncak dari masing-masing komponen 

ester asam lemak; B yaitu  jumlah respons puncak dari 

semua puncak, kecuali puncak pelarut dari kromatogram 

Larutan uji. 

 

Penetapan dan Profil Asam Lemak Omega-3 

 

    procedure  berikut dipakai  untuk penetapan asam 

eikosapentaenoat (EPA) (C20:5 n-3), asam dokosa-

heksaenoat (DHA) (C22:6 n-3) dan total asam omega-3 

yang diperoleh dari ikan, tanaman, atau sumber mikroba 

dalam minyak mentah dan minyak terenkapsulasi. 

Lindungi larutan dari cahaya, senyawa pengoksidasi, 

katalis oksidasi dan udara. 

 

Kandungan EPA dan DHA 

 

    Baku Pembanding Etil Ester Asam Dokosaheksanoat 

BPFI; Etil Ester Asam Eikosapentanoat BPFI; Metil 

Trikosanoat BPFI. 

    Larutan antioksidan Timbang saksama beberapa  

tertentu butilat hidroksitoluen larutkan dalam 2,2,4-

trimetilpentana P untuk mendapatkan larutan dengan 

kadar 0,05 mg per ml. 

    Larutan baku internal Timbang saksama beberapa  

Metil Trikosanoat BPFI, masukkan dalam labu tentukur 

yang sesuai. Larutkan dan encerkan dengan Larutan 

antioksidan sampai  diperoleh larutan dengan kadar lebih 

kurang 7,0 mg per ml. [Catatan Lindungi larutan 

terhadap penguapan selama pengujian.] 

 

Perkiraan Jumlah       

EPA + DHA 

Jumlah contoh yang 

ditimbang 

30% - 50% 0,4 - 0,5 g 

50% - 70%                 0,3 g 

70% - 80% 0,25 g 

 

 

    Larutan uji 1 (untuk trigliserida) Timbang saksama 

lebih kurang beberapa  contoh seperti tertera pada tabel 

masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml, larutkan dan 

encerkan dengan Larutan antioksidan sampai tanda. Pipet 

2 ml larutan ke dalam tabung reaksi, uapkan pelarut 

dengan mengalirkan nitrogen P secara perlahan. 

Tambahkan 1,5 ml natrium hidroksida P 2% dalam 

metanol, tutup rapat dengan tutup politetrafluoroetilen, 

campur, dan panaskan dalam tangas air selama 7 menit. 

Dinginkan, tambahkan 2 ml larutan boron triklorida P 

dalam metanol P (120 g dalam 1000 ml), alirkan nitrogen 

P, tutup rapat, campur, dan panaskan dalam tangas air 

selama 30 menit. Dinginkan sampai  suhu 40° - 50°, 

tambahkan 1 ml 2,2,4-trimetilpentana P, tutup, dan 

campur memakai  vortex atau kocok kuat selama 

tidak kurang dari 30 detik. Segera tambahkan 5 ml larutan 

natrium klorida P jenuh yang mengandung 1 bagian 

natrium klorida dan 2 bagian air. [Catatan Kocok setiap 

kali proses. Sebelum dipakai , pisahkan larutan dari 

zat yang tidak larut, saring bila perlu.] Alirkan nitrogen 

P, tutup, dan campur dengan vortex atau kocok kuat 

selama tidak kurang dari 15 detik. Diamkan sampai 

lapisan atas jernih, pindahkan ke tabung yang lain. Kocok 

lapisan metanol sekali lagi dengan 1 ml 2,2,4-

trimetilpentana P, dan kumpulkan ekstrak 2,2,4-

trimetilpentana. Cuci kumpulan ekstrak 2 kali, masing-

masing dengan 1 ml air, dan keringkan melalui natrium 

sulfat anhidrat P. 

    Larutan uji 2 (untuk trigliserida) Timbang saksama 

lebih kurang beberapa  sama contoh seperti yang 

dipakai  pada penyiapan Larutan uji 1, masukkan ke 

dalam labu tentukur 10-ml, larutkan dan encerkan dengan 

Larutan baku internal sampai tanda. Lakukan penyiapan 

seperti pada Larutan uji 1, dimulai dengan “Pipet 2 ml 

larutan ke dalam tabung reaksi”. 

    Larutan uji 3 (untuk etil ester) Timbang saksama 

lebih kurang beberapa  contoh seperti tertera pada tabel, 

masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml, larutkan dan 

encerkan dengan Larutan baku internal sampai tanda. 

    Larutan uji 4 (untuk etil ester) Timbang saksama 

lebih kurang beberapa  sama contoh seperti yang 

dipakai  pada penyiapan Larutan uji 3, masukkan ke 

dalam labu tentukur 10-ml, larutkan dan encerkan dengan 

Larutan antioksidan sampai tanda. 

    Larutan baku 1 Timbang saksama lebih kurang 0,10 g 

masing-masing Etil Ester Asam Dokosaheksanoat BPFI 

dan Etil Ester Asam Eikosapentanoat BPFI dalam labu 

tentukur 10-ml, larutkan dan encerkan dengan Larutan 

baku internal sampai tanda. 

    Larutan baku 2 Pipet 2 ml Larutan baku 1 ke dalam 

tabung reaksi, uapkan pelarut dengan mengalirkan 

nitrogen P secara perlahan. Lakukan penyiapan seperti 

pada Larutan uji 1, dimulai dengan “Tambahkan 1,5 ml 

natrium hidroksida P”. 

    Larutan kesesuaian sistem 1 Timbang saksama lebih 

kurang 0,30 g masing-masing metil palmitat, metil 

stearat, metil arakidat dan metil behenat, masukkan ke 

dalam labu tentukur 10-ml, larutkan dan encerkan dengan 

Larutan antioksidan sampai tanda. 

 

- 1456 -

 

 

 

 

 

    Larutan kesesuaian sistem 2 Timbang saksama lebih 

kurang 55 mg metil ester asam dokosaheksanoat dan       

5 mg metil ester asam tetrakos-15-enoat (asam nervonat), 

masukkan dalam labu tentukur 10-ml, larutkan dan 

encerkan dengan Larutan antioksidan sampai tanda. 

    Sistem kromatografi Lakukan penetapan dengan cara 

Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi 

<931>. Kromatograf gas dilengkapi dengan detektor 

ionisasi nyala dan kolom kapiler leburan silika 25 m x 

0,25 mm, yang dilapisi fasa G16 dengan ketebalan        

0,2 μm. Pertahankan suhu detektor dan injektor pada 

270° dan 250º. Atur suhu awal kolom pada 170º selama   

2 menit,  lalu  naikkan dengan kecepatan 3º per 

menit sampai 240º, pertahankan selama 2,5 menit. 

pakailah  Helium P sebagai gas pembawa dengan 

perbandingan split 1 : 200 dan laju alir lebih kurang 1 ml 

per menit. [Catatan Jika dipakai  sistem injeksi 

splitless, larutan harus diencerkan 1 dalam 200.] 

Suntikkan Larutan kesesuaian sistem 1 dan Larutan 

kesesuaian sistem 2, rekam kromatogram dan ukur 

respons puncak seperti tertera pada procedure : dengan 

Larutan kesesuaian sistem 1, persen respons meningkat 

berturut-turut; metil palmitat, metil stearat, metil 

arakhidat, metil behenat; perbedaan persen respons antara 

metil palmitat dan metil behenat kurang dari 2,0 unit 

persen respons; dengan Larutan kesesuaian sistem 2, 

resolusi, R, antara metil ester asam dokosaheksanoat dan 

metil ester asam tetrakos-15-enoat tidak kurang dari 1,2. 

[Catatan Berkaitan dengan persyaratan kesesuaian 

sistem di atas, persyaratan berikut berlaku untuk analisa  

trigliserida namun  tidak berlaku untuk etil ester.] Untuk 

trigliserida, lakukan kromatografi pada Larutan baku 1 

dan Larutan baku 2, rekam kromatogram dan ukur 

respons puncak seperti tertera pada procedure : efisiensi 

derivatisasi untuk konversi dari asam lemak etil ester 

menjadi asam lemak metil ester tidak kurang dari 90,0% 

untuk masing-masing asam lemak (DHA dan EPA). 

    procedure  Suntikkan secara terpisah masing-masing 

dua kali dengan volume sama (lebih kurang 1 l) Larutan 

baku 1, Larutan baku 2, Larutan uji 1 (untuk trigliserida), 

Larutan uji 2 (untuk trigliserida), Larutan uji 3 (untuk etil 

ester), dan Larutan uji 4 (untuk etil ester) ke dalam 

kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons 

puncak. Identifikasi waktu retensi puncak baku internal 

untuk membandingkan kromatogram Larutan uji 3 dan 

Larutan uji 4 (untuk etil ester). Hitung persentase EPA 

dan DHA dalam trigliserida dengan rumus: 

 

F

R

R

W

C

S

U 100  

 

F yaitu  faktor yang menggambarkan kandungan DHA 

(F = 0,921) dan EPA (F = 0,915) sebagai asam lemak 

bebas; C yaitu  kadar, dalam mg per ml, DHA atau EPA 

dalam Larutan baku 2; W yaitu  bobot, dalam mg, 

contoh yang dipakai  dalam penyiapan Larutan uji 1; 

RS yaitu  perbandingan respons puncak dari EPA atau 

DHA relatif terhadap baku internal pada kromatogram 

Larutan baku 2; RU yaitu  respons puncak terkoreksi dari 

EPA atau DHA relatif terhadap baku internal pada 

kromatogram Larutan uji 1. RU dihitung sebagai berikut: 

 

2

1

1

2

2

T

T

U

T

U r

r

r

r

r

×  

 

rU2 yaitu  respons puncak baku internal kromatogram 

pada Larutan uji 2; rU1 yaitu  respons puncak yang 

berada pada waktu retensi yang sama dengan baku 

internal dari kromatogram Larutan uji 1; rT1 yaitu  

respons puncak dari EPA atau DHA pada kromatogram 

Larutan uji 1; dan rT2 yaitu  respons puncak dari EPA 

atau DHA pada kromatogram Larutan uji 2. Hitung 

persentase etil ester dengan rumus: 

 

F

R

R

W

C

S

U 100  

 

F yaitu  faktor yang menggambarkan kandungan DHA 

(F = 0,921) dan EPA (F = 0,915) sebagai asam lemak 

bebas; C yaitu  kadar, dalam mg per ml, dari DHA atau 

EPA dalam Larutan baku 1; W yaitu  bobot, dalam mg, 

contoh yang dipakai  dalam penyiapan Larutan uji 3; 

RS yaitu  perbandingan respons puncak dari EPA atau 

DHA relatif terhadap baku internal pada kromatogram 

Larutan baku 1; RU yaitu  respons puncak terkoreksi dari 

EPA atau DHA relatif terhadap baku internal pada 

kromatogram Larutan uji 3. RU dihitung sebagai berikut:  

 

2

1

1

2

2

T

T

U

T

U r

r

r

r

r

×  

 

rU2 yaitu  respons puncak baku internal pada 

kromatogram Larutan uji 3; rU1 yaitu  respons puncak 

yang berada di waktu retensi yang sama dengan baku 

internal dari kromatogram Larutan uji 4; rT1 yaitu  

respons puncak dari EPA atau DHA pada kromatogram 

Larutan uji 4; dan rT2 yaitu  respons puncak dari EPA 

atau DHA pada kromatogram Larutan uji 3. 

 

Kandungan Total Asam Omega-3 

 

    Hitung kandungan total asam omega-3 dengan rumus: 

 

EPA + DHA + ((An – 3 x (EPA + DHA))/(AEPA + ADHA)) 

 

EPA yaitu  kandungan dari EPA, dalam mg per g, 

diperoleh dari uji Kandungan EPA dan DHA; DHA 

yaitu  kandungan dari DHA, dalam mg per g, diperoleh 

dari uji Kandungan EPA dan DHA; An – 3 yaitu  jumlah 

respons puncak sesuai dengan jumlah rantai C18 : 3 n-3, 

C18 : 4 n-3, C20 : 4 n-3, C21 : 5 n-3 dan C22 : 5 n-3 

metil ester pada kromatogram Larutan uji 1 untuk 

trigliserida atau sesuai dengan etil ester pada 

kromatogram Larutan uji 3; AEPA yaitu  respons puncak 

sesuai dengan etil ester EPA pada kromatogram Larutan 

uji 3 untuk etil ester; dan  ADHA yaitu  respons puncak 

- 1457 -

 

 

 

 

 

 

sesuai dengan metil ester DHA pada kromatogram 

Larutan uji 1 untuk trigliserida atau puncak sesuai dengan 

etil ester DHA pada kromatogram Larutan uji 3. 

 

Air dan Sedimen dalam Minyak Lemak 

 

    Alat Alat sentrifus, sebaiknya memiliki  diameter 

ayunan (d = jarak dari ujung ke ujung tabung berputar) 

38 cm sampai 43 cm dan dijalankan pada kecepatan 

lebih kurang 1500 rpm. Jika dipakai  sentrifuga 

dengan dimensi berbeda, hitung kecepatan putaran yang 

diinginkan dengan rumus: 

 

d

rpm 6,401500=  

 

Tabung sentrifuga berbentuk buah pir, dengan sumbat 

yang sesuai. Kapasitas total tiap tabung lebih kurang  

125 ml. Pembagian skala jelas dan dapat dibedakan, 

dengan pembacaan dari dasar tabung menurut skala 

seperti tertera pada tabel berikut : 

 

        Volume (ml)        Pembagian skala (ml)  

 0 sampai 3   0,1 

 3 sampai 5   0,5 

 5 sampai 10   1,0 

 10 sampai 25   5,0 

 25 sampai 50  25,0 

 50 sampai 100                   50,0 

 

    procedure  Masukkan masing-masing 50,0 ml benzen P 

ke dalam 2 tabung sentrifuga, dan ke dalam tiap tabung 

tambahkan 50,0 ml minyak, hangatkan jika perlu untuk 

menggabungkan kembali stearin yang terpisah, dan 

campur kuat-kuat pada suhu 25°. Tutup rapat tabung, dan 

kocok kuat sampai isinya benar-benar tercampur, lalu  

celupkan tabung ke dalam tangas air pada suhu 50° selama 

10 menit. Sentrifus selama 10 menit. Baca volume 

campuran air dan sedimen pada dasar tiap tabung. Sentrifus 

berulang-ulang, setiap 10 menit sekali sampai  volume 

campuran air dan sedimen tetap konstan pada tiga kali 

pembacaan berturut-turut. Jumlah volume campuran air 

dan sedimen dalam kedua tabung menampilkan  

persentase, dalam volume, dari air dan sedimen dalam 

minyak. 

 

Bilangan Anisidin 

 

    Bilangan anisidin yaitu  100 kali pengukuran 

kerapatan optik dalam sel 1-cm dari larutan yang 

mengandung 1 g zat  dalam 100 ml campuran pelarut dan 

pereaksi seperti pada metode berikut. [Catatan  Lakukan 

penetapan secepat mungkin untuk menghindarkan paparan 

cahaya.] 

    Larutan uji A Larutkan 0,500 g zat dengan isooktan P, 

encerkan sampai  25,0 ml. 

    Larutan uji B Pipet 5 ml Larutan uji A, tambahkan  

1,0 ml larutan p-anisidin P 2,5 g per liter dalam asam 

asetat glasial P, kocok, simpan terlindung cahaya. 

    Larutan baku Pipet 5 ml isooktan P, tambahkan      

1,0 ml dari larutan p-anisidin P 2,5 g per liter dalam asam 

asetat glasial P, kocok, simpan terlindung cahaya. 

    procedure  Ukur serapan Larutan uji A pada 350 nm 

memakai  isooktan P sebagai blangko. Ukur serapan 

Larutan uji B pada 350 nm tepat 10 menit sesudah  

disiapkan, pakailah  Larutan baku sebagai pembanding. 

Hitung Bilangan anisidin dengan rumus: 

 

 

 

AS yaitu  serapan dari Larutan uji B pada 350 nm; Ab 

yaitu  serapan dari Larutan uji A pada 350 nm; m yaitu  

bobot, dalam g, dari Larutan uji A. 

 

Bilangan Total Oksidasi (Totox) 

 

    Bilangan total oksidasi dinyatakan dengan rumus: 

 

2PV + AV 

 

PV yaitu  Bilangan Peroksida 

AV yaitu  Bilangan Anisidin 

 

Cemaran Logam 

 

Alat 

    Labu destruksi pakailah  tabung politetrafluoroetilen 

dengan volume lebih kurang 120 ml, dengan penutup 

yang sesuai, berkatup untuk mengatur tekanan udara di 

dalam wadah, dan tabung politetrafluoroetilen untuk 

melepaskan gas. 

    Sistem Pastikan tabung kedap udara, pakailah  tekanan 

yang sama untuk masing-masing tabung. 

    Oven ”microwave” memiliki  frekuensi magnet 

pada 2450 MHz, dengan output 0 - 630±70 W dengan 

peningkatan 1%, program komputer digital, dinding yang 

dilapisi politetrafluoroetilen dengan “exhaust fan” yang 

kecepatannya bervariasi, sistem rotasi, dan saluran 

pembuangan untuk melepaskan gas. 

    Spektrofotometer Serapan Atom Merupakan 

peralatan dengan lampu katoda-berongga sebagai sumber 

radiasi dan lampu deuterium sebagai korektor latar 

belakang; sistem terdiri dari: 

Tungku Grafit sebagai alat atomisasi untuk kadmium, 

tembaga, besi, timbal, nikel dan seng. 

Sistem otomatis pembentukan aliran uap hidrida 

berkesinambungan (“continuous-flow hydride vapor 

generation”) untuk arsen dan raksa. 

 

procedure  Umum 

 

    Perhatian Standar keselamatan dan instruksi 

pengoperasian alat labu destruksi tekanan tinggi dan 

“microwave” harus diikuti sesuai procedure . 

    [Catatan Jika dipakai  peralatan dengan spesifikasi 

yang berbeda, perlu dilakukan penyesuaian terhadap 

parameter peralatan.] 

- 1458 -

 

 

 

 

 

    Pencucian Cuci alat gelas dan perlengkapan 

laboratorium dengan larutan asam nitrat P 10 mg per 

ml sebelum dipakai . 

    Asam nitrat bebas cemaran logam Asam nitrat P 

yang memenuhi persyaratan nilai maksimum arsen 

(As), kadmium (Cd), tembaga (Cu), besi (Fe), raksa 

(Hg), timbal (Pb), nikel (Ni) dan zink (Zn) berturut-

turut setara 0,005 bpj; 0,005 bpj; 0,001 bpj; 0,02 bpj; 

0,002 bpj; 0,001 bpj; 0,005 bpj dan 0,01 bpj. 

    Asam klorida bebas cemaran logam Asam klorida 

P yang memenuhi persyaratan nilai maksimum As, Cd, 

Cu, Fe, Hg, Pb, Ni dan Zn berturut-turut setara 0,005 

bpj; 0,003 bpj; 0,003 bpj; 0,05 bpj; 0,005 bpj; 0,001 bpj; 

0,004 bpj dan 0,005 bpj. 

    Asam sulfat bebas cemaran logam Asam sulfat P 

yang memenuhi persyaratan nilai maksimum As, Cd, 

Cu, Fe, Hg, Pb, Ni dan Zn berturut-turut setara      

0,005 bpj; 0,002 bpj; 0,001 bpj; 0,05 bpj; 0,005 bpj; 

0,001 bpj;  0,002 bpj dan 0,005 bpj. 

    Larutan uji persediaan Timbang saksama lebih 

kurang 0,5 g minyak lemak dalam labu destruksi, 

seperti tertera pada masing-masing monografi. 

Tambahkan 6 ml Asam nitrat bebas cemaran logam 

dan 4 ml Asam klorida bebas cemaran logam. Sumbat 

labu. 

Tabel 1 

 

 Cd Cu Fe Pb Ni Zn 

Panjang 

gelombang (nm) 

228,8 324,8 248,3 283,5 232 213,9 

Celah (nm) 0,5 0,5 0,2 0,5 0,2 0,5 

Arus lampu (mA) 6 7 5 5 10 7 

Suhu pemijaran 

(o) 

800 800 800 800 800 800 

Suhu atomisasi 

(o) 

1800 2300 2300 2200 2500 2000 

Koreksi latar 

belakang 

on Off off off off off 

Aliran nitrogen 

(liter per menit) 

3 3 3 3 3 3 

 

    Larutan blangko persediaan Campur 6 ml Asam 

nitrat bebas cemaran logam dan 4 ml Asam klorida 

bebas cemaran logam  ke dalam labu destruksi. 

    Larutan uji 1 Masukkan labu destruksi yang berisi 

Larutan uji persediaan ke dalam oven “microwave”. 

Destruksi dengan tiga tahap proses berikut: energi 80% 

selama 15 menit, energi 100% selama 5 menit dan 

energi 80% selama 20 menit. 

sesudah  selesai proses destruksi biarkan labu menjadi 

dingin. Tambahkan 4 ml Asam sulfat bebas cemaran 

logam P. Ulangi proses destruksi, biarkan labu menjadi 

dingin sampai suhu kamar. Buka labu destruksi dan 

pindahkan larutan jernih dan tidak berwarna yang 

diperoleh ke dalam labu tentukur  50-ml. Bilas labu 

destruksi dua kali masing-masing dengan 15 ml air dan 

masukkan air bilasan ke dalam labu tentukur ini . 

Tambahkan 1,0 ml larutan magnesium nitrat P 10 mg 

per ml dan 1,0 ml larutan amonium dihidrogen fosfat P 

100 mg per ml ke dalam labu. Encerkan dengan air 

sampai tanda dan campur. 

 

    Larutan blangko 1 Masukkan labu destruksi berisi 

Larutan blangko persediaan ke dalam oven 

“microwave”. Lakukan procedure  seperti tertera pada 

Larutan uji 1 mulai dari “Destruksi dengan tiga tahap 

proses berikut”. 

    Kalibrasi langsung [Catatan Kadar larutan baku 

tergantung dari kandungan logam dari contoh uji.] 

Untuk pengukuran rutin, diperlukan tiga larutan baku, 

Larutan blangko 1 dan Larutan uji 1. 

    pakailah  Larutan uji 1 dan Larutan blangko 1 

seperti ini  di atas atau sesuai dengan monografi. 

Buat tidak kurang dari tiga larutan baku yang 

mengandung semua elemen logam yang akan diuji. 

Nilai serapan Larutan uji 1 yang diperoleh untuk 

masing-masing elemen logam harus berada dalam 

rentang kalibrasi. Semua pereaksi yang dipakai  

dalam pembuatan Larutan uji 1 ditambahkan dengan 

kadar yang sama dengan larutan baku. 

    Ukur serapan masing-masing larutan dengan 

Spektrofotometer Serapan Atom dengan jumlah 

pengulangan yang sama untuk memperoleh pembacaan 

yang stabil. 

    Buat kurva kalibrasi dari nilai rata-rata hasil 

pembacaan Larutan uji 1 sebagai fungsi kadar larutan 

baku. Hitung kadar elemen dalam Larutan uji 1 yang 

dihitung terhadap kurva yang diperoleh. 

    Penambahan baku Masukkan beberapa  sama 

Larutan uji 1 yang dibuat sesuai dengan procedure  di 

atas atau sesuai dengan monografi ke dalam empat 

buah labu tentukur. Tambahkan larutan baku dengan 

kadar elemen uji yang diketahui ke dalam masing-

masing labu dengan volume bertingkat sesampai  

diperoleh larutan dengan kadar elemen uji yang menaik 

untuk mendapatkan kurva dengan respons yang linear. 

Labu tanpa penambahan larutan baku ditandai sebagai 

larutan uji. 

    Ukur serapan masing-masing larutan memakai  

Spektrofotometer Serapan Atom, lakukan pengulangan 

pengukuran yang sama untuk masing-masing larutan 

untuk mendapatkan hasil pembacaan yang stabil. 

    Buat kurva antara serapan larutan baku elemen uji 

terhadap kadar elemen uji. Ekstrapolasikan garis pada 

kurva sampai  memotong sumbu x. Jarak antara titik 

perpotongan ini  dengan titik nol merupakan kadar 

elemen uji dalam larutan uji. 

 

Uji Spesifik 

 

KADNIUM (Cd), TEMBAGA (Cu), BESI (Fe), 

TIMBAL (Pb), NIKEL (Ni) DAN ZINK (Zn) 

 

    Larutan baku persediaan Buat larutan dengan 

kadar 5 μg per ml dari masing-masing elemen uji. 

    Larutan baku Masukkan masing-masing 10 μl,     

20 μl dan 40 μl Larutan baku persediaan ke dalam tiga 

buah labu tentukur 10-ml. Ke dalam masing-masing 

labu, tambahkan 0,1 ml larutan magnesium nitrat P 10 

mg per ml; 0,1 ml larutan amonium dihidrogen fosfat P 

100 mg per ml; 0,6 ml Asam nitrat bebas cemaran 

logam; 0,4 ml Asam klorida bebas cemaran logam  dan 

- 1459 -

 

 

 

 

 

 

0,4 ml Asam sulfat bebas cemaran logam, campur. 

Tambahkan 5,0 ml Larutan uji 1 ke dalam masing-

masing labu, encerkan dengan air sampai tanda, 

campur. 

    Larutan uji 2 Masukkan ke dalam labu tentukur       

10-ml: 0,1 ml larutan magnesium nitrat P 10 mg per 

ml; 0,1 ml larutan amonium dihidrogen fosfat P 100 mg 

per ml; 0,6 ml Asam nitrat bebas cemaran logam;     

0,4 ml Asam klorida bebas cemaran logam dan 0,4 ml 

Asam sulfat bebas cemaran logam, campur. 

Tambahkan 5,0 ml Larutan uji 1, encerkan dengan air 

sampai tanda, campur.  

    Larutan blangko 2 Masukkan ke dalam labu 

tentukur 10-ml: 0,1 ml larutan magnesium nitrat P     

10 mg per ml; 0,1 ml larutan amonium dihidrogen 

fosfat P 100 mg per ml; 0,6 ml Asam nitrat bebas 

cemaran logam; 0,4 ml Asam klorida bebas cemaran 

logam dan 0,4 ml Asam sulfat bebas cemaran logam, 

campur. Tambahkan 5,0 ml Larutan blangko 1, 

encerkan dengan air sampai tanda, campur. 

    procedure  Ukur kandungan Cd, Cu, Fe, Pb, Ni dan 

Zn memakai  Spektrofotometer Serapan Atom 

dengan tungku grafit yang sesuai. Dalam waktu 

berurutan, ukur serapan Larutan blangko 1, Larutan 

baku dan Larutan uji 2 masing-masing tidak kurang 

dari tiga kali pengukuran. Nilai serapan Larutan 

blangko 2 sebagai koreksi dari nilai serapan Larutan 

baku dan Larutan uji 2. Lakukan seperti pada procedure  

Penambahan baku dalam metode procedure  umum di 

atas. Parameter alat yang dapat dipakai  seperti 

tertera pada Tabel 1. 

 

ARSEN (As) DAN RAKSA (Hg) 

 

    Ukur kandungan arsen dan raksa terhadap larutan 

baku arsen atau raksa pada kadar yang diketahui 

memakai  metode Kalibrasi langsung pada 

procedure  umum di atas, dengan sistem otomatis 

pembentukan aliran uap hidrida berkesinambungan. 

    Untuk pengujian batas spesifikasi arsen 1 bpj dan 

raksa 1 bpj, buat tiga larutan baku kerja dengan kadar     

5 ng per ml, 10 ng per ml dan 20 ng per ml untuk 

masing-masing elemen uji. 

    Nilai serapan larutan blangko secara otomatis sebagai 

koreksi nilai serapan larutan uji.  

 

Arsen 

    Larutan blangko 3 Tambahkan 1,0 ml larutan Kalium 

iodida P 200 mg per ml ke dalam 19,0 ml Larutan 

blangko 1. Biarkan larutan pada suhu ruang selama       

50 menit atau pada suhu 70º selama 4 menit. 

    Larutan uji 3 Tambahkan 1,0 ml larutan Kalium 

iodida P 200 mg per ml ke dalam 19,0 ml Larutan uji 1. 

Biarkan larutan pada suhu ruang selama 50 menit atau 

pada suhu 70º selama 4 menit. 

    Pereaksi asam 1 Asam klorida bebas cemaran logam. 

    Pereaksi pereduksi Larutan natrium tetrahidroborat P    

6 mg per ml dalam natrium hidroksida P 5 mg per ml. 

    Parameter alat dapat dipakai  seperti tertera pada 

Tabel 2. 

Raksa 

    Larutan blangko 4 Lakukan seperti pada Larutan 

blangko 3. 

    Larutan uji 4 Lakukan seperti pada Larutan uji 3. 

    Pereaksi asam 2 Asam klorida bebas cemaran logam 

515 mg per ml.  

    Pereaksi pereduksi 2 Larutan timah(II) klorida P      

10 mg per ml dalam Asam klorida bebas cemaran logam 

200 mg per ml. 

    Parameter alat dapat dipakai  seperti tertera pada 

Tabel 2. 

Tabel 2 

 As Hg 

Panjang gelombang (nm) 193,7 253,7 

Lebar celah (nm) 0,2 0,5 

Arus lampu (mA) 10 4 

Laju alir pereaksi asam (ml 

per menit) 

1,0 1,0 

Laju alir pereaksi pereduksi 

(ml per menit) 

1,0 1,0 

Laju alir larutan blangko, 

baku, uji (ml per menit) 

7,0 7,0 

sel absorpsi kuarsa 

(dipanaskan) 

kuarsa 

(tidak 

dipanaskan) 

Koreksi latar belakang off off 

Laju alir nitrogen (liter per 

menit) 

0,1 0,1 

 

KOMPOSISI STEROL 

 

Pemisahan Fraksi Sterol 

 

    Larutan pembanding A Timbang saksama 

beberapa  kolesterol dan larutkan dalam kloroform P 

sampai  kadar 5% (b/v). 

    Larutan uji A Timbang saksama lebih kurang    5 g 

contoh uji dalam labu 250 ml. Tambahkan 50 ml 

kalium hidroksida-etanol 2 N, refluks secara perlahan 

dengan pengocokan kuat sampai terjadi penyabunan 

(larutan menjadi jernih). Lanjutkan pemanasan selama 

20 menit, tambahkan 50 ml air dari atas kondensor. 

Dinginkan sampai  suhu 30º. Pindahkan larutan ke dalam 

corong pisah 500 ml, bilas labu dengan air sampai 

volume kurang lebih 50 ml. Tambahkan lebih kurang   

80 ml eter P, kocok kuat selama 30 detik dan biarkan 

memisah. [Catatan Emulsi dapat dihilangkan dengan 

menambahkan sedikit etanol atau methanol.] Pisahkan 

lapisan bawah fasa air dan kumpulkan ke dalam corong 

pisah yang lain. Lakukan ekstraksi kembali sebanyak dua 

kali pada tahap  air-etanol, memakai  60 - 70 ml eter P 

pada tiap kali ekstraksi. Kumpulkan ekstrak eter ke 

dalam corong pisah, cuci dengan air tiap kali 50 ml, 

sampai air pencuci tidak bersifat basa terhadap 

fenolftalein LP. Saring fasa eter melalui natrium sulfat 

anhidrat P ke dalam labu 250 ml yang sudah ditara, cuci 

corong dan kertas saring dengan sedikit eter P. Destilasi 

eter sampai  menjadi beberapa ml, keringkan dengan 

pengering hampa udara atau dengan aliran nitrogen P. 

Sempurnakan pengeringan pada suhu 100º selama 

kurang lebih 15 menit, dinginkan dalam desikator dan 

- 1460 -

 

 

 

 

 

timbang. Larutkan zat tidak tersabunkan dalam 

kloroform P sampai  diperoleh larutan dengan kadar lebih 

kurang 5%. 

    Larutan uji B Timbang 5 g minyak kanola dan 

lakukan seperti pada Larutan uji A, mulai dari            

“Tambahkan 50 ml kalium hidroksida-etanol 2 N”. 

    Larutan uji C Timbang 5 g minyak biji bunga 

matahari dan lakukan seperti pada Larutan uji A, mulai 

dari “Tambahkan 50 ml kalium hidroksida-etanol 2 N”. 

    procedure  Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti 

tertera pada Kromatografi <931>. 

    tahap  gerak Buat campuran toluen P dan aseton P (95 : 

5) atau campuran heksana P dan eter P (65 : 35). 

Masukkan campuran dalam bejana kromatografi sampai  

tinggi larutan lebih kurang 1 cm. Tutup bejana dengan 

penutup yang sesuai, biarkan selama kurang lebih 30 

menit. Garis penanda pada kertas saring yang dicelupkan 

ke dalam larutan dapat ditempatkan pada dinding dalam 

bejana. [Catatan Campuran tahap  gerak sebaiknya 

diganti setiap kali pengujian untuk menjamin 

reprodusibilitas kondisi eluasi.] 

    Penjerap Campuran silika gel P dengan ukuran 

partikel 5 - 17 μm dan ketebalan lapisan 200 μm pada 

lempeng poliester 20 cm x 20 cm. 

    procedure  Rendam Penjerap dalam kalium hidroksida-

etanol 0,2 N selama 10 detik, keringkan dalam lemari 

asam selama 2 jam dan panaskan pada suhu 100º selama 

1 jam. [Catatan Pindahkan dari alat pemanas tervalidasi 

dan simpan lempeng dalam desikator sampai waktunya 

dipakai . Lempeng harus dipakai  dalam rentang 

waktu 15 hari. Lempeng kromatografi lapis tipis tanpa 

pengkondisian awal juga tersedia secara komersial.] 

pakailah  lempeng terpisah untuk masing-masing larutan 

uji. 

    Totolkan 0,3 ml Larutan uji A lebih kurang 2 cm dari 

tepi bawah dengan ukuran bercak sekecil mungkin dan 

sama untuk masing-masing bercak. Sejajar dengan 

bercak ini , totolkan 2 sampai 3 μl Larutan 

pembanding A pada ujung lempeng. Masukkan lempeng 

dalam bejana kromatografi berisi tahap  gerak, biarkan 

merambat sampai  mencapai lebih kurang 1 cm dari ujung 

atas lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat, 

keringkan pada aliran udara panas [Catatan Hindarkan 

panas yang berlebihan.] atau dengan cara menempatkan 

lempeng dalam lemari asam. Semprot lempeng dengan        

2,7-diklorofluoresin P 0,2% dalam etanol P dan amati di 

bawah sinar UV pada panjang gelombang 254 nm. 

[Catatan Lempeng yang dilapisi senyawa indikator UV 

juga tersedia secara komersial dengan tujuan 

pemakaian  yang sama.] Pada masing-masing lempeng, 

tandai pita sterol yang sejajar dengan bercak Larutan 

pembanding A, termasuk pada daerah 2 - 3 mm di atas 

dan di bawah bercak yang sejajar dengan bercak Larutan 

pembanding A. Pindahkan silika gel pada bagian yang 

ada  bercak ke atas penyaring kaca masir dengan 

septum berpori G3. Tambahkan 10 ml kloroform P 

panas, campur hati-hati dengan spatula logam, saring di 

bawah kondisi hampa udara, kumpulkan filtrat dalam 

labu yang dihubungkan dengan penyaring. Cuci residu 

dalam penyaring tiga kali masing-masing dengan 10 ml 

eter P dan kumpulkan filtrat dalam labu yang sama. 

Uapkan filtrat sampai  volume 4 - 5 ml, pindahkan larutan 

residu ke dalam tabung uji berujung runcing dan bertutup 

ulir yang sebelumnya sudah ditimbang, uapkan sampai  

kering dengan pemanasan perlahan melalui aliran 

nitrogen P. Larutkan residu dengan beberapa tetes aseton 

P dan uapkan kembali sampai  kering