hilangkan
semua etiket yang dapat mempengaruhi bobot, pada
waktu isi wadah dikeluarkan. Bersihkan dan keringkan
dengan sempurna bagian luar wadah dengan cara yang
sesuai, dan timbang satu persatu. Keluarkan isi tiap wada
memakai cara yang aman, misalnya dengan
pendinginan untuk mengurangi tekanan dalam wadah,
buka katup dan tuang. Keluarkan isi yang tertinggal
dengan pelarut yang sesuai, lalu bilas dengan
beberapa kecil metanol P. Panaskan wadah, katup, dan
bagian lain wadah pada suhu 100º selama 5 menit.
Dinginkan dan timbang kembali tiap wadah beserta
bagiannya. Perbedaan antara penimbangan pertama dan
penimbangan wadah kosong yaitu bobot bersih isi
wadah. Persyaratan dipenuhi jika bobot bersih isi masing-
masing 10 wadah yang diuji tidak kurang dari jumlah
yang tertera pada etiket.
JUMLAH BENANG PER SATUAN PANJANG <871>
Pembalut Tidak Meregang
Metode I
Tetapkan jumlah benang per 10 cm atau jika tidak
memungkinkan lakukan pada jarak terpanjang sediaan
yang diuji. Jika ukuran atau jumlah unit yang tersedia
memungkinkan, ulangi pengujian pada tidak kurang dari
4 posisi lainnya yang dipilih dan mewakili sediaan yang
diuji. Kecuali dinyatakan lain pada monografi, hitung
jumlah rata-rata benang per 10 cm.
Metode II
Tetapkan jumlah benang per 2,5 cm dengan alat yang
sesuai. Jika ukuran atau jumlah unit yang tersedia
memungkinkan, ulangi pengujian pada tidak kurang dari
4 posisi lainnya yang dipilih dan mewakili sediaan yang
diuji. Kecuali dinyatakan lain pada monografi, hitung
jumlah rata-rata benang per 10 cm.
Metode III
Tetapkan jumlah seluruh benang arah memanjang
dalam bahan yang tidak meregang dan ukur lebar bahan
dihitung dari kedua sisi yang berlawanan. Jika jumlah
satuan yang tersedia memungkinkan, ulangi pengujian
memakai tidak kurang dari 4 satuan lain yang dipilih
dan mewakili sediaan yang diuji. Kecuali dinyatakan lain
- 1520 -
dalam monografi, hitung jumlah benang rata-rata per
10 cm.
Metode IV
Tetapkan jumlah benang arah memanjang dan arah
melebar pada 3 tempat dengan luas 10 cm x 10 cm.
Hitung jumlah benang rata-rata 10 cm arah memanjang
dan arah melebar.
Jika lebar bahan lebih kecil dari 10 cm, hitung jumlah
benang pada seluruh lebar dan hitung jumlah benang per
10 cm berdasarkan lebar yang tertera pada etiket. Jika
lebar sediaan lebih besar dari 10 cm, bagian benang yang
tidak tertenun dengan sempurna tidak dihitung.
Pembalut Meregang Sempurna
Tetapkan jumlah benang ke arah memanjang pada
bahan yang meregang sempurna dengan memberi
beban ke arah melebar 10 N per cm lebar (lebih kurang
1,07 kgf per cm lebar).
Tetapkan jumlah benang ke arah melebar pada saat
sediaan meregang sempurna dengan memberi beban
ke arah memanjang 10 N per cm lebar (lebih kurang
1,07 kgf tiap cm lebar). Hitung jumlah benang sepanjang
10 cm. Kecuali jika per cm ada 10 benang atau lebih,
lakukan penghitungan sepanjang 2,5 cm memakai
alat yang sesuai. Jika pengukuran bahan tidak mungkin
dilakukan pada jarak 10 cm, pakailah ukuran terbesar
yang dapat dilakukan. Jika ukuran atau jumlah satuan
yang tersedia memungkinkan ulangi pengujian tidak
kurang dari 4 posisi lainnya yang dipilih dan mewakili
sediaan yang diuji. Kecuali dinyatakan lain pada
monografi, hitung jumlah rata-rata benang per 10 cm.
KARBON ORGANIK TOTAL <875>
Karbon Organik Total (KOT) yaitu suatu pengukuran
tidak langsung molekul organik yang ada pada air untuk
farmasi yang diukur sebagai karbon. Molekul organik
masuk ke dalam air berasal dari sumber air, dari sistem
pemurnian dan distribusi bahan dan dari biofilm yang
tumbuh dalam sistem. KOT dapat dipakai sebagai
kendali proses untuk mengawasi kinerja unit operasi
dalam sistem pemurnian dan distribusi air. Pengukuran
KOT tidak dapat menggantikan uji endotoksin atau
mikrobiologi. Sementara itu, ada hubungan kualitatif
antara sumber makanan dan aktivitas mikrobiologi namun
tidak ada hubungan langsung secara kuantitatif.
Ada beberapa metode yang dapat dipakai untuk
menganalisa KOT. Bab ini tidak bermaksud
menganjurkan, membatasi atau mencegah pemakaian
teknologi, namun merupakan pedoman untuk menilai
teknologi ini melalui interpretasi hasil pengujian
peralatan yang dipakai sebagai uji batas.
Alat yang biasanya dipakai untuk penetapan KOT
dalam air untuk farmasi biasanya dipakai dengan
tujuan mengoksidasi molekul organik dalam air untuk
menghasilkan karbon dioksida diikuti dengan pengukuran
jumlah karbon dioksida yang terbentuk dalam air.
lalu jumlah karbon dioksida ini ditetapkan
sebagai kadar karbon organik total dalam air.
Semua teknologi harus dapat membedakan antara
karbon anorganik yang mungkin ada dalam air berasal
dari sumber seperti CO2 terlarut dan bikarbonat, dan CO2
yang dihasilkan dari oksidasi molekul organik dalam
contoh. Perbedaan dapat ditunjukkan baik dengan
menetapkan karbon anorganik dan mengurangkan dari
karbon total (karbon total merupakan jumlah karbon
organik dan karbon anorganik) atau dengan
menghilangkan karbon anorganik dari contoh sebelum
dioksidasi. Pada waktu menghilangkan karbon anorganik
kemungkinan sebagian kecil molekul karbon organik
dalam air untuk farmasi yang ikut terbuang dapat
diabaikan.
Persyaratan Peralatan Metode uji ini dilakukan baik
sebagai uji langsung atau tidak langsung di laboratorium
memakai alat terkalibrasi. Kesesuaian alat harus
ditunjukkan secara berkala seperti dijelaskan di bawah
ini. Sebagai tambahan, batas deteksi spesifik dari pabrik
pembuat harus 0,05 mg karbon per liter (0,05 bpj karbon)
atau dibawahnya.
Jika pengujian air untuk keperluan pengawasan mutu,
pastikan bahwa alat dan data berada di bawah
pengawasan yang memadai. Metode dan lokasi
pengambilan contoh untuk pengukuran langsung maupun
tidak langsung harus dapat menggambarkan kualitas air
yang dipakai . Produksi, distribusi dan pemakaian air
mempengaruhi pemilihan metode pengukuran secara
langsung atau tidak langsung.
Baku Pembanding 1,4-Benzokuinon BPFI; Sukrosa
BPFI.
Air pakailah air yang memiliki tingkat KOT tidak
lebih dari 0,1 mg per liter. [Catatan Persyaratan
konduktivitas mungkin diperlukan untuk memastikan
kehandalan metode.]
Wadah Kontaminasi bahan organik dari wadah dapat
menghasilkan nilai KOT yang tinggi. Oleh sebab itu,
pakailah alat gelas atau wadah contoh yang telah
dibersihkan secara sempurna dari residu organik. Metode
apapun yang secara efektif mampu menghilangkan bahan
organik dapat dipakai , seperti tertera pada Pencucian
Peralatan Kaca <1331>. pakailah Air untuk pembilasan
akhir.
Larutan Baku Kecuali dinyatakan lain dalam masing-
masing monografi, timbang saksama beberapa Sukrosa
BPFI, larutkan dalam Air, sampai kadar lebih kurang
1,19 mg per liter (0,50 mg karbon per liter).
Larutan Kesesuaian Sistem Timbang saksama
beberapa 1,4-Benzokuinon BPFI, larutkan dalam Air,
sampai kadar lebih kurang 0,75 mg per liter (0,50 mg
karbon per liter).
- 1521 -
Kendali untuk Air pakailah beberapa tertentu Air
yang sama dengan yang dipakai pada pembuatan
Larutan Baku dan Larutan Kesesuaian Sistem.
Larutan Uji pakailah contoh air yang diperoleh secara
langsung maupun tidak langsung yang sesuai dan dapat
mewakili kualitas air yang dipakai .
Larutan Kendali Lain Siapkan beberapa larutan
pereaksi blangko atau larutan spesifik lainnya yang
diperlukan untuk menetapkan garis dasar alat atau
penyesuaian kalibrasi dengan mengikuti instruksi dari
pabrik pembuat, dan lakukan pengukuran blangko untuk
mendapat nilai nol alat.
Kesesuaian Sistem Lakukan pengujian Kendali untuk
Air pada alat dan rekam respons, rw. Ulangi pengujian
memakai Larutan Baku dan rekam respons, rs.
Hitung respons Larutan Baku yang telah dikoreksi, yang
merupakan batas respons, dengan mengurangkan respons
Kendali untuk Air dari respons Larutan baku. Batas
teoritis 0,50 mg karbon per liter setara dengan respons
Larutan Baku terkoreksi, rs – rw. Uji Larutan Kesesuaian
Sistem dalam alat dan rekam respons, rss. Hitung respons
Larutan Kesesuaian Sistem terkoreksi dengan
mengurangkan respons Kendali untuk Air dengan respons
Larutan Kesesuaian Sistem, rss – rw. Hitung persentase
efisiensi respons Larutan Kesesuaian sistem dengan
rumus:
Sistem ini sesuai jika efisiensi respons tidak kurang dari
85% dan tidak lebih dari 115% respons teoritis.
procedure Lakukan uji pada Larutan Uji dan rekam
respons, rU. Larutan Uji memenuhi syarat jika rU tidak
lebih dari batas respons rS – rW. Metode ini dapat
dilakukan memakai alat langsung atau tidak
langsung yang memenuhi Persyaratan Peralatan.
KEJERNIHAN DAN WARNA LARUTAN <881>
A. Kejernihan Larutan
Metode Visual
Lakukan penetapan memakai tabung reaksi alas
datar dengan diameter dalam 15 - 25 mm, tidak berwarna,
transparan dan terbuat dari kaca netral. Bandingkan
larutan uji dengan larutan suspensi padanan yang dibuat
segar, setinggi 40 mm. Bandingkan kedua larutan di
bawah cahaya yang terdifusi 5 menit sesudah pembuatan
suspensi padanan dengan tegak lurus ke arah bawah
tabung memakai latar belakang berwarna hitam.
Difusi cahaya harus sedemikian rupa sesampai suspensi
padanan I dapat dibedakan dari air dan suspensi padanan
II dapat dibedakan dari suspensi padanan I. Larutan
dianggap jernih jika sama dengan air atau larutan yang
dipakai dalam pengujian dengan kondisi yang
dipersyaratkan, atau jika opalesen tidak lebih dari
suspensi padanan I.
Larutan hidrazin sulfat Larutkan dan encerkan 1,0 g
hidrazin sulfat P sampai 100 ml dengan air, biarkan
selama 4 - 6 jam.
Larutan heksametilentetramin. Larutkan 2,5 g
heksametilentetramin P dalam labu bersumbat kaca
100,0 ml dengan 25,0 ml air.
Suspensi opalesen primer (suspensi formazin)
Dalam wadah yang berisi Larutan heksametilen- tetramin
tambahkan 25,0 ml Larutan hidrazin sulfat. Aduk dan
biarkan selama 24 jam. Larutan stabil selama 2 bulan,
jika disimpan dalam wadah kaca bebas dari kerusakan
permukaan. Suspensi tidak boleh menempel di kaca dan
harus dikocok bila akan diperpakailah .
Baku opalesense Encerkan 15,0 ml Larutan opalesen
primer dengan air sampai 1000,0 ml. Larutan harus
dibuat baru dan dapat dipakai 24 jam sesudah
pembuatan.
Suspensi padanan Siapkan suspensi padanan seperti
Table 1. Kocok dan aduk sebelum dipakai .
Tabel 1
I II III IV
Baku opalesen
Air
5,0 ml
95,0 ml
10, ml
90,0 ml
30,0 ml
70,0 ml
50,0 ml
50,0 ml
Baku kekeruhan. Siapkan suspensi formazin dengan
mencampurkan Larutan hidrazin sulfat dengan Larutan
heksametilentetramin dalam jumlah yang sama dan
ditetapkan sebagai baku padanan primer 4000 NTU
(Nefelometri Turbidity Units). Larutan padanan I, II, II
dan IV masing-masing memiliki nilai 3 NTU, 6 NTU,
18 NTU dan 30 NTU. Penstabil suspensi formazin yang
dapat dipakai untuk menjaga kestabilan, baku
kekeruhan encer tersedia secara komersial dan dapat
diperpakailah sesudah dibandingkan dengan baku yang
dibuat seperti yang telah dijelaskan. Formazin memiliki
beberapa karakteristik yang diinginkan sebagai baku
kekeruhan yang baik. Jika ingin mendapatkan
pengulangan yang baik siapkan dari bahan baku uji.
Karakteristik fisika membuatnya menjadi baku kalibrasi.
Polimer formazin disusun dari rantai panjang yang
berbeda yang berlipat menjadi susunan acak. Hasil ini
berada dalam rentang uji yang lebar dari bentuk dan
ukuran partikel, yang secara analitik cocok dengan
kemungkinan ukuran dan bentuk partikel yang berbeda
ditemukan dalam contoh nyata. Oleh sebab
reprodusibilitas formazin, karakteristik hamburan dan
mampu telusur, maka algoritma kalibrasi instrumen dan
kriteria kinerja sebagian besar didasarkan pada baku ini.
( )
WS
WSS
rr
rr
100
- 1522 -
Metode Instrumental
Pendahuluan
Tingkat dari opalessense dapat diterangkan dengan
pengukuran memakai instrumental dari cahaya yang
diserap atau disebarkan pada jumlah kepadatan optik
submikroskopis yang tidak homogen dari larutan
opalesen dan suspensi. Dua bagian dari teknik ini
yaitu nefelometri dan turbidimetri. Untuk pengukuran
kekeruhan dari warna contoh, dapat dipakai pemilihan
rasio turbidimetri dan nefelometri. Efek dari
penghamburan cahaya dari partikel suspensi dapat diukur
dengan mengamati cahaya yang ditransmisikan
(turbidimetri) atau cahaya yang dihamburkan
(nefelometri). Perbandingan turbidimetri yaitu
kombinasi antara nefelometri dan turbidimetri.
Turbidimetri dan nefelometri berguna untuk pengukuran
dari sedikit suspensi opalesen. Pembuatan suspensi
padanan haruslah dengan kondisi yang baik. Untuk
pengukuran kuantitatif, perlu dipakai kurva kalibrasi,
hubungan antara karakteristik optik dari suspensi dan
kadar tahap yang terdispersi pada semi-empirik terbaik.
Penentuan opalesen dari warna larutan dilakukan
berdasarkan perbandingan turbidimeter atau nefelometer
dengan cara pemilihan perbandingan, sebab warna dapat
menimbulkan gangguan negatif, melemahkan kedua
kejadian, menghamburkan cahaya dan menurunkan nilai
kekeruhan. Efeknya begitu besar untuk contoh berwarna
dimana nephelometer konvensional tidak dapat
dipakai .
Pengukuran kejernihan dan opalesen dengan instrumen
memberi lebih banyak uji pengecualian yang tidak
akan muncul pada analisa secara visual. Hasil berupa
angka lebih banyak dipakai dalam pengamatan kualitas
dan proses pengawasan, terutama dalam stabilitas.
Sebagai contoh, sebelum data angka dalam stabilitas
diproyeksikan untuk penentuan apakah ukuran dari
perumusan atau kandungan aktif akan melampaui batas
shelf-life dari waktu kedaluarsa.
Nefelometri
Ketika larutan memberi gambaran pada sudut
kanan dari arah jatuhnya cahaya, sistem opalesen akan
menghadap ke arah bayangan dari partikel larutan (efek
Tyndall). Pastinya sebagian sorot cahaya masuk, sebagian
dari kekeruhan larutan dipancarkan, sebagian lainnya
diabsorsi dan sebagian dihamburkan oleh partikel
suspensi. Jika ukuran lebar cahaya dibuat 90 dari lebar
cahaya, maka cahaya yang dihamburkan oleh partikel
suspensi akan diperpakailah untuk menentukan kadar,
penyajian angka dan ukuran partikel berpengaruh
terhadap sisa tersebar. Suspensi padanan harus
mempertahankan tingkat kekeruhan yang tetap konstan,
contoh dan suspensi padanan harus disiapkan dengan
kondisi yang sama. Efek Tyndall tergantung pada jumlah
dan ukuran partikel. Pengukuran nefelometri lebih dapat
diandalkan pada jarak kekeruhan yang rendah, sebab
pada kondisi ini ada hubungan yang linear
antara nilai Nefelometric Turbity Unit (NTU) dengan
signal relatif detektor. Tingkat kekeruhan meningkat,
tidak semua partikel terpapar bersama cahaya dan radiasi
tersebar dari partikel lain menghalangi jalannya menuju
ke detektor. Nilai terbesar dari nefelometri, dimana
pengukuran dapat diandalkan dibuat pada batas 1750 -
2000 NTU. Linearitas ditunjukkan dengan membuat
kurva kalibrasi memakai sekurang-kurangnya 4 titik
konsentrasi.
Kekeruhan
Sifat-sifat optik yang dinyatakan sebagai kekeruhan
yaitu interaksi antara cahaya dan partikel dalam cairan.
Hal ini merupakan pernyataan dari peralatan optik yang
menyebabkan cahaya lebih dihamburkan dan diserap dari
pada ditransmisikan secara lurus melalui contoh. Jumlah
materi padat dalam suspensi dapat ditentukan dengan
pengukuran cahaya yang ditransmisikan. Hubungan linear
antara kekeruhan dan kadar diperoleh ketika di dalam
suspensi ada ukuran partikel yang seragam dan
homogen. Hal ini hanya berlaku di dalam suspensi yang
sangat encer yang mengandung partikel kecil. Linieritas
antara kekeruhan dan kadar didapatkan dengan membuat
kurva kalibrasi memakai sekurang-kurangnya 4 titik
konsentrasi.
Perbandingan kekeruhan
Dalam perbandingan kekeruhan, hubungan dari
perhitungan transmisi untuk pengukuran cahaya yang
dihamburkan sebesar 90° dapat ditentukan. procedure ini
dipakai untuk cahaya yang berkurang oleh warna
contoh. Pengaruh warna contoh harus dihilangkan dengan
memakai Infrared Light-Emitted Diode (IR LED)
pada 860 nm dari sumber cahaya alat. Instrumen dengan
detektor fotodioda menerima dan mengukur hamburan
cahaya pada sudut 90° dari contoh serta mengukur
hamburan kedepan (cahaya yang dipantulkan) pada
bagian depan sampel secara terus menerus dengan
mengukur cahaya yang ditransmisikan langsung melalui
sampel. Hasil pengukuran dinyatakan dalam satuan NTU
(perbandingan) yang diperoleh dengan menghitung
perbandingan hamburan cahaya pada sudut 90° cahaya
dari hamburan cahaya yang diukur terhadap penjumlahan
komponen dari hamburan ke depan dan nilai cahaya yang
ditransmisikan. Pada perbandingan turbidimetri pengaruh
cahaya menyimpang dapat ditiadakan. Nefelometer
dipakai untuk mengukur tingkat opalesen dari warna
larutan.
Pengukuran suspensi padanan I - IV dengan perbandingan
turbidimeter ditunjukkan dalam hubungan linear antara
kadar dan nilai NTU. Suspensi padanan I - IV dapat
dipakai sebagai kalibrator untuk instrumen.
Tabel 2
Suspensi Formazin
Nilai opalesen
( NTU)
Suspensi padanan I
Suspensi padanan II
Suspensi padanan III
Suspensi padanan IV
Baku opalesen
Suspensi opalesen primer
3
6
18
30
60
4000
- 1523 -
Penentuan Opalesen dengan instrumen
Persyaratan dalam monografi dinyatakan dalam
metode pemeriksaan visual dengan suspensi padanan.
Metode instrumen akan diperpakailah untuk menentukan
kepatuhan dengan persyaratan monografi, salah satunya
yaitu kesesuaian dari instrumen yang diuraikan di
bawah antara tetapan dan kalibrasi dengan suspensi
padanan I - IV dan dengan air atau dengan pelarut yang
dipakai nya.
Peralatan
Rasio turbidimeter atau nephelometer dengan
pemilihan aplikasi rasio memakai sumber cahaya
lampu tungsten dengan sensitifitas spektra antara 550 nm
yang beroperasi pada filament warna bersuhu 2700 K,
atau IR LED yang memiliki emisi maksimal pada 860 nm
dengan panjang gelombang spektra 60 nm. Dapat juga
diperpakailah sumber cahaya lainnya yang sesuai.
Photodiode silicon dan photomultiplier biasanya
dipakai sebagai detektor dan pencatat perubahan di
dalam hamburan cahaya atau transmisi oleh contoh.
Hamburan cahaya pada 90+2,5° dideteksi oleh detektor
pertama. Detektor lainnya mendeteksi kembali dan
meneruskan hamburan cahaya sebagai cahaya transmisi.
Instrumen yang dipakai dikalibrasi lagi dengan baku
untuk mengetahui kekeruhan dan mampu dengan segera
menentukan kekeruhan. Hasil uji dinyatakan dalam NTU
yang diperoleh dari instrumen dan membandingkan
perinciannya dengan masing-masing monografi.
Instrumen yang dipakai memiliki spesifikasi yang
sesuai.
- Unit pengukuran: NTU yaitu dasar kekeruhan dari
baku padanan primer formazin. FTU (Formazin
Turbidity Units) atau FNU (Formazin Nephelometry
Units) juga dapat dipakai dan ekuivalen dengan
NTU pada daerah rendah (di atas 40 NTU). Satuan
ini dipakai dalam semua metode yang diperpakailah
(nefelometri, turbidimetri dan perbandingan
kekeruhan)
- Batas pengukuran : 0,01 – 1100 NTU
- Resolusi : 0,01 NTU di dalam batas 0 – 10 NTU; 0,1
NTU di dalam batas 10 - 100 NTU, dan 1 NTU
untuk batas > 100 NTU. Instrumen dikalibrasi dan
dikontrol dengan baku padanan formazin.
- Akurasi NTU: ± ( 2% dari pembacaan + 0,01) NTU.
10 - 1000 NTU: ± 5%.
- Repetabiliti : 0 - 10 NTU: ± 0,01 NTU. 10 - 1000
NTU: ± 2 persen dari nilai perhitungan.
- Kalibrasi: memakai 4 suspensi padanan dari
formazin dalam batas yang disesuaikan dengan
tujuan. Suspensi padanan diuraikan dalam bab ini
atau dilakukan kalibrasi ulang pada baku padanan
yang sesuai dengan memakai suspensi padanan
primer.
- Cahaya sesatan: yaitu sumber kesalahan yang
berarti dalam perhitungan kekeruhan tingkat rendah,
cahaya sesatan mencapai detektor dari sistem optik,
namun tidak sampai terhadap contoh, < 0,15 NTU
untuk rentang 0 - 10 NTU, < 0,5 NTU untuk rentang
10 - 1000 NTU.
Karakteristik instrumen sesuai persyaratan di atas dan
diverifikasi memakai suspensi padanan dan
diuraikan dengan metode visual yang dapat dipakai
sebagai pengganti pemeriksaan visual untuk penentuan
ketepatan dengan persyaratan monografi. Peralatan
dengan batas atau resolusi, akurasi dan kemampuan
pengulangan selain dari yang disebutkan di atas dapat
diperpakailah bila telah divalidasi dan mampu untuk
pemakaian yang dimaksudkan. Metode pengujian untuk
zat atau produk harus divalidasi untuk menampilkan
kemampuan analisa . Peralatan dan metode harus
konsisten dengan sifat dari produk yang diuji.
KERAPATAN SERBUK RUAHAN DAN
SERBUK MAMPAT <891>
Kerapatan Serbuk Ruahan
Kerapatan serbuk ruahan yaitu perbandingan antara
massa serbuk yang belum dimampatkan terhadap volume
termasuk kontribusi volume pori antarpartikel. Oleh
sebab itu, kerapatan serbuk ruahan tergantung pada
kepadatan partikel serbuk dan susunan partikel serbuk.
Satuan internasional kilogram per meter kubik (1 g/ml =
1000 kg/m3), sebab pengukuran dilakukan dengan
memakai gelas ukur maka kerapatan serbuk ruahan
dinyatakan dalam gram per ml (g/ml). Hal ini dapat juga
dinyatakan dalam gram per sentimeter kubik (g/cm3).
Sifat dari kerapatan serbuk tergantung pada
penanganannya seperti persiapan, perlakuan dan
penyimpanan. Partikel-partikel dapat dikemas untuk
memiliki berbagai kerapatan serbuk ruahan, namun sedikit
gangguan pada serbuk dapat menyebabkan perubahan
pada kerapatan serbuk ruahan. Keberulangan pengukuran
yang baik sering kali sulit diperoleh sesampai dalam
pelaporan hasil harus dinyatakan secara rinci bagaimana
pengukuran ini dilakukan. Kerapatan serbuk ruahan
ditetapkan dengan mengukur volume contoh serbuk yang
telah diayak dan diketahui bobotnya lalu
dimasukkan ke dalam gelas ukur (Metode I) atau
menimbang massa serbuk yang telah diketahui
volumenya memakai volumeter ke dalam sebuah
cawan (Metode II) atau pengukuran dengan bejana
pengukur (Metode III).
Metode I dan Metode III lebih disukai.
Metode I - Pengukuran memakai Gelas Ukur
procedure beberapa serbuk yang mencukupi untuk
pengujian jika perlu diayak dengan ayakan yang memiliki
lubang ayakan yang lebih besar atau sama dengan 1,0 mm
untuk memecah gumpalan yang mungkin terbentuk
selama penyimpanan; hal ini harus dilakukan secara
perlahan untuk mencegah perubahan sifat materi.
Timbang saksama lebih kurang 100 g serbuk yang telah
diayak, (M), dengan tingkat akurasi 0,1%, masukkan ke
- 1524 -
dalam gelas ukur 250 ml (dengan skala terkecil 2 ml),
tanpa pemampatan. Ratakan permukaan serbuk dengan
hati-hati tanpa dimampatkan jika perlu, dan bacalah
volume yang terlihat (V0) ke skala terdekat. Hitung
kerapatan ruahan dalam g/ml dengan rumus M/V0.
Lakukan pengukuran secara berulang. Jika kepadatan
serbuk terlalu rendah atau terlalu tinggi, sesampai contoh
uji memiliki volume yang belum dimampatkan lebih dari
250 ml atau kurang dari 150 ml, tidak dimungkinkan
untuk memakai 100 g contoh serbuk. Oleh sebab
itu, jumlah serbuk yang berbeda harus dipilih sebagai
contoh uji, sesampai volume serbuk yang belum
dimampatkan berada diantara 150 - 250 ml (volume lebih
besar atau sama dengan 60% dari volume gelas ukur);
bobot serbuk uji yang dipakai dicantumkan dalam
hasil. Untuk serbuk yang memiliki volume antara 50 ml
dan 100 ml, pakailah gelas ukur 100 ml dengan skala
1 ml; volume gelas ukur yang dipakai dicantumkan
dalam hasil.
Metode II - Pengukuran memakai Volumeter
Peralatan Alat (Gambar 1) terdiri dari corong pada
bagian atas yang dilengkapi dengan ayakan 1,0 mm1.
Corong yang terpasang di atas kotak penyekat berisi
empat lempeng penyekat kaca dimana serbuk meluncur
dan terpental saat melewatinya. Pada bagian bawah kotak
penyekat ada corong yang mengumpulkan serbuk
dan memungkinkan untuk dituang ke dalam cawan
dengan kapasitas tertentu yang dipasang langsung di
bawahnya. Cawan bisa berbentuk silinder (volume
25,00±0,05 ml dengan diameter dalam 30,00±2,00 mm)
atau persegi (volume 16,39±0,2 ml dengan dimensi dalam
25,4±0,076 mm).
Gambar 1
procedure Alirkan serbuk dalam jumlah berlebih
melalui alat ini ke dalam wadah penampung (yang
telah ditara) sampai melimpah. pakailah wadah
penampung dengan volume minimum 25 cm3 untuk
bentuk persegi dan 35 cm3 untuk bentuk silinder. Hati-
hati mengikis kelebihan serbuk dari atas wadah yaitu
dengan cara gerakan perlahan pinggiran spatula yang
tajam secara tegak lurus dengan permukaan atas wadah
itu, pertahankan posisi spatula tegak lurus guna menjaga
kemasan atau mengikis serbuk dari wadah. Bersihkan
dinding luar wadah dan tentukan bobot, M, dari serbuk
dengan tingkat akurasi 0,1%. Hitung kerapatan ruahan,
dalam g per ml, dengan rumus:
V0 yaitu volume wadah dalam ml. Hitung rata-rata dari
tiga pengukuran memakai tiga contoh serbuk yang
berbeda.
Metode III Pengukuran memakai
Bejana Pengukur
Peralatan Alat terdiri dari sebuah bejana pengukur
silinder tahan karat berukuran 100-ml dengan ukuran
yang ditetapkan seperti pada Gambar 2.
Gambar 2
procedure beberapa serbuk yang mencukupi untuk
pengujian jika perlu diayak dengan ayakan yang memiliki
lubang ayakan yang lebih besar atau sama dengan 1,0 mm
untuk memecah gumpalan yang mungkin terbentuk
selama penyimpanan sesampai memungkinkan contoh
mengalir bebas ke dalam bejana pengukur (yang telah
ditara) sampai berlebih. Secara hati-hati kikis kelebihan
serbuk dari bagian atas bejana pengukur seperti yang
dijelaskan pada Metode II. Tentukan bobot (M0) serbuk
dengan pendekatan 0,1%. Hitung kerapatan serbuk
ruahan (g/ml) dengan rumus M0/100, dan catat rata-rata
tiga pengukuran memakai tiga contoh serbuk yang
berbeda.
Kerapatan Serbuk Mampat yaitu tingkatan dari
kerapatan serbuk mampat yang diperoleh dengan cara
mengetuk secara mekanis gelas ukur atau bejana
pengukur yang berisi serbuk. sesudah mengamati volume
atau bobot serbuk awal, gelas ukur atau bejana pengukur
diketuk secara mekanik dan pembacaan volume atau
bobot dilakukan sesudah terjadi perubahan volume atau
bobot. Pengetukan secara mekanik didapat dengan cara
meninggikan gelas ukur atau bejana pengukur sesampai
memungkinkan serbuk untuk turun sebab pengaruh
bobotnya sendiri sampai jarak tertentu, menurut salah
satu dari tiga metode seperti dijelaskan di bawah. Alat
yang memutar gelas ukur atau bejana pengukur selama
pengetukan mungkin lebih disukai untuk meminimalkan
kemungkinan pemisahan massa selama pengetukan.
0V
M
- 1525 -
Metode I
Peralatan Alat (Gambar 3) terdiri dari:
• Sebuah gelas ukur 250 ml (skala 2 ml dengan massa
220±44 g)
• Sebuah alat pemampat yang mampu menghasilkan
250±15 ketukan per menit dari ketinggian 3±0,2mm
atau 300±15 ketukan dari ketinggian 14±2 mm.
• Penyangga gelas ukur dengan massa 450±10 g.
procedure Lakukan seperti yang dijelaskan di atas
untuk penentuan volume ruah (V0). Pasang gelas ukur
pada penyangga. Lakukan 10, 500, dan 1250 ketukan
pada contoh serbuk yang sama dan bacaV10,V500, V1250 ke
satuan gelas ukur terdekat. Jika perbedaan antara V500 dan
V1250 kurang dari 2 ml, maka V1250 yaitu volume
pemampatan. Jika perbedaan antara V500 dan V1250
melebihi 2 ml, ulangi peningkatan seperti pengetukan
1250, sampai perbedaan antara pengukuran kurang dari
2 ml. Mungkin diperlukan pengetukan yang lebih sedikit
untuk beberapa jenis serbuk, saat divalidasi. Hitung
kerapatan serbuk mampat (g/ml) dengan memakai
rumus M/VF, VF yaitu volume sesudah pengetukan akhir.
Lakukan pengukuran secara berulang. Tetapkan
ketinggian jatuh serta hasilnya. Jika tidak mungkin untuk
memakai 100 g contoh uji, pakailah contoh yang
dikurangi jumlahnya dan gelas ukur 100 ml (skala 1 ml)
dengan berat 130±16 g dan terpasang pada dudukan
dengan berat 240±12 g. Modifikasi kondisi uji cantumkan
dalam laporan hasil.
Metode II
Peralatan dan procedure Lakukan seperti yang
dijelaskan pada Metode I kecuali bahwa alat uji mekanik
memberi tetesan tetap sebesar 3±0,2 mm pada
kecepatan 250 ketukan per menit.
Metode III
Peralatan dan procedure Lakukan seperti tertera pada
Metode III Pengukuran memakai Bejana Pengukur
dalam Kerapatan Serbuk Ruahan untuk mengukur
kerapatan serbuk mampat memakai perlengkapan
bejana tertutup seperti Gambar 2. Bejana pengukur yang
dilengkapi dengan penutup, diangkat 50 - 60 kali per
menit memakai alat uji kerapatan serbuk mampat
yang sesuai. Lakukan 200 kali pengetukan, buka penutup,
dan secara hati-hati kikis kelebihan serbuk dari atas
bejana pengukur seperti yang dijelaskan dalam Metode III
Pengukuran memakai Bejana Pengukur untuk
mengukur kerapatan serbuk ruahan. Ulangi procedure
memakai 400 kali pengetukan. Jika perbedaan antara
dua massa sesudah 200 dan 400 pengetukan melebihi 2%,
lakukan pengujian memakai tambahan 200 kali
pengetukan lagi sampai diperoleh perbedaan antara kedua
pengukuran kurang dari 2%. Hitung kerapatan serbuk
mampat (g/ml) dengan rumus MF/100, MF yaitu massa
serbuk pada bejana pengukur. Hitung rata-rata dari tiga
pengukuran memakai tiga contoh serbuk yang
berbeda.
Pengukuran Kompresibilitas Serbuk
sebab interaksi antar partikel yang mempengaruhi
sifat ruahan dari serbuk juga mempengaruhi aliran
serbuk, perbandingan antara kerapatan serbuk ruahan dan
kerapatan serbuk mampat menggambarkan nilai interaksi
ini dalam serbuk. Perbandingan ini sering dipakai
sebagai indeks kemampuan serbuk mengalir, misalnya
Indeks Kompresibilitas atau Perbandingan Hausner
seperti dijelaskan di bawah ini.
Indeks Kompresibilitas dan Perbandingan Hausner
yaitu ukuran dari kecenderungan serbuk yang akan
dikompres seperti dijelaskan di atas, yang merupakan
kemampuan serbuk untuk mantap dan relatif berguna
untuk menetapkan interaksi antar partikulat. Pada serbuk
yang mengalir bebas, interaksi ini kurang berarti dan
nilai kerapatan serbuk ruahan dan serbuk mampat lebih
dekat. Untuk bahan yang lebih sukar mengalir, interaksi
antar partikel sering lebih besar dan perbedaan antara
kerapatan serbuk ruahan dan serbuk mampat juga besar.
Perbedaan ini tercermin dalam Indeks Kompresibilitas
dan Perbandingan Hausner.
Gambar 3
Indeks Kompresibilitas Dihitung dengan rumus:
V0 = volume sebelum dimampatkan
VF = volume sesudah pengetukan
0
0100
V
VV F
- 1526 -
Perbandingan Hausner Dihitung dengan rumus:
Tergantung pada serbuk, indeks kompresibilitas dapat
diukur memakai V10 selain V0. [Catatan Jika V10
dipakai , harus dicantumkan pada laporan hasil.]
KESEMPURNAAN MELARUT <901>
Masukkan beberapa zat seperti tertera dalam masing-
masing monografi ke dalam gelas ukur bersumbat kaca
10 ml dengan ukuran lebih kurang 125 mm x 13 mm dan
telah dibersihkan dengan cermat. Dengan memakai
pelarut seperti tertera dalam masing-masing monografi
atau pada etiket, isi gelas ukur sampai hampir ke leher
gelas. Kocok hati-hati sampai larut; larutan harus sama
jernihnya dengan beberapa volume sama dari pelarut
yang sama, dalam wadah yang serupa dan diperlakukan
dengan cara yang sama.
KESERAGAMAN SEDIAAN <911>
[Catatan Dalam bab ini, satuan dan satuan sediaan
yaitu sinonim.]
Untuk menjamin konsistensi satuan sediaan, masing-
masing satuan dalam bets harus memiliki kandungan
zat aktif dalam rentang sempit yang mendekati kadar
yang tertera pada etiket. Satuan sediaan didefinisikan
sebagai bentuk sediaan yang mengandung dosis tunggal
atau bagian dari suatu dosis zat aktif pada masing-masing
satuan. Persyaratan keseragaman sediaan tidak berlaku
untuk suspensi, emulsi atau gel dalam wadah satuan dosis
yang ditujukan untuk pemakaian secara eksternal pada
kulit.
Keseragaman sediaan didefinisikan sebagai derajat
keseragaman jumlah zat aktif dalam satuan sediaan.
Persyaratan yang ditetapkan dalam bab ini berlaku untuk
masing-masing zat aktif yang terkandung dalam satuan
sediaan yang mengandung satu atau lebih zat aktif,
kecuali dinyatakan lain dalam FI.
Keseragaman sediaan ditetapkan dengan salah satu dari
dua metode, yaitu Keragaman bobot dan Keseragaman
kandungan (Tabel 1). Uji Keseragaman kandungan
berdasarkan pada penetapan kadar masing-masing
kandungan zat aktif dalam satuan sediaan untuk
menentukan apakah kandungan masing-masing terletak
dalam batasan yang ditentukan. Metode keseragaman
kandungan dapat dipakai untuk semua masalah .
Uji Keragaman bobot diterapkan pada bentuk sediaan
berikut:
(B1) Larutan dalam wadah satuan dosis dan dalam
kapsul lunak;
(B2) Sediaan padat (termasuk serbuk, granul dan
sediaan padat steril) yang dikemas dalam wadah
dosis tunggal dan tidak mengandung zat
tambahan aktif atau inaktif;
(B3) Sediaan padat (termasuk sediaan padat steril)
yang dikemas dalam wadah dosis tunggal, dengan
atau tanpa zat tambahan aktif atau inaktif, yang
disiapkan dari larutan asal dan dibeku-keringkan
dalam wadah akhir dan pada etiket dicantumkan
metode pembuatan; dan
(B4) Kapsul keras, tablet tidak bersalut atau tablet salut
selaput, mengandung zat aktif 25 mg atau lebih
yang merupakan 25% atau lebih terhadap bobot,
satuan sediaan atau dalam masalah kapsul keras,
kandungan kapsul, kecuali keseragaman dari zat
aktif lain yang tersedia dalam bagian yang lebih
kecil memenuhi persyaratan keseragaman
kandungan.
Uji Keseragaman kandungan dipersyaratkan untuk
semua bentuk sediaan yang tidak memenuhi kondisi di
atas pada uji Keragaman bobot. Jika dipersyaratkan uji
Keseragaman kandungan, industri dapat memenuhi
persyaratan ini dengan melakukan uji Keragaman bobot
jika simpangan baku relatif (SBR) kadar dari zat aktif
pada sediaan akhir tidak lebih dari 2%. Penetapan SBR
ini berdasarkan data validasi proses dan pengembangan
produk industri. SBR kadar yaitu simpangan baku relatif
kadar per satuan sediaan (b/b atau b/v) dengan kadar tiap
satuan sediaan setara dengan hasil penetapan kadar
tiapsatuan sediaan dibagi dengan bobot masing-masing
satuan sediaan (Tabel 2). Jika sediaan diuji Keragaman
bobo tseperti di atas, Keseragaman kandungan harus
memenuhi syarat.
Keseragaman Kandungan
Ambil tidak kurang dari 30 satuan dan lakukan seperti
berikut untuk bentuk sediaan yang dimaksud.
Jika procedure yang dipakai untuk penetapan kadar dan
uji Keseragaman sediaan berbeda, diperlukan faktor
koreksi yang akan dipakai untuk memperoleh hasil pengujian.
Sediaan padat Tetapkan kadar masing-masing 10
satuan memakai metode analisa yang sesuai. Hitung
nilai penerimaan (Tabel 2).
Sediaan cair Lakukan penetapan kadar pada beberapa
tertentu bahan yang ditelah dikocok dan dipindahkan dari
masing-masing wadah dalam kondisi pemakaian yang
normal dan nyatakan hasil sebagai dosis terbagi. Hitung
nilai penerimaan (Tabel 2).
Perhitungan Nilai Penerimaan Hitung nilai
penerimaan dengan rumus:
ksXM +
Keterangan seperti tercantum pada Tabel 2.
FV
V0
- 1527 -
Keragaman Bobot
Lakukan penetapan kadar zat aktif pada contoh bets
yang mewakili memakai metode analisa yang
sesuai. Nilai ini disebut hasil A, dinyatakan dalam persen
dari jumlah yang tertera pada etiket (seperti tertera pada
Perhitungan nilai penerimaan) dengan asumsi kadar
(bobot zat aktif per bobot satuan sediaan) homogen.
Ambil tidak kurang dari 30 satuan sediaan dan lakukan
seperti berikut untuk bentuk sediaan yang dimaksud.
Tablet tidak bersalut atau bersalut selaput Timbang
saksama 10 tablet satu per satu. Hitung jumlah zat aktif
dalam tiap tablet yang dinyatakan dalam persen dari
jumlah yang tertera pada etiket dari hasil Penetapan
kadar masing-masing tablet. Hitung nilai penerimaan.
Kapsul keras Timbang saksama 10 kapsul satu per
satu, beri identitas masing-masing kapsul. Keluarkan isi
masing-masing kapsul dengan cara yang sesuai. Timbang
saksama tiap cangkang kapsul kosong, dan hitung bobot
bersih dari isi tiap kapsul dengan cara mengurangkan
bobot cangkang kapsul dari masing-masing bobot bruto.
Hitung jumlah zat aktif dalam tiap kapsul dari hasil
Penetapan kadar masing-masing isi kapsul. Hitung nilai
penerimaan.
Kapsul lunak Timbang saksama 10 kapsul utuh satu
per satu untuk memperoleh bobot kapsul, beri identitas
tiap kapsul. lalu buka kapsul dengan alat pemotong
bersih dan kering yang sesuai seperti gunting atau pisau
tajam, keluarkan isi, dan bilas dengan pelarut yang sesuai.
Biarkan sisa pelarut menguap dari cangkang kapsul pada
suhu ruang dalam waktu lebih kurang 30 menit, lindungi
terhadap penarikan atau kehilangan kelembaban.
Timbang tiap cangkang kapsul, dan hitung bobot bersih
isi kapsul. Hitung jumlah zat aktif dalam tiap kapsul dari
hasil Penetapan kadar masing-masing isi kapsul. Hitung
nilai penerimaan.
Sediaan padat selain tablet dan kapsul Lakukan
seperti tertera pada Kapsul keras. Hitung nilai penerimaan.
Sediaan cair Timbang saksama beberapa cairan yang
dikeluarkan dari 10 wadah satu per satu seperti
pemakaian normal. Jika perlu lakukan perhitungan
kesetaraan volume sesudah penetapan bobot jenis. Hitung
jumlah zat aktif dalam tiap wadah dari hasil Penetapan
kadar. Hitung nilai penerimaan.
Perhitungan nilai penerimaan Hitung nilai
penerimaan seperti pada uji Keseragaman kandungan,
kecuali kandungan masing-masing satuan diganti dengan
perkiraan kandungan masing-masing sebagai berikut:
Kriteria
pakailah kriteria berikut kecuali dinyatakan lain dalam
masing-masing monografi.
Sediaan padat dan cair Keseragaman sediaan
memenuhi syarat jika nilai penerimaan 10 unit sediaan
pertama tidak kurang atau sama dengan L1%. Jika nilai
penerimaan lebih besar dari L1%, lakukan pengujian pada
20 unit sediaan tambahan, dan hitung nilai penerimaan.
Memenuhi syarat jika nilai penerimaan akhir dari 30 unit
sediaan lebih kecil atau sama dengan L1% dan tidak ada
satu unitpun kurang dari [1 – (0,01)(L2)]M atau tidak satu
unitpun lebih dari [1 + (0,01)(L2)]M seperti tertera pada
Perhitungan nilai penerimaan dalam Keseragaman
kandungan atau Keragaman bobot. Kecuali dinyatakan
lain L1 yaitu 15,0 dan L2 yaitu 25,0.
Tabel 1 pemakaian Uji Keseragaman kandungan dan Uji Keragaman bobot untuk sediaan
Bentuk sediaan Tipe Sub tipe Dosisdan perbandingan zat aktif
25 mg dan 25 % < 25 mg atau < 25%
Tablet Tidak bersalut Keragaman bobot Keseragaman
kandungan
Salut Selaput Keragaman bobot Keseragaman
kandungan
Lainnya Keseragaman
kandungan
Keseragaman
kandungan
X1, X2,..., Xn = Perkiraan masing-masing
kandungan dari satuan yang diuji,
denganXi = wi x A/W
w1, w2, ..., wn = Bobot masing-masing satuan yang
diuji pada Keragaman bobot
A = kandungan zat aktif (persen
terhadap jumlah yang tertera pada
etiket) yang diperoleh
memakai metode analisa yang
sesuai
W = rata-rata dari bobot masing-masing
satuan (w1, w2, ..., wn)
X1, X2,..., Xn = perkiraanmasing-masing
kandungandari satuan yang diuji,
denganXi = wi x A/W
w1, w2, ..., wn = Bobot masing-masing satuan yang
diuji pada Keragaman bobot
A = kandungan zat aktif (persen
terhadap jumlah yang tertera pada
etiket) yang diperoleh
memakai metode analisa yang
sesuai
W = rata-rata dari bobot masing-masing
satuan (w1, w2, ..., wn)
- 1528 -
Kapsul Keras Keragaman bobot Keseragaman
kandungan
Lunak Suspensi, emulsi,
atau gel
Keseragaman
kandungan
Keseragaman
kandungan
Larutan Keragaman bobot Keragaman bobot
Sediaan padat dalam wadah dosis
tunggal
Komponen tunggal Keragaman bobot Keragaman bobot
Multi komponen Larutan beku kering
dalam wadah akhir
Keragaman bobot Keragaman bobot
Lainnya Keseragaman
kandungan
Keseragaman
kandungan
Larutan dalam wadah satuan dosis
dan dalam kapsul lunak
Keragaman bobot Keragaman bobot
Lainnya Keseragaman
kandungan
Keseragaman
kandungan
Tabel 2
Variabel Definisi Kondisi Nilai
X Rata-rata dari masing-masing kandungan
(X1,X2,...Xn) yang dinyatakan dalam
persentase dari jumlah yang tertera pada
etiket
X1, X2, ..., Xn Kandungan masing-masing satuan sediaan
yang diuji, dinyatakan dalam persentase
dari jumlah yang tertera pada etiket
n Jumlah sampel
(jumlah satuan dalam sampel)
k Konstanta penerimaan Jika n = 10, maka k = 2,4
Jika n = 30, maka k= 2,0
s Simpangan baku sampel ( )
2/1
1
2
1
=
n
Xx
n
i
i
SBR Simpangan baku relatif (simpangan baku
contoh yang dinyatakan dalam persentase
rata-rata)
X
s100
M (masalah 1) yang
dipakai jika T 101,5
Nilai rujukan Jika 98,5% X 101,5%,
maka
M= X
(NP =ks)
Jika X <98,5%, maka M = 98,5%
(NP = 98,5 - X +ks)
Jika X >101,5%, maka M = 101,5%
(NP = X -101,5% +ks)
M (masalah 2) yang
dipakai jika T> 101,5
Nilai rujukan Jika 98,5% X T maka M= X
(NP =ks)
Jika X <98,5%, maka M = 98,5%
(NP = 98,5 - X +ks)
Jika X >T maka M = T %
(NP = X -T+ks)
Nilai penerimaan (NP) Rumus umum ksXM +
(perhitungan diatas
dinyatakanuntuk masalah yang
berbeda)
L1 Nilai penerimaan maksimum yang
diperbolehkan
L1 = 15,0 kecuali dinyatakan
lain pada masing-masing
monografi
L2 Rentang deviasi maksimum dari tiap
satuan sediaan yang diuji dari perhitungan
nilai M
Pada bagian bawah, tidak ada
satupun hasil satuan sediaan
yang boleh kurang dari [1-
(0,01)(L2)] M. Pada bagian
atas tidak ada satupun hasil
satuan sediaan yang boleh
lebih besar dari [1+(0,01)(L2)]
M (berdasarkan nilai L2 = 25,0)
L2 = 25,0 kecuali dinyatakan
lain dalam masing-masing
monografi
- 1529 -
Variabel Definisi Kondisi Nilai
T Nilai kandungan tiap satuan sediaan pada
saat diproduksi, dinyatakan sebagai
persentase dari jumlah yang tertera pada
etiket. Untuk pemakaian pada farmakope,
kecuali dinyatakan lain pada masing-
masing monografi, T yaitu 100,0%.
Untuk tujuan produksi, T yaitu nilai yang
disetujui oleh industri pada saat produksi.
KETAHANAN TERHADAP AIR <921>
Air tidak boleh menembus paling sedikit lima contoh,
jika diuji dengan cara berikut.
Alat
Alat yang sesuai (lihat gambar) terdiri dari sel yang
dapat memberi tekanan hidrostatik 500 mm air kepada
permukaan lingkaran lebih kurang 20 cm2 air pada sisi tak
berperekat dari bahan yang akan diuji. Contoh dijepit
pada posisi horizontal memakai dua cicin, cincin
bawah merupakan bagian dari sel. Permukaan cincin yang
berhubungan langsung dengan contoh dilapis dengan
bahan salut yang sesuai, seperti karet. Penjepit
dikencangkan dengan memutar sekrup untuk mencegah
kebocoran air atau bergeraknya contoh selama pengujian.
Tekanan hidrostatik dibangkitkan dari tabung vertikal,
berdiameter dalam lebih kurang 10 mm, dan dihubungkan
dengan dasar sel.
procedure
Siapkan contoh tanpa dilipat dan tanpa perlakuan
tambahan. Isi sel dengan air suhu antara 19° - 21°.
Letakkan sampel, berbentuk lingkaran dengan diameter
terbesar 5 cm, pada cicin bawah dengan cara menggeser
horizontal sedemikian rupa untuk menghindari
penyusupan udara antara permukaan air dan permukaan
bawah sampel. Tutup permukaan atas dengan kertas
saring kering berdiameter 45 mm, letakkan cicin atas dan
kencangkan sekrup. Tuangkan air ke dalam tabung
sampai diperoleh tinggi air yang dipersyaratkan di atas
permukaan contoh. Pertahankan tekanan hidrostatik
selama 5 menit kecuali dinyatakan lain dalam monografi,
periksa kertas saring. Ulangi procedure pada lima contoh
berikutnya.
KONDUKTIVITAS AIR <925>
Konduktivitas elektrik air yaitu pengukuran elektron
melalui fasilitas ion yang mengalir. Molekul air
berdisosiasi menjadi ion sebagai fungsi dari pH dan suhu,
dan menghasilkan konduktivitas air yang dapat
diperkirakan. Beberapa gas, khususnya karbon dioksida,
mudah larut dalam air dan berinteraksi membentuk ion,
mempengaruhi konduktivitas yang dapat diperkirakan,
seperti halnya pada pH. Untuk tujuan diskusi ini, ion-ion
ini dan nilai konduktvitasnya dapat dipertimbangkan
sebagai sifat intrinsik air.
Konduktivitas air juga dipengaruhi adanya ion dari
luar. Contoh konduktivitas dari ion luar yaitu ion
klorida dan natrium. Batasan cemaran utama yang
diperbolehkan ada pada air yaitu 0,47 bpj untuk ion
klorida dan 0,3 bpj untuk ion amonium. Sebagai
kesetimbangan jumlah kation, misal ion natrium,
termasuk pada tingkat cemaran yang diperbolehkan untuk
mempertahankan elektronetralitas. Ion luar seperti ini
memiliki pengaruh nyata pada kemurnian kimia air
dan kesesuaian pada pemakaian di bidang farmasi.
procedure pada Air Ruahan dibuat untuk pengukuran
konduktivitas air seperti Air Murni, Air untuk Injeksi, air
untuk hemodialisis dan kondensat uap air murni. procedure
dalam bagian Air Steril mempersyaratkan pengukuran
konduktivitas air seperti pada Air Murni, Air untuk
Injeksi, air untuk inhalasi dan air steril untuk irigasi.
Uji konduktivitas secara langsung memberi
pengukuran pada saat yang sama dan kemungkinan untuk
memantau proses, membuat keputusan dan
mengintervensi pada saat yang sama. Tindakan
pencegahan harus dilakukan pada saat pengumpulan
contoh air untuk pengukuran konduktivitas. Contoh dapat
dipengaruhi oleh metode pengambilan contoh, wadah
- 1530 -
sampel dan faktor lingkungan seperti konsentrasi karbon
dioksida dan uap organik di udara sekitar.
SPESIFIKASI ALAT DAN PARAMETER KERJA
Konduktivitas air harus diukur secara tepat
memakai peralatan terkalibrasi. Sel konduktivitas
konstan, suatu faktor yang menampilkan sifat geometrik
sensor konduktivitas, diketahui memiliki ketelitian ±2%.
Tetapan sel dapat diverifikasi secara langsung
memakai suatu larutan yang diketahui atau dapat
tertelusur konduktivitasnya, atau secara tidak langsung
dengan membandingkan pembacaan alat dari sensor
konduktivitas yang diuji dengan sensor konduktivitas dari
tetapan sel yang diketahui atau yang dapat tertelusur.
Kalibrasi dapat dilakukan dengan mengganti sensor
konduktivitas dengan standar nasional (dengan ketelitian
resistor yang tertelusur dengan akurasi ±0,1% dari nilai
tertera) atau alat dengan resistivitas yang sesuai dengan
tahanan yang dapat diatur misalnya Jembatan
Wheatstone, sampai memberi respon seperti yang
diinginkan. Skala pada alat ukur membutuhkan kalibrasi
secara terpisah sebelum dipakai . Frekuensi rekalibrasi
tergantung desain alat, derajat pemakaian dan lain-lain.
Alat multi skala memerlukan pengaturan kalibrasi
tunggal, rekalibrasi diperlukan diantara setiap
pemakaian skala berbeda. Disamping akurasi tetapan
secara sensor konduktivitas, akurasi alat harus
±0,1 μS/cm.
Untuk meningkatkan akurasi pengukuran pada jarak
konduktivitas yang dipakai , yang mungkin cukup
lebar, dan untuk menjamin peralatan kalibrasi yang
lengkap, disarankan untuk melakukan verifikasi secara
berkala kinerja alat secara keseluruhan. Hal ini dapat
dilakukan dengan membandingkan nilai
konduktivitas/resistivitas yang terbaca pada alat ukur
dengan alat pengukur konduktivitas terkalibrasi secara
eksternal. Perbedaan dua nilai konduktivitas atau
resistivitas tanpa pengaruh suhu dilakukan tidak lebih
dari ±20% atau perbedaan yang dapat diterima
berdasarkan titik kritis produksi air dan atau rentang
konduktivitas air yang diukur. Dua sensor konduktivitas
seharusnya ditempatkan bersama dalam jarak cukup dekat
untuk mengukur contoh air yang sama pada kondisi
lingkungan yang sama.
Sebagai tambahan untuk metode verifikasi kinerja pada
model pengganti tanpa pengaruh suhu, verifikasi kinerja
yang mirip dapat dilakukan seperti pada model pengganti
suhu untuk menjamin akurasi yang cukup dari alat jika
model alat ini dipakai untuk analisa
kecenderungan atau tujuan lain.
Suhu mempengaruhi pembacaan konduktivitas contoh.
Banyak alat yang dapat mengoreksi secara otomatis
pembacaan aktual untuk penunjukan nilainya, yang
secara teroritis dapat diamati pada suhu nominal 25°. Hal
ini khususnya dilakukan memakai sensor suhu yang
ditempelkan pada sensor konduktivitas dan suatu
algoritma pada sirkuit alat. Algoritma pengganti suhu ini
mungkin tidak akurat. Nilai konduktivitas yang
dipakai pada metode ini yaitu pengukuran pengganti
tanpa pengaruh suhu. Pengukuran suhu disyaratkan untuk
kinerja pada uji Tahap 1. Uji ini memakai sensor
suhu eksternal yang diletakkan di dekat sensor
konduktivitas yang dapat diterima. Ketepatan pengukuran
suhu harus ±2°.
procedure berikut harus dilakukan memakai alat
yang telah dikalibrasi yang memiliki sel sensor
konduktivitas yang tetap yang telah ditetapkan secara
akurat dan memiliki fungsi kompensasi suhu tidak
berfungsi. Untuk pengukuran langsung atau tidak
langsung kesesuaian alat untuk uji pengendalian mutu
juga tergantung pada tempat pengambilan contoh pada
sistem pengolahan air. Pemilihan tempat pengambilan
contoh pada alat pengolahan air harus menampilkan
kualitas air yang dipakai .
AIR RUAHAN
procedure dan uji batas pada bab ini dimaksudkan
untuk menguji Air Murni, Air untuk Injeksi, air untuk
hemodialisa, kondensat uap air murni dan monografi lain
yang dinyatakan pada bab ini.
Konduktivitas gabungan ion intrinsik dan ion asing
berbeda sebagai fungsi dari pH dan menjadi dasar
spesifikasi konduktivitas yang digambarkan pada tabel
Tahap 3 (Persyaratan pH dan Konduktivitas) dan
dipakai jika metode uji Tahap 3 dilakukan. Dua tahap
pendahuluan yang dilakukan termasuk dalam uji metode
ini. Jika kondisi uji dan batas konduktivitas memenuhi
pada tahap pendahuluan, air memenuhi syarat pada
pengujian ini. Pengujian Tahap 3 pada keadaan ini tidak
diperlukan. Hanya jika pada tahap uji akhir gagal, contoh
dinilai tidak memenuhi syarat uji.
procedure
Tahap 1
Tahap 1 dimaksudkan untuk pengukuran langsung atau
mungkin dipakai secara tidak langsung pada wadah
yang sesuai.
1. Tetapkan suhu dan konduktivitas air memakai
pembacaan konduktivitas tanpa pengaruh suhu.
2. memakai tabel Tahap 1 (Persyaratan Suhu
dan Konduktivitas), dapatkan nilai suhu yang tidak lebih
besar dari suhu yang diukur misalnya suhu rendah
berikutnya. Nilai konduktivitas yang sesuai dalam tabel
ini yaitu nilai batas [Catatan Jangan lakukan
interpolasi.]
3. Jika pengukuran konduktivitas tidak lebih besar
dari nilai pada tabel, air memenuhi syarat uji
konduktivitas. Jika konduktivitas lebih besar dari nilai
pada tabel, lanjutkan ke Tahap 2.
- 1531 -
Tahap 1 Persyaratan suhu dan konduktivitas
(hanya untuk pengukuran konduktivitas tanpa pengaruh
suhu)
Suhu Persyaratan Konduktivitas
(μS/cm)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
0,6
0,8
0,9
1,0
1,1
1,3
1,4
1,5
1,7
1,8
1,9
2,1
2,2
2,4
2,5
2,7
2,7
2,7
2,7
2,9
3,1
Tahap 2
4. Masukkan beberapa air (100 ml atau lebih) ke
dalam wadah yang sesuai, aduk. Jika perlu atur suhu,
pertahankan pada 25°±1°, kocok kuat ukur konduktivitas
secara berkala. Jika terjadi perubahan konduktivitas (yang
disebabkan penyerapan karbon dioksida dari udara)
kurang dari 0,1 μS/cm per 5 menit, catat konduktivitas.
5. Jika konduktivitas tidak lebih besar dari
2,1 μS/cm, air memenuhi syarat uji konduktivitas. Jika
konduktivitas lebih besar dari 2,1 μS/cm, lanjutkan ke
Tahap 3.
Tahap 3
6. Lakukan uji penetapan konduktivitas pada
langkah 5 selama lebih kurang 5 menit, dengan
mempertahankan suhu pada 25°±1°. Tambahkan larutan
kalium klorida jenuh ke dalam contoh air yang sama (0,3
ml per 100 ml zat uji), tentukan pH sampai 0,1 unit pH
terdekat seperti pada Penetapan pH <1071>.
7. Mengacu pada tabel Tahap 3 (Persyaratan pH
dan Konduktivitas), tetapkan batas konduktivitas pada
nilai pH terukur. Jika konduktivitas terukur pada langkah
4 tidak lebih besar dari persyaratan konduktivitas untuk
penetapan pH pada langkah 6, air memenuhi syarat uji
konduktivitas. Jika konduktivitas terukur lebih besar dari
nilai tabel atau di luar rentang 5,0 - 7,0, air tidak
memenuhi syarat uji konduktivitas.
Tahap 3 Persyaratan pH dan Konduktivitas
(hanya untuk contoh pada kesetimbangan
atmosfer dan suhu)
Suhu Persyaratan Konduktivitas
(μS/cm)
5,0
5,1
5,2
5,3
5,4
5,5
5,6
5,7
5,8
5,9
6,0
6,1
6,2
6,3
6,4
6,5
6,6
6,7
6,8
6,9
7,0
4,7
4,1
3,6
3,3
3,0
2,8
2,6
2,5
2,4
2,4
2,4
2,4
2,5
2,4
2,3
2,2
2,1
2,6
3,1
3,8
4,6
AIR STERIL
procedure dan uji batas Air Murni Steril, Air Steril
untuk Injeksi, Air Steril untuk Inhalasi dan Air Steril
untuk Irigasi dan Monofrafi lain yang dicantumkan pada
bab ini. Air steril dibuat dari Air Murni, Air untuk Injeksi
yang diketahui memenuhi persyaratan Air Ruahan
sebelum di simpan dalam wadah. Spesifikasi berisi batas
maksimum nilai konduktivitas dengan mempertimbangkan
keterbatasan metode pengukuran dan pengambilan dari
wadah. Spesifikasi ini dan pemilihan volume
pengambilan contoh harus ditetapkan dan divalidasi
berdasarkan tujuan pemakaian air.
procedure
Masukkan beberapa air ke dalam wadah yang sesuai,
aduk. Jika perlu atur suhu, pertahankan pada 25±1°,
kocok kuat ukur konduktivitas secara berkala. Jika terjadi
perubahan konduktivitas (yang disebabkan penyerapan
karbon dioksida dari udara) kurang dari 0,1 μS/cm per
5 menit, catat konduktivitas.
Untuk wadah dengan volume 10 ml atau kurang, jika
konduktivitas tidak lebih besar dari 25 μS/cm, air
memenuhi syarat. Untuk wadah dengan volume lebih
besar dari 10 ml, jika konduktivitas tidak lebih dari
5 μS/cm, air memenuhi syarat.
KROMATOGRAFI <931>
Teknik pemisahan kromatografi yaitu metode
pemisahan multi tahap dimana komponen suatu sampel
- 1532 -
didistribusikan antara dua tahap , yaitu tahap diam dan tahap
gerak. tahap diam dapat berupa padatan atau cairan
pendukung pada suatu padatan atau gel. tahap diam dapat
dikemas dalam suatu kolom, menyebar sebagai suatu
lapisan, didistribusikan sebagai suatu film, atau
diaplikasikan oleh teknik lain. tahap gerak dapat berupa
gas atau cairan atau fluida superkritikal. Proses
pemisahan dapat berupa suatu adsorpsi, distribusi massa
(partisi), atau pertukaran ion, atau berdasarkan perbedaan
antara sifat fisika kimia suatu molekul, seperti ukuran,
massa dan volume. Bagian ini mencakup tentang
procedure umum, definisi dan perhitungan dari parameter
umum dan menjelaskan persyaratan umum untuk
kesesuaian sistem. Jenis-jenis kromatografi yang
dipakai dalam procedure analisa kualitatif dan
kuantitatif dalam Farmakope yaitu kromatografi kolom,
kromatografi gas, kromatografi kertas dan kromatografi
lapis tipis (termasuk kromatografi lapis tipis kinerja
tinggi/ KLTKT), dan kromatografi cairan yang diberi
tekanan atau yang biasa dikenal dengan kromatografi cair
kinerja tinggi (KCKT).
procedure UMUM
Bagian ini menggambarkan procedure dasar yang
dipakai ketika metode kromatografi ada dalam
suatu monografi. procedure berikut ini harus diikuti
kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi.
KROMATOGRAFI KERTAS
tahap diam Merupakan lembaran kertas dengan bentuk
dan ketebalan yang sesuai. Proses eluasi dapat menaik,
dimana tahap gerak dibawa oleh kertas melalui gaya
kapiler, atau eluasi menurun, dimana tahap gerak
merambat dengan bantuan gaya gravitasi. Arah kertas
sehubungan dengan rambatan tahap gerak harus
dipertahankan konstan dalam serangkaian kromatogram.
Peralatan Peralatan penting untuk kromatografi kertas
terdiri dari bejana kromatografi kedap udara degan inlet
untuk memasukkan eluen atau menurunkan tekanan
dalam bejana dan rak dari bahan tahan korosi, 5 cm di
bawah bagian dalam mulut bejana kromatografi. Rak
berfungsi sebagai pendukung untuk palung pelarut dan
batang untuk gantungan kertas kromatografi. Bagian
bawah bejana kromatografi berisi tahap gerak yang telah
ditetapkan. Jenuhkan bejana dengan uap tahap gerak
dengan meletakkan kertas saring yang telah dibasahi tahap
gerak sepanjang dinding bagian dalam bejana.
Penotolan Zat atau campuran zat yang akan diuji
dilarutkan dalam pelarut yang sesuai. Larutan biasanya
mengandung 1 - 20 μg senyawa, dengan memakai
mikropipet yang sesuai, ditotolkan dalam bentuk titik 6-
10 mm, dengan jarak totolan tidak kurang dari 3 cm.
procedure Kromatografi Kertas Eluasi Menurun:
1. Kertas kromatografi yang telah ditotolkan larutan uji,
dimasukkan ke dalam bejana, digantung
memakai batang untuk memegang ujung atas
kertas dalam palung pelarut. [Catatan Pastikan posisi
kertas yang menggantung tidak menyentuh rak,
dinding bejana kromatografi, ataupun larutan dalam
bejana kromatografi.]
2. Bejana kromatografi ditutup rapat, masukkan tahap
gerak melalu inlet, biarkan sampai bejana
kromatografi jenuh dengan uap tahap gerak.
3. Kelebihan tekanan dapat dikurangi bila diperlukan,
tutup inlet dan biarkan tahap gerak merambat pada
kertas secara menurun sesuai dengan jarak yang telah
ditentukan.
4. Keluarkan kertas dari bejana kromatografi.
5. Tandai batas rambat dan keringkan kertas.
6. Amati kromatogram dengan penampak bercak atau
sinar UV.
procedure Kromatografi Kertas Eluasi Menaik
1. Masukkan tahap gerak ke dalam bejana kromatografi.
2. Tutup rapat bejana kromatografi sampai jenuh dengan
uap tahap gerak. Kelebihan tekanan dapat dikurangi
bila diperlukan.
3. Celupkan kertas kromatografi ke dalam tahap .
4. Ketika eluasi sampai pada batas yang telah
ditentukan, keluarkan kertas kromatografi dan
keringkan.
5. Amati kromatogram dengan penampak bercak atau
sinar UV.
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
tahap diam Berupa lapisan tipis, kering merata, terbuat
dari bahan serbuk halus dilapiskan secara akurat pada
suatu kaca, plastik, atau lempeng aluminium (biasanya
semua disebut lempeng). tahap diam dari lempeng
kromatografi lapis tipis (KLT) memiliki ukuran
partikel rata-rata 10 - 15 μm, dan KLTKT memiliki
ukuran partikel rata-rata 5 μm. Lempeng komersial
dengan zona preadsorbent dapat dipakai jika
spesifikasinya sesuai dengan monografi. Sampel
ditotolkan pada daerah preadsorbent dikembangkan
dalam pita pendek yang tajam pada interface
preadsorbent-sorbent. Pemisahan dicapai berdasarkan
adsorpsi, partisi, atau kombinasi dari keduanya,
tergantung pada jenis partikel dari tahap diamnya.
Peralatan Bejana kromatografi harus inert, transparan,
dengan spesifikasi sebagai berikut: bagian bawah datar
atau “twin trough”, tutup rapat, dan ukurannya sesuai
dengan lempeng. Bejana kromatografi ditandai dengan
paling tidak satu dindingnya dimasukkan kertas saring.
tahap gerak atau pelarut pengembang yang sesuai
ditambahkan ke dalam bejana kromatografi, sesudah
impregnasi kertas saring, lempeng dengan ukuran yang
tepat dapat dipakai . Bejana kromatografi ditutup dan
dibiarkan jenuh [Catatan Kecuali dinyatakan lain dalam
masing-masing monografi, pemisahan kromatografi
dilakukan pada kondisi bejana yang jenuh.]
- 1533 -
Deteksi Untuk pengamatan lakukan dengan lampu UV
gelombang pendek (254 nm) dan UV gelombang panjang
(365 nm). Berbagai penampak bercak dapat dipakai .
Penoolan Totolkan larutan pada permukaan lempeng
dengan volume penotolan yang telah ditentukan untuk
memperoleh totolan dengan diameter 2 - 5mm (1-2 mm
pada lempeng KLTKT) atau bentuk pita 10 -