Jumat, 06 Desember 2024

farmakope 117


 hadap sisi lempeng yang lebih panjang dan 

bagian plester yang tidak dilekatkan menggantung pada 

ujung lempeng. Usahakan jangan sampai ada gelembung 

udara yang terperangkap antara plester dan lempeng. 

Berikan beban pada plester yang dilekatkan 

memakai  Alat penggulung, lewatkan sebanyak 

empat kali pada panjang sediaan dengan kecepatan lebih 

kurang 60 cm per menit; kondisikan selama 10 menit 

dalam atmosfer ruang. Tandai lempeng dengan membuat 

garis pada ujung plester. Berikan beban setara dengan 

berat 0,8 N (80 gf) per cm lebar pada ujung plester yang 

tidak dilekatkan memakai  batang sesampai  beban 

merata pada seluruh lebar plester. Gantungkan lempeng 

dalam oven udara panas yang dihubungkan dengan alat 

pengatur aliran udara pada suhu 36° - 38° selama         

30 menit, sedemikian sampai  membentuk sudut 2° dari 

arah vertikal sampai  plester tidak terlepas dari lempeng, 

sedang pemberat akan tergantung dengan bebas. Ulangi 

pengujian ini terhadap 4 plester lainnya. Ujung paling 

atas dari sediaan yang menempel pada lempeng tidak 

boleh bergeser lebih dari 2,5 mm selama pemanasan 

berlangsung. 

    Untuk plester terbuat dari film plastik yang bersifat 

sangat sangat elastis, tempelkan sepotong plester yang 

tidak elastis dengan lebar sama pada plester sangat 

elastis sebelum diberi beban. 

    Untuk plester terbuat dari bahan tekstil yang akan 

elastis ke arah panjang plester, lakukan uji memakai  

benang elastis yang dililitkan sepanjang lebar lempeng 

dan berikan beban searah benang yang tidak elastis. 

Dalam hal ini hanya dapat dilakukan pada bahan dengan 

lebar minimum 25 mm. Jika lebar sediaan tepat 25 mm, 

tempel bagian lebar bahan yang tidak elastis, yaitu 

panjang lebih kurang 60 mm, dan potong dengan lebar 

sama, tepat pada lempeng sesampai  bagian yang tidak 

melekat akan tergantung pada ujung lempeng. 

Hubungkan bagian ini dengan beban berupa batang besi 

sesampai  beban merata pada seluruh bahan. 

 

UJI II 

 

    Kondisikan gulungan atau lembaran plester selama    

24 jam segera sebelum dilakukan pengujian. Jika plester 

berbentuk lembaran yang digulung, buka dari gulungan 

dengan kecepatan lebih kurang 30 cm per detik segera 

sebelum dilakukan uji, lalu  potong sepanjang lebih 

kurang 400 mm. Jika lebar sediaan tidak lebih dari       

25 mm, pakailah  seluruh lebar sediaan, jika lebar lebih 

dari 25 mm, potong sediaan dengan lebar 25 mm. 

    Jika bahan dalam bentuk lembaran, lepaskan lapisan 

pelindungnya segera sebelum dilakukan pengujian dan 

potong sesuai ukuran yang diperlukan. Lakukan hati-hati 

sesampai  tidak terjadi kontaminasi permukaan berperekat 

sediaan selama pengujian. 

    Lekatkan bahan ditengah lempeng baja tahan karat 

yang sudah dibersihkan sesampai  sisi bahan sejajar 

dengan sisi lempeng terpanjang. Berikan beban pada 

bagian sediaan yang melekat memakai  alat 

penggulung dan biarkan lewat 4 kali pada sepanjang 

bahan dengan kecepatan lebih kurang 60 cm per menit, 

kondisikan selama 10 menit dalam atmosfer ruang. 

    Tetapkan daya yang diperlukan untuk melepaskan 

bahan dari lempeng baja memakai  alat sedemikian 

sampai  daya yang diperlukan menampilkan  defleksi 

skala penuh 15% sampai  85%, jika percobaan dilakukan 

pada sudut 180° dengan kecepatan lintas tetap antara  

270 - 330 mm per menit. Lepaskan bahan, amati daya 

yang dipakai  pada waktu 25 mm pertama dan pada 

- 1508 -

 

 

 

 

 

tiap 30 mm bahan berikutnya dilepas. Hitung harga rata-

rata keenam hasil pengujian. Ulangi pengujian terhadap 

empat lembar bahan dan hitung rata-rata lima nilai 

percobaan. 

    Daya rata-rata yang dibutuhkan tidak kurang dari 1 N 

(100 gf) per cm lebar. 

 

 

DIAMETER BENANG BEDAH <801> 

 

    Alat ukur yang dipakai untuk penentuan diameter 

benang bedah yaitu  tipe bobot mati, mekanis atau 

elektris, dilengkapi dengan cara baca langsung, digital 

terbaca atau tercetak. pakailah  alat ukur dengan skala 

sampai 0,002 mm atau lebih kecil. Diameter dasar alat 

ukur yaitu  lebih kurang 50 mm dan diameter penekan 

12,70±0,02 mm. Penekan dan bagian-bagian bergerak 

yang dihubungkan dengan benang uji harus memiliki  

total bobot 210±3 g. Permukaan alat penekan dan dasar 

alat ukur datar dalam batas 0,005 mm dan sejajar satu 

sama lain dengan jarak 0,005 mm. Untuk mengukur 

diameter benang bedah dan ukuran metrik 0,4 atau lebih 

kecil, berat alat penekan harus dikurangi sampai  jumlah 

beban yang diterima benang bedah tidak lebih dari 60 g. 

 

Benang bedah kolagen yang dapat diabsorpsi  

Tetapkan diameter benang bedah segera sesudah  

dikeluarkan dari tempatnya tanpa diregangkan. Letakkan 

lilitan benang ini  melalui bagian tengah dasar alat 

ukur dan alat penekan, lalu  perlahan-lahan alat 

penekan diturunkan sesampai  seluruh bobotnya tertumpu 

pada benang bedah. Ukur diameter tiap lilitan pada tiga 

tempat berbeda, yaitu pada seperempat, setengah dan 

tiga per empat panjangnya. 

 

Benang bedah sintetik dapat diabsorpsi Lakukan 

penetapan seperti tertera pada Benang bedah tidak dapat 

diabsorpsi. 

 

Benang bedah tidak dapat diabsorpsi Letakkan lilitan 

melalui bagian tengah dasar alat ukur dan alat penekan. 

lalu  turunkan beban penekan perlahan-lahan 

sampai  seluruh bobot beban penekan tertumpu pada 

benang bedah. Ukur benang bedah tidak dapat 

diabsorpsi, baik yang dikemas dalam keadaan kering 

maupun dalam cairan, segera sesudah  dikeluarkan dari 

kemasannya, tanpa proses pengeringan atau 

pengkondisian. 

    Ukur diameter benang bedah pada tiga tempat, pada 

seperempat, setengah dan tiga per empat dari 

panjangnya. Dalam hal benang bedah yang dikepang 

dengan ukuran lebih dari 3 - 0 (ukuran metrik 2), buat 

pengukuran pada dua titik yang tegak lurus sesamanya 

dan pakailah  nilai rata-rata sebagai diameter yang 

teramati pada titik ini . 

    Pada pengukuran benang bedah multifilamen, jepitkan 

bagian dari lilitan yang akan diukur dengan penjepit 

sedemikian sesampai  lilitan terletak melalui bagian 

tengah dasar alat ukur. Sambil memegang lilitan benang 

pada bidang yang sama dengan dasar alat ukur, 

regangkan dengan alat sesuai misalnya dengan cara 

meletakkan ujung lilitan yang bebas di sekeliling silinder 

atau gulungan dan diberi beban lebih kurang setengah 

dari batas tarikan simpul untuk benang bedah tidak steril 

kelas I dengan ukuran ini , hati-hati agar lilitan tidak 

terpelintir. Ukur diameter pada tempat-tempat yang telah 

ditentukan dan hitung harga rata-ratanya. 

 

 

DIFRAKSI SINAR-X <811>  

 

    Setiap bentuk hablur dari suatu senyawa 

menghasilkan pola difraksi sinar-X yang khas. Pola 

difraksi ini dapat dihasilkan baik dari hablur tunggal 

maupun dari bentuk serbuk (berisi beberapa  hablur) 

suatu bahan. Jarak antara dan intensitas relatif puncak 

terdifraksi dapat dipakai  untuk analisa  kualitatif dan 

kuantitatif bahan bentuk hablur. Teknik difraksi serbuk 

paling sering dipakai  pada identifikasi secara rutin 

dan penetapan kemurnian relatif bahan bentuk hablur. 

Namun beberapa  kecil cemaran biasanya  tidak 

terdeteksi dengan metode difraksi sinar-X dan untuk 

pengukuran kuantitatif diperlukan persiapan contoh 

dengan hati-hati untuk menghindari efek orientasi yang 

sering terjadi. 

    Metode serbuk memiliki  keuntungan dibandingkan 

dengan metode lain sebab  cara ini biasanya  tidak 

merusak contoh (persiapan contoh biasanya  terbatas 

pada penggerusan untuk menjamin orientasi acak pada 

contoh dan efek kerusakan senyawa obat oleh sinar-X 

biasanya  tidak terjadi). pemakaian  data difraksi hablur 

tunggal yaitu  untuk penetapan bobot molekul dan 

analisa  struktur hablur pada tingkat atom. Namun 

difraksi hablur tunggal dapat dipakai  untuk 

menunjang pola spesifik serbuk sebagai wakil dari tahap  

tunggal. 

 

 Zat padat Zat padat dapat diklasifikasikan sebagai 

hablur, bukan hablur atau campuran kedua bentuk 

ini . Pada bahan bentuk hablur, molekul atau atom 

tertata dalam susunan tiga dimensi yang disebut kisi 

dalam partikel padat. Tatanan komponen molekul ini 

tidak ada  dalam bahan bukan hablur. Zat padat 

bukan hablur kadang-kadang disebut sebagai kaca atau 

zat padat amorf bila susunan yang terulang tidak ada  

dalam seluruh susunan tiga dimensi. Mungkin juga 

ada  susunan hanya dalam satu atau dua dimensi, 

disebut tahap  mesomorfik (hablur cair). Walaupun bahan 

bentuk hablur biasanya  dianggap memiliki  bentuk 

morfologi luar yang tertentu, namun  hal ini bukan 

keharusan untuk analisa  difraksi sinar-X. 

    Susunan molekul yang relatif acak pada zat bukan 

hablur menyebabkan penyebaran sinar-X yang kurang 

koheren, menghasilkan puncak difusi yang lebar dalam 

pola difraksinya. Pola difraksi sinar-X nya sangat 

berbeda dengan zat bentuk hablur yang memberi  pola 

difraksi yang tajam. 

    Banyak senyawa yang dapat membentuk hablur, 

dengan lebih dari satu jenis kisi hablur. Pada suhu dan 

tekanan tertentu, hanya satu bentuk hablur yang stabil 

- 1509 -

 

 

 

 

 

 

secara termodinamik. sebab  laju perubahan dari tahap  

polimorf metastabil ke tahap  stabil mungkin sangat 

lambat, yaitu  hal biasa menemukan beberapa hablur 

polimorf dalam senyawa obat pada kondisi normal. 

    Di samping polimorfisma, banyak senyawa 

membentuk solvat hablur dengan molekul pelarut 

sebagai bagian integral dari struktur hablur. Seperti 

halnya tiap polimorfisma memiliki  pola sinar-X yang 

spesifik, demikian juga solvatnya. Kadang-kadang 

perbedaan pola difraksi antara polimorfisma yang 

berlainan relatif kecil sesampai  harus dievaluasi dengan 

hati-hati sebelum membuat kesimpulan. Dalam beberapa 

hal, polimorfisma dan atau solvatnya menampilkan  

perbedaan laju disolusi. Oleh sebab  itu pada skala 

waktu ketersediaan hayati senyawa obat, ada  

perbedaan dalam jumlah obat yang terlarut, sesampai  

menyebabkan kesetaraan biologis yang nyata pada 

berbagai bentuk sediaan obat. 

 

Prinsip dasar Berkas sinar-X monokromatis yang 

terkolimasi terdifraksi dalam berbagai arah bila jatuh 

pada hablur yang berotasi atau serbuk hablur yang 

berorientasi acak. Hablur bertindak sebagai kisi-kisi 

difraksi tiga dimensi terhadap radiasi ini. Fenomena ini 

ditunjukkan oleh hukum Braggs yang menyatakan 

bahwa difraksi (interferensi konstruktif) hanya dapat 

terjadi bila gelombang yang terhambur dari bagian 

berbeda dari hablur, dengan arah yang spesifik, melalui 

jarak tempuh yang perbedaannya merupakan angka 

integral (n) dari panjang gelombang ( ). Pada keadaan 

ini , gelombang berada dalam tahap . Kondisi ini 

dinyatakan dengan persamaan Bragg: 

 

 

 

 

dhkl yaitu  jarak interplanar;  yaitu  sudut difraksi. 

    Sekumpulan bidang dalam ruang dapat diberi indeks 

dalam tiga bilangan bulat, biasanya  disebut sebagai 

indeks Miller. Indeks ini merupakan bilangan kebalikan 

dan dibulatkan sampai bilangan terkecil dari 

perpotongan suatu bidang sepanjang sumbu sesuai 

dengan tiga tepi satuan sel yang tidak paralel (satuan 

dasar kristalografi). Dimensi satuan sel diperoleh dari 

jarak sepanjang ketiga sumbu a,b,c dan sudut antaranya 

,  dan . Jarak interplanar untuk sekumpulan tertentu 

bidang paralel hkl dinyatakan dalam dhkl. Tiap kumpulan 

bidang demikian dapat menampilkan  tingkat difraksi 

yang lebih tinggi dan nilai d untuk kumpulan bidang 

terkait nh, nk, nl berkurang dengan faktor 1/n (n 

merupakan bilangan bulat 2, 3, 4 dan seterusnya). Setiap 

kumpulan bidang dalam kristal memiliki  hubungan 

dengan sudut difraksi Bragg yang terkait (untuk  

tertentu). 

    Amplitudo dari berkas sinar-X yang terdifraksi dari 

kumpulan bidang tergantung pada sinar atom hablur 

sebagai berikut: 1) posisi tiap atom dalam dalam satuan 

sel; 2) faktor penyebaran atom; 3) masing-masing 

gerakan panas. Faktor lain yang langsung dapat 

mempengaruhi intensitas sinar terdifraksi yaitu :          

1) intensitas dan panjang gelombang radiasi; 2) volume 

contoh bentuk hablur; 3) penyerapan sinar-X oleh contoh 

dan 4) susunan peralatan percobaan yang dipakai  

untuk merekam pada intensitas. Oleh sebab  itu, kondisi 

percobaan sangat penting dalam pengukuran intensitas 

difraksi. 

    Hanya beberapa bidang Bragg yang dapat 

menimbulkan difraksi bila sinar-X monokromatis 

melalui hablur tunggal. Teknik perekaman intensitas 

semua bidang hkl yang mungkin terdifraksi melibatkan 

pergerakan hablur tunggal dan media perekam. 

Perekaman data ini dilakukan dengan teknik fotografi 

(film) atau dengan detektor radiasi. 

    Berkas sinar yang melalui beberapa  besar hablur kecil 

berorientasi acak menimbulkan kerucut sinambung sinar 

terdifraksi dari tiap kumpulan bidang kisi. Tiap kerucut 

berhubungan dengan difraksi dari berbagai bidang yang 

memiliki  jarak interplanar. Intensitas dari refleksi 

Bragg ini dapat direkam dengan film atau detektor 

radiasi. Sudut Bragg dapat diukur dengan mudah dari 

film, namun  dengan adanya detektor radiasi telah 

memungkinkan untuk membuat difraktometer yang 

dapat langsung  mengukur sudut ini. Intensitas dan jarak 

d lebih mudah ditentukan dengan difraktometer serbuk 

yang memakai  detektor radiasi daripada metode 

film. Mikrofotometer sering dipakai  pada pengukuran 

intensitas yang teliti dari film. 

    Salah satu contoh dari pola serbuk yang diperoleh dari 

empat jenis tahap  padat ampisilin ditunjukkan pada 

gambar di bawah. Pola difraksi ini diperoleh dari 

difraktometer serbuk yang dilengkapi dengan detektor 

Geiger Muller memakai  radiasi Cu K  yang disaring 

dengan nikel. 

 

    Radiasi Sumber radiasi utama yang dipakai  untuk 

difraksi sinar-X yaitu  tabung hampa udara dengan 

tembaga, molibden, besi dan krom sebagai anoda; sinar-

X dari tembaga biasanya  dipakai  untuk senyawa 

organik. Pada setiap radiasi ini ada  unsur yang dapat 

menahan radiasi K  dan meneruskan radiasi K  

(dipakai  nikel pada radiasi tembaga). Dalam hal ini 

radiasi praktis menjadi monokromatis. Pemilihan radiasi 

yang akan dipakai  tergantung pada sifat serapan zat 

dan kemungkinan fluoresensi oleh atom yang ada  

dalam contoh. 

    [Perhatian Hati-hati bekerja dengan radiasi, bagi 

yang belum terbiasa memakai  peralatan sinar-X, 

harus minta bantuan ahlinya. pemakaian  yang salah 

dapat membahayakan operator.] 

 

hkldn

=

sin2

- 1510 -

 

 

 

 

 

 

Pola sebuk yang khas yang diperoleh dari 

empat tahap  padat Ampisilin 

 

    Sediaan uji Untuk memperbaiki orientasi acak hablur 

(dan pada teknik film untuk menghindarkan terjadinya 

pola berbintik), contoh digerus halus dalam mortir. 

Tekanan penggerusan dapat menimbulkan perubahan 

tahap , oleh sebab  itu dianjurkan untuk memeriksa pola 

difraksi dari sampel yang tidak digerus. 

    Pada biasanya , bentuk partikel hablur cenderung 

membuat contoh menampilkan  derajat orientasi terpilih 

dalam alat pemegang contoh. Hal ini terutama terlihat 

pada hablur bentuk jarum atau bentuk lempeng yang 

pada pengurangan ukuran partikel menghasilkan jarum 

atau lempeng yang lebih halus. Orientasi terpilih dalam 

contoh mempengaruhi intensitas relatif dari berbagai 

refleksi. 

    Beberapa teknik penanganan khusus dapat dipakai  

untuk mengurangi orientasi pilihan, namun  teknik 

memperkecil ukuran partikel yaitu  cara yang terbaik. 

    Bila diperlukan pengukuran sudut Bragg yang sangat 

teliti, dapat ditambahkan beberapa  kecil baku internal 

pada contoh. Ini memungkinkan dilakukannya kalibrasi 

pada film atau alat perekam. Jika dilakukan 

perbandingan dengan nilai pada literatur untuk d, 

difraktometer harus dikalibrasi. Baku yang tersedia 

mencakup nilai d sampai  0,998 nm. Tetradekanol dapat 

dipakai  (d = 3,963 nm) untuk jarak yang lebih besar. 

    Serapan radiasi oleh contoh ditentukan oleh jumlah 

dan jenis atom yang dilalui sinar-X. Matriks organik 

biasanya  menyerap lebih sedikit radiasi terdifraksi 

dibandingkan dengan matriks anorganik. Oleh sebab  

itu, dalam penetapan kuantitatif sangat penting dibuat 

kurva baku antara jumlah zat dan intensitas pada jarak d 

tertentu untuk zat yang ditetapkan dalam matriks yang 

sama dengan matriks tempat senyawa yang akan 

dianalisa . 

    Dalam analisa  kuantitatif, biasanya  ditambah baku 

pembanding dalam jumlah yang diketahui pada beberapa  

bobot contoh yang akan dianalisa . Ini memungkinkan 

menetapkan jumlah zat relatif terhadap baku 

pembanding yang ditambahkan. Baku pembanding yang 

dipakai  harus memiliki  densitas yang lebih kurang 

sama dan karakteristik penyerapan yang sama dengan 

contoh. Lebih penting lagi pola difraksinya tidak 

tumpang tindih sedikitpun dengan bahan yang dianalisa . 

Dengan kondisi ini didapatkan hubungan linier antara 

intensitas garis dan kadar. Dalam hal tertentu, jumlah 

bahan bentuk hablur sekecil 10% masih dapat ditentukan 

dalam matriks padat. 

    Identifikasi bahan bentuk hablur dapat dilakukan 

dengan membandingkan pola difraksi sinar-X yang 

diperoleh dari zat yang diketahui dengan pola difraksi 

zat yang belum diketahui. Perbandingan intensitas 

(perbandingan intensitas puncak dari jarak d tertentu 

dengan intensitas puncak terkuat dalam pola difraksi), 

dan jarak d yang dipakai  dalam perbandingan. Bila 

Baku Pembanding (BPFI) tersedia, dapat dibuat pola 

pembanding primer dengan memakai  alat dan 

kondisi yang sama seperti pada zat uji. Pada kebanyakan 

hablur organik yaitu  tepat merekam pola difraksi yang 

mencakup nilai 2  dari rentang sedekat mungkin           

0º - 40º. Kesesuaian antara contoh dan baku pembanding 

harus dalam batas presisi kalibrasi difraktometer untuk 

sudut difraksi ( harga 2  harus dapat diulang sampai 

±0,10º sampai  0,20º), sedangkan intensitas relatif antara 

contoh dan baku pembanding dapat berbeda sampai  

20%. Untuk jenis contoh lain (seperti garam anorganik) 

mungkin perlu memperluas daerah 2  yang dicacah 

sampai  jauh melampaui 40º.  

 

 

ELASTISITAS <821> 

 

Metode I  

Ukur panjang bahan tanpa diregangkan (L cm). Letakkan 

salah satu ujung bahan pada penjepit, ujung yang lain 

pada penjepit yang dapat digerakkan oleh dinamometer 

pegas atau alat lain yang sesuai sedemikian rupa 

sesampai  bahan dapat meregang sesuai arah elastisitas. 

Ujung bahan harus terikat kuat, misalnya dengan 

penjepit untuk menghindari kemungkinan bahan terlepas 

selama diberi beban. Beri tanda pada bahan yang terletak 

di antara dua penjepit sesampai  jarak antara masing-

masing tanda lebih kurang 50 cm (l cm). Tambahkan 

beban secara bertahap pada penjepit bergerak sampai  

- 1511 -

 

 

 

 

 

 

tercapai 10 N per cm lebar (lebih kurang 1 kgf per cm) 

dan usahakan beban penuh ini  diperoleh dalam 

waktu 5 detik sejak peregangan dimulai. Ukur panjang 

bahan antara 2 tanda dalam cm segera sesudah  diberi 

beban penuh ( s cm). 

    Pertahankan beban dan pastikan beban tidak 

bertambah selama waktu peregangan antara                  

55 - 65 detik. lalu  hentikan tegangan secepat 

mungkin dan usahakan agar bahan tidak sampai melilit. 

Lepaskan bahan dari penjepit lalu  lipat secara 

longgar dan berbiku-biku dengan lipatan antara 15 - 20 cm. 

Biarkan bahan selama 4,75 - 5,25 menit sejak tegangan 

dihentikan. Untuk bahan berperekat, sebelum dilepas 

dari penjepit, rapatkan ujung-ujung bahan ke arah 

memanjang sepanjang bahan dengan bagian berperekat 

di sebelah dalam. Buka lipatan dan ukur panjang bahan 

antara dua tanda, dinyatakan dalam cm (r cm). 

    Hitung panjang peregangan sempurna dengan rumus: 

 

 

  

dan hitung panjang sesudah  diregangkan sempurna 

 

 

 

    Ulangi pengujian memakai  contoh lain, dan 

hitung harga rata-rata. 

 

Metode II  

Untuk bahan berbentuk pipa yang elastis ke arah bagian 

yang melebar, potong sepanjang 10 cm. Tandai kedua 

titik pengukuran melalui bagian yang melebar, dengan 

jarak tidak kurang dari 50% dari lebar bahan yang datar. 

Berikan beban seberat 20 N (lebih kurang 2 kgf) dengan 

cara menggerakkan jari atau batang yang dimasukkan ke 

dalam tabung. 

 

ELEKTROFORESIS <831> 

 

    Elektroforesis yaitu  metode analisa  fisika 

berdasarkan migrasi partikel bermuatan yang terlarut 

atau terdispersi, dalam larutan eletrolit di bawah medan 

listrik 

    Mobilitas elektroforetik yaitu  kecepatan gerak dalam 

meter per detik partikel bermuatan di bawah pengaruh 

medan listrik 1 volt per meter dan dinyatakan dalam 

meter persegi per volt detik. Untuk alasan praktis 

dinyatakan dalam sentimeter persegi per volt detik. 

Mobilitas dapat ditetapkan hanya untuk elektrolit 

tertentu di dalam kondisi percobaan operasional yang 

tepat. 

 

ALAT 

 

    Alat untuk elektroforesis, selain elektroforesis gel 

poliakrilamida, terdiri atas komponen utama sebagai 

berikut: 

1. Sumber tenaga yang sesuai yang dapat 

menyediakan arus searah dan dilengkapi dengan 

peralatan untuk menampilkan  dan mengatur tegangan 

atau arus yang dipakai ; sirkuit tambahan dapat 

digabungkan untuk menstabilkan tegangan. 

2. Bejana elektroforesis yang biasanya berbentuk 

empat persegi panjang dan terbuat dari kaca atau plastik 

kaku, dengan dua bak ganda yang terpisah, anode dan 

katode, berisi larutan elektrolit. 

    Pada satu kompartemen dari tiap bak dicelupkan 

elektrode, sebagai contoh platina atau grafit, yang 

dihubungkan dengan sirkuit terisolasi pada terminal 

yang sesuai dari sumber tenaga membentuk anode dan 

katode. Permukaan cairan dalam kedua bak 

dipertahankan sama tinggi untuk mencegah penyedotan. 

Kontak antara kompartemen dalam dan luar dari tiap-

tiap bak ganda dibuat dengan jembatan kertas 

elektroforesis atau dengan melubangi bagian tengah 

dengan beberapa lubang atau metode lain yang sesuai. 

Bejana elektroforesis dilengkapi dengan penutup kedap 

udara yang dapat mempertahankan kelembaban udara 

jenuh selama percobaan dan mengurangi penguapan 

pelarut. Alat pengaman dapat dipakai  untuk 

memutuskan arus jika tutup dibuka. Jika daya listrik 

yang diukur melebihi 10 W, sebaiknya dinginkan 

penyangga 

3. Alat pembawa penyangga 

    Elektroforesis bidang Bidang penyangga, sebelumnya 

dibasahi dengan larutan penghantar yang sama dan 

dicelupkan masing-masing ujungnya ke dalam 

kompartemen tiap bak yang tidak berisi elektrode, 

dilekatkan dengan kuat pada pembawa yang sesuai yang 

dirancang untuk mencegah difusi elektrolit penghantar, 

seperti bingkai horisontal, penyangga bentuk V yang 

terbalik atau permukaan serba sama dengan titik kontak 

pada jarak antara yang sesuai. 

    Elekroforesis gel Alat terdiri dari sebuah lempeng 

kaca (misalnya kaca obyek) dengan suatu lapisan gel 

yang dilapiskan di atas seluruh permukaan dengan 

ketebalan serba sama. Hubungan antara gel dan larutan 

penghantar dipengaruhi dalam berbagai cara tergantung 

pada tipe dari peralatan yang dipakai . Harus 

diperhatikan untuk mencegah terjadinya kondensasi uap 

air atau pengeringan lapisan padat. 

4. Alat pengukur atau pendektesi 

    Peralatan untuk elektroforesis gel poliakrilamida 

terdiri dari dua wadah dapar terbuat dari bahan yang 

sesuai seperti poli-(metil metakrilat) yang dipasang 

vertikal satu di atas lainnya. Tiap wadah dilengkapi 

dengan elektrode platna. Elektrode dihubungkan dengan 

sumber tenaga yang memungkinkan pengoperasian pada 

arus konstan atau pada tegangan konstan. Untuk gel 

batang, bagian dasar wadah sebelah atas memiliki  

beberapa pegangan yang sama jaraknya dari elektrode. 

 

 

 

 

 

 

- 1512 -

 

 

 

 

 

Metode 

 

ELEKTROFORESIS GEL-AGAR 

Metode I  

    Letakkan sebuah bingkai logam atau plastik yang 

sesuai pada lempeng kaca, lekatkan tepi bagian dalam 

pada lempeng dengan beberapa  kecil Media A cair, 

letakkan lempeng di atas permukaan yang datar dan 

tuang secukupnya Media A cair yang sebelumnya 

diinokulasi dengan Inokulum organisme uji A 1% 

sesampai  menghasilkan lapisan dengan ketebalan            

1,2 - 1,6 mm. Biarkan media membeku, angkat bingkai 

dan buat tidak kurang 32 lubang dengan diameter lebih 

kurang 1 mm, dalam media dengan cara sedemikian 

sampai  larutan dapat ditempatkan dalam bentuk desain 

kuadrat Latin atau blok teracak dan memiliki  jarak 

yang cukup untuk pemisahan komponen. 

    Masukkan beberapa  5 μl masing-masing dari 4 larutan 

yang tertera pada monografi dalam lubang sesuai disain 

yang dipilih. Pindahkan lempeng yang telah disiapkan ke 

dalam alat elekroforesis dan masukkan ke dalam tiap bak 

beberapa  volume sama Media A cair, yakinkan bahwa 

posisi lempeng datar. Dengan memakai  sumbu yang 

terdiri dari lapisan ganda kain jerap tiras yang dibasahi 

dengan metode A cair hubungkan isi kompartemen yang 

sesuai dari tiap-tiap bak dengan media pada pada 

lempeng yang sudah disiapkan; untuk hal yang terakhir 

ini sumbu harus mencapai 2 cm melewati media padat 

dan ditekan hati-hati supaya terjadi kontak. Tutup bejana 

dan berikan tegangan antara elektrode untuk 

menghasilkan tegangan 15 - 20 volt per cm panjang 

lapisan Media A, sebaiknya memakai  sumber 

tegangan yang distabilkan. Selama elektroforesis alirkan 

air atau cairan pendingin lain yang sesuai melalui 

lempeng logam untuk mencegah suhu naik di atas 15°. 

Dalam udara dengan kelembaban tinggi, kondensasi uap 

air dapat terjadi pada permukaan lapisan Media A jika 

ventilasi kotak dan pendinginan tidak terkendali dengan 

baik. 

    Biarkan elektroforesis berlangsung sampai  pemisahan 

dari zat yang akan ditetapkan telah tercapai. Lepaskan 

elektrode, angkat lempeng kaca, tutupi dan inkubasi 

pada suhu 30° - 35° selama 18 jam, sambil dijaga jangan 

sampai lapisan media menjadi kering. Ukur diameter, 

pada suhu 90° terhadap arah migrasi, dari zone inhibisi 

yang dihasilkan oleh larutan pembanding dan setiap zone 

yang sesuai yang dihasilkan oleh zat uji. Hitung hasil 

presentase dari zat uji. 

 

Metode II  

Lakukan Metode I dengan modifikasi sebagai berikut : 

pakailah  masing-masing Media B, Media B cair dan 

inokulum organisme uji B sebagai ganti Media A, Media 

A cair dan inokulum organisme uji A. 

    Berikan tegangan antara elektrode untuk 

menghasilkan tegangan 25 - 30 volt per cm dari panjang 

lapisan Media B. Biarkan elektroforesis selama 2 jam. 

 

 

 

ELEKTROFORESIS GEL-AGAROSE 

    pakailah  lempeng kaca dengan dimensi yang sesuai 

yang pada permukaannya melekat erat lapisan gel tipis 

Agarose FE, dengan ketebalan serba sama. pakailah  

larutan elektrolit I untuk menyeimbangkan agarose. 

Totolkan secara terpisah pada gel 2 - 3 μl larutan yang 

disiapkan seperti tertera pada monografi. Tutup bejana, 

hubungkan elektrode pada sumber tenaga dan biarkan 

elektroforesis pada arus 1 - 2 mA per cm lebar gel pada 

tegangan 300 volt selama lebih kurang 10 menit. 

Lepaskan elekrode, angkat lempeng kaca dan warnai gel 

memakai  larutan toluidina biru P 0,1%, hilangkan 

kelebihannya dengan pencucian. Evaluasi gel seperti 

tertera dalam monografi. 

 

ELEKTROFORESIS GEL-AGAROSE PATI  

    pakailah  lempeng kaca dengan ukuran yang sesuai. 

Tempatkan sebuah bingkai logam atau plastik pada 

lempeng kaca, lekatkan tepi bagian dalam pada lempeng 

dengan beberapa  kecil Media C cair, letakkan lempeng 

pada suatu permukaan yang datar dan tuangkan 

secukupnya Media C cair untuk menghasilkan lapisan 

dengan ketebalan lebih kurang 1 mm. Biarkan media 

membeku, angkat bingkai dan buat 2 buah lubang 

dengan diameter 1 mm pada permukaan media. Lubang 

harus berjarak 5 cm satu sama lainnya dan 5 cm dari 

salah satu ujung lempeng. 

    Masukkan ke dalam lubang beberapa  5 μl masing-

masing larutan seperti tertera pada monografi, tuangkan 

ke dalam masing-masing kompartemen bejana beberapa  

volume yang cukup Larutan elektrolit II dan letakkan 

lempeng gel menghadap ke atas, di dalam bejana, 

pastikan bahwa lempeng datar. Dengan memakai  

sumbu yang terdiri dari dua lapisan kain tiras penjerap 

dan dibasahi dengan Larutan elektrolit II, hubungkan isi 

kompartemen yang sesuai dari masing-masing bak 

dengan media padat pada lempeng yang disiapkan 

sampai  katode dihubungkan pada ujung akhir lempeng 

yang berlubang; sumbu harus mencapai 2 cm melewati 

media padat dan ditekan perlahan-lahan sampai  terjadi 

kontak. Tutup bejana dan berikan tegangan 20 volt per 

cm panjang lapisan media, sebaiknya memakai  

sumber tegangan yang distabilkan. Biarkan elektroforesis 

berlangsung selama 30 menit, lepaskan elektrode dan 

angkat lempeng kaca. pakailah  procedure  yang sama 

seperti tertera di atas, lapisi gel dengan Lapisan Media A 

cair yang sebelumnya telah di inokulasi dengan 

inokulum organiseme uji A 1% untuk menghasilkan 

lapisan dengan ketebalan 1,2 - 1,6 mm. Inkubasi pada 

suhu 30° - 35° selama 18 jam dan ukur zone inhibisi 

yang dihasilkan. 

 

ELEKTROFORESIS SELULOSA ASETAT  

    Jika tidak dinyatakan lain pakailah  Metode I. 

Metode I  

    Isi bak pada alat dengan larutan elektrolit seperti 

tertera pada monografi. Rendam lembaran selulosa asetat 

dengan ukuran yang sesuai selama 5 menit dalam larutan 

yang sama dan tekan lembaran agar kering di antara 

kertas saring. Totolkan secata terpisah pada lembaran 

- 1513 -

 

 

 

 

 

 

pada titik-titik 1 cm dari ujung anode dengan jarak      

2,5 cm satu sama lainnya, 1 μl masing-masing larutan 

seperti tertera pada monografi. Atur tegangan seperti 

tertera pada monografi dan lakukan elektroforesis 

menurut waktu yang telah ditentukan. Tekan lembaran 

agar kering dan rendam ke dalam larutan yang dibuat 

sebagai berikut: 1 g kalium heksasianoferat(III) P dalam 

50 ml air dan tambahkan 2 ml larutan jenuh besi(III) 

klorida heksahidrat P. Cuci dengan larutan asam 

ortofosfat P 5% sampai  latar belakang sepucat mungkin 

dan akhirnya cuci dengan air. Amati elektroforetogram. 

 

Metode II  

Isi bak dengan campuran dapar barbital pH 8,6. Jika 

tidak dinyatakan lain pakailah  lembaran selulosa asetat 

terpisah untuk masing-masing larutan seperti tertera 

pada monografi dan totolkan 2,5 μl larutan dalam bentuk 

pita 10 mm, atau jika dipakai  lembaran lebih sempit, 

totolkan 0,25 μl larutan per mm lebar lembaran. Berikan 

medan listrik yang sesuai sampai  pita yang paling cepat 

bergerak tidak kurang dari 30 mm. Pita dicat dengan 

larutan hitam naftalena 12B P 0,5% dalam campuran 

metanol P dan asam asetat 5 M (90:10) selama 5 menit, 

lalu  warna dihilangkan dengan campuran metanol P 

dan asam asetat 5 M (81:19) sampai  latar belakang 

sedapat mungkin transparan. Ukur serapan pita pada  

600 nm dengan alat  yang memiliki  respons linier di 

atas rentang tidak kurang dari 0 - 3 (seperti tertera pada 

Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>). 

Hitung hasil rata-rata dari tiga kali pengukuran pada tiap 

lembar. 

 

ELEKTROFORESIS KERTAS  

    Isi bak bejana dengan larutan elektrolit seperti tertera 

pada monografi. 

    Totolkan secara terpisah pada titik sepanjang garis 

penotolan (lebih kurang 13 cm dari salah satu ujung 

Kertas elektroforesis), 1 cm dari tepi kertas dan dengan 

jarak penotolan tidak kurang dari 2,5 cm beberapa  

volume larutan yang dibuat seperti tertera pada 

monografi . 

    Biarkan bercak kering dan lalu  tempatkan ujung 

kertas yang dekat dengan garis penotolan dalam 

kompartemen yang sesuai dari bak anode dan ujung lain 

dalam kompartemen yang sesuai dari bak katode. Basahi 

kertas memakai  larutan elektrolit dengan cara yang 

sesuai (misalnya pakailah  sikat, mulai dari ujung sampai  

tempat garis penotolan). Lembaran tempat contoh 

ditotolkan tidak boleh dibasahi. Tutup bejana, biarkan 

larutan elektrolit berfungsi melintasi garis penotolan, 

jika perlu tutup alat sampai  terhindar dari cahaya, 

hubungkan kabel pada sumber tenaga dan hidupkan arus. 

Atur tegangan sampai  lebih kurang 20 volt per cm kertas 

antara bak dan lakukan elektroforesis selama waktu yang 

ditetapkan atau sampai  zat pemberi tanda telah 

menempuh jarak yang ditetapkan, jika perlu di tempat 

gelap, dengan aliran udara dan amati di bawah lampu 

ultra violet (254 nm). 

 

 

ELEKTROFORESIS GEL POLIAKRILAMIDA  

    Gel dapat dibuat dalam tabung (gel batang), satu 

larutan dipakai  untuk tiap batang, atau dapat dibuat 

antara lempeng kaca (gel lempeng), beberapa larutan 

dipakai  untuk tiap lempeng. 

 

Metoda I Buat Campuran gel A pada suhu ruang segera 

sebelum dipakai . Tuangkan ke dalam tabung kaca 

bersih 7,5 cm x 0,5 cm yang tertutup bagian dasarnya, 

sampai  jarak sama (lebih kurang 1 cm) dari masing-

masing ujung atas. Pada bagian dasar tidak boleh ada 

gelembung udara yang terperangkap. Tutup campuran 

gel dalam tabung dengan lapisan air untuk 

menghilangkan udara dan biarkan memadat. 

Pembentukan gel biasanya  memerlukan waktu lebih 

kurang 30 menit dan sempurna jika terbentuk batas 

tajam antara gel dan lapisan air. Hilangkan lapisan air. Isi 

pencadang bawah dengan Dapar tris-glisin pH 8,3. 

Pasang tabung, yang tutupnya telah dilepaskan, ke dalam 

pemegang karet di dalam pencadang atas dan turunkan 

ke posisi sedemikian sampai  bagian dasar tabung 

terendam dalam larutan dapar dalam pencandang bawah. 

    Totolkan larutan, yang dibuat seperti tertera pada 

monografi dan diencerkan dengan volume sama larutan 

jenuh sukrosa P, satu larutan pada bagian atas dari 

masing-masing gel. Tuangkan dengan hati-hati Dapar 

trisglisin pH 8,3 pada bagian atas larutan sampai  seluruh 

tabung terisi penuh, lalu  tambahkan lagi larutan 

dapar yang sama pada pencadang atas. Tambahkan       

0,2 ml larutan biru bromofenol P. Hubungkan elektrode 

pada sumber tenaga dan lakukan elektroforesis pada arus 

tetap 1 mA per tabung selama 30 menit, lalu  

naikkan menjadi 3 mA per tabung. Matikan arus jika pita 

biru bromofenol telah bergerak melalui gel hampir 

mendekati pencadang bawah. Angkat masing-masing 

tabung dari alat dan keluarkan gel dengan 

melepaskannya di bawah air dengan kawat baja tahan 

karat halus atau dengan menyuntikkan air antara gel dan 

dinding tabung dengan alat suntik yang dilengkapi jarum 

halus dan keluarkan dari tabung dengan ujung pipet. 

    procedure  pewarnaan Rendam gel dalam hitam 

naftalena LP dalam tabung uji selama 1 jam, pindahkan 

ke dalam wadah plastik yang tertutup dengan dinding 

berlubang dan aduk dalam asam asetat 1 M selama         

1 malam untuk menghilangkan kelebihan zat warna. Gel 

dapat disimpan dalam asam asetat 1 M. Evaluasi gel 

seperti yang tertera dalam monografi. 

 

Metode II  

    Lakukan seperti Metode I dengan modifikasi sebagai 

berikut: pakailah  Campuran gel B sebagai ganti 

Campuran gel A. Tempatkan larutan yang dibuat seperti 

tertera pada monografi, satu larutan pada bagian atas dari 

masing-masing gel. 

    procedure  pewarnaan Rendam gel dalam larutan asam 

trikloroasetat P 12,5%. Selama tidak kurang dari 1 jam. 

Untuk tiap 10 ml larutan asam yang dipakai  

tambahkan 0,5 ml larutan biru asam 90 P 0,25% dan 

biarkan selama 1 malam. Masukkan larutan pewarna dan 

cuci gel dengan tidak kurang dari satu kali penggantian 

- 1514 -

 

 

 

 

 

asam asetat 1 M. sesudah  dipindahkan dari pencucian 

simpan gel dalam asam asetat 1 M. Evaluasi seperti 

tertera pada monografi. 

 

Pereaksi 

    Agarose FE pakailah  kualitas untuk elektroforesis. 

    Larutan elektrolit I Campur 50 ml asam asetat glasial 

P dan 800 ml air, atur pH sampai  3,0 dengan litium 

hidroksida P dan encerkan dengan air sampai  1000 ml. 

    Larutan elektrolit II Larutkan 1,015 g kalium fosfat 

dibasa P dan 340 mg kalium fosfat monobasa P dengan 

air sampai  1000 ml. 

    Kertas elektroforesis Kertas saring yang sesuai 

(Whatman 3 MM atau kualitas yang sama) yang telah 

dicuci secara kromatografi selama 16 jam dengan 

campuran aseton P dan air (2:1). sesudah  pengeringan, 

potong kertas menjadi lembaran dengan ukuran yang 

sesuai. 

    Campuran gel A Campur air, Larutan A, Larutan B 

dan larutan amonium persulfat P 0,14% (1:1:2:4). Buat 

gel segera sebelum dipakai . 

    Campuran gel B Campur 1 bagian volume larutan A,   

2 bagian volume larutan B, urea P secukupnya sampai  

kadar 8 M (11,5 g untuk volume akhir 24 ml) dan air 

secukupnya sampai  volume total 7 bagian volume. Jika 

perlu hangatkan sampai  suhu tidak lebih dari 40° sampai 

urea larut. Larutan diawaudarakan dan tambahkan          

1 bagian volume larutan amonium persulfat P 0,56%. 

Buat gel segera sebelum dipakai . 

 

    Inokulum organisme uji A Biakkan Bacillus subtilis 

(NCTC 8236) pada suhu 37° - 39° selama  7 hari pada 

permukaan Media A yang mangan(II) sulfat P 0,001%. 

pakailah  air steril, cuci pertumbuhan, yang sebagian 

besar terdiri dari spora, dan encerkan sampai  diperoleh 

suspensi yang sesuai; derajat pengenceran harus 

ditetapkan berdasarkan percobaan. Suspensi yang sesuai 

biasanya  mengandung antara 107 - 108 spora per ml. 

Suspensi dapat disimpan untuk waktu yang lama pada 

suhu tidak lebih dari 4°. 

    Inokulum organisme uji B Buat seperti pada Inokulum 

organisme uji A, namun  memakai  Media B  sebagai 

ganti Media A. 

 

    Media A 

Pepton P       6    g 

Digesti pankreatik kasein P    4    g 

Ekstrak daging sapi P      1,5 g 

Ekstrak ragi P       3    g 

D-glukosa monohidrat     1    g 

Agar P     15     g 

Air secukupnya sampai               1000   ml 

 

Sterilkan dengan pemanasan dalam otoklaf. Segera 

sebelum dipakai  atur pH sampai  6,5 dengan 

penambahan asam klorida 0,1 N. 

    Media A cair Buat seperti tertera pada Media A 

memakai  bahan yang sama tanpa memakai  

agar P. 

 

    Media B 

Pepton P       3,0   g 

Digesti pankreatik kasien P     2,0   g 

Ekstrak daging sapi P  750     mg 

Ekstrak ragi P       1,5   g 

Agar P       10,0   g 

Air secukupnya sampai                1000     ml 

 

Sterilkan dengan pemanasan dalam otoklaf. Segera 

sebelum dipakai  atur pH sampai  6,5 dengan 

penambahan asam klorida 0,1 N. 

    Media B cair Buat seperti tertera pada Media B 

memakai  isi yang sama tanpa memakai  agar P. 

 

    Media C 

Agarosse FE       10   g 

Pati terhidrolisa        10   g 

Larutan elektrolit II secukupnya sampai   1000 ml. 

 

Tambahkan agarose FE dan pati terhidrolisa pada 

larutan elektrolit dan panaskan dalam uap jenuh pada 

suhu 121° sampai  larut. Pertahankan gel yang dilelehkan 

pada suhu 50° sampai saat dipakai . 

 

    Dapar yang dipakai  untuk penotolan  

Tris (hidroksimetil) metilamina P      1,5  g 

Asam klorida 1 N        12   ml 

Urea P        96,0 g 

Air secukupnya sampai                        200   ml 

 

    Larutan A 

Tris (hidroksimetil) metilamina P      36,6    g 

N,N,N’

,N’-Tetrametiletilendiamina P      0,23 ml 

Asam klorida 1 N        48,0   ml 

Air secukupnya sampai        100     ml 

 

    Larutan B 

Akrilamida P          30,0  g 

N,N’- metilenbisakrilamida P      735     mg 

Air secukupnya sampai         100     ml 

 

 

ESTIMASI DISTRIBUSI UKURAN PARTIKEL 

DENGAN PENGAYAK ANALITIK <835> 

 

    Pengayakan yaitu  salah satu metode paling 

konvensional untuk mengelompokkan serbuk dan granul 

berdasarkan distribusi ukuran partikel. Pengayak dari 

kain tenun akan memisahkan partikel berdasarkan 

ukuran dimensi menengah (contohnya luas atau lebar). 

Pengayakan secara mekanis yaitu  metode yang paling 

sesuai untuk sebagian besar partikel yang berukuran 

lebih besar dari 75 μm. Untuk ukuran partikel yang lebih 

kecil, bobot yang ringan tidak memiliki gaya yang cukup 

untuk melawan gaya permukaan kohesi dan adhesi yang 

menyebabkan partikel saling melekat satu sama lain dan 

melekat pada pengayak selama pengayakan, yang 

menyebabkan partikel tertahan tidak melewati pengayak. 

Untuk beberapa  zat, cara agitasi seperti pengayakan 

- 1515 -

 

 

 

 

 

 

udara-jet atau pengayakan sonik merupakan cara yang 

lebih sesuai. Meskipun demikian, pengayakan terkadang 

dapat dipakai  untuk beberapa ukuran partikel yang 

lebih kecil dari 75 μm ketika metode ini bisa divalidasi. 

Dalam sediaan farmasi, pengayakan biasanya dipilih 

untuk mengelompokkan tingkat kekasaran dari serbuk 

dan granul. Metode ini sering dipilih untuk 

mengelompokkan serbuk dan granul berdasarkan pada 

ukuran partikel, dan pada biasanya  penetapan dilakukan 

dalam keadaan kering.    

    Keterbatasan metode pengayakan diantaranya yaitu  

membutuhkan zat uji bentuk serbuk atau granul dalam 

jumlah yang cukup besar (biasanya tidak kurang dari   

25 g, tergantung pada densitas serbuk atau granul dan 

diameter  ayakan) dan kesulitan dalam pengayakan 

serbuk atau granul yang berminyak atau gaya kohesi 

lain, yang cenderung menyebabkan pengayak tersumbat. 

Metode ini pada dasarnya merupakan perhitungan dua 

dimensi ukuran sebab  seringkali yang melewati celah 

ayakan tergantung dari lebar dan ketebalan dibandingkan 

dengan panjang. 

    Metode ini dimaksudkan untuk memperkirakan 

distribusi ukuran partikel total dari zat tunggal. Metode 

ini tidak dimaksudkan untuk menentukan proporsi 

partikel yang melewati atau tertahan dalam satu atau dua 

pengayak. 

    Perkiraan distribusi ukuran patikel tertera dalam 

Metode Pengayakan Kering, kecuali dinyatakan lain 

dalam masing-masing monografi. Jika ada  kesulitan 

dalam melakukan pengayakan (contoh, zat yang tidak 

mudah melalui pengayak) atau jika perlu memakai  

pengayak yang lebih halus pada akhir pengayakan (di 

bawah 75 μm), dapat dipertimbangkan pemakaian  

metode lain untuk pemisahan partikel. 

    Pengayakan harus dilakukan pada kondisi yang tidak 

menyebabkan kelembaban zat uji meningkat atau

berkurang. Kelembaban relatif ruangan selama 

pengayakan dilakukan harus dikendalikan untuk 

mencegah terjadinya peningkatan atau penurunan 

kelembaban yang disebabkan oleh zat uji. Uji 

pengayakan secara analitik biasanya dilakukan pada 

kelembaban ruang. Kondisi khusus yang dipakai oleh zat 

tertentu harus dijelaskan dalam masing-masing 

monografi. 

 

Prinsip Pengayakan Analitik Pengayak analitik dibuat 

dari tenunan kawat, yang ditenun secara sederhana yang 

diasumsikan bentuknya seperti jaring persegi dan 

dilekatkan pada dasar wadah silinder yang terbuka. 

Dasar dari metode pengayakan yaitu  menyusun 

pengayak berdasarkan derajat kekasaran yang 

meningkat, lalu  zat uji ditempatkan pada pengayak 

paling atas.  

    Sarang pengayak dipakai  untuk standarisasi 

periode agitasi, lalu  bobot zat yang tertahan pada 

setiap pengayak ditimbang saksama. Hasil uji 

menampilkan  persentase bobot serbuk dalam setiap 

rentang ukuran pengayak. 

    Proses pengayakan untuk memperkirakan distribusi 

ukuran patikel pada serbuk sediaan farmasi tunggal 

biasanya  dipakai  untuk memperoleh partikel yang 

sedikitnya 80% memiliki   ukuran lebih besar dari      

75 μm. Parameter ukuran yang berperan dalam 

menentukan distribusi ukuran partikel dengan 

pengayakan secara analitik yaitu  panjang sisi terkecil 

dari lubang persegi pengayak yang dilewati partikel. 

 

Uji Pengayak 

Uji pengayak untuk uji farmasi sesuai dengan edisi 

terbaru International Organization of Standardization 

Spesification ISO 3310-1 : Uji Pengayak–Persyaratan 

Teknis dan Pengujian (lihat Tabel 1). Kecuali dinyatakan 

lain dalam masing-masing monografi, pakailah  

pengayak ISO seperti tertera pada Tabel 1. 

 

Tabel 1. Ukuran dari seri pengayak standar untuk berbagai keperluan 

 

Nominal Pengayak berdasarkan  ISO Nomor 

Pengayak US 

Nomor Pengayak yang 

Direkomendasikan USP 

(mikron) 

Nomor 

Pengayak 

Eropa 

Nomor 

Pengayak 

Jepang 

Ukuran Utama Ukuran tambahan 

R 20/3 R 20 R 40/3 

11,20 mm 11,20 mm 11,20 mm     

 10,00 mm      

  9,50 mm     

 9,00 mm      

8,00 mm 8,00 mm 8,00 mm     

 7,10 mm      

  6,70 mm     

 6,30 mm      

5,60 mm 5,60 mm 5,60 mm   5600 3,5 

 5,00 mm      

  4,75 mm    4 

 4,50 mm      

4,00 mm 4,00 mm 4,00 mm 5 4000 4000 4,7 

 3,55 mm      

  3,35 mm 6   5,5 

 3,15 mm      

2,80 mm 2,80 mm 2,80 mm 7 2800 2800 6,5 

 2,50 mm      

- 1516 -

 

 

 

 

 

  2,36 mm 8   7,5 

 2,24 mm      

2,00 mm 2,00 mm 2,00 mm 10 2000 2000 8,6 

 1,80 mm      

  1,70 mm 12   10 

 1,60 mm      

1,40 mm 1,40 mm 1,40 mm 14 1400 1400 12 

 1,25 mm      

  1,18 mm 16   14 

 1,12 mm      

1,00 mm 1,00 mm 1,00 mm 18 1000 1000 16 

 900 μm      

  850 μm 20   18 

 800 μm      

710 μm 710 μm 710 μm 25 710 710 22 

 630 μm      

  600 μm 30   26 

 560 μm      

500 μm 500 μm 500 μm 35 500 500 30 

 450 μm      

  425 μm 40   36 

355 μm 400 μm      

 355 μm 355 μm 45 355 355 42 

 315 μm      

  300 μm 50   50 

 280 μm      

250 μm 250 μm 250 μm 60 250 250 60 

 224 μm      

  212 μm 70   70 

 200 μm      

180 μm 180 μm 180 μm 80 180 180 83 

 160 μm      

  150 μm 100   100 

 140 μm      

125 μm 125 μm 125 μm 120 125 125 119 

 112 μm      

  106 μm 140   140 

 100 μm      

90 μm 90 μm 90 μm 170 90 90 166 

 80 μm      

  75 μm 200   200 

 71 μm      

63 μm 63 μm 63 μm 230 63 63 235 

 56 μm      

  53 μm 270   282 

 50 μm      

45 μm 45 μm 45 μm 325 45 45 330 

 40 μm      

  38 μm   38 391 

 

 

Pemilihan pengayak harus mencakup seluruh rentang 

ukuran partikel zat uji. Susunan pengayak disarankan 

memiliki  peningkatan bukaan lubang pengayak 

sebesar 2 . Susun ayakan dengan bukaan terbesar di 

bagian paling atas dan pengayak dengan bukaan terkecil 

di bagian paling bawah. pakailah  satuan mikrometer atau 

milimeter dalam menampilkan  bukaan pengayak. 

[Catatan Jumlah mesh dalam tabel hanya untuk tujuan 

konversi.] Pengayak terbuat dari baja tahan karat, 

sedangkan kuningan, atau kawat non-reaktif lainnya 

kurang disukai. 

    Kalibrasi dan kalibrasi ulang pengayak sesuai dengan 

edisi terbaru dari ISO 3310-1. Sebelum dipakai , 

perhatikan pengayak secara saksama dari penyimpangan  

atau kerusakan, terutama pada sambungan bingkai kasa. 

Kalibrasi pengayak secara optik untuk mengestimasi rata-

rata ukuran awal, dan variabilitas awal dari mesh ayakan. 

pakailah  Bola Kaca Standar untuk evaluasi efektivitas 

bukaan pengayak pada rentang ukuran 212 - 850 μm. 

Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, 

lakukan analisa  pengayakan dalam suhu ruang terkendali 

dan kelembaban relatif sekitar. 

   Pembersihan Pengayak Pada biasanya , pengayak 

harus dibersihkan hanya memakai  udara jet atau 

dengan mengalirkan cairan. Jika beberapa lubang tetap 

tersumbat oleh partikel, sebagai upaya terakhir sikat hati-

hati. 

- 1517 -

 

 

 

 

 

 

    Sampel uji Jika bobot contoh tidak dinyatakan dalam  

monografi, pakailah  bobot antara 25 dan 100 g, 

tergantung pada kerapatan ruahan contoh dan pakailah  

pengayak dengan diameter 200 mm. Untuk pengayak 

dengan diameter 76 mm, jumlah contoh yang dapat 

ditampung sekitar 1/7 dari yang dapat ditampung 

pengayak dengan diameter 200 mm. Tentukan bobot 

contoh yang paling tepat  dari hasil uji pengayakan 

dengan menimbang saksama dari bobot yang berbeda, 

seperti 25, 50, dan 100 g, untuk periode waktu yang sama 

pada pengocok mekanik. [Catatan Jika hasil uji serupa 

pada contoh dengan bobot 25 g dan 50 g, namun  contoh 

dengan bobot 100 g menampilkan  persentase yang lebih 

rendah melalui pengayak halus, maka ukuran contoh 

dengan bobot 100 g terlalu banyak.] Jika hanya contoh 

dengan bobot 10 - 25 g yang tersedia, pengayak dengan 

diameter lebih kecil dengan spesifikasi mesh yang sama 

bisa dipakai , namun  titik akhirnya harus ditentukan 

ulang. pemakaian  zat uji yang memiliki massa lebih  

kecil (contoh, kurang dari 5 g) mungkin diperlukan. 

Untuk zat dengan kerapatan partikel tampak yang rendah, 

atau untuk zat yang sebagian besar terdiri dari partikel 

dengan bentuk sangat isodiametrikal, diperlukan bobot 

contoh di bawah 5 g dengan kasa 200 mm untuk 

menghindari penahanan berlebih pada pengayak. Selama 

validasi metode analisa  pengayak, diharapkan bahwa 

masalah penyumbatan pada pengayak ini dapat terlihat. 

    Jika kadar air contoh cenderung bertambah atau 

berkurang secara menonjol  sebab  kelembaban yang 

berubah-ubah, maka uji harus dilakukan dalam ruangan 

yang dikendalikan dengan tepat. Demikian pula  jika 

contoh diketahui menghasilkan muatan elektrostatik, 

perlu dipastikan bahwa muatan ini  tidak 

mempengaruhi analisa . Untuk meminimalkan efek statis 

dapat ditambahkan bahan antistatik, seperti silikon 

dioksida koloidal dan atau aluminium oksida sebanyak 

0,5% (b/b). Jika kedua pengaruh ini  di atas tidak 

dapat diatasi, maka harus dipilih teknik lain untuk 

pengukuran partikel. 

 

    Metode agitasi Beberapa pengayak yang berbeda dan 

perangkat agitasi serbuk tersedia secara komersial yang 

semuanya dapat dipakai  untuk melakukan analisa  

pengayakan. Namun, perbedaan metode agitasi dapat 

memberi  hasil analisa  pengayakan dan penentuan 

titik akhir yang berbeda sebab  perbedaan jenis dan 

besarnya gaya yang bekerja pada masing-masing partikel 

yang diuji. Tersedia metode yang memakai  agitasi 

mekanik atau agitasi elektromagnetik, dan yang dapat 

menginduksi baik mengayun vertikal atau gerakan 

berputar horizontal, atau ketukkan atau kombinasi 

ketukkan dengan gerak berputar horizontal. Memasukkan 

partikel ke dalam aliran udara juga dapat dipakai . Pada 

hasil harus dinyatakan pemakaian  metode agitasi dan 

parameter agitasi yang dipakai  (jika bervariasi), sebab  

perubahan dalam kondisi agitasi akan memberi  hasil 

yang berbeda untuk analisa  pengayakan dan penentuan 

titik akhir dan dapat menimbulkan kegagalan dalam 

kondisi tertentu. 

    Penentuan Titik Akhir analisa  uji pengayakan 

lengkap jika  bobot pada setiap pengayak tidak 

berubah lebih dari 5% atau 0,1 g (10% dalam masalah  

ayakan 76 mm) dari berat sebelumnya pada pengayak. 

Jika hasil pengayakan kurang dari 5% dari berat total 

contoh, titik akhir untuk pengayak meningkat dengan 

perubahan bobot tidak lebih dari 20% dari berat 

sebelumnya pada pengayak ini .  

    Jika lebih dari 50% dari berat total contoh ditemukan 

pada satu pengayak, kecuali dinyatakan lain dalam 

monografi, pengujian harus diulang, namun  dengan 

penambahan pengayak yang lebih kasar di atas pengayak 

yang menampung berat lebih dari 50% pada susunan 

pengayak. 

 

Metode Pengayakan 

Agitasi Mekanik 

    Metode Pengayakan Kering Timbang saksama masing-

masing pengayak dan panci pengumpul dengan ketelitian 

0,1 g. Timbang saksama beberapa  contoh masukkan ke 

dalam pengayak yang paling atas (yang paling kasar) dan 

pasang penutup. Agitasi susunan pengayak selama           

5 menit. lalu  dengan hati-hati angkat setiap 

pengayak dari susunannya tanpa ada contoh yang hilang. 

Timbang ulang setiap pengayak dan tentukan bobot 

sampel dalam setiap pengayak. Dengan cara yang sama, 

tentukan bobot contoh dalam panci pengumpul. Pasang 

kembali susunan pengayak, dan agitasi selama 5 menit. 

Angkat dan timbang setiap pengayak seperti cara yang 

tertera sebelumnya. Ulangi langkah ini  sampai  

kriteria titik akhir tercapai (lihat Penentuan Titik akhir 

dalam Uji Pengayakan). sesudah  analisa  selesai, 

jumlahkan seluruh bobot contoh. Jumlah susut bobot 

tidak lebih dari 5% bobot awal.  

    Ulangi analisa  dengan contoh baru, namun  dengan satu 

kali pengayakan dengan waktu yang setara dengan 

gabungan waktu pengayakan di atas. Tetapkan bahwa 

pengayakan memenuhi syarat untuk penentuan titik akhir, 

jika titik akhir ini telah divalidasi untuk contoh tertentu, 

maka pengayakan dengan satu waktu dapat dipakai  

untuk analisa  selanjutnya dengan distribusi ukuran 

partikel berada dalam variasi normal. 

    Jika ada partikel yang tertahan pada setiap pengayak 

merupakan agregat bukan berupa partikel tunggal, 

pemakaian  pengayakan kering secara mekanik tidak 

mungkin memberi  reprodusibilitas yang baik dan 

harus memakai  metode analisa  untuk ukuran 

partikel yang lain. 

 

Metode Entrainment Udara  

    Pengayakan Sifter Sonik dan Udara  Jet Berbagai jenis 

peralatan komersial yang memakai  aliran udara saat 

ini tersedia untuk pengayakan. Sistem yang memakai  

pengayakan tunggal pada suatu waktu disebut sebagai 

pengayakan udara jet. Sistem ini memakai  metode 

pengayakan umum yang sama seperti yang dijelaskan 

dalam Metode Pengayakan Kering, namun  dengan udara 

jet terstandar sebagai pengganti mekanisme agitasi 

normal. Ini membutuhkan rangkaian analisa  pengayak 

tunggal dimulai dari pengayak yang paling halus untuk 

- 1518 -

 

 

 

 

 

memperoleh distribusi ukuran partikel. Pengayakan udara 

jet sering memakai  pengayak yang lebih halus 

dibanding dengan pengayakan kering biasa. Teknik ini 

lebih sesuai untuk fraksi yang terlalu besar atau terlalu 

kecil. 

    Dalam metode pengayakan sonik, pakailah  susunan 

pengayak dan lakukan uji contoh dalam kolom yang 

berayun secara vertikal di udara mengangkat contoh dan 

lalu  kembali ke lubang pengayak dengan beberapa  

getaran per menit. Jika memakai  pengayak sonik, 

dapat mengurangi jumlah contoh sampai 5 g.  

    Metode pengayakan udara jet dan pengayakan sonik ini 

berguna untuk serbuk atau granul ketika teknik 

pengayakan mekanik tidak mampu memberi  hasil 

yang memuaskan.  

    Metode ini sangat tergantung pada dispersi serbuk 

yang sempurna dalam aliran udara. Persyaratan ini sulit 

dicapai jika metode yang dipakai  di bawah batas 

rentang pengayakan (yaitu, di bawah 75 μm), jika partikel 

cenderung lebih kohesif, terutama dengan adanya 

kecenderungan dari zat ini  menghasilkan muatan 

elektrostatik. Untuk keadaan di atas penetapan titik akhir 

sangat kritis dan sangat penting untuk memastikan bahwa 

contoh yang lebih besar terdiri dari partikel tunggal dan 

bukan berupa agregat. 

 

Interpretasi Data mentah harus meliputi bobot contoh, 

total waktu pengayakan, metode pengayakan yang tepat, 

pengaturan nilai untuk setiap variabel parameter, serta 

bobot contoh yang tertahan pada setiap pengayak dan 

dalam panci pengumpul. Data mentah dapat dengan 

mudah diubah menjadi distribusi bobot kumulatif. Jika 

ingin menyatakan distribusi bobot rendah kumulatif, 

rentang pengayak yang dipakai  harus mencakup 

pengayak yang dapat dilalui oleh semua contoh. Jika 

selama proses pengayakan terbentuk agregat dari contoh 

yang tertinggal dalam pengayak, analisa  ini  tidak 

valid. 

 

 

IDENTIFIKASI SERAT <841> 

 

Ruangan Terkondisi 

 

    Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing 

monografi, kondisi ruangan untuk pengujian yaitu  pada 

suhu 18° - 22° dengan kelembaban relatif 60% - 70%. 

 

 

Penyiapan Sediaan 

 

    Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing 

monografi sediaan yang akan diuji bobot, jumlah benang 

per satuan luas, beban regang minimum dan daya serap, 

sebelum diuji harus dilepaskan dari gulungan, didiamkan 

selama tidak kurang dari 24 jam dalam ruang terkondisi 

seperti tertera di atas dan diuji pada kondisi yang sama. 

 

 

 

Identifikasi Serat 

 

    KATUN 

    A. Jika diamati di bawah mikroskop, tiap serat terdiri 

dari sel tunggal, dengan panjang sampai lebih kurang       

4 cm dan lebar sampai lebih kurang 40 μm, berbentuk 

pipa pipih dengan dinding tebal dan bulat dan sering 

membelit. 

    B. Dengan zink klorida LP teriodinasi, serat menjadi 

ungu. 

    C. Serat larut dalam asam sulfat P 66%. Mengembang 

secara merata kecuali isi lumen, larut dalam tembaga(II) 

oksida amonia LP. Tidak larut dalam natrium hidroksida 

1,25 N. 

    D. Pada 600 mg zat tambahkan 10 ml zink klorida LP, 

panaskan sampai suhu 40° dan diamkan selama 2,5 jam, 

kocok sekali-sekali: serat tidak melarut. 

 

    VISKOSA 

    Bila pada pengujian identifikasi serat dipakai istilah 

viskosa yang dimaksudkan yaitu  viskosa mengkilat atau 

viskosa tidak mengkilat. 

    Viskosa mengkilat 

    A. Jika dalam keadaan kering diamati di bawah 

mikroskop, serat terlihat terdiri dari lebar yang seragam 

dan garis-garis membujur paralel yang tersebar tidak 

sama di  daerah lebar. Pada ujung potongan gumpalan 

bentuknya agak lurus. Pada potongan melintang, terlihat 

bentuk seperti lingkaran atau elips dengan diameter lebih 

kurang 10 - 20 μm: permukaan serat kelihatan tidak rata. 

    B. Jika dilihat di bawah mikroskop, dalam kloralhidrat 

LP dan dalam laktofenol P serat terlihat jelas, dalam 

kresol P hampir tidak terlihat dan jika diamati antara 

polaritas silang dalam posisi ortogonal juga tidak terlihat. 

    C. Dengan zink klorida LP, serat menjadi ungu. 

    D. Larutkan residu yang diperoleh dari sisa pemijaran 

dalam 5 ml asam sulfat P, dengan sedikit pemanasan, 

biarkan dingin dan tambahkan hati-hati 0,2 ml larutan 

hidrogen peroksida P 3,0%: tidak terjadi warna kuning 

jingga. 

    E. Rendam dalam iodum LP beberapa menit, buang 

kelebihan pereaksi dengan memakai  kertas saring 

dan tambahkan 0,05 - 0,1 ml asam sulfat P 66%: serat 

berwarna biru. 

    F. Tambahkan larutan floroglusinol P 0,1% dalam 

etanol P 90%, lalu  tambahkan asam klorida P: 

serat tidak berwarna merah. 

    G. Serat larut dalam asam sulfat P 66%. Mengembang 

dan larut dalam tembaga(II) oksida amonia LP. Tidak 

larut dalam asam format P dan hampir tidak larut dalam 

natrium hidroksida 1,25 N. 

    H. Pada 100 mg serat tambahkan 10 ml zink klorida 

LP, panaskan pada suhu 40° dan biarkan selama 2,5 jam 

sambil sekali-sekali dikocok: serat larut sempurna. 

        Viskosa tidak mengkilat 

    Lakukan seperti tertera pada identifikasi Viskosa 

mengkilat dengan modifikasi A dan B. Bila dilihat di 

bawah mikroskop, serat terdiri dari partikel berbentuk 

granul dengan diameter rata-rata 0,25 – 1 μm. 

  

- 1519 -

 

 

 

 

 

 

    A. Dengan penambahan hidrogen peroksida LP: terjadi 

warna kuning jingga. 

    B. Partikel berbentuk granul tidak larut. 

 

 

INDEKS PENGEMBANGAN <851> 

 

    Indeks pengembangan yaitu  volume dalam ml yang 

ditempati oleh 1 g obat, termasuk musilago yang 

menempel, sesudah  mengembang di dalam cairan yang 

mengandung air selama 4 jam. 

    Masukkan 1 g obat, seutuhnya atau zat dengan derajat 

kehalusan seperti tertera dalam masing-masing 

monografi, ke dalam gelas ukur bersumbat kaca asah      

25 ml berskala, tinggi 120 - 130 mm dengan pembagian 

skala 0,5 ml. Kecuali dinyatakan lain, basahi obat dengan 

1,0 ml etanol P (96%), tambahkan 25 ml air dan tutup 

gelas ukur. Kocok kuat-kuat setiap 10 menit selama 1 jam 

dan diamkan selama 3 jam. Satu setengah jam sesudah  

pengujian dimulai, hilangkan sebanyak mungkin volume 

cairan yang tertinggal dalam lapisan obat dan setiap 

partikel obat yang mengapung pada permukaan cairan 

dengan cara memutar gelas ukur mengelilingi sumbu 

tegak. Ukur volume yang ditempati obat, termasuk 

musilago yang menempel. Lakukan tiga kali pengujian 

penetapan pada waktu yang sama. Hitung indeks 

pengembangan dari rata-rata tiga kali pengujian ini .  

 

 

ISI MINIMUM <861> 

 

Pengujian dan spesifikasi berikut dipakai  untuk 

sediaan krim, gel, jeli, salep, pasta, serbuk dan aerosol 

termasuk semprot topikal bertekanan dan tak bertekanan 

serta inhalasi dosis terukur yang dikemas dalam wadah 

dengan etiket yang mencantumkan bobot bersih tidak 

lebih dari 150 g atau 150 ml. 

    procedure  untuk sediaan bukan aerosol Untuk wadah 

yang diberi etiket bobot, ambil 10 wadah, hilangkan 

semua etiket yang dapat mempengaruhi bobot pada waktu 

isi wadah dikeluarkan. Bersihkan dan keringkan dengan 

sempurna bagian luar wadah dengan cara yang sesuai dan 

timbang satu per satu. Keluarkan isi secara kuantitatif 

dari masing-masing wadah, potong ujung wadah, jika 

perlu cuci dengan pelarut yang sesuai, hati-hati agar tutup 

dan bagian lain wadah tidak terpisah. Keringkan dan 

timbang kembali masing-masing wadah kosong beserta 

bagian-bagiannya. Perbedaan  antara kedua penimbangan 

yaitu  bobot bersih isi wadah. Untuk wadah yang diberi 

etiket volume, tuangkan isi  dari 10 wadah ke dalam       

10 gelas ukur yang sesuai. Catat volume dari masing-

masing isi wadah. Volume bersih rata-rata isi dari 10 

wadah tidak kurang dari volume yang tertera pada etiket 

dan volume bersih dari masing-masing wadah tidak 

kurang dari 90% dari jumlah seperti tertera pada etiket 

jika pada etiket tertera 60 g atau 60 ml atau kurang. 

Untuk etiket dengan bobot tertera lebih dari 60 g atau 60 

ml, namun  tidak lebih dari 150 g atau 150 ml, volume 

bersih dari masing-masing wadah tidak kurang dari 95% 

dari jumlah yang tertera pada etiket. Jika persyaratan  ini 

tidak dipenuhi, tetapkan isi bersih dari 20 wadah 

tambahan. Rata-rata isi dari 30 wadah tidak kurang dari 

jumlah yang tertera pada etiket dan hanya satu wadah dari 

30 wadah yang isinya kurang dari 90 % dari jumlah yang 

tertera pada etiket untuk bobot 60 g atau 60 ml atau 

kurang atau tidak kurang dari 95% dari jumlah yang 

tertera pada etiket  untuk bobot lebih dari 60 g atau 60 ml 

namun  tidak lebih dari 150 g atau 150 ml. 

    procedure  untuk aerosol Ambil 10 wadah,


Related Posts:

  • farmakope 117 hadap sisi lempeng yang lebih panjang dan bagian plester yang tidak dilekatkan menggantung pada ujung lempeng. Usahakan jangan sampai ada gelembung udara yang terperangkap antara plester dan lempeng. … Read More