Jumat, 06 Desember 2024

farmakope 118


  hilangkan 

semua etiket yang dapat mempengaruhi bobot, pada 

waktu isi wadah dikeluarkan. Bersihkan dan keringkan 

dengan sempurna bagian luar wadah dengan cara yang 

sesuai, dan timbang satu persatu. Keluarkan isi tiap wada 

memakai  cara yang aman, misalnya dengan 

pendinginan untuk mengurangi tekanan dalam wadah, 

buka katup dan tuang. Keluarkan isi yang tertinggal 

dengan pelarut yang sesuai, lalu  bilas dengan 

beberapa  kecil metanol P. Panaskan wadah, katup, dan 

bagian lain wadah pada suhu 100º selama 5 menit. 

Dinginkan dan timbang kembali tiap wadah beserta 

bagiannya. Perbedaan antara penimbangan pertama dan 

penimbangan wadah kosong yaitu  bobot bersih isi 

wadah. Persyaratan dipenuhi jika bobot bersih isi masing-

masing 10 wadah yang diuji tidak kurang dari jumlah 

yang tertera pada etiket. 

 

 

JUMLAH BENANG PER SATUAN PANJANG <871> 

 

Pembalut Tidak Meregang 

 

Metode I 

 

    Tetapkan jumlah benang per 10 cm atau jika tidak 

memungkinkan lakukan pada jarak terpanjang sediaan 

yang diuji. Jika ukuran atau jumlah unit yang tersedia 

memungkinkan, ulangi pengujian pada tidak kurang dari  

4 posisi lainnya yang dipilih dan mewakili sediaan yang 

diuji. Kecuali dinyatakan lain pada monografi, hitung 

jumlah rata-rata benang per 10 cm. 

 

 

Metode II 

 

    Tetapkan jumlah benang per 2,5 cm dengan alat yang 

sesuai. Jika ukuran atau jumlah unit yang tersedia 

memungkinkan, ulangi pengujian pada tidak kurang dari  

4 posisi lainnya yang dipilih dan mewakili sediaan yang 

diuji. Kecuali dinyatakan lain pada monografi, hitung 

jumlah rata-rata benang per 10 cm. 

 

Metode III 

 

    Tetapkan jumlah seluruh benang arah memanjang 

dalam bahan yang tidak meregang dan ukur lebar bahan 

dihitung dari kedua sisi yang berlawanan. Jika jumlah 

satuan yang tersedia memungkinkan, ulangi pengujian 

memakai  tidak kurang dari 4 satuan lain yang dipilih 

dan mewakili sediaan yang diuji. Kecuali dinyatakan lain 

- 1520 -

 

 

 

 

 

    

dalam monografi, hitung jumlah benang rata-rata per      

10 cm. 

 

Metode IV 

 

    Tetapkan jumlah benang arah memanjang dan arah 

melebar pada 3 tempat dengan luas 10 cm x 10 cm. 

Hitung jumlah benang rata-rata 10 cm arah memanjang 

dan arah melebar. 

    Jika lebar bahan lebih kecil dari 10 cm, hitung jumlah 

benang pada seluruh lebar dan hitung jumlah benang per   

10 cm berdasarkan lebar yang tertera pada etiket. Jika 

lebar sediaan lebih besar dari 10 cm, bagian benang yang 

tidak tertenun dengan sempurna tidak dihitung. 

 

Pembalut Meregang Sempurna 

 

    Tetapkan jumlah benang ke arah memanjang pada 

bahan yang meregang sempurna dengan memberi  

beban ke arah melebar 10 N per cm lebar (lebih kurang 

1,07 kgf per cm lebar). 

    Tetapkan jumlah benang ke arah melebar pada saat 

sediaan meregang sempurna dengan memberi  beban 

ke arah memanjang 10 N per cm lebar (lebih kurang   

1,07 kgf tiap cm lebar). Hitung jumlah benang sepanjang 

10 cm. Kecuali jika per cm ada  10 benang atau lebih, 

lakukan penghitungan sepanjang 2,5 cm memakai  

alat yang sesuai. Jika pengukuran bahan tidak mungkin 

dilakukan pada jarak 10 cm, pakailah  ukuran terbesar 

yang dapat dilakukan. Jika ukuran atau jumlah satuan 

yang tersedia memungkinkan ulangi pengujian tidak 

kurang dari 4 posisi lainnya yang dipilih dan mewakili 

sediaan yang diuji. Kecuali dinyatakan lain pada 

monografi, hitung jumlah rata-rata benang per 10 cm.  

 

 

KARBON ORGANIK TOTAL <875> 

 

Karbon Organik Total (KOT) yaitu  suatu pengukuran 

tidak langsung molekul organik yang ada pada air untuk 

farmasi yang diukur sebagai karbon. Molekul organik 

masuk ke dalam air berasal dari sumber air, dari sistem 

pemurnian dan distribusi bahan dan dari biofilm yang 

tumbuh dalam sistem. KOT dapat dipakai  sebagai 

kendali proses untuk mengawasi kinerja unit operasi 

dalam sistem pemurnian dan distribusi air. Pengukuran 

KOT tidak dapat menggantikan uji endotoksin atau 

mikrobiologi. Sementara itu, ada hubungan kualitatif 

antara sumber makanan dan aktivitas mikrobiologi namun  

tidak ada hubungan langsung secara kuantitatif. 

Ada beberapa  metode yang dapat dipakai  untuk 

menganalisa  KOT. Bab ini tidak bermaksud 

menganjurkan, membatasi atau mencegah pemakaian  

teknologi, namun  merupakan pedoman untuk menilai 

teknologi ini  melalui interpretasi hasil pengujian 

peralatan yang dipakai  sebagai uji batas.  

Alat yang biasanya  dipakai  untuk penetapan KOT 

dalam air untuk farmasi biasanya dipakai  dengan 

tujuan mengoksidasi molekul organik dalam air untuk 

menghasilkan karbon dioksida diikuti dengan pengukuran 

jumlah karbon dioksida yang terbentuk dalam air. 

lalu  jumlah karbon dioksida ini  ditetapkan 

sebagai kadar karbon organik total dalam air. 

Semua teknologi harus dapat membedakan antara 

karbon anorganik yang mungkin ada dalam air berasal 

dari sumber seperti CO2 terlarut dan bikarbonat, dan CO2 

yang dihasilkan dari oksidasi molekul organik dalam 

contoh. Perbedaan dapat ditunjukkan baik dengan 

menetapkan karbon anorganik dan mengurangkan dari 

karbon total (karbon total merupakan jumlah karbon 

organik dan karbon anorganik) atau dengan 

menghilangkan karbon anorganik dari contoh sebelum 

dioksidasi. Pada waktu menghilangkan karbon anorganik 

kemungkinan sebagian kecil molekul karbon organik 

dalam air untuk farmasi yang ikut terbuang dapat 

diabaikan.  

 

    Persyaratan Peralatan Metode uji ini dilakukan baik 

sebagai uji langsung atau tidak langsung di laboratorium 

memakai  alat terkalibrasi. Kesesuaian alat harus 

ditunjukkan secara berkala seperti dijelaskan di bawah 

ini. Sebagai tambahan, batas deteksi spesifik dari pabrik 

pembuat harus 0,05 mg karbon per liter (0,05 bpj karbon) 

atau dibawahnya. 

    Jika pengujian air untuk keperluan pengawasan mutu, 

pastikan bahwa alat dan data berada di bawah 

pengawasan yang memadai. Metode dan lokasi 

pengambilan contoh untuk pengukuran langsung maupun 

tidak langsung harus dapat menggambarkan kualitas air 

yang dipakai . Produksi, distribusi dan pemakaian  air 

mempengaruhi pemilihan metode pengukuran secara 

langsung atau tidak langsung. 

     

    Baku Pembanding 1,4-Benzokuinon BPFI; Sukrosa 

BPFI. 

   

    Air pakailah  air yang memiliki tingkat KOT tidak 

lebih dari 0,1 mg per liter. [Catatan Persyaratan 

konduktivitas mungkin diperlukan untuk memastikan 

kehandalan metode.] 

    

    Wadah Kontaminasi bahan organik dari wadah dapat 

menghasilkan nilai KOT yang tinggi. Oleh sebab  itu, 

pakailah  alat gelas atau wadah contoh yang telah 

dibersihkan secara sempurna dari residu organik. Metode 

apapun yang secara efektif mampu menghilangkan bahan 

organik dapat dipakai , seperti tertera pada Pencucian 

Peralatan Kaca <1331>. pakailah  Air untuk pembilasan 

akhir.  

     

    Larutan Baku Kecuali dinyatakan lain dalam masing-

masing monografi, timbang saksama beberapa  Sukrosa 

BPFI, larutkan dalam Air, sampai  kadar lebih kurang        

1,19 mg per liter (0,50 mg karbon per liter). 

     

     Larutan Kesesuaian Sistem Timbang saksama 

beberapa  1,4-Benzokuinon BPFI, larutkan dalam Air, 

sampai  kadar lebih kurang 0,75 mg per liter (0,50 mg 

karbon per liter). 

- 1521 -

 

 

 

 

 

 

    Kendali untuk Air pakailah  beberapa  tertentu Air 

yang sama dengan yang dipakai  pada pembuatan 

Larutan Baku dan Larutan Kesesuaian Sistem. 

     

    Larutan Uji pakailah  contoh air yang diperoleh secara 

langsung maupun tidak langsung yang sesuai dan dapat 

mewakili kualitas air yang dipakai . 

     

    Larutan Kendali Lain Siapkan beberapa  larutan 

pereaksi blangko atau larutan spesifik lainnya yang 

diperlukan untuk menetapkan garis dasar alat atau 

penyesuaian kalibrasi dengan mengikuti instruksi dari 

pabrik pembuat, dan lakukan pengukuran blangko untuk 

mendapat nilai nol alat. 

     

    Kesesuaian Sistem Lakukan pengujian Kendali untuk 

Air pada alat dan rekam respons, rw. Ulangi pengujian 

memakai  Larutan Baku dan rekam respons, rs. 

Hitung respons Larutan Baku yang telah dikoreksi, yang 

merupakan batas respons, dengan mengurangkan respons 

Kendali untuk Air dari respons Larutan baku. Batas 

teoritis 0,50 mg karbon per liter setara dengan respons 

Larutan Baku terkoreksi, rs – rw. Uji Larutan Kesesuaian 

Sistem dalam alat dan rekam respons, rss. Hitung respons 

Larutan Kesesuaian Sistem terkoreksi dengan 

mengurangkan respons Kendali untuk Air dengan respons 

Larutan Kesesuaian Sistem, rss – rw. Hitung persentase 

efisiensi respons Larutan Kesesuaian sistem dengan 

rumus: 

 

 

 

 

 

Sistem ini sesuai jika efisiensi respons tidak kurang dari 

85% dan tidak lebih dari 115% respons teoritis.  

     

    procedure  Lakukan uji pada Larutan Uji dan rekam 

respons, rU. Larutan Uji memenuhi syarat jika rU tidak 

lebih dari batas respons rS – rW. Metode ini dapat 

dilakukan memakai  alat langsung atau tidak 

langsung yang memenuhi Persyaratan Peralatan.  

 

 

KEJERNIHAN DAN WARNA LARUTAN <881> 

 

A. Kejernihan Larutan 

Metode Visual 

    Lakukan penetapan memakai  tabung reaksi alas 

datar dengan diameter dalam 15 - 25 mm, tidak berwarna, 

transparan dan terbuat dari kaca netral. Bandingkan 

larutan uji dengan larutan suspensi  padanan yang dibuat 

segar, setinggi 40 mm. Bandingkan kedua larutan di 

bawah cahaya yang  terdifusi 5 menit sesudah  pembuatan 

suspensi padanan dengan tegak lurus ke arah bawah 

tabung memakai  latar belakang berwarna hitam. 

Difusi cahaya harus sedemikian rupa sesampai  suspensi 

padanan I dapat dibedakan dari air dan suspensi padanan 

II dapat dibedakan dari suspensi padanan I. Larutan 

dianggap jernih jika  sama dengan air atau larutan yang 

dipakai  dalam pengujian dengan kondisi yang 

dipersyaratkan, atau jika opalesen tidak lebih dari 

suspensi padanan I. 

    

    Larutan hidrazin sulfat Larutkan dan encerkan 1,0 g 

hidrazin sulfat P  sampai  100 ml dengan air, biarkan 

selama 4 -  6 jam.    

     

    Larutan heksametilentetramin. Larutkan 2,5 g 

heksametilentetramin P dalam labu bersumbat kaca  

100,0 ml dengan 25,0 ml air.  

     

    Suspensi opalesen primer  (suspensi formazin) 

Dalam wadah yang berisi Larutan heksametilen- tetramin 

tambahkan 25,0 ml Larutan hidrazin sulfat. Aduk dan 

biarkan selama 24 jam. Larutan stabil selama 2 bulan, 

jika disimpan dalam wadah kaca bebas dari kerusakan 

permukaan. Suspensi tidak boleh menempel di kaca dan 

harus dikocok bila akan diperpakailah . 

     

    Baku opalesense Encerkan 15,0 ml Larutan opalesen 

primer dengan air sampai 1000,0 ml. Larutan harus 

dibuat baru dan dapat dipakai   24 jam sesudah  

pembuatan. 

     

    Suspensi padanan Siapkan suspensi padanan seperti 

Table 1. Kocok dan aduk sebelum dipakai . 

 

Tabel 1 

 I II III IV 

Baku opalesen 

Air  

5,0 ml 

95,0 ml 

10, ml 

90,0 ml 

30,0 ml 

70,0 ml 

50,0 ml 

50,0 ml 

 

    Baku kekeruhan. Siapkan suspensi formazin dengan 

mencampurkan Larutan hidrazin sulfat dengan Larutan 

heksametilentetramin dalam jumlah yang sama dan 

ditetapkan sebagai baku padanan primer 4000 NTU 

(Nefelometri Turbidity Units). Larutan padanan I, II, II 

dan IV masing-masing memiliki nilai 3 NTU, 6 NTU,     

18 NTU dan 30 NTU. Penstabil suspensi formazin yang 

dapat dipakai  untuk menjaga kestabilan, baku 

kekeruhan encer tersedia secara komersial dan dapat 

diperpakailah  sesudah  dibandingkan dengan baku yang 

dibuat seperti yang telah dijelaskan. Formazin memiliki 

beberapa karakteristik yang diinginkan sebagai baku 

kekeruhan yang baik. Jika ingin mendapatkan 

pengulangan yang baik siapkan dari bahan baku uji. 

Karakteristik fisika membuatnya menjadi baku kalibrasi. 

Polimer formazin disusun dari rantai panjang yang 

berbeda yang berlipat menjadi susunan acak. Hasil ini 

berada dalam rentang uji yang lebar dari bentuk dan 

ukuran partikel, yang secara analitik cocok dengan 

kemungkinan ukuran dan bentuk partikel yang berbeda 

ditemukan dalam contoh nyata. Oleh sebab  

reprodusibilitas formazin, karakteristik hamburan dan 

mampu telusur, maka  algoritma kalibrasi instrumen dan 

kriteria kinerja  sebagian besar didasarkan pada baku ini.  

 

 

( )

WS

WSS

rr

rr

100

- 1522 -

 

 

 

 

 

    

Metode Instrumental 

    Pendahuluan  

    Tingkat dari opalessense dapat diterangkan dengan 

pengukuran memakai  instrumental dari cahaya yang 

diserap atau disebarkan pada jumlah kepadatan  optik 

submikroskopis yang tidak homogen dari larutan 

opalesen dan suspensi. Dua bagian dari teknik ini  

yaitu  nefelometri dan turbidimetri. Untuk pengukuran 

kekeruhan dari warna contoh, dapat dipakai  pemilihan 

rasio turbidimetri dan nefelometri. Efek dari 

penghamburan cahaya dari partikel suspensi dapat diukur 

dengan mengamati cahaya yang ditransmisikan 

(turbidimetri) atau cahaya yang dihamburkan 

(nefelometri). Perbandingan turbidimetri yaitu  

kombinasi antara nefelometri dan turbidimetri. 

Turbidimetri dan nefelometri berguna untuk pengukuran 

dari sedikit suspensi opalesen. Pembuatan suspensi 

padanan haruslah dengan kondisi yang baik. Untuk 

pengukuran kuantitatif, perlu dipakai  kurva kalibrasi, 

hubungan antara karakteristik optik dari suspensi dan 

kadar tahap  yang terdispersi pada semi-empirik terbaik. 

    Penentuan opalesen dari warna larutan dilakukan 

berdasarkan perbandingan turbidimeter atau nefelometer 

dengan cara pemilihan perbandingan, sebab  warna dapat 

menimbulkan gangguan negatif, melemahkan kedua 

kejadian, menghamburkan cahaya dan menurunkan nilai 

kekeruhan. Efeknya begitu besar untuk contoh berwarna 

dimana nephelometer konvensional tidak dapat 

dipakai . 

    Pengukuran kejernihan dan opalesen dengan instrumen 

memberi  lebih banyak uji pengecualian yang tidak 

akan muncul pada analisa secara visual. Hasil berupa 

angka lebih banyak dipakai dalam pengamatan kualitas 

dan proses pengawasan, terutama dalam stabilitas. 

Sebagai contoh, sebelum data angka dalam stabilitas 

diproyeksikan untuk penentuan apakah ukuran dari 

perumusan atau kandungan aktif akan  melampaui batas 

shelf-life dari waktu kedaluarsa.  

 

Nefelometri 

    Ketika larutan memberi  gambaran pada sudut 

kanan dari arah jatuhnya cahaya, sistem opalesen akan 

menghadap ke arah bayangan dari partikel larutan (efek  

Tyndall). Pastinya sebagian sorot cahaya masuk, sebagian 

dari kekeruhan larutan dipancarkan, sebagian lainnya 

diabsorsi dan sebagian dihamburkan oleh partikel 

suspensi. Jika ukuran lebar cahaya dibuat 90 dari lebar 

cahaya, maka cahaya yang dihamburkan oleh partikel 

suspensi akan diperpakailah  untuk menentukan kadar, 

penyajian angka dan ukuran partikel berpengaruh 

terhadap sisa tersebar. Suspensi padanan harus 

mempertahankan  tingkat kekeruhan yang tetap konstan, 

contoh dan suspensi padanan harus disiapkan dengan 

kondisi yang sama. Efek Tyndall tergantung pada jumlah 

dan ukuran partikel. Pengukuran nefelometri lebih dapat 

diandalkan pada jarak kekeruhan yang rendah, sebab  

pada kondisi ini  ada  hubungan yang linear 

antara nilai Nefelometric Turbity Unit (NTU) dengan 

signal relatif detektor. Tingkat kekeruhan meningkat, 

tidak semua partikel terpapar bersama cahaya dan radiasi 

tersebar dari partikel lain menghalangi jalannya menuju 

ke detektor. Nilai terbesar dari nefelometri, dimana 

pengukuran dapat diandalkan dibuat pada batas 1750 - 

2000 NTU. Linearitas ditunjukkan dengan membuat 

kurva kalibrasi memakai  sekurang-kurangnya 4 titik 

konsentrasi.  

 

Kekeruhan 

    Sifat-sifat optik yang dinyatakan sebagai kekeruhan 

yaitu  interaksi antara cahaya dan partikel dalam cairan. 

Hal ini merupakan pernyataan dari peralatan optik yang 

menyebabkan cahaya lebih dihamburkan dan diserap dari 

pada ditransmisikan secara lurus melalui contoh. Jumlah 

materi padat dalam suspensi dapat ditentukan dengan 

pengukuran cahaya yang ditransmisikan. Hubungan linear 

antara kekeruhan dan kadar diperoleh ketika di dalam 

suspensi ada  ukuran partikel yang seragam dan 

homogen. Hal ini hanya berlaku di dalam suspensi yang 

sangat encer yang mengandung partikel kecil. Linieritas 

antara kekeruhan dan kadar didapatkan dengan membuat 

kurva kalibrasi memakai  sekurang-kurangnya 4 titik 

konsentrasi. 

 

Perbandingan kekeruhan 

    Dalam perbandingan kekeruhan, hubungan dari 

perhitungan transmisi untuk pengukuran cahaya yang 

dihamburkan sebesar 90° dapat ditentukan. procedure  ini 

dipakai  untuk cahaya yang berkurang oleh warna 

contoh. Pengaruh warna contoh harus dihilangkan dengan 

memakai  Infrared Light-Emitted Diode (IR LED) 

pada 860 nm dari sumber cahaya alat. Instrumen dengan 

detektor fotodioda menerima dan mengukur hamburan 

cahaya pada sudut 90° dari contoh serta mengukur  

hamburan kedepan (cahaya yang dipantulkan) pada 

bagian depan sampel secara terus menerus dengan 

mengukur cahaya yang ditransmisikan langsung melalui 

sampel. Hasil pengukuran dinyatakan dalam satuan NTU 

(perbandingan) yang diperoleh dengan menghitung 

perbandingan hamburan cahaya pada sudut 90° cahaya 

dari hamburan cahaya yang diukur terhadap penjumlahan 

komponen dari hamburan ke depan dan nilai cahaya yang 

ditransmisikan. Pada perbandingan turbidimetri pengaruh 

cahaya menyimpang dapat ditiadakan. Nefelometer 

dipakai  untuk  mengukur tingkat opalesen dari warna 

larutan. 

    Pengukuran suspensi padanan I - IV dengan perbandingan 

turbidimeter ditunjukkan dalam hubungan linear antara 

kadar dan nilai NTU. Suspensi padanan I - IV dapat 

dipakai  sebagai kalibrator untuk instrumen. 

 

Tabel 2 

 

Suspensi Formazin 

Nilai opalesen 

( NTU) 

Suspensi padanan I 

Suspensi padanan II 

Suspensi padanan III 

Suspensi padanan IV 

Baku opalesen  

Suspensi opalesen primer 

             3 

             6 

           18 

           30 

           60 

       4000 

- 1523 -

 

 

 

 

 

 

 

Penentuan Opalesen dengan instrumen 

    Persyaratan dalam monografi dinyatakan dalam 

metode pemeriksaan visual dengan suspensi padanan. 

Metode instrumen akan diperpakailah  untuk menentukan 

kepatuhan dengan persyaratan monografi, salah satunya 

yaitu  kesesuaian dari instrumen yang diuraikan di 

bawah antara tetapan dan kalibrasi dengan suspensi 

padanan I - IV dan dengan air atau dengan pelarut yang 

dipakai nya.  

     

Peralatan  

    Rasio turbidimeter atau nephelometer dengan 

pemilihan aplikasi rasio memakai  sumber cahaya 

lampu tungsten dengan sensitifitas spektra antara 550 nm 

yang beroperasi pada filament warna bersuhu 2700 K, 

atau IR LED yang memiliki emisi maksimal pada 860 nm 

dengan panjang gelombang spektra 60 nm. Dapat juga 

diperpakailah  sumber cahaya lainnya yang sesuai. 

Photodiode silicon dan photomultiplier biasanya 

dipakai  sebagai detektor dan pencatat perubahan di 

dalam hamburan cahaya atau  transmisi oleh contoh. 

Hamburan cahaya pada 90+2,5° dideteksi oleh detektor 

pertama. Detektor lainnya mendeteksi kembali dan 

meneruskan hamburan cahaya sebagai cahaya transmisi. 

Instrumen yang dipakai  dikalibrasi lagi dengan baku 

untuk mengetahui kekeruhan dan mampu dengan segera 

menentukan kekeruhan. Hasil uji dinyatakan dalam NTU 

yang diperoleh dari instrumen dan membandingkan 

perinciannya dengan masing-masing monografi. 

Instrumen yang dipakai  memiliki spesifikasi yang 

sesuai.  

- Unit pengukuran: NTU yaitu  dasar kekeruhan dari  

baku padanan primer formazin. FTU (Formazin 

Turbidity Units) atau FNU (Formazin Nephelometry 

Units) juga dapat dipakai  dan ekuivalen dengan 

NTU pada daerah rendah   (di atas 40 NTU). Satuan 

ini dipakai dalam semua metode yang diperpakailah  

(nefelometri, turbidimetri dan perbandingan 

kekeruhan) 

- Batas pengukuran : 0,01 – 1100 NTU 

- Resolusi : 0,01 NTU di dalam batas 0 – 10 NTU; 0,1 

NTU di dalam batas  10 - 100 NTU, dan 1 NTU 

untuk batas > 100 NTU. Instrumen dikalibrasi dan 

dikontrol dengan baku padanan formazin. 

- Akurasi NTU: ± ( 2% dari pembacaan + 0,01) NTU. 

10 - 1000 NTU: ± 5%. 

- Repetabiliti : 0 - 10 NTU: ± 0,01 NTU.  10 - 1000 

NTU: ± 2 persen dari nilai perhitungan. 

- Kalibrasi: memakai  4 suspensi padanan dari 

formazin dalam batas yang disesuaikan dengan 

tujuan. Suspensi padanan diuraikan dalam bab ini 

atau dilakukan kalibrasi ulang pada baku padanan 

yang sesuai dengan memakai  suspensi padanan 

primer. 

- Cahaya sesatan: yaitu  sumber kesalahan yang 

berarti dalam perhitungan kekeruhan tingkat rendah, 

cahaya sesatan mencapai detektor dari sistem optik, 

namun  tidak sampai terhadap contoh, < 0,15 NTU 

untuk rentang 0 - 10 NTU, < 0,5 NTU untuk rentang 

10 - 1000 NTU. 

 

    Karakteristik instrumen sesuai persyaratan di atas dan 

diverifikasi memakai  suspensi padanan dan 

diuraikan dengan metode visual yang dapat dipakai  

sebagai pengganti pemeriksaan visual untuk penentuan 

ketepatan dengan persyaratan monografi. Peralatan 

dengan batas atau resolusi, akurasi dan  kemampuan 

pengulangan selain dari yang disebutkan di atas dapat 

diperpakailah  bila telah divalidasi dan mampu untuk 

pemakaian  yang dimaksudkan. Metode pengujian untuk 

zat atau produk harus divalidasi untuk menampilkan  

kemampuan analisa . Peralatan dan metode harus 

konsisten dengan sifat dari produk yang diuji. 

 

 

KERAPATAN SERBUK RUAHAN DAN 

SERBUK MAMPAT <891> 

 

Kerapatan Serbuk Ruahan 

 

Kerapatan serbuk ruahan yaitu  perbandingan antara 

massa serbuk yang belum dimampatkan terhadap volume 

termasuk kontribusi volume pori antarpartikel. Oleh 

sebab  itu, kerapatan serbuk ruahan tergantung pada 

kepadatan partikel serbuk dan susunan partikel serbuk. 

Satuan internasional kilogram per meter kubik (1 g/ml = 

1000 kg/m3), sebab  pengukuran dilakukan dengan 

memakai  gelas ukur maka kerapatan serbuk ruahan 

dinyatakan dalam gram per ml (g/ml). Hal ini dapat juga 

dinyatakan dalam gram per sentimeter kubik (g/cm3).  

Sifat dari kerapatan serbuk tergantung pada 

penanganannya seperti persiapan, perlakuan dan 

penyimpanan. Partikel-partikel dapat dikemas untuk 

memiliki berbagai kerapatan serbuk ruahan, namun  sedikit 

gangguan pada serbuk dapat menyebabkan perubahan 

pada kerapatan serbuk ruahan. Keberulangan pengukuran 

yang baik sering kali sulit diperoleh sesampai  dalam 

pelaporan hasil harus dinyatakan secara rinci bagaimana 

pengukuran ini  dilakukan. Kerapatan serbuk ruahan 

ditetapkan dengan mengukur volume contoh serbuk yang 

telah diayak dan diketahui bobotnya lalu  

dimasukkan ke dalam gelas ukur (Metode I) atau 

menimbang massa serbuk yang telah diketahui 

volumenya memakai  volumeter ke dalam sebuah 

cawan (Metode II) atau pengukuran dengan bejana 

pengukur (Metode III). 

Metode I dan Metode III lebih disukai. 

 

Metode I - Pengukuran memakai  Gelas Ukur 

    procedure  beberapa  serbuk yang mencukupi untuk 

pengujian jika perlu diayak dengan ayakan yang memiliki 

lubang ayakan yang lebih besar atau sama dengan 1,0 mm 

untuk memecah gumpalan yang mungkin terbentuk 

selama penyimpanan; hal ini harus dilakukan secara 

perlahan untuk mencegah perubahan sifat materi. 

Timbang saksama lebih kurang 100 g serbuk yang telah 

diayak, (M), dengan tingkat akurasi 0,1%, masukkan ke 

- 1524 -

 

 

 

 

 

    

dalam gelas ukur 250 ml (dengan skala terkecil 2 ml), 

tanpa pemampatan. Ratakan permukaan serbuk dengan 

hati-hati tanpa dimampatkan jika perlu, dan bacalah 

volume yang terlihat (V0) ke skala terdekat. Hitung 

kerapatan ruahan dalam g/ml dengan rumus M/V0. 

Lakukan pengukuran secara berulang. Jika kepadatan 

serbuk terlalu rendah atau terlalu tinggi, sesampai  contoh 

uji memiliki volume yang belum dimampatkan lebih dari 

250 ml atau kurang dari 150 ml, tidak dimungkinkan 

untuk memakai  100 g contoh serbuk. Oleh sebab  

itu, jumlah serbuk yang berbeda harus dipilih sebagai 

contoh uji, sesampai  volume serbuk yang belum 

dimampatkan berada diantara 150 - 250 ml (volume lebih 

besar atau sama dengan 60% dari volume gelas ukur); 

bobot serbuk uji yang dipakai  dicantumkan dalam 

hasil. Untuk serbuk yang memiliki volume antara 50 ml 

dan 100 ml, pakailah  gelas ukur 100 ml dengan skala       

1 ml; volume gelas ukur yang dipakai  dicantumkan 

dalam hasil. 

 

Metode II - Pengukuran memakai  Volumeter 

    Peralatan Alat (Gambar 1) terdiri dari corong pada 

bagian atas yang dilengkapi dengan ayakan 1,0 mm1. 

Corong yang terpasang di atas kotak penyekat berisi 

empat lempeng penyekat kaca dimana serbuk meluncur 

dan terpental saat melewatinya. Pada bagian bawah kotak 

penyekat ada  corong yang mengumpulkan serbuk 

dan memungkinkan untuk dituang ke dalam cawan 

dengan kapasitas tertentu yang dipasang langsung di 

bawahnya. Cawan bisa berbentuk silinder (volume    

25,00±0,05 ml dengan diameter dalam 30,00±2,00 mm) 

atau persegi (volume 16,39±0,2 ml dengan dimensi dalam 

25,4±0,076 mm). 

 

 

Gambar 1 

 

    procedure  Alirkan serbuk dalam jumlah berlebih 

melalui alat ini  ke dalam wadah penampung (yang 

telah ditara) sampai melimpah. pakailah  wadah 

penampung dengan volume minimum 25 cm3 untuk 

bentuk persegi dan 35 cm3 untuk bentuk silinder. Hati-

hati mengikis kelebihan serbuk dari atas wadah yaitu 

dengan cara gerakan perlahan pinggiran spatula yang 

tajam secara tegak lurus dengan permukaan atas wadah 

itu, pertahankan posisi spatula tegak lurus guna menjaga 

kemasan atau mengikis serbuk dari wadah. Bersihkan 

dinding luar wadah dan tentukan bobot, M, dari serbuk 

dengan tingkat akurasi 0,1%. Hitung kerapatan ruahan, 

dalam g per ml, dengan rumus: 

 

 

 

 

V0 yaitu  volume wadah dalam ml. Hitung rata-rata dari 

tiga pengukuran memakai  tiga contoh serbuk yang 

berbeda. 

 

Metode III Pengukuran memakai   

Bejana Pengukur 

 

    Peralatan Alat terdiri dari sebuah bejana pengukur 

silinder tahan karat berukuran 100-ml dengan ukuran 

yang ditetapkan seperti pada Gambar 2. 

 

 

Gambar 2 

    procedure  beberapa  serbuk yang mencukupi untuk 

pengujian jika perlu diayak dengan ayakan yang memiliki 

lubang ayakan yang lebih besar atau sama dengan 1,0 mm 

untuk memecah gumpalan yang mungkin terbentuk 

selama penyimpanan sesampai  memungkinkan contoh 

mengalir bebas ke dalam bejana pengukur (yang telah 

ditara) sampai berlebih. Secara hati-hati kikis kelebihan 

serbuk dari bagian atas bejana pengukur seperti yang 

dijelaskan pada Metode II. Tentukan bobot (M0) serbuk 

dengan pendekatan 0,1%. Hitung kerapatan serbuk 

ruahan (g/ml) dengan rumus M0/100, dan catat rata-rata 

tiga pengukuran memakai  tiga contoh serbuk yang 

berbeda. 

 

Kerapatan Serbuk Mampat yaitu  tingkatan dari 

kerapatan serbuk mampat yang diperoleh dengan cara 

mengetuk secara mekanis gelas ukur atau bejana 

pengukur yang berisi serbuk. sesudah  mengamati volume 

atau bobot serbuk awal, gelas ukur atau bejana pengukur 

diketuk secara mekanik dan pembacaan volume atau 

bobot dilakukan sesudah  terjadi perubahan volume atau 

bobot. Pengetukan secara mekanik didapat dengan cara 

meninggikan gelas ukur atau bejana pengukur sesampai  

memungkinkan serbuk untuk turun sebab  pengaruh 

bobotnya sendiri sampai jarak tertentu, menurut salah 

satu dari tiga metode seperti dijelaskan di bawah. Alat 

yang memutar gelas ukur atau bejana pengukur selama 

pengetukan mungkin lebih disukai untuk meminimalkan 

kemungkinan pemisahan massa selama pengetukan. 

 

0V

M

- 1525 -

 

 

 

 

 

 

 

Metode I 

 

Peralatan Alat (Gambar 3) terdiri dari: 

• Sebuah gelas ukur 250 ml (skala 2 ml dengan massa  

220±44 g) 

• Sebuah alat pemampat yang mampu menghasilkan     

250±15 ketukan per menit dari ketinggian 3±0,2mm 

atau 300±15 ketukan dari ketinggian 14±2 mm. 

• Penyangga gelas ukur dengan massa 450±10 g. 

 

procedure  Lakukan seperti yang dijelaskan di atas 

untuk penentuan volume ruah (V0). Pasang gelas ukur 

pada penyangga. Lakukan 10, 500, dan 1250 ketukan 

pada contoh serbuk yang sama dan bacaV10,V500, V1250 ke 

satuan gelas ukur terdekat. Jika perbedaan antara V500 dan 

V1250 kurang dari 2 ml, maka V1250 yaitu  volume 

pemampatan. Jika perbedaan antara V500 dan V1250 

melebihi 2 ml, ulangi peningkatan seperti pengetukan 

1250, sampai  perbedaan antara pengukuran kurang dari    

2 ml. Mungkin diperlukan pengetukan yang lebih sedikit 

untuk beberapa jenis serbuk, saat divalidasi. Hitung 

kerapatan serbuk mampat (g/ml) dengan memakai  

rumus M/VF, VF yaitu  volume sesudah  pengetukan akhir. 

Lakukan pengukuran secara berulang. Tetapkan 

ketinggian jatuh serta hasilnya. Jika tidak mungkin untuk 

memakai  100 g contoh uji, pakailah  contoh yang 

dikurangi jumlahnya dan gelas ukur 100 ml (skala 1 ml) 

dengan berat 130±16 g dan terpasang pada dudukan 

dengan berat 240±12 g. Modifikasi kondisi uji cantumkan 

dalam laporan hasil. 

 

Metode II 

 

Peralatan dan procedure  Lakukan seperti yang 

dijelaskan pada Metode I kecuali bahwa alat uji mekanik 

memberi  tetesan tetap sebesar 3±0,2 mm pada 

kecepatan 250 ketukan per menit. 

 

Metode III 

 

Peralatan dan procedure  Lakukan seperti tertera pada 

Metode III Pengukuran memakai  Bejana Pengukur 

dalam Kerapatan Serbuk Ruahan untuk mengukur 

kerapatan serbuk mampat memakai  perlengkapan 

bejana tertutup seperti Gambar 2. Bejana pengukur yang 

dilengkapi dengan penutup, diangkat 50 - 60 kali per 

menit memakai  alat uji kerapatan serbuk mampat 

yang sesuai. Lakukan 200 kali pengetukan, buka penutup, 

dan secara hati-hati kikis kelebihan serbuk dari atas 

bejana pengukur seperti yang dijelaskan dalam Metode III 

Pengukuran memakai  Bejana Pengukur untuk 

mengukur kerapatan serbuk ruahan. Ulangi procedure  

memakai  400 kali pengetukan. Jika perbedaan antara 

dua massa sesudah  200 dan 400 pengetukan melebihi 2%, 

lakukan pengujian memakai  tambahan 200 kali 

pengetukan lagi sampai diperoleh perbedaan antara kedua 

pengukuran kurang dari 2%. Hitung kerapatan serbuk 

mampat (g/ml) dengan rumus MF/100, MF yaitu  massa 

serbuk pada bejana pengukur. Hitung rata-rata dari tiga 

pengukuran memakai  tiga contoh serbuk yang 

berbeda. 

 

 

 

 

Pengukuran Kompresibilitas Serbuk 

 

    sebab  interaksi antar partikel yang mempengaruhi 

sifat ruahan dari serbuk juga mempengaruhi aliran 

serbuk, perbandingan antara kerapatan serbuk ruahan dan 

kerapatan serbuk mampat menggambarkan nilai interaksi 

ini dalam serbuk. Perbandingan ini sering dipakai  

sebagai indeks kemampuan serbuk mengalir, misalnya 

Indeks Kompresibilitas atau Perbandingan Hausner 

seperti dijelaskan di bawah ini. 

    Indeks Kompresibilitas dan Perbandingan Hausner 

yaitu  ukuran dari kecenderungan serbuk yang akan 

dikompres seperti dijelaskan di atas, yang merupakan 

kemampuan serbuk untuk mantap dan relatif berguna 

untuk menetapkan interaksi antar partikulat. Pada serbuk 

yang mengalir bebas, interaksi ini  kurang berarti dan 

nilai kerapatan serbuk ruahan dan serbuk mampat lebih 

dekat. Untuk bahan yang lebih sukar mengalir, interaksi 

antar partikel sering lebih besar dan perbedaan antara 

kerapatan serbuk ruahan dan serbuk mampat juga besar. 

Perbedaan ini tercermin dalam Indeks Kompresibilitas 

dan Perbandingan Hausner. 

 

 

Gambar 3 

 

Indeks Kompresibilitas Dihitung dengan rumus: 

 

 

 

 

 

V0 = volume sebelum dimampatkan 

VF = volume sesudah  pengetukan 

 

0

0100

V

VV F

- 1526 -

 

 

 

 

 

    

Perbandingan Hausner Dihitung dengan rumus: 

 

 

 

 

 

Tergantung pada serbuk, indeks kompresibilitas dapat 

diukur memakai  V10 selain V0. [Catatan Jika V10 

dipakai , harus dicantumkan pada laporan hasil.] 

 

 

KESEMPURNAAN MELARUT <901> 

 

    Masukkan beberapa  zat seperti tertera dalam masing-

masing monografi ke dalam gelas ukur bersumbat kaca   

10 ml dengan ukuran lebih kurang 125 mm x 13 mm dan 

telah dibersihkan dengan cermat. Dengan memakai  

pelarut seperti tertera dalam masing-masing monografi 

atau pada etiket, isi gelas ukur sampai  hampir ke leher 

gelas. Kocok hati-hati sampai  larut; larutan harus sama 

jernihnya dengan beberapa  volume sama dari pelarut 

yang sama, dalam wadah yang serupa dan diperlakukan 

dengan cara yang sama. 

 

 

KESERAGAMAN SEDIAAN <911> 

 

[Catatan Dalam bab ini, satuan dan satuan sediaan 

yaitu  sinonim.] 

Untuk menjamin konsistensi satuan sediaan, masing-

masing satuan dalam bets harus memiliki  kandungan 

zat aktif dalam rentang sempit yang mendekati kadar 

yang tertera pada etiket. Satuan sediaan didefinisikan 

sebagai bentuk sediaan yang mengandung dosis tunggal 

atau bagian dari suatu dosis zat aktif pada masing-masing 

satuan. Persyaratan keseragaman sediaan tidak berlaku 

untuk suspensi, emulsi atau gel dalam wadah satuan dosis 

yang ditujukan untuk pemakaian  secara eksternal pada 

kulit. 

Keseragaman sediaan didefinisikan sebagai derajat 

keseragaman jumlah zat aktif dalam satuan sediaan. 

Persyaratan yang ditetapkan dalam bab ini berlaku untuk 

masing-masing zat aktif yang terkandung dalam satuan 

sediaan yang mengandung satu atau lebih zat aktif, 

kecuali dinyatakan lain dalam FI. 

Keseragaman sediaan ditetapkan dengan salah satu dari 

dua metode, yaitu Keragaman bobot dan Keseragaman 

kandungan (Tabel 1). Uji Keseragaman kandungan 

berdasarkan pada penetapan kadar masing-masing 

kandungan zat aktif dalam satuan sediaan untuk 

menentukan apakah kandungan masing-masing terletak 

dalam batasan yang ditentukan. Metode keseragaman 

kandungan dapat dipakai  untuk semua masalah .  

Uji Keragaman bobot diterapkan pada bentuk sediaan 

berikut: 

(B1) Larutan dalam wadah satuan dosis dan dalam 

kapsul lunak; 

(B2) Sediaan padat (termasuk serbuk, granul dan 

sediaan padat steril) yang dikemas dalam wadah 

dosis tunggal dan tidak mengandung zat 

tambahan aktif atau inaktif; 

(B3) Sediaan padat (termasuk sediaan padat steril) 

yang dikemas dalam wadah dosis tunggal, dengan 

atau tanpa zat tambahan aktif atau inaktif, yang 

disiapkan dari larutan asal dan dibeku-keringkan 

dalam wadah akhir dan pada etiket dicantumkan 

metode pembuatan; dan 

(B4) Kapsul keras, tablet tidak bersalut atau tablet salut 

selaput, mengandung zat aktif 25 mg atau lebih 

yang merupakan 25% atau lebih terhadap bobot,  

satuan sediaan atau dalam masalah  kapsul keras, 

kandungan kapsul, kecuali keseragaman dari zat 

aktif lain yang tersedia dalam bagian yang lebih 

kecil memenuhi persyaratan keseragaman 

kandungan. 

 

    Uji Keseragaman kandungan dipersyaratkan untuk 

semua bentuk sediaan yang tidak memenuhi kondisi di 

atas pada uji Keragaman bobot. Jika dipersyaratkan uji 

Keseragaman kandungan, industri dapat memenuhi 

persyaratan ini dengan melakukan uji Keragaman bobot 

jika simpangan baku relatif (SBR) kadar dari zat aktif 

pada sediaan akhir tidak lebih dari 2%. Penetapan SBR 

ini berdasarkan data validasi proses dan pengembangan 

produk industri. SBR kadar yaitu  simpangan baku relatif 

kadar per satuan sediaan (b/b atau b/v) dengan kadar tiap 

satuan sediaan setara dengan hasil penetapan kadar 

tiapsatuan sediaan dibagi dengan bobot masing-masing 

satuan sediaan (Tabel 2). Jika sediaan diuji Keragaman 

bobo tseperti di atas, Keseragaman kandungan harus 

memenuhi syarat. 

 

Keseragaman Kandungan 

 

    Ambil tidak kurang dari 30 satuan dan lakukan seperti 

berikut untuk bentuk sediaan yang dimaksud.  

Jika procedure  yang dipakai  untuk penetapan kadar dan 

uji Keseragaman sediaan berbeda, diperlukan faktor 

koreksi yang akan dipakai  untuk memperoleh hasil pengujian. 

     

    Sediaan padat Tetapkan kadar masing-masing 10 

satuan memakai  metode analisa  yang sesuai. Hitung 

nilai penerimaan (Tabel 2). 

     

    Sediaan cair Lakukan penetapan kadar pada beberapa  

tertentu bahan yang ditelah dikocok dan dipindahkan dari 

masing-masing wadah dalam kondisi pemakaian  yang 

normal dan nyatakan hasil sebagai dosis terbagi. Hitung 

nilai penerimaan (Tabel 2). 

 

     Perhitungan Nilai Penerimaan Hitung nilai 

penerimaan dengan rumus: 

 

ksXM +  

 

Keterangan seperti tercantum pada Tabel 2. 

FV

V0

- 1527 -

 

 

 

 

 

 

Keragaman Bobot 

 

    Lakukan penetapan kadar zat aktif pada contoh bets 

yang mewakili memakai  metode analisa  yang 

sesuai. Nilai ini disebut hasil A, dinyatakan dalam persen 

dari jumlah yang tertera pada etiket (seperti tertera pada 

Perhitungan nilai penerimaan) dengan asumsi kadar 

(bobot zat aktif per bobot satuan sediaan) homogen. 

Ambil tidak kurang dari 30 satuan sediaan dan lakukan 

seperti berikut untuk bentuk sediaan yang dimaksud. 

    Tablet tidak bersalut atau bersalut selaput Timbang 

saksama 10 tablet satu per satu. Hitung jumlah zat aktif 

dalam tiap tablet yang dinyatakan dalam persen dari 

jumlah yang tertera pada etiket dari hasil Penetapan 

kadar masing-masing tablet. Hitung nilai penerimaan. 

    Kapsul keras Timbang saksama 10 kapsul satu per 

satu, beri identitas masing-masing kapsul. Keluarkan isi 

masing-masing kapsul dengan cara yang sesuai. Timbang 

saksama tiap cangkang kapsul kosong, dan hitung bobot 

bersih dari isi tiap kapsul dengan cara mengurangkan 

bobot cangkang kapsul dari masing-masing bobot bruto. 

Hitung jumlah zat aktif dalam tiap kapsul dari hasil 

Penetapan kadar masing-masing isi kapsul. Hitung nilai 

penerimaan. 

    Kapsul lunak Timbang saksama 10 kapsul utuh satu 

per satu untuk memperoleh bobot kapsul, beri identitas 

tiap kapsul. lalu  buka kapsul dengan alat pemotong 

bersih dan kering yang sesuai seperti gunting atau pisau 

tajam, keluarkan isi, dan bilas dengan pelarut yang sesuai. 

Biarkan sisa pelarut menguap dari cangkang kapsul pada 

suhu ruang dalam waktu lebih kurang 30 menit, lindungi 

terhadap penarikan atau kehilangan kelembaban. 

Timbang tiap cangkang kapsul, dan hitung bobot bersih 

isi kapsul. Hitung jumlah zat aktif dalam tiap kapsul dari 

hasil Penetapan kadar masing-masing isi kapsul. Hitung 

nilai penerimaan. 

    Sediaan padat selain tablet dan kapsul Lakukan 

seperti tertera pada Kapsul keras. Hitung nilai penerimaan.  

    Sediaan cair Timbang saksama beberapa  cairan yang 

dikeluarkan dari 10 wadah satu per satu seperti 

pemakaian  normal. Jika perlu lakukan perhitungan 

kesetaraan volume sesudah  penetapan bobot jenis. Hitung 

jumlah zat aktif dalam tiap wadah dari hasil Penetapan 

kadar. Hitung nilai penerimaan. 

    Perhitungan nilai penerimaan Hitung nilai 

penerimaan seperti pada uji Keseragaman kandungan,  

kecuali kandungan masing-masing satuan diganti dengan 

perkiraan kandungan masing-masing sebagai berikut: 

 

 

 

Kriteria 

 

    pakailah  kriteria berikut kecuali dinyatakan lain dalam 

masing-masing monografi. 

    Sediaan padat dan cair Keseragaman sediaan 

memenuhi syarat jika nilai penerimaan 10 unit sediaan 

pertama tidak kurang atau sama dengan L1%. Jika nilai 

penerimaan lebih besar dari L1%, lakukan pengujian pada 

20 unit sediaan tambahan, dan hitung nilai penerimaan. 

Memenuhi syarat jika nilai penerimaan akhir dari 30 unit 

sediaan lebih kecil atau sama dengan L1% dan tidak ada 

satu unitpun kurang dari [1 – (0,01)(L2)]M atau tidak satu 

unitpun lebih dari [1 + (0,01)(L2)]M seperti tertera pada 

Perhitungan nilai penerimaan dalam Keseragaman 

kandungan atau Keragaman bobot. Kecuali dinyatakan 

lain L1 yaitu  15,0 dan L2 yaitu  25,0. 

 

 

 

Tabel 1 pemakaian  Uji Keseragaman kandungan dan Uji Keragaman bobot untuk sediaan 

 

Bentuk sediaan Tipe Sub tipe Dosisdan perbandingan zat aktif 

 25 mg dan  25 % < 25 mg atau < 25% 

Tablet Tidak bersalut  Keragaman bobot Keseragaman 

kandungan  

Salut Selaput Keragaman bobot Keseragaman 

kandungan 

Lainnya Keseragaman 

kandungan 

Keseragaman 

kandungan 

X1, X2,...,  Xn = Perkiraan masing-masing 

kandungan dari satuan yang diuji, 

denganXi = wi x A/W

w1, w2, ..., wn = Bobot masing-masing satuan yang 

diuji pada Keragaman bobot 

A = kandungan zat aktif (persen 

terhadap jumlah yang tertera pada 

etiket) yang diperoleh 

memakai  metode analisa yang 

sesuai 

W  = rata-rata dari bobot masing-masing 

satuan (w1, w2, ..., wn) 

X1, X2,...,  Xn = perkiraanmasing-masing 

kandungandari satuan yang diuji, 

denganXi = wi x A/W

w1, w2, ..., wn = Bobot masing-masing satuan yang 

diuji pada Keragaman bobot 

A = kandungan zat aktif (persen 

terhadap jumlah yang tertera pada 

etiket) yang diperoleh 

memakai  metode analisa yang 

sesuai 

W  = rata-rata dari bobot masing-masing 

satuan (w1, w2, ..., wn) 

- 1528 -

 

 

 

 

 

    

Kapsul Keras  Keragaman bobot Keseragaman 

kandungan 

Lunak Suspensi, emulsi, 

atau gel 

Keseragaman 

kandungan 

Keseragaman 

kandungan 

Larutan Keragaman bobot Keragaman bobot 

Sediaan padat dalam wadah dosis 

tunggal 

Komponen tunggal  Keragaman bobot Keragaman bobot 

Multi komponen Larutan beku kering 

dalam wadah akhir 

Keragaman bobot Keragaman bobot 

Lainnya Keseragaman 

kandungan 

Keseragaman 

kandungan 

Larutan dalam wadah satuan dosis 

dan dalam kapsul lunak 

  Keragaman bobot Keragaman bobot 

Lainnya   Keseragaman 

kandungan  

Keseragaman 

kandungan 

 

Tabel 2 

Variabel Definisi Kondisi Nilai 

X  Rata-rata dari masing-masing kandungan 

(X1,X2,...Xn) yang dinyatakan dalam 

persentase dari jumlah yang tertera pada 

etiket 

  

X1, X2, ..., Xn Kandungan masing-masing satuan sediaan 

yang diuji, dinyatakan dalam persentase 

dari jumlah yang tertera pada etiket 

  

n Jumlah sampel  

(jumlah satuan dalam sampel) 

  

k Konstanta penerimaan Jika n = 10, maka k = 2,4 

Jika n = 30, maka k= 2,0 

s Simpangan baku sampel  ( )

2/1

1

2

1

=

n

Xx

n

i

i

 

SBR Simpangan baku relatif (simpangan baku 

contoh yang dinyatakan dalam persentase 

rata-rata) 

 

X

s100  

M (masalah  1) yang 

dipakai  jika T 101,5 

Nilai rujukan Jika 98,5% X 101,5%, 

maka 

M= X  

(NP =ks) 

Jika X <98,5%, maka M = 98,5%  

(NP = 98,5 - X +ks) 

Jika X >101,5%, maka M = 101,5%  

(NP = X -101,5% +ks) 

M (masalah  2) yang 

dipakai  jika T> 101,5 

Nilai rujukan Jika 98,5% X T maka M= X  

(NP =ks) 

Jika X <98,5%, maka M = 98,5%  

(NP = 98,5 - X +ks) 

Jika X >T maka M = T %  

(NP = X -T+ks) 

Nilai penerimaan (NP)   Rumus umum ksXM +  

(perhitungan diatas 

dinyatakanuntuk masalah  yang 

berbeda) 

L1 Nilai penerimaan maksimum yang 

diperbolehkan 

 L1 = 15,0 kecuali dinyatakan 

lain pada masing-masing 

monografi 

L2 Rentang deviasi maksimum dari tiap 

satuan sediaan yang diuji dari perhitungan 

nilai M 

Pada bagian bawah, tidak ada 

satupun hasil satuan sediaan 

yang boleh kurang dari [1-

(0,01)(L2)] M. Pada bagian 

atas tidak ada satupun hasil 

satuan sediaan yang boleh 

lebih besar dari [1+(0,01)(L2)] 

M (berdasarkan nilai L2 =  25,0) 

L2 = 25,0 kecuali dinyatakan 

lain dalam masing-masing 

monografi 

- 1529 -

 

 

 

 

 

 

Variabel Definisi Kondisi Nilai

T Nilai kandungan tiap satuan sediaan pada 

saat diproduksi, dinyatakan sebagai 

persentase dari jumlah yang tertera pada 

etiket. Untuk pemakaian  pada farmakope, 

kecuali dinyatakan lain pada masing-

masing monografi, T yaitu  100,0%. 

Untuk tujuan produksi, T yaitu  nilai yang 

disetujui oleh industri pada saat produksi. 

  

 

KETAHANAN TERHADAP AIR <921> 

 

    Air tidak boleh menembus paling sedikit lima contoh, 

jika diuji dengan cara berikut. 

 

    Alat 

    Alat yang sesuai (lihat gambar) terdiri dari sel yang 

dapat memberi tekanan hidrostatik 500 mm air kepada 

permukaan lingkaran lebih kurang 20 cm2 air pada sisi tak 

berperekat dari bahan yang akan diuji. Contoh dijepit 

pada posisi horizontal memakai  dua cicin, cincin 

bawah merupakan bagian dari sel. Permukaan cincin yang 

berhubungan langsung dengan contoh dilapis dengan 

bahan salut yang sesuai, seperti karet. Penjepit 

dikencangkan dengan memutar sekrup untuk mencegah 

kebocoran air atau bergeraknya contoh selama pengujian. 

Tekanan hidrostatik dibangkitkan dari tabung vertikal, 

berdiameter dalam lebih kurang 10 mm, dan dihubungkan 

dengan dasar sel. 

 

 

 

    procedure  

    Siapkan contoh tanpa dilipat dan tanpa perlakuan 

tambahan. Isi sel dengan air suhu antara 19° - 21°.  

 

 

Letakkan sampel, berbentuk lingkaran dengan diameter 

terbesar 5 cm, pada cicin bawah dengan cara menggeser 

horizontal sedemikian rupa untuk menghindari 

penyusupan udara antara permukaan air dan permukaan 

bawah sampel. Tutup permukaan atas dengan kertas 

saring kering berdiameter 45 mm, letakkan cicin atas dan 

kencangkan sekrup. Tuangkan air ke dalam tabung 

sampai diperoleh tinggi air yang dipersyaratkan di atas 

permukaan contoh. Pertahankan tekanan hidrostatik 

selama 5 menit kecuali dinyatakan lain dalam monografi, 

periksa kertas saring. Ulangi procedure  pada lima contoh 

berikutnya. 

 

 

KONDUKTIVITAS AIR <925> 

 

    Konduktivitas elektrik air yaitu  pengukuran elektron 

melalui fasilitas ion yang mengalir. Molekul air 

berdisosiasi menjadi ion sebagai fungsi dari pH dan suhu, 

dan menghasilkan konduktivitas air yang dapat 

diperkirakan. Beberapa gas, khususnya karbon dioksida, 

mudah larut dalam air dan berinteraksi membentuk ion, 

mempengaruhi konduktivitas yang dapat diperkirakan, 

seperti halnya pada pH. Untuk tujuan diskusi ini, ion-ion 

ini  dan nilai konduktvitasnya dapat dipertimbangkan 

sebagai sifat intrinsik air. 

    Konduktivitas air juga dipengaruhi adanya ion dari 

luar. Contoh konduktivitas dari ion luar yaitu  ion 

klorida dan natrium. Batasan cemaran utama yang 

diperbolehkan ada  pada air yaitu  0,47 bpj untuk ion 

klorida dan 0,3 bpj untuk ion amonium. Sebagai 

kesetimbangan jumlah kation, misal ion natrium, 

termasuk pada tingkat cemaran yang diperbolehkan untuk 

mempertahankan elektronetralitas. Ion luar seperti ini 

memiliki  pengaruh nyata pada kemurnian kimia air 

dan kesesuaian pada pemakaian  di bidang farmasi. 

procedure  pada Air Ruahan dibuat untuk pengukuran 

konduktivitas air seperti Air Murni, Air untuk Injeksi, air 

untuk hemodialisis dan kondensat uap air murni. procedure  

dalam bagian Air Steril mempersyaratkan pengukuran 

konduktivitas air seperti pada Air Murni, Air untuk 

Injeksi, air untuk inhalasi dan air steril untuk irigasi.  

    Uji konduktivitas secara langsung memberi 

pengukuran pada saat yang sama dan kemungkinan untuk 

memantau proses, membuat keputusan dan 

mengintervensi pada saat yang sama. Tindakan 

pencegahan harus dilakukan pada saat pengumpulan 

contoh air untuk pengukuran konduktivitas. Contoh dapat 

dipengaruhi oleh metode pengambilan contoh, wadah  

- 1530 -

 

 

 

 

 

 

sampel dan faktor lingkungan seperti konsentrasi karbon 

dioksida dan uap organik di udara sekitar. 

 

 

SPESIFIKASI ALAT DAN PARAMETER KERJA 

 

    Konduktivitas air harus diukur secara tepat 

memakai  peralatan terkalibrasi. Sel konduktivitas 

konstan, suatu faktor yang menampilkan  sifat geometrik 

sensor konduktivitas, diketahui memiliki ketelitian ±2%. 

Tetapan sel dapat diverifikasi secara langsung 

memakai  suatu larutan yang diketahui atau dapat 

tertelusur konduktivitasnya, atau secara tidak langsung 

dengan membandingkan pembacaan alat dari sensor 

konduktivitas yang diuji dengan sensor konduktivitas dari 

tetapan sel yang diketahui atau yang dapat tertelusur. 

Kalibrasi dapat dilakukan dengan mengganti sensor 

konduktivitas dengan standar nasional (dengan ketelitian 

resistor yang tertelusur dengan akurasi ±0,1% dari nilai 

tertera) atau alat dengan resistivitas yang sesuai dengan 

tahanan yang dapat diatur misalnya Jembatan 

Wheatstone, sampai  memberi respon seperti yang 

diinginkan. Skala pada alat ukur membutuhkan kalibrasi 

secara terpisah sebelum dipakai . Frekuensi rekalibrasi 

tergantung desain alat, derajat pemakaian  dan lain-lain. 

Alat multi skala memerlukan pengaturan kalibrasi 

tunggal, rekalibrasi diperlukan diantara setiap 

pemakaian  skala berbeda. Disamping akurasi tetapan 

secara sensor konduktivitas, akurasi alat harus            

±0,1 μS/cm. 

Untuk meningkatkan akurasi pengukuran pada jarak 

konduktivitas yang dipakai , yang mungkin cukup 

lebar, dan untuk menjamin peralatan kalibrasi yang 

lengkap, disarankan untuk melakukan verifikasi secara 

berkala kinerja alat secara keseluruhan. Hal ini dapat 

dilakukan dengan membandingkan nilai 

konduktivitas/resistivitas yang terbaca pada alat ukur 

dengan alat pengukur konduktivitas terkalibrasi secara 

eksternal. Perbedaan dua nilai konduktivitas atau 

resistivitas tanpa pengaruh suhu dilakukan tidak lebih 

dari ±20% atau perbedaan yang dapat diterima 

berdasarkan titik kritis produksi air dan atau rentang 

konduktivitas air yang diukur. Dua sensor konduktivitas 

seharusnya ditempatkan bersama dalam jarak cukup dekat 

untuk mengukur contoh air yang sama pada kondisi 

lingkungan yang sama. 

    Sebagai tambahan untuk metode verifikasi kinerja pada 

model pengganti tanpa pengaruh suhu, verifikasi kinerja 

yang mirip dapat dilakukan seperti pada model pengganti 

suhu untuk menjamin akurasi yang cukup dari alat jika 

model alat ini  dipakai  untuk analisa  

kecenderungan atau tujuan lain. 

    Suhu mempengaruhi pembacaan konduktivitas contoh. 

Banyak alat yang dapat mengoreksi secara otomatis 

pembacaan aktual untuk penunjukan nilainya, yang 

secara teroritis dapat diamati pada suhu nominal 25°. Hal 

ini khususnya dilakukan memakai  sensor suhu yang 

ditempelkan pada sensor konduktivitas dan suatu 

algoritma pada sirkuit alat. Algoritma pengganti suhu ini 

mungkin tidak akurat. Nilai konduktivitas yang 

dipakai  pada metode ini yaitu  pengukuran pengganti 

tanpa pengaruh suhu. Pengukuran suhu disyaratkan untuk 

kinerja pada uji Tahap 1. Uji ini memakai  sensor 

suhu eksternal yang diletakkan di dekat sensor 

konduktivitas yang dapat diterima. Ketepatan pengukuran 

suhu harus ±2°. 

    procedure  berikut harus dilakukan memakai  alat 

yang telah dikalibrasi yang memiliki sel sensor 

konduktivitas yang tetap yang telah ditetapkan secara 

akurat dan memiliki  fungsi kompensasi suhu tidak 

berfungsi. Untuk pengukuran langsung atau tidak 

langsung kesesuaian alat untuk uji pengendalian mutu 

juga tergantung pada tempat pengambilan contoh pada 

sistem pengolahan air. Pemilihan tempat pengambilan 

contoh pada alat pengolahan air harus menampilkan  

kualitas air yang dipakai . 

 

 

AIR RUAHAN 

 

procedure  dan uji batas pada bab ini dimaksudkan 

untuk menguji Air Murni, Air untuk Injeksi, air untuk 

hemodialisa, kondensat uap air murni dan monografi lain 

yang dinyatakan pada bab ini.  

Konduktivitas gabungan ion intrinsik dan ion asing 

berbeda sebagai fungsi dari pH dan menjadi dasar 

spesifikasi konduktivitas yang digambarkan pada tabel 

Tahap 3 (Persyaratan pH dan Konduktivitas) dan 

dipakai  jika metode uji Tahap 3 dilakukan. Dua tahap 

pendahuluan yang dilakukan termasuk dalam uji metode 

ini. Jika kondisi uji dan batas konduktivitas memenuhi 

pada tahap pendahuluan, air memenuhi syarat pada 

pengujian ini. Pengujian Tahap 3 pada keadaan ini tidak 

diperlukan. Hanya jika pada tahap uji akhir gagal, contoh 

dinilai tidak memenuhi syarat uji. 

 

procedure  

 

Tahap 1 

    Tahap 1 dimaksudkan untuk pengukuran langsung atau 

mungkin dipakai  secara tidak langsung pada wadah 

yang sesuai. 

1. Tetapkan suhu dan konduktivitas air memakai  

pembacaan konduktivitas tanpa pengaruh suhu. 

2. memakai  tabel Tahap 1 (Persyaratan Suhu 

dan Konduktivitas), dapatkan nilai suhu yang tidak lebih 

besar dari suhu yang diukur misalnya suhu rendah 

berikutnya. Nilai konduktivitas yang sesuai dalam tabel 

ini yaitu  nilai batas [Catatan Jangan lakukan 

interpolasi.] 

3. Jika pengukuran konduktivitas tidak lebih besar 

dari nilai pada tabel, air memenuhi syarat uji 

konduktivitas. Jika konduktivitas lebih besar dari nilai 

pada tabel, lanjutkan ke Tahap 2. 

 

 

 

 

 

 

- 1531 -

 

 

 

 

 

 

Tahap 1 Persyaratan suhu dan konduktivitas 

(hanya untuk pengukuran konduktivitas tanpa pengaruh 

suhu) 

 

Suhu Persyaratan Konduktivitas 

(μS/cm) 

10 

15 

20 

25 

30 

35 

40 

45 

50 

55 

60 

65 

70 

75 

80 

85 

90 

95  

100 

0,6 

0,8 

0,9 

1,0 

1,1 

1,3 

1,4 

1,5 

1,7 

1,8 

1,9 

2,1 

2,2 

2,4 

2,5 

2,7 

2,7 

2,7 

2,7 

2,9 

3,1 

 

Tahap 2 

4. Masukkan beberapa  air (100 ml atau lebih) ke 

dalam wadah yang sesuai, aduk. Jika perlu atur suhu, 

pertahankan pada 25°±1°, kocok kuat ukur konduktivitas 

secara berkala. Jika terjadi perubahan konduktivitas (yang 

disebabkan penyerapan karbon dioksida dari udara) 

kurang dari 0,1 μS/cm per 5 menit, catat konduktivitas. 

5. Jika konduktivitas tidak lebih besar dari          

2,1 μS/cm, air memenuhi syarat uji konduktivitas. Jika 

konduktivitas lebih besar dari 2,1 μS/cm, lanjutkan ke 

Tahap 3. 

 

Tahap 3 

6. Lakukan uji penetapan konduktivitas pada 

langkah 5 selama lebih kurang 5 menit, dengan 

mempertahankan suhu pada 25°±1°. Tambahkan larutan 

kalium klorida jenuh ke dalam contoh air yang sama (0,3 

ml per 100 ml zat uji), tentukan pH sampai  0,1 unit pH 

terdekat seperti pada Penetapan pH <1071>. 

7. Mengacu pada tabel Tahap 3 (Persyaratan pH 

dan Konduktivitas), tetapkan batas konduktivitas pada 

nilai pH terukur. Jika konduktivitas terukur pada langkah 

4 tidak lebih besar dari persyaratan konduktivitas untuk 

penetapan pH pada langkah 6, air memenuhi syarat uji 

konduktivitas. Jika konduktivitas terukur lebih besar dari 

nilai tabel atau di luar rentang 5,0 - 7,0, air tidak 

memenuhi syarat uji konduktivitas. 

 

 

 

 

 

Tahap 3 Persyaratan pH dan Konduktivitas 

(hanya untuk contoh pada kesetimbangan  

atmosfer dan suhu) 

 

Suhu Persyaratan Konduktivitas 

(μS/cm) 

5,0 

5,1 

5,2 

5,3 

5,4 

5,5 

5,6 

5,7 

5,8 

5,9 

6,0 

6,1 

6,2 

6,3 

6,4 

6,5 

6,6 

6,7 

6,8 

6,9  

7,0 

4,7 

4,1 

3,6 

3,3 

3,0 

2,8 

2,6 

2,5 

2,4 

2,4 

2,4 

2,4 

2,5 

2,4 

2,3 

2,2 

2,1 

2,6 

3,1 

3,8 

4,6 

 

AIR STERIL 

 

procedure  dan uji batas Air Murni Steril, Air Steril 

untuk Injeksi, Air Steril untuk Inhalasi dan Air Steril 

untuk Irigasi dan Monofrafi lain yang dicantumkan pada 

bab ini. Air steril dibuat dari Air Murni, Air untuk Injeksi 

yang diketahui memenuhi persyaratan Air Ruahan 

sebelum di simpan dalam wadah. Spesifikasi berisi batas 

maksimum nilai konduktivitas dengan mempertimbangkan 

keterbatasan metode pengukuran dan pengambilan dari 

wadah. Spesifikasi ini  dan pemilihan volume 

pengambilan contoh harus ditetapkan dan divalidasi 

berdasarkan tujuan pemakaian  air. 

 

    procedure  

    Masukkan beberapa  air ke dalam wadah yang sesuai, 

aduk. Jika perlu atur suhu, pertahankan pada 25±1°, 

kocok kuat ukur konduktivitas secara berkala. Jika terjadi 

perubahan konduktivitas (yang disebabkan penyerapan 

karbon dioksida dari udara) kurang dari  0,1 μS/cm per    

5 menit, catat konduktivitas. 

Untuk wadah dengan volume 10 ml atau kurang, jika 

konduktivitas tidak lebih besar dari 25 μS/cm, air 

memenuhi syarat. Untuk wadah dengan volume lebih 

besar dari 10 ml, jika konduktivitas tidak lebih dari          

5 μS/cm, air memenuhi syarat. 

 

 

KROMATOGRAFI <931> 

 

    Teknik pemisahan kromatografi yaitu  metode 

pemisahan multi tahap dimana komponen suatu sampel 

- 1532 -

 

 

 

 

 

 

didistribusikan antara dua tahap , yaitu tahap  diam dan tahap  

gerak. tahap  diam dapat berupa padatan atau cairan 

pendukung pada suatu padatan atau gel. tahap  diam dapat 

dikemas dalam suatu kolom, menyebar sebagai suatu 

lapisan, didistribusikan sebagai suatu film, atau 

diaplikasikan oleh teknik lain. tahap  gerak dapat berupa 

gas atau cairan atau fluida superkritikal. Proses 

pemisahan dapat berupa suatu adsorpsi, distribusi massa 

(partisi), atau pertukaran ion, atau berdasarkan perbedaan 

antara sifat fisika kimia suatu molekul, seperti ukuran, 

massa dan volume. Bagian ini mencakup tentang 

procedure  umum, definisi dan perhitungan dari parameter 

umum dan menjelaskan persyaratan umum untuk 

kesesuaian sistem. Jenis-jenis kromatografi yang 

dipakai  dalam procedure  analisa  kualitatif dan 

kuantitatif dalam Farmakope yaitu  kromatografi kolom, 

kromatografi gas, kromatografi kertas dan kromatografi 

lapis tipis (termasuk kromatografi lapis tipis kinerja 

tinggi/ KLTKT), dan kromatografi cairan yang diberi 

tekanan atau yang biasa dikenal dengan kromatografi cair 

kinerja tinggi (KCKT). 

 

procedure  UMUM 

 

    Bagian ini menggambarkan procedure  dasar yang 

dipakai  ketika metode kromatografi ada  dalam 

suatu monografi. procedure  berikut ini harus diikuti 

kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi.  

 

KROMATOGRAFI KERTAS 

 

    tahap  diam Merupakan lembaran kertas dengan bentuk 

dan ketebalan yang sesuai. Proses eluasi dapat menaik, 

dimana tahap  gerak dibawa oleh kertas melalui gaya 

kapiler, atau eluasi menurun, dimana tahap  gerak 

merambat dengan bantuan gaya gravitasi. Arah kertas 

sehubungan dengan rambatan tahap  gerak harus 

dipertahankan konstan dalam serangkaian kromatogram.  

    

    Peralatan Peralatan penting untuk kromatografi kertas 

terdiri dari bejana kromatografi kedap udara degan inlet 

untuk memasukkan eluen atau menurunkan tekanan 

dalam bejana dan rak dari bahan tahan korosi, 5 cm di 

bawah bagian dalam mulut bejana kromatografi. Rak 

berfungsi sebagai pendukung untuk palung pelarut dan 

batang untuk gantungan kertas kromatografi. Bagian 

bawah bejana kromatografi berisi tahap  gerak yang telah 

ditetapkan. Jenuhkan bejana dengan uap tahap  gerak 

dengan meletakkan kertas saring yang telah dibasahi tahap  

gerak sepanjang dinding bagian dalam bejana.   

 

    Penotolan Zat atau campuran zat yang akan diuji 

dilarutkan dalam pelarut yang sesuai. Larutan biasanya 

mengandung 1 - 20 μg senyawa, dengan memakai  

mikropipet yang sesuai, ditotolkan dalam bentuk titik 6-

10 mm, dengan jarak totolan tidak kurang dari 3 cm. 

 

    procedure  Kromatografi Kertas Eluasi Menurun: 

1. Kertas kromatografi yang telah ditotolkan larutan uji, 

dimasukkan ke dalam bejana, digantung 

memakai  batang untuk memegang ujung atas 

kertas dalam palung pelarut. [Catatan Pastikan posisi 

kertas yang menggantung tidak menyentuh rak, 

dinding bejana kromatografi, ataupun larutan dalam 

bejana kromatografi.] 

2. Bejana kromatografi ditutup rapat, masukkan tahap  

gerak melalu inlet, biarkan sampai bejana 

kromatografi jenuh dengan uap tahap  gerak. 

3. Kelebihan tekanan dapat dikurangi bila diperlukan, 

tutup inlet dan biarkan tahap  gerak merambat pada 

kertas secara menurun sesuai dengan jarak yang telah 

ditentukan. 

4. Keluarkan kertas dari bejana kromatografi. 

5. Tandai batas rambat dan keringkan kertas. 

6. Amati kromatogram dengan penampak bercak atau 

sinar UV. 

 

    procedure  Kromatografi Kertas Eluasi Menaik 

1. Masukkan tahap  gerak ke dalam bejana kromatografi. 

2. Tutup rapat bejana kromatografi sampai  jenuh dengan 

uap tahap  gerak. Kelebihan tekanan dapat dikurangi 

bila diperlukan. 

3. Celupkan kertas kromatografi ke dalam tahap .  

4. Ketika eluasi sampai pada batas yang telah 

ditentukan, keluarkan kertas kromatografi dan 

keringkan. 

5. Amati kromatogram dengan penampak bercak atau 

sinar UV. 

 

 

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS 

 

    tahap  diam Berupa lapisan tipis, kering merata, terbuat 

dari bahan serbuk halus dilapiskan secara akurat pada 

suatu kaca, plastik, atau lempeng aluminium (biasanya  

semua disebut lempeng). tahap  diam dari lempeng 

kromatografi lapis tipis (KLT) memiliki  ukuran 

partikel rata-rata 10 - 15 μm, dan KLTKT memiliki  

ukuran partikel rata-rata 5 μm. Lempeng komersial 

dengan zona preadsorbent dapat dipakai  jika  

spesifikasinya sesuai dengan monografi. Sampel 

ditotolkan pada daerah preadsorbent dikembangkan 

dalam pita pendek yang tajam pada interface  

preadsorbent-sorbent. Pemisahan dicapai berdasarkan 

adsorpsi, partisi, atau kombinasi dari keduanya, 

tergantung pada jenis partikel dari tahap  diamnya.  

     

    Peralatan Bejana kromatografi harus inert, transparan, 

dengan spesifikasi sebagai berikut: bagian bawah datar 

atau “twin trough”, tutup rapat, dan ukurannya sesuai 

dengan lempeng. Bejana kromatografi ditandai dengan 

paling tidak satu dindingnya dimasukkan kertas saring. 

tahap  gerak atau pelarut pengembang yang sesuai 

ditambahkan ke dalam bejana kromatografi, sesudah  

impregnasi kertas saring, lempeng dengan ukuran yang 

tepat dapat dipakai . Bejana kromatografi ditutup dan 

dibiarkan jenuh [Catatan Kecuali dinyatakan lain dalam 

masing-masing monografi, pemisahan kromatografi 

dilakukan pada kondisi bejana yang jenuh.] 

- 1533 -

 

 

 

 

 

 

    Deteksi Untuk pengamatan lakukan dengan lampu UV 

gelombang pendek (254 nm) dan UV gelombang panjang 

(365 nm). Berbagai penampak bercak dapat dipakai .  

    

    Penoolan Totolkan larutan pada permukaan lempeng 

dengan volume penotolan yang telah ditentukan untuk 

memperoleh totolan dengan diameter 2 - 5mm (1-2 mm 

pada lempeng KLTKT) atau bentuk pita 10 -


Related Posts:

  • farmakope 118  hilangkan semua etiket yang dapat mempengaruhi bobot, pada waktu isi wadah dikeluarkan. Bersihkan dan keringkan dengan sempurna bagian luar wadah dengan cara yang sesuai, dan timbang satu persatu. K… Read More