Jumat, 06 Desember 2024

farmakope 113

 


. Panaskan pada 

suhu 105º selama lebih kurang 10 menit, dinginkan 

dalam desikator dan timbang. 

    Perlakukan Larutan uji B dan Larutan uji C sama 

seperti Larutan uji A. 

 

Penetapan Sterol 

 

    Larutan Uji D Ke dalam tabung uji yang 

mengandung fraksi sterol yang telah dipisahkan dari 

contoh uji memakai  kromatografi lapis tipis, 

tambahkan campuran piridin anhidrat P, 

heksametildisilazan P dan klorotrimetilsilan P (9:3:1) 

yang dibuat segar dengan perbandingan 50 μl untuk tiap 

mg sterol, hindarkan kondisi lembab. Sumbat tabung 

dengan rapat dan kocok hati-hati sampai sterol larut 

sempurna. Biarkan pada suhu ruang selama 15 menit dan 

sentrifugasi selama beberapa menit jika perlu. pakailah  

beningan. [Catatan Kekeruhan tipis yang terbentuk 

yaitu  normal dan tidak menyebabkan anomali. namun  

jika terbentuknya endapan putih keras atau terjadi 

warna merah muda menampilkan  adanya kelembaban 

atau kerusakan pereaksi. Jika hal ini terjadi, pengujian 

harus diulang.] 

    Larutan pembanding E Ke dalam 9 bagian sterol 

yang dipisahkan dari minyak kanola dengan 

kromatografi lapis tipis, tambahkan 1 bagian kolesterol. 

Lakukan yang sama seperti pada pembuatan Larutan uji D. 

    Larutan pembanding F Lakukan pemisahan sterol 

dari minyak biji bunga matahari dengan kromatografi 

lapis tipis. Perlakukan sama seperti Larutan uji D. 

    Sistem kromatografi Lakukan penetapan dengan 

Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi 

<931>. Kromatograf gas dilengkapi dengan detektor 

ionisasi nyala dan kolom kaca atau leburan silika 0,25 

sampai 0,32 mm x 20 sampai 30 m, yang dilapisi fasa 

diam G27 atau G36 dengan ketebalan 0,10 sampai      

0,30 μm. Pertahankan suhu injektor, detektor dan kolom 

berturut-turut pada 280°, 290º dan 260°±5º. pakailah  

helium P sebagai gas pembawa dengan kecepatan alir     

20 - 35 cm per detik atau hidrogen P dengan kecepatan 

alir 30 sampai 50 cm per detik. Perbandingan celah 1:50 

sampai 1 : 100. Suntikkan Larutan pembanding E dan 

Larutan pembanding F, rekam kromatogram dan ukur 

respons puncak seperti tertera pada procedure : waktu 

retensi -sitosterol 20±5 menit dan semua puncak sterol 

yang ada terpisah. Kromatogram dari Larutan 

pembanding E menampilkan  empat puncak spesifik 

kolesterol, brassikasterol, kampesterol dan -sitosterol; 

kromatogram dari Larutan pembanding F menampilkan  

empat puncak spesifik kampesterol, stigmasterol,           

-sitosterol dan 7- stigmasterol. Waktu retensi untuk 

sterol dengan pembanding -sitosterol tertera pada Tabel 3. 

 

- 1461 -

 

 

 

 

 

 

Tabel 3. Waktu Retensi Relatif Sterol dengan Dua 

Kolom yang Berbeda 

 

Identifikasi Kolom G36 Kolom G27 

Kolesterol 0,67 0,63 

Brassikasterol 0,73 0,71 

24-Metilen-kolesterol 0,82 0,80 

Kampesterol 0,83 0,81 

Kampestanol 0,85 0,82 

Stigmasterol 0,88 0,87 

7-Kampesterol 0,93 0,92 

5,23-Stigmastadienol 0,95 0,95 

Klerosterol 0,96 0,96 

-Sitosterol 1,00 1,00 

Sitostanol 1,02 1,02 

5-Avenasterol 1,03 1,03 

5, 24-

Stigmastadienol 

1,08 1,08 

7-Stigmastenol 1,12 1,12 

7- Avenasterol 1,16 1,16 

 

    procedure  Suntikkan secara terpisah dengan volume 

sama (lebih kurang 1 l) Larutan uji D, Larutan 

pembanding E dan Larutan pembanding F, rekam 

kromatogram dan ukur respons puncak dari sterol. Hitung 

persentase dari masing-masing sterol dalam fraksi sterol 

contoh uji dengan rumus: 

 

100

S

A

 

 

A yaitu  respons puncak komponen sterol dari contoh 

dan S yaitu  jumlah respons puncak komponen yang 

tertera dalam Tabel 3. 

 

 

PEMBAKARAN DENGAN LABU OKSIGEN <501> 

 

    procedure  pembakaran dengan labu oksigen merupakan 

langkah persiapan penetapan Brom, Klor, Iodum, 

Selenium dan Belerang dalam bahan obat. Pembakaran 

zat uji (biasanya senyawa organik) menghasilkan 

senyawa anorganik yang larut dalam air, yang dianalisa  

untuk unsur khusus menurut cara yang tertera dalam 

monografi atau menurut pengujian umum dalam 

lampiran. 

    Peringatan yang diberikan pada procedure  sebagai 

tindakan pengamanan minimum dan ditekankan perlunya 

tindakan yang sangat hati-hati selama bekerja. 

 

    Alat Terdiri dari labu Erlenmeyer 500 ml berdinding 

tebal atau labu yang lebih besar, bagian atas seperti 

mangkuk, dilengkapi dengan sumbat yang terbuat dari 

kaca asah, dengan pembawa zat uji, yang terdiri dari 

kawat platina tebal dan kuat dan sepotong kasa platina 

yang dilas, berukuran 2 cm x 1,5 cm. 

 

 

 

    procedure  [Perhatikan pakailah  kaca mata pengaman 

dan pakailah  perisai pengaman selama penetapan. Labu 

harus benar-benar bersih dan bebas dari pelarut 

organik.] Jika zat yang diuji padat, timbang zat di atas 

kertas saring bebas halida berukuran lebih kurang 4 cm2, 

dan lipat kertas untuk membungkus zat. Jika zat yang 

diuji cairan, timbang dalam kapsul yang telah ditara; 

kapsul selulosa asetat dipakai  untuk cairan dengan 

volume tidak lebih dari 200 μl, dan kapsul gelatin 

dipakai  untuk cairan dalam volume besar [Catatan 

Kapsul gelatin mungkin mengandung campuran halida 

atau belerang dalam jumlah cukup besar. Jika kapsul 

seperti itu dipakai , lakukan penetapan blangko.] 

Masukkan zat uji bersama kertas saring pita sumbu ke 

dalam pembawa zat uji kasa platina. Masukkan cairan 

penyerap yang disebutkan dalam masing-masing 

monografi atau lampiran ke dalam labu, basahkan dengan 

air bagian sumbat yang berhubungan dengan labu, alirkan 

oksigen P dengan aliran yang cepat untuk mengusir udara 

dari labu, goyangkan labu untuk membantu cairan 

menyerap oksigen [Catatan Penjenuhan cairan dengan 

oksigen sangat perlu untuk kesempurnaan pembakaran.] 

Nyalakan pita sumbu dengan alat yang sesuai. Jika pita 

dinyalakan di luar labu, segera masukkan pembawa zat 

uji ke dalam labu, balikkan labu sampai  cairan penyerap 

membentuk sekat di sekeliling sumbat dan pegang kuat-

kuat sumbat di tempat. Jika pita dinyalakan dalam sistem 

tertutup, labu tidak perlu di balik. sesudah  pembakaran 

sempurna kocok labu kuat-kuat, biarkan selama tidak 

kurang dari 10 menit dengan sekali-sekali dikocok. 

Lanjutkan penetapan menurut cara yang tertera pada 

masing-masing monografi atau lampiran. 

 

 

PENETAPAN KADAR VITAMIN A <511> 

 

METODE KIMIA 

 

    Cara ini dipakai  untuk penetapan vitamin A dalam 

sediaan Farmakope. Lakukan penetapan secepat 

mungkin, upayakan seminimum mungkin dari pengaruh 

cahaya, oksigen dari udara dan zat pengoksidasi lain, 

sebaiknya memakai  alat kaca aktinik rendah dan gas 

inert. 

 

- 1462 -

 

 

 

 

 

    Pereaksi Khusus  

    Eter pakailah  eter P dalam waktu 24 jam sesudah  

wadah dibuka. 

    Isopropanol pakailah  isopropanol P kualitas 

spektrofotometrik.  

    Alat 

    Hidrogenator Peralatan yang sesuai untuk hidrogenasi 

tekanan rendah dapat dirangkai dengan cara sebagai 

berikut: susun dalam rak atau klem tabung sentrifus       

50 ml, yang dihubungkan secara seri dengan pipa kaca 

dan plastik inert, dan penutup kaca, polimer atau gabus 

yang sesuai (hindarkan seluruh pemakaian  bahan karet). 

pakailah  satu tabung untuk blangko dan tabung lainnya 

untuk zat uji. Rangkai pipa pendispersi gas sampai  

hidrogen dikeluarkan sebagai gelembung pada dasar 

masing-masing tabung. Alirkan hidrogen pertama melalui 

tabung blangko dan lalu  melalui tabung zat uji. 

    procedure  Timbang, hitung, atau ukur secara saksama 

sediaan uji setara dengan tidak kurang dari 0,15 mg 

retinol namun  tidak boleh mengandung lemak lebih dari    

1 g. Bila berbentuk kapsul, tablet atau bentuk padat 

lainnya yang tidak dapat disabunkan secara efisien 

dengan cara yang diberikan, refluks dalam 10 ml air di 

atas tangas uap selama lebih kurang 10 menit, hancurkan 

bagian padat yang masih tertinggal dengan batang 

pengaduk kaca tumpul, hangatkan selama lebih kurang    

5 menit lagi. 

    Masukkan ke dalam labu kaca borosilikat yang sesuai, 

tambahkan 30 ml etanol P, dan 3 ml larutan kalium 

hidroksida P (9 dalam 10). Refluks dalam alat yang 

keseluruhannya terbuat dari kaca borosilikat selama       

30 menit. Dinginkan larutan, tambahkan 30 ml air, 

masukkan ke dalam corong pisah. Tambahkan 4 g serbuk 

halus natrium sulfat dekahidrat P. Ekstraksi  satu kali 

dengan 150 ml eter P, kocok selama 2 menit, bila 

terbentuk emulsi, ekstraksi lagi 3 kali, tiap kali dengan  

25 ml eter P. Kumpulkan ekstrak eter, bila perlu cuci 

dengan 50 ml air dengan menggoyang perlahan-lahan. 

Ulangi pencucian tiga kali, tiap kali dengan 50 ml air 

dengan menggoyang lebih kuat. Pindahkan ekstrak eter 

yang telah dicuci ke dalam labu tentukur 250-ml, 

tambahkan eter P sampai tanda. 

    Uapkan 25,0 ml ekstrak eter sampai lebih kurang         

5 ml. Tanpa pemanasan dan dengan bantuan aliran gas 

inert atau hampa udara, lanjutkan penguapan sampai  lebih 

kurang 3 ml. Larutkan residu dalam isopropanol P 

secukupnya sampai  kadar vitamin A setara 3 μg sampai   

5 μg per ml atau memberi  serapan dalam rentang 0,5 

sampai  0,8 pada panjang gelombang 325 nm. Ukur 

serapan larutan pada panjang gelombang 310 nm, 325 nm 

dan 334 nm memakai  sel kuarsa dan pakailah  

isopropanol P sebagai blangko. 

    JIKA MENGANDUNG TOKOFEROL Ukur saksama 

beberapa  zat uji atau timbang saksama tidak kurang dari  

5 tablet atau kapsul yang telah digerus, masukkan ke 

dalam labu kaca borosilikat. Refluks dalam alat yang 

keseluruhannya terbuat dari kaca borosilikat dengan      

30 ml etanol P dan 3 ml larutan kalium hidroksida P (9 

dalam 10) selama 30 menit. Tambahkan 2,0 g asam sitrat 

monohidrat P melalui kondenser, bilas dinding pendingin 

dengan 10 ml air. Dinginkan, pindahkan larutan ke dalam 

corong pisah dengan bantuan 20 ml air. Tambahkan 4 g 

serbuk halus natrium sulfat dekahidrat P. Ekstraksi satu 

kali dengan 150 ml eter P, dan jika terbentuk emulsi, 

ekstraksi tiga kali, tiap kali dengan 25 ml eter P. 

Kumpulkan ekstrak eter, bila perlu cuci dengan 50 ml air 

dengan menggoyang perlahan-lahan. Ulangi pencucian 

tiga kali, tiap kali dengan 50 ml air dengan menggoyang 

lebih kuat. Pindahkan ekstrak eter yang telah dicuci ke 

dalam labu tentukur 250-ml, tambahkan eter P sampai 

tanda. Pipet 100 ml ekstrak eter, masukkan ke dalam 

corong pisah, cuci satu kali dengan 50 ml larutan kalium 

hidroksida P (1 dalam 33), bila perlu tambahkan etanol P 

untuk memecahkan emulsi yang terbentuk. Cuci dengan 

50 ml air dengan menggoyangkan perlahan-lahan. Ulangi 

pencucian tiga kali, tiap kali dengan 50 ml air dengan 

menggoyang lebih kuat. Pindahkan ekstrak eter yang 

telah dicuci ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan 

eter P sampai tanda. 

    Uapkan 50,0 ml ekstrak eter yang tidak tersabunkan 

sampai  lebih kurang 5 ml. Hilangkan sisa eter tanpa 

pemanasan dan dengan bantuan aliran gas inert atau 

hampa udara, pindahkan residu eter. Larutkan residu 

dalam 50,0 ml isopropanol P. 

    Bagian yang terhidrogenasi Pipet 15 ml larutan 

isopropanol P ke dalam tabung sentrifuga 50-ml, 

tambahkan lebih kurang 200 mg katalis paladium P, aduk 

dengan batang pengaduk kaca dan hidrogenasi selama   

10 menit dalam Hidrogenator. pakailah  isopropanol P 

sebagai blangko. Tambahkan lebih kurang 300 mg tanah 

silika untuk  kromatografi P, aduk dengan batang 

pengaduk kaca, sentrifus segera sampai  larutan jernih. 

    Pipet 1 ml larutan, uapkan pelarutnya, larutkan residu 

dalam 1 ml kloroform P, tambahkan 10 ml asam 

fosfomolibdat P LV, tidak terbentuk warna hijau biru. 

[Catatan Bila terjadi warna hijau biru, ulangi 

hidrogenasi dengan waktu lebih lama, atau pakailah  

katalisator yang baru.] 

    Ke dalam dua labu terpisah, pipet masing-masing 

beberapa  volume sama Bagian yang terhidrogenasi dan 

larutanisopropanol tanpa perlakuan, tambahkan 

isopropanol P secukupnya sampai  kadar vitamin A setara 

3 - 5 μg per ml. Ukur serapan dalam rentang  0,5 - 0,8 

pada 325 nm. Ukur serapan larutan isopropanol tanpa 

perlakuan terhadap larutan Bagian yang terhidrogenasi 

sebagai blangko pada panjang gelombang 310 nm,       

325 nm dan 334 nm memakai  kuvet atau sel kuarsa. 

 

    Perhitungan Hitung kadar Vitamin A dengan rumus: 

 

 

                     

A325  yaitu  serapan pada panjang gelombang 325 nm; L 

yaitu  panjang sel, dalam cm; C yaitu  jumlah sediaan 

uji dalam g, kapsul atau tablet dalam tiap 100 ml larutan 

akhir isopropanol, pada A325 memiliki  harga tidak 

kurang dari [A325]/1,030 dan tidak lebih dari [A325]/0,970, 

dimana [A325] yaitu  serapan pada 325 nm yang telah 

dikoreksi dengan rumus: 

- 1463 -

 

 

 

 

 

 

 

         [A325] = 6,815 A325 – 2,555A310 – 4,260 A334 

 

A yaitu  serapan pada masing-masing panjang 

gelombang. 

    Jika [A325] memiliki  harga kurang dari A325/1,030, 

pakailah  rumus berikut: 

 

 

 

Tiap mg Vitamin A (alkohol) setara dengan 3333 unit 

Vitamin A FI. 

    Rentang kepercayaan Rentang batas kesalahan yang 

menampilkan  tingkat ketidak sesuaian yang diharapkan 

pada hasil dari laboratorium yang berbeda pada P = 0,05, 

yaitu  kira-kira ± 8%. 

 

METODE KROMATOGRAFI 

 

    procedure  kromatografi cair kinerja tinggi berikut 

dipakai  untuk penetapan vitamin A. Jika pada procedure  

disebutkan memakai  ester vitamin A (retinil asetat 

atau retinil palmitat), pakailah  sesuai bentuk kimia yang 

ada dalam bahan baku. pakailah  alat gelas aktinik rendah. 

    Baku pembanding Vitamin A BPFI; Pada saat 

dipakai , gunting ujung kapsul, keluarkan dan timbang 

larutan. Buang bagian yang tidak dipakai  sesudah  

kapsul dibuka. Simpan dalam wadah tertutup rapat, 

simpan pada tempat dingin dan kering atau pada lemari 

pendingin, lindungi dari cahaya. [Catatan pakailah  

Vitamin A BPFI, semua bentuk trans retinil asetat, untuk 

penetapan bentuk sediaan farmasi yang pada etiket 

mencantumkan mengandung retinol atau ester Vitamin A 

(retinil asetat atau retinil palmitat).] 

    tahap  gerak pakailah  n-heksan P. 

    Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama 

beberapa  retinil palmitat dan Vitamin A BPFI, larutkan 

dalam n-heksana P sampai  kadar masing-masing lebih 

kurang 7,5 μg per ml. 

    Larutan baku Timbang saksama beberapa  Vitamin A 

BPFI, larutkan dalam n-heksana P, jika perlu encerkan 

secara bertahap dan kuantitatif sampai  kadar retinil asetat 

lebih kurang 15 μg per ml. 

    Larutan uji Timbang saksama zat setara lebih kurang 

15 mg  ester vitamin A (retinil asetat atau retinil 

palmitat), masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, 

larutkan dan encerkan dengan n-heksana P sampai tanda. 

Pipet 5 ml larutan ini ke dalam labu tentukur 50-ml 

encerkan dengan n-heksana P sampai tanda.  

    Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada 

Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi 

dilengkapi dengan detektor 325 nm dan kolom 15 cm x 

4,6 mm, berisi bahan pengisi L8. Laju alir lebih kurang   

1 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan 

kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur respons 

puncak seperti tertera pada procedure : resolusi, R, antara 

retinil asetat dan retinil palmitat tidak kurang dari 10; 

simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak 

lebih dari 3,0%. 

    procedure  Suntikkan secara terpisah beberapa  volume 

sama (lebih kurang 40 μl) Larutan baku dan Larutan uji  

ke dalam kromatograf, rekam kromatogram, ukur respons 

puncak retinil asetat dari Larutan baku dan respons 

puncak retinil asetat atau retinil palmitat dari Larutan uji. 

Hitung jumlah dalam mg, vitamin A setara dengan 

retinol, C20H30O, dalam bagian vitamin A yang dipakai  

dengan rumus: 

 

 

 

0,872 yaitu  faktor konversi retinil asetat dari vitamin A 

terhadap kesetaraan retinol; C yaitu  kadar Vitamin A 

BPFI, dalam mg per ml Larutan baku; D yaitu  faktor 

pengenceran Larutan uji, dalam ml; rU dan rS berturut-

turut yaitu  respons puncak ester retinil dari Larutan 

baku dan Larutan uji. [Catatan Respons molar retinil 

asetat dan retinil palmitat yaitu  setara.] 

 

 

PENETAPAN KADAR ANTIBIOTIK SECARA 

IODOMETRI <521> 

 

    Metode ini dipakai  untuk penetapan kadar sebagian 

besar senyawa antibiotik penisilin dan bentuk sediaannya 

yang tercantum dalam Farmakope, dan titrasi iodometri 

merupakan metode yang paling sesuai. 

 

    Larutan baku Timbang saksama beberapa  Baku 

Pembanding FI seperti tertera pada masing-masing 

monografi, yang telah dikeringkan dengan cara seperti 

yang tertera dalam monografi, larutkan dalam pelarut 

seperti tertera pada Tabel Pelarut dan Kadar Akhir, 

encerkan secara kuantitatif  dan bertahap dengan pelarut 

yang sama sampai  kadar tertentu lebih kurang seperti 

yang tertera dalam Tabel. Pipet masing-masing 2 ml 

larutan ini ke dalam dua labu Erlenmeyer 125 ml 

bersumbat kaca. 

 

Tabel Pelarut dan Kadar Akhir 

Antibiotik Pelarut* Kadar akhir 

per ml 

   

Amoksisilin Air 1,0 mg 

Ampisilin Air 1,25 mg 

Ampisilin Natrium Dapar nomor 1 1,25 mg 

Kloksasilin Natrium Air 1,25 mg 

Siklasilin Air 1,0  mg 

Dikloksasilin Natrium  Dapar nomor 1 1,25 mg 

Metisilin Natrium Dapar nomor 1 1,25 mg 

Nafsilin Natrium Dapar nomor 1 1,25 mg 

Oksasilin Natrium Dapar nomor 1 1,25 mg 

Penisilin G Kalium Dapar nomor 1 2000 unit 

Penisilin G Natrium Dapar nomor 1 2000 unit 

Penisilin V Kalium Dapar nomor 1 2000 unit 

Fenetisilin Kalium Dapar nomor 1 2000 unit 

   

* Kecuali dinyatakan lain, Dapar yaitu  Dapar fosfat 

seperti tertera pada Media dan Pengencer dalam 

Penetapan Potensi Antibiotik secara Mikrobiologi 

- 1464 -

 

 

 

 

 

<131>, kecuali tidak perlu dilakukan sterilisasi sebelum 

dipakai . 

  

    Larutan uji Kecuali dinyatakan dalam masing-masing 

monografi, timbang saksama beberapa  tertentu zat uji, 

larutkan dalam pelarut seperti tertera pada Tabel Pelarut 

dan Kadar Akhir, dan encerkan secara kuantitatif dengan 

pelarut yang sama sampai  kadar tertentu lebih kurang 

seperti tertera pada Tabel. Pipet masing-masing 2 ml 

larutan ini ke dalam dua labu Erlenmeyer 125 ml 

bersumbat kaca. 

 

    procedure  Inaktivasi dan titrasi Pada 2,0 ml Larutan 

baku dan Larutan uji dalam labu terpisah, masing-masing 

tambahkan 2,0 ml natrium hidroksida 1,0 N, campur 

dengan menggoyang labu, dan biarkan selama 15 menit. 

Ke dalam tiap labu tambahkan 2,0 ml asam klorida 1,2 N 

dan 10,0 ml iodum 0,01 N LV, segera tutup labu, biarkan 

selama 15 menit. Titrasi dengan natrium tiosulfat 0,01 N 

LV. Pada saat mendekati titik akhir, tambahkan 1 tetes 

pasta kanji-iodida LP, lanjutkan titrasi sampai  warna biru 

hilang. 

    Penetapan blangko Ke dalam labu berisi 2,0 ml 

Larutan baku tambahkan 10,0 ml iodum 0,01 N LV. Bila 

Larutan baku mengandung amoksisilin atau ampisilin, 

segera tambahkan 0,1 ml asam klorida 1,2 N. Segera 

titrasi dengan natrium tiosulfat 0,01 N LV. Pada saat 

mendekati titik akhir, tambahkan 1 tetes pasta kanji-

iodida LP, dan lanjutkan titrasi sampai warna biru hilang. 

Lakukan dengan cara yang sama untuk labu berisi 2,0 ml 

Larutan uji. 

    Perhitungan Hitung kesetaraan (F) dalam mikrogram 

(atau unit) tiap ml natrium tiosulfat 0,01 N yang 

dipakai  oleh Larutan baku, dengan rumus :  

 

)(

)2(

IB

CP

 

 

C yaitu  kadar Baku Pembanding dalam mg per ml 

Larutan baku; P yaitu  potensi, dalam μg (atau unit) per 

mg Baku Pembanding; B yaitu  volume dalam ml, 

natrium tiosulfat 0,01 N yang dipakai  dalam Penetapan 

blangko; I yaitu  volume dalam ml, natrium tiosulfat 

0,01 N yang dipakai  dalam Inaktivasi dan titrasi. 

Hitung potensi zat uji dengan rumus seperti tertera dalam 

masing-masing monografi. 

 

 

PENETAPAN KADAR BARBITURAT <531> 

 

    Baku internal, Larutan baku internal, Larutan baku 

dan Larutan uji. Buat seperti tertera pada masing-masing 

monografi. 

 

    Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada 

Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi dengan 

detektor ionisasi nyala dan kolom kaca 0,9 m x 4 mm 

berisi 3 % bahan pengisi tahap  cair G10 pada penyangga 

S1A dengan ukuran partikel 80 mesh sampai  100 mesh. 

Pertahankan suhu kolom pada suhu 200º±10º, injektor 

dan detektor masing-masing pada suhu lebih kurang 225º. 

Jika perlu suhu kolom dapat bervariasi dalam batas 

ini , sampai  memenuhi spesifikasi Kesesuaian sistem 

dan diperoleh waktu retensi yang sesuai. pakailah  gas 

pembawa yang sesuai, seperti nitrogen kering, dengan 

laju aliran yang sesuai, 60 - 80 ml per menit. Lakukan 

penyuntikan langsung pada kolom. 

    [Catatan Jika pada alat tidak ada  sarana untuk 

penyuntikan langsung pada kolom, pakailah  tempat 

penyuntikan yang dilapisi kaca yang telah dicuci 

berturut-turut dengan larutan penguji asam kromat, air, 

metanol, kloroform, larutan trimetilklorosilan dalam 

kloroform (1 dalam 10), dan kloroform.] 

 

    Kesesuaian sistem Lakukan seperti tertera pada 

Kromatografi <931>. Suntikkan Larutan baku lima kali 

ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur 

respons puncak seperti tertera pada procedure . Simpangan 

baku relatif untuk RS tidak lebih dari 1,5%. Resolusi, R, 

antara asam barbiturat dan Baku internal tidak kurang 

dari harga yang diberikan dalam masing-masing 

monografi, dan faktor ikutan, T, untuk kedua puncak 

ini  masing-masing tidak lebih dari 2,0. 

 

    procedure  Suntikkan secara terpisah beberapa  volume 

sama (lebih kurang 5 μl) Larutan baku dan Larutan uji ke 

dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur 

respons puncak utama. Hitung jumlah senyawa barbiturat 

atau asam barbiturat dari Larutan uji dengan rumus 

seperti yang tertera dalam masing-masing monografi. RU 

yaitu  perbandingan respons puncak asam barbiturat 

terhadap Baku internal dari Larutan uji; QS yaitu  

perbandingan bobot asam barbiturat dan Baku internal 

dalam Larutan baku; C yaitu  kadar dalam mg per ml 

Baku internal dalam Larutan baku internal; RS yaitu  

perbandingan respons puncak asam barbiturat terhadap 

Baku internal dalam Larutan baku.   

 

 

PENETAPAN KADAR GARAM BASA 

NITROGEN ORGANIK <541> 

     

    Larutan baku Kecuali dinyatakan lain, timbang 

saksama beberapa  Baku Pembanding Farmakope 

negara kita  (BPFI), larutkan dalam larutan asam sulfat P 

(1 dalam 70) sampai  kadar lebih kurang 500 μg per ml, 

dihitung terhadap zat anhidrat. 

    Larutan uji Jika bentuk tablet, timbang dan serbukkan 

tidak kurang dari 20 tablet, timbang saksama beberapa  

serbuk tablet setara dengan 25 mg zat aktif, dan 

pindahkan ke dalam corong pisah 125 ml; atau jika 

bentuk cair, ukur saksama beberapa  volume setara dengan 

lebih kurang 25 mg zat aktif, masukkan ke dalam corong 

pisah 125 ml. Ke dalam corong pisah tambahkan 20 ml 

larutan asam sulfat P (1 dalam 350 ml), dan kocok kuat 

selama 5 menit. Tambahkan 20 ml eter P, kocok hati-hati, 

saring lapisan asam ke dalam corong pisah 125 ml kedua. 

Kocok lapisan eter dua kali, tiap kali dengan 10 ml 

- 1465 -

 

 

 

 

 

 

larutan asam sulfat P (1 dalam 350), saring tiap lapisan 

asam ke dalam corong pisah 125 ml kedua dan buang 

lapisan eter. Pada ekstrak asam tambahkan 10 ml natrium 

hidroksida LP dan 50 ml eter P, kocok hati-hati, 

pindahkan lapisan air ke dalam corong pisah 125 ml 

ketiga berisi 50 ml eter P. Kocok corong pisah ketiga 

hati-hati, buang lapisan air, cuci larutan eter, pada corong 

pisah kedua dan ketiga berturut-turut dengan 20 ml air, 

buang lapisan air. Ekstraksi kedua larutan eter masing-

masing dengan 20 ml, 20 ml, dan 5 ml larutan asam sulfat P 

(1 dalam 70). Lakukan ekstraksi pada corong pisah ketiga 

lebih dahulu, sesudah  itu corong pisah kedua. Campur 

ekstrak asam dalam labu tentukur 50-ml, encerkan 

dengan asam sampai tanda. 

    [Catatan Heksana atau heptana dapat dipakai sebagai 

pengganti eter jika perbandingan distribusi basa nitrogen 

antara air dengan heksana, atau air dengan heptana, 

memberi  ekstraksi sempurna dengan tahap  gerak.]   

    procedure  Kecuali dinyatakan lain, encerkan masing-

masing 5,0 ml Larutan baku dan Larutan uji dengan 

larutan asam sulfat P (1 dalam 70) sampai  100,0 ml dan 

tetapkan serapan tiap larutan pada panjang gelombang 

tertentu memakai  larutan asam sulfat P (1 dalam 70) 

sebagai blangko. Hitung hasil penetapan kadar seperti 

tertera pada tiap monografi; AS dan AU berturut-turut 

yaitu  serapan Larutan baku dan Larutan uji. 

 

 

PENETAPAN KADAR GULA DARAH <551>  

 

    Kadar gula darah dapat ditetapkan dengan salah satu 

cara di bawah ini. 

 

A. Cara Tembaga (II) Iodida 

 

    Pereaksi 

 Larutan zink sulfat asam Larutkan 12,5 g zink sulfat P 

dalam lebih kurang 200 ml air, tambahkan 31,25 ml asam 

sulfat 1 N dan air secukupnya sampai  1000,0 ml. ukur 

seksama 50 ml larutan, tambahkan 3 tetes fenolftalein LP. 

Titrasi perlahan-lahan sambil terus menerus diaduk 

dengan campuran yang terdiri dari 81 ml natrium 

hidroksida 1 N dan air secukupnya sampai  100,0 ml: 

terjadi warna merah jambu stabil. Diperlukan tidak 

kurang dari 6,2 ml dan tidak lebih dari 6,3 ml.  

 procedure  Masukkan 1 ml darah dan 8 ml Larutan 

zink sulfat asam ke dalam labu atau tabung reaksi. 

Tambahkan 1 ml campuran yang terdiri dari 81 ml 

natrium hidroksida 1 N dan air secukupnya sampai    

100,0 ml, tutup, kocok kuat-kuat, biarkan selama 

beberapa menit, saring melalui penyaring kering ke dalam 

labu. Pada 5 ml tembaga(II) iodida alkali LP dalam 

tabung reaksi diameter 25 mm, panjang 200 mm, 

tambahkan 2 ml sampai  5 ml filtrat yang telah diukur 

saksama, campur perlahan-lahan, tutup labu tidak terlalu 

rapat. Tempatkan pada rak logam yang dibuat sedemikian 

rupa sampai  tabung tidak bergoyang selama pemanasan 

dalam tangas air. Masukkan dalam tangas air sedalam 

lebih kurang 10 cm, panaskan selama 20 menit. 

Dinginkan cepat dengan air sampai  suhu dibawah 30° 

sambil mencegah goncangan. Asamkan dengan 5 ml 

asam sulfat 1 N, campur perlahan-lahan, biarkan selama 

tidak kurang dari 1 menit. Titrasi dengan natrium 

tiosulfat 0,005N LV segar memakai  indikator 1 ml 

kanji LP. Lakukan penetapan blangko dengan mengganti 

filtrat darah dengan air. Hitung jumlah glukosa dalam g 

per 1000 ml darah dengan rumus : 

 

F

V 13,1×

 

 

V yaitu  jumlah dalam ml natrium tiosulfat 0,005 N LV 

yang diperlukan; F yaitu  jumlah dalam ml filtrat darah 

yang dipakai . 

 

B. Cara Mikro Kalium Heksasianoferat (III) 

 

 Pereaksi 

 Campuran oksalat-fluorida Campur hati-hati 6 g 

kalium oksalat P dengan 4 g natrium fluorida P bebas 

nitrat. 

 Larutkan kadmium sulfat asam Larutkan 26 g 

kadmium sulfat P dalam 127 ml asam sulfat 1 N dan air 

secukupnya sampai l 1000,0 ml. 

 Larutan natrium hidroksida Pada 55 ml natrium 

hidroksida 1 N tambahkan air secukupnya sampai      

100,0 ml. 

 Kalium heksasianoferat (III) 0,005 M basa Larutkan 

1,645 g kalium heksasianoferat (III) P dan 28,60 g 

natrium karbonat P dalam air secukupnya sampai    

1000,0 ml. simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung 

cahaya. 

 Larutan zink Larutkan 50 mg zink sulfat P dan 250 g 

natrium klorida P dalam air secukupnya sampai       

1000,0 ml. 

 Larutan kalium iodida Larutkan 15 g kalium iodida P 

dalam air untuk injeksi P secukupnya sampai  100,0 ml. 

Simpan dalam botol bersumbat kaca terlindung cahaya.  

 Larutan asam asetat Larutkan 3 g asam asetat glasial 

P dalam air secukupnya sampai  100,0 ml.  

 Pengujian terhadap pereaksi Pada 3 ml campuran 

segar Larutan zink dan Larutan kalium iodida (6:1), 

tambahkan 2 ml Larutan asama asetat dan 3 sampai        

6 tetes kanji LP, tidak terjadi warna biru dalam 1 menit. 

Tambahkan 0,02 ml kalium heksasianoferat (III) 0,005 M 

basa: terjadi warna biru lemah yang nyata.  

 Larutan uji Masukkan 10,4 ml air ke dalam tabung 

sentrifuga, tambahkan dengan pipet mikro skala 0,1 ml, 

darah yang sebelumnya disiapkan dengan menambahkan 

80 mg Campuran oksalat-fluorida per 10 ml darah. Bilas 

pipet hati-hati dengan cairan yang ada  dalam tabung 

sentrifuga dengan pengisapan dan pengeluaran cepat. 

Tambahkan 1 ml Larutan kadmium sulfat asam, campur, 

tambahkan tetes demi tetes 0,5 ml Larutan natrium 

hidroksida sambil dikocok, biarkan selama beberapa 

menit, sentrifus dengan kecepatan tinggi. Enap tuangkan 

sesempurna mungkin ke dalam labu Erlenmeyer. 

- 1466 -

 

 

 

 

 

 Larutan pembanding Pada waktu bersamaan buat 

campuran yang terdiri dari 10,5 ml air, 1 ml Larutan 

kadmium sulfat asam dan 0,5 ml Larutan natrium 

hidroksida. 

  procedure  Pipet 10 ml Larutan uji ke dalam labu 

Erlenmeyer 30 ml dan 10 ml Larutan pembanding ke 

dalam labu Erlenmeyer 30 ml yang lain. Pada masing-

masing labu tambahkan 2 ml kalium heksasianoferat (III) 

0,005 M basa. Panaskan kedua labu di atas tangas air 

selama 20 menit, dinginkan dengan air dingin tanpa 

dikocok. Pada masing-masing labu tambahkan  3 ml 

campuran Larutan zink dan Larutan kalium iodida (6:1), 

kocok, lalu  tambahkan 2 ml Larutan asam asetat, 

biarkan selama 5 menit. Titrasi dengan natrium tiosulfat 

0,005 N LV dengan indikator kanji LP memakai  

buret mikro skala 0,01 ml. Hitung kadar gula darah dalam 

g glukosa per 1000 ml darah, dalam Tabel hubungan 

antara kadar gula darah dengan nilai N. Nilai N dihitung 

dengan rumus: 

 

 

 

 yaitu  volume dalam ml natrium tiosulfat 0,005 N yang 

dipakai  beningan yang mengandung darah;  

 yaitu  volume dalam ml natrium tiosulfat 0,005 N 

yang dipakai  dalam larutan pembanding. 

 

 

Tabel hubungan antara kadar gula darah  

dengan nilai N 

 

Satuan Persepuluhan Perseratusan 

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 

0 0  0,02 0,03 0,05 0,07 0,08 0,10 0,12 0,14 0,15 

0 1 0,17 0,19 0,20 0,22 0,24 0,25 0,27 0,29 0,31 0,32 

0 2 0,34 0,36 0,38 0,39 0,41 0,43 0,45 0,47 0,48 0,50 

0 3 0,52 0,54 0,56 0,57 0,59 0,61 0,63 0,65 0,66 0,68 

0 4 0,70 0,72 0,74 0,75 0,77 0,79 0,81 0,83 0,84 0,86 

0 5 0,88 0,90 0,92 0,93 0,95 0,97 0,99 1,01 1,02 1,04 

0 6 1,06 1,08 0,10 1,11 1,13 1,15 1,17 1,19 1,20 1,22 

0 7 1,24 1,25 1,27 1,29 1,31 1,32 1,34 1,36 1,38 1,39 

0 8 1,41 1,43 1,45 1,46 1,45 1,50 1,52 1,54 1,55 1,57 

0 9 1,59 1,61 1,67 1,64 1,66 1,68 1,70 1,72 1,73 1,75 

 

PENETAPAN KADAR KALSIFEROL <561> 

 

METODE KROMATOGRAFI 

 

    procedure  kromatografi cair kinerja tinggi berikut 

yaitu  dipakai  untuk penetapan Vitamin D sebagai 

kolekalsiferol atau sebagai ergokalsiferol, yang 

merupakan salah satu kandungan sediaan multi vitamin. 

    Selama penetapan, lindungi larutan yang mengandung 

atau yang diperoleh dari bahan uji, dan Baku Pembanding 

terhadap udara dan cahaya. Sebaiknya memakai  

lapisan gas inert dan alat gelas  rendah aktinik. 

 

    Baku pembanding [Catatan pakailah  Ergokalsiferol 

BPFI atau Kolekalsiferol BPFI untuk penetapan kadar 

sediaan farmasi yang pada etiket mengandung vitamin D 

sebagai ergokalsiferol atau kolekalsiferol.] Kolekalsiferol 

BPFI; 4,6-Kolestadienol BPFI; Ergokalsiferol BPFI; 

Vitamin D BPFI untuk Kesesuaian Sistem pada 

Penetapan Kadar. Simpan ditempat yang dingin, 

terlindung cahaya. Biarkan mencapai suhu kamar 

sebelum ampul  

dibuka. pakailah  zat segera, dan buang sisa yang tidak 

terpakai. 

 

    Pereaksi dan larutan khusus 

    Eter pakailah  etil eter P. pakailah  dalam waktu         

24 jam sesudah  wadah dibuka. 

    Heksan dehidrat Siapkan kolom kromatografi dengan 

mengisi tabung kromatografi berukuran  60 x 8 cm 

dengan 500 g tanah silika untuk kromatografi, ukuran     

50 μm sampai  250 μm, yang diaktifkan dengan 

pengeringan pada suhu 150º selama 4 jam seperti tertera 

pada Kromatografi adsorpsi kolom dalam Kromatografi 

<931>. Tuangkan 500 ml heksan P melalui kolom, dan 

kumpulkan eluat dalam labu bertutup kaca. 

    Larutan hidroksitoluen terbutilasi Larutkan beberapa  

hidroksitoluen terbutilasi dalam heksan untuk 

kromatografi sampai  kadar 10 mg per ml. 

    Larutan kalium hidroksida dalam air Larutkan 500 mg 

kalium hidroksida P dalam 500 ml air yang baru 

dididihkan, campur dan dinginkan. Buat larutan ini segar 

setiap hari. 

- 1467 -

 

 

 

 

 

 

     Larutan kalium hidroksida etanol Larutkan 3 g kalium 

hidroksida P dalam 50 ml air yang baru dididihkan, 

tambahkan 10 ml etanol P, encerkan dengan air yang 

baru dididihkan sampai  100 ml, campur. Buat larutan ini 

segar setiap hari. 

    Larutan natrium askorbat Larutkan 3,5 g asam 

askorbat P dalam 20 ml natrium hidroksida 1 N. Buat 

larutan ini segar setiap hari. 

    Larutan natrium sulfida Larutkan 12 g natrium sulfida 

P dalam 20 ml air, encerkan dengan gliserin P sampai  

100 ml. 

     tahap  gerak A Buat campuran asetonitril P- metanol 

P–air (25:25:1). Jumlah air dan laju aliran dapat diubah-

ubah agar memenuhi persyaratan Kesesuaian sistem. 

    tahap  gerak B Buat campuran n-amil alkohol P dalam 

heksan dehidrat P (3 dalam 1000). Perbandingan 

komponen dan laju aliran dapat diubah-ubah agar 

memenuhi persyaratan Kesesuaian sistem. 

 

    Larutan baku internal Timbang saksama 15 mg 

4,6-Kolestadienol BPFI, masukkan ke dalam labu 

tentukur 200-ml, tambahkan campuran toluen P dan tahap  

gerak B (1 dalam 10) sampai tanda. 

 

    Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 25 mg 

Ergokalsiferol BPFI atau Kolekalsiferol BPFI, masukkan 

ke dalam labu tentukur 50-ml, larutkan dalam toluen P 

tanpa pemanasan,  tambahkan toluen P sampai tanda. 

Pipet 10 ml larutan persediaan ini ke dalam labu tentukur 

100-ml, encerkan dengan toluen P sampai tanda. Buat 

larutan persediaan segar setiap hari. 

 

    Penetapan Kadar 

    Untuk larutan mengandung minyak Timbang saksama 

beberapa  zat, sebaiknya lebih dari 500 mg dan setara 

dengan lebih kurang 125 μg kolekalsiferol atau 

ergokalsiferol (5000 unit FI). Tambahkan 1 ml Larutan 

natrium askorbat, 25 ml etanol P, dan 2 ml Larutan 

kalium hidroksida dalam air, campur. 

    Untuk kapsul atau tablet Refluks tidak kurang dari 10 

kapsul atau tablet dengan campuran 10 ml Larutan 

natrium askorbat dan 2 tetes Larutan natrium sulfida di 

atas tangas uap selama 10 menit, hancurkan setiap 

padatan yang tertinggal dengan batang pengaduk kaca 

tumpul, dan lanjutkan pemanasan selama 5 menit. 

Dinginkan, tambahkan 25 ml etanol P dan 3 ml Larutan 

kalium hidroksida dalam air, dan campur. 

    Untuk sediaan kering dan dispersi dalam air Timbang 

saksama beberapa  zat, sebaiknya lebih dari 500 mg dan 

setara dengan lebih kurang 125 μg kolekalsiferol atau 

ergokalsiferol (5000 unit FI). Tambahkan sedikit demi 

sedikit, sambil digoyang perlahan, 25 ml etanol P, 5 ml 

Larutan natrium askorbat dan 3 ml Larutan kalium 

hidroksida dalam air, dan campur. 

    Penyabunan dan ekstraksi Refluks beberapa  zat di atas 

tangas uap selama 30 menit. Dinginkan segera di bawah 

air mengalir, dan pindahkan campuran yang sudah 

tersabunkan ke dalam corong pisah, bilas labu 

penyabunan dua kali, tiap kali dengan 15 ml air, 10 ml 

etanol P dan dua kali, tiap kali dengan 50 ml eter P. 

Kocok kuat campuran yang sudah tersabunkan dan bilas 

selama 30 detik, diamkan sampai kedua lapisan jernih. 

Pindahkan lapisan air ke dalam corong pisah kedua, 

tambahkan campuran 10 ml etanol P dan 50 ml heksan P, 

kocok kuat. Biarkan memisah, pindahkan tahap  air ke 

dalam corong pisah ketiga, dan pindahkan tahap  heksan ke 

corong pisah pertama, bilas corong pisah kedua 2 kali, 

tiap kali dengan 10 ml heksan P, tambahkan bilasan ke 

corong pisah pertama. Kocok tahap  air dalam corong pisah 

ketiga dengan 50 ml heksan P dan tambahkan tahap  heksan 

ke corong pisah pertama. Cuci gabungan ekstrak eter-

heksan dengan mengocok kuat tiga kali, tiap kali dengan 

Larutan kalium hidroksida etanol, cuci secara kuat 

dengan 50 ml air sampai pencucian terakhir netral 

terhadap fenolftalein P. Tiriskan sisa tetesan air dari 

gabungan ekstrak eter-heksan, masukkan dua lembar 

kertas saring 9 cm dalam bentuk pita-pita ke dalam 

corong pisah dan kocok. Pindahkan ekstrak eter-heksan 

yang sudah dicuci ke dalam labu alas bundar, bilas 

corong pisah dan kertas dengan heksan P. Gabungkan 

bilasan heksan dengan ekstrak eter-heksan, tambahkan 

5,0 ml Larutan baku internal dan 100 μl Larutan 

hidroksitoluen terbutilasi dan campur. Uapkan sampai 

kering dalam hampa udara dengan menggoyang dalam 

tangas air pada suhu tidak lebih dari 40º. Dinginkan di 

bawah air mengalir dan tambahkan gas nitrogen 

secukupnya untuk memulihkan kembali tekanan 

atmosfer. Segera larutkan residu dalam 5,0 ml campuran 

asetonitril P-metanol P dengan perbandingan volume 

yang sama atau dalam beberapa  tertentu campuran 

asetonitril P-metanol P sampai  kadar vitamin D lebih 

kurang 25 μg per ml, untuk mendapatkan Larutan uji. 

     Sistem kromatografi pakailah  kromatografi yang 

dioperasikan pada suhu kamar dilengkapi dengan detektor 

ultra violet pada 254 nm, kolom pembersih baja tahan 

karat ukuran 30 cm x 4,6 mm, berisi bahan pengisi L7 

dan memakai  tahap  gerak A dan kolom analitik baja 

tahan karat ukuran 25 cm x 4,6 mm, berisi bahan pengisi 

L3 dan memakai  tahap  gerak B. 

    Uji kesesuaian sistem kolom pembersih Pipet 5 ml 

Larutan baku ke dalam labu alas bulat yang dilengkapi  

dengan pendingin refluks, tambahkan 2 atau 3 butir 

hablur hidroksitoluen terbutilasi. Alirkan gas nitrogen 

dan panaskan di atas tangas air pada suhu 900 dalam 

cahaya redup dan di bawah atmosfer nitrogen selama     

45 menit, untuk mendapatkan larutan yang mengandung 

vitamin D dan pre-vitamin D. Dinginkan, tambahkan  

10,0 ml Larutan baku internal, campur, uapkan sampai  

kering dalam hampa udara dengan menggoyang dalam 

tangas air pada suhu tidak lebih 40º. Dinginkan di bawah 

air mengalir, dan alirkan gas nitrogen secukupnya untuk 

memulihkan kembali tekanan atmosfer. Segera larutkan 

residu dalam 10,0 ml campuran asetonitril P dan metanol 

P dengan perbandingan volume sama, campur. Suntikkan 

500μl larutan ini ke dalam kolom pembersih, rekam 

kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera 

pada procedure . Kromatogram menampilkan  adanya 

puncak dengan waktu retensi antara 5 menit dan 9 menit, 

sesuai dengan pemisahan satu puncak tunggal dari 

campuran vitamin D, pre-vitamin D, dan 4,6-

- 1468 -

 

 

 

 

 

Kolestadienol dari senyawa lain. Bila perlu, atur 

kandungan air atau parameter kerja lainnya seperti tertera 

pada tahap  gerak A. 

    Uji kesesuaian sistem kolom analitik Masukkan lebih 

kurang 100 mg Vitamin D BPFI untuk Kesesuaian Sistem 

pada Penetapan Kadar ke dalam labu tentukur 100-ml, 

tambahkan campuran toluen P-tahap  gerak B ( 1dalam 20) 

sampai tanda, campur. Refluks beberapa  larutan pada 

suhu 90º selama 45 menit dan dinginkan. Lakukan lima 

kali penyuntikan dari larutan ini, rekam kromatogram dan 

ukur respons puncak seperti tertera pada procedure : 

resolusi, R, antara trans-kolekalsiferol dan pre-

kolekalsiferol tidak kurang dari 1,0 dan simpangan baku 

relatif untuk respons puncak kolekalsiferol tidak lebih 

dari 2,0%. [Catatan Kromatogram yang diperoleh pada 

uji ini menampilkan  waktu retensi relatif lebih kurang 0,4 

untuk pre-kolekalsiferol; 0,5 untuk trans-kolekalsiferol 

dan 1,0 untuk kolekalsiferol.] 

 

    Kalibrasi 

    Faktor respons vitamin D Masukkan 4,0 ml Larutan 

baku dan 10,0 ml Larutan baku internal dalam labu 

tentukur 100-ml encerkan dengan tahap  gerak B sampai 

tanda, campur untuk mendapatkan Larutan baku kerja. 

Simpan Larutan baku kerja pada suhu tidak lebih dari 0º, 

simpan bagian yang tak dipakai  untuk procedure . 

Suntikkan 200μl Larutan baku kerja ke dalam kolom 

analitik, ukur respons puncak untuk vitamin D dan 4,6-

Kolestadienol. Waktu retensi relatif untuk 4,6-

Kolestadienol lebih kurang 1,3. Hitung faktor respons, 

FD, dengan rumus: 

  

( )RS

S

CR

C

×

 

                                   

Cs dan CR berturut-turut yaitu  kadar vitamin D dan 

4,6-Kolestadienol, dalam μg per ml, dalam Larutan 

baku kerja; dan Rs yaitu  perbandingan respons puncak 

vitamin D terhadap 4,6-Kolestadienol. 

    Faktor respons pre-vitamin D Pipet 4 ml Larutan baku 

ke dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan 

pendingin refluks, tambahkan 2 atau 3 butir hablur 

hidroksitoluen terbutilasi. Alirkan gas nitrogen P dan 

panaskan di atas tangas air pada suhu 900 dalam cahaya 

redup dan di bawah atmosfer nitrogen selama 45 menit, 

untuk mendapatkan larutan yang mengandung vitamin D 

dan pre-vitamin D. Dinginkan, pindahkan dengan bantuan 

tahap  gerak B ke labu tentukur 100-ml yang berisi 10,0 ml 

Larutan baku internal,encerkan dengan tahap  gerak B 

sampai tanda, campur, diperoleh Campuran kerja. 

Suntikkan 200μl Campuran kerja ini ke dalam kolom 

analitik, dan ukur respons puncak untuk vitamin D, pre-

vitamin D dan 4,6-Kolestadienol. Hitung kadar (Cs) 

vitamin D, dalam μg per ml, dalam Campuran kerja 

(dipanaskan) dengan rumus: 

 

                                     FD CRR’s 

 

CR  yaitu  kadar 4,6-Kolestadienol, dalam μg per ml, 

dan R’s yaitu  perbandingan respons puncak vitamin D 

terhadap 4,6-Kolestadienol. Hitung kadar (C’PRE)  pre-

vitamin D, dalam μg per ml, dalam Campuran kerja 

dengan rumus: 

 

                           C’PRE = Cs – C’s 

 

Hitung faktor respons pre-vitamin D, FPRE, dengan 

rumus: 

 

                   ( FDR’s C’PRE)/(R’PRE C’s) 

 

R’PRE  yaitu  perbandingan respons puncak pre-vitamin D 

terhadap 4,6-Kolestadienol. [Catatan Nilai FPRE 

ditetapkan dua kali pada hari yang berlainan, dapat 

dipakai  untuk seluruh procedure .] 

    procedure  Suntikkan 500μl Larutan uji ke dalam 

kolom pembersih, dan tampung dalam labu alas bulat 

fraksi yang keluar pada 0,7 - 1,3 relatif terhadap waktu 

retensi puncak campuran vitamin D seperti tertera pada 

Uji kesesuaian sistem kolom pembersih . Tambahkan 

50μl Larutan hidroksitoluen terbutilasi, campur dan 

uapkan dalam hampa udara sampai kering dalam tangas 

air pada suhu tidak lebih dari 40º sambil digoyang. 

Dinginkan di bawah air mengalir dan alirkan gas nitrogen 

secukupnya untuk memulihkan kembali tekanan 

atmosfer. Segera larutkan residu dalam 5,0 ml campuran 

toluen P- metanol P (1 dalam 20). Suntikkan 200μl 

larutan ini ke dalam kolom analitik, rekam kromatogram 

dan ukur respons vitamin D, pre- vitamin D, dan 4,6-

Kolestadienol. Hitung kadar kolekalsiferol (C27H44O) 

atau ergokalsiferol (C28H44O), dalam μg per ml, dalam 

Larutan uji dengan rumus: 

 

                      (R”DFD + R”PRE FPRE)C”R 

 

R”D yaitu  perbandingan respons puncak vitamin D 

terhadap 4,6-Kolestadienol; R”PRE yaitu  perbandingan 

respons puncak pre-vitamin D terhadap 4,6-

Kolestadienol; C”R yaitu  kadar 4,6-Kolestadienol, 

dalam μg per ml Larutan uji. 

 

METODE KIMIA 

 

    procedure  berikut ini dipakai  untuk penetapan 

vitamin D sebagai suatu kandungan dalam sediaan 

Farmakope. 

    Lakukan penetapan dengan cepat, selama percobaan 

dilakukan harus diusahakan agar paparan udara dan 

cahaya aktinik serendah mungkin, sebaiknya 

memakai  lapisan gas inert dan peralatan gelas rendah 

aktinik. 

 

    Baku pembanding [Catatan pakailah  Ergokalsiferol 

BPFI atau Kolekalsiferol BPFI untuk penetapan kadar 

sediaan farmasi yang pada etiket mengandung vitamin D 

sebagai ergokalsiferol atau kolekalsiferol.]  Kolekalsiferol 

BPFI; Ergokalsiferol BPFI. 

 

- 1469 -

 

 

 

 

 

 

    Pereaksi dan larutan khusus 

    Tanah Fuller untuk kromatografi pakailah  tanah fuller 

untuk kromatografi yang memiliki  kandungan air 

dengan susut pengeringan antara 8,5% dan 9,0%. 

    Heksan P pakailah  heksan P seperti tertera pada 

Pereaksi, Indikator dan Larutan, bila perlu didestilasi 

kembali agar memenuhi persyaratan tambahan berikut 

ini: Kemurnian spektral Ukur dalam kuvet 1 cm secara 

spektrofotometri pada 300 nm terhadap udara sebagai 

blangko; serapan tidak lebih dari 0,070. 

    Etilen diklorida Murnikan melalui kolom granul silika 

gel (20 mesh sampai  200 mesh). 

    Larutan kalium hidroksida Larutkan 500 g kalium 

hidroksida P dalam air sampai  1000 ml. 

    Larutan hidroksi toluen terbutilasi Larutkan 10 mg 

hidroksitoluen terbutilasi P dalam 100 ml etanol P. Buat 

larutan ini segar setiap hari. 

    Eter pakailah  eter yang baru didestilasi, buang 10% 

destilat awal dan destilat akhir. 

    Pereaksi warna Buat 2 larutan persediaan sebagai 

berikut:  

    Larutan A Keluarkan tanpa menimbang, seluruh kristal 

kering antimon triklorida P dari botol yang berisi 113 g 

zat yang belum pernah dibuka sebelumnya. Masukkan ke 

dalam labu yang berisi lebih kurang 400 ml Etilen 

diklorida P. Tambahkan lebih kurang 2 g alumina 

anhidrat P, campur, dan saring melalui kertas saring ke 

dalam wadah kaca jernih bersumbat kaca dan terkalibrasi 

pada 500 ml. Encerkan dengan etilen diklorida P sampai 

tanda, campur: serapan larutan tidak lebih dari 0,070, 

diukur dalam kuvet 20 mm pada 500 nm memakai  

spektrofotometer terhadap blangko etilen diklorida P. 

    Larutan B Campur di dalam lemari asam, 100 ml asetil 

klorida P dan 400 ml etilen diklorida P. Campur 45 ml 

Larutan A dan 5 ml Larutan B untuk mendapatkan 

Pereaksi warna. Simpan dalam wadah tertutup rapat, dan 

pakailah  dalam 7 hari, buang pereaksi jika terbentuk 

warna. 

 

    Tabung Kromatografi 

    Kolom pertama Susun untuk mendapatkan peralatan 

kromatografi kolom menurun, sebuah tabung berdiameter 

dalam 2,5 cm, panjang lebih kurang 25 cm, dan 

menyempit menjadi berdiameter 8 mm sepanjang 5 cm 

pada ujung bawah, masukkan kaca masir berporositas 

besar atau sumbat kecil wol kaca pada batas 

penyempitan. Bagian yang menyempit dapat dilengkapi 

dengan kran plastik inert. 

    Kolom kedua Pilih tabung yang terdiri dari tiga bagian: 

1. Bagian atas yang melebar, dengan diameter dalam     

18 mm dan panjang lebih kurang 14 cm; 2. Bagian tengah 

dengan diameter dalam 6 mm dan panjang lebih kurang 

25 cm, dan 3. Tabung bagian bawah yang menyempit dan 

runcing untuk pengeluaran dengan panjang lebih kurang 

5 cm. Masukkan sumbat kecil wol kaca 1 cm di sebelah 

atas bagian yang menyempit. 

 

    Kolom kromatografi  

    Kolom pertama Pada lebih kurang 125 ml isooktan P 

pada botol bermulut lebar dan bertutup ulir, tambahkan 

25 g tanah silika untuk kromatografi, dan kocok sampai 

terbentuk massa kental. Tambahkan 10 ml polietilen 

glikol 600 P tetes demi tetes sambil diaduk kuat. Buka 

tutup botol, kocok kuat selama 2 menit. Tuangkan lebih 

kurang setengah bagian massa kental ke dalam tabung 

kromatografi dan biarkan mengendap oleh gravitasi. 

lalu  pasang pompa pengisap dan tambahkan sisa 

suspensi sedikit demi sedikit, dengan memampatkan 

setiap kali memakai  alat penekan. Jika terbentuk 

permukaan yang padat, hentikan pompa pengisap dan 

tambahkan 2 ml isooktan P. 

    Kolom kedua Isi bagian tengah tabung dengan 3 g 

tanah fuller untuk kromatografi P yang agak kasar 

dengan bantuan pompa penghisap berdaya lemah (lebih 

kurang 125 mm raksa). 

 

    Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 25 mg 

Baku pembanding, larutkan dalam isooktan P sampai  

kadar lebih kurang 250 μg per ml. Simpan dalam lemari 

pendingin. Pada saat penetapan, pipet 1 ml larutan ini ke 

dalam labu tentukur 50 ml, uapkan pelarut dengan aliran 

nitrogen P, larutkan dan encerkan residu dengan etilen 

diklorida P sampai tanda. 

 

    Larutan uji Timbang atau ukur saksama beberapa  

contoh setara dengan tidak kurang dari 125 μg, namun  

sebaiknya setara dengan lebih kurang 250 μg 

ergokalsiferol (10.000 unit FI). Jika hanya ada sedikit 

atau tidak ada vitamin A sama sekali dalam contoh, 

tambahkan lebih kurang 1,5 mg vitamin A asetat (setara 

dengan 3000 unit FI) untuk memberi  pita pemandu 

dalam kromatografi berikutnya. 

    Untuk kapsul atau tablet, refluks tidak kurang dari  10 

buah dalam 10 ml air di atas tangas uap selama lebih 

kurang 10 menit, hancurkan sisa padatan dengan batang 

pengaduk kaca dan hangatkan lagi selama 5 menit. 

    Tambahkan beberapa  volume Larutan kalium 

hidroksida sebanyak 2,5 ml untuk setiap gram contoh, 

namun  tidak kurang dari total 3,0 ml. Tambahkan 10 ml 

larutan hidroksi toluen terbutilasi dan 20 ml etanol P. 

Refluks kuat di atas tangas uap selama 30 menit. 

Dinginkan, pindahkan campuran yang sudah tersabunkan 

ke dalam corong pisah, bilas labu penyabunan tiga kali 

tiap kali dengan 10 ml air lalu  bilas tiga kali tiap 

kali dengan 50 ml eter P, tambahkan setiap bilasan ke 

dalam corong pisah. Tambahkan lebih kurang 4 g natrium 

sulfat dekahidrat P ke dalam corong pisah, dan ekstraksi 

dengan mengocok selama 2 menit. Jika terbentuk emulsi, 

ekstraksi tiga kali tiap kali dengan 25 ml eter P. 

Gabungkan ekstrak eter, jika perlu cuci dengan 50 ml air 

sambil digoyang lemah. Ulangi pencucian beberapa kali 

dengan pengocokan lebih kuat, tiap kali memakai   

50 ml air sampai pencucian terakhir tidak menampilkan  

warna merah muda pada penambahan fenolftalein LP. 

Pindahkan ekstrak eter yang sudah dicuci ke dalam labu 

tentukur 250-ml, encerkan dengan eter P sampai tanda, 

campur. Pindahkan seluruh atau beberapa  volume yang 

diukur saksama yang mengandung 250 μg ke dalam gelas 

piala 400 ml berisi lebih kurang 5 g natrium sulfat 

anhidrat P. Aduk selama 2 menit, enaptuangkan larutan 

- 1470 -

 

 

 

 

 

ke dalam gelas piala kedua. Bilas natrium sulfat tiga kali 

tiap kali dengan 25 ml eter P, tambahkan tiap bilasan ke 

bagian utama. Uapkan di atas tangas uap sampai  lebih 

kurang 30 ml, pindahkan konsentrat ke dalam labu 

penguapan alas bulat. Bilas gelas piala tiga kali tiap kali 

dengan 10 ml eter P, tambahkan bilasan ke dalam 

labu.Uapkan sisa pelarut dengan sempurna di atas tangas 

air pada suhu tidak lebih dari 400 dengan bantuan hampa 

udara, atau dengan aliran gas nitrogen pada suhu kamar. 

Larutkan residu dalam sedikit heksan P, pindahkan ke 

dalam labu tentukur 10-ml, encerkan dengan heksan P 

sampai tanda, campur untuk mendapatkan Larutan uji. 

 

    procedure  

    Kromatografi kolom pertama Segera sesudah  2 ml 

isooktan P habis dari permukaan Kolom pertama, pipet   

2 ml Larutan uji ke dalam kolom. sesudah  meniskus 

Larutan uji mencapai permukaan kolom, tambahkan 2 ml 

pertama dari tiga kali 2 ml heksan P, tambahkan tiap 

bagian berturut-turut sebelum larutan habis masuk ke 

dalam kolom. Lanjutkan penambahan heksan P 5 - 10 ml 

sampai jumlah penambahan yaitu  100 ml. Jika perlu, 

atur laju aliran antara 3 ml dan 6 ml per menit dengan 

memberi  tekanan lemah pada bagian atas tabung 

kromatografi. 

    Buang 20 ml eluen pertama, tampung sisanya. Amati 

kolom di bawah cahaya ultra violet pada beberapa 

interval selama kromatografi berlangsung, dan hentikan 

aliran jika batas pita yang berfluoresensi yang 

menampilkan  vitamin A berada lebih kurang 5 mm dari 

dasar kolom. (Lampu ultra violet harus memberi  

radiasi lemah pada daerah 300 nm. Seringkali diperlukan 

pemakaian  celah atau tabir sempit dengan lampu 

perdagangan untuk mengurangi jumlah radiasi sampai  

persyaratan minimum untuk mendeteksi vitamin A dalam 

kolom). 

    Pindahkan eluat ke dalam labu penguapan yang sesuai, 

uapkan heksan dengan sempurna di bawah hampa udara 

pada suhu tidak lebih dari 40° atau dengan aliran gas 

nitrogen pada suhu kamar. Larutkan residu dalam lebih 

kurang 10 ml heksan P. 

    Kromatografi kolom kedua Tambahkan Larutan 

Heksana pelarut yang diperoleh dari Kromatografi kolom 

pertama pada Kolom kedua. Bilas labu penguapan dengan 

total 10 ml heksan P sedikit demi sedikit, dan masukkan 

setiap bilasan ke dalam kolom kedua, biarkan mengalir 

melalui kolom dan buang eluat yang keluar. Jika heksan 

di atas permukaan kolom tersisa lebih kurang 1 ml, 

tambahkan 75 ml toluen P dan eluasi dengan bantuan 

pompa pengisap (lebih kurang 125 mm raksa) dan 

tampung eluat. Uapkan toluen di bawah hampa udara 

pada suhu tidak lebih dari 40° atau dengan aliran gas 

nitrogen P pada suhu kamar. 

    Larutan uji Larutkan residu yang diperoleh dari 

Kromatografi kolom kedua dalam sedikit etilen diklorida 

P, pindahkan ke dalam labu tentukur 10-ml, encerkan 

dengan etilen diklorida P sampai tanda, campur untuk 

mendapatkan Larutan uji. 

    Pengembangan warna Pipet 1 ml Larutan uji ke dalam 

masing-masing 3 tabung kolorimeter yang sesuai, 

berdiameter dalam lebih kurang 20 mm dan diberi tanda 

1, 2, 3. Ke dalam tabung 1, pipet 1 ml Larutan baku, ke 

dalam tabung 2, pipet 1 ml etilen diklorida P, ke dalam 

tabung 3, pipet 1 ml campuran volume sama anhidrida 

asetat P dan etilen diklorida P. Pada setiap tabung segera 

tambahkan 5,0 ml Pereaksi warna, sebaiknya 

memakai  pipet otomatis, campur. sesudah  45 detik, 

yang diukur saksama, penambahan Pereaksi warna, ukur 

serapan ketiga larutan pada 500 nm dengan 

spektrofotometer yang sesuai, memakai  etilen 

diklorida P sebagai blangko. Dengan cara yang sama,    

45 detik sesudah  pembacaan pertama setiap larutan, ukur 

serapan larutan dalam tabung 2 dan 3 pada panjang 

gelombang 550 nm. Beri tanda serapan berturut-turut 

sebagai A1

500, A2

500, A3

500, A2

550, dan A3

550, superskrip 

menampilkan  nomor tabung dan subskrip menampilkan  

panjang gelombang. 

 

Perhitungan Hitung jumlah μg vitamin D dalam zat 

yang dipakai  dengan rumus: 

 

S

US

A

A

C

C  

 

Cs yaitu  kadar vitamin D, dalam μg per ml Larutan 

baku; C yaitu  kadar contoh (dalam g, kapsul, tablet, dan 

lain-lain), dalam tiap ml larutan akhir; Au memiliki  

nilai (A2

500 - A3

500) – 0,67(A2

550 - A3

550) ditetapkan dari 

serapan yang diamati pada larutan dari Larutan uji, dan 

As memiliki  nilai A1

500 - A2

500 ditetapkan pada larutan 

dari Larutan baku. 

 

METODE BIOLOGI 

 

    Penetapan vitamin D secara biologi terdiri dari 

pencatatan dan interpretasi hasil pengamatan pada 

sekelompok tikus yang dipelihara dengan makanan 

khusus selama suatu periode tertentu, dimana respons 

biologi terhadap sediaan, dibandingkan dengan respons 

terhadap kapsul vitamin D BPFI. 

 

    Baku pembanding Kolekalsiferol BPFI. 

 

    Periode pendahuluan Selama periode pendahuluan 

pada kehidupan seekor tikus, yang tidak lebih dari         

30 hari, dari waktu kelahiran sampai pada hari pertama 

periode pemberian makanan, kandang tikus diawasi 

langsung, atau sesuai dengan petunjuk penanggung jawab 

percobaan. Selama periode pendahuluan, pakailah  

makanan yang memberi  perkembangan normal namun  

kandungan vitamin D terbatas sampai  jika diberikan 

Makanan rakhitogenik pada periode perlakuan makanan, 

tikus akan menderita rakhitis. Pada akhir periode 

pendahuluan, sisihkan setiap tikus yang berbobot kurang 

dari 44 g atau lebih dari 60 g, atau yang menampilkan  

gejala-gejala yang merugikan, penyakit atau abnormalitas 

anatomi. 

 

- 1471 -

 

 

 

 

 

 

    Periode perlakuan makanan Selama periode 

perlakuan makanan yang berlangsung dari akhir periode 

pendahuluan sampai hari pertama periode uji, beri setiap 

tikus dengan Makanan rakhitogenik dan air secukupnya, 

dan jangan diberi makanan atau tambahan makanan lain. 

 

    Makanan rakhitogenik Makanan rakhitogenik terdiri 

dari campuran yang sama dari kandungan berikut dengan 

perbandingan yang ditunjukkan pada tabel berikut. 

 

Makanan rakhitogenik 

Kandungan                                     Bagian dalam bobot 

 

Biji jagung kuning, digiling  76 

Gluten (zat perekat) gandum,  20 

digiling. 

Kalsium karbonat     3 

Natrium klorida      1 

    Jika suatu analisa  secara kimia dari keseluruhan 

makanan menampilkan  perbandingan Ca : P kurang dari 

4:1 atau lebih dari 5:1, maka jumlah kalsium karbonat 

dapat diubah-ubah untuk membuat perbandingan yang 

sesuai pada tingkat yang sama dalam rentang ini. 

    Pengelompokan tikus untuk periode penetapan uji 

Kandang dianggap sesuai untuk periode uji, jika masing-

masing tikus dalam kandang menampilkan  gejala rakhitis 

seperti sendi-sendi yang membesar, terhuyung-huyung 

dengan aneh, langkah cepat rakhitis, dengan catatan 

periode perlakuan makanan tidak kurang dari 19 hari dan 

tidak lebih dari 25 hari. Timbulnya rakhitis dapat juga 

dilihat dari ketebalan metafisis rakhitis jika diperiksa 

dengan sinar-X atau dengan memakai  Uji garis 

(akan dijelaskan di bawah) pada tulang kaki salah seekor 

tikus dalam masing-masing kandang. 

    Catat bobot masing-masing tikus, bagi dalam suatu 

kelompok dimana setiap tikus diberi makan dosis tertentu 

Baku pembanding atau contoh yang akan diuji potensi 

vitamin D nya. Untuk masing-masing contoh uji sediakan 

satu atau lebih kelompok uji dan tidak kurang dari 2 

kelompok baku. Kedua kelompok baku dapat dipakai  

untuk uji bersama lebih dari satu contoh uji. Dalam 

interval tidak lebih dari 30 hari, sempurnakan 

pengelompokkan tikus sesuai dengan desain yang 

membagi kandang diantara kelompok untuk mencapai 

keseimbangan yang sempurna. 

    Untuk keseimbangan yang sempurna, setiap kandang 

terwakili sama dalam setiap kelompok, pakailah  tujuh 

atau lebih kandang yang berisi tikus yang telah diberi 

makanan, yang jumlahnya paling sedikit yaitu  sama 

banyak dengan kelompok yang ada. Dari suatu kandang 

tertentu, pilih seekor tikus secara acak pada setiap 

kelompok di hari yang sama. Jika suatu kandang berisi 

tikus sebanyak dua kali kelompok yang ada, pilih seri 

tikus kedua dengan cara yang sama. Satu atau dua 

kandang terakhir yang dipilih dapat dibagi menjadi 

kelompok sedemikian sesampai  pada awal periode uji 

bobot badan rata-rata setiap kelompok yang telah 

sempurna, tidak akan berbeda lebih dari 8 g dari bobot 

badan rata-rata setiap kelompok lain. 

    Dosis uji Pilih dua tingkat dosis Kolekalsiferol BPFI, 

yang berbeda sedemikian rupa sampai  perbandingan dosis 

yang lebih besar terhadap dosis yang lebih kecil tidak 

kurang dari 1,5 atau tidak lebih dari 2,5. Pilih satu atau 

dua tingkat dosis yang didasarkan pada potensi yang 

diduga tunggal untuk masing-masing zat uji. Tingkat 

dosis zat uji yaitu  setara dengan dosis baku atau dosis 

tengah yang sama dengan akar pangkat dua dari hasil dua 

tingkat dosis baku. 

    Pilih tingkat dosis sedemikian sampai  jika diberikan 

pada tikus rakhitis, tikus ini diharapkan menghasilkan 

derajat kalsifikasi dalam rentang seperti dinyatakan pada 

uji dari data keberterimaan. Sebelum diberikan, Baku 

pembanding, dan atau zat uji dapat diencerkan dengan 

minyak biji kapas dengan syarat tidak lebih dari 0,2 ml 

yang diberikan pada setiap hari. Simpan larutan minyak 

dalam botol tertutup baik, terlindung cahaya, pada suhu 

tidak lebih dari 10º, dan pakailah  dalam waktu 5 minggu. 

    Tetapkan satu kelompok tikus untuk setiap tingkat 

dosis baku dan dosis satu atau lebih zat uji. 

 

    Periode uji Selama periode uji, yang berlangsung dari 

akhir periode perlakuan makanan selama interval tetap 7 - 

10 hari, kurung masing-masing tikus sendiri-sendiri dan 

berikan Makanan rakhitogenik dan air secukupnya. 

Berikan Makanan rakhitogenik yang dibuat dari zat yang 

sama kepada semua tikus. Pada hari pertama dan hari 

ketiga (atau keempat) periode uji, beri setiap tikus 

setengah dosis total yang ditetapkan. 

    Sepanjang periode uji, kondisi lingkungan 

dipertahankan seseragam mungkin untuk semua tikus dan 

hindari paparan terhadap radiasi antirakhitik. Pada akhir 

periode tetap dari 7 - 10 hari, timbang dan bunuh tikus. 

Dari tikus-tikus ini  yang pada akhir periode 

berbobot tidak kurang dari bobot awal periode uji dan 

yang sudah menerima dosis yang ditetapkan dalam        

24 jam waktu pemberian makan, bedah satu atau lebih 

tulang kaki untuk pemeriksaan Uji garis. 

 

    Uji garis Ambil ujung proksimal tibia atau ujung distal 

radius, dan bersihkan dari jaringan yang melekat, dalam 

setiap satu percobaan memakai  tulang yang sama 

dari semua hewan. Dengan pisau bersih tajam, buat 

potongan longitudinal, median melalui penghubung 

epifisis dan diafisis pada tempat sama pada setiap tulang. 

Bilas kedua bagian dalam air murni, celupkan segera 

dalam larutan perak nitrat P (1 dalam 50) selama 1 menit, 

dan bilas lagi dalam air murni. Paparkan permukaan 

potongan tulang dalam air terhadap cahaya matahari atau 

sumber cahaya aktinik lain sampai  daerah yang 

terkalsifikasi membentuk noda yang jelas tanpa tanda 

perubahan warna pada daerah yang tidak terkalsifikasi. 

procedure  pewarnaan dapat dimodifikasi untuk lebih 

membedakan antara daerah terkalsifikasi dan daerah tak 

terkalsifikasi. 

    Angka derajat kalsifikasi metafisis rakhitis pada setiap 

tikus, sesuai dengan skala yang memberi  respons rata-

rata dan dapat digambarkan sebagai garis lurus terhadap 

logaritma dosis. 

 

- 1472 -

 

 

 

 

 

    Keberterimaan Pengamatan dapat diterima untuk 

dipakai  dalam perhitungan potensi hanya dari 

kelompok yang menampilkan  kalsifikasi dua pertiganya 

atau lebih, namun  tidak kurang dari 7 ekor tikus, paling 

tidak sama besar seperti tingkat paling bawah dan tidak