hadap sisi lempeng yang lebih panjang dan
bagian plester yang tidak dilekatkan menggantung pada
ujung lempeng. Usahakan jangan sampai ada gelembung
udara yang terperangkap antara plester dan lempeng.
Berikan beban pada plester yang dilekatkan
memakai Alat penggulung, lewatkan sebanyak
empat kali pada panjang sediaan dengan kecepatan lebih
kurang 60 cm per menit; kondisikan selama 10 menit
dalam atmosfer ruang. Tandai lempeng dengan membuat
garis pada ujung plester. Berikan beban setara dengan
berat 0,8 N (80 gf) per cm lebar pada ujung plester yang
tidak dilekatkan memakai batang sesampai beban
merata pada seluruh lebar plester. Gantungkan lempeng
dalam oven udara panas yang dihubungkan dengan alat
pengatur aliran udara pada suhu 36° - 38° selama
30 menit, sedemikian sampai membentuk sudut 2° dari
arah vertikal sampai plester tidak terlepas dari lempeng,
sedang pemberat akan tergantung dengan bebas. Ulangi
pengujian ini terhadap 4 plester lainnya. Ujung paling
atas dari sediaan yang menempel pada lempeng tidak
boleh bergeser lebih dari 2,5 mm selama pemanasan
berlangsung.
Untuk plester terbuat dari film plastik yang bersifat
sangat sangat elastis, tempelkan sepotong plester yang
tidak elastis dengan lebar sama pada plester sangat
elastis sebelum diberi beban.
Untuk plester terbuat dari bahan tekstil yang akan
elastis ke arah panjang plester, lakukan uji memakai
benang elastis yang dililitkan sepanjang lebar lempeng
dan berikan beban searah benang yang tidak elastis.
Dalam hal ini hanya dapat dilakukan pada bahan dengan
lebar minimum 25 mm. Jika lebar sediaan tepat 25 mm,
tempel bagian lebar bahan yang tidak elastis, yaitu
panjang lebih kurang 60 mm, dan potong dengan lebar
sama, tepat pada lempeng sesampai bagian yang tidak
melekat akan tergantung pada ujung lempeng.
Hubungkan bagian ini dengan beban berupa batang besi
sesampai beban merata pada seluruh bahan.
UJI II
Kondisikan gulungan atau lembaran plester selama
24 jam segera sebelum dilakukan pengujian. Jika plester
berbentuk lembaran yang digulung, buka dari gulungan
dengan kecepatan lebih kurang 30 cm per detik segera
sebelum dilakukan uji, lalu potong sepanjang lebih
kurang 400 mm. Jika lebar sediaan tidak lebih dari
25 mm, pakailah seluruh lebar sediaan, jika lebar lebih
dari 25 mm, potong sediaan dengan lebar 25 mm.
Jika bahan dalam bentuk lembaran, lepaskan lapisan
pelindungnya segera sebelum dilakukan pengujian dan
potong sesuai ukuran yang diperlukan. Lakukan hati-hati
sesampai tidak terjadi kontaminasi permukaan berperekat
sediaan selama pengujian.
Lekatkan bahan ditengah lempeng baja tahan karat
yang sudah dibersihkan sesampai sisi bahan sejajar
dengan sisi lempeng terpanjang. Berikan beban pada
bagian sediaan yang melekat memakai alat
penggulung dan biarkan lewat 4 kali pada sepanjang
bahan dengan kecepatan lebih kurang 60 cm per menit,
kondisikan selama 10 menit dalam atmosfer ruang.
Tetapkan daya yang diperlukan untuk melepaskan
bahan dari lempeng baja memakai alat sedemikian
sampai daya yang diperlukan menampilkan defleksi
skala penuh 15% sampai 85%, jika percobaan dilakukan
pada sudut 180° dengan kecepatan lintas tetap antara
270 - 330 mm per menit. Lepaskan bahan, amati daya
yang dipakai pada waktu 25 mm pertama dan pada
- 1508 -
tiap 30 mm bahan berikutnya dilepas. Hitung harga rata-
rata keenam hasil pengujian. Ulangi pengujian terhadap
empat lembar bahan dan hitung rata-rata lima nilai
percobaan.
Daya rata-rata yang dibutuhkan tidak kurang dari 1 N
(100 gf) per cm lebar.
DIAMETER BENANG BEDAH <801>
Alat ukur yang dipakai untuk penentuan diameter
benang bedah yaitu tipe bobot mati, mekanis atau
elektris, dilengkapi dengan cara baca langsung, digital
terbaca atau tercetak. pakailah alat ukur dengan skala
sampai 0,002 mm atau lebih kecil. Diameter dasar alat
ukur yaitu lebih kurang 50 mm dan diameter penekan
12,70±0,02 mm. Penekan dan bagian-bagian bergerak
yang dihubungkan dengan benang uji harus memiliki
total bobot 210±3 g. Permukaan alat penekan dan dasar
alat ukur datar dalam batas 0,005 mm dan sejajar satu
sama lain dengan jarak 0,005 mm. Untuk mengukur
diameter benang bedah dan ukuran metrik 0,4 atau lebih
kecil, berat alat penekan harus dikurangi sampai jumlah
beban yang diterima benang bedah tidak lebih dari 60 g.
Benang bedah kolagen yang dapat diabsorpsi
Tetapkan diameter benang bedah segera sesudah
dikeluarkan dari tempatnya tanpa diregangkan. Letakkan
lilitan benang ini melalui bagian tengah dasar alat
ukur dan alat penekan, lalu perlahan-lahan alat
penekan diturunkan sesampai seluruh bobotnya tertumpu
pada benang bedah. Ukur diameter tiap lilitan pada tiga
tempat berbeda, yaitu pada seperempat, setengah dan
tiga per empat panjangnya.
Benang bedah sintetik dapat diabsorpsi Lakukan
penetapan seperti tertera pada Benang bedah tidak dapat
diabsorpsi.
Benang bedah tidak dapat diabsorpsi Letakkan lilitan
melalui bagian tengah dasar alat ukur dan alat penekan.
lalu turunkan beban penekan perlahan-lahan
sampai seluruh bobot beban penekan tertumpu pada
benang bedah. Ukur benang bedah tidak dapat
diabsorpsi, baik yang dikemas dalam keadaan kering
maupun dalam cairan, segera sesudah dikeluarkan dari
kemasannya, tanpa proses pengeringan atau
pengkondisian.
Ukur diameter benang bedah pada tiga tempat, pada
seperempat, setengah dan tiga per empat dari
panjangnya. Dalam hal benang bedah yang dikepang
dengan ukuran lebih dari 3 - 0 (ukuran metrik 2), buat
pengukuran pada dua titik yang tegak lurus sesamanya
dan pakailah nilai rata-rata sebagai diameter yang
teramati pada titik ini .
Pada pengukuran benang bedah multifilamen, jepitkan
bagian dari lilitan yang akan diukur dengan penjepit
sedemikian sesampai lilitan terletak melalui bagian
tengah dasar alat ukur. Sambil memegang lilitan benang
pada bidang yang sama dengan dasar alat ukur,
regangkan dengan alat sesuai misalnya dengan cara
meletakkan ujung lilitan yang bebas di sekeliling silinder
atau gulungan dan diberi beban lebih kurang setengah
dari batas tarikan simpul untuk benang bedah tidak steril
kelas I dengan ukuran ini , hati-hati agar lilitan tidak
terpelintir. Ukur diameter pada tempat-tempat yang telah
ditentukan dan hitung harga rata-ratanya.
DIFRAKSI SINAR-X <811>
Setiap bentuk hablur dari suatu senyawa
menghasilkan pola difraksi sinar-X yang khas. Pola
difraksi ini dapat dihasilkan baik dari hablur tunggal
maupun dari bentuk serbuk (berisi beberapa hablur)
suatu bahan. Jarak antara dan intensitas relatif puncak
terdifraksi dapat dipakai untuk analisa kualitatif dan
kuantitatif bahan bentuk hablur. Teknik difraksi serbuk
paling sering dipakai pada identifikasi secara rutin
dan penetapan kemurnian relatif bahan bentuk hablur.
Namun beberapa kecil cemaran biasanya tidak
terdeteksi dengan metode difraksi sinar-X dan untuk
pengukuran kuantitatif diperlukan persiapan contoh
dengan hati-hati untuk menghindari efek orientasi yang
sering terjadi.
Metode serbuk memiliki keuntungan dibandingkan
dengan metode lain sebab cara ini biasanya tidak
merusak contoh (persiapan contoh biasanya terbatas
pada penggerusan untuk menjamin orientasi acak pada
contoh dan efek kerusakan senyawa obat oleh sinar-X
biasanya tidak terjadi). pemakaian data difraksi hablur
tunggal yaitu untuk penetapan bobot molekul dan
analisa struktur hablur pada tingkat atom. Namun
difraksi hablur tunggal dapat dipakai untuk
menunjang pola spesifik serbuk sebagai wakil dari tahap
tunggal.
Zat padat Zat padat dapat diklasifikasikan sebagai
hablur, bukan hablur atau campuran kedua bentuk
ini . Pada bahan bentuk hablur, molekul atau atom
tertata dalam susunan tiga dimensi yang disebut kisi
dalam partikel padat. Tatanan komponen molekul ini
tidak ada dalam bahan bukan hablur. Zat padat
bukan hablur kadang-kadang disebut sebagai kaca atau
zat padat amorf bila susunan yang terulang tidak ada
dalam seluruh susunan tiga dimensi. Mungkin juga
ada susunan hanya dalam satu atau dua dimensi,
disebut tahap mesomorfik (hablur cair). Walaupun bahan
bentuk hablur biasanya dianggap memiliki bentuk
morfologi luar yang tertentu, namun hal ini bukan
keharusan untuk analisa difraksi sinar-X.
Susunan molekul yang relatif acak pada zat bukan
hablur menyebabkan penyebaran sinar-X yang kurang
koheren, menghasilkan puncak difusi yang lebar dalam
pola difraksinya. Pola difraksi sinar-X nya sangat
berbeda dengan zat bentuk hablur yang memberi pola
difraksi yang tajam.
Banyak senyawa yang dapat membentuk hablur,
dengan lebih dari satu jenis kisi hablur. Pada suhu dan
tekanan tertentu, hanya satu bentuk hablur yang stabil
- 1509 -
secara termodinamik. sebab laju perubahan dari tahap
polimorf metastabil ke tahap stabil mungkin sangat
lambat, yaitu hal biasa menemukan beberapa hablur
polimorf dalam senyawa obat pada kondisi normal.
Di samping polimorfisma, banyak senyawa
membentuk solvat hablur dengan molekul pelarut
sebagai bagian integral dari struktur hablur. Seperti
halnya tiap polimorfisma memiliki pola sinar-X yang
spesifik, demikian juga solvatnya. Kadang-kadang
perbedaan pola difraksi antara polimorfisma yang
berlainan relatif kecil sesampai harus dievaluasi dengan
hati-hati sebelum membuat kesimpulan. Dalam beberapa
hal, polimorfisma dan atau solvatnya menampilkan
perbedaan laju disolusi. Oleh sebab itu pada skala
waktu ketersediaan hayati senyawa obat, ada
perbedaan dalam jumlah obat yang terlarut, sesampai
menyebabkan kesetaraan biologis yang nyata pada
berbagai bentuk sediaan obat.
Prinsip dasar Berkas sinar-X monokromatis yang
terkolimasi terdifraksi dalam berbagai arah bila jatuh
pada hablur yang berotasi atau serbuk hablur yang
berorientasi acak. Hablur bertindak sebagai kisi-kisi
difraksi tiga dimensi terhadap radiasi ini. Fenomena ini
ditunjukkan oleh hukum Braggs yang menyatakan
bahwa difraksi (interferensi konstruktif) hanya dapat
terjadi bila gelombang yang terhambur dari bagian
berbeda dari hablur, dengan arah yang spesifik, melalui
jarak tempuh yang perbedaannya merupakan angka
integral (n) dari panjang gelombang ( ). Pada keadaan
ini , gelombang berada dalam tahap . Kondisi ini
dinyatakan dengan persamaan Bragg:
dhkl yaitu jarak interplanar; yaitu sudut difraksi.
Sekumpulan bidang dalam ruang dapat diberi indeks
dalam tiga bilangan bulat, biasanya disebut sebagai
indeks Miller. Indeks ini merupakan bilangan kebalikan
dan dibulatkan sampai bilangan terkecil dari
perpotongan suatu bidang sepanjang sumbu sesuai
dengan tiga tepi satuan sel yang tidak paralel (satuan
dasar kristalografi). Dimensi satuan sel diperoleh dari
jarak sepanjang ketiga sumbu a,b,c dan sudut antaranya
, dan . Jarak interplanar untuk sekumpulan tertentu
bidang paralel hkl dinyatakan dalam dhkl. Tiap kumpulan
bidang demikian dapat menampilkan tingkat difraksi
yang lebih tinggi dan nilai d untuk kumpulan bidang
terkait nh, nk, nl berkurang dengan faktor 1/n (n
merupakan bilangan bulat 2, 3, 4 dan seterusnya). Setiap
kumpulan bidang dalam kristal memiliki hubungan
dengan sudut difraksi Bragg yang terkait (untuk
tertentu).
Amplitudo dari berkas sinar-X yang terdifraksi dari
kumpulan bidang tergantung pada sinar atom hablur
sebagai berikut: 1) posisi tiap atom dalam dalam satuan
sel; 2) faktor penyebaran atom; 3) masing-masing
gerakan panas. Faktor lain yang langsung dapat
mempengaruhi intensitas sinar terdifraksi yaitu :
1) intensitas dan panjang gelombang radiasi; 2) volume
contoh bentuk hablur; 3) penyerapan sinar-X oleh contoh
dan 4) susunan peralatan percobaan yang dipakai
untuk merekam pada intensitas. Oleh sebab itu, kondisi
percobaan sangat penting dalam pengukuran intensitas
difraksi.
Hanya beberapa bidang Bragg yang dapat
menimbulkan difraksi bila sinar-X monokromatis
melalui hablur tunggal. Teknik perekaman intensitas
semua bidang hkl yang mungkin terdifraksi melibatkan
pergerakan hablur tunggal dan media perekam.
Perekaman data ini dilakukan dengan teknik fotografi
(film) atau dengan detektor radiasi.
Berkas sinar yang melalui beberapa besar hablur kecil
berorientasi acak menimbulkan kerucut sinambung sinar
terdifraksi dari tiap kumpulan bidang kisi. Tiap kerucut
berhubungan dengan difraksi dari berbagai bidang yang
memiliki jarak interplanar. Intensitas dari refleksi
Bragg ini dapat direkam dengan film atau detektor
radiasi. Sudut Bragg dapat diukur dengan mudah dari
film, namun dengan adanya detektor radiasi telah
memungkinkan untuk membuat difraktometer yang
dapat langsung mengukur sudut ini. Intensitas dan jarak
d lebih mudah ditentukan dengan difraktometer serbuk
yang memakai detektor radiasi daripada metode
film. Mikrofotometer sering dipakai pada pengukuran
intensitas yang teliti dari film.
Salah satu contoh dari pola serbuk yang diperoleh dari
empat jenis tahap padat ampisilin ditunjukkan pada
gambar di bawah. Pola difraksi ini diperoleh dari
difraktometer serbuk yang dilengkapi dengan detektor
Geiger Muller memakai radiasi Cu K yang disaring
dengan nikel.
Radiasi Sumber radiasi utama yang dipakai untuk
difraksi sinar-X yaitu tabung hampa udara dengan
tembaga, molibden, besi dan krom sebagai anoda; sinar-
X dari tembaga biasanya dipakai untuk senyawa
organik. Pada setiap radiasi ini ada unsur yang dapat
menahan radiasi K dan meneruskan radiasi K
(dipakai nikel pada radiasi tembaga). Dalam hal ini
radiasi praktis menjadi monokromatis. Pemilihan radiasi
yang akan dipakai tergantung pada sifat serapan zat
dan kemungkinan fluoresensi oleh atom yang ada
dalam contoh.
[Perhatian Hati-hati bekerja dengan radiasi, bagi
yang belum terbiasa memakai peralatan sinar-X,
harus minta bantuan ahlinya. pemakaian yang salah
dapat membahayakan operator.]
hkldn
=
sin2
- 1510 -
Pola sebuk yang khas yang diperoleh dari
empat tahap padat Ampisilin
Sediaan uji Untuk memperbaiki orientasi acak hablur
(dan pada teknik film untuk menghindarkan terjadinya
pola berbintik), contoh digerus halus dalam mortir.
Tekanan penggerusan dapat menimbulkan perubahan
tahap , oleh sebab itu dianjurkan untuk memeriksa pola
difraksi dari sampel yang tidak digerus.
Pada biasanya , bentuk partikel hablur cenderung
membuat contoh menampilkan derajat orientasi terpilih
dalam alat pemegang contoh. Hal ini terutama terlihat
pada hablur bentuk jarum atau bentuk lempeng yang
pada pengurangan ukuran partikel menghasilkan jarum
atau lempeng yang lebih halus. Orientasi terpilih dalam
contoh mempengaruhi intensitas relatif dari berbagai
refleksi.
Beberapa teknik penanganan khusus dapat dipakai
untuk mengurangi orientasi pilihan, namun teknik
memperkecil ukuran partikel yaitu cara yang terbaik.
Bila diperlukan pengukuran sudut Bragg yang sangat
teliti, dapat ditambahkan beberapa kecil baku internal
pada contoh. Ini memungkinkan dilakukannya kalibrasi
pada film atau alat perekam. Jika dilakukan
perbandingan dengan nilai pada literatur untuk d,
difraktometer harus dikalibrasi. Baku yang tersedia
mencakup nilai d sampai 0,998 nm. Tetradekanol dapat
dipakai (d = 3,963 nm) untuk jarak yang lebih besar.
Serapan radiasi oleh contoh ditentukan oleh jumlah
dan jenis atom yang dilalui sinar-X. Matriks organik
biasanya menyerap lebih sedikit radiasi terdifraksi
dibandingkan dengan matriks anorganik. Oleh sebab
itu, dalam penetapan kuantitatif sangat penting dibuat
kurva baku antara jumlah zat dan intensitas pada jarak d
tertentu untuk zat yang ditetapkan dalam matriks yang
sama dengan matriks tempat senyawa yang akan
dianalisa .
Dalam analisa kuantitatif, biasanya ditambah baku
pembanding dalam jumlah yang diketahui pada beberapa
bobot contoh yang akan dianalisa . Ini memungkinkan
menetapkan jumlah zat relatif terhadap baku
pembanding yang ditambahkan. Baku pembanding yang
dipakai harus memiliki densitas yang lebih kurang
sama dan karakteristik penyerapan yang sama dengan
contoh. Lebih penting lagi pola difraksinya tidak
tumpang tindih sedikitpun dengan bahan yang dianalisa .
Dengan kondisi ini didapatkan hubungan linier antara
intensitas garis dan kadar. Dalam hal tertentu, jumlah
bahan bentuk hablur sekecil 10% masih dapat ditentukan
dalam matriks padat.
Identifikasi bahan bentuk hablur dapat dilakukan
dengan membandingkan pola difraksi sinar-X yang
diperoleh dari zat yang diketahui dengan pola difraksi
zat yang belum diketahui. Perbandingan intensitas
(perbandingan intensitas puncak dari jarak d tertentu
dengan intensitas puncak terkuat dalam pola difraksi),
dan jarak d yang dipakai dalam perbandingan. Bila
Baku Pembanding (BPFI) tersedia, dapat dibuat pola
pembanding primer dengan memakai alat dan
kondisi yang sama seperti pada zat uji. Pada kebanyakan
hablur organik yaitu tepat merekam pola difraksi yang
mencakup nilai 2 dari rentang sedekat mungkin
0º - 40º. Kesesuaian antara contoh dan baku pembanding
harus dalam batas presisi kalibrasi difraktometer untuk
sudut difraksi ( harga 2 harus dapat diulang sampai
±0,10º sampai 0,20º), sedangkan intensitas relatif antara
contoh dan baku pembanding dapat berbeda sampai
20%. Untuk jenis contoh lain (seperti garam anorganik)
mungkin perlu memperluas daerah 2 yang dicacah
sampai jauh melampaui 40º.
ELASTISITAS <821>
Metode I
Ukur panjang bahan tanpa diregangkan (L cm). Letakkan
salah satu ujung bahan pada penjepit, ujung yang lain
pada penjepit yang dapat digerakkan oleh dinamometer
pegas atau alat lain yang sesuai sedemikian rupa
sesampai bahan dapat meregang sesuai arah elastisitas.
Ujung bahan harus terikat kuat, misalnya dengan
penjepit untuk menghindari kemungkinan bahan terlepas
selama diberi beban. Beri tanda pada bahan yang terletak
di antara dua penjepit sesampai jarak antara masing-
masing tanda lebih kurang 50 cm (l cm). Tambahkan
beban secara bertahap pada penjepit bergerak sampai
- 1511 -
tercapai 10 N per cm lebar (lebih kurang 1 kgf per cm)
dan usahakan beban penuh ini diperoleh dalam
waktu 5 detik sejak peregangan dimulai. Ukur panjang
bahan antara 2 tanda dalam cm segera sesudah diberi
beban penuh ( s cm).
Pertahankan beban dan pastikan beban tidak
bertambah selama waktu peregangan antara
55 - 65 detik. lalu hentikan tegangan secepat
mungkin dan usahakan agar bahan tidak sampai melilit.
Lepaskan bahan dari penjepit lalu lipat secara
longgar dan berbiku-biku dengan lipatan antara 15 - 20 cm.
Biarkan bahan selama 4,75 - 5,25 menit sejak tegangan
dihentikan. Untuk bahan berperekat, sebelum dilepas
dari penjepit, rapatkan ujung-ujung bahan ke arah
memanjang sepanjang bahan dengan bagian berperekat
di sebelah dalam. Buka lipatan dan ukur panjang bahan
antara dua tanda, dinyatakan dalam cm (r cm).
Hitung panjang peregangan sempurna dengan rumus:
dan hitung panjang sesudah diregangkan sempurna
Ulangi pengujian memakai contoh lain, dan
hitung harga rata-rata.
Metode II
Untuk bahan berbentuk pipa yang elastis ke arah bagian
yang melebar, potong sepanjang 10 cm. Tandai kedua
titik pengukuran melalui bagian yang melebar, dengan
jarak tidak kurang dari 50% dari lebar bahan yang datar.
Berikan beban seberat 20 N (lebih kurang 2 kgf) dengan
cara menggerakkan jari atau batang yang dimasukkan ke
dalam tabung.
ELEKTROFORESIS <831>
Elektroforesis yaitu metode analisa fisika
berdasarkan migrasi partikel bermuatan yang terlarut
atau terdispersi, dalam larutan eletrolit di bawah medan
listrik
Mobilitas elektroforetik yaitu kecepatan gerak dalam
meter per detik partikel bermuatan di bawah pengaruh
medan listrik 1 volt per meter dan dinyatakan dalam
meter persegi per volt detik. Untuk alasan praktis
dinyatakan dalam sentimeter persegi per volt detik.
Mobilitas dapat ditetapkan hanya untuk elektrolit
tertentu di dalam kondisi percobaan operasional yang
tepat.
ALAT
Alat untuk elektroforesis, selain elektroforesis gel
poliakrilamida, terdiri atas komponen utama sebagai
berikut:
1. Sumber tenaga yang sesuai yang dapat
menyediakan arus searah dan dilengkapi dengan
peralatan untuk menampilkan dan mengatur tegangan
atau arus yang dipakai ; sirkuit tambahan dapat
digabungkan untuk menstabilkan tegangan.
2. Bejana elektroforesis yang biasanya berbentuk
empat persegi panjang dan terbuat dari kaca atau plastik
kaku, dengan dua bak ganda yang terpisah, anode dan
katode, berisi larutan elektrolit.
Pada satu kompartemen dari tiap bak dicelupkan
elektrode, sebagai contoh platina atau grafit, yang
dihubungkan dengan sirkuit terisolasi pada terminal
yang sesuai dari sumber tenaga membentuk anode dan
katode. Permukaan cairan dalam kedua bak
dipertahankan sama tinggi untuk mencegah penyedotan.
Kontak antara kompartemen dalam dan luar dari tiap-
tiap bak ganda dibuat dengan jembatan kertas
elektroforesis atau dengan melubangi bagian tengah
dengan beberapa lubang atau metode lain yang sesuai.
Bejana elektroforesis dilengkapi dengan penutup kedap
udara yang dapat mempertahankan kelembaban udara
jenuh selama percobaan dan mengurangi penguapan
pelarut. Alat pengaman dapat dipakai untuk
memutuskan arus jika tutup dibuka. Jika daya listrik
yang diukur melebihi 10 W, sebaiknya dinginkan
penyangga
3. Alat pembawa penyangga
Elektroforesis bidang Bidang penyangga, sebelumnya
dibasahi dengan larutan penghantar yang sama dan
dicelupkan masing-masing ujungnya ke dalam
kompartemen tiap bak yang tidak berisi elektrode,
dilekatkan dengan kuat pada pembawa yang sesuai yang
dirancang untuk mencegah difusi elektrolit penghantar,
seperti bingkai horisontal, penyangga bentuk V yang
terbalik atau permukaan serba sama dengan titik kontak
pada jarak antara yang sesuai.
Elekroforesis gel Alat terdiri dari sebuah lempeng
kaca (misalnya kaca obyek) dengan suatu lapisan gel
yang dilapiskan di atas seluruh permukaan dengan
ketebalan serba sama. Hubungan antara gel dan larutan
penghantar dipengaruhi dalam berbagai cara tergantung
pada tipe dari peralatan yang dipakai . Harus
diperhatikan untuk mencegah terjadinya kondensasi uap
air atau pengeringan lapisan padat.
4. Alat pengukur atau pendektesi
Peralatan untuk elektroforesis gel poliakrilamida
terdiri dari dua wadah dapar terbuat dari bahan yang
sesuai seperti poli-(metil metakrilat) yang dipasang
vertikal satu di atas lainnya. Tiap wadah dilengkapi
dengan elektrode platna. Elektrode dihubungkan dengan
sumber tenaga yang memungkinkan pengoperasian pada
arus konstan atau pada tegangan konstan. Untuk gel
batang, bagian dasar wadah sebelah atas memiliki
beberapa pegangan yang sama jaraknya dari elektrode.
- 1512 -
Metode
ELEKTROFORESIS GEL-AGAR
Metode I
Letakkan sebuah bingkai logam atau plastik yang
sesuai pada lempeng kaca, lekatkan tepi bagian dalam
pada lempeng dengan beberapa kecil Media A cair,
letakkan lempeng di atas permukaan yang datar dan
tuang secukupnya Media A cair yang sebelumnya
diinokulasi dengan Inokulum organisme uji A 1%
sesampai menghasilkan lapisan dengan ketebalan
1,2 - 1,6 mm. Biarkan media membeku, angkat bingkai
dan buat tidak kurang 32 lubang dengan diameter lebih
kurang 1 mm, dalam media dengan cara sedemikian
sampai larutan dapat ditempatkan dalam bentuk desain
kuadrat Latin atau blok teracak dan memiliki jarak
yang cukup untuk pemisahan komponen.
Masukkan beberapa 5 μl masing-masing dari 4 larutan
yang tertera pada monografi dalam lubang sesuai disain
yang dipilih. Pindahkan lempeng yang telah disiapkan ke
dalam alat elekroforesis dan masukkan ke dalam tiap bak
beberapa volume sama Media A cair, yakinkan bahwa
posisi lempeng datar. Dengan memakai sumbu yang
terdiri dari lapisan ganda kain jerap tiras yang dibasahi
dengan metode A cair hubungkan isi kompartemen yang
sesuai dari tiap-tiap bak dengan media pada pada
lempeng yang sudah disiapkan; untuk hal yang terakhir
ini sumbu harus mencapai 2 cm melewati media padat
dan ditekan hati-hati supaya terjadi kontak. Tutup bejana
dan berikan tegangan antara elektrode untuk
menghasilkan tegangan 15 - 20 volt per cm panjang
lapisan Media A, sebaiknya memakai sumber
tegangan yang distabilkan. Selama elektroforesis alirkan
air atau cairan pendingin lain yang sesuai melalui
lempeng logam untuk mencegah suhu naik di atas 15°.
Dalam udara dengan kelembaban tinggi, kondensasi uap
air dapat terjadi pada permukaan lapisan Media A jika
ventilasi kotak dan pendinginan tidak terkendali dengan
baik.
Biarkan elektroforesis berlangsung sampai pemisahan
dari zat yang akan ditetapkan telah tercapai. Lepaskan
elektrode, angkat lempeng kaca, tutupi dan inkubasi
pada suhu 30° - 35° selama 18 jam, sambil dijaga jangan
sampai lapisan media menjadi kering. Ukur diameter,
pada suhu 90° terhadap arah migrasi, dari zone inhibisi
yang dihasilkan oleh larutan pembanding dan setiap zone
yang sesuai yang dihasilkan oleh zat uji. Hitung hasil
presentase dari zat uji.
Metode II
Lakukan Metode I dengan modifikasi sebagai berikut :
pakailah masing-masing Media B, Media B cair dan
inokulum organisme uji B sebagai ganti Media A, Media
A cair dan inokulum organisme uji A.
Berikan tegangan antara elektrode untuk
menghasilkan tegangan 25 - 30 volt per cm dari panjang
lapisan Media B. Biarkan elektroforesis selama 2 jam.
ELEKTROFORESIS GEL-AGAROSE
pakailah lempeng kaca dengan dimensi yang sesuai
yang pada permukaannya melekat erat lapisan gel tipis
Agarose FE, dengan ketebalan serba sama. pakailah
larutan elektrolit I untuk menyeimbangkan agarose.
Totolkan secara terpisah pada gel 2 - 3 μl larutan yang
disiapkan seperti tertera pada monografi. Tutup bejana,
hubungkan elektrode pada sumber tenaga dan biarkan
elektroforesis pada arus 1 - 2 mA per cm lebar gel pada
tegangan 300 volt selama lebih kurang 10 menit.
Lepaskan elekrode, angkat lempeng kaca dan warnai gel
memakai larutan toluidina biru P 0,1%, hilangkan
kelebihannya dengan pencucian. Evaluasi gel seperti
tertera dalam monografi.
ELEKTROFORESIS GEL-AGAROSE PATI
pakailah lempeng kaca dengan ukuran yang sesuai.
Tempatkan sebuah bingkai logam atau plastik pada
lempeng kaca, lekatkan tepi bagian dalam pada lempeng
dengan beberapa kecil Media C cair, letakkan lempeng
pada suatu permukaan yang datar dan tuangkan
secukupnya Media C cair untuk menghasilkan lapisan
dengan ketebalan lebih kurang 1 mm. Biarkan media
membeku, angkat bingkai dan buat 2 buah lubang
dengan diameter 1 mm pada permukaan media. Lubang
harus berjarak 5 cm satu sama lainnya dan 5 cm dari
salah satu ujung lempeng.
Masukkan ke dalam lubang beberapa 5 μl masing-
masing larutan seperti tertera pada monografi, tuangkan
ke dalam masing-masing kompartemen bejana beberapa
volume yang cukup Larutan elektrolit II dan letakkan
lempeng gel menghadap ke atas, di dalam bejana,
pastikan bahwa lempeng datar. Dengan memakai
sumbu yang terdiri dari dua lapisan kain tiras penjerap
dan dibasahi dengan Larutan elektrolit II, hubungkan isi
kompartemen yang sesuai dari masing-masing bak
dengan media padat pada lempeng yang disiapkan
sampai katode dihubungkan pada ujung akhir lempeng
yang berlubang; sumbu harus mencapai 2 cm melewati
media padat dan ditekan perlahan-lahan sampai terjadi
kontak. Tutup bejana dan berikan tegangan 20 volt per
cm panjang lapisan media, sebaiknya memakai
sumber tegangan yang distabilkan. Biarkan elektroforesis
berlangsung selama 30 menit, lepaskan elektrode dan
angkat lempeng kaca. pakailah procedure yang sama
seperti tertera di atas, lapisi gel dengan Lapisan Media A
cair yang sebelumnya telah di inokulasi dengan
inokulum organiseme uji A 1% untuk menghasilkan
lapisan dengan ketebalan 1,2 - 1,6 mm. Inkubasi pada
suhu 30° - 35° selama 18 jam dan ukur zone inhibisi
yang dihasilkan.
ELEKTROFORESIS SELULOSA ASETAT
Jika tidak dinyatakan lain pakailah Metode I.
Metode I
Isi bak pada alat dengan larutan elektrolit seperti
tertera pada monografi. Rendam lembaran selulosa asetat
dengan ukuran yang sesuai selama 5 menit dalam larutan
yang sama dan tekan lembaran agar kering di antara
kertas saring. Totolkan secata terpisah pada lembaran
- 1513 -
pada titik-titik 1 cm dari ujung anode dengan jarak
2,5 cm satu sama lainnya, 1 μl masing-masing larutan
seperti tertera pada monografi. Atur tegangan seperti
tertera pada monografi dan lakukan elektroforesis
menurut waktu yang telah ditentukan. Tekan lembaran
agar kering dan rendam ke dalam larutan yang dibuat
sebagai berikut: 1 g kalium heksasianoferat(III) P dalam
50 ml air dan tambahkan 2 ml larutan jenuh besi(III)
klorida heksahidrat P. Cuci dengan larutan asam
ortofosfat P 5% sampai latar belakang sepucat mungkin
dan akhirnya cuci dengan air. Amati elektroforetogram.
Metode II
Isi bak dengan campuran dapar barbital pH 8,6. Jika
tidak dinyatakan lain pakailah lembaran selulosa asetat
terpisah untuk masing-masing larutan seperti tertera
pada monografi dan totolkan 2,5 μl larutan dalam bentuk
pita 10 mm, atau jika dipakai lembaran lebih sempit,
totolkan 0,25 μl larutan per mm lebar lembaran. Berikan
medan listrik yang sesuai sampai pita yang paling cepat
bergerak tidak kurang dari 30 mm. Pita dicat dengan
larutan hitam naftalena 12B P 0,5% dalam campuran
metanol P dan asam asetat 5 M (90:10) selama 5 menit,
lalu warna dihilangkan dengan campuran metanol P
dan asam asetat 5 M (81:19) sampai latar belakang
sedapat mungkin transparan. Ukur serapan pita pada
600 nm dengan alat yang memiliki respons linier di
atas rentang tidak kurang dari 0 - 3 (seperti tertera pada
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>).
Hitung hasil rata-rata dari tiga kali pengukuran pada tiap
lembar.
ELEKTROFORESIS KERTAS
Isi bak bejana dengan larutan elektrolit seperti tertera
pada monografi.
Totolkan secara terpisah pada titik sepanjang garis
penotolan (lebih kurang 13 cm dari salah satu ujung
Kertas elektroforesis), 1 cm dari tepi kertas dan dengan
jarak penotolan tidak kurang dari 2,5 cm beberapa
volume larutan yang dibuat seperti tertera pada
monografi .
Biarkan bercak kering dan lalu tempatkan ujung
kertas yang dekat dengan garis penotolan dalam
kompartemen yang sesuai dari bak anode dan ujung lain
dalam kompartemen yang sesuai dari bak katode. Basahi
kertas memakai larutan elektrolit dengan cara yang
sesuai (misalnya pakailah sikat, mulai dari ujung sampai
tempat garis penotolan). Lembaran tempat contoh
ditotolkan tidak boleh dibasahi. Tutup bejana, biarkan
larutan elektrolit berfungsi melintasi garis penotolan,
jika perlu tutup alat sampai terhindar dari cahaya,
hubungkan kabel pada sumber tenaga dan hidupkan arus.
Atur tegangan sampai lebih kurang 20 volt per cm kertas
antara bak dan lakukan elektroforesis selama waktu yang
ditetapkan atau sampai zat pemberi tanda telah
menempuh jarak yang ditetapkan, jika perlu di tempat
gelap, dengan aliran udara dan amati di bawah lampu
ultra violet (254 nm).
ELEKTROFORESIS GEL POLIAKRILAMIDA
Gel dapat dibuat dalam tabung (gel batang), satu
larutan dipakai untuk tiap batang, atau dapat dibuat
antara lempeng kaca (gel lempeng), beberapa larutan
dipakai untuk tiap lempeng.
Metoda I Buat Campuran gel A pada suhu ruang segera
sebelum dipakai . Tuangkan ke dalam tabung kaca
bersih 7,5 cm x 0,5 cm yang tertutup bagian dasarnya,
sampai jarak sama (lebih kurang 1 cm) dari masing-
masing ujung atas. Pada bagian dasar tidak boleh ada
gelembung udara yang terperangkap. Tutup campuran
gel dalam tabung dengan lapisan air untuk
menghilangkan udara dan biarkan memadat.
Pembentukan gel biasanya memerlukan waktu lebih
kurang 30 menit dan sempurna jika terbentuk batas
tajam antara gel dan lapisan air. Hilangkan lapisan air. Isi
pencadang bawah dengan Dapar tris-glisin pH 8,3.
Pasang tabung, yang tutupnya telah dilepaskan, ke dalam
pemegang karet di dalam pencadang atas dan turunkan
ke posisi sedemikian sampai bagian dasar tabung
terendam dalam larutan dapar dalam pencandang bawah.
Totolkan larutan, yang dibuat seperti tertera pada
monografi dan diencerkan dengan volume sama larutan
jenuh sukrosa P, satu larutan pada bagian atas dari
masing-masing gel. Tuangkan dengan hati-hati Dapar
trisglisin pH 8,3 pada bagian atas larutan sampai seluruh
tabung terisi penuh, lalu tambahkan lagi larutan
dapar yang sama pada pencadang atas. Tambahkan
0,2 ml larutan biru bromofenol P. Hubungkan elektrode
pada sumber tenaga dan lakukan elektroforesis pada arus
tetap 1 mA per tabung selama 30 menit, lalu
naikkan menjadi 3 mA per tabung. Matikan arus jika pita
biru bromofenol telah bergerak melalui gel hampir
mendekati pencadang bawah. Angkat masing-masing
tabung dari alat dan keluarkan gel dengan
melepaskannya di bawah air dengan kawat baja tahan
karat halus atau dengan menyuntikkan air antara gel dan
dinding tabung dengan alat suntik yang dilengkapi jarum
halus dan keluarkan dari tabung dengan ujung pipet.
procedure pewarnaan Rendam gel dalam hitam
naftalena LP dalam tabung uji selama 1 jam, pindahkan
ke dalam wadah plastik yang tertutup dengan dinding
berlubang dan aduk dalam asam asetat 1 M selama
1 malam untuk menghilangkan kelebihan zat warna. Gel
dapat disimpan dalam asam asetat 1 M. Evaluasi gel
seperti yang tertera dalam monografi.
Metode II
Lakukan seperti Metode I dengan modifikasi sebagai
berikut: pakailah Campuran gel B sebagai ganti
Campuran gel A. Tempatkan larutan yang dibuat seperti
tertera pada monografi, satu larutan pada bagian atas dari
masing-masing gel.
procedure pewarnaan Rendam gel dalam larutan asam
trikloroasetat P 12,5%. Selama tidak kurang dari 1 jam.
Untuk tiap 10 ml larutan asam yang dipakai
tambahkan 0,5 ml larutan biru asam 90 P 0,25% dan
biarkan selama 1 malam. Masukkan larutan pewarna dan
cuci gel dengan tidak kurang dari satu kali penggantian
- 1514 -
asam asetat 1 M. sesudah dipindahkan dari pencucian
simpan gel dalam asam asetat 1 M. Evaluasi seperti
tertera pada monografi.
Pereaksi
Agarose FE pakailah kualitas untuk elektroforesis.
Larutan elektrolit I Campur 50 ml asam asetat glasial
P dan 800 ml air, atur pH sampai 3,0 dengan litium
hidroksida P dan encerkan dengan air sampai 1000 ml.
Larutan elektrolit II Larutkan 1,015 g kalium fosfat
dibasa P dan 340 mg kalium fosfat monobasa P dengan
air sampai 1000 ml.
Kertas elektroforesis Kertas saring yang sesuai
(Whatman 3 MM atau kualitas yang sama) yang telah
dicuci secara kromatografi selama 16 jam dengan
campuran aseton P dan air (2:1). sesudah pengeringan,
potong kertas menjadi lembaran dengan ukuran yang
sesuai.
Campuran gel A Campur air, Larutan A, Larutan B
dan larutan amonium persulfat P 0,14% (1:1:2:4). Buat
gel segera sebelum dipakai .
Campuran gel B Campur 1 bagian volume larutan A,
2 bagian volume larutan B, urea P secukupnya sampai
kadar 8 M (11,5 g untuk volume akhir 24 ml) dan air
secukupnya sampai volume total 7 bagian volume. Jika
perlu hangatkan sampai suhu tidak lebih dari 40° sampai
urea larut. Larutan diawaudarakan dan tambahkan
1 bagian volume larutan amonium persulfat P 0,56%.
Buat gel segera sebelum dipakai .
Inokulum organisme uji A Biakkan Bacillus subtilis
(NCTC 8236) pada suhu 37° - 39° selama 7 hari pada
permukaan Media A yang mangan(II) sulfat P 0,001%.
pakailah air steril, cuci pertumbuhan, yang sebagian
besar terdiri dari spora, dan encerkan sampai diperoleh
suspensi yang sesuai; derajat pengenceran harus
ditetapkan berdasarkan percobaan. Suspensi yang sesuai
biasanya mengandung antara 107 - 108 spora per ml.
Suspensi dapat disimpan untuk waktu yang lama pada
suhu tidak lebih dari 4°.
Inokulum organisme uji B Buat seperti pada Inokulum
organisme uji A, namun memakai Media B sebagai
ganti Media A.
Media A
Pepton P 6 g
Digesti pankreatik kasein P 4 g
Ekstrak daging sapi P 1,5 g
Ekstrak ragi P 3 g
D-glukosa monohidrat 1 g
Agar P 15 g
Air secukupnya sampai 1000 ml
Sterilkan dengan pemanasan dalam otoklaf. Segera
sebelum dipakai atur pH sampai 6,5 dengan
penambahan asam klorida 0,1 N.
Media A cair Buat seperti tertera pada Media A
memakai bahan yang sama tanpa memakai
agar P.
Media B
Pepton P 3,0 g
Digesti pankreatik kasien P 2,0 g
Ekstrak daging sapi P 750 mg
Ekstrak ragi P 1,5 g
Agar P 10,0 g
Air secukupnya sampai 1000 ml
Sterilkan dengan pemanasan dalam otoklaf. Segera
sebelum dipakai atur pH sampai 6,5 dengan
penambahan asam klorida 0,1 N.
Media B cair Buat seperti tertera pada Media B
memakai isi yang sama tanpa memakai agar P.
Media C
Agarosse FE 10 g
Pati terhidrolisa 10 g
Larutan elektrolit II secukupnya sampai 1000 ml.
Tambahkan agarose FE dan pati terhidrolisa pada
larutan elektrolit dan panaskan dalam uap jenuh pada
suhu 121° sampai larut. Pertahankan gel yang dilelehkan
pada suhu 50° sampai saat dipakai .
Dapar yang dipakai untuk penotolan
Tris (hidroksimetil) metilamina P 1,5 g
Asam klorida 1 N 12 ml
Urea P 96,0 g
Air secukupnya sampai 200 ml
Larutan A
Tris (hidroksimetil) metilamina P 36,6 g
N,N,N’
,N’-Tetrametiletilendiamina P 0,23 ml
Asam klorida 1 N 48,0 ml
Air secukupnya sampai 100 ml
Larutan B
Akrilamida P 30,0 g
N,N’- metilenbisakrilamida P 735 mg
Air secukupnya sampai 100 ml
ESTIMASI DISTRIBUSI UKURAN PARTIKEL
DENGAN PENGAYAK ANALITIK <835>
Pengayakan yaitu salah satu metode paling
konvensional untuk mengelompokkan serbuk dan granul
berdasarkan distribusi ukuran partikel. Pengayak dari
kain tenun akan memisahkan partikel berdasarkan
ukuran dimensi menengah (contohnya luas atau lebar).
Pengayakan secara mekanis yaitu metode yang paling
sesuai untuk sebagian besar partikel yang berukuran
lebih besar dari 75 μm. Untuk ukuran partikel yang lebih
kecil, bobot yang ringan tidak memiliki gaya yang cukup
untuk melawan gaya permukaan kohesi dan adhesi yang
menyebabkan partikel saling melekat satu sama lain dan
melekat pada pengayak selama pengayakan, yang
menyebabkan partikel tertahan tidak melewati pengayak.
Untuk beberapa zat, cara agitasi seperti pengayakan
- 1515 -
udara-jet atau pengayakan sonik merupakan cara yang
lebih sesuai. Meskipun demikian, pengayakan terkadang
dapat dipakai untuk beberapa ukuran partikel yang
lebih kecil dari 75 μm ketika metode ini bisa divalidasi.
Dalam sediaan farmasi, pengayakan biasanya dipilih
untuk mengelompokkan tingkat kekasaran dari serbuk
dan granul. Metode ini sering dipilih untuk
mengelompokkan serbuk dan granul berdasarkan pada
ukuran partikel, dan pada biasanya penetapan dilakukan
dalam keadaan kering.
Keterbatasan metode pengayakan diantaranya yaitu
membutuhkan zat uji bentuk serbuk atau granul dalam
jumlah yang cukup besar (biasanya tidak kurang dari
25 g, tergantung pada densitas serbuk atau granul dan
diameter ayakan) dan kesulitan dalam pengayakan
serbuk atau granul yang berminyak atau gaya kohesi
lain, yang cenderung menyebabkan pengayak tersumbat.
Metode ini pada dasarnya merupakan perhitungan dua
dimensi ukuran sebab seringkali yang melewati celah
ayakan tergantung dari lebar dan ketebalan dibandingkan
dengan panjang.
Metode ini dimaksudkan untuk memperkirakan
distribusi ukuran partikel total dari zat tunggal. Metode
ini tidak dimaksudkan untuk menentukan proporsi
partikel yang melewati atau tertahan dalam satu atau dua
pengayak.
Perkiraan distribusi ukuran patikel tertera dalam
Metode Pengayakan Kering, kecuali dinyatakan lain
dalam masing-masing monografi. Jika ada kesulitan
dalam melakukan pengayakan (contoh, zat yang tidak
mudah melalui pengayak) atau jika perlu memakai
pengayak yang lebih halus pada akhir pengayakan (di
bawah 75 μm), dapat dipertimbangkan pemakaian
metode lain untuk pemisahan partikel.
Pengayakan harus dilakukan pada kondisi yang tidak
menyebabkan kelembaban zat uji meningkat atau
berkurang. Kelembaban relatif ruangan selama
pengayakan dilakukan harus dikendalikan untuk
mencegah terjadinya peningkatan atau penurunan
kelembaban yang disebabkan oleh zat uji. Uji
pengayakan secara analitik biasanya dilakukan pada
kelembaban ruang. Kondisi khusus yang dipakai oleh zat
tertentu harus dijelaskan dalam masing-masing
monografi.
Prinsip Pengayakan Analitik Pengayak analitik dibuat
dari tenunan kawat, yang ditenun secara sederhana yang
diasumsikan bentuknya seperti jaring persegi dan
dilekatkan pada dasar wadah silinder yang terbuka.
Dasar dari metode pengayakan yaitu menyusun
pengayak berdasarkan derajat kekasaran yang
meningkat, lalu zat uji ditempatkan pada pengayak
paling atas.
Sarang pengayak dipakai untuk standarisasi
periode agitasi, lalu bobot zat yang tertahan pada
setiap pengayak ditimbang saksama. Hasil uji
menampilkan persentase bobot serbuk dalam setiap
rentang ukuran pengayak.
Proses pengayakan untuk memperkirakan distribusi
ukuran patikel pada serbuk sediaan farmasi tunggal
biasanya dipakai untuk memperoleh partikel yang
sedikitnya 80% memiliki ukuran lebih besar dari
75 μm. Parameter ukuran yang berperan dalam
menentukan distribusi ukuran partikel dengan
pengayakan secara analitik yaitu panjang sisi terkecil
dari lubang persegi pengayak yang dilewati partikel.
Uji Pengayak
Uji pengayak untuk uji farmasi sesuai dengan edisi
terbaru International Organization of Standardization
Spesification ISO 3310-1 : Uji Pengayak–Persyaratan
Teknis dan Pengujian (lihat Tabel 1). Kecuali dinyatakan
lain dalam masing-masing monografi, pakailah
pengayak ISO seperti tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Ukuran dari seri pengayak standar untuk berbagai keperluan
Nominal Pengayak berdasarkan ISO Nomor
Pengayak US
Nomor Pengayak yang
Direkomendasikan USP
(mikron)
Nomor
Pengayak
Eropa
Nomor
Pengayak
Jepang
Ukuran Utama Ukuran tambahan
R 20/3 R 20 R 40/3
11,20 mm 11,20 mm 11,20 mm
10,00 mm
9,50 mm
9,00 mm
8,00 mm 8,00 mm 8,00 mm
7,10 mm
6,70 mm
6,30 mm
5,60 mm 5,60 mm 5,60 mm 5600 3,5
5,00 mm
4,75 mm 4
4,50 mm
4,00 mm 4,00 mm 4,00 mm 5 4000 4000 4,7
3,55 mm
3,35 mm 6 5,5
3,15 mm
2,80 mm 2,80 mm 2,80 mm 7 2800 2800 6,5
2,50 mm
- 1516 -
2,36 mm 8 7,5
2,24 mm
2,00 mm 2,00 mm 2,00 mm 10 2000 2000 8,6
1,80 mm
1,70 mm 12 10
1,60 mm
1,40 mm 1,40 mm 1,40 mm 14 1400 1400 12
1,25 mm
1,18 mm 16 14
1,12 mm
1,00 mm 1,00 mm 1,00 mm 18 1000 1000 16
900 μm
850 μm 20 18
800 μm
710 μm 710 μm 710 μm 25 710 710 22
630 μm
600 μm 30 26
560 μm
500 μm 500 μm 500 μm 35 500 500 30
450 μm
425 μm 40 36
355 μm 400 μm
355 μm 355 μm 45 355 355 42
315 μm
300 μm 50 50
280 μm
250 μm 250 μm 250 μm 60 250 250 60
224 μm
212 μm 70 70
200 μm
180 μm 180 μm 180 μm 80 180 180 83
160 μm
150 μm 100 100
140 μm
125 μm 125 μm 125 μm 120 125 125 119
112 μm
106 μm 140 140
100 μm
90 μm 90 μm 90 μm 170 90 90 166
80 μm
75 μm 200 200
71 μm
63 μm 63 μm 63 μm 230 63 63 235
56 μm
53 μm 270 282
50 μm
45 μm 45 μm 45 μm 325 45 45 330
40 μm
38 μm 38 391
Pemilihan pengayak harus mencakup seluruh rentang
ukuran partikel zat uji. Susunan pengayak disarankan
memiliki peningkatan bukaan lubang pengayak
sebesar 2 . Susun ayakan dengan bukaan terbesar di
bagian paling atas dan pengayak dengan bukaan terkecil
di bagian paling bawah. pakailah satuan mikrometer atau
milimeter dalam menampilkan bukaan pengayak.
[Catatan Jumlah mesh dalam tabel hanya untuk tujuan
konversi.] Pengayak terbuat dari baja tahan karat,
sedangkan kuningan, atau kawat non-reaktif lainnya
kurang disukai.
Kalibrasi dan kalibrasi ulang pengayak sesuai dengan
edisi terbaru dari ISO 3310-1. Sebelum dipakai ,
perhatikan pengayak secara saksama dari penyimpangan
atau kerusakan, terutama pada sambungan bingkai kasa.
Kalibrasi pengayak secara optik untuk mengestimasi rata-
rata ukuran awal, dan variabilitas awal dari mesh ayakan.
pakailah Bola Kaca Standar untuk evaluasi efektivitas
bukaan pengayak pada rentang ukuran 212 - 850 μm.
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi,
lakukan analisa pengayakan dalam suhu ruang terkendali
dan kelembaban relatif sekitar.
Pembersihan Pengayak Pada biasanya , pengayak
harus dibersihkan hanya memakai udara jet atau
dengan mengalirkan cairan. Jika beberapa lubang tetap
tersumbat oleh partikel, sebagai upaya terakhir sikat hati-
hati.
- 1517 -
Sampel uji Jika bobot contoh tidak dinyatakan dalam
monografi, pakailah bobot antara 25 dan 100 g,
tergantung pada kerapatan ruahan contoh dan pakailah
pengayak dengan diameter 200 mm. Untuk pengayak
dengan diameter 76 mm, jumlah contoh yang dapat
ditampung sekitar 1/7 dari yang dapat ditampung
pengayak dengan diameter 200 mm. Tentukan bobot
contoh yang paling tepat dari hasil uji pengayakan
dengan menimbang saksama dari bobot yang berbeda,
seperti 25, 50, dan 100 g, untuk periode waktu yang sama
pada pengocok mekanik. [Catatan Jika hasil uji serupa
pada contoh dengan bobot 25 g dan 50 g, namun contoh
dengan bobot 100 g menampilkan persentase yang lebih
rendah melalui pengayak halus, maka ukuran contoh
dengan bobot 100 g terlalu banyak.] Jika hanya contoh
dengan bobot 10 - 25 g yang tersedia, pengayak dengan
diameter lebih kecil dengan spesifikasi mesh yang sama
bisa dipakai , namun titik akhirnya harus ditentukan
ulang. pemakaian zat uji yang memiliki massa lebih
kecil (contoh, kurang dari 5 g) mungkin diperlukan.
Untuk zat dengan kerapatan partikel tampak yang rendah,
atau untuk zat yang sebagian besar terdiri dari partikel
dengan bentuk sangat isodiametrikal, diperlukan bobot
contoh di bawah 5 g dengan kasa 200 mm untuk
menghindari penahanan berlebih pada pengayak. Selama
validasi metode analisa pengayak, diharapkan bahwa
masalah penyumbatan pada pengayak ini dapat terlihat.
Jika kadar air contoh cenderung bertambah atau
berkurang secara menonjol sebab kelembaban yang
berubah-ubah, maka uji harus dilakukan dalam ruangan
yang dikendalikan dengan tepat. Demikian pula jika
contoh diketahui menghasilkan muatan elektrostatik,
perlu dipastikan bahwa muatan ini tidak
mempengaruhi analisa . Untuk meminimalkan efek statis
dapat ditambahkan bahan antistatik, seperti silikon
dioksida koloidal dan atau aluminium oksida sebanyak
0,5% (b/b). Jika kedua pengaruh ini di atas tidak
dapat diatasi, maka harus dipilih teknik lain untuk
pengukuran partikel.
Metode agitasi Beberapa pengayak yang berbeda dan
perangkat agitasi serbuk tersedia secara komersial yang
semuanya dapat dipakai untuk melakukan analisa
pengayakan. Namun, perbedaan metode agitasi dapat
memberi hasil analisa pengayakan dan penentuan
titik akhir yang berbeda sebab perbedaan jenis dan
besarnya gaya yang bekerja pada masing-masing partikel
yang diuji. Tersedia metode yang memakai agitasi
mekanik atau agitasi elektromagnetik, dan yang dapat
menginduksi baik mengayun vertikal atau gerakan
berputar horizontal, atau ketukkan atau kombinasi
ketukkan dengan gerak berputar horizontal. Memasukkan
partikel ke dalam aliran udara juga dapat dipakai . Pada
hasil harus dinyatakan pemakaian metode agitasi dan
parameter agitasi yang dipakai (jika bervariasi), sebab
perubahan dalam kondisi agitasi akan memberi hasil
yang berbeda untuk analisa pengayakan dan penentuan
titik akhir dan dapat menimbulkan kegagalan dalam
kondisi tertentu.
Penentuan Titik Akhir analisa uji pengayakan
lengkap jika bobot pada setiap pengayak tidak
berubah lebih dari 5% atau 0,1 g (10% dalam masalah
ayakan 76 mm) dari berat sebelumnya pada pengayak.
Jika hasil pengayakan kurang dari 5% dari berat total
contoh, titik akhir untuk pengayak meningkat dengan
perubahan bobot tidak lebih dari 20% dari berat
sebelumnya pada pengayak ini .
Jika lebih dari 50% dari berat total contoh ditemukan
pada satu pengayak, kecuali dinyatakan lain dalam
monografi, pengujian harus diulang, namun dengan
penambahan pengayak yang lebih kasar di atas pengayak
yang menampung berat lebih dari 50% pada susunan
pengayak.
Metode Pengayakan
Agitasi Mekanik
Metode Pengayakan Kering Timbang saksama masing-
masing pengayak dan panci pengumpul dengan ketelitian
0,1 g. Timbang saksama beberapa contoh masukkan ke
dalam pengayak yang paling atas (yang paling kasar) dan
pasang penutup. Agitasi susunan pengayak selama
5 menit. lalu dengan hati-hati angkat setiap
pengayak dari susunannya tanpa ada contoh yang hilang.
Timbang ulang setiap pengayak dan tentukan bobot
sampel dalam setiap pengayak. Dengan cara yang sama,
tentukan bobot contoh dalam panci pengumpul. Pasang
kembali susunan pengayak, dan agitasi selama 5 menit.
Angkat dan timbang setiap pengayak seperti cara yang
tertera sebelumnya. Ulangi langkah ini sampai
kriteria titik akhir tercapai (lihat Penentuan Titik akhir
dalam Uji Pengayakan). sesudah analisa selesai,
jumlahkan seluruh bobot contoh. Jumlah susut bobot
tidak lebih dari 5% bobot awal.
Ulangi analisa dengan contoh baru, namun dengan satu
kali pengayakan dengan waktu yang setara dengan
gabungan waktu pengayakan di atas. Tetapkan bahwa
pengayakan memenuhi syarat untuk penentuan titik akhir,
jika titik akhir ini telah divalidasi untuk contoh tertentu,
maka pengayakan dengan satu waktu dapat dipakai
untuk analisa selanjutnya dengan distribusi ukuran
partikel berada dalam variasi normal.
Jika ada partikel yang tertahan pada setiap pengayak
merupakan agregat bukan berupa partikel tunggal,
pemakaian pengayakan kering secara mekanik tidak
mungkin memberi reprodusibilitas yang baik dan
harus memakai metode analisa untuk ukuran
partikel yang lain.
Metode Entrainment Udara
Pengayakan Sifter Sonik dan Udara Jet Berbagai jenis
peralatan komersial yang memakai aliran udara saat
ini tersedia untuk pengayakan. Sistem yang memakai
pengayakan tunggal pada suatu waktu disebut sebagai
pengayakan udara jet. Sistem ini memakai metode
pengayakan umum yang sama seperti yang dijelaskan
dalam Metode Pengayakan Kering, namun dengan udara
jet terstandar sebagai pengganti mekanisme agitasi
normal. Ini membutuhkan rangkaian analisa pengayak
tunggal dimulai dari pengayak yang paling halus untuk
- 1518 -
memperoleh distribusi ukuran partikel. Pengayakan udara
jet sering memakai pengayak yang lebih halus
dibanding dengan pengayakan kering biasa. Teknik ini
lebih sesuai untuk fraksi yang terlalu besar atau terlalu
kecil.
Dalam metode pengayakan sonik, pakailah susunan
pengayak dan lakukan uji contoh dalam kolom yang
berayun secara vertikal di udara mengangkat contoh dan
lalu kembali ke lubang pengayak dengan beberapa
getaran per menit. Jika memakai pengayak sonik,
dapat mengurangi jumlah contoh sampai 5 g.
Metode pengayakan udara jet dan pengayakan sonik ini
berguna untuk serbuk atau granul ketika teknik
pengayakan mekanik tidak mampu memberi hasil
yang memuaskan.
Metode ini sangat tergantung pada dispersi serbuk
yang sempurna dalam aliran udara. Persyaratan ini sulit
dicapai jika metode yang dipakai di bawah batas
rentang pengayakan (yaitu, di bawah 75 μm), jika partikel
cenderung lebih kohesif, terutama dengan adanya
kecenderungan dari zat ini menghasilkan muatan
elektrostatik. Untuk keadaan di atas penetapan titik akhir
sangat kritis dan sangat penting untuk memastikan bahwa
contoh yang lebih besar terdiri dari partikel tunggal dan
bukan berupa agregat.
Interpretasi Data mentah harus meliputi bobot contoh,
total waktu pengayakan, metode pengayakan yang tepat,
pengaturan nilai untuk setiap variabel parameter, serta
bobot contoh yang tertahan pada setiap pengayak dan
dalam panci pengumpul. Data mentah dapat dengan
mudah diubah menjadi distribusi bobot kumulatif. Jika
ingin menyatakan distribusi bobot rendah kumulatif,
rentang pengayak yang dipakai harus mencakup
pengayak yang dapat dilalui oleh semua contoh. Jika
selama proses pengayakan terbentuk agregat dari contoh
yang tertinggal dalam pengayak, analisa ini tidak
valid.
IDENTIFIKASI SERAT <841>
Ruangan Terkondisi
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing
monografi, kondisi ruangan untuk pengujian yaitu pada
suhu 18° - 22° dengan kelembaban relatif 60% - 70%.
Penyiapan Sediaan
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing
monografi sediaan yang akan diuji bobot, jumlah benang
per satuan luas, beban regang minimum dan daya serap,
sebelum diuji harus dilepaskan dari gulungan, didiamkan
selama tidak kurang dari 24 jam dalam ruang terkondisi
seperti tertera di atas dan diuji pada kondisi yang sama.
Identifikasi Serat
KATUN
A. Jika diamati di bawah mikroskop, tiap serat terdiri
dari sel tunggal, dengan panjang sampai lebih kurang
4 cm dan lebar sampai lebih kurang 40 μm, berbentuk
pipa pipih dengan dinding tebal dan bulat dan sering
membelit.
B. Dengan zink klorida LP teriodinasi, serat menjadi
ungu.
C. Serat larut dalam asam sulfat P 66%. Mengembang
secara merata kecuali isi lumen, larut dalam tembaga(II)
oksida amonia LP. Tidak larut dalam natrium hidroksida
1,25 N.
D. Pada 600 mg zat tambahkan 10 ml zink klorida LP,
panaskan sampai suhu 40° dan diamkan selama 2,5 jam,
kocok sekali-sekali: serat tidak melarut.
VISKOSA
Bila pada pengujian identifikasi serat dipakai istilah
viskosa yang dimaksudkan yaitu viskosa mengkilat atau
viskosa tidak mengkilat.
Viskosa mengkilat
A. Jika dalam keadaan kering diamati di bawah
mikroskop, serat terlihat terdiri dari lebar yang seragam
dan garis-garis membujur paralel yang tersebar tidak
sama di daerah lebar. Pada ujung potongan gumpalan
bentuknya agak lurus. Pada potongan melintang, terlihat
bentuk seperti lingkaran atau elips dengan diameter lebih
kurang 10 - 20 μm: permukaan serat kelihatan tidak rata.
B. Jika dilihat di bawah mikroskop, dalam kloralhidrat
LP dan dalam laktofenol P serat terlihat jelas, dalam
kresol P hampir tidak terlihat dan jika diamati antara
polaritas silang dalam posisi ortogonal juga tidak terlihat.
C. Dengan zink klorida LP, serat menjadi ungu.
D. Larutkan residu yang diperoleh dari sisa pemijaran
dalam 5 ml asam sulfat P, dengan sedikit pemanasan,
biarkan dingin dan tambahkan hati-hati 0,2 ml larutan
hidrogen peroksida P 3,0%: tidak terjadi warna kuning
jingga.
E. Rendam dalam iodum LP beberapa menit, buang
kelebihan pereaksi dengan memakai kertas saring
dan tambahkan 0,05 - 0,1 ml asam sulfat P 66%: serat
berwarna biru.
F. Tambahkan larutan floroglusinol P 0,1% dalam
etanol P 90%, lalu tambahkan asam klorida P:
serat tidak berwarna merah.
G. Serat larut dalam asam sulfat P 66%. Mengembang
dan larut dalam tembaga(II) oksida amonia LP. Tidak
larut dalam asam format P dan hampir tidak larut dalam
natrium hidroksida 1,25 N.
H. Pada 100 mg serat tambahkan 10 ml zink klorida
LP, panaskan pada suhu 40° dan biarkan selama 2,5 jam
sambil sekali-sekali dikocok: serat larut sempurna.
Viskosa tidak mengkilat
Lakukan seperti tertera pada identifikasi Viskosa
mengkilat dengan modifikasi A dan B. Bila dilihat di
bawah mikroskop, serat terdiri dari partikel berbentuk
granul dengan diameter rata-rata 0,25 – 1 μm.
- 1519 -
A. Dengan penambahan hidrogen peroksida LP: terjadi
warna kuning jingga.
B. Partikel berbentuk granul tidak larut.
INDEKS PENGEMBANGAN <851>
Indeks pengembangan yaitu volume dalam ml yang
ditempati oleh 1 g obat, termasuk musilago yang
menempel, sesudah mengembang di dalam cairan yang
mengandung air selama 4 jam.
Masukkan 1 g obat, seutuhnya atau zat dengan derajat
kehalusan seperti tertera dalam masing-masing
monografi, ke dalam gelas ukur bersumbat kaca asah
25 ml berskala, tinggi 120 - 130 mm dengan pembagian
skala 0,5 ml. Kecuali dinyatakan lain, basahi obat dengan
1,0 ml etanol P (96%), tambahkan 25 ml air dan tutup
gelas ukur. Kocok kuat-kuat setiap 10 menit selama 1 jam
dan diamkan selama 3 jam. Satu setengah jam sesudah
pengujian dimulai, hilangkan sebanyak mungkin volume
cairan yang tertinggal dalam lapisan obat dan setiap
partikel obat yang mengapung pada permukaan cairan
dengan cara memutar gelas ukur mengelilingi sumbu
tegak. Ukur volume yang ditempati obat, termasuk
musilago yang menempel. Lakukan tiga kali pengujian
penetapan pada waktu yang sama. Hitung indeks
pengembangan dari rata-rata tiga kali pengujian ini .
ISI MINIMUM <861>
Pengujian dan spesifikasi berikut dipakai untuk
sediaan krim, gel, jeli, salep, pasta, serbuk dan aerosol
termasuk semprot topikal bertekanan dan tak bertekanan
serta inhalasi dosis terukur yang dikemas dalam wadah
dengan etiket yang mencantumkan bobot bersih tidak
lebih dari 150 g atau 150 ml.
procedure untuk sediaan bukan aerosol Untuk wadah
yang diberi etiket bobot, ambil 10 wadah, hilangkan
semua etiket yang dapat mempengaruhi bobot pada waktu
isi wadah dikeluarkan. Bersihkan dan keringkan dengan
sempurna bagian luar wadah dengan cara yang sesuai dan
timbang satu per satu. Keluarkan isi secara kuantitatif
dari masing-masing wadah, potong ujung wadah, jika
perlu cuci dengan pelarut yang sesuai, hati-hati agar tutup
dan bagian lain wadah tidak terpisah. Keringkan dan
timbang kembali masing-masing wadah kosong beserta
bagian-bagiannya. Perbedaan antara kedua penimbangan
yaitu bobot bersih isi wadah. Untuk wadah yang diberi
etiket volume, tuangkan isi dari 10 wadah ke dalam
10 gelas ukur yang sesuai. Catat volume dari masing-
masing isi wadah. Volume bersih rata-rata isi dari 10
wadah tidak kurang dari volume yang tertera pada etiket
dan volume bersih dari masing-masing wadah tidak
kurang dari 90% dari jumlah seperti tertera pada etiket
jika pada etiket tertera 60 g atau 60 ml atau kurang.
Untuk etiket dengan bobot tertera lebih dari 60 g atau 60
ml, namun tidak lebih dari 150 g atau 150 ml, volume
bersih dari masing-masing wadah tidak kurang dari 95%
dari jumlah yang tertera pada etiket. Jika persyaratan ini
tidak dipenuhi, tetapkan isi bersih dari 20 wadah
tambahan. Rata-rata isi dari 30 wadah tidak kurang dari
jumlah yang tertera pada etiket dan hanya satu wadah dari
30 wadah yang isinya kurang dari 90 % dari jumlah yang
tertera pada etiket untuk bobot 60 g atau 60 ml atau
kurang atau tidak kurang dari 95% dari jumlah yang
tertera pada etiket untuk bobot lebih dari 60 g atau 60 ml
namun tidak lebih dari 150 g atau 150 ml.
procedure untuk aerosol Ambil 10 wadah,