Jumat, 06 Desember 2024

farmakope 122


 abel 1 

Klasifikasi Serbuk Berdasarkan Derajat Halus 

Klasifikasi 

Serbuk 

Simplisia Nabati dan Simplisia Hewani Bahan Kimia 

Nomor Nominal 

Serbuk 

Batas Derajat Halus2 Nomor Nominal 

Serbuk 

Batas Derajat Halus2

% Nomor 

Pengayak % Nomor 

Pengayak 

Sangat Kasar 8 20 60    

Kasar 20 40 60 20 60 40 

Setengah Kasar 40 40 80 40 60 60 

Halus 60 40 100 80 60 120 

Sangat Halus 80 100 80 120 100 120 

Keterangan :  1.     Semua partikel  serbuk  melewati  pengayak  dengan nomor  nominal  tertentu. 

2.  Batas persentase yang melewati pengayak dengan ukuran yang telah ditentukan. 

 

Tabel 2 Lubang Pengayak Baku 

Penandaan pengayak 

Nomor nominal                               ukuran lubang 

       pengayak 

  2    9,5 mm 

  3,5    5,6 mm 

  4    4,75 mm 

  8    2,36 mm 

  10    2,00 mm 

  14    1,40 mm 

  16    1,18 mm 

  18    1,00 mm 

  20                    850 μm 

  25                     710 μm 

  30                     600 μm 

  35                     500 μm 

  40                     425 μm 

  45                     355 μm 

  50                     300 μm 

  60                     250 μm 

  70                     212 μm 

  80                     180 μm 

100                     150 μm 

120                     125 μm 

200                         75 μm 

230                         63 μm 

270                         53 μm 

325                         45 μm 

400                         38 μm 

  

 

PERMEABILITAS UAP AIR <1151> 

 

I. Plester 

 

    Jika plester dinyatakan dapat ditembus uap air, 

permeabilitasnya tidak kurang dari 500 g per m2 selama 

24 jam bila dilakukan dengan cara sebagai berikut. 

    Alat Kotak terbuat dari bahan yang sesuai, tidak 

bersifat korosif, dengan ukuran luar lebih kurang 95 mm 

x 25 mm x 20 mm, bobot kosong tidak lebih dari 60 g, 

tertutup rapat kecuali pada bagian terbuka yang berbentuk 

empat persegi panjang dengan ukuran 80 mm x 10 mm 

pada bagian atas. Kotak tidak tembus air atau uap air, 

kecuali pada bagian terbuka tadi yang akan ditutup 

dengan bahan uji. 

    Metode Letakkan nampan berisi lebih kurang 1 kg 

kalsium klorida anhidrat P pada dasar lemari lembab dan 

dipanaskan dengan pemanas listrik, dilengkapi dengan 

alat sirkulasi udara yang efisien dan suhu dipertahankan 

pada 36° - 38°. Masukkan lebih kurang 2 g kapas ke 

dalam masing-masing 5 kotak dengan spesifikasi seperti 

ini  di atas. Tuangkan lebih kurang 20 ml air ke 

dalam tiap kotak, tutup bagian terbuka dengan bahan uji 

yang ditekan ke bawah tanpa diregangkan sesampai  

bagian terbuka kotak tersegel sempurna. Pastikan bahwa 

kapas basah tidak menempel pada permukaan bawah 

bahan uji. Lebar bahan uji paling sedikit 5 mm lebih 

besar dari ukuran bagian kotak yang terbuka. 

- 1572 -

 

 

 

 

 

 

    Timbang kotak-kotak yang disegel ini  sampai 

skala mg, dan simpan dalam lemari selama 18 jam 

(dengan simpangan waktu lebih kurang 15 menit). 

Keluarkan kotak dari dalam lemari, dinginkan dalam 

atmosfer yang dikondisikan selama 1 jam, timbang 

kembali sampai  skala mg. 

    Dari bobot yang hilang dan luas tiap bagian terbuka 

kotak, hitung permeabilitas uap air dalam g per m2 selama 

24 jam. 

    Hitung hasil rata-rata dari 5 pengujian. 

 

II. Pembalut Busa 

 

    Alat Bejana berbentuk silinder dengan penutup yang 

terpisah terbuat dari bahan yang sesuai, tidak bersifat 

korosif dengan ukuran luar sesuai Gambar di bawah, 

tertutup rapat kecuali pada bagian terbuka berbentuk 

bulat dengan diameter 40 mm, pada bagian atas. Penutup 

memiliki  diameter yang sama dihubungkan dengan     

4 baut yang terpisah. Cincin karet silikon yang rata 

dengan tebal antara 2,4 mm sampai 2,6 mm dengan pusat 

penutup berbentuk bulat dengan diameter 54 mm sampai 

56 mm disisipkan antara penutup dan bejana. Bejana 

sama sekali tidak tembus air atau uap air, kecuali pada 

bagian terbuka yang akan ditutupi bahan uji. 

 

 

 

Alat Penetapan Permeabilitas Uap Air 

ukuran dalam mm 

 

Keterangan gambar: 

A. Tempat penyimpanan air 

B. Cincin karet 

C. Penutup 

 

    Metode Masukkan lebih kurang 20 ml air ke dalam 

masing-masing 5 bejana dengan spesifikasi seperti 

ini  di atas. Bahan uji berbentuk cakram bulat dengan 

diameter 54 - 56 mm, letakkan di tengah-tengah 

permukaan atas bejana. Tempatkan pengikat cincin karet 

sekelilingnya dan jepit penutup memakai  4 buah baut. 

    Letakkan nampan berisi lebih kurang 1 kg silika gel P 

yang bersifat indikator, yang disebarkan sesampai  

membentuk lapisan setebal 3 cm, pada dasar lemari 

pemanas listrik dilengkapi dengan alat sirkulasi udara 

yang efisien pada suhu yang dipertahankan pada           

36° - 38°. Timbang bobot bejana yang disegel ini  

sampai skala mg. 

    Simpan dalam lemari selama 24 jam. Keluarkan 

bejana, biarkan dingin dalam atmosfer terkondisi selama 

1 jam, timbang kembali sampai  skala mg. Dari bobot rata-

rata yang hilang dan luas permukaan pembalut busa 

sebagai penutup, hitung permeabilitas uap air dalam g per 

m2 selama 24 jam. 

 

 

POLAROGRAFI <1161> 

 

    Polarografi yaitu  suatu metode analisa  elektrokimia 

berdasarkan pengukuran arus listrik hasil elektrolisis 

suatu larutan pada mikroelektrode yang dapat 

terpolarisasi, sebagai fungsi tegangan yang dipakai . 

Polarogram yang diperoleh (lihat Gambar 1) dengan cara 

pengukuran ini dapat memberi  data kualitatif dan 

kuantitatif zat-zat yang dapat direduksi atau dioksidasi 

secara elektrokimia. Kadar normal yang dipakai  dalam 

analisa  antara 10-2 molar dan 10-5 molar. 

    Pada polarografi arus searah sebagai mikroelektrode 

yaitu  elektrode raksa tetes yang terdiri dari tetes-tetes 

kecil raksa yang seragam yang terbentuk terus menerus 

yang mengalir dari ujung sebuah tabung kapiler yang 

dihubungkan dengan pencadang raksa. Pada biasanya  

sebagai elektrode pembanding dipakai  elektrode 

kalomel jenuh dengan permukaan yang luas. Pada waktu 

tegangan sel dinaikkan, hanya mengalir arus sisa yang 

sangat kecil sampai  saat zat yang ditetapkan kadarnya 

mengalami reduksi atau oksidasi. lalu  secara 

bertahap arus akan bertambah besar, lalu  

pertambahannya hampir sebanding dengan naiknya 

tegangan, dan secara bertahap mencapai suatu harga batas 

sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 1. Pada saat 

awal kenaikan dari suatu gelombang polarografi, 

kenaikan arus aliran menyebabkan penurunan kadar jenis 

elektroaktif pada permukaan elektrode. jika  tegangan 

dan arus meningkat, kadar dari zat yang reaktif berkurang 

terus sampai mencapai suatu harga minimum pada 

permukaan elektrode. Besarnya arus lalu  dibatasi 

oleh laju difusi zat yang bereaksi dari larutan ke 

permukaan mikroelektrode. Kenaikan arus yang terakhir 

disebabkan oleh reaksi elektrolit penyangga. Kadar 

elektrolit yang besar ini bersifat inert dalam rentang 

daerah tegangan yang dipakai  dalam analisa , dan 

mencegah agar zat yang reaktif tidak mencapai elektrode 

dengan cara migrasi elektrik, sesampai  dapat dipastikan 

bahwa arus batas diatur oleh difusi. 

    Oleh sebab  dalam hal elektrode tetes raksa, 

permukaan elektrode terus-menerus diperbaharui secara 

siklik, kuat arus bertambah dari suatu harga yang kecil 

pada waktu tetesan mulai terbentuk, sampai suatu harga 

maksimum ketika tetesan ini  itu jatuh. Dengan 

memakai  suatu alat perekam yang sesuai untuk 

mengukur besarnya arus, diperoleh kurva bergerigi 

gergaji yang khas. Arus batas merupakan jumlah arus sisa 

dan arus difusi. Dengan jalan mengurangkan arus batas 

dengan arus sisa diperoleh tinggi gelombang. 

 

    Persamaan Ilkovic Hubungan linier antara arus difusi 

(id) dan kadar elektroaktif ditunjukkan oleh persamaan 

Ilkovic: 

 

- 1573 -

 

 

 

 

 

 

id = 708nD1/2 Cm2/3t1/6 

 

id yaitu  arus maksimum dalam mikroAmpere; n yaitu  

jumlah elektron yang diperlukan tiap molekul zat yang 

elektroaktif; D yaitu  koefisien difusi dalam cm2 per 

detik; C yaitu  kadar yang dinyatakan dalam milimolar 

per liter; m yaitu  laju aliran raksa dari elektrode tetes 

raksa dalam mg per detik; t yaitu  waktu tetes dalam 

detik. 

    Polarograf modern dilengkapi dengan alat perekam 

yang mampu merekam kuat arus pada bagian akhir 

tetesan; sesampai , osilasi maksimum yaitu  ukuran dari 

kuat arus. jika  kuat arus diukur hanya pada akhir 

tetesan, cara ini dinamakan polarografi arus searah 

dengan pengambilan contoh. Dalam hal ini, hanya arus 

maksimum yang direkam dan osilasi yang disebabkan 

oleh pertumbuhan tetesan tidak diamati. 

    Untuk instrumen yang dilengkapi dengan galvanometer 

sebagai pengukur arus atau perekam dengan mode 

peredam, gelombang bergerigi gergaji sebanding dengan 

osilasi di sekitar arus rata-rata. Dalam hal yang terakhir 

ini, rata-rata osilasi menyatakan kuatnya arus. Untuk 

polarogram yang diperoleh dengan cara ini, id dalam 

persamaan Ilkovic merupakan arus rata-rata dalam 

mikroAmpere yang diamati selama terbentuknya tetesan, 

jika koefisien 708 diganti dengan 607. 

    

     Pengaturan Arus Difusi Persamaan Ilkovic 

menampilkan  variabel-variabel yang harus diatur agar 

arus difusi berbanding lurus dengan kadar zat yang 

elektroaktif. Pada suhu 25° koefisien difusi larutan ion 

dan molekul organik dalam air akan naik 1% sampai 2% 

untuk setiap derajat kenaikan suhu, sesampai  suhu sel 

polarograf harus dipertahankan dalam batas lebih kurang 

0,5°. Jumlah m dan t tergantung ukuran kapiler dan tinggi 

kolom raksa di atas elektrode. Meskipun hasil yang 

diperoleh dengan memakai  kapiler yang berbeda 

dapat dibandingkan, jika harga m2/3t1/6 diketahui, 

sebaiknya dipakai  kapiler yang sama yang 

memberi  tetes raksa yang konstan untuk satu seri 

penetapan. Arus difusi sebanding dengan akar pangkat 

dua dari tinggi kolom raksa. Pencadang raksa dengan 

diameter lebih dari 4 cm dapat mencegah penurunan 

permukaan raksa yang bermakna pada waktu melakukan 

satu seri penetapan. 

    Kapiler yang diperpakailah  untuk elektrode raksa tetes 

berdiameter - dalam lebih kurang 0,04 mm dan 

panjangnya 6 - 15 cm. Tinggi kolom raksa, diukur dari 

ujung kapiler sampai ke permukaan raksa dalam 

pencadang, berkisar antara 40 cm sampai 80 cm. Panjang 

yang tepat dari kapiler dan tinggi kolom raksa 

disesuaikan agar memberi  waktu tetes antara 3 - 5 

detik pada keadaan sirkuit terbuka dengan kapiler 

tercelup dalam larutan uji. 

    Dikenal juga alat yang dapat mengatur waktu tetes, 

mulai kurang dari satu detik sampai  beberapa detik. Oleh 

sebab  rincian dalam suatu polarogram terkait dengan 

jumlah tetesan yang terbentuk selama terjadinya 

perubahan potensial tertentu, waktu tetesan yang 

sedemikian singkat itu memungkinkan perekaman 

polarogram secara lebih cepat. 

    Arus yang mengalir melalui larutan uji selama 

perekaman polarogram yaitu  dalam batas mikroAmpere. 

Jadi aliran arus menghasilkan perubahan kadar dalam 

larutan yang dapat diabaikan dan beberapa polarogram 

dapat dibuat dengan larutan uji yang sama, tanpa 

menampilkan  perbedaan yang berarti. 

 

    Potensial Gelombang-paruh Potensial gelombang-

paruh (E1/2) ada  pada titik tengah antara arus sisa dan 

dataran arus batas. Potensial ini merupakan ciri khas dari 

zat elektroaktif dan tidak tergantung pada kadar atau 

kapiler yang dipakai  untuk memperoleh gelombang 

ini . Potensial ini tergantung dari komposisi larutan 

dan dapat berubah jika pH berubah atau sistem pelarut 

atau ada penambahan zat pembentuk kompleks. Jadi 

potensial gelombang paruh merupakan kriteria untuk 

identifikasi kualitatif suatu zat. 

    Potensial elektrode tetes raksa sama dengan tegangan 

yang dipakai  diukur terhadap elektrode pembanding, 

sesudah  dikoreksi dengan selisih tegangan iR (potensial 

yang diperlukan untuk mengalirkan arus i melalui larutan 

dengan tahanan R). Untuk larutan bebas air yang 

biasanya  memiliki  tahanan yang tinggi, koreksi ini 

menjadi penting sekali, jika diperlukan potensial yang 

tepat bagi elektrode tetes raksa. Dalam analisa  kuantitatif 

tidak diperlukan koreksi potensial gelombang-paruh. 

Kecuali dinyatakan lain, pengukuran potensial dilakukan 

terhadap elektrode kalomel jenuh. 

 

    Menghilangkan Oksigen Terlarut Pada elektrode 

tetes raksa, oksigen tereduksi dalam dua tingkat, mula-

mula terjadi hidrogen peroksida lalu  terjadi air. Jika 

polarogram dibuat pada daerah potensial yang lebih 

negatif dari lebih kurang 0 volt terhadap elektrode 

kalomel jenuh, oksigen harus dihilangkan dari larutan zat 

yang harus diuji. Oksigen dapat dihilangkan dengan 

mengalirkan gas nitrogen bebas oksigen ke dalam larutan 

selama 10 menit sampai 15 menit tepat sebelum 

perekaman gelombang. Untuk mencegah penguapan 

pelarut, sebelum dialirkan ke dalam larutan uji, nitrogen 

dialirkan lebih dulu ke dalam sebagian larutan uji yang 

telah dipisahkan.  

    Selama perekaman polarogram, larutan harus tenang 

dan tidak ada getaran, agar dapat dipastikan bahwa arus 

yang mengalir disebabkan oleh difusi. Oleh sebab  itu, 

nitrogen tidak lagi dialirkan ke dalam larutan, melainkan 

diarahkan ke atas permukaan larutan, sebelum perekaman 

polarogram.  

    Dalam media yang alkalis, dapat ditambahkan natrium 

bisulfit P untuk menghilangkan oksigen, asalkan pereaksi 

ini  tidak bereaksi dengan komponen sistem lainnya. 

 

    Pengukuran Tinggi Gelombang Bila polarogram 

dipakai  untuk analisa  kuantitatif, perlu dilakukan 

pengukuran tinggi gelombang. Oleh sebab  merupakan 

ukuran bagi besarnya arus difusi, tinggi gelombang 

diukur secara vertikal. Untuk mengurangkan arus sisa, 

bagian kurva yang mendahului gelombang 

- 1574 -

 

 

 

 

 

 

diekstrapolasikan sampai  melampaui bagian menaik dari 

gelombang. Untuk gelombang yang baik bentuknya, garis 

ekstrapolasi sejajar dengan dataran arus batas dan 

pengukuran dapat dilakukan dengan pasti. Untuk 

gelombang yang kurang baik bentuknya, dapat dipakai  

procedure  berikut ini, kecuali dinyatakan lain dalam 

monografi. Arus sisa dan arus batas kedua-duanya 

diekstrapolasikan dengan garis lurus seperti ditunjukkan 

pada Gambar 1. Sebagai tinggi gelombang diambil jarak 

vertikal antara kedua garis ini  yang diukur pada 

potensial gelombang-paruh. 

 

 

Gambar 1 Polarogram yang menampilkan  perubahan aliran 

arus dengan meningkatnya potensial yang 

dipakai  terhadap elektrode tetes raksa 

    procedure  [Perhatian Uap raksa sangat beracun, dan 

logam raksa memiliki  tekanan uap yang nyata pada 

suhu kamar. Ruang kerja harus dibuat sedemikian rupa 

sampai  setiap tumpahan atau ceceran tetes raksa dapat 

dibersihkan dengan sempurna secara mudah. Bersihkan 

sehabis pemakaian setiap alat dengan saksama. 

Upayakan agar ruang kerja mendapat ventilasi yang 

secukupnya dan bersihkan hati-hati raksa yang 

tertumpah.] beberapa  volume enceran terakhir zat yang 

ditetapkan kadarnya dipindahkan ke dalam sel polarograf 

yang dicelup dalam tangas air bersuhu 25°±0,5°. Alirkan 

nitrogen P ke dalam larutan selama 10 - 15 menit untuk 

menghilangkan oksigen yang terlarut. Biarkan raksa 

mulai menetes dari kapiler, celupkan kapiler ke dalam 

larutan uji dan atur tinggi pencadang raksa. Pindahkan 

aliran nitrogen ke atas permukaan larutan, dan rekam 

polarogram pada daerah potensial yang dinyatakan pada 

masing-masing monografi, memakai  alat perekam 

atau galvanometer yang peka untuk mendapatkan 

gelombang yang sesuai. Ukur tinggi gelombang, kecuali 

dinyatakan lain dalam monografi, bandingkan dengan 

tinggi gelombang yang diperoleh dengan Baku 

Pembanding FI yang diukur pada kondisi yang sama. 

 

    Polarografi Pulsa Pada polarografi arus searah yang 

konvensional arus diukur secara terus menerus selama 

pemberian tegangan yang bertambah tinggi secara linier 

(lihat Gambar 2). Arus ini terdiri atas dua unsur. Unsur 

pertama, arus difusi (Faraday), dihasilkan oleh zat yang 

mengalami reduksi atau oksidasi pada elektrode kerja, 

dan berbanding lurus dengan kadar zat ini . Unsur 

kedua, merupakan arus kapasitatif (pemberian muatan 

pada lapisan ganda elektrokimia). Perubahan dalam arus 

ini  selama perubahan ukuran tetes raksa 

menghasilkan osilasi dalam polarogram arus searah yang 

khas. 

 

 

Gambar 2 Polarografi Arus Searah 

 

 

 

Gambar 3 Polarografi Pulsa 

 

 

Gambar 4 Kurva Arus terhadap Waktu  

(Polarografi Pulsa). 

 

    Pada polarografi pulsa normal, diberikan pulsa 

tegangan pada elektrode raksa mendekati jatuhnya 

tetesan, dengan mempertahankan tetesan pada tegangan 

awal selama periode pertumbuhannya (lihat Gambar 3). 

Tiap tetesan berikutnya diberi pulsa yang sedikit lebih 

tinggi, dengan memilih laju pertambahan yang 

dikehendaki. Kuat arus diukur pada akhir pulsa, pada 

waktu arus kapasitatif mendekati nol, sesampai  pada 

dasarnya arus Faradaylah yang terukur (lihat Gambar 4). 

Dapat ditambahkan, sebab  pemberian pulsa hanya untuk 

waktu yang pendek, pengosongan lapisan difusi tidaklah 

sejauh pada polarografi arus searah dan diperoleh kuat 

arus yang lebih besar untuk kadar yang setara. Kadar 

sampai 10-6 M dapat diukur, berarti peningkatan 

- 1575 -

 

 

 

 

 

 

sensitivitas 10 kali dibandingkan dengan polarografi arus 

searah. Harga arus batas pun lebih mudah diukur, sebab  

gelombangnya bebas dari osilasi. 

 

 

 

Gambar 5 Polarografi Pulsa Diferensial 

 

    Polarografi pulsa diferensial merupakan suatu teknik, 

yang memberi  pulsa yang tetap tingginya menjelang 

tetesan jatuh, bertumpu di atas tegangan searah yang 

bertambah secara linier (lihat Gambar 5). Kuat arus 

diukur tepat pada saat sebelum pemberian pulsa dan 

sekali lagi pada akhir pulsa. Selisih kedua arus ini  

diukur dan disampaikan pada alat perekam. Sinyal 

diferensial semacam itu menghasilkan kurva yang 

merupakan pendekatan bagi turunan suatu gelombang 

polarografi serta memberi  suatu puncak. Potensial 

puncak  besarnya setara dengan:    

 

 

 

 

E yaitu  tinggi pulsa. Tinggi puncak berbanding lurus 

dengan kadar pada laju pertambahan tegangan yang 

konstan dan tinggi pulsa konstan. Teknik ini sangat peka 

(tingkat kadar 10-7 M dapat diukur) serta memungkinkan 

resolusi yang lebih baik di antara gelombang-gelombang 

yang berdekatan. 

 

    Voltammetri Striping Anode Voltammetri Striping 

Anode merupakan suatu teknik elektrokimia, yang 

mengkonsentrasikan (mereduksi) jumlah sesepora zat 

dalam larutan pada suatu elektrode dan lalu  

dioksidasikan kembali ke dalam larutan dengan 

pemberian tegangan pada anode. Pengukuran kuat arus 

yang mengalir sebagai fungsi tegangan serta laju 

perubahan tegangan memberi  informasi kualitatif dan 

kuantitatif pada zat-zat semacam itu. Tahap pemekatan itu 

memungkinkan analisa  pada tingkat kadar 10-7 - 10-9 M. 

    Peralatan dasar mencakup generator peningkat 

tegangan; sirkuit pengukur arus; sebuah sel dengan 

elektrode kerja, elektrode pembanding dan elektrode 

berlawanan; dan sebuah alat perekam atau alat pembaca 

lainnya. Peralatan dengan kemampuan polarografi arus 

searah atau pulsa, cukup memadai untuk aplikasi striping. 

Elektrode kerja yang biasa dipakai  yaitu  elektrode 

tetes raksa gantung, sekalipun elektrode lapisan tipis 

raksa dapat dipakai. Untuk analisa  logam misalnya 

perak, platina dan emas, yang potensial oksidasinya lebih 

positif daripada raksa, serta raksa sendiri, perlu 

dipakai  elektrode padat seperti platina, emas atau 

karbon. Sebagai elektrode pembanding dipakai  

elektrode kalomel jenuh atau elektrode perak-perak 

klorida, kecuali untuk analisa  raksa atau perak. Sebagai 

elektrode berlawanan biasa dipakai  kawat platina. 

    Zat uji yang mengandung elektrolit yang sesuai dipipet 

ke dalam sel. Oksigen terlarut dihilangkan dengan 

mengalirkan nitrogen melalui sel selama 5 - 10 menit. 

    Pada biasanya , dipakai  tegangan elektrolisis setara 

dengan 200 mV sampai 300 mV lebih negatif dari pada 

potensial gelombang paruh zat uji (sekalipun potensial ini 

harus ditentukan secara eksperimen), dengan pengadukan 

selama 1 - 10 menit. Agar diperoleh keberulangan hasil 

yang baik, kondisi yang konstan perlu dipertahankan 

(waktu deposisi, laju pengadukan, suhu, volume zat uji, 

dan ukuran tetes, jika dipakai  elektrode tetes raksa 

gantung). 

    Sesudah deposisi, pengadukan dihentikan, larutan dan 

elektrode dibiarkan setimbang untuk waktu yang pendek. 

lalu  dilakukan perubahan potensial anode secara 

cepat (10 mV/detik atau lebih besar pada polarografi arus 

searah dan 5 mV/detik pada polarografi pulsa diferensial). 

Seperti halnya pada polarografi, kuat arus batas 

sebanding dengan kadar zat (tinggi gelombang pada 

polarografi arus searah dan pulsa; tinggi puncak pada 

polarografi pulsa diferensial), sedangkan potensial 

gelombang-paruh (polarografi arus searah, pulsa) atau 

potensial puncak (polarografi pulsa diferensial) 

menyatakan identitas zat. Pemilihan elektrolit penyangga 

perlu dilakukan secara hati-hati agar supaya diperoleh 

hasil yang memuaskan. analisa  kuantitatif biasanya 

dapat dilakukan dengan metode tambahan baku atau 

metode kalibrasi. 

    Teknik ini sesuai untuk analisa  sesepora logam 

runutan, akan namun  terbatas pemakaian nya untuk 

penentuan zat organik, oleh sebab  banyak reaksinya 

tidak reversibel. Pada analisa  zat seperti klorida, dapat 

dipakai  voltammetri striping katode. Teknik ini sama 

dengan voltammetri striping anode, kecuali bahwa bahan 

ini  dideposisikan pada anode, lalu  dilakukan 

striping dengan jalan memberi  perubahan tegangan 

yang cepat pada katode.   

 

 

RADIOAKTIVITAS <1171> 

 

    Radiofarmaka perlu penanganan dan pengujian khusus 

agar diperoleh hasil yang benar, dan bahaya terhadap 

personil sekecil mungkin. Semua pengerjaan harus 

dilaksanakan oleh atau dibawah pengawasan personil 

yang terlatih dan memiliki  pengetahuan dalam 

penanganan zat radioaktif. 

    Fasilitas untuk produksi, pemakaian  serta 

penyimpanan radiofarmaka secara umum harus mengikuti 

perizinan yang dikeluarkan oleh Badan Atom Nasional 

(BATAN), yang pelaksanaan pengawasannya 

didelegasikan kepada Biro Pengawasan Tenaga Atom 

(BPTA). 

22/1

EE

- 1576 -

 

 

 

 

 

 

    Selain harus mengikuti peraturan Badan Pengawas 

Obat dan Makanan, setiap produsen dan pemakai harus 

memiliki izin dari BATAN dan mengikuti semua 

peraturan mengenai pengangkutan maupun pemakaian 

radioaktif. 

    Definisi, pertimbangan khusus dan procedure  yang 

berkaitan dengan monografi untuk sediaan yang bersifat 

radioaktif dibahas dalam bab ini. 

 

PERTIMBANGAN UMUM 

Hukum Dasar Peluruhan 

 

    Peluruhan zat radioaktif dinyatakan dengan rumus: 

 

Nt  = No e- t 

 

Ntyaitu  jumlah atom zat radioaktif sesudah  waktu t; No 

yaitu  jumlah atom radioaktif pada t = 0 dan  yaitu  

tetapan peluruhan atau transformasi, yang nilainya 

tertentu untuk setiap jenis radionuklida. Waktu paruh 

(T1/2) yaitu  waktu yang diperlukan oleh radiaktif tertentu 

untuk meluruh sesampai  radioktivitasnya tinggal separuh 

dari nilai radioaktivitas awal. Hubungan antara T1/2 

dengan tetapan peluruhan dinyatakan dengan persamaan: 

 

 

 

 

    Aktivitas suatu radioaktif (A) sebanding dengan jumlah 

atom zat radioaktif ini , dinyatakan dengan 

persamaan: 

 

 

 

Jumlah atom zat radioaktif pada waktu t dapat dihitung, 

sesampai  jumlah massa zat radioaktif dapat ditentukan. 

    Aktivitas suatu zat radioaktif murni sebagai fungsi 

waktu dapat diperoleh dari persamaan eksponensial atau 

dari tabel peluruhan, atau dari grafik peluruhan (Gambar 1) 

yang didasarkan pada waktu paruh. 

 

     

Aktivitas suatu zat radioaktif dinyatakan sebagai jumlah 

transformasi nuklir per satuan waktu. Satuan dasar 

radioaktivitas, curie (Ci), didefinisikan sebagai          

3,700 x 1010 transformasi nuklir per detik. Milicurie 

(mCi) dan mikrocurie ( Ci) merupakan satuan yang 

sering dipakai . Jumlah transformasi nuklir per satuan 

waktu yaitu  jumlah laju peluruhan dari semua tipe 

disintegrasi radionuklida induk. Sebelum aktivitas 

radionuklida suatu zat yang diukur dinyatakan dalam 

Curie, perlu diketahui kelimpahan emisi radiasi yang 

diukur. 

Geometri  

 

    Validitas kalibrasi relatif dan pengukuran radionuklida 

tergantung pada keberulangan dari hubungan sumber 

radioaktif terhadap detektor dan keadaan sekelilingnya. 

Harus dibuat pendukung yang sesuai untuk konfigurasi 

sumber. 

 

Latar Belakang 

 

    Sinar kosmik, radioaktivitas sisa yang ada pada 

detektor dan bahan pelindung, serta radiasi dari sumber 

radioaktif di sekitar alat pengukur yang tidak cukup 

terlindung, semua ini dapat memberi  konstribusi pada 

laju cacahan latar belakang. Semua pengukuran 

radioaktivitas harus dilakukan koreksi dengan cara 

mengurangi laju cacahan cuplikan zat radioaktif dengan 

laju cacahan latar belakang. 

 

Statistik Pencacahan 

 

Pada proses peluruhan radioaktif berlangsung secara 

acak, maka kejadian yg dicacah merupakan urutan acak 

dalam waktu. Oleh sebab  itu, pencacahan dalam waktu 

yang terbatas hanya menghasilkan perkiraan terhadap laju 

cacahan yang sebenarnya. Ketelitian perkiraan ini, 

berkaitan dengan fluktuasi statistik, tergantung pada 

jumlah cacahan yang terkumpul pada suatu pengukuran 

dan dapat dinyatakan dengan simpangan baku ( ). 

Perkiraan untuk  yaitu  n; n yaitu  jumlah cacahan 

yang terkumpul pada suatu pengukuran. Kemungkinan 

suatu pengukuran tunggal terletak antara ±100/ n% dari 

rata-rata beberapa  besar pengukuran yaitu  0,68. Berarti 

bila dilakukan banyak pengukuran pada cuplikan n 

cacahan, maka sekitar 2/3 dari pengamatan akan terletak 

pada antara 100/ n% dari nilai rata-rata cacahan dan 

sisanya terletak di luar rentang ini . 

    sebab  sifat acak dari peluruhan radioaktif, maka 

pengulangan pencacahan suatu sumber radioaktif dengan 

geometri yang tetap pada alat pencacah akan 

menghasilkan nilai laju cacahan yang mengikuti frekuensi 

distribusi normal. Penyimpangan nilai dari distribusi 

normal memenuhi uji 2. Oleh sebab  itu uji 2 sering 

dipakai  untuk menentukan keandalan dan kebenaran 

operasi suatu sistem alat pencacah. Pada pemilihan alat 

dan kondisi untuk menetapkan sumber radioaktif nilai 

2/B harus maksimum (  = efisiensi pencacahan = laju 

cacahan yang diamati/laju peluruhan dan B = laju cacahan 

latar belakang). 

69315,0

2/1 =T

NA =

- 1577 -

 

 

 

 

 

 

Kehilangan Pencacahan 

 

    Interval waktu minimum yang diperlukan alat 

pencacah untuk memisahkan 2 pulsa sinyal yang 

berturutan dinamakan waktu mati. Waktu mati ini 

berbeda-beda dari orde mikrodetik untuk pencacahan 

sintilasi, dan proporsional ratusan mikrodetik untuk 

pencacah “Geiger Müller”. Sinyal nuklir yang terjadi 

dalam waktu mati pencacah tidak akan tercatat. Untuk 

memperoleh laju cacahan yang terkoreksi, R, dari laju 

cacahan yang diamati, r, dengan rumus: 

 

 

 

 yaitu  waktu mati. Koreksi selanjutnya menampilkan  

waktu mati yang tidak berlanjut. Jadi untuk validitas nilai 

r  tidak boleh melebihi 0,1. Laju cacahan yang diamati;     

r dalam rumus ini tidak perlu dikurangi dengan laju 

cacahan latar belakang. 

 

Baku Kalibrasi 

 

    Lakukan semua penetapan radioaktivitas memakai  

sistem pengukuran yang terkalibrasi dengan baku 

radioaktif yang telah disertifikasi dengan benar. Baku 

kalibrasi ini  dapat dibeli langsung dari Badan 

Tenaga Atom Nasional atau dari sumber lain melalui 

keikutsertaan dalam program pengukuran kolaborasi. 

 

Pembawa 

 

    Jumlah massa atom atau molekul radioaktif untuk 

sumber radioaktif tertentu, berbanding langsung dengan 

radioaktivitas radionuklida yang bersangkutan dan waktu 

paruhnya, dan jumlah yang ada dalam radiofarmaka 

biasanya  terlalu kecil untuk diukur dengan cara kimia 

atau fisika biasa. Misalnya, massa 131I memiliki        

100 mCi yaitu  8 x 10-7g. sebab  jumlah zat sekecil itu 

memiliki  sifat menyimpang secara kimia, maka 

biasanya ditambahkan zat pembawa dalam bentuk isotop 

non radioaktif nuklida yang sama selama proses, agar 

mudah ditangani. Dalam banyak hal, adsorpsi dapat 

dihindari dengan penambahan kadar ion hidrogen dalam 

larutan. Jumlah zat yang ditambahkan ini  

sedemikian kecil, agar tidak terjadi efek fisiologis. Istilah 

bebas zat pembawa hanya untuk sediaan radioaktif yang 

tidak mengandung isotop non radioaktif dari radionuklida 

yang bersangkutan. Ini berarti bahwa radiofarmaka yang 

dibuat melalui reaksi (n, ) dianggap tidak “bebas zat 

pembawa”. 

    Kadar radioaktif yaitu  radioaktivitas per satuan 

volume atau per satuan bobot media atau pembawa yang 

mengandung zat radioaktif, baik bersifat bebas zat 

pembawa maupun yang mengandung zat pembawa. 

Sedangkan aktifitas jenis dipakai  untuk menyatakan 

radioaktivitas radionuklida per gram unsurnya. 

 

 

 

 

Kemurnian Radiokimia 

 

    Kemurnian radiokimia suatu sediaan radiofarmaka 

menampilkan  fraksi radionuklida yang berada dalam 

bentuk kimia yang dimaksud. Cemaran radiokimia dalam 

sediaan radiofarmaka dapat disebabkan oleh adanya 

penguraian dan berasal dari procedure  pembuatan yang 

tidak benar. Radiasi dapat menyebabkan penguraian air, 

yaitu komponen utama sediaan radiofarmaka, yang 

menghasilkan atom hidrogen reaktif dan radikal hidroksil, 

elektron terhidrasi, hidrogen, ion hidrogen dan hidrogen 

peroksida yang reaktif. Hidrogen peroksida reaktif 

terbentuk sebab  adanya radikal oksigen yang dihasilkan 

dari peruraian radiolisis dari oksigen terlarut. Stabilitas 

sediaan radioaktif biasanya  meningkat bila oksigen 

dihilangkan. Radiasi juga dapat mempengaruhi sediaan 

radiofarmaka itu sendiri, membentuk ion, radikal dan 

keadaan tereksitasi.  Zat ini dapat bereaksi satu sama lain 

dan atau dengan spesi aktif yang terbentuk dari air. 

Penguraian akibat radiasi dapat dikurangi dengan 

memakai  bahan kimia yang dapat bertindak sebagai 

penangkap elektron atau radikal. Elektron yang 

terperangkap dalam padatan menyebabkan hilangnya 

warna akibat terbentuknya pusat dan menjadi gelapnya 

wadah kaca radiofarmaka merupakan suatu hal yang 

spesifik. 

    Kemurnian radiokimia sediaan radiofarmaka dapat 

ditentukan dengan kromatografi kolom, kertas dan lapis 

tipis atau dengan teknik pemisahan analisa  lain yang 

sesuai, seperti tertera pada masing-masing monografi. 

 

Kemurnian Radionuklida 

 

    Kemurnian radionuklida sediaan radiofarmaka 

menampilkan  fraksi radioaktivitas yang berasal dari 

radionuklida yang dimaksud dalam radioaktivitas total 

yang diukur. Kemurnian radionuklida ini penting dalam 

perkiraan dosis radiasi yang diterima oleh pasien bila 

sediaan ini  diberikan. Cemaran radionuklida dapat 

berasal dari cemaran yang ada pada sasaran, perbedaan 

penampang lintang, nilai berbagai kompetisi produksi dan 

fungsi eksitasi pada energi partikel penembak pada waktu 

produksi. 

 

Definisi dan Istilah 

 

    Tanggal pembuatan yaitu  tanggal selesainya proses 

produksi. 

    Tanggal penetapan yaitu  tanggal (dan waktu, jika 

perlu) yang sesungguhnya saat pengukuran radioaktivitas 

dilakukan. 

    Tanggal kalibrasi yaitu  tanggal dan waktu yang 

ditetapkan, yang merupakan awal perhitungan 

radioaktivitas untuk memudahkan Pemakai . 

    Tanggal kedaluarsa yaitu  tanggal yang ditetapkan 

sebagai batas waktu pemakaian  produk. Rentang 

kedaluarsa (yaitu  rentang waktu antara tanggal 

pembuatan dan tanggal kedaluarsa), didasarkan pada sifat 

radioaktivitas produk dan hasil penelitian kestabilan 

bentuk produk akhir. 

r

rR =

1

- 1578 -

 

 

 

 

 

 

Penandaan 

 

    Penandaan pada masing-masing monografi 

radiofarmaka mencantumkan: Tanggal kedaluarsa, 

tanggal kalibrasi dan pernyataan “Awas Bahan 

Radioaktif”. Etiket memberi petunjuk bahwa dalam 

perhitungan dosis perlu dilakukan koreksi terhadap 

peluruhan radioaktif dari waktu paruh radionuklida. 

Untuk larutan injeksi harus memenuhi persyaratan 

Penandaan dalam Injeksi, dan untuk produk hayati selain 

harus memenuhi persyaratan Penandaan dalam Injeksi, 

etiket pada wadah akhir untuk setiap produk biologik 

mencantumkan: judul atau nama sebenarnya (nama 

produk yang diizinkan oleh peraturan yang berlaku); 

nama, alamat, dan nomor izin produsen; nomor lot; 

tanggal kedaluarsa; dan dosis individual yang dianjurkan 

untuk wadah dengan dosis - ganda. Etiket kemasan 

mencantumkan seluruh keterangan diatas, dengan 

menambahkan: pengawet yang dipakai  dan jumlahnya; 

jumlah wadah, bila lebih dari 1; jumlah produk di dalam 

wadah; suhu penyimpanan yang dianjurkan; bila perlu, 

pernyataan bahan pembekuan harus dihindari; dan 

keterangan lain yang sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. 

 

IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN  

KADAR RADIONUKLIDA 

 

Peralatan 

 

BEJANA PENGION 

 

    Bejana Pengion yaitu  suatu alat dengan medan listrik 

melalui beberapa  volume gas yang dimaksudkan untuk 

mengumpulkan ion-ion yang dihasilkan oleh medan 

radiasi. Ion positif dan elektron negatif bergerak 

sepanjang garis gaya medan listrik dan dikumpulkan pada 

elektrode dan lalu  menghasilkan suatu arus ionisasi. 

Dalam bejana pengion bentuk sumur yang didesain 

dengan baik, arus ionisasi tidak boleh terlalu bergantung 

pada letak zat radioaktif, dan nilai arus per satuan 

aktivitas, yang disebut faktor kalibrasi, yaitu  khas untuk 

setiap radionuklida yang memancarkan sinar gamma. 

    Arus ionisasi yang dihasilkan dalam bejana pengion 

berkaitan dengan energi rata-rata radiasi yang 

dipancarkan dan sebanding dengan insensitas radiasi. Bila 

sumber baku dengan laju peluruhan diketahui, dipakai  

untuk kalibrasi efisiensi, maka bejana pengion lalu  

dapat dipakai  untuk penetapan aktivitas antara 

beberapa mikrocurie sampai ratusan milicurie atau lebih. 

Batas atas aktivitas yang dapat diukur dalam bejana 

pengion biasanya tidak jelas dan dapat dibatasi oleh 

pertimbangan kejenuhan, rentang amplifier, dan desain 

bejana pengion sendiri. Data yang menyertai suatu alat 

tertentu, harus dikaji ulang untuk meyakinkan rentang 

energi dan intensitas yang dapat dipakai  dengan baik 

pada alat ini . 

Keberulangan sekitar 5% atau kurang dapat diperoleh 

dalam waktu lebih kurang 10 detik, bila dipakai   

bejana pengion bentuk sumur. Alat pengukur 

radioaktivitas  sediaan radiofarmaka yang memakai  

bejana pengion bentuk sumur dikenal dengan nama 

kalibrator dosis, yang paling banyak dipakai . 

    Walaupun faktor kalibrasi untuk setiap radionuklida 

dapat diinterpolasi dari kurva respons energi dari bejana 

pengion, ada  beberapa  kemungkinan kesalahan bila 

procedure  ini  dilaksanakan. Untuk itu disarankan agar 

semua kalibrasi bejana pengion dilakukan dengan 

memakai  baku acuan yang otentik untuk masing-

masing radionuklida, sebagaimana diterangkan berikut 

ini. 

    Kalibrasi suatu kalibrator dosis harus dijaga dengan 

menghubungkan hasil pengukuran respons suatu baku 

dengan baku yang memiliki  waktu paruh panjang, 

seperti radium 226 yang berada dalam kesetimbangan 

dengan nuklida anaknya. Alat harus diuji setiap hari 

dengan 226Ra atau sumber lain untuk menguji kestabilan 

jangka panjang. Pengujian ini termasuk kinerja 

pembacaan baku pada semua pengaturan radionuklida  

yang dipakai . Untuk memperoleh aktivitas (Ax) dari 

radionuklida yang sedang diukur, pakailah  persamaan: 

 

 

 

 

Rn yaitu  pembacaan baru untuk radium atau sumber lain; 

Rc yaitu  pembacaan sumber yang sama yang diperoleh 

pada awal procedure  kalibrasi; R yaitu  pembacaan 

radionuklida. Koreksi terhadap peluruhan radioaktif harus 

dilakukan terhadap sumber acuan. pemakaian  procedure  

ini harus mengurangi sejauh mungkin setiap efek akibat 

penyimpangan respons terhadap alat.  

    Radioaktivitas 226Ra atau sumber lain yang dipakai  

untuk procedure  ini  diatas dianjurkan 75 - 150 Ci. 

Disarankan juga agar keberulangan dan/atau stabilitas 

dari alat yang memiliki  rentang pembacaan ganda diuji 

untuk semua rentang pembacaan dengan memakai  

baku yang sesuai. 

    Ukuran dan sumber radioaktif dapat mempengaruhi 

respons pada kalibrator dosis, dan sering perlu dilakukan 

koreksi untuk pengukuran cuplikan yang besar. 

 

DETEKTOR SINTILASI DAN  

SEMIKONDUKTOR 

 

    Bila semua atau sebagian energi radiasi sinar beta atau 

sinar gamma dilepaskan dalam sintilator, maka dihasilkan 

foton dengan intensitas sebanding dengan jumlah energi 

yang dilepaskan. Pulsa-pulsa ini dideteksi oleh tabung 

foto pelipat ganda elektron dan diubah menjadi pulsa 

listrik, lalu  dianalis dengan penganalisa tinggi pulsa 

menghasilkan spektrum tinggi pulsa yang berkaitan 

dengan spektrum energi dari radiasi yang dipancarkan 

oleh sumber. Pada biasanya , spektrum tinggi pulsa 

sintilasi partikel sinar beta, hampir mendekati spektrum 

energi sinar beta yang sebenarnya, asalkan sumber 

partikel sinar beta dibuat sedemikian sesampai  absorpsi 

sendiri sekecil mungkin. Spektrum sinar beta dapat 

diperoleh dengan memakai  kalsium fluorida P atau 

antrasena P sebagai sintilator, sedangkan sinargamma 

n

c

x R

RR

A =

- 1579 -

 

 

 

 

 

 

biasanya diperoleh dengan hablur natrium iodida P yang 

diaktifkan dengan talium P atau detektor semikonduktor 

germanium-litium volume besar. Spektrum partikel 

bermuatan juga dapat diperoleh dengan memakai  

detektor semi konduktor silikon dan/atau pencacah 

proporsional gas. Detektor semi konduktor pada dasarnya 

yaitu  bejana pengion bentuk padat, namun  energi yang 

diperlukan untuk menimbulkan pasangan elektron lubang 

atau untuk meningkatkan elektron dari pita valensi ke pita 

konduksi dalam semikonduktor yaitu  lebih kurang 

sepersepuluh dari energi yang dibutuhkan untuk 

menghasilkan pasangan ion dalam bejana pengion yang 

berisi gas atau pencacah proporsional, dan jauh lebih 

kecil dari energi yang diperlukan untuk menghasilkan 

foton dalam hablur sintilasi NaI(TI). Dalam 

spektrofotometri sinar gamma, detektor Ge(Li) dapat 

menghasilkan daya pisah energi sebesar 0,33% untuk 

energi sinar gamma 1,33 MeV dari 60Co, sedangkan 

hablur NaI(TI) 3 inci x 3 inci dapat memberi  daya 

pisah energi 5,9% untuk energi sinar gamma yang sama. 

Daya pisah energi merupakan ukuran kemampuan untuk 

membedakan adanya dua sinar gamma yang energinya 

berdekatan, dan secara konvensi dinyatakan dengan lebar 

penuh puncak foton pada setengah tinggi, dinyatakan 

dalam persen energi foto puncak. 

    Spektrum sinar gamma menampilkan  satu atau lebih 

foto puncak yang tajam dan khas atau puncak energi 

penuh sebagai hasil serapan total dalam detektor dari 

seluruh energi radiasi gamma sumber radioaktif; puncak-

puncak ini sangat berguna untuk tujuan identifikasi. 

Puncak-puncak sekunder juga diamati sebagai akibat 

hamburan balik, radiasi anihilasi, penjumlahan 

koinsidensi, fluoresensi sinar-X, dan sebagainya, diikuti 

oleh pita lebar yang disebut puncak Compton, yang 

timbul dari hamburan foton dalam detektor dan dari 

bahan sekitarnya. sebab  respons foto puncak berbeda-

beda tergantung dari energi sinar gamma, maka kalibrasi 

spektrometri sinar gamma harus dilakukan dengan 

radionuklida baku yang memiliki  energi sinar gamma 

dan laju emisi yang telah diketahui. Bentuk spektrum 

sinar gamma tergantung dari bentuk dan ukuran detektor 

serta jenis bahan pelindung yang dipakai . 

    Dalam konfirmasi identifikasi radionuklida dengan 

spektrometri sinar gamma, perlu dibuat perbandingan 

antara spektrum dari cuplikan dengan spektrum dari 

radionuklida yang sama yang kemurniannya telah 

diketahui memakai  parameter alat dan geometri 

cuplikan yang sama. Bila radionuklida memancarkan 

memancarkan sinar-X atau gamma koinsiden, maka sifat 

khas distribusi tinggi pulsa sering berubah secara drastis, 

sebab  adanya efek penjumlahan radiasi koinsiden 

ini  dalam detektor sebab  efisiensi detektor 

bertambah tinggi (misalnya dengan mendekatkan sumber 

pada detektor). Efek ini khususnya dapat terlihat pada 

Iodum 125. pemakaian  spektrometri sinar gamma ini 

terutama sangat bermanfaat dalam identifikasi radio 

nuklida dan penentuan cemaran radionuklida. 

Jika konfirmasi identitas suatu radionuklida dengan 

membandingkan langsung dengan spektrum baku 

radionuklida yang sama tidak mungkin dilakukan, maka 

identifikasi radionuklida yang bersangkutan harus 

dilakukan dengan cara berikut ini. Cuplikan radionuklida 

yang akan diidentifikasi memenuhi dua atau lebih 

parameter peluruhan nuklir berikut, dan memenuhi pada 

rentang ±10%: (1) waktu paruh; (2) energi tiap sinar 

gamma atau X yang dipancarkan; (3) kelimpahan masing-

masing sinar yang dipancarkan dan (4) Energi maksimum 

(Emaks) untuk radionuklida yang luruh dengan pancaran 

partikel sinar . Pengukuran-pengukuran ini  diatas 

dilakukan pada bagian Identifikasi dan Penetapan kadar 

pada bab ini. jika  dua atau lebih parameter yang 

diukur telah sama dengan data peluruhan nuklir yang 

telah dipublikasikan, maka radionuklida yang 

diidentifikasi sesuai dengan yang diharapkan. 

 

Pencacah Sintilasi Cairan 

    Radionuklida yang memancarkan sinar alfa dan sinar 

beta dapat ditentukan dengan sistem detektor sintilasi 

cairan. Dalam sintilasi cairan, energi radiasi diubah 

menjadi kuantum cahaya yang biasanya dideteksi dengan 

dua tabung foto pelipat ganda yang diatur sedemikian 

sampai  hanya akan mencacah radiasi koinsiden. Sintilasi 

cairan yaitu  larutan yang terdiri dari pelarut, zat terlarut 

primer dan sekunder dan zat tambahan. Partikel 

bermuatan melepaskan energinya dalam pelarut dan 

sebagian energi ini diubah menjadi fluoresensi dalam zat 

terlarut primer. Fungsi zat terlarut sekunder yaitu  untuk 

menggeser radiasi fluoresensi sesampai  memiliki  

panjang gelombang yang lebih panjang dan dapat 

dideteksi secara lebih efisien oleh tabung foto pelipat 

ganda. Pelarut yang sering dipakai  yaitu  toluena P 

dan p-xilena; zat terlarut primer yaitu  2,5-difeniloksazol 

(PPO) dan 2-(4’-tert-butilfenil)-5-(-4-bifenilil)-1,3,4-

oksadiazol (butil-PBD); dan sebagai zat terlarut sekunder 

yang sering dipakai  2,2’-p-fenilenabis[4-metil-5-

feniloksazol](dimetil-POPOP) dan p-bis(o-metil 

strilil)benzena (bis-MSB). Untuk mempertahankan agar 

tetap dapat tergabungkan dan tercampurkan  dengan 

cuplikan berair yang akan ditetapkan, beberapa zat 

ditambahkan seperti surfaktan dan zat pembantu 

kelarutan juga ditambahkan pada sintilator. Agar 

penentuan radioaktivitas cuplikan dapat teliti, penyiapan 

cuplikan harus dilakukan dengan hati-hati agar benar-

benar homogen. Adanya cemaran atau warna dalam 

larutan dapat menyebabkan penurunan keluaran foton 

sintilator. Penurunan yang demikian dikenal sebagai 

pemadaman. Pengukuran radioaktivitas yang tepat 

memerlukan koreksi terhadap laju cacahan yang hilang 

akibat pemadaman. 

    Laju peluruhan suatu sumber partikel sinar beta dapat 

ditentukan dengan suatu cara dengan laju cacahan 

integral dari cuplikan diukur sebagai fungsi dari 

penyimpangan diskriminasi tinggi pulsa dan laju emisi 

diperoleh dengan ekstrapolasi sampai  penyimpangan nol. 

Pemancar partikel sinar alfa dengan energi tinggi dapat 

pula diukur dengan cara ini. 

 

 

 

 

- 1580 -

 

 

 

 

 

 

Identifikasi 

 

    Radionuklida dapat diidentifikasi dari cara 

peluruhannya, waktu paruhnya dan energi dari emisi 

nuklirnya. 

    Waktu paruh radioaktif dengan mudah dapat 

ditentukan dengan pencacahan berturut-turut sumber 

radionuklida pada rentang waktu tertentu yang lebih 

panjang dibandingkan dengan waktu paruh radionuklida 

ini . Respons yang dihasilkan oleh alat pencacah 

dipakai  untuk mengukur peluruhan radionuklida yang 

memiliki  waktu paruh panjang, harus dipantau 

memakai  sumber acuan baku yang memiliki  

waktu paruh yang lebih panjang lagi untuk menilai dan 

mengkompensasi kesalahan yang ditimbulkan sebab  

perubahan elektronik. Dalam hal radionuklida yang 

berumur pendek, bila rentang waktu pencacahan 

merupakan fraksi yang bermakna daripada waktu paruh 

radionuklida yang bersangkutan, maka laju cacahan yang 

dicatat harus dikoreksi pada waktu saat pencacahan 

dimulai, sesuai dengan rumus sebagai berikut: 

 

 

 

 

Rt yaitu  laju cacahan pada awal rentang waktu 

pencacahan; r yaitu  laju cacahan yang diamati; t yaitu  

rentang waktu pencacahan;  yaitu  tetapan peluruhan 

radionuklida; e yaitu  dasar logaritma natural. Bila t kecil 

dibandingkan dengan waktu paruh radionuklida, sesampai  

t< 0,05, maka (1– e- t) mendekati nilai t; maka koreksi 

seperti ini  diatas tidak diperlukan. 

    Energi emisi nuklir inti sering ditentukan dengan 

rentang maksimum daya tembus radiasi dalam bahan 

(untuk partikel sinar alfa dan sinar beta) dan dengan 

puncak energi penuh atau foto puncak dalam spektrum 

sinar gamma (untuk partikel sinar X dan sinar gamma). 

sebab  partikel sinar beta dipancarkan dengan spektrum 

energi kontinu, maka energi sinar beta maksimum, Emaks 

merupakan indeks yang khas untuk setiap radionuklida 

pemancar sinar beta. Selain rentang maksimum daya 

tembus dan spektrum energi partikel sinar beta, maka 

koefisien serapan, bila diperoleh dari kondisi pencacahan 

yang berulang, dapat menjadi indeks yang handal untuk 

identifikasi pemancar sinar beta. 

    Serapan partikel sinar beta dalam bahan, hampir 

bersifat eksponensial, dan grafik logaritma laju cacahan 

partikel sinar beta sebagai fungsi ketebalan penyerap, 

dikenal dengan kurva serapan. Bagian awal dari kurva 

serapan menampilkan  garis lurus, dari bagian ini 

koefisien serapan dapat ditentukan. Rentang maksimum 

daya tembus, ditentukan dengan memakai  penyerap 

yang ketebalannya beragam, dan spektrum energi diukur 

dengan spektrometri sintilasi sinar beta. 

    Serapan sinar gamma dalam bahan sangat 

eksponensial, namun  nilai ketebalan paruh pada penipisan 

sangat tidak berguna untuk tujuan karakterisasi 

radionuklida. Sinar gamma dari setiap transisi isomerik 

selalu berenergi tunggal, dan energinya dapat diukur 

langsung dengan spektrometri sinar gamma. sebab  daya 

pisah energinya tinggi, maka detektor padatan [Ge(Li)] 

jauh lebih unggul daripada detektor sintilasi padatan 

[NaI(TI)] dalam spektrometri sinar gamma. 

    Aktivitas larutan radiofarmaka biasanya  dalam  satuan 

milicurie per ml. Larutan demikian biasanya harus 

diencerkan beberapa kali sebelum diukur. Pelarut yang 

dipakai  harus dapat bercampur dengan sediaan 

radiofarmaka, ditinjau dari faktor-faktor misalnya pH dan 

daya redoks, sesampai  tidak akan terjadi hidrolisis atau 

perubahan tingkat oksidasi selama pengenceran, yang 

dapat mengakibatkan penyerapan dan pemisahan 

radionuklida dari larutan. 

 

RADIONUKLIDA PEMANCAR SINAR BETA 

 

    procedure  penetapan koefisien serapan massa 

Totolkan dan keringkan cuplikan larutan fosfor 32 di atas 

lapisan plastik tipis untuk mengurangi terjadinya 

hamburan balik, dan letakkan di bawah alat pencacah 

yang sesuai. Tentukan laju cacahan secara berturut-turut, 

memakai  tidak kurang dari 6 ketebalan alumunium 

yang berbeda-beda masing-masing antara 20 mg/cm2 dan 

50 mg/cm2, dan satu penyerap yang tunggal yang lebih 

tebal dari 800 mg/cm2 dipakai  untuk mengukur 

cacahan latar belakang. (Penyerap disisipkan diantara 

cuplikan yang diuji dan pencacah, namun  ditempatkan 

lebih dekat ke jendela pencacah untuk mengurangi 

hamburan). Laju cacahan bersih partikel sinar beta 

diperoleh sesudah  pengurangan laju cacahan cuplikan 

dengan laju cacahan yang diperoleh memakai  

penyerap yang memiliki  ketebalan 800 mg/cm2 atau 

lebih. Buat grafik logaritma dengan laju cacahan bersih 

partikel sinar beta sebagai fungsi dari ketebalan total 

penyerap. Ketebalan total penyerap yaitu  ketebalan 

penyerap aluminium ditambah ketebalan permukaan 

jendela pencacah (sesuai dengan yang dinyatakan oleh 

produsen) ditambah ketebalan ekivalen udara (jarak 

cuplikan dalam centimeter, dari permukaan pencacah 

dikalikan dengan 1,205 mg/cm3 pada suhu 20° dan         

76 cmHg), semua dinyatakan dalam mg/cm2. Garis yang 

dihasilkan mendekati garis lurus.  

    Pilih dua ketebalan total penyerap yang berbeda          

20 mg/cm2 atau lebih dan terletak pada garis lurus, dan 

hitung koefisien serapan massa μ dengan persamaan: 

 

 

 

 

 

 

 

 

t1 dan t2 yaitu  ketebalan total penyerap dalam mg/cm2, t2 

untuk penyerap yang lebih tebal; Nt1 dan Nt2 yaitu  laju 

cacahan bersih partikel sinar beta dengan masing-masing 

ketebalan penyerap t1 dan t2. 

    Untuk karakterisasi radionuklida, koefisien serapan 

massa harus terletak pada ±5% dari nilai yang diperoleh 

dari cuplikan murni radionuklida yang sama, dan 

tt e

trR =

1

=

2

1

12

ln1

t

t

N

N

tt

( )21

12

loglog303,2

tt NN

tt

=

- 1581 -

 

 

 

 

 

 

ditentukan pada kondisi dan geometri pencacahan yang 

sama.  

 

Metode lain untuk identifikasi Metode lain untuk 

identifikasi pemancar sinar beta juga didasarkan pada 

penetapan Emaks. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa 

cara misalnya: (1) memakai  hubungan rentang 

penyerap dan energi dari partikel sinar beta dalam 

penyerap; atau (2) penetapan Emaks dari spektrum partikel 

sinar beta yang diperoleh pada spektrometer sinar beta 

yang energinya terkalibrasi memakai  sumber 

radionuklida yang tipis (seperti tertera pada Detektor 

Sintilasi dan Semikonduktor dalam bab ini). 

 

RADIONUKLIDA PEMANCAR SINAR GAMMA 

 

    Spektrum sinar gamma suatu radionuklida sangat 

berguna dalam identifikasi radionuklida pemancar sinar 

gamma. Puncak energi penuh atau foto puncak 

diidentifikasi dengan energi transisi sinar gamma, yang 

diberikan pada skema peluruhan radionuklida ini .  

    Dalam identifikasi dan penentuan kemurnian 

radionuklida, spektrum sinar gamma suatu zat radioaktif 

dapat diperoleh baik dengan memakai  detektor 

hablur NaI (Tl) atau detektor semikonduktor Ge(Li). 

Detektor Ge(Li) memiliki  daya pisah energi lebih 

besar dari NaI(Tl) dan lebih banyak dipakai  untuk 

tujuan analisa . Bentuk spektrum yang diperoleh harus 

sama dengan spektrum dari radionuklida yang murni, bila 

ditentukan dengan geometri dan sistem deteksi yang 

sama. Spektrum sinar gamma dari sediaan radiofarmaka 

harus hanya mengandung foto puncak yang dapat 

diidentifikasi dengan energi transisi sinar gamma yang 

diperoleh dari skema peluruhan untuk radionuklida 

ini . Untuk efisiensi geometri yang rendah, maka luas 

puncak sesudah  dikoreksi dengan efisiensi detektor, 

sebanding dengan kelimpahan atau laju emisi masing-

masing sinar gamma dalam radionuklida ini . 

 

CEMARAN RADIONUKLIDA 

 

    sebab  bersifat sangat racun, maka cemaran nuklida 

pemancar sinar alfa harus dibatasi dengan ketat dalam 

sediaan radiofarmaka. procedure  untuk identifikasi 

radionuklida pemancar sinar beta dan sinar gamma 

seperti yang diberikan di atas dapat dipakai  untuk 

mendeteksi cemaran sinar gamma dan biasanya  sinar 

beta. 

    Aktivitas partikel sinar alfa dalam sediaan 

radiofarmaka dapat diukur dengan memakai  alat 

pencacah proporsional tanpa jendela atau detektor 

sintilasi memakai  fosfor zink-sulfida yang teraktivasi 

dengan perak atau dengan teknik pencacahan sintilasi cair. 

    Ionisasi kuat yang disebabkan oleh partikel sinar alfa 

memungkinkan untuk melakukan pengukuran 

radionuklida pemancar sinar alfa yang mengandung 

nuklida pemancar sinar beta dan sinar gamma dalam 

jumlah besar, dengan memakai  teknik yang sesuai 

untuk membedakan amplitudo pulsa. Dalam pencacahan 

proporsional, daerah tegangan kerja untuk pencacahan 

partikel sinar alfa, disebut massa stabil sinar alfa, lebih 

rendah dari massa stabil sinar beta, untuk pencacahan 

radiasi sinar beta dan sinar gamma. Tegangan massa 

stabil sinar alfa dan sinar beta dengan pencacah gas P-10 

masing-masing yaitu  900 - 1300 volt dan 1600 - 2000 

volt. 

    Bila fosfor zink-sulfida yang diaktifkan dengan perak 

dipakai  untuk deteksi partikel sinar alfa, maka partikel 

sinar alfa dapat dibedakan dari radiasi pengganggu lain 

dari perbedaan tinggi pulsa. Diperlukan tindakan yang 

hati-hati untuk mengurangi serapan diri pada sumber saat 

penyiapannya untuk pencacahan sinar alfa. 

 

Penetapan Kadar 

 

RADIONUKLIDA PEMANCAR SINAR BETA 

 

    procedure  Laju peluruhan (A) suatu cuplikan pemancar 

partikel sinar beta diperoleh dengan pencacahan cuplikan 

yang diketahui jumlahnya dengan geometri tertentu 

memakai  rumus: 

 

 

 

A yaitu  efisiensi pencacahan dari alat pencacah; fr 

yaitu  faktor koreksi terhadap waktu mati alat pencacah; 

fb yaitu  faktor koreksi terhadap hamburan balik; fs 

yaitu  faktor koreksi terhadap serapan diri. Laju cacahan 

untuk penyerap nol didapat dengan ekstrapolasi bagian 

linier awal kurva penyerapan sampai  ketebalan penyerap 

nol, dengan mempertimbangkan ketebalan tutup cuplikan 

(mg/cm2), jendela alat pencacah, dan jarak udara antara 

cuplikan dengan jendela alat pencacah. Efisiensi alat 

pencacah, A, ditentukan dengan memakai  baku 

sekunder berumur panjang yang memiliki  karakteristik 

spektrum yang sama. RaD + E sering dipakai  untuk 

kalibrasi efisiensi alat-alat pencacah untuk fosfor 32. 

Dengan memakai  kondisi pengukuran yang sama 

untuk cuplikan dan baku (dan ekstrapolasi ke penyerap 

nol), perbandingan nilai-nilai dari fr, fb dan fs untuk baku 

dan cuplikan mendekati sama.  

    Rumus ini  di atas juga berlaku bila pencacah telah 

dikalibrasi dengan radionuklida baku yang sama dengan 

radionuklida yang akan ditentukan. namun  dalam hal ini 

ekstrapolasi ke ketebalan penyerap nol untuk cuplikan 

dan baku tidak diperlukan, sebab  kedua koreksi serapan 

dapat dihilangkan untuk suatu geometri tertentu. Cara lain 

yang sering dipakai  untuk penentuan laju peluruhan 

suatu radionuklida pemancar sinar beta yaitu  

pencacahan dengan sintilasi cair, yang juga memakai  

ekstrapolasi laju cacahan cuplikan sampai  penyimpangan 

tinggi pulsa nol. 

 

RADIONUKLIDA PEMANCAR SINAR GAMMA 

 

    Ada 3 cara yang dapat dipakai  untuk penetapan 

radionuklida pemancar sinar gamma. Pemilihan cara yang 

akan dipakai  ditentukan oleh tersedianya baku 

kalibrasi radionuklida yang akan ditentukan, dan 

kemurnian radionuklidanya sendiri. 

sbr fff

RA

×××

=

- 1582 -

 

 

 

 

 

 

    Perbandingan langsung dengan baku kalibrasi 

diperlukan bila tersedia baku kalibrasi dari radionuklida 

yang akan ditetapkan, dan bila batas atas kesalahan dalam 

penetapan radioaktivitas yang timbul sebab  cemaran 

radionuklida telah ditetapkan kurang dari 3%. Bila baku 

kalibrasi yang diperlukan tidak tersedia secara rutin, 

misalnya sebab  umurnya pendek, namun  telah tersedia 

pada waktu sebelumnya dan dipakai untuk penetapan 

efisiensi sistem pencacah, maka pakailah  sistem pencacah 

yang telah terkalibrasi asalkan kandungan cemaran 

radionuklida dalam cuplikan memenuhi persyaratan yang 

dinyatakan pada cara perbandingan langsung. Bila kedua 

cara di atas tidak terpenuhi, pakailah  cara penetapan 

radioaktivitas dari kurva kalibrasi. 

    Kecuali pada cara pertama, kestabilan sistem pencacah 

yang dipakai  perlu dipantau. Hal ini dapat dilakukan 

dengan dengan cara pengujian harian memakai  

sumber yang memiliki  umur panjang dan pengujian 

mingguan dengan setidaknya 3 sumber yang memiliki  

energi emisi sinar gamma yang lebar (seperti 57Co, 137Cs 

dan 60Co). Bila ditentukan penyimpangan dengan 

pengukuran-pengukuran ini , maka perlu dilakukan 

kalibrasi ulang atau perbaikan alat atau perbaikan alat dan 

kalibrasi ulang secara menyeluruh sistem pencacah 

sebelum dipakai  lebih lanjut. 

 

    Penetapan cara perbandingan langsung dengan 

baku kalibrasi Suatu sistem pengukuran yang selektif 

pada energi (misalnya penganalisa  tinggi pulsa) tidak 

diperlukan dalam procedure  ini. pakailah  bejana pengion 

atau sistem pencacah integral dengan detektor NaI (Tl). 

Faktor geometri yang konsisten untuk setiap cuplikan 

sangat diperlukan agar diperoleh hasil pengukuran yang 

tepat. Jika dilakukan berhati-hati ketepatan metode ini 

mendekati ketepatan laju peluruhan baku kalibrasi yang 

diketahui. 

    Tentukan laju cacahan sistem detektor untuk baku 

kalibrasi dari radionuklida yang akan ditetapkan (pakailah  

aktivitas yang cukup agar memberi  pengukuran 

statistik yang baik, namun  tidak terlalu besar agar tidak 

timbul masalah waktu mati), dan dengan pemilihan baku 

demikian sampai  mendapatkan ketepatan yang optimum 

untuk sistem yang dipakai . Ukur secara teliti beberapa  

larutan cuplikan (encerkan bila perlu), masukkan ke 

dalam wadah yang sama dengan wadah yang dipakai  

untuk baku, dan ukur cacahan cuplikan selama waktu dan 

kondisi geometri yang sama dengan yang dipakai  

untuk baku. Jika perbedaan waktu pengukuran antara 

cuplikan dan baku lebih dari 12 jam, uji kestabilan sistem 

pengukuran dalam waktu 8 jam sesudah  pengukuran 

cuplikan memakai  sumber yang berumur panjang. 

Rekam respons alat pencacah terhadap sumber yang juga 

dipakai  pada waktu kalibrasi, dan bila respons 

melebihi ±3% dari respons semula, maka perlu dilakukan 

kalibrasi ulang. Lakukan koreksi pada kedua penetapan 

radioaktivitas terhadap cacahan latar belakang dan hitung 

radioaktivitas dalam μCi per ml, dengan rumus: 

 

b

gSD  

S yaitu  kekuatan baku dalam μCi; D yaitu  faktor 

pengenceran; g dan b berturut-turut yaitu  laju cacahan 

hasil pengukuran untuk cuplikan dan baku. 

 

    Penetapan cara sistem pencacah integral yang 

terkalibrasi Sama dengan procedure  yang diberikan pada 

penetapan cara perbandingan langsung, kecuali bahwa 

efisiensi sistem detektor ditentukan dan direkam untuk 

setiap radionuklida yang akan ditetapkan, dan tidak hanya 

dengan merekam laju cacahan baku. Jadi, efisiensi untuk 

radionuklida tertentu, x, ditentukan dengan x = bx/sx 

;bxyaitu  laju cacahan yang telah dikoreksi terhadap 

cacahan latar belakang dan waktu mati, untuk baku 

kalibrasi radionuklida, x; dan sx yaitu  aktivitas baku 

kalibrasi yang telah disertifikasi, dengan transformasi 

perdetik. Radioaktivitas ditentukan dengan rumus: 

 

=

x

x

x

DgA  

 

D yaitu  faktor pengenceran; gx yaitu  laju cacahan 

cuplikan (dikoreksi terhadap cacahan latar belakang dan 

waktu mati); x yaitu  efisiensi untuk radionuklida yang 

bersangkutan. 

 

    Penetapan aktivitas dari suatu kurva kalibrasi 

Kemampuan dalam pengukuran intensitas absolut sinar 

gamma bisa dicapai dengan memakai  analisa  tinggi 

pulsa pada saluran ganda. Efisiensi deteksi foto puncak 

dari sistem detektor dapat ditentukan sebagai fungsi 

energi sinar gamma dengan memakai  suatu seri laju 

baku pemancar sinar gamma, dan laju emisi sinar gamma 

suatu radionuklida yang tidak ada  dalam seri baku 

bisa ditentukan dengan cara interpolasi dari kurva 

efisiensi ini . Namun demikian, harus diperhatikan 

bahwa kurva efisiensi sistem detektor harus mencakup 

seluruh daerah energi yang diperlukan dengan 

memakai  beberapa  titik kalibrasi yang cukup 

sepanjang sumbu energi foto puncak. 

    Pemilihan alat pencacah dan sistem terkalibrasi 

Spektrometer sinar gamma dipakai  untuk identifikasi 

radionuklida pemancar sinar X atau sinar gamma pada 

peluruhannya. Persyaratan untuk suatu sistem pencacah 

yang sesuai untuk identifikasi dan penetapan radionuklida 

yang dipakai  dalam radiofarmaka yaitu : (a) Daya 

pisah detektor didasarkan pada foto puncak 662 keV dari  

137Cs – 137mBa harus 8,0% atau lebih baik; (b) Detektor 

harus dilengkapi dengan pemegang cuplikan yang 

didesain agar geometrinya tetap untuk menjamin 

keberulangan geometri pencacahan dan (c) Penganalisa  

tinggi pulsa harus memiliki  saluran yang cukup agar 

dapat menggambarkan secara jelas foto puncak yang 

diamati. 

    procedure  Persyaratan minimal untuk memelihara 

kalibrasi peralatan harus terdiri dari pengujian mingguan 

dengan sumber acuan yang sesuai dan kalibrasi ulang 

secara keseluruhan setiap setengah tahun. Jika pada 

pengujian mingguan terjadi penyimpangan lebih dari 

4,0% dari nilai yang ditentukan pada waktu kalibrasi, 

maka perlu dilakukan kalibrasi ulang secara menyeluruh 

pada saat itu. 

- 1583 -

 

 

 

 

 

 

    Cara ini terdiri dari tiga tahap yaitu integrasi foto 

puncak, penentuan kurva efisiensi foto puncak dan 

perhitungan aktivitas cuplikan. 

 

Integrasi Foto Puncak Cara untuk penentuan luas 

puncak memakai  pendekatan Gaussian untuk 

menetapkan foto puncak. Bagian yang tetap dari jumlah 

total cacahan foto puncak dapat diperoleh dengan 

mengambil lebar puncak, a1 pada bagian tertentu dari 

maksimum, dimana bentuk puncak secara eksperimen 

telah mendekati Gaussian dan dikalikan dengan laju 

cacahan pada saluran dari puncak, P, sesudah  laju cacahan 

puncak dikoreksi terhadap kontribusi laju cacahan puncak 

dikoreksi terhadap kontribusi Compton dan latar 

belakang. Cacahan latar belakang biasanya dapat di 

ten