= vi mi mi
Osmolalitas larutan nyata berkaitan dengan molalitas
larutan ideal yang mengandung zat terlarut yang tidak
terdisosiasi dan dinyatakan dalam osmol atau miliosmol
per kg pelarut (Osmol per kg atau mOsmol per kg). Suatu
satuan yang mirip dengan molalitas larutan Osmolalitas
merupakan satuan dari molalitas larutan. Jadi, osmolalitas
yaitu ukuran tekanan osmotik yang disebabkan oleh
suatu larutan nyata yang melewati membran
semipermiabel. Seperti halnya tekanan osmotik, sifat
koligatif lain dari suatu larutan seperti penurunan tekanan
uap, peningkatan titik didih dan penurunan titik beku
berkaitan langsung dengan osmolalitas larutan.
Osmolalitas suatu larutan dapat ditentukan secara lebih
akurat dan mudah dengan mengukur penurunan titik beku
( Tb) :
Tb = kb m
kb yaitu tetapan molal krioskopik, yang merupakan sifat
dari pelarut. Untuk air, nilai kb yaitu 1,860º per Osmol.
Artinya 1 Osmol zat terlarut yang ditambahkan ke dalam
1 kg air menurunkan titik beku sebesar 1,860º .
Osmolaritas
Osmolaritas larutan secara teoritis dinyatakan dalam
osmol per liter (Osmol per L) larutan dan banyak
dipakai secara luas dalam praktek klinis sebab osmol
dinyatakan dalam osmol sebagai fungsi volume.
Osmolaritas tidak dapat diukur, namun dihitung secara
teoritis dari pengukuran osmolalitas secara eksperimen.
Kadang-kadang osmolaritas ( c) dihitung secara teoritis
dari konsentrasi molar:
c = vi ci
vi yaitu jumlah partikel hasil disosiasi satu molekul zat
terlarut yang ke-i; ci yaitu konsentrasi molar zat terlarut
yang ke-i dalam larutan. Sebagai contoh, osmolaritas
larutan yang dibuat dengan melarutkan 1 g vankomisin
dalam 100 ml larutan natrium klorida 0,9 % dapat
dihitung sebagai berikut:
litermOsmol
xlitergxlitergx
/329
1000)]
44,58
/92()
25,1449
/103[(
=
+
1449,25 yaitu BM vankomisin dan 58,44 yaitu BM
natrium klorida.
Hasil menampilkan bahwa larutan ini agak hiper-
osmotik sebab osmolalitas darah berada diantara 285 dan
310 mOsmol per kg. jika larutan yang ditentukan
secara eksperimen memiliki nilai osmolalitas sebesar
255 mOsmol per kg, maka larutan ini bersifat hipo-
osmotik. Contoh ini di atas menggambarkan bahwa
nilai osmolaritas yang dihitung secara teoritis dari
konsentrasi larutan sebaiknya diinterpretasikan secara
hati-hati dan mungkin tidak mewakili sifat osmotik
larutan infus.
Ketidaksesuaian antara hasil teoritis (osmolaritas) dan
eksperimen (osmolalitas) sebagian disebabkan oleh
kenyataan bahwa tekanan osmotik berkaitan dengan
osmolalitas dan bukan osmolaritas. Secara lebih
menonjol , ketidaksesuaian antara hasil eksperimen dan
perhitungan teoritis disebabkan oleh kenyataan bahwa
tekanan osmotik suatu larutan nyata lebih kecil daripada
tekanan osmotik suatu larutan ideal sebab adanya
interaksi antar molekul zat terlarut atau antara molekul
zat terlarut dengan molekul pelarut dalam larutan.
- 1546 -
Interaksi-interaksi ini mengurangi tekanan yang
didesak oleh molekul zat terlarut pada membran
semipermiabel, mengurangi nilai osmolalitas
eksperimental dibandingkan nilai teoritis. Perbedaan ini
berhubungan dengan koefisien molal osmotik ( mi).
Contoh ini juga menggambarkan pentingnya
penentuan osmolalitas suatu larutan secara eksperimen,
daripada perhitungan nilai osmolalitas secara teoritis.
PENGUKURAN OSMOLALITAS
Osmolalitas larutan secara umum ditentukan dengan
cara mengukur penurunan titik beku larutan.
Alat Osmometer dipakai untuk pengukuran
penurunan titik beku, terdiri dari: wadah pendingin yang
dipakai untuk pengukuran; tahanan yang sensitif
terhadap perubahan suhu (termistor), alat pengukur
perbedaan arus atau potensial yang ditunjukan dalam
perubahan suhu atau osmolalitas; dan alat pengaduk
sampel. Osmometer yang dipakai untuk mengukur
tekanan uap larutan, jarang dipakai . Alat ini
memerlukan volume zat uji yang lebih kecil (biasanya
lebih kurang 5 μl), namun akurasi dan presisi hasil
penetapan osmolalitasnya sebanding dengan hasil yang
diperoleh jika memakai osmometer yang
berdasarkan pengamatan titik beku larutan.
Larutan baku Buat larutan baku seperti tertera pada
Tabel 1.
Larutan uji Untuk padatan pro injeksi, larutkan
dengan pelarut yang sesuai dengan instruksi seperti
tertera pada etiket. Untuk larutan, pakailah sampel
sebagai berikut [Catatan Jika perlu larutan dapat
diencerkan sampai masuk dalam rentang pengukuran
osmometer namun hasil harus dinyatakan dalam larutan
yang encer ini dan tidak dihitung dengan
mengalikan faktor pengenceran untuk mendapatkan
osmolalitas larutan awal, kecuali jika dinyatakan lain
dalam monografi. Koefisien osmotik molal yaitu fungsi
dari konsentrasi, oleh sebab itu koefisien osmotik molal
akan berubah dengan dilakukannya pengenceran.]
procedure Diawali dengan kalibrasi alat sesuai dengan
petunjuk pabrik. Konfirmasikan hasil kalibrasi alat
dengan sekurang-kurangnya dua larutan dari Tabel 1
sesampai osmolalitas Larutan baku menjangkau rentang
osmolalitas Larutan uji yang dapat diterima.
Pembacaan alat sebaiknya dalam ± 2 mOsmol/kg dari
Larutan baku (pada rentang baku 100 sampai 700
mOsmol/kg). Masukkan beberapa volume masing-masing
Larutan baku ke dalam sel pengukuran sesuai petunjuk
pabrik dan jalankan sistem pendinginan. Biasanya alat
pencampur diprogram di bawah suhu terendah yang
diharapkan dari penurunan titik beku. Alat akan
memberi hasil ketika kesetimbangan dicapai.
Kalibrasi osmometer pembacaan memakai alat
pengatur yang memadai sesampai sesuai dengan nilai
osmolalitas atau penurunan titik beku dari Larutan baku
yang ditunjukkan pada Tabel 1. [Catatan Beberapa alat
yang menampilkan osmolalitas dan ada yang
menampilkan penurunan titik beku.] Sebelum
pengukuran, bilas sel pengukuran sekurang-kurangnya
dua kali dengan larutan yang akan diuji. Ulangi procedure
dengan masing-masing Larutan uji. Baca osmolalitas
Larutan uji secara langsung, atau hitung dari pengukuran
penurunan titik beku.
Dengan asumsi nilai koefisien osmotik sama, baik
dinyatakan dalam molalitas maupun dalam molaritas,
osmolalitas suatu larutan yang ditetapkan secara
eksperimen dapat dikonversikan ke dalam osmolaritas
dengan cara yang sama seperti konversi molalitas ke
molaritas. Kecuali dinyatakan lain, jika konsentrasi
larutan sangat pekat, osmolaritas suatu larutan ( c) dapat
dihitung dari hasil penetapan osmolalitas ( m) secara
eksperimen:
c =
+ ii
m
vw)/100(
1000
wi yaitu bobot dalam g; vi yaitu volume spesifik
parsial dari zat terlarut yang ke-i, dalam ml per g. Volume
spesifik parsial suatu zat terlarut yaitu perubahan
volume jika ada penambahan 1 g zat terlarut dalam
larutan ini . Volume ini dapat ditetapkan dengan
pengukuran kerapatan larutan sebelum dan sesudah
penambahan zat terlarut. Volume spesifik parsial garam
pada biasanya sangat kecil, sekitar 0,1 ml per g. namun
untuk zat terlarut lain pada biasanya memiliki volume
spesifik parsial yang lebih tinggi. Contohnya: volume
spesifik parsial asam amino berada dalam rentang 0,6 –
0,9 ml per g. Ini dapat ditunjukan dari persamaan di atas
yang menghubungkan osmolaritas dengan osmolalitas.
c = m ( - c)
yaitu kerapatan larutan dan c yaitu konsentrasi zat
terlarut total, keduanya dinyatakan dalam g per ml. Jadi,
sebagai alternatif, osmolaritas dapat juga dihitung dari
penetapan osmolalitas secara eksperimen, dari metode
yang sesuai untuk menetapkan kerapatan larutan dan
bobot total zat terlarut per ml larutan sesudah dikoreksi
terhadap kadar air
.
- 1547 -
Tabel 1. Larutan Baku untuk Kalibrasi Osmometer
Larutan baku (bobot dalam
g NaCl per kg air)
Osmolalitas (mOsmol/kg)
( m)
Koefisien osmotik molal NaCl
( m NaCl)
Penurunan titik beku (ºK)
( Tb)
3,087
6,260
9,463
12,684
15,916
19,147
22,380
100
200
300
400
500
600
700
0,9463
0,9337
0,9264
0,9215
0,9180
0,9157
0,9140
0,186
0,372
0,558
0,744
0,930
1,116
1,302
PANJANG SERAT <951>
Penetapan panjang dan penyebaran panjang serat kapas
dalam kapas murni, pakailah metode sebagai berikut :
Kondisikan bahan yang akan ditetapkan panjang serat
dari kapas murni pada suhu 21o±1,1o dengan kelembaban
relative 65%±2%.
Alat Alat pemilah (lihat gambar) terdiri dari 2 lekukan
sisir yang dipasang secara kaku bersebelahan pada sisi
alas yang sama. Tiap lekukan sisir terdiri tidak kurang
dari 12 sisir berjarak 3,2 mm, berurutan dan dipasang
dalam alur sesampai pada saat sisir-sisir didekatkan pada
waktu proses pemilahan dan tidak dibutuhkan lagi, sisir-
sisir ini dapat diturunkan dibawah alat kerja. Tiap
sisir memiliki satu jajaran yang benar-benar lurus dan
gigi yang sangat tajam dengan panjang 12 mm, terdiri
dari jarum-jarum dengan diameter 0,38 mm. Gigi
berjarak 62 mm sampai 25 mm sepanjang lebih kurang
50 mm.
Gambar Alat Pemilah Serat Katun
Bagian dari alat terdiri atas alat berbentuk pinset untuk
memilah, kisi penekan serat, lempeng licin penekan serat
dan beludru penutup lempeng. Pinset pemilah serat terdiri
dari 2 keping kuningan dengan panjang lebih kurang 75
mm, digantung pada pada satu ujung dan garis tipis pada
ujung penjepit untuk menjepit serat yang menonjol pada
permukaan sisir. Biasanya salah satu ujung penjepit
memiliki kulit atau lapisan benang lainnya. Lebar
ujung penjepit lebih kurang 19 mm.
Kisi penekan serat terdiri dari satu seri tangkai
kuningan berjarak 3,2 mm ditempatkan diantara sisir pada
penekan serat berada diantara gigi. Lempeng licin
penekan serat terdiri dari lempeng kuningan yang telah
digosok berukuran lebih kurang 25 mm x 50 mm dengan
tombol atau gagang pada permukaan atas lempeng yang
licin, letakkan serat diatas permukaan beludru dari
susunan lempeng. Lempeng ditutupi beludru yang
diatasnya diletakkan serat dalam bentuk susunan lempeng
merupakan lembaran aluminium berukuran lebih kurang
100 mm x 225 mm x 2,4 mm, tertutup pada 2 sisi dengan
beludru berkualitas tinggi, sebaiknya berwarna hitam.
Pemilahan kapas buka gulungan kapas, lakukan
pengujian memakai 250 g sampai 500 g, 32
jumputan (lebih kurang 75 mg tiap jumputan), dari 250
gg tiap jumputan). Ambil bagian yang baik dari gulungan,
16 jumputan yang mewakili dari setengah gulungan arah
membujur. Jangan memotong ujung gulungan dan ambil
secara khusus bagian yang tertutup sepanjang tebal
gulungan. Hindari serat yang panjang atau pendeknya
tidak sama, ganti semua serat dan jaga agar tidak meleset
dari jari. Dari contoh dengan bobot kurang dari 125 g,
ambil 8 jumputan dan dari contoh dengan bobot lebih
dari 125 g dan kurang 250 g, ambil 16 jumputan, pilih
yang baik.
Campur semua bahan yang diambil dan gabungkan
hati-hati tiap pasang dengan menarik dan menggulung
pada jari. lalu bagi tiap pasang dengan pembelahan
membujur dibagi menjadi 2 bagian yang sama dan
pakailah 1 bagian dalam pencampuran lebih lanjut.
(Bagian lain dibuang atau disimpan untuk pengujian
selanjutnya).
Ulangi proses yang tertera diatas dengan setengah
bagian dari seri yang sudah dibagi dua sampai dihasilkan
1 jumputan, yaitu bagian uji gabungan akhir. Dengan
hati-hati, sejajar dan luruskan serat pada uji bagian
gabungan akhir dengan menarik dan melilitkan pada
tangan. Simpan semua serat, termasuk juga serat yang
kusut dan gumpalan serat kusut, buang serat-serat dengan
fragmen biji yang masih hijau dan bahan asing seperti
tangkai, daun dan fragmen biji.
Dari bagian gabungan akhir seperti tertera diatas,
pisahkan secara membujur untuk bahan uji, timbang
saksama 75 mg±2 mg. Bila perlu simpan sisa untuk
pengujian selanjutnya.
procedure pakailah kisi penekan serat, masukkan hati-
hati bahan uji yang telah ditimbang kedalam satu lekukan
sisir dengan lebih kurang sudut tegak lurus.
- 1548 -
Dengan pinst pemilah, ambil sebagian kecil ujung
bebas serat, masukkan pada gigi sisir yang paling dekat
dengan operator; hati-hati dan perlahan tarik sisir
kedepan, pindahkan pada gigi lekukan sisir kedua,
letakkan sejajar, lurus dan lebih kurang pada sudut siku-
siku terhadap permukaan sisir, lepaskan ujung kisi dekat
permukaan bagian depan sisir. Dengan kisi penekan,
tekan hati-hati serat yang dipindahkan kebawah gigi sisir.
Ulangi sampai semua serat masuk kedalam lekukan sisir
yang kedua. Selama pemindahan serat, keluarkan lekukan
sisir pertama berturut-turut dan hilangkan semua serat
yang menonjol .
Putar mesin 180o dan masukkan serat kapas kenbali
pada lekukan pertama sisir dengan cara yang sama seperti
tertera diatas.
Hati-hati dalam meratakan ujung serat selama kedua
pemindahan diatas,susun dengan teliti kepermukaan
depan sisir terdekat. Perataan ujung serat dapat meliputi
penarikan, penguraian serat dari depan kebelakang
sisir,mengembalikannya kedalam dan keatas gumpalan
utama sisir.
Putar lagi mesin 180o, bila perlu keluarkan sisir
secukupnya untuk membuka ujung serat yang paling
panjang dan kembalikan beberapa serat yang terurai.
Tarik sebagian kecil serat yang menonjol dengan pinset.
Dengan cara ini lanjutkan penarikan sisa serat yang
menonjol kembali ke bagian depan permukaan sisir.
Turunkan sisir dan ulangi pengujian dengan cara yang
sama sampai semua serat tertarik keluar. Agar tidak
mengganggu bagian yang diuji,dan dengan demikian
tidak merusak panjang menjadi panjang kelompok, buat
beberapa tarikan (sebanyak 8 sampai 10) antara setiap
pasangan sisir.
Letakkan tarikan pada lempeng yang dilapisi beludru
sepanjang sisi yang satu dengan lain selurus mungkin
dengan ujung yang jelas dan jarak terakhir tersusun dalam
garis lurus, tekan kebawah hati-hati dan halus
memakai lempeng licin penekan serat sebelum
melepaskan tarikan dari jepitan. pakailah tidak kurang
dari 50 dan tidak lebih dari 100 tarikan untuk memecah
bagian yang diuji.
Kelompokkan semua serat berukuran panjang 12,5 mm
(lebih kurang 0,5 inci) atau lebih, dan timbang lebih
kurang 0,3 mg. Dengan cara yang sama, kumpulkan
semua serat dengan panjang 6,25 mm (lebih kurang 0,25
inci) atau kurang dan timbang. Terakhir, kumpulkan sisa
serat dari panjang rata-rata dan timbang. Jumlah dari tiga
penimbangan tidak berbeda lebih dari 3 mg dari bobot
awal. Persentase bobot serat dalam kedua rentang panjang
yaitu bobot tiap 2 kelompok pertama dibagi dengan
bobot zat uji yang ditimbang.
PELEPASAN OBAT <961>
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan kesesuaian
pelepasan obat dengan persyaratan yang tercantum pada
masing-masing monografi. pakailah alat yang tercantum
pada monografi. Ganti alikot yang diambil untuk analisa
dengan beberapa volume sama media disolusi yang baru
pada suhu yang dinyatakan dalam monografi atau jika
dapat ditunjukkan bahwa penggantian media tidak
diperlukan, lakukan koreksi terhadap perubahan volume
dalam perhitungan. Jaga wadah agar selalu tertutup
selama penetapan dan periksa suhu campuran uji pada
waktu tertentu.
RUTE TRANSDERMAL –
PELEPASAN OBAT SECARA UMUM
Alat 5 ( Dayung di atas Cakram )
pakailah dayung dan labu dari Alat 2 seperti tertera
pada Uji Disolusi <1231> dengan penambahan suatu
cakram baja tahan karat yang dirancang untuk menahan
sediaan transdermal pada dasar labu. Alat-alat yang
sesuai lainnya dapat dipakai asalkan tidak menyerap,
tidak bereaksi dengan zat aktif atau tidak mengganggu
cuplikan yang diuji. Suhu dipertahankan pada 32°±0,5°.
Jarak 25±2 mm antara bilah dayung dengan permukaan
cakram dipertahankan selama penetapan. Labu dapat
ditutup selama penetapan untuk mengurangi penguapan.
Cakram untuk menahan sediaan transdermal dirancang
agar volume tak terukur antara dasar labu dengan cakram
minimal. Cakram menahan sediaan secara datar
ditempatkan sedemikian rupa sesampai permukaan
pelepasan sejajar dengan bilah dayung (Lihat Gambar 1).
Gambar 1. Dayung di atas cakram (Semua pengukuran
dinyatakan dalam mm kecuali jika dinyatakan lain).
Gambar 1 Dayung di atas Cakram
Verifikasi kinerja dan Media Disolusi Lakukan seperti
tertera pada Alat 2 dalam Uji Disolusi <1231>.
procedure
Masukkan beberapa volume media disolusi ke dalam
labu, pasang alat tanpa cakram dan biarkan media sampai
mencapai suhu 32°±0,5°. Lekatkan sediaan uji pada
cakram, pastikan agar permukaan pelepasan sediaan
serata mungkin. Sediaan dapat dilekatkan pada cakram
dengan memakai perekat yang sesuai pada cakram.
Keringkan selama 1 menit. Tekan sediaan, permukaan
pelepasan menghadap ke atas pada sisi cakram yang
dilapisi perekat. Jika dipakai suatu membran sebagai
penyangga sediaan, tidak boleh ada gelembung
antara membran dan permukaan pelepasan. Letakkan
cakram secara mendatar pada dasar labu dengan
permukaan pelepasan menghadap ke atas dan sejajar
dengan ujung bilah dayung dan permukaan media
- 1549 -
disolusi. Ujung dayung bagian bawah berjarak 25±2 mm
dari permukaan cakram. Segera jalankan alat pada
kecepatan seperti tertera pada masing-masing monografi.
Pada setiap interval waktu pengambilan cuplikan, ambil
cuplikan dari bagian tengah antara permukaan media
disolusi dan bagian atas bilah dayung, tidak kurang 1 cm
dari dinding labu. Lakukan penetapan kadar tiap cuplikan
seperti tertera pada masing-masing monografi, jika perlu
lakukan koreksi terhadap setiap kehilangan volume.
Ulangi pengujian dengan sediaan transdermal lainnya.
Waktu Waktu pengambilan cuplikan biasanya tiga titik,
dinyatakan dalam satuan jam. Cuplikan harus diambil
dalam batas toleransi ±15 menit atau ±2 % dari waktu
yang tertera pada masing-masing monografi. Pilih
toleransi yang menghasilkan interval waktu paling
sempit.
Interpretasi Kecuali dinyatakan lain dalam masing-
masing monografi, persyaratan dipenuhi jika jumlah
bahan aktif yang dilepas dari sediaan dan larut dalam
media disolusi memenuhi kriteria Tabel Penerimaan 1
untuk rute transdermal. Lakukan penetapan sampai tahap
3 kecuali hasil pada tahap sebelumnya telah memenuhi
syarat L1 atau L2.
Tabel Penerimaan 1
Level Jumlah
uji
Kriteria
L1 6 Tidak ada satu nilaipun yang
terletak di luar rentang penerimaan
yang dinyatakan.
L2 6 Nilai rata-rata dari 12 unit
sediaan (L1 + L2) terletak
dalam rentang penerimaan yang
dinyatakan. Tidak satu nilaipun
yang terletak di luar rentang
penerimaan lebih dari 10 % dari
rata-rata rentang penerimaan
yang dinyatakan.
L3 12 Nilai rata-rata dari 24 unit
sediaan (L1 + L2 + L3) terletak
dalam rentang penerimaan yang
dinyatakan. Tidak lebih dari 2
dari 24 unit sediaan yang diuji
terletak di luar rentang
penerimaan yang dinyatakan
lebih dari 10 % dari rata-rata
penerimaan yang dinyatakan;
tidak ada satu unitpun sediaan
yang terletak di luar rentang
penerimaan yang dinyatakan
lebih dari 20 % dari rata-rata
rentang penerimaan yang
dinyatakan.
Alat 6 ( Silinder )
pakailah labu dari Alat 1 seperti tertera pada Uji
Disolusi <1231>, kecuali keranjang dan tangkai pemutar
diganti dengan elemen pemutar silinder yang terbuat dari
baja tahan karat, dan suhu dipertahankan pada 32°±0,5°
selama penetapan berlangsung. Komponen tangkai dan
silinder dari elemen pemutar terbuat dari baja tahan karat
dengan spesifikasi seperti tertera pada Gambar 7.
Sediaan uji ditempatkan pada silinder pada permulaan
tiap penetapan. Jarak antara bagian dalam labu dan
silinder dipertahankan pada 25±2 mm selama penetapan.
Media Disolusi pakailah media seperti tertera pada
Uji Disolusi <1231>.
procedure
Masukkan beberapa volume media disolusi ke dalam
labu dari alat yang ditentukan dalam tiap monografi,
pasang alat dan panaskan Media disolusi sampai
mencapai suhu 32°±0,50. Kecuali dinyatakan lain dalam
monografi, siapkan sistem uji sebagai berikut. Ambil
garis pelindung dari sistem dan tempatkan sisi perekat
pada sepotong Curophan yang lebih besar, tidak kurang 1
cm pada semua sisi sistem. [Catatan pakailah Curophan
tipe 150 pm, tebal 11±0,5 μm, inert, bahan selulosa
berpori yang tersedia dari Medicell International Ltd 230
Liverpool Road, London.] Tempatkan sistem dan
Curophan (menutup sisi bawah) pada permukaan yang
bersih dan pakailah bahan perekat yang sesuai pada batas
Curophan yang terpapar. Keringkan selama 1 menit.
pakailah sisi sistem yang terlapisi perekat secara hati-hati
pada bagian luar silinder sesampai sumbu axis yang
panjang tetap di sekeliling silinder. Tekan
lapisan/Curophan untuk menghilangkan gelembung udara
yang terperangkap. Tempatkan silinder dalam alat dan
dengan segera putar pada kecepatan seperti tertera pada
masing-masing monografi. Dalam interval waktu yang
dinyatakan, ambil beberapa Media disolusi untuk analisa
dari daerah tengah antara permukaan media disolusi dan
ujung silinder yang berputar, tidak kurang 1 cm dari
dinding labu. Lakukan analisa seperti tertera pada
masing-masing monografi, jika perlu lakukan koreksi
kehilangan volume. Jika perlu ulangi pengujian
memakai sediaan tambahan.
Waktu Lakukan seperti tertera pada Alat 5.
Interpretasi Kecuali dinyatakan lain dalam masing-
masing monografi, persyaratan dipenuhi jika jumlah
bahan aktif yang dilepas dari sediaan dan larut dalam
media disolusi memenuhi kriteria Tabel Penerimaan 1
untuk rute transdermal. Lakukan penetapan sampai tahap
3 kecuali hasil pada tahap sebelumnya telah memenuhi
syarat L1 atau L2.
- 1550 -
Gambar 2 Elemen Silinder Stirrer Magnetik
Alat 7 ( Penyangga Bolak-balik )
Catatan Alat ini terutama dipakai untuk sediaan
transdermal, namun dapat juga dipakai untuk berbagai
bentuk sediaan lain.
Alat Terdiri dari 1 set wadah larutan yang terkalibrasi
secara volumetri atau tertara, terbuat dari kaca atau bahan
inert1 lain yang sesuai, motor dan kemudi yang dipasang
untuk menggerakkan sistem turun naik secara vertikal
dan mengarahkan
sistem secara horizontal secara otomatis ke deret labu
yang berbeda jika diinginkan, dan satu set penyangga
cuplikan yang sesuai (Lihat Gambar 8 dan Gambar 9a –
9d). Wadah larutan sebagian dicelupkan dalam tangas air
dengan ukuran yang sesuai sesampai memungkinkan
terpeliharanya suhu, T, di dalam wadah pada 32°±0,5°
atau dalam rentang yang diinginkan, seperti dinyatakan
dalam tiap monografi, selama uji. Tidak ada satupun
bagian alat termasuk lingkungan di mana alat dipasang
yang berkontribusi pada pergerakan, agitasi atau getaran
yang bermakna yang mempengaruhi kehalusan, gerakan
turun naik penyangga cuplikan secara vertikal. Alat yang
memungkinkan pengamatan sistem dan penyangga
selama uji lebih disukai. pakailah ukuran wadah dan
tempat sampel sebagaimana ditentukan pada masing-
masing monografi.
Media Disolusi pakailah seperti tertera pada monografi,
lihat Uji Disolusi <1231>.
Penyiapan Sampel A ( Sediaan Tablet Bersalut )
Pasang tiap sistem yang harus diuji ke pegangan sampel
yang sesuai (misalnya dengan merekatkan ujung sistem
dengan perekat 2-siano akrilat ke ujung tali plastik atau
dengan menempatkan sediaan ke dalam tas/kantong
jaring nilon kecil pada ujung tali plastik atau dalam
gulungan logam yang dipasangkan pada tali logam).
Penyiapan Sampel B ( Sediaan Rute Transdermal )
Tekan sistem ke dalam selembar Curophan kering yang
belum pernah dipakai , jaring nilon atau yang setara
dengan sisi perekat menghadap substrat terpilih dengan
berhati-hati untuk mengurangi gelembung udara antara
permukaan substrat dengan permukaan pelepasan. Pasang
sistem pada penyangga sampel yang ukurannya sesuai
dengan cincin-O yang sesuai sesampai bagian belakang
sistem berdekatan/berbatasan dan di tengah-tengah dasar
penyangga sampel berbentuk cakram atau berpusat
mengelilingi lingkaran luar penyangga sampel berbentuk
silinder. Buang kelebihan substrat dengan pisau yang
tajam.
Penyiapan sampel C (Sediaan lain selain jenis sampel
A dan B) Tempatkan sediaan uji pada penyangga yang
sesuai seperti tertera pada monografi.
procedure Lekatkan penyangga sampel pada pengaduk
yang bergerak turun naik sesampai tiap sistem terendam
secara terus menerus dalam beberapa volume Media
disolusi yang terukur saksama dalam suatu wadah
terkalibrasi yang sebelumnya telah dipanaskan sampai
mencapai suhu T (lihat pengaturan pada subjudul
ALAT).
Turun naikkan pada kecepatan lebih kurang 30 kali per
menit dengan amplitudo lebih kurang 2 cm, atau seperti
tertera pada masing-masing monografi, untuk waktu
tertentu dalam media yang ditentukan pada tiap titik
pengambilan cuplikan. Angkat wadah larutan dari tangas,
dinginkan pada suhu ruang dan tambahkan larutan
secukupnya (biasanya air) untuk mengoreksi kehilangan
volume sebab penguapan. Lakukan penetapan kadar
seperti tertera pada masing-masing monografi. Jika perlu
ulangi pengujian memakai sediaan tambahan.
Interpretasi Kecuali dinyatakan lain dalam monografi,
uji memenuhi syarat jika jumlah bahan aktif yang
dilepaskan dari sistem dan larut dalam Media disolusi
memenuhi kriteria Tabel Penerimaan 3 untuk tablet
bersalut pada Uji Disolusi <1231>; Tabel Penerimaan 6
untuk sediaan transdermal. Lakukan penetapan sampai
tahap 3 kecuali hasil pada tahap sebelumnya telah
memenuhi syarat L1 atau L2.
- 1551 -
1 Bahan tidak boleh mengabsorbsi, bereaksi dengan atau
mengganggu cuplikan yang diuji
Gambar 3 Penyangga Cuplikan Cakram Turun-Naik
Sistema
Kepala Tangkai Cincin O
A (diameter) (cm) B (cm) C (cm) Bahanb D (cm) Bahanc Tidak terlihat
1,6 cm2 1,428 0,9525 0,4750 SS/VT 30,48 SS/P Parker 2-311-V884-75
2,5 cm2 1,778 0,9525 0,4750 SS/VT 30,48 SS/P Parker 2-016-V884-75
5 cm2 2,6924 0,7620 0,3810 SS/VT 8,890 SS/P Parker 2-022-V884-75
7 cm2 3,1750 0,7620 0,3810 SS/VT 30,48 SS/P Parker 2-124-V884-75
10 cm2 5,0292 0,6350 0,3505 SS/VT 31,01 SS/P Parker 2-225-V884-75
aukuran sistem khas bSS/VT: dapat baja tahan karat atau teflon murni cSS/P: dapat baja tahan karat atau kaca pleksi
- 1552 -
Gambar 4a Sistem Penyangga Transdermal - Lempeng Bersudut
Gambar 4b Sistem Penyangga Transdermal – Silinder
Gambar 4c Sistem Penyangga Tablet Lepas Lambat –Batang dengan Ujung untuk Melekatkan
Gambar 4d Sistem Penyangga Transdermal-Penyangga
- 1553 -
PENETAPAN BATAS FLOKULASI VAKSIN
DAN TOKSIN DIFTERI <971>
Batas flokulasi (Lf) toksin difteri ditetapkan dengan
melakukan inkubasi sediaan uji bersama dengan sediaan
baku antitoksin difteri untuk uji flokulasi dengan kadar
yang sesuai. Bila kadar toksin atau vaksin tetap dan kadar
antitoksin bervariasi dalam campuran dengan volume
tetap, maka campuran yang menampilkan terjadinya
flokulasi pertama yaitu campuran yang mengandung
jumlah toksin atau vaksin yang mendekati setara dengan
antitoksin.
Baku pembanding Antitoksin Difteria untuk Flokulasi
BPFI.
Penetapan potensi Lakukan uji pendahuluan terlebih
dahulu untuk menetapkan rentang kadar yang dipakai ,
tambahkan volume tetap Larutan uji (misalnya 1 ml) ke
dalam masing-masing dari 1 seri tabung kecil yang berisi
volume sama Larutan baku dengan kadar meningkat. Di
dalam tabung, yang berurutan kadar antitoksin meningkat
tidak lebih 10% dari kadar tengah pada rentang kadar.
Rentang kadar dipilih sedemikian rupa sesampai flokulasi
optimum campuran terletak di tengah rentang kadar. Bila
waktu yang diperlikan untuk flokulasi antitoksin 1 Lf
setara dengan 1 Lf toksin terlalu lama, sebaiknya lakukan
uji pada tingkat 50 Lf. Panaskan semua tabung di dalam
tangas air pada suhu 45° sampai 50°, sampai setengah
tabung terendam sampai diperoleh arus konveksi dan
amati terus-menerus sampai campuran yang menampilkan
flokulasi tercepat dapat ditentukan. Harga Lf dalam
sediaan uji setara dengan Lf antitoksin dalam campuran.
Kesalahan penetapan tunggal diperkirakan kurang dari
lebih kurang 5%.
PENETAPAN BOBOT JENIS <981>
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing
monografi, penetapan bobot jenis dipakai hanya untuk
cairan, dan kecuali dinyatakan lain, didasarkan pada
perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25o terhadap
bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila suhu
ditetapkan dalam monografi, bobot jenis yaitu
perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang telah
ditetapkan terhadap bobot air dengan volume dan suhu
yang sama. Bila pada suhu 25o zat berbentuk padat,
tetapkan bobot jenis pada suhu yang telah tertera pada
masing-masing monografi, dan mengacu pada air pada
suhu 25o.
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing
monografi, densitas didefinisikan sebagai masa dari satu
unit volume zat pada suhu 25o dalam kilogram per meter
kubik atau gram per sentimeter kubik (kg/m3 atau g/cm3).
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing
monografi, pakailah Metode I.
Metode I
procedure pakailah piknometer bersih, kering dan telah
dikalibrasi dengan menetapkan bobot piknometer dan
bobot air yang baru dididihkan, dinginkan sampai suhu
25°. Atur suhu zat uji sampai lebih kurang 20°, masukkan
cairan ke dalam piknometer. Atur suhu piknometer yang
telah diisi sampai suhu 25°, buang kelebihan zat uji dan
timbang. Jika pada monografi tertera suhu yang berbeda
dari 25°, piknometer yang telah diisi harus diatur sampai
mencapai suhu yang diinginkan sebelum ditimbang.
Kurangkan bobot piknometer kosong dari bobot
piknometer yang telah diisi.
Bobot jenis suatu zat yaitu hasil yang diperoleh
dengan membagi bobot zat dengan bobot air, dalam
piknometer. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi,
keduanya ditetapkan pada suhu 25°.
Metode II
procedure berikut meliputi pemakaian “Oscillating
transducer density meter”. Alat terdiri atas:
- tabung berbentuk U, biasanya berupa gelas
borosilikat, berisi cairan uji
- sistem eksitasi elektrik magneto atau elektrik piezo
yang menyebabkan tabung berosilasi sebagai osilator
cantilever pada frekuensi tertentu tergantung densitas
cairan zat uji
- alat untuk mengukur periode osilasi (T), yang akan
dikonversi oleh alat untuk memberi pembacaan
langsung densitas atau menghitung densitas dengan
memakai konstanta A dan B seperti diuraikan di
bawah ini; dan
- alat untuk mengukur dan atau mengontrol suhu
oscilating transducer yang berisi zat uji.
Periode osilasi merupakan fungsi dari konstanta (c)
dan sistem masa; yaitu densitas zat uji; M yaitu
massa tabung dan V volume tabung yang terisi.
T2 = 24××
+
c
V
c
M
Konstanta A =
xV
c
24
dan B =
V
M ,
persamaan untuk oscillating transducer:
BTA×= 2
Bobot jenis spesifik zat uji memakai persamaan:
( )
( )W
L
- 1554 -
( )L dan ( )W berturut-turut yaitu densitas zat uji dan
air pada suhu 25°, kecuali dinyatakan lain dalam masing-
masing monografi.
Kalibrasi Konstanta A dan B diperoleh dengan cara
mengoperasikan alat dengan tabung U yang diisi oleh dua
sampel berbeda yang diketahui densitasnya (misal air
yang sudah diawaudarakan dan udara). Lakukan kontrol
pengukuran setiap hari, memakai air yang
diawaudarakan; hasil pengukuran kontrol memakai
air yang diawaudarakan menampilkan bahwa densitas
tidak berbeda dari nilai pembanding ( 25 = 0,997043
g/cm3). Presisi merupakan fungsi keterulangan dan
stabilitas frekuensi osilator. Density meter dapat
melakukan pengukuran dengan nilai kesalahan 1x10-3
g/cm3 sampai 1x10-5 g/cm3 dan keterulangan 1x10-4 g/cm3
sampai 1x10-6 g/cm3. Contoh, alat dengan spesifikasi
1x10-4 g/cm3 harus menampilkan 0,9970±0,0001 g/cm3
agar dapat dipakai untuk mengukur, kecuali
diperlukan penyesuaian kembali. Kalibrasi hendaknya
dilakukan secara teratur dengan memakai bahan
yang sudah disertifikasi.
procedure memakai instruksi dari pabrik, lakukan
pengukuran memakai procedure seperti pada
Kalibrasi. Jika perlu lakukan kesetimbangan cairan uji
pada 25° sebelum dimasukkan untuk menghindari
pembentukan gelembung dan mengurangi waktu
pengukuran. Faktor yang mempengaruhi akurasi
pengukuran yaitu :
- keseragaman suhu pada tabung
- rentang densitas nonlinier
- efek ”parasitic resonants”
- kekentalan, jika “oscillating transducer density meter”
yang dipakai tidak memiliki pengkompensasi
otomatis terhadap pengaruh viskositas sampel.
PENETAPAN BOBOT PER MILILITER <991>
Bobot per mililiter suatu cairan yaitu bobot dalam g
per ml cairan yang ditimbang di udara pada suhu 20º,
kecuali dinyatakan lain dalam monografi.
Bobot per ml zat cair ditetapkan dengan membagi
bobot zat cair di udara yang dinyatakan dalam g, dari
beberapa cairan yang mengisi piknometer pada suhu yang
telah ditetapkan dengan kapasitas piknometer yang
dinyatakan dalam ml, pada suhu yang sama. Kapasitas
piknometer ditetapkan dari bobot di udara dari beberapa
air yang dinyatakan dalam g, yang mengisi piknometer
pada suhu ini . Bobot 1 liter air pada suhu yang telah
ditetapkan bila ditimbang terhadap bobot kuningan di
udara dengan kerapatan 0,0012 g per ml seperti tertera
dalam tabel berikut. Penyimpangan kerapatan udara dari
harga ini di atas, yang diambil sebagai harga rata-
rata, tidak mempengaruhi hasil penetapan yang
dinyatakan dalam FI.
______________________________
Suhu (º) Bobot per liter air (g)
_____________________________
20 997,18
25 996,02
30 994,62
_____________________________
PENETAPAN INDEKS BIAS <1001>
Indeks bias suatu zat (n) yaitu perbandingan
kecepatan cahaya dalam udara dengan kecepatan cahaya
dalam zat ini . Indeksi bias berguna untuk
identifikasi zat dan deteksi ketakmurnian.
Walaupun menurut Farmakope suhu pengukuran
yaitu 25º, namun pada banyak monografi indeks bias
ditetapkan pada suhu 20º. Suhu pengukuran harus benar-
benar diatur dan dipertahankan, sebab sangat
mempengaruhi indeks bias.
Harga indeks bias dalam Farmakope ini dinyatakan
untuk garis D cahaya natrium pada panjang gelombang
dublet 589,0 nm dan 589,6 nm. biasanya alat dirancang
untuk dipakai dengan cahaya putih, namun dikalibrasi
agar memberi indeks bias untuk garis D cahaya
natrium.
Refraktometer Abbe’ dipakai ntuk mengukur
rentang indeks bias dari bahan-bahan yang tercantum
dalam Farmakope negara kita , berikut harga indeks
biasnya. Refraktometer lain dengan ketelitian yang setara
atau lebih dapat dipakai .
Untuk mencapai ketelitian teoritis ±0,0001, perlu
dilakukan kalibrasi alat terhadap baku yang disediakan
oleh pabriknya dan lakukan pengecekan seringkali
terhadap pengendali suhu dan kebersihan alat dengan
menetapkan indeks bias air destilasi yaitu 1,3330 pada
suhu 20º dan 1,3325 pada suhu 25º.
PENETAPAN JARAK DESTILASI <1011>
Untuk penetapan jarak suhu suatu cairan terdestilasi,
atau presentase dari bahan yang terdestilasi antara dua
suhu tertentu, pakailah Metode I atau Metode II seperti
tertera pada masing-masing monografi. Batas terendah
dari jarak suhu, yaitu suhu yang ditunjukkan oleh
termometer pada saat tetesan pertama kondensat
meninggalkan ujung kondensor, dan batas tertinggi
yaitu titik kering, yaitu suhu pada saat tetesan terakhir
cairan menguap dari titik terendah dalam labu destilasi,
tanpa memperhatikan adanya cairan yang tersisa pada
dinding labu, atau pada suhu yang teramati saat bagian
tertentu yang tertera dalam masing-masing monografi
telah terkumpul.
[Catatan Dinginkan semua cairan yang terdestilasi di
bawah suhu 80º sampai suhu antara 10º dan 15º, sebelum
cuplikan diukur untuk destilasi.]
- 1555 -
Metode I
Alat pakailah alat yang sama seperti ditetapkan pada
Metode II, kecuali labu destilasi berkapasitas 50 - 60 ml,
panjang leher labu 10 - 12 cm dan diamater dalam 14 - 16
mm. Jika dipakai papan asbes yang bagian atasnya
berlubang sedemikian rupa sampai , jika labu
diletakkan, bagian labu di bawah permukaan atas asbes
memiliki kapasitas 3 - 4 ml.
procedure Lakukan seperti tertera pada Metode II,
memakai 25 ml cairan yang akan diuji.
Metode II
Alat pakailah alat yang terdiri dari bagian-bagian
berikut:
Labu destilasi Labu destilasi alas bundar, terbuat dari
kaca tahan panas dengan kapasitas 200 ml dan
memiliki panjang keseluruhan 17 - 19 cm serta
diamater dalam leher labu 20 - 22 mm. Lebih kurang
pertengahan leher kira-kira 12 cm dari dasar labu ada
lengan samping dengan panjang 10 - 12 cm dan diamater
dalam 5 mm, yang membentuk sudut 70º - 75º dengan
bagian bawah leher.
Pendingin Pendingin kaca yang lurus, panjang 55 - 60
cm dilengkapi jaket air, dengan panjang lebih kurang 40
cm, atau pendingin bentuk lain yang memiliki
kapasitas pendinginan yang setara. Ujung bawah
pendingin dapat dibengkokkan sebagai pipa pengalir, atau
dapat dihubungkan dengan adaptor bengkok yang
bertindak sebagai pipa pengalir.
Papan asbes Dua buah papan asbes bujur sangkar
dengan sisi 14 - 16 cm, dan ketebalan 5 - 7 mm, sesuai
untuk menahan panas pada bagian bawah labu. Masing-
masing papan berlubang di bagian tengah dan kedua
papan berbeda hanya pada diameter lubang, satu
berdiameter 4 cm dan yang lain 10 cm. Pada
pemakaian nya papan diletakkan bersusun satu di atas
yang lainnya dengan papan yang memiliki lubang
lebih besar di atas, dan diletakkan di atas kaki tiga atau
penyangga lain yang sesuai.
Penampung Gelas ukur 100 ml dengan pembagian
skala 1 cm.
Termometer Untuk menghindari koreksi batang
termometer, disarankan pemakaian termometer yang
tercelup sebagian yang memiliki pembagian skala
praktis paling kecil (tidak lebih dari 0,2º). Termometer
yang sesuai dari seri nomor 37C sampai dengan 41C, dan
102C sampai dengan 107C (seperti yang tertera pada
Termometer <31>). Jika ditempatkan pada posisi dengan
batang berada di bagian tengah leher dan bagian atas
ruang kontraksi (atau pencadang raksa, jika dipakai
termometer seri nomor 37C atau 38C) sama tinggi dengan
bagian bawah lubang ke lengan samping.
Sumber panas Api Bunsen kecil atau pemanas elektrik
atau mantel listrik yang dapat diatur sama seperti api
Bunsen.
procedure Pasang alat, dan masukkan 100 ml cairan uji
ke dalam labu dengan hati-hati agar cairan tidak masuk
ke dalam lengan samping. Sisipkan termometer, lindungi
api dan rangkaian labu terhadap aliran udara luar dan
lakukan pemanasan yang diatur sedemikian rupa sesampai
waktu 5 sampai 10 menit berlalu sebelum tetesan pertama
destilat keluar dari pendingin. Lanjutkan destilasi pada
kecepatan 4 - 5 ml destilat per menit; kumpulkan destilat
dalam penampung. Catat suhu pada saat tetesan pertama
destilat keluar dari pendingin, dan juga saat tetesan
terakhir cairan menguap dari dasar labu atau jika
presentase yang telah ditetapkan telah terdestilasi. Jika
tidak dinyatakan lain dalam monografi, laporkan suhu
yang telah disesuaikan dengan tekanan udara dengan
melakukan koreksi terhadap batang termometer
memakai rumus:
t = t0 + [(t010-4 + 0,033)(760 – p)]
t yaitu suhu didih terkoreksi dalam skala Celcius; t0
yaitu suhu didih terukur dalam skala Celcius; dan p
yaitu tekanan udara pada saat pengukuran dalam
mmHg.
PENETAPAN JARAK LEBUR ATAU SUHU
LEBUR <1021>
Dalam Farmakope, jarak lebur atau suhu lebur zat
padat didefinisikan sebagai rentang suhu atau suhu pada
saat zat padat menyatu dan melebur sempurna, kecuali
didefinisikan lain untuk Metode IV dan V di bawah ini.
Setiap alat atau metode yang mampu dan memiliki
ketelitian yang setara dapat dipakai . Ketelitian harus
sering diperiksa dengan memakai satu atau lebih dari
enam Baku Pembanding Suhu Lebur BPFI, lebih baik
dipakai satu baku yang melebur paling dekat dengan
suhu lebur senyawa yang ditetapkan seperti tertera pada
Baku Pembanding <11>.
Enam procedure untuk penetapan jarak lebur atau suhu
lebur yang diberikan berikut ini bervariasi tergantung
pada keadaan sifat dasar senyawa yang diuji. Jika tidak
dinyatakan dalam monografi, pakailah Metode III.
procedure yang dikenal sebagai penetapan suhu lebur
campuran, untuk jarak lebur suatu zat padat yang diuji
dibandingkan dengan campuran bagian yang sama dari
zat padat ini dan senyawa aslinya, misal: Baku
Pembanding Fl yang sesuai, dapat dipakai untuk
konfirmasi uji identifikasi. Kesesuaian dari hasil
pengamatan contoh asli dan campuran menampilkan
identitas kimia yang jelas dan dapat dipercaya.
Alat I Contoh alat penetapan jarak lebur yang sesuai
terdiri dari wadah gelas untuk tangas cairan transparan,
alat pengaduk yang sesuai, termometer yang akurat
(seperti tertera pada Termometer <31>) dan sumber
panas yang terkendali. Cairan dalam tangas dipilih
dengan melihat suhu yang dikehendaki, namun biasanya
dipakai parafin cair dan silikon cair yang baik untuk
rentang suhu yang lebih tinggi. Cairan dalam tangas
memiliki kedalaman yang cukup sesampai
termometer dapat tercelup dengan pencadang raksa tetap
berada lebih kurang 2 cm di atas dasar tangas. Panas
- 1556 -
didapat dari api bebas atau listrik. Pipa kapiler berukuran
panjang lebih kurang 10 cm dan diameter dalam 0,8 -
1,2 mm dengan ketebalan dinding 0,2 - 0,3 mm.
Alat II Alat yang dapat dipakai untuk metode I, II,
dan III. Sebagai contoh, alat yang sesuai untuk
penetapan jarak lebur, alat II terdiri dari potongan logam
yang dapat dipanaskan dengan kecepatan yang dapat
dikendalikan dan suhu ini dapat diamati melalui sensor.
Pada potongan logam ada lubang untuk
menempatkan kapiler yang berisi zat uji dan dapat untuk
mengamati proses peleburan, yang secara khusus terdiri
dari seberkas cahaya dan detektor. Sinyal detektor dapat
diproses oleh komputer untuk menetapkan dan
menampilkan titik atau jarak lebur, sinyal detektor dapat
diplotkan untuk memperoleh estimasi visual dari titik
atau jarak lebur.
Metode I (kelas I, alat 1) Gerus senyawa uji menjadi
serbuk sangat halus, dan kecuali dinyatakan lain, jika
mengandung air hidrat ubah menjadi anhidrat dengan
pengeringan pada suhu yang tertera pada monografi, atau,
jika senyawa tidak mengandung air hidrat, keringkan di
atas bahan pengering yang sesuai selama tidak kurang
dari 16 jam.
Isi pipa kapiler kaca yang salah satu ujungnya tertutup,
dengan serbuk kering secukupnya sampai membentuk
kolom di dasar tabung dengan tinggi 2,5 mm sampai 3,5
mm sesudah diisi semampat mungkin dengan cara
mengetukkan secukupnya pada permukaan padat.
Panaskan tangas sampai suhu lebih kurang 30° di
bawah suhu lebur yang diperkirakan. Angkat
termometer dan secepatnya tempelkan tabung kapiler
pada termometer dengan membasahi keduanya dengan
tetesan cairan dari tangas atau sebaliknya, dan atur
sampai tinggi bahan dalam kapiler setinggi pencadang
raksa. Tempatkan kembali termometer, dan lanjutkan
pemanasan dengan pengadukan tetap secukupnya,
sampai menyebabkan suhu naik lebih kurang 3° per
menit. Pada saat suhu lebih kurang 3° di bawah dari
batas bawah jarak lebur yang diperkirakan, kurangi
pemanasan sesampai suhu naik lebih kurang 1° - 2° per
menit. Lanjutkan pemanasan sampai melebur sempurna.
Suhu pada saat kolom zat uji yang diamati terlepas
sempurna dari dinding kapiler didefinisikan sebagai
permulaan melebur, dan suhu pada saat zat uji mencair
seluruhnya didefinisikan sebagai akhir peleburan atau
“suhu lebur”. Kedua suhu ini berada dalam batas
jarak lebur.
Metode II (kelas Ib, alat 1) Letakkan zat uji dalam
wadah tertutup, dinginkan sampai suhu 10° atau lebih
rendah selama tidak kurang dari 2 jam. Tanpa
diserbukkan sebelumnya, isikan bahan yang sudah
dingin ke dalam pipa kapiler seperti pada Metode I,
lalu segera letakkan kapiler yang telah diisi ke
dalam desikator hampa, keringkan pada tekanan tidak
lebih dari 20 mmHg selama 3 jam. Segera keluarkan dari
desikator, lebur tutup ujung terbuka kapiler, dan
sesegera mungkin lanjutkan penetapan jarak lebur
seperti berikut: Panaskan tangas sampai suhu 10°±1° di
bawah rentang lebur yang diperkirakan. lalu
masukkan kapiler yang berisi zat uji, dan panaskan
dengan kenaikan suhu 3°±0,5° per menit sampai
melebur sempurna. Catat jarak lebur seperti tertera pada
Metode I.
Jika ukuran partikel terlalu besar untuk kapiler,
dinginkan lebih dulu zat uji seperti di atas, gerus partikel
hati-hati dengan tekanan rendah sampai sesuai dengan
kapiler dan segera isikan ke dalam kapiler.
Metode III ( kelas Ia, alat 1) Siapkan zat uji dan
masukkan ke dalam kapiler seperti pada Metode I.
Panaskan tangas sampai suhu lebih kurang 10° di bawah
suhu lebur yang diperkirakan, dan naikkan suhu dengan
kecepatan 1°±0,5° per menit. Masukkan kapiler seperti
Metode I, bila suhu mencapai 5° di bawah suhu terendah
yang diperkirakan, lanjutkan pemanasan sampai melebur
sempurna. Catat jarak lebur seperti pada Metode I.
Metode IV (kelas II) Lebur hati-hati senyawa yang
akan ditetapkan pada suhu serendah mungkin, masukkan
ke dalam pipa kapiler, yang kedua ujungnya terbuka,
sampai kedalaman 10 mm. Dinginkan kapiler yang telah
berisi zat uji pada suhu 10° atau lebih rendah selama
24 jam, atau tempelkan pada es selama tidak kurang dari
2 jam. lalu tempelkan tabung pada termometer
dengan cara yang sesuai, atur dalam tangas air
sesampai ujung atas dari zat uji 10 mm di bawah
permukaan air dan panaskan seperti pada Metode I
kecuali, sampai 5° dari suhu lebur yang diperkirakan,
atur kenaikan suhu 0,5° - 1,0° per menit. Suhu pada
saat senyawa yang diamati dalam pipa kapiler
menaik yaitu suhu lebur.
Metode V (kelas III) Lebur perlahan-lahan beberapa
zat uji, sambil diaduk, sampai mencapai suhu 90° - 92°.
Pindahkan sumber panas dan biarkan leburan senyawa
mendingin sampai 8° - 10° di atas suhu lebur yang
diperkirakan. Dinginkan pencadang raksa (seperti tertera
pada Termometer <31>) sampai suhu 5°, bersihkan
sampai kering, dan sewaktu masih dingin celupkan ke
dalam leburan senyawa sampai lebih kurang separuh
bagian bawah pencadang terendam. Ambil secepatnya,
dan tahan secara vertikal dari panas sampai permukaan
zat uji menjadi buram, lalu celupkan selama
5 menit ke dalam tangas air pada suhu tidak lebih dari
16°.
Lekatkan erat termometer dalam tabung reaksi
sesampai ujung terendah 15 mm di atas dasar tabung
reaksi. Celupkan tabung reaksi dalam tangas air yang
telah diatur pada suhu-lebih kurang 16°,dan naikkan suhu
tangas 2° per menit sampai suhu 30°, lalu turunkan
sampai suhu 1° per menit, dan catat suhu pada saat tetesan
pertama senyawa meleleh lepas dari termometer. Ulangi
penetapan dua kali memakai senyawa yang baru
dilelehkan. Jika variasi tiga kali penetapan kurang dari 1°,
pakailah hasil rata-rata ketiga penetapan ini sebagai
suhu lebur. Jika variasi tiga kali penetapan lebih besar
- 1557 -
dari 1° , lakukan dua penetapan tambahan dan pakailah
hasil rata-rata dari lima penetapan sebagai suhu lebur.
Metode VI (kelas I, alat 2) Siapkan bahan dan
masukkan zat uji ke dalam pipa kapiler sesuai petunjuk
untuk metode I. Operasikan alat sesuai dengan petunjuk
pabrik. Panaskan potongan logam sampai suhu kira-kira
30° di bawah titik lebur yang diharapkan. Masukkan pipa
kapiler ke dalam potongan logam dan lanjutkan
pemanasan sampai suhu meningkat kira-kira 1° - 2° per
menit sampai melebur sempurna. Suhu dimana sinyal
detektor pertama kali meninggalkan nilai awalnya
didefinisikan sebagai awal peleburan dan suhu dimana
sinyal detektor mencapai nilai akhir dinyatakan sebagai
akhir peleburan atau disebut titik lebur. Kedua suhu
ini merupakan batas-batas dari jarak lebur. Jika
terjadi keraguan, hanya jarak lebur atau suhu yang
diperoleh pada Metode I (kelas I, alat 1) yang dipakai .
PENETAPAN KADAR AIR <1031>
Sebagian besar bahan yang tercantum dalam
farmakope berupa senyawa hidrat atau mengandung air
dalam bentuk terserap, sebab itu penetapan kadar air
penting untuk memenuhi standar farmakope. biasanya
salah satu metode ini di bawah ini disebut dalam
masing-masing monografi, tergantung dari sifat bahan.
Dalam hal tertentu, diperbolehkan memilih salah satu dari
tiga metode. Jika bahan mengandung air hidrat dapat
dipakai Metode I (Titrimetri), Metode II (Azeotropi),
atau Metode III (Gravimetri), seperti tertera pada masing-
masing monografi dan persyaratan kadar air tercantum
pada subjudul Air.
Subjudul Susut Pengeringan <1121> dipakai
untuk bahan yang pada pemanasan tidak hanya
kehilangan air.
METODE I (TITRIMETRI)
Tetapkan air dengan Metode Ia, kecuali dinyatakan
lain dalam masing-masing monografi.
Metode Ia (Titrasi Langsung)
Prinsip Penetapan kadar air secara titrimetri
berdasarkan atas reaksi secara kuantitatif air dengan
larutan anhidrat belerang dioksida dan iodum dengan
adanya dapar yang bereaksi dengan ion hidrogen.
Dalam larutan titrimetri asli, yang dikenal sebagai
pereaksi Karl Fisher, belerang dioksida dan iodum
dilarutkan dalam piridina P dan metanol P. Zat uji dapat
dititrasi dengan Pereaksi secara langsung, atau analisa
dapat dilakukan dengan titrasi kembali. Stokiometri
reaksi ini tidak tepat, dan keberulangan penetapan
bergantung pada beberapa faktor seperti kadar relatif
komponen Pereaksi, sifat pelarut iner yang dipakai
untuk melarutkan zat uji, dan teknik yang dipakai pada
penetapan tertentu. sebab itu, untuk mencapai akurasi
yang diinginkan harus dipakai suatu teknik yang
dibakukan secara empirik. Presisi dalam metode ini
sebagian besar bergantung pada sejauh mana kelembaban
udara dihilangkan dari sistem. Titrasi air biasanya
dilakukan memakai metanol mutlak P sebagai
pelarut zat uji; namun , pelarut lain yang sesuai dapat
dipakai untuk zat uji khusus.
Alat Dapat dipakai alat yang mencegah masuknya
kelembaban udara dan penetapan titik akhir yang
memadai. Untuk larutan tidak berwarna, yang dititrasi
langsung, titik akhir dapat diamati secara visual sebagai
perubahan warna kuning kenari menjadi kuning
kecoklatan. Kebalikannya diamati pada titrasi kembali zat
uji. namun pada biasanya titik akhir ditetapkan secara
elektrometrik memakai alat dengan sirkuit listrik
sederhana yang berfungsi untuk memberi lebih kurang
potensial 200 mV yang dipakai , antara sepasang
elektroda platina yang dicelupkan dalam larutan yang
akan dititrasi. Pada titik akhir titrasi sedikit pereaksi
berlebih menaikkan aliran arus sampai antara 50 dan
150 mikroampere selama 30 detik sampai 30 menit
bergantung pada larutan yang dititrasi. Waktu paling
pendek terjadi untuk zat yang larut dalam pereaksi.
Beberapa jenis titrator otomatik, perubahan arus atau
potensial yang tiba-tiba pada titik akhir akan menutup
katup solenoid pada buret yang mengendalikan penetesan
titran. biasanya alat yang diperoleh dalam perdagangan
terdiri atas sistem tertutup yang memiliki satu atau dua
buret otomatik dan labu titrasi tertutup rapat dilengkapi
dengan elektrode yang diperlukan dan pengaduk
magnetik. Udara dalam sistem dipertahankan kering
dengan zat pengering yang sesuai dan labu titrasi dapat
dibersihkan dengan aliran nitrogen kering atau arus udara
kering.
Pereaksi Buat Pereaksi Karl Fischer sebagai berikut:
Tambahkan 125 g iodum P ke dalam larutan yang
mengandung 670 ml metanol P dan 170 ml piridina P,
dan dinginkan. Masukkan 100 ml piridina P ke dalam
silinder berskala 250 ml,dan dinginkan dalam tangas es,
alirkan belerang dioksida kering sampai volume
mencapai 200 ml. Perlahan-lahan tambahkan larutan ini,
sambil dikocok, ke dalam campuran larutan iodum yang
didinginkan. Kocok baik-baik untuk melarutkan iodum.
Biarkan semalam sebelum dibakukan. Satu ml larutan ini
jika dibuat segar setara dengan lebih kurang 5 mg air,
namun larutan ini terurai secara bertahap; sebab itu
bakukan dalam waktu 1 jam sebelum dipakai , atau tiap
hari jika dipakai terus-menerus. Selama dipakai
lindungi dari cahaya. Simpan larutan pereaksi induk
dalam wadah bersumbat kaca tertutup rapat, terlindung
dari cahaya, dalam lemari pendingin.
Dapat dipakai larutan Pereaksi Karl Fischer yang
telah distabilkan yang ada dalam perdagangan. Pereaksi
yang ada dalam perdagangan yang mengandung pelarut
atau bahan dasar selain dari piridina dan/ atau alkohol-
alkohol selain metanol dapat juga dipakai . Ini
merupakan larutan tunggal atau pereaksi yang dibuat
langsung dengan mencampur komponen pereaksi yang
- 1558 -
ada dalam dua larutan pereaksi yang berbeda. Pereaksi
yang diencerkan yang tercantum dalam beberapa
monografi harus diencerkan menurut petunjuk pabrik.
Baik metanol maupun pelarut lain yang sesuai, seperti
etilen glikol monometil eter dapat dipakai sebagai
pengencer.
Larutan uji Kecuali dinyatakan lain dalam masing-
masing monografi, pakailah beberapa zat uji yang
ditimbang atau diukur saksama yang diperkirakan
mengandung 10 mg sampai 250 mg air.
Jika zat uji berupa aerosol dengan propelan, masukkan
dalam lemari pembeku selama tidak kurang dari 2 jam,
buka wadah, dan uji 10,0 ml zat uji yang dicampur baik.
Pada titrasi zat uji, tetapkan titik akhir pada suhu 100 atau
lebih tinggi.
Jika zat uji berupa kapsul, pakailah beberapa isi kapsul
yang telah dicampur, dari tidak kurang dari 4 kapsul.
Jika zat uji berupa tablet, pakailah serbuk tablet dari
tidak kurang dari 4 tablet yang diserbuk sampai halus
dalam atmosfer dengan suhu dan kelembaban relatif yang
diketahui tidak mempengaruhi hasil.
Jika dalam monografi tercantum bahwa zat uji
higroskopis, pakailah alat suntik kering, masukkan
beberapa volume metanol atau pelarut lain yang sesuai,
yang diukur saksama ke dalam wadah yang telah ditara,
dan kocok untuk melarutkan zat uji. Dengan
memakai alat suntik yang sama, pindahkan larutan
dari wadah, ke dalam labu titrasi yang disiapkan seperti
tertera pada procedure . Ulangi procedure dengan porsi
kedua metanol atau pelarut lain yang sesuai yang diukur
saksama, masukkan bilasan ke dalam labu titrasi, dan
titrasi segera. Tetapkan kadar air, dalam mg, dari jumlah
pelarut dengan jumlah total volume yang sama seperti
yang dipakai untuk melarutkan zat uji dan untuk
mencuci wadah dan alat suntik, seperti tertera pada
Pembakuan larutan air untuk titrasi kembali dan
kurangkan harga ini dari kadar air, dalam mg, yang
diperoleh dalam titrasi zat uji. Keringkan wadah dan
sumbat pada suhu 1000 selama 3 jam, dinginkan dalam
desikator dan timbang. Tetapkan bobot zat uji dari
perbedaan bobot dari bobot wadah semula.
Pembakuan pereaksi Masukkan beberapa metanol P
atau pelarut lain yang sesuai ke dalam labu titrasi sampai
elektrode terendam, dan tambahkan Pereaksi secukupnya
untuk memberi warna titik akhir yang spesifik, atau
100±50 mikroamper arus searah pada lebih kurang 200
mV potensial yang dipakai .
Untuk penetapan beberapa kecil air (kurang dari 1 %),
dapat dipakai natrium tartrat sebagai baku pembanding
air yang sesuai. Tambahkan segera 150 mg sampai 350
mg natrium tartrat (C4H4Na2O6.2H2O), yang ditimbang
saksama dari perbedaan bobot, dan titrasi sampai titik
akhir. Hitung faktor kesetaraan air, F, dalam mg air per
ml pereaksi, dengan rumus:
V
W
08,230
02,182
18,02 dan 230,08 berturut-turut yaitu bobot molekul air
dan natrium tartrat dihidrat; W yaitu bobot, dalam mg,
natrium tartrat dihidrat; V yaitu volume, dalam ml,
pereaksi yang dipakai pada titrasi kedua.
Untuk ketepatan penetapan beberapa air (lebih dari 1 %),
pakailah Air Murni yang diperoleh dari destilasi sebagai
baku pembanding. Tambahkan segera antara 25 dan
250 mg air, yang ditimbang saksama dengan perbedaan
bobot, dari pipet timbang atau dari alat suntik atau dari
mikropipet yang telah dikalibrasi, jumlah yang dipakai
ditentukan oleh kekuatan pereaksi dan ukuran buret,
seperti tercantum pada Peralatan Volumetrik <21>.
Titrasi sampai titik akhir. Hitung faktor kesetaraan air, F,
dalam mg air per ml pereaksi, dengan rumus:
V
W
W yaitu bobot air dalam mg, dan V yaitu volume
pereaksi yang dibutuhkan dalam ml.
procedure Kecuali dinyatakan lain, masukkan 35 ml
sampai 40 ml metanol P atau pelarut lain yang sesuai ke
dalam labu titrasi, dan titrasi dengan Pereaksi sampai titik
akhir secara elektrometrik atau visual untuk menetapkan
kelembaban yang mungkin ada (Abaikan volume pereaksi
yang dipakai sebab tidak termasuk dalam
perhitungan). Tambahkan segera Larutan Uji, campur
dan titrasi dengan Pereaksi sampai titik akhir secara
elektrometrik atau visual. Hitung kadar air dalam zat uji,
dalam mg, dengan rumus:
FS ×
S yaitu volume Pereaksi, yang dipakai pada
titrasi kedua, dalam ml dan F yaitu faktor kesetaraan air
dari Pereaksi.
Metode Ib (Titrasi kembali)
Prinsip Lihat keterangan pada Prinsip dalam Metode
Ia. Pada titrasi kembali, beberapa Pereaksi berlebih
ditambahkan pada zat uji, dibiarkan beberapa lama
sampai reaksi sempurna dan kelebihan Pereaksi dititrasi
dengan larutan baku air dalam pelarut seperti metanol.
procedure titrasi kembali lebih umum dipakai dan
menghindarkan kesulitan yang mungkin terjadi pada
titrasi langsung suatu zat yang melepaskan air secara
perlahan-lahan.
Alat, pereaksi dan larutan uji pakailah Metode Ia.
Pembakuan larutan air untuk titrasi kembali Buat
Larutan air dengan mengencerkan 2 ml air dalam
metanol atau pelarut lain yang sesuai sampai 1000 ml.
Bakukan larutan ini dengan mentitrasi 25,0 ml dengan
Pereaksi, yang sebelumnya telah dibakukan seperti
- 1559 -
tertera pada Pembakuan pereaksi. Hitung kadar air,
dalam mg per ml, Larutan air dengan rumus:
25
'FV
V’ yaitu volume Pereaksi yang dipakai ; F yaitu
faktor kesetaraan air dari Pereaksi. Tetapkan kadar air
dari Larutan air tiap minggu dan bakukan Pereaksi
secara berkala sesuai pemakaian terhadap Larutan air.
procedure Bila dalam monografi tercantum kadar air
harus ditetapkan dengan Metode Ib, masukkan 35 - 40 ml
metanol atau pelarut lain yang sesuai ke dalam labu
titrasi, dan titrasi dengan Pereaksi sampai titik akhir
secara elektrometrik atau visual. Secara cepat tambahkan
Larutan uji, campur dan tambahkan beberapa berlebih
Pereaksi yang diukur saksama. Biarkan beberapa waktu
sampai reaksi sempurna, dan titrasi pereaksi yang tidak
dipakai dengan Larutan air yang telah dibakukan
sampai titik akhir secara elektrometrik atau visual. Hitung
kadar air dalam zat uji, dalam mg, dengan rumus:
( )XRXF '
F yaitu faktor kesetaraan air dari Pereaksi; X’ yaitu
volume Pereaksi yang ditambahkan sesudah zat uji, dalam
ml; X yaitu volume dari Larutan air yang telah dibakukan
untuk menetralkan Pereaksi yang tidak dipakai , dalam
ml; R yaitu rasio V’/25 (ml Pereaksi/ ml Larutan air), yang
ditetapkan dari Pembakuan larutan air untuk titrasi kembali.
Metode Ic (Titrasi “Coulometri”)
Prinsip Reaksi Karl Fischer dipakai dalam penetapan
kadar air secara “coulometri”. Iodum tidak ditambahkan
dalam bentuk larutan volumetrik namun dihasilkan dalam
larutan yang mengandung iodida oleh oksidasi anoda. Sel
reaksi biasanya terdiri dari kompartemen besar anoda
dan kompartemen kecil katoda yang dipisahkan oleh
suatu diafragma. Tipe sel reaksi lainnya yang sesuai
(misalnya, tanpa diafragma) dapat juga dipakai . Setiap
kompar