20 mm x 1 -
2 mm (5 - 10 mm x 0.5 - 1 mm pada lempeng KLTKT)
dengan jarak yang telah ditetapkan dari tepi bawah dan
sisi samping lempeng. [Catatan Selama proses eluasi,
posisi penotolan harus sedikitnya 5 mm (KLT) atau 3 mm
(KLTKT) di atas permukaan tahap gerak.]
Larutan ditotolkan secara paralel dari tepi bawah lempeng
dengan jarak antara 2 titik pusat penotolan tidak kurang
dari 10 mm dan 5 mm pada lempeng KLTKT. Untuk
penotolan berupa pita, jarak antara 2 ujung pita tidak
kurang dari 4 mm dan 2 mm pada lempeng KLTKT,
lalu biarkan kering.
procedure :
1. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi,
pastikan titik atau pita hasil penotolan di atas
permukaan tahap gerak.
2. Tutup bejana kromatografi.
3. Biarkan tahap gerak merambat sampai batas yang
ditetapkan, tigaperempat tinggi lempeng atau jarak
sesuai pada monografi.
4. Angkat lempeng, tandai batas rambat, keringkan.
5. Deteksi kromatogram sesuai procedure .
6. Tentukan harga Rf bercak.
7. Identifikasi sementara dapat dibuat dengan mengamati
harga Rf bercak dibandingkan dengan baku.
Perbandingan visual dari ukuran atau intensitas bercak
atau zona dapat dipakai untuk perkiraan
semikuantitatif. Pengukuran kuantitatif dapat
dilakukan secara densitometri.
KROMATOGRAFI KOLOM
Alat Terdiri dari tabung kromatografi dan sebuah
batang pemampat yang diperlukan untuk memadatkan
wol kaca atau kapas pada dasar tabung jika diperlukan,
serta untuk memadatkan zat penjerap atau campuran zat
penjerap dan air secara merata di dalam tabung. Kadang-
kadang dipakai cakram kaca berpori yang melekat
pada dasar tabung untuk menyangga isinya. Kecuali
dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, tabung
berbentuk silinder dan terbuat dari kaca. Sebuah keran
dengan diameter yang lebih kecil menyatu dengan tabung
pada ujung bawah tabung utama atau disambung
memakai suatu sambungan anti bocor. Ukuran
kolom bervariasi; kolom yang umum dipakai dalam
analisa farmasi memiliki diameter dalam 10 - 30 mm
dan panjang 150 - 400 mm, tidak termasuk keran. Keran,
biasanya memiliki diameter dalam 3 - 6 mm. Batang
pemampat merupakan suatu batang silinder, melekat kuat
pada sebuah tangkai yang terbuat dari plastik, kaca, baja
tahan karat, atau aluminium, kecuali bila dinyatakan lain
dalam masing-masing monografi. Tangkai batang
pemampat biasanya memiliki diameter lebih kurang 1
mm lebih kecil dari diameter dalam kolom dan panjang
minimal 5 cm melebihi panjang efektif kolom.
A. Kromatografi Kolom Adsorpsi
Zat penjerap (misalnya alumina atau silika gel yang
telah diaktifkan, tanah diatomae terkalsinasi, atau tanah
silika yang dimurnikan untuk kromatografi) dalam
keadaan kering atau sebagai bubur, dimampatkan ke
dalam tabung kromatografi kaca atau kuarsa. Zat uji yang
dilarutkan dalam beberapa kecil pelarut, dituangkan ke
dalam kolom, dan dibiarkan mengalir ke dalam zat
penjerap. Zat berkhasiat diadsorpsi dari larutan secara
kuantitatif oleh bahan penjerap berupa pita sempit pada
permukaan atas kolom. Dengan penambahan pelarut lebih
lanjut melalui kolom, pita bergerak oleh gaya gravitasi
atau dengan memberi tekanan. Masing-masing zat
bergerak turun dengan kecepatan tertentu, sesampai
terjadi pemisahan dan diperoleh kromatogram. Laju
gerakan zat dipengaruhi oleh beberapa variabel, misalnya
daya adsorpsi zat penjerap, ukuran partikel dan luas
permukaan, sifat dan polaritas pelarut, tekanan yang
dipakai dan suhu sistem kromatografi.
Jika senyawa yang terpisah berwarna atau
berfluoresensi di bawah cahaya ultra violet, kolom
penjerap dapat dikeluarkan dan dengan cara memotong
melintang, lapisan yang diperlukan dapat dipisahkan.
Senyawa yang dikehendaki diekstraksi dari tiap lapisan
dengan pelarut yang sesuai.
Jika senyawa tidak berwarna, letaknya dapat diketahui
dengan cara memberi warna atau menyemprot kolom
yang telah dikeluarkan dengan pereaksi yang dapat
membentuk warna. Zat radioaktif yang dikromatografi
dapat diketahui letaknya dengan memakai pencacah
Geiger-Muller atau yang sejenis. Tabung plastik yang
jernih terbuat dari bahan seperti nilon, yang bersifat inert
terhadap kebanyakan pelarut dan transparan terhadap
cahaya ultra violet gelombang pendek, dapat diisi zat
penjerap dan dipakai sebagai kolom kromatografi.
Kolom semacam ini dapat disayat dengan pisau yang
tajam, tanpa mengeluarkan isi kolom dari tabungnya. Jika
dipakai zat penjerap yang berfluoresensi, kolom dapat
ditandai di bawah cahaya ultra violet sebelum disayat.
Kromatogram yang sering dipakai , diperoleh
dengan procedure mengalirkan pelarut melalui kolom
sesampai obat yang dipisahkan keluar bersama pelarut, ini
disebut eluat. Kadar obat di dalam eluat dapat ditetapkan
dengan metode titrasi, spektrofotometri, kolorimetri, atau
pelarutnya dapat diuapkan, sesampai diperoleh obatnya
dalam keadaan lebih kurang murni. Jika ada zat
berkhasiat yang kedua, elusi dapat dilanjutkan dengan
pelarut yang sama atau pelarut lain yang memiliki daya
elusi yang lebih kuat. Efisiensi pemisahan dapat diperoleh
melalui uji kromatografi lapis tipis pada masing-masing
fraksi.
Pada keadaan tertentu dipakai cara yang
dimodifikasi untuk menambahkan campuran pada kolom.
Obat dalam bentuk padat, misalnya serbuk tablet tanpa
pemisahan dari eksipien dicampur dengan sebagian zat
penjerap dan dimasukkan ke dalam bagian atas kolom.
- 1534 -
Selanjutnya aliran pelarut membawa obat turun dengan
cara seperti yang diuraikan di atas.
B. Kromatografi Kolom Partisi
Pada kromatografi partisi, zat yang harus dipisahkan
terbagi ke dalam dua cairan yang tidak bercampur. Salah
satu cairan sebagai tahap diam, disalutkan pada penyangga
padat, sesampai memiliki area permukaan sangat luas
yang bersentuhan dengan tahap gerak. Kontak cairan
dengan cairan secara berturutan dan berulangkali,
menghasilkan efisiensi pemisahan yang tidak dapat
dicapai dengan cara ekstraksi cair-cair biasa.
Penyangga padat biasanya bersifat polar, dan tahap
diam yang teradsorpsi bersifat lebih polar dari pada tahap
gerak. Penyangga padat yang banyak dipakai yaitu
tanah silika dengan ukuran partikel yang sesuai sesampai
tahap gerak dapat mengalir dengan baik. Pada
kromatografi partisi tahap balik, tahap diam yang teradsorpsi
bersifat kurang polar dari pada tahap gerak dan zat
penjerap dibuat non-polar dengan perlakuan yang sesuai
memakai pereaksi silanisasi, seperti
diklorodimetilsilan, sesampai dihasilkan tanah silika yang
tersilanisasi untuk kromatografi.
Contoh yang akan dikromatografi biasanya
dimasukkan ke dalam sistem kromatografi memakai
salah satu dari dua cara berikut: (a) Larutan uji dalam
beberapa kecil tahap gerak dimasukkan melalui bagian atas
kolom, atau, (b) Larutan uji dalam beberapa kecil tahap
diam dicampur dengan penyangga padat dan dimasukkan
ke dalam kolom sebagai lapisan di atas campuran tahap
diam dan zat penjerap.
Eluasi dilakukan dengan pelarut yang mengalir seperti
disebutkan sebelumnya. biasanya sebelum dipakai ,
tahap gerak dijenuhkan dahulu dengan tahap diam.
Pada kromatografi partisi cair-cair yang konvensional,
derajat partisi suatu senyawa tertentu diantara dua tahap
cair dinyatakan sebagai koefisien partisi atau koefisien
distribusi. Dalam hal senyawa yang terdisosiasi, distribusi
dapat diatur dengan modifikasi pH, tetapan dielektrik,
kekuatan ion, serta sifat-sifat lain dari kedua tahap ini .
Eluasi selektif dari komponen-komponen suatu campuran
dapat dicapai dengan mengubah tahap gerak sampai
diperoleh koefisien partisi yang lebih baik atau dengan
mengubah pH tahap diam secara in situ dengan suatu tahap
gerak, yang terdiri dari larutan asam atau basa yang
sesuai dalam pelarut organik.
Jika tidak dinyatakan lain dalam masing-masing
monografi, maka penetapan kadar dan pengujian, yang
memakai kromatografi kolom partisi, dilakukan
menurut metode umum.
Penyangga padat pakailah tanah silika yang telah
dimurnikan. Pada kromatografi kolom partisi tahap balik,
pakailah tanah silika yang tersilanisasi untuk
kromatografi.
tahap diam pakailah pelarut atau larutan yang tertera
dalam masing-masing monografi. Jika dipakai
campuran cairan sebagai tahap diam, campurkan cairan
ini sebelum diadsorpsikan pada penyangga padat.
tahap gerak pakailah pelarut atau larutan yang tertera
dalam masing-masing monografi. Jenuhkan dengan air,
jika tahap diam merupakan larutan dalam air, jika tahap
diam merupakan cairan organik polar, jenuhkan dengan
cairan ini .
Pembuatan Kolom Kromatografi Kecuali dinyatakan
lain dalam masing-masing monografi, tabung
kromatografi memiliki diameter dalam lebih kurang 22
mm dan panjang 200 - 300 mm, tanpa cakram kaca
berpori. Pada tabung ini dihubungkan tabung pengalir
tanpa keran, dengan diameter dalam lebih kurang 4 mm
dan panjang lebih kurang 50 mm. Mampatkan segumpal
wol kaca halus pada dasar tabung. Masukkan tahap diam
dengan volume tertentu, dalam gelas piala berukuran 100
ml sampai 250 ml. Tambahkan beberapa tertentu
penyangga padat dan campur sampai homogen.
Masukkan campuran ini ke dalam tabung kromatografi
dan mampatkan dengan tekanan sedang, agar diperoleh
massa yang homogen. Jika jumlah penyangga padat
ditentukan lebih dari 3 g, masukkan campuran ke dalam
kolom sedikit demi sedikit dan mampatkan setiap
penambahan sampai habis. Jika untuk penetapan kadar
atau pengujian diperlukan kolom bersegmen banyak
dengan tahap diam yang berlainan untuk masing-masing
segmen, lakukan pemampatan setiap penambahan tiap
segmen, lalu langsung ditambahkan segmen
berikutnya.
Jika larutan uji dicampurkan dengan tahap diam,
masukkan secara kuantitatif ke dalam tabung, dengan
membilas gelas piala yang dipakai untuk membuat
campuran yang akan diuji dengan suatu campuran yang
terdiri dari lebih kurang 1 g penyangga padat dan
beberapa tetes pelarut yang dipakai untuk membuat
larutan uji.
Mampatkan segumpal wol kaca halus di atas kolom.
tahap gerak mengalir melalui kolom dengan laju alir
sedang atau menetes perlahan-lahan jika memakai
kromatografi tahap balik.
procedure Masukkan tahap gerak ke dalam ruang
kosong di atas kolom dan biarkan mengalir melalui
kolom oleh gaya gravitasi. Bilas ujung kolom
kromatografi dengan lebih kurang 1 ml tahap gerak
sebelum mengubah komposisi tahap gerak dan sesudah
selesai eluasi. Jika zat uji ditambahkan pada kolom
sebagai larutan dalam tahap gerak, biarkan agar seluruhnya
melalui isi kolom, lalu tambahkan beberapa kecil
tahap gerak beberapa kali, tiap kali biarkan pelarut
mengalir seluruhnya melewati kolom, sebelum
menambahkan sisa tahap gerak. Bila pada penetapan kadar
atau pengujian, dikehendaki pemakaian kolom
kromatografi ganda yang dihubungkan secara seri serta
penambahan tahap gerak dalam jumlah terbagi, biarkan
tiap bagian ini seluruhnya melewati kolom, dan bilas
ujungnya tiap kali dengan tahap gerak, sebelum
penambahan sisa pelarut berikutnya.
- 1535 -
KROMATOGRAFI GAS (KG)
tahap diam cair Jenis ini dipakai dalam kolom kemasan
dan kolom kapiler.
Kolom Kemasan KG tahap diam cair disalutkan pada
penyangga padat yang inert dan halus, seperti tanah
diatome, polimer berpori, atau karbon grafit, yang
dikemas ke dalam kolom dengan diameter dalam 2 - 4
mm dan panjang 1 - 3 m.
tahap diam padat Jenis ini dipakai hanya untuk kolom
kemasan. Pada kolom ini tahap padat sebagai adsorben
aktif, seperti alumina, silika, atau karbon, di kemas ke
dalam kolom. Resin berpori poliaromatik yang dipakai
pada kolom kemasan, tidak ditutupi dengan tahap cair.
[Catatan Kolom kemasan dan kolom kapiler harus
disetimbangkan sebelum dipakai sampai garis dasar
dan parameter lain telah stabil.]
Peralatan Kromatografi gas terdiri dari sumber gas
pembawa, injektor, kolom, detektor, dan perangkat
perekam. Injektor, kolom dan detektor dikontrol suhunya
dan berbeda untuk setiap analisa. Jenis gas pembawa
yaitu helium, nitrogen, atau hidrogen, tergantung kolom
dan detektor yang dipakai . Jenis detektor yang
dipakai tergantung senyawa yang dianalisa dan
ditentukan dalam masing-masing monografi. Luaran
detektor dibaca sebagai fungsi waktu, sedangkan respon
alat diukur sebagai luas puncak atau tinggi puncak dan
dibaca sebagai fungsi dari jumlah.
Program Suhu Panjang dan kualitas dari pemisahan
KG dapat dikontrol dengan cara mengubah suhu pada
kolom kromatografi. Jika diperlukan, program suhu
tercantum pada masing-masing monografi dalam bentuk
tabel. Pada tabel dicantumkan suhu awal, rentang
perubahan suhu, suhu akhir, dan waktu retensi pada saat
suhu akhir.
procedure
1. Lakukan kesetimbangan kolom, injektor, dan detektor
dengan aliran gas pembawa sampai tercapai sinyal
yang konstan.
2. Suntikkan sampel melalui septum injektor atau
pakailah autosampler.
3. Mulia program suhu.
4. Rekam kromatogram.
5. Lakukan analisa seperti tertera pada masing-masing
monografi.
KROMATOGRAFI CAIR (KC)
Istilah kromatografi cair, yang dipakai dalam
Farmakope negara kita yaitu kromatografi cair tekanan
tinggi atau kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). KC
merupakan teknik pemisahan berdasarkan tahap diam
berupa padatan dan tahap gerak berupa cairan.
tahap diam Pemisahan dicapai melalui partisi, adsorpsi,
atau proses pertukaran ion tergantung jenis tahap diam
yang dipakai . tahap diam yang biasanya dipakai
yaitu silika yang dimodifikasi atau butiran polimerik.
Butiran dibuat dengan penambahan hidrokarbon rantai
panjang. Jenis tahap diam yang diperlukan dalam suatu
pengujian dinyatakan dalam masing-masing monografi
dan ditunjukkan oleh tanda “L” (lihat juga bagian Kolom
Kromatografi, di bawah). Ukuran dari partikel sering
disebutkan dalam monografi. Perubahan dalam jenis tahap
diam dan ukuran diatur dalam bagian Kesesuaian Sistem.
Kolom Kromatografi Bagian kolom termasuk baja
tahan karat, baja tahan karat berlapis dan kolom polimer
diisi dengan tahap diam. Panjang dan diameter dalam
kolom mempengaruhi pemisahan, selanjutnya ukuran
kolom ada dalam masing-masing monografi.
Perubahan dalam ukuran kolom didiskusikan pada bagian
Kesesuaian Sistem pada bab ini. Lihat bagian Kolom
Kromatografi untuk informasi lebih lanjut
tahap gerak tahap gerak merupakan pelarut atau
campuran pelarut seperti tertera dalam masing-masing
monografi.
Peralatan Kromatografi cair terdiri dari wadah berisi
tahap gerak, pompa untuk mendorong tahap gerak masuk ke
dalam sistem dengan tekanan tinggi, injektor untuk
memasukkan sampel ke dalam tahap gerak, kolom
kromatografi, detektor, dan perangkat pengumpul data.
Eluasi Gradien Perubahan komposisi tahap gerak
selama proses kromatografi disebut eluasi gradien atau
program pelarut. Profil eluasi gradien ada dalam
masing-masing monografi sebagai tabel gradien, yang
mana diatur waktu dan perubahan komposisi tahap gerak.
procedure :
1. Setimbangkan kolom dan detektor dengan tahap gerak
dengan laju alir tertentu sampai di capai kondisi
konstan.
2. Suntikkan sampel melalui injektor, atau pakailah
autosampler.
3. Program gradien dimulai.
4. Rekam kromatogram
5. Analisa kromatogram.
Gambar 1. Pemisahan kromatografi dua bahan
Kromatografi Eksklusi-ukuran
Kromatografi eksklusi-ukuran yaitu KCKT yang
memisahkan molekul di dalam larutan berdasarkan
- 1536 -
ukurannya. Metode kromatografi esklusi-ukuran dibagi
atas metode kromatografi perembesan (permeasi) gel dan
metode kromatografi penyaringan (filtrasi) gel.
Kromatografi perembesan (permeasi) gel memakai
tahap gerak organik non-polar dan kemasan hidrofilik.
Kromatografi penyaringan (filtrasi) gel memakai
tahap gerak yang mengandung air dan kemasan hidrofobik.
Sampel dimasukkan ke dalam kolom yang berisi bahan
pengemas gel atau partikel berpori dan dibawa melewati
kolom oleh tahap gerak. Pemisahan ukuran molekul terjadi
melalui pertukaran berulang molekul zat terlarut antara
pelarut tahap gerak dan pelarut yang sama di dalam tahap
diam dalam pori-pori bahan pengisi kolom. Rentang
ukuran pori dari bahan pengisi menentukan rentang
ukuran molekul dimana pemisahan akan terjadi.
Molekul yang cukup kecil akan masuk ke seluruh
ruang pori dan mengeluasi pada volume total permeasi,
VT. Molekul yang lebih besar dari ukuran maksimum pori
bahan pengisi akan bermigrasi sepanjang kolom hanya
melalui ruang di antara partikel bahan pengisi tanpa
ditahan dan dieluasi pada volume eksklusi, Vo (volume
kosong). Pemisahan berdasarkan ukuran molekul terjadi
antara volume eksklusi dan volume total permeasi,
pemisahan biasanya terjadi pada bagian dua per tiga
rentang ini.
Alat Bagian dari kromatografi seperti terera pada
KCKT.
Kolom Jika diperlukan, kolom dilengkapi dengan
pengatur suhu. Kolom diisi dengan bahan pemisah yang
mampu melakukan fraksinasi ukuran molekular yang
rentangnya sesuai dan tahap gerak dapat mengalir dengan
laju yang tetap. Satu ujung kolom biasanya dilengkapi
dengan alat yang sesuai untuk memasukkan sampel,
misalnya adaptor laju, syring melalui septum atau katup
injeksi dan juga dapat dihubungkan pada pompa yang
sesuai untuk mengontrol aliran tahap gerak. Sebagai
alternatif sampel dapat langsung dimasukkan ke dalam
permukaan yang rata atau bila sampel lebih pekat dari
tahap gerak dapat dimasukkan bersamaan tahap gerak.
Bahan pengisi dapat berupa penyangga lunak seperti gel
mengembang atau penyangga padat seperti kaca, silika
atau pelarut yang sesuai, polimer organik berikatan
silang. Penyangga padat bisanya memerlukan sistem
bertekanan yang memberi pemisahan lebih cepat.
tahap gerak dipilih berdasarkan jenis sampel, media
pemisahan dan metode deteksi.
Detektor Saluran luaran dari kolom biasanya
dihubungkan dengan detektor yang sesuai yang
dilengkapi dengan suatu perekam otomatis untuk
memantau kadar relatif komponen yang dipisahkan dari
sampel. Detektor didasarkan pada sifat fotometri,
refraktometri atau luminesen (lihat Detektor pada KCKT).
Jika perlu dapat dipasang suatu pengumpul fraksi
otomatis.
procedure Sebelum melakukan pemisahan, bahan
pengemas dijenuhkan dan kolom dilapisi sesuai dengan
monografi atau berdasarkan instruksi dari pabrik. Jika
perlu, lakukan procedure untuk verifikasi kesesuaian
sistem seperti tertera pada masing-masing monografi.
Efisiensi kolom dapat dievalusi dari jumlah lempeng
teoritis, N (lihat interpretasi kromatogram). Sifat
komponen yang dielusi dalam kolom tertentu dinyatakan
dengan koefisien distribusi, KD, yang dihitung dengan
rumus :
V0, VT dan V1 yaitu volume retensi untuk komponen
yang tidak tertahan, komponen yang tertahan di dalam
pori-pori peyangga dan komponen yang diuji. Masing-
masing volume retensi diukur dari saat penyuntikan
sampai puncak maksimum.
Penetapan Komponen Relatif terhadap Komposisi dari
Campuran Lakukan pengujian dengan kondisi seperti
tertera pada masing-masing monografi. Amati elusi dari
komponen secara terus-menerus dan ukur luas puncak.
Jika semua komponen yang diuji menampilkan respon
yang setara terhadap sifat fisika-kimia yang dimonitor
(misalnya, jika komponen menampilkan sifat
absorptivitas), maka hitung jumlah relatif masing-masing
komponen dengan membagi luas puncak dengan jumlah
seluruh luas puncak komponen yang diuji. Jika respon
tidak setara, hitung komposisi relatif komponen dengan
kurva kalibrasi yang diperoleh dari procedure kalibrasi
seperti tertera pada masing-masing monografi.
Penetapan bobot molekul Kromatografi eksklusi-
ukuran dipakai untuk menetapkan bobot molekul
komponen uji dengan membandingkan terhadap baku
kalibrasi yang tertera pada masing-masing monografi.
Buat kurva kalibrasi antara volume retensi baku terhadap
logaritma bobot molekul. Buat garis yang
menggambarkan hubungan antara eksklusi dengan batas
permeasi total untuk media pemisahan khusus. Dari
kurva kalibrasi dapat diperkirakan bobot molekul
komponen zat uji. Kalibrasi ini absah hanya untuk sistem
larutan-pelarut dari makro molekul yang dipakai
dalam kondisi penetapan yang telah ditetapkan.
Penetapan distribusi bobot molekul polimer Bahan
yang dipakai untuk kalibrasi dan metode yang
dipakai untuk penetapan dari distribusi bobot molekul
polimer seperti tertera pada masing-masing monografi.
Perbandingan sampel dinyatakanabsah hanya jika hasil
yang diperoleh dalam kondisi penetapan yang sama.
DEFINISI DAN INTERPRETASI
KROMATOGRAM
Kromatogram Kromatogram yaitu grafik yang
mewakili respons detektor, konsentrasi suatu analit dalam
effluent, atau jumlah lain yang dipakai untuk
menghitung konsentrasi effluent terhadap volume effluent
atau waktu. Pada kromatografi planar, kromatogram
dapat berupa kertas atau lapisan yang memiliki bercak
yang terpisah.
Gambar 1 Mewakili tipe pemisahan kromatografi dari
dua senyawa, 1 dan 2. tR1 dan tR2 yaitu waktu retensi,
dan h yaitu tinggi, h/2 yaitu setengah tinggi, dan Wh/2
yaitu luas pada setengah tinggi, untuk puncak 1. W1 dan
W2 yaitu luas puncak 1 dan 2 dihitung dari garis dasar.
( )
( )0
01
VV
VV
T
- 1537 -
Puncak udara dalam kromatogram gas berhubungan
dengan batas pelarut di dalam kromatografi cair. Waktu
retensi dari puncak udara atau komponen yang tidak
tertahan, dilambangkan dengan tM.
Dwell Volume (D) Disebut juga gradient delay volume
yaitu volume antara titik awal tahap gerak dan ujung
kolom.
Hold-Up Time (tM) yaitu waktu yang diperlukan untuk
eluasi senyawa yang tidak ditahan di kolom (lihat gambar
1), ditunjukkan sebagai udara atau puncak pelarut yang
tidak ditahan, dengan skala garis dasar dalam menit.
Hold-Up Volume (VM) Volume tahap gerak yang
dibutuhkan untuk eluasi komponen yang tidak ditahan.
Dapat dihitung dari hold up time dan laju alir F, dalam
mm per menit:
Pada kromatografi ekslusi, dipakai simbol Vo.
Jumlah Lempeng Teoritis (N) yaitu pengukuran
efisiensi kolom. Untuk Puncak Gaussan, dihitung dengan
rumus:
tR yaitu waktu retensi suatu senyawa, dan W yaitu luas
puncak dari dasar, diperoleh dari perhitungan garis lurus
disamping puncak ke garis dasar. Nilai N tergantung dari
senyawa pada hasil kromatogram sesuai dengan kondisi
operasional. Seperti laju alir dan suhu dari tahap gerak atau
ga pembawa, kualitas dari kemasan kolom, dan
keseragaman pengemasan kolom, dan pada kolom
kapiler, ketebalan dari film tahap diam dan diameter
internal serta panjang kolom.
Ketika integrator elektronik dipakai , sesuai untuk
menentukan jumlah lempeng teoritis, berdasarkan rumus :
Wh/2 yaitu luas puncak pada setengah tinggi puncak.
Bagaimanapun, adanya perbedaan persepsi, hanya rumus
dengan luas puncak dari garis dasar yang dipakai .
Puncak yaitu bagian dari kromatogram dari respons
detektor ketika senyawa tunggal dielusi dari kolom.
jika pemisahan tidak lengkap, dua atau lebih
komponen bisa jadi terelusi sebagai puncak yang pecah.
Perbandingan Puncak terhadap lembah (p/v) Nilai
p/v dipakai sebagai kriteria kesesuaian sistem dalam
pengujian untuk zat terkait ketika garis dasar untuk
pemisahan antara dua puncak tidak tercapai. Gambar 2
merupakan pemisahan sebagian dari dua zat, dimana Hp
yaitu tinggi dihitung dari tinggi puncak terkecil diatas
garis dasar dan Hv yaitu tinggi dihitung dari titik
terendah antara dua puncak yang terpisah dari garis dasar.
Gambar 2. Penetapan perbandingan
puncak terhadap lembah
Hambatan relatif (Rret) yaitu perbandingan dari
jarak yang ditempuh oleh analit terhadap jarak yang
ditempuh oleh senyawa pembanding (lihat Gambar 3) dan
dipakai dalam kromatografi planar.
Gambar 3. Tipe kromatografi planar.
Retensi relatif (r) yaitu perbandingan dari waktu
retensi suatu komponen relatif terhadap komponen
lainnya yang dipakai sebagai pembanding yang sesuai
pada kondisi yang sama.
FtV MM ×=
2
16=
W
tN R
2
2/
54,5=
h
R
W
tN
v
p
H
H
v
p
=
c
bRret =
MR
MR
tt
ttR =
1
2
- 1538 -
tR2 yaitu waktu retensi diukur dari titik injeksi suatu
senyawa target, tR1 yaitu waktu retensi diukur dari titik
injeksi senyawa yang dipakai sebagai pembanding,
dan tM yaitu waktu retensi dari marker yang tidak
teretensi pada kondisi percobaaan yang sama pada kolom
yang sama.
Waktu Retensi Relatif (WRR) Atau dikenal sebagai
retensi relatif yang tidak diatur. Di dalam FI biasanya
dikenal dengan istilah retensi relatif yang tidak diatur,
kecuali jika dinyatakan lain.
Simbol rG juga dapat dipakai untuk melambangkan
retensi relatif yang tidak diatur.
Simpangan Baku Relatif (SBR) dalam persentase
Faktor hambatan (RF) yaitu perbandingan dari
jarak yang ditempuh dari pusat bercak terhadap jarak
keseluruhan yang ditempuh oleh tahap gerak dan
dipakai dalam kromatografi planar. Dengan
memakai simbol dalam Gambar 3 :
Faktor retensi (k’) : juga dikenal dengan sebutan
faktor kapasitas (k’). Didefinisakan sebagai:
Atau
Faktor retensi suatu komponen dapat ditentukan dari
kromatogram :
Waktu retensi (tR) Pada kromatografi cair dan
kromatografi gas, waktu retensi, tR, didefinisikan sebagai
waktu yang ditempuh antara proses injeksi sampel dan
munculnya puncak maksimum sebagai respons dari zona
sampel yang terelusi. Kromatogram waktu retensi
merupakan karakterisitk suatu senyawa tapi tidak khas.
Adanya waktu retensi suatu sampel dan zat pembanding
dapat dipakai sebagai kriteria sebagian dalam
pembuatan dan profil identifikasi tapi bisa jadi tidak
cukup hanya untuk identifikasi. Waktu retensi absolut
yang diberikan oleh senyawa berbeda dari kromatogram
satu dengan lainnya.
Volume Retensi (VR) yaitu volume tahap gerak yang
dibutuhkan untuk mengelusi suatu komponen. Dapat
dihitung dari waktu retensi dan laju alir dalam mL per
menit:
Resolusi (Rs) yaitu pemisahan antara dua komponen
dalam suatu campuran, dihitung dengan :
tR2 dan tR1 yaitu waktu retensi dari dua komponen, dan
W2 dan W1 yaitu luas puncak dihitung dari lebar dan
tinggi puncak diukur dengan garis lurus disamping
puncak dari garis dasar.
jika integrasi elektronik dipakai , rumus yang
sesuai untuk menentukan resolusi yaitu :
Faktor pemisahan ( ) yaitu retensi relatif yang
dihitung untuk dua puncak yang berdekatan (ketentuan,
nilai faktor pemisahan selalu >1) :
Faktor simetri (As) Faktor simetri dikenal juga dengan
sebutan faktor ikutan suatu puncak (lihat gambar 4)
dihitung dengan :
W0,005 yaitu lebar puncak pada 5% tinggi dan f yaitu
jarak dari puncak maksimum terhadap tepi puncak , jarak
diukur dari titik 5% tinggi puncak dari garis dasar
Gambar 4. Puncak kromatografi asimetri
1
2
R
R
t
tWRR =
2/1
2
1
1
)(
100% = =
N
xx
x
SBR
N
i
i
a
bRF =
( )
M
MR
t
ttk =
FtV RR ×=
( )
21
112
WW
ttR RR
S +
=
( )
( )2/,22/,1
1118,1
hh
RR
S WW
ttR
+
=
1
2
k
k
A =
f
W
AS 2
005,0=
- 1539 -
Faktor ikutan (T) lihat bagian faktor simetri.
Kesesuaian Sistem
Uji kesesuaian sistem yaitu bagian integral dari
metode kromatografi cair dan kromatografi gas. Uji ini
dipakai untuk verifikasi bahwa sistem kromatografi
memadai untuk analisa ini .
Faktor yang mempengaruhi kondisi kromatografi yaitu
sebagai berikut :
• Komposisi, kekuatan ion, suhu, dan pH tahap gerak
• Laju alir, ukuran kolom, suhu kolom, dan tekanan
• Karakteristik tahap diam, termasuk jenis pendukung
kromatografi (berbahan partikel dan monolitik),
partikel atau ukuran berpori besar, porositas dan
permukaan area tertentu.
• tahap terbalik dan modifikasi permukaan lain suatu tahap
diam, modifikasi bahan kimia yang luas (seperti end-
capping, loading carbon, dan lain-lain.)
•
Resolusi, Rs, yaitu fungsi dari jumlah lempeng
teoritis, N (juga disebut efisiensi), faktor pemisahan, ,
dan faktor kapasitas, k. [Catatan Semua istilah dan
simbol didefinisikan pada bagian sebelumnya Definisi
dan Interpretasi Kromatogram.] Untuk tahap gerak dan
tahap diam yang diberikan, N dapat ditentukan untuk
memastikan bahwa elusi komponen yang dekat terpisah
satu sama lainnya, untuk menetapkan kekuatan
pemisahan secara umum dalam suatu sistem, dan untuk
memastikan bahwa pembanding internal terpisah dari
senyawa obat. Hal ini yaitu cara yang sedikit dipercaya
untuk memastikan resolusi dibanding pengukuran
langsung. Efisiensi kolom yaitu bagian, dari refleksi
ketajaman suatu puncak, sangat penting untuk mendeteksi
komponen kecil.
Injeksi berulang larutan baku atau larutan baku lainnya
perlu dilakukan untuk mengetahui apakah memenuhi
persyaratan presisi. Kecuali jika dinyatakan lain dalam
masing-masing monografi, data dari 5 injeksi berulang
suatu analit dipakai untuk menghitung, Simpangan
Baku Relatif, %SBR, jika persyaratannya yaitu 2,0%
atau kurang; dan data dari 6 injeksi berulang dipakai
jika persyaratan untuk SBR lebih dari 2,0%.
Untuk penetapan dalam monografi zat obat, dimana nilai
untuk zat murni yaitu 100%, dan tidak ada ketentuan
maksimum untuk SBR, %SBR yang dibolehkan dihitung
untuk injeksi berulang dari larutan baku yaitu :
K yaitu konstanta (0,349), didapat dari persamaan:
K = (0,6/ 2) x (t 90%, 5/ 6)
dimana 0,6/ 2 mewakili persentase SBR yang dibutuhkan
sesudah enam kali injeksi untuk B = 1,0; B yaitu batas
atas dinyatakan dalam definisi masing-masing monografi
minus 100%, n yaitu jumlah replikasi injeksi suatu
larutan pembanding (3 n 6); dan t90%,n-1 yaitu
Students t pada level kemungkinan 90% (dua sisi) dengan
n-1 derajat kebebasan.
Kecuali jika dinyatakan lain yang telah ditentukan, SBR
maksimum yang dibolehkan tidak boleh melampaui nilai
yang ditetapkan seperti tertera pada tabel persyaratan
keberulangan.
Persyaratan Simpangan baku Relatif (SBR)
Jumlah masing-masing injeksi
3 4 5 6
B(%) Nilai SBR maksimal yang dibolehkan
2,0 0,41 0,59 0,73 0,85
2,5 0,52 0,74 0,92 1,06
3,0 0,62 0,89 1,10 1,27
Faktor simetri, As, ukuran simetri suatu puncak, yaitu
satuan untuk puncak yang sangat simetris, dan nilainya
meningkat selama tailing bertambah (lihat Gambar 4).
Pada beberapa masalah , nilai yang kurang dari kesatuan
dapat diamati. Simetri suatu puncak menjauh dari angka
1, integrasi, dan oleh sebab itu presisi menjadi kurang
dipercaya.
Perbandingan signal to noise (S/N) berguna untuk
parameter kesesuaian sistem. S/N dapat dihitung sebagai
berikut :
H yaitu tinggi puncak yang diukur dari pucak ke garis
dasar yang telah dihitung dengan jarak 5 kali lebar
setengah tinggi puncak dan h yaitu perbedaan antara
noise tertinggi dengan noise terendah yang diamati pada
jarak lebih 5 kali lebar pada setengah tinggi puncak
dan, jika memungkinkan, kondisikan hal yang sama
untuk daerah sekeliling puncak yang diinginkan (lihat
Gambar 5).
Gambar 5 Noise and Chromatographic peak,
componen of the S/N ratio.
Uji Kesesuaian Sistem ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan data dari penginjekan berulang larutan
baku atau larutan lainnya yang telah ditetapkan dalam
masing-masing monografi.
h
H
N
S 2
=
1%,90
% =
nt
nKBSBR
- 1540 -
Spesifikasi dari penetapan parameter di dalam
monografi tidak membatasi pemakaian dari kondisi
operasional yang yang sesuai lainnya. Penetapan
dibolehkan hanya ketika :
• Baku yang sesuai (termasuk Baku Pembanding)
tersedia untuk semua senyawa yang dipakai dalam
uji stabilitas; dan
• Larutan baku ini menampilkan bahwa penetapan
meningkatkan kualitas dari kromatogram yang
memenuhi persyaratan kesesuaian.
Penetapan untuk sistem kromatografi dilakukan untuk
memenuhi persyaratan kesesuaian tidak dibuat untuk
mengganti kegagalan kolom atau kegagalan sistem.
jika pengaturan kondisi operasional penting dalam
rangka memenuhi persyaratan kesesuaian, masing-masing
hal dalam daftar berikut yaitu variasi maksimal yang
dapat dianggap, kecuali dinyatakan lain dalam masing-
masing monografi; perubahan ini bisa jadi membutuhkan
data validasi tambahan. Untuk melakukan verifikasi
terhadap kesesuaian sistem dengan kondisi baru, nilai
karakteristik dari performa analitikal sejenis dipengaruhi
oleh perubahan. Pengaturan multipel dapat
mempengaruhi secara kumulatif pada kinerja suatu sistem
dan harus dipertimbangkan secara hati-hati sebelum
diterapkan. Pengaturan terhadap komposisi tahap gerak
dalam elusi gradien tidak direkomendasikan. jika
pengaturan dianggap penting, hanya perubahan kolom
(bahan kemasan sama) atau pengaturan dwell volume
direkomendasikan.
pH tahap Gerak (KCKT) pH suatu larutan dapar yang
dipakai dalam pembuatan tahap gerak dapat ditetapkan
menjadi ± 0,2 satuan nilai atau rentang yang ditentukan.
Kadar garam dalam dapar (KCKT) Kadar garam
yang dipakai dalam pembuatan larutan dapar untuk
tahap gerak dapat di tetapkan menajdi ±10% jika
variasi pH yang dibolehkan (lihat diatas) dicapai.
Perbandingan komponen dalam tahap gerak (KCKT)
Penetapan berikut membatasi dilakukan pada komponen
minor tahap gerak (ditentukan pada 50% atau kurang).
Jumlah komponen ini dapat di atur dengan relatif ±30%.
Bagaimanapun, perubahan terhadap beberapa komponen
tidak dapat melebihi ±10% absolut (contohnya : berkaitan
dengan jumlah tahap gerak). Pengaturan dapat dibuat pada
satu komponen minor dalam campuran berikut.
Campuran Binary
Perbandingan 50:50 30% dari 50 yaitu 15%, tapi ini
melebihi perubahan maksimal yang dibolehkan dari
±10% dalam komponen lain. Oleh sebab itu,
perbandingan tahap gerak dapat diatur hanya pada rentang
40:60 sampai 60:40.
Perbandingan 2:98 30% dari 2 yaitu 15%. Oleh
sebab itu pengaturan maksimal yang dibolehkan yaitu
pada rentang 1,4 : 98,6 sampai 2,6 : 97,4.
Campuran Ternary
Perbandingan 60:35:5 Untuk komponen kedua, 30%
dari 35 yaitu 10,5%, yang mana perubahan maksimal
yang dibolehkan ±10% dalam beberapa komponen.
Untuk komponen ketiga, 30% dari 5 yaitu 1.5% pada
semua masalah , jumlah yang cukup dari komponen pertama
dipakai untuk menghasilkan total 100%. Oleh sebab
itu rentang campuran yaitu 50:45:5 sampai 70:25:5 atau
58,5: 35:6,5 sampai 61,5:35:3,5 akan memenuhi
persyaratan.
Panjang gelombang pada detektor UV-Vis (KCKT)
Deviasi dari panjang gelombang yang ditentukan dalam
procedure tidak dibolehkan. procedure ditentukan oleh
pabrik pembuat detektor, atau procedure validasi lainnya,
yang dipakai untuk menverifikasi kesalahan dalam
panjang gelombang detektor yaitu , biasanya ±3 nm.
tahap diam
Panjang kolom (KG, KCKT) Dapat diatur ±70%.
Diameter internal kolom (KCKT) Dapat diatur jika
kecepatan linear dijaga konstan. Lihat laju alir (KCKT)
dibawah.
Diameter internal kolom (KG) Dapat diatur ±50%
untuk KG.
Ketebalan film (kolom kapiler KG) Dapat diatur ±50%
sampai 100%.
Ukuran partikel (KCKT) Dapat dikurangi sebanyak
50%, tapi tidak dapat diperbanyak.
Ukuran partikel (KG) Berubah dari ukuran partikel
yang besar ke yang kecil atau dari yang kecil ke ukuran
partikel yang lebih besar jika memenuhi persyaratan
kromatografi untuk kesesuaian sistem dan perbandingan
perubahan ukuran partikel yang sama dipertahankan.
Perbandingan perubahan ukuran partikel didefinisikan
sebagai diameter dari partikel terbesar dibagi dengan
diameter partikel terkecil.
Laju alir (KG) Dapat diatur sebanyak ±50%.
Laju alir (KCKT) Jika ukuran kolom diubah, laju alir
dapat diatur dengan memakai rumus :
F1 yaitu laju alir yang ditunjukkan dalam monografi
dalam ml per menit; F2 yaitu laju alir yang telah diatur,
dalam ml per menit; I1 yaitu panjang kolom yang sesuai
dengan monografi, I2 yaitu panjang kolom yang
dipakai , d1 yaitu diameter dalam kolom yang sesuai
dalam monografi, d2 yaitu diameter dalam kolom yang
dipakai . Sebagai tambahan, laju lair dapat diatur
sampai dengan ±50%.
2
11
2
2
12
2
dI
dI
FF =
- 1541 -
Volume injeksi (KCKT) Volume injeksi dapat diubah
selama memenuhi presisi dan limit deteksi; tidak ada
penambahan volume dibolehkan.
Volume injeksi dan Volume Split (KG) Volume
injeksi dan volume split dapat disesuaikan jika deteksi
dan keberulangan memuaskan.
Suhu kolom (KCKT) Suhu kolom dapat diatur
sebanyak ±10º. Suhu kolom disarankan untuk
meningkatkan kontrol dan keterulangan waktu retensi.
Suhu oven (KG) Suhu oven dapat diatur sebanyak
±10%.
Program suhu oven (KG) Pengaturan suhu dapat
diatur sesuai dengan pernyataan diatas. Ketika suhu yang
telah ditetapkan harus di pertahankan atau ketika suhu
harus diubah dari nilai satu ke nilai lainnya, pengaturan
sebanyak 20% dibolehkan.
Kecuali jika dinyatakan lain dalam masing-masing
monografi, parameter kesesuaian sistem ditentukan dari
puncak analit. Nilai yang diukur, R, atau Rf, atau Rs untuk
sampel suatu zat tidak berbeda jauh dengan nilai yang
diperoleh dari senyawa pembanding dan campuran.
Waktu retensi relatif ada dalam monografi untuk
tujuan hanya informasi untuk membantu dalam
identifikasi puncak. Tidak ada kriteria penerimaan yang
dipakai dalam waktu retensi relatif.
Uji kesesuaian sistem dipakai untuk memastikan
keefektifan sistem orperasional. Yang mana harus
dilakukan pada uji ini. Membuat injeksi suatu preparasi
yang tepat dibutuhkan untuk memperlihatkan kesesuaian
sistem yang cukup (seperti yang digambatkan dalam
bagian metode sistem kromatografi dalam monografi).
Preparasi dapat berupa preparasi larutan baku atau
larutan yang mengandung jumlah analit yang diketahui
dan beberapa penambahan bahan-bahan (misalnya
eksipien atau pengotor) yang dipakai dalam mengotrol
sistem analasis. Ketika terjadi perubahan menonjol
dalam sistem kromatografi (peralatan, komponen tahap
gerak, atau komponen lainnya) atau pereaksi kritikal, uji
kesesuaian sistem harus dilakukan kembali. Tidak ada
analisa sampel diterima kecuali telah dilakukan uji
kesesuaian sistem.
KUANTITASI
Selama kuantitasi, abaikan puncak yang disebabkan
oleh pelarut ataupun pereaksi atau muncul sebab adanya
tahap gerak ataupun matriks sampel.
Dalam rentang linier, luas puncak dan tinggi puncak
biasanya sebanding untuk kuantitasi elusi suatu senyawa.
Luas puncak dan tinggi puncak biasanya diukur dengan
cara integrator elektronik tapi dapat juga ditentukan
dengan cara pendekatan klasikal. Luas puncak biasanya
dipakai tapi bisa jadi tidak akurat jika terjadi
interferensi. Komponen yang diukur dipisahkan dari dari
beberapa komponen yang bercampur. Puncak yang
tailing dan fronting dikurangi, dan pengukuran pucak
yang berekor dengan puncak lainnya dihindari jika
dimungkinkan.
Walaupun perbandingan suatu puncak pengotor dengan
lainnya dalam suatu kromatogram dari suatu baku pada
kadar yang sama lebih disukai, uji pengotor bisa juga
berdasarkan pengukuran respon puncak dimana pengotor
diperlihatkan sebagai persentase dari luas suatu puncak
obat. Baku bisa jadi obat itu sendiri atau level yang
berhubungan dengan itu, misalnya, 0,5% pengotor,
dianggap sama dengan respon puncak. Ketika pengotor
harus ditentukan dengan sangat pasti, pakailah baku dari
pengotor itu sendiri atau lakukan faktor koreksi
berdasarkan respons relatif pengotor terhdap komponen
utama.
Metode baku eksternal analisa kuantitatif dari
konsentrasi suatu komponen ditetukan dengan cara
membandingkan respon yang dihasilkan oleh larutan
sampel dengan respons dihasilkan oleh larutan baku.
Metode Baku Internal Jumlah yang sama dari baku
internal dimasukkan ke dalam larutan sampel dan larutan
baku. Baku internal ynag dipiloh tidak berekasi dengan
bahan yang diuji, stanil, terpisah dari analit, dan tidak
mengandung pengotor dengan waktu retensi yang sama
dengan analit. Konsentrasi suatu analit ditentukan dengan
cara membandingkan rasio luas puncak dan tinggi puncak
analit dengan baku internal dalam larutan baku.
procedure normalisasi Persentase kandungan suatu
komponen dihitung dengan cara menentukan luas puncak
yang dimaksud dengan total luas dari semua puncak yang
ada, kecuali puncak yang dihasilkan sebab adanya
pengaruh pelarut atau pereaksi, atau muncul sebab
adanya tahap gerak ataupun matriks sampel, dan puncak
yang berada dibawah limit deteksi yang semuanya dapat
diabaikan.
procedure kalibrasi Hubungan antara pengukuran atau
evaluasi signal y dan dan kuantitasi (misalnya kadar,
bobot), dengan senyawa x ditentukan, dan fungsi
kalibrasi dihitung. Hasil analisa dihitung dari pengukuran
signal atau evaluasi signal suatu analit dan posisinya dari
kurva kalibrasi.
Pada uji untuk pengotor pada metode baku eksternal,
ketika pengenceran larutan sampel dipakai untuk
perbandingan, dan procedure normalisasi, adanya faktor
koreksi ditunjukkan dalam monografi (misalnya ketika
faktor respon di luar rentang 0,8 – 1,2). Ketika uji
pengotor menentukan total jumlah pengotor atau adanya
penentuan kuantitatif suatu pengotor, pilihan pengaturan
yang tepat dan integrasi yang tepat untuk integrasi luas
puncak yaitu penting, dalam beberapa uji, batas pada
atau dibawah dimana puncak bisa diabaikan biasanya
0,05%. Selanjutnya batas pengaturan dari sistem
pengumpulan data sesuai dengan setidaknya setengah dari
batas. Integrasi luas puncak pada beberapa pengotor yang
tidak sepenuhnya terpisah dari puncak utama, sebaiknya
berdasarkan ekstrapolasi lembah terhadap lembah
(tangential skim).
- 1542 -
KOLOM KROMATOGRAFI
Daftar isi kolom (L), tahap (G) dan penyangga (S)
berikut ini merupakan acuan bagi pemakai kromatograf.
[Catatan Ukuran partikel dalam daftar ini merupakan
ukuran yang umum dipakai . jika diperlukan
ukuran partikel yang lain, biasanya yang lebih halus,
maka ukuran ini dinyatakan pada masing-masing
monografi. Untuk suatu kategori isi kolom atau tahap yang
tercantum dalam daftar dibawah ini, tersedia berbagai
kolom. jika kondisi kromatografi perlu dinyatakan
secara lebih spesifik maka hal itu dinyatakan pada
masing-masing monografi.]
Isi Kolom
L1 Oktadesil silana terikat secara kimiawi pada partikel
mikro silika berpori atau partikel mikro keramik, dengan
diameter 3 - 10 m, atau batang silika monolitik.
L2 Oktadesil silana terikat secara kimiawi pada silika
gel dengan porositas permukaan yang diatur dan terikat
pada suatu inti bulat padat diameter 30 - 50 m.
L3 Partikel silika berpori, diameter 5 - 10 m.
L4 Silika gel dengan porositas permukaan yang diatur
dan terikat pada suatu inti bulat padat, diameter
30 - 50 m.
L5 Alumina dengan porositas permukaan yang diatur,
dan terikat pada suatu inti bulat padat, diameter
30 - 50 m.
L6 Penukar kation kuat berupa polimer fluoro karbon
tersulfonasi dilapiskan pada suatu inti bulat padat,
diameter 30 - 50 m.
L7 Oktilsilana terikat secara kimiawi pada partikel
silika yang berpori seluruhnya, diameter 1,7 - 10 m.
L8 Suatu lapisan monomolekuler aminopropil silana
yang terikat secara kimiawi pada penyangga silika gel
yang berpori seluruhnya, diameter 3 - 10 m.
L9 Silika gel tak beraturan, ukuran 3 - 10 m, yang
seluruhnya berpori dan diberi lapisan penukar kation
yang bersifat asam kuat dan terikat secara kimiawi.
L10 Gugus nitril yang terikat secara kimiawi pada
partikel silika berpori, diameter 3 - 10 m.
L11 Gugus fenil yang terikat secara kimiawi pada
partikel silika berpori, diameter 1,7 - 10 m.
L12 Suatu penukar anion kuat untuk isi kolom yang
dibuat dari amina kuartener yang terikat secara kimiawi
pada inti silika bulat padat, diameter 30 - 50 m.
L13 Trimetilsilana yang terikat secara kimiawi pada
partikel silika berpori, diameter 3 - 10 m.
L14 Silika gel, diameter 5 - 10 m, dengan lapisan
penukar anion ammonium kuartener yang bersifat basa
kuat dan terikat secara kimiawi.
L15 Heksilsilana yang terikat secara kimiawi pada
partikel silika yang berpori seluruhnya, diameter 3 - 10
m.
L16 Dimetilsilana yang terikat secara kimiawi pada
partikel silika berpori, diameter 5 - 10 m.
L17 Resin penukar kation kuat yang terdiri dari
kopolimer ikatan silang stirena-divinilbenzena
tersulfonasi dalam bentuk hidrogen, diameter 7 - 11 m.
L18 Gugus amino dan siano yang terikat secara
kimiawi pada partikel silika berpori, diameter 3 - 10 m.
L19 Resin penukar kation kuat yang terdiri dari
kopolimer ikatan silang stirena-divinilbenzena
tersulfonasi dalam bentuk kalsium, diameter lebih kurang
9 m.
L20 Gugus dihidroksipropan yang terikat secara
kimiawi pada partikel silika berpori, diameter 5 - 10 m.
L21 Suatu kopolimer stirena-divinilbenzena ber bentuk
bulat yang kaku, diameter 5 - 10 m.
L22 Resin penukar kation terbuat dari gel poli stiren
yang berpori dengan gugus asam sulfonat, ukuran lebih
kurang 10 m.
L23 Resin penukar anion terbuat dari gel polimeta
krilat atau poliakrilat berpori dengan gugus amonium
kuartener, ukuran lebih kurang 10 m.
L24 Gel hidrofil setengah kaku yang terdiri dari
polimer vinil, dengan beberapa gugus hidroksi pada
permukaan matriks, diameter 32 - 63 m.
L25 Isi kolom dengan kemampuan untuk memisahkan
senyawa-senyawa dengan bobot molekul 100 sampai
5000 (ditentukan sebagai polietilen oksida), yang dipakai
untuk polimer larut air yang bersifat netral, anionik dan
kationik. Yang sesuai untuk dipakai yaitu resin
polimetakrilat yang memiliki ikatan silang dengan eter
polihidroksil (permukaannya mengandung sedikit sisa
gugus fungsi karboksil).
L26 Butil silana yang terikat secara kimiawi pada
partikel silika yang berpori seluruhnya, diameter
3 - 10 m.
L27 Partikel silika berpori, diameter 30 - 50 m.
L28 Suatu penyangga multifungsi, yang terdiri dari
substrat silika berbentuk bulat, dengan tingkat kemurnian
tinggi, ukuran 100 Angstrom, yang terikat dengan gugus
fungsi anion (amina) disamping fungsi tahap terbalik C8
konvensional.
L29 Partikel polibutadiena-alumina berbentuk bulat
(gamma alumina, tahap balik, persen bobot karbon
rendah), diameter 5 m dengan volume pori 80
Angstrom.
L30 Etil silana yang terikat secara kimiawi pada
partikel silika yang berpori seluruhnya, diameter
3- 10 m.
L31 Resin penukar anion kuat, amina kuarterner,
selektif terhadap hidroksida, terikat pada partikel lateks
pada inti partikel makro pori dengan diameter inti 8,5 m
dengan ukuran pori 2000 angstrom mengandung ikatan
silang etil-vinil benzena dengan divinilbenzena 55%.
L32 Suatu penukar ligan kiral untuk isi kolom
kompleks kovalensi tembaga L-prolina yang terikat
secara tidak teratur pada partikel silika, diameter
5 - 10 m.
L33 Kolom berisi silika berbentuk bulat dan diproses
untuk memberi stabilitas pH dengan kapasitas
pemisahan molekul dekstran berukuran 4.000 - 500.000 Da.
- 1543 -
L34 Resin penukar kation kuat yang terdiri dari ikatan
silang kopolimer stirena-divinilbenzena tersulfonasi
dalam bentuk garam Pb, diameter lebih kurang 9 m.
L35 Silika berbentuk bulat yang distabilisasi dengan
zirkonium dan disalut dengan satu tahap lapisan molekul
hidrofilik (tipe diol) berpori dengan ukuran 150Å.
L36 Turunan 3,5 dinitrobenzoil dari L-fenilglisin yang
terikat secara kovalen pada aminopropil silika yang
berukuran 5 m
L37 Gel polimetakrilat dengan kapasitas pemisahan
molekul protein berukuran 2.000 - 40.000 Da.
L38 Kolom eksklusi ukuran berisi basa metakrilat
untuk zat uji yang larut dalam air.
L39 Gel polimetakrilat hidrofilik dari resin bulat yang
berpori seluruhnya.
L40 Partikel silika berpori dengan diameter 5 - 20 m
yang dilapisi selulosa tris 3-5-dimetilfenilkarbamat
L41 1 Asam glikoprotein yang tidak bergerak pada
partikel silika bulat dengan diameter 5 m.
L42 Gugus oktilsilana dan oktadesilsilana yang terikat
secara kimia pada partikel silika berpori, diameter 5 m.
L43 Gugus pentafluorofenil yang terikat secara kimia
pada partikel silika oleh propil“spacer”, diameter
5 – 10 m.
L44 Penyangga multifungsional yang berisi substrat
silika bulat dengan kemurnian tinggi 60 Å, yang terikat
dengan penukar kation, asam sulfonat, dalam tahap balik
konvensional C8.
L45 Beta siklodekstrin yang terikat pada partikel silika
berpori, diameter lebih kurang 10 m
L46 Substrat polistirena/divinilbenzena yang
teraglomerasi pada butiran lateks amonium kuarterner,
diameter 10 m.
L47 Substrat mikropori penukar anion berkapasitas
tinggi yang dibuat berfungsi dengan gugus trimetilamina
diameter 8 m.
L48 Polistirena dengan ikatan silang tersulfonasi
dengan butiran mikro penukar anion berpori, dengan
lapisan luar submikron, diameter 15 m.
L49 Kolom tahap balik yang berisi partikel zirkonia
bulat berpori dengan lapisan tipis polibutadiena dengan
diameter 3 - 10 m.
L50 Resin multifungsional dengan tahap balik yang
berfungsi sebagai penahan penukar anion kuat, berisi
55% ikatan silang etilvinilbenzena dengan polimer
divinilbenzena, diameter 3 - 15 m, dan luas permukaan
tidak kurang dari 350 m2 per gram. Substrat disalut
dengan partikel lateks yang difungsikan dengan
ammonium kuarterner berisi ikatan silang stirena-
divinilbenzena.
L51 Partikel silika bulat, disalut dengan amilosa tris
3,5-dimetilfenilkarbamat, diameter 5 – 10 m.
L52 Resin penukar kation kuat yang terbuat dari silika
berpori dengan gugus sulfopropil, diameter 5 – 10 m.
L53 Resin penukar kation lemah terdiri dari ikatan
silang etilvinilbenzena 55% dengan kopolimer divinil
benzena, diameter 3 - 15 m. Substrat merupakan
permukaan dengan tambahan monomer difungsikan
dengan asam karboksilat dan/atau asam fosfat. Kapasitas
tidak kurang dari 500 Eq per kolom.
L54 Kolom eksklusi ukuran yang terbuat dari ikatan
kovalen dekstran dengan ikatan silang kuat butiran
agarosa, diameter lebih kurang 13 m.
L55 Resin penukar kation kuat yang terbuat dari silika
berpori yang dilapisi dengan kopolimer asam maleat-
polibutadiena, diameter lebih kurang 5 m.
L56 Propilsilana yang terikat secara kimia pada partikel
silika yang berpori seluruhnya, diameter 3 - 10 m.
L57 Ovomukoid yang diketahui sebagai protein kiral
yang terikat secara kimia pada partikel silika, diameter
lebih kurang 5 m dan ukuran pori 120Å.
L58 Resin penukar kation kuat yang terdiri dari ikatan
silang kopolimer stirena-divinilbenzena tersulfonasi
dalam bentuk garam natrium, diameter 7 - 11 m.
L59 Kolom berisi silika-basa bulat (10 m) dan dibuat
dengan karakterisasi hidrofilik dan stabilitas pH yang
memiliki kapasitas pemisahan protein dengan berat
molekul 10 - 500 kDa.
L60 - Silika gel bulat berpori dengan diameter 3 – 5 m
yang permukaannya dimodifikasi dengan ikatan kovalen
gugus palmitamido-propil dan ”end-capped”.
L61 Resin penukar anion kuat selektif terhadap
hidroksida terdiri dari ikatan silang kuat pada inti
partikel mikropori, ukuran 13 m, pori berukuran tidak
kurang dari 10Å unit dan terdiri dari ikatan silang
etilvinilbenzena dengan 55% divinilbenzena dengan
lapisan lateks yang tersusun dari butiran mikro berukuran
85 nm, terikat dengan ion alkanol ammonium kuarterner
6%.
L62 tahap silana C30 terikat pada silika bulat yang
berpori seluruhnya, diameter 3 - 15 m.
tahap
G1 Minyak dimetilpolisiloksan
G2 Gom dimetilpolisiloksan
G3 Fenil 50%- metilpolisiloksan50%
G4 Poliester dietilen glikol suksinat
G5 3-sianopropilpolisiloksan
G6 Trifluoropropilmetilpolisiloksan
G7 3-sianopropil 50%- fenilmetilsilikon 50%
G8 bis (3-sianopropil) 80% - 3-sianopropil fenil
polisiloksan 20% (persen menyatakan substitusi molar)
G9 Metilvinilpolisiloksan
G10 Poliamida yang dibentuk dengan mereaksikan
asam C36 asam dikarboksilat dengan 1,3-di-4-
piperidilpropan dan piperidin dalam perbandingan
molekul 1,00: 0,90: 0,20.
G11 Poliester bis(2-etilheksil)sebakat.
G12 Poliester fenildietanolamina suksinat.
G13 Sorbitol
G14 Polietilen glikol (bobot molekul rata-rata 950
sampai 1050)
G15 Polietilen glikol (bobot molekul rata-rata 3000
sampai 3700)
G16 Senyawa polietilen glikol (bobot molekul rata-rata
lebih kurang 15.000). Suatu senyawa berbobot molekul
- 1544 -
tinggi yang terbentuk dari polietilen glikol dengan suatu
ikatan diepoksida.
G17 Fenil 75% - metilpolisiloksan 25%
G18 Polialkilen glikol
G19 Fenil 25% - sianopropil 25% - metilsilikon
50%.
G20 Polietilen glikol (bobot molekul rata-rata 380
sampai 420).
G21 Neopentil glikol suksinat.
G22 Bis(2-etilheksil)ftalat.
G23 Polietilen glikol adipat.
G24 Diisodesil ftalat.
G25 Senyawa polietilen glikol TPA. Suatu senya-wa
berbobot molekul tinggi yang terbentuk dari suatu
polietilen glikol dan suatu diepoksida yang diesterkan
dengan asam tereftalat.
G26 2-sianoetil 25% - metilpolisiloksan75%
G27 Fenil 5% - metilpolisiloksan 95%
G28 Fenil 25% - metilpolisiloksan75%
G29 3,3'-Tiodipropionitril
G30 Tetraetilen glikol dimetil eter
G31 Nonilfenoksipoli(etilenoksi)etanol (panjang rantai
etilenoksi rata-rata 30); Nonoksinol 30.
G32 Fenilmetil 20% - dimetilpolisiloksan 80%
G33 Karboran 20% - metilsilikon 80%
G34 Poliester dietilen glikol suksinat yang dibuat stabil
dengan asam fosfat.
G35 Suatu senyawa berbobot molekul tinggi yang
terbentuk dari suatu polietilen glikol dan suatu diepoksida
yang diesterkan dengan asam nitrotereftalat.
G36 Vinil 1% - fenilmetilpolisiloksan 5%
G37 Poliimida
G38 tahap G1 yang mengandung beberapa kecil
persentase penghambat pembentukan faktor ikutan.
G39 Polietilen glikol (bobot molekul rata-rata lebih
kurang 1500)
G40 Etilenglikol adipat
G41Fenilmetildimetilsilikon (tersubsitusi fenil
sebanyak 10%)
G42 Fenil 35%- dimetilpolisiloksan 65% (persen
menyatakan substitusi molar)
G43 Sianopropilfenil 6% - dimetilpolisiloksan 94%
(persen menyatakan substitusi molar).
G44 Petrolatum hidrokarbon berbobot molekul rendah
2% dan 1% larutan kalium hidroksida .
G45 Divinilbenzena-etilen glikol-dimetilakrilat
G46 Sianopropilfenil 14% - metilpolisiloksan 86%
G47 Polietilen glikol (bobot molekul rata-rata lebih
kurang 8000)
G48 Sianopolisiloksan berikatan silang sebagian dan
bersifat sangat polar.
Penyangga
[Catatan jika tidak disebutkan lain, ukuran yang
dimaksud yaitu 80 - 100 mesh atau sebagai alternatif
100 - 120 mesh.]
S1A Tanah silika untuk kromatografi gas, yang telah
diflukskalsinasikan dengan jalan mencampurkan diatomit
dengan natrium karbonat serta dikalsinasikan di atas suhu
900°. Tanah silika ini dicuci dengan asam,
lalu dicuci dengan air sampai netral, namun tidak
dicuci dengan basa. Tanah silika itu dapat disilanisasikan
dengan jalan diberi perlakuan dengan suatu pereaksi,
seperti dimetildiklorosilan, untuk menutupi gugus silanol
yang ada pada permukaan. Jika tidak disebutkan lain
dalam monografi, yang dimaksudkan yaitu penyangga
yang tersilanisasi.
S1AB Tanah silika seperti yang disebutkan di atas
dicuci dengan asam dan basa. Jika tidak disebutkan lain
dalam monografi, yang dimaksudkan yaitu penyangga
yang tersilanisasi.
S1C Penyangga yang terbuat dari bata tahan api yang
dihancurkan serta dikalsinasikan atau dibakar dengan
pengikat tanah liat diatas suhu 900°, diikuti pencucian
memakai asam, dan dapat disilanisasikan.
S1NS Tanah silika tanpa perlakuan.
S2 Kopolimer stirena-divinilbenzena dengan luas
permukaan nominal kurang dari 50 m2 per g dan diameter
pori rata-rata 0,3 - 0,4 m.
S3 Kopolimer dari etildivinilbenzena dan
divinilbenzena dengan luas permukaan nominal 500 m2
sampai 600 m2 per g dan diameter pori rata-rata 0,0075 m
S4 Kopolimer stirena-divinilbenzena dengan gugus -O-
dan -N aromatik, yang memiliki luas permukaan
nominal 400 m2 - 600 m2 per g dan diameter pori rata-rata
0,0076 m.
S5 Polimer tetrafluoroetilen dengan bobot molekul
tinggi dan ukuran 40 - 60 mesh.
S6 Kopolimer stirena-divinilbenzena dengan luas
permukaan nominal 250 - 350 m2 per g dan diameter pori
rata-rata 0,0091 m
S7 Karbon grafit dengan luas permukaan nominal
12 m2 per g.
S8 Kopolimer 4-vinil-piridin dan stirenadivinil benzena.
S9 Polimer berpori dari 2,6-difenil-p-fenilen oksida.
S10 Kopolimer berikatan silang akrilonitril dan
divinilbenzena yang bersifat sangat polar.
S11 Karbon grafit dengan luas permukaan nominal 100
m2 per g, yang dimodifikasi dengan sedikit vaselin dan
senyawa polietilen glikol.
S12 Karbon grafit dengan luas permukaan nominal 100
m2 per g.
OSMOLALITAS DAN OSMOLARITAS <941>
Tekanan osmotik memegang peran penting dalam
semua proses biologi yang melibatkan difusi zat terlarut
atau transfer cairan melalui membran. Osmosis terjadi
ketika pelarut, bukan molekul zat terlarut melewati
membran semipermiabel dari bagian yang konsentrasinya
lebih rendah ke bagian yang konsentrasinya lebih tinggi
sesampai terjadi kesetimbangan. Pengetahuan mengenai
tekanan osmotik penting bagi para praktisi kesehatan
untuk menentukan suatu larutan parenteral bersifat hipo-
osmotik, iso-osmotik atau hiper-osmotik. Pengukuran
kuantitatif tekanan osmotik akan memudahkan
- 1545 -
perhitungan pengenceran yang diperlukan untuk
membuat suatu larutan relatif iso-osmotik terhadap darah.
Tekanan Osmotik
Tekanan Osmotik dari larutan tergantung pada jumlah
partikel dalam larutan, sesuai dengan sifat koligatif
larutan. Suatu partikel dapat berupa spesi molekul atau
ion atau agregat (seperti dimer) yang dapat terpisah dari
larutan. Suatu larutan menunjukan sifat ideal jika tidak
ada interaksi antara zat terlarut dan pelarut, kecuali jika
molekul pelarut terikat pada zat terlarut oleh ikatan
hidrogen atau kovalen koordinat. Untuk larutan seperti ini
yang mengandung zat terlarut tidak terdisosiasi, tekanan
osmotik ( ) sebanding dengan molalitasnya (jumlah mol
zat terlarut per kg pelarut):
= ( RT/1000) m
yaitu kerapatan pelarut pada suhu T (dalam skala
absolut, ºK); R yaitu tetapan gas dan m yaitu molalitas
larutan.
Untuk suatu larutan nyata yang mengandung lebih dari
satu zat terlarut, tekanan osmotik dinyatakan dengan
rumus:
= imii mvRT
,1000
vi yaitu jumlah partikel hasil disosiasi satu molekul zat
terlarut yang ke-i; vi = 1 untuk zat terlarut non-ionik
(tidak terdisosiasi); mi yaitu molalitas zat terlarut ke-i;
dan mi yaitu koefisien osmotik molal dari zat terlarut
ke-i. Koefisien osmotik molal dihitung terhadap sifat
ideal larutan. Nilainya tergantung pada konsentrasi zat
terlarut dalam larutan, sifat kimia dan karakteristik ion.
Nilai koefisien osmotik molal dari zat terlarut dapat
ditentukan secara eksperimen dengan mengukur
penurunan titik beku pada konsentrasi molal yang
berbeda. Untuk keperluan farmasi, nilai koefisien osmotik
yaitu kurang dari 1. Koefisien osmotik molal menurun
dengan meningkatnya kadar zat terlarut, seperti tertera
pada Tabel 1.
Osmolalitas
Osmolalitas larutan ( mi) dinyatakan dengan rumus:
mi