Jumat, 06 Desember 2024

farmakope 121


 temen memiliki  elektroda platina yang 

menyalurkan arus melalui sel. Iodum yang dihasilkan 

pada elektroda anoda, segera bereaksi dengan air yang 

ada dalam kompartemen ini . Ketika seluruh air telah 

dipakai , iodum berlebih yang terjadi menampilkan  titik 

akhir yang biasanya  dideteksi secara elektrometrik. 

Kelembaban dieliminasi dari sistem dengan pre-

elektrolisis. Penggantian larutan Karl Fischer setiap 

selesai penetapan tidak diperlukan sebab  penetapan 

berikutnya dapat dilakukan dalam larutan pereaksi yang 

sama. Persyaratan pada metode ini, setiap komponen zat 

uji harus dapat dipakai  bersama komponen lain dan 

tidak mengalami reaksi samping. Contoh biasanya 

dimasukkan ke dalam bejana sebagai larutan dengan 

menyuntikkan melalui septum. Gas dapat dimasukkan ke 

dalam sel melalui pipa inlet gas yang sesuai. Presisi 

dalam metode ini sebagian besar bergantung pada sejauh 

mana kelembaban udara dihilangkan dari sistem. 

Pemasukan zat padat ke dalam sel tidak disarankan 

kecuali dilakukan tindakan pencegahan seperti bekerja 

dalam “glove-box” yang berisi gas iner kering. 

Pengendalian sistem dapat dimonitor dengan pengukuran 

jumlah “drift” pada garis dasar. Metode ini khususnya 

sesuai untuk zat iner secara kimia seperti hidrokarbon, 

alkohol dan eter. Dibandingkan dengan titrasi Karl 

Fischer volumetrik, “Coulometri” merupakan metode 

mikro.  

     

Alat Setiap alat yang tersedia di perdagangan memiliki  

sistem yang tertutup kedap dilengkapi dengan elektroda 

yang diperlukan dan pengaduk magnetik yang sesuai. 

Mikroprosesor dapat mengendalikan procedure  analitik 

dan menampilkan  hasil. Kalibrasi alat tidak diperlukan 

sebab  arus yang diperlukan dapat diukur secara tepat. 

     

Pereaksi Lihat Pereaksi pada Metode Ia tanpa iodum P. 

     

Larutan Uji Jika zat uji berupa zat padat yang larut, 

timbang saksama beberapa  zat dan larutkan dalam 

metanol anhidrat atau pelarut lain yang sesuai dalam 

jumlah yang tepat. Cairan dapat langsung dipakai  atau 

diencerkan secara saksama dalam pelarut anhidrat yang tepat.  

    Jika zat uji berupa zat padat yang tidak larut, air dapat 

diekstraksi memakai  pelarut anhidrat yang sesuai 

dalam jumlah yang tepat, ditimbang saksama dan 

disuntikkan ke dalam kompartemen anoda. Sebagai 

alternatif dapat dipakai  teknik penguapan, air dilepas 

dan diuapkan dengan pemanasan zat uji dalam tabung 

yang dialiri gas iner kering, lalu  gas ini dimasukkan 

ke dalam sel. 

     

procedure  pakailah  alat suntik kering, suntikkan dengan 

cepat larutan uji yang telah diukur saksama dan 

diperkirakan mengandung 0,5 - 5 mg air atau sesuai 

dengan yang disarankan oleh pembuat alat, ke dalam 

kompartemen anoda, campur dan lakukan titrasi 

coulometri sampai  titik akhir yang dideteksi secara 

langsung pada alat secara elektrometrik. Baca kadar air 

larutan uji yang ditunjukkan oleh alat dan hitung 

persentase yang ada dalam zat. Lakukan penetapan 

blangko dan buat koreksi jika perlu. 

 

METODE II AZEOTROPI  

(DESTILASI TOLUENA) 

 

    Alat pakailah  sebuah labu kaca A 500 ml yang 

dihubungkan melalui sebuah perangkap B kepada 

pendingin refluks C dengan sambungan kaca asah (lihat 

Gambar). 

 

 

 

 

 

 

 

 

- 1560 -

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Alat Kelembaban Toluena 

 

    Dimensi kritis bagian-bagian peralatan yaitu  sebagai 

berikut: Diameter dalam tabung penghubung D yaitu  9 - 

11 mm. Tabung perangkap, dengan panjang 235 - 240 

mm. Pendingin, bila dari jenis tabung lurus, panjang lebih 

kurang 400 mm dan diameter lubang tidak kurang dari 8 

mm. Tabung penerima E memiliki  kapasitas 5 ml dan 

bagian silindris, panjang 146 - 156 mm, berskala 0,1 ml, 

sesampai  kesalahan pembacaan tidak lebih besar dari 0,05 

ml untuk volume yang ditunjukkan. Sumber panas 

sebaiknya pemanas listrik dengan pengatur rheostat atau 

tangas minyak. Bagian atas labu dan tabung penghubung 

dapat diisolasi dengan asbes.  

Bersihkan tabung penerima dan pendingin dengan 

campuran pencuci asam kromat, bilas sampai bersih 

dengan air, dan keringkan dalam oven. Siapkan toluena 

yang akan dipakai  dengan mula-mula mengocok 

dengan beberapa  kecil air, pisahkan kelebihan air dan 

destilasi toluena. 

     

procedure  Masukkan ke dalam labu kering beberapa  zat 

yang ditimbang saksama sampai paling dekat dengan 

sentigram yang diperkirakan menghasilkan 2 - 4 ml air. 

Bila zat dalam bentuk pasta, timbang dalam wadah 

lemberan logam dengan ukuran yang dapat melewati 

leher labu. Bila zat dapat menimbulkan gejolak, 

tambahkan dalam jumlah cukup pasir yang telah dicuci 

dan kering untuk menutup dasar labu, atau beberapa  

tabung kapiler untuk penentuan suhu lebur dengan 

panjang lebih kurang 100 mm, yang dileburkan pada 

bagian ujung atas. Masukkan lebih kurang 200 ml toluena 

P ke dalam labu, hubungkan alat, dan isi tabung penerima 

E dengan toluena yang dituangkan melalui puncak 

pendingin. Panaskan labu perlahan-lahan selama 15 menit 

dan bila toluena mulai mendidih, suling dengan kecepatan 

lebih kurang 2 tetes per detik sampai sebagian besar air 

tersuling. lalu  naikkan kecepatan penyulingan 

sampai  lebih kurang 4 tetes per detik. Bila semua air 

tersuling, bilas bagian dalam tabung kondensor dengan 

toluena, sambil menyikat tabung kondensor dengan sikat 

tabung yang dilekatkan pada kawat tembaga dan 

dijenuhkan dengan toluena. Lanjutkan penyulingan 

selama 5 menit, lalu hentikan pemanasan dan dinginkan 

sampai suhu kamar. Bila ada tetesan air menempel pada 

dinding tabung penerima, lepaskan dengan sikat yang 

terdiri atas karet yang diikatkan pada kawat tembaga dan 

dibasahi dengan toluena. Bila air dan toluena memisah 

sempurna, baca volume air, dan hitung persentase yang 

ada dalam zat. 

 

METODE III (GRAVIMETRI) 

 

procedure  untuk Bahan Kimia Lakukan seperti tertera 

pada masing-masing monografi, siapkan zat seperti 

tertera pada Penetapan Susut Pengeringan <1121>. 

     

procedure  untuk Bahan Biologis Lakukan seperti tertera 

pada masing-masing monografi. 

     

procedure  untuk Obat Tanaman Masukkan lebih kurang 

10 g zat, yang disiapkan seperti tertera pada Pengambilan 

Contoh dan Metode analisa  Simplisia <671> dan 

timbang saksama dalam wadah yang telah ditara. 

Keringkan pada suhu 1050 selama 5 jam, dan timbang. 

Lanjutkan pengeringan dan timbang pada selang waktu 1 

jam sampai perbedaan antara dua penimbangan berturut-

turut tidak lebih dari 0,25%. 

 

 

PENETAPAN KADAR ETANOL <1041> 

 

Metode I Cara Destilasi 

 

    Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing 

monografi, lakukan penetapan dengan Metode I. Cara ini 

sesuai untuk penetapan sebagian besar ekstrak cair dan 

tingtura asalkan kapasitas labu destilasi cukup (biasanya  

2 sampai   4 kali volume cairan yang akan dipanaskan) dan 

kecepatan destilasi diatur sedemikian sesampai  diperoleh 

destilat yang jernih. Destilat yang keruh dapat dijernihkan 

dengan pengocokan memakai  talk P atau kalsium 

karbonat P, dan saring, sesudah  itu suhu filtrat diatur dan 

kandungan etanol ditetapkan dari bobot jenis. Lakukan 

semua pekerjaan dengan hati-hati untuk mengurangi 

kehilangan etanol oleh penguapan.  

    Untuk mencegah buih yang mengganggu dalam cairan 

selama destilasi, tambahkan asam kuat seperti asam fosfat P, 

asam sulfat P atau asam tanat P atau cegah dengan 

penambahan larutan kalsium klorida P sedikit berlebih, 

atau sedikit parafin P atau minyak silikon sebelum destilasi. 

    Cegah gejolak selama destilasi dengan penambahan 

keping-keping berpori dari bahan yang tidak larut seperti 

silikon karbida P, atau manik-manik. 

    Cara untuk cairan yang diperkirakan mengandung 

etanol 30% atau kurang Pipet tidak kurang dari 25 ml 

cairan uji ke dalam alat destilasi yang sesuai, catat suhu 

pada pemipetan. Tambahkan air volume yang sama, 

destilasi sampai  diperoleh destilat lebih kurang 2 ml lebih 

kecil dari volume cairan uji yang dipipet. Atur suhu 

destilat sampai  sama dengan suhu pada waktu pemipetan. 

Tambahkan air secukupnya sampai  volume sama dengan 

volume cairan uji. Destilat jernih atau keruh lemah dan 

hanya mengandung lebih dari sesepora sisa zat mudah 

menguap lainnya. Tetapkan bobot jenis cairan pada suhu 

250C seperti tertera pada Penetapan Bobot Jenis <981>. 

Hitung presentase dalam volume, dari C2H5OH dalam 

cairan memakai  Tabel Bobot Jenis dan Kadar 

Etanol. 

- 1561 -

 

 

 

 

 

 

    Cara untuk cairan yang diperkirakan mengandung 

etanol lebih dari 30 % Lakukan menurut cara diatas, 

kecuali pakailah  cairan uji yang diencerkan dengan air 

lebih kurang dua kali volume cairan uji. Kumpulkan 

destilat sampai  lebih kurang 2 ml lebih kecil dari dua kali 

volume cairan uji yang dipipet, atur suhu sama dengan 

cairan uji. Tambahkan air secukupnya sampai  volume dua 

kali volume cairan uji yang dipipet, campur dan tetapkan 

bobot jenis. Kadar C2H5OH dalam volume destilat, sama 

dengan setengah kadar etanol dalam cairan. 

     

Asam Dan Basa Mudah Menguap Pada sediaan yang 

mengandung basa mudah menguap tambahkan asam 

sulfat encer P sampai  sedikit asam, sebelum didestilasi. 

Jika sediaan mengandung asam mudah menguap, buat 

sedikit basa dengan natrium hidroksida LP. 

     

Gliserin Pada cairan yang mengandung gliserin 

tambahkan air secukupnya sampai  sisa sesudah  didestilasi 

mengandung tidak kurang dari 50% air. 

     

Iodium Pada larutan yang mengandung iodium bebas, 

tambahkan serbuk zink P, sebelum didestilasi, atau 

hilangkan warna dengan penambahan larutan natrium 

tiosulfat P (1 dalam 10) secukupnya, dan beberapa tetes 

natrium hidroksida LP. 

     

Zat Mudah Menguap Lainnya Spirit, eliksir, tingtura 

dan sediaan sejenis yang mengandung beberapa  cukup 

banyak zat mudah menguap lain selain etanol, seperti 

minyak atsiri, kloroform, eter, kamfer dan lain-lain 

memerlukan penanganan khusus sebagai berikut: 

    Untuk cairan yang diperkirakan mengandung 50% 

etanol atau kurang Pipet 25 ml cairan uji ke dalam 

corong pisah, tambahkan air volume sama. Jenuhkan 

campuran dengan natrium klorida P, tambahkan 25 ml 

heksana P dan kocok untuk mengekstraksi zat mudah 

menguap lain yang mengganggu. Pisahkan lapisan bawah 

ke dalam corong pisah kedua. Ulangi ekstraksi dua kali, 

tiap kali dengan 25 ml heksana P. Ekstraksi kumpulan 

larutan heksana P tiga kali, tiap kali dengan 10 ml larutan 

jenuh natrium klorida P. Destilasi kumpulan larutan 

garam, tampung destilat sampai  beberapa  volume 

mendekati volume cairan uji semula. 

    Untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanol 

lebih dari 50%. Encerkan cairan uji dengan air sampai  

kadar etanol lebih kurang 25% lalu  lanjutkan 

menurut cara diatas mulai dari ”Jenuhkan campuran 

dengan natrium klorida P...”. 

    Jika hanya mengandung sedikit minyak atsiri dan hasil 

destilasi keruh, perlakuan dengan pelarut heksana P 

seperti di atas tidak dilakukan, destilat dapat dijernihkan 

dan dapat dipakai  untuk penetapan bobot jenis dengan 

mengocok dengan heksana P lebih kurang seperlima 

bagian volume atau dengan penyaringan melalui lapisan 

tipis talk. 

 

 

 

 

Metode II  Cara Kromatografi Gas 

 

    Metode Iia dipakai  jika Metode II dinyatakan dalam 

masing-masing monografi.  

 

Metode IIa 

Alat Kromatograf gas dilengkapi dengan detektor ionisasi 

nyala dan kolom kaca 4 mm x 1,8 m berisi tahap  diam S3 

dengan ukuran partikel 100  sampai  120 mesh. pakailah  

nitrogen P atau helium P sebagai gas pembawa. Sebelum 

dipakai , kondisikan kolom semalam pada suhu 235o, 

alirkan gas pembawa dengan laju alir lambat. Suhu kolom 

dipertahankan pada 120o, injektor dan detektor 

dipertahankan pada 210o. Atur laju alir gas pembawa dan 

suhu sesampai  baku internal asetonitril tereluasi dalam 

waktu 5 sampai  10 menit.  

     

Larutan  

    Larutan baku internal Encerkan 5,0 ml asetonitril P 

dengan air sampai  250,0 ml. 

    Larutan baku persediaan Encerkan 5,0 ml etanol 

mutlak P dengan air sampai  250,0 ml. 

    Larutan baku Pipet masing-masing 5 ml Larutan baku 

persediaan dan Larutan baku internal ke dalam labu 

tentukur 50 ml, encerkan dengan air sampai tanda.  

    Larutan uji persediaan Encerkan zat uji secara 

bertahap dengan air sampai  kadar etanol lebih kurang 2% 

v/v. 

    Larutan uji Pipet masing-masing 5 ml Larutan uji 

persediaan dan Larutan baku internal ke dalam labu 

tentukur 50 ml, encerkan dengan air sampai tanda.  

    procedure  Suntikkan secara terpisah masing-masing 2 

kali beberapa  volume sama (lebih kurang 5 μl) Larutan 

uji dan Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam 

kromatogram dan ukur perbandingan respons puncak. 

Hitung persentase etanol v/v dalam contoh dengan rumus: 

 

S

U

R

RCD  

 

C yaitu  kadar etanol mutlak, D yaitu  faktor 

pengenceran Larutan uji persediaan. RU dan RS berturut-

turut yaitu  perbandingan respons puncak dalam etanol 

terhadap baku internal dari Larutan uji dan Larutan baku 

.    

Uji kesesuaian sistem Pada kromatogram yang sesuai, 

faktor resolusi, R, tidak kurang dari 2; faktor ikutan 

puncak etanol tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku 

relatif perbandingan respons puncak etanol dan baku 

internal pada enam kali penyuntikan Larutan baku tidak 

lebih dari 2,0%. 

 

Metode II b  

 Alat Kromatograf gas dilengkapi dengan injektor split 

dengan perbandingan split  5 : 1, detektor ionisasi nyala 

dan kolom kapiler 30 m x 0,53 mm dilapisi tahap  diam 

G43 setebal 3,0 μm. pakailah  helium P sebagai gas 

pembawa dengan laju  linier 34,0 cm per detik. 

Kromatograf di program sebagai berikut:  suhu kolom 

- 1562 -

 

 

 

 

 

 

dipertahankan pada 50º selama 5 menit; lalu  suhu 

dinaikkan dengan kecepatan 10º per menit sampai  

mencapai 200º dan dipertahankan selama 4 menit. 

Pertahankan suhu port injektor pada 210º dan detektor 

pada 280º. 

 

Larutan  

    Larutan baku internal Encerkan 5,0 ml asetonitril P 

dengan air sampai  250,0 ml. 

    Larutan baku persediaan Encerkan 5,0 ml etanol 

mutlak P dengan air sampai  250,0 ml. 

    Larutan baku Pipet masing-masing 5 ml Larutan baku 

persediaan dan Larutan baku internal ke dalam labu 

tentukur 50 ml, encerkan dengan air sampai tanda.  

    Larutan uji persediaan Encerkan zat uji secara 

bertahap dengan air sampai  kadar etanol lebih kurang 2% 

v/v. 

    Larutan uji Pipet masing-masing 5 ml Larutan uji 

persediaan dan Larutan baku internal ke dalam labu 

tentukur 50 ml, encerkan dengan air sampai tanda. 

 

procedure  Suntikkan secara terpisah masing-masing 2 kali 

beberapa  volume sama (0,2 sampai  0,5 μl) Larutan uji 

dan Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam 

kromatogram dan ukur perbandingan respons puncak. 

Hitung persentase etanol v/v dalam contoh dengan rumus:   

 

S

U

R

RCD  

 

C yaitu  kadar etanol baku, D yaitu  faktor pengenceran 

volume Larutan uji persediaan. RU dan RS berturut-turut 

yaitu  perbandingan respons puncak dalam etanol 

terhadap baku internal dari Larutan uji dan Larutan baku. 

     

Uji kesesuaian sistem Pada kromatogram yang sesuai, 

faktor resolusi, R,  antara etanol dan larutan baku internal 

tidak kurang dari 4; faktor ikutan pada puncak etanol 

tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif 

perbandingan respons puncak etanol dan baku internal 

pada enam kali penyuntikan ulang Larutan baku tidak 

lebih dari 4,0%. 

 

 

PENETAPAN KEKENTALAN <1051> 

 

    Kekentalan yaitu  suatu sifat cairan yang berhubungan 

erat dengan hambatan untuk mengalir. Kekentalan 

didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan untuk 

menggerakkan secara berkesinambungan suatu 

permukaan datar melewati permukaan datar lain dalam 

kondisi mapan tertentu bila ruang diantara permukaan 

ini  diisi dengan cairan yang akan ditentukan 

kekentalannya. Kekentalan yaitu  tekanan geser dibagi 

laju tegangan geser. Satuan dasarnya yaitu poise; namun 

oleh sebab  kekentalan yang diukur biasanya  merupakan 

harga pecahan poise, maka lebih mudah dipakai  satuan 

dasar sentipoise (1 poise = 100 sentipoise). Penentuan 

suhu penting sebab  kekentalan berubah sesuai suhu; 

secara umum kekentalan menurun dengan naiknya suhu. 

Bila skala kekentalan mutlak diukur dalam poise atau 

sentipoise, maka untuk memudahkan biasanya  

dipakai  skala kinematik dalam stoke dan sentistoke    

(1 stoke = 100 sentistoke). Untuk memperoleh kekentalan 

kinematik dari kekentalan mutlak, kekentalan mutlak 

dibagi dengan kerapatan cairan pada temperatur yang 

sama; yaitu kekentalan kinematik = (kekentalan 

mutlak)/kerapatan. Ukuran satuan kekentalan dalam 

rentang normal dinyatakan dalam sentistoke. Perkiraan 

kekentalan dalam sentistoke pada suhu kamar, untuk eter 

0,2; air 1; minyak tanah 2,5; minyak mineral 20 - 70 dan 

madu, 10.000. 

    Kekentalan mutlak dapat diukur secara langsung jika 

dimensi alat pengukur diketahui dengan tepat, namun  

biasanya  pengukuran lebih praktis dilakukan dengan 

mengkalibrasi alat memakai  cairan yang diketahui 

kekentalannya, lalu  kekentalan cairan uji ditetapkan 

dengan membandingkan terhadap kekentalan cairan yang 

telah diketahui. 

    Banyak zat, seperti gom, yang dipakai  dalam bidang 

farmasi memiliki  kekentalan yang bervariasi, dan 

kebanyakan bersifat kurang menghambat aliran pada 

kecepatan aliran yang lebih tinggi. Pada keadaan ini, 

dipilih suatu kondisi pengukuran, dan pengukuran yang 

diperoleh dinyatakan sebagai kekentalan yang terukur. 

sebab  perubahan kondisi pengukuran akan 

menyebabkan perubahan nilai kekentalan terukur suatu 

zat, maka dimensi alat dan kondisi pengukuran harus 

diikuti dengan saksama. 

     

Pengukuran Kekentalan Metode yang umum dipakai  

untuk pengukuran kekentalan meliputi penetapan waktu 

yang dibutuhkan oleh beberapa  volume tertentu cairan 

untuk mengalir melalui kapiler. Banyak jenis 

viskosimeter tabung kapiler telah dirancang, namun  

viskosimeter Ostwald dan Ubbelohde yaitu  yang paling 

sering dipakai . Beberapa tipe dijelaskan dengan 

petunjuk pemakaian oleh Badan Standardisasi Nasional 

(BSN). Kekentalan minyak dinyatakan dalam skala 

arbitrasi yang dapat berbeda antara satu negara dengan 

negara lain, sebab  pemakaian  alat yang berbeda. Alat 

yang paling banyak dipakai  yaitu  Redwood nomor 1 

dan nomor 2, Engler, Saybolt Universal, dan Saybolt 

Furol. Tiap alat ini memakai  satuan arbitrasi menurut 

nama masing-masing alat. Suhu baku dipakai  untuk 

memudahkan pemakaian alat. Pada alat Saybolt, 

pengukuran biasanya  dilakukan pada suhu 100ºF dan 

210ºF; alat Redwood dapat dipakai  pada beberapa 

suhu sampai  250ºF; dan hasil yang diperoleh dengan alar 

Engler biasanya  pada 20ºC dan 50ºC. Jenis alat yang 

relatif mudah dan cepat yaitu  viskosimeter rotasi, yang 

memakai  gasing atau kumparan yang dicelupkan ke 

dalam zat uji, dan mengukur tahanan gerak dari bagian 

yang berputar. Tersedia kumparan yang berbeda untuk 

rentang kekentalan tertentu, dan biasanya  dilengkapi 

dengan beberapa kecepatan rotasi. Alat rotasi lain 

memiliki  gasing yang statis dan cawan berputar. 

Viskosimeter Brookfield, Rotouisco dan Stormer 

merupakan contoh alat gasing berputar dan MacMichael 

- 1563 -

 

 

 

 

 

 

merupakan contoh alat cawan berputar. Banyak alat rotasi 

lain dengan rancangan yang lebih canggih dilengkapi 

dengan alat khusus untuk pembacaan atau pencatatan dan 

dengan rentang kecepatan rotasi yang lebih luas. 

    Bila hanya diperlukan jenis alat tertentu, jenis alat ini 

akan tertera pada masing-masing monografi. 

    Untuk mengukur kekentalan, suhu zat uji yang diukur 

harus dikendalikan dengan tepat, sebab  perubahan suhu 

yang kecil dapat menyebabkan perubahan kekentalan 

yang berarti. Untuk pengukuran sediaan farmasi, suhu 

dipertahankan dalam batas lebih kurang 0,1º. 

 

procedure  untuk Turunan Selulosa Pengukuran 

kekentalan larutan metilselulosa jenis kekentalan tinggi 

merupakan hal khusus, sebab  larutan ini terlalu kental 

untuk viskosimeter biasa. Viskosimeter Ubbelohde dapat 

dipakai  untuk mengukur kekentalan larutan 

metilselulosa. 

 

Kalibrasi Viskosimeter Tipe Kapiler Tentukan 

konstanta viskosimeter, k, untuk setiap viskosimeter 

dengan memakai  minyak yang telah diketahui 

kekentalannya. 

    Viskosimeter Tipe Ostwald Isi tabung dengan beberapa  

tertentu minyak (atur suhu pada 20,0º±0,1º) sebagaimana 

dinyatakan oleh pabrik. Atur meniskus cairan dalam 

tabung kapiler sampai  garis graduasi teratas dengan 

bantuan tekanan atau pengisapan. Buka kedua tabung 

pengisi dan tabung kapiler agar cairan dapat mengalir 

bebas ke dalam wadah melawan tekanan atmosfer. 

[Catatan Kegagalan membuka salah satu tabung akan 

menyebabkan kesalahan pengamatan.] Catat waktu, 

dalam detik, yang diperlukan cairan untuk mengalir dari 

batas atas sampai  batas bawah dalam tabung kapiler. 

    Viskosimeter Tipe Ubbelohde Masukkan beberapa  

minyak ke dalam tabung pengisi, atur suhu pada 

20,0º±0,1º) dan pindahkan ke tabung kapiler dengan 

pengisapan perlahan, dan hati-hati untuk mencegah 

terbentuknya gelembung udara dalam cairan dengan 

menutup lubang tabung pengisi. Atur meniskus cairan 

dalam tabung kapiler sampai  garis graduasi teratas. Buka 

lubang udara dan tabung kapiler agar cairan dapat 

mengalir bebas ke dalam wadah melawan tekanan 

atmosfer. [Catatan Kegagalan membuka lubang tabung 

pengisi sebelum melepas tabung kapiler akan 

menyebabkan kesalahan pengamatan.] Catat waktu 

dalam detik, yang diperlukan cairan untuk mengalir dari 

batas atas sampai  batas bawah dalam tabung kapiler. 

 

Perhitungan 

    Hitung konstanta viskosimeter, k, dengan rumus: 

 

 

 

 

v yaitu  kekentalan cairan yang diketahui dalam 

sentipoise; d yaitu  bobot jenis cairan uji pada 20º/20º;    

t yaitu  waktu mengalir cairan dalam detik, dari batas 

atas sampai  batas bawah dalam tabung kapiler. 

    Jika viskosimeter diperbaiki, harus dikalibrasi ulang, 

sebab  perbaikan yang kecil seringkali menyebabkan 

perubahan bermakna pada konstanta, k. 

 

 

PENETAPAN PARTIKEL LOGAM DALAM 

SALEP MATA  <1061> 

 

    Uji berikut dirancang untuk membatasi jumlah dan 

ukuran partikel logam yang diperbolehkan dalam salep 

mata. 

     

procedure  Keluarkan sesempurna mungkin, isi 10 tube, 

masukkan masing-masing ke dalam cawan Petri terpisah 

ukuran 60 mm, alas datar, jernih dan bebas goresan. 

Tutup cawan, panaskan pada suhu 85º selama 2 jam, jika 

perlu naikkan suhu sedikit lebih tinggi sampai salep 

meleleh sempurna. Dengan menjaga kemungkinan 

terjadinya gangguan terhadap massa yang meleleh, 

biarkan masing-masing mencapai suhu kamar dan 

membeku. 

    Angkat tutup, balikkan cawan Petri sesampai  berada di 

bawah mikroskop yang sesuai untuk pembesaran 30 kali 

yang dilengkapi dengan mikrometer pengukur dan 

dikalibrasi pada perbesaran yang dipakai . Selain 

sumber cahaya biasa, arahkan iluminator dari atas salep 

dengan sudut 45º. Amati partikel logam pada seluruh 

dasar cawan Petri. Variasikan intensitas iluminator dari 

atas sesampai  memungkinkan partikel logam dapat 

dikenali dari refleksi karakteristik cahaya. 

    Hitung jumlah partikel logam yang berukuran 50 μm 

atau lebih besar pada setiap dimensi: persyaratan 

dipenuhi jika jumlah partikel dari 10 tube tidak lebih dari 

50 partikel dan jika tidak lebih dari 1 tube mengandung   

8 partikel. Jika persyaratan tidak dipenuhi, ulangi uji 

dengan penambahan 20 tube lagi: persyaratan dipenuhi 

jika jumlah partikel logam yang berukuran 50 μm atau 

lebih besar pada tiap dimensi dari 30 tube tidak lebih dari 

150 partikel dan jika tidak lebih dari 3 tube masing-

masing mengandung 8 partikel. 

 

 

PENETAPAN pH <1071> 

 

Harga pH yaitu  harga yang diberikan oleh alat 

potensiometrik (pH meter) yang sesuai, yang telah 

dibakukan sebagaimana mestinya, yang mampu 

mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH memakai  

elektrode indikator yang peka, elektroda kaca, dan 

elektrode pembanding yang sesuai.  

    Alat harus mampu menunjukan potensial dari pasangan 

elektrode dan untuk pembakuan pH memakai  

potensial yang dapat diukur oleh sirkuit dengan 

memakai  “pembakuan nol”, ”asimetri”, atau 

“kalibrasi” dan harus mampu mengontrol perubahan 

dalam milivolt per perubahan unit pada pembacaan pH 

melalui kendali “suhu” dan/ atau kemiringan. Pengukuran 

dilakukan pada suhu 25º±2°, kecuali dinyatakan lain 

dt

vk =

- 1564 -

 

 

 

 

 

 

dalam masing-masing monografi. Skala pH ditetapkan 

dengan persamaan sebagai berikut: 

 

( )

k

EE

pHpH s

s +=  

 

E dan Es berturut-turut yaitu  potensial terukur dengan 

sel galvanic berisi larutan uji, dinyatakan sebagai pH dan 

Larutan dapar untuk pembakuan yang tepat, dinyatakan 

sebagai pHs; harga k yaitu  perubahan dalam potensial 

per perubahan  unit dalam pH, dan secara teoritis sebesar 

{0,05916 + 0,000198 (t – 25)} volt pada suhu t. 

 

    Perlu ditekankan disini bahwa definisi pH, skala pH, 

dan harga yang ditunjukkan oleh Larutan dapar untuk 

pembakuan ditujukan untuk memperoleh sistem 

operasional yang praktis, sesampai  hasil dapat 

dibandingkan antar laboratorium. Harga pH yang diukur 

disini tidak persis sama dengan yang diperoleh dengan 

definisi klasik, bahwa pH = - [log H+(dalam air)]. Jika pH 

larutan yang diukur memiliki  komposisi yang cukup 

mirip dengan larutan dapar yang dipakai  untuk 

pembakuan, pH yang diukur mendekati pH teoritis. 

Meskipun tidak ditegaskan hubungan pengukuran 

kesesuaian sistem untuk aktivitas ion hidrogen dalam 

larutan air. 

    Jika pH meter dibakukan memakai  larutan dapar 

dalam air, lalu  dipakai  untuk mengukur “pH” 

larutan atau suspensi dalam pelarut bukan air, maka 

tetapan pengionan dari asam atau basa, tetapan dielektrik 

dari medium, potensial sambungan cairan (yang dapat 

memberi  kesalahan lebih kurang 1 unit pH), dan 

respons ion hidrogen dari elektrode kaca, semua akan 

berubah. Oleh sebab  itu, harga yang diperoleh dengan 

larutan yang sifatnya hanya mengandung sebagian air, 

dapat dianggap hanya sebagai harga pH.  

 

Larutan Dapar untuk Pembakuan pH Meter 

    Larutan dapar untuk pembakuan Buat menurut 

petunjuk sesuai Tabel. Simpan dalam wadah tahan bahan 

kimia, tertutup rapat, sebaiknya dari kaca Tipe I atau 

botol polietilen dengan tutup rapat atau tabung yang 

menyerap karbon dioksida (kaca soda). Larutan segar 

sebaiknya dibuat dengan dengan interval tidak lebih dari 

3 bulan memakai  air bebas karbon dioksida. Tabel 

berikut menunjukan pH dari larutan dapar sebagai fungsi 

dari suhu. Petunjuk ini dipakai  untuk pembuatan 

larutan dapar dengan kadar molal sebagaimana 

disebutkan. Untuk  memudahkan, petunjuk diberikan 

dengan pengenceran sampai  volume 1000 ml g pelarut 

yang merupakan dasar sistem molalitas dari kadar larutan. 

Jumlah yang disebutkan tidak dapat secara sederhana 

diperhitungkan tanpa informasi tambahan. 

    Kalium tetraoksalat 0,05 m Larutkan 12,61 g 

KH3(C2O4)22H2O dalam air sampai  1000 ml. 

    Kalium biftalat 0,05 m Larutkan 10,12 g KHC8H4O4, 

yang telah dikeringkan pada suhu 110° selama 1 jam, 

dalam air sampai  1000 ml. 

    Ekuimolal fosfat 0,05 m Larutkan 3,53 g Na2HPO4 dan 

3,39 g KH2PO4, masing-masing telah dikeringkan pada 

suhu 120° selama 2 jam, dalam air sampai  1000 ml. 

    Natrium tetraborat 0,01 m Larutkan 3,80 g 

Na2B4O7.10H2O dalam air sampai  1000 ml. Lindungi dari 

penyerapan karbon dioksida. 

    Kalium hidroksida jenuh pada suhu 25° Kocok kalium 

hidroksida P berlebih dengan air dan enap tuangkan pada 

suhu 25° sebelum dipakai . Lindungi dari  penyerapan 

karbon dioksida.  

    sebab  adanya variasi dalam sifat maupun cara kerja 

pH meter, tidak praktis untuk memberi  petunjuk yang 

dapat diterapkan secara umum untuk penetapan pH secara 

potensiometrik. Prinsip umum yang harus diikuti dalam 

melakukan petunjuk yang ada  pada masing-masing 

alat oleh pabrik yang akan diuraikan pada paragraf 

berikut. Sebelum dipakai , periksa elektrode, dan 

jembatan garam jika ada. Jika perlu, isi lagi larutan 

jembatan garam dan perhatikan petunjuk lain yang 

diberikan oleh pabrik alat atau pabrik elektrode. Untuk 

pembakuan pH meter, pilih 2 Larutan dapar untuk 

pembakuan yang memiliki  perbedaan pH tidak lebih 

dari 4 unit dan sedemikian rupa sesampai  pH larutan uji 

diharapkan terletak diantaranya. Isi sel dengan salah satu 

Larutan dapar untuk pembakuan pada suhu yang larutan 

ujinya akan diukur. Pasang kendali pada suhu larutan, dan 

atur kontrol kalibrasi untuk membuat pH identik dengan 

yang tercantum pada Tabel. Bilas elektrode dan sel 

beberapa kali dengan Larutan dapar untuk pembakuan 

yang kedua, lalu  isi sel dengan larutan ini  

pada suhu yang sama dengan larutan uji. pH dari larutan 

dapar kedua ±0,07 unit pH dari harga yang tertera dalam 

Tabel. Jika penyimpangan terlihat lebih besar, periksa 

elektrode dan jika ada  kesalahan, supaya diganti. 

Atur “kemiringan” atau “suhu” sampai  pH sesuai dengan 

yang tertera dalam Tabel. Ulangi pembakuan sampai  

kedua Larutan dapar untuk pembakuan memberi  

harga pH tidak lebih 0,02 unit pH dari harga yang tertera 

dalam Tabel, tanpa pengaturan lebih lanjut dari 

pengendali. Jika sistem telah berfungsi dengan baik, bilas 

elektrode dan sel beberapa kali dengan larutan uji, isi sel 

dengan sedikit larutan uji dan baca harga pH. pakailah  

air bebas karbon dioksida P untuk pelarutan atau 

pengenceran larutan uji pada penetapan pH. Pada semua 

pengukuran pH, diperlukan waktu yang cukup untuk 

mencapai kestabilan. Jika hanya diperlukan harga pH 

perkiraan dapat dipakai  indikator dan kertas indikator. 

Untuk pemilihan dapar dan komposisi Larutan dapar 

untuk pembakuan seperti tertera pada uji dan penetapan 

kadar dalam kompendia (lihat Larutan dapar pada 

Pereaksi, indikator dan Larutan). 

 

 

 

 

- 1565 -

 

 

 

 

 

 

Harga pH Larutan Dapar untuk Pembakuan 

Suhu °C Kalium tetraoksalat 

0,05 m 

Kalium biftalat 

0,05 m 

Ekimolal fosfat 

0,05 m 

Natrium tetraborat   

0,01 m 

Kalsium 

hidroksida jenuh 

pada suhu 25° C 

10 

15 

20 

25 

30 

35 

40 

45 

50 

55 

60 

1,67 

1,67 

1,68 

1,68 

1,68 

1,69 

1,69 

1,70 

1,71 

1,72 

1,72 

4,00 

4,00 

4,00 

4,01 

4,02 

4,02 

4,04 

4,05 

4,06 

4,08 

4,09 

6,92 

6,90 

6,88 

6,86 

6,85 

6,84 

6,84 

6,83 

6,83 

6,83 

6,84 

9,33 

9,28 

9,23 

9,18 

9,14 

9,10 

9,07 

9,04 

9,01 

8,99 

8,96 

13,00 

12,81 

12,63 

12,45 

12,29 

12,13 

11,98 

11,84 

11,71 

11,57 

11,45 

 

MIKROSKOPI OPTIK <1076> 

 

Mikroskopi optik dapat dipakai  untuk penetapan 

sifat partikel, biasanya  partikel dengan ukuran 1 μm dan 

lebih besar. Mikroskopi optik untuk penetapan sifat-sifat 

partikel dapat dipakai  untuk partikel dengan ukuran     

1 μm dan lebih besar. Batas kemampuan terendah 

ditentukan oleh kemampuan pemisahan dari  mikroskop 

untuk menghasilkan gambaran-gambaran terpisah dari 

benda-benda yang berdekatan. Batas atas kurang 

terdefinisi dan ditetapkan dengan peningkatan kesulitan 

penggabungan sifat partikel yang besar. Banyak cara 

tersedia untuk penetapan sifat-sifat partikel diluar rentang 

kemampuan mikroskopi optik. Mikroskopi optik 

khususnya dipakai  untuk penetapan partikel yang tidak 

bulat. Metode ini dapat juga dipakai sebagai dasar untuk 

kalibrasi yang lebih cepat dan pengembangan metode 

rutin. 

 

Alat pakailah  mikroskop yang stabil dan terlindung 

dari getaran. Perbesaran mikroskop  (untuk perbesaran 

objek, okuler dan komponen tambahan) harus cukup 

untuk menetapkan partikel terkecil dalam contoh. Ukuran 

celah terbesar dari objektif harus dicari untuk tiap rentang 

perbesaran. Penyaring polarisasi dapat dipakai  

bersama-sama dengan alat analisa yang sesuai dan 

lempeng retardasi. Penyaring warna dengan spektra 

transmisi yang relatif sempit harus dipakai  dengan 

objektif akromatis, lebih baik dengan apokromat, dan 

dipersyaratkan untuk penafsiran warna yang sesuai pada 

fotomikrografi. Kondensor mengoreksi sekurang-

kurangnya penyimpangan bulat harus dipakai  pada 

meja mikroskop dan dengan lampu. Ukuran celah dari 

meja kondensor harus sesuai objektif dibawah kondisi 

pemakaian  dan dipengaruhi oleh celah aktual dari 

diafragma kondensor dan adanya pemakaian  minyak 

imersi. Ketelitian garis sejajar. 

 

Pengaturan Penting untuk dilakukan penyelarasan 

seluruh elemen sistem optik dan pemfokusan (focusing) 

yang sesuai. Fokus bagian yang akan diperiksa sesuai 

dengan persyaratan yang direkomendasikan oleh pabrik 

mikroskop. Kesejajaran aksial kritis direkomendasikan. 

Pencahayaan Persyaratan pencahayaan yang baik 

yaitu  seragam dan intensitas yang dapat diatur dengan 

lampu yang di atas bidang pengamatan; lebih baik dengan 

pencahayaan Kohler. Dengan partikel berwarna, pilih 

warna penyaring yang dipakai  sesampai  dapat 

mengontrol kontras dan rincian bayangan . 

 

Karakterisasi visual Perbesaran dan ukuran celah 

harus cukup tinggi untuk memungkinkan resolusi 

bayangan yang cukup sifat dari partikel. Tetapkan 

perbesaran aktual memakai  mikrometer yang telah 

dikalibrasi untuk mengkalibrasi mikrometer okuler. 

Kesalahan dapat diminimalkan jika perbesaran cukup 

untuk membentuk bayangan partikel sekurang-kurangnya 

10 bagian okuler. Tiap Objektif harus dikalibrasi terpisah. 

Untuk mengkalibrasi skala okuler, skala mikrometer  

meja dan skala okuler harus sejajar. Dengan cara ini, 

dapat dibuat penetapan yang tiap jarak bagian meja 

okuler. Beberapa perbedaan perbesaran diperlukan untuk 

menetapkan sifat bahan yang memiliki  distribusi 

ukuran partikel yang lebar. 

 

Karakterisasi fotografi Jika ukuran partikel 

ditetapkan dengan metode fotografi, hati-hati untuk 

memastikan objek terfokus tajam pada emulsi fotografi 

yang datar. Tetapkan perbesaran aktual dengan 

pemotretan mikrometer meja yang telah dikalibrasi 

memakai  film fotografi dengan kecepatan yang 

cukup, kemampuan alat optik untuk menghasilkan 

gambaran-gambaran terpisah dari benda-benda yang 

berdekatan dan kontras. Penyinaran dan proses harus 

identik untuk contoh dan penetapan perbesaran. 

Bayangan fotografi dengan ulkuran yang jelas 

dipengaruhi oleh proses penyinaran, pengembangan, dan 

pencetakan dan oleh kemampuan mikroskop untuk 

menghasilkan gambaran-gambaran terpisah dari benda-

benda yang berdekatan.   

 

Penyiapan fiksasi Media fiksasi bervariasi 

tergantung pada sifat fisik contoh. Kontras antara contoh 

dan media fiksasi cukup tapi tidak berlebihan, diperlukan 

untuk memastikan dari tepi contoh. Partikel harus 

ditempatkan pada satu tempat dan terdispersi secara 

memadai untuk membedakan partikel individu yang 

- 1566 -

 

 

 

 

 

 

diinginkan. Selanjutnya, partikel harus mewakili 

distribusi ukuran dalam bahan dan tidak boleh digantikan 

selama penyiapan fiksasi. Pastikan persyaratan penting 

ini dipenuhi. Pemilihan media fiksasi harus 

memperhatikan kelarutan analit.  

Karakterisasi sifat hablur - Sifat hablur  dari material 

harus dikarakterisasi untuk menetapkan kesesuaian 

persyaratan sifat hablur yang dicantumkan pada masing-

masing monografi. Jika tidak dinyatakan lain dalam 

monografi, fiksasi beberapa partikel contoh dalam 

minyak mineral pada kaca objek bersih. Amati campuran 

memakai  mikroskop polarisasi: partikel yang 

menampilkan  warna pengganggu dan bagian yang tidak 

terlihat jika perbesaran mikroskop diubah.   

  

Uji Batas Ukuran Partikel secara Mikroskopi 

Timbang beberapa  serbuk untuk ditentukan (misalnya   

10 – 100 mg) dan suspensikan ke dalam 10 ml dalam 

media yang sesuai yang tidak melarutkan zat uji,  jika 

perlu tambahkan bahan pembasah. Suspensi partikel yang 

homogen dipertahankan dengan mensuspensikan partikel 

ke dalam media yang sama atau memiliki  densitas 

yang sesuai dan dengan pengadukan yang cukup. 

Masukkan beberapa  suspensi homogen ke dalam sel 

penghitung yang sesuai dan amati di bawah mikroskop 

pada bidang yang sesuai dengan tidak kurang dari 10 g 

serbuk yang diamati. Hitung semua partikel yang 

memiliki  dimensi maksimum lebih besar dari batas 

ukuran yang tercantum. Batas ukuran dan jumlah partikel 

yang melebihi yang masih diperbolehkan  ditetapkan 

untuk masing-masing bahan. 

 

Karakteristik ukuran partikel Pengukuran 

berbagai ukuran partikel dalam kompleksitas tergantung 

pada bentuk partikel dan jumlah partikel yang 

dikarakterisasi harus cukup untuk memastikan batas 

penerimaan ketidaksesuaian pada parameter yang diukur.  

Informasi tambahan pada pengukuran ukuran partikel, 

ukuran sampel, dan data analisa  tersedia, sebagai contoh 

dalam ISO 9276. Untuk partikel bulat, ukuran ditetapkan 

dengan diameter. Untuk partikel tidak beraturan, 

penetapan ukuran partikelnya bervariasi. Secara umum, 

untuk partikel yang bentuknya tidak beraturan, 

karakterisasi ukuran partikel harus mencakup informasi 

pada tipe  juga diameter yang diukur seperti pada partikel 

bulat. Beberapa pengukuran yang umum dipakai  untuk 

ukuran partikel didefinisikan sebagai berikut (lihat gambar 1) 

Diameter Feret Jarak antara garis sejajar imajiner 

yang bersinggungan dengan partikel yang tidak beraturan 

dan tegak lurus pada  skala okuler.   

Diameter Martin Diameter partikel pada titik 

pembagi partikel yang tidak beraturan menjadi dua 

daerah proyeksi yang sama. 

Diameter daerah Proyeksi Diameter lingkaran yang 

memiliki  daerah proyeksi yang sama dengan partikel. 

Panjang Dimensi terpanjang dari ujung ke ujung 

partikel yang sejajar dengan skala okuler. 

Lebar Dimensi terpanjang dari pertikel diukur pada 

sudut siku-siku ke panjang. 

           

 

Karakterisasi Bentuk Partikel Untuk bentuk 

partikel yang tidak beraturan, karakterisasi ukuran 

partikel harus mencakup informasi bentuk partikel. 

Homogenitas serbuk harus diperiksa memakai  

perbesaran yang sesuai. Beberapa definisi berikut umum 

dipakai  untuk  menggambarkan bentuk partikel (lihat 

gambar 2) 

Acicular – Bentuk silinder, 

partikel seperti jarum dengan lebar 

dan ketebalan yang serupa. 

 

 

Columnar (kolom) – Partikel 

panjang, tipis dengan lebar dan  

ketebalan yang lebih besar dari 

partiker acicular. 

 

 

Flake (serpih) – Partikel tipis, rata, 

yang lebar dan panjangnya serupa. 

       

 

    Plate (Lempeng) – Partikel rata, 

dengan panjang dan lebar yang 

serupa namun  lebih tebal dari flake.  

 

 

    Lath (bilah) – Partikel panjang, 

tipis dan menyerupai pisau. 

 

   

Equant – Partikel yang panjang, 

lebar dan ketebalannya serupa; termasuk 

partikel yang berbentuk kubus dan bulat.  

 

 

Pengamatan Umum Partikel secara umum yaitu  

unit terpisah yang paling kecil. Partikel bisa berupa 

tetesan cairan atau setengah padat; hablur tunggal atau 

polihablur; amorf, atau agglomerat. Partikel dapat 

digabungkan. Derajat penggabungan ini dapat 

dideskripsikan sebagai berikut 

Lamellar-Tumpukan lempeng 

Aggregate-massa partikel yang melekat  

Agglomerate/tumpukan-partikel yang bergabung atau 

menyatu 

Conglomerate-Campuran dari dua atau lebih tipe partikel 

panjang 

lebar 

Diameter martin

Diameter feret

Diameter proyeksi 

Intersep horizontal 

maksimum

- 1567 -

 

 

 

 

 

 

Spherulite-bola-bola kecil-Kelompok partikel berbentuk 

radial 

       Kondisi partikel digambarkan sebagai bentuk : 

Drusy-Partikel yang terbungkus partikel sangat kecil. 

Edges-Bersudut, bulat, halus tajam, patahan. 

Optikal-warna (memakai  penyaring warna yang 

seimbang), transparan, jernih tidak tembus cahaya. 

Defect-Penghambatan, pemasukan 

Karakteristik permukaan digambarkan sebagai berikut: 

Cracked/ retak-Terbelah sebagian, patah, atau retak. 

Smooth-Bebas dari ketidakberaturan, kekasaran atau 

tonjolan. 

Porous-memiliki  lubang atau berongga. 

Rough/kasar-berlubang-lubang, tidak rata, tidak halus. 

Piited/ berlubang-Lekukan kecil.    

 

 

PENETAPAN ROTASI OPTIK <1081> 

 

Banyak bahan obat bersifat optik aktif dalam 

pengertian dapat memutar bidang cahaya terpolarisasi 

yang datang, sesampai  bidang cahaya yang ditransmisi 

membentuk sudut yang terukur terhadap bidang cahaya 

datang. Sifat ini khas untuk beberapa hablur dan banyak 

cairan atau larutan obat. Sifat yang dimiliki oleh cairan 

atau zat terlarut itu biasanya  disebabkan oleh 

keberadaan satu atau lebih pusat asimetri, biasanya atom 

karbon dengan empat substituen yang berbeda. Jumlah 

isomer optik yaitu  2n; n yaitu  jumlah pusat asimetri. 

Polarimetri, yaitu pengukuran rotasi optik, dari bahan 

obat merupakan satu-satunya cara yang mudah untuk 

membedakan isomer-isomer aktif optik, sesampai  

merupakan penanda yang penting untuk identitas dan 

kemurnian. 

    Senyawa yang memperlihatkan kekuatan memutar 

bidang optik yaitu  senyawa khiral. Senyawa yang 

memutar bidang cahaya sesuai arah jarum jam dilihat ke 

arah sumber cahaya, bersifat dekstrorotatori atau isomer 

optik (+). Senyawa yang memutar bidang cahaya 

berlawanan dengan arah jarum jam disebut levorotatori 

atau isomer optik (-). (Simbol d- dan l- yang sebelumnya 

dipakai  untuk menampilkan  isomer dekstrorotatori 

dan levorotatori, tidak lagi dipakai  sebab  mirip 

dengan D- dan L- yang mengacu kepada konfigurasi                              

D-gliseraldehida. Simbol R dan S,  dan  juga 

dipakai  untuk mengindikasikan konfigurasi, 

pengaturan atom atau grup atom di dalam ruang). 

Sifat fisikokimia dari senyawa-senyawa khiral yang 

tidak setangkup yang memutar bidang cahaya 

terpolarisasi ke arah berlawanan dengan besaran yang 

sama, enansiomer, yaitu  identik, kecuali untuk sifat 

rotasi optiknya dan reaksinya dengan senyawa khiral 

lainnya. Enansiomer sering menampilkan  perbedaan yang 

mendalam dalam farmakologi dan toksikologi, sesuai 

dengan fakta bahwa reseptor biologi dan enzim yaitu  

khiral. Banyak bahan alam, seperti asam amino, protein, 

alkaloid, antibiotik, glikosida, dan gula berada dalam 

bentuk senyawa khiral. Sintesis senyawa ini  dari 

senyawa nonkhiral menghasilkan jumlah yang setara 

yaitu rasemat. Rasemat tidak menampilkan  rotasi optik, 

dan sifat fisikanya berbeda dari sifat enansiomer-

enansiomer penyusunnya. Metode sintesis stereoselektif 

atau stereospesifik atau pemisahan  campuran rasemat 

dapat dipakai  untuk mendapatkan isomer optik 

tunggal. 

Pengukuran rotasi optik dilakukan memakai  

polarimeter yang telah dikalibrasi. Persamaan umum 

yang dipakai  dalam polarimetri yaitu : 

 

[ ]

lc

at 100

=  

                                 

[ ] yaitu  rotasi jenis pada panjang gelombang ,             

t yaitu  suhu, a yaitu  rotasi yang diamati dalam satuan 

derajat (°), l yaitu  panjang tabung polarimeter dalam 

desimeter, dan c yaitu  kadar analit dalam g per 100 ml. 

Dengan demikian, [ ] yaitu  nilai pengukuran dikali 100, 

dalam derajat (°), untuk larutan mengandung 1 g per 100 

ml, diukur memakai  sel dengan panjang 1.0 

desimeter dibawah kondisi yang ditetapkan pada panjang 

gelombang cahaya dan suhu tertentu. Untuk beberapa 

bahan Farmakope, khususnya cairan seperti minyak 

esensial, persyaratan rotasi optik dinyatakan dalam istilah 

rotasi yang diamati, a, ditetapkan dibawah kondisi seperti 

yang dinyatakan dalam monografi. Rotasi jenis untuk 

cairan ini  dapat dihitung sebagai berikut: 

 

[ ]

ld

at =

 

 

d yaitu  bobot jenis cairan pada suhu pengamatan. 

    Menurut sejarah, polarimetri dilakukan memakai  

instrumen dimana besarnya rotasi optik diperkirakan 

melalui penyesuaian visual dari intensitas bidang 

berbelah. Oleh sebab nya, paling sering dipakai  garis 

–D lampu natrium pada panjang gelombang cahaya 

tampak 589 nm. Rotasi jenis yang ditetapkan pada garis-

D dinyatakan dengan simbol:  

 

  [ ]25  atau [ ]20    

       D                        D   

 

dan banyak data yang tersedia dinyatakan dalam bentuk 

ini. pemakaian  panjang gelombang yang lebih rendah, 

seperti pada lampu merkuri yang dipisahkan 

memakai  penyaring dengan transmitan maksimum 

pada kira-kira 578, 546, 436, 405, dan 365 nm dalam 

polarimeter fotoelektrik, ternyata lebih menguntungkan  

dalam hal kepekaan sesampai  dapat menurunkan kadar 

senyawa uji. Secara umum, pengamatan rotasi optik pada 

panjang gelombang 436 nm yaitu  dua kalinya dan pada 

365 nm yaitu  tiga kalinya dibandingkan pada 589 nm. 

Pengurangan kadar zat terlarut yang dibutuhkan untuk 

penetapan kadang-kadang dicapai dengan konversi 

senyawa itu menjadi senyawa yang rotasi optiknya lebih 

tinggi secara menonjol . Rotasi optik juga dipengaruhi 

- 1568 -

 

 

 

 

 

 

pelarut yang dipakai  dalam pengukuran, dan hal ini 

harus ditetapkan. 

    Sekarang lazim memakai  sumber cahaya lain 

seperti xenon atau tungsten halogen, dengan penyaring 

yang sesuai, sebab  hal ini akan memberi  keuntungan 

biaya, umur alat, dan rentang lebar panjang gelombang 

emisi, dibanding dengan sumber cahaya tradisional. 

     

Rotasi jenis Acuan rotasi jenis di dalam monografi 

menyatakan bahwa rotasi jenis dihitung dari rotasi optik 

hasil pengamatan dalam Larutan Uji. Kecuali dinyatakan 

lain, pengukuran rotasi optik dilakukan pada 589 nm pada 

25°. Jika dipakai  polarimeter fotoelektrik, maka 

pengukuran tunggal harus dikoreksi terhadap larutan 

blangko. Jika dipakai  polarimeter visual, harus diambil 

rata-rata tidak kurang dari lima kali penetapan, dan 

koreksi pembacaan dilakukan dengan larutan blangko 

memakai  tabung yang sama. Pada larutan ataupun 

cairan uji, suhu harus dipertahankan dalam rentang 0,5° 

dari nilai yang ditetapkan. Sel untuk larutan uji dan 

blangko harus sama. Perlakuan pada tiap sel harus 

dipertahankan sama pada setiap kali pembacaan.  

Tempatkan sel sedemikian rupa sesampai  cahaya 

melewatinya dengan arah yang sama setiap saat. Kecuali 

dinyatakan lain, rotasi jenis dihitung terhadap zat yang 

dikeringkan menurut Penetapan Susut Pengeringan 

seperti tertera pada monografi atau dihitung terhadap zat 

anhidrat bila dilakukan Penetapan Kadar Air.  

    Rotasi optik dari larutan harus ditentukan dalam waktu 

30 menit sesudah  pembuatan. Dalam hal senyawa 

diketahui mengalami rasemisasi atau mutarotasi, 

perhatian harus diberikan untuk membakukan waktu 

antara penambahan zat terlarut ke dalam pelarut dan 

penempatan larutan ke dalam tabung polarimeter.  

     

Sudut rotasi (rotation angular) Acuan sudut rotasi dalam 

monografi, kecuali dinyatakan lain, yaitu  rotasi optik 

dari cairan yang ditetapkan memakai  tabung 1,0 dm 

pada 589 nm dan suhu 25°, dan dikoreksi terhadap 

pembacaan memakai  tabung kosong dan kering. 

 

 

PENETAPAN SIFAT HABLUR <1091> 

 

    Pengujian ini dipakai  untuk memenuhi persyaratan 

sifat hablur yang tertera pada masing-masing monografi 

bahan obat. 

    procedure  procedure  uji seperti tertera pada Mikroskop 

Optik <1076> 

 

 

PENETAPAN SUHU BEKU <1101> 

 

    Suhu pada saat zat cair berubah menjadi padat pada 

pendinginan merupakan indeks yang berguna untuk 

kemurnian jika panas dibebaskan pada saat pemadatan, 

asalkan cemaran yang ada hanya terlarut dalam cairan 

dan tidak dalam padatan. Zat murni memiliki suhu beku 

yang lebih pasti dan jelas, namun  campuran zat pada 

biasanya  membeku pada suatu rentang suhu. Untuk 

banyak campuran, suhu beku yang ditetapkan dengan 

metode empirik secara saksama, merupakan indeks 

kemurnian yang berguna. Metode penetapan suhu beku 

berikut ini dapat dipakai  untuk zat yang melebur 

antara -20º dan +150º, rentang suhu termometer yang 

biasa dipakai  dalam tangas. Suhu beku yaitu  titik 

maksimum (atau bila tidak ada maksimum, titik infleksi) 

pada kurva suhu-waktu. 

    Alat Pasang alat seperti pada gambar, wadah untuk zat 

yaitu  tabung reaksi 100 mm x 25 mm, dilengkapi 

dengan termometer yang sesuai dengan rentang suhu 

pendek yang digantungkan di tengah dan pengaduk kawat 

dengan panjang sekitar 30 cm, dibengkokkan pada ujung 

bawah menjadi lingkaran horisontal disekeliling 

termometer. 

    Wadah untuk zat disangga dengan gabus dalam tabung 

silinder yang sesuai dan kedap air dengan diameter dalam 

lebih kurang 50 mm dan panjang 11 cm. Tabung silinder 

disangga dalam tangas yang sesuai sedemikian sampai  

tidak kurang dari lapisan setebal 37 mm disekeliling sisi 

dan dasar tabung silinder. Tangas luar dilengkapi dengan 

termometer yang sesuai. 

    procedure  pakailah  termometer yang memiliki  

rentang suhu tidak melebihi 30º dengan pembagian skala 

0,1º dan telah dikalibrasi, namun  tidak dipakai  pada 

pencelupan 76 mm. Satu seri termometer yang sesuai, 

mencangkup rentang suhu dari -20º sampai  +150º tersedia 

sebagai Termometer seri 89C sampai  96C seperti tertera 

pada Termometer <31>. Leburkan zat jika merupakan 

padatan, pada suhu tidak lebih dari 20º di atas suhu beku 

yang diperkirakan, dan tuangkan ke dalam tabung reaksi 

sampai  tinggi antara 50 - 57 mm. Pasang alat dengan 

pencadang raksa termometer dalam tabung uji tercelup 

setengah antara ujung atas dan dasar zat dalam tabung 

reaksi. Isi tangas sampai  lebih kurang 12 mm dari ujung 

atas tabung dengan cairan yang sesuai pada suhu 4º - 5º di 

bawah suhu beku yang diperkirakan. 

    Untuk senyawa yang berbentuk cair pada suhu kamar, 

lakukan penetapan memakai  suhu tangas lebih 

kurang 15º di bawah suhu beku yang diperkirakan. 

    Jika zat uji telah didinginkan sampai lebih kurang 5º di 

atas suhu beku yang diperkirakan, atur tangas sampai  

suhu 7º - 8º di bawah suhu beku yang diperkirakan. Aduk 

zat secara sinambung selama sisa waktu penetapan 

dengan menggerakkan lingkaran kawat pengaduk naik-

turun antara bagian atas dan bawah zat uji pada kecepatan 

tetap 20 putaran sempurna per menit. 

 

 

- 1569 -

 

 

 

 

 

 

 

Alat Penetapan Suhu Beku 

 

    Pembekuan seringkali dapat dirangsang dengan 

menggosok dinding dalam tabung reaksi dengan 

termometer, atau dengan memasukkan hablur kecil dari 

senyawa yang sebelumnya dibekukan. Pendinginan yang 

berlebihan dapat menyebabkan penyimpangan dari pola 

normal perubahan suhu. Jika terjadi penyimpangan 

seperti ini, ulangi penetapan dengan memasukkan partikel 

kecil zat uji dalam bentuk padat selang 1º pada saat suhu 

mendekati suhu yang diperkirakan. 

    Catat pembacaan termometer pada tabung reaksi setiap 

30 detik. Lanjutkan pengadukan hanya selama suhu 

menurun secara teratur, dan hentikan jika suhu menjadi 

tetap atau mulai sedikit naik. Lanjutkan pencatatan suhu 

dalam tabung reaksi setiap 30 detik selama tidak kurang   

3 menit sesudah  suhu mulai menurun lagi sesudah  suhu 

tetap. 

    Harga rata-rata dari tidak kurang 4 kali pembacaan 

berturut-turut yang terletak antara rentang 0,2º  

merupakan suhu beku. Pembacaan ini terletak pada lebih 

kurang titik infleksi atau maksimum, pada kurva suhu-

waktu, yang terjadi sesudah  suhu menjadi tetap atau mulai 

menaik dan sebelum mulai menurun lagi. Harga rata-rata 

yang mendekati 0,1º yaitu  suhu beku. 

 

PENETAPAN SUSUT PEMIJARAN <1111> 

 

    Cara ini dipakai  untuk penetapan presentase zat uji 

yang mudah menguap dan hilang pada kondisi yang 

ditetapkan. Pada biasanya  cara ini tidak merusak zat uji, 

namun  zat ini dapat diubah menjadi bentuk lain seperti 

bentuk anhidrat. 

    Lakukan penetapan terhadap bahan yang diserbuk 

halus, dan jika perlu gumpalan digerus dengan bantuan 

lumpang dan alu sebelum ditimbang. Timbang zat uji 

tanpa perlakuan lebih lanjut kecuali jika pengeringan 

awal dilakukan pada suhu rendah atau jika ada perlakuan 

khusus lain, seperti tertera dalam masing-masing 

monografi. Kecuali ada peralatan lain yang ditentukan 

pada masing-masing monografi, lakukan pemijaran dalam 

tanur atau oven yang sesuai yang mampu 

mempertahankan suhu lebih kurang 25º dari yang 

diperlukan untuk penetapan. pakailah  krus yang sesuai, 

bertutup, yang sebelumnya dipijar selama 1 jam pada 

suhu yang sama, didinginkan dalam desikator, dan 

ditimbang saksama. 

    Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing 

monografi, masukkan ke dalam krus yang telah ditara 

beberapa  zat uji yang ditimbang saksama dalam g, lebih 

kurang sama dengan yang dihitung dengan rumus: 

 

 

 

L yaitu  batas (atau nilai rata-rata batas) susut pemijaran, 

dalam presentase. Pijarkan krus berisi zat uji tanpa tutup 

dan tutup pada suhu tertentu ±25º selama jangka waktu 

seperti tertera pada masing-masing monografi. Jika 

dinyatakan pemijaran sampai bobot tetap, pijarkan dalam 

jangka waktu 1 jam berturutan. Pada akhir setiap 

pemijaran, krus ditutup dan biarkan menjadi dingin dalam 

deksikator sampai suhu ruang sebelum ditimbang. 

  

 

PENETAPAN SUSUT PENGERINGAN <1121> 

 

    procedure  ini dipakai  untuk penetapan jumlah semua 

jenis bahan yang mudah menguap dan hilang pada 

kondisi tertentu. Untuk zat yang diperkirakan 

mengandung air sebagai satu-satunya bahan mudah 

menguap, cara yang ada  pada Penetapan Kadar Air 

<1031> sudah memadai dan dicantumkan dalam masing-

masing monografi. 

    Campur dan timbang saksama zat uji, kecuali 

dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, lakukan 

penetapan memakai  1 - 2 g. jika  zat uji berupa 

hablur besar, gerus secara cepat sampai  ukuran partikel 

lebih kurang 2 mm. Tara botol timbang dangkal 

bersumbat kaca yang telah dikeringkan selama 30 menit 

pada kondisi seperti yang akan dipakai  dalam 

penetapan. Masukkan zat uji ke dalam botol timbang 

ini , dan timbang saksama botol beserta isinya. 

Perlahan-lahan dengan menggoyang, ratakan zat uji 

sampai setinggi lebih kurang 5 mm dan dalam hal zat 

ruahan tidak lebih dari 10 mm. Masukkan ke dalam oven, 

buka sumbat dan biarkan sumbat ini di dalam oven. 

Panaskan zat uji pada suhu dan waktu tertentu seperti 

tertera pada monografi. 

    [Catatan Suhu yang tercantum dalam monografi 

haruslah dianggap dalam rentang ±2° dari angka yang 

tertulis.] Pada waktu oven dibuka, botol segera ditutup 

dan biarkan dalam desikator sampai suhunya mencapai 

suhu kamar sebelum ditimbang. 

    Jika zat uji melebur pada suhu lebih rendah dari suhu 

yang ditetapkan untuk penetapan Susut Pengeringan, 

biarkan botol beserta isinya selama 1 - 2 jam pada suhu 

5° - 10° di bawah suhu lebur, lalu  keringkan pada 

suhu yang telah ditetapkan. 

L

10

- 1570 -

 

 

 

 

 

 

    Jika contoh yang diuji berupa kapsul, pakailah  

beberapa  campuran isi tidak kurang dari 4 kapsul. 

    Jika contoh yang diuji berupa tablet, pakailah  beberapa  

serbuk tablet tidak kurang dari 4 tablet yang 

diserbukhaluskan. 

    Jika dalam monografi susut pengeringan ditetapkan 

dengan analisa  termogravimetri, pakailah  timbangan 

analitik yang peka. 

    Jika dalam monografi ditetapkan pengeringan dalam 

hampa udara di atas zat pengering, pakailah  sebuah 

desikator vakum atau pistol pengering vakum atau alat 

pengering vakum lain yang sesuai. 

    Jika pengeringan dilakukan dalam desikator; lakukan 

penanganan khusus untuk menjamin zat pengering tetap 

efektif dengan cara menggantinya sesering mungkin. 

    Jika dalam monografi ditetapkan pemanasan dalam 

botol bersumbat kapiler dalam hampa udara, pakailah  

botol atau tabung dengan sumbat kapiler berdiameter   

225±25 m dan atur bejana pemanas pada tekanan            

5 mmHg atau kurang. Pada akhir pemanasan, biarkan 

udara kering mengalir ke dalam bejana pemanas, angkat 

botol bersumbat kapiler, biarkan dingin dalam desikator 

sebelum ditimbang. 

 

 

PENETAPAN VOLUME INJEKSI DALAM 

WADAH <1131>  

 

 Pilih salah satu atau lebih wadah, bila volume 10 ml 

atau lebih, 3 wadah atau lebih bila volume lebih dari 3 ml 

dan kurang dari 10 ml, atau 5 wadah atau lebih bila 

volume 3 ml atau kurang. Ambil isi tiap wadah dengan 

alat suntik hipodermik kering berukuran tidak lebih dari 

tiga kali volume yang akan diukur dan dilengkapi dengan 

jarum suntik nomor 21, panjang tidak kurang dari 2,5 cm. 

keluarkan gelembung udara dari dalam jarum dan alat 

suntik dan pindahkan isi dalam alat suntik, tanpa 

mengosongkan bagian jarum, ke dalam gelas ukur kering 

volume tertentu yang telah dibakukan sesampai  volume 

yang diukur memenuhi sekurang-kurangnya 40% volume 

dari kapasitas tertera (garis-garis penunjuk volume gelas 

ukur menunjuk volume yang ditampung, bukan yang 

dituang). Cara lain, isi alat suntik dapat dipindahkan ke 

dalam gelas piala kering yang telah ditara, volume dalam 

ml diperoleh dari hasil perhitungan berat dalam g dibagi 

bobot jenis cairan. Isi dari dua atau tiga wadah 1 ml atau 

2 ml dapat digabungkan untuk pengukuran dengan 

memakai  jarum suntik kering terpisah untuk 

mengambil isi tiap wadah. Isi dari wadah 10 ml atau lebih 

dapat ditentukan dengan membuka wadah, memindahkan 

isi secara langsung ke dalam gelas ukur atau gelas piala 

yang telah ditara.  

Volume tidak kurang dari volume yang tertera pada 

wadah bila diuji satu per satu, atau bila wadah volume     

1 ml dan 2 ml, tidak kurang dari jumlah volume wadah 

yang tertera pada etiket bila isi digabung. 

 

 

 

      Volume tertera 

dalam penandaan 

Kelebihan Volume yang Di-

anjurkan 

Untuk Cairan 

Encer 

Untuk Cairan 

Kental 

0,5 ml 0,10 ml 0,12 ml 

1,0 ml 0,10 ml 0,15 ml 

2,0 ml 0,15 ml 0,25 ml 

5,0 ml 0,30 ml 0,50 ml 

10,0 ml 0,50 ml 0,70 ml 

20,0 ml 0,60 ml 0,90 ml 

30,0 ml  0,80 ml 1,20 ml 

50,0 ml atau lebih 2% 3% 

 

    Bila dalam wadah dosis ganda berisi beberapa dosis 

volume tertera, lakukan penentuan seperti di atas dengan 

beberapa  alat suntik terpisah beberapa  dosis tertera. 

Volume tiap alat suntik yang diambil tidak kurang dari 

dosis yang tertera.  

    Untuk injeksi mengandung minyak, bila perlu 

hangatkan wadah dan segera kocok baik-baik sebelum 

memisahkan isi. Dinginkan sampai  suhu 25° sebelum 

pengukuran volume.  

 

 

PENGAYAK DAN DERAJAT HALUS SERBUK 

<1141> 

 

    Pengayak dan derajat halus serbuk dalam Farmakope 

dinyatakan dalam uraian yang dikaitkan dengan nomor 

yang ditetapkan untuk pengayak baku, seperti tertera pada 

Tabel 1. 

    Sebagai pertimbangan praktis, pengayak terutama 

dimaksudkan untuk pengukuran derajat halus serbuk, 

untuk sebagian besar keperluan farmasi; walaupun 

pemakaian nya tidak meluas untuk keperluan 

pengukuran rentang ukuran partikel yang bertujuan 

meningkatkan penyerapan obat dalam saluran cerna. 

Untuk pengukuran partikel dengan ukuran nominal 

kurang dari 100 μm, alat lain selain pengayak mungkin 

lebih berguna. 

    Efisiensi dan kecepatan pemisahan partikel oleh 

pengayak beragam berbanding terbalik dengan jumlah 

partikel termuat. Efektivitas pemisahan menurun dengan 

cepat, jika kedalaman muatan melebihi lapisan dari          

6 - 8 partikel. 

     

Pengayak untuk Pengujian secara Farmakope yaitu  

anyaman kawat, bukan tenunan; kecuali untuk ukuran 

nomor 230, nomor 270, nomor 325 dan nomor 

400, anyaman terbuat dari kuningan, perunggu, baja tahan 

karat, atau kawat lain yang sesuai, dan tidak dilapisi atau 

disepuh. Tabel 2 memberi  ukuran rata-rata lubang 

pengayak baku anyaman kawat. 

 

Serbuk Simplisia Nabati dan Simplisia Hewani 

Dalam penetapan derajat halus serbuk simplisia nabati 

dan simplisia hewani, tidak ada bagian dari obat yang 

dibuang selama penggilingan atau pengayakan, kecuali 

dinyatakan lain dalam masing-masing monografi. 

 

     

- 1571 -

 

 

 

 

 

 

Metode Penetapan Keseragaman Derajat Halus Untuk 

penetapan keseragaman derajat halus serbuk obat dan 

bahan kimia, cara berikut boleh dilakukan, memakai  

pengayak baku yang memenuhi persyaratan ini  di 

atas. Hindari penggoyangan lebih lama, yang akan 

menyebabkan peningkatan derajat halus serbuk selama 

penetapan. 

    Untuk serbuk sangat kasar, kasar dan setengah kasar 

Masukkan 25 - 100 g serbuk uji pada pengayak baku 

yang sesuai. yang memiliki  panci penampung dan 

tutup yang sesuai. Goyang pengayak dengan arah putaran 

horizontal dan ketukkan secara vertikal pada permukaan 

yang keras selama tidak kurang dari 20 menit atau sampai 

pengayakan praktis sempurna. Timbang saksama jumlah 

yang tertinggal pada pengayak dan dalam panci 

penampung. 

    Untuk serbuk halus atau sangat halus Lakukan 

penepatan seperti pada serbuk kasar kecuali contoh tidak 

lebih dari 25 g dan pengayak yang dipakai  digoyang 

selama tidak kurang dari 30 menit atau sampai 

pengayakan praktis sempurna. 

    Untuk serbuk berminyak atau serbuk lain yang 

cenderung menggumpal dan dapat menyumbat lubang, 

sikat pengayak secara berkala dengan hati-hati selama 

penetapan. Hancurkan gumpalan yang terbentuk selama 

pengayakan. Derajat halus serbuk obat dan bahan kimia 

dapat juga ditetapkan dengan cara melewatkan pada 

pengayak yang dapat digoyang secara mekanik yang 

memberi  gerakan berputar dan ketukan seperti pada 

pengayak yang memakai  tangan, namun  dengan 

gerakan mekanik yang seragam, mengikuti petunjuk dari 

pabrik pembuat pengayak. 

T


Related Posts:

  • farmakope 121 temen memiliki  elektroda platina yang menyalurkan arus melalui sel. Iodum yang dihasilkan pada elektroda anoda, segera bereaksi dengan air yang ada dalam kompartemen ini . Ketika seluruh air telah&n… Read More