Jumat, 06 Desember 2024

farmakope 119


  20 mm x 1 - 

2 mm (5 - 10 mm x 0.5 - 1 mm pada lempeng KLTKT) 

dengan jarak yang telah ditetapkan dari tepi bawah dan 

sisi samping lempeng. [Catatan Selama proses eluasi, 

posisi penotolan harus sedikitnya 5 mm (KLT) atau 3 mm 

(KLTKT) di atas permukaan tahap  gerak.] 

Larutan ditotolkan secara paralel dari tepi bawah lempeng 

dengan jarak antara 2 titik pusat penotolan tidak kurang 

dari 10 mm dan 5 mm pada lempeng KLTKT. Untuk 

penotolan berupa pita, jarak antara 2 ujung pita tidak 

kurang dari 4 mm dan 2 mm pada lempeng KLTKT, 

lalu  biarkan kering. 

    

 procedure : 

1. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi, 

pastikan titik atau pita hasil penotolan di atas 

permukaan tahap  gerak. 

2. Tutup bejana kromatografi. 

3. Biarkan tahap  gerak merambat sampai  batas yang 

ditetapkan, tigaperempat tinggi lempeng atau jarak 

sesuai pada monografi. 

4. Angkat lempeng, tandai batas rambat, keringkan. 

5. Deteksi kromatogram sesuai procedure . 

6. Tentukan harga Rf  bercak. 

7. Identifikasi sementara dapat dibuat dengan mengamati 

harga Rf bercak dibandingkan dengan baku. 

Perbandingan visual dari ukuran atau intensitas bercak 

atau zona dapat dipakai  untuk perkiraan 

semikuantitatif. Pengukuran kuantitatif dapat 

dilakukan secara densitometri. 

 

KROMATOGRAFI KOLOM 

 

    Alat Terdiri dari tabung kromatografi dan sebuah 

batang pemampat yang diperlukan untuk memadatkan 

wol kaca atau kapas pada dasar tabung jika diperlukan, 

serta untuk memadatkan zat penjerap atau campuran zat 

penjerap dan air secara merata di dalam tabung. Kadang-

kadang dipakai  cakram kaca berpori yang melekat 

pada dasar tabung untuk menyangga isinya. Kecuali 

dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, tabung 

berbentuk silinder dan terbuat dari kaca. Sebuah keran 

dengan diameter yang lebih kecil menyatu dengan tabung 

pada ujung bawah tabung utama atau disambung 

memakai  suatu sambungan anti bocor. Ukuran 

kolom bervariasi; kolom yang umum dipakai  dalam 

analisa  farmasi memiliki  diameter dalam 10 - 30 mm 

dan panjang 150 - 400 mm, tidak termasuk keran. Keran, 

biasanya  memiliki  diameter dalam 3 - 6 mm. Batang 

pemampat merupakan suatu batang silinder, melekat kuat 

pada sebuah tangkai yang terbuat dari plastik, kaca, baja 

tahan karat, atau aluminium, kecuali bila dinyatakan lain 

dalam masing-masing monografi. Tangkai batang 

pemampat biasanya  memiliki  diameter lebih kurang 1 

mm lebih kecil dari diameter dalam kolom dan panjang 

minimal 5 cm melebihi panjang efektif kolom.  

 

A. Kromatografi Kolom Adsorpsi 

    Zat penjerap (misalnya alumina atau silika gel yang 

telah diaktifkan, tanah diatomae terkalsinasi, atau tanah 

silika yang dimurnikan untuk kromatografi) dalam 

keadaan kering atau sebagai bubur, dimampatkan ke 

dalam tabung kromatografi kaca atau kuarsa. Zat uji yang 

dilarutkan dalam beberapa  kecil pelarut, dituangkan ke 

dalam kolom, dan dibiarkan mengalir ke dalam zat 

penjerap. Zat berkhasiat diadsorpsi dari larutan secara 

kuantitatif oleh bahan penjerap berupa pita sempit pada 

permukaan atas kolom. Dengan penambahan pelarut lebih 

lanjut melalui kolom, pita bergerak oleh gaya gravitasi 

atau dengan memberi  tekanan. Masing-masing zat 

bergerak turun dengan kecepatan tertentu, sesampai  

terjadi pemisahan dan diperoleh kromatogram. Laju 

gerakan zat dipengaruhi oleh beberapa  variabel, misalnya 

daya adsorpsi zat penjerap, ukuran partikel dan luas 

permukaan, sifat dan polaritas pelarut, tekanan yang 

dipakai  dan suhu sistem kromatografi. 

    Jika senyawa yang terpisah berwarna atau 

berfluoresensi di bawah cahaya ultra violet, kolom 

penjerap dapat dikeluarkan dan dengan cara memotong 

melintang, lapisan yang diperlukan dapat dipisahkan. 

Senyawa yang dikehendaki diekstraksi dari tiap lapisan 

dengan pelarut yang sesuai.  

    Jika senyawa tidak berwarna, letaknya dapat diketahui 

dengan cara memberi warna atau menyemprot kolom 

yang telah dikeluarkan dengan pereaksi yang dapat 

membentuk warna. Zat radioaktif yang dikromatografi 

dapat diketahui letaknya dengan memakai  pencacah 

Geiger-Muller atau yang sejenis. Tabung plastik yang 

jernih terbuat dari bahan seperti nilon, yang bersifat inert 

terhadap kebanyakan pelarut dan transparan terhadap 

cahaya ultra violet gelombang pendek, dapat diisi zat 

penjerap dan dipakai  sebagai kolom kromatografi. 

Kolom semacam ini dapat disayat dengan pisau yang 

tajam, tanpa mengeluarkan isi kolom dari tabungnya. Jika 

dipakai  zat penjerap yang berfluoresensi, kolom dapat 

ditandai di bawah cahaya ultra violet sebelum disayat. 

    Kromatogram yang sering dipakai , diperoleh 

dengan procedure  mengalirkan pelarut melalui kolom 

sesampai  obat yang dipisahkan keluar bersama pelarut, ini 

disebut eluat. Kadar obat di dalam eluat dapat ditetapkan 

dengan metode titrasi, spektrofotometri, kolorimetri, atau 

pelarutnya dapat diuapkan, sesampai  diperoleh obatnya 

dalam keadaan lebih kurang murni. Jika ada  zat 

berkhasiat yang kedua, elusi dapat dilanjutkan dengan 

pelarut yang sama atau pelarut lain yang memiliki  daya 

elusi yang lebih kuat. Efisiensi pemisahan dapat diperoleh 

melalui uji kromatografi lapis tipis pada masing-masing 

fraksi.  

    Pada keadaan tertentu dipakai  cara yang 

dimodifikasi untuk menambahkan campuran pada kolom. 

Obat dalam bentuk padat, misalnya serbuk tablet tanpa 

pemisahan dari eksipien dicampur dengan sebagian zat 

penjerap dan dimasukkan ke dalam bagian atas kolom. 

- 1534 -

 

 

 

 

 

 

Selanjutnya aliran pelarut membawa obat turun dengan 

cara seperti yang diuraikan di atas. 

 

B. Kromatografi Kolom Partisi 

    Pada kromatografi partisi, zat yang harus dipisahkan 

terbagi ke dalam dua cairan yang tidak bercampur. Salah 

satu cairan sebagai tahap  diam, disalutkan pada penyangga 

padat, sesampai  memiliki  area permukaan sangat luas 

yang bersentuhan dengan tahap  gerak. Kontak cairan 

dengan cairan secara berturutan dan berulangkali, 

menghasilkan efisiensi pemisahan yang tidak dapat 

dicapai dengan cara ekstraksi cair-cair biasa.  

    Penyangga padat biasanya  bersifat polar, dan tahap  

diam yang teradsorpsi bersifat lebih polar dari pada tahap  

gerak. Penyangga padat yang banyak dipakai  yaitu  

tanah silika dengan ukuran partikel yang sesuai sesampai  

tahap  gerak dapat mengalir dengan baik. Pada 

kromatografi partisi tahap  balik, tahap  diam yang teradsorpsi 

bersifat kurang polar dari pada tahap  gerak dan zat 

penjerap dibuat non-polar dengan perlakuan yang sesuai 

memakai  pereaksi silanisasi, seperti 

diklorodimetilsilan, sesampai  dihasilkan tanah silika yang 

tersilanisasi untuk kromatografi. 

    Contoh yang akan dikromatografi biasanya  

dimasukkan ke dalam sistem kromatografi memakai  

salah satu dari dua cara berikut: (a) Larutan uji dalam 

beberapa  kecil tahap  gerak dimasukkan melalui bagian atas 

kolom, atau, (b) Larutan uji dalam beberapa  kecil tahap  

diam dicampur dengan penyangga padat dan dimasukkan 

ke dalam kolom sebagai lapisan di atas campuran tahap  

diam dan zat penjerap. 

    Eluasi dilakukan dengan pelarut yang mengalir seperti 

disebutkan sebelumnya. biasanya  sebelum dipakai , 

tahap  gerak dijenuhkan dahulu dengan tahap  diam. 

    Pada kromatografi partisi cair-cair yang konvensional, 

derajat partisi suatu senyawa tertentu diantara dua tahap  

cair dinyatakan sebagai koefisien partisi atau koefisien 

distribusi. Dalam hal senyawa yang terdisosiasi, distribusi 

dapat diatur dengan modifikasi pH, tetapan dielektrik, 

kekuatan ion, serta sifat-sifat lain dari kedua tahap  ini . 

Eluasi selektif dari komponen-komponen suatu campuran 

dapat dicapai dengan mengubah tahap  gerak sampai 

diperoleh koefisien partisi yang lebih baik atau dengan 

mengubah pH tahap  diam secara in situ dengan suatu tahap  

gerak, yang terdiri dari larutan asam atau basa yang 

sesuai dalam pelarut organik. 

    Jika tidak dinyatakan lain dalam masing-masing 

monografi, maka penetapan kadar dan pengujian, yang 

memakai  kromatografi kolom partisi, dilakukan 

menurut metode umum. 

     

    Penyangga padat pakailah  tanah silika yang telah 

dimurnikan. Pada kromatografi kolom partisi tahap  balik, 

pakailah  tanah silika yang tersilanisasi untuk 

kromatografi. 

    

   tahap  diam pakailah  pelarut atau larutan yang tertera 

dalam masing-masing monografi. Jika dipakai  

campuran cairan sebagai tahap  diam, campurkan cairan 

ini  sebelum diadsorpsikan pada penyangga padat.  

    tahap  gerak pakailah  pelarut atau larutan yang tertera 

dalam masing-masing monografi. Jenuhkan dengan air, 

jika tahap  diam merupakan larutan dalam air, jika tahap  

diam merupakan cairan organik polar, jenuhkan dengan 

cairan ini . 

    

    Pembuatan Kolom Kromatografi Kecuali dinyatakan 

lain dalam masing-masing monografi, tabung 

kromatografi memiliki  diameter dalam lebih kurang 22 

mm dan panjang 200 - 300 mm, tanpa cakram kaca 

berpori. Pada tabung ini dihubungkan tabung pengalir 

tanpa keran, dengan diameter dalam lebih kurang 4 mm 

dan panjang lebih kurang 50 mm. Mampatkan segumpal 

wol kaca halus pada dasar tabung. Masukkan tahap  diam 

dengan volume tertentu, dalam gelas piala berukuran 100 

ml sampai 250 ml. Tambahkan beberapa  tertentu 

penyangga padat dan campur sampai  homogen. 

Masukkan campuran ini ke dalam tabung kromatografi 

dan mampatkan dengan tekanan sedang, agar diperoleh 

massa yang homogen. Jika jumlah  penyangga padat 

ditentukan lebih dari 3 g, masukkan campuran ke dalam 

kolom sedikit demi sedikit dan mampatkan setiap 

penambahan sampai habis. Jika untuk penetapan kadar 

atau pengujian diperlukan kolom bersegmen banyak 

dengan tahap  diam yang berlainan untuk masing-masing 

segmen, lakukan pemampatan setiap penambahan tiap 

segmen, lalu  langsung ditambahkan segmen 

berikutnya. 

    Jika larutan uji dicampurkan dengan tahap  diam, 

masukkan secara kuantitatif ke dalam tabung, dengan 

membilas gelas piala yang dipakai untuk membuat 

campuran yang akan diuji dengan suatu campuran yang 

terdiri dari lebih kurang 1 g penyangga padat dan 

beberapa tetes pelarut yang dipakai untuk membuat 

larutan uji. 

    Mampatkan segumpal wol kaca halus di atas kolom. 

tahap  gerak mengalir melalui kolom dengan laju alir 

sedang atau menetes perlahan-lahan jika memakai  

kromatografi tahap  balik. 

     

    procedure  Masukkan tahap  gerak ke dalam ruang 

kosong di atas kolom dan biarkan mengalir melalui 

kolom oleh gaya gravitasi. Bilas ujung kolom 

kromatografi dengan lebih kurang 1 ml tahap  gerak 

sebelum mengubah komposisi tahap  gerak dan sesudah 

selesai eluasi. Jika zat uji ditambahkan pada kolom 

sebagai larutan dalam tahap  gerak, biarkan agar seluruhnya 

melalui isi kolom, lalu  tambahkan beberapa  kecil 

tahap  gerak beberapa kali, tiap kali biarkan pelarut 

mengalir seluruhnya melewati kolom, sebelum 

menambahkan sisa tahap  gerak. Bila pada penetapan kadar 

atau pengujian, dikehendaki pemakaian kolom 

kromatografi ganda yang dihubungkan  secara seri serta 

penambahan tahap  gerak dalam jumlah terbagi, biarkan 

tiap bagian ini  seluruhnya melewati kolom, dan bilas 

ujungnya tiap kali dengan tahap  gerak, sebelum 

penambahan sisa pelarut berikutnya.  

 

 

 

- 1535 -

 

 

 

 

 

 

KROMATOGRAFI GAS (KG) 

 

    tahap  diam cair Jenis ini dipakai dalam kolom kemasan 

dan kolom kapiler. 

     

    Kolom Kemasan KG tahap  diam cair disalutkan pada 

penyangga padat yang inert dan halus, seperti tanah 

diatome, polimer berpori, atau karbon grafit, yang 

dikemas ke dalam kolom dengan diameter dalam 2 - 4 

mm dan panjang 1 - 3 m. 

     

    tahap  diam padat Jenis ini dipakai hanya untuk kolom 

kemasan. Pada kolom ini tahap  padat sebagai adsorben 

aktif, seperti alumina, silika, atau karbon, di kemas ke 

dalam kolom. Resin berpori poliaromatik yang dipakai  

pada kolom kemasan, tidak ditutupi dengan tahap  cair. 

[Catatan Kolom kemasan dan kolom kapiler harus 

disetimbangkan sebelum dipakai  sampai garis dasar 

dan parameter lain telah stabil.] 

     

    Peralatan Kromatografi gas terdiri dari sumber gas 

pembawa, injektor, kolom, detektor, dan perangkat 

perekam. Injektor, kolom dan detektor dikontrol suhunya 

dan berbeda untuk setiap analisa. Jenis gas pembawa 

yaitu helium, nitrogen, atau hidrogen, tergantung kolom 

dan detektor yang dipakai . Jenis detektor yang 

dipakai  tergantung senyawa yang dianalisa dan 

ditentukan dalam masing-masing monografi. Luaran 

detektor dibaca sebagai fungsi waktu, sedangkan respon 

alat diukur sebagai luas puncak atau tinggi puncak dan 

dibaca sebagai fungsi dari jumlah. 

     

    Program Suhu Panjang dan kualitas dari pemisahan 

KG dapat dikontrol dengan cara mengubah suhu pada 

kolom kromatografi. Jika diperlukan, program suhu 

tercantum pada masing-masing monografi dalam bentuk 

tabel. Pada tabel dicantumkan suhu awal, rentang 

perubahan suhu, suhu akhir, dan waktu retensi pada saat 

suhu akhir. 

 

    procedure  

1. Lakukan kesetimbangan kolom, injektor, dan detektor 

dengan aliran gas pembawa sampai tercapai sinyal 

yang konstan.  

2. Suntikkan sampel melalui septum injektor atau 

pakailah  autosampler. 

3. Mulia program suhu. 

4. Rekam kromatogram. 

5. Lakukan analisa  seperti tertera pada masing-masing 

monografi. 

 

 

KROMATOGRAFI CAIR (KC) 

 

    Istilah kromatografi cair, yang dipakai  dalam 

Farmakope negara kita  yaitu  kromatografi cair tekanan 

tinggi atau kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). KC 

merupakan teknik pemisahan berdasarkan tahap  diam 

berupa padatan dan tahap  gerak berupa cairan. 

    tahap  diam Pemisahan dicapai melalui partisi, adsorpsi, 

atau proses pertukaran ion tergantung jenis tahap  diam 

yang dipakai . tahap  diam yang biasanya  dipakai  

yaitu   silika yang dimodifikasi atau butiran polimerik. 

Butiran dibuat dengan penambahan hidrokarbon rantai 

panjang. Jenis tahap  diam yang diperlukan dalam suatu 

pengujian dinyatakan dalam masing-masing monografi 

dan ditunjukkan oleh tanda “L” (lihat juga bagian Kolom 

Kromatografi, di bawah). Ukuran dari partikel sering 

disebutkan dalam monografi. Perubahan dalam jenis tahap  

diam dan ukuran diatur dalam bagian Kesesuaian Sistem. 

     

    Kolom Kromatografi Bagian kolom termasuk baja 

tahan karat,  baja tahan karat berlapis dan kolom polimer 

diisi dengan tahap  diam. Panjang dan diameter dalam 

kolom mempengaruhi pemisahan, selanjutnya ukuran 

kolom ada  dalam masing-masing monografi. 

Perubahan dalam ukuran kolom didiskusikan pada bagian 

Kesesuaian Sistem pada bab ini. Lihat bagian Kolom 

Kromatografi untuk informasi lebih lanjut 

     

    tahap  gerak  tahap  gerak merupakan pelarut atau 

campuran pelarut seperti tertera dalam masing-masing 

monografi. 

     

    Peralatan Kromatografi cair terdiri dari wadah berisi 

tahap  gerak, pompa untuk mendorong tahap  gerak masuk ke 

dalam sistem dengan tekanan tinggi, injektor untuk 

memasukkan sampel ke dalam tahap  gerak, kolom 

kromatografi, detektor, dan perangkat pengumpul data. 

     

    Eluasi Gradien Perubahan komposisi tahap  gerak 

selama proses kromatografi disebut eluasi gradien atau 

program pelarut. Profil eluasi gradien ada  dalam 

masing-masing monografi sebagai tabel gradien, yang 

mana diatur waktu dan perubahan komposisi tahap  gerak.  

 

    procedure  : 

1. Setimbangkan kolom dan detektor dengan tahap  gerak 

dengan laju alir tertentu sampai di capai kondisi 

konstan. 

2. Suntikkan sampel melalui injektor, atau pakailah  

autosampler. 

3. Program gradien dimulai. 

4. Rekam kromatogram 

5. Analisa kromatogram. 

 

 

  

Gambar 1. Pemisahan kromatografi dua bahan 

 

Kromatografi Eksklusi-ukuran 

    Kromatografi eksklusi-ukuran yaitu  KCKT yang 

memisahkan molekul di dalam larutan berdasarkan 

- 1536 -

 

 

 

 

 

 

ukurannya. Metode kromatografi esklusi-ukuran dibagi 

atas metode kromatografi perembesan (permeasi) gel dan 

metode kromatografi penyaringan (filtrasi) gel. 

Kromatografi perembesan (permeasi) gel memakai  

tahap  gerak organik non-polar dan kemasan hidrofilik. 

Kromatografi penyaringan (filtrasi) gel memakai  

tahap  gerak yang mengandung air dan kemasan hidrofobik. 

Sampel dimasukkan ke dalam kolom yang berisi bahan 

pengemas gel atau partikel berpori dan dibawa melewati 

kolom oleh tahap  gerak. Pemisahan ukuran molekul terjadi 

melalui pertukaran berulang molekul zat terlarut antara 

pelarut tahap  gerak dan pelarut yang sama di dalam tahap  

diam dalam pori-pori bahan pengisi kolom. Rentang 

ukuran pori dari bahan pengisi menentukan rentang 

ukuran molekul dimana pemisahan akan terjadi.  

    Molekul yang cukup kecil akan masuk ke seluruh 

ruang pori dan mengeluasi pada volume total permeasi, 

VT. Molekul yang lebih besar dari ukuran maksimum pori 

bahan pengisi akan bermigrasi sepanjang kolom hanya 

melalui ruang di antara partikel bahan pengisi tanpa 

ditahan dan dieluasi pada volume eksklusi, Vo (volume 

kosong). Pemisahan berdasarkan ukuran molekul terjadi 

antara volume eksklusi dan volume total permeasi, 

pemisahan biasanya terjadi pada bagian dua per tiga 

rentang ini.  

    Alat Bagian dari kromatografi seperti terera pada 

KCKT. 

    Kolom Jika diperlukan, kolom dilengkapi dengan 

pengatur suhu. Kolom diisi dengan bahan pemisah yang 

mampu melakukan fraksinasi ukuran molekular yang 

rentangnya sesuai dan tahap  gerak dapat mengalir dengan 

laju yang tetap. Satu ujung kolom biasanya dilengkapi 

dengan alat yang sesuai untuk memasukkan sampel, 

misalnya adaptor laju, syring melalui septum atau katup 

injeksi dan juga dapat dihubungkan pada pompa yang 

sesuai untuk mengontrol aliran tahap  gerak. Sebagai 

alternatif sampel dapat langsung dimasukkan ke dalam 

permukaan yang rata atau bila sampel lebih pekat dari 

tahap  gerak dapat dimasukkan bersamaan tahap  gerak. 

Bahan pengisi dapat berupa penyangga lunak seperti gel 

mengembang atau penyangga padat seperti kaca, silika 

atau pelarut yang sesuai, polimer organik berikatan 

silang. Penyangga padat bisanya memerlukan sistem 

bertekanan yang memberi  pemisahan lebih cepat. 

tahap  gerak dipilih berdasarkan jenis sampel, media 

pemisahan dan metode deteksi. 

    Detektor Saluran luaran dari kolom biasanya  

dihubungkan dengan detektor yang sesuai yang 

dilengkapi dengan suatu perekam otomatis untuk 

memantau kadar relatif komponen yang dipisahkan dari 

sampel. Detektor didasarkan pada sifat fotometri, 

refraktometri atau luminesen (lihat Detektor pada KCKT). 

Jika perlu dapat dipasang suatu pengumpul fraksi 

otomatis.  

    procedure  Sebelum melakukan pemisahan, bahan 

pengemas dijenuhkan dan kolom dilapisi sesuai dengan 

monografi atau berdasarkan instruksi dari pabrik. Jika 

perlu, lakukan procedure  untuk verifikasi kesesuaian 

sistem seperti tertera pada masing-masing monografi. 

Efisiensi kolom dapat dievalusi dari jumlah lempeng 

teoritis, N (lihat interpretasi kromatogram). Sifat 

komponen yang dielusi dalam kolom tertentu dinyatakan 

dengan koefisien distribusi, KD, yang dihitung dengan 

rumus : 

 

 

 

 

    V0, VT dan V1 yaitu  volume retensi untuk komponen 

yang tidak tertahan, komponen yang tertahan di dalam 

pori-pori peyangga dan komponen yang diuji. Masing-

masing volume retensi diukur dari saat penyuntikan 

sampai puncak maksimum. 

    Penetapan Komponen Relatif terhadap Komposisi dari 

Campuran  Lakukan pengujian dengan kondisi seperti 

tertera pada masing-masing monografi. Amati elusi dari 

komponen secara terus-menerus dan ukur luas puncak. 

Jika semua komponen yang diuji menampilkan  respon 

yang setara terhadap sifat fisika-kimia yang dimonitor 

(misalnya, jika komponen menampilkan  sifat 

absorptivitas), maka hitung jumlah relatif masing-masing 

komponen dengan membagi luas puncak dengan jumlah 

seluruh luas puncak komponen yang diuji. Jika respon 

tidak setara, hitung komposisi relatif komponen dengan 

kurva kalibrasi yang diperoleh dari procedure  kalibrasi 

seperti tertera pada masing-masing monografi.  

    Penetapan bobot molekul  Kromatografi eksklusi-

ukuran dipakai  untuk menetapkan bobot molekul 

komponen uji dengan membandingkan terhadap baku 

kalibrasi yang tertera pada masing-masing monografi. 

Buat kurva kalibrasi antara volume retensi baku terhadap 

logaritma bobot molekul. Buat garis yang 

menggambarkan hubungan antara eksklusi dengan batas 

permeasi total untuk media pemisahan khusus.  Dari 

kurva kalibrasi dapat diperkirakan bobot molekul 

komponen zat uji. Kalibrasi ini absah hanya untuk sistem 

larutan-pelarut dari makro molekul yang dipakai  

dalam kondisi penetapan yang telah ditetapkan. 

    Penetapan distribusi bobot molekul polimer Bahan 

yang dipakai  untuk kalibrasi dan metode yang 

dipakai  untuk penetapan dari distribusi bobot molekul 

polimer seperti tertera pada masing-masing monografi. 

Perbandingan sampel dinyatakanabsah hanya jika hasil 

yang diperoleh dalam kondisi penetapan yang sama.  

 

DEFINISI DAN INTERPRETASI 

KROMATOGRAM 

 

    Kromatogram Kromatogram yaitu  grafik yang 

mewakili respons detektor, konsentrasi suatu analit dalam 

effluent, atau jumlah lain yang dipakai  untuk 

menghitung konsentrasi effluent terhadap volume effluent 

atau waktu. Pada kromatografi planar, kromatogram 

dapat berupa kertas atau lapisan yang memiliki bercak 

yang terpisah. 

    Gambar 1 Mewakili tipe pemisahan kromatografi dari 

dua senyawa, 1 dan 2. tR1 dan tR2 yaitu  waktu retensi, 

dan h yaitu  tinggi, h/2 yaitu  setengah tinggi, dan Wh/2 

yaitu  luas pada setengah tinggi, untuk puncak 1. W1 dan 

W2 yaitu  luas puncak 1 dan 2 dihitung dari garis dasar. 

( )

( )0

01

VV

VV

T

- 1537 -

 

 

 

 

 

 

Puncak udara dalam kromatogram gas berhubungan 

dengan batas pelarut di dalam kromatografi cair. Waktu 

retensi dari puncak udara atau komponen yang tidak 

tertahan, dilambangkan dengan tM. 

 

Dwell Volume (D) Disebut juga gradient delay volume 

yaitu  volume antara titik awal tahap  gerak dan ujung 

kolom. 

 

Hold-Up Time (tM) yaitu  waktu yang diperlukan untuk 

eluasi senyawa yang tidak ditahan di kolom (lihat gambar 

1), ditunjukkan sebagai udara atau puncak pelarut yang 

tidak ditahan, dengan skala garis dasar dalam menit. 

 

Hold-Up Volume (VM) Volume tahap  gerak yang 

dibutuhkan untuk eluasi komponen yang tidak ditahan. 

Dapat dihitung dari hold up time dan laju alir F, dalam 

mm per menit: 

 

 

 

Pada kromatografi ekslusi, dipakai  simbol Vo. 

 

Jumlah Lempeng Teoritis (N) yaitu  pengukuran 

efisiensi kolom. Untuk Puncak Gaussan, dihitung dengan 

rumus: 

 

 

 

tR yaitu  waktu retensi suatu senyawa, dan W yaitu  luas 

puncak dari dasar, diperoleh dari perhitungan garis lurus 

disamping puncak ke garis dasar. Nilai N tergantung dari 

senyawa pada hasil kromatogram sesuai dengan kondisi 

operasional. Seperti laju alir dan suhu dari tahap  gerak atau 

ga pembawa, kualitas dari kemasan kolom, dan 

keseragaman pengemasan kolom, dan pada kolom 

kapiler, ketebalan dari film tahap  diam dan diameter 

internal serta panjang kolom. 

Ketika integrator elektronik dipakai , sesuai untuk 

menentukan jumlah lempeng teoritis, berdasarkan rumus : 

 

 

 

 

Wh/2 yaitu  luas puncak pada setengah tinggi puncak. 

Bagaimanapun, adanya perbedaan persepsi, hanya rumus 

dengan luas puncak dari garis dasar yang dipakai . 

 

    Puncak yaitu  bagian dari kromatogram dari respons 

detektor ketika senyawa tunggal dielusi dari kolom. 

jika  pemisahan tidak lengkap, dua atau lebih 

komponen bisa jadi terelusi sebagai puncak yang pecah. 

 

    Perbandingan Puncak terhadap lembah (p/v) Nilai 

p/v dipakai  sebagai kriteria kesesuaian sistem dalam 

pengujian untuk zat terkait ketika garis dasar untuk 

pemisahan antara dua puncak tidak tercapai. Gambar 2 

merupakan pemisahan sebagian dari dua zat, dimana Hp 

yaitu  tinggi dihitung dari tinggi puncak terkecil diatas 

garis dasar dan Hv yaitu  tinggi dihitung dari titik 

terendah antara dua puncak yang terpisah dari garis dasar. 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 2. Penetapan perbandingan  

puncak terhadap lembah 

 

    Hambatan relatif (Rret) yaitu  perbandingan dari 

jarak yang ditempuh oleh analit terhadap jarak yang 

ditempuh oleh senyawa pembanding (lihat Gambar 3) dan 

dipakai  dalam kromatografi planar. 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 3. Tipe kromatografi planar. 

 

    Retensi relatif (r) yaitu  perbandingan dari waktu 

retensi suatu komponen relatif terhadap komponen 

lainnya yang dipakai  sebagai pembanding yang sesuai 

pada kondisi yang sama. 

 

 

 

 

FtV MM ×=

2

16=

W

tN R

2

2/

54,5=

h

R

W

tN

v

p

H

H

v

p

=

c

bRret =

MR

MR

tt

ttR =

1

2

- 1538 -

 

 

 

 

 

 

tR2 yaitu  waktu retensi diukur dari titik injeksi suatu 

senyawa target, tR1 yaitu  waktu retensi diukur dari titik 

injeksi senyawa yang dipakai  sebagai pembanding, 

dan tM yaitu  waktu retensi dari marker yang tidak 

teretensi pada kondisi percobaaan yang sama pada kolom 

yang sama. 

 

    Waktu Retensi Relatif (WRR) Atau dikenal sebagai 

retensi relatif yang tidak diatur. Di dalam FI biasanya 

dikenal dengan istilah retensi relatif yang tidak diatur, 

kecuali jika dinyatakan lain. 

 

 

 

 

Simbol rG juga dapat dipakai  untuk melambangkan 

retensi relatif yang tidak diatur. 

 

    Simpangan Baku Relatif  (SBR) dalam persentase 

 

 

 

 

 

 

    Faktor hambatan (RF) yaitu  perbandingan dari 

jarak yang ditempuh dari pusat bercak terhadap jarak 

keseluruhan yang ditempuh oleh tahap  gerak dan 

dipakai  dalam kromatografi planar. Dengan 

memakai  simbol dalam Gambar 3 :  

 

 

 

 

    Faktor retensi (k’) : juga dikenal dengan sebutan 

faktor kapasitas (k’). Didefinisakan sebagai:  

 

 

 

Atau 

 

 

 

Faktor retensi suatu komponen dapat ditentukan dari 

kromatogram : 

 

 

 

 

    Waktu retensi (tR) Pada kromatografi cair dan 

kromatografi gas, waktu retensi, tR, didefinisikan sebagai 

waktu yang ditempuh antara proses injeksi sampel dan 

munculnya puncak maksimum sebagai respons dari zona 

sampel yang terelusi. Kromatogram waktu retensi 

merupakan karakterisitk suatu senyawa tapi tidak khas. 

Adanya waktu retensi suatu sampel dan zat pembanding 

dapat dipakai  sebagai kriteria sebagian dalam 

pembuatan dan profil identifikasi tapi bisa jadi tidak 

cukup hanya untuk identifikasi. Waktu retensi absolut 

yang diberikan oleh senyawa berbeda dari kromatogram 

satu dengan lainnya. 

 

    Volume Retensi (VR) yaitu  volume tahap  gerak yang 

dibutuhkan untuk mengelusi suatu komponen. Dapat 

dihitung dari waktu retensi dan laju alir dalam mL per  

menit:  

 

 

 

    Resolusi (Rs) yaitu  pemisahan antara dua komponen 

dalam suatu campuran, dihitung dengan :  

 

 

 

 

 

tR2 dan tR1 yaitu  waktu retensi dari dua komponen, dan 

W2 dan W1 yaitu  luas puncak dihitung dari lebar dan 

tinggi puncak diukur dengan garis lurus disamping 

puncak dari garis dasar. 

jika  integrasi elektronik dipakai , rumus yang 

sesuai untuk menentukan resolusi yaitu  :  

 

   

 

 

 

  Faktor pemisahan ( ) yaitu  retensi relatif yang 

dihitung untuk dua puncak yang berdekatan (ketentuan, 

nilai faktor pemisahan selalu >1) : 

 

 

 

 

Faktor simetri (As)  Faktor simetri dikenal juga dengan 

sebutan faktor ikutan suatu puncak (lihat gambar 4) 

dihitung dengan : 

 

 

 

 

W0,005 yaitu  lebar puncak pada 5% tinggi dan f yaitu  

jarak dari puncak maksimum terhadap tepi puncak , jarak 

diukur dari titik 5% tinggi puncak dari garis dasar 

 

 

 

 

Gambar 4. Puncak kromatografi asimetri 

1

2

R

R

t

tWRR =

2/1

2

1

1

)(

100% = =

N

xx

x

SBR

N

i

i

a

bRF =

( )

M

MR

t

ttk =

FtV RR ×=

( )

21

112

WW

ttR RR

S +

=

( )

( )2/,22/,1

1118,1

hh

RR

S WW

ttR

+

=

1

2

k

k

A =

f

W

AS 2

005,0=

- 1539 -

 

 

 

 

 

 

 

Faktor ikutan (T) lihat bagian faktor simetri. 

 

Kesesuaian Sistem  

    Uji kesesuaian sistem yaitu  bagian integral dari 

metode kromatografi cair dan kromatografi gas. Uji ini 

dipakai  untuk verifikasi bahwa sistem kromatografi 

memadai untuk analisa  ini . 

Faktor yang mempengaruhi kondisi kromatografi yaitu  

sebagai berikut :  

• Komposisi, kekuatan ion, suhu, dan pH tahap  gerak 

• Laju alir, ukuran kolom, suhu kolom, dan tekanan 

• Karakteristik tahap  diam, termasuk jenis pendukung 

kromatografi (berbahan partikel dan monolitik), 

partikel atau ukuran berpori besar, porositas dan 

permukaan area tertentu. 

• tahap  terbalik dan modifikasi permukaan lain suatu tahap  

diam, modifikasi bahan kimia yang luas (seperti end-

capping, loading carbon, dan lain-lain.) 

•  

    Resolusi, Rs, yaitu  fungsi dari jumlah lempeng 

teoritis, N (juga disebut efisiensi), faktor pemisahan, , 

dan faktor kapasitas, k. [Catatan Semua istilah dan 

simbol didefinisikan pada bagian sebelumnya Definisi 

dan Interpretasi Kromatogram.] Untuk tahap  gerak dan 

tahap  diam yang diberikan, N dapat ditentukan untuk 

memastikan bahwa elusi komponen yang dekat terpisah 

satu sama lainnya, untuk menetapkan kekuatan 

pemisahan secara umum dalam suatu sistem, dan untuk 

memastikan bahwa pembanding internal terpisah dari 

senyawa obat. Hal ini yaitu  cara yang sedikit dipercaya 

untuk memastikan resolusi dibanding pengukuran 

langsung. Efisiensi kolom yaitu  bagian, dari refleksi 

ketajaman suatu puncak, sangat penting untuk mendeteksi 

komponen kecil. 

Injeksi berulang larutan baku atau larutan baku lainnya 

perlu dilakukan untuk mengetahui apakah memenuhi 

persyaratan presisi. Kecuali jika dinyatakan lain dalam 

masing-masing monografi, data dari 5 injeksi berulang 

suatu analit dipakai  untuk menghitung, Simpangan 

Baku Relatif, %SBR, jika  persyaratannya yaitu  2,0% 

atau kurang; dan data dari 6 injeksi berulang dipakai  

jika  persyaratan untuk SBR lebih dari 2,0%. 

Untuk penetapan dalam monografi zat obat, dimana nilai 

untuk zat murni yaitu  100%, dan tidak ada ketentuan 

maksimum untuk SBR, %SBR yang dibolehkan dihitung 

untuk injeksi berulang dari larutan baku yaitu :  

 

 

 

 

 

K yaitu  konstanta (0,349), didapat dari persamaan: 

 

K = (0,6/ 2) x (t 90%, 5/ 6) 

 

dimana 0,6/ 2 mewakili persentase SBR yang dibutuhkan 

sesudah  enam kali injeksi untuk B = 1,0; B yaitu  batas 

atas dinyatakan dalam definisi masing-masing monografi 

minus 100%, n yaitu  jumlah replikasi injeksi suatu 

larutan pembanding (3  n  6); dan t90%,n-1 yaitu  

Students t pada level kemungkinan 90% (dua sisi) dengan 

n-1 derajat kebebasan. 

 

Kecuali jika dinyatakan lain yang telah ditentukan, SBR 

maksimum yang dibolehkan tidak boleh melampaui nilai 

yang ditetapkan seperti tertera pada tabel persyaratan 

keberulangan. 

 

Persyaratan Simpangan baku Relatif  (SBR) 

 Jumlah masing-masing injeksi 

 3 4 5 6 

B(%) Nilai SBR maksimal yang dibolehkan 

2,0 0,41 0,59 0,73 0,85 

2,5 0,52 0,74 0,92 1,06 

3,0 0,62 0,89 1,10 1,27 

 

Faktor simetri, As, ukuran simetri suatu puncak, yaitu  

satuan untuk puncak yang sangat simetris, dan nilainya 

meningkat selama tailing bertambah (lihat Gambar 4). 

Pada beberapa masalah , nilai yang kurang dari kesatuan 

dapat diamati. Simetri suatu puncak menjauh dari angka 

1, integrasi, dan oleh sebab  itu presisi menjadi kurang 

dipercaya. 

    Perbandingan signal to noise (S/N) berguna untuk 

parameter kesesuaian sistem. S/N dapat dihitung sebagai 

berikut :  

 

 

 

 

 

H yaitu  tinggi puncak yang diukur dari pucak ke garis 

dasar yang telah dihitung dengan jarak  5 kali lebar 

setengah tinggi puncak dan h yaitu  perbedaan antara 

noise tertinggi dengan noise terendah yang diamati pada 

jarak lebih  5 kali lebar pada setengah tinggi puncak 

dan, jika  memungkinkan, kondisikan hal yang sama 

untuk daerah sekeliling puncak yang diinginkan (lihat 

Gambar 5). 

 

 

 

Gambar 5 Noise and Chromatographic peak,  

    componen of the S/N ratio. 

 

    Uji Kesesuaian Sistem ini dilakukan dengan cara 

mengumpulkan data dari penginjekan berulang larutan 

baku atau larutan lainnya yang telah ditetapkan dalam 

masing-masing monografi. 

h

H

N

S 2

=

1%,90

% =

nt

nKBSBR

- 1540 -

 

 

 

 

 

 

    Spesifikasi dari penetapan parameter di dalam 

monografi tidak membatasi pemakaian  dari kondisi 

operasional yang yang sesuai lainnya. Penetapan 

dibolehkan hanya ketika : 

• Baku yang sesuai (termasuk Baku Pembanding) 

tersedia untuk semua senyawa yang dipakai  dalam 

uji stabilitas; dan 

• Larutan baku ini  menampilkan  bahwa penetapan 

meningkatkan kualitas dari kromatogram yang 

memenuhi persyaratan kesesuaian. 

Penetapan untuk sistem kromatografi dilakukan untuk 

memenuhi persyaratan kesesuaian tidak dibuat untuk 

mengganti kegagalan kolom atau kegagalan sistem. 

    jika  pengaturan kondisi operasional penting dalam 

rangka memenuhi persyaratan kesesuaian, masing-masing 

hal dalam daftar berikut yaitu  variasi maksimal yang 

dapat dianggap, kecuali dinyatakan lain dalam masing-

masing monografi; perubahan ini bisa jadi membutuhkan 

data validasi tambahan. Untuk melakukan verifikasi 

terhadap kesesuaian sistem dengan kondisi baru, nilai 

karakteristik dari performa analitikal sejenis dipengaruhi 

oleh perubahan. Pengaturan multipel dapat 

mempengaruhi secara kumulatif pada kinerja suatu sistem 

dan harus dipertimbangkan secara hati-hati sebelum 

diterapkan. Pengaturan terhadap komposisi tahap  gerak 

dalam elusi gradien tidak direkomendasikan. jika  

pengaturan dianggap penting, hanya perubahan kolom 

(bahan kemasan sama) atau pengaturan dwell volume 

direkomendasikan. 

 

    pH tahap  Gerak (KCKT)  pH suatu larutan dapar yang 

dipakai  dalam pembuatan tahap  gerak dapat ditetapkan 

menjadi ± 0,2 satuan nilai atau rentang yang ditentukan. 

 

    Kadar garam dalam dapar (KCKT) Kadar garam 

yang dipakai  dalam pembuatan larutan dapar untuk 

tahap  gerak dapat di tetapkan menajdi ±10% jika  

variasi pH yang dibolehkan (lihat diatas) dicapai. 

 

    Perbandingan komponen dalam tahap  gerak (KCKT) 

Penetapan berikut membatasi dilakukan pada komponen 

minor tahap  gerak (ditentukan pada 50% atau kurang). 

Jumlah komponen ini dapat di atur dengan relatif ±30%. 

Bagaimanapun, perubahan terhadap beberapa komponen 

tidak dapat melebihi ±10% absolut (contohnya : berkaitan 

dengan jumlah tahap  gerak). Pengaturan dapat dibuat pada 

satu komponen minor dalam campuran berikut. 

 

    Campuran Binary 

    Perbandingan 50:50 30% dari 50 yaitu  15%, tapi ini 

melebihi perubahan maksimal yang dibolehkan dari 

±10% dalam komponen lain. Oleh sebab  itu, 

perbandingan tahap  gerak dapat diatur hanya pada rentang 

40:60 sampai 60:40. 

    Perbandingan 2:98 30% dari 2 yaitu  15%. Oleh 

sebab  itu pengaturan maksimal yang dibolehkan yaitu  

pada rentang 1,4 : 98,6 sampai 2,6 : 97,4. 

 

 

 

    Campuran Ternary 

    Perbandingan 60:35:5 Untuk komponen kedua, 30% 

dari 35 yaitu  10,5%, yang mana perubahan maksimal 

yang dibolehkan ±10% dalam beberapa  komponen. 

Untuk komponen ketiga, 30% dari 5 yaitu  1.5% pada 

semua masalah , jumlah yang cukup dari komponen pertama 

dipakai  untuk menghasilkan total 100%. Oleh sebab  

itu rentang campuran yaitu  50:45:5 sampai 70:25:5 atau 

58,5: 35:6,5 sampai 61,5:35:3,5 akan memenuhi 

persyaratan.  

 

    Panjang gelombang pada detektor UV-Vis (KCKT) 

Deviasi dari panjang gelombang yang ditentukan dalam 

procedure  tidak dibolehkan. procedure  ditentukan oleh 

pabrik pembuat detektor, atau procedure  validasi lainnya, 

yang dipakai  untuk menverifikasi kesalahan dalam 

panjang gelombang detektor yaitu , biasanya  ±3 nm.  

 

    tahap  diam  

    Panjang kolom (KG, KCKT) Dapat diatur ±70%. 

    Diameter internal kolom (KCKT) Dapat diatur jika  

kecepatan linear dijaga konstan. Lihat laju alir (KCKT) 

dibawah. 

    Diameter internal kolom (KG) Dapat diatur ±50% 

untuk KG. 

    Ketebalan film (kolom kapiler KG) Dapat diatur ±50% 

sampai 100%. 

 

    Ukuran partikel (KCKT) Dapat dikurangi sebanyak 

50%, tapi tidak dapat diperbanyak.  

 

    Ukuran partikel (KG) Berubah dari ukuran partikel 

yang besar ke yang kecil atau dari yang kecil ke ukuran 

partikel yang lebih besar jika  memenuhi persyaratan 

kromatografi untuk kesesuaian sistem dan perbandingan 

perubahan ukuran partikel yang sama dipertahankan. 

Perbandingan perubahan ukuran partikel didefinisikan 

sebagai diameter dari partikel terbesar dibagi dengan 

diameter partikel terkecil. 

 

    Laju alir (KG) Dapat diatur sebanyak ±50%. 

 

    Laju alir (KCKT) Jika ukuran kolom diubah, laju alir 

dapat diatur dengan memakai  rumus : 

 

 

 

 

 

F1 yaitu  laju alir yang ditunjukkan dalam monografi 

dalam ml per menit; F2 yaitu  laju alir yang telah diatur, 

dalam ml per menit; I1 yaitu  panjang kolom yang sesuai 

dengan monografi, I2 yaitu  panjang kolom yang 

dipakai , d1 yaitu  diameter dalam kolom yang sesuai 

dalam monografi, d2 yaitu  diameter dalam kolom yang 

dipakai . Sebagai tambahan, laju lair dapat diatur 

sampai dengan ±50%. 

 

2

11

2

2

12

2

dI

dI

FF =

- 1541 -

 

 

 

 

 

 

    Volume injeksi (KCKT) Volume injeksi dapat diubah 

selama memenuhi presisi dan limit deteksi; tidak ada 

penambahan volume dibolehkan. 

 

    Volume injeksi dan Volume Split (KG) Volume 

injeksi dan volume split dapat disesuaikan jika  deteksi 

dan keberulangan memuaskan.  

 

    Suhu kolom (KCKT) Suhu kolom dapat diatur 

sebanyak ±10º. Suhu kolom disarankan untuk 

meningkatkan kontrol dan keterulangan waktu retensi. 

 

    Suhu oven (KG) Suhu oven dapat diatur sebanyak    

±10%. 

 

    Program suhu oven (KG)  Pengaturan suhu dapat 

diatur sesuai dengan pernyataan diatas. Ketika suhu yang 

telah ditetapkan harus di pertahankan atau ketika suhu 

harus diubah dari nilai satu ke nilai lainnya, pengaturan 

sebanyak 20% dibolehkan. 

    Kecuali jika dinyatakan lain dalam masing-masing 

monografi, parameter kesesuaian sistem ditentukan dari 

puncak analit. Nilai yang diukur, R, atau Rf, atau Rs untuk 

sampel suatu zat tidak berbeda jauh dengan nilai yang 

diperoleh dari senyawa pembanding dan campuran. 

Waktu retensi relatif ada  dalam monografi untuk 

tujuan hanya informasi untuk membantu dalam 

identifikasi puncak. Tidak ada kriteria penerimaan yang 

dipakai dalam waktu retensi relatif. 

    Uji kesesuaian sistem dipakai  untuk memastikan 

keefektifan sistem orperasional. Yang mana harus 

dilakukan pada uji ini. Membuat injeksi suatu preparasi 

yang tepat dibutuhkan untuk memperlihatkan kesesuaian 

sistem yang cukup (seperti yang digambatkan dalam 

bagian metode sistem kromatografi dalam monografi). 

    Preparasi dapat berupa preparasi larutan baku atau 

larutan yang mengandung jumlah analit yang diketahui 

dan beberapa penambahan bahan-bahan (misalnya 

eksipien atau pengotor) yang dipakai  dalam mengotrol 

sistem analasis. Ketika terjadi perubahan menonjol  

dalam sistem kromatografi (peralatan, komponen tahap  

gerak, atau komponen lainnya) atau pereaksi kritikal, uji 

kesesuaian sistem harus dilakukan kembali. Tidak ada 

analisa  sampel diterima kecuali telah dilakukan uji 

kesesuaian sistem. 

 

KUANTITASI 

 

    Selama kuantitasi, abaikan puncak yang disebabkan 

oleh pelarut ataupun pereaksi atau muncul sebab  adanya 

tahap  gerak ataupun matriks sampel.  

    Dalam rentang linier, luas puncak dan tinggi puncak 

biasanya sebanding untuk kuantitasi elusi suatu senyawa. 

Luas puncak dan tinggi puncak biasanya diukur dengan 

cara integrator elektronik tapi dapat juga ditentukan 

dengan cara pendekatan klasikal. Luas puncak biasanya  

dipakai  tapi bisa jadi tidak akurat jika  terjadi 

interferensi. Komponen yang diukur dipisahkan dari dari 

beberapa komponen yang bercampur. Puncak yang 

tailing dan fronting dikurangi, dan pengukuran pucak 

yang berekor dengan puncak lainnya dihindari jika  

dimungkinkan.  

    Walaupun perbandingan suatu puncak pengotor dengan 

lainnya dalam suatu kromatogram dari suatu baku pada 

kadar yang sama lebih disukai, uji pengotor bisa juga 

berdasarkan pengukuran respon puncak dimana pengotor 

diperlihatkan sebagai persentase dari luas suatu puncak 

obat. Baku bisa jadi obat itu sendiri atau level yang 

berhubungan dengan itu, misalnya, 0,5% pengotor, 

dianggap sama dengan respon puncak. Ketika pengotor 

harus ditentukan dengan sangat pasti, pakailah  baku dari 

pengotor itu sendiri atau lakukan faktor koreksi 

berdasarkan respons relatif pengotor terhdap komponen 

utama. 

 

    Metode baku eksternal analisa  kuantitatif dari 

konsentrasi suatu komponen ditetukan dengan cara 

membandingkan respon yang dihasilkan oleh larutan 

sampel dengan respons dihasilkan oleh larutan baku. 

 

    Metode Baku Internal Jumlah yang sama dari baku 

internal dimasukkan ke dalam larutan sampel dan larutan 

baku. Baku internal ynag dipiloh tidak berekasi dengan 

bahan yang diuji, stanil, terpisah dari analit, dan tidak 

mengandung pengotor dengan waktu retensi yang sama 

dengan analit. Konsentrasi suatu analit ditentukan dengan 

cara membandingkan rasio luas puncak dan tinggi puncak 

analit dengan baku internal dalam larutan baku. 

 

    procedure  normalisasi Persentase kandungan suatu 

komponen dihitung dengan cara menentukan luas puncak 

yang dimaksud dengan total luas dari semua puncak yang 

ada, kecuali puncak yang dihasilkan sebab  adanya 

pengaruh pelarut atau pereaksi, atau muncul sebab  

adanya tahap  gerak ataupun matriks sampel, dan puncak 

yang berada dibawah limit deteksi yang semuanya dapat 

diabaikan.  

 

    procedure  kalibrasi Hubungan antara pengukuran atau 

evaluasi signal y dan dan kuantitasi (misalnya kadar, 

bobot), dengan senyawa x ditentukan, dan fungsi 

kalibrasi dihitung. Hasil analisa  dihitung dari pengukuran 

signal atau evaluasi signal suatu analit dan posisinya dari 

kurva kalibrasi. 

Pada uji untuk pengotor pada metode baku eksternal, 

ketika pengenceran larutan sampel dipakai  untuk 

perbandingan, dan procedure  normalisasi, adanya faktor 

koreksi ditunjukkan dalam monografi (misalnya ketika 

faktor respon di luar rentang 0,8 – 1,2). Ketika uji 

pengotor menentukan total jumlah pengotor atau adanya 

penentuan kuantitatif suatu pengotor, pilihan pengaturan 

yang tepat dan integrasi yang tepat untuk integrasi luas 

puncak yaitu  penting, dalam beberapa uji, batas pada 

atau dibawah dimana puncak bisa diabaikan biasanya  

0,05%. Selanjutnya  batas pengaturan dari sistem 

pengumpulan data sesuai dengan setidaknya setengah dari 

batas. Integrasi luas puncak pada beberapa pengotor yang 

tidak sepenuhnya terpisah dari puncak utama, sebaiknya 

berdasarkan ekstrapolasi lembah terhadap lembah 

(tangential skim).       

- 1542 -

 

 

 

 

 

 

 

KOLOM KROMATOGRAFI 

 

    Daftar isi kolom (L), tahap  (G) dan penyangga (S) 

berikut ini merupakan acuan bagi pemakai kromatograf. 

[Catatan Ukuran partikel dalam daftar ini merupakan 

ukuran yang umum dipakai . jika  diperlukan 

ukuran partikel yang lain, biasanya  yang lebih halus, 

maka ukuran ini  dinyatakan pada masing-masing 

monografi. Untuk suatu kategori isi kolom atau tahap  yang 

tercantum dalam daftar dibawah ini, tersedia berbagai 

kolom. jika  kondisi kromatografi perlu dinyatakan 

secara lebih spesifik maka hal itu dinyatakan pada 

masing-masing monografi.] 

 

Isi Kolom 

 

    L1 Oktadesil silana terikat secara kimiawi pada partikel 

mikro silika berpori atau partikel mikro keramik, dengan 

diameter 3 - 10 m, atau batang silika monolitik.  

    L2 Oktadesil silana terikat secara kimiawi pada silika 

gel dengan porositas permukaan yang diatur dan terikat 

pada suatu inti bulat padat diameter 30 - 50 m. 

    L3 Partikel silika berpori, diameter 5 - 10 m. 

    L4 Silika gel dengan porositas permukaan yang diatur 

dan terikat pada suatu inti bulat padat, diameter              

30 - 50 m. 

    L5 Alumina dengan porositas permukaan yang diatur, 

dan terikat pada suatu inti bulat padat, diameter              

30 - 50 m. 

    L6 Penukar kation kuat berupa polimer fluoro karbon 

tersulfonasi dilapiskan pada suatu inti bulat padat, 

diameter 30 - 50 m. 

    L7 Oktilsilana terikat secara kimiawi pada partikel 

silika yang berpori seluruhnya, diameter 1,7 - 10 m. 

    L8 Suatu lapisan monomolekuler aminopropil silana 

yang terikat secara kimiawi pada penyangga silika gel 

yang berpori seluruhnya, diameter 3 - 10 m. 

    L9 Silika gel tak beraturan, ukuran 3 - 10 m, yang 

seluruhnya berpori dan diberi lapisan penukar kation 

yang bersifat asam kuat dan terikat secara kimiawi. 

    L10 Gugus nitril yang terikat secara kimiawi pada 

partikel silika berpori, diameter 3 - 10 m. 

    L11 Gugus fenil yang terikat secara kimiawi pada 

partikel silika berpori, diameter 1,7 - 10 m. 

    L12 Suatu penukar anion kuat untuk isi kolom yang 

dibuat dari amina kuartener yang terikat secara kimiawi 

pada inti silika bulat padat, diameter 30 - 50 m. 

    L13 Trimetilsilana yang terikat secara kimiawi pada 

partikel silika berpori, diameter 3 - 10 m. 

    L14 Silika gel, diameter 5 - 10 m, dengan lapisan 

penukar anion ammonium kuartener yang bersifat basa 

kuat dan terikat secara kimiawi. 

    L15 Heksilsilana yang terikat secara kimiawi pada 

partikel silika yang berpori seluruhnya, diameter 3 - 10 

m. 

    L16 Dimetilsilana yang terikat secara kimiawi pada 

partikel silika berpori, diameter 5 - 10 m. 

    L17 Resin penukar kation kuat yang terdiri dari 

kopolimer ikatan silang stirena-divinilbenzena 

tersulfonasi dalam bentuk hidrogen, diameter 7 - 11 m. 

    L18 Gugus amino dan siano yang terikat secara 

kimiawi pada partikel silika berpori, diameter 3 - 10 m. 

    L19 Resin penukar kation kuat yang terdiri dari 

kopolimer ikatan silang stirena-divinilbenzena 

tersulfonasi dalam bentuk kalsium, diameter lebih kurang 

9 m. 

    L20 Gugus dihidroksipropan yang terikat secara 

kimiawi pada partikel silika berpori, diameter 5 - 10 m. 

    L21 Suatu kopolimer stirena-divinilbenzena ber bentuk 

bulat yang kaku, diameter 5 - 10 m. 

    L22 Resin penukar kation terbuat dari gel poli stiren 

yang berpori dengan gugus asam sulfonat, ukuran lebih 

kurang 10 m. 

    L23 Resin penukar anion terbuat dari gel polimeta 

krilat atau poliakrilat berpori dengan gugus amonium 

kuartener, ukuran lebih kurang 10 m. 

    L24 Gel hidrofil setengah kaku yang terdiri dari 

polimer vinil, dengan beberapa gugus hidroksi pada 

permukaan matriks, diameter 32 - 63 m. 

    L25 Isi kolom dengan kemampuan untuk memisahkan 

senyawa-senyawa dengan bobot molekul 100 sampai  

5000 (ditentukan sebagai polietilen oksida), yang dipakai 

untuk polimer larut air yang bersifat netral, anionik dan 

kationik. Yang sesuai untuk dipakai  yaitu  resin 

polimetakrilat yang memiliki  ikatan silang dengan eter 

polihidroksil (permukaannya mengandung sedikit sisa 

gugus fungsi karboksil). 

    L26 Butil silana yang terikat secara kimiawi pada 

partikel silika yang berpori seluruhnya, diameter              

3 - 10 m. 

    L27 Partikel silika berpori, diameter 30 - 50 m. 

    L28 Suatu penyangga multifungsi, yang terdiri dari 

substrat silika berbentuk bulat, dengan tingkat kemurnian 

tinggi, ukuran 100 Angstrom, yang terikat dengan gugus 

fungsi anion (amina) disamping fungsi tahap  terbalik C8 

konvensional. 

    L29 Partikel polibutadiena-alumina berbentuk bulat 

(gamma alumina, tahap  balik, persen bobot karbon 

rendah), diameter 5 m dengan volume pori 80 

Angstrom. 

    L30 Etil silana yang terikat secara kimiawi pada 

partikel silika yang berpori seluruhnya, diameter             

3- 10 m. 

    L31 Resin penukar anion kuat, amina kuarterner, 

selektif terhadap hidroksida, terikat pada partikel lateks 

pada inti partikel makro pori dengan diameter inti 8,5 m 

dengan ukuran pori 2000 angstrom mengandung ikatan 

silang etil-vinil benzena dengan divinilbenzena 55%. 

    L32 Suatu penukar ligan kiral untuk isi kolom 

kompleks kovalensi tembaga L-prolina yang terikat 

secara tidak teratur pada partikel silika, diameter              

5 - 10 m.  

    L33 Kolom berisi silika berbentuk bulat dan diproses 

untuk memberi  stabilitas pH dengan kapasitas 

pemisahan molekul dekstran berukuran 4.000 - 500.000 Da. 

- 1543 -

 

 

 

 

 

 

    L34 Resin penukar kation kuat yang terdiri dari ikatan 

silang kopolimer stirena-divinilbenzena tersulfonasi 

dalam bentuk garam Pb, diameter lebih kurang 9 m. 

    L35 Silika berbentuk bulat yang distabilisasi dengan 

zirkonium dan disalut dengan satu tahap  lapisan molekul 

hidrofilik (tipe diol) berpori dengan ukuran 150Å. 

    L36 Turunan 3,5 dinitrobenzoil dari L-fenilglisin yang 

terikat secara kovalen pada aminopropil silika yang 

berukuran 5 m 

    L37 Gel polimetakrilat dengan kapasitas pemisahan 

molekul protein berukuran 2.000 - 40.000 Da.  

    L38 Kolom eksklusi ukuran berisi basa metakrilat 

untuk zat uji yang larut dalam air. 

    L39 Gel polimetakrilat hidrofilik dari resin bulat yang 

berpori seluruhnya. 

    L40 Partikel silika berpori dengan diameter 5 - 20 m 

yang dilapisi selulosa tris 3-5-dimetilfenilkarbamat  

    L41 1 Asam glikoprotein yang tidak bergerak pada 

partikel silika bulat dengan diameter 5 m. 

    L42 Gugus oktilsilana dan oktadesilsilana yang terikat 

secara kimia pada partikel silika berpori, diameter 5 m. 

    L43 Gugus pentafluorofenil yang terikat secara kimia 

pada partikel silika oleh propil“spacer”, diameter            

5 – 10 m. 

    L44 Penyangga multifungsional yang berisi substrat 

silika bulat dengan kemurnian tinggi 60 Å, yang terikat 

dengan penukar kation, asam sulfonat, dalam tahap  balik 

konvensional C8. 

    L45 Beta siklodekstrin yang terikat pada partikel silika 

berpori, diameter lebih kurang 10 m 

    L46 Substrat polistirena/divinilbenzena yang 

teraglomerasi pada butiran lateks amonium kuarterner, 

diameter 10 m. 

    L47 Substrat mikropori penukar anion berkapasitas 

tinggi yang dibuat berfungsi dengan gugus trimetilamina 

diameter 8 m. 

    L48 Polistirena dengan ikatan silang tersulfonasi 

dengan butiran mikro penukar anion berpori, dengan 

lapisan luar submikron, diameter 15 m.  

    L49 Kolom tahap  balik yang berisi partikel zirkonia 

bulat berpori dengan lapisan tipis polibutadiena dengan 

diameter 3 - 10 m. 

    L50 Resin multifungsional dengan tahap  balik yang 

berfungsi sebagai penahan penukar anion kuat, berisi 

55% ikatan silang etilvinilbenzena dengan polimer 

divinilbenzena, diameter 3 - 15 m, dan luas permukaan 

tidak kurang dari 350 m2 per gram. Substrat disalut 

dengan partikel lateks yang difungsikan dengan 

ammonium kuarterner berisi ikatan silang stirena-

divinilbenzena. 

    L51 Partikel silika bulat, disalut dengan amilosa tris 

3,5-dimetilfenilkarbamat, diameter 5 – 10 m.  

    L52 Resin penukar kation kuat yang terbuat dari silika 

berpori dengan gugus sulfopropil, diameter 5 – 10 m. 

    L53 Resin penukar kation lemah terdiri dari ikatan 

silang etilvinilbenzena 55% dengan kopolimer divinil 

benzena, diameter 3 - 15 m. Substrat merupakan 

permukaan dengan tambahan monomer difungsikan 

dengan asam karboksilat dan/atau asam fosfat. Kapasitas 

tidak kurang dari 500 Eq per kolom. 

    L54 Kolom eksklusi ukuran yang terbuat dari ikatan 

kovalen dekstran dengan ikatan silang kuat butiran 

agarosa, diameter lebih kurang 13 m. 

    L55 Resin penukar kation kuat yang terbuat dari silika 

berpori yang dilapisi dengan kopolimer asam maleat-

polibutadiena, diameter lebih kurang 5 m. 

    L56 Propilsilana yang terikat secara kimia pada partikel 

silika yang berpori seluruhnya, diameter 3 - 10 m. 

    L57 Ovomukoid yang diketahui sebagai protein kiral 

yang terikat secara kimia pada partikel silika, diameter 

lebih kurang 5 m dan ukuran pori 120Å. 

    L58 Resin penukar kation kuat yang terdiri dari ikatan 

silang kopolimer stirena-divinilbenzena tersulfonasi 

dalam bentuk garam natrium, diameter 7 - 11 m. 

    L59 Kolom berisi silika-basa bulat (10 m) dan dibuat 

dengan karakterisasi hidrofilik dan stabilitas pH yang 

memiliki  kapasitas pemisahan protein dengan berat 

molekul 10 - 500 kDa. 

L60 - Silika gel bulat berpori dengan diameter 3 – 5 m 

yang permukaannya dimodifikasi dengan ikatan kovalen 

gugus palmitamido-propil dan ”end-capped”. 

    L61 Resin penukar anion kuat selektif terhadap 

hidroksida terdiri dari ikatan silang kuat pada inti  

partikel mikropori, ukuran 13 m, pori berukuran tidak 

kurang dari 10Å unit dan terdiri dari ikatan silang 

etilvinilbenzena dengan 55% divinilbenzena dengan 

lapisan lateks yang tersusun dari butiran mikro berukuran 

85 nm, terikat dengan ion alkanol ammonium kuarterner 

6%. 

    L62 tahap  silana C30 terikat pada silika bulat yang 

berpori seluruhnya,  diameter 3 - 15 m.  

 

tahap  

 

    G1 Minyak dimetilpolisiloksan 

    G2 Gom dimetilpolisiloksan 

    G3 Fenil 50%-  metilpolisiloksan50% 

    G4 Poliester dietilen glikol suksinat 

    G5 3-sianopropilpolisiloksan 

    G6 Trifluoropropilmetilpolisiloksan 

    G7 3-sianopropil 50%-  fenilmetilsilikon 50% 

    G8 bis (3-sianopropil) 80% - 3-sianopropil fenil 

polisiloksan 20% (persen menyatakan substitusi molar)  

    G9 Metilvinilpolisiloksan 

    G10 Poliamida yang dibentuk dengan mereaksikan 

asam C36 asam dikarboksilat dengan 1,3-di-4-

piperidilpropan dan piperidin dalam perbandingan 

molekul 1,00: 0,90: 0,20.   

    G11 Poliester bis(2-etilheksil)sebakat. 

    G12 Poliester fenildietanolamina suksinat. 

    G13 Sorbitol 

    G14 Polietilen glikol (bobot molekul rata-rata 950 

sampai 1050) 

    G15 Polietilen glikol (bobot molekul rata-rata 3000 

sampai 3700) 

    G16 Senyawa polietilen glikol (bobot molekul rata-rata 

lebih kurang 15.000). Suatu senyawa berbobot molekul 

- 1544 -

 

 

 

 

 

 

tinggi yang terbentuk dari polietilen glikol dengan suatu 

ikatan diepoksida. 

    G17 Fenil 75% -  metilpolisiloksan 25% 

    G18 Polialkilen glikol 

    G19 Fenil 25%  -  sianopropil 25%  -  metilsilikon 

50%. 

    G20 Polietilen glikol (bobot molekul rata-rata 380 

sampai 420). 

    G21 Neopentil glikol suksinat. 

    G22 Bis(2-etilheksil)ftalat. 

    G23 Polietilen glikol adipat. 

    G24 Diisodesil ftalat. 

    G25 Senyawa polietilen glikol TPA. Suatu senya-wa 

berbobot molekul tinggi yang terbentuk dari suatu 

polietilen glikol dan suatu diepoksida yang diesterkan 

dengan asam tereftalat. 

    G26 2-sianoetil 25% -  metilpolisiloksan75% 

    G27 Fenil 5% - metilpolisiloksan 95% 

    G28 Fenil 25% -  metilpolisiloksan75% 

    G29 3,3'-Tiodipropionitril 

    G30 Tetraetilen glikol dimetil eter 

    G31 Nonilfenoksipoli(etilenoksi)etanol (panjang rantai 

etilenoksi rata-rata 30); Nonoksinol 30. 

    G32 Fenilmetil 20% - dimetilpolisiloksan 80% 

    G33 Karboran 20% - metilsilikon 80% 

    G34 Poliester dietilen glikol suksinat yang dibuat stabil 

dengan asam fosfat. 

    G35 Suatu senyawa berbobot molekul tinggi yang 

terbentuk dari suatu polietilen glikol dan suatu diepoksida 

yang diesterkan dengan asam nitrotereftalat. 

    G36 Vinil 1% - fenilmetilpolisiloksan 5% 

    G37 Poliimida 

    G38 tahap  G1 yang mengandung beberapa  kecil 

persentase penghambat pembentukan faktor ikutan.  

    G39 Polietilen glikol (bobot molekul rata-rata lebih 

kurang 1500) 

    G40 Etilenglikol adipat 

    G41Fenilmetildimetilsilikon (tersubsitusi fenil 

sebanyak 10%) 

    G42 Fenil 35%- dimetilpolisiloksan 65% (persen 

menyatakan substitusi molar) 

    G43 Sianopropilfenil 6% - dimetilpolisiloksan 94%  

(persen menyatakan substitusi molar). 

    G44 Petrolatum hidrokarbon berbobot molekul rendah 

2% dan 1% larutan kalium hidroksida . 

    G45 Divinilbenzena-etilen glikol-dimetilakrilat 

    G46 Sianopropilfenil 14% - metilpolisiloksan 86% 

    G47 Polietilen glikol (bobot molekul rata-rata lebih 

kurang 8000) 

    G48 Sianopolisiloksan berikatan silang sebagian dan 

bersifat sangat polar.  

 

Penyangga 

 

    [Catatan jika tidak disebutkan lain, ukuran yang 

dimaksud yaitu  80 - 100 mesh atau sebagai alternatif 

100 - 120 mesh.] 

    S1A Tanah silika untuk kromatografi gas, yang telah 

diflukskalsinasikan dengan jalan mencampurkan diatomit 

dengan natrium karbonat serta dikalsinasikan di atas suhu 

900°. Tanah silika ini  dicuci dengan asam, 

lalu  dicuci dengan air sampai netral, namun  tidak 

dicuci dengan basa. Tanah silika itu dapat disilanisasikan 

dengan jalan diberi perlakuan dengan suatu pereaksi, 

seperti dimetildiklorosilan, untuk menutupi gugus silanol 

yang ada  pada permukaan. Jika tidak disebutkan lain 

dalam monografi, yang dimaksudkan yaitu  penyangga 

yang tersilanisasi. 

    S1AB Tanah silika seperti yang disebutkan di atas 

dicuci dengan asam dan basa. Jika tidak disebutkan lain 

dalam monografi, yang dimaksudkan yaitu  penyangga 

yang tersilanisasi. 

    S1C Penyangga yang terbuat dari bata tahan api yang 

dihancurkan serta dikalsinasikan atau dibakar dengan 

pengikat tanah liat diatas suhu 900°, diikuti pencucian 

memakai asam, dan dapat disilanisasikan. 

    S1NS Tanah silika tanpa perlakuan. 

    S2 Kopolimer stirena-divinilbenzena dengan luas 

permukaan nominal kurang dari 50 m2 per g dan diameter 

pori rata-rata 0,3 - 0,4 m. 

    S3 Kopolimer dari etildivinilbenzena dan 

divinilbenzena dengan luas permukaan nominal 500 m2 

sampai 600 m2 per g dan diameter pori rata-rata 0,0075 m 

    S4 Kopolimer stirena-divinilbenzena dengan gugus -O- 

dan -N aromatik, yang memiliki  luas permukaan 

nominal 400 m2 - 600 m2 per g dan diameter pori rata-rata 

0,0076 m. 

    S5 Polimer tetrafluoroetilen dengan bobot molekul 

tinggi dan ukuran 40 - 60 mesh. 

    S6 Kopolimer stirena-divinilbenzena dengan luas 

permukaan nominal 250 - 350 m2 per g dan diameter pori 

rata-rata 0,0091 m 

    S7 Karbon grafit dengan luas permukaan nominal      

12 m2 per g. 

    S8 Kopolimer 4-vinil-piridin dan stirenadivinil benzena. 

    S9 Polimer berpori dari 2,6-difenil-p-fenilen oksida. 

    S10 Kopolimer berikatan silang akrilonitril dan 

divinilbenzena yang bersifat sangat polar. 

    S11 Karbon grafit dengan luas permukaan nominal 100 

m2 per g, yang dimodifikasi dengan sedikit vaselin dan 

senyawa polietilen glikol. 

    S12 Karbon grafit dengan luas permukaan nominal 100 

m2 per g. 

 

 

OSMOLALITAS DAN OSMOLARITAS <941> 

 

    Tekanan osmotik memegang peran penting dalam 

semua proses biologi yang melibatkan difusi zat terlarut 

atau transfer cairan melalui membran. Osmosis terjadi 

ketika pelarut, bukan molekul zat terlarut melewati 

membran semipermiabel dari bagian yang konsentrasinya 

lebih rendah ke bagian yang konsentrasinya lebih tinggi 

sesampai  terjadi kesetimbangan. Pengetahuan mengenai 

tekanan osmotik penting bagi para praktisi kesehatan 

untuk menentukan suatu larutan parenteral bersifat hipo-

osmotik, iso-osmotik atau hiper-osmotik. Pengukuran 

kuantitatif tekanan osmotik akan memudahkan 

- 1545 -

 

 

 

 

 

 

perhitungan pengenceran yang diperlukan untuk 

membuat suatu larutan relatif iso-osmotik terhadap darah.   

 

Tekanan Osmotik 

Tekanan Osmotik dari larutan tergantung pada jumlah 

partikel dalam larutan, sesuai dengan sifat koligatif 

larutan. Suatu partikel dapat berupa spesi molekul atau 

ion atau agregat (seperti dimer) yang dapat terpisah dari 

larutan. Suatu larutan menunjukan sifat ideal jika tidak 

ada interaksi antara zat terlarut dan pelarut, kecuali jika 

molekul pelarut terikat pada zat terlarut oleh ikatan 

hidrogen atau kovalen koordinat. Untuk larutan seperti ini 

yang mengandung zat terlarut tidak terdisosiasi, tekanan 

osmotik ( ) sebanding dengan molalitasnya (jumlah mol 

zat terlarut per kg pelarut): 

 

 = ( RT/1000) m 

 

 yaitu  kerapatan pelarut pada suhu T (dalam skala 

absolut, ºK); R yaitu  tetapan gas  dan m yaitu  molalitas 

larutan. 

Untuk suatu larutan nyata yang mengandung lebih dari 

satu zat terlarut, tekanan osmotik dinyatakan dengan 

rumus: 

 

 = imii mvRT

,1000

  

 

vi yaitu  jumlah partikel hasil disosiasi satu molekul zat 

terlarut yang ke-i; vi = 1 untuk zat terlarut non-ionik 

(tidak terdisosiasi); mi yaitu  molalitas zat terlarut ke-i; 

dan mi yaitu  koefisien osmotik molal dari zat terlarut 

ke-i. Koefisien osmotik molal dihitung terhadap sifat 

ideal larutan. Nilainya tergantung pada konsentrasi zat 

terlarut dalam larutan, sifat kimia dan karakteristik ion. 

Nilai koefisien osmotik molal dari zat terlarut dapat 

ditentukan secara eksperimen dengan mengukur 

penurunan titik beku pada konsentrasi molal yang 

berbeda. Untuk keperluan farmasi, nilai koefisien osmotik 

yaitu  kurang dari 1. Koefisien osmotik molal menurun 

dengan meningkatnya kadar zat terlarut, seperti tertera 

pada Tabel 1.  

 

Osmolalitas 

   Osmolalitas larutan (  mi) dinyatakan dengan rumus: 

 

 mi


Related Posts:

  • farmakope 119  20 mm x 1 - 2 mm (5 - 10 mm x 0.5 - 1 mm pada lempeng KLTKT) dengan jarak yang telah ditetapkan dari tepi bawah dan sisi samping lempeng. [Catatan Selama proses eluasi, posisi penotolan harus sediki… Read More