Jumat, 06 Desember 2024

farmakope 120

 


 = vi mi mi 

 

Osmolalitas larutan nyata berkaitan dengan molalitas 

larutan ideal yang mengandung zat terlarut yang tidak 

terdisosiasi dan dinyatakan dalam osmol atau miliosmol 

per kg pelarut (Osmol per kg atau mOsmol per kg). Suatu 

satuan yang mirip dengan molalitas larutan Osmolalitas 

merupakan satuan dari molalitas larutan. Jadi, osmolalitas 

yaitu  ukuran tekanan osmotik yang disebabkan oleh 

suatu larutan nyata yang  melewati membran 

semipermiabel. Seperti halnya tekanan osmotik, sifat 

koligatif lain dari suatu larutan seperti penurunan tekanan 

uap, peningkatan titik didih dan penurunan titik beku 

berkaitan langsung dengan osmolalitas larutan. 

Osmolalitas suatu larutan dapat ditentukan secara lebih 

akurat dan mudah dengan mengukur penurunan titik beku 

( Tb) : 

 

Tb = kb  m 

 

kb yaitu  tetapan molal krioskopik, yang merupakan sifat 

dari pelarut. Untuk air, nilai kb  yaitu  1,860º per Osmol. 

Artinya 1 Osmol zat terlarut yang ditambahkan ke dalam 

1 kg air menurunkan titik beku sebesar 1,860º . 

 

Osmolaritas 

    Osmolaritas larutan secara teoritis dinyatakan dalam 

osmol per liter (Osmol per L) larutan dan banyak 

dipakai  secara luas dalam praktek klinis sebab  osmol 

dinyatakan dalam osmol sebagai fungsi volume. 

Osmolaritas tidak dapat diukur, namun  dihitung secara 

teoritis dari pengukuran osmolalitas secara eksperimen.  

Kadang-kadang osmolaritas ( c)  dihitung secara teoritis 

dari konsentrasi molar:  

 

c  = vi ci  

 

vi yaitu  jumlah partikel hasil disosiasi satu molekul zat 

terlarut yang ke-i; ci yaitu  konsentrasi molar zat terlarut 

yang ke-i dalam larutan. Sebagai contoh, osmolaritas 

larutan yang dibuat dengan melarutkan 1 g vankomisin 

dalam 100 ml larutan natrium klorida 0,9 % dapat 

dihitung sebagai berikut: 

 

litermOsmol

xlitergxlitergx

/329

1000)]

44,58

/92()

25,1449

/103[(

=

+

 

 

1449,25 yaitu  BM vankomisin dan 58,44 yaitu  BM 

natrium klorida. 

     Hasil menampilkan  bahwa larutan ini  agak hiper-

osmotik sebab  osmolalitas darah berada diantara 285 dan 

310 mOsmol per kg. jika  larutan yang ditentukan 

secara eksperimen memiliki  nilai osmolalitas sebesar 

255 mOsmol per kg, maka larutan ini  bersifat hipo-

osmotik. Contoh ini  di atas menggambarkan bahwa 

nilai osmolaritas yang dihitung secara teoritis dari 

konsentrasi larutan sebaiknya diinterpretasikan secara 

hati-hati dan mungkin tidak mewakili sifat osmotik 

larutan infus. 

      Ketidaksesuaian antara hasil teoritis (osmolaritas) dan 

eksperimen (osmolalitas) sebagian disebabkan oleh 

kenyataan bahwa tekanan osmotik berkaitan dengan 

osmolalitas dan bukan osmolaritas. Secara lebih 

menonjol , ketidaksesuaian antara hasil eksperimen dan 

perhitungan teoritis disebabkan oleh kenyataan bahwa 

tekanan osmotik suatu larutan nyata lebih kecil daripada 

tekanan osmotik suatu larutan ideal sebab  adanya 

interaksi antar molekul zat terlarut atau antara molekul 

zat terlarut dengan molekul pelarut dalam larutan. 

- 1546 -

 

 

 

 

 

 

Interaksi-interaksi ini  mengurangi tekanan yang 

didesak oleh molekul zat terlarut pada membran 

semipermiabel, mengurangi nilai osmolalitas 

eksperimental dibandingkan nilai teoritis. Perbedaan ini 

berhubungan dengan koefisien molal osmotik ( mi). 

Contoh ini  juga menggambarkan pentingnya 

penentuan osmolalitas suatu larutan secara eksperimen, 

daripada perhitungan nilai osmolalitas secara teoritis.  

  

PENGUKURAN OSMOLALITAS 

 

    Osmolalitas larutan secara umum ditentukan dengan 

cara mengukur penurunan titik beku larutan. 

    Alat Osmometer dipakai  untuk pengukuran 

penurunan titik beku, terdiri dari: wadah pendingin yang 

dipakai  untuk pengukuran; tahanan yang sensitif 

terhadap perubahan suhu (termistor), alat pengukur 

perbedaan arus atau potensial yang ditunjukan dalam 

perubahan suhu atau osmolalitas; dan alat pengaduk 

sampel. Osmometer yang dipakai  untuk mengukur 

tekanan uap larutan, jarang dipakai . Alat ini 

memerlukan volume zat uji yang lebih kecil (biasanya  

lebih kurang 5 μl), namun  akurasi dan presisi hasil 

penetapan osmolalitasnya sebanding dengan hasil yang 

diperoleh jika  memakai  osmometer yang 

berdasarkan pengamatan titik beku larutan. 

    Larutan baku Buat larutan baku seperti tertera pada 

Tabel 1. 

     Larutan uji Untuk padatan pro injeksi, larutkan 

dengan pelarut yang sesuai dengan instruksi seperti 

tertera pada etiket. Untuk larutan, pakailah  sampel 

sebagai berikut [Catatan Jika perlu larutan dapat 

diencerkan sampai  masuk dalam rentang pengukuran 

osmometer namun  hasil harus dinyatakan dalam larutan 

yang encer ini  dan tidak dihitung dengan 

mengalikan faktor pengenceran untuk mendapatkan 

osmolalitas larutan awal, kecuali jika dinyatakan lain 

dalam monografi. Koefisien osmotik molal yaitu  fungsi 

dari konsentrasi, oleh sebab  itu koefisien osmotik molal 

akan berubah dengan dilakukannya pengenceran.] 

    procedure  Diawali dengan kalibrasi alat sesuai dengan 

petunjuk pabrik. Konfirmasikan hasil kalibrasi alat 

dengan sekurang-kurangnya dua larutan dari Tabel 1 

sesampai  osmolalitas Larutan baku menjangkau rentang 

osmolalitas Larutan uji yang dapat diterima. 

Pembacaan alat sebaiknya dalam ± 2 mOsmol/kg dari 

Larutan baku (pada rentang baku 100 sampai 700 

mOsmol/kg). Masukkan beberapa  volume masing-masing 

Larutan baku ke dalam sel pengukuran sesuai petunjuk 

pabrik dan jalankan sistem pendinginan. Biasanya alat 

pencampur diprogram di bawah suhu terendah yang 

diharapkan dari penurunan titik beku. Alat akan 

memberi  hasil ketika kesetimbangan dicapai. 

Kalibrasi osmometer pembacaan memakai  alat 

pengatur yang memadai sesampai  sesuai dengan nilai 

osmolalitas atau penurunan titik beku dari Larutan baku 

yang ditunjukkan pada Tabel 1. [Catatan Beberapa  alat 

yang menampilkan  osmolalitas dan ada yang 

menampilkan  penurunan titik beku.] Sebelum 

pengukuran, bilas sel pengukuran sekurang-kurangnya 

dua kali dengan larutan yang akan diuji. Ulangi procedure  

dengan masing-masing Larutan uji. Baca osmolalitas 

Larutan uji secara langsung, atau hitung dari pengukuran 

penurunan titik beku. 

      Dengan asumsi nilai koefisien osmotik sama, baik 

dinyatakan dalam molalitas maupun dalam molaritas, 

osmolalitas suatu larutan yang ditetapkan secara 

eksperimen dapat dikonversikan ke dalam osmolaritas 

dengan cara yang sama seperti konversi molalitas ke 

molaritas. Kecuali dinyatakan lain, jika konsentrasi 

larutan sangat pekat, osmolaritas suatu larutan ( c) dapat 

dihitung dari hasil penetapan osmolalitas ( m) secara 

eksperimen:   

 

c = 

+ ii

m

vw)/100(

1000

 

 

wi  yaitu  bobot dalam g; vi yaitu  volume spesifik 

parsial dari zat terlarut yang ke-i, dalam ml per g. Volume 

spesifik parsial suatu zat terlarut yaitu  perubahan 

volume jika  ada penambahan 1 g zat terlarut dalam 

larutan ini . Volume ini dapat ditetapkan dengan 

pengukuran kerapatan larutan sebelum dan sesudah 

penambahan zat terlarut. Volume spesifik parsial garam 

pada biasanya  sangat kecil, sekitar 0,1 ml per g. namun  

untuk zat terlarut lain pada biasanya  memiliki  volume 

spesifik parsial yang lebih tinggi.  Contohnya: volume 

spesifik parsial asam amino berada dalam rentang 0,6 – 

0,9 ml per g. Ini dapat ditunjukan dari persamaan di atas 

yang menghubungkan osmolaritas dengan osmolalitas. 

 

c = m (  - c)  

 

 yaitu  kerapatan larutan dan c yaitu  konsentrasi zat 

terlarut total, keduanya dinyatakan dalam g per ml. Jadi, 

sebagai alternatif, osmolaritas dapat juga dihitung dari 

penetapan osmolalitas secara eksperimen, dari metode 

yang sesuai untuk menetapkan kerapatan larutan dan 

bobot total zat terlarut per ml larutan sesudah  dikoreksi 

terhadap kadar air 

 

 

 

 

 

 

 

 

- 1547 -

 

 

 

 

 

 

Tabel 1. Larutan Baku untuk Kalibrasi Osmometer 

 

Larutan baku (bobot dalam 

g NaCl per kg air) 

Osmolalitas (mOsmol/kg) 

( m) 

Koefisien osmotik molal NaCl 

( m NaCl) 

Penurunan titik beku (ºK) 

( Tb) 

3,087 

6,260 

9,463 

12,684 

15,916 

19,147 

22,380 

100 

200 

300 

400 

500 

600 

700 

0,9463 

0,9337 

0,9264 

0,9215 

0,9180 

0,9157 

0,9140 

0,186 

0,372 

0,558 

0,744 

0,930 

1,116 

1,302 

 

 

PANJANG SERAT <951> 

 

    Penetapan panjang dan penyebaran panjang serat kapas 

dalam kapas murni, pakailah  metode sebagai berikut : 

    Kondisikan bahan yang akan ditetapkan panjang serat 

dari kapas murni pada suhu 21o±1,1o dengan kelembaban 

relative 65%±2%. 

     

Alat Alat pemilah (lihat gambar) terdiri dari 2 lekukan 

sisir yang dipasang secara kaku bersebelahan pada sisi 

alas yang sama. Tiap lekukan sisir terdiri tidak kurang 

dari 12 sisir berjarak 3,2 mm, berurutan dan dipasang 

dalam alur sesampai  pada saat sisir-sisir didekatkan pada 

waktu proses pemilahan dan tidak dibutuhkan lagi, sisir-

sisir ini  dapat diturunkan dibawah alat kerja. Tiap 

sisir memiliki  satu jajaran yang benar-benar lurus dan 

gigi yang sangat tajam dengan panjang 12 mm, terdiri 

dari jarum-jarum dengan diameter 0,38 mm. Gigi 

berjarak 62 mm sampai  25 mm sepanjang lebih kurang   

50 mm.  

 

 

 

Gambar Alat Pemilah Serat Katun 

 

    Bagian dari alat terdiri atas alat berbentuk pinset untuk 

memilah, kisi penekan serat, lempeng licin penekan serat 

dan beludru penutup lempeng. Pinset pemilah serat terdiri 

dari 2 keping kuningan dengan panjang lebih kurang 75 

mm, digantung  pada pada satu ujung dan garis tipis pada 

ujung penjepit untuk menjepit serat yang menonjol pada 

permukaan sisir. Biasanya salah satu ujung penjepit 

memiliki  kulit atau lapisan benang lainnya. Lebar 

ujung penjepit lebih kurang 19 mm. 

    Kisi penekan serat terdiri dari satu seri tangkai 

kuningan berjarak 3,2 mm ditempatkan diantara sisir pada 

penekan serat berada diantara gigi. Lempeng licin 

penekan serat terdiri dari lempeng kuningan yang telah 

digosok berukuran lebih kurang 25 mm x 50 mm dengan 

tombol atau gagang pada permukaan atas lempeng yang 

licin, letakkan serat diatas permukaan beludru dari 

susunan lempeng. Lempeng ditutupi beludru yang 

diatasnya diletakkan serat dalam bentuk susunan lempeng 

merupakan lembaran aluminium berukuran lebih kurang 

100 mm x 225 mm x 2,4 mm, tertutup pada 2 sisi dengan 

beludru berkualitas tinggi, sebaiknya berwarna hitam. 

     

Pemilahan kapas buka gulungan kapas, lakukan 

pengujian memakai  250 g sampai  500 g, 32 

jumputan (lebih kurang 75 mg tiap jumputan), dari 250 

gg tiap jumputan). Ambil bagian yang baik dari gulungan, 

16 jumputan yang mewakili dari setengah gulungan arah 

membujur. Jangan memotong ujung gulungan dan ambil 

secara khusus bagian yang tertutup sepanjang tebal 

gulungan. Hindari serat yang panjang atau pendeknya 

tidak sama, ganti semua serat dan jaga agar tidak meleset 

dari jari. Dari contoh dengan bobot kurang dari 125 g, 

ambil 8 jumputan dan dari contoh  dengan bobot lebih 

dari 125 g dan kurang 250 g, ambil 16 jumputan, pilih 

yang baik.  

Campur semua bahan yang diambil dan gabungkan 

hati-hati tiap pasang dengan menarik dan menggulung 

pada jari. lalu  bagi tiap pasang dengan pembelahan 

membujur dibagi menjadi 2 bagian yang sama dan 

pakailah  1 bagian dalam pencampuran lebih lanjut. 

(Bagian lain dibuang atau disimpan untuk pengujian 

selanjutnya). 

Ulangi proses yang tertera diatas dengan setengah 

bagian dari seri yang sudah dibagi dua sampai dihasilkan 

1 jumputan, yaitu bagian uji gabungan akhir. Dengan 

hati-hati, sejajar dan luruskan serat pada uji bagian 

gabungan akhir dengan menarik dan melilitkan pada 

tangan. Simpan semua serat, termasuk juga serat yang 

kusut dan gumpalan serat kusut, buang serat-serat dengan 

fragmen biji yang masih hijau dan bahan asing seperti 

tangkai, daun dan fragmen biji. 

    Dari bagian gabungan  akhir seperti tertera diatas, 

pisahkan secara membujur untuk bahan uji, timbang 

saksama 75 mg±2 mg. Bila perlu simpan sisa untuk 

pengujian selanjutnya. 

     

procedure  pakailah  kisi penekan serat, masukkan hati-

hati bahan uji yang telah ditimbang kedalam satu lekukan 

sisir dengan lebih kurang sudut tegak lurus. 

- 1548 -

 

 

 

 

 

 

    Dengan pinst pemilah, ambil sebagian kecil ujung 

bebas serat, masukkan pada gigi sisir yang paling dekat 

dengan operator; hati-hati dan perlahan tarik sisir 

kedepan, pindahkan pada gigi lekukan sisir kedua, 

letakkan sejajar, lurus dan lebih kurang pada sudut siku-

siku terhadap permukaan sisir, lepaskan ujung kisi dekat 

permukaan bagian depan sisir. Dengan kisi penekan, 

tekan hati-hati serat yang dipindahkan kebawah gigi sisir. 

Ulangi sampai  semua serat masuk kedalam lekukan sisir 

yang kedua. Selama pemindahan serat, keluarkan lekukan 

sisir pertama berturut-turut dan hilangkan semua serat 

yang menonjol . 

    Putar mesin 180o dan masukkan serat kapas kenbali 

pada lekukan pertama sisir dengan cara yang sama seperti 

tertera diatas. 

    Hati-hati dalam meratakan ujung serat selama kedua 

pemindahan diatas,susun dengan teliti kepermukaan 

depan sisir terdekat. Perataan ujung serat dapat meliputi 

penarikan, penguraian serat dari depan kebelakang 

sisir,mengembalikannya kedalam dan keatas gumpalan 

utama sisir. 

    Putar lagi mesin 180o, bila perlu keluarkan sisir 

secukupnya untuk membuka ujung serat yang paling 

panjang dan kembalikan beberapa serat yang terurai. 

Tarik sebagian kecil serat yang menonjol dengan pinset. 

Dengan cara ini lanjutkan penarikan sisa serat yang 

menonjol kembali ke bagian depan permukaan sisir. 

Turunkan sisir dan ulangi pengujian dengan cara yang 

sama sampai semua serat tertarik keluar. Agar tidak 

mengganggu bagian yang diuji,dan dengan demikian 

tidak merusak panjang menjadi panjang kelompok, buat 

beberapa tarikan (sebanyak 8 sampai  10) antara setiap 

pasangan sisir. 

    Letakkan tarikan pada lempeng yang dilapisi beludru 

sepanjang sisi yang satu dengan lain selurus mungkin 

dengan ujung yang jelas dan jarak terakhir tersusun dalam 

garis lurus, tekan kebawah hati-hati dan halus 

memakai  lempeng licin penekan serat sebelum 

melepaskan tarikan dari jepitan. pakailah  tidak kurang 

dari 50 dan tidak lebih dari 100 tarikan untuk memecah 

bagian yang diuji.  

Kelompokkan semua serat berukuran panjang 12,5 mm 

(lebih kurang 0,5 inci) atau lebih, dan timbang  lebih 

kurang 0,3 mg. Dengan cara yang sama, kumpulkan 

semua serat dengan panjang 6,25 mm (lebih kurang 0,25 

inci) atau kurang dan timbang. Terakhir, kumpulkan sisa 

serat dari panjang rata-rata dan timbang. Jumlah dari tiga 

penimbangan tidak berbeda lebih dari 3 mg dari bobot 

awal. Persentase bobot serat dalam kedua rentang panjang 

yaitu  bobot tiap 2 kelompok pertama dibagi dengan 

bobot zat uji yang ditimbang. 

 

PELEPASAN OBAT <961> 

 

    Pengujian ini bertujuan untuk menentukan kesesuaian 

pelepasan obat dengan persyaratan yang tercantum pada 

masing-masing monografi. pakailah  alat yang tercantum 

pada monografi. Ganti alikot yang diambil untuk analisa  

dengan beberapa  volume sama media disolusi yang baru 

pada suhu yang dinyatakan dalam monografi atau jika 

dapat ditunjukkan bahwa penggantian media tidak 

diperlukan, lakukan koreksi terhadap perubahan volume 

dalam perhitungan. Jaga wadah agar selalu tertutup 

selama penetapan dan periksa suhu campuran uji pada 

waktu tertentu. 

 

RUTE TRANSDERMAL – 

 PELEPASAN OBAT SECARA UMUM 

 

Alat 5 ( Dayung di atas Cakram ) 

 

    pakailah  dayung dan labu dari Alat 2 seperti tertera 

pada Uji Disolusi <1231> dengan penambahan suatu 

cakram baja tahan karat yang dirancang untuk menahan 

sediaan transdermal pada dasar labu. Alat-alat yang 

sesuai lainnya dapat dipakai  asalkan tidak menyerap, 

tidak bereaksi dengan zat aktif atau tidak mengganggu 

cuplikan yang diuji. Suhu dipertahankan pada 32°±0,5°. 

Jarak 25±2 mm antara bilah dayung dengan permukaan 

cakram dipertahankan selama penetapan. Labu dapat 

ditutup selama penetapan untuk mengurangi penguapan. 

Cakram untuk menahan sediaan transdermal dirancang 

agar volume tak terukur antara dasar labu dengan cakram 

minimal. Cakram menahan sediaan secara datar 

ditempatkan sedemikian rupa sesampai  permukaan 

pelepasan sejajar dengan bilah dayung (Lihat Gambar 1). 

Gambar 1. Dayung di atas cakram (Semua pengukuran 

dinyatakan dalam mm kecuali jika dinyatakan lain). 

 

Gambar 1 Dayung di atas Cakram 

     

Verifikasi kinerja dan Media Disolusi Lakukan seperti 

tertera pada Alat 2 dalam Uji Disolusi <1231>. 

  

    procedure  

    Masukkan beberapa  volume media disolusi ke dalam 

labu, pasang alat tanpa cakram dan biarkan media sampai  

mencapai suhu 32°±0,5°. Lekatkan sediaan uji pada 

cakram, pastikan agar permukaan pelepasan sediaan 

serata mungkin. Sediaan dapat dilekatkan pada cakram 

dengan memakai  perekat yang sesuai pada cakram. 

Keringkan selama 1 menit. Tekan sediaan, permukaan 

pelepasan menghadap ke atas pada sisi cakram yang 

dilapisi perekat. Jika dipakai  suatu membran sebagai 

penyangga sediaan, tidak boleh ada  gelembung 

antara membran dan permukaan pelepasan. Letakkan 

cakram secara mendatar pada dasar labu dengan 

permukaan pelepasan menghadap ke atas dan sejajar 

dengan ujung bilah dayung dan permukaan media

- 1549 -

 

 

 

 

 

 

     

 

 disolusi. Ujung dayung bagian bawah berjarak 25±2 mm 

dari permukaan cakram. Segera jalankan alat pada 

kecepatan seperti tertera pada masing-masing monografi. 

Pada setiap interval waktu pengambilan cuplikan, ambil 

cuplikan dari bagian tengah antara permukaan media 

disolusi dan bagian atas bilah dayung, tidak kurang 1 cm 

dari dinding labu. Lakukan penetapan kadar tiap cuplikan 

seperti tertera pada masing-masing monografi, jika perlu 

lakukan koreksi terhadap setiap kehilangan volume. 

Ulangi pengujian dengan sediaan transdermal lainnya. 

 

Waktu Waktu pengambilan cuplikan biasanya  tiga titik, 

dinyatakan dalam satuan jam. Cuplikan harus diambil 

dalam batas toleransi ±15 menit atau ±2 % dari waktu 

yang tertera pada masing-masing monografi. Pilih 

toleransi yang menghasilkan interval waktu paling 

sempit. 

 

Interpretasi Kecuali dinyatakan lain dalam masing-

masing monografi, persyaratan dipenuhi jika jumlah 

bahan aktif yang dilepas dari sediaan  dan larut dalam 

media disolusi memenuhi kriteria Tabel Penerimaan 1 

untuk rute transdermal. Lakukan penetapan sampai  tahap 

3 kecuali hasil pada tahap sebelumnya telah memenuhi 

syarat L1 atau L2. 

 

Tabel Penerimaan 1 

Level Jumlah 

uji 

Kriteria 

L1 6 Tidak ada satu nilaipun yang 

terletak di luar rentang penerimaan 

yang dinyatakan. 

L2 6 Nilai rata-rata dari 12 unit 

sediaan (L1 + L2) terletak 

dalam rentang penerimaan yang 

dinyatakan. Tidak satu nilaipun 

yang terletak di luar rentang 

penerimaan lebih dari 10 % dari 

rata-rata rentang penerimaan 

yang dinyatakan. 

L3 12 Nilai rata-rata dari 24 unit 

sediaan (L1 + L2 + L3) terletak 

dalam rentang penerimaan yang 

dinyatakan. Tidak lebih dari 2 

dari 24 unit sediaan yang diuji 

terletak di luar rentang 

penerimaan yang dinyatakan 

lebih dari 10 % dari rata-rata 

penerimaan yang dinyatakan; 

tidak ada satu unitpun sediaan 

yang terletak di luar rentang 

penerimaan yang dinyatakan 

lebih dari 20 % dari rata-rata 

rentang penerimaan yang 

dinyatakan. 

 

 

Alat 6 ( Silinder ) 

 

    pakailah  labu dari Alat 1 seperti tertera pada Uji 

Disolusi <1231>, kecuali keranjang dan tangkai pemutar 

diganti dengan elemen pemutar silinder yang terbuat dari 

baja tahan karat, dan suhu dipertahankan pada 32°±0,5° 

selama penetapan berlangsung. Komponen tangkai dan 

silinder dari elemen pemutar terbuat dari baja tahan karat 

dengan spesifikasi seperti tertera pada Gambar 7. 

Sediaan uji ditempatkan pada silinder pada permulaan 

tiap penetapan. Jarak antara bagian dalam labu dan 

silinder dipertahankan pada 25±2 mm selama penetapan. 

 

    Media Disolusi pakailah  media seperti tertera pada 

Uji Disolusi <1231>. 

 

    procedure  

Masukkan beberapa  volume media disolusi ke dalam 

labu dari alat yang ditentukan dalam tiap monografi, 

pasang alat dan panaskan  Media disolusi sampai  

mencapai suhu  32°±0,50. Kecuali dinyatakan lain dalam 

monografi, siapkan sistem uji sebagai berikut. Ambil 

garis pelindung dari sistem dan tempatkan sisi perekat 

pada sepotong Curophan yang lebih besar, tidak kurang 1 

cm pada semua sisi sistem. [Catatan  pakailah  Curophan 

tipe 150 pm, tebal 11±0,5 μm, inert, bahan selulosa 

berpori yang tersedia dari Medicell International Ltd 230 

Liverpool Road, London.]  Tempatkan sistem dan 

Curophan (menutup sisi bawah) pada permukaan yang 

bersih dan pakailah  bahan perekat yang sesuai pada batas 

Curophan yang terpapar. Keringkan selama 1 menit. 

pakailah  sisi sistem yang terlapisi perekat secara hati-hati 

pada bagian luar silinder sesampai  sumbu axis yang 

panjang tetap di sekeliling silinder. Tekan 

lapisan/Curophan untuk menghilangkan gelembung udara 

yang terperangkap. Tempatkan silinder dalam alat dan 

dengan segera putar pada kecepatan seperti tertera pada  

masing-masing monografi. Dalam interval waktu yang 

dinyatakan, ambil beberapa  Media disolusi untuk analisa  

dari daerah tengah antara permukaan media disolusi dan 

ujung silinder yang berputar, tidak kurang 1 cm dari 

dinding labu. Lakukan analisa  seperti tertera pada 

masing-masing  monografi, jika perlu lakukan koreksi 

kehilangan volume. Jika perlu ulangi pengujian 

memakai  sediaan tambahan. 

 

    Waktu Lakukan seperti tertera pada Alat 5. 

 

    Interpretasi Kecuali dinyatakan lain dalam masing-

masing monografi, persyaratan dipenuhi jika jumlah 

bahan aktif yang dilepas dari sediaan  dan larut dalam 

media disolusi memenuhi kriteria Tabel Penerimaan 1 

untuk rute transdermal. Lakukan penetapan sampai  tahap 

3 kecuali hasil pada tahap sebelumnya telah memenuhi 

syarat L1 atau L2. 

 

- 1550 -

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 2 Elemen Silinder Stirrer Magnetik   

 

 

Alat 7 ( Penyangga Bolak-balik ) 

 

    Catatan Alat ini  terutama dipakai  untuk sediaan 

transdermal, namun  dapat juga dipakai  untuk berbagai 

bentuk sediaan lain. 

 

    Alat Terdiri dari 1 set wadah larutan yang terkalibrasi 

secara volumetri atau tertara, terbuat dari kaca atau bahan 

inert1 lain yang sesuai, motor dan kemudi yang dipasang 

untuk menggerakkan sistem turun naik secara vertikal 

dan mengarahkan  

sistem secara horizontal secara otomatis ke deret labu 

yang berbeda jika diinginkan, dan satu set penyangga 

cuplikan yang sesuai (Lihat Gambar 8 dan Gambar 9a – 

9d). Wadah larutan sebagian dicelupkan dalam tangas air 

dengan ukuran yang sesuai sesampai  memungkinkan 

terpeliharanya suhu, T, di dalam wadah pada 32°±0,5° 

atau dalam rentang yang diinginkan, seperti dinyatakan 

dalam tiap monografi, selama uji. Tidak ada satupun 

bagian alat termasuk lingkungan di mana alat dipasang  

yang berkontribusi pada pergerakan, agitasi atau getaran 

yang bermakna yang mempengaruhi kehalusan, gerakan 

turun naik penyangga cuplikan secara vertikal. Alat yang 

memungkinkan pengamatan sistem dan penyangga 

selama uji lebih disukai. pakailah  ukuran wadah dan 

tempat sampel sebagaimana ditentukan pada masing-

masing monografi. 

 

Media Disolusi pakailah  seperti tertera pada monografi, 

lihat Uji Disolusi <1231>. 

 

 

 

    Penyiapan Sampel A ( Sediaan Tablet Bersalut ) 

Pasang tiap sistem yang harus diuji ke pegangan sampel 

yang sesuai (misalnya dengan merekatkan ujung sistem 

dengan perekat 2-siano akrilat ke ujung tali plastik atau 

dengan menempatkan sediaan ke dalam tas/kantong 

jaring nilon kecil pada ujung tali plastik atau dalam 

gulungan logam yang dipasangkan pada tali logam). 

 

    Penyiapan Sampel B ( Sediaan Rute Transdermal ) 

Tekan sistem ke dalam selembar  Curophan kering yang 

belum pernah dipakai ,  jaring nilon atau yang setara 

dengan sisi perekat menghadap substrat terpilih dengan 

berhati-hati untuk mengurangi gelembung udara antara 

permukaan substrat dengan permukaan pelepasan. Pasang 

sistem pada penyangga sampel yang ukurannya sesuai 

dengan cincin-O yang sesuai sesampai  bagian belakang 

sistem berdekatan/berbatasan dan di tengah-tengah dasar 

penyangga sampel berbentuk cakram atau berpusat 

mengelilingi lingkaran luar penyangga sampel berbentuk 

silinder. Buang kelebihan substrat dengan pisau yang 

tajam. 

 

Penyiapan sampel C (Sediaan lain selain jenis sampel 

A dan B) Tempatkan sediaan uji pada penyangga yang 

sesuai seperti tertera pada monografi. 

 

procedure  Lekatkan penyangga sampel pada pengaduk 

yang bergerak turun naik sesampai  tiap sistem terendam 

secara terus menerus dalam beberapa  volume Media 

disolusi yang terukur saksama dalam suatu wadah 

terkalibrasi yang sebelumnya  telah dipanaskan sampai  

mencapai suhu T (lihat pengaturan pada subjudul 

ALAT). 

Turun naikkan pada kecepatan  lebih kurang 30 kali per 

menit dengan amplitudo lebih kurang 2 cm, atau seperti 

tertera pada masing-masing monografi, untuk waktu  

tertentu dalam media yang ditentukan  pada tiap titik 

pengambilan cuplikan. Angkat wadah larutan dari tangas, 

dinginkan pada suhu ruang dan tambahkan larutan 

secukupnya (biasanya air) untuk mengoreksi kehilangan 

volume  sebab  penguapan. Lakukan penetapan kadar 

seperti tertera pada masing-masing monografi. Jika perlu 

ulangi pengujian memakai  sediaan tambahan.  

 

    Interpretasi Kecuali dinyatakan lain dalam monografi, 

uji memenuhi syarat jika jumlah bahan aktif yang 

dilepaskan dari sistem dan larut dalam Media disolusi 

memenuhi kriteria Tabel Penerimaan 3 untuk tablet 

bersalut pada Uji Disolusi <1231>; Tabel Penerimaan 6 

untuk sediaan transdermal. Lakukan penetapan sampai  

tahap 3 kecuali hasil pada tahap sebelumnya telah 

memenuhi syarat L1 atau L2. 

 

 

 

 

 

 

 

 

- 1551 -

 

 

 

 

 

 

 1 Bahan tidak boleh mengabsorbsi, bereaksi dengan atau 

mengganggu cuplikan yang diuji 

 

 

 

Gambar 3 Penyangga Cuplikan Cakram Turun-Naik 

 

 

 

Sistema 

Kepala Tangkai Cincin O 

A (diameter) (cm) B (cm) C (cm) Bahanb D (cm) Bahanc Tidak terlihat 

1,6 cm2 1,428 0,9525 0,4750 SS/VT 30,48 SS/P Parker 2-311-V884-75 

2,5 cm2 1,778 0,9525 0,4750 SS/VT 30,48 SS/P Parker 2-016-V884-75 

5 cm2 2,6924 0,7620 0,3810 SS/VT 8,890 SS/P Parker 2-022-V884-75 

7 cm2 3,1750 0,7620 0,3810 SS/VT 30,48 SS/P Parker 2-124-V884-75 

10 cm2 5,0292 0,6350 0,3505 SS/VT 31,01 SS/P Parker 2-225-V884-75 

aukuran sistem khas bSS/VT: dapat baja tahan karat atau teflon murni  cSS/P: dapat baja tahan karat atau kaca pleksi 

 

- 1552 -

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 4a Sistem Penyangga Transdermal - Lempeng Bersudut 

 

 

 

Gambar 4b Sistem Penyangga Transdermal – Silinder 

 

 

 

Gambar 4c Sistem Penyangga Tablet Lepas Lambat –Batang dengan Ujung untuk Melekatkan  

 

 

 

Gambar 4d Sistem Penyangga Transdermal-Penyangga

- 1553 -

 

 

 

 

 

 

PENETAPAN BATAS FLOKULASI VAKSIN 

DAN TOKSIN DIFTERI <971> 

 

    Batas flokulasi (Lf) toksin difteri ditetapkan dengan 

melakukan inkubasi sediaan uji bersama dengan sediaan 

baku antitoksin difteri untuk uji flokulasi dengan kadar 

yang sesuai. Bila kadar toksin atau vaksin tetap dan kadar 

antitoksin bervariasi dalam campuran dengan volume 

tetap, maka campuran yang menampilkan  terjadinya 

flokulasi pertama yaitu  campuran yang mengandung 

jumlah toksin atau vaksin yang mendekati setara dengan 

antitoksin. 

 

    Baku pembanding Antitoksin Difteria untuk Flokulasi 

BPFI. 

 

    Penetapan potensi Lakukan uji pendahuluan terlebih 

dahulu untuk menetapkan rentang kadar yang dipakai , 

tambahkan volume tetap Larutan uji (misalnya 1 ml) ke 

dalam masing-masing dari 1 seri tabung kecil yang berisi 

volume sama Larutan baku dengan kadar meningkat. Di 

dalam tabung, yang berurutan kadar antitoksin meningkat 

tidak lebih 10% dari kadar tengah pada rentang kadar. 

Rentang kadar dipilih sedemikian rupa sesampai  flokulasi 

optimum campuran terletak di tengah rentang kadar. Bila 

waktu yang diperlikan untuk flokulasi antitoksin 1 Lf 

setara dengan 1 Lf toksin terlalu lama, sebaiknya lakukan 

uji pada tingkat 50 Lf. Panaskan semua tabung di dalam 

tangas air pada suhu 45° sampai 50°, sampai  setengah 

tabung terendam sampai  diperoleh arus konveksi dan 

amati terus-menerus sampai  campuran yang menampilkan  

flokulasi tercepat dapat ditentukan. Harga Lf dalam 

sediaan uji setara dengan Lf antitoksin dalam campuran. 

Kesalahan penetapan tunggal diperkirakan kurang dari 

lebih kurang 5%. 

 

 

PENETAPAN BOBOT JENIS <981> 

    Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing 

monografi, penetapan bobot jenis dipakai  hanya untuk 

cairan, dan kecuali dinyatakan lain, didasarkan pada 

perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25o terhadap 

bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila suhu 

ditetapkan dalam monografi, bobot jenis yaitu  

perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang telah 

ditetapkan terhadap bobot air dengan volume dan suhu 

yang sama. Bila pada suhu 25o zat berbentuk padat, 

tetapkan bobot jenis pada suhu yang telah tertera pada 

masing-masing monografi, dan mengacu pada air pada 

suhu 25o. 

    Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing 

monografi, densitas didefinisikan  sebagai masa dari satu 

unit volume zat pada suhu 25o dalam kilogram per meter 

kubik atau gram per sentimeter kubik (kg/m3 atau g/cm3). 

    Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing 

monografi, pakailah  Metode I. 

 

 

 

Metode I 

 

    procedure  pakailah  piknometer bersih, kering dan telah 

dikalibrasi dengan menetapkan bobot piknometer dan 

bobot air yang baru dididihkan, dinginkan sampai  suhu 

25°. Atur suhu zat uji sampai  lebih kurang 20°, masukkan 

cairan ke dalam piknometer. Atur suhu piknometer yang 

telah diisi sampai  suhu 25°, buang kelebihan zat uji dan 

timbang. Jika pada monografi tertera suhu yang berbeda 

dari 25°, piknometer yang telah diisi harus diatur sampai  

mencapai suhu yang diinginkan sebelum ditimbang. 

Kurangkan bobot piknometer kosong dari bobot 

piknometer yang telah diisi. 

    Bobot jenis suatu zat yaitu  hasil yang diperoleh 

dengan membagi bobot zat dengan bobot air, dalam 

piknometer. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi, 

keduanya ditetapkan pada suhu 25°. 

 

Metode II 

 

    procedure  berikut meliputi pemakaian  “Oscillating 

transducer density meter”. Alat terdiri atas: 

- tabung berbentuk U, biasanya  berupa gelas 

borosilikat, berisi cairan uji 

- sistem eksitasi elektrik magneto atau elektrik piezo 

yang menyebabkan tabung berosilasi sebagai osilator 

cantilever pada frekuensi tertentu tergantung densitas 

cairan zat uji 

- alat untuk mengukur periode osilasi (T), yang akan 

dikonversi oleh alat untuk memberi pembacaan  

langsung densitas atau menghitung densitas dengan 

memakai  konstanta A dan B seperti diuraikan di 

bawah ini; dan 

- alat untuk mengukur dan atau mengontrol suhu 

oscilating transducer yang berisi zat uji.  

 

    Periode osilasi merupakan fungsi dari  konstanta (c) 

dan sistem masa;  yaitu  densitas zat uji; M yaitu  

massa  tabung dan V volume tabung yang terisi. 

 

T2 = 24××

+

c

V

c

M

 

 

Konstanta A  = 

xV

c

24

 dan B = 

V

M , 

 

persamaan untuk oscillating transducer: 

 

BTA×= 2  

 

Bobot jenis spesifik zat uji memakai  persamaan: 

 

( )

( )W

L

 

 

- 1554 -

 

 

 

 

 

 

( )L dan ( )W  berturut-turut yaitu   densitas zat uji dan 

air pada suhu 25°, kecuali dinyatakan lain  dalam masing-

masing monografi. 

    Kalibrasi Konstanta A dan B diperoleh dengan cara 

mengoperasikan alat dengan tabung U yang diisi oleh dua 

sampel berbeda yang diketahui densitasnya (misal air 

yang sudah diawaudarakan dan udara). Lakukan kontrol 

pengukuran setiap hari, memakai  air yang 

diawaudarakan; hasil pengukuran kontrol memakai  

air yang diawaudarakan menampilkan  bahwa densitas 

tidak berbeda dari nilai pembanding ( 25  = 0,997043 

g/cm3). Presisi merupakan fungsi keterulangan dan 

stabilitas frekuensi osilator. Density meter dapat  

melakukan pengukuran dengan nilai kesalahan 1x10-3 

g/cm3 sampai 1x10-5 g/cm3 dan keterulangan 1x10-4 g/cm3 

sampai 1x10-6 g/cm3. Contoh, alat dengan spesifikasi 

1x10-4 g/cm3 harus menampilkan  0,9970±0,0001 g/cm3 

agar dapat dipakai  untuk mengukur, kecuali 

diperlukan penyesuaian kembali. Kalibrasi hendaknya 

dilakukan secara teratur dengan memakai  bahan 

yang sudah disertifikasi.  

    procedure  memakai  instruksi dari pabrik, lakukan 

pengukuran memakai  procedure  seperti pada 

Kalibrasi. Jika perlu lakukan kesetimbangan cairan uji 

pada 25° sebelum dimasukkan untuk menghindari 

pembentukan gelembung dan mengurangi waktu 

pengukuran. Faktor yang mempengaruhi akurasi 

pengukuran yaitu  : 

- keseragaman suhu pada tabung 

- rentang densitas nonlinier 

- efek ”parasitic resonants”  

- kekentalan, jika “oscillating transducer density meter” 

yang dipakai  tidak memiliki pengkompensasi 

otomatis terhadap pengaruh viskositas sampel. 

 

 

PENETAPAN BOBOT PER MILILITER <991> 

 

    Bobot per mililiter suatu cairan yaitu  bobot dalam g 

per ml cairan yang ditimbang di udara pada suhu 20º, 

kecuali dinyatakan lain dalam monografi. 

    Bobot per ml zat cair ditetapkan dengan membagi 

bobot zat cair di udara yang dinyatakan dalam g, dari 

beberapa  cairan yang mengisi piknometer pada suhu yang 

telah ditetapkan dengan kapasitas piknometer yang 

dinyatakan dalam ml, pada suhu yang sama. Kapasitas 

piknometer ditetapkan dari bobot di udara dari beberapa  

air yang dinyatakan dalam g, yang mengisi piknometer 

pada suhu ini . Bobot 1 liter air pada suhu yang telah 

ditetapkan bila ditimbang terhadap bobot kuningan di 

udara dengan kerapatan 0,0012 g per ml seperti tertera 

dalam tabel berikut. Penyimpangan kerapatan udara dari 

harga ini  di atas, yang diambil sebagai harga rata-

rata, tidak mempengaruhi hasil penetapan yang 

dinyatakan dalam FI. 

 

 

 

         ______________________________ 

         Suhu (º)         Bobot per liter air (g) 

        _____________________________ 

       

            20                         997,18 

            25                         996,02 

            30                         994,62 

        _____________________________ 

 

PENETAPAN INDEKS BIAS <1001> 

 

    Indeks bias suatu zat (n) yaitu  perbandingan 

kecepatan cahaya dalam udara dengan kecepatan cahaya 

dalam zat ini . Indeksi bias berguna untuk 

identifikasi zat dan deteksi ketakmurnian. 

    Walaupun menurut Farmakope suhu pengukuran 

yaitu  25º, namun  pada banyak monografi indeks bias 

ditetapkan pada suhu 20º. Suhu pengukuran harus benar-

benar diatur dan dipertahankan, sebab  sangat 

mempengaruhi indeks bias. 

    Harga indeks bias dalam Farmakope ini dinyatakan 

untuk garis D cahaya natrium pada panjang gelombang 

dublet 589,0 nm dan 589,6 nm. biasanya  alat dirancang 

untuk dipakai  dengan cahaya putih, namun  dikalibrasi 

agar memberi  indeks bias untuk garis D cahaya 

natrium. 

    Refraktometer Abbe’ dipakai  ntuk mengukur 

rentang indeks bias dari bahan-bahan yang tercantum 

dalam Farmakope negara kita , berikut harga indeks 

biasnya. Refraktometer lain dengan ketelitian yang setara 

atau lebih dapat dipakai .  

    Untuk mencapai ketelitian teoritis ±0,0001, perlu 

dilakukan kalibrasi alat terhadap baku yang disediakan 

oleh pabriknya dan lakukan pengecekan seringkali 

terhadap pengendali suhu dan kebersihan alat dengan 

menetapkan indeks bias air destilasi yaitu  1,3330 pada 

suhu 20º dan 1,3325 pada suhu 25º. 

 

 

PENETAPAN JARAK DESTILASI <1011> 

 

    Untuk penetapan jarak suhu suatu cairan terdestilasi, 

atau presentase dari bahan yang terdestilasi antara dua 

suhu tertentu, pakailah  Metode I atau Metode II seperti 

tertera pada masing-masing monografi. Batas terendah 

dari jarak suhu, yaitu  suhu yang ditunjukkan oleh 

termometer pada saat tetesan pertama kondensat 

meninggalkan ujung kondensor, dan batas tertinggi 

yaitu  titik kering, yaitu suhu pada saat tetesan terakhir 

cairan menguap dari titik terendah dalam labu destilasi, 

tanpa memperhatikan adanya cairan yang tersisa pada 

dinding labu, atau pada suhu yang teramati saat bagian 

tertentu yang tertera dalam masing-masing monografi 

telah terkumpul.  

    [Catatan Dinginkan semua cairan yang terdestilasi di 

bawah suhu 80º sampai suhu antara 10º dan 15º, sebelum 

cuplikan diukur untuk destilasi.] 

 

 

 

- 1555 -

 

 

 

 

 

 

Metode I 

 

    Alat pakailah  alat yang sama seperti ditetapkan pada 

Metode II, kecuali labu destilasi berkapasitas 50 - 60 ml, 

panjang leher labu 10 - 12 cm dan diamater dalam 14 - 16 

mm. Jika dipakai  papan asbes yang bagian atasnya 

berlubang sedemikian rupa sampai , jika  labu 

diletakkan, bagian labu di bawah permukaan atas asbes 

memiliki  kapasitas 3 - 4 ml. 

    procedure  Lakukan seperti tertera pada Metode II, 

memakai  25 ml cairan yang akan diuji. 

 

Metode II 

 

    Alat pakailah  alat yang terdiri dari bagian-bagian 

berikut: 

    Labu destilasi Labu destilasi alas bundar, terbuat dari 

kaca tahan panas dengan kapasitas 200 ml dan 

memiliki  panjang keseluruhan 17 - 19 cm serta 

diamater dalam leher labu 20 - 22 mm. Lebih kurang 

pertengahan leher kira-kira 12 cm dari dasar labu ada 

lengan samping dengan panjang 10 - 12 cm dan diamater 

dalam 5 mm, yang membentuk sudut 70º - 75º dengan 

bagian bawah leher. 

    Pendingin Pendingin kaca yang lurus, panjang 55 - 60 

cm dilengkapi jaket air, dengan panjang lebih kurang 40 

cm, atau pendingin bentuk lain yang memiliki  

kapasitas pendinginan yang setara. Ujung bawah 

pendingin dapat dibengkokkan sebagai pipa pengalir, atau 

dapat dihubungkan dengan adaptor bengkok yang 

bertindak sebagai pipa pengalir. 

    Papan asbes Dua buah papan asbes bujur sangkar 

dengan sisi 14 - 16 cm, dan ketebalan 5 - 7 mm, sesuai 

untuk menahan panas pada bagian bawah labu. Masing-

masing papan berlubang di bagian tengah dan kedua 

papan berbeda hanya pada diameter lubang, satu 

berdiameter 4 cm dan yang lain 10 cm. Pada 

pemakaian nya papan diletakkan bersusun satu di atas 

yang lainnya dengan papan yang memiliki  lubang 

lebih besar di atas, dan diletakkan di atas kaki tiga atau 

penyangga lain yang sesuai. 

    Penampung Gelas ukur 100 ml dengan pembagian 

skala 1 cm. 

    Termometer Untuk menghindari koreksi batang 

termometer, disarankan pemakaian  termometer yang 

tercelup sebagian yang memiliki  pembagian skala 

praktis paling kecil (tidak lebih dari 0,2º). Termometer 

yang sesuai dari seri nomor 37C sampai dengan 41C, dan 

102C sampai dengan 107C (seperti yang tertera pada 

Termometer <31>). Jika ditempatkan pada posisi dengan 

batang berada di bagian tengah leher dan bagian atas 

ruang kontraksi (atau pencadang raksa, jika dipakai  

termometer seri nomor 37C atau 38C) sama tinggi dengan 

bagian bawah lubang ke lengan samping. 

    Sumber panas Api Bunsen kecil atau pemanas elektrik 

atau mantel listrik yang dapat diatur sama seperti api 

Bunsen. 

    procedure  Pasang alat, dan masukkan 100 ml cairan uji 

ke dalam labu dengan hati-hati agar cairan tidak masuk 

ke dalam lengan samping. Sisipkan termometer, lindungi 

api dan rangkaian labu terhadap aliran udara luar dan 

lakukan pemanasan yang diatur sedemikian rupa sesampai  

waktu 5 sampai  10 menit berlalu sebelum tetesan pertama 

destilat keluar dari pendingin. Lanjutkan destilasi pada 

kecepatan 4 - 5 ml destilat per menit; kumpulkan destilat 

dalam penampung. Catat suhu pada saat tetesan pertama 

destilat keluar dari pendingin, dan juga saat  tetesan 

terakhir cairan menguap dari dasar labu atau jika 

presentase yang telah ditetapkan telah terdestilasi. Jika 

tidak dinyatakan lain dalam monografi, laporkan suhu 

yang telah disesuaikan dengan tekanan udara dengan 

melakukan koreksi terhadap batang termometer 

memakai  rumus: 

 

t = t0 + [(t010-4 + 0,033)(760 – p)] 

 

t yaitu  suhu didih terkoreksi dalam skala Celcius; t0 

yaitu  suhu didih terukur dalam skala Celcius; dan p 

yaitu  tekanan udara pada saat pengukuran dalam 

mmHg. 

 

 

PENETAPAN JARAK LEBUR ATAU SUHU 

LEBUR <1021> 

 

    Dalam Farmakope, jarak lebur atau suhu lebur zat 

padat didefinisikan sebagai rentang suhu atau suhu pada 

saat zat padat menyatu dan melebur sempurna, kecuali 

didefinisikan lain untuk Metode IV dan V di bawah ini. 

Setiap alat atau metode yang mampu dan memiliki 

ketelitian yang setara dapat dipakai . Ketelitian harus 

sering diperiksa dengan memakai  satu atau lebih dari 

enam Baku Pembanding Suhu Lebur BPFI, lebih baik 

dipakai  satu baku yang melebur paling dekat dengan 

suhu lebur senyawa yang ditetapkan seperti tertera pada 

Baku Pembanding <11>. 

    Enam procedure  untuk penetapan jarak lebur atau suhu 

lebur yang diberikan berikut ini bervariasi tergantung 

pada keadaan sifat dasar senyawa yang diuji. Jika tidak 

dinyatakan dalam monografi, pakailah  Metode III. 

    procedure  yang dikenal sebagai penetapan suhu lebur 

campuran, untuk jarak lebur suatu zat padat yang diuji 

dibandingkan dengan campuran bagian yang sama dari 

zat padat ini  dan senyawa aslinya, misal: Baku 

Pembanding Fl yang sesuai, dapat dipakai  untuk 

konfirmasi uji identifikasi. Kesesuaian dari hasil 

pengamatan contoh asli dan campuran menampilkan  

identitas kimia yang jelas dan dapat dipercaya. 

 

    Alat I Contoh alat penetapan jarak lebur yang sesuai 

terdiri dari wadah gelas untuk tangas cairan transparan, 

alat pengaduk yang sesuai, termometer yang akurat 

(seperti tertera pada Termometer <31>) dan sumber 

panas yang terkendali. Cairan dalam tangas dipilih 

dengan melihat suhu yang dikehendaki, namun  biasanya  

dipakai  parafin cair dan silikon cair yang baik untuk 

rentang suhu yang lebih tinggi. Cairan dalam tangas 

memiliki  kedalaman yang cukup sesampai  

termometer dapat tercelup dengan pencadang raksa tetap 

berada lebih kurang 2 cm di atas dasar tangas. Panas 

- 1556 -

 

 

 

 

 

 

didapat dari api bebas atau listrik. Pipa kapiler berukuran 

panjang lebih kurang 10 cm dan diameter dalam 0,8 - 

1,2 mm dengan ketebalan dinding 0,2 - 0,3 mm. 

 

    Alat II Alat yang dapat dipakai  untuk metode I, II, 

dan III. Sebagai contoh, alat yang sesuai untuk 

penetapan jarak lebur, alat II terdiri dari potongan logam 

yang dapat dipanaskan dengan kecepatan yang dapat 

dikendalikan dan suhu ini dapat diamati melalui sensor. 

Pada potongan logam ada  lubang untuk 

menempatkan kapiler yang berisi zat uji dan dapat untuk 

mengamati proses peleburan, yang secara khusus terdiri 

dari seberkas cahaya dan detektor. Sinyal detektor dapat 

diproses oleh komputer untuk menetapkan dan 

menampilkan  titik atau jarak lebur, sinyal detektor dapat 

diplotkan untuk memperoleh estimasi visual dari titik 

atau jarak lebur. 

 

    Metode I (kelas I, alat 1) Gerus senyawa uji menjadi 

serbuk sangat halus, dan kecuali dinyatakan lain, jika 

mengandung air hidrat ubah menjadi anhidrat dengan 

pengeringan pada suhu yang tertera pada monografi, atau, 

jika senyawa tidak mengandung air hidrat, keringkan di 

atas bahan pengering yang sesuai selama tidak kurang 

dari 16 jam. 

    Isi pipa kapiler kaca yang salah satu ujungnya tertutup, 

dengan serbuk kering secukupnya sampai  membentuk 

kolom di dasar tabung dengan tinggi 2,5 mm sampai  3,5 

mm sesudah  diisi semampat mungkin dengan cara 

mengetukkan secukupnya pada permukaan padat. 

    Panaskan tangas sampai  suhu lebih kurang 30° di 

bawah suhu lebur yang diperkirakan. Angkat 

termometer dan secepatnya tempelkan tabung kapiler 

pada termometer dengan membasahi keduanya dengan 

tetesan cairan dari tangas atau sebaliknya, dan atur 

sampai  tinggi bahan dalam kapiler setinggi pencadang 

raksa. Tempatkan kembali termometer, dan lanjutkan 

pemanasan dengan pengadukan tetap secukupnya, 

sampai  menyebabkan suhu naik lebih kurang 3° per 

menit. Pada saat suhu lebih kurang 3° di bawah dari 

batas bawah jarak lebur yang diperkirakan, kurangi 

pemanasan sesampai  suhu naik lebih kurang 1° - 2° per 

menit. Lanjutkan pemanasan sampai melebur sempurna. 

Suhu pada saat kolom zat uji yang diamati terlepas 

sempurna dari dinding kapiler didefinisikan sebagai 

permulaan melebur, dan suhu pada saat zat uji mencair 

seluruhnya didefinisikan sebagai akhir peleburan atau 

“suhu lebur”. Kedua suhu ini  berada dalam batas 

jarak lebur. 

 

    Metode II (kelas Ib, alat 1) Letakkan zat uji dalam 

wadah tertutup, dinginkan sampai  suhu 10° atau lebih 

rendah selama tidak kurang dari 2 jam. Tanpa 

diserbukkan sebelumnya, isikan bahan yang sudah 

dingin ke dalam pipa kapiler seperti pada Metode I, 

lalu  segera letakkan kapiler yang telah diisi ke 

dalam desikator hampa, keringkan pada tekanan tidak 

lebih dari 20 mmHg selama 3 jam. Segera keluarkan dari 

desikator, lebur tutup ujung terbuka kapiler, dan 

sesegera mungkin lanjutkan penetapan jarak lebur 

seperti berikut: Panaskan tangas sampai  suhu 10°±1° di 

bawah rentang lebur yang diperkirakan. lalu  

masukkan kapiler yang berisi zat uji, dan panaskan 

dengan kenaikan suhu 3°±0,5° per menit sampai  

melebur sempurna. Catat jarak lebur seperti tertera pada 

Metode I. 

    Jika ukuran partikel terlalu besar untuk kapiler, 

dinginkan lebih dulu zat uji seperti di atas, gerus partikel 

hati-hati dengan tekanan rendah sampai  sesuai dengan 

kapiler dan segera isikan ke dalam kapiler. 

    

    Metode III ( kelas Ia, alat 1) Siapkan zat uji dan 

masukkan ke dalam kapiler seperti pada Metode I. 

Panaskan tangas sampai  suhu lebih kurang 10° di bawah 

suhu lebur yang diperkirakan, dan naikkan suhu dengan 

kecepatan 1°±0,5° per menit. Masukkan kapiler seperti 

Metode I, bila suhu mencapai 5° di bawah suhu terendah 

yang diperkirakan, lanjutkan pemanasan sampai  melebur 

sempurna. Catat jarak lebur seperti pada Metode I.  

  

    Metode IV (kelas II) Lebur hati-hati senyawa yang 

akan ditetapkan pada suhu serendah mungkin, masukkan 

ke dalam pipa kapiler, yang kedua ujungnya terbuka, 

sampai  kedalaman 10 mm. Dinginkan kapiler yang telah 

berisi zat uji pada suhu 10° atau lebih rendah selama   

24 jam, atau tempelkan pada es selama tidak kurang dari 

2 jam. lalu  tempelkan tabung pada termometer 

dengan cara yang sesuai, atur dalam tangas air 

sesampai  ujung atas dari zat uji 10 mm di bawah 

permukaan air dan panaskan seperti pada Metode I 

kecuali, sampai 5° dari suhu lebur yang diperkirakan, 

atur kenaikan suhu 0,5° - 1,0° per menit. Suhu pada 

saat senyawa yang diamati dalam pipa kapiler 

menaik yaitu  suhu lebur. 

 

    Metode V (kelas III) Lebur perlahan-lahan beberapa  

zat uji, sambil diaduk, sampai  mencapai suhu 90° - 92°. 

Pindahkan sumber panas dan biarkan leburan senyawa 

mendingin sampai  8° - 10° di atas suhu lebur yang 

diperkirakan. Dinginkan pencadang raksa (seperti tertera 

pada Termometer <31>) sampai  suhu 5°, bersihkan 

sampai  kering, dan sewaktu masih dingin celupkan ke 

dalam leburan senyawa sampai  lebih kurang separuh 

bagian bawah pencadang terendam. Ambil secepatnya, 

dan tahan secara vertikal dari panas sampai  permukaan 

zat uji menjadi buram, lalu  celupkan selama           

5 menit ke dalam tangas air pada suhu tidak lebih dari 

16°. 

Lekatkan erat termometer dalam tabung reaksi 

sesampai  ujung terendah 15 mm di atas dasar tabung 

reaksi. Celupkan tabung reaksi dalam tangas air yang 

telah diatur pada suhu-lebih kurang 16°,dan naikkan suhu 

tangas 2° per menit sampai  suhu 30°, lalu  turunkan 

sampai  suhu 1° per menit, dan catat suhu pada saat tetesan 

pertama senyawa meleleh lepas dari termometer. Ulangi 

penetapan dua kali memakai  senyawa yang baru 

dilelehkan. Jika variasi tiga kali penetapan kurang dari 1°, 

pakailah  hasil rata-rata ketiga penetapan ini  sebagai 

suhu lebur. Jika variasi tiga kali penetapan lebih besar 

- 1557 -

 

 

 

 

 

 

dari 1° , lakukan dua penetapan tambahan dan pakailah  

hasil rata-rata dari lima penetapan sebagai suhu lebur. 

 

    Metode VI (kelas I, alat 2) Siapkan bahan dan 

masukkan zat uji ke dalam pipa kapiler sesuai petunjuk 

untuk metode I. Operasikan alat sesuai dengan petunjuk 

pabrik. Panaskan potongan logam sampai suhu kira-kira 

30° di bawah titik lebur yang diharapkan. Masukkan pipa 

kapiler ke dalam potongan logam dan lanjutkan 

pemanasan sampai  suhu meningkat kira-kira 1° - 2° per 

menit sampai melebur sempurna. Suhu dimana sinyal 

detektor pertama kali meninggalkan nilai awalnya 

didefinisikan sebagai awal peleburan dan suhu dimana 

sinyal detektor mencapai nilai akhir dinyatakan sebagai 

akhir peleburan atau disebut titik lebur. Kedua suhu 

ini  merupakan batas-batas dari jarak lebur. Jika 

terjadi keraguan, hanya jarak lebur atau suhu yang 

diperoleh pada Metode I  (kelas I, alat 1) yang dipakai . 

 

 

PENETAPAN KADAR AIR <1031> 

 

Sebagian besar bahan yang tercantum dalam 

farmakope berupa senyawa hidrat atau mengandung air 

dalam bentuk terserap, sebab  itu penetapan kadar air 

penting untuk memenuhi standar farmakope. biasanya  

salah satu metode ini  di bawah ini disebut dalam 

masing-masing monografi, tergantung dari sifat bahan. 

Dalam hal tertentu, diperbolehkan memilih salah satu dari 

tiga metode. Jika bahan mengandung air hidrat dapat 

dipakai  Metode I (Titrimetri), Metode II (Azeotropi), 

atau Metode III (Gravimetri), seperti tertera pada masing-

masing monografi dan persyaratan kadar air tercantum 

pada subjudul Air. 

Subjudul Susut Pengeringan <1121> dipakai  

untuk bahan yang pada pemanasan tidak hanya 

kehilangan air. 

 

METODE I (TITRIMETRI) 

 

 Tetapkan air dengan Metode Ia, kecuali dinyatakan 

lain dalam masing-masing monografi. 

 

Metode Ia (Titrasi Langsung) 

 

    Prinsip Penetapan kadar air secara titrimetri 

berdasarkan atas reaksi secara kuantitatif air dengan 

larutan anhidrat belerang dioksida dan iodum dengan 

adanya dapar yang bereaksi dengan ion hidrogen. 

    Dalam larutan titrimetri asli, yang dikenal sebagai 

pereaksi Karl Fisher, belerang dioksida dan iodum 

dilarutkan dalam piridina P dan metanol P. Zat uji dapat 

dititrasi dengan Pereaksi secara  langsung, atau analisa  

dapat dilakukan dengan titrasi kembali.  Stokiometri 

reaksi ini  tidak tepat, dan keberulangan penetapan 

bergantung pada beberapa faktor seperti kadar relatif 

komponen Pereaksi, sifat pelarut iner yang dipakai  

untuk melarutkan zat uji, dan teknik yang dipakai  pada 

penetapan tertentu. sebab  itu, untuk mencapai akurasi 

yang diinginkan harus dipakai  suatu teknik yang 

dibakukan secara empirik. Presisi dalam metode ini 

sebagian besar bergantung pada sejauh mana kelembaban 

udara dihilangkan dari sistem. Titrasi air biasanya 

dilakukan memakai  metanol mutlak P sebagai 

pelarut zat uji; namun , pelarut lain yang sesuai dapat 

dipakai  untuk zat uji khusus. 

     

Alat Dapat dipakai  alat yang mencegah masuknya 

kelembaban udara dan penetapan titik akhir yang 

memadai. Untuk larutan tidak berwarna, yang dititrasi 

langsung, titik akhir dapat diamati secara visual sebagai 

perubahan warna kuning kenari menjadi kuning 

kecoklatan. Kebalikannya diamati pada titrasi kembali zat 

uji. namun  pada biasanya  titik akhir ditetapkan secara 

elektrometrik memakai  alat dengan sirkuit listrik 

sederhana yang berfungsi untuk memberi  lebih kurang 

potensial 200 mV yang dipakai , antara sepasang 

elektroda platina yang dicelupkan dalam larutan yang 

akan dititrasi. Pada titik akhir titrasi sedikit pereaksi 

berlebih menaikkan aliran arus sampai antara 50 dan    

150 mikroampere selama 30 detik sampai  30 menit 

bergantung pada larutan yang dititrasi. Waktu paling 

pendek terjadi untuk zat yang larut dalam pereaksi. 

Beberapa jenis titrator otomatik, perubahan arus atau 

potensial yang tiba-tiba pada titik akhir akan menutup 

katup solenoid pada buret yang mengendalikan penetesan  

titran. biasanya  alat yang diperoleh dalam perdagangan 

terdiri atas sistem tertutup yang memiliki  satu atau dua 

buret otomatik dan labu titrasi tertutup rapat dilengkapi 

dengan elektrode yang diperlukan dan pengaduk 

magnetik. Udara dalam sistem dipertahankan kering 

dengan zat pengering yang sesuai dan labu titrasi dapat 

dibersihkan dengan aliran nitrogen kering atau arus udara 

kering. 

     

Pereaksi Buat Pereaksi Karl Fischer sebagai berikut: 

Tambahkan 125 g iodum P ke dalam larutan yang 

mengandung 670 ml metanol P dan 170 ml piridina P, 

dan dinginkan. Masukkan 100 ml piridina P ke dalam 

silinder berskala 250 ml,dan dinginkan dalam tangas es, 

alirkan belerang dioksida kering sampai volume 

mencapai 200 ml. Perlahan-lahan tambahkan larutan ini, 

sambil dikocok, ke dalam campuran larutan iodum yang 

didinginkan. Kocok baik-baik untuk melarutkan iodum. 

Biarkan semalam sebelum dibakukan. Satu ml larutan ini 

jika dibuat segar setara dengan lebih kurang 5 mg air, 

namun  larutan ini terurai secara bertahap; sebab  itu 

bakukan dalam waktu 1 jam sebelum dipakai , atau tiap 

hari jika dipakai  terus-menerus. Selama dipakai  

lindungi dari cahaya. Simpan larutan pereaksi induk 

dalam wadah bersumbat kaca tertutup rapat, terlindung 

dari cahaya, dalam lemari pendingin. 

    Dapat dipakai  larutan Pereaksi Karl Fischer yang 

telah distabilkan yang ada dalam perdagangan. Pereaksi 

yang ada dalam perdagangan yang mengandung pelarut 

atau bahan dasar selain dari piridina dan/ atau alkohol-

alkohol selain metanol dapat juga dipakai . Ini 

merupakan larutan tunggal atau pereaksi yang dibuat 

langsung dengan mencampur komponen pereaksi yang 

- 1558 -

 

 

 

 

 

 

ada dalam dua larutan pereaksi  yang berbeda. Pereaksi 

yang diencerkan yang tercantum dalam beberapa 

monografi harus diencerkan menurut petunjuk pabrik. 

Baik metanol maupun pelarut lain yang sesuai, seperti 

etilen glikol monometil eter dapat dipakai  sebagai 

pengencer. 

     

Larutan uji Kecuali dinyatakan lain dalam masing-

masing monografi, pakailah  beberapa  zat uji yang 

ditimbang atau diukur saksama yang diperkirakan 

mengandung 10 mg sampai 250 mg air. 

    Jika zat uji berupa aerosol dengan propelan, masukkan 

dalam lemari pembeku selama tidak kurang dari 2 jam, 

buka wadah, dan uji 10,0 ml zat uji yang dicampur baik. 

Pada titrasi zat uji, tetapkan titik akhir pada suhu 100 atau 

lebih tinggi. 

    Jika zat uji berupa kapsul, pakailah  beberapa  isi kapsul 

yang telah dicampur, dari tidak kurang dari 4 kapsul. 

    Jika zat uji berupa tablet, pakailah  serbuk tablet dari 

tidak kurang dari 4 tablet yang diserbuk sampai halus 

dalam atmosfer dengan suhu dan kelembaban relatif yang 

diketahui tidak mempengaruhi hasil. 

    Jika dalam monografi tercantum bahwa zat uji 

higroskopis, pakailah  alat suntik kering, masukkan 

beberapa  volume metanol atau pelarut lain yang sesuai, 

yang diukur saksama ke dalam wadah yang telah ditara, 

dan kocok untuk melarutkan zat uji. Dengan 

memakai  alat suntik yang sama, pindahkan larutan 

dari wadah, ke dalam labu titrasi yang disiapkan seperti 

tertera pada procedure . Ulangi procedure  dengan porsi 

kedua metanol atau pelarut lain yang sesuai yang diukur 

saksama, masukkan bilasan ke dalam labu titrasi, dan 

titrasi segera. Tetapkan kadar air, dalam mg, dari jumlah 

pelarut dengan jumlah total volume yang sama seperti 

yang dipakai  untuk melarutkan zat uji dan untuk 

mencuci wadah dan alat suntik, seperti tertera pada 

Pembakuan larutan air untuk titrasi kembali dan 

kurangkan harga ini dari kadar air, dalam mg, yang 

diperoleh dalam titrasi zat uji. Keringkan wadah dan 

sumbat pada suhu 1000 selama 3 jam, dinginkan dalam 

desikator dan timbang. Tetapkan bobot zat uji dari 

perbedaan bobot dari bobot wadah semula. 

     

Pembakuan pereaksi Masukkan beberapa  metanol P 

atau pelarut lain yang sesuai ke dalam labu titrasi sampai  

elektrode terendam, dan tambahkan Pereaksi secukupnya 

untuk memberi  warna titik akhir yang spesifik, atau 

100±50 mikroamper arus searah pada lebih kurang 200 

mV potensial yang dipakai . 

    Untuk penetapan beberapa  kecil air (kurang dari 1 %), 

dapat dipakai  natrium tartrat sebagai baku pembanding 

air yang sesuai. Tambahkan segera 150 mg sampai 350 

mg natrium tartrat (C4H4Na2O6.2H2O), yang ditimbang 

saksama dari perbedaan bobot, dan titrasi sampai titik 

akhir. Hitung faktor kesetaraan air, F, dalam mg air per 

ml pereaksi, dengan rumus: 

 

V

W

08,230

02,182  

     

18,02 dan 230,08 berturut-turut yaitu  bobot molekul air 

dan natrium tartrat dihidrat; W yaitu  bobot, dalam mg, 

natrium tartrat dihidrat; V yaitu  volume, dalam ml, 

pereaksi yang dipakai  pada titrasi kedua.  

Untuk ketepatan penetapan beberapa  air (lebih dari 1 %), 

pakailah  Air Murni yang diperoleh dari destilasi sebagai 

baku pembanding. Tambahkan segera antara 25 dan       

250 mg air, yang ditimbang saksama dengan perbedaan 

bobot, dari pipet timbang atau dari alat suntik atau dari 

mikropipet yang telah dikalibrasi, jumlah yang dipakai  

ditentukan oleh kekuatan pereaksi dan ukuran buret, 

seperti tercantum pada Peralatan Volumetrik <21>. 

Titrasi sampai titik akhir. Hitung faktor kesetaraan air, F, 

dalam mg air per ml pereaksi, dengan rumus: 

 

V

W

 

 

W yaitu  bobot air dalam mg, dan V yaitu  volume 

pereaksi yang dibutuhkan dalam ml.  

     

procedure  Kecuali dinyatakan lain, masukkan  35 ml 

sampai  40 ml metanol P atau pelarut lain yang sesuai ke 

dalam labu titrasi, dan titrasi dengan Pereaksi sampai titik 

akhir secara elektrometrik atau visual untuk menetapkan 

kelembaban yang mungkin ada (Abaikan volume pereaksi 

yang dipakai  sebab  tidak termasuk dalam 

perhitungan). Tambahkan segera Larutan Uji, campur 

dan titrasi dengan Pereaksi sampai titik akhir secara 

elektrometrik atau visual. Hitung kadar air dalam zat uji, 

dalam mg, dengan rumus: 

         

FS ×  

 

S yaitu  volume Pereaksi, yang dipakai  pada 

titrasi kedua, dalam  ml dan F yaitu  faktor kesetaraan air 

dari Pereaksi. 

 

Metode Ib (Titrasi kembali) 

 

    Prinsip Lihat keterangan pada Prinsip dalam Metode 

Ia. Pada titrasi kembali, beberapa  Pereaksi berlebih 

ditambahkan pada zat uji, dibiarkan beberapa lama 

sampai reaksi sempurna dan kelebihan Pereaksi dititrasi 

dengan larutan baku air dalam pelarut seperti metanol. 

procedure  titrasi kembali lebih umum dipakai  dan 

menghindarkan kesulitan yang mungkin terjadi pada 

titrasi langsung suatu zat yang melepaskan air secara 

perlahan-lahan. 

     

Alat, pereaksi dan larutan uji pakailah  Metode Ia.  

     

Pembakuan larutan air untuk titrasi kembali Buat 

Larutan air dengan mengencerkan 2 ml air dalam 

metanol atau pelarut lain yang sesuai sampai  1000 ml. 

Bakukan larutan ini dengan mentitrasi 25,0 ml dengan 

Pereaksi, yang sebelumnya telah dibakukan seperti 

- 1559 -

 

 

 

 

 

 

tertera pada Pembakuan pereaksi. Hitung kadar air, 

dalam mg per ml, Larutan air dengan rumus: 

                  

25

'FV

 

 

V’ yaitu  volume Pereaksi yang dipakai ; F yaitu  

faktor kesetaraan air dari Pereaksi. Tetapkan kadar air 

dari Larutan air tiap minggu dan bakukan Pereaksi 

secara berkala sesuai pemakaian  terhadap Larutan air.  

     

procedure  Bila dalam monografi tercantum kadar air 

harus ditetapkan dengan Metode Ib, masukkan 35 - 40 ml 

metanol atau pelarut lain yang sesuai ke dalam labu 

titrasi, dan titrasi dengan Pereaksi sampai titik akhir 

secara elektrometrik atau visual. Secara cepat tambahkan 

Larutan uji, campur dan tambahkan beberapa  berlebih 

Pereaksi yang diukur saksama. Biarkan beberapa waktu 

sampai reaksi sempurna, dan titrasi pereaksi yang tidak 

dipakai  dengan Larutan air yang telah dibakukan 

sampai titik akhir secara elektrometrik atau visual. Hitung 

kadar air dalam zat uji, dalam mg, dengan rumus:  

 

( )XRXF '  

 

F yaitu  faktor kesetaraan air dari Pereaksi; X’ yaitu  

volume Pereaksi yang ditambahkan sesudah  zat uji, dalam 

ml; X yaitu  volume dari Larutan air yang telah dibakukan 

untuk menetralkan Pereaksi yang tidak dipakai , dalam 

ml; R yaitu  rasio V’/25 (ml Pereaksi/ ml Larutan air), yang 

ditetapkan dari Pembakuan larutan air untuk titrasi kembali. 

 

Metode Ic (Titrasi “Coulometri”) 

 

Prinsip Reaksi Karl Fischer dipakai  dalam penetapan 

kadar air secara “coulometri”. Iodum tidak ditambahkan 

dalam bentuk larutan volumetrik namun  dihasilkan dalam 

larutan yang mengandung iodida oleh oksidasi anoda. Sel 

reaksi biasanya  terdiri dari kompartemen besar anoda 

dan kompartemen kecil katoda yang dipisahkan oleh 

suatu diafragma. Tipe sel reaksi lainnya yang sesuai 

(misalnya, tanpa diafragma) dapat juga dipakai . Setiap 

kompar


Related Posts:

  • farmakope 120   = vi mi mi  Osmolalitas larutan nyata berkaitan dengan molalitas larutan ideal yang mengandung zat terlarut yang tidak terdisosiasi dan dinyatakan dalam osmol atau miliosmol per kg pelaru… Read More