temen memiliki elektroda platina yang
menyalurkan arus melalui sel. Iodum yang dihasilkan
pada elektroda anoda, segera bereaksi dengan air yang
ada dalam kompartemen ini . Ketika seluruh air telah
dipakai , iodum berlebih yang terjadi menampilkan titik
akhir yang biasanya dideteksi secara elektrometrik.
Kelembaban dieliminasi dari sistem dengan pre-
elektrolisis. Penggantian larutan Karl Fischer setiap
selesai penetapan tidak diperlukan sebab penetapan
berikutnya dapat dilakukan dalam larutan pereaksi yang
sama. Persyaratan pada metode ini, setiap komponen zat
uji harus dapat dipakai bersama komponen lain dan
tidak mengalami reaksi samping. Contoh biasanya
dimasukkan ke dalam bejana sebagai larutan dengan
menyuntikkan melalui septum. Gas dapat dimasukkan ke
dalam sel melalui pipa inlet gas yang sesuai. Presisi
dalam metode ini sebagian besar bergantung pada sejauh
mana kelembaban udara dihilangkan dari sistem.
Pemasukan zat padat ke dalam sel tidak disarankan
kecuali dilakukan tindakan pencegahan seperti bekerja
dalam “glove-box” yang berisi gas iner kering.
Pengendalian sistem dapat dimonitor dengan pengukuran
jumlah “drift” pada garis dasar. Metode ini khususnya
sesuai untuk zat iner secara kimia seperti hidrokarbon,
alkohol dan eter. Dibandingkan dengan titrasi Karl
Fischer volumetrik, “Coulometri” merupakan metode
mikro.
Alat Setiap alat yang tersedia di perdagangan memiliki
sistem yang tertutup kedap dilengkapi dengan elektroda
yang diperlukan dan pengaduk magnetik yang sesuai.
Mikroprosesor dapat mengendalikan procedure analitik
dan menampilkan hasil. Kalibrasi alat tidak diperlukan
sebab arus yang diperlukan dapat diukur secara tepat.
Pereaksi Lihat Pereaksi pada Metode Ia tanpa iodum P.
Larutan Uji Jika zat uji berupa zat padat yang larut,
timbang saksama beberapa zat dan larutkan dalam
metanol anhidrat atau pelarut lain yang sesuai dalam
jumlah yang tepat. Cairan dapat langsung dipakai atau
diencerkan secara saksama dalam pelarut anhidrat yang tepat.
Jika zat uji berupa zat padat yang tidak larut, air dapat
diekstraksi memakai pelarut anhidrat yang sesuai
dalam jumlah yang tepat, ditimbang saksama dan
disuntikkan ke dalam kompartemen anoda. Sebagai
alternatif dapat dipakai teknik penguapan, air dilepas
dan diuapkan dengan pemanasan zat uji dalam tabung
yang dialiri gas iner kering, lalu gas ini dimasukkan
ke dalam sel.
procedure pakailah alat suntik kering, suntikkan dengan
cepat larutan uji yang telah diukur saksama dan
diperkirakan mengandung 0,5 - 5 mg air atau sesuai
dengan yang disarankan oleh pembuat alat, ke dalam
kompartemen anoda, campur dan lakukan titrasi
coulometri sampai titik akhir yang dideteksi secara
langsung pada alat secara elektrometrik. Baca kadar air
larutan uji yang ditunjukkan oleh alat dan hitung
persentase yang ada dalam zat. Lakukan penetapan
blangko dan buat koreksi jika perlu.
METODE II AZEOTROPI
(DESTILASI TOLUENA)
Alat pakailah sebuah labu kaca A 500 ml yang
dihubungkan melalui sebuah perangkap B kepada
pendingin refluks C dengan sambungan kaca asah (lihat
Gambar).
- 1560 -
Alat Kelembaban Toluena
Dimensi kritis bagian-bagian peralatan yaitu sebagai
berikut: Diameter dalam tabung penghubung D yaitu 9 -
11 mm. Tabung perangkap, dengan panjang 235 - 240
mm. Pendingin, bila dari jenis tabung lurus, panjang lebih
kurang 400 mm dan diameter lubang tidak kurang dari 8
mm. Tabung penerima E memiliki kapasitas 5 ml dan
bagian silindris, panjang 146 - 156 mm, berskala 0,1 ml,
sesampai kesalahan pembacaan tidak lebih besar dari 0,05
ml untuk volume yang ditunjukkan. Sumber panas
sebaiknya pemanas listrik dengan pengatur rheostat atau
tangas minyak. Bagian atas labu dan tabung penghubung
dapat diisolasi dengan asbes.
Bersihkan tabung penerima dan pendingin dengan
campuran pencuci asam kromat, bilas sampai bersih
dengan air, dan keringkan dalam oven. Siapkan toluena
yang akan dipakai dengan mula-mula mengocok
dengan beberapa kecil air, pisahkan kelebihan air dan
destilasi toluena.
procedure Masukkan ke dalam labu kering beberapa zat
yang ditimbang saksama sampai paling dekat dengan
sentigram yang diperkirakan menghasilkan 2 - 4 ml air.
Bila zat dalam bentuk pasta, timbang dalam wadah
lemberan logam dengan ukuran yang dapat melewati
leher labu. Bila zat dapat menimbulkan gejolak,
tambahkan dalam jumlah cukup pasir yang telah dicuci
dan kering untuk menutup dasar labu, atau beberapa
tabung kapiler untuk penentuan suhu lebur dengan
panjang lebih kurang 100 mm, yang dileburkan pada
bagian ujung atas. Masukkan lebih kurang 200 ml toluena
P ke dalam labu, hubungkan alat, dan isi tabung penerima
E dengan toluena yang dituangkan melalui puncak
pendingin. Panaskan labu perlahan-lahan selama 15 menit
dan bila toluena mulai mendidih, suling dengan kecepatan
lebih kurang 2 tetes per detik sampai sebagian besar air
tersuling. lalu naikkan kecepatan penyulingan
sampai lebih kurang 4 tetes per detik. Bila semua air
tersuling, bilas bagian dalam tabung kondensor dengan
toluena, sambil menyikat tabung kondensor dengan sikat
tabung yang dilekatkan pada kawat tembaga dan
dijenuhkan dengan toluena. Lanjutkan penyulingan
selama 5 menit, lalu hentikan pemanasan dan dinginkan
sampai suhu kamar. Bila ada tetesan air menempel pada
dinding tabung penerima, lepaskan dengan sikat yang
terdiri atas karet yang diikatkan pada kawat tembaga dan
dibasahi dengan toluena. Bila air dan toluena memisah
sempurna, baca volume air, dan hitung persentase yang
ada dalam zat.
METODE III (GRAVIMETRI)
procedure untuk Bahan Kimia Lakukan seperti tertera
pada masing-masing monografi, siapkan zat seperti
tertera pada Penetapan Susut Pengeringan <1121>.
procedure untuk Bahan Biologis Lakukan seperti tertera
pada masing-masing monografi.
procedure untuk Obat Tanaman Masukkan lebih kurang
10 g zat, yang disiapkan seperti tertera pada Pengambilan
Contoh dan Metode analisa Simplisia <671> dan
timbang saksama dalam wadah yang telah ditara.
Keringkan pada suhu 1050 selama 5 jam, dan timbang.
Lanjutkan pengeringan dan timbang pada selang waktu 1
jam sampai perbedaan antara dua penimbangan berturut-
turut tidak lebih dari 0,25%.
PENETAPAN KADAR ETANOL <1041>
Metode I Cara Destilasi
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing
monografi, lakukan penetapan dengan Metode I. Cara ini
sesuai untuk penetapan sebagian besar ekstrak cair dan
tingtura asalkan kapasitas labu destilasi cukup (biasanya
2 sampai 4 kali volume cairan yang akan dipanaskan) dan
kecepatan destilasi diatur sedemikian sesampai diperoleh
destilat yang jernih. Destilat yang keruh dapat dijernihkan
dengan pengocokan memakai talk P atau kalsium
karbonat P, dan saring, sesudah itu suhu filtrat diatur dan
kandungan etanol ditetapkan dari bobot jenis. Lakukan
semua pekerjaan dengan hati-hati untuk mengurangi
kehilangan etanol oleh penguapan.
Untuk mencegah buih yang mengganggu dalam cairan
selama destilasi, tambahkan asam kuat seperti asam fosfat P,
asam sulfat P atau asam tanat P atau cegah dengan
penambahan larutan kalsium klorida P sedikit berlebih,
atau sedikit parafin P atau minyak silikon sebelum destilasi.
Cegah gejolak selama destilasi dengan penambahan
keping-keping berpori dari bahan yang tidak larut seperti
silikon karbida P, atau manik-manik.
Cara untuk cairan yang diperkirakan mengandung
etanol 30% atau kurang Pipet tidak kurang dari 25 ml
cairan uji ke dalam alat destilasi yang sesuai, catat suhu
pada pemipetan. Tambahkan air volume yang sama,
destilasi sampai diperoleh destilat lebih kurang 2 ml lebih
kecil dari volume cairan uji yang dipipet. Atur suhu
destilat sampai sama dengan suhu pada waktu pemipetan.
Tambahkan air secukupnya sampai volume sama dengan
volume cairan uji. Destilat jernih atau keruh lemah dan
hanya mengandung lebih dari sesepora sisa zat mudah
menguap lainnya. Tetapkan bobot jenis cairan pada suhu
250C seperti tertera pada Penetapan Bobot Jenis <981>.
Hitung presentase dalam volume, dari C2H5OH dalam
cairan memakai Tabel Bobot Jenis dan Kadar
Etanol.
- 1561 -
Cara untuk cairan yang diperkirakan mengandung
etanol lebih dari 30 % Lakukan menurut cara diatas,
kecuali pakailah cairan uji yang diencerkan dengan air
lebih kurang dua kali volume cairan uji. Kumpulkan
destilat sampai lebih kurang 2 ml lebih kecil dari dua kali
volume cairan uji yang dipipet, atur suhu sama dengan
cairan uji. Tambahkan air secukupnya sampai volume dua
kali volume cairan uji yang dipipet, campur dan tetapkan
bobot jenis. Kadar C2H5OH dalam volume destilat, sama
dengan setengah kadar etanol dalam cairan.
Asam Dan Basa Mudah Menguap Pada sediaan yang
mengandung basa mudah menguap tambahkan asam
sulfat encer P sampai sedikit asam, sebelum didestilasi.
Jika sediaan mengandung asam mudah menguap, buat
sedikit basa dengan natrium hidroksida LP.
Gliserin Pada cairan yang mengandung gliserin
tambahkan air secukupnya sampai sisa sesudah didestilasi
mengandung tidak kurang dari 50% air.
Iodium Pada larutan yang mengandung iodium bebas,
tambahkan serbuk zink P, sebelum didestilasi, atau
hilangkan warna dengan penambahan larutan natrium
tiosulfat P (1 dalam 10) secukupnya, dan beberapa tetes
natrium hidroksida LP.
Zat Mudah Menguap Lainnya Spirit, eliksir, tingtura
dan sediaan sejenis yang mengandung beberapa cukup
banyak zat mudah menguap lain selain etanol, seperti
minyak atsiri, kloroform, eter, kamfer dan lain-lain
memerlukan penanganan khusus sebagai berikut:
Untuk cairan yang diperkirakan mengandung 50%
etanol atau kurang Pipet 25 ml cairan uji ke dalam
corong pisah, tambahkan air volume sama. Jenuhkan
campuran dengan natrium klorida P, tambahkan 25 ml
heksana P dan kocok untuk mengekstraksi zat mudah
menguap lain yang mengganggu. Pisahkan lapisan bawah
ke dalam corong pisah kedua. Ulangi ekstraksi dua kali,
tiap kali dengan 25 ml heksana P. Ekstraksi kumpulan
larutan heksana P tiga kali, tiap kali dengan 10 ml larutan
jenuh natrium klorida P. Destilasi kumpulan larutan
garam, tampung destilat sampai beberapa volume
mendekati volume cairan uji semula.
Untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanol
lebih dari 50%. Encerkan cairan uji dengan air sampai
kadar etanol lebih kurang 25% lalu lanjutkan
menurut cara diatas mulai dari ”Jenuhkan campuran
dengan natrium klorida P...”.
Jika hanya mengandung sedikit minyak atsiri dan hasil
destilasi keruh, perlakuan dengan pelarut heksana P
seperti di atas tidak dilakukan, destilat dapat dijernihkan
dan dapat dipakai untuk penetapan bobot jenis dengan
mengocok dengan heksana P lebih kurang seperlima
bagian volume atau dengan penyaringan melalui lapisan
tipis talk.
Metode II Cara Kromatografi Gas
Metode Iia dipakai jika Metode II dinyatakan dalam
masing-masing monografi.
Metode IIa
Alat Kromatograf gas dilengkapi dengan detektor ionisasi
nyala dan kolom kaca 4 mm x 1,8 m berisi tahap diam S3
dengan ukuran partikel 100 sampai 120 mesh. pakailah
nitrogen P atau helium P sebagai gas pembawa. Sebelum
dipakai , kondisikan kolom semalam pada suhu 235o,
alirkan gas pembawa dengan laju alir lambat. Suhu kolom
dipertahankan pada 120o, injektor dan detektor
dipertahankan pada 210o. Atur laju alir gas pembawa dan
suhu sesampai baku internal asetonitril tereluasi dalam
waktu 5 sampai 10 menit.
Larutan
Larutan baku internal Encerkan 5,0 ml asetonitril P
dengan air sampai 250,0 ml.
Larutan baku persediaan Encerkan 5,0 ml etanol
mutlak P dengan air sampai 250,0 ml.
Larutan baku Pipet masing-masing 5 ml Larutan baku
persediaan dan Larutan baku internal ke dalam labu
tentukur 50 ml, encerkan dengan air sampai tanda.
Larutan uji persediaan Encerkan zat uji secara
bertahap dengan air sampai kadar etanol lebih kurang 2%
v/v.
Larutan uji Pipet masing-masing 5 ml Larutan uji
persediaan dan Larutan baku internal ke dalam labu
tentukur 50 ml, encerkan dengan air sampai tanda.
procedure Suntikkan secara terpisah masing-masing 2
kali beberapa volume sama (lebih kurang 5 μl) Larutan
uji dan Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur perbandingan respons puncak.
Hitung persentase etanol v/v dalam contoh dengan rumus:
S
U
R
RCD
C yaitu kadar etanol mutlak, D yaitu faktor
pengenceran Larutan uji persediaan. RU dan RS berturut-
turut yaitu perbandingan respons puncak dalam etanol
terhadap baku internal dari Larutan uji dan Larutan baku
.
Uji kesesuaian sistem Pada kromatogram yang sesuai,
faktor resolusi, R, tidak kurang dari 2; faktor ikutan
puncak etanol tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku
relatif perbandingan respons puncak etanol dan baku
internal pada enam kali penyuntikan Larutan baku tidak
lebih dari 2,0%.
Metode II b
Alat Kromatograf gas dilengkapi dengan injektor split
dengan perbandingan split 5 : 1, detektor ionisasi nyala
dan kolom kapiler 30 m x 0,53 mm dilapisi tahap diam
G43 setebal 3,0 μm. pakailah helium P sebagai gas
pembawa dengan laju linier 34,0 cm per detik.
Kromatograf di program sebagai berikut: suhu kolom
- 1562 -
dipertahankan pada 50º selama 5 menit; lalu suhu
dinaikkan dengan kecepatan 10º per menit sampai
mencapai 200º dan dipertahankan selama 4 menit.
Pertahankan suhu port injektor pada 210º dan detektor
pada 280º.
Larutan
Larutan baku internal Encerkan 5,0 ml asetonitril P
dengan air sampai 250,0 ml.
Larutan baku persediaan Encerkan 5,0 ml etanol
mutlak P dengan air sampai 250,0 ml.
Larutan baku Pipet masing-masing 5 ml Larutan baku
persediaan dan Larutan baku internal ke dalam labu
tentukur 50 ml, encerkan dengan air sampai tanda.
Larutan uji persediaan Encerkan zat uji secara
bertahap dengan air sampai kadar etanol lebih kurang 2%
v/v.
Larutan uji Pipet masing-masing 5 ml Larutan uji
persediaan dan Larutan baku internal ke dalam labu
tentukur 50 ml, encerkan dengan air sampai tanda.
procedure Suntikkan secara terpisah masing-masing 2 kali
beberapa volume sama (0,2 sampai 0,5 μl) Larutan uji
dan Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur perbandingan respons puncak.
Hitung persentase etanol v/v dalam contoh dengan rumus:
S
U
R
RCD
C yaitu kadar etanol baku, D yaitu faktor pengenceran
volume Larutan uji persediaan. RU dan RS berturut-turut
yaitu perbandingan respons puncak dalam etanol
terhadap baku internal dari Larutan uji dan Larutan baku.
Uji kesesuaian sistem Pada kromatogram yang sesuai,
faktor resolusi, R, antara etanol dan larutan baku internal
tidak kurang dari 4; faktor ikutan pada puncak etanol
tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif
perbandingan respons puncak etanol dan baku internal
pada enam kali penyuntikan ulang Larutan baku tidak
lebih dari 4,0%.
PENETAPAN KEKENTALAN <1051>
Kekentalan yaitu suatu sifat cairan yang berhubungan
erat dengan hambatan untuk mengalir. Kekentalan
didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan untuk
menggerakkan secara berkesinambungan suatu
permukaan datar melewati permukaan datar lain dalam
kondisi mapan tertentu bila ruang diantara permukaan
ini diisi dengan cairan yang akan ditentukan
kekentalannya. Kekentalan yaitu tekanan geser dibagi
laju tegangan geser. Satuan dasarnya yaitu poise; namun
oleh sebab kekentalan yang diukur biasanya merupakan
harga pecahan poise, maka lebih mudah dipakai satuan
dasar sentipoise (1 poise = 100 sentipoise). Penentuan
suhu penting sebab kekentalan berubah sesuai suhu;
secara umum kekentalan menurun dengan naiknya suhu.
Bila skala kekentalan mutlak diukur dalam poise atau
sentipoise, maka untuk memudahkan biasanya
dipakai skala kinematik dalam stoke dan sentistoke
(1 stoke = 100 sentistoke). Untuk memperoleh kekentalan
kinematik dari kekentalan mutlak, kekentalan mutlak
dibagi dengan kerapatan cairan pada temperatur yang
sama; yaitu kekentalan kinematik = (kekentalan
mutlak)/kerapatan. Ukuran satuan kekentalan dalam
rentang normal dinyatakan dalam sentistoke. Perkiraan
kekentalan dalam sentistoke pada suhu kamar, untuk eter
0,2; air 1; minyak tanah 2,5; minyak mineral 20 - 70 dan
madu, 10.000.
Kekentalan mutlak dapat diukur secara langsung jika
dimensi alat pengukur diketahui dengan tepat, namun
biasanya pengukuran lebih praktis dilakukan dengan
mengkalibrasi alat memakai cairan yang diketahui
kekentalannya, lalu kekentalan cairan uji ditetapkan
dengan membandingkan terhadap kekentalan cairan yang
telah diketahui.
Banyak zat, seperti gom, yang dipakai dalam bidang
farmasi memiliki kekentalan yang bervariasi, dan
kebanyakan bersifat kurang menghambat aliran pada
kecepatan aliran yang lebih tinggi. Pada keadaan ini,
dipilih suatu kondisi pengukuran, dan pengukuran yang
diperoleh dinyatakan sebagai kekentalan yang terukur.
sebab perubahan kondisi pengukuran akan
menyebabkan perubahan nilai kekentalan terukur suatu
zat, maka dimensi alat dan kondisi pengukuran harus
diikuti dengan saksama.
Pengukuran Kekentalan Metode yang umum dipakai
untuk pengukuran kekentalan meliputi penetapan waktu
yang dibutuhkan oleh beberapa volume tertentu cairan
untuk mengalir melalui kapiler. Banyak jenis
viskosimeter tabung kapiler telah dirancang, namun
viskosimeter Ostwald dan Ubbelohde yaitu yang paling
sering dipakai . Beberapa tipe dijelaskan dengan
petunjuk pemakaian oleh Badan Standardisasi Nasional
(BSN). Kekentalan minyak dinyatakan dalam skala
arbitrasi yang dapat berbeda antara satu negara dengan
negara lain, sebab pemakaian alat yang berbeda. Alat
yang paling banyak dipakai yaitu Redwood nomor 1
dan nomor 2, Engler, Saybolt Universal, dan Saybolt
Furol. Tiap alat ini memakai satuan arbitrasi menurut
nama masing-masing alat. Suhu baku dipakai untuk
memudahkan pemakaian alat. Pada alat Saybolt,
pengukuran biasanya dilakukan pada suhu 100ºF dan
210ºF; alat Redwood dapat dipakai pada beberapa
suhu sampai 250ºF; dan hasil yang diperoleh dengan alar
Engler biasanya pada 20ºC dan 50ºC. Jenis alat yang
relatif mudah dan cepat yaitu viskosimeter rotasi, yang
memakai gasing atau kumparan yang dicelupkan ke
dalam zat uji, dan mengukur tahanan gerak dari bagian
yang berputar. Tersedia kumparan yang berbeda untuk
rentang kekentalan tertentu, dan biasanya dilengkapi
dengan beberapa kecepatan rotasi. Alat rotasi lain
memiliki gasing yang statis dan cawan berputar.
Viskosimeter Brookfield, Rotouisco dan Stormer
merupakan contoh alat gasing berputar dan MacMichael
- 1563 -
merupakan contoh alat cawan berputar. Banyak alat rotasi
lain dengan rancangan yang lebih canggih dilengkapi
dengan alat khusus untuk pembacaan atau pencatatan dan
dengan rentang kecepatan rotasi yang lebih luas.
Bila hanya diperlukan jenis alat tertentu, jenis alat ini
akan tertera pada masing-masing monografi.
Untuk mengukur kekentalan, suhu zat uji yang diukur
harus dikendalikan dengan tepat, sebab perubahan suhu
yang kecil dapat menyebabkan perubahan kekentalan
yang berarti. Untuk pengukuran sediaan farmasi, suhu
dipertahankan dalam batas lebih kurang 0,1º.
procedure untuk Turunan Selulosa Pengukuran
kekentalan larutan metilselulosa jenis kekentalan tinggi
merupakan hal khusus, sebab larutan ini terlalu kental
untuk viskosimeter biasa. Viskosimeter Ubbelohde dapat
dipakai untuk mengukur kekentalan larutan
metilselulosa.
Kalibrasi Viskosimeter Tipe Kapiler Tentukan
konstanta viskosimeter, k, untuk setiap viskosimeter
dengan memakai minyak yang telah diketahui
kekentalannya.
Viskosimeter Tipe Ostwald Isi tabung dengan beberapa
tertentu minyak (atur suhu pada 20,0º±0,1º) sebagaimana
dinyatakan oleh pabrik. Atur meniskus cairan dalam
tabung kapiler sampai garis graduasi teratas dengan
bantuan tekanan atau pengisapan. Buka kedua tabung
pengisi dan tabung kapiler agar cairan dapat mengalir
bebas ke dalam wadah melawan tekanan atmosfer.
[Catatan Kegagalan membuka salah satu tabung akan
menyebabkan kesalahan pengamatan.] Catat waktu,
dalam detik, yang diperlukan cairan untuk mengalir dari
batas atas sampai batas bawah dalam tabung kapiler.
Viskosimeter Tipe Ubbelohde Masukkan beberapa
minyak ke dalam tabung pengisi, atur suhu pada
20,0º±0,1º) dan pindahkan ke tabung kapiler dengan
pengisapan perlahan, dan hati-hati untuk mencegah
terbentuknya gelembung udara dalam cairan dengan
menutup lubang tabung pengisi. Atur meniskus cairan
dalam tabung kapiler sampai garis graduasi teratas. Buka
lubang udara dan tabung kapiler agar cairan dapat
mengalir bebas ke dalam wadah melawan tekanan
atmosfer. [Catatan Kegagalan membuka lubang tabung
pengisi sebelum melepas tabung kapiler akan
menyebabkan kesalahan pengamatan.] Catat waktu
dalam detik, yang diperlukan cairan untuk mengalir dari
batas atas sampai batas bawah dalam tabung kapiler.
Perhitungan
Hitung konstanta viskosimeter, k, dengan rumus:
v yaitu kekentalan cairan yang diketahui dalam
sentipoise; d yaitu bobot jenis cairan uji pada 20º/20º;
t yaitu waktu mengalir cairan dalam detik, dari batas
atas sampai batas bawah dalam tabung kapiler.
Jika viskosimeter diperbaiki, harus dikalibrasi ulang,
sebab perbaikan yang kecil seringkali menyebabkan
perubahan bermakna pada konstanta, k.
PENETAPAN PARTIKEL LOGAM DALAM
SALEP MATA <1061>
Uji berikut dirancang untuk membatasi jumlah dan
ukuran partikel logam yang diperbolehkan dalam salep
mata.
procedure Keluarkan sesempurna mungkin, isi 10 tube,
masukkan masing-masing ke dalam cawan Petri terpisah
ukuran 60 mm, alas datar, jernih dan bebas goresan.
Tutup cawan, panaskan pada suhu 85º selama 2 jam, jika
perlu naikkan suhu sedikit lebih tinggi sampai salep
meleleh sempurna. Dengan menjaga kemungkinan
terjadinya gangguan terhadap massa yang meleleh,
biarkan masing-masing mencapai suhu kamar dan
membeku.
Angkat tutup, balikkan cawan Petri sesampai berada di
bawah mikroskop yang sesuai untuk pembesaran 30 kali
yang dilengkapi dengan mikrometer pengukur dan
dikalibrasi pada perbesaran yang dipakai . Selain
sumber cahaya biasa, arahkan iluminator dari atas salep
dengan sudut 45º. Amati partikel logam pada seluruh
dasar cawan Petri. Variasikan intensitas iluminator dari
atas sesampai memungkinkan partikel logam dapat
dikenali dari refleksi karakteristik cahaya.
Hitung jumlah partikel logam yang berukuran 50 μm
atau lebih besar pada setiap dimensi: persyaratan
dipenuhi jika jumlah partikel dari 10 tube tidak lebih dari
50 partikel dan jika tidak lebih dari 1 tube mengandung
8 partikel. Jika persyaratan tidak dipenuhi, ulangi uji
dengan penambahan 20 tube lagi: persyaratan dipenuhi
jika jumlah partikel logam yang berukuran 50 μm atau
lebih besar pada tiap dimensi dari 30 tube tidak lebih dari
150 partikel dan jika tidak lebih dari 3 tube masing-
masing mengandung 8 partikel.
PENETAPAN pH <1071>
Harga pH yaitu harga yang diberikan oleh alat
potensiometrik (pH meter) yang sesuai, yang telah
dibakukan sebagaimana mestinya, yang mampu
mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH memakai
elektrode indikator yang peka, elektroda kaca, dan
elektrode pembanding yang sesuai.
Alat harus mampu menunjukan potensial dari pasangan
elektrode dan untuk pembakuan pH memakai
potensial yang dapat diukur oleh sirkuit dengan
memakai “pembakuan nol”, ”asimetri”, atau
“kalibrasi” dan harus mampu mengontrol perubahan
dalam milivolt per perubahan unit pada pembacaan pH
melalui kendali “suhu” dan/ atau kemiringan. Pengukuran
dilakukan pada suhu 25º±2°, kecuali dinyatakan lain
dt
vk =
- 1564 -
dalam masing-masing monografi. Skala pH ditetapkan
dengan persamaan sebagai berikut:
( )
k
EE
pHpH s
s +=
E dan Es berturut-turut yaitu potensial terukur dengan
sel galvanic berisi larutan uji, dinyatakan sebagai pH dan
Larutan dapar untuk pembakuan yang tepat, dinyatakan
sebagai pHs; harga k yaitu perubahan dalam potensial
per perubahan unit dalam pH, dan secara teoritis sebesar
{0,05916 + 0,000198 (t – 25)} volt pada suhu t.
Perlu ditekankan disini bahwa definisi pH, skala pH,
dan harga yang ditunjukkan oleh Larutan dapar untuk
pembakuan ditujukan untuk memperoleh sistem
operasional yang praktis, sesampai hasil dapat
dibandingkan antar laboratorium. Harga pH yang diukur
disini tidak persis sama dengan yang diperoleh dengan
definisi klasik, bahwa pH = - [log H+(dalam air)]. Jika pH
larutan yang diukur memiliki komposisi yang cukup
mirip dengan larutan dapar yang dipakai untuk
pembakuan, pH yang diukur mendekati pH teoritis.
Meskipun tidak ditegaskan hubungan pengukuran
kesesuaian sistem untuk aktivitas ion hidrogen dalam
larutan air.
Jika pH meter dibakukan memakai larutan dapar
dalam air, lalu dipakai untuk mengukur “pH”
larutan atau suspensi dalam pelarut bukan air, maka
tetapan pengionan dari asam atau basa, tetapan dielektrik
dari medium, potensial sambungan cairan (yang dapat
memberi kesalahan lebih kurang 1 unit pH), dan
respons ion hidrogen dari elektrode kaca, semua akan
berubah. Oleh sebab itu, harga yang diperoleh dengan
larutan yang sifatnya hanya mengandung sebagian air,
dapat dianggap hanya sebagai harga pH.
Larutan Dapar untuk Pembakuan pH Meter
Larutan dapar untuk pembakuan Buat menurut
petunjuk sesuai Tabel. Simpan dalam wadah tahan bahan
kimia, tertutup rapat, sebaiknya dari kaca Tipe I atau
botol polietilen dengan tutup rapat atau tabung yang
menyerap karbon dioksida (kaca soda). Larutan segar
sebaiknya dibuat dengan dengan interval tidak lebih dari
3 bulan memakai air bebas karbon dioksida. Tabel
berikut menunjukan pH dari larutan dapar sebagai fungsi
dari suhu. Petunjuk ini dipakai untuk pembuatan
larutan dapar dengan kadar molal sebagaimana
disebutkan. Untuk memudahkan, petunjuk diberikan
dengan pengenceran sampai volume 1000 ml g pelarut
yang merupakan dasar sistem molalitas dari kadar larutan.
Jumlah yang disebutkan tidak dapat secara sederhana
diperhitungkan tanpa informasi tambahan.
Kalium tetraoksalat 0,05 m Larutkan 12,61 g
KH3(C2O4)22H2O dalam air sampai 1000 ml.
Kalium biftalat 0,05 m Larutkan 10,12 g KHC8H4O4,
yang telah dikeringkan pada suhu 110° selama 1 jam,
dalam air sampai 1000 ml.
Ekuimolal fosfat 0,05 m Larutkan 3,53 g Na2HPO4 dan
3,39 g KH2PO4, masing-masing telah dikeringkan pada
suhu 120° selama 2 jam, dalam air sampai 1000 ml.
Natrium tetraborat 0,01 m Larutkan 3,80 g
Na2B4O7.10H2O dalam air sampai 1000 ml. Lindungi dari
penyerapan karbon dioksida.
Kalium hidroksida jenuh pada suhu 25° Kocok kalium
hidroksida P berlebih dengan air dan enap tuangkan pada
suhu 25° sebelum dipakai . Lindungi dari penyerapan
karbon dioksida.
sebab adanya variasi dalam sifat maupun cara kerja
pH meter, tidak praktis untuk memberi petunjuk yang
dapat diterapkan secara umum untuk penetapan pH secara
potensiometrik. Prinsip umum yang harus diikuti dalam
melakukan petunjuk yang ada pada masing-masing
alat oleh pabrik yang akan diuraikan pada paragraf
berikut. Sebelum dipakai , periksa elektrode, dan
jembatan garam jika ada. Jika perlu, isi lagi larutan
jembatan garam dan perhatikan petunjuk lain yang
diberikan oleh pabrik alat atau pabrik elektrode. Untuk
pembakuan pH meter, pilih 2 Larutan dapar untuk
pembakuan yang memiliki perbedaan pH tidak lebih
dari 4 unit dan sedemikian rupa sesampai pH larutan uji
diharapkan terletak diantaranya. Isi sel dengan salah satu
Larutan dapar untuk pembakuan pada suhu yang larutan
ujinya akan diukur. Pasang kendali pada suhu larutan, dan
atur kontrol kalibrasi untuk membuat pH identik dengan
yang tercantum pada Tabel. Bilas elektrode dan sel
beberapa kali dengan Larutan dapar untuk pembakuan
yang kedua, lalu isi sel dengan larutan ini
pada suhu yang sama dengan larutan uji. pH dari larutan
dapar kedua ±0,07 unit pH dari harga yang tertera dalam
Tabel. Jika penyimpangan terlihat lebih besar, periksa
elektrode dan jika ada kesalahan, supaya diganti.
Atur “kemiringan” atau “suhu” sampai pH sesuai dengan
yang tertera dalam Tabel. Ulangi pembakuan sampai
kedua Larutan dapar untuk pembakuan memberi
harga pH tidak lebih 0,02 unit pH dari harga yang tertera
dalam Tabel, tanpa pengaturan lebih lanjut dari
pengendali. Jika sistem telah berfungsi dengan baik, bilas
elektrode dan sel beberapa kali dengan larutan uji, isi sel
dengan sedikit larutan uji dan baca harga pH. pakailah
air bebas karbon dioksida P untuk pelarutan atau
pengenceran larutan uji pada penetapan pH. Pada semua
pengukuran pH, diperlukan waktu yang cukup untuk
mencapai kestabilan. Jika hanya diperlukan harga pH
perkiraan dapat dipakai indikator dan kertas indikator.
Untuk pemilihan dapar dan komposisi Larutan dapar
untuk pembakuan seperti tertera pada uji dan penetapan
kadar dalam kompendia (lihat Larutan dapar pada
Pereaksi, indikator dan Larutan).
- 1565 -
Harga pH Larutan Dapar untuk Pembakuan
Suhu °C Kalium tetraoksalat
0,05 m
Kalium biftalat
0,05 m
Ekimolal fosfat
0,05 m
Natrium tetraborat
0,01 m
Kalsium
hidroksida jenuh
pada suhu 25° C
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
1,67
1,67
1,68
1,68
1,68
1,69
1,69
1,70
1,71
1,72
1,72
4,00
4,00
4,00
4,01
4,02
4,02
4,04
4,05
4,06
4,08
4,09
6,92
6,90
6,88
6,86
6,85
6,84
6,84
6,83
6,83
6,83
6,84
9,33
9,28
9,23
9,18
9,14
9,10
9,07
9,04
9,01
8,99
8,96
13,00
12,81
12,63
12,45
12,29
12,13
11,98
11,84
11,71
11,57
11,45
MIKROSKOPI OPTIK <1076>
Mikroskopi optik dapat dipakai untuk penetapan
sifat partikel, biasanya partikel dengan ukuran 1 μm dan
lebih besar. Mikroskopi optik untuk penetapan sifat-sifat
partikel dapat dipakai untuk partikel dengan ukuran
1 μm dan lebih besar. Batas kemampuan terendah
ditentukan oleh kemampuan pemisahan dari mikroskop
untuk menghasilkan gambaran-gambaran terpisah dari
benda-benda yang berdekatan. Batas atas kurang
terdefinisi dan ditetapkan dengan peningkatan kesulitan
penggabungan sifat partikel yang besar. Banyak cara
tersedia untuk penetapan sifat-sifat partikel diluar rentang
kemampuan mikroskopi optik. Mikroskopi optik
khususnya dipakai untuk penetapan partikel yang tidak
bulat. Metode ini dapat juga dipakai sebagai dasar untuk
kalibrasi yang lebih cepat dan pengembangan metode
rutin.
Alat pakailah mikroskop yang stabil dan terlindung
dari getaran. Perbesaran mikroskop (untuk perbesaran
objek, okuler dan komponen tambahan) harus cukup
untuk menetapkan partikel terkecil dalam contoh. Ukuran
celah terbesar dari objektif harus dicari untuk tiap rentang
perbesaran. Penyaring polarisasi dapat dipakai
bersama-sama dengan alat analisa yang sesuai dan
lempeng retardasi. Penyaring warna dengan spektra
transmisi yang relatif sempit harus dipakai dengan
objektif akromatis, lebih baik dengan apokromat, dan
dipersyaratkan untuk penafsiran warna yang sesuai pada
fotomikrografi. Kondensor mengoreksi sekurang-
kurangnya penyimpangan bulat harus dipakai pada
meja mikroskop dan dengan lampu. Ukuran celah dari
meja kondensor harus sesuai objektif dibawah kondisi
pemakaian dan dipengaruhi oleh celah aktual dari
diafragma kondensor dan adanya pemakaian minyak
imersi. Ketelitian garis sejajar.
Pengaturan Penting untuk dilakukan penyelarasan
seluruh elemen sistem optik dan pemfokusan (focusing)
yang sesuai. Fokus bagian yang akan diperiksa sesuai
dengan persyaratan yang direkomendasikan oleh pabrik
mikroskop. Kesejajaran aksial kritis direkomendasikan.
Pencahayaan Persyaratan pencahayaan yang baik
yaitu seragam dan intensitas yang dapat diatur dengan
lampu yang di atas bidang pengamatan; lebih baik dengan
pencahayaan Kohler. Dengan partikel berwarna, pilih
warna penyaring yang dipakai sesampai dapat
mengontrol kontras dan rincian bayangan .
Karakterisasi visual Perbesaran dan ukuran celah
harus cukup tinggi untuk memungkinkan resolusi
bayangan yang cukup sifat dari partikel. Tetapkan
perbesaran aktual memakai mikrometer yang telah
dikalibrasi untuk mengkalibrasi mikrometer okuler.
Kesalahan dapat diminimalkan jika perbesaran cukup
untuk membentuk bayangan partikel sekurang-kurangnya
10 bagian okuler. Tiap Objektif harus dikalibrasi terpisah.
Untuk mengkalibrasi skala okuler, skala mikrometer
meja dan skala okuler harus sejajar. Dengan cara ini,
dapat dibuat penetapan yang tiap jarak bagian meja
okuler. Beberapa perbedaan perbesaran diperlukan untuk
menetapkan sifat bahan yang memiliki distribusi
ukuran partikel yang lebar.
Karakterisasi fotografi Jika ukuran partikel
ditetapkan dengan metode fotografi, hati-hati untuk
memastikan objek terfokus tajam pada emulsi fotografi
yang datar. Tetapkan perbesaran aktual dengan
pemotretan mikrometer meja yang telah dikalibrasi
memakai film fotografi dengan kecepatan yang
cukup, kemampuan alat optik untuk menghasilkan
gambaran-gambaran terpisah dari benda-benda yang
berdekatan dan kontras. Penyinaran dan proses harus
identik untuk contoh dan penetapan perbesaran.
Bayangan fotografi dengan ulkuran yang jelas
dipengaruhi oleh proses penyinaran, pengembangan, dan
pencetakan dan oleh kemampuan mikroskop untuk
menghasilkan gambaran-gambaran terpisah dari benda-
benda yang berdekatan.
Penyiapan fiksasi Media fiksasi bervariasi
tergantung pada sifat fisik contoh. Kontras antara contoh
dan media fiksasi cukup tapi tidak berlebihan, diperlukan
untuk memastikan dari tepi contoh. Partikel harus
ditempatkan pada satu tempat dan terdispersi secara
memadai untuk membedakan partikel individu yang
- 1566 -
diinginkan. Selanjutnya, partikel harus mewakili
distribusi ukuran dalam bahan dan tidak boleh digantikan
selama penyiapan fiksasi. Pastikan persyaratan penting
ini dipenuhi. Pemilihan media fiksasi harus
memperhatikan kelarutan analit.
Karakterisasi sifat hablur - Sifat hablur dari material
harus dikarakterisasi untuk menetapkan kesesuaian
persyaratan sifat hablur yang dicantumkan pada masing-
masing monografi. Jika tidak dinyatakan lain dalam
monografi, fiksasi beberapa partikel contoh dalam
minyak mineral pada kaca objek bersih. Amati campuran
memakai mikroskop polarisasi: partikel yang
menampilkan warna pengganggu dan bagian yang tidak
terlihat jika perbesaran mikroskop diubah.
Uji Batas Ukuran Partikel secara Mikroskopi
Timbang beberapa serbuk untuk ditentukan (misalnya
10 – 100 mg) dan suspensikan ke dalam 10 ml dalam
media yang sesuai yang tidak melarutkan zat uji, jika
perlu tambahkan bahan pembasah. Suspensi partikel yang
homogen dipertahankan dengan mensuspensikan partikel
ke dalam media yang sama atau memiliki densitas
yang sesuai dan dengan pengadukan yang cukup.
Masukkan beberapa suspensi homogen ke dalam sel
penghitung yang sesuai dan amati di bawah mikroskop
pada bidang yang sesuai dengan tidak kurang dari 10 g
serbuk yang diamati. Hitung semua partikel yang
memiliki dimensi maksimum lebih besar dari batas
ukuran yang tercantum. Batas ukuran dan jumlah partikel
yang melebihi yang masih diperbolehkan ditetapkan
untuk masing-masing bahan.
Karakteristik ukuran partikel Pengukuran
berbagai ukuran partikel dalam kompleksitas tergantung
pada bentuk partikel dan jumlah partikel yang
dikarakterisasi harus cukup untuk memastikan batas
penerimaan ketidaksesuaian pada parameter yang diukur.
Informasi tambahan pada pengukuran ukuran partikel,
ukuran sampel, dan data analisa tersedia, sebagai contoh
dalam ISO 9276. Untuk partikel bulat, ukuran ditetapkan
dengan diameter. Untuk partikel tidak beraturan,
penetapan ukuran partikelnya bervariasi. Secara umum,
untuk partikel yang bentuknya tidak beraturan,
karakterisasi ukuran partikel harus mencakup informasi
pada tipe juga diameter yang diukur seperti pada partikel
bulat. Beberapa pengukuran yang umum dipakai untuk
ukuran partikel didefinisikan sebagai berikut (lihat gambar 1)
Diameter Feret Jarak antara garis sejajar imajiner
yang bersinggungan dengan partikel yang tidak beraturan
dan tegak lurus pada skala okuler.
Diameter Martin Diameter partikel pada titik
pembagi partikel yang tidak beraturan menjadi dua
daerah proyeksi yang sama.
Diameter daerah Proyeksi Diameter lingkaran yang
memiliki daerah proyeksi yang sama dengan partikel.
Panjang Dimensi terpanjang dari ujung ke ujung
partikel yang sejajar dengan skala okuler.
Lebar Dimensi terpanjang dari pertikel diukur pada
sudut siku-siku ke panjang.
Karakterisasi Bentuk Partikel Untuk bentuk
partikel yang tidak beraturan, karakterisasi ukuran
partikel harus mencakup informasi bentuk partikel.
Homogenitas serbuk harus diperiksa memakai
perbesaran yang sesuai. Beberapa definisi berikut umum
dipakai untuk menggambarkan bentuk partikel (lihat
gambar 2)
Acicular – Bentuk silinder,
partikel seperti jarum dengan lebar
dan ketebalan yang serupa.
Columnar (kolom) – Partikel
panjang, tipis dengan lebar dan
ketebalan yang lebih besar dari
partiker acicular.
Flake (serpih) – Partikel tipis, rata,
yang lebar dan panjangnya serupa.
Plate (Lempeng) – Partikel rata,
dengan panjang dan lebar yang
serupa namun lebih tebal dari flake.
Lath (bilah) – Partikel panjang,
tipis dan menyerupai pisau.
Equant – Partikel yang panjang,
lebar dan ketebalannya serupa; termasuk
partikel yang berbentuk kubus dan bulat.
Pengamatan Umum Partikel secara umum yaitu
unit terpisah yang paling kecil. Partikel bisa berupa
tetesan cairan atau setengah padat; hablur tunggal atau
polihablur; amorf, atau agglomerat. Partikel dapat
digabungkan. Derajat penggabungan ini dapat
dideskripsikan sebagai berikut
Lamellar-Tumpukan lempeng
Aggregate-massa partikel yang melekat
Agglomerate/tumpukan-partikel yang bergabung atau
menyatu
Conglomerate-Campuran dari dua atau lebih tipe partikel
panjang
lebar
Diameter martin
Diameter feret
Diameter proyeksi
Intersep horizontal
maksimum
- 1567 -
Spherulite-bola-bola kecil-Kelompok partikel berbentuk
radial
Kondisi partikel digambarkan sebagai bentuk :
Drusy-Partikel yang terbungkus partikel sangat kecil.
Edges-Bersudut, bulat, halus tajam, patahan.
Optikal-warna (memakai penyaring warna yang
seimbang), transparan, jernih tidak tembus cahaya.
Defect-Penghambatan, pemasukan
Karakteristik permukaan digambarkan sebagai berikut:
Cracked/ retak-Terbelah sebagian, patah, atau retak.
Smooth-Bebas dari ketidakberaturan, kekasaran atau
tonjolan.
Porous-memiliki lubang atau berongga.
Rough/kasar-berlubang-lubang, tidak rata, tidak halus.
Piited/ berlubang-Lekukan kecil.
PENETAPAN ROTASI OPTIK <1081>
Banyak bahan obat bersifat optik aktif dalam
pengertian dapat memutar bidang cahaya terpolarisasi
yang datang, sesampai bidang cahaya yang ditransmisi
membentuk sudut yang terukur terhadap bidang cahaya
datang. Sifat ini khas untuk beberapa hablur dan banyak
cairan atau larutan obat. Sifat yang dimiliki oleh cairan
atau zat terlarut itu biasanya disebabkan oleh
keberadaan satu atau lebih pusat asimetri, biasanya atom
karbon dengan empat substituen yang berbeda. Jumlah
isomer optik yaitu 2n; n yaitu jumlah pusat asimetri.
Polarimetri, yaitu pengukuran rotasi optik, dari bahan
obat merupakan satu-satunya cara yang mudah untuk
membedakan isomer-isomer aktif optik, sesampai
merupakan penanda yang penting untuk identitas dan
kemurnian.
Senyawa yang memperlihatkan kekuatan memutar
bidang optik yaitu senyawa khiral. Senyawa yang
memutar bidang cahaya sesuai arah jarum jam dilihat ke
arah sumber cahaya, bersifat dekstrorotatori atau isomer
optik (+). Senyawa yang memutar bidang cahaya
berlawanan dengan arah jarum jam disebut levorotatori
atau isomer optik (-). (Simbol d- dan l- yang sebelumnya
dipakai untuk menampilkan isomer dekstrorotatori
dan levorotatori, tidak lagi dipakai sebab mirip
dengan D- dan L- yang mengacu kepada konfigurasi
D-gliseraldehida. Simbol R dan S, dan juga
dipakai untuk mengindikasikan konfigurasi,
pengaturan atom atau grup atom di dalam ruang).
Sifat fisikokimia dari senyawa-senyawa khiral yang
tidak setangkup yang memutar bidang cahaya
terpolarisasi ke arah berlawanan dengan besaran yang
sama, enansiomer, yaitu identik, kecuali untuk sifat
rotasi optiknya dan reaksinya dengan senyawa khiral
lainnya. Enansiomer sering menampilkan perbedaan yang
mendalam dalam farmakologi dan toksikologi, sesuai
dengan fakta bahwa reseptor biologi dan enzim yaitu
khiral. Banyak bahan alam, seperti asam amino, protein,
alkaloid, antibiotik, glikosida, dan gula berada dalam
bentuk senyawa khiral. Sintesis senyawa ini dari
senyawa nonkhiral menghasilkan jumlah yang setara
yaitu rasemat. Rasemat tidak menampilkan rotasi optik,
dan sifat fisikanya berbeda dari sifat enansiomer-
enansiomer penyusunnya. Metode sintesis stereoselektif
atau stereospesifik atau pemisahan campuran rasemat
dapat dipakai untuk mendapatkan isomer optik
tunggal.
Pengukuran rotasi optik dilakukan memakai
polarimeter yang telah dikalibrasi. Persamaan umum
yang dipakai dalam polarimetri yaitu :
[ ]
lc
at 100
=
[ ] yaitu rotasi jenis pada panjang gelombang ,
t yaitu suhu, a yaitu rotasi yang diamati dalam satuan
derajat (°), l yaitu panjang tabung polarimeter dalam
desimeter, dan c yaitu kadar analit dalam g per 100 ml.
Dengan demikian, [ ] yaitu nilai pengukuran dikali 100,
dalam derajat (°), untuk larutan mengandung 1 g per 100
ml, diukur memakai sel dengan panjang 1.0
desimeter dibawah kondisi yang ditetapkan pada panjang
gelombang cahaya dan suhu tertentu. Untuk beberapa
bahan Farmakope, khususnya cairan seperti minyak
esensial, persyaratan rotasi optik dinyatakan dalam istilah
rotasi yang diamati, a, ditetapkan dibawah kondisi seperti
yang dinyatakan dalam monografi. Rotasi jenis untuk
cairan ini dapat dihitung sebagai berikut:
[ ]
ld
at =
d yaitu bobot jenis cairan pada suhu pengamatan.
Menurut sejarah, polarimetri dilakukan memakai
instrumen dimana besarnya rotasi optik diperkirakan
melalui penyesuaian visual dari intensitas bidang
berbelah. Oleh sebab nya, paling sering dipakai garis
–D lampu natrium pada panjang gelombang cahaya
tampak 589 nm. Rotasi jenis yang ditetapkan pada garis-
D dinyatakan dengan simbol:
[ ]25 atau [ ]20
D D
dan banyak data yang tersedia dinyatakan dalam bentuk
ini. pemakaian panjang gelombang yang lebih rendah,
seperti pada lampu merkuri yang dipisahkan
memakai penyaring dengan transmitan maksimum
pada kira-kira 578, 546, 436, 405, dan 365 nm dalam
polarimeter fotoelektrik, ternyata lebih menguntungkan
dalam hal kepekaan sesampai dapat menurunkan kadar
senyawa uji. Secara umum, pengamatan rotasi optik pada
panjang gelombang 436 nm yaitu dua kalinya dan pada
365 nm yaitu tiga kalinya dibandingkan pada 589 nm.
Pengurangan kadar zat terlarut yang dibutuhkan untuk
penetapan kadang-kadang dicapai dengan konversi
senyawa itu menjadi senyawa yang rotasi optiknya lebih
tinggi secara menonjol . Rotasi optik juga dipengaruhi
- 1568 -
pelarut yang dipakai dalam pengukuran, dan hal ini
harus ditetapkan.
Sekarang lazim memakai sumber cahaya lain
seperti xenon atau tungsten halogen, dengan penyaring
yang sesuai, sebab hal ini akan memberi keuntungan
biaya, umur alat, dan rentang lebar panjang gelombang
emisi, dibanding dengan sumber cahaya tradisional.
Rotasi jenis Acuan rotasi jenis di dalam monografi
menyatakan bahwa rotasi jenis dihitung dari rotasi optik
hasil pengamatan dalam Larutan Uji. Kecuali dinyatakan
lain, pengukuran rotasi optik dilakukan pada 589 nm pada
25°. Jika dipakai polarimeter fotoelektrik, maka
pengukuran tunggal harus dikoreksi terhadap larutan
blangko. Jika dipakai polarimeter visual, harus diambil
rata-rata tidak kurang dari lima kali penetapan, dan
koreksi pembacaan dilakukan dengan larutan blangko
memakai tabung yang sama. Pada larutan ataupun
cairan uji, suhu harus dipertahankan dalam rentang 0,5°
dari nilai yang ditetapkan. Sel untuk larutan uji dan
blangko harus sama. Perlakuan pada tiap sel harus
dipertahankan sama pada setiap kali pembacaan.
Tempatkan sel sedemikian rupa sesampai cahaya
melewatinya dengan arah yang sama setiap saat. Kecuali
dinyatakan lain, rotasi jenis dihitung terhadap zat yang
dikeringkan menurut Penetapan Susut Pengeringan
seperti tertera pada monografi atau dihitung terhadap zat
anhidrat bila dilakukan Penetapan Kadar Air.
Rotasi optik dari larutan harus ditentukan dalam waktu
30 menit sesudah pembuatan. Dalam hal senyawa
diketahui mengalami rasemisasi atau mutarotasi,
perhatian harus diberikan untuk membakukan waktu
antara penambahan zat terlarut ke dalam pelarut dan
penempatan larutan ke dalam tabung polarimeter.
Sudut rotasi (rotation angular) Acuan sudut rotasi dalam
monografi, kecuali dinyatakan lain, yaitu rotasi optik
dari cairan yang ditetapkan memakai tabung 1,0 dm
pada 589 nm dan suhu 25°, dan dikoreksi terhadap
pembacaan memakai tabung kosong dan kering.
PENETAPAN SIFAT HABLUR <1091>
Pengujian ini dipakai untuk memenuhi persyaratan
sifat hablur yang tertera pada masing-masing monografi
bahan obat.
procedure procedure uji seperti tertera pada Mikroskop
Optik <1076>
PENETAPAN SUHU BEKU <1101>
Suhu pada saat zat cair berubah menjadi padat pada
pendinginan merupakan indeks yang berguna untuk
kemurnian jika panas dibebaskan pada saat pemadatan,
asalkan cemaran yang ada hanya terlarut dalam cairan
dan tidak dalam padatan. Zat murni memiliki suhu beku
yang lebih pasti dan jelas, namun campuran zat pada
biasanya membeku pada suatu rentang suhu. Untuk
banyak campuran, suhu beku yang ditetapkan dengan
metode empirik secara saksama, merupakan indeks
kemurnian yang berguna. Metode penetapan suhu beku
berikut ini dapat dipakai untuk zat yang melebur
antara -20º dan +150º, rentang suhu termometer yang
biasa dipakai dalam tangas. Suhu beku yaitu titik
maksimum (atau bila tidak ada maksimum, titik infleksi)
pada kurva suhu-waktu.
Alat Pasang alat seperti pada gambar, wadah untuk zat
yaitu tabung reaksi 100 mm x 25 mm, dilengkapi
dengan termometer yang sesuai dengan rentang suhu
pendek yang digantungkan di tengah dan pengaduk kawat
dengan panjang sekitar 30 cm, dibengkokkan pada ujung
bawah menjadi lingkaran horisontal disekeliling
termometer.
Wadah untuk zat disangga dengan gabus dalam tabung
silinder yang sesuai dan kedap air dengan diameter dalam
lebih kurang 50 mm dan panjang 11 cm. Tabung silinder
disangga dalam tangas yang sesuai sedemikian sampai
tidak kurang dari lapisan setebal 37 mm disekeliling sisi
dan dasar tabung silinder. Tangas luar dilengkapi dengan
termometer yang sesuai.
procedure pakailah termometer yang memiliki
rentang suhu tidak melebihi 30º dengan pembagian skala
0,1º dan telah dikalibrasi, namun tidak dipakai pada
pencelupan 76 mm. Satu seri termometer yang sesuai,
mencangkup rentang suhu dari -20º sampai +150º tersedia
sebagai Termometer seri 89C sampai 96C seperti tertera
pada Termometer <31>. Leburkan zat jika merupakan
padatan, pada suhu tidak lebih dari 20º di atas suhu beku
yang diperkirakan, dan tuangkan ke dalam tabung reaksi
sampai tinggi antara 50 - 57 mm. Pasang alat dengan
pencadang raksa termometer dalam tabung uji tercelup
setengah antara ujung atas dan dasar zat dalam tabung
reaksi. Isi tangas sampai lebih kurang 12 mm dari ujung
atas tabung dengan cairan yang sesuai pada suhu 4º - 5º di
bawah suhu beku yang diperkirakan.
Untuk senyawa yang berbentuk cair pada suhu kamar,
lakukan penetapan memakai suhu tangas lebih
kurang 15º di bawah suhu beku yang diperkirakan.
Jika zat uji telah didinginkan sampai lebih kurang 5º di
atas suhu beku yang diperkirakan, atur tangas sampai
suhu 7º - 8º di bawah suhu beku yang diperkirakan. Aduk
zat secara sinambung selama sisa waktu penetapan
dengan menggerakkan lingkaran kawat pengaduk naik-
turun antara bagian atas dan bawah zat uji pada kecepatan
tetap 20 putaran sempurna per menit.
- 1569 -
Alat Penetapan Suhu Beku
Pembekuan seringkali dapat dirangsang dengan
menggosok dinding dalam tabung reaksi dengan
termometer, atau dengan memasukkan hablur kecil dari
senyawa yang sebelumnya dibekukan. Pendinginan yang
berlebihan dapat menyebabkan penyimpangan dari pola
normal perubahan suhu. Jika terjadi penyimpangan
seperti ini, ulangi penetapan dengan memasukkan partikel
kecil zat uji dalam bentuk padat selang 1º pada saat suhu
mendekati suhu yang diperkirakan.
Catat pembacaan termometer pada tabung reaksi setiap
30 detik. Lanjutkan pengadukan hanya selama suhu
menurun secara teratur, dan hentikan jika suhu menjadi
tetap atau mulai sedikit naik. Lanjutkan pencatatan suhu
dalam tabung reaksi setiap 30 detik selama tidak kurang
3 menit sesudah suhu mulai menurun lagi sesudah suhu
tetap.
Harga rata-rata dari tidak kurang 4 kali pembacaan
berturut-turut yang terletak antara rentang 0,2º
merupakan suhu beku. Pembacaan ini terletak pada lebih
kurang titik infleksi atau maksimum, pada kurva suhu-
waktu, yang terjadi sesudah suhu menjadi tetap atau mulai
menaik dan sebelum mulai menurun lagi. Harga rata-rata
yang mendekati 0,1º yaitu suhu beku.
PENETAPAN SUSUT PEMIJARAN <1111>
Cara ini dipakai untuk penetapan presentase zat uji
yang mudah menguap dan hilang pada kondisi yang
ditetapkan. Pada biasanya cara ini tidak merusak zat uji,
namun zat ini dapat diubah menjadi bentuk lain seperti
bentuk anhidrat.
Lakukan penetapan terhadap bahan yang diserbuk
halus, dan jika perlu gumpalan digerus dengan bantuan
lumpang dan alu sebelum ditimbang. Timbang zat uji
tanpa perlakuan lebih lanjut kecuali jika pengeringan
awal dilakukan pada suhu rendah atau jika ada perlakuan
khusus lain, seperti tertera dalam masing-masing
monografi. Kecuali ada peralatan lain yang ditentukan
pada masing-masing monografi, lakukan pemijaran dalam
tanur atau oven yang sesuai yang mampu
mempertahankan suhu lebih kurang 25º dari yang
diperlukan untuk penetapan. pakailah krus yang sesuai,
bertutup, yang sebelumnya dipijar selama 1 jam pada
suhu yang sama, didinginkan dalam desikator, dan
ditimbang saksama.
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing
monografi, masukkan ke dalam krus yang telah ditara
beberapa zat uji yang ditimbang saksama dalam g, lebih
kurang sama dengan yang dihitung dengan rumus:
L yaitu batas (atau nilai rata-rata batas) susut pemijaran,
dalam presentase. Pijarkan krus berisi zat uji tanpa tutup
dan tutup pada suhu tertentu ±25º selama jangka waktu
seperti tertera pada masing-masing monografi. Jika
dinyatakan pemijaran sampai bobot tetap, pijarkan dalam
jangka waktu 1 jam berturutan. Pada akhir setiap
pemijaran, krus ditutup dan biarkan menjadi dingin dalam
deksikator sampai suhu ruang sebelum ditimbang.
PENETAPAN SUSUT PENGERINGAN <1121>
procedure ini dipakai untuk penetapan jumlah semua
jenis bahan yang mudah menguap dan hilang pada
kondisi tertentu. Untuk zat yang diperkirakan
mengandung air sebagai satu-satunya bahan mudah
menguap, cara yang ada pada Penetapan Kadar Air
<1031> sudah memadai dan dicantumkan dalam masing-
masing monografi.
Campur dan timbang saksama zat uji, kecuali
dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, lakukan
penetapan memakai 1 - 2 g. jika zat uji berupa
hablur besar, gerus secara cepat sampai ukuran partikel
lebih kurang 2 mm. Tara botol timbang dangkal
bersumbat kaca yang telah dikeringkan selama 30 menit
pada kondisi seperti yang akan dipakai dalam
penetapan. Masukkan zat uji ke dalam botol timbang
ini , dan timbang saksama botol beserta isinya.
Perlahan-lahan dengan menggoyang, ratakan zat uji
sampai setinggi lebih kurang 5 mm dan dalam hal zat
ruahan tidak lebih dari 10 mm. Masukkan ke dalam oven,
buka sumbat dan biarkan sumbat ini di dalam oven.
Panaskan zat uji pada suhu dan waktu tertentu seperti
tertera pada monografi.
[Catatan Suhu yang tercantum dalam monografi
haruslah dianggap dalam rentang ±2° dari angka yang
tertulis.] Pada waktu oven dibuka, botol segera ditutup
dan biarkan dalam desikator sampai suhunya mencapai
suhu kamar sebelum ditimbang.
Jika zat uji melebur pada suhu lebih rendah dari suhu
yang ditetapkan untuk penetapan Susut Pengeringan,
biarkan botol beserta isinya selama 1 - 2 jam pada suhu
5° - 10° di bawah suhu lebur, lalu keringkan pada
suhu yang telah ditetapkan.
L
10
- 1570 -
Jika contoh yang diuji berupa kapsul, pakailah
beberapa campuran isi tidak kurang dari 4 kapsul.
Jika contoh yang diuji berupa tablet, pakailah beberapa
serbuk tablet tidak kurang dari 4 tablet yang
diserbukhaluskan.
Jika dalam monografi susut pengeringan ditetapkan
dengan analisa termogravimetri, pakailah timbangan
analitik yang peka.
Jika dalam monografi ditetapkan pengeringan dalam
hampa udara di atas zat pengering, pakailah sebuah
desikator vakum atau pistol pengering vakum atau alat
pengering vakum lain yang sesuai.
Jika pengeringan dilakukan dalam desikator; lakukan
penanganan khusus untuk menjamin zat pengering tetap
efektif dengan cara menggantinya sesering mungkin.
Jika dalam monografi ditetapkan pemanasan dalam
botol bersumbat kapiler dalam hampa udara, pakailah
botol atau tabung dengan sumbat kapiler berdiameter
225±25 m dan atur bejana pemanas pada tekanan
5 mmHg atau kurang. Pada akhir pemanasan, biarkan
udara kering mengalir ke dalam bejana pemanas, angkat
botol bersumbat kapiler, biarkan dingin dalam desikator
sebelum ditimbang.
PENETAPAN VOLUME INJEKSI DALAM
WADAH <1131>
Pilih salah satu atau lebih wadah, bila volume 10 ml
atau lebih, 3 wadah atau lebih bila volume lebih dari 3 ml
dan kurang dari 10 ml, atau 5 wadah atau lebih bila
volume 3 ml atau kurang. Ambil isi tiap wadah dengan
alat suntik hipodermik kering berukuran tidak lebih dari
tiga kali volume yang akan diukur dan dilengkapi dengan
jarum suntik nomor 21, panjang tidak kurang dari 2,5 cm.
keluarkan gelembung udara dari dalam jarum dan alat
suntik dan pindahkan isi dalam alat suntik, tanpa
mengosongkan bagian jarum, ke dalam gelas ukur kering
volume tertentu yang telah dibakukan sesampai volume
yang diukur memenuhi sekurang-kurangnya 40% volume
dari kapasitas tertera (garis-garis penunjuk volume gelas
ukur menunjuk volume yang ditampung, bukan yang
dituang). Cara lain, isi alat suntik dapat dipindahkan ke
dalam gelas piala kering yang telah ditara, volume dalam
ml diperoleh dari hasil perhitungan berat dalam g dibagi
bobot jenis cairan. Isi dari dua atau tiga wadah 1 ml atau
2 ml dapat digabungkan untuk pengukuran dengan
memakai jarum suntik kering terpisah untuk
mengambil isi tiap wadah. Isi dari wadah 10 ml atau lebih
dapat ditentukan dengan membuka wadah, memindahkan
isi secara langsung ke dalam gelas ukur atau gelas piala
yang telah ditara.
Volume tidak kurang dari volume yang tertera pada
wadah bila diuji satu per satu, atau bila wadah volume
1 ml dan 2 ml, tidak kurang dari jumlah volume wadah
yang tertera pada etiket bila isi digabung.
Volume tertera
dalam penandaan
Kelebihan Volume yang Di-
anjurkan
Untuk Cairan
Encer
Untuk Cairan
Kental
0,5 ml 0,10 ml 0,12 ml
1,0 ml 0,10 ml 0,15 ml
2,0 ml 0,15 ml 0,25 ml
5,0 ml 0,30 ml 0,50 ml
10,0 ml 0,50 ml 0,70 ml
20,0 ml 0,60 ml 0,90 ml
30,0 ml 0,80 ml 1,20 ml
50,0 ml atau lebih 2% 3%
Bila dalam wadah dosis ganda berisi beberapa dosis
volume tertera, lakukan penentuan seperti di atas dengan
beberapa alat suntik terpisah beberapa dosis tertera.
Volume tiap alat suntik yang diambil tidak kurang dari
dosis yang tertera.
Untuk injeksi mengandung minyak, bila perlu
hangatkan wadah dan segera kocok baik-baik sebelum
memisahkan isi. Dinginkan sampai suhu 25° sebelum
pengukuran volume.
PENGAYAK DAN DERAJAT HALUS SERBUK
<1141>
Pengayak dan derajat halus serbuk dalam Farmakope
dinyatakan dalam uraian yang dikaitkan dengan nomor
yang ditetapkan untuk pengayak baku, seperti tertera pada
Tabel 1.
Sebagai pertimbangan praktis, pengayak terutama
dimaksudkan untuk pengukuran derajat halus serbuk,
untuk sebagian besar keperluan farmasi; walaupun
pemakaian nya tidak meluas untuk keperluan
pengukuran rentang ukuran partikel yang bertujuan
meningkatkan penyerapan obat dalam saluran cerna.
Untuk pengukuran partikel dengan ukuran nominal
kurang dari 100 μm, alat lain selain pengayak mungkin
lebih berguna.
Efisiensi dan kecepatan pemisahan partikel oleh
pengayak beragam berbanding terbalik dengan jumlah
partikel termuat. Efektivitas pemisahan menurun dengan
cepat, jika kedalaman muatan melebihi lapisan dari
6 - 8 partikel.
Pengayak untuk Pengujian secara Farmakope yaitu
anyaman kawat, bukan tenunan; kecuali untuk ukuran
nomor 230, nomor 270, nomor 325 dan nomor
400, anyaman terbuat dari kuningan, perunggu, baja tahan
karat, atau kawat lain yang sesuai, dan tidak dilapisi atau
disepuh. Tabel 2 memberi ukuran rata-rata lubang
pengayak baku anyaman kawat.
Serbuk Simplisia Nabati dan Simplisia Hewani
Dalam penetapan derajat halus serbuk simplisia nabati
dan simplisia hewani, tidak ada bagian dari obat yang
dibuang selama penggilingan atau pengayakan, kecuali
dinyatakan lain dalam masing-masing monografi.
- 1571 -
Metode Penetapan Keseragaman Derajat Halus Untuk
penetapan keseragaman derajat halus serbuk obat dan
bahan kimia, cara berikut boleh dilakukan, memakai
pengayak baku yang memenuhi persyaratan ini di
atas. Hindari penggoyangan lebih lama, yang akan
menyebabkan peningkatan derajat halus serbuk selama
penetapan.
Untuk serbuk sangat kasar, kasar dan setengah kasar
Masukkan 25 - 100 g serbuk uji pada pengayak baku
yang sesuai. yang memiliki panci penampung dan
tutup yang sesuai. Goyang pengayak dengan arah putaran
horizontal dan ketukkan secara vertikal pada permukaan
yang keras selama tidak kurang dari 20 menit atau sampai
pengayakan praktis sempurna. Timbang saksama jumlah
yang tertinggal pada pengayak dan dalam panci
penampung.
Untuk serbuk halus atau sangat halus Lakukan
penepatan seperti pada serbuk kasar kecuali contoh tidak
lebih dari 25 g dan pengayak yang dipakai digoyang
selama tidak kurang dari 30 menit atau sampai
pengayakan praktis sempurna.
Untuk serbuk berminyak atau serbuk lain yang
cenderung menggumpal dan dapat menyumbat lubang,
sikat pengayak secara berkala dengan hati-hati selama
penetapan. Hancurkan gumpalan yang terbentuk selama
pengayakan. Derajat halus serbuk obat dan bahan kimia
dapat juga ditetapkan dengan cara melewatkan pada
pengayak yang dapat digoyang secara mekanik yang
memberi gerakan berputar dan ketukan seperti pada
pengayak yang memakai tangan, namun dengan
gerakan mekanik yang seragam, mengikuti petunjuk dari
pabrik pembuat pengayak.
T